ANALISIS SEMIOTIK PESAN MORAL DALAM

FILM KARTUN “THE LORAX”

SKRIPSI

Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Almamater Wartawan Surabaya” Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Komunikasi

Disusun Oleh :

CITRA MARTINA

NPM :14.21.0123

KEKHUSUSAN : PUBLIC RELATIONS

SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI

ALMAMATER WARTAWAN SURABAYA

2018

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatNya. Skripsi yang berjudul “ANALISIS SEMIOTIK PESAN

MORAL DALAM FILM KARTUN THE LORAX” dapat diselesaikan dengan baik. Adapun penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana Ilmu komunikasi di STIKOSA-AWS.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan tanggapan dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini, peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk peneliti dan pembaca.

Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan banyak terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua pihak-pihak atas bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, diantaranya :

1. ALLAH SWT yang telah memberikan berkah dan curahan kasih dan

sayang.

2. Drs. Ismojo Herdono, M. Med.Kom, selaku Ketua Sekolah Tinggi

Komunikasi “Almamater Wartawan Surabaya” dan dosen pembimbing

yang sabar dan mendampingi proses belajar saya.

3. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu serta pengalaman untuk

saya.

i

4. Kedua orang tua saya, Bapak Martin Saputra dan Emak Nur Tinah, atas

doa dan dukungan penuh yang diberikan dari awal perkuliahan sampai saat

ini.

5. Mas Robin Satrioko yang bersedia memimjamkan kamarnya dalam proses

pengerjaan skripsi ini.

6. Untuk Ical Keanu pasangan saya yang selalu ada menemani dalam

pengerjaan skripsi ini. Memberikan semangat dan menghibur saat saya

merasa putus asa dan tidak pernah lupa juga untuk mendoakan saya.

7. Untuk Om Feri dan Om Budi yang selalu membantu dan juga mendoakan

saya dalam pengerjaan skripsi ini.

8. Untuk benges Greta, Daniel, Tembel yang selalu mengajak main untuk

sekedar menghilangan kesuntukan dalam proses pengerjaan skripsi ini.

9. Eka Suci, Dinar Anggi, Laily dan Mak Nurul para princess saya yang

tercinta, yang selalu menyemangati dan berjuang bersama dalam

menyelesaikan perkuliahan bersama.

10. Untuk sahabat saya dari SMP Lintang dan Bella yang tidak lupa selalu

mengingatkan untuk segera menyelesaikan skripsi saya dengan celotehan

mereka.

11. Untuk Astrid, Ayu teman seperjuangan mencapai S.Ikom. Azizah yang

sudah sarjana dan juga Fajar Andre yang bersedia meminjamkan printer

selama proses pengerjaan skripi ini.

ii

12. Untuk Vemy, yang telah membantu dan mendoakan.

13. Dan semua teman angkatan 2014 yang telah membantu dan berjuang

bersama untuk menyelesaikan skripsi dan masa perkuliahan kita semua.

Aku akan merindukan masa perkuliahan bersama kalian.

Akhirnya peneliti mendoakan semoga ALLAH SWT melimpahkan kasih dan karuniaNya yang berlipat ganda untuk segala kebaikan yang telah diberikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Peneliti juga berharap semoga ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, 12 Juli 2018

CITRA MARTINA

iii

ABSTRAK Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang sangat efektif untuk disajikan kepada masyarakat. Film merupakan jenis komunikasi visual, yang menggunakan gambar bergerak dan audio, suara untuk bercerita atau memberikan informasi pada khalayak. Masyarakat melihat film salah satunya sebagai hiburan.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih film The Lorax sebagai objek penelitian. Film yang berdurasi 86 menit ini menceritakan tentang bagaimana rasa kepedulian terhadap lingkungan itu sangat dibutuhkan semua orang demi sebuah kelangsungan hidup yang sejahtera.

Penelitian ini bertujuan untuk mempresentasikan pesan moral dalam film The Lorax dengan menggunakan pisau bedah semiotika Roland Barthes yaitu makna denotasi, konotasi dan mitos melalui analisis dibeberapa potongan scene yang telah dipilih oleh peneliti yang dilihat mengandung unsur pesan moral.

Pesan moral dalam film The lorax secara denotasi adalah mengangkat permasalahan yang ada di tengah masyarakat yaitu kurangnya rasa peduli terhadap lingkungan. Makna konotasinya adalah pesan moral bahwa kita harus lebih bersama- sama peduli terhadap lingkungan dengan melestarikannya, tidak malah merusaknya demi kepentingan diri sendiri. Sedangkan mitos dalam film ini adalah Bumi tidak akan bertahan lama jika kita masih saja tidak peduli, tidak mau merawat dan melestarikannya.

Kata Kunci : Film Kartun, The Lorax, Pesan Moral, Semiotika, Roland Barthes.

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ......

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ......

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ......

MOTTO ......

KATA PENGANTAR ...... i

ABSTRAK ...... iv

DAFTAR ISI ...... v

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...... 1

1.2 Rumusan Masalah ...... 8

1.3 Tujuan Penelitian ...... 8

1.4 Manfaat Penelitian ...... 9

1.4.1 Manfaat Teoritis ...... 9

1.4.2 Manfaat Praktis ...... 9

1.5 Kajian Teori ...... 9

1.5.1 Komunikasi ...... 9

v

1.5.2 Komunikasi Massa ...... 11

1.5.3 Film ...... 11

1.5.4 Film Sebagai Media Komunikasi ...... 12

1.5.5 Film Sebagai Media Massa ...... 13

1.5.6 Film Kartun ...... 14

1.5.7 Pesan Moral ...... 15

1.5.7.1 Pesan ...... 15

1.5.7.2 Moral ...... 17

1.5.8 Semiotika ...... 18

1.5.9 Semiotika Roland Barthes ...... 22

1.5.9.1 Denotatif dan Konotatif ...... 24

1.5.9.2 Mitos ...... 26

1.6 Kerangka Berfikir ...... 28

1.7 Metodelogi Penelitian ...... 29

1.7.1 Metode Penelitian ...... 29

1.7.2 Objek Penelitian ...... 29

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data ...... 29

1.7.4 Teknik Analisis Data ...... 30

BAB II : DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

2.1 Film Kartun ...... 32

vi

2.2 Profil Film The Lorax ...... 33

2.3 Cerita Film The Lorax ...... 35

BAB III : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisis dan Pembahasan ...... 40

BAB IV : PENUTUP

4.1 Simpulan ...... 65

4.2 Saran ...... 70

DAFTAR PUSTAKA ...... 72

LAMPIRAN

vii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan kegiatan yang setiap harinya masyarakat lakukan.

Komunikasi terjadi saat individu bergaul dengan individu lain, atau melihat sebuah objek yang mempunyai arti pesan. Menurut Berger & Chaffee dalam bukunya Hanbook of Communication Science, Komunikasi merupakan suatu pengamatan terhadap objek formal atau ruang lingkup yaitu produksi, proses dan pengaruh dari sistem tanda dan lambang (Sendjaja, 1994:10). Dari kutipan para ahli tersebut, dapat dilihat kesamaan tujuan dari sebuah komunikasi yang memiliki situasi atau objek dalam proses terjadinya komunikasi yang berpengaruh untuk penerima.

Ketiga hal yang diungkap oleh Berger & Chaffee berhubungan dengan kegiatan komunikasi yang dilakukan masyarakat, memproduksi dan memproses sebuah tanda dan lambang juga menimbulkan pengaruh tersendiri. Tanda dan lambang adalah sesuatu untuk menunjukkan sesuatu yang lain (Sri Moerdijati,

2012:4). Ciri dari lambang atau simbol adalah terbuka, artinya bisa diterima oleh pancaindera (Blake, 1975:7). Suatu sistem tanda dan lambang merupakan sistem yang bertujuan untuk menunjukkan sesuatu hal, dalam memudahkan pemahaman tentang sebuah pesan, baik pesan verbal maupun pesan nonverbal yang memiliki pengaruh.

1

Dalam hal ini perkembangan teknologi komunikasi membuat perubahan yang sangat cepat dalam kehidupan manusia sehari – hari. Begitu juga yang mengikuti adalah media massa. Media massa seperti internet, film, radio, televisi, surat kabar dan lainnya menjadi sarana yang penting dalam memenuhi kebutuhan dan infomasi baru sesuai yang diinginkan oleh masyarakat. Media massa merupakan sebuah alat bantu untuk memindahkan pesan dari pengirim pesan (komunikator) kepada penerima pesan (komunikan) (Nurudin, 2016:48). Media massa adalah sebuah bentuk dari komunikasi massa, misalnya surat kabar, radio, televisi, dan film. Media massa sebagai sarana komunikasi yang mulai berkembang pesat di tengah-tengah masyarakat.

Menurut Dennis McQuail (1996:13), film memiliki peran baru sebagai sarana yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, humor dan sajian lainnya. Film sebagai media hiburan yang sangat berpengaruh dibandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal ini dikarenakan kekuatan audio-visual dalam film yang dapat mempengaruhi emosi penonton seperti tertawa, marah, sedih bahkan menangis.

Sekarang ini film bisa digolongkan media massa periodik artinya, media massa yang terbit secara teratur (harian, mingguan, bulanan, tri wulan, catur wulan). Media massa periodik bisa dibedakan elektronik (televisi, radio), dan cetak (surat kabar, majalah, tabloid). Berdasarkan perkembangan teknologi komunikasi sekarang mencul media online yang memanfaatkan penyebarannya melalui internet (Nurudin, 2016:48).

2

Film merupakan penjelmaan keterpaduan antara berbagai unsur sastra, teater, seni rupa, teknologi, dan sarana publikasi (Baksin, 2003:2). Film yang memiliki peran sebagai sarana hiburan dengan berbagai unsur dan peristiwa yang dimiliki untuk di sajikan kepada penonton. Terkadang sebuah film dapat membuat penonton seolah-olah masuk ke dalam film tersebut terbawa perasaan yang sama dan juga peristiwa yang sama. Didukung dengan akting yang apik dari pemain yang menjadikan penonton semakin merasakan peristiwa yang ada di film tersebut. Selain itu juga didukungnya oleh skenario film yang diambil ide-ide naskahnya dari kisah nyata, peristiwa yang pernah dialami sendiri atau dari kisah kehidupan orang lain, juga dari sejarah yang pernah terjadi, atau hanya sebuah cerita fiksi yang mungkin bisa terwujud di suatu saat nanti. Karena ide cerita dari kisah nyata atau yang pernah terjadi inilah, yang membuat film memunculkan perasaan begitu mengenak dihati para penikmat film. Sesuai sudut pandang yang diangkat dalam sebuah produksi film tersebut. Dan juga karena film merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari kita dalam banyak hal.

Film kartun adalah film yang menghidupkan gambar-gambar yang telah dilukis. Terdapat tokoh dalam film kartun. Dalam pembuatan film kartun yang terpenting adalah seni lukis (Romli, 2016:99). Film memiliki kemajuan secara teknis, tetapi film tidak hanya mekanis saja. Ada jiwa dan nuansa didalamnnya yang dihidupkan oleh cerita dan skenario yang memikat. Sebuah film berurusan dengan gambaran, eksternal, visual dan audiotorial, serta konflik-konflik internal.

Ibarat sebuah bangunan, aksi dan gerakan menjadi batu utama bagi pondasi film

(Ibnu Setiawan, 2003:59).

3

Film sekarang ini merupakan sebagai media komunikasi, tak hanya itu film juga sebagai media hiburan masyarakat. Film kartun merupakan film yang audiencenya tertujukan kepada anak-anak, akan tetapi pada zaman sekarang ini film kartun semakin pesat kemajuannya. Film kartun tidak hanya dapat di nikmakti oleh anak-anak saja, Semua umur dapat menikmati film bergenre kartun ini. Penyajian film kartun sekarang ini yang sangat bagus dengan berbagai cerita dan hiburan di dalamnya. Tak hanya hiburan semata, film kartun sekarang ini banyak yang mengandung pesan yang disampaikan kepada penikmatnya.

Biasanya hanya film diluar genre film kartun yang mengangkat peristiwa yang terjadi di kalangan masyarakat. Akan tetapi, film kartun sekarang ini banyak cerita yang menyentil tentang kehidupan atau peristiwa yang nyata dengan mengkemas kembali peritiwa itu menjadi lebih ringan dan dapat di mengerti oleh anak-anak sesuai target awal audiencenya. Selain itu, film dapat menimbulkan pengaruh terhadap perilaku penikmatnya, tentu sesuai dengan pesan apa yang didapat dari film kartun yang mereka nikmati. Unsur-unsur yang sama dengan kehidupan sebenarnya itulah seakan-akan para penikmat film menganggap bahwa film yang mereka lihat adalah nyata dan dapat dirasakan sesuai dengan keadaan mereka saat itu. Artinya film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) di baliknya tanpa pernah berlaku sebaliknya

(Sobur, 2003:127).

Banyak film kartun yang memiliki karakter yang khas bertujuan untuk mendukung film tersebut agar dapat memudahkan diingat oleh para penikmatnya.

Pada tahun 1908 film kartun (berjudul Fantasmagorie) pertama kali

4

diperkenalkan oleh Emile Cold dari Prancis. Sekarang, pemutaran Film kartun banyak di dominasi oleh Amerika Serikat dengan tokoh-tokoh kartun Disney yang terkenal salah satunya Mickey Mouse (1928) dan Donald Duck (1934)

(Romli,2016:100).

Sebuah film pasti memiliki sebuah pesan yang akan disampaikan kepada penikmatnya. Karena itu para pembuat film sudah pasti merencanakan pesan apa yang harus didapat bagi penikmatnya setelah melihat filmnya, salah satunya mungkin unsur historial, budaya, sosial, politik, kisah inspirasi dan lainnya yang akan di sampaikan dalam filmnya. Pesan itulah yang menarik imajinasi para penikmatnya, walaupun terkadang pesan yang disampaikan tidak diterima seutuhnya sesuai keinginan para pembuat film. Menurut Melvin D.Defluer

(Sobur, 2003:128) tentang teori perbedaan individu menyatakan bahwa, manusia sangat bervariasi dalam organisasi psikologinya secara pribadi. Respon individu terhadap pesan yang di terima diubah oleh tatanan psikologinya. Jadi efek dari media massa itu menjadikan tidak seragam, tetapi menjadi beragam.

Terdapat tiga macam tema pesan yang sangat penting dalam film. Tema yang pertama adalah pemanfaatan tema film sebagai alat propaganda. Upaya membaurkan pengembangan pesan dengan hiburan memang sudah lama diterapkan dalam sastra dan drama. Tema yang kedua adalah unsur-unsur ideologi yang terselubung dan tersirat dalam banyak film hiburan umum. Sedangkan tema ketiga adalah pendidikan, di mana film memiliki kemampuan mengantarkan pesan secara unik (McQuail, 1996:14).

5

Dengan cerita yang unik dan menarik dari sebuah film dapat membuat pikiran dan perasaan penonton larut terbawa alur fim tersebut. Seringkali secara tidak sadar penonton menyamakan (mengidentifikasi) pribadi kita dengan salah satu pemeran film tersebut. Sehingga seolah-olah kitalah yang sedang berperan. Hal ini adalah salah satu contoh kuatnya pesan film dalam mempengaruhi kita secara psikologis (Effendy, 2002:192).

The Lorax karya Chris Renaud dan yang rilis pada tahun 2012 sempat mendapatkan perhatian para penikmat film. Sebuah film kartun yang mengisahkan karakter yang bernama Ted diam-diam menaruh hati pada Audrey, namun ia tak tahu cara mengungkapkannya. Ia pun mencari cara agar bisa selalu bertemu dengan Audrey. Suatu hari, ia bersandiwara dengan sengaja membuang barang miliknya ke dalam rumah Audrey. Saat Audrey keluar, ia sudah bisa menebak kalau Ted hanya ingin bertemu dengannya. Audrey dengan berani mengajak Ted masuk kedalam rumah dan mulai membicarakan keinginannya untuk memiliki sebuah rumah pohon di pohon yang asli. Maklum saja, karena Ted dan Audrey tinggal di komplek modern yang di kelilingi oleh tembok tinggi.

Semua perabotan tak ada yang asli, termasuk pohon-pohon yang diganti dengan pohon imitasi. Bagi Ted, keinginan Audrey merupakan satu tantangan yang harus diwujudkan. Dari neneknya, Ted akhirnya mengetahui bahwa di luar komplek ada pohon yang asli. Ted nekat keluar dari komplek agar bisa mendapatkan pohon yang asli tersebut demi mewujudkan keinginan Audrey.

Tak hanya menceritakan karakter Ted yang berusaha mendapatkan hati

Audrey, dalam film ini juga menceritakan bagaimana situasi pertama kalinya

6

pohon ditebang oleh tokoh yang bernama Once-ler sehingga membuat kemunculan secara ajaib tokoh yang menyebut dirinya sebagai penjaga hutan yaitu Lorax wakil dari pepohonan. Dan bagaimana proses pohon asli itu menghilang semuanya. Film ini menampilkan cerita yang unik, menghibur dan mudah dimengerti. Selain itu film ini menampilkan nuansa gambar dan tokoh- tokoh animasi lucu seperti ikan yang bisa hidup didarat, beruang serta penjaga hutannya yang dapat menarik perhatian anak-anak. Film ini bisa ditonton oleh anak-anak, orang dewasa serta orang tua.

Disinilah peneliti menentukannya sebagai objek penelitiannya. Karena ingin mengetahui pesan moral apa yang disajikan di dalam film ini. Dan dapat dilihat hubungannya dengan fenomena alam yang terjadi ditengah-tengah masyarakat, penebangan illegal yang tahun demi tahun semakin tinggi menjadikan permasalahan setiap negara. Guna mendapatkan sesuatu yang dapat dibuktikan secara ilmiah dari pesan yang diinginkan oleh pembuat film, peneliti menganalisis dengan metode analisis semiotika, yaitu studi tentang tanda-tanda (sign), fungsi tanda, dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang berarti sesuatu untuk orang lain. Studi semiotik tanda-tanda, penggunaan tanda dan segala sesuatu yang berkaitan dengan tanda. Dengan kata lain, ide semiotik (tanda, makna, denotatum dan interpretasi) dapat diterapkan untuk semua bidang kehidupan selama tidak ada prasyarat terpenuhi, yaitu ada artinnya diberikan ada makna dan interpretasi

(Christomy dan Lucky Yuwono, 2004:79).

Roland Barthes dalam teorinya mengembangkan semiotika menjadi dua tingkatan pertandaan, yaitu yang pertama denotasi, adalah tingkat pertandaan

7

yang menjelaskan hubungan penandaan dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Yang kedua konotasi, adalah adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penandaan dan petanda yang didalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti (Yusita

Kusumarini,2006).

Ketika sebuah film yang menggambarkan realita atau peristiwa yang sedang dialami di kehidupan masyarakat, akan diingat dengan baik secara visual, pasti akan mendapatkan apresiasi yang baik pula dari penikmatnya. Seperti film

The Lorax yang mampu merajai box office Amerika Serikat dan Kanada.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana pesan moral dari film kartun “The Lorax”?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pesan moral dari film kartun

“The Lorax”

8

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu komunikasi dan dapat menjadi referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian tentang pesan moral pada film dengan metode yang sama.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memberikan wawasan dalam mengkaji sebuah film. Selain itu juga memberikan masukan kepada para akademis agar dapat menambah bidang penelitian terutama dalam bidang perfilman, tentang pesan-pesan moral yang terdapat dalam sebuah film.

1.5 Kajian Pustaka

1.5.1 Komunikasi

Komunikasi adalah proses pengoperasian lambang-lambang yang mengandung arti (Phil. Astrid Susanto, 2010:213). Komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan dari individu satu ke individu lainnya yang dapat member tahu atau mengubah sikap, pendapat, perilaku baik secara langsung maupun tidak. Seseorang bisa dikatakan berkomunikasi jika ada pesan yang disebarkan ke pihak lain. Tentu saja, pesan itu harus bisa memahamkan orang lain atas pesan yang disebarkan. Jika pesan yang disebarkan tidak memahamkan berarti tidak terjadi komunikasi sebagaimana tujuan komunikasi yang berarti ada kegagalan komunikasi (Nurudin, 2016:8). 9

Ada beberapa definisi komunikasi menurut para ahli (Nurudin, 2016:37) :

1. Harold D. Laswell : Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu

proses yang menjelaskan Siapa? Mengatakan apa? Dengan saluran

apa? Kepada siapa? Efeknya apa? (Who? Says what? In which

channel? To whom? With what effect?)

2. William Albig : Komunikasi adalah proses pengoperasian

lambang yang berarti di antara individu-individu.

3. Bernard Barelson dan Garry A. Steiner : komunikasi adalah

proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan

sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar,

grafis, angka, dan sebagainya.

4. Colin Cherry : Komunikasi adalah penggunaan lambang-

lambang untuk mencapai kesamaan makna atau berbagai informasi

tentang satu objek atau kejadian.

5. Raymond S. Ross : Komunikasi adalah suatu proses menyortir,

memilih dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga

membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari

pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator.

Dari beberapa definisi para ahli menjelaskan bahwa, komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi yang disampaikan oleh komunikator kepada penerima pesan (komunikan) dengan merujuk penerima

10

pesan dapat memahami isi pesan dan memaknai setiap tanda atau lambang yang disampaikan. Sehingga jika dianalisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek, pertama isi pesan (the content of the message), kedua lambang (simbol).

Konkretnya isi pesan adalah pemikiran atau perasaan, lambang adalah bahasa

(Effendy, 2003).

1.5.2 Komunikasi Massa

Komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bitter

(Rakhmat, 1999), yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (massa communication is message communicated through a mass medium to e large number of people).

Maksudnya adalah komunikasi massa ditunjukkan kepada khlayak umum yang dapat berlangsung melalui berbagai macam media massa modern seperti siaran radio, televisi, surat kabar dan film.

Media massa modern yang disebutkan merupakan alat penyampai informasi yang sangat sesuai dengan peranan media massa modern saat ini yaitu mampu untuk melakukan proses komunikasi massa dan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi khalayak.

1.5.3 Film

Film adalah gambar hidup, hasil dari seonggok seluloid, yang diputar dengan mempergunakan proyektor dan ditembakkan ke layar, yang dipertunjukkan digedung bioskop (Gatot Prakoso, 1997:8). Film merupakan jenis dari komunikasi

11

visual, yang menggunakan gambar bergerak dan audio, suara untuk bercerita atau memberikan informasi pada khalayak. Masyarakat melihat film salah satunya sebagai jenis hiburan.

Menurut Gatot Prakoso (1997:8-9), film memiliki gerak itu sendiri. Gerak intermiten proyektor, gerak yang mekanismenya mengelabuhi mata manusia, memberikan kesan bergerak dari objek diam dalam seluloid. Perubahan gerak itu bisa berupa metamorfosis, dari suatu yang membentuk hasil final yang mungkin berupa interval panjang, yang akhirnya menjadi kesatuan yang utuh, antara perubahan bentuk pertama hingga akhir film akan menjadi sesuatu yang bermakna. Sedangkan isi dari film akan berkembang kalau sarat dengan pengertian-pengertian, atau simbol-simbol, dan berasosiasikan suatu pengertian serta mmpunyai konteks dengan lingkungan yang menerimanya. Film yang banyak mempergunakan simbol, tanda dan ikon akan menantang penerimanya untuk semakin berusaha mencerna makna dan hakikat dari film itu.

1.5.4 Flim Sebagai Media Komunikasi

Dalam komunikasi, film merupakan salah satu tatanan komunikasi yang juga termasuk dalam komunikasi massa. Menurut Effendy (1993:91) komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa modern yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditunjukan untuk umum, dan film yang ditunjukan untuk gedung-gedung bioskop.

Film adalah komunikasi massa yang ampuh, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Film sebagai salah satu media penyampai pesan dalam ilmu komunikasi, juga berperan sebagai alat propaganda atas sebuah

12

tujuan, yang pada akhirnya disadari atau tidak akan membawa pengaruh yang kuat terhadap pola pikir suatu masyarakat. Film sebagai media komunikasi merupakan suatu kombinasi antara usaha penyampaian pesan melalui gambar yang bergerak, pemanfaatan teknologi kamera, warna dan suara. Unsur-unsur tersebut dilatar belakangi oleh suatu pesan yang ingin disampaikan kepada khalayak film.

Sebagai salah satu bentuk media massa, film dinilai paling berpengaruh terhadap kejiwaan para penontonnya. Dengan demikian, karena film dipandang memiliki jangkauan, realita, pengaruh emosional, dan popularitas yang lebih.

1.5.5 Film Sebagai Media Massa

Film sebagai media massa yang merupakan sebuah bentuk seni selain bertujuan untuk dinikmati, juga merupakan media yang efektif untuk penyadaran terhadap masyarakat. Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial, hingga membuat para ahli sepakat bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi penontonnya. Sejak itu, merebahkan berbagai penelitian yang melihat dampak film terhadap masyarakat.

Film adalah media komunikasi seseorang atau sekelompok orang yang bermaksud menyampaikan pesan dan makna tertentu kepada para penonton melalui rangkaian gambar atau dasar skenario. (Budiono, 2004:21). Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan. Sobur dalam Semiotika Komunikasi berpendapat, Yang paling penting dalam film adalah gambar dan suara, kata yang diucapkan (ditambah

13

dengan suara-suara lain yang mengiringi gambar gambar) dan musik film

(2009:127-128).

1.5.6 Film Kartun

Film kartun adalah salah satu jenis film. Film Kartun adalah film yang menghidupkan gambar-gambar yang telah dilukis. Terdapat tokoh dalam film kartun. Dalam pembuatan film kartun yang terpenting adalah seni lukis. Pada tahun 1908 film kartun( berjudul Fantasmagorie) pertama kali diperkenalkan oleh

Emile Cold dari Prancis. Sekarang, pemutaran Film-film kartun banyak di dominasi oleh Amerika Serikat dengan tokoh-tokoh kartun Disney yang terkenal salah satunya Mickey Mouse (1928) dan Donald Duck (1934). (Romli,2016:100).

Kunci utama film kartun adalah rangkaian lukisan yang setiap detiknya diputar dalam proyektor film yang membuat lukisan-lukian itu menjadi hidup.

Film kartun berhubungan dengan animasi yang dibuat oleh seorang animator.

Terdapat tokoh dan alur cerita yang disampaikan. Dalam alur cerita film kartun, selalu terdapat tokoh yang membawa film tersebut, karakter yang khas yang menjadikan daya tarik penikmatnya. Selain itu desain dan juga alur cerita yang menarikpun menjadi salah satu dukungan sebuah film kartun. Alur dalam film kartun biasa merupakan cerita fiksi yang dibuat untuk menghibur para penikmatnya, karena memang film kartun adalah jenis film yang dijadikan salah satu media hiburan bagi masyarakat. Walaupun film kartun disajikan melalui alur cerita fiksi, tetap saja memiliki pesan atau makna yang ditujukan kepada penikmatnya.

14

Zaman sekarang ini banyak cerita kartun yang menampilkan alur cerita yang telah diolah menjadi cerita fiksi yang diambil dari ide atau peristiwa yang terjadi dikehidupan nyata. Menyampaikan cerita melalui pesan-pesan dalam film tersebut, yang ditampilkan secara unik dan menarik. Biasanya film kartun membawakan tema atau pesan sederhana yang ada dimasyarakat, bisa berupa pesan tentang persahabatan, individual, motivasi, pendidikan, permasalahan sekitar yang dikemas baik agar dapat dinikmatin semua kalangan. Karena film kartun merupakan film yang dapat di tonton mulai dari anak anak hingga dewasa, maka film kartun disajikan dengan begitu ringan agar mudah dimengerti oleh penikmatnya yang mulai dari anak-anak. Pesan tersebut dimaksudkan untuk bisa memperkenalkan, mendidik dan juga sebagai media belajar kepada anak-anak, karena anak-anak dimana masa-masa pertumbuhan, banyak hal yang harus diajarkan secara bertahap, diberi pengertian dengan cara yang baik agar mengerti sesuatu hal. Film kartun berfokus oleh animasi yang baik dan penciptaan tokoh yang dapat di terima baik oleh masyarakat, dan juga subjek (cerita,tema,pesan) yang ada didalam film tersebut.

1.5.7 Pesan Moral

1.5.7.1 Pesan

Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan non verbal mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi. Pesan itu menurut Onong

Effendy, adalah suatu komponen dalam proses komunikasi berupa panduan dari

15

pikiran dan perasaan seseorang dengan menggunakan lambang bahasa/lambang- lambang lainnya disampaikan kepada orang lain. (Effendy, 1989:224).

Pesan adalah setiap pemberitahuan, kata atau simbol komunikasi baik lisan maupun tertulis, yang dikirimkan dari satu orang ke orang lain. Agar pesan dapat diterima dari individu ke individu lain, proses pengiriman pesan memerlukan sebuah media perantara agar pesan yang dikirimkan oleh sumber (source) dapat diterima dengan baik oleh penerima (receiver). Dalam proses pengiriman tersebut, pesan harus dikemas sebaik mungkin untuk mengatasi gangguan yang muncul dalam transmisi pesan, agar tidak mengakibatkan perbedaan makna yang diterima oleh penerima. Penyampaian pesan dapat dilakukan melalui lisan, tatap muka, langsung atau melalui media tulisan. Isi pesan berupa anjuran atau masukan atau lainnya.

Bentuk pesan dapat dibedakan menjadi tiga macam, antara lain :

1. Pesan bersifat Informatif : Bersifat memberikan fakta-fakta

keterangan yang akan diambil kesimpulan dan keputusan oleh

komunikan sendiri.

2. Pesan bersifat Persuasif : Berisi bujukan yang membangkitkan

pengertian dan kesadaran manusia bahwa apa yang kita sampaikan

memberi pengaruh pada perubahan sikap, tetapi perubahan ini atas

kehendak dan kesadaran sendiri (tanpa dipaksakan).

16

3. Pesan bersifat Koersif : Penyampaian pesan yang bersifat

memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi bila tidak dilakukan.

Dengan penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin dan

ketakutan dari kalangan publik merupakan bentuk prnyampaian pesan

yang terkenal dari model ini. Koersif dapat berbentuk perintah,

instruksi dan lainnya.

1.5.7.2 Moral

Moral merupakan suatu hukum tingkah laku yang di terapkan kepada setiap manusia untuk dapat bersosialisasi dengan benar, agar terjalin rasa hormat dan menghormati. Selain itu juga merupakan sebuah adat kebiasaan. Menurut pengerian moral dalam kamus psikologi (Chaplin, 2006), Dituliskan bahwa moral mengacu pada akhlak yang sesuai dengan peraturan sosial, atau menyangkut hukum atau adat kebiasaan yang mengatur tingkah laku. Kata moral menjelaskan arti baik dan buruk. Menerangkan apa yang dilakukan oleh manusia kepada yang lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju dalam perbuatannya.

Moral bisa diartikan sebagai perilaku manusia untuk menilai benar dalam cara hidup mengenai apa yang baik dan apa yang buruk. Yaitu pengetahuan dan wawasan yang menyangkut perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti manusia yang beradab. Perilaku yang timbul dari hati bukan dengan adanya paksaan, disertai pula oleh tanggung jawas atas perilaku tersebut.

Moral juga merupakan perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai 17

dengan nilai positif yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Jika perilaku seseorang tidak sesuai dengan apa yang berlaku dimasyarakat disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata masyarakat. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia.

Bentuk kategori berdasarkan pesan moral dapat dibedakan tiga macam, antara lain :

1. Kategori hubungan manusia dengan Tuhan.

2. Kategori hubungan manusia dengan diri sendiri. Menjadi sub; ambisi,

harga diri, takut dan lainnya.

3. Kategori hubungan manusia dengan manusia lainnya dalam

lingkungan sosial, termasuk hubungannya dengan alam. Dapat dibagi

lagi menjadi sub kategori; pejuangan, kepedulian, persahabatan,

kesetiaan, pengkhianatan, permusuhan dan lainnya.

1.5.8 Semiotik

Semiotika adalah ilmu mempelajari tentang tanda. Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif. Keberadaanya, mampu menggantikan sesuatu yang lain, dapat dipikirkan atau dibayangkan.

Tanda tersebut merupakan perangkat yang dipakai dalam mencari suatu jalan

18

didunia, ditengah kehidupan manusia dan bersama manusia-manusia (Sobur,

2009:15).

Analisis semiotika merupakan cara untuk menganalisis memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang yang terdapat suatu paket lambang- lambang pesan atau teks. Teks yang dimaksud dalam hubungan ini adalah segala bentuk serta sistem lambang baik yang terdapat pada media massa(televisi, media cetak, film, radio, iklan) maupun yang terdapat pada media massa(karya lukis, patung, candi, fashion show, dan sebagainya). Dengan kata lain, pusat perhatian semiotika adalah pemaknaan terhadap lambang-lambang dalam teks (Pawito,

2007:15)

Semiotik bertujuan untuk mengetahui makna-makna yang terkandung dalam sebuah tanda atau menafsirkan makna tersebut sehingga diketahui bagaimana komunikator mengkonstruksi pesan. Konsep pemaknaan ini tidak terlepas dari perspektif atau nilai-nilai ideologis tertentu serta konsep kultural yang menjadi ranah pemikiran masyarakat di mana simbol tersebut diciptakan.

Kode kultural yang menjadi salah satu faktor konstruksi makna dalam sebuah simbol menjadi aspek yang penting untuk mengetahui konstruksi pesan dalam tanda tersebut. Konstruksi makna yang terbentuk inilah yang kemudian menjadi dasar terbentuknya ideologi dalam sebuah tanda. Sebagai salah satu kajian pemikiran dalam cultural studies, semiotik tentunya melihat bagaimana budaya menjadi landasan pemikiran dari pembentukan makna dalam suatu tanda.

Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. (Kriyantono, 2007 : 261). 19

Dalam perkembangannya, semiotika mempunyai dua tokoh sentral yang memiliki latar belakang berbeda yaitu Charles Sanders Pierce dan Ferdinand De

Saussure. Saussure berpandangan bahwa semiotika merupakan kajian yang mempelajari tentang tanda-tanda yang menjadi bagian dari kehidupan sosial.

Saussure memiliki latar belakang keilmuan linguistic. Ia memandang tanda sebagai suatu yang dapat dimaknai dengan melihat hubungan antara petanda dan penanda yang biasa disebut signifikasi. Dalam hal ini Saussure menegaskan bahwa dalam memaknai sebuah tanda perlu adanya kesepakatan sosial. Tanda- tanda tersebut berupa bunyi-bunyian dan gambar (Sobur,2006).

Sedangkan menurut semiotik Pierce terdiri dari tiga aspek penting sehingga sering disebut dengan segitiga makna atau triangle of meaning

(Littlejohn, 1998). Tiga aspek tersebut adalah :

1. Tanda

Dalam kajian semiotik, tanda merupakan konsep utama yang dijadikan sebagai bahan analisis di mana di dalam tanda terdapat makna sebagai bentuk interpretasi pesan yang dimaksud. Secara sederhana, tanda cenderung berbentuk visual atau fisik yang ditangkap oleh manusia.

2. Acuan tanda atau objek

Objek merupakan konteks sosial yang dalam implementasinya dijadikan sebagai aspek pemaknaan atau yang dirujuk oleh tanda tersebut.

20

3. Pengguna Tanda

Konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. (Kriyantono, 2007 : 263).

Dalam pengertian semiotik, yang termasuk tanda adalah kata-kata, citra, suara, bahasa tubuh, dan juga objek. Tanda terdapat dimana-mana dan dapat ditemukan dimana saja. Misalnya sebuah rambu lalu lintas ”tikungan tajam” yang terletak dipinggir jalan. Rambu tersebut untuk memberitahukan bahwa sebuah tikungan yang harus dilewati secara hati-hati. Rambu tersebut sebuah tanda yang ditempatkan sesuai fungsinya.

Kata adalah tanda, demikian pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera dan sebagainya. Oleh karena itu, segala sesuati bisa menjadi sebuah tanda, misalnya struktur karya sastra, struktur film, orang, bangunan, atau nyanyian burung dapat dianggap sebagai tanda. Pierce yang adalah ahli filsafat Amerika

Serikat menegaskan bahwa kita hanya dapat berfikir dengan sarana tanda. Berarti sudah pasti bahwa tanpa tanda kita tidak dapat berkomunikasi

Tanda adalah kode, kode ini merupakan beberapa jenis dari hal yang pernah dilihat, dibaca, dan dilakukan. Kebudayaan merupakan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dalam sebuah kelompok masyarakat karena telah diterapkan secara turun menurun

21

1.5.9 Semiotika Roland Barthes

Semiotik berusaha menggali hakikat sistem tanda yang beranjak keluar kaidah tata bahasa dan sintaksis yang mengatur arti teks yang rumit, tersembunyi dan bergantung pada kebudayaan. Hal ini kemudian menimbulkan perhatian pada makna tambahan (connotative) dan arti penunjukkan (denotative) (Sobur,

2004:126)

Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya.

Berdasarkan semiotika yang dikembangkan Saussure, Barthes mengembangkan dua sistem penanda bertingkat, yang disebutnya sistem denotatif dan sistem konotatif. Sistem denotatif adalah sistem pertandaan tingkat pertama, yang terdiri dari rantai penanda dan petanda, yakni hubungan materialitas penanda atau konsep abstrak di baliknya. Pada sistem konotatif atau sistem penandaan tingkat kedua rantai penanda atau petanda pada sistem denotasi menjadi penanda, dan seterusnya berkaitan dengan petanda yang lain pada rantai pertandaan lebih tinggi.

Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “two order of signification”, mencakup denotatif (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotatif (makna

22

ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). Di sinilah titik perbedaan Saussure dan Barthe,s meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified yang diusung Saussure. (Sobur, 2003:263).

Ada langkah model semiotik Roland Barthes sebagai berikut :

Table 1.1

Peta Tanda Roland Barthes

Sumber Paul Cobley & Litza Jansz 1999, dalam (Sobur, 2003:69)

Dari peta Barthes tersebut terlihat bahwa tanda denotatif(3) terdiri atas petanda(1) dan petanda (2). Akan tetapi pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga petanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material: hanya jika anda mengenal tanda “singa”, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan dan keberanian menjadi mungkin (Sobur,2004:69). Dalam konsep

Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya.

23

1.5.9.1 Denotatif dan Konotatif

Dalam semiologi, makna denotatif dan konotatif memegang peranan penting jika dibandingkan peranannya dalam ilmu linguistik. Makna denotatif bersifat langsung, yaitu makna khusus yang terdapat dalam suatu tanda, dan pada intinya dapat disebut juga sebagai gambaran sebuah petanda. Dalam pengertian umum, makna denotatif adalah makna yang sebenarnya. Denotatif ini biasanya mengacu pada penggunaan bahasa dengan arti yang sesuai dengan makna apa yang terucap.

Sedangkan makna konotatif, akan sedikit berbeda dan akan dihubungkan dengan kebudayaan yang tersirat dalam pembungkusnya, tentang makna yang terkandung di dalamnya. Konotatif digunakan Barthes untuk menjelaskan salah satu dari tiga cara kerja tanda dalam tataran pertanda kedua. Konotatif memberikan gambaran interaksi yang berlangsung apabila tanda bertemu dengan emosi pengguna dan nilai-nilai kulturalnya. Bagi Barthes, faktor penting pada konotatif adalah penanda dalam tataran pertama. Penanda tataran pertama adalah konotatif. Konotatif bekerja pada level subjektif, oleh karena itu manusia seringkali tidak menyadarinya.

24

Gambar 1.1

Skema Signifikasi Dua Tahap Roland Barthes

Sumber: Alex Sobur, 2004:127

Berdasarkan gambar di atas Barthes, seperti yang dikutip (Fiske dalam

Sobur, 2009: 128) menjelaskan signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified didalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal.

Barthes menyebutnya sebagai denotatif yaitu makna paling nyata dari tanda.

Konotatif adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan perasaaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaan. Konotasi mempunyai makna yang subjektif atau paling tidak intersubjektif. Pemilihan kata-kata kadang merupakan pilihan terhadap konotasi, misal kata “penyuapan” dengan “memberi uang pelicin”.

Dengan kata lain denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek, sedangkan konotasi adalah bagaimana menggambarkannya (Sobur,

2009:128).

25

1.5.9.2 Mitos

Cara kedua dari tiga cara Barthes mengenai bekerjanya tanda dalam tataran kedua adalah melalui mitos. Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Secara teknis,

Barthes menyebutkan bahwa mitos merupakan urutan kedua dari sistem semiologi dimana tanda-tanda dalam urutan pertama pada sistem itu (yaitu kombinasi antara penanda dan petanda) menjadi penanda dalam sistem kedua.

Jadi, makna konotatif dari beberapa tanda akan menjadi semacam mitos atau mitos petunjuk (dan menekan makna-makna). Sehingga makna konotatif dalam banyak hal merupakan sebuah perwujudan yang sangat berpengaruh. Konotatif dan mitos merupakan cara pokok tanda-tanda berfungsi dalam tataran kedua petandaan, yakni tatanan tempat berlangsungnya interaksi antara tanda dan pengguna atau budayanya yang sangat aktif.

Mitos berubah dan beberapa diantaranya dapat berubah dengan cepat guna memenuhi kebutuhan perubahan dan nilai-nilai kultural dimana mitos itu sendiri menjadi bagian dari kebudayaan tersebut. Oleh karena itu penggunaan mitos di sini tidaklah menunjuk pada mitologi dalam pengertian sehari-hari, seperti halnya cerita-cerita tradisioanal, melainkan sebuah cara pemaknaan. Pada dasarnya semua hal bisa menjadi mitos. Satu mitos timbul untuk sementara waktu dan tenggelam untuk waktu yang lain karena digantikan oleh berbagai mitos lain.

Mitos menjadi pegangan atas tanda-tanda yang hadir dan menciptakan fungsinya sebagai penanda pada tingkatan yang lain. Mitos oleh karenanya 26

bukanlah tanda yang tidak berdosa, netral, melainkan menjadi penanda untuk memainkan pesan-pesan tertentu yang boleh jadi berbeda sama sekali dengan makna asalnya. Dengan demikian, kandungan makna mitologis tidaklah dinilai sebagai sesuatu yang salah („mitos‟ diperlawankan dengan „kebenaran‟).

Cukuplah dikatakan bahwa praktik penandaan seringkali memproduksi mitos.

Produksi mitos dalam teks membantu pembaca untuk menggambarkan situasi sosial budaya, mungkin juga politik yang ada disekelilingnya. Bagaimanapun mitos juga mempunyai dimensi tambahan yang disebut naturalisasi. Melaluinya sistem makna menjadi masuk akal dan diterima apa adanya pada suatu masa, mungkin tidak untuk masa yang lain.

27

1.6 Kerangka Berfikir

Film Kartun “The Lorax”

Semiotika

Semiotika Roland Barthes

Denotasi Konotasi Mitos

Analisis

Pesan Moral Film Kartun “The Lorax”

Gambar 1.2

Kerangka Berfikir

28

1.7 Metodelogi Penelitian

1.7.1 Metode Penelitian

Metode Penelitian ini merupakan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini merupakan penelitian yang berusaha untuk memberikan penjelasan tentang pesan moral yang terdapat di film kartun “The Lorax”.

1.7.2 Objek Penelitian

Film yang akan digunakan dalam objek penelitian kali ini adalah sebuah film bergenre kartun/animasi berjudul “The Lorax” yang rilis pada tahun 2012,

Karya dari sutradara Chris Renaud dan Kyle Balda. Film yang berdurasi 86 menit.

Pengamatan dilakukan oleh peneliti di beberapa potongan scene yang dirasa penting dan menunjukan pesan moral.

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi.

Dokumentasi berupa VCD (Video compact disk) film The Lorax. Mengambil beberapa potongan scene yang dianggap memuat pesan moral. Dokumen merupakan catatan atau karya seseorang tentang sesuatu yang sudah berlalu.

Dokumen tentang orang atau sekelompok orang, peristiwa atau kejadian dalam situasi sosial yang sesuai dan terkait dengan fokus penelitian adalah sumber informasi yang sangat berguna dalam penelitian kualitatif (Yusuf, 2013:391).

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah 29

kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan dan kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa, lukisan dan lainnya.

Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni yang dapat berupa gambar, patung, Film, dan lainnya (Sugiyono, 2014:82).

1.7.4 Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan deskriptif kualitatif, dengan tahapan dan pembuatan kategori, pengurutan dan pemilahan data. Maka setelah data terkumpul, kemudian dianalisis dan diinterprestasikan pada bagian akhir dan diberi makna. Menyederhanakan data yang diperoleh ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan dipahami yang pada hakekatnya merupakan upaya peneliti untuk mencari jawaban atas permasalahan yang telah dirumuskan.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis semiotika Roland Barthes. Dalam buku Sobur “Analisis Teks Media”,

Barthes membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis makna dari tanda- tandaa. Fokus perhatian Barthes lebih tertuju kepada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of signification). Pada tahap pertama Barthes menyebut sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi, yaitu istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya. Dengan kata lain, denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek, sedangkan konotasi adalah bagaimana menggambarkannya (Fiske, 1990:88). Semiotika atau 30

dalam istilah Barthes, semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan(humanity) memaknai hal-hal(things). Memaknai dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate).

31

BAB II

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

2.1 Film Kartun

Film kartun adalah salah satu jenis film. Film Kartun adalah film yang menghidupkan gambar-gambar yang telah dilukis. Terdapat tokoh dalam film kartun.

Dalam pembuatan film kartun yang terpenting adalah seni lukis. Kunci utama film kartun adalah rangkaian lukisan yang setiap detiknya diputar dalam proyektor film yang membuat lukisan-lukian itu menjadi hidup. Film kartun berhubungan dengan animasi yang dibuat oleh seorang animator. Terdapat tokoh dan alur cerita yang disampaikan. Dalam alur cerita film kartun, selalu terdapat tokoh yang membawa film tersebut, karakter yang khas yang menjadikan daya tarik penikmatnya.

Selain itu desain dan juga alur cerita yang menarikpun menjadi salah satu dukungan sebuah film kartun. Alur dalam film kartun biasa merupakan cerita fiksi yang dibuat untuk menghibur para penikmatnya, karena memang film kartun adalah jenis film yang dijadikan salah satu media hiburan bagi masyarakat. Walaupun film kartun disajikan melalui alur cerita fiksi, tetap saja memiliki pesan atau makna yang ditujukan kepada penikmatnya. Film kartun berfokus oleh animasi yang baik dan penciptaan tokoh yang dapat di terima baik oleh masyarakat, dan juga subjek

(cerita,tema,pesan) yang ada didalam film tersebut.

32

2.2 Profil Film The Lorax

Gambar 2.1

Cover Film The Lorax

- Sutradara : Chris Renaud dan Kyle Balda.

- Produser : Chris Meledandri dan Janet Healy.

- Skenario : Ken Daurio dan Cinco Paul.

- Berdasarkan : The Lorax oleh buku Dr. Seuss.

- Pengisi Suara : 1. The Lorax : Danny Devito.

2. The Once-ler : Ed Helms. 33

3. Ted : Zac Efron.

4. Audrey : Taylor Swift.

5. Grammy : Betty White.

6. Ted Mom : Jenny Slate.

7. O’Hare : Rob Riggle.

8. Once-ler Mom : Nasim Pedrad

- Music : John Powell.

- Film Editing : Claire Dodgson, Steven Liu, dan Ken

Schretzmann.

- Production Design :

- Art Direction : Eric Guillon

- Perusahaan Produksi : Entertainment

- Distributor : Universal Pictures

- Tanggal rilis : 2 Maret 2012.

- Durasi : 86 menit.

- Negara : Amerika Serikat

34

- Bahasa : Inggris

2.3 Sinopsis Film The Lorax

Cerita dalam film The Lorax karya Chris Renaud dan Kyle Balda yang rilis pada tahun 2012 , berawalan mengisahkan sebuah Thneedville, merupakan sebuah kota modern yang di kelilingi oleh tembok tinggi dan semua perabotan tak ada yang asli, termasuk pohon-pohon yang diganti dengan pohon imitasi karena tak ada pohon asli satupun yang hidup ditengah-tengah mereka. Terdapat karakter yang bernama

Ted diam-diam menaruh hati pada Audrey, namun ia tak tahu cara mengungkapkannya. Ia pun mencari cara agar bisa selalu bertemu dengan Audrey.

Suatu hari, ia bersandiwara dengan sengaja membuang barang miliknya ke dalam rumah Audrey. Saat Audrey keluar, ia sudah bisa menebak kalau Ted hanya ingin bertemu dengannya. Audrey dengan berani mengajak Ted masuk kedalam rumah dan mulai membicarakan keinginannya untuk memiliki sebuah rumah pohon di pohon yang asli. Maklum saja, karena Ted dan Audrey tinggal di komplek modern tersebut.

Bagi Ted, keinginan Audrey merupakan satu tantangan yang harus diwujudkan. Dari neneknya, Ted akhirnya mengetahui bahwa di luar komplek ada pohon yang asli. Ted nekat keluar dari komplek agar bisa mendapatkan pohon yang asli tersebut demi mewujudkan keinginan Audrey.

Dalam perjalanan Ted mencari pohon asli yang diinginkan Audrey, Ted dipertemukan oleh Once-ler yang kemudian menceritakan bagaimana situasi pertama

35

kalinya pohon ditebang, ia bercerita pertama kali ia menebang pohon untuk mewujudkan keinginannya membuat produk revolusioner ciptaannya yang disebut

Thneed. Lalu ia menemukan sebuah tempat yang terdapat begitu banyak Pohon

Trufulla, disinilah ia pertama kalinya menebang satu pohon yang ia butuhkan untuk menjadi bahan dari Thneed. Dalam cerita ini. Thneed adalah produk serbaguna yang mempunyai banyak kegunaan, mulai dapat dijadikan sebagai baju renang, lalu sebagai alat pembersih karena terbuat dari microfiber yang dapat menyerap air, dan dapat di gunakan sebagai topi, syal dan lainnya. Setelah Once-ler melakukan penebangannya yang pertama terjadi secara ajaib kemunculan tokoh yang menyebut dirinya sebagai penjaga hutan yaitu Lorax wakil dari pepohonan.

Mengetahui yang dilakukan oleh Once-ler, The Lorax memintanya untuk pergi dari tempat itu saat itu juga, tapi dihiraukan oleh Once-ler. Akhirnya, The Lorax bersama penghuni hutan lainnya yang merasa kehadiran Once-ler mengancam kehidupan mereka yang hidup membutuhkan pohon trufulla akhirnya melakukan segala cara untuk membuatnya pergi dari hutan tersebut, salah satu caranya yaitu menghanyutkan kasur Once-ler saat ia tertidur di atasnya. Sayang sekali cara tersebut gagal karena, ada beruang kecil yang ikut hanyut bersamanya, merekapun memutuskan untuk menyelamatkan Once-ler dan juga beruang kecil tersebut. Dengan kejadian tersebut Once-ler marah dan akan melakukan penebangan terus-menerus, akan tetapi setelah The lorax mengatakan semua hal yang mereka khawatirkan, akhirnya Once-ler mau mengerti dan berjanji tidak akan menebang pohon lagi.

36

Setelah berjuang untuk keluar dari kota untuk menemui Once-ler, karena Ted sempat di peringati oleh O’Hare tokoh yang mempunyai perusahaan yang menjual udara segar. Ia memanfaatkan dari keadaan yang memang pada film tersebut yang penuh asap dan kabut. Merasa perusahaan terancam jika Ted mengetahui tentang pohon yang memberikan udara segar secara gratis O’Hare mencegah usaha Ted untuk mengetahui bahkan menemukan pohon asli untuk kembali di tanam.

Setelah pada saat Once-ler mulai menyerah pada penjualan Thneed yang kurang beruntung, disitulah keberuntungan terjadi, produk yang dibuang tanpa sengaja di temukan wanita dan menyukainya menganggap produk tersebut keren dan layak untuk dijadikan sebagai produk keseharian mereka karena merupakan produk yang serbaguna. Karena secara mendadak produknya disukai dan mendapat banyak pesanan, akhirnya Once-ler memutuskan memanggil ibunya dan semua saudara untuk membantunya dalam membuat Thneed dan sekaligus perusahaannya. Setelah kedatangan ibu dan saudara lainnya membuat Once-ler semakin ambisius untuk membesarkan perusahaan dengan rencananya. Hingga suatu saat dimana mendapatkan sedikit masalah dalam mengumpulkan bahan dari pohon trufulla dengan cara memanennya itu menghambat produksi mereka yang mempunyai sangat banyak pemesanan. Akhirnya sang ibu menyarankan jika untuk menebang beberapa pohon itu, Once-ler sempat tidak mau melakukannya karena ia ingat akan janjinya kepada The Lorax dan penghuni hutan lainnya. Akan tetapi setelah mendapat paksaan yang terus menerus dari sang ibu, akhirnya mengabaikan janjinya itu dan menebang

37

kembali pohon trufulla. The Lorax yang menanyakan bagaimana dengan janjinya selama ini dan memberi tahu ada cara lain agar tidak menebang pohon, tapi dihiraukan semua yang dikatakan oleh Once-ler. Hutan yang indah perlahan, satu per satu pohon trufulla ditebang oleh mereka demi sebuah produk, tanpa memikirkan apa yang akan terjadi. Dengan angkuhnya ia meneruskan penebangan dan semakin menjadi-jadi, semua usaha yang dilakukan The Lorax untuk menghentikannya tampak sia-sia, karena satupun tak dihiraukan oleh Once-ler. Pohon trufulla semakin menipis, dan mulailah dengan masalah baru yaitu pencemaran udara dari cerobong asap perusahaan Once-ler, belum lagi limbah produksi yang terus-menerus dibuangnya ke sungai.

Akhirnya sampai pada saatnya ada hal yang menyadarkan Once-ler yaitu pohon terakhir yang ia tebang. Baru saja ia menyadari bawah semua pohon trufulla dihutan tersebut sudah habis ia tebang demi membuat produknya tersebut. Tidak adanya lagi bahan untuk membuat Thneed barulah Once-ler tersadarkan, apa yang dia lakukan menyebabkan dampak yang begitu besar. Tidak hanya menyebabkan masalah lingkungan, tapi juga ia ditinggalkan oleh The Lorax, teman-teman penghuni hutan dan bahkan ibu dan saudaranya, tanpa mengucapkan apapun mereka pergi meninggalkan Once-ler sendiri. Semua kerusakan yang terjadi itu sebabnya, sampai pada akhirnya baru saja menyesali atas berbuatannya tersebut.

Ted yang mendengarkan akhir cerita Once-ler juga merasakan apa yang diperbuatnya telah melewati batas, sampai pada akhirnya memberikan benih terakhir 38

pohon trufulla, dan meminta Ted untuk menanamnya di tengah kota agar bisa dilihat semua orang, untuk merubah cara pandang mereka dan mulai untuk menaman kembali pohon asli. Usaha Ted sempat akan terhenti oleh O’Hare yang berusaha merebut benih tersebut. Akan tetapi dengan keyakinan Ted, Audrey dan nenek Ted.

Mereka bisa meyakinan orang-orang dan berhasil menanam benih pohon trufulla yang terakhir di tengah kota.

39

BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisis dan Pembahasan

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menganalisis beberapa scene yang telah di tentukan melalui pengumpulan data secara dokumentasi VCD (Video compact disk) film The Lorax, yang diduga mengandung pesan moral. Kemudian teks yang ada dalam film tersebut di analisis untuk mengetahui pesan moral.

Analisis didasarkan pada landasan teori semiotika Roland Barthes dengan mengungkap makna denotasi, konotasi dan mitos yang ada pada film The Lorax.

A. Adegan pertama

Potongan scene Interpertasi simbolik

Audrey sedang berbicara di depan

banyak orang. “Karena pepohonan

menghasilkan udara segar”.

Scene pertama

40

Ted melanjutkan pembicaraan Audrey

didepan banyak orang. “Gratis !”.

Scene kedua

Audrey berbicara dengan mimik kesal

“Ini bukan kebohongan ! itu sebuah

fotosintesis”.

Scene ketiga

a. Denotasi

Pada adegan ini tampak Ted dan Audrey sedang berbicara didepan semua orang, memberikan penjelasan kepada mereka.

Pada potongan scene pertama Audrey berbicara : “Karena pepohonan menghasilkan udara segar”.

Pada potangan scene kedua Ted berbicara melanjutkan perkataan Audrey :

“Gratis !”.

Pada potongan scene ketiga Audrey dengan berbicara : “Ini bukan kebohongan ! itu sebuah fotosintesis”. 41

b. Konotasi

Makna tersirat pada adegan ini adalah bagaimana sebuah fakta harus di jelaskan dan dibenarkan jika masyarakat salah dalam memahaminya.

Terlihat pada potongan scene dan teks pertama Audrey terlihat sedang memberi penjelasan kepada semua orang tentang fakta alami yang dimiliki pohon dengan mengatakan “Karena pepohonan menghasilkan udara segar”. Dengan intonasi suara yang rendah, lembut dalam berbicara bertujuan agar dapat dipahami mereka.

Walaupun dengan suara yang lembut akan tetapi mimik wajah yang mengekspresikan sedang berbicara serius. Gerakan nonverbal mengangkat kedua tangan menunjukkan gerakan untuk menguatkan apa yang dibicarakannya.

Pada potongan scene dan teks kedua Ted terlihat melanjutkan pembicaraan dengan berkata “Gratis!” itu diucapkan dengan intonasi yang menekan, di barengi juga adanya tanda baca (!) yang mengartikan Ted berusaha meyakinkan memang jika adanya pohon yang tumbuh akan memberikan udara secara gratis. Gerakan melirikkan mata dan membuka tangan ke audience bertujuan untuk melihat sekeliling berusaha lebih meyakinkan mereka.

Pada potongan scene dan teks ketiga dilihat dari ekspresi wajah, menaikan alis, mata yang terbuka, membuka mulut dengan lebar dan juga intonasi yang menekan

Audrey membalas pernyataan O’Hare dengan tegas jika yang dikatanya tidak benar.

Pada apa yang diucapkan Audrey “ini bukan kebohongan !” menyangkal semua

42

pernyataan tokoh O’Hare. Lalu pada ucapannya “itu sebuah fotosintesis.”

Memberikan penjelasan yang sebenarnya, jika sebuah pohon melakukan proses fotosintesis untuk bisa menghasilkan udara segar secara gratis. Audrey berkata seperti itu terlihat mempunyai tujuan agar orang-orang disana tidak terpengaruh oleh pernyataan yang diucapkan O’Hare.

c. Mitos

Bagi mereka yang sudah mengetahui sebuah fakta, terkadang memilih untuk tidak peduli dan berpura-pura tidak mengetahuinya demi mewujudkan kepentingannya mereka sendiri.

Digambarkan dengan adegan O’Hare yang mengetahui bagaimana proses fotosintesis yang menghasilkan udara segar secara gratis, akan tetapi ia menyangkalnya demi kepentingan sendiri dalam menjalankan terus perusahaannya yang menjual udara segar kepada semua orang di Thneedville.

B. Adegan kedua

Potongan scene Interpertasi simbolik

Tampak Ted yang sedang memulai

pembicaraan “Aku bicara atas nama

pohon”.

43

Scene pertama

“Dan kenyataannya, semuanya terasa

tidaklah sempurna di Thneedville”.

Scene kedua

Semua orang mendengarkan dan

melihat Ted saat berbicara “Dan

keadaan ini hanya akan menjadi

semakin memburuk”. Scene ketiga

“Kecuali kita melakukan sesuatu

terhadap itu”.

Scene keempat

“Setidaknya kita mengubah kebiasaan

kita”.

44

Scene kelima

Ted telihat menunjukkan benih terakhir

pohon trufulla dan berkata “Dan kita

bisa memulainya dengan menanam ini

!”. Scene keenam

a. Denotasi

Pada adegan ini terlihat Ted sedang berbicara dihadapan semua orang. Disini Ted menjelaskan kepada semua orang tentang situasi yang dimiliki oleh Thneedville tidaklah sempurna dan menunjukkan benih terakhir pohon trufulla

Ted berbicara pada scene pertama “Aku bicara atas nama pohon”.

Ted berbicara pada scene kedua “Dan kenyataannya, semuanya terasa tidaklah sempurna di Thneedville”.

Ted berbicara pada scene ketiga “Dan keadaan ini hanya akan menjadi semakin memburuk”.

Ted berbicara pada scene keempat “Kecuali kita melakukan sesuatu terhadap itu”.

45

Ted berbicara pada scene kelima “Setidaknya kita mengubah kebiasaan kita”.

Ted berbicara pada scene keenam “Dan kita bisa memulainya dengan menanam ini !”.

b. Konotasi

Makna yang terdapat pada adegan ini adalah perlu adanya sebuah keyakinan dan perjuangan lebih dalam melakukan sebuah perubahan besar terhadap kebiasaan yang sudah lama berjalan ditengah-tengah masyarakat demi tercapainya sebuah perubahan yang lebih baik.

Terlihat pada potongan scene dan teks pertama Ted sedang berdiri di depan semua orang dan memulai pembicaraan. Mimik wajah yang memperlihatkan sedikit mengkerutkan alis, bola mata melihat kebawa dan menutup mulutnya lalu bagian ujung kiri terlihat sedikit turun. Menunjukkan Ted berusaha untuk berfikir, mencari dan menata perkataannya untuk memulai pembicaraanya di depan umum. Dalam kalimat “Aku bicara atas nama pohon.” pada saat itu Ted memposisikan dirinya sebagai The Lorax sang penjaga hutan dan wakil dari pepohonan dalam film tersebut.

Pada potongan scene dan teks kedua Ted dengan ekspresi wajah yang sama seperti sebelumnya, mengkerutkan alis, bola mata melihat kebawa dan menutup mulutnya lalu bagian ujung kiri terlihat sedikit turun. Berhubungan dengan perkataan yang Ted ucapkan “Dan kenyataannya, semuanya terasa tidaklah sempurna di

46

Thneedville”. Menunjukkan ekspresi ada kesedihan, mengingat keadaan Thneedville yang merupakan kota modern akan tetapi sebenarnya tidaklah sempurna.

Pada potongan scene dan teks ketiga memperlihatkan berbagai ekspresi wajah yang terlihat membuka mata dan melihat kearah atas, dimana Ted berdiri didepan mereka dan sedang berbicara. Ekspresi wajah membuka mata, seperti lebar ini mengkonotasikan mereka mulai mencerna apa yang dikatakan oleh Ted. Pada perkataan “Dan keadaan ini hanya akan menjadi semakin memburuk”. Ted memberi penjelasan, jika sesuatu yang mereka lakukan di biarkan terus menerus akan membuat keadaan semakin memburuk di lingkungan mereka.

Pada potongan scene dan teks keempat masih memperlihatkan berbagai ekspresi wajah yang sama dan Ted mengatakan “Kecuali kita melakukan sesuatu terhadap itu”. Terlihat Ted membandingkan keadaan nantinya, yang akan jauh lebih baik jika kita berbuat sesuatu pada masalah tersebut.

Pada potongan scene dan teks kelima terlihat Ted berbicara dengan membuka mulutnya lebar, membuka tangannya. Dan berkata “Setidaknya kita mengubah kebiasaan kita”. Menggambarkan Ted berjuang merangkul dan mengajak semua orang untuk mau melakukan perubahan pada kebiasaan buruk mereka.

Pada potongan scene dan teks keenam Ted memperlihatkan benih terakhir pohon trufulla pada semua orang. Dengan mimik wajah sedikit menaikan alis, bola mata tertuju pada benih, juga gigi atas dan bawah saling mengigit, mengkonotasikan apa

47

yang dibicarakannya itu sangat meyakinkan. Dengan intonasi yang menekan saat mengatakan “Dan kita bisa memulainya dengan menanam ini !” terlihat adanya semangat dan mengajak semua orang yang mendengarkan untuk menanam kembali atau reboisasi dan berjuang bersama untuk merubah keadaan menjadi lebih baik.

c. Mitos

Mitos pada umumnya dalam melakukan sebuah perubahan pada kebiasaan masyarakat yang sudah terjadi lama akan susah dalam melakukannya, pasti ada banyak hambatan yang akan datang dikarenakan masyarakat sudah terbiasa akan hal tersebut.

Digambarkan pada adegan Ted sangat berjuang meyakinan dan menyadarkan semua orang untuk melakukan sebuah perubahan terhadap kebiasaan buruk mereka lebih peduli dengan sekitar dan mengajak untuk merubah kebiasaan mereka menjadi semakin lebih baik kedepannya. Dengan memulai hal kecil yaitu menanam kembali sebuah pohon di Thneedville.

48

C. Adegan ketiga

Potongan scene Interpertasi simbolik

Ibu Ted mulai bernyanyi. “Kalian tidak

dapat menuai apa yang tidak kalian

tanam”.

Scene pertama

Orang-orang mendengarkan dan melihat

apa yang terjadi “Tanamlah benih itu di

bumi”.

Scene kedua

Orang-orang sedang melihat apa yang

terjadi “Hanya itu satu-satunya cara

mengetahui gunanya”.

Scene ketiga

49

Ibu Ted masih bernyanyi sendiri “Mari

kita rayakan lahirnya dunia baru”.

Scene keempat

a. Denotasi

Pada adegan ini ibu Ted mulai menyanyian sebuah lagu dengan nada lagu yang riang. Nyanyian ini menunjukkan ibu Ted setuju dengan adanya pohon yang kembali tumbuh di bumi.

Teks pada scene pertama “Kalian tidak dapat menuai apa yang tidak kalian tanam”.

Teks pada scene kedua “Tanamlah benih itu di bumi”.

Teks pada scene ketiga “Hanya itu satu-satunya cara mengetahui gunanya”.

Teks pada scene keempat “Mari kita rayakan lahirnya dunia baru”.

50

b. Konotasi

Makna yang tersirat dalam adegan ini adalah bagaimana seorang ibu setuju dan berjuang bersama anaknya untuk meyakinkan dan mengajak semua orang menanam kembali untuk mengetahui manfaat sebenarnya dari pohon.

Pada scene pertama terlihat ibu Ted bernyanyi sambil menggerakan tangannya kearah depan. Dan juga ekspresi menaikan alis, sedikit tersenyum saat membuka mulut, dan berkata “Kalian tidak dapat menuai apa yang tidak kalian tanam”.

Jika kita tidak memulai menanam kembali, kita tidak akan mengetahui apa yang bisa didapatkan dari tanaman tersebut. Jika menanam pohon trufulla itu menghasilan udara segar untuk mereka semua.

Pada scene kedua memperlihatkan orang-orang mencari tahu apa yang trjadi, dengan melihat kebawah kearah ibu Ted yang sedang bernyanyi. Pada teks

“Tanamlah benih itu di bumi”. Menunjukkan ajakan untuk kembali melakukan reboisasi atau penanaman kembali pepohonan di bumi.

Pada scene ketiga terlihat orang-orang memperhatikan nyanyian ibu Ted. Pada teks “Hanya itu satu-satunya cara mengetahui gunanya”. Menjelaskan bahwa mereka hanya memiliki satu cara untuk mengetehaui kegunaan dari pohon trufulla yang menyediakan udara segar dengan cara menanamnya. Jika mereka tidak menanam, mereka tidak akan mengetahui kegunaan alami dari pohon.

51

Pada scene keempat terlihat ibu Ted membuka lebar tangannya. Dengan mengatakan “Mari kita rayakan”. Mengkonotasikan ajakan ibu Ted untuk semua ikut merayakan bersama. Dan pada teks “lahirnya dunia baru”. Menggambarkan dunia baru mereka yang menjadi lebih baik dengan perubahan besar yang mereka lakukan bersama yaitu menanam kembali sebuah pohon.

c. Mitos

Mitos pada umumnya seorang ibu tidak gampang setuju dan mau mengikuti tindakkan anaknya, karena seorang ibu lebih mengatur semua yang akan dipilih dan dilakukan anaknya.

D. Adegan keempat

Potongan scene Interpertasi simbolik

Ted dan semua orang mulai

bernyanyi bersama “Biarkan ia

tumbuh, biarkan ia tumbuh”.

Scene pertama

52

“Seperti di masa yang lalu”.

Scene kedua

Ted mengangkat tangan dengan

sebuah cangkul dibawanya “Itu hanya

satu biji kecil”.

Scene ketiga

Semua orang mengikuti Ted ke

tengah kota, sambil bernyanyi “Tapi

itu semua benar-benar diperlukan”.

Scene keempat

“Sudah saatnya mengubah kehidupan

yang kita jalani”.

Scene kelima

53

a. Denotasi

Pada adegan ini Ted bernyanyi dan diikuti semua orang yang ada disana dengan semua berjalan mengikuti Ted menuju ke tengah kota.

Teks pada scene pertama “Biarkan ia tumbuh, biarkan ia tumbuh”.

Teks pada scene kedua “Seperti di masa yang lalu”.

Teks pada scene ketiga “Itu hanya satu biji kecil”.

Teks pada scene keempat “Tapi itu semua benar-benar diperlukan”.

Teks pada scene kelima “Sudah saatnya mengubah kehidupan yang kita jalani”.

b. Konotasi

Makna yang tersirat dalam adegan ini adalah Ted ingin memberikan pesan, jika mau peduli dan mau mengambil sebuah keputusan untuk kepentingan bersama dalam menjalanin kehidupan ini perlu dilakukan untuk mendapatkan perubahan dan kehidupan yang lebih baik. Karena kehidupan itu terus bejalan dan selalu ada perubahan yang terjadi dikemudian hari.

Pada scene pertama terlihat semua orang mulai nyanyi bersama, yang menggambarkan mereka mulai setuju dan bergabung dengan Ted untuk membiarkan pohon tumbuh ditengah-tengah mereka. “Biarkan ia tumbuh, biarkan ia tumbuh”

54

dikatakan dua kali sebagai penekanan dan mengkonotasikan semua orang benar- benar menginginkan pohon trufulla kembali tumbuh di Thneedville.

Pada scene kedua “Seperti dimasa lalu” mengkonotasikan setuju membiarkan pohon itu tumbuh seperti kondisi pada masa lalu, pohon trufulla tumbuh dimana- mana memberikan udara segar dan keindahan lestari dikehidupan mereka pada saat itu.

Pada scene ketiga gerakan mengarahkan cangkul, memberi isyarat Ted akan memulai menanam untuk pertama kalinya. “Itu hanya satu biji kecil” menggambarkan benih terakhir pohon trufulla.

Pada scene keempat semua orang mulai mengikuti langkah Ted, setuju akan adanya penanaman kembali. “Tapi itu semua benar-benar diperlukan”.

Menjelaskan jika penanaman kembali sebuah pohon atau tanaman yang disebut dengan reboisasi ini sangat diperlukan untuk kelangsungkan kehidupan seluruh makhluk di bumi.

Pada scene kelima “Sudah saatnya mengubah kehidupan yang kita jalani”.

Mengkonotasikan semua kehidupan selalu ada waktu perubahan, dan perubahan itu harus menjadi perubahan yang jauh lebih baik demi kelangsungan hidup bersama.

Dan pada saat itu juga Thneedville, memutuskan waktu untuk berubah menjadi kota yang lebih baik.

55

c. Mitos

Mitos pada umumnya adalah masyarakat yang ada harus menanamkan rasa peduli kepada siapapun dan apapun. Peduli kepada kepentingan bersama dan peduli kepada alam agar dapat menjalankan kehidupan. Karena setiap manusia sejatinya memiliki rasa peduli, akan tetapi dilihat dari kadarnya, mulai dari hanya sekadar peduli tanpa melakukan tindakan apapun atau peduli dan mau bertindak, itu dilakukan demi terwujudnya perubahan yang lebih baik kedepannya.

E. Adegan kelima

Potongan scene Interpertasi simbolik

Semua orang menunjuk kearah

O’Hare “Tunjukkanlah cinta dalam

hatimu”.

Scene pertama

a. Denotasi

Pada adegan ini menunjuk kepada O’Hare yang merupakan tokoh satu-satunya yang masih terus menentang adanya reboisasi atau penanaman pohon trufulla kembali.

56

Teks yang ada pada scene ini “Tunjukkanlah cinta dalam hatimu”.

b. Konotasi

Makna yang tersirat pada teks “Tunjukkanlah cinta dalam hatimu”. Dan juga diikuti semua orang menunjuk O’Hare, mengandung arti semua orang ingin menyadarkan dengan menumbuhkan rasa peduli dan cinta dalam hatinya O’Hare untuk mulai ikut melakukan perubahan dengan menanam kembali pohon trufulla.

Dengan mimik wajah terkejut dan menggenggam kedua tangannya. Mengkonotasikan ia terkejut akan reaksi semua orang terhadapnya .

c. Mitos

Mitos pada umumnya bahwa merubah atau menyadarkan sifat seseorang tidaklah mudah. Apalagi untuk menumbuhkan rasa cinta dan peduli, selain faktor kebiasaan akan hal itu dari individu tersebut atau juga faktor pada dirinya sendiri yang mau menerima dan merubahnya atau tidak.

F. Adegan keenam

Potongan scene Interpertasi simbolik

Sesorang mengambil sebuah kapak

“Ini saatnya membuang semua

keserakahan kalian”.

57

Scene pertama

Kondisi lingkungan yang sama sekali

tidak ada pohon “Bayangkan

Thneedville penuh dengan bunga dan

pepohonan”. Scene kedua

Tokoh Once-ler “Jadikan ini sebagai

kesungguhan pernyataan kita”.

Scene ketiga

“Terima kasih, Ted”.

Scene keempat

58

a. Denotasi

Pada adegan ini, tokoh Once-ler mengambil sebuah kapak untuk menghancurkan kayu yang dia pasang dijendela. Ia melakukan itu untuk melihat apa yang sedang terjadi disana.

b. Konotasi

Makna yang tersirat adalah diharapkan seseorang mulai menumbuhkan rasa kepedulian dan membungan semua keserakahan yang mereka punya. Untuk memulai sebuah perubahan baik kedepannya.

Pada scene pertama terlihat sesorang dengan sarung tangan hijau mengambil sebuah kapak yang terletak di atas meja. Dengan gambar tersebut terdapat teks “Ini saatnya membuang semua keserahakan kalian”. diharapkan seseorang mulai menumbuhkan rasa kepeduliannya dengan menghancurkan segala jenis keserakahan yang kalian miliki.

Pada scene kedua memperlihatkan kondisi diluar kota Thneedville yang gersang tanpa adanya satu pohonpun yang tumbuh. Begitu banyak asap. Diujung pandang terlihat sebuah cahaya yang bersinar. Menggambarkan kota Thneedville yang membuka gerbang dan melihat apa yang ada diluar kota mereka. Pada teks

“Bayangkan Thneedville penuh dengan bunga dan pepohonan.” Dan juga perpaduan gambar pada scene tersebut mengkonotasikan, jika Thneedville mulai menanam bunga dan pohon, kotanya tidak akan terlihat seperti itu yang gersang, 59

gelap dan penuh udara kotor, akan tetapi sebaliknya kota akan terlihat indah, cantik dan penuh dengan udara segar.

Pada scene ketiga terlihat Once-ler yang ternyata membuka jendela yang ditutup rapat dengan kayu lalu dihancurkan dengan kapak tadi. Mimik wajah yang terlihat menaikan alis dan mata terbuka, adanya air mata sedikit di kelopak matanya, menggambarkan rasa terharu dan bahagia atas perjuangan Ted yang berhasil meyakinkan semua orang. Teks “Jadikan ini sebagai kesungguhan pernyataan kita”. Menggambarkan sebuah keyakinan akan terwujudnya keinginan mereka yang bukan hanya sebuah omong kosong belakang.

Pada scene keempat mimik wajah yang terlihat menurunkan alis dan menyipitkan kedua mata, adanya air mata sedikit di kelopak matanya, dan juga mengatakan

“Terima kasih, Ted” mengkonotasikan, ia sangat berterima kasih kepada Ted yang sudah mau berjuang, dan meyakinkan semua orang hal yang benar, memperbaiki kesalahannya yang tidak bisa ia perbaiki selama ini.

c. Mitos

Pada saat ini dizaman teknologi yang maju, justru banyak masyarakat yang melupakan rasa kepeduliannya kepada apapun itu. Lebih banyak mementingkan kependingan diri sendiri dan juga kurangnya bersosialisasi.

60

G. Adegan ketujuh

Potongan scene Interpertasi simbolik

“Menurut kami biarkan ia tumbuh”.

Scene pertama

a. Denotasi

Pada adegan ini Ted sedang menanam benih pohon trufulla dan juga Audrey menemi disebelahnya. Teks pada scene ini “Menurut kami biarkan ia tumbuh”.

b. Konotasi

Terlihat Ted sedang menanam benih pohon terakhir dihadapan Audrey dan semua orang, ia menanam tepat di tengah kota bertujuan agar dapat dilihat semua orang, dan benih bisa mendapatkan sinar matahari. Teks “Menurut kami biarkan tumbuh” mengandung arti semua orang menginginkan pohon trufulla kembali tumbuh di

Thneedville.

61

c. Mitos

Sudah memang seharusnya manusia hidup berdampingan dengan alam, manusia harus menjadi dan melestarikan apa yang ada dialam ini demi kelangsungan hidup semua orang.

H. Adegan kedelapan

Potongan scene Interpertasi simbolik

Benih pohon trufulla mulai tumbuh

“Ini adalah permulaan hidup yang

baru”.

Scene pertama

a. Denotasi

Mulai tumbuhnya sebuah pohon trufulla, teks pada scene tersebut “Ini adalah permulaan hidup yang baru”.

b. Konotasi

Memperlihatkan benih pohon trufulla mulai tumbuh tidak hanya satu tapi mereka tumbuh secara bersamaan. Pada kalimat “Ini adalah permulaan hidup yang baru.”

62

Mengandung arti inilah awalan kehidupan yang baru dengan membuang semua keserakahan dan memulai peduli dengan lingkungan dan kehidupan kedepannya.

Menjadi hidup baru bagi semuanya.

c. Mitos

Dalam menjalani kehidupan memang selayaknya semua orang harus memiliki rasa peduli. Akan tetapi sekarang ini sangat kurangnya rasa kepedulian tersebut, lebih mementingkan diri sendiri dan kebanyakan orang bersifat individualism.

I. Adegam kesembilan

Potongan scene Interpertasi simbolik

Quotes dari Dr.Seuss “UNLESS

someone like you cares a whole awful

lot, nothing is going to get better. It’s

not. (Jika bukan karena orang Scene pertama sepertimu yang sangat peduli pada

keadaan ini, Maka keadaan tidak akan

pernah menjadi lebih baik).”

a. Denotasi

Pada scene ini terlihat Quotes dari Dr.Seuss “UNLESS someone like you cares a whole awful lot, nothing is going to get better. It’s not. (Jika bukan karena orang

63

sepertimu yang sangat peduli pada keadaan ini, Maka keadaan tidak akan pernah menjadi lebih baik).”

b. Konotasi

Dilihat dari konotasi arti quotes ini, menggambarkan jika tidak adanya Ted sebagai tokoh yang memiliki sifat mau peduli lingkungan dan mau mengubah keadaan menjadi lebih baik, Thneedville akan terus pada keadaan yang semakin memburuk.

c. Mitos

Masih banyaknya masyarakat yang tidak mau memperdulikan lingkungan sekitarnya, mereka tidak mau peduli dengan akibat jika mereka merusak lingkungan mereka demi kepentingannya mereka sendiri, padahal hal yang dilakukan itu dapat merugikan dirinya dan juga orang lain.

64

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti pada film The Lorax karya dari sutradara Chris Renaud dan Kyle Balda. Peneliti menyimpulkan pembuat film ingin menyampaikan pesan melalui film ini dengan cara yang ringan, menghibur sehingga bisa dinikmati semua kalangan, mulai dari anak di bawah umur yang merupakan target audience utama film kartun, hingga orang dewasa.

Berdasarkan data dan analisis hasil penelitian maka dapat disimpulkan pesannya, sebagai berikut :

1. Film The Lorax mempunyai makna denotatif yang menggambarkan alur

cerita seorang tokoh Ted sedang berinteraksi dengan tokoh lainnya

berusaha untuk mengetahui apa yang terjadi dengan pohon asli di

lingkungannya dan mencari solusi untuk memperbaikinya dengan

meyakinkan setiap masyarakat lainnya. Dalam durasi 86menit ini di ambil

scene sebanyak 9 adegan.

2. Makna konotatif yang terkandung dalam rangkaian adegan pada film

tersebut adalah permasalahan yang sedang terjadi di sekitar kita, yang

65

akhirnya menciptakan pesan moral didalamnya. Pesan moral dalam film ini ada dua yaitu Pejuangan dan juga Kepedulian.

 Perjuangan :

- Yang pertama perjuangan seorang anak Ted yang ingin

mendapat cinta Audrey wanita yang lebih tua darinya,

walaupun begitu ia melakukan segala jenis cara untuk

memperjuangkannya. Saat mengetahui apa yang diinginkan

oleh Audrey langsung berusaha mencari apa yang

diinginkan itu. Walaupun banyaknya hambatan, ia tak

pantang menyerah tetap terus berusaha sampai ia

mendapatkannya.

- Yang kedua perjuangan yang dilakukan oleh Ted dan juga

Audrey dalam meyakinkan semua orang yang mempunyai

prinsip salah tentang pohon. Mereka berdua memberikan

semua penjelasan tentang pohon dan menggambarkan

bagaimana Thneedville indah dan mempunyai banyak

udara segar jika ditanami oleh pepohonan. Ted dan Audrey

berusaha mengubah pemikiran dan perilaku mereka agar

membuang semua keegoisan dan keserakahan mereka.

66

Walaupun pada awalnya semua orang menentang karena

memang dalam film ini mereka tidak mengetahui apa itu

pohon, bagaimana bentuknya yang asli, dan bagaimana

manfaat dari pohon itu sendiri. Mereka terus berjuang

sekuat tenaga untuk meyakinkan dan mendapatkan apa

yang menjadi tujuan mereka.

 Kepedulian :

- Digambarkan oleh Ted dan Audrey yang mau peduli

dengan apa yang terjadi di Thneedville itu tidaklah

sempurna. Mereka yang hidup di kota modern, akan tetapi

semua hal itu palsu tidak ada yang asli, termasuk pohon.

Polusi yang buruk untuk mereka kalau tidak adanya

perubahan. Pohon yang seharusnya hidup ditengah-tengah

mereka memberikan udara yang segar itu tidak ada.

Dengan mengetahui apa yang terjadi dimasa lalu. Ted tidak

mau diam saja, karena dia peduli dengan lingkungannya

untuk kedepannya. Ia bertekad untuk mengembalikan

semua ekosistem yang semestinya, dengan merubah dan

membujuk semua orang agar bersatu untuk mau menanam

kembali yang seharusnya ditanam. Menyadarkan semua 67

orang betapa pentingnya untuk memulai kembali

kehidupan yang baru, yang lebih segar dengan adanya

pohon yang tumbuh ditengah-tengah mereka.

3. Mitos yang terdapat pada setiap adegan film ini adalah Bumi tidak akan

bertahan lama jika kita masih saja tidak peduli, tidak mau merawat dan

melestarikannya. Untuk menjadikan lingkungan kita menjadi jauh lebih

baik adalah berhenti untuk melakukan hal yang dapat merugikan kita

dengan terus menghancurkan alam, kita perlu meningkatkan kembali rasa

kepedulian, rasa saling memiliki alam kita ini untuk masa depan yang

lebih sejahtera.

4. Pertama, pesan yang disampaikan dalam film kartun The Lorax pesan

yang bersifat informatif, menggambarkan fakta yang terjadi jika adanya

penebangan pohon secara illegal dan tidak adanya tindakan reboisasi. Itu

menimbulkan akibat yang merugikan semua belah pihak di kehidupan

manusia yang seharusnya itu tidak boleh terjadi dan tidak boleh dicontoh.

Hal ini digambarkan oleh tokoh Once-ler dengan keangkuhannya

menebang semua pohon trufulla hingga habis tak ada satupun yang tersisa.

5. Kedua, pesan yang disampaikan dalam film kartun The Lorax pesan yang

bersifat persuasif, digambarkan tidak hanya bagaimana dalam alur cerita

68

ini memperlihatkan sebab dan akibat dari penebangan pohon tanpa adanya

reboisasi, tapi dalam film ini juga terdapat sebuah penyelesaian dari setiap

masalah yang terjadi. Digambarkan dengan bagaimana tokoh Ted dan

Audrey yang menyampaikan bagaimana pohon trufulla itu berfungsi

dikehidupan mereka, tanpa mereka membeli sebuah udara segar pohon

trufulla yang berfotosintesis menyediakan udara segar secara gratis untuk

mereka semua, Ted dan Audrey berusaha mengubah pemikiran dan

perilaku mereka agar membuang semua keegoisan dan keserakahan

mereka lalu memulai hidup baru dengan mau untuk melakukan

penanaman kembali atau reboisasi agar dapat mengetahui manfaat

sebenarnya dari sebuah pohon.

6. Pesan moral film The Lorax memenuhi unsur pesan moral dalam kategori

hubungan manusia dengan manusia lainnya dalam lingkungan sosial,

termasuk hubungannya dengan alam. Sesuai dengan teorinya, dalam film

ini mempunyai hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan juga

manusia dengan alamnya

Dalam hal ini pembuat film (sutradara) ingin menyampaikan yang pertama jika seseorang ingin mendapatkan sesuatu apapun itu, harus adanya keyakinan dan juga perlu sebuah perjuangan. Berjuang sampai mendapatkannya. Terlihat bagaimana tujuan pembuat film (sutradara) yang ingin penonton setelah menonton film ini bisa

69

menambahkan rasa kepedulian mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.

Kepedulian terhadap lingkungan sekitar, sadar diri dengan adanya akibat dari setiap semua perbuatan yang kita lakukan jika dilandasi dengan keegoisan dan keserakahan.

Mencintai lingkungan dengan tidak merusaknya, terus merawat dan melestarikannya.

Karena yang merasakan manfaatnya tidak hanya satu atau dua orang saja melainkan semua orang di muka bumi ini juga pasti akan merasakannya.

Dengan adanya juga kutipan quotes “UNLESS someone like you cares a whole awful lot, nothing is going to get better. It’s not”. (Jika bukan karena orang sepertimu yang sangat peduli pada keadaan ini, Maka keadaan tidak akan pernah menjadi lebih baik). Sangat menggambarkan, jika didunia ini tidak ada seseorang yang memiliki rasa kepedulian sama seperti Ted. Atau masih saling menyalahkan dari apa yang terjadi, dan hanya menunggu untuk ada yang menyadarkan tanpa mau intropeksi diri, dunia ini tidak akan pernah berubah menjadi lebih baik.

4.2 Saran

Ada sedikit saran yang ingin di sampaikan peneliti, khususnya untuk pembuat film (sutradara) dalam menciptakan karya film. Apalagi film bergenre kartun yang ditujuan untuk anak-anak, setidaknya mengurangi adegan ‘jokes’ atau lelucon dengan kekerasan fisik. Dalam film ini ada beberapa adegan mendorong sampai jatuh, menarik, dan melempar. Walaupun adegan itu dilakukan bertujuan untuk menghibur,

70

tetapi akan lebih baik menghilangkan adegan seperti itu dalam film kartun yang kebanyakan disajikan untuk anak-anak. Hal ini untuk menghindari anak-anak mencontohnya.

71

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro. 2004. Komunikasi Massa. Bandung:Simbiosa Rekatama.

Baksin, Askurifai. 2003. Membuat Film Indie Itu Gampang. Bandung: Kataris.

Barthes, Roland. 2004. Mitology, terjemahan Nurhadi dan Sihabul Millah.

Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Christomy dan Lucky Yuwono. 2004. Semiotika Budaya. Jakarta: Pusat

Kemasyarakatan dan Budaya UI.

Effendi, Onong Uchajana 2009. Ilmu komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:

Rosdakarya.

Effendi, Onong Uchajana 2006. Ilmu komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:

Rosdakarya.

Effendy, Heru. 2002. Mari Membuat Film: Panduan Menjadi Produser. Yogyakarta:

Yayasan Konfiden.

Fiske, John. 2011. Cultural and Communication Studies. Yogyakarta: Jalasutra.

Ibung, Diang. 2009. Nilai Moral Pada Anak. Jakarta: Pt. Elex Media Komputindo.

72

Kusumarini, Yusita. 2006. (Van Zoest Art dan P. Sudjiman) ed. 1996. Serba-Serbi

Semiotika. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.

Moerdijati, Sri. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. Surabaya: PT. Revka Petra

Media.

McQuail, Dennis 1996. Teori Komunikasi Massa; Suatu Pengantar. Jakarta:

Erlangga.

Nurudin. 2017. Ilmu Komunikasi. Depok: RajaGrafindo Persada.

Prakosa, Gatot. 2001. Ketika Film Pendek Bersosialisasi. Jakarta: Yayasan Layar

Putih.

Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film. Jakarta: Homerian Pustaka.

Rakhmat. Jalaluddin. 1998. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Rosda Karya.

Romli, Khomsahrial. 2016. Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Grasindo.

Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.

Sendjaja. 1994. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.

73

Sobur, Alex. 2009. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sobur, Alex. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia .

Surakhmad, Winarno. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Yusuf, Muri. 2013. Metode Penelitian (Kuantitatif, Kualitatif, Penelitian Gabungan).

Jakarta: Prenadamedia Group.

Sumber Internet

https://www.imdb.com/title/tt1482459/

74