Journal of Indonesian Tourism and E-ISSN : 2338-1647 Development Studies http://jitode.ub.ac.id

{Çw!Ç9DL t9bD9a.!bD!b íL{Ç! a!bDwhë9 5L ^.[hY .95Ü[_ Ç!a!b NASIONAL ALAS PURWO KABUPATEN JAWA TIMUR

Saifullah1, Nuddin Harahap2*

1Mahasiswa Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Brawijaya, 2Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Brawijaya, Malang

Abstrak Ekowisata dapat dilihat sebagai suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya. Oleh karena itu diperlukan penelitian tentang strategi pengembangan ekowisata kawasan untuk mendukung pelestarian lingkungan pesisir yang berkelanjutan. Hasil penelitian menujukan Potensi mangrove yang terdapat di kawasan ini 4 species dari 2 famili yaitu : Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Sonneratia alba dan Cariop tagal, selain itu dari hasil studi literatur diketahui bahwa terdapat 24 species dari 12 famili di sepanjang kawasan segara anakan Taman Nasional Alas Purwo. Untuk inventarisasi satwa, dari hasil studi literatur dan pengamatan dilapang terdapat jenis burung air, burung darat, burung pemangsa, mamalia, reptile, pisces dan crustacea. Untuk potensi budaya terdapat upacara petik laut dan sumber air randu telu yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit. Dari hasil analisa kuisioner 47% dari jumlah pengunjung mengetahui tentang ekosistem mangrove, 47% dari responden yang memahami tentang fungsi ekosistem mangrove. Dari pengenalan tentang ekowisata mempunyai nilai-nilai konservasi atau perlindungan, 85% responden memahami hal tersebut. Untuk pemberdayaan masyarakat, 67% memahami ekowisata harus disertai dengan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat, 50% responden menyetujui bahwa ekowisata harus memberikan nilai ekonomi kepada masyarakat. Untuk persepsi bahwa ekowisata harus dapat memberikan nilai pendidikan kepada pengunjung, 73% responden mengetahuinya. Dari hasil perhitungan menggunakan konsep surplus konsumen didapat total valuasi ekonomi kawasan ekowisata mangrove blok bedul adalah Rp. 88.606.183,00-. Nilai ini untuk per 1000 orang dalam kunjungan pertahun. Arahan strategi kebijakan pengembangan antara lain: (a) Kelembagaan pengelola ekowisata harus dapat meningkatkan pelayanannya, (b) Pengembangan usaha berbasis ekowisata dengan melakukan kerjasama dibidang pemasaran dengan pengelola wisata lain. (c) Pengembangan wisata mangrove dengan mencari potensi wisata lain, (d) Dibuat perencanaan kerja lima tahun untuk pengembangan ekowisata berkelanjutan, (e) Menggunakan penelitian yang ada untuk kajian sehingga memiliki potensi wisata lainnya.

Kata Kunci : ekowisata, mangrove, valuasi skonomi (TEV), SWOT

Abstract Ecotourism is a concept of sustainable tourism development become to support the efforts of environmental preservation and increase community participation in the management. Therefore we need research on mangrove ecotourism development strategy to support the ongoing preservation of the coastal environment. The potential of mangrove in the region are 4 species of 2 families, namely: Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Sonneratia alba and Cariop tagal, than that of the study of literature is known that there are 24 species of 12 families in the immediate area of saplings along the Alas Purwo National Park. For an inventory of wildlife, from the literature studies and observations contained dilapang water birds, land birds, birds of prey, mammals, reptiles, pisce, and crustaceans. There is the potential for cultural ceremonies and picking sea water ^randu telu_ are believed to cure illness. Result of analysis questionnaire about the introduction of mangrove is 47% of total visitors learn about the mangrove ecosystem. And to knowledge and function of just 47% of respondents who understood about the function of mangrove ecosystems. while the rest did not know or were undecided. This is due to the lack of value of education and the provision of information about mangrove still less so. From the introduction of ecotourism have conservation values or protection, 85% of respondents understood this. For community development, the results of the questionnaire respondents, 67% understand that ecotourism should be accompanied by empowerment and community participation. And 50% of respondents agreed that ecotourism should provide economic value to the people around the area. And to the perception that ecotourism should be able to provide educational value to visitors, 73% of respondents know. The result of the calculation using the concept of consumer surplus. Found that the total value of economic valuation of mangrove ecotourism Bedul block is Rp. 88,606,183.00,-. This value for the visits per 1000 persons per year. Referral strategy development policy include: (a) Institutional ecotourism managers should be able to improve its services does not decrease the number of visitors so that the maximum earned income. (b) Development of ecotourism-based business

* Corresponding Address: Email : [email protected] Address : Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan dan Pembangunan, Universitas Brawijaya, Jl. M.T. Haryono 169 Malang

J.Ind. Tour. Dev. Std., Vol.1, No.2, April, 2013 [79]

{šŒšP] tvPuvPv í]•š avPŒ}À 5] ^.o}l .µo_ TNAP, Jawa Timur (Saifullah, et al) through cooperation in the field of marketing with tourism operator, (c) Development of mangrove tour with the potential for another tour, (d) Created a five-year work plan for sustainable development of eco-tourism, (e) Using the existing research that has the potential to study other tourist.

Key Word : Ecotourism, Mangrove, Total economic value (TEV), SWOT

PENDAHULUAN kemandirian sehingga pada akhimya akan Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh antara darat dan laut, dengan batas ke arah darat karena itu diperlukan penelitian tentang strategi meliputi bagian daratan, baik kering maupun pengembangan ekowisata kawasan mangrove terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat- untuk mendukung pelestarian lingkungan pesisir sifat laut yang dicirikan oleh vegetasinya yang khas, yang berkelanjutan. sedangkan batas wilayah pesisir ke arah laut Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencakup bagian terluar daerah paparan benua mengidentifikasi dan menganalisis Potensi wisata (continental shelf), dimana ciri-ciri perairan ini yang terdapat di blok Bedul, menganalisa persepsi masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di masyarakat dan wisatawan terhadap ekowisata darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar kawasan mangrove di blok Bedul, menganalisa nilai (Bengen, 2004). kawasan ekosistem mangrove dalam upaya Mangrove adalah sebutan untuk komunitas pengembangan ekowisata kawasan mangrove di tumbuhan pantai yang memiliki adaptasi khusus. blok Bedul, dan menganalisa dan membuat strategi Secara ekologis, ekosistem mangrove dapat pengembangan ekowisata yang bisa diterapkan di berfungsi sebagai penahan ombak, angin dan kawasan mangrove di blok Bedul Taman Nasional intrusi air laut. Dan tempat perkembang biakan Alas Purwo. bagi berbagai jenis ikan, udang, kepiting, kerang, siput, dan hewan lainnya. Hutan mangrove juga METODE merupakan tempat hidup beberapa satwa liar 1. Waktu Dan Lokasi Penelitian seperti monyet, ular, berang-berang, biawak, dan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan burung. Adapun arti penting hutan mangrove dari September s/d Oktober 2012. Lokasi penelitian di aspek sosial ekonomi dapat dibuktikan dengan Taman Nasional Alas Purwo (TNAP). Taman kegiatan masyarakat memanfaatkan hutan Nasional Alas Purwo (TNAP) adalah taman nasional mangrove untuk mencari kayu dan juga tempat yang terletak di Kecamatan Tegaldelimo dan wisata alam. Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Ekowisata yang didefenisikan sebagai suatu Jawa Timur, . bentuk perjalanan wisata yang bertanggung jawab 2. Potensi Ekowisata ke kawasan alami yang dilakukan dengan tujuan Dalam penelitian ini, data potensi wisata yang akan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan diambil meliputi: kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. a. potensi biologi (flora dan fauna) Sehingga ekowisata dapat dilihat sebagai suatu b. potensi fisik (aksesibilitas, bangunan konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan infrastruktur beserta sarana dan prasarana yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pendukung) dan pelestarian lingkungan dan meningkatkan c. budaya masyarakat setempat partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya. 3. Kegiatan Wisata Dengan melihat kompleksitas dari berbagai Kegiatan wisata yang sudah ada dan aktivitas pengertian ekowisata dan potensi yang dimiliki masyarakat lokal terkait penyelenggaraan wisata: oleh kawasan tersebut, pengelolaan ekowisata a. paket wisata yang ditawarkan kawasan mangrove harus dapat menciptakan b. pengunjung (data sekunder jumlah berbagai peluang yang dapat meningkatkan pengunjung, usia, asal, jumlah orang dalam pendapatan baik secara langsung maupun tidak satu rombongan, motivasi, uang yang sanggup langsung. Penggalian potensi dan nilai kawasan dikeluarkan untuk melakukan wisata ekosistem mangrove merupakan prioritas utama, mangrove) dengan tujuan untuk dapat mengetahui seberapa c. aktivitas masyarakat lokal terkait dengan besar potensi dan nilai tersebut dapat wisata (pemanfaatan masyarakat lokal dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan terhadap kawasan terkait penyelenggaraan daerah yang berdasar prinsip-prinsip keadilan dan wisata)

J.Ind.Tour.Dev., Vol.1, No.1, April 2013 [80] hal. 1-75

{šŒšP] tvPuvPv í]•š avPŒ}À 5] ^.o}l .µo_ TNAP, Jawa Timur (Saifullah, et al)

4. Informasi Dan Data No Uraian Satuan Informasi dan data terkait proses pengembangan 1 Curah hujan 2000-3000 Mm/th ekowisata mangrove di TNAP: 2 Jumlah bulan hujan 12 bulan a. fungsi dan tujuan TNAP 3 Kelembaban -% o b. stakeholder (siapa saja yang terlibat dalam 4 Suhu rata-rata harian 32 C Tinggi tempat dari pengembangan ekowisata, peran, kepentingan 5 0-32 dl permukaan laut serta tugas stakeholder) c. kebijakan 3. Jumlah penduduk Desa Sumberasri Kecamatan 5. Teknik Pengumpulan Data Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011 Penelitian ini menggunakan metode No Uraian 2010 2011 2012 deskriptif kualitatif. Tahap ini meliputi 3318 3353 3618 1 Jumlah laki-laki pengumpulan data sekunder dan pengumpulan orang orang orang 3304 3373 3193 data primer seperti penyiapan alat-alat dan bahan 2 Jumlah perempuan yang akan digunakan selama kegiatan penelitian, orang orang orang No Uraian 2010 2011 2012 dan orientasi lapangan. Beberapa tahap yang 6622 6726 6811 3 Jumlah total dilakukan dalam pengumpulan data meliputi: (1) orang orang orang melakukan studi literatur dan diskusi, (2) Jumlah kepala 2122 2136 2150 4 pengumpulan data dan pengamatan di lapangan keluarga KK KK KK (observasi) dan (3) wawancara. Kepadatan 69 68 67 5 2 2 2 6. Analisis Data Penduduk /km /km /km Adapun analisa yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa analisa yang berbeda yaitu: 3. Potensi Ekowisata a. Analisis Mangrove Terdapat berbagai macam potensi yang b. Analisis Valuasi Ekonomi dapat dijual dalam kegiatan ekowisata mangrove. c. Analisis Presepsi Masyarakat Karena yang dijual adalah kawasan mangrove maka d. Analisis SWOT potensi yang utama adalah flora dan fauna. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan dibawah ini. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Potensi Flora 1. Kondisi Umum Taman Nasional Alas Purwo Dari hasil penelitian Satyasari jumlah spesies Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) secara mangrove sejati yang ditemukan sebanyak 14 jenis. geografis terletak di ujung Timur Pulau Jawa Yaitu Acrosticum aureum, Bruguiera cylindrical, Á]oÇZ tvš] {ošv všŒ ô} ðó[ðñ_ t 8o Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera sexangula, ðó[ìì_ [{ v ííð} îì[íò_ t ííð} ïò[ìì_ .ÇX Ceriops decandra, Ceriops tagal, Excoecaria Kawasan TNAP meliputi daratan seluas 43.420 ha. agaliocha, Rhizopora apiculata, Rhizopora 2. Keadaan Umum Desa Sumber Asri mucronata, Scyphiphora hydrophyllacea, Wilayah desa sumber asri pada umumnya Sonneratia alba dan Sonneratia caseolaris. Hasil memiliki topografi dataran rendah dengan identifikasi terdapat spesies mangrove yang ketinggian tanah dari permukaan laut sebesar 0-32 dikatagorikan langka secara global namun mdpl dengan rata t rata curah hujan 2000-3000 merupakan jenis umum setempat yaitu Ceriops mm per tahun dan suhu harian antara 27 - 32°C. decandra dan Scyphiphora hydrophyllacea. Berdasarkan data monografi tahun 2011 Desa Kerapatan mangrove pada tingkat semai 587 Sumberasri Kecamatan Purwoharjo Banyuwangi individu/ha, pada tingkat pancang 927 individu/ha, potensi wilayah dan jumlah penduduk Desa pada tingkat pohon 1.507 individu/ha sehingga Sumberasri tersaji pada table-tabel berikut ini. total kerapatan mangrove adalah 3.021 1. Batas wilayah. individu/ha. Sedangkan berdasarkan hasil No Batas Desa Kecamatan inventarisasi oleh Balai TNAP tahun 1999, Sebelah Glagah 1 Purwoharjo kerapatan total mangrove di Bedul adalah 8.398 utara agung individu/ha yang terdiri dari kerapatan tingkat Sebelah Samudera 2 semai 517 individu/ha, tingkat pancang 6.400 selatan hindia Sebelah Turwo individu/ha dan tingkat pohon 1.481 individu/ha. 3 Tegaldelimo timur agung Dari hasil penelitan Faudzi Hamdan dkk, Sebelah 2012 jenis mangrove yang dijumpai pada blok 4 Grajagan Purwoharjo barat Bedul ini berjumlah lima jenis yaitu Rhizopora apiculata Blume, Rhizopora mucronata Lam, 2. Iklim Ceriops tagal C.B Rob, Excoecaria agaliocha L dan,

J.Ind. Tour. Dev. Std., Vol.1, No.2, April, 2013 [81]

{šŒšP] tvPuvPv í]•š avPŒ}À 5] ^.o}l .µo_ TNAP, Jawa Timur (Saifullah, et al)

Acrosticum aureum L. Kelima spesies tersebut pengenalan mangrove dan ekosistemnya. Pada termasuk dalam famili Rhizoporaceae (Rhizopora pelaksanaannya, pengelola menawarkan 2 pilihan apiculata Blume, Rhizopora mucronata Lam, Ceriop paket wisata mangrove. tagal C.B rOB), dan Pteridaceae (Acrosticum a. Ekowisata mangrove di Cungur aureum L.). b. Ekowisata penyu di Ngagelan Ceriops tagal mempunyai persebaran yang 8. Akses ke Lokasi luas karena habitat yang mendukung kehidupannya Aksesibilitas menuju kawasan TNAP dapat juga lebih luas. Vegetasi yang cukup dominan dari dicapai dari Surabaya dengan kendaraan umum Ceriops tagal menunjukkan bahwa jenis tersebut (bus) jurusan Surabaya-Banyuwangi dan memiliki toleransi yang lebih luas terhadap dilanjutkan dengan jurusan Rowobendo ke perubahan faktor lingkungan dibandingkan jenis- Sumber Asri dan naik ojek dari Sumber Asri ke jenis lainnya. Bedul. Jarak seluruhnya ± 360 km yang dapat ditempuh rata-rata 8.5 jam. 5. Potensi Fauna 9. Sarana Dan Prasarana Berdasarkan hasil studi literatur kekayaan Sarana-sarana yang ada dalam kondisi cukup jenis burung yang ditemukan sebanyak 19 jenis. baik tetapi keberadaannya perlu diperhatikan lagi Burung air yang ditemukan di paparan lumpur agar dapat memfasilitasi kegiatan ekowisata Bedul sebanyak 14 jenis, di paparan lumpur Padas- dengan baik. Saat ini pusat informasi yang ada Bulu sebanyak 12 jenis dan di Cungur sebanyak 13 belum sama sekali digunakan. Pusat informasi ini jenis. dalam perencanaannya akan dijadikan satu dengan Adapun beberapa potensi fauna yang dapat ruang souvenir, sehingga ada barang kenang- ditawarkan kepada pengunjung adalah: kenangan yang akan dibawa oleh pengunjung Hal 1. Bangau Tong Tong ini sangat merugikan karena fasilitasnya sudah ada 2. Biawak akan tetapi belum digunakan. 3. Cekakak sungai Yang dikeluhkan oleh masyarakat sekitar 4. Elang bondol adalah listrik. Karena masyarakat di dalam kawasan 5. Elang ikan kepala-kelabu ekowista yang juga berprofesi sebagai penjualan 6. Ikan Glodok makanan sangat membutuhkan listrik. Akan tetapi 7. Jelarang bilalang belum ada respon dari PLN (perusahan listrik 8. Ketam mangrove Negara) untuk mempercepat pemasangan listrik 9. Kuntul kecil didalam kawasan. 10. Monyet Ekor Panjang Prasarana ekowisata yang sudah ada Keberadaan satwaliar yang dilindungi di kebanyakan sudah dalam keadaan baik Untuk kawasan konservasi menjadi nilai lebih dalam prasarana jalan masuk ke lokasi sudah baik. ini penyelenggaraan ekowisata. Kesempatan terlihat dari jalan yang sudah di aspal sampai menyaksikan satwaliar yang dilindungi di alam menuju kedalam kawasan ekowista. terbuka merupakan kesempatan yang jarang Tiga fasilitas penting pendukung sarana dan ditemukan ketika melakukan wisata biasa. prasarana yaitu Papan petunjuk arah, Papan 6. Potensi Budaya larangan, dan tempat sampah. Setiap setahun sekali masyarakat sekitar 10. Pengunjung selalu uvÇovPPŒlv µ‰Œ ^tš]l [µš_ ] Sejak dibukanya kawasan Bedul untuk Segara Anak. Tujuan upacara adalah meminta kegiatan wisata pada bulan Juli 2009, kunjungan keselamatan untuk alam dan desa, selain itu agar yang terjadi di daerah ini relatif meningkat, rata- jumlah stok ikan tidak menurun sehingga rata jumlah pengunjung per bulan pada tahun 2009 masyarakat tidak kesulitan dalam mencari ikan adalah 1.874 orang dengan total pengunjung pada tahun berikutnya. 11.802 orang. Rata-rata pengunjung pada tahun Selain itu pada pertengahan tahun 2010 2010 adalah 74.679 orang. Dan pada bulan April ditemukan sumber mata air atau sumur randu telu 2010, tarif masuk wisata dinaikkan dari harga Rp yang dipercayai dapat menyembuhkan penyakit. 4.000,00,- menjadi Rp 7.000,00,- yang sudah Sumur ini terletak ditengah-tengah lokasi termasuk tiket menyeberang dengan perahu (Rp. ekowisata mangrove blok bedul. 4.000,00), tarif masuk kawasasan konservasi (Rp. 7. Paket Wisata 2.500,00,-) dan dana konservasi (Rp. 500,00,-). Sejak awal pengelola mengaku telah Dan pada awal tahun 2011 tiket dinaikan membuat program wisata terbatas yang ada menjadi Rp. 10.000,00,- yang terdiri dari jasa hubungannya dengan mangrove, yang berupa pengelolaan Rp. 4.500,00,- jasa penyebrangan Rp.

[82] J.Ind. Tour. Dev. Std., Vol.1, No.2, April, 2013

{šŒšP] tvPuvPv í]•š avPŒ}À 5] ^.o}l .µo_ TNAP, Jawa Timur (Saifullah, et al)

3.000,00-, karcis masuk ke kawasan taman nasional Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam Rp. 2.500,00,-. Terjadi penurunan pengunjung pada dan Kawasan Pelestarian Alam. tahun 2011 yang berjumlah 62.749 orang. Akan d. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: tetapi di awal tahun 2012 terjadi penurunan jumlah P.56/Menhut-II/2006 tentang Pedoman Zonasi pengunjung karena adanya aturan baru dari taman Taman Nasional. nasional yang mengharuskan adanya penutupan e. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: kawasan untuk pemulihan ekosistem. 167/Kpts-II/1994 tentang Sarana dan 11. Karakteristik Pengunjung Prasarana Pengusahaan Pariwisata Alam di Berdasarkan hasil wawancara dapat Kawasan Konservasi. dketahui bahwa pengunjung paling banyak dari 15. Fungsi Dan Tujuan TNAP golongan Diploma, S1, dan S2, kemudian diikuti Berdasarkan master plan atau Rencana dengan golongan SMA dan SMP. Selain itu juga Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) tujuan umum diketahui bahwa berdasarkan jarak pengunjung dari pendirian TNAP adalah sebagai berikut: paling besar pada kisaran 0-50 km dari lokasi { Melindungi fungsi hidrologi, keseimbangan wisata, paling jauh berada pada > 300 km. ekologi, dan kestabilan iklim mikro. 12. Tujuan pengunjung { Melindungi keanekaragaman hayati dan Berdasarkan tujuan 83% responden ekosistem asli Taman Nasional Alas Purwo. menyatakan rekreasi adalah tujuan utama { Meningkatkan upaya penelitian yang berkaitan kedatangan mereka kekawasan ekowisata blok dengan flora, fauna dan ekosistem Taman bedul. 7% melakukan kegiatan jurnalistik dan Nasional Alas Purwo. penelitian. Sisanya sebesar 10% adalah untuk { Meningkatkan upaya pemanfaatan kawasan kegiatan spiritual. Taman Nasional Alas Purwo dan potensinya 13. Masyarakat Lokal di Sekitar Kawasan sebagai wahana pendidikan konservasi alam Berdasarkan hasil wawancara dengan 24 guna meningkatkan kesadaran dan apresiasi orang penduduk lokal, sebagian besar responden masyarakat terhadap konservasi alam. berusia 20-39 tahun (50%), terbanyak kedua { Meningkatkan peran Taman Nasional Alas Purwo berusia 40-49 tahun (31%). Sebagian responden sebagai sumber plasma nutfah potensial dalam berasal dari dukuh Blok Solo (50%), yaitu dukuh menunjang budidaya. bagian Desa Sumberasri yang letaknya paling dekat { Meningkatkan kegiatan pariwisata dan rekreasi di dengan Bedul. Responden lainnya berasal dari dalam kawasan Taman Nasional Alas Purwo. dukuh Sumber Rejeki (25%), dukuh Kandel { Meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar (15%), Sisanya berasal dari desa lain di luar Desa kawasan Taman Nasional Sumberasri, yaitu dari Tegaldlimo. Berdasarkan Dan dalam menjalankan tugas tersebut Pelaksanan mata pencahariannya, 22% responden merupakan Teknis Balai Taman Nasional Alas Purwo petani, 26% pedagang, 19% nelayan, 33% tenaga menyelenggarakan beberapa fungsi yaitu: kerja ekowisata mangrove. { Penataan zonasi, penyusunan rencana kegiatan, 14. Kelembagaan pemantauan dan evaluasi pengelolaan kawasan Badan Pengelola Wisata Mangrove Bedul Taman Nasional Alas Purwo merupakan salah satu unit usaha dibawah Badan { Pengelolaan kawasan Taman Nasional Alas Usaha Milik Desa (BUMDES) Desa Sumberasri yang Purwo mempunyai peran sebagai pelaksana harian dalam { Penyidikan, perlindungan, pengamanan kawasan penyelenggaraan ekowisata mangrove diblok Bedul Taman Nasional Alas Purwo TNAP. Landasan hukum yang digunakan untuk { Pengendalian kebakaran hutan meninjau pengelolaan kolaboratif dan { Promosi, informasi konservasi sumberdaya alam pengembangan ekowisata di TNAP yaitu: hayati dan ekosistemnya a. PP Nomor 36 tahun 2010 tentang Pengusaha { Pengembangan bina cinta alam serta penyuluhan Wisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman konservasi sumberdaya alam hayati dan Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman ekosistemnya Wisata Alam. { Pemberdayaan masyarakat sekitar Taman b. PP Nomor 59 tahun 1998 tentang tariff atas Nasional Alas Purwo jenis penerimaan Negara bukan pajak yang { Pengembangan dan pemanfaatan jasa berlaku. lingkungan dan pariwisata alam c. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: { Pelaksanaan urusan tata rumah tangga P.19/Menhut-II/2004 tentang Pedoman Meninjau dari tujuan dan fungsi TNAP di atas, pada dasarnya tujuan pengembangan ekowisata

J.Ind. Tour. Dev. Std., Vol.1, No.2, April, 2013 [83]

{šŒšP] tvPuvPv í]•š avPŒ}À 5] ^.o}l .µo_ TNAP, Jawa Timur (Saifullah, et al) mangrove di TNAP sesuai dengan tujuan dan fungsi mangrove. Dan hanya 47% dari responden yang dibentuknya TNAP. memahami tentang fungsi ekosistem mangrove. 16. Badan Pengelola Wisata Mangrove Bedul Dari pengenalan tentang ekowisata mempunyai Pada tanggal 29 Oktober 2008 kelembagaan nilai-nilai konservasi atau perlindungan, 85% terbentuk melalui musyawarah yang dihadiri oleh responden memahami hal tersebut. perwakilan masyarakat Desa Sumberasri, Untuk pemberdayaan masyarakat, hasil perwakilan petugas Taman Nasional Alas Purwo kuisioner responden sebanyak 67% memahami yang difasilitasi oleh JICA dan BPHM Wilayah 1. bahwa ekowisata itu harus disertai dengan Badan pengelola merupakan pelaksana pemberdayaan dan partisipasi masyarakat. Dan harian kegiatan wisata diblok Bedul, yang berperan 50% responden menyetujui bahwa ekowisata harus sebagai manajer dalam pengelolaan kegiatan memberikan nilai ekonomi kepada masyarakat wisata dan mempunyai kepentingan dalam disekitar kawasan. Diharapkan bahwa masyarakat memperoleh manfaat dan hasil kegiatan tersebut. dapat mengerti bahwa yang harus mendapatkan Dalam pengelolaan kawasan ekowisata mangrove nilai ekonomi yang banyak adalah masyarakat blok bedul terdapat empat kewajiban yang belum sekitar, karena dengan begitu akan sejalan dengan dipenuhi oleh Badan Pengelola Wisata yaitu: konsep ekowisata. { TNAP dan Desa Sumberasri bekerjasama secara 19. Analisis SWOT kolaborasi dalam mengembangkan wisata alam Strategi pengembangan ekowisata mangrove terbatas diblok Bedul kenyataannya blok bedul yang didapat dari hasil penelitian ini penyelenggaraan wisata alam lebih banyak diharapkan dapat memberikan solusi dalam dikelola oleh desa sumberasri tanpa ada pengambilan kebijakan untuk pengelolaan kawasan komunikasi yang berkesinambungan dengan ekowisata mangrove bedul di masa yang akan pihak TNAP. datang. { Penyusunan Rencana Karya Lima Tahunan (RKL) 20. Analisa Matrik SWOT dan Rencana Karya Tahunan (RKT) sebagai Pemilihan strategi tersebut disusun dalam acuan dalam menyelenggarakan kegiatan wisata bentuk matrik yang dapat dilihat pada Tabel berikut belum selesai disusun. 1. Sehingga alternative strategi yang didapat dari { Kegiatan pembinaan habitat yang seharusnya matriks SWOT adalah dilakukan bersama-sama hanya dilakukan oleh { Pengembangan usaha berbasis ekowisata pihak TNAP saja. dengan melakukan kerjasama dibidang { Sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat pemasaran dengan pengelola wisata yang ada hanya dilakukan oleh phak TNAP seharusnya di pulau . kegiatan tersebut dilakukan bersama-sama oleh { TNAP dapat mengatur jumlah pengunjung yang Desa Sumberasri. masuk sesuai dengan daya dukung lahan dan 17. Analisis Valuasi Ekonomi kondisi lingkungan hidup kawasan ekowisata. Untuk menduga nilai ekonomi suatu { Kelembagaan pengelola ekowisata dapat kawasan dapat digunakan pendekatan biaya meningkatkan pelayanannya agar jumlah perjalanan (travel cost method t TCM). Pendekatan pengunjung tidak berkurang sehingga ini dimulai dengan cara menghitung besarnya biaya pendapatan yang diperoleh dapat diambil perjalanan pelaku ekowisata. Biaya perjalanan yang dengan maksimal. digunakan termasuk diantaranya adalah biaya { Pembuatan katalog dan informasi tentang transportasi, biaya konsumsi, biaya penginapan dan potensi wisata yang ada di ekowisata blok biaya untuk membeli tiket untuk masuk kawasan bedul. ekowisata. Dalam analisis ini saya membagi zone { Menggunakan penelitian yang ada untuk kajian pengunjung berdasarkan jarak dimana pengunjung sehingga memiliki potensi wisata lainnya. itu berasal. Sehingga terdapat 4 zone yang berbeda { Melakukan penyuluhan sadar wisata. berdasarkan jarak. { Pengembangan wisata mangrove dengan a. Zone 1 yaitu zone yang berjarak 0-50 km. mencari potensi wisata lain sehingga b. Zone 2 yaitu zone yang berjarak 50-150 km. pengunjung tidak berwisata di pantai c. Zone 3 yaitu zone yang berjarak 150-300 km. melainkan di kawasan mangrove. d. Zone 4 yaitu zone yang berjarak >300 km. { Pemerintah dapat mengatur hubungan 18. Analisis persepsi kerjasama dengan pemerintah daerah propinsi Dari hasil analisa kuisioner tentang bali untuk meningkatkan dan mengelola pengenalan mangrove. 47% dari jumlah kawasan wisata dengan baik dan benar. pengunjung mengetahui tentang ekosistem

[84] J.Ind. Tour. Dev. Std., Vol.1, No.2, April, 2013

{šŒšP] tvPuvPv í]•š avPŒ}À 5] ^.o}l .µo_ TNAP, Jawa Timur (Saifullah, et al)

{ Dibuat perencanaan kerja lima tahun sehingga { Adanya kolaborasi yang terjalin dengan baik pengembangan kegiatan ekowisata dapat terus antara pemerintah daerah, kalangan akademisi berkelanjutan dan badan pengelola kawasan ekowisata { Peran pemerintah melalui kebijakan yang mangrove. mendukung kegiatan ekowisata mangrove dengan adanya pemberdayaan masyarakat.

Tabel 1. Matriks Analisis SWOT IFAS Strengths (S) Weaknesses (W) 1. Pemahaman masyarakat tentang mangrove 1. Kebijakan pemerintah 2. Tugas dan fungsi TNAP daerah 3. Pemahaman masyarakat tentang ekowisata 2. Perencanaan rencana lima 4. Kelembagaan pengelola ekowisata. tahun. 5. Jumlah penduduk. 3. Kondisi lintas sektoral. 6. Daya dukung lahan. EFAS 7. Kondisi lingkungan hidup kawasan ekowisata Opportunities (O) 1. Pengembangan usaha berbasis ekowisata dengan 1. Pemerintah dapat mengatur 1. Kedekatan dengan pulau melakukan kerjasama dibidang pemasaran dengan hubungan kerjasama dengan bali pengelola wisata yang ada di pulau bali. pemerintah daerah propinsi 2. Jumlah pengunjung 2. TNAP dapat mengatur jumlah pengunjung yang bali untuk meningkatkan dan 3. Pendapatan masyarakat masuk sesuai dengan daya dukung lahan dan mengelola kawasan wisata 4. Jumlah lapangan kerja kondisi lingkungan hidup kawasan ekowisata. dengan baik dan benar. 5. Nilai pemanfaatan lahan 3. Kelembagaan pengelola ekowisata dapat 2. Dibuat perencanaan kerja meningkatkan pelayanannya agar jumlah lima tahun sehingga pengunjung tidak berkurang sehingga pendapatan pengembangan kegiatan yang diperoleh dapat diambil dengan maksimal. ekowisata dapat terus berkelanjutan Threats (T) 1. Pembuatan katalog dan informasi tentang potensi 1. Peran pemerintah melalui 1. Media informasi wisata yang ada di ekowisata blok bedul. kebijakan yang mendukung 2. Komitmen akademisi 2. Menggunakan penelitian yang ada untuk kajian kegiatan ekowisata mangrove 3. Peran serta masyarakat dan sehingga memiliki potensi wisata lainnya. dengan adanya stakeholder 3. Melakukan penyuluhan sadar wisata. pemberdayaan masyarakat. 4. Status kepemilikan lahan 4. Pengembangan wisata mangrove dengan mencari 2. Adanya kolaborasi yang 5. Tingkat pendidikan potensi wisata lain sehingga pengunjung tidak terjalin dengan baik antara masyarakat berwisata di pantai melainkan di kawasan pemerintah daerah, kalangan mangrove. akademisi dan badan pengelola kawasan ekowisata mangrove

KESIMPULAN mangrove. Dan 47% dari responden yang Potensi mangrove yang terdapat di kawasan ini memahami tentang fungsi ekosistem mangrove. 4 species dari 2 famili yaitu : Rhizophora Dari pengenalan tentang ekowisata mempunyai mucronata, Rhizophora apiculata, Sonneratia nilai-nilai konservasi atau perlindungan, 85% alba dan Cariop tagal, selain itu dari hasil studi responden memahami hal tersebut. Untuk literatur diketahui bahwa terdapat 24 species pemberdayaan masyarakat, 67% memahami dari 12 famili di sepanjang kawasan segara anakan ekowisata harus disertai dengan pemberdayaan Taman Nasional Alas Purwo. Untuk inventarisasi dan partisipasi masyarakat. Dan 50% responden satwa, dari hasil studi literatur dan pengamatan menyetujui bahwa ekowisata harus memberikan dilapang terdapat jenis burung air, burung darat, nilai ekonomi kepada masyarakat. Dan untuk burung pemangsa, mamalia, reptile, pisces dan persepsi bahwa ekowisata harus dapat crustacea. Untuk potensi budaya terdapat memberikan nilai pendidikan kepada pengunjung, upacara petik laut dan sumber air randu telu 73% responden mengetahuinya. Dari hasil yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit. perhitungan menggunakan konsep surplus Dari hasil analisa kuisioner 47% dari jumlah konsumen didapat total valuasi ekonomi pengunjung mengetahui tentang ekosistem kawasan ekowisata mangrove blok bedul adalah

J.Ind. Tour. Dev. Std., Vol.1, No.2, April, 2013 [85]

{šŒšP] tvPuvPv í]•š avPŒ}À 5] ^.o}l .µo_ TNAP, Jawa Timur (Saifullah, et al)

Rp. 88.606.183,00,-. Nilai ini untuk per 1000 orang dalam kunjungan pertahun.

DAFTAR PUSTAKA [1] Bengen, DG, 2004. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pedoman Teknis. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. IPB. Bogor. [2] Faudzi Hamdan dkk, 2012. Strategi Pengelolaan Kawasan Hutan Mangrove Segara Anak Taman Nasional Alas Purwo Untuk Menuju Taman Nasional Mandiri. Laporan Konservasi Budidaya Hutan. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. [3] Indah Susilowati, 2002. Metode Valuasi Lingkungan, Modul Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (ESDAL) [4] Satyasari. I., 2910. Evaluasi Pengembangan Ekowisata Mangrove: Studi Kasus Di Bedul, Resort Grajagan, Taman Nasional Alas Purwo. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Skripsi

[86] J.Ind. Tour. Dev. Std., Vol.1, No.2, April, 2013