Bab Ii Tinjauan Pustaka
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Mall 2.1.1. Sejarah Perkembangan Mall Bentuk mall yang mula-mula muncul adalah bentuk mall terbuka yang banyak terdapat dinegara-negara Eropa pada abad ke-16. Untuk menaungi pedestrian maka dipakai deretan pepohonan yang ditanam di sepanjang mall dengan bentuk terbuka akan menghadapi masalah karena kondisi cuaca, maka timbul suatu gagasan untuk membuat mall yang tertutup. Sedangkan bahan penutupnya digunakan bahan penutup yang tembus cahaya (transparan) yang ditempatkan sepanjang mall. Sehingga selain berfungsi sebagai penutup juga berfungsi sebagai tingkap cahaya (sky light). Dengan demikian pengunjung lebih terlindung dari kondisi cuaca yang kurang menguntungkan, namu tetap merasakan suasana luar ruangan. Pemakaian konsep mall pada pusat perbelanjaan sebenarnya untuk menciptakan tingkap kenyamanan suasana perbelanjaan, sehingga menarik konsumen untuk datang. Melihat hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa shopping mall pada dasarnya merupakan salah satu bentuk dari pusat perbelanjaan (shoppingcentre) yaitu kegiatan perdagangan ecerean berupa kompleks pertokoan yang terdiri dari kompleks pertokoan yang terdiri dari petak-petak pertokoan yang disewakan atau dijual oleh pihak investor, dan didalamnya para pedagang eceran (retailer) tidak terikat satu sama lain. 2.1.2. Pengertian Shopping Mall Shopping mall merupakan bentuk pusat perbelanjaan yang sedang berkembang di berbagai negara. Secara umum, masyarakat mengartikan shopping mall itu sebagai bangunan pertokoan ataupun pusat perbelanjaan. Berikut beberapa pendapat para ahli dalam mendefenisikan Shopping Mall. Shopping defined as looking at, pricing or buying merchandising displayed for sale. Shopping adalah kegiatan mencari, kemudian membeli barang dagangan yang dipajang untuk dijual. (Hornbeck, 1962). The world mall has mean an area asually lined with shade trees and used as a public walk or promenade. Shopping Mall dapat di artikan sebagai suatu area yang memanjang, dinaungi pepohonan dan biasanya berfungsi sebagai fasilitas pejalan kaki. (Rubenstein, 1992) A shopping mall is a complex of retail store and related facilities planned as unified group to give maximum shopping convenience to the customer and maximum exposure to the merchandise. Suatu pusat perbelanjaan adalah suatu kompleks toko pengecer dari fasilitas pendukungnya yang direncanakan sebagai suatu kesatuan untuk memberikan kenyamanan yang maksimal bagi pengunjung dan promosi maksimal bagi barang-barang yang dijual. (Chiara and Callender, 1969). Dalam Kamus Arsitektur dan Konstruksi kata “mall” adalah “a public plaza, walk or system of walks set with trees and designed for pedesrtrian use”, artinya adalah sebuah ruang publik, jalan dengan pepohonan dan didisain untuk pengguna pedestrian. Dalam perkembangannya, sesuai dengan konteks kota dimana pertumbuhan populasi yang menyebar diluar CBD (Central Building District) dan menyebabkan bermunculannya pusat perbelanjaan di pinggiran kota, dimana akhirnya masing-masing daerah memiliki satu pusat perbelanjaan skala besar dan beberapa dalam skala kecil menyebabkan terjadinya persaingan satu sama lain. Alasan ini yang menyebabkan Shopping Mall mempunyai tujuan seperti yang dikemukakan oleh Chiara dan Callendar. “The sub-urban are becoming megacenter, complete with several departent store, office buildings, motels, amusement and of course parking area. Area sub-urban telah berkembang menjadi pusat perdagangan yang besar (mega center) lengkap dengan department store, perkantoran, motel dan fasilitas hiburan lainnya serta area parkir”. Shopping Mall adalah jenis dari pusat perbelanjaan yang secara arsitektur berupa bangunan tertutup dengan suhu yang diatur dan memiliki jalur untuk berjalan jalan yang teratur sehingga berada di antara antar toko-toko kecil yang saling berhadapan. Karena bentuk arsitektur bangunannya yang melebar (luas), umumnya sebuah mal memiliki tinggi tiga lantai. Di dalam sebuah mal, penyewa besar (anchor tenant) lebih dari satu (banyak). Seperti jenis pusat perbelanjaan lain seperti toko serba ada untuk masuk di dalamnya (http://id.wikipedia.org/wiki/Mal, diakses 15 April 2014) Di Inggris istilah Shopping Mall digunakan dan tumbuh secara bertahap di kalangan generasi muda. Di Indonesia istilah mall dipakai dan berkembang untuk menyatakan sebuah jenis pusat perbelanjaan tertutup dengan skala besar yang menawarkan tidak hanya fasilitas berbelanja namun juga fasilitas hiburan atau rekreasi serta tempat bersosialisasi dengan unitu-unit retail yang terhubung oleh koridor dan void besar. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Shopping Mall adalah sebuah jenis pusat perbelanjaan tertutup yang terdiri dari berbagai macam jenis unit-unit retail, restoran serta fasilitas rekreasi dan hiburan yang terdapat didalam satu bangunan, dengan unit-unit yang disewakan atau dijual dan dikelola oleh sebuah manajemen terpadu. 2.2. Karakteristik Fisik Mall 2.2.1. Prinsip-Prinsip Mall Karakteristik fisik sebuah mall antara lain : a. Pintu Masuk : tunggal b. Atrium : di sepanjang koridor c. Koridor : tunggal d. Lebar koridor : 3-5 meter e. Lantai : 1-3 lantai f. Parkir : mengelilingi bangunan mall g. Magnet : di setiap ujung koridor h. Jarak antar magnet : 100-200 meter Prinsip-prinsip mall yang terdapat dalam Time Saver Standard for Building Types . meliputi: 1. Terdiri dari jalur pejalan kaki utama (pedestrian way) atau koridor utama dengan satu atau lebih tambahan jalur pejalan kaki atau koridor tambahan yang berhubungan dengan koridor utama dan lokasi parkir atau jalan yang berdekatan. 2. Semua toko menghadap dan memiliki pintu masuk kearah koridor baik utama maupun tambahan. 3. Untuk mengatasi masalah parkir karena tingginya harga dan semakin berkurangnya lahan bagi suatu shopping mall, maka dapat disediakan bangunan parkir bertingkat (double decked) atau basement. 1.2.1 Jenis-jenis mall Menurut Rubenstein dalam Nasution (2007), dalam Central City Mall, jenis mall dikelompokkan sebagai berikut : a. Mall Terbuka (Open Mall) Pada mall terbuka semua jalan yang direncanakan mengutamakan kenyamanan pejalan kaki. Mall terbuka ini dapat terletak di pusat kota atau di daerah pinggiran kota. Sistem penghawaan dilakukan secara alami namun kondisi cuaca sagat mempengaruhi kenyamanannya. b. Mall Terpadu (Integrated Mall) Merupakan tipe mall yang sebagian terbuka dan bagian yang lainnya tertutup. Pada mall bagian yang tertutup diletakkan di tengah sebagai pusat dan menjadi magnet yang menarik pengunjung untuk masuk ke dalam kawasan mall tersebut. c. Mall Tertutup (Enclosed Mall) Merupakan bangunan yang lengkap dimana pengunjung dan penjual yang terlindung dalam suatu bangunan yang tertutup sehingga memungkinkan untuk berinteraksi sosial, pameran dan pertunjukan lainnya. Sistem penghawaan dilakukan secara mekanis yang lazim dinamakan dengan EMAC (Enclosed Mall Air Conditioned). Mall semacam ini yang paling banyak diterapkan di daerah tropis. 1.2.2 Pengelompokan Zona Penjualan Dalam Mall Menurut Parnes, 1948, zona penjualan dalam mall dibagi dalam dua area penjualan barang-barang yaitu : Area penjualan barang-barang umum (General Sales), memiliki karakteristik : Ruang berukuran kecil Terbuka Ruang-ruang yang saling berhubungan dengan jarak berkesinambungan antara pengunjung dengan bagian penjualan barang. Ruang-ruang yang tidak dibatasi oleh dinding-dingding atau partisi-partisi Area penjualan barang-barang khusus (Special Sales Area), memiliki karakteristik : Ruang yang berukuran lebih kecil Menjual satu macam barang Perletakannya pada tempat-tempat tertentu seluruh ruang dalam zona penjualan ini berhubungan langsung dengan lainnya tanpa adanya gangguan dari zona lain. Pengunjung dapat berpindah dari satu tempat penjualan ke lainnya dalam segala arah, tanpa perlu membuang tenaga dan tanpa kehilangan arah. Seluruh arus menuju zona penjualan clan jalur jalan harus melalui zona lain yang meliputi, jalan masuk, tangga, elevator dan lain sebagainya. Organisasi pergerakan dalam zona penjualan ini akan lebih mudah apabila pergerakan pengunjung clan barang diatur melalui bermacam-macam lorong yang jalur-jalur yang ada mulai dari memasuki bangunan sampai dengan kluar dari bangunan tersebut. 1.2.3 Dimensi Mall Pengadaan fasilitas komersial seperti mall merupakan salah satu pendukung kegiatan perdagangan yang tidak lepas dari pengaruh dan fungsi daerah atau kawasan tersebut terhadap lingkup pelayanannya. Mall yang akan dirancang disini harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang mengatur besar luas lantai bangunan yang disediakan berdasarkan pelayanannya. Menurut buku Pedoman Perencanaan Lingkungan Permukiman Kota yang dikeluarkan oleh Direktorat Pekerjaan Umum, untuk standar kebutuhan luas lantai pusat perbelanjaan dan niaga adalah 0,2m2 / penduduk. 1.3 Karakter Non Fisik Mall 1.3.1 Ciri-ciri Pusat Perbelanjaan Tabel 2.1 Ciri-ciri pusat perbelanjaan No Ciri-ciri Utama Neighborhood Community Regional Center Center Center 1 Fungsi Utama Menjual barang Beberapa fungsi Beberapa fungsi kebutuhan sehari- dari neighborhood dari community hari dan center ditambah center ditambah pelaksanaan penjualan barang- penjualan barang- perorangan barang belanja barang umum 2 Pertokoan Supermarket dan Berbagai macam Satu atau lebih Utama toko obat toko dan departemen store departemen store utama kecil 3 Lokasi Persilangan jalan Persilangan jalan- Persilangan jalan kolektor atau jalan jalan utama atau jalur cepat atau sekunder jalan jalur cepat jalan tol 4 Radius area 0,5 mil 2 mil 4 mil pelayanan 5 Minimal 4000 jiwa 35.000 jiwa 150.000