PENULIS PADA DEVISI REVIEW DAN KRITIK FILM DI MONTASE PRESS YOGYAKARTA

LAPORAN KULIAH KERJA PROFESI Untuk memenuhi Tugas Akhir Kuliah Kerja Profesi Program Studi Televisi dan Film Jurusan Seni Media Rekam

OLEH

AGUSTIN PRIMASTUTI NIM.15148149

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI SURAKARTA 2019

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kuliah Kerja Profesi dengan Judul

PENULIS PADA DEVISI REVIEW DAN KRITIK FILM DI MONTASE PRESS YOGYAKARTA

Oleh

AGUSTIN PRIMASTUTI

NIM 15148149

Telah disetujui sebagai Laporan Kuliah Kerja Profesi

Surakarta, April 2018

Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Kuliah Kerja Profesi Kuliah Kerja Profesi

NRA Candra Dwi Atmaja M.Sn Agustinus Dwi Nugroho

NIP.197911032005011004

Mengetahui, Ketua Jurusan Seni Media Rekam

Sri Wastiwi Setiawati S.sn., M.Sn.

NIP. 197505252005012003

i

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan hidayahnya sehingga penulis mampu menyelesaikan Laporan Kuliah

Kerja Profesi sebagai Penulis pada devisi Review dan Kritik Film di Montase Press dan Film. Kuliah Kerja Profesi ini memberikan manfaat bagi penulis karena membantu penulis dalam menambah ilmu pengetahuan, pengalaman, relasi, dan referensi yang baru. Dari program ini pula, penulis dapat lebih mengetahui realitas dan profesionalisme dalam dunia kerja.

Tentunya penulis ingin mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Profesi (KKP) ini diantaranya :

1. NRA Candra Dwi Atmaja M.Sn, selaku Dosen Pembimbing Kuliah Kerja

Profesi yang telah memberikan arahan, bimbingan dalam proses Kuliah Kerja

Profesi ini maupun dalam menyelesaikan laporan KKP ini.

2. Agustinus Dwi Nugroho selaku Ketua Umum Montase Press yang telah

memberikan kepercayaan kepada penulis untuk melaksanakan dan

menyelesaikan kewajiban Kuliah Kerja Profesi di Montase Press.

3. Himawan Pratista selaku Counselor dan Editor di Montase Press yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis menjadi seorang pengamat sekaligus

kritikus yang kompeten dan objektif.

4. Seluruh keluarga komunitas Montase yang membantu, mendukung, memberi

pengalaman selama Kuliah Kerja Profesi (KKP) berlangsung.

ii

5. Teman-teman program studi Televisi dan Film khususnya angkatan 2015 yang

telah memberi informasi dan merekomendasikan Montase sebagai tempat

Kuliah Kerja Profesi yang telah penulis tempuh.

6. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dari sebelum pelaksanaan

Kuliah Kerja Profesi (KKP) hingga pembuatan laporan Kuliah Kerja Profesi

(KKP).

7. Orang tua dan keluarga yang selalu memberi dukungan moral maupun

materiil.

Laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan, oleh karena penulis sangat menerima kritik dan saran yang membangun guna perbaikan karya tulis di masa yang akan datang. Penulis berharap, laporan KKP ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Mei 2019

Penulis

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...... ii

KATA PENGANTAR ...... iii

DAFTAR ISI...... iv

DAFTAR GAMBAR ...... v

BAB I PENDAHULUAN ...... 1

A. Latar Belakang ...... 1 B. Tujuan ...... 2 C. Manfaat ...... 2 D. Waktu Pelaksanaan ...... 3 E. Lokasi ...... 3

BAB II MATERI DAN METODE KULIAH KERJA PROFESI ...... 5

A. Materi Kerja Profesi ...... 5 1. Materi Umum ...... 5 2. Materi Khusus ...... 7 B. Metode Kerja Profesi ...... 8 1. Memperbanyak Referensi ...... 8 Film dengan Menonton ...... 8 2. Menulis Kritik dan Review ...... 8 3. Publikasi Kritik dan Review ...... 11 4. Penulisan Buku ...... 11

BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PROFESI ...... 12

A. Data Perusahaan Kuliah Kerja Profesi ...... 12 1. Sejarah Montase Press ...... 12 2. Bidang Usaha ...... 13 a. Penerbitan ...... 13 b. Review dan Kritik Film ...... 14 c. Produksi Film...... 14 d. Distribusi Film ...... 15 e. Montase Film Chourse ...... 15 f. Screening Cinemontase ...... 15 3. Struktur Organisasi ...... 16 4. Penghargaan Komunitas ...... 16 5. Partner Komunitas ...... 17 B. Pelaksanaan Kegiatan ...... 17 1. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan ...... 17

iv

2. Rencana Pelaksanaan KKP ...... 17 3. Realisasi Kegiatan ...... 18 a. Materi dan Pembekalan Hal Dasar ...... 18 b. Pelatihan dan Penulisan Review Film Klasik ...... 20 c. Pelatihan dan Penulisan Review Film ...... 22 Bioskop Indonesia

BAB IV PENUTUP ...... 26

A. Kesimpulan ...... 26 B. Saran ...... 26

DAFTAR PUSTAKA ...... 28

LAMPIRAN...... 29

A. Daftar Gambar ...... 29

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 01. – Materi Hal – Hal Dasar ...... 7

Gambar 02. – Materi Pengantar Seni ...... 8

Gambar 03. – Logo Montase ...... 12

Gambar 04. – Kegiatan Materi Khusus ...... 19

Gambar 05. – Publikasi Ulasan Film Preman Pensiun ...... 23

Gambar 06. – Publikasi Ulasan Film Orang Kaya Baru ...... 23

Gambar 07. – Publikasi Ulasan Film PSP: Gaya Mahasiswa ...... 24

Gambar 08. – Publikasi Ulasan Film Laundry Show ...... 24

Gambar 09. – Publikasi Ulasan Film Calon Bini ...... 25

Gambar 10. – Lokasi Montase Press...... 29

Gambar 11. – Lokasi Pemberian Materi dan Diskusi ...... 29

Gambar 12. – Coaching bersama Himawan Pratista dan Mozafari ...... 29

Gambar 13. – Proses Penulisan Review dan Kritik Film ...... 30

Gambar 14. – Lokasi Pemutaran dan Diskusi Cinemontase...... 30

Gambar 15. – Sesi Pemutaran Cinemontase ...... 30

Gambar 16. – Sesi Diskusi bersama Mohammad Mozafari ...... 31

Gambar 17. – Foto Bersama Agustinus Dwi dan Himawan Pratista ...... 31

vi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kuliah Kerja Profesi (KKP) merupakan salah satu mata kuliah wajib yang di tempuh oleh mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah sebanyak 100 sks sebelumnya. Kuliah Kerja Profesi (KKP) ini memiliki peranan penting untuk mengasah dan mengembangkan potensi dan kreatifitas mahasiswa atas apa yang pernah diperoleh dari pembelajaran di kelas selama perkuliahan. Pengalaman yang diperoleh selama Kuliah Kerja Profesi (KKP) yang pernah ditempuh, dapat menjadi tempat untuk mengembangkan soft skill dan hard skill sekaligus menjadi bekal bagi mahasiswa dalam memasuki dunia kerja.

Penulis menempuh perkuliahan tentang Televisi dan Film selama 6 semester dan mengikuti perkembangan industri perfilman yang semakin pesat dari masa ke masa, Didukung dengan kemajuan dalam bidang teknologi dan bidang pendidikan, maka terlahir lah film - film dengan kualitas yang baik pula. Kini, industri perfilman Indonesia telah banyak memproduksi film - film dengan berbagai keistimewaanya masing - masing. Dari sini lah kritik film memiliki peran penting dalam menilai kualitas dari sebuah film. Kehadiran kritikus - kritikus film ini lah yang ke depannya diharapkan dapat meningkatkan kualitas perfilman Indonesia.

Untuk memasuki dunia kepenulisan kritik film, penulis perlu mempelajari lebih dalam bagaimana cara menulis kritik atau review film dengan baik dan benar. Komunitas Montase Press merupakan komunitas film independen yang bergerak dalam bidang produksi film, kepenulisan review, kritik film maupun buku mengenai perfilman. Komunitas Montase ini merupakan sekumpulan para penikmat film yang secara rutin berdiskusi dan berbagi informasi mengenai film. Montase merupakan salah satu komunitas terbaik dan terlengkap yang ada di Indonesia dimana para anggotanya sering melakukan produksi film, mengelola website yang berisi review dan kritik film hingga mendirikan percetakan dan mencetak buku mereka secara mandiri melalui Montase Press.

1

Menjadi seorang kritikus film tidak berarti hanya datang dan menonton film lalu mengkritisi film sesuai dengan selera pribadi. Montase Press mengajarkan berbagai cara - cara mengkritik sebuah film dengan baik. Montase juga menegaskan bahwa menulis review film sama dengan mengapresiasi karya film itu sendiri sehingga para penonton dapat menjadi lebih kritis terhadap tayangan yang mereka tonton.

Oleh karena itu untuk dapat memasuki dunia kepenulisan kritik film, penulis perlu mendapatkan pembelajaran secara langsung kepada seseorang yang lebih berkompeten di bidang kritik film. Salah satu caranya adalah dengan melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) dibidang kepenulisan, baik kritik maupun review. Dengan adanya dan dapat terealisasikannya Kuliah Kerja Profesi (KKP) pada Devisi Review dan Kritik Film di Montase Press & Film diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan di masa mendatang.

B. Tujuan

Tujuan dari dilaksanakannya Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Montase Press pada devisi review dan kritik film adalah sebagai berikut :

1. Mengikuti kegiatan yang dilakukan Montase Press dalam menulis artikel mengenai kritik film. 2. Memahami dan menerapkan pola kerja yang dilakukan oleh Montase Press. 3. Menerapkan dan mengimplementasikan ilmu mengenai perfilman yang didapatkan selama perkuliahan ke dalam proses dan kerja pada Montase Press. 4. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang penulisan kritik film maupun di bidang kepenulisan naskah.

C. Manfaat

Adapun manfaat dari dilaksanakannya Kuliah Kerja Profesi (KKP) mahasiswa program studi Televisi dan Film Institut Seni Indonesia Surakarta adalah sebagai berikut :

2

1. Bagi Mahasiswa a. Mendapatkan pengalaman sekaligus kesiapan mental mahasiswa untuk menjalani dunia kerja yang sesungguhnya. b. Mengembangkan bakat dan minat mahasiswa sekaligus mengaplikasikan ilmu pengetahuan teoritis yang didapatkan dari perkuliahan dalam dunia kerja. c. Menjalin kerja sama secara profesional dengan Montase Press dan film.

2. Bagi Prodi Televisi dan Film ISI Surakarta a. Menjadi evaluasi pencapaian kompetensi lulusan dan materi pembelajaran. b. Menjalin kerja sama secara profesional dengan pihak industri yang berkaitan. c. Memperoleh informasi perihal perindustrian baik dari industri pertelevisian maupun industri perfilman tentang kualifikasi sumber daya manusia yang dibutuhkan.

3. Bagi Montase Press a. Memperoleh calon tenaga kerja yang terdidik dan terampil dalam dunia perfilman khususnya di bidang kepenulisan. b. Mendapatkan calon volunteer yang aktif dan dapat bergabung dalam komunitas di masa mendatang.

D. Waktu Pelaksanaan Kuliah Kerja Profesi

Durasi : 36 Hari

Waktu : 13 Januari - 17 Febuari

Hari Kerja : Senin - Sabtu

Jam Kerja : Pukul 09.00 - 21.00 WIB

E. Lokasi Kuliah Kerja Profesi

Nama instansi / perusahaan : Montase Press

Bidang kerja / devisi : Penulis review dan kritik film

3

Alamat lengkap : Kregan 02/037 Sanggrahan, Wedomarteni, Sleman Yogyakarta

Nomor Telepon : 08562934021 (Melati/Sekertariat)

: 081326446779 (Office)

Email : [email protected]

4

BAB II MATERI DAN METODE KULIAH KERJA PROFESI

A. Materi Kerja Profesi

1. Materi Umum

Ditinjau dari segi bahasa, kritik merupakan suatu tanggapan yang kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik atau buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat dan sebagainya. Kritik yang ditujukan pada sebuah karya, terutama pada film dapat ditinjau dari kekuatan dan kelemahan dari apa yang disajikan oleh film tersebut, disertai dengan alasan yang logis.1 Kritik kerap diartikan kurang lebih untuk membuat orang sekilas menyadari dan memformulasi perasaan – perasaan, dugaan, dan gagasan yang tampak melalui pengalaman dam pemikiran artistik secara bersamaan. Dasar uraian kritik lebih banyak mengungkapkan unsur-unsur psikologis seniman.2 Kritik film merupakan tingkatan lebih lanjut dari apresiasi film dimana seorang kritikus film harus mampu menganalisis, mengevaluasi dan menilai sebuah film. Selain itu, kritikus film harus mampu menerapkan berbagai metode yang digunakan untuk membaca sebuah film, baik dari sisi sinematik maupun sisi naratif yang dihadirkan dalam sebuah film. Maka dari itu seorang kritikus film haruslah seseorang yang berkompeten dan memiliki pengalaman dalam bidang perfilman dan sinematografi.

Kritikus memiliki peran untuk menilai kualitas dari sebuah karya film. Namun perlu diketahui pula, bahwa fenomena film laris adalah tolok ukur sukses atau tidaknya sebuah film. Film laris tentu saja memiliki sejumlah formula yang menyebabkan sebuah film mampu menjadi sukses secara komersial. Formula – formula tersebut dipengaruhi berbagai faktor diantaranya :

1 https://kbbi.web.id/kritik html, 12 Mei 2019 21.19 WIB

2 Dr Bambang Sugiarto, Wacana Kritik Seni Rupa Di Indonesia. Bandung : Penerbit Nuansa , 2002. Hal. 41

5

a. Jumlah Layar Lebar Semakin banyak layar lebar atau bioskop yang tersebar di penjuru daerah, maka semakin luas pula penonton yang dicangkup. b. Adaptasi Novel Laris Sebuah film bisa dibuat kisahnya menggunakan naskah asli maupun adaptasi. Naskah adaptasi dapat bersumber dari sebuah karya sastra khususnya novel. Novel yang dirujuk oleh pembuat film, lazimnya diambil dari novel populer yang laris di pasaran. Novel yang telah memiliki penggemar fanatik dan sangat populer secara otomatis menjadi sarana promosi yang efektif untuk menarik pembaca novelnya ke bioskop. c. Genre Populer Genre populer muncul karena genre tersebut yang paling diminati oleh penonton sehingga produser memproduksi film sesuai dengan permintaan pasar. d. Film Franchise Bentuk dari franchise dapat beragam seperti sekuel, prekuel, remake, reboot, spin-off, hingga yang paling mutakhir cinematic universe (semesta sinematik). Selain sebagai pengembangan naratif maupun sinematik dari sebuah film strategi ini membuat para penikmat film akan terus penasaran. Rasa penasaran inilah yang sering diolah oleh para pembuat film untuk terus mengembangkan franchise sebuah film.

Fenomena film laris ini menjadi amat menarik untuk dikaji terutama bagi kritikus, apakah film laris ini sebanding dengan kualitas yang disuguhkan dalam film atau hanya mengejar sesnasi untuk mendapatkan profit. Kritikus berperan untuk mengulas baik dari sisi estetik, sinematik, serta genre dan serinya. 3

3 Himawan Pratista, Agustinus Dwi nugroho, Luluk Ulhasanah, 30 Film Terlaris 2002-2018. Yogyakarta : Montase Press, 2019. Hal 1-13

6

2. Materi Khusus

Dalam dunia kritik film, seorang kritikus film harus menguasai berbagai aspek penting dalam film. Kritikus film harus pandai menganalisis sebuah film baik dalam unsur naratif yang dituturkan film tersebut maupun sinematik yang ditampilkan dalam film. Kritikus film dituntut untuk mengikuti perkembangan film dari waktu ke waktu, mempunyai pengetahuan luas dan kaya akan referensi film. Pada pelaksanaan Kuliah Kerja Profesi ini, penulis lebih diarahkan untuk menjadi kritikus pemula yang baik dan benar. Sebelum dapat menulis ulasan dengan baik, penulis harus menjalani berbagai tahapan. Pada minggu pertama pelaksanaan KKP penulis diberikan materi materi dan hal – hal mendasar mengenai pengetahuan mendasar seni film.

Gambar 02. Materi Hal-Hal Dasar ( Sumber : Agustin Primastuti. 2019 )

Melalui materi –materi yang diberikan didapatkan pemahaman mengenai hal dasar unsur – unsur naratif dan makna dalam film fiksi secara lebih terperinci yang nantinya akan berguna dalam kegiatan apresiasi atau kritik film.

7

Gambar 03. Materi Pengantar Seni ( Sumber : Agustin Primastuti. 2019 )

Pada minggu kedua dilakukan pemberian materi berupa cara menulis kritik ala Montase Press yang akan penulis terapkan dalam kepenulisan review atau kritik film. Selain itu dilakukan pula latihan-latihan kepenulisan review guna melatih kepekaan kepenulisan dan memperbanyak referensi film dengan pendekatan naratif dan sinematik.

B. Metode Kerja Profesi

Metode Kuliah Kerja Profesi yang diterapkan pada Montase Press menggunakan sistem dengan standar sebagai berikut :

1. Memperbanyak Referensi Film dengan Menonton Menonton film sama dengan mengapresiasi film itu sendiri. Apresiasi film merupakan sebuah penghargaan terhadap pengalaman yang didapat saat menonton sebuah film. Melalui pengalaman menonton film, seseorang dapat melihat dan menilai secara obyektif sebuah film yang disajikan. Seseorang dapat mengumpulkan informasi baik dari segi naratif maupun pencapaian sinematik dari film tersebut. Informasi ini lah yang akan menjadi acuan seorang kritikus untuk merangkum dan menganalisis sehingga dicapailah sebuah penilaian yang relatif lebih obyektif. 2. Menulis Kritik dan Review Dalam menulis sebuah kritik, seorang kritikus film harus memiliki keahlian dalam membaca film. Dalam membaca sebuah film dapat dilihat dan ditinjau melalui dua aspek yaitu aspek naratif dan aspek sinematik. Capaian dari

8

masing-masing aspek tersebut yang mempengaruhi baik atau buruknya kualitas dari sebuah film. Selain itu, seorang kritikus film tidak diperbolehkan untuk subjektif dalam menilai sebuah film. Seorang kritikus harus dapat membedakan antara film “suka” atau film “bagus”. Kritikus biasanya menggunakan metode “kriteria” untuk memudahkan dalam mengevaluasi film supaya lebih obyektif. Metode kriteria ini terdiri dari : a. Realisme Kriteria realisme adalah bagaimana sebuah film dapat menyajikan cerita seperti fakta yang terjadi sesungguhnya di kehidupan nyata. b. Moral Kriteria moral adalah bagaimana sebuah film dapat menghadirkan nilai-nilai agama, tradisi dan budaya yang dianggap baik oleh masyarakat. c. Kompleksitas Kriteria kompleksitas adalah bagaimana sebuah film menyampaikan sebuah alur cerita dengan tingkat kerumitan nya masing-masing. d. Orisinalitas Kriteria orisinalitas adalah bagaimana sebuah film mampu menyajikan hal yang baru dan segar yang belum pernah ada dalam film-film sebelumnya. e. Nilai Hiburan Nilai Hiburan adalah sejauh apa sebuah film dapat menghibur dan membangkitkan mood penontonnya. f. Nilai Sosial atau Isu Nilai Sosial atau Isu adalah apakah dalam sebuah film tersebut mengandung nilai sosial atau isu di dalamnya. g. Motivasi Kriteria motivasi digunakan dalam sebuah evaluasi karena mampu menciptakan kesatuan serta koheren. Motivasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu :

◆ Motivasi Naratif Merupakan hubungan kausalitas (logika sebab-akibat) dalam cerita film.

◆ Motivasi Realistik

9

Merupakan motivasi realistik sesuai konteks cerita serta genre film.

◆ Motivasi Intertekstual Merupakan hubungan antara film dengan sumbernya, seperti novel, genre, sutradara dan sebagainya.

◆ Motivasi Artistik Merupakan pencapaian estetik atau sinematik dalam film.

◆ Motivasi Realistik Merupakan motivasi realistik sesuai konteks cerita serta genre film.

Dalam menuliskan kritik film, perlu mengetahui dan memahamu format penulisan dan kritik film yang sesuai dengan standar ala Montase Press.

Adapun kerangka penulisannya adalah sebagai berikut : a. Berisikan mengenai data film yang mencangkup 10-15% dari total seluruh artikel. Data film ini biasanya akan menjadi satu buah paragraf yang meliputi siapa Sutradaranya, Crew, Pemain Film, Tanggal Rilis, Genre, hingga penghargaan yang diraih. b. Berisikan mengenai sinopsis film yang mencangkup 10-15% dari total seluruh artikel. Sinopsis ini biasanya akan menjadi satu buah paragraf yang berisikan ringkasan cerita dari film tanpa spoiler. Dalam paragraf ini seorang penulis kritik atau review dilarang menceritakan tentang isi film lebih dari turning point satu pada unsur tiga babak. c. Berisikan ulasan yang mencangkup 70-80% dari total seluruh artikel. Pada paragraf ini berisikan mengenai ulasan naratif dan ulasan estetik yang hadir dalam film. Ulasan naratif ini berisikan informasi tentang logika cerita, keunikan cerita dan penokohan. Sementara ulasan estetik berisikan informasi tentang sinematografi, sound, editing, genre, mise en scene dan credits. Ulasan yang ditulis juga harus terbebas dari unsur spoiler. d. Setelah menulis kritik pada paragraf ulasan, kritikus harus dapat menilai film tersebut. Penilaian biasanya diwakilkan dengan angka ( 0 - 100% ) atau bintang ( bintang 1 - 5 ).

Standar - standar dalam penulisan kritik dan review di atas didapatkan secara langsung dari pembimbing lapangan berupa materi dan teknik penulisan kritik film standar Montase Press.

10

3. Publikasi Kritik dan Review

Sebelumnya Montase Press mempublikasikan ulasan mereka dalam sebuah majalah buletin. Namun karena dirasa kurang efektif, kini Montase Press mengalihkan publikasi mereka melalui Website dan Instagram yaitu montasefilm.org dan @montasefilm. Ulasan film yang dipublikasikan, disertai dengan penilaian akhir berupa angka sebagai rekomendasi kepada penonton. Dengan publikasi melalui media Sosial dan Website dirasa lebih efektif dan mampu menjangkau lebih banyak viewers.

4. Penulisan Buku

Setelah memperkaya referensi, mampu mengapresiasi film dan menuliskannya dalam sebuah artikel atau ulasan, kritikus dituntut untuk membuat karya berupa medium buku mengingat buku merupakan literasi yang valid. Montase Press menerbitkan buku secara mandiri guna memperkaya acuan literasi kepada penikmat film dan pembuat film. Berikut merupakan buku – buku yang diterbitkan oleh Montase Press :

a. Memahami Film (Edisi 2) Tahun : 2017 Penulis : Himawan Pratista Penerbit : Montase Press Halaman : 336 Halaman b. Kompilasi Buletin Film Montase 1-3 Tahun : 2018 Penulis : Himawan Pratista dan Agustinus Nugroho Penerbit : Montase Press Halaman : 200 Halaman c. 30 Film Indonesia Terlaris Tahun : 2019 Penulis :Himawan Pratista, Agustinus Nugroho dan Luluk Ulhasanah Penerbit : Montase Press Halaman : 240 Halaman

11

BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PROFESI

A. Data Perusahaan Kuliah Kerja Profesi

1. Sejarah Montase Press

Gambar 03. Logo Montase Sumber : Profile Komunitas Montase, 2018

Montase Press sendiri berdiri sejak tahun 2017. Montase Press ini merupakan sebuah devisi yang ada dalam komunitas film Montase. Awal tujuan didirikannya Montase Press ini adalah untuk menerbitkan buku yang ditulis oleh para anggotanya. Buku yang pertama kali diterbitkan oleh Montase adalah Memahami Film Edisi I pada tahun 2008 yang mana waktu itu masih diterbitkan oleh Homerian Pustaka. Buku Memahami Film Edisi I ini ditulis oleh Himawan Pratista yang kini bukunya telah terbit lebih dari 1000 eksemplar. Buku ini telah didistribusikan ke sekolah- sekolah, institusi pendidikan perfilman dan sejumlah komunitas film di seluruh Indonesia. Buku pertama kali yang dicetak oleh Montase Press adalah Memahami Film Edisi II pada tahun 2018. Kini Montase Press telah mencetak 5 buah buku seperti Memahamin Film edisi II, Kompilasi Buletin Film Montase Vol. 1-3, dan Ulasan 30 Film Terlaris Indonesia 2002-2018 yang telah dirilis pada awal tahun 2019.

Montase adalah sebuah komunitas film independen yang berdiri pada tahun 2005 di kota Yogyakarta. Pada mulanya Himawan Pratista dan rekan-rekannya sesama penikmat film sering mengadakan pertemuan untuk berdiskusi dan berbagi informasi mengenai dunia perfilman. Lambat laun berdirilah komunitas Montase ini yang beranggotakan Himawan Pratista beserta rekan-rekan penikmat film tadi. Nama Montase yang bermakna editing mucul ketika wacana pembuatan buletin sinema mulai terealisasi. Pada tahun 2006 sebenarnya komunitas Montase ini telah memiliki media buletin bernama “ Buletin Sinema Independen Montase” yang dipublikasikan melalui Blog yaitu montase.blogspot.com. Buletin sinema Montase telah terbit hingga 27 edisi yang berisi mengenai pengetahuan dan ulasan film baik film mancanegara

12

maupun film lokal serta artikel lepas yang terkait dengan film. Namun pada tahun 2012 Buletin Montase vakum dan kembali lagi pada ahun 2015 dengan digantikan oleh website Montasefilm.com

Dengan berjalannya waktu, anggota dari komunitas Montase ini semakin bertambah dengan latar belakang yang bervariasi pula diantaranya adalah pengajar perfilman, praktisi film, mahasiswa televisi dan film, mahasiswa ilmu komunikasi, penikmat film hingga wiraswasta. Dalam perkembangannya, Komunitas Montase juga mulai melakukan produksi berbagai film mulai dari film dokumenter dan fiksi, mengadakan pelatihan produksi film ke beberapa Instansi dan Kampus. Hingga kini komunitas Montase masih rutin mengadakan produksi film fiksi maupun dokumenter yang selalu diikutsertakan beberapa festival dalam negeri maupun luar negeri. Hingga kini komunitas Montase telah meraih penghargaan dan nominasi berkat karya – karyanya. Pada tahun 2015, Komunitas Film Montase berhasil mendapatkan penghargaan sebagai Komunitas Film Terbaik dalam ajang bergengsi Apresiasi Film Indonesia (AFI) pada tahun 2015. Pada tahun 2017 komunitas ini juga telah berhasil mendirikan penerbitan dan mencetak beberapa buku mengenai perfilman melalui Montase Press4. Komunitas Film Montase ini akan selalu tetap eksis dan aktif dalam memproduksi film dan mengapresiasi karya film. Komunitas Montase kini adalah komunitas terbaik dan terlengkap yang ada di Indonesia.

2. Bidang Usaha a. Penerbitan Penerbitan merupakan sebuah devisi yang mengurusi segala hal tentang penerbitan buku melalui Montase Press. Hingga kini Montase Press telah menerbitkan sebanyak 5 buah buku di bidang perfilman. Melalui buku – buku yang diterbitkan, Montase Press mencoba menawarkan pengetahuan film melalui media literatur guna mengedukasi penikmat dan insan film untuk memperluas wawasan dan lebih kritis dalam menyaksikan film. b. Review dan Kritik Film Devisi Review Film ini merupakan devisi yang berfokus pada apresiasi film melalui penulisan artikel yang berisi kritik film. Artikel – artikel ini dipublikasikan melalui website montasefilm.com dan Instagram

4 https://montase.org/our-profile/, 15 Mei 2019 13.10 WIB

13

@montasefilm. Artikel yang dipublikasikan mengulas film-film Indonesia, Hollywood, Foreign dan Asia yang telah tayang di bioskop. Ulasan yang ditulis menggunakan pendekatan naratif dan sinematik yang dihadirkan di dalam film. Sesuai dengan moto nya “ Ringan dan Mencerahkan” website yang dimiliki oleh Komunitas Montase ini menawarkan pencerahan kepada penikmat film dengan ulasan-ulasan yang ringan dan mudah dipahami oleh semua kalangan. Sebelumnya, Montase mencoba menyebarluaskan artikel dan ulasan- ulasan mereka melalui Buletin Montase yang didanai secara swadaya oleh anggotanya. Montase mencetak buletin-buletin ini sampai 1000 eksemplar dan dibagikan secara gratis kepada masyarakat. Namun seiring berjalannya waktu, semakin bertambahnya permintaan dan harga cetak yang dirasa semakin mahal, website montasefilm.com hadir menggantikan Buletin Montase pada tahun 2015. Adanya artikel-artikel yang berisi review dan kritik film ini merupakan sebuah apresiasi serta kontribusi Komunitas Montase untuk memajukan perfilman nasional. c. Produksi Film Devisi Produksi film bergerak pada aktivitas pembuatan film independen. Film – film yang diproduksi adalah film pendek dan film panjang yang terdiri dari film fiksi, film dokumenter dan film eksperimental. Pada awalnya, para anggota montase memproduksi film dengan peralatan sederhana yaitu handycam hanya untuk sekedar menyalurkan hobi. Namun dari sinilah terlihat hasilnya. Anggota dari Komunitas Montase menyadari jika memiliki banyak referensi film akan mempengaruhi hasil karya mereka. Semenjak itu, meskipun memiliki konten yang sederhana, film – film Montase dapat bersaing dengan film – film asing. Bahasa visual dan kemasan sinematik yang dihadirkan dalam film mereka yang menjadi kekuatan dalam film yang diproduksi oleh Montase. Dengan mengangkat tema kearifan lokal dan ide cerita yang sederhana, Komunitas Film Montase telah banyak melahirkan film – film berkualitas yang telah meraih berbagai prestasi dari festival lokal maupun festival nasional.

14

d. Distribusi Film Devisi ini bertugas mendistribusikan film – film yang telah diproduksi ke berbagai festival film baik lokal maupun internasional. Dengan didistribusikannya film – film yang telah diproduksi oleh Komunitas Montase diharapkan dapat disaksikan dan diapresiasi oleh publik. Film – film yang didistribusikan oleh Komunitas Montase telah sampai ke lima benua dan telah banyak menjadi official selection, finalis hingga menjadi pemenang. e. Montase Film Course Montase Film Course (MFC) merupakan kelas film yang bertujuan untuk memberi pelatihan dan pengetahuan mengenai dasar seni film dan produksi film terutama film independen. Montase Film Course ini akan diisi oleh pengajar perfilman dan praktisi film yang kompeten baik dari Komunitas Montase atau dari luar komunitas. Kelas film ini lebih di tujukan kepada penikmat film dan peminat film dari jenjang pemula hingga menengah seperti siswa sekolah, mahasiswa, guru dan masyarakat umum. Montase Film Course ini memiliki tujuan dan harapan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pesertanya dalam memahami film maupun produksi film dalam menghasilkan karya yang lebih berkualitas. f. Screening CinemOntase Cinemontase adalah kegiatan pemutaran film (screening) dan diskusi film pendek. Film – film yang diputar oleh Cinemontase adalah film – film yang telah meraih prestasi baik lokal maupun internasional. Dalam sesi diskusi, tidak lupa menghadirkan sutradara dan film maker nya sehingga peserta yang datang dapat mengajukan pertanyaan secara langsung kepada sutradara mengenai ide, konsep, proses produksi, hingga proses distribusinya. Dengan adanya kegiatan pemutaran Cinemontase ini, diharapkan para peserta dapat mendapatkan informasi, pengetahuan dan pengalaman baru mengenai festival film. Selain itu dengan adanya pemutaran film

15

Cinemontase ini, diharapkan akan ada yang mengikuti jejak para pembuat film yang telah sukses sebelumnya.

3. Struktur Organisasi Kepengurusan Montase Periode Tahun 2017 – 2018 a. Ketua Umum / Chairman : Agustinus Dwi Nugroho b. Ketua Harian : Rian Apriansyah c. Penasihat : Himawan Pratista d. Sekertaris dan Bendahara : Melati Puspitasari e. Humas dan Marketing : Mohammad Mozafari f. Asisten Humas dan Marketing : Yosua Adji Febrianto g. Kepala Devisi Produksi : Antonius Rah Utomo h. Kepala Devisi Distribusi : Masdhika Dwi Rahmad H i. Kepala Devisi Apresiasi Film : Luluk Ulhasanah j. Kepala Devisi Penerbitan : Melati Puspitasari k. Asisten Kepala Devisi Produksi : Dwi Saputro l. Member Senior - Febrian Andhika - Andi Siti Hardianty - Debby Dwi Elsha - Teguh Arif Krisnanto

4. Penghargaan Komunitas Sebuah ajang bergengsi Apresiasi Film Indonesia (AFI) pernah memberikan penghargaan kepada Komunitas Montase sebagai Komunitas Film Terbaik Indonesia pada tahun 2015.

5. Partner Komunitas a. Sanggar Boneka Pak Bagong b. Becuas Film c. Rudan Picture d. Omah Dhuwur Production e. Ark Circle f. Dicti Art Laboratory

16

g. Museum Dullah h. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

B. Pelaksanaan Kegiatan

1. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) dilaksanakan pada 13 Januari 2019 – 17 Febuari 2019 dalam kurun waktu 36 hari. Kuliah Kerja Profesi (KKP) dilaksanakan di basecamp Montase setiap hari Senin hingga Sabtu pukul 09:00 – 21:00. Waktu tersebut tidaklah mutlak melainkan fleksible sesuai dengan kebutuhan pertemuan. Setiap pertemuan merupakan sesi pemberian materi baik berupa teori maupun praktek menulis kritik film. Selain itu penulis aktif untuk pergi ke bioskop guna mengikuti perkembangan film dan mengkritisi film Indonesia maupun film mancanegara. Diskusi rutin dan pelatihan kepenulisan menjadi agenda penting dengan lokasi sesuai dengan tugas yang diberikan.

2. Rencana Pelaksanaan KKP

Informasi mengenai magang penulis dapatkan melalui informasi dari Purwoko Ajie rekan seangkatan yang kemudian penulis dihubungkan langsung dengan Ketua Umum Montase Agustinus Dwi Nugroho pada 20 Desember 2018. Pada hari tersebut Agustinus Dwi Nugroho memberi balasan untuk segera bertemu dengan beliau dan Penasihat Montase Himawan Pratista untuk agenda lebih lanjut. Pada tanggal 25 Desember 2018 dilakukan survey lokasi dan interview oleh Ketua Umum Agustinus Dwi Nugroho dan Penasihat Himawan Pratista.

Pelaksanaan Kuliah Kerja Profesi (KKP) ditempatkan pada devisi review dan kritik film. Pada devisi ini lebih menekankan pada pengelolaan website montasefilm.com sebagai penulis konten review dan ulasan. Dalam hal ini penulis di arahkan untuk mereview Film Indonesia yang baru saja tayang di bioskop.

17

3. Realisasi Kegiatan

Montase Press merupakan sebuah devisi yang dimiliki oleh Komunitas Film Montase. Montase Press didirikan dengan tujuan mengakomodasi para anggota yang memiliki minat untuk menulis untuk menerbitkan karya mereka ke dalam sebuah buku. Kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) dimulai pada tanggal 13 Januari 2019 dengan penempatan pada devisi review dan kritik film. Pada devisi ini cenderung berkerja dalam pengelolaan website montasefilm.com. Dalam website ini berisikan mengenai ulasan – ulasan film baik film Indonesia maupun film mancanegara dengan pendekatan naratif dan sinematik.

Proses yang dihadapi saat memasuki dunia Kuliah Kerja Profesi (KKP) ini adalah beradaptasi dengan lingkungan, anggota Komunitas Montase dan Rytme kerja yang diterapkan pada Montase Press. Dibantu dengan para anggota Komunitas Montase dalam memahami seluk beluk kerja serta pengetahuan yang mereka bagi, dalam kurun 1 minggu dirasa sudah cukup untuk menyesuaikan diri dan memahami karakteristik dari masing – masing devisi serta lingkup kerjanya. Berikut merupakan serangkaian kegiatan yang ada di Komunitas Montase :

a. Materi dan Pembekalan Hal Dasar

Dalam tahap ini, penulis diberikan pembekalan berupa materi dasar tentang sejarah film. Hal ini menjadi sangat penting mengingat seorang penulis kritik maupun review haruslah memiliki pengetahuan mengenai sejarah perfilman. Kelas materi dilakukan selama kurang lebih 1 minggu mulai pada tanggal 18 Januari guna memperluas pengetahuan penulis. Selain itu penulis juga mendapatkan materi seperti apresiasi film, marketing dan distribusi film, jenis dan genre film, franchise film dan pemahaman mendasar mengenai unsur dan makna film. Penulis juga mendapatkan pengetahuan mendasar mengenai unsur – unsur naratif dalam film fiksi dan tak lupa dengan pengetahuan dasar aspek sinematik film.

Unsur – unsur naratif dalam film lebih terperinci terdiri atas plot / cerita yang disajikan dalam film, Hubungan naratif dengan ruang yaitu tempat dimana pelaku cerita beraktivitas, Hubungan naratif dengan waktu yang menunjukan pola berjalannya waktu dalam cerita. Hubungan naratif dengan waktu ini yang nanti nya akan mempengaruhi bagaimana penuturan cerita apakah linier atau non linier, dan

18

batasan Informasi cerita yaitu bagaimana sineas mengemas dan memberikan informasi cerita dengan penceritaan terbatas (restricted Narration) atau penceritaan tak terbatas (Omniscient Narration).5

Gambar 04. Kegiatan Kelas Materi Khusus ( Sumber : Agustin Primastuti. 2019 )

Melalui materi pengetahuan dasar aspek sinematik film, penulis juga mendapatkan pemahaman tentang unsur-unsur film yang lebih terperinci pula yang meliputi mise-en-scene, sinematografi, editing, dan sound. Mise-en-scene adalah segala hal yang berada di depan kamera. Mise-en-scene memiliki empat elemen pokok yaitu setting atau latar, tata cahaya, kostum (make up), serta pemain film. Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera dan filmnya, serta hubungan kamera dengan obyek yang diambilnya. Editing adalah transisi sebuah gambar (shot) ke gambar (shot) lainnya. Suara adalah segala hal yang mampu kita tangkap melalui indera pendengaran. Seluruh unsur sinematik tersebut saling berkesinambungan membentuk satu kesatuan film yang utuh.6

Setelah melakukan kelas materi, pembimbing lapangan akan memberikan referensi film yang nantinya akan menjadi bahan latihan untuk mengkritisi dan mereview. Penulis juga diajarkan bagaimana tata cara menulis sebuah kritik film. Mulai dari penulisan data film, sinopsis, ulasan film hingga ke penilaian film. Dalam menulis sebuah kritik film penulis tidak dianjurkan memberi spoiler kepada pembaca.

5 Himawan Pratista, Memahami Film Edisi 2. Yogyakarta : Montase Press, 2018. Hal.63

6 Himawan Pratista, Memahami Film Edisi 2. Yogyakarta : Montase Press, 2018. Hal.24

19

Jika penulis memang harus menulis ulasan disertai dengan spoilernya maka penulis kritik harus menyertakan tanda spoiler atau mengandung spoiler didalam artikelnya.

b. Pelatihan dan Penulisan Review Film Klasik

Setelah mendapatkan materi tentang pengetahuan dasar tentang perfilman, maka penulis akan dibimbing oleh pembimbing lapangan dalam memantau seberapa dalam materi yang telah penulis serap dan apakah penulis dapat mengaplikasikannya ke dalam sebuah tulisan. Hasil yang didapat dari menonton sebuah film, akan diulas sesuai dengan standar penulisan di Montase Press. Kemudian setelah ulasan tersebut selesai, maka akan diteliti sekaligus dikoreksi oleh pembimbing lapangan. Pada pemugasan mereview film - film lama dan bersejarah bagi perkembangan film di dunia. Pada sub-bab kali ini akan menampilkan alur penugasan berupa review film yang hasilnya akan dilampirkan pada bab lampiran – Laporan Kuliah Kerja Profesi.

Alur Penulisan :

- Menonton film klasik yang diberikan oleh pembimbing lapangan. Jika kemungkinan tidak diberikan maka peserta magang wajib menontonnya dengan streaming atau download di beberapa situs penyedia. - Peserta magang wajib menonton film tersebut diruangan yang tertutup dengan komputer dan kualitas gambar HD agar dapat mendengarkan kualitas suara yang dimiliki oleh film tersebut. - Setelah menonton film hingga selesai, peserta magang wajib mencari referensi tentang credit film beserta fakta film di situs wikipedia dan IMDb guna mengetahui fakta tentang siapa saja yang berperan dalam pembuatan film terebut, tanggal dan taun rilis, juga penghargaan yang diperoleh film tersebut. Tidak lupa peserta magang juga membaca ulasan-ulasan yang pernah dibuat sebelumnya guna menambah wawasan. - Menulis semua informasi dan data-data yang didapatkan. Informasi dan data yang didapatkan akan ditulis pada paragraf pertama. Pada paragraf kedua berisi sinopsis film (no spoiler), paragraf ketika berisikan ulasan/kritik tentang film tersebut. Biasanya akan didahului dengan ulasan pada aspek naratif, paragraf keempat akan berisikan

20

tentang ulasan pada aspek sinematik dan paragraf kelima akan berisikan tentang kesimpulan beserta penilaian dari kritikus.

Setelah tahap penulisan selesai, maka akan diadakan kelas evaluasi yang mana hasil review film akan dikoreksi dan diperbaiki oleh pembimbing lapangan supaya tidak terjadi salah kaprah dalam mengkritisi sebuah film. Selain mengoreksi dan memperbaiki hasil review, pembimbing lapangan akan mengadakan question and answer kepada peserta magang yang sekaligus menjadi bahan diskusi dengan peserta magang, sejauh apa peserta magang dapat menangkap dan menelaah isi dari film yang telah disaksikan.

- Kritik dan Review Film Christopher Robin (2018) ditulis pada 15 Januari 2019 - Kritik dan Review Film Daun di Atas Bantal (1998) ditulis pada 18 Januari 2019 - Kritik dan Review Film The Groundhog Day (1993) ditulis pada 21 Januari 2019 - Kritik dan Review Film Babel (2006) ditulis pada 23 Januari 2019 - Kritik dan Review Film Berbagi Suami (2006) ditulis pada 25 Januari 2019 - Kritik dan Review Film Petualangan Sherina (2000) ditulis pada 25 Januari 2019 - Kritik dan Review Film Ada Apa Dengan Cinta (2002) ditulis pada 25 Januari 2019 - Kritik dan Review Film Go (1999) ditulis pada 28 Januari 2019 - Kritik dan Review Film Pleasent Ville (1998) ditulis pada 29 Januari 2019 - Kritik dan Review Film Kill Bill Vol.2 (2004) ditulis pada 30 Januari 2019 - Kritik dan Review Film Sliding Doors (1998) ditulis pada 2 Febuari 2019 - Kritik dan Review Film The Wizard of Oz (1939) ditulis pada 4 Febuari 2019 - Kritik dan Review Film Pengabdi Setan (1982) ditulis pada 9 Febuari 2019 - Kritik dan Review Film The Photograph (2007) ditulis pada 14 Febuari 2019 - Kritik dan Review Film Cek Toko Sebelah (2016) ditulis pada 15 Febuari 2019 - Kritik dan Review Film Dilan 1990 (2018) ditulis pada 15 Febuari 2019 - Kritik dan Review Film Susah Sinyal (2017) ditulis pada 15 Febuari 2019

21

c. Pelatihan dan Penulisan Review Film Bioskop Indonesia

Pelatihan dalam mengulas film bioskop Indonesia yang baru saja rilis sangat penting ketika menjalani Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Montase Press. Tujuannya yaitu untuk menerapkan secara langsung ilmu yang telah diberikan selama kegiatan magang berlangsung ke dalam sebuah karya tulis. Film – film Indonesia terbaru biasanya akan dirilis setiap hari Kamis di setiap minggunya. Berikut merupakan alur yang penulis lakukan dalam membuat ulasan film bioskop Indonesia

Alur membuat ulasan film Indonesia :

- Menonton langsung film yang baru saja rilis di bioskop. Biasanya penulis akan menonton di Empire XXI, CGV, Jwalk Mall dan XXI Ambarukmo Plaza. Penulis diwajibkan untuk menonton pada jam pertama film tayang ( pukul 12:00 siang ) - Penulis akan merangkum segala gagasan atau ide menjadi sebuah artikel - Rangkuman tersebut akan dikembangkan kembali dalam penulisan kritik dan ulasan dengan menggunakan standart redaksional Montase Press. Hal ini harus dilakukan supaya independensi tulisan dapat layak terbit. - Hasil ulasan akan dikoreksi oleh editor kepenulisan (Himawan Pratista) untuk disusun kembali susunan katanya dan tak lupa editor akan memberi masukan terkait hasil tulisan yang dirasa masih kurang. - Ulasan dan kritik film bioskop Indonesia yang telah selesai diedit akan langsung diterbitkan di website www.montasefilm.com dan instagram @montasefilm.

Berikut merupakan review dan ulasan film bioskop Indonesia penulis yang pernah diterbitkan oleh Montase Press

22

1. Preman Pensiun ditulis pada 17 Januari 2019

Gambar 05. Publikasi Ulasan Film Preman Pensiun di Web Montase Film ( Sumber : Agustin Primastuti. 2019 )

2. Orang Kaya Baru dutulis pada 24 Januari 2019

Gambar 06. Publikasi Ulasan Film Orang Kaya Baru di Web Montase Film ( Sumber : Agustin Primastuti. 2019 )

23

3. PSP : Gaya Mahasiswa ditulis pada 31 Januari 2019

GambarGambar

Gambar 07. Publikasi Ulasan Film PSP:Gaya Mahasiswa di Web Montase Film ( Sumber : Agustin Primastuti. 2019 )

4. Laundry Show ditulis pada 8 Febuari 2019

Gambar 08. Publikasi Ulasan Film Laundry Show di Web Montase Film ( Sumber : Agustin Primastuti. 2019 )

24

5. Calon Bini ditulis pada 14 Febuari 2019

Gambar 09. Publikasi Ulasan Film Calon Bini di web Montase Film ( Sumber : Agustin Primastuti .2019 )

25

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Kuliah Kerja Profesi merupakan mata kuliah wajib tempuh oleh Mahasiswa yang telah menempuh 100 sks yang dilaksanakan pada semester ke tujuh oleh Mahasiswa jurusan Televisi dan Film. Mata Kuliah ini berguna untuk mengembangkan bakat dan minat mahasiswa sekaligus memberi pengalaman tentang dunia perfilman khususnya dalam dunia kerja. Ilmu serta teori yang pernah didapatkan dari bangku kuliah dapat diterapkan secara langsung dalam dunia kerja. Pelaksanaan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Montase Press selama 25 hari dirasa relatif singkat. Namun dari sinilah penulis mendapatkan lebih banyak pengetahuan serta pengalaman terutama dalam bidang kritik dan kepenulisan oleh pembimbing yang lebih kompeten.

Oleh karena itu Komunitas Montase merupakan komunitas perfilman yang kompeten dan memiliki banyak kontribusi dalam dunia perfilman Indonesia. Terutama Montase Press. Montase Press telah banyak memberi kontribusi dalam bidang pendidikan bidang perfilman melalui buku-buku nya yang “ringan dan mencerahkan”. Melalui karya tulis berupa kritik dan ulasan yang setiap saat dapat diakses di website Montase www.montasefilm.com diharapkan dapat membantu memajukan perfilman nasional. Kuliah Kerja Profesi di Montase Press ini menunjukan perkembangan pengetahuan dan wawasan terlebih dalam menyaksikan sebuah film, penulis otomatis akan menjadi lebih kritis. Bertambahnya relasi dan pengembangan kualitas diri diharapkan dapat bersaing dalam dunia industri yang lebih kompleks.

B. Saran

Dalam menjalani kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) dirasa masih terdapat beberapa kekurangan. Karena itu, diharapkan adanya beberapa perbaikan untuk kebaikan bersama ke depannya. Baik perbaikan dari pihak Mahasiswa, Kampus maupun dari pihak Perusahaan atau Instansi tempat berjalannya magang :

26

1. Mahasiswa harus benar-benar berminat dan memahami tempat yang hendak dituju untuk dijadikan tempat Kuliah Kerja Profesi (KKP). Apabila tidak sesuai dengan minat dan kemampuan, dikhawatirkan Mahasiswa tersebut tidak akan mendapatkan ilmu maupun pengalaman yang berarti selama menjalani Kuliah Kerja Profesi (KKP). Untuk Komunitas Montase menerapkan standar yang tinggi terutama dalam bidang kepenulisan sehingga Mahasiswa sebaiknya sudah mengetahui tentang materi dasar-dasar perfilman dan kepenulisan. 2. Mahasiswa disarankan untuk memposisikan dirinya sebagai anggota dalam suatu komunitas atau perusahaan supaya dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kedisiplinan seakan akan memang telah terjun ke dalam industri yang sebenarnya. 3. Mahasiswa disarankan untuk lebih aktif bertanya dan melakukan praktik sesuai dengan minat dan bakatnya guna bekal dan pelajaran yang berguna saat akan terjun ke dunia pekerjaan.

27

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Himawan Pratista. 2018. Memahami Film Edisi 2. Montase Press: Yogyakarta

Himawan Pratista, Agustinus Dwi nugroho, Luluk Ulhasanah. 2019. 30 Film Terlaris 2002-2018. Montase Press : Yogyakarta

Dr Bambang Sugiarto. 2002. Wacana Kritik Seni Rupa Di Indonesia. Penerbit Nuansa : Bandung

INTERNET

Kbbi Web. Diakses pada 12 Mei 2019 pukul 21.19 https://kbbi.web.id/kritik.html

Montase. Our Profile. Diakses pada 15 Mei 2019 pukul 13.10 https://montase.org/our-profile/.

Montase. Divisions. Diakses pada 15 Mei 2019 pukul 13. 25 https://montase.org/divisions/.

Montase. Montase Press. Diakses pada 16 Mei 2019 pukul 19.08 https://montase.org/montase-press/.

Montase. Film Review. Diakses pada 16 Mei 2019 pukul 20.25 https://montase.org/film-review/.

28

LAMPIRAN

A. Dokumentasi Foto KKP

Gambar 10. Lokasi Montase Press ( Sumber : Agustin Primastuti. 2019 )

Gambar 11. Lokasi Pemberian Materi dan Diskusi ( Sumber : Agustin Primastuti. 2019 )

Gambar 12. Coaching bersama Himawan Pratista dan Mohammad Mozafari ( Sumber : Agustin Primastuti. 2019 )

29

Gambar 13. Proses Penulisan Review dan Kritik Film ( Sumber : Agustin Primastuti. 2019 )

Gambar 14. Lokasi Pemutaran dan Diskusi Cinemontase ( Sumber : Agustin Primastuti. 2019 )

Gambar 15. Sesi pemutaran Cinemontase ( Sumber : Purwoko Adjie. 2019 )

30

Gambar 16. Sesi Diskusi Bersama Mohammad Mozafari ( Sumber : Agustin Primastuti. 2019 )

Gambar 17. Foto Agustinus Dwi Nugroho dan Himawan Pratista ( Sumber : Muhammad Aryodhia. 2019 )

31

32

33

34

FILMOGRAFI

1. Umbul, A Tribute to Akira Kurosawa

English Title : Umbul, A Tribute to Akira Kurosawa

Genre : Mistery

Film Type : Fiction

Runtime : 19:53 minutes

Completion Date : 2013

Production House : Montase Production

Budget : Rp. 2.000.000,-

Country of Origin : Indonesia

Country of Filming : Indonesia

Shooting Locations : Ngablak, Magelang

Shooting Format : HD

Penghargaan :

1. Festival Film Indie Yogyakarta 2013

◆ Pemenang Film Favorit

◆ Pemenang Pemeran Pria Terbaik

◆ Pemenang Musik Terbaik

◆ Nominasi Film Terbaik

◆ Nominasi Sutradara Terbaik

2. Piala Maya 2013

◆ Nominasi Film Pendek Terbaik

35

3. Screening Montase Shorts Vol.1 at Platinum Cineplex Solo Baru (DCP Format) 2014

4. Kineria Online Film Festival 2015

◆ Nominasi Film Horor Terbaik

2. Grabag, A Short Tale of Earth and Human

Genre : -

Film Type : Documentary - Experimental

Runtime : 36:45 minutes

Completion Date : 2013

Production House : Montase Production

Budget : Rp. 3.000.000,-

Country of Origin : Indonesia

Country of Filming : Indonesia

Shooting Location : Grabag, Magelang

Shooting Format : HD

Penghargaan :

1. Piala Maya 2013

◆ 20 besar Film Dokumenter Terbaik

2. STOSFEST Film Festival 2014

◆ Nominasi Film Dokumenter Umum Terbaik

3. Denpasar Film Festival 2014

◆ 10 Besar Film Unggulan Terbaik

36

4. Screening Montase Shorts Vol.1 at Platinum Cineplex Solo Baru 2014

3. Superboy

Genre : Drama - Action - Family

Film Type : Fiction

Runtime : 18:00 minutes

Completion Date : 2014

Production House : Montase Production

Budget : Rp. 3.000.000,-

Country of Origin : Indonesia

Country of Filming : Indonesia

Shooting Location : Grabag, Magelang

Shooting Format : HD

Penghargaan :

1. Festival Video Edukasi 2014

◆ Pemenang Juara III

2. Festival Film Indie Yogyakarta 2014

◆ Pemenang Naskah Terbaik

◆ Pemenang Tata Suara Terbaik

◆ Nominasi Musik Terbaik

3. Piala Maya

◆ 30 Besar Film Terbaik

37

4. 05:55 Genre : Drama

Film Type : Fiction

Runtime : 12:39 minutes

Competion Date : 1 November 2014

Production House : Montase Production

Budget : Rp. 500.000,-

Country of Origin : Indonesia

Country of Filming : Indonesia

Shooting Location : Dusun Palgading, Sleman, Yogyakarta

Shooting Format : HD

Penghargaan :

1. Festival Film Indie Yogyakarta 2014

◆ Pemenang Sinematografi Terbaik

◆ Nominasi Naskah Terbaik

◆ Nominasi Editing Terbaik

◆ Nominasi Tata Artistik Terbaik

◆ Nominasi Efek Visual Terbaik

2. Jogjakarta Asian Film Festival (JAFF) 2014

◆ Official Selection - “Faces of Indonesia” - Screening at Empire XXI, Yogyakarta

3. XXI Shorts Film Festival 2015

◆ Film Terbaik versi Juri Media

4. Los Angeles 2015

38

◆ Selected for screening at Regent Theater, Los Angeles

5. Youth Peace International Film Festival 2015

◆ Selected Screening at Universitas Muhammadiyah Malang

6. Vidsee Juree Awards 2016

◆ Out of Competition Selected

7. Global Shorts Film Awards 2016

◆ Best Cinematography, Screening at Chelsea Bow Ties Theater, New York

8. Tehran International Silent Film Festival 2016

◆ Best Fiction, Tehran, Iran

9. Phoenix Film Festival Melbourne 2016

◆ Semi - Finalist

10. Minikino Film Weeks - Denpasar Bali 2016

◆ Finalist

5. Tungku Nenek

English Title : Grandma’s Stove

Genre : Drama

Film Type : Fiction

Runtime : 05:18 minutes

Completion Date : Febuary 2015

Production House : Omah Dhuwur Production &Montase Production

Budget : $ 50 USD

Country of Origin : Indonesia

39

Country of Filming : Indonesia

Shooting Location : Dusun Palgading, Sleman Yogyakarta

Shooting Format : HD

Penghargaan :

1. Clean Stove Initiative Film Festival 2015

◆ Winner Indonesian CSI Awards

2. Kalijaga Awards 2015

◆ Nominasi Film Terbaik

3. 2th Jogja Film Academy Short Film Competition 2016

◆ Official Selection - Screening

4. 9th CMS International Children’s FilmFestival 2017

◆ Official Selection - Screening

5. 12th Belize International Film Festival 2017

◆ Nomination of Best Short - Screening

6. The Sacred of Kudus

Genre : -

Film Type : Documentary

Runtime : 26:21 minutes

Completion Date : June 2015

Production House : Montase Production

Budget : $ 500 USD

40

Country of Origin : Indonesia

Country of Filming : Indonesia

Shooting Location : Kudus, Jawa Tengah

Shooting Format : HD

Penghargaan :

1. 11th International Tourism Film Festival “ Tourfilm Riga” 2018

◆ Official Selection

7. Arca

English Title : The Statue

Genre : Horror Politics

Film Type : Fiction

Runtime : 12:46 minutes

Completion Date : March 2016

Production House : Montase Production

Budget : Rp. 2.000.000,-

Country of Origin : Indonesia

Country of Filming : Indonesia

Shooting Location : Palgading, Sleman, Yogyakarta

Shooting Format : HD

Penghargaan :

1. 14th International Short & Independent Film Festival Dhaka 2016

41

◆ Official Selected and Screening

2. South East Asia Movie Open Program 2017

◆ Official Selection - Non Competition Program

8. Nyumbang

Genre : Drama Comedy

Film Type : Fiction

Runtime : 20:00 minutes

Completion Date : November 2015

Production House : Montase Production

Budget : Rp. 3.000.000,-

Country of Origin : Indonesia

Country of Filming : Indonesia

Shooting Location : Ngablak, Magelang, Jawa Tengah

Shooting Format : HD

Penghargaan :

1. Festival Video Edukasi 2015

◆ Juara ke- 2 Film Terbaik Kategori Umum

2. Festival Film Anti Korupsi (ACFFEST 2015)

◆ Juara Film Fiksi Terbaik Kategori Umum

3. UII Scream Film Festival 2016

◆ Nominasi Film Terbaik

42

4. Parade Film MMTC 2016

◆ Official Selection - Non Competition

5. Festival Film Indonesia Berkemajuan 2016

◆ Ide Cerita Terbaik

◆ Nominasi Film Terbaik

◆ Nominasi Editing Terbaik

6. 5th Darbhanga International Film Festival 2018

◆ Official Selection

9. Ngelimbang

English Title : The Tin Boy

Genre : Drama

Film Type : Fiction

Runtime : 16.44 minutes

Completion Date : 1 November 2015

Production House : Becuas Film - Omah Dhuwur Production

Distribution : Montase Production

Budget : Rp. 500.000,-

Country of Origin : Indonesia

Country of Filming : Indonesia

Shooting Location : Beruas, Simpang Katis, Bangka Tengah

Shooting Format : HD

Penghargaan :

43

1. Festival Film Edukasi 2015

◆ Nominasi Film Terbaik Kategori Mahasiswa, Jawa Timur

2. Golden Sun Film Festival 2016

◆ Official Selection, Malta

3. Ganesha Film Festival 2016

◆ Special Screening at Bandung

4. Chennai International Film Festival 2016

◆ Official Selection & Screening, Chennai India

5. Vidsee Juree Award

◆ Nominasi Film Terbaik,

6. 8th International Children’s FilmFestival of City Montessori School

◆ On Competition - World Section, Lucknow India

7. Malang Film Festival 2016

◆ Nominasi Film Terbaik, Malang

8. Banten Short Film Festival 2016

◆ Pemenang Sinematografi Terbaik, Banten

9. Green International Film Festival 2016

◆ Nominasi Film Terbaik, Screening 7 and 9 May at Seoul South Korea

10. NUFF International Film Festival 2016

◆ Nominasi Film Terbaik, Screening 25 June at Tromoso, Norwegia

11. UII Scream Film Festival

44

◆ Film Terbaik Kategori Umum, Yogyakarta

12. Pesta Film Solo 2016

◆ Screening at Taman Budaya Solo Jawa Tengah

13. 6th International Festival of Film and Audiovisual Children and Youth

◆ Selecctión oficial Categoría Juvenil + 13, Merada, Vanezuela

14. Parade Film MMTC 2016

◆ Official Selection - Non Competition

15. 2rd Jogja Film Academy Short Competition 2016

◆ Film Terbaik Kategori Mahasiswa, Yogyakarta

16. Ekurhuleni International Film Festival 2016 - South Africa

◆ Semi - Finalist

17. Minikino Film Weeks - Denpasar Bali 2016

◆ Selected Screening for Program “For Our Earth”

18. International Children;s Film Festival Film ‘On Brussels 2016

◆ Official Selection, Belgia

19. UI Film Festival 2016

◆ Film Terbaik, Universitas Indonesia, Jakarta

20. Festival Film Rakyat 2016 ( Internasional )

◆ Selected For Screening

21. Second Asia International (Wenzhou) Youth Short - Film Exhibition 2016

◆ Official Selection

22. Psymotion Film Festival 2016

◆ Ide Cerita Terbaik, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

45

23. Early Bird International Student Film Festival

◆ Official Selection, Sofia Bulgaria

24. Festival Film Indonesia Berkemajuan

◆ Film Terbaik

◆ Sutradara Terbaik

◆ Sinematografi Terbaik

◆ Nominasi Ide Cerita Terbaik

25. Link International Film Festival 2017

◆ Semi - Finalist, Virginia Water, United Kingdom

26. Life After Oil International Film Festival 2017

◆ Best Short Film, Sardinia Italia

27. Geo Film Festival & Expocinema

◆ Official Selection, Padova, Italia

10. Ambarrukmo : Kedathon dalam Pusaran Waktu

English Title : Ambarrukmo

Genre : History / Heritage

Film Type : Documentary

Run Time : 19:21 minutes

Completion Date : Febuary 2016

Production Hpuse : Montase Production - DictiArt Laboratory

Budget : Rp. 2.500.000,-

Country of Origin : Indonesia

46

Country of Filming : Indonesia

Shooting Location : Pasanggrahan Ambarukmo, Yogyakarta

Shooting Format : HD

Penghargaan :

1. Festival Film Dokumenter Kota Pusaka 2-15

◆ Juara II Film Terbaik

2. Festival Film Dokumenter Budi Luhur 2017

◆ Nominasi 10 Besar Kategori Umum

11. The Letter

English Title : The Letter

Genre : Drama

Film Type : Fiction

Runtime : 09:50 minutes

Completion Date : September 2015

Production House : Montase Production and Ark Circle

Budget : Rp. 1.000.000,-

Country of Origin : Indonesia

Country of Filming : Indonesia

Shooting Location : Wirobrajan, Yogyakarta

Shooting Format : HD

47

Penghargaan :

1. Great Love Awards 2016 - DAAI TV

◆ Juara II ILM Terbaik

2. Festival Sinema Indonesia Australia (FSAI) 2018

◆ Finalis Film Terbaik

3. 5th Darbhanga International Film Festival 2018

◆ Official Selection

12. Reco

English Title : Reco

Film Type : Fiction

Runtime : 24:08 minutes

Completion Date : 3 March 2016

Production House : Montase Production dan Kementrian Pemdidikan dan Kebudayaan

Budget : $ 3000 USD

Country of Origin : Indonesia

Country of Filming : Indonesia

Shooting Format : HD

Penghargaan :

1. Festival Video Edukasi 2016

◆ Nominasi Terbaik Kategori Umum

48

13. The Colors of Mind

Genre : Drama

Film Type : Compilation

Runtime : 15:32 minutes

Completion Date : April 2016

Production House : Montase Production

Budget : $ 500 USD

Country of Origin : Indonesia

Country of Filming : Indonesia

Shooting Location : Pantai Drini Gunung Kidul, Cafe Joy, Hotel Rumput Yogyakarta

Shooting Format : HD

Penghargaan : -

14. The Painting of War : Aggression in the Eyes of Children

Genre : -

Film Type : Documentary

Runtime : 28:41

Completion Date : September 2016

Production House : Montase Production - Dicti Art Lab - Museum Dullah

Budget : $ 4000 USD

Country of Origin : Indonesia

49

Country of Filming : Indonesia

Shooting Format : HD

Penghargaan :

1. Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2016

◆ Nominasi Film Dokumenter Umum Terbaik

2. 12th Belize International Film Festival 2017

◆ Nomination for Best Shorts Documentary - Screening

3. 5th Darbhanga International Film Festival 2018

◆ Official Selection

15. Journey To The Darkness

Original Title : Safar be Tariki

Film Type : Fiction

Runtime : 19:58 minutes

Production House : Montase Production, Rudan Pictures

Completion Date : 20 April 2017

Budget : $ 400 USD

Country of Origin : Indonesia

Country of Filming : Indonesia

Shooting Format : HD

50

Penghargaan :

1. Jogja Asian Film Festifal 2017 - JAFF NETPAC

◆ Official Selection - “Asian Perspective” - Screening at Empire XXI & CGV J-Walk, Yogyakarta

16. Dongeng Pak Bagong

Film Type : Documentary

Runtime : 12:21 minutes

Completion Date : June 2017

Production House : Montase Production & Sanggar Boneka Pak Bagong

Country of Origin : Indonesia

Country of Filming : Indonesia

Shooting Format : HD

Penghargaan :

1. Festival Film Puskat 2017

◆ Nominasi Film Dokumenter Terbaik Kategori Umum

17. Sawah Terakhir

English Title : Once Upon a Time in Yogyakarta

Film Type : Fiction

Runtime : 12:24 minutes

Production House : Montase Production

Budget : $ 100 USD Completion Date : 25 June 2017

51

Country of Origin : Indonesia

Country of Filming : Indonesia

Shooting Format : HD

Penghargaan :

1. Festival Internacional de Imagem de Natureza (FIIN) 2017

◆ Official Selection, Vila Real, Portugal

2. Festival Film Jogja Film Academy #3

◆ Nominasi Film Terbaik Kategori Mahasiswa

3. 21st Cinemambiente Environmental Film Festival

◆ Official Selection

18. 15,7 KM

Genre : Drama

Film Type : Fiction

Runtime : 15:00 minutes

Completion Date : 5 January 2018

Production House : Becuas Film

Distribution : Montase Production

Budget : Rp. 2.000.000,-

Country of Origin : Indonesia

Country of Filming : Indonesia

Shooting Location : Beruas, Simpang Katis, Bangka Tengah, Mendo,

52

Bangka Barat

Shooting Format : HD

Penghargaan :

1. Festival Film Jogja Film Academy #3

◆ Nominasi Film Terbaik Kategori Mahasiswa

2. Malang Film Festival

◆ Film Terbaik Kategori Mahasiswa

3. 5th Darbhanga International Film Festival

◆ Official Selection

4. Parade Film MMTC #5 2018

◆ Official Selection

53

REVIEW

CHRISTOPHER ROBIN 2018

Film Christopher Robin ini merupakan film petualangan yang disutradarai oleh March Foster dan dibintangi oleh Ewan Mcgregor. Cerita petualangan Christopher Robin dan Winnie The Pooh sendiri merupakan karya dari penulis A.A Milne yang berjudul Winnie The Pooh tahun 1926 yang mengisahkan tentang petualangan Winnie The Pooh dan kawan-kawannya yakni Eeyore, Piglet, Tiger, Roo, dan yang lainnya.

Film Christopher Robin ini mengisahkan tentang seorang anak laki-laki dengan masa kecilnya berpetualang di Hundred Acre Wood yakni hutan di balik lubang sebuah pohon di belakang rumahnya. Di sanalah Pooh dan kawan-kawannya tinggal. Mereka menghabiskan waktu yang indah bersama hingga Robin terpaksa harus berpisah dengan mereka karena ia harus melanjutkan pendidikannya. Waktu bergulir dan banyak hal terjadi. Hingga akhirnya Pooh muncul secara ajaib di depan Robin yang telah tumbuh sebagai pria dewasa.

Kisah Christopher Robin akan membawa kita kembali ke masa kecil kita yang penuh keceriaan dan imajinasi yang kemudian hal itu akan terkikis oleh berjalannya waktu dan tanggung jawab yang kita emban saat kita bertumbuh dewasa.

Akting dari Ewan Mcgregor sebagai Robin dewasa sangat natural dan patut diacungi jempol. Ia memerankan peran sebagai pria dewasa yang mengemban tanggung jawab besar sebagai seorang kepala keluarga sekaligus manajer di perusahaan koper kulit. Ia dapat berperan sangat natural meski ia beradu akting dengan benda tak nyata yaitu boneka Pooh dan kawan-kawannya. Tak hanya Ewan Mcgregor, Bronte Carmichael yang berperan sebagai putri Christopher Robin yaitu Madeline juga Hayley Atwell yang berperan sebagai istri Christopher Robin yaitu Evelyn Robin sukses memainkan peran mereka dengan baik pula.

Pengalaman sinematik dalam film ini menyajikan nuansa jaman old dimana setting nya berada pada zaman setelah perang dunia usai dengan tone yang cenderung berwarna keabu-abuan yang enak dilihat. Selain itu efek CGI yang dihadirkan pada teman-teman robin nampak nyata dan tidak terlihat tanda-tanda cacat. Justru kita akan dibuat gemas oleh kehadiran Pooh dan kawan-kawan.

Cerita yang disajikan film ini tidak jauh berbeda dengan serial film anak Disney lainnya yang menceritakan keluarga, pertemanan, kasih sayang dan kerja sama tim. Sehingga ending dari film ini sudah dapat ditebak. Namun film dengan durasi 103 menit ini sangat dapat dinikmati pada saat family time karena kisah yang dibangun dalam film ini sangat menginspirasi dan hangat.

SCORE : 80%

54

REVIEW

DAUN DIATAS BANTAL 1998

Daun Diatas Bantal merupakan salah satu drama yang sukses, karya dari sutradara kawakan Garin Nugroho dan berkolaborasi dengan penulis skenario Armantono. Film ini telah di putar dalam seksi Un Certain Regard pada Cannes Filme Festival tahun 1998 dan meraih beberapa penghargaan dari luar negeri. Film ini dibintangi oleh Christine Hakim sebagai Asih dan tiga anak jalanan yang berperan sebagai diri mereka sendiri yaitu Kancil, Heru dan Sugeng.

Daun Diatas Bantal berkisah tentang tiga anak jalanan yang dipaksa untuk menjadi dewasa karena kerasnya hidup sebagai orang pinggiran. Mereka berkeinginan untuk lepas dari belenggu kehidupan sebagai orang miskin. Apapun mereka jalani untuk bertahan hidup, dengan mengemis, mencuri hingga berjualan narkoba. Mereka tinggal bersama seorang wanita bernama Asih, seorang sales yang sama-sama bergulat dengan kemiskinan. Namun, nasib baik tidak berpihak kepada ketiga anak malang itu. Hidup mereka satu persatu berakhir dengan tragis.

Dalam film ini penonton diajak untuk melihat seperti apa kehidupan kaum pinggiran terutama anak jalanan. Garin sukses menyuguhkan realitas sosial lewat gaya bertutur yang sesuai dengan keadaan aslinya. Tidak dilebih-lebihkan karena begitu lah adanya, kerasnya kehidupan dijalanan. Hal ini membuat penonton seolah- olah sedang tidak menyaksikan sebuah film fiksi, melainkan melihat kegiatan anak jalanan di kehidupan nyata. Cerita dalam film ini mengalir saja tanpa dramatisasi berlebihan, semua nampak nyata dan natural. Kesedihan dan keprihatinan yang disuguhkan dalam film ini tidak harus ditunjukan dengan dialog yang menggebu- nggebu atau tangisan yang meraung-raung. Semuanya mengalir saja hingga cukup menimbulkan kesan miris.

Dalam pemilihan cast anak jalanan, dirasa sudah sangat tepat karena diperankan oleh anak jalanan itu sendiri. Anak-anak jalanan itu seperti layaknya bintang film yang memang sudah terbiasa berakting di depan kamera. Sangat luwes dan natural. Dengan durasi delapan puluh tiga menit, Garin Nugroho berhasil menyajikan realitas sosial dengan lebih sederhana dibndingkan dengan filmnya yang sebelumnya. Film ini mengajak penonton untuk merasakan kesedihan, kesulitan, tawa dan harapan mereka, anak-anak jalanan.

Meskipun sesekali terdapat percakapan yang tidak terdengar begitu jelas atau dirasa terlalu cepat, Film ini tetap dapat dipahami melalui serangkaian gambar dan adegan yang jelas. Film ini menjadikan potret bagaimana sebenarnya keadaan dan kehidupan anak jalanan yang penuh ketidak adilan. Dalam film Daun Diatas Bantal ini, Garin Nugroho jelas berhasil membuat penonton, untuk menjadi lebih peka terhadap keadaan sosial kita supaya tak terabaikan. Selain memiliki pesan yang

55

mendalam, film ini dibalut dengan gaya bertutur yang sederhana, apa adanya dan cenderung mengalir namun justru membuat penonton ikut terhanyut kedalam cerita.

SCORE : 90%

56

REVIEW

THE GROUNDHOG DAY 1993

The Groundhog Day merupakan film komedi yang disutradarai oleh Harold Ramis dan ditulis oleh Danny Rubin. Film ini rilis di Amerika Serikat pada 12 Febuari 1993 lalu dan diperankan oleh Bill Murray sebagai Phill Connors, Andie MacDowell sebagai Rita dan Chriss Elliot sebagai Larry.

Film berdurasi 101 menit ini menceritakan kisah seorang pembawa acara dalam acara ramalan cuaca bernama Phill Connors. Phill adalah seorang yang egois, acuh dan ia menjalani hidupnya dengan perspektif negatif. Suatu hari ia ditugaskan untuk meliput festival Groundhog pada tanggal 2 Febuari. Groundhog adalah seekor tupai yang dipercaya oleh warga setempat dapat meramalkan cuaca. Hal tersebut tentu saja bertentangan dengan dirinya, dan ia cenderung menyepelekan festival tersebut. Ia segera ingin pulang, namun hari itu adalah hari tersialnya karena ia terpaksa harus bermalam di kota itu lagi. Jalanan ditutup karena ada badai salju. Keesokan harinya, terkejut bukan kepalang saat ia menyadari bahwa ia bangun pada hari yang sama seperti hari sebelumnya yakni 2 Febuari.

Film ini merupakan film dengan loop plot. Namun, meskipun dikemas dengan menggunakan loop plot, film ini tidak membuat kita jenuh karena kesulitan memahami alur. Penonton justru dipancing dengan beberapa adegan yang membuat penasaran, apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Harold Ramis berhasil membuat penonton membuang kebosanannya meskipun beberapa adegan dan situasi yang sama terus menerus terulang akibat dari fenomena yang misterius. Selain itu film ini juga memancing tawa kita akibat tingkah polah Phill yang tak menentu dan kebingungan dengan situasinya saat itu. Jokes yang dihadirkan dalam film tersebut dikemas dengan rapi dan tidak dibuat-buat. Semua mengalir begitu saja mengikuti situasi yang dihadapi oleh Phill. Meskipun kita dihibur pada awal hingga pertengahan film, pada bagian akhir film, kita justru dibuat terkesan oleh proses demi proses yang merubah Phill. Bill Muray mampu memerankan perubahan emosi dengan sederhana, tidak berlebihan dengan tahapan demi tahapan yang sangat pas.

Secara teknis film ini dapat dikatakan baik bila melihat kapan tahun dirilisnya. Pada adegan Phill tikus tanah menyetir mobil sudah tampak real. Film ini memang sudah cukup berumur, namun film ini sangat menghibur dan cocok di tonton. Meskipun dengan visual yang lawas, namun kita dapat melupakan kualitas visualnya karena terhanyut kedalam perjalanan Phill Connors. Film ini dapat membuat penonton tertawa dan terharu secara bersamaan. Makna yang disampaikan memang sederhana namun dikemas dengan menarik, lucu dan sangat menghibur.

SCORE : 80%

57

REVIEW

BABEL 2006

Babel merupakan film drama yang disutradarai oleh Alejandro Gonzalez Innaritu dan di tulis oleh Guillermo Arriaga. Film ini diperan kan oleh Bradd Pitt sebagai Richard Jones, Cate Blanchett sebagai Susan Jones, Mustapha Rachidi sebagai Abdullah, Andriana Barraza sebagai Amelia, Gael Garcia Bernal sebagai Santiago dan Rinko Kikuchi sebagai Chieko Wataya. Film Babel tayang secara perdana di festival film Cannes pada tahun 23 Mei 2006, rilis di Amerika pada 27 Oktober 2006 secara terbatas dan akhirnya pada tanggal 10 November 2006 tayang di Amerika secara luas. Film ini telah meraih 42 penghargaan Salah satunya adalah memenangkan Piala Oscar kategori Best Achievement in Music Written for Motion Pictures, Original Score pada Academy Awards, USA (2007) dan telah masuk nominasi berbagai ajang bergengsi setidaknya 134 kali.

Di suatu tempat jauh di gurun pasir Maroko, dua anak laki-laki menenteng senjata api pemberian Ayah mereka. Senjata itu digunakan untuk mengawal hewan ternak dan mengusir predator. Namun tanpa disadari, senjata itu akan membawa mala petaka dalam keluarga mereka. Di suatu tempat yang lain, sepasang suami istri berkewarganegaraan Amerika mengalami kepanikan ketika sang istri tiba-tiba dihujam peluru yang entah dari mana asalnya. Tak berhenti disitu, di belahan bumi lainnya, yakni di Jepang ada seorang remaja putri yang sangat sensitif dan sering memberontak tinggal hanya berdua dengan Ayahnya. Ibu nya telah meninggal dengan tragis. Gadis itu dihadapkan dengan masa muda yang liar dan keras di kota besar dengan segala keterbatasan fisiknya. Di belahan bumi lainnya pula, seorang wanita yang bekerja sebagai pengasuh anak menghadapi kekalutan dimana ia harus menghadiri pernikahan anaknya dan tanggung jawab nya sebagai pengasuh anak. Ia mengambil tindakan berani untuk membawa anak-anak itu pergi bersamanya. Namun itu merupakan keputusan yang akan disesalinya. Berbagai kisah yang berbeda di berbagai tempat itu, disatukan dengan benang merah yang akan tampak dalam tahap demi tahap.

Film ini menyajikan empat kisah dramatis yang sukses digarap oleh Innaritu. Meskipun film ini berlatar di berbagai belahan dunia dengan perbedaan bahasa, tidak lah menjadikan film ini sulit di mengerti. Film ini menghadirkan keragaman bahasa dalam setiap kisah yang di bangun. Seperti halnya pada scene Richard dan istrinya Susan yang harus singgah di Maroko karena Susan tertembak peluru. Mereka harus berkonflik dengan seorang tabib saat hendak mengobati luka Susan. Kemudian, Chieko yang kesulitan berkomunikasi dengan orang normal karena ia memiliki keterbatasan yakni bisu tuli. Meskipun menyajikan 4 kisah yang berbeda, film ini sebenarnya saling terhubung. Film berjalan dengan tingkat ketegangannya masing- masing sehingga membuat penonton penasaran apa yang akan terjadi pada kisah yang

58

satu juga kisah yang lainnya. Tidak lupa, Sutradara Innaritu menyelipkan stereotip dari masing-masing tempat dimana kisah itu berada.

Film ini menghadirkan budaya di berbagai negara dihadirkan dengan sangat kontras namun justru membuat film ini menjadi sangat sexy. Sutradara Innaritu berhasil membangun kesan disetiap negara lewat gambarnya. Dan semua ditampilkan dengan indah. Dilengkapi dengan musik yang mendukung di setiap adegan dan latar cerita. Gustavo Santaolalla, peramu musik asal Argentina dalam film ini. Ia sebelumnya juga memenangkan piala Oscar untuk Musik Asli Terbaik dalam film Brokeback Mountain pada tahun 2005. Tak lupa bagian yang sangat menarik adalah ketika Chieko, pergi kesebuah klub malam yang sangat gemerlab dan bising. Di sana dihadirkan bagaimana sudut pandang Chieko melihat dan mendengarkan itu semua. Sangat sunyi. Hal ini tanpa disadari telah mengundang simpati penonton terhadap Chieko.

Bagaimanapun cara Sutradara mengemas Film Babel ini, namun Sutradara telah berhasil menyelipkan nilai-nilai kemanusiaan didalamnya melalui konflik-konflik yang terjadi di barbagai tempat.

SCORE : 90%

59

REVIEW

PETUALANGAN SHERINA 2006

Petualangan Sherina merupakan film drama musikal yang bertemakan anak-anak yang tayang perdana di bioskop pada tahun 2000. Kemunculan film ini membuat kebangkitan dalam sejarah film Indonesia. Petualangan Sherina disutradarai oleh Riri Riza dan di produseri oleh Mira Lesmana. Film ini diperankan oleh aktor terkemuka yaitu Sherina Munaf, Derby Romero, Didi Petet, Mathias Muchus, Ratna Riantiarno dan Butet Kertarajasa. Musik yang ditata oleh Elfa Secioria, hingga saat ini masih melekat pada benak anak-anak tahun 90an yang telah menyaksikan film Petualangan Sherina ini. Film yang berdurasi 114 menit ini sangatlah membekas di hati anak-anak tahun 90an.

Kehidupan Sherina (Sherina Munaf) sebelumnya sudah sangat bahagia. Ia memiliki keluarga yang hangat dan teman-teman yang baik hati. Ia juga anak yang pandai bernyanyi, ceria dan energik. Namun tiba-tiba sang Ayah (Mathias Muchus) harus mengajak keluargnya pindah rumah karena pekerjaan. Sherina tentu sangat kecewa namun ia terpaksa harus mengerti. Di sekolahnya yang baru Sherina selalu dijahili oleh geng yang paling ditakuti di kelas itu. Sadam (Derby Romero) dan kedua anak buahnya Icang dan Dudung. Hal ini tentu membuat Sherina sangat kesal. Saat liburan tiba, keluarga Sherina mengunjungi kediaman pak Ardiwilaga (Didi Petet) dan disanalah Sherina bertemu dengan Sadam dengan sisi yang berbeda. Karena mereka belum berbaikan sepenuhnya, mereka memutuskan untuk saling adu ketangkasan. Namun karena itulah, mereka harus menghadapi bahaya.

Ide cerita film ini sederhana namun dapat dikemas dengan kreatif dan dikemas selayaknya cara berfikir anak-anak. Sherina Munaf dan Derby Romero berhasil memainkan peran mereka dengan menggemaskan. Film ini dapat menarik kita kepada masa kecil kita dimana di sana dihadirkan petualangan, optimisme dan tak kenal rasa takut dengan di bumbui nyanyian dan tarian. Koreografer berhasil membuat koreografi yang sederhana namun tetap menarik sehingga anak-anak mudah mengikuti dengan kompak. Selain itu lagu-lagu anak yan dihadirkan disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang ada di film tersebut. Sehingga feel nya dapat tersampaikan kepada penonton. Lagu-lagunya juga sangat membekas di hati anak generasi 90an.

Dalam segi sinematik, film ini meghadirkan kota Bandung sebagai latar ceritanya. Disini penonton diajak menikmati kota Bandung yang tampak sejuk dan asri seperti pada perkebunan dan hutan-hutan pinus. Penonton juga diajak melihat Observatorium Bosscha dimana Sherina dan Sadam bersembunyi dari penjahat. Penonton diberikan informasi mengenai Observatorium Bosscha yakni tempat untuk meneliti dan melihat bintang. Lagi-lagi Elfa Seciora menghadirkan lagu yang sangat pas dengan situasinya. Lagu yang mudah dan melekat di hati penontonnya.

60

Film ini sangat menghibur dan sangat cocok dinikmati bersama keluarga terutama target penonton anak-anak. Film ini juga mendidik dan menyadarkan kita untuk bersahabat dengan siapa saja dan peka terhadap sekitar kita.

SCORE : 80%

61

REVIEW

PLEASANTVILLE 1998

Pleasantville merupakan film komedi fantasi keluarga yang ditulis, disutradarai dan diproduksi oleh Gary Ross. Film berdurasi 124 menit ini di perankan oleh Tobey Maguire sebagai David/Bud, Reese Witherspoon sebagai Jennifer/Mary Sue, Jeff Daniels sebagai Bill Jonson dan Joan Allen sebagai Betty Parker. Film ini dirilis di Amerika Serikat pada 23 Oktober 1998 oleh New Line Cinema melalui Warner Bros.

Bercerita tentang dua saudara kembar David (Tobey Maguire) dan Jennifer (Reese Witherspoon) yang memiliki karakter yang berbeda. David adalah seorang remaja laki-laki yang cenderung cupu dan kurang pergaulan sementara Jennifer adalah remaja perempuan yang seenaknya sendiri. Malam itu Jennifer hendak mengajak teman kencannya datang kerumahnya saat orang tuanya pergi ke luar kota sementara David hendak menonton acara kesayangannya pleasentville yaitu acara televisi yang menayangkan sitkom tahun 50an yang hari itu mengadakan kuis berhadiah. Karena merasa sama-sama memiliki kepentingan, David dan Jennifer berebut remote TV hingga rusak. Tiba-tiba tukang reparasi TV misterius datang dan memberi remote TV baru. Mereka kembali berebut dan tiba-tiba hal ajaib terjadi. Mereka secara misterius masuk ke dalam acara televisi Pleasantville.

Film ini menyuguhkan penceritaan dengan menggunakan simbol-simbol yang dikemas dengan alur tiga babak yang menarik dan menghibur. Sutradara Gary Ross mengemas kehidupan yang ada di Pleasantville sesuai dengan visi kehidupan manusia dari sudut pandang Tuhan. Semua yang dilakukan penduduk Pleasantville serba sempurna. Skenario ditulis dan dieksekusi dengan cerdas karena sebenarnya film ini menyuarakan kegelisahan yang dalam tentang rasisme dan kebebasan bersuara namun tetap dikemas dengan teknik penceritaan yang unik dan menghibur. Film ini juga menghadirkan eksplorasi mengenai pengalaman pribadi dan penemuan jati diri tiap tokoh yang di simbolkan dengan perubahan warna yang dialami oleh tokoh dan sekitarnya. Betty Parker (Joan Allen) yakni ibu Bud dan Mary Sue di Pleasantville berhasil memerankan perannya dengan baik. Ia pada mulanya berhasil membawa dirinya, seakan-akan menjadi ibu yang sempurna untuk anak-anaknya. Pada mulanya ia berhasil membawa peran menjadi ibu yang sempurna dan cenderung kaku seperti mannequin namun tahap demi tahap cerita berlangsung, ia dapat merubah karakternya dengan sangat lembut dan natural.

Pengalaman cinematic yang dihadirkan juga sangat unik. Gary Ross menyuguhkan unsur warna hitam putih dan warna yang colorfull yang dipadukan dengan sangat halus dan teliti. Semua disatukan sesuai dengan kondisi cerita di dalam film. Meskipun hampir seluruh cerita masih dominan dengan warna hitam putih, namun sama sekali tidak membuat penonton bosan. Hal ini disebabkan karena film ini memiliki cerita yang kuat dan alur yang tepat sehingga membuat penonton penasaran

62

dengan apa yang terjadi pada cerita selanjutnya. Selain itu, penceritaannya yang dibangun juga kuat, tidak lupa menghadirkan kehangatan keluarga, dan beberapa adegan komedi yang sangat menghibur dan cocok untuk ditonton.

SCORE :90%

63

REVIEW

KILL BILL VOL 2 2004

Kill Bill Vol 2 merupakan film action yang merupakan lanjutan dari film sebelumnya yakni Kill Bill Vol 1 yang dirilis pada 10 Oktober 2003. Tak berselang lama, Kill Bill Vol 2 kembali rilis pada 16 April 2004. Film ini ditulis dan disutradarai oleh Quentin Tarantino. Pada mulanya film ini berdurasi selama lebih dari empat jam. Maka dari itu film ini dipisah menjadi dua bagian film yakni Kill Bill Vol 1 dan Kill Bill Vol 2. Film ini di perankan oleh Uma Thurman sebagai Beatrix Kiddo, David Carradine sebagai Bill, Gordon Liu sebagai Pai Mei, Michael Madsen sebagai Budd dan Daryl Hannah sebagai Elle Driver.

Beatrix Kiddo (Uma Thurman) masih mengincar orang-orang yang ada dalam daftar matinya yaitu Budd adik Bill, Elle Driver dan Bill sendiri. Film ini kembali menceritakan bagaimana masa lalu Kiddo dan mengapa ia ingin menghabisi Bill. Setelah berhasil melumpuhkan tiga target yang telah diceritakan pada volume 1, Kiddo kembali berjuang membalaskan dendamnya kepada tiga orang target selanjutnya. Namun terkuak fakta bahwa anak yang ada dalam kandungannya dahulu, masih hidup. Akankah Kiddo tetap dengan pendiriannya untuk menghabisi Bill atau malah sebaliknya?

Tak seperti pada film sebelumnya yang lebih banyak menghadirkan adegan perkelahian yang menegangkan, dalam Kill Bill Vol 2 ini justru menekankan pada drama kisah Kiddo disertai dengan dialog-dialog yang cukup panjang. Maka dari itu bagi penonton yang menunggu-nunggu adegan fighting yang bertubi-tubi seperti pada Vol 1, mungkin akan dibuat kecewa karena dalam Vol ini adegan fighting yang dihadirkan tidaklah sebanyak pada Vol 1 nya. Namun bukan berarti film garapan Quentin Tarantino ini menjadi buruk. Karena Vol 2 ini akan menjawab pertanyaan- pertanyaan yang dihadirkan pada Vol 1. Yang membuat film ini menjadi hidup dan menegangkan adalah saat dimana Kiddo harus menyelamatkan diri saat ia dikubur hidup-hidup oleh Budd dan saat Kiddo bertarung sengit dengan Elle. Masing-masing masalah yang dihadapi Kiddo dengan orang-orang incaranya, selalu disertai kilas balik yang memacu Kiddo untuk menjadi lebih kuat. Namun sangat disayangkan pada adegan perkelahian Kiddo dengan Bill dirasa kurang memacu adrenalin. Penonton pasti sangat menantikan adegan klimaks pertarungan sengit antara Kiddo dan Bill. Namun, sangat disayangkan karena pertarungan ini dirasa terlalu cepat dan selesai dengan mudah. Dalam adegan ini justru lebih di tonjolkan pertarungan emosi yang dirasakan antara Kiddo dan Bill.

Di balik itu semua, Uma Thurman sangat berhasil memerankan sosok Kiddo. Ia berhasil menyuguhkan sosok pejuang Kiddo yang sangat kuat dengan ekspresi wajah penuh dendam amarah sekaligus kesedihan yang berhasil ia pancarkan melalui sorot matanya. Uma juga berhasil memainkan adegan kungfu dengan epic dan total

64

menggunakan kelenturan tubuhnya yang menjadikan ia benar-benar tampak seperti sosok psikopat yang sebenarnya. Secara keseluruhan film dapat dinikmati dan dapat menjawab rasa penasaran penonton terhadap Kill Bill Vol 1. Untuk para penonton yang belum terpuaskan jangan khawatir karena Sutradara Quentin Tarantino juga telah mendiskusikan kemungkinan dibuatnya Film Kill Bill Vol 3.

SCORE : 70%

65

REVIEW

SLIDING DOORS 1998

Sliding Doors merupakan film drama romantis yang ditulis dan disutradarai oleh Peter Howitt yang merupakan Sutradara asal Inggris, dan diproduseri oleh Sydney Pollack. Film yang berdurasi 99 menit ini di tayangkan di Amerika Serikat pada 24 April 1998. Paramount Pictures merupakan distributor dari film ini. Gwyneth Paltrow berperan sebagai Helen Quilley, John Hannah sebagai James Hammerton, John Lynch sebagai Gerry dan Jeanne Tripplehorn sebagai Lydia.

Bercerita tentang Helen (Gwyneth Paltrow), yang baru saja di pecat dari perusahaan humas. Ia sangat kacau dan ingin segera kembali kerumah. Ia berjalan dengan tak fokus sehingga pintu kereta (sliding doors) terlebih dahulu menutup sebelum ia masuk sehingga ia harus ketinggalan kereta. Kemudian adegan di rewind dimana Helen berjalan dengan fokus dan tak ada suatu yang menghalangi. Ia berhasil mencegah pintu kereta (sliding doors) menutup dan mencegah dirinya tertinggal oleh kereta. Kedua kisah itu terus berjalan secara pararel . Pertama yang mengisahkan nasib Helen yang tertinggal oleh kereta api dan satunya lagi mengisahkan Helen yang tak tertinggal oleh kereta api.

Didalam film ini, penonton diajak untuk mengetahui kemungkinan kehidupan yang lain melalui kisah Helen Quilley. Film ini menerangkan bahwa kejadian yang kita alami bahkan hanya dalam hitungan sepersekian detik, dapat mengubah kehidupan kita ke depannya. Tanpa menggunakan sihir tertentu yang diucapkan tokoh, atau doa-doa tertentu atau alat tertentu, film ini mengajak kita untuk mengetahui kemungkinan kehidupan pararel yang lainnya melalui sihir film. Sihir film ini dalam arti, bahwa Sutradara mampu melakukan teknik apa saja untuk memvisualkan kedua kehidupan yang berbeda ini. Sutradara Peter Howwit memilih dengan menggunakan teknik editing rewind dan Sutradara tak lupa menghadirkan suatu kebetulan tertentu yang membuat efek domino yang akan mempengaruhi bagaimana kelanjutan cerita pada film. Karena dua cerita yang berjalan nyaris bersamaan, dengan kisah yang berbeda, film ini menggunakan teknik penceritaan jumpcut dari kejadian 1 ke kejadian 2 yang membuat film ini tampak mengandung nilai fantasi namun penonton di permudah memahami antara cerita 1 dan 2 dengan penampilan potongan rambut Helen yang tampak berbeda. Cerita dalam film berjalan dengan tempo yang cukup lambat dan cenderung mengalir saja sehingga penonton dapat dengan mudah menangkap informasi yang ingin disampaikan dalam film ini. Karakter yang dibawakan Gery (John Lynch) dapat dikatakan sangat kuat dimana sebenarnya kelakuan Gery ini lah yang memiliki andil untuk mengubah seluruh kehidupan Helen. John Lych sukses memainkan perannya sebagai pria bodoh seperti keledai yang tidak bisa menentukan pendiriannya. Dia memiliki masalah dengan komitmen yang ia buat sendiri dan ia tak bisa membuat keputusan untuk memilih satu diantara dua wanita yang sedang ia kencani. Namun, cerita romansa antara Helen dan

66

James (John Hannah) justru yang membuat penulis lebih tertarik karena menyajikan sebuah kisah romansa yang masih baru dan membara penuh semangat, berbanding terbalik dengan kisah yang satunya yakni pada kisah cinta antara Helen dan Gery yang hanya menyuguhkan rutinitas Helen yang membosankan dan hari-hari murung Helen yang berjalan begitu-begitu saja. Namun pada bagian ending, menurut penulis bagian ini adalah bagian ter-epic dimana film ini tidak menyuguhkan kudua nasib Helen yang berakhir sama. Seakan-akan film ini menunjukan bahwa sudah seharusnya jalan kisah Helen yang pertama yang ia jalani. Justru ini bukanlah sebuah ending yang bahagia menurut penulis. Melainkan merupakan awal yang bahagia untuk kisah Helen.

Film ini sangat menarik dengan menggunakan kebetulan-kebetulan yang terjadi pada kehidupan sehari-hari seperti halnya pada adegan 1 dimana Helen bertemu kembali dengan James disebuah bar setelah ia patah hati karena disakiti oleh Gery. Sedangkan pada cerita 2 dimana Helen tak mengetahui kelakuan busuk Gery . Mereka berkencan di bar yang sama seperti kisah 1 dan sebenarnya saling bertemu dengan James namun James hanyalah orang asing. Film ini membuat kita mengingat kejadian-kejadian seperti “oh kalau tahu begitu, saya tidak akan melakukan ini!, “Oh saya pergi kesana pada hari dan jam yang sama! Tapi kita tidak saling bertemu!”. Kebetulan-kebetulan yang dihadirkan sutradara dalam film ini dapat dikatakan sangat wajar dan tidak dibuat-buat karena itu memang sering terjadi pada kehidupan kita.

SCORE : 90%

67

REVIEW

THE WIZARD OF OZ 1939

The Wizard Of Oz merupakan film musikal fantasi yang disutradarai oleh Victor Fleming yang dirilis pada 25 April 1939 di Amerika Serikat. Film ini merupakan adaptasi dari novel tahun 1900 karya pengarang L. Frank Baum yang berjudul The Wizard Of Oz. Film ini diperankan oleh Judy Garland, Ray Bolger, Jack Haley, Bert Lahr dan Frank Morgan.

Dorothy (Judy Garland) merupakan seorang remaja yang periang. Namun saat itu ia amat kesal karena Toto anjing kesayangannya disakiti oleh Ny.Gulch (Margaret Hamilton). Dorothy pun mengadu pada orang-orang terdekatnya termasuk Paman Henry (Charley Grapewin) dan Bibi Em (Clara Blandick). Namun tak satupun dari mereka yang menghiraukannya. Keesokan harinya Ny. Gluch datang kerumah Dorothy dan mengadukan kepada keuarganya bahwa Toto telah menggigit Ny.Gluch. Karena itulah Toto harus dibawa oleh Ny.Gluch. Dorothy amat kecewa dan pertengkaran terjadi. Saat dibawa pergi, Toto berhasil melarikan diri dari Ny.Gluch dan kembali menghampiri Dorothy yang sedih. Karena itulah Dorothy dan Toto memutuskan untuk pergi dari rumah.

The Wizard Of Oz ini merupakan sebuah film yang timeless menurut saya. Film ini pernah beberapa kali digarap ulang menjadi film-film yang terkenal yakni pada film Oz the Great and Powerful (2013), dan pada film animasi Tom and Jerry and The Wizard Of Oz. Film ini memiliki alur cerita yang menarik dimana film ini mampu memvisualkan dunia anak-anak yang indah melalui Negeri Oz. Segala hal yang ada di dalam Negeri Oz merupakan refleksi apa yang ada di dunia nyata tempat tinggal Dorothy seperti karakter sahabat Dorothy di Negeri Oz yaitu Zake, Hunk dan Hickory yang sebenarnya merupakan 3 pekerja dari Paman Henry. Kemudian Ny.Gluch yang membuat Dorothy kesal, menjadikan karakternya menjadi sesosok penyihir jahat di Negeri Oz. Hal ini sebenarnya dapat menimbulkan interpretasi penonton apakah keseluruhan cerita di Neregi Oz hanya sebatas imajinasi seorang anak remaja ataukan Dorothy benar-benar telah berpetualang di Negeri itu. Namun hal ini tetap kembali lagi kepada penonton.

Film ini sangat menakjubkan mengingat film ini telah hadir setidaknya 80 tahun yang lalu mulai dari menghadirkan set decor, make up dan wardrobe dan spesial efek yang menakjubkan pada zamannya. Pada awal cerita yang berlatar di Kansas menghadirkan efek Sephia yang mempresentasikan perasaan Dorothy yang sedang suram. Namun setelah ia tiba di Negeri Oz, seluruh negeri berubah menjadi Full Color karena Dorothy sedang berada di dalam petualangan yang baru. Selain itu lagu- lagu yang di hadirkan seperti lagu Somewhere Over The Rainbow yang dinyanyikan oleh Judy Garland sangat fenomenal dan populer hingga sekarang. Lagu ciptaan Harlord Arlen ini telah dinamai oleh The American Film Institute sebagai Best Movie

68

Song Of The Afi’s 100 Years Historically. Menurut saya, mulai dari aspek cerita, visualisasi karakter, hingga lagu dalam film ini sangat klasik dan telah menjadi legenda. Film ini juga memiliki pesan moral yang membangun yakni setiap orang pasti memiliki kelebihannya masing-masing dan kita tidak akan menyadari kelebihan yang kita miliki sebelum mencoba yang terbaik.

SCORE : 90%

69

REVIEW

PENGABDI SETAN 1982

Pengabdi Setan merupakan film horor yang disutradarai oleh Sisworo Gautama Putra. Film ysng didistribusikan oleh Rapi Films ini diperankan oleh Ruh Pelupessy, W.D Mochtar, Fachrul Rozy, Simon Cader, I.M. Damsyik, dan Siska Karabety. Film ini pada masanya dikenal sebagai salah satu dari beberapa film horor yang ada di tanah air yang menggantikan tema horor yang diwarnai kepercayaan Kristen atau Buddha dengan kepercayaan Islam.

Film ini menceritakan tentang sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Kakak perempuan yang bernama Rita dan adik laki-laki yang bernama Tomi. Ibu mereka baru saja meninggal. Keluarga ini merupakan keluarga yang tidak beriman. Sang ayah terlalu sibuk dengan urusan kantor, Sang adik malah belajar ilmu hitam dan sang kakak sering berpesta. Suatu hari seorang pembantu datang untuk melamar pekerjaan dirumah itu. Pembantu itu sangat misterius dan semenjak kedatangan pembantu itu, kejadian kejadian janggal mulai terjadi.

Seperti yang kita ketahui bahwa film ini telah di remake oleh sutradara Joko Anwar dengan judul yang sama di tahun 2017. Joko Anwar mengemas inti cerita dalam film ini dengan lebih fresh dan cerita yang lebih kuat. Dapat dimaklumi apabila Pengabdi Setan 1980 ini memiliki banyak kejanggalan dalam sisi teknis dan penceritaanya mengingat pada masa itu kita belum memiliki teknologi yang memadahi begitu pula dengan alur ceritanya yang terlampau sederhana. Namun Joko Anwar mengemas inti cerita dalam filmnya, dengan berbeda sama sekali dari film awalnya. Perbedaan itu dapat dilihat dari jumlah anak dalam keluarga itu. Dalam film Pengabdi Setan 1980 mereka hanya memiliki 2 anak dengan status sosial yang kaya raya. Sedangkan dalam Pengabdi Setan 2017 mereka memiliki 4 orang anak yang memiliki cerita dibalik kehadiran 4 anak tersebut dengan status sosial yang miskin. Dalam Pengabdi Setan 2017 lebih menceritakan secara detail penyebab kematian ibunya yang akhirnya meneror keluarga mereka karena pernah mengikuti aliran sesat. Teror yang terjadi dalam keluarga mereka juga dikarenakan aliran sesat tersebut yang dilakukan oleh sebuah sekte yang pernah diikuti ibu mereka. Berbeda dengan Pengabdi Setan 1980 dimana teror tersebut datang dari sang pembantu yang mengikuti aliran sesat untuk mengganggu keluarga yang tidak beriman. Kedua film ini tentu berbeda jauh meskipun dengan inti cerita yang sama karena cara mengemas cerita yang berbeda pula antara masing-masing Sutradara. Namun Joko Anwar berhasil membuat remake yang lebih baik ,menegangkan dan menjadikan Pengabdi Setan 2017 sebagai film horor terpopuler dengan jumlah penonton film horor terbanyak sepanjang sejarah film horor yang ada di Indonesia. Sedangkan film Pengabdi Setan 1980 tentu film ini patut diapresiasi mengingat film ini adalah film pertama dan baru waktu itu yang memasukan kepercayaan agama islam. Jelas film ini

70

memiliki pesan moral yang gamblang dan membangun dengan gaya penceritaan yang lebih sederhana.

SCORE : 50%

71

REVIEW

THE PHOTOGRAPH 2007

The Photograph merupakan film drama yang ditulis dan disutradarai oleh Nan Achnas. Nan Achnas sebelumnya juga telah sukses dengan beberapa karya film sebelumnya antara lain Kuldesak (1998), Pasir Berbisik (2001), dan Bendera (2003). The Photograph merupakan karya terakhirnya sebagai sutradara, yang sempat pula masuk dalam Nominasi Sutradara Terbaik FFI 2207 dan mendapatkan beberapa penghargaan diantaranya adalah NETPAC Award pada Golden Horse Film Festival (2008), Award of Ecumenical Jury dan Special Prize of the Jury pada Karlovy Vary International Film Festival (2008). Film yang berdurasi 100 menit ini diperankan oleh Shanty, Kay Tong Lim, dan Indy Barends.

Dikisahkan Sita (Shanty) merupakan seorang wanita jawa yang hidup dengan serba kekurangan. Ia harus bekerja serabutan menjadi seorang pemandu karaoke di bar dan bahkan ia harus rela menjadi seorang wanita tuna susila karena utang yang harus di bayarnya kepada seorang germo yakni Suroso (Lukman Sardi). Karena sangat kekurangan, Sita harus pindah dan tinggal di sebuah loteng rumah milik Pak Johan ( Lim Kay Tong ), seorang Photographer tua dan sakit-sakitan. Namun mereka berdua adalah dua pribadi yang saling bertolak belakang, dan Pak Johan memiliki masa lalu yang pahit dan suram. Sedangkan Sita harus mulai membiasakan diri dengan kepribadian Pak Johan.

Kisah antara Pak Johan dan Sita dituturkan oleh Sutradara dengan tempo yang cukup lambat. Namun dengan tempo yang lambat inilah yang justru dapat memaparkan fakta yang terjadi dalam cerita dengan cukup jelas dan masuk akal. Namun sebenarnya film ini masih memiliki kekurangan dalam hal penceritaanya. Cara bercerita dalam film ini terkesan terburu-buru dan melompat-lompat. Penonton diajak mengenal dan bersimpati dengan situasi Sita, namun belum hingga tuntas kita diajak melompat kepada babak lain. Hal ini tampak pada beberapa adegan diantaranya saat adegan berkejar-kejaran antara Suroso dan Sita yang tiba-tiba berpindah dengan terburu-buru ke rel kereta api dan tidak diketahui dengan jelas bagaimana kejadian selanjutnya karena kemudia kita diajak untuk melompat ke adegan lain yang tidak saling berkaitan dengan adegan selanjutnya.

Secara teknis film ini menyajikan gambar yang memanjakan mata diantaranya komposisi gambar yang sinematik dan tampak indah. Selain itu penataan ruang yang sengaja dilakukan menambah keeksotisan visual yang dihadirkan pada film. Penjelasan masa lalu tokoh Pak Johan yang disampaikan oleh foto-foto lawas juga cukup menggambarkan dengan indah dan memberi makna bagaimana hanya dengan sebuah foto, kita bisa membuat sebuah memori yang akan selalu hidup meski yang berada didalam foto itu sudah tiada. Selain itu, Shanty juga sukses memainkan perannya sebagai Sita seorang janda yang kuat dan nekat. Ia juga berhasil membuat

72

penonton bersimpati kepadanya melalui nasib demi nasib buruk yang menimpanya namun ia dapat menjalaninya dengan tanpa acting yang berlebihan dan cerita yang terlalu mendramatisir. Namun sayangnya Lim Kay Tong memang sedang memerankan sosok Pak Johan yang tua dan sakit-sakitan. Namun pelafalan dialog dan volume suara yang terlalu rendah cukup mengganggu, terutama pada adegan pernyataan terakhir Pak Johan. Adegan ini merupakan adegan inti namun dengan pelafalan dialog yang tidak tegas dan dengan volume yang rendah membuat penulis menganggap bahwa Pak Johan hanya sedang bergumam. Hal ini sungguh sangat disayangkan mengingat adegan ini merupakan adegan inti.

SCORE : 70%

73

REVIEW

CEK TOKO SEBELAH 2016

Cek Toko Sebelah merupakan film komedi yang ditulis dan disutradarai oleh Earnest Prakasa. Film ini menggandeng Starvision Plus dan dirilis pada 28 Desember 2016. Film yang memiliki durasi 98 menit ini di perankan oleh Earnest Prakasa sendiri sebagai Erwin, Dion Wiyoko sebagai Yohan, Chew Kinwah sebagai Koh Afuk, Adinia Wirasti sebagai Ayu dan Gisella Anastasia sebagai Natalie. Cek Toko Sebelah mendapatkan reaksi positif oleh masyarakat dan berhasil masuk dalam Sembilan nominasi termasuk Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Aktor Terbaik. Selain itu Cek Toko Sebelah juga berhasil memenangkan Skenario Asli Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2017 dan memenangkan dua penghargaan yakni Film Terpuji dan Aktor Terpuji pada ajang Festival Film Bandung 2017.

Mengisahkan sebuah keluarga keturunan Tiong Hoa yang memiliki usaha kecil yakni toko kelontong. Toko kelontong itu di kelola oleh seorang ayah yang memiliki dua anak dengan dua pencapaian berbeda. Yohan (Dion Wiyoko), merupakan anak sulung yang memiliki kepribadian yang mudah tersulut amarah dan keadaan ekonominya yang serba kekurangan. Hidupnya cukup berantakan namun ia memiliki seorang istri yang sangat penyabar. Kemudian anak bungsunya bernama Erwin (Earnest Prakasa) yang merupakan anak yang sukses dan memiliki karir yang cemerlang. Saat sang ayah jatuh sakit, ia meminta anaknya untuk berkumpul. Namun kabar mengejutkan ketika sang ayah meminta Erwin yang telah berkecukupan dalam segala hal, untuk meneruskan usaha kelontongnya. Hal ini tentu membuat Yohan sangat terpukul mengingat Yohan lebih membutuhkan toko kelontong itu.

Sutradara Earnest sukses menggabungkan unsur drama dan komedi menjadi sebuah film yang mapan. Film ini terlihat sangat jelas bahwa Earnest membuat filmnya dengan teliti. Ia kembali memasukan tema mengenai ras Tiong Hoa yang memang dekat dengan sang Sutradara seperti pada film garapan sebelumnya Ngenest The Movie. Namun tak seperti pada film sebelumnya yang mengangkat soal orang Tiong Hoa sebagai minoritas di Indonesia, Earnest justru membangun film ini dengan poin utama yaitu keluarga. Dengan mengangkat poin keluarga dengan problematika yang dihadirkan, Earnest membungkus tema ini dengan lawakan yang dilengkapi oleh para komika yang berhasil memancing gelak tawa penonton di studio. Lawakan yang dihadirkan sesuai dengan porsinya dan tidak di lebih-lebihkan. Namun sangat disayangkan ketika film ini seakan-akan ingin sekali memperlihatkan isu sosialnya yang cukup kompleks namun masih harus mengemasnya dalam sajian komedi. Hal ini yang membuat antara komedi dan penuturan plot utamanya tidak bisa blend menjadi kesatuan yang utuh karena informasi yang diterima oleh penonton cenderung terpisah- pisah. Selain itu film ini juga tak memberi kesempatan kepada penonton untuk lebih dalam mengenal setiap karakter karena pemberian informasi yang cenderung terbatas.

74

Namun dalam sisi pengadeganan, para actor patut diacungi jempol. Chemistry antara Dion Wiyoko dan Chew Kinwah justru sangat terasa. Penonton diajak untuk hanyut dan bersimpati dengan apa yang terjadi kepada mereka melalui peran mereka. Secara teknis gambar yang disajikan juga telah mapan. Film ini juga memiliki pesan moral yang membangun dimana kita harus terus menjaga baik-baik hubungan antara orang tua dan anak. Film ini juga menyuguhkan keuletan berusaha yang menjadi tipikal khas orang-orang Tiong Hoa yang sangat kental.

SCORE : 80%

75

REVIEW

SUSAH SINYAL 2017

Susah Sinyal merupakan sebuah film komedi yang ditulis dan disutradarai oleh Earnest Prakasa yang sebelumnya telah sukses dengan filmnya Cek Toko Sebelah (2016) dan Ngenest The Movie (2015) yang sama-sama bergenre komedi. Film ini diperankan oleh Adinia Wirasti sebagai Ellen, Aurora Ribero sebagai Kiara, Valerie Thomas sebagai Astrid, Gisella Anastasia sebagai Cassandra dan Earnest Prakasa sendiri sebagai Iwan. Film berdurasi 110 menit ini diproduksi oleh perusahaan Starvision Plus dan dirilis di Indonesia pada 21 Desember 2017.

Film ini mengisahkan seorang wanita bernama Ellen (Adinia Wirasti) yang merupakan seorang pengacara yang berkompeten dan sangat sukses. Ia memiliki seorang anak tunggal bernama Kiara (Aurora Ribero) yang sangat dekat dengan Oma nya. Namun karena kurangnya kedekatan dengan sang Ibu, Kiara tumbuh menjadi remaja pemberontak. Meskipun begitu Kiara masih dapat mengendalikan diri ketika bersama sang Oma. Namun keluarga ini mengalami guncangan yang hebat ketika sang Oma tiba-tiba meninggal. Sebab itu lah Ellen menyadari bahwa ia harus kembali kepada perannya yang sesungguhnya yakni menjadi seorang ibu.

Susah Sinyal mengangkat tema yang memang sering terjadi pada kebanyakan keluarga yaitu kurangnya kedekatan orang tua dengan anak mereka sendiri. Dan ketika kedekatan dengan orang tua tidak terjalin, maka anak akan mencari pelariannya ke berbagai hal. Kiara merupakan contoh dari beberapa kasus yang memang benar adanya terjadi. Kiara memutuskan untuk menjadikan social media sebagai pelariannya selayaknya generasi muda masa kini. Tempo konflik yang dihadirkan pada film ini berupa konflik internal dari masing-masing karakter utama yang disajikan, sangat terasa bergelombang. Dalam arti film ini sekejap akan terasa panas karena konflik yang hadir. Namun sebentar kemudian, tensi konflik akan cepat menurun. Seperti pada adegan yang berlatar di Sumba dengan konflik-konflik kecil yang segera terselesaikan, kemudian kembali lagi di kehidupan normal mereka di Jakarta dengan segala konfliknya yang kembali dihadirkan, hingga kembali lagi ke Sumba pada tahap penyelesaian. Memang alur yang disajikan terasa seakan-akan mondar mandir, dan menurut saya ada beberapa moment di suatu tempat yang terasa mubazir, seakan-akan hanya sekedar untuk membangun komedinya saja. Sebut saja dalam sekelumit kisah antara Kiara dan Abe (Refal Hady) yang sebenarnya masih dapat dieksplor lebih jauh tanpa meninggalkan sesuatu yang mengganjal pada film ini. Maka dari itu, film ini cenderung lebih menonjolkan sisi-sisi komedinya yang didukung oleh para komika yang dihadirkan dalam film ini tanpa meninggalkan pesan yang hendak disampaikan. Selain mengangkat tema mengenai keluarga, Sutradara Earnest juga menyelipkan tentang perubahan kemajuan teknologi yang membuat kita terbiasa dengan kehadirannya. Dan ketika itu tak ada, kita akan dibuat kelimpungan selayaknya Kiara. Namun disini, Earnest tak memposisikan cerita untuk menyalahkan kehadiran dari

76

kemajuan teknologi karena pada bagian ending pun, social media menjadikan penyelesaian masalah dalam film ini.

Di sisi lain, para pemain film memerankan peran mereka yang dengan baik dan natural oleh para pemeran utama yakni Adinia Wirasti dan Aurora Ribero. Kita dapat dibuat kesal oleh Kiara karena sikapnya yang sangat kekanak-kanakan dan cenderung kasar. Namun disitulah titik keberhasilan Aurora Ribero karena telah memerankan Kiara sedemikian rupa menyebalkannya. Selain itu dalam hal teknis film ini telah mapan selayaknya film pada umumnya, namun tak lupa kita diajak untuk menengok sedikit keindahan alam Sumba yang menjadi setting dari film itu sendiri.

SCORE : 70%

77

78