BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang Dunia internasional saat ini tertuju kepada Korea Selatan. Kebangkitan ekonomi dan budaya Korea Selatan menjadikan negara ini mulai menginvasi pasar internasional dengan berbagai produk ciptaan. Mulai dari pengembangan teknologi dari berbagai aspek industri manufaktur hingga penyebaran budaya populer yang lebih dikenal dengan hallyu wave atau gelombang Korea dengan merujuk pada industri hiburan yang didominasi dengan musik dan drama Korea.

Kekhasan dari industri hiburan Korea Selatan ini telah mengukuhkan industri

Korea Selatan menyaingi industri Hollywood yang ada di Amerika. Sebagai salah satu contohnya adalah keberhasilan beberapa penyanyi Korea Selatan yang menembus chart Billboard Amerika yang merupakan ukuran tangga lagu di dunia.

Hallyu saat ini yang terkenal melalui musik dan dramanya adalah berupa pengenalan budaya tradisi Korea, pengenalan tulisan Korea (hangul) dan bahasa, bentuk-bentuk imitasi diri terhadap artis Korea dari penampilan diri bahkan hingga mengarah pada fashion dan gaya hidup. Di bidang industri hiburan, Korea

Selatan sangat terkenal dengan gaya musiknya yang mayoritas dibawakan secara berkelompok atau grup, grup ini biasanya dikenal dengan sebutan boyband atau girlband. Selain terkenal dengan musik, Korea Selatan sangat terkenal dengan drama, sebuah film series pendek yang menawarkan berbagai genre yang

1 dimainkan oleh berbagai artis Korea serta berbagai reality show dan program lainnya yang menunjukkan variasi dari budaya populer Korea Selatan.

Perkembangan hallyu sebagai komoditas global di mulai di awal keberhasilan salah satu drama Korea yang tayang di Tiongkok pada akhir 1990- an. Pada tahun 2000-an, Winter Sonata yang menyedot banyak perhatian berbagai penonton di berbagai belahan dunia. Kepopuleran drama ini diikuti dengan drama lain, film, dan musik sehingga angka ekspor drama Korea meningkat sedemikian rupa hingga menjadi jalan keluar bagi Korea Selatan untuk lepas dari permasalahan krisis yang sempat melanda. Berikut ini adalah data yang menunjukkan peningkatan ekspor program televisi Korea

Tabel 1.1-1 Angka Ekspor dan Impor Program TV Korea Dalam Juta Dollar

Tahun Ekspor Impor 1999 12.7 28.7 2000 13.1 29.1 2001 18.9 20.4 2002 28.8 25.1 2003 42.1 28.1 2004 71.5 31.1 2005 123.5 37.0 2006 147.7 31.7 2007 162.6 32.3 2008 180.2 21.8 2009 183.6 65.9 2010 187.0 10.4

Dikutip dari “The Korean wave (hallyu) in East Asia. A comparison of Chinese, Japanese and Taiwanese audiences who watch Korean TV dramas,” by J. Yang, 2012, Development and Society, 41, hal. 124.

2

Berkembangnya hallyu sangat berhubungan dengan momentum yang didapatkan Korea Selatan dalam membangun identitas di kancah internasional. hallyu sebagai salah satu pendorong kebangkitan Korea Selatan dari kehancuran krisis ekonomi bersamaan dengan momentum lainnya seperti pergelaran Piala

Dunia 2002, perkembangan teknologi dan internet dengan didukung oleh kultur yang mendukung menyebabkan gambaran globalisasi semakin menjadi hal nyata dalam bidang budaya populer yang satu ini.

Hallyu telah menjadi sebuah industri budaya yang telah dikemas dan didukung oleh pemerintah Korea Selatan. Konsep industri budaya ini masih belum mendapatkan definisi baku mengenai penjelasan industri budaya, akan tetapi hal ini diperkenalkan oleh pemerintah Korea Selatan pada tahun 1999 dan diperinci lebih jelas pada tahun 2002 bahwa industri budaya merupakan variasi berdasarkan aktivitas yang berhubungan dengan pengembangan, produksi distribusi, dan konsumsi produk budaya dalam wujud barang nyata dan tidak nyata atau kombinasi keduanya yang meningkatkan nilai tambah ekonomis dengan menggunakan media budaya (budaya, tradisi termasuk budaya digital) yang dikemas dalam pameran, penampilan seni, buku, jurnal, majalah, film, radio, televisi, atau CD (Eun & Ryoo, 2007).

Hadirnya industri hiburan Korea ini berimplikasi menjadi sebuah keuntungan bagi tersendiri dan membuat Korea Selatan semakin dikenal dunia internasional. Keuntungan yang didapatkan oleh Korea Selatan dapat berupa devisa yang menjadi pemasukan bagi negara tersebut. Keuntungan yang lain yang bisa didapatkan berupa promosi diri Korea Selatan seperti pariwisata yang

3 meningkatkan kunjungan turis internasional yang ingin mengetahui Korea Selatan secara langsung.

Angka produksi dan ekspor program televisi Korea Selatan yang tinggi memunculkan sederet artis-artis Korea Selatan yang mulai mendapatkan popularitas. Sebut saja beberapa diantaranya seperti Girls’ Generation, Super

Junior, Big Bang, Lee Min Ho, Song Hye Kyo, dan lain-lain. Ketenaran artis-artis

Korea tentunya merupakan hal yang sangat penting dalam usaha menciptakan keterkenalan Korea Selatan khususnya di dunia hiburan dengan semakin banyak menciptakan berbagai karya kreativitas mereka untuk semakin menunjukkan eksistensi budaya populer Korea Selatan.

Salah satu gambaran hallyu diantaranya adalah penggunaan bahasa

Korea, pengenalan tradisi Korea seperti chuseouk, hanbok, makanan tradisional

Korea bahkan dalam dunia virtual maya sering terdapat istilah netizen (Internet

Citizen) yang diakibatkan tingginya penggunaan internet yang sekaligus menjadi media penyebaran invasi demam Korea. Aktivitas netizen yang tinggi ini menyebabkan terjadinya aktivitas di dunia maya yang berhubungan dengan demam Korea seperti melakukan cover dance, meniru gaya kiyomi gwiyomi, fanbase atau fandom, bahkan tindakan seperti mata-matai yang sering mencari tahu (menginvestigasi) akan idolanya tersebut hingga masukan dan kritikan yang disampaikan melalui dunia maya tersebut. Dalam kehidupan sosial, masyarakat

Korea Selatan dikenal sebagai masyarakat yang gemar melakukan operasi plastik untuk menyempurnakan bentuk fisik dan kecantikan mereka. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh The Economist tahun 2009 tercatat bahwa satu dari lima

4 orang Korea telah melakukan operasi plastik dan pada tahun 2010 lebih dari

360.000 tindakan operasi telah dilakukan.

Operasi plastik ini juga sekaligus menggambarkan kecanggihan teknologi kedokteran dan kecantikan yang dimiliki oleh Korea Selatan dibandingkan dengan negara lain. Semua kecanggihan dan kesempurnaan yang ditampilkan oleh merupakan gambaran bagaimana kehebatan Korea Selatan dan masyarakatnya di berbagai bidang kehidupan. Sebagai negara maju, Korea Selatan tidak luput dari berbagai permasalahan sosial yang muncul. Tahun 2009 World Health

Organization (WHO) melansir bahwa sebanyak 14.413 jiwa melayang akibat bunuh diri. Aksi bunuh diri pun diantaranya dilakukan oleh artis-artis Korea

Selatan.

Indonesia tidak lepas dari pengaruh hallyu. Demam Korea telah dimulai sejak drama Endless Love (Autumn in My Heart) ditayangkan di televisi swasta

Indonesia, bahkan terdapat beberapa drama Korea Selatan yang ditayangkan berulang kali karena kesuksesannya seperti Endless Love (Autum in My Heart,

Princess Hours, Full House, dan Boy Before Flower. Bahkan saat ini, banyak sekali komunitas fansub Indonesia1 yang membagikan drama Korea dan subtitle

Indonesia secara gratis. Sebagai negara yang merespons baik hallyu, Indonesia telah menjadi salah satu daftar tempat digelarnya konser musik seperti Music

Bank KBS, SM Town INA, SS Super Junior dan berbagai artis lainnya.

Keberadaan artis idola Korea Selatan memunculkan aktivitas penggemar.

Adapun hal-hal yang terbentuk sebagai respons dari demam hallyu ini adalah

1 fans-substitling: komunitas yang menerjemahkan tayangan televisi dari bahasa asli ke ke bahasa lain)

5 terbentuknya komunitas penggemar yang terkumpul dalam sebuah fanbase.

Seiring dengan perkembangan internet, aktivitas penggemar K-Pop semakin aktif terhubung dengan dunia K-Pop di negara asal. Banyak sekali ditemukan komunitas di berbagai sosial media Korea dan fanbase yang semakin aktif dalam kegiatannya, termasuk penggemar K-Pop yang berasal dari Indonesia

Berbagai penelitian mengenai budaya K-Pop, hampir semua hasilnya menunjukkan faktor-faktor penyebaran budaya populer Korea dan dampaknya pada situasi sosial di Indonesia. Gejala-gejala fanatisme yang tercatat cukup fenomenal di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini terlihat dari antusiasme konser Super Show Super Junior 4 tahun 2012 dan diikuti dengan kesuksesan antusiasme konser artis Korea yang lainnya seperti SM Town, Music

Bank Jakarta, dan lain-lain. Dalam acara konser tersebut, biasanya fanbase berperan dalam berbagi informasi mengenai aktivitas artis idola, mengorganisir massa (penggemar) dalam distribusi item seperti light stick, T-Shirt, banner yang akan memeriahkan konser artis sebagai lambang menyukai artis idola mereka.

Bahkan dalam berbagai kesempatan lain, fanbase dapat membuat acara kumpul sesama penggemar dan mengadakan beberapa kegiatan seperti donasi amal, perayaan ulang tahun artis.

Terkenalnya hallyu merupakan salah satu gambaran mengenai kondisi zaman postmodern. Sebagai zaman yang merupakan sisa-sisa modernisme yang tidak usai sekaligus berada di masa globalisasi dengan tak adanya batas teritorial dan teknologi yang tinggi, budaya populer Korea Selatan mencerminkan kondisi postmodernisme yang sedang dihadapi. Postmodernisme yang sedang dihadapi

6 merupakan munculnya Korea Selatan sebagai negara maju yang menciptakan identitas baru melalui budaya populernya. Dengan merujuk kondisi postmodernisme yang penuh dengan teknologi dan konsumsi yang tinggi

(Hidayat, 2012), gejala fanatisme akan demam Korea merupakan gambaran jelas dalam menggunakan postmodernisme sebagai cara analisis kondisi ini.

Mengutip pernyataan Baudrillard mengenai kondisi postmodernisme, yang diantaranya menyatakan:

“Kebudayaan postmodernisme lebih mengutamakan penanda (signifier) ketimbang petanda (signified), media (medium) ketimbang pesan (message), fiksi (fiction) ketimbang fakta (fact), sistem tanda (system of signs) ketimbang sistem objek (system of objects), serta estetika (aesthetic) ketimbang etika (ethic).” (Hidayat, 2012)

Budaya populer Korea Selatan merupakan kajian yang sesuai dengan bahan kajian postmodern yang berusaha mempertanyakan kembali asumsi asumsi dibalik sifat modern yang ditampilkan oleh budaya populer Korea Selatan.

Demam Korea Selatan yang saat ini mewabah di seluruh dunia dari tinjauan cultural studies merupakan salah satu kajian yang menggambarkan bagaimana budaya populer dapat menjadi salah satu kekuatan global yang dapat mempengaruhi individu di dunia. Peristiwa ini menandakan bagaimana sebuah budaya populer sedemikian rupa berkembang menjadi sebuah budaya massa yang memiliki kekuatan mistis” menggiring massa akan sifat fanatisme. Dalam tinjauan culture studies yang lebih banyak menekankan perhatian atas budaya massa, budaya populer Korea Selatan yang saat ini banyak digandrungi menyuguhkan beberapa tampilan hal-hal lainnya tentang Korea Selatan yang dapat dipelajari.

7

Budaya populer dapat menunjukkan hubungan sosiokultural masyarakat setempat, relasi gender, relasi politik, fantasi fiksi, dan lainnya.

Sesuai dengan pandangan antropologi bahwa kebudayaan yang masuk tidak langsung mengganti budaya asli, akan tetapi melebur dengan budaya asli baik dalam bentuk akulturasi ataupun asimilasi. Demikian pula dengan invasi budaya Korea Selatan yang gencar dengan hallyu wave, meskipun telah menyebar luas ke berbagai belahan dunia, akan tetapi budaya Korea tersebut tidaklah langsung dapat diterima oleh berbagai kalangan. Dengan kata lain, antusiasme akan budaya Korea Selatan akan diikuti dengan benturan budaya asli tersebut.

1.2. Perumusan Masalah Penelitian ini mengangkat pertanyaan “Bagaimana bentuk mistifikasi budaya populer Korea?”

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Menjelaskan fenomena mistifikasi budaya populer Korea Selatan yang terjadi

di Indonesia.

2. Menambah daftar literatur yang membahas bahan kajian budaya populer

dalam Sosiologi Postmodernisme dan Poststrukturalisme.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Secara Teoritis

Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan dari ilmu yang didapatkan di bangku kuliah serta mengkritisi teori-teori sosiologi terutama dalam kajian budaya populer.

8

1.4.2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi celah pembelajaran antar budaya

Indonesia dan Korea yang mana Indonesia dapat mengambil manfaat positif dari budaya populer Korea yang saat ini berkembang.

1.5. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional 1.5.1. Definisi Konseptual

Untuk memberikan pemahaman dan penjelasan sesuai dengan inti pembahasan, diperlukan penjelasan mengenai jelas dan tegas mengenai konsep- konsep yang terdapat dalam kajian penelitian ini. Beberapa konsep yang terdapat dapat penelitian ini diantaranya:

a. Budaya (budhayah, jamak dari budhi yang berarti akal, dapat dikaitkan

dengan hal-hal yang berhubungan dengan akal), lebih lanjutnya budaya ini

muncul dalam wujud kebudayaan yang mana artinya menurut Bourdieu

adalah sebagai habitus, sehingga kebudayaan menjadi seperangkat nilai

yang diinternalisasikan sedemikian rupa di dalam diri secara tak sadar.2

Budaya Massa merupakan budaya yang muncul akibat dari sifat

industrialisasi akan massifikasi, sesuatu yang diproduksi secara massal,

melalui aturan standarisasi dan bersifat homogen sesuai dengan

permintaan pasar yang akan menggiring masyarakat menyerap nilai-nilai

baru sesuai dengan sifat kebersinggungannya.

Budaya pop(uler) merupakan budaya yang muncul dari pertentangan

sebelumnya antara budaya tinggi dan budaya rendah yang menunjukkan

2 Kristiatmo, Thomas. (2007). Redefinisi Subyek Dalam Kebudayaan; Pengantar Memahami Subjektivitas Modern Menurut Persepektif Slavoj Zizek. Yogyakarta: Jalasutra, hal 86

9

sifat dan kelompok masing-masing dari budaya tinggi dan budaya rendah.

Budaya tinggi merupakan representasi kaum elit yang dianggap

berbudaya, sementara budaya rendah adalah milik kaum yang tidak

berpunya. Budaya tinggi yang telah masuk terkomodifikasi oleh industri

dan sifat massifikasi disebut dengan budaya pop(uler) sementara budaya

rendah yang tersentuh industrialisasi dan massifikasi berwujud budaya

massa.

b. Diseminasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan

perluasan gagasan ataupun penyebaran ide-ide. Secara sosiologis,

penggunaan istilah ini digunakan untuk menyampaikan informasi secara

luas, memiliki tujuan tertentu hingga gagasan yang disebarkan diterima

secara luas.

c. Hallyu Wave merupakan istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh

media China berupa „„韓流‟‟3 atas invasi budaya populer Korea yang

pertama kali berupa drama TV. Dalam perkembangan selanjutnya atas

respons positif perkembangan produksi industri hiburan Korea, Hallyu

kemudian di definisikan oleh Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan

Pariwisata Korea Selatan sebagai invasnsi kebudayaan populer Korea

Selatan yang dikemas dalam berupa musik Korea. Film, drama, fashion

yang menjadikannya sebagai demam

d. Hiperealitas merupakan kondisi dunia yang mana penuh dengan simulasi

dan simulakrum sehingga masyarakat terjebak dalam dunia tanda yang

3 Eun, Mee Kim, dan Jiwon, Ryoo. (2007). South Korean Culture Goes Global:. Korean Social Science Journal , XXXIV (01), hal 120

10

saling menduplikasi hingga realitas yang sebenarnya telah tercabut dari

akarnya. e. Komodifikasi di dalam teori Marxist mengarah pada komoditi yang

diproduksi untuk ditukar (melalui pemasaran) sebagai lawan dari

mempergunakan barang secara langsung oleh orang yang memproduksi.

Ini menandakan konversi dari nilai guna terhadap nilai tukar dan

perubahan relasi produksi. Dalam istilah konvensional, komodifikasi dapat

dijelaskan sebagai proses di mana barang dan jasa yang sebelumnya

digunakan sebagai tujuan dasar dibeli dan dijual di pasar. Istilah ini

banyak sekali digunakan dalam kajian dunia ketiga. f. Maskulinitas adalah gambaran sifat kelaki-lakian dalam ideologi gender.

Maskulinitas merupakan sifat dari dan yang disesuaikan dengan laki-laki.

Sifat tersebut ditentukan oleh berbagai faktor seperti kondisi sosial, tingkat

pendidikan, kelas, dan jenis pekerjaan (kamus sosiologi Oxford). g. Massifikasi merupakan proses menjadi massa. h. Mistifikasi merupakan distorsi dalam penilaian yang tujuannya menutupi

dan mengaburkan realitas. Mistifikasi sering pula dihubungkan dengan

konsep kesengajaan bahkan untuk tujuan suatu kepentingan. i. Simulakra merupakan rangkaian atau proses duplikasi kode-kode (tanda-

tanda) yang berlangsung dalam proses simulasi sehingga batas antara asli

atau palsu, benar atau salah menjadi kabur.

11 j. Simulasi merupakan proses penciptaan realitas menggunakan tanda-tanda

yang sering kali hasil akhirnya dapat menjadi imajinasi, khayalan menjadi

tampak nyata. Dapat pula disebut sebagai ruang terjadinya simulakra. k. Teks menurut de Beaugrande dan Dessler menyebutkan teks adalah

peristiwa komunikatif yang memenuhi tujuh syarat. Tujuh syarat tersebut

adalah:

i. Kohesi

ii. Koherensi

iii. Kausalitas

iv. Intensionalitas

v. Akseptabilitas

vi. Situasional

vii. Intekstualitas

Teks dalam pandangan sosiologis merupakan hubungan yang terbentuk

antara penggunaan bahasa dengan konteks. Teks yang dikontekskan

merupakan gabungan dari tanda-tanda baik dari kondisi verbal, non verbal,

visual dan non visual. l. Transkulturalitas adalah gambaran bagaimana budaya dapat bercampur

dan saling berkaitan. Budaya dalam transkulturalitas memiliki sifat

dinamis yang tidak kaku ketika bersinggungan dengan sebuah masyarakat

lain. Transkulturalitas memuat konsep di mana budaya merupakan

cerminan dari homogenisasi bahkan budaya yang lahir dari sifat hibriditas,

12

dapat pula dianggap sebagai konsekuensi dari globalisasi yang tidak

memiliki batasan teritorial (Jung, 2011).

m. Wacana (discourse) secara etimologis berasal dari bahasa latin discurrere

(mengalir ke sana kemari) dan dari kata discursus (mengalir secara

terpisah). Makna selanjutnya dapat berarti „terlibat dalam sesuatu‟ atau

„memberi informasi tentang sesuatu‟. Kadang kala sebagai bidang dari

semua pernyataan (statement), kadang kala sebuah individualisasi

kelompok pernyataan, dan kadang kala sebagai praktik regulatif yang

dilihat dari sejumlah pernyataan (Foucault, 1972).4

1.5.2. Definisi Operasional

Definisi operasional diperlukan untuk menjelaskan batasan lebih jelas, lebih spesifik mengenai substansi dari konsep yang digunakan. Beberapa definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah:

a. Boyband adalah grup musik yang terdiri dari beberapa anggota laki-laki

yang masing-masing memiliki posisi (status) dalam kelompok mereka.

Posisi yang biasanya ada pada anggota grup musik tersebut adalah

pemimpin, vokal utama, penari utama, rapper utama, visual dan maknae5.

Sementara untuk sebutan untuk grup musik perempuan disebut dengan

girlband.

4 Eriyanto. (2012). Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS ,hal 2 5 Maknae adalah sebutan untuk anggota yang paling muda yang sering kali diidentifikasi sebagai adik yang sering sekali melakukan tingkah lucu sebagai hubungannya dengan anggota yang paling muda.

13

b. Drama TV merupakah salah satu genre yang ditayangkan oleh televisi

yang memiliki kesinambungan cerita dan penokohannya dari beberapa

episode yang menyusunnya.

c. Fanbase merupakan istilah yang terdiri dari dua kata yaitu fan (latin:

fanaticus yang berarti bagian dari “kuil suci” yang mengarah pada bentuk

keyakinan agama tertentu yang berlebihan, semacam „antuasime

eksesif‟[Jenkins, 1992:12]6) yang berarti penggemar dan base yang berarti

markas. Lebih lanjut lagi fanbase ini merupakan forum penggemar dari

artis yang di dalamnya terdapat aktivitas berbagi informasi sesama

penggemar. Dalam kaitannya dengan budaya massa, fanbase ini adalah

forum yang dikelola oleh beberapa orang atau admin apabila aktivitas

mereka di dunia maya yang diikuti oleh massa yang mengidentifikasi diri

terhadap salah satu idola.

d. Media berasal dari kata jamak dari medium yang artinya perantara atau

pengantar. Terdapat beberapa penjelasan media, diantaranya:7

i. Sarana komunikasi dalam bentuk cetak ataupun audiovisual

termasuk teknologi perangkat kerasnya (NEA, 1969)

ii. Segala bentuk saluran yang digunakan dalam menyampaikan pesan.

(AECT, 1977)

Terdapat beberapa klasifikasi media, salah satu diantaranya adalah:

i. Audio merupakan media yang dapat didengarkan melalui indra

pendengaran. Pesan yang disampaikan dapat berupa bunyi dan suara.

6Dikutip dari Heryanto, Ariel. (2012). Budaya Populer di Indonesia; Mencairnya Identitas Pasca Orde Baru. (Eka. Saputra, Penerj.) Yogyakarta: Jalasutra, hal 187 7 FIP-UPI. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan: Bagian 2 Ilmu Pendidikan Praktik,

14

ii. Visual merupakan media yang dapat dilihat menggunakan indra

penglihatan. Pesan yang disampaikan dapat berupa gambar

iii. Audio visual merupakan media yang penyampaian pesannya dapat

menggunakan indra pendengaran dan indra penglihatan.

e. Mogukjeok adalah identitas dari budaya populer Korea Selatan yang

disebutkan oleh Jung dalam bukunya yang berjudul Korean Masculinities

and Transcultural Consumption; Yonsama, Rain, Oldboy, and K-Pop Idol.

Mugukjeok berarti berkurang atau tidak memiliki kekoreaan sebagai

gambaran atas hibriditas transkultural hallyu dengan menyerap beberapa

sifat budaya luar Korea Selatan.

f. Rating (TV) adalah data pengukuran kuantitatif kepenontonan pemirsa

terhadap program televisi. Pengertian yang lebih mudah, rating adalah

jumlah orang yang menonton suatu program televisi terhadap populasi

televisi yang di persentasekan.8

g. Reality show merupakan adalah genre acara televisi yang menggambarkan

adegan yang seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa skenario, dengan

pemain yang umumnya khalayak umum biasa, bukan pemeran. Acara

dokumenter dan acara seperti berita dan olahraga tidak termasuk acara

realitas. Acara realitas umumnya menampilkan kenyataan yang

dimodifikasi, seperti menaruh partisipan di lokasi-lokasi eksotis atau

situasi-situasi yang tidak lazim, memancing reaksi tertentu dari partisipan,

8 Mengenal Lebih Jauh Rating Televisi. Diakses 29 Maret, 2013, dari Blog UGM: http://restyjf.blog.ugm.ac.id/2009/03/18/mengenal-lebih-jauh-rating-televisi/

15

dan melalui penyuntingan dan teknik-teknik pascaproduksi lainnya

(Wikipedia).

1.6. Metode Penelitian 1.6.1. Tipe Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian teks analisis wacana kritis atau Critical Discourse Analysis (CDA - selanjutnya disebut CDA).

Menurut Eriyanto Analisis wacana kritis merupakan prinsip metodologis yang lebih kompleks dari pada Analisis isi karena tujuan dari pendekatan ini menyangkut menginterpretasikan teks bukan hanya sebatas pesan yang disampaikan oleh media komunikasi, akan tetapi membedah lebih dalam hingga pada makna yang dikandungnya. Lebih jelasnya, Eriyanto menyebutkan bahwa pretensi dari analisis wacana adalah muatan, nuansa, konstruksi makna yang laten

(tersembunyi) dalam teks komunikasi (Bungin,2010). Analisis wacana juga memberikan fokus pada bagaimana (how) sebuah teks yang disampaikan dan apa

(what) yang disampaikan.

Secara teoritis, terdapat beberapa pendekatan yang digunakan dalam analisis wacana (teks) yaitu pendekatan klasik (positivistik dan post positivistik), kritis, konstruktivis, dan partisipatoris. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan konstruktivis. Pendekatan kontruktivis adalah pendekatan yang menitik beratkan pada pesan komunikasi yang sengaja diciptakan dan ditafsirkan secara aktif oleh audiens untuk menkonstruk suatu peristiwa. Berikut ini adalah tabel penjelasan penggunaan pendekatan kontruktivitis dengan Analisis wacana.

16

Tabel 1.6-1 Penggunaan Pendekatan Kontruktivis dengan Analisis Wacana Kritis

Kriteria Kualitas Penelitian Trusworthisness and Authencity Hubungan Peneliti dengan Naskah PN+EmpatiH; Peneliti (P) melihat N dari perspektif si pembuat naskah dengan hasil H dari sudut pandang si pembuat naskah. Jenis Data Yang Dihimpun Bersifat subjectivist. Temuan pada level naskah menjadi penghantar dalam menemukan sesuatu yang menjadi perasaan/ keinginan si pembuat naskah. Teknik Pengumpulan Data a. Menganalisis naskah dengan satu atau lebih metode analisis wacana. b. Menelusuri (wawancara mendalam proses kelahiran naskah). c. Menggali konteks atau sejarah (data sekunder) produksi naskah. Cara Melaporkan Data a. Menggunakan bahasa informal dan indogenous. b. Menggunakan teknik “penyambung lidah si pembuat wacana” Dikutip dari Ibnu Hamad dalam Jurnal Mediator, Lebih Dekat dengan Analisis Wacana (2007)

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data dilakukan melalui

1. Studi Literatur

Studi literatur yaitu mempelajari berbagai dokumen yang berhubungan dengan ikwal bahan penelitian dan jurnal seperti dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pembahasan budaya populer, budaya massa, Hallyu Wave. Musik, drama, fashion Korea menjadi bahan data yang diteliti yang dianggap sebagai teks.

17

Adapun dokumentasi yang akan dianalisis berupa media massa, media audiovisual, berikut ini adalah daftar dokumentasi yang akan digunakan.

Tabel 1.6-2 Daftar Dokumentasi Yang Digunakan Dalam Penelitian Wujud Jenis Teks Jenis Dokumentasi Audio Visual Talk a. Music Video Act b. Drama Korea Artifact c. Reality Show Visual Text a. Tulisan ilmiah (penelitian atau jurnal) b. Berita (media online) c. Artikel (media online) d. Opini (media online)

Media audio visual yang diambil dari beberapa program stasiun televisi seperti musik video, drama Korea, dan reality show. Stasiun televisi yang menjadi bahan rujukan adalah

a. SBS

b. MBC

c. KBS

d. Mnet

Berikut ini adalah penjelasan lebih spesifik mengenai teks audio visual yang dipilih oleh peneliti.

1.1. Music Video9

Music video yang dipilih merupakan musik video yang dibawakan oleh penyanyi

(boyband/girlband/solo) dari label musik terbesar di Korea Selatan dan keterkenalan dari penyanyi tersebut. Terdapat beberapa label musik di Korea

9 Jumlah tayangan YouTube yang dicantumkan adalah tayangan yang diakses pada tanggal 10 April 2014

18

Selatan yang menaungi penyanyi mereka, namun diantara beberapa label musik tersebut terdapat tiga label musik terbesar, yaitu SM Entertaiment, YG

Entertaiment, dan JYP Entertaiment yang terkenal dengan sebutan The Big Three.

Berikut ini keterangan lanjut mengenai tiga label musik tersebut.

Tabel 1.6-3 Raksasa Manajemen Musik Korea Selatan Label Artis SM Entertaiment Girls Generation Super Junior/ Super Junior-M Shinee EXO K dan EXO M TVXQ F(x) Red Velvet Shinwa BoA Kangta YG Entertaiment 2N1 Big Bang Winner Lee Hi Psy JYP Entertaiment Wonder Girls 2PM GOT 7 Sunmi

Penelitian ini memilih dua label musik yang akan diambil sebagai sumber data, yaitu SM Entertaiment dan YG Entertaiment dikarenakan jumlah artis yang merilis single atau album banyak berasal dari dua label musik tersebut. Sementara untuk memilih musik video dipilih berdasarkan tingkat popularitas artis tersebut dan jumlah kemenangan lagu tersebut di beberapa program musik televisi Korea

Selatan. Program musik yang tayang di televisi Korea adalah:

19

Tabel 1.6-4 Daftar Stasiun Televisi Korea Selatan

Stasiun TV Program Musik SBS Inkigayo Mnet Mcountdown KBS Music Bank MBC Music Core

Berikut ini adalah musik video yang menjadi sumber data:

a. Mr. Mr (Girls’ Generation)

Mr. Mr merupakan lagu yang dibawakan oleh girlband Girls’ Generation

(소녀시대; Sonyeo Shidae) yang beranggotakan sembilan orang perempuan, yakni

Tabel 1.6-5 Anggota Girls’ Generation

Nama Posisi Taeyeon Pemimpin, Vokal Utama (1) Seohyun Vokal 3, Maknae Tiffany Vokal 4 Sooyoung Membantu Vokal Sunny Membantu Vokal Hyoyeon Penari Utama (1), Membantu Vokal Yuri Penari (2), Membantu Vokal Yoona Penari (3), Membantu Vokal

Girlband ini bernaung di dalam label musik SM Entertaiment dan memulai debut pada tahun 2007. Girls’ Generation termasuk girlband yang populer di Korea

Selatan bukan hanya karena berada di bawah naungan label musik terbesar, akan tetapi dapat dilihat dari beberapa prestasi dan penghargaan yang diraih oleh mereka. Lagu Mr. Mr dirilis pada tanggal 28 Februari 2014 telah ditonton sebanyak 17.081.601 kali dan telah memenangi sebanyak Sembilan trofi yaitu,

20 satu dari Music Bank, dua Inkigayo, dua M!Countdown, dua Music Core, dan dua dari Show Champion.

b. Swing Versi China (Super Junior-M)

Swing merupakan lagu yang dibawakan oleh Boyband Super Junior-M, yang mana terdapat dua anggota Super Junior dari China yang menggantikan beberapa anggota Super Junior yang asli (Korea). Boyband ini merupakan sub-unit dari

Super Junior yang bentuk oleh SM. Entertaiment pada tahun 2008.

Tabel 1.6-6 Anggota Super Junior M

Nama Posisi Ryeongwook Vokal Utama Kyuhyun Vokal Utama Sungmin Vokal Utama Eunhyuk Rapper Utama, Penari Utama,Vokal Dong Hae Rapper Utama, Penari Utama,Vokal Zhou-Mi Vokal Henry Lau Vokal, Rapper, Maknae Siwon Vokal, Visual

Swing (Versi China) dirilis pada tanggal 22 Maret 2014 telah ditonton sebanyak

2.447.493 kali.

c. Monster (Big Bang)

Monster adalah lagu yang dibawakan oleh Boyband Bigbang yang berada di dalam label musik YG. Entertaiment. Lagu Monster ini dirilis pada tanggal 3 Juni

2013 dan telah ditayangkan di YouTube sebanyak 35.480.859 kali. Berikut ini adalah anggota Big Bang yang telah memulai debut sejak tahun 2007.

21

Tabel 1.6-7 Anggota Big Bang

Nama Posisi G-Dragon Pemimpin, Rapper Utama T.O.P Beat Boxer, Rapper Tae Yang Vokal Daesung Vokal Seung Ri Vokal

d. Comeback Home

Lagu ini dibawakan oleh girlband dari YG. Entertaiment, 2NE1 yang dirilis pada tanggal 3 Maret 2014. Video ini telah disaksikan sebanyak 8.829.435 kali di

YouTube. 2NE1 terdiri dari

Tabel 1.6-8 Anggota 2NE1

Nama Posisi CL Pemimpin, Rapper Utama, Vokal Dara Vokal, Visual Bom Vokal Utama Minzy Penari Utama, Vokal, Maknae e.

Lagu ini dibawakan oleh PSY yang sangat terkenal pada tahun 2012 dengan tarian gaya Kuda. PSY merupakan artis solo di bawah naungan YG. Entertaiment dan merupakan video dengan tontonan terbanyak di YouTube sebanyak 1.946.067.366 kali sejak dirilis tanggal 15 Juli 2012.

1.2. Drama Korea

a. Boys Before Flower

Boys Before Flower adalah drama Korea yang diangkat dari manga (komik)

Jepang Hana Yori Dango yang sebelumnya telah di adaptasi dalam serial TV oleh beberapa negara seperti Jepang, , dan kemudian Korea Selatan. Baru-baru

22 ini Amerika menayangkan drama ini versi Amerika yang berjudul Boys Before

Friends. Drama ini ditayangkan di KBS2TV pada tanggal 5 Januari 2009 sebanyak 25 episode. Drama ini mendapatkan popularitas yang tinggi di berbagai negara termasuk Indonesia. Boys Before Flower memperoleh rating rata-rata

25.7%.

Boys Before Flowers bercerita kisah cinta romantis, persahabatan dan komedi antara gadis perempuan dari keluarga miskin dengan ketua gang empat laki-laki terkaya di Korea Selatan (F4) yang menjalani banyak rintangan karena perbedaan status sosial diantara mereka. Drama ini di bintangi oleh Go Hye Sun, Lee Min

Ho, Kim Hyung Joon, Kim Bum, dan Kim So Eun.

b. My Love From Star

My Love From Star adalah drama Korea selatan yang bergenre fiksi dan komedi yang menggambarkan percintaan seorang alien, Do Min Jun (Kim So Hyun) yang telah mendarat di Korea Selatan sejak 400 tahun yang lalu dengan artis terkenal,

Cheon Song Yi (Jun Ji Hyun) yang kariernya redup akibat skandal yang menimpanya. Drama ini juga menambahkan cerita upaya pembunuhan yang mengancam nyawa tokoh utama perempuan yang menambah variasi alur cerita.

Drama ini dibintangi oleh Jun Ji Hyun, Kim So Hyun, Park Hae Jin, dan Yoo In

Na yang tayang sejak 18 Desember 2013 hingga 27 Februari 2014 di stasiun TV

SBS (21 episode) dengan rating rata-rata sebanyak 24.02%

c. The Heirs

The Heirs adalah drama yang ditayangkan oleh stasiun TV SBS pada tanggal 9

Oktober 2013 dan berakhir pada 12 Desember 2013 (20 Episode) dengan rating

23 rata-rata 16.7%. Aktor dan artis yang berperan dalam drama ini adalah Lee Min

Ho, Park Shin Hye, Kim Woo Bin, Krystal f(x). The Heirs menceritakan percintaan putra kedua chaebol (konglomerat) Kim Tan (Lee Min Hoo) dengan putri pembantu rumah tangga, Eun Sang (Park Shin Hye) dengan perbedaan latar belakang status kehidupan orang kaya dan intrik dalam keluarga yang dikemas dalam cerita persaingan dan persahabatan anak SMA.

1.3. Reality Show

a. Running Man

Running Man adalah reality show (SBS) Korea Selatan yang bertemakan misi dalam setiap episodenya. Dalam melaksanakan misi, misi dapat dilakukan secara sendiri atau berkelompok bahkan melawan tim tamu. Running Man terdiri dari enam anggota yang masing-masing memiliki karakter dalam menyelesaikan tugas.

Berikut ini adalah anggota Running Man beserta masing-masing karakter.

Tabel 1.6-9 Artis Yang Menjadi Personil Running Man

Nama Karakter Pembawa acara Utama Running Man, dan dijuluki Yoruce Yoo Jae Suk Willis (Parodi Bruce Willis)

Sering dipasangkan dengan Song Ji Hyo sebagai pasangan kekasih dan mereka dijuluki Monday Couple. Gary sering Gary melindungi Song Ji Hyo dalam menyelesaikan misi.

Anggota dengan wajah yang kekanak-kanakan akan tetapi dibalik wajahnya ia adalah anggota yang paling jahil. Haha Dijuluki Haroro karena wajahnya mirip karakter animasi penguin Pororo. Dijuluki dengan sebutan Big Nose. Dia adalah anggota Ji Suk Jin yang tertua, dan anggota yang paling penakut dan terlemah.

24

Memiliki gelar captain atau commander karena fisiknya

yang kuat dan bekerja dengan ototnya, akan tetapi dia Kim Jong Kook kurang pintar sehingga sering terkena tipu. Anggota dengan postur tubuh tertinggi sehingga dijuluki Lee Kwang Soo giraffe (jerapah). Dia adalah anggota Running Man yang terkenal dengan sifat pengkhianatan dan tipu muslihat. Satu satunya anggota Running Man perempuan yang ekspresinya selalu datar dan bingung sehingga dijuluki Song Ji Hyo Mong Ji Hyo (Mong yang berarti kosong). Meskipun wajahnya tampak datar, Song Ji Hyo selalu memenangkan perlombaan dan di juluki the ace.

b. We Got Married Global Edition

We Got Married adalah reality show yang memasangkan pasangan selebritis untuk menjalani kehidupan layaknya mereka adalah pasangan kekasih dalam dunia nyata. Pasangan ini masing-masing akan menjalani kencan dan kemudian menyatakan perasaan serta menjalankan berbagai misi yang berkaitan dengan pasangan mereka. Program ini ditayangkan di stasiun TV MBC. We Got Married

Global Edition merupakan rangkaian program We Got Married seperti umumnya hanya saja pasangan yang akan dipasangkan berasal dari Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan.

2. Wawancara

Wawancara ialah bentuk perbincangan, seni bertanya dan mendengar.

Wawancara bukanlah sebuah perangkat netral dalam memproduksi realitas. Jadi, dalam hal ini wawancara merupakan sebuah perangkat untuk memproduksi pemahaman situasional (situated understanding) yang bersumber pada interaksional khusus. Berdasarkan keperluan penelitian ini, klasifikasi penggunaan data dapat dijabarkan sebagai berikut.

25

Tabel 1.6-10 Klasifikasi Penggunaan Data

Teknik Jenis Jenis Fungsi Pengambilan Tujuan Data Penelitian Data Data Penelitian Sebagai sumber data Studi literatur Primer Teks utama yang akan dijadikan teks yang akan dianalisis. Data Penelitian Sumber data yang Wawancara Sumber data Sekunder Lapangan akan memperkuat (wawancara wawancara hasil Analisis teks dengan salah kemudian yang didasarkan satu admin akan pada temuan fanbase berperan di lapangan.. boyband bagian Korea yaitu validitas data Infinite7soul. Studi literatur Mendapatkan data pendukung.

1.6.3. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis data yang digunakan adalah dalam Analisis teks atau wacana biasanya menggunakan Critical Discourse Analysis. Teknik Analisis ini dapat digunakan sebagai alat pembaca atau metode analisis sesuai dengan bidang keilmuan yang digunakan. Menurut Fairclough dan Wodak, Analisis wacana kritis melihat wacana—pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan— sebagai bentuk dari praktik sosial (Eriyanto, 2012). CDA ini melihat teks sebagai wacana sebagai proses diskursus dengan melihat situasi, konteks, dan struktur masyarakat. Berikut ini adalah ciri-ciri CDA menurut van Dijk, Fairclough dan Wodak.10

10 Eriyanto. (2012). Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: Lkis, hal 8.

26

1. Tindakan

Wacana dengan hubungan tindakan berkaitan dengan bentuk interaksi.

Artinya wacana bukan sekedar hal yang bersifat pasif dan memiliki hubungan serta tujuan diantarai pihak-pihak yang terlibat. Menurut Eriyanato, wacana dan tindakan dipahami dalam dua bentuk. Pertama, sebagai sesuatu yang bertujuan, yaitu apakah untuk mempengaruhi, mendebat, membujuk, menyanggah bereaksi dan sebagainya. Kedua, wacana sebagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan sebagai sesuatu yang di luar kendali atau diekspresikan di luar kesadaran (Eriyanto, 2012).

2. Konteks

Konteks merupakan hal yang penting dalam sebuah analisis wacana kritis karena konteks mengandung situasi, kondisi, peristiwa, partisipan yang menentukan seperti apa teks diproduksi dan dimengerti dalam proses komunikasi yang berlangsung.

3. Historis

Analisis wacana kritis dengan mempertimbangkan konteks tidaklah terlepas dari pemahaman tentang historis. Penjelasan dari sifat historis akan membantu menjelaskan bagaimana pemilihan teks—bahasa yang digunakan— dan sistem serta struktur yang melatarbelakangi.

4. Kekuasaan

Kekuasaan merupakan aspek penting yang mempengaruhi wacana yang muncul. Semua teks yang muncul bukanlah sesuatu yang bersifat alamiah yang terlahir begitu saja. Teks tidaklah terlepas dari unsur penting dari

27

hubungan masyarakat di dalam kekuasaan tertentu, bahkan dapat dikatakan

dalam analisis wacana kritis teks merupakan pertarungan dari kekuasaan.

5. Ideologi

Salah satu aspek sentral dari analisis wacana kritis adalah peran dari ideologi

dalam menciptakan teks dan bagaimana teks tersebut dipahami. Ideologi

adalah cerminan dari praktik-praktik yang terjadi di masyarakat yang

melahirkan teks tersebut.

Sesuai dengan kebutuhan penelitian ini, penggunaan teknik Analisis ini menyentuh pada analisis wacana sosial yang menggunakan paradigmatis konstruktivis dan menggunakan level teks (text, talk, act, artifact) sebagai sumber yang dianalisis.

Diagram 1.6-1 Penggunaan CDA Fairclough Dengan Pendekatan Teoritis Yang Digunakan

Pendekatan Teori (Post Modern Baudrillard)

Naskah Hasil, Pilihan metode analisis - Teks Makna, - Talk wacana (Critical Discourse citra, motif, - Act Analysis Model Fairclough) ideologi - Artifact

Paradigma Penelitian (Konstruktivis)

28

Penggunaan metode Critical Discourse Analysis (CDA) dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Naskah yang dianalisis dalam bentuk text, talk, act, artifact yaitu musik

video, drama Korea, reality show dihubungkan dan diteliti sesuai dengan

konsep mistifikasi dan budaya populer.

b. Fenomena yang muncul sebagai data dianalisis menggunakan teori

postmodernisme Jean Baudrillard. Fenomena budaya populer Korea

memiliki kesinambungan dengan teori Jean Baudrillard karena budaya

populer Korea banyak sekali memunculkan realitas yang semu yang

berhubungan dengan konsep simulasi, simulakra, hiperalitas, dan

masyarakat konsumsi milik Baudrillard..

c. Teori postmodern Baudrillard kemudian dihubungkan dengan pendekatan

paradigma yang digunakan, yaitu pendekatan kontrukvis. Pendekatan

kontruktivis merupakan pendekatan yang melihat suatu teks sebagai hasil

penciptaan dari pembuat teks.

d. Ketika semua komponen metode analisis telah rampung dan tidak ada

yang saling bertentangan, kemudian dapat memilih model Critical

Discourse Analysis (CDA) yang akan digunakan untuk menganalisis.

e. Analisis dilakukan dengan menafsir semua komponen teks yang kemudian

hasilnya dijelaskan menurut teori dan disesuaikan dengan cara pandang

paradigma yang digunakan serta menjelaskan implikasi hasil analisis

wacana sosial tersebut.

29

Terdapat, dua model Critical Discourse Analysis (CDA), yaitu model

Norman Fairclough dan model Ruth Wodak. Model Norman Fairclough menekankan pada teks selalu berkaitan dengan konteks, baik konteks produksi, konsumsi, sosial budaya dan sebagainya, sedangkan model Ruth Wodak lebih menekankan pada unsur sejarah yang membentuk teks tersebut. Sesuai dengan keperluan dan kebutuhan penelitian ini, model CDA yang digunakan adalah model Norman Fairclough.

Model CDA Fairclough merupakan model analisis yang lebih menekankan teks selalu berhubungan dengan konteks. Model ini menganggap bahwa teks merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan dari produksi teks itu sendiri. Mengapa teks tersebut diproduksi tentunya akan menjadi pertanyaan yang harus dijawab bagi peneliti yang memilih model Analisis ini. Teks yang diproduksi ini tergolong dalam tahap deskripsi yang selanjutnya akan berlanjut pada tahap interpretasi yang akan melihat teks berinteraksi dengan semua hal disekelilingnya seperti konsumsi dan distribusi (situasi, audiens, frekuensi dan sebagainya) yang akan menentukan interpretasi teks tersebut. Selanjutnya, pada tahap eksplanasi adalah penjelasan di mana praktik-praktik wacana tersebut menjelaskan relasi sebagai hasil interpretasi dan interaksi secara luas.

Fairclough melihat wacana ke dalam tiga kategori, yaitu teks, praktik wacana, dan praktik sosiokultural.

30

Diagram 1.6-2 Model Analisis CDA Fairclough

Proses Produksi

Deskripsi (Analisis teks) TEKS

Interpretasi (analisis proses)

PRAKTIK WACANA Proses Interpretasi

PRAKTIK SOSIO KULTURAL Eksplanasi (analisis sosial) (Situasional; institusional, dan kemasyarakatan)Praktik Wacana

Tabel 1.6-11 Rangkaian order of discourse CDA Fairclough

Tingkatan Metode Teks Critical linguistic Praktik Wacana Wawancara mendalam dengan pemroduksi teks Praktik sosiokultural Studi pustaka, penelusuran sejarah. Model CDA Fairclough a. Teks

Teks menurut Fairclough bukan hanya menggambarkan hubungan sebuah objek tetapi juga menggambarkan bagaimana hubungan antara objek didefinisikan. Ada tiga elemen dasar yang menggambarkan seperti apa teks menurut pemikiran

Fairclough, yaitu:

31

Tabel 1.6-12 Penjelasan Unsur-Unsur Yang Di Uraikan Pada Level Teks

Unsur Yang Ingin Dilihat Representasi Bagaimana peristiwa (cerita), karakter (penokohan), situasi, keadaan, atau apapun yang ditampilkan dan digambarkan di dalam teks. Relasi Bagaimana hubungan pemroduksi teks (karakter), khalayak, dan, partisipan ditampilkan dan digambarkan dalam teks budaya populer Korea Selatan. Identitas Bagaimana identitas pemroduksi teks, khalayak, dan partisipan ditampilkan dalam teks. Disarikan dari Eriyanto dalam Analisis Wacana. Pengantar Analisis Teks media (2012) b. Praktik Wacana

Praktik wacana merupakan proses yang berkaitan dengan proses produksi dan

konsumsi teks yang melalui proses diskursus. Hubungan ini melibatkan pihak

yang memproduksi teks dan yang mengonsumsi teks. Aspek ini menjelaskan

bagaimana proses produksi yang dilihat dari sisi pemroduksi teks sendiri,

hubungan pemroduksi teks dengan institusi (media, bidang pemroduksi,

bidang distribusi teks, dan sebagainya)

c. Praktik Sosio-Kultural

Praktik sosiokultural ini didasarkan pada asumsi bagaimana wacana yang

muncul sebagai akibat dari praktik wacana dan mempengaruhi bagaimana teks

dipahami dalam proses pemroduksian. Fairclough membedakan tiga level

praktik sosiokultural, yaitu:

1. Situasional

Aspek situasional berhubungan dengan konteks teks yang dihubungkan

dengan kondisi-kondisi yang mempengaruhi bagaimana teks diproduksi

dan dipahami oleh khalayak. Teks dapat diproduksi dan dipahami berbeda

sesuai dengan kekhasan dari situasi dan kondisi disekeliling teks.

32

2. Institusi

Aspek institusi dilihat dari kekuatan organisasi internal dan eksternal

dalam proses produksi wacana dalam proses sosial.

3. Sosial

Aspek sosial adalah aspek makro yang menentukan bagaimana wacana

yang muncul. Aspek ini berkaitan dengan kondisi sistem sosial yang ada di

masyarakat seperti kebudayaan, sistem ekonomi, politik, kelompok

dominan, ideologi dan sebagainya.

1.6.4. Validitas dan Reabilitas

Validitas yang digunakan untuk memperkuat hasil pembahasan adalah triangulasi metode yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan. Triangulasi metode adalah proses-proses pengecekan keabsahan data menggunakan teknik pengumpulan data. Menurut Patton (1987:329) yang dikutip oleh Burhan Bungin metode ini menggunakan beberapa strategi seperti: (1) Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data, (2)

Pengecekan beberapa sumber data dengan metode (Moleong, 2006:331).

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dapat berupa wawancara, observasi, dan sebagainya. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data menggunakan wawancara secara struktur terhadap informan yang telah dipilih oleh peneliti. Adapun informan yang telah dipilih adalah admin fanbase

K-Pop Idol yakni Infinite7 Souls.

33