Jurnal Kebijakan Pemerintahan 3 (1) (2020): 1-10 JURNAL KEBIJAKAN PEMERINTAHAN e-ISSN 2721-7051, p-ISSN 2599-3534 Website: http://ejournal/.ipdn.ac.id/JKP Faculty of Political Government, Governance Institute of Home Affairs (IPDN)

DOI: https://doi.org/10.33701/jkp.v3i1.1045

IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN : STUDI KASUS KAWASAN TAMAN WISATA ALAM KAWAH IJEN

Bayu Krisna Ardiansyah1, *, Rizari2, Hendrawati Hamid3 1Pemerintah Provinsi Jawa Timur [email protected], Jl. Pahlawan No. 10 Surabaya, 2Institut Pemerintahan Dalam Negeri Kampus Jatinangor [email protected], Jln. Ir. Soekarno Km. 20, Kec. Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Indonesia 3Institut Pemerintahan Dalam Negeri Kampus Selatan [email protected], Kampili Kec. Pallangga Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia

* Corresponding Author Email: [email protected]

Abstract This article is a follow-up study from Irawan research’s in 2015 about the Implementation of Tourism Development Policy which discusses all of tourist objects in Banyuwangi. It become the main focus of tourist destinations in the Banyuwangi Tourism Development Master Plan, but infrastructure and marketing of the Kawah Ijen Nature Park have not been priority. This study aims to find out how the Implementation of Tourism Development Policy in the Kawah Ijen Nature Park Banyuwangi. Researchers used research methods with qualitative methods with a post-positivist approach. The author sharpens the object of study only at the research object in Kawah Ijen Nature Park, annalize with different perspective from previous study, namely the content of policy and the context of implementation as determinant indicator of public policy outcomes. The results are the high types of benefits for community, the degree of change looks good and has increased human resources. Although compliance and responsiveness in implementing policies are still weak due to lack of communication between policymakers and implementers. The conclusion shows the implementation of tourism development policy in Kawah Ijen Nature Park has been going well enough. The suggestion to improve policy implementation, by collaborate all of elements of policy implementers, the private sector and the community.

Keywords: Policy Implementation, Tourism Development, Kawah Ijen Nature Park

Abstrak Artikel ini merupakan penelitian lanjutan dari studi yang dilakukan oleh Irawan pada tahun 2015 tentang Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata yang membahas seluruh objek kawasan wisata di Kabupaten Banyuwangi. Meskipun menjadi fokus utama destinasi wisata dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Banyuwangi, namun infrastruktur dan pemasaran Kawasan TWA Kawah Ijen belum menjadi Prioritas utama pada penelitian tersebut. Studi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Implementasi Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan pada Kawasan TWA Kawah Ijen di Kabupaten Banyuwangi. Peneliti menggunakan metode penelitian dengan metode kualitatif dengan pendekatan post positivist. Penulis mempertajam objek studi hanya pada lokasi penelitian yaitu Taman Wisata Alam Kawah Ijen. Serta melalui analisis pada kacamata yang berbeda dari penelitian sebelumnya, yakni content of policy (isi kebijakan) dan context of implementation (konteks kebijakan) sebagai indikator penentu hasil kebijakan publik. Hasil penelitian ini adalah tingginya tipe manfaat yang dirasakan oleh masyarakat, derajat perubahan yang terlihat baik dan sumber daya yang dilibatkan telah mengalami peningkatan, meskipun kepatuhan dan daya tanggap melaksanakan kebijakan masih lemah dikarenakan kurangnya komunikasi antara pengambil kebijakan dengan pelaksana. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi kebijakan pembangunan kepariwisataan Kawasan TWA Kawah Ijen telah berjalan dengan cukup baik. Adapun saran peneliti untuk meningkatkan implementasi kebijakan adalah sinergitas dalam pembangunan kepariwisataan melalui keterlibatan seluruh unsur pelaksana kebijakan, sektor swasta dan masyarakat.

Kata Kunci: Implementasi Kebijakan, Pengembangan Pariwisata, TWA Kawah Ijen.

1 I. PENDAHULUAN peningkatan kepariwisataan tetapi terdapat Negara Indonesia merupakan salah satu negara infrastruktur pariwisata dan pemasaran pariwisata yang memiliki pertumbuhan pada sektor industri yang berkelanjutan. pariwisata, dengan capaian sebesar (6,8 %) pada tahun 2014. Hal ini telah melampaui dari rata-rata Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi nasional sebesar (5,7 %), terdapat perkembangan jumlah wisatawan yang berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS, 2019). mengunjungi Kawasan TWA Kawah Ijen yang Sektor pariwisata berkontribusi Rp 347 triliun atau kebanyakan berasal dari wisatawan dalam negeri sekitar (3,8 %) terhadap Produk Domestik Bruto sebesar (79.09 %) sedangkan sisanya adalah (PDB). Pengembangan Kepariwisataan di Indonesia wisatawan luar negeri sebesar (20.91 %) (Pemkab. menjadi fokus pengembangan dan pembangunan Banyuwangi, 2019). Secara signifikan data tersebut, nasional guna menumbuhkan tingkat perekonomian menunjukkan perbedaan antara jumlah kunjungan Indonesia. Pernyataan ini telah dibahas dalam wisatawan domestik dengan wisatawan asing. Hal ini penelitian oleh Noveria yang menjelaskan Pariwisata menimbulkan permasalahan pada kepariwisataan di merupakan salah satu sektor pembangunan yang terus Kabupaten Banyuwangi, meskipun mengalami berkembang menjadi salah satu sektor perekonomian peningkatan wisatawan yang datang untuk yang penting bagi negara-negara diseluruh dunia, mengunjungi destinasi wisata di TWA Kawah Ijen. termasuk Indonesia (Noveria, 2015). Permasalahan lainnya dalam pengembangan Pertumbuhan ekonomi nasional sejalan dengan kepariwisataan daerah khususnya di Kawasan TWA peningkatan perekonomian di Kabupaten Banyuwangi. Kawah Ijen Kabupaten Banyuwangi antara lain : Eri Irawan dalam penelitiannya pada tahun 2015 menegaskan bahwa Kabupaten Banyuwangi (1) Amenitas (infrastruktur penunjang) yang belum melakukan pengembangan dan peningkatan pada lengkap. sektor pariwisata untuk meningkatkan pertumbuhan (2) Infrastruktur Utama masih dalam peningkatan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi (Irawan, 2015). dan perbaikan. Salah satu sektor pariwisata dengan sebutan triangle (3) Sarana dan Prasarana yang terdapat di Kawasan diamond di Kabupaten Banyuwangi yaitu TWA Destinasi masih dalam pembangunan. Kawah Ijen. (4) Peningkatan infrastruktur pariwisata terkendala oleh keadaan geografis dan dana. Penelitian ini menjadi lebih menarik karena Kawah ijen merupakan kawasan wisata alam yang Keadaan Infrastruktur Pariwisata di Kawasan mempunyai daya tarik dan ciri khas yakni blue fire TWA Kawah Ijen Kabupaten Banyuwangi, berupa (Pemkab. Banyuwangi, 2019). Keunikan blue fire ini bangunan TIC dan Shelter yang berjumlah 5 (lima) merupakan suatu keunikan yang dimiliki gunung yang dibangun pada tahun 2012-2014, Air bersih dan berapi aktif dengan mengeluarkan cahaya api yang Paving yang mengalir sampai ke Paltuding pada tahun berwarna kebiru-biruan. Selain itu TWA Kawah Ijen 2014, dan Shelter/Rest Area Jambu sepanjang jalan juga memberikan suasana alam yang sejuk dan indah. menuju Paltuding Kawah Ijen. Untuk jaringan Daya tarik lainnya berupa budaya yang sudah dikenal komunikasi hanya terdapat 1 (satu) tower sinyal secara internasional dan sering dikunjungi oleh komunikasi dan jalan sebagian berupa aspal dengan wisatawan nusantara maupun wisatawan manca ukuran lebar jalan 5 (lima) meter (Pemkab. negara (Prabhawati, 2018). Hal ini menjadikan Kawah Banyuwangi, 2019). Hal tersebut masih dikatakan Ijen kawasan ekowisata yang akan dikelola dan jauh dari skala prioritas pembangunan kepariwisataan dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten seperti Jalan utama bisa berpapasan 2 (dua) bus dan Banyuwangi untuk dijadikan kawasan kepariwisataan ketersedian fasilitas infrastruktur pariwisata penunjang internasional. (Kemenparekraf, 2019). Pembangunan kepariwisatan harus sesuai dengan skala yang telah ditentukan agar Penerapan prinsip pengelolaan ekowisata yang terciptanya kualitas kepariwisataan nasional. tepat di Kawah Ijen perlu di implementasikan untuk meningkatkan keberlanjutan dan daya saing Kawah Penulis juga tertarik untuk mengangkat Ijen sebagai tujuan wisata yang berkelanjutan dan penelitian ini karena Kawasan TWA Kawah Ijen di kompetitif (Putri, 2015). Pernyataan tersebut memiliki Kabupaten Banyuwangi merupakan kawasan wisata kesesuaian dengan kebijakan Pemerintah Daerah yang mengalami peningkatan kunjungan wisatawan Kabupaten Banyuwangi mengenai Rencana Induk yang signifikan. Tetapi terdapat berbagai Pembangunan Kepariwisataan. Kebijakan ini permasalahan yang ditimbulkan dan mengikuti memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah pelaksanaan implementasi kebijakan dalam dalam pengembangan kepariwisataan berkelanjutan di pengembangan kepariwisataan yang khususnya di Kabupaten Banyuwangi untuk memperbaiki TWA Kawah Ijen di Kabupaten Banyuwangi. pembangunan infrastruktur kepariwisataan. Dalam Harapannya untuk bisa memunculkan model kebijakan tersebut tidak hanya terfokus pada kebijakan pariwisata yang ideal untuk meningkatkan 2 infrastruktur pariwisata serta mampu dikenal oleh profesi masyarakat sekitar objek wisata dan perubahan wisatawan internasional/wisatawan asing. gaya hidup masyarakat yang lebih baik.

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan di Berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu Kabupaten Banyuwangi telah menjadi bahasan dalam yang telah dipaparkan diatas tersebut, rata-rata banyak sejumlah penelitian kebijakan pemerintahan. Irawan menghasilkan dan menganalisis bagaimana melakukan penelitian tentang Implementasi kebijakan implementasi dari kebijakan pembangunan pengembangan pariwisata di Kabupaten Banyuwangi kepariwisataan di Kabupaten Banyuwangi secara menjelaskan Kebijakan pemerintah mengenai lingkup yang luas, kecuali (Putri, 2015) yang pengembangan pariwisata di Kabupaten Banyuwangi menelaah Manajemen Strategis Pariwisata Berbasis merupakan suatu arah strategi kebijakan yang Alam di Kawah Ijen dalam konteks pengembangan diintegrasikan dengan pembangunan infrastruktur, pariwisata berkelanjutan. Putri langsung konsolidasi budaya, peningkatan kelestarian memfokuskan diri pada manajemen strategi pariwisata lingkungan, dan penguatan citra daerah (rebranding) yang terfokus juga pada metode yang digunakan yaitu (Irawan, 2015). metode kuantitatif.

Selanjutnya penelitian Putri, yang meneliti Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Manajemen Strategis Pariwisata Berbasis Alam di studi yang dilakukan oleh Irawan pada tahun 2015 dan Kawah Ijen dalam Konteks Pengembangan Pariwisata terinspirasi dari beberapa penelitian diatas. Perbedaan Berkelanjutan. Pembangunan kepariwisataan penelitian ini dengan penelitian Irawan, Novitasari, berkelanjutan juga merupakan suatu agenda global dan Putri terletak pada objek penelitian dan metode atau internasional dalam setiap proses pembangunan penelitian yang dilakukan. Penelitian ini berfokus (Putri, 2015). Ainunnisa Fitria juga berpendapat pada satu objek destinasi wisata yaitu Kawasan TWA bahwa pembangunan berkelanjutan (sustainable Kawah Ijen dengan metode analisis menggunakan development) telah menjadi agenda global dalam indikator keberhasilan implementasi kebijakan setiap proses pembangunan (Fitria, 2013). Oleh Grindle. Peneliti juga memfokuskan penelitian pada karenanya, penerapan prinsip-prinsip pembangunan peningkatan infrastruktur pariwisata dan pemasaran berkelanjutan baik dalam setiap kebijakan maupun pariwisata (Ijen Jazz Festival). Dimana penulis rencana pembangunan yang akan dilaksanakan memandang destinasi wisata dan rencaca termasuk di dalam pembangunan kepariwisataan pengembangan kepariwisataan melalui peningkatan nasional. infrastruktur pariwisata dan banyuwangi festival (Ijen Jazz Festival) tersebut dapat dikembangkan menjadi Penelitian Putri tersebut menjelaskan bahwa kawasan destinasi wisata internasional. pengembangan dan peningkatan sarana dan prasarana pariwisata harus memasukkan prinsip-prinsip Grindle mengidentifikasi 2 (dua) hal yang ekowisata. Studi terkait infrastruktur pariwisata juga mampu menentukan tingkat keberhasilan dari suatu dilakukan oleh Mandic dkk yang mengeksplorasi implementasi adalah isi kebijakan dan konteks dari keterkaitan antara infrastruktur pariwisata, fasilitas implementasi kebijakan (Grindle, 1980). Isi kebijakan rekreasi dan pengembangan pariwisata (Mandic et al., meliputi: Kepentingan yang terpengaruh kebijakan; 2018). Hasil dalam penelitian tersebut menjelaskan Tipe Manfaat; derajat perubahan yang diinginkan; bahwa Infrastruktur membentuk elemen yang sangat kedudukan pembuat kebijakan; para pelaksana diperlukan dari tujuan wisata kontemporer, program; dan sumber daya yang dikerahkan. Konteks seperangkat fasilitas pariwisata yang pernah implementasi terdiri dari; kekuatan, kepentingan memberikan fokus pada pengiriman kebutuhan strategis pelaksana yang terlibat; karakteristik lembaga pengunjung. dan penguasa; kepatuhan dan daya tanggap pelaksana. Selain kedua faktor di atas, diperlukan pula mengukur Penelitian berikutnya oleh Novitasi dan proses pencapaian hasil akhir (outcomes), yaitu Wismayanti tentang implementasi kebijakan bagaimana tercapainya atau tidaknya suatu tujuan pembangunan pariwisata dalam peningkatan sektor yang ingin diraih (Agustino, 2014). Dalam usaha mikro kecil menengah (umkm) di objek wisata pengukuran outcomes dapat dilihat dari 2 (dua) faktor pulau merah kabupaten banyuwangi. Hasil yaitu: efeknya pada masyarakat secara individu atau penelitiannya menunjukkan bahwa pelaksanaan kelompok dan Tingkat perubahan yang terjadi serta kebijakan pembangunan pariwisata dalam peningkatan penerimaan kelompok sasaran dan perubahan yang sektor UMKM di Objek Wisata Pulau Merah terjadi. Kabupaten Banyuwangi dengan mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 13 Dalam penelitian yang dilakukan penulis Tahun 2012 sudah berjalan dengan baik (Novitasari & diharapkan dapat mengembangkan hasil pemikiran Wiwin, 2015). Dimana fakta di lapangan studi terdahulu. Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjukkan dampak positif seperti beralihnya menganalisis bagaimana implementasi kebijakan

3 pembangunan kepariwisataan pada Kawasan Taman Untuk memudahkan penjelasan implementasi Wisata Alam Kawah Ijen di Kabupaten Banyuwangi. pengembangan kepariwisataan di Kawasan TWA Kawah Ijen, maka akan peneliti sampaikan temuan II. METODOLOGI faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan dengan menggunakan teori Grindle dalam Peneliti menggunakan metode analisis deskriptif penjelasan indikator-indikator bawah ini: dengan pendekatan post-positivist. Menurut sugiyono menjelaskan, bahwa metode pengumpulan data menggunakan Triangulasi Data terdiri dari Observasi, 1) Kepentingan yang terpengaruh kebijakan Wawancara, dan Dokumentasi (Sugiyono, 2014). Dalam implementasi, pelaksanaan kebijakan Metode analisa data dengan Reduksi data, Penyajian pengembangan kepariwisataan ditemukan benturan data, dan Verfikasi Data untuk menarik kesimpulan kepentingan. Dimana dinas kebudayaan dan dalam penelitian (Simangunsong, 2017). Dalam pariwisata dibutuhkan adanya kerjasama baik dengan penelitian penulis melakukan wawancara mendalam Kepala SKW V Banyuwangi BBKSDA Provinsi Jawa terhadap 20 orang informan yang terdiri informan Timur dalam melaksanakan kebijakan tersebut. internal (Kepala Dinas, Sekretaris Dinas, Kasubbag Penemuan hasil penelitian ini mengalami perubahan Umum BBKSDA Prov. Jawa Timur, Kepala SKW dimana terdapat pihak lainnya yang berkepentingan V/Banyuwangi, Kasie. Pengembangan dan dalam pembangunan kepariwisataan. Dinas Pengelolaan Destinasi Wisata, Camat Licin, Kepala Kebudayaan dan Pariwisata telah sesuai dengan Desa Taman Sari dan Kepala RKW 18 Kawah Ijen) pemberian tugas yang diberikan sebagai leading dan informan eksternal (5 pengujung dan 5 warga sector implementasi kebijakan pariwisata oleh Kepala setempat dan pedagang sekitar). Daerah sedangkan BBKSDA merupakan perwakilan pemerintah pusat untuk mengelola kawasan hutan lindung, cagar alam dan kawasan taman wisata alam. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Penemuan ini memiliki perbedaan dengan penemuan Dalam menganalisa hasil penelitian, peneliti yang dilakukan oleh Irawan yang menjelaskan dengan mengacu pada kerangka teori dan kajian literatur teori edward III indikator wewenang bahwa dalam ilmiah, baik dari pandangan mengenai keilmuan implementasi, pelaksanaan wewenang tidak terjadi kebijakan publik maupun dari pandangan mengenai masalah yang berkaitan dengan kompetensi dan teori kepariwisataan. Kerangka teori yang digunakan variabel di luar kebijakan seperti benturan yakni Model Kebijakan Grindle dan Konsep kepentingan (Irawan, 2015) Kepariwisataan Penemuan lainnya yang didapatkan, bahwa A. Content of policy (Isi Kebijakan) seluruh aparatur Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Melihat Implementasi Kebijakan Rencana Induk Kabupaten Banyuwangi dan BBKSDA Provinsi Jawa Pembangunan Kepariwisataan, diketahui bahwa Timur serta masyarakat tidak terpengaruh kebijakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah pembangunan kepariwisataan, dimana tidak terdapat Kabupaten Banyuwangi merupakan arah strategi secara siginifikan resisten (berasal dari aparatur) kebijakan pemerintah pusat dalam pengembangan karena dianggap telah memahami kebijakan tersebut. kepariwisataan daerah dan nasional. Fakta yang Selain itu yang menjadi resisten itu dikarenakan peneliti temui di lapangan, menunjukkan bahwa perbedaan dalam menangkap dan memahami dikeluarkannya kebijakan tersebut merupakan dalam kebijakan yang berbeda antara Perda Kabupaten rangka sebagai daerah otonomi, pemerintah kabupaten Banyuwangi dan Peraturan Direktur Jendeal banyuwangi untuk melakukan pengembangan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor: kepariwisataan daerahnya. p.3/IV-SET/2011 tentang Pedoman Penyusunan Desain Tapak. Perbedaan juga terlihat pada Perda Content of policy (isi kebijakan) menunjukkan Kabupaten Bondowoso dalam meningkatkan daya hasil yang cukup baik pada kebijakan pembangunan saing wisata. Hal ini seharusnya seluruh kepentingan kepariwisataan di Kawasan TWA Kawah Ijen, tetapi masing-masing pihak harus dipinggirkan agar tidak secara menyeluruh masih terdapat kekurangan. terlaksanannya pembangunan kepariwisataan yang Dimana context of implementation (konteks baik. implementasi) menunjukkan hasil yang kurang baik, akan tetapi perpaduan kedua kategori tersebut 2) Tipe manfaat menghasilkan outcomes (dampak) yang masih baik. Dalam suatu implementasi kebijakan akan Maknanya, terdapat faktor lain yang memengaruhi terdapat suatu tujuan dan target yang telah ditetapkan implementasi kebijakan rencana induk pembangunan agar menciptakan manfaat dari kebijakan tersebut. kepariwisataan dalam rangka mewujudkan Peneliti menemukan 2 (dua) manfaat yang ingin kepariwisataan yang ekowisata dan berbasis dihasilkan oleh pembangunan kepariwisataan yaitu internasional. manfaat untuk pemerintah dan manfaat untuk masyarakat.

4 Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dan leading sector kebijakan pariwisata cukup aktif dalam masyarakat sekitar telah merasakan manfaat dari mengoordinasikan semua hal teknis mengenai penerapan pembangunan kepariwisataan yaitu implementasi kebijakan yang akan melibatkan peningkatan jumlah wisatawan yang datang ke badan/organisasi pelaksana lainnya. destinasi wisata di Kabupaten Banyuwangi serta meningkatnya kualitas kepariwisataan daerah Dalam penelitian ini, penulis mengategorikan Sedangkan bagi masyarakat menumbuhkan daya kecenderungan/persepsi resisten setelah melakukan usaha masyarakat yang akan mampu meningkatkan sejumlah wawancara dan observasi yang dilakukan perokonomian masyarakat melalui pendapatan dari dilapangan. Terdapat 2 (dua) kategori kunjungan wisatawan. Penulis juga mendapat data kecenderungan/persepsi yang dimana menolak atau Rata-Rata Spending of Money Wisatawan (keberatan) dengan kebijakan yang dimaksud. Mancanegara Rp. 3.700.000.000 dari kunjungan Mengenai kecenderungan sikap juga dibenarkan wisatan dosmetik 5.039.934 orang dan wisatawan dalam penelitian oleh Syahmeiza yang menyimpulkan asing 127.420 orang (Pemkab. Banyuwangi, 2019). penelitian bahwa Kebijakan pengembangan pariwisata Selain ketiga manfaat di atas, maka melalui di Kabupaten Empat Lawang yang dilaksanakan oleh pembangunan kepariwisataan diharapkan dapat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Empat terwujud destinasi pariwisata nasional yang mampu Lawang belum efektif terlihat pada tingkat kepatuhan berkembang menjadi kepariwisataan internasional. masih rendah dan kurang lancarnya rutinitas fungsi Disbudpar Empat Lawang yang menyebabkan kinerja 3) Perubahan yang diinginkan kebijakan belum sesuai dengan yang diinginkan serta Perubahan yang diharapkan sesuai kebijakan dampak yang dikehendaki belum tercapai (Syahmeiza pembangunan kepariwisataan merupakan orientasi et al., 2011). kepada masyarakat yang diharapkan dalam peningkatan infrastruktur pariwisata dan pemasaran Keberhasilan dalam implementasi kebijakan pariwisata. Peningkatan infrastruktur pariwisata pengembangan pariwisata dimana bergantung pada merupakan pembangunan sarana dan prasarana utama kecenderungan publik untuk merespons kebijakan dan dan penunjang yang dapat dirasakan oleh pengunjung implementasinya. Kebijakan pengembangan destinasi wisata. Selain itu pemasaran yang diinginkan pariwisata yang paling baik memang seharusnya masyarakat telah dijawab dengan inovasi bupati anas melibatkan publik, terutama komunitas masyarakat dengan diadakan pemasaran pariwisata melalui lokal. Dan kesimpulannya letak pengambilan banyuwangi festival yang terdapat agenda khusus di keputusan sangat berpengaruh dalam implementasi Kawah Ijen yaitu Ijen Jazz Festival. kebijakan pembangunan kepariwisataan Kabupaten Banyuwangi dimana inovasi diinisiasi oleh pemimpin Perubahan signifikan telah dirasakan oleh daerah sebagai pemegang keputusan tertinggi pada sebagian besar masyarakat di Kabupaten Banyuwangi, level Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Dimana terutama dalam hal pelayanan pariwisata yang diambil juga dalam bukunya yang berjudul Anti- awalnya belum terdapat pelayanan yang prima Mainstream Marketing: "20 Jurus Mengubah (adanya Tourist Information Center) serta jalur jalan Banyuwangi, yang dijelaskan beberapa inovasi menuju ke kawasan TWA Kawah Ijen telah lebih baik pembangunan kepariwisataan kabupaten banyuwangi meskipun belum dapat dikatakan baik. Sarana dam (Anas, 2019). prasarana yang terdapat di kawasan destinasi wisata telah dibangun dan sangat dirasakan oleh pegunjung. 5) Para pelaksana program Dalam suatu implementasi kebijakan 4) Kedudukan pengambilan keputusan pembangunan kepariwisataan diukur pada Terkait dengan implementasi kebijakan kemampuan pelaksana kebijakan tersebut. Dimana pembangunan kepariwisataan dalam penelitian ini, kemampuan tersebut merupakan bagaimana pelaksana melihat suatu kedudukan pengambilan keputusan kebijakan mampu memberikan informasi yang baik melalui parameter kecenderungan sikap: untuk pelaksanaan kebijakan pembangunan a. Kecenderungan pelaksana terhadap kebijakan kepariwisataan agar dapat berjalan sesuai rencana. pengembangan pariwisata; b. Respons atas pelaksanan kebijakan kebijakan Suatu implementasi akan berjalan efektif apabila tersebut . ukuran dan tujuan kebijakan dipahami oleh seluruh individu yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan Secara umum persepsi pelaksana terhadap kebijakan. Kejelasan ukuran dan tujuan kebijakan kebijakan pembangunan kepariwisataan adalah diperlukan komunikasi secara cepat oleh pelaksana mendukung penuh. Selain alasan untuk kemajuan kebijakan. Kemampuan para pelaksana kebijakan daerah, para pelaksana mendukung karena disini merupakan faktor penentu implementasi pelaksanaan kebijakan tersebut sesuai dengan tugas kebijakan. Sesuai dengan dengan penelitian yang pokok dan fungsi (tupoksi) sebagai seorang aparatur dilakukan oleh Iriwan, menjelaskan bahwa 3 (tiga) hal sipil negara. Para pelaksana di dinas yang menjadi utama dalam komunikasi kebijakan adalah 5 kemampuan pelaksana dalam pemberian informasi, kepariwisataan di mana pengembangan destinasi kejelasan sasaran dan tujuan, dan konsistensi (Irawan, wisata sebagai bagian dari keterkaitan dalam 2015) sistem kepariwisataan perlu memperhatikan sejumlah aspek berikut (Sunaryo, 2013, hal. 27- Para pelaksana kebijakan dalam hal ini bukan 31): hanya sebagai pimpinan tertinggi tetapi seluruh pelaksana kebijakan. Dalam hal ini Jumlah sumber 1. Atraksi dan daya tarik wisata daya aparatur di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 2. Amenitas (akomodasi) Kabupaten Banyuwangi menjadi faktor penentu juga. 3. Aksebilitas Peneliti menemukan hasil bahwa aparatur yang 4. Infrastruktur pendukung terdapat di Disbudpar yang memiliki latar belakang 5. Fasilitas pendukung pendidikan IT yang cukup tetapi rata-rata tidak sesuai 6. Kelembagaan dan sumberdaya manusia dengan kemampuan dalam bidang kepariwisataan. Sementara di Disbudpar telah meningkatkan Dari segi fasilitas, dukungan penuh diberikan kompetensi aparaturnya untuk mengatasi untuk implementasi kebijakan meski dalam permasalahan tersebut. beberapa sisi dukungan tersebut menghasilkan perubahan negatif. Hal ini sebagian kecil sama 6) Sumber daya yang dikerahkan dengan penelitian yang dilakukan Eri Irawan, Sumber daya pada penelitian yang dilakukan bahwa dukungan faktor sumberdaya dalam oleh peneliti berkaitan dengan segala sumber daya kerangka Edwards masih tampak mengalami yang digunakan untuk mendukung keberhasilan kekurangan pada aspek staf terutama dari sisi implementasi kebijakan pembangunan kepariwisataan kompetensi (Irawan, 2015) di TWA Kawah Ijen Kabupaten Banyuwangi. Sumberdaya yang melaksanakan kebijakan meliputi B. Context of implementation (Konteks sebagai berikut: Implementasi) Peneliti akan menjelaskan secara siginifikan a. Staf yang memadai dalam keahliannya indikator sebagai berikut: Dari segi jumlah pelaksana untuk masing- masing program kebijakan, telah dianggap 1) Kekuasaan, kepentingan, strategi pelaksana yang mencukupi dengan jumlah staf pelaksana di terlibat Disbudpar yang menjadi leading sector sebanyak Dalam pelaksanaan kebijakan pengembangan 96 orang. Hal tersebut memiliki perbedaan pada pariwisata, Pemkab Banyuwangi juga melibatkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Eri banyak pihak. Keterlibatan pihak tersebut Irawan yang menjelaskan sisi size pelaksana merupakan suatu tim kerja sama pengembangan untuk masing-masing program kebijakan, pariwisata alam untuk penguatan pengembangan sebenarnya belum mencukupi (lemah) jika kepariwisataan yang telah dilakukan. Pelibatan dibebankan hanya pada Dinas Kebudayaan dan semakin banyak organisasi pelaksana lain (para Pariwisata (Irawan, 2015) pemangku kepentingan) akan dapat juga berisiko menyulitkan implementasi kebijakan. Hogwood Dari segi skill (kemampuan / kompetensi) dan Gunn dalam buku (Solichin, 2008) pelaksana kebijakan ditemukan dari hasil menyatakan, salah satu syarat implementasi penelitian diketahui, bahwa inkompetensi terjadi kebijakan bisa lancar adalah jika hubungan karena latar belakang pendidikan staf tidak ketergantungan organisasi pelaksana dengan sesuai dengan bidang pekerjaan yang pihak lain tidak kompleks. Adanya konflik diembannya saat ini. Harapannya, kompetensi kepentingan dan tekanan dari berbagai pihak pelaksana kebijakan bisa mengalami peningkatan terhadap birokrasi, misalnya dari organisasi sejalan sesuai dengan rutinitas dan pengalaman politik, lembaga swadaya masyarakat, atau badan yang didapatkan. pelaksana yang lain.

b. Fasilitas Seperti Pengelola Kawasan Cagar Alam Fasilitas yang digunakan untuk Kawah Ijen yang sebelum menjadi Kawasan mengimplementasikan kebijakan pengembangan Taman Wisataa Alam Kawah Ijen dikelola oleh pariwisata di Banyuwangi telah cukup baik. BBKSDA Provinsi Jawa Timur dan SKW Fasilitas tersebut terdiri atas dukungan V/Banyuwangi sebagai perwakilan. Serta konflik pendanaan maupun fasilitas fisik yang wilayah kawasan kawah ijen yang terdiri dari 2 dibutuhkan untuk pengembangan kepariwisataan (dua) Kabupaten yaitu Kabupaten Banyuwangi daerah. Dukungan pendanaan didapatkan dari dan Kabupaten Bondowoso. Hal ini akan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah menentukan Kekuasaan , Kepentingan dan (APBD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Startegi dalam pembangunan kepariwisataa di Negara (APBN). Hal ini sesuai dengan teori Kawah Ijen. 6 Terdapat pemahaman yang kurang meningkatkan pengembangan pariwisata di komprehensif yang dimiliki oleh Pemerintah Kampar(Pratama & Asrida, 2018). Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso serta BBKSDA Provinsi Jawa Timur Penemuan peneliti dalam karakteristik terkait pembangunan kepariwisataan di Kawasan lembaga dan penguasa telah terlihat di dalam TWA Kawah Ijen Kabupaten Banyuwangi. Renstra Kepariwisataan Kabupaten Banyuwangi Pembangunan Kepariwisataan di TWA Kawah dan Site Plan/Master Plan yang jelas. Meskipun Ijen terfokus pada peningkatan infrastruktur belum terdapat secara khusus belum adanya SOP pariwisata (sarana dan prasarana utama dan yang mengikat kebijakan pembangunan penunjang) dan pemasaran pariwisata kawah ijen kepariwisataan. Hal ini memiliki persamaan melalui banyuwangi festival (Ijen Jazz Festival). dengan penelitian yang dilakukan oleh Hajar Ratna Sari yang meneliti mengenai Koordinasi antara pihak Disbudpar dan pengembangan kepariwisataan di Kabupaten BBKSDA Provinsi Jawa Timur terlah terjalin Gresik dijelaskan bahwa Saat ini kawasan wisata dengan baik. Tetapi masih terdapat hubungan yang ada di pulau bawean berada dibawah yang belum dikatakan baik dikarenakan masih lindungan BKSDA (Badan Kepariwisataan terdapat perebutan wilayah kawasan wisata Sumber Daya Alam) (Sari, 2018) kawah ijen oleh pihak Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso. Kedua 3) Kepatuhan dan daya tanggap Pemerintah daerah masih terdapat perbedaan Dalam implementasi kebijakan pemerintah strategi dan perencanaan dalam penerapan dibutuhkan dukungan untuk mendukung pembangunan kepariwisataan dari pelaksana keberhasilan implementasi kebijakan, hal kebijakan yang terlibat. tersebut berupa kecenderungan publik (klien dari pelaksana kebijakan) yang memiliki kepatuhan 2) Karakteristik lembaga dan penguasa dan daya tanggap yang baik untuk menerima dari Karakteristik lembaga dan penguasa belum pelaksanaan kebijakan tersebut. Sesuai dengan terlihat di dalam struktur birokrasi yang jelas. teori edward III mengenai kecenderungan sikap Sesuai dengan penelitian Eri Irawan pada tahun juga dibenarkan dalam penelitian oleh 2015 dengan menggunakan teori edward III, Syahmeiza yang menyimpulkan penelitian terdapat dua aspek terpenting dalam struktur bahwa Kebijakan pengembangan pariwisata di birokrasi ketika mengimplementasikan kebijakan Kabupaten Empat Lawang yang dilaksanakan adalah prosedur operasional kerja standard oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Standard Operating Procedure/SOP). Kabupaten Empat Lawang belum efektif terlihat pada tingkat kepatuhan masih rendah dan kurang Aspek ini yang jadi titik poin pembahasan lancarnya rutinitas fungsi Disbudpar Empat penelitian struktur birokrasi di bagian ini. Dalam Lawang yang menyebabkan kinerja kebijakan penelitian diketahui telah adanya SOP yang baku belum sesuai dengan yang diinginkan serta untuk pelaksanaan kebijakan. Meski tidak ada dampak yang dikehendaki belum tercapai SOP secara formal, acuan pelaksanaan (Syahmeiza et al., 2011). operasional dalam kebijakan pariwisata ada dalam berbagai dokumen hasil koordinasi/rapat Disimpulkan bahwa Kesuksesan untuk implementasi kebijakan. Hasil analisa implementasi kebijakan pengembangan yang dilakukan penulis, memiliki kesamaan pada pariwisata sangat bergantung pada kepatuhan penelitian yang dilakukan di Kabupaten lainnya dan daya tanggap yang baik untuk memahami oleh Ali Yusri yang menjelaskan pengembangan dan merespons suatu implementasi kebijakan. parwisata Dinas Pariwisata harus memiliki Kebijakan pengembangan pariwisata yang paling Standart Operation Procedur (SOP) dan baik memang seharusnya mampu melibatkan berlandaskan RENSTRA untuk melakukan publik, terutama pada komunitas masyarakat kinerja dalampengembangan pariwisata yang ada lokal serta sektor swasta. di Kabupaten Siak (Yusri & Salrahmanda, 2015) Dan ditemukan juga oleh peneliti masih Adanya SOP dan berlandaskan RENSTRA terdapat ego sektoral di tiap Pemerintah Daerah yang berbentuk master plan/site plan sangat Kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso serta dibutuhkan untuk menjadi pedoman BBKSDA terkait pengelolaan pembangunan pengembangan rencana induk pembangunan kepariwisataan di kawasan TWA Kawah Ijen. kepariwisataan. Sesuai dengan penelitian yang Kurangnya hubungan komunikasi baik antara dilakukan oleh V. Pratama yang mengatakan pihak untuk melakukan persamaan presepsi dan bahwa Master Plan Pengembangan Pariwisata pemikiran untuk menerima saran dalam Daerah Kampar, kemudian diharapkan mampu peningkatan infrastruktur pariwisata dan pemasaran pariwisata. 7 C. Hasil Akhir Implementasi Kebijakan menunjukkan perubahan dan penerimaan yang Pembangunan Kepariwisataan Kawah baik dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. Ijen Dampak yang positif menyimpulkan bahwa Untuk mengukur proses pencapaian hasil akhir keberhasilan pelaksanaan dan pencapaian proses (outcomes) pada kebijakan pembangunan kebijakan pembangunan kepariwisataan di kepariwisataan di Kawasan TWA Kawah Ijen, yaitu kawasan TWA Kawah Ijen Kabupaten tercapai atau tidaknya tujuan yang ingin diraih. Akan Banyuwangi. dijelaskan 2 faktor untuk mengukur keberhasilan kebijakan sebagai berikut: Selain itu ada menerima dan dukungan secara 1) Dampak pada masyarakat secara individu dan penuh terhadap pembangunan kepariwisatan kelompok dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kelompok sasaran implementasi kebijakan Banyuwangi untuk meningkatkan infrastruktur pembangunan kepariwisataan di Kawasan TWA pariwisata dan pemasaran pariwisatan. Meskipun Kawah Ijen pada seluruh pelaksana kebijakan terdapat saran dari pengamat ekosistem dan alam seperti ASN Disbupar dan Masyarakat sekitar bahwa pembangunan kepariwisataan tidak perlu kawasan wisata alam. Dimana akan merasakan berlebihan. Hal ini menjadi penemuan yang dampak yang signifikan pada penyelesaian tugas dilakukan penulis bahwa tidak semua pokok dan fungsi serta dalam pengembangan pembangunan akan berjalan sesuai rencana. pariwisata daerah. Tetapi perlu memperhatikan hal yang lainnya. Seperti adanya pembangunan yang akan merusak Masyarakat sekitar kawasan kawah ijen yang keindahan alam kawah ijen dan merusak terletak pada Desa Tamansari Kecamatan Licin ekosistem yang terdapat di kawasan yang pada Kabupaten Banyuwangi memperoleh dampak awalnya cagar alam kawah ijen. yang positif pasca diterapkannya pembangunan kepariwisataan di Kawasan TWA Kawah Ijen. D. Temuan menarik lainnya Dampak positif berupa meningkatkan Temuan menarik lainnya dalam penelitian ini perekonomian masyarakat, meningkatkan daya yakni terdapatnya hambatan dan peluang pelaksanaan cipta ekonomi, dan menciptakan UMKM Daerah. implementasi kebijakan. Hal tersebut juga telah Meskipun secara garis besar belum signifikan dibahas dalam penelitian sebelumnya oleh Arna A. meningkatkan perkonomian daerah kabupaten Manullang, memberikan analisanya bahwa timbulnya banyuwangi melalui PAD, hanya sekedar dari kendala atau permasalahan implementasi disebabkan pajak dan restribusi dari kunjungan wisatawan ke oleh beberapa faktor lain yang mempengaruhi kawasan destinasi wisata alam. kebijakan tersebut (Manullang et al., 2016). Hambatan dalam pembangunan kepariwisataan di kawasan TWA 2) Perubahan dan Penerimaan yang terjadi pada Kawah Ijen yakni kurang kesepahaman, koordinasi masyarakat baik secara individu maupun dan komunikasi yang intensif antara pihak, kelompok. keterbatasan sumber dana dan sumber daya manusia Kelompok sasaran implementasi kebijakan yang profesional dan kompetensi, dan perbedaan pembangunan kepariwisataan di Kawasan TWA persepsi sehingga cenderung ego sektoral. Kawah Ijen pada seluruh pelaksan kebijakan seperti ASN Disbupar dan Masyarakat sekitar Selain hambatan tersebut ada juga peluang jika kawasan wisata alam pasca diterapkannya implementasi kebijakan mampu dijalankan dengan pembangunan kepariwisataan. Diterapkan baik oleh Pemerintah dan pengelola kawasan Kawah kebijakan ini memiliki tujuan untuk dapat Ijen yakni pengembangan kepariwisataan sesuai memberikan perubahan dan dapat diterima oleh dengan rencana induk pembangunan kepariwisataan, seluruh stakeholders dari pelaksanaan kebijakan sehingga diharapkan destinasi Wisata Alam Kawah pembangunan kepariwisataan di kawasan taman Ijen menjadi Kawasan Wisata Internasional dengan wisata alam kawah ijen kabupaten banyuwangi. daya tarik wisatawan yang tinggi. Selanjutnya dibutuhkan hubungan sinergitas antara kedua pihak, Perubahan dan Penerimaan yang diberikan dimana merupakan kunci kesuksesan dalam oleh ASN disbupar dan masyarakat sekitar penyelenggaran pengembangan kepariwisataan. kawasan kawah ijen Kabupaten Banyuwangi Sesuai dengan yang disampaikan dalam penelitian adalah mengalami perubahan daya pikir dan daya Kusuma yang menyimpulkan kunci untuk seluruh cipta perekonomian untuk meningkatkan proses pembangunan terintegrasi adalah kebijakan ekonomi melalui home stay yang terdapat di yang diambil oleh pemerintah daerah harus kawasan kawah ijen. Hasil penelitian ini dipertimbangkan dalam rangka memelihara hubungan ditemukan perkembangan home stay di kawasan satu sama lain. Sinergi antara unsur-unsur harus destinasi wisata di kabupaten banyuwangi berjalan sedemikian rupa sehingga efek dari mengalami peningkatan yang sangat cepat pembangunan terintegrasi akan lebih terasa dari pada (Pemkab. Banyuwangi, 2019). Hal ini setiap stakeholder berjalan sendiri-sendiri (Kusuma, 8 2014). Sesuai juga dengan penelitian Dapkus & l Dapkute, yang menjelaskan untuk mencapai Dapkus, R., & Dapkute, K. (2015). EVALUATiON OF pariwisata berkelanjutan pengembangan, upaya sektor THE REGiONAL TOURiSM publik yang bertujuan untuk memastikan kebijakan ATTRACTiVENESS. pengembangan pariwisata yang jelas serta keterlibatan https://www.semanticscholar.org/paper/EVALU sektor swasta yang menawarkan produk dan layanan ATiON-OF-THE-REGiONAL-TOURiSM- pariwisata yang kompetitif dan kolaborasi timbal balik ATTRACTiVENESS-Dapkus- diperlukan (Dapkus & Dapkute, 2015). Dapkute/576c7f028030bf6767f59d019cc70a60a ddcd2d3 IV. KESIMPULAN Fitria, A. (2013). Kajian Implementasi Kebijakan Berdasarkan temuan penelitian, penulis dalam Pengelolaan Destinasi Pariwisata pada menyimpulkan bahwa implementasi kebijakan Kawasan Geopark Gunung Sewu. Prosiding pembangunan kepariwisataan Kawasan TWA Kawah Seminar Nasiona; Kebijakan Dan Perencanaan Ijen telah berjalan dengan cukup baik karena tingginya Kota Berwawasan Kesehatan, 95–102. tipe manfaat yang dirasakan oleh masyarakat, derajat http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file perubahan yang terlihat baik dan sumber daya yang _artikel_abstrak/Isi_Artikel_739564442016.pdf dilibatkan telah mengalami peningkatan, meskipun Irawan, E. (2015). Implementasi Kebijakan kepatuhan dan daya tanggap melaksanakan kebijakan Pembangunan Pariwisata di Kabupaten masih lemah dikarenakan kurangnya komunikasi Banyuwangi Eri Irawan. In Jejaring antara pengambil kebijakan dengan pelaksana. Tetapi Administrasi Publik. Th VII. Nomor (Vol. 2). dalam ukuran keberhasilan implementasi kebijakan http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers- menghasilkan hal yang positif. admp06ec0f4bd1full.pdf Kusuma, B. M. A. (2014). PEMBANGUNAN TERINTEGRASI DALAM MEWUJUDKAN Saran peneliti untuk meningkatkan implementasi KOTA PARIWISATA BERTARAF kebijakan adalah sinergitas dalam pembangunan INTERNASIONAL: STUDI KASUS DI kepariwisataan melalui keterlibatan seluruh unsur KABUPATEN BANYUWANGI JAWA pelaksana kebijakan, sektor swasta dan masyarakat. TIMUR. JKMP (Jurnal Kebijakan Dan Dalam rangka mewujudkan kebijakan kepariwisataan Manajemen Publik), 2(2), 117. di Kabupaten Banyuwangi yang bertaraf Internasional, https://doi.org/10.21070/jkmp.v2i2.433 perlunya penelitian lanjutan yang mampu Mandic, A., Mrnjavac, Ž., & Kordic, L. (2018). membandingkan antara pengembangan kepariwisatan Tourism infrastructure, recreational facilities khususnya pada Kawasan Taman Wisata Alam serupa and tourism development. Tourism and untuk mengetahui tingkat keberhasilan implementasi Hospitality Management, 24(1), 41–62. kebijakan kepariwisataan di Kawasan TWA Kawah https://doi.org/10.20867/thm.24.1.12 Ijen. Manullang, A. A., Rengga, A., Suryaningsih, M., & Sulandari, S. (2016). IMPLEMENTASI V. UCAPAN TERIMAKASIH RENCANA INDUK PENGEMBANGAN Dengan segala hormat penulis juga PARIWISATA (RIPP) PROPINSI JAWA mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang TENGAH DI DESTINASI WISATA SAM telah membantu dalam penulisan artikel karya ilmiah POO KONG KOTA SEMARANG. Journal of pemerintahan ini. Ucapan terima kasih penulis juga Public Policy and Management Review, 5(2), berikan kepada Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, 365–380. Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam hal ini Balai https://doi.org/10.14710/JPPMR.V5I2.11008 Besar Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Novitasari, B. &, & Wiwin, K. (2015). Provinsi Jawa Timur atas bantuan untuk pengumpulan IMPLEMENTASI KEBIJAKAN data dan informasi mengenai rencana induk PEMBANGUNAN PARIWISATA DALAM pembangunan kepariwisataan di Kawasan TWA PENINGKATAN SEKTOR USAHA MIKRO Kawah Ijen Kabupaten Banyuwangi. KECIL MENENGAH (UMKM) DI OBJEK WISATA PULAU MERAH KABUPATEN DAFTAR REFERENSI BANYUWANGI. In Citizen Charter (Vol. 1, Agustino, L. (2014). Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Issue 2). Udayana University. Bandung: Alfabeta. https://media.neliti.com/media/publications/286 Anas, A. A. (2019). Anti-Mainstream Marketing: "20 20-ID-iimplementasi-kebijakan-pembangunan- Jurus Mengubah Banyuwangi". Surabaya: pariwisata-dalam-peningkatan-sektor-usaha- Gramedia Pustaka Utam. mi.pdf BPS. (2019, Oktober 24). Pertumbuhan Kawasan Noveria, D. A. (2015). IMPLEMENTASI Sektor Pariwisata di Indonesia. Diambil kembali KEBIJAKAN PEMBANGUNAN dari KEPARIWISATAAN DINAS KEBUDAYAAN https://www.bps.go.id/subject/16/pariwisata.htm DAN PARIWISATA KABUPATEN LINGGA 9 DALAM PENGEMBANGAN POTENSI Grindle, M. S. (1980). Politics and Policy PARIWISATA TAHUN 2015. Kabupaten Implementation in The Third World. New Lingga: Universitas Maritim Raja Ali Haji. Jersey: Princenton University Press. Pariwisata, d. m. (2019, Desember 29). Djpk. Diambil Simangunsong, F. (2017). Metodologi Penelitian kembali dari Kementerian Pariwisata: Pemerintahan. Bandung: Alfabeta. http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp- Solichin, A. W. (2008). Analisis Kebijaksanaan dari content/uploads/2018/08/PERMENPAR- Formulasi ke. Implementasi Kebijaksanaan NOMOR-3-TAHUN-2018-TENTANG-DAK- Negara. Jakarta: Bumi Aksara. FISIK-BIDANG-PARIWISATA.pdf Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Pemkab. Banyuwangi, D. K. (2019, Oktober 24). Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Kabupaten Banyuwangi. Diambil kembali dari Sunaryo, B. (2013). Kebijakan Pembangunan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata: Destinasi Pariwisata Konsep dan Aplikasinya di https://www.banyuwangikab.go.id/profil/pariwis Indonesia. : Gava Media. ata.html. Syahmeiza, B., Alfatih, A., & Junaidi. (2011). Prabhawati, A. (2018). Upaya Indonesia dalam Implementasi Kebijakan Pengembangan Meningkatkan Kualitas Pariwisata Budaya Pariwisata Di Kabupaten Empat Lawang, Melalui Diplomasi Kebudayaan. Journal of Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Administrasi Tourism and Creativity, 2(2), 158. Negara (JAN), II(1), 1–11. https://doi.org/https://doi.org/10.19184/jtc.v2i2. https://www.academia.edu/28843903/IMPLEM 13847 ENTASI_KEBIJAKAN_PENGEMBANGAN_ Putri, S. D. (2015). Strategic Management of Nature- PARIWISATA_DI_KABUPATEN_EMPAT_L Based Tourism in Ijen Crater in the Context of AWANG_PROVINSI_SUMATERA_SELATA Sustainable Tourism Development. Journal of N Indonesian Tourism and Development Studies, 3(3), 123–129. https://doi.org/10.21776/ub.jitode.2015.003.03.0 6 Sari, H. R. (2018). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA DI KABUPATEN GRESIK TAHUN 2017. JPAP: Jurnal Penelitian Administrasi Publik, 4(1). https://doi.org/10.30996/jpap.v4i1.1275

10