RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 1 BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

BAB 2 PROFIL KABUPATEN KUTAI BARAT

2.1 Wilayah Administrasi. Kabupaten Kutai Barat dengan Ibukota Sendawar merupakan pemekaran dari wilayah Kabupaten Kutai yang telah ditetapkan berdasarkan UU. Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur dan Kota . Secara simbolis kabupaten ini telah diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri R.I. pada tanggal 12 Oktober 1999 di Jakarta dan secara operasional diresmikan oleh Gubernur Kalimantan Timur pada tanggal 05 Nopember 1999 di Sendawar. Namun pada Tahun 2013 terjadi pemekaran yang menyebabkan Luas Wilayah, jumlah kecamatan dan jumlah kampung berubah. Berdasarkan UU No. 02 Tahun 2013 Kabupaten Kutai Barat dimekarkan menjadi Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Mahakam Ulu. Luas Kabupaten Kutai Barat sekitar 20.381,59 Km2, terdiri dari 16 Kecamatan, 190 Kampung dan 4 Kelurahan dan Kabupaten Mahakam Ulu dengan 5 kecamatan luasan sekitar 15.315 Km2. Secara Geografis Kabupaten Kutai Barat terletak antara 113048’49’’ sampai dengan 116032’43’’ Bujur Timur serta diantara 1031’05’’ Lintang Utara dan 1009’33’’ Lintang Selatan. Secara administasi Kabupaten Kutai Barat berbatasan dengan:

- Sebelah Utara : Kabupaten Mahakam Ulu - Sebelah Timur : Kabupaten Kutai Kartanegara - Sebelah Selatan : Kabupaten Pasir dan Kabupaten Paser Utara - Sebelah Barat : Provinsi Kalimantan Tengah

2.2 Potensi Wilayah Kabupaten Kutai Barat. 2.2.1 Daya Saing Infrastruktur.

Kutai Barat secara bertahap dan kontinyu terus berupaya memperbaiki kuantitas dan kualitas wilayah atau infrastruktur. Pembangunan jalan misalnya, terus berkembang dan menujukkan peningkatan yang baik. Jalan Kabupaten dan Provinsi yang diaspal menunjukkan perkembangan yang cukup baik, seperti jalan Provinsi di tahun 2014 menjadi 99,70. Demikian pula dengan jalan Kabupaten di tahun 2014 menjadi 323,75 km. Upaya memperbaiki jalan yang mampu menghubungkan antar wilayah terus dijalankan, dimana kondisi jalan baik (mantap) pada tahun 2010 341,25, pada tahun 2014 menjadi 967,57 km. Hal ini akan mempermudah akses transportasi dan distribusi barang/jasa antar wilayah sehingga mampu memacu pertumbuhan ekonomi wilayah.

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 2 BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

Pada tahun tahun 2010 jumlah pasar umum yang ada di Kabupaten Kutai Barat berjumlah 24 pasar yang berpusat pada 17 Kecamatan, dan pada tahun 2016 perkembangan pasar umum bertambah menjadi 31 pasar yang tersebar di 16 Kecamatan, sehingga perkembangan pasar umum tahun 2010 dibandingkan pada tahun 2016 meningkat 29,2 %. Kondisi menunjukkan bahwa dinamika perekonomian di Kutai Barat cukup berkembang terutama untuk sektor perdagangan kecil dan eceran.

2.2.2 Daya Saing Sumber Daya Alam.

Kutai Barat memiliki sumberdaya alam yang besar untuk dikembangkan, khususnya dalam bidang pertambangan dan pertanian. Kondisi perekonomian dunia yang lesu mengakibatkan bidang pertambangan mengalami penurunan sebesar 15,82% dan bidang ini menguasai sekitar 48% PDRB di Kutai Barat, melalui tambang batu bara yang tergolong besar di Kalimantan Timur. Dari sektor pertanian, Kutai Barat merupakan penghasil karet dan kelapa sawit yang terkemuka di Kalimantan Timur. Demikian pula dengan hasil hutan terutama kayu meranti yang mampu memberikan kontribusi besar bagi Kutai Barat. Pemerintah membuka kesempatan seluas-luasnya kepada investor di bidang perkebunan tersebut karena masih memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Sektor pertanian yang memiliki potensi besar adalah tanaman pangan yaitu padi, palawija, sayur, dan buah-buahan. Untuk perkebunan, terdapat tiga sektor potensial yaitu karet, kelapa sawit, dan kakao. Kutai Barat juga memiliki potensi dalam hal peternakan dan perikanan. Sektor peternakan yang potensial adalah terutama peternakan sapi dan babi. Dengan luasnya daerah Kutai Barat, terdapat 3.188,27 km2 yang masih memungkinkan dimanfaatkan untuk sektor pertanian. Sesuai dengan rencana tata ruang yang ada, lokasi tersebut terutama di kecamatan Long Iram, Damai, Muara Pahu, Barong Tongkok, Bentian Besar, Melak, Jempang, Penyinggahan dan Bongan serta Tering.

2.2.3 Iklim Investasi.

Sebagaimana diketahui bahwa dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah antara lain ditegaskan bahwa bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di era Pemerintahan Presiden Jokowi telah diterbitkan Paket Kebijakan Ekonomi sebanyak 13 jilid dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan investasi dengan memberikan

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 3 BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

perhatian yang lebih besar pada peran usaha mikro, kecil, dan menengah, dan dilakukan penyederhanaan penyelenggaraan pelayanan terpadu. Pada tahun 2015 terdapat 1.129 unit usaha yang masuk dalam kategori industri kecil dan industri rumah tangga dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 2.077 orang, sedangkan pada tahun 2016 terdapat 1.158 dengan jumlah tenaga kerja 2.154 dengan nilai produksi Rp.79.990.580.000,-. Adapun total investasi dalam kategori industri kecil dan industri rumah tangga sebesar Rp. 50.089.883.000,-. Dengan iklim investasi yang kondusif, dinamika perekonomian masyarakat akan berkembang dengan pesat. Kebijakan penyederhanaan yang lebih sederhana dan terpadu akan mendorong akses masyarakat dalam berinvestasi dan berusaha, baik dari dalam maupun luar daerah Kutai Barat akan meningkat. Namun sejak menurunnya harga batu bara di pasar dunia yang menjadi salah penyokong PRDB Kabupaten Kutai Barat maka Pemerintah harus menggali potensi-potensi lainnya dan mengoptimalkan potensi yang sudah ada. Selain debirokratisasi perijinan, kondisi Kutai Barat kondusif untuk berinvestasi. Menurut data yang diperoleh dari Polres Kutai Barat, selama tahun 2014 terjadi 286 kasus kriminalitas. Dari semua kasus tersebut tercatat sebanyak 94 kasus dapat diselesaikan atau persentase penyelesaian kasus sebesar 32 %, sementara 191 kasus masih dalam proses dan penyelidikan. Jumlah kriminalitas tahun 2014 menurun tajam dari tahun 2013 dengan 360 kasus. Penurunan angka kriminalitas dalam tahun 2014 disebabkan kondisi keamanan di Kutai Barat makin terjaga seiring makin ketatnya pengamanan yang dilakukan walaupun akses ke Kutai Barat yang semakin mudah yang memungkinkan orang-orang dari luar semakin banyak masuk.

2.3 Kondisi Demografi. Jumlah penduduk Kabupaten Kutai Barat sampai bulan April 2015 tercatat 167.574 jiwa. Jumlah ini menunjukkan penurunan bila dibandingkan tahun 2010 karena adanya pemekaran Kutai Barat menjadi dua kabupaten, yaitu Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Mahakam Ulu, sehingga berdampak pada jumlah penduduk dan luas wilayah. Secara keseluruhan (16 kecamatan) selama 2010-2015 laju pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten Kutai Barat sebesar 0,6%. Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbesar adalah Kecamatan Barong Tongkok yaitu sebesar 28.037 jiwa atau sekitar 16,73 % dari total populasi penduduk Kutai Barat. Sedangkan Kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah Bentian Besar yaitu sebesar 3.479 jiwa atau sekitar 2.08 %. Secara umum tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Kutai Barat pada umumnya tergolong rendah, namun demikian beberapa Kecamatan seperti Kecamatan Barong Tongkok, Sekolaq Darat, Melak, dan Tering merupakan wilayah dengan jumlah penduduk yang lebih padat di banding Kecamatan lain. Bila dilihat perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah Kabupaten Kutai Barat maka dapat diperoleh kepadatan penduduk untuk Kabupaten Kutai Barat adalah sebesar 8,22 jiwa/km². Dari kepadatan

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 4 BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

tersebut di atas, Kecamatan Sekolaq Darat memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu 204,99 jiwa/km² kemudian diikuti Kecamatan Melak dengan kepadatan 80,72 jiwa/ km² dan Kecamatan Barong Tongkok sebesar 65,11 jiwa/km². Sebaliknya Kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Bentian Besar dengan kepadatan penduduk 2,70 jiwa/km², diikuti Kecamatan Linggang Bigung dengan 2,91 jiwa/km² dan Siluq Ngurai yang kepadatan penduduk 3,65 jiwa/ km2. Dari jenis kelaminnya, berbeda dengan komposisi penduduk Nasional, jumlah penduduk Kutai Barat yang berjumlah 167.574 jiwa terdiri 88.352 jiwa (52,72%) merupakan penduduk laki-laki dan 79.222 jiwa penduduk perempuan (47,28 %). Dengan komposisi seperti ini, terlihat bahwa penduduk laki-laki di Kabupaten Kutai Barat lebih dominan jika dibandingkan dengan penduduk perempuan dengan sex rasio sebesar 113,36 yang berarti bahwa setiap 100 orang perempuan terdapat 113 orang laki-laki. Dominannya penduduk laki-laki terutama dipengaruhi banyaknya pekerja laki-laki yang bekerja di perusahaan tambang, perusahaan kayu dan perkebunan besar sawit. Semua Kecamatan yang ada di Kabupaten Kutai Barat memiliki proporsi penduduk laki-laki lebih banyak dibanding penduduk berjenis kelamin perempuan. Rasio jenis kelamin tertinggi terdapat di Kecamatan Nyuatan yaitu sebesar 115,93 sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Sekolaq Darat dengan 109,40. Pada umumnya sex rasio berhubungan dengan tingkat urban suatu wilayah, semakin menarik suatu wilayah dijadikan tujuan urbanisasi, maka semakin banyak proporsi penduduk laki-laki di wilayah tersebut dibandingkan dengan penduduk perempuan. Hal ini terjadi di Kutai Barat dimana tingkat urbanisasi relatif tinggi karena banyaknya penduduk wilayah lain yang mencari nafkah di wilayah Kutai Barat yang sebagian besar bekerja di perusahaan tambang, kayu maupun bergerak di bidang wiraswasta.

Tabel 2.1 Luas Wilayah, Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2015 Luas Jumlah Rumah Kepadatan Kecamatan Wilayah Kampung/ Tangga Penduduk KK/ Pddk/ Kelurahan Km² Km² Long Iram 1.657,95 11 2.218 7.841 1,34 4,73 Melak 179,11 6 3.988 14.458 22,27 80,72 Br. Tongkok 430,58 21 7.806 28.037 18,13 65,11 Damai 2.025,53 17 2.780 9.933 1,37 4,90 Muara Lawa 436,54 8 2.037 7.563 4,67 17,32 Muara Pahu 1.110.64 12 2.556 9.533 2,30 8,58 Jempang 744,47 12 2.958 10.727 3.97 14,41 Bongan 2.305,31 16 2.918 10.681 1,27 4,63 Penyinggahan 192,08 6 1.200 4.375 6,25 22,78 Bentian Besar 1.287,86 9 967 3.479 0,75 2,70 Lg. Bigung 5.718,07 11 4.561 16.634 0,80 2,91

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 5 BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

Nyuatan 1.312,62 10 1.846 6.819 1,41 5,19 Siluq Ngurai 1.629,10 16 1.587 5.947 0,97 3,65 Mook Manor 960,57 14 2.670 9.232 2,78 9,61 Bulatn Tering 342,22 15 3.322 12.283 9,71 35,89 Sekolaq Darat 48,94 8 2.902 10.032 59,30 204,99 Kutai Barat 20.381,59 194 46.316 167.574 2,27 8,22

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kutai Barat

Tabel 2.2 Penduduk Kutai Barat Berdasarkan Komposisi Jenis Kelamin dan Sex Ratio Per Kecamatan Tahun 2015 Penduduk Kecamatan Sex Ratio L P L+P Long Iram 4.193 3.648 7.841 114,94 Melak 7.556 6.902 14.458 109,48 Barong Tongkok 14.670 13.367 28.037 109,75 Damai 5267 4.666 9.933 112,88 Muara Lawa 3.955 3.608 7.563 109,62 Muara Pahu 5.005 4.528 9.533 110,53 Jempang 5.672 5.055 10.727 112,21 Bongan 5.705 4.976 10.681 114,65 Penyinggahan 2.271 2.104 4.375 107,94 Bentian Besar 1.865 1.614 3.479 115,55 Linggang Bigung 8.714 7.920 16.634 110,03 Nyuatan 3.661 3.158 6.819 115,93 Siluq Ngurai 3.163 2.784 5.947 113.61 Mook Manor Bulatn 4.883 4.349 9.232 112,28 Tering 6.531 5.752 12.283 113,54 Sekolaq Darat 5.241 4.791 10.032 109,40 Kutai Barat 88.352 79.222 167.574 113,36 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kutai Barat

Tabel 2.3 Penduduk Kutai Barat Menurut Kelompok Umur Tahun 2015 Rasio Jenis Kelompok Umur Jumlah Kelamin 0 - 4 9.570 5.71

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 6 BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

5 - 9 15.969 9.53 10 - 14 17.034 10.17 15 - 19 15.699 9.37 20 - 24 14.488 8.65 25 - 29 14.426 8.61 30 - 34 16.307 9.73 35 - 39 15.188 9.06 40 - 44 12.774 7.62 45 - 49 10.391 6.20 50 - 54 7.966 4.75 55 - 59 6.521 3.89 60 - 64 4.023 2.40 65 - 69 2.700 1.61 70 - 74 2.109 1.26 75 + 2.409 1.44 JUMLAH 167.574 100 % Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kutai Barat

Melihat data di atas dan merujuk bahwa angka pertumbuhan penduduk sebesar 0,6%, maka dapat diproyeksikan jumlah penduduk Kabupaten Kutai Barat pada tahun 2020 akan berjumlah 172.662. Hasil proyeksi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.4 Proyeksi Jumlah Penduduk Kutai Barat Tahun 2015 - 2020 Laki-Laki Perempuan Tahun Jumlah Jumlah Jumlah 2015 88.352 79.222 167.574 2016 88.882 79.697 168.579 2017 89.415 80.176 169.591 2018 89.952 80.657 170.608 2019 90.492 81.141 171.632 2020 91.035 81.627 172.662 Sumber : Hasil Analisis

2.4 Isu Strategis, Sosial, Ekonomi dan Lingkungan di Kabupaten Kutai Barat.

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 7 BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

2.4.1 Pertumbuhan Ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Kutai Barat pada tahun 2015 mencapai -1,24% dihitung dari PDRB atas dasar harga konstan tahun 2010. Bila dihitung atas dasar harga berlaku, pertumbuhan ekonomi tahun 2015 menunjukkan angka yang minus yaitu -0,83%. Hal ini disebabkan karena terjadinya penurunan harga pertambangan dan penggalian yang memiliki proporsi terbesar dalam pembentukan PDRB, sehingga secara riil maupun nominal output mengalami penurunan. Beberapa sektor atau lapangan usaha pada tahun 2015 sebenarnya secara riil menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi seperti sektor administrasi pemerintahan, pengadaan listrik dan gas, jasa kesehatan dan kegiatan sosial, jasa pendidikan, perdagangan, hotel dan resotoran, informasi dan komunikasi, serta jasa lainnya. Namun demikian, sektor yang memiliki pertumbuhan tinggi pada tahun 2015 tersebut memiliki proporsi yang relatif kecil, sehingga secara keseluruhan memiliki dampak yang tidak besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Bila dilihat rata-rata pertumbuhan ekonomi per tahun selama 2010-2015, perekonomian Kutai Barat mampu menghasilkan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 7,73%. Sektor transportasi dan pergudangan merupakan sektor yang memiliki rata-rata pertumbuhan per tahun tekecil, yaitu 3,63%. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai sektor ini cenderung mengalami penurunan setiap tahun sementara sektor jasa pendidikan menunjukkan rata-rata pertumbuhan sebesar 19,23% yang merupakan sektor dengan rata- rata pertumbuhan tertinggi selama 2010-2015 dan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial juga menunjukkan rata-rata pertumbuhan per tahun yang tinggi yaitu 18,94%. Hal ini mengindikasikan bahwa aspek pendidikan, kesehatan, serta sosial menjadi salah satu fokus dalam pembangunan selama 2010-2015. Kondisi perekonomian yang secara umum cenderung menurun ini disebabkan kinerja yang menurun sektor pertambangan dan penggalian mulai tahun 2012, padahal sektor ini merupakan sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian Kutai Barat karena besarnya proprosi terhadap PDRB. Situasi ini disebabkan baik oleh faktor internal maupun faktor eksternal.

Tabel 2.5 Rata-rata Pertumbuhan dan Pertumbuhan PDRB 2015 Atas Dasar Harga Berlaku Rata-rata Pertumbuhan 2015 Lapangan Usaha Pertumbuhan 2010- (%) 2015 (%) Pertanian 12.18 5.88 Pertambangan dan Penggalian 6.77 -8.63

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 8 BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

Industri Pengolahan 12.86 4.97 Pengadaan Listrik, Gas 8.55 35.88 Pengadaan Air 7.34 5.99 Konstruksi 13.13 9.53

Perdagangan, Hotel, Restoran 19.05 11.79 Transportasi dan Pergudangan 8.09 5.72 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 14.46 14.62 Informasi dan Komunikasi 10.72 9.53

Jasa Keuangan 10.15 2.02 Real Estat 10.02 9.48 Jasa Perusahaan 10.67 2.66

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 28.05 9.70 Jasa Pendidikan 27.56 17.11

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 28.01 19.47 Jasa lainnya 10.49 18.48

Produk Domestik Regional Bruto 10.51 -0.83

Atas Dasar Harga Konstan 2010 Rata-rata Pertumbuhan 2015 Lapangan Usaha Pertumbuhan 2010- (%) 2015 (%) Pertanian 5.06 4.44 Pertambangan dan Penggalian 7.13 -5.56

Industri Pengolahan 8.19 5.49 Pengadaan Listrik, Gas 10.75 10.56 Pengadaan Air 5.63 2.96 Konstruksi 6.36 3.36

Perdagangan, Hotel, Restoran 14.37 5.46 Transportasi dan Pergudangan 3.63 2.07 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7.86 7.26 Informasi dan Komunikasi 9.98 8.58

Jasa Keuangan 4.69 0.87 Real Estat 7.24 5.14 Jasa Perusahaan 5.76 -1.21

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 9 BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 17.89 2.32 Jasa Pendidikan 19.23 9.83

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 18.94 9.87 Jasa lainnya 4.76 8.49

Produk Domestik Regional Bruto 7.73 -1.42

Perekonomian Kutai Barat sangat dipengaruhi oleh sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian, serta sektor konstruksi. Hal tersebut nampak dari kontribusi sektor terhadap pembentukan PDRB. Sektor pertambangan dan penggalian misalnya, bila dihitung dengan menggunakan rata-rata geometrik selama 2010-2014rata-rata memiliki kontribusi sebesar 59,96% untuk harga berlaku dan 60,12% untuk dasar harga konstan. Dengan demikian peran sektor pertambangan dan penggalian dalam perekonomian Kutai Barat sangat dominan. Demikian pula dengan peran sektor pertanian yang juga cukup besar, yaitu rata-rata 11,94% selama 2010-2014 dan sektor konstruksi yang besarnya rata-rata 10,94%. Kontribusi sektor konstruksi yang cukup tinggi ini menunjukkan besarnya pembangunan prasarana fisik yang terjadi di Kutai Barat, baik berupa jalan, jembatan, gedung, maupun lainnya. Konribusi sektor pertanian bila dilihat dari tahun ke tahun berdasarkan harga konstan menunjukkan tren yang menurun selama 2010-2014, namun pada tahun 2015 terjadi sedikit peningkatan kontribusi. Pada tahun 2010, kontribusi sektor pertanian dalam PDRB mencapai 13,40%, namun pada tahun 2014 turun menjadi 11,16% dan tahun 2015 meningkat menjadi 11,82%. Namun bila dihitung menggunakan harga berlaku menunjukkan kenaikan dari 13,40% tahun 2010, menjadi 13,54% pada tahun 2014 dan 14,45% pada tahun 2015. Kontribusi sektor ini pada tahun 2011-2013 menunjukkan penurunan. Dengan membandingkan antara harga konstan dan harga berlaku, secara umum dapat dikatakan bahwa meski secara riil kontribusi sektor pertanian menunjukkan tren yang menurun namun secara nominal menunjukkan kenaikan. Penurunan proporsi sektor pertanian dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti nilai tambah, teknologi, pemasaran, maupun produksi. Kondisi ini dapat terjadi karena beberapa hal: (1) lahan pertanian, perkebunan, kehutanan, dan peternakan semakin sedikit akibat pembangunan daerah, sehingga aktivitas di sektor pertanian semakin terbatas, (2) penduduk yang bekerja di sektor pertanian semakin kecil dan mereka beralih ke sektor ekonomi lainnya, (3) produktivitas sektor pertanian menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun sehingga produksi di sektor pertanian menjadi semakin berkurang, atau (4) terjadi transformasi ekonomi di Kutai Barat dari sektor pertanian menuju sektor industri, jasa, dan perdagangan. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana upaya Kutai Barat untuk mengaitkan sektor pertanian ke sektor industri dan perdagangan, sehingga pengembangan sektor industri dan perdagangan merupakan pengembangan yang berbasis pada sektor pertanian.

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 10 BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

Sektor pertambangan dan penggalian sebagai sektor utama menunjukkan kontribusi yang fluktuatif selama 2010-2015. Selama 2010-2012 kontribusi sektor ini bila dilihat menggunakan harga berlaku menunjukkan kenaikan namun pada periode 2012-2015 terjadi penurunan yang cukup drastis dari 64,79% pada tahun 2012 menjadi 48,83% di tahun 2015. Pertambangan batubara, emas, dan perak merupakan jenis pertambangan yang utama. Meski demikian, mengingat pertambangan tersebut tidak dapat diperbarui dan masih tingginya ketergantungan pada sektor tersebut, penting bagi Kutai Barat untuk mengembangkan sektor lain, seperti sektor industri UKM, perdagangan, jasa, pariwisata dan sebagainya. Kontribusi sektor pertanian bila dilihat dari tahun ke tahun berdasarkan harga konstan menunjukkan tren yang menurun selama 2010-2014, namun pada tahun 2015 terjadi sedikit peningkatan kontribusi. Pada tahun 2010, kontribusi sektor pertanian dalam PDRB mencapai 13,40%, namun pada tahun 2014 turun menjadi 11,16% dan tahun 2015 meningkat menjadi 11,82%. Namun bila dihitung menggunakan harga berlaku menunjukkan kenaikan dari 13,40% tahun 2010, menjadi 13,54% pada tahun 2014 dan 14,45% pada tahun 2015. Kontribusi sektor ini pada tahun 2011-2013 menunjukkan penurunan. Dengan membandingkan antara harga konstan dan harga berlaku, secara umum dapat dikatakan bahwa meski secara riil kontribusi sektor pertanian menunjukkan tren yang menurun namun secara nominal menunjukkan kenaikan. Penurunan proporsi sektor pertanian dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti nilai tambah, teknologi, pemasaran, maupun produksi. Kondisi ini dapat terjadi karena beberapa hal: (1) lahan pertanian, perkebunan, kehutanan, dan peternakan semakin sedikit akibat pembangunan daerah, sehingga aktivitas di sektor pertanian semakin terbatas, (2) penduduk yang bekerja di sektor pertanian semakin kecil dan mereka beralih ke sektor ekonomi lainnya, (3) produktivitas sektor pertanian menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun sehingga produksi di sektor pertanian menjadi semakin berkurang, atau (4) terjadi transformasi ekonomi di Kutai Barat dari sektor pertanian menuju sektor industri, jasa, dan perdagangan. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana upaya Kutai Barat untuk mengaitkan sektor pertanian ke sektor industri dan perdagangan, sehingga pengembangan sektor industri dan perdagangan merupakan pengembangan yang berbasis pada sektor pertanian. Sektor pertambangan dan penggalian sebagai sektor utama menunjukkan kontribusi kontribusi yang fluktuatif selama 2010-2015. Selama 2010-2012 kontribusi sektor ini bila dilihat menggunakan harga berlaku menunjukkan kenaikan namun pada periode 2012-2015 terjadi penurunan yang cukup drastis dari 64,79% pada tahun 2012 menjadi 48,83% di tahun 2015. Pertambangan batubara, emas, dan perak merupakan jenis pertambangan yang utama. Meski demikian, mengingat pertambangan tersebut tidak dapat diperbarui dan masih tingginya ketergantungan pada sektor tersebut, penting bagi Kutai Barat untuk mengembangkan sektor lain, seperti sektor industri, perdagangan, jasa, dan sebagainya. Sektor industri pengolahan menunjukkan kontribusi yang cenderung konstan selama 2010-2015 yaitu sekitar 4%-5% tiap

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 11 BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

tahun. Pengembangan subsektor lainnya sangat diperlukan agar ketergantungan terhadap satu subsektor saja dapat dihindari. Bila menggunakan pendekatan 3 sektor utama yaitu primer, sekunder, dan tersier, akan terlihat bahwa di Kutai Barat mulai menunjukkan tanda-tanda pergeseran struktur ekonomi. Hal ini setidak- tidaknya terlihat dari 2 aspek, yaitu: (1) rata-rata pertumbuhan nilai output dan (2) rata-rata kontribusi sektoral. Dari sisi pertumbuhan nilai output, sektor tersier selama 2010-2015 menunjukkan rata-rata pertumbuhan per tahun yang tertinggi, yaitu 16,48% berdasarkan harga berlaku dan 7,72% atas dasar harga konstan. Sementara itu sektor primer menunjukkan rata-rata pertumbuhan per tahun 2010-2015 yang negatif. Hal ini menunjukkan gejala terjadinya transformasi struktural di Kutai Barat meski belum signifikan karena kecilnya proporsi sektor tersier. Sektor primer meskipun menunjukkan tren yang negatif, bagaimanapun masih menjadi sektor yang dominan.

2.4.2 Inflasi. Dalam pembangunan ekonomi, faktor stabilitas harga sangat penting untuk diamati dan diperhatikan karena fluktuasi harga sangat berpengaruh pada nilai barang dan jasa yang dihasilkan, serta berdampak pada daya beli masyarakat. Inflasi merupakan salah satu alat ukur untuk melihat stabilitas harga barang dan jasa secara umum. Inflasi di Kutai Barat ini dihitung dengan menggunakan informasi indeks harga, sedangkan informasi indeks harga dihitung dengan menggunakan pendekatan PDRB deflator yaitu perbandingan antara PDRB harga berlaku dengan harga konstan. Berdasarkan infromasi indeks harga yang dihitung dengan PDRB deflator, pada tahun 2011 tingkat inflasi di Kutai Barat tergolong tinggi, yaitu 21,48% dan pada tahun 2015 mencapai hanya 0,59%. Tingkat inflasi setinggi ini disebabkan terutama oleh naiknya harga pada sektor pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, jasa pendidikan, serta jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Tingkat inflasi sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2011 mencapai 30,44%, sektor jasa pendidikan mencapai 20,17% dan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 20,18%.

Tabel 2.6 Perkembangan Laju Inflasi PDRB Deflator Lapangan Usaha Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian 10.83 3.05 1.89 19.96 -0.55 Pertambangan dan 30.44 -6.46 -2.55 -14.54 -3.25 Penggalian Industri Pengolahan 11.03 2.64 1.73 7.09 -0.50 Pengadaan Listrik, Gas -9.56 -7.12 -6.80 -5.95 22.91

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 12 BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

Pengadaan Air -2.17 2.03 3.86 1.52 2.94 Konstruksi 4.81 9.89 2.51 8.82 5.97 Perdagangan, Hotel, Restoran 7.13 2.42 1.93 3.08 6.01 Transportasi dan 2.19 2.87 7.36 5.62 3.57 Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan 7.18 5.60 5.69 5.27 6.86 Makan Minum Informasi dan Komunikasi 0.48 0.62 0.58 0.82 0.87 Jasa Keuangan 5.71 7.53 7.27 4.54 1.14 Real Estat 3.14 1.08 2.80 1.84 4.13 Jasa Perusahaan 5.12 7.64 5.35 1.28 3.93 Administrasi Pemerintahan, 4.99 18.99 6.19 6.32 7.21 Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan 20.17 0.99 4.06 4.07 6.63 Jasa Kesehatan dan Kegiatan 20.18 2.68 3.80 3.64 8.74 Sosial Jasa lainnya 3.11 4.00 3.37 7.84 9.21 Produk Domestik Regional 21.48 -1.92 -0.70 -4.55 0.59 Bruto Sumber: Kutai Barat Dalam Angka 2015

Setelah tahun 2011, inflasi menunjukkan penurunan yang sangat drastis bahkan terjadi deflasi sebesar -1,92%. Defflasi ini terus berlanjut hingga 2014 yang besarnya mencapai -4,55%. Selama 2011-2014 beberapa sektor yang menunjukkan kenaikan harga tinggi adalah sektor pertanian bahkan pada tahun 2014 inflasi di sektor ini mencapai 19,96%. Apabila dilihat secara keseluruhan, terlihat bahwa inflasi tahun 2012 hingga 2014 menunjukkan penurunan yang sangat drastis. Sektor pendidikan misalnya dari inflasi 20,17% di tahun 2011 menjadi hanya 0,99% di tahun 2012. Sebagian sektor dan subsektor menunjukkan penurunan inflasi di tahun 2012. Beberapa sektor dan subsektor yang menunjukkan kenaikan harga dari 2011 ke 2012 misalnya subsektor perikanan, subsektor pertambangan dan penggalian lainnya, subsektor pengadaan air,sektor konstruksi, sektor transportasi dan pergudangan, sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor informasi dan komunikasi, subsektor penyediaan jasa akomodasi, subsektor administrasi pemerintahan, serta subsektor jasa lainnya. Hampir semua sektor dan subsektor memiliki pola perkembangan laju inflasi yang fluktuatif selama 2011-2015. Tidak ada sektor atau subsektor yang menunjukkan tren inflasi yang terus meningkat atau menurun. Hal ini menggambarkan bahwa selama periode 2011-2015 perekoonmian Kutai Barat berjalan dinamis. Faktor penyebab inflasi sendiri bisa berasal dari internal (domestic inflation) maupun eksternal

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 13 BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

(imported inflation). Tingginya inflasi dapat didorong oleh faktor cost push inflation atau demand pull inflation. Oleh karena itu diperlukan strategi dan kebijakan yang mampu mengendalikan laju inflasi di Kabupaten Kutai Barat melalui pengamatan dan kajian sumber-sumber penyebab terjadinya inflasi.

2.4.3 PDRB Per Kapita.

PDRB dan inflasi di atas dapat menggambarkan kondisi perekonomian Kutai Barat secara umum, namun belum dapat memberikan informasi tingkat kesejahteraan masyarakat. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh PDRB terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat, dapat dilihat secara umum berdasarkan PDRN atau pendapatan per kapita, yaitu PDRB atau pendapatan regional dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Meskipun barangkali ukuran ini memiliki kelemahan, namun setidak- tidaknya dapat memberikan gambaran perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat secara makro. Berdasarkan perhitungan harga berlaku, pada tahun 2015 PDRB per kapita mencapai 90,866 juta. Jumlah PDRB per kapita mengalami peningkatan selama 2010-2013 dan pada tahun 2014 terjadi sedikit penurunan menjadi 146,36 juta.

Gambar 2.1 Grafik PDRB Perkapita Tahun 2010 - 2014 (Ribu Rp) PDRB Perkapita (Ribu Rp)

152427.53 150248.7 146361.45 129731.52

90866.83

2010 2011 2012 2013 2014

Sumber: PDRB Kutai Barat 2010-2014

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 14 BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

Meskipun secara nominal teradi kenaikan selama 2010-2013 namun sebenarnya secara relatif selama 2010-2014 pertumbuhan PDRB perkapita menunjukkan tren yang menurun. Pada tahun 2011 pertumbuhan PDRB perkapita mencapai 42,77% dan pada tahun 2012 pertumbuhan menurun menjadi 15,82%. Selanjutnya pada tahun 2013 pertumbuhan PDRB perkapita hanya 1,45% bahkan pada tahun 2014 turun menjadi negatif yaitu -3,98%. Kondisi ini menunjukkan bahwa secara absolut selama 2010-2014 tingkat kesejahteraan penduduk mengalami peningkatan namun pertumbuhan peningkatan tersebut semakin lama semakin mengecil, bahkan negatif. Situasi ini perlu diwaspadai dan diantisipasi. Kondisi yang demikian disebabkan antara lain oleh pertumbuhan ekonomi yang cenderung mengecil yang diikuti dengan pertumbuhan penduduk yang lebih tinggi.

2.4.4 Distribusi Pendapatan dan Ketimpangan.

Dari sisi distribusi pendapatan yang diukur menggunakan Koefisien Indeks Gini menunjukkan bahwa kinerja distribusi pendapatan di Kutai Barat semakin menurun dalam arti tingkat ketimpangan cenderung semakin besar. Namun, angka tersebut masih dalam kelompok ketimpangan yang rendah karena di bawah 0,3. Pada tahun 2011, Indeks Gini Kutai Barat menunjukkan angka 0,2435, tahun 2012 meningkat cukup tajam menjadi 0,2967. Namun bila dibandingkan dengan daerah lain di Kalimantan Timur, indeks gini Kutai Barat relatif jauh lebih baik.

Tabel 2.7 Perbandingan Nilai Indeks Gini Antar Daerah Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 Pasir 0,3119 0,3588 0,2755 0,3070 Kutai Barat 0,2435 0,2967 0,2858 0,2855 Kutai Kartanegara 0,2992 0,2984 0,3072 0,3117 Kutai Timur 0,2913 0,3099 0,3107 0,3047 Berau 0,3190 0,3076 0,3305 0,3204 Malinau 0,3303 0,3529 0,3257 0,3107 Bulungan 0,3409 0,4032 0,2965 0,3025 Nunukan 0,3356 0,3496 0,2478 0,3100 Penajam Paser Utara 0,3046 0,3241 0,3264 0,3255 Tana Tidung 0,3137 0,2955 0,2419 0,2722 0,3292 0,3608 0,3061 0,3370

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 15 BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

Samarinda 0,3066 0,3332 0,3115 0,3076 Tarakan 0,2679 0,3080 0,3349 0,3240 Bontang 0,3694 0,3913 0,3564 0,3533

Sumber: Indikator Penting Kalimantan Timur 2015

Kondisi tersebut menggambarkan bahwa pertumbuhan ekonomi Kutai Barat membawa dampak pada peningkatan ketidakmerataan meski relatif sangat kecil. Data pembagian pendapatan yang dihitung dengan pendekatan Bank Dunia menunjukkan bahwa pada tahun 2009, sebanyak 15,99% penduduk menikmati 40% bagian yang terendah dari pendapatan di Kutai Barat, dan 45,67% menikmati 20% bagian tertinggi dari pendapatan di Kutai Barat. Pengembangan sektor ekonomi yang berorientasi pada ekonomi kerakyatan merupakan salah satu cara untuk mengurangi tingkat kesenjangan di Kutai Barat. Demikian pula dengan perluasan akses masyarakat dalam beraktivitas ekonomi serta akses ke pendanaan, akan terus diupayakan dalam rangka memperkecil tingkat ketimpangan yang ada.

2.4.5 Kondisi Lingkungan Strategis. Dari aspek topografi Kabupaten Kutai Barat didominasi oleh lahan dengan topografi datar (97,76%) dan curam (0,18%) dan selebihnya dengan kondisi bergelombang. Wilayah dengan topografi pegunungan hanya mencapai 0,20% dari luas seluruhnya tersebut, berada di bagian Barat Laut Kabupaten Kutai Barat. Secara spesifik wilayah berbukit dan bergunung dijumpai di bagian hulu Sungai Mahakam. Secara keseluruhan, terdapat 28 gunung di Kutai Barat yang tersebar di berbagai kecamatan. Kecamatan Bongan merupakan kecamatan yang memiliki gunung paling banyak, yaitu 9 buah gunung. Terdapat 2 dengan ketinggian di atas 1.000 meter, yaitu Gunung Meratus dengan ketinggian 1.225 meter serta Gunung Konut dengan ketinggian 1.149 meter. Kedua gunung tersebut berada di Kecamatan Bongan. Selain pegunungan, Kutai Barat juga memiliki sungai-sungai besar sebanyak 9 sungai dengan panjang kurang lebih 688,88 kilometer. Sungai yang terpendek adalah Sungai Barong sepanjang 28,5 km dan sungai terpanjang adalah Sungai Mahakam sepanjang 220 km. Kutai Barat memiliki 16 kecamatan dengan 190 desa/kampung dan 4 kelurahan. Kecamatan Barong Tongkok merupakan kecamatan yang memiliki jumlah kampung paling banyak yaitu 21 kampung sedangkan kecamatan dengan jumlah kampung paling sedikit adalah Kecamatan Melak dan Penyinggahan yang masing-masing memiliki 6 kampung. Kutai Barat menjadi daerah di Kalimantan Timur, yang memiliki persentase jumlah desa terbanyak di daerah lembah atau daerah aliran sungai. Berdasarkan data BPS 2010, sebanyak 128 desa/kampung atau 65,98% desa di Kutai Barat berlokasi di daerah aliran sungai, kemudian 65 desa/kampung atau 33,89% desa berlokasi di dataran, dan sisanya 1 desa/kampung atau 0,52% desa

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 16 BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

berlokasi di lereng pegunungan atau bukit. Kondisi wilayah dengan topografi lereng kemiringan curam berpotensi menimbulkan bahaya alami berupa gerakan tanah baik dalam volume besar (longsor) atau pun volume kecil (tanah retak). Besar-kecilnya volume gerakan tanah tersebut dipengaruhi surface runoff yang dipengaruhi oleh besar curah hujan, jenis tanah, serta besar kemiringan lereng. Kecamatan Barong Tongkok merupakan kecamatan dengan jumlah desa/kampung terbanyak yang berada di dataran yaitu 19 desa/kampung dari 21, sedangkan Kecamatan Siluq Ngurai merupakan kecamatan dengan jumlah desa/kampung terbanyak yang berlokasi di lembah/DAS yaitu 16 desa/kampung. Beberapa kecamatan yang seluruh wilayahnya berada di lembah/DAS adalah Penyinggahan, Muara Pahu, dan Siluq Ngurai. Sementara itu kecamatan yang seluruh wilayahnya berada di dataran semua adalah Sekolaq Darat. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap pemanfaatan tanah untuk jenis komoditi yang diusahakan masyarakat. Dalam aspek klimatologi, unsur iklim yang utama adalah curah hujan, temperatur, kecepatan angin dan kelembapan udara. Iklim di Kabupaten Kutai Barat adalah iklim tropika humid yang ditandai dengan intensitas hujan yang tinggi dan nilai curah hujan yang besar. Daerah beriklim tropika humid tidak mempunyai batas yang jelas antara musim kemarau dan musim hujan. Temperatur berkisar antara 220-300. Temperatur minimum umumnya terjadi pada bulan Oktober sampai dengan Januari sedangkan temperatur maksimum terjadi antara bulan Juli sampai dengan bulan Agustus. Daerah beriklim seperti ini tidak mempunyai perbedaan yang jelas antara musim hujan dan musim kemarau. Pada musim angin barat hujan turun sekitar sekitar bulan Agustus sampai bulan Maret, sedangkan pada musim timur hujan relatif kurang, hal ini terjadi pada sekitar bulan April sampai bulan September.

Gambar 2.2 Grafik Rata-rata Curah Hujan per Tahun 2011-2015 Rata-rata Curah Hujan/Tahun 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0

Sumber: Kutai Barat Dalam Angka 2015 dan 2016

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 17 BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

2.4.6 Wilayah Rawan Bencana. Berdasarkan peta bahaya lingkungan yang dikeluarkan oleh BPBD Provinsi Kalimantan Timur tahun 2015, sebagian besar wilayah di Kabupaten Kutai Barat potensial terjadi bahaya tanah longsor karena mempunyai jenis tanah dengan tekstur berlempung, curah hujan yang tinggi, dan kemiringan lereng yang besar pada daerah aliran sungai. Keberadaan bahaya alami berupa gerakan tanah tersebut dapat mengancam keberadaan sarana-prasarana yang dibangun di Kabupaten Kutai Barat. Selain itu, dilihat dari banyaknya desa/kampung yang terletak di DAS serta tingginya curah hujan, Kutai Barat juga tergolong rawan bencana alam banjir terlebih dengan kondisi hutan yang semakin buruk dimana banyak terjadi penebangan liar, maka kemungkinan terjadinya banjir tersebut semakin besar. Sebagai contoh, pada bulan April 2005, terjadi banjir besar yang diakibatkan oleh meluapnya Sungai Mahakam. Akibat banjir tersebut terdapat sekitar 3.500 rumah di Kabupaten Kutai Barat yang terendam air.

2.5 Isu-isu Strategis Terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya. 2.5.1 Urusan Pekerjaan Umum. Urusan pekerjaan umum merupakan urusan yang berkaitan dengan pembangunan secara fisik. Selama beberapa tahun terakhir pembangunan fisik di Kutai Barat menunjukkan peningkatan yang cukup tajam, dan pemerintah memiliki komitmen untuk membangun infrastruktur yang mampu mendukung aktivitas masyarakat, sehingga diharapkan berdampak pada peningkatan kegiatan ekonomi. Total panjang jalan di Kutai Barat sampai dengan Tahun 2015 adalah sepanjang 1.994 km berkurang dibanding panjang jalan pada tahun 2014 dan 2013. Hal ini disebabkan karena adanya pemekaran Kutai Barat menjadi dua kabupaten pada tahun 2013, yaitu Mahakam Ulu. Selama 2013-2015 hanya panjang jalan desa dan jalan provinsi yang berkurang sedangkan panjang jalan yang lain menunjukkan peningkatan. Jika dibandingkan dengan data tahun 2013, maka tahun 2014 terdapat Pembangunan Jalan yaitu Pembukaan jalan baru panjang 12,66 Km, Peningkatan Jalan 58,45 Km serta pemeliharaan jalan sepanjang 3,8 Km. peningkatan panjang jalan tersebut dikarenakan dibuka jalan-jalan baru yang berstatus jalan Kabupaten dan Jalan Desa guna mengakses Desa/Kampung satu dengan Desa/Kampung lainnya.

Tabel 2.9 Perkembangan Pembangunan Jalan Tahun Status Jalan 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Jalan Nasional 184,75 184,75 184,75 184,75 233,4 233,4 Jalan Provinsi 719,5 719,5 719,5 719,5 99,7 99,7

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 18 BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

Tahun Status Jalan 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Jalan Kabupaten 1.015,43 1.278,20 1.434,36 1.665,37 1.177,27 1.198,58 Jalan Desa 75,2 147,62 198,6 229,58 268,94 227,24 Non-Status 55,6 80,34 100,54 130,35 227 235,08 Jumlah 2.050,48 2.410,41 2.637,75 2.929,55 2.006,31 1.994,00 Sumber: LAKIP 2014 dan 2015

Kondisi geografis Kutai Barat serta jarak antar kecamatan merupakan salah satu kendala yang dihadapi dalam kegiatan pengerasan jalan. Prioritas pembangunan jalan adalah jalan yang mampu meningkatkan akses masyarakat antar wilayah, sehingga mampu mendukung aktivitas ekonomi dan distribusi barang dan jasa di Kutai Barat. Selain itu, pembangunan jalan diharapkan mampu mengatasi keterisoliran beberapa kampung atau daerah yang terjadi selama ini. Kelancaran akses antar wilayah akan mampu mendorong aktivitas ekonomi masyarakat, sehingga tingkat ketimpangan pembangunan dan kondisi sosial ekonomi yang ada diantara wilayah dapat direduksi. Bila kondisi jalan diklasifikasikan sesuai kondisinya, maka kondisi jalan di Kutai Barat terdiri dari jalan dalam kondisi mantap baik 1.004,81 km, kondisi mantap sedang 754,10 km, kondisi rusak ringan 136,35 km, rusak berat 98,74 km. Dari data tersebut berarti diketahui bahwa ruas jalan dalam dengan kondisi mantap telah mencapai sekitar 88% dibanding pada tahun tahun sebelumnya yang mencapai 85,6%. Pembangunan di bidang pengairan juga menjadi perhatian pemerintah. Saluran irigasi primer pada tahun 2010 memiliki panjang 66,5 km dan pada tahun 2014 menjadi 45,5 km dan tahun 2015 menjadi 49,80 km. Penurunan panjang irigasi ini disebabkan karena adanya pemekaran Kutai Barat menjadi dua kabupaten. Dari jumlah tersebut 41,1 km atatu 90,32% irigasi dalam kondisi baik dan tahun 2015 menjadi 96,87%.

Tabel 2.10 Pembangunan Saluran Irigasi Tahun DATA IRIGASI 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Panjang Irgasi (Km) 66,5 73,5 82,73 86,61 45,467 49,80

Irigasi dengan 60,5 66,5 77,59 82,66 41,110 48,24 Kondisi Baik (Km)

Sumber: Dinas pekerjaan Umum Kutai Barat 2014 dan 2015

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 19 BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

Pembangunan saluran irigasi dimaksudkan untuk mendorong peningkatan produksi pertanian masyarakat serta memperlancar debit air untuk mengatasi kemungkinan adanya banjir. Namun, kondisi alam Kutai Barat terkadang menjadi salah satu hambatan pembangunan saluran irigasi.

2.5.2 Perumahan dan Penataan Ruang.

Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang berfungsi sebagai kawasan lindung. Kawasan hijau kota terdiri atas pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga, kawasan hijau pekarangan. Dalam ruang terbuka hijau pemanfatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya. Proporsi luas Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Sendawar sebagai Ibukota Kabupaten Kutai Barat adalah sebesar 30% sesuai yang diamanatkan Undang-Undang Penataan Ruang nomor 26 tahun 2007. Sampai saat ini rasio Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Sendawar baru mencapai 10,04% atau seluas 2.068,8 ha dari luas target yang ditetapkan pada tahun 2014 sebesar 20% atau 4.118,2 ha terhadap luas wilayah Kawasan Perkotaan sebesar 20.591 ha, pada tahun 2014 tidak ada penambahan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Sendawar tetap dengan nilai capaian 10,04% atau seluas 2.068,8 ha. Upaya untuk meningkatkan rasio Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Sendawar akan terus dilakukan melalui pembangunan Hutan Kota, alun-alun, pembangunan jalur hijau dan optimalisasi RTH Privat sejalan dengan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Perkotaan Sendawar dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dalam perkotaan Sendawar. Indikator Ruang Terbuka Hijau (RTH) persatuan luas wilayah tidak mengalami peningkatan dikarenakan pembangunan kawasan hijau kota terdiri atas pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga, masih dalam proporsi tata ruang yang diperuntukan untuk RTH dan belum ada penambahan kawasan baru. Saat ini salah satu masalah penggunaan lahan yang paling penting adalah masalah berkurangnya luasan hutan akibat konversi hutan menjadi perkebunan atau untuk area pembangunan sarana-prasarana seperti jalan raya.

2.5.3 Pengembangan Air Minum. Salah satu permasalahan penting yang menjadi tanggungjawab Pemerintah dipertegas dengan PP 122 Tahun 2016 tentang sistem penyediaan air minum karena air minum merupakan kebutuhan dasar manusia yang mutlak harus dipenuhi, karena jika tidak akan mengganggu kelangsungan hidup manusia. Melihat betapa pentingnya permasalahan air minum ini, maka perlu adanya pengolahan dan pengelolaan dengan baik di bidang air minum bagi suatu daerah.

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 20 BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

Penyediaan air bersih di Kabupaten Kutai Barat dibedakan atas sistem perpipaan dan non perpipaan. Sebagaian besar penduduk Kabupaten Kutai Barat mengandalkan sumur (non-perpipaan) sebagai sumber penyediaan air bersih rumah tangga sehari-hari, Penyediaan air bersih dengan sistem perpipaan dikelola oleh PDAM Kabupaten Kutai Barat. Pada umumnya penduduk diwilayah kota Kabupaten Kutai Barat dan ibu kota kecamatan menggunakan air bersih berdasarkan penyebaran angket pada Responden non pelanggan yang memiliki sumber air sendiri seperti sumur berjumlah 57,5 %, memanfaatkan sungai sebagai sarana pemenuhan kebutuhan air minum berjumlah 34,5 %, mata air 6 %, 4 % memanfaatkan jasa penjual air. Kuantitas air yang disuplai belum mencukupi kebutuhan yang ada. Jumlah Sumber Air Baku ada 11 unit terdiri dari 10 unit menggunakan sungai permukaan dan 1 unit mata air. Jumlah penduduk yang terlayani tersebut dilayani oleh sistem air bersih perpipaan dengan sambungan per 31 Desember 2015 9.565 unit dengan cakupan pelayanan 34 % dari jumlah penduduk 167.574 jiwa. Jumlah Sabungan Langsung 9.565 unit tersebar dari Ibu Kota Sendawar dan Ibu Kota Kecamatan di lingkungan Kabupaten Kutai Barat.

2.5.4 Penyehatan Lingkungan Permukiman. Bidang Persampahan memiliki program dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman. Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipal wastetare) yang terdiri dari limbah domestic (rumah tangga) yang berasal dari sisa mandi, cuci dapur, dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah dari industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah permukiman ini perludi kelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air permukaan dan air tanah, disamping sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti diare, thypus, kolera dan lain- lain. Belum tersedianya jaringan utama air limbah dan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) di wilayah Kabupaten Kutai Barat sampai dengan saat ini bisa menjadi program buat pemerintah untuk membangun jaringan air limbah dan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Untuk kebutuhan sanitasi kurang-lebih 50% dari masyarakat telah memiliki fasilitas sanitasi setempat. Sisanya menggunakan MCK atau langsung dibuang ke sungai. Pelayanan pengurasan tanki septik atau cubluk tidak pernah dilakukan baik oleh swasta maupun oleh Dinas PU dengan truk tinja. Biasanya lumpur dari tangki septik/cubluk rumah tangga (RT) Baru disedot kalau fasilitasnya sudah buntu. Kesadaran dan kesediaan masyarakat untuk terhadap fasilitas sanitasi yang memadai masih rendah.

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 21 BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

Tabel 2.32 Kapasitas Pelayanan Air Limbah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2016 Kapasitas Sistem No Prasarana/Sarana Jumlah Pengelola (m3) Pengelolaan 1 Truk Tinja 2 IPLT* 3 IPAL (komunal)*

Pada tahun 2016 Kabupaten Kutai Barat mendapat bantuan dari Provinsi Kalimantan Timur berupa Feasibility Study Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dan Feasibility Study Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Pada tahun 2017 tim dari Provinsi Kalimantan Timur telah meninjau lokasi akan dibangunnya IPLT di Dusun Belaw Kampung Gesaliq Kecamatan Barong Tongkok. Diharapkan IPLT dapat dibangun pada tahun 2018. Sedangkan IPAL rencananya akan dibangun di Rumah Sakit Harapan Insan Sendawar.

Gambar 2.7 Peninjauan Lokasi Akan Dibangunnya IPLT

2.5.5 Urusan Lingkungan Hidup.

Aktivitas pembangunan dan perilaku dunia usaha disegala sektor akan menimbulkan dampak bagi lingkungan hidup baik positif maupun negatif. Pelaksanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan memaksimalkan dampak positif dan meng-eliminir dampak negatif. Berdasarkan karakteristik dan aktivitas manusia dan kegiatan usahanya diperkirakan akan mempengaruhi perubahan -perubahan sebagai berikut: a. Perubahan pada air permukaan; b. Perubahan pada kualitas udara; c. Perubahan pada Rona Awal Lingkungan Hidup; Permasalahan lingkungan hidup timbul seiring dengan kemajuan segala bidang, termasuk kemajuan dunia usaha baik usaha rumah tangga, industri, pertambangan, pertanian dan perumahan sehingga mutlak memerlukan kesadaran dan partisipasi dari segala pihak. Saat ini dirasakan masih kurangnya pemahaman

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 22 BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

masyarakat dan dunia usaha dalam implementasi pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Selain masih terbatasnya data dan informasi lingkungan hidup. Pelaksanaan program strategis pada bidang Lingkungan hidup antara lain : Adipura, Menuju Indonesia Hijau dan PROPER. Tujuan yang ingin dicapai melalui urusan Lingkungan Hidup adalah: 1. Sumberdaya alam Kutai Barat dikelola secara terarah, terencana dan berkelanjutan. 2. Keseimbangan Lingkungan hidup terpelihara. 3. Pengelolaan sumberdaya alam dan Lingkungan hidup yang handal akan terbentuk, untuk peningkatan mutu Lingkungan hidup dalam mendukung pembangunan. 4. Sistem pengolahan Lingkungan hidup kondusif serta terbentuk kemitraan dengan berbagai pihak dalam pelestarian Lingkungan hidup. 5. Tata ruang wilayah yang sesuai dengan kebutuhan akan terbentuk. Usaha yang dilakukan untuk pencapaian tujuan yang diinginkan Badan Lingkungan Hidup Kutai Barat, dilakukan dengan mengembangkan berbagai kebijakan kemudian dilaksanakan secara operasional melalui program-program dan kegiatan. Program dan kegiatan tersebut dapat berhubungan langsung dengan kebijakan, tetapi ada yang merupakan program inti Badan Lingkungan Hidup yang mendukung seluruh tujuan dan Visi dan Misi. Kebijakan penghijauan areal tambang misalnya, sangat penting untuk dilakukan guna menjaga keseimbangan alam. Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL tahun 2014 mencapai 35%, dan tahun 2015 meningkat menjadi 38% berdasarkan rasio perusahaan wajib AMDAL yang telah diawasi terhadap seluruh perusahaan wajib AMDAL. Apabila jumlah perusahaan yang diawasi pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2014 terjadi peningkatan 9 perusahaan atau 9,7% dari jumlah perusahaan wajib AMDAL (93 Perusahaan). Untuk meningkatkan pengawasan terhadap seluruh perusahaan tersebut diatas, dibutuhkan penambahan tenaga pengawas yang memiliki kompetensi dan bersertifikat, dan efektifitas pengawasan pelaksanaan AMDAL sehingga upaya mempertahankan kelestarian dan kualitas lingkungan hidup dapat berjalan dengan optimal. Selain itu, diperlukan pemahaman dan kesadaran semua stakeholder bahwa pengawasaan pelaksanaan AMDAL merupakan tanggung jawab semua pihak sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing. AMDAL harus dilakukan secara sinergis dan terintegrasi terhadap ijin usaha dan kegiatan. Oleh kerena itu Pemerintah Kabupaten Kutai Barat akan melakukan bimbingan teknis terhadap aparatur dan sosialisasi pelaksanaan AMDAL kepada 93 perusahaan tersebut. Semua perusahaan yang bergerak dalam eksploitasi sumber daya alam diklasifikan sebagai perusahaan yang berpotensi mengganggu lingkungan hidup baik itu perusahaan tambang, kayu dan perusahaan perkebunan kelapa sawit. Saat ini perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan,

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 23 BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

kehutanan dan perkebunan yang wajib AMDAL sebanyak 127 perusahaan yang terdiri dari : 75 perusahaan tambang, 25 perusahaan perkayuan dan 31 perusahaan perkebunan. Dari semua perusahaan yang berpotensi mengganggu lingkungan baru 93 perusahaan yang sebagian besar perusahaan tambang yang memiliki AMDAL, sedangkan pada tahun 2014 yang memiliki AMDAL 92 perusahaan atau meningkat sebesar 1,17%. Peningkatan yang relatif kecil tersebut perlu pengawasan lebih ketat terutama perusahaan yang berpotensi merusak lingkungan, antara lain dengan pemberian sanksi penundaan perpanjangan izin operasi atau pencabutan izin operasi bisa menjadi langkah kebijakan tetap yang harus ditempuh.

2.5.6 Kondisi Umum Hasil Pembangunan Berdasarkan Indikator Agregat.

Tabel 2.32 Kinerja Agregat Pembangunan Kutai Barat Indikator Kinerja Satuan 2013 2014 2015

Angka Melek Huruf % 97,05 97,22 97,62 Angka Rata-rata Lama Sekolah Tahun 8,42 8,40 8,53 Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI % 0,15 0,15 0,07 Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs % 1,36 1,3 1,02 Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA % 2,22 2,35 1,77 Angka Kelulusan (AK) SD/MI % 100 100 100 Angka Kelulusan (AK) SMP/MTs % 99,89 100 100 Angka Kelulusan (AK) SMA/MA % 98,00 99,9 100 Angka Kelulusan (AK) SMK % 99,88 100 100 Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI % 113,36 109,75 115,28 Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs % 100,06 100,22 103,9 Angka Partisipasi Kasar (APK) % 87,66 87,70 97,03 SMA/SMK/MA Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI % 97,02 94,45 94,70 Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs % 83,00 70,96 72,64 Angka Partisipasi Murni (APM) % 58,25 60,79 61,29 SMA/SMK/MA Persentase bangunan SD/MI dalam kondisi % 97,47 97,93 97,93 baik Persentase bangunan SMP/MTs dalam % 96,24 99,25 99,26 kondisi baik

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 24 BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

Persentase bangunan SMA/MA dalam % 91,53 93,62 93,58 kondisi baik Persentase bangunan SMA/SMK dalam % 90,18 97,50 92,50 kondisi baik Guru yang memenuhi Kualifikasi S1 % 35,84 39,19 51,89 Guru yang telah bersertifikasi Orang 821 943 31,46

Usia Harapan Hidup tahun 70,78 70,80 72,08 Angka kematian bayi (AKB) Per 1.000 kel. 5,87 2,47 4,78 hidup Angka Kematian balita (AKABA) Per 1.000 kel 2,45 2,47 5,15 hidup Angka Kematian Ibu (AKI) Per 100.000 274,29 141 367,51 kel hidup Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh % 88,01 89,67 88,50 Tenaga Kesehatan Yang Memiliki Kompetensi Kebidanan Cakupan Balita Gizi Buruk yg mendapat % 100 100 100 perawatan Cakupan kampung/Kelurahan Universal % 80,00 70,31 86,6 Child Imunisation(UCI) Cakupan Kampung Siaga Aktif % 33,86 26,89 84,54 Cakupan Kampung/Kelurahan Mengalami % 100 100 100 KLB Yang Dilakukan Penyelidikan Epidemiologi < 24 Jam Persentase Kampung/Kelurahan yang % 42,86 82 43,68 telah memiliki Pustu Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar % 74,61 100 100 Masyarakat Miskin Cakupan ketersediaan obat di sarana % 95,83 75,82 86,60 pelayanan kesehatan (PKM, Pustu, PKM K, Poskesdes) Rasio dokter Per 100.000 42,47 32,74 40,45 penduduk Rasio dokter spesialis Per 100.000 4,77 4,77 5,5 penduduk Rasio bidan Per 100.000 111,14 124,1 128,22

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 25 BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

penduduk Rasio perawat Per 100.000 291,85 331,62 303,47 penduduk Kasus Malaria Per 1.000 2 2 4,58 penduduk Cakupan Penemuan Dan Penanganan % 14 63,7 39,54 Penderita Penyakit TBC BTA + Kesembuhan dengan DOTS % 79 49 77,97 Prevalensi TBC Per 100.000 47 91 126 penduduk Cakupan Penemuan Dan Penanganan % 100 100 100 Penderita Penyakit DBD

Kunjungan Rawat Jalan orang 25.801 22.567 24.073 Kunjungan Rawat Inap orang 10.775 12.312 14.147 BOR (Bed Occupancy Rate/Angka % 66 68 61,1 Penggunaan Tempat Tidur) ALOS (Average Length Stay/Rata-Rata hari 6 6 3,4 Lamanya Pasien Dirawat)

0 NDR (Net Death Rate) /00 1,50 1,03 1,4 Jumlah komplain masyarakat tentang % 72 80 80 pengelolaan kesehatan yang ditindaklanjuti Jumlah Kampung Belum Dapat Dilalui Kmp 44 3 3 Dengan Jalur Darat Persentase jalan Kabupaten/Jalan Desa % 74,82 86,42 88,55 dalam kondisi mantap Persentase jembatan dalam kondisi baik % 97,47 98,36 98,93 Panjang Jalan yang terbangun Km 231,01 3 342,61

Rasio Ruang Terbuka Hijau Per Satuan Luas % 10,04 10,04 10,04 Wilayah Ber HPL/HGB Rasio Bangunan Ber- IMB Per Satuan % 1,56 1,75 1,86 Bangunan (%) Rasio Jumlah luas wilayah kebanjiran % 10 6,66 18

Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum: Laut/Sungai (Orang) Org 179.605 130.507 94.976 Darat (Orang) Org 24.249 27.125 22.029

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 26 BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

Udara (Orang) Org 22.222 41.579 32.956 Jumlah Barang Yang Terangkut Melalui Angkutan Umum: Laut/Sungai (Ton) Ton 33.791 32.915 53.063 Darat (Ton) Ton - - - Udara (Ton) Ton 5.017 11.543 11.252

Cakupan pengawasan terhadap % 30 35 38 pelaksanaan AMDAL Persentase perusahaan yang berpotensi % 69 70 40 mengganggu lingkungan hidup yang telah memiliki AMDAL Tingkat cakupan pengawasan dan % 60 100 25 penegakan hukum lingkungan hidup Persentase kasus pelanggaran terhadap % 100 100 100 Lingkungan yang terselesaikan Tingkat kerusakan dan pencemaran % 10 10 7 lingkungan (%)

Persentase kepemilikan KTP % 56,94 75,5 75,55 Kepemilikan akta kelahiran per 1.000 Per 1.000 346,43 315,20 321,29 penduduk penduduk Persentase bayi berakte kelahiran % 50,58 52,50 54,18 Rasio Pasangan Berakte Nikah % 9,83 12,75 20,10 Penerapan KTP Nasional Berbasis NIK Sudah/Belum Sudah Sudah Sudah Ketersediaan database kependudukan Ada/Tidak Ada Ada Ada Ada berskala Provinsi

Persentase Partisipasi Perempuan Di % 42,70 46,75 43,88 Lembaga Pemerintah Keterwakilan Perempuan Di DPRD % 8 12 16 Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan % 65,38 77,85 62,59 Angka melek huruf perempuan usia 15 % 96,01 98,10 96,80 tahun ke atas

Jumlah fakir miskin yang ditangani KK 44 50 119 Jumlah anak terlantar yang ditangani orang 65 67 60 Jumlah korban bencana yang ditangani orang 1.114 544 2.404 Jumlah wanita rawan sosial yang dibina orang 7 6 5

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 27 BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

Jumlah penyandang cacat yang dibina orang 1 2 7 Jumlah Kelompok Usaha Bersama (KUBE) KK 400 300 460 yang memperoleh bantuan modal usaha Jumlah anak putus sekolah yang dibina orang 36 10 9 Komunitas Adat Terpencil (KAT) yang KK 60 115 62 diberdayakan Jumlah panti asuhan unit 2 2 2

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) % 73,46 73,75 72,31 Rasio penduduk yang bekerja 1 : 0,91 1 : 0,71 1 : 0,81 Persentase pekerja yang ditempatkan % 14,59 12,50 24,52 Angka pengangguran % 8,70 12 7,11 Tingkat Kecelakaan Kerja (Kasus) kasus 50 53 23 Tingkat Pemutusan Hubungan Kerja kasus 50 57 72 (Kasus) Jumlah perusahaan yang menjalin Perusahaan 84 84 52 kerjasama dengan pemerintah dalam penyediaan bursa tenaga kerja

Angka Kriminalitas Kasus per 172 150 123 10.000 Penduduk Jumlah Demo Demo 4 2 1 Rasio Pos Siskamling Per Jumlah 2 2 2 Desa/Kelurahan Jumlah Linmas Per Jumlah 10.000 Orang per 148,42 139 149 Penduduk 10.000 Penduduk Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Per Orang 11 19 19 10.000 Penduduk Persentase Tingkat Penyelesaian % 35,15 45 45 Pelanggaran K3 (Ketertiban,Ketentraman,Keindahan)Di Kabupaten / Kota Cakupan Pelayanan Bencana Kebakaran % 64,46 80 80 Kabupaten (%)

Indeks kepuasan masyarakat dalam proses skor 78,208 78,336 81,80 Pelayanan Perijinan

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 28 BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

lndeks Persepsi Korupsi skor - - 5,70 Persentase SKPD yang menyusun Laporan % 62,49 76,79 96,08 Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Persentase LAKIP SKPD yang dievaluasi % 22,22 30,7 47,09 Persentase Pengaduan Masyarakat yang % 23,33 23,33 100 ditangani Persentase Jumlah temuan pemeriksaan % 59,65 70,2 84,97 Reguler yang telah ditindaklanjuti Persentase jumlah temuan pemeriksaan % - - eksternal yang telah ditindaklanjuti (%) Opini pemeriksaan BPK terhadap - - - pengelolaan keuangan Jumlah Bidang yang telah memiliki SPM Bidang 4 4 4

Persentase Kampung/Kelurahan yang % 80 80 100 tertib administrasi Jumlah LSM yang aktif Buah 7 6 10 Persentase Posyandu aktif % 57,24 60 51,88 Persentase PKK aktif PKK 90,38 92,48 89,69 Persentase Alokasi Dana Kampung (ADK) % 97,50 190 99,47 sesuai peruntukkannya Persentase capaian keberhasilan % 100 100 pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Luas lahan produktif Ha 143.639 143.639 145.039 Jumlah penduduk yang bekerja sebagai Orang 76.9 17.422 79.68 petani Produktivitas tanaman pangan (kwintal/ha) 1. Padi sawah 42,3 42,733 42,20 2. Padi ladang 30,61 31,89 31,89 3. Palawija: a. Jagung 21,32 21,32 20,50 b. Kacang Hijau 11,49 11,03 10,00 c. Kacang tanah kwintal/ha 10,89 11,24 11,09 d. Ubi Kayu 218,40 226,22 228,37

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 29 BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

e. Ubi Jalar 91,37 92,66 92,74 Produktivitas tanaman perkebunan 1. Karet Ton/ha 2,7 48,39 1,39 2. Kelapa Sawit 80,5 20,45 1,52 3. Kakao 20,19 19,90 0,02944 produksi daging ternak 1. sapi Kg 120 110.577 55.33 2. kerbau 3.7 3.801 2.39 3. babi 187.34 149.767 75.46 4. ayam pedaging 323 312.306 157.04 5. ayam buras 84.82 72.723 36.97 6. itik 4.028 4.045 2260

Jumlah Penduduk yg bekerja sebagai Org Nelayan (jiwa) a. Budidaya Jiwa 3 4.611 4.266 b. Tangkap Jiwa 24.474 15.332 15.354 Jumlah Produksi Ikan Budidaya : (kg) a. Tangkap Kg 1.171 1.144,50 1.177,50 b. Keramba 464 606,70 606,7 c. Kolam 111 119,80 105,07

Jumlah Produksi Kayu Bulat M 3 420723 420.722.88 156.157,47 Jumlah Ijin HPH Yang Dikendalikan % 95 98 43,33 Jumlah DBH SDA Kehutanan Rp 52.094.840.579 61.650.000.000 53,39 Luas Lahan Yang Direhabilitasi Ha 1.925 1.925 1.14 Jumlah Ijin Tambang Yang Melaksanakan Ijin 10 12 5 Reklamasi Persentase lahan eks pertambangan yang % 98.35 98,35 100 telah direklamasi Sumber : RPJMD Kabupaten Kutai Barat 2016 - 2021

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur