PLURALITAS DALAM PEMIKIRAN FADZIL MOHD NOOR DI MALAYSIA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Pensyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh :
Fakhri Bin Azam
NIM: 108045200023
KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1431 H / 2010M PLURALISME DALAM PEMIKIRAN FADZIL MOHD NOOR
DI MALAYSIA
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh:
Fakhri bin Azam NIM: 108045200023
Di Bawah Bimbingan Pembimbing
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Nip: 195505051982031012
KONSENTRASI SIYASAH SYARIYYAH PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1431 H / 2010 M PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul PLURALITAS DALAM PEMIKIRAN FADZIL MOHD NOOR DI MALAYSIA telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 17 Mei. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy) pada Program Studi Jinayah Siyasah Konsentrasi Ketatanegaraan Islam (Siyasah Syar’iyyah).
Jakarta, 17 Mei 2010 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. NIP: 195505051982031012
PANITIA UJIAN MUNAQASYAH
Ketua : Dr. Asmawi, M.Ag (..…....……………) Nip: 19721010 199703 1 008
Sekretaris : Sri Hidayati, M.Ag. (..…....……………) Nip: 19710215 199703 2 002
Pembimbing : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, (..…....……………) MM. Nip: 195505051982031012
Penguji I : Prof. Dr. H. M. Abduh Malik (..…....……………)
Penguji II : Dr. Asmawi, M.Ag. (..…....……………) Nip: 19721010 199703 1 008 LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta: 13 April 2010 M 28 Rabiul Thani 1431 H
Fakhri Bin Azam
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya, dan semua yang telah dianugerahkan-Nya kepada penulis. Selawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada pembawa risalah Allah SWT, Nabi Muhammad
SAW, keluarga dan para sahabatnya, yang telah menunjukkan jalan hidayah dan pembuka ilmu pengetahuan dengan agama Islam.
Skripsi yang berjudul "Pluralitas Dalam Pemikiran Fadzil Mohd Noor di
Malaysia" penulis susun dalam rangka memenuhi dan melengkapi persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Syariah (S.Sy) pada Program Studi Jinayah Siyasah
Konsentrasi Siyasah Syar'iyyah (Ketatanegaraan Islam) Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih banyak kekurangan dan kelemahan yang dimiliki penulis. Namun berkat bantuan dan dorongan dari semua pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih secara khusus yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
i
2. Dr. Asmawi, M.Ag. dan Sri Hidayati, M.Ag. Ketua dan Sekretaris Program
Studi Jinayah Siyasah yang tanpa henti memberikan dorongan dan semangat
kepada penulis, dan kepada seluruh dosen-dosen Fakultas Syariah dan Hukum.
3. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, Dosen Pembimbing
skripsi penulis, yang dengan sabar telah memberikan banyak masukan dan
saran, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Semoga apa yang telah
diajarkan mendapat balasan dari Allah SWT.
4. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Pihak Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan kesempatan untuk menimba ilmu
6. Kepada pimpinan dan segenap karyawan Perpustakaan Utama, Perpustakaan
FSH, Perpustakaan FUF UIN Syarif Hidayatullah dan Perpustakaan Umum
Islam Imam Jama.
7. Kepada Negara Republik Indonesia yang telah memberikan kami izin tinggal
untuk mencari dan mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat untuk kami.
8. Kepada pihak Perpustakaan Awam Negeri Terengganu yang memberi peluang
untuk penulis membuat penelitian dan kajian.
9. Ayahanda tersayang Azam Bin Taib serta Ibunda tercinta Zianah Binti Deraman
yang senantiasa mendoakan penulis. Terima kasih jerih payah dan pengorbanan
yang tak terhingga serta senantiasa memberikan semangat tanpa jemu hingga
anakanda dapat menyelesaikan pengajian. Jasa kalian tetap dalam ingatan dan
ii
tidak ada dapat dipersembahkan sebagai balasan melainkan hanya sebuah
kejayaan.
10. Terima kasih dan salam sayang kepada Kak Nor, Akmal, Iwan, Aman, Amirah
dan tidak lupa juga kepada semua saudara-mara dan ahli waris yang telah
memberikan dukungan dan semangat yang power selama ini dalam membantu
penulis sehingga tetap exist di Ibu Kota Jakarta ini.
11. Kepada warga Kudqi yang telah memberikan tempat belajar terutama Dato
Tuan Guru Haji Harun Taib, Rektor Ust. Mahmood Sulaiman, Ust Soud Said,
Ust. Nik Mohd Nor, YB. Ust. Mohd Nor Hamzah, Ust. Rizki Ilyas, Ustadzah
Zaitun, Ust. Kamaruzaman, Ust. Sya’ri Zulkirnain, Ust. Asmadi, Ust. Khalil,
Ust. Syukri dan seluruh Ustad dan Ustadzah, Karyawan-karyawan dan juga
pelajar Kudqi yang tidak dapat penulis sebutkan disini.
12. My friends, Puloh, Baha, Ayoh Su, Najib, Hilman, Sepu, Kerang, Zaki, Tuan,
Yunus, Fais, Dinor, Piang, Fawah, Aswadi, Ishraf(Wak), Abe, Haby, Mas,
Wawa, Mas Tepoh, Tirah, Yana, Seda, Aiman, Zenab, Ecah, We Kelate, Fahmi,
Alif, Opik, Cik, Syuk, Munir, Kacah, Beri, Duan, Muis, Man, Amir Budak
Band, Moq, Pie, Stopa, Harun, Amir, Bikie, Mamat, Faizal, Pijol, Mila dan
teman-teman Muslimat di Aspi. Semoga kita Istiqqamah dalam perjuangan
Islam.
13. Teman-teman Indonesia yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan
skripsi ini dalam membantu penulis untuk memahami dan sharing lebih dalam
mengenai ketatanegaraan Islam.
iii
14. Yang terakhir terima kasih kepada sahabat-sahabat ex-KUDQI, APID, KIDU
yang tinggal di kosan-kosan, ASPA dan ASPI UIN Syarif Hidayatullah
“semoga kita tetap dalam satu Perjuangan” dan juga semua teman-teman
Malaysia yang berada di UIN Jakarta, UI, UKRIDA, TRISAKTI dan
UNIVERSITAS DR. MOESTOPO.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik dari semua yang telah mereka berikan dan lakukan untuk penulis khususnya kepada semua pihak pada umumnya. Penulis menyampaikan harapan yang begitu besar agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri dan pembaca sekalian. Dan semoga Allah menjadikan penulisan skripsi ini sebagai suatu amalan yang baik di sisi-Nya.
Jakarta: 13 April 2010 M 28 Rabiul Thani 1431 H
Penulis
iv DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...... i
DAFTAR ISI...... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...... 5
C. Manfaat dan Tujuan Penelitian ...... 5
D. Tinjauan Pustaka ...... 6
E. Metode Penelitian ...... 8
F. Sistematika Penulisan ...... 10
BAB II BIOGRAFI FADZIL MOHD NOOR
A. Latar Belakang Keluarga...... 12
B. Pendidikan dan Perkawinan ...... 13
C. Kegiatan Kemasyarakatan dan Keterlibatan Dalam Politik...... 14
D. Memperjuangkan Pembelaan Umat Islam Antarabangsa ...... 21
BAB III PLURALITAS DALAM PEMIKIRAN FADZIL MOHD NOOR
A. Pengertian Pluralitas………………………………………….....27
B. Kebebasan Beragama………………………………..…...……..35
C. Keadilan Sosial..………………………………..…………...... 45
vi vi D. Kerjasama Politik ……….....…………………………...... 51
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ...... 61
B. Saran...... 63
DAFTAR PUSAKA...... 65
LAMPIRAN
vi vi BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di dunia sekarang ini kita disibukkan dengan berbagai macam persoalan yang paling mendasar di antaranya politik, ekonomi, budaya dan agama. Dalam persoalan sosial yang sering kali muncul tentang ketidak harmonisan antara umat beragama.
Hal ini disebabkan, sikap yang ekslusif (merasa paling benar) ini disebabkan karena keberagamaan yang “serba menyalahkan” yang lain.1 Persoalan demikian menjadi masalah yang sangat krusial, khususnya untuk Negara yang penduduknya pluralis.
Perdebatan dan persaingan dalam politik sering kali berlanjut pada persoalan agama (religion). Seperti penindasan yang terjadi di Malaysia, Irak, dan sekarang sedang hangatnya di palestin. Kasus di atas yang menjadi korban mayoritas umat
Islam sehingga ada kesan kesengajaan umat tertentu atas umat yang lainnya.2
Pada saat ini, di antara paham-paham modern, setidaknya secara teoritis,
Pluralisme adalah merupakan salah satu tema yang paling hangat diperdebatkan mutakhir ini, terutama dikalangan Muslim.3 Gagasan ini sangat ditentang keras
1 Nurcholish Madjid, et al., Fiqih Lintas Agama, (Jakarta: Paramadina, 2004), h. 170 2 Lihat Fiqih lintas agama hal 202-2007, dimana dalam kasus politik di Indonesia ketegangan antara Islam (sebagai penduduk pribumi) dengan Kristen yang diawali dan disebarkan oleh colonial. Sikap dari colonial yang menguras, merampok, memperbudak harta kekayaan alam dan hak asasi manusia, memunculkan benih-benih kebencian yang berpuncak pada terjadinya konflik. 3 Abd. Moqsith Ghazali, Argumen Pluralisme Agama, Membangun Toleransi berbatas Al-Quran, (Depok: Pesona Khayangan Estate CM-4, 2009), cet. 1, h. xi
1 2
sejumlah orang dan beberapa organisasi atau institusi keagamaan. Di Indonesia,
Majelis Ulama Indonesia (MUI), sebuah intitusi keagamaan yang dianggap memiliki otoritas dalam bidang agama telah mengeluarkan fatwa agama yang mengharamkan gagasan ini.4 Di Malaysia memang gagasan Pluralisme ini belum secara luas disebarkan karena kondisi di Malaysia yang sememangnya Islam sangat dijunjung dan dipertahankan sebagai agama paling tinggi dan diridhai disisi Allah s.w.t. sehinggakan agama-agama lain tidak pantas untuk meungguli dan disamatarafkan dengan Islam.
Walau demikian, seperti di Indonesia, Malaysia juga mempunyai sejumlah orang yang mempunyai paham yang menyeru ke arah pluralisme ini, karena seperti di
Indonesia, di Malaysia juga mempunyai masyarakat yang berbilang etnis, berbilang pahaman dan agama.
Dalam The Oxford English Dictionary disebutkan, (1) bahwa pluralisme dipahami sebagai suatu teori yang menentang kekuasaan Negara monolitis, dan sebaliknya, mendukung desentralisasi dan otonomi untuk organisasi-organisasi utama yang mewakili keterlibatan individu dalam masyarakat. Juga suatu keyakinan bahwa kekuasaan itu harus dibagi bersama-sama diantara sejumlah partai politik. (2)
Keberadaan atau toleransi keragaman etnik atau kelompok-kelompok kultural dalam suatu masyarakat atau Negara, serta keragaman kepercayaan atau sikap dalam suatu
4Ibid, h. xi-xii 3
badan, kelembagaan dan sebagainya.5 Definisi pertama mengandungi makna pengertian pluralisme politik, sedangkan definisi yang kedua mengandung pengertian pluralisme sosial.
Pluralisme secara sedarhana dapat didefinisikan sebagai “paham yang meniscayakan keragaman dan perbedaan”.6 Dalam sumber lain dijelaskan bahwa
“pluralisme” merupakan “pandangan” filosofis yang tidak mau mereduksikan segala sesuatu pada satu perinsip terakhir, melainkan menerima adanya keragaman.
Pluralisme dapat menyangkut bidang kultural, politik, dan religious”.7
Di Malaysia, seorang mujahid dan merupakan seorang tokoh Islam yang begitu aktif dalam kehidupan politik Islam di Malaysia, yaitu Fadzil Mohd Noor yang merupakan tokoh politik yang sangat disegani oleh masyarakat dan digeruni oleh lawan-lawannya dalam arena politik khususnya di Malaysia. Beliau seorang tokoh politik yang memiliki kualitas kepimpinan yang tinggi, reputasinya ketika dalam memimpin perjuangan Partai Islam Se-Malaysia (PAS) telah membuktikan bahwa ketokohan dan kewibawaan beliau sebagai seorang pendakwah, pemimpin dan juga ahli politik yaang berpendirian dan istimewa. Idealisme yang beliau cetuskan menggambarkan kepada kita betapa jelasnya ketajaman pemikiran politik beliau terutamanya ketika menjawat jawatan presiden PAS, sehingga dapat mencorakkan
PAS kepada sebuah partai pembangkang yang utama dan berpengaruh. Dan beliau
5 John Simpson, The Oxford English Dictionary, Jilid 4, h. 458 6 A. Syafi’i Mufid Dan Munawar Fuad Noeh (edt.), Beragama Di Abad Dua Satu (Jakarta: Zikru’1-Hakim, 1997), H.222 7 Gerald O,Collins dan Edward G. Farrugia, Kamus Teologi, terj. I. Suharyo, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), cet. 6, h. 257 4
juga banyak mengkritik dan memberi pandangan terhadap pahaman-pahaman seperti nasionalisme, sekuralisme, kapitalisme, komunisme dan libralisme. Adapun pahaman pluralisme tidaklah di bahas secara jelas oleh beliau karena kondisi di Malaysia tidak sama seperti di Indonesia pada ketika beliau masih hidup.
Walau demikian Fadzil Mohd Noor tetap peduli terhadap masyarakat yang berbilang etnis dan agama. Kepedulian beliau tidaklah karena politik dan kepentingan kelompok tertentu. Karena menurut beliau orang non muslim tetap mempunyai hak untuk mengamalkan agama mereka, hak untuk bersuara, hak untuk mencari rizki dan sebagainya. Karena Islam telah menjamin hak-hak non muslim di bawah Negara dan pemerintahan Islam. Walau demikian Islam adalah tetap agama yang terbaik dan teragung daripada agama-agama lain, karena agama yang diridhai disisi ALLAH
SWT hanyalah Islam.8
Dengan demikian, penulis akan mencoba menelusuri pemikiran Fadzil Mohd
Noor mengenai pluralisme ini. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul skripsi
“PLURALITAS DALAM PEMIKIRAN FADZIL MOHD NOOR”.
8 Fadzil Mohd Noor, Bersama Menegakkan Keadilan, (Kuala Lumpur: Pas Pusat Taman Melewar, 1999), h. 34 5
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas, maka penulis akan
membatasi pembahasan ini terhadap pemikiran seorang tokoh sahaja yaitu
Fadzil Mohd Noor. Pemikiran beliau yang akan dibahas hanyalah pada masalah
pluralitas atau pluralisme.
2. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah, penulis dalam bentuk soalan seperti berikut:
a. Bagaimana pluralisme yang berlaku di Malaysia ?
b. Apakah pemikiran Fadzil Mohd Noor terhadap pluralisme di Malaysia ?
c. Bagaimanakah kebijakan politik Fadzil Mohd Noor terhadap masyarakat
yang berbilang etnis dan agama di Malaysia ?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Selama ini, belum banyak para penulis yang mengangkat sosok Fadzil
Mohd Noor dalam pentas percaturan politik Malaysia. Padahal tokoh yang akan
dikaji ini termasuk banyak memberikan pengaruh dalam dunia politik nasional
Malaysia. Terutama pemikiran-pemikiran dan kebijakannya menjalankan ideologi
Islam dalam wadah partai politik nomor dua terbesar di negeri jiran tersebut.
6
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian skripsi ini adalah untuk mendeskripsikan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui Pluralisme yang berlaku di Malaysia.
b. Untuk mengetahui pemikiran Fadzil Mohd Noor tehadap Pluralisme yang
berlaku di Malaysia.
c. Untuk mengetahui kebijakan politik yang dilakukan oleh Fadzil Mohd Noor
terhadap masyarakat yang berbilang etnis dan agama di Malaysia.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
a. Sebagai sumbangan pemikiran dan pengembangan hazanah keilmuan
dibidang fiqh siyasah dalam konteks ketatanegaraan di Malaysia secara
khusus dan di seluruh dunia secara umum.
b. Sebagai bahan kajian dan rujukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
c. Memberikan pemahaman terhadap masyarakat luas tentang politik Islam.
D. Kajian Pustaka
Sebenarnya telah banyak para penulis yang menulis mengenai pluralisme
dalam pandangan cendikiawan Muslim terutamanya di Indonesia. Namun, penulis
belum menemukan tulisan yang khusus tentang pemikiran Fadzil Mohd Noor
tentang Pluralisme. 7
Di antara karya-karya yang pernah ditulis dalam bentuk skripsi yang penulis temukan antara lain:
1. Skripsi Edy Sofyan yang berjudul “hak politik non muslim dalam
perspektif Islam” menyatakan kebebasan beragama adalah hak setiap
orang untuk menentukan sendiri apakah dan bagai manakah ia
beragama, apakah untuk hidup sesuai dengan keyakinannya sendiri,
untuk mengamalkan kepada orang lain yang ingin menerimanya,
untuk menentramkan jiwanya, atau lain sebagainya, oleh karena itu,
tidak dibenarkan suatu golongan, lembaga atau Negara mana pun
untuk memaksakan keyakinan beragama kepada sesiapapun.
Mengenai kebebasan beragama nabi Muhammad SAW. Telah
mencontohkan ketika beliau datang ke kota madinah, nabi muhammad
SAW membuat atau mencetuskan sebuah piagam perjanjian yang
bertujuan menyatukan masyarakat madinah yang terdiri dari beberapa
suku dan agama, yang dinamakan piagam madinah. Isi dari piagam
tersebut salah satunya menyatakan, bahwa harus saling menhormati
kebebasan beragama dan ibadah.
2. Buku yang berjudul “Argumen Pluralisme Agama Membangun
Toleransi Berbasis Al-Quran” oleh Abd. Moqsith Ghazali. Buku ini
membicarakan tentang pluralisme agama yang berlaku di indonesia 8
serta membahaskan tentang Al-Quran dan kemajemukan agama serta
pandangan Al-Quran tentang Umat agama lain.
3. Buku yang berjudul “bersama menegakkan keadilan” oleh Fadzil
Mohd Noor. Buku ini menjelaskan tentang keadilan politik, undang-
undang, ekonomi menurut Islam, serta membicarakan tentang
pendidikan dan sosial, seterusnya membahaskan tentang PAS dan
rakyat non muslim di malaysia.
Secara umum dan komprehensif tinjauan review dan pustaka di atas telah
banyak menyinggung mengenai pluralisme, tetapi penelitian oleh Edy Sofyan
hanya membahas seputar tentang hak-hak politik non muslim dalam perspektif
Islam, dan penelitian kedua dan ketiga hanya membahas seputar tentang masalah
pluralisme yang berlaku di Indonesia, dan belum terdapat suatu kajian mengenai
pemikiran Fadzil Mohd Noor tentang masalah pluralisme ini khususnya di
Malaysia. Atas dasar itu, penulis berinisiatif untuk meninjau lebih dalam
mengenai pemikiran Fadzil Mohd Noor tentang pluralisme yang berlaku di
Malaysia.
E. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan riset pustaka (library research) pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif 9
adalah penelitian yang membutuhkan interpretisme dan bertujuan untuk memahami fenomena sosial, alasan tindakan sosial, serta memiliki etika dan rasionalitas.
2. Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini ialah pemikiran Fadzil Mohd Noor terhadap
Pluralisme di Malaysia.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah Dokumentasi,
Riset pustaka dilakukan dengan cara menghimpun data-data kepustakaan yang ada relevansinya dengan tema ini.
4. Sumber Data
Sumber data yang digunakan antara lain, sumber data primer: buku
Pemikiran Politik “Mujahid Ulung” Dato’ Haji Fadzil Mohd Noor. Adapun
sumber sekunder yang penulis dapati adalah buku-buku yang berisi tentang
pendapat dan tulisan-tulisan yang membahas mengenai pemikiran politik Fadzil
Mohd Noor seperti ucapan-ucapan dasar beliau ketika menjawat jawatan
presiden PAS antaranya berjudul bersama menegakkan keadilan, Menyanggah
Fikrah Madiyyah, Bersiap Menhadapi Cabaran, Meroboh Rangkaian
Penindasan dan Maju Bersama Islam serta literatur-literatur dan website yang
ada hubungkait dengan penelitian ini.
10
5. Analisis Data
Pengolahan dan analisis data pada dasarnya tergantung pada jenis
datanya, bagi penelitian kualitatif seperti halnya penelitian skripsi ini data yang
telah diolah dikumpulkan kemudian mencoba untuk merepresentasikan
pemikiran dari tokoh yang dianalisis.
6. Teknik Penulisan Skripsi
Penulisan skripsi ini berpedoman penuh pada buku Pedoman Penulisan
Skripsi Karya Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan
Adapun untuk menjaga sitematika penulisan sehingga terfokus pada kajian
yang dimaksudkan, maka penulisan ini disusun berdasarkan sistematika berikut
ini.
BAB I Berupa pendahuluan yang mencakup Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian dan Teknik
Penulisan, dan Sistematika Penulisan.
BAB II Membahaskan tentang biografi Fadzil Mohd Noor yang terkait
dengan sejarah kelahiran dan pendidikan beliau, aktivitas beliau
dengan masyarakat dan penglibatan dalam politik di Malaysia serta
perjuangan beliau terhadap pembelaan umat Islam antarabangsa. 11
BAB III Menjelaskan tentang Pluralitas dalam pemikiran Fadzil Mohd Noor,
bab ini akan membahaskan tentang kebebasan beragama di
Malaysia, keadilan sosial dalam masyarakat di Malaysia serta
kerjasama politik yang dilakukan oleh Fadzil Mohd Noor di
Malaysia.
BAB IV Berisi penutup, kesimpulan dan saran.
BAB II
BIOGRAFI FADZIL MOHD NOOR
A. Latar belakang keluarga
Fadzil Mohd Noor dilahirkan daripada hasil perkongsian hidup antara
bapanya Mohd Noor bin Abdul Hamid dan ibunya Hindun bin Abdul Rahman.
Al-marhum dilahirkan pada 13 mac 1937 di kampung Seberang Pumping, kira-
kira tiga kilometer dari Bandar Alor Setar, Kedah Darul Aman. beliau merupakan
anak pertama daripada empat adik-beradik.
Bapa Fadzil Mohd Noor meninggal dunia ketika usianya masih kecil lagi,
manakala ibunya meninggal dunia dalam sekitar tahun 1997. Latar belakang
sebelah ibu-bapanya adalah dari kalangan keluarga yang berpegang teguh pada
ajaran agama Islam. Umpamanya, moyang beliau iaitu Idris al jarumi merupakan
salah seorang ulama yang disegani berasal dari wilayah pattani, Thailand dan
terkenal di negeri kedah. Manakala datuk Al-marhum merupakan guru agama
bagi salasilah kesultanan Kedah.
Ibu-Bapa Fadzil Mohd Noor juga adalah ketua keluarga yang terlalu
mengambil berat soal keagamaan dalam mendidik dan membesarkan anak-anak
mereka. Kegigihan mereka mendidik anak-anak mengikut lunas-lunas yang
12 13
dituntut oleh agama Islam, maka daripada kalangan anak Mohd Noor dan Hindun
itu telah lahir tokoh ulama dan politik yang disegani.1
B. Pendidikan dan Perkawinan
1. Pendidikan
Sejarah awal pendidikan Fadzil Mohd Noor bermula sekitar tahun
1946. Waktu itu beliau mengikuti pendidikan awalnya di Sekolah Melayu
Derga, Alor Setar sehingga tahun 1949. Kemudian beliau melanjutkan
pelajaran pada peringkat menengah di Maktab Mahmud sehingga tahun 1958
sebelum meneruskan pengajian tingginya di tempat yang sama sehingga tahun
1962.
Kecermerlangan Fadzil Mohd Noor dalam pencapaian akademik
semasa belajar di Maktab Mahmud telah menjadi rangsangan bagi beliau
untuk melangkah jauh mendalami ilmu-ilmu agama. Pada tahun 1963 Al-
marhum telah menlanjutkan studi ke seberang laut dengan mengikuti
pengajian di Universitas Al-Azhar Mesir dengan mendapat bantuan biasiswa
kerajaan Negeri Kedah. Di Universitas Al-Azhar beliau mengambil kursus
perundangan Islam(syariah) dan menamatkan pengajiannya pada tahun 1967
dengan memperolehi ijazah dalam kursus tersebut.
1 http://www.tranungkite.net/lama/b06/pas164.htm, diakses pada tanggal 15 Maret 2010, pukul 16.00 WIB 14
2. Perkawinan
Pada tahun 1963 Fadzil Mohd Noor mangakhiri masa kesendiriaannya
dengan memulai rumah tangga dengan saudara sepupunya siti khadijah binti
Ibrahim. Isteri Fadzil Mohd Noor merupakan bekas pelajar sekolah menengah
agama Furbish Bakar Alor Setar Kedah. Kemudian setelah menikah isterinya
turut bersama melanjutkan studi ke Al-Azhar bersama beliau. Hasil
perkawinan pasangan bahagia ini telah dikurniakan delapan orang anak
bertuah iaitu Huda, Ammar, Aiman, Munaizarah, Muhamad Faiz, Salwa,
Ahmad Fauwaz dan Ahmad Anas. Beliau bukan saja Berjaya sebagai ahli
politik, Tapi juga merupakan kepala keluarga yang patut di contoh dalam
mendidik anak-anaknya dengan penuh kasih sayang dan bertanggungjawab.2
C. Kegiatan Kemasyarakatan Dan keterlibatan Dalam Politik
1. Kegiatan kemasyarakatan
Fadzil Mohd Noor aktif sebagai ahli politik beliau juga adalah
pemimpin masyarakat yang aktif dalam kerja-kerja sosial. Sebenarnya
penglibatan beliau dengan kegiatan kemasyarakatan bermula sejak Fadzil
Mohd Noor kembali ke tanah air setelah tamat belajar di Mesir. beliau pernah
2 http://www.ibnuhasyim.com/2010/01/minda-fadzil-mohd-nor-presiden-pas-ke-6.html, diakses pada tanggal 2 April 2010, pukul 15.30 WIB 15
memegang jabatan sekertaris Pertubuhan Kebajikan Islam Malaysia
(PERKIM) Cawangan Negeri Kedah.3
Fadzil Mohd Noor juga pernah terlibat di ABIM dan pernah memegang jabatan sekertaris penerangan pertubuhan itu diantara tahun 1973 hingga 1974 sebelum diberi kepercayaan menjadi wakil presiden pada tahun
1974 hingga 1978. Sepanjang keterlibatan beliau dengan ABIM, beliau turut terlibat dalam demontrasi menentang isu kemiskinan di Baling Kedah pada tahun 1974. Selain itu beliau juga adalah sekertaris agong Persatuan Ulama
Malaysia (PUM) pada tahun 1974.
Sesuai dengan kemampuan serta kebolehannya sebagai tokoh agama yang disegani, Fadzil Mohd Noor telah memainkan peranan yang amat besar dalam membantu dan mengembangkan syiar Islam di kalangan masyarakat setempat. Segala pengalaman dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh beliau akan dipergunakan untuk membantu masyarakat mendalami ilmu terutamanya ilmu-ilmu agama Islam. beliau dengan secara bersungguh-sungguh telah mengembangkan segala ilmu yang dimiliki melalui sosialisasi dan ceramah agama di beberapa tempat khususnya sekitar kawasan DUN Bukit Raya.
Kebanyakan masyarakat setempat akan menghormati beliau atas dasar
3 Wan senik, Pemikiran Politik Mujahid Ulung, (Kedah: Pas Kawasan Pendang, 2007) h. 17 16
kedudukan beliau bukan sebagai wakil rakyat tetapi adalah berdasarkan kepada pribadi dan ilmu yang beliau miliki.
Dalam mengembangkan syiar Islam kepada masyarakat, Fadzil Mohd
Noor juga terlibat dalam dunia penulisan. Sebagai penulis bebas, Fadzil Mohd
Noor banyak menulis pelbagai buku terutamanya yang berkaitan dengan masalah agama, di samping menulis masalah yang berkaitan dengan isu-isu semasa di dalam maupun di luar Negara. Sebuah buku hasil penulisan Fadzil
Mohd Noor yang berjudul ‘Akidah dan Perjuangan’ telah Berjaya mengangkat nama beliau sebagai penulis yang disegani.4
Sebagai wakil rakyat daripada partai oposisi Fadzil Mohd Noor senantiasa memberikan solusi dan bantuan terhadap masalah yang dihadapi oleh penduduk di kawasannya. Fadzil Mohd Noor sering menyuarakan perasan dan masalah rakyat kepada pihak kerajaan. Oleh kerana kepeduliannya inilah senantiasa memenuhi waktu luangnya bersama para pemilih di kawasannya. Tentu tidak mengherankan kalau nama beliau senantiasa menjadi buah bibir penduduk kawasan DUN Bukit Raya, yang beliau wakili selama empat periode berturut-turut. Di samping itu Fadzil
Mohd Noor sering diundang untuk menghadiri pelbagai persidangan Islam di tingkat antarbangsa sekitar tahun 1974, 1976 dan 1979. beliau telah
4 Wan senik, Pemikiran Politik Mujahid Ulung, (Kedah: Pas Kawasan Pendang, 2007) h.19 17
berkesempatan menghadiri seminar Kepemudaan Islam Antarbangsa di
Riyadh arab Saudi. Selain itu Fadzil Mohd Noor berkesempatan mengikuti
persidangan Umat Islam di Pakistan pada tahun 1988, persidangan
pembebasan Al-Quds di Amerika serta beberapa persidangan lain di Mesir,
United Kingdom, Iran dan Turki.5
2. Keterlibatan Dalam Politik
Keterlibatan Fadzil Mohd Noor dalam arena politik bermula sejak
beliau belajar di Maktab Mahmud lagi disebabkan kecenderungan minat
beliau dalam bidang politik khususnya dengan perjuangan Partai Islam Se-
Malaysia (PAS). Pada Pemilihan Umum 1959, Fadzil Mohd Noor dan
beberapa rekan pelajar dari Maktab Mahmud telah berkerja keras membantu
calon-calon PAS dalam setiap kampanye Pemilu. Setelah Fadzil Mohd Noor
melanjutkan studi di Mesir, beliau masih mengikuti perkembangan politik
Negara terutamanya mengenai perkembangan PAS.
Sekembalinya ke tanah air, Fadzil Mohd Noor bergabung dengan
PAS. Disebabkan ketokohannya sebagai pemimpin yang berkualitas,
pemimpin PAS Kedah telah melantik beliau menjadi Yang Dipertua PAS
kawasan Kuala Kedah dan ahli Perhubungan PAS Negeri Kedah. karir Fadzil
Mohd Noor dari hari ke sehari semakin cerah selepas Fadzil Mohd Noor
5 Wan senik, Pemikiran Politik Mujahid Ulung, (Kedah: Pas Kawasan Pendang, 2007) h. 19 18
Berjaya menganggotai Exco PAS Kedah. Penampilan gaya kepimpinan Fadzil
Mohd Noor yang semakin cemerlang telah meyakinkan anggota partai untuk melantik Fadzil Mohd Noor menyandang jabatan Naib Yang Dipertua PAS
Pusat agar bekerja sepenuhnya untuk partai yang berawal dari tahun 1981 hingga 1983. Perkembangan Fadzil Mohd Noor dalam arena politik kian cerah bila mana pada tahun 1983 Fadzil Mohd Noor telah dilantik menjadi
Timbalan Yang Dipertua PAS maka pada 1989 diberikan kepercayaan penuh oleh ahli PAS untuk menjadi Yang Dipertua (presiden) PAS, Sampai Fadzil
Mohd Noor menghembuskan nafas terakhir pada 23 Jun 2002.
Keterlibatan awal Fadzil Mohd Noor di dalam kancah politik pemilihan umum bermula pada tahun 1978, yang mana PAS telah memberi mandat kepada Fadzil Mohd Noor untuk bersaing di negeri Kedah dalam pemilihan umum yaitu di kawasan Parlemen Kuala Kedah dan DUN Alor
Merah. Tetapi keterlibatan awal ini menemui kegagalan apabila Fadzil Mohd
Noor kalah di kedua kawasan tersebut. Pada tahun 1980, beliau sekali lagi bersaing dalam pemilihan kecil di kawasan DUN Bukit Raya menyusul kematian Anggota DUN di kawasan tersebut, namun sekali beliau kalah dengan mayoritas 69pemilih.6
6 Wan senik, Pemikiran Politik Mujahid Ulung, (Kedah: Pas Kawasan Pendang, 2007) h. 23 19
Keterlibatan Fadzil Mohd Noor dalam politik pemilu sebenarnya atas dasar kewibawaan dan kharisma yang telah diperlihatkan. Ini telah terbukti dengan satu pertemuan di Madrasah Tuan Guru Haji Abdul Rahman di Guar
Kepayang Kedah bagi memilih calon pemilu khusus bagi pemilu kecil 1980 di kawasan DUN Bukit Raya. Di antara yang hadir dalam pertemuan ini ialah
Dato’ Bakar Umar, Cikgu Sudin, Cikgu Said, Haji Ali bin Haji Abdullah (Pak
Ngah Ali) dan masih banyak lagi. Akhir dalam pertemuan ini sepakat untuk memilih Fadzil Mohd Noor sebagai individu yang mampu diketengahkan sebagai calon dan pemimpin masa depan.
Pada pemilihan umum tahun 1982, Fadzil Mohd Noor sekali lagi bertanding di kawasan DUN Bukit Raya dan kali ini Fadzil Mohd Noor menang kursi tersebut, Dan semakin terus Berjaya mempertahankan kursinya di kawasan ini selama empat periode berturut-turut hingga Pemilihan Umum
1995. Yang bagusnya dalam keempat kali Pemilihan Umum yang dimenangi oleh Fadzil Mohd Noor bagi DUN Bukit Raya, Ali bin Abdullah (Pak Ngah
Ali) telah menjadi wakil calon bagi Fadzil Mohd Noor keempat kali
Pemilihan Umum tersebut.7
Pada Pemilihan Umum 1982 Fadzil Mohd Noor menang dengan mengalahkan calon Barisan Nasional (BN) Safirol bin Hashim dan calon
7 Wan senik, Pemikiran Politik Mujahid Ulung, (Kedah: Pas Kawasan Pendang, 2007) h. 25 20
bebas Mohd Mokhtar bin Abdullah dengan mayoritas 346 suara, pada tahun
1986 beliau menang dengan mayoritas 2,215 suara mengalahkan calon BN
Ahmad Zakuan bin Ahmad, pada tahun 1990 mengalahkan calon BN Dato’
Syed Mansor Barakbah dengan mayoritas 1,829 suara dan pada pemilihan
umum 1995 mengalahkan calon BN juga yaitu Fadzil bin Hanafi dengan
mayoritas 2,414 suara. Dan akhirnya pada pemilihan umum 1999 Fadzil
Mohd Noor bertukar kawasan dengan bersaing di DUN Anak Bukit dan
Parlemen Pendang. Di DUN Anak Bukit Fadzil Mohd Noor telah menang
dengan perbedaan 1,840 suara dengan saingannya Fadzil Mohd Noor
mendapat 8,480 suara sedangkan calon BN Datuk Abdullah Hasnan
Kamaruddin mendapat 6,640 suara. Bagi kawasan Parlemen Pendang pula
Fadzil Mohd Noor memperolehi suara sebanyak 22,413 mengalahkan calon
BN Datuk Othman Abdul yang mendapat 19,474 perbedaan 2,939 suara.
Setelah kematian Fadzil Mohd Noor pada 23 Jun 2002, kedua kawasan ini
yaitu ADUN Bukit Raya dan DUN Anak Bukit masih dikuasai oleh PAS.
Pakar politik banyak berpendapat bahawa penguasaan PAS di kawasan ini
banyak dipengaruhi oleh faktor keistimewaan Fadzil Mohd Noor yang telah
mendapat tempat di hati rakyat kawasan ini.8
8 Wan senik, Pemikiran Politik Mujahid Ulung, (Kedah: Pas Kawasan Pendang, 2007) h. 23- 25 21
D. Memperjuangkan Hak Umat Islam Antarbangsa
Fadzil Mohd Noor yang mewakili PAS berpendirian tegas mendukung
perjuangan umat Islam sedunia, mengutuk campur tangan kuasa asing dalam
wilayah umat Islam serta kezaliman dan penindasan yang dilakukan terhadap
Umat Islam.
Fadzil Mohd Noor yang mewakili PAS sebagai sebuah jemaah muslim
dan wadah perjuangan umat, adalah salah satu dari rantai Gerakan Islam seluruh
dunia. Ia bersama-sama dengan Ikhwan Muslimin di Mesir, Jemaat Islami di
benua kecil India, Refah Parti di Turki, FIS (Freedom of Islamic Society) di
Algeria, Hamas di Palestina dan gerakan Islam lainnya serta membangun bersama
untuk merealisasikan kehidupan yang Islami. PAS telah membuktikan
ketabahannya dalam menghadapi segala macam hambatan dan rintangan. PAS
menasihati ahli-ahli dan pendukungnya supaya mengutamakan kepentingan
ummat dan jamaah dari yang lain.
Sebagai contohnya, untuk melihat dan bagaimana PAS menanggani isu-
isu antarbangsa yang melibatkan umat Islam, umpamanya krisis Teluk.
Masyarakat dunia mengetahui bahwa pada 2 Agustus 1990, dunia telah
dikejutkan dengan penaklukan Irak atas Kuwait dan Amerika telah melakukan
serangan balas kepada Irak untuk memaksa Irak keluar dari Kuwait.9
9 Wan senik, Pemikiran Politik Mujahid Ulung, (Kedah: Pas Kawasan Pendang, 2007) h. 60 22
Oleh karena itu, Fadzil Mohd Noor menyatakan bahwa Amerika telah menyerang umat Islam Irak, maka PAS berpendirian membela Irak. Ini adalah karena peperangan yang dilancarkan ke Irak bukanlah semata-mata suatu peperangan yang bertujuan untuk mengeluarkan Irak dari Kuwait, tetapi serangan yang dilakukan oleh Amerika atas ummat Islam Irak itu mempunyai tujuan yang lebih jauh, yaitu untuk menghancurkan kekuatan yang ada pada Irak. Ia juga akan menghancurkan ajaran umat Islam yang telah dibina sekian lama.
Fadzil Mohd Noor juga menyesali tindakan kerajaan Arab Saudi yang membenarkan penempatan tentera Amerika untuk berada di negaranya yang terletak Tanah Suci Mekkah. Beliau juga mendesak supaya Irak mengundurkan tentaranya dari Kuwait dan menyelesaikannya dengan melibatkan negara-negara
Arab saja tanpa campur tangan kuasa asing khususnya Amerika Serikat.
Pada muktamar PAS ke 39 (1993), Fadzil Mohd Noor menyatakan bahwa di tingkat antarbangsa PAS mempunyai hubungan yang baik dan dekat dengan berbagai gerakan Islam. PAS bersama mereka karena mereka memiliki dasar aspirasi dan tujuan yang sama dengan PAS. PAS juga sentiasa bersama umat
Islam di mana saja terutamanya mereka dizalimi dan ditindas.
Dalam menangani isu umat Islam antarbangsa, Fadzil Mohd Noor mempertanyakan peranan yang dimainkan oleh OIC (Organisation of Islamic
Conference), yang mana OIC gagal membela nasib umat Islam terutamanya 23
penindasan terhadap umat Islam di Bosnia dan juga sengketa di negara-negara
Arab. Manakala PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa) pun gagal melaksanakan beberapa ketetapan bagi menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh dunia kini.
Sebagaimana Fadzil Mohd Noor katakan:
“Pada ketika PBB tidak dapat diharapkan, OIC yang ditubuhkan untuk membela umat Islam terus berdiam diri. Tidak diketahui apa yang dibuatnya ketika umat Islam Bosnia disembelih?”
Di samping itu, Fadzil Mohd Noor juga mengkritik sikap kerajaan
Malaysia dalam memperjuangkan nasib umat Islam.10
Kerajaan pemerintah gagal menyatakan sikap yang tegas terhadap penindasan dan kezaliman yang dilakukan terhadap umat Islam oleh negara- negara besar dunia. Tegas beliau, pemerintah kini bersifat hipokrit dalam menentang keganasan terhadap umat Islam.
Merujuk kepada tindakan kerajaan dalam menangani demontrasi damai membantah kedatangan para pemain kriket Negara Israel di halaman Masjid Ar-
Rahman, Kuala Lumpur pada 4 April 1997, menggambarkan kepada masyarakat sikap kerajaan yang sekarangnya. Tegas Fadzil Mohd Noor, kerajaan hari ini bersama dengan pemimpin Negara umat Islam lain mengutuk sekerasnya sikap ganas kaum Yahudi khususnya di Palestin. Sebaliknya, apa yang berlaku di dalam
10 Wan senik, Pemikiran Politik Mujahid Ulung, (Kedah: Pas Kawasan Pendang, 2007) h.65 24
Negara pula mereka bertindak kasar dan menahan pendemo yang menentang
Israel.11
Sebagai sebuah partai yang mendukung keadilan umat Islam antarbangsa, maka sikap dan pendirian PAS di bawah kepimpinan Fadzil Mohd Noor. Fadzil
Mohd Noor adalah jelas, pemikiran beliau terangkum dalam aspek-aspek berikut:
1. Malaysia adalah satu unit dan masyarakat antarbangsa yang semestinya
saling bergantung dengan yang lain.
2. Mempunyai tanggung jawab antarbangsa terhadap ummat dan golongan
mustad’affin di dunia.
3. Menghormati semua perjanjian dua-hala dan berbagai hala yang telah
ditandatangani oleh kerajaan dan sekiranya hal-hal dirasakan perlu
disesuaikan dengan dasar PAS, maka perundingan akan dilakukan
dengan pihak-pihak bersangkutan. Segala penyelesaian adalah bertujuan
untuk meningkatkan hubungan dan kerjasama.
4. Hubungan kita dengan sebuah Negara kecil, di luar OIC dan ASEAN,
serta hubungan dengan semua Negara-negara kecil adalah wajib
ditingkatkan.
11 Wan senik, Pemikiran Politik Mujahid Ulung, (Kedah: Pas Kawasan Pendang, 2007) h. 68 25
5. OIC hendaklah disusun kembali supaya lebih berperan terutama untuk
menghadapi masalah umat Islam, dan masalah antar umat Islam dengan
pihak lain.
6. Mendukung Piagam PBB dan Piagam Bandung termasuk menghormati
kedaulatan supaya saling tidak mengganggu Negara lain.12
7. Mendukung hak asasi manusia sesuai dengan ajaran Islam, menentang
kezaliman dan diskriminasi dalam berbagai bentuk.
8. Berusaha memperkenalkan kebaikan dan keutuhan Islam kepada
masyarakat antarbangsa.
Secara keseluruhannya, pemikiran Al-Marhum terhadap umat Islam antarabangsa, telah menunjukkan pendirian PAS dalam menangani isu umat
Islam antarabangsa. PAS mendukung sepenuhnya terhadap kebangkitan dan perjuangan umat Islam di Palestina, Kashmir, Bosnia Herzegovinia, India,
Rohingnya, Filipina, Afghanistan dan sebagainya serta mengutuk segala bentuk penindasan dan kezaliman serta campur tangan asing terhadap hal ihwal umat Islam.
Pemikiran politik yang telah dikemukakan oleh Fadzil Mohd Noor merupakan satu gagasan idealisme yang menyeluruh, di mana meliputi aspek-
12 Wan senik, Pemikiran Politik Mujahid Ulung, (Kedah: Pas Kawasan Pendang, 2007) h. 72 26
aspek berikut yaitu mengharapkan konsep politik Islam, membasmi ideologi
sekularisme, mengubah perlembagaan Negara, ketulusan kerjasama politik,
mengislamkan falsafah pendidikan Negara, mengislamkan ekonomi Negara,
menanggani krisis sosial dan politik Negara secara adil serta pembelaan umat
Islam antarbangsa.13
Sebagai seorang pemimpin dan ahli politik yang berlatar berlakang
pendidikan agama, Fadzil Mohd Noor sangat berpengetahuan luas mengenai
politik Islam serta juga ilmu politik modern.
13 Wan senik, Pemikiran Politik Mujahid Ulung, (Kedah: Pas Kawasan Pendang, 2007) h. 74 BAB III
PLURALITAS DALAM PEMIKIRAN FADZIL MOHD NOOR
A. Pengertian Pluralitas
Bumi sebagai tempat hunian umat manusia adalah satu. Namun, telah
menjadi hakikat, para penghuninya terdiri dari berbagai suku, ras, bahasa, profesi,
kultur, dan agama. Dengan demikian, kemajemukan adalah fenomena yang tak
bias dihindari. Keragaman terdapat di pelbagai ruang kehidupan, termasuk dalam
kehidupan beragama. Pluralitas bukan hanya terjadi dalam lingkup kelompok
sosial yang besar seperti masyarakat suatu Negara, tetapi juga dalam lingkup kecil
seperti rumah tangga. Bias jadi, individu-individu dalam satu rumah tangga
menganut agama berbeda.1
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pluralisme asal kata dari ‘plural’
yang artinya jamak atau banyak (lebih dari satu).2 Dalam kamus umum bahasa
Indonesia, karangan Prof . Dr. JS Badudu dan Prof Sutan Moh Zain, pluralisme
ialah sifat yang menyatakan jamak, seperti kebudayaan yang tampak pada
Indonesia3
Pluralisme merupakan suatu sistem yang memungkinkan semua
kepentingan dalam masyarakat bersaing secara bebas untuk mempengaruhi proses
1 Abd. Moqsith Ghazali, Argumen Pluralisme Agama, Membangun Toleransi berbatas Al-Quran, (Depok: Pesona Khayangan Estate CM-4, 2009), cet. 1, h. 1 2 P dan K, ‘Kamus Besar Bahasa Indonesia’. (Jakarta: Balai Pustaka. 1990). H. 691 3 JS. Badadu dan Sutan Moh Zain. ‘Kamus Umum Bahasa Indonesia’.(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), h 1074
27 28
politik sehingga tercegah terjadinya suatu kelompok mendominasi kelompok lain.
Sistem ini beranggapan keputusan politik yang penting lebih dapat dipengaruhi secara efektif melalui kelompok yang terorganisasikan secara baik.4
Pluralisme juga dipahami sebagai suatu teori yang menentang kekuasaan
Negara monolitis, dan sebaliknya, mendukung desentralisasi dan otonomi untuk organisasi-organisasi utama yang mewakili keterlibatan individu dalam masyarakat. Juga suatu keyakinan bahwa kekuasaan itu harus dibagi bersama- sama diantara sejumlah partai politik. Pluralisme juga diartikan dengan
Keberadaan atau toleransi keragaman etnik atau kelompok-kelompok kultural dalam suatu masyarakat atau Negara, serta keragaman kepercayaan atau sikap dalam suatu badan, kelembagaan dan sebagainya.5
Saat ini, di antara paham-paham modern, setidaknya secara teoritis,
Pluralisme adalah merupakan salah satu tema yang paling hangat diperdebatkan saat ini, terutama dikalangan Muslim.6 Gagasan ini sangat ditentang keras sejumlah orang dan beberapa organisasi atau institusi keagamaan. Di Indonesia,
Majelis Ulama Indonesia (MUI), sebuah intitusi keagamaan yang dianggap memiliki otoritas dalam bidang agama telah mengeluarkan fatwa agama yang mengharamkan gagasan ini.7 MUI mendefinisikan pluralisme agama sebagai
4 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Widiasarana, 2007), cet. 6, h. 102-103 5 John Simpson, The Oxford English Dictionary, Jilid 4, h. 458 6 Abd. Moqsith Ghazali, Argumen Pluralisme Agama, Membangun Toleransi berbatas Al-Quran, (Depok: Pesona Khayangan Estate CM-4, 2009), cet. 1, h. xi 7Ibid, h. xi-xii 29
suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relative. Oleh karena itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama lain salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di surga. “Dalam bahasa akidah dan ibadah, umat
Islam wajib bersikap eksklusif dalam arti haram mencampuradukkan akidah dan ibadah umat Islam dengan akidah dan ibadah pemeluk agama lain.8
Di Malaysia memang gagasan Pluralisme ini belum secara luas disebarkan karena kondisi di Malaysia yang sebenarnya Islam sangat dijunjung dan dipertahankan sebagai agama paling tinggi dan diridhai disisi Allah SWT sehinggakan agama-agama lain tidak pantas untuk mengungguli dan disamaratakan dengan Islam. Walau demikian, tidaklah berarti isme-isme ini tidak wujud dalam perkembangan politik yang sedang di kuasai oleh pendukung
Inggris khususnya di Malaysia.
Pluralisme secara sedarhana dapat diartikan sebagai “paham yang meniscayakan keragaman dan perbedaan”.9 Dalam sumber lain dijelaskan bahwa
“pluralisme” merupakan “pandangan” filosofis yang tidak mau mereduksikan
8 Adian Husaini, Pluralisme Agama Haram Fatwa MUI Yang Tegas Dan Tidak Kontroversial, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005) Cet. 1, h. 5-6 9 A. syafi’I Mufid Dan Munawar Fuad Noeh (edt.), Beragama Di Abad Dua Satu (Jakarta: Zikru’1-Hakim, 1997), h.222 30
segala sesuatu pada satu prinsip terakhir, melainkan menerima adanya keragaman. Pluralisme dapat menyangkut bidang kultural, politik, dan religius”.10
Kemunculan pluralisme sendiri sebenarnya berawal dari konsepsi tentang alam atau doktrin logis yang menyatakan bahwa suatu pertanyaan baru dianggap benar apabila memiliki kriteria logis. Menurut aliran pluralisme, kriteria kebenaran bisa terdiri dari banyak hal dan bukan hanya logika semata. Pluralisme juga merujuk pada suatu doktrin bahwa semua kelompok mesyarakat yang ada adalah berguna. Dan pluralisme ialah yang akhirnya menjadi ideologi terpenting bagi Negara-negara di seluruh dunia modern.
Menurut Nurcholish ‘pluralisme ialah suatu sistem nilai yang memandang secara positif optimis terhadap kemajemukan itu sendiri, dengan menerimanya sebagai kenyataan dan berbuat sebaik mungkin berdasarkan kenyataan itu.11
Pluralisme, dalam artinya yang paling luas, juga merujuk pada pengertian adanya perbedaan budaya (cultural diversity). Dalam batasan ini pluralisme dipahami sebagai suatu keadaan dalam sesuatu kelompok masyarakat yang memuat pelbagai etnis, ras, agama atau kelompok social yang perlu melibatkan dirinya dalam proses pembangunan dan terikat dengan budaya tradisi atau kepentingan tertentu dalam ruang lingkup kemasyarakatan.12
10 Gerald O,Collins dan Edward G. Farrugia, Kamus Teologi, terj. I. Suharyo, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), cet. 6, h. 257 11 Ibid, h. ixxv 12 Zaid Ahmad, Pluralisme Dan Dialog Peradaban, Meninjau Sudut Pandangan Islam, (Kuala Lumpur, Upm, 2001), H.1 31
Jika pengertian diatas lebih cenderung bermakna sosial, maka pluralisme juga dapat dimaknai dalam tataran politis. Dalam pemahaman ini pluralisme dipahami sebagai wujud masyarakat plural yang hidup dalam perbedaan ras, latar belakang sosial budaya, agama, akan tetapi terikat dalam sebuah unit politik.13
Ada juga pemikiran yang menyatakan tentang pentingnya memberikan toleransi terhadap orang lain, terlebih umat lain yang mendasarkan pandangan keagamaannya kepada sikap tunduk dan patuh hanya kepada Tuhan. Ada yang berpendapat, kata “Islam” dalam Al-Quran tidak berarti secara atributif atau asosiatif menunjuk kepada umat Nabi Muhammad, melainkan secara substantive sebagai “sikap pasrah sepenuhnya kepada Allah”. Islam tidak hanya meliputi agama yang dibawa Nabi Muhammad, tetapi mencakup seluruh jenis agama yang mengajarkan keislaman (ketundukan, kepasrahan kepada Tuhan). Karena itu siapa pun yang bersikap demikian, meskipun tidak memeluk agama Islam tetap akan memperoleh keselamatan.14
Pemikiran diatas adalah pemikiran yang menyatakan semua agama adalah sama karena kenyataan dari pemikiran itu, sekiranya orang non muslim tunduk dan pasrah kepada Tuhan maka orang tersebut menuju kearah keselamatan.
Dalam pandangan Islam adalah jelas dan tegas. Semua agama adalah tidak sama.
Ini telah dijelaskan oleh firman Allah di dalam surah al-Quran:
13 Zaid Ahmad, Op.cit Meskipun defenisi ini-seperti juga yang diakui oleh penulisnya- cenderung hipotetis, tapi Zaid menyadari pentingnya melokalisir diskusi tentang pluralisme, mengingat luasanya cakupan makna dan definisi dari pluralisme tersebut. 14 Abd. Moqsith Ghazali, Argumen Pluralisme Agama, Membangun Toleransi berbatas Al-Quran, (Depok: Pesona Khayangan Estate CM-4, 2009), cet. 1, h. 58 32