BAB IV PEMBAHASAN

Dalam menganalisis Film The Hunger Games, penulis menggunakan metode Analisis Wacana Kritis model Fairclough dan membaginya menjadi 3 (tiga) dimensi besar, yaitu : Makrostruktur, Mesostruktur dan Mikrostruktur. Sebelum masuk pada inti pembahasan, beberapa informasi penting berserta sinopsis film The Hunger Games penulis paparkan sebagai berikut :

Film The Hunger Games

Film The Hunger Games merupakan film yang didalamnya menceritakan sebuah kompetisi dengan konsep Reality Show yang memiliki spesifikasi sebagai berikut :

Tayang : 12 Maret 2012 Genre : Sci-Fiction, Action & Adventure, Drama Sutradara : Gary Ross Produser : Nina Jacobson dan Jon Kilik Skenario : Gary Ross, Suzanne Collins, dan Billy Ray Rumah Produksi : Lions Gate Durasi : 142 Menit Klasifikasi Penonton : Semua Umur Pemain : Jennifer Lawrence sebagai Katniss Everdeen Josh Hutcherson sebagai Peeta Mellark Liam Hemsworth sebagai Gale Hawthrone Woody Harrelson sebagai Haymitch Abermathy Elizabeth Banks sebagai Effie Trinket Lenny Kravitz sebagai Cinna

32

Stanley Tucci sebagai Caesar Flikerman Donald Sutherland sebagai Presiden Snow

Sinopsis Film The Hunger Games

The Hunger Games menceritakan sebuah kehidupan di masa depan. Tempat yang dulunya adalah Amerika Utara sudah tidak ada lagi, digantikan dengan Negara Panem yang terdiri dari 12 distrik dan dikuasai oleh pemerintahan secara diktator di wilayah Capitol. Untuk melanggengkan dan menujukan kekuasaannya, pemerintahan di capitol menyelenggarakan acara bernama The Hunger Games. Setiap tahunnya dipilih, 2 tributes, terdiri dari 1 orang laki-laki dan 1 orang perempuan dari masing-masing distrik untuk dikompetisikan di ajang The Hunger Games. Dalam ajang yang dikemas dengan konsep reality show tersebut, tributes diharuskan untuk saling membunuh satu sama lain, hingga tersisa 1 orang yang hidup sekaligus menjadi pemenang. Fokus dari film ini sendiri adalah tokoh remaja belia bernama Katniss Everdeen. Remaja yang memiliki hobi memanah ini memulai keterlibatannya dalam The Hunger Games sebagai sukarelawan untuk menggantikan adiknya, Prim, yang terpilih melalui undian (The Reaping). Selain Katniss, terpilih juga seorang remaja laki-laki bernama Peeta Mellark. Untuk mewakili distriknya, mereka dikirim ke Capitol untuk berkompetisi di ajang The Hunger Games ke-74.

4.1 Analisis Makrostruktur (Sociocultural Practice) Fokus terhadap fenomena dimana teks dibuat. Dengan demikian menurut Norman Fairclough untuk memahami wacana, kita tidak mampu melepaskan dari konteksnya. Kita perlu menelusuri konteks produksi teks, konsumsi teks, dan aspek sosial budaya yang mempengaruhi pembuatan teks.

33

4.1.1 Situasional Level Situasional mengarah pada waktu atau suasana mikro (konteks peristiwa saat teks dibuat), dalam artian teks dihasilkan dalam suatu kondisi atau suasana yang khas / unik sehingga suatu teks berbeda dengan teks lainnya. Film ini diproduksi pada suasana era globalisasi, dimana teknologi dan komunikasi memiliki banyak pengaruh bagi manusia. Dalam menjelaskan globalisasi, James Petras memiliki tiga argumen dasar yang selalu dirujuk ketika para pakar menjelaskan perkembangan pesat globalisasi. Ketiga argumen itu adalah kemajuan teknologi atau revolusi informasi, permintaan pasar dunia, dan logika kapitalisme.1 Hal diatas mengantarkan penulis pada kecenderungan media sekarang ini yang mengacu pada rating. Hal ini didasari pada konteks televisi sebagai industri (institusi ekonomi) memasuki medan kompetisi yang ketat sehingga tidak sempat berfikir kualitas konten sebuah program.2 Hal ini memungkinkan media untuk melakukan apa saja untuk mendapatkan rating yang tinggi, hal ini pula yang memacu maraknya praktik kapitalisme. Dengan kuasa orang-orang dibalik media, industri ini pun bergerak dominan dalam menciptakan budaya massa. Industrialisasi, ekonomisasi dan lengkap dengan peran kapitalisme di dalamnya terdapat proses “pe-massa-an” atau komodifikasi segala sesuatu agar sebuah industri dapat terus berlangsung (Junaedi, 2005, p. 3). Hal tersebut syarat dengan praktik kapitalisme dalam media, yakni sebagai media massa yang didalamnya banyak mengekspoitasi dan mengkomodifikasi kehidupan masyarakat. Ini merupakan bentuk praktik kapitalis yang dalam penerapannya dapat disadari maupun tidak disadari,

1 Globalisasi adalah Kapitalisme http://sosbud.kompasiana.com/2010/01/25/globalisasi-adalah- kapitalisme-60805.html diakses pada 24/9/2013 pukul 5:48 2 Jurnal ASPIKOM berjudul “Post Media Literacy : Menyaksikan Kuasa Media Bersama Michel Foucault” oleh Iswandi Syahputra, hal.2.

34 dikarenakan kemasannya sering dibuat menyenangkan, contohnya kadang keadaan miskin menjadi normal karena sudah terbiasa dan dianggap bukan suatu ancaman. Hal ini membuat para kapitalis terus menerus berjaya serta semakin mengeksploitasi segalanya dan mengorbankan masyarakat, oleh karenanya muncul komentar ―Yang miskin semakin miskin, yang kaya semakin kaya‖. Memasuki tahun 2000-an, fenomena yang terjadi di media massa, khusunya televisi yaitu reality show yakni maraknya program reality show menandakan bahwa media memang sangat jeli melihat fenomena-fenomena sosial yang muncul di masyarakat. Tidak terkecuali dengan masalah privat dan keluarga. Media mengolahnya sedemikian rupa dan menampilkannya dengan kemasan baru yang lebih segar, menarik, up to date (Junaedi, 2005, p. 83). Hal ini tentunya tidak lepas dari industri media sebagai institusi ekonomi yaitu meraih keuntungan. Maraknya Reality Show di Amerika pada tahun 2000-an berjasa dalam menyumbang pertambahan jumlah pemirsa ketika pasar lesu, jaringan televisi berhasil mendapatkan pemasukan yang cukup banyak dari iklan (Michael, 2006, pp. 33-34). Masayarakat Amerika saat itu terbawa dalam euforia Reality Show, banyak dari mereka yang juga melibatkan diri dalam ajang kompetisi yang di cover dalam bentuk Reality Show, seperti American Idol dan Big Brother. Kebanyakan acara reality show akan mengkarantina pesertanya dalam sebuah rumah selama beberapa pekan dan tidak diperbolehkan bersentuhan dengan „dunia luar‟, seperti keluarga dan teman-temannya bahkan tidak dipebolehkan memegang alat komunikasi. Berbeda dengan ajang pencarian bakat American Idol, reality show Big Brother lebih mengutamakan strategi bagimana caranya dapat menyingkirkan peserta lain, sehingga tidak jarang terlihat emosi peserta yang meluap-luap disertai dengan tangisan bahkan pertengkaran.

35

Banyaknya penggemar, membuat acara ini terus berlangsung hingga sekarang, tahun 2013, telah sampai pada season ke-16. Walaupun berasal dari Belanda (1997) lalu franchise-nya merembet ke negara-negara di Eropa, Amerika dan Asia, namun Big Brother memiliki versi yang berbeda-beda di masing-masing negara. Dalam penayangan perdananya tahun 2000 menyedot perhatian lebih dari 22 juta penduduk Amerika.3 Pada beberapa season yang telah ditayangkan, acara reality show ini cukup melibatkan kehidupan pribadi para kontestan, seperti kontestan yang berpacaran, tetangga, musuh dan saudara yang tidak pernah bertemu karena orangtua-nya bercerai. Hal ini bukan hanya menjadi rahasia antar kontestan, namun sudah menjadi rahasia umum karena aktivitas mereka direkam oleh kamera pengawas dan dijadikan konsumsi massa. Menurut Habermas, terjadi perubahan fungsi ruang publik, dari ruang lingkup diskusi rasional, debat, dan konsensus menjadi wilayah konsumsi massa, dijajah oleh korporasi-korporasi dan kaum elit dominan. Campur tangan kepentingan ekonomi para kapitalis menciptakan sebuah produk industri budaya, mengubah segala aspek dalam kehidupan masyarakat sebagai sebuah komoditas yang lalu diperdagangkan.4 Dalam konteks konsumsi reality show oleh massa, bagi masyarakat yang pasif maka yang terjadi adalah penerimaan secara sukarela, bahkan terjadi peleburan yang mana yang asli dan palsu, normal dan abnormal serta yang privat dan publik. Dalam kapitalisme global apapun dapat dijadikan komoditi: mulai dari kepribadian, kebugaran, penampilan, tubuh, wajah, kaki, tenaga dalam, jin, ramalan, skandal gosip, isu hingga bencana, perang bahkan kematian (Piliang, 2011, p. 119). Ketika kekuatan pasar dan pemilik modal sudah mampu menyentuh dan membaur di ruang publik maka maka terjadilah apa yang dikatakan Gramsci

3 Big Brother : True Man Show :http://www.ew.com/ew/article/0,,20400144_83053,00.html diakses pada tanggal 11/11/2013 pukul 13.44 4 Jurnal berjudul “Mengintepretasi Eksploitasi Ruang Privasi dalam Reality Show : Kasus pada tayangan Masihkah Kau Mencintaiku- RCTI”. http://eprints.undip.ac.id/22385/1/INTANMAYASTRI_D2C005173.pdf diakses pada 24/9/2013 pukul 15.17

36 sebagai Hegemoni, ia akan dengan mudah menyentuh setiap sisi ruang kehidupan manusia yang dapat mempengaruhi nilai-nilai budaya masyarakat. Berbagai bentuk komodifikasi dan eksploitasi oleh kaum kapitalis pada reality show dan berita dirasakan oleh Suzzane Collins. Collins mengungkapkan bahwa ide cerita The Hunger Games diperoleh saat ia sedang memilah-milah saluran televisi dan melihat di salah satu saluran menayangkan orang-orang yang berkompetisi dalam sebuah reality show. Lalu, di saluran lainnya menanyangkan perang di Irak. Dalam pemikirannya, kedua tayangan itu melebur menjadi satu dan terbentuklah ide awal The Hunger Games. Novelnya sudah diterbitkan sejak tahun 2008, novel tersebut diadaptasi dalam film dan ditayangkan perdana pada bulan Maret tahun 2012. Dari beberapa sumber mengatakan bahwa film ini memiliki pengaruh serta pesan yang besar mengenai praktik kuasa oleh kapitalis, dikarenakan kisahnya yang memperhatikan kepada kita mengenai potret kehidupan yang dalam hal ini lebih banyak pada „sisi kelam kehidupan manusia‟. Dalam Majalah Cinemax edisi Film The Hunger Games, bulan April 2012, hal 27 menuliskan : Kita hidup dalam masyarakat yang terobsesi dengan reality show dan tidak jarang menggunakan tragedi seseorang sebagai hiburan. Sejarah memang terus berulang dengan sendirinya. Salah satu contohnya adalah para gladiator di jaman Romawi yang diharuskan untuk saling membunuh satu sama lain sebagai sebuah bentuk hiburan bagi masyarakat yang hidup di masa lalu. Di beberapa negara pemerintah memisahkan orang-orang serta membiarkan mereka kelaparan sehingga tidak bisa melawan balik.

Dalam hal ini, film The Hunger Games dapat golongkan mengeksploitasi kekerasan sebagai sebuah bentuk hiburan. Kekerasan yang dieksploitasi cenderung pada bentuk kekerasan yang bersifat tradisional dimana banyak terdapat adegan fisik seperti memukul, membunuh dan

37 menyakiti orang lain. Perlakuan ini adalah cara untuk menunjukan kekuasaan Capitol kepada mereka yang lemah. Namun selain kekerasan fisik, terdapat pula kekerasan yang sifatnya struktural bahkan bentuk kekerasan yang tanpa disadari oleh pesertanya karena telah dikomodifikasi dalam bentuk kenikmatan yang juga diberikan oleh Capitol. Dalam buku Komodifikasi Budaya dalam Media Massa dijelaskan bahwa hal-hal berbau seksualitas, erotisme dan komodifikasi tubuh adalah sesuatu yang mudah dicerna oleh setiap orang karena mudah menarik perhatian, sehingga dijadikan ikon-ikon dalam budaya massa. Namun seiring laju perkembangannya, kapitalisme lanjut bukan hanya seksualitas yang menjadi ikon budaya massa yang dikomodifikasi, namun juga kriminalitas, kekerasan, mistik, budaya lokal bahkan lebih ironis lagi adalah agama. (Junaedi, 2005, p. 2) Pemunculan film The Hunger Games di tahun 2008 syarat juga dengan perkembangan teknologi di dunia khususnya di Amerika yang dikenal sebagai kiblat perkembangan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) dunia. Hal ini tentu saja berpengaruh pada industri media, khususnya perfilman. Konten dalam film tidak hanya digambarkan melalui teks dan kemampuan artis bermain seni peran tapi juga di-support oleh kecanggihan teknologi yang menampilkan efek-efek tampak real pada layar kaca. Kecanggihan teknologi merupakan salah satu cara menggambarkan kebudayaan Amerika serta kehidupan masyarakatnya memasuki era globalisasi. Hal tersebut dikuatkan oleh gagasan Koentjaraningrat dalam tujuh unsur kebudayaan, yaitu bahasa, kesenian, sistem religi, sistem mata pencaharian, organisasi sosial, sistem ilmu pengetahuan, dan sistem teknologi (Koetjaraningrat, 1979, pp. 203-204). Penggunaan teknologi oleh pihak kapitalis digunakan sebagai alat untuk mengontrol masyarakat, kaitannya dalam film ini yaitu memperlihatkan sebuah potret kehidupan masyarakat yang sepenuhnya dikontrol oleh pihak penguasa. Tanpa menggurangi pesan yang ingin disampaikan, di dalam film

38

The Hunger Games banyak mempertontonkan efek teknologi, seperti pada adegan cara pihak media di Capitol memonitor para tributes dengan kamera pengawas yang invisible dan properti yang digunakan di Capitol. Tidak hanya itu, dengan segala bentuk imaginasinya film ini meng-create sebuah bentuk teknologi baru yang bahkan di dunia nyata sendiri belum diciptakan, seperti pada adegan penciptaan hewan buas virtual dalam komputer yang bisa di transmisikan ke arena Hunger Games dan menciptakan sebuah dunia baru yang seolah-oleh real, yaitu Arena Hunger Games itu sendiri, seperti yang terlihat pada gambar 4.1 dan 4.2.

Gambar 4.1 Alat yang digunakan untuk mengontrol tributes

Gambar 4.2 Gambaran hewan buas yang diciptakan oleh para pekerja media sebagai tantangan untuk para tributes

Hal yang telah dijelaskan diatas menandai sebuah budaya postmodern5, terkhusus postmodern sebagai film (Audifax, 2006, p. 22), yaitu

5 Postmodern merupakan hal penting dalam memahami budaya Amerika. Hal ini termanifestasikan di billboard dan televise, bisa juga di nada radio dan percakapan sehari-hari bahkan bisa dirasakan dari bagaimana kita menjalani hidup. Dalam “Postmodern Hollywood : What‟s New in Film and Why It Makes Us Feel So Strange.

39

sebuah hiperealitas, sebuah dunia simulacrum. Dengan kecanggihan teknologi, para artis mampu menghasilkan simulasi yang begitu real dari ide- ide yang sifatnya fantasi. Film postmodern juga dicirikan oleh sifatnya yang mengkaburkan, bahkan mencampurbaurkan batas antara realitas dan imaginasi, fakta dan fiksi, produksi dan reproduksi serta masa lalu, masa kini dan masa depan. Film postmodern juga saling menyangkutkan berbagai hal seperti moralitas, seni, teknologi, spesial efek, fantasi, kekerasan, pornografi, nilai agama, impian, misteri pembunuhan, komedi dan surealisme6 dalam satu ruang yang sama. Dominic Strinati menjelaskan film-film posmodern juga ditandai oleh keinginannya untuk mengeksploitasi berbagai tanda dan ikon budaya pop. Tidak ada yang salah dengan kemajuan teknologi dan informasi yang ditujukan pada masyarakat, bahkan semua orang di belahan dunia telah menikmatinya dan ingin menikmati seolah-olah hal tersebut menandakan majunya peradaban manusia. Hidup di era sekarangpun tidak lepas dari informasi dan teknologi, walaupun dibaliknya terdapat invisible hand yang memiliki kepentingan sendiri dan senantiasa mengontrol serta terus memantau masyarakat. Menurut Foucault praktik kekuasaan sudah berkembang dalam metode-metode baru. Kekuasaan tidak dijamin oleh hak, tetapi oleh teknik. Kekuasaan tidak dijamin oleh undang-undang, tetapi melalui normalisasi sehingga jauh lebih mudah mengabaikannya ketimbang melawannya.7 Foucault sendiri meragukan bahwa manusia memiliki kebenaran mutlak, jika kebenaran tersebut disingkirkan maka pengetahuan hanyalah apa yang dikumpulkan dan diputuskan benar oleh sekelompok orang melalui konvensi sosial-budaya atau oleh kesepakatan ilmiah. 8

http://books.google.co.id/books/about/Posmodern_Hollywood.html?id=QluEtNUBblUC&redir_esc=y diakses pada 24/9/2013 pukul 21:34 6 Surealisme adalah aliran dalam seni sastra yang mementingkan aspek bawah sadar manusia dan nonrasional dl citraan (di atas atau di luar realitas atau kenyataan) 7 Jurnal ASPIKOM berjudul “Post Media Literacy : Menyaksikan Kuasa Media Bersama Michel Foucault” oleh Iswandi Syahputra, hal.6. 8 Ibid, hal 4

40

Namun tidak semua orang merasakan efek dari kemajuan teknologi, lemahnya ekonomi seringkali menjadi alasan utama. Hal ini yang dirasakan dari efek kapitalisme, seolah-olah kapitalisme membagi kehidupan menjadi 2 golongan yaitu si kaya dan si miskin, menciptakan kesenjangan sosial yang bisa dilihat di kehidupan sekarang, pemandangan kontras seperti yang terlihat dalam gambar 4.3 ini sekaligus menjadi salah satu sorotan yang diangkat dalam The Hunger Games yakni kehidupan di Capitol dan distrik-distrik.

Gambar 4.3 Penampilan merupakan satu dari banyaknya hal yang membedakan penduduk Capitol dengan penduduk distrik.

4.1.2 Institusional Pada awalnya, media lebih banyak menjalankan fungsinya sebagai sebuah institusi sosial yang bertugas untuk melayani kepentingan publik. Dalam perkembangannya, institusi media mengalami pergeseran idealisme sehingga muncul anggapan bahwa media telah berubah fungsi tidak semata-mata menjadi institusi sosial namun juga sebagai institusi ekonomi dan politik (Junaedi, 2005, p. 165). Fungsi media sebagai institusi ekonomi dan politik tentunya akan sangat berpengaruh terhadap produksi wacana. Institusi bisa berasal dari dalam media ataupun kekuatan eksternal di luar media. Contohnya saja ketika ada pemberitaan mengenai demonstrasi yang dilakukan oleh buruh salah satu pabrik rokok terkemuka di Indonesia, tidak semua media menayangkan berita tersebut,

41

dikarenakan kebanyakan iklan yang berada di media berasal dari perusahaan rokok. Film The Hunger Games merupakan film terbesar yang di produksi oleh dan Lionsgate menaruh harapan yang besar pada film ini mengikuti jejak film Harry Potter dan Twilight Saga.

Lionsgate Profile9

Lionsgate adalah perusahaan hiburan global terkemuka di dunia yang didirikan oleh Frank Giustra pada tahun 1997. Lionsgate, utamanya bergerak dalam produksi dan distribusi film, program televisi, home entertainment, hiburan keluarga, distribusi digital, platform saluran baru dan distribusi internasional dan penjualan. Perusahaan ini unggul dan terus meningkatkan konten leadership dan keahlian pemasaran melalui serangkaian kemitraan yang mencakup pengoperasian VOD bermerek FEARnet dan saluran horor Internet dengan Sony dan Comcast, peluncuran , saluran hiburan premium baru dengan mitra Viacom dan MGM, penanaman saham pada Break.com, kepemilikan utama perusahaan televisi sindikasi independen Debmar-Mercury dan aliansi dengan independen produksi film hiburan dan perusahaan distribusi atraksi Roadside. Lionsgate juga telah menjalin kemitraan dengan pencipta konten terkemuka, pemilik dan distributor di wilayah utama di seluruh dunia, termasuk televisi di AS dan Amerika Latin, Studio Canal di Inggris, Hoyts dan Sony di Australia dan Eros International di India. Tahun 2009, Lionsgate mengakuisisi TV Guide Jaringan dan TVGuide.com. Fitur bisnis film yang telah dipicu oleh keberhasilan tersebut terakhir sebagai blockbuster angsuran pertama dari The Hunger Games, The Twilight

9 Production Information : Lionsgate feasts on The Hunger Games http://www.lionsgatepublicity.com/epk/thehungergames/ diakses pada 11/05/2013 pukul 15.33

42

Saga Breaking Dawn - Part 2, Now You See Me, Kevin Hart: Let Me Explain, Warm Bodies, Snitch, Texas Chainsaw 3D, The Expendables 2, The Possession, Sinister, Arbitrage dan Pantelion. Bisnis Perusahaan home entertaiment Lionsgate menjadi pemimpin industri dalam box office-to-DVD dan box office-ke-VOD tingkat konversi pendapatan. Lionsgate menangani perpustakaan bergengsi dan produktif sekitar 15.000 gambar dan motion picture yang merupakan sumber penting pendapatan berulang dan berfungsi sebagai dasar pertumbuhan bisnis inti Perseroan. Lionsgate dan Summit brand tetap identik dengan keasliannya, berani, serta hiburan berkualitas di pasar di seluruh dunia. Dalam pembuatan dan pendistribusian film The Hunger Games, Lionsgate bekerja sama dengan banyak pihak. Berikut pihak yang berkerja sama dengan Lionsgate :

- Nook by Barnes and Noble : memberikan akses exclusive untuk menonton The Hunger Games sebelum di-release. - CafePress (The World‘s Customization Engine), resmi menjadi tempat pendistribusian segala merchandise The Hunger Games dan pembuatan design pada merchandise. - China Glaze, professional nail care industry. - Scholastic Inc., Perusahaan penerbitan buku Amerika yang banyak menerbitkan buku materi pendidikan untuk sekolah, guru, orang tua, dan anak-anak. Sekarang ini Scholastic Inc. menjadi perusahaan penerbitan buku terbesar di dunia. - Scribd (the world‘s leading social reading platform), untuk men- share informasi pada masyarakat dunia dan promosi untuk membaca novelnya selama sebulan sebelum di-release. Selain itu juga pada Facebook dan Twitter (Sosial Network), dengan men-share tentang The Hunger Games dapat memenangkan tur dan meets and greats dengan pemain The Hunger Games.

43

- DonorsChoose.org, a organisasi non profit yang dinamakan oleh Fast Company‘s “Most Innovative Companies”. Lionsgate berpartner dengan penemu DonorsChoose.org untuk menyumbangkan seluruh buku perpustakaan ke sekolah. The Hunger Games adalah buku yang sangat powerful – pengalaman membaca buku ini dimiliki oleh semua usia, jadi kampanye mambaca buku The Hunger Games secara national akan berjalan dengan lancar, dan menjadi program pendukung. - Untuk melaksanakan Mall Tour, disponsori oleh Microsoft Store, China Glaze, dan h2O Spring Water. - Yahoo!, the premiere digital media company, untuk penayangan red carpet secara live. - Universal Republic Record, bekerjasama dalam pembuatan Soundtrack the Hunger Games.

Dari informasi di atas, dapat disimpulkan bahwa Perusahaan Lionsgate bagian dari industri media yang terjadi sekarang ini, yang tak lepas dari media sebagai institusi ekonomi karena melalui karya-karyanya atau produk-produknya juga ingin memperluas jaringan, memperoleh keuntungan, berkerjasama dengan perusahaan lain serta bersaing dengan perusahaan media lainnya. Dennis Mc.Quail (1994) berpendapat bahwa industri media harus dinilai sebagai bagian dari industri ekonomi karena bisnis media massa merupakan sebuah industri yang padat modal. The Hunger Games merupakan salah satu film yang memberikan kontribusi bagi eksistensi perusahaan, setelah kesuksesan film Harry Potter dan Twillight Saga menuai banyak pujian dari banyak penduduk Amerika khususnya remaja, kemunculan The Hunger Games dianggap tentu akan menyusul keberhasilan itu. Hal ini tentunya tak lepas dari observasi media mengenai selera pasar yang sedang digemari oleh penduduk Amerika bahkan dunia. Baik Harry Potter maupun Twilight merupakan film yang ditujukan oleh semua umur dan

44

banyak disukai oleh remaja bahkan orang dewasa. Film Harry Potter diproduksi oleh Warner Bros Picture, lebih mengedepankan tema yang berbau magic dan petualangan fantasi di dunia sihir. Melalui tema serta isi cerita yang selalu berkembang hingga penayangannya pada tahun ke-10, Harry Potter berhasil memupuk kecintaan anak-anak dan remaja, 8 series dalam 10 tahun merupakan waktu yang cukup lama untuk memupuk, serta menambah rasa ingin tahu penonton mengenai kelanjutan dan ending dari film ini. Sedangkan film Twillight lebih menampilkan tema percintaan antara dua mahluk berbeda dunia, penayangannya dari sequel pertama hingga terakhir berhasil meraih perhatian penduduk remaja Amerika bahkan dunia. Pemilihan tema dan ide cerita yang diangkat dapat berpotensi untuk meningkatkan rating, maka dalam memproduksi film, tema yang diangkat disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan khalayak, bahkan dramatisasi dan eksploitasi cerita juga dapat menarik perhatian penonton sehingga akhirnya mengundang pengiklan. Dalam memproduksi suatu produk media terdapat beberapa hal yang mempengaruhi instirusi ekonomi media yaitu pengiklan sebagai penentu kelangsungan hidup media, khalayak pembaca yang dalam industri modern ditentukan oleh oplah atau rating, persaingan antar media, bentuk intervensi institusi ekonomi lain (Eriyanto, 2001, p. 323). Melihat fenomena tersebut, Lionsgate semakin melihat peluang kesuksesan dari ide cerita serta tema The Hunger Games, The Hunger Games was acquired for its potential to be a hit franchise with a long tail: the type of film that provides around 75 percent of the company‘s revenues 10

Film ini berpotensi menciptakan waralaba melalui sequel series-nya, tipe film seperti ini dapat memberikan keuntungan sebesar 75% dari pendapatan

10 10 Lionsgate has a Hit with „Hunger Games”. Can It Turn a Profit? http://www.thedailybeast.com/newsweek/2012/04/01/lions-gate-has-a-hit-with-hunger-games-can-it-turn- a-profit.html diakses pada 27/9/2013 pukul 23 .54

45

perusahaan. Benar saja penayangan sequel pertamanya berhasil meraih keuntungan sebesar $418,2 million melebihi keuntungan yang diraih oleh Twillight :Breaking Dawn 2 sebesar $299,5 million, sekaligus menjadi film yang meraih keuntungan terbesar dari film yang pernah diproduksi oleh Lionsgate. Hal ini tentunya akan mengundang banyak pengiklan pada produksinya di The Hunger Games sequel kedua serta memperkuat daya saingnya terhadap perusahaan media lain. Walaupun sekarang telah meraih keuntungan besar, pada permulaan produksi Lionsgate mengalami kesulitan dalam pendanaan sehingga terjadi pemangkasan anggaran pada film lainnya dan terbebani hutang. Namun di akhir tahun 2011 Lionsgate telah dibantu oleh , perusahaan yang bertanggung jawab atas dilm Twillight Saga, sehingga harga saham Lionsgate naik 130% dari tahun ke tahun. Bagaimanapun Lionsgate harus membuktikan profitnya yang konsisten. Menanggapi hal tersebut, Investor Hollywood dan Wall Street mencoba menganalisa perusahaan Lionsgate kedepannya. Neither Hollywood investors nor Wall Street analysts want Lionsgate to change its business model by overspending on ―tent-pole‖ films or doubling the number of projects. They want to see it pay off. ―Hollywood is littered with people who have overreached,‖ says one top talent agent, not willing to be named. But the sense of Lionsgate is not going to change.11

Wall Street, core keuangan dunia dimana banyak saham bermain disana, memberikan analisanya mengenai apa yang harus dilakukan oleh Lionsgate kedepannya, walaupun bagian dari institusi ekonomi, namun Lionsgate berusaha tetap menampilkan „cirinya‟ dan tidak mengubah apa yang seharusnya

11 Lionsgate has a Hit with „Hunger Games”. Can It Turn a Profit? http://www.thedailybeast.com/newsweek/2012/04/01/lions-gate-has-a-hit-with-hunger-games-can-it-turn- a-profit.html diakses pada 27/9/2013 pukul 23 .54

46

disampaikan. Sarah Hall, seorang freelance writer dan creative strategy consultant, memberikan pendapatnya bahwa apa yang dilakukan Collins adalah sesuatu yang halus, luar biasa dan ia berharap semoga ini adalah hal yang disengaja. Dia telah menciptakan dan mengeksekusi salah satu hal yang paling indah mengenai sosial hiburan massa dalam beberapa tahun terakhir. Dia telah menghancurkan medan kekuatan tak terlihat dan lepas keluar dari arena. Pertanyaannya adalah , siapa yang akan mengikutinya?12 Dalam komentarnya Sarah menyinggung bahwa Collins menyampaikan sebuah kritik dengan sangat halus di The Hunger Games terhadap hiburan massa beserta kepentingan-kepentingan didalamnya yang „tak terlihat‟. Namun, hal ini juga mendorong sebuah pertarungan baru, karena walau bagaimanapun kritik sosial ini disampaikan melalui media yang didalamnya terdapat kepentingan. Jadi siapa yang akan memenangkan pertarungan ini?. Produksi berita merupakan suatu proses yang kompleks karena ia menyertakan dan berhubungan dengan banyak kekuatan dan faktor yang ada di masyarakat dan hasil akhir dari seluruh proses negosiasi semacam itu adalah berita, atau dalam hal ini adalah film (Eriyanto, 2001, p. 324). Film ini menampilkan bahwa bukan hanya adanya kuasa pemerintah terhadap penduduk distrik, tapi juga adanya campur tangan pemerintah terhadap media penyelenggara The Hunger Games semakin mendorong munculnya berbagai interpretasi untuk nuansa politis pada film ini. Bob Burnett dari The Huffington Post berpendapat bahwa film ini menampilkan Pemerintahan / Capitol yang tidak bisa dipercaya. Disatu sisi Capitol, Presiden Snow, mengatur penduduk distrik dengan kejam dan memberikan pengawasan ketat sehingga tidak ada satupun yang memiliki akses mendapatkan kehidupan yang baik karena semua penduduk mendapatkan porsi yang sama, namun disatu sisi pemerintah juga berpihak pada orang-orang kaya dan tidak melakukan apapun untuk melindungi pekerja. Hal ini menunjukan bahwa ada sekelompok kecil

12 The True Story Behind The Hunger Games http://www.huffingtonpost.com/sarah-hall/the-hunger- games_b_1384969.html diakses pada 30/9/2013 pukul 17.14

47

yang hidup dengan hak istimewa, sementara kebanyakan orang berjuang dari kemiskinan. Collins tidak menggunakan istilah 1 persen dan 99 persen, tapi itu jelas bahwa orang-orang di Capitol adalah anggota dari 1 persen dan semua orang di distrik Panem adalah bagian dari 99 persen.13 Collins juga sangat jelas menyampaikan pandangan skeptis terhadap pemerintah. Delingpole, Emily Bazelondan David Plotz berpendapat bahwa The Hunger Games mempromosikan Gerakan Tea Party (Tea Party Movement)1415. Kuasa Capitol yang semena-mena terhadap penduduk distrik mendorong adanya pemberontakan. Sementara itu, di dunia nyata diharapkan dapat mendorong pemikiran kritis dari masyarakat terhadap produk dari industri media dan globalisasi. Di antara banyak pihak yang bekerjasama dengan Lionsgate dalam pembuatan dan pendistribusian film The Hunger Games, terdapat dua pihak pendukung yang linear dengan pesan yang ingin disampaikan dalam film The Hunger Games, yaitu Scholastic Inc. dan DonorChoose.org. Scholastic Inc. Keduanya memiliki keterkaitan dengan dunia pendidikan dan kerelaan untuk berbagi.

13 The Politics of The Hunger Games http://www.huffingtonpost.com/bob-burnett/the-hunger-games- politics_b_1390945.html diakses pada 26/9/2013 pukul 23.14 14 More On the Politics of The Hunger Games http://www.volokh.com/2012/03/23/more-on-the-politics- of-the-hunger-games/ diakses pada 27/9/2013 pukul 17.32 15 Gerakan Partai Teh (Tea Party Movement) merupakan sebuah pergerakan politik yang dilakukan oleh warga Amerika Serikat. Gerakan ini juga dikenal sebagai Protes Partai Teh (Tea Party Protest). Gerakan protes ini dimulai pada tahun 2009. Gerakan ini muncul sebagai bentuk protes terhadap beberapa kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah Amerika Serikat, di antaranya adalah Undang-Undang Stabilitas Ekonomi Darurat 2008, Undang-Undang Pemulihan dan Reinvestasi Amerika 2009, serta rangkaian rancangan undang-undang pelayanan kesehatan. Nama Partai Teh (Tea Party) mengadopsi dari nama Boston Tea Party, yaitu sebuah peristiwa yang terjadi pada tahun 1773 di mana kolonialis Amerika yang melakukan protes karena dikenakan pajak oleh pemerintah Inggris. Pajak ini salah satunya dikenakan pada tanaman teh yang pada saat itu merupakan komoditas penting bagi Amerika. Boston Tea Party muncul sebagai sebuah reaksi atas tindakan Inggris yang bertindak sewenang-wenang. Lebih dari dua abad kemudian, nama tea party kembali mencuat. Ada yang benar-benar menjadi nama partai politik. Ada Partai Teh, yang dipimpin oleh JW Berry. Tea party juga menjadi nama sebuah gerakan dan menjadi sebuah nama kelompok pengunjuk rasa. Gerakan pengunjuk rasa inilah yang kemudian diberi nama Tea Party Movement. http://kinanti0205.wordpress.com/2012/10/13/tea-party-movement-gerakan-partai-teh/

48

Pendidikan adalah hal yang dibutuhkan bagi setiap manusia, khususnya anak-anak, sehingga merupakan hak bagi seorang anak untuk mendapatkan pendidikan bukan semata-mata untuk bahan eksploitasi media. Sedangkan merupakan kewajiban bagi setiap manusia untuk saling bebagi dan aware terhadap orang lain yang membutuhkan, sehingga tercipta hidup yang lebih baik antara sesama. Hal ini merupakan pesan implisit atau kampanye yang ingin disampaikan dalam dalam film The Hunger Games. Oleh karenanya, Lionsgate menggandeng perusahaan tersebut untuk men-support film ini sebagai sebuah film yang memiliki tujuan kritik sosial. Penulis menilai Lionsgate justu menampilkan hal-hal yang berbau politik bahkan menyinggung sistem politik dan bagaimana dengan kuasanya dapat mempengaruhi media dan masyarakat, mediapun mengeksploitasi kekerasan sebagai sebuah hiburan. Semuanya digambarkan melalui film remaja yang memiliki kesan hiburan namun didalamnya banyak pesan sosial, politik budaya yang ingin disampaikan bahkan pesan ini bukan hanya untuk remaja saja, namun untuk semua lapisan masyarakat. The Hunger Games sebagai media penyampaian pesan mengenai potret yang terjadi sekarang ini mengenai praktik kuasa. Walaupun dibalik produksi film ini tak lepas dari pengaruh institusi ekonomi dan politik, namun hal ini tidak menutupi dengan nilai-nilai kehidupan dan pesan yang ingin disampaikan khususnya mengenai praktik kuasa yang berujung pada kapitalisme.

As Producer16

Nina Jacobson berkarir sebagai Presiden di Buana Vista Motion Pictures Group yang banyak terlibat di Walt Disney Company. Setelah keluar dari Disney, ia membuat perusahaannya sendiri bernama Color Force tahun 2007 dan ia memproduseri Film The Hunger Games. Dalam website : IMDb :

16 Produser film berperan dalam mengawasi dan menyalurkan sebuah proyek film kepada seluruh pihak terlibat serta mempertahankan integritas, suara dan visi film tersebut. Mereka juga akan mengambil risiko keuangan dengan mengeluarkan uang mereka sendiri, khususnya selama periode pra-produksi, sebelum sebuah film dapat terdanai sepenuhnya.

49

News for Nina Jacobson yang membahas ulasan pada CinemaCon Panel Decries Hollywood‘s Underserving Women, Chasing young Males oleh Anne Thompson.

At CinemaCon, The Hollywood Reporter editorial director Janice Min assembled and moderated a terrific panel, "Driving Financial Success: Women + Movies = Bigger Box Office," including Geena Davis (see her video address below), who runs the influential Institute on Gender and Media, director Paul Feig ("Bridesmaids," "The Heat"), Nina Jacobson ("The Hunger Games"), Amy Miles (CEO Regal Entertainment Group), and Vanessa Morrison (President, Fox Animation Studios), addressing the myriad issues women have with Hollywood, both behind and in front of the camera. Clearly, despite all the evidence over the years showing how big hits aimed at women often are, from "Thelma and Louise" to "Sex and the City," the Hollywood studios would rather chase after distracted young men with violent VFX than continue to make modest- budgeted hits aimed at the underserved women's audience.17

Hal ini menjelaskan bahwa di Industri Hollywood telah banyak melibatkan perempuan baik di depan layar maupun di belakang layar. Nina Jacobson, salah satunya yang memberikan kontribusi peran perempuan dalam media.

4.1.3 Sosial

Terkait dengan pembuatan film The Hunger Games serta setting yang dipilih, maka pada level sosial, penulis akan menjelaskan tentang negara Amerika dan aspek-aspek yang berkembang di negara tersebut.

17 http://www.imdb.com/news/ni52658888/ diakses pada 11/05/2013 pukul 12.05

50

Amerika Serikat dikenal sebagai negara Super Power dimata dunia yang dianggap memiliki pengaruh yang cukup besar bagi negara-negara lain. Amerika memiliki kekuatan di bidang ekonomi, militer, dan teknologi yang tinggi. Dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, Amerika dikenal sebagai „penemu‟ sehingga menjadi kiblat perkembangan iptek dunia dan menjadikannya standart kemajuan bangsa Amerika.18 Dari segi politik, demokrasi adalah bagian dari sistem politik dan pemerintahan Amerika Serikat. Demokrasi merupakan turunan dari konsep kapitalisme yang menjamin kebebasan rakyat19 serta merupakan bentuk pemerintahan yang bisa dinilai luwes atau tidak kaku. Sistem demokrasi, melahirkan sistem perwakilan akan hak dan kewajiban rakyat. Sehingga rakyat yang memilih siapa saja orang yang duduk dalam pemerintahan sebagai wakil rakyat. Wakil rakyat seharusnya dapat menjadi wadah bagi aspirasi rakyat, namun pada pelaksanaannya banyak hal yang tidak sesuai. Sistem demokrasi lebih memihak kepada pihak yang bermodal karena hanya orang yang memiliki uang saja yang dapat mencalonkan diri menjadi wakil rakyat. Sistem demokrasi ini berpengaruh pada pandangan terhadap wanita. Wanita masa kini sudah banyak yang terlibat dalam wilayah publik, membuatnya sejajar dengan pria dalam berbagai aspek. Konteks mengenai feminisme salah satunya yang ditampilkan pada film The Hunger Games dengan menciptakan tokoh Katniss, sebagai wanita Warrior yang tangguh. Disi lain, Amerika pada setiap aspek sosialnya banyak menerapkan ideologi Kapitalisme. Dari segi ekonomi, bangsa Amerika menganut sistem kapitalisme, sebagai dasar dari sistem kapitalisme menitikberatkan pada kepemilikan modal. Modal menjadi tolak ukur dari maju atau tidaknya suatu

18 Ideologi Kapitalisme Amerika Serikat sebagai kiblat tatanan hidup dunia http://cyphercycle.com/index.php/tulisan/ideologi/62-kapitalisme-ideologi-amerika-serikat-sebagai- kiblat-tatanan-hidup-dunia diakses pada 13/05/2013 pukul 06.55 19 Kapitalisme dan Peradaban Amerika http://www.anneahira.com/peradaban-amerika.htm diakses pada 13/05/2013 pukul 06.47

51 ekonomi negara. Sehingga dengan senang hati Amerika mau membantu negara yang membutuhkan karena akan memperlebar kekuasaannya dan negara lain akan memiliki ketergantungan kepada negara Amerika. Selain menganut sistem kapitalisme, didukung pula oleh sistem ekonomi liberal kapitalis, yakni suatu sistem yang membebaskan kepada setiap individu untuk mengerahkan kekuatannya dengan segala cara untuk menguasai sumberdaya yang bermuara kepada kepentingan masing-masing. Hal ini mengakibatkan masyarakat terpecah menjadi dua, golongan pemilik modal dan golongan rakyat jelata. Dari sisi perilaku sosial budaya, dan gaya hidup rakyat Amerika dinilai lebih modern dan bebas, dilihat dari cara berpakaian dan kehidupan sehari-hari. Pada umur 18 tahun kebanyakan dari remaja Amerika sudah diberikan kebebasan oleh orangtuanya dan mereka juga harus bertanggung- jawab dengan apa yang mereka lakukan sendiri. Kebebasan bisa memberikan efek positif dan efek negatif, efek positifnya seperti mengembangkan segala bentuk kreatifitas, potensi dan membuat seorang manusia lebih kuat menghadapi segala bentuk hambatan. Sedangkan efek negatifnya seperti karena orangtua tidak lagi mengawasi maka mereka dapat melakukan apapun, bahkan yang melanggar hukum atau moral. Aspek-aspek tersebut tidak hanya untuk rakyat Amerika, tapi juga penduduk dunia. Tidak heran banyak rakyat Indonesia yang juga meniru-niru gaya hidup orang Amerika karena power Amerika sudah menyebar ke banyak negara. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang banyak berkiblat pada budaya Amerika, khususnya dalam menganut ideologi kapitalisme. Pelan-pelan dan secara terus menerus ideologi kapitalisme tertanam dalam setiap aspek kehidupan, mengakibatkan ketimpangan yang lebar antara „si kaya‟ dan „si miskin‟. Hingga sekarang, kapitalisme menjadi suatu hal yang sifatnya global.

52

4.2 Analisis Mesostruktur (Discourse Practice) Tingkatan ini menjelaskan tentang proses Intepretasi dimana berpusat pada aspek produksi teks (individu) dan aspek konsumsi teks (khalayak). Fairclough mengungkapkan bahwa kedua aspek tersebut berhubungan dengan jaringan yang kompleks yang melibatkan berbagai praktik diskursif. Dari beberapa faktor yang kompleks, setidaknya ada tiga aspek penting penting. Pertama sisi individu wartawan atau dalam konteks ini adalah penulis The Hunger Games. Kedua Penulis dengan struktur organisasi media, baik sesama penulis, sutradara, produser, editor dan crew lainnya. Ketiga, praktik kerja mulai dari penulisan, produksi, editing hingga muncul di media. Ketiga elemen tersebut merupakan keseluruhan dari praktik wacana dalam suatu media yang saling berkaitan dalam memproduksi suatu wacana (Eriyanto, 2001, p. 317).

4.2.1 Produksi Teks Fairclough secara sosiologis tidak menyelidiki cara-cara produksi atau dikodekannya teks-teks. Yang sering terjadi adalah Fairclough mengambil titik awal linguistik pada teks-teks kongkret, dengan mengidentifikasi wacana- wacana apa yang mereka gunakan (antarkewacanaan) dan bagaimana wacana itu secara antartekstual menggunakan teks-teks lain. Dari aspek produksi teks, penulis memaparkan latar belakang dari penulis naskah karena hal ini dapat mempengaruhi terciptanya sebuah karya :

1. Suzzane Collins (Penulis) Collins memperoleh inspirasi yang cukup besar dari mitologi Yunani Theseus dan Minotaur. Mitologi ini mengisahkan masyarakat Athena, dimana mereka harus mengirim 7 (tujuh) pemuda yang terdiri dari laki-laki dan perempuan ke Kreta untuk di korbankan pada Minotaur. Peristiwa ini terus terjadi sampai kedatangan Theseus yang mengajukan diri secara sukarela. Dalam hal ini, tokoh utama dalam Film Hunger Games, Katniss,

53

bisa dibilang seperti tokoh Theseus. Walaupun begitu Collins ingin membuat versinya sendiri. Suzzane Collins adalah penggemar mitologi Yunani dan Romawi, ia juga terinspirasi oleh permainan Gladiator a la Romawi. Disamping itu, ia juga memiliki pengalaman pribadi (masa kecilnya) tentang ayahnya yang dikirim ke Vietnam untuk berperang dan menghilang. Suzzane Collins memulai karirnya pada tahun 1991 sebagai penulis program acara televisi anak-anak, selanjutnya ia mulai membuat buku anak- anak The Underland Chronicles yang diilhami dari dongeng klasik Alice in Wonderland. Ia berpendapat bahwa anak-anak perlu mengetahui tentang apa yang terjadi sekarang ini, seperti tentang kekerasan, perang, dan sulitnya mencari “realitas” di dunia media. Pengalamannya sendiri tentang perang dan kekerasan banyak memberikan kontribusi pada karya-karyanya, hal ini dijadikan tema penting bagi dirinya dan karya-karyanya. Baginya, menceritakan sebuah cerita dalam dunia futuristik20 memberikan suatu kebebasan untuk bereksplorasi. Jadi, dalam kasus Hunger Games, masalah-masalah seperti perbedaan status sosial (kekayaan), kekuatan televisi dan bagaimana itu digunakan untuk mempengaruhi hidup kita, kemungkinan bahwa pemerintah bisa menggunakan kelaparan sebagai senjata, dan yang utama adalah, isu perang.21 ―She is a Roman Catholic‖, itulah yang tertulis di google.com ketika membaca mengenai personal life seorang Suzanne Collins. Donald L Brake, Sr. mengemukakan pandangannya dalam sebuah artikel berjudul The religious and Political Overtones of Hunger Games bahwa dalam film ini mengangkat kisah pengorbanan Katniss, relawan untuk menggantikan

20 Futuristik adalah memproyeksikan kejadian-kejadian, situasi-situasi dan proses-proses yang ada atau menciptakan yang baru dan memfokuskan pada apa yang akan terjadi. ( Sudjana, Tim. 1998. Pendekatan Sistem Bagi Administrator Pendidikan. Bandung : Sinar Baru) 21 Q&A with Hunger Games Author Suzzane Collins. The Author of The Hunger Games says we need to get real about war, violence and TV : http://www.scholastic.com/teachers/article/qa-hunger-games- author-suzanne-collins diakses pada 09/05/2013 pukul 13.15

54

adiknya. Jatung Kristen bersandar pada pengorbanan diri Yesus sebagai penebus dosa. Tema harapan merupakan unsur yang rumit dalam kekristenan.22

2. Gary Ross Gary Ross adalah seorang penulis, sutradara dan aktor, setelah ia menulis naskah pada acara televisi yang berjudul The Hitchhiker pda tahun 1986, ia mulai terlibat pada pembuatan naskah film berjudul Big pada tahun 1998 dan banyak lagi film yang telah melibatkannya baik sebagai penulis, sutradara, produser maupun aktor. Sebelum menggarap film The Hunger Games, film yang cukup populer dan melibatkannya sebagai penulis, sutradara serta produser adalah film Seabiscuit dan Pleasantville. Seabiscuit (2003) menceritakan kejuaraan kuda pacu (Thoroughbred) di Amerika Serikat. Seekor kuda kecil, Seabiscuit memiliki awal yang menguntungkan untuk karir balapnya, tetapi untuk menjadi juara dianggap tidak mungkin, walaupun Seabiscuit memiliki postur yang tingga tetapi kakinya pincang. Akan tetapi, pelatih Tom melihat sesuatu dari Seabiscuit yang dapat membuat Seabiscuit menjadi pemenang. Hal ini menjadikan simbol harapan bagi banyak orang Amerika setelah mengalami depresi besar akan masa-masa buruk yang telah terjadi. Film ini memperoleh beberapa pengharagaan, memenangkan ASCAP Award kategori Top Box Office tahun 2004. Beberapa nominasi OSCAR, yang salah satunya adalah nominasi penulis skenario terbaik , Gary Ross. Pleasantville (1998) bercerita tentang dua remaja tahun 1990-an yang ditarik ke acara sitcom fiksi tahun 1950-an, komedi situasi televisi hitam-putih, Pleasantville. Acara ini menggambarkan kesan terhadap tahun 1950-an. Dalam Pleasantville, David dan Jennifer dipaksa untuk

22 http://communities.washingtontimes.com/neighborhood/worlds-best-selling- book/2012/mar/31/religious-and-political-overtones-hunger-games/ diakses pada 27/9/2013 pukul 16.03

55

mengambil peran Bud dan Mary-Sue. Saat mereka bermain bersama di kota kecil yang sempurna dan murni Pleasantville, kehadiran mereka segera mempengaruhi perubahan drastis dalam Pleasantville. Warga Pleasantville menemukan ketidaksesuaian beberapa hal seperti seks, seni, buku, musik dan warna yang menyebar di dunia hitam-putih mereka. Hal ini mengacaukan segala aturan yang berlaku di Pleasantville. Film ini telah memenangkan sejumlah penghargaan dan nominasi pada tahun 1999. Dari karya-karya Gary Ross, penulis melihat beberapa karakter di setiap karyanya, yaitu menawarkan sebuah harapan, perubahan, norma baru dimana hal ini disampaikan dengan cara break the rules.

3. Billy Ray Billy Ray seorang screen writer dan director, Ia memulai karirnya sebagai penulis untuk televisi pada tahun 1994, Volcano, Hart‘s War dan Earth 2 adalah film yang pernah ia garap. Pada tahun 2003, selain sebagai penulis ia juga bertidak sebagai director pada dilm pertamanya yang cukup terkenal, yaitu Shattered Glass. Shattered Glass sendiri diambil dari sebuah kisah nyata. Seorang jurnalis yang pandai dan cerdik dalam mengolah berita, kemudian setelah bertahun-tahun ia bekerja di media dan ditelusuri bahwa banyak berita yang ia buat diragukan keabsahannya dan hanya khayalan belaka. Ia dinominasikan sebagai The Most Promising Filmmaker oleh The Chicago Film Critics Assosiation dan untuk Best Screenplay oleh Independent Spirit Award. Pada tahun 2007, ia kembali dengan filmnya berjudul Breach, mengisahkan tentang seorang FBI yang dihukum oleh mata-mata Uni Soviet dan kemudian Rusia selama dua dekade. Karya-karyanya memiliki cenderung ber-genre drama action.

56

4. Teknis Produksi Menggambarkan dan menjelaskan bagaimana wacana kapitalisme dibentuk dalam suatu film yang diproduksi dalam lingkaran industri media memang sulit dilepaskan dari campur kapitalisme, khususnya media sebagai institusi ekonomi dan politik. Walaupun hadir sebagai film penyampai pesan kritik sosial, khususnya mengenai praktik kuasa namun tidak bisa di garansi sepenuhnya bahwa dalam produksinya lepas dari kepentingan- kepentingan. Sepekan sebelum film The Hunger Games tayang, Collins membagikan pengalamannya kepada fans melalui surat yang di posting di Official Hunger Games Movie Facebook, sebagai berikut:

Now that the filming of The Hunger Games has begun, I‘ve been getting a lot of questions about the script, so I thought I might share a little of my experience with you. Back in early 2010, Color Force and Lionsgate began the process of adapting the book to the screen and I wrote the first draft of the script. After that, we brought on veteran screenwriter Billy Ray to further develop the piece. Not only has he written and directed excellent films like Shattered Glass and Breach, he was a complete pleasure to work with. Amazingly talented, collaborative, and always respectful of the book. His adaptation further explored the world of Panem and its inhabitants. As though I wasn‘t lucky enough, Oscar-nominated filmmaker Gary Ross, known for his wonderful works such as Seabiscuit and Pleasantville, came on board. As part of his creative process, he wrote a subsequent draft which incorporated his incredible directorial vision of the film. And then he very generously invited me in to work with him on it. We had an immediate and exhilarating creative connection that brought the script to the first day of shooting. Of course, the piece will naturally continue to evolve through the filming, as the actors bring the characters to life, as the

57

entire crew brings their significant talents to the piece, as the editors work with Gary to best realize his vision. The final draft will be on the screen next March. So that’s been the script process, and as an author, I’m truly grateful for the journey. May the odds be ever in your favor! - Suzanne Collins

Dalam surat tersebut, Collins mengungkapkan hubungan ia bersama partner-partner-nya saat penulisan dan produksi film, mulai dari Billy sebagai partner yang cocok untuk bekerja sama dan menghargai buku karangannya, lalu Ross yang selalu memasukan visinya pada setiap karya- karya yang telah dibuatnya, hingga aktor dan aktris yang sangat menjiwai karakter, seluruh kru yang bekerja sungguh-sungguh di setiap scene-nya, serta editor yang mampu merealisasikan visi-visi Ross sebagai sutradara. Collins merasa bersyukur akan semua pengalaman yang telah ia jalani. Selain mengungkapkan rasa terimakasih, Collins juga memiliki pendapat tersendiri akan partner-nya. Billy memiliki kecendrungan untuk lebih mengeksplorasi dunia panem dan penduduk Capitol. Penggambaran dunia Panem buatan Collins merupakan hal penting dalam pembuatan film ini. Dunia panem diibaratkan sebagai sekumpulan masyarakat yang di awasi dan di kontrol oleh pemerintah dan media, mereka adalah buruh yang dipekerjakan oleh penguasa di Capitol. Dalam penulisan script film yang pernah ia garap sebelumnya, Billy lebih banyak gambarkan sebuah peristiwa, bencana, kemalangan dan perang yakni dalam film Volcano, Hart‘s War dan Earth 2. Kecenderungan karya-karya Billy memungkinkan sekali memberikan pengaruh akan pandangannya dalam menggambarkan suatu hal, yang dalam hal ini adalah dunia panem. Sedangkan Ross lebih ingin memunculkan visi dari buku The Hunger Games secara keseluruhan sehingga memiliki nilai-nilai atau pesan

58

yang dapat disampaikan. Ross sendiri memiliki „warna‟ sendiri di setiap film-film yang ia buat yaitu yaitu menawarkan sebuah harapan, perubahan, norma baru dimana hal ini disampaikan dengan cara break the rules. Tentunya akan mudah bagi Ross untuk men-translate pesan apa yang ingin di tonjolkan dari Collins sebagai pengarang buku The Hunger Games. Ketika film The Hunger Games ditayangkan memang banyak kritik mengenai kekerasan dan tindakan brutal seorang anak yang saling membunuh padahal film ini ditujukan untuk semua umur atau bertuliskan lambang PG -13 (parental guidance for children under the age of 13). Hal berbau kekerasan tersebut memang menjadi masalah pembuat film bahkan sebelum film The Hunger Games release, Collins mengatakan bahwa hal ini akan selalu menjadi bahan yang akan menuai pro dan kontra. Unsur kekerasan memiliki kedekatan dengan kriminalitas, Joseph Berlo (1997, hlm 516) berpendapat bahwa dalam berita kriminalitas memberikan atau menayangkan sebuah penyimpangan yang telah dilakukan oleh masyarakat. Tujuannya adalah dengan dimuatnya penyimpangan yang telah terjadi maka publik mengetahuinya, tidak menirunya atau melakukan hal yang sama. Beranjak dari proses produksi yang diceritakan Collins, berikut rincian alur produksi dan distribusi film The Hunger Games23 : - 2/29/12 - Lionsgate mengumumkan 24 pemutaran diawal dan disponsori oleh Nook oleh Barnes & Noble. - 2/22/12 – Tiket film The Hunger Games dijual. - 2/21/12 – Tur nasional film The Hunger Games. - 2/14/12 - CafePress dan Lionsgate bermitra resmi pada The Hunger Games. - 2/2/12 - 50 hari sampai rilis The Hunger Games. - 1/9/12 - Lionsgate mengumumkan penjualan tiket The Hunger Games telah dibuka lebih awal.

23 Production Information http://www.lionsgatepublicity.com/epk/thehungergames/ diakses pada 11/05/2013 pukul 14.46

59

- 12/9/11 - Lionsgate bekerjasama dengan China Glaze mengumumkan ―Colors from the Capitol' - 11/10/11 - Good Morning America untuk debut dunia eksklusif Trailer The Hunger Games. - 9/15/11 - The Hunger Games telah selesai digarap. - 9/1/11 - Lionsgate bergabung dengan Scribd, Donorschoose.org dan Gramedia untuk bulan kampanye literasi Nasional The Hunger Games. - 8/3/11 - Lionsgate bermitra dengan Universal Republic Records untuk merilis koleksi musik baru untuk The Hunger Games. - 6/28/11 – Lionsgate mengumumkan kolaborasi musik dalam The Hunger Games diberikan kepada T. Bone Burnett (memenangkan Academy Award pada pembuatan musik film Crazy Heart dan Cold Mountain) dan Danny Elfman (komposer Alice In Wonderland dan Spiderman) - 6/23/11 - Lionsgate meluncurkan "The Ultimate Hunger Games Fan Sweeps" di Facebook - 5/31/11 - Donald Sutherland berperan sebagai Presiden Snow - 5/27/11 - Kimiko Gelman dan Nelson Ascencio berperan sebagai Venia dan Flavius (anggota tim yang mempersiapkan Katniss dan Peeta) - 5/26/11 - Amber Chaney berperan sebagai Avox Gadis - 5/24/11 - Toby Jones berperan sebagai arena penyiar Claudius Templesmith - 5/23/11 - Lenny Kravitz berperan sebagai Cinna - 5/19/11 - Latarsha Rose dan Brooke Bundy berperan sebagai Portia dan Octavia - 5/10/11 - Woody Harrelson berperan sebagai Haymitch - 5/9/11 - Stanley Tucci cor sebagai Caesar Flickerman - 5/5/11 - Wes Bentley berperan sebagai Derek Seneca

60

- 4/28/11 - Elizabeth Banks berperan sebagai Effie Trinket - 4/21/11 - Paula Malcomson berperan sebagai Ibu Katniss Everdeen & Primrose - 4/20/11 - Willow Shields berperan sebagai Primrose Everdeen - 4/4/11 - The Hunger Games Snears Its Peeta dan Gale - 3/17/11 - Jennifer Lawrence berperan sebagai Katniss Everdeen - 3/17/09 - Lionsgate ® mengadakan pesta untuk The Hunger Games.

4.2.2 Konsumsi Teks Film ini memiliki target audience yang luas, karena bisa dinikmati oleh semua umur. Akan tetapi, memiliki kecenderungan target untuk remaja, mengikuti jejak Harry Potter dan Twilight. Walaupun dinilai banyak memasukan unsur kekerasan, drama, aksi, reality show, percintaan remaja dan politik, namun hal itu tidak mengurangi esensi pesan yang ingin disampaikan. Hal ini sesuai dengan harapan Suzzane Collins bahwa menurutnya anak-anak perlu mengetahui apa yang terjadi di dunia sekarang ini, khususnya kekerasan dan media. Kekerasan merupakan salah satu bentuk dari kriminalitas. Sebuah berita kriminalitas sendiri selain berfungsi sebagai sarana untuk informasi, didalamnya juga harus ada pesan-pesan moral dan hukum bagi publik-nya. Ada fungsi sosialisasi nilai-nilai moral yang ada di masyarakat dan hukum perundang-undangan (Junaedi, 2005, p. 95). Berita kriminal memiliki dampak positif bagi publik-nya mengingat salah satu fungsi dari media massa adalah sebagai salah satu agen pembangunan masyarakat (Surette, 1997, pp. 210- 238). Surette juga menegaskan bahwa berita kriminalitas di media juga dapat berfungsi untuk memerangi kejahatan itu sendiri. Pemeran Katniss Everdeen, Jennifer Lawrence, menganggap bahwa tidak ada masalah dengan adegan berdarah dan penuh kekerasan.

61

We weren't going to make a watered-down version of what we love," she said. "If you take the violence and brutality out of the movie, you take the entire heart out of it.24

“Kita tidak akan membuat versi yang dapat melemahkan pesan yang ingin disampaikan. Jika kamu mengambil / memisahkan adegan kekerasan dan kebrutalan dari film ini, maka kamu mengambil jantung dari film ini”. Begitulah kurang lebih terjemahan komentar Jeniffer. Film ini sempat ditunda penayangannya di Vietnam oleh Vietnam National Film Board menganggap film menjadi terlalu keras sehingga memutuskan untuk menunda penayangannya. Film The Hunger Games telah dinilai tergolong film 12A25 oleh British Board of Film Classification (BBFC) di Inggris, untuk mencapai nilai itu, Lionsgate harus memotong atau mengganti tujuh detik film dengan menghapus adegan percikan darah. Sedangkan di Amerika Serikat, film ini diberi rating PG-13 oleh Motion Picture Association of America (MPAA) untuk penayangan materi tematik kekerasan yang melibatkan remaja. Walaupun banyak kritik yang bermunculan mengenai kekerasan yang ditampilkan, namun film ini juga mendapat berlimpah pujian dan tanggapan positif. The Hunger Games movie had a multimillion-dollar weekend opening and seems destined to be the most successful film of the year. Which is remarkable because it's a political movie set in a not-too-distant

24 The Hunger Games‘ 12 A classification not to the tased of concerned parents http://www.theguardian.com/film/2012/mar/28/hunger-games-12a-classification-concerned-parents diakses pada 1/10/2013 pukul 16.31 25 Film yang bisa di tonton oleh anak berusia 12 tahun ke atas tanpa di temani. A singkatan dari „Accompanied‟ atau „Advisory‟.

62

America and expresses themes that are familiar and disturbing.26- Bob Burnett

Selain dinilai sebagai film yang paling sukses dan meraup keuntungan banyak, film ini juga luar biasa karena terdapat pesan yang tidak jauh dengan realitas di Amerika serta menggambarkan tema yang familiar dengan kehidupan. Berbeda dengan film Harry Potter ataupun Batman, The Hunger Games hadir sebagai film yang familiar menampilkan kondisi di Amerika, temanya mengekspresikan zeitgeist-nya. Seorang pakar film, Siegfried Kracauer menyatakan bahwa umumnya dapat dilihat kalau teknik, isi, cerita, dan perkembangan film suatu bangsa hanya dapat dipahami secara utuh dalam hubungannya dengan pola psikologis aktual bangsa itu (Imanjaya, 2006, p. 30). Film Amerika memang terkenal dengan film bergenre Superhero yang didalamnya terdiri dari beberapa campuran genre seperti action, drama, science-fiction dan lainnya. Banyaknya film bergenre Superhero yang tayang sekarang ini, bahkan hingga dibuat sekuelnya menandakan bahwa film Superhero diminati masyarakat dan sangat komersil. Efek visual yang luar biasa menjadikan biaya produksi yang tinggi sehingga kebanyakan film bergenre Superhero berasal dari Amerika. Dalam film ini, Katniss yang adalah tokoh utama merepresentasikan seorang Warrior. Secara tidak langsung ia melakukan pemberontakan yang cukup berpengaruh pada pemerintahan, Capitol. Pemilihan tokoh perempuan sebagai pemeran utama mengundang tanggapan bahwa film ini juga mengandung isu feminis.

26 The Politics of The Hunger Games oleh Bob Burnett, Pensiunan Eksekutif Silicon Vally. http://www.huffingtonpost.com/bob-burnett/the-hunger-games-politics_b_1390945.html diakses pada 1/10/2013 pukul 11.13

63

Katniss Everdeen was shattering stereotypes about girls being helpless and passive in a way that could only be positive for the predominantly young-teen female audience.27- Shelley Bridgeman

Komentar lainnya berasal dari The New York Times28: She is different, though, not only because she is a woman but also because she is anything but a free, rootless figure of the wilderness. The paradise she comes from has been colonized and enclosed. She is transported to an artificial garden where the beasts are special effects, and cameras record every moment of solitude or intimacy. There she fights for her life, and for kin and home, cruelly pitted against other children who are doing the same. All of this means that, as she sprints through the forest, Katniss is carrying the burden of multiple symbolic identities. She‘s an athlete, a media celebrity and a warrior as well as a sister, a daughter, a loyal friend and (potential) girlfriend. In genre terms she is a western hero, an action hero, a romantic heroine and a tween idol. She is Natty Bumppo, Diana the chaste huntress of classical myth, and also the synthesis of Harry Potter and Bella Swan — the Boy Who Lived and the Girl Who Must Choose. Ms. Collins‘s novels are able to fuse all of these meanings into a credible character embedded in an exciting and complex story.

27 The Hunger Games is a feminist issue oleh Shelley Bridgeman http://www.nzherald.co.nz/opinion/news/article.cfm?c_id=466&objectid=10795244 diakses pada 1/10/2013 pukul 11. 25 28 A Radical Female Hero From Dystopia http://www.nytimes.com/2012/04/08/movies/katniss-everdeen- a-new-type-of-woman-warrior.html?_r=0 diakses pada 1/10/2013 pukul 11.43

64

Gambar 4.4 Katniss Everdeen Katniss dinilai sebagai icon feminis bukan hanya karena dia adalah seorang wanita tapi juga karena ia menggambarkan kebebasan, like one in the million, tempat tinggalnya telah terjajah. Dia dibawa ke taman buatan di mana binatang hadir dengan efek khusus, dan kamera merekam setiap momen kesendirian atau keintiman. Di sana ia berjuang untuk hidupnya, saudara dan tanah kelahirannya, secara kejam diadu dengan anak-anak lain. Katniss yang membawa beban banyak identitas simbolik. Dia seorang atlet, selebriti media dan prajurit serta saudara perempuan, anak perempuan, teman setia dan (calon) pacar . Dalam hal bergenre dia adalah pahlawan Barat, pahlawan tindakan, pahlawan romantis dan idola. Dia adalah Natty Bumppo, Diana yang pemburu wanita suci mitos klasik, dan juga sintesis Harry Potter dan Bella Swan - Boy Who Lived dan Gadis yang Harus Pilih . Novel Ms Collins adalah mampu memadukan semua makna tersebut menjadi karakter yang kredibel tertanam dalam sebuah cerita yang menarik dan kompleks. Terpilihnya Jennifer Lawrence menjadi tokoh Katniss Everdeen merupakan keputusan final dari Suzanne Collins dan Ross. Jennifer dinilai memiliki pembawaan yang kuat, indah, tak kenal menyerah dan berani, Ross menggambarkan adanya peleburan antara kekuasaan, kedalaman, kompleksitas, kelembutan dan kekuasaan pada tokoh Katniss. Disisi lain, dibalik menampilkan sosok feminim adalah syarat dengan nilai postmodern, dalam film postmodern, dimana tanda memiliki peran penting dalam

65

membentuk eksistensinya sebagai komoditas, seni dan sekaligus juga ideologi yakni ideologi postmodern (Audifax, 2006, p. 19). The Hunger Games maupun Katniss bukan hanya dinilai sebagai suatu karya seni namun juga sesuatu yang bisa dijadikan komoditas, dan komoditas merupakan bagian dari budaya massa yang merupakan anak dari kapitalisme. Pertanda yang terlahir dari komoditas dalam corak produksi industri budaya bertebaran dalam realitas sosial manandakan perubahan sosial terjadi (Junaedi, 2005, p. 22). Entertainment Weekly Lisa Schwartzbaum memberikan nilai A- pada film The Hunger Games. This 'Hunger Games' is a muscular, honorable, unflinching translation of Collins' vision. It's brutal where it needs to be, particularly when children fight and bleed. It conveys both the miseries of the oppressed, represented by the poorly fed and clothed citizens of Panem's 12 suffering districts, and the rotted values of the oppressors, evident in the gaudy decadence of those who live in the Capitol. Best of all, the movie effectively showcases the allure of the story's remarkable, kick- ass 16-year-old heroine, Katniss Everdeen.29

The Hunger Games dinilai sebagai film yang gagah, tulus dan gigih. Pada adegan tertentu menampilkan hal-hal brutal, terutama ketika anak-anak saling berkelahi, saling membunuh dan mengeluarkan darah. Namun, film ini dapat dengan baik menyampaikan kesengsaraan kaum tertindas, yang diwakili oleh warga yang kelaparan dan dengan pakaiannya yang kurang layak di ke-12 distrik serta nilai-nilai yang tidak baik dan kejam dari para penindas, yang tinggal tinggal di Capitol. Film ini menampilkan daya tarik yang luar biasa. Ulasan yang lainnya dalam artikel Kids at Risk ‗The Hunger Games and Bully‘ memaparkan bahwa buku ini mencoba untuk menjelaskan

29 The Hunger Games Reviews : What Critics are saying : http://www.cbsnews.com/8301-31749_162- 57403284-10391698/the-hunger-games-reviews-what-critics-are-saying/ diakses pada 11/05/2013 pukul 14.25

66

popularitas trilogi yang luar biasa, kritikus dan komentator yang menggunakan metafora. The Hunger Games menggambarkan tempat dimana kegelisahan terjadi secara terus-menerus: penghakiman oleh orang dewasa: perpeloncoan, intimidasi, dan gap antar kelompok, dan akhirnya berujung pada trauma. Jika meregangkan metafora, buku bisa dilihat sebagai dongeng mengancam kapitalisme, di mana terjadi persaingan hingga memunculkan pemenang. Menurut Karl Marx seluruh pelaku utama dalam perubahan sosial adalah kelas-kelas sosial (Storey, 1995, p. 193).30 Namun patut diketahui bahwa bukan hanya kelas seperti apa yang ditemukan namun juga bagaimana struktur kekuasaan diantara mereka. Dalam struktur masyarakat kapitalis, dua kelas saling berhadapan yaitu kelas buruh dan kelas pemilik. Kelas atas memiliki keuntungan terhadap kelas bawah karena mereka dapat hidup dari hasil pekerjaan kelas bawah tanpa harus bekerja. Inilah yang dinamakan sebagai nilai lebih (surplus value) oleh Karl Marx dalam teori nilai lebih. Bagitu pula dalam proses yang terjadi di dalam industri budaya dan dikendalikan oleh segelintir elit industri terhadap para pekerjanya, bahkan para pekerja inipun kemudian menjadi komoditas yang dibendakan (Junaedi, 2005, p. 13). Collins tampaknya menjadi salah satu pemenang, dimana bukunya menjadi best seller dengan 24 juta copy di Amerika Serikat. Akan tetapi, mungkin alasan untuk sukses adalah sederhana yakni membuat remaja merasa menjadi korban dan dianggap penting.31

30 Lihat Karl Marx, „Base and Superstrukture‟ dalam John Storey, Cultural Theory and Popular Culture, A reader (Singapore: Harvester Wheatsheaf, 1995) 31 Kids at Risk : The Hunger Games and Bully : http://www.newyorker.com/arts/critics/cinema/2012/04/02/120402crci_cinema_denby diakses pada 11/05/2013 pukul 16.14

67

4.3 Analisis Mikrostruktur (Text) Tahapan ini memiliki kegunaan untuk menganalisis teks dengan lebih detail supaya memperoleh data yang dapat menggambarkan apa yang menjadi tujuan dalam pembuatan teks (representasi) tersebut. Selain itu juga, akan menjelaskan secara detail mengenai aspek yang dibutuhkan dalam tingkat analisis, ini yang berisi garis besar atau isi teks (informasi), lokasi, sikap, serta tindakan tokoh atau pemeran tersebut dan seterusnya. Fairclough melihat teks dalam berbagai tingkatan. Sebuah teks bukan hanya menampilkan bagaimana hubungan suatu objek digambarkan tetapi juga bagaimana hubungan antar objek didefinisikan. Ada tiga elemen dasar dalam model Fairclough, yang dapat digambarkan dalam tabel berikut :

Unsur Yang ingin dilihat

Representasi Bagaimana peristiwa, orang, kelompok, situasi, keadaan, atau apapun ditampilkan dan digambarkan dalam teks. (bagaimana realitas sosial di representasikan)

Relasi Bagaimana (konstruksi) hubungan antara wartawan (pembuat film / media), khalayak dan partisipan berita ditampilkan (artis-aktor yang memainkan peran).

Ex. seperti apa teks disampaikan, secara informal atau formal, terbuka atau tertutup.

Identitas Bagaimana (konstruksi dari) identitas wartawan (si pembuat film / media), khalayak dan partisipan berita (artis-aktor yang memainkan peran) ditampilkan dan digambarkan dalam teks.

Tabel 4.1

68

(Junaedi, 2005, p. 289)

1. Fairclough mengusulkan sejumlah piranti bagi analisis teks, berikut istilah- istilah yang memiliki kecenderungan pada bidang linguistik (Jorgensen, 2007, p. 152) : 2. Kendali interaksional – hubungan antara penutur-penutur, termasuk pertanyaan tentang siapa yang menetapkan agenda percakapan (Fairclough 1992b:152ff) 3. Etos – bagaimana identitas dikonstruk melalui bahasa dan aspek-aspek tubuh (1992b: 166ff) 4. Metafora (1992b: 194ff) 5. Kata (1992b: 190) dan 6. Tata bahasa (1992b; 158ff., 169ff)

Istilah tersebut memberikan wawasan mengenai cara-cara teks memperlakukan peristiwa dan hubungan sosial dan juga mengkonstruk versi realita tertentu, identitas sosial, dan hubungan sosial. Untuk mengidentifikasi warna Wacana Kapitalisme yang hadir dalam film ini, penulis mengkaitkannya dengan berbagai hal yang sebagai permulaan dapat dinilai sebagai suatu yang merepresentasikan kapitalisme. Ajaran Marxist merupakan salah satu yang paling berpengaruh dan memberikan jalan bagi analisis media untuk menganalisis masyarakat dan institusi-institusinya (Berger, 2000:39). Prinsip-prinsip Karl Marx ditawarkan untuk memperdalam kajian wacana kapitalisme yakni alienasi, materialisme, kesadaran palsu, konflik kelas, masyarakat konsumen dan hegemoni. Dalam scene 1 memperlihatkan dua orang sedang berbincang-bincang mengenai The Hunger Games. Mereka adalah Seneca, sang perancang kompetisi The Hunger Games, dan Caesar, sang pembawa acara. Perbincangan ini di kemas dalam sebuah acara Variety Show yang di tayangkan di Capitol.

69

Gambar 4.5

Senaca Carane (SC) : I think it is a tradition. It comes out from a particularly painful part of our history. But it‟s been the way we were able to heal. At the first it was a reminder of the rebellion, it‟s a price that the districts had to pay. But I think it has grown from that, I think it‟s a…it‟s a something that knits us all together.

(Diikuti dengan tepuk tangan dari penonton variety show yang ada di studio)

Caesar Flikerman (CF) – MC : This is your third year as game maker, what defines your personal signature?

Lalu dipotong ke adegan yang menampilkan keadaan distrik 12, diikuti dengan teriakan seorang gadis karena mimpi buruk.

Gambar 4.6 Gambar 4.7

Secara garis besar, tema utama yang dapat penulis simpulkan dari scene 1 adalah mengenai konflik kelas. Dalam scene ini memperlihatkan kesenjangan antara penduduk Capitol yang kaya dan penduduk distrik 12 yang serba kekurangan.

70

Sutradara film ini mencoba menggambarkan keadaan yang kontras dengan memperlihatkan kostum dan gaya khas penduduk Capitol serta kemewahan pada saat perbincangan di Variety Show, lalu adegan ini tiba-tiba dipotong dengan adegan yang menampilkan keadaan di distrik 12 yang sangat jauh dari kata mewah diikuti dengan teriakan seorang anak akibat mimpi buruknya.32 Di permulaan film, banyak dipertontonkan keadaan kontras antara si kaya dengan si miskin. Berikut beberapa cuplikan gambarnya :

Gambar 4.8 Gambar 4.9 Gambar 4.10

Dalam dialog diatas Seneca mengemukakan bahwa terselenggaranya acara ini sebagai pengingat akan pemberontakan (Rebellion) yang dilakukan oleh para penduduk distrik kepada Capitol, seperti yang terlihat dalam kalimat ―At the first it was a reminder of the rebellion‖. Dalam KBBI, pemberontakan berasal dari kata berontak, terdapat 3 makna yaitu, meronta-ronta hendak melepaskan diri, melawan atau tidak mau menurut perintah, dan melawan pemerintah (kekuasaan) secara serentak. Sedangkan pemberontakan itu sendiri memiliki makna sebagai proses, cara, perbuatan memberontak, dan penentangan terhadap kekuasaan yang sah. Hal ini menandakan bahwa terdapat dua golongan yang berlawanan, yaitu penduduk distrik dan penduduk Capitol. Penduduk distrik adalah penduduk yang melawan pemerintahan Capitol. Pemberontakan tersebut diakhiri dengan kemenangan pihak Capitol dan penduduk distrik harus membayar kekalahannya dengan mengikuti ajang The Hunger Games, seperti yang diungkapkan dalam kalimat:―It‘s a price that the districts had to pay‖.

32 The Hunger Games Study Guide http://lessonbucket.com/study-guides/the-hunger-games/the-hunger- games-study-guide/ diakses pada 6/10/2013 pukul 6.13

71

Capitol berserta media penyelenggara The Hunger Games mengkonstruksi bahwa keadaan yang terjadi akibat kesalahan penduduk distrik karena telah melakukan pemberontakan di masa silam. Capitol menggunakan istilah tradisi dalam menjelaskan ajang The Hunger Games, “I think it is a tradition‖.Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tradition atau tradisi (Bahasa Latin: traditio, “diteruskan”) atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan di masyarakat atau penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. Penggunaan kata tradition oleh Capitol dalam mendeskripsikan The Hunger Games adalah sebagai alat untuk mengikat penduduk distrik dan memahaminya sebagai hal yang normatif sehingga harus diteruskan seolah-olah hal ini tidak ada sangkut pautnya dengan kepentingan borjuis maupun industri media. Lebih dari itu, Capitol menggunakan istilah tradisi sebagai upaya untuk melanggengkan kekuasaannya, kekuasaan golongannya. Kata ―us‖ dalam kalimat ―it‘s a something that knits us all together‖ merupakan cara untuk menggambarkan dirinya sebagai bagian dari penduduk Capitol yang dalam film ini adalah mereka yang berkuasa terhadap penduduk distrik. The Hunger Games juga merupakan alat yang mempersatukan (knits) golongan penguasa tersebut.

Sebuah keadaan yang kontras antara kelas atas dan kelas bawah juga ditampilkan pada Scene 18, sebagian dari mereka senang, sebagian lagi khawatir karena teman/ adik/ kakak/ anak mereka sedang berada di dalam arena The Hunger Games.

72

Gambar 4.54 Gambar 4.55

Gambar 4.56 Gambar 4.57

Scene ini merepresentasikan keadaan kontras antara kaum atas dengan kaum tertindas. Keadaan di distrik-distrik seperti yang terlihat di gambar 4.55 cukup hening dan memperlihatkan rasa cemas disertai sound effect berupa dengungan, sebaliknya pada gambar 4.54 menampilkan keadaan di Capitol cukup ramai, penduduk Capitol menyambut The Hunger Games dengan bersenang-senang dan sebagian lagi bekerja melaksanakan tugasnya. Dua kelas yang dikatakan oleh Marx adalah kaum borjuis yang memiliki industri dan perusahaan serta membentuk kelas berkuasa dan kaum proletar, pekerja atau buruh yang dieksploitasi oleh kelas berkuasa tersebut dan yang kondisinya semakin menyedihkan (Berger, 2000: 48). Dalam gambar 4.54 terlihat bahwa penduduk Capitol sangat bersuka cinta menyambut ajang ini karena menganggapnya sebagai sebuah hiburan. Richard Dyer (During, 1993:271-272), mengatakan hiburan merupakan kebutuhan pribadi masyarakat yang telah dipengaruhi oleh struktur kapitalis. Capitol mengeksploitasi penduduk distrik yang terpilih menjadi tributes dalam sebuah konsep reality show. Dalam konteks persaingan media, reality show menjadi sebuah program yang disukai pemirsa karena menampilkan keadaan yang seolah-olah diambil tanpa proses penyutradaraan. Pemirsa seolah-olah diajak berada dan merasa terlibat

73 ditengah-tengah peristiwa. Namun ternyata tidak semua yang ditampilkan adalah suatu realitas karena terdapat „tangan-tangan media‟ yang membuat reality show tersebut menjadi lebih seru. Dalam dunia kapitalisme yang ditampilkan dalam film ini, hiburan bahkan budaya telah menjelma menjadi industri. Theodore Adorno dan Max Horkheimer mengatakan bahwa budaya industri adalah media tipuan. Mereka percaya bahwa hilangnya kepribadian yang tulus seperti kemampuan menggambarkan keadaan yang nyata karena budaya telah berubah menjadi alat industri serta menjadi produk standar ekonomi kapitalis (Bungin, 2006, p. 103). Sehingga kapitalisme yang lahir dari era globalisasi tidak hanya menciptakan keungulan-keungulan tapi juga tipuannya memperbesar jarak antara mereka yang mampu dan tidak mampu, kelas atas dan kelas bawah, borjuis dan buruh.

Scene 2 melampilkan salah satu potret penduduk distrik, yaitu Katniss dan Gale yang sedang membicarakan The Hunger Games. Mereka prihatin akan masyarakat distrik termasuk mereka berdua akibat kekuasaan pihak Capitol yang semena-mena.

Gambar 4.11

GH : What if they did? just one year, what if everyone just stopped watching?

KE: They won‟t, Gale.

GH : What if they did?

KE : Won‟t happen.

74

GH : You roof for your favorites and you cry when they get killed. It‟s sick. If no one watches then they don‟t have a game, it is as simple as that. (berhubungan dengan scene 4)

------

GH : We could do it, you know? Take off, live in the woods, it‟s what we do anyway.

KE : They‟ll catch us.

GH : maybe not.

KE : Cut out our tongues or worse, we couldn‟t make it five miles.

------

KE : I‟m never having kids.

GH: I might, if I didn‟t live here.

KE : But you do live here.

GH : I know, but if I didn‟t…. Oh, I forgot, here.

KE : Oh My God! Is this real? (Seeing bread)

GH : Yeah, better be. Cost me a squirrel.

Gambar 4.12

75

KE : How many times is your name in the rap?

GH : 42, I guess the odds are not exactly in my favor.

Dilihat secara visual (gambar 4.11) penduduk distrik terlihat sederhana, bahkan jauh dari kemewahan, terlihat dari pakaian yang sederhana serta dandanan tanpa make up. Tidak banyak kegiatan yang berati karena segala aktivitas mereka diawasi dan dibatasi oleh Capitol. Terlihat bahwa dalam gambar 4.11 mengambil setting di bukit yang dikelilingi hutan, pengambilan gambar kondisi hutan dan bukit merepresentasikan suatu tempat dimana mereka memperoleh kedamaian dan kebebasan, jauh dari penguasaan Capitol. Mereka menyadari bahwa hak-hak hidup mereka dirampas dan mereka tak lebih dari permaian Capitol. Pada dialog diatas terdapat kalimat yang menyatakan adanya kesengsaraan yang dialami penduduk distrik. Take off, live in the woods, it‘s what we do anyway‖. dan ―They‘ll catch us‖. Kata ―Take off‖ memiliki arti yang bisa disesuaikan dengan konteksnya, dalam konteks ini memiliki arti leave atau „meninggalkan‟. Posisi ini membuat mereka tidak bisa lari dari pemerintahan Capitol yang sangat merugikan kelas pekerja. Walaupun mereka ingin lepas dan melarikan diri, namun hal tersebut mustahil karena capitol akan segera menangkap mereka begitu mengetahui mereka kabur. ―Cut out our tongues or worse‖dan ―I‘m never having kids‖. Pernyataan tersebut membuktikan bahwa mereka juga khawatir dengan konsekuensi yang harus mereka ambil jika melarikan diri, Capitol tidak segan-segan akan memotong lidah mereka atau lebih parah lagi. Selain itu, hal ini menjadi kekhawatiran mereka yang akan mempengaruhi masa depan bahwa tak mustahil keturunan selanjutnya akan mendapatkan perlakukan yang sama dari Capitol mengingat kekuasaan yang cukup besar. Hal ini menandakan adanya konflik kelas antara Capitol dengan penduduk distrik yang diibaratkan dengan kelas penguasa dengan kelas pekerja. Kelas penguasa memiliki kontrol penuh pada setiap distrik, dan ini membuat mereka disegani oleh penduduk distrik karena tidak memberikan kebebasan untuk hidup serta mengeksploitasi kehidupan mereka untuk sebuah acara Reality Show yang

76 mengharuskan mereka untuk saling membunuh. Kemiskinan dan kesengsaraan membuat mereka tidak bisa melakukan apa-apa untuk mencegah perbuatan semena- mena pihak Capitol. Kesenjangan sosial semakin terlihat pada gambar 4.12, ketika roti yang adalah makanan pokok menjadi makanan yang sangat sulit didapatkan dan hanya orang-orang tertentu yang bisa mendapatkannya. Seperti yang telihat dari adegan diatas bahwa Katniss sangat terkejut ketika Gale membawakan roti untuknya. ―Oh My God! Is this real?‖ (Seeing bread). Nabil Subhi dalam buku Kemiskinan dan Keterbelakangan di Nagara-negara Muslim menjelaskan bahwa kemiskinan dikenal sebagai “tiadanya kemampuan untuk memperoleh kebutuhan pokok". Kebutuhan ini dianggap pokok karena kebutuhan tersebut menyediakan batas kecukupan minimum hidup manusia pokok (Subandy, 2011, p. 51). Untuk bisa memenuhi kebutuhannya pun, selain bekerja untuk Capitol, Gale telah memasukan namanya ke dalam rap sebanyak 42 kali. Hal ini ia lakukan untuk membantu perekonomian keluarganya. Peraturan dari Capitol mengatakan bagi mereka yang membutuhkan pertolongan lebih, maka harus memasukan namanya ke dalam reaping sebanyak mungkin. Walaupun mereka mengetahui bahwa hal ini akan membuat kemungkinan mereka terpilih menjadi tributes semakin besar.

Dalam scene 3 ditampilkan anak-anak dan remaja yang sedang menuju pemungutan suara The Hunger Games atau reaping.

Gambar 4.13 Gambar 4.14

77

Gambar 4.15

Scene ini masih menampilkan kesengsaraan, kecemasan dan kepasrahan penduduk distrik, khususnya anak-anak dan remaja yang akan di pilih untuk mewakili distriknya mengikuti kompetisi The Hunger Games di Capitol. Mereka dikumpulkan di suatu tempat terbuka, seperti yang terlihat pada 3 gambar diatas, penduduk distrik 12 diawasi ketat oleh penjaga keamanan dari Capitol dan tentunya tidak ada yang bisa mereka lakukan selain mematuhi peraturan. Pihak Capitol sendiri berkumpul di atas panggung, menandakan bahwa mereka memiliki kuasa atas penduduk yang sedang berkumpul di bawah panggung. Pemilihan calon tributes yang didominasi oleh anak-anak tak lepas dari cara Capitol menanamkan ideologi- nya pada masyarakat, dan menanamkan ideologinya dari masa kanak-kanak menjadi sasaran yang tepat untuk tetap mempertahankan kekuasaannya. Karakter manusia, dewasa, dibangun dari hal-hal yang telah membudaya dari kehidupannya yang didapatkan dari masa kanak-kanak hingga remaja serta tak lepas lingkungan yang ada disekitarnya lalu. Latar belakang kebudayaan dalam pandangan Sparadley dianggap sebagai pengetahuan yang dia peroleh dari lingkungan sekitarnya, kemudian digunakan untuk menginterpretasikan pengalaman dalam kehidupan mereka dan akhirnya melahirkan tingkah laku sosial. Kebudayaan itu sendiri mempunyai tiga unsur penting yaitu nilai, norma dan kepercayaan (Junaedi, 2005, p. 52). Oleh karenanya akan mudah untuk membangun karakter seseorang melalui nilai-nilai dan norma-norma yang didapatkan dari masa kanak- kanak, hal ini akan mempengaruhi bagaimana ia memandang dunia kelak.

78

Pada scene inilah penulis menyadari bahwa anak-anak dijadikan sasaran baru bagi kapitalisme untuk terus berkembang. Globalisasi memberikan gaya hidup baru bagi anak-anak, contohnya teknologi. Selain itu, ketika media dan iklan berperang memperebutkan khalayak sasaran, maka anak-anak adalah korban pertama. Bukan hanya iklan yang produknya memiliki segmentasi untuk anak-anak, bahkan iklan-iklan lainnya yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan anak- anak juga banyak menggunakan figure anak-anak, karena anak-anak memiliki daya tarik dan dinilai dapat menarik konsumen. Di layar televisi, anak adalah modal, investasi konsumen dan sasran berondongan iklan dan korban paling polos dari bujuk rayu para pemasar (Subandy, 2011, pp. 279-280). Oleh karenanya tak heran kita lihat bahwa figure anak juga di eksploitasi untuk meningkatkan pemasaran melalui iklan, sinetron dan lainnya. Selain ingin menampilkan pertarungan antara dua kubu, yakni kubu penguasa dengan kubu yang dikusasi. Kaitannya dengan sebuah film kritik sosial, Penulis berasumsi bahwa film ini mengisaratkan pesan pada dunia anak-anak yang saat ini sudah terjamah oleh kapitalis. Pihak kapitalis, Capitol, adalah pihak yang tanpa dosa mengeksploitasi anak-anak untuk memperoleh keuntungan dan tentunya memperoleh acara yang menarik. Sedangkan anak-anak adalah korban dari kapitalisme yang dibawa oleh era globalisasi. Dalam dunia nyata, hal inilah yang mengancam fitrah anak-anak, mereka ter-hegemoni dengan kenikmatan yang dibawa kapitalisme seperti teknologi, program televisi yang menawarkan kemewahan dan romantisme dan lainnya. Film ini juga digolongkan sebagai film yang memiliki segmentasi untuk anak diatas umur 13, remaja dan dewasa. Oleh karenanya anak-anak juga-lah yang akan memenuhi isi film ini hingga akhir, mengisahkan tentang anak-anak yang terlibat dalam sebuah reality show dan di jadikan hiburan oleh para kapitalis Capitol.

Masih dalam scene yang sama, Effie memulai pidatonya di hadapan seluruh penduduk distrik 12 yang di dominasi oleh anak-anak.

79

Gambar 4.16 Gambar 4.17 Gambar 4.18

ET : Welcome, Happy Hunger Games and may the odds be ever in your favor. Now, Before we begin, we have a very special film. Brought to you, all the way from The Capitol.

(Menampilkan cuplikan Ajang The Hunger Games)

Cuplikan film oleh Suara President Snow:

War, terrible war, widow, orphans and motherless child. This is what the uprising brought to our land. Thirteen Districts rebelled against the country that fed them, loved them, protect them. Brother turned on brother until nothing remained. And then came the peace, hard fought, solely won. The people rose up from the ashes (kelabu) and a new era was born. The freedom has a cost and the traitors (pengkhianat) were defeated (dikalahkan), we swore as a nation. We would never know this treason (pengkhianatan) again and so it was decreed (dekrit) that each year the various districts of panem will offer the up in tribute. One young man and woman. To fight until death, in a pagent of honor, courage and sacrifice. The lone victor, bathe (dimandikan) in riches, that serves as a reminder of our generosity (kemurahan hati) and our forgiveness. This is how we remember our past, this is how we safeguard (usaha untuk melindungi) our future.

Secara garis besar, penulis melihat bahwa scene ini memiliki tema sebuah film sebagai alat propaganda. Kemampuan film untuk menyedot perhatian massa dan sekaligus mendatangkan uang, juga mencuatkan potensi film sebagai alat propaganda. Propaganda sendiri memiliki pengertian penyampaian secara sengaja informasi yang palsu atau menyesatkan, juga mengandung maksud politik atau

80 kepentingan mereka yang mempunyai kuasa (Putra, 2008, pp. 44-46). Hal terlihat dari gambar 4.17 yang menayangkan „cuplikan film oleh President Snow‟. Di dalam cuplikan film tersebut memperlihatkan sebuah perang, pasukan, dan kematian. Setelah perang selesai, terlihat gambar cerah menyongsong hari baru, muncul dekrit yang megatakan bahwa setiap panem diharuskan mengirim 2 tributes untuk bertarung hingga mati dengan penuh hormat, keberanian dan pengorbanan. Lalu sang juara berhak mendapatkan kekayaan. President Snow merupakan bagian dari Capitol yang berkuasa terhadap distrik-distrik jadi dalam film tersebut mengindikasikan sebuah keberpihakan terhadap pihak penguasa, seperti yang ditampilkan dalam kalimat : ―Thirteen Districts rebelled against the country that fed them, loved them, protect them‖. Dalam kalimat tersebut pihak Capitol menganggap pemberontakan yang dilakukan penduduk distrik adalah bentuk perlawanan bagi negara yang telah memberikan mereka makan, mencintai serta melindungi mereka. Capitol juga menggunakan istilah ―the traitors‖ (pengkhianat) dan ―treason‖ (pengkhianatan) dalam kalimat “The freedom has a cost and the traitors (penghianat) were defeated (dikalahkan), we swore as a nation. We would never know this treason (penghianatan) again and so it was decreed (dekrit) that each year the various districts of panem will offer the up in tribute‖. Kedua kata tersebut memiliki kata dasar „khianat‟, dalam KBBI kata khianat memiliki arti perbuatan tidak setia, tipu daya dan perbuatan yang bertentangan dengan janji. Penghianat merupakan orang yang melakukan perbuatan khianat, sedangkan pengkhianatan merupakan proses, cara perbuatan berkhianat atau mengkhianati. Penduduk distrik digambarkan sebagai orang yang berkhianat dan melakukan perbuatan tercela terhadap Capitol. Sehingga hal ini diterima penduduk distrik atas penghianatan yang mereka lakukan pada negara. Semakin penduduk distrik menganggap hal ini sebagai kewajiban yang harus dibayar, semakin gencar juga Capitol menanamkan nilai-nilai kekuasaannya dengan mengatasnamakan penghianatan kepada penduduk distrik dan merekapun tidak menyadari hak-haknya telah direbut, sebaliknya malah rela untuk tunduk pada pihak penguasa.

81

Dalam film propaganda tersebut terdapat usaha Capitol untuk menanamkan kesadaran palsu. Gagasan mengenai kesadaran palsu (false consciousness) dikemukakan oleh Karl Marx terhadap realitas sosial yang sudah terdistorsi dengan mekanisme kapitalisme, dan menganggapnya sebagai suatu kesadaran. Penanaman kesadaran palsu bermula pada masa revolusi industri ketika pemilik modal menindas kaum buruh. Penindasan yang terjadi tidak disadari oleh semua orang karena ada persetujuan antara kedua pihak, antara buruh dan pemilik modal, bahwa buruh akan bekerja dan pemilik modal atau industri akan membayar upah mereka dengan ketentuan-ketentuan tertulis. Jadi, tidak ada yang salah dalam relasi buruh dan pemilik modal. Marx mangatakan ada sebuah ideologi dalam relasi ekonomi antara buruh dan pemilik modal. Ideologi itu menghalangi pandangan kita terhadap realitas. Persetujuan yang terjadi antara buruh dan pemilik modal menyembunyikan realitas. Realitas yang disembunyikan adalah sebuah kenyataan pilu, buruh diperlakukan dengan semena-mena, dieksploitasi, diperintah oleh pemilik modal untuk bekerja memenuhi target produksi yang menghasilkan keuntungan bagi pemilik modal sedangkan buruh tidak mendapatkan bayaran yang sepadan. Maka, kesadaran kita yang menganggap relasi antara buruh dengan pemilik modal sebagai fenomena lazim adalah kesadaran yang palsu dan kesadaran asli yang tersembunyi dari relasi kedua pihak tersebut adalah penindasan pada buruh.33 Selain membuat penduduk distrik merasa bersalah dengan penghianatan yang dilakukannya, kesadaran palsu juga ditanamkan pada kalimat di cuplikan film tersebut ―To fight until death, in a pagaent of honor, courage and sacrifice.‖ Kalimat tersebut memiliki arti „Berjuang hingga mati, dalam konteks kehormatan, keberanian dan pengorbanan‟. Layaknya seorang pahlawan yang berjuang hingga mati lalu mendapatkan penghormatan atas keberanian dan pengorbanan tersebut. Peserta The Hunger Games seolah-olah diposisikan sebagai Hero atas kerelaan mereka untuk terlibat dengan perhelatan ini. Hal yang pertamanya dikatakan sebagai

33 Teori Ideologi Karl Marx : False Conciousness http://philosophy.ui.ac.id/?p=1181 diakses pada 7/10/2013 pukul 14.09

82 bentuk hukuman atas penghianatan yang mereka lakukan, kemudian diputarbalikan menjadi bentuk pengorbanan mereka pada negara khususnya pada Capitol, Selain itu, kepada penduduk distrik, Capitol seolah-olah memberikan belas kasihan dan bermurah hati dengan karena memberikan kesempatan distrik-distrik untuk membayar kesalahannya di kompetisi The Hunger Games yang akan diikuti para tributes perwakilan setiap distrik dan memberikan kebanggaan bagi setiap distriknya. ―The lone victor, bathe (dimandikan) in riches, that serves as a reminder of our generosity (kemurahan hati) and our forgiveness. This is how we remember our past, this is how we safeguard (usaha untuk melindungi) our future‖. Namun dibalik itu, pihak Capitol dan penduduknya menganggap The Hunger Games sebagai acara hiburan serta alat untuk menguasai mereka yang lemah.

Pada scene 4 menampilkan kegugupan Katniss setelah terpilih menjadi tribute, sebelum perjalanan ke Capitol, Katniss diperbolehkan untuk menemui keluarga dan sahabatnya, Gale. Gale memberikan pengarahan untuk bertahan di permainan itu.

Gambar 4.19

GH : Listen to me, You are stronger than they are, you are! Get to a bow. You just show them how good you are. They just want a good show, that‟s all they want. If they don‟t have a bow, you make one, ok, you know how to hunt.

KE : Animals.

GH : It‟s not different, Katniss!

83

KE : It‟s only 24 of us, Gale, and only one comes out.

GH : Yeah, and it‟s gonna be you.

(Penjaga datang menandakan waktu jengguk selesai)

KE : Take care of them Gale, whatever you do, don‟t let them starve.

―You just show them how good you are. They just want a good show, that‘s all they want‖. Penulis melihat bahwa dalam kombinasi kedua kalimat tersebut merepresentasikan bahwa terdapat unsur paksaan untuk melakukan suatu hal agar disukai orang lain, „apapun itu mereka hanya ingin pertunjukan yang bagus‟. Kata „they‘ atau „mereka‟ menandakan bahwa ada golongan lain diluar Katniss dan kelompoknya yang berkuasa sehingga Katniss tak punya pilihan selain mengikuti permainan dan memberikan pertunjukan bagus, golongan tersebut adalah penduduk Capitol. Adanya unsur paksaan mengingatkan pada konsep Alienasi yang lahir dari pemikiran Karl Marx. Konsep ini muncul akibat munculnya kapitalisme setelah revolusi industri di Eropa. Oleh karenanya, Marx menyakini bahwa alienasi terjadi pada ranah ekonomi politik, seperti alienasi pekerjaan selain alienasi diri. Unsur keterpaksaan adalah suatu bentuk alienasi bahwa saat melakukan suatu pekerjaan, orang tersebut merasa terpisah dari dirinya sendiri. Teori Alienasi Marx didasarkan pada pengamatannya bahwa di dalam produksi industri yang muncul di bawah kapitalisme, para buruh tak terhindarkan kehilangan kontrol atas hidup mereka, karena tidak lagi memiliki kontrol atas pekerjaan mereka. Di dalam masyarakat kapitalis, karena para pekerja tidak mempunyai keinginan sendiri akan tetapi karena mereka menjual tenaga mereka, bisa dikatakan bahwa mereka teralienasi dalam empat hal, yaitu teralienasi dari aktivitas produktif mereka, dari produk, dari sesama pekerja, dari potensi kemanusiaan mereka sendiri (Ritzer, 2009:54). Sekarang ini, tak jarang orang yang hanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan perekonomian saja, sehingga tidak aada kecintaan dengan pekerjaannya dan merasa asing sendiri dengan apa yang mereka lakukan bahkan ketika pekerjaan

84 mereka selesai mereka baru merasakan kebebasan. Hal ini yang terjadi pada Katniss, ia terpaksa harus melakukan hal yang tidak ia suka, yakni menjadi bagian dari The Hunger Games, menjadi bagian dari industri media yang memproduksi program sesuai dengan keinginan pasar. Penulis mengambil dialog pada scene 2 yang mendukung bahwa penduduk distrik merasa dirugikan ketika harus terlibat pada acara buatan Capitol yang membuat penduduk distrik sengsara. Mereka hanya membayangkan mungkin kesengsaraan mereka akan berakhir jika tidak ada orang yang menonton acara ini, ―You roof for your favorites and you cry when they get killed. It‘s sick. If no one watches then they don‘t have a game, it is as simple as that‖. Dalam kalimat tersebut tidak hanya memberikan pesan kekesalan mereka terhadap perbuatan Capitol yang semena-mena, tapi juga menidentifikasikan bahwa ada campur tangan media yang mengeksploitasi mereka dan menjadikan kesengsaraan mereka tontonan untuk kepentingan penduduk dan pemerintahan Capitol. Capitol, pemerintah, melibatkan media sebagai relasi kekuasaan untuk mengontrol dan menanamkan ideologinya. Pedekatan ini dapat dijelaskan melalui pendekatan politik ekonomi, Moscow (Boyd-Barret & Newbold, 1995, p. 186) telah memberikan dua definisi ekonomi politik, petama ―political economy is the study of the social relations, particularly the power relations, that mutually constitute the production, distribution and consumption resources, including communication resources‖. Definisi kedua ekonomi politik dinilai sebagai ―the study of control and survival in social life‖.

Pada scene 5 menampilkan kecemasan Katniss dan Peeta setelah terpilih menjadi perwakilan distriknya, sedangkan Effie tidak perduli dan fokus menceritakan kemewahan Capitol yang akan mereka dapatkan sebelum Ajang Hunger Games dimulai. Katniss dan Peeta memasuki kereta yang akan membawa mereka ke Capitol, lalu mereka terkejut dengan segala kemewahan yang ditawarkan. Kemewahan yang sebelumnya tidak pernah mereka dapatkan, seperti makanan, dan kemewahan lainnya.

85

Gambar 4.20

ET : You two are in for a treat. Cristal chandeliers, platinum doorknobs and it flies. We‟ll be in Capitol in less then two days.

Gambar 4.21 Gambar 4.22 Gambar 4.23

ET : I think it is one of the wonderful things about this opportunity, that even though you are here and even though it‟s just for a little while.. you get to enjoy all of this.

Keterpesonaan Katniss dengan fasilitas yang diberikan Capitol juga di tampilkan pada scene 9, disaat Katniss tiba di Penthouse-nya.

Gambar 4.24 Gambar 4.25 Gambar 4.26

Setelah terpilih menjadi tributes, Peeta dan Katniss mendapatkan pelayanan dari Capitol, “You two are in for a treat. Cristal chandeliers, platinum doorknobs

86 and it flies‖. Dalam www.sederet.com kata „treat‘ memiliki banyak arti, jika sebagai kata kerja ia memiliki arti mengobati, memperlakukan, merawat, dan mentraktir, sedangkan jika sebagai kata benda yaitu suguhan atau kejutan. Pemakaian kata ‗treat‘ terkesan memiliki konotasi yang positif. Penguasa menggunakan kata „treat‘ memiliki kecenderungan untuk mengalihkan perhatian tributes pada keadaan sebenarnya, yaitu kecemasan, dan digantikan dengan kesenangan sesaat. Pada gambar 4.21 menampilkan ekspresi kecemasan sekaligus terpesona terhadap apa yang mereka lihat. Pada scene ini permainan musik menimbulkan rasa simpati penonton terhadap nasip mereka berdua, sekilas musik yang dimainkan terkesan mengiringi kekosongan yang dipancarkan mereka melihat segala pelayanan dan fasilitas yang serba mewah. Walaupun kenyamanan memiliki konotasi positif namun secara tersirat kenyamanan ini pula yang akan mengantarkan mereka pada jurang kematian. Dalam scene 5 dan 9 merepresentasikan kemewahan yang merupakan lifestyle penduduk Capitol, erat kaitannya dengan matrealisme, dimana segalanya diukur dengan materi. Bagi penguasa kepemilikan benda merupakan sumber kenikmatan yang berkembang menjadi lifestyle. Tributes dirayu untuk mencicipi gaya hidup di Capitol dengan menikmati segala fasilitas menyenangkan yang disediakan oleh Capitol sebelum bertanding di arena The Hunger Games, seperti yang terdengar pada kalimat ini: ―I think it is one of the wonderful things about this opportunity, that even though you are here and even though it‘s just for a little while.. you get to enjoy all of this‖. Dalam kalimat tersebut terdapat kata ―this opportunity‖ yang berarti kesempatan atau peluang, Capitol menganggap bahwa menjadi tribute dalam The Hunger Games adalah kesempatan yang baik karena bisa menikmati segala fasilitas mewah yang diberikan. Ini diperkuat dengan kata ―enjoy‖ yang memiliki menikmati yang identik dengan perasaan senang. Capitol meminjam istilah-istilah yang memiliki konotasi positif untuk mengalihkan mereka dari keadaan sebenarnya yang merugikan mereka.

87

Nyatanya, kenikmatan yang diberikan hanya bersifat semu saja. Pada konsep kapitalisme, kesenangan atau kenikmatan yang sifatnya „semu‟ bisa dijadikan alat untuk menguasai orang lain, sehingga mereka tidak merasa bahwa mereka sedang dikuasai karena dikemas dalam hal yang menyenangkan. Baudrillard menilai hal tersebut sebagai bentuk rayuan, melalui pengosongan tanda-tanda dari pesan dan maknanya sehingga yang tersisa adalah penampakan semata, menyembunyikan kebenaran. Apa yang ditampilkan rayuan adalah kepalsuan dan kesemuan sehingga yang ada hanyalah keterpesonaan, dunia yang dibangun oleh citra-citraan dan ilusi- ilusi kekuasaan, kenyamanan, kegairahan dan ekstasi (Piliang, 2011, pp. 92-93).

Masih berkaitan dengan scene sebelumnya mengenai rayuan Capitol, dalam scene 6 ini Haymitch Abermathy, sang mentor, memberikan pengarahan bagaimana bertahan di Kompetisi The Hunger Games.

Gambar 4.27

HA : You would freeze to the death first

PM : Well, I can light a fire

HA : Now that‟s a good way to get killed

KE : What‟s a good way to get killed?

HM: Oh joy, why don‟t you join us? I was just giving some live saving advice.

88

HM: You really wanna know how to stay alive? You get people to like you. Oh! Not what you were expecting. When you are in the middle of the game, and you are starving or freezing. Some water, a knive or even some matches can make a difference between life and death. And those things, only comes from sponsors. And to get sponsors, you have to make people like you.

Tidak lama kemudian, mereka sampai di capitol. Mereka dibuat terpesona ketika melihat penduduk di capitol bersorak-sorai menyambut kedatangan mereka (tributes).

Gambar 4.28

PM : It‟s huge, it‟s incredible (Peeta tersanyung dan merespon dengan melambaikan tangan ke penduduk capitol)

Gambar 4.29

PM : Come on!!! (Peeta mengajak Katniss untuk melihat euphoria di capitol, namun Katniss tidak menggubrisnya)

HM : You better keep this knive. He knows what he is doing.

89

Dimulai dengan Katniss melihat Effie, Peeta dan Haymich sedang berada di satu ruang, Effie sedang sibuk sendiri dengan dandanannya, sedangkan Haymitch dan Peeta sedang berdiskusi sambil makan. Secara visual scene ini menggambarkan bagaimana permulaan mereka terlibat lebih jauh dengan permainan ini. Mereka mulai terlibat lebih jauh dengan membicarakan strategi yang akan mereka gunakan agar selamat dari ancaman kematian di arena The Hunger Games, bahkan Peeta dengan ringannya membicarakan itu sambil menyantap hidangan, seperti yang terlihat di gambar 4.27. Haymitch, mengatakan bahwa tidak hanya fisik yang sempurna saja yang bisa membuat mereka bertahan. Saat mereka kedinginan ataupun kelaparan, tanpa adanya sponsor dan dukungan dari penonton yang menyukai aksi mereka, mereka pun tidak akan bertahan lama di arena. ―You really wanna know how to stay alive? You get people to like you‖, selain sebagai strategi, quote ini merupakan jantung dari The Hunger Games – a comment on celebrity and politics.34 Dalam dialog diatas memberikan pesan bahwa apa strategi untuk memenangkan kompetisi adalah dengan membuat orang lain menyukai performance mereka sehingga mereka memperoleh sponsor. Dalam KBBI, kata “Sponsor” memiliki arti orang atau perusahaan yang mengusahakan (memelopori, memprakarsai, mengusulkan atau menyelenggarakan) suatu kegiatan (siaran, pertunjukan), selain itu juga memiliki arti orang yang mendukung, mendorong, membiayai dan mengurus kebutuhan dengan maksud mendapat imbalan. Bisa disimpulkan bahwa sponsor adalah orang atau perusahaan yang memiliki andil atau kuasa yang besar dalam terselenggaranya suatu pertunjukan. Oleh karenanya, untul bertahan hidup, tributes termasuk Katniss dan Peeta harus melakukan sesuatu yang dapat membuatnya memperoleh sponsor. Salah satunya, seperti yang terlihat dalam gambar 4.29, Peeta melihat penduduk Capitol histeris menyambut kehadiran para tributes, dengan spontan Peeta meresponnya dengan melambaikan tangan dan melemparkan senyum bangganya pada penduduk Capitol

34 Film and philosophy : The Hunger Games http://filmphilosophy.wordpress.com/2012/05/02/the- hunger-games-2012/ diakses pada 8/10/2013 pukul 3:13

90

sebagai upaya untuk mendapatkan dukungan dan sponsor. Kekhawatirannya seolah- olah hilang dalam sekejap dan digantikan dengan rasa senang akan kepopulerannya. Seringkali tuntutaan dari pemilik modal atau sponsor membuat Industri televisi yang disebut sebagai industri kreatif memiliki kecenderungan bergerak sebagai mesin raksasa pembentuk budaya massa yang berselera rendah (kitsch).35 Industri media lebih cenderung memproduksi program televisi yang sedang diinginkan oleh pasar, walaupun terkadang ketatnya persaingan membuat media tidak lagi memikirikan konten yang berkualitas. Tentu saja acara yang tergantung selera pasar akan akan menaikan rating acara tersbut dan mendatangkan profit bagi penyelenggara atau pihak media. Hal ini berujung pada pemikiran Matrealistik.

Masih membahas tentang sponsor, penulis akan menggabungkan scene 10 dan 13. Dalam scene 10 menampilkan kegiatan mereka saat tributes berlatih. Kemampuan mereka dinilai oleh pihak sponsor, mereka yang mampu meyakinkan sponsor memiliki peluang yang lebih besar untuk mendapatkan bantuan saat pertandingan sebenarnya dimulai.

Gambar 4.45 Gambar 4.46 Gambar 4.47

Lalu, penilaian yang sebenarnya untuk tributes dinilai pada scene 13, moment ini merupakan moment puncak dari pelatihan mereka. Mereka akan mendapatkan rangking yang diberikan oleh pihak sponsor, yang adalah kelas atas.

Sebelum moment penilaian itu tiba, Haymitch memberikan mereka pengarahan.

35 Jurnal ASPIKOM berjudul Post Media Literacy: Menyaksikan Kuasa Media Bersama Michel Foucault oleh Iswandi Syaputra.hal.1

91

H : Tomorrow, They will bring you one by one and evaluate you. This is important, because the higher ratings will mean sponsors. This is the time to show them everything. There will be a bow, make sure you use it (menunjuk ke Katniss). Peeta, you make sure to show your strength. I don‟t know how else to put this. Make sure they remember you.

(Pada gambar 4.48, Katniss menunjukan kemampuannya untuk merebut hati para sponsor)

Gambar 4.48 Gambar 4.49 Gambar 4.50

Scene ini memperlihatkan sekelompok orang, yaitu sponsor, yang sangat mempengaruhi bertahannya acara ini, khususnya tributes. Apa yang tributes lakukan bukan hanya melatik fisik tapi juga untuk mendapatkan dukungan dari sponsor. Institusi organisasi bisa menjadi pengaruh dalam praktik produksi wacana, ini bisa berasal dari media sendiri maupun dari kekuatan-kekuatan eksternal di luar media. (Eriyanto, 2001, p. 322). Dalam scene 10 terlihat bahwa para tributes sedang berlatih, seperti berlatih bertarung melawan peserta lainnya, dan menyalakan api sebagai upaya mereka untuk menyelamatkan diri saat di lepas di arena The Hunger Games, seperti yang telihat pada gambar 4.46 dan 4.47. Sementara itu pada gambar 4.45, memperlihatkan pihak sponsor sedang memperhatikan performa mereka. Jika tributes memiliki performa yang bagus maka akan mudah baginya untuk mendapatkan bantuan dari sponsor dikala ia mengalami kesulitan saat sedang berkompetisi. Hal ini diperkuat dengan dialog pada scene 13 ―This is important, because the higher ratings will mean sponsors. This is the time to show them everything. There will be a bow, make sure you use it (menunjuk ke Katniss). Peeta,

92

you make sure to show your strength. I don‘t know how else to put this. Make sure they remember you‖. Dalam scene 13 pun terlihat saat dimana sponsor memberikan penilaian dan peringkat pada masing-masing tributes. Kata ‗higher ratings‘ memiliki arti peringkat yang lebih tinggi. Bagi tributes yang menampilkan kelebihan dan keunikannya tentu akan mendapatkan poin tinggi sehingga mengundang para sponsor, Inti dari scene ini terlihat dalam kalimat terakhir, “Make sure they remember you‖. Dalam kalimat tersebut, yang dimaksud dengan „they‘ adalah pihak sponsor, lalu kata „remember‘ berarti ingat, dalam KBBI „ingat‟ berarti berada dalam pikiran atau tidak lupa, bisa juga menaruh perhatian atau memikirkan akan. Hal ini memberikan pemahamanan bahwa pihak sponsor sangat berkuasa atas tributes dan program acara The Hunger Games itu sendiri. Sesuatu bagus, berkesan, unik dan lainnya yang serupa akan menarik perhatian sponsor, sehingga mengundang sponsor untuk memberikan dukungan baik materi maupun imateri. Hal ini berkaitan dengan industri media, contohnya saja pada saat Ramadhan tiba, semua stasiun televisi berlomba menayangkan acara-acara bertema religi dari sahur hingga sahur lagi. Fenomena ini bisa dikaitkan dengan budaya popular, media televisi membuat sesuatu yang bersifat agamis menjadi budaya populer. Rahmat Hidayatullah menjelaskan bahwa terjadi transformasi agama menjadi religiotainment, yaitu menjadikan agama sebagai satu bentuk hiburan yakni hiburan keagamaan. Dan, ujung dari semua ini adalah motivasi penggalangan iklan niaga atau komersial.36 Oleh karenanya, pekerja media dituntut untuk menciptakan program menarik yang disukai pasar sehingga mengundang datangnya sponsor.

Masih berhubungan dengan menarik perhatian sponsor, namun pada scene 8 lebih memperlihatkan hubungan yang dibangun antara tributes dengan penduduk

36 Banjir Tayangan Religi di Bulan Suci : website resmi Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta http://www.kpiddiy.com/home.php?cat=news&act=detail&id=108 diakses pada 10/10/2013 pukul 8.21

93

Capitol. Diawali dengan menampilkan Parade pembukaan Ajang The Hunger Games yang disiarkan langsung di televisi. Acara ini tidak hanya dinikmati oleh penduduk Capitol tapi juga penduduk distrik, dan pastinya setiap tributes akan diperhatikan oleh sponsor.

Gambar 4.35 Gambar 4.36

(Tv Show)

CS : Over one hundred thousand people, craning to get a glimpse of this year‟s tributes. And the sponsors get to see the tributes for the first time. The importance of this moment cannot be overstated

Gambar 4.37

PM : Come on, They‟ll love it (mengajak katnis untuk menyambut balik para penonton)

94

Gambar 4.38 Gambar 4.39

CS : Now see that! I love that! Two young people, holding their hands up! Saying I‟m proud I come from district twelve. We won‟t be overlooked. I love that! We‟re sure going to be paying attention to them right now!

Presiden Snow membuka ajang The Hunger Games dengan Pidato disertai dengan euphoria para penonton – penduduk Capitol.

Gambar 4.40

The Hunger Games merupakan acara yang ditunggu-tunggu oleh para penduduk Capitol, gambaran ini diperkuat dengan pembukaan dari pembawa acara ―Over one hundred thousand people, craning to get glimpse of this year‘s tributes. And the sponsors get to see the tributes for the first time. The importance of this moment cannot be overstated‖. Mereka mencurahkan waktu dan materi untuk menyaksikan hiburan a la Gladiator ini. Scene ini menampilkan kemegahan tempat dan musik yang mendukung tercerminnya penduduk Capitol sebagai kaum borjuis.

95

Saat keluar menyambut para penonton, para tributes disambut meriah oleh penduduk Capitol dan mulai ditanami rasa bangga karena telah mewakili distriknya. Hal ini diperkuat dengan kata-kata sang host, ―I love that! Two young people, holding their hands up! Saying I‘m proud I come from district twelve. We won‘t be overlooked. I love that! We‘re sure going to be paying attention to them right now!‖. Pengulangan kata ―I love that‖ memiliki arti bahwa sang host yang adalah bagian dari golongan Capitol mendukung dan menyukai performance dari distrik 12, ia juga mengatakan “Saying, I‘m proud I come from district twelve‖ untuk menanamkan rasa bangga bahwa Katniss dan Peeta adalah idola. Sang host sekaligus mengajak penduduk Capitol lainnya memperhatikan tributes dari distrik 12, seperti yang terdengar jelas pada kalimat “We won‘t be overlooked…..We‘re sure going to be paying attention to them right now!‖. Keramah tamahan penduduk Capitol juga ditampilkan dalam scene 15, memperlihatkan keharmonisan antara tributes, media dan penduduk Capitol dalam sebuah variety show.

Gambar 4.41 Gambar 4.42

CF : Welcome, welcome, welcome welcome to the 74th Annual Hunger Games! We have five minutes and they are all going to be out all of the Tributes that you heard about. Aren‟t you excited? Let me hear!!

96

Gambar 4.43 Gambar 4.44

Penduduk Capitol atau mereka yang berkuasa memberikan dukungan untuk tributes sehingga tidak jelas yang mana lawan dan kawan, bahkan mungkin tributes tidak menyadari bahwa mereka berada di ajang tersebut adalah untuk menghibur kelas penguasa. Perlakuan pihak penguasa ini menghegemoni tributes, sehingga kesadaran mereka bahwa The Hunger Games merupakan reality show yang mengeksploitasi mereka dengan kekerasan menjadi kabur digantikan dengan simbol-simbol keramah-tamahan dan kemewahan di Capitol. Hal ini mengindikasikan terdapat aktivitas konstruksi yang dilakukan media dan pihak penguasa untuk mengecoh penonton terutama para tributes. Adoni dan Mane memberikan landasan kuat untuk menganalisis realitas simbolik yang ditampilkan media, sebagai bagian penting dan tak terpisahkan dari proses konstruksi sosial realitas di masyarakat modern yang memberikan peran berarti bagi media (Subandy, 2011, p. 191). Aksi pelemparan bunga menyambut para tributes merupakan realitas simbolik yang dikonstruksi bahwa kehadiran para tributes merupakan suatu kehormatan dan harus di sambut dengan baik. Pemberian bunga pada beberapa event merupakan suatu bentuk penghargaan atau cara untuk mengucapkan selamat pada orang lain. Mereka pun berpakaian layaknya penduduk Capitol yang serba mewah dan cukup nyentrik (lihat gambar 4.37) sebagai upaya untuk merebut perhatian penonton, khususnya sponsor. Persaingan pun dimulai. Acara yang dikemas dengan konsep reality show tersebut mulai di tayangkan ke seluruh distrik, khususnya

97 menjadi hiburan bagi para penduduk Capitol. Dukungan dan sambutan dari penduduk Capitol, mereka terima sebagai suatu kebanggan bukan sebagai ancaman. Kapitalisme di media massa sebagaimana yang dilakukan oleh TV swasta tidak lain adalah pencerminan ideologi kapitalisme yang bekerja melalui saluran Hegemoni (Junaedi, 2005, p. 117). Sehingga sesaat mereka melupakan tujuan awal mereka datang ke Capitol, sebaliknya malah menikmati posisi mereka sebagai selebritis. Lebih dari itu, dalam konteks reality show dan Variety Show, media sebagai tangan kanan kapitalisme tentunya melihat masalah tersebut sebagai uang, sehingga hal-hal yang privat yang menyangkut kehidupan orang lain dikomodifikasi ke dalam sebuah tayangan. Tetapi di lain pihak, masyarakat juga sangat menyukai hal- hal privat milik orang lain tersebut, sehingga media massa merasa sah-sah saja menayangkannya bahkan diuntungkan darinya (Junaedi, 2005, p. 77).

Jika scene-scene diatas lebih menampilkan mengenai sponsoring dan kekontrasan antara warga distrik dengan penduduk Capitol, maka scene 7 dan scene 12 menampilkan secara khusus mengenai kondisi di Capitol serta penduduknya. Scene 7

Gambar 4.30 Gambar 4.31

Scene 12

98

Gambar 4.32 Gambar 4.33 Gambar 4.34

Hal yang bisa dilihat dan ambil kesimpulan dari kedua scene berikut adalah pola hidup yang materialistik dan masyarakat konsumerisme. Dalam gambar 4.30 terlihat bahwa sehari-hari penduduk Capitol berpakaian cukup nyentrik dan mencurahkan materi yang mereka miliki untuk bersenang-senang. Pada scene 12 terlihat bagaimana keadaan di Capitol serta bagaimana masyarakat Capitol di tampilkan, mereka memperlihatkan sikap hedonis dimana penampilan dan kepemilikan materi menjadi syarat utama. Mereka terlihat glamour dan nyentrik dalam berpakaian. Hal ini, cara berpakaian, salah satu cara untuk membedakan penduduk Capitol dengan penduduk distrik. Apa yang mereka pakai adalah sebagai penanda sekaligus sebagai simbol yang akan status sosial mereka. Benda-benda membuka peluang bagi suatu komunitas untuk mengekspresikan dan mengkontemplasikan makna budaya di dalam sebuah medium ketimbang bahasa lain dan untuk melakukan itu dengan cara-cara yang positif membantu baik untuk pembaruan maupun pemeliharaan makna-makna ini (Subandy, 2011, p. 52). Penduduk Capitol memisahkan atau memberi jarak antara mereka sendiri dengan penduduk distrik. Di dalam masyarakat konsumtif yang sedang mengalami transformasi, aktualisasi diri diwujudkan dalam kepemilikan benda-benda tertentu untuk menegaskan perbedaan diri dari yang lain, tetapi pada saat yang sama juga sebagai cara untuk membangun perasaan komunitas diantara anggota kelompok yang memiliki selera budaya dan budaya selera yang sama (Subandy, 2011, p. 52). Kemajuan ekonomi juga mendorong berkembangnya berbagai gaya hidup, hal ini memiliki relasi dengan konsumsi dimana orang tidak lagi mengkonsumsi sesuatu karena butuh namun juga berkaitan dengan unsur simbolik yang menandai kelas, status atau simbol tertentu (Piliang, 2011, p. 145). Dikehidupan nyata, tingginya

99 status sosial seseorang dapat dilihat dari kepemilikan barang-barang mewah seperti mobil, rumah perhiasan, hp dan lainnya. Ini menandakan keberhasilan kapitalisme membentuk lapisan dalam masyarakat. Euporia The Hunger Games dirasakan seluruh penduduk Capitol, mereka bersorak, memberikan dukungan, serta tak ketinggalan mereka juga memiliki atribut-atribut permainan The Hunger Games. Layaknya seorang idola, apa yang akan tributes lakukan saat kompetisipun diikuti oleh anak-anak yang tinggal di Capitol. Pada scene ini digambarkan Haymitch sedang memperhatikan seorang anak yang bermain pedang-pedangan dan memperagakan adegan pembunuhan (lihat gambar 4.34). Haymich sedih sekaligus marah melihat realitas itu. Hal diatas membuktikan bagaimana anak-anak dapat dengan mudah mencontoh prilaku orang dewasa atau idola mereka. Sehingga tak heran bahwa anak-anak menjadi sasaran empuk kapitalisme, keluguan mereka di eksloitasi dan dijadikan alat untuk mendapatkan keuntungan sebasar-besarnya. Dalam ajang ini banyak ditayangkan adegan kekerasan yang dijadikan hiburan oleh penduduk Capitol. Pemunculan berita yang berhubungan dengan kriminal atau kekerasan memang tidak melanggar selama menjadi bagian tugas media massa untuk menyampaikan informasi pada khalayak. Tetapi yang ditakutkan adalah ketika berita kriminal dan kekerasan dieksploitasi secara terus menerus atau menampilkannya tanpa sensor karena bersaing dengan media lain untuk menarik perhatian khalayak agar mendapatkan rating tinggi. Pengejaran oplah atau rating dengan menutup mata pada dampak negatif yang diderita oleh publik disebut oleh Yasraf Piliang sebagai kekerasan simbolik

Scene 14 menampilkan reaksi dari Presiden Snow menanggapi saat Katniss menembakan panahnya diantara pihak sponsor dalam scene 13.

100

Gambar 4.51

PS : She shot an arrow at your head.

S : Well, it was an apple.

PS : Near your head. Why do you think we have a winner?

S : what do you mean?

PS : I Mean, why do we have a winner? I mean, if we just want to intimidate the districs why don‟t we just round up 24. And execute them all at once? Would be a lot faster. Hope.

S : Hope?

PS : Hope is the only things stronger than fear. A little hope is effective, a lot of hope is dangerous. A spark is fine, as long as it is contained.

S : So?

PS : So, contain it!

Kenekatan Katniss mengarahkan panah diantara pihak sponsor dan pemilik modal mengundang reaksi dari President Snow. Disatu sisi dinilai sebagai sebagai performa yang bagus, namun disisi lainnya dinilai sebagai bentuk pelanggaran aturan dan tindakan yang dapat mengancam kuasa Capitol. Apa yang telah dilakukan Katniss menandai adanya tindakan revolusioner dari khalayak yang telah diramalkan oleh Marxist. Khalayak yang dianggap sebagai proletariat akan memperlihatkan kekuatan revolusionernya memperjuangkan kelasnya.

101

Selain membawa muatan feminis seperti yang telah dipaparkan dalam The New York Times pada tulisan „A Radical Female Hero From Dystopia‘, tokoh Katniss juga dianggap sebagai tokoh revolusioner, pemimpin, aktivis, khalayak aktif, yang kehadirannya dapat membawa perubahan, sehingga jika tidak dikontrol dapat mengancam kekuasaan dari Capitol. Dalam komunikasi massa, peran Katniss dikenal sebagai Opinion Leader. Teori mengenai opinion leader telah diperkenalkan oleh Paul Lazarsfeld dan Elihu Katz. Istilah opinion leader populer dalam literatur komunikasi tahun 1950-1960an, sebelumnya beberapa buku menggunakannya dengan sebutan influentials, influencers, atau tastemaker untuk menunjukan peran serupa. Kapasitas sebagai opinion leader dapat mempengaruhi secara informal sikap atau prilaku nyata dari individu-individu lain melalui cara- cara yang diinginkan serta dengan frekuensi yang relatif sensitif (Wiryanto, 2000, pp. 65-66). ―I mean, if we just want to intimidate the districs why don‘t we just round up 24. And execute them all at once? Would be a lot faster. ..Hope. Hope is the only things stronger than fear. A little hope is effective, a lot of hope is dangerous. It‘s satisfying, as long as is contained‖. Dari kalimat tersebut terdapat kata „contained‘ yang memiliki arti menjinakan atau menahan, menandakan bahwa terdapat tindakan yang tidak terkendali atau liar sehingga ada sikap yang harus dijinakan atau ditahan Capitol memerintahkan untuk membatasi bentuk perlawanan yang dilakukan Katniss dengan memberikan „harapan‟, dengan maksud apa yang diterima Katniss mempengaruhi opini penduduk distrik lainnya. „Harapan‟ dieksploitasi untuk meredam pemberontakan dan mengkaburkan kesadaran seseorang akan sebuah realitas. Kata „harapan‟ sendiri memiliki makna keinginan

102

supaya menjadi kenyataan atau sesuatu yang dapat diharapkan. Walaupun harapan itu kecil tapi sangat penting, seolah-olah mereka memiliki kesempatan untuk keluar dari keadaan tertindas. Jadi yang dilakukan Capitol terutama President Snow untuk terus mempertahankan kekuasaannya adalah menarik ulur harapan masyarakat seperti yang terlihat pada kalimat berikut ini: “A little hope is effective, a lot of hope is dangerous‖, yang berarti „sedikit harapan itu efektif, banyak harapan itu berbahaya‟. Menurut Foucault pengertian tradisional, kekuasaan bersifat monolitis hirarkis dan dapat dilihat dengan jelas. Kekuasaan dapat berwujud undang-undang yang dituliskan. Namun saat ini, praktik kekuasaan sudah berkembang dalam metode-metode baru. Metode baru kekuasaan tidak dijamin oleh hak, tetapi oleh teknik. Kekuasaan tidak dijamin oleh undang-undang, tetapi melalui proses normalisasi. Kekuasaan tidak ditegakkan oleh hukuman tetapi oleh sistem kontrol.37

Usaha pemerintah dalam meredam perlawanan juga terlihat dalam scene 25 dan 26. Apa yang terjadi di arena The Hunger Games dan di distrik-distrik dapat menjadi ancaman bagi pihak Capitol. Scene 25 menampilkan bahwa media dan Capitol mulai was-was dengan tindakan yang dilakukan penduduk distrik 11. Pekerja Media mulai memikirkan strategi lain untuk meredam aksi penduduk distrik.

Gambar 4.76

37 Jurnal ASPIKOM berjudul “Post Media Literacy : Menyaksikan Kuasa Media Bersama Michel Foucault” oleh Iswandi Syahputra, hal.6.

103

HA: Don‟t kill her. You just create a martyr

SC : It seems we‟ve already got one.

HA : I heard that rumors out on district eleven. This could get away from you.

SC : What do you want?

HA: There a lot of anger out there. I know you know how to handle the mob you‟ve done before. If you can scare them, give them something to root for.

SC : Such as..

HA: Young love…

Scene 25 berkaitan dengan scene 26 dimana ide Haymitch mengenai eksploitasi ‗Young Love‘ disampaikan kepada President Snow oleh Seneca.

PS: So you like an underdog. (pihak yang lemah/ yang tertindas)

SC : Everyone likes an underdog.

PS : I don‟t. Have you been out there? 10..11..12? (distrik)

SC : Not personally, no.

PS : Well, I have. Lots of underdogs. Lots of coal too, grow crops, minerals, things we need. There are lots of underdogs and I think if you could see them, you would not root for them either. I like you.. Be Careful.

Gambar 4.77

104

Pemberontakan yang dilakukan penduduk distrik membuat pemerintahan di Capitol was-was, khususnya mereka yang menciptakan kompetisi The Hunger Games. Jika melihat jenis kontrol Capitol, akan mudah bagi mereka untuk membunuh langsung para tributes, bahkan tanpa adanya The Hunger Games sekalipun. Namun Haymitch memberikan saran untuk tidak membunuh mereka (lihat gambar 4.76), mengingat apa yang mereka lalukan selama ini adalah menciptakan seorang martir (martyr: orang yang rela berkorban sampai mati). Untuk membuat suasana tenang kembali, Haymitch memberikan ide untuk memanfaatkan rumor yang ada dari distrik 12, yaitu „Young Love‘ atau percintaan antara Katniss dan Peeta. ―If you can‘t scare them, give them something to root for‖, kalimat tersebut terdapat unsur idiom ‗root for‘, dalam www.freedictionary.com ‗root for‘ memiliki arti ‗show strong sympathy for‘ atau ‗to cheer and encourage someone or something‘. Jadi secara keseluruhan kalimat tersebut memiliki arti „Jika kamu tidak bisa menakut-nakuti mereka, berikan sesuatu untuk menarik simpati mereka serta dapat mendorong semangat dan harapannya kembali”. Tujuan Haymitch, selain ingin menyelamatkan Katniss dari kematian, hal ini yang membuat tributes tidak kehilangan harapan untuk memenangkan The Hunger Games, juga memberikan tontonan reality show penuh drama yang menarik bagi penonton. Scene ini meperlihatkan lagi bentuk eksploitasi „harapan‟ dan eksploitasi percintaan. Strategi kapitalis untuk mengeksploitasi „harapan‟ dan drama percintaan tidak hanya menjadi cara untuk mengambil hati para penonton, tapi juga sebagai isu pengalihan pada masalah yang sebenarnya, yaitu konsep The Hunger Games dan pemberontakan yang sedang terjadi. Hal tersebut erat kaitannya dengan strategi media untuk mengalihkan masyarakat pada permasalahan yang terjadi dengan cara memunculkan isu-isu yang lebih menarik, sehingga tanpa disadari permasalahan yang utama menjadi pudar dan dengan sendirinya menghilang. Denis Mc.Quail (1987), menilai bahwa media massa sering kali dipandang sebagai alat kekuasaan yang efektif karena kemampuan untuk melakukan salah satu atau lebih dari beberapa hal berikut :

105

Menarik dan mengarahkan perhatian; Membujuk pendapat dan anggapan; Mempengaruhi sikap (misal: voting atau buying); Memberikan status atau legitimasi; Mendefinisikan dan membentuk persepsi realitas (Hasrullah, 2001, p. 39). Dari beberapa poin yang dipaparkan Denis McQuail diatas, pengalihan isu terkait dengan upaya menarik dan mengarahkan perhatian merupakan bagian dari media yang sering dimanfaatkan oleh berbagai kalangan yang memiliki kepentingan berbeda-beda. Sehingga mendorong para petinggi elit di negara ini untuk menjalin hubungan dengan pemilik media. Hal ini juga direlasikan dengan media yang berhubungan dengan pemerintahan, sehingga media juga dijadikan alat oleh pemerintah. Dalam hal ini adalah sebagai alat Capitol untuk memperlebar kekuasaannya, seperti yang terlihat dalam scene 26 mempresentasikan bagaimana strategi President Snow untuk melanggengkan kekuasaannya. Istilah yang digunakan President Snow untuk menggambarkan penduduk distrik adalah „underdog‘, yaitu pihak yang lemah atau tertindas. Sebagai pihak media, Seneca menyatakan bahwa banyak orang yang menyukai „underdog‘ karena keadaan mereka yang serba kekurangan dapat mengambil hati atau simpati khalayak. Namun, hal tersebut dibantah oleh President Snow bahwa sebaiknya tidak usah terlalu berbaik hati pada tributes dan penduduk distrik. Hal ini menunjukan sifat berkuasa President Snow yang egois serta tidak memberikan celah bagi penduduk distrik untuk lepas dari kontrol Capitol, bahkan yang terjadi adalah mengeksploitasi mereka. Media-pun lebih berpihak pada Capitol ketimbang pada masyarakat, terbukti dengan diselenggarakannya The Hunger Games sebagai peringatan pemberontakan yang dilakukan penduduk distrik pada Capitol di masa lalu. Terkait dengan strategi melanggengkan kekuasaan, di Indonesia pernah terjadi masa dimana kebebasan pers dikekang, yaitu pada masa pemerintahan Soeharto (Orde Baru). Pers tidak diperbolehkan memberitakan mengenai berita miring mengenai pemerintahan. Pemberitaan dan kritik mengenai pemerintahan bisa menjadi suatu ancaman bagi pers juga penulisnya. Tidak hanya itu, stasiun

106

televisi TVRI pun dikuasai pemerintah untuk mendukung kekuasaannya. Di ranah media cetak, pemerintah dengan berbagai peraturannya membredel media yang berseberangan dengan pemerintah. Juga poster, atau pamflet, bahkan grafiti yang bernada mengancam pemerintah pun akan segera ditindak.38 Sehingga fungsi pers menurut Assegaff (1983) yang diharapkan dapat memberikan informasi, menghibur, mendidik, serta sebagai kontrol sosial tidak dirasakan pada zaman pemerintahan Soeharto.

Jika pada scene yang sebelumnya membahas mengenai sponsoring dan staregi Capitol meredam pemberontakan, scene berikut ini juga merupakan bagian dari kedua hal tersebut, namun yang penulis ingin sampaikan lebih pada „mengeksploitasi tema percintaan‟. Drama percintaan bukan hanya ditampilkan dalam film romantic, namun film ber-genre action, bahkan horror juga turut menyelipkan tema ini untuk karena dianggap sebagai isu yang digemari pasar. Penulis secara sengaja memadukan scene 16 dengan scene 27, karena kedua scene ini saling berhubungan dan juga masih berkaitan dengan scene 25 dan scene 26. Scene 16

Gambar 4.78 Gambar 4.79

KE : what the hell was that? You don‟t talk to me and then you say you have a crush on me? You say you wanna train alone, is that how you wanna play? It‟s start right now!

38 Terkekangnya Media Pers Saat Era Orde Baru : http://politik.kompasiana.com/2013/03/19/terkekangnya-media-pers-saat-era-orde-baru-543587.html diakses pada 19/10/13 pukul 9.21

107

HA: he did you a favor.

KE: He made me look weak.

HA: he made you look desirable, which in you case, can‟t hurt, sweetheart. Now I can sell the star cross lovers from district twelve.

KE : we‟re not star cross lovers

HA: it‟s a television show. And being in love with that boy might get you sponsors, which could save your damn life.

Scene 27

(Katniss mencium Peeta)

Gambar 4.80

Dan tibalah sebuah kiriman dari Capitol (sponsor), sebuah kotak. Didalam kotak itu terdapat sup dan sepucuk surat. Surat tersebut bertuliskan.

“You call that a kiss?? H”

Gambar 4.81

108

Kedua scene diatas memrepresentasikan sebuah eksploitasi drama kehidupan, yaitu percintaan. Dalam scene 16, setelah Peeta mengungkapkan kepada khalayak melalui Variety Show bahwa ia menyimpan perasaannya ke Katniss, Haymitch melihat bahwa ini bisa menjadi modal yang bagus untuk keselamatan mereka, ―Now I can sell the star cross lovers from district twelve‖, kata „sell‘ memiliki makna menjual atau dijual, dalam KBBI „menjual‟ berarti memberikan sesuatu kepada orang lain untuk memperoleh uang bayaran. Dalam konteks ini, penulis menilai terdapat tindakan eksploitasi dengan „menjual drama percintaan‟. Asumsi tersebut diperkuat dengan perkataan Haymitch “It‘s a television show. And being in love with that boy might get you sponsors, which could save your damn life", dalam program televisi dituntut untuk memberikan acara yang menarik agar ditonton oleh khalayak, salah satunya dengan mengeksploitasi isu kisah cinta mereka. Hal tersebut juga memungkinkan sponsor untuk mendukung mereka dalam bentuk materi maupun imateri. Sedangkan dalam scene 27 merupakan eksekusi dari isu dan strategi mengenai konsep percintaan yang telah direncanakan oleh pihak media yang telah dibahas pada scene 25 dan 26. Disaat tributes mulai kehilangan harapan, media merubah peraturan permainan secara tiba-tiba. Peraturan tersebut berbunyi,― The regulations requiring a single victor have been suspended. From now on, two victors may be crowned, if both originate from the same district‖ yang berarti ‗peraturan yang mengharuskan pemenang tunggal telah di cabut, mulai sekarang kompetisi akan dijuarai oleh 2 pemenang jika berasal dari distrik yang sama‘. Hal tersebut memunculkan harapan bagi para tributes untuk memenangkan The Hunger Games bersama parter-nya, terkhusus bagi Katniss. Ia langsung berkeliling mencari Peeta. Katniss menemukan Peeta dengan luka di kakinya yang cukup parah akibat terkena pisau. Mengetahui kesakitan yang dialami Peeta, Katniss merasa harus berbuat sesuatu. Lalu, Katniss menemukan cara untuk mendapatkan obat dan makanan untuk membuat mereka dapat bertahan hidup, yaitu dengan memberikan Peeta ciuman (lihat gambar 4.80). Tidak lama kemudian bantuan dari

109

sponsor berupa sup datang menyelamatkan mereka dari kelaparan (lihat gambar 4.81). Kemesraan Katniss dan Peeta dijadikan tontonan dan terlihat bahwa penonton dan sponsor menyukai drama percintaan dua remaja tersebut. Tidak hanya dalam reality show, tapi juga film, lagu, buku, lukisan dan karya seni lainnya seringkali mengeksploitasi percintaan. Cinta sudah menjadi industri sekarang ini dan tak dapat dipungkiri bahwa cinta menjadi ladang komersil yang sangat menggiurkan bagi para kaum kapitalis.39 Katniss dan Peeta dituntut untuk memberikan acara yang menarik, seperti yang dikatakan Haymitch bahwa ini adalah television show, dan tugas mereka adalah berperan menjadi sepasang kekasih. Mereka adalah aktor dan aktris yang akan bermain sebagus mungkin agar mereka mampu bertahan mendapatkan posisi di hati khalayak, juga sebagai upaya bertahan hidup. Secara tidak langsung hal yang dilakukan oleh aktor pada film tersebut bisa juga menjadi cara untuk menghegemoni sekelompok orang dengan menanamkan isu-isu tentang suatu hal sehingga sang aktor mendapat dukungan dari khalayak maupun pihak sponsor. Seperti halnya pada iklan komersil dimana latar belakang seorang endorser secara tidak langsung akan menanamkan citra positif pada sebuah brand yang berujung untuk mempengaruhi konsumen dalam membuat keputusan pembelian bahkan menciptakan loyalitas terhadap suatu produk. Dalam The Hunger Games, penonton atau khalayak merupakan dorongan untuk tributes berjuang dalam permainan. Pada reality show, penonton bisa secara aktif memilih siapa kontestan favorit mereka, dan bukan hal yang tidak mungkin bahwa dukungan yang besar dari penonton dapat merubah jalannya permainan. The audience are the life-force for the children fighting in the games – much like ―reality‖ TV today (and reminiscent of Big Brother) – the audience can actively vote for who their favourites are, place bets and alter the course of the games. The other interventionists are the sponsors

39 (Masih) Tentang Cinta : http://www.eramuslim.com/oase-iman/dinar-zul-akbar-masih-tentang- cinta.htm#.UmM5onBSi9s diakses pada 20/10/13 pukul 9.08

110

(what I interpreted as modern-day endorsers), who can literally ―drop‖ supplies to their favourite contestants.40

Tidak jarang media mengambil cerita yang ada di kehidupan sehari-hari untuk dikemas dan ditayangkan ke televisi. Tentu saja ini sudah difilter terlebih dahulu, baik dikurangi atau ditambah-tambahkan agar kesan dramanya menjadi semakin kuat. Banyak reality show di Indonesia dengan mengusung tema percintaan, dipelopori dengan tayangnya reality show „Katakan Cinta‟ pada 19 Januari 2003 di RCTI setiap hari Minggu pukul 16.30 WIB. Menurut data rating AC Nielsen yang kini telah berganti nama menjadi AGB Nielsen, „Katakan Cinta‟ adalah program reality show dengan shared audience mencapai 25% dari seluruh pemirsa televisi yang menyaksikan seluruh acara televisi pada jam siarnya. Selain itu, „Katakan Cinta‟ terpilih sebagai reality show terfavorit dalam ajang Panasonic Awards 2003, dan nominator reality show terfavorit Panasonic Awards 2004. Kesuksesan RCTI menyiarkan „Katakan Cinta‟ menggugah stasiun televisi lain untuk membuat acara reality show serupa sebagai pesaing. Reality show dengan tema percintaan menjadi semakin booming, seperti SCTV dengan Playboy Kabel, Kontak Jodoh, dan Harap-harap Cemas (H2C), Pacar Usil, Cinta Lama Bersemi Kembali (CLBK), Cinta Lokasi, Masihkah Kau Mencintaiku, dan masih banyak lainnya.41 Data diatas membuktikan bahwa program televisi dengan mengusut tema percintaan cukup digemari penonton, dan dalam prinsip kapitalis apa yang digemari penonton akan mendatangkan sponsor yang berbuah pada keuntungan.

40 The Hunger Games (2012) http://filmphilosophy.wordpress.com/2012/05/02/the-hunger-games-2012/ diakses pada 20/20/13 pukul 10.00

41 Jurnal dari Universitas Sumatra Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25229/5/Chapter%20I.pdf diakses pada 20/10/13 pukul 9.27

111

Kuasa Capitol yang sangat besar mengganggu pikiran Peeta dan Katniss. Scene 17 memperlihatkan perasaan Peeta dan Katniss sehari sebelum mereka di kirim ke arena The Hunger Games. Sesekali mereka memperhatikan hiruk pikuk keadaan di Capitol menyambut datangnya hari esok yang mendebarkan.

Gambar 4.52 Gambar 4.53 KE: Listen to them

PM : yeah: I just don‟t want they change me.

KE : How would they change you?

PM : I don‟t know. Turning me into something I‟m not. I just don‟t wanna be another piece in their game, you know?

KE : You mean you won‟t kill anyone?

PM : No, I mean, I‟m sure I would. Just like anybody else when the time came, but.. yeah, I just keep thinking a way to show them that they don‟t own me. You know, If I‟m gonna die, I want still be me. Does that makes any sense?

KE : Yeah, I just can‟t afford to think like that. I have my sister.

Scene ini merepresentasikan bentuk alienasi yang dirasakan oleh Peeta dan Katniss. Peeta menyadari bahwa ia ada di dalam permainan Capitol, ia mengalami alienasi dengan apa yang sedang ia hadapi. Peeta berharap untuk tetap menjadi dirinya ditengah banyaknya tekanan dari pihak kapitalis, “I just don‘t want they change me‖ dan ―Turning me into something I‘m not. I just don‘t wanna be another piece in their game‖. Penguasaan penuh akan dirinya sendiri juga

112 ditampilkan ketika ia mengatakan ―I just keep thinking a way to show them that they don‘t own me. You know, If I‘m gonna die, I want still be me‖. Ia pun ingin membuat penduduk Capitol mengetahui bahwa penduduk capitol bukan pemilik atas dirinya. Teori Alienasi Marx didasarkan pada pengamatannya bahwa di dalam produksi industri yang muncul di bawah kapitalisme, para buruh kehilangan kontrol atas hidup dan pekerjaan mereka. Menurut Ritzer ada beberapa bentuk keterasingan, dalam scene ini penulis melihat bahwa selain teralienasi dengan dirinya sendiri, tributes juga merasa teralienasi dari aktivitas produktif mereka dan potensi kemanusiaan mereka sendiri. Pekerja dikontrol secara ketat hubungannya dengan manusia lain dan alam sehingga potensi diri mereka terpuruk. Mereka hanya dicetak untuk menjadi mesin produksi yang hanya menguntungkan kapitalis tanpa memikirkan bagaimana jiwa dan kualitas pekerja sebagai seorang manusia (Ritzer & Gooodman, 2009, p. 54). Melalui kompetisi The Hunger Games, pihak penguasa bertujuan untuk memisahkan para tributes dengan diri mereka sendiri. Caranya dengan memaksa mereka untuk melakukan sesuatu yang mereka tidak ingin lakukan, namun mereka tidak mempunyai pilihan lain karena itu satu-satunya acara agar tributes dapat bertahan hidup. Dalam scene ini juga terlihat bahwa tributes mulai menyadari akan realitas yang terjadi sebenarnya bahwa selama ini mereka hanya bekerja menjadi budak untuk menghibur golongan penguasa dan memperbesar keuntungannya melalui tayangan kekerasan yang dinilai sebagai hiburan. Mereka mulai menampilkan perilaku masyarakat aktif, walaupun sulit kemungkinannya untuk bisa mengubah keadaan tapi setidaknya mereka tidak ingin mengubah diri mereka sendiri, mereka tidak ingin diperbudak begitu saja dan melupakan nilai dan norma dalam diri mereka.

Kekuasaan Capitol dan media juga tercermin dalam proses mengawasi menggunakan kamera pengawas disetiap sudut arena The Hunger Games, seperti yang terlihat dalam scene Scene 19. Katniss berhasil melarikan diri dan berlindung

113

diatas pohon. Hari pertama telah diumumkan tributes yang tewas sebanyak 13 tributes. Peserta yang tewas diumumkan melalui teknologi seperti LCD diiringi dengan musik penghormatan atas keberanian mereka.

Gambar 4.58 Gambar 4.59

Sedangkan dalam scene 20 memperlihatkan orang-orang Capitol yang sedang mengendalikan jalannya kompetisi The Hunger Games menggunakan teknologi mutakhir. Alat yang digunakan dapat menciptakan semburan api dari jarak jauh dan efek-efek lainnya untuk membuat acara lebih menarik ketika ditonton.

Gambar 4.60 Gambar 4.61

Scene 19 dan 20 merepresentasikan sebuah konsep reality show. Saat The Hunger Games telah dimulai, kamera-kamera pengawas berada disekeliling tributes, untuk memantau apa yang mereka lakukan. Sesekali sang sutradara, Ross, memotong ke adegan host The Hunger Games yang menyampaikan informasi sejauh mana permainan telah berjalan. Akan sulit bagi mereka untuk sembunyi dari pengawasan. Hal ini membuktikan bahwa The Hunger Games merupakan program realitas modern televisi.42 Dalam program televisi yang menampilkan realitas

42 The Hunger Games Study Guide http://lessonbucket.com/study-guides/the-hunger-games/the-hunger- games-study-guide/ diakses pada 17/10/2013 pukul 8.46

114 dinilai bahwa tidak ada lagi batasan antara publik dan privat dari seseorang. Media sebagai tangan kanan kapitalisme tentunya melihat hal tersebut sebagai uang, dalam konteks The Hunger Games adalah kegiatan yang dilakukan saat tributes bertarung dan bertahan hidup. Sehingga hal-hal yang privat tersebut dikomodifikasikan ke dalam tayangan yang berbentuk reality show (Junaedi, 2005, p. 77). Pada scene 20 terlihat para pekerja memberikan tantangan untuk para tributes, yakni dengan memberikan efek kebakaran hutan melalui teknologi yang dapat di-setting dan sangat terlihat real. Scene ini memperlihatkan bahwa tributes dikontrol sepenuhnya oleh media dan Capitol (lihat gambar 4.60). Tributes tidak diberikan kesempatan untuk merasakan ketenangan, ketika kondisi sudah terlihat aman tiba-tiba pekerja media memberikan tantangan-tantangan yang menyulitkan mereka dan suasana menjadi tegang kembali. Hal bertujuan untuk membuat acara lebih menarik dan tidak kehilangan „greget‟nya. Fakta menarik mengenai reality show adalah sebuah tayangan yang sebelumnya telah diskenario, beberapa adegan konflik telah direkayasa, termasuk lokasi dan karakter. Pekerja media banyak mengekspos kekurangan, aib atau penderitaan seseorang yang bersifat privasi sebagai tontonan yang menarik untuk disimak (Addin & Tim, 2011, pp. 121-122). Hal ini syarat dengan adanya konsep reality show yang didalamnya banyak unsur mengeksploitasi drama sehingga acara tersebut digemari. Dalam scene ini The Hunger games ingin menyampaikan sebuah kritik mengenai program reality show yang banyak mengekspos kehidupan seseorang, terkhusus kekurangan, aib dan penderitaan yang sifatnya privasi. Tributes diibaratkan sebagai artis yang terlibat dalam sebuah reality show. Sementara bagi Capitol dan media, ini merupakan program hiburan yang disukai penduduk Capitol serta mampu menaikan rating dan mendatangkan profit. Teknologi yang digunakan erat kaitannya dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Dalam menjelaskan scene 20, penulis memasukan sebuah istilah yang diperkenalkan oleh Foucault dalam buku Power/ Knowledge yang diedit oleh Gordon (1980, p. 133), yaitu Panopticism. Panopticism yaitu „menara pengawas

115

yang seolah-olah secara kontinu memonitor segala gerakan orang. Istilah ini digunakan untuk mendisiplinkan tubuh para narapidana di penjara. Dalam konteks perkembangan media massa, panopticism dapat berupa kontrol wacana oleh penguasa melalui media untuk mengukuhkan kebenaran atau kelanggengan suatu kekuasaan bahkan suatu „kebenaran‟.43 Kedua penjelasan diatas mengenai panopticism dapat di digunakan dalam menganalisis film The Hunger Games karena dalam film ini menampilkan reality show dimana tributes terkurung dalam hutan buatan dan keadaan mereka dikontrol oleh penguasa, Capitol, melalui media untuk berkompetisi hingga keluarlah pemenangnya. Disini kekuasaan tidak lagi sesederhana gagasan hegemoni dan dominasi Gramsci, sebab kekuasaan beroperasi melalui konstruksi berbagai pengetahuan dalam wacana tertentu.44 Dalam scene ini, wacana yang coba disampaikan oleh Capitol adalah bahwa bertarung dalam The Hunger Games hingga mati merupakan kehormatan bagi penduduk distrik.

Scene 21 menampilkan sekelompok tributes yang mengejar Katniss di arena The Hunger Games. Perolehan nilai Katniss yang cukup tinggi dari para sponsor menjadikan alasan mengapa mereka mengejar Katniss. Katniss dianggap sebagai lawan yang cukup berat.

Gambar 4.62 Gambar 4.63 Gambar 4.64

Scene 21 berkaitan erat dengan scene 11, dimana menggambarkan kelebihan tributes yang berasal dari distrik 1 dan distrik 2.

HA: Busy cereer, you know what that is?

43 Jurnal ASPIKOM berjudul “Post Media Literacy : Menyaksikan Kuasa Media Bersama Michel Foucault” oleh Iswandi Syahputra, hal.10 44 Ibid, hal 11.

116

KE: District one.

HA: And two. They train in a special academy until they‟re 18. And they volunteer, by that point, they‟re pretty lethal. (mematikan)

ET : But they don‟t receive any special treatment. In fact, they receive the same apartment as you do.

PM : So how good are they?

HA: Obviously they‟re pretty good. They win almost every year, but..

ET : Almost.

HA : They can be very arrogant and arrogance can be a big problem.

Scene 21 merepresentasikan bagaimana anak-anak dan remaja dengan leluasa melakukan bentuk kekerasan pada temannya seperti yang terlihat dalam gambar 4.63 dan 4.64, hal ini dikarenakan tributes dari distrik 1 dan distrik 2 sudah terbiasa dengan adegan kekerasan karena telah didapatkan sejak kecil. Praktek- praktek kekerasan dan ungkapan kata-kata kasar yang tidak senonoh banyak terlihat pada acara-acara yang bertajuk komedi atau reality show, pihak media seringkali mengeksploitasi kekerasan agar acara tersebut terlihat lebih seru dan terdapat unsur drama di dalamnya. Ketika dikonsumsi oleh massa khususnya anak- anak, bukan mustahil perlahan-lahan mereka akan mencontoh adegan kekerasan itu di kehidupan sehati-hari. Dalam film ini, terdapat istilah „busy career‘ kepada tributes yang sejak awal telah mempersiapkan diri untuk mengikuti kompetisi ini, kata tersebut yang memiliki pengertian „karir yang sibuk‟ atau kesibukan pada karir bisa membuat seseorang lebih perpengalaman dalam bidangnya sehingga membuat mereka menjadi lebih tangguh dibandingkan dengan kompetitornya. Kata diatas diperkuat dengan kalimat „They train in a special academy until they‘re 18‘, dalam KBBI, ‗academy‘ memiliki arti lembaga pendidikan tinggi, yang mendidik tenaga

117 professional. Akses yang lebih dekat dengan Capitol memungkinkan mereka memperoleh pengajaran khusus untuk bertarung. Pengalaman yang mereka peroleh sejak kecil membuat mereka menjadi lawan yang kuat, seperti yang terpampang dalam they‘re pretty lethal‖ dan ―They win almost every year‖. Kata „lethal‘ memiliki arti mematikan, oleh karenanya tributes dari distrik 1 dan 2 cukup menjadi ancaman bagi tributes lain yang masih awam dan tidak dibekali pelatihan karena distriknya lebih terpencil. Contoh di kehidupan nyata seperti bimbingan belajar berupa kursus mata pelajaran mempersiapkan anak-anak lulus ujian bahkan mempersiapkan mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Perbedaan dari apa yang terjadi pada The Hunger Games dan kehidupan nyata adalah bentuk kekerasan dan bentuk pengajaran. Namun, keduanya juga memiliki persamaan bahwa institusi-institusi yang berada di masyarakat, seperti pendidikan, agama dan lainnya telah banyak yang dikuasai oleh kapitalis atau kelas atas. Tingginya biaya pendidikan serta munculnya bimbel-bimbel dengan motif mencari keuntungan menandakan bahwa institusi pendidikan telah dikuasai kapitalis. Dalam Lampost, 2 Mei 2010, Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) Bandar Lampung, Ikatan Pelajar Muhammadiayah (IPM) dan Pelajar Islam Indonesia (PII) Lampung melakukan unjuk rasa untuk memperingati hari Pendidikan Nasional 2 Mei. Koordinator lapangan Rika Andi Wijaya dari SMI mengatakan bahwa kapitalisasi dan komersialisasi pendidikan di Indonesia telah menyandera warga yang kurang mampu. Sebagai bentuk kekuasaan yang tidak setengah-setengah, kapitalis telah masuk dengan institusi-institusi, mengeksploitasi kekerasan, ketakutan, kegembiraan dan hal lainnya untuk mendapatkan keuntungan. Dalam film tersebut ditampilkan tributes yang lemah semakin tertindas karena tributes yang kuat membuat jarak dengan tributes yang lemah. Sedangkan tributes yang tidak menyadari ketertindasannya membedakan kelas mereka dari yang tertindas dan beralih pada mereka yang berkuasa. Oleh karenanya, kesenjangan pun terjadi antara sesama tributes. Sama halnya dengan pendidikan, kapitalis membuat mereka yang kurang mampu kurang bahkan tidak mendapatkan akses untuk memperoleh

118 pendidikan karena tingginya biaya. Sehingga sesama murid pun tercipta kesenjangan, mereka yang memiliki kondisi ekonomi yang tinggi memiliki akses mudah untuk mendapatkan pendidikan yang baik, hal sebaliknya terjadi pada mereka yang kurang mampu.

Penulis menggabungkan antara scene 22 dengan 28 karena memiliki tema yang sama, yaitu mengenai eksploitasi drama kehidupan. Scene 22 menampilkan keadaan Katniss yang sedang dalam bahaya, selain terperangkap oleh tributes dari distrik 1 dan 2, ia juga menderita karena luka bakar di pahanya.

Gambar 4.65 Gambar 4.66

Gambar 4.67 Gambar 4.68

Eksploitasi drama kehidupan dan perjuangan hidup seseorang juga terjadi di scene 28. Capitol memberikan pengumuman bahwa akan ada bantuan untuk setiap orang yang membutuhkan, dan tributes harus mengambilnya di Cornucopia. Saat Katniss mencoba mengambil obat Peeta di Cornucopia, ia terluka terkena goresan pisau akibat salah seorang tribute nyaris membunuhnya. Namun Katniss selamat.

119

Gambar 4.69

Kedua scene diatas merepresentasikan sebuah kekerasan, penderitaan dan perjuangan hidup yang dialami Katniss (lihat gambar 4.65), adegan tersebut diikuti dengan backsound biola yang identik dengan kesedihan dan memiliki maksud ingin membangkitkan rasa simpati penonton yang melihat adegan tersebut. Lalu sang sutradara memotong adegan tersebut dengan tatapan simpati Haymitch di Capitol. Prihatin melihat keadaan Katniss, Haymitch-pun mencarikan sponsor untuknya (lihat gambar 4.67), kepiawaian Haymitch dalam meyakinkan pihak sponsor berbuah manis. Katniss memperoleh bantuan dari sponsor berupa salep penghilang rasa sakit (lihat gambar 4.68), setelah dioleskan, perlahan rasa sakit itu pergi. Efeknya sangat cepat. Katniss pun dapat sedikit bernafas lega. Sedangkan pada scene 28 terlihat sebuah drama kekerasan, dimana Clove sedang mencoba membunuh Katniss, menghilangkan pesaingnya dari arena The Hunger Games. Penderitaan seseorang seperti rasa sakit atau kemiskinan merupakan hal yang dapat menggugah hati, dan simpati dari seseorang. Di Indonesia terdapat sebuah reality show yang dinilai mengeksploitasi kemiskinan, yaitu reality show Bedah Rumah.45 Ternyata, tayangan tersebut terdapat kontroversi antara perilaku prososial dan eksploitasi kemiskinan. Daya tarik televisi mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada penonton dan memberikan imbas media yang luar biasa bagi masyarakat baik langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada perilaku dan pola pikir masyarakat. Dalam reality show ini tak ketinggalan terdapat

45 "Bedah Rumah" merupakan tayangan reality show yang bertujuan membantu orang dari golongan miskin dengan merombak rumahnya menjadi lebih indah dalam waktu 12 jam saja.

120

upaya untuk menghibur pemirsa sekaligus mendapatkan keuntungan dengan mengeksploitasi kemiskinan dan penderitaan seseorang.46 Penulis memiliki anggapan bahwa kedua scene tersebut memperlihatkan bahwa kapitalis bisa mengeksploitasi dan mengkomodifikasi banyak hal, yang kaitannya dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam kapitalisme global, apapun dapat dijadikan komoditi: mulai dari kepribadian, kebugaran, penampilan; tubuh, wajah kaki; tenaga dalam, jin, ramalan, skandal, gossip, isu; sampai bencana, perang bahkan kematian (Piliang, 2011, p. 119). Penderitaan, perjuangan hidup seseorang dan kemiskinan ditangan kapitalis dapat dijadikan cara untuk memperoleh keuntungan dengan mengeksposnya menjadi sebuah program yang dikonsumsi oleh masyarakat. Tentunya pihak yang mensponsori program ataupun Katniss dalam kompetisi The Hunger Games mengharapkan keuntungan lebih. Sebagai timbal baliknya merupakan tugas pekerja media berserta artis untuk memberikan program yang menarik untuk ditonton dan mendapatkan keuntungan darinya.

Masih berhubungan dengan eksploitasi, dalam scene 23 menayangkan kematian Rue, Katniss mengumpulkan bunga dan menaruhnya disekitar tubuh Rue. Lalu Katniss melihat ke kamera pengawas dan mengirimkan salam tiga jari, serentak salam tiga jari tersebut dibalas oleh penduduk distrik 11, tempat dimana Rue tinggal.

Gambar 4.70 Gambar 4.71 Gambar 4.72

46 Jurnal Universitas Kristen Petra berjudul Representasi perilaku prososial dan eksploitasi kemiskinan dalam tayangan reality show "Bedah Rumah" oleh Monika Budiarto http://repository.petra.ac.id/490/ diakses pada 17/10/2013 pukul 10.38

121

Scene ini merepresentasikan suasana berkabung karena Rue telah meninggal. Katniss menyayikan lagu mengiringi kepergian Rue sambil menangis sedih. Instrumen berupa petikan gitar dan biola mengiringi suasana sedih tersebut. Untuk menunjukan rasa kehilangan sekaligus penghormatan kepada sahabatnya, Katniss mengelilingi jasad Rue dengan bunga dan meninggalkannya di tengah hutan. Sebelum Katniss melanjutkan perjalanannya, ia sengaja menghadap ke arah kamera pengawas dan memberikan salam 3 jari, salam tiga jari ini memiliki makna berterimakasih dan kekaguman, atau selamat tinggal kepada seseorang yang anda cintai.47 Pesan penghormatan sekaligus berkabung ini ditangkap oleh penduduk di distrik, khususnya distrik dimana Rue tinggal dan mereka memberikan balasan pesan 3 jari tersebut. Musik, pengambilan gambar, dan fokus kamera menciptakan suasana berkabung serta simpati akan penderitaan yang mereka alami. Penulis melihat bahwa dalam scene ini terdapat unsur eksploitasi. ―The bad news is the good news‖, bagi media baik atau buruknya sebuah berita merupakan hal yang di patut disiarkan, bahkan sekarang ini berita kematian pun berulang kali ditayangkan karena masyarakat yang haus akan informasi. Tahun 2012 lalu Apple dituduh mengeksploitasi kematian Whitney Houston dengan menaikan harga album Whitney di iTunes. Menurut Digital Spy, harga album Ultimate Collection Whitney Houston yang dirilis pada 2007, tiba-tiba naik sekira USD4,70 menjadi USD12,60. Harga tersebut muncul setelah pelantun 'I Will Always Love You' itu ditemukan tewas di kamar hotel, di Los Angeles pada sabtu sore waktu setempat di usia 48 tahun. Beberapa penggemar musik menuduh Apple mengambil keuntungan dari kematian penyanyi itu.48 Hal ini membuktikan bahwa adanya relasi kekuasaan dalam teks media, kapitalis sangat jeli melihat peluang untuk memperoleh keuntungan dari mengeksploitasi berbagai hal, dari kesenangan hingga kesedihan, bahkan kematian.

47 16 Questions „The Hunger Games‟ Movie doesn‟t Answer, that The Book does. http://www.forbes.com/sites/carolpinchefsky/2012/04/10/16-questions-the-hunger-games-movie-doesnt- answer-that-the-book-does/3/ diakses pada 17/10/13 pukul 16.47 48Apple Dituduh Eksploitasi Kematian Whitney Houston http://techno.okezone.com/read/2012/02/13/94/574820/apple-dituduh-eksploitasi-kematian-whitney- houston diakses pada 17/10/13 pukul 17.17

122

Objek dalam scene ini adalah Katniss dan Rue, keduanya adalah korban dari kekuasaan semena-mena Capitol. Tidak hanya itu, film The Hunger Games ingin menyampaikan kritik mengenai eksploitasi yang mengorbankan kelas buruh dengan menampilkan penduduk distrik memiliki persamaan rasa dengan Katniss dan Rue. Capitol mengatur masyarakatnya menggunakan media. Kontrolnya ditampilkan dalam sebuah program reality show dimana mengeksploitasi kecemasan, kekerasan, kesedihan, ketakutan, percintaan dan lainnya. Selain memperoleh keuntungan, The Hunger Games juga merupakan media untuk penguasa melanggengkan kekuasaannya.

Sedangkan scene 24 merupakan kelanjutan dari scene 23, dimana menampilkan reaksi dari penduduk distrik 11 melihat kematian Rue dan kesedihan yang dialami Katniss.

Gambar 4.73 Gambar 4.74 Gambar 4.75

Scene ini merepresentasikan pemberontakan yang dilakukan oleh penduduk distrik 11 terhadap kekuasaan Capitol. Kepergian Rue tidak hanya menciptakan kesedihan, tapi juga pemberontakan, dimana mereka membakar, membongkar gudang dan memukul para pekerja utusan Capitol seperti yang terlihat di 3 gambar di atas. Hal ini bisa dijadikan salah satu cara agar pendapat mereka di dengar oleh Pemerintah yang dianggap tidak adil terhadap rakyat dan lebih berpihak pada kelas atas. Dalam scene 1, penulis telah sedikit me-review mengenai pemberontakan yang dilakukan oleh penduduk distrik terhadap Capitol. Dalam KBBI, pemberontakan berasal dari kata berontak, terdapat 3 makna yaitu, meronta-ronta

123

hendak melepaskan diri, melawan atau tidak mau menurut perintah, dan melawan pemerintah (kekuasaan) secara serentak. Sedangkan pemberontakan itu sendiri memiliki makna sebagai proses, cara, perbuatan memberontak, dan penentangan terhadap kekuasaan yang sah. Dalam scene ini pemberontakan yang dilakukan merupakan tindakan revolusioner dari khalayak. Sebagai media penyampaian pesan, masyarakat seringkali melakukan sebuah tindakan serupa yang bersifat „mob‘ dan kritik seperti demonstrasi, bahkan yang terbaru bisa dilakukan dengan flashmob atau menggambar grafiti berisi sebuah kritik sosial terhadap pemerintahan. Demonstrasi dalam KBBI memiliki dua makna, pertama, pernyataan protes yang dikemukakan secara massal atau unjuk rasa. Kedua, peragaan yang dilakukan sebuah lembaga atau kelompok, semisal demo masak. Dalam konteks ini demonstrasi merupakan bentuk ekspresi berpendapat. Walaupun dilakukan secara masal, flashmob lebih terkesan menghibur, namun didalamnya terdapat pesan yang ingin disampaikan bahkan seringkali dijadikan media mengiklankan sesuatu yang ujung-ujungnya jatuh ke tangan kapitalis. Sedangkan grafiti merupakan media ekspresi untuk menyatakan diri, menebar pengaruh dan kekuasaan. Banyaknya grafiti dilukiskan oleh kelompok tertentu sebagai penanda luasnya kekuasaan dan pengikut mereka.49 Terjadinya sebuah pemberontakan menandakan bahwa terdapat dua golongan yang berlawanan, yaitu penduduk distrik dan penduduk Capitol yang direlasikan dengan konflik kelas. Penduduk distrik merasa mendapat perlakuan tidak adil pemerintah serta tindakan eksploitasi sehingga mendorong masyarakat bersatu melawan pemerintahan yang tidak adil tersebut. Mereka berharap gerakan tersebut mendapatkan perhatian dari Pemerintah serta memperoleh keadilan.

49 Grafiti, Kapitalisme dan Pemberontakan Kaum Muda http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2013/02/23/grafiti-kapitalismedan-pemberontakan-kaum-muda- 537561.html diakses pada 18/10/2013 pukul 1.29

124

Pandangan Marxist mengenai kaum borjuis dan buruh akan mengantarkan ke sebuah pembahasan kapitalisme. Dalam buku karangannya yang berjudul The Communist Manifesto,50 Marx menuliskan: Sampai sekarang ini, sejarah masyarakat adalah sejarah perjuangan kelas. Orang merdeka dengan budak, bangsawan dengan rakyat jelata, singkatnya antara penindas dan yang ditindas selalu dalam pertentangan dan melakukan pertarungan yang tiada putusnya, terkadang terbuka, terkadang tersembunyi, suatu pertarungan yang setiap waktu bisa berakhir.

Penjelasan diatas mengingatkan akan banyaknya peristiwa unjuk rasa yang dilakukan oleh para buruh yang dilakukan pada Hari Buruh setiap tanggal 1 May (May Day).51 Hal yang melatar belakangi aksi unjuk rasa mereka seperti menentang upah minimum (Bangladesh)52, menuntuk penghapusan kerja kontrak (Indonesia)53, kepastian jaminan sosial, menuntut pemberlakukan 8 jam kerja (Amerika)54 dan lainnya. Ini membuktikan bahwa permasalahan mengenai buruh

50 Salah satu karya Karl Mark yang juga ditulisnya dengan Frederick Engels adalah bukunya yang berjudul ―The Communist Manifesto, New York, International Publisher, 1948. 51 May Day lahir dari berbagai rentetan perjuangan kelas pekerja untuk meraih kendali ekonomi-politis hak-hak industrial. Perkembangan kapitalisme industri di awal abad 19 menandakan perubahan drastis ekonomi-politik, terutama di negara-negara kapitalis di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Pengetatan disiplin dan pengintensifan jam kerja, minimnya upah, dan buruknya kondisi kerja di tingkatan pabrik, melahirkan perlawanan dari kalangan kelas pekerja. Pemogokan pertama kelas pekerja Amerika Serikat terjadi di tahun 1806 oleh pekerja Cordwainers. Pemogokan ini membawa para pengorganisirnya ke meja pengadilan dan juga mengangkat fakta bahwa kelas pekerja di era tersebut bekerja dari 19 sampai 20 jam seharinya. Sejak saat itu, perjuangan untuk menuntut direduksinya jam kerja menjadi agenda bersama kelas pekerja di Amerika Serikat. Di Indonesia sendiri, mulai merayakan Hari Buruh pada 1 Mei 1920. http://news.liputan6.com/read/394778/asal-mula-peringatan-hari-buruh diakses pada 18/10/13 pukul 13.18 52 Unjuk Rasa Buruh Garmen di Bangladesh Memasuki Hari ke-3 http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2013/09/130923_bangladesh_protes.shtml diakses pada 18/10/13 pukul 12.55 53 Demo Buruh Tolak Outsourcing http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/1934/Demo.Buruh.Tolak.Outsourcing diakses pada 18/10/13 pukul 1.01 54 Keringat Buruh Sepanjang Sejarah http://www.carikabar.com/kabar-utama/603-keringat-buruh- sepanjang-sejarah diakses pada 18/10/13 pukul 13.02

125

terjadi di berbagai negara, bahkan Hari Buruh yang dirayakan pada 1 May bisa dikatakan sebagai International Workers‘ Day atau Hari Buruh Internasional. Sebagai film yang mengangkat sebuah kritik sosial, film ini dinilai sebagai film politik yang tidak terlalu jauh dengan kondisi di Amerika serta menampilkan tema-tema politik yang familiar, seperti yang tema yang tertulis dalam sebuah artikel dari huffingtonpost.com berjudul The Politics of The Hunger Games. Salah satunya nya mengenai tema Revolution, yang memiliki arti identik dengan perubahan55. Terkait dengan aksi revolusi, buruh selalu ditampilkan sebagai sekumpulan pekerja yang menuntut hak dan keadilan dari pemerintah.

Scene 30 menceritakan kematian Cato karena diterkam oleh binatang buas. C: Go on, Shoot! And we both go down and you will win. I‟m dead anyway. I always was, right? I didn‟t know that till now. How is that? Is that what they want?”

(Bentak Cato kearah kamera. Ia baru menyadari ketidakadilan The Hunger Games, ketidakadilan ini lebih dari sekedar membunuh satu sama lain).

Gambar 4.82

Scene ini merepresentasikan sebuah kekerasan, namun bukan hanya kekerasan secara fisik saja tapi juga kekerasan struktural. Kekerasan fisik terjadi seperti yang terlihat di dalam gambar 4.82, bahwa Cato, Peeta dan Katniss

55 Dahlan : Kunci Sukses Revolusi adalah Perubahan Birokrasi http://www.merdeka.com/uang/dahlan- kunci-sukses-revolusi-adalah-perubahan-birokrasi.html diakses pada 18/10/13 pukul 14.11

126 bertarung untuk mendapatkan posisi pemenang. Sedangkan kekerasan struktural merupakan bentuk kekerasan yang dilakukan oleh pelaku kekerasan tidak muncul secara langsung dalam teks. Pelaku kekerasan semacam ini bisa diketahui secara implisit dari isi keseluruhan teks. Pelaku kekerasan semacam ini bisa berupa sistem, nilai, norma, maupun produser teks (pengarang) yang memunculkan situasi tidak menyenangkan atau penderitaan tertentu (Sunarto, 2009, pp. 138-139). Sunarto menyebutkan beberapa bentuk kekerasan struktural seperti diskriminasi, marginalisasi, subordinasi, stereotip, viktimisasi, dominasi, domestikasi, obyektifikasi, eksklusi, pornografi, eksploitasi dan lain-lain yang relevan. Indikasi kekerasan struktural dalam film ini adalah bentuk dominasi dan eksploitasi. Dalam film The Hunger Games, model pemerintahan President Snow, sistem, nilai dan norma di Capitol lah pelaku dari kekerasan fisik dan kekerasan struktural. Penulis berasumsi bahwa terjadi kekerasan struktural dalam scene ini, yang secara implisit ditampilkan dalam pernyataan Cato disaat-saat terakhir. Cato baru menyadari bahwa selama ini ia hanya korban dari ketidakadilan Capitol, terlebih ketika ia dikirim ke ajang The Hunger Games. “I‘m dead anyway. I always was, right? I didn‘t know that till now. How is that? Is that what they want?‖, Cato mengatakan bahwa sebetulnya „ia pun sudah mati‟ saat dipilih mengikuti acara ini dan ia baru menyadari bahwa The Hunger Games hanya memanfaatkan mereka sebagai hiburan. Dalam KBBI, kata „dead‘ atau „mati‟ berarti hilang nyawa atau tidak hidup lagi. Dalam konteks ini „mati‟ terjadi saat kebebasan dirampas dan perlahan jati diri hilang digantikan dengan „sebutan-sebutan‟ yang diberikan oleh pihak lain yang memiliki kontrol atas diri orang lain. Secara tidak langsung scene ini menyampaikan pesan penanaman kesadaran palsu dalam bentuk kekuasaan Capitol. Pemenangnya bukan tributes, bukan juga penduduk distrik, namun pemenangnya selalu Capitol, asumsi „konsep kematian‟ ini diperkuat dengan kalimat Cato ―I always was‖ yang mengandung makna „saya selalu (telah)mati‟ atau „kematiannya sudah terjadi (pasti) sejak dulu‟. Salah satu pendekatan yang digunakan oleh kelas penguasa adalah dengan meyakinkan orang bahwa tidak ada

127

kelas-kelas dalam masyarakat atau entah bagaimana kelas adalah insidential yang tidak relevan (Berger, 2000, p. 49). Di Amerika memiliki istilah „tanpa kelas‟, yakni memiliki kecenderungan untuk bersahabat dalam pergaulan sosial sehingga tercipta keakraban, tetapi hal tersebut dinilai Marxis sebagai kamuflase dari hubungan sosial yang ada. „Keakraban‟ inilah yang akan masuk pada kesadaran mereka dan mengelabui pikiran mereka, sehingga pertarungan yang sebenarnya selalu dimenangkan oleh pihak kapitalis. Bagi tributes dari distrik 1 dan distrik 2 sepertinya kekuasaan Capitol berwajah wajah yang manis, sehingga mereka tidak menyadari bahkan senang karena menjadi bagian dari sistem pemerintahan Capitol. Hal ini dibuktikan dengan sebuah istilah ‗Busy Career‘ di distrik mereka, yaitu persiapan dari kecil untuk mengikuti kompetisi tersebut. Untuk menjelaskan hal tersebut, penulis meminjam istilah Foucault tentang kuasa, yakni kuasa bekerja melalui normalisasi dan regulasi56. Melalui normalisasi dan regulasi, kuasa dapat memproduksi realitas dan berbagai ritus kebenaran.57

Scene 31 merupakan finale dari kompetisi The Hunger Games karena dari 24 tributes tersisa Katniss dan Peeta.

Workers : Attention all tributes. There‟s been a slight rule change. The previous revision allowing for two victors from the same district has been revoked. Only one victor may be crowned. Good luck. And may the odds be ever in your favor.

PM: Go ahead. One of us should go home. One of us has to die, they have to have their victor.

56 Regulasi adalah "mengendalikan perilaku manusia atau masyarakat dengan aturan atau pembatasan." Regulasi dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, misalnya: pembatasan hukum diumumkan oleh otoritas pemerintah, regulasi pengaturan diri oleh suatu industri seperti melalui asosiasi perdagangan, Regulasi sosial (misalnya norma), co-regulasi dan pasar. Seseorang dapat, mempertimbangkan regulasi dalam tindakan perilaku misalnya menjatuhkan sanksi (seperti denda). Tindakan hukum administrasi, atau menerapkan regulasi hukum, dapat dikontraskan dengan hukum undang-undang atau kasus. (EKuliahpedia : http://ilerning.com/index.php?option=com_content&view=article&id=2874:regulasi- secara-umum&catid=77:regulasi-ekonomi&Itemid=88 diakses pada 20/10/13 pukul 16.11 57 Jurnal ASPIKOM berjudul “Post Media Literacy : Menyaksikan Kuasa Media Bersama Michel Foucault” oleh Iswandi Syahputra, hal.12.

128

KE: No, they don‟t. Why should they?

(Katniss mengeluarkan buah berry beracunnya)

PM: No!!

KE : Trust me!

Gambar 4.83

Sementara Seneca memperhatikan mereka melalui layar. Begitu pula para penduduk Capitol dan penduduk distrik.

Gambar 4.84 Gambar 4.85

Gambar 4.86 Gambar 4.87

PM : Together?

KE : Together.

129

(Buah berry beracun siap mereka makan bersama)

Gambar 4.88

Tiba –tiba terdengar suara yang mengagetkan mereka.

Worker : Stop!! Stop!! Ladies and gentlemen, may present you the winners of the 74th Annual Hunger Games.

(Mereka saling berpelukan, kemudian datanglah pesawat yang menjemput mereka)

Scene ini merepresentasikan sebuah upaya perlawanan Katniss kepada Pemerintahan Capitol. Diawali dengan perubahan peraturan yang dikeluarkan Capitol. Hal ini ingin mengambarkan kekuasaan Capitol yang semena-mena. Peeta meminta Katniss untuk membunuhnya ―Go ahead. One of us should go home. One of us has to die, they have to have their victor‖, lalu Katniss dengan yakin mengatakan ―No, they don‘t. Why should they?‖. Perkataan Katniss tersebut mengindikasikan sebuah bentuk perlawanan terhadap „they‘ atau Capitol, ‗They don‘t, Why should they?‘ berarti ‗mereka tidak harus memiliki pemenang dengan cara yang mereka inginkan, mengapa mereka harus memilikinya?‘. Perlawanan Katniss tersebut didukung dengan upaya „hampir memakan buah berry beracun‟ atau Nightlock. Tiba-tiba narator menghentikan mereka sesaat sebelum memakan buah berry dan segera mengumumkan bahwa keduanya adalah pemenang The Hunger Games. Buah berry (Nightlock) telah menyelamatkan mereka, sekaligus menjadi simbol perlawanan. Poisonous berries / Nightlock

130

represents deception (Penipuan), harsh (kejam), rebellion (Pemberontakan).58 Hal ini ditampilkan ulang dengan fokus kamera yang mengarah pada nightlock disertai backsound yang mendukung.

Gambar 4.89 Awalnya Katniss ingin menggunakan Nightlock untuk menjebak Cato agar memakannya, tetapi pada akhirnya digunakannya untuk melawan atau menantang Capitol. Perlawanan Katniss disadari pelatihnya, Haymitch. Haymich khawatir perlawanan Katniss akan membahayakan dirinya sendiri, sehingga ia memberikan arahan untuk tidak mengatakan yang sebenarnya kepada penduduk Capitol saat acara Variety Show perayaan pemenang 74th Annual The Hunger Games. HA: They‟re not happy with you. KE : Why? Because I didn‟t die? HA: Because you showed them up. KE : Well, I‟m sorry it didn‟t go the way the planned. I‟m not very happy with them either. HA : Katniss, this is serious. Not just for you. They don‟t take these things lightly. If they ask, you say you couldn‟t help yourself. You are so in love with this boy. You rather die, than not be with him, you understand?

Dalam dialog tersebut Haymitch menggatakan‗you showed them up‘, dalam thefreedictionary.com idiom tersebut memiliki maksud ‗to make someone's faults or shortcomings apparent‘ atau ‗to do something that embarrasses someone or makes them seem stupid‘ yang berarti „menunjukan kesalahan seseorang atau

58 Mocking Jay Final Exam Preparation http://quizlet.com/12506453/new diakses pada 20/10/13 pukul 21.35

131 memperlihatkan kekurangan seseorang‟ atau „mempermalukan seseorang yang membuat mereka terlihat bodoh‟. Hal tersebut membuat petinggi elit Capitol, khususnya penyelenggara The Hunger Games tidak menyukai tindakan Katniss, ―They‘re not happy with you‖, sama halnya dengan Katniss yang tidak menyukai mereka, ―I‘m not very happy with them either‖. Bahkan tindakan tersebut rupanya diterima golongan penguasa sebagai bentuk perlawanan Katniss yang dapat memacu bentuk-bentuk perlawanan lainnya dari kelas bawah. Padahal Capitol sangat ketat dan hati-hati dalam melanggengkan kekuasaannya, dimana tidak memberikan celah kebebasan bagi kelas bawah, seperti yang diungkapkan Presiden Snow ―There are lots of underdogs and I think if you could see them, you would not root for them either. I like you.. Be Careful‖ (Scene 26). Dalam perkataan “you would not root for them‖ menyampaikan bahwa „jangan memberikan simpati pada mereka (underdog) atau rakyat bawah‟. Sedangkan Katniss malah melawan dan berhasil mengagalkan rencana mereka untuk terus menerus mengontrol kaum bawah, ―I‘m sorry it didn‘t go the way the planned‖. Berbeda dengan perlawanan pada umumnya yang ditandai dengan unjuk rasa, penulis menyimpulkan bahwa terjadi sebuah perlawanan tersembunyi, karena tidak semua orang di Capitol dan di distrik menyadari tindakan Katniss nekat memakan Nightlock sebagai bentuk perlawanan. Istilah perlawanan tersembunyi memunculkan debat yang khususnya terkait dengan masalah intention dan consequence. James C. Scott (1986) dalam Everyday Forms of Resistance menekankan pentingnya intention (maksud), namun menilai maksud tidaklah mudah. Dalam studinya mengenai buruh kretek, Ratna Saptari menggunakan konsep perlawanan, yakni seorang buruh baik secara sadar atau tidak, mencoba untuk mengurangi klaim pihak lain atas dirinya atau untuk mencurangi sistem. Aksi yang dimaksudkan Saptari banyak ditemukan dan mendominasi aktivitas sehari- hari buruh di pabrik. Misalnya, upah minim mendorong buruh untuk melakukan kegiatan ekonomi tambahan di tempat kerja, seperti berjualan makanan ringan yang dilarang oleh perusahaan. Menolak makan di kantin dan memilih ngobrol atau

132

tiduran saat istirahat menjadi keseharian buruh di sebuah pabrik tekstil di wilayah Ujungberung. Hal ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap makanan kantin yang dianggap kurang layak.59 Perlawanan Katniss menggunakan nightlock merupakan bentuk kesadaran Katniss dari sistem pemerintahan Capitol yang semena-mena menekan penduduk distrik dan tributes. Tindakan percobaan memakan nightlock mampu melonggarkan aturan kompetisi The Hunger Games, juga merupakan aksi break the rule kepada orang yang paling berkuasa di Negara dimana Katniss tinggal. Hal ini mengingatkan penulis akan legenda Robin Hood yang melawan pejabat yang melakukan korupsi demi kepentingan rakyat. Robin Hood menjadi tokoh yang dimusuhi oleh Sheriff of Nottingham dan dibenci oleh pemerintah, namun bagi rakyat kecil ia adalah sosok pahlawan. Pemerintah yang diharapkan mampu melindungi rakyat, malah sebaliknya berpihak pada penguasa. Robin Hood dan The Hunger Games memiliki kesamaan dalam menampilkan tokoh utama. Katniss dan Robin Hood sama-sama melakukan perlawanan yang cukup berpengaruh pada pemerintah. Jika Robin Hood ditampilkan sebagai ikon „Sang Pahlawan yang mencuri‟, maka Katniss ditampilkan sebagai seorang Warrior melalui aksinya di arena The Hunger Games. Sosok Katniss yang adalah perempuan juga membawa muatan feminis.

59 Perlawanan Tersembunyi Buruh oleh Resmi Setia M., peneliti di Pusat Analisis Sosial Akatiga, Bandung. http://www.duniaesai.com/index.php?option=com_content&view=article&id=374:perlawanan- tersembunyi-buruh&catid=49:sosiologi&Itemid=93 diakses pada 20/10/13 pukul 21.13

133

4.4 Refleksi Dalam mengkaji dan menganalisis „bagaimana wacana kapitalisme disampaikan‟ dalam film ini, penulis menemukan bahwa wacana kapitalisme disampaikan dengan menyelipkan ideologi, konsep, ide-ide, pesan-pesannya dalam setiap sisi kehidupan dan mengusahakannya sebagai suatu hal yang natural atau normal. Pada film The Hunger Games, diluar dari bentuk pemerintahannya yang totaliter, sekelompok orang yang berkuasa menampilkan diri mereka sebagai orang yang berhak berkuasa atas orang lain karena memenangkan pemberontakan dimasa lalu. Bertahun-tahun, kesempatan ini digunakan untuk mempengaruhi kesadaran dan menghegemoni kelompok lain yang dikuasainya. Hal tersebut merupakan bagian dari wacana kapitalisme yang disampaikan dalam film tersebut. Penulis menemukan bahwa The Hunger Games merupakan kompetisi berbasis reality show yang dijadikan alat oleh kelompok penguasa untuk melanggengkan kekuasaannya dan melalui kompetisi ini juga menandakan bahwa masyarakat tidak lepas dari kontrol Capitol. Adanya The Hunger Games itu sendiri merupakan temuan wacana kapitalisme yang diluar batas kewajaran karena mengusung tema kompetisi reality show yang mengharuskan kontestannya untuk saling membunuh satu sama lain sampai tersisa satu orang pemenang. Strategi untuk bertahan hidup serta drama kehidupan ditayangkan untuk menghibur kelompok penguasa. Tidak hanya itu, beberapa kontestan tidak merasa bahwa mereka adalah korban dari acara ini melainkan seorang idola. Mereka tidak merasa bahwa kontrol Capitol melalui kompetisi ini sesuatu yang dapat mengancam hidup mereka, melainkan sebuah kebanggan tersendiri ketika dapat mewakili distriknya bahkan ingin menjadi bagian dari penduduk Capitol. The Hunger Games menyampikan sebuah pesan dengan versi yang cukup frontal ketika dihadapkan sebagai kritik akan realitas yang terjadi dalam kehidupan kita terkait dengan kapitalisme.

134