489 Aksesibilitas Konsumen Rumah Tangga Terhadap
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
AKSESIBILITAS KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP BIHUN TAPIOKA DAN BERAS SIGER DI PROVINSI LAMPUNG HOUSEHOLD CONSUMER ACCESSIBILITY TO TAPIOCA VERMICELLY AND SIGER RICE IN LAMPUNG PROVINCE Dyah Aring Hepiana Lestari1*, Wuryaningsih Dwi Sayekti1, R. Hanung Ismono1 1Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung. Jln. Sumantri Brojonegoro No.1, Gedung Meneng Bandar Lampung, 35145 *E mail:[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat aksesibilitas konsumen rumah tangga terhadap bihun tapioka dan beras siger di Provinsi Lampung. Penelitian dilakukan menggunakan metode survai terhadap populasi rumah tangga di sekitar agroindustri bihun tapioka dan beras siger. Sampel berjumlah 71 KK untuk Kota Metro dan 39 KK untuk Kabupaten Pringsewu. Aksesibilitas terhadap bihun tapioka dan beras siger dinilai dari beberapa indikator yaitu: usaha yang harus dikeluarkan untuk memperoleh bihun tapioka/beras siger, jumlah toko/warung yang menjual, kondisi jalan, transportasi, lebar jalan, kualitas jalan, dan tata letak produk di tempat penjualan. Masing-masing indikator diberi skor dengan skala Likert (5 skala). Hasil pengukuran tingkat aksesibilitas rumah tangga terhadap bihun tapioka dan beras siger di Kota Metro dan Kabupaten Pringsewu dinilai dari modus skor jawaban yang diberikan. Dari nilai modus skor yang didapat, diklasifikasikan ke dalam lima kelas yaitu “sangat mudah”, “mudah”, “sedang”, “sulit”, dan “sangat sulit”. Hasil analisis menunjukkan bahwa aksesibilitas konsumen dalam memperoleh bihun tapioka di Kota Metro dalam kategori mudah, sedangkan aksesibilitas konsumen dalam memperoleh beras siger di Kabupaten Pringsewu dalam kategori sangat sulit.[S1] Kata kunci: aksesibilitas, beras siger, bihun tapioka ABSTRACT This study aims to analyze the level of household consumer accessibility to tapioca vermicelly and siger rice in Lampung Province. The research was conducted using survey method to household population around agroindustry of tapioca vermicelly and siger rice. Samples were 71 households for Metro City and 39 households for Pringsewu Regency. Accessibility to tapioca vermicelly and siger rice is assessed from several indicators, namely: the effort that must be spent to obtain tapioca vermicelly/siger rice, the number of shops/stalls, road conditions, transportation, road width, road quality, and product layout at the point of sale. Each indicator is scored with a Likert scale (5 scales). The results of the measurement of the level of household accessibility to tapioca vermicelly and siger rice in Metro City and Pringsewu Regency were assessed from the score mode of the answers given. From the mode score obtained, it is classified into five classes, namely "very easy", "easy", "medium", "difficult", and "very difficult". The results of the analysis showed that the accessibility of consumers in obtaining tapioca vermicelly in Metro City was in the easy category, while the accessibility of consumers in obtaining siger rice in Pringsewu Regency was in the very difficult category.[S2] Keywords: accessibility, siger rice, tapioca vermicelly 1. PENDAHULUAN sebagai salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap konsumsi beras. Diversifikasi pangan merupakan Masyarakat diharapkan mengonsumsi program yang dicanangkan oleh pemerintah beraneka ragam pangan, sehingga konsumsi Prosiding Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian 489 Indonesia (FKPTPI) 2018 Universitas Syiah Kuala Banda Aceh beras dapat dikurangi. Suyastiri (2008) tempat atau kawasan dari suatu sistem. menyatakan bahwa dalam hal pangan pokok, Secara ringkas Tamin (2000) menyatakan diversifikasi pangan merupakan suatu proses bahwa indikator aksesibilitas dapat diwakili pemilihan pangan pokok yang tidak oleh indikator jarak. Secara rinci Miro (2004) bergantung pada satu jenis pangan saja tetapi mengemukakan bahwa aksesibilitas wilayah lebih ditekankan pada berbagai bahan pangan dapat diukur berdasar variabel-variabel mulai dari aspek produksi, aspek pengolahan, ketersediaan jaringan jalan, jumlah alat aspek distribusi, hingga aspek konsumsi pada transportasi, serta panjang, lebar, dan kualitas tingkat rumah tangga.[S3] jalan. Bahan pangan yang diharapkan dapat Berdasar latar belakang tersebut, maka mengurangi konsumsi beras sebagai pangan penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pokok adalah bahan pangan yang memiliki tingkat aksesibilitas konsumen rumah tangga kandungan yang serupa atau lebih tinggi dari terhadap bihun tapioka dan beras siger di beras. Bahan pangan tersebut adalah Provinsi Lampung. singkong. Provinsi Lampung merupakan provinsi penghasil singkong terbesar di Indonesia 2. METODE PENELITIAN (BPS, 2015). Dengan ketersediaan bahan baku yang besar, maka di Provinsi Lampung telah Penelitian ini menggunakan metode tumbuh agroindustri-agroindustri yang survai dengan populasi rumah tangga di mengolah singkong menjadi berbagai produk sekitar agroindustri bihun tapioka dan beras olahan, antara lain bihun tapioka dan beras siger. Lokasi penelitian untuk agroindustri siger. Bihun tapioka adalah salah satu jenis bihun tapioka adalah di Kota Metro karena bihun dengan bahan baku tepung tapioka. Kota Metro merupakan sentra industri bihun Beras siger adalah “beras” yang terbuat dari tapioka. Untuk agroindustri beras siger dipilih singkong segar. Desa Margosari, Kecamatan Pagelaran Utara Konsumsi bihun tapioka dan beras siger Kabupaten Pringsewu karena agroindustri oleh masyarakat diharapkan akan dapat beras siger ini belum pernah diteliti oleh tim mengurangi konsumsi beras. Akan tetapi, Unila. dalam kenyataannya kedua produk ini belum Populasi di sekitar agroindustri bihun cukup memasyarakat. Oleh karena itu tingkat tapioka yang mencakup Kelurahan Banjarsari konsumsinya juga masih terbatas (Aldhariana, dan Karangrejo Kecamatan Metro Utara, serta Lestari, dan Ismono, 2016; Ariesta, Lestari, Kelurahan Iringmulyo Metro Timur berjumlah Sayekti, dan Ismono, 2016: Handayani, 2018). 1.022 rumah tangga/Kepala Keluarga. Adapun Diduga salah satu penyebabnya adalah masih populasi di sekitar agroindustri beras siger di sulitnya akses konsumen rumah tangga Desa Margosari berjumlah 632 rumah terhadap kedua produk ini. tangga/Kepala Keluarga. Penghitungan Aksesibilitas konsumen rumah tangga ukuran sampel didasarkan pada rumus Issac terhadap bihun tapioka dan beras siger and Michael (1995) sehingga diperoleh 71 KK dimaksudkan sebagai kemudahan konsumen untuk Kota Metro dan 39 KK untuk Kabupaten dalam memperoleh bihun tapioka atau beras Pringsewu. Pemilihan sampel dilakukan siger. Kemudahan dalam memperoleh dengan acak proporsional untuk Kota Metro produk-produk tersebut terkait erat dengan dan acak sederhana untuk Kabupaten persepsi konsumen. Pringsewu. Unit analisis dalam penelitian ini Magribi (1999) menyatakan bahwa adalah rumah tangga, sedangkan aksesibilitas adalah ukuran kemudahan yang respondennya adalah ibu rumah tangga. meliputi waktu, biaya, dan usaha dalam Data yang dikumpulkan berupa data melakukan perpindahan antara tempat- primer yang diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner. Pengukuran tingkat Prosiding Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian 490 Indonesia (FKPTPI) 2018 Universitas Syiah Kuala Banda Aceh aksesibilitas menggunakan tujuh indikator Hasil pengukuran tingkat aksesibilitas yang diukur dengan skala Likert seperti dapat dilihat dari nilai modus skor yang diperoleh. dilihat pada Tabel 1. Bila nilai modus yang diperoleh: 1 = tingkat aksesibilitas sangat sulit Tabel 1. Pengukuran tingkat aksesibilitas konsumen 2 = tingkat aksesibilitas sulit terhadap bihun tapioka dan beras siger 3 = tingkat aksesibilitas sedang 4 = tingkat aksesibilitas mudah Indikator Skor 1 2 3 4 5 5 = tingkat aksesibilitas sangat mudah Besar Sangat Besar Netral Kecil Sangat usaha besar kecil Jumlah Sangat Sedikit Netral Bany Sangat 3. HASIL DAN PEMBAHASAN toko sedikit ak banyak Kondisi Sangat Jelek Netral Baik Sangat jalan jelek baik Karakteristik Responden[S4] Transpor Angkut Sepeda Netral Sepe Tidak Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian tasi an motor da perlu umum besar responden di Kota Metro maupun di Lebar jalan Sangat Sempit Netral Leba Sangat Kabupaten Pringsewu berada pada usia muda sempit r lebar sehingga masih produktif. Akan tetapi Kualitas Tanah Batu Netral Aspa Aspal jalan merah onderl l hotmix sebagian besar responden berprofesi sebagai aag ibu rumah tangga yang tidak bekerja untuk Tata letak Sangat Tidak Netral Baik Sangat mendapatkan upah. Tingkat pendidikan produk tidak baik baik baik responden baik di Kota Metro maupun Kabupaten Pringsewu sebagian besar hanya Oleh karena jawaban diukur dengan lulus SD. Oleh karena itu pengetahuan gizi skala Likert dengan rentang skor 1-5, maka responden tergolong rendah di Kota Metro dilakukan uji validitas dan reliabilitas dan tergolong rendah sampai sedang di kuesioner terhadap 30 orang responden. Uji Kabupaten Pringsewu. validitas menggunakan analisis korelasi Product Moment dan uji reliabilitas Tabel 3 . Karakteristik responden menggunakan Alpha Cronbach. Masing- No Keterangan Metro Pringsewu masing indikator valid bila nilai korelasi > 0,2 dan reliabel bila Alpha Cronbach > 0,6 (Sufren 1 Usia (tahun) 23 – 43 34 – 47 dan Natanael, 2013). (63,38%) (53,85%) 2 Pendidikan 0 – 6 0 – 6 (tahun) (43,66%) (48,72%) Tabel 2. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner 3 Pekerjaan Ibu Rumah Ibu Rumah aksesibilitas konsumen terhadap bihun tapioka Tangga Tangga dan beras siger (60,56%) (48,72%) 4 Pengetahuan Rendah Rendah Indikator Uji Validitas Gizi (36,62%) (38,46%) Aksesibilitas