<<

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Cangara 2002 dalam Wahyuningsih 2019 menjelaskan bahwa Film dalam arti sempit adalah penyajian gambar melalui layar lebar. Sedangkan perngertian luasnya film diartikan sebagai gambar yang disiarkan melalui televisi (TV) dapat pula dikategorikan sebagai film. Gambel 1986 dalam Wahyuningsih 2019 mengartikan film sebagai sebuah rangkaian gambar statis yang direpresentasikan dihadapan mata secara berturut-turut dalam kecepatan yang tinggi. Jean Luc Godard, sineas new wave yang berasal dari Perancis, memiliki pengertian berbeda, Jean mengartikan film sebagai ―papan tulis‖, ia berpendapat bahwa sebuah film yang revosioner dapat menunjukkan bagaimana perjuangan senjata dapat dilakukan.1

Sejarah menunjukkan perkembangan film berawal dari abad ke-19 ketika ditemukannya pita seluloid. Pada saat itu film muncul dengan sajian visual tampa warna (hitam-putih) dan sajian film dalam bentuk suara. Film dengan sajian visual dan suara (film bersuara) mulai dikenal pada akhir 1920-an, dan mengalami perkembangan menjadi film berwarna pada tahun 1930-an. Sumarno

1996 dalam Wahyuningsih 2019 mengatakan evolusi film dari masa-kemasa didukung oleh peralatan produksi film yang turut berkembang seiring perkembangan zaman sehingga film masih layak menjadi tontonan yang menarik bagi khalayak luas sampai saat ini. Dalam periode tertentu fungsi film tidak hanya

1 Wahyuningsih, Sri. 2019. Memahami Representasi Pesan-Pesan Dakwah Dalam Film Melalui Analisis Semiotik . Surabaya : Media Sahabat Cendekia. Hlm. 1-2

1 menjadi sebuah media hiburan dikalangan masyarakat, tetapi juga berfungsi sebagai media informasi maupun sebagai media edukasi. Kelebihan sebuah film sebagai media yang dapat di putar kembali menambah fungsi film yakni sebagai salah satu arsip dari sejarah dan kebudayaan yang cukup penting dalam kehidupan masyarakat.2

Berdasar pada fungsi film sebagai media hiburan maupun media edukasi, mendorong film berkembang menjadi beragam kategori, namun pada dasarnya film memiliki empat kategori besar yakni film kartun, film cerita, film berita, film jenis lain dan film dokumenter. Setiap kategori film memiliki pengertian yang berbeda. Film kartun merupakan film yang berasal dari hasil lukisan gambar dirangkai kemudian diputar didalam proyektor film sehingga menghasilkan efek gerak yang hidup. Film cerita merupakan film yang memilki kekuatan makna yang berasal dari cerita yang disajikan, kisah yang diangkat pada film cerita dapat bersumber dari kisah nyata maupun fiktif. Film Berita merupakan sebuah film yang berasal dari sebuah peristiwa yang benar terjadi, film ini harus mengandung nilai berita (news value) dengan durasi yang tidak lama. Film jenis lain mengolongkan sebuah konten yang termasuk kedalam sebuah film seperti profil perusahaan, iklan televisi, program televisi, dan video klip. Film dokumenter merupakan film yang berdasar pada fakta atau peristiwa yang terjadi, film dokumenter juga dianggap sebagai karya ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of actuality). 3

Jenis film yang beragam tidak melepaskan film dari unsur pesan atau makna yang ingin disampaikan kepada penontonnya, McQuail dalam artikel

2 Ibid. Hlm. 2. 3 Ibid. Hlm. 3-4.

2

Penerimaan Penonton Terhadap Praktik Eksorsis Didalam Film Conjuring pada

Jurnal E-Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra

Surabaya mengatakan pesan yang terkandung dalam film timbul dari keinginan untuk merefleksikan kondisi masyarakat dan bahkan mungkin juga bersumber dari keinginan untuk memanipulasi. Film dapat dimanfaatkan didalam pendidikan hal ini didasari oleh kemampuan film dalam menarik perhatian orang dan menyampaikan pesan secara unik. Secara mendalam film menjadi alat penyampaian sebuah pesan bagi pemirsanya dan juga sutadara. Pada umumnya film menangkat sebuah tema atau fenomena yang terjadi di tengah masyarakat.4

Film mampu memberikan pengaruh yang sangat besar pada penonton bahkan memiliki peluang untuk mempengaruhi dalam waktu yang cukup lama. Pengaruh terbesar yang dapat ditimbulkan sebuah film adalah imitasi atau peniruan, pengaruh ini timbul akibat anggapan bahwa apa yang terlihat dalam sebuah film wajar atau layak untuk dilakukan setiap orang, seperti contoh menirukan gaya rambut. 5

Salah satu film yang memberikan dampak perilaku positif dari pesan yang disampaikan didalamnya adalah Film Kill The Messenger. Film ini merupakan karya dari Michael Cuesta yang juga menyutradarai film L.I.E (2001), Kill The

Messenger (2014) dan (2011)6. Film Kill The Messenger dibintangi oleh yang berperan sebagai Gary Webb, Rosemarie DeWitt

(Susan Webb), Ray Liotta (John Cullen), Tim Blake Nelson (Alan Fenster), Barry

Pepper (Russell Donson), Oliver Platt (Jerry Ceppos), Michael Sheen (Fred

4 Handi Oktavianus. 2015. “Penerimaan Penonton Terhadap Praktik Eksorsis Didalam Film Conjuring” dalam Jurnal E-Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra Surabaya. Vol. 03 No. 2. Hlm 6. 5 Wahyuningsih, Op.Cit. Hlm. 7-8. 6 ―Michael Cuesta‖ dalam IMDb. 19 Agustus 2020. Online. Internet. https://www.imdb.com/name/nm0191147/bio?ref_=nm_ov_bio_sm#overview.

3

Weil), Michael Kenneth Williams (Ricky Ross), Mary Elizabeth Windstead (Anna

Simons), Andy Gracia (Norwin Meneses) dan lainnya. 7

Film Kill The Messenger bercerita tentang sosok Gary Webb sebagai wartawan profesional, berjuang mengungkap kasus transaksi narkoba yang dilakukan oleh Central Intelligence Agency (CIA) untuk mendanai perang dingin di Nicaragua melalui tulisannya yang berjudul ―Dark Alliance‖. Setelah mencari bukti yang cukup berkaitan dengan kasus ini, Gary Webb berhasil menerbitkan tulisannya di San Jose Mercury News. Namun tidak ada yang menyangka tulisan Gary Webb menimbulkan dampak yang besar bagi masyarakat maupun

Central Intelligence Agency (CIA) sehingga San Jose Mercury News mendapatkan tekanan dari pihak luar. Pada akhirnya San Jose Mercury News menjadi pihak yang turut menentang berita yang ditulis Gary Webb, serta menganggap bahwa berita tersebut hanyalah khayalan Gary semata.

Film ini ingin menyampaikan sebuah pesan berkaitan dengan kinerja profesional wartawan sangat penting meskipun mendapat berbagai tekanan dari pihak yang merasa mendapat ancaman dari hasil berita yang telah dibuat. Pada dasarnya wartawan adalah suatu profesi yang penuh tanggung jawab dan memiliki resiko yang cukup besar, profesi semacam ini diperlukan manusia- manusia yang memiliki idealisme dan ketangguhan hati yang kuat untuk menghadapi berbagai kendala, hambatan dan tantangan dalam menjalankan profesinya.8

7 ―Kill The Messenger (2014) Full Cast & Crew‖ dalam IMDb. 19 Agustus 2020. Online. Internet. https://www.imdb.com/title/tt1216491/fullcredits/?ref_=tt_ov_st_sm. 8 Syahwal Rustam. 2016. ―Kesejahteraan Wartawan Untuk Peningkatan Profesionalisme dan Independensi Pada AJI Makassar.‖ Skripsi: Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Hlm. 18.

4

Dalam lingkup kerjanya, Menurut David Murphy, didalam Ilmu Jurnalistik seorang wartawan dibagi menjadi tiga level. Pertama, wartawan melaporkan dan memaparkan kejadian. Kedua, wartawan menjelaskan atau menginterpretasikan kejadian. Ketiga, wartawan mencari bukti di balik peristiwa. Dengan demikian, peliputan wartawan merujuk pada tipe wartawan general (general reporters), wartawan spesialis (specialist reporters) dan wartawan dengan pikiran investigatif

(reporters with an investigative turn of mind).9 Wartawan umum merupakan tipe wartawan yang mencari berita tanpa mengetahui lebih dulu subjek pemberitaannya sehingga dalam proses kerjanya selalu terkait dengan batas waktu. Wartawan khusus adalah wartawan yang memiliki rincian keterangan mengenai subjek liputan dan mencoba untuk menggali informasi. Sementara itu wartawan adalah wartawan yang selalu menyiapkan diri untuk mendengar berbagai hal yang dikatakan oleh publik dengan tujuan untuk menggali informasi lebih mendalam. Wartawan memiliki ciri-ciri sangat selektif dan skeptis terhadap bahan berita resmi, meneliti dengan kritis setiap pendapat, catatan dan bocoran informasi. Mereka tidak serta merta membenarkannya setiap informasi yang masuk. 10 Perbedaan jenis wartawan ini dikarenakan adanya perbedaan dari teknik peliputan beritanya.

Peran wartawan, terlebih wartawan pemula dituntut untuk mampu mengenali lebih jauh lagi karakteristik sebuah pers.11 Pers diartikan sebagai sebuah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan wartawantik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,

9 Johny Herfan.2015. “Peliputan investigasi, profesionalisme wartawan dan Interplay Antara Struktur dan Agency” dalam Jurnal Studi Komunikasi dan Media. Vol. 19 No. 1. hlm. 21. 10 Ibid. Hlm 21. 11 Sumadiria, Haris. 2005. Jurnalistik Indonesia. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Hal 32.

5 mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.12

Sejarah menunjukkan, pers dibangun diatas pilar profesionalisme.13

Profesionalisme berdasar dari kata profesi. Menurut KBBI profesi secara umum diartikan sebagai suatu bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian

(keterampilan, kejuruan, dan sebagainya).14 Terdapat dua hal dalam mengartikan sebuah pekerjaan sebagai sebuah profesi. Pertama, suatu kegiatan hanya dapat dikatakan profesi bila kegiatan itu dilakukan untuk mencari nafkah. Kegiatan untuk mencari kesenangan atau kepuasan semata-mata disebut hobbi. Kedua, ditentukan pula bahwa suatu kegiatan untuk mencari nafkah hanya boleh disebut profesi bila dilakukan dengan tingkat keahlian yang cukup tinggi. Sehingga dapat diartikan profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi.15 Kata profesi memiliki penjabaran lain seperti profesional, profesionalisme, dan profesionalitas.

Profesional memiliki arti suatu hal yang bersangkutan dengan profesi. untuk seseorang dapat dikatakan sebagai profesional memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankan profesinya.16 Sedangkan profesional menurut Tantri

12 Ibid. Hlm. 31. 13 Ibid. Hlm. 49. 14 ―Arti Profesi‖ dalam KBBI web. 11 Juli 2019. Online. Internet. https://kbbi.web.id/profesi. 15 Asri. N, “Sikap Profesional dan Etos Kerja Guru Dalam Peningkatan Efektivitas Kerja”. Jurnal Inspiratif Pendidikan. Vol. 7 No. 2, Juli-Desember 2018. Hlm.412.

16 ―Arti Profesional‖ dalam KBBI web. 11 Juli 2019. Online. Internet. https://kbbi.web.id/profesional.

6

Abeng dalam Moeljono professional terdiri atas tiga unsur, yaitu knowledge, skill, dan integrity. Ketiga unsur tersebut harus dilandasi dengan iman yang teguh, pandai bersyukur, serta kesediaan untuk belajar terus-menerus.17

Profesionalisme memiliki arti suatu pemahaman yang terwujud pada implementasi sikap yang menuntut pada adanya pengetahuan dan keterampilan khusus, memberikan pelayanan kepada masyarakat, adanya sistem pengawasan terhadap kegiatan keprofesionalitasan (adanya himpunan atau asosiasi) dan diberikan bayaran atas kinerjanya.18 Profesionalisme juga dapat diartikan sebagai role/competency yang memiliki makna suatu kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan menurut bidang dan tingkatan masing-masing.19

Sedangkan menurut Sumandiria dalam buku Jurnalistik Indonesia profesionalisme memiliki arti isme atau paham yang menilai tinggi keahlian profesional khususnya, atau kemampuan pribadi pada umumnya, sebagai alat utama untuk mencapai keberhasilan.20

Profesionalitas memiliki arti perihal profesi atau keprofesian, profesionalitas juga dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk bertindak secara profesional.21 Menurut Philips dalam Fathul mengartikan profesionalitas sebagai individu yang bekerja sesuai dengan standar moral dan etika yang

17 Moeljono, Djokosantoso. 2004. Delapan Langkah Strategis Mendaki Karier Puncak Edisi Revisi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hlm. 42. 18 Sya‘bani, Mohammad Ahyan Yusuf. 2018. Profesi Keguruan : Menjadi Guru yang Religius dan Bermartabat. Gresik: Caremedia Communication. Hlm. 24. 19 Rinaldo, Edo, Christian M. Marpaung dan Aji Hogantara. 2005. Peta Jalan UKM 4.0 Profesional, Produktif, Kreatif dan Entrepreneurial. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 3. 20 Sumandiria, Op.Cit. Hlm. 48. 21 ―Arti Profesionalitas‖ dalam KBBI web. 11 Juli 2019. Online. Internet. https://kbbi.web.id/profesionalitas.

7 sudah ditentukan oleh pekerjaaannya.22 Atmosoeprapto mengatakan bahwa profesionalitas merupakan cermin dari kemampuan (competensi), yaitu memiliki pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), bisa melakukan (ability) ditunjang dengan pengalaman (experience) yang tidak muncul secara tiba-tiba.23

Profesionalitas menurut Siagian dapat dikatakan sebagai keandalan dalam pelaksanaan tugas sehingga terlaksana dengan mutu yang baik, waktu yang tepat, cermat dengan prosedur yang mudah dipahami dan diikuti oleh pelanggan

(klientele).24 Profesionalitas dapat dikatakan sebagai bentuk kinerja profesional yang dilakukan oleh wartawan dalam menjalankan tugasnya.

Berdasarkan fungsi film yang memiliki kekuatan dalam menyampaikan pesan terhadap penontonnya. Serta pentingnya perilaku profesional sebagai seorang wartawan membuat penulis tertarik untuk meneliti Film Kill The

Messenger. Hal ini dikarenakan didalam Film Kill The Messenger terdapat adegan yang berkaian erat dengan kerja wartawan profesional, serta film ini diangkat berdasar kisah nyata Gary Webb seorang wartawan San Jose Mercury

News yang mengeluarkan tulisan berjudul Dark Alliance: The CIA, the Contras, and the Crack Cocaine Explosion. Dark Alliance untuk membuktikan bahwa adanya peran Central Intelligence Agency (CIA) dalam transaksi kokain untuk mendanai perang dingin di Nicaragua. Film Kill The Messenger seakan membuka mata publik akan kinerja profesional yang dilakukan oleh wartawan, bahkan film ini membuka proses pengolahan informasi yang dilakukan oleh media yang memiliki peluang besar terjadinya pemelintiran informasi, serta perilaku profesional wartawan. Berdasar storyline yang berkaitan erat dengan

22 Toatubun, Fathul Arifin dan Muhammad Rijal. 2018. Professionalitas dan mutu Pembelajaran. Sidoarjo: Uwais Inspirasi Indonesia. Hlm. 74. 23 Ibid. Hlm. 75. 24 Ibid. Hlm. 75.

8 profesionalitas wartawan membuat peneliti tertarik menggunakan film ini sebagai obyek penelitian dengan analisis Semiotika John Fiske.

Analisis Semiotika John Fiske memiliki sudut pandang berbeda dan sangat cocok digunakan untuk menganalisa makna dalam film. Hal ini dikarenakan dalam Semiotika John Fiske memiliki konsep ―The Codes of

Television”. Pada konsep ini, John Fiske mengartikan televevisi adalah sebuah provokator dan alat peredaran makna, sehingga konsep ini akan membantu memaknai sebuah tanda dalam sajian visual agar mendapatkan pemaknaan yang unik. 25 Analisis Semiotika John Fiske menggunakan tiga level yakni level realitas, level representasi dan level ideologi. Ketiga level ini memiliki peran yang berbeda dalam proses pemaknaan tanda dalam sajian visual film.

1.2 Rumusan masalah

Berdasar latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti Film Kill the

Messenger menggunakan analisis Semiotika John Fiske, dengan rumusan masalah bagaimana representasi profesionalitas wartawan dalam Film Kill The

Messenger berdasarkan analisis Semiotika John Fiske?

1.3 Batasan Penelitian

Agar penelitian ini lebih terarah, terfokus, dan menghindari pembahasan menjadi terlalu luas, maka penulis perlu membatasinya. Adapun batasan masalah dalam penelitian adalah adegan dalam Film Kill the Messenger yang memiliki bentuk representasi kerja profesional seorang wartawan.

1.4 Tujuan Penelitian

25 Fiske, John. 1987. Television Culture : Popular Pleasure and Politics. London and New York: Routledge. Page 1.

9

Untuk mengetahui profesionalitas apa saja yang diterapkan oleh

seorang wartawan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai

wartawan profesional dalam tingkat realitas, representasi dan ideologi pada

film Kill The Messenger.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Secara Teoritik

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pemahaman baru kepada pembaca mengenai profesionalitas seorang

wartawan, serta menganalisis makna sebuah film menggunakan Semiotika

John Fiske.

1.5.2 Secara Praktik

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

kesadaran akan pentingnya sebuah profesionalitas bagi seorang wartawan,

serta memberikan sebuah gambaran dalam mengaplikasikan Semiotika

John Fiske untuk menganalisis film.

1.6 Lokasi Penelitian

Pada penelitian ini peneliti melakukan model penelitian berdasar

pada kajian pustaka dalam bentuk jurnal, skripsi terdahulu, buku dan

sumber lainnya yang dapat mendukung penelitian, sehingga tidak

melakukan observasi lapangan dalam bentuk apapun baik wawancara,

kuisioner atau bentuk lainnya.

10

1.7 Kerangka Berfikir Penelitian

Kerangka berfikir pada penelitian ini berfungsi memberi gambaran

mengenai alur pada penelitian. Berikut adalah penjabaran dari kerangka

berfikir penelitian.

i. Film Kill the Messenger menjadi data utama pada penelitian,

dimana peneliti akan mencari bukti representasi profesional

wartawan yang terdapat dalam Film Kill the Messenger.

ii. Ciri profesional akan digunakan sebagai benchmark untuk

menentukan adegan Film Kill the Messenger yang memiliki bentuk

representasi profesional wartawan.

iii. Hasil pemilihan adegan yang berkaitan dengan ciri profesional

akan dianalisis menggunakan Semiotika John Fiske dengan tiga

jenis level yang berbeda yakni level realitas, level representasi dan

level ideologi.

11

Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran

1.8 Sistematika Penulisan Laporan Akhir

Sistematika penulisan menjadi hal yang penting dalam penelitian

karena berfungsi untuk menjelaskan garis besar dari masing-masing bab

yang saling memiliki keterkaitan sehingga terhindar dari kekeliruan dalam

penyusunan penelitian. Berikut susunan sistematika pada penelitian ini :

1.8.1 BAB 1 – PENDAHULUAN

Pendahuluan menjadi bagian utama dalam pembahasan skripsi

sekaligus menjadi sebuah landasan utama peneliti dalam penulisan skripsi.

Pendahuluan diuraikan menjadi beberapa sub bab sebagai berikut, Latar

Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan

Penelitian, Metodologi Penelitian, Batasan Penelitian, Lokasi dan Tatakala

Penelitian, dan Sistematika Penulisan Laporan Akhir.

12

1.8.2 BAB 2 – TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka menjadi bab yang menjadi acuan peneliti dalam menganalisa data, bab ini berisikan teori yang dikemukakan oleh para ahli yang memiliki keterkaitan kuat pada fokus penelitian.

1.8.3 BAB 3 – METODE PENELITIAN

Pada metode penelitian berisikan bagaimana langkah atau cara peneliti dalam mengumpulkan data dan mengolah data dalam penelitian.

1.8.4 BAB 4 – HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dan pembahasan berisikan analisis berkaitan dengan data yang didapatkan didalam Film Kill the Messnger yang memiliki keterkaitan dengan ciri profesional, data yang sudah didapatkan dan dianalisis akan dibahas secara detail sehingga menghasilkan hasil penelitian.

1.8.5 BAB 5 – KESIMPULAN DAN SARAN

Bab terakhir berupa kesimpulan dan saran berisi tentang kesimpulan data dan saran dari penelitian. Bab ini berisi inti dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran berkaitan dengan hal yang dilakukan untuk penelitian selanjutnya.

13

1.9 Tatakala Penelitian

Tatakala penelitian berfungsi untuk menjadwal proses penyusunan

penelitian. Peneliti memulai penelitian per-desember 2018 diawali dengan

pengajuan judul dan melakukan seminar proposal pada pertengahan oktober

2019, tahap selanjutnya peneliti masuk dalam tahap penyusunan skripsi.

Tabel 1.1. Tatakala Penelitian

14

No. KEGIATAN 2018 2019 2020

BULAN

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des Ags

1. PERENCANAAN PENELITIAN Pengajuan Judul

Penyusunan Proposal

Seminar Proposal

2. PELAKSANAAN PENELITIAN Pengumpulan Data

Analisis Data

3. PENYUSUNAN LAPORAN

Penulisan Laporan

Ujian Skripsi

15