ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI DI KABUPATEN MADIUN

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh : Emy Ratna Kartikasari H1306046

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

i ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI BREM DI KABUPATEN MADIUN

yang dipersiapkan dan disusun oleh Emy Ratna Kartikasari H1306046

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : ……………………………… Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Dr. Ir. Minar Ferichani, MP Setyowati, SP. MP Erlyna Wida Riptanti, SP. MP NIP. 19670331 199303 2001 NIP. 19710322 199601 2001 NIP. 19780708 200312 2 002 002 2001

Surakarta,………………….

Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1003 KATA PENGANTAR

ii Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menberikan berkat, kasih, dan anugerahNYA, sehingga Penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Usaha Agroindustri Brem di Kabupaten Madiun”. Penyusun menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu Penyusun ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Ir. Agustono, M.Si. selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ir. Sugiharti, MH, MP. selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Ibu Dr. Ir. Minar Ferichani, MP. selaku Dosen Pembimbing Utama dan Pembimbing Akademik yang dengan sabar memberikan nasehat, bimbingan, arahan dan masukan yang sangat berharga bagi Penyusun. 5. Ibu Setyowati, SP. MP. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan arahan, serta semangat dalam penyusunan skripsi ini. 6. Kepala Kantor BAPPEDA Kabupaten Madiun beserta staff. 7. Kepala Kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Pariwisata Kabupaten Madiun beserta Staff. 8. Seluruh Perangkat Kecamatan Mejayan dan Kecamatan Wonoasri Kabupaten Madiun. 9. Seluruh Perangkat Kalurahan Kaliabu Kecamatan Mejayan dan Kalurahan Bancong Kecamatan Wonoasri Kabupaten Madiun. 10. Seluruh responden pengusaha brem di Kabupaten Madiun yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi kepada Penyusun. 11. Kedua orang tuaku terima kasih atas segalaiii kasih sayang, dukungan, semangat, doa, dan kesempatan yang diberikan sehingga Penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini. 12. UQ ku atas segala bantuannya selalu ada saat aku kesulitan, perhatian, dukungan, dan doanya. 13. Temen-temen kos, cepoth, kajol, opick, elipz yang menaruh kasih setiap waktu dan menjadi saudara dalam kesukaran. Terimakasih atas kebersamaan yang indah. 14. Seluruh teman-teman Agrobisnis Ekstensi 2006. Tije, Dian, Diah, Eka, Yuzsa, Ika, Vitria, Dita, Antik, Indra, Yerry, Intan, Irwanto, Huda, Tejo, Agung, Reza, Yoseph, Arfan, Kun-kun, Hendrik, Danang, Ragil. Terima kasih atas persahabatan, kebersamaan kita selama ini, dan kenangan indah yang tidak akan pernah kulupakan. 15. Semua pihak yang tidak dapat Penyusun sebutkan satu persatu, terimakasih atas semua bantuannya. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya, Penyusun berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta, April 2010

Penyusun

DAFTAR ISI

iv Halaman HALAMAN JUDUL ...... i HALAMAN PENGESAHAN ...... ii KATA PENGANTAR...... iii DAFTAR ISI ...... v DAFTAR TABEL ...... vii DAFTAR GAMBAR...... ix DAFTAR LAMPIRAN...... x RINGKASAN...... xi SUMMARY ...... xii I. PENDAHULUAN...... 1 A. Latar Belakang...... 1 B. Perumusan Masalah ...... 3 C. Tujuan Penelitian ...... 5 D. Kegunaan Penelitian ...... 5 II. TINJAUAN PUSTAKA ...... 6 A. Penelitian Terdahulu...... 6 B. Landasan Teori ...... 7 1. Beras Ketan ...... 7 2. Brem ...... 8 3. Industri ...... 11 4. Prospek Industri Kecil di Bidang Pangan...... 13 5. Biaya ...... 14 6. Penerimaan ...... 15 7. Keuntungan ...... 16 8. Profitabilitas...... 16 9. Efisiensi Usaha ...... 17 10. Risiko Usaha...... 18 C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ...... 19 D. Hipotesis ...... 21 E. Asumsi ...... 22 F. Pembatasan Masalah...... 22 G. Definisi Operasional Variabel ...... 23 III. METODE PENELITIAN ...... 25 A. Metode Dasar Penelitian...... 25 B. Metode Pengumpulan Data...... 25 1. Metode Penentuan Daerah Sampel ...... 25 2. Metode Pengambilan Sampel ...... 26 C. Jenis dan Sumber Data...... 27 D. Teknik Pengumpulan Data...... 28 E. Metode Analisis Data...... v ...... 28 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ...... 33 A. Keadaan Geografis ...... 33 B. Keadaan Penduduk ...... 34 1. Keadaaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin ...... 34 2. Keadaan Penduduk Menurut Umur ...... 35 3. Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan ...... 36 4. Keadaaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ...... 37 C. Keadaan Sarana Perekonomian ...... 38 D. Keadaan Usaha Tani ...... 39 E. Keadaan Perindustrian ...... 39 V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...... 42 A. Karakteristik Responden Agroindustri Brem ...... 42 B. Modal Usaha Agroindustri Brem ...... 46 C. Bahan Baku Usaha Industri Brem ...... 47 D. Peralatan Usaha Agroindustri Brem ...... 50 E. Proses Produksi Pembuatan Brem ...... 51 F. Pemasaran ...... 53 G. Analisis Usaha Agroindustri Brem...... 54 1. Analisis Biaya...... 54 2. Penerimaan...... 60 3. Keuntungan...... 62 4. Profitabilitas...... 63 5. Efisiensi ...... 63 6. Risiko Usaha...... 65 H. Kendala Yang Dihadapi...... 71 I. Solusi Pemecahan Masalah...... 72 J. Analisis Hipotesis ...... 74 K. Peran Pemerintah ...... 75 VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...... 77 A. Kesimpulan ...... 77 B. Saran ...... 78 DAFTAR PUSTAKA...... 79 LAMPIRAN ...... 82

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Jumlah Unit Usaha Agroindustri di Kabupeten Madiun Tahun 2008 .. 3 vi 2. Komposisi Kimia per 100 gram Brem...... 9 3. Jumlah Unit Usaha Agroindustri Brem di Kabupaten Madiun Tahun 2009 ...... 25 4. Jumlah Unit Usaha Agroindustri Brem di Kecamatan Mejayan dan di Kecamatan Wonoasri Tahun 2009...... 26 ...... 5. Penentuan Jumlah Sampel Pengusaha Brem di Kabupaten Madiun .... 27 6. Keadaan Penduduk Kabupaten Madiun Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008 ...... 34 7. Keadaan Penduduk Kabupaten Madiun Usia 15 Tahun Keatas Menurut Kelompok Umur Tahun 2008...... 35 8. Keadaan Penduduk Kabupaten Madiun Usia 15 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi Pada Tahun 2008 ...... 36 9. Keadaan Penduduk Kabupaten Madiun Usia 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Pada Tahun 2008 ...... 37 10. Sarana Perekonomian di Kabupaten Madiun...... 38 11. Jumlah Usaha dan Tenaga Kerja pada Sentra Industri Kecil Menurut Jenis Industri di Kabupaten Madiun Tahun 2008...... 40 12. Identitas Responden Usaha Agroindustri Brem di Kabupaten Madiun. 42 13. Alasan Mengusahakan Agroindustri Brem di Kabupaten Madiun...... 45 14. Status Usaha Agroindustri Brem di Kabupaten Madiun ...... 46 15. Sumber Modal Usaha Agroindustri Brem di Kabupaten Madiun ...... 47 16. Pengadaan Bahan Baku Dalam Usaha Agroindustri Brem di Kabupaten Madiun ...... 48 17. Rata-rata Biaya Tetap Usaha Agroindustri Brem di Kabupaten Madiun Bulan Desember 2009...... 55 18. Rata-rata Biaya Variabel Usaha Agroindustri Brem di Kabupaten Madiun Bulan Desember 2009...... 57 19. Rata-rata Biaya Total Usaha Agroindustri Brem di Kabupaten Madiun Bulan Desember 2009...... 60 20. Rata-Rata Penerimaan Usaha Agroindustri Brem di Kabupaten Madiun Bulan Desember 2009...... 61 21. Keuntungan Usaha Agroindustri Brem di Kabupaten Madiun Bulan Desember 2009 ...... 62 vii 22. Profitabilitas Usaha Agroindustri Brem di Kabupaten Madiun Bulan Desember 2009 ...... 63 23. Efisiensi Usaha Agroindustri Brem di Kabupaten Madiun Bulan Desember 2009 ...... 64 24. Risiko Usaha dan Batas Bawah Keuntungan Usaha Agroindustri Brem di Kabupaten Madiun Bulan Desemb

DAFTAR GAMBAR viii Nomor Judul Halaman 1. Cara Pembuatan Brem ...... 11 2. Skema Kerangka Teori Pendekatan Masalah Analisis Usaha Agroindustri Brem di Kabupaten Madiun...... 21 3. Proses Produksi Pembuatan Brem di Kabupaten Madiun ...... 52

ix DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Karakteristik Resonden Pengusaha Brem ...... 83

2. Produksi Usaha Agroindustri Brem...... 84 3. Pengadaan Bahan Baku ...... 85 ...... 4. Sistem Pemasaran Usaha Agroindustri Brem...... 86 5. Data Produksi Brem Per Bulan Desember 2009...... 87 6. Biaya Tenaga Kerja Usaha Agroindustri Brem Bulan Desember 2009 ...... 89 7. Biaya Penyusutan Peralatan Usaha Agroindustri Brem Bulan Desember 2009 ...... 97 ...... 8. Biaya Bunga Modal Investasi Usaha Agroindustri Brem Bulan Desember 2009 ...... 103 9. Biaya Tetap Usaha Agroindustri Brem Bulan Desember 2009...... 104 10. Biaya Bahan Bakar dan Transportasi Usaha Agroindustri Brem Bulan Desember 2009 ...... 105 11. Biaya Bahan Penolong Usaha Agroindustri Brem Bulan Desember 2009 106 12. Biaya Variabel Usaha Agroindustri Brem Bulan Desember 2009 .... 107 13. Biaya Total Usaha Agroindustri Brem Bulan Desember 2009...... 108 14. Penerimaan Usaha Agroindustri Brem Bulan Desember 2009 ...... 109 15. Keuntungan Usaha Agroindustri Brem Bulan Desember 2009...... 110 16. Keuntungan (Ei)-Keuntungan rata-rata (E) dan (Ei-E)2 Usaha Agroindustri Brem Bulan Desember 2009...... 111 17. Analisis Usaha Agroindustri Brem Bulan Desember 2009 ...... 112 18. Foto Penelitian ...... 113 19. Peta Kabupaten Madiun...... 114

20. Surat Rekomendasi Survey/Research ...... 115 21. Kuesioner...... 11 22.

x ANALISIS USAHA AGRO INDUSTRI BREM DI KABUPATEN MADIUN

EMY RATNA KARTIKASARI H1306046

RINGKASAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi dan risiko usaha agroindustri brem di Kabupaten Madiun. Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Penentuan daerah sampel dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu Kalurahan Kaliabu, Kecamatan Mejayan, dan Kalurahan Bancong, Kecamatan Wonoasri Kabupaten Madiun karena kedua kalurahan tersebut merupakan sentra industri kecil brem di Kabupaten Madiun. Pengambilan sampel responden dilakukan dengan cara proporsional. Responden adalah seluruh pengusaha agroindustri brem di Kabupaten Madiun yang menggunakan beras ketan sebagai bahan baku. Adapun jumlah responden sebanyak 30 orang. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan pencatatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha brem di Kabupaten Madiun selama bulan Desember 2009 sebesar Rp 15.093.816,45. Penerimaan rata-rata yang diperoleh setiap pengusaha adalah Rp 18.069.096,67 dan keuntungan rata-rata yang diperoleh sebesar Rp 2.975.280,22 per bulan. Usaha agroindustri brem di Kabupaten Madiun tersebut termasuk menguntungkan dengan nilai profitabilitas sebesar 19,71%. Usaha agroindustri brem di Kabupaten Madiun yang dijalankan selama ini sudah efisien yang ditunjukkan dengan R/C rasio lebih dari satu yaitu sebesar 1,20 yang berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan penerimaan sebesar 1,20 kali dari biaya yang dikeluarkan. Besarnya nilai koefisien variasi 1,40 dan nilai batas bawah keuntungan adalah –Rp 5.327.833,80. Hal ini dapat diartikan bahwa usaha agroindustri brem yang dijalankan di Kabupaten Madiun memiliki risiko usaha yang tinggi.

Kata Kunci : Brem, Keuntungan, Efisiensi, Risiko

xi BUSINESS AGRIINDUSTRY ANALYSIS OF BREM IN MADIUN REGENCY

EMY RATNA KARTIKASARI H1306046

SUMMARY

The purpose of this research are to know the level of cost, revenue, profit, profitability, efficiency, and risk of brem business agriindustries in Madiun Regency. The basic method of this research is descriptive analysis method. The election of sample location used the purposive method, which is Madiun Regency. The sample locations named Kaliabu, District of Mejayan and bancong, District of Wonoasri, Madiun Regency, as they are the main centre of brem industries in Madiun Regency. The respondents are found and gathered by using the proportional method. They are all brem industrialists in that area who use starch of sticky or glutinous as their main and basic material of making brem. The number of respondents is 30 respondents. The data used in this research are primary and secondary data. The data are collected through an observation, direct interview, and recording. The result of this research shows that total average cost spent by those industrialists in Madiun Regency during on December 2009 is Rp 15.093.816,45. The average revenue for each of them is Rp 18.069.096,67 and the profit is Rp 2.975.280,22 per month. The business of brem industry in Madiun Regency is profitable business of which profitability value is 19,71%. The running business of brem industries in Madiun Regency is efficient. It can be known by efficiency value (R/C ratio) 1,20. It’s means that every one rupiah which has been spent will obtain revenue as many as 1,20 times from the spending cost. The level of coefficient variation (CV) value is 1,40 and the lowest profit value (L) is - Rp 5.327.833,80. It means that the business of brem industry done in Madiun Regency has high-risk.

Key word: Brem, Profit, Efficiency, Risk

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Industri pangan merupakan salah satu sektor industri yang sangat penting peranannya dalam perekonomian . Industri pangan mampu memenuhi kebutuhan pangan Indonesia, selain itu juga dapat menghasilkan devisa untuk negara. Keberadaan industri pangan di Indonesia dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup banyak serta mampu mendorong berdirinya industri penunjang seperti industri tambahan makanan, industri makanan, industri mesin dan peralatan pengolahan pangan maupun industri agribsnis (Wirakartakusumah, 1997). Sektor agroindustri mempunyai peluang serta kelebihan untuk dikembangkan. Keunggulan agroindustri yaitu selain bahan baku yang tersedia juga mempunyai keunggulan komparatif, sehingga dalam era perdagangan bebas ekspor ke luar negeri mempunyai peluang yang besar (Rahardjo, 1994). Usaha yang dapat dikategorikan sebagai agroindustri yang mempunyai keunggulan komparatif dapat dilihat dengan ciri sebagai berikut: (1) berbasis pada sumberdaya lokal sehingga dapat memanfaatkan potensi secara maksimal dan memperkuat kemandirian (2) dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal sehingga mampu mengembangkan sumberdaya manusia (3) menerapkan teknologi lokal (indigenous technology) sehingga dapat dilaksanakan dan dikembangkan oleh tenaga lokal dan (4) tersebar dalam jumlah banyak sehingga merupakan alat pemerataan pembangunan yang efektif (Sandra, 2002). Agroindustri mempunyai peluang serta kelebihan yang besar namun agroindustri tetap mempunyai tantangan dan kelemahan. Tantangan yang paling besar adalah era perdagangan bebas. Beberapa kelemahan agroindustri adalah proses produksi yang dijalankan tidak efisien serta kualitas produk yang dihasilkan masih tergolong rendah. Agroindustri tidak efisien dapat disebabkan karena pemanfaatan mesin yang memiliki kapasitas rendah, pemanfaatan mesin yang sudah tua, dan penggunaan sumber daya manusia yang kurang profesional (Sumanto, 2000). Pengembangan industri pengolahan pangan di Indonesia yang didukung oleh sumberdaya alam pertanian, baik nabati1 maupun hewani yang mampu menghasilkan berbagai produk olahan yang dapat dibuat dan dikembangkan dari sumber daya alam lokal atau daerah. Saat ini di beberapa negara Asia banyak produk pangan yang diangkat dari jenis pangan lokal dan diolah secara tradisional. Dengan berkembangnya produk lokal tersebut, maka jumlah dan jenis produk pangan menjadi semakin banyak jumlahnya (Soleh, 2003). Di Indonesia banyak terdapat industri pengolahan hasil pertanian, salah satunya adalah industri pengolahan beras ketan. Padi ketan yaitu jenis tanaman padi yang hasilnya untuk dijadikan bahan produk makanan olahan. Beras ketan umumnya dibuat tepung sebagai bahan pembuat penganan atau makanan ringan. Produk makanan olahan yang berbahan baku padi ketan antara lain opak, , ulen, , , brem, tape, kolontong, , dll. Padi ketan tidak dikonsumsi langsung sebagai makanan pokok sebagaimana padi beras, tetapi padi ketan pada umumnya diolah sebagai bahan makanan olahan (Anonimb, 2009). Salah satu produk makanan yang berbahan baku beras ketan dan diusahakan secara agroindustri di Kabupaten Madiun adalah brem. Brem adalah makanan berbentuk lempengan segiempat terbuat dari sari tape ketan, gula, dan air. Teksturnya lembut, lumer di lidah, dan rasanya manis bercampur asam. Brem juga berguna untuk meremajakan kulit dan menghilangkan jerawat dari dalam (Anonie, 2009). Industri kecil Brem di Kabupaten Madiun pada awalnya merupakan warisan turun-temurun dari nenek moyang di desa Kaliabu. Pada tahun 1985 industri ini mulai nampak perkembangannya, yang diawali oleh industri kecil brem yang bernama Suling Gading (kemudian berubah nama menjadi Tongkat Mas). Pada tahun 1987 mulai bermunculan pengusaha-penguasaha industri kecil brem. Kendala utama dalam usaha industri brem adalah di bidang pemasaran sehingga industri ini pasang surut perkembangannya, hal ini disebabkan oleh belum memadainya kualitas produk juga promosi yang belum maksimal, sehingga brem belum dapat dinikmati oleh masyarakat luas (Anonimc, 2009). Tabel 1. Jumlah Unit Usaha Agroindustri Di Kabupaten Madiun Tahun 2008.

No Jenis Industri Agro Jumlah Unit Usaha 1. Gula Merah Tebu 20 2. Tempe 143 3. Tempe 21 4. Manco 45 5. Tahu 21 6. 20 7 Kripik Ketela 20 8. Lempeng Beras 20 9. Trasi 22 10 Garut 45 11. Brem 60 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Madiun Tahun 2008 Berdasarkan Tabel 1. dapat diketahui bahwa usaha pembuatan brem merupakan industri pengolahan makanan yang mempunyai unit usaha terbesar kedua di Kabupaten Madiun. Hal ini menunjukkan bahwa usaha pembuatan brem yang pada umumnya merupakan industri kecil yang mampu bertahan di tengah persaingan dengan industri pengolahan brem berskala besar, selain itu industri ini juga sudah mampu memberikan keuntungan bagi produsennya. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya unit usaha industri brem di Kabupaten Madiun. Di Kabupaten Madiun saat ini juga sedang dilakukan pengembangam usaha industri pembuatan brem, karena brem merupakan salah satu makanan khas di Kabupaten Madiun. Kenyataan inilah yang mendorong peneliti untuk mengetahui lebih lanjut mengenai usaha industri brem di Kabupaten Madiun.

B. Perumusan Masalah Agroindustri dapat mendukung perkembangan sektor pertanian dimana sektor tersebut dapat menampung hasil pertanian dan mengolahnya menjadi bahan makanan atau makanan jadi yang salah satunya adalah brem. Di Kabupaten Madiun berkembang agroindustri brem yang merupakan industri pengolahan makanan yang memanfaatkan beras ketan untuk diolah lebih lanjut menjadi brem yang akan meningkatkan nilai tambah bagi beras ketan itu sendiri. Agroindustri brem tersebut diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Setiap pengusaha dalam menjalankan usahanya tentu saja mempunyai tujuan untuk memperoleh keuntungan, sehingga pengambilan keputusan dalam proses produksi brem harus mempertimbangkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan, penerimaan, keuntungan dan tingkat efisiensi. Dalam pengambilan keputusan tersebut, pengusaha menghadapi kondisi ketidakpastian yang mengharuskannya menanggung risiko dari semua tindakan yang diambil. Risiko pada usaha industri bisa terjadi akibat adanya risiko harga, risiko produksi/pengolahan, risiko manajemen, dan risiko pasar. Industri brem di Kabupaten Madiun yang pada umumnya merupakan industri kecil seharusnya juga memperhatikan hal-hal tersebut. Kenyataannya, pengusaha seringkali kurang memperhatikan besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, tingkat efisiensi maupun risiko. Pengusaha brem di Kabupaten Madiun dalam menjalankan usahanya menghadapi beberapa risiko antara lain adalah harga beras ketan yang tinggi. Hal ini merupakan masalah utama yang dihadapi pengusaha brem di Kabupaten Madiun. Selain itu, teknologi yang digunakan masih sederhana dan masih tergantung dengan alam. Pada saat musim penghujan proses fermentasi membutuhkan waktu yang lebih lama dari biasanya sehingga waktu yang ditargetkan untuk beras ketan menjadi tape menjadi semakin mundur. Selain itu, pada musim hujan butuh penambahan pemberian ragi proses fermentasi tidak berjalan lambat. Dengan adanya masalah tersebut akan mempengaruhi besarnya jumlah produksi yang akhirnya akan mempengaruhi besarnya penerimaan dan keuntungan yang diperoleh pengusaha brem di Kabupaten Madiun. Berdasarkan masalah diatas, maka permasalahan yang perlu dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Berapa besarnya biaya, penerimaan, keuntungan dan profitabilitas dari industri brem di Kabupaten Madiun? 2. Berapa besarnya tingkat efisiensi usaha dari industri brem di Kabupaten Madiun? 3. Berapa besarnya risiko usaha dari industri brem di Kabupaten Madiun?

C. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis besarnya biaya, penerimaan, keuntungan dan profitabilitas dari industri brem di Kabupaten Madiun. 2. Menganalisis besarnya tingkat efisiensi usaha dari industri brem di Kabupaten Madiun. 3. Menganalisis besarnya risiko usaha dari industri brem di Kabupaten Madiun.

D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi peneliti merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selain itu, dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang keadaan industri brem di Kabupaten Madiun. 2. Bagi pemerintah kabupaten, hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan yang lebih baik di masa datang, terutama dalam pengembangan usaha industri brem di Kabupaten Madiun. 3. Bagi pihak lain yang membutuhkan, diharapkan dapat menjadi bahan pustaka/ referensi dan informasi untuk masalah yang sama di masa yang akan datang. 4. Bagi industri brem, diharapkan para pengusaha brem dapat mengetahui prospek usahanya ke depan dan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan pertimbangan bagi pengusaha brem agar dapat menghasilkan produk brem yang lebih berkualitas sehingga bisa tetap menjaga keberlangsungan industri brem di Kabupaten Madiun.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu Menurut Candrawati (2005) dengan judul Analisis Usaha Industri Intip di Kota Surakarta diketahui bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan untuk industri intip di Kota Surakarta dalam satu bulan sebesar Rp 11.306.025,00. Sedangkan penerimaan rata-rata yang diperoleh pengusaha intip selama sebulan sebesar Rp 14.616.452,00 sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh produsen selama satu bulan adalah Rp 3.310.427,00. Profitabilitas dari usaha pembuatan intip di Kota Surakarta adalah 29,3 % yang berarti usaha yang dilakukan menguntungkan. Besarnya risiko yang mungkin terjadi Rp 2.157.521,00 dan batas bawah keuntungan sebesar minus Rp 1.004.615,00 yang berarti produsen harus berani menanggung kerugian sebesar Rp 1.004.615,00. Sedangkan efisiensi usahanya adalah 1,293. Hal ini menunjukkan bahwa usaha pembuatan intip di Kota Surakarta sudah efisien. Penelitian Hidayat (2006) dengan judul Analisis Usaha Dodol Pisang di Kabupaten Purworejo menunjukkan bahwa dengan penggunaan tenaga kerja 1-4 orang, biaya total yang dikeluarkan rata-rata per bulan sebesar Rp 1.468.478,89. Sedangkan besarnya penerimaan yang diperoleh rata-rata per bulan adalah sebesar Rp 1.783.142,86, sehingga didapatkan keuntungan sebesar Rp 314.663,97 rata-rata per bulan. Nilai efisiensi usaha yang diperoleh sebesar 1,23 sehingga dapat dikatakan bahwa usaha pembuatan dodol pisang di Kabupaten Purworejo sudah efisien. Besarnya nilai koefisien variasi adalah 0,60 dan batas bawah keuntungan dari usaha pembuatan dodol pisang – Rp 63.564,81. Hal ini dapat diartikan bahwa usaha dodol pisang yang dijalankan di Kabupaten Purworejo memiliki risiko usaha yang tinggi. Berdasarkan hasil kedua penelitian tentang analisis usaha tersebut dapat diketahui bahwa baik usaha industri intip dan usaha dodol pisang dapat menghasilkan keuntungan. Besarnya keuntungan dipengaruhi oleh besarnya penerimaan dan besarnya biaya yang dikeluarkan. Selain itu besarnya penerimaan dan besarnya biaya yang dikeluarkan akan menunjukkan besarnya tingkat efisiensi dari pengelolaan usaha tersebut. Usaha industri intip dan usaha industri dodol tersebut dapat

6 menghasilkan keuntungan akan tetapi usaha tersebut tetap mempunyai kemungkinan adanya kerugian. Kemungkinan kerugian dalam usaha industri dapat terjadi dalam menghadapi risiko atas kegiatan usaha tersebut. Risiko usaha bisa terjadi akibat adanya risiko harga, risiko produksi/pengolahan, risiko manajemen, dan risiko pasar.

B. Landasan Teori 1. Beras Ketan Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut : Genus : Oryza Linn Famili : Gramineae (Poaceae) Species: Ada 25 species, dua di antaranya ialah : Oryza sativa L Oryza glaberima Steund Subspecies Oryza sativa L, dua di antaranya ialah : Indica (padi bulu) Sinica (padi cere), dahulu dikenal Japonica. (AAK, 1990) Tanaman padi merupakan tanaman semusim dan mempunyai nama botani Oryza sativa dengan nama lokal padi. Tanaman padi termasuk golongan rumput- rumputan (Gramineae), biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya sekali produksi, setelah berproduksi tanaman padi akan mati atau dimatikan (Soemartono, 1990). Warna beras yang berbeda-beda diatur secara genetik, akibat perbedaan gen yang mengatur warna aleuron, warna endospermia, dan komposisi pati pada endospermia. Jenis-jenis beras antara lain yaitu : a. Beras "biasa" yang berwarna putih agak transparan karena hanya memiliki sedikit aleuron, dan kandungan amilosa umumnya sekitar 20%. Beras ini mendominasi pasar beras. b. Beras merah, akibat aleuronnya mengandung gen yang memproduksi antosianin yang merupakan sumber warna merah atau ungu. c. Beras hitam, sangat langka, disebabkan aleuron dan endospermia memproduksi antosianin dengan intensitas tinggi sehingga berwarna ungu pekat mendekati hitam. d. Ketan (atau beras ketan), berwarna putih, tidak transparan, seluruh atau hampir seluruh patinya merupakan amilopektin. Ketan hitam, merupakan versi ketan dari beras hitam. (Anonimd, 2009). Beras ketan (Oryza sativa var glutinosa) mengandung karbohidrat yang cukup tinggi, yaitu sekitar 80%. Selain karbohidrat, kandungan dalam beras ketan adalah lemak sekitar 4%, protein 6%, dan air 1%. Di dalam karbohidrat beras ketan terdapat dua senyawa yaitu amilosa dan amilopektin dengan kadar masing- masing 1% dan 99% (Anton, 2003). 2. Brem Brem adalah suatu produk yang terbuat dari sari tape ketan yang diproses secara fermentasi. Jenis brem ada dua macam yaitu brem padat dan brem cair. Perbedaan antara brem padat dan brem cair adalah bentuk dan proses pembuatannya. Pada pembuatan brem padat setelah sari tape ketan diperas lalu dikeraskan dengan dituang dalam meja cetakan kemudian dijemur, sedangkan pada pembuatan brem cair setelah sari tape ketan diperas ditambah air dengan volume yang sama kemudian diperam dalam tabung bambu sampai terbentuk kadar alkohol yang dikehendaki (Anonimc, 2009). Jenis brem yang diusahakan di Kabupaten Madiun adalah brem padat, sedangkan brem cair banyak diusahakan di dan di Lombok. Di Bali brem cair mempunyai peranan penting yaitu untuk upacara-upacara keagamaan dan pembuatan obat-obatan secara tradisional. Brem cair banyak digunakan dalam dunia kepariwisataan baik sebagai minuman ucapan selamat datang kepada wisatawan, sebagai oleh-oleh, dan sebagai minuman dalam perjamuan-perjamuan (Anonimc, 2009). Brem padat adalah suatu produk hasil fermentasi dari ketan oleh khamir yang dikeraskan. Brem padat kaya akan kalori dan merupakan makanan khas yang mudah hancur saat dimakan. Brem padat yang ada di pasaran adalah suatu produk pangan yang berwarna putih sampai kecoklatan dan mempunyai rasa manis keasaman yang dibuat dari pemasakan cairan tape ketan putih (Astawan dan Wahyudi, 1991). Brem yang diperam dalam tabung bambu pada pembuatan brem cair mempunyai kadar etanol menurun selama pemeraman, sedangkan yang diperam dalam botol gelas dan botol plastik kadar etanolnya akan naik. Pada brem tidak dijumpai adanya metanol. Kadar padatan terlarut dan persentase transmisi dari brem ketan putih lebih tinggi dibandingkan brem ketan hitam. Citarasa dari brem ketan putih dan hitam menunjukkan adanya empat senyawa terdeteksi dengan Gas Chromotography. Brem beras ketan putih selama pemeraman mempunyai kadar total gula rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan brem ketan hitam

(PUSBANGTEPA, 2003). Ada bermacam kualitas yang dihasilkan dalam proses pembuatan brem padat. Hal ini tergantung campurannya antara sari tape ketan dengan bahan pendukung lainnya, semakin sedikit bahan pendukungnya makin bagus kualitas brem yang dihasilkkan begitu pula sebaliknya, namun jika tidak ditambah dengan bahan pendukung tersebut brem akan mudah mencair jadi tidak tahan lama (Anonime, 2009). Tabel 2. Komposisi Kimia per 100 gram Brem

Senyawa Kimia Kadar Gula (g) 65,18 Pati (g) 4,56 Air (g) 18,87 Total Asam (g) 1,58 Lemak (g) 0,11 Protein 0,42 Padatan terlarut (g) 1,34 Sumber : Winarno, et all (1982) Berdasarkan Tabel 2. dapat diketahui bahwa zat kimia yang paling banyak terdapat dalam brem padat adalah gula, pati terlarut, dan asam laktat. Brem padat merupakan sumber gula yang baik. Di dalam 100 gram brem mengandung 65,18 gram gula, sehingga rasanya manis dan sekaligus sebagai sumber energi yang baik. Proses fermentasi dalam pembuatan brem merupakan tahap terpenting dalam proses pembuatan brem. Proses fermentasi meliputi empat tahap penguraian. Tahap pertama, molekul-molekul pati akan dipecah menjadi dekstrin dan gula-gula sederhana. Proses ini merupakan hidrolisis enzimatis. Tahap kedua, gula yang terbentuk akan diolah menjadi alkohol. Tahap ketiga, alkohol kemudian diubah menjadi asam organik oleh bakteri Pediococcus dan Acetobacter melalui proses oksidasi alkohol. Tahap keempat, sebagian asam organik akan bereaksi dengan alkohol membentuk cita rasa yang khas, yaitu ester. Enzim yang mampu mengubah glukosa menjadi alkohol dan karbondioksida selama fermentasi adalah enzim zimase yang dihasilkan oleh khamir Saccharomyces cereviseae. Proses fermentasi dalam pembuatan brem akan menghasilkan alkohol, asam piruvat dan asam laktat. Asam piruvat adalah produk antara yang terbentuk pada hidrolisis gula menjadi etanol dan dapat diubah menjadi etanol atau asam laktat. Perubahan asam piruvat menjadi asam laktat dikatalisis oleh bakteri Pediococcus pentasaeus (Made Astawan, 2008).

Proses pembuatan brem padat adalah sebagai berikut : Beras Ketan

Direndam (dicuci)

Ditanak

Didinginkan

Ragi Dicampurkan

Didiamkan 7 hari (fermentasi)

Dipres dengan alat pengepres Diambil sarinya

Disaring Direbus

Soda Dicampur dengan mixer

Dituang di meja cetakan

Didiamkan (1 hari)

Diratakan dengan penggaris

Dipotong

Dijemur

BREM Gambar 1. Cara Pembuatan Brem

3. Industri Menurut BPS (1999), industri dapat digolongkan berdasarkan jumlah tenaga kerja dan jumlah investasi. Berdasarkan jumlah tenaga kerja, industri dapat dikategorikan menjadi 4 kelompok, yaitu : a. Jumlah tenaga kerja 1-4 orang untuk industri rumah tangga b. Jumlah tenaga kerja 5-19 orang untuk industri kecil c. Jumlah tenaga kerja 20-99 orang untuk industri menengah d. Jumlah tenega kerja lebih atau sama dengan 100 orang untuk industri besar Berdasarkan Undang-undang Perindustrian dan Perdagangan No 20 tahun 2008 mengenai usaha kecil menengah, menetapkan bahwa usaha kecil adalah usaha dengan kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dengan hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Sementara itu untuk usaha menengah adalah usaha dengan kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10. 000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dengan hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah). (Anonimf, 1995). Menurut Saleh (1986), industri kecil memiliki manfaat sosial yang sangat berarti bagi perekonomian. Pertama, industri kecil dapat menciptakan peluang usaha yang luas dengan pembiayaan yang relatif murah. Kedua, industri kecil turut memberi peranan dalam peningkatan dan mobilisasi tabungan domestik. Ketiga, industri kecil mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri besar dan sedang karena industri kecil menghasilkan produk yang relatif murah dan sederhana, yang biasanya tidak dihasilkan oleh industri besar ataupun sedang. Keempat, lokasi industri kecil yang tersebar pada gilirannya telah menyebabkan biaya transportasi menjadi minim, sehingga memungkinkan produk dapat sampai ke tangan konsumen dengan lebih cepat, mudah dan murah. Menurut Susilo dan Maryatmo (1994), industri kecil mempunyai kedudukan penting bagi pembangunan ekonomi pedesaan karena industri kecil memberikan lapangan kerja pada penduduk yang tidak bekerja penuh, memberikan tambahan pendapatan keluarga di pedesaan, serta dalam beberapa hal industri kecil mampu memproduksi barang-barang kebutuhan penduduk setempat dan daerah sekitarnya secara lebih efisien dan lebih murah daripada industri besar . 4. Prospek Industri kecil di Bidang Pangan Pengembangan agroindustri diyakini akan memberikan dampak pada penciptaan kesempatan kerja seluas-luasnya sekaligus menciptakan pemerataan pembangunan. Perekonomian Indonesia sekarang mempunyai masalah yang krusial dalam bidang pengangguran dan kemiskinan. Titik lemah perekonomian Indonesia adalah tidak bergeraknya sektor riil sehingga kesempatan kerja terbatas, padahal sebagian besar penduduk miskin berada pada sektor ini khususnya pertanian (Yorin, 2009). Agroindustri dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan mengurangi pengangguran di Indonesia. Agroindustri merupakan industri yang mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi barang yang mempunyai nilai tambah yang dapat di konsumsi oleh masyarakat. Berbeda dengan industri lain, agroindustri tidak harus mengimpor sebagian besar bahan bakunya dari luar negeri melainkan telah tersedia banyak di dalam negeri. Dengan mengembangkan agroindustri secara tidak langsung kita telah membantu meningkatkan perekonomian para petani sebagai penyedia bahan baku untuk industri. Bangsa Indonesia adalah bangsa agraris dengan sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani, untuk itu industri yang paling potensial dikembangkan adalah industri pertanian karena mencakup hidup masyarakat Indonesia itu sendiri bukan industri lain yang sebagian besar bahan bakunya diimpor dari luar negeri (Anonima, 2009). Pengembangan industri kecil dalam bidang pangan dapat diupayakan dengan beberapa cara. Salah satunya adalah melalui upaya penelitian dan pengembangan produk pangan yang intensif dan berkesinambungan. Pengembangan produk pangan tersebut diarahkan untuk meningkatkan kualitas produk industri kecil, meningkatkan efisiensi, diversifikasi produk. Peningkatan kualitas dimaksudkan untuk meningkatkan nilai tambah, meningkatkan perolehan devisa, penyerapan tenaga kerja yang lebih besar dan peningkatan Pendapatan Nasional. Peningkatan kualitas dimaksudkan agar mendapatkan akses pasar dan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif serta memperoleh nilai jual yang lebih baik, sedangkan diversifikasi produk dimaksudkan untuk memperoleh pasar yang lebih luas dan meningkatkan permintaan produk (Masyhuri, 2000). 5. Biaya Biaya produksi akan selalu muncul dalam setiap kegiatan ekonomi dimana usahanya selalu berkaitan dengan produksi. Kemunculannya itu sangat berkaitan dengan diperlukannya input (faktor produksi) ataupun korbanan-korbanan lainnya yang digunakan dalam kegiatan produksi tersebut. Pada hakikatnya biaya adalah sejumlah uang tertentu yang telah ditentukan guna pembelian atau pembayaran input yang diperlukan, sehingga tersedianya sejumlah uang ini telah benar-benar diperhitungkan sedemikian rupa agar produksi dapat berlangsung (Sudarsono, 1986). Dilihat dari segi sifat biaya dalam hubungannya dengan tingkat output, maka biaya produksi bisa dibagi menjadi: a. Total Fixed Cost (TFC) atau biaya tetap total, adalah jumlah biaya-biaya yang tetap dibayar perusahaan (produsen) berapapun tingkat outputnya. Jumlah TFC adalah tetap untuk setiap tingkat output. Misalnya, penyusutan alat dan sewa gedung. b. Total Variable Cost (TVC) atau biaya variabel total, adalah jumlah biaya- biaya yang berubah menurut tinggi rendahnya output yang diproduksi. Misalnya, biaya untuk bahan mentah, dan biaya angkutan. c. Total Cost (TC) atau biaya total, adalah penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Secara matematis bisa dituliskan seperti berikut: TC = TFC + TVC (Boediono, 2002). Biaya-biaya atas penggunaan aktiva atau harta milik perusahaan seperti bangunan, alat, mesin, terdiri dari biaya uang yang terikat pada harta itu dan pembebanannya disebut penyusutan, yang dianggap sebagai hilangnya nilai dari harta itu karena digunakan dalam proses produksi. Termasuk di dalam penyusutan adalah hilangnya nilai karena penggunaan secara phisik, keausan, dan keusangan (Lipsey, et all, 1990). 6. Penerimaan Menurut Boediono (2002), yang dimaksud dengan penerimaan (revenue) adalah penerimaan produksi dari hasil penjualan outputnya. Untuk mengetahui penerimaan total diperoleh dari output atau hasil produksi dikalikan dengan harga jual output. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: TR = Q x P Keterangan : TR = penerimaan total (Rupiah) Q = jumlah output/produk yang dihasilkan (Unit) P = harga jual (Rupiah) Bentuk penerimaan dapat digolongkan atas dua bagian, yaitu penerimaan yang berasal dari hasil penjualan barang–barang yang diproses dan penerimaan yang berasal dari luar barang–barang yang diproses. Penerimaan yang berasal dari luar kegiatan usaha tapi berhubungan dengan adanya kegiatan usaha, seperti penerimaan dalam bentuk bonus karena pembelian barang–barang kebutuhan kegiatan usaha, penerimaan bunga bank, nilai sisa aset (scrap value), sewa gedung, sewa kendaraan, dan lain sebagainya (Ibrahim, 2003). Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan maupun semakin tinggi harga per unit produk yang bersangkutan, maka penerimaan total yang diterima produsen akan semakin besar. Sebaliknya jika produk yang dihasilkan sedikit dan harganya rendah maka penerimaan total yang diterima oleh produsen semakin kecil (Soejarmanto dan Riswan, 1994). 7. Keuntungan Menurut Suparmoko (1992), keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya produksi sesuai dengan tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi pada penggunaannya yang terbaik. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: π = TR – TC Keterangan : π = keuntungan (Rupiah) TR = penerimaan total (Rupiah) TC = biaya total (Rupiah) Keuntungan perusahaan adalah perbedaan antara pendapatan bersih dengan bunga dari seluruh modal yang dipergunakan dalam usahatani atau merupakan perbedaan antara pendapatan kotor dengan biaya menghasilkan. Ini dapat dinyatakan sebagai persen dari pendapatan kotor atau dalam persen dari biaya menghasilkan (Hadisapoetro, 1977). 8. Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, istilah rasio profitabilitas merujuk pada beberapa indikator atau rasio yang berbeda yang bisa digunakan untuk menentukan profitabilitas dan prestasi kerja perusahaan (Downey dan Erickson, 1992). Umumnya masalah profitabilitas bagi perusahaan lebih penting daripada masalah keuntungan, karena keuntungan yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Dengan demikian yang harus diperhatikan oleh perusahaan tidak hanya bagaimana memperbesar keuntungan tetapi yang lebih penting adalah usaha untuk mempertinggi profitabilitasnya. Besar kecilnya profitabilitas ditentukan oleh 2 faktor, yaitu hasil penjualan dan keuntungan usaha. Besar kecilnya keuntungan tergantung pada pendapatan yang merupakan selisih dari penjualan dikurangi dengan biaya usaha (Riyanto,1994). Menurut Riyanto (2001), profitabilitas dimaksud untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan. Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya kinerja usaha. Dengan kata lain, profitabilitas merupakan perbandingan antara keuntungan dari penjualan dengan biaya total yang dinyatakan dengan prosentase. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: p Profitabilitas = x 100% TC Keterangan : π = keuntungan (Rupiah) TC = biaya total (Rupiah) 9. Efisiensi Usaha Pengertian efisiensi sangat relatif. Efisiensi diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Efisiensi dapat diketahui dengan menghitung R/C Ratio. R/C Ratio adalah perbandingan antara penerimaan total dengan biaya total (Soekartawi, 2001). Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: R Efisiensi = C keterangan : R = penerimaan total (Rupiah) C = biaya total (Rupiah) Pengertian efisiensi tidak cukup hanya dikaitkan dengan jumlah barang tanpa memperhatikan mutu atau nilai barang yang dihasilkan. Seseorang dapat saja menghasilkan jumlah yang lebih banyak per satuan waktu, atau tenaga, atau biaya, namun mungkin mutu dan nilai barang yang dihasilkan relatif lebih rendah daripada yang dihasilkan orang lain pada jumlah yang lebih sedikit. Pada akhirnya tingkat efisiensi dalam suatu usaha umumnya diukur dengan nilai uang atau sesuatu yang dapat memajukan usaha atau perusahaannya (Wijandi, 1988). Pendapatan yang tinggi tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi, karena kemungkinan penerimaan yang besar tersebut diperoleh dari investasi yang besar. Efisiensi mempunyai tujuan memperkecil biaya produksi persatuan produk yang dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan yang optimal. Cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut adalah memperkecil biaya keseluruhan dengan mempertahankan produksi yang telah dicapai untuk memperbesar produksi tanpa meningkatkan biaya keseluruhan ( Rahardi, 1999). 10. Risiko Usaha Setiap aktivitas usaha di sektor pertanian atau agribisnis selalu dihadapkan dengan situasi ketidakpastian (uncertainly) dan risiko (risk). Faktor ketidakpastian dan risiko merupakan faktor eksternal yaitu faktor yang sulit dikendalikan oleh produsen. Dikatakan risiko (risk) apabila diketahui berapa besarnya peluang terjadi risiko tersebut. Sebaliknya dikatakan ketidakpastian (uncertainly) apabila peluang terjadinya risiko tidak diketahui (Soekartawi, et all, 1993). Risiko dan ketidakpastian menjabarkan suatu keadaan yang memungkinkan adanya berbagai macam hasil usaha atau berbagai macam akibat dari usaha–usaha tertentu. Perbedaan dari kedua hal itu ialah bahwa risiko menjabarkan keadaan yang hasil dan akibatnya mengikuti suatu penjabaran kemungkinan yang diketahui, sedangkan ketidakpastian menunjukkan keadaan yang hasil dan akibatnya tidak bisa diketahui (Kadarsan, 1992). Menurut sumbernya atau penyebab timbulnya, risiko usaha dibedakan menjadi : a. Risiko internal yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri, seperti kerusakan aktiva akibat kesalahan karyawan, kesalahan kerja, kurangnya tenaga ahli, kerusakan hasil produksi, teknologi yang masih sederhana. b. Risiko eksternal yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan, seperti pencurian, persaingan dalam bisnis, fluktuasi harga , bencana alam, selera konsumen, kebijakan pemerintah, daya beli konsumen dan sebagainya. (Anorogo et all, 2002). Situasi yang mengandung risiko adalah situasi dimana kita dihadapkan pada dua pilihan atau lebih dan kita tidak dapat mengetahui hasil yang akan diperoleh dari setiap alternatif pilihan yang ada. Situasi risiko juga mengandung dua potensi bagi perusahaan yaitu potensi kegagalan dan potensi sukses. Setiap pengusaha harus selalu mengambil keputusan dalam berbagai situasi walaupun situasi tersebut penuh ketidakpastian (Anonimg, 2009). Hasil yang dicapai dalam suatu kegiatan usaha jarang sekali dapat diramalkan dengan hasil yang sempurna, pada umumnya terjadi penyimpangan biarpun kecil. Risiko perlu dianalisis, yaitu dengan memakai tolak ukur untuk mengukur besarnya risiko atas suatu alternatif, dengan tujuan untuk memperoleh alternatif dengan risiko yang masih dapat ditanggung. Analisis ini sangat penting untuk menentukan modal usaha yang dianggarkan dalam kegiatan usaha. Bermacam-macam risiko yang mungkin terjadi dalam suatu kegiatan usaha, yaitu risiko teknis, risiko pasar, risiko kredit serta risiko diluar kemampuan manusia. Semua risiko dapat dicegah atau diperkecil kecuali risiko alam yang probabilitasnya sangat kecil dan dapat diabaikan. Sedangkan karakteristik risiko itu antara lain adalah sebagai berikut : a. Risiko adalah suatu ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa. b. Risiko adalah ketidakpastian yang apabila terjadi akan menimbulkan kerugian. (Joko, 2009). Umumnya risiko dikaitkan dengan kemungkinan (probabilitas) terjadinya peristiwa diluar yang diharapkan. Bila investor menanamkan modal untuk mendirikan usaha, tujuannya adalah untuk memperoleh keuntungan dimasa depan, tetapi pada waktu yang sama juga memahami risiko kurang dari yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan rendahnya keuntungan atau bahkan rugi, maka semakin besar risiko usaha tersebut ( Soeharto, 1997). Kendala yang dihadapi dalam agribisnis ternyata tidak di dalam satu aspek saja, tetapi juga muncul tiga aspek yang lazim ditemukan, yaitu aspek produksi, pengolahan, dan pemasaran. Perubahan sistem pengusahaan pertanian yang tradisional ke semi tradisional atau ke komersial juga membawa dampak terhadap perilaku produsen dalam mengambil keputusan dalam pengusahaannya untuk mengelola risiko agar menjadi peluang dan meminimalkan kerugian akibat risiko usahanya (Soekartawi, et all, 1993).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Agroindustri brem di Kabupaten Madiun merupakan industri yang mengolah beras ketan mejadi produk makanan olahan berupa brem beserta pemasarannya. Dari usaha tersebut akan dikaji mengenai biaya, penerimaan, keuntungan, efisiensi usaha, profitabilitas dan nilai risiko dari industri brem di Kabupaten Madiun. Biaya adalah nilai korbanan yang dikeluarkan pada proses produksi dan diperhitungkan sebagai keseluruhan yang digunakan dalam proses produksi tersebut. Ada dua pengelompokan biaya dalam usaha industri brem yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya Total/Total Cost (TC) adalah penjumlahan antara total biaya variabel /Total Variable Cost (TVC) dan total biaya tetap /Total Fixed Cost (TFC). Proses produksi adalah suatu proses dimana beberapa barang atau jasa yang disebut input diubah menjadi barang lain atau output. Dalam kegiatan produksi brem akan diperoleh penerimaan yaitu dengan mengalikan total produksi yang terjual (Q) dengan harga produk (P) yang dinyatakan dalam satuan rupiah. Dari perhitungan data akan diperoleh keuntungan dan profitabilitas. Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total yang dikeluarkan yang dinyatakan dalam satuan rupiah. Sedangkan tingkat keuntungan atau profitabilitas adalah perbandingan antara keuntungan dari penjualan dengan biaya total yang dinyatakan dalam prosentase. Selain berusaha mencapai keuntungan yang besar, satu hal yang seharusnya diperhatikan pengusaha adalah efisiensi usaha. Efisiensi usaha dapat dihitung dengan menggunakan R/C Rasio, yaitu dengan membandingkan antara besarnya penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan untuk berproduksi. Apabila nilai R/C rasio > 1, berarti usaha sudah efisien, R/C rasio = 1, berarti usaha belum efisien atau usaha dalam keadaan impas (tidak untung tidak rugi) dan bila R/C rasio < 1 berarti usaha tidak efisien. Dalam menjalankan usaha untuk mencapai keuntungan, pengusaha akan menghadapi risiko atas kegiatan usaha tersebut. Risiko usaha pada industri brem ini bisa terjadi akibat adanya risiko harga, risiko produksi/pengolahan, risiko manajemen, dan risiko pasar. Risiko harga terjadi karena harga beras ketan yang tidak stabil. Risiko produksi terjadi karena proses pengolahan yang masih sederhana dan tergantung pada alam, sedangkan risiko pasar terjadi ketika produk brem tersebut dijual di pasar. Secara statistik, risiko dapat dihitung dengan menggunakan ukuran keragaman (variance) atau simpangan baku (standard deviation). Hubungan antara simpangan baku dengan keuntungan rata-rata diukur dengan koefisien variasi (CV) dan batas bawah keuntungan (L). Koefisien variasi merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung pengusaha dengan jumlah keuntungan yang akan diperoleh sebagai hasil dan sejumlah modal yang ditanamkan dalam proses produksi. Semakin besar nilai koefisien variasi menunjukkan bahwa risiko yang harus ditanggung oleh pengusaha semakin besar dibanding dengan keuntungannya. Batas bawah keuntungan (L) menunjukkan nilai normal yang terendah yang mungkin diterima oleh pengusaha. Pengusaha tidak akan mengalami kerugian dalam melakukan kegiatan produksi apabila nilai (L) ini sama dengan atau lebih dari nol, sedangkan jika nilai (L) kurang dari nol maka dapat disimpulkan bahwa dalam setiap proses produksi yang dilakukan oleh pengusaha ada peluang kerugian yang akan dialami pengusaha. Hubungan antara koefisien variasi (CV) dengan batas bawah keuntungan adalah

apabila nilai CV £ 0,5 dan nilai L ³ 0 pengusaha akan selalu untung atau impas atau terhindar dari kerugian. Sebaliknya apabila nilai CV > 0,5 dan nilai L < 0 pengusaha akan ada peluang untuk mengalami kerugian. Kerangka teori pendekatan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Usaha agroindustri Brem di Kabupaten Madiun

Manajemen Risiko harga Teknologi

Masukan Proses Produksi Keluaran (input) (Output)

Risiko produksi Risiko pasar Biaya Tetap Biaya Variabel a. Tenaga kerja a. Bahan baku b. Penyusutan alat b. Bahan penolong c. Bunga modal investasi c. Bahan Bakar d. Pengemasan e. Transportasi Penerimaan Total

Biaya Total

Analisis Usaha · Keuntungan · Profitabilitas · Efisiensi · Risiko Gambar 2. Skema Kerangka Teori Pendekatan· Masalah Analisis Usaha Agroindustri Brem di Kabupaten Madiun

D. Hipotesis 1. Diduga usaha agroindustri brem yang diusahakan di Kabupaten Madiun menguntungkan. 2. Diduga usaha agroindustri brem yang diusahakan di Kabupaten Madiun sudah efisien. 3. Diduga usaha agroindustri brem yang diusahakan di Kabupaten Madiun berisiko besar.

E. Asumsi 1. Harga input dan output menggunakan harga yang berlaku di daerah penelitian. 2. Faktor–faktor produksi berupa tenaga kerja keluarga diasumsikan menerima upah yang besarnya sama dengan upah tenaga kerja luar yang berlaku pada masing- masing industri kecil brem di daerah penelitian. 3. Aset rumah dan bangunan tidak diikutsertakan dalam perhitungan biaya tetap karena mempunyai fungsi ganda. 4. Teknologi selama penelitian dianggap tetap. 5. Produk brem terjual seluruhnya. 6. Variabel-variabel yang tidak diamati dianggap tidak berpengaruh.

F. Pembatasan Masalah 1. Analisis usaha yang dimaksud dalam penelitian ini didasari pada biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi, dan risiko usaha industri kecil brem di Kabupaten Madiun. 2. Usaha agroindustri brem merupakan industri yang memproduksi brem di Kabupaten Madiun yang sampai periode penelitian masih berproduksi. 3. Penelitian ini menggunakan data produksi selama periode satu bulan yaitu pada bulan Desember 2009.

G. Definisi Operasional Variabel 1. Brem adalah makanan berbentuk lempengan segiempat ini terbuat dari sari tape ketan, gula, dan air. Teksturnya lembut, lumer di lidah, dan rasanya manis khas tape. 2. Agroindustri brem adalah usaha pembuatan brem dari bahan baku, yaitu beras ketan difermentasi sampai menjadi brem serta pemasarannya. 3. Responden adalah pengusaha industri kecil brem di Kabupaten Madiun yang memproduksi brem. 4. Biaya total adalah semua biaya yang digunakan dalam usaha pembuatan brem yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). 5. Biaya tetap adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang besarnya tidak dipengaruhi oleh kuantitas produksi. Biaya tetap dalam usaha industri brem meliputi biaya penyusutan alat produksi (Mixer, mesin diesel, alat pengepres, meja cetakan, penggaris, pisau, dandang/panci, kwali, gayung, centong, dan ember), biaya bunga modal investasi, dan biaya tenaga kerja, yang dinyatakan dengan satuan rupiah (Rp). 6. Biaya variabel ialah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang besarnya berubah-ubah secara proporsional terhadap jumlah kuantitas produksi yang dihasilkan. Biaya variabel dalam usaha industri brem meliputi biaya pembelian beras ketan, biaya pembelian ragi, soda, sence, biaya bahan bakar, biaya pengemasan, dan biaya transportasi yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). 7. Penerimaan usaha industri brem diperoleh dengan cara mengalikan jumlah brem hasil produksi dengan harga jual brem yang dinyatakan dalam rupiah (Rp). 8. Keuntungan usaha industri brem adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total yang dinyatakan dalam rupiah (Rp). 9. Profitabilitas adalah perbandingan antara keuntungan yang diperoleh dengan biaya total yang digunakan dalam usaha industri brem, dinyatakan dalam persen (%). 10. Efisiensi usaha adalah perbandingan antara penerimaan total dengan total biaya yang dikeluarkan yang dinyatakan dalam angka. 11. Risiko adalah kemungkinan merugi yang dihadapi oleh pengusaha yang telah diperhitungkan terlebih dahulu.

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Surakhmad (1994), metode ini mempunyai ciri-ciri bahwa penelitian didasarkan pada pemecahan masalah-masalah aktual yang ada pada masa sekarang. Data-data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis. Metode ini sering disebut dengan metode analitik. Pelaksanaannya dengan teknik survei, yaitu cara pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam jangka waktu yang bersamaan melalui alat pengukuran wawancara yang berupa daftar pertanyaan berbentuk kuesioner (Surakhmad, 1994).

B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Daerah Sampel Penentuan daerah sampel dilakukan dengan purposive (sengaja), yaitu Kabupaten Madiun, dengan pertimbangan bahwa di Kabupaten Madiun sedang dilakukan pengembangam usaha industri pembuatan brem, karena brem merupakan salah satu makanan khas di Kabupaten Madiun. Saat ini terdapat 60 pengusaha agroindustri brem di Kabupaten Madiun. Adapun jumlah unit usaha industri kecil brem di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada Tabel 3 berikut : Tabel 3. Jumlah Unit Usaha Agroindustri Brem di Kabupaten Madiun Tahun 2009 No Kecamatan Jumlah Unit Usaha 1. Mejayan 52 2. Wonoasri 8 Jumlah 60 Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Pariwisata Kabupaten Madiun Tahun 2009 Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa di Kabupaten Madiun terdapat 60 pengusaha brem yang merupakan industri kecil yaitu di Kecamatan Mejayan sebanyak 52 unit usaha dan Kecamatan Wonoasri sebanyak 8 unit usaha. Kedua kecamatan tersebut dipilih sebagai daerah sampel karena hanya kedua daerah tersebut yang merupakan sentra industri brem di Kabupaten Madiun.

26 Tabel 4. Jumlah Unit Usaha Agroindustri Brem di Kecamatan Mejayan dan Kecamatan Wonoasri Kabupaten Madiun Tahun 2009 No Kecamatan Kalurahan Jumlah Unit Usaha 1. Mejayan Kaliabu 50 Wonorejo 1 Ngampel 1 2 Wonoasri Bancong 8 Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Pariwisata Kabupaten Madiun Tahun 2009 Pengambilan kalurahan sebagai lokasi pengambilan sampel didasarkan karena kalurahan tersebut merupakan sentra industri brem terbanyak pada kecamatan yang dipilih yang dibuktikan dengan jumlah unit usaha industri brem yang paling banyak dibandingkan dengan yang lainnya. Kalurahan yang dipilih sebagai sampel adalah Kalurahan Kaliabu di Kecamatan Mejayan karena kelurahan tersebut merupakan sentra industri kecil brem terbanyak di Kecamatan Mejayan yaitu sebesar 50 unit usaha dan Kalurahan Bancong di Kecamatan Wonoasri, karena hanya Kalurahan Bancong yang terdapat industri brem di Kecamatan Wonoasri yaitu sebanyak 8 unit usaha. 2. Metode Pengambilan Sampel Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), data yang dianalisis harus menggunakan sampel yang cukup besar, karena nilai-nilai yang diperoleh distribusinya harus mengikuti distribusi normal. Sampel yang berdistribusi normal adalah sampel dengan jumlah ³ 30. Dalam penelitian ini, jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 30 pengusaha brem. Pengambilan sampel tiap kalurahan dilakukan secara proposional menggunakan rumus:

Nk ni = x30 N

Keterangan : ni = Jumlah sampel dari setiap kalurahan Nk = Jumlah populasi pengusaha brem dari tiap kalurahan terpilih N = Jumlah populasi pengusaha brem dari seluruh kalurahan terpilih Dengan menggunakan rumus di atas maka sampel tiap kalurahan yang diambil dalam penelitian adalah sebagai berikut ini : Tabel 5. Penentuan Jumlah Sampel Pengusaha Brem di Kabupaten Madiun No Kalurahan Populasi Jumlah Sampel 1. Kaliabu 50 26 2. Bancong 8 4 Jumlah 58 30 Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Pariwisata Kabupaten Madiun Tahun 2009 Pemilihan sampel pengusaha brem di Kabupaten Madiun dilakukan secara simple random sampling (sampel acak sederhana), maksudnya adalah semua individu dalam populasi diberikan kesempatan untuk dipilih menjadi anggota sampel (Singarimbun dan Efendi, 1995). Sebelumnya semua pengusaha industri kecil brem disusun dalam kerangka sampel kemudian ditarik sampel yang akan diteliti dengan cara undian. Undian dilakukan dengan cara semua pengusaha brem tersebut ditulis dalam kotak. Setelah dikocok sejumlah gulungan kertas diambil. Nomor yang terambil menjadi responden yang akan diteliti, kemudian gulungan tersebut dikembalikan lagi sampai sesuai dengan jumlah responden yang direncanakan yaitu sebanyak 30 responden.

C. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dimana memberikan gambaran tentang karakteristik responden. Teknik yang dipergunakan melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang sudah dipersiapkan. Sumber data primer dari penelitian ini adalah pengusaha brem dan kepala desa. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang dicatat secara sistematis dan dikutip secara langsung dari instansi pemerintah atau lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data tersebut berasal dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Madiun, Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Pariwisata Kabupaten Madiun, kantor kecamatan dan kantor kalurahan. D. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi adalah pengumpulan data melalui pengamatan langsung pada obyek penelitian. 2. Wawancara Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data primer melalui wawancara langsung dengan responden berdasarkan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. 3. Pencatatan Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data primer dan sekunder, yaitu dengan mencatat hasil wawancara dengan responden dan data yang ada pada instansi pemerintah atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini.

E. Metode Analisis Data 1. Total biaya, total penerimaan, keuntungan dan profitabilitas usaha a. Biaya Total biaya merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel yang harus dikeluarkan dari usaha pembuatan brem. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : TC = TFC + TVC Keterangan : TC = Total biaya dari usaha pembuatan brem (Rp) TFC = Total biaya tetap dari usaha pembuatan brem (Rp) TVC = Total biaya variabel dari usaha pembuatan brem (Rp) b. Penerimaan Total penerimaan merupakan nilai uang dari total produk atau hasil

perkalian antara total produk (Q) dan harga produk brem (PQ). Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

TR = Q x PQ Keterangan : TR = Total penerimaan dari usaha pembuatan brem (Rp) Q = Total produk dari usaha pembuatan brem (Kg) PQ = Harga produk dari usaha pembuatan brem (Rp) c. Keuntungan Keuntungan usaha merupakan pengurangan penerimaan total dengan biaya total dari usaha pembuatan brem. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : p = TR –TC

= Q . PQ – (FC + VC)

Keterangan : p = Keuntungan usaha dari usaha pembuatan brem (Rp) TR = Total penerimaan dari usaha pembuatan brem (Rp) TC = Total biaya dari usaha pembuatan brem(Rp) Q = Total produk dari usaha pembuatan brem (Kg) PQ = Harga produk dari usaha pembuatan brem (Rp) FC = Biaya tetap dari usaha pembuatan brem (Rp) VC = Biaya variabel dari usaha pembuatan brem (Rp) d. Profitabilitas Nilai profitabilitas usaha pembuatan brem merupakan tingkat keuntungan usaha yang dinyatakan dalam persen. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : Profitabilitas = p x100% Keterangan : TC p = Keuntungan usaha dari usaha pembuatan brem (Rp) TC = Total biaya dari usaha pembuatan brem (Rp) 2. Efisiensi usaha Besarnya efisiensi usaha pada usaha pembuatan brem dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

Efisiensi usaha = R C Keterangan : R = Penerimaan total dari usaha pembuatan brem (Rp) C = Biaya total dari usaha pembuatan brem (Rp) Dimana pada saat :

R > 1, berarti usaha pembuatan brem sudah efisien C

R = 1, berarti usaha pembuatan brem belum efisien atau baru mencapai C kondisi impas (tidak untung atau rugi)

R < 1, berarti usaha pembuatan brem tidak efisien C

3. Risiko Usaha Untuk menghitung besarnya risiko usaha industri brem di Kabupaten Madiun adalah dengan menggunakan perhitungan koefisien variasi dan batas bawah keuntungan. Koefisien variasi merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung oleh pengusaha industri brem dengan jumlah keuntungan yang akan diperoleh, secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : V CV = E Keterangan : CV = koefisien variasi usaha industri brem V = simpangan baku usaha industri brem (Rupiah) E = keuntungan rata-rata usaha industri brem (Rupiah) Sebelum mengukur koefisien variasi harus mencari keuntungan rata-rata usaha industri brem dan simpangan bakunya, yang dirumuskan sebagai berikut :

n S Ei E = i=1 n Keterangan : E = keuntungan rata-rata usaha industri brem (Rupiah)

Ei = keuntungan usaha industri brem yang diterima pengusaha brem (Rupiah) n = jumlah pengusaha brem (orang) Setelah mengetahui keuntungan rata-rata usaha industri brem di Kabupaten Madiun selanjutnya mencari simpangan baku dengan menggunakan metode analisis ragam, karena simpangan baku merupakan akar dari ragam, yaitu :

V = V 2 Adapun dalam perhitungan analisis ragam dirumuskan sebagai berikut:

n 2 å(E1 - E) V2 = i=1 (n -1) Keterangan : V2 = ragam n = jumlah pengusaha brem (orang) E = keuntungan rata-rata usaha industri brem (Rupiah)

Ei = keuntungan usaha industri brem yang diterima pengusaha brem (Rupiah) Untuk mengetahui batas bawah keuntungan usaha industri brem digunakan rumus : L = E – 2V Keterangan : L = batas bawah keuntungan usaha industri brem (Rupiah) E = keuntungan rata-rata usaha industri brem (Rupiah) V = simpangan baku usaha industri brem (Rupiah) Semakin besar nilai CV menunjukkan bahwa risiko usaha industri brem yang harus ditanggung pengusaha semakin besar. Kriteria yang digunakan adalah apabila nilai CV ≤ 0,5 dan L ≥ 0 menyatakan bahwa pengusaha industri brem akan selalu terhindar dari kerugian. Apabila nilai CV > 0,5 dan L < 0 berarti ada peluang kerugian yang akan diderita oleh pengusaha industri brem.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Geografis Kabupaten Madiun terletak antara antara 111°25’45” - 111°51’ Bujur Timur dan 7°12’ - 7°48’38” Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Madiun merupakan dataran rendah dengan ketinggian 63-67 meter di atas permukaan laut dan kemiringan tanah 0-20%. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Madiun yaitu: Sebelah Utara : Kabupaten Bojonegoro Sebelah Timur : Kabupaten Nganjuk Sebelah Selatan : Kabupaten Ponorogo Sebelah Barat : Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Magetan Luas wilayah Kabupaten Madiun mencapai 1.010,86 km2, yang secara administratif terbagi dalam lima belas kecamatan, yaitu Kecamatan Kebonsari, Kecamatan Wungu, Kecamatan Pilangkenceng, Kecamatan Madiun, Kecamatan Geger, Kecamatan Kare, Kecamatan Mejayan, Kecamatan Sawahan, Kecamatan Dolopo, Kecamatan Gemarang, Kecamatan Wonoasri, Kecamatan Jiwan, Kecamatan Dagangan, Kecamatan Saradan, dan Kecamatan Balerejo. Kabupaten Madiun memiliki suhu udara rata-rata antara 20°C sampai 35°C dengan rata-rata tekanan udara sebesar 1.010,0 MBS (Mili Second) dan kelembaban udara berkisar antara 40% - 53% serta kecepatan angin sebesar 0,5 knot. Hari hujan terbanyak jatuh pada bulan Maret dengan jumlah hari hujan sebanyak 22. Sedangkan curah hujan terbanyak sebesar 509 mm jatuh pada bulan Februari. Sementara itu rata-rata curah hujan saat hari hujan terbesar jatuh pada bulan Desember sebesar 18,71 mm per hari hujan. Dengan keadaan geografis tersebut Kabupaten Madiun sangat cocok untuk usahatani. Kabupaten Madiun merupakan daerah agraris dimana 32,72 persen merupakan lahan sawah potensial penghasil padi. Hal ini akan dapat mendorong usaha industri brem untuk semakin meningkat. Semakin banyak penduduk Kabupaten Madiun yang mengusahakan usahatani padi ketan maka bahan baku brem yaitu beras ketan akan mudah didapatkan. Sehingga tidak akan ada masalah dengan ketersediaan bahan baku usahanya.

B. Keadaan Penduduk 1. Penduduk Menurut Jenis Kelamin Berdasarkan data dari Kabupaten Madiun Dalam Angka Tahun 2008, jumlah penduduk di Kabupaten Madiun mencapai 769.613 jiwa. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat digunakan untuk mengetahui jumlah penduduk serta besarnya sex ratio di suatu daerah, yaitu angka yang menunjukkan perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan. Keadaan penduduk di Kabupaten Madiun menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Keadaan Penduduk Kabupaten Madiun Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008 No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Prosentase (%) Sex Ratio 1. Laki-laki 384.334 49,94 2. Perempuan 385.279 50,06 Jumlah 769.613 100,00 0,99 Sumber : Kabupaten Madiun Dalam Angka Tahun 2008 Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kabupaten Madiun sebanyak 769.613 jiwa. Jumlah penduduk perempuan sebanyak 385.279 jiwa (50,06%) dan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 384.334 jiwa (49,94%). Jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki dari keseluruhan jumlah penduduk di Kabupaten Madiun. Angka sex ratio dapat dihitung besarnya dengan cara membagi jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan. Besarnya angka sex ratio Kabupaten Madiun tahun 2008 adalah 0,99. Hal tersebut berarti bahwa setiap 100 penduduk perempuan di Kabupaten Madiun terdapat 99 penduduk laki- laki. Keadaan penduduk menurut jenis kelamin ini mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang dapat terserap dalam sektor industri, khususnya industri brem di Kabupaten Madiun.

2. Penduduk Menurut Umur Keadaan penduduk menurut umur bagi suatu daerah dapat digunakan untuk mengetahui besarnya penduduk yang produktif dan non produktif. Keadaan penduduk Kabupaten Madiun menurut umur dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini. Tabel 7. Keadaan Penduduk Kabupaten Madiun Usia 15 Tahun Keatas Menurut Kelompok Umur Tahun 2008 No. Umur Jumlah (Jiwa) Prosentase (%) 1. 15-19 tahun 55.298 10,59 2. 20-24 tahun 38.041 7,29 3. 25-34 tahun 95.292 18,25 4. 35-44 tahun 104.855 20,08 5. 45-54 tahun 93.226 17,86 6. 55-64 tahun 65.349 12,52 7. 65 tahun ke atas 70.025 13,41

Jumlah 522.086 100,00 Sumber : Kabupaten Madiun Dalam Angka Tahun 2008 Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa penduduk Kabupaten Madiun paling besar berada pada umur 35-44 tahun sebesar 20,08%. Namun apabila dilihat secara keseluruhan dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Kabupaten Madiun merupakan penduduk dalam usia produktif yaitu penduduk yang berusia antara 15-64 tahun. Sebagian besar penduduk yang berusia produktif di Kabupaten Madiun ini dapat memberikan gambaran mengenai keadaan tenaga kerja sektor industri brem, yaitu bahwa tenaga kerjanya berada pada usia produktif. Apabila penduduk berada pada usia produktif maka produktivitas kerja seseorang memadai dan potensial untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Namun, dari hasil penelitian juga diketahui bahwa ada beberapa penduduk dalam usia non produktif juga ikut aktif dalam usaha industri brem. 3. Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam pembangunan suatu wilayah. Apabila penduduk di suatu wilayah memiliki tingkat pendidikan yang tinggi maka akan memiliki kemampuan untuk pengembangan pembangunan di suatu wilayah. Tingkat pendidikan di suatu wilayah dipengaruhi antara lain oleh kesadaran akan pentingnya pendidikan dan keadaan sosial ekonomi serta sarana pendidikan yang ada. Berikut ini Tabel 8 mengenai keadaan penduduk Kabupaten Madiun menurut tingkat pendidikan. Tabel 8. Keadaan Penduduk Kabupaten Madiun Usia 15 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Tertinggi Pada Tahun 2008 No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Prosentase (%) 1. Tidak/ BelumSekolah 55.973 10,72 2. Tidak/ Belum Tamat SD 63.826 12,23 3. Tamat SD/ Sederajat 174.321 33,39 4. Tamat SLTP/ Sederajat 113.291 21,70 5. Tamat SLTA/ Sederajat 94.263 18,06 7. Tamat Akademi/ PT 20.412 3,91 Jumlah 522.086 100,00 Sumber : Kabupaten Madiun Dalam Angka Tahun 2008 Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten Madiun memiliki tingkat pendidikan yang relatif tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan sedikitnya jumlah penduduk yang tidak sekolah yang hanya 10,72% (55.973 jiwa) dari seluruh penduduk di Kabupaten Madiun. Penduduk yang tidak/belum tamat SD sebesar 12,23% (63.826 jiwa) dari keseluruhan penduduk di Kabupaten Madiun, dan tertinggi penduduk yang tamat SD/sederajat memililki prosentase yaitu 33,39% (174.321 jiwa), kemudian tamat SLTP/sederajat sebesar 21,70% (113.291 jiwa), tamat SLTA/sederajat sebesar 18,06% (94.263 jiwa). Untuk tingkat pendidikan akademi atau perguruan tinggi memiliki prosentase sebesar 3,91 % (20.412 jiwa). Banyaknya jumlah penduduk yang tamat SD/sederajat bahkan sampai perguruan tinggi tersebut menggambarkan bahwa kesadaran penduduk akan pentingnya pendidikan di Kabupaten Madiun sudah cukup tinggi. Tingkat pendidikan masyarakat yang tinggi dapat mempengaruhi pola pikir seseorang. Pengusaha brem di Kabupaten Madiun sebagian besar hanya berpendidikan sampai pada tingkat SD dan SLTP saja. Namun, dengan pendidikan yang tidak begitu tinggi, mereka dapat menjalankan usaha industri brem sampai saat ini. 4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat menggambarkan kesejahteraan suatu penduduk. Keadaan mata pencaharian penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh keadaan alam dan sumber daya yang tersedia, serta keadaaan sosial ekonomi masyarakat seperti keterampilan yang dimiliki, tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan, dan modal yang tersedia. Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kabupaten Madiun ditunjukkan pada Tabel 9 berikut ini. Tabel 9. Keadaan Penduduk Kabupaten Madiun Usia 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2008 No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Prosentase (%) 1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 182.422 55,10 2. Pertambangan Dan Penggalian 218 0,07 4. Industri 19.031 5,75 5. Konstruksi 20.208 6,10 6. Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi 59.365 17,93 7. Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 11.083 3,35 8. Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.280 0,69 9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan 35.982 10,87 10. Lain-lain Jumlah 331.129 100,00 Sumber : Kabupaten Madiun Dalam Angka Tahun 2008 Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa penduduk Kabupaten Madiun paling besar bermata pencaharian di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan sebanyak 182.422 jiwa dengan prosentase 55.10%. Dengan adanya jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian sebanyak 182.452 orang yaitu terdiri dari pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan akan mendorong usaha industri untuk semakin meningkat, terutama usaha industri yang berbahan baku dari hasil–hasil pertanian. Hal ini karena bahan baku yang digunakan untuk usahanya akan mudah untuk didapatkan. Sehingga tidak akan ada masalah dengan ketersediaan bahan baku usahanya. Salah satu usaha industri yang berbahan baku dari hasil pertanian adalah usaha industri brem. Dimana beras ketan yang dihasilkan dari lahan pertanian digunakan sebagai bahan baku utama untuk kemudian diolah menjadi brem. Hal ini akan menjadi perhatian bagi pemerintah untuk meningkatkan kepeduliannya terhadap sektor pertanian yang nantinya akan berpengaruh terhadap pembangunan di Kabupaten Madiun khususnya pada bidang industri yang bahan bakunya berasal dari hasil pertanian seperti usaha agroindustri brem di Kabupaten Madiun.

C. Keadaan Sarana Perekonomian Keadaan perekonomian suatu wilayah dikatakan maju apabila terjadi perkembangan perekonomian yang dapat dilihat dari ketersediaan sarana perekonomian yang memadai di wilayah tersebut. Sarana perekonomian yang terdapat di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada Tabel 10 berikut: Tabel 10. Sarana Perekonomian di Kabupaten Madiun No. Sarana Jumlah 1. Pasar Tradisional 35 2. Supermarket/Swalayan 15 3. Pedagang kaki lima (PKL) 1.442 4. Toko 9.856 5. Wartel 705 6. Warnet 6 7. Perusahaan 60 8. Industri Kecil 4.165 9. Bank 13 10. Hotel 6 11. Kantor Pos 3 12. Koperasi 21 Sumber : Kabupaten Madiun Dalam Angka Tahun 2008 Sarana perekonomian di atas dapat berjalan lancar jika ada dukungan dari sarana dan prasarana transportasi seperti jalan, jembatan, bus, truk, angkutan, dan lain-lain. Dari tabel 10 menunjukkan bahwa sarana perekonomian yang terdapat di Kabupaten Madiun sudah memadai, terbukti dengan banyaknya sarana perekonomian yang dimiliki oleh Kabupaten Madiun diantaranya adalah pasar tradisional 35 unit, supermarket/swalayan 15 unit, pedagang kaki lima 1.442 unit, toko 9.856 unit, wartel 706 unit, warnet unit, perusahaan 60 unit, industri kecil 4165 unit, bank 13 unit, hotel 6 unit, kantor pos 3 unit, dan koperasi 21 unit. Dengan adanya sarana perekonomian yang mendukung proses produksi dan pemasaran, diharapkan dapat mendorong berkembangnya usaha industri brem di Kabupaten Madiun. D. Keadaan Usaha Tani Kabupaten Madiun merupakan daerah agraris dimana 32,72 persen merupakan lahan sawah potensial penghasil padi. Produktivitas padi (padi sawah dan ladang) terus mengalami peningkatan dari mulai tahun 2003. Usaha tani yang banyak berkembang di Kabupaten Madiun adalah usaha komoditas pertanian, peternakan dan perikanan. Komoditas pertanian yang banyak diusahan penduduk adalah padi, jagung, tanaman pangan seperti kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau dan kedelai, buah- buahan dan sayur-sayuran, komoditas peternakan yang banyak diusahakan penduduk adalah ternak kambing, ternak domba, ternak babi, ternak itik, ternak mentok, ternak ayam, ternak kelinci, ternak sapi, ternak kerbau, dan ternak kuda. Sedangkan komoditas perikanan adalah petani ikan kolam yang diusahakan di Kecamatan Balerejo yaitu ikan tawes, ikan tombro, ikan nila , ikan lele, ikan gurami, dan ikan patin. Pengusaha brem walaupun usaha utamanya adalah industri brem namun mereka ada juga yang mengusahakan pertanian yaitu bertani padi ketan sebagai usaha sampingan untuk menambah penghasilan.

E. Keadaan Perindustrian Kabupaten Madiun merupakan kabupaten yang padat dengan industri. Salah satunya yaitu industri brem yang sebagian besar skala rumah tangga dan industri kecil, selain itu juga bisa dijumpai berbagai macam industri di Kabupaten Madiun yang mendukung perekonomian Kabupaten Madiun. Banyaknya industri di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini. Tabel 11. Jumlah Usaha dan Tenaga Kerja pada Sentra Industri Kecil Menurut Jenis Industri di Kabupaten Madiun Tahun 2008 Cabang Industri/ Jumlah No. Jumlah Usaha Bidang Usaha Tenaga Kerja A Industri Kimia 1. Grabah Tanah 55 60 2. Genteng 85 200 3. Batu Merah 115 615 4. Pande Besi 23 138 5. Tas Plasik 35 95 B Industri Agro 1. Gula Merah Tebu 20 1.223 2. Tempe 143 351 3. Tempe Kripik 21 42 4. Kue Manco 45 90 5. Tahu 21 125 6. Kue Satu 20 40 7. Kripik Ketela 20 66 8. Lempeng Beras 20 20 9. Krupuk Trasi 22 104 10. Emping Garit 45 90 11. Brem 60 239 C Industri Hasil Hutan 1. Sapu Ijuk 40 80 2. Mebel 20 160 3. Tikar Mendong 212 212 4. Anyaman Bambu 108 215 Jumlah 1.117 4.165 Sumber : Kabupaten Madiun Dalam Angka Tahun 2008 Berdasarkan pada Tabel 11 dapat diketahui bahwa usaha industri brem merupakan industri terbesar kedua untuk cabang industri hasil pertanian yaitu sebanyak 2 sentra usaha dengan jumlah unit usaha sebanyak 60 unit. Hal tersebut disebabkan brem merupakan salah satu makanan khas Kabupaten Madiun, dan saat ini di Kabupaten Madiun sedang dilakukan pengembangam usaha industri pembuatan brem agar dapat memenuhi permintaan brem yang semakin meningkat baik dalam kota dan luar kota. Industri brem yang terdapat di Kabupaten Madiun di beberapa Kecamatan dapat menyerap tenaga kerja sehingga diharapkan dapat mengurangi masalah pengangguran dan juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden Industri Brem Karakteristik responden merupakan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar belakang responden yang berkaitan dan berpengaruh terhadap kegiatannya dalam menjalankan usahanya. Responden pada penelitian ini adalah pengusaha industri brem yang pada masa penelitian masih aktif berproduksi dan berdomisili di Kabupaten Madiun. Karakteristik dari responden pengusaha industri brem meliputi umur responden, lama pendidikan, jumlah anggota keluarga, jumlah anggota keluarga yang aktif dalam produksi, jumlah tenaga kerja luar, lama mengusahakan, status usaha dan alasan usaha. Karakteristik responden pada usaha industri kecil brem di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini. Tabel 12. Identitas Responden Agroindustri Brem di Kabupaten Madiun No. Uraian Rata-rata per Responden 1. Umur responden (tahun) 46 2. Lama pendidikan (tahun) 8 3. Jumlah anggota keluarga (orang) 5 4. Jumlah anggota keluarga yang aktif 2 dalam produksi (orang) 5. Jumlah tenaga kerja luar (orang) 2 6. Lama mengusahakan (tahun) 20 Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 1 Menurut BPS, penduduk berumur < 15 tahun termasuk golongan penduduk yang belum produktif, umur 15 – 64 tahun termasuk golongan penduduk yang produktif, dan umur 65 tahun ke atas termasuk golongan penduduk yang sudah tidak produktif. Berdasarkan Tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa umur rata-rata pengusaha industri brem di Kabupaten Madiun adalah 46 tahun yang berarti termasuk dalam usia produktif. Pada usia produktif tersebut, produktivitas kerja pengusaha brem masih cukup tinggi sehingga lebih potensial dalam menjalankan usahanya sehingga masih ada peluang untuk terus mengembangkan usaha makanan yang berbahan baku beras ketan tersebut. Pada umumnya produsen yang masih berusia produktif akan lebih kreatif dan lebih bisa menerima informasi dan teknologi baru dengan cepat untuk kemajuan usahanya. Kegiatan selama proses produksi agroindustri brem menyita banyak waktu dan tenaga terutama pada saat proses pemasakan beras ketan dan pencetakan brem, sehingga diperlukan tenaga yang kuat untuk menjalankannya. Untuk itulah usia produktif dari produsen sangat diperlukan, karena biasanya usia produktif ini memiliki tenaga yang cukup kuat. Dengan kondisi umur tersebut, diharapkan usaha industri brem dapat terus dikembangkan karena para pengusaha masih memiliki produktivitas dan kemampuan bekerja yang tinggi. Sebagian besar pengusaha brem di Kabupaten Madiun pernah mengenyam pendidikan secara formal, walaupun pada tingkatan yang berbeda–beda. Rata-rata pendidikan formal yang ditempuh oleh responden pengusaha brem di Kabupaten Madiun adalah 8 tahun. Hal itu menunjukkan bahwa hampir sebagian besar responden hanya mengenyam pendidikan sampai pada tingkat SD atau yang sederajat (SR). Namun, ada sebagian responden yang juga sudah mencapai tingkat SLTP/SMP, yaitu selama 9 tahun. Meskipun pendidikan formal tidak menjadi syarat yang diperlukan dalam usaha industri brem, namun hal tersebut akan mempengaruhi pola pikir pengusaha brem dalam setiap pengambilan keputusan usaha mereka. Hal itu juga akan berpengaruh pula pada strategi-strategi pengembangan usaha industri brem yang mereka terapkan karena dengan semakin tingginya pendidikan maka pengusaha akan lebih bisa berpikir secara rasional dalam menetapkan strategi usaha yang harus diambil misalnya strategi dalam pemasaran brem, pemilihan bahan baku yaitu beras ketan yang berkualitas bagus, pemilihan alat dan tekonologi yang digunakan dalam produksi brem dan pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang akan diperoleh. Jumlah rata–rata anggota keluarga pengusaha brem di Kabupaten Madiun sebanyak 5 orang. Besar kecilnya jumlah anggota keluarga ini berpengaruh terhadap ketersediaan jumlah tenaga kerja industri brem, terutama tenaga kerja yang berasal dari anggota keluarga yang ikut aktif dalam kegiatan produksi. Jumlah anggota keluarga yang ikut aktif dalam usaha industri brem rata-rata hanya 2 orang. Anggota keluarga yang dimaksud selain keluarga inti juga saudara yang tinggal serumah dengan produsen dan rata-rata tenaga kerja luar usaha industri brem ini adalah 2 orang, sehingga jumlah seluruh tenaga kerja usaha industri brem adalah 4 orang. Biasanya anggota keluarga yang aktif dalam usaha industri brem adalah suami dan istri, sedangkan anggota keluarga yang lain bekerja pada sektor lain, masih menempuh pendidikan, berada di luar kota atau termasuk usia non produktif (anak- anak dan manula). Pengalaman usaha yang dimiliki oleh para produsen brem juga sangat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan dari usaha tersebut. Usaha industri brem di Kabupaten Madiun telah berlangsung cukup lama, hal ini terbukti dengan lamanya pengalaman usaha yang dimiliki oleh para pengusaha yaitu rata-rata berkisar 20 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa responden telah cukup lama dalam menjalankan usahanya, sehingga mereka memiliki cukup pengalaman dalam memproduksi brem. Semakin lama waktu mengusahakan, maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh para pengusaha dan banyaknya pengalaman yang dimiliki oleh para pengusaha akan berguna untuk mengatasi berbagai kendala usaha yang mereka hadapi. Selain itu, dengan lama mengusahakan selama 20 tahun sudah membuat para pengusaha brem di Kabupaten Madiun dalam memperbaiki taraf hidup dan kesejahteraan keluarga pengusaha brem. Sedangkan alasan responden dalam menjalankan usahanya sebagai pengusaha brem dapat dilihat pada Tabel 13 dibawah ini.

Tabel 13. Alasan Mengusahakan Agroindustri Brem di Kabupaten Madiun Jumlah Prosentase No. Alasan Usaha (Responden) (%) 1. Usaha warisan 5 16,67 2. Tidak mempunyai pekerjaan lain 7 23,33 3. Pengalaman sebagai buruh 3 10,00 4. Lebih menguntungkan daripada 15 50,00 usaha lain Jumlah 30 100,00 Sumber: Diolah dan Diadopsi dari Lampiran 1 Tabel 13 menunjukkan bahwa usaha industri brem di Kabupaten Madiun diusahakan karena beberapa alasan. Alasan yang paling besar yaitu sebesar 50% (15 responden) mengusahakan industri brem karena mereka menganggap usaha ini menguntungkan dan masih ada peluang untuk dikembangkan sebab bahan baku dan proses pembuatannya mudah untuk dilakukan sehingga memungkinkan adanya inovasi baru dalam proses pembuatannya. Ada sebagian responden tersebut juga mencoba untuk mengadakan usaha lain untuk menambah penghasilan, seperti bertani, berdagang, dan kuli bangunan. Kenyataannya, usaha sampingan yang dijalankan pengusaha brem tersebut mendatangkan keuntungan yang tidak begitu besar dibanding dengan mengusahakan industri brem. Oleh karena itu mereka lebih memilih untuk mengusahakan industri brem. Usaha industri brem di Kabupaten Madiun telah berlangsung cukup lama dan sudah diwariskan turun temurun dari orang tua kepada anak-anaknya dimana sebelumnya usaha yang diwariskan tersebut sudah cukup sukses dijalankan oleh orang tua produsen. Karena alasan ini pengusaha menjalankan usaha industri brem adalah usaha warisan dari orang tuanya yaitu sebanyak 5 responden (16.67%). Sebelum mengusahakan industri brem, ada sebagian responden yaitu sebesar 10% (3 responden) mengusahakan karena pengalaman mereka sebagai buruh industri brem. Kemudian setelah berpengalaman mereka pindah jalur untuk mengusahakan sendiri industri brem. Pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh dari pekerjaannya sebagai buruh mendorong responden mengembangkan sendiri usaha industri brem dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup. Sedangkan alasan lain responden mengusahakan industri brem karena tidak mempunyai pekerjaan lain yaitu sebesar 23,33% (7 responden), maka mereka mencoba mengembangkan usaha industri brem ini untuk mendapatkan penghasilan. Setiap usaha yang dilakukan dapat merupakan usaha utama ataupun usaha sampingan. Begitu juga dengan usaha industri kecil brem di Kabupaten Madiun. Berikut ini tabel mengenai status usaha industri brem di Kabupaten Madiun.

Tabel 14. Status Usaha Agroindustri Brem di Kabupaten Madiun. No. Status Usaha Jumlah (Responden) Prosentase (%) 1. Utama 19 63,33 2. Sampingan 11 36,67 Jumlah 30 100 Sumber: Diolah dan Diadopsi dari Lampiran 1 Kegiatan usaha industri brem ini rata-rata dilakukan karena merupakan pekerjaan atau usaha utama 19 responden yang sebagian besar waktu mereka digunakan untuk menjalankan usaha industri brem, sedangkan 11 responden mengusahakan industri brem sebagai usaha sampingan. Tabel 14 menunjukkan bahwa responden sebesar 19 responden (63,33%) menjadikan usaha industri brem ini sebagai usaha utama karena mampu memberikan penghasilan yang cukup untuk menopang kebutuhan hidup sehari-hari. Rata-rata keuntungan yang diperoleh pengusaha brem sudah cukup dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan bisa dipakai sebagai modal untuk melaksanakan proses produksi brem selanjutnya sehingga bisa tetap menjaga keberlangsungan usaha industri brem di Kabupaten Madiun. Responden yang menjadikan usaha brem menjadi pekerjaan sampingan karena respoden memiliki pekerjaan utama sebagai pedagang, petani, PNS, dan toko.

Modal Usaha Industri Brem Untuk memulai usaha industri brem, pengusaha membutuhkan modal, baik untuk membeli peralatan maupun bahan-bahan yang dibutuhkan. Sumber modal tersebut dapat berasal dari modal sendiri atau modal pinjaman dari bank. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini. Tabel 15. Sumber Modal Usaha Agroindustri Brem di Kabupaten Madiun. No. Uraian Jumlah (Responden) Prosentase (%) 1. Modal sendiri 15 50 2. Pinjaman 15 50 Jumlah 30 100,00 Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 1 Berdasarkan Tabel 15 di atas dapat dilihat bahwa sebagian pengusaha brem di Kabupaten Madiun yaitu sebanyak 15 orang (50%) memulai untuk menjalankan usaha industri brem dengan menggunakan modal sendiri yang berasal dari modal pengusaha itu sendiri. Walaupun pada awalnya pengusaha hanya memiliki sedikit modal, mereka lebih memilih menggunakan modal sendiri dengan memproduksi dalam skala yang kecil, yaitu kira-kira 30 hingga 50 kg per satu kali produksi. Setelah diperoleh keuntungan maka pengusaha menambah kapasitas produksinya yang sekarang hingga hampir mencapai 300 kg per satu kali produksi. Namun, ada 15 responden (50%) memulai usahanya yang sumber modal usahanya berasal dari pinjaman Bank Rakyat Indonesia. Hal ini disebabkan fasilitas perkreditan yang ada di Kabupaten Madiun sudah cukup memadai dan akses untuk meminjam ke bank cukup mudah serta dengan bunga yang cukup ringan. Modal usaha pertama dari para pengusaha industri ini pada awalnya diperoleh dari hasil kerjasama dengan memperoleh pinjaman dari Bank Rakyat Indonesia, namun setelah industri ini berkembang maka dengan sendirinya modal didapat dari hasil pemasaran tanpa bantuan dari bank

Bahan Baku Usaha Industri Brem Bahan baku utama yang digunakan dalam usaha industri brem adalah beras ketan yang diperoleh dengan cara membeli dari pedagang pengumpul dan bukan dari hasil sendiri. Pengadaan bahan baku tersebut dapat dilihat pada Tabel 16 berikut ini.

Tabel 16. Pengadaan Bahan Baku Dalam Usaha Agroindustri Brem di Kabupaten Madiun No Uraian Jumlah Responden Prosentase (%) 1. Pengadaan a. Hasil sendiri 0 0,00 b. Beli 30 100,00 Jumlah 30 100,00 2. Tempat Pembelian a. Pasar 0 0,00 b.Pedagang pengumpul 30 100,00 Jumlah 30 100,00 3. Frekuensi Pembelian a. 1 bulan sekali 16 53,33 b. 2 bulan sekali 12 40,00 c. 3 bulan sekali 2 6,67 Jumlah 30 100,00 4. Cara Pembayaran a. Kontan 30 100,00 b. Kredit 0 0,00 Jumlah 30 100,00 Sumber: Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 3 Berdasarkan pada Tabel 16 di atas, dapat diketahui bahwa semua responden pengusaha brem di Kabupaten Madiun mendapatkan bahan baku yang berupa beras ketan tersebut dengan cara membeli dari pedagang pengumpul (penyetor), yaitu sebesar 30 responden (100%). Beras ketan yang dipergunakan dalam pembuatan brem di Kabupaten Madiun tidak hanya diperoleh dari daerah dalam Kabupaten Madiun namun juga dari daerah luar Kabupaten Madiun seperti daerah Kabupaten Ngawi, Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten Bojonegoro. Meskipun beras ketan tersebut juga dapat diperoleh dari daerah dalam Kabupaten Madiun namun demikian dari semua produsen brem tidak ada yang menghasilkan sendiri beras ketan tersebut. Produsen brem membeli bahan baku beras ketan melalui pedagang pengumpul (penyetor) yang berada di dalam Kabupaten Madiun (Kecamatan Mejayan, Wonoasri, Balerejo, Pilang Kenceng, Saradan, Gemarang dan Ngargoyoso) maupun di luar Kabupaten Madiun (Ngawi, Nganjuk, dan Bojonegoro). Pada saat penelitian, harga beras ketan dari pedagang pengumpul (penyetor) sebesar Rp 5.800,00 per kg, rata-rata jumlah beras ketan yang digunakan untuk memproduksi brem di Kabupaten Madiun dalam waktu satu bulan adalah 1.545 kilogram. Dalam satu bulan pengusaha brem melakukan produksi brem antara 7 hingga 15 kali produksi, hal ini tergantung pada pesanan dan jumlah modal yang dimiliki. Dalam melakukan pembelian beras ketan, frekuensi pembelian ada yang membeli satu bulan sekali atau lebih dari satu bulan. Sebanyak 16 responden (53,33%) melakukan pembelian setiap satu bulan sekali. Hal tersebut dilakukan mengingat ketersediaan dana untuk membeli beras ketan terbatas. Selain itu ada sebagian besar responden yang melakukan pembelian beras ketan lebih dari satu bulan sekali, yaitu sebanyak 12 responden (40%) melakukan pembelian beras ketan setiap dua bulan sekali dan sebanyak 2 responden (6,67%) melakukan pembelian beras ketan setiap 3 bulan sekali. Mereka melakukan penimbunan untuk mencegah kehabisan stok bahan baku karena usaha industri brem berproduksi 15 kali dalam satu bulan. Selain itu, pengusaha dalam penyimpanan bahan baku tidak memerlukan perawatan khusus tetapi hanya dengan menyimpan di tempat yang kering sehingga beras ketan aman untuk disimpan lama dan dapat digunakan sebagai bahan baku cadangan yang sewaktu-waktu dapat digunakan apabila ada pesanan untuk memproduksi brem. Cara pembayaran dalam melakukan pembelian beras ketan, semua responden (100%) melakukan pembayaran dengan cara kontan. Pengusaha melakukan pembelian dengan cara pedagang pengumpul mengantarkan beras ketan kepada pengusaha brem sesuai dengan pesanan kemudian melakukan transaksi pembelian beras ketan secara langsung dengan membayar sejumlah harga yang telah ditentukan oleh pedagang pengumpul dengan uang tunai (kontan) kepada pedagang pengumpul atau dapat juga dibayar tunai dibelakang. Pembayaran bahan baku beras ketan tersebut dilakukan apabila brem yang diproduksi sudah dijual. Pembayaran dilakukan minimal satu minggu setelah pembelian dan maksimal satu bulan setelah pembelian.

Peralatan Usaha Agroindustri Brem Pengusaha brem selain membutuhkan bahan baku dan bahan penolong untuk menjalankan usahanya, juga memerlukan peralatan yang digunakan dalam proses produksi. Alat-alat yang digunakan dalam proses produksi usaha industri kecil brem di Kabupaten Madiun masih sederhana. Peralatan yang digunakan untuk memproduksi brem meliputi : a. Mixer besar, berfungsi sebagai alat untuk mencampur brem dengan soda selain itu juga berfungsi untuk mengentalkan adonan. b. Alat Pengepres, berfungsi sebagai alat untuk memeras sari tape ketan yang telah didiamkan selama 7 hari setelah diberi ragi. c. Meja Cetakan, berfungsi untuk mencetak adonan agar menjadi padat. d. Dandang, berfungsi sebagai alat untuk menanak beras ketan yang terbuat dari stainless steel dan berkapasitas besar sesuai dengan kebutuhan. e. Kwali, berfungsi sebagai alat yang terbuat dari tembaga untuk merebus sari tape ketan yang telah diperas airnya. f. Gayung, berfungsi sebagai alat untuk mengaduk adonan dan mengaduk sari tape ketan. g. Centong, berfungsi sebagai alat untuk mengaduk beras ketan pada saat dimasak, terbuat dari bathok/tempurung kelapa ada juga yang terbuat dari alumunium atau plastik. h. Penggaris, berfungsi sebagai alat untuk menggaris brem pada saat dipotong agar ukurannya sama terbuat dari kayu. i. Pisau, berfungsi untuk memotong brem yang telah memadat. j. Mesin Diesel, berfungsi untuk menggerakkan mixer dengan menggunakan bahan bakar solar. k. Bak, berfungsi sebagai alat untuk mencuci beras ketan, selain itu bak juga digunakan sebagai tempat pada saat penyimpanan beras ketan setelah diberi ragi. l. Nampan, berfungsi sebagai tempat untuk mendinginkan atau mengangin-anginkan beras ketan setelah ditiriskan, dan juga sebagai tempat untuk mencampur beras ketan dengan ragi, selain itu juga sebagai tempat untuk menjemur brem setelah dipotong.

Proses Produksi Pembuatan Brem Proses pembuatan brem diawali dengan merendam beras ketan kurang lebih selama 30 menit kemudian dicuci sampai bersih dari kotoran atau campuran dengan kerikil yang ada, setelah beras ketan tersebut bersih kemudian beras ketan ditaruh di dalam dandang lalu ditanak hingga matang kurang lebih selama 2 jam dengan menggunakan kompor tradisional yang terbuat dari batu dan kayu sebagai bahan bakar. Setelah masak kemudian beras ketan tersebut ditiriskan sampai dingin, kemudian ditambah dengan ragi sesuai kebutuhan, yaitu kira-kira 1 bungkus ragi (24 biji) untuk 60 kg beras ketan (1 dandang). Ragi ditabur-taburkan sedikit demi sedikit di atas beras ketan sambil diaduk-aduk agar ragi tercampur secara merata dengan beras ketan. Setelah ditambahkan ragi beras ketan disimpan dalam bak, kemudian didiamkan selama tujuh hari dan akan terjadi proses fermentasi. Setelah tujuh hari, beras ketan tersebut dipres dengan alat pengepres tape untuk diambil sari tapenya. Sari tape tersebut kemudian disaring dan dimasak dengan cara direbus hingga mendidih dengan suhu yang tinggi kurang lebih selama 60 menit. Setelah direbus kemudian sari tape tersebut dicampur dengan soda menggunakan mixer besar sampai menjadi kental dan dari bahan yang semula berwarna coklat hingga berwarna seperti brem pada umumnya. Soda ditambakan dalam sari tape sesuai kebutuhan, yaitu satu bungkus soda untuk 30 liter sari tape, sedangkan sense ditambahkan pada sari tape untuk pembuatan brem rasa sesuai keinginan. Satu botol sense dapat digunakan untuk 30 liter sari tape. Setelah dicampur menggunakan mixer kemudian adonan tersebut dituang di atas meja panjang atau meja cetakan, diuleni, diratakan dan didiamkan selama 1 hari bahan akan mengeras dengan sendirinya. Dalam hal ini cuaca sangat berpengaruh, cuaca panas akan sangat mendukung proses ini karena dibutuhkan suhu yang panas untuk membuat bahan menjadi keras (menjadi brem). Keesokan harinya setelah adonan keras atau sudah menjadi brem, kemudian diratakan dengan menggunakan penggaris lalu dipotong-potong sesuai dengan ukuran yang diperlukan biasanya 8cmx20cm. Setelah dipotong, brem dijemur dibawah sinar matahari selama 1 hari agar brem lebih kering dan tahan labih lama. Setelah dijemur, brem dikemas dengan cara dilapisi plastik kemudian dimasukkan ke dalam kotak yang telah diberi label dan dibungkus dengan plastik. Tahapan proses produksi pembuatan brem padat Di Kabupaten Madiun dapat digambarkan dalam skema berikut ini.

Beras Ketan

Direndam (dicuci)

Ditanak

Didinginkan

Ragi Dicampurkan

Didiamkan 7 hari (fermentasi)

Dipres dengan alat pengepres Diambil sarinya

Disaring

Direbus

Soda Dicampur dengan mixer

Dituang di meja cetakan

Didiamkan (1 hari)

Diratakan dengan penggaris

Dipotong

Dijemur

BREM Gambar 1. Proses Produksi Pembuatan Brem Di Kabupaten Madiun

Brem yang dihasilkan ini kemudian dikemas dengan cara dilapisi plastik lalu dimasukkan ke dalam kotak yang telah diberi label dan dibungkus dengan plastik. Setelah dikemas dalam kotak yang telah diberi label brem siap untuk dipasarkan ke pasar, stasiun, terminal, toko, dan agen-agen. Brem dipasarkan dengan cara diantarkan langsung oleh pengusaha brem atau dapat juga diambil oleh pedagang pengumpul dengan mengambil brem ke rumah pengusaha brem.

Pemasaran Daerah pemasaran brem yang diproduksi di Kabupaten Madiun sebagian bersifat lokal, yaitu di Kabupaten Madiun. Namun, ada juga yang memasarkan di luar kota, yaitu di Ngawi, Ponorogo, Nganjuk, Jogja, Jombang, Pacitan, Kediri, Malang, Magetan, Dolopo, Madura, Surabaya, Pagotan, Tuban, dan Mantingan. Daerah pemasaran brem di Kabupaten Madiun meliputi pasar, stasiun, terminal, tempat wisata, toko pusat oleh-oleh, dan swalayan yang ada di Kabupaten Madiun. Biasanya pengusaha brem tersebut memasarkan sendiri dengan cara mengantarkan/menyetorkan brem ke tempat-tempat tersebut. Pemasaran brem di Kabupaten Madiun dilakukan dengan dua cara yaitu dijual melalui pedagang pengumpul dan langsung dijual kepada konsumen. Produsen brem yang menjual hasil produksinya langsung kepada konsumen yang berada di daerah Kabupaten Madiun dapat dijual sendiri di rumah atau dengan menjualnya ke toko- toko, stasiun, terminal, tempat wisata, dan pusat oleh-oleh di sekitar Kabupaten Madiun dengan mengantar hasil produksinya ke tempat-tampat tersebut. Bahkan ada juga produsen yang menjual hasil produksinya langsung ke pasar yang ada di sekitar mereka atau dijual ketika ada pameran/ pasar murah. Pemasaran produk brem di luar Kabupaten Madiun dilakukan dengan cara pedagang pengumpul mengambil brem langsung di rumah produsen atau sebaliknya produsen brem yang mengantarkan ke agen di luar Kabupaten Madiun, dapat juga melalui paket yang biayanya ditanggung produsen. Beberapa alasan yang menyebabkan para produsen menjual hasil produksinya dengan dua alasan. Alasan produsen brem memilih menjual ke pedagang pengumpul yaitu karena mereka memperoleh kepastian produksinya terjual dan kepastian harga, tetapi biasanya produsen yang menjual brem kepada pedagang pengumpul akan menerima pembayaran brem lebih rendah daripada bila produsen langsung menjual brem hasil produksinya kepada konsumen. Hal ini dilakukan oleh pedagang pengumpul supaya mereka tidak mengalami kerugian atau agar pedagang pengumpul dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan menjual brem tersebut. Sebaliknya alasan para produsen memilih menjual langsung ke konsumen atau ke pasar yaitu agar mereka memperoleh harga yang lebih tinggi daripada jika mereka menjual kepada pedagang pengumpul yang ada di daerah tersebut. Selain itu, penjualan brem kepada konsumen secara langsung dapat mengurangi biaya ongkos pengiriman dan tranportasi sebab produsen tidak perlu mengirim atau mengantarkan ke daerah lain. Hal tersebut karena konsumen dapat langsung datang kerumah atau produsen yang mengantarkan sendiri ke toko-toko atau pasar terdekat.

Analisis Usaha Agroindustri Brem 1. Analisis Biaya Biaya adalah nilai korbanan yang dikeluarkan dalam proses produksi. Biaya dalam penelitian ini adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk proses pembuatan brem di Kabupaten Madiun, baik biaya yang benar-benar dikeluarkan atau tidak benar-benar dikeluarkan. Biaya tersebut terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.

a) Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang digunakan dalam usaha industri brem yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk brem yang dihasilkan. Biaya tetap dalam usaha industri brem di Kabupaten Madiun meliputi biaya penyusutan peralatan, bunga modal investasi, dan biaya tenaga kerja. Biaya penyusutan peralatan dan biaya bunga investasi sebenarnya tidak benar-benar dikeluarkan oleh pengusaha brem, tetapi karena dalam penelitian ini menggunakan konsep keuntungan, maka biaya ini harus diperhitungkan. Rata- rata biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 17 berikut ini. Tabel 17. Rata-rata Biaya Tetap Usaha agroindustri Brem di Kabupaten Madiun Bulan Desember 2009 Rata-rata Prosentase No. Jenis Biaya Tetap (Rp/bulan) (%) 1. Tenaga kerja 2.710.333,33 88,52 2. Penyusutan peralatan 303.716,49 9,92 3. Bunga modal investasi 47.854,95 1,56 Jumlah 3.061.904,78 100,00 Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 9 Tabel 17 menunjukkan bahwa sumber biaya tetap usaha industri brem terbesar berasal dari biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp 2.710.333,33 (88,52%) selama satu bulan. Upah tenaga kerja bervariasi antara Rp 14.000,00 hingga Rp 75.000,00 per orang selama satu hari. Penentuan upah tersebut didasarkan pada jenis pekerjaan yang mereka kerjakan. Untuk tenaga kerja memasak dan mencetak brem rata-rata dibayar Rp 16.000 hingga Rp. 27.000 per orang. Sedangkan untuk tenaga kerja pengemas Rp 14.000 hingga Rp. 24.000 per orang berdasarkan banyaknya brem yang harus dikemas. Untuk tenaga kerja pemasaran Rp 50.000 hingga Rp. 75.000 per orang berdasarkan jauh dekatnya jarak pemasaran. Perhitungan upah tenaga kerja dalam penelitian ini meliputi upah tenaga kerja keluarga dan upah tenaga kerja luar. Tenaga kerja usaha industri brem sebagian besar berasal dari tenaga kerja keluarga. Sebenarnya tenaga kerja keluarga dalam kenyataannya tidak diberi upah, namun konsep yang digunakan adalah keuntungan sehingga dalam perhitungan tetap dimasukkan. Perbedaan jumlah biaya tetap per produsen ini dipengaruhi oleh perbedaan volume produksi, yang mengakibatkan perbedaan jumlah peralatan yang dimiliki. Semakin banyak volume produksi maka semakin banyak pula peralatan yang diperlukan dalam proses produksi brem sehingga biaya penyusutan peralatanya juga semakin besar. Pengusaha menggunakan peralatan dalam pelaksanaan proses produksi brem. Peralatan yang digunakan masih sederhana dan dibeli pada awal mereka mulai menjalankan usaha industri brem sehingga biaya penyusutan peralatan juga kecil. Biaya penyusutan peralatan berada pada urutan kedua yaitu sebesar Rp 303.716,49 (9,92%) selama satu bulan. Besarnya biaya penyusutan peralatan dapat dihitung dengan rumus : Nilai Investasi Awal - Nilai Investasi Akhir Penyusutan per Bulan = Umur Ekonomis (Bulan)

Sedangkan biaya bunga modal investasi berada pada urutan ketiga, yaitu sebesar Rp 47.854,95 (1,56%). Untuk menghitung bunga modal investasi menggunakan rumus : (M - R)(N +1) é + Rù ê 2N ú B = ë û x i t Keterangan: B = Bunga modal (Rp) M = Nilai investasi awal (Rp) R = Nilai investasi akhir (Rp) N = Masa ekonomis (bulan) i = Suku bunga t = Jumlah bulan dalam setahun Nilai suku bunga diperoleh dari data Bank Indonesia yaitu sebesar 6,5 % pada bulan Desember 2009, sebab penelitian ini dilakukan pada bulan tersebut. b) Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang digunakan dalam proses pembuatan brem yang besarnya berubah-ubah secara proporsional terhadap kuantitas output yang dihasilkan. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya variabel usaha industri brem di Kabupaten Madiun adalah biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya bahan bakar, biaya pengemasan, dan biaya transportasi yang dinyatakan dalam satuan rupiah. Rata-rata biaya variabel usaha industri kecil brem di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini. Tabel 18. Rata-Rata Biaya Variabel Usaha Agroindustri Brem di Kabupaten Madiun Bulan Desember 2009 Rata-rata Prosentase No. Jenis Biaya Variabel (Rp/bulan) (%) 1. Bahan Baku 8.961.000,00 74,48 2. Bahan Penolong 352.510,00 2,93 3. Bahan Bakar 441.640,00 3,67 4. Bahan Pengemasan 1.645.095,00 13,67 5. Transportasi 631.666,67 5,25 Jumlah 12.031.911,67 100,00 Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 12 Tabel 18 menunjukkan bahwa rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan pengusaha brem di Kabupaten Madiun selama satu bulan adalah sebesar Rp

12.031.911,67. Penggunaan biaya variabel ini dipengaruhi oleh penggunaan jumlah bahan baku dan bahan penolong, serta jumlah brem yang diproduksi. Biaya variabel terbesar dari usaha industri brem berasal dari biaya bahan baku. Rata-rata biaya untuk bahan baku yang dikeluarkan pengusaha brem selama satu bulan sebesar Rp 8.961.000,00 (74,48%). Besarnya kontribusi biaya bahan baku dikarenakan bahan baku harus dibeli melalui pedagang pengumpul (penyetor). Selain itu harga bahan baku beras ketan berfluktuasi. Harga bahan baku brem yang berupa beras ketan rata-rata sebesar Rp 5.800,00 per kg. Masing-masing pengusaha brem membeli beras ketan dalam jumlah yang berbeda-beda. Perbedaan kapasitas produksi ini disebabkan oleh jumlah modal yang dimiliki oleh pengusaha brem, ada pengusaha yang memiliki modal banyak dan ada pengusaha yang memiliki modal sedikit. Jika modalnya banyak, maka pengusaha brem akan menjalankan usahanya dengan kapasitas/volume produksi yang besar dan jika modalnya sedikit maka volume produksinya kecil. Biaya pengemasan menempati urutan kedua dari biaya variabel yang dikeluarkan oleh pengusaha brem di Kabupaten Madiun. Rata-rata biaya pengemasan yang dikeluarkan selama satu bulan sebesar Rp 1.645.095,00 (13,67%). Kemasan brem yang digunakan adalah kardus yang telah diberi label kemudian ditutup lagi dengan plastik. Pengusaha brem memesan kemasannya kepada agen percetakan. Rata-rata harga kemasan brem sebesar Rp. 288,00 per kotak. Penjualan brem dilakukan dengan cara dijual sendiri dan atau melalui pedagang perantara. Produsen yang menjual brem kepada pedagang perantara akan menerima pembayaran brem lebih rendah daripada bila produsen langsung menjual brem hasil produksinya kepada konsumen. Selisih harga brem yang dijual langsung kepada konsumen dan brem yang dijual kepada pedagang perantara adalah antara Rp 100,00 sampai Rp 500,00 per kotak, hal ini disesuaikan dengan jumlah dan ukuran brem yang dijual. Brem yang dijual dalam skala besar biasanya dijual kepada pedagang perantara untuk menghemat biaya transportasi, namun ada juga pengusaha yang menyetor brem ke pedagang pengumpul. Rata-rata biaya transportasi yang dikeluarkan oleh pengusaha brem selama satu bulan adalah sebesar Rp 631.666,67 (5,25%), yang menempati urutan ketiga dari biaya variabel yang dikeluarkan pengusaha brem. Besar kecilnya biaya transportasi dipengaruhi oleh jarak daerah pemasaran. Semakin jauh jarak daerah pemasaran, semakin besar biaya yang dikeluarkan. Biasanya pemasaran dilakukan setiap dua sampai tiga kali produksi karena untuk menghemat biaya transportasi. Biaya bahan bakar yang dikeluarkan oleh pengusaha brem rata-rata sebesar Rp 441.640 (3,67%) selama satu bulan. Biaya bahan bakar menempati urutan keempat dari biaya variabel yang dikeluarkan oleh pengusaha brem. Bahan bakar yang digunakan dalam kegiatan proses produksi pembuatan brem bermacam-macam, yaitu menggunakan kayu bakar, minyak tanah, dan solar. Dalam proses produksi brem menggunakan tungku yang terbuat dari batu bata yang disusun dan kayu sebagai bahan bakarnya sedangkan minyak tanah hanya digunakan sebagai tambahan. Kebutuhan bahan bakar tergantung dari jumlah beras ketan yang dimasak. Sedangkan solar digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel untuk menggerakkan mixer. Namun sekarang ini ketersediaan minyak tanah semakin langka dan harganya juga semakin meningkat yaitu rata-rata Rp 6.000 hingga Rp 7.000 per liter. Harga minyak tanah yang mahal tersebut juga akan mempengaruhi tingginya biaya bahan bakar yang dikeluarkan oleh pengusaha brem. Sedangkan alasan pengusaha memakai kayu bakar sebagai bahan bakar utama yaitu karena harga kayu bakar dirasa lebih murah daripada minyak tanah dan lebih mudah mendapatkan kayu bakar di pasaran Rata-rata biaya bahan penolong yang dikeluarkan oleh pengusaha brem selama satu bulan sebesar Rp 352.510 (2,93%) dan ini merupakan biaya variabel yang paling kecil yang dikeluarkan oleh pengusaha brem. Bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi brem adalah ragi, soda, dan sence. Ragi tersebut harganya sekitar Rp 7.500,00 per bungkus dengan isi 25 butir. Satu bungkus ragi dapat dipakai untuk 60 kg beras ketan. Apabila saat musim hujan akan membutuhkan ragi yang lebih banyak pada proses fermentasi, karena pada saat musim hujan proses fermentasi ketan membutuhkan waktu yang lebih lama dari biasanya. Oleh karena itu, perlu adanya penambahan sedikit ragi untuk mempercepat proses fermentasi ketan yaitu sekitar 5 sampai 10 butir untuk 60 kg beras ketan. Sedangkan harga soda yang digunakan sekitar Rp. 1.300,00 per bungkus untuk 30 liter sari tape (1 mixer), dan sence yang digunakan rata-rata satu botol untuk 30 liter sari tape (1 mixer) dengan harga rata-rata Rp. 3.000,00 per botol. c) Biaya Total Biaya total adalah hasil dari penjumlahan seluruh biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan selama proses produksi. Besarnya rata-rata biaya total untuk proses produksi brem selama satu bulan dapat dilihat pada Tabel 19 berikut. Tabel 19. Rata-rata Biaya Total Usaha Agroindustri Brem di Kabupaten Madiun Bulan Desember 2009 Rata-rata Biaya Total Prosentase No. Jenis Biaya Total (Rp/bulan) (%) 1. Biaya Tetap 3.061.904,78 20,29 2. Biaya Variabel 12.031.911,67 79,71 Jumlah 15.093.816,45 100,00 Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 13 Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa rata-rata biaya total yang dikeluarkan pengusaha brem di Kabupaten Madiun selama satu bulan adalah sebesar Rp 15.093.816,45. Biaya terbesar yang dikeluarkan dalam usaha industri brem berasal dari biaya variabel yaitu sebesar Rp 12.031.911,67 (79,71%). Hal ini disebabkan komposisi biaya variabel lebih banyak dibandingkan dengan komposisi biaya tetap sehingga biaya variabel yang dikeluarkan lebih besar. Selain itu juga disebabkan karena tingginya harga bahan baku untuk proses produksi brem. Sedangkan rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 3.061.904,78 (20,29%).

2. Penerimaan Penerimaan pengusaha industri brem merupakan perkalian antara total produk (brem) yang terjual dengan harga per satuan produk (brem). Penerimaan usaha industri kecil brem di Kabupaten Madiun selain berasal dari hasil penjualan produk brem juga diperoleh dari hasil penjualan ampas beras ketan dari hasil produksi. Biasanya brem seluruhnya terjual, bila ada pengembalian brem yang tidak terjual maka brem tersebut disortir dan brem yang masih bagus kualitasnya diolah kembali digunakan sebagai campuran. Penerimaan dari usaha industri brem dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Rata-Rata Penerimaan Usaha Agroindustri Brem di Kabupaten Madiun Bulan Desember 2009 No Uraian Hasil Kecil Hasil Sedang Hasil Besar 1. Rata-rata produksi 1.280,00 4.957,00 681,00 (kotak) 2. Harga rata-rata per kotak 2.050,00 3.483,33 5.300,00 (Rp) 3. Rata-rata penerimaan 2.714.750,00 15.858.250,00 3.553500,00 (Rp) 4. Penjualan ampas (Rp) 121.430,00 5. Rata-rat total 18.069.096,00 penerimaan (Rp) Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 14 Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa rata-rata produksi brem selama satu bulan untuk kemasan kecil sebesar 1.280,00 kotak, untuk kemasan sedang sebesar 4.967,00 kotak, dan untuk kemasan besar sebesar 681,00 kotak. Dengan adanya variasi ukuran kemasan yang dihasilkan maka harga jualnya juga berbeda- beda. Harga rata-rata brem untuk kemasan kecil adalah Rp 2.050,00; rata-rata untuk kemasan sedang Rp 3.483,33; dan harga rata-rata untuk kemasan besar adalah Rp 5.300,00. Pada proses pembuatan brem akan dihasilkan ampas beras ketan dari proses pemerasan tape, ampas beras ketan ini digunakan untuk pakan ternak sapi. Hasil penjualan ampas beras ketan rata-rata dalam satu bulan sebesar Rp. 121.430,00. Dari rata-rata produksi yang terjual, harga rata-rata brem, dan rata-rata penjualan ampas maka dapat dihasilkan penerimaan. Besarnya rata-rata penerimaan yang diperoleh dari usaha industri brem selama satu bulan adalah sebesar Rp 18.069.096,00 per pengusaha brem. Besarnya penerimaan dipengaruhi oleh jumlah brem yang diproduksi oleh setiap pengusaha, yaitu semakin banyak jumlah brem yang diproduksi maka akan semakin besar pula penerimaan. Selain itu, banyaknya jumlah ampas yang terjual juga mempengaruhi penerimaan, semakin banyak jumlah ampas yang terjual maka semakin besar penerimaan. Dengan perbedaan ukuran kemasan dan cara penjualannya akan mempengaruhi harga yang diterima pengusaha sehingga penerimaan setiap pengusaha juga berbeda-beda. Brem dikemas dalam kardus yang sudah diberi label sesuai dengan merk dari industri brem masing-masing dan dilapisi dengan plastik dalam bentuk kotak dimana untuk brem kemasan kecil mempunyai ukuran 4 cm x 12 cm, kemasan sedang mempunyai ukuran 6 cm x 16 cm, dan kemasan besar mempunyai ukuran 9 cm x 20 cm. Semua produk brem yang diproduksi oleh industri brem di Kabupaten Madiun telah didaftarkan pada Dinas Kesehatan dan telah mempunyai No. P. IRT. Brem mempunyai daya tahan yang cukup lama yaitu kurang lebih selama 6 bulan, sehingga untuk penentuan tanggal kadaluarsanya biasanya pengusaha brem menentukan sampai batas 5 bulan setelah brem dihasilkan dari proses produksi. Cara penjualan dan pemasaran juga sangat mempengaruhi penerimaan, apabila cara penjualan bagus maka akan semakin banyak brem yang terjual. Sedangkan apabila pemasaran brem sudah cukup luas, dalam artian sudah mempunyai langganan pedagang pengumpul di pasar, stasiun, terminal, swalayan, dan toko-toko atau pamasarannya luas keluar kota maka akan semakin banyak pula brem yang terjual sehingga penerimaan juga meningkat. 3. Keuntungan Keuntungan yang diperoleh dari usaha industri brem merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total. Untuk mengetahui keuntungan usaha industri kecil di Kabupaten Madiun dapat dilihat dari Tabel 21 di bawah ini. Tabel 21. Keuntungan Usaha Agroindustri Brem di Kabupaten Madiun Bulan Desember 2009 No Uraian Rata-rata Per Pengusaha (Rp) 1 Penerimaan 18.069.096,67 2 Biaya Total 15.093.816,45 Keuntungan 2.975.280,22 Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 15 Tabel 21 menunjukkan bahwa penerimaan rata-rata per pengusaha brem adalah sebesar Rp 18.069.096,67 dengan total biaya yang dikeluarkan rata-rata sebesar Rp 15.093.816,45 sehingga rata-rata keuntungan yang diperoleh setiap pengusaha brem adalah sebesar Rp 2.975.280,22. Dengan demikian, keuntungan rata-rata yang diperoleh setiap pengusaha brem selama satu bulan yaitu Desember 2009 adalah sebesar Rp 2.975.280,22. Keuntungan yang diterima oleh pengusaha brem dipengaruhi oleh perbedaan jumlah brem yang dijual, harga jual, jumlah ampas tape yang dijual dan biaya yang dikeluarkan. Semakin banyak brem yang dihasilkan dengan biaya yang rendah dan semakin tinggi harga brem maka keuntungan yang diperoleh pengusaha akan semakin besar. Walaupun ada produsen brem yang hanya mendapat keuntungan kecil tapi usaha pembuatan brem ini tetap dilakukan oleh produsen. Hal ini disebabkan karena pada kondisi nyata banyak biaya yang tidak riil dikeluarkan oleh produsen, seperti bunga modal investasi dan upah tenaga kerja keluarga. Selain itu produsen juga merasa bahwa hasil dari usaha pembuatan brem telah mampu menambah penghasilan mereka.

4. Profitabilitas Berdasarkan keuntungan yang diperoleh, maka dapat diketahui profitabilitas atau tingkat keuntungan dari usaha industri brem. Profitabilitas merupakan hasil bagi antara keuntungan usaha dengan biaya total yang dinyatakan dalam persen. Untuk mengetahui besarnya profitabilitas dari usaha industri kecil brem di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada Tabel 22 berikut ini. Tabel 22. Profitabilitas Usaha Agroindustri Brem di Kabupaten Madiun Bulan Desember 2009 No Uraian Rata-rata Per Pengusaha (Rp) 1 Keuntungan 2.975.280,22 2 Biaya Total 15.093.816,45 Profitabilitas 19,71% Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 13 dan 15 Tabel 22 menunjukkan bahwa profitabilitas atau tingkat keuntungan dari usaha industri kecil brem di Kabupaten Madiun pada bulan Desember 2009 adalah sebesar 19,71%. Hal ini berarti setiap modal sebesar Rp 100,00 yang diinvestasikan akan diperoleh keuntungan Rp 19,71. Misalnya saja, awalnya pengusaha brem mengeluarkan modal sebesar Rp 100.000,00 maka pengusaha akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 19.710,00. Usaha industri brem ini termasuk dalam kriteria menguntungkan karena memiliki nilai profitabilitas lebih dari nol.

5. Efisiensi Efisiensi usaha dapat dihitung dengan menggunakan R/C rasio, yaitu perbandingan antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan. Besar efisiensi usaha industri brem skala rumah tangga di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada Tabel 23 berikut ini. Tabel 23. Efisiensi Usaha Agroindustri Brem di Kabupaten Madiun Bulan Desember 2009 No Uraian Rata-rata Per Pengusaha (Rp) 1 Penerimaan 18.069.096,67 2 Biaya Total 15.093.816,45 Efisiensi Usaha 1,2 Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 13 dan 14 Tabel 23 menunjukkan bahwa efisiensi usaha industri brem di Kabupaten Madiun pada bulan Desember 2009 sebesar 1,2. Hal ini berarti bahwa usaha industri brem yang telah dijalankan di Kabupaten Madiun sudah efisien yang ditunjukkan dengan nilai R/C rasio lebih dari satu. R/C rasio ini menunjukkan penerimaan yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk memproduksi. Nilai R/C rasio 1,2 berarti bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan dalam suatu awal kegiatan usaha memberikan penerimaan sebesar 1,2 kali dari biaya yang telah dikeluarkan. Sebagai contohnya, dalam awal kegiatan pengusaha brem mengeluarkan biaya Rp 100.000,00 maka pengusaha akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 120.000,00. Semakin besar R/C rasio maka akan semakin besar pula penerimaan yang akan diperoleh pengusaha. Nilai R/C rasio usaha industri kecil brem di Kabupaten Madiun sudah efisien. Hal tersebut disebabkan pengusaha brem sudah menggunakan faktor produksi dengan efisien, yaitu menggunakan beras ketan yang berkualitas tinggi sehingga mempengaruhi produk brem yang dihasilkan yaitu lebih banyak dan akhirnya penerimaan meningkat. Semakin tinggi penerimaan yang diperoleh dan semakin rendah biaya total yang dikeluarkan maka efisiensi dari usaha juga akan semakin besar. Pengusaha brem tersebut masih tetap bisa berproduksi sampai sekarang walaupun harga bahan baku yang relatif tinggi karena mereka memiliki strategi dalam usahanya, yaitu apabila harga bahan baku mengalami kenaikan maka pengusaha berupaya untuk untuk memproduksi dalam kapasitas yang tetap, tetapi dengan mengurangi ukuran atau volume brem yang dihasilkan sehingga jumlah brem yang dihasilkan bertambah, dan penerimaan yang diterima dapat untuk menutup biaya bahan baku yang juga meningkat. 6. Risiko Usaha serta Hubungan Antara Besarnya Resiko dengan Keuntungan Hubungan antara risiko dan keuntungan dapat diukur dengan koefisien variasi (CV) dan batas bawah keuntungan (L). Koefisien variasi merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung dengan jumlah keuntungan yang akan diperoleh sebagai hasil dan sejumlah modal yang ditanamkan dalam proses produksi. Semakin besar nilai koefisien variasi menunjukkan bahwa risiko yang harus ditanggung semakin besar dibanding dengan keuntungannya. Sedangkan batas bawah keutungan (L) menunjukkan nilai nominal keuntungan terendah yang mungkin diterima oleh pengusaha (Hernanto, 1993). Untuk mengetahui besarnya risiko usaha dan hubungan antara besarnya risiko dengan keuntungan dapat dilihat pada Tabel 24 berikut ini. Tabel 24. Risiko Usaha dan Batas Bawah Keuntungan Usaha Agroindustri Brem di Kabupaten Madiun Bulan Desember 2009 No Uraian Rata-rata Per Pengusaha 1 Keuntungan (Rp) 2.975.280,22 2 Simpangan Baku (Rp) 4.151.557,01 3 Koefisien Variasi 1,40 4 Batas Bawah Keuntungan (Rp) - 5.327.833,80 Sumber Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 15 dan 17 Tabel 24 menunjukkan bahwa keuntungan rata-rata yang diterima pengusaha brem di Kabupaten Madiun selama satu bulan adalah sebesar Rp 2.975.280,22. Menurut perhitungan keuntungan tersebut, maka dapat diketahui besarnya simpangan baku usaha industri kecil brem, yaitu sebesar Rp 4.151.557,01. Simpangan baku merupakan besarnya fluktuasi keuntungan yang diperoleh, sehingga dapat dikatakan bahwa fluktuasi keuntungan usaha industria kecil brem berkisar Rp 4.151.557,01. Koefisien variasi dapat dihitung dengan cara membandingan antara besarnya simpangan baku dengan keuntungan rata-rata yang diperoleh. Koefisien variasi dari usaha industri brem sebesar 1,40. Hal ini menujukkan bahwa usaha industri brem tersebut berisiko tinggi, karena nilai koefisien variasi yang diperoleh lebih besar dari standar koefisien variasi 0,5. Tingginya nilai koefisien variasi ini karena besarnya nilai keuntungan yang cukup fluktuatif sehingga hal ini mempengaruhi besarnya nilai simpangan baku atau besarnya risiko yang ditanggung oleh pengusaha brem. Batas bawah keuntungan industri ini sebesar -Rp 5.327.833,80. Angka ini menunjukkan bahwa pengusaha brem di Kabupaten Madiun harus berani menanggung kerugian sebesar Rp 5.327.833,80. Besarnya nilai risiko yang harus ditanggung oleh pengusaha industri brem di Kabupaten Madiun tersebut dikarenakan adanya berbagai risiko yang ada, menurut sumber atau penyebab timbulnya risiko dibedakan menjadi dua yaitu: Risiko internal dalam usaha industri kecil brem di Kabupaten Madiun antara lain yaitu : Risiko Produksi Risiko usaha yang tinggi disebabkan karena adanya risiko produksi yaitu pada proses produksinya, usaha industri brem masih tergantung dari cuaca. Penelitian yang dilakukan pada saat musim penghujan yaitu bulan Desember 2009. Pada saat musim penghujan maka proses peragian atau fermentasi akan berjalan lambat dan akhirnya beras ketan juga akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menjadi tape. Pada musim penghujan, produksi brem berkurang karena waktu yang ditargetkan untuk proses fermentasi menjadi lama maka penerimaan juga berkurang sehingga keuntungan yang diperoleh menjadi berkurang karena pengusaha tetap harus mengeluarkan biaya-biaya seperti biaya tetap. Selain itu, pada saat penjemuran brem juga memerlukan waktu yang lama karena pada musim hujan brem memerlukan waktu kurang lebih 3 hari baru kering. Risiko produksi juga terjadi akibat kerusakan alat, kecelakaan kerja, dan kesalahan karyawan atau tenaga kerja. Kerusakan alat terjadi akibat tidak dilakukan perawatan secara rutin sehingga alat-alat yang digunakan dalam proses produksi brem mudah rusak. Kecelakaan kerja dalam usaha industri brem terjadi akibat karyawan kurang berhati-hati dalam melakukan proses produksi brem, pada saat penelitian dijumpai adanya kecelakaan kerja yaitu pada saat adonan dituang ke atas meja cetakan yang sudah disusun rapi karena karyawan terburu-buru akibatnya meja cetakan yang paling atas jatuh sehingga jumlah produksi berkurang dan menambah biaya produksi untuk memperbaiki meja cetakan tersebut. Risiko akibat kesalahan karyawan yang sering terjadi dalam usaha industri brem misalnya penambahan ragi pada beras ketan hanya berdasarkan perkiraan. Karyawan kurang diperhatikan takaran yang sesuai untuk penambahan ragi sehingga sari tape ketan yang dihasilkan sedikit dan produksi juga sedikit. Selain itu juga pada saat adonan brem dicampur dalam mixer apabila adonan belum kental sudah dicetak maka brem yang dihasilkan tidak dapat mengembang dan tipis sehingga kualitas brem juga berkurang. Pada saat musim penghujan diperlukan penambahan sedikit ragi untuk mempercepat proses fermentasi, dengan penambahan ragi tersebut maka akan menambah biaya produksi yang juga akan mengurangi keuntungan yang akan diterima oleh pengusaha brem. Untuk mengatasi kerusakan alat dalam produksi brem sebaiknya dilakukan perawatan secara rutin, misalnya setelah selesai melakukan proses produksi brem alat-alat yang digunakan sebaiknya dicuci dan disimpan dalam tempat yang sesuai, sedangkan untuk mengurangi risiko kecelakaan kerja sebaiknya karyawan lebih berhati-hati dalam melakukan proses produksi brem, dan untuk mengurangi risiko akibat kesalahan karyawan sebaiknya pengusaha brem memberikan pelatihan dan memberikan informasi mengenai cara proses produksi brem dengan baik dan informasi bagaimana cara agar diperoleh brem yang berkualitas baik. Risiko Manajemen Risiko yang tinggi juga disebabkan oleh risiko manajemen yaitu para pengusaha belum dapat mengelola usahanya dengan baik. Walaupun rata-rata pengalaman mengusahakan industri kecil brem sudah lebih dari 20 tahun namun tetap saja belum mempunyai manajemen yang baik dalam menjalankan usahanya karena pengusaha dalam menjalankan usahanya hanya berdasarkan prinsip asal usahanya dapat berjalan dengan lancar sehingga kurang memperhatikan risiko usaha yang harus ditanggungnya. Para pengusaha brem tidak pernah melakukan kegiatan pembukuan tentang biaya dan penerimaan yang diperoleh tiap periode produksi, sehingga tidak dapat mengetahui secara pasti biaya-biaya manakah yang masih dapat ditekan lebih kecil lagi. Meskipun usaha industri kecil brem yang dijalankan di Kabupaten Madiun sudah efisien, sebaiknya pengusaha brem melakukan manajemen keuangan yang lebih baik lagi sehingga efisiensi yang yang tinggi masih memungkinkan untuk diperoleh. Dengan adanya manajemen yang baik maka akan membantu pengusaha brem untuk meningkatkan efisiensi usaha dimana diperlukan kemampuan pengusaha brem untuk mengelola seefisien mungkin penggunaan biaya produksi dan bagaimana cara yang dilakukan oleh pengusaha untuk mengalokasikan faktor-faktor produksi yang ada. Pengusaha berusaha menekan biaya produksi dengan cara mengkombinasikan bahan baku sesuai dengan takaran yang dibutuhkan, disamping itu juga harus selalu menggunakan beras ketan dan ragi yang berkualitas baik. Penggunaan biaya untuk bahan bakar dan bahan pembungkus juga harus diperhatikan baik dari jumlah maupun perlakuan. Untuk bahan bakar dipilih yang harganya lebih murah dan mudah didapatkan, sedangkan untuk pemilihan kemasan dipilih kemasan yang menarik dan berkualitas meskipun harganya lebih tinggi. Penggunaan kemasan yang lebih menarik akan meningkatkan nilai jual produk brem, selain itu konsumen akan lebih tertarik dalam melakukan pembelian. Dengan bahan bakar yang lebih murah maka biaya produksi dapat ditekan lebih rendah, sedangkan kemasan yang menarik akan meningkatkan penjualan brem sehingga keuntungan dari nilai jual brem akan lebih tinggi. Risiko eksternal dalam usaha industri kecil brem di Kabupaten Madiun antara lain yaitu : a. Risiko Harga Risiko harga yang dihadapi oleh pengusaha brem di Kabupaten Madiun yaitu risiko harga input, dimana harga bahan baku beras ketan yang fluktuatif dan cenderung meningkat. Walaupun kenaikan harga tidak begitu besar, yaitu antara Rp 50,00 hingga Rp 100,00 namun apabila pengusaha brem membeli dalam jumlah yang besar maka pengusaha terpaksa harus mengeluarkan biaya yang lebih banyak sehingga menyebabkan kenaikan biaya bahan baku (biaya variabel) yang nantinya menyebabkan penurunan keuntungan yang diperoleh pengusaha brem. Pada saat penelitian juga dijumpai pedagang yang dulunya juga sebagai pengusaha brem, namun sekarang sudah gulung tikar atau usahanya berhenti. Hal tersebut dikarenakan adanya kenaikan harga bahan baku (beras ketan), dimana pengusaha itu tidak mempunyai cukup modal untuk membeli bahan baku (beras ketan). Dulunya pengusaha itu hampir setiap kali produksi sebanyak 100 kg, namun dengan adanya kenaikan harga beras ketan yang terus menerus menyebabkan pengusaha terpaksa untuk mengurangi kapasitas produksinya. Namun lambat laun pengusaha itu sudah tidak bisa lagi mengantisipasi kenaikan harga bahan baku (beras ketan) dan akhirnya berhenti memproduksi brem. Selain harga beras ketan yang berfluktuasi risiko harga juga terjadi akibat persaingan harga jual brem antar pengusaha brem. Pengusaha brem sulit untuk menaikkan harga jual brem karena bila harga brem dinaikkan maka konsumen akan beralih ke pengusaha brem yang harga jualnya lebih murah. Untuk mengatasi harga beras ketan yang berfluktuasi sebaiknya pada saat harga beras ketan meningkat pengusaha brem tetap berproduksi seperti biasa dan tidak perlu meengurangi jumlah beras ketan yang digunakan, tetapi disiasati dengan mengurangi ukuran brem menjadi lebih kecil sehingga akan diperoleh hasil produksi yang lebih banyak. Kelebihan dari hasil produksi brem tersebut dapat digunakan untuk menutupi kenaikan harga beras ketan, sedangkan untuk mengatasi persaingan harga antar pengusaha brem sebaiknya pengusaha brem meningkatkan kualitas brem serta membuat desain kemasan yang lebih menarik. Dengan kualitas dan desain yang lebih bagus dan menarik tersebut pengusaha dapat bersaing dengan pengusaha brem lainnya, meskipun harga brem dinaikkan tetapi dengan kualitas dan kemasan yang lebih bagus maka konsumen tidak akan beralih ke pngusaha brem lainnya. b. Risiko Pasar Risiko pasar terjadi dimana brem yang diproduksi tidak laku terjual karena pembeli yang sepi. Kadang kala dalam penjualan brem terdapat pengembalian dari agen karena tidak laku dan sudah mendekati tanggal kadaluarsa. Pengembalian brem dari agen tersebut kemudian diganti oleh pengusaha brem dengan brem yang baru sesuai dengan jumlah pengembaliannya. Hal ini juga akan mempengaruhi penerimaan yang diperoleh pengusaha brem sehingga akan berpengaruh terhadap keuntungan usaha. Biasanya apabila terdapat pengembalian dari agen kurang lebih sebanyak 10 kotak, kemudian brem tersebut disortir apabila masih bagus belum ada jamur maka brem tersebut diolah kembali dicampur dengan adonan brem yang baru, tetapi apabila brem tersebut sudah terdapat jamur maka brem tersebut dibuang. Brem yang dihasilkan tidak laku terjual di pasar diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain kemasan sudah kuno sehingga tidak menarik konsumen untuk melakukan pembelian, brem yang dihasilkan kurang kering akibat pada saat penjemuran kurang mendapat intensitas sinar matahari sehingga brem tidak tahan lama dan sudah mendekati kadaluarsa brem belum laku terjual kemudian dikemabalikan ke pengusaha brem yang akan mengurangi penerimaan pengusaha brem dan kurangnya pemasaran sehingga brem belum dikenal oleh masyarakat luas. Untuk mengatasi risiko tersebut sebaiknya pengusaha brem membuat desain baru untuk kemasan brem agar lebih menarik, tidak terlihat kuno, sehingga konsumen lebih tertarik dalam melakukan pembelian. Agar diperoleh brem yang tahan lama diperlukan penjemuran brem sampai kering, untuk itu diperlukan tempat penyimpanan khusus agar brem cepat memadat dan kering. Tempat penyimpanan brem sebaiknya dibuat ruangan tersendiri yang atapnya terbuat dari seng sehingga sehingga udara dalam ruangan tersebut lebih panas yang akan membantu brem lebih cepat memadat dan lebih kering. Agar brem lebih dikenal oleh masyarakat luas maka diperlukan strategi pemasaran yang intensif misalnya dengan membuat brosur dan leaflet yang disebarkan melui biro perjalanan dan hotel-hotel. c. Risiko Alam Risiko ini terjadi diluar pengetahuan manusia (pengusaha brem) sehingga sulit untuk dikendalikan/diperkirakan besarnya kerugian akibat risiko alam tersebut. Risiko alam ini dapat terjadi antara lain karena gempa bumi, banjir, angin puyuh, dan kemarau yang berkepanjangan. Karena kemungkinan terjadinya risiko alam ini sangat kecil maka risiko ini sering dianggap tidak ada oleh pengusaha brem.

Kendala Yang Dihadapi Setiap usaha memiliki permasalahan atau kendala yang dapat menghambat kelancaran dalam mengembangkan usahanya. Sama seperti usaha yang lain, usaha industri kecil brem di Kabupaten Madiun juga mempunyai permasalahan atau kendala yang harus dihadapi oleh para pengusaha brem. Kendala yang dihadapi oleh pengusaha brem antara lain kendala pemasaran, dan tenaga kerja. Kendala pada pemasaran disebabkan oleh kurangnya kegiatan promosi sehingga produk ini belum bisa dirasakan oleh masyarakat luas, dan tingginya biaya transportasi, sedangkan kendala tenaga kerja yaitu pada saat musim kerja disawah sulit untuk mencari tenaga kerja karena rata-rata pekerjaan utamanya adalah bertani. Tingginya biaya promosi mengakibatkan produsen tidak mampu melakukan promosi brem secara luas, karena dengan biaya promosi yang tinggi tidak sebanding dengan keuntungan yang diterima oleh produsen brem, selain itu juga tingginya biaya transportasi bila pengusaha brem harus mengantarkan brem ke luar daerah Kabupaten Madiun. Untuk pengusaha yang sudah menggunakan tenaga kerja luar pada saat musim tanam dan musim panen disawah mereka lebih memilih untuk bekerja disawah mereka sehingga produsen brem kesulitan untuk mencari tenaga kerja untuk produksi brem akibatnya dapat menurunkan produksi karena tenaga kerja berkurang.

Solusi Pemecahan Masalah Adanya permasalahan dan kendala yang harus ditanggung oleh para pengusaha brem menyebabkan mereka harus mengupayakan suatu solusi pemecahan masalah yang dihadapinya. Pengusaha brem menghadapi kendala pemasaran yang disebabkan tingginya biaya promosi dan transportasi. Untuk mengatasi tingginya biaya promosi, pengusaha-pengusaha brem melakukan promosi dengan cara bekerjasama antar pengusaha brem untuk melakukan iklan melalui radio, memasang web di internet, dan memasang spanduk atau papan reklame dipinggir jalan. Pemasangan papan reklame ini ditujukan bagi para pengguna jalan yang melewati Kabupaten Madiun. Papan reklame ini digunakan untuk menginformasikan keberadaan sentra industri kecil brem dan jarak yang harus ditempuh. Papan tersebut misalnya berbunyi seperti “500 m Lagi Anda Menuju Sentra Industri Kecil Brem Desa Kaliabu”. Papan ini sebaiknya di pasang satu di perbatasan Kabupaten Madiun dan satu lagi dipasang 500 m jarak tempuh sebelum menuju industri kecil brem. Pengusaha brem juga melakukan promosi secara individu yang biayanya tidak terlalu tinggi misalnya dengan memberikan cinderamata berupa sebuah kalender, dan gantungan kunci yang berbentuk miniature kotak brem yang tertera alamat dan nomor telepon tempat industri brem secara cuma-cuma kepada pembeli yang membeli brem misalnya minimal 10 pak. Pengusaha industri kecil brem dapat membuat brosur atau leaflet mengenai industri kecil brem yang disebarkan melalui biro perjalanan wisata, hotel, dan pameran pariwisata (tour and travel fair). Para pengusah brem bekerjasama dengan pihak hotel bintang tiga (Hotel Kartika, Hotel Merdeka, dan Hotel Asri) yang ada di Kabupaten Madiun dengan menyediakan brem dan makanan khas Kabupaten Madiun lain sebagai hidangan selamat datang di hotel-hotel tersebut. Brem dapat dibuat dengan bentuk yang lebih menarik, disesuaikan dengan kondisi yang tepat, misalnya pada bulan Juni sampai Agustus yang merupakan bulan liburan anak sekolah, brem dapat dibuat dalam bentuk binatang. Bulan lebaran brem dapat dibentuk , dan pada bulan Desember brem dapat dibentuk pohon natal dan lonceng. Pemerintah diharapkan dapat memberikan bantuan modal untuk memperluas jangkauan pemasaran dan meningkatkan kapasitas produksi brem. Pengusaha memasarkan brem setelah dua sampai tiga kali produksi, hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya transportasi. Agen-agen yang berada diluar kota seringkali mengambil langsung brem ke industri brem. Hal ini disesuaikan dengan pesanan bila pesanan tidak terlalu besar biasanya diambil oleh agen, dengan demikian pengusaha brem tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi untuk mengantarkan brem ke luar kota tetapi bila pesanan dalam jumlah yang besar pengusaha brem sendiri yang mengantarakan brem ke agen-agen tersebut. Pada saat musim tanam dan panen di sawah biasanya pengusaha brem kesulitan mencari tenaga kerja karena tenaga kerja untuk memasak beras ketan dan mencetak brem tidak masuk dan lebih memilih bekerja di sawah mereka. Untuk mengatasi hal tersebut, sebaiknya pengusaha brem mencari tenaga kerja pengganti yang dapat membantu dalam proses produksi brem. Misalnya ada tetangga yang menganggur, pengusaha brem bisa meminta tolong mereka untuk memasak beras ketan dan mencetak brem pada hari itu dengan memberi upah. Dengan penggantian tenaga kerja luar tersebut, maka proses produksi brem dapat berjalan pada hari yang bersangkutan seperti biasanya.

Pembuktian Hipotesis Hipotesis 1, diduga usaha agroindustri brem yang diusahakan di Kabupaten Madiun menguntungkan. Hasil penelitian sesuai dengan hipotesis yaitu usaha agroindustri brem yang diusahakan di Kabupaten Madiun menguntungkan, hal ini dapat dilihat pada tabel 21 yaitu keuntungan pengusaha brem tiap bulan rata-rata sebesar Rp. 2.975.280,22. Besarnya keuntungan yang diterima oleh pengusaha brem dipengaruhi oleh besarnya penerimaan dan biaya total yang dikeluarkan oleh pengusaha brem. Semakin tinggi penerimaan dan semakin rendah biaya yang dikeluarkan maka keuntungan yang akan diperoleh oleh pengusaha brem akan semakin besar. Penerimaan pengusaha brem yang tinggi disebabkan karena pengusaha brem mampu melakukan proses produksi dengan benar sehingga dengan bahan baku yang berkualitas bagus akan diperoleh hasil produksi yang banyak. Hal ini akan berakibat pada besarnya nilai penerimaan yang akan berpengaruh terhadap keuntungan usaha. Kuantitas dan kualitas produk yang tinggi tentunya juga harus diimbangi dengan harga jual relatif tinggi pula sehingga penerimaan pengusaha brem dapat ditingkatkan. Pengusaha brem aman berproduksi karena ada semacam kepastian harga jual dan dan kepastian pembeli (pengepul). Harga jual brem di daerah penelitian relatif stabil dan tidak mengalami fluktuasi tajam. Selain itu keuntungan usaha industri brem juga dipengaruhi oleh biya-biaya produksi yang dikeluarkan. Usaha industri brem dapat memberikan keuntungan bagi pengusaha brem karena pengusaha dapat menekan biaya produksi seminimum mungkin tanpa mengurangi kualitas dan kuantitas hasil, sehingga produksi meningkat sekaligus penerimaan meningkat dan keuntungan juga dapat meningkat. Hipotesis 2, diduga usaha agroindustri brem yang diusahakan di Kabupaten Madiun sudah efisien. Hasil penelitian sesuai dengan hipotesis yaitu usaha agroindustri brem yang diusahakan di Kabupaten Madiun sudah efisien, hal dapat dilihat pada tabel 23 dimana nilai R/C ratio sebesar 1,2 > 0. Usaha industri kecil brem di Kabupaten sudah menggunakan faktor produksi dengan efisien, yaitu menggunakan beras ketan yang berkualitas tinggi sehingga diperoleh brem yang berkualitas. Pembelian bahan baku brem yaitu beras ketan diperoleh dengan cara membeli dari pedagang pengumpul dengan cara diantarkan ke pengusaha brem dan bahan penunjang lainnya mudah diperoleh karena tersedia di kios-kios dan pasar terdekat sehingga tidak mengeluarkan biaya transportasi. Selain itu, tenaga kerja yang diperlukan dalam usaha pembuatan brem relatif kecil sehingga dapat menekan biaya produksi. Hipotesis 3, diduga usaha agroindustri brem yang diusahakan di Kabupaten Madiun berisiko besar. Hasil penelitian sesuai dengan hipotesis yaitu usaha agroindustri brem yang diusahakan di Kabupaten Madiun mempunyai resiko yang besar, hal ini dapat dilihat pada tabel 24 yaitu nilai koefisien variasi (CV) lebih dari 0 sebesar 1,40 dan nilai batas bawah keuntungan (L) sebesar –Rp. 5.327.833,80 yang berarti kemungkinan terjadinya kerugian sebesar Rp. 5.327.833,80. Usaha industri kecil brem di Kabupaten Madiun dalam melakukan proses produksi masih menggunakan alat-alat tradisional sehingga kuaalitas dan kapasitasnya masih terbatas, selain itu pada proses pembuatan brem masih tergantung pada alam. Pada musim penghujan proses fermentasi memerlukan waktu yang lebih lama dan diperlukan penambahan sedikit ragi untuk mempercepat proses fermentasi sehingga biaya produksi akan bertambah besar. Selain itu, pada saat penjemuran brem diperlukan panas sinar matahari agar brem menjadi kering dan lebih tahan lama sehingga pada saat musim penghujan proses penjemuran brem memerlukan waktu lebih lama dan brem yang dihasilkan kurang kering sehingga cepat menjadi jamuran dan tidak tahan lama, apabila brem belum laku dipasar dan brem sudah jamuran akan terjadi pengembalian yang akan mempengaruhi keuntungan pengusaha brem.

Peran Pemerintah Pemerintah juga memiliki peran terhadap kemajuan usaha agroindustri brem di Kabupaten Madiun. Melalui kabupaten, pemerintah daerah melakukan kegiatan antara lain: a. Mengadakan pameran produk unggulan Kabupaten Madiun, saat ini pemerintah sudah membangun sebuah tempat untuk memamerkan produk unggulan di kota Caruban Madiun, yang diberi nama “Plaza Garuda Caruban“ di mana tempat ini digunakan untuk memamerkan produk unggulan, antara lain adalah kerajinan yang terbuat dari kayu jati, brem dan pujasera yang menjual makanan khas Madiun seperti dan makanan ringan. b. Mengadakan pertemuan dengan para pengusaha brem untuk memberi pengarahan lebih lanjut mengenai cara meningkatkan kualitas brem dan informasi-informasi seputar brem untuk kemajuan industri brem sebagai produk unggulan Kabupaten Madiun. c. Memberi pengarahan untuk membuat kemasan kecil yang akan diberikan kepada wisatawan yang berkunjung sebagai oleh-oleh secara gratis

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Biaya total rata-rata usaha agroindustri brem di Kabupaten Madiun adalah sebesar Rp 15.093.816,45 per bulan. Penerimaan rata-rata yang diperoleh sebesar Rp 18.069.096,67 per bulan sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh pengusaha agroindustri brem adalah sebesar Rp 2.975.280,22 per bulan. Sedangkan profitabilitas usaha industri kecil brem di Kabupaten Madiun adalah sebesar 19,71%, yang berarti usaha industri brem menguntungkan. Apabila pada saat awal usaha para pengusaha brem mengeluarkan modal sebesar Rp 100.000,00 maka pengusaha brem akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 19.710,00. 2. Usaha agroindustri brem di Kabupaten Madiun mempunyai nilai efisiensi lebih dari satu yaitu sebesar 1,20. Hal ini berarti bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan pengusaha pada awal kegiatan usaha akan mendapatkan penerimaan 1,20 kali dari biaya yang dikeluarkan pada akhir kegiatan usaha tersebut. Apabila pengusaha brem pada awal kegiatan mengeluarkan biaya Rp 100.000,00 maka pengusaha akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 120.000,00. 3. Usaha agroindustri brem di Kabupaten Madiun memiliki nilai koefisien variasi (CV) lebih dari 0,5 yaitu sebesar 1,40 dan nilai batas bawah keuntungan (L) sebesar – Rp 5.327.833,80 sehingga usaha agroindustri brem berisiko tinggi dengan kemungkinan kerugian sebesar Rp 5.327.833,80 per bulan.

79 B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan demi kemajuan usaha industri kecil brem di Kabupaten Madiun antara lain sebagai berikut : 1. Untuk Pengusaha Industri Brem a. Sebaiknya pengusaha brem membuat kreasi-kreasi bentuk brem yang lebih menarik tidak hanya dalam bentuk kotak, misalnya bentuk bulat, segitiga atau bintang agar konsumen lebih tertarik dalam melakukan pembelian. b. Sebaiknya para pengusaha brem mempunyai tenaga kerja tidak tetap/ pengganti agar pada saat tenaga kerja tetap tidak masuk dapat digantikan oleh tenaga kerja pengganti tersebut sehingga proses produksi brem dapat berjalan seperti biasanya. 2. Untuk Pemerintah a. Diharapkan pemerintah memberikan bantuan berupa subsidi harga beras ketan kepada para pengusaha brem karena dengan adanya pemberian subsidi sangat membantu pengusaha dalam hal penyediaan beras ketan dan harga yang terjangkau. b. Sebaiknya pemerintah melalui Dinas Perindustrian Dan Perdagangan memberikan bantuan modal untuk memperluas jangkauan pemasaran dan meningkatkan kapasitas produksi brem.