BAB I

PROFIL KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

A. Tentang Tanjung Jabung Barat

Kabupaten Tanjung Jabung Barat terletak antara 0o53‟ – 01o41‟ Lintang

Selatan dan antara 103o 23‟ – 104o21‟ Bujur Timur.

Luas wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah 5.009,82 Km2.

Batas-batas Kabupaten Tanjung Jabung Barat :

Utara : Propinsi Riau

Selatan : Kabupaten Batanghari

Barat : Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Tebo

Timur : Selat Berhala dan Kab. Tanjung Jabung Timur

Jarak Ibukota Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Kuala Tungkal) ke beberapa kota dalam Propinsi Jambi:

Sungai Penuh : 543 KM

Bangko : 373 KM

Sarolangun : 299 KM

Muara Bulian : 181 KM

Sengeti : 95 KM

Muaro Sabak : 129 KM

Muaro Bungo : 356 KM

Kota Jambi : 125 KM

Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jambi, . Luas wilayahnya 5.009,82 km²

1 dengan populasi 293.594 jiwa pada tahun 2012. Ibu kotanya ialah Kuala Tungkal.

Kabupaten ini terbagi menjadi 13 kecamatan yang terbagi lagi menjadi 20 kelurahan dan 114 desa. Dulunya dengan Kabupaten Tanjung Jabung

Timur kabupaten ini membentuk Kabupaten Tanjung Jabung.

Gambar : 1

Peta Tanjung Jabung Barat (http://tanjabbarkab.go.id/site/peta-wilaya/)

Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah sebagai berikut : 1. Renah Mendaluh 2. Batang Asam 3. Tebing Tinggi 4. Tungkal Ulu 5. Merlung 6. Muara Papalik 7. Senyerang

2

8. Pengabuan 9. Bram Itam 10. Betara 11. Kuala Betara 12. Seberang Kota 13. Tungkal Ilir

B. Lambang

Lambang Tanjung Jabung Barat (Sumber : Website Humas Tanjung Jabung Barat)

1. Bidang Dasar lambang berbentuk perisai yang memiliki 5 (lima) sudut

berwarna cerah dengan dua garis tepi berwarna hitam yang

melambangkan masyarakat Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang

berideologi Pancasila dan dalam menjalankan roda pemerintahan

berdasarkan Undang Undang Dasar 1945.

2. Bintang bersisi 5 (lima) berwarna kuning emas melambangkan bahwa

bagaimanapun bentuk dan keanekaragaman yang di Kabupaten

Tanjung Jabung Barat tetap ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.

3. Payung berwarna orange dengan enam ruas melambangkan bahwa

Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki adat istiadat yang mengayomi

segala aspek kehidupan dalam masyarakat etnis, agama maupun budaya.

3

Lima ruas dipandang sebagai agama yang ada di Indonesia dan satu ruas

dipandang representatif mewakili daripada etnis-etnis yang heterogen,

melambangkan dalam penggambilan keputusan para tua tenganai dan

tokoh adat, sebelumnya memandang etnis dan agama yang ada di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

4. Bambu Runcing menyilang yang diikat dengan kain berwarna merah

melambangkan asal mula perjuangan rakyat Tanjung Jabung Barat.

Bambu runcing merupakan persenjataan yang digunakan dalam

perjuangan. Seutas kain berwarna merah merupakan sebutan pejuang

selempang merah karena setiap pejuang mempunyai tanda pengenal

dengan tanda kain merah yang diikatkan atau dilingkarkan di tubuh para

pejuang tersebut.

5. Perahu layar merupakan lambang atau ciri yang menggambarkan salah

satu potensi alam Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Layar berwarna Putih

melambangkan kesucian masyarakat Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Perahu dan tonggak berwarna kuning melambangkan bahwa apapun

potensi yang ada dalam Kabupaten Tanjung Jabung Barat keseluruhannya

adalah milik Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

6. Garis panjang ombak yang melengkok-lengkok melambangkan bahwa

masyarakat Tanjung Jabung Barat yang heterogen dengan

keanekaragaman etnis, agama, ras dan sebagainya menjadi penopang

untuk tegak, maju dan berkembangnya Kabupaten Tanjung Jabung Barat

dengan memanfaatkan potensi yang ada.

4

7. Gambar air yang mengalir di depan perahu melambangkan bahwa

Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdiri dari dataran rendah dan dataran

tinggi yang memiliki potensi sektor pertambangan.

8. Lima buah batu bata putih melambangkan jumlah kecamatan yang ada

pada saat pemekaran Kabupaten Tanjung Jabung menjadi Kabupaten

Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

9. Gong berwarna coklat muda melambangkan bahwa dalam pengambilan

keputusan lebih mengutamakan kemufakatan sebagaimana kata pepatah “

Bulat Air Dek Pembuluh Bulat Kata Dek Mufakat”

10. Padi berwarna kuning berjumlah 10 biji pada sebelah kiri dan 8 biji pada

sebelah kanan yang terletak di sebelah kiri dalam lambang melambangkan

pangan bagi masyarakat Tanjung Jabung Barat dan sekaligus

mencerminkan sejarah tanggal dan bulan lahirnya Kabupaten Tanjung

Jabung Barat, tanggal 10 Agustus.

11. Daun Kelapa berwarna hijau berjumlah 65 (enam puluh lima) helai yang

terletak di sebelah kanan dalam lambang melambangkan bahwa

masyarakat Tanjung Jabung Barat dapat berguna di mana dan kapan saja,

karena ia dapat hidup di manapun, sekaligus mencerminkan sejarah tahun

lahirnya Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tahun 1965.

12. Rantai putih yang menghubungkan gambar padi dan daun kelapa

melambangkan kesejahteraan masyarakat Tanjung Jabung Barat, saling

bantu-membantu atau bekerja sama dalam setiap masalah yang dihadapi

dalam masyarakat.

5

13. berwarna orange yang bertuliskan “SERENGKUH DAYUNG

SERENTAK KE TUJUAN” melambangkan bahwa masyarakat

Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang berbeda etnis dan agama bersama-

sama dalam memajukan Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang sangat

potensial untuk mencapai Tanjung Jabung Barat yang lebih maju dan

berkembang.

C. Demografi

Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki masyarakat yang

heterogen, multi etnis dan multi kultur. Suku Jawa, Banjar, Melayu, Bugis,

Batak, Minangkabau, Palembang, Tionghoa, Kerinci dan berbagai etnis

berbaur di kabupaten yang terkenal dengan julukan kota bersama ini.

Sehingga kebudayaan-kebudayaan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

membaur dan mengalami akulturasi kebudayaan.

No Jenis Data Jumlah Satuan

1. Jumlah Penduduk

a. Penduduk Laki-laki 148.562 Orang

b. Penduduk Perempuan 137.169 Orang

c. Total Penduduk 285.731 Orang

d. Jumlah Rumah Tangga 71.607 RT

2. Kepadatan Penduduk

a. Rata-rata Kepadatan Penduduk 57,00 Orang/km2

6

b. Laju Pertumbuhan Penduduk 2,51 Persen

3. Penduduk Menurut Usia

a. Penduduk Usia 0-4 Tahun 30.676 Orang

b. Penduduk Usia 5-19 Tahun 83.788 Orang

c. Penduduk Usia 20-59 Tahun 156.258 Orang

d. Penduduk Usia Diatas 60 Tahun 15.009 Orang

4. Penduduk Menurut Agama

a. Penduduk Beragama Budha 691 Orang

b. Penduduk Beragama Hindu 202 Orang

c. Penduduk Beragama Islam 225.235 Orang

d. Penduduk Beragama Katolik 630 Orang

e. Penduduk Beragama Kristen 2.488 Orang

f. Penduduk Beragama Lainnya 79 Orang

5. Pekerjaan Menurut Lapangan Usaha 22.330,67 Orang

a. L. Usaha Angkutan, Penggudangan, dan Komunikasi 20.459,04 Orang

b. L. Usaha Bangunan 0,00 Orang

c. L. Usaha Jasa Kemasyarkatan 1.871,62 Orang

d. Keuangan, Asuransi, Usaha Sewa Bangunan, 909 Orang Tanah dan Jasa Perusahaan

e. L. Usaha Listrik, Gas dan Air 368 Orang

f. L. Usaha Pertambangan dan Penggalian 496 Orang

7

g. L. Usaha Pertanian, Perhutanan, Perburuhan 69.735 Orang dan Perikanan

Sumber : BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat

D. Perda Kebudayaan Tanjung Jabung Barat

Tanjung Jabung Barat mempunyai dua Peraturan Daerah yaitu Peraturan

Daerah Nomor 07 Tahun 2001 tentang Pemberdayaan Pelestarian &

Pengembangan Adat Istiadat dan Lembaga Adat di Kabupaten Tanjung Jabung

Barat, dan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Lembaga Adat

Melayu Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

E. Sejarah

Seiring bergulirnya perkembangan zaman berdasarkan keputusan Komite

Nasional Indonsia (KNI) untuk Pulau Sumatera di Kota Bukit Tinggi (Sumbar) pada tahun 1946 tanggal 15 April 1946, maka pulau Sumatera di bagi menjadi 3

(tiga) Provinsi, yaitu Provinsi Sumatera Tengah, Provinsi Sumatera Utara dan

Provinsi Sumatera Selatan, pada waktu itu Daerah Keresidenan Jambi terdiri dari

Batanghari dan Sarolangun Bangko, tergabung dalam Provinsi sumatera Tengah yang dikukuhkan dengan undang - undang darurat Nomor 19 Tahun 1957, kemudian dengan terbitnya undang - undang Nomor 61 Tahun 1958 pada tanggal

6 januari 1958 Keresidenan Jambi menjadi Provinsi Tingkat I Jambi yang terdiri dari : Kabupaten Batanghari, Kabupaten Sarolangun Bangko dan Kabupaten

Kerinci.

8

Pada tahun 1965 wilayah Kabupaten Batanghari dipecah menjadi 2 (dua) bagian yaitu : Kabupaten Dati II Batanghari dengan Ibukota Kenaliasam,

Kabupaten Dati II Tanjung Jabung dengan Ibukotanya Kuala Tungkal. Kabupaten

Dati II Tanjung Jabung diresmikan menjadi daerah kabupaten pada tanggal 10

Agustus 1965 yang dikukuhkan dengan Undang - Undang Nomor 7 Tahun 1965

(Lembaran Negara Nomor 50 Tahun 1965), yang terdiri dari Kecamatan Tungkal

Ulu, Kecamatan Tungkal Ilir dan kecamatan Muara Sabak.

Setelah memasuki usianya yang ke-34 dan seiring dengan bergulirnya Era

Desentralisasi daerah, di mana daerah di beri wewenang dan keleluasaan untuk mengurus rumah tangganya sendiri, maka kabupaten Tanjung Jabung sesuai dengan Undang-undang No.54 Tanggal 4 Oktober 1999 tentang pemekaran wilayah kabupaten dalam Provinsi Jambi telah memekarkan diri menjadi dua wilayah yaitu : 1. Kabupaten Tanjung Jabung Barat Sebagai Kabupaten Induk dengan Ibukota Kuala Tungkal 2. Kabupaten Tanjung Jabung Timur Sebagai

Kabupaten hasil pemekaran dengan Ibukota Muara Sabak

Kabupaten yang beribukota di Kuala Tungkal ini memiliki masyarakat yang heterogen. Suku Jawa, Banjar, Melayu, Bugis, Batak, Minangkabau,

Palembang, Tionghoa, Kerinci dan berbagai etnis berbaur di kabupaten yang terkenal dengan julukan kota bersama ini. Dengan hasil pertanian dan perkebuanan yang cukup melimpah kabupaten ini terus berkembang. Kelapa,

Kelapa Sawit, Pinang, dan beraneka buah-buahan adalah sumber daya alam yang banyak terdapat di daerah ini. Juga kekayaan minyak bumi dan gas yang saat ini dikelola oleh perusahaan asing juga merupakan kekayaan asli dari daerah ini.

9

Sebelum abad ke-17 di Tanah Tungkal ini sudah berpenghuni seperti

Merlung, Tanjung Paku, Suban yang sudah dipimpin oleh seorang Demong, jauh sebelum datangnya rombongan 199 orang dari Pariang Padang Panjang yang dipimpin oleh Datuk Andiko dan sebelum masuknya utusan Raja Johor.

Kemudian memasuki abad ke-17 ketika itu daerah ini masih disebut

Tungkal saja, daerah ini dikuasai atau dibawah Pemerintahan Raja Johor. Dimana yang menjadi wakil Raja Johor di daerah ini pada waktu itu adalah Orang Kayo

Depati. Setelah lama memerintah Ornag Kayo Depati pulang ke Johor dan ia digantikan oleh Orang Kayo Syahbandar yang berkedudukan di Lubuk Petai.

Setelah Orang Kayo Syahbandar kemudian diganti lagi oleh Orang Kayo Ario

Santiko yang berkedudukan di Tanjung Agung (Lubuk petai) dan Datuk Bandar

Dayah yang berkedudukan di Batu Ampar, daerahnya meliputi Tanjung rengas sampai ke Hilir Kuala Tungkal atau Tungkal Ilir sekarang.

Memasuki abad ke- 18 atau sekitar tahun 1841-1855 Tungkal dikuasai dan dibawah Pemerintahan Sultan Jambi yaitu Sultan Abdul Rahman Nasaruddin.

Pada saat itu kesultanan Jambi mengirim seorang Pangeran yang bernama

Pangeran Badik Uzaman ke Tungkal yaitu Tungka Ulu sekarang Kedatangannya disambut baik oleh orang Kayo Ario Santiko dan Datuk Bandar Dayah.

Setelah terbukanya Kota Kuala Tungkal maka semakin banyak orang mulai datang, sekitar tahun 1902 dari suku Banjar yang berimigrasi dari Pulau

Kalimantan melalui Malaysia. Mereka ini berjumlah 16 orang antara lain :

H.Abdul Rasyid, Hasan, Si Tamin gelar Pak Awang, Pak Jenang, Belacan Gelar

Kucir, Buaji dan kemudian mereka ini berdatangan lagi dengan jumlah agak lebih

10 besar yaitu 56 orang yang dipimpin oleh Haji Anuari dan iparnya Haji

Baharuddin, Rombongan 56 orang ini banyak menetap di Bram Itam Kanan dan

Bram Itam Kiri. Selanjutnya datang lagi dari suku Bugis, Jawa, Suku Donok atau

Suku Laut yang banyak hidup dipantai/laut, dan Cina serta India yang datang untuk berdagang .

Pada tahun 1901 kerajaan Jambi takluk keseluruhannya kepada

Pemerintahan Belanda termasuk Tanah Tungkal khususnya di Tungkal Ulu yang

Konteleir jenderalnya berkedudukan di Pematang Pauh. Sehingga pecahlah perperangan antara masyarakat Tungkal Ulu dan Merlung dengan Belanda.

Karena mendapat serangan yang cukup berat akhirnya pemerintah Belanda mengundurkan diri dan hengkang dari wilayah itu. Perperangan itu dipimpin oleh Raden Usmananak dari Badik Uzaman. Raden Usman kemudian wafat dan dimakamkan di Pelabuhan Dagang.

Selanjutnya muncullah Pemerintahan Kerajaan Lubuk Petai yang dipimpin oleh Orang Kayo Usman dan Lubuk Petai kemudian membentuk pemerintahan baru. Pada waktu itu dibentuklah oleh H.Muhammad Dahlan Orang Kayo yang pertama dalam penyusunan pemerintahan yang baru.

Orang Kayo pertama ini pada waktu itu masih diintip dan diserang oleh rombongan dari Jambi. Ia diserang dan ditembak dirumahnya lalu patah. Maka bernamalah pemerintahan itu dengan Pemerintahan Pesirah Patah sampai zaman kemerdekaan. Dusun-dusun pada pemerintahan Pesirah Patah dan asal mula namanya adalah :

 Dusun Lubuk Kambing tadinya berasal dari Benaluh dan Lingkis.

11

 Dusun Sungai Rotan tadinya berasal dari Dusun Timong dalam.

 Dusun Ranatu Benar tadinya berasal dari Riak Runai dan Air dan Air

Talun.

 Dusun Pulau Pauh tadinya berasal dari Kampung Jelmu pulau

Embacang.

 Dusun Penyambungan dan Lubuk Terap berasal dari Suku Teberau.

 Dusun Merlung tadinya berasal dari suku Pulau Ringan yang dibagi lagi

dalam beberapa suku yaitu : Pulau Ringan, Kebon Tengah, Langkat,

Aur Duri, Kuburan Panjang, Gemuruh, dan Teluk yang tunduk dengan

Demong.

 Dusun Tanjung Paku tadinya berasal dari Tangga Larik.

 Dusun Rantau Badak tadinya berasal dari Dusun Lubuk Lalang dan

Tanjung Kamang

 Dusun Mudo tadinya Talang Tungkal dan Lubuk Petai.

 Dusun Kuala Dasal yang pada waktu itu belum lahir adalah dusun

Pecang Belango.

 Dusun Tanjung Tayas tadinya berasal dari Bumbung.

 Dusun Tanjung Tayas tadinya berasal dari Bumbung.

 Dusun Pematang Pauh.

 Dusun Batu Ampar yang sekarang menjadi Pelabuhan Dagang.

12

 Dusun Taman Raja tadinya bernama Pekan atau pasar dari kerajaan

Lubuk Petai. Kemudian disebut Taman Raja karena dulunya merupakan

tempat pertemuan dan musyawarah Raja Lubuk Petai dan Raja Gagak.

 Dusun Suban tadinya berasal dari Suban Dalam.

 Dusun Lubuk Bernai tadinya Tanjung Getting dan Lubuk Lawas.

 Dusun Kampung Baru.

 Dusun Tanjung Bojo.

 Dusun Kebun.

 Dusun Tebing Tinggi.

 Dusun Teluk Ketapang.

 Dusun Senyerang.

Marga Tungkal Ulu :

 Pasirah MT.Pahruddin (195 Zaman pemerintahan Orang Kayo H.

Muhammad Dahlan berakhir sampai sekitar tahun 1949, kemudian

barulah gelar Orang Kayo berubah menjadi Pasirah sekitar tahun 1951.

Sebelum Kabupaten Dati II Tanjung Jabung terbentuk, berada dalam

Kewedanaan Tungkal yang memimpin beberapa Pasirah. Adapun para

Pasirah di Tanah Tungkal ini dahulunya adalah :1-1953)

 Pasirah Daeng Ahmad anak dari H.Dahlan (1953-1959)

 Pasirah Zikwan Tayeb (1959-1967)

13

 1969 masa transisi perubahan marga

 Syafei Manturidi (1969-1973)

 Adnan Makruf (1974-1982)

Marga Tungkal Ilir :

 Raden Syamsuddin (Pemaraf)

 M. Jamin

 Pasirah H. Bberahim

 Pasirah Ahmad

 Pasirah Asmuni

 Pasirah H. M. Taher

Seiring bergulirnya perkembangan zaman berdasarkan keputusan Komite

Nasional Indonsia (KNI) untuk Pulau Sumatera di Kota Bukit Tinggi (Sumbar) pada tahun 1946 tanggal 15 April 1946, maka pulau Sumatera di bagi menjadi 3

(tiga) Provinsi, yaitu Provinsi Sumatera Tengah, Provinsi Sumatera Utara dan

Provinsi Sumatera Selatan. Pada waktu itu Daerah Keresidenan Jambi terdiri dari

Batanghari dan Sarolangun Bangko, tergabung dalam Provinsi Sumatera Tengah yang dikukuhkan dengan undang – undang darurat Nomor 19 Tahun 1957, kemudian dengan terbitnya undang – undang Nomor 61 Tahun 1958 pada tanggal

6 januari 1958 Keresidenan Jambi menjadi Provinsi Tingkat I Jambi yang terdiri dari : Kabupaten Batanghari, Kabupaten Sarolangun Bangko dan Kabupaten

Kerinci.

14

Pada tahun 1965 wilayah Kabupaten Batanghari dipecah menjadi 2 (dua) bagian yaitu : Kabupaten Dati II Batanghari dengan Ibukota Kenaliasam,

Kabupaten Dati II Tanjung Jabung dengan Ibukotanya Kuala Tungkal. Kabupaten

Dati II Tanjung Jabung diresmikan menjadi daerah kabupaten pada tanggal 10

Agustus 1965 yang dikukuhkan dengan Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1965

(Lembaran Negara Nomor 50 Tahun 1965), yang terdiri dari Kecamatan Tungkal

Ulu, Kecamatan Tungkal Ilir dan kecamatan Muara Sabak.

Setelah memasuki usianya yang ke-34 dan seiring dengan bergulirnya Era

Desentralisasi Daerah, dimana daerah di beri wewenang dan keleluasaan untuk mengurus rumah tangganya sendiri, maka kabupaten Tanjung Jabung sesuai dengan Undang-undang Nomor 54 Tanggal 4 Oktober 1999 tentang pemekaran wilayah kabupaten dalam Provinsi Jambi telah memekarkan diri menjadi dua wilayah yaitu :

 Kabupaten Tanjung Jabung Barat Sebagai Kabupaten Induk dengan Ibu

kota Kuala Tungkal

 Kabupaten Tanjung Jabung Timur Sebagai Kabupaten hasil pemekaran

dengan Ibukota Pangkalan bulian

15

BAB II WARISAN BUDAYA TAK BENDA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

A. TRADISI PENGANTIN DI KUALA TUNGKAL

Kondisi tradisi mandi pengantin di Kuala Tungkal tepatnya berada di

Lorong Pepadaan, Jl. Kalimantan, RT.07, Kecamatan Tungkal Ilir, Kab. Tanjung

Jabung Barat, sudah mulai bekurang sehingga perlu untuk di deskripsikan bagaimana asal mulanya dan proses mandi pengantinya, dengan tujuan tradisi budaya mandi pengantin di kuala tungkal ini tidak punah. Adapun pelaku budaya mandi pengantin di Kuala Tungkal yang masih melestarikannya adalah ibu arbaiyah atau sering di panggil busu iyah.

1. Asal Mula Upacara Mandi pengantin

Upacara mandi pengantin berasal dari tradisi suku banjar pada masa

dahulu yang berkembang di kuala tungkal dan tradisi mandi pengantin ini

masih membudaya sampai hari ini dikalangan masyarakat kuala tungkal,

bahkan tidak hanya suku banjar saja namun sudah berkembang kepada suku-

suku lain yang ada di kuala tungkal.

Mandi pengantin dalam budaya masyarakat Kuala Tungkal

dilaksanakan sehari menjelang hari perkawinan, dilaksanakan pada siang atau

malam hari. Mandi-mandi ini dilaksanakan oleh kedua calon mempelai

apabila sudah melaksanakan pernikahan terlebih dahulu, namun apabila

pernikahan belum dilaksanakan maka mandi-mandi hanya dilakukan oleh

calon mempelai perempuan saja

16

2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Mandi Pengantin

Mandi pengantin dalam budaya Kuala Tungkal dilaksanakan sehari

menjelang hari perkawinan. Tempat pelaksanaan mandi pengantin, biasanya

dilakukan di pagar mayang. Pagar mayang adalah suatu bangunan persegi

empat berukuran sekitar 1,5 kali 2 M. Bangunan berbentuk segi empat ini, di

setiap sudut tiangnya ditanami tebu. Tempat yang akan digunakan untuk

pelaksanaan ritual mandi ini diberi pagar dari benang berwarna kuning dan

digantungkan berbagai hiasan, antara lain berbagai jenis makanan yang

merupakan sajian untuk mandi.

3. Peralatan- Peralatan yang Diperlukan dalam Upacara Mandi Pengantin

Peralatan- peralatan yang diperlukan dalam upacara mandi pengantin

antara lain adalah sebagai berikut:

a. Ketan dan beras sebanyak segantang atau setara dengan 4 Kg yang sudah

di tutungkali (di doakan)

b. yang terbuat dari ketan yang sudah ditutungkali (, , ,

ketan, ketan putih dan ketan yang diberi kunyit serta diletakkan

telur diatasnya

c. Kue yang terbuat dari beras yang ditutungkali serta sudah dijadikan tepung

(pais, cengkodok, serabi, apam, kembang goyang, cincin, cucur,

merah, dodol putih, lempeng bekapur gegauk inti gula merah, gegauk inti

kelapa dan garam)

d. Ayam panggang, tebu sebanyak 4 batang dan pisang lemak manis

e. Mayang pinang yang masih terbungus dan mayang yang sudah terurai

17

f. Baskom besar untuk menampung air bunga 7 rupa

g. Teko yang berisi air kinca (air yang terbuat dari santan dan gula merah),

air kelapa muda, air yang sudah dibacakan yasin dan air yang sudah di

doakan

h. Kain kuning (kain putih yang diberi kapur, kunyit dan jeruk nipis lalu

dikeringkan)

i. Mangkuk untuk meletakkan sabun, pupur beras, dan kunyit yang sudah

diparut.

j. Cermin, lilin dan kain sebanyak 7 helai.

4. Prosesi Upacara Mandi Pengantin

Setelah berbagai persiapan selesai, pengantin duduk di atas lapik (kain

berjumah 7 helai) serta mengahapi saji-saji yang diperlukan. Dan yang akan

memandu upacara mandi pengantin adalah sesepuh atau orang yang

dituakan. Setelah itu pengantin menuju ke tempat upacara mandi yang telah

disiapkan dengan diiringi pembacaan shalawat dan menggunakan kain kuning.

Pemandu mandi pengantin menggosok badan pengantin dengan kunyit

parut, bedak beras dan sabun, menyiramkan air bunga, air kelapa muda, air

Yasin, dan air doa, yang dilakukan bergantian oleh pemandu mandi dan yang

membantunya.

Sehabis mandi, pengantin diminyaki, disisiri, dan sebagainya,

kemudian dikelilingi oleh cermin dan lilin kepada calon pengantin sebanyak 3

kali oleh wanita yang memandikan tadi, lalu lilinnya ditiup oleh calon

pengantin dan ujung sumbunya di ambil oleh pemandu mandi pengantin serta

18

dioleskan ke bagian dada calon penganti tersebut. Setelah itu pengantin di

dudukkan kembali di atas kain yang sebanyak 7 helai dengan di iringi

shalawat dan diberi mayang mangurai pada telinga kanannya, lalu dilanjutkan

dengan selamatan nasi ketan dan pisang lemak manis, lalu pengantin

mengempal sedikit ketan dan memakannya. Seluruh rangkaian mandi

pengantin umumnya ditujukan untuk mendoakan kelancaran segala proses

pernikahan dan rumah tangga, agar selalu aman dan jauh dari gangguan.

5. Foto terbaru karya budaya mandi pengantin di Kuala Tungkal

Air yang digunakan untuk mandi pengantin

19

Proses mandi di halaman rumah calon pengantin

Prosesi mandi pengantin dihalaman rumah, mulai dari penyiraman sampai naik kerumah

20

Proses berias dan doa besama untuk keselamatan

21

B. TRADISI HAUL SYEKH ABDUL QADIR JAILANI Tradisi haul merupakan kegiatan tahunan yang dilaksanakan di masjid

Agung Al Istiqomah dan puncak kegiatannya di pesantren Al Baqiatush Shalihat, dan masih berkembang dengan baik sampai saat ini. Tradisi haul ini bagian dari rangkaian wirid tahunan yang diamalkan oleh pengikut thariqat Qodiriah Waq

Nasabandiah, namun yang mengikuti kegiatan haul ini tidak hanya pengikut thariqat tersebut namun hampir seluruh masyarakat Tanjung Jabung barat dan juga dihadiri oleh beberapa jamaah dari kabupaten-kabupaten lain, bahkan dari negara tetangga juga menghadiri tradisi haul di Kuala Tungkal ini.

Dokumentsi acara haul yang dihadiri oleh pemerintah daerah

Syeikh Muhammad Ali Abdul Wahab (1934-2011) adalah salah satu tokoh ulama terkemuka di Kuala Tungkal yang memperkenalkan ajaran Tarekat

Qadiriyah Naqsabandiyah di wilayah Kuala Tungkal, Beliau adalah sałah satu pengajar di Perguruan Hidayatul Islamiah (PHI) dan juga sebagai pengasuh

22

Pondok Pesantren al Baqiyatush Sholihat yang terletak di Parit Gompong Kuala

Tungkal Jambi, Beliau merupakan putra pertama dari empat bersaudara dati Tuan

Guru Abdul Wahab (1880-1964) dan H. Ruqayyah, Beliau dilahirkan di Desa

Pasar Arba Bram Itam Kanan Kuala Tungkal pada hari Sabtu tanggal 1 Maret

1934 bertepatan tanggal 11 Shofar 1354 H. Beliau dididik dan dibesarkan di tengah-tengah keluarga yang religus sebab orang tua beliau adalah seorang ulama yang berpengaruh dan dikenal mempunyai pengetahuan agama yang dalam, yaitu

Tuan Guru H Abdul Wahab.

Kegiatan rutin Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah di Kuala Tungkal adalah pengajian yang diselenggárakan setiap seminggu sekali yakni pada senin malam dan jumah pagi di masjid Agung Al-Istiqomah. Pada setiap pengajian akan didahului zikir tarekat terlebih dahulu dan disusul dengan kajian sebuah kitab tasawuf yang dibacakan oleh mursyidnya yakni Syekh Ali Abdul Wahab.

Masyarakat maupun murid tarekat selalu datang mengikuti majelis zikir ini.

Adapun penyelenggaraan peringatan haul Syeikh Abdul Qadir Jilani yang dirangkai dengan haul syekh Nawawi Berjan yaitu setiap tanggal 11 rabiul akhir.

Kegiatan tersebut sebagai agenda tahunan yang didukung penuh oleh pemerintah daerah Tanjung Jabung Barat. Antusiasme masyarakat mengikuti acara ini pun sangat tinggi, terbukti dengan padatnya area masjid Al-Istiqamah dan jalan sekitarnya penuh dengan lautan manusia. Murid tarekat yang hadir pada peringatan haul diperkirakan mencapai 25 ribu orang, yang separuhnya adalah pengamal taekat.

23

Dokumentasi jamaah yang hadir pada acara haul

Syekh Ali Abdul wahab wafat pada hari ahad, 15 Mei 2011 pada usia 78

Tahun, beliau adalah ulama kharismatik yang menghabiskan seluruh usianya sebagai pelayan umat. Pada hari wafatnya, terdapat fenomena alam yang tidak biasa, yaitu asma Allah menghiasi langit kuala tungkal beberapa menit. Banyak muri tarekat yang menyaksikan kejadian itu dan beranggapan bahwa munculnya lafaz Allah adalah tidak terlepas dari bepulangnya ulama besa dari Kuala Tungkal ini. Masyarakat larut dalam zikir kalimah thayyibah yang tiada putus. Tidak hanya jamaah ahli tarekat yang ingin memberikan penghormatan terakhir bagi beliau, namun peziarah datang dari berbagai daerah.

Setelah Syekh Ali Abdul Wahab wafat, mursyid tarekat qadariyah naqsabandiyah diteruskan oleh puteranya. Penyelenggaraan haul tahunan kemudian dirangkai menjadi peingatan haul syekh Abdul qadir Jilany, Syekh

Nawawi Berjan dan Syekh Ali Abdul Wahab. Pada perkembangannya, tarekat ini

24 memiliki kontribusi positif bagi kehidupan sosial maupun masyarakat. Kontribusi utamanya adalah bertemunya alimulama, ahli zikir, dan ahli ibadah serta kaum muslimin dan muslimat dari berbagai penjuru daerah. Hal ini berarti bahwa terjalinnya ukhuwah Islamiyah dan silaturahim antar sesama umat islam. Pada momen itu juga merupakan kesempatan yang baik bagi orang-orang alim untuk menyampaikan dakwah kepada umat islam.

Dokumentai sambutan ketua panitia

Sementara pada aspek ekonomi, penyelenggaraan haul tahunan yang diselenggarakan rutin setiap tahun sekali ini selalu mendatangkan keuntungan bagi masyarakat lokal seperti penuhnya penginapan, rumah makan, dan tingginya permintaan alat transportasi baik darat maupun laut. Sedangkan kontibusi ekonomi bagi internal organisasi tarekat adalah sumbangan untuk pembangunan pesantren baqiyatus shalihat. Pada setiap peringatan haul, dana wakaf terkumpul dari para murid tarekat mencapai angka ratusan juta rupiah. Dana ini kemudian dimanfaatkan untuk membantu pembangunan fisik pesantren. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara tidak langsung tarekat menyumbang kemajuan

25 pesantren dari sisi fasilitas sehingga banyak orag tua yang mempercayakan putra- putrinya di pesantren tersebut. Selain kontribusi dana, tarekat ini juga memberikan kontribusi positif bagi muridnya, yaitu untuk meningkatkan iman, taqwa, ma‟rifah dan keistiqamahan dalam bertarekat.

Dokumentasi masyarakat yang sedang berjualan di seputaran lokasi haul

26

C. TRADISI TARI BARAHOI TANJUNG JABUNG BARAT Tari Barahoi merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional yang ada pada masyarakat Dusun Tanjung Kemang, Desa Rantau Badak Lamo, Kecamatan

Muara Papalik, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Pencipta tari ini adalah Ustadz

Abdul Jabar, seorang Pimpinan Sanggar Seni 'BATANG TERENDAM". Tari

Barahoi ini ditarikan oleh sepuluh orang penari laki-laki dan sepuluh orang penari perempuan, tari ini terinspirasi dari kehidupan seorang nelayan yang sedang menangkap ikan demi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Dokumentasi tari barahoi

Gerak tari Barahoi ini menggambarkan ketajaman dan kelincahan seorang nelayan. Gerak tersebut diolah menjadi sebuah karya seni yaitu tarı Barahoi. diantara gerak-gerak tari seperti gerak langkah kaki, gerak langkah kanan dan kiri, gerak merunduk/gerak hormat, gerak duduk, dan gerak seperti silat. Sebagai pendukung gerakan ditambah dengan perpaduan gerak yang lazim dalam tari

27

Melayu, yakni perpaduan gerak melenggang turun, nuai atau nampi, lenggang mairik, dan berkayuh. Adapun alat musik yang digunakan sebagai pengiring tari

Barahoi yaitu gendang melayu, biola, gong, akordeon dan gendang muko duo.

Dokumentasi alat musik untuk menari barahoi

Sedangkan kostum yang digunakan dalam pertunjukan tari Barahoi adalah baju kurung dan kain songket beserta tengkuluk bagi penari perempuan dan baju batik, celana dasar, kain sarung dan tanjak bagi penari laki-laki. Menurut pencipta tari, kostum ini melambangkan dunia Melayu. Namun, boleh dikreasikan asal nuansa Melayu tidak hilang sebagai khas dunia Melayu yang bernuansa islami.

28

Pakaian Tari Barahoi Perempuan

Dokumentasi kostum penari laki-laki

29

Menurut Ustad Abdul Jabar, Barahoi adalah budaya orang tua kita dahulu, yang sudah lama hilang. Pada tahun tanggal 14 Juni Tahun 2006 kami timbulkan kembali bersama-sama dalam sanggar yang diberi nama „Sanggar Seni Budaya

Batang Terendam‟. Yang artinya sejarah lama yang sudah lama hilang dibangkitkan kembali‟. Tujuannya agar kami tahu langkah dan gerak tangan- tangannya yang sudah tertentu dan duduknya yang bermakna.

Langkah dan gerak tangannya mirip juga langkah silat dan rentak adalah rentak salih. Dengan tangannya bentuk hurup Lam Alif. Duduknya berbentuk tahiyat, dengan lambaian tangan kanan dan kiri dengan maksud ambilah jalan yang kanan (baik) hindarkan jalan yang kiri (buruk) dan nyiru yang dibawa perempuan seolah-olah menampi itu artinya hilangkan kata-kata atau perbuatan yang kotor dan ambil yang bersih dan laci berbentuk bundaran artinya bulat air di pembuluh bulat kato di mufakat. Kato tidak berobah kato serentak seletus bedil.

Dokumentasi Langkah Tari Barahoi

30

Dokumentasi Tari Barahoi

Mengenai penarinya sebanyak dua puluh orang itu melambangkan sifat dua puluh, mengenai pantun sejarah sembilan pantun yang dipakai ini diambil dari kesimpulan sejarah israk mikraj nabi dan dari Pusat Informasi Konseling (PIK)

Islam, kalau pantun bebas terserah berapa banyak yang menyimpulkan gerak perbuatan. Bacaan salam sholat Sembilan, puasa sembilan, mandikan mayit air

Sembilan, yang bermaknah bahwa nabi menerima perintah sholat sembilan kali berulang naik dalam menerima wahyu Allah pada tanggal dua puluh tujuh rajab sehingga setiap gerakan diambilah angka sembilan. Kata sembilan diambil juga dari Umur Nabi Muhammad SAW berumur enam puluh tiga tahun yang mana jika dijumlahkan menjadi sembilan. Tasahut dalam sholat sembilan kali, jumlah bulu burung garuda pancasila juga Sembilan serta Jumlah gading-gading perahu lancang kuning sembilan.

Di badan binatang gajah ada angko sembilan, jumlah umur sembilan orang nabi jumlahnya masing-masing sembilan, semboyan dusun kito rantau badak ini langkah sembilan begini bunyinya “Sung kelepit dusun tuo, ramego patah sepat

31 jalujud tindih limo anak tilan dalam buluh”. Sembilan sepuluh itulah semboyan dusun kito, dusun kito pusakonyo ramego masam sepat patah dan jalujut tindih limo anak tilan dalam buluh sembilan sepuluh. Itulah semboyan Dusun Ribadak oleh nan belimo yaitu imam, ketip, bilal, penghulu dan tuo tengganai, elok kampung di nan tuo ramai kampung di nan mudo, elok kampung tuonyo sepakat celako kampung isinyo Binaso. Banyak lagi yang berkaitan dengan angka sembilan itu, itulah latar belakang pantun sejarah kampung kito Dusun Tanjung

Kemang, Desa Rantau Badak Lamo, Kecamatan Muara Papalik Kabupaten

Tanjung Jabung Barat yang berkaitan dengan tali tigo sepilin kato nan tigo tungku nan tigo sejerang rukun islam limo pancasila jugo limo badak berendam jugo limo ekor tigo di air dan duo didarat.

Pada saat sekarang keinginan masyarakat untuk mempelajari Tari Barahoi ini masih ada, terlihat dari seringnya Tari Barahoi ini ditampilkan di dalam masyarakat, dan generasi pemuda yang masih banyak berkeinginan mempelajarinya. Tari ini biasanya ditampilkan ketika penyambutan tamu yang datang ke Dusun Tanjung Kemang, Desa Rantau Badak Lamo, Kecamatan Muara

Papalik Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dan menurut beberapa tokoh masyarakat Desa Rantau Badak Lamo menuturkan bahwa Tari Barahoi juga sering diminta untuk tampil di acara-acara tertentu lainnya. Sedangkan, pelantun lagu Tari Barahoi saat ini belum ada penerusnya masih penyanyi lama yang mulai lanjut usia, begitu juga dengan pengiring lagu (Pemusik) tari Barahoi masih penggiring lama belum ada regenerasinya.

32

D. TRADISI LESUNG BETINGKAH 1. Asal Usul Lesung Betingkah

Lesung Betingkah merupakan tradisi masyarakat dusun Aur Gading

Kelurahan Lumbuk Kambing, Kecamatan Renah Mendaluh Kabupaten Tanjung

Jabung Barat. Tradisi ini terbentuk sebuah kegiatan sosial masyarakat setempat untuk menumbuk padi menjadi beras dengan menggunakan lesung.

Berdasarkan informasi dari narasumber Bapak Tamnia dan Bapak Samsu

Bahri selaku masyarakat dan pelaku tradisi Lesung Betingkah di dusun Aur

Gading tersebut menyatakan bahwa Lesung Betingkah ini hanya ada di dusun mereka, dengan ciri khas Lesung Bertingkat dua, pelaku atau pemain lesung enam orang menumbuk secara bergantian dan dua orang menjadi betingkah (melodi dan irama).

Tradisi lesung betingkah ini menurut narasumber telah ada sejak dahulunya. Bertingkah sendiri artinya yaitu melodi atau irama, maksudnya yaitu dalam menumbuk Lesung Betingkah ini tidak hanya sembarang bunyi yang di hasilkan dari tumbukan yang dilakukan, tetapi memiliki irama karena dengan adanya dua orang yang menjadi melodi di bagian sisi kiri dan kanan lesung.

Sehingga bunyi yang dihasilkan lesung berirama dan teratur.

Untuk menghasilkan melodi betingkah, penumbuk di sisi kiri dan kanan ini mengarahkan tumbukkannya ke arah pinggiran lesung, bukan ke arah padi.

Penumbuk yang di sini kanan mengayunkan tumbukan, satu kali ayunan tinggi, dua ayunan rendah. Penumbuk di sisi kiri mengayunkan tumbukan dengan ayunan

33 tetap. Tumbukan sebagai melodi berwarna hitam dan kayunya sudah kering.

Dengan teknik tumbukkan inilah yang dikatakan ciri khas Lesung Betingkah.

Lesung Betingkah ini memiliki fungsi sebagai sarana untuk menghimbau masyarakat setempat ketika ada helatan, dengan bunyi yang dihasilkan dari lesung tadi maka masyarakat akan berkumpul ketempat dimana lesung itu berada. Juga lesung ini berguna untuk menumbuk padi bersama ketika musim panen telah tiba.

2. Pandangan Masyarakat Terhadap Tradisi Lesung Betingkah

Tradisi dan masyarakat mempunyai hubungan yang sangat erat antara satu dengan yang lainnya. Umar Kayam (1987) menjelaskan bahwa kesenian itu juga tidak akan lepas dari ungkapan kreatifitas dari budaya yang tidak pernah berdiri sendiri tanpa ada masyarakatnya. Hal ini sesuai dengan tradisi Lesung Betingkah yang ada pada masyarakat dusun Aur Gading. Dengan demikian, tradisi itu muncul sebagai bentuk kreatifitas masyarakat Aur Gading yang mencakup dari bentuk seni tradisi maupun seni musik, oleh masyarakat dianggap bahwa kesenian tersebut telah menjadi miliknya. Sebagaimana halnya tradisi Lesung Betingkah dalam lingkungan masyarakat dusun Aur Gading tradisi Lesung Betingkah tersebut yang tidak pernah lepas dari kehidupan masyarakatnya.

Pandangan masyarakat dusun Aur Gading terhadap tradisi Lesung

Betingkah pada saat sekarang sangat kurang. Artinya, saat ini kurang terdengar lagi suara Lesung Betingkah sebagai suatu simbol desa untuk memanggil dalam acara kenduri. Disamping itu, dengan adanya pengaruh-pengaruh yang masuk, menyebabkan keberadaan tradisi Lesung Betingkah ditengah-tengah kehidupan

34 masyarakat Aur Gading mulai terkikis. Dengan demikian, adanya kelayakan untuk diperhatikan oleh masyarakat daerah itu sendiri maupun pemerintahan setempat.

Sebagai tradisi yang sudah ada dari dulu, mestinya tradisi Lesung

Betingkah makin maju di masyarakat Aur Gading tapi ternyata tidak sesuai kenyataan. Buktinya tradisi Lesung Betingkah tidak berkembang dengan baik, untuk itu karena tradisi Lesung Betingkah merupakan salah satu tradisi pada masyarakat dusun Aur Gading jadi perlu dikemas kembali agar bisa diterima oleh masyarakat pada saat sekarang.

Kemudian dalam perkembangan tradisi Lesung Betingkah ini banyak remaja atau anak-anak yang enggan belajar karena malu di cap kampungan dan itu terjadi karena pemahaman masyarakat Aur Gading terhadap tradisi sangat minim, untuk kedepannya supaya tradisi Lesung Betingkah ini bisa tetap dilestarikan oleh masyarakat Aur Gading dan tentunya masyarakat setempat harus membina tradisi tersebut dengan baik.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Koentjaraningrat mengatakan untuk membina suatu mentalitas yang berjiwa pembangunan, (1) dengan memberi contoh yang baik (2) dengan memberi perangsang-perangsang yang cocok (3) dengan persuasi dan penerangan; dan (4) dengan pembinaan dan pengasuhan suatu generasi yang baru.

Oleh karena itu seharusnya masyarakat Aur Gading dapat membina mentalitas agar masyarakat dapat memandang tradisi Lesung Betingkah sebagai

35 sebuah warisan budaya yang harus di lestarikan. Agar tradisi Lesung Betingkah ini semakin maju, kita dapat memberikan suatu contoh yang baik dan memberikan rangsangan khususnya pada masyarakat Aur Gading, sehingga dengan adanya pembinaan terhadap generasi-generasi yang baru seperti : anak-anak dan remaja baik pada masyarakat Aur Gading itu sendiri maupun pada masyarakat di luar Aur

Gading, jadi masyarakat Aur Gading tidak akan kehilangan identitas berdasarkan keberadaan tradisi Lesung Betingkah.

Keberadaan sebuah kesenian tradisi sangat ditentukan oleh masyarakat pendukungnya, maka keberadaan juga akan terjaga dengan baik, dan sebaliknya.

Lenyapnya keberadaan sebuah kesenian tradisi, seringkali dikarenakan tidak berfungsinya kesenian tersebut di dalam masyarakat pendukungnya. Dengan demikian, tradisi Lesung Betingkah Menurut keterangan yang diperoleh dari narasumber bahwa pada saat sekarang tradisi Lesung Betingkah sebagai kesenian tradisi pada masyarakat Aur Gading kurang difungsikan, karena sebahagian masyarakat kurang kreatif menanggapi kesenian daerahnya.

Maka dari itu, sebagai sebuah ungkapan untuk mencapai nilai-nilai kreatif tidak terlepas dari masyarakat pendukungnya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Sal Murgiyanto bahwa salah satu sifat yang dapat disebutkan dari orang- orang kreatif adalah peka terhadap lingkungan. Keadaan demikian dapat dilihat bahwa proses terjadinya tradisi Lesung Betingkah sebagai kesenian tradisi, tidak terlepas dari keadaan alam serta dari kehidupan masyarakat Aur Gading sehari- hari.

36

Tradisi Lesung Betingkah memang diwariskan secara turun temurun, tentunya warisan tersebut harus dijaga dan dipertahankan agar lestari. Memang banyak tarian yang diciptakan dan semuanya tak lepas dari tardisi masyarakat.

Karena daya pikat yang terpancar dari para generasi Aur Gading sekarang tidak sekuat para generasi dulu. Penulis melihat tradisi Lesung Betingkah sebagai sebuah kesenian yang mulai kurang peminat. Hal ini karena generasi Aur Gading sekarang lebih mengenal kesenian modern. Meskipun ada yang berminat, terkadang rasa malu untuk mempelajari kesenian daerah mereka yang sudah tumbuh dalam kehidupan masyarakat, bahwa generasi sekarang beranggapan bahwa tradisi Lesung Betingkah tersebut terlalu kuno dan ketinggalan zaman.

3. Kurangnya Minat Masyarakat Terhadap Tradisi Lesung Betingkah

Dapat terlihat bahwa kurangnya minat sebagian masyarakat dalam mempelajari tradisi Lesung Betingkah disebabkan karena perubahan zaman yang semakin modern dan canggih, seperti : tontonan televisi, orgen tunggal, alat yang sudah canggih dan lain sebagainya.

Di era globalisasi sekarang masyarakat Aur Gading lebih memilih menggunakan mesin huller untuk memisahkan padi dari kulitnya, dibandingkan dengan menggunakan lesung yang memakan waktu yang lama dan menggunakan tenaga yang ekstra, sehingga menimbulkan kurangnya minat masyarakat terhadap tradisi tersebut. Masyarakat Aur Gading menggangap menggunakan lesung sangat menyusahkan karena akan memakan waktu yang lama, sehingga masyarakat Aur

Gading beranggapan bahwa menggunakna huller lebih gampang dan praktis. Oleh

37 sebab itu menyebabkan tradisi Lesung Betingkah mengalami kemunduran dalam pengembangannya.

Kemunduran tersebut dengan masuknya pengaruh-pengaruh modern membuat tradisi Lesung Betingkah semakin terpojok karena generasi di Aur

Gading lebih tertarik untuk menekuni hal-hal yang baru kekinian. Hal ini dengan munculnya bentuk dan pengaruh yang dianggap lebih maju, sebagaimana yang diungkapkan oleh Edy Sedyawati bahwa pandangan yang menganggap segala sesuatu yang baru, yang datang dari luar sebagai tanda kemajuan, tanda kehormatan, sedangkan segala sesuatu yang keluar dari rumah sendiri sebagai kampungan dan ketinggalan zaman.

Pengaruh yang menyebabkan pergeseran budaya, membuat kesenian tradisional seakan dilupakan dilingkungan masyarakat itu sendiri. Waktu yang terus berubah juga mempengaruhi kebutuhan para individu dalam masyarakat Aur

Gading khususnya sebagai tempat tumbuhnya tradisi Lesung Betingkah. Seperti halnya yang terjadi pada tradisi Lesung Betingkah, masuknya berbagai pengaruh yang berbaur dalam kehidupan masyarakat Aur Gading, sesungguhnya tidak hanya mempengaruhi minat dan perkembangan tradisi Lesung Betingkah sebagai tradisi saja. Tetapi juga mempengaruhi perubahan pemikiran individu dalam masyarakat menyangkut modernisasi.

Adapun pengertian modern dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yakni sikap dan cara berfikir serta bertindak sesuai dengan tuntutan zaman, sedangkan

38 modernisasi adalah proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk biasa hidup sesuai dengan tuntutan masa kini.

Sesuai dengan tuntutan masa kini, dengan masuknya teknologi canggih sangat mempengaruhi perkembangan tradisi Lesung Betingkah, karena kehadiran teknologi itu memberikan suatu dampak yang berakibat negatif disebabkan kurangnya perhatian generasi muda terhadap tradisi Lesung Betingkah tersebut, dan dapat melupakan hasil keseniannya sendiri yang beranggapan bahwa kesenian tradisi Lesung Betingkah tidak sejalan lagi dengan arus kehidupan masa kini, yang hanya menghadirkan bentuk-bentuk yang sama dari waktu kewaktu sedangkan zaman terus melaju dan menggali hal-hal baru. Berkaitan dengan tradisi Lesung

Betingkah fasilitas berupa lesung itu sendiri, pelaku tradisi dapat juga mengakibatkan kurangnya keinginan masyarakat untuk mempelajari tradisi

Lesung Betingkah serta kurangnya perhatian dari Pemerintah setempat.

Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan bahwa, walaupun pada saat sekarang tradisi Lesung Betingkah jarang digunakan dalam keseharian masyarakat

Aur Gading, namun tradisi Lesung Betingkah tetap diakui ditengah-tengah masyarakat Aur Gading sebagai tradisi daerahnya. Dapat dibuktikan pada saat penulis survei kelapangan, masyarakat setempat masih memberikan respon tentang keberadaan tradisi Lesung Betingkah serta pandangan masyarakat terhadap tradisi Lesung Betingkah, sehingga terkesan bahwa tradisi Lessung

Betingkah masih bisa diterima dilingkungan masyarakat Aur Gading akan tetapi dengan perkembangan zaman, menyebabkan sebagian pandangan masyarakat

39 terhadap keberadaan dan minat masyarakat Aur Gading terhadap tradisi Lesung

Betingkah pada saat sekarang ini seakan terlupakan.

Merosotnya minat masyarakat Aur Gading khususnya generasi muda terhadap tradisi Lesung Betingkah bukanlah kesalahan generasi muda.

Hal ini disebabkan tidak adanya keinginan dari pemerintah untuk mengembangkan tradisi Lesung Betingkah di Aur Gading.

Jika tradisi Lesung Betingkah diinginkan tetap hidup hendaklah diajarkan kepada individu atau masyarakat Aur Gading yang berminat untuk mempelajari tradisi Lesung Betingkah walaupun peminatnya sedikit, karena sudah menjadi tradisi masyarakat mewariskan nilai budaya termasuk tradisi Lesung Betingkah secara turun temurun untuk generasi selanjutnya.

Seperti yang dinyatakan Malinowski dalam Daryusti bahwa setiap kesenian yang tumbuh dalam suatu kelompok masyarakat, jika masyarakat tempat tumbuhnya kesenian tersebut menempatkan kesenian sebagai sesuatu yang memiliki kedudukan yang penting, maka kesenian itu akan tetap berkembang dan lestari. Kemudian diharapkan pada Pemerintahan setempat untuk dapat memperhatikan kesenian tradisi khususnya tradisi Lesung Betingkah pada masyarakat Aur Gading.

Oleh sebab itu demi mengembangkan seni budaya bangsa khususnya pada masyarakat Dusun Aur Gading Kelurahan Lubuk Kambing Kecamatan Renah

Mendaluh Kabupaten Tanjung Jabung Barat, perlu kiranya mendapat perhatian dari kita semua agar tradisi Lesung Betingkah tidak punah begitu saja.

40

Dokumentasi masyarakat yang sedang menggunakan lesung betingkah

4. Bentuk Lesung Betingkah

Lesung adalah alat tradisional dalam pengolahan padi atau gabah menjadi beras. Fungsi lesung ini memisahkan kulit gabah (sekam) dari beras menjadi mekanik. Lesung sendiri sebenarnya hanya wadah cekung, biasanya dari kayu besar yang dibuang bagian dalamnya. Padi yang akan diolah ditaruh di dalam lubang tersebut. Padi lalu ditumbuk dengan alu, tongkat tebal dari kayu, berulang ulang sampai beras terpisah dari sekam. Lesung pada umumnya terbuat dari kayu dan berbentuk seperti perahu, tapi beda halnya dengan lesung yang terdapat di

Dusun Aur Gading Kelurahan Lubuk Kambing Kecamatan Renah Mendaluh

Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Lesung padi yang terdapat di dusun ini berbentuk seperti kapal kecil dengan tataan dibawahnya dan dibuat bertingkat menjadi dua.

41

Dokumentasi bentuk lesung

Lesung pada dusun ini sengaja dibuat bertingkat menjadi dua, guna agar ketika menumbuk padi hasil pukulan tumbukan terdengar lebih lantang atau keras.

Untuk menumbuk padi pada umumnya masyarakat mengenalnya dengan alu, sedangkan di dusun aur gading ini penumbuk padi dikenal dengan Antan.

Dokumentasi bentuk Antan

42

Lesung dan Antan pada Lesung Betingkah di Dusun Aur Gading ini menggunakan kayu yang berbeda. Untuk lesungnya sendiri menggunakan kayu yang lembut. Menurut tokoh adat dan narasumber, jenis kayu yang digunakan untuk membuat lesung, yaitu kayu yang lempung (lembut) seperti kayu bayur, kayu meranti, kayu terentang. Sedangkan jenis kayu yang digunakan untuk pembuatan antan yaitu kayu yang keras seperti kayu kepinis, kayu pulim, kayu bulian. Maksud dan tujuan menggunakan kayu yang berbeda ketika menumbuk padi, lesung dan padi yang ditumbuk tidak hancur. Ketika ditumbuk antara antan dan lesung yang menggunakan kayu yang keras maka lesung akan bertumbukan secara kuat dan akan hancur.

Sebelum menumbuk padi, masyarakat dusun Aur Gading ini mengkisar

(memutar) padi menjadi pepal terlebih dahulu menggunakan Kisaran yang terbuat dari kayu dan bambu, fungsi Kisaran ini sendiri untuk memisahkan padi dari kulitnya. Proses ini biasanya berlangsung dua sampai tiga kali.

Dokumentaasi Bentuk Kisaran

43

E. TRADISI MANDI TUJUH BULAN MASYARAKAT KUALA TUNGKAL

Masyarakat kuala tungkal memiliki tradisi bagi perempuan yang hamil pertama kali. Ketika usia kehamilan mencapai 7 bulan maka diadakan upacara mandi-mandi, yang disebut mandi tujuh bulan, biasanya untuk menolak bala dan mendapatkan keselamatan bagi si ibu dan bayi yang dikandung.

Ritual itu, ibu hamil memakai pakaian indah-indah dan perhiasan sambil memangku sebuah tunas kelapa dan menghadapi sajian berbagai macam kue yang sudah disajikan. Air yang digunakan untuk mandi-mandi direndam bunga dan mayang, air kelapa, air yang sudah dibacakan surah Yasin dan air yag didoakan.

Wanita yang memandikan si ibu hamil jumlahnya selalu ganjil, sekurang- kurangnya tiga dan paling banyak tujuh orang dan biasanya orang-orang tua yang merupakan para kerabat dekat dan dan pemandu mandi tujuh bulan.

Dokumentasi Proses Mandi Tujuh Bulan

44

Saat si ibu hamil disirami dengan air bunga biasanya juga dibedaki dengan bedak beras kuning lalu mengeramasinya. Kembang Mayang dikeluarkan dari rendaman dan diletakkan di atas kepala wanita hamil ini dan disirami dengan air kelapa muda tiga kali berturut-turut dengan posisi mayang yang berbeda-beda.

Sesudah itu badannya dikeringkan dan ia berganti pakaian lalu keluar dari tempat pemandian, Ketika ia keluar untuk kembali ke ruang tengah ini dibacakan pula shalawat. Di ruang tengah si Ibu hamil kembali duduk di atas alas kain berlapis tujuh di hadapan tamu-tamu, disisiri dan disanggul rambutnya.

Setelah itu dibacakan doa selamat dan diakhiri dengan si Ibu hamil yang menyalami semua undangan sebagai bentuk rasa terima kasih dan mohon doa keselamatan pada semua yang hadir. Semua prosesi yang dijalani intinya adalah memohon pada Allah SWT dan dengan pecahnya bunga mayang dengan sekali tepuk saja menandakan proses kelahiran akan berjalan dengan lancar. Tunas kelapa yang dipangku dan kemudian digendong melambangkaan si jabang bayi yang kelak dapat tumbuh dimana saja dan berguna bagi masyarakat.

Dokumentasi mandi tujuh bulan

45

F. TRADISI ARAKAN SAHUR Tradisi arakan sahur yang dilaksanakan di setiap malam minggu pada bulan ramadhan di Kuala Tungkal Tanjung Jabung Barat ini adalah salah satu bentuk tradisi yang terus dilaksanakan secara turun temurun dan sampai saat ini masih berkembang dengan baik. Meskipun tidak ada penjelasan secara spesifik mengenai sejarah arakan sahur ini, namun sudah menjadi kepercayaan masyarakat sekitar bahwa tradisi arakan sahur ini dimaksudkan untuk menyebarkan syiar islam kepada seluruh masyarakat dan untuk mengajak para remaja di Kabupaten

Tanjab Barat ini agar menghindari perbuatan-perbuatan terlarang seperti narkoba dan pergaulan bebas, serta untuk memeriahkan bulan suci ramadhan.

Dokumentasi arakan sahur di Kuala Tungkal

46

Tradisi arakan sahur ini tidak hanya dimeriahkan dengan menampilkan beraneka ragam musik tradisional saja, tetapi juga turut diramaikan dengan berbagai jenis mobil hias dengan pernak pernik miniatur, desain-desain bernuansa religi, Al-qur'an raksasa, bahkan ada peserta yang sengaja di rias layaknya pengantin untuk menarik perhatian masyarakat. Suasana kemeriahan sudah mulai terdengar sejak Sabtu sore dan malamnya mulailah ada arak-arakan, suara bedug, gendang dan besi yang dipukul berirama, sehingga membuat Kuala Tungkal menjadi meriah.

Dokumentasi arakan sahur menggunakan alat musik tradisional

Menariknya, alat-alat musik yang digunakan merupakan benda dari barang bekas, seperti drum, besi bulat dan bambu, namun yang dominan digunakan adalah besi dan beduk, alat musik yang sederhana tersebut dimainkan dengan nada yang unik oleh anak-anak serta pemuda Kuala Tungkal. Masyarakat sangat antusias dalam menyaksikan arakan sahur yang dimulai dari Pukul 22.00 WIB

47 sampai menjelang sahur, hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat mulai keluar rumah untuk menyaksikan arakan sahur, mereka mencari-cari tempat yang nyaman untuk menyaksikan arakan sahur.

Rute arakan sahur melewati jalan-jalan pusat kota, dan para penonton berdiri di tepi-tepi jalan untuk menyaksikan arakan sahur tersebut. Teriakan- teriakan lantang para peserta, pemuda dan anak-anak turut serta dalam arakan sahur ini, membuat gemuruh semangat Ramadhan kian terasa. Nyanyian pujian kepada sang pencipta serta lagu-lagu daerah asal Kuala Tungkal juga turut dibawakan. Peserta yang mengikuti arakan sahur berasal dari remaja masjid, pesantren, madrasah, organisasi dan sanggar, serta perguruan tinggi dalam kota

Kuala Tungkal, yang mengikuti kegiatan arakan sahur ini bisa mencapai hingga ribuan peserta sehingga setiap malam minggu di bulan ramadhan, kuala tungkal menjadi lautan manusia.

48

G. ARBA‟ MUSTAMIR

Arba‟ Mustamir merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut hari

Rabu terakhir di bulan Safar. Sebagian kalangan masyarakat Kuala Tungkal kab.

Tanjung Jabung Barat meyakini bahwa hari tersebut sebagai hari yang sakral.

Keyakinan turun temurun ini menganggap hari Rabu terakhir di bulan Safar merupakan hari yang paling na‟as (sial) sepanjang tahun. Sebagian besar masyarakat Kuala Tungkal mempunyai tradisi memperingati hari Arba Mustamir yang selalu dilakukan setiap tahunnya. Peringatan tersebut dengan melakukan doa bersama, dari mulai membaca Yaasiin hingga do‟a-do‟a tolak balak.

Bacaan Yaasiin pada hari Arba Mustamir ini sedikit ada amalan tambahan yaitu pada ayat “Salaamun Qaulan Min Rabbirrahiimi” dibaca sebanyak 313, dengan tujuan memohon kepada Allah SWT akan keselamatan. Setelah selesai membaca Yaasiin dan do‟a tolak balak dilanjutkan dengan makan bersama sebagai simbol kekeluargaan. Kebiasaan lainnya sebagian masyarakat Kuala

Tungkal, pada hari Rabu terakhir di bulan Safar ini mereka menghentikan aktivitas kerja di luar rumah bahkan ada yang sama sekali tidak mau keluar rumah, bagi mereka yang meyakini bahwa hari tersebut merupakan hari sial.

Harapan mereka tidak keluar rumah agar mereka tidak terkena sial.

49

Kegiatan baca Yaasiin dan Do’a Tolak Balak

Makan bersama setelah membaca Yaasiin dan Do’a Tolak Balak

Sejarah Islam mengkisahkan bahwa hari Rabu terakhir di bulan Safar

(Arba‟ Mustamir) merupakan hari dimana Allah SWT menurunkan bala‟ kepada beberapa tokoh kafir yang menentang agamanya Allah. Ada 7 tokoh Kuffar, yaitu:

1. Fir’aun

Tenggelamnya raja Fir‟aun dan bala tentaranya di laut merah.

50

2. Qarun

Tenggelamnya Qarun dan semua hartanya di dalam bumi.

3. Raja Namrud

Nyamuk masuk kedalam telinga hingga otaknya raja Namrud dan bala

tentaranya yang mengakibatkan kematian. Nyamuk tersebut merupakan

kiriman dari Allah atas Do‟anya nabi Ibrahim.

4. Kaum ‘Aad

Binasanya kaum „Aad dengan angin topan yang sangat dingin dan

kencang. Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam

delapan hari terus-menerus, sebab kebiasaan mereka yang selalu berfoya-

foya/bermewah-mewah dalam kehidupan.

5. Kaum Luth

Binasanya kaum nabi Luth yang negerinya diporak porandakan oleh Allah

SWT, sebab perbuatan kaumnya yang melampaui batas (berhubungan dengan

sesama jenis: homoseksual).

6. ‘Auj bin ‘Unuq

Binasanya „Auj bin „Unuq melalui burung Hud-hud yang diutus Allah SWT

dengan membawa berlian. Kesilauan sinar berlian itulah yang membuatnya

lemah hingga mati.

7. Syaddad bin ‘Aad

Syaddad bin „Aad adalah seorang yang hidup di masa nabi Hud as. Ia

dibinasakan oleh Allah bersama dengan kaum „Aad.

51

H. MANDAI TIWADAK

Mandai Tiwadak merupakan makanan hasil olahan dari daging kulit tiwadak (cempedak) yang direndam dalam air garam (fermentasi) untuk periode waktu tertentu, minimal tiga hari sampai satu minggu. Mandai tiwadak dapat diawetkan hingga satu bulan atau bahkan hingga satu tahun hanya dengan menaburkan garam. Intinya, semakin lama direndam dalam cairan garam maka bau, citarasa dan tekstur khasnya yang mirip daging akan semakin kuat. Mandai tiwadak merupakan salah satu makanan tradisional masyarakat Kuala Tungkal kab. Tanjung Jabung Barat. Namun makanan ini jarang ditemukan, terkecuali di musim buah cempedak. Karena tanaman cempedak sendiri di Kuala Tungkal termasuk tanaman yang sulit didapatkan. Berbeda jika musim buah cempedak, maka di pasar Kuala Tungkal pun banyak yang menjualnya, buah-buah cempedak tersebut datang dari berbagai daerah.

52

Olahan daging kulit tiwadak (cempedak) ini sudah lama menjadi alternatif lauk bagi masyarakat Kuala Tungkal. Selain rasanya yang enak, gurih dan empuk, proses pembuatan mandai tiwadak pun tidak terlalu sulit.

Bahan yang dibutuhkan untuk membuat mandai tiwadak:

1. Daging kulit buah cempedak

2. Garam

3. Air

4. Toples kaca/plastik (tidak boleh bahan logam)

Cara membuat mandai tiwadak:

1. Setelah buah cempedak diambil/dikonsumsi, ambil kulit yang tersisa lalu

buang bagian kulit luar yang berduri, sisakan daging kulit dalam (dami)

yang berwarna kekuningan.

53

2. Cuci dami sampai benar-benar bersih dan potong-potong sesuai selera

(atau sesuaikan dengan wadah toples untuk perendaman).

3. Rebus sebentar daging kulit cempedak yang sudah dipotong-potong tadi.

4. Kemudian angkat dan tiriskan hingga dingin.

Daging kulit cempedak setelah direbus sebentar

5. Siapkan toples yang bersih dengan penutup yang bisa menutup toples

secara maksimal.

6. Masukkan potongan kulit cempedak kedalam toples sedikit demi sedikit

dan jangan lupa sambil melumurinya dengan garam tanpa air, kemudian

tutup toples dengan rapat. Nanti dalam prosesnya akan keluar air

fermentasi dengan sendirinya.

54

Proses Permentasi Mandai

7. Setelah lebih dari tiga hari, mandai bisa diambil dari dalam toples sesuai

dengan kebutuhan. Jika masih ada sisa dalam toples, maka toples harus

sesegera mungkin ditutup kembali agar tidak ada kontaminasi organisme

lain dari luar yang bisa merusak kualitas mandai.

8. Setelah diangkat dari toples, cuci bersih mandai dan tiriskan. Setelah itu

potong-potong mandai sesuai kebutuhan masakan yang diinginkan.

9. Mandai tiwadak siap dimasak sesuai selera.

55

I. KUE BAKAK

Kue bakak merupakan kue tradisional masyarakat Kuala Tungkal kab.

Tanjung Jabung Barat. Kue bakak biasanya banyak ditemukan saat hari raya, sebagai kue pelengkap jajanan lebaran. Kue ini dapat bertahan hingga berbulan- bulan, terkadang masyarakat sengaja membuatnya dalam jumlah banyak agar tidak berulang kali membuatnya dikarenakan proses pembuatannya yang sedikit rumit, seumpamanya dari lebaran „idul fitri hingga lebaran „idul adha. Kue bakak diminati masyarakat karena rasanya gurih yang merupakan olahan dari tepung tapioka/kanji dan santan kelapa. Kue tradisional ini sudah ada sejak nenek moyang dahulu, sebagai cemilan harian. Zaman itu masyarakat membeli jajan/makanan merupakan suatu hal yang sulit, sehingga lebih memilih membuatnya sendiri. Nah, kue bakak selain dapat bertahan lama juga murah bahan-bahannya namun memang sedikit rumit karena proses pembuatannya dibakar (sekarang, dioven).

56

Bahan yang dibutuhkan untuk membuat kue bakak:

 Tepung Tapioka/kanji 1 kg

 Gula pasir 500 gr

 Santan 1 biji kelapa tua

 Garam ½ sdt

Cara membuat kue bakak:

1. Campurkan tepung tapioka dan gula.

2. Masukkan santan, sedikit demi sedikit kedalam campuran tepung, dan

gula. Santan di gunakan sesuai selera ukuran kelembutan adonan.

3. Tambahkan garam.

4. Panaskan oven.

5. Cetak adonan,kedalam cetakan sesuai dengan bentuk yang di inginkan.

6. Masukkan kue yang sudah dicetak kedalam oven, tunggu hingga ± 10

menit.

7. Angkat kue dari panggangang.

8. Kue bakak siap untuk di sajikan.

57

J. KUE BATIL

Kue batil merupakan kue tradisional khas masyarakat Kuala Tungkal kab.

Tanjung Jabung Barat. Dahulu Kue bathil hanya ditemukan di bulan suci

Ramadhan, sebagai menu pelengkap untuk berbuka puasa. Namun saat ini, kue bathil merupakan jajanan pasar yang banyak dijual sebagai snack sarapan. Kue bathil terbuat dari olahan pisang dan tepung beras, keduanya mengandung karbohidrat yang apabila dikonsumsi mengenyangkan. Itulah sebabnya masyarakat tungkal menjadikan kue batil sebagai salah satu makanan favorit di pagi hari.

Terkadang setelah makan kue batil tidak perlu makan menu sarapan lainya, karena kue batil sendiri sudah mengenyangkan. Konon kisahnya, kue batil ini bermula dari kehidupan sebuah keluarga yang miskin dan memiliki banyak anak. Mereka hanya mempunyai sedikit beras, namun anggota keluarganya banyak. Kemudian sang istri berpikir bagaimana caranya agar semuanya makan

58 dan kenyang, maka ditumbuknya beras yang sedikit tersebut dan diberi air, lalu dicampur dengan beberapa pisang dari kebun agar lebih banyak hasilnya, setelah itu dikukus. Maka jadilah olahan yang hingga sekarang dikenal masyarakat tungkal dengan sebutan “kue batil”.

Bahan yang dibutuhkan untuk membuat kue batil:

 Tepung beras 1/2 kg

 Santan 1 biji kelapa (tua)

 Gula sesuai selera

 Pisang lilin (boleh diganti)

 Garam

 Air

Cara membuat kue batil:

1. Rebus santan sampai mendidih. Masukkan garam dan gula.

2. Potong pisang dengan ukuran sesuai selera (jangan terlalu besar).

Campurkan dengan tepung beras dan santan. Masukkan kecetakan/loyang

yang sudah dilapisi kertas/diolesi minyak goreng.

3. Siapkan kukusan yang sudah dipanaskan sebelumnya. Dikukus sampai

matang. Lalu angkat.

4. Siap disajikan.

59

K. KUE CENGKODOK

Kue cengkodok merupakan kue tradisional khas masyarakat kab. Tanjung

Jabung Barat. Kue cengkodok ini biasanya dinikmati bersama secangkir teh/kopi di pagi hari sebelum berangkat kerja/ke kebun. Tanjung Jabung Barat merupakan daerah yang subur sehingga terdapat banyak tanaman, termasuk banyaknya tanaman pohon pisang. Jika musim panen pisang tiba secara bersamaan, banyaknya pisang sampai tidak termakan lagi apabila dimakan secara langsung karena sudah terlewat matang. Sehingga masyarakat mengolah pisang menjadi makanan lezat yang mudah olahannya dan murah bahannya, mereka memberi nama “kue Cengkodok”. Sebenarnya olahan ini sudah ada dari nenek moyang terdahulu yang kala itu kehidupan masih teramat susah, sehingga apapun yang ada di sekitar diolah menjadi olahan yang bisa dinikmati dan mengenyangkan, termasuklah olahan pisang tersebut. Ntah dari mana asal mula nama kue

60 cengkodok ini, namun untuk saat sekarang kue cengkodok banyak didapat/dijual dalam jajanan pasar dan banyak pula diminati oleh khalayak ramai.

Bahan yang dibutuhkan untuk membuat kue cengkodok:

 Sesisir pisang yang masak

 Tepung terigu 250 gr

 Gula pasir100 gr gula pasir

 Soda kue ½ sdt (tak pakai juga boleh)

 Minyak goreng secukupnya

Cara membuat kue cengkodok:

 Langkah pertama kupas pisang dan masukan dalam baskom bersama gula

pasir dan haluskan pisang dengan sendok garpu sampai pisang lembut dan

gula cair.

pisang dan gula

61

 Kemudian masukkan soda kue dan aduk-aduk hingga berbuih

setelah ditambah soda kue

 Setelah itu masukkan tepung terigu dan aduk rata sampai tak ada

gumpalan dan teksturnya menjadi lebih kental dibandingkan sebelum

masuk tepung terigu.

adonan siap digoreng

 Kemudian panaskan minyak dalam wajan, setelah minyak panas kecilkan

apinya dan goreng adonan cengkodok sesendok demi sesendok sampai

62

habis, jangan lupa dibolak balik agar tidak gosong. Masak kue cengkodok

sampai kecoklatan. Untuk hasil yang mengembang sempurna sebaiknya

kue digoreng dalam minyak banyak dan usahakan kue terendam minyak.

proses penggorengan

 Setelah berwarna kecoklatan dan matang, angkat dan masukkan kedalam

piring. Sajikan kue cengkodok hangat-hangat bersama secangkir kopi/teh.

63

L. KUE SERABI

Kue serabi merupakan makanan tradisoinal Indonesia, tak terkecuali di

Kuala Tungkal kab. Tanjung Jabung Barat. Bagi masyarakat Kuala Tungkal, kue serabi ini bukan hanya jajanan pasar semata, namun kue serabi mempunyai nilai sejarah tersendiri yang hingga saat ini masih dibudayakan. Ada istilah “kue serabi orang meninggal”. Istilah ini muncul atas keyakinan masyarakat Kuala Tungkal dari sebuah kisah seorang nenek penjual kue serabi yang terkenal mempunyai sifat bakhil (pelit). “Suatu ketika nenek sedang membuat kue serabi yang akan dijajakan, ada satu dari kue serabi yang dibuat nenek jatuh ketanah melalui celah lantai dapur, (rumah panggung).

Kue yang jatuh merupakan kue yang gosong, dan ternyata kue gosong yang jatuh tersebut diambil oleh seorang anak yatim piatu yang saat itu melewati rumah nenek. Kemudian sang anak dikejar oleh nenek, namun usahanya tidak berhasil dan sang nenekpun kembali kerumah. Singkat cerita, tidak lama kemudian setelah kejadian tersebut sang nenek meninggal dunia. Ketika jenazah

64 nenek hendak dibawa ketempat peristirahatan yang terakhir (pemakaman), jenazah tidak dapat dikeluarkan melalui pintu rumah manapun. Sehingga konon ceritanya jenazah nenek dapat dikeluarkan lewat bongkaran papan lantai dapur yang mana disitulah kue serabi gosong jatuh. Dikisahkan pula dengan adanya peristiwa nenek tersebut, seorang ulama‟ bermimpi bahwa jenazah nenek ketika hendak disiksa kubur, namun tiba-tiba muncul kue serabi yang menjadi washilah penolong nenek di dalam kubur”.

Kisah inilah yang menginspirasi masyarakat Kuala Tungkal senantiasa bersedekah dengan kue serabi saat anggota keluarganya ada yang meninggal dunia. Dengan harapan bahwa sedekah tersebut dapat membantu meringankan siksa kubur orang yang meninggal. Biasanya ketika jenazah diturunkan dari rumah dan hendak dibawa ke pemakaman, dan saat itulah salah satu anggota keluarga orang yang meninggalpun ikut turun dengan membawa sepiring kue serabi berisikan 7 buah kue serabi yang kemudian dibagikan kepada masyarakat yang ta‟ziyah khususnya anak-anak. Inilah sejarah munculnya istilah “kue serabi orang meninggal” bagi masyarakat Kuala Tungkal kab. Tanjung Jabung Barat.

Bahan yang dibutuhkan untuk membuat kue serabi:

 Tepung beras 100 gram

 Santan kental 350 ml

 Tepung terigu 1 sdm

 Yeast atau biasa disebut fermipan/ragi ½ sdm

 Garam ¼ sdm

65

 Minyak goreng untuk mengolesi wajan/teplon cetakan serabi

Cara membuat kue serabi:

1. Siapkan santan kedalam baskom.

2. Campurkan semua bahan kering, tepung beras, tepung terigu, ragi instan

dan campur hingga rata. Tuangkan 50 ml santan ke dalamnya aduk hingga

rata.

3. Setelah adonan jadi aduk adonan hingga merata dengan menuangkan sisa

santan ke dalam adonan secara bertahap sedikit demi sedikit.

4. Tepuk-tepuk campuran adonan serabi hingga terlihat lebih licin, setelah

adonan dirasa licin, diamkan adonan selama kurang lebih 1 jam sampai

adonan tampak berbusa.

5. Sambil menunggu adonan, siapkan wajan/teplon cetakan serabi dan

panaskan menggunakan api berukuran sedang. Diatas wajan/teplon

cetakan diolesi minyak goreng sedikit.

6. Setelah semua siap, aduk adonan yang sudah disiapkan tadi, lalu tuangkan

adonan satu sendok sayur atau secukupnya ke dalam wajan cetakan yang

dalam keadaan panas. Gunakan punggung sendok sayur untuk meratakan

pingiran adonan serabi tadi, tunggu sampai permukaan serabi nampak

berlubang. Ketika memasak serabi tidak boleh di tutup dan di bolak balik.

7. Setelah matang, ambil serabi dan letakkan di atas piring. Kue serabi siap

untuk dihidangkan. Agar lebih enak saat dinikmati boleh ditaburi gula

pasir di atas kue serabi.

66

M. KUE TUTULI

Kue tutuli merupakan makanan ringan khas Kuala Tungkal kab. Tanjung

Jabung Barat. Kue tutuli ini mempunyai cita rasa yang unik, gurih dan manis serta teksturnya yang renyah. Gurih dimunculkan dari bahan dasar tutuli itu sendiri yakni olahan tepung terigu, mentega dan santan kelapa, dan rasa manis muncul dari lumuran gula pasir dibagian luarnya. Kue tradisional tutuli biasanya sebagai cemilan harian masyarakat Kuala Tungkal. Dahulunya kue ini sulit ditemukan kecuali saat ada acara tertentu sebagai makanan pelengkap kue-kue yang lain, namun sekarang kue tutuli merupakan jajanan pasar yang banyak dijual masyarakat sebagai oleh-oleh maupun jajanan semata. Kue ini mempunyai ciri khas yaitu berbentuk angka 8 atau bentuk kunci ( ) yang berlumur gula. Kue tutuli dijual dalam bentuk kemasan, dengan tujuan agar kerenyahannya tetap terjaga.

67

Bahan yang dibutuhkan untuk membuat kue tutuli:

1. Tepung gandum 500 gram

2. Mentega/margarin 100 gram

3. Santan ¼ kg

4. Gula ¼ kg

5. Garam ½ sdt

6. Minyak sayur

Cara membuat kue tutuli:

1. Aduk tepung, mentega dan santan

2. Tambahkan garam, lalu jadikan adonan

3. Jika adonan sudah jadi bentuk adonan sesuai selera

4. Bentuk sampai adonan habis

5. Panaskan minyak dalam wajan

6. Kemudian goreng adonan yang sudah dibentuk tadi hingga kekuningan

7. Apabila semuannya sudah digoreng, langkah terakhir panaskan gula pasir

dengan sedikit air di wajan

8. Ketika sudah cair, lalu masukkan adonan yang sudah digoreng tadi

kedalamnya

9. Aduk sampai permukaannya belumuran rata dengan gula

10. Diamkan adonan tadi sampai gulanya mongering

11. Kue tutuli siap untuk disajikan

68

N. KUE GELANG

Kue gelang merupakan kue tradisional masyarakat Kuala Tungkal kab.

Tanjung Jabung Barat. Kue gelang ini bentuknya sama seperti kue donat, hanya saja yang membedakan adalah bahan adonan keduanya. Adonan kue gelang tidak memakai ragi sedangkan adonan kue donat memakai ragi. Adapun bahan utama adonan kue gelang adalah ubi jalar dan tepung terigu. Kue gelang sangat digemari masyarakat karena cita rasanya yang manis, terutama anak-anak. Kue ini biasanya dinikmati saat sarapan dan sore hari menjelang malam sebagai teman menonton televisi bersama keluarga. Saat ini kue gelang merupakan jajanan pasar yang banyak dijual sebagai kue pelengkap menu sarapan.

Bahan yang dibutuhkan untuk membuat kue gelang:

 500 gram ubi jalar

 100 gram tepung terigu

 ¼ sdt Garam

69

 2 sdm gula pasir

 Minyak sayur untuk menggoreng

 1 gelas gula pasir

 3 sdm air

Cara membuat kue gelang:

1. Kupas dan cuci 500 gram ubi jalar, potong-potong lalu kukus

2. Setelah dikukus, haluskan ubi jalar sampai hancur lalu campur dengan 100

gram tepung terigu sedikit demi sedikit, beri ¼ sdt garam lalu gula pasir

kira-kira 2 sendok makan.

3. Setelah menjadi adonan, bentuk adonan menjadi bulat diberi lubang

tengahnya, bentuk seperti gelang.

4. Goreng dengan minyak panas hingga kuning kecoklatan.

5. Untuk glasiran : tuang 1 gelas gula pasir dan 3 sdm air ke dalam wajan,

aduk-aduk hingga gulanya cair.

6. Setelah cair, masukkan ubi yang sudah digoreng tadi.

7. Aduk hingga gula pasir menempel dan mengkristal (pada tahap ini

biasanya pengadukan akan sedikit sulit dan berat, disarankan

menggunakan sutil / spatula yang terbuat dari kayu).

8. Setelah mengkristal, angkat cepat dan dinginkan

9. Kue gelang siap disantap.

70

O. TRADISI MEMBAYAR FIDYAH ORANG MENINGGAL

Membayarkan fidyah bagi orang yang sudah meninggal merupakan salah satu tradisi yang dilakukan sebagian masyarakat Tanjung Jabung Barat, terkhusus

Desa Parit Pudin kec. Pengabuan. Tradisi ini mulai dikembangkan masyarakat, mengingat pentingnya fidyah itu sendiri dalam ajaran agama Islam. Pengertian fidyah disini adalah tebusan akan kewajiban orang yang sudah meninggal terhadap hak-haknya Allah dan hak-haknya hamba Allah dengan harapan dapat meringankan bahkan menghapuskan siksa kubur atas segala perbuatannya selama hidup di dunia.

Menurut madzhab imam Syafi‟i, fidyah satu waktu shalat fardu harus mengeluarkan satu mud bahan makanan yang sah di pakai zakat fitrah seperti beras, tidak sah memakai uang atau emas dan pelaksanaan fidyahnya harus langsung diberikan kepada si fakir tidak boleh di kembalikan lagi.

Pembayaran fidyah dalam tradisi masyarakat Parit Pudin ini madzhab yang digunakan adalah madzhabnya imam Abu Hanifah an-Nu‟man. Dengan alasan:

Pertama, barang yang digunakan untuk membayar fidyah bisa diganti dengan nilai (Qimah). Maksudnya, bisa dengan selain beras baik dengan uang ataupun emas yang nilainya seharga dengan beras yang wajib dikeluarkan walaupun didapat dari menghutang. Kedua, fidyah boleh dilaksanakan dengan jalan hilah untuk meringankan biaya ahli waris yang membayarkan fidyah. Maksudnya, bagi orang yang menerima fidyah diperbolehkan untuk mengembalikan kembali barang yang diterimanya dengan syarat penuh keikhlasan.

71

Dalam kitab Fathul Mubin yang ditulis oleh Tuan Guru KH. Muhammad

Ali bin Syeikh Abdul Wahhab al-Banjari bahwa ada 16 perkara yang di fidyahi:

1. Shalat fardhu yang lima waktu + salat witir (dalam madzhab Hanafi shalat

witir merupakan kewajiban)

2. Puasa di bulan Ramadhan

3. Zakat maaliyah dan badaniyah

4. Haji dan Umrah

5. Qurban

6. Sujud Tilawah

7. Nadzar

8. Nafkah yang wajib

9. Shalat sunah yang dibatalkan dan belum di qadha‟

10. Menyakiti binatang

11. Kafarat Yamin

12. Kafarat zhahar

13. Kafarat qatl

14. Jima‟ di siang bulan Ramadhan

15. Hak-hak orang lain

16. Kewajiban-kewajiban secara umum

Dalam kitab Fathul Mubin juga dijelaskan bahwa:

1. Bagi orang yang mengerjakan fidyah hendaklah mempunyai perasaan takut,

berharap ridho Allah, dan tolong menolong. Tidak boleh berharap pahala dari

Allah SWT.

72

2. Pelaksanaan fidyah lebih utama dilakukan sebelum mayit dikuburkan. Dan

pembayaran fidyahnya seumur hidup si mayit meskipun ia tidak pernah

meninggalkan kewajiban. Kemudian dikurangi umur sebelum baligh.

3. Jika yang meninggal laki-laki maka dikurang 12 tahun dari umur si mayit, dan

jika yang meninggal perempuan maka dikurang 9 tahun dari umur si mayit.

4. Menurut madzhab imam Hanafi, dalam satu hari satu malam waktu shalat ada

enam waktu yakni ditambah dengan witir, dan fidyah dalam satu waktu shalat

atau satu hari satu malam adalah setengah sha‟ beras (sama dengan satu sha‟

beras ukuran madzhab imam Syafi‟i = 1 gantang = 4 kg). Jadi ukuran beras

untuk satu waktu shlat (sehari semalam+witir) adalah 6 gantang.

73

Syarat yang dipenuhi untuk melakukan proses pembayaran fidyah:

1. Mempersiapkan harta yang akan dijadikan sebagai barang dalam melakukan

pembayaran fidyah, seperti: beras atau barang lain yang mempunyai nilai

seharga dengan beras (misal, emas).

2. Menyediakan ±10 orang sebagai penerima barang fidyah, dengan syarat: Islam,

baligh, aql, merdeka, tamyiz (mengetahui ijab dan qabul dalam proses

pembayaran fidyah), faqir (orang yang tidak mempunyai harta yang cukup

nishabnya untuk mengeluarkan zakat), dll.

3. Adanya ahli waris/wakil dari ahli waris sebagai orang yang membayarkan

fidyah. Ahli waris harus merupakan orang yang mengetahui tata cara dalam

proses pembayaran fidyah. Jikalau ahli waris merasa tidak mengetahuinya,

maka serahkanlah kepada orang lain yang mengetahui tata cara proses

pembayaran fidyah, sebagai wakil ahli waris yang membayarkan fidyah.

Dengan lafadz: “Wahai tuan guru, aku wakilkan kepada engkau untuk

membayarkan fidyah qadha’ shalat fardhu bapakku (misal), puasanya yang

fardhu juga lainnya yang menjadi hak-haknya Allah dan hak-haknya hamba

Allah berdasarkan madzhab Imam Abu Hanifah ra. sebanyak umurnya dan

inilah hartanya”. Jawab orang yang menjadi wakil ahli waris: “Aku terima apa

yang telah disebutkan”.

74

Proses pembayaran fidyah

Proses pembayaran fidyah shalat fardu lima waktu dan shalat witir dengan harta cukup untuk menggugurkan dua tahun. Misalnya umur si mayit 62 tahun, dipotong 12 tahun masa sebelum baligh jadi sisa umur 50 tahun. Nah, sisa umur inilah yang dibayarkan fidyahnya. Dalam kitab Fathul Mubin dijelaskan bahwa 1 tahun waktu shalatnya 2130 kali untuk berasnya 1065 gantang = 2662½ kg.

Membawa beras segitu banyak tentu memberatkan ahli waris, sehingga menurut madzhab Hanafi boleh diganti dengan selain beras baik dengan uang ataupun emas yang nilainya seharga dengan beras yang wajib dikeluarkan walaupun didapat dari menghutang. Pada umumnya masyarakat menggantinya dengan emas, meskipun emas tersebut didapat dari hasil menghutang.

75

Umpamanya, harga 1 kg beras Rp 10.000 x 2662½ kg = Rp 26.625.000 x 2 thn =

Rp 53.250.000. Apabila digantikan dengan emas, umpama 1 gr emas Rp 350.000,

Rp 53.250.000 : 350.000 = 152 gr = 45,7 mayam (untuk menggugurkan kewajiban selma 2 thn). Proses pembayaran fidyah:

1. Ahli waris/wakil dari ahli waris memegang harta seraya mengucapkan ijab

(Mujib): “Aku permilikkan/berikan harta ini untuk menggugurkan kewajiban

Fulan bin Fulan dari tanggungan shalat fardhu selama dua tahun yang

sempurna karena Allah Ta’ala”.

2. Salah satu dari penerima sambil memegang harta juga mengucapkan qabul

(Maqbul): “Aku terima harta ini karena Allah Ta’ala”.

3. Harta diterima oleh Maqbul, kemudian Thuma‟ninah.

4. Harta diberikan kembali oleh Maqbul kepada Mujib, dengan penuh keikhlasan

atas dasar tolong menolong (Ta’aawun) sambil mengucapkan: ”Aku berikan

harta ini karena Allah Ta’ala”.

5. Harta diterima kembali oleh Mujib.

6. Kemudian harta diberikan kembali kepada Maqbul lainnya oleh si Mujib dan

diterima, hingga habis 10 Maqbul tersebut sebanyak 5 kali putaran.

*Harta yang dipersiapkan untuk menggugurkan kewajiban selama 2 thn x 10 orang = 20 thn x 5 kali putaran = 50 thn, maka gugurlah kewajiban si mayit selama 50 thn.

Begitu pula untuk perkara lain, seperti puasa, zakat, dan lain-lain pelaksanaan fidyahnya sama dan harta yang dipergunakan juga harta yang telah ada, namun

76 ukurannya sesuai dengan penjelasan dalam kitab Fathul Mubin. Setelah selesai 16 perkara difidyahi, selanjutnya pembacaan do‟a.

Diakhiri dengan Ahli waris/wakil ahli waris memberikan hadiah (uang) kepada 10 orang yang menjadi penerima harta fidyah, sebagai ucapan terima kasih.

77

P. PERMAINAN TAJI

Permainan taji durian adalah permainan tradisional di Tanjab Barat yang berkembang sekitar tahun 80an, namun perkembangannya pada saat ini sudah punah. Permainan taji durian ini menurut cerita adalah permainan musiman yang dilakukan ketika musim durian, karena permainan taji durian ini terbuat dari biji buah durian yang diberi tali dan kawat kemudian ditusukkan dibuat melingkar dan pinggirnya dipipihkan hingga tajam dengan ukuran diameter 4,5 cm.

78

Permainan taji durian ini dapat dilakukan oleh dua orang, sebelum permainan dimulai terlebih dahulu dilakukan suit. Pemain yang kalah suit akan memasang tajinya untuk diadu dengan taji pemain yang menang suit. Pemain yang kalah suit tadi memasang tajinya menghadap ke atas sedangkan yang menang akan menghantam tajinya yang dipasang lebih dulu. Pemain dikatakan kalah apabila hancur atau terbelah biji duriannya.

79

Q. TRADISI MAKAN BAHIDANG

Makan bahidang merupakan tradisi makan yang dilakukan masyarakat

Kuala Tungkal yang sangat dipelihara dan dilestarikan. Ciri utama makan bahidang adalah masyarakat berkumpul dengan duduk bersama di suatu ruangan.

Makanannya disusun dalam sebuah nampan yang terdiri dari beberapa lauk pauk juga aqua gelas dan tidak lupa kobokan untuk cuci tangan yang merupakan khas dari tradisi makan bahidang. Nasi terpisah dalam satu bakul/baskom yang diletakkan diatas susunan piring. Satu nampan hidangan biasanya untuk porsi 3 orang.

Tradisi makan bahidang ini sampai sekarang masih tetap dipertahankan, meskipun terkadang dalam sebuah acara sebagian masyarakat menjamu tamu menggunakan cara prasmanan namun tetap tidak meninggalkan warisan budaya nenek moyang yaitu makan bahidang. Terkhusus masyarakat yang tinggal di pusat kota Kuala Tungkal, biasanya untuk meringkas proses jamuan digunakan cara prasmanan bagi tamu yang hadir di siang sampai sore hari, sebelumnya tamu yang hadir di pagi hari jamuannya dengan cara makan bahidang.

Dokumentasi Suasana Makan Bahidang

80

Menariknya makan bahidang ini jika mau menambah cukup ambil nasi pake tangan, mau nambah lauk comot saja di piring yang berjejer di depan kita, tanpa sendokpun merupakan hal yang biasa saja tidak ada yang protes. Tradisi yang dilakukan bersama-sama dengan saling berbagi satu sama lain ini tak lain adalah sebagai ajang mengakrabkan diri dengan teman, tetangga, dan keluarga tanpa pilih-pilih satu dengan yang lain.

81

R. JUS PINANG MUDE

Jus pinang mude adalah salah satu minuman tradisional yang banyak

mengandung khasiat untuk kesehatan. Jus pinang mude ini banyak digemari

kalangan masyarakat Kuala Tungkal Kab. Tanjung Jabung Barat, khususnya

kaum pria untuk meningkatkan stamina. Sejak dahulu hingga saat ini buah

pinang mude diyakini akan manfaatnya. Konon, pada zaman nenek moyang

sebelum munculnya -jamu tradisional seperti saat ini, masyarakat

memanfaatkan buah pinang mude sebagai bahan utama ramuan yang

diperuntukkan bagi kaum wanita pasca melahiran. Selain itu manfaat lain dari

buah pinang bagi kaum wanita yaitu untuk mengobati keputihan. Seiring

berkembangnya zaman, buah pinang mude pun mengalami perkembangan

olahan yang lebih dikenal dengan “jus pinang mude” dengan tambahan

beberapa bahan lainnya sebagai penetralisir rasa kelat yang terdapat dalam

buah pinang mude tersebut.

Dokumentasi Jus Pinang Mude

82

Bahan yang dibutuhkan untuk membuat jus pinang mude:

1. Pinang mude utk takaran 1 gelas 4 buah pinang mude

1. Air putih ½ gelas

2. Kuning telur itik /ayam( sebaik nye kuning telur itik) 1 butir

3. Madu 1 sdm

4. Susu kental manis 1 sdm

Cara membuat jus pinang mude:

1. Pinang mude yang sudah di kupas, ambil isi pinang mude nya kemudian

masukkan kedalam blender di campur dengan ½ gelas air putih.

2. Masukkan kuning telur + madu + susu kental manis.

3. Blender sampai tercampur rata.

4. Sebelum disajikan dalam gelas, saring terlebih dahulu untuk memisahkan

ampasnya supaya tidak ikut terminum.

5. Jus pinang mude siap untuk di sajikan.

83

KESIMPULAN

Warisan Budaya Takbenda adalah praktik, representasi, ekspresi, pengetahuan, dan keterampilan yang oleh masyarakat, kelompok, dan individu diakui sebagai bagian dari warisan budaya mereka. Warisan budaya takbenda ini, diwariskan dari generasi ke generasi, yang secara terus-menerus diciptakan kembali oleh masyarakat dan kelompok dalam menanggapi lingkungan mereka, interaksi mereka dengan alam dan sejarah mereka, dan memberi mereka rasa identitas yang berkelanjutan, untuk menghargai terhadap keanekaragaman budaya dan kreativitas manusia.

Warisan budaya pada umumnya terdiri dari produk dan proses budaya yang dilestarikan dan diwariskan dari generasi ke generasi. Beberapa warisan itu mengambil bentuk kekayaan budaya, dibentuk oleh artefak berwujud seperti bangunan atau karya seni. Namun, banyak bagian budaya tidak berwujud, termasuk lagu, musik, tarian, drama, keterampilan, masakan, kerajinan tangan dan festival. Mereka adalah bentuk budaya yang dapat direkam tetapi tidak dapat disentuh atau disimpan dalam bentuk fisik, seperti di museum, tetapi hanya dialami melalui pengalaman dan pengetahuan yang diekspresikan.

Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki masyarakat yang heterogen, multi etnis dan multi kultur. Suku Jawa, Banjar, Melayu, Bugis, Batak,

Minangkabau, Palembang, Tionghoa, Kerinci dan berbagai etnis berbaur di kabupaten yang terkenal dengan julukan kota bersama ini. Sehingga kebudayaan- kebudayaan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat membaur dan mengalami akulturasi kebudayaan.

84

Kabupaten yang beribukota di Kuala Tungkal ini memiliki hasil pertanian dan perkebuanan yang cukup melimpah dan terus berkembang. Kelapa, Kelapa

Sawit, Pinang, dan beraneka buah-buahan adalah sumber daya alam yang banyak terdapat di daerah ini. Juga kekayaan minyak bumi dan gas yang saat ini dikelola oleh perusahaan asing juga merupakan kekayaan asli dari daerah ini.

Adanya keragaman kebudayaan dan hasil pertanian yang melimpah membuat masyarakat Tanjung Jabung Barat menghasilkan karya budaya dari pengalaman dan pengetahuan yang diekspresikan dalam sebuah tradisi dan ekspresi, seni drama, praktik sosial (ritual dan acara meriah), dan keahlian tradisional (masak makanan). Karya budaya tersebut diwariskan secara turun temurun hingga sekarang, itulah yang disebut dengan Warisan Budaya Tak Benda

(WBTB). Pemerintah berhasil mengumpulkan Warisan Budaya Tak Benda masyarakat Tanjung Jabung Barat sebanyak 18 point yang telah terangkum dalam buku ini.

Semoga kumpulan dari Warisan Budaya Tak Benda ini menjadi pengetahuan dan inspirasi bagi masyarakat setempat agar selalu menjaga dan melestarikan karya budaya yang telah ada. Sejatinya, karya budaya telah ada sejak nenek moyang terdahulu, dan merupakan tanggung jawab bersama untuk mempertahankan bahkan mengembangkan karya budaya tersebut tanpa menghilangkan nilai-nilai aslinya.

85

Dokumentasi TIM WBTB sedang melaksanakan wawancara dengan narasumber WBTB kab. Tanjung Jabung Barat

86

Dokumentasi TIM WBTB sedang melaksanakan wawancara dengan narasumber WBTB kab. Tanjung Jabung Barat

87

Dokumentasi TIM WBTB sedang melaksanakan wawancara dengan narasumber WBTB kab. Tanjung Jabung Barat

88