Ruangrupa 2000-2015
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
ruangrupa 2000-2015 “ruangrupa ingin melihat urban sebagai ruang yang, mau tidak mau, harus dihidupi sambil terus dikritisi dengan sama intensnya. Urban bukan penyakit, meski bopeng sana- sini, bukan pula dewa penolong, meski terus memikat datangnya pencari kerja dalam migrasi tahunan pasca-Lebaran. Mereka yang ingin membendung arus urbanisasi dengan menyuguhkan imaji tentang ‘kota yang rusak’ dan ‘desa yang tentram’ sebenarnya cuma bermain-main di taraf mitos, sama sekali tidak menyentuh realitas.” — Ronny Agustinus, dalam “Cold Beer Converstation,” Absolut Versus, ed. Ronny Agustinus, Ade Darmawan, Amanda Katherine Rath (ruangrupa, 2001). Kantor ruangrupa. Foto: Julia Sarisetiati 2 ruangrupa 2000-2015 ruangrupa 2000-2015 3 2000 ruangrupa Proyek seni ruang adalah organisasi seni SELAIN SEBAGAI ORGANISASI publik pertama rupa kontemporer yang DENGAN PROGRAM-PROGRAM ruangrupa dengan didirikan pada 2000 oleh PUBLIKNYA, dalam beberapa Taring Padi & Apotik sekelompok seniman kesempatan ruangrupa Komik (Jakarta). di Jakarta. Sebagai juga dikenal dan bertindak organisasi nirlaba yang sebagai sebuah kelompok bergiat mendorong seniman kolektif. Berikut kemajuan gagasan seni adalah pilihan dari rupa dalam konteks sejumlah proyek seni dan urban dan lingkup luas pameran, yang pernah kebudayaan melalui diikuti ruangrupa, baik pameran, festival, yang terwujud atas inisiatif laboratorium seni rupa, ruangrupa maupun sebagai lokakarya, penelitian, tanggapan atas undangan; serta penerbitan buku, beserta selipan kejadian- majalah, dan jurnal kejadian kecil penting lain. online. 2006 2010 2011 2012 Pameran dan Proyek seni dan Pameran The Pameran, proyek seni, pameran keliling Singapore Fiction THE KUDA: “Rethinking Nordic Hanya Memberi dalam “OPEN The Untold Story Colonialism” Tak Harap Kembali HOUSE - Singapore of Indonesian (Faroe Island, (Galeri Soemardja, Biennale”, Underground Denmark). Bandung; Kedai National Museum Music in the 70s, Kebun, Yogyakarta; of Singapore “The 7th Asia ruangrupa pindah ke rumah kontrakan Galeri Nasional (Singapura). Pacific Trienniale baru di Jl. Tebet Timur Indonesia, Jakarta). of Contemporary Dalam Raya No. 6, Art” (Queensland Tebet, Jakarta. 2010 - 2011 “ruangrupa 10th Anniversary, Art Gallery | DECOMPRESSION#10 – Expanding The Gallery of Modern Space and Public” (Jakarta, Bandung, Art, Brisbane, Yogyakarta). Queensland, Australia). 2007 Meraih Best 10 Visible ruangrupa Award, Cittadellarte– tergabung dalam Pistoletto Fondation Arts Collaboratory. and Fondazione Zegna, Van Abbemuseum, Eindhoven, Belanda. 4 ruangrupa 2000-2015 2001 2002 2003 2005 Kurator dan Pameran, Pameran, Lekker Pameran, fasilitator untuk “P_A_U_S_E, 4th Eten Zonder Betalen, “9th Istanbul “1st Jakarta Gwangju Biennale” Rumah Seni Cemeti Biennale” International Art (Gwangju, Korea (Yogyakarta). (Istanbul, Turki). Festival (JakArt@ Selatan). Mendapat 2001) - Habitus penghargaan UNESCO Pameran, Publik” (Jakarta). Prize Award. “CP Biennale: Pertama kalinya Urban/Culture” ruangrupa pengurus ruangrupa (Jakarta). tergabung dalam menggaji dirinya sendiri. 2004 ruangrupa pindah ke rumah RAIN Network. kontrakan baru di belakang Komplek Kejaksaan, Tebet, Jakarta. ruangrupa pindah ke rumah kontrakan baru di belakang MC Donalds, Tebet, Jakarta. 2014 2015 Pameran Arts ruangrupa terpilih sebagai kurator bagi Pertama kalinya ruangrupa Collaboratory International Contemporary Arts Exhibition memiliki satpam 24 jam, karena kantor kami sering kemalingan! Showcase, RURU SONSBEEK 2016 di Arnhem, Belanda. Gallery (Jakarta). Pameran The Growing Manual, Seoul Museum of Art (Seoul, Korea Selatan). Pameran dan proyek seni, ruru, dalam The 31st Bienal de Sao Paulo, Fundacao Bienal de Sao Paulo (Sao Paulo, Brazil). 2013 ruangrupa menjadi anggota Koalisi Seni Indonesia. ruangrupa 2000-2015 5 Pembukaan pameran Jimi Multhazam, “JIMI! JIMI! JIMI!”, RURU Gallery, 2009. 6 ruangrupa 2000-2015 ruangrupa 2000-2015 7 Lima belas tahun ruangrupa AAT RUANGRUPA DIDIRIKAN di Jakarta pada 2000, tidak satu pun dari keenam pendirinya (Ade Darmawan, Hafiz, Ronny Agustinus, Oky SArfie Hutabarat, Lilia Nursita, Rithmi) yang mengira kalau organisasi seni rupa kontemporer ini akan berumur panjang. Itulah sebabnya ketika akhirnya organisasi ini berusia sepuluh tahun, diadakan semacam acara syukuran berupa pameran bersama. Selain untuk menengok ulang perjalanan ruangrupa sendiri, acara bertajuk “ruangrupa’s 10 Years Anniversary: Expanding the Space and Public” yang diselenggarakan di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, pada 2010 itu juga dibuat untuk melihat kembali perjalanan kerjasama organisasi ini dengan banyak pihak, baik individu, kelompok, organisasi, komunitas, dan berbagai institusi seni, budaya, sosial, maupun politik, yang dalam satu dekade itu bekerjasama tanpa kapok, secara bergantian atau terus-menerus. Pada 2015 ini, ruangrupa berusia lima belas tahun—dengan perjalanan yang bukan tanpa gejolak. Penyebabnya ada dua. Pertama, sebagian pengurusnya yang usianya sudah masuk kepala empat dan pertengahan kepala tiga mulai kewalahan. Selain menjalankan program internal, selama ini mereka juga terlibat dalam berbagai aktivitas lain yang tak kalah penting. Sejak awal, kerja-kerja organisasi Fifteen years of ruangrupa HEN RUANGRUPA WAS FOUNDED in Jakarta in 2000, not one of the six founders (Ade Darmawan, Hafiz, Ronny Agustinus, WOky Arfie Hutabarat, Lilia Nursita, Rithmi) thought that this contemporary art organization would have a lasting existence. That is why when this organization reached its 10th anniversary, a collective exhibition was held as an expression of gratitude. In addition to glance back at ruangrupa’s own journey, the event called “ruangrupa’s 10 Years Anniversary: Expanding the Space and Public” held in the National Gallery of Indonesia, Jakarta, in 2010, was also put together to review its collaborations with many parties; the many individuals, groups, organizations, communities, and various other social, political, cultural institutions that during a decade have relentlessly collaborated, alternately or continuously. This year, 2015, ruangrupa is fifteen years old—a journey carried through on bumpy roads along the way. There are two explanations for that.First , some members entering the ages of forties and mid-thirties have started to become overwhelmed. Besides running internal programs, they have also been involved in various other equally important activities. Since early on, the running of this organization has been designed loosely so that every member can still work individually. ruangrupa is ini memang didesain begitu leluasa agar tiap orang dapat terus berkarya secara individu. ruangrupa justru gembira kalau mereka yang bekerja di dalamnya memiliki peran di luar ruangrupa. Namun, seperti bisa ditebak, mereka yang aktif di luar tak jarang jadi hiperaktif lalu kelelahan, yang semula cuma keluyuran jadi tak pulang-pulang, sementara program-program internal harus terus dijalankan. Kedua, bermunculannya kawan-kawan baru—juga kembalinya kawan-kawan lama—yang akhirnya sering dilibatkan, terlibat, atau juga melibatkan dirinya dalam banyak program ruangrupa. Kehadiran mereka menyuntikkan energi baru. Bukan cuma karena sebagian besar dari mereka berusia muda sehingga keberadaan mereka seringkali membuat suasana menjadi lebih gaduh, melainkan karena mereka memperkaya diskusi dan gagasan dengan aneka perspektif. Akan tetapi, sekalipun perbedaan usia antar-pengurusnya selama ini tak pernah jadi persoalan serius, perbedaan tetaplah ada. Bagaimana tiap orang memaknai ruangrupa, itu berbeda. Bagi para pengurus lamanya, ruang ini sudah jadi rumah kedua—bahkan rumah pertama bagi yang jarang pulang. Sementara bagi gerombolan-gerombolan yang datang belakangan ini, ruangrupa tidak hanya menjadi tempat berkumpul, tetapi lebih jauh telah dianggap sebagai bagian dari perjalanan karier, semacam kantor, atau apa pun yang berkesan resmi, termasuk juga sebagai tempat kursus, menuntut ilmu, maupun menimba pengalaman. Ada sikap bereksperimen yang berbeda dari kedua anggapan itu. Berbeda dengan para pengurus lama yang awalnya mengerjakan proyek-proyeknya sambil jalan, dengan berani, tidak takut salah, serta penuh keyakinan—karena tidak banyak contoh juga pada awalnya—para pendatang baru yang berusia muda jadi bekerja dalam bayang-bayang standar tertentu—yang awalnya tak terperhatikan sebagai standar oleh para pengurus lawas, yang percaya bahwa keberadaan standar harus terus-menerus ditantang. Dinamika ini melanda selama beberapa waktu sebelum akhirnya berhasil diatasi. Pada usia 15 tahun ini, ruangrupa lebih melihat ke dalam, yaitu pada tubuh organisasinya, yang untuk kesekian kalinya, susunannya perlu diubah agar terus langgeng sebagai organisasi yang matang namun tetap bugar. Setiap individu yang bekerja di dalam ruangrupa memiliki karakteristik masing-masing, baik dalam pilihan profesinya, pengetahuan yang dipelajarinya, keahlian yang dilatihnya, selera yang dikonsumsinya, termasuk hobi-hobi ganjil obsesifnya, yang memperkaya organisasi, dan menjadikan setiap orang memiliki peran yang bisa dibilang tidak tergantikan. Ketimbang memandang ruangrupa sebagai organisasi kaku yang menganggap bahwa siapa pun bisa menggantikan actually pleased when those who work in it play some roles outside the organization. However, it is foreseeable that those who are active outside then become “hyperactive” and worn out, straying at first then never returning while internal programs still have to roll on. Second, the appearance of new friends—as well as the return of former ones— whom then asked to