[REPRESENTASI SIKAP NASIONALISME DALAM SINEMA (Studi Peran Komunikasi Massa Modern Film “”)] Henricus Hans

REPRESENTASI SIKAP NASIONALISME DALAM SINEMA INDONESIA (Studi Peran Komunikasi Massa Modern Film “Darah dan Doa”)

Henricus Hans

Komunikasi Terapan FISIP UNS

[email protected]

ABSTRACT

Nationalism Indonesia was formed through a complex path with a relatively long time. An understanding of nationalism itself one of which can be understood through the medium of film. Here, a film as a product of modern art becomes a medium in conveying the message directed to the audience. Through the footage presented in a film, audiences are invited to enter a world that is commonly referred to "sedondhand reality" so as to understand the messages conveyed through the medium of film. This study is a qualitative descriptive study with the object of study and prayer Blood movie director made on 30 March 1950. Analysis of data using semiotic methods Metz. The results showed that the film The Long March is a film that journey of human life during the revolution in the sacrifice of body and soul, making manifest the attitude of nationalism. Nationalism embodied in the struggle against the invaders and our own people to maintain independence in 1948. The nationalist attitude soldier held high, soldiers sacrificed body and soul, so the psychological and physical suffering. The film The Long March is a means of modern media of communication which functioned to propagate nationalism. The reason is, because of the presence of the film as a medium of communication most effectively convey nationalism education to the community. Nationalism film The Long March is racial-republican, who represents the spirit of the era of nationalism during 1948 to maintain independence. Racial nationalism can be seen through the scenes of the film on the events experienced by movie characters in the struggle against the invaders and the inner struggle (the struggle with love and suffering against the invaders and the nation itself). From these events form the theme which in all honesty was sacrificed body and soul is a picture of the reality of man in his life to be honest and willing to sacrifice body and soul for the country.

Keywords: Representation, Nationalism, Film.

372

Semiotika, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015

PENDAHULUAN Patriotisme suatu rasa tanggung Perlawanan secara nasional jawab kolektif yang hidup (a lively terhadap kolonial Belanda dimulai sense of collective responsibility) sejak berdirinya Budi Utomo, 1908 yang tentunya dibutuhkan dalam yang dipelopori oleh kaum nasionalis setiap bentuk kehidupan bersama, atau disebut the young intellectuals, pada tingkat lokal dan internasional yang sekaligus menjadi momen (Adisusilo, 2010:3). merumuskan identitas kebangsaan Nasionalisme adalah suatu Indonesia. Wujud tertinggi dari keinginan akan kemerdekaan politik, proses pencarian dan perumusan keselamatan dan prestise bangsa identitas kebangsaan ini adalah sebagai wujud rasa cinta pada tanah munculnya nasionalisme politik yang air, ras, bahasa, dan budaya yang lebih jelas arah dan tujuannya. sama, sehingga individu lebih Nasionalisme politik mengusung mementingkan rasa kebangsaan proyek kemerdekaan Indonesia dibawah kepntingan golongan atau sebagai tujuan yang hendak dicapai. pribadi. Hal ini searah dengan Nasionalisme politik kemudian pendapat Kohn (dalam Adisusilo, diikuti dengan langkah-langkah 2010:8) berpendapat bahwa esensi praktis-konkret upaya nasionalisme adalah sama, yaitu ”a memperjuangkan kemerdekaan. state of mind, in which the supreme Mulai saat itulah perlawanan loyality of the individual is felt to be melawan kolonial Belanda due the nation state” (sikap mental, meningkat, bukan saja sebagai di mana kesetiaan tertinggi dirasakan momen dimulainya era resistensi sudah selayaknya diserahkan kepada tetapi juga era kebangkitan negara bangsa). nasionalisme. Kebangkitan nasionalisme Nasionalisme pada masa dalam melawan penjajah dapat perjuangan untuk memperoleh mencapai yang dicita-citakan yaitu kemerdekaan berintikan patriotisme. kemerdekaan pada tahun 1945, Patriotisme sebagai perwujudan jiwa tepatnya pada tanggal 17 Agustus mengalami dialektika yang dinamis 1945, yang ditandai dengan di mana tiap generasi mempunyai dibacakannya teks proklamasi oleh tantangan (challenge) dan jawaban Presiden Soekarno. Perjuangan para (response) yang berbeda, namun pahlawan yang begitu berat dalam esensi nasionalisme tetaplah sama merebut Negara Indonesia dari yaitu rasa cinta yang dalam terhadap belenggu penjajahan tersebut, bangsa dan tanah airnya. kemudian diwujudkan dalam bentuk Nasionalisme itu menjadi daya film perjuangan. Seperti yang dorong atau e’lan vital bangsa dalam dijelaskan dalam buku Sejarah Film memperjuangkan cita-cita bersama. 1900-1950, film di Indonesia

373

[REPRESENTASI SIKAP NASIONALISME DALAM SINEMA INDONESIA (Studi Peran Komunikasi Massa Modern Film “Darah dan Doa”)] Henricus Hans

memang mulai dibuat pada tahun memberikan agenda-agenda dalam 1926. Namun, film-film yang dibuat pemberitaannya, yang kemudian sampai dengan tahun 1949 belum audience akan mengikutinya. bisa disebut sebagai film Indonesia. Agenda media akan menjadi agenda Hal itu disebabkan karena film yang masyarakat. Agenda media dapat dibuat pada masa itu belum memiliki dimunculkan dengan sengaja, kesadaran nasional. Semua film pada sehingga media massa menanamkan masa itu dibuat hanya untuk mencari sikap dan nilai tertentu (Milan, untung dan hiburan saja. Materi 2010:48). Dalam hal ini, film cerita diambil dari film barat maupun mempunyai kemampuan untuk China. Oleh karena itulah tontonan mengarahkan dan menuntun pada saat itu kurang bisa perhatian masyarakat pada peristiwa merefleksikan pribadi bangsa tertentu. Dengan agenda-agendanya Indonesia. Atas dasar kenyataan ini, film berpotensi untuk tersebut, para seniman dalam dunia memasukkan unsur pendidikan, nilai perfilman tergugah untuk membuat sosial, pengetahuan sejarah, dan film yang bertemakan nasionalisme pengetahuan kebudayaan di (Salim, 2006:75-77). dalamnya. Dengan pemasukan Keberadaan film sebagai unsure-unsur tersebut, dapat media komunikasi massa mempunyai membentuk pemikiran masyarakat tujuan bukan sekedar memberitahu yang kritis dan berwawasan. Oleh kepada khalayak tentang sesuatu, karena itu, keberadaan media massa tapi juga diharapkan bahwa khalayak berpengaruh dalam pembentukan dapat merasakan perasaan sedih dan pemikiran dan sikap khalayak tanpa terharu dari media massa. mempertimbangkan usia. Media Keberadaan film sebagai media massa dapat dengan mudah massa yang dapat mempengaruhi membentuk pola perilaku individu, pola pikir dan tingkah laku khalayak, sehingga tanggung jawab berada didukung oleh agenda setting theory pada para pekerja media film. dan teori tentang psikologi yaitu Film ini punya arti amat social learning theory. Kedua teori penting dalam sejarah: dimulainya ini menjelaskan tentang hubungan pembuatan film "nasional", walau linier antara film dengan film cerita pertama yang dibikin di khalayaknya (Adamsway dan Indonesia adalah Loetoeng Mansfield, 2008:8). Kasaroeng (1926). Pembuatan film Peranan film yang memegang yang sudah didasari oleh kesadaran peran penting dalam membentuk nasional adalah sejak Usmar Ismail pemikiran masyarakat didukung membuat film Darah dan Doa. dengan agenda setting theory. Teori Dalam kutipan wawancara yang ada ini mengatakan bahwa media massa dalam buku ini menjelaskan bahwa

374

Semiotika, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015

Usmar Ismail memang membuat film dilepaskan dari struktur naratif ini karena didasari adanya rasa sebuah film. sebuah narasi nasionalisme yang muncul dari merupakan teks yang telah dirinya. Catatan Usmar Ismail dikonstruksikan dengan cara tertentu tentang perjalanan film ini (tulisan di sehingga merepresentasikan Intisari no. 1 tahun 1, 17 agustus rangkaian peristiwa atau tindakan 1963) menjelaskan bahwa banyak yang dirasa saling berhubungan satu kisah bahagia, haru, sedih dan sama lain secara logis atau memiliki senang saat pembuatan film ini. Oleh jalinan tersendiri. Makna teks narasi karena itu film ini memang sudah bukan merupakan proses langsung selayaknya dilabeli sebagai tonggak dari penentuan makna kata-kata sejarah film Indonesia (Junaedi, individu dengan yang 2007:5). dikonstruksikannya, tetapi lebih Guna memahami merupakan proses yang melibatkan nasionalisme para tokoh dalam film penginterpretasian makna secara Darah dan Doa dianalisis melalui holistik sebagai sebuah tanda. semiotik psikoanalsis. Semiotik Berdasarkan pada latar adalah cabang ilmu yang berurusan belakang tersebut di atas, dapat dengan dengan pengkajian tanda dan dirumuskan permasalahan penelitian, segala sesuatu yang berhubungan yaitu bagaimanakah nasionalisme dengan tanda, seperti sistem tanda dipresentasikan melalui peran dan proses yang berlaku bagi tanda komunikasi massa modern dalam (Zoest, 2006:2). Film sebuah struktur film “Darah dan Doa” dengan yang dipengaruhi oleh psikoanalisa pendekatan semiotik Christian Metz. Lacan dan Freud mengenai apa yang Searah dengan rumusan disebut sebagai imaginary signifier. masalah tersebut, penelitian ini Di film kemudian ditemukan bahwa bertujuan untuk memperoleh pemikiran bawah sadar yang muncul pengetahuan lebih detail presentasi melalui gambar dan disatukan dalam nasionalisme melalui peran sebuah aksi pembentuk film. Dalam komunikasi massa modern dalam fase perkembangan individu, proses film “Darah dan Doa” dengan identifikasi tersebut sama dengan pendekatan semiotik Christian Metz. bagaimana film membentuk naratif Penelitian ini memiliki melalui fase simbolik dan imaginer. keterbatasan dalam analisis kurang Fase imajiner dalam bentuk bahasa maksimal, karena keterbatasan dan teks film berfungsi sebagai peneliti dalam memahami teori cermin (Metz, 2007:78). semiotik Christian Metz yang Alasan digunakannya disebabkan sulitnya mencari pustaka semiotik psikoanalisis karena dalam sebagai landasan teori. Selain itu, memahami film tidak dapat film "Darah dan Doa" atau "The

375

[REPRESENTASI SIKAP NASIONALISME DALAM SINEMA INDONESIA (Studi Peran Komunikasi Massa Modern Film “Darah dan Doa”)] Henricus Hans

Long March" dibuat tanggal 30 Film sebagai produk Maret 1950 merupakan film hitam komunikasi massa punya kewajiban putih, baik gambar atau suara kurang moral teradap mayarakat tentang isi jelas sehingga membutuhkan pesan yang dihasilkannya, karena ketajaman pendengaran dan film melakukan representasi penuh penglihatan mata untuk dapat terhadap kenyataan. Hal itu memahami makna semiotik Christian dilakukan melalui tiga cara: Metz. bagaimana sebuah peristiwa direkonstruksi sebagai realitas oleh TINJAUAN TEORI film sebagai media, bagaimana Pengertian komunikasi secara realitas tersebut digambarkan, dan umum adalah proses penyampaian bagaimana peristiwa tersebut pesan dari komunikator kepada diorganisir ke dalam konvensi- komunikan. Keberhasilan suatu konvensi secara ideologis. Film komunikasi minimal mengandung bertujuan member penonton ilusi unsur-unsur dalam proses kenyataan yang sempurna dengan komunikasi itu sendiri yang terdiri perangkat dan naratif sinematografi. dari; pengirim pesan (komunikator), Teknik naratif ini ditandai dengan pesan (message), media, dan pengurutan waktu dan fragmen- penerima pesan (komunikan). Salah fragmen kenyataan. Dalam hal ini satu media modern dalam pencitraan yang ditampilkan bisa komunikasi yaitu film. Film menjadi berasal dari beragam sudut dan bagian dari media massa yang konsep kehidupan melalui media memiliki jangkauan segmen paling film. besar, sehingga memiliki pengaruh Media film dapat besar terhadap penyebaran pesan memaparkan peristiwa-peristiwa tersembunyi. Pandangan ahli yang yang terjadi pada tokoh. adalah satu menilai bahwa film memiliki proses eksperimen untuk aplikasi jangkauan, realisme, pengaruh konsep-konsep linguistik berstruktur emosional dan popularitas yang dari Saussure. Film terletak pada hebat. Film merupakan bagian dari struktur, estetika, dan fenomenologis komunikasi yang bertindak sebagai permukaan gambar audiovisual saluran yang menyampaikan pesan sebagai ekspresif film, sehingga dari komunikator (produser dan interaksi dalam film dapat sutradara) kepada komunikan membangun makna dan narasi antara (khalayak) dengan tujuan tertentu. konvensi dan gaya dalam film Sebuah film mewakili pandangan dengan pemirsa. Salah satunya pembuatnya, dan seseorang membuat adalah menjalin pemahaman yang film untuk mengkomunikasikan sama tentang konsep ideologi pandangan itu. nasionalisme.

376

Semiotika, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015

Konsep nasionalisme mengacu pada politik dan budaya bangsanya. Aspek kesadaran suatu warga negara pada goal menunjuk akan adanya cita-cita, pentingnya ketunggalan bangsa, tujuan ataupun harapan ideal nation state. Konsep tersebut bersifat bersama di masa datang yang ingin ideologis dan disosialisasikan kepada diwujudkan atau diperjuangkan di setiap anggota (warga) negara. dalam masyarakat dan negara. Aspek Nasionalisme mengikat warga negara strategic menuntut adanya untuk; (a) memiliki kesadaran perjuangan kaum nasionalis dalam sebagai satu bangsa, yang dapat perjuangan untuk mewujudkan cita- memperkuat rasa kebangsaan, cita bersama. persatuan, dan kesatuan; (b) jiwa, Guna memahami semangat, dan nilai-nilai patriotik nasionalisme dalam film Darah dan yang berkaitan dengan perasaan cinta Doa sebagai salah satu bentuk tanah air, cinta kepada tanah tumpah budaya dapat direpresentasikan darah, cinta kepada negara dan dalam film. bangsa, cinta kepada milik budaya Representasi merupakan bangsa sendiri, kerelaan untuk kajian utama dalam cultural studies. membela tanah airnya; (c) jiwa, Representasi sendiri dimaknai semangat, dan nilai-nilai kreatif dan sebagai bagaimana dunia inovatif; (d) jiwa, semangat, dan dikonstruksikan secara sosialn dan nilai-nilai yang mampu membentuk disajikan kepada kita dan oleh kita di kepribadian, watak dan budi luhur dalam pemaknaan tertentu. Cultural bangsa (Efendi, 2008:31). studie memfokuskan diri kepada Ideologi nasionalisme yang bagaimana proses pemaknaan tinggi mempengaruhi seniman representasi itu sendiri. Representasi perfilman untuk membuat film adalah salah satu praktek penting dengan tema nasionalisme secara yang memproduksi kebudayaan. tersirat. Konsep nasionalisme ini Kebudayaan merupakan konsep yang sebagaimana yang digambarkan sangat luas, kebudayaan menyangkut dalam film perjuangan melawan ‘pengalaman berbagi’. Seseorang penjajah, seperti film Darah dan dikatakan berasal dari kebudayaan Doa. Pemahaman nasionalisme yang sama jika manusia-manusia dapat diungkap melalui aspek-spek yang ada disitu membagi nasionalisme menurut Apter pengalaman yang sama, membagi (Adisusilo, 2010:9) terkandung kode-kode kebudayaan yang sama, aspek: (1) cognitive; (2) goal/value berbicara dalam ‘bahasa’ yang sama, orientation; (3) stategic. Aspek dan saling berbagi konsep-konsep cognitive mengandaikan perlunya yang sama (Barker, 2007:9). pengetahuan atau pemahaman akan Representasi film dapat situasi konkret sosial, ekonomi, dianalisis dengan pendekatan

377

[REPRESENTASI SIKAP NASIONALISME DALAM SINEMA INDONESIA (Studi Peran Komunikasi Massa Modern Film “Darah dan Doa”)] Henricus Hans

semiotik. Semiotik (semiotika) Episodic Sequence dan Ordinary adalah ilmu tentang tanda-tanda. Sequence Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan METODOLOGI PENELITIAN budaya itu merupakan tanda-tanda. Penelitian ini merupakan Semiotik itu mempelajari sistem- penelitian deskriptif kualitatif dengan sistem, aturan-aturan, konvensi- obyek penelitian film Darah dan konvensi yang mem-ungkinkan Doa sutradara Usmar Ismail yang tanda-tanda tersebut mempunyai arti. dibuat tanggal 30 Maret 1950. Data Tanda mempunyai dua aspek yaitu diperoleh melalui browsing atau penanda (signifier) dan petanda bentuk DVD, sumber data primer (signified). Penanda dalah bentuk bentuk DVD diperoleh secara formalnya yang menandai sesuatu langsung di Perusahaan Film yang disebut petanda, sedangkan Nasional Indonesia (). Teknik petanda petanda adalah sesuatu yang pengumpulan data melalui observasi ditandai oleh petanda itu yaitu dan dokumentasi. Keabsahan data artinya (Sobur, 2006 :95) dalam penelitian ini menggunakan Analisis semiotik dalam film teknik triangulasi data. menurut Metz (2007:54) ada Menurut Mitteilen dan persamaan pada fase imajiner dengan Darstellen (2005:21), analisis data bagaimana bahasa dan teks film menggunakan metode semiotik Metz berfungsi sebagai cermin. Hal ini dibagi menjadi delapan kelompok, sangat erat hubungannya antara teks yaitu: dan interpretasi penonton. Film 1. The autonomous shot (eg sebagai sebuah struktur yang establishing shot, insert), terdiri dipengaruhi oleh psikoanalisa Lacan atas satu shot, baik berupa single dan Freud mengenai apa yang shot sequance, dan tambahan disebut sebagai imaginary signifier. berupa insert-insert. Berkaitan dengan film ditemukan 2. The parallel syntagm (montage of bahwa film merupakan pemikiran motifs), hubungan antara motif bawah sadar yang muncul melalui dan penampilan tokoh pada setiap gambar dan disatukan dalam sebuah shot. aksi pembentuk film. Dalam film 3. The bracketing syntagm (montage terdapat bahasa yang memiliki of brief shots), peristiwa singkat makna. Bahasa film ini kemudian yang dapat merubah sikap tokoh dibagi menjadi delapan dalam shot. pengelompokan, yaitu Autonomous 4. The descriptive Shot, Paralel Syntagma, Bracket syntagm (sequence describing one Syntaagma, Descriptive Syntagma, moment), urutan peritiwa yang Alternate Syntaagma, Scene, terjadi pada tokoh.

378

Semiotika, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015

5. The alternating syntagm (two dengan nasionalisme para tokoh. sequences alternating), peristiwa Setiap shot diwakili satau atau lebih yang terjadi dalam dua shot secara gambar yang mendukung bergantian dan berhubungan. nasionalisme. Shot film Darah dan 6. The scene (shots implying Doa berjumlah 29 ini mampu temporal continuity), adegan- mengesinambungkan irama adegan adegan tokoh yang dapat atau cerita dari awal hingga akhir membentuk kepribadian tokoh. film yang bertema nasionalisme. 7. The episodic sequence (organized Contoh dari analisis discontinuity of shots), urutan the autonomous shot, yaitu wal shot proses pembentukan sikap tokoh. atau shot pertama sutradara Usmar 8. The ordinary sequence (temporal Ismail menampilkan gambar dua with some compression), urutan tokoh yang bersahabat yaitu Sudarto peristiwa dalam kehidupan tokoh. sebagai Komandan Batalion dan Adam sebagai Kepala staf Batalion ANALISIS sama-sama melakukan perjuangan 1. Analisis Sinematografis Metz sebagai prajurit nasional. Usmar Nasionalisme yang dikaji memasukan menampilkan gambar dalam penelitian ini adalah dua tokoh utama yang sedang nasionalisme dalam film Darah dan melihat ke satu arah. Doa nasionalisme dikaji berdasarkan pendekatan Christian Metz. Pendekatan semiotik Metz yang dimaksud menyamakan fase imajiner dengan bagaimana bahasa dan teks film berfungsi sebagai cerminan realitas sosial. Metz mengungkapkan realitas sosial yang dipahami dalam film harus dapat dimengerti melalui bahasa film, yang disebutnya sebagai Gambar 1: Menit 02.38 fungsi dari (“The Large Syntagmatic Komandan Soedarto (Del Juzar) dan Category”) dibagi menjadi delapan Komandan Adam (R. Soetjipto) kelompok, dengan penjelasannya Tokoh sentral pada Darah dan Doa sebagai berikut: a. The autonomous shot (eg establishing shot, insert) Dalam The Large Syntagmatic Category film Darah dan Doa terdiri dari 28 shot yang berhubungan

379

[REPRESENTASI SIKAP NASIONALISME DALAM SINEMA INDONESIA (Studi Peran Komunikasi Massa Modern Film “Darah dan Doa”)] Henricus Hans

Abdullah dalam sebuah seminar (Kompas, 18 Agustus 2007:33) menyatakan bahwa nasionalisme yang berintikan patriotisme merupakan perwujudan fakta dinamis yang dialami individu dalam menghadapi tantangan dan respon yang berbeda. cinta terhadap

Gambar 2: Menit 04.48 bangsa dan Tanah Airnya. Dua sahabat Soedarto dan Adam Nasionalisme adalah daya dorong Bercerita Tentang Keluarga. atau alat bangsa dalam Sebuah Sisi Lain Dari Tokoh Adam memperjuangkan cita-cita bersama yang Sangat Teguh Pada Disiplin Militer (Abdullah, 2007:33). Shot dua berkaitan dengan shot Sebagai contohnya adanya satu, dua tokoh Sudarto dan Adam hubungan Shot 2 dengan shot 20. merupakan dua orang yang memiliki Shot 2 merupakan gambaran Sudarto kepribadian berbeda. Sudarto sebagai yang menyadari akan kewajibanya tokoh utama belum memahami apa sebagai prajurit dan rasa yang terjadi dalam dirinya, sehingga nasionalisme yang tinggi untuk Sudarto tidak mampu menentukan membela bangsa. Berbeda dengan tujuan hidup yang. Berbeda dengan Sudarto yang masih sibuk dengan Adam yang sudah memahami dengan kepentingan pribadinya. dirinya, sehingga Sudarto menyadari Kaitannya dengan shot 22, yang akan pekerjaanya sebagai prajurit mengambarkan perbedaan prinsip berkewajiban melakukan perjuangan antara Adam dan Sudarto. Sikap revolusi untuk bangsanya dan Adam saat berjuang lebih menunjukkan nasionalisme yang mengutamakan tugas dan tanggung dimiliki Adam, sehingga Adam jawab sebagai prajurit. Adam berjuang untuk Negara merupakan mengingatkan bahwa perilaku suatu kewajiban yang harus Sudarto yang dekat dengan Widia dilakukan. bukan sikap Komandan yang baik. Saat itupun Sudarta kembali b. The parallel syntagm menyatakan kepada Adam bahwa Analisis yang dilakukan pada dirinya bukan parajurit yang baik. parallel syntagm adalah menghubungkan antara shot satu c. The bracketing syntagm dengan lainnya. Analisis berdasarkan Tahap The bracketing syntagm hubungan antara motif dan mengkaji peristiwa singkat yang penampilan sikap nasionalisme tokoh dapat merubah sikap nasionalisme Darah dan Doa.Sejarawan Taufik tokoh dalam satu shot dalam film

380

Semiotika, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015

Darah dan Doa. Maksudnya, meminta Delegasi Indonesia untuk peristiwa singkat yang terjadi pada memberi kesempatan menjadi tokoh terdapat pada satu plot. Pada Komandan Batalion lagi. Akan plot tersebut menggambarkan tetapi, Pimpinan Delegasi Indonesia peristiwa yang membuat tokoh tetap membebastugaskan Sudarto. mengalami perubahan sikap nasionalisme, sehingga pada plot- plot selanjutnya dapat diketahui perubahan sikap yang terjadi pada d. The descriptive syntagm tokoh melalui gambaran perilaku The descriptive syntagm dalam menjalani kehidupannya. merupakan urutan peritiwa yang Perubahan sikap nasionalisme terjadi pada tokoh. Pada tahap ini pada Sudarto terjadi pada shot 22, dikaji peristiwa-peristiwa shot 24, dan shot 27. Pada shot 22 nasionalisme yang terjadi pada tokoh merupakan shot terjadinya suatu dari awal sampai akhir dalam film peristiwa yang membuat Sudarto Darah dan Doa. Awal cerita, mengalami perubahan sikap. Pada sutradara menambilkan sosok dua shot 22 Sudarto menemui peristiwa tokoh yang bersahabat yaitu Sudarto meninggalnya Widia dan Adam. dan Adam. Permasalahan mulai Perkataan Adam sebelum meninggal timbul saat Sudarto mendekati “Lanjutkan Perjuangan” merupakan Conny, wanita Jerman yang ikut kalimat yang mampu merubah hati rombongan dalam pasukan Sudarto, dan pemikiran Sudarto untuk kemudian Sudarto mendekati Widia. menyadari kesalahan-kesalahan yang Peritiwa Sudarto menjalin hubungan telah dilakukan selama menjadi dengan Conny dan Widia merupakan komandan, lebih mendahulukan peristiwa yang menunjukkan sikap kepentingan pribadi daripada Adam belum memiliki rasa kepentingan pasukannya (shot 22). nasionalisme. Ia lebih mementingkan Perubahan sikap yang terjadi pada kepentingan pribadinya menjalin Sudarto ditunjukkan dengan hubungan dengan wanita-wanita perilakunya. Ini dapat diketahui yang disukai. melalui tayangan pada shot 24. Pada Nasionalisme yang dimiliki shot 24 tersebut perilaku Sudarto Adam berbeda dengan nasionalisme layaknya seorang pemimpin yang Sudarto. Sebagai Komandan yang melindungi pasukannya. Perubahan memiliki banyak prajurit harusnya sikap Sudarto lainnya, yang Sudarta memberikan teladan bagi berhubungan dengan shot 22 dan anggotanya. Akan tetapi pada shot 24 yaitu pada shot 27. Pada kenyataannya, Sudarto tidak shot tersebut sikap Sudarto yang memberikan teladan yang baik. telah timbul rasa nasionalismenya Sudarto lebih cenderung sibuk

381

[REPRESENTASI SIKAP NASIONALISME DALAM SINEMA INDONESIA (Studi Peran Komunikasi Massa Modern Film “Darah dan Doa”)] Henricus Hans

dengan kepentingannya sendiri, revolusi sebagai kewajiban warga terutama dalam hubungannya dengan Negara untuk membela bangsa. wanita. Sudarto melakukan perilaku Berbeda dengan Sudarto yang masih tersebut, karena kehidupan bingung apa yang dicari dalam keluarganya yang kurang harmonis perjuangannya tersebut. Kemudian dan rasa kesepian yang dimilikinya. Sudarto memiliki idelogi Untuk mengejar kepentingan nasionalisme pada shot 26. Pada shot pribadinya tersebut, Sudarto 26 Sudarto merenung sendiri, meninggalkan tanggung jawabnya, sepeninggal Adam. Sudarto Sudarto kurang perhatian terhadap menyadari akan kesalahan yang telah keadaan anggota pasukannya. dilakukan selama ini sebagai e. The alternating syntagm Komandan. Sudarto menyadari akan Pada the alternating pandangan dirinya yang bukan syntagm menganalisis peristiwa yang prajurit. Timbul kesadaran Sudarto terjadi dalam dua shot secara untuk melanjutkan perjuangan, bergantian dan saling berhubungan. sesuai dengan perkataan Adam Dua peristiwa yang saling sebelum meninggal. berhubungan terkait dengan pembahasan nasionalisme pada f. The scene tokoh dalam film Darah dan doa. Adegan-adegan yang Nasionalisme dalam film membangun kepribadian tokoh. Darah dan doa merupakan Kepribadian yang diungkap adalah nasionalisme perjuangan dalam kepribadian nasionalisme tokoh pada membela Negara. Nasionalisme pada film Darah dan Doa. Teori Freud diri Sudarto mengalami perubahan. menyatakan bahwa setiap manusia Awalnya, Sudarto masih harus melewati serangkaian tahap kebingungan dalam mencari jati perkembangan dalam proses menjadi dirinya sebagai seorang prajurit. dewasa. Tahap-tahap ini sangat Setelah sahabatnya Adam meninggal penting bagi pembentukan sifat-sifat dunia, Sudarto mulai menyadari kepribadian yang bersifat menetap. ideologi nasionalisme dirinya Kepribadian adalah keseluruhan cara sebagai prajurit. Perubahan tersebut seorang bereaksi dan berinteraksi terdapat pada shot 2 dengan shot 26. dengan individu lain. Kepribadian Pada shot 2, mengambarkan paling sering dideskripsikan dalam kedua tokoh, Sudarto dan Adam istilah sifat yang bisa diukur yang dalam suatu ruangan. Keduanya ditunjukkan oleh seseorang. terlibat tentang dalam perencanaan Adegan-adegan yang dikaji tindakan yang dilakukan terhadap merupakan adegan yang mampu pasukannya juga tentang keluarga. membentuk kepribadian tokoh Bagi Adam melakukan perjuangan Sudarto dan Adam. Bentuk

382

Semiotika, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015

keprinadian para tokoh berupa 6) Dapat mengontrol emosi. gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan- 7) Berorientasi tujuan. keyakinan yang menyeluruh dan 8) Berorientasi keluar (ekstrovert); sistematis yang termuat dalam bersifat respek, empati terhadap ideologis ini, selanjutnya orang lain. dihubungkan dengan nasionalisme. 9) Penerimaan sosial; berpartsipasi Pemahaman nasionalisme aktif dalam kegiatan sosial. berdasarkan pendapat Apter 10) Memiliki filsafat hidup terkandung aspek: (1) cognitive; (2) mengarahkan hidupnya goal/value orientation; (3) stategic berdasarkan filsafat hidup. (Adisusilo, 2010:9). 11) Berbahagia situasi kehidupannya Tokoh Sudarto memiliki diwarnai kebahagiaan. kepribadian tidak sehat, karena Sudarto memiliki sifat, antara lain: g. The episodic sequence a. Menunjukkan kekhawatiran dan Tahap yang ketujuh yaitu tahap kecemasan the episodic sequence. Tahap ketujuh b. Sering merasa tertekan (stres atau merupakan urutan peristiwa dalam depresi) kehidupan tokoh. Urutan peristiwa c. Bersikap memusuhi dan otoritas ditunjukkan untuk memperjelas d. Kurang memiliki rasa tanggung pemahaman perubahan sikap yang jawab terjadi pada tokoh. Struktur sikap e. Kurang memiliki kesadaran untuk terdiri atas 3 komponen yang saling mentaati aturan menunjang yaitu: (1) Komponen f. Pesimis dalam menghadapi kognitif, (2) Komponen afektif, dan kehidupan (3) Komponen psikomotorik g. Kurang bergairah dalam merupakan aspek kecenderungan menjalani kehidupan berperilaku tertentu sesuai dengan Tokoh Adam termasuk sikap yang dimiliki oleh seseorang. kategori kepribadian yang sehat, Sikap adalah merupakan reaksi kepribadian sehat tersebut atau respon seseorang yang masih ditunjukkan oleh sikap dan perilaku tertutup terhadap suatu stimulus atau Adam, sebagai berikut: objek. Untuk mengukur potensi 1) Mampu menilai diri sendiri kecenderungan sikap nasionalisme secara realisitik. berawal dari: “keyakinan politik, 2) Mampu menilai situasi secara ekonomi dan sosial yang ada dalam realistik. diri individu, seringkali membentuk 3) Mampu menilai prestasi yang suatu pola yang luas dan koheren, diperoleh secara realistik. seakan-akan membentuk mentalitas 4) Menerima tanggung jawab. dan semangat, dan ...polanya adalah 5) Kemandirian. sebuah ekspresi dari kecenderungan mendalam dalam kepribadiannya”.

383

[REPRESENTASI SIKAP NASIONALISME DALAM SINEMA INDONESIA (Studi Peran Komunikasi Massa Modern Film “Darah dan Doa”)] Henricus Hans

Keyakinan politik, ideologi, ekonomi baik, seakan dilakukan tidak memiliki sudah menjadi dan sosial, telah membentuk ideologi tanggung kecenderungan sikap fasistik pada nasionalisme. jawabnya individu. Pengaruh utama dari Ideologi sebagai warga nasionalisme negara untuk kecenderungan ini adalah, akan Sudarto mebela membentuk sikap. mengalami bangsa melalui perubahan strategi fisik, Tiga komponen sikap tersebut sehubungan yaitu terjun dihubungan dengan sikap yang dengan langsung dimiliki oleh tokoh Sudarto dan superego yang melawan dimilikinya. penjajah pada Adam disajikan pada tabel berikut Sudarto akhirnya masa revolusi ini. mampu membedakan Tabel 1 perilaku buruk Komponen Sikap Pada Tokoh dan baik yang harus dilakukan, Sudarto dan Adam dalam Film sehingga Darah dan Doa ideologi nasionalisme yang dialami Keterangan Sudarto Adam Sudarto Kognitif Belum Adam yang mengalami memahami dari awal perubahan, ideologi sudah mampu dengan merubah nasionalisme memahami perilaku menjadi secara arti ideologi Komandan yang mendalami. nasionalisme bertanggung Berhubungan dan dijadikan jawab atas dengan id yang id sebagai tugas-tugasnya. dimiliki oleh untuk menjadi Sudarto yang prajurit mencari dengan tujuan h. The ordinary sequence kesenangan untuk Tahap kedelapan sebagai akhir untuk mengejar mengabdikan wanita-wanita diri pada nusa kajian, yang disebut The ordinary yang disukai dan bangsa sequence merupakan urutan Afektif Sudarto yang Adam menjadi mencari prajurit peristiwa dalam kehidupan tokoh kesenangan dipengaruhi dari awal sampai akhir tokoh, dalam untuk mengejar sifat id yaitu hal ini sehubungan dengan wanita-wanita senang yang disukai, menjadi nasionalisme yang dimiliki oleh para maka Sudarto prajurit. tokoh. Pembahasan jiwa nasionalise tidak mampu Tujuan Adam menjalankan menjadi pada tokoh Sudarto yang sudah ideologis prajurit untuk beristri dan kehilangan prinsip hidup. nasionalisme mengabdikan diri kepada Sebagai kompensasi, Sudarto nusa dan mendekati wanita-wanita yang bangsa. disenanginya. Dengan demikian, Psikomotorik Sudarto sebagai Adam yang Komandan tidak mampu sebagai Komandan Sudarto lebih memberikan menilai bahwa mementingkan kepentingan daripada contoh yang apa yang

384

Semiotika, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015

tugas-tugasnya. Sudarta menyadari Sudarto memiliki nasionalisme bahwa dirinya bukan parajurit yang setelah melalui perenungan akan baik. Sikap dan perilaku Sudarto kata-kata Adam untuk melanjutkan tidak menunjukkan kelas warga perjuangan. Perjuangan yang dirinya sebagai seorang prajurit, dimaksud Adam adalah perjuangan tidak memiliki mental sebagai membela bangsa untuk prajurit, dan melanggar kebijakan mempertahankan kemedekaan dan Negara. itu menjadi tanggung jawab prajurit. Sudarto menyadari akan Akibat perbuatan tersebut, Adam kesalahan yang telah dilakukan melaporkannya ke pimpinan selama ini sebagai Komandan. Delegasi Indonesia yang membuat Sudarto menyadari akan pandangan Sudarto diskors dari prajurit. dirinya yang bukan prajurit. Timbul Nasionalisme Adam bersifat kesadaran Sudarto untuk tetap. Adam memiliki prinsip melanjutkan perjuangan, sesuai berjuang untuk Negara, sedangkan dengan perkataan Adam sebelum Sudarto belum memahami apa yang meninggal. Kesadaran Sudarto dilakukan sebagai prajurit. Adam merubah sikap Sudarto untuk lebih memiliki keluarga, istri dan anak memperhatikan pasukannya. yang mencintainya. Adam adalah Ideologi nasionalisme pada diri sosok laki-laki pejuang yang Sudarto mengalami perubahan. mendahulukan kepentingan bangsa Awalnya, Sudarto masih dengan sifat dan prinsipnya yang kebingungan dalam mencari jati tegas. Adam menyadari revolusi dirinya sebagai seorang prajurit. yang dilakukan. Adam memiliki Setelah sahabatnya Adam meninggal prinsip bahwa apa yang dilakukan dunia, Sudarto mulai menyadari adalah kewajiban untuk membela ideologi nasionalisme dirinya Negara. Sikap Adam saat berjuang sebagai prajurit. Sikap Sudarto yang lebih mengutamakan tugas dan telah timbul rasa nasionalismenya tanggung jawab sebagai prajurit. meminta Delegasi Indonesia untuk Adam memiliki nasionalisme memberi kesempatan menjadi tinggi. Adam menyadari sebagai Komandan Batalion lagi. Akan tetapi anggota masyarakat yang bangsanya pimpinanya tidak memberi mengalami tekan-tekanan jajahan kesempatan, karena pimpinan dari bangsa Belanda dan bangsa menilai Sudarto melakukan perilaku sendiri (DII), sehingga Adam yang tidak baik. Ia lebih berusaha untuk melakukan sesuatu mementingkan kepentingan dirinya agar kemerdekaan tetap dimiliki oleh sendiri dekat dengan wanita-wanita bangsanya. Adam melakukan yang disukai. perbuatan-perbuatan yang dapat membebaskan Negara dari jajahan

385

[REPRESENTASI SIKAP NASIONALISME DALAM SINEMA INDONESIA (Studi Peran Komunikasi Massa Modern Film “Darah dan Doa”)] Henricus Hans

bangsa lain atau bangsa sendiri yang dan jujur pada khayalak umum. berbeda dengan tujuan membentuk Jujur pada diri sendiri dalam arti Negara kesatuan republik Indonesia. bahwa ia akan membela Sebagai prajurit Adam bangsanya dengan cara apapun menyadari akan tanggung jawabnya sesuai dengan kemampuannya. dalam membela Negara. Adam 2. Pengorbanan, keistimewaan memiliki mental prajurit yang benar- terbesar para pejuang dalam benar bertanggung jawab atas memperoleh dan mempertahankan keprajuritan yang dimilikinya. Adam kemerderkaan pada masa revolusi selalu taat menjalankan kebijakan- adalah pengorbanan. Pengorbanan kebijakan Negara. Adam sudah adalah pengorbaran nyawa demi memahami nasionalisme yang kemerdekaan bangsa dan negara dimilikinya sebagai seorang prajurit Indonesia. Seorang pahlawan yang taat pada kebijakan aturan dapat mengesampingkan ego, negara dan menjalankan tanggung kepentingan pribadinya sendiri jawabnya sebagai seorang prajurit demi kepentingan masyarakat dan dilakukan dengan penuh kesadaran. bangsa.

2. Representasi Nasionalisme Film Tema “Segala kejujuran telah Darah Dan Doa (Darah Dan mengorbankan jiwa dan raga” Doa) berdasarkan pada pada awal cerita, Representasi nasionalisme film dibuka dengan suara seorang terdapat pada tema nasionalisme narator, “Ini adalah kisah perjalan Darah dan doa yaitu “dengan segala pasukan Tentara Nasional Indonesia. kejujuran telah mengorbankan jiwa Juga kisah perjalan hidup manusia dan raga”. Tema tersebut dipilih dalam revolusi. Kisah dimulai dengan alasannya berdasarkan tentang darah, dan air mata. Cerita pendapat Miftahuddin (2011:4). tentang harapan dan doa yang tidak Beberapa sifat yang menggambarkan putus-putusnya”. Kutipan tersebut nasionalisme pada masa revolusi, menunjukkan tujuan sutradara dalam antara lain pengobarnan dan membuat film Darah dan doa yang kejujuran. untuk mengunkapkan perjalanan 1. Kejujuran, suatu bentuk hidup manusia dalam revolusi kepahlawanan yang lain adalah mengorbankan jiwa dan raga. Pada kejujuran, yang banyak dianggap kalimat cerita tentang harapan dan kecil namun memiliki arti yang doa merupakan realitas gambaran sungguh besar bagi kelangsungan manusia dalam kehidupannya untuk hidup bangsa dan negara. bersikap jujur. Pahlawan adalah manusia yang Dari tema tersebut, selanjutnya jujur, jujur pada dirinya sendiri direpresentasikan melalui sikap,

386

Semiotika, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015

percakapan, dan perilaku yang Perjalanan panjang prajurit dimiliki dua tokoh utama yaitu Kodam III Siliwangi dari Yogyakarta Sudarto dan Adam. Acuan sikap kembali ke Jawa Barat merupakan dipergunakan dengan alasan, bahwa awal dimulai kisah perjuangan para manusia sebagai pribadi memiliki prajurit untuk melakukan perjalanan perbedaan sikap yang berbeda. panjang. Di awal film Darah dan Setiap individu memiliki sifat dan doa, sutradara menayangkan suara kepentingan yang berbeda narator mempengaruhi terjadinya sikap, “Ini adalah kisah perjalanan termasuk dalam pandangan tentang sepasukan Tentara Nasional nasionalime. Pandangan nasionalime Indonesia,juga kisah perjuangan manusia dalam kisah revolusi.ada yang berbeda pada individu dapat dua teman seperjuangan, kedua- diketahui oleh orang lain melalui duanya perwira, yang satu Kepala perkataan dan ucapan. Perkataan Batalion yang satunya Kepala sebagai hasil pemikiran individu stafnya yaitu Sudarto dan Adam, yang diutarakan kepada individu yang mengalami peristiwa yang lain. Pemikiran dan perkataan paling menyedihkan bangsa diwujudkan oleh individu dengan Indonesia selama revolusi 5 tahun, peristiwa Madiun September 1948. perilaku. Demikianlah dimulai kisah ini cerita a. Perjuangan Melawan Penjajah tentang darah dan air mata, tetapi Film Darah dan doa merupakan juga cerita tentang harapan dan doa, film yang mengisahkan perjuangan yang tiada putus-putusnya.” prajurit Kodam III Siliwangi. Ratmanto. (2012:4) menjelaskan Awal film sutradara bahwa prajurit Kodam III Siliwangi memberikan prolog melalui suara merupakan pasukan yang lengkap narator sebelum masuk ke cerita film persenjataannya, disiplin, dan dengan dua tokoha utamanya yaitu modern sehingga menjadi pasukan Sudarto dan Adam. Sudarto sebagai tetap yang menjadi andalan dan Kepala Batalion dan Adam sebagai kebanggaan bangsa Indonesia. Kepala stafnya. Di film tersebut dua Dalam berbagai penugasan, prajurit dikisahkan bahwa Sudarto dan Adam Kodam III Siliwangi berhasil adalah sahabat. Diceritakan oleh menunjukkan jati dirinya sebagai narator bahwa film Darah dan doa "prajurit pejuang", sekaligus "tentara bukan hanya film yang menceritakan rakyat". Di sepanjang rentang tentang revolusi, tentang darah dan pengabdiannya, prajurit Siliwangi air mata, melainkan juga tentang membuktikan diri sebagai tentara harapan-harapan sebagai naba orang yang lahir, tumbuh, dan berjuang hidup di masyarakat yang penuh bersama rakyat. harapan dan doa.

387

[REPRESENTASI SIKAP NASIONALISME DALAM SINEMA INDONESIA (Studi Peran Komunikasi Massa Modern Film “Darah dan Doa”)] Henricus Hans

Pada layar tertulis kalimat 18 yang suci ini neraka bagi segala Desember 1948, kemudian narator penjajah dan penindas.” mengantar cerita: “Bagi banyak Perjalanan panjang yang orang, aksi militer Belanda datang dikenal dengan Darah dan doa pada sebagai suatu pembebasan, begitu awal keberangkatan dari Candi juga pada Sudarto.” Pada tayangan Borobudur. Pasukan bergerak dengan film terlihat pasukan –pasukan berjalan kaki sambil membawa tentara Indionesia berlari-lari sambil senjata, ada yang dibawa dengan membawa senapan. Antara tentara tangan kanan, di panggul, atau Belanda dengan pasukan Indnesia membawa barang lainnya yang terjadi tempat menembak, banyak diperlukan dalam peperangan. asap dari ujung senjata dan suara tembakan berkli-kali. Di dalam film tidak tampak tentara Belanda, tetapi penonton dapat memahami peperangan yang dilakukan oleh pasukan Indonesia melawan Belanda melalui perkatan narator “Bagi banyak orang, aksi militer Belanda datang”. Selanjutnya dikisahkan tentang perjalanan pasukan Indonesia Gambar 3: Menit 00.14.34 menerukan perjalanan ke Jawa Barat. Perjalanan Prajurit Kembali Pasukan berhenti di Ujung Galuh, ke Jawa Barat kemudian meneruskan perjalanan melalui kali Serayu, mendaki gunung Gambar 3 menunjukkan Slamet, dan ke menuju ke Bumi Ayu, keadaan para pasukan tentara dengan dan bergerak ke Tasik Malaya. keadaan yang lusuh, pakaian tidak Kembali narator menceritakan seragam, ada anggota yang keadannya di film. mengenakan celana panjang, ada “Demikianlah, dimulai perjalanan juga celana pendek, pakai kaos tentara yang beriwayat itu yang Perjuangan untuk kembali ke Jawa kemudian terkenal dengan Darah Barat telah mulai. Perjalanan panjang dan doa, Perjalanan Jauh. Memang. Jauh, karena jarak yang harus yang melelahkan karena tidak adanya ditempuh. Jauh, karena tak ada transportasi. Pasukan terlihat dengan ketentuan apa yang akan menimpa tegap berjalan sambil memanggul diri, hari ini, besok, atau dimasa senjata, meskipun penderitaan depan. Berkilometer panjangnya menderita fisik karena kelelahan barisan yang tak bernama ini. berjalan kaki. Berangkat dengan satu keyakinan. memenuhi tugas, menjadikan tanah

388

Semiotika, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015

Prajurit dan rakyat yang Kisah serangan sangat dahsyat memiliki nasionalisme bersama-sama yang menimbulkan banyak korban mengangkat senjata melawan dari pasukan Adam dan Soedarto. penjajah. Dalam perjalanan melawan Pada serangan tersebut, Suster penjajah, penderitaan psikis dan fisik Widya gugur. Sudarto merasakan ditemui oleh prajurit dan rakyat. kesedihan atas meninggal Widya, Penderitaan psikis tidak hanya wanita yang dicintainya. Seperti meninggalkan keluarga, tetapi juga pada gambar berikut ini. keadaan psikis dalam diri yang selalu dikuti oleh rasa kecemasan saat bertemu dengan penajajah atau adanya tekanan untuk menahan lapar saat berjuang. Selain itu penderitaan fisik dengan tubuh yang lelah prajurit dan rakyat melakukan perjalanan jauh dengan berjalan kaki. Prajurit dan rakyat mengabaikan penderitaan psikis dan fisik untuk membela bangsa menunjukkan sikap Gambar 4 : Menit ke 01.45.28 nasionalisme yang tinggi. Ekspresi Wajah Sudarto di Depan Widya Di dalam membela negara, yang sudah Meninggal selaras dengan berbagai macam Kesedihan Sudarto terlihat pengorbanan harta maupun nyawa. pada gambar 40, Sudarto berda di Hal tersebut dapat diketahui melalui sisi jenasah Widya yang dibaringkan gambaran dalam film Darah dan tempat tidur. Wajah Sudarto Doa. Pengorbanan nyawa dalam menunduk, mata tertuju pada wajah membela negara ditemui pada tokoh Widya, tangan Sudarto mengelus Adam. Di tengah perjalanan, Sudarto kepala Widya menunjukkan rasa dan pasukannya diserang oleh sayangnya Sudarto kepada Widya Belanda, sehingga terjadi yang sudah meninggal. Sudarto pertempuran yang hebat antara merasa kehilangan Widya. Hal ini parjurit TNI dengan pasukan juga terjadi pada Sudarto saat Belanda. Dalam pertempuran Sudarto mendampingi sabahabatnya tersebut, banyak anggota pasukan Adam yang akan meninggal dunia, Sudarto yang meninggal dan luka dengan lika parah Adam berusaha berat, termasuk Widia. Wanita yang berbicara kepada Sudarto. disayangi Sudarto mengalami luka berat dan meninggal dunia. Adam meninggal dalam nasioanlisme yang tinggi.

389

[REPRESENTASI SIKAP NASIONALISME DALAM SINEMA INDONESIA (Studi Peran Komunikasi Massa Modern Film “Darah dan Doa”)] Henricus Hans

Ekspresi wajah Adam merupakan ekspresi kesungguhan Adam agar sahabatnya Sudarto merubah sikap. Adam sebelum meninggal mengucapkan kata-kata “Teruskan perjuangan” kepada Sudarto dengan suara terbata-bata, mulut terlihat terbuka sedikit, Adam menahan rasa sakit terlihat dari

Gambar 5 : Menit ke 22.50.52 caranya menahan sakit dengan Ekspresi Wajah Adam Sebelum menutup mata. Sementara Sudarto Meninggal Dunia dalam Perang memperhatikan perkataan Adam dengan serius, terlihat dari belakang Meski sempat dirawat, wajah Sudarto menatap Adam sambil Kapten Adam akhirnya meninggal. tanggan kanan Sudarto memegangi Sebelum meninggal, Adam tangan Adam. menyampaikan penyesalannya pada Soedarto karena telah mengirim b. Perjuangan Batin laporan pada komando pusat di 1) Antara Perjuangan dengan Cinta Yogyakarta tentang kegelisahan para Film ini lebih difokuskan pada prajurit selama ini atas hubungan kisah Kapten Sudarto yang asmara Sudarto. Di sisi lain, dilukiskan bukan sebagai pahlawan nasionalisme tinggi pada diri Adam tetapi sebagai manusia biasa. isi dapat diketahui melalui pesan manusiawi kisahnya terfokus pada terakhir Adam kepada Sudarto, karakter Sudarto ketika dalam situasi “Lanjutkan perjuangan…………….” dan kondisi serba genting, Sudarto Dua kata yang diucapkan oleh Adam justru disibukkan dengan urusan kepada Sudarto mempunyai makna pribadinya. besar sehubungan dengan Sudarto dalam film nasionalisme yang dimiliki Adam. dikisahkan berhubungan asmara Perkataan Adam tersebut mempunyai dengan dua orang gadis. Pertama maksud agar Sudarto dapat merubah Sudarto mencintai Indo -Jerman yang sikap dan meninggalkan kepentingan yang bernama Conny ketika pribadinya yang menjalin hubungan batalionnya berada di Sarangan dengan wanita saat berjuang. selepas menumpas pemberontakan Maksud lainnya agar Sudarto komunis di Madiun 1948. Meskipun memiliki nasionalisme tinggi, Sudarto sudah memiliki istri, Sudarto sehingga dapat melaksanakan mencintainya wanita lain. Sisi baik kewajibannya sebagai prajurit dan Sudarto terlihat saat Sudarto melanjutkan perjuangan dalam membela bangsa.

390

Semiotika, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015

mengatakan dengan sejujurnya pemahaman bahwa keduanya keadaan dirinya yang sudah beristri. merasakan kesedihan yang sama. Wanita kedua saat Sudarto Ada Conny, aku sudah punya istri. berjuang adalah Widya, seorang Kau cinta padanya? perawat. Sudarto seorang laki-laki Barangkali dulu, mula- mula………….cinta kami adalah yang tidak ingin dirinya tenggelam cinta yang nya dengan mendadak. dalam kesedihan karena perempuan. Barangkali ……….kami tidak jadi Oleh sebab itu, setelah berpisah kawin………..aku masih cinta dengan Conny dan ada perempuan padanya………. Dia ingin bebas, aku lain yang membuat dirinya tertarik, juga. maka Sudarto berusaha mendekati.

Dalam perjuangan, Sudarto dan Saat mengatakan ucapannya Widya menjalin hubungan cinta. tersebut terlihat ekspresi kesedihan Salah satu contoh jalinan cinta antara wajah Sudarto pada gambar 6. Sudarto dan Widya dapat dilihat dari

perilaku keduanya pada gambar 7.

Gambar 6: Menit Ke 00.12.40 Percakapan Sudarto dengan Conny Gambar 7 : Menit Ke 00.40.24 Gambar 8 menunjukkan Kemesaraan Sudarto dengan Widya perilaku Sudarto saat berhadapan dengan Conny. Wajah Sudarto Perilaku Sudarto yang terlihat sendu dapat dilihat dari menjalin hubungan dengan dua matanya yang melihat ke bawah dan wanita membuat Adam kurang suka mulut tertutp. Sementara Conny yang karena membuat suasana tidak juga merasakan sedih berpisah kondusif, perilaku Sudarto saat dengan Sudarto terlihat pada berjuang menjalin hubungan dengan perilakunya yang sama dengan dua gadis menjadi gunjingan anak Sudarto. Wajah Conny menunduk buahnya. dengan pandangan ke bawah. Bagi Adam hubungan Perilaku kedua tokoh yang komandannya itu bisa rusak disiplin menunduk tersebut memberikan pasukannya, maka harus diputuskan. Kedua, konflik Sudarto dengan

391

[REPRESENTASI SIKAP NASIONALISME DALAM SINEMA INDONESIA (Studi Peran Komunikasi Massa Modern Film “Darah dan Doa”)] Henricus Hans

kepala stafnya lagi-lagi dengan cinta Sudarto kepada Widia dianggap wanita. Dalam perjalanan panjang telah melalaikan tanggung Jawab. (long march) kembali ke Jawa Barat, Keadaan ini membuat Sudarto berkenalan dengan juru Sudarto kurang mampu memahami rawat Widya. Sekali lagi mereka nasionalisme dirinya sebagai saling jatuh cinta, dan sekali lagi Komandan prajurit di masa revolusi. Adam menentangnya. Malang bagi Sudarto tidak mampu menentukan Sudarto dan Widya berpisah dengan tujuan nasionalisme. Sudarto pasukannya setelah di sergap oleh menyadari bahwa dirinya bukan pasukan DI/TII (/Tentara prajurit yang sebenarnya. Hal Islam Indonesia). tersebut ada dalam diri Sudarto Perilaku Sudarto yang karena masa lalu dan pengalaman mencintai dua gadis saat berjuang yang dialami Sudarto dalam diutarakan oleh Adan. kehidupan rumah tangga dengan “Aku sendiri tak enak tentang istrinya kurang harmonis. omongan anak-anak tentang Bung Ketidakharmonisan rumah tangga dengan gadis Jerman itu”, kata Sudarto dapat dipahami melalui Adam. tayangan pada saat Sudarto di Pada saat pertengkaran penjara, istrinya tidak menjenguk dengan sahabatnya soal hubungan dan tidak ada satupun tayangan istri Soedarto dengan Widya, Adam Sudarto dalam film. Pemikiran- mengatakan. pemikiran Sudarto tersebut “Sebagai (Kapten) Soedarto, aku berhubungan dengan tujuan yang tidak peduli dengan apa yang kau akan dicapai oleh Sudarto lakukan. Tapi sebagai sahabat, aku sehubungan dengan wajib mengingatkan engkau”. nasionalismenya. Jiwa Sudarto yang terbelah Sudarto sebagai pribadi yang antara berjuang dan cinta, memiliki ego tinggi dan kurang dikarenakan ketertarikan Sudarto memiliki rasa solidaritas berdampak terhadap gadis Jerman menunjukkan pada strategi nasionalimenya. Aspek bahwa Sudarto kurang memiliki rasa strategik nasionalisme berhubungan nasionalisme. Usmar Ismail dalam dengan kepribadian pada unsur film menunjukkan kebebasan superego. Strategi nasionalisme manusia dapat mencintai siapa saja. Sudarto mengalami perubahan Akan tetapi, perilaku Sudarto yang sehubungan dengan superego yang mencintai wanita bangsa Jerman dimilikinya. Sudarto akhirnya ditengah masa revolusi dianggap mampu membedakan perilaku buruk sebagai pengkianat bangsa, karena dan baik yang harus dilakukan, mencintgai bangsa lain. Sementara sehingga nasionalisme yang dialami Sudarto mengalami perubahan.

392

Semiotika, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015

Perilaku nasionalisme Sudarto Film The Long Mach berubah setelah Sudarto menyadari menceritakan terjadinya perjuangan tanggung jawabnya sebagai melawan bangsa sendiri dalam hal Komandan prajurit untuk ini adalah melawan DI/TII mempertahankan kemerdekaan. Kartosuwiryo. Darul Islam (DI) Perubahan sikap nasionalisme dipimpin oleh Sekarmadji Maridja pada Sudarto dapat dipahami Kartosuwiryo merupakan tokoh mengingat film Darah dan Doa DI/TII di daerah Jawa Barat. menceritakan keadaan Indonesia di Semenjak masa perjuangan Bangsa tahun 1948, mengungkapkan Indonesia melawan Belanda S.M peristiwa perjuangan Indonesia Kartosuwirayo telah mempunyai setelah merdeka. Saat semangat cita-cita untuk mendirikan Negara nasional yang kuat seluruh rakyat Islam Indonesia. Namun, cita-cita Indonesia untuk mempertahankan tersebut tidak terlaksana, kemerdekaan agar tidak dijajah dikarenakan tidak mendapat bangsa lain dan adanya kudeta yang dukungan secara penuh dari rakyat menimbulkan perang saudara. jawa Barat. Di/TII sendiri didirikan Keinginan kuat akan solidaritas oleh S.M Kartoswiryo setelah adanya nasional sehubungan dengan Perjanjian Renville pada tanggal, 8 terwujudnya kekuatan yang ada Desember 1947. Dimana, saat itu untuk meningkatkan stabilitas dalam TNI harus meninggalkan wilayah negeri namun juga dimilisikan ke Jawa Barat dan Hijrah ke Jawa arah praktek saling kompromi dan Tengah, namun,S.M Kartosuwiryo penyesuaian kepentingan- memutuskan memimpin pasukan kepentingan bersaing yang perlu Hizbullah dan Sabilillah tetap tinggal untuk mengembangkan pemerintahan di tempat.Akhirnya ia membentuk demokratis. gerakan Darul Isalam (DI0 dan seluruh pasukannya dijdikan Tentara 2) Derita Melawan Penjajah dan Islam Indonesia(TII). Markas besar Bangsa Sendiri Kartosuwiryo berada di Cepu. Pada Film Darah dan doa tidak saat itulah keinginan untuk hanya menceritakan perjuangan mendirikan Negara Islam Indonesia bangsa Indonesia dengan penjajah, di kumandangkan. Tepatnya pada tetapi juga menceritakan tentang tanggal 7Agustus 1949 di Desa perjuangan prajurit dengan bangsa CIsayong Jawa Barat. Negara Islam sendiri. Di dalam film Darah dan Indonesia berbentuk Republik atau Doa diceritakan tentang penderitaan Jumhuriyah dengan Imam rakyat bersama-sama dengan parjurit Kartosueiryo sebagai kepala negara. saat melakukan perjuangan membela Kembaliya pasukan TNI dari negara. Yogyakarta menjadi ancaman bagi

393

[REPRESENTASI SIKAP NASIONALISME DALAM SINEMA INDONESIA (Studi Peran Komunikasi Massa Modern Film “Darah dan Doa”)] Henricus Hans

kelangsungan cita-cita Kartosuwiryo. suster itu yang tidak disukai oleh Oleh karena itu pasukan TNI yang para prajurit. sedang melakukan long march harus dihancurkan agar tidak memasuki daerah Jawa Barat. Terjadilah bentrokan antara pasukan DI/TII dengan TNI. Dalam cerita dikisahkan saat Sudarto dan pasukannya beristirahat di rumah penduduk, pada malam harinya warga kampung menyerbu Gambar 8: Menit Ke 00.55.54 ke rumah-rumah dimana para prajurit Eskpresi Wajah Sumbara Karta Setelah sedang istirahat. Adam dan Soedarto Melaksanakan Tugas Menembak baru menyadari bahwa mereka Orangtuanya Sendiri sebagai diserang oleh Darul Islam. Pada saat Anggota DI.TII yang sama, batalyon yang dipimpin Adam dan Soedarto sampai di Gambar 8 terlihat ekspresi sebuah kampung. Pada malam kesedihan Sumbara Karta yang harinya warga kampung menyerbu mendapat perintah dari Sudarto ke rumah-rumah dimana para prajurit untuk membunuh pemberontah yaitu sedang istirahat. Adam dan Soedarto ayah Sumbara Karta sendiri. baru menyadari bahwa mereka Sumbara Karta, digambarkan ia diserang oleh Darul Islam. Dari seorang prajurit yang patuh kepada pertempuran singkat itu, para perintah atasan. Sumbara Karta baru pemberontak DI berhasil mendapatkan kelahiran bayi dari dilumpuhkan. Salah seorang istrinya yang kemudian meninggal pemimpin ditangkap dan langsung dunia karena sakit. Lalu, ia disidang yang dipimpin oleh Kapten menghadapi cobaan yang lebih besar Soedarto. saat diperintahkan untuk menembak Sidang memutuskan untuk seorang terhukum, yaitu ayahnya mengeksekusi mati, dengan sendiri. ditembak. Prajurit yang diperintah Usmar menghadirkan untuk mengeksekusi adalah Sersan otentisitas pertarungan ideologi Sumbara Karta. Orang yang akan (seorang terhukum yang beda dieksekusi mati itu adalah ayah ideologi) Indonesia tidak selalu Sersan Sumbara Karta, baru dengan entitas masyarakat saling diketahui Kapten Soedarto dari berseberangan, atau sebuah konflik Widya, saat ia berdebat dengan yang memiliki wilayah sosial yang Adam tentang hubungannya dengan jelas.

394

Semiotika, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015

KESIMPULAN film pada peristiwa yang dialami Representasi nasionalisme tokoh film dalam perjuangan dalam film Darah dan Doa dengan melawan penjajah dan perjuangan menggunakan analisis semiologi batin (antara perjuangan dengan cinta Metz, melalui analisis peran dan derita melawan penjajah dan komunikasi diperoleh kesimpulan bangsa sendiri). Dari pertitiwa sebagai berikut: tersebut membentuk tema yaitu Film Darah dan Doa atau dengan segala kejujuran telah Darah dan doa merupakan salah satu mengorbankan jiwa dan raga film yang dibuat pada tahun 1950 merupakan realitas gambaran dengan sutradara Usmar Ismail dan manusia dalam kehidupannya untuk penulis skenario Sitor Situmorang. bersikap jujur dan mau berkorban Film Darah dan doa menceritakan jiwa dan raga untuk negara. Sikap perjuangan tentara Indonesia jujur perlu dimiliki oleh setiap orang bersama rakyat, khususnya Prajurit yang tinggal di negara terjajah, Kodam III Siliwangi untuk sehingga saat melakukan mempertahankan kemerdekaaan pengorbanan dapat dilakukan dengan setelah Indonesia merdeka terjadi rasa keikhlasan untuk membela pada tahun 1948, saat terjadinya negara. Keikhlasan untuk agresi Belanda ke-II. mengorbankan jiwa dan raga Dari film tersebut dapat membuat prajurit dan rakyat diketahui bentuk nasionalisme film mengalami penderitaan psikis dan Darah dan doa berbentuk fisik. Penderitaan psikis yang dialami nasionalisme rasial-republikan yaitu prajurit berupa kesedihan peneguhan atas prinsip dan identitas meninggalkan keluarga, kekasih, dan bangsa untuk lepas dari penjajahan kawan. Penderitaan psikis lainnya bangsa lain. Nasionalisme sebagai yaitu rasa kecemasan saat bertemu gerakan politik untuk dengan musuh. Penderitaan psikis memperjuangkan dan yang paling berat saat bertempur mempertahankan kemerdekaan. melawan bangsa sendiri yang Alasannya. nasionalisme rasianl, berbeda tujuan dalam karena pada film Darah dan Doa memperjuangkan kemerdekaan, merupakan gambaran perjuangan sebab bertempur melawan bangsa bangsa Indonesia dalam sendiri memungkinkan prajurit mempertahankan kemerdekaan dari membunuh orangtua atau kawan. bangsa lain yang ingin menjajah Penderitaaan fisikpun juga dialami Indonesia kembali, setelah Indonesia oleh prajurit dan rakyat dengan merdeka pada tahun 1948. menahan lapar saat berjuang sampai Nasionalisme rasial ini dapat mengorbankan nyawa. diketahui melalui adegan-adegan

395

[REPRESENTASI SIKAP NASIONALISME DALAM SINEMA INDONESIA (Studi Peran Komunikasi Massa Modern Film “Darah dan Doa”)] Henricus Hans

Prajurit melakukan and Cultural Studies, The pengorbanan jiwa dan raga dengan Quality Assurance Agency for kejujuran dan keikhlasan merupakan Higher Education. Alex Sobur, 2006, Analisis Teks wujud nasionalisme pada negara. Media, Remaja Rosdakarya, Bentuk nasonalisme yang digunakan . oleh prajurit Indonesia melawan Alexa Milan, 2010, Modern penjajah dan bangsa sendiri Portrayals of Journalism in merupakan nasionalisme budaya, Film The Elon Journal of yaitu nasionalisme dimana negara Undergraduate Research in memperoleh kebenaran politik dari Communications, Vol. 1, No. 1. Hal. 45-61. budaya secara bersama-sama. Sikap Anwar Efendi, 2008, Potret Generasi nasionalis untuk mencapai cita-cita Pascanasional dalam Novel dalam mempertahankan negara, Burung-Burung Rantau Karya sehingga identitas sebagai bangsa Y.B. Mangunwijaya, Jurnal yang telah merdeka diakui oleh Ibda, Vol. 6. No. 1. Hal. 27- negara lain. 41. Film Darah dan doa Chris Barker, 2007, Cultural Studies Theory and Practice, SAGE merupakan sarana media modern Publications Ltd, London. dalam komunikasi yang difungsikan untuk memprogandakan Christian Metz, 2007, nasionalisme. Alasannya, karena Psychoanalysis and Cinema, kehadiran film sebagai media The Imaginary Signifier, komunikasi terefektif dalam London. Christian Metz, 2006, Film language menyampaikan pendidikan A Semiotics of the Cinema, The nasionalisme kepada masyarakat. University of Chicago Press. Film Darah dan doa mewakili Fajar Junaedi. 2007. “Membaca semangat nasionalisme jaman pada Indonesia dari Film dan masa tahun 1948 untuk Sinema Indonesia”, Jurnal mempertahankan kemerdekaan. Dimensia, Vol. 1. No.1. Hal. Tujuan pada dua film tersebut untuk 4-15. Hans J. Wulff Mitteilen and membangkitkan kembali Darstellen, 2005, Elemente nasionalisme rakyat Indonesia yang einer Pragmasemiotik des mulai memudar. Films, Artikel erschien zuerst als Einleitung des Buches: Mitteilen und Darstellen: DAFTAR PUSTAKA Elemente einer

Pragmasemiotik des Films. Aan Ratmanto, 2012, Pasukan Tübingen, Narr. siliwangi, Mata Padi Pressindo, Miftahuddin, 2011, Nasionalisme Jogjakarta. Indonesia: Nasionalisme Adamsway dan Mansfield, 2008, Communication, Media, Film

396

Semiotika, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015

Pancasila, Jurnal Sosiologi, Vol. 14. No. 5. Hal. 1-12. Salim Said, 2006, Profil Dunia Film Indonesia, Pustaka Karya Grafikatama, . Sutarjo Adisusilo JR, 2010, Nasionalisme – Demokrasi – Civil Society, Jurnal Dimensia, Vol. 1. No. 1, Hal.1-14. Taufik Abdullah, 2007, “Perfilman Indonesia Masa Kini dan Nanti” dalam sebuah seminar, Kompas, hal. 33. Zoest, Van, 2006, Pengantar Semiotik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

397