Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri Berbasis Kompetensi
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri Berbasis Kompetensi Image not found or type unknown Jakarta - Sebagai upaya pemanfaatan sumber daya dalam rangka mengembangkan pendidikan vokasi berbasis kompetensi yang link and match dengan industri, Selasa (29/11) diadakan acara Penandatanganan Nota Kesepahaman Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri Berbasis Kompetensi yang Link and Match dengan Industri yang dilakukan oleh lima kementerian. Mereka adalah Kementerian Perindustrian, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Riset, Tekonologi, dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Ketenagakerjaan dan Kementerian BUMN. Hadir dalam acara tersebut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan MaharANI, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno, Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir. "Kita belum biasa dengan model pendidikan dan pelatihan vokasional ini. Maka dari itu masih banyak langkah-langkah yang yang perlu disiapkan, kelembagaan yang perlu ditata. Kita tidak bisa menunggu semuanya siap dulu baru mulai," ungkap Menko Perekonomian. Saat ini sebanyak 42,7% dari angkatan kerja dalam negeri hanya mengenyam pendidikan tingkat SD kebawah dan hanya sekitar 30% yang mencapai tingkat SMA ke atas. Tingkat pengangguran di Indonesia saat ini berjumlah 7,56 juta (6,18%) dengan tingkat pengangguran tertinggi pada lulusan pendidikan lulusan SMA sebanyak 2,28 juta (10,32%) dan lulusan SMK sebanyak 1,57 juta (12,65%). Angka ini menunjukkan pendidikan dan pelatihan di Indonesia tidak sinkron dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh industri dan pada akhirnya menyebabkan daya saing tenaga kerja Indonesia cukup rendah. "Paling penting bukan hanya punya kompetensi tetapi juga harus mempunyai konektivitas di sektor tertentu seperti jasa. Jangan sampai pendidikan SMK tiga tahun baru dapat ijazah, terlalu mahal itu," tegas Darmin. Guna meningkatkan kualitas Tenaga Kerja Indonesia saat ini pemerintah sedang mempersiapkan program melalui Pendidikan dan Pelatihan Vokasi berbasis kebutuhan dunia industri. Program lain seperti harmonisasi dan sinkronisasi terhadap regulasi pendidikan vokasi juga terus didorong oleh pemerintah. Pasalnya Presiden Joko Widodo menetapkan target Global Competitiveness Index tahun 2017 masuk kedalam peringkat 40. Lebih lanjut, Darmin menekankan keterlibatan dunia industri sangat penting untuk mengurangi kesenjangan pekerja terampil. Pihak dunia industri dan dunia usaha dapat mengambil sejumlah peranan yang tentunya penting bagi pengembangan kualitas tenaga kerja Indonesia. “Kita harus mempunyai standar dari tamatan kita untuk menempati job (pekerjaan) yang baik,” tambahnya. Pada kesempatan yang sama, juga dilakukan Perjanjian Kerjasama SMK dengn Industri. Diantaranya PT Petrokimia Gresik dengan 7 SMK di wilayah Jawa Timur, PT Astra Honda Motor dengan 9 SMK dari Banten, Tangerang dan Sulawesi Selatan serta PT Polytama Propindo dengan 4 SMK di Indramayu dan Cirebon. (ekon) ***.