ARTIKEL JURNAL

PERUBAHAN UNSUR NARATIF PADA EKRANISASI NOVEL “DILAN: DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1990” KE DALAM FILM “DILAN 1990” DAN NOVEL “DILAN: DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1991” KE DALAM FILM “DILAN 1991”

SKRIPSI PENGKAJIAN SENI untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Strata 1 Program Studi Film dan Televisi

Disusun oleh Sifa Rizky Affiani NIM: 1510122132

PROGRAM STUDI FILM DAN TELEVISI JURUSAN TELEVISI FAKULTAS SENI MEDIA REKAM INSTITUT SENI YOGYAKARTA YOGYAKARTA

2020 2

PERUBAHAN UNSUR NARATIF PADA EKRANISASI NOVEL “DILAN: DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1990” KE DALAM FILM “DILAN 1990” DAN NOVEL “DILAN: DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1991” KE DALAM FILM “DILAN 1991”

Sifa Rizky Affiani1 Program Studi Film dan Televisi Jurusan Televisi Fakultas Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia Yogyakarta 1Email : [email protected]

ABSTRAK

Munculnya fenomena pengadaptasian novel ke bentuk film merupakan perubahan substansi dari wacana yang memunculkan istilah ekranisasi. Hal tersebut dirasa perlu karena terdapat hal menarik yang membedakan karya tersebut dengan lainnya yang mampu menjadi kekuatan pada hasil akhirnya. Film “Dilan 1990” dan “Dilan 1991” sukses di pasaran dan menjadi sebuah fenoma, terutama dalam dunia ekranisasi dari karya trilogi. Penelitian yang dilakukan mengenai proses ekranisasi novel ke dalam filmdengan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pada proses ekranisasi meliputi penciutan, penambahan, perubahan bervariasi terdapat perubahan pada unsur naratif. Unsur yang berubah antara lain story, alur, tokoh, latar. Perubahan terjadi secara signifikan dengan didominasi oleh penciutan. Diawali dengan penciutan pada story yang kemudian memengaruhi perubahan pada unsur lainnya. Pada proses kreatif ekranisasi tidak memberi batasan atas apa yang perlu dan tidak untuk dimasukkan. Hal ini memicu pada kebebasan dan variasi dalam proses ekranisasi sebuah karya trilogi Dilan yang saling berkaitan.

Kata kunci : naratif, ekranisasi, DILAN: Dia adalah Dilanku tahun 1990, Dilan 1990, DILAN: Dia adalah Dilanku tahun 1991, Dilan 1991

3

PENDAHULUAN

Munculnya fenomena kekuatan pada hasil akhir berupa pengadaptasian novel ke bentuk film film. merupakan perubahan substansi dari Kemunculan trilogi Dilan yang wacana yang memunculkan istilah direncanakan akan dirilis setiap ekranisasi. Ekranisasi sendiri berarti tahunnya menyita banyak perhatian pelayarputihan atau publik. Dimulai dari Film “Dilan pemindahan/pengangkatan sebuah 1990” yang merupakan hasil novel ke dalam film (ecran dalam ekranisasi yang dirilis pada 25 bahasa Prancis berarti layar). Januari 2018. Film “Dilan 1990” Ekranisasi meliputi penambahan, menjadi salah satu fenomena unik pengurangan, dan perubahan karena jumlah penontonnya yang bervariasi (Eneste 1991, 60-65). fantastis hingga memecahkan rekor Ekranisasi bisa dikatakan sebagai jumlah penonton tertinggi kedua di usaha membaca ulang suatu karya ke seluruh bioskop Indonesia. Pada dalam bentuk audiovisual. Proses tahun 2018 tercatat film “Dilan pembacaan suatu karya sastra 1990” sukses menjaring 6.315.664 berbentuk imaji yang diterima penonton (film indonesia). Film sutradara coba divisualisasikan dan Dilan 1990 telah mengalahkan disebarluaskan pada suatu lingkup jawara tahun sebelumnya, “Pengabdi ruang dan waktu. Tentunya dalam Setan”, yang meraih jumlah hal ini akan terjadi kemungkinan penonton sebanyak 4.206.103. Film apakah proses tersebut berhasil atau “Dilan 1990” juga sukses tidak, bagaimana khalayak mencoba memenangkan beberapa penghargaan menerima paham sutradara pada di tahun 2018 seperti Pemenang karya tersebut. Pembacaan ulang Indonesian Choise Awards 2018 dirasa perlu karena terdapat hal kategori Movie of The Year, menarik (estetik) yang membedakan Pemenang Indonesian Movie Actors karya tersebut dengan lainnya dan Awards 2018 di 3 kategori yakni : juga pertimbangan ekonomi. Hal ini Film Terfavorit, Pemeran Pendatang yang kemudian bisa menjadi Baru Terfavorit (Vanesha Prescilla), 4

Pemeran Pasangan Terfavorit Dilanku 1991”, dan “Milea: Suara (Vanesha Prescilla & Iqbaal dari Dilan”. Novel “DILAN: Dia Ramadhan). Dan juga nominasi adalah Dilanku tahun 1990” kategori Pemeran Utama Pria terbaik diterbitkan tahun 2014 mampu (Iqbaal Ramadhan) pada Festival Meraih penghargaan Pemenang Film Indonesia 2018. Indonesia International Book Fair (IIBF) 2017 kategori Writer of The Film kedua dengan judul “Dilan Year (Pidi Baiq), sedangkan Dilan 1991” yang dirilis 28 Februari 2019 bagian kedua “Dilan: Dia adalah masih menjadi favorit khalayak, Dilanku 1991” diterbitkan tahun masih banyaknya minat masyarakat 2015 yang tak kalah populer dengan yang tertarik kelanjutan kisah cinta novel sebelumnya. Sedangkan bagian Dilan & Milea. Tercatat jumlah ketiga “Milea: Suara dari Dilan” penonton sebanyak 5.253.411 dan dirilis pada tahun 2016 yang akan menjadi film terlaris ketiga periode segera ditayangkan filmnya pada 2007-2019 dengan mengikuti film tahun 2020 mendatang. pertamanya “Dilan 1990” yang berada diposisi kedua. Film “Dilan Novel dan film “Dilan 1990” dan 1991” juga memenangkan banyak “Dilan 1991” sukses di pasaran dan penghargaan dan 2 rekor MURI. menjadi sebuah fenoma, terutama rekor pertama diberikan untuk dalam dunia ekranisasi dari karya jumlah penonton premiere terbanyak trilogi. Kedua film tersebut mampu sejumlah 80 ribu orang dan yang menarik khalayak luas dan yang kedua untuk jumlah penonton pada terpenting menerima paham hari pertama penayangan yang sutradara atas karya sebelumnya mencapai angka 720 ribu orang yakni novel. Novel dan film memang (Tirto.id) berbeda media namun tetap saja berkaitan, novel melalui media cetak Novel trilogi Dilan karya Pidi sedangkan film melalui audio dan Baiq sukses dipasaran dan menjadi visual sebagai media penyampaian, novel Best Seller, trilogi Dilan namun keduanya memiliki tujuan terbagi atas: “Dilan: Dia adalah yang sama yakni menyampaikan Dilanku 1990”, “Dilan: Dia adalah narasi. Setiap media memiliki 5

karakteristik atau ciri khas yang adalah Dilanku 1990” dan berbeda dengan media lainnya. “Dilan: Dia adalah Dilanku Perbedaan media mengakibatkan 1991”? perbedaan dalam cara menuturkan 2. Apa saja penyebab perubahan cerita (Armantono dan Paramita, struktur naratif dalam proses Skenario: teknik Penulisan Cerita ekranisasi novel “Dilan: Dia 2013, 76) adalah Dilanku 1990” dan “Dilan: Dia adalah Dilanku Di balik kesuksesan adapatasi 1991”? kedua karya itu, tidak jarang menuai 3. Bagaimana hubungan film banyak tanggapan. Novel merupakan “Dilan 1990” dan “Dilan karya yang rumit sehingga sering 1991” dibangun melalui membutuhkan penyuntingan yang struktur nataratif? jauh lebih banyak untuk menjadi sebuah film. Proses penyuntingan Penelitian ini menggunakan inilah maka unsur naratif di Metode penelitian kualitatif dengan dalamnya ikut mengalami perubahan. pendekatan deskriptif. Penelitian Adaptasi materi cerita yang sudah kualitatif merupakan suatu strategi tersedia tidak dipungut begitu saja inquiry yang menekankan pencarian untuk dipindahkan. Proses adaptasi makna, pengertian, konsep, juga menuntut kerja kreatif dengan karakteristik, gejala, simbol, maupun konsekuensi adanya bagian-bagian deskripsi tentang suatu fenomena; yang diubah, dipertajam, ditambah fokus dan multimetode, bersifat atau malah dikurangi dan dapat alami dan holistik; mengutamakan dipastikan hasil akhir tidak pernah kualitas, menggunakan beberapa bisa sama dengan karya sumbernya cara, serta disajikan secara naratif (Yusuf 2014, 329) Berdasarkan latar belakang tersebut maka ditemukan rumusan Objek Penelitian pada penelitian ini masalah sebagai berikut : berjumlah 4, yakni : 1. Novel “DILAN: Dia adalah 1. Apa saja perubahan struktur Dilanku tahun 1990” (edisi naratif dalam proses revsi) ekranisasi novel “Dilan: Dia 6

2. Novel “DILAN: Dia adalah Dilanku tahun 1991”

Gambar 1 sampul novel “DILAN: Dia adalah Dilanku tahun 1990” Gambar 2 sampul novel “DILAN: Dia adalah Dilanku tahun 1991” Novel pertama dari trilogi Dilan ditulis oleh Pidi Baiq Novel kedua dari trilogi dan dirilis tahun 2014 oleh Dilan ditulis oleh Pidi Baiq Pastel Books berjumlah 384 dan dirilis tahun 2015 oleh halaman. Pastel Books berjumlah 344 halaman

3. Film “Dilan 1990” Baiq dan penulis naskah Pidi Baiq dan Titien Wattimena dirilis pada tahun 2018.

4. Film “Dilan 1991”

Gambar 3 poster film “Dilan 1990”

Film “Dilan 1990” diproduksi oleh Max Pictures dengan

sutradara Fajar Bustomi dan Pidi Gambar 4 poster film “Dilan 1991” 7

Film “Dilan 1991” diproduksi intrinsik adalah unsur-unsur oleh Max Pictures dengan yang membangun cerita sutradara Fajar Bustomi dan Pidi karya sastra yang Baiq dan penulis naskah Pidi menyebabkan suatu teks Baiq dan Titien Wattimena dirilis hadir sebagai teks sastra yang pada tahun 2019. secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur pembangun PEMBAHASAN sebuah cerita meliputi Pada penelitian ini digunakan peristiwa, cerita, plot, beberapa teori sebagai landasan penokohan, tema, latar, sudut dalam pengerjaan skripsi, berikut pandang, gaya bahasa, dan teori yang digunakan : lain-lain. Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang 1. Novel berada di luar teks tetapi Novel merupakan bentuk secara tidak langsung karya sastra yang berbentuk memengaruhi sistem teks prosa naratif dimana pada sastra namun tidak ikut perkembangannya dianggap menjadi bagian di dalamnya. sebagai fiksi. Sebutan novel Unsur ekstrinsik antara lain berasal dari bahasa Italia biografi pengarang, psikologi novella (dalam bahasa pengarang dan pembaca, Jerman: novelle). Secara keadaan ekonomi politik dan harfiah novella berati cerita sosial pengarang, pandangan pendek dalam bentuk prosa hidup. (Abrams 1999, 190). 2. Film Secara garis besar berbagai macam unsur dan Film merupakan bagian tersebut dapat gabungan dari berbagai dikelompokan menjadi 2 ragam kesenian: musik, seni bagian berupa unsur intrinsik rupa, drama, sastra ditambah dan unsur ekstrinsik. Unsur dengan unsur fotografi. Itulah 8

yang menyebabkan film elektronik berupa audio menjadi kesenian yang visual. Terlapas dari kompleks, seperti tercermin penyampaian secara cetak dalam istilah total art, pan art ataupun elektronik, masing ataupun collective art masing media memiliki (Eneste 1991, 18). Film kelebihan dan kekurangannya secara umum dapat dibagi masing-masing. Lebih atas dua unsur pembentuk jelasnya, sifat fisik masing yakni, unsur naratif dan unsur masing media akan sinematik. Dua unsur tersebut dipaparkan dalam tabel 3.1 saling berinteraksi dan berikut (Morissan 2011, 3-4). berkesinambungan satu sama Jenis media Sifat lain untuk membentuk sebuah Media cetak - Dapat dibaca film (Pratista 2008, 1). Unsur dimanasaja dan kapan saja naratif adalah perlakuan - Dapat dibaca terhadap cerita yang berulang ulang - Daya rangsang berhubungan dengan aspek rendah cerita atau tema film. - Biaya relatif rendah Sedangkan unsur sinematik - Daya jangkau merupakan aspek-aspek luas yeknis pembentuk film yang Media - Dapat didengar terdiri dari empat elemen elektronik dan dilihat - Daya rangsang pokok: mise-en-scene, sangat tinggi sinematografi, editing dan - Biaya mahal - Daya jangkau suara. luas Tabel 1 Perbandingan Sifat Media Penyampaian pesan pada 3. Naratif tiap-tiap media memiliki sifat yang berbeda-beda. Novel Narasi merupakan rangkaian peristiwa yang disusun melalui menggunakan media cetak hubungan sebab akibat dalam sedangkan film lebih unggul ruang cerita tertentu (Bordwell dalam menyampaikan pesan dan Thompson 2000, 83). karena menggunakan media a. Story 9

Forster (1927, 35) sesuatu yang menarik. Bagian mengartikan cerita adalah terpenting dalam alur bukan narasi yakni serangkaian kejadian itu sendiri, peristiwa yang sengaja melainkan alasan (motif) disusun berdasarkan urutan kejadian itu (Eneste 1991, waktu. Tekanan pada cerita 19). adanya unsur kronologi, Plot umumnya terbagi urutan waktu dalam peristiwa menjadi dua yaitu plot linier demi peristiwa. Peristiwa dan multiplot (Lutters 2010, merupakan gagasan yang 50-51). Ada juga pola berwujud lakuan, gerak, yang nonlinier atau dalam dunia dalam sebuah cerita dapat sastra dikenal dengan alur berwujud deskripsi lakuan maju-mundur; dan naratif gerak atau aktivitas yang lain. realistik dimana cerita b. Alur disajikan apa adanya dengan pola tidak jelas, dan tidak ada Narasi menceritakan suatu batas antara awal dan akhir peristiwa lewat suatu plot (Pratista 2008, 48-49). (alur). Foster dalam Nurgiyantoro mengatakan c. Tokoh plot adalah peristiwa- Jenis tokoh terbagai menjadi 3 menurut tingkat peristiwa cerita yang kepentingannya : mempunyai penekanan pada a. Tokoh utama : tokoh adanya hubungan kausalitas. yang diutamakan Rangkaian perstiwa yang penceritaanya. Tokoh hanya mendasarkan diri pada ini berhubungan urutan waktu saja belum dengan tokoh-tokoh merupakan plot. Peristiwa- lain dan mampu peristiwa itu haruslah diolah menentukan dan disiasati secara kreatif perkembangan plot sehingga hasil pengolahan cerita dan penyiasatannya menjadi 10

b. Tokoh pendukung : seperti pekerjaan; tokoh yang kurang pendidikan; agama; mendapat perhatian kondisi keluarga; dan dan pendukung lain-lain. perkembangan plot c. Dimensi psikologis cerita Dimensi ini terkait c. Tokoh figuran : tokoh kondisi psikologis yang kemunculannya atau kejiwaan tokoh hanya berfungsi seperti standar moral; melengkapi cerita tempramen; sikap Karakter dapat hidup; kecakapan; diidentifikasi melalui 3 ambisi; dan dimensi tokoh menurut sebagainya. Lajos Egri dalam buku d. Latar The Art of Dramatic Unsur latar dapat Writing, sebagai berikut: dibedakan ke dalam tiga a. Dimensi fisiologis unsur pokok antara lain a. Latar tempat : Dimensi ini merujuk menunjuk pada lokasi pada bentuk fisik terjadinya peristiwa tokoh sehingga dapat b. Latar waktu : diidentifikasi secara berhubungan dengan visual. Seperti jenis waktu faktual kelamin; umur; tinggi terjadinya peristiwa. dan berat badan; c. Latar sosial-budaya : warna dan bentuk dari berhubungan dengan rambut, mata, dan perilaku kehidupan kulit; postur tubuh; sosial masyarakat penampilan; dan yang dapat berupa cacat. kebiasaan hidup, adat b. Dimensi sosiologis istiadat, tradisi, Dimensi ini keyakinan, pandangan berhubungan dengan kondisi sosial tokoh 11

hidup, dan status pengurangan dalam sosial ekranisasi dilakukan karena faktor kepentingan, alasan 4. Ekranisasi gangguan, keterbatasan teknis, dan pertimbangan Proses pengubahan jenis penonton atau audiens. kesenian yang menghasilkan kesenian yang berbeda dari b. Penambahan sumbernya disebut ekranisasi Eneste (1991, 64) (Damono 2018, 105). Jenis memberikan pandangan kesenian apa pun bisa dijadikan bahwa pembuat film (penulis film: tarian, nyanyian, sastra, skenario & sutradara) telah drama dan bahkan lukisan. menafsirkan terlebih dahulu Selanjutnya Eneste (1991, 60) novel yang hendak di Eneste yang menyebutkan filmkan, ada kemungkinan ekranisasi pada pemindahan dari terjadi penambahan- novel ke layar putih mau tidak penambahan pada cerita, alur, mau mengakibatkan timbulnya penokohan, latar, ataupun berbagai perubahan. Oleh karena suasana. Seorang sutradara itu, ekranisasi juga bisa disebut mempunyai alasan tertentu sebagai proses perubahan. untuk melakukan penambahan ini. misal a. Penciutan dikatakan penambahan cukup Bentuk pengurangan penting dari sudut filmis. dalam proses alih wahana c. Perubahan bervariasi dari sebuah karya menjadi film adalah adanya Eneste (1991, 65) pemotongan atau menjelaskan kecuali adanya penghilangan yang umumnya penciutan dan penambahan, dapat dilakukan terhadap ekranisasi kemungkinan unsur cerita, alur, tokoh, latar, terjadinya variasi-variasi dan suasana. Proses tertentu antara novel dan 12

film. Karena novel relevan, misalnya, ketika mengalami penciutan dan individu menyelesaikan masalah penambahan, maka pekerjaan dan dalam kehidupan memungkinkannya terjadi sehari-hari. Pada tingkat perubahan bervariasi agar masyarakat, kreativitas dapat secara garis besar cerita tidak mengarah pada temuan ilmiah merubah inti dari cerita dalam baru, baru gerakan dalam seni, novel. Pemindahan cerita penemuan baru, dan program novel ke dalam film sosial baru. divariasikan oleh novelis dan Penelitian yang dilakukan sutradara untuk membuat menggunakan penelitian kualitatif. daya tarik dan bermanfaat Jenis penelitian kualitatif yang bagi pembaca dan penonton. digunakan adalah analisis naratif. Menurut Eneste (1991, 65) Analisis naratif dipilih sebagai menjelaskan kecuali adanya metode penelitian karena analisis penciutan dan penambahan, naratif melihat teks sebagai sebuah ekranisasi kemungkinan dongeng yang di dalam cerita ada terjadinya variasi-variasi plot, adegan, karakter. Analisis tertentu antara novel dan naratif dapat dipakai untuk mengkaji film. struktur cerita dari narasi fiksi seperti 5. Kreativitas novel dan film (Eriyanto 2013, 9).

Kreativitas adalah Pada proses analisis perubahan kemampuan untuk menghasilkan struktur naratif pada ekranisasi novel karya yang baru misal orisinal, diawali dengan melakukan tak terduga dan cocok yaitu breakdown pada novel. Dilanjutkan berguna, bisa beradaptasi dengan breakdown film diikuti jenis terhadap hambatan. Kreativitas perubahan yang terjadi agar memiliki topik dengan cakupan memudahkan dalam menganalisa. yang luas dan penting pada Breakdown film akan menjadi data tingkat individu dan sosial. Pada acuan analisis perubahan unsur tingkat individu, kreativitas ini naratif secara keseluruhan. 13

Pada unsur naratif story seperti pada tabel 4.7 dan 4.8 yang ditampilkan data berupa tabulasi disusun atas hubungan kausalitas perbandingan story novel dan film dengan mengurutkan nomor story yang disusun secara kronologis nya, SN untuk Story Novel dan SF dengan nomor story nya, SN untuk untuk Story Film. Story Novel dan SF untuk Story Hasil tabulasi perbandingan alur Film. berfungsi dalam melihat pola alur Hasil tabulasi perbandingan story yang terjadi sekaligus melihat berfungsi dalam melihat terjadinya penciutan, penambahan, dan penciutan, penambahan, dan perubahan bervariasi. Alur dikatakan perubahan bervariasi. Story mengalami penciutan jika peristiwa dikatakan mengalami penciutan jika yang memliki plot (peran penggerak peristiwa pada novel tidak muncul cerita) pada novel tidak muncul dalam film, Story dikatakan dalam film, Alur dikatakan mengalami penambahan jika mengalami penambahan jika peristiwa tidak muncul pada novel peristiwa yang memiliki plot (peran tetapi dihadirkan pada film, Story penggerak cerita) tidak muncul pada dikatakan mengalami perubahan novel tetapi dihadirkan pada film, bervariasi jika peristiwa sama-sama Alur dikatakan mengalami dimunculkan pada novel dan film perubahan bervariasi jika peristiwa namun terdapat variasi-variasi yang memiliki plot (peran penggerak tertentu. Hal diatas berlaku untuk cerita) sama-sama dimunculkan pada ekranisasi novel “DILAN: Dia novel dan film namun terdapat adalah Dilanku tahun 1990” ke variasi-variasi tertentu. dalam film “Dilan 1990” dan novel Hal diatas berlaku untuk “DILAN: Dia adalah Dilanku tahun ekranisasi novel “DILAN: Dia 1991” ke dalam film “Dilan 1991 adalah Dilanku tahun 1990” ke dalam perubahan story. dalam film “Dilan 1990” dan novel Pada unsur naratif alur “DILAN: Dia adalah Dilanku tahun ditampilkan data berupa tabulasi 1991’ ke dalam film “Dilan 1991 perbandingan alur novel dan film dalam perubahan alur. 14

Pada aspek perubahan tokoh dan “DILAN: Dia adalah Dilanku tahun latar sudah terlebih dahulu diindikasi 1991’ ke dalam film “Dilan 1991 gejalanya pada breakdown film yakni dalam perubahan tokoh dan latar. pada kolom Perubahan. Berikut merupakan ringkasan Perubahan yang terjadi data hasil temuan dalam kemudian dikelompokkan penelitian yang selanjutkan akan berdasarkan jenis perubahannya; dijabarkan dengan singkat, padat penciutan, penambahan, perubahan dan jelas. bervariasi yang kemudian dianalisa Perubahan unsur naratif pada masing-masing perubahannya. proses ekranisasi novel “DILAN: Dia adalah Dilanku tahun 1990”adalah Tokoh dan latar dikatakan sebagai berikut : mengalami penciutan jika tokoh dan  Story : penciutan sebanyak latar pada novel tidak muncul dalam 152 story dari total 319 story, film, tokoh dan latar dikatakan penambahan sebanyak 13 mengalami penambahan jika tokoh story, serta perubahan bervariasi sebanyak 51 story dan latar tidak muncul pada novel  Alur : penciutan sebanyak 31 tetapi dihadirkan pada film story, penambahan sebanyak sedangkan pada perubahan bervariasi 2 story, serta perubahan dikatakan jika tokoh dan latar sama- bervariasi sebanyak 4 story  Tokoh : tokoh yang sama dimunculkan pada novel dan mengalami penciutan film namun terdapat variasi-variasi sebanyak 26 tokoh terdiri tertentu. Variasi tokoh meliputi 3 atas; 20 tokoh pendukung, 6 tokoh figuran. Penambahan dimensi tokoh. Variasi latar meliputi sebanyak 5 tokoh; 5 tokoh perubahan deskripsi dan figuran, dan perubahan penggambarannya, khusus untuk bervariasi sebanyak 6 tokoh; 1 tokoh utama, 5 tokoh latar hanya akan diliat perubahannya pendukung. pada unsur latar tempat.  Latar : penciutan sebanyak 13 latar tempat, serta perubahan Hal diatas berlaku untuk bervariasi 1 latar tempat ekranisasi novel “DILAN: Dia Perubahan unsur naratif pada adalah Dilanku tahun 1990” ke proses ekranisasi novel “DILAN: Dia dalam film “Dilan 1990” dan novel 15

adalah Dilanku tahun 1991”adalah 1990” dan “Dilan 1991” masih sebagai berikut : cenderung setia dengan karya sebelumnya. Hal ini dibuktikan  Story : penciutan sebanyak dengan dari serangkaian 264 story dari total 434 story, perubahan yang terjadi, baik penambahan sebanyak 12 novel dan film masih memilki story, serta perubahan premis cerita yang sama. bervariasi sebanyak 36 story  Alur : penciutan sebanyak 24 Pada novel “DILAN: Dia story, penambahan sebanyak adalah Dilanku tahun 1990” 3 story maupun film “Dilan 1990”  Tokoh : tokoh yang memperlihatkan bagaimana mengalami penciutan usaha Dilan mendekati Milea sebanyak 18 tokoh terdiri dengan berbagai hal sederhana atas; 13 tokoh pendukung, 5 yang dimiliki dan membuat tokoh figuran, penambahan Milea jatuh hati. Pada novel sebanyak 2 tokoh; 2 tokoh “DILAN: Dia adalah Dilanku figuran, dan perubahan tahun 1991” dan film “Dilan bervariasi sebanyak 1 tokoh; 1991” Milea melanjutkan 1 tokoh pendukung. kisahnya dengan Dilan saat resmi  Latar : penciutan sebanyak 21 berpacaran hingga akhirnya latar tempat, penambahan 1 keduanya memilih untuk latar tempat, serta perubahan berpisah. bervariasi 1 latar tempat KESIMPULAN Pada ekranisasi novel Penelitian ekranisasi novel “DILAN: Dia adalah Dilanku “DILAN: Dia adalah Dilanku Tahun tahun 1990” ke dalam film 1990” ke dalam film “Dilan 1990” “Dilan 1990” dan novel dan novel “DILAN: Dia adalah “DILAN: Dia adalah Dilanku Dilanku Tahun 1991” ke dalam film tahun 1991” ke dalam film “Dilan 1991” meliputi penciutan, “Dilan 1991”. Ditinjau dari penambahan, dan perubahan berbagai perubahan, film “Dilan bervariasi. Perubahan didominasi 16

oleh penciutan, diawali dari story dalam mengadegankan sebuah yang mengalami banyak penciutan peristiwa, namun hal ini bisa dan memengaruhi unsur naratif: disampaikan melalui unsur lainnya alur, tokoh dan latar tempat. Ketika seperti visual dan dialog. Meskipun story berubah, maka alur ikut demikian sejatinya memang sebuah berubah. Ketika alur berubah, maka karya novel dan film tidak akan latar tempat ikut berubah. Ketika pernah benar-benar sama hal ini latar tempat berubah maka tokoh dipengaruhi juga bagaimana kedua ikut berubah. media tersebut dibentuk. Media novel hasil buah pikir dari seorang Penciutan, penambahan, novelis sedangkan film dibuat oleh perubahan bervariasi story diikuti sekumpulan orang yang tergabung perubahan unsur lainnya; perubahan dalam kru praproduksi, produksi, alur berupa pergantian pola struktur dan pascaproduksi. bertutur; penciutan, penambahan, perubahan bervariasi tokoh diikuti Perubahan pada proses perubahan jenis dan 3 dimensi ekranisasi selain berdampak pada tokoh; penciutan, penambahan, unsur naratif lainnya yang ikut perubahan bervariasi latar tempat. berubah diawali dengan perubahan story. Pada film cerita menjadi lebih Hal yang melatarbelakangi singkat dan padat. Cerita lebih terjadinya perubahan pada proses difokuskan pada hubungan dari dua ekranisasi ialah sifat dari kedua tokoh utama. media novel dan film. Setiap media memiliki karakteristik atau ciri khas Hubungan dari kedua film selain yang berbeda dengan media lainnya. berasal dari sebuah karya trilogi, Perbedaan media mengakibatkan ditemukan hal lain pada proses perbedaan dalam cara menuturkan ekranisasi yang terjadi. Pada unsur cerita. Novel menyapaikan pesan naratif: Story “Dilan 1990” yang melalui teks sedangkan film mengalami penciutan tidak serta- menyampaikan narasi melalui merta dihilangkan namun coba audiovisual. Keterbatasan durasi ditambahkan atau dimasukkan membuat film memliki keterbatasan menjadi bagain dari film “Dilan 17

1991”. Story tersebut bagian diperdalam dan lebih fokus agar memiliki kemampuan sebagai mendapatkan banyak temuan- penggerak cerita dan salah satu dari temuan baru. Kelemahan lainnya beberapa story penting. ada pada media yang dipilih, sudah banyak sekali penelitian tentang Pada serangkaian ekranisasi kajian ekranisasi dari sebuah novel yang terjadi meliputi pemanfaatan ke dalam film, meski demikian unsur naratif dari sebuah karya meskipun sudah populer namun novel yang digunakan dalam masih banyak hal lain yang dapat di mewujudkan sebuah film. Terjadi eksplorasi dalam kajian ekranisasi persilangan pada karya trilogi Dilan, novel dan film. Diharapkan dimana ditemukan unsur peristiwa kedepannya muncul banyak hal baru dalam novel “DILAN: Dia adalah dalam kajian ekranisasi pada karya Dilanku Tahun 1990” ditampilkan audiovisual. pada film “Dilan 1991”. Hal ini dibaca sebagai sebuah kreativitas atas kemampuan menghasilkan DAFTAR PUSTAKA karya baru. Ekranisasi tidak melulu tentang novel A ke dalam film. Hal Abrams, M.H. A Glossary of Literary Terms. Boston: Massachusetts: ini menjadi bukti bahwa ekranisasi Heinle & Heinle, 1999. tidak lagi kaku dan memiliki Armantono, RB, dan Suryana Paramita. kebebasan. Pada prosesnya film Skenario: teknik Penulisan “Dilan 1991” mengalami kebaruan Cerita. : FFTV-IKJ Press, 2013. khususnya dalam pengembangan plot. Armantono, RB, dan SUryana Paramita. Skenario: teknik Penulisan SARAN Cerita. Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2013.

Pada penelitian ini terdapat Bordwell, David, dan Kristin Thompson. banyak kelemahan beberapa Film Art An Introduction. New York: McGraw-Hill Education, diantaranya perihal jumlah struktur 2000. naratif yang diteliti. Pada penelitian Damono, Sapardi Djoko. Alih Wahana. ini hanya meliputi story, alur, tokoh, Jakarta: Gramedia Pustaka latar yang dimana masih bisa Utama, 2018. 18

Eneste, Pamusuk. Novel dan Film. Forster, E.M. Aspects of the Novel: The Flores: Penerbit Nusa Indah, Timeless Classic on Novel 1991. Writing. London: Harcourt Inc, 1927. Eriyanto. Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Morissan. Manajemen Media Analisis Teks Berita Media. Penyiaran: Strategi Mengelola Jakarta: Prenada Media Group, Radio & Televisi. Jakarta: 2013. Kencana, 2011.

Faradela, Fahlemi. Tirto.id. 4 Maret Pratista, Himawan. Memahami Film. 2019. https://tirto.id/dilan-1991- Yogyakarta: Homerian Pustaka, dapat-2-rekor-muri-untuk- 2008. jumlah-penonton-terbanyak-dijv (diakses Juni 1, 2019). Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: film indonesia. Data penonton tahun Alfabeta, 2012. 2018. 2018. http://filmindonesia.or.id/movie/ Yusuf, A Muri. Metode Penelitian viewer/2018 (diakses Januari 1, Kuantitatif Kualitatif dan 2019). Penelitian Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group, 2014.