1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia Internasional Saat
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dunia internasional saat ini tertuju kepada Korea Selatan. Kebangkitan ekonomi dan budaya Korea Selatan menjadikan negara ini mulai menginvasi pasar internasional dengan berbagai produk ciptaan. Mulai dari pengembangan teknologi dari berbagai aspek industri manufaktur hingga penyebaran budaya populer yang lebih dikenal dengan hallyu wave atau gelombang Korea dengan merujuk pada industri hiburan yang didominasi dengan musik dan drama Korea. Kekhasan dari industri hiburan Korea Selatan ini telah mengukuhkan industri Korea Selatan menyaingi industri Hollywood yang ada di Amerika. Sebagai salah satu contohnya adalah keberhasilan beberapa penyanyi Korea Selatan yang menembus chart Billboard Amerika yang merupakan ukuran tangga lagu di dunia. Hallyu saat ini yang terkenal melalui musik dan dramanya adalah berupa pengenalan budaya tradisi Korea, pengenalan tulisan Korea (hangul) dan bahasa, bentuk-bentuk imitasi diri terhadap artis Korea dari penampilan diri bahkan hingga mengarah pada fashion dan gaya hidup. Di bidang industri hiburan, Korea Selatan sangat terkenal dengan gaya musiknya yang mayoritas dibawakan secara berkelompok atau grup, grup ini biasanya dikenal dengan sebutan boyband atau girlband. Selain terkenal dengan musik, Korea Selatan sangat terkenal dengan drama, sebuah film series pendek yang menawarkan berbagai genre yang 1 dimainkan oleh berbagai artis Korea serta berbagai reality show dan program lainnya yang menunjukkan variasi dari budaya populer Korea Selatan. Perkembangan hallyu sebagai komoditas global di mulai di awal keberhasilan salah satu drama Korea yang tayang di Tiongkok pada akhir 1990- an. Pada tahun 2000-an, Winter Sonata yang menyedot banyak perhatian berbagai penonton di berbagai belahan dunia. Kepopuleran drama ini diikuti dengan drama lain, film, dan musik sehingga angka ekspor drama Korea meningkat sedemikian rupa hingga menjadi jalan keluar bagi Korea Selatan untuk lepas dari permasalahan krisis yang sempat melanda. Berikut ini adalah data yang menunjukkan peningkatan ekspor program televisi Korea Tabel 1.1-1 Angka Ekspor dan Impor Program TV Korea Dalam Juta Dollar Tahun Ekspor Impor 1999 12.7 28.7 2000 13.1 29.1 2001 18.9 20.4 2002 28.8 25.1 2003 42.1 28.1 2004 71.5 31.1 2005 123.5 37.0 2006 147.7 31.7 2007 162.6 32.3 2008 180.2 21.8 2009 183.6 65.9 2010 187.0 10.4 Dikutip dari “The Korean wave (hallyu) in East Asia. A comparison of Chinese, Japanese and Taiwanese audiences who watch Korean TV dramas,” by J. Yang, 2012, Development and Society, 41, hal. 124. 2 Berkembangnya hallyu sangat berhubungan dengan momentum yang didapatkan Korea Selatan dalam membangun identitas di kancah internasional. hallyu sebagai salah satu pendorong kebangkitan Korea Selatan dari kehancuran krisis ekonomi bersamaan dengan momentum lainnya seperti pergelaran Piala Dunia 2002, perkembangan teknologi dan internet dengan didukung oleh kultur yang mendukung menyebabkan gambaran globalisasi semakin menjadi hal nyata dalam bidang budaya populer yang satu ini. Hallyu telah menjadi sebuah industri budaya yang telah dikemas dan didukung oleh pemerintah Korea Selatan. Konsep industri budaya ini masih belum mendapatkan definisi baku mengenai penjelasan industri budaya, akan tetapi hal ini diperkenalkan oleh pemerintah Korea Selatan pada tahun 1999 dan diperinci lebih jelas pada tahun 2002 bahwa industri budaya merupakan variasi berdasarkan aktivitas yang berhubungan dengan pengembangan, produksi distribusi, dan konsumsi produk budaya dalam wujud barang nyata dan tidak nyata atau kombinasi keduanya yang meningkatkan nilai tambah ekonomis dengan menggunakan media budaya (budaya, tradisi termasuk budaya digital) yang dikemas dalam pameran, penampilan seni, buku, jurnal, majalah, film, radio, televisi, atau CD (Eun & Ryoo, 2007). Hadirnya industri hiburan Korea ini berimplikasi menjadi sebuah keuntungan bagi tersendiri dan membuat Korea Selatan semakin dikenal dunia internasional. Keuntungan yang didapatkan oleh Korea Selatan dapat berupa devisa yang menjadi pemasukan bagi negara tersebut. Keuntungan yang lain yang bisa didapatkan berupa promosi diri Korea Selatan seperti pariwisata yang 3 meningkatkan kunjungan turis internasional yang ingin mengetahui Korea Selatan secara langsung. Angka produksi dan ekspor program televisi Korea Selatan yang tinggi memunculkan sederet artis-artis Korea Selatan yang mulai mendapatkan popularitas. Sebut saja beberapa diantaranya seperti Girls’ Generation, Super Junior, Big Bang, Lee Min Ho, Song Hye Kyo, dan lain-lain. Ketenaran artis-artis Korea tentunya merupakan hal yang sangat penting dalam usaha menciptakan keterkenalan Korea Selatan khususnya di dunia hiburan dengan semakin banyak menciptakan berbagai karya kreativitas mereka untuk semakin menunjukkan eksistensi budaya populer Korea Selatan. Salah satu gambaran hallyu diantaranya adalah penggunaan bahasa Korea, pengenalan tradisi Korea seperti chuseouk, hanbok, makanan tradisional Korea bahkan dalam dunia virtual maya sering terdapat istilah netizen (Internet Citizen) yang diakibatkan tingginya penggunaan internet yang sekaligus menjadi media penyebaran invasi demam Korea. Aktivitas netizen yang tinggi ini menyebabkan terjadinya aktivitas di dunia maya yang berhubungan dengan demam Korea seperti melakukan cover dance, meniru gaya kiyomi gwiyomi, fanbase atau fandom, bahkan tindakan seperti mata-matai yang sering mencari tahu (menginvestigasi) akan idolanya tersebut hingga masukan dan kritikan yang disampaikan melalui dunia maya tersebut. Dalam kehidupan sosial, masyarakat Korea Selatan dikenal sebagai masyarakat yang gemar melakukan operasi plastik untuk menyempurnakan bentuk fisik dan kecantikan mereka. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh The Economist tahun 2009 tercatat bahwa satu dari lima 4 orang Korea telah melakukan operasi plastik dan pada tahun 2010 lebih dari 360.000 tindakan operasi telah dilakukan. Operasi plastik ini juga sekaligus menggambarkan kecanggihan teknologi kedokteran dan kecantikan yang dimiliki oleh Korea Selatan dibandingkan dengan negara lain. Semua kecanggihan dan kesempurnaan yang ditampilkan oleh merupakan gambaran bagaimana kehebatan Korea Selatan dan masyarakatnya di berbagai bidang kehidupan. Sebagai negara maju, Korea Selatan tidak luput dari berbagai permasalahan sosial yang muncul. Tahun 2009 World Health Organization (WHO) melansir bahwa sebanyak 14.413 jiwa melayang akibat bunuh diri. Aksi bunuh diri pun diantaranya dilakukan oleh artis-artis Korea Selatan. Indonesia tidak lepas dari pengaruh hallyu. Demam Korea telah dimulai sejak drama Endless Love (Autumn in My Heart) ditayangkan di televisi swasta Indonesia, bahkan terdapat beberapa drama Korea Selatan yang ditayangkan berulang kali karena kesuksesannya seperti Endless Love (Autum in My Heart, Princess Hours, Full House, dan Boy Before Flower. Bahkan saat ini, banyak sekali komunitas fansub Indonesia1 yang membagikan drama Korea dan subtitle Indonesia secara gratis. Sebagai negara yang merespons baik hallyu, Indonesia telah menjadi salah satu daftar tempat digelarnya konser musik seperti Music Bank KBS, SM Town INA, SS Super Junior dan berbagai artis lainnya. Keberadaan artis idola Korea Selatan memunculkan aktivitas penggemar. Adapun hal-hal yang terbentuk sebagai respons dari demam hallyu ini adalah 1 fans-substitling: komunitas yang menerjemahkan tayangan televisi dari bahasa asli ke ke bahasa lain) 5 terbentuknya komunitas penggemar yang terkumpul dalam sebuah fanbase. Seiring dengan perkembangan internet, aktivitas penggemar K-Pop semakin aktif terhubung dengan dunia K-Pop di negara asal. Banyak sekali ditemukan komunitas di berbagai sosial media Korea dan fanbase yang semakin aktif dalam kegiatannya, termasuk penggemar K-Pop yang berasal dari Indonesia Berbagai penelitian mengenai budaya K-Pop, hampir semua hasilnya menunjukkan faktor-faktor penyebaran budaya populer Korea dan dampaknya pada situasi sosial di Indonesia. Gejala-gejala fanatisme yang tercatat cukup fenomenal di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini terlihat dari antusiasme konser Super Show Super Junior 4 tahun 2012 dan diikuti dengan kesuksesan antusiasme konser artis Korea yang lainnya seperti SM Town, Music Bank Jakarta, dan lain-lain. Dalam acara konser tersebut, biasanya fanbase berperan dalam berbagi informasi mengenai aktivitas artis idola, mengorganisir massa (penggemar) dalam distribusi item seperti light stick, T-Shirt, banner yang akan memeriahkan konser artis sebagai lambang menyukai artis idola mereka. Bahkan dalam berbagai kesempatan lain, fanbase dapat membuat acara kumpul sesama penggemar dan mengadakan beberapa kegiatan seperti donasi amal, perayaan ulang tahun artis. Terkenalnya hallyu merupakan salah satu gambaran mengenai kondisi zaman postmodern. Sebagai zaman yang merupakan sisa-sisa modernisme yang tidak usai sekaligus berada di masa globalisasi dengan tak adanya batas teritorial dan teknologi yang tinggi, budaya populer Korea Selatan mencerminkan kondisi postmodernisme yang sedang dihadapi. Postmodernisme yang sedang dihadapi 6 merupakan munculnya Korea Selatan sebagai negara maju yang menciptakan identitas baru melalui budaya populernya. Dengan merujuk kondisi postmodernisme yang penuh dengan teknologi dan konsumsi yang tinggi (Hidayat, 2012), gejala fanatisme akan demam Korea merupakan gambaran jelas dalam menggunakan postmodernisme sebagai cara analisis kondisi ini. Mengutip pernyataan Baudrillard mengenai kondisi postmodernisme, yang diantaranya menyatakan: “Kebudayaan postmodernisme lebih mengutamakan