UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DARI DAUN RIBU-RIBU (Anisophyllea disticha)

Aulia Izati 1*, Rudi Hendra2 1Mahasiswa Program S1 Kimia 2Dosen Bidang Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya, Pekanbaru, 28293, Indonesia *[email protected]

ABSTRACT

Ribu-ribu (Anisophyllea disticha (Jack) Bail) belongs to Anisophyllea family that usually lives in tropical forests and used as traditional medicine by the Talang Mamak tribe to treat headache. This study aims to isolate the secondary metabolites from the leaves of ethyl acetate extract as well as their toxicity level. Phytochemical analysis showed that the leaves contained saponins, steroids, terpenoids, and phenolics. The ethyl acetate extract was obtained by using maceration extraction. In addition, the LC50 value for ethyl acetate extract was 327.2 ppm. It was concluded that the ethyl acetate extract was toxic because the LC50 value is small from 1000 ppm.

Keywords : Anisophyllea disticha, extraction, phytochemical

ABSTRAK

Ribu-ribu (Anisophyllea disticha (Jack) Bail) merupakan tumbuhan dari famili Anisophyllea yang biasanya hidup di hutan tropis dan dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh suku Talang Mamak untuk mengatasi sakit kepala. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi metabolit sekunder dari ekstrak etil asetat daun ribu-ribu dan menentukan aktivitas toksisitasnya. Uji fitokimia menunjukkan bahwa daun ribu- ribu mengandung saponin, steroid, terpenoid dan fenolik. Ekstrak etil asetat diperoleh dari ekstraksi dengan cara maserasi. Nilai LC50 untuk ekstrak etil asetat adalah 327,2 ppm. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak etil asetat bersifat toksik karena nilai LC50 kecil dari 1000 ppm.

Kata kunci : Anisophyllea disticha, ekstraksi, fitokimia

1

PENDAHULUAN Sumatera dan Kalimantan (Dengler et Etnis Talang Mamak merupakan al., 1989) yang tersebar luas mulai dari salah satu etnis yang ada di Provinsi Singapura (Yee et al., 2016), Malaysia, Riau, Indonesia. Etnis ini masih Brunei Darussalam dan juga di wilayah mewarisi tradisi leluhur mereka seperti Asia, Afrika, serta Amerika (Zhang et melakukan upacara menghormati roh al., 2007). Tumbuhan ini dikenal yang meninggal, upacara menghibur masyarakat Malaysia sebagai Kayu orang kemalangan (beranggul), Pacat (Jhan et al., 2018) sementara di menginang dan memanfaatkan tumbuhan Brunei Darussalam sebagai Sapad. sebagai obat tradisional (Mauludea et al., Ribu-ribu merupakan tumbuhan 2016). yang biasanya tumbuh sebagai semak Obat-obat tradisional dipercaya blukar (Yee et al., 2016). Tinggi sebagai obat yang memiliki efek tumbuhan ini mencapai 7 m, sedangkan samping yang sangat kecil dan diproses daunnya tersusun rapi dan memiliki daun secara alami tanpa ada penambahan zat kecil-kecil pada batang (Chen et al., tertentu. Setyowati dan Wardah (2007) 2015). Buahnya berbentuk lonjong mengatakan bahwa pada etnis Talang seperti telur, berwarna merah, dan Mamak, tumbuhan yang dipercaya panjangnya mencapai 2 cm. Buah ribu- sebagai obat tertentu diproses dengan ribu mentah berwarna hijau dan buah beberapa cara seperti perebusan matangnya berwarna merah kehitaman (diminum air perebusan tersebut), berasa manis kelat. direndam dengan air kemudian diusap- Berdasarkan studi farmakologisnya usapkan, dan juga dengan menempelkan tumbuhan ribu-ribu memiliki banyak langsung ke bagian yang sakit setelah manfaat sebagai obat tradisional. Hal ini diasapkan. mungkin dikarenakan adanya pengaruh Salah satu tumbuhan yang dari senyawa metabolit sekunder yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional dihasilkan. Oleh karena itu, peneliti adalah tumbuhan ribu-ribu (Anisophyllea tertarik untuk mengisolasi dan menguji disticha). Tumbuhan ribu-ribu digunakan efek toksik yang dimiliki oleh senyawa oleh etnis Talang Mamak sebagai obat metabolit sekunder dari ekstrak etil sakit kepala, obat bisul, sedangkan asetat daun ribu-ribu. Selain itu juga akarnya digunakan sebagai penghilang didasari dari hasil penelusuran literatur, kelelahan (Setyowati and Wardah, belum ada yang melakukan penelitian 2007). Selain itu, daun ribu-ribu tentang isolasi dan uji toksisitas senyawa digunakan oleh suku Dayak sebagai obat metabolit sekunder dari ekstrak etil hipertensi (Meliki et al., 2013). asetat daun ribu-ribu. Uji toksisitas Sedangkan daunnya biasanya digunakan terhadap senyawa metabolit sekunder oleh masyarakat Melayu sebagai obat merupakan uji pendahuluan untuk diare, demam, disentri, sakit kuning, dan mengetahui aktivitas biologisnya yang daun mudanya (ditumbuk) digunakan salah satunya diduga sebagai antikanker. sebagai obat luka (Kissinger et al.,2013) Tumbuhan ribu-ribu dari genus Anisophyllea ini merupakan tumbuhan obat yang banyak ditemukan di daerah hutan tropis Semanjung, Malaya, 2

METODE PENELITIAN banyaknya komponen dalam ekstrak tersebut. a. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada HASIL DAN PEMBAHASAN penelitian ini adalah peralatan lumpang dan alu, 1 set alat destilasi, botol hitam, a. Ekstraksi kapas, timbangan, ultrasonik, corong, Hasil uji fitokimia menunjukkan plat KLT, rotary evaporator, alumunium bahwa daun ribu-ribu (A .disticha) foil, bejana kromatografi, pipa kapiler, memiliki senyawa metabolit sekunder vial, serta beberapa peralatan gelas yang golongan saponin, terpenoid/steroid dan sering digunakan dalam laboratorium. fenolik. Hasil ekstraksi yang diperoleh Sampel yang digunakan pada dari daun ribu-ribu adalah ekstrak n- penelitian ini adalah daun ribu-ribu yang heksana berwarna hijau kehitaman diambil dari desa Kota Baru, Kecamatan sebanyak 110,08 gram, ekstrak kasar Rakit Kulim, Kabupaten Indragiri Hulu, total etil asetat berwarna hijau kehitaman Riau. Adapun bahan yang digunakan sebanyak 701,22 gram dan ekstrak kasar pada penelitian ini adalah n-heksana, etil total metanol berwarna hijau kehitaman asetat, metanol, akuades, silika gel sebanyak 30,34 gram. Sedangkan hasil GF254, dimetil sulfoksida, bahan uji uji KLT pada ekstrak tersebut dapat fitokimia, air laut dan larva udang dilihat pada Gambar 1. Artemia salina Leach sebagai hewan uji. b. Uji Fitokimia Sampel dilakukan uji fitokimia terlebih dahulu untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam sampel. Uji fitokimia yang dilakukan adalah uji alkaloid, steroid/terpenoid, saponin, flavonoid dan fenolik. c. Ekstraksi daun ribu-ribu Sampel segar sebanyak 10 kg Gambar 1. Hasil uji KLT ekstrak etil dikering-anginkan dan diblender hingga asetat dengan perbandingan diperoleh serbuk sampel sebanyak 5 kg eluen n-heksana : etil asetat yang kemudian diekstraksi dengan cara (8:2). maserasi menggunakan pelarut n- heksana, etil asetat dan metanol. b. Uji Toksisitas Maserasi dilakukan selama 3x24 jam. Pada ekstrak etil asetat dilakukan Setiap 1x24 jam ekstrak disaring dan uji toksisitas dengan metode Brine masing-masing filtrat dipekatkan dengan Shrimp Lethality Test (BSLT) rotary evaporator sehingga diperoleh menggunakan larva udang Artemia ekstrak kasarnya. Ekstrak kasar etil salina sebagai hewan uji. Menurut asetat diuji dengan kromatografi lapis Lisdawati et al (2006), metode BSLT tipis (KLT) untuk menentukan telah teruji hasilnya dengan tingkat

3 kepercayaaan 95 % untuk mengamati KESIMPULAN toksisitas suatu senyawa dalam ekstrak kasar tumbuhan. Selain itu, metode ini Berdasarkan hasil uji fitokimia, dipilih karena mudah dilakukan, daun ribu-ribu (A. disticha) mengandung waktunya relatif cepat, dan senyawa metabolit sekunder golongan membutuhkan biaya yang sedikit. steroid, terpenoid, saponin, dan fenolik. Menurut Meyer et al (1982) suatu Ekstrak etil asetat daun ribu-ribu bersifat ekstrak dikatakan sitotoksik apabila nilai toksik karena memiliki nilai LC50 kecil dari 1000 ppm. LC50< 1000 ppm. Ekstrak kasar etil asetat DAFTAR PUSTAKA dilarutkan dengan pelarut etil asetat pada konsentrasi yang bervariasi yaitu pada Chen, X.I.N., He, H.A.I., Zhang, L., 1000 ppm, 100 ppm dan 10 ppm dan dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan. 2015. Phytotaxa : a Monograph of Konsentrasi yang bervariasi ini bertujuan the untuk mengetahui tingkat ketoksikan () with Description of dari ekstrak kasar etil asetat dan tujuan 18 New Species of Anisophyllea. pengulangan untuk mendapatkan data Magnolia Press, Auckland. yang akurat. Kontrol yang digunakan yaitu pelarut DMSO yang ditambahkan Dengler, N.G., Ritland, C.E., Donnelly, air laut. Tujuan kontrol ini untuk P.M., 1989. Leaf Development and mengetahui bahwa respon hambatan Primary Vascular Organization in yang terjadi benar-benar disebabkan oleh Shoots of Anisophyllea disticha. ekstrak daun ribu-ribu sebagai Botany 76, 1326–1343. komponen aktif dan bukan berasal dari pelarut yang digunakan. Jhan, R., K, G., A, M.I., I, N., J, M.H., Berdasarkan uji yang telah AS, A., 2018. In vitro anti- dilakukan, diperoleh nilai LC50 untuk leismanial activity of Malaysian ekstrak etil asetat yaitu sebesar medicinal and forest species. 327,2 ppm. Hasil ini menunjukkan J. Trop. For. Sci. 30, 234–241. bahwa ekstrak etil asetat toksik karena Kissinger, Zuhud, E.A.M., Latifah, K., nilai LC kecil dari 1000 ppm. Ekstrak 50 Darusman, Iskandar, 2013. Scrutiny kasar etil asetat dari daun ribu-ribu on the Phytochemical Compounds kemungkinan berpotensi sebagai obat and Testing of Antioxidant antikanker karena uji toksisitas ini Afforded by the Extract from merupakan uji pendahuluan untuk Merapat ( Combretocarpus antikanker. Sedangkan uji toksisitas rotundatus ( Miq .)) Tree Leaves untuk senyawa tidak dilakukan karena Taken from the Kerangas Forests ). keterbatasan senyawa yang diperoleh Penelit. Has. Hutan. 31, 9–18. hanya sedikit. Lisdawati, V., Wiryowidagdo, S., Kardono, L.B.S., 2006. Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) dari berbagai fraksi ekstrak daging buah dan kulit biji mahkota dewa

4

(Phaleria macrocarpa). Bul. Penel. Setyowati, F.., Wardah, 2007. Kesehat. 34, 111–118. Keanekaragaman tumbuhan obat masyarakat Talang Mamak di Mauludea, H., Nurhadianto, Islamuddin, sekitar Taman Nasional Bukit 2016. Budaya masyarakat suku Tigapuluh. Biodiversitas. 8, 228. Talang Mamak dalam bagian Civic Culture. J. Edukasi. 14, 53-58. Yee, A.T.K., Chong, K.Y., Neo, L., Tan, H.T.W., 2016. Updating the Meliki, Linda, R., Lovadi, I., 2013. classification system for the Etnobotani tumbuhan obat oleh secondary forests of Singapore. Suku Dayak Iban Desa Tanjung Raffles Bull. Zool. 11–21. Sari Kecamatan Ketungau Tengah. Protobiont. 2, 129–135. Zhang, L., Simmons, M.P., Renner, S.S., 2007. A phylogeny of Meyer, B.N., Ferrigni, N.R., Putnam, Anisophylleaceae based on six J.E., Jacobsen, L.B., Nichols, D.E., nuclear and plastid loci : ancient McLaughlin, J.L., 1982. Brine disjunctions and recent dispersal Shrimp: A convenient bioassay between South America , Africa , active plant constituents. J. Med. and Asia. Mol. Phylogenet. Evol. Res. 45, 31–34. 44, 1057–1067.

5