Kajian Akademik Penanggulangan Kemiskinan
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
FACHRIZAL BACHRI, Kajian Akademik Penanggulangan Kemiskinan ........................... ISSN 1829-5843 JURNAL EKONOMI PEMBANGUNAN Journal of Economic & Development HAL: 89 - 97 KAJIAN AKADEMIK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA PAGAR ALAM FACHRIZAL BACHRI Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya, Jalan Palembang-Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia ABSTRACT This academic exercise explained the poverty phenomenon in Pagar Alam city, South Sumatra province. It tries also to elaborate the causes of poverty and poverty alleviation programs implemented by Local Government. Opportunities to alleviate poverty and improve well-being depend on the supporting environment. The ability of poor people should be harnessed and strengthened. In addition, the Government should create an institutional framework that supports the strategy of self-improvement and sustainable welfare. Local governments, the private sector, and together with the people have a big role to create such opportunities. Local Government is also obliged to control the private sector and enforce legal obligations, environmental, and social order to reduce the negative impact of business practices on the environment, and maximize the benefits for society. Vulnerability also needs to be reduced. This can be done with the use of the function of social safety nets such as free health insurance, free education and food subsidy. To improve the welfare sector in the framework of decentralization include macro and micro perspectives. From the macro side, it takes a synergistic cooperation between central governments, provincial governments including city government and private sector. Whereas from the micro side, it is to increase the monitoring and planning activities. This means to improve infrastructure and services, to maintain the subsidy system, to improve the natural environment including the economic environment, the social environment, and the political environment Keywords: Poverty, Policy, Welfare . PENDAHULUAN Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkisar 5% – 6% per tahun disertai dengan peningkatan jumlah penduduk miskin berkisar 37 juta jiwa tahun 2007 tentunya mengundang sejumlah pertanyaan, seperti: siapa sebenarnya yang menikmati pertumbuhan ekonomi tersebut, apakah pertumbuhan ekonomi tersebut disebabkan oleh peningkatan produktivitas ataukah penggunaan faktor produksi, apakah pertumbuhan ekonomi tersebut terkonsentrasi pada sektor-sektor tertentu sementara beberapa sektor lainnya pertumbuhannya relatif lambat sehingga tidak mampu menekan kemiskinan. Sementara itu studi dari Bank Dunia menyebutkan bahwa hampir 50% dari jumlah penduduk Indonesia dikategorikan ”miskin” dan ”berada di ambang kemiskinan”. Hal ini menjadikan permasalahan kemiskinan patut mendapat perhatian yang besar dari semua pihak. Kota Pagar Alam sebagai salah satu kota hasil pemekaran di propinsi Sumatera memiliki pertumbuhan ekonomi berkisar 4% juga belum berhasil mengatasi masalah 89 JURNAL EKONOMI PEMBANGUNAN, Desember 2010 Volume 8, No. 2 hal: 89 - 97 kemiskinan. Sejalan dengan perubahan struktur perekonomian Indonesia, terjadi pula perubahan di Kota Pagar Alam. Peran sektor pertanian, yang menjadi tumpuan hidup sebagian besar masyarakat semakin menurun. Sementara itu sektor sekunder dan sektor tersier (perdagangan, hotel dan restoran, serta jasa-jasa) semakin meningkat share-nya. Perubahan struktur ini juga diduga turut berdampak, baik secara langsung maupun tidak langsung, terhadap tingginya angka kemiskinan. Berdasarkan hal-hal tersebut menarik kiranya untuk dilakukan penelitian tentang Analisis Penanggulangan Kemiskinan di Kota Pagar Alam. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat menjelaskan fenomena kemiskinan yang terjadi di Kota Pagar Alam serta strategi dan kebijakan penanggulangan kemiskinan yang dapat dilakukan di Kota Pagar Alam di masa depan. Studi ini dilakukan dengan metode survey untuk mendapatkan informasi kondisi riil lapangan yang diamati yaitu di kelurahan-kelurahan dan kecamatan. Populasi survey ini adalah rumah tangga miskin di Kota Pagar Alam tahun 2008 berjumlah 8.994 rumah tangga tersebar dalam wilayah 5 kecamatan Studi ini mencakup kondisi data fisik lapangan (sarana dan prasarana), sosial budaya dan ekonomi juga tentang termasuk persepsi masyarakat terhadap kondisi saat ini dan harapannya kedepan yang dapat dijadikan tolak ukur positif bagi upaya penanggulangan kemiskinan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Fenomena Kemiskinan di Sumatera Selatan Indikator kemiskinan yang digunakan di Indonesia adalah garis kemiskinan. BPS menentukan batas garis kemiskinan berdasarkan besarnya rupiah yang digunakan untuk dibelanjakan per kapita per bulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan bukan makanan. Indikator lain yang digunakan dalam mengukur tingkat kemiskinan adalah indeks kedalaman kemiskinan (Poverty Gap Index-P1) dan indeks keparahan kemiskinan (Distributionally Sensitive Index-P2), Terdapat juga indikator kemiskinan lainnya yang sering digunakan dalam membahas permasalahan kemiskinan yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, dan Garis Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan, Tahun 2006 - 2007 Jumlah Persentase Garis Kode Kabupaten/Kota Penduduk Penduduk Kemiskinan Miskin (000) Miskin (Rp/Kap/bulan) 2006 2007 2006 2007 2006 2007 1 Kab.Ogan Komering Ulu 46.1 40.6 17.80 15.69 165070 168892 2 Kab.Ogan Komering Ilir 174.1 152.7 25.93 22.50 180486 162533 3 Kab.Muara Enim 140.7 128.5 21.88 19.87 181651 182844 4 Kab.Lahat 163.1 94.9 29.67 28.09 168011 182003 5 Kab.Musi Rawas 166.9 160.3 34.49 32.93 183581 206649 6 Kab.Musi Banyu Asin 171.8 165.6 35.52 33.60 172180 213120 7 Kab.Banyu Asin 149.9 136.8 19.81 17.72 153640 171338 8 Kab.Ogan Komering Ulu 67.8 61.2 21.06 18.96 165070 151093 9 Kab.Ogan Komering Ulu 103.1 90.7 18.26 16.03 165070 162262 10 Kab.Ogan Ilir 82.7 79.6 22.67 21.57 180486 197403 11 Kab.Empat Lawang 49.7 23.50 175268 71 Kota Palembang 126.3 124.4 9.23 8.98 210381 188046 72 Kota Prabumulih 12.3 10.0 9.33 7.57 167307 176460 73 Kota Pagar Alam 13.7 11.2 11.88 9.75 142196 137667 74 Kota Lubuklinggau 28.5 25.6 16.01 14.25 168993 183984 SUMATERA SELATAN 1446.9 1331.8 20.99 19.15 185253 178209 Sumber : BPS, 2007 90 FACHRIZAL BACHRI, Kajian Akademik Penanggulangan Kemiskinan ........................... ISSN 1829-5843 Tabel 2. Kedalaman Kemiskinan Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan Tahun 2006 – 2007 Kode Kabupaten/Kota P1 P2 2006 2007 2006 2007 1 Kab.Ogan Komering Ulu 2.74 1.83 0.64 0.32 2 Kab.Ogan Komering Ilir 5.23 3.80 1.60 0.94 3 Kab.Muara Enim 2.61 2.57 0.51 0.45 4 Kab.Lahat 4.64 4.19 1.16 0.99 5 Kab.Musi Rawas 6.33 5.75 1.67 1.48 6 Kab.Musi Banyu Asin 6.64 5.61 1.88 1.40 7 Kab.Banyu Asin 3.28 2.55 0.79 0.61 8 Kab.Ogan Komering Ulu 3.65 2.27 0.94 0.45 9 Kab.Ogan Komering Ulu 2.96 2.02 0.76 0.43 10 Kab.Ogan Ilir 4.44 2.42 1.34 0.44 11 Kab.Empat Lawang 3.89 0.99 71 Kota Palembang 1.47 1.46 0.40 0.37 72 Kota Prabumulih 1.31 0.92 0.28 0.20 73 Kota Pagar Alam 2.10 1.46 0.55 0.34 74 Kota Lubuklinggau 3.01 2.21 0.91 0.47 SUMATERA SELATAN 3.44 3.84 0.92 1.14 Sumber : BPS, 2007 Pada tahun 2007 Kota Pagar Alam merupakan salah satu daerah di Sumatera Selatan yang memiliki indeks kedalaman kemiskinan 0,34. Angka ini merupakan urutan ketiga terkecil setelah Kota Prabumulih (0,20) dan Kabupaten Ogan Komering Ulu (0,32). Hal ini berarti bahwa daerah-daerah ini memiliki rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan terkecil. Tabel 3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2004 dan 2007 No. Daerah 2004 2007 1. Sumatera Selatan 69,6 71,4 2. Ogan Komering Ulu 69,3 71,40 3. Ogan Komering Ilir 68,1 69,15 4. Muara Enim 68,1 69,42 5. Lahat 67,2 69,35 6. Musi Rawas 64,4 66,31 7. Musi Banyuasin 68,1 66,31 8. Banyuasin 66,7 66,60 9. Ogan Komering Ulu Selatan 67,9 70,28 10. Ogan Komering Ulu Timur 65,1 68,14 11. Ogan Ilir 65,6 68,17 12. Kota Palembang 73,1 74,94 13. Kota Prabumulih 70,7 72,51 14. Kota Pagar Alam 69,5 71,70 15. Kota Lubuk Linggau 65,8 69,24 Sumber : BPS, 2007 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) secara regional (Sumatera Selatan) pada tahun 2007 peringkat tertinggi adalah Kota Palembang dengan nilai IPM tercatat sekitar 73,1, selanjutnya Kota Prabumulih yang memiliki nilai IPM 72,51, sedangkan Kota Pagar Alam menduduki peringkat ketiga tertinggi dengan nilai IPM sebesar 71,70. Akar Permasalahan Kemiskinan 1. Kegagalan Pemenuhan Hak Dasar a. Dilihat dari dari aspek penghasilan, lantai rumah, saluran limbah, dinding bangunan, tempat buang air besar, penerangan, sumber air minum, bahan bakar untuk masak, 91 JURNAL EKONOMI PEMBANGUNAN, Desember 2010 Volume 8, No. 2 hal: 89 - 97 mengkonsumsi daging/susu/ayam per minggu, membeli pakaian baru per tahun, frekuensi makan setiap hari, dari hasil survey diketahui sebagian besar responden yang diwawancarai memiliki penghasilan ≤Rp.300.000,- per bulan 66,92 persen, 66,99 persen menyatakan tidak sanggup membeli sama sekali daging/ayam/susu untuk konsumsi keluarga, 73,2 persen kadang-kadang membeli pakaian baru setiap tahunnya, dan frekuensi keluarga makan setiap hari 13,83 persen responden menyatakan makan 2 kali dalam sehari b. Tempat tinggal yang sehat dan layak merupakan kebutuhan yang masih sulit dijangkau oleh masyarakat miskin. Kondisi rumah responden dari segi lantai rumah dari hasil survey didapatkan 69,65 persen lantai rumah hanya dari kayu murahan, 71,89 persen dinding bangunan rumah hanya kayu, 10,45 persen penerangan rumah telah menggunakan minyak tanah, dan bahan bakar untuk masak yang digunakan responden dari hasil survey didapatkan 54,75 persen menggunakan kayu bakar. c. Dari hasil survey diketahui bahwa sekitar 68,18 persen sumber air rumah tangga miskin berasal dari sumur tidak terlindung, dan sekitar 66,67 persen tempat buang air besar rumah tangga miskin adalah ke sungai.