PROPERTI SUBJEK BAHASA TETUM DIALEK FOHO DI DESA NANAET DUBESSI, KABUPATEN BELU, PROVINSI NTT

SUBJECT PROPERTY OF TETUM LANGAUGE, FOHO DIALECT IN NANAET DUBESSI VILLAGE, , NTT PROVINCE

Buha Aritonang Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun, Jakarta, 13220 Telepon (021) 4896558, Faksimile 4750407 Pos-el: [email protected]

Abstrak Perilaku gramatikal bahasa yang beragam dan tipologi bahasa yang berbeda dari satu bahasa dengan bahasa lain menyebabkan pengertian dan penetapan tentang subjek memunculkan fenomena yang terus dapat diperdebatkan. Sehubungan dengan itu, subjek sebagai salah satu relasi gramatikal dalam bahasa masih memerlukan perhatian para linguis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan properti subjek bahasa Tetum dialek Foho di Desa Nanaet Dubessi, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Properti subjek bahasa itu dideskripsikan dengan pengetesan argumen yang ditengarai sebagai subjek. Metode penelitian menggunakan metode agih (metode distribusional). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahasa Tetum dialek Foho memiliki properti subjek (1) muncul struktur kanonis pada posisi praverbal, (2) dapat disisipkan adverbia dan penegasi di antara subjek sebagai argumen praverbal dengan predikat, (3) dapat direlatifkan subjek (perelatifan subjek), (4) dapat disisipkan penjangka kambang di antara subjek dan predikat, (5) dapat direfleksifkan subjek (perefleksian), (6) dapat dinaikkan objek langsung dan objek tak langsung (argumen yang bukan subjek) menjadi subjek melalui mekanisme penaikan (raising), dan (7) dapat memfokuskan subjek dengan kehadiran pemarkah fokus ne ‘yang’.

Kata kunci: argumen, praverbal, properti, subjek

Abstract The behavior of language grammar which is variety and language typology which is different from one to others caused subject determination and definition as continually debatable. The subject as one of grammatical relation still needs to have attention by linguist. The purpose of this study describes the subject properties of , Foho dialect in Nanaet Dubessi Village, Belu Regency, Province. It is described by using argument testing predicted as subejct. The method is distributional method. The results show that the Tetum language, Foho dialect has the subject property that (1) appears canonical structure in the praverbal position, (2) can be inserted adverb and negation between the subject and predicate, (3) can be become a relative subject, ( 4) can be inserted between the subject and predicate, (5) can be reflected, (6) can be risen from direct and indirect object to subject through raising mechanism, (7) can focus the subject with the existence of 'ne' focus affixes 'yang’.

Keywords: argument, praverbal, properties, subject

mempunyai sistem ketatabahasaan, bahasa 1. Pendahuluan manusia sarat dengan berbagai muatan Bahasa merupakan fenomena alam yang psikologis, sosiologis, dan budaya masyarakat sangat misteri dan kekhasan. Di samping penuturnya. Mempelajari bahasa berarti Gramatika, Volume VI, Nomor 2, Juli—Desember 2018 100

100 belajar tentang manusia sebagai makhluk yang kambang (launching float quantifier). Akan mempunyai derajat kecerdasan tinggi apabila tetapi, pengetesan subjek tersebut tidak dibandingkan dengan ciptaan Tuhan yang lain seluruhnya dapat diaplikasikan untuk (Jufrizal, dkk., 2006: 1). mengetes subjek atau kesubjekan. Sehubungan Bahasa Tetum sebagai salah satu bahasa dengan hal itu, Budiarta (2017: 164) daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur tentu menegaskan bahwa subjek merupakan relasi mempunyai kekhasan seperti bahasa daerah gramatikal sehingga penentuan subjek itu lainnya yang tersebar di penjuru nusantara. sendiri hendaknya didasarkan pada perilaku Kekhasasan dimaksud adalah adanya variasi gramatikal. Oleh karena ini, penelitian ini dialektal sehingga bahasa itu dibedakan mengetes perilaku subjek bahasa Tetum dialek menjadi dua dialek, yaitu dialek Foho dan Foho dari segi perspektif tipologi. Artinya, Fehan. Dialek Foho dituturkan oleh penelitian ini mencoba untuk mencermati dan masyarakat asli Kabupaten Belu di Kecamatan menelaah data kebahasaan dan ketatabahasaan Tasifeto Barat dan Tasifeto Barat. Selain untuk dapat me-rumuskan dan membuat kedua kecamatan tersebut, masyarakat asli simpulan tentang pengetesan sifat perilaku Kecamatan Biboki Utara, Kabupaten subjek bahasa Tetum dialek Foho. Untuk Tengah Utara juga menuturkan dialek Foho. mendapatkan hasil penelitian yang berterima Dialek Fehan dituturkan oleh masyarakat asli dan pelaksanaan penelitian mungkin dilaku- Kecamatan Malaka Barat dan Malaka Tengah, kan, masalah penelitian ini dibatasi pada aspek Kabupaten Belu (Troebus, dkk., 1987: 10). pengetesan sifat perilaku subjek atau Selain pengelompokan dialek tersebut, kesubjekan bahasa Tetum dialek Foho. Tujuan bahasa itu tentu bertalian juga dengan perilaku penelitian ini meliputi tujuan umum, yaitu gramatikal kebahasaan khususnya relasi tujuan sebuah penelitian bahasa yang dilihat gramatikal yang mendukung konstruksi klausa dari sudut dimensi teori dan tujuan khusus, atau kalimat. Menurut Comrie (1983: 59) dan yaitu sebuah penelitian bahasa meliputi bahasa Blake (1981: 1) dalam Budiarta (2013: 246), sebagai objek penelitian itu sendiri. Artinya, bahasan relasi gramatikal adalah bagian- tujuan umum berupaya untuk menggali, bagian atau unsur-unsur klausa/kalimat yang menganalisis, dan menjelaskan fenomena dikategorikan sebagai subjek, objek langsung, pelesapan subjek bahasa dan tujuan khusus dan objek tak langsung. Ketiga relasi berupaya untuk menemukan dan menjelaskan gramatikal tersebut bersifat sintaktis. Subjek berbagai tes pelesapan subjek bahasa Tetum adalah fungsi tertinggi dalam struktur fungsi dialek Foho/Terik. Manfaat penelitian terdiri gramatikal yang bersifat obligatoris (Arka, atas manfaat teoretis dan praktis. Manfaat 1998) dalam Budiarta (2013: 248). Sementara teoretis memberikan kontribusi bagi itu, properti subjek secara lintas bahasa pengembangan teori linguistik yang bervariasi antara satu bahasa dan bahasa lain. diharapkan dapat bermanfaat sebagai Meskipun demikian, terdapat kesamaan informasi dan acuan dalam usaha untuk properti subjek, misalnya argumen verba memeroleh pengetahu-an dan pemahaman transitif yang berperilaku sama dengan yang berhubungan dengan tipologi sintaksis argumen intransitif. Subjek merupakan relasi khususnya dan linguistik umumnya. Manfaat gramatikal sehingga penentuan subjek itu praktis dapat memberikan manfaat untuk sendiri hendaknya didasarkan pada perilaku merangsang para penutur bahasa Tetum dialek gramatikal. Foho/Terik mempertahankan dan Dalrymple (2001: 17—19) dalam mengembangkan bahasa ibunya sebagai Budiarta (2013: 250) mengungkapkan bahwa pengungkap jati diri. Selain itu, hasil terdapat beberapa alat uji untuk menentukan penelitian ini menjadi wadah dokumentasi subjek atau kesubjekan, seperti persesuaian sehingga bahasa Tetum dialek Foho/Terik (agreement), hono-rifikasi (honorification), dapat tetap dilestarikan, dijaga keberadaannya, nonkoreferensi subjek (subject dan mampu hidup sejajar dengan bahasa- noncoreference), dan peluncuran penjangka bahasa daerah lainnya.

Buha Aritonang, Properti Subjek Bahasa Tetum Dialek Foho di Desa Nanaet Dubessi,... 101

101

Bahasa Tetum yang dikaji para linguis terbanyak, yaitu dua suku kata. Dalam kajian selama ini merupakan salah satu langkah diakronis, dengan teknik leksikostatistik penting untuk pengembangan dan hubungan kekerabatan ketiga bahasa pemertahanan bahasa Tetum itu sendiri. Kajian dikategorikan dalam kelompok keluarga bahasa Tetum yang dilakukan oleh Suciati bahasa. (2000) dalam Sukerti (2013: 40) menunjukkan Kajian properti subjek bahasa Tetum bahwa bahasa Tetum dialek Fehan cenderung dialek Foho ini tentu dapat direalisaikan bertipe akusatif karena argumen agen (A) pada dengan dukungan berapa konsep linguistik, verba transitif dimarkahi sama dengan satu- yaitu argumen, fungsi gramati, klausa, relasi satunya argumen (S) pada verba intransitif. gramatikal, subjek, dan tipologi bahasa. Argumen inti dalam bahasa Tetum dialek Argumen adalah unsur sintaksis yang Fehan tidak dimarkahi dengan pemarkah diperlukan oleh verba (Matthews, 1997: 24— tertentu, yaitu dengan preposisi. Di samping 25 dalam Yadnya, 2017: 4—5). Argumen itu, diungkapkan juga dua kelompok verba diwujukan melalui hubungan gramatikal bahasa Tetum dialek Fehan, yaitu kelompok berupa S(ubjek), O(bjek), P(Predikat), OL verba yang bersesuaian dengan subjek dan (objek langsung), dan OTL (objek tidak yang tidak bersesuaian dengan subjek. Bahasa langsung) atau melalui peran semantik berupa: Tetum dialek Fehan dikategorikan bertata agent (A), patient (P), dan lain-lain (Trask, urutan kanonis yang tidak bermarkah dengan 1993:20). Pembahasan tentang fungsi urutan agen, verba, pasien dengan alternasi gramatikal tidak bisa terlepas dan mutlak pasien, dan agen verba dalam struktur yang menyangkut predikat yang ditempati verba bermarkah. dari sebuah klausa karena bagaimanapun juga Nama bilangan pokok bahasa Tetum oleh penetapan dan pemahaman tentang agen dan etnik Terum di Provinsi Nusa Tenggara Timur pasien ini diisyaratkan oleh verba (predikat) telah disenaraikan Sanga (2017: 11), yaitu ida Budiarta (2013: 243). Kridalaksana (1993: ‘satu’, rua ‘dua’, tolu ‘tiga’, haat ‘empat’, 110) menjelaskan bahwa klausa merupakan lima ‘lima’, nem ‘enam’, hitu ‘itu’. May satuan gramatikal yang berwujud kelompok (2017: 16) menyatakan bahwa kata benda kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas bahasa Tetum yang dapat dihitung tidak ada subjek dan predikat dan memiliki potensi penambahan fonem /s/. Bahasa Tetum Terik untuk menjadi kalimat. Bahasan relasi (Tetum Fehan atau Tetum Laos) digunakan gramatikal menurut Comrie (1983: 59) dan olen sebagian penduduk di daerah Provinsi Blake (1981: 1) dalam Budiarta (2013: 246) Timor Timur. Penutur bahasa dia1ek Tetum adalah bagian-bagian atau unsur-unsur Terik yang berjumlah sekitar 400.000 orang klausa/kalimat yang dikategorikan sebagai mendiami wilayah Kabupaten Vikeke, subjek (S), objek langsung (OL), dan objek tak Kovalima, dan di sebagian wilayah Kabupaten langsung (OTL). Ketiga relasi gramatikal Manatuto. Bahasa Tetum dialek Terik tersebut bersifat sintaktis. Kridalaksana (1993: digunakan juga di Kabupaten Belu, di Provinsi 204) berpendapat bahwa subjek merupakan Nusa Tenggara Timur, di Wilayah Timor yang bagian dari sebuah klausa/kalimat yang berbatasan dengan Provinsi Timor Timur berwujud nomina atau frasa nominal yang (Fernandez (2017: 31). Selanjutnya, menandai apa yang dikatakan oleh pembicara. dirumuskan bahwa konstruksi posesif bahasa Konsep subjek sering disalahartikan dengan Tetum, Lamaholot, dan Mai Brat, baik dalam fungsi-fungsi yang bersifat semantis dan pola urutan menerangkan-diterangkan maupun pragmatis. Sesungguhnya, subjek merupakan diterangkan-menerangkan mirip (Fernandez, aspek sintaksis. Subjek dalam setiap klausa 2017: 36). Renoat (2017: xvi) merumuskan atau kalimat memiliki peranan yang sangat bahwa bahasa Tetum memikili gugus penting untuk menjadikan klausa/kalimat lebih konsonan /kw/, /ks/, dan /kl/. Secara leksikon utuh atau sempurna (Palmer, 1994: 2). bahasa Tetum, Dawan, dan Rote berkategori Kridalaksana (2013:85) menyatakan bahwa bahasa non-vokalis dengan frekuensi tipologi bahasa merupakan pengelompokan

Gramatika, Volume VI, Nomor 2, Juli—Desember 2018 102

102 bahasa berdasarkan ciri-ciri fonologis, bahasa Tetum dialek Foho di Desa Nanaet gramatikal atau leksikal untuk menemukan Dubessi, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa tipe-tipenya, lepas dari perkembangan Tenggara Timur. Sumber data penelitian historisnya. berupa data primer berupa tuturan klausa atau Penelitian ini mengaplikasikan teori kalimat bahasa Tetum dialek Foho. Informan tipologi bahasa yang dikembangkan oleh penelitian ini merupakan penutur asli bahasa Comrie pada awal tahun 1980-an. Beliau yang diteliti yang berdomisili di Desa Nanaet mengembangkan kajian linguistik lintas Dubessi, Kecamatan Taseteto Barat, bahasa yang mengarah kepada generalisasi dan Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara pengelompokan bahasa-bahasa. Kajian Timur dipengaruhi oleh kualifikasi dan linguistik yang dikembangkan oleh Comrie ini kemampuan penutur itu untuk menguasai berada pada tataran morfosintaksis yang bahasanya. Instrumen utama penelitian ini membahas (1) pemarkahan agen dan pasien, adalah peneliti sendiri karena peneliti yang (2) urutan kata, (3) koordinasi, dan (4) secara langsung ke lapangan. Pengumpulan subordinasi (Mallinson dan Blake, 1981: 1— data menggunakan metode linguistik lapangan 2). Pengelompokan berdasarkan struktur ini yang meliputi, yaitu (1) elisitasi langsung, (2) tidak berarti bahwa bahasa-bahasa metode perekaman, dan (3) metode dikelompokkan hanya berdasarkan struktur, pengecekan elisitasi (Mithun, 2001: 34--43). tetapi juga dapat dibedakan berdasarkan Teknik pemerolehan data menggunakan genetis, tipologis, dan areal (Mallinson dan metode simak dengan menyimak penggunaan Blake, 1981: 4--5). Sehubungan dengan itu, bahasa lisan oleh informan dan metode cakap untuk dapat sampai pada penentuan tipologi berupa percakapan peneliti dengan informan bahasa, banyak aspek kebahasaan yang perlu dalam mengumpulkan data penelitian. dikaji lebih dahulu, baik secara gramatikal Berkaitan dengan metode dan teknik analisis (morfosintaksis) maupun melibatkan data, data yang diperoleh dalam proses fenomena semantis. Selain itu, pada dasarnya pengumpulan data melalui hasil teknik elisitasi kajian tipologi bahasa terkait dengan diseleksi dan diklasifikasikan secara sistematis pengelompokan bahasa-bahasa menurut berdasarkan kelompok permasalahan yang strukturnya (Budiarta, 2013: 41). Sementara dibahas. Setelah data terkumpul, langkah itu, kajian yang berusaha mencermati fitur- selanjutnya adalah proses analisis data. Dalam fitur dan ciri khas gramatikal bahasa-bahasa di proses analisis data, metode yang digunakan dunia yang kemudian membuat adalah metode agih (metode distribusional). pengelompokan yang bersesuaian dengan Metode agih merupakan metode analisis yang parameter tertentu merupakan kajian tipologi menjadikan bagian dari bahasa yang diteliti linguistik (linguistic typology). Hasil kajian sebagai alat penentu analisis (Djajasudarma, seperti itu melahirkan tipologi bahasa; yaitu 1993a: 60; Sudaryanto, 1993: 31--100). pengelompokan bahasa dengan sebutan kelompok tertentu berdasarkan kecenderungan 3. Hasil dan Pembahasan kesamaan sifat-perilaku gramatikalnya Fungsi gramatikal subjek berdasarkan (Jufrizal, 2017: 232). konsepsi tata bahasa leksikal-fungsional merupakan fungsi gramatikal tertinggi di 2. Metode Penelitian dalam hierarki fungsi gramatikal memiliki Penelitian ini menggunakan ancangan sejumlah alat tes (Falk, 2001: 58). Subjek penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif merupakan fungsi gramatikal paling utama yang bertujuan menggambarkan data bahasa yang biasanya ditempati oleh nomina atau secara alamiah. Lokasi penelitian ini adalah di frasa nominal dalam sebuah kalimat. Subjek Desa Nanaet Dubessi, Kecamatan Taseteto bersifat sintaksis sehingga untuk Barat, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa pengetesannya harus didahului secara sintaksis Tenggara Timur pada bulan Agustus 2017. pula dan bukan secara semantis (Artawa, 1998 Objek penelitian ini adalah properti subjek dalam Budiarta 2013: 250). Secara lintas

Buha Aritonang, Properti Subjek Bahasa Tetum Dialek Foho di Desa Nanaet Dubessi,... 103

103 bahasa, properti subjek bervariasi antara satu Klausa bahasa Tetum dialek Foho (1--3) bahasa dan bahasa lain. Meskipun demikian, merupakan klausa intransitif. Klausa tersebut terdapat kesamaan properti subjek, misalnya memiliki satu argumen inti yang menempati argumen verba transitif yang berperilaku sama posisi praverbal atau berada di sebelah kiri dengan argumen intransitif. subjek merupakan predikat. Agumen inti emi ‘mereka’ pada relasi gramatikal sehingga penentuan subjek klausa (1) terletak di sebelah kiri predikat itu sendiri hendaknya didasarkan pada perilaku verba (sebelum verba/praverbal) hemu gramatikal. Dalrymple (2001: 17--19) dalam ‘minum’. Agumen inti ama ‘ayah pada klausa Budiarta (2013: 250) mengungkapkan bahwa (2) terletak di sebelah kiri predikat verba terdapat beberapa alat uji untuk menentukan (praverbal) ba ‘pergi’. Agumen inti ‘mereka’ subjek atau kesubjekan, seperti persesuaian sebagai argumen inti pada klausa (3) terletak (agreement), honorifikasi (honorification), di sebelah kiri predikat verba (praverbal) mai nonkoreferensi subjek (subject non- ‘datang’. Kelima argumen inti pada klausa (1-- coreference), dan peluncuran penjangka 3) yang terletak di sebelah kiri predikat secara kambang (launching float quantifier). sintaksis merupakan subjek gramatikal yang Keempat sifat-perilaku subjek yang berposisi di awal klausa. Struktur kanonis dikemukakan tersebut tidak seluruhnya dapat pada klausa intransitif bahasa Tetum dialek digunakan untuk melakukan pengujian subjek Foho pada klausa (1—3) hanya menghadirkan atau kesubjekan setiap bahasa. Dengan subjek pada posisi praverbal (sebelum verba). mengacu pada sifat-perilaku subjek yang Selain predikat yang ditempati verbal, predikat dikemukakan Budiarta (2013:250--250), klausa intransitif bahasa Tetum dialek Foho perilaku subjek bahasa Tetum dialek Foho juga dapat ditempati oleh predikat nonverbal. dapat dites melalui (1) struktur kanonis, (2) Klausa intransitif dengan predikat nonverbal penyisipan adverbial, (3) perelatifan, (4) dapat dilihat pada contoh di bawah ini. penjangka kambang, (5) perefleksifan, (6) (4) Maunniak guru. penaikan (raising), dan (7) pemfokusan. S P abangnya guru. 3.1 Struktur Kanonis ‘Abangnya guru Subjek bahasa Tetum dialek Foho muncul (5) Ama rekas. pada posisi praverbal pada struktur kanonis S P (tata urutan kata) sehinnga klausa bahasa itu ayah kurus. dapat dinyatakan berpola kanonis SVO (agen – ‘Ayah kurus’. verba – pasien), yaitu subjek muncul di (6) Oan emak lima sebelah kiri predikat (Budiarta 2017: 164). S P Argumen inti yang mengisi posisi subjek Anak mereka lima. dalam struktur kanonikal menempati posisi ‘Anak mereka lima’. praverbal (posisi kiri verba) pada klausa (7) Om iha pasar. intransitif dapat dilihat pada contoh berikut. S Ket (1) Emi hemu we. paman di pasar S P O ‘Paman di pasar’. 3Jm minum air’. Klausa (4—7) tergolong klausa intransitif. ‘Mereka minum air’. Klausa tersebut ditempati oleh predikat (2) Ama ba ne toos nonverbal yang terdiri atas satu argumen dan S P Ket predikat. Argumen inti maunniak ‘abangnya PPs pergi ke kebun. pada klausa (4) terletak di sebelah predikat ‘Ayah pergi ke kebun’. nomina guru ‘guru’. Argumen inti maunniak (3) Emi mai nosi ‘abangnya pada klausa (5) terletak di sebelah S P Ket predikat ajektiva rekas ‘kurus’. Argumen inti 3Jm datang dari kebun. maunniak ‘abangnya pada klausa (6) terletak ‘Mereka datang dari Atambua di sebelah predikat pronomina lima ‘lima’.

Gramatika, Volume VI, Nomor 2, Juli—Desember 2018 104

104

Argumen inti om ‘paman’ pada klausa (7) dapat disisipi oleh adverbial dan penegasi. terletak di sebelah keterangan frasa nominal Adverbial dapat disisipkan di antara argumen iha pasar ‘di pasar’. Argumen inti dalam inti yang menempati posisi praverbal dan klausa intransitif dengan predikat non-verbal predikat pada klausa bahasa Tetum dialek pada klausa (4—7) tertelak di sebelah kiri Foho dengan berupa pemarkah kala awan predikat yang secara sintaksis berfungsi ‘besok’ seperti dicontohkan berikut ini. sebagai subjek. Jadi, klausa intransitif bahasa (10) Ami vila ba uma Tetum dialek Foho secara struktur kanonik 1Jm pulang ke rumah menunjukkan bahwa posisi argumen inti ‘Kami pulang ke rumah’. berada di sebelah kiri predikat (praverbal). (11) Ita awan vila ba Berkaitan dengan hal itu, bagaimanakah 1Jm besok pulang ke Kupang struktur kanonik pada klausa transitif, baik ‘Kita besok pulang ke Kupang’. ekatransitif maupun dwitransitif dalam bahasa Tetum dialek Foho. Hal itu dapat dilihat pada Klausa intransitif Ami vila ba uma ‘Kami contoh berikut. pulang ke rumah’ pada (10) mengandung satu (8) Mane nee nadinah veto nee argumen inti sebelum praverbal dan predikat laki-laki def mencium wanita def mendahului adverbial. Klausa intransitif Ita ‘Laki-laki itu mencium wanita itu’. awan vila ba Kupang ‘Kita besok pulang ke (9) Ina buik nolabodik nia sondal Kupang’ pada (11) terdapat adverbial di antara ibuku membelikan dia sandal argumen inti dan predikat. Argumen inti ami ‘Ibuku membelikan dia sandal’. ‘kami pada (10) dan ita ‘kita’ pada (11) merupakan argumen inti yang secara sintaksis Klausa ekatransitif (8) mengandung dua berfungsi sebagai subjek. Kesubjekan pada argumen inti yang secara semantis berperan klausa transitif, baik klausa ekatransitif sebagai aktor dan un-dergoer. Argumen inti maupun dwitransitif dapat dites melalui contoh mane nee ‘laki-laki itu’ pada klausa (8) secara berikut. semantis berperan sebagai agen, sedangkan (12) Ema to’o tae ami argumen inti veto nee ‘wanita itu’ secara 3Jm Defr memukul 1Jm semantis berfungsi sebagai tema (tm). ‘Mereka itu memukul kami’ Argumen inti mane nee ‘laki-laki itu’ yang (13) Bein nola niak buku menduduki posisi sebelum predikat (praverbal) nenek membelikan 3Tg buku secara sintaksis merupakan subjek. Klausa ‘Nenek membelikan dia buku’. dwitransitif (9) mengandung tiga argumen inti. (14) Ema ne harsehik tae hau Konstruksi Ina buik ‘ibuku’, nia ‘dia’, dan orang Def Adv memukul saya sondal ‘sandal’ tergolong argumen inti. Ketiga ‘Orang itu kemarin memukul saya’. argumen inti yang terletak di sebelah kiri (15) Bein kami sesawan nola niak predikat praverbal merupakan subjek secara buku sintaksis. Hal demikian dapat dimaknai bahwa nenek Adv membelikan 3Tg buku dalam bahasa Tetum dialek Foho dapat ‘Nenek besok pagi membelikan dia dinyatakan bahwa subjek hanya dapat muncul buku’. pada posisi sebelah kiri predikat (praverbal), Klausa Ema to’o tae ami ‘Mereka itu baik predikat verbal maupun predikat memukul kami’ pada (12) tergolong klausa nonverbal pada klausa ekatransitif dan ekatransitif yang mengandung dua argumen dwitransitif. inti, yaitu ema to’o ‘orang itu’ dan ami ‘kami’. Klausa Bein nola niak buku ‘Nenek 3.2 Penyisipan Adverbial membelikan dia buku’ pada (13) tergolong Adverbial adalah unsur yang paling periferal klausa dwitransitif yang mengandung tiga dalam struktur klausa dan telaah perilaku argumen inti, yaitu ema ‘nenek’, tae ‘dia’, dan sintaktisnya dapat dikaitkan dengan subjek buku ‘buku’. Adverbial harsehik ‘kemarin’ (Effendi, 2004: 12). Antara subjek dan verbal pada klausa (14) terletak di antara argumen

Buha Aritonang, Properti Subjek Bahasa Tetum Dialek Foho di Desa Nanaet Dubessi,... 105

105 inti ema ne ‘orang itu’ dan predikat tae ‘Mereka duduk di kursi’. ‘memukul’. Adverbial kami sesawan ‘besok (21) Vetone nee alin hauk. pagi’ pada (15) terletak di antara argumen inti perempuan Def adik saya bein ‘nenek’ dan predikat nola ‘membelikan’. ‘Perempuan itu adik saya’. Argumen inti pada (12—15) yang terletak (22) Ema mak rekas too narik iha uma sebelum verba secara sintaksis merupakan oin. subjek. orang Ref kurus itu berdiri di rumah Pengetesan kesubjekan bahasa Tetum halaman dialek Foho juga dapat dilakukan dengan ‘Orang yang kurus itu berdiri di penegasian seperti pada contoh berikut. halaman rumah’. (18) Hau beinoan la ba ne gereja awan (23) Mane mak tei bola too maun cucu saya Neg pergi ke gereja besok hauk ‘Cucu saya tidak pergi ke gereja besok’. laki-laki Ref menendang bola itu kakak (19) Hau la kouk kemu kopi saya 1Tg Neg suka minum kopi ‘Laki-laki yang menendang bola itu ‘Saya tidak suka minum kopi’. kakak saya’.

Klausa (18) dan (19) tergolong klausa Argumen inti di awal klausa intransitif negatif bahasa Tetum dialek Foho. Bentuk bahasa Tetum dialek Foho atau di sebelah kiri negasi la tidak dalam klausa instransitif (18) predikat pada (20—23) semuanya dapat terletak di antara argumen inti hau beinoan direlatifkan. Posisi nomina berupa orang ‘cucu saya’ dan verba ba ‘pergi’ dan argumen ketiga jamak emi ‘mereka’ pada (20) adalah di inti hau ‘saya’ dan verba kouk ‘suka’ dalam sebelah kiri predikat tur ‘duduk’ yang secara klausa transtifi (19). Kehadiran penegasi la semantis berfungsi sebagai agen. Posisi frasa ‘tidak’ dalam kedua klausa tersebut berfungsi nominal vetone nee ‘perempuan itu’ pada (21) sebagai subjek secara (gramatikal) sintaksis. adalah di sebelah kiri predikat nonverbal (nominal) alin hauk ‘adik saya’. Klausa (20) 3.3 Perelatifan dan (21) dapat direlatifkan menjadi (22) dan Sistem perelatifan (relativizing) digunakan (23). Argumen inti sebagai subjek gramatikal untuk merelatifkan nomina atau frasa nomina yang secara semantis berfungsi sebagai agen yang sama yang terdapat dalam salah satu pasien pada posisi awal atau sebelum predikat klausa sehingga dua klausa dapat digabungkan pada (20) dan (21) dapat direlatifkan dengan menjadi satu klausa luas. Alat perelatif dalam permarkah relatif mak ‘yang’ seperti pada (22) bahasa Indonesia disebut pronomina relatif dan (23). Wujud konstruksi subjek yang atau kata ganti relatif dengan bentuk yang. direlatifkan itu adalah Ema mak ‘orang yang’ Pronomina relatif dalam bahasa Indonesia dalam Ema mak rekas too narik iha uma oin disebut juga kata ganti relatif sebagai alat ‘Orang yang kurus itu berdiri di halaman bantu penghubung karena tugasnya sebagai rumah’ pada (22) dan mane mak ‘laki-laki pengganti konstituen atau unsur posisi yang’ dalam ‘Laki-laki yang menendang bola tertenbtu dalam klausa relatif dan sekaligus itu kakak saya’ pada (23). menggabungkan dua klausa, yaitu klausa Selain klausa transitif (20) dan (21) yang bebas (independent clause)dan klausa terikat dapat mengalami perelatifan seperti pada (22) (dependent clause) (Quirk dan Greenbaum, dan (23), contoh (24—27) berikut ini 1985: 378 dalam Dalilan dan Malyono, 2017: termasuk juga konstruksi klausa transitif yang 425). Bahasa Indonesia dapat merelatifkan mengalami perelatifan. subjek secara langsung (Dalilan dan Malyono, (24) Mane nee nadinan veto nee 2017: 433—434) seperti pada contoh berikut pria Def mencium wanita Def ini. ‘Pria itu mencium wanita itu’. (20) Emi nee tur iha kursi. (25) Veto nee vo ema nee 3Jm Def duduk di kursi buku

Gramatika, Volume VI, Nomor 2, Juli—Desember 2018 106

106

perempuan Def membelikan anak Def dikategorikan sebagai subjek atau tidak buku dengan strategi pengambangan penjangka. ‘Perempuan itu membelikan anak itu Apabila pengambangan penjangka tetap buku’. mengacu pada frasa nomina yang sama, (26) Vet ne ne diak nee nadinan warik terutama yang diasumsikan sebagai subjek, ona nee. frasa nomina itu adalah subjek. Sebaliknya, wanita Rel cantik Def mencium bayi kalau pengambangan penjangka tersebut tidak Def mengacu pada frasa nomina subjek, frasa ‘Wanita yang cantik itu mencium bayi nomina tersebut bukan subjek. Oleh karena itu, itu’. penjangka kambang bahasa Tetum dialek Foho (27) Ema ne tur nee voo nia yang berfungsi untuk menunjukkan jumlah buku nee kolektif adalah horu ‘semua’. Penjangka orang Rel duduk Def membelikan dia kambang dapat menentukan apakah sebuah buku Def frasa nomina dapat dikategorikan sebagai ‘Orang yang duduk itu membelikan dia pengetes subjek atau tidak. Apabila penjangka buku itu’. kambang tersebut tetap mengacu pada frasa nomina yang sama, frasa nomina tersebut Klausa Mane nee nadinan veto nee ‘Pria adalah subjek. Sebaliknya, jika penjangka itu mencium wanita itu’ pada (24) kambang tidak mengacu kepada frasa nomina mengandunga dua argumen inti, yaitu mane yang berfungsi sebagai subjek frasa nomina nee ‘pria itu’ dan veto ne ‘wanita itu’, tersebut bukan subjek. Contoh pengetesan sedangkan klauwa Veto nee vo ema nee buku kesubjekan bahasa Tetum dialek Foho dengan ‘Perempuan itu membelikan anak itu buku’ penyangka kambang disajikan dalam pada (25) mengandung tiga argumen inti, yaitu konstruksi klausa yang menempatkan Veto nee ‘perempuan itu’, ema ‘anak’, dan penjangka tomak ‘semua’ setelah subjek. buku ’buku’. (28) Ema desa nee/too tomak ba Argumen inti mane nee ‘pria itu’ pada iha kantor desa (24) dan veto nee ‘perempuan itu’pada (25) penduduk desa itu semua pergi berfungsi sebagai subjek secara sintaksis. ke kantor desa Keduanya berposisi di awal atau sebelum ‘Penduduk desa itu semua pergi ke predikat nadinan ‘mencium’ pada (25) dan vo kantor desa’. ‘membelikan’ yang dapat direlatifkan seperti (29) Emi tomak vaan batar ida pada (26) dan (27). Hal itu berarti bahwa minggu isinida argumen yang menempati posisi sebelum mereka semua menjual jagung satu predikat dan dapat mengalami perelatifn minggu sekali berarti argumen itu dikategorikan subjek. ‘Mereka semua menjual jagung satu minggu sekali’. 3.4 Penjangka Kambang Salah satu di antara pengetesan subjek adalah Posisi penjangka kambang tomak ‘semua’ penjangka kambang (quantifier float) pada (28) adalah di antara argumen inti ema (Dalrymple, 2001: 17). Disebut penjangka desa nee/too ‘penduduk desa itu’ dan predikat kambang karena dapat menduduki lebih dari pada klausa intransitif ba ‘pergi’. Posisi satu posisi di dalam kalimat, tanpa mengubah penjangka kambang tomak ‘semua’ pada (29) makna (Purwo, 1989:469 -470) dalam Kosmas adalah di antara argumen inti emi ‘mereka’ (2017:2). Penjangka atau yang lebih dikenal dan predikat pada klausa intransitif vaan dengan istilah kata bantu bilangan (quantifier) ‘menjual’. Penjangka kambang tomak ‘semua’ tak takrif merupakan penentu penunjuk itu menempati posisi setelah nomina atau frasa jumlah. Sehubungan dengan pengetesan nomina klausa intransitif yang merupakan subjek, penjangka kambang dapat menentukan subjek gramatikal. apakah sebuah frasa nomina dapat

Buha Aritonang, Properti Subjek Bahasa Tetum Dialek Foho di Desa Nanaet Dubessi,... 107

107

3.5 Perefleksifan (32) a. Emi tei manenurak to’o/ne’e Artawa (1998: 18) dalam Budiarta (2013: 206) 3Jm menendang pemuda Def menyatakan bahwa agen menjadi pengontrol ‘Mereka menendang pemuda itu’. perefleksifan merupakan kebenaran umum. b. Manenurak to’o hetan nare Agen atau pelaku merupakan bagian yang ba/nosi emi. berfungsi sebagai pengontrol frasa nomina 3Jm Def dapat tendang oleh mereka refleksif. Bentuk refleksif bahasa Tetum dialek ‘Pemuda itu ditendang oleh mereka’. Foho diungkapkan dengan bentuk vaan ‘diri’ (33) a. Ina vo alin varain dan juga dapat ditambahkan dengan kata batar ibu membelikan adik celana ‘sendiri’ yang berfungsi untuk mempertegas ‘Ibu membelikan adik celana’. bentuk refleksif bahasa Tetum dialek Foho. b. Varain hela ba/nosi ina bodik alin Penggunaan bentuk vaan batar ‘diri sendiri’ celana dibeli oleh ibu untuk adik pada klausa refleksif bahasa Tetum dialek ‘Celana dibeli oleh ibu untuk adik’. Foho disajikan pada contoh berikut c. Alin vo varain ba/nosi ina (30) Emi tomak vaan batar adik dibelikan celana oleh ibu 1Tg memukul diri sendiri ‘Adik dibelikan celana oleh ibu’. ‘Saya memukul diri sendiri’. (31) Hau tae vaan batar Argumen subjek emi ‘mereka’ dan 3Tg menampar diri sendiri argumen objek langsung manenurak to’o ‘Dia menampar diri sendiri’. ‘pemuda itu dapat membangun klausa (32) Nia basa nikar nia vaan batar ekatransitif (32a). Klausa (32b) menunjukkan 3Jm melihat diri sendiri bahwa proses penaikan argumen objek ‘Mereka melihat diri sendiri’. langsung manenurak to’o ‘pemuda itu’ dapat dilakukan untuk menempati posisi subjek. Agen pada klausa relatif (30) adalah agen Klausa (33a) merupakan klausa dwitransitif emi ‘saya’), pada (31) hau ‘dia’, dan pada (32) yang dibangun oleh argumen ina ‘ibu’ yang nia ‘mereka’. Ketiga agen tersebut merupakan berfungsi sebagai subjek, argumen ali ‘adik‘ subjek gramatikal. Bentuk refleksif yang yang berfungsi sebagai objek tak langsung, diungkapkan dengan kata vaan batar ‘diri dan argumen varain ‘celana’ yang berfungsi sendiri’ dikontrol oleh agen. Jadi, agen bahasa sebagai objek langsung. Klausa (33b) Tetum dialek Foho dapat berfungsi untuk merupakan hasil dari proses penaikan argumen mengontrol perefleksifan. objek langsung varain ‘baju’ pada klausa (33a) menjadi argumen yang secara gramatikal 3.6 Penaikan (raising) berfungsi sebagai subjek. Klausa (33b) juga Budiarta (2013:270) menyatakan bahwa menunjukkan bahwa argumen objek langsung kaidah penaikan (raising) mempunyai dapat dinaikkan menjadi subjek gramatikal. pengertian bahwa sebuah kategori gramatikal Sementara, klausa (33c) menunjukkan bahwa (sintaksis) yang sebelumnya bukan merupakan argumen objek tak langsung dapat dinaikkan subjek melalui mekanisme tertentu dapat menjadi subjek gramatikal. Jadi, penaikan juga dinaikkan fungsinya menjadi subjek. Fungsi dapat digunakan untuk menentukan subjek gramatikal yang dapat dinaikkan menjadi atau kesubjekan bahasa Tetum dialek Foho. subjek dalam bahasa Tetum dialek Foho adalah fungsi gramatikal objek melalui 3.7 Pemfokusan mekanisme pemasifan. Karena tidak memiliki Chaer (2007: 263) menyatakan bahwa fokus afiks yang dilekatkan pada verba untuk adalah unsur yang menonjolkan bagian klausa membentuk konstruksi pasif, pemasifan sehingga perhatian pendengar atau pembaca bahasa Tetum dialek Foho menggunakan tertuju pada bagian itu. Salah satu penonjolan pemarkah hetan ‘dapat’. Contoh proses (pemfokusan/subjek dapat difokuskan) bagian penaikan argumen yang bukan subjek menjadi klausa yang dianggap mengandung informasi subjek adalah sebagai betikut. paling penting sehingga bagian klausa itu

Gramatika, Volume VI, Nomor 2, Juli—Desember 2018 108

108 menjadi pusat perhatian pembaca atau 4. Simpulan dan Saran pendengar adalah subjek. Subjek yang berada 4.1 Simpulan pada tataran sintaksis klausa dapat dites Berdasarkan penjelasan sebelum-nya, hasil melalui pemfokusan, yaitu dengan pemarkah kajian properti subjek bahasa Tetum dialek ne ‘yang’. Subjek klausa intransitif dan Foho di Desa Nanaet Dubessi, Kabupaten transitif yang mengalami pemfokusan dengan Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur dapat pemarkah fokus ne ‘yang’ berfungsi sebagai disimpulkan, yaitu (1) struktur kanonis muncul subjek karena hanya argumen yang muncul pada posisi praverbal, (2) adverbia dan sebelum predikat yang mengalami penegasi di antara subjek sebagai argumen pemfokusan. Contohnya adalah sebagai praverbal dengan predikat, (3) subjek dapat berikut. direlatifkan (perelatifan subjek), (4) penjangka (34) Veta diakban to’o nananu ne kambang dapat disisipkan di antara subjek dan iha gereja. predikat, (5) subje dapat direfleksifkan (pe- gadis cantik Def bernyanyi FOK Prep refleksian), (6) subjek dapat dinaikkan objek gereja langsung dan objek tak langsung (argumen ‘Gadis cantik itu bernyanyi dia gereja’. yang bukan subjek) melalui mekanisme (35) Emi ne tae warikoan to’o/ne’e. penaikan (raising), dan (7) subjek dapat 3Jm Fok memukul anak itu difokuskan dengan kehadiran pemarkah fokus ‘Mereka memukul anak itu’. ne ‘yang’. (36) Om ne vo hau sepatu iha pasar. 4.2 Saran paman Fok membelikan 1Tg sepatu Aspek lain yang berkaitan dengan tipologi Prep pasar bahasa Tetum dialek Foho di Desa Nanaet ‘Paman membelikan saya sepatu di Dubessi, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa pasar’. Tenggara Timur masih perlu dilanjutkan.

Klausa intransitif (34) merupakan klausa Daftar Pustaka pemfokusan dan argument veta diakban Budiarta, I Wayan. 2013. “Tipologi Sintaksis ‘wanita cantik’ dalam klausa itu berposisi Bahasa Kemak”. Denpasar: Disertasi sebelum predikat nananu ‘bernyanyi’ yang Program Pascasarjana, Universitas diikuti oleh pemarkah fokus ne ‘yang’. Udayana. Argumen klausa ekatransitif emi ‘mereka’ ------. 2017. “Perilaku Subjek pada klausa (35) yang menempati posisi dalam Bahasa Kemak Kabupaten Belu sebelum predikat juga langsung diikuti oleh Nusa Tenggara Timur”. Dalam pemarkah fokus ne‘yang’. Argumen om LITERA, 15(1). [https://journal.- ‘paman pada klausa dwitransitif (36)berposisi uny.ac.id/index.php/litera/article/view/ sebelum predikat vo ‘membelikan’ yang 9776], diunduh 13 Desember 2017. langsung diikuti oleh pemarkah fokus te‘yang. Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Edisi Klausa (34--36) menunjukkan bahwa argumen Baru. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. pada setiap klausa diikuti oleh pemarkah fokus Dalrymple, Mary. 2001. Lexical-Functional ne ‘yang’. Pemarkah fokus ne ‘yang’ secara Grammar: Syntax and Semantics. San langsung mengikuti dan memarkahi argumen Diego: Academic Press. yang menempati posisi sebelum predikat yang Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Metode ditempati oleh verba. Jadi, pemfokusan Linguistik: Ancangan Metode merupakan salah satu cara yang dapat Penelitian dan Kajian. Bandung: digunakan untuk menentukan subjek bahasa Eresco. Tetum dialek Foho. Dalihan dan Malyono. 2017. “Klausa Relatif Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia: Analisis Konstrastif Strategi Perelatifan, Fungsi, dan Karakteristik

Buha Aritonang, Properti Subjek Bahasa Tetum Dialek Foho di Desa Nanaet Dubessi,... 109

109

Alat Perelatif”. [http://i- Tetum: Analisis Kontrastif”. Jurnal lib.ugm.ac.id/jurnal/detail.- Elektronik Fakultas Sastra Universitas php?dataId=2069], diunduh tanggal 13 Sam Ratulangi, 2(1). [ttps://ejournal.- Desember 2017. unsrat.ac.id/index.php/jefs/article/view/ Effendi, S. 2004. Adverbial Cara dan 7878], diunduh tanggal 13 Desember Adverbial Sarana dalam Bahasa 2017. Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Mithun, Marrianne. 2001. “Who Shapes the Departemen Pendidikan Nasional. Record, the Speaker, and the Linguist”. Falk, Yehuda N. 2001. Lexical Functional Dalam Newman, Paul and Martha Grammar. Stanford, California: CSLI. Ratliff, Editors. Linguistics Fieldwork. (3) Fernandez, Inyo Yos. 2017. First Edition. Cambridge: Cambridge “Konstruksi Posesif Bahasa-bahasa University Press. Austronesia dan Non Austronesia di Palmer, F. R. 1994. Grammatical Roles and Kawasan Timur Indonesia: Studi Relations. Cambridge: Cambridge Bandingan Bahasa Tetum (Timor University Press. Timur), Lamaholot (Flores Timur), Renoat, Emi. 2017. “Bahasa Tetum, Dawan, dan Mai Brat (Kepala Burung)”. dan Rote Di Nusa Tenggara Timur: [https://journal.ugm.ac.id/index.php/j Kajian Komparatif dan Budaya”. urnal-humaniora/article/-view/1877], [http://etd.repository.ugm.ac.id/index.p diunduh tanggal 13 Desember 2017. hp?], diunduh tanggal 13 Desember Jufrizal, dkk. 2006. “Pentopikalan dalam 2017. Bahasa Minangkabau dan Kaitannya Sanga, Felysianus. 2017. “Sistem Bilangan dengan Upaya Pembina-an Sosial- Pokok Tradisional dalam Masyarakat Budaya Masyarakat Minangkabau”. Nusa Tenggara Timur: Sebuah Kajian Pandang: Fakultas Bahasa Sastra dan Etnografis”. Seni, Jurusan Bahasa dan Sastra [https://ojs.unud.ac.id/index.php/lingui Inggris, Universitas Negeri Padang. stika/article/view/422], diunduh ------. 2017. “Tipologi Linguistik: tanggal 13 Desember 2017. Dasar Kerangka Teori dan Arah Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Kajiannya”. [http://jurnalvivid.fib.- Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta unand.ac.id/index.php/lingkul/article/vi Wacana University Press. ew/69/78], diunduh tanggal 18 Sukerti, Gusti Nyoman Ayu. 2013. “Relasi Desember 2017. Gramatikal Bahasa Kodi: Kajian Kosmas, Jeladu. 2017. “Perilaku Penjangka Tipologi Sintaksis”. Denpasar: Tesis Kambang dalam Bahasa Rongga”. Program Pascasarjana, Universitas [https://ojs.unud.ac.id/index.php/eol/art Udayana. icle/view/3529/2560], diunduh tanggal Trask, R.L. 1993. A Dictionary of 13 Desember 2017. Grammatical Terms in Linguistics. Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus London and New York: Routledge. Lingusitik. Jakarta: Penerbit PT Troebus, dkk. 1987. Struktur Bahasa Terum. Gramedia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan ------. 2013. Kamus Kebudayaan. Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Yadnya, Ida Bagus Putra. 2017. “Kesubjekan Utama. dalam Bahasa Lamaholot Dialek Nusa Mallison, G. Blake, B.J. 1981. Language Tadon”. Tipology: Cross-Linguistics Studies in [http://floresisland.weebly.com/uploads Syntax. Amsterdam: North Holland /4/0/9/7/4097021/kesubjekan-dalam- Publishing Company. bahasa-lamaholot.pdf], diunduh tanggal May, Evangelin De Jesus. 2017. “Kata Benda 14 Desember 2017. dalam Bahasa Inggris dan Bahasa

Gramatika, Volume VI, Nomor 2, Juli—Desember 2018 110

110