BAB II
DESKRIPSI LOKASI
1. Sejarah Singkat Bank Indonesia
Nusantara sejatinya merupakan pusat perdagangan internasional
pada masa lampau (masa kerajaan). Namun, seiring dengan berjalannya
waktu disertai berkembangnya perdagangan di Benua Eropa pada masa itu,
sistem perbankan muncul dalam pengaturan ekonomi perdagangan secara
sederhana. Sistem perbankan ini kemudian dibawa oleh bangsa Barat yang
mengekspansi nusantara pada waktu yang sama. VOC di Jawa pada 1746
mendirikan De Bank van Leening yang kemudian menjadi De Bank
Courant en Bank van Leening pada 1752. Bank itu adalah bank pertama
yang lahir di nusantara, cikal bakal dari dunia perbankan pada masa
selanjutnya. Pada 24 Januari 1828, pemerintah Hindia Belanda mendirikan
bank sirkulasi dengan nama De Javasche Bank (DJB) (Bank Indonesia,
http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/museum/sejarah-bi/pra-
bi/Pages/sejarah_prabi_1.aspx,akses pada 14 April 2015).
Masa pendudukan Jepang telah menghentikan kegiatan DJB dan
perbankan Hindia Belanda untuk sementara waktu. Kemudian masa
revolusi tiba, Hindia Belanda mengalami dualisme kekuasaan, antara
Republik Indonesia (RI) dan Nederlandsche Indische Civil Administrative
(NICA). Perbankan pun terbagi dua, DJB dan bank-bank Belanda di
57
58
wilayah NICA sedangkan "Jajasan Poesat Bank Indonesia" dan Bank
Negara Indonesia di wilayah RI. Konferensi Meja Bundar (KMB) 1949 mengakhiri konflik Indonesia dan Belanda, ditetapkan kemudian DJB sebagai bank sentral bagi Republik Indonesia Serikat (RIS). Status ini terus bertahan hingga masa kembalinya RI dalam negara kesatuan.
Berikutnya sebagai bangsa dan negara yang berdaulat, RI menasionalisasi bank sentralnya. Maka sejak 1 Juli 1953 berubahlah DJB menjadi Bank
Indonesia, bank sentral bagi Republik Indonesia.
Pada tahun 1999 di tetapkan tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Hal ini sesuai dengan
UU No.23/1999 yang menetapkan pemerintah. Tahun 2004,Undang-
Undang Bank Indonesia diamandemen dengan fokus pada aspek penting yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia, termasuk penguatan governance.
Berdasarkan Siaran Pers Bersama Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) (http://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran- pers/Pages/SP_155613_DKom.aspx, akses 14 April 2015) per 31
Desember 2013, pengawasan perbankan (mikroprudensial) dialihkan kepada OJK. Sedang untuk pengawasan makroprudensial tetap dilaksanakan oleh Bank Indonesia, berkoordinasi dengan OJK. Menunjuk penjelasan Pasal 7 Undang-Undang No.21 Tahun 2011 tentang Otoritas
Jasa keuangan, Bank Indonesia memiliki tugas dan wewenang atas pengaturan dan pengawasan makroprudensial. Selain itu, menunjuk Pasal 59
40 Undang-Undang No.21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa keuangan dan penjelasannya, dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya
Bank Indonesia membutuhkan informasi melalui kegiatan pemeriksaan bank, maka Bank Indonesia dapat melakukan pemeriksaan secara langsung terhadap bank tertentu yang termasuk dalam systemically important bank dan/atau bank lainnya sesuai dengan kewenangan Bank Indonesia di bidang makroprudensial.
2. Status dan Tugas Bank Indonesia
a. Status dan Kedudukan Bank Indonesia
Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dimulai ketika disahkannya UU
No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada tanggal 17
Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 6/ 2009 (Bank Indonesia, http://www.bi.go.id/id/tentang- bi/fungsi-bi/status/Contents/Default.aspx, akses 14 April 2015). Undang- undang ini memberikan status dan kedudukan sebagai suatu lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan Pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini.
Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam undang-undang tersebut. Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia juga berkewajiban 60
untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun juga. (Bank Indonesia, http://www.bi.go.id/id/tentang- bi/fungsi-bi/status/Contents/Default.aspx, akses 14 April 2015).
Selain itu, Bank Indonesia memiliki kedudukan sebagai badan hukum. Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun badan hukum perdata ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai badan hukum publik Bank Indonesia berwenang menetapkan peraturan-peraturan hukum yang merupakan pelaksanaan dari undang-undang yang mengikat seluruh masyarakat luas sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Peraturan hukum ini kemudian disebut sebagai PBI (Peraturan Bank Indonesia). b. Tujuan dan Tugas Bank Indonesia
Bank Indonesia memiliki tujuan tunggal yakni yaitu mencapai
dan memelihara kestabilan nilai rupiah (Bank Indonesia,
http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsi-
bi/tujuan/Contents/Default.aspx, akses 14 April 2015). Kestabilan nilai
rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang
terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara
lain. Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi,
sementara aspek kedua tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah
terhadap mata uang negara lain. Perumusan tujuan tunggal ini
dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang harus dicapai Bank
Indonesia serta batas-batas tanggung jawabnya. Dengan demikian, 61
tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak akan dapat diukur dengan mudah.
Tugas Bank Indonesia untuk mecapai tujuannya sebelum 31
Desember 2013 dibagi menjadi tiga pilar antara lain menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, dan pengawasan dan pengaturan perbankan. Untuk tugas menjaga pengawasan dan pengaturan perbankan telah dialihkan kepada OJK. Namun, tugas pengawasan perbankan Bank Indonesia dialihkan menjadi menjadi pengawasan keuangan secara makroprudensial, untuk pengawasan mikropudensial (perbankan) dilakukan dengan berkoordinasi bersama OJK. Maka tugas ketiga Bank Indonesia ini kemudian disebut sebagai menjaga stabilitas sistem keuangan.
62
Sumber: Situs Resmi Bank Indonesia (http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsi- bi/tujuan/Contents/Default.aspx, akses 14 April 2015)
Gambar 2.1 Tiga Pilar Tugas Bank Indonesia
Berikut lebih lanjut berikut penjelasan dari masing-masing
tugas Bank Indonesia. Berikut penjelasannya (Bank Indonesia,
http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsi-
bi/tujuan/Contents/Default.aspx, akses 14 April 2015):
Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter
Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Arah kebijakan didasarkan pada sasaran
laju inflasi yang ingin dicapai dengan memperhatikan berbagai 63
sasaran ekonomi makro lainnya, baik dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang. Implementasi kebijakan moneter dilakukan dengan menetapkan suku bunga (BI Rate).
Perkembangan indikator tersebut dikendalikan melalui piranti moneter tidak langsung, yaitu menggunakan operasi pasar terbuka, penentuan tingkat diskonto, dan penetapan cadangan wajib minimum bagi perbankan.
Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran
Sesuai dengan Undang- Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Di bidang sistem pembayaran Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari peredaran. Disisi lain dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran Bank Indonesia berwenang melaksanakan, memberi persetujuan dan perizinan atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran seperti sistem transfer dana baik yang bersifat real time, sistem kliring maupun sistem pembayaran lainnya misalnya sistem pembayaran berbasis kartu.
Untuk mewujudkan suatu sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman dan handal, Bank Indonesia secara terus menerus melakukan 64
pengembangan sesuai dengan acuan yang ditetapkan yaitu Blue
Print Sistem Pembayaran Nasional. Pengembangan tersebut direalisasikan dalam bentuk kebijakan dan ketentuan yang diarahkan pada pengurangan risiko pembayaran antar bank dan peningkatan efisiensi pelayanan jasa sistem pembayaran.
Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan
Sistem keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Sebagai bagian dari sistem perekonomian, sistem keuangan berfungsi mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami surplus kepada yang mengalami defisit. Apabila sistem keuangan tidak stabil dan tidak berfungsi secara efisien, pengalokasian dana tidak akan berjalan dengan baik sehingga dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Pengalaman menunjukkan, sistem keuangan yang tidak stabil, terlebih lagi jika mengakibatkan terjadinya krisis, memerlukan biaya yang sangat tinggi untuk upaya penyelamatannya. Pelajaran berharga pernah dialami Indonesia ketika terjadi krisis keuangan tahun 1998, dimana pada waktu itu biaya krisis sangat signifikan. Selain itu, diperlukan waktu yang lama untuk membangkitkan kembali kepercayaan publik terhadap sistem keuangan. Krisis tahun 1998 ini membuktikan bahwa stabilitas sistem keuangan merupakan aspek yang sangat penting dalam membentuk dan menjaga 65
perekonomian yang berkelanjutan. Sistem keuangan yang tidak
stabil cenderung rentan terhadap berbagai gejolak sehingga
mengganggu perputaran roda perekonomian.
3. Deskripsi Lokasi
Departemen Komunikasi, Bank Indonesia berlokasi pada
Gedung Thamrin lantai 1, Bank Indonesia, Jakarta Pusat. Dengan
beralamat pada Gedung Thamrin Lantai 1, Bank Indonesia, Jl. M.H.
Thamrin No. 2, Jakarta.
Gambar 2.2 Menara Sjafrudin Prawira Negara dan Menara Radius
Prawiro, Bank Indonesia.
Departemen Komunikasi yang berada di Kantor Pusat Bank
Indonesia merupakan satuan kerja yang menjadi pusat dalam sirkulasi 66
dan kegiatan komunikasi internal dan eksternal Bank Indonesia. Bank
Indonesia sendiri memiliki sejumlah Kantor Perwakilan Wilayah
(KPw) Dalam Negeri (DN) yang terbagi atas 9 wilayah dan 32 KPw di daerah, antara lain:
a. Wilayah I
Wilayah ini bertempat di Makassar membawahi daerah Sulawesi,
Maluku dan Papua.
b. Wilayah II
Wilayah ini bertempat di Banjarmasin membawahi seluruh
wilayah Kalimantan. Kota lain dalam wilayah ini yang juga
memiliki Kantor Perwakilan adalah Balikpapan.
c. Wilayah III
Wilayah ini bertempat di Denpasar membawahi daerah Bali dan
Nusa Tenggara.
d. Wilayah IV
Wilayah ini bertempat di Surabaya dengan membawahi daerah
Jawa Timur. Adapun kota yang juga memiliki Kantor Perwakilan
dalam wilayah ini adalah Jember, Kediri, dan Malang.
e. Wilayah V
Wilayah ini bertempat di Semarang dengan membawahi daerah
Jawa Tengah dan Yogyakarta. Adapun beberapa kota dan
kabupaten yang juga memiliki Kantor Perwakilan adalah Solo,
Yogyakarta, Tegal, dan Purwokerto. 67
f. Wilayah VI
Wilayah ini bertempat di Bandung dengan membawahi daerah
Jawa Barat dan Banten. Adapun kota yang juga memiliki Kantor
Perwakilan dalam wilayah ini adalah Cirebon dan Tasikmalaya.
g. Wilayah VII
Wilayah ini berlokasi di Palembang dengan membawahi daerah
antara lain Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, dan
Bengkulu.
h. Wilayah VIII
Wilayah ini bertempat di Padang dengan membawahi daerah
Sumatera Barat, Kep. Riau, dan Jambi. Kantor Perwakilan di
wilayah ini juga berada di Batam.
i. Wilayah IX
Wilayah ini berlokasi di Medan dengan membawahi daerah
Sumatera Utara dan Aceh. Beberapa kota dan kabupaten yang
juga memiliki Kantor Perwakilan dalam wilayah ini adalah
Lhokseumawe, Sibolga, dan Pematangsiantar.
Selain KPw DN, Bank Indonesia turut memiliki KPw Luar Negeri.
Dimana representative offices Bank Indonesia berada di empat negara antara lain (Company Profile Bank Indonesia, Video, 2013):
Singapura bertempat di Singapore: 11 Collyer Quay 08-01 The
Arcade Singapore 049317.
Inggris bertempat di London: 10 City Road, London EC 1Y 2EH. 68
Jepang bertempat di Tokyo: New Kokusai Building Room 906
No.4 - 1, Marunouchi 3 - Chome Chiyoda-ku, Tokyo, 100-0005
Japan.
Amerika Serikat bertempat di New York: One Liberty Plaza 165
Broadway, 31st floor New York N.Y. 10006.
4. Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia
Berdasarkan menurut tujuan, tugas, dan fungsi Bank Indonesia
sebagai lembaga independen negara yang mengatur kebijakan
perekonomian, regulasi, serta memiliki tujuan utama untuk menjaga
stabilitas nilai rupiah maka dirumuskan Visi dan Misi Bank Indonesia
sebagai berikut (Bank Indonesia, http://www.bi.go.id/id/tentang-
bi/fungsi-bi/misi-visi/Contents/Default.aspx, Akses 14 April 2015):
a. Visi
Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional
melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian
inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil
b. Misi
1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi
kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas. 69
2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan
efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan
eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan
dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian
nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar
yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan
stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan
akses dan kepentingan nasional.
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank
Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis
kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang
berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan
UU.
c. Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia:
Bank Indonesia memiliki etos dan budaya kerja yang kemudian dirumuskan di dalam NNS (Nilai- Nilai Strategis) untuk dijadikan pedoman dalam behavioral dan pelaksanaan tugas kesehariannya
(Departemen Sumber Daya Manusia Bank Indonesia, 2013).
a. Trust and Integrity
Bermakna membangun kondisi saling meghormati dan
mempercayai secara internal dan eksternal melalui keterbukaan, 70
kehandalan dan konsistensi antara pikiran, ucapan, dan tindakan
yang didasari oleh nilai-nilai moral dan etika. b. Professionalism
Bermakna bekerja dengan tuntas dan bertanggung jawab atas dasar
kompetensi terbaik yang dilakukan secara independen, antisipatif,
rasional dan obyektif. c. Excellence
Bermakna senantiasa melakukan yang terbaik dengan
mengedepankan penciptaan nilai tambah yang prima untuk
mencapai keunggulan yang berkelanjutan menuju kesempurnaan. d. Public Interest
Bermakna senantiasa mengutamakan dan melindungi kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan dalam
melaksanakan mandat dengan penuh dedikasi, adil, dan
bertanggung jawab. e. Coordination and Teamwork
Bermakna membangun sinergi yang berkesinambungan secara
internal dan eksternal melalui kolaborasi dan komunikasi yang
menghasilkan komitmen yang memberikan nilai tambah dengan
dasar saling percaya, saling menghargai, dan semangat
interpendensi.
71
5. Logo Bank Indonesia
Gambar 2.3 Logo Bank Indonesia
Berdasarkan surat edaran intern No. 11/ 40/ INTERN tanggal 29
Juni 2009, logo atau lambang Bank Indonesia berlaku seperti yang diatas.
Logo Bank Indonesia sempat mengalami beberapa perubahan seiring dengan perkembangan zaman dan juga perubahan tugas yang dimiliki oleh
Bank Indonesia.
Sejarah perkembangan logo BI telah mengalami perubahan sejumlah 7 kali sejak tahun 1953 hingga 2005. Logo BI saat ini mengadaptasi logo De Javasche Bank dengan merubah huruf “J” menjadi huruf “I”. Makna warna biru pada logo BI adalah keutuhan langit dan laut kepulauan nusantara yang menyatukan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang artinya kesatuan dan persatuan (Museum Bank Indonesia,
2014).
72
6. Struktur Organisasi Bank Indonesia
Dewan Gubernur
Asisten Gubernur
Stabilitas Sistem Stabilitas Keuangan dan Manajemen Jaringan Kantor Moneter Sistem Intern Pembayaran
Dalam Negeri
Luar Negeri
Gambar 2.4 Bagan Struktur Organisasi Bank Indonesia
Organisasi Bank Indonesia dikelompokkan menjadi dua bidang
utama yang menggambarkan tugas-tugas pokoknya, yaitu Stabilitas
Moneter dan Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran.
Sejak 31 Desember 2013, ditandai dengan ditandatanganinya BAST
(Berita Acara Serah Terima) antara Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
Keuangan, maka tugas pengaturan dan pengawasan perbankan
dialihkan dari Bank Indonesia kepada Otoritas Jasa Keuangan.
Pengawasan terhadap individual bank (mikroprudensial) dilakukan
oleh Otoritas Jasa Keuangan. Namun, pengawasan terhadap
makroprudential tetap dilakukan oleh Bank Indonesia, berkoordinasi 73
dengan Otoritas Jasa Keuangan. (Kiryanto, 2014:2). Disamping itu,
terdapat pula fungsi manajemen intern sebagai unit pendukung
strategis (strategic support) untuk menjamin agar pelaksanaan tugas
ketiga bidang utama dapat berjalan lancar, efektif, dan efisien.
B. Bank Indonesia Call & Interaction (BICARA) 500-131
1. Profil BICARA 500-131
Bank Indonesia Call & Interaction (BICARA) 500-131
merupakan pusat dari akuntabilitas dan transaparansi informasi ke
publik Bank Indonesia. Hal ini ditujukan sebagai salah satu tindak
lanjut dari adanya Undang-Undang RI No. 25 tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik, dimana perlu adanya pemfasilitasan dari organisasi
yang bersinggungan langsung dengan kegiatan publik untuk dapat
memenuhi kebutuhan dari publik luas melalui fasilitas tersebut. Latar
belakang lain yang menjadi pendorong dioperasionalkannya BICARA
ialah adanya tuntutan transparansi badan publik yang menjadi salah
satu program pemerintahan Republik Indonesia saat ini. Serta gerakan
untuk keterbukaan layanan, informasi, dan kinerja badan publik dari
Open Government Indonesia yakni ikut serta dalam LAPOR (Layanan
Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat) dan situs Satu Layanan
Indonesia. (Bank Indonesia, Makalah, 2014). 74
Contact Center BICARA memang single point of contact untuk memberikan layanan dalam pemenuhan kebutuhan publik yang berhubungan langsung dengan Bank Indonesia. BICARA dioperasionalkan menyusul pulanya keinginan dari Bank Indonesia untuk mendorong keterbukaan informasi kepada publik dan sebagai fasilitas yang mampu mendukung dari program-program yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia yang memiliki kaitan dengan publik atau stakeholders.
BICARA dalam operasionalnya terdiri atas dua layanan yakni
Visitors Center (layanan kunjungan langsung) dan melayanan permintaan informasi publik melalui telepon, e-mail, fax, surat, sosial media dan lainnya (Bank Indonesia, BICARA Manual, hal 5, 2014).
BICARA melayani permintaan publik atau stakeholders baik informasi, konsultasi, keluhan, dan kritik secara umum. Melalui nomor layanan Call Center BICARA adalah (kode area) 500-131
(Bank Indonesia, BICARA Manual, hal 5, 2014).
Mengambil momen dan semangat Hari Sumpah Pemuda pada
18 Oktober 2013, BICARA melaksanakan soft launching di Bank
Indonesia. Sejak itu penempatan contact center BICARA 500-131 berada di Bank Indonesia. Beralamat Jl. M. H. Thamrin No. 2, Jakarta
Pusat yang terbagi atas, Visitor Center di Lobi Menara Sjafruddin 75
Prawiranegara, Lantai 1 dan Call Center di Menara Sjafruddin
Prawiranegara, Lantai 2.
2. Visi dan Misi BICARA 500-131
Sebagai salah satu gerbang komunikasi eksternal Bank
Indonesia dengan masyarakat BICARA 500-131memiliki visi sebagai
Contact Center yang terbaik di nasional dalam rangka mewujudkan
Bank Indonesia yang kredibel dan terbaik di regional serta memenuhi
standar internasional (Bank Indonesia, BICARA Manual, hal 6, 2014).
Adapun untuk meraih visi tersebut dirumuskan misi BICARA
500-131 adalah dengan menciptakan Contact Center yang handal dan
terpercaya dalam penyediaan informasi bagi semua pemangku
kepentingan (Bank Indonesia, BICARA Manual, 2014).
Hal tersebut terkait masalah misi BICARA 500-131 dijelaskan
lebih lanjut dalam Kebijakan Mutu Bicara yang menjabarkan langkah-
langkah yang perlu dilakukan dalam kinerja BICARA 500-131 (Bank
Indonesia, BICARA Manual, hal 6, 2014):
a) Contact Center BICARA bertekad menjadi contact
center yang handal dan terpercaya dalam penyediaan
informasi bagi semua pemangku kepentingan dalam
rangka mendukung visi dan misi Bank Indonesia. 76
b) Contact Center BICARA bertekad menjadi yang
terbaik di kalangan lembaga publik di Indonesia
dengan selalu mengutamakan kepuasan pemangku
kepentingan melalui pelayanan yang bermutu tinggi,
konsisten dan patuh terhadap prasyarat Undang-
Undang. c) Contact Center BICARA senantiasa menempatkan
pengembangan SDM dan infrastruktut BICARA sesuai
dengan best practice dan berbasis kinerja serta
mengedepankan nilai-nilai strategis BI yang meliputi
Trust and Integrity – Professionalism – Excellence –
Public Interest- Coordination and Team Work. d) Contact Center BICARA mendukung pelaksanaan
komunikasi kebijakan BI dengan secara aktif
melakukan diseminasi data dan informasi yang akurat
kepada publik. e) Dalam upaya menerapkan tujuan tersebut, manajemen
dan seluruh agen Contact Center BICARA menyatakan
komitmennya untuk menerapkan Sistem Manajemen
Mutu yang sesuai dengan persyaratan ISO 9001:2008,
dan senantiasa melakukan perbaikan yang berkelajutan.
77
3. Logo BICARA 500-131
Gambar 2.5 Logo BICARA 500-131
Berdasarkan dalam Makalah BICARA 500-131 (2013) desain
BICARA 500-131 berbentuk layaknya bubble talk adapun pengertian dari logo tersebut adalah sebagai berikut:
a) Simbol Percakapan (Bubble Talk)
Mengartikan bahwa layanan ini merupakan sarana percakapan,
dialog, interaksi antara BICARA dengan stakeholders.
b) Warna Biru dan Merah
Merupakan warna corporate Bank Indonesia, sebagai penanda
visual bahwa ini merupakan layanan resmi dari Bank Indonesia.
c) Simbol Asteris (*)
Simbol asteris merupakan simbol perwakilan dari sesuatu yang
“terkini” atau “terbaru”. Sehingga dengan digunkannya simbol ini
mengartikan bahwa stakeholders selalu mendapatkan informasi
yang terbaru/ terkini apabila menghubungi BICARA. 78
d) Warna Oranye untuk Nomor Telepon dan Asteris
Secara psikologis warna oranye merupakan warna yang menarik
perhatian memberikan kesegaran dengan harapan warna ini mampu
menjadi perwakilan dari BICARA 500-131.