JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 72-82 ISSN 2303-1077

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SOMA (Ploiarium alternifolium Melch) TERHADAP acnes

Seli Marselia, M. Agus Wibowo, Savante Arreneuz Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak email: [email protected]

ABSTRAK Soma (P. alternifolium Melch) merupakan tanaman yang berpotensi sebagai obat anti jerawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi fraksi dari daun soma sebagai antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes. Pada penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan; (i) ekstraksi dan uji fitokimia ekstrak dan fraksi daun soma, (ii) penentuan aktivitas antbakteri ekstrak dan fraksi daun soma terhadap bakteri P. acnes, (iii) penentuan Kadar Hambat Minimum (KHM) terhadap semua fraksi. Pada tahap pertama menunjukkan hasil bahwa ekstrak metanol daun soma mengandung senyawa , terpenoid, , polifenol, flavonoid dan . Fraksi metanol mengandung senyawa terpenoid, alkaloid, polifenol, flavonoid dan saponin. Fraksi etil asetat mengandung senyawa steroid, alkaloid, polifenol, flavonoid dan saponin serta fraksi n-heksana mengandung senyawa steroid, polifenol dan flavonoid. Pada tahap kedua diperoleh hasil bahwa ekstrak dan fraksi daun soma memiliki kemampuan aktivitas antibakteri terhadap bakteri P. acnes. Rata-rata diameter zona hambat yang dihasilkan dari keempat jenis ekstrak dengan konsentrasi 500 mg/mL secara berturut-turut adalah 9,42, 15,81, 8,65 dan 5,87 mm. Pada tahap ketiga memberikan hasil bahwa nilai KHM dari semua fraksi daun soma adalah 9,45, 10,38 dan 125 mg/mL. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa fraksi yang memiliki kemampuan aktivitas antibakteri paling baik terhadap bakteri P. acnes adalah fraksi metanol.

Kata kunci: Soma (P. alternifolium Melch), Propionibacterium acnes, uji fitokimia, aktivitas antibakteri, Kadar Hambat Minimum (KHM)

PENDAHULUAN penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat menyebabkan bakteri yang semula Jerawat (acne vulgaris) adalah kelainan sensitif menjadi resisten. Oleh karena itu, pada kulit yang biasa terjadi pada usia diperlukan pencarian senyawa antibakteri remaja. Pembentukan jerawat terjadi karena alami yang tidak menimbulkan dampak adanya penyumbatan folikel oleh sel-sel negatif terhadap manusia, yaitu dengan kulit mati yang dapat disebabkan oleh memanfaatkan zat aktif pembunuh bakteri beberapa hal, antara lain adalah aktivitas yang terkandung dalam tanaman (Khunaifi, hormon, faktor genetis (keturunan) dan 2010). Salah satu tanaman yang berpotensi infeksi oleh bakteri Propionibacterium acnes sebagai antibakteri terhadap pertumbuhan (West et al., 2005). P. acnes adalah bakteri penyebab jerawat adalah tanaman mikrobiota kulit yang biasanya sering soma (Ploiarium alternifolium Melch). ditemukan pada kulit yang kaya akan Soma (P. alternifolium Melch) kelenjar sebasea seperti di kulit kepala dan merupakan salah satu jenis tanaman yang muka (Jawetz et al., 2005). sering dijumpai di daerah hutan yang kering Pengobatan jerawat sampai saat ini dan rawa atau gambut. Secara empiris, masih terus dikembangkan. Salah satu daun pada tanaman ini digunakan sebagai solusi mengatasi jerawat adalah membunuh shampoo, bumbu masakan, lalapan dan atau menghambat pertumbuhan bakteri obat diare. Selain itu, menurut Marfu’ah penyebab jerawat dengan antibiotik, seperti (2008), batangnya dapat digunakan untuk eritromisin, klindamisin, tetrasiklin dan bahan bangunan rumah, seperti dijadikan benzoil peroksida (Loveckova dan pagar atau penyangga rumah. Havlikova, 2002). Menurut Utami (2012),

72

JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 72-82 ISSN 2303-1077

Beberapa penelitian mengenai tanaman Kalimantan Barat. Keakuratan spesies daun soma adalah menurut Ng (2001), ekstrak soma dideterminasi di laboratorium biologi kasar n-heksana dari kulit batang tanaman FMIPA Universitas Tanjungpura. soma memiliki sitotoksik yang kuat terhadap larva Aedes aegypti dengan nilai LC50 Alat dan Bahan sebesar 19,2 µg/mL, sedangkan ekstrak Alat-alat yang akan digunakan pada kasar etanol, etil asetat dan n-heksana kulit penelitian adalah anaerob jar sederhana batang tanaman soma memiliki aktivitas (desikator), autoklaf, blender, inkubator, antimikroba yang lemah dengan zona jangka sorong, rotary evaporator, hambat kurang dari 10 mm terhadap empat seperangkat alat gelas, spektrofotometri jenis bakteri, yaitu Bacillus subtilis mutan, UV-Vis dan vortex. Bacillus subtilis jenis liar, Staphylococcus Bahan-bahan yang digunakan pada aureus dan Pseudomonas aerugmosa. penelitian adalah akuades, alkohol 70%, Sedangkan menurut Ng (2007), ekstrak aluminium foil, asam klorida 2 N, biakkan kasar kloroform dan metanol kulit batang murni bakteri Propionibacterium acnes, tanaman soma tidak menunjukkan aktivitas daun soma, Dimethyl Sulfoxide (DMSO) terhadap Staphylococcus choleraesuis. 10%, etil asetat, FeCl3 1%, kapas, kertas, Penelitian terbaru mengenai kandungan kertas label, kertas saring, kertas tissue, senyawa kimia dari tanaman soma, korek api, logam Mg, media Nutrient Agar diantaranya penelitian yang dilakukan oleh (NA), metanol, NaCl fisiologis 0,9%, NaOH, Kuncari (2011) dan Faskalia dan Wibowo n-heksana, pereaksi Dragendroff, pereaksi (2014). Kuncari (2011) telah mengisolasi Liebermann-Buchard, pereaksi Wagner, kandungan senyawa kimia pada kulit plastik wrapping, tetrasiklin dan tween. batang dan melakukan skrining fitokimia pada daun soma. Hasil yang diperoleh Preparasi Sampel adalah terdapat kandungan lemak, saponin, Sampel daun soma berasal dari tanin dan gula pereduksi (monosakarida Ngabang, Kabupaten Landak, Kalimantan dan disakarida), sedangkan yang tidak Barat. Daun soma dibersihkan, dicuci dan terdeteksi pada tanaman ini, yaitu minyak dikering-anginkan. Selanjutnya, sampel atsiri, sterol, triterpenoid, alkaloid basa, tersebut digunting kecil-kecil dan dihaluskan garam alkaloid, glikosida steroid dan dengan menggunakan blender sampai flavonoid. Menurut Faskalia dan Wibowo halus sehingga membentuk serbuk (2014), pada ekstrak daun tanaman soma (Harborne, 1987). mengandung alkaloid, flavonoid, fenolik, steroid dan saponin. Ekstrak akar positif Ekstraksi dan Partisi mengandung alkaloid, flavonoid, fenolik dan Ekstraksi yang dilakukan menggunakan saponin, sedangkan pada ekstrak kulit metode maserasi. Serbuk kering daun soma batang positif mengandung alkaloid, 413,9 g dimaserasi selama 3x24 jam pada flavonoid, fenolik dan steroid. Namun, suhu kamar dengan metanol yang telah sampai saat ini belum ada referensi atau didestilasi. Maserat kemudian disaring hasil penelitian mengenai uji aktivitas untuk memisahkan antara filtrat dan residu. antibakteri dari daun soma, meskipun Filtrat yang diperoleh diuapkan pelarutnya pemeriksaan kandungan senyawa aktif menggunakan rotary evaporator sehingga diperoleh maserat pekat (ekstrak metanol). pada daun soma telah banyak dilakukan. Ekstrak metanol yang diperoleh Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan dilarutkan kembali dengan metanol dan penelitian dan pengujian skrining fitokimia dipartisi dengan n-heksana selanjutnya serta uji aktivitas antibakteri ekstrak daun dengan menggunakan etil asetat. soma dari beberapa fraksi terhadap bakteri Selanjutnya masing-masing fraksi yang penyebab jerawat, yaitu P. acnes. diperoleh dari partisi dipekatkan dengan

menggunakan rotary evaporator (Harborne, METODE PENELITIAN 1987). Kemudian, dihitung rendemen untuk ekstrak metanol dan fraksi (metanol, etil Bahan Penelitian asetat dan n-heksana) dengan rumus: Sampel yang digunakan adalah soma (P. alternifolium Melch). Sampel diperoleh Rendemen (%) = x 100% dari daerah Ngabang, Kabupaten Landak,

73

JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 72-82 ISSN 2303-1077

Analisis Fitokimia dengan larutan McFarland 0,5 dengan Uji fitokimia dilakukan terhadap ekstrak kepadatan bakteri 1,5 x 108 CFU/mL kasar metanol dan masing-masing fraksi sebanyak 100 µL dan suspensi disebar di untuk identifikasi golongan alkaloid, permukaan media agar secara merata flavonoid, saponin, steroid/triterpenoid, dengan menggunakan cotton buds. polifenol/tanin. Metode yang digunakan Selanjutnya dibuat empat sumur dalam adalah sebagai berikut (Harborne, 1987): satu petridisk dengan diameter masing- masing sumur sebesar 6 mm. Tiap sumur Uji Steroid/Triterpenoid. diisi dengan 50 µL ekstrak metanol kasar, Semua ekstrak ditambahkan dengan metanol, etil asetat dan n-heksana dengan pereaksi Liebermann-Burchard. Adanya konsentrasi 500 mg/mL, kontrol positif senyawa steroid ditandai timbulnya warna (tetrasiklin 2%) dan kontrol negatif (DMSO hijau atau biru dan triterpenoid ditandai 10%) ke dalam sumur pada petridisk yang timbulnya warna merah bata. telah diinokulasikan bakteri P. acnes. Perlakuan uji aktivitas antibakteri ini Uji Alkaloid. Identifikasi menggunakan uji dilakukan secara duplo. Kemudian Dragendorff dan uji Wagner. Pada kedua uji diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37oC ini dilakukan dengan cara terlebih dahulu dalam kondisi anaerob. Kemudian, diukur menambahkan H2SO4 2 N ke dalam ekstrak diameter zona hambat pada daerah bening dan dipanaskan. Kemudian, dipisahkan sumur dengan menggunakan jangka sorong filtratnya dan ditambahkan pereaksi (Aziz, 2010). Selanjutnya, diameter zona Dragendorff dan Wagner. Adanya senyawa hambat yang terbentuk dari tiap fraksi alkaloid ditandai timbulnya endapan merah dilakukan pengujian statistik dengan pada uji Dragendorff dan endapan coklat menggunakan One-way ANOVA dengan α muda sampai kuning pada uji Wagner. 0,05 tingkat kepercayaan 95%.

Uji Polifenol/Tanin. Semua ekstrak Analisis Kadar Hambat Minimum (KHM) ditambahkan pereaksi besi (III) klorida 1%. Metode yang digunakan dalam analisis Senyawa polifenol atau tanin akan KHM sama dengan penentuan uji aktivitas menghasilkan warna hitam kehijauan atau antibakteri, yaitu dengan metode difusi agar biru tua. menggunakan sumur. Ekstrak yang memiliki aktivitas antibakteri paling baik selanjutnya Uji Flavonoid. Identifikasi menggunakan 2 ditentukan KHM dengan menggunakan pereaksi, yaitu Mg-HCl dan NaOH. variasi konsentrasi 250, 125, 62,5 dan Pertama, ekstrak ditambahkan dengan 31,25 mg/mL. Penentuan nilai KHM sedikit serbuk Mg dan HCl 2 N. Kedua, dilakukan berdasarkan metode Bloomfield ekstrak ditambah dengan NaOH 2 N. (1991), yaitu dengan memplotkan nilai log Senyawa flavonoid akan menimbulkan konsentrasi ekstrak pada sumbu x terhadap warna jingga sampai merah pada kedua nilai kuadrat diameter zona hambat pada pereaksi. sumbu y. Perpotongan antara kurva linear dengan sumbu x merupakan nilai Mt Uji Saponin. Semua ekstrak ditambahkan (diperoleh dari anti log nilai x). Besarnya akuades, kemudian dikocok kuat-kuat. nilai KHM ditetapkan sebagai ¼ Mt. Senyawa saponin akan menghasilkan busa Selanjutnya, diameter zona hambat yang setinggi 1 - 10 cm yang stabil dan tidak terbentuk dari tiap fraksi dilakukan kurang dari 10 menit. pengujian statistik dengan menggunakan One-way ANOVA dengan α 0,05 tingkat Uji Aktivitas Antibakteri kepercayaan 95%. Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak daun soma menggunakan metode difusi HASIL DAN PEMBAHASAN agar dengan teknik sumur (hole atau well). Sebanyak 20 mL media NA yang telah Preparasi Sampel disterilisasi dituang ke dalam petridisk Sampel daun soma yang diperoleh secara aseptik dan dibiarkan memadat. terlebih dahulu dibersihkan dan dicuci Setelah media agar memadat dimasukkan dengan air untuk menghilangkan kotoran suspensi bakteri yang telah distandarisasi yang masih menempel pada daun.

74

JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 72-82 ISSN 2303-1077

Selanjutnya, sampel dikeringkan dengan mulai memudar dan diperoleh maserat cara diangin-anginkan pada suhu kamar metanol yang maksimal. tanpa paparan sinar matahari secara Proses maserasi ini menghasilkan langsung hingga benar-benar kering. maserat yang berwarna cokelat kehijauan Pengeringan bertujuan agar senyawa aktif dan hasil maserat disaring dengan dalam sampel tidak mengalami kerusakan. menggunakan saringan vacuum sehingga Selain itu, juga untuk mengurangi kadar air, diperoleh filtrat dan residu. Filtrat yang menghentikan reaksi enzimatis, dan diperoleh kemudian dipekatkan dengan mencegah tumbuhnya jamur sehingga menggunakan rotary evaporator pada suhu dapat disimpan dalam waktu yang lama 30oC. Ekstrak kental metanol yang (pengawetan) (Octavia, 2009). diperoleh sebanyak 43,629 g yang Sampel yang telah kering kemudian berwarna coklat kemerahan dengan digunting kecil-kecil yang bertujuan untuk rendemen sebesar 10,54%. mempermudah dalam penghalusan sampel. Selanjutnya, sampel dihaluskan Partisi menggunakan blender hingga berbentuk Partisi adalah suatu proses pemisahan serbuk yang bertujuan untuk merusak sel komponen-komponen dalam suatu dan memperluas permukaan sampel senyawa berdasarkan perbedaan kelarutan sehingga pori-pori dari sampel akan dengan prinsip, yaitu distribusi zat terlarut semakin besar. Semakin kecil bentuknya, dalam dua pelarut yang tidak saling campur. maka semakin besar luas permukaannya Proses distribusi ini berdasarkan prinsip like sehingga interaksi zat cair ekstraksi akan dissolve like, yaitu senyawa yang polar semakin besar dan proses ekstraksi akan akan lebih mudah larut dalam pelarut yang semakin efektif (Octavia, 2009). Serbuk polar dan sebaliknya (Bassett et al., 1994). halus daun soma yang diperoleh sebanyak Partisi dilakukan dengan menggunakan 413,9 g. pelarut n-heksana dan etil asetat, sehingga didapatkan fraksi metanol, etil asetat dan n- Ekstraksi heksana. Selanjutnya, semua fraksi Ekstraksi merupakan proses penarikan tersebut dipekatkan dengan rotary komponen aktif menggunakan pelarut evaporator sehingga didapatkan ekstrak tertentu (Harborne, 1987). Serbuk daun pekat fraksi metanol, etil asetat dan n- soma sebanyak 413,9 g dilakukan heksana. Adapun hasil partisi yang perendaman dengan pelarut metanol 6 L didapatkan dapat dilihat pada tabel 1. selama 3 24 jam pada suhu ruang dan Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa ditempatkan dalam wadah tertutup serta pada saat partisi dengan tiga pelarut yang terlindung dari cahaya. Metode ekstraksi berbeda memberikan rendemen yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah bervariasi untuk setiap pelarut yang maserasi yang menggunakan pelarut digunakan. Ketiga fraksi yang diperoleh metanol. Maserasi adalah perendaman menunjukkan bahwa ekstrak fraksi metanol sampel dengan pelarut tertentu dengan merupakan ekstrak yang paling banyak atau tanpa pengadukan (Bassett et al., diperoleh, yaitu sebanyak 18,776 g dengan 1994). rendemen sebesar 62,588%. Hal ini jelas Maserasi dengan pelarut metanol menunjukkan bahwa kandungan senyawa dilakukan sebanyak 3 24 jam. Hal ini organik polar yang terkandung di dalam bertujuan untuk memaksimalkan proses daun soma relatif besar dan diikuti berturut- pengambilan senyawa-senyawa kimia yang turut oleh ekstrak fraksi etil asetat (semi terdapat pada sampel daun soma. Selama polar) dan n-heksana (non-polar). proses perendaman, sampel disimpan dalam wadah yang tertutup dan terlindung Analisis Fitokimia dari cahaya langsung yang bertujuan untuk Analisis fitokimia yang dilakukan, yaitu mencegah reaksi katalisis cahaya ataupun uji terhadap kandungan senyawa perubahan warna. Selain itu, dilakukan juga steroid/triterpenoid, alkaloid, polifenol, penggantian pelarut setiap hari sehingga flavonoid dan saponin. Hasil yang diperoleh kandungan senyawa metabolit sekunder dari analisis fitokimia pada ekstrak dan pada sel daun soma dapat terekstrak fraksi daun soma dapat dilihat pada tabel 2. secara keseluruhan hingga warna maserat

75

JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 72-82 ISSN 2303-1077

Tabel 1. Berat dan Rendemen dari Fraksi Daun Soma Berat Rendemen Fraksi Ekstrak (g) (%) Metanol 18,776 62,588 Etil Asetat 2,161 7,203 n-Heksana 3,112 10,374

Tabel 2. Analisis Fitokimia Ekstrak dan Fraksi Daun Soma Hasil Pengamatan Golongan Pereaksi Ekstrak Fraksi Fraksi Etil Fraksi n- Senyawa Metanol Metanol Asetat Heksana Lieberman- Steroid + - +++ +++ Burchard Lieberman- Terpenoid ++ ++ - - Burchard Dragendorff ++ +++ - - Alkaloid Wagner ++ +++ + -

Polifenol FeCl3 1% +++ +++ +++ ++ Logam Mg ++ +++ - + Flavonoid + HCl 2 N NaOH 2 N +++ +++ ++ ++ Saponin Akuades ++ +++ ++ -

Keterangan: (-) = tidak terdeteksi, (+) = intensitas lemah, (++) = intensitas kuat, (+++) = intensitas sangat kuat

Tabel 3. Hasil Rata-rata Diameter Zona Hambat yang Terbentuk pada Uji Aktivitas Antibakteri dengan Konsentrasi 500 mg/mL Rata-Rata ± Sampel Kategori SD Ekstrak Metanol 9,42 ± 1,68 Sedang Fraksi Metanol 15,81 ± 0,84 Kuat Fraksi Etil Asetat 8,65 ± 0,62 Sedang Fraksi n-Heksana 5,87 ± 0,79 Sedang 31 ± 1,20 Sangat Tetrasiklin 2% kuat DMSO 10% - - Keterangan: SD = Standar Deviasi; Pengulangan dilakukan 2 ; Diameter sumur = 6 mm

Tabel 4. Hasil Analisis Kadar Hambat Minimum (KHM) dari berbagai Fraksi terhadap bakteri P. acnes Konsentrasi (mg/mL) / Rata-Rata Diameter Zona Hambat Ekstrak ± SD 250 125 62,5 31,25 Fraksi Metanol 12,06 ± 4,04 7,75 ± 0,24 3,16 ± 1,72 2,83 ± 1,71 Fraksi Etil Asetat 7,39 ± 0,48 2,92 ± 0,26 2,16 ± 0,54 1,35 ± 0,12 Fraksi n-Heksana 2,96 2,23 - - Keterangan: SD = Standar Deviasi; Pengulangan dilakukan 2 ; Diameter sumur = 6 mm

Tabel 5. Nilai KHM pada Fraksi Daun Soma Fraksi Nilai KHM (mg/mL) Metanol 9,45 Etil Asetat 10,38 n-Heksana 125

76

JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 72-82 ISSN 2303-1077

Hasil pada tabel 2, menunjukkan bahwa Gambar 1 menunjukkan aktivitas golongan senyawa metabolit sekunder yang antibakteri ekstrak daun soma terhadap terkandung pada ekstrak metanol daun P.acnes. Dari hasil tersebut diukur zona soma adalah steroid, terpenoid, alkaloid, hambatnya dengan menggunakan jangka polifenol, flavonoid dan saponin, fraksi sorong, sehingga didapatkan rata-rata metanol mengandung terpenoid, alkaloid, diameter zona hambat pada tabel 3. polifenol, flavonoid dan saponin, fraksi etil Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa asetat mengandung senyawa steroid, semua ekstrak yang diujikan memiliki alkaloid, polifenol, flavonoid dan saponin aktivitas antibakteri menurut zona hambat serta fraksi n-heksana mengandung yang dihasilkan. Hasil yang diperoleh adalah senyawa steroid, polifenol dan flavonoid. untuk ekstrak dan berbagai fraksi memiliki kategori kekuatan aktivitas antibakteri yang Uji Aktivitas Antibakteri berbeda-beda. Penentuan kategori ini Uji aktivitas antibakteri bertujuan untuk berdasarkan pernyataan yang disampaikan menentukan kemampuan dari ekstrak daun oleh Davis and Stout (1971) bahwa soma untuk menghambat pertumbuhan kekuatan aktivitas antibakteri oleh senyawa bakteri yang diujikan. Kemampuan aktif dikelompokkan menjadi empat kategori, penghambatan ditandai dengan yaitu aktivitas lemah (<5 mm), sedang (5-10 terbentuknya zona bening disekitar sumur. mm), kuat (11-20 mm) dan sangat kuat (>20- Zona bening ini yang menunjukkan adanya 30 mm). aktivitas antibakteri dari ekstrak yang Aktivitas antibakteri dipengaruhi oleh diujikan. beberapa faktor, antara lain konsentrasi Pengujian ini dilakukan dengan ekstrak, kandungan senyawa antibakteri, mengukur zona hambat dari ekstrak dan daya difusi ekstrak dan jenis bakteri yang beberapa fraksi uji, yaitu ekstrak metanol, dihambat (Jawetz et al., 2005). Dari hasil uji fraksi metanol, fraksi etil asetat, dan fraksi n- fitokimia memperlihatkan bahwa ekstrak heksana terlarut. Konsentrasi masing- daun soma memiliki senyawa metabolit masing ekstrak dan fraksi-fraksi daun soma sekunder yang berperan sebagai antibakteri, dibuat dengan konsentrasi yang sama, yaitu seperti polifenol, saponin, flavonoid dan 500 mg/mL. Bakteri yang digunakan dalam alkaloid. Hal ini yang menyebabkan semua penelitian ini adalah bakteri penyebab ekstrak daun soma yang diujikan jerawat, yaitu P. acnes. menghasilkan zona hambat terhadap Metode yang digunakan adalah metode pertumbuhan bakteri P. acnes. difusi agar menggunakan sumur. Metode ini Mekanisme penghambatan pertumbuhan dilakukan dengan cara menambahkan bakteri oleh golongan senyawa fitokimia senyawa antimikroba ke dalam lubang memiliki aktivitas yang berbeda-beda. (sumur) yang dibentuk pada petridisk berisi Senyawa polifenol dapat menghambat media agar yang telah diinokulasikan kultur pertumbuhan bakteri diduga disebabkan bakteri uji. Dari uji aktivitas antibakteri yang adanya interaksi senyawa polifenol dan telah dilakukan didapatkan kemampuan turunannya dengan sel bakteri. Senyawa- daya hambat antibakteri ekstrak daun soma senyawa ini berikatan dengan protein pada pada konsentrasi 500 mg/mL yang dapat bakteri melalui ikatan non-spesifik dilihat gambar 1. membentuk kompleks protein-polifenol. Pada konsentrasi rendah, terbentuk kompleks protein-polifenol dengan ikatan yang lemah dan segera mengalami peruraian, kemudian merusak membran sitoplasma dan menyebabkan kebocoran isi sel, sehingga pertumbuhan bakteri terhambat. Sedangkan pada konsentrasi Keterangan: A: Ekstrak Metanol; B: Fraksi tinggi, zat tersebut berkoagulasi dengan Metanol; C: Fraksi Etil Asetat; D: Fraksi n- protein seluler dan membran sitoplasma Heksana; E: Kontrol Positif; F: Kontrol Negatif mengalami lisis (Wilson et al., 1984). Menurut Dwidjoseputro (1994), senyawa Gambar 1. Zona hambat antibakteri pada polifenol masuk ke dalam sel bakteri berbagai ekstrak terhadap bakteri P. acnes melewati dinding sel bakteri dan membran

77

JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 72-82 ISSN 2303-1077 sitoplasma, di dalam sel bakteri senyawa Senyawa metabolit sekunder lainnya polifenol menyebabkan penggumpalan yang terkandung pada daun soma adalah (denaturasi) protein penyusun protoplasma, saponin. Menurut Mursito (2002), saponin sehingga dalam keadaan demikian bersifat sebagai antiseptik pada luka metabolisme menjadi inaktif dan permukaan, bekerja sebagai bakteriostatik pertumbuhan bakteri menjadi terhambat. yang biasanya digunakan untuk infeksi pada Senyawa tanin memiliki mekanisme kulit, mukosa dan melawan infeksi pada mengkoagulasi dan mendenaturasi protein luka. Senyawa saponin yang bersifat (Yulia, 2006). Tanin berikatan dengan detergen bekerja dengan membentuk suatu protein membentuk ion H+ dan kompleks dengan sterol yang terdapat pada mengakibatkan pH menjadi asam sehingga membran, sehingga menyebabkan protein terdenaturasi. Kondisi asam kerusakan membran (Barile et al., 2006). menginaktif enzim pada bakteri dan Senyawa saponin juga berinteraksi dengan menyebabkan metabolisme terganggu dan membran fosfolipid sel yang bersifat kerusakan sel bahkan kematian. Tanin dapat impermeabel terhadap senyawa-senyawa menghambat enzim reverse transcriptase lipofilik sehingga menyebabkan integritas dan DNA topoisomerase, sehingga sel membran menurun, morfologi membran sel bakteri tidak dapat terbentuk (Robinson, berubah, dan akhirnya dapat menyebabkan 1995). Mekanisme dari masing-masing membran sel rapuh dan lisis (Yani, 2004). senyawa metabolit sekunder tersebut saling Rusaknya membran sel bakteri bersinergis sehingga menambah efektivitas mengakibatkan membran plasma pecah, sel dan aktivitasnya dalam menghambat kehilangan sitoplasma, transport zat pertumbuhan bakteri. terganggu dan metabolisme terhambat Beberapa jenis flavonoid berfungsi sehingga bakteri mengalami hambatan sebagai zat antibiotik, misalnya antivirus dan pertumbuhan bahkan kematian sehingga antijamur, peradangan pembuluh darah dan menyebabkan sel bakteri lisis (Tortora et al., dapat digunakan sebagai racun ikan 2007). (Vickery dan Vickery, 1981). Selain itu, Selanjutnya, dilakukan analisis statistik flavonoid juga berperan langsung sebagai dengan menggunakan sidik ragam One Way antibiotik dengan mengganggu fungsi dari Analysis of Varians (ANOVA) dan mikroorganisme, seperti bakteri atau virus dilanjutkan dengan Post Hoc Test berupa uji (Subroto dan Saputro, 2006). Mekanisme Least Significance Difference (LSD) dengan penghambatan flavonoid terhadap tingkat keyakinan 95% dan P ≤ 0,05. Uji pertumbuhan bakteri diduga karena ANOVA bertujuan untuk menentukan fraksi kemampuan senyawa tersebut membentuk yang memiliki aktivitas antibakteri paling baik kompleks dengan protein ekstraseluler, dengan membandingkan diameter zona mengaktivasi enzim, dan merusak membran hambat yang terbentuk pada tiap fraksi. sel. Pada umumnya, senyawa flavonoid Hasil pengujian One Way ANOVA dapat menghambat pertumbuhan bakteri menunjukkan bahwa terdapat perbedaan Gram positif dan Gram negatif (Cowan, yang signifikan dari diameter zona hambat 1999). Flavonoid dapat berfungsi sebagai yang dihasilkan oleh ekstrak uji dan kontrol bahan antimikroba dengan membentuk positif terhadap bakteri P. acnes dengan ikatan kompleks dengan dinding sel dan nilai signifikasinya 0,000 (P ≤ 0,05). Hal ini merusak membran (Pepeljnjak et al., 2005). menunjukkan bahwa ekstrak dan fraksi dari Flavonoid yang bersifat lipofilik akan daun soma dapat menghambat merusak membran mikroba (Rahman, pertumbuhan bakteri P. acnes. 2008). Fraksi metanol memiliki diameter zona Senyawa alkaloid bekerja dengan hambat yang paling luas dibandingkan menghambat sintesis dinding sel (Lamothe dengan fraksi-fraksi lainnya. Hal ini et al., 2009). Ketidakstabilan pada dinding dibuktikan dengan hasil uji lanjut LSD yang sel menyebabkan fungsi permeabilitas diperoleh bahwa diameter zona hambat dari selektif, fungsi pengangkutan aktif, dan fraksi metanol menunjukkan perbedaan pengendalian susunan protein dari sel yang signifikan dari diameter zona hambat bakteri menjadi terganggu menyebabkan sel yang terbentuk pada tiap-tiap fraksi dengan bakteri menjadi kehilangan bentuk dan lisis (Pelczar dan Chan, 1988).

78

JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 72-82 ISSN 2303-1077

nilai signifikasinya P ≤ 0,05. Oleh karena penghambatan pertumbuhan itu, dapat ditentukan bahwa fraksi yang mikroorganisme. Ini ditunjukkan dengan memiliki kemampuan aktivitas antibakteri adanya zona hambatan atau daerah paling baik terhadap P. acnes, yaitu fraksi transparan di sekitar sumur pada metanol dengan diameter zona hambat pertumbuhan bakteri P. acnes. Namun, yang terbentuk sebesar 15,81 mm. Hal ini zona hambat yang dihasilkan hanya dikarenakan pada fraksi metanol banyak bersifat menghambat pertumbuhan bakteri mengandung senyawa antibakteri dengan (bakteriostatik) dan tidak bersifat intensitas yang relatif kuat, seperti membunuh bakteri (bakteriosidal). Hal ini alkaloid, polifenol, flavonoid dan saponin. ditunjukkan dengan mengecilnya ukuran Fraksi yang memiliki aktivitas antibakteri zona hambat setelah fasa logaritmik dari kemudian dilanjutkan pada pengujian bakteri P. acnes. Selanjutnya, dilakukan Kadar Hambat Minimum (KHM). pengukuran zona hambat yang ditunjukkan pada tabel 4. Analisis Kadar Hambat Minimum (KHM) Zona hambat yang dihasilkan sudah Penentuan Kadar hambat minimum mulai terbentuk dari konsentrasi yang (KHM) bertujuan untuk menentukan paling kecil, yaitu 31,25 mg/mL pada fraksi konsentrasi minimum pada ekstrak daun metanol dan etil asetat serta semakin soma dalam menghambat pertumbuhan meningkat seiring dengan penambahan bakteri uji. Fraksi yang menunjukkan konsentrasi hingga 250 mg/mL. Perlakuan adanya penghambatan terhadap fraksi metanol dengan konsentrasi 250 pertumbuhan bakteri dilanjutkan pada mg/mL untuk kedua bakteri uji dinyatakan pengujian ini dengan cara membuat memiliki aktivitas antibakteri yang kuat, variasi konsentrasi, yaitu 250, 125, 62,5 yaitu masing-masing sebesar 12,06 mm dan 31,25 mg/mL. Kemudian, dilakukan uji dan 12,01 mm. Pada hasil yang diperoleh dengan metode difusi agar dengan cara juga memperlihatkan bahwa semakin yang sama pada penentuan uji aktivitas tinggi konsentrasi, maka semakin besar antibakteri. Hasil penentuan KHM dapat pula zona hambat yang terbentuk di dilihat pada gambar 2. sekeliling sumur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lingga dan Rustama (2005), semakin tinggi konsentrasi suatu bahan antibakteri maka aktivitas antibakterinya akan semakin kuat. Selain itu, juga didukung oleh pernyataan Prawata dan Dewi (2008), bahwa efektivitas suatu zat antibakteri dipengaruhi oleh konsentrasi zat tersebut. Ini berarti meningkatnya Keterangan: (a) = Fraksi Metanol, (b) = konsentrasi zat menyebabkan Fraksi Etil Asetat, (c) = Fraksi n-Heksana meningkatnya kandungan senyawa aktif Gambar 2. Zona hambat yang terbentuk yang berfungsi sebagai antibakteri, pada uji KHM dari berbagai fraksi sehingga kemampuannya dalam terhadap bakteri P. acnes membunuh suatu bakteri juga semakin

besar. Hasil perhitungan nilai KHM pada Pemberian konsentrasi yang berbeda- setiap fraksi dapat dilihat pada tabel 5. beda menunjukkan pengaruh yang Berdasarkan tabel 5, diperoleh nilai berbeda pula terhadap zona hambatan KHM pada fraksi metanol dan etil asetat yang dihasilkan. Semakin luas daerah secara kuantitatif, yaitu 9,45 mg/mL dan zona hambatan yang terbentuk di sekitar 10,38 mg/mL. Namun, pada fraksi n- sumur, maka semakin besar pula daya heksana diperoleh nilai KHM secara antibakteri yang terdapat pada ekstrak kualitatif, yaitu 125 mg/mL. Hal ini daun soma. Hal ini sesuai dengan oleh dikarenakan zona hambat yang terbentuk Jawetz et al., (1999) yang menyatakan dari fraksi n-heksana hanya pada dua bahwa zona bening disekitar zat konsentrasi, yaitu 250 mg/mL dan 125 antimikroba merupakan kekuatan mg/mL sehingga tidak memungkinkan hambatan zat antimikroba terhadap untuk penentuan KHM secara kuantitatif.

79

JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 72-82 ISSN 2303-1077

Hal ini berarti bahwa pada konsentrasi DAFTAR PUSTAKA 9,45 mg/mL, 10,38 mg/mL dan 125 mg/mL Aziz, S., 2010, Uji Aktivitas Antibakteri merupakan konsentrasi terkecil pada Ekstrak Etanol Daun Umbi Bakung fraksi metanol, etil asetat dan n-heksana Putih (Crinum aiaticum L.) dalam menghambat pertumbuhan bakteri terhadap bakteri penyebab P. acnes. jerawat, UIN, Jakarta. Data hasil rata-rata zona hambat pada Barile, E., G. Bonanomi, V. Antignani, B. uji KHM (tabel 3) dianalisis secara statistik Zolfaghari, S.E. Sajjadi, F. Scala, dengan menggunakan uji One Way and V. Lanzotti, 2006, Analysis of Varians (ANOVA) dan from Allium minutiflorum with dilanjutkan dengan Post Hoc Test berupa Antifungal Activity, Phytochemistry uji Least Significance Difference (LSD). Uji 68: 596-603. ANOVA ini bertujuan untuk mengetahui Bassett, J., R.C. Denny, G.H. Jeffrey, dan adanya pengaruh pemberian berbagai J. Mendham, 1994, Buku Ajar konsentrasi ekstrak daun soma terhadap Vogel Kimia Analitik Kuantitatif pertumbuhan bakteri P. acnes. Anorganik, Edisi Ke-4, Berdasarkan uji tersebut, diperoleh bahwa Penerjemah: Pudjaatmaka, A.H. pemberian variasi konsentrasi pada fraksi dan Setiono, L., EGC, Jakarta. metanol (250, 125, 62,5 dan 31,25 Bloomfield, S.F., 1991, Assessing mg/mL) memberikan pengaruh terhadap Antimicrobial Activity, Di dalam: besar diameter zona hambat terhadap Denyer, S.P and Hugo, W.B., bakteri P. acnes. Hal ini ditunjukkan Editor: Mechanism of Action of dengan nilai signifikasinya, yaitu 0,000 (P Chemical Biocides, Oxford: ≤ 0,05). Blackwell Scientific Publication, Selanjutnya, dilakukan uji lanjut LSD Hlm. 1-22. yang diperoleh hasil bahwa pada fraksi Cowan, M.M., 1999, Product as metanol terdapat beberapa kelompok Antimicrobial Agents, J. konsentrasi yang menunjukkan perbedaan Microbiology Reviews 12(4): 564- yang signifikan dan tidak signifikan. Pada 582. konsentrasi 31,25 mg/mL terhadap 62,5 Davis, W.W and T.R. Stout, 1971, Disc mg/mL dan 125 mg/mL tidak menunjukkan Plate Method of Microbiological perbedaan signifikan dengan masing- Antibiotic Assay, Applied masing nilai α, yaitu 0,890 dan 0,092 (P ≥ Microbiology, Vol. 22, No. 4, p. 0,05) serta konsentrasi 62,5 mg/mL 659-665. terhadap 125 mg/mL dengan nilai α 0,109. Dwidjoseputro, D., 1994, Dasar-Dasar Selain itu, konsentrasi 125 mg/mL Mikrobiologi, Djambatan, Jakarta. terhadap 250 mg/mL dengan nilai α 0,125. Faskalia dan M.A. Wibowo, 2014, Skrining

Fitokimia, Uji Aktivitas, Antioksidan SIMPULAN dan Uji Sitotoksik Ekstrak Metaol Berdasarkan hasil penelitian dapat Pada Akar dan Kulit Batang Soma disimpulkan bahwa semua ekstrak dan (Ploiarium alternifolium), J. JKK fraksi daun soma memiliki aktivitas 3(3): 1-6. antibakteri terhadap P. acnes, dimana Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia: fraksi metanol merupakan fraksi yang Penuntun Cara Modern memiliki aktivitas paling baik sebagai Menganalisa Tanaman, antibakteri dengan diameter zona hambat Penerjemah: K. Padmawinata dan sebesar 9,42 mm. Nilai KHM yang I. Soediro, Penerbit ITB, Bandung. diperoleh dari fraksi metanol dan etil Jawetz, E., J.L. Melnick and E.A. asetat secara kuantitatif, yaitu 9,45 dan Adelberg, 1999, Mikrobiologi 10,38 mg/mL, sedangkan nilai KHM untuk Kedokteran, Salemba, Surabaya. fraksi n-heksana secara kualitatif, yaitu Jawetz, E., J.L. Melnick and E.A. pada konsentrasi 125 mg/mL. Adelberg, 2005, Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan, Penerjemah:

80

JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 72-82 ISSN 2303-1077

Huriati dan Hartanto, Penerbit Octavia, D.R., 2009, Uji Aktivitas Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Penangkap Radikal Ekstrak Khunaifi, M., 2010, Uji Aktivitas Antibakteri Petroleum Eter, Etil Asetat dan Ekstrak Daun Binahong (Anredera Etanol Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis) terhadap Corfolia (Tenore) Steen) dengan Bakteri Staphylococcus aureus metode DPPH (2,2-difenil-1- dan Pseudomonas aeruginosa, pikrihidrasil.), Fakultas Farmasi Jurusan Biologi Fakultas Sains Universitas Muhamadiyah, Dan Teknologi, Malang, Surakarta, [Skripsi]. Universitas Islam Negeri (UIN) Pelczar, M.J dan E.C.S. Chan, 1988, Maulana Malik Ibrahim, [Skripsi]. Dasar-Dasar Mukrobiologi, Jilid 2, Kuncari, E.S., 2011, Perbandingan Universitas Indonesia Press, Kandungan Kimia Jengitri dan Jakarta. Riang-Riang dari Suku Theaces Pepeljnjak, S., Z. Kalodera and M. Zovko, yang Tumbuh di Kalimantan Timur, 2005, Antimicrobial activity of Bidang Botani LIPI Hayati, Hal. 55- Flavonoid from Pelargonium radula 58. (cav.) L’herit, Acta Pharm. 55: 431- Lamothe, R.G., G. Mitchell, M. Gattuso, 435. M.S. Diarra, F. Malouin and K. Prawata, L.M.O.A dan P.F.S. Dewi, 2008, Bouarab, 2009, Plant Antimicrobial Isolasi dan Uji Antibakteri Agents and Their Effects on Plant Minyak Atsiri dari Rimpang and Human Lengkuas (Alpinia galanga L.), Pathogens, International Journal Jurnal Kimia 2(2): 4-10. Science, 10: 3400-3419. Rahman, M.F., 2008, Potensi Antibakteri Lingga, M.A dan M.M. Rustama, 2005, Uji Ekstrak Buah Pepaya Pada Ikan Aktivitas Antibakteri dari Gurami Yang Diinfeksi Bakteri Ekstrak Air dan Etanol Bawang Aeromonas hydrohila, Fakultas Putih (Allium sativum L.) terhadap Kedokteran Hewan IPB, Bogor, Bakteri Gram Negatif dan Gram [Skripsi]. Positif yang Diisolasi dari Udang Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Dogol (Metapenaeus monoceros), Tanaman Tinggi, ITB Press, Udang Lobster (Panulirus sp.), dan Bandung. Udang Rebon (Mysis Acetes), Subroto, M.A dan H. Saputro, 2006, Jurusan Biologi FMPA Universitas Gempur Penyakit dengan Sarang Padjajaran, Bandung. Semut, Penebar Swadaya, Loveckova, Y and I. Havlikova, 2002, A Jakarta. Microbiological Appoach to Acne Tortora, G.J., B.R. Funke and C.L. Case, Vulgaris, Papers, 146 (2): 29-32. 2007, Microbiology, 9th Edition, Marfu’ah, W., 2008, Keragaman Potensi Pearson Education, San Berguna di Cagar Alam Mandor, Francisco. Kalimantan Barat. Utami, R.E., 2012, Antibiotika, Resistensi Mursito, B., 2002, Ramuan Tradisional dan Rasionalitas Terapi, Saintis untuk Penyakit Malaria, Penebar Fakultas Sains dan Teknologi UIN Swadaya, Jakarta. Maliki Malang, Malang. Ng, K.N., 2001, Bioactive Compounds Vickery, M.L and B. Vickery, 1981, From Ploiarium alternifolium Secondary Plant Metabilsm, The (Theaceae) and Calophyllum Macmillan Press LTD, London and mucigerum (Guttiferae), Universiti Baisngstoke. Putra Malaysia, Malaysia, [Thesis]. West, J.A., G.C. Zuccarello, J. Scott, J.D. Ng, S. H., 2007, Chemical Constituents Pickett-Heaps and G.H. Kim, 2005, And Biological Activity Of Asam Observations on Purpureofilum Aur Aur (Garcinia parvifolia) And apyrenoidigerum gen, et sp, nov, Jinggau (Ploiarium alternifolium), from Australia and Bangiopsis Universiti Putra Malaysia, subsimplex from India Malaysia, [Thesis]. (Stylonematales, Bangiophyceae,

81

JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 72-82 ISSN 2303-1077

Rhodophyta). Phycological Tanaman Berenuk (Crescentia Research 53: 57–74. cujete L), [Thesis], Tidak Wilson, S.G and H.M. Dick, 1984, Topley dipublikasikan, and Wilson Principle of Departemen Kimia Institut Bacteriology, Virology and Pertanian Bogor. Immunity, 7th Edition, Edward Yulia, R., 2006, Kandungan Tanin dan Arnold Ltd 1984:84, London. Potensi Anti Streptococcus mutans Winarsi, H., 2007, Antioksidan Alami dan Daun Teh var. Assamica pada Radikal Bebas, Kanisius, berbagai Tahap Pengolahan, Tidak Yogyakarta. dipublikasikan, Program Studi Yani, A., 2004, Fraksinasi Komponen Aktif Biokimia Fakultas MIPA Institut Antibakteri Ekstrak Kulit Batang Pertanian Bogor, [Skripsi].

82