Bioprospek 13 (1) 2018 40-49

Bioprospek

https://fmipa.unmul.ac.id/jurnal/index/ Bioprospek

POLA PERTUMBUHAN, FAKTOR KONDISI DAN HABITAT IKAN TEWARING binotatus (Valenciennes, 1842) DI SUNGAI HUTAN BERAMBAI SAMARINDA

Rynaldo Pratama1), Jusmaldi2) dan Nova Hariani3)

1, 2, 3Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mulawarman

INFO ARTIKEL ABSTRAK

Terkirim 18 Januari 2018 The research about growing pattern, condition factor and habitat Diterima 18 Maret 2018 of Spotted Barb Barbodes binotatus (Valenciennes, 1842) was Online 16 April 2018 done from August until December 2017. The aims of this research are to know growing pattern, condition factor, sex ratio and habitat of Spotted Barb (Barbodes binotatus) in Berambai Kata kunci. Forest River. Fishing was done in every month, using purposive Barbodes binotatus sampling method with some fishing gears. The result of the Growing pattern research shows that growing pattern of Spotted Barb (B. binotatus) was positive allometric, the average value of the Condition factor and habitat condition factor was 1,064. The sex ratio of male and female were 1 : 1,06. The Berambai River in good condition for living of Spotted barb.

1. Pendahuluan Di alam, ikan tewaring dapat ditemukan Ikan tewaring (Barbodes binotatus) di sungai berarus deras, danau, sungai kecil merupakan ikan air tawar yang termasuk ke di pegunungan hingga mencapai ketinggian dalam subfamili Barbinae dari famili 2000 Meter dari permukaan laut (Jenkins et yang memiliki beberapa nama al., 2015). Karena penyebarannya yang sinonim dalam literatur ilmiah yaitu Puntius umum, Barbodes binotatus digunakan binotatus, Systomus binotatus, Capoeta sebagai indikator lingkungan untuk menilai binotata dan Barbus maculatus (Kottelat, kualitas habitat atau kesehatan lingkungan 2013; Jenkins et al., 2015). Ikan ini perairan (Baumgartner et al., 2005). Selain merupakan spesies asli Asia Tenggara yang itu di Jawa Barat, ikan tewaring sering tersebar luas di Laos, Vietnam, Kamboja, dipancing untuk kegiatan rekreasi dan Myanmar, Brunei Darussalam, Malaysia, dikonsumsi, sedangkan diluar negeri ikan ini Filipina dan Indonesia (Jenkins et al., 2015). mempunyai nilai ekonomis yang cukup penting sebagai ikan hias akuarium. Pertumbuhan merupakan pertambahan Korespondensi: [email protected] ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu [email protected] yang dipengaruhi oleh faktor dalam dan

faktor luar. Pertumbuhan ikan biasanya ditunjukkan dari penambahan panjang dan berat yang biasanya bertujuan untuk Pratama, R. Jusmaldi. Hariani, N. / Bioprospek 13 (1) 2018 40-49 41 mengetahui pola pertumbuhan atau tampilan Terjun Berambai yang terletak sekitar 30 km ikan di alam (Nofrita et al. 2015). Pola dari pusat kota Samarinda. pertumbuhan ikan dapat diketahui dengan Di sekitar kawasan objek wisata tersebut melakukan analisis hubungan panjang berat mulai mengalami degradasi akibat adanya ikan tersebut. pembukaan lahan untuk kegiatan Hubungan panjang-berat ikan dapat penambangan batu padas, perkebunan sawit digunakan untuk menentukan faktor kondisi dan pemukiman, sehingga kondisi ini diduga (FK) yang mengacu pada tingkat dapat menimbulkan sedimentasi pada kemontokan ikan (Fafuiye dan Oluajo, perairan di kawasan objek wisata tersebut. 2005), kesesuaian terhadap lingkungan Menurut Warman (2015) perairan yang (Farzana dan Saira, 2008), survei dampak keruh tidak disukai organisme perairan lingkungan, dan akuakultur untuk karena mengganggu sistem pernafasan serta mengevaluasi kondisi ikan budidaya yang menghambat pertumbuhan dan mencerminkan efisiensi kondisi ikan di perkembangan. lingkungan kolam budidaya (Olurin dan Ikan tewaring (Barbodes binotatus) Aderibigbe, 2006; Kumar et al., 2013). merupakan salah satu spesies ikan yang Perhitungan hubungan panjang-berat, faktor terdapat di perairan kawasan hutan kondisi relatif (FK) dapat digunakan untuk Berambai, Samarinda utara. Informasi aspek membandingkan kondisi ikan dari lokasi biologi Barbodes binotatus dikawasan ini yang berbeda (Isa et al., 2010; Zakeyudin et belum pernah diketahui. Berdasarkan hal al., 2012). Analisis panjang-berat ikan sangat tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah penting dilakukan untuk mengetahui kondisi untuk mendapatkan pola pertumbuhan, biologi ikan dan stok ikan agar mudah faktor kondisi dan habitat Barbodes dilakukan manajemen keberlangsungan binotatus (Valenciennes, 1842) di sungai biodiversitas ikan (Rosli dan Isa, 2012). kawasan hutan Berambai, Samarinda Utara, Selain itu, analisis panjang-berat ikan yang digunakan sebagai informasi dasar dilakukan sebagai indikator biologi dari untuk pengelolaan kawasan ini di masa kondisi ekosistem perairan tersebut datang. (Courtney et al., 2014). Beberapa penelitian yang terkait dengan 2. Metode Penelitian spesies ikan tewaring telah dilakukan oleh Waktu dan Tempat Penelitian beberapa peneliti seperti kajian aspek biologi Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan reproduksi (Rahmawati, 2006), morfologi Agustus hingga Desember 2017. (Vitri et al., 2012; Dorado et al., 2012), Pengambilan sampel ikan tewaring dan komparasi jenis pakan (Situmorang et al., pengukuran kualitas air dilakukan di aliran 2013), hubungan panjang berat (Lim et al., Sungai kawasan Hutan Berambai, Samarinda 2013), dan perkembangan telur (Iswahyudi et Utara, Samarinda, Kalimantan Timur. al., 2014). Menurut Tomkiewicz et al. Kemudian dilanjutkan analisis pola (2003), setiap spesies ikan memiliki strategi pertumbuhan dan faktor kondisi di yang berbeda dalam mempertahankan Laboratorium Ekologi dan Sistematika kelangsungan hidupnya, bahkan ikan dalam Hewan, Fakultas Matematika dan Ilmu spesies yang sama juga memiliki strategi Pengetahuan Alam, Universitas yang berbeda bila berada pada kondisi Mulawarman, Samarinda. lingkungan dan letak geografis yang berbeda. Berambai merupakan salah satu kawasan Prosedur Kerja yang terletak di daerah Batu Besaung, Pengumpulan dan pengawetan ikan Sempaja Utara, Samarinda Utara, Kota Penangkapan ikan tewaring (Barbodes Samarinda, Kalimantan Timur. Pada binotatus) menggunakan metode Purposive kawasan tersebut terdapat objek wisata yang sampling. Seluruh ikan tewaring (Barbodes dikenal dengan nama Objek Wisata Alam Air binotatus) yang tertangkap ditampung dalam Pratama, R. Jusmaldi. Hariani, N. / Bioprospek 13 (1) 2018 40-49 42 ember, kemudian dihitung jumlah individu Keterangan : ikan yang tertangkap. Contoh ikan tewaring W = Berat total (gram) difoto menggunakan kamera kemudian di L = Panjang total (milimeter) awetkan di dalam alkohol 90% untuk a = Intercept dijadikan spesimen koleksi. b = Slope

Pengukuran, penimbangan dan penentuan Pola pertumbuhan ditentukan dari nilai jenis kelamin ikan konstanta b (slope) yang diperoleh dari Ikan yang telah ditangkap diukur panjang perhitungan panjang dan berat melalui total dan ditimbang berat tubuhnya. hipotesis. Hipotesis yang digunakan untuk Pengukuran panjang total dilakukan dari menentukan pola pertumbuhan adalah ujung kepala terdepan (ujung rahang sebagai berikut : terdepan) sampai dengan ujung sirip ekor H0 = Bila nilai b=3, pola pertumbuhan paling belakang. Pengukuran panjang total bersifat isometrik menggunakan kaliper digital dengan (Pertumbuhan panjang sama dengan ketelitian 0,01 mm. Penimbangan berat tubuh pertumbuhan berat) ikan menggunakan timbangan digital dengan H1 = Bila nilai b≠3, pola pertumbuhan ketelitian 0,01 gram. Selanjutnya data bersifat allometrik, yaitu : panjang dan berat ikan tersebut dicatat dan * Bila nilai b>3, bersifat allometrik positif dipergunakan untuk analisis data pola (Pertumbuhan berat lebih dominan) pertumbuhan dan faktor kondisi ikan. * Bila nilai b<3, bersifat allometrik negatif Selanjutnya dilakukan pembedahan ikan (Pertumbuhan panjang lebih dominan) mulai dari anus sampai tutup insang dengan mengunakan alat bedah, dengan tujuan untuk Faktor Kondisi menentukan jenis kelamin. Jenis kelamin Faktor kondisi (K) ditentukan berdasarkan jantan ditandai dengan adanya gonad panjang dan berat ikan. Faktor kondisi juga berwarna putih susu sedangkan pada jenis digunakan dalam mempelajari kelamin betina ditemukan telur berwarna perkembangan gonad ikan jantan maupun kuning tua pada individu dewasa, sedangkan betina yang belum dan sudah matang gonad. pada individu muda gonad jantan ditandai Jika pola pertumbuhan allometrik dapat dengan warna putih kemerahan, sedangkan dihitung dengan menggunakan rumus berikut pada betina gonad berwarna bening. (Effendie 2002). Pengukuran faktor kondisi kualitas air K= 푊 Karakteristik habitat dan parameter 푎퐿푏 kualitas air sebagai data penunjang penelitian Faktor kondisi untuk ikan dengan dengan cara diamati dan diukur yang pertumbuhan isometrik (b=3) dihitung dilakukan bersamaan dengan waktu dengan menggunakan rumus berikut: pengambilan sampel ikan tewaring 5 K= 10 W (Barbodes binotatus). Pengamatan parameter 퐿3 fisika dan kimia perairan berpedoman pada Keterangan : (Bain dan Stevenson, 1999). K : faktor kondisi. W : berat ikan (gram). Analisis Data L : panjang total ikan (mm). Pola pertumbuhan a : intercept. Hubungan panjang berat dapat dianggap b : slope. suatu fungsi dari panjang (Effendie, 2002). Hubungan panjang berat dapat ditentukan Kualitas air menggunakan rumus berikut : Data kualitas perairan dianalisis dengan statistik deskriptif yang dikaitkan dengan W=aLb pola pertumbuhan ikan dan kondisi habitat Pratama, R. Jusmaldi. Hariani, N. / Bioprospek 13 (1) 2018 40-49 43

diolah menggunakan program Microsoft ikan tewaring berkisar dari 82 – 153 mm dan Excel. 11 – 61 gram dari Sta. Ana Dam, Nabunturan, Lembah Compostela, Filipina, 3. Hasil dan Pembahasan sedangkan Lim et al., (2013) melaporkan Kisaran Panjang dan Berat Serta Jumlah panjang total dan berat ikan tewaring pada Tangkapan Ikan Tewaring (Barbodes kolam budidaya berkisar dari 40 – 95,5 mm binotatus) dan 0,7 – 11,23 gram. Menurut data , Ikan tewaring yang tertangkap dari bulan panjang maksimal ikan tewaring (Barbodes Agustus hingga bulan November 2017 binotatus) dapat mencapai 200 mm (Froese berjumlah 450 ekor, terdiri dari 218 ekor dan Pauly, 2017). Berbedanya ukuran jantan (48,44 %) dan 232 ekor betina (51,56 panjang total dan berat ikan diduga akibat %) (Tabel 1). adanya perbedaan kondisi lingkungan perairan dan ketersediaan sumber makanan. Tabel 1. Kisaran panjang dan berat serta Li dan Gelwick (2005) menyatakan jumlah tangkapan ikan Tewaring ketersediaan sumber makanan alami dan (B. binotatus) di Sungai Hutan heterogenitas habitat memberikan kondisi Berambai Samarinda. lingkungan yang lebih baik untuk Jantan Betina pertumbuhan ikan. Bulan Ekor Panjang Berat Ekor Panjang Berat (n) (mm) (gram) (n) (mm) (gram)

Agust 46 55,70 - 2,14 - 60 51,33 - 1,68 - '17 114,63 21,32 133,74 30,02 Sept 34 50,16 - 2,2 - 44 45,67 - 1,27 - '17 160,52 15,45 131,11 31,15 Okt '17 86 56,64 - 2,02 - 77 60,60 - 2,69 - 120,28 23,54 146,01 43,34 Nov 52 47,60 - 1,25 - 51 75,22 - 4,96 - '17 123,10 24,39 142,25 38,26 Gambar 1. Frekuensi kelas ukuran ikan Tewaring (B. Total 218 47,60 – 1,25 – 232 45,67 – 1,27 – binotatus) di Sungai Hutan Berambai (n) 123,10 24,39 146,01 43,34 Samarinda.

Ukuran panjang total dan berat ikan tewaring Distribusi frekuensi berdasarkan yang tertangkap selama penelitian selang ukuran panjang menunjukkan bahwa mempunyai kisaran panjang total 45,67 – ikan tewaring jantan lebih banyak terdapat 146,01 mm dan berat 1,27 - 43,34 gram. Dari pada selang kisaran panjang 85,67 – 95,66 kisaran panjang total itu didapatkan sebelas mm (12,89 %) dan betina lebih banyak pada kelas ukuran panjang ikan. Ikan tewaring selang kisaran panjang 105,67 – 115,66 mm jantan memiliki kisaran panjang 47,60 – (9,56 %) (Gambar 1). Menurut Inna 123,10 mm dan berat 1,25 – 24,39 gram, Rahmawati (2006), distribusi frekuensi sedangkan ikan tewaring betina dengan berdasarkan kelas ukuran panjang di sungai kisaran panjang 45,67 – 146,01 mm dan berat ciliwung menunjukkan bahwa B. binotatus 1,27 – 43,34 gram. Ukuran minimum dan jantan lebih banyak terdapat pada kisaran maksimum panjang total ikan tewaring panjang total 53–62 mm yaitu sebesar 34% terdapat pada ikan tewaring betina selama dari seluruh ikan jantan yang diamati, penangkapan. sedangkan ikan betina banyak terdapat Berdasarkan hasil penelitian ini panjang total pada kisaran panjang total 63 –72 mm dan berat ikan tewaring yang ditemukan yaitu sebesar 24,14% dari seluruh ikan betina berbeda jika dibandingkan dengan laporan yang diamati. dari beberapa peneliti. Escote dan Jumawan (2017) melaporkan panjang total dan berat Pratama, R. Jusmaldi. Hariani, N. / Bioprospek 13 (1) 2018 40-49 44

Nisbah Kelamin et al. (2009), menyatakan bahwa Secara keseluruhan nisbah kelamin ikan pertambahan berat badan proporsional tewaring jantan dan betina adalah 218 : 232 dengan kenaikan panjang ikan. atau 1 : 1,06. Uji Chi-square terhadap nisbah kelamin jantan dan betina secara 50 y = 8x10-06x3,1145 keseluruhan, diperoleh nisbah kelamin tidak R² = 0,9825 2 40 berbeda nyata dengan taraf 95% X hit (0,43) N total = 450 individu 2 30 < X tabel (db =1) (5,02) dari pola 1:1 (50% jantan dan 50% betina) atau nisbah kelamin ikan 20 tewaring ideal di Sungai kawasan hutan 10 Berambai. Seimbangnya jumlah ikan jantan 0 dan ikan betina yang tertangkap diduga (gram) Tubuh Berat 0 50 100 150 200 karena ikan jantan maupun ikan betina Panjang Tubuh (mm) berada pada satu area saat memijah sehingga menyebabkan peluang tertangkapnya sama. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup Gambar 2. Hubungan Panjang dan Berat dalam suatu populasi, perbandingan jantan Total Ikan Tewaring (B. binotatus) di Sungai dan betina diharapkan berada dalam kondisi Hutan Berambai Samarinda. seimbang, setidaknya ikan betina lebih banyak. Jika di bandingkan dengan Berdasarkan jenis kelamin, model penelitian lainnya, nisbah kelamin Barbodes persamaan regresi dari hubungan panjang binotatus di Daerah Aliran Sungai (DAS) total (L) dan berat (W) ikan jantan W = 8x10- Ciliwung secara keseluruhan adalah 1,15 : 1 6 L3,0978 dengan nilai koefisien korelasi (r) atau 53,48% jantan dan 46,52% betina sebesar 0,987 (Gambar 3) dan betina adalah (Rahmawati, 2006). Nisbah kelamin di alam W = 7x10-6 L3,1253 dengan nilai koefisien sering terjadi penyimpangan dari kondisi korelasi (r) sebesar 0,993 (Gambar 4) dan ideal. Hal ini disebabkan oleh adanya pola perbandingan (Tabel 2). tingkah laku bergerombol antara ikan jantan dan betina, kondisi lingkungan, dan faktor 30 -06 3,0978 penangkapan (Ball dan Rao, 1984). 25 y = 8x10 x R² = 0,9742 Hubungan Panjang Berat 20 N total = 218 individu Data panjang dan berat ikan tewaring 15 yang diperoleh dilakukan analisis regresi 10 untuk mengetahui hubungannya. Dari total 5

sampel sebanyak 450 individu ikan diperoleh 0 Berat Tubuh (gram) Tubuh Berat model regresi hubungan panjang total (L) dan 0 50 100 150 3,1145 berat (W) adalah W = 8 x10-6 L dengan Panjang Tubuh (mm) nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,991 (Gambar 2). Nilai b sebesar 3.1145 dalam penelitian Gambar 3. Hubungan Panjang dan Berat ini berada pada kisaran normal untuk Total Ikan Tewaring (B. pertumbuhan sebagian besar ikan. binotatus) Jantan di Sungai Umumnya, kebanyakan ikan memiliki nilai b Hutan Berambai Samarinda. berkisar antara 2 sampai 4 (Samat et al. 2008; Jamabo et al. 2009). Nilai koefisien korelasi mendekati satu menunjukkan bahwa pertambahan berat ikan akan memengaruhi pertambahan panjangnya. Nilai koefisien korelasi kuat kedua parameter ini juga dicatat oleh Ayoade dan Ikulala (2007) dan Jamabo Pratama, R. Jusmaldi. Hariani, N. / Bioprospek 13 (1) 2018 40-49

45 50 5,445 > ttab 2,256) dan nilai b besar dari 3 y = 7x10-06x3,1253 yaitu 3,1253 yang menunjukkan bahwa pola 40 R² = 0,9877 N total = 232 individu pertumbuhan ikan betina bersifat allometrik 30 positif (pertumbuhan berat lebih dominan dari pertumbuhan panjang). Nilai intercept 20 (koefisien a) pada ikan tewaring jantan dalam 10 penelitian ini memiliki nilai yang lebih besar

Berat Tubuh (gram) Tubuh Berat dari pada ikan betina. Hal ini 0 mengindikasikan ikan tewaring jantan lebih 0 50 100 150 200 berat dari pada ikan betina pada ukuran Panjang Tubuh (mm) panjang yang sama. Pola pertumbuhan yang berbeda antar Gambar 4. Hubungan Panjang dan Berat jenis kelamin juga di temukan oleh Total Ikan Tewaring (B. Rahmawati (2006) yang mendapatkan pola binotatus) Betina di Sungai pertumbuhan ikan Barbodes binotatus jantan Hutan Berambai Samarinda. allometrik negatif sedangkan betina Isometrik. Menurut Bagenal dan Braum Tabel 2. Analisis regresi hubungan panjang (1978), adanya perubahan koefisien a dan berat ikan tewaring (B. (intercept) dan (slope) tidak hanya terjadi binotatus) di Sungai Hutan pada tingkat antar spesies, bahkan intra Berambai Samarinda. spesies. Hubungan panjang berat akan Parameter Jantan Betina berbeda menurut jenis kelamin, tingkat Contoh ikan (N 218 232 kematangan gonad, musim, bahkan waktu individu) Kisaran panjang 47,6 – 45,67 – per harinya (karena perubahan tingkat (mm) 123,1 146,01 kepenuhan lambung). Lebih jauh dikatakan a (intercept) 8x10-6 7x10-6 koefisien b dapat mengalami perbedaan b (slope) 3,0978 3,1253 R2 (koefisien 0,9742 0,9877 karena tahap metamorfosis (ukuran) determinasi) pertumbuhan, ukuran pertama kali matang r (koefisien 0,987 0,993 gonad, dan perbedaan lingkungan. Selama korelasi) Uji nilai b, thit 2,85 5,445 masa perkembangan pertumbuhan, ikan Ttabel taraf 2,257 2,256 biasanya akan melewati beberapa tahap kepercayaan 95% (stages) dimana masing-masing ukuran akan memiliki karakteristik hubungan panjang- Hasil analisis regresi hubungan panjang berat masing-masing. dan berat tubuh ikan untuk masing-masing Hubungan panjang berat dan pola jenis kelamin diperoleh nilai koefisien pertumbuhan ikan tewaring menunjukkan korelasi (r) pada ikan jantan yaitu 0,987 dan adanya perubahan pada setiap bulan pada ikan betina yaitu 0,993 . Pada ikan penangkapan. Pola pertumbuhan ikan jantan memiliki nilai b sebesar 3,0978 tewaring jantan pada bulan Agustus dan sedangkan pada ikan betina memiliki nilai b September adalah isometrik, pada bulan sebesar 3,1253. Oktober dan November adalah allometrik Hasil pengujian nilai b dengan uji t positif (Tabel 3), sedangkan Pola diperoleh bahwa ikan jantan mempunyai pertumbuhan ikan tewaring betina pada nilai b tidak sama dengan 3 (thit 2,85 > ttab bulan Agustus adalah isometrik, pada bulan 2,257), nilai b besar dari 3 yaitu 3,0978 yang September, Oktober dan November adalah menunjukkan bahwa pola pertumbuhan ikan Allometrik positif (Tabel 4). jantan bersifat alometrik positif (pertumbuhan berat lebih dominan dari pertumbuhan panjang). Pada ikan betina mempunyai nilai b tidak sama dengan 3 (thit Pratama, R. Jusmaldi. Hariani, N. / Bioprospek 13 (1) 2018 40-49 46

Tabel 3. Hubungan panjang berat dan Tabel 5. Nilai faktor kondisi (Kn) ikan pola pertumbuhan ikan tewaring jantan pada tewaring berdasarkan jenis setiap bulan penangkapan di Sungai Hutan kelamin di Sungai Hutan Berambai Samarinda. Berambai Samarinda.

Bulan Jantan Faktor kondisi (Kn) Jenis kelamin N Persamaan R2 r Pola Kisaran Rataan Standar deviasi (ekor) pertumbuhan Jantan 0,748 – 1,059 0,102 W= 2 x 0,962 0,981 Isometrik 1,759 Agust’17 46 10-5L2,946 Betina 0,896 – 1,068 0,081 W= 2 x 0,973 0,986 Isometrik 1,509 Sep’17 34 10-5L2,892 Total 0,748 – 1,064 0,0915 W= 5 x 0,972 0,986 Allometrik 1,759 Okt’17 86 10-6L3,205 positif W= 6 x 0,982 0,990 Allometrik Nov’17 52 10-6L3,186 positif Nilai faktor kondisi atau Indeks ponderal pada ikan dengan badan agak pipih Tabel 4. Hubungan panjang berat dan pola berkisar antara 2 – 4, sedangkan pada ikan pertumbuhan ikan tewaring betina pada dengan badan kurang pipih berkisar anatar 1 setiap bulan penangkapan di Sungai Hutan – 3 (Effendie, 1979). Oleh karena itu nilai Berambai Samarinda. faktor kondisi menunjukan ikan tewaring memiliki tubuh kurang pipih. Nilai rataan Bulan Betina faktor kondisi ikan tewaring betina lebih N Persamaan R2 r Pola besar dari pada ikan tewaring jantan, hal ini (ekor) pertumbuhan menunjukkan pada ukuran yang sama, ikan W= 1 x 0,983 0,991 Isometrik Agust’17 60 10-5L3,071 betina cenderung lebih gemuk daripada ikan W= 9 x 0,995 0,997 Allometrik jantan. Sep’17 44 10-6L3,084 positif W= 5 x 0,989 0,994 Allometrik Okt’17 77 10-6L3,199 positif Fluktuasi faktor kondisi ikan tewaring W= 4 x 0,971 0,985 Allometrik menurut bulan penangkapan jantan dan -6 3,264 Nov’17 51 10 L positif betina (Gambar 5). Pertumbuhan allometrik adalah perubahan yang tidak seimbang di dalam tubuh ikan dan dapat bersifat sementara. 1.6 1.4 Pada pola pertumbuhan ini, pertumbuhan 1.2 panjang dapat lebih dominan daripada 1 pertumbuhan berat ataupun sebaliknya. 0.8 Jantan Ukuran ikan akan memengaruhi perubahan 0.6 0.4 Betina sementara pada bagian tubuh tertentu faktor kondisi rata - 0.2 (misalnya sirip) dan kemontokan ikan terkait 0 pertumbuhan, terutama pada ikan-ikan kecil Rata Agust Sept Okt Nov pada tahap pertumbuhan (Effendie, 2002). '17 '17 '17 '17

Faktor Kondisi Gambar 5. Fluktuasi nilai rataan faktor Perhitungan faktor kondisi ikan tewaring kondisi ikan tewaring pada setiap secara total jantan dan betina digunakan bulan penangkapan di Sungai faktor kondisi relatif/nisbi (K ). Faktor n Hutan Berambai Samarinda. kondisi ikan tewaring berkisar antara 0,748 – 1,759 dengan rataan 1,064 (Tabel 5). Nilai fluktuasi pada setiap bulan penangkapan jantan dan betina berbeda yaitu

pada jantan memiliki nilai 1,353 (Agustus), 1,285 (September), 1,029 (Oktober) dan

0,941 (November). Akan tetapi pada betina Pratama, R. Jusmaldi. Hariani, N. / Bioprospek 13 (1) 2018 40-49 47 memiliki nilai 1,323 (Agustus), 1,002 dalam air. Cahaya yang masuk ke perairan (September), 1,057 (Oktober) dan 0,979 akan mengalami penyerapan dan mengalami (November) (Gambar 5). perubahan menjadi energi panas. Suhu badan Penurunan faktor kondisi pada ikan air juga dipengaruhi oleh musim, lintang jantan dan betina terjadi di bulan Agustus (latitude), ketinggian dari permukaan air laut, sampai November. Hal ini dapat dipahami sirkulasi udara, penutupan awan, aliran air pada bulan tersebut banyak ikan jantan dan dan kedalaman air (Kordi, 2009). betina yang diperiksa dalam tahap matang Kisaran kekeruhan perairan di kawasan gonad. Beragam faktor kondisi disebabkan hutan Barambai sebesar 12,47 – 43,43 NTU. oleh pengaruh makanan, umur, jenis kelamin Kekeruhan juga memengaruhi produktivitas dan kematangan gonad (Effendie 2002). primer, apabila kekeruhan meningkat maka Pertumbuhan ovarium dan pemijahan proses fotosintesis akan terhambat sehingga memiliki kaitan yang erat dengan penurunan oksigen dalam air berkurang, dimana oksigen pertumbuhan somatik atau faktor kondisi. dibutuhkan organisme akuatik untuk Penurunan ini setara dengan besarnya energi melakukan aktifitas metabolisme (Barus, yang diperlukan untuk memproduksi ovum 2001). (Wotton, 1979). Kisaran pH perairan kawasan hutan Kualitas Perairan Barambai adalah 7,89 - 8,37. Nilai pH Faktor abiotik merupakan faktor yang dipengaruhi oleh beberapa parameter antara penting untuk diketahui nilainya karena lain aktivitas biologi, suhu, kandungan sangat memengaruhi faktor biotik lainnya di oksigen dan ion-ion. Pada pH asam, suatu perairan. Faktor abiotik yang diukur kandungan oksigen terlarut akan berkurang, meliputi faktor fisika-kimia lingkungan. sebagai akibatnya konsumsi oksigen Hasil pengukuran faktor fisika-kimia menurun, aktifitas pernapasan naik dan lingkungan pada lokasi penangkapan (Tabel selera makan berkurang (Kordi, 2009). 6 ). Secara umum nilai pH antara 7-9 merupakan indikasi sistem perairan yang sehat (WHO, Tabel 6. Nilai kisaran parameter lingkungan 1993). di Sungai Hutan Berambai Jumlah oksigen terlarut berkisar dari Samarinda 13,40 -14,40 mg/L. Ini berarti masih dalam No Parameter Sungai Baku kondisi normal bahkan termasuk cukup baik. Barambai mutu* Menurut PP 82 Tahun 2001 mensyaratkan 0 1 Suhu ( C) 25,4 -26,9 Deviasi 3 kadar oksigen terlarut minimum adalah 3,0 2 Kekeruhan 12,47 – 43,43 Tidak ada (NTU) syarat mg/L untuk air kelas tiga, Sehingga untuk 3 Kedalaman 150 -168 - DO terlarut perairan kawasan hutan (cm) Barambai tergolong baik. Kelarutan oksigen 4 Kecepatan arus 0,11 – 0,22 - dalam badan air dapat digunakan sebagai (m/detik) indikator terjadinya polusi limbah pada 5 pH 7,89 -8,37 6 - 9 6 Oksigen 13,40 -14,40 >3 badan air (Isnaini, 2011). terlarut (mg/liter) 4. Kesimpulan *Baku mutu air kelas 3 untuk kegiatan perikanan Berdasarkan hasil penelitian pola berdasarkan PP 82 Tahun 2001 pertumbuhan, faktor kondisi dan habitat ikan Kisaran suhu rata-rata di Sungai hutan tewaring Barbodes binotatus (Valenciennes, Barambai berkisar dari 25,4 – 26,9 0C . Suhu 1842) di Sungai Hutan Berambai, dapat parairan dipengaruhi oleh intensitas cahaya disimpulkan sebagai berikut: matahari yang masuk ke dalam perairan. Pola pertumbuhan ikan tewaring (B.binotatus) di perairan kawasan hutan Suhu selain berpengaruh terhadap berat jenis, viskositas dan densitas air, berpengaruh juga Barambai bersifat allometrik positif terhadap kelarutan gas dan unsur-unsur (pertumbuhan berat tubuh ikan tewaring Pratama, R. Jusmaldi. Hariani, N. / Bioprospek 13 (1) 2018 40-49 48 lebih dominan daripada pertumbuhan Dorado E. L, Torres M. A. J dan Demayo C. panjang tubuh). Keberadaan ikan tewaring di G. 2012. Sexual Dimorphism in Body perairan kawasan hutan berambai cukup baik Shapes of The Spotted Barb , yang ditandai dengan nilai rata-rata faktor Puntius binotatus of Lake Buluan in kondisi 1,064 (kategori kurang pipih) dan Mindanao, Phillipines. AACL Bioflux. nisbah kelamin yang seimbang. Kondisi 5(5): 321-329. lingkungan perairan di sungai berambai Effendie M. I. 1979. Metoda Biologi cukup baik untuk kelangsungan hidup ikan Perikanan. Bogor: Yayasan Pustaka tewaring (B.binotatus). Nusantara. Effendie MI. 2002. Biologi Ucapan Terima Kasih perikanan.Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusantara. 163 hlm. Terima kasih kami diucapkan kepada Fafuiye O. dan Oluajo O. A. 2005. Length- Bapak Dekan FMIPA atas bantuan Dana weight Relationships of Five Fish penelitian BOPTN, Kepala Laboratorium in Epe Lagoon, Nigeria. Ekologi dan Sitematika Hewan atas fasilitas African Journal of Biotechnology. yang menunjang dan kepada tim Barbodes 4(7): 749-751. atas bantuan kerja dilapangan. Farzana dan Saira K. 2008. Length-weight Relationship and Relative Condition Daftar Pustaka Factor for the Halfbeak Hemiramphus far Forsskal, 1775 from the Karachi Ayoade AA and Ikulala AOO. 2007. Length Coast. The University Journal of weight relationship, condition factor Zoology, Rajshahi University. 27: 103- and stomach contents of Hemichromis 104. bimaculatus, Sarotherodon Froese R, Pauly D. Editors. 2017. Fish Base. melanotheron and Chromidotilapia World wide web electronic guentheri (Perciformes: Cichlidae) in publication. www.fishbase.org, EleiyeleLake, Southwestern Nigeria. version 2015. Revista de Biologia Tropical. 55(3-4): Isa M, Rawi C. S, Rosla R. Mohd S. S. A dan 969-977. Mohd Shah A. S. R. 2010. Length- Bal DV dan Rao KV. 1984. Marine weight relationships of freshwater fish Fisheries. Tata Mc Graw-Hill species in Kerian River Basin and Pedu Publishing Company Limited. New Lake. Research Journal of Fisheries Delhi. 470 hal. and Hydrobiology. 5(1): 1-8. Barus. T.A. 2001. Pengantar Limnologi Studi Iswahyudi, Marsoedi dan Widodo M. S. Tentang Ekosistem Sungai dan Danau. 2014. Development of Spotted Barb Program Studi Biologi USU FMIPA. (Puntius binotatus) Eggs. Journal of Medan Life Science and Biomedicine. 4(1): 53- Baumgartner L. 2005. Fish in Irrigation 56. Supply Offtakes: A Literature Review, Isnaini A. 2011. Penilaian Kualitas Air dan NSW Departmen of Primary Industries Kajian Potensi Situ Salam Sebagai – Fisheries Research Report Series: Wisata Air di Universitas Indonesia 11. Department of Primary Industries, [Tesis]. Depok. Universitas Indonesia New South Wales, Australia. Jamabo N. A,. Chindah A.C and Alfred- Courtney Y., Courtney J. And Courtney M. Ockiya J.F. 2009. Length-Weight 2014. Improving weight-lenght Relationship of a Mangrove relationship in fish to provide more Prosobranch Tympanotonus fuscatus accurate bioindicators of ecosystem var fuscatus (Linnaeus, 1758) from the condition. Journal Aquatic Science and Bonny Estuary, Niger Delta, Nigeria. Technology. 2(2):41-51. Pratama, R. Jusmaldi. Hariani, N. / Bioprospek 13 (1) 2018 40-49 49

World Journal of Agricultural Sciences Vitri. D.K., Roesma D.I. dan Syaifullah. 5 (4): 384-388. 2012. Analisis Morfologi Ikan Puntius Jenkins A., Kullander F. F dan Tan H. H. binotatus Valenciennes 1842 (Pisces: 2015. Barbodes binotatus. The IUCN Cyprinidae) dari beberapa Lokasi di Red List of Threatened Species. e: Sumatra Barat. Jurnal Biologi T169538A70031333. Universitas Andalas. 1(2): 139-143. Kordi, KG. 2009. Budi Daya Perairan. Buku Warman I. 2015. Uji Kualitas Air Muara Kedua. PT. Citra Aditya Bakti. Sungai Lais Untuk Perikanan di Bandung. Bengkulu Utara. Jurnal Agroqua. Lim L. S., Chor W. K., Tuzan A. D., Malitam 13(2): 25-33. L., Gondipon R. Dan Ransangan J. WHO (World Health Organization). 1993. 2013. Length-weight Relationship of Guidelines for Drinking Water Quality the Pond-Cultured Spotted Barb 2nd Edition. Vol. 1. (Puntius binotatus). International Wootton, R. J. 1979. Energy Costs of Egg Research Journal of Biological Production and Environmental Sciences. 2(7): 61-63. Determinant of Fecundity. H. 133-160. Nofrita, Dahelmi, Syandri dan Tjong D. H. In P. J. Miller (ed.), Fish Phenology: 2013. Hubungan Tampilan Anabolic Adaptiveness in Teleosts. Pertumbuhan Dengan Karakteristik The Proceeding of a Symposium Held Habitat Ikan Bilih (Mystacoleucus at The Zoological Society of London. padangensis Blekeer). Prosiding Academic Press. xv + 449 h. Semirata FMIPA. Lampung: Zakeyudin M. S., Isa M.M., M.D. Rawi C.S Universitas Lampung. 179-183. and Md Shah A.S. 2012. Assesment of Olurin K. B. Dan Aderibigbe O. A. 2006. suitabillity of Kerian River tributaries Length-weight relationship and using lenght-weight relationship and condition factor of pond reared relative condition factor of six juvenile Oreochromis niloticus. World freshwater fish species. Journal of Journal of Zoology. 1(2): 82-85. Environment an earth science. 2: 52- Rahmawati I. 2006. Aspek Biologi 60. Reproduksi Ikan Beunteur (Puntius binotatus) Famili Cyprinidae di Bagian Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung, Jawa Barat. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Skripsi. Rosli N. A. M. Dan Isa M. M. 2012. Length- weight relationship of loungsnouted catfish, Plicofollis argryropleuron (Valenciennes, 1840) in the Northern Part of Peninsular Malaysia. Journal Tropical Life Sciences Research. 23(2): 59-65. Situmorang T. S., Barus T. A. Dan Wahyuningsih H. 2013. Studi Komparasi Jenis Makanan Ikan Keperas (Puntius binotatus) di sungai Aek Pahu Tombak, Aek Pahu Hutamosu dan Sungai Parbotikan Kecamatan Batang Toru Tapanuli Selatan. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 18(2): 49-58.