Hubungan Perilaku Sosial Budaya Pijat Bayi dengan Kemauan Ibu Melakukan Pijat Bayi

Endah Wijayanti, Evita Aurilia Nardina Email: [email protected] Prodi D3 Kebidanan Politeknik Kudus, Jl. Dr. Lukmono Hadi No. 19 Kudus Telp. (0291) 437942

Abstrak Berdasarkan hasil survei didapatkan 7 dari 10 ibu yang mempunyai bayi umur 0-1 tahun mau untuk memijatkan bayi. Hal ini disebabkan karena ibu menganggap pijat bayi merupakan salah satu alternatif pengobatan yang dapat membuat bayi sehat, kemauan ibu dalam melakukan pijat bayi dapat dipengaruhi oleh tradisi atau budaya yang ada dan dianut oleh masyarakat yang diwariskan secara turun temurun sehingga sudah menjadi tradisi dan budaya masyarakat didesa tersebut.Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik korelasi dengan pendekatancross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 40 ibu yang mempunyai bayi umur 0-1 tahun pada bulan April-Mei 2018.Berdasarkan pengujian statistik dengan uji Chi Square diperoleh Chi Square hitung (4,388 ) > Chi Square tabel (3,841) dan p value = 0,036 (< 0,05) sehingga Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti ada hubungan perilaku ibu terhadap tradisi pijat bayi umur 0-1 tahun dengan kemauan ibu melakukan pijat bayi di desa Temulus Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus.

Kata Kunci: perilaku sosial; budaya; pijat bayi.

Abstract Based on the survey results found 7 out of 10 mothers who have babies aged 0-1 years want to massage the baby. This is because the mother considers baby massage to be an alternative treatment that can make a healthy baby, the mother's willingness to do baby massage can be influenced by traditions or culture that existed and adopted by the community passed down from generation to generation so that it has become a tradition and culture in the village community the.The research design used in this study is correlation analytic with cross sectional approach. The number of samples in this study were 40 mothers who had babies aged 0-1 years in April-May 2018.Based on statistical tests with the Chi Square test obtained Chi Square count (4.388)> Chi Square table (3.841) and p value = 0.036 (<0.05) so Ha is accepted and Ho is rejected, which means there is a relationship between maternal behavior and the tradition of infant massage age 0 - 1 year with the willingness of the mother to do baby massage in Temulus village, Mejobo sub- district, Kudus .

Keywords: social behavior; culture; baby massage.

1. Pendahuluan hasil dari cipta, karsa dan rasa itu Kebudayaan dengan kata dasar (Koentjaraningrat, 2000). budaya berasal dari bahasa Perilaku itu sendiri mempunyai sangsakerta buddhayah, yaitu bentuk arti sebagai keadaan jiwa untuk jamak dari buddhi yang berarti budi berpendapat, berfikir, bersikap, dan atau akal. Jadi Koentjaraningrat, lain sebagainya yang merupakan mendefinisikan budaya sebagai daya refleksi dari berbagai macam aspek, budi yang berupa cipta, karsa dan baik fisik maupun non fisik. Perilaku rasa, sedangkan kebudayaan adalah juga diartikan sebagai suatu reaksi

78 79 Jurnal Kebidanan Harapan Ibu

psikis seseorang terhadap 2009) menguji pengaruh pemijatan lingkungannya, reaksi yang dimaksud terhadap perkembangan sistem visual digolongkan menjadi 2, yakni dalam bayi prematur. Bayi prematur yang bentuk pasif (tanpa tindakan nyata menerima pemijatan 15 menit 3 kali atau konkrit), dan dalam bentuk aktif perhari selama 10 hari mempunyai /dengan tindakan konkrit pematangan fungsi dan ketajaman (wordpress.com, 2012). visual yang lebih baik (Anggraini, Berdasarkan data Departemen 2008). Kesehatan RI (2009), diketahui bahwa Dengan berkembangnya dunia 62,65% penduduk Indonesia yang kedokteran, berbagai penelitianpun sakit melakukan pengobatan sendiri dilakukan. Dimulai di negara-negara dan sisanya ke pengobatan medis, maju yang memiliki banyak ahli dan pengobat tradisional, dan tidak peralatan, hasil penelitian kodokteran berobat. Pengobatan tradisional yang ini justru cenderung mencari terapi dapat dilakukan masyarakat desa pada yang bersifat alami, menggali kearifan umumnya yaitu dengan melakukan budaya yang ternyata sangat ilmiah pijat bayi, yang merupakan terapi dan bermanfaat. Kebiasaan memijat sentuh tertua yang dikenal manusia ini sendiri dalam kehidupan dan yang paling populer selain itu, masyarakat sebenarnya merupakan pijat juga merupakan seni perawatan sebuah tradisi yang sudah dikenal kesehatan dan pengobatan yang telah sejak lama. Melalui sentuhan dipraktekkan sejak berabad-abad pemijatan terhadap jaringan otot, silam. Bahkan diperkirakan ilmu pijat peredaran darah yang dapat ini telah dikenal sejak manusia meningkat secara lancar, ataupun diciptakan kedunia. posisi otot dapat dipulihkan dan Di Indonesia, pijat anak secara diperbaiki. Pijat diwariskan secara tradisional sudah lebih dahulu dikenal turun temurun tanpa penjelasan dibandingkan teknik pijat berdasarkan mengenai manfaat dan teori penelitian medis (Amiratipuji, 2008). ilmiahnya, sebab sifat orang Berdasarkan penelitian yang tradisional adalah kepercayaan dilakukan oleh Prof T. Field &Scafidi sugesti. Orang-orang tradisional (1986 &1990) menunjukkan pada 20 percaya bahwa pijat merupakan cara bayi prematur (berat badan 1280 dan pengobatan warisan yang ampuh, 1178 gram), yang dipijat 3x15 menit apalagi bila dilakukan oleh dukun selama 10 hari, mengalami kenaikan ataupun orang khusus (Anggraini, berat badab perhari 20%-47%lebih 2008). banyak dari yang tidak dipijat. Berdasarkan hasil survei Penelitian pada bayi cukup bulan didapatkan 7 dari 10 ibu yang yang berusia 1-3 bulan, yang dipijit mempunyai bayi umur 0-1 tahun mau 15 menit, 2 kali seminggu selama 6 untuk memijatkan bayi. Hal ini minggu didapatkan kenaikan berat disebabkan karena ibu menganggap badan yang lebih dari kontrol. pijat bayi merupakan salah satu Pemijatan pada bayi prematur yang alternatif pengobatan yang dapat dimulai sejak dini yaitu mulai 24-48 membuat bayi sehat, kemauan ibu jam sejak lahir akan memiliki dampak dalam melakukan pijat bayi dapat positif yang besar pada perkembangan dipengaruhi oleh tradisi atau budaya otak dan fungsinya. Stimulasi yang ada dan dianut oleh masyarakat sensorik ini membantu bayi prematur yang diwariskan secara turun temurun lebih cepat beradaptasi dengan sehingga sudah menjadi tradisi dan lingkungan baru. (Guzzetta, dkk, budaya masyarakat didesa tersebut.

Volume 7 Nomor 2 Tahun 2020 80 Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan

Dari fenomena diatas, peneliti penduduk Desa Temulus sebanyak tertarik untuk meneliti “Hubungan 6177 orang, terdiri dari laki-laki Perilaku Sosial Budaya Ibu Terhadap 3044 orang, perempuan 3133 Tradisi Pijat Bayi Umur 0-1 Tahun orang, jumlah KK 1726. Jarak Dengan Kemauan Ibu Melakukan Desa Temulus dengan Kantor Pijat Bayi” Kecamatan sekitar 3 km, dan jarak dengan Kabupaten kurang lebih 12 2. Metode km. Desain penelitian yang a. Luas wilayah Desa Temulus digunakan dalam penelitian ini adalah 415,232 Ha. Peruntukan lahan analitik korelasi dengan pendekatan yang digunakan untuk sawah cross sectional. Populasi dalam 214,719 Ha, untuk bangunan penelitian ini adalah seluruh ibu yang 61,400 Ha, untuk jalan 9 Ha, memiliki bayi umur 0-1 tahun di desa dan lainnya 11,247 Ha. Temulus Kudus yang berjumlah 44 b. Kondisi Penduduk ibu. Jumlah sampel dalam penelitian 1) Berdasarkan Jenjang ini adalah 40 ibu yang mempunyai Pendidikan bayi umur 0-1 tahun pada bulan April- Tidak sekolah sebanyak 257 Mei 2018.Teknik sampling dalam orang, tidak tamat SD penelitian ini menggunakan sebanyak 214 orang, SD probability sampling dengan metode sebanyak 2546 orang, SLTP simple random sampling. Kriteria sebanyak 1316 orang, SLTA penelitian ini adalah ini kriteria sebanyak 986 orang, D1-D3 inklusinya adalah sebagai berikut: sebanyak 28 orang, S2 1) Ibu yang mempunyai bayi umur 0- sebanyak 104 orang, S2/S3 1 tahun dan yang berada di desa sebanyak 3 orang. Temulus Kecamatan Mejobo 2) Berdasarkan Mata Kabupaten Kudus dan bersedia Pencaharian menjadi responden. Petani sendiri sebanyak 572 Dalam penelitian ini menggunakan orang, buruh tani sebanyak dua variable: 527 orang, pengusaha 1. Variabel bebas atau independent: sebanyak 32 orang, buruh Perilaku sosial budaya ibu industri sebanyak 1938 2. Variabel terikat atau dependen: orang, buruh bangunan kemauan ibu untuk melakukan sebanyak 121 orang, pijat bayi umur 0-1 tahun. pedagang sebanyak 38 Penelitian ini dilakukan di desa orang, pengangkutan Temulus Kecamatan Mejobo sebanyak 21 orang, PNS Kabupaten Kudus, pada tanggan sebanyak 51 orang TNI April-Mei, analisa bivariat, sebanyak 26 orang Polri dengan menggunakan uji statistic sebanyak 10 orang, chi square pensiunan sebanyak 8 orang.

3. Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Temulus, Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus. Jumlah

Volume 7 Nomor 2 Tahun 2020 81 Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan

2. Karakteristik Responden d. Berdasarkan Kemauan a. Berdasarkan Umur Tabel 4. Distribusi Frekuensi Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kemauan berdasarkan umur Kemauan Jumlah Prosentase Umur Jumlah Prosentase (%) (%) Ya 37 92,5 % < 20 0 0 % Tidak 3 7,5 % 20 – 35 38 95 % Jumlah 40 100 % > 35 2 5 % Sumber : Data Primer Jumlah 40 100 % Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kemauan Berdasarkan tabel di atas dapat responden yang paling banyak dilihat bahwa umur responden adalah Ya yaitu sebesar 92,5 % yang paling banyak adalah antara (37 responden). 20 – 35 tahun, yaitu sebesar 95 %(38 responden). 3. Analisa Bivariat Analisis bivariat dalam b. Berdasarkan Pendidikan penelitian ini menggunakan uji Chi Tabel 2. Distribusi Frekuensi Square dengan tujuan untuk berdasarkan Pendidikan menguji variabel–variabel Pendidikan Jumlah Prosentase penelitian yaitu independent dan (%) dependent. Hal ini berguna untuk SD 3 7,5 % menguji hipotesis yang telah SMP 30 75 % dibuat. Analisis ini menggunakan SMA 7 17,5 % uji korelasi Chi Square. Apabila p PT 0 0 % value < α dimana α = 0,05 maka Jumlah 40 100 % Ho ditolak yang berarti ada Sumber : Data Primer hubungan variabel independet dengan variabel dependent. Berdasarkan tabel di atas Artinya terdapat hubungan dapat dilihat bahwa pendidikan perilaku ibu terhadap pijat bayi responden yang paling banyak umur 0-1 tahun dengan kemauan adalah antara SMP, yaitu sebesar ibu melakukan pijat bayi. 75 % (30 responden). Tabel 5. Tabulasi Silang dan Hasil Uji

c. Berdasarkan Perilaku Chi Square Tabel 3. Distribusi Frekuensi Perilaku sosial Kemauan Total budaya ibu berdasarkan perilaku Ya Tidak terhadap tradisi % % F % F F Perilaku Jumlah Prosentase pijat bayi (%) Positif 23 57,5% 0 0 % 23 57,5 % Positif 23 57,5 % Negatif 14 35,0% 3 7,5 % 17 42,5% Negatif 17 42,5 % Total 37 92,5 % 3 7,5 % 40 100% Jumlah 40 100 % Chi Square hitung = 4,388p value = 0,036 Sumber : Data Primer Sumber: hasil olahdata SPSS

Berdasarkan tabel di atas Berdasarkan Tabel 5 diperoleh dapat dilihat bahwa perilaku hasil bahwa dari 40 responden responden yang paling banyak yang mempunyai perilaku Positif adalah perilaku positif yaitu dengan kemauan Ya adalah 57,5 sebesar 57,5 % (23 responden). %(23 responden), perilaku Negatif

Volume 7 Nomor 2 Tahun 2020 82 Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan

dengan kemauan Ya adalah 35,0 responden), perilaku Negatif dengan %(14 responden), dan Perilaku kemauan Ya adalah 35,0 % (14 Negatif dengan kemauan Tidak responden), dan Perilaku Negatif adalah 7,5% (3 responden). dengan kemauan Tidak adalah 7,5% Berdasarkan pengujian (3 responden). statistik dengan uji Chi Square Analisis bivariat dalam penelitian diperoleh Chi Square hitung (4,388 ) ini menggunakan uji Chi Square > Chi Square tabel (3,841) dan p dengan tujuanuntuk menguji variabel– value = 0,036 (< 0,05) sehingga variabel penelitian yaitu independent Ha diterima dan Ho ditolak yang dan dependent. Hal ini berguna untuk berarti ada hubungan perilaku ibu menguji hipotesis yang telah dibuat. terhadap tradisi pijat bayi umur 0-1 Analisis ini menggunakan uji korelasi tahun dengan kemauan ibu Chi Square. Apabila p value < α melakukan pijat bayi. dimana α = 0,05 maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan variabel Tabel 6. Hubungan Perilaku Sosial independet dengan variabel Budaya Ibu Terhadap Tradisi Pijat dependent. Pada penelitian ini untuk Bayi Umur 0-1 Tahun Dengan mengetahui hubungan perilaku ibu Kemauan Ibu Melakukan Pijat tentang pijat bayi umur 0-1 tahun Bayi Di Desa Temulus Kecamatan dengan kemauan ibu melakukan pijat Mejobo Kabupaten Kudus 2 bayi di desa Temulus kecamatan X p α Variable Df Signifi Mejobo kabupaten Kudus. Htg Tabel value kan Berdasarkan pengujian statistik Perilaku dengan uji Chi Square diperoleh Chi sosial Squarehitung (4,388 ) > Chi Squaretabel budaya ibu (3,841) dan p value = 0,036 (< 0,05) dengan 4,388 3,841 0,036 1 0,05 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak kemauan ibu yang berarti ada hubungan perilaku melakukan ibu terhadap tradisi pijat bayi umur 0- pijat bayi 1 tahun dengan kemauan ibu melakukan pijat bayi di desa Temulus Didapatkan dari hasil uji SPSS kecamatan Mejobo kabupaten Kudus. 2 2 nilai X hitung 4 X tabel 3,841 Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini dengan tingkat signifikan 5% terjadi setelah orang melakukan (0,05) dan df: 1 didapatkan penginderaan terhadap suatu obyek 2 2 X hitung > X tabel (4,388 > tertentu. (Notoatmodjo, 2007). 3,841) didapatkan nilai p value: Berdasarkan hasil penelitian yang 0,036, sedangkan nilai signifikan: diperoleh banyak ibu yang memiliki 0,05 sehingga nilai p value < α perilaku “positif” dengan kemauan signifikan (0,036 < 0,05), jadi pijat “ya”. Sedangkan perilaku didapatkan kesimpulan Ha manusia adalah semua kegiatan atau diterima maka ada hubungan aktivitas manusia, baik yang diamati hubungan perilaku ibu terhadap langsung, maupun yang tidak dapat tradisi pijat bayi umur 0-1 tahun diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, dengan kemauan ibu melakukan 2011).Perilaku adalah evaluasi umum pijat bayi. yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isu. Dari hasil penelitian diperoleh Perilaku adalah respon individu hasil bahwa dari 40 responden yang terhadap suatu stimulus atau suatu mempunyai perilaku Positif dengan tindakan yang dapat diamati yang kemauan Ya adalah 57,5 % (23

Volume 7 Nomor 2 Tahun 2020 83 Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan

mempunyai frekuensi spesifik, durasi masyarakat tersebut. Dalam dan tujuan baik disadari maupun tidak masyarakat yang masih menganggap (Wawan,2010). Sedangkan kemauan bahwa tradisi peninggalan itu menjadi adalah keinginan seseorang dalam sebuah aturan yang tidak dapat melakukan sesuatu yang diharapkan dilanggar karena hal ini merupakan untuk memenuhi kebutuhannya. suatu kepercayaan turun temurun. Perubahan perilaku dan kemauan Tidak banyak yang dapat sangat dipengaruhi oleh lingkungan, dilakukan oleh ibu terutama generasi umur, pendidikan dan pengetahuan. muda dalam masyarakat tersebut, Sedangkan menurut Huclok bahwa ketika tradisi itu tidak (1998) semakin cukup umur, tingkat dilakukan maka dianggap melanggar kematangan dan kekuatan seseorang aturan yang ada. Orang tua menjadi akan lebih matang dalam berfikir dan alasan terpenting dalam bekerja. Dari segi kepercayaan berlangsungnya tradisi yang tersebut masyarakat, seseorang yang lebih meskipun ibu mengetahui bahwa dewasa dipercaya dari orang yang tradisi pijat bayi yang dilakukan oleh belum tinggi kedewasaannya. Hal ini dukun itu tidak semuanya membuat akan sebagai dari pengalaman dan bayi menjadi sehat dan kuat. Karena kematangan jiwa (Wawan, 2011). jika bayi sakit, secara ilmu kesehatan Menurut Lawrence Green dalam yang dapat mengobati adalah dokter Istiarti (2000) menyatakan bahwa atau tenaga kesehatan yang lain. tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor predisposisi untuk 4. Kesimpulan terbentuknya perilaku hidup sehat. Berdasarkan hasil penelitian Pendidikan bertujuan untuk mengisi Hubungan Sosial Budaya Ibu otak dengan berbagai macam Terhadap Tradisi Pijat Bayi Umur 0-1 pengetahuan, apabila tingkat Tahun Dengan Kemauan Ibu pendidikan baik maka pengetahuan Melakukan Pijat Bayi Di Desa juga baik (Nasution, 1995). Temulus Kecamatan Mejobo Perubahan lingkungan salah Kabupaten Kudus dapat disimpulkan satunya dipengaruhi adanya tradisi bahwa: budaya setempat tehadap tradisi pijat a. Berdasarkan umur responden yang bayi, diperkuat bahwa bayi yang paling banyak adalah antara 20 – sudah berumur 1 bulan harus dipijat 35 tahun, yaitu sebesar 95 % (38 untuk bayi yang sehat dan kuat. Selain responden). itu sistem sosial masyarakat yang b. Berdasarkan pendidikan dari hasil bersifat homogen mempengaruhi pola penelitian menunjukkan bahwa pandang dan pola pikir ibu-ibu pendidikan responden yang paling terhadap tradisi yang ada. Lingkungan banyak adalah antara SMP, yaitu keluarga menjadi faktor paling kuat sebesar 75 % (30 responden). yang mempengaruhi ibu, karena c. Berdasarkan perilaku responden keluarga dijadikan panutan pertama yang paling banyak adalah perlaku selain dari lingkungan sosial di Positif yaitu sebesar 57,5 % (23 masyarakat. Jika dalam keluarga responden). masih melakukan tradisi tersebut, d. Berdasarkan kemauan responden secara tidak langsung ibu akan yang paling banyak adalah Ya melakukan hal yang serupa. Karena yaitu sebesar 92,5 % (37 ibu beranggapan jika tidak melakukan responden). tradisi tersebut membuat ibu merasa e. Berdasarkan pengujianstatistik dikucilkan dalam lingkungan dengan uji Chi Square diperoleh

Volume 7 Nomor 2 Tahun 2020 84 Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan

Chi Square hitung (4,388 ) > Chi [10] Nursalam. Konsep dan Square tabel (3,841) dan p value = Penerapan Metodologi 0,036 < α 0,05 sehingga Ha Penelitian Ilmu Keperawatan, diterima dan Ho ditolak yang Jakarta: Salemba Medika, 2008. berarti ada Hubungan Sosial [11] Sulistyaningsih. Metodologi Budaya Ibu Terhadap Tradisi Pijat Penelitian Kebidanan, Bayi Umur 0-1 Tahun Dengan Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011. Kemauan Ibu Melakukan Pijat [12] Wawan, A dan Dewi M. Teori Bayi Di Desa Temulus Kecamatan Dan Pengukuran Pengetahuan, Mejobo Kabupaten Kudus. Sikap, dan Perilaku Manusia,

Yogyakarta: Nuha medika, 2011. 5. Daftar Pustaka [1] Bakar, M. Naufal Zarif. [13] Y. Subakti dan Deri Rizky A. Mengenal Budaya Nusantara, Keajaiban Pijat Bayi Dan Balita, Bandung: Usaha Jaya Pratama, Jakarta: Wahyu Media, 2009. 2012. [14] Mu’in, Indianto. Sosiologi SMA, [2] Dewi, Siska. Pijat Dan Asupan Jakarta: Erlangga, 2004. Gizi Tepat, Yogyakarta: Pustaka Baru Press. [3] Wikipedia. Budaya. [Online]. http://id.wikipedia.org/wiki/Buda ya

[4] Dewasastra. Konsep dan Perilaku, 2012. [Online]. http://dewasastra.wordpress.com/ 2012/03/16/11/konsep-dan- pengertian-perilaku/ [5] Zara. Ilmu dan Sosial Budaya, 2012. [Online]. http://zarapintar.wordpress.com/2 012/03/16/ilmu-sosial-budaya/ [6] Wikipedia. Perilaku Manusia. [Online]. http://id.wikipedia.org/wiki/peril aku_manusia. [7] Hidayat, Alimul Aziz. Metode Penelitian Kebidanan Teknis Analisis Data, Jakarta: Salemba Medika, 2009. [8] Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010. [9] Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta, 2011.

Volume 7 Nomor 2 Tahun 2020