Patriots Day”
1
MAKNA PESAN DALAM FILM “PATRIOTS DAY”
SKRIPSI
Diajukan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Surabaya “Almamater
Wartawan Surabaya” Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam
Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Komunikasi
Disusun oleh :
MUHAMMAD IRVAN ADITYA SUDARWANTO
NPM : 14.31.0114
PEMINATAN : BROADCASTING
SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI
ALMAMATER WARTAWAN SURABAYA
2
3
4
5
MOTTO
Hidup Untuk Berkarya. Lakukan yang terbaik melangkahlah tanpa ragu untuk mendapatkan
hasil yang maksimal
Skripsi Ini Saya Persembahkan Kepada : Kedua Orang Tua Dan Para Mahasiswa
STIKOSA - AWS
6
ABSTRAK Terorisme masih menjadi perbincangan yang terus menerus dibahas baik di dalam negeri maupun luar negeri. Pemimpim negara di berbagai dunia mengecam keras aksi terorisme tanpa terkecuali. Namun di setiap kejadian terorisme media selalu menduga siapa pelaku dibalik kejadian tersebut. Tidak jarang kejadian terorisme selalu dikaitkan dengan umat muslim. Semenjak tragedi 9/11 di Amerika Serikat, muslim seakan dijadikan pelaku disetiap tragedi teror bom sehingga image inilah yang tercipta oleh masyarakat di belahan dunia tentang muslim. Adanya teror bom tak luput juga dikaitkan dengan jihad yang secara sepele ditafsirkan oleh masyarakat barat. Penelitian ini mengambil film Patriots Day karena dalam film ini umat muslim digambarkan seperti apa yang diyakini oleh masyarakat barat. dimana film ini menceritakan tentang tragedi teror bom saat perayaan lari marathon di Boston Amerika Serikat. Pihak kepolisian dan anggota FBI Boston berusaha mengungkap siapa pelaku dibalik tragedi bom tersebut. Presepsi yang diyakini oleh masyarakat barat tentang umat islam yang identik dengan gerakan radikalisme dan terorisme tergambar dalam film ini dan pesan inilah yang hendak disampaikan oleh sang pembuat film. Penelitian ini menggunakan jenis kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode analisis semiotika Roland Barthes. Penelitian ini dilakukan dengan cara menonton film “Patriots Day” dan mencoba memahami setiap adegan yang dibangun oleh aktor dalam film tersebut. Peneliti berhasil mengidentifikasi bahwa dalam film Patriots Day Islam masih dikaitkan sebagai pelaku teror bom.
Kata Kunci : Terorisme, Semiotika, Roland Barthes, Patriots Day.
7
ABSTRACT
Terrorism is still a constantly discussed topic both domestically and abroad. Presidents around the world strongly condemn acts of terrorism without exception. Nevertheless, in every case of terrorism, medias always suspect who the perpetrators behind the incident are. It is not infrequent that terrorism is always associated with Muslims. Since the tragedy of 9/11 in United States, Muslims seemed to be the perpetrators in every tragedy of terror bomb so that this image of Muslim was automatically created by people around the world. Besides, the existence of bomb terror was not spared to be associated with jihad which was trivially interpreted by western society. This study took Patriots Day movie because in this movie Muslims were depicted as what was believed by western society and the movie told us about the story of the bomb terror tragedy during marathon festivities in Boston, United States. Polices and Boston FBI members tried to uncover who the perpetrators behind the tragedy of the bomb are. The perception believed by the western society about Muslims, who were identical with the movement of radicalism and terrorism, was described in this movie. It was the message that would be conveyed by the filmmaker. This study applied decriptive qualitative type by using the method of Roland Barthes semiotics analysis, was done by watching "Patriots Day" movie, and tried to understand every scene built by the actors in the movie. The researchers succesfully identified that Patriots Day Islam movie was still associated as a film of bomb terror.
Keyword: Terrorism, Semiotics, Roland Barthes, Patriots Day
8
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala yang dianugerahkan berkat dan rahmatnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program Sarjana Ilmu
Komunikasi yang berjudul “Makna Pesan Dalam Film Patriots Day”.
Semoga dengan adanya penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti maupun juga orang lain yang membacanya. Selama proses mengerjakan skripsi peneliti juga mengalami hambatan yang membuat peneliti kesulitan untuk menyelesaikan penelitian ini.
Namun dengan adanya support dan bimbingan dari orang – orang sekitar serta usaha peneliti untuk maju dan berpikiran positif akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih sedalam – dalamnya kepada:
1. Allah SWTyang selalu memberikan petunjuk dan kebesarannya selama
peneliti hidup dan berproses menjadi lebih baik.
2. Kedua Orang Tua penelitiAyah Sudarwanto dan Ibu Ai Suryati yang selalu
mendoakan dan mendidik peneliti sampai saat ini.
3. Adik peneliti M Fikri Firdaus Sudarwanto yang juga selalu support kepada
peneliti.
4. Drs.Ismojo Herdono, M.Med.Komselaku ketua STIKOSA – AWS.
5. Zaenal Arifin Emka,M.Siselaku dosen pembimbing yang selalu
memberikan arahan dan memberikan semangat kepada peneliti. 9
6. Suprihatin, S. Pd., M.Med.Komyang juga memberikan semangat dan
pencerahan ketika peneliti mengalami kesulitan.
7. Julizar Edy sang Editor yang selalu mengajak dan mengingatkan peneliti
untuk segera mengerjakan skripsi.
8. Ena Ena GrupM Ilham Bintang, Yunita Wulandari, Nadiya Trie, Dhindya
Puspa, M Ranggarda, Koko Krisnando, Paulus Ivan, Hisnan terima kasih
rek buat kesan kesannya selama kuliah.
9. Teman – teman Kelas B Rahil Ainun Navila, Sarah Alfari, Ziyah, Rois
Kurniawan, Dewid Wiratama, Sinyo Abi, terima kasih rek kalian gokil
pokoknya.
10. Aulia Rakhildan Fierda Annisaadik tingkat peneliti yang selalu mengajak
peneliti bermain. Hunting lagi kuy!.
11. Scream For Freedom Siwy Rinaldi, Vincentius Chrisma, Ganang Yoga,
Awang Aditya,rekan satu band peneliti sejak SMA terima kasih sudah
berkenan menjadi rekan peneliti untuk berkarya.
12. Teman - teman SMA penelitiDimas Panji Prasetya, Irgi Fahrezi, Rizki
Bramianto, Dewa Angga terima kasih selalu meluangkan waktu untuk
berkumpul meskipun sibuk.
13. Freda Arga yang selalu memberikan kecerian dengan candaannya ketika
nongkrong.
14. Rido Albrianto RamadhanThanks sob untuk cangkruk berkualitasnya yang
selalu bikim peneliti jadi Open Minded ayo cangkruk lagi.
15. Pakpo Squad Sandhira, Wildan, M Fadli , M Abdul Aziz, terima kasih
sudah meluangkan waktu dikala peneliti jenuh. 10
16. Terima kasih untuk teman – teman STIKOSA AWS angkatan 2014 yang
selama ini telah berjuang bersama – sama.
Surabaya, 8 Maret 2018
peneliti
11
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
Persetujuan Pembimbing Skripsi...... i
Motto...... ii
Abstrak...... iii
Kata Pengantar...... iv
Daftar Isi...... v
1.1 Latar Belakang ...... 1 1.2 Rumusan Masalah ...... 11 1.3 Tujuan Dan Manfaat ...... 11
1.3.1 Tujuan ...... 11
1.3.2 Manfaat ...... 12
1.4 Kajian Pustaka ...... 12
Film Sebagai Komunikasi Massa ...... 12 Analisis Semiotika ...... 15 Semiotika Roland Barthes ...... 16
1.5 Kerangka Berpikir ...... 22
1.6 Metodologi Penelitian ...... 23
1.6.1Metode Penelitian...... 23
Jenis dan Sumber Data ...... 23
1.6.2 Fokus Penelitian ...... 24
1.6.3 Teknik Pengumpulan Data ...... 24
Dokumentasi ...... 24 12
Observasi ...... 24
BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
2.1 Sinopsis Film Patriot Days ...... 26
2.2 Pemeran Dalam Film ...... 30
BAB III ANALISIS DAN INTERPRESTASI DATA
3.1 Penyajian Data ...... 31
Denotasi ...... 32 Konotasi ...... 32 Mitos ...... 55
3.2 Hasil Dan Analisis Penelitian...... 56
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 KESIMPULAN ...... 60 4.2 SARAN ...... 61 4.2.1 Kepada Para Pelaku Film ...... 61 4.2.2 Kepada Penonton Film ...... 61 4.2.3 Saran Untuk Peneliti Selanjutnya ...... 62
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Film merupakan media yang kini sedang berkembang pesat. Selain itu peran film yang tidak hanya menjadi sebagai komunikasi massa kini menjadi media hiburan yang telah diminati oleh masyarakat. Maka tidak sedikit hiruk-pikuk masyarakat menantikan film-film terbaru sangatlah tinggi.
Seiring berkembangnya zaman pula kini mulai banyak pusat perbelanjaan yang dilengkap bioskop-bioskop dengan harga tiket yang cukup terjangkau.
Adanya bioskop disetiap pusat perbelanjaan membuat masyarakat semakin dekat dengan film, dalam artian kini film sudah mulai merata ke seluruh strata sosial.
Oey Hong Lee menyebutkan film bermula pada akhir abad ke-19 (Sobur
2009 : 126) sebagai teknologi baru, tetapi pada saat itu film hanya merupakan suatu media hiburan semata. Berbeda dengan film jaman sekarang yang mulai sekali banyak manfaatnya tidak hanya sebagai suatu media hiburan kini film mempunyai banyak manfaat. Setelah itu Film kemudian berubah menjadi alat presentasi dan distribusi dari tradisi hiburan yang kian berwarna, menawarkan cerita, panggung, musik, drama, humor, dan trik teknis bagi konsumsi populer. 14
Film juga hampir menjadi media massa yang sesungguhnya dalam artian bahwa film mampu menjangkau populasi dalam jumlah besar dengan cepat, bahkan di wilayah pedesaan.Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial, lantas membuat para ahli bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayak. Sejak itu, maka merebaklah berbagai penelitian yang hendak melihat dampak film terhadap masyarakat. Dapat dilihat dari sejumlah penelitian film yang mengambil berbagai topik seperti : pengaruh film terhadap anak, film dan agresivitas, film dan politik, dan seterusnya.
Berbeda dengan zaman dahulu saat industri film kian berkembang di jaman penjajahan kolonial film hanya bisa dinikmati oleh kaum kelas atas dengan begitu mengkonsumsi karya seni yang menggabungkan audio dan visual ini menjadi salah satu ciri khas seseorang mengenai status kedudukannya di masyarakat.
Seiring berkembangnya jaman pula kini film mulai menyuguhkan berbagai macam genre. Di antaranya seperti horor, drama, komedi, thriller dan masih banyak lagi. Hal ini diyakini oleh peneliti akan membuat film semakin diminati oleh masyarakat luas. Selain itu dimana peran film yang juga sebagai media komunikasi massa merupakan hal yang sangat menarik untuk dinikmati dan juga sebagai bahan edukasi. Pada dasarnya film juga merupakan salah satu karya seni untuk merepresentasikan pesan dalam bentuk visual dan audio. 15
Peran film sebagai media komunikasi memberikan fungsi baru dalam menangani kontrol sosial yang timbul dalam benak audiens. Maka dari itu sebagai pembuat film perlu bertanggung jawab memperhatikan serta memikirkan secara matang bagaimana jika suatu karya akan di publikasi kepada masyarakat luas maka pesan apa yang akan didapat dari karya tersebut. Apakah pesan yang diterima berdampak baik, atau malah sebaliknya
Film kini tidak hanya mempunyai fungsi sebagai menghibur namun juga mengedukasi. Adanya pesan yang hendak disampaikan oleh sang pembuat film dapat kita tangkap jika kita menikmati film tersebut dengan sebaik mungkin. Hal ini pun sejalan dengan misi perfilman nasional sejak
1979, bahwa selain sebagai media hiburan, film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character builiding (Effendy, 1981: 212).
Banyak film yang sangat inspiratif dan sangat cocok untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata seperti contohnya film “Jobs”. Film ini menceritakan tentang kisah seorang pendiri perusahaan Apple yang bergerak dalam bidang teknologi jatuh bangunnya seorang Steve Jobs dalam menjalankan usahanya hingga kini hasil buatannya telah kita konsumsi.
Selain itu salah satu film Indonesia yang juga sangat inspiratif salah satunya adalah “Laskar Pelangi” bagaimana perjuangan para anak-anak daerah yang berusaha menuntut ilmu setinggi langit dengan problematika 16
yang sangat kompleks sehingga menghambat anak-anak tersebut dalam menuntut ilmu.
Contoh di atas adalah beberapa film yang sangat inspiratif, dengan kata lain pesan yang ingin disampaikan oleh sang pembuat film adalah untuk menyadarkan masyarakat sebagai penikmat film untuk selalu semangat dalam menjalani hidup dan menggapai mimpi-mimpi..
Selain bersifat menghibur film juga berperan sebagai sarana edukasi walaupun edukasi yang disampaikan tidak secara terang-terangan tapi edukasi yang dimaksud sebagai pemacu kreatifitas para penggiat film
(cineas) untuk semakin produktif dalam menciptakan karya-karya film.
Selain itu film sebagai sarana edukasi juga diharapkan agar para penggiat film untuk lebih memerhatikan kualitas dari segi editing, pengambilan gambar, maupun jalan cerita dipikirkan secara matang agar menjadi suatu karya yang layak diperhitungkan.
Film sudah menjadi bagian dari kehidupan modern yang kian memberikan kesan yang positif di benak semua orang. Bahkan di era modernisasi kini para penikmat film kini juga bisa menikmati film dengan berlangganan di situs layanan film streaming salah satunya adalah netflix.
Film juga bisa sebagai sarana aspirasi untuk mengungkapkan kegelisahan seseorang yang dialaminya selama ini. Salah satu pembuat film seperti ini adalah Raditya Dika yang mengkonsep hampir seluruh filmnya merupakan kumpulan suatu kegelisahannya dengan sentuhan komedi yang khas. 17
Jenis-Jenis Film dapat dikelompokkan menjadi film cerita, film berita,
film dokumenter, dan film kartun.
Film Cerita (story film), adalah jenis film yang mengandung suatu
cerita yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan
bintang film tenar dan film ini didistribusikan sebagai barang
dagangan. Cerita yang diangkat menjadi topik film bisa berupa
cerita fiktif atau berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi, sehingga
ada unsur menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari segi
gambarnya.
Film Berita atau news reel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang
benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan
kepada publik harus mengandung nilai berita (news value). Film
berita Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen
sosial, lantas membuat para ahli bahwa film memiliki potensi untuk
mempengaruhi khalayaknya. Sejak itu, maka merebaklah berbagai
penelitian yang hendak melihat dampak film terhadap masyarakat.
Film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan
muatan pesan (message) dibaliknya, pernah berlaku sebaliknya.
Kritik yang muncul terhadap perspektif ini didasarkan atas
argumen bahwa film adalah potret dari masyarakat dimana film itu
dibuat. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat, dan kemudian memproyeksikannya keatas
layar (Irawanto, dalam Sobur 2009 : 127). 18
Kenyataannya sebelum film Indonesia kian berkembang secara lebih
baik pada tahun 2000an film indonesia kian marak dengan film bergenre
horor. Namun film tersebut mengandung unsur pornografi terlebih film
tersebut hanya mementingkan sisi pornografinya tanpa mementingkan
kualitas film tersebut.
Menurut peneliti dalam beberapa film buatan Amerika tidak hanya memberikan hiburan bagi para penikmat film namun ada unsur pesan yang ingin disampaikan oleh sang pembuat film sehingga para penonton mendapatkan pengaruh dari film tersebut. Contohnya seperti film “The
Purge” berlatar di negara Amerika dalam film tersebut terdapat hari besar yang disebut “Hari Pelampiasan” Di mana Pemeritahan Amerika melegalkan warga Amerika bebas untuk membunuh dalam durasi 12 jam.
Dalam 12 jam pada hari tersebut Negara Amerika seperti neraka rumah sakit, pemadam kebakaran semua lembaga yang menyangkut tentang hidup kemanusiaan tidak beroperasi pada hari itu.
Masyarakat Amerika saling membunuh, meluapkan dendam. Bahkan beberapa orang mengaggap hal ini adalah bentuk penghapusan dosa. Dalam film tersebut diceritakan bahwa alasan pemerintahan Amerika melegalkan adalah untuk mengurangi jumlah kriminalitas, pengangguran, serta para gelandangan yang tidak mempunyai tempat tinggal. Dalam hal ini tidak semua film bisa mengandung unsur positif melainkan tidak sedikit film yang secara tidak langsung mendoktrin penontonnya dan memiliki pandangan yang baru setelah menonton film. Contohnya seperti tahun 2009
2 Remaja di Amerika ingin bunuh diri setelah menonton film “2012”. 19
Dimana didalam film tersebut digambarkan bahwa akan ada bencana yang sangat besar di tahun 2012 bahkan dalam ramalan suku maya kuno itu adalah hari kiamat. Kedua remaja tersebut ingin mengakhiri hidupnya lantaran tak ingin melihat kejadian nyata pada tahun 2012. Tidak hanya di amerika, dalam situs online VOA ISLAM MUI Kabupaten Malang juga mengeluarkan reaksi keras bahwa film 2012 tidak layak untuk ditonton karena menyesatkan.
Selain itu film “My Name is Khan” juga menggambarkan bagaimana masyarakat Amerika menilai orang islam yang dianggap sebagai teroris yang diangkat dari tragedi 9/11/2001 lagi tragedi besar yang digambarkan dalam film tersebut dimana tower kembar WTC ditabrak oleh pesawat yang mengatas namakan islam. Film tidak hanya menjadi sebagai media hiburan namun juga merupakan sebagai sarana menambah wawasan.
Dalam film “My Name Is Khan” bagaimana seseorang umat islam mengalami diskriminasi yang sangat keras dia dihina dan tidak diterima oleh masyarakat. Dalam film tersebut kekerasan demi kekerasan digambarkan sangat jelas. Bagaimana sebuah film mencoba untuk mengkomunikasikan suatu pesan kepada masyarakat luas sangatlah harus disikapi dengan rasa tanggung jawab oleh sang pembuat film. Selain itu peran seluruh khalayak juga penting dalam menyaring pesan tersebut untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, karena seperti hal yang peneliti ungkapkan diatas film tidak hanya sebagai media hiburan namun juga bisa mempengaruhi pandangan sang penonton. 20
Dalam buku Metode Penelitian Studi Media Dan Kajian Budaya mengatakan bahwa Representasi merupakan makna-makna yang terdapat dalam gambar visual bisa dilihat secara implisit maupun eksplisit, sadar atau tidak sadar, yang dirasakan sebagai kebenaran atau fantasi, ilmu pengetahuan atau logika umum.
Makna-makna tersebut dibawa melalui pembicaraan sehari-hari, elaborasi retorika, seni tinggi, opera sabun di televisi, mimpi-mimpi, film, atau mosaik; dan kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat akan memaknai gambaran dunia ini dalam cara-cara yang berbeda.
Pernyataan di atas membuat peneliti semakin tertarik untuk mengkaji makna pesan dalam film Patriots Day karena pada dasarnya seperti yang dikutip oleh peneliti dalam buku Metode Penelitian Studi Media Dan Kajian
Budaya bahwa semakin banyak kelompok yang beragam dalam bermasyarakat maka semakin berbeda pula cara pandang mereka dalam memaknai fenomena-fenomena yang ada di dunia ini.
Dengan adanya peran film dalam menyampaikan pesan sehingga dapat membuat masyarakat luas memiliki suatu pandangan yang baru. Pandangan tersebut tidak hanya bersifat positif namun ada kalanya film juga memberikan pengaruh yang buruk.
Peneliti merasa hal ini sangat menarik untuk diteliti karena dalam film
Patriots Day menggambarkan bagaimana Islam mengartikan apa itu jihad secara tidak langsung. Karena pada dasarnya jihad bukanlah tentang bagaimana seseorang umat islam merenggut nyawa seseorang dengan mengatas namakan tuhan melainkan makna jihad tidaklah sesempit itu. 21
Di mana dalam film-film Hollywood sejak dulu hingga sekarang paham
Islam yang digambarkan dalam sebuah film selalu digambarkan sebagai sosok golongan yang identik dengan bom, ledakan, dan kehancuran. Yang pada dasarnya itu bukanlah hakekat yang sebenarnya.
Adanya toleransi dari keberagaman suku rasa Agama sudah sepatutnya menjadi tugas kita semua dengan adanya rasa toleransi antar sesama maka rasa saling peduli satu sama lain akan tumbuh dan itu akan jauh terasa lebih indah. Contohnya seperti agama islam tidak mengumandangkan adzan dengan menggunakan pengeras suara saat masyarakat bali yang umumnya beragama hindu sedang merayakan nyepi.
Apa yang menyebabkan sang sutradara pembuat film “Patriots Day” menggambarkan Islam sebagai pelaku teror bom tersebut dalam filmnya bukanlah suatu kebetulan. Apa yang digambarkan dalam film akan membuat umat islam tidak diterima oleh lingkungan sekitar terutama dalam negara Amerika, adanya film yang mengandung unsur diskriminasi malah semakin membuat diskriminasi tersebut semakin terlihat. Terlebih presiden
Amerika Donald Trumph merupakan sosok yang kontroversial yang tidak hanya sekali melakukan tindakan Rasis.
Realitanya dalam beberapa kejadian di Amerika warga Amerika juga tidak sepenuhnya setuju dengan kebijakan-kebijakan yang di terapkan oleh
Donald Trumph yang dimana kebijakan tersebut secara tidak langsung telah mendiskriminasi golongan tertentu termasuk Islam. Bahkan para warga sampai turun kejalan untuk melakukan aksi demo. Hal ini sangat berbanding 22
terbalik dengan gambaran warga amerika terhadap Islam dalam flm-film hollywood pada umumnya.
Isu yang kini kian beredar di masyarakat dunia adalah adanya teror ISIS yang tidak seberapa dikenal oleh masyarakat. Masyarakat yang awam dengan itu terkadang menganggap ISIS adalah golongan orang islam padahal kenyataannya ISIS dan Islam sangatlah berbeda. Dengan adanya hal ini tidak jarang para umat muslim yang tinggal di belahan dunia yang dimana dia menjadi kaum minoritas terkadang dikucilkan oleh orang – orang sekitar bahkan lebih parahnya mengalami tindakan diskriminasi.
Film Patriots Day yang bercerita tentang teror bom yang secara tidak langsung menggambarkan bahwa membunuh sesama manusia adalah sesuatu hal yang benar. Bagaimana tokoh Dzhokhar dan sang kakak
Tarmelan digambarkan dalam film Patriots Day tentu akan semakin membuat masyarakat yang memandang bahwa hal tersebut memang sesuatu hal yang diyakini oleh umat Islam. Padahal dalam kenyataannya kita semua tahu bahwa dalam ajaran semua Agama kita diajarkan hidup damai dan saling menjaga satu sama lain..
Perbedaan –perbedaan yang kerap terjadi dalam bersosialisi di lingkungan haruslah disikapi dengan rasa toleransi tanpa harus ada tindakan menyudutkan golongan tertentu. Alangkah baiknya kita menghargai adanya perbedaan karena pada dasarnya justru perbedaan ini membuat kita semua saling melengkapi.
23
Menurut peneliti setiap manusia yang berada di dunia ini berhak memilih sesuatu hal apa yang dia yakini tanpa harus didiskriminasi oleh orang-orang sekitarnya. Dengan hal ini yang dimaksud oleh peneliti adalah sesuatu hal yang positif bukan yang negatif. Karena pada dasarnya kita sebagai manusia mempunyai hak dalam memilih segala sesuatu yang kita yakini.
Adanya hal seperti ini membuat kita semakin bebas dalam mengemukakan pendapat kita selain itu kita juga bisa lebih diterima di masyarakat.
Dengan ini peneliti ingin meneliti makna pesan dalam Film Patriots day karena dalam membuat film tidak hanya sekedar menghibur dan membutuhkan waktu yang sangat panjang dalam merancang skenario.
Terutama isi pesan dalam film tersebut yang ingin disampaikan kepada khalayak merupakan poin utama dalam kajian penelitian ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apa makna pesan dalam film “Patriots Day” ?
1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1.3.1 TUJUAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna pesan dalam film
“Patriots Day” 24
1.3.2 MANFAAT
Manfaat Teoritis
Penelitian ini berkontribusi dalam menambah ilmu pengetahuan ilmu
komunikasi serta memahami apa makna pesan dalam film “Patriots
Day”
Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan para
penikmat film dan para pembuat film untuk peningkatan mutu kualitas
film yang lebih baik.
1.4 Kajian Pustaka
Film Sebagai Komunikasi Massa
Undang – undang nomor 33 Tahun 2009 tentang perfilman pada
Bab 1 Pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan film adalah karya
seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi
massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa
suara dipertunjukkan.
Definisi film berbeda di setiap negara ; di Perancis ada pembedaan
antara film dan sinema. “Filmis” berarti berhubungan dengan film dan
dunia sekitarnya, misal sosial politik dan kebudayaan. Kalau di Yunani,
film dikenal dengan istilah cinema yang merupakan singkatan
cinematograph (nama kamera dari Lumiere bersaudara). 25
Cinematographie secara harfiah berarti cinema (gerak), tho atau
phytos adalah cahaya, sedangkan graphie berarti tulisan atau gambar.
Jadi, yang dimaksud cinematographie adalah melukis gerak dengan
cahaya. Ada juga istilah lain yang berasal dari bahasa inggris, yaitu
movies; berasal dari kata move, artinya gambar bergerak atau gambar
hidup.
Komunikasi massa berasal dari istilah bahasa Inggris, mass
communication, sebagai kependekan dari mass media communication,
yang berarti komunikasi yang menggunakan media massa atau
komunikasi yang mass mediated, serta dimana organisasi media
membuat dan menyelenggarakan pesan kepada khalayak. Menurut W.
Gambel dan Teri Kwal Gamble (1986) komunikasi massa yaitu
1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan
modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat
kepada khalayak.
2. Komunikator menyebarkan pesan – pesan dengan maksud untuk
berbagi pengertian dengan berbagai orang yang tidak dikenal.
3. Pesan adalah milik publik.
4. Sebagai sumber,jaringan,ikatan,atau perkumpulan.
5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper yang berarti pesan –
pesan yang disebarlam dikontrol oleh sejumlah individu dalam
lembaga tertentu.
6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda.( Nurudin,
2007 :8-9) 26
Dengan demikian, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen.
Film digunakan sebagai media yang merefleksikan realitas atau bahkan membentuk realistis, cerita yang ditayangkan lewat film dapat berupa fiksi maupun non fiksi. Film adalah media komunikasi massa yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu.
Film merupakan karya sinematografi yang dapat berfungsi sebagai
alat cultural education atau pendidikan budaya. Meski pada awalnya
film diperlakukan sebagai komoditi yang diperjual-belikan sebagai
media hiburan, namun pada perkembangannya film juga kerap
digunakan sebagai media propaganda. (Trianton, 2013 : 2)
Film sebagai karya seni budaya dan sinematografi dapat
dipertunjukkan dengan atau tanpa suara. Ini bermakna bahwa film
merupakan media komunikasi massa yang membawa pesan berisi
gagasan-gagasan penting yang disampaikan kepada masyarakat dalam
bentuk tontonan.
Meski berupa tontonan, namun film memiliki pengaruh besar.
Itulah sebabnya film mempunyai fungsi pendidikan, hiburan, informasi,
dan pendorong tumbuhnya industri kreatif lainnya.
Fungsi film tidak dapat dilepas dari sejarahnya. Film merupakan
media penyampaian warisan budaya dari satu generasi ke generasi 27
berikutnya. Oleh karena itu film perlu diapresiasi. Selain menghibur
film juga menjadi cerminan budaya bangsa (Trianton, 2013 : 3)
Film merupakan salah satu media komunikasi massa. Dikatakan
sebagai media komunikasi massa karena merupakan bentuk komunikasi
yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan
komunikator dan komunikan secara massal, dalam arti berjumlah
banyak, tersebar dimana – mana, khalayak heterogen dan anonim, dan
menimbulkan efek tertentu.
Film dan televisi memiliki kemiripan, terutama sifatnya yang audio
visual, tetapi dalam proses penyampaian pada khalayak dan proses
produksinya agak sedikit berbeda (Tan dan Wright, dalam Nawiro,
2014 : 91).
Semiotika
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji
tanda. Tanda – tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya
berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah – tengah manusia dan
bersama – sama manusia.
Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya
hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal
– hal (things). Memaknai dalam hal ini tidak dapat dicampuradukan
dengan mengkomunikasikan (to communicate).
Memaknai berarti bahwa objek–objek tidak hanya membawa
informasi, dalam hal mana objek–objek itu hendak berkomunikasi, 28
tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Barthes,
1988:179; Kurniawan, 2001:53, dalam Sobur, 2009 : 15).
Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna
(meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda
(Littlejohn, dalam Sobur, 2009 : 15).
Konsep dasar ini mengikat bersama seperangkat teori yang amat
luas berurusan dengan simbol, bahasa, wacana, dan bentuk–bentuk
nonverbal, teori–teori yang menjelaskan bagaimana tanda disusun.
Secara umum, studi tentang tanda merujuk kepada semiotika.
Semiotika Roland Barthes
Menurut Barthes,semiologi hendak mempelajari bagaimana
kemanusiaan (humanity) memaknai hal–hal (things). Memaknai, dalam
hal ini dapat disamakan dengan mengkomunikasikan. Memaknai berarti
bahwa objek – objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana
objek –objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi
sistem terstruktur dari tanda.
Barthes, dengan demikian melihat signifikasi sebagai sebuah
proses yang total dengan suatu susunan yang sudah terstruktur.
Signifikasi tak terbatas pada bahasa, tetapi juga pada hal – hal lain di
luar bahasa. Barthes menganggap kehidupan sosial sebagai sebuah
signifikasi. Dengan kata lain, kehidupan sosial, apapun bentuknya,
merupakan suatu sistem tanda tersendiri ( Kurniawan, dalam Nawiro,
2014 : 27). 29
Roland Barthes juga mengungkapkan bahwa bahasa merupakan sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi – asumsi dari masyarakat tertentu dalam waktu tertentu (Sobur,2003:63). Selanjutnya,
Barthes menggunakan teori signifiant - signifie yang dikembangkan menjadi teori tentang metabahasa dan konotasi. Istilah significant (E) menjadi eskpresi dan signifie menjadi isi (C).
Barthes mengatakan bahwa antara E dan C harus ada relasi (R) tertentu, sehingga membentuk tanda (sign). Konsep relasi ini membuat teori tentang tanda lebih mungkin berkembang karena relasi ditetapkan oleh pemakai tanda. Menurut Barthes, ekspresi dapat berkembang dan membentuk tanda baru, sehingga ada lebih dari satu dengan isi yang sama.
Pengembangan ini disebut sebagai gejala meta-bahasa dan membentuk apa yang disebut kesinoniman. Sebagaimana pandangan
Sausure, Barthes juga meyakini bahwa hubungan antara penanda dan pertanda tidak terbentuk secara alamiah, melainkan bersifat arbiter yaitu hubungan yang terbentuk berdasarkn konvensi.
Bila Saussure hanya menekankan pada penandaan dalam tataran denotatif, maka Roland Barthes menyempurnakan semiologi Saussure dengan mengembangkan sistem penandaan pada tingkat konotatif.
Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan, yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat. 30
1. 2.
Signifier Signified
(penanda) (pertanda) 3.
Denotative Sign (tanda denotatif)
2. Connotative Signifier 3. Connotative Signified
(penanda konotatif) (pertanda konotatif)
4. Connotative Sign
(tanda konotatif)
Peta Roland Barthes, Filsafat Semiotika : 201
Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan pertanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Denotasi dalam pandangan Barthes merupakan tataran pertama yang maknanya bersifat tertutup. Tataran denotasi menghasilkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti. Denotasi merupakan makna yang sebenar – benarnya, yang disepakati bersama secara sosial, yang rujukannya pada realitas.
Konotatif merupakan tanda yang penandaannya mempunyai keterbukaan makna atau makna yang implisit, tidak langsung, dan tidak pasti, yang berarti terbuka kemungkinan terhadap penafsiran dalam semiologi Barthes. Konotasi mengacu pada makna yang menempel pada kata karena sejarah pemakaiannya dalam semiologi Roland
Barthes, konotasi dikembalikan lagi secara retoris. Menurut barthes, tanda konotatif tidak hanya memiliki makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi 31
keberadaannya. Sistem konotasi adalah sistem yang berlapis ekspresinya sendiri sudah berupa sistem penandaan.
Denotasi merupakan sistem signifikansi tingkat pertama, sedangkan konotasi merupakan sistem signifikansi tingkat kedua.
Denotasi dapat dikatakan merupakan makna objek yang tetap. Dalam pengertian umum, denotasi biasanya dimengerti sebagai makna harfiah, makna yang “sesungguhnya” sedangkan konotasi merupakan makna subjektif yang bervariasi.
Contohnya seperti ‘Buah Hati’ secara denotasi buah adalah suatu makanan yang bergizi yang biasa ditanam sebagai hasil perkebunan, sedangkan hati adalah sebuah organ tubuh. Namun secara konotasi
‘Buah Hati’ adalah anak yang disayangi.
Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi yang disebutnya sebagai “mitos” dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai – nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Didalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, pertanda, dan tanda.
Namun, sebagai suatu sistem yang unik mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran kedua. Di dalam mitos pula, sebuah pertanda dapat memiliki beberapa penanda
(Budiman, 2001: 28, Sobur, 2004: 71 Dalam Nawiro, 2014: 28).
Mitos menurut Barthes mempunyai konsep yang berbeda dalam arti umum. Menurut Barthes mitos adalah bahasa, maka mitos adalah 32
sebuah sistem komunikasi dan mitos merupakan sebuah pesan dalam hal ini mitos merupakan perkembangan dari konotasi. Konotasi yang sudah terbentuk lama dimasyarakat itulah yang disebut mitos.
Mitos dapat dikatakan sebagai produk kelas sosial yang sudah memiliki suatu dominasi. Mitos Barthes dengan sendirinya berbeda dengan mitos yang kita anggap tahayul, tidak masuk akal, ahistoris, dan lain – lain, tetapi mitos menurut Barthes sebagai type of speech (gaya bicara) seseorang.
Contoh – contoh mitos dalam pandangan Roland Barthes anggur
(wine) menurut Barthes dalam ekspresi lapis pertama bermakna
‘minuman berakohol yang terbuat dari buah Anggur’. Namun pada lapisan kedua, anggur dimaknai sebagai suatu ciri adat ‘ke-Pranci-san’ yang diberikan masyarakat dunia pada jenis minuman ini. Orang selalu menganggap wine identik dengan Prancis, padahal banyak negara lain yang juga memproduksi minuman sejenis.
Contoh lain halnya juga seperti dalam Film Patriot’s Day sosok seorang pria berjanggut identik dengan umat Islam yang Fundamental bersifat Radikal dan identik dengan terorisme padahal tidak semua orang yang seperti itu merupakan umat Islam yang Radikal. Bahkan pria berjanggut kini tidak hanya merupakan identitas umat muslim banyak juga orang yang non muslim berpenampilan seperti itu.
Dengan contoh ini, Barthes ingin memperlihatkan bahwa gejala suatu budaya dapat memperoleh konotasi itu sudah mantap, maka ia 33
menjadi mitos, sedangkan mitos yang sudah mantap akan menjadi
ideologi (Barthes, Rusmana, 2005 Dalam Nawiro, 2014: 29).
First Order Second Order
Reality Sign Culture
Frm Konotasi
Signifier Denotasi Signified
Content Mitos
Vera, Nawiroh : Semiotika dalam Riset Komunikasi : 30
Dari gambar diatas, dapat dijelaskan bahwa signifikansi tahap
pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified yang
disebut denotasi, yaitu makna sebenarnya dari tanda. Sedangkan
signifikasi tahap kedua, digunakan istilah konotasi, yaitu makna yang
subjektif atau paling tidak, intersubjektif; yang berhubungan dengan isi,
tanda bekerja melalui mitos. Mitos merupakan lapisan pertanda dan
makna yang paling dalam. (Nawiroh, 2014 : 30).
34
1.5 Kerangka Berpikir Film Sebagai Media Menyampaikan Pesan
Makna Pesan Dalam Film
“Patriots Day”
Film Sebagai Komunikasi Massa
Analisis Semiotika
denotasi konotasi mitos
Analisis kualitatif deskriptif
Kesimpulan
35
1.6 Metodologi Penelitian
Penelitian ini lebih berfokus pada pendalaman makna dari objek
penelitian. Penelitian ini akan mengambil beberapa gambar visual
sebagai sumber data yang diperlukan untuk menjawab rumusan
masalah. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif, data yang
dikumpulkan lebih banyak mengambil gambar ataupun teks.
1.6.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analisis semiotika untuk
mengetahui makna yang akan disampaikan dalam suatu gambar, atau
foto, atau objek visual dengan menggunakan semiotika Roland Barthes
Jenis Dan Sumber Data
Penelitian ini akan memaknai pendekatan kualitatif berjenis
deskriptif sebagaimana data yang dikumpulkan bukan mengarah angka
melainkan gambar dan teks. Peneliti membagi dua sumber data yakni
data primer dan sekunder. Data Primer yakni data yang diambil secara
langsung dari objek penelitian berupa cuplikan-cuplikan yang berada
dalam film “Patriots Day” selain itu Data Sekunder merupakan berasal
dari referensi – referensi yang memiliki hubungan dengan penelitian
yang diangkat oleh peneliti mengenai buku – buku tentang islam
maupun buku – buku teori komunikasi.
36
1.6.2 Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini berfokus pada bagaimana makna pesan dalam
film “Patriots Day” yang dirilis pada tanggal 13 januari 2017 dan
disutradarai oleh Peter Berg bergenre Drama, History, Thriller. Film ini
di distribusikan oleh Closest to the Hole Productions, penulis naskah
film ditulis oleh Peter Berg, Matt Cook, Joshua Zetumer.
1.6.3 Teknik Pengumpulan Data
Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan fenomena atau peristiwa, yang
sudah berlalu dan dikumpulkan dalam bentuk tulisan,gambar atau karya
seseorang. Salah satu contoh dokumen yang berbentuk tulisan misalnya
sejarah kehidupan, biografi seseorang, catatan harian. Sedangkan
dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, karya seni yang berupa
gambar, patung, film dan lain - lain
Observasi
Penelitian ini dilakukan dengan cara menonton film “Patriots Day”
yang di download dari situs www.lk21.tv.com membaca dan
memahami setiap dialog – dialog serta adegan adegan yang dibangung
oleh aktor dalam objek penelitian film “Patriots Day” yang sesuai
dengan rumusan masalah, kemudian mencatat, memilah, dan
menganalisa sesuai dengan model penelitian yang digunakan.
37
BAB II
Deskriptif Objek Penelitian
Sumber : www.google.com
38
2.1 Sinopsis Film Patriots Day :
Patriots Day merupakan film drama kriminal Thriller yang disutradarai oleh Peter Berg diapun juga menulis sendiri naskah dalam film ini bersama dengan Matt Cook dan Josua Zetumer. Film Patriots
Day diproduseri oleh Mark Walhberg, Scott Stuber dan digarap oleh rumah produksi CBS Film. Film ini ditayangkan secara perdana dalam acara Festival Film Amerika pada 17 november 2016 dan dirilis secara massal pada tahun 13 Januari 2017.
Film ‘Patriots Day’ ini menceritakan tentang perjuangan Sersan
Polisi bernama Tommy Saunders yang diperankan oleh Mark Wahlberg dalam menangkap pelaku tragedi teror bom yang terjadi saat perayaan lari marathon di Boston pada tahun 2013. Beberapa orang tewas dan ratusan orang mengalami luka dalam kejadian tersebut.
Pada tanggal 15 April 2013 sang kakak beradik Tarmelan Tsarnaev dan Dzhokhar (Themo Melikidze dan Alex Wolff) meledakkan dua bom sekaligus dalam acara marathon. Dalam film Patriots Day sang kakak Tarmelan Tsarnaev mendoktrin sang adik untuk melakukan peledakan bom tersebut karena hal itu merupakan tindakan yang dibenarkan oleh Islam bahkan sang adik Dzhokhar menonton cara merakit bom di laptopnya.
Hingga acara lari marathon tersebut diselenggarakan Tsanarev bersaudara berhasil melancarkan aksinya dan berhasil melarikan diri.
Namun hal ini tidak berlangsung lama karena setelah kejadian 39
berlangsung Tommy Saunders mendapatkan bantuan dari agen FBI
(Federal Bureau Of Investigation) untuk menangkap kedua pelaku teror bom tersebut.
Beberapa hari setelah melakukan investigasi akhirnya Tommy
Saunders dan Agen FBI (Federal Bureau Of Investigation) telah mengetahui pelaku tersebut dari rekaman CCTV yang tersedia di sisi – sisi jalan kejadian lokasi tersebut. Hingga akhirnya munculah pemberitaan tersebut di media televisi. Tsanarev bersaudara yang juga melihat berita tersebut segera bergegas dan mengambil langkah untuk meninggalkan kota Boston. Tidak hanya itu Tsanarev bersaudara juga masih mempersiapkan bom untuk dibawa meninggalkan kota.
Karena sudah bertindak terlalu jauh mematuhi perintah kakaknya
Dzhokhar sang adik merasa dirinya sudah cukup siap untuk mendapatkan senjata iapun meminta izin untuk membawa senjata sendiri. Ketika di jalan melihat sebuah mobil polisi berpatroli Tsanarev bersaudara menembak polisi yang berada dalam mobil tersebut dan merampas senjatanya. Aksi mereka diketahui oleh seorang warga, setelah merampas senjata mereka lalu pergi meninggalkan lokasi.
Mereka berinisiatif untuk mengganti kendaraan mereka karena waspada mobil mereka telah di ketahu.
Hingga akhirnya mereka mencuri mobil seseorang warga imigran asal Asia yang bernama Dun Meng (Jimmy O. Yang). Dun Meng ikut bersama Tsanarev bersaudara di dalam mobil sebagai tawanan. 40
Dalam mobil Tsanarev bersaudara menceritakan kepada Dun Meng dan menyinggung peristiwa tragedi gedung WTC (World Trade Center) bahwa tragedi tersebut bukan lah tindakan orang Islam, Islam hanya dijadikan kambing hitam dalam peristiwa tersebut. Mobil mereka berhenti di tempat pengisian bahan bakar Tarmelan Tsarnaev menyuruh sang adik Dzhokhar untuk membeli beberapa makanan. Sedangka
Tarmelan Tsanarev sedang membuka ponsel untuk melihat maps memastikan mengambil rute tercepat untuk meninggalkan kota.
Saat Tarmelan Tsanarev fokus dengan ponselnya Dun Meng berhasil kabur dan lari sejauh mungkin untuk meminta pertolongan. Disitulah
Dun Meng dihampiri oleh pihak kepolisian yang tak lain adalah Sersan
Tommy Saunders. Seketika Tommy Saunders mengerahkan seluruh pasukan untuk melakukan penyergapan.
Kejar – kejaran antara pihak polisi dan Tsanarev bersaudara dikemas dengan secara dramatis. Terjadi baku tembak diantara para polisi boston dan Tsanarev bersaudara, Tsanarev bersaudara tidak segan – segan melempar bom yang telah dirakitnya. Sang kakak Tarmelan
Tsanarev tertembak dibagian kaki dan meninggal ditempat, sedangkan
Dzhokhar melarikan diri dari lokasi kejadian.
FBI (Federal Bureau Of Investigation) Boston menginterogasi istri
Tarmelan Khaterine Russel (Melissa Benoist) dengan menanyakan apakah masih ada bom lain? Namun sang istri dari Tarmelan bersiteguh 41
tidak mau menjawab sampai akhirnya sang FBI (Federal Bureau Of
Investigation) pun keluar dari ruangan dengan penuh kekesalan.
Sedangkan Dzhokhar Tsanarev tertangkap bersembunyi di perahu yang diletakkan di belakang pekarangan rumah warga. Sang pemilik rumah menghubungi pihak kepolisian, mereka bergegas membawa armadanya dan segera mengepung rumah tersebut. Polisi dan FBI
(Federal Bureau Of Investigation) melakukan penembakan ke arah perahu tersebut Tsanarev tetap bersembunyi dan tidak melakukan perlawanan hingga akhirnya dia menyerah.
Film ini diakhiri dengan pertandingan baseball di Boston dengan pidato salah satu atlet tersebut yang memberikan motivasi pada rakyat
Boston untuk selalu tetap kuat dan tidak takut dengan teror yang telah terjadi di kotanya.
42
2.2 Pemeran Dalam Film Patriots Day :
Mark Wahlberg sebagai Sersan Tommy Saunders
Kevin Bacon sebagai agen khusus FBI (Federal Bureau Of
Investigation) wilayah Boston Richard DesLauriers
John Goodman sebagai Komisaris Kepolisian Boston Edward F.
Davis
J. K. Simmons sebagai Sersan Jeffrey Pugliese
Michelle Monaghan sebagai Carol Saunders, istri Tommy dan
perawat di rumah sakit
Vincent Curatola sebagai wali kota Boston Thomas Menino
Alex Wolff sebagai Dzhokhar Tsarnaev
Themo Melikidze sebagai Tamerlan Tsarnaev
Michael Beach sebagai gubernur Massachusetts Deval Patrick
James Colby sebagai Inspektur William B. Evans
Jimmy O. Yang sebagai Dun Meng, supir korban pembajakan
mobil oleh Tsarnaev bersaudara
Rachel Brosnahan sebagai Jessica Kensky, istri Patrick Downes
Christopher O'Shea sebagai Patrick Downes, suami Jessica Kensky
Melissa Benoist sebagai Katherine Russell, istri Tamerlan Tsarnaev
Jake Picking sebagai Sean Collier, petugas MIT yang tewas
ditembak oleh Tsarnaev bersaudara
Khandi Alexander sebagai interogator
David Ortiz sebagai diri sendiri
43
BAB III
Analisis Dan Interprestasi Data
3.1 Penyajian Data
Peneliti melakukan penelitian terhadap scene to scene Film Patriots
Day untuk menguji : simbol dalam scene, makna denotasi, makna konotasi, dan mitos sebagai berikut:
1. Kode Waktu (00:09:31 – 00:09:34)
Sumber : www.lk21.tv.com
Gambar 3.1 Khaterine Russel sedang mengasuh anaknya
44
Denotasi
Penanda : Scene ini terdiri dari penanda berupa seorang perempuan
mengenakan busana berupa kaus berwarna putih dengan hijab
berwarna biru tua. Penanda lain yang hadir berupa televisi yang
tengah menyala. Penanda lainnya adalah seorang gadis kecil yang
sedang duduk. Penanda berikutnya adalah sebuah meja berisi tas
ransel berwarna abu - abu, sepatu boots untuk anak kecil berwarna
hitam, tisu, tempat alat tulis dan beberapa tumpukan kertas. Semua
elemen penanda ini berada dalam ruangan yang merupakan bagian
dari sebuah rumah.
Petanda : petanda dalam scene ini diidentifikasi peneliti melalui
seorang perempuan muslim yang sedang mengasuh seorang anak
perempuan.
Konotasi
Penanda : pada level konotasi, penanda hadir melalui seorang
perempuan muslim yang mengenakan potongan busana berupa kaus
berwarna putih dengan hijab biru tua yang sedang mengasuh anak
perempuan.
Petanda : petanda di level konotasi dalam scene ini diidentifikasi
peneliti sebagai upaya menghadirkan sosok wanita yang sangat taat
dan patuh dalam ajaran agama yakni dengan tetap mengenakan 45
pakaian yang menutupi aurat berupa busana muslim sekalipun
berada di dalam rumah.
2. Kode Waktu (00:09:43 – 00:09:47)
Sumber: www.lk21.tv.com
Gambar 3.2 Tarmelan Tsanarev sedang mencukur Jenggot
Denotasi
Penanda : Dalam Scene ini penanda terdiri dari seorang pria
berjanggut yang mengenakan kaus putih sedang membelakangi
kamera dan berdiri didepan cermin
Petanda : Dalam scene ini diidentifikasi oleh peneliti
sebagai aktivitas seorang pria yang sedang mencukur jenggot.
46
Konotasi
Penanda : Penanda dalam level konotasi, penanda muncul
melalui seorang pria berbaju putih yang berdiri di depan cermin
sedang mencukur jenggot.
Petanda : Petanda konotasi dalam scene ini diidentifikasi
peneliti sebagai upaya seorang pria yang sedang membuat identitas
baru.
3. Kode Waktu (00:09:55 – 00:10:00)
Sumber : www.lk21.tv.com
Gambar 3.3 Dzhokhar Tsanarev sedang menonton video perakitan bom
Denotasi
penanda : dalam scene ini penanda terdiri dari seorang pria
berambut ikal berbaju hitam sedang membelakangi kamera dan 47
duduk menghadap laptop yang menyala, laptop tersebut
menayangkan sebuah video dengan sosok 3 orang pria memakai
penutup kepala. Salah seorang pria mengenakan penutup kepala
berwarna putih dan dua orang lainya mengenakan penutup kepala
berwarna putih dengan garis garis kecil berwarna hitam. Penanda
berikutnya yakni sebuah mangkuk berwarna putih berisi makanan
yang diletakkan pada meja yang dipenuhi dengan obeng, tang,
gunting berawarna biru muda serta perkakas lainnya yang
berserakan. Penanda lain adalah seorang wanita berkaus putih
berjilbab biru tua yang sedang berdiri di belakang pria berambut ikal.
Petanda : petanda dalam scene ini diidentifikasi oleh peneliti
sebagai seorang pria yang sedang menonton video di laptop
Konotasi
Penanda : dalam scene ini penanda pada level konotasi
muncul melalui seorang pria berambut ikal yang sedang menonton
tayangan video di laptop.
Petanda : petanda konotasi dalam scene ini diidentifikasi
oleh peneliti sebagai seorang pria yang sedang belajar cara merakit
bom.
48
4. Kode Waktu (00:10:00 – 00:10:10)
Sumber : www.lk21.tv.com
Gambar 3.4 Khaterine Russel melihat putrinya menonton video perakitan bom
yang ditonton Dzhokhar
Gambar 3.5 Khaterine menggendong putrinya dan pergi meninggalkan ruangan. 49
Denotasi
Penanda : penanda dalam scene ini terdiri dari seorang wanita berkaus
putih mengenakan hijab biru tua sedang menghadap kamera dan berdiri
dengan wajah yang serius. Penanda lainnya yaitu seorang wanita berkaus
putih dan berhijab biru tua menggendong gadis kecil memakai baju biru
tua dengan motif bintik – bintik berwarna putih. Penanda selanjutnya yaitu
sebuah pigora yang menempel di dinding dengan motif lingkaran yang
diletakkan di antara tirai berwarna putih.
Petanda : Petanda dalam scene ini diidentifikasi oleh peneliti sebagai
seorang wanita muslimah yang menggendong gadis kecil lalu
meninggalkan ruangan disebuah rumah.
Konotasi
Penanda : Penanda dalam scene konotasi ini muncul melalui seorang
wanita muslim yang mengenakan jilbab biru tua dan memakai pakian yang
tertutup sedang menggendong gadis kecil dan meninggalkan ruangan
Petanda : Petanda konotasi dalam scene ini diidentifikasi peneliti
melalui upaya seorang wanita muslim yang tidak ingin gadis kecil
menonton video perakitan bom. karena hal ini terlalu belia untuk diketahui
oleh anak seusianya. 50
5. Kode Waktu (00:15:00 – 00:15:05)
Sumber : www.lk21.tv.com
Gambar 3.6 Tarmelan Tsanarev sedang mempersiapkan bom.
Denotasi
Penanda : Penanda denotasi dalam scene ini terdiri dari seorang pria
mengenakan kaus putih dan berjaket hitam sedang duduk di kursi dan
menutup panci berbahan aluminium dengan gagang hitam di setiap
sisinya. Penanda lainnya yaitu sebuah boneka berwarna merah muda yang
diletakkan di kursi lainnya. Penanda selanjutnya adalah sebuah tas
berwarna putih dan hitam diletakkan di meja yang disebelahnya terdapat 3
buah benda berbentuk panjang berwarna hitam
Petanda : petanda denotasi dalam scene ini diidentifikasi oleh peneliti
melalui seorang pria yang sedang mempersiapkan bom.
51
Konotasi :
Penanda : Penanda dalam scene ini muncul melalui seorang pria
mengenakan kaus putih berjaket hitam sedang duduk di kursi dan
mempersiapkan bom.
Petanda : Petanda pada level konotasi diidentifikasi peneliti sebagai
upaya umat Islam untuk melakukan peledakan bom.
6. Kode Waktu (00:15:06 – 00:15:11)
Sumber : www.lk21.tv.com
Gambar 3.7 Dzhokhar ragu dengan apa yang akan dilakukannya bersama
Tarmelan
52
Denotasi
Penanda : Penanda denotasi dalam scene ini terdiri dari seorang pria
berambut ikal memakai baju hitam sedang berbicara dengan kakaknya
dengan wajah cemas. Pria berambut ikal ini mengatakan bahwa dirinya
bukan pengecut. Penanda lainnya yaitu terdapat dua pigora yang
menempel di dinding yang salah satu pigora diisi gambar pertandingan
tinju.
Petanda : petanda denotasi dalam scene ini diidentifikasi peneliti
sebagai seorang adik yang berbicara kepada kakaknya dengan wajah
cemas.
Konotasi
Penanda : penanda konotasi dalam scene ini muncul melalui seorang
pria berambut ikal yang sedang berbicara kepada kakaknya.
Petanda : petanda pada level konotasi dalam scene ini diidentifikasi
peneliti sebagai keraguan pria berambut ikal yang akan melakukan
peledakan bom bersama kakaknya karena dia memiliki banyak teman
disana. Pria berambut ikal juga menyarankan kepada kakaknya mengapa
tidak melakukan apa yang dilakukan Martin Luther King.
53
7. Kode Waktu (00:15:12 – 00:16:02)
Sumber: www.lk21.tv.com
Gambar 3.8 Tarmelan meyakinkan Dzhokhar
Sumber: www.lk21.tv.com
Gambar 3.9 Tarmelan berhasil meyakinkan Dzhokhar 54
Denotasi
Penanda : Penanda denotasi dalam scene ini terdiri dari seorang pria
yang mengenakan pakaian jaket hitam dan baju putih sedang duduk
menghadap kamera dan berbicara kepada adiknya. Penanda lainnya adalah
pria tersebut mengatakan “jangan pikirkan itu tidak masalah”.
Dibelakang pria tersebut terdapat meja berisi sebuah tas berwarna hitam
dan putih serta ada beberapa peralatan dan bahan – bahan yang berserakan.
Penanda lainnya yaitu terdapat sebuah tirai sedang menutupi jendela yang
terang dikarenakan cahaya yang masuk dari luar. Semua latar tersebut
sengaja direkam secara “blur” (kabur) dengan maksud agar penonton
terfokus kepada pria tersebut. Penanda selanjutnya adalah seorang pria
tersebut sedang berpelukan sambil berkata “apakah kau siap untuk ini?”
dan dibalas “ya” dengan pria yang berjaket abu – abu.
Petanda : Petanda denotasi dalam scene ini diidentifikasi oleh peneliti
sebagai upaya seorang kakak yang sedang meyakinkan adiknya.
Konotasi
Penanda : penanda pada level konotasi dalam scene ini muncul melalui
seorang pria berjaket hitam dan berkaus putih sedang duduk berbicara dan
meyakinkan adiknya.
Petanda : dalam scene ini petanda level konotasi diidentifikasi oleh
peneliti sebagai bentuk usaha seorang kakak yang sedang berusaha 55
meyakinkan adiknya bahwa apa yang akan mereka lakukan adalah
tindakan yang benar.
Selain itu dalam scene ini sang kakak hanya yakin dengan apa yang
diajarkan oleh agamanya dan dia tidak peduli dengan tokoh – tokoh
penting yang notabene berbeda keyakinan dengannya. pernyataan ini
diperkuat dari dialog diatas yang mengatakan bahwa “Martin Luther King
bukanlah seorang muslim dia adalah seorang Hipokrit dia pezina” Martin
Luther King sendiri adalah seorang pendeta yang berjuang melawan
diskriminasi rasial tanpa melakukan kekerasan.
Kode waktu (01:06:12 – 01:06:47)
Sumber: www.lk21.tv.com
Gambar 3.10 Tsanarev bersaudara menembak polisi yang sedang berpatroli
56
Denotasi
Penanda : Penanda denotasi dalam scene ini terdiri dari seorang anggota
polisi mengenakan seragam berwarna biru dengan wajah terluka yang
duduk di dalam mobil sambil menyeringai kesakitan. Penanda lainnya
yaitu sebuah kabel spiral berwarna hitam yang dipasang sebagai atribut.
Penanda selanjutnya adalah tangan seorang pria yang mengenakan lengan
panjang berwarna hitam sedang memegang pistol berwarna hitam yang
diarahkan kepada polisi di dalam mobil.
Petanda : Petanda denotasi dalam scene ini diidentifikasi peneliti
sebagai tindakan pelaku teror bom menyerang anggota kepolisian.
Konotasi
Penanda : Penanda pada level konotasi dalam scene ini muncul dari
tindakan kakak beradik yang menyerang polisi sebagai usaha mereka
untuk kabur meninggalkan kota.
Petanda : petanda pada level konotasi diidentifikasi peneliti sebagai
upaya sang pembuat film untuk menggambarkan sosok Islam yang identik
dengan kekerasan dan erat sekali dengan kriminalitas. Hal ini diperkuat
dengan adegan diatas ketika Tarmelan dan Dzhokhar mencoba membunuh
polisi dan mencuri pistolnya.
57
Kode Waktu : (01:08:10 -01:08:39)
Sumber: www.lk21.tv.com
Gambar 3.11 Tsanarev bersaudata mencuri mobil
Dialog
-Tarmelan : Jangan bergerak (sambil menodong pistol) siapa
namamu?
- Dun Meng : Many (Nama Palsu)
-Tarmelan : Apakah kau tahu tentang pengeboman saat marathon,
Many?
-Dun Meng : Iya.. iya, aku tahu
-Tarmelan : Apakah kau tahu siapa pelakunya?
-Dun Meng : Aku tidak tahu
-Tarmelan : Akulah pelakunya, apakah kau mengerti? Aku baru saja
membunuh petugas polisi.apakah kau memiliki banyak
uang? Cepat berikan dompetmu.
58
Denotasi
Penanda : Penanda denotasi pada scene ini terdiri dari seorang pria yang
memakai jaket hitam duduk didalam mobil sedang berbicara kepada
seseorang. Penanda selanjutnya adalah sebuah pistol yang dipegang pria
berjaket hitam dan di arahkan kepada seorang pria berkacamata yang
duduk didalam mobil. dalam scene ini backgroundnya gelap menandakan
lampu penerangan di dalam mobil yang tidak nyala dan kejadian waktu
berada pada malam hari.
Petanda : Petanda denotasi dalam scene ini diidentifikasi oleh peneliti
sebagai upaya pelaku teror bom mencuri mobil Dun Meng.
Konotasi
Penanda : Penanda konotasi dalam scene ini muncul dari seorang pria
memakai jaket hitam sedang mencuri mobil dun meng
Petanda : Petanda konotasi dalam scene ini diidentifikasi oleh peneliti
merupakan tindakan dari kakak beradik yang sedang mengelabuhi polisi
untuk kabur dari kota Boston. Selain itu dalam scene ini Islam
digambarkan sebagai sosok yang identik dengan kriminalitas. Hal ini
diperkuat dengan adegan Tarmelan dan Dzhokhar yang mencuri mobil
Dun Meng.
59
Kode waktu (01:13:03 – 01:13:30)
Sumber: www.lk21.tv.com
Gambar 3.12 Tarmelan menjelaskan bahwa pelaku tragedi WTC bukanlah orang
muslim
Sumber: www.lk21.tv.com
Gambar 3.13 Tarmelan menjelaskan bahwa pelaku tragedi WTC bukanlah orang
muslim 60
Dialog
-Tarmelan : Persetan dengan mereka! Kau tahu itu adalah omong
kosong bukan, Many?
-Dun Meng : Hmm?
-Tarmelan : Tragedi 9/11
-Dun Meng : iya
-Tarmelan : Muslim tidak meledakkan gedung itu. Pemerintah
Amerikalah yang melakukannya
- Dun meng : Iya, Aku tahu
-Tarmelan : Kau tahu?
-Dun Meng : Aku tahu.
-Dzhokhar : Aku pikir kau percaya pada perkataan kami karena kau
tidak ingin kami membunuhmu.
-Dun Meng : Maaf, aku tidak tahu siapa pelakunya *dengan wajah
ketakutan
Denotasi
Penanda : Penanda dalam scene ini terdiri dari seorang pria berajaket
hitam sedang bertanya kepada pria berkacamata “kau tahu itu omong
kosong many?” dan mengatakan “muslim tidak meledakkan gedung itu”.
Penanda lainnya yaitu seorang pria berkacamata yang sedang 61
mendengarkan pria berjaket hitam berbicara dengan wajah yang penuh
keringat. Semua elemen penanda ini berada dalam sebuah mobil.
Petanda : petanda denotasi dalam scene ini diidentifikasi oleh peneliti
yaitu seorang pria berjaket hitam yang sedang meyakinkan pria
berkacamata tentang tragedi 9/11 WTC
Konotasi
Penanda : Penanda konotasi dalam scene ini muncul melalui seorang
pria berjaket hitam yang sedang meyakinkan pria berkacamata tentang
tragedi 9/11 WTC
Petanda : Petanda konotasi dalam scene ini diidentifikasi oleh peneliti
merupakan suatu bentuk pembelaan umat Islam yang tidak terima jika
mereka dituduh sebagai pelaku dibalik tragedi 9/11. Selain itu dalam scene
ini sang pembuat film berupaya untuk menggambarkan sosok Islam yang
identik dengan kekerasan. Hal ini diperkuat dengan dialog Dzhokhar yang
mengatakan tidak segan – segan membunuh Dun Meng jika dia tidak
sependapat dengannya. 62
Kode waktu (01:39:54 – 01:45:17 )
Sumber: www.lk21.tv.com
Gambar 3.14 Anggota FBI datang untuk menginterogasi Khaterine Russel
Sumber: www.lk21.tv.com
Gambar 3.15 Anggota FBI sedang menginterogasi Khaterine Russel
63
8. Kode Waktu (01:40:40 – 01:45:17)
Sumber: www.lk21.tv.com
Gambar 3.16 Khaterine Russel saat diinterogari oleh anggota FBI
Dialog
-Veronica : Assalamuallaikum
-Khaterine : (Diam tertunduk)
-Veronica : Assalamuallaikum
-Khaterine : (Diam tertunduk)
-Veronica : Kau tidak menghormati Nabi
-Khaterine : Waalaikumsalam
-Veronica :Khaterine, apakah masih ada bom lain?
-Khaterine : (Diam tertunduk) 64
-Veronica : Khaterine, apakah masih ada bom lain?
-Khaterine : kamu tidak tahu apa – apa tentang aku.
-Veronica : teman baikmu bernama Gina Crawford. Membeli
Starbucks untuknya di Cambridge. Dimana kamu
mencoba mengkonversi dia menjadi Islam
-Khaterine : Kamu tidak tahu apa – apa (berusaha mengelak)
-Veronica : Apakah masih ada bom lain? Katakan Cathy, apa
hadiah untuk seorang istri mujahid? Jika suaminya
menjadi syahid apa hadiah yang diberikan kepada
istrinya?
-Khaterine : Pikiran kamu terlalu kecil untuk memahami semua ini
Denotasi
Penanda : Penanda dalam scene ini terdiri dari seorang wanita berkulit
hitam memakai jas hitam dan berjilbab biru tua didampingi 6 orang pria
berbadan kekar berjalan memasuki ruangan. Penanda lainnya yaitu
seorang wanita tersebut duduk disebuah ruangan bersama seorang wanita
yang mengenakan jilbab bermotif leopard. Penanda selanjutnya yaitu
terdapat kamera yang diletakkan dalam ruangan tersebut.
Penanda berikutnya adalah adanya seorang pria yang berdiri di samping
pintu disebelah pria tersebut ada sebuat lampu yang menyala diletakkan
diatas meja. Semua elemen penanda ini berada dalam sebuah ruangan
yang rahasia. 65
Petanda : Dari identifikasi peneliti petanda denotasi dalam scene ini
yaitu seorang anggota FBI yang sedang menginterogasi istri pelaku teror
bom.
Konotasi
Penanda : Penanda konotasi dalam scene ini muncul melalui seorang
wanita anggota FBI yang mengenakan jilbab biru tua sedang
menginterogasi istri pelaku teror bom.
Petanda : Petanda konotasi dalam scene ini diidentifikasi peneliti
merupakan upaya seorang anggota FBI untuk mendapatkan informasi.
Dalam scene ini anggota FBI menggunakan jilbab untuk meyakinkan
penonton dan istri pelaku bahwa dirinya juga orang yang memeluk agama
Islam. Selain itu saat melakukan interogasi anggota FBI tersebut membuka
percakapan dengan mengucapkan salam “Assalamuallaikum” yang sudah
tidak asing bagi kita bahwa itu adalah ucapan salam umat muslim.
Anggota FBI tersebut berupaya berpakaian seperti istri pelaku teror karena
dirasa akan merasa lebih nyaman bercerita dengannya.
66
9. Kode Waktu (01:45:20 – 01:45:42)
Sumber: www.lk21.tv.com
Gambar 3.17 seorang anggota FBI yang keluar dari ruang interogasi
Denotasi
Penanda : Penanda dalam scene ini terdiri dari seorang wanita berkulit
hitam mengenakan jas hitam dan berkaus putih yang keluar dari ruangan
sedang berjalan sambil melepas jilbab biru mudanya. Penanda lainnya
yaitu seorang pria berkacamata memakai jas hitam berkerah putih dan
berdasi sedang menghampiri wanita tersebut.
Petanda : Petanda denotasi dalam scene ini diidentifikasi sebagai
seorang anggota FBI yang sedang kesal.
67
Konotasi
penanda : penanda konotasi dalam scene ini muncul dari adanya
seorang wanita anggota FBI sedang melepas hijab dengan wajah yang
kesal dihampiri oleh anggota FBI lainnya.
Petanda : petanda konotasi dalam scene ini diidentifikasi peneliti
sebagai rasa kekesalan anggota FBI yang gagal mendapatkan informasi.
Selain itu peneliti mengidentifikasi scene diatas sebagai upaya sang
pembuat film untuk menyudutkan umat muslim. Hal ini diperkuat dengan
adanya umat Islam yang semakin jelas digambarkan sebagai teroris karena
dalam dialog tersebut tidak ada pembelaan dari wanita berjilbab leopard
yang mengatakan dirinya bukan teroris. Justru sebaliknya wanita berilbab
leopard memang mengakui kalo inilah ideologi yang mereka yakini
selama ini. Selain itu dari hasil identifikasi peneliti sang anggota FBI yang
tadinya berjilbab sebenarnya bukanlah orang Islam, dia memakai jilbab
hanya untuk tugas pendekatan guna mendapatkan informasi. Karena jika
dia memang orang yang memeluk agama Islam maka dia tidak perlu
melepas jilbab setelah selesai melakukan interogasi.
Mitos
Mitos adalah sistem semiologi tingkat kedua. Mitos merupakan satu
sistem khusus, karena dia telah terbentuk dari serangkaian rantai
semiologis yang telah ada sebelumnya (Barthes, 2011:161). Untuk
menghasilkan sistem mitos, semiologi tingkat kedua (second order of 68
semiological system) maka peneliti mengambil seluruh sistem tanda pada tingkat pertama sebagai acuan untuk memunculkan mitos itu sendiri.
Sehingga timbul sebuah makna baru dan makna itulah yang disebut meaning. Dari hasil identifikasi peneliti pada Film Patriots Day ini sang pembuat film mencoba untuk membangun mitos yaitu umat Islam adalah pelaku teroris.
3.2 Hasil dan Analisis Penelitian
Film “Patriots Day” bercerita tentang detik – detik tragedi bom
marathon yang diselenggarakan di Boston Amerika Serikat. Film ini
memfokuskan tentang bagaimana para pihak kepolisian dan FBI
mencoba menyelidiki siapa pelaku dibalik teror bom tersebut dan
berusaha menangani para masyarakat Boston yang menjadi korban
kejadian tersebut untuk berusaha bangkit dari keterpurukan. Pada akhir
dari film pihak kepolisian dan FBI berhasil menangani kasus ini dan
warga Boston bisa beraktifitas dengan rasa yang aman.
Hal ini diidentifikasi oleh peneliti berdasarkan temuan – temuan
peneliti diatas. Dalam film ini Tarmelan Tsanarev digambarkan sebagai
sosok yang sangat idealis, tegas dan tidak menerima pendapat dari
orang lain. Tarmelan Tsanarev adalah salah satu dari pelaku teror bom
maraton Boston. Pada scene 2 yang peneliti paparkan diatas Tarmelan
Tsanarev sedang mencukur jenggot dengan maksud untuk menutupi
identitas aslinya. Karena pada dasarnya sosok pria yang berjenggot
identik dengan gerakan suatu faham yang fundamental. 69
Khaterine Russel istri Tarmelan Tsanarev juga salah satu faktor yang memperkuat Islam sebagai pelaku teroris pada film ini yaitu terletak pada scene Khaterine Russel yang mengasuh anaknya didalam rumah. Khaterine Russel digambarkan sebagai sosok yang taat dan patuh terhadap agamanya. Khaterine Russel tetap menggunakan Jilbab dan baju lengan panjang sosok wanita yang menggunakan jilbab identik dengan sosok wanita beragama muslim karena pada dasarnya wanita yang beragama muslim wajib hukumnya untuk menutup auratnya.
Khaterine Russel adalah sosok yang meyakini hal itu dia tetap menggunakan Jilbab meskipun mereka tinggal di negara yang bebas dalam berbusana tersebut hal ini menandakan bahwa Khaterine merupakan wanita muslimah yang taat.
Selain itu juga Tarmelan Tsanarev yang merupakan suami dari
Khaterine mempunyai faham tersendiri ia mempunyai pandangan yang berbeda tentang Jihad. Bahkan Tarmelan hanya mengacu dengan faham yang sejalan dengannya hal ini diidentifikasi oleh peneliti saat adegan tarmelan mengatakan Martin Luther King adalah seorang pezina.
Dimana yang peneliti ketahui Martin Luther King adalah seorang pendeta berkulit hitam yang berjuang melawan diskriminasi namun tidak melakukan kekerasan.
Apa yang dilakukan oleh Martin Luther King ini dibantah oleh
Tarmelan yang menurut identifikasi peneliti dari dialog yang disampaikan oleh Tarmelan Tsanarev adalah Jihad memang harus dilakukan dengan kekerasan. Jihad memang harus membunuh orang 70
lain. Inilah akhirnya yang akan membuat presepsi orang barat terbentuk dengan sendirinya dan semakin menyudutkan umat muslim.
Dalam scene terakhir yang peneliti identifikasi diatas juga jelas tergambar bahwa sang pelaku teror Bom tersebut adalah umat islam yang teridentifikasi dari anggota FBI yang mengucapkan kalimat
“Assalamuallaikum” yang merupakan salam orang islam.
Pada dasarnya makna jihad tidak hanya sekedar berperang, pengertian Jihad sangatlah luas. Jihad sendiri memiliki arti yaitu bersungguh – sungguh, makna bersungguh – sungguh bisa di lihat lagi secara universal. Bersungguh – sungguh dalam menuntut ilmu bisa juga disebut dengan Jihad. Bersungguh – sungguh mencari nafkah untuk keluarga juga merupakan bentuk dari tindakan jihad. Bahkan kita juga bisa melakukan jihad setiap hari dengan cara berbakti kepada orang tua karena hal itu juga merupakan bentuk tindakan Jihad.
Jihad di zaman Nabi memang identik dengan berperang.
Berperang pun juga ada etikanya pada jaman nabi berperang tidak boleh menyerang anak kecil, wanita orang tua dan orang – orang sekitar yang tidak ikut berperang. Hal ini sangat berbeda dengan tindakan terorisme di zaman sekarang. Para pelaku terorisme meledakkan bom tanpa target yang jelas tanpa melihat siapa orang – orang yang berada di sekitarnya.
Hal ini sudah sangat berbeda jauh dengan makna jihad yang sesungguhnya.
71
Seiring berjalannya waktu tindakan terorisme selalu dikaitkan dengan jihad. Berbagai tragedi teror di berbagai belahan dunia selalu dikaitkan dengan jihad. Dan akhirnya umat Islam yang selalu disudutkan dari segala macam kejadian ini.
Media Barat mencoba membangun hal ini sehingga membuat masyarakat Barat juga meyakini bahwa tindakan terorisme merupakan suatu bentuk tindakan Jihad dan akhirnya stigma ini selalu membekas dan berkembang hingga saat ini.
Film Patriots Day sendiri tidak menggambarkan kronologi yang ada seutuhnya. Dalam pemberitaan yang ada situs detiknews.com paman Tarmelan yang bernaman Ruslan Tsarni menjelaskan bahwa
Tarmelan telah dicuci otak oleh salah satu temannya yang mualaf asal
Armenia dan hal ini yang diduga membuat Tarmelan menjadi orang yang radikal namun tidak dimunculkan dalam film.
Dalam situs online yang diberitakan oleh edition.cnn.com.
Mengatakan bahwa mereka mendapatkan uang sebesar 101 milion dollar untuk aksi yang dilakukannya dengan kata lain maka Tsanarev bersaudara melakukan ini bukan berdasarkan ideologi agama yang juga tidak ditayangkan dalam film.
72
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan data pada bab sebelumnya mengenai makna pesan dalam film Patriots Day, maka ada beberapa kesimpulan yang dapat peneliti sampaikan dalam bab ini:
Pertama :
Islam digambarkan sebagai pelaku teror bom hal ini diidentifikasi oleh peneliti pada level denotasi dalam adegan Tarmelan Tsanarev mencukur
Jenggot selain itu juga diperkuat dari adanya level denotasi pada saat
Khaterine Russel istri Tarmelan Tsanarev memakai kerudung walaupun itu di dalam rumahnya. Hal ini juga menggambarkan bahwa Khaterine merupakan sosok wanita yang sangat taat dalam agama. Penggambaran
Islam sebagai pelaku teror bom juga diperkuat ketika Dzhokhar sedang menonton video perakitan bom. Hal ini memperkuat stigma masyarakat barat bahwa meledakkan bom merupakan suatu hal yang dibenarkan.
Kedua :
Peneliti berhasil mengidentifikasi level denotasi ketika Tarmelan berbicara kepada Dzhokhar dan menganggap Martin Luther King adalah seorang pezinah. Yang ternyata Martin Luther King adalah seorang pendeta.
Sehingga Islam digambarkan sebagai sosok yang Apatis dan anti sosial mereka hanya peduli dan yakin dengan seorang yang juga beragama Islam, 73
dan Islam menganggap orang yang berbeda keyakinan dengannya adalah seseorang yang berkelakuan buruk.
Ketiga :
Islam digambarkan sebagai sosok yang identik dengan kekerasan. Hal ini digambarkan saat peneliti berhasil mengidentifikasi level denotasi ketika
Tsanarev bersaudara menembak Polisi, stigma masyarakat barat tentang
Islam yang sangat identik dengan terorisme juga tergambar saat peneliti mengidentifikasi level denotasi ketika adegan Tsanarev mencuri mobil dan menawan salah seorang warga. Pembuat film mencoba mengkonstruksi bahwa membunuh orang secara massal merupakan suatu bentuk dari aksi
Jihad. Salah satunya adalah saat terjadi teror bom sehingga tragedi teror bom selalu dikaitkan dengan aksi jihad.
4.2. Saran Kepada Para Pembuat Film
Sebagai pelaku film lebih dipertimbangkan bagaimana dampak yang akan diterima oleh penonton. Dalam hal ini bagaimana setiap tokoh digambarkan dengan dialog dialog yang mereka ucapkan. Maka akan mempengaruhi juga representasi karakter yang diterima oleh penonton.
4.2.1 Saran Kepada Penonton Film
Sebagai penonton film kita harus bisa menerima pesan dalam film dengan baik. Film tidak bisa hanya memberikan pesan yang positif saja begitu juga pesan yang negatif. Dalam hal ini penonton juga harus menjadi lebih cerdas untuk mengolah pesan, informasi, makna, yang terkandung dalam film. 74
4.2.2 Saran Untuk Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya disarankan untuk membaca dan memperkaya referensi lagi agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik serta akan mendapatka ilmu pengetahuan yang baru.
75
Daftar Pustaka
Buku
Ardianto Elvinaro, Lukiati Komala, Siti Karlinah. (2007). Komunikasi.
Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Azra, Azyumardi.(2000). Islam Substantif. Bandung: Penerbit Mizan.
Barber, Benjamin.(2003). Jihad VS. MC WORLD. Surabaya : Ikon
Teralitera.
Barthes, Roland.(2011) Mitologi. Bantul. Kreasi Wacana.
Budiman, Kris.(2011) Semiotika Visual. Yogyakarta. Jalasutra.
Danesia, Marcel. (2010). Pengantar Memahami Semiotika Media.
Yogyakarta: Jalasutra.
Effendy, Onong Uchjana. (2004). Ilmu Komunikasi : Teori Dan Praktek.
Bandung : REMAJA ROSDAKARYA.
Mardenis,DR.(2013). Pemberantasan Terorisme. Depok.
RAJAGRAFINDO PERSADA.
Muhammad, Afif. (2013). Agama Konflik Sosial. Bandung: Penerbit
MARJA.
Mulyana, Deddy. (2013). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT
REMAJA ROSDAKARYA.
Rakhmat, Jalaludin. (1994). PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Sobur, A. (2009). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset. 76
Trianto, Teguh. (2013). Film Sebagai Media Belajar. Yogyakarta:
GRAHA ILMU.
Vera, Nawiroh. (2014). Semiotika dalam Riset Komunikasi. Bogor: PT
Ghalia Indonesia
Non Buku
Setiawan, Fajar Agung. (2015). REPRESENTASI NILAI PLURALISME
DALAM FILM “A PLUR”. Yogyakarta : Universitas Sunan Kalijaga
Fitriana, Mega Nur. (2014). ANALISIS NARASI FILM “MY NAME IS
KHAN” DALAM PRESPKTIF KOMUNIKASI ANTAR AGAMA DAN
BUDAYA. Jakarta. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Widjaja, Ardian. (2016). REPRESENTASI RESISTENSI DALAM FILM
“12 YEARS A SLAVE”. Semarang. Universitas Diponegoro.
Internet
www.lk21.tv.com/
https://edition.cnn.com/2013/06/03/us/boston-marathon-terror-attack-fast-
facts/index.html Diakses pada tanggal 18 Mei, pada pukul 11.00
https://books.google.co.id/books?id=GB91CQAAQBAJ&pg=PT88&lpg=
PT88&dq=islan+tsarni&source=bl&ots=SH-
bpZr_rn&sig=6DQVAPgGRYvR1u1Aan0GPfjI1QA&hl=id&sa=X&ved=
2ahUKEwjKjOO4w47bAhVDXisKHZr3DEIQ6AEwBHoECAkQAQ#v=
onepage&q=islan%20tsarni&f=false Diakses pada tanggal 18 Mei, pada
pukul 11.00 77
-- 78