LAPORAN AKHIR III-1

Dalam perkembangan pembangunan di , Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) merupakan ketentuan utama yang harus menjadi rujukan dalam penyelenggaraan pembangunan. RTRW berperan penting dalam menentukan letak/lokai kegiatan berdasarkan kaidah-kaidah penataan ruang pada suatu daerah/wilayah. Rencana tata ruang merupakan rencana pemanfaatan ruang yang disusun untuk menjaga keserasian pembangunan antar sektor dalam rangka penyusunan program-program pembangunan dalam jangka panjang.

Rencana Tata Ruang Wilayah menjadi pedoman dalam pembangunan Bidang Cipta Karya. Tujuan pembangunan Bidang Cipta Karya selaras dengan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan dengan menjaga keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

3.1 RTRW NASIONAL Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional atau RTRWN adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ketentuan Pasal 20 ayat (6) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan:  ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;  keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;  keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;  keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;  keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;  pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat;  keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-2

 keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan  pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional menjadi pedoman untuk:  penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional;  penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional;  pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional;  pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah provinsi, serta keserasian antarsektor;  penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;  penataan ruang kawasan strategis nasional; dan  penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang adalah sebagai berikut: A. Sistem perkotaan nasional terdiri atas  Pusat Kegiatan Nasional atau PKN  Pusat Kegiatan Wilayah atau PKW, dan  Pusat Kegiatan Lokal atau PKL. Sistem PKN, PKW, dan PKL dapat berupa:  kawasan megapolitan;  kawasan metropolitan;  kawasan perkotaan besar;  kawasan perkotaan sedang; atau  kawasan perkotaan kecil.

Selain sistem perkotaan nasional sebagaimana disebutkan di atas juga dikembangkan Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN untuk mendorong perkembangan kawasan yang bersifat strategis dalam skala nasional. Di dalam PP No. 26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), ditetapkan 76 KSN yang memiliki kepentingan ekonomi, lingkungan hidup, sosial budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi, serta pertahanan dan keamanan. Hingga saat ini, telah ditetapkan 4 (empat) Perpres RTR KSN Perkotaan yaitu RTR Jabodetabekpunjur (Perpres 54/2008), Sarbagita (Perpres 45/2011), Mamminasata (Perpres 55/2011) dan Mebidangro (Perpres 62/2011). Masing-masing KSN tersebut memiliki karakteristik dan tantangan yang berbeda-beda. Dengan demikian kebijakan dan program spesifik yang diperlukan pada kawasan tersebut dapat direalisasikan. Dengan adanya penetapan Kawasan Strategi Nasional (KSN) menurut Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Nasional tersebut, wilayah Provinsi yang termasuk didalamnya adalah :

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-3

1. Kawasan Lingkungan Hidup Taman Nasional Kerinci Seblat (Provinsi ) (I/B/1), yang didalamnya terdapat bagian wilayah Kabupaten Lebong. 2. Kawasan Perbatasan Negara termasuk 19 pulau kecil terluar yang berhadapan dengan laut lepas (Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, , Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat) (I/E/2). Pulau yang berhadapan langsung dengan laut lepas di wilayah Propinsi Bengkulu adalah Pulau Enggano, Pulau Mega dan Pulau Tikus. Keterangan: I : Tahapan Pengembangan I B/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan E/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) menetapkan 4 (empat) Kota di Wilayah Propinsi Bengkulu sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yaitu: Kota Bengkulu, Kota Manna, Kota Mukomuko dan Kota Curup. Empat kota tersebut mempunyai 2 (dua) klasifikasi pengembangan, yaitu: . Kota Bengkulu dan Kota manna termasuk kategori II/C/1, yaitu tipikal pengembangan dalam rangka peningkatan fungsi . Kota Curup dan Kota Mukomuko termasuk kategori II/C/2, yaitu tipikal pengembangan baru

Selengkapnya tentang Sistem Perkotaan Nasional di wilayah Propinsi Bengkulu yang ditetapkan dalam RTRWN dapat diperlihatkan seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Sistem Perkotaan Nasional di Propinsi Bengkulu Menurut RTRW Nasional

No Kabupaten/Kota PKN PKW PKSN Keterangan 1 Kota Bengkulu Kota Bengkulu II/C/1 2 Bengkulu Selatan Kota Manna II/C/1 3 Rejang Lebong Kota Curup II/C/2 4 Mukomuko Kota Mukomuko II/C/2 Sumber : RTRW Nasional

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-4

B. Fungsi-Fungsi Strategis Nasional Linnya Fungsi-fungsi strategis lainnya yang ditetapkan dalam RTRW Nasional dan terdapat di Wilayah Provinsi Bengkulu adalah: 1). Kawasan Andalan 2). Jalan Bebas Hambatan 3). Pelabuhan sebagai Simpul Transportasi Laut Nasional, 4). Pusat penyebaran tersier; dan 5). Wilayah Sungan (WAS). 1). Kawasan Andalan Berdasarkan RTRWN, wilayah Provinsi Bengkulu dibagi menjadi tiga kawasan andalan sebagaimana yang diperlihatkan seperti pada Tabel 3.2. Dalam perfektif ini, wilayah Kabupaten Muko-muko hanya sebagai penunjang, termasuk di dalam kawasan andalan laut bengkulu, karena wilayah perairan laut di Kabupaten Mukomuko cukup luas. Tabel 3.2 Kawasan Andalan Nasional di Wilayah Provinsi Bengkulu Berdasarkan RTRWN No Klaster Pengembangan Fungsi Kawasan Kawasan Bengkulu dan Sekitarnya - (II/A/2) . Pertanian - (III/D/2) . Industri I - (II/B/2) . Perkebunan - (II/F/2) . Perikanan - (III/E/2) . Pariwisata

Kawasan Manna dan Sekitarnya . Pertanian - (III/A/2) . Perkebunan II - (II/B/2) . Perikanan - (II/F/2) . Industri - (III/E/2) . Pariwisata Kawasan Andalan Laut Bengkulu III - (II/F/2) . Perikanan - (II/E/2) . Pariwisata Keterangan: I – IV : Tahapan Pengembangan A : Pengembangan dan Pengendalian Kawasan Andalan untuk Sektor Pertanian A/1 : Pengendalian Kawasan Andalan untuk Pertanian Pangan Abadi A/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertanian B : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perkebunan B/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Perkebunan B/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perkebunan C : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk sektor Pertambangan C/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Pertambangan C/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertambangan D : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk industri pengolahan D/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Industri Pengolahan D/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Industri Pengolahan E : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk sektor Pariwisata E/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Pariwisata E/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pariwisata F : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk sektor Perikanan F/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Perikanan F/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perikanan

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-5

2). Jalan Bebas Hambatan Rencana pengembangan jalan bebas hambatan di wilayah Provinsi Bengkulu meliputi Rute; Lubuk Linggau – Curup – Bengkulu. Dalam persfektif ini, wilayah Kabupaten Mukomuko tidak terkait secara langsung. Namun demikian, rencana tersebut perlu juga diantisipasi berbagai implikasinya, terutama dalam hal arus pergerakan orang dan barang yang lebih efisien bagi wilayah Kabupaten Kaur. Artinya, keberadaan jalan bebas hambatan yang direncanakan tersebut, harus dilihat dalam perfektif sebagai suatu peluang yang dapat mendorong pertumbuhan wilayah. 3). Simpul Transportasi Laut Nasional Simpul Transportasi Laut Nasional di wilayah Provinsi Bengkulu yang ditetapkan sebagai Pelabuhan Nasional adalah Pulau Baai – Bengkulu (III/3). Artinya bahwa Pulau Baai akan dikembangkan agar mempunyai peran sebagai salah satu simpul transportasi laut nasional. 4). Pusat Penyebaran Tersier Menurut RTRWN, Bandara Fatmawati, ditetapkan fungsinya sebagai pusat penyebaran tersier. Dengan sendirinya, peran Bandara Fatmawati hanya bersifat melayani teritori terbatas, khususnya hanya wilayah Provinsi Bengkulu dan sekitarnya. 5). Kawasan Lindung Nasional Kawasan Lindung Nasional yang terdapay di wiayah Provinsi Bengkulu meliputi: . Cagar Alam Danau Dusun Besar Register 61 (III/B/3) . Cagar Alam Air Ketebat Danau Tes Register 57 (II/B/3) . Cagar Alam Teluk Klowe Register 96 (III/B/3)

Keterangan: I – IV: Tahapan Pengembangan B : Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung Nasional B/3 : Cagar Alam dan Cagar Alam Laut

3.2 RTRW Pulau Sumatera Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera berkedudukan sebagai penjabaran lebih lanjut dari RTRWN serta sebagai acuan bagi RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota. RTR Pulau Sumatera berperan sebagai strategi operasionalisasi untuk mewujudkan rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional di Pulau Sumatera yang dapat memberikan pencapaian keterpaduan dan keserasian antar provinsi dan antar sektor. Karenanya Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera berfungsi sebagai berikut:

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-6

a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional; b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional; c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang d. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi f. penataan ruang kawasan strategis nasional dan penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Tujuan RTR Pulau Sumatera adalah untuk mengoperasionalkan RTRWN di Pulau Sumatera dengan mempertimbangkan: a. perwujudan Pulau Sumatera sebagai Pusat Pengembangan Sumberdaya Alam yang Maju, Terintegrasi, dan Berkelanjutan b. Perwujudan keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah di Pulau Sumatera; c. percepatan pembangunan kawasan perbatasan laut di Pulau Sumatera yang berbatasan dengan negara India, Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Singapura sebagai beranda depan dan pintu gerbang internasional; d. perwujudan pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional; e. pengembangan dan pengendalian sistem perkotaan nasional dan kawasan budidaya berbasis ekosistem; f. Ekosistem Pulau Sumatera untuk pembangunan berkelanjutan; dan g. pengoptimalan pemanfaatan sumber energi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan energi di Pulau Sumatera dan Pulau Sumatera sebagai lumbung energi nasional.

Untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional di Pulau Sumatera dilakukan dengan kebijakan: a. memantapkan interaksi antar-kawasan pesisir timur, kawasan tengah, dan kawasan pesisir barat Sumatera melalui pengembangan sistem jaringan transportasi darat, laut, dan transportasi udara lintas Sumatera yang handal; b. mendorong berfungsinya pusat-pusat permukiman perkotaan sebagai pusat pelayanan jasa koleksi dan distribusi di Pulau Sumatera; c. mengembangkan akses bagi daerah terisolir dan pulau-pulau kecil di pesisir barat dan timur Pulau Sumatera sebagai sentra produksi perikanan, pariwisata, minyak dan gas bumi kepusat kegiatan industri pengolahan serta pusat pemasaran lintas pulau dan lintas negara; d. arah pembangunan kehutanan Pulau Sumatera dalam rangka mewujudkan kawasan berfungsi lindung sekurang-kurangnya 30% dari luas Pulau Sumatera sesuai dengan kondisi ekosistemnya;

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-7

e. mengembangkan komoditas unggulan wilayah yang memiliki daya saing tinggi melalui kerjasama lintas sektor dan lintas wilayah dalam pengelolaan dan pemasarannya dalam rangka mendorong kemandirian akses menuju pasar global termasuk mengurangi ketergantungan pada negara-negara tetangga; f. menghindari konflik pemanfaatan ruang pada kawasan perbatasan lintas wilayah meliputi lintas wilayah provinsi maupun lintas wilayah kabupaten/kota; g. memantapkan keterkaitan antara kawasan andalan, kawasan budidaya lainnya, berikut kota-kota pusat-pusat kegiatan didalamnya dengan kawasan-kawasan dan pusat-pusat pertumbuhan antar pulau di wilayah nasional, serta dengan pusat-pusat pertumbuhan di kawasan sub-regional ASEAN, Asia Pasifik dan kawasan internasional lainnya; h. mendorong pemanfaatan sumber energi yang tersedia secara berkelanjutan yang didukung dengan pengembangan sumber energi alternatif; i. mengarahkan pembangunan pembangkit listrik pada lokasi yang memiliki sumber daya mineral untuk memenuhi kebutuhan energi di wilayah Pulau Sumatera; j. mendorong pemanfaatan kawasan perbatasan laut antara Indonesia dengan negara tetangga serta dengan laut lepas.

Adapun strategi pengembangan Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera adalah sebagai berikut: A. Strategi Operasionalisasi Sistem Perkotaan Nasional Strategi operasionalisasi sistem perkotaan nasional adalah sebagai berikut: a) mendorong pengembangan kota Lhokseumawe, kawasan perkotaan Medan- Binjai-Deli Serdang-Karo (Mebidangro), , Pekanbaru, Dumai, Batam, Jambi, , dan Bandar Lampung sebagai PKN; b) mendorong percepatan pengembangan kota PKW Banda Aceh, Bengkulu, dan Pangkal Pinang sebagai embrio PKN,

Mendorong pengembangan kota-kota PKW: Sabang, Langsa, Takengon, Meulaboh, Tebing tinggi, Sidikalang, Pematang Siantar, Balige, Rantau Prapat, Kisaran, Gunung Sitoli, Padang Sidempuan, Sibolga, Pariaman, Sawahlunto, Muarasiberut, Bukittinggi, Solok, Bangkinang, Taluk Kuantan, Bengkalis, Bagan Siapi-api, Tembilahan, Rengat, Pangkalan Kerinci, Pasir Pangarayan, Siak Sri Indrapura, Tanjung Pinang, Terempa, Daik Lingga, Dabo-Pulau Singkep, Tanjung Balai Karimun, Kuala Tungkal, Sarolangun, Muarabungo, Muara Bulian, Muara Enim, Kayuagung, Baturaja, Prabumulih, Lubuk Linggau, Sekayu, Lahat, Manna, Muko-Muko, Curup, Muntok, Tanjungpandan, Manggar, Metro, Kalianda, Liwa, Menggala, Kotabumi, dan Kota Agung.

Perwujudan sistem perkotaan nasional di Pulau Sumatera dilakukan dengan mendorong pengembangan kota Sabang, Dumai, Batam, dan Ranai sebagai PKSN.

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-8

B. Strategi Operasionalisasi Sistem Jaringan Jalan Pengembangan sistem jaringan jalan di Pulau Sumatera diarahkan sebagai berikut: 1. peningkatan jaringan jalan Lintas Timur dengan prioritas tinggi yang menghubungkan kota Bakauheni – Ketapang – Labuhan Maringgai - Sukadana – Menggala – Mesuji - Kayu Agung - Palembang – Pangkalan Balai – Betung - Jambi – Rengat – Pekanbaru – Dumai – Rantau Prapat – Kisaran – Tebing Tinggi – Lubuk Pakam – Medan – Binjai – Langsa – Lhokseumawe – Banda Aceh; 2. peningkatan jaringan Jalan Lintas Tengah dengan prioritas sedang yang menghubungkan kota Bakauheni – Kalianda - Bandar Lampung – Bandar Jaya - Kota Bumi - Bukit Kemuning – Blambangan Umpu – Baturaja – Muara Enim – Lahat - Lubuk Linggau – Muara Bungo – Solok – Bukittinggi – Kotanopan – Panyabungan - Padang Sidempuan – Tarutung – Sidikalang – Kutacane – Blang Kejeren - Takengon – Geumpang – Keumala - Jantho - Seulimeum - Banda Aceh; 3. peningkatan dan pembangunan jaringan Jalan Lintas Barat dengan prioritas sedang yang menghubungkan kota Bandar Lampung – Pringsewu - Kota Agung – Krui - Manna – Bengkulu – Painan – Padang – Pariaman – Simpang Empat – Natal – Batumumdom - Sibolga – Barus - Subulussalam - Tapaktuan – Meulaboh – Banda Aceh; 4. peningkatan dan pembangunan jaringan jalan pengumpan yang menghubungkan Lintas Barat, Lintas Tengah dan/atau Lintas Timur dengan prioritas tinggi yang menghubungkan kota Simpang Peut – Jeuram – Beutong Ateuh – Takengon - Bireun; Babah Ron – Trangon - Blang Kejeren – Pinding – Lokop – Peurelak; Jantho – Lamno; Singkil – Sidikalang – Kabanjahe – Medan; Sibolga – Tarutung – Pematang Siantar - Tebing Tinggi; Padang – Bukittinggi – Pekanbaru; Kiliran Jao - Rengat – Kuala Enok; Kiliran Jao – Taluk Kuantan – Pekanbaru; Pekanbaru – Bangkinan – Rantau Berangin; Simpang Kumuh – Kota Tengah – Sei Rangau – Duri; Sei Akar – Bagan Jaya – Enok; Rumbai Jaya – Bagan Jaya – Enok – Kuala Enok; Ujung Batu – Rokan – Batas Sumbar; Muara Bungo – Jambi – Muara Sabak; Sungai Penuh – Sarolangun – Tembesi – Jambi; Lubuk Linggau – Curup – Bengkulu; Tanjung Iman – Muara Sahung - Baturaja; Muara Enim – Palembang – Tanjung Apiapi; Muntok – Pangkalpinang; Tanjung Pandan – Manggar; Krui – Liwa – Bukit Kemuning, Labuhan Meringgai – Simpang Sidomulyo, Tegineneng Metro – Sukadana, dan Terbanggi Besar – Menggala; dan 5. pembangunan jembatan Sumatera – Jawa melalui Selat Sunda

C. Strategi Operasionalisasi Sistem Jaringan KA Strategi pengembangan sistem jaringan kereta api di Pulau Sumatera adalah sebagai berikut:

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-9

1. sistem jaringan dengan prioritas tinggi pada jalur kereta api Tarahan – Bandar Lampung – Baturaja – Blimbing – Muara Enim, Banda Aceh – Bireun - Lhokseumawe – Langsa – Besitang – Medan, dan Medan - Lubuk Pakam – Tebing Tinggi – Kisaran – Rantau Prapat - Dumai – Duri - Pekanbaru; 2. sistem jaringan dengan prioritas sedang pada jalur kereta api Pekanbaru – Rengat – Jambi – Betung – Palembang, Palembang – Kayu Agung – Menggala - Bakauheni, Bengkulu – Mukomuko – Padang – Pariaman – Sibolga – Tapaktuan – Meulaboh – Banda Aceh, dan Muara Enim – Tebing Tinggi – Lubuk Linggau – Muaro Bungo – Taluk Kuantan - Pekanbaru; dan 3. sistem jaringan dengan prioritas rendah pada jalur kereta api Sibolga – Padang Sidempuan – Rantau Prapat, Pematang Siantar – Tebing Tinggi, Kisaran – Tanjung Balai, Betung – Sekayu, Sengeti – Muara Sabak, Bengkulu – Tebing Tinggi, Padang – Padang Panjang – Solok – Muaro, Muaro – Taluk Kuantan – Rengat – Kuala Enok, Muaro Bungo – Jambi, Muara Enim – Prabumulih – Kertapati – Palembang, dan Palembang – Tanjung Apiapi. D. Strategi Operasionalisasi Sistem Transportasi Sungai & Danau Pengembangan transportasi sungai dan danau ditujukan bagi wilayah yang sulit dijangkau dengan transportasi darat. Strategi pengembangannya adalah : 1. mengarahkan pengembangan jaringan transportasi sungai dan danau untuk pelayanan angkutan lintas antar provinsi serta antar kabupaten/kota dalam provinsi diarahkan pada daerah-daerah potensial di Pulau Sumatera dan diarahkan menjadi tulang-punggung sistem transportasi serta diharapkan dapat membuka daerah yang terisolir; 2. memprioritaskan pengembangan angkutan sungai pada lintas-lintas yang lebih efisien untuk dilayani dengan angkutan air seperti pada wilayah Sungai Musi, Batanghari, Rokan, Indragiri, dan Siak; 3. mengembangkan jaringan transportasi sungai antar kabupaten/kota di Pulau Sumatera yang memiliki interaksi kuat meliputi Sungai Musi, Siak, Rokan, Kampar, dan Batanghari; dan 4. mengembangkan jaringan transportasi danau di Pulau Sumatera meliputi Danau Toba, Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau Diatas, Danau Dibawah, Danau Ranau, dan Danau Laut Tawar. E. Strategi Operasionalisasi Sistem Transportasi Penyeberangan 1. Mengarahkan pengembangan jaringan transportasi penyeberangan untuk pelayanan angkutan lintas antar provinsi dan antar negara, lintas antar kabupaten/kota, serta lintas dalam kabupaten/kota diarahkan pada daerah-daerah potensial di Pulau Sumatera dan diarahkan menjadi tulang-punggung sistem transportasi serta diharapkan dapat membuka daerah yang terisolir

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-10

2. Mengarahkan pengembangan jaringan transportasi penyeberangan lintas antar provinsi dengan eksternal Pulau Sumatera yang memiliki interaksi kuat meliputi Kepulauan Riau dengan Kalimantan Barat yang menghubungkan Natuna – Pontianak, Kalimantan Barat dengan Bangka Belitung yang menghubungkan Ketapang – Manggar, Bangka Belitung dengan DKI yang menghubungkan Pangkalpinang - Jakarta, dan Lampung dengan Banten yang menghubungkan Bakauheni – Merak 3. mengarahkan pengembangan jaringan transportasi penyeberangan antar provinsi dan lintas penyeberangan antar kabupaten/kota dengan interaksi kuat di Pulau Sumatera yang meliputi Sabang – Banda Aceh, Sinabang – Labuhan Haji, Sinabang - Meulaboh, Singkil – Pulau Banyak, Medan – Batam, Medan – Lhokseumawe, Gunung Sitoli – Sibolga, Medan – Pangkalpinang, Pangkalpinang – Tanjung Pandan, Palembang – Muntok, Tanjung Pandan – Mentawai, Kuala Tungkal – Tanjung Pinang, Dumai – Bengkalis – Tanjung Balai Karimun - Batam, Pekanbaru – Batam, Batam – Natuna, Tua Pejat – Padang, dan Enggano – Bengkulu; 4. mengarahkan pengembangan jaringan transportasi penyeberangan antar negara yang memiliki interaksi kuat dari Pulau Sumatera meliputi jalur penyeberangan Medan – Penang dan jalur penyeberangan Batam – Singapura; 5. mengarahkan pengembangan jaringan transportasi penyeberangan lintas kabupaten/kota dalam provinsi yang memiliki interaksi kuat di Pulau Sumatera meliputi jalur penyeberangan Banda Aceh – Sabang, Meulaboh – Sinabang, Sibolga – Nias, Batam – Natuna, Batam – Bintan, Padang – Muara Siberut, Padang – Pagai, Pulau Bangka – Pulau Belitung, dan Dumai – Pulau Bengkalis; 6. mengarahkan pengembangan jaringan transportasi penyeberangan dalam kabupaten/kota dalam provinsi yang memiliki interaksi kuat di Pulau Sumatera, meliputi jalur penyeberangan di Kepulauan Mentawai dan Kota Bengkulu-P. Enggano F. Strategi Operasionalisasi Sistem Jaringan Transportasi Laut 1. pengembangan pelabuhan Sabang Belawan, Sibolga, Teluk Bayur, Dumai, Batam, Tanjung Api-api, dan Panjang sebagai pelabuhan internasional; 2. pengembangan pelabuhan Lhokseumawe, Meulaboh, Tanjung Balai Asahan, Perawang, Sungai Pakning, Kuala Enok (Provinsi Riau), Tanjung Kedabu, Buatan, Pulau Kijang, Tembilahan, Tanjung Balai Karimun, Tanjung Pinang, Pulau Sambu, Dabo – Singkep, Ranai, Moro Sulit, Kuala Tungkal, Tanjung Pandan, Pulau Baai sebagai pelabuhan nasional; G. Strategi Operasionalisasi Sistem Jaringan Transportasi Udara 1. pengembangan Bandar Udara Kuala Namu dan Hang Nadim sebagai bandar udara pusat penyebaran primer;

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-11

2. pengembangan Bandar Udara Minangkabau, Sultan Mahmud Badaruddin II, dan Sultan Syarif Kasim II sebagai bandar udara pusat penyebaran sekunder; dan 3. pengembangan Bandar Udara Sultan Iskandar Muda, Radin Inten II, Ranai, Kijang, Pinang Kampai, Sultan Thaha, dan Fatmawati sebagai bandar udara pusat penyebaran tersier. H. Strategi Operasionalisasi Sistem Jaringan Energi Nasional 1. Perwujudan sistem jaringan transmisi tegangan ultra tinggi (> 700 kV) antar kota: Medan-Pematang Siantar, Binjai-Medan-Kisaran-Rantau Prapat-Dumai- Pekanbaru-Jambi-Palembang-Bandar Lampung; 2. Perwujudan sistem jaringan transmisi tegangan ekstra tinggi (245-700 kV) antar kota: Banda Aceh-Lhokseumawe-Langsa, Banda Aceh-Meulaboh-Tapaktuan- Sibolga, Padang-Painan, Muko-Muko-Bengkulu-Manna-Liwa-Krui, Kotopanjang- Payakumbuh-Lubuk Sikaping-Panyabungan-Tarutung-Parapat- Sibolga, Jambi- Muara Bulian-Bangko-Lubuk Linggau-Muara Enim-Metro; 3. Perwujudan sistem jaringan transmisi terisolasi di P. Sabang, P. Rondo, P. Simeuleu, P. Nias. P. Mentawai, P. Pagai, P. Enggano, P. Bangka, P. Belitung, P. Batam-Rempang-Galang,, P. Bengkalis, P. Natuna 4. Menjaga ruang bebas dan ruang aman di sekitar Gardu Induk SUTET dan Gardu Distribusi SUTET dengan mengutamakan prinsip-prinsip lingkungan. 5. Mempertahankan tingkat elektrifikasi Sumatera Utara di atas tingkat elektrifikasi nasional I. Strategi Operasionalisasi Sistem Jaringan Telekomunikasi Nasional 1. Perwujudan jaringan terestrial di Pulau Sumatera meliputi: a. perwujudan jaringan terestrial mikro digital; b. perwujudan jaringan terestrial serat optik di Kota Medan, Palembang, Bandar Lampung, dan Batam; c. perwujudan jaringan terestrial mikro analog; dan d. perwujudan jaringan terestrial kabel laut yang menghubungkan Batam- Bintan, Dumai-Bengkalis; 2. Perwujudan sistem telekomunikasi satelit pada kota-kota PKN J. Strategi Operasionalisasi Sistem Sumber Daya Air 1. Wilayah Sungai Strategis Nasional :  Meureudu – Baro di Provinsi NAD meliputi Daerah Aliran Sungai (DAS) Meureudu, DAS Baro, DAS Tiro, DAS Pante Raja, DAS Utue, DAS Putu, DAS Trienggadeng, DAS Pangwa, DAS Beuracan, dan DAS Batee;  Jambo Aye di Provinsi NAD meliputi DAS Jambo Aye, DAS Geuruntang, DAS Reungget, DAS Lueng, DAS Simpang Ulim, DAS Malehan, DAS Julok Rayeu, DAS Keumuning, DAS Gading, DAS Idi Rayeuk, DAS Lancang, DAS Jeungki, DAS Peundawa Puntong, dan DAS Leugo Rayeuk;

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-12

 Woyla – Seunagan di Provinsi NAD meliputi DAS Woyla dan DAS Seunagan;  Tripa – Bateue di Provinsi NAD meliputi DAS Tripa dan DAS Bateue;  Belawan – Ular di Provinsi SUMUT meliputi DAS Belawan, DAS Ular, DAS Deli, DAS Belumai, DAS Padang, DAS Martebing, DAS Kenang, DAS Serdang, DAS Percut, DAS Bedagai, dan DAS Belutu;  Toba – Asahan di Provinsi SUMUT meliputi DAS Danau Toba, DAS Sei Asahan, DAS Silau, DAS Tanjung, dan DAS Suka;  Batang Angkola – Batang Gadis di Provinsi SUMUT meliputi DAS Batang Angkola dan DAS Batang Gadis;  Siak di Provinsi Riau meliputi DAS Siak, DAS Siak Kecil, DAS Bukit Batu, DAS Palentung, DAS Tapung Kanan, DAS Tapung Kiri, DAS Masigit, DAS Bulu Kala, DAS Mandau, dan DAS Dumai;  Kampar (Riau – Sumatera Barat) meliputi DAS Kampar, DAS Kampar Kiri, DAS Kampar Kanan, DAS Bt. Kapur, dan DAS Bt. Mahat.  Indragiri (Riau – Sumatera Barat) meliputi DAS Kuantan, DAS Indragiri, DAS Gaung Anak Serka, DAS Guntung, DAS Pateman, DAS Palangki, DAS Ombilin, dan DAS Sinamar;  Reteh di Provinsi Riau meliputi DAS Reteh dan DAS Gangsal;  Pulau Batam – Pulau Bintan di Provinsi Kepulauan Riau; 2. wilayah sungai wilayah sungai lintas provinsi , terdiri atas:  Alas – Singkil (Nanggroe Aceh Darussalam - Sumatera Utara) yang meliputi DAS Lae Pardomuan, DAS Lae Silabuhan, DAS Lae Siragian, DAS Lae Singkit, dan DAS Lae Kuala Baru;  Batang Natal – Batang Batahan (Sumatera Utara - Sumatera Barat) yang meliputi DAS Batang Batahan dan DAS Batang Natal;  Rokan (Riau - Sumatera Barat - Sumatera Utara) yang meliputi DAS Rokan, DAS Bangko, DAS Rokan Kiri, DAS Rokan Kanan, DAS Kubu, DAS Sumpur, DAS Sontang, DAS Asik, DAS Air Pesut, DAS Sibinail, DAS Pagang, DAS Pincuran Panjang, dan DAS Timbawan;  Batanghari (Jambi – Sumatera Barat) yang meliputi DAS Batanghari, DAS Tungkal, DAS Bentaro, DAS Mandahara, DAS Lagan, DAS Air Hutan, DAS Jujuhan, DAS Siat, DAS Timpeh, DAS Kuko, DAS Pangean, DAS Momong, DAS Sipotar, DAS Sangir, DAS Talantam, DAS Bangko, DAS Gumanti, DAS Pinti Kayu, dan DAS Pkl. Duri Besar;  Musi ( Sumatera Selatan – Bengkulu – Lampung) yang meliputi DAS Musi, DAS Lakitan, DAS Kelingi, DAS Rawas, DAS Semangus, dan DAS Batang Hari Leko;  Mesuji – Tulang Bawang (Lampung – Sumatera Selatan) yang meliputi DAS Mesuji, DAS Tulang Bawang, DAS Tjg. Pasir, DAS Randam Besar,

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-13

DAS Sibur Besar, DAS Tawar, DAS Bati Dalam Kecil, DAS Randam Besar, dan DAS Meham Kecil;  Teramang – Ipuh (Bengkulu – Jambi) yang meliputi DAS Teramang, DAS Ipuh, DAS Retak, DAS Buluh, DAS Selagan, DAS Bantal, DAS Dikit, dan DAS Manjuto;  Nasal – Padang Guci (Bengkulu – Lampung) yang meliputi DAS Air Nasal, DAS Air Sambat, DAS Air Tetap, DAS Air Luas, DS Air Kinal, DAS Air Padang Guci, DAS Air Sulau, DAS Air Kedurang, DAS Air Bengkenang, dan DAS Air Manna. 3. pengembangan jaringan sumber daya air terdiri atas:  pemeliharaan, peningkatan dan perluasan jaringan-jaringan irigasi;  waduk-waduk sebagai penyimpan dan pengendali banjir; K. Strategi Operasionalisasi Pelestarian Kawasan Lindung Nasional 1. Perwujudan pelestarian kawasan lindung nasional di Pulau Sumatera meliputi:  Cagar Alam Dusun Besar (1.777 ha), Cagar Alam Rafflesia I/II Serbajadi (300 ha), Cagar Alam Hutan Pinus Jantho (8.000 ha), Cagar Alam Hutan Bulian Luncuk I/II (74,80 ha), Cagar Alam Pulau Laut (400 ha), Cagar Alam Pulau Berkeh (500 ha), Cagar Alam Pulau Burung (200 ha), Cagar Alam Lembah Anai (221 ha), Cagar Alam Lembah Harau (270,50 ha), Cagar Alam Rimbo Panti (2.830 ha), Cagar Alam Dolok Saut/Sulungan (39 ha), Cagar Alam Dolok Tinggi Raja (167 ha), Cagar Alam Liang Balik (0,50 ha), Cagar Alam Dolok Sipirok (6.970 ha), Cagar Alam Dolok Sibual-buali (5.000 ha), Cagar Alam Sibolangit (90 ha), Cagar Alam Pulau Anak Krakatau (13.735,10 ha), dan Cagar Alam Martelu Purba (195 ha);  Suaka Margasatwa Rawa Singkil (102.370 ha), Suaka Margasatwa Kerumutan (120.000 ha), Suaka Margasatwa Danau P.Besar/Danau Bawah (25.000 ha), Suaka Margasatwa Gumai Pasemah (45.833 ha), Suaka Margasatwa Gunung Raya (39.500 ha), Suaka Margasatwa Isau-isau Pasemah (12.144 ha), Suaka Margasatwa Bentayan (19.300 ha), Suaka Margasatwa Dangku (29.080 ha), Suaka Margasatwa Padang Sugihan (75.000 ha), Suaka Margasatwa Terusan Dalam (74.750 ha), Suaka Margasatwa Dolok Surungan (23.800 ha), Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut (15.765 ha), Suaka Margasatwa Barumun (40.330 ha), Suaka Margasatwa Siranggas (5.657 ha), Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Baling, dan Suaka Margasatwa Teso Nilo;  Taman Nasional Berbak (162.700 ha), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (365.000 ha), Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (127.698 ha), Taman Nasional Bukit Dua Belas (65.500 ha), Taman Nasional Siberut (190.500 ha), Taman Nasional Way Kambas (125.621 ha), Taman Nasional

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-14

Gunung Leuser (623.927 ha), Taman Nasional Kerinci Seblat (1.368.000 ha), Taman Nasional Batang Gadis (108.000 ha), dan Taman Nasional Sembilang (202.896 ha);  Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan (6.250 ha), Taman Hutan Raya Bukit Barisan (51.600 ha), Taman Hutan Raya Dr. Mohamamad Hatta (500 ha), Taman Hutan Raya Wan Abdul Rahman (22.249 ha), Taman Hutan Raya Sultan Thaha Saifudin (15.830 ha), Taman Hutan Raya Sultan Syarif Qasim (5.920 ha), dan Taman Hutan Raya Raja Lelo (1.122 ha);  Taman Wisata Muka Kuning (Batam) (2.065,62 ha), Taman Wisata Lembah Harau (27,50 ha), Taman Wisata Rimbo Panti (570 ha), Taman Wisata Bukit Sari (300 ha), Taman Wisata Punti Kayu (50 ha), Taman Wisata Sicikeh-cikeh (575 ha), Taman Wisata Holiday Resort (1.963,75 ha), Taman Wisata Sijaba Hutaginjang (500 ha), dan Taman Wisata Sibolangit (25 ha);  Taman Wisata Laut Pulau Iboih Weh (1.200 ha), Taman Wisata Laut Kepulauan Banyak (15.000 ha), dan Taman Wisata Laut Pieh (39.000 ha);  Taman Buru Semidang Bukit Kabu (15.300 ha), Taman Buru Gunung Nanu'ua (10.000 ha), Taman Buru Lingga Isaq (80.000 ha), dan Taman Buru Pulau Pini (8.350 ha) L. Strategi Operasionalisasi Pengembangan Kawasan Andalan Strategi pengembangan kawasan andalan meliputi: 1. Perwujudan pengembangan kawasan andalan di Pulau Sumatera meliputi: 1) Kawasan-kawasan andalan Banda Aceh dan sekitarnya, Lhokseumawe dan sekitarnya, Medan dan sekitarnya, Tapanuli dan sekitarnya, Padang Pariaman dan sekitarnya, Zona Batam-Tanjung Pinang dan sekitarnya, Palembang dan sekitarnya, Bandar Lampung-Metro, Pematang Siantar dan sekitarnya, Agam- Bukittinggi, Solok dan sekitarnya, Pekanbaru dan sekitarnya, Kepulauan Bangka-Belitung, Duri-Dumai dan sekitarnya, Rengat-Kuala Enok-Teluk Kuantan-Pangkalan Kerinci, Muara Enim dan sekitarnya, Timur Jambi/Muara Bulian dan sekitarnya, Natuna dan sekitarnya, Muara Bungo dan sekitarnya, Bengkulu dan sekitarnya, Pantai Barat Selatan, Rantau Parapat-Kisaran, Nias dan sekitarnya, Mentawai dan sekitarnya, Ujung Batu-Bagan Batu, Lubuk Linggau dan sekitarnya, Manna dan sekitarnya, Mesuji dan sekitarnya, Kotabumi dan sekitarnya, dan Liwa-Krui dan sekitarnya; dan 2) Kawasan-kawasan andalan laut Lhokseumawe-Medan dan sekitarnya, Nias dan sekitarnya, Mentawai-Siberut dan sekitarnya, Selat Bangka, Selat Malaka dan sekitarnya, Batam dan sekitarnya, Bengkulu, Bangka, Natuna dan sekitarnya, dan Krakatau dan sekitarnya.

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-15

2 Strategi operasionalisasi pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan pertanian dan perkebunan di Pulau Sumatera dalam rangka mendukung ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis nasional dilakukan dengan meningkatkan kualitas fungsi kawasan budi daya pertanian dan perkebunan. 3. Strategi operasionalisasi pengembangan kawasan andalan dengan unggulan perikanan dan kelautan di Pulau Sumatera dilakukan dengan: 1) mengoptimalkan pemanfaatan potensi perikanan tangkap dan budidaya secara berkelanjutan melalui pengembangan pusat-pusat kegiatan perikanan yang terpadu dengan pusat-pusat koleksi dan distribusi; 2) mendorong peningkatan nilai tambah manfaat hasil-hasil perikanan yang didukung oleh fasilitas pelayanan informasi dan jasa terpadu serta industri pengolahan ikan yang memiliki dukungan akses yang baik ke pasar; dan 3) mengembangkan kerjasama perdagangan/pemasaran dengan daerah-daerah produsen lainnya dan kerjasama perdagangan antar negara. 4. Strategi operasionalisasi pengembangan kawasan andalan dengan unggulan kehutanan di Pulau Sumatera dilakukan dengan: 1) mewujudkan pengelolaan hutan lestari melalui pemantapan kondisi kawasan hutan, perencanaan, pengamanan dan perlindungan hutan yang terpadu melalui pengendalian penebangan liar dan penanggulangan kebakaran hutan serta rehabilitasi kawasan hutan kritis; 2) memenuhi bahan baku industri hilir dengan pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) dan pengembangan hutan rakyat; 3) memperkuat kelembagaan masyarakat dalam rangka mitra sepaham pembangunan kehutanan dan peningkatan kesejahteraan; 4) menghindari terjadinya konflik kepentingan/penguasaan lahan/kawasan hutan; dan 5) mengembangkan kerjasama dengan lembaga peneliti lokal/regional/ internasional dalam rangka mengembangkan produk hasil hutan. 5. Strategi operasionalisasi pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan pertambangan di Pulau Sumatera dilakukan dengan: 1) mengembangkan pengelolaan pemanfaatan sumberdaya energi dan mineral secara optimal dengan memperhatikan daya dukung lingkungan; 2) mengendalikan kegiatan pertambangan yang mengakibatkan degradasi lingkungan dan kegiatan pertambangan ilegal; dan 3) mendorong pengembangan kawasan andalan yang memiliki sektor ungulan pertambangan meliputi Kawasan Lhokseumawe dan Sekitarnya, Kawasan Pantai Barat Selatan, Kawasan Andalan Laut Lhokseumawe-Medan dan Sekitarnya, Kawasan Tapanuli dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Laut Selat Malaka dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Laut Nias dan Sekitarnya, Kawasan Solok dan Sekitarnya, Kawasan Pekanbaru dan Sekitarnya,

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-16

Kawasan Natuna dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Laut Batam dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Laut Natuna dan Sekitarnya, Kawasan Muara Bulian Timur Jambi dan Sekitarnya, Kawasan Muara Enim dan Sekitarnya, Kawasan Palembang dan Sekitarnya, dan Kawasan Andalan Laut Krakatau dan Sekitarnya. 6. Strategi operasionalisasi pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan industri di Pulau Sumatera dilakukan dengan mendorong pengembangan industri pengolahan dan agro industri untuk meningkatkan nilai tambah sektor-sektor produksi wilayah seperti pertambangan, pertanian, perkebunan dan hasil hutan dengan memperhatikan upaya peningkatan integrasi aktivitas produksi antar wilayah, pemerataan hubungan antar sektor khususnya antara kawasan pantai Timur dan Barat Sumatera, mewujudkan iklim investasi yang kondusif, serta pemerataan penyebaran investasi. 7. Strategi operasionalisasi pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan pariwisata di Pulau Sumatera dilakukan dengan mengembangkan kawasan pariwisata berbasis ekosistem atau tanpa merusak lingkungan hidup maupun budaya setempat.

3.3 Arahan RTRW Provinsi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi atau RTRWP adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah provinsi. Raperda tentang RTRW Provinsi Bengkulu telah disahkan menjadi Perda RTRW No. 02 Tahun 2012 pada tanggal 11 Juni 2012. Muatan materi dari RTRW Provinsi Bengkulu akan dijabarkan sebagai berikut. Kebijakan penataan ruang wilayah Provinsi Bengkulu adalah: a. Meningkatkan aksesibilitas dan pemerataan pelayanan sosial ekonomi dan budaya keseluruh wilayah Provinsi; b. Memelihara dan mewujudkan kelestarian lingkungan hidup, serta mengurangi resiko bencana alam; c. Mengoptimalkan pemanfaatan ruang kawasan budidaya sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan; d. Meningkatkan produktifitas sektor-sektor unggulan sesuai dengan daya dukung lahan; e. Membuka peluang investasi dalam rangka meningkatkan perekonomian wilayah; f. Mengentaskan kemiskinan di kawasan tertinggal; g. Mendukung fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan.

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-17

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-18

3.3.1 Rencana Sistem Perkotaan

Rencana pengembangan sistem perkotaan di Provinsi Bengkulu bertujuan untuk mendorong peran dan fungsi setiap kota dalam pengembangan wilayah secara keseluruhan dalam lingkup Provinsi Bengkulu.

A. Rencana Pusat Kegiatan

Rencana pengembangan pusat kegiatan terdiri dari Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Di Provinsi Bengkulu ditetapkan seperti terlihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kriteria Fungsi Kota No Fungsi Kota Kriteria a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan Pusat Kegiatan Nasional internasional; 1. (PKN) b. Kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi; dan/atau c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi. a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN; b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi Pusat Kegiatan Wilayah sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang 2. (PKW) melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten/ kota; dan/atau c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten/ kota; ditetapkan secara nasional. a. Kawasan Perkotaan yang berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor; b. Kawasan Perkotaan yang berpotensi sebagai pusat Pusat Kegiatan Wilayah kegiatan industri dan jasa yang melayani skala 3. yang dipromosikan provinsi atau beberapa kabupaten/ kota; dan/atau Provinsi (PKWp) c. Kawasan Perkotaan yang berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota; d. dipromosikan oleh pemerintah provinsi a. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kabupaten/kota atau beberapa Pusat Kegiatan Lokal kecamatan; dan/atau 4 (Pkl) b.Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan; c.Diusulkan oleh pemerintah kabupaten/kota Sumber : PP 26 Tahun 2008 dan Hasil Analisis Tahun 2009

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-19

Berdasarkan kriteria dan arahan kebijakan pengembangan tata ruang Provinsi Bengkulu, maka rencana struktur pusat kegiatan di Provinsi Bengkulu sampai tahun 2030 terdiri dari 1 (satu) kota PKNp yaitu ibukota Provinsi Bengkulu yaitu Kota Bengkulu yang dipromosikan menjadi PKN, 3 (tiga) kota PKW, 3 (tiga) Kota Pkl yang diusulkan menjasi PKWpromosi (PKWp) dan 10 (sepuluh Pusat Kegiatan Lokal) Kota PKL. Sistem Perkotaan fungsional wilayah Provinsi Bengkulu diarahkan memiliki 3 hirarki pusat pelayanan, yaitu : a. Pusat Kegiatan Nasional promosi (PKNp), yaitu pusat yang melayani wilayah Provinsi Bengkulu, dan wilayah nasional/internasional yang lebih luas. Pusat pelayanan ini terletak di kawasan perkotaan Bengkulu (Bengkulu, Sungai Hitam, Betungan dan Nakau). Pengembangan Kota Bengkulu dan sekitarnya ini dipromosikan sebagai pusat pelayanan primer. b. Pusat Kegiatan Wilayah(PKW), yaitu pusat yang melayani satu atau lebih daerah Kabupaten/Kota. Pusat pelayanan sekunder ini dikembangkan dengan intensitas yang lebih tinggi untuk memacu pertumbuhan perekonomian di wilayah sekitarnya. Berdasarkan PP No 26/ Tahun 2008 ,maka ada tiga Pusat Kegiatan Wilayah yang telah ditetapkan yaitu Kota Curup(ibukota Kabupaten Rejang Lebong), Manna (ibukota Kabupaten Bengkulu Selatan) dan Muko-Muko. ibukota Kabupaten Muko-Muko

Selanjutnya, selain PKW yang sudah ditetapkan dalam PP no. 26/Tahun 2008, maka ibukota-ibukota kabupaten yang merupakan hasil pemekaran dan saat ini berstatus sebagai PKl dipromosikan dalam perencanaan Provinsi Bengkulu 20 tahun mendatang untuk menjadi PKWp yaitu Kota Kepahiang, Arga Makmur dan Bintuhan. c. Pusat Kegiatan Lokal(PKL) yaitu kota-kota pusat pelayanan tersier yang dikembangkan untuk melayani satu atau lebih kecamatan. Pusat pelayanan tersier ini terutama dikembangkan untuk menciptakan satuan ruang wilayah yang lebih efisien sebagai sentra pelayanan kegiatan lokal.

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) ditentukan berdasarkan analisis kebutuhan ruang kawasan perkotaan di Provinsi Bengkulu hingga akhir tahun perencanaan adalah meliputi Kota Ipuh di Kabupaten Muko-Muko; Ketahun dan Malakoni (P. Enggano) di Kabupaten Bengkulu Utara; Karang Tinggi di Kabupaten Bengkulu

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-20

Tengah; Kota Padang di Kabupaten Rejang Lebong; Dan selanjutnya Bermani Ilir di Kabupaten Kepahiang, Kota Muara Aman/Tubei di Kabupaten Lebong, Kota Tais di Kabupaten Seluma, Kota Linau di Kabupaten Kaur dan Kota Masat di Kabupaten Bengkulu Selatan. Secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan Tabel 3.5.

Tabel 3.4 Sistem Perkotaan Provinsi Bengkulu Sampai Tahun 2030

PKNp PKW PKWp PKL 1.Muko-Muko 1. Ipuh 2. Ketahun 1. Arga Makmur 3. Malakoni 4. Karang Tinggi 5. Muara Aman Bengkulu 2.Kepahiang 6. Bermani Ilir 2.Curup 7. Kota Padang 8. Tais 3.Manna 9. Masat 3. Bintuhan 10. Linau Sumber : PP 26 Tahun 2008, dan Hasil Rencana, 2030. Keterangan : PKN dan PKW : ditetapkan sesuai Kebijakan Nasional PKWp dan PKL : ditetapkan Atas Usulan dan sesuai Potensi dan Arah Kebijakan Provinsi Bengkulu

B. Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Bengkulu

Sesuai pengertian dalam PP Nomor 26 Tahun 2008 bahwa Kawasan Metropolitan adalah Kawasan Perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan disekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa. Sehingga dalam penetapan kawasan metropolitan dapat disampaikan kriteria sebagai berikut : 1) Memiliki jumlah penduduk paling sedikit 1.000.000 (satu juta) jiwa; 2) Terdiri atas satu kawasan perkotaan inti dan beberapa kawasan perkotaan di sekitarnya yang membentuk satu kesatuan pusat perkotaan; dan 3) Terdapat keterkaitan fungsi antar kawasan perkotaan dalam satu sistem metropolitan.

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-21

Tabel 3.5 Rencana Sistem Perkotaan di Provinsi Bengkulu Sampai Tahun 2030 Nama & No. Strategi Fungsi Hirarki Kota I. PKW dipromosikan menjadi PKNp . Pusat pemerintahan provinsi . Pusat perdagangan dan jasa regional. . Pusat distribusi dan koleksi hasil pertanian, perkebunan dan perikanan Pengembangan/Peningkat 1. Kota Bengkulu . Pusat Industri an Fungsi . Pusat transportasi darat, laut dan udara . Pusat wisata sejarah dan pendukung jasa pariwisata. . Pusat Pendidikan tinggi. . Pusat Industri. II.A PKW (sesuai PP no.26 Tahun 2008) . Pusat pemerintahan kab. . Pusat Pelayanan Fasilitas : Pendidikan Tinggi, kesehatan, dll. . Pusat perdagangan dan jasa . Pusat Koleksi dan distribusi hasil Pertanian, Perkebunandan sub sector pertanian, dan Perikanan Pengembangan/Peningkat Manna(Kabupaten . Industri Pengolahan Hasil Pertanian & Industri Rumah 1. an Fungsi Bengkulu Selatan) Tangga (Makanan-Minuman)

. Pusat Agroindustri . Pusat Transportasi . Permukiman . Pariwisata bahari dan pariwisata buatan . Pertambangan . Pusat pemerintahan kab. . Pusat perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan beberapa kab. Muko-Muko . Pusat koleksi dan distribusi hasil-hasil tanaman pangan, Pengembangan/Peningkat 2. (Kabupaten Muko- perkebunan, peternakan dan kehutanan an Fungsi Muko) . Pusat Industri (antara lain pengolahan Kelapa Sawit) . Pusat Pertambangan (batubara) . Pusat Industri Perikanan . Pusat Pariwisata . Pusat pemerintahan kab. . Pusat perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan beberapa kab. . Pusat Industri Curup (Kab. Pengembangan/Peningkat 3. . Simpul transportasi utama penghubung ke jaringan Lintas Rejang Lebong) an Fungsi Tengah Sumatera (PKN :Palembang). . Pusat Kegiatan Pertanian, (tanaman pangan dan perkebunan, peternakan, perikanan darat) . Pusat Pariwisata Alam (perkebunan) II.B PKWp (promosi) Ibukota-Ibukota Kabupaten Hasil Pemekaran (Pkl) yang diusulkan menjadi PKW . Pusat pemerintahan kab. . Pusat perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan beberapa Pengembangan/Peningkat kabupaten . 1 Kepahiang an Fungsi . Simpul transportasi untuk beberapa kabupaten . . Pusat kegiatan Pertanian dan Perkebunan(teh) skala wilayah. . Pariwisata Alam . Pusat pemerintahan kab. . Pusat perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan beberapa kabupaten. Pengembangan/Peningkat . Pusat Industri 2 Arga Makmur an Fungsi . Pusat Pertanian, Perkebunan, Perikanan Laut dan Kehutanan skala wilayah. . Pusat Pertambangan(batu-bara) . Pusat Pariwisata Laut . Pusat pemerintahan kab. Pengembangan/Peningkat 3. Bintuhan . Pusat perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan beberapa an Fungsi kabupaten .

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-22

. Pusat Pertanian, Pertambangan(pasir kuarsa, migas, emas, andesit dan marmer), Perkebunan (jahe gajah) dan Perikanan skala wilayah . Industri Minuman Jahe instan III PKL (Pusat Kegiatan Lokal) . Pusat Pemerintahan Kecamatan Ipuh . Pusat Perdagangan dan Jasa Skala Lokal (Kab. Muko- Pengembangan/Peningkat . Simpul transportasi darat yang terletak di Jalinbar Muko- 1. Muko) an Fungsi Muko - Bengkulu

. Pusat Pertanian, Perikanan laut , Kehutanan dan Perkebunan

skala lokal Ketahun . Pusat Pemerintahan Kecamatan (Kab. Bengkulu Pengembangan/Peningkat . Pusat Kawasan Agropolitan (KTM)LAGITA 2. Utara) an Fungsi . Pusat Pertanian (padi), Perkebunan (Kelapa sawit dan karet) dan pertambangan batubara . Pusat Pemerintahan Kecamatan . Pusat pelabuhan pengumpan Malakoni (P. Pengembangan/Peningkat . Pusat perdagangan dan jasa skala lokal 3. Enggano, Kab. an Fungsi . Pusat perikanan laut Bengkulu Utara) . Pusat Kawasan Kegiatan Wisata Laut . Pusat Pertahanan Kemanan (pulau terluar) . Pusat Pemerintahan Kabupaten Karang Tinggi . Pusat Perdagangan Jasa skala lokal Pengembangan/Peningkat 4. (Kab. Bengkulu . Simpul transportasi dari arah Timur (Provinsi Sumatera an Fungsi Tengah) Selatan)menuju Kota Bengkulu . Pusat Pertanian dan Perkebunan skala lokal . Pusat Pemerintahan Kecamatan Kota Padang . Simpul transportasi jalan rel dan jalan raya (menuju Provinsi Pengembangan/Peningkat 5.. (Kab.Rejang Sumatera Selatan dari Kota Bengkulu) an Fungsi Lebong) . Pusat Perdagangan dan jasa skala lokal . Pusat Pertanian dan Perkebunan skala lokal . Pusat Pemerintahan Kecamatan . Simpul transportasi dari Kota Bengkulu menuju Kab. Rejang Bermani Ilir Lebong 6. (Kab.Kepahiang) . Pusat Perdagangan dan jasa skala lokal . Pusat Pertanian dan Perkebunan karet, kelapa sawit, kopi dan kelapa skala lokal Muara . Pusat Pemerintahan Kabupaten 7 Aman/Tubei (Kab. . Pusat Pertanian dan Perkebunan dan Kehutanan Lebong) . Pusat Konservasi . Pusat pemerintahan Kabupaten Tais (Kab. Pengembangan/Peningkat 8. . Simpul transportasi yang terletak di Jalan Lintas barat Seluma) an Fungsi . Pusat pertanian dan perkebunan Masat(Kec. Pino, Pengembangan/Peningkat . Pusat pemerintahan Kecamatan 9. Kab. Bengkulu an Fungsi . Pusat Agroindustri Selatan) . Pusat pemerintahan Kecamatan . Pusat pelabuhan regional Linau Pengembangan/Peningkat 10. . Pusat perdagangan dan jasa skala lokal (Kab.Kaur) an Fungsi . Pusat perikanan laut . Pusat wisata

Berdasarkan pada kriteria tersebut di atas maka, kawasan metropolitan Bengkulu secara administrasi meliputi wilayah Kota Bengkulu, Sungai Hitam, Betungan dan Nakau dapat dikembangkan sebagai kota metropolitan dengan peran masing-masing sebagai berikut : a. Kota Bengkulu sebagai kawasan perkotaan inti, b. Sungai Hitam, Betungan dan Nakau sebagai kawasan perkotaan satelit,

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-23

3.3.2 Rencana Kawasan Strategis Provinsi Kawasan strategis Provinsi adalah kawasan yang penataan ruangnya yang di prioritaskan karena mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. A. Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi Kawasan-kawasan strategis yang merupakan kawasan pusat pertumbuhan wilayah dan dapat menjadi kawasan pendorong bagi kawasan di sekitarnya, yaitu: 1. Kawasan Strategis Kota Bengkulu dan sekitarnya sebagai Kawasan Strategis bidang Ekonomi. Kawasan ini diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah Provinsi yang berfungsi sebagai pusat produksi dan distribusi untuk mendukung sector produksi wilayah sekitarnya seperti pertanian, perkebunan, agro industry dan peternakan.Pengembangan Kawasan Strategis ini diarahkan untuk mendukung fungsi Kota Bengkulu sebagai kota PKNp(romosi). 2. Kawasan Strategis Pulau Baai, Linau, Enggano sebagai Kawasan Strategis bidang Ekonomi. Kawasan ini diarahkan untuk mendukung Kegiatan Ekonomi Ekspor-Impor Provinsi Bengkulu dan sekitarnya yang bertumpu pada Fungsi Pelabuhan untuk perdagangan hasil-hasil pertanian(perkebunan), perikanan dan pertambangan. 3. Kawasan Strategis Kota Tani Mandiri(KTM) LAGITA(Lais, Giri Kencana dan Ketahun) sebagai Kawasan Strategis bidang Ekonomi yang diarahkan sebagai Kota Tani Mandiri (KTM) yang berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional. Kawasan Pertumbuhan Ekonomi yang diitetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal yaitu ibukota-ibukota kabupaten yang diusulkan untuk menjadi PKW yaitu PKWpromosi meliputi Kota Arteri Primer 1. Arga Makmur, 2. Kepahiang, Kolektor Primer 1

3. Bintuhan Kolektor Primer 2

B. Kawasan Strategis Daya DukungLingkungan Hidup Kolektor Primer 3 Kawasan Strategis memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yaitu Kabupaten Lebong sebagai Kawasan Taman Konservasi Nasional yang berorientasi pada perlindungan dan kelestarian sumber daya alam karena sebagian besar wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat yang merupakan kawasan strategis Nasional dari sudut lingkungan hidup terletak di Kabupaten Lebong.

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-24

C. Kawasan Strategis Sosial Kawasan LAMBAITARITAM (Ngalam-Pulau Baai-Tapak Paderi-Sungai Hitam) sebagai kawasan strategis provinsi bidang sosial budaya, khususnya subbidang pariwisata. Hal ini disebabkan karena kawasan ini merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial antara lain kawasan yang: 1) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya; 2) merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya; 3) merupakan aset yang harus dilindungi dan dilestarikan; 4) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya; 5) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; atau

3.3.3 Rencana Pengembangan Transportasi A. Rencana Pembangunan dan Peningkatan Jalan Rencana Pembangunan dan Peningkatan Jalan di Provinsi Bengkulu dimaksudkan untuk mendukung Rencana Struktur Ruang Kota Bengkulu. Sesuai arahan struktur ruang ibukota Provinsi Bengkulu diarahkan sebagai Kota PKNp. Mengingat, bahwa penetapan Kota Bengkulu sebagai Kota PKNp memerlukan kajian dan proses legal yang lama dan sebelum Kota Bengkulu menjadi Kota PKN, maka jalan yang menuju kota Bengkulu belum dapat ditetapkan menjadi jalan Arteri Primer. Rencana pembangunan dan peningkatan jalan dan jembatan sampai dengan tahun 2030 di Provinsi Bengkulu yaitu:  Peningkatan kondisi jalan dan geometrik jalan sesuai dengan fungsinya  Pembangunan dinding penahan abrasi air laut pada ruas jalan Batas Sumbar- Bengkulu  Rencana pengembangan jaringan jalan Nasional Trans Enggano yaitu ruas jalan Ka’ana-Kahyapu, Kahyapu-Tg.Keramai, Malakoni-Ka’ana, Malakoni-Banjarsari sebagai pendukung keterbukaan wilayah pulau Enggano  Perbaikan perkerasan pada ruas jalan-ruas jalan Kolektor Primer 2 yang rusak .  Perlindungan terhadap kerusakan lingkungan khusunya pada ruas jalan yang meilntasi hutan lindung dan taman nasional.  Sejalan dengan rencana pengembangan Struktur Ruang Provinsi, bahwa Kota Bengkulu diarahkan sebagai PKNp, maka peningkatan kondisi jalan dan geometrik jalan Provinsi pada akhir tahun perencanaan sesuai dengan fungsi dengan asumsi, bahwa apabila Kota Bengkulu sudah disetujui sebagai PKN sehingga pembangunan dan peningkatan jalan dalam jangka Panjang adalah peningkatan fungsi jalan nasional dari K-1 menjadi Arteri Primer (AP) nasional Batas Sumbar – Bengkulu – Batas Lampung. Beberapa ruas jalan yang akan berubah fungsinya, apabila Kota Bengkulu berstatus sebagai PKNp dapat dilihat pada Tabel 3.6 - Tabel 3.9.

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-25

Tabel 3.6 Jaringan Jalan Nasional Provinsi Bengkulu Menurut Keputusan Menteri PU No 630/KPTS/M/2009

Panjan Nomor Ruas Fungs Nama Ruas Jalan gJalan Status Kabupaten Baru i (km) 001 Batas Prov. Sumbar – Mukomuko 33.520 K-1 Nasional Muko-Muko 002 Muko-Muko- Bantal 51.420 K-1 Nasional Muko-Muko 003 Bantal – Ipuh 49.600 K-1 Nasional Muko-Muko 004 Ipuh – Seblat 37.600 K-1 Nasional Muko-Muko Nasional Muko-Muko, Bengkulu 005 Seblat – Ketahun 42.070 K-1 Utara 006 Ketahun – Ds Air Limas – Bintunan 31.170 K-1 Nasional Bengkulu Utara 007 Bintunan – Lais 11.380 K-1 Nasional Bengkulu Utara Bengkulu Utara, Bengkulu 008 Lais- Kerkap 20.620 K-1 Nasional Tengah Bengkulu Tengah, Kota 009 Kerkap – Ps Pedati(S. Hitam) 21.130 K-1 Nasional Bengkulu 009 11 K Jln. Budi Utomo ( BENGKULU) 2.700 K-1 Nasional Kota Bengkulu 009 12 K Jln. W.R. SUPRATMAN ( BENGKULU 10.150 K-1 Nasional Kota Bengkulu 010 Pasar Pedati – Tugu Hiu 6.330 K-1 Nasional Kota Bengkulu 011 Tugu Hiu – Sp Nakau 2.830 K-1 Nasional Kota Bengkulu 012 11 K Jln. Nakau – Air Sebakul(BENGKULU) 6.300 AP Nasional Kota Bengkulu 013 11 K Jln. Air Sebakul - Betungan(BENGKULU) 6.330 K-1 Nasional Kota Bengkulu 014 11 K Jln. Betungan- Padang Serai(BENGKULU) 4.400 K-1 Nasional Kota Bengkulu Jln. Akses Pelabuhan (BENGKULU) (PG. 015 11 K 5.140 AP Nasional Kota Bengkulu DEWA – P. BAAI) 016 11 K Air Sebakul – Pagar Dewa 1.600 AP Nasional Kota Bengkulu 017 Kb Sari – Air Sebakul 17.030 AP Nasional Kota Bengkulu 018 Betungan – Tais 43.420 K-1 Nasional Kota Bengkulu, Seluma Jln. Depati Dayang Negara( PAGAR 018 11 K 5.700 AP Nasional Kota Bengkulu DEWA- BANDARA – BETUNGAN) 019 Tais – Maras 58.120 K-1 Nasional Seluma 020 Maras – Sp Kurawan (MANNA) 14.770 K-1 Nasional Seluma, Bengkulu Selatan 020 11 K Sp Kurawan – K. Bupati (MANNA) 4.110 K-1 Nasional Bengkulu Selatan 020 12 K K. Bupati – Jln. Samsul Bahrun(MANNA) 5.720 K-1 Nasional Bengkulu Selatan 021 Sp. Rukis(Manna) – Tanjung Kemuning 40.700 K-1 Nasional Bengkulu Selatan 021 11 K Jln. Iskandar Basir (MANNA) 1.450 K-1 Nasional Bengkulu Selatan 022 Tanjung Kemuning – Linau 44.260 K-1 Nasional Bengkulu Selatan 023 Linau – Batas Prov. Lampung 28.410 K-1 Nasional Bengkulu Selatan 024 Nakau – Batas Kota Kepahyang 48.560 AP Nasiona Kota Bengkulu, Kepahyang 024 11 K Jln. Merdeka(KEPAHYANG) 2.000 AP Nasiona Kepahyang 024 12 K Jln. Santoso(KEPAHYANG) 0.300 AP Nasiona Kepahyang 024 13 K Jln. Lintas Bengkulu(KEPAHYANG) 1.900 AP Nasiona Kephyang Bts Kota Kepahyang – Sp Tabamulan 025 21.130 AP Nasiona Kepahyang, Rejang Lebong (CURUP) 026 Sp. Tabamulan – Bts Kota CURUP 5.060 AP Nasiona Rejang lebong 026 11 K Jln. Thamrin(CURUP) 0.900 AP Nasiona Rejang lebong 026 12 K Jln. Merdeka(CURUP) 1.600 AP Nasiona Rejang lebong 026 13 K Jln. A. Yani (CURUP) 1.300 AP Nasiona Rejang lebong Sp. Nangka(CURUP) – Batas Prov . 027 42.960 AP Nasiona Rejang lebong SUMSEL 027 11 K Curup – Sp. Nangka (Curup) 6.450 AP Nasiona Rejang lebong 028 Manna – Bts PROV.SUMSEL 40.852 K-1 Nasional Bengkulu Selatan

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-26

Tabel 3.7 Jaringan Jalan Kolektor Primer 2 (KP-2) yang menjadi Kewenangan Provinsi Bengkulu Menurut Status dan Fungsi Jalan Panjan Fungs Nomor Ruas Nama Ruas Jalan g Jalan Status Kabupaten i (km) 8 1 Curup - Tes 50.07 K-2 Provinsi Rejang Lebong 8 2 Tes - Muara Aman - Tb. Sawah 35 K-2 Provinsi Rejang Lebong 11 Kerkap - Lubuk durian 23.88 K-2 Provinsi Bengkulu Utara 12 1 Lubuk Durian - Argamakmur 20.85 K-2 Provinsi Bengkulu Utara 12 2 Argamakmur -Lais 29.37 K-2 Provinsi Bengkulu Utara 12 11 K Jl. Sudirman (Argamakmur) 1.2 K-2 Provinsi Bengkulu Utara 12 12 K Jl. Basuki Rahmat (Argamakmur) 1.5 K-2 Provinsi Bengkulu Utara 12 13 K Jl. Ahmad Yani (Argamakmur) 1 K-2 Provinsi Bengkulu Utara 12 21 K Jl. Moh. Yamin (Argamakmur) 0.7 K-2 Provinsi Bengkulu Utara 12 22 K Jl. Moh. Hatta (Argamakmur) 0.6 K-2 Provinsi Bengkulu Utara 12 23 K Jl. Ir. Soekarno (Argamakmur) 2.2 K-2 Provinsi Bengkulu Utara 12 24 K Jl. Alamsyah (Argamakmur) 0.28 K-2 Provinsi Bengkulu Utara 14 Tambang Sawah - Ketenong 16.06 K-2 Provinsi Lebong 17 1 Gunung Selan - Girimulya 28.8 K-2 Provinsi Bengkulu Utara 17 2 Girimulya - Atas Tebing 26.4 K-2 Provinsi Bengkulu Utara 17 3 Atas Tebing - Muara Aman 15.1 K-2 Provinsi Bengkulu Utara 20 Girimulyo - Ds. Air Limas 30 K-2 Provinsi Bengkulu Utara 21 Lubuk Durian - Lubuk Sini 44.3 K-2 Provinsi Bengkulu Utara 22 Penarik - Lubuk Pinang 43.62 K-2 Provinsi Muko Muko 24 1 Tanjung Iman - Muara Sahung 24.3 K-2 Provinsi Kaur 24 2 Muara Sahung - Air Tembok (Bts. Sumsel) 17 K-2 Provinsi Kaur 25 Kelutum - Simpang Pino 22.7 K-2 Provinsi Bengkulu Utara 26 Padang Ulak Tanding - Kota Padang -Derati 29.4 K-2 Provinsi Kepahiang 27 Tabamulan - Simpang Nangka 12.6 K-2 Provinsi Kepahiang 28 Permu - Beringin Tiga 43 K-2 Provinsi Kepahiang 29 Tebat Monok - Tabalagan 53 K-2 Provinsi Kepahiang 32 Sendawar - Maras Jauh - Talang Alai - Ps. Maras 28.4 K-2 Provinsi Seluma 35 Batik Nau - Lubuk Banyau 21.4 K-2 Provinsi Bengkulu Utara 43 Sp. Durian Bubur (Tedeenan) - Pasar Talo 17.5 K-2 Provinsi Seluma 44 Suka Raja - Padang Copo - Bts. Sumsel 49 K-2 Provinsi Seluma 45 Sp. Air Muring - Sukabaru 23.4 K-2 Provinsi Bengkulu Utara 46 Sukabaru - Bukit Berlian - Napal Putih 42.8 K-2 Provinsi Bengkulu Utara 47 Ketahun - Bukit Berlian 21.2 K-2 Provinsi Bengkulu Utara 50 11 K Argamakmur - Taba Tembilang 5 K-2 Provinsi Bengkulu Utara 51 Taba Tembilang - Kurotidur 5.25 K-2 Provinsi Bengkulu Utara 52 Kurotidur - Lubuk Banyau 13.4 K-2 Provinsi Bengkulu Utara 56 Bukit Berlian - Renajaya 18.15 K-2 Provinsi Bengkulu Utara 30 1 Sp. III Ngalam - Pasar Ngalam 6.8 K-3 Kabupaten Bengkulu 30 2 Ps. Ngalam - Ps. Talo - Kembang Mumpu 55 K-3 Kabupaten Seluma 40 Padang Serai - Simp. Ngalam 28.5 K-3 Kabupaten Seluma 16 Tanjung Agung Palik - Gunung Selan 19.62 K-3 Kabupaten Bengkulu Utara 23 1 Tanjung Kemuning - Datar Lebar 33.5 K-3 Kabupaten Kaur 23 2 Datar Lebar - Mentiring 24.5 K-3 Kabupaten Kaur 31 Kepala Curup - Sp. III Karang Baru 19.7 K-3 Kabupaten Rejang Lebong 33 1 Sp. III Kayu Kunyit - Gd. Agung - Plk. Bengkerung 23.4 K-3 Kabupaten Bengkulu Selatan 33 2 Plk. Bengkerung - SukaRami - Batu Ampar 14 K-3 Kabupaten Bengkulu Selatan 33 3 Sp. Kedurang - Keban Agung - Batu Ampar 20.3 K-3 Kabupaten Bengkulu Selatan 36 Kurawan - Pinyu Layang - Pd. Leban 14.4 K-3 Kabupaten Bengkulu Selatan 37 Sp. III Pd.Guci - Air Kering - Padang Leban 21 K-3 Kabupaten Bengkulu Selatan 38 Sp. Gunung Selan - Unit III Kuro Tidur 13.4 K-3 Kabupaten Bengkulu Utara 39 Tugu Hiu - Taman Hutan Raya - Plajau 10.9 K-3 Kabupaten Bengkulu Utara 41 Air Lang - Desa Apur 13.2 K-3 Kabupaten Bengkulu Utara 42 Desa Kali - Argamakmur 8.2 K-3 Kabupaten Kepahiang 48 Jalan Wisata Air Terjun Curup IX 22.04 K-3 Kabupaten Bengkulu Utara 49 Sp. workshop - Argamakmur 3.7 K-3 Kabupaten Bengkulu Utara 54 Jalan Wisata Suban Air Panas 7.4 K-3 Kabupaten Rejang Lebong 55 Jalan Wisata Kepahyang - Kebawetan - Bandung Baru 16 K-3 Kabupaten Kepahiang 57 Banjarsari - Malkoni - Kayu Apuh 32 K-3 Kabupaten Enggano 58 1 Kelindang - Susup 9.6 K-3 Kabupaten 58 2 Susup-TanjungAlam-Bumi Sari (Ujan Mas) 18.63 K-3 Kabupaten Kepahiang JUMLAH 2093.01 Sumber : Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah 375/KPTS/M/2004

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-27

Tabel 3.8 Usulan Rencana Peningkatan Jaringan Jalan Nasional (KP1 menjadi AP) di Provinsi Bengkulu untuk Mendukung Fungsi Kota Bengkulu sebagai PKNp(romosi)

Nomor Ruas Panjang Nama Ruas Jalan Fungsi Status Kabupaten Baru Jalan (km)

001 Batas Prov. Sumbar – Mukomuko 33.520 AP Nasional Muko-Muko 002 Muko-Muko- Bantal 51.420 AP Nasional Muko-Muko 003 Bantal – Ipuh 49.600 AP Nasional Muko-Muko 004 Ipuh – Seblat 37.600 AP Nasional Muko-Muko 005 Seblat – Ketahun 42.070 AP Nasional Muko-Muko, Bengkulu Utara 006 Ketahun – Ds Air Limas – Bintunan 31.170 AP Nasional Bengkulu Utara 007 Bintunan – Lais 11.380 AP Nasional Bengkulu Utara Bengkulu Utara, Bengkulu 008 Lais- Kerkap 20.620 AP Nasional Tengah Bengkulu Tengah, Kota 009 Kerkap – Ps Pedati(S. Hitam) 21.130 AP Nasional Bengkulu 009 11 K Jln. Budi Utomo ( BENGKULU) 2.700 AP Nasional Kota Bengkulu 009 12 K Jln. W.R. SUPRATMAN ( BENGKULU 10.150 AP Nasional Kota Bengkulu 010 Pasar Pedati – Tugu Hiu 6.330 AP Nasional Kota Bengkulu 011 Tugu Hiu – Sp Nakau 2.830 AP Nasional Kota Bengkulu 013 11 K Jln. Air Sebakul - Betungan(BENGKULU) 6.330 AP Nasional Kota Bengkulu 014 11 K Jln. Betungan- Padang Serai(BENGKULU) 4.400 AP Nasional Kota Bengkulu 018 Betungan – Tais 43.420 AP Nasional Kota Bengkulu, Seluma 019 Tais – Maras 58.120 AP Nasional Seluma 020 Maras – Sp Kurawan (MANNA) 14.770 AP Nasional Seluma, Bengkulu Selatan 020 11 K Sp Kurawan – K. Bupati (MANNA) 4.110 AP Nasional Bengkulu Selatan 020 12 K K. Bupati – Jln. Samsul Bahrun(MANNA) 5.720 AP Nasional Bengkulu Selatan 021 Sp. Rukis(Manna) – Tanjung Kemuning 40.700 AP Nasional Bengkulu Selatan 021 11 K Jln. Iskandar Basir (MANNA) 1.450 AP Nasional Bengkulu Selatan 022 Tanjung Kemuning – Linau 44.260 AP Nasional Bengkulu Selatan 023 Linau – Batas Prov. Lampung 28.410 AP Nasional Bengkulu Selatan

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-28

Tabel 3.9 Nama Ruas Jalan yang merupakan Rencana Pembangunan Jalan Baru (Jalan Lintas Tengah) di Provinsi Bengkulu Menurut Status dan Fungsi

No Nama Ruas Jalan Fungsi Status Kabupaten

Lubuk Pinang - Lalang Luas –Lubuk Pauh-Sungai 1 Jerinjing-Sungai Ipuh-Lubuk Saung - Bukit Makmur - K-2 Provinsi Muko Muko Talang Arah - Gajah Makmur (SP VIII Suka Baru (PLG) - Air Tenang – Talang Lumpang- Tanjung Dalam-Teluk Kangu- Batu Payung - Talang Benai - Daen Sunraio - Limas Jaya (D IV) – Unit IX - 2 Giri Mulya - Kuro Tidur – Senali – Taba Tembilang - K-2 Provinsi Bengkulu Utara Lubuk Saung – Kemumu - Lubuk Durian - Pematang Tiga – Sekayun – Bajak – Kelindang - Lubuk Sini - Suka Rami 3 Padang Capo – Ulu Talo - Durian Bubur – Sendawar K-2 Provinsi Seluma Simpang Manna+Tanjung Sakti – Palak Bengkerung – 4 K-2 Provinsi Bengkulu Selatan Batu Ampar Datar Lembar – Bungin Tambun II - Muara Sahung – 5 Tanjung Agung - Palawan – Bandigagung (Batas K-2 Provinsi Kaur Lampung) Lintasan Muara Aman – Ketenong Tambang Sawah – 6 K-2 Provinsi Lebong Ketenong I – Ketenong II – Sungai Lisai – Merangin

 Rencana pembangunan Jalan Lintas Tengah Provinsi Bengkulu yaitu pembangunan jalan baru yang berfungsi sebagai jalan kolektor primer meliputi ruas jalan dan jembatan yaitu: Batas Provinsi Lampung - Muara Dua - Muara Sahung - Datar Lebar - Batu Ampar - Palak Bengkerung -Simpang Pino – Sendawar - Padang Capo - Lubuk Sini – Pelajau - Lubuk Durian - Gunung Selan - Giri Mulya - Dusun Baru - Napal Putih - Suka Merindu - Talang Gelumbang - Talang Arah – Tunggang - Bunga Tanjung - Lubuk Saung - Lalang Petai - Lubuk Pinang - Batas Sumatera Barat. B. Rencana Terminal dan Sarana Angkutan Umum Terminal penumpang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menaikkan/ menurunkan penumpang, perpindahan intra dan atau antar moda transportasi serta pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum. Terminal penumpang berdasarkan fungsi pelayanannya dibagi menjadi :  Terminal Penumpang Tipe A, berfungsi melayani kendaraan angkutan umum untuk angkutan luar kota antar propinsi, dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.  Terminal Penumpang Tipe B, berfungsi melayani kendaraan angkutan umum untuk angkutan kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.  Terminal Penumpang Tipe C, berfungsi melayani kendaraan angkutan umum untuk angkutan pedesaan

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-29

Persyaratan Lokasi untuk masing-masing tipe terminal adalah sebagai berikut: 1. Terminal Tipe A  Terletak di Ibukota Propinsi, Kota atau Kabupaten dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara  Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas III A  Jarak antara dua terminal penumpang, tipe A sekurang-kurangnya 20 km di Pulau Jawa, 30 km di pulau Sumatera dan 50 km di pulau lainnya  Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera dan 3 ha untuk pulau lainnya  Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal, sekurang-kurangnya berjarak 100 meter di Pulau Jawa dan 50 meter di pulau lainnya. 2. Terminal Tipe B  Terletak di Kota atau Kabupaten dalam jaringan trayek antar kota dalam propinsi.  Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas III B.  Jarak antara dua terminal penumpang, tipe B atau dengan terminal tipe A sekurang-kurangnya 15 km di Pulau Jawa, dan 30 km di pulau lainnya  Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 3 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera dan 2 ha untuk pulau lainnya  Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal, sekurang-kurangnya berjarak 50 meter di Pulau Jawa dan 30 meter di pulau lainnya.

Berdasarkan kriteria di atas, maka struktur pengembangan terminal penumpang di Provinsi Bengkulu diarahkan pada pemberdayaan fungsi Terminal tipe A dan Tipe B yang sudah terbangun di Provinsi Bengkulu, seperti disajikan pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10 Terminal Tipe A dan Tipe B di Provinsi Bengkulu

No. Nama Terminal Type Lokasi 1 Betungan A Kota Bengkulu 2 Ketahun B Ketahun 3 Ipuh B Ipuh 4 Lubuk Pinang B Lubuk Pinang 5 Taba Penanjung B Taba Penanjung 6 Gunung Ayu B Manna 7 Simpang Nangka B Curup

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-30

C. Jalan Rel Sesuai dengan arahan pola pengelolaan sistem jaringan jalan rel pulau Sumatera, arahan pengembangan jalan rel di Provinsi Bengkulu didasarkan pada strategi pengembangan jaringan transportasi kapasitas tinggi, khususnya untuk angkutan barang atau produk komoditas berskala besar. Jalan rel kereta api merupakan pengembangan baru yang menghubungkan wilayah Provinsi Bengkulu dengan Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Sumatera Barat.Lintasan jalan rel kereta api yang dikembangkan adalah :  Lintasan Tebingtinggi – Bengkulu  Lintasan Bengkulu – Muko-Muko -Kota Padang- Pariaman dst.  Lintasan Linau(Bintuhan) – Muara Enim

Pengembangan jalan rel kereta api ini masih memerlukan kajian tentang kelayakannya serta perencanaan dan perancangan teknis.Selain itu, karena rencana jalan rel Linau – Muara Enim akan melintasi kawasan lindung Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. D. Angkutan Penyeberangan Pengembangan angkutan penyeberangan diarahkan pada peningkatan keterkaitan pulau Enggano dengan wilayah daratan Provinsi Bengkulu. Pengembangan angkutan penyeberangan merupakan peningkatan dari angkutan penyeberangan yang ada sekarang dan pengembangan lintasan baru disertai pembangunan dermaga/terminal penyeberangan. Pengembangan angkutan penyeberangan di Provinsi Bengkulu meliputi : 1. Lintasan Bengkulu – Enggano, dengan pelabuhan penyeberangan masing-masing Pulau Baai dan Kahyapu dengan kapal jenis Ro-Ro. Peningkatan pelayanan angkutan penyeberangan Pulau Baai – Kahyapu ini terutama berkaitan dengan pengembangan Pulau Enggano. 2. Lintasan Pulau Baai – Pulau Tikus, dengan pembangunan pelabuhan di Pulau Tikus. Pengembangan angkutan penyeberangan ini adalah untuk mendukung pengembangan kegiatan wisata di Pulau Tikus. 3. Lintasan Linau (Kabupaten Kaur) – Kahyapu (Enggano), dengan pengembangan pelabuhan baru di Linau. 4. Lintasan Ketahun (Kabupaten Bengkulu Utara) – Enggano, dengan pengembangan pelabuhan baru di Ketahun. E. Transportasi Laut Pengembangan transportasi laut diarahkan pada peningkatan dukungan transportasi laut dalam keterkaitan pelayanan antar kawasan di Provinsi Bengkulu. Pengembangan transportasi laut di Provinsi Bengkulu merupakan peningkatan dari prasarana pelabuhan yang ada sekarang dan pengembangan pelabuhan baru, meliputi:

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-31

1. Pengembangan Pelabuhan Pulau Baai menjadi pelabuhan pengumpul prioritas sedang pada jangka Menengah(sebelum Bengkulu menjadi PKN). Apabila Kota Bengkulu disetujui menjadi PKNp, maka Pengembangan Pelabuhan Pulau Baai direncanakan menjadi pelabuhan utama. Pelabuhan Pulau Baai ini akan melayani kegiatan ekspor dan impor bagi Provinsi Bengkulu. Peningkatan prasarana dan sarana di pelabuhan P.Baai meliputi: a. Peningkatan dermaga Pulau Baai untuk melayani kapal berbobot besar dengan muatan kontainer. b. Pembangunan lapangan penumpukan peti kemas. c. Perpanjangan break water pelabuhan P. Baai. d. Pengembangan fasilitas kesyahbandaran dan penjagaan laut dan pantai. e. Pemeliharaan alur dan kolam Pelabuhan Pulau Baai. 2. Pengembangan pelabuhan Malakoni untuk angkutan khusus wisatawan. Sementara untuk mendukung kegiatan perikanan berpeluang dikembangkan pelabuhan perikanan (pelabuhan khusus). Pelabuhan Malakoni diarahkan menjadi Pelabuhan Pengumpan Lokal. 3. Pengembangan Pelabuhan Linau, di Kabupaten Kaur, yang merupakan peningkatan dari kegiatan pelabuhan yang ada untuk mendukung peluang integrasi antara pelabuhan laut dengan pelabuhan penyeberangan dan jalan rel. Pelabuhan Linau diarahkan menjadi Pelabuhan Pengumpul prioritas sedang. 4. Peningkatan pelabuhan Mukomuko, di Kabupaten Mukomuko, yang merupakan peningkatan dari kegiatan pelabuhan yang ada/pernah ada. Pelabuhan ini diarahkan menjadi Pelabuhan Pengumpan Lokal. 5. Pengembangan angkutan laut perintis dari P. Baai ke Pulau Enggano, Muko- Muko, Linau. 6. Pengembangan pelabuhan khusus Ipuh dan Ketahun untuk mendukung kegiatan ekonomi, khususnya perkebunan sawit di kawasan KTM Lagita (pelabuhan Ketahun). 7. Dan pembangunan pelabuhan khusus Putri Hijau di Bengkulu Utara untuk mendukung kegiatan pengangkutan batubara.

F. Transportasi Udara Seperti halnya pengembangan transportasi laut, pengembangan transportasi udara juga diarahkan pada peningkatan dukungan transportasi udara dalam pelayanan keterkaitan antar kawasan di Provinsi Bengkulu. Pengembangan transportasi udara di Provinsi Bengkulu merupakan peningkatan dan pelengkapan serta pembangunan baru bandar udara, meliputi : 1. Peningkatan jalur pelayanan ke Provinsi lain dan luar negeri untuk mendukung fungsi kota Bengkulu menjadi PKN.

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-32

2. Peningkatan pelayanan Bandar Udara Fatmawati (Padang Kemiling) Bengkulu meliputi: a. perpanjangan landas pacu b. peningkatan kapasitas dan fasilitas terminal bandara. c. Pengembangan Rute Penerbangan ke luar propinsi d. Peningkatan fasilitas barang/car e. Pengembangan penerbangan kabupaten ke Muko-muko dam Enggano. 3. Peningkatan Bandar Udara Mukomuko, di Kabupaten Mukomuko dari lapangan terbang yang ada sekarang, dengan kapasitas pelayanan untuk pesawat kecil. 4. Pengembangan Bandar Udara di Enggano, yang akan mendukung pengembangan Pulau Enggano, terutama untuk mendukung kegiatan pariwisata.

3.3.4 Rencana Sistem Jaringan Energi Listrik Rencana sistem jaringan prasarana energi listrik di Provinsi Bengkulu dilaksanakan sbb :  mengembangkan sistem jaringan listrik interkoneksi Pulau Sumatera, untuk mendukung pusat-pusat permukiman, pusat produksi dan distribusi dalam kawasan pusat kegiatan (nasional(promosi), wilayah(promosi), lokal dan kawasan strategis); pemanfaatan sumber energi biomassa, mikrohidro dan panas bumi sebagai alternatif sumber energi terbarukan (renewable);  serta mengembangkan sistem jaringan energi dan listrik terbarukan pada kawasan tertinggal dan terisolir, termasuk kepulauan dan gugusan pulau-pulau kecil.

Sumber energi listrik yang melayani Provinsi Bengkulu pada saat ini tahun 2009 ada dua yaitu PLTA Danau Tes dan PLTA Musi. PLTA Danau Tes menghasilkan listrik dengan kapasitas 18,96 MW. Sedangkan PLTA Musi memiliki kapasitas yang mencapai 210 MW (efektif melayani provinsi Bengkulu hanya 35 MW, sisanya digunakan untuk melayani Provinsi Sumatera Selatan melalui jaringan interkoneksi). Dengan demikian maka kapasitas daya tersedia mencapai total 228,96 MW untuk melayani provinsi Bengkulu dengan asumsi PLTA Danau Tes dimanfaatkan seluruhnya untuk Provinsi Bengkulu.

Rencana pengembangan jaringan energi listrik di Provinsi Bengkulu dilakukan berdasarkan perhitungan kebutuhan daya listrik mengacu kepada SNI 03-1733-2004 dengan ketentuan sebagai berikut:  Setiap unit rumah tangga harus mendapatkan daya listrik dari PLN atau dari sumber lain; dan  Setiap unit rumah tangga harus dapat dilayani daya listrik minimum 450 VA per jiwa dan untuk sarana lingkungan sebesar 40% dari total kebutuhan rumah tangga.  Disediakan gardu listrik untuk setiap 200KVA daya listrik yang ditempatkan pada lahan yang bebas dari kegiatan umum.

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-33

Kebutuhan daya listrik diperkirakan dengan asumsi sebagai berikut:  Kebutuhan listrik perumahan adalah sebesar 40% dari kebutuhan total.  Kebutuhan listrik fasilitas pemerintah dan pelayanan umum adalah 15% dari kebutuhan total.  Kebutuhan listrik industri adalah 15% dari kebutuhan total.  Kebutuhan listrik fasilitas komersial adalah 10% dari kebutuhan total.  Kebutuhan listrik penerangan jalan adalah 10% dari kebutuhan total.  Kebutuhan untuk cadangan listrik adalah 10% dari kebutuhan total.

Berdasarkan standar dan asumsi diatas, maka kebutuhan daya listrik untuk Provinsi Bengkulu sampai dengan tahun 2030 diperkirakan adalah sebesar 2900 Mwatt. Untuk lebih jelasnya tentang perkiraan kebutuhan daya listrik dapat diLihat Tabel 3.11. Untuk memenuhi kebutuhan daya listrik sebesar total 2.899,5 MW, maka rencana pengembangan sistem kelistrikan di Provinsi Bengkulu untuk 20 tahun ke depan adalah sebagai berikut:  mengembangkan sumber-sumber energi listrik yang diprioritaskan untuk mendukung ketersediaan pasokan tenaga listrik untuk kegiatan permukiman dan jasa pendukungnya, perkantoran dan pariwisata di kawasan perkotaan, perdesaan dan pulau-pulau kecil .  kebijakan, bahwa pasokan sumber energi listrik kegiatan industri swasta diharapkan memenuhi kebutuhannya sendiri melalui berbagai sumber energi alternatif berbasiskan pemanfaatan teknologi tinggi yang mampu menghasilkan energi untuk mengurangi ketergantungan sumber energi tak terbaharukan

Tabel 3.11 Proyeksi Kebutuhan Daya Listrik Provinsi Bengkulu s/d 2030 (dalam MWatt) Pemerin- Jumlah Perumah- tahan & Komer Penerang Cada No Kabupaten Pddk Industri Total an Fas. sial an Jalan ngan Thn 2028 Umum 1. Bengkulu Selatan 211.690 95.260 36 36 24 24 24 238

2. Rejang Lebong 377.246 169.761 64 64 42 42 42 424 3. Bengkulu Utara 341.238 153.557 58 58 38 38 38 384 4. Kaur 218.440 98.298 37 37 25 25 25 246 5. Seluma 347.995 156.598 59 59 39 39 39 391 6. Muko-muko 258.137 116.162 44 44 29 29 29 290 7. Lebong 153.890 69.251 26 26 17 17 17 173 8. Kepahiang 199.251 89.663 34 34 22 22 22 224 9. Bengkulu 346.956 156.130 59 59 39 39 39 390 10. Bengkulu tengah 122.523 55.135 21 21 14 14 14 138

Jumlah 2.577.365 1.159.814 435 435 290 290 290 2.900

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-34

 meningkatkan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Air meliputi PLTA Tes ; PLTA Musi dan Pengembangan PLTA lainnya meliputi Air Ketahun, Air Elang, Air Numan Air Nasal, Air Padang dan Air Seginim.  mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan adanya cadangan batubara yang memadai, serta pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) atau Geothermal di Ulu Lais, PLTG Alam dan PLTD disesuaikan dengan ketersediaan potensi sumber.  mengembangkan potensi panas bumi di Tambang Sawah, Suban dan Lebong Simpang, Potensi panas bumi tersebut dapat dikembangkan menjadi pembangkit tenaga listrik panas bumi.  mengembangkan Pembangkit Listrik Mikrohidro (PLTMH) di daerah perdesaan, yang didukung dengan adanya sekitar 130 sungai di provinsi Bengkulu, yang sangat mendukung untuk pengembangan PLTMH.

Jaringan transmisi tenaga listrik yang menghubungkan Provinsi di Sumatera dan Pulau Jawa merupakan transmisi yang terdiri atas Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT);

3.3.5 Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi Rencana Sistem JaringanTelekomunikasi merupakan prasarana penting dalam mendukung kegiatan sosial-ekonomi masyarakat, kegiatan pemerintahan serta kegiatan lainnya di Provinsi Bengkulu.

Berdasarkan RTR Pulau Sumatera, pengembangan sistem telekomunikasi di provinsi Bengkulu akan diarahkan pada perwujudan sistem telekomunikasi satelit pada kota-kota PKW. Pengembangan sistem prasarana telekomunikasi di Provinsi Bengkulu adalah: a. mengembangkan jaringan telekomunikasi untuk meningkatkan keterkaitan antar wilayah di Provinsi Bengkulu . b. mengembangkan jaringan telekomunikasi sampai ke desa-desa terutama Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) dalam rangka meningkatkan keterkaitan kota-desa. c. mengembangkan jaringan telekomunikasi untuk mendukung pengembangan kota-kota (PKN promosi dan PKW promosi) dan kawasan strategis serta hingga ke pelosok wilayah yang belum terjangkau prasarana telekomunikasi. d. mengembangan prasarana telekomunikasi meliputi sistem terestrial yang terdiri dari sistem kabel,system seluler dan system satelitsebagai penghubung antar pusat-pusat pertumbuhan.

Rencana Sistem jaringan telekomunikasi berdasarkan perkiraan kebutuhan pelayanan telepon (menggunakan SNI 03-1733-2004) diarahkan pada penyediaan pelayanan untuk 335.057 sambungan telepon, 10.309 telepon umum, 35 Sentral Telepon Otomat (STO) dan jaringan distribusi untuk mendukung pusat-pusat kegiatan ekonomi pada pusat kegiatan

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-35

(Nasional(promosi), Wilayah(promosi) dan Lokal) serta kawasan strategis dan prioritas sebagai salah satu pendorong berkembangnya investasi. Secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 3.12. Tabel 3.12 Kebutuhan Pelayanan Telepon di Provinsi Bengkulu Tahun 2030 Sambungan Telepon No. Kabupaten STO Telepon Umum 1. Bengkulu Selatan 27.520 847 3

2. Rejang Lebong 49.042 1.509 5

3. Bengkulu Utara 44.361 1.365 5

4. Kaur 28.397 874 3

5. Seluma 45.239 1.392 5

6. Muko-muko 33.558 1.033 3

7. Lebong 20.006 616 2

8. Kepahiang 25.903 797 3 9. Bengkulu 45.104 1.388 5 10. Bengkulu tengah 15.928 490 2 Jumlah 335.057 10.309 35 Sumber : Analisis Kebutuhan Tahun 2029

3.3.6 Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air Rencana pengembangan prasarana sumberdaya air meliputi konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. Konservasi sumberdaya air dilakukan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber air tanah melalui optimasi pemanfaatan sumber, pembuatan bendungan, dan penjernihan air. Selain itu juga diperlukan penurapan mata air dan membangun sumur bor, pencegahan pencemaran pada cekungan air tanah (cat) di berbagai sumber. untuk meningkatkan pendayagunaan sumber daya air direncanakan melalui pengembangan jaringan irigasi pada wilayah kabupaten yang memiliki pertanian lahan basah, sedangkan untuk pengendalian daya rusak air dilakukan melalui pembangunan dan/atau pengembangan prasarana pengendalian banjir dan pengamanan pantai.

Rencana pendayagunaan Sumber Daya Air di Provinsi Bengkulu diarahkan untuk pengembangan prasarana sumberdaya air yang memenuhi berbagai kepentingan. Pengembangan prasarana sumberdaya air untuk air baku diarahkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber air tanah.

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-36

Berdasarkan RTR Pulau Sumatera pengembangan sumber daya air di wilayah Provinsi Bengkulu dalam kaitannya dengan wilayah yang lebih luas adalah sebagai berikut: 1. Pengelolaan wilayah sungai lintas provinsi beserta DAS yang termasuk di dalamnya adalah: a. WS Musi (Sumatera Selatan – Bengkulu – Lampung) yang meliputi DAS Musi, DAS Lakitan, DAS Kelingi, DAS Rawas, DAS Semangus dan DAS Batanghari Leko. b. WS Teramang – Ipuh (Bengkulu – Jambi) yang meliputi DAS Teramang, DAS Ipuh, DAS Retak, DAS Buluh, DAS Selagan, DAS Bantai, DAS Dikit dan DAS Manjuto. c. WS Nasal – Padang Guci (Bengkulu – Sumatera Selatan – Lampung) yang meliputi DAS Air nasal, DAS Air Sambat, DAS Air Tetap, DAS Air Luas, DAS Air Kinal, DAS Air Padang Guci, DAS Air Sulau, DAS Air Kedurang, DAS Air Bengkenang dan DAS Air Manna. 2. Pengembangan sarana/prasarana sumber daya air yang terdiri atas: pemeliharaan kawasan di sekitar bendung yang meliputi bendung Mukomuko kiri, bendung Air Majunto, bendung Air Kesubun, bendung Air Lais Kuro Tidur, bendung Air Seluma, bendung Air Selebang Kedurang, bendung Batutegi.

Secara lebih spesifik tentang rencana pendayagunaan Sumber Daya Air di Provinsi Bengkulu dapat dijelaskan sebagai berikut ini:

A. Air Tanah dan Air Permukaan (Wilayah Sungai) Sumber air tanah di Provinsi Bengkulu, bagian puncak jajaran gunungapi strato di bagian timur merupakan daerah penangkap hujan di mana aliran permukaan lebih dominan, sehingga digolongkan sebagai daerah air tanah langka. Secara alami sungai yang mulai terbentuk di bagian pucak tersebut serta bagian tubuh gunung akan mengalir menyebar ke arah kaki gunung sehingga produktivitas akuifer di daerah gunungapi strato secara berangsur akan semakin meninggi ke arah bagian kaki gunung. Daerah sekitar Curup-Kepahiang merupakan daerah paling prospektif kandungan air tanahnya, mengingat daerah tersebut merupakan cekungan antara gunung sehingga aliran air tanah akan berkumpul di sekitar cekungan ini. Di samping itu Sesar Sumatera yang bertindak sebagai penyalur air tanah memberikan sumbangan bagi terkumpulnya sumber air tanah di cekungan ini. Akuifer terpenting di daerah gunungapi adalah endapan lahar dan lava vesikuler. Tercatat beberapa mata air yang muncul dari akuifer tersebut debitnya mencapai lebih dari 200 l/detik.

Daerah Aliran Sungai (DAS) di Provinsi Bengkulu sangat dipengaruhi oleh kondisi bentuk wilayah, tanah, geologi, geomorphologi, intensitas hujan dan vegetasi. DAS

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-37

yang termasuk luas dan sedang ada 27 buah, dan DAS yang terluas adalah Air Kungkai mempunyai luas 285.016,31 Ha dan Air Ketahun seluas 263.033,72 Ha.

Aliran air sungai yang deras dan tajam mempunyai potensi untuk dijadikan sebagai sumber pembangkit listrik tenaga air berskala kecil (mikro) terutama pada sungai- sungai yang DAS-nya luas, kondisi topografi bergelombang - berbukit dan kondisi penutupan lahannya didaerah hulu masih baik seperti Air Seblat, Air Ipuh, dan Air Ketahun.

Rencana arahan pengelolaan sumberdaya air di Provinsi Bengkulu adalah sbb: a. Pembangunan prasarana sumber daya air. b. Semua sumber air baku dari dam, embung, waduk, telaga, bendungan serta sungai-sungai yang airnya dapat dimanfaatkan secara langsung dan dikembangkan untuk berbagai kepentingan. c. Zona pemanfaatan DAS dilakukan dengan membagi tipologi DAS berdasarkan tipologinya. d. Penetapan zona pengelolaan sumber daya air sesuai dengan keberadaan wilayah sungai tersebut pada zona kawasan lindung tidak diijinkan pemanfaatan sumber daya air untuk fungsi budidaya, termasuk juga untuk penambangan. e. Prasarana sumberdaya air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan lintas wilayah administratif kabupaten/kota, dikoordinasikan oleh Pemerintah Provinsi.

B. Air Baku Sumber air permukaan dimanfaatkan untuk menunjang kebutuhan manusia. Air permukaan mempunyai fungsi utama sebagai air irigasi dan sumber air minum. Sumber air permukaan sangat terkait dengan karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) atau Satuan Wilayah Sungai (SWS). Wilayah Provinsi Bengkulu terbagi dalam 9 SWS yang merupakan 27 DAS yang termasuk kategori besar dan sedang. Pengelolaan air permukaan lebih tepat dilakukan melalui pendekatan karakteristik DAS.

Sungai-sungai di Provinsi Bengkulu yang mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber air permukaan (air minum) adalah Air Manjuto, Air Selagan, Air Teramang, Air Ketahun, Air Bengkulu, Air Kungkai, Air Manna dan Air Padangguci. Pada lokasi pemrosesan air minum (Intake) sungai-sungai ini mempunyai debit air lebih besar dari 3,38 m3/detik diwaktu musim kemarau yang cukup sebagai bahan baku air minum. Selain itu air sungai-sungai tersebut kualitasnya masih tergolong cukup baik (cemar ringan). Untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas kondisi sungai-sungai tersebut perlu dipertahankannya kondisi penutupan hutan di daerah hulu dan dilakukan pengendalian pemanfaatan lahan DAS-nya. Instalasi

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-38

pengolahan air permukaan yang dimiliki PDAM di Provinsi Bengkulu saat ini rata-rata mempunyai kapasitas 200 sampai 400 lt/dt.

Perkiraan kebutuhan air bersih untuk permukiman di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut. Kebutuhan penyediaan air bersih/minum di kecamatan dan pemukiman secara ideal didekati dengan penggunaan angka standar yang telah ditetapkan yaitu minimal 60 l/hari/kapita dan maksimal 120 l/hari/kapita. Dari angka standar tersebut dapat dihitung perkiraan volume air bersih/minum yang perlu diproduksi oleh instansi pengelola air bersih/minum. Selain angka standar tersebut, guna menetapkan proporsi angka persentase pendistribusian volume air bersih/minum yang diproduksi, digunakan pendekatan dengan ketentuan yang telah ada diaplikasikan di beberapa konsep rencana di Indonesia, yaitu : Kebutuhan rumah tangga dihitung berdasarkan jumlah penduduk dengan rata-rata minimum 60 l/hari/kapita dan optimum 120 l/hari/kapita. Kebutuhan untuk pelayanan sosial/pelayanan umum (kesehatan, pendidikan, peribadatan, dan lain-lain) yaitu 5% - 10% dari kebutuhan total rumah tangga. Kebutuhan untuk komersil (perdagangan, jasa, dan industri) yaitu 10% - 20% dari kebutuhan total rumah tangga. Kebutuhan cadangan air minum minimal 10% dari kebutuhan total (rumah tangga dan fasilitas) Kebutuhan untuk menanggulangi kebocoran dalam pendistribusian pada instalasi air yaitu 15% - 25% dari kebutuhan total (rumah tangga + fasilitas + cadangan).

Berdasarkan standar kebutuhan minimal untuk provinsi, maka kebutuhan penyediaan air bersih untuk Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut: Lihat Tabel 3.13. Tabel 3.13 Perkiraan Kebutuhan Penyediaan Air Bersih Provinsi Bengkulu Tahun 2028 (liter/hari) Pelayanan Kebocora Domestik Komersial Cadangan No. Kabupaten Umum/ Sosial n Total 60 l/k/h 10% dom 20% dom 10% dom 25% tot

1. Bengkulu Selatan 12.701.370 1.270.137 2.540.274 1.270.137 4.445.480 22.227.398 2. Rejang Lebong 22.634.760 2.263.476 4.526.952 2.263.476 7.922.166 39.610.830 3. Bengkulu Utara 20.474.278 2.047.428 4.094.856 2.047.428 7.165.997 35.829.987 4. Kaur 13.106.400 1.310.640 2.621.280 1.310.640 4.587.240 22.936.200 5. Seluma 20.879.700 2.087.970 4.175.940 2.087.970 7.307.895 36.539.475 6. Muko-muko 15.488.220 1.548.822 3.097.644 1.548.822 5.420.877 27.104.385 7. Lebong 9.233.400 923.340 1.846.680 923.340 3.231.690 16.158.450 8. Kepahiang 11.955.030 1.195.503 2.391.006 1.195.503 4.184.261 20.921.303 9. Bengkulu 20.817.330 2.081.733 4.163.466 2.081.733 7.286.066 36.430.328 10. Bengkulu tengah 7.351.382 735.138 1.470.276 735.138 2.572.984 12.864.918 Jumlah 154.641.870 15.464.187 30.928.374 15.464.187 54.124.655 270.623.273 Sumber : Analisis Kebutuhan Tahun 2030

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-39

C. Rencana Pengembangan Daerah Irigasi Rencana pengembangan jaringan irigasi dimaksudkan untuk mendukung pengembangan kegiatan pertanian(khususnya pertanian lahan basah) pada pusat kegiatan yang direncanakan sebagai Pusat Kegiatan Pertanian sesuai arahan struktur ruang yang diharapkan.

Rencana pengembangan prasarana pengairan/irigasi, selain pemeliharaan prasarana yang sudah ada ditujukan pula untuk meningkatkan kapasitas yang sudah ada, sehingga dapat mengairi area yang lebih luas.

Sumber air irigasi tersebut adalah sungai-sungai yang mengalir di wilayah Propvnsi Bengkulu, dengan pembuatan dam dan saluran induk irigasi yang diutamakan untuk mengairi areal pertanian potensial yaitu antara lain adalah wilayah Kabupaten Muko- Muko, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Kepahiang, dan Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Lebong, Kabupaten Seluma dan Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Kaur. Pengembangan jaringan irigasi dapat dilakukan secara terpadu dengan program penyediaan air;

Kewenangan pengelolaan jaringan irigasi dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengembangan prasarana irigasi, baik berupa perluasan prasarana yang ada maupun pengembangan prasarana baru pada kabupaten yang ada di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut : a. Kabupaten Mukomuko, dengan memanfaatkan sumber-sumber :  Air Manjunto, di Kecamatan Mukomuko Utara;  Air Selagan dan Air Dikit, di Kecamatan Teras Terunjam dan di bagian hilir di Kecamatan Mukomuko Utara;  Air Bantal dan Air Teramang, di Kecamatan Pondok Suguh;  Air Ipuh dan Air Retak, di Kecamatan Mukomuko Selatan. b. Kabupaten Bengkulu Utara, dengan memanfaatkan sumber-sumber :  Air Sebelat, di Kecamatan Putri Hijau;  Air Ketahun dan anak sungainya, di Kecamatan Ketahun dan Napal Putih;  Air Bintunan, di Kecamatan Batik Nau dan Girimulya;  Air Padang dan Air Lais, di Kecamatan Lais, Argamakmur, dan Padang Jaya;  Air Palik, di Kecamatan Kerkap, Air Napal;  Air Lemau, di Kecamatan Pondok Kelapa, Pematang Tiga dan Pagar Jati;  Air Bengkulu dan anak sungainya, di Kecamatan Talang Empat, Karang Tinggi, dan Taba Penanjung. c. Kabupaten Lebong, dengan memanfaatkan sumber : Air Ketahun dan anak sungainya, untuk pengairan di Kecamatan Lebong Utara, Lebong Tengah, dan Lebong Selatan.

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) LAPORAN AKHIR III-40

d. Kabupaten Rejang Lebong, dengan memanfaatkan sumber-sumber :  Air Musi, dan anak sungainya, untuk Kecamatan Curup dan Bermani Ulu;  Air Kelingi, Air Kati, Air Beliti dan anak sungainya, untuk Kecamatan Padang Ulak Tanding, Kota Padang, dan Sindang Kelingi. e. Kabupaten Kepahiang, dengan memanfaatkan sumber : Air Musi dan anak sungainya, terutama di Kecamatan Ujan Mas, dan dapat dikembangkan selanjutnya di Kecamatan Bermani Ilir, Tebat Karai dan Kepahiang.

Untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas, kondisi sungai perlu dikendalikan kondisi penutupan lahan di daerah hulu serta dilakukan pengendalian pemanfaatan DAS-nya. Untuk lahan yang beririgasi teknis harus dipertahankan agar tidak berubah fungsi menjadi peruntukan lain dan jika areal tersebut terpaksa harus berubah fungsi maka, disediakan areal baru yang menggantikannya dengan luasan minimal sama, agar prasarana dan sarana irigasi tetap berfungsi dengan baik.

Sungai-sungai di Bengkulu yang cenderung berbentuk dentritik dengan pengaliran yang mengarah ke satu titik. Bentuk semacam ini memungkinkan waktu kedatangan banjir (time of arrival) terjadi bersamaan yang akan berakibat banjir pada daerah hilirnya.

Di Provinsi Bengkulu kawasan yang rawan terhadap bahaya banjir, sehingga perlu dilakukan pembangunan dan/atau pengembangan prasarana pengendalian banjir dan pengamanan pantai.adalah di Kabupaten Muko-Muko pada dataran aluvial hilir Air Manjuto, Air Selagak, Air Teramang dan Air bantal, di Kabupaten Bengkulu Utara pada hilir Air Ketahun, di Kota Bengkulu, hilir air Bengkulu, Air Kungkai dan di Kabupaten Bengkulu Selatan pada hilir Air Manna dan Air Padangguci. Kawasan lainnya yang rawan banjir adalah hulu air Ketahun di Kabupaten Lebong selain merupakan kawasan rawan banjir juga rawan erosi tebing sungai.

Kawasan yang rawan terhadap bahaya banjir ini disebabkan luas DAS sungai bersangkutan luas, kondisi daerah hulu berbukit sampai bergunung sehingga apabila terjadi hujan air langsung dialirkan dan bentuk wilayah hilirnya datar. Meskipun demikian ditinjau dari intensitas dan lamanya genangan berlangsung, masih layak untuk pengembangan kawasan budidaya, terutama untuk pertanian.

Penyusunan Dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)