134 | Evie Sulahyuningsih,Yasinta Aloysia D.,Alfia S../ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.12 No.1 (2021) 134-148 ANALISIS PRAKTIK TRADISIONAL BERBAHAYA: SUNAT PEREMPUAN SEBAGAI INDIKATOR KESETARAAN GENDER DALAM PERSPEKTIF AGAMA, TRANSKULTURAL, DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI KABUPATEN SUMBAWA

Evie Sulahyuningsiha),Yasinta Aloysia Darob),Alfia Safitric) aUniversitas Samawa Jl. Lintas Sumbawa-Bima KM. 3, Sumbawa, Indonesia bUniversitas Samawa Jl. Lintas Sumbawa-Bima KM. 3, Sumbawa, Indoenesia

Abstrak

Sunat perempuan atau Female Genital Mutilation (FGM) tidak memiliki manfaat secara kesehatan justru jika dilaksanakan secara berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang bagi perempuan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis praktik tradisional berbahaya: sunat perempuan sebagai indikator kesetaraan gender dalam perspektif agama, transkultural, dan kesehatan reproduksi di Kabupaten Sumbawa. Penelitian inimerupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan Etnografi. Jumlah partisipan 19 orangyang dipilih dengan teknik purposive sampling terdiri dari 5 partisipan tenaga kesehatan, 3 pemangku kebijakan, 5 tokoh agama, 1 pakar hukum, 2 partisipan tokoh adat dan 3 tokoh masyarakat.Hasil penelitian adalah sunat perempuan merupakan aturan dan syiar dalam Islam. Sunat perempuan tidak dikaitkan dengan kesetaraan gender, tetapi pelaksanaannya didasarkan pada tuntutan kebiasaan atau budaya setempat dan tuntunan agama Islam. Ditinjau dari aspek kesehatan resproduksi sunat perempuan dipandang tidak memiliki manfaat. Tindaklanjut perlunya pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa terkait pelaksanaan sunat perempuan dan disosialisasi kepada intansi-intansi terkait serta masyarakat sehingga peraturan tersebut dapat dilaksanakan. Kesimpulan penelitian adalah praktik sunat perempuan masih dilaksanakan oleh sebagian besar masyarakat Sumbawa dimana pelaksanaannya tidak dikaitkan dengan kesetaraan gender, tetapi didasarkan pada tuntutan budaya setempat dan tuntunan agama Islam.

Kata Kunci: Agama, Kesehatan Resproduksi, Kesetaraan Gender, Sunat Perempuan, Transkultural

Abstract

Female genital mutilation (FGM) has no health benefits. If it is carried out excessively, it can cause long-term health problems for women. This study aims to analyze the traditional practice of harmful: female genital mutilation as an indicator of gender equality from the perspective of religion, transcultural, and reproductive health in Sumbawa Regency. This study is a qualitative research with an ethnographic approach There were 19 participants selected by purposive sampling technique consisting of 5 health workers, 3 policy makers, 5 religious leaders, 1 legal expert, 2 traditional leaders and 3 community leaders. The results found that FGM was a rule and syiar in Islam. It was not associated with gender equality, but its implementation was based on the demands of local customs or culture and the guidance of Islam. From the aspect of reproductive health, FGM was considered having no benefit. It is necessary to establish a Regional Regulation of Sumbawa Regency on the implementation of FGM and socialize it torelated agencies and the community so that the regulation can be implemented. This study concludes that FGM is still being carried out by the majority of the people of Sumbawa whose implementation is not related to gender equality, but is based on the demands of local culture and the guidance of Islam.

Keywords: Religion, Resproductive Health, Gender Equality, FGM, Transcultural Evie Sulahyuningsih,Yasinta Aloysia D.,Alfia S./ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.12 No.1 (2021) 134-148 | 135 masih melekat dengan budaya FGM. NTB PENDAHULUAN termasuk dalam 10 besar praktik FGM di Kesetaraan gender merupakan salah satu Indonesia. Prevalensi FGM di NTB persoalan global dari persoalan perempuan mencapai lebih dari 60% (Riskesdas, 2013). yang belum terselesaikan. Upaya pemerintah Hal ini menunjukkan bahwa praktik FGM dari kegagalan persoalan tersebut yaitu masih tinggi. memasukkan isu perempuan dan anak secara FGM merupakan bagian dari budaya di spesifik pada salah satu indikator dari negara-negara di mana sunat tersebut pembangunan berkelanjutan. Kesetaraan dipraktikkan. FGM tidak memiliki manfaat gender merupakan tujuan kelima dari kesehatan dan dapat menyebabkan masalah Sustainable Development goals (SDGs). kesehatan jangka panjang. FGM terdiri dari Salah satu sasarannya adalah menghilangkan semua prosedur yang melibatkan semua praktek berbahaya seperti pernikahan pengangkatan sebagian atau keseluruhan alat anak, pernikahan dini dan paksa, serta sunat kelamin wanita eksternal, atau cedera lain perempuan atau mutilasi genital perempuan/ pada organ kelamin perempuan untuk alasan Female Genetalia Mutilation (FGM) (UNDP, non-medis. Praktek ini sebagian besar 2017). dilakukan oleh penyunat tradisional yang FGM telah menjadi isu hak asasi manusia sangat berperan di masyarakat. Bahkan, dan kesehatan di seluruh dunia. FGM diakui penyedia layanan kesehatan juga melakukan sebagai pelanggaran hak asasi anak FGM karena keyakinan bahwa prosedur ini perempuan dan perempuan. Ini lebih aman bila dilakukan oleh tenaga mencerminkan adanya ketidaksetaraan kesehatan (WHO, 2018). gender, dan merupakan bentuk ekstrem Kecenderungan yang mengkhawatirkan diskriminasi terhadap perempuan. Data adalah FGM sering dilakukan oleh survei tahun 2015 menunjukkan bahwa 1 dari profesional kesehatan. Profesional kesehatan 3 anak perempuan berusia antara 15 dan 19 yang melakukan FGM atau reinfibulasi tahun telah menjalani prosedur FGM (UNDP, memiliki konflik kepentingan. Ketika 2017). prosedur dilakukan oleh penyedia layanan WHO memperkirakan bahwa sekitar 140 kesehatan, insidensi komplikasi berkurang juta anak perempuan dan wanita di seluruh secara signifikan tetapi tidak dihilangkan. dunia hidup dengan konsekuensi dari FGM. Mereka mengklaim bahwa mereka Hampir selalu dilakukan pada anak di bawah memenuhi tuntutan budaya masyarakat, umur dan merupakan pelanggaran terhadap peningkatan nilai wanita dalam masyarakat, hak anak-anak. Praktek ini juga melanggar dan menghormati hak budaya pasien. Namun, hak seseorang atas kesehatan, keamanan dan alasan sebenarnya adalah bahwa ini adalah integritas fisik, hak untuk bebas dari sumber penghasilan bagi mereka yang penyiksaan dan perlakuan kejam, tidak melakukan FGM (Serour, 2013). manusiawi atau merendahkan martabat, dan Melihat fenomena tersebut, WHO sangat hak untuk hidup akibat prosedur yang mendesak para profesional kesehatan untuk mengakibatkan kematian (WHO, 2018). tidak melakukan prosedur FGM (WHO, Indonesia adalah negara ketiga terbesar 2018). Hal ini dibuktikan dengan adanya setelah Mesir dan Ethiopia yang Permenkes RI Nomor 6 tahun 2014 tentang melakukanpraktik FGM terhadap 200 juta pencabutan Permenkes RI nomor anak perempuan (Voaindonesia, 2016). 1636/Menkes/Per/XI/2010 tentang sunat FGM dilakukan dengan beragam cara. perempuan karena dipandang bahwa sunat Diantaranya, dengan memotong sedikit atau perempuan bukan merupakan tindakan melukai sebagian kecil alat kelamin kedokteran dan pelaksanaannya tidak bagian luar atau ujung klitoris. Hasil riset berdasarkan indikasi medis dan belum kesehatan dasar menunjukkan bahwa terbukti bermanfaat bagi kesehatan. Hal ini proporsi anak perempuan usia 0-11 tahun menunjukkan bahwa FGM dilakukan hanya yang disunat sebanyak 51,2 %, sebanyak karena aspek budaya dan keyakinan 72,4% berusia 1-5 tahun. Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah salah satu propinsi yang

136 | Evie S., Yasinta A.D.,Alfia Safitri./ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.12 No.1 (2021) 135-148 masyarakat Indonesia (Permenkes RI Nomor FGM secara fisik bersifat invasif, 6, 2014). mempengaruhi emosional, dan mempunyai Selain aspek budaya, FGM sebelumnya komplikasi terhadap kesehatan reproduksi juga dipraktikkan sebagai kebiasaan sosial wanita, dan meningkatkan risiko bagi janin. dan bukan masalah agama. Praktik ini FGM dikaitkan dengan potensi infeksi lokal bertentangan dengan keyakinan yang atau pembentukan abses, septikemia, tetanus, dilakukan oleh orang Kristen dan perdarahan, syok, kematian, retensi urin akut, sekelompok minoritas orang Yahudi. FGM dan kontraksi hepatitis dan/ atau HIV tidak disebutkan dalam Taurat ataupun dalam terutama ketika dilakukan dalam pengaturan Injil, dan seperti halnya dalam Islam mutilasi non steril. Meskipun medikalisasi FGM tubuh dikutuk oleh kedua agama tersebut. dapat mengurangi insidensi komplikasi akut, FGM merupakan campuran faktor budaya tetapi tidak berpengaruh pada komplikasi dan sosiologis yang dapat memberi tekanan ginekologi dan obstetrik nantinya. pada anggota masyarakat yang Komplikasi ginekologis termasuk disfungsi mengalaminya (El-Damanhoury, 2012). seksual, apareunia, dispareunia superfisial, Islam adalah agama pengetahuan, nyeri kronis, pembentukan bekas luka, pembelajaran, dan penelitian. Islam adalah dismenore, laserasi vagina selama hubungan agama yang selalu beradaptasi dan seksual, kesulitan buang air kecil, dan berkembang ke kondisi perubahan dunia dan kesulitan selama pemeriksaan dan prosedur pengetahuan ilmiah. Keadaan pengetahuan ginekologi atau urologi (Serour, 2013). saat ini memperjelas efek negatif yang serius Ditinjau dari perspektif dari praktik FGM yaitu menyebabkan bahaya kesehatan,FGMmempunyai risiko komplikasi fisik dan psikologis yang signifikan terhadap yang sangat besar. Diperlukan suatu upaya anak perempuan dan perempuan. Melukai untuk mengatasi praktik FGM tersebut. diri sendiri atau orang lain dalam bentuk apa Upaya untuk mengatasi, memberantas pun sangat dilarang, sehingga diperlukan ataupun menolak praktik FGM tindakan untuk menghentikan tradisi yang membutuhkan respon multi-sektoral. berbahaya ini. Disamping itu, adanya Pemerintah dan mitra pembangunan perlu komitmen hak asasi manusia yang menuntut mendorong partisipasiperempuan dalam terhadap pemberantasan FGM. Dengan pendidikan dan menargetkan kampanye demikian, menjadi kewajiban agama untuk sensitisasi terhadap FGM terhadap mengatakan dengan tegas bahwa praktek perempuan. Praktik FGM dapat dikaitkan FGM saat ini dilarang dalam Islam (Gomaa, dengan tingkat pendidikan serta 2012). pemberlakuan dan implementasi undang- FGM juga dipraktikkan di antara undang dan kebijakan anti-FGM. Undang- kelompok-kelompok Kristen. Sebagian besar undang melawan FGM harus diberlakukan di dari mereka beranggapan bahwa FGM semua negara dalam memberantas praktik dianggap sebagai kewajiban agama, karena FGM. Pembuat kebijakan dan praktisi perlu kemurnian seksual perempuan memainkan menekankan partisipasi perempuan dalam peran penting. Alasan untuk FGM bervariasi pendidikan dan menerapkan program untuk salah satunya menciptakan adhesi yang meningkatkan kesadaran dan meningkatkan mencegah hubungan seks pra-nikah dengan kesadaran publik tentang bahaya FGM alasan estetika. Akan tetapi, sastra yang (ChikhungudanMadise, 2015). berkaitan dengan pandangan Kristen tentang Disamping itu, para pemimpin agama, FGM sangat langka. Otoritas Kristen tenaga kesehatan, dan tokoh adat merupakan menyatakan bahwa FGM tidak memiliki kunci dalam praktik FGM. landasan dalam teks-teks agama Kristen. Jadi, Berbagai sektor pemerintah dan pada dasarnya FGM tidak ditentukan oleh masyarakat, termasuk para pemimpin agama hukum agama (El-Damanhoury, 2012). perlu mengambil sikap yang kuat terhadap Bahkan dalam agama Hindu dan Budha tidak praktik FGM yang dianggap sebagai ada ritual sunat/ FGM (Hutson, 2004). pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia. Mereka juga perlu memulai tindakan yang

Evie Sulahyuningsih,Yasinta Aloysia D.,Alfia S./ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.12 No.1 (2021) 134-148 | 137 kuat untuk menghentikan praktik ini dan LANDASAN TEORI melindungi gadis dan wanita muda dari konsekuensi fisik, psikososial dan Kesetaraan Gender Terkait Sunat reproduktif yang berat. Para pemimpin Perempuan agama adalah salah satu aktor kunci dalam Tujuan untuk membatasi hasrat seksual isu FGM, karena mereka memiliki posisi dapat diperdebatkan, namun bila hal itu yang berpengaruh di masyarakat (Ahmed et berlaku untuk pria dan wanita, maka tidak al, 2018). ada masalah diskriminasi. Diskriminasi Peningkatan pengetahuan pemimpin gender hadir, terletak pada kebijakan ketat agama mengenai FGM dan dampak buruknya terhadap kategori 1 dan 2 FGA. Hukum yang pada kesehatan wanita sangat diperlukan melarang prosedur ini dan advokasi untuk memotivasi mereka dalam mengambil internasional dipandang tidak peka secara peran utama dalam memberi saran kepada budaya, supremasi dan diskriminasi terhadap orang-orang tentang praktik berbahaya ini. perempuan (Arora dan Jacobs, 2016). Para ulama dan Kementerian Urusan Agama Kategori 1 dan 2 dari FGA tidak boleh perlu memberikan pesan dengan bukti yang dianggap sebagai pelecehan anak. Cedera jelas kepada para pemimpin agama tentang permanen tidak dihasilkan dari prosedur ini FGM dan pandangan agama Islam tentang dan dengan demikian orang tua harus praktik FGM. Topik-topik FGM dapat diberikan kebebasan dalam hal keputusan diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah- yang mereka buat demi kepentingan terbaik sekolah agama. Penelitian secara mendalam anak-anak mereka. Jika FGA dipandang harus dilakukan terkait pengetahuan dan secara budaya sebagai sarana untuk perspektif orang-orang yang berpengaruh di kemurnian moral atau ritual, maka dapat masyarakat, seperti para pemimpin agama, dikatakan bahwa orang tua bertindak demi tokoh adat dari praktik FGM dan peran kepentingan terbaik anak-anak mereka potensial mereka dalam memerangi praktik dengan mengambil bagian dalam prosedur yang berbahaya ini (Ahmed et al, 2018). yang menjunjung tinggi keyakinan ini tetapi Hasil wawancara dengan 15 orang tidak menyebabkan bahaya jangka panjang masyarakat Sumbawa dengan budaya (Arora dan Jacobs, 2016). samawa mengatakan bahwa sunat pada anak- Sunat Perempuan dalam Perspektif anak perempuan sering dilakukan pada anak Agama berusia kurang dari 3 tahun. Sunat dilakukan FGA tertanam dalam banyak sistem dengan cara memotong ujung kelamin anak budaya dan berhubungan dengan tradisi (ujung klitoris), menggores atau menusuk sejarah, afiliasi suku, status sosial, kelamin (klitoris) anak, dan juga ada yang maritabilitas dan agama, tetapi paling sering berpendapat bahwa alat kelamin tidak dikaitkan dengan budaya muslim (Berg and dipotong, tetapi digores dengan kunyit yang Denison, 2013). sudah dikupas pada kelamin. Sunat Kritikus berpendapat bahwa tidak ada perempuan ini sudah turun-temurun referensi untuk prosedur mengubah alat dilakukan sebagai suatu tradisi dan juga kelamin eksternal perempuan dalam Al- menjalankan sunah agama. Qur'an. Dengan demikian, tidak ada dasar Tujuan penelitian ini adalah agama untuk praktik tersebut. Namun, menganalisis bagaimana praktik tradisional perlindungan hukum terhadap praktik berbahaya: sunat perempuan sebagai keagamaan tidak bergantung pada praktik indikator kesetaraan gender dalam perspektif ortodoksi atau pada konsensus dalam tradisi agama, transkultural, dan kesehatan agama yang menerima praktik tersebut. reproduksi di Kabupaten Sumbawa. Sebaliknya, isi keyakinan dan praktik keagamaan dipandu oleh teks dan tradisi interpretatif. Jadi, banyak cendekiawan muslim mengklasifikasikan FGA sebagai Sunnah atau praktik yang ditetapkan oleh nabi Muhammad. Meskipun tidak terdapat

138 | Evie S., Yasinta A.D.,Alfia Safitri./ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.12 No.1 (2021) 135-148 secara eksplisit dalam Al-Qur'an. Praktik perempuan dianggap perlu dan penting demikian adalah agama yang berbudi luhur. dilakukan karena ada beberapa manfaat yang Bahkan, istilah sehari-hari untuk prosedur dapat diperoleh, diantaranya anak perempuan FGA dalam bahasa Arab mengacu pada yang di sunat akan tumbuh menjadi anak keadaan kemurnian ritual (Davis dalam yang cantik dan bercahaya (pliger), terjaga Arora dan Jacobs, 2016). perilakunya (tidak genit dan binal), dan Islam memperjelas efek negatif yang klitorisnya tidak akan tumbuh memanjang. serius dari praktik FGM yaitu menyebabkan Sunat perempuan sebagai suatu tradisi bahaya fisik dan psikologis yang signifikan masyarakat yang harus di hormati, sekalipun terhadap anak perempuan dan perempuan. pada dasarnya mereka tidak setuju terhadap Melukai diri sendiri atau orang lain dalam praktik tersebut karena ditinjau dari sisi bentuk apa pun sangat dilarang, sehingga medis, sunat perempuan merupakan aktivitas diperlukan tindakan untuk menghentikan yang tidak dikenal dan tidak dianjurkan. Oleh tradisi yang berbahaya ini Dengan demikian, karena itu, tenaga kesehatan menolak jika menjadi kewajiban agama untuk mengatakan dimintai bantuannya untuk mengkhitan anak dengan tegas bahwa praktek FGM saat ini perempuan (Oktarini, 2012). dilarang dalam Islam (Gomaa, 2012). Masalah lintas budaya yang kompleks ini FGM juga dipraktikkan di antara tidak dapat ditangani secara memadai oleh kelompok-kelompok Kristen. Sebagian besar kecaman sederhana dan dorongan apapun. dari mereka beranggapan bahwa FGM Untuk mengakhiri FGA harus datang dari dianggap sebagai kewajiban agama, karena dalam agama dan budaya yang kemurnian seksual perempuan memainkan mempraktekkannya. peran penting. Alasan untuk FGM bervariasi Dengan bekerja sama dengan penuh rasa salah satunya menciptakan adhesi yang hormat, dan tidak secara independen. mencegah hubungan seks pra-nikah dengan Kategori 1 dan 2 FGA sebagai kompromi alasan estetika. Otoritas Kristen menyatakan yang menghormati budaya dan agama tetapi bahwa FGM tidak memiliki landasan dalam memberikan perlindungan yang diperlukan teks-teks agama Kristen. Jadi, pada dasarnya terhadap pelecehan anak dan lebih FGM tidak ditentukan oleh hukum agama melindungi anak-anak perempuan dari (El-Damanhoury, 2012). Bahkan dalam bahaya jangka panjang Kategori 1 dan 2 agama Hindu dan Budha tidak ada ritual berbeda Kategori 3 dan 4 FGA, karena tidak sunat/ FGM (Hutson, 2004). terkait dengan risiko medis jangka panjang, Sunat Perempuan dalam Perspektif peka budaya, tidak melakukan diskriminasi Transkultural atas dasar gender dan tidak melanggar hak Adanya pemaknaan sunat tidak terlepas asasi manusia (Arora and Jacobs, 2016). dari interaksi stimulus dan respons. Adanya Sunat Perempuan dalam Perspektif stimulus yang berupa kebiasaan sunat Kesehatan Reproduksi perempuan dikalangan masyarakat tertentu FGA mempunyai risiko jangka pendek yang telah dilakukan secara turun-temurun yang dapat diprediksi yaitu perdarahan dan telah menuntun anggota-anggotanya untuk infeksi, sedangkan resiko jangka panjang mengambil sikap. Proses pembentukan dan jarang untuk prosedur kategori 1 dan kategori perubahan sikap, serta perilaku tersebut 2. Kategori 3 dan 4 merupakan prosedur dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berat yang memiliki risiko persalinan internal maupun eksternal. Faktor dari dalam macet, operasi caesar, perdarahan postpartum, individu (internal) meliputi pengetahuan, risiko 80% fluktuasi, depresi, risiko 30% kecerdasan, persepsi, sikap, emosi dan gangguan stres pasca-trauma dan kematian motivasi yang berfungsi untuk mengolah akibat sepsis (Arora andJacobs, 2016). rangsangan dari luar, sedangkan factor dari Hasil penelitian menunjukkan hubungan luar (eksternal) meliputi lingkungan sekitar, epidemiologi yang kuat antara mutilasi baik fisik maupun non fisik, seperti iklim, genital perempuan/ pemotongan (FGM) manusia, sosial, ekonomi dan budaya. dengan komplikasi kebidanan. Namun, Sebagai tuntunan tradisi, sunat kaum karena terbatasnya kualitas bukti yang

Evie Sulahyuningsih,Yasinta Aloysia D.,Alfia S./ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.12 No.1 (2021) 134-148 | 139 tersedia, kami memiliki keyakinan rendah budaya kelompok dalam kondisi alamiah bahwa perkiraan yang kami laporkan melalui observasi dan wawancara (Creswell menunjukkan ukuran yang tepat dari efek dalam Sugiyono, 2014). FGM pada risiko komplikasi obstetrik. Kami Partisipan tidak mengidentifikasi bukti apapun untuk Partisipan dalam penelitian ini adalah manfaat dari FGM. Kesimpulannya bahwa tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat, ada bukti yang meyakinkan bahwa FGM pakar hokum, tenaga kesehatan, pimpinan dikaitkan dengan peningkatan risiko atau stakeholder, dan masyarakat yang komplikasi obstetrik (Berg et al, 2014). melaksanakan praktik sunat perempuan. Dampak jangka pendek sunat pada Pemilihan partisipan dengan teknik perempuan:1) Perdarahan yang purposive sampling yaitu dipilih dengan mengakibatkan shock atau kematian, 2) pertimbangan dan tujuan tertentu dengan cara Infeksi pada seluruh organ panggul yang partisipan diseleksi(Sugiyono, 2015). Jumlah mengarah pada sepsis, 3) Tetanus yang partisipan sebanyak 19 partisipan. Informasi menyebabkan kematian, 4) Gangrene yang diperoleh dari 5 partisipan tenaga kesehatan, dapat menyebabkan kematian, 5) Sakit 3 partisipan dari instansi pemerintahan selaku kepala yang luar biasa mengakibatkan shock, pemangku kebijakan, 5 partisipan tokoh 6) Retensi urin karena pembengkakan dan agama, 1 partisipan pakar hukum, 2 sumbatan pada uretra. Dampak jangka partisipan tokoh adat/ pelaksana sunat panjang adalah: 1) Rasa sakit berkepanjangan perempuan dan 3 partisipan masyarakat yang pada saat berhubunganseks, 2)Penis tidak melaksanakan sunat perempuan. dapat masuk dalam vagina sehingga memerlukan tindakan operasi, 3) Disfungsi Teknik Pengumpulan dan Analisa seksual (tidak dapat mencapai orgasme pada Data saat berhubunganseks), 4) Disfungsi haid Data dikumpulkan dengan indepth yang mengakibatkan hematocolpos interviewdan observasi. Analisa data dengan (akumulasi darah haid dalam vagina), menggunakan Thematik Analysis hematometra (akumulasi darah haid dalam mengikutikonsep (Braun, V and Clarke, rahim),dan hematosalpin ( akumulasi darah 2014), yang mengungkapkan bahwa haid dalam saluran tuba), 5) Infeksi saluran analisistematik merupakan metode untuk kemih kronis, 6)Inkontinensi urine (tidak mengidentifikasi,menganalisis tema, dan dapat menahan kencing),7) Bisa terjadi abses, makna dari suatu data dalam kaitannya kista dermoid, dan keloid (jaringan parut dengan pertanyaan penelitian atau memberi- mengeras) (Oktarini, 2012). kan deskripsi terhadap data secara keseluruhan. METODE PENELITIAN Instrumen Penelitian Tempat dan Waktu Instrumen pengumpulan data adalah Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan peneliti. Sedangkan alat bantu pengumpulan Brang Biji dan Desa Leseng, Kabupaten data adalah pedoman wawancara, lembar Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Alasan observasi (checklist), lembar catatan pemilihan tempat ini, karena berdasarkan observasi, lembar catatan studi dokumen, riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa tape recorder/ MP4, dan kamera. propinsi NTB termasuk dalam 10 besar yang melakukan sunat perempuan. Sebagian besar HASIL DAN PEMBAHASAN masyarakat di Kelurahan Brang Biji dan Praktik Sunat Perempuan Atas Dasar Desa LesengKabupaten Sumbawa melakukan Anjuran Agama tradisi sunat perempuan. Penelitian dilakukan Sunat merupakan aturan dan syiar dalam pada bulan Juli-September tahun 2020. Islam. Sunat perempuan merupakan suatu Rancangan Penelitian pemotongan atau menghilangkan selaput Penelitian ini adalah kualitatif dengan yang menutupi klitoris. Sunat perempuan pendekatan Etnografi yaitu salah satu tidak dilakukan secara berlebihan dalam penelitian yang melakukan studi terhadap memotong atau melukai klitoris. Namun,

140 | Evie S., Yasinta A.D.,Alfia Safitri./ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.12 No.1 (2021) 135-148 membersihkan daerah klitoris saja belum Alasan praktik sunat perempuan menurut termasuk sunat. Sunat termasuk bagian tokoh agama adalah melaksanakan kebiasaan bersuci yang merupakan salah satu bentuk atau tuntutan budaya setempat yang dikaitkan ibadah yang dianjurkan. Sunat perempuan dengan mengikuti ajaran agama Islam yang merupakan anjuran agama, dimana dalam diperintahkan melalui Rasul. Praktik sunat Islam sunat perempuan perempuan diyakini dapat membersihkan disunnahkan.Sedangkan menurut ajaran kelamin wanita, mempercantik wajah dan agama Kristen dan Katolik, tidak mengenal mengontrol hawa nafsu. Selain itu sunat sunat perempuan, sunat hanya dilakukan perempuan diyakini dapat meningkatkan pada laki-laki. kenikmatan seksual wanita. Pelaksanaan sunat perempuan tidak Menurut tokoh masyarakat alasan dikaitkan dengan kesetaraan gender, tetapi dilakukan sunat perempuan adalah mengikuti pelaksanaannya didasarkan pada tuntutan adat istiadat setempat yang landasi oleh kebiasaan atau budaya setempat dan tuntunan tuntutan agama, meskipun beberapa agama Islam. Sunat perempuan dilaksanakan partisipan menyatakan bahwa landasan tanpa dikaitkan dengan kesetaraan gender. agama tersebut tentang pelaksanaan sunat Dalam agama Islam laki-laki dan perempuan perempuan masih diragukan. Masyarakat tidak dapat disamakan kedudukannya melalui menyatakan bahwa belum ditemukannya sunat. Sedangkan hukum pelaksaaan sunat dalil atau hadis tentang pelaksanaan sunat perempuan menurut tuntutan Islam masih perempuan, tetapi masyarakat setempat belum jelas antara wajib atau sunah. cenderung mengikuti kebiasaan turun Dalam Agama Islam, sunat perempuan temurun nenek moyang. dilakukan cukup dengan hanya Dampak tidak dilakukan sunat perempuan menghilangkan selaput (jaldah/ colum/ menurut tokoh agama Islam adalah praeputium) yang menutupi klitoris. Sunat menurunnya kecantikan bagi perempuan, perempuan tidak boleh dilakukan secara menurunkan hasrat seksual, meningkatkan berlebihan, seperti memotong atau melukai resiko infeksi pada alat kelamin yang klitoris (insisi dan eksisi). Sunat Perempuan dianggap tidak bersih, dan dampak yang yang dilakukan hanya dengan membersihkan paling besar adalah masyarakat dapat kelamin perempuan belum termasuk sunat. ditimpah fitnah atau azab karena melanggar Praktik Sunat Perempuan Sebagai syariat. Menurut keyakinan masyarakat Tradisi adalah hasrat atau hawa nafsu perempuan Sunat perempuan dianggap sebagai tidak dapat dikontrol. sebuah tradisi untuk membersihkan seorang Tekhnik pelaksanaan sunat perempuan perempuan dengan cara menghilangkan menurut budaya setempat adalah sebelum bagian tubuh yang dianggap tidak bersih. dilakukan sunat perempuan terlebih dahulu Sunat perempuan merupakan praktek budaya dirangkaikan dengan acara adat yang disebut barodak, besrakal menggunakan lamung pene’ turun temurun dari nenek moyang dan budaya tersebut sangat melekat berkaitan erat atau baju adat sumbawa. Sunat dilakukan dengan agama Islam. Sunat merupakan oleh dukun beranak. praktik sunat perempuan praktik yang dilakukan oleh masyarakat menurut tuntutan budaya dan agama karena alasan agama maupun sosial budaya. dilakukan secara berbeda-beda, dimulai Bahkan dikatakan bahwa belum Islam jika dengan hanya sebagai ritual atau formalitas belum disunat. dimana tidak dilakukan pemotongan atau Acara sunat perempuan disertai dengan pembersihan daerah kewanitaan; dibersihkan upacara adat Barodak (Luluran pada wajah, hingga dilakukan pemotongan sedikit atau kaki dan tangan) dan Baserakal (bacaan penggoresan didaerah ujung kewanitaan. berzanji). Sunat perempuan umumnya Sunat Perempuan Perspektif menggunakan Lamong Pene’ (Baju adat Kesehatan Reproduksi sumbawa) dan dilakukan pada usia anak Sunat perempuan masih menjadi kurang dari 5 tahun. perdebatan, karena ditinjau dari sudut medis sunat pada perempuan dipandang tidak

Evie Sulahyuningsih,Yasinta Aloysia D.,Alfia S./ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.12 No.1 (2021) 134-148 | 141 memiliki manfaat. Ada 3 tekhnik sunat yang perlindungan terhadap anak dan kesehatan dilakukan yaitu membersihkan bagian labia reproduksi perempuan serta menghapuskan mayora, menggores bagian labia minora dan segala bentuk diskriminasi, kekerasan dan memotong bagian ujung klitoris. Implikasi ketidakadilan gender. Untuk itu diperlukan medis sunat perempuan bisa terjadi terutama regulasi yang mengatur tentang pelaksanaan bila pemotongan dilakukan secara berlebihan praktik sunat perempuan, terkait larangan dan tanpa tekhnik dan pengobatan yang tepat. atau anjuran sunat perempuan. Tindakan sunat ini bisa berdampak pada anak, PembentukanPeraturan Daerah Kabupaten baik secara fisik maupun psikis seperti Sumbawa terkait pelaksanaan sunat trauma psikologis, risiko infeksi dan risiko perempuan harus dibuat dan perlu dilakukan terjadinya perdarahan. Jadi tidak dilakukan sosialisasi kepada intansi-intansi terkait dan sunat pada perempuan bukan suatu masalah, masyarakat sehingga peraturan tersebut dapat karena bisa meminimalkan risiko. Namun dilaksanakan. Namun, yang perlu menjadi karena pertimbangan banyaknya permintaan perhatian adalah ketika sunat perempuan atau tuntutan dari masyarakat yang tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan, menghendaki dilakukannya sunat pada anak tentunya masyarakat akan meminta bantuan perempuan, akhirnya petugas kesehatan tetap dukun untuk melakukan sunat dengan risiko memberikan pelayanan sunat. yang cukup besar. Praktik sunat perempuan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan membersihkan PEMBAHASAN kelamin perempuan, pemotongan ujung Praktik Sunat Perempuan Atas Dasar klitoris atau menggores bagian labia minora Anjuran Agama dengan menggunakan mess atau guntung Sunat merupakan aturan dan syiar dalam medis. Setelah itu, diberikan betadin pada Islam. Dalam Agama Islam, sunat perempuan daerah bekas sunat. dilakukan cukup dengan hanya Implementasi Permenkes RI Nomor 6 menghilangkan selaput (jaldah/ colum/ Tahun 2014 praeputium) yang menutupi klitoris. Sunat Regulasi terkait implementasi permenkes termasuk bagian bersuci yang merupakan RI nomor 6 tahun 2014 tentang pencabutan salah satu bentuk ibadah yang dianjurkan. praktik sunat perempuan yang dilakukan oleh Hukum pelaksaaan sunat perempuan menurut tenaga kesehatan dianggap tepat karena sunat tuntutan Islam masih belum jelas antara perempuan dipandang bukan salah satu wajib atau sunah.Sedangkan menurut ajaran tindakan medis yang memberikan manfaat agama Kristen dan Katolik, tidak mengenal bagi kesehatan perempuan. Justru apabila sunat perempuan, sunat hanya dilakukan dilakukan dengan pemotongan yang pada laki-laki. berlebihan dapat menimbulkan dampak Pandangan Islam tentang hukum sunat negatif. perempuan tidak dapat disimpulkan secara Praktik sunat perempuan yang apabila pasti, karena berbeda-beda menurut beberapa dilakukan dengan pemotongan alat kelamin pendapat ulama. Beberapa diantaranya dan menimbulkan kesakitan pada perempuan menganggap sunat perempuan hukumnya dianggap sebagai pelanggaran hak asasi wajib, sunnah atau makrumah yaitu suatu manusia yang perlu dilindungi. Namun, bentuk penghormatan bagi perempuan. praktik sunat perempuan di Sumbawa hanya Hukum sunat perempuan sebagai kewajiban dilakukan dengan teknik membersihkan, dianut oleh mayoritas ulama Salaf. Landasan menggores atau memotong sedikit pada tertuang dalam QS. Al-Nahl ayat 132 bagian ujung klitoris dan dianggap belum menjelaskan tentang perlunya mengikuti sampai pada tahap melanggar hak asasi Nabi Ibrahim yang melakukan sunat pada manusia. perempuan dan Hadist riwayat Aishah yang Hukum di Indonesia tidak secara eksplisit menyatakan apabila dua kelamin berinteraksi, mencantumkan pelarangan terhadap sunat maka wajib (keduanya) mandi (Zamzami, perempuan. Akan tetapi beberapa undang- 2017). Selanjutnya Hukum sunnah dalam undang dalam subtansinya menyatakan pelaksanaan sunat perempuan dianut oleh

142 | Evie S., Yasinta A.D.,Alfia Safitri./ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.12 No.1 (2021) 135-148 beberapa ulama seperti Abu Hanifah, Malik nikah dengan alasan estetika. Akan tetapi, dan Ahmad. Pandangan ini dilandasi oleh sastra yang berkaitan dengan pandangan hadis Abu Huraitah tentang “lima jenis fitrah” Kristen tentang FGM sangat langka. Otoritas dimana sunat termasuk dalam kefitraan yang Kristen menyatakan bahwa FGM tidak sunnah (Zamzami, 2017). memiliki landasan dalam teks-teks agama Hukum ketiga pelaksanaan sunat Kristen. Jadi, pada dasarnya FGM tidak perempuan disebut makrumah yang dianut ditentukan oleh hukum agama (El- oleh ulama pengikut mahzab Hanbali. Damanhoury, 2012). Bahkan dalam agama Landasan hukum dianut dari hadis al-Hujjaj. Hindu dan Budha tidak ada ritual sunat/ Artah yang berbunyi “ sunnah bagi FGM (Hutson, 2004). laki-laki dan makrumah bagi perempuan”. Pelaksanaan sunat perempuan tidak Sunat perempuan bukan merupakan anjuran dikaitkan dengan kesetaraan gender, tetapi dalam syariah Islam, tetapi suatu bentuk pelaksanaannya didasarkan pada tuntutan penghormatan terhadap tradisi masyarakat kebiasaan atau budaya setempat dan tuntunan (Zamzami, 2017). Majelis Ulama Indonesia agama Islam. Menurut ajaran Islam sunat (MUI) dalam dakwahnya menyebutkan perempuan wajib dilaksanakan tanpa bahwa hukum sunat perempuan adalah dikaitkan dengan kesetaraan gender. makrumah, dimana praktik sunat merupakan Hasil penelitian sunat perempuan di ibadah untuk menghormati perempuan. Kabupaten Sampang dari sudut pandang Pelarangan terhadap sunat perempuan tokoh agama adalah praktik sunat perempuan bertentangan dengan syari’ah, karena bagi diwajibkan dan dimuliakan tanpa dikaitkan laki-laki dan perempuan khitan termasuk dengan kesetaraan gender. Anak perempuan fitrah dan syiar Islam (MUI DIY, 2008). perlu disunat agar diakui ke-Islam-annya dan Praktik sunat yang dilakukan secara penting dijaga kebersihan atau kesuciannya berlebihan dengan menyayat sebagian besar (Ariesta, 2018). Begitu juga pelaksanaan bahkan seluruh daerah klitoris termasuk labia sunat perempuan di Kabupaten Klaten bahwa minora perempuan dapat membahayakan pelaksanaan sunat perempuan merupakan bagi perempuan dan tidak dianjurkan dalam anjuran agama yang wajib dilaksanakan dan Islam. Menurut pandangan ulama sunat perintah tersebut terdapat dalam Alqur’an perempuan dilakukan dengan melakukan (Pamungkas, 2014). Begitupula pelaksanaan pengggoresan atau pemotongan sedikit ujung sunat perempuan di Kabupaten Banjar bahwa kelamin perempuan atau klitoris, tanpa sunat perempuan merupakan suatu tradisi menimbulkan dampak negatif, salah satunya yang turun temurun atas dasar anjuran agama tidak mempengaruhi libido perempuan Islam. Pelaksanaan sunat perempuan dalam (Zamzami, 2017). Syarat praktik sunat Agama Islam diyakini hukumnya wajib perempuan dalam Islam adalah cukup bukan sunnah (Wardhina & Susanta, 2017). mengiris sedikit klitoris hingga berdarah Praktik Sunat Perempuan Sebagai tanpa perlu membuangnya, dengan bahasa Tradisi lain cukup melakukan pemotongan sedikit Sunat perempuan dianggap sebagai atau tidak berlebihan (Mahjudin, 2012). sebuah tradisi untuk membersihkan seorang Menurut Fatwa Majelis Ulama Indonesia perempuan dengan cara menghilangkan (MUI), sunat perempuan cukup dilakukan bagian tubuh yang dianggap tidak bersih. dengan menghilankan selaput yang menutupi Sunat perempuan merupakan praktek budaya klitoris, tidak boleh dilakukan secara turun temurun dari nenek moyang dan berlebihan dengan memotong atau melukai budaya tersebut sangat melekat berkaitan erat klitoris yang dapat menimbulkan bahaya bagi dengan agama Islam. Sunat merupakan perempuan baik secara fisik maupun psikis praktik yang dilakukan oleh masyarakat (MUI DIY, 2008). karena alasan agama maupun sosial budaya. FGM juga dipraktikkan di antara Bahkan dikatakan bahwa belum Islam jika kelompok-kelompok Kristen. Alasan untuk belum disunat. FGM bervariasi salah satunya menciptakan Acara sunat perempuan biasanya adhesi yang mencegah hubungan seks pra- dilakukan pada usia anak kurang dari 5 tahun.

Evie Sulahyuningsih,Yasinta Aloysia D.,Alfia S./ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.12 No.1 (2021) 134-148 | 143 Acara dimulai dengan upacara adat Barodak perempuan diyakini dapat membersihkan (Luluran pada wajah, kaki dan tangan) pada kelamin wanita, mempercantik wajah dan malam hari sebelum acara inti dan Baserakal mengontrol hawa nafsu. Selain itu sunat (bacaan berzanji) dilakukan pada hari perempuan diyakini dapat meningkatkan sebelum kegiatan sunat. Perempuan yang kenikmatan seksual wanita. disunat umumnya menggunakan Lamong Alasan pelaksanaan sunat perempuan di Pene’ (Baju adat sumbawa) yang ditampilkan Kabupaten Klaten menurut pendapat tokoh pada acara resepsi khitan. masyarakat adalah mengikuti adat istiadat Rangkaian tradisi adat pelaksanaan sunat dan anjuran agama yang hukumnya wajib perempuan berbeda-beda, Rangkaian tradisi dan tertuang dalam Alqur’an, namun sunat perempuan di kabupaten Sumbawa partisipan tidak dapat menyebutkan dengan hampir sama dengan rangkaian adat di jelas dalil yang melandasi pelaksanaan sunat Makasar, Sulawesi. Acara adat sunat tersebut dalam Alqur’an. Oleh karena itu perempuan dikenal dengan sebutan alasan pelaksanaan sunat perempuan lebih “Appasunna (khitanan adat)” sedangkan cenderung karena mengikuti kebiasaann sunatnya dikenal dengan “makkatte”. Praktik turun temurun (Pamungkas, 2014). sunat perempuan dilakukan sebagai tuntutan Pelaksanaan sunat perempuan sepanjang tradisi dilandasi agama Islam dimana belum sejarah tetap dilaksanakan ditengah Islam jika belum disunat. Ritual yang masyarakat, namun belum ditemukan dalil dilakukan dengan pisau untuk memotong yang sahih baik dalam Alqur’an maupun jengger ayam yang masih ada darahnya Hadits (Husein, 2001). disentuhkan ke klitoris anak perempuan, Dampak tidak dilakukan sunat perempuan kemudian diikuti dengan pembacaan adalah menurunnya kecantikan bagi shahadat dan upacara tradisional dengn perempuan, menurunkan hasrat seksual, membawa anak ke langit-langit rumah untuk meningkatkan resiko infeksi pada alat ditinggikan derajatnya. Rangkaian terakhir kelamin yang dianggap tidak bersih, dan anak perempuan ditampilkan diacar adat dampak yang paling besar adalah masyarakat dengan baju khas disebut baju “Bodo” dapat ditimpah fitnah atau azab karena (Rokhmah & Hani, 2015). melanggar syariat. Beberapa partisipan Di wilayah jawa khususnya di Yogyakata lainnya menyatakan hal berbeda dimana yang sebagian besar beragama Islam, acara dampak tidak dilakukan sunat perempuan sunat perempuan dikenal dengan sebutan adalah hasrat atau hawa nafsu perempuan “Tetesan”. Sunat dilakukan dengan alasan tidak dapat dikontrol. mengikuti tradisi yang dikaitkan sesuai Pelaksanaan sunat perempuan diyakini dengan ajaran agama. Paktik sunat memberikan dampak secara kesehatan bagi perempuan dilakukan dengan menggores masyarakat di Banten, dimana organ luar bagian ujung klitoris yang dirangkaikan perempuan yang dianggap kotor dan jelek dengan kegiatan adat seperti selamatan perlu dibersihkan dengan pemotongan, sama sekitar 35 hari sebelum acara inti sunat seperti khitan pada laki-laki. Sunat dengan memohon kelancaran acara; siraman perempuan juga diyakini dapat mengontrol dengan memandikan anak perempuan sehari hasrat perempuan sehingga tidak menjadi sebelum acara inti yang dihadiri oleh tamu nakal (Fauziah, 2017). dan sanak keluarga sambil membawakan Penelitian berbeda ditemukan pada hadiah; malam midodarent dirangkaikan masyarakat Madura. Sunat perempuan dengan pengajian oleh para ulama dan diyakini memberikan dampak dalam aspek tirakatan, lek-lekan; gres atau acara inti; dan budaya, agama dan fisik. Dampak dalam resepsi (Pawestri, 2016). aspek budaya adalah adanya pengakuan Alasan praktik sunat perempuan adalah bahwa perempuan tersebut telah menjalankan melaksanakan kebiasaan atau tuntutan tradisi nenek moyang turun temurun. Jika budaya setempat yang dikaitkan dengan dilihat dari aspek agama, pelaksanaan sunat mengikuti ajaran agama Islam yang perempuan diyakini sebagai hal yang wajib diperintahkan melalui Rasul. Praktik sunat dilaksanakan dimana perempuan dinyatakan

144 | Evie S., Yasinta A.D.,Alfia Safitri./ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.12 No.1 (2021) 135-148 akan masuk Islam secara sah apabila telah memberikan manfaat secara kesehatan disunat. Dampak secara fisik diyakini bahwa (Fauziah, 2017). pelaksanaan sunat perempuan menimbulkan Praktik sunat perempuan yang dilakukan dampak jangka pendek seperti menimbulkan oleh tenaga kesehatan, ada beberapa cara nyeri berat, shock, perdarahan, tetanus, sepsis, yaitu dengan membersihkan kelamin retensi urin, ulserasi genital, dan luka perempuan, pemotongan ujung klitoris atau jaringan sekitar, sementara dampak jangka menggores bagian labia minora dengan panjang dapat menimbulkan keloid, kista, menggunakan mess atau guntung medis. abses, kerusakan uretra yang berujung pada Setelah itu, diberikan bethadin pada daerah disfungsi seksual (Zamroni, 2011). bekas sunat. Praktik sunat perempuan menurut tuntutan Pernyataan tersebut sejalan dengan budaya dan agama dilakukan secara berbeda- penelitian tentang teknik sunat perempuan beda, dimulai dengan hanya sebagai ritual yang dilakukan oleh bidan di Wilayah atau formalitas dimana tidak dilakukan Banten dimana bidan melakukan sunat secara pemotongan atau pembersihan daerah simbolis dengan membersihkan alat kelamin kewanitaan; dibersihkan hingga dilakukan wanita, dan tindakan perlukaan atau pemotongan sedikit atau penggoresan pemotongan sedikit pada ujung klitoris didaerah ujung kewanitaan. dilakukan jika ada permintaan dari Hasil penelitian tersebut sejalan dengan masyarakat sebagai tuntutan adat istiadat. pelaksanaan sunat perempuan menurut Bidan enggan untuk menyatakan tindakan budaya Banten dimana praktik sunat yang dilakukan karena dianggap tidak dilakukan oleh dukun dengan cara memberikan dampak secara kesehatan bagi membersihkan dan memotong sedikit ujung perempuan, berbeda dengan sunat yang klitoris yang tidak menimbulkan masalah dilakukan pada laki-laki (Fauziah, 2017). reproduksi yang berat seperti perdaraahan Praktik sunat perempuan di Indonesia hebat ataupun infeksi. Masalah perdarahan pernah diatur dalam Permenkes No. ringan dapat diatasi dengan pemberian 1636/2010 (Menkes RI, 2010). Peraturan ramuan tertentu (Fauziah, 2017). tersebut mendefinisikan dan mengatur sunat Sunat Perempuan dalam Perspektif perempuan. Menurut regulasi tersebut praktik Kesehatan Reproduksi sunat perempuan yang diperbolehkan adalah Implikasi Praktik Sunat Perempuan bagi tindakan menggores kulit bagian depan Kesehatandipandang tidak memiliki manfaat. klitoris tanpa memotong klitoris. Tindakan Tidak dilakukan sunat pada perempuan mengakuterisasi klitoris, memotong, merusak bukan suatu masalah, karena bisa sebagian atau seluruh klitoris dan memotong meminimalkan risiko. Namun karena atau merusak labia minora, labia mayora, pertimbangan banyaknya permintaan atau hymen dan vagina baik seluruh dan sebagian tuntutan dari masyarakat yang menghendaki dilarang. Praktik sunat perempuan juga hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan dilakukannya sunat pada anak perempuan, akhirnya petugas kesehatan tetap yang telah memperoleh izin praktik atau memberikan pelayanan sunat. surat kerja. Namun saat ini peraturan tersebut Menurut tradisi masyarakat Banten sunat dicabut dengan dikeluarkannya Permenkes perempuan dilakukan oleh bidan selain oleh RI Nomor 6 Tahun 2014, karena sunat dukun. Bidan melakukan sunat perempuan perempuan dianggap tidak memberikan diyakini untuk memenuhi tuntutan manfaat secara kesehatan (Menkes RI, 2014). masyarakat untuk melaksanakan tradisi Implementasi Permenkes RI Nomor 6 nenek moyang. bidan mengalami dilemma Tahun 2014 untuk menghentikan sunat atau tidak karena Regulasi terkait implementasi Permenkes masyarakat tetap meminta sunat tetap RI nomor 6 tahun 2014 tentang pencabutan dilakukan. Bidan melakukan sunat praktik sunat perempuan yang dilakukan oleh perempuan tersebut untuk mengurangi tenaga kesehatan dianggap tepat dan penting dampak sunat yang dilakukan oleh dukun disosialisasikan kepada masyarakat, agar meskipun sunat perempuan dianggap tidak masyarakat tidak hanya mengikuti kebiasaan

Evie Sulahyuningsih,Yasinta Aloysia D.,Alfia S./ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.12 No.1 (2021) 134-148 | 145 adat yang turun menurun dan dapat memotong alat kelamin perempuan adalah menghilangkan praktik sunat secara perlahan. anak perempuan tidak mendapat kebebasan Meskipun demikian, masyarakat Sumbawa untuk menentukan pilihan sendiri terhadap sebagian besar masih menjalankan tradisi hidupnya, dalam hal ini keputusan dilakukan sunat perempuan meskipun menurut regulasi sunat perempuan merupakan keputusan kesehatan sunat perempuan tidak dianjurkan. orang tua yang didukung oleh dukun, tokoh Permenkes RI Nomor 6 Tahun 2014 telah agama dan tenaga kesehatan yang terlibat jelas menegaskan tentang pencabutan praktik (Hodijah, dkk, 2018). sunat perempuan oleh tenaga kesehatan, Hukum di Indonesia tidak secara eksplisit dimana sunat perempuan tidak lagi menjadi mencantumkan pelarangan terhadap sunat salah satu tindakan kedokteran karena belum perempuan. Akan tetapi beberapa undang- terbukti bermanfaat secara kesehatan dan undang dalam subtansinya menyatakan tidak berdasarkan pada indikasi medis. Selain perlindungan terhadap anak dan kesehatan itu sunat perempuan dipandang tidak lagi reproduksi perempuan serta menghapuskan sejalan dengan perkembangan zaman segala bentuk diskriminasi, kekerasan dan (Menkes RI, 2014). ketidakadilan gender. Untuk itu diperlukan Beberapa pemangku kebijakan dibeberapa regulasi yang mengatur tentang pelaksanaan Provinsi di Indonesia belum mengetahui praktik sunat perempuan, terkait larangan tentang adanya regulasi Permenkes RI atau anjuran sunat perempuan. Nomor 6 Tahun 2014 tentang pencabutan Regulasi sunat di Indonesia mengalami Permenkes RI tentang Sunat Perempuan dinamika dengan beberapa kali revisi dan Nomor 1636 Tahun 2010. Partisipan proses perdebatan sejak tahun 2006 hingga menyatakan peraturan tersebut belum saat ini. Peraturan awalnya pelarangan sunat tersosialisasikan dengan baik, sehingga perempuan dan akhirnya diperbolehkan sebagian besar masih mengacu pada namun dengan syarat tertentu, hingga Permenkes RI tentang Sunat Perempuan akhirnya regulasi tersebut tidak diberlakukan Nomor 1636 Tahun 2010. Hal ini terbukti kembali (Hodijah, dkk, 2018). Regulasi dari masih berlakunya peraturan daerah tentang sunat perempuan awalnya diatur tentang retribusi sunat perempuan, salah satu dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Bina (Hodijah, dkk, 2018). Kesehatan Masyarakat Nomor Praktik sunat perempuan yang apabila Hk.00.07.1.3.1047a Tahun 2006 tentang dilakukan dengan pemotongan alat kelamin larangan Medikalisasi Sunat Perempuan bagi dan menimbulkan kesakitan pada perempuan Petugas Kesehatan. dianggap sebagai pelanggaran hak asasi Menanggapi Surat Edaran tersebut MUI manusia yang perlu dilindungi. Namun, mengeluarkan Keputusan Fatwa MUI Nomor praktik sunat perempuan di Sumbawa hanya 9A tahun 2008 tentang Hukum Pelarangan dilakukan dengan teknik membersihkan, Sunat Perempuan. Pelarangan sunat menggores atau memotong sedikit pada perempuan dianggap melanggar Syari’ah bagian ujung klitoris dan dianggap belum Islam. Pelaksanaan sunat perempuan yang sampai pada tahap melanggar hak asasi dikenal dengan makrumah (bentuk manusia. penghormatan bagi perempuan). Pelarangan Praktik sunat perempuan baik secara sunat perempuan dianggap melanggar langsung maupun tidak langsung termasuk syari’ah (MUI DIY, 2008). Selanjutnya dalam tindakan pelanggaran Hak Anak Permenkes RI mengeluarkan Peraturan Perempuan dan Perempuan yang tercantum tertuang Sunat Perempuan Nomor dalam Deklarasi Univesival Hak Asasi 1636/MENKES/PER/XI/2010 yang Manusia (DUHAM), Deklarasi Penghapusan memperboleh sunat oleh tenaga kesehatan Segala Kekerasan Terhadap Perempuan, dengan tidak melakukan pemotongan secara berbagai konveksi dan Deklarasi berlebihan pada klitoris dan kelamin Internasional. Salah satu pelanggaran perempuan (Permenkes RI, 2010). Adanya mendasar sunat perempuan meskipun tidak berbagai perdebatan tentang regulasi tersebut dikaitkan dengan tindakan kekerasan dengan akhirnya dalam diterbitkannya peraturan

146 | Evie S., Yasinta A.D.,Alfia Safitri./ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.12 No.1 (2021) 135-148 tentang sunat perempuan, Permenkes RI DAFTAR PUSTAKA Nomor 4 Tahun 2014 bahwa sunat Afiyanti, Y. dan Rachmawati, IN. (2014). perempuan tidak direkomendasikan Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam pelaksanaannya sebagai tindakan kedokteran, Riset Keperawatan. Jakarta: PT Raja karena belum memberikan manfaat bagi Grafindo Persada. kesehatan perempuan dan tidak sesuai dengan perkembangan global (Permenkes RI, Ahmed, H.M., Kareem, M.S., Shabila, 2014). Hingga saat ini belum dipertegas N.P.,and Mzori, B.Q.(2018).Knowledge kembali hukum pelaksanaan sunat and perspectives of female genital perempuan tersebut sebagai acuan (Hodijah, cutting among the local religious leaders dkk, 2018). in Erbil governorate, Iraqi Kurdistan Selain itu sebagai tindak lanjut permenkes region. Reproductive Health, 15:44. DOI RI tersebut, pembentukan Peraturan Daerah 10.1186/s12978-018-0459-x. Kabupaten Sumbawa terkait pelaksanaan Ariesta, P.S.R. (2018). Praktik Sunat Anak sunat perempuan harus dibuat dan perlu Perempuan (Study tentang Relasi Kuasa dilakukan sosialisasi kepada instansi-instansi dan Reproduksi Kuasa dalam Sunat terkait dan masyarakat sehingga peraturan Perempuan dalam Perspektif Gender. tersebut dapat dilaksanakan. Arora,K.S., and Jacobs, A.J.(2016). Female Peraturan dan kebijakan Nasional genital alteration: a compromise mengenai sunat perempuan menjadi solution.BMJ Publishing Group Ltd wewenang Kementrian Kesehatan dan under licence. doi:10.1136/medethics- Peraturan Daerah melalui kebijakan daerah 2014-102375. merujuk pada Peraturan Nasional. Peraturan Daerah berkaitan dengan pelarangan sunat Berg,R.C.,Odgaard-Jensen,J.,Fretheim, belum ditemukan di Indonesia, namun A.,Underland,V., andVist, peraturan daerah berkaitan dengan G.(2014).AnUpdatedSystematicReviewa pemberlakukan retribusi sunat perempuan ndMeta-AnalysisoftheObstetric telah disusun dan diberlakukan di beberapa ConsequencesofFemaleGenitalMutilatio provinsi seperti Jambi Kota Jambi, Provinsi n/Cutting.HindawiPublishingCorporati Kalimantan Timur Kota Samarinda, Provinsi onObstetricsandGynecologyInternational Nusa Tenggara Barat Kabupaten Lombok .http://dx.doi.org/10.1155/2014/542859. Barat, dan sekitar 17 wilayah Provinsi dalam Braun, V. and Clarke, V. (2014). Successful tahap penyusunan dan telaah dokumen QUALITATIVE RESEARCH. (Hodijah, dkk, 2018). https://doi.org/9781847875815. PEMBAHASAN Chikhungu, L.C., and Madise, N.J. (2015). Berdasarkan uraian di atas dapat Trends and protective factors of female disimpulkan bahwa Praktik sunat perempuan genital mutilation in Burkina Faso: 1999 masih dilaksanakan oleh sebagian besar to 2010. International Journal for Equity masyarakat Sumbawa dimana in Health, 14:42, DOI 10.1186/s12939- pelaksanaannya tidak dikaitkan dengan 015-0171-1. kesetaraan gender, tetapi didasarkan pada tuntutan kebiasaan atau budaya setempat dan Convention on the Rights of the tuntunan agama Islam. Praktik sunat .(2012).Concluding observations perempuan masih dilakukan oleh tenaga on the combined third and fourth kesehatan, karena adanya tuntutan atau periodic report of Austria, adopted by permintaan dari masyarakat. Sunat the Committee at its sixty-first session perempuan dilakukan dengan cara (17 September – 5 October2012). membersihkan, pemotongan ujung klitoris Austria: Committee on the Rights of the atau menggores bagian labia minora. Child. Tekhnik ini dianggap belum sampai pada El- tahap melanggar hak asasi manusia. Damanhoury.(2013).TheJewishandChrist ianviewonfemalegenital mutilation.

Evie Sulahyuningsih,Yasinta Aloysia D.,Alfia S./ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.12 No.1 (2021) 134-148 | 147 AfricanJournalofUrology, 19:127– IMAJ, Vol 129.http://dx.doi.org/10.1016/j.afju.2013 15.https://www.researchgate.net/publicat .01.004. ion/236040541. Fauziah,R., Mulyana,N., and Raharjo, Jurnal Tesis Program Magister Sosiologi S.T.(2015).PengetahuanMasyarakatDesa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik TentangKesetaraan Gender.Prosiding Universitas Airlanggga Surabaya KS: Riset& PKM, 2(2). ISSN: 2442- Kaplan,A., Hechavarría, S., Martín, 4480. M.,andBonhoure, A.(2011). Health Fauziyah, S. (2017). Tradisi Sunat consequences of female Perempuan di banten dan Implikasinya genitalmutilation/cutting in the Gambia, terhadap Gender, Seksualitas, dan evidence intoaction.Reproductive Health, Kesehatan Praktik Resproduksi. Jurnal 8:26.http://www.reproductive-health- Agama dan Budaya. 15 (2), 135-182. journal.com/content/8/1/26. Gomaa, A. (2013). TheIslamic view on Khosla,R., Banerjee,J., Chou, D., Say, femalecircumcision.AfricanJournalofUr L.,andFried, S.T.( 2017). Gender ology, 19:123-126. equality and human rightsapproaches to http://dx.doi.org/10.1016/j.afju.2013.02. female genital mutilation: areview of 007. international human rights normsand standards.Reproductive Health Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian 14:59.DOI 10.1186/s12978-017-0322-5. Kualitatif : Teori dan Praktik. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Mahjuddin. (2012). Masa ‘il al-Fiqhiyyah. Jakarta: Kalam Mulia. Hodijah, S.N., Kartika, D.A., Sandiata, B., Sicillia, G. (2018). Persimpangan Majelis Ulama Indonesia. (2008). Antara Tradisi dan Modernitas (Hasil Konsideran Fatwa MUI-DIY No. 9A Kajian Kualitatif pemotongan/Perlukaan Tahun 2008. Genitalia Perempuan (P2GP) di 10 Moleong, L.J. (2014).Metodologi Penelitian Provinsi 17 Kabupaten/Kota. Komisi Kualitatif. Bandung: PT Remaja Nasional Anti Kekerasan terhadap Dosdakarya. Perempuan. ISBN 978-602-330-026-6. Oktarini. (2011). Permenkes Sunat Kaum Herdiansyah, H. (2013). Wawancara, Perempuan: Pro dan Kontra Antara Observasi, dan Focus Groups sebagai Tradisi dan Perlindungan Kepentingan Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Perempuan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. JurnalManajemenPelayananKesehatan, Husein, M. (2001). Fiqh Perempuan: Reflesi Vol. 14, No. 4 Desember 2011. Kiai atas Wacana Agama dan gender. Pamungkas, R.T. (2014). Tradisi Khitan pada Yogyakarta: LKiS. Edicsi Ke-q. Perempuan Desa Brengosan, Krakitan Hutson, J.M. Rowo Jombor, Kabupaten Klaten. (2004).:asurgeon’sperspe Skripsi Fakultas Psikologi Universitas ctive.JMedEthics2004;30:238– Muhammadiyah Surakarta. 240.doi:10.1136/jme.2003.001313. Pawestri, W. (2016). Prosesi Upacara International Covenanton Civil and Political Tetesan dalam Serat Oamutan Rights (CCPR). (2012).Consideration of Tetesanipun Bandara Raden Ajeng Siti reports submitted by States parties under Nurul Kamaril Ngasarati article 40 of the Covenant. Kusumawarhani. Jumantara, 7 (2), 333- Kenya:Human Rights Committee. 352. Jacobs, A.(2013).The Ethics of Circumcision Permenkes RI Nomor of Male Infants.Research Gate.In The 1636/Mnks/PerXi/2010 Tentang Sunat Israel Medical Association journal: Permpuan.

148 | Evie S., Yasinta A.D.,Alfia Safitri./ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.12 No.1 (2021) 135-148 Permenkes RI Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Equality.Diaksestanggal 5 Juli2018. Pencabutan Permenkes https://www.undp.org/content/undp/en/h 1636/Mnks/PerXi/2010 Tentang Sunat ome/sustainable-development- Permpuan. goals/goal-5-gender-equality.html Rokhmah, I., & Hani, U. (2015). Sunat United NationsGeneral Assembly Perempuan dalam Perspektif Budaya, (UNGA).(2012). Ending female genital Agama dan Kesehatan (Studi Kasus di mutilation. Third Committee, the Masyarakat Desa Baddui Kecamatan Secretariat.A/C.3/67/L.2. Galesong Kabupaten Takalar Sulawesi Voaindonsia. (2018). Wewenang Larangan Selatan). Jurnal Kebidanan dan Sunat Perempuan di AS. Diakses 5 Juli Keperawatan, 11 (2), 103-111. 2018. http://www-voaindonsia- Profil Daerah Kabupaten Sumbawa. Diakses com.cdn.ampprojct. tanggal 2 Oktober Wardhina, F. & Susanta, B. 2017. Sikap Ibu 2019.http://www.sumbawakab.go.id/stati terhadap Larangan Sunat pada Anak stik-daerah..html. Perempuan di Kabupaten Banjar. Riskesdas. (2013). Diakses tanggal 10 Juli Jurkessia. 8 (1), 14-18 2018. www.depkes.go.id Wikipedia. (2018). Kesetaraan Gender. Serour, G.I. (2013). Medicalization of female Diaksestanggal 16 Agustus 2018. genital. https://id.wikipedia.org/w/index.php?titl AfricanJournalofUrology,19:145-149. e=Kesetaraan_gender&oldid=13684606. http://dx.doi.org/10.1016/j.afju.2013.02. WHO.(2016).Female genital mutilation 004. (FGM) and harful practices.Diakses 3 Sugiyono. (2014). Memahami Penelitian Juli2018. Kualitatif. Bandung: Alfabeta. http://www.who.Int/reproductivhealth/pu . (2015). Metode Penelitian Pendidikan blicationsfgm/en/ Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R .(2018). Female genital mutilation.Diakses 3 & D. Bandung: Alfabeta. Juli2018.https://www.who.int/reproducti Sulaeman, E.S. 2015. Metode Penelitian vehealth/topics/fgm/prevalence/en/ Kualitatif dan Campuran dalam Zamroni, I. (2011). Sunat Perempuan Kesehatan Masyarakat. Surakarta: Madura (Belenggu Adat, Normativitas Universitas Press. Agama, dan Hak Asasi Manusia). Surat Edaran Direktur Jenderal Bina KARSA. 19 (2). Kesehatan Masyarakat Nomor Zamzami, M. (2017). Perempuan dan narasi Hk.00.07.1.3.1047a Tahun 2006 tentang Kekerasan: Analisa Hukum dan Medis Larangan Medikalisasi Sunat. Sirkumsisi Perempuan. Jurnal Ilmu United Nations Development Programme Syari’ah dan Hukum. 51 (1), 1-26. (UNDP).(2018).Goal 5: Gender