dan Wilayah Di Sekitarnya

Oleh: Dra. Ririet Surjgndari, M.Hum Balai Pelestarian Peninggilan Purbakala Samarinda

Abstract: penjamanan Candi Gunung oleh jalan desa pada keempat sisinya. Gangsir, ada beberapa pendapat. Gunmig Gangsir Ten/pie, one of Lingkungan di sekitarnya Yang pertama adalah bahwa theglorious ten^ple in EastJava that/?iade merupakan rumah yang padat Gunung Gangsir berasal dari masa of bricks. There's t)vo opinion about the berjarak 10-20 m dari bangunan Sindok. Pendapat yang lain period. One said that it isfrom Sindok's mengatakan berasal dari masa period, and the others said it is from . Pendapat pertama ini Majapahitperiod. didasarkan pada bentuk arsitektur A.S we know, the architectur and yang mirip arsitektur Candi decoration of the temple looks similarly di jawa Tengah. with Prambanan Temple. The difference Menurut NJ Krom, Candi Gunung only on its material; Pra??ibanan temple is Gangsir dihubungkan dengan masa made of stone, and GunungGangsir made peralihan perkembangan kesenian of b?7cks with its unique si^e like plaque dari gaya Jawa Tengah ke Jawa and big block. Timur. Kesenian Jawa Timur Gunung Gangsir Temple is berkembang secara berevolusi di around with amount of wells. Formerly, in antara kesenian Jawa Tengah dan 1993 there are 7 wells thatfunction till Jawa Timur, sehingga sulit untuk that time. In 2007, that wells only 4 with menentukan kapan terjadi 1 dty-well include. It is caused by the perubahan dengan gaya seni increasing people houses around Gunung tersebut, karena tidak ada dukungan Gangsir Temple. gaya arkeologis yang kuat. Krom Temple and its environmental can be menyebutkan ada tiga monumen research by matching the data in the candi. yang menunjukkan bahwa Inscription. In this case, the writer will keterkaitan antara kesenian Jawa match the connection between Cunggrang Secara umum, di wilayah Tengah dan Jawa Timur. Ketiga Inscription with localistation of three Kabupaten Pasuruan banyak sekali monument tersebut adalah Candi ^nilding that mentioned in that terdapat benda cagar budaya tidak Loro Jonggrang (terletak di Ascription. bergerak dari berbagai masa, sejak Prambanan Jawa Tengah), Candi masa Sindok hingga Majapahit Gunung Gangsir dan Gapura ^^ndahuluan seperti misalnya Candi Gunung Belahan (Keduanya di Pasuruan, Gangsir, Petirtaan Belahan (dari Jawa Timur). Sedangkan pendapat Candi Gunung Gangsir masa Sindok), situs Pancasara/Raos kedua mendasarkan pada lokasi "^^rletak di Dusun Kebon Candi, Pacinan, Candi Pari, Candi Kebo candi yang terletak di Pasuruan. Ciesa Gunung Gangsir, Kecamatan Ireng (dari masa Majapahit), lereng Pada umumnya candi-candi di Kabupaten Pasuruan, pada Gunung Penanggungan dari masa sekitar Candi Gunung Gangsir Posisi 7035'12.6" LS dan hingga Majapahit dan tersebut berasal dari masa 112043'59,9" BT Secara geografis, masih banyak lagi yang lainnya. Majapahit, seperti misalnva Candi *^^ndi Gunung Gangsir terletak di Nama Gunung Gangsir berasal dari Pari yang terletak sekitar 6 km di •^^taran rendah, sekitar 13 km di cerita rakyat yang masih sebelah barat Candi Gunung ^^belah timur Gunung berkembang di masyarakat, yang Gangsir. ^nanggungan. Candi berdiri di atas berarti menggangsir untuk P^rrnukan tanah seluas 1500 m2 mendapatkan sesuatu. Pada dinding Di dekat Candi Gunung -^^g dibatasi kawat berduri yang sisi utara terdapat bekas lubang (bhs Gangsir terdapat sebuah kolam, ^^kaligus merupakan batas tanah Jawa: digangsir) sehingga kemudian sekitar 1 km di sebelah barat dava. ■^^lik purbakala, yang dikelilingi disehut Candi Gunung Gangsir. Pada saat ini ini dinding-dinding Mengenai masalah A kolam tersebut telah diberi pagar baru. Data arkeologis yang dapat menunjukkan tertinggal berupa sisa-sisa batu penanggalan secara nisbi. besar yang digunakan sebagai lantai Ada satu hipotesa bahwa dasar kolam. Batu-batu besar ukuran bata yang semakin tersebut tampaknya kuna . (Ririet, besar, menandakan 2003). Sangat disayangkan tidak ada semakin tua usia satupun prasasti panjang maupun bangunan. Sebaliknya pendek untuk melacak semakin kecil ukuran bata penanggalannya. Satu-satunya maka semakin muda usia sumber tertulis yang cukup bangunan. Ukuran bata di membantu adalah Nagarakrtagama. Candi Gunung Gangsir Di dalam pupuh 17:11a dan pupuh adalah 9 X 26 X 39 cm, 18:6a diceritakan bahwa Hayam dan 9 X 26 X 47 cm. Sedangkan bata Wuruk dalam perjalanannya dari berelief berbentuk plaque berbunyi ma setelah kata pan Sehingga dengan demikian kao Kapulungan menuju ke timur berukuran lebih besar lagi. tersebut dapat dibaca parama singgah beberapa saat di kolam yang Sementara itu ukuran bata dari masa Sangat disayangkan bahwasanp terletak di sebelah timur Majapahit pada umumnya adalah 6 pada bata sisi barat yang jumlat Kapulungan kuna: "prapteng X18 X 32 cm dan 10 X 23 X 39 cm. ring prapancasara tumuluy huruf-hurufnya Icbih banyak. dhateng i kapulungan siramgil Kajian intern memenuhi seluruh posisi strek bata. ada bekas-bekas penghalusafl (sampai di Dharma Pancasara sehingga huruf-huruf tersebut ddai kemudian memasuki Kapulungan, Kajian intern dilakukan di situ bermalam), Ndah prapteng terhadap aspek-aspek pada Candi dapat terbaca lagi. Namun dari jejak- pancuran mungkur atiki larining Gunung Gangsir, yaitu pembacaan jejaknya tampak adanya goresaii syandanenjing marayyan (sampai di dan interpretasi prasasti pendek, layar, dan suku. Pancuran Mungkur, iringan interpretasi peripih, interpretasi berhenti pada pagi hari)(Sidomulyo, motif-motif hias/relief dan cara Parama berasal dari kata Sanskerta berard yang paling utama 2007:34,36). buatnya pada Candi Gunung Gangsir. atau yang tertinggi (Zoetmulder, 1995: 764). Di dalam konsep agama Berdasarkan pada toponim dan temuan arkeologis, Kapulungan Temuan prasasti pendek Hindu, parama merupakan isdlah oleh Hadi Sidomulyo pada bata lapis 2 sisi kiri/selatan untuk menyebut Tuhan sebagai diidentifikasikan dengan Kejapanan bidang tegak tangga. Setelah Dzat yang tertinggi. Dengan sekarang (Sidomulyo, 2007; 36-7). dilakukan pengamatan secara demikian ada kemungkinan prasasti pendek tersebut seperti halnya Diperkirakan bahwa kolam tersebut seksama pada masing-masing bata, adalah Pancuran Mungkur yang pada bidang tegak sisi kiri tangga prasasd-prasasd pendek dari daerah sekarang telah berubah nama pada bata lapis 2 terdapat prasasti lainnya, berfungsi sebagai petunjuk. menjadi Sumbersono di Dusun pendek yang ditulis dalam huruf Prasasd pendek penunjuk tersebut Sumberkepuh Desa Gunung Jawa Kuna. Tulisan tersebut antara lain terdapat di Candi Gangsir. Kondisi terakhir, dalam diguratkan pada'dua sisi bata bagian (Kab. Magelang), Candi rencana pembuatan jalan tol untuk strek yang tersusun berdampingan. (Kab. Blitar), Candi mengalihkan jalan tol Porong yang Berdasarkan bentuknya, huruf- Plaosan Lor (Kab. KJaten), dan terkena dampak lapindo, maka di huruf tersebut berbentuk Candi Pari (Kab. Sidoarjo). Dengan sekitar kolam tersebut direncanakan cenderung bulat seperti tipe huruf adanya tulisan parama akan dibuat jalan tol. tersebut merupakan gaya khas menunjukkan bahwa tempat di huruf tipe Sindok, dan terdapat sekitar tulisan tersebut merupakan Secara arsitektural, hipotesa kuncir/serif, Kuncir Jawa Tengahan tempat paling suci atau paling utama bahwa Candi Gunung Gangsir termasuk Sindok. Huruf yangmasih )ang berfungsi sebagai berasal dari masa Sindok didukung dapat terbaca terdapat pada bata sisi brahmasthana candi, yaitu tidk perpotongan dua garis diagonal oleh ukuran bata. Telah diketahui timur sebanyak 2 buah, berbunyi bersama, bahwa ukuran bata juga para dan dari jejak-jejaknya tampak denah candi. Hal ini seperti halnyn samar-samar satu buah huruf yang yang terjadi di Candi Prambanan, itu kemudian diberi tanda dengan kedudukan brahmasthana juga di adalah bunga suci yang biasa dibawa sembilan patok, satu di pusat, sudut tenggara di dekat penampil oleh Laksmi sebagai istri Wisnu, delapan masing-masing di keempat anak tangga. sehingga dia disebut pula dengan sudumya dan pada tengah sisi- padmestitha. Dengan demikian sisinya(Soekmono, 1977:232-235). Secara lokasional, tempat tampak bahwa aliran keagamaan Isi peripih tersebut dimasukkan ke penulisan kata parama dengan yang mendasari bangunan ini adalah dalam wadah/peripih. Adapun penempatan dua peripih yang telah Waisnawa. Binatang kambing sering bahan peripih bermacam-macam, ditemukan pada tahun 2006 digambarkan dalam mangkuk yaitu logam, batu atau tanah liat (laporan bulanan kegiatan zodiak. Di dalam penanggalan Jawa bakar. Pada Candi Gunung Gangsir, pemugaran K u n a , kedua peripih yang ada terbuat dari Candi Gunung kambing/wrsabh bata yang diberi cekungan Gangsir bulan a melambangkan berbentuk segi empat di tengah Agustus 2006), bintang Aries yang sebagai tempat isi peripih. s a n g a t 1 a h berlaku pada befdekatan, bulan Maret- Keberadaan peripih di April. yaitu sekitar 50 sebelah tenggara menurut cm pada pembagian ruang dalam skala mikro kedalaman 40 Di dalam kosmos (triangga) dalam agama cm d a r i konsep agama Hindu merupakan tempat yang maeveldt. Hindu, isi peripih nisthaning uttama (Munandar, Dengan demikian dapat diajukan dianggap sebagai kesatuan 5 elemen 2007:4-5). Sementara itu dalam satu asumsi bahwa ada hubungan sebagai perwujudan dewa-dewa susunan Astadikpalaka, arah kontekstual antara prasasti pendek dalam agama Hindu, yang berfungsi tenggara merupakan tempat tersebut dengan penempatan untuk "menghidupkan" candi. kedudukan dewa (Munandar, peripih. Candi itu sendiri merupakan tempat 2007). Seperti halnya dewa-dewa ibadah bagi umatnya untuk lainnya yang mempunyai wahana, Pertimbangan lokasi ini melakukan pemujaan. Di dalam maka wahana Agni adalah domba. sangat berarti. Mengacu pada candi- formasi penempatan dewa-dewa, Dengan demikian, ada korelasi yang candi yang sejaman dengan Candi hal tersebut sesuai dengan arah mata saling menunjang antara konsep Gunung Gangsir, yaitu Candi angin (dikpalaka), dengan pusatnya dengan kenyataan yang diterapkan prambanan yang terletak di berada di tengah. Masing-masing dalam penempatan peripih di Candi Prambanan DIY, sangat mungkin adalah sebelah utara untuk Wisnu, Gunung Gangsir. Sementara itu di bahwa brahmasthana Candi sebelah selatan untuk , dalam Rg Weda, kambing Gunung Gangsir tidak berada tepat sebelah timur untuk Iswara, sebelah merupakan hewan persembahan di tengah candi, melainkan pada barat untuk Mahadewata dan tengah de^xa kesuburan dan kemakmuran sudut tenggara di dekat tangga naik. untuk Siwa. Secara ringkasnya, dengan pemujaan kepada sakti Hal ini telah dibuktikan dengan unsur-unsur dewa ini {W7ryosaputro,1957:21). adanya temuan dua buah peripih dimanifestasikan dalam bentuk bata yang berisi lembaran emas logam yang mewakili warna masing- Hal ini sesuai dengan isi berbentuk sri vastu, bentuk-bentuk masing dewa, yaitu: besi untuk peripih kedua, yaitu di antaranya binatang yang belum selesai Wisnu, tembaga untuk Brahma, terdapat kambing sebanyak 2 pengerjaannya, padma (isi peripih perak untuk Iswara, emas untuk lembar. Adapun bentuk yang lain I), kura-kura /kurma dan kambing Mahadewata(Donder, 2001; 78-79). adalah kura-kura sebagai simbol (isi peripih II). Di dalam kepercayaan awatara V(7snu, yaitu kurma awatara. Hindu, candi merupakan replika Sedangkan padma merupakan Bentuk padma dan kura- Gunung Mahameru atau replika simbol Siwa. Sementara itu isi kura ini apabila dikaji secara kosmos (alam scmesta). Dengan peripih pertama menunjukkan mitologis, maka kedua benda demikian candi harus didirikan di adanva pengaruh VCalsnawa yang tersebut adalah sebagai salah satu lingkungan yang suci. Gleh karena kuat. Hal ini ditunjukkan oleh manifestasi Wisnu. Kura-kura itu suatu tempat yang akan dipakai dominannva bentuk-bentuk isi adalah salah satu awatara NX'isnu untuk mcndirikan candi harus peripih vang mengacu pada awatara yang pertama. Sedangkan Padma disucikan terlebih dahulu. Tempat A biji-bijian/kacang-kacanga£ Wisnu, yaitu 3 lembar bentuk segi perkuatan. empat (sri vastu), 2 lembar bentuk berupa biji-bijian hasil bum yang dapat dikonsumsi manusu yang belum selesai dapat Sehingga dengan demikian diidentifikasi sebagai ikan, 1 lembar dapat diduga bahwa ada pentahapan sebagai makanan untul bentuk yang belum selesai dapat dalam pembangunan anak tangga dipersembahkan kepada Tuhar YIVIE sebagai wujud dari rasi diidentifikasi sebagai babi, dan 1 tersebut, yang dilakukan sebanyak bhakd manusia sebagai ciptaaa lembar bentuk yang belum selesai empat (4 tahap). Perdmbangan Tuhan. Biji-bijian juga wakil dari dapat diidentifikasi sebagai binatang pentahapan pembangunan ini bertaring, serta 1 buah bentuk adalah alasan sudut elevasi tangga segala buah-buahan; sementara padma sebagai perlambang Siwa yang terlalu terjal sehingga itu buah adalah simbol ketulusan dan kebulatan hatl (Laporan k e m u d i a n K e g i a t a n Biji-bijian tersebut antara lain di lakukan kacang merah, hijau, jagung, Pemugaran penambahan Candi Gunung kacang hitarn; u n t u k Beras, filosofinya adalah bahwa Gangsir bulan mengurangi oleh Tuhan persembahan J u 1 i t a h u n keterjalannya. disampaikan kepada Tuhan 2006). Bentuk Hal dilakukan sri vastu ini sampai empat karena-Tuhan itu sendiri adalah merupakan kali. Dengan persembahan ( IV: 24; XV: 14), yang ardnya 1 a m b a n g demikian dirasa bahwa semuanj'a adalah Tuhan Wisnu. Sri perlu untuk (sarva kala idam ). vastu selain "menghidupkan berbentuk segi empat biasanya " kembali candi sehingga dilakukan Adapun syarat-syaratnya biji berbentuk jajaran genjang atau upacara untuk kedua kalinya dengan beras harus utuh, berkualitas, belah ketupat. Bentuk ikan dapat menanam lagi peripih kedua. dan merupakan perlambang diidentifikasikan sebagai matsya warna dari para dewa; putih dalam awatara Wisnu dan bentuk Selama ini apabila untuk Siwa, kuning untuk babi dapat diidendfikasikan sebagai memperbincangkan masalah Mahadewa, merah untuk babi hutan atau waraha di dalam peripih, yang ditekankan pada Brahma,hitam untuk Wisnu; awatara Wisnu. umumnya hanya pada isi peripih uang kepeng berfungsi sebagai yang berupa emas. Sedangkan isi persembahan sekaligus Adapun alasan adanya 2 peripih lainnya yang berfungsi lambang/simbol manifestasi peripih dalam satu tempat, sebagai pelengkap berupa biji-bijian, Tuhan. Penggunaannya adalah menunjukkan adanya dua kali beras, dsb, biasanya terabaikan. berdasarkan angka-angka yang proses "menghidupkan" candi. Pelengkap ini bermacam-macam, melambangkan sifat dan jumlah Secara arsitektural ada data yang yaitu kayu cendana, biji-bijian, beras, para dewa. Uang kepeng mendukung hipotesa ini. Ketika uang kepeng, permata, minyak dan merupakan campuran 4 warna dilakukan pembongkaran penampil benang (Donder, 2001:81-92). (emas, perak, tembaga, dH) yang pada tahun 2006 (laporan Fungsi dan ard simbolis masing- merupakan lambang panca bulanan pemugaran Candi Gunung masing adalah; dewata; Gangsir bulan Juli-Agustus 2006), kayu cendana berfungsi sebagai permata: pada umumnya yang digunakan adalah jenis mirah; ada petunjuk adanya pentahapan penggand logam/dmah untuk min^'ak biasa dan minyak wangi: pembangunan pada anak-anak ditulisi; tangga tersebut. Apabila dilihat dari rempah-rempah berfungsi ibarat sebagai zat lemak dalam samping pada struktur anak tangga untuk penghangat yang tubuh; minyak untuk mencuci ada 4 cara pemasangan struktur memberi daya hidup, karena logam keramat; minj^ak catur penampil tangga 3'ang bareh/tidak hidup memerlukan atau 4 jenis minyak yaitu kelapa be julit, sangket, giri dan ada ikatan, yang ditandai oleh nat energi/panas. Secara sakala bara membentuk garis lurus niskala rempah-rempah sudamala; verdkal. Sementara itu pada bidang- berfungsi sebagai pemanas benang: sarana pengikat bidang vang lain susunan antar bata dalam menjaga kehidupan yang pembungkus dan pengikat peripih (terdiri dari 3 sclalu saling bcrkait demi alasan suci pada bangunan suci; warna/tridhatu,catur warna); Fungsi dekoratif antara lain adalah dalam bentuk send area maupun seni wadah: berfiangsi unruk tempat hiasan sulur-suluran yangmenghiasi hias, bentuk lingkaran dapat benda-benda tersebut, terbuat bangunan candi. Sulur-suluran disejajarkan dengan prabhamandala dari logam, batu, atau tanah Uat berfungsi dekoratif menjadikan yang di dalam mitologi India bakar. bangunan suci agama Hindu Budha sebagai lambang kendaraan dewa Selain peripih yang penuh ragam hias sulur-suluran, (Liebert, 1976:271). ditemukan pada tahun 2006 dibuat dengan bentuk indah, ukiran tersebut, pada sekitar awal tahun yang halus, dan terkesan naturalis, Motif hias yang lain adalah 1990-an, di dalam kompleks situs sehingga membuat bangunan candi benmk-bentuk bunga teratai yang Candi Gunung Gangsir, di sebelah menjadi megah dan indah beragam pada Candi Gunung barat candi, pernah ditemukan isi (Soekmono, 1992: 100). Sulur- Gangsir. Teratai tersebut antara lain peripih satu lembar emas berbentuk suluran tersebut dibuat dengan terdapat pada dinding selatan, Uiah yang sekarang disimpan di kesan subur dan rimbun, dianggap berupa relief teratai dengan daun BP3 Jawa Timur. Di dalam mitologi sebagai simbol gambaran alam lancip. Teratai yang digambarkan ama Hindu dan Budha, gajah kedewataan dan berkaitan dengan demikian adalah termasuk dalam ^erupakan simbol kekuatan atau filsafat kehidupan manusia dan kategori kumuda. Kumuda adalah J^tuburan. Selain itu gajah juga siklus kosmis, serta pandangan sebutan unmk teratai biru (Nj^/!p/je£7 dianggap sebagai dewa yang dapat terhadap alam Stella'). Ciri memberikan curah hujan, sebagai lain yang ■ teratai biru hoi kekuatan, keseimbangan menguasai adalah daun Tn perUndungan ayer, 1970: 87; dunia dengan tidak lebar, Kadarsan, 1977: 310). Di dalam k e r a j a a n bunga tidak filosofi India, gajah merupakan kedewataan pernah terbuka, unsur alam yang tidak mudah rapuh (Nurhakim, d a u n n y a dan sebagai makhluk surga. Dalam 1990: 82). membengkok kaitannya dengan kedewataan, k e b a w a h , gajah sebagai wahana dari Laksmi Fungs bunga hampir ^urrati, 1990: 72). Sementara itu i religius tidak muncul di Laksmi merupakan salah satu sakti adalah motif air (Pivasilo, Wisnu. hias keagamaan. Motif hias 1989:40-1). keagamaan ini merupakan bagian Gajah dalam agama Budha dari prinsip , yaitu rasa kasih Sedangkan pada dinding merupakan simbol mrunnya Sang dan menyerah pada dewa-dewa utara terdapat relief tinggi (haute Budha Gautama dari sorga ke bumi, (Santiko, 1987:71). Menurut Bosch, relief) menggambarkan seorang ketika dewi ibu Sang Budha sulur-sulur tersebut bukan perempuan yang sedang hamil yang sedang mengandung merupakan tangkai melainkan akar- muda, tangan kirinya memegang bermimpi seekor gajah putih akar tinggal bunga teratai yang teratai putih i^yniphea lotus). Ciri terbang mengelilingi perutnya dan melilit di dalam lumpur dan di teratai putih adalah bunga lebar dan masuk ke rahimnya dari arah kiri dalam air. Pada akar tinggal tersebut runcing, daun tidak bergelombang, (Liebert, 1976: 210). Dalam tumbuh buku-buku atau ruas-ruas, daun bunga mengapung. Ada satu mitologi Budha disebutkan bahwa di tempat itu tumbuh tangkai- pertanyaan yang kemudian muncul, Aksobhya duduk pada dua ekor tangkai, daun dan bunga. Ruas apakah relief ini merupakan tanda gajah biru. Dalam cerita Jataka, inilah vang utama sebagai lambang bahwa candi ini bersifat Waisnawa. Sang Bodhisatwa dilahirkan dalam kesuburan (Bosch, 1948: 9). Bentuk Asumsi yang dapat diajukan adalah bentuk gajah (candhaka-jataka) dan sulur-suluran yang melingkar- bahwa relief pada sisi utara tersebut SilavanaNagaJataka (Piyasilo, 1989: lingkar tiada awal dan akhirnya menggambarkan rel ief 47). melambangkan kebahagiaan, padmesthita, yaitu Sri sebagai sakti kemujuran, dan kesuburan yang VClsnu vang digambarkan sedang Hiasan yang ada pada Candi bersifat abadi tanpa awal dan akhir. membawa teratai. Di dalam Gunung Gangsir berdasarkan Selain itu lingkaran juga ikonografi Hindu, Sri adalah istri fungsinya dapat dibedakan mcnjadi melambangkan kedewataan dan NX'isnu vang lain disamping Laksmi. dua, yaitu dekoratif dan religius. kcsucian vang bersifat agung. Di Secara ikonografis kadang Sri dan A Candi Prambanan. Kalpataru pada Gangsir digambarkan dengan unsm umumnya digambarkan berupa penyerta yang berbeda-beda pulx pobon yang keluar dari vas yang Satu baJ yang menonjol padj dibiasi dengan untaian manik- kalpataru dari Candi Gunung manik dan permata. Tepat di atas Gangsir adalab penggambaran pobon terdapat sebuab pobon kalpataru vang penuh pajoing/cbattra lebar dan datar dengan teratai merab \-ang sedang berbias sulur. Di antara pobon dan mekar. Adapun penempatan relief cbattra, di kiri kanan terdapat kalpataru ini di kiri dan kanan sepasang burung yang digambarkan tangga masuk. sedang terbang. Cbattra merupakan Penempatan relief pada lambang regalia/kekuasaan dan tubub candi selain mempunyai banya digunakan secara tertentu fungsi tertentu, juga agar pula. Dengan adanya cbattra di atas penampilan bangunan kelibatan kalpataru, maka dapat diasumsikan rapi dan enak dipandang. Di babwa kalpataru dianggap sebagai samping itu juga barus terlihat pobon yang mempunyai arti indab dan dapat tampil Icbih Laksmi diarcakan bersama-sama, kbusus. Kalpataru memang menonjol dalam arti menjadi pusat kadang salah satu. Di dalam dianggap sebagai pobon kebidupan. perbatian. Penempatan relief dalam perkembangannya, Sri diyakini Kalpataru untuk pertama kalinya rangka tujuan tersebut barus sebagai dewl kesuburan dalam dalam sejarab kuna ditempatkan pada tempat yang kaitannya dengan pertanian. dijumpai dalam prasasti Yupa strategis atau pada ketinggian )'ang peninggalan Raja Mulawarman dari mendaki, seperti pada kaki, pipi Motif bias teratai sangat kerajaan Kutai pada abad IV M. tangga atau tubub candi. populer penggunaannya pada masa Kalpataru kemudian dimani- Penempatan yang demikian akan Hindu Budha. Di dalam festasikan melalui sifat-sifat raja tampil jaub mengesankan jika kebudayaan Hindu Budha motif seperti sifat-sifat kebaikannya, dibandingkan pada atap candi atau bias teratai selalu dibubungkan senantiasa memberi perlindungan, tempat yang kurang strategis yang pengayoman dan memberi sedekah dengan filsafat ketubanan dan membuat relief akan kelibatan sering digunakan simbol yang kepada rakyat (Abdulrazak, 1991; tenggelam dan kurang mempunyai arti kesucian, lambang 39). Di Jawa Tengab pada abad mengesankan (Kusen, 1991-2: 80). kelabiran, maupun kebidupan VIII-X M pengaruh India ini masib Kajian intern yang lain adalah relief (Zimmer, 1962: 22). Bunga teratai sangat kuat, sehingga menjadikan binatang. Pada dasarnya relief merupakan lambang kebidupan kalpataru sebagai salab satu motif binatang pada candi merupakan semua dewa atau juga merupakan bias yang cukup penting pada relief cerita yang mengandung lambang dari alam semesta sebagai bangunan candi pada saat itu, ungkapan-ungkapan dari para tanda keagungan alam ciptaan seperti Candi Borobudur, , seniman kepada para penikmat Brabma. Brabma sering disebut Pawon, , dan Prambanan. melalui basil karya tersebut. Cerita juga Kamalasana, sejak ia duduk di Penggambaran kalpataru biasanya diambil dari karya atas bunga teratai yang tumbub dari bermacam-macam, dari segi kesusasteraan dari India yang sudah pusar Wisnu. Di dalam Rg Weda penempatan maupun unsur digubah kembali oleb para pujangga disebut Prajapati. Selain itu juga penyertanya yang berbeda-beda. Jawa Kuna yang disesuaikan dengan disebut Svayambhu dan Unsur penyerta pobon kalpataru itu sosiokultural masyarakat pada saat Hiranyagarbba, yaitu benih antara lain: cbattra (payung), itu. Cerita-cerita tersebut kebidupan, penciptaan dan binatang pengapit, burung-burung memberikan pcndidikan ajaran- kemakmuran (Gupte,1972:26). di atas pobon, kantung barta, hiasan ajaran agama, moral dan ctika manik-manik dan mutiara (Pigeaud, 1967: 45). Karya sastra Kajian intern yang lain (Ratnawati, 1989, Ichwan, 1999- tersebut banyak dipahatkan pada adalah relief motif kalpataru yang 95). bangunan suci kuna seperti pada terdapat pada tubuh candi. Bentuk candi(Kempers, 1976: 221). kalpataru pada Clandi Gunung Demikian pula relief Gansir mirip dengan kalpataru pada kalpataru pada Candi Gunung Ketika pada tahun 2006

I satu bata yang berhias relief motif diperhatikan benar, karena calon dilakukan pembongkaran penampil . Motif tersebut berupa jajaran bata itu akan menjaisut apabila tangga, pada lapis Oil di bawah genjang dengan lingkaran di mengering. Di dalam pengeringan, permukaan tanah ditemukan bata tengahnya. Apabila dibandingkan calon bata sebaikn}'a tddak terkena yang bagian dalam/bawahnya dengan relief batik di Candi panas matahari langsung, karena digores relief semacam burung Prambanan, maka juga terdapat proses penguapan yang terlalu cepat (laporan bulanan beberapa motif batik, antara lain akan membuat bata retak-retak. pemugaran Candi Gunung Gangsir kawung dan jajaran genjang. Relief- Terakhir, di dalam pembakaran bulan Juli 2006). Burung garuda relief tersebut pada Candi harus diperhatikan tungku sering disebut pula dengan Supana Prambanan ditempatkan di sekitar pembuatan dengan cermat agar (suvana). Di Siam (Thailand) garuda tangga naik, dengan posisi vertikal. pembakaran terjadi dengan disamakan dengan angsa (hamsa), Apabila mengacu pada Candi sempurna dalam arti api dapat sedangkan garuda dalam mitologi Prambanan, maka motif batik pada menyebar secara merata. Apabila Melayu Kuno disebut dengan Candi Gunung Gangsir tersebut peroses pembakaran tidak rajawaU. Di Tibet garuda dipandang juga dapat berada di sekitar tangga. sempurna maka akan terjadi reduksi sebagai manusia burung, dimana Namun demikian, hal ini masih C02 yang mengakibatkan terjadi berbadan manusia dan berkepala perlu penelitian dan anastilosis lebih vitrifikasi terhadap bata yang burung dengan paruh besar, lanjut. berakibat pada terbentuknva warna- niempunyai tiga mata. Dalam warna hitam akibat keluarnya gas mandala, garuda merupakan Kajian intern lainnya yang C02 secara tidak bagus, sehingga lambang kebenaran individu atau dilakukan adalah mengamati teknik secara tampilan bata tersebut Vairocana (Tiyasilo, 1989: 136). buat relief-relief yang terdapat pada kurangbagus (IVIiksic, 1990). Yang menjadi pertanyaan adalah, bagian tubuh candi. Dari mengapa relief dengan teknik gores pengamatan secara kasat mata, Ada satu asumsi yang dapat tersebut diletakkan dalam posisi bahan pen}aisun candi ini terbuat diajukan dalam hal ukuran bata yang terbalik, sehingga justru relief dari bata dengan ukuran yang sangat demikian besar. Secara kronologis, menghadap ke bawah. Ada besar. Demikian pula untuk bata- Candi Gunung Gangsir merupakan kemungkinan bahwa relief tersebut bata berelief dibuat dengan satu candi dari masa Sindok, yang ada yang salah/tidak sesuai ukuran besar seperti plaque (Hasan masanya berdekatan dengan sehingga digunakan sebagai bata Djafar, 2007; Srivastava, 1993). pembangunan Candi Prambanan. isian pada lapis Oil di bawah Bentuk-bentuk panil relief yang Hal ini didukung oleh bentuk pemukaan penampil tangga. dipahatkan pada bata besar ini maupun motif hiasnya (Marijke memang lazim digunakan pada Klokke, 2002). Dengan demikian, Motif hias yang lain yang candi-candi di India awal, seperti ada kemungkinan bahwa pembuat cukup menarik adalah adanya salah misalnya di Orissa dan candi ini masih terbawa pada Nandangarh. Bentuk panil tersebut pembuatan candi berbahan batu, biasa disebut dengan plaque. Cara sehingga plaque-plaque yang buat plaque dengan ukuran yang berhiaspun dibuat dalam ukuran demikian besar, tentunya besar, seperti halnya hiasan panil- diperlukan suatu keahlian khusus panil di Candi Prambanan. untuk membuatnya, mulai dari cara Walaupun telah disadari pula oleh membuat adonan, mencetak, para pembuatnva bahwa cara mengeringkan hingga pembuatan plaque maupun bata membakarnya. Apabila adonan penyusun candi apabila dibuat kurang kompak unsur-unsur dalam ukuran besar memerlukan tanahnya, maka akan terbentuk cara vang cukup jeli dan hati-hati. pori-pori karena masing-masing agregat bahan penyusun bata Kajian ekstern kurang mcnyatu, sehingga kctika dikeringkan akan menjadi pecah- Kajian ekstern yang pecah. Demikian pula, dalam dilakukan dapat dipilah menjadi membuat ukuran cctakan harus dua. Yang pertama adalah Hubungan kontekstual hubungan candi dengan lingkungan bertcmpat tinggal di sekitar candi? dengan lingkungan terdekatnya Adakah klasifikasi sosial di siti^ di sekitarnya, yang masih termasuk adalah dikaitkan dengan sumur- dalam satu desa. Sedangkan yang Karena di samping penduduk biasi sumur kuna yang banyak ditemukan yang bertugas mengelola candi, kedua adalah hubungan candi di sekitarnya hingga radius 150 dengan wilayah yang lebih luas lagi, tentu saja harus ada tempat tinggal meter. Sumur-sumur tersebut sudah yaitu dikaitkan dengan candi-candi untuk para pendeta yang mengurus pernah diobservasi oleh BP3 Jawa di sekitarnya dan lingkungan dan memimpin upacara keagamaaa alamnya. Kajian ekstern yang Timur pada tahun 1993. Hasil Untuk melengkapi pertanyaan- pendataan pada tahun tersebut dimaksudkan adalah bahwa Candi pertanvaan tersebut dapat Gunung Gangsir ditempatkan adalah ditemukan sumur sebanyak 7 dilakukan pencocokan dengan data sebagai satu sistem yang berada satu buah. Dari sumur sejumlah itu, 6 dari sumber tertulis. Prasasti sebagai kompleks (compound) dalam area buah berbentuk sihndrik dan 1 buah sumber tertulis tidak hanj'a berbentuk bujur sangkar. Sumur- yang lebih luas. Secara kontekstual, memberi data historis, akan tetapi Candi Gunung Gangsir berada sumur tersebut berada di juga dapat mengungkap data lingkungan rumah penduduk dan di dalam wilayah di bawah deretan kemas\'arakatan, ekonomi, tengah tegalan atau sawah. Adapun pegunungan Arjuna, Anjasmoro keagamaan dan bahkan lingkungan sumur yang masih dipergunakan dan Penanggungan. secara luas (Boechari, 1977: 319- penduduk tinggal 6 buah. Pada 331). tahun 2002 ketika diadakan kegiatan Kondisi eksisting di sekitar studi teknis arkeologi sebagai Candi Gunung Gangsir pada saat ini Hubungan kontekstual langkah awal sebelum dilakukan yang lebih luas lagi adalah adalah di sebelah utara berupa tanah pemugaran, dilakukan lagi rawa. Demikian pula di sebelah bahwasanya Candi Gunung pendataan sumur-sumur tersebut Gangsir dikaitkan dengan timur. Sementara itu ketinggian air untuk mengecek keberadaannya, tanah adalah sekitar 1,20 m dari pewilayahan yang terjadi pada masa apabila ada perubahan. Ternyata Jawa Kuno, khususnya pada sekitar permukaan tanah, sehingga ketika dari jumlah tersebut tinggal 5 buah, abad XL Apabila berbicara masalah tanah digali sedalam kurang lebih 1 dan yang masih digunakan meter maka air sudah keluar dengan candi, maka hal ini tidak dapat lepas penduduk 4 buah. Saat ini, pada dari lingkungan tempat berdirinya derasnya. tahun 2007, Kondi s i suatu candi (Boechari, 1977). ketika sedan? Karena candi sebagai sebuah lingkungan di berjalan kegiatan sekitar Candi tempat kegiatan agama, maka pemugaran tahap tentunya di sekitar candi juga Gunung IV, ketika Gangsir pada terdapat pemukiman beserta di adakan saat ini terletak dengan penduduknya sebagai pengecekan di tanah datar. pelaku kegiatan keagamaan kembali sumur- Pada bentangan tersebut. Dengan demikian, dapat sumur tersebut, yang luas, di dikatakan bahwa candi beserta maka sudah sebelah selatan lingkungannya dapat dianggap menyusut lagi sebagai satu sistem )'ang saling candi terdapat bukit-bukit, yang tinggal 4 buah. Untuk itu perlu kemudian mengarah pada lereng berkai t dalam satu gunung Penanggungan. Sedangkan dilakukan tindakan pengamanan, compound/convinience. Dengan untuk mencegah berkurangnya di sebelah utara terdapat sungai demikian maka haruslah ada titik Wrati yang menuju ke laut, dan sumur-sumur tersebut. pusatnya. Secara geologis dan sekarang dijadikan batas antara k o s m i s , maka Gunung Kabupaten Pasuruan dan Melihat banyaknya sumur Penanggungan dapat dianggap kabupaten Sidoarjo. Pada yang ada beserta distribusinya, sebagai pusatnya. Di dalam Prasasti bentangan kecil, di sebelah barat dapat diperldrakan bahwa mungkin Cunggrang, Gunung terdapat saluran Nyangkring, di dahulu di wilayah sekitar Candi Penanggungan disebut sebagai sebelah timur terdapat saluran Gunung Gangsir sudah merupakan Gunung Pawitra yang dianggap suci Panggang Lele dan di sebelah pemukiman yang relatif cukup dan berfungsi sebagai Mahameru. padat. Hanya saja perlu diteliti lebih selatan terdapat saluran Ngurawan. mendalam lagi, siapa sajakah yang Sekitar 7 km di sebelah A\ I selatan Candi Gunung Gangsir, di Kewajiban Wahuta Wungkal adalah Hasil dari kedua kegiatan Dusun Sukci Desa Bulusari mengurusi pertapaan dan prasada tersebut digunakan untuk Kecamatan Gempol terdapat prasasti Cunggrang yang dituliskan dan memperbaiki pemandian suci di menunjang kegiatan keagamaan dan Pawitra. kehidupan masyarakat di sekitar pada kedua sisi batu. Pada saat ini, candi, dimana penghidupan prasasti ini berdiri sendiri, terdapat Apabila lebih dicermati lagi masyarakat pada waktu itu pada satu temuan penyerta yang lain 181 prasasti Cunggrang, tampak umumnya bertumpu pada sektor berupa Ungga semu. Lingga semu bahwa ada dua hal penetapan sima, pertanian dan peternakan. tersebut pada awalnya berasal dari yaitu desa Cunggrang dan sawah Kehidupan bertani ini masih daerah sekitar prasasti itu berada, pakarungan. Desa Cunggrang nampak berlangsung sampai vaitu sekitar 500 meter di sebelah disebutkan dalam kaitannya dengan sekarang. Penduduk sekitar candi barat laut. Berdasarkan centa keberadaan sampai saat ini nenduduk dan juru peUhara, dulu di bangunan suci masih menanam Lkitar prasasti terdapat batu yartg yang harus yreka sebut batu patok, yang padi di sekitar diasumsikan sebagai Ungga dipelihara. candi dan Dengan iuga. Lingga semu ini bahkan beberapa demikian tentu sumur tersebut herfungsi sebagai batas desa. Ketika s a j a Desa rP3 lawa Timur mengadakan berada di areal Ueaiatanregistrastd.Kab.Pasutuan, Cunggrang ini sawah. Sekitar b e r u 200 m di sebelah a^dekat pasar Kapulungan (sektar pemukiman, " di sebelah tenggara Desa utara candi Bulusari) terdapat Ungga semu^ d i m a n a terdapat areal penduduk yang berada di dalamnya sawah yang selalu mengandung air. Prasasti Cunggrang ada dua buah. mempunyai kewajiban menjaga, Ada kemungkinan daerah ini Ltu buah dituUskan pada batu yang merawat, membersihkan dan semula berupa rawa-rawa, Lkarang masih insitu di Dttsun memperbaiki apabila ada yang rusak sebagaimana kadang daerah Sukci sedangkan yang lam bangunan suci tersebut. Adalah rawapun dapat ditetapkan menjadi dituliskan pada lempengan logis, bahwa pengelola bangunan sima demi kelangsungan bangunan perunggu yang sekarang dtsimpan suci tersebut tinggal berdekatan suci(Boechari, 1977: 328-329). di Gereja Kaj-utangan . dengan bangunan suci. Hal ini Apalagi melihat intensitas upacara didukung oleh temuan arkeologis yang dilakukan cukup padat, vaitu Prasasti Cunggrang secara berupa sumur-sumur yang berada di setiap tanggal 3 tiap bulannva dan ringkas berisi tentang penetapan sekitar candi. Selain itu juga ada caru setiap hari. Ini menunjukkan sima atas desa Cunggrang yang sawah pakarungan vang ditetapkan bahwa pendeta tidak boleh tinggal termasuk wilayah Bawang di bawah sebagai sima untuk menghasilkan terlalu jauh dari bangunan suci. kekuasaan Wahuta Wungkal, biaya bagi pemujaan bhatara di Demikian pula tempat tinggal para dipersembahkan sebagai punpunan prasada di pertapaan di Tirtha pada budak vang berkewajiban merawat kepada Sang Hyang Dharmasrama tanggal 3 tiap bulan dan biaya bangunan suci. Bahkan tempat- di Pawitra, nama kuno untuk persembahan caru setiap hari tempat melakukan upacara Gunung Penanggungan, dan Sang (Boechari, 1977; 323-324). keagamaan dengan segenap Hyang Prasada Silunglung dan Sang persiapannva. Dengan penelitian Sidha Dewatra Rakryan Bawang, Untuk mendukung arkeologi melalui ekskavasi ayah dan nenek raja, atas perintah kelangsungan hidup para pengelola diharapkan dapat dikaji secara lebih Sri Maharaja Rake Hino Pu Sindok, candi, maka juga diperhatikan pula dalam tentang pemukiman ini, untuk permaisuri Sindok yang pemenuhan kebutuhan pokok, misalnva kemungkinan adanva bernama Sri Parameswari Dyah antara lain makan. Pada prasasti pola-pola pemukiman. Secara lebih Kbi. Prasasti ini berangka tahun 851 Cunggrang selain penetapan sima luas lagi akan dapat dikaji pola Saka pada bulan Asuji. Adapun desa (Ainggrang juga disebut sawah keletakan candi dalam lingkungan sebab diturunkannya prasasti ini pakarungan. Sawah pakarungan kesatuan teritorialnva, schingga karena adan>'a pengalihan pajak dapat ditafsirkan sebagai sawah dan akan diketahui pewilavahan pada untuk membiayai pcmeliharaan pakarungan, yaitu t e m p a t pertapaan, prasadha dan petirtaan. abad \l di sekitar Candi Ciunung petctnakan babi. Gangsir. A Dari telaah isi Prasasti Prasasti Cunggrang juga lokasi temuan prasasti Cunggraa Cunggrang tersebut di atas, tampak menyebutkan adanya tiga buah tidak jauh dari gapura Belahar bahwa penetapan sebuah desa bangunan suci, yaitu pertapaan kemungkinan yang dimaksud Saik menjadi sima tidak berarti bahwa (dharma ), candi (prasada Hyang Tirtha Pancuran adalal desa tersebut bebas pajak dan silunglung) dan petirtaan (sang Petirtaan Belahan itu sendiri, daf pungutan sama sekali. Bedanya hyang tirtha). Oleh para ahli, merupakan salah satu bangunar adalah bahwa hasil pungutan pajak petirtaan itu diidentikkan dengan yang terdapat di dalam dharrm dan denda dari tanah Belahan. Sedangkan rama, hal ini sesuai dengan adanp sima digunakan candi yang air yang dipancurkan (tirts untuk berbagai dimaksud, pancuran) dari area, yang ada d macam keperluan mungkinkah Candi petirtaan Belahan. Mengenai fungs bagi bangunan suci, Gunung Gangsir? kolam suci di dalam karya sastn antara lain biaya Penulis mencoba disebutkan sebagai tempat untuk pelaksanaan menelusuri menyucikan diri dan memperoleh bermacam saji- hubungan Candi kebahagiaan bagi mereka yang sajian, upacara Gunung Gangsir dilanda kesedihan dan penal pemujaan terhadap dengan Belahan dan pikirannya" dengan cara melakukan bhatara di dalamnya Gu n u ng , Jika memang benar area dan untuk Penanggungan. Di Wisnu naik garuda itu berasal daii pemeliharaan atas kertas, antara Belahan, keberadaannya justru akan bangunan. ketiga lokasi memperkuat fungsi Petirtaan tersebut dapat Belahan itu sendiri. Area Wisnu naik Status sima ditarik satu garis garuda tersebut digambarkan dalam tersebut adalah lurus dengan sikap yogasanamurti, yaitu swatantra, dalam arti tidak boleh orientasi kemiringan sekitar 66-670 merupakan area yang dipuja oleh dimasuki oleh patih, wahuta,nayaka, dari arah barat dengan jarak sekitar para yogin atau oleh para calon pratyaya, pangkur, tawan, tirip, rama 8,9 km. yogin (Winston, 1987; Rao, 1914). dan semua yang termasuk dalam Sedangkan dharma rama sampai mangilala drwya haji. Adapun semua Menurut Th. A Resink saat ini belum diketahui. Mengingat denda-denda yang termasuk dalam Petirtaan Belahan telah ada sejak namanya, dharma rama ini bisa jadi sukha duhkha dikuasai oleh bhatara Raja Sindok pada abad X Masehi merupakan tempat pertapaan. pada bangunan suci tersebut. dan bukanlah merupakan pendharmaan Raja Airlangga Apabila benar demikian, maka Sementara itu bagi pajak dharma rama haruslah berada di perdagangan ada aturan sejumlah seperti yang diasumsikan oleh ahli- tempat yang sunyi dan pada daerah ahli lain. Adapun dasar tertentu yang digunakan untuk yang relatif tinggi, sehingga dengan keperluan bangunan suci, penelitiannya adalah dari segi demikian orang yang berada di sedangkan yang lainnya masuk arsitektural, ornamentasi dan dalam kas kerajaan. Sedangkan prasasti. Prasasti Cunggrang dharma rama dapat mendapatkan ketenangan dalam melakukan pajak usaha ada 2 ketentuan. ditemukan tidak jauh dari Gapura Kadang pajak tersebut dikuasai Belahan. Prasasti Cunggrang semedi. bhatara atau harus dibagi tiga sebagaimana disebutkan di atas, dengan ketentuan sepertiga masuk Dengan demikian dapat menyebutkan adanya tiga buah diajukan satu asumsi, bahwa dharma sima/bangunan suci, sepertiga bangunan, yaitu dharma rama untuk perbendaharaan kerajaan,dan rama tersebut telah runtuh, pintu (pertapaan), prasada silunglung gerbangnya di Belahan. Sedangkan sepertiga dikuasai bhatara di sebagai tempat pendharmaan bangunan suci yang bersangkutan prasada silunglung untuk tempat rakryan Bawang, dan Sang Hyang pendharmaan rakryan Bawang (Boechari, 1977: 325). Dengan Tirtha Pancuran, terletak pada demikian nampak bahwa ada suatu adalah Candi gunung Gangsir, dan lokasi yang sama, yaitu di Pawitra yang dimaksud dengan Sang Hyang organisasi yang mengatur semua (Gunung Penanggungan). Lokasi Tirtha Pancuran sudah jelas adalah mekanisme tersebut sehingga dapat Prasada Silunglung tidak petirtaan Belahan. Dengan bcrjalan lancar. disebutkan, tetapi ada kemungkinan demikian secara kronologis, ketiga Candi Gunung Gangsir. Mengingat bangunan tersebut berasal dari masa

(m Sindok, seperti yang telah kecil di dekat petirtaan Belahan. dalam Friuts of Inspiration disampaikan oleh Resink. Studies in Honour of Prof. J. G. De Casparis, Groningen, Egbert Penutup Daftar Pustaka Forsten. Kajian terhadap Candi A.M. Chowdhury, 1996, 'Bengal and Muhammad Ichwan, 1999. Belief Gunung Gangsir ini m a s i h South East yisla: Trade and Binatang pada Candi mendut, merupakan kajian awal yang penulis Cultural Contact in the Ancient Skripsi, ,Denpasar: lakukan ketika menjadi ketua unit Period' dalam Ancient Trade Universitas Udayana, dalam kegiatan pemugaran Cani and Cultural Contact in belum diterbitkan. Ounung Gangsir pada tahun 2003- South East Asia. Bangkok: Soekmono, 1977. Candi Fungsi dan 7005 dan 2007-2008. Banyak hal the office of the National pengertiannya, Jakarta: Ing menarik tentang candi im yang Culture Commission. Disertasi FS UI. Boechari, 1977, Candi dan T A Gopinatha Rao, Elements of r„usb^gitu diungkapkan,banyak sumberpustaka karena belum yang Ungkungannya'ASSaim. PIA I, Hindu Jconogrcphy volI Part I, fmbahas secara mendalam, baik Cibulan. Madras: The Printing .,lah teknis maupun dan segi Gosta Liebert, 1975. Iconographic House Mount Round. '"tcologisnya- Untuk itu tidak Dictionary of The India Veronica Ion, 1967. Indian Snutup kemungkinan adanya Keligion, Study in South Mythology. NY:Paul Hamlyn ^elgembangan penelman yang Asian Culture,, Leiden; EJ Ltd. brill. Ven Piyasilo, Mandala of Five dapatmasamendatang. dilakukan oleh siapapun di Gupte, RS, 1972. Iconography of Buddhas, A Study of Buddhist , Budhist, and Jains, , Iconography and Symbolism, Berdasarkan hiasan, segi India: DB Taraporevala Malaysia: The arsitektural dan tekrhs pembuatan Sons and Co. Dharmafarers. satu Hasan Djafar, 2007 'Kompleks 'South east Asian bahannya1 dapat diaiukan satu Percandian di Kamsan Situs Architecture and the Stupa of asumsi bahwa Candi Gunung Gangsir b.sa jadi merupal^n candi , Karawang-Jaiva Nandangarh' dalam Atribus 1 dan masa Smdok sebagai BaratKajian Sejarah Budaya', Asiae vol XIX, ¥4 kera)aan Disertasi, Depok: MCMLVI, Publishers- ganti Candi Prambanan yang merupakan candi kerajaan dan raja- Universitas Indonesia. Ascona-Switszerland. Studi raja pendahulunya. Halinididukung I Dondet, 200\. Pancadbatu 2003. Eaporan Atom, Atma, dan Animisme Tek n is A rkeologis Candi oleh banyaknya persamaan secara (Sebuah Evolusi Konsep Gunung Gangsir, Ririet gansdan Candi besar Gunung antara Candi Gangsir. Prambanan Terrtang Sesuatu yang Amat Kecil Sebagai Asas hidup Dan Dalam kaitannya dengan kebidupan), Surabaya; wilayah di sekitar candi, penuUs Penerbit Paramita. mencoba menghubungkan data J.E. van Lohuizen de Leeuw, 1957 sumber tertulis dengan data 'The Ancient Buddhist arkeologis. Adanya banyak BCB Monastery at Pabarpur' tidak bergerak di sekitar Candi dalam Antiquity and Gunung Gangsir seperti gapura dan Survival Vol. 11 No. 1, The petirtaan Belahan besar Hague-Netherlands. kemungkinan merupakan tempat- K. M. Srivastava, 1993. 'The Sites tempat yang disebut di dalam and Stucco Yigitrines of Prasasti Cunggrang, yaitu prasadha Nalanda' dalam Arts of silunglung untuk Candi Gunung Asia,23 (4) July-August,: hal. 90-99. Gangsir, sang hyang tirtha adalah Sumber t'oto Candi Gunung Gangstr petirtaan Belahan dan sang hyang Marijke J. Islokke, 2002. 'Candi wvAv,navigasi.net/goart.php?a=bucaggsr dharma kemungkinan sudah hancur Ciunung Gangsir Gangsir a tinggal sisa-sisanya berupa gapura 1 'nique Temple in lias! Jara' A