Pengembangan pertanian Inovasi Pertanian wilayah perbatasan6(1), 2013: Nusa ...-... Tenggara ... (Dwi Priyanto dan Kusuma Diwyanto) 207

PENGEMBANGAN PERTANIAN WILAYAH PERBATASAN NUSA TENGGARA TIMUR DAN REPUBLIK DEMOKRASI LESTE

Agricultural Development in the Borderline Areas of and Democratic Republic of Timor Leste

Dwi Priyanto dan Kusuma Diwyanto

Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Jalan Raya Pajajaran Kav E-59, Bogor 16151 Telp. (0251) 8322185, 8328383 Faks. (0251) 8328382, e-mail: [email protected]; [email protected], [email protected]

Diajukan 23 September 2014; Disetujui 25 Oktober 2014

ABSTRAK approaches, including technical and technological, economic and socio-cultural, and political approach as well. Some primary Wilayah perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia problems faced by the borderline areas are physical and political isolation, backwardness, poverty and limited access to public (NKRI) dan Republik Demokrasi Timor Leste (RDTL) merupakan salah satu wilayah perbatasan yang memiliki services and information. Moreover, poor population distribution pertumbuhan ekonomi yang rendah, termasuk sektor pertanian. and low quality of human resources play important roles in efforts related to developing the areas. Agricultural development in the Guna mempercepat proses pembangunan pertanian diperlukan pendekatan yang terintegrasi dan komprehensif, meliputi aspek borderline as frontier areas should focus on upland agricultural teknis biofisik dan teknologi, ekonomi, sosial budaya, dan development emphasizing on rice, maize, soybean, ground nut, sweet potato, and livestock. All aimed to enhancing food politik. Masalah yang dihadapi wilayah perbatasan antara lain adalah keterisolasian, ketertinggalan, kemiskinan, serta keter- availability and security. A proposed recom-mended development batasan prasarana dan sarana pelayanan publik, terutama model covers the following strategies: (1) developing high quality food crop seed suitable for upland agriculture, (2) enhancing infrastruktur fisik dan kelembagaan. Selain itu, persebaran penduduk yang tidak merata dan kualitas sumber daya manusia proper utilization of watershed areas, (3) introduction of yang rendah juga menghambat pembangunan wilayah secara appropriate animal raising technology, and (4) developing crop- livestock development system. To achieve such goals, the necessary terintegrasi. Pengembangan pertanian di wilayah perbatasan NKRI-RDTL (Kabupaten Belu) difokuskan pada pengembangan supports include: (1) the availability of tractors, (2) the availability pertanian lahan kering dengan komoditas padi, jagung, kedelai, of water pumps to improve the management of watershed areas, (3) enhancing extension activity to increase the process of adoption kacang tanah, dan ubi jalar, serta peternakan untuk membangun kemandirian pangan. Rekomendasi alternatif model pengem- and implementation of new agricultural technologies, and (4) re- bangan difokuskan pada: (1) pengembangan bibit unggul tanaman activating and building market infrastructure to support local economy. pangan lahan kering, (2) pemanfaatan daerah aliran sungai (DAS) secara terarah dan berkelanjutan, (3) introduksi inovasi Keywords: Agricultural development, borderline areas, East Nusa teknologi usaha tani, serta (4) pengembangan peternakan Tenggara, Democratic Republic of Timor Leste terintegrasi dengan pola crop livestock system (CLS). Guna mencapai tujuan tersebut diperlukan dukungan berupa: (1) traktor pengolah lahan, (2) pompa air untuk pengembangan PENDAHULUAN kawasan DAS, (3) peningkatan sarana dan kegiatan penyuluhan teknologi usaha tani, dan (4) pengaktifan dan pembukaan pasar Wilayah perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk mendukung perdagangan masyarakat lokal. (NKRI), yang sering dikategorikan sebagai daerah Kata kunci: Pengembangan pertanian, wilayah perbatasan, Nusa Tenggara Timur, Republik Demokrasi Timor Leste tertinggal, mencakup kawasan sangat luas dengan potensi sumber daya alam yang belum dimanfaatkan secara optimal. Upaya pengembangan pertanian di wilayah ABSTRACT perbatasan dan daerah tertinggal menghadapi berbagai kendala yang saling terkait satu sama lain (Budianta 2010). Low economic growth and agricultural sector has been long shown Pendekatan parsial yang dilakukan di masa lalu hanya within the borderline areas between the Republic of Indonesia and berdampak di lokasi-lokasi tertentu dan pada ekosistem Democratic Republic of Timor Leste (NKRI-RDTL). Accelerating yang sesuai dengan komoditas yang dikembangkan. a process of development in such low and slow growth requires Berbagai kendala dalam upaya mempercepat pem- special and well-designed integrated and comprehensive 208 Pengembangan Inovasi Pertanian Vol. 7 No. 4 Desember 2014: 207-220 bangunan pertanian dan sektor terkait di kawasan dengan kondisi dan kendala alam dan lahan. Interaksi dan perbatasan antara lain keterbatasan infrastruktur, baik eksistensi kendala ekosistem akan menentukan peluang infrastruktur fisik maupun ekonomi (pasar dan lembaga komoditas yang layak dikembangkan di suatu sentra pemasaran), kondisi biofisik wilayah, dan pergesekan pengembangan. minor sosial-budaya (tribal friction). Lebih jauh lagi, Pengembangan komoditas pertanian di wilayah kebijakan pemerintah dan pertimbangan politik yang tidak perbatasan hendaknya diproyeksikan pada kegiatan dan berpihak merupakan tantangan terbesar. usaha yang mampu memberikan keuntungan ekonomi Percepatan pembangunan pertanian di wilayah tinggi, secara teknis efisien, tidak mencemari lingkungan, perbatasan, khususnya wilayah perbatasan yang berada dan toleran secara kultural. Kendala ekologi dapat diatasi di bagian Timur Indonesia, Nusa Tenggara Timur (NTT) – dengan penerapan kebijakan iptek yang dihasilkan Badan Republik Demokrasi Timur Leste (RDTL), harus dilakukan Litbang Pertanian secara tepat sasaran. Penerapan secara komprehensif, mencakup aspek teknis dan kebijakan iptek secara operasional hendaknya memilah teknologi, sosial-budaya, dan ekonomi. Ditinjau dari status masyarakat petani di kawasan perbatasan ke dalam tiga perekonomian, wilayah NTT memiliki keunggulan kategori, yaitu: (1) kelompok maju yang dicirikan oleh dibanding RDTL, yang ditunjukkan kemampuan memasok penguasaan iptek relatif tinggi, (2) kelompok maju dengan (ekspor) barang dan komoditas pertanian ke wilayah RDTL penguasaan iptek memadai, dan (3) kelompok relatif (Tjitroresmi 2011). Salah satu upaya yang dapat dilakukan tertinggal dengan tingkat penguasaan iptek rendah. ialah meningkatkan efisiensi penanaman modal untuk Pemilahan ini berkaitan dengan strategi pemanfaatan membangun dan membuka kawasan potensial, mobilisasi sumber daya lokal secara optimal. Pemilahan ini juga akan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia pelaku memudahkan implementasi strategi pendekatan kegiatan pertanian, dan penyebaran teknologi tepat guna peningkatan produksi dan produktivitas pertanian. yang lebih terjangkau. Pengembangan dan percepatan Makalah ini mengulas peluang pengembangan pembangunan pertanian harus mampu menciptakan dan pertanian di kawasan perbatasan, yang meliputi kajian meningkatkan partisipasi masyarakat dan kelembagaan kondisi eksisting pertanian wilayah perbatasan, identifikasi setempat, meningkatkan citra dan taraf hidup, serta permasalahan yang dihadapi, serta rekomendasi kebijakan menggugah semangat membangun guna meningkatkan yang diimplementasikan. Hal tersebut dilakukan untuk kesejahteraan masyarakat tani. mendukung pengembangan pertanian wilayah yang pada Dalam upaya membangun pertanian di kawasan akhirnya mampu mengangkat perekonomian masyarakat perbatasan yang memiliki keragaman biofisik dan sosial di wilayah perbatasan sehingga mampu bersaing dengan yang tinggi, diperlukan pendekatan yang tepat, berimbang, negara tetangga. dan terprogram (appropriate, well-balanced, and well- programmed). Keragaman biofisik kawasan perbatasan sesungguhnya merupakan potensi yang besar bila WILAYAH PERBATASAN NTT dimanfaatkan secara terarah dan optimal. Pembangunan pertanian kawasan perbatasan hendaknya bersifat lokal Kondisi Fisik spesifik dengan mengutamakan kesesuaian teknis-biofisik dan sosial-ekonomi (Budianta 2010). Potensi sumber Wilayah perbatasan NTT-RDTL terdapat di dua wilayah, daya alam yang besar memberikan berbagai alternatif yakni: (1) perbatasan langsung dengan RDTL (Kabupaten pilihan usaha pertanian dengan keuntungan komparatif Belu) dan (2) wilayah RDTL yang masuk ke wilayah NKRI sebagai berikut: (1) ketersediaan lahan yang luas dan relatif yang sampai saat ini masih bersifat status-quo, yang diapit subur untuk pengembangan komoditas bernilai tinggi; (2) oleh Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan (TTS), ketersediaan pasar dan tenaga kerja; (3) lokasi geografis dan Timor Tengah Utara (TTU), yang oleh Korem 161 yang strategis dalam posisi global; (4) perkembangan pasar Wirasakti yang terlibat langsung dalam penanganan dunia yang mengarah pada ekonomi pasar terbuka; serta perbatasan disebut wilayah unsurveyed (Gambar 1). (5) lingkungan usaha dan iklim investasi yang sesuai. Kabupaten Belu secara administratif meliputi sembilan Dari sisi komoditas, pembangunan pertanian diarahkan wilayah kecamatan (Tabel 1). Wilayah NKRI-RDTL dibatasi untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan oleh batas alam berupa sungai Malibaka. Delta yang masyarakat wilayah perbatasan. Pengembangan komoditas terbentuk di sungai tersebut merupakan area yang sangat pertanian dikonsentrasikan pada pusat atau sentra subur dan sering diperebutkan pengelolaannya oleh pertumbuhan kawasan yang memiliki keunggulan masyarakat perbatasan (Gambar 2). komparatif dan kompetitif. Pilihan dan pengembangan Garis perbatasan di Kabupaten Belu, NTT, yang komoditas sangat erat kaitannya dengan kondisi memisahkan NKRI dengan RDTL memanjang dari ekosistem wilayah pengembangan serta berasosiasi kuat Kecamatan Tasifeto Timur dan Kecamatan Raihat sampai Pengembangan pertanian wilayah perbatasan Nusa Tenggara ... (Dwi Priyanto dan Kusuma Diwyanto) 209

STATUS QUO

PERBATASAN DARAT

Gambar 1. Garis batas Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Republik Demokrasi Timor Leste di Provinsi Nusa Tenggara Timur (Kabupaten Belu dan Wilayah Status Quo), 2013.

Tabel 1. Kecamatan dan desa perbatasan di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur.

Kecamatan Desa perbatasan Keterangan

Kobalima Timur Alas Selatan, Alas Utara, Kotabiru, Alas LOKPRI 1 Tasifeto Timur Silawan, Tulakadi, Sadi, Sarabau, Takirin, Dafala Raihat Asumanu, Tohe, Maumutin Kota LOKPRI II Kaukuluk Mesak Fatuketi, Dualaus, Jenilu, Kenebibi Lamaknen Lamaksenulu, Makir, Mahuitas, Kewar, Maudemu LOKPRI III Lasiolat Laisolat, Maneikun, Baudaok, Fatulotu Lamaknen Selatan Henes, Lakmaras, Loonuna, Lutharato, Sisifatuberal, Debululik Tasifeto Barat Lookeu Nanaet Duabesi Fohoeka, Nanaenoe, Nanaet

LOKPRI = Lokasi Pengawasan Republik Indonesia

dengan Kecamatan Lamaknen Selatan. Kabupaten Belu yang kurang berpihak kepada pembangunan daerah terletak paling timur wilayah NTT. Posisinya sangat perbatasan; (2) kekurangan personil, anggaran, prasarana strategis karena berada pada persimpangan RDTL dengan dan sarana, dan kesejahteraan; (3) perdagangan lintas bagian Provinsi NTT serta pada titik silang antara batas illegal; 4) kekurangan akses terhadap media Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten TTU. Dalam komunikasi dan informasi dalam negeri; (5) secara politis tulisan ini dibahas wilayah yang berbatasan langsung terjadi proses pemudaran (degradasi) wawasan dengan RDTL, yakni Kabupaten Belu. kebangsaan; (6) di sektor ekonomi terjadi illegal logging Masalah umum yang dihadapi kawasan perbatasan dan illegal fishing oleh negara tetangga; serta (7) pada hierarki lokal antara lain adalah keterisolasian, koordinasi lintas sektoral dan lintas wilayah dalam keterbelakangan, kemiskinan, harga barang dan jasa penanganan wilayah perbatasan masih rendah. sangat tinggi, keterbatasan prasarana dan sarana Sebagai daerah yang relatif kurang subur, wilayah pelayanan publik (infrastruktur), kualitas SDM yang pada perbatasan di NTT juga dikembangkan sapi lokal. Namun, umumnya rendah, dan penyebaran penduduk yang tidak produktivitas ternak di wilayah perbatasan ini juga rendah, merata. Pada hierarki nasional, masalah yang terkait dengan seperti kondisi sapi di wilayah NTT pada umumnya. kawasan perbatasan meliputi: (1) kebijakan pemerintah Hasil penelitian Jelantik (2001) menunjukkan bahwa 210 Pengembangan Inovasi Pertanian Vol. 7 No. 4 Desember 2014: 207-220

RDTL

DAERAH ARAH ALIRAN SENGKETA SUNGAI KE ARAH RDTL

RI ARAH ALIRAN SUNGAI KE ARAH RI

Gambar 2. Batas alam wilayah NKRI-RDTL di Provinsi NTT berupa sungai Malibaka, di Kabupaten Belu, 2013.

produktivitas (turn over rate) ternak sapi di NTT hanya yang subur tersebut memicu keinginan mereka untuk 9,5%, artinya dari 10 ekor ternak yang dipelihara hanya meningkatkan kesejahteraan dengan memanfaatkan lahan satu ekor yang bisa dijual atau dipotong setiap tahunnya. subur tersebut (http://amillavtr.wordpress.com/2012). Jika rata-rata jumlah pemilikan ternak di Pulau Timor berkisar antara 3-4 ekor (3,2 ekor) per rumah tangga peternak (Jelantik 2006) maka seorang peternak hanya Sosial Budaya mampu menjual satu ekor ternak setiap 3 tahun. Rendahnya produkvitas merupakan faktor kunci yang menyebabkan Secara sosio-antropologis, masyarakat perbatasan NKRI- penurunan populasi dan mutu genetik ternak. Secara RDLT terikat oleh pertalian kekeluargaan dan etnis. Namun, umum, rendahnya produktivitas ternak sapi di NTT perjalanan sejarah menyebabkan kelompok masyarakat disebabkan oleh tiga faktor utama, yaitu penurunan angka tersebut terpisahkan secara politis. Integrasi Timor Timur kelahiran, tingginya angka kematian pedet, dan rendahnya ke pangkuan NKRI beberapa waktu yang lalu telah tingkat pertumbuhan ternak sapi (net growth rate). mendorong kelompok-kelompok etnis tersebut bersatu kembali, namun dalam sikap politik berbeda. Guna mengatasi kemungkinan pergesekan sosial, kedua Batas Wilayah Perbatasan negara bersepakat untuk membuat perbatasan baru berupa perbatasan provinsi. Dalam menentukan perbatasan Batas alam (sungai Malibaka) antara NKRI dan RDTL tersebut diperlukan pengaruh tokoh adat karena menurut memainkan peran penting dalam aspek geografis pendapat masyarakat, permasalahan perbatasan tersebut setempat. Pada musim hujan, sungai Malibaka selalu tidak dapat diselesaikan melalui hukum internasional, tetapi mengalami banjir dan sering kali mengikis bantaran sungai harus diselesaikan dengan pendekatan adat Timor karena sehingga dapat menyebakan perubahan atau pergeseran alasan etnis, bahasa, adat, dan asal-usul keluarga. batas alam kedua negara. Kondisi ini dapat, atau bahkan Dari sudut perilaku sosial, masyarakat perbatasan sudah, menimbulkan pergesekan sosial dan politis kedua NKRI-RDTL memiliki sikap dan perilaku keras dan negara. Lebih jauh lagi, pada tengah sungai tersebut emosional. Sikap demikian sedikit banyak berpengaruh terdapat lahan yang luasnya mencapai 42 ha. Lahan terhadap upaya pemerintah dalam peningkatan endapan tersebut sangat subur untuk area pertanian kesejahteraan dan pengurangan kemiskinan. Perilaku keras sehingga sering menjadi perebutan kelompok masyarakat dan emosional tersebut dalam beberapa kondisi dapat Indonesia dan Timor Leste di wilayah tersebut. menghambat proses pembangunan. Perilaku demikian Pergesekan sosial tersebut juga erat kaitannya dengan diperparah oleh kebiasaan berjudi dan minum minuman kondisi masyarakat perbatasan yang relatif terbelakang keras tradisional yang dapat menimbulkan dampak dan dan terbelenggu kemiskinan. Keberadaan lahan endapan perilaku sosial yang buruk. Seluruh kendala ini ditambah Pengembangan pertanian wilayah perbatasan Nusa Tenggara ... (Dwi Priyanto dan Kusuma Diwyanto) 211 dengan kehadiran warga baru eks-Timtim (warga Populasi penduduk Kabupaten Belu mencapai 254.676 pengungsi), yang sampai saat ini masih belum seluruhnya jiwa yang terdiri atas 83.275 kepala keluarga (KK) dengan dapat berbaur dengan warga setempat. Kondisi warga kepadatan 2.445 jiwa/km2. Komposisi penduduk pada pengungsi ini masih berada dalam taraf rendah, dan tahun 2010 memperlihatkan bahwa sebagian besar sebagian dari mereka belum memperoleh tempat tinggal (60,09%) penduduk usia kerja mempunyai pekerjaan utama yang layak maupun pekerjaan tetap. di sektor pertanian. Proporsi lainnya bekerja pada sektor sekunder 12,84% dan sektor tersier 27,07%. Dibandingkan dengan hasil sensus penduduk tahun 1990 dan 2000, yaitu Kegiatan Ekonomi penduduk yang bekerja di sektor pertanian masing-masing mencapai 68,28% dan 76,15%, terlihat bahwa selama lebih Masyarakat perbatasan NKRI-RDTL dapat melakukan dari dua dekade terakhir sangat sedikit terjadi peralihan perdagangan dengan memanfaatkan sarana transportasi atau migrasi tenaga kerja dari sektor primer ke sektor jalan tradisional (jalan tikus) yang menghubungkan kedua ekonomi modern. Keterlambatan proses migrasi tenaga negara. Pada umumnya jalan-jalan tikus tersebut kerja ke sektor modern sangat erat kaitannya dengan merupakan jalan setapak, atau sebagian sudah diaspal dan tingkat pendidikan pekerja. Data hasil Sakernas 2008 dapat dilalui kendaraan bermotor roda dua, dengan memperlihatkan bahwa 73,10% penduduk yang bekerja panjang sekitar 1-2 km dari permukiman setempat ke titik berpendidikan paling tinggi tamat sekolah dasar (SD). pertemuan kedua negara yang umumnya berupa pasar Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan kemam- mingguan. Kegiatan perdagangan tidak resmi tersebut puan untuk mengadopsi perkembangan teknologi produksi sangat merugikan wilayah Indonesia karena terjadinya maupun pikiran kreatif untuk menyeleksi aktivitas ekonomi penyelundupan BBM dan sembako, serta illegal logging yang lebih menguntungkan menjadi terbatas. di wilayah NKRI. Penyelundupan terjadi karena disparitas harga yang cukup tinggi. Harga sembako dan kebutuhan pokok di RDTL jauh lebih tinggi daripada di wilayah NKRI. Perekonomian dan Infrastruktur Dalam penyelundupan BBM sering kendaraan Timor Leste mengganti nomor Indonesia dan masuk ke wilayah Tingkat kehidupan dan perekonomian masyarakat Indonesia untuk membeli BBM dan diperdagangkan di perbatasan NKRI – RDTL tergolong rendah sampai sangat Timor Leste. Salah satu penyebab peningkatan rendah. Kegiatan ekonomi masih bersifat tradisional dan penyelundupan ialah lemahnya pengamanan di perbatasan jauh tertinggal dibanding kelompok masyarakat lain di luar kedua negara yang mengawasi lalu lintas orang dan barang wilayah perbatasan. Kondisi ekonomi yang rendah yang (http://www.infogue.com/viewstory/2010). didorong oleh tuntutan kebutuhan rumah tangga sering kali menjadi pemicu interaksi kegiatan sosial-ekonomi ilegal dengan masyarakat RDTL, seperti penyelundupan BBM Demografi dan Tenaga Kerja dan bahan pokok lain seperti beras dan bahan pangan lain. Kemiskinan juga menimbulkan ketergantungan Wilayah perbatasan NTT-RDTL (Kabupaten Belu) memiliki masyarakat pada bantuan sosial pemerintah, baik bantuan luas 2.445,57 km2 atau 5,16% dari luas wilayah Provinsi pangan pokok (beras) maupun bantuan lain yang dapat NTT. Topografi wilayah Kabupaten Belu berupa lahan datar sedikit membantu kehidupan mereka. berbukit hingga pegunungan dengan sungai-sungai yang Salah satu penyebab peningkatan kemiskinan ialah mengalir ke utara dan selatan mengikuti arah kemiringan tidak berfungsinya pasar perbatasan di beberapa lokasi. lereng (BPS Kabupaten Belu 2013). Sungai-sungai yang Pasar perbatasan yang dibangun pemerintah dimaksudkan mengalir dari bagian selatan bermuara di Selat Ombai dan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat dan Laut Timor. Dari 14 sungai yang bermuara di bagian utara, pendapatan keluarga serta mencegah penduduk memasuki yang banyak digunakan penduduk untuk pertanian ialah wilayah negara tetangga. Namun, kegiatan pasar Sungai Baukama, Malibaka, dan Talau. Wilayah datar perbatasan di Desa Maumutin Kecamatan Raihat dan di terletak di bagian selatan memanjang sampai ke tenggara Desa Silawan Kecamatan Tasifeto Timur telah dihentikan pada pesisir pantai Laut Timor dengan kemiringan kurang karena dianggap memicu konflik masyarakat perbatasan. dari 2%. Wilayah datar berombak sampai bergelombang Pasar perbatasan didirikan pada tahun 2003 dan berjalan dengan kemiringan 3-40% terdapat hampir merata di baik hingga 2004. Pasar ini merupakan pasar pangan pokok seluruh wilayah, mencapai 55,86% dari luas wilayah. (beras, jagung, kacang-kacangan, dan lain-lain) yang Wilayah pegunungan (>40%) terdapat di wilayah tengah dihasilkan oleh penduduk setempat, dan pasar barang ke arah timur dengan luas sekitar 17,40% (BPS Kabupaten konsumsi rumah tangga seperti pakaian dan bahan pakaian Belu 2013). serta peralatan dan kebutuhan rumah tangga. Pasar ini 212 Pengembangan Inovasi Pertanian Vol. 7 No. 4 Desember 2014: 207-220 relatif lengkap dan merupakan ajang berbelanja warga dan campuran tanah Mediteran, Renzina, dan Litosol RDTL karena di wilayah mereka tidak terdapat kegiatan tersebar di wilayah Malaka Tengah. ekonomi. Kegiatan pasar dihentikan pada tahun 2005 Kabupaten Belu memiliki suhu rata-rata 24-34°C, setelah pada tahun 2004 terjadi pergesekan yang beriklim tropis, umumnya berubah-ubah tiap setengah menimbulkan korban dari pihak penduduk RI. Bangunan tahun karena pergantian musim kemarau dan musim hujan kantor pasar yang dibangun pemerintah dan bangunan dengan musim kemarau yang lebih dominan. Musim hujan kios pasar yang dibangun dengan swadaya masyarakat sangat singkat, dimulai Januari sampai Mei. Curah hujan kini terlantar dan rusak parah. tertinggi 4.067 mm/tahun terdapat di Kecamatan Wewiku. Kondisi kerusakan seperti di atas terjadi pula pada pasar perbatasan di Desa Silawan. Pasar ini dibangun pada tahun 2010 dan tanpa diketahui penyebabnya menjadi Penggunaan Lahan terbengkalai dan rusak dimakan waktu. Indikator kemiskinan/kesejahteraan rumah tangga juga Penggunaan lahan di Kabupaten Belu terdiri atas lahan ditunjukkan oleh kualitas bangunan rumah tinggal. Di sawah 5%, lahan tegal dan perkebunan 17%, pekarangan Kabupaten Belu, bangunan rumah tidak permanen adalah 5%, ladang 8%, tanaman kayu-kayuan 6%, dan lainnya yang paling tinggi (62,50%), rumah semipermanen 26,38%, 59%. Masih banyak lahan yang belum dimanfaatkan yang sedangkan bangunan rumah permanen hanya 11,07%. umumnya berupa lahan bongkor (Gambar 3). Apabila Indikator kemiskinan juga ditunjukkan oleh status penggunaan lahan dirinci lebih lanjut, luas lahan sawah kesehatan masyarakat yang rendah. Dilihat dari kejadian hanya 12.461 ha (5,10%) dan didominasi oleh sawah tadah gizi kurang dan gizi buruk, secara umum masih banyak hujan, sedangkan sawah irigasi teknis hanya 1.494 ha. balita yang mengalami kondisi gizi kurang bahkan gizi Sebaliknya lahan kering sangat dominan yang mencapai buruk. Kondisi demikian menggambarkan bahwa di 232.996 ha (94,90%), yang didominasi lahan kering tidak Kabupaten Belu masih terjadi kasus kerawanan pangan digunakan 67.590 ha, tegal/kebun 39.493 ha, dan lahan yang berdampak terhadap kondisi balita dengan kondisi penggembalaan atau padang rumput 22.968 ha yang gizi buruk. Oleh karena itu, kondisi pangan perlu berpeluang untuk pengembangan peternakan. mendapatkan perhatian serius untuk menanggulangi kasus Kondisi tersebut di atas menggambarkan adanya rawan gizi di wilayah terkait. Program ketahanan pangan peluang pemanfaatan lahan kering untuk pengembangan dengan mengembangkan tanaman pangan perlu dilakukan pertanian. Lahan kering yang memiliki tingkat kesuburan untuk mencukupi kebutuhan gizi dan meningkatkan rendah sebagian besar digunakan untuk produksi berbagai kesehatan masyarakat, khususnya anak-anak balita yang komoditas pangan yakni jagung, kacang-kacangan, dan sangat rentan terhadap kondisi rawan gizi. Di sisi lain, ubi jalar (Dariah dan Las 2010). Lahan kering berpotensi keterbatasan curah hujan (lahan kering) berdampak untuk pengembangan padi gogo dengan produktivitas terhadap produktivitas dan produksi tanaman pangan. lebih dari 5 t/ha (Adimihardja et al. 2008). Hal tersebut Produksi tanaman pangan dan pola tanam yang tidak patut direkomendasikan untuk meningkatkan produksi tertata dengan baik menyebabkan produktivitas komoditas padi maupun tanaman pangan lain di wilayah perbatasan. pangan tidak optimal. Hal tersebut berpengaruh nyata Secara umum produksi dan produktivitas usaha tani terhadap ketersediaan pangan masyarakat. di Kabupaten Belu masih rendah. Faktor penyebabnya

POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN

Kondisi Tanah dan Iklim Wilayah Perbatasan

Tanah dan lahan di Kabupaten Belu dicirikan dengan tekstur sedang, dan sebagian kecil bertekstur tanah halus dan kasar. Jenis tanah yang ada seperti Aluvial dijumpai di dataran Besikama, sepanjang pantai selatan dan sedikit di utara. Pada umumnya jenis tanah ini sangat subur karena banyak mengandung unsur hara. Intensitas pelapukan di wilayah ini tidak begitu besar karena beriklim sedang. Tanah campuran Aluvial dan Litosol dijumpai di dataran Oeroki, Gambar 3. Penggunaan/pemanfaatan lahan di wilayah perbatasan Halilulik.Tanah Litosol tersebar merata di Kabupaten Belu, Kabupaten Belu, 2013. Pengembangan pertanian wilayah perbatasan Nusa Tenggara ... (Dwi Priyanto dan Kusuma Diwyanto) 213 ialah rendahnya curah hujan dan pendeknya periode bulan tahun), dan usaha peternakan sangat rendah hanya hujan, selain kondisi tanah yang kurang subur khususnya meningkat 0,57%/tahun. Petani yang mengusahakan lahan kering. Dariah dan Las (2010) melaporkan bahwa tanaman perkebunan dan tanaman pangan bahkan pemanfaatan lahan kering untuk pengembangan pertanian menurun masing-masing 1,47% dan 3,40%/tahun. Secara dihadapkan pada kendala biofisik maupun sosial ekonomi. umum perkembangan rumah tangga pertanian mengalami Kendala biofosik berupa topografi (kemiringan lahan), peningkatan 3,90 %/tahun. Hal tersebut menunjukkan kesuburan tanah, dan ketersediaan air. Kondisi biofisik bahwa sektor pertanian belum memberikan kontribusi dapat dieliminasi dengan penerapan inovasi teknologi terhadap pembangunan sehingga harus diperhatikan. yang tepat dan murah. Berdasarkan perkembangan luas panen komoditas Tingkat pengetahuan petani dalam penerapan tanaman pangan, jagung mengalami peningkatan yang teknologi juga merupakan faktor penting dalam upaya cukup tinggi. Hal tersebut karena lahan yang ada berupa peningkatan produktivitas usaha tani. Perkembangan luas lahan kering, di samping curah hujan relatif rendah dan panen dan produksi tanaman pangan cukup bervariasi, bulan hujan pendek sehingga yang dapat dikembangkan dan luas panen tanaman pangan cenderung menurun adalah tanaman jagung. Untuk padi, perkembangan luas kecuali kacang tanah. Selain tanaman pangan, telah panen cenderung rendah dan bahkan menurun pada tahun dikembangkan tanaman hortikultura (sayuran dan buah- 2007 dibanding 2006 (5.407 ha vs 6,166 ha). Untuk ubi buahan) yang dapat membantu perekonomian masyarakat. kayu, ubi jalar, kacang tanah, dan kacang hijau, luas panen Di Kabupaten Belu, komoditas sayuran yang telah mengalami penurunan kecuali kedelai walaupun luas berkembang ialah bawang merah, tomat, kangkung, dan panennya relatif kecil. Luas panen merupakan salah satu bawang putih. Untuk buah-buahan, jenis yang dominan faktor penting yang menentukan laju produksi padi adalah pisang, mangga, jambu biji, dan pepaya (BPS (Maulana 2004). Oleh karena itu, strategi perluasan luas Kabupaten Belu 2013). Berdasarkan pemanfaatan lahan, panen dengan memanfaatkan lahan potensial yang masih tersedia lahan untuk pengembangan pertanian, di tersedia merupakan langkah strategis yang perlu antaranya dengan memanfaatkan lahan yang belum ditempuh. tergarap.

Perkembangan Subsektor Peternakan Perkembangan Komoditas Tanaman Pangan Peternakan merupakan salah satu subsektor vital yang mampu menyangga kehidupan ekonomi sebagaian besar Masalah pangan selalu dirasa vital karena menyangkut keluarga tani di pedesaan. Rumah tangga petani yang kehidupan manusia yang paling azasi. Untuk mem- memelihara ternak dapat membiayai kebutuhan di luar pertahankan eksistensinya, manusia berupaya untuk pangan seperti menyekolahkan anak, kesehatan, dan mencukupi kebutuhan pangan baik secara langsung perumahan. Bahkan pada saat kondisi kritis seperti gagal maupun tidak langsung. Apabila kebutuhan primer panen, ternak diandalkan untuk menopang ketersediaan tersebut tidak dapat dipenuhi maka kerawanan pangan pangan keluarga. akan berdampak luas terhadap sendi-sendi kehidupan Di Kabupaten Belu, populasi ternak tertinggi adalah masyarakat. Bagi daerah yang struktur perekonomiannya sapi yang mencapai 95.715 ekor, disusul babi 55.836 ekor, didominasi oleh pertanian khususnya tanaman pangan kambing 9.830 ekor, serta kuda dan kerbau masing-masing seperti di Kabupaten Belu, keberadaan dan keber- 2.163 dan 1.565 ekor. Ternak domba relatif sedikit, yakni langsungan pertanian menjadi sangat strategis. Oleh hanya 32 ekor. karena itu, Pemkab Belu memfokuskan sektor pertanian Upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan khusus tanaman pangan sebagai salah satu program utama populasi ternak menghadapi kendala yang semakin serius dalam menggenjot pertumbuhan ekonomi daerah. karena lalu lintas mutasi ternak keluar, terutama bibit Misi pengembangan sektor pertanian adalah semakin sulit dikendalikan. Selain itu, penyakit brucellosis meningkatkan pemanfaatan teknologi pertanian tepat guna, sampai saat ini terus menjadi ancaman yang menghantui merevisi pola bertani yang bersifat subsisten tradisional para peternak. Kendala lainnya adalah sebagian besar ke pola pertanian yang berorientasi pasar, menguatkan peternak masih bertahan pada pola budaya yang bersifat kelembagaan, dan merestrukturisasi aspek sosial budaya tradisional akibat kurang variatifnya pola pembinaan dan yang menghambat produktivitas petani. Perkembangan penyuluhan yang selama ini terkesan konvensional. usaha pertanian dikategorikan lambat, ditunjukkan oleh Pemeliharaan sapi potong masih digembalakan. NTT usaha tanaman pangan (padi dan palawija) yang hanya sejak tahun 2003 memiliki area penggembalaan terluas di meningkat 4,16%/tahun, hortikultura cukup tinggi (7,78%/ Indonesia (773.938 ha atau 32,42%) sehingga hal tersebut 214 Pengembangan Inovasi Pertanian Vol. 7 No. 4 Desember 2014: 207-220 merupakan potensi pengembangan. Namun, padang pangan nonpadi, antara lain jagung, kacang hijau, dan penggembalaan di wilayah beriklim kering memiliki kacang tanah. Selain itu, mangga dan jambu mete ditanam produktivitas hijauan yang sangat minim serta memberikan di lahan kering dan di sekitar permukiman. daya dukung pakan yang rendah sehingga perlu perbaikan Masalah utama dalam kegiatan pertanian ialah tingkat (Sudaryanto dan Priyanto 2010). produktivitas padi dan komoditas tanaman pangan lain Pola budi daya ternak yang bersifat subsisten ini masih rendah. Penyebabnya adalah penggunaan benih mengakibatkan pertambahan populasi ternak berjalan lokal yang kurang tanggap terhadap pemupukan. Varietas lambat dan terkesan alamiah, tanpa rekayasa teknologi unggul Inpari 13 telah diperkenalkan oleh Dinas Pertanian, peternakan yang nyata. Mutasi ternak yang tercatat selama namun teknologi pendukungnya belum diterapkan secara tahun 2008 adalah sebagai berikut: dipotong RPH dan di baik. Di sisi lain, pemeliharaan ternak sapi secara dilepas luar RPH 3.800 ekor, sedangkan yang diantarpulaukan merupakan sumber masalah sosial karena teknik melalui pelabuhan ataupun transportai darat 9.286 ekor. pemeliharaan seperti ini memungkinkan sapi mengganggu Jumlah mutasi penggunaan ternak yang cukup tinggi ini atau memasuki kebun warga lain. jika tidak diimbangi dengan mutasi pengadaan terutama Masalah utama yang patut diperhatikan di wilayah angka kelahiran, dipastikan populasi sapi pada masa perbatasan Desa Silawan adalah penyelundupan BBM, mendatang akan semakin berkurang. bahan pangan, dan bahan kebutuhan pokok lainnya. Penyelundupan terjadi karena disparitas harga yang tinggi (mencapai 100 %) serta kegiatan pemeriksaan lintas batas POTENSI WILAYAH PERBATASAN kurang ketat. Lalu lintas produk bernilai ekonomi di kedua wilayah negara cukup sibuk, dapat dilihat dari hilir- Kondisi Biofisik mudiknya truk pengangkut bahan pokok dan bis-bis mini pengangkut penumpang. Truk-truk pengangkut bahan Wilayah perbatasan pada pintu utama di Desa Silawan pokok umumnya berasal dari Surabaya yang membawa (Pengawas Lintas Batas/PLB Mota’ain) ditandai oleh muatannya langsung ke kota Dili. Kondisi ini menimbulkan Sungai Malibaka. Kedua negara dihubungkan oleh dampak negatif terhadap perkembangan perekonomian jembatan jalur penyeberangan darat. Frekuensi lalu lintas wilayah perbatasan di Desa Silawan karena tidak kendaraan penumpang dan pengangkut bahan pangan memberikan sumbangan terhadap PAD Kabupaten Belu. pokok di wilayah ini terbilang tinggi. Di lokasi tersebut Kondisi permukiman dan rumah tinggal masyarakat terdapat pos-pos perbatasan NKRI, yaitu kantor imigrasi, wilayah perbatasan umumnya berada pada tingkat rendah. PLB Satgas Perbatasan, serta kantor Bea dan Cukai. Sebagian besar rumah penduduk bersifat tidak permanen Kondisi bangunan pengawas perbatasan di wilayah NKRI atau semipermanen, terbuat dari bahan bangunan lokal tidak semegah dan semewah kondisi komplek pengawas seperti pohon gewang, bambu, dan kayu lokal. Atap rumah perbatasan di wilayah RDTL. Jalur keluar masuk kedua umumnya terbuat dari seng dan sebagian besar rumah negara dilengkapi pintu portal di kedua negara. tidak memiliki kamar mandi. Kegiatan mandi dan mencuci Ekosistem wilayah perbatasan Desa Silawan berupa umumnya dilakukan di sungai atau sumber air terdekat. ekosistem pantai dan lahan rawa di dataran rendah dan Perumahan penduduk yang bersifat tidak permanen wilayah perbukitan didominasi lahan kering (Gambar 4). (rumah kayu gewang) lebih banyak dari rumah permanen Lahan kering memiliki tingkat kesuburan tanah yang yang dimiliki masyarakat dengan kondisi finansial yang rendah dengan berbagai kendala biofisik lain yang memiliki lebih baik. Kebutuhan air bagi rumah tangga dipenuhi dari ketersediaan air terbatas karena bergantung pada curah sumur tradisional yang umumnya memiliki kedalaman hujan. Upaya untuk memperbaiki kualitas lahan adalah sampai 15 m. Di desa juga terdapat sumur pompa yang dengan menerapkan teknologi pengelolaan hara berupa dibangun oleh Kementerian PU. Air sumur dipompa ke pemupukan berimbang, salah satunya pemupukan organik dalam bak komunal untuk memenuhi kebutuhan penduduk sisa pakan dan kotoran ternak (Santoso dan Sopian. 2005). sekitarnya. Sebagian penduduk memanfaatkan air Sebagian kecil wilayah perbatasan NKRI-RDTL pompa dan air sumur untuk menyiram tanaman di sekitar memiliki ekosistem rawa pasang surut yang umumnya rumah. ditanami padi dua kali setahun. Padi varietas lokal ditanam secara tradisional dan dipanen setelah berumur 4 bulan. Sistem Usaha Tani Tanaman Pangan Ekosistem rawa yang tidak diusahakan ditumbuhi tanaman gewang yang berkembang juga di dataran rendah sampai Kegiatan utama sebagian besar penduduk wilayah wilayah perbukitan. Sebagian lahan di perbukitan saat ini perbatasan adalah bertani, terutama tanaman pangan. Hasil sudah dikembangkan oleh masyarakat untuk penanaman pengamatan di lokasi menunjukkan bahwa penggunaan kayu jati. Pada ekosistem lahan kering diusahakan tanaman lahan berkisar pada kegiatan usaha tani tanaman pangan Pengembangan pertanian wilayah perbatasan Nusa Tenggara ... (Dwi Priyanto dan Kusuma Diwyanto) 215

Barat  Timur

NKRI JEMBATAN RDTL            

Sungai (perbatasan)

Ekosistem Lahan kering Perumahan Lahan rawa Perbatasan Rawa Topografi Landai-berbukit Ladai Datar Sungai Datar Pemanfaatan Belukar-hutan Usaha tani Usaha tani Penyeberangan Rawa Pasar (tutup) Komoditas Gewang Jagung Padi rawa - Gewang Mete Kacang hijau Jati Kacang tanah Ubi kayu Pisang Mangga Masalah Bukit Produksi rendah Produksi rendah Penyelundupan Hama ternak Hama tanaman (BBM, pangan, - sembako, dll) Sumber masalah Lahan batuan Bergantung curah Bibit lokal umur Mudahnya jalur - hujan panjang penyeberangan Lahan pasang surut Ekonomi masyarakat rendah Sumber: Suradisastra et al. (2012).

Gambar 4. Transek biofisik Desa Silawan, Kecamatan Sasifeto Timur Kabupaten Belu yang merupakan perbatasan darat ke negara Republik Demokrasi Timor Leste.

(padi, jagung, kacang hijau, ubi kayu) dan tanaman perke- sumber daya lahan juga menjadi titik perhatian dalam bunan (kelapa, kemiri, kopi, mete). Secara umum kondisi sistem ini (Diwyanto dan Handiwirawan 2004). tanaman pangan tergolong rendah sampai baik. Sebagian Sistem integrasi tanaman dan ternak mulai dikem- besar tanaman pangan menunjukkan gejala kekurangan bangkan secara intensif sejak adanya program Pening- hara (tanah tidak subur). Untuk mengatasi kesuburan tanah katan Produktivitas Padi Terpadu (P3T). Hal ini dilakukan yang rendah perlu diintroduksikan teknologi pengelolaan dalam upaya rehabilitasi lahan pertanian yang mengalami hara dengan pemupukan berimbang dengan pupuk organik degradasi akibat pemupukan (Zaini et al. 2002). Konsep (Santoso dan Sofian 2005). Untuk pengadaan pupuk sistem integrasi padi-ternak (SIPT) merupakan salah satu organik diperlukan pengembangan ternak khususnya sapi komponen dalam mendukung perbaikan lahan pertanian potong yang sudah berkembang di lokasi untuk pada agroekosistem lahan sawah intensif (Haryanto et al. mendapatkan kompos dengan konsep CLS. Dalam sistem 2002), yang didukung pengembangan kelembagaan usaha tani ini, ternak diintegrasikan dengan tanaman Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu (Soentoro et al. pangan untuk mencapai kombinasi yang optimal. Pada 2002). Dalam konsep ini, diversifikasi usaha tani menjadi kombinasi tersebut, input produksi menurun (low input) faktor penting yang mengarah pada pola multikomoditas tanpa mengganggu hasil. Prinsipnya ialah menekan risiko untuk membantu petani dalam mendukung ekonomi rumah usaha karena adanya diversifikasi usaha. Kelestarian tangga secara berkelanjutan. 216 Pengembangan Inovasi Pertanian Vol. 7 No. 4 Desember 2014: 207-220

Pilihan untuk melakukan diversifikasi usaha tani mengangkat air dari sungai. Pengadaan mesin pompa air ditentukan oleh kombinasi faktor teknis, ekonomi, akan sangat membantu petani dalam memanfaatkan DAS lingkungan, dan sosial budaya (Saliem dan Supriyati 2006). untuk usaha tani tanaman pangan. Model diversifikasi usaha tani sangat tepat untuk Di samping faktor teknis, faktor lain adalah kemampuan menghindari kegagalan usaha komoditas tunggal karena dan keterampilan petani yang lemah. Upaya pember- model dirancang secara terintegrasi dan saling dayaan petani yang sering dilakukan adalah berupa mendukung. Peran ternak dipersiapkan untuk mendukung bantuan, baik bantuan pupuk maupun sarana produksi mengurangi kebutuhan pupuk, sebaliknya limbah tanaman lainnya. Namun, sering bantuan tersebut tidak sesuai dipersiapkan sebagai pakan ternak. dengan dinamika iklim dan musim. Kegiatan penyuluhan Kondisi dan perkembangan usaha pertanian di wilayah sangat jarang karena wilayah yang terpencil dan jauh dari perbatasan menunjukkan ketertinggalan. Tanaman pangan pusat pemerintahan. Akibatnya, pengetahuan petani akan yang diusahakan adalah padi rawa, jagung, ubi kayu, dan teknologi sangat rendah. Faktor-faktor yang memengaruhi kacang tanah. Masa tanam padi di Desa Silawan dibatasi keputusan adopsi teknologi adalah manfaat berupa oleh musim hujan yang pendek (3-4 bulan). Hasilnya keuntungan relatif, kesesuaian teknologi, dan persepasi diperuntukkan bagi pemenuhan konsumsi rumah tangga petani terhadap pengaruh media/informasi (Indraningsih dan bila ada kelebihan dijual ke tetangga atau pembeli 2011). Rekomendasi teknologi untuk wilayah perbatasan satu desa. diharapkan memiliki nilai ekonomis tinggi dalam Benih tanaman pangan berupa benih lokal dan sedikit meningkatkan pendapatan petani. petani yang sudah menggunakan benih unggul. Benih Masalah lain yang dihadapi petani adalah kekurangan padi varietas unggul dan input usaha tani (pupuk dan modal, tidak memiliki kemampuan menghimpun modal, dan pestisida) diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten. akses ke sumber permodalan lemah. Pemberdayaan Untuk padi di lahan rawa masih menggunakan varietas masyarakat pedesaan dalam pengelolaan lahan kering yang lokal yang berumur 4 bulan dengan hasil 3-3,5 t/ha. Petani efektif ialah berlandaskan pada penguatan modal sosial sering mengalami kesulitan memperoleh benih varietas setempat. Panguatan tata nilai kemajuan merupakan inti unggul pada saat yang tepat. Guna mengatasi hal ini dan dari penguatan modal sosial (Pranaji 2006). Adat untuk mengejar musim tanam, sebagian petani masyarakat di NTT umumnya merupakan masyarakat yang memanfaatkan benih lokal yang hasilnya lebih rendah kurang bersemangat dalam berusaha tani. Oleh karena itu, dibanding varietas unggul. Rekomendasi penggunaan perubahan tata nilai untuk menyemangati petani dalam benih unggul di lahan rawa perlu dilakukan dalam upaya usaha tani perlu mendapat perhatian yang serius dengan meningkatkan produksi padi. berbagai upaya pemberdayaan oleh institusi maupun Pada usaha tani jagung, kacang hijau, ubi kayu, dan perombakan pola pikir oleh tokoh adat setempat. kacang tanah, petani juga masih menggunakan benih lokal. Pengembangan jagung dengan benih unggul (varietas Lamuru) mampu meningkatkan hasil dari 2 t Pengelolaan Subsektor Peternakan menjadi 6 t/ha pada lahan kering di Kabupaten Sumba Timur (Priyanto dan Gega 2012). Kondisi lahan yang Usaha peternakan yang banyak diusahakan petani adalah marginal memerlukan perbaikan melalui pengembangan babi dan sapi, yang mampu menyangga kehidupan usaha tani jagung yang terintegrasi dengan sapi sehingga ekonomi sebagian besar keluarga tani di lokasi. Peme- kotoran sapi dapat dimanfaatkan sebagai kompos untuk liharaan ternak bersifat tradisional. Ternak sapi dibiarkan memperbaiki struktur tanah. berkeliaran mencari makan dan sebagian diikat di sekitar Kendala lain dalam pengelolalan lahan kering ialah rumah atau di lapangan rumput. Ternak babi dikandangkan keterbatasan tanaga kerja untuk pengolahan lahan. dan diberi pakan sisa hasil pertanian. Rata-rata tiap Dengan curah hujan yang terbatas (Oktober/November keluarga memiliki 1-2 ekor sapi dan 2 ekor induk babi. awal musim hujan), petani harus segera mengolah lahan Kepemilikan sapi di lokasi ini lebih rendah dari rata-rata untuk tanaman jagung. Tanam serempak tersebut tidak kepemilikan sapi di Kabupaten Belu (sekitar 10 ekor/KK). mampu dikerjakan dengan tenaga kerja keluarga sehingga Fungsi ternak terutama babi dan sapi adalah sebagai banyak lahan yang tidak tergarap. Di desa hanya terdapat “bank berjalan” (bank on the hoof) atau sebagai liquid satu traktor yang tentunya tidak mampu melayani capital yang dapat diuangkan setiap waktu bila petani kebutuhan pengolahan lahan bagi seluruh desa. Karena memerlukan uang tunai (Simatupang dan Hadi 2004), itu, pengadaan traktor untuk wilayah perbatasan sangat misalnya pada awal tahun pelajaran. Dalam kondisi ini, penting untuk mendukung perluasan area tanam tanaman petani biasa menjual satu atau dua ekor babi atau sapi pangan. Lahan daerah aliran sungai (DAS) sangat subur, untuk keperluan pendidikan anggota keluarganya. Harga tetapi belum banyak dimanfaatkan karena sulitnya babi berkisar antara Rp300-500 ribu per ekor umur 3-4 bulan, Pengembangan pertanian wilayah perbatasan Nusa Tenggara ... (Dwi Priyanto dan Kusuma Diwyanto) 217 sedangkan harga babi dewasa mencapai Rp2-3 juta per Keputusan petani dalam berusaha tani ditentukan oleh ekor. Babi memiliki harga jual yang lebih tinggi dibanding keunggulan ekonomi komoditas, penggunaan sumber sapi karena babi mempunyai nilai adat (untuk upacara daya lahan, dan tenaga kerja. Faktor penentu lainnya pernikahan, keagamaan, dan sebagainya). Nilai jual sapi adalah ketersediaan sarana produksi dan daya beli petani. dewasa berkisar antara Rp2-3 juta rupiah. Bangsa sapi Hal tersebut perlu rekomendasi penyuluhan agar yang berkembang ialah sapi bali karena adaptif terhadap berkelanjutan sebagai langkah percepatan adopsi kondisi pakan yang minim seperti di Kabupaten Belu, selain teknologi (Indraningsih 2013). bangsa sapi Peranakan Ongole (PO) dalam populasi yang Lokasi perbatasan NTT-RDTL memiliki sumber daya lebih rendah. Ternak ayam membantu memperlancar lahan yang minim, aksesibilitas wilayah rendah sehingga kehidupan rumah tangga dengan nilai jual Rp50-100 ribu/ pelaksanaan usaha tani menghadapi berbagai kesulitan. ekor. Oleh karena itu diperlukan kebijakan di antaranya Di lokasi pengamatan, populasi ternak tertinggi adalah penyuluhan inovasi teknologi untuk memacu peningkatan babi. Penjualan ternak babi dapat dilakukan secara rutin produktivitas usaha tani. karena tingkat reproduksinya tinggi (rata-rata 10 ekor anak per kelahiran dan lima ekor di antaranya dapat hidup sampai dijual), tetapi angka kematian anak juga cukup tinggi, TANTANGAN PENGEMBANGAN PERTANIAN mencapai 50%. Ternak sapi kurang disukai penduduk WILAYAH PERBATASAN karena sering merusak tanaman petani setempat. Hal ini terjadi karena sapi dipelihara dengan dilepas. Kondisi Hasil perumusan tantangan/permasalahan yang dihadapi demikian sering menimbulkan pergesekan antara pemilik dalam pengembangan pertanian di wilayah perbatasan kebun dan pemilik sapi. Ternak sapi berpotensi untuk didasarkan atas analisis potensi wilayah kabupaten dikembangkan secara intensif sehingga tidak mengganggu berdekatan dengan kawasan perbatasan dan kajian usaha tani. Model yang tepat adalah terintegrasi dengan wilayah desa perbatasan. padi dan jagung dengan memanfaatkan limbah tanaman sebagai pakan. Pola integrasi jagung sapi melalui CLS mampu Sosial Ekonomi meningkatkan pendapatan petani 274% dan memberikan efek ganda (multiplier effect), khususnya pengembangan Ditinjau dari aspek kependudukan, populasi penduduk jagung di Sumba Timur dengan penyebaran benih unggul Kabupaten Belu cenderung bertambah pesat karena ada varietas Lamuru dan penggemukan sapi potong (Priyanto tambahan penduduk dari “eksodus masyarakat dari Timor- dan Gega 2012). Sariubang et al. (2004) juga melaporkan Timur” sehingga banyak yang menetap sebagai penduduk bahwa integrasi jagung-sapi di Kabupaten Takalar dengan di wilayah perbatasan. Permasalahan pengungsi tersebut pola tanam dua kali setahun, dengan memanfaatkan merupakan tanggung jawab pemerintah dalam kaitannya kompos sebagai pupuk mampu meningkatkan pendapatan dengan alokasi tenaga kerja dan penyediaan lahan usaha petani. Pola integrasi lainnya juga menunjukkan pertanian, karena 60,09 dari penduduk memiliki lapangan keberhasilan seperti yang dilaporkan oleh beberapa kerja di sektor pertanian. Ditinjau dari aspek pendidikan peneliti (Kartamulia et al. 1993; Priyanto et al. 2004; Horne masih rendah, yakni 82,62% tamat SD, SLTP 8,68%, SLTA et al. 1994). 7,54%, dan tamat akademi dan sarjana hanya 1,15%. Dari total penduduk yang ada (54.222 jiwa), 17,8% merupakan fakir miskin. Berdasarkan status gizi balita (gizi kurang Penerapan dan Adopsi Teknologi dan buruk), kasus rawan pangan masih terjadi. Oleh karena Usaha Tani itu, pengembangan pertanian diharapkan mampu mendukung ketahanan pangan di wilayah perbatasan. Ditinjau dari aspek penerapan teknologi usaha tani, SDM Masyarakat wilayah perbatasan tergolong ber- petani masih rendah dalam akses teknologi pertanian, yang penghasilan rendah dengan rata-rata pengeluaran per ditunjukkan oleh manajemen usaha tani yang masih kapita Rp177.744/bulan, dan kebutuhan pangan mencapai tradisional, hanya mengacu pada sumber daya lokal. Oleh 71,45% dari total pengeluaran. Kondisi ekonomi karena itu diperlukan penyuluhan penerapan inovasi masyarakat juga dapat dilihat dari kondisi rumah teknologi dan kelembagaan usaha tani. Namun, aktivitas semipermanen dan tidak permanen dengan proporsi penyuluh di perbatasan belum menyentuh kebutuhan masing-masing 26,07% dan 62,50%. Program peningkatan petani karena perbatasan cenderung terisolasi dan relatif ekonomi masyarakat perbatasan melalui usaha produktif tertinggal. Penyuluh berperan sebagai komunikator dan yang didukung pendampingan inovasi teknologi akan motivator, khususnya dalam diversifikasi usaha tani untuk mampu meningkakan ekonomi rumah tangga. mendukung ketahanan pangan (Azhari et al. 2013). 218 Pengembangan Inovasi Pertanian Vol. 7 No. 4 Desember 2014: 207-220

Usaha Tani Masyarakat pangan sesuai dengan kondisi lahan. Lahan rawa pasang surut untuk padi rawa unggul, sedangkan Dari hasil analisis pemanfaatan lahan wilayah perbatasan, lahan kering potensial untuk tanaman palawija dan potensi lahan yang belum dimanfaatkan masih cukup perkebunan. luas, mencapai 57% dari lahan yang ada. Namun, lahan 2. Potensi SDM yang ada masih memungkinkan untuk tersebut umumnya adalah lahan bongkor yang didominasi pengembangan pertanian, yang didukung penyuluhan lahan kering sehingga terdapat kendala yang cukup berat yang memadai. dalam pemanfaatannya untuk usaha tani. Lahan sawah 3. Komitmen pemerintah yang tinggi dalam pengem- khususnya lahan rawa terbatas sehingga komoditas yang bangan wilayah perbatasan untuk meningkatkan dominan dikembangkan adalah palawija (jagung). kesejahteraan masyarakat dalam konteks memper- Curah hujan yang sangat rendah dengan bulan hujan tahankan keutuhan wilayah NKRI, dan dapat mandiri, yang relatif pendek (Januari-Mei) berdampak pada pola tanpa harus bergantung pada negara tetangga. tanam yang terbatas sehingga produktivitas usaha tani tidak optimal. Dikaitkan dengan target ketahanan pangan, kondisi ini dinyatakan dalam kategori rendah. IMPLIKASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN Komoditas tanaman pangan sebagai sumber pangan WILAYAH PERBATASAN pokok adalah jagung, kacang tanah, dan kacang hijau di samping padi. Produksi dan produktivitas cenderung Implikasi Kebijakan Umum mengalami penurunan karena fluktuasi curah hujan, namun luas area cenderung meningkat. Tanaman 1. Upaya dan strategi pembangunan yang dilakukan perkebunan yang diunggulkan ialah kelapa, kemiri, dan pemerintah antara lain ialah mempercepat pertumbuhan jambu mete, tetapi pemasalahan yang dihadapai adalah ekonomi wilayah perbatasan melalui basis ekonomi harga jual yang masih rendah. kerakyatan dengan ketersediaan infrastruktur yang Komoditas peternakan khususnya sapi potong, babi, memadai, stabilitas politik yang kondusif dan kons- ayam buras, dan itik mampu berperan sebagai penyangga truktif guna mendukung pertumbuhan ekonomi di ekonomi sebagian besar masyarakat pedesaan. kawasan tersebut. Hal demikian dapat ditempuh melalui Pemeliharaan bersifat tradisional sehingga produktivitas pemberdayaan masyarakat dengan meningkatkan ternak rendah. Untuk pengembangan sapi potong, faktor peran dan partisipasi masyarakat di kawasan daya dukung pakan rendah terutama pada musim kemarau. perbatasan secara nyata, serta meningkatkan kinerja Populasi ternak cenderung tidak bertambah. manajemen pembangunan melalui peningkatan kualitas aparatur pemerintah sehingga mampu menjadi Pengembangan Kelembagaan fasilisator pembangunan kawasan perbatasan. 2. Dalam upaya mempercepat pembangunan kawasan Komoditas utama yang diperdagangkan ialah beras, perbatasan, perlu ditetapkan Otoritas Kawasan jagung, gula pasir, minyak goreng, dan minyak tanah. Perbatasan dan pintu masuk ke negara tetangga, Permasalahan yang dihadapai adalah secara geografis sesuai semangat kerja sama dan potensi wilayah. distribusi usaha perdagangan masih tertumpu di ibukota Kebijakan pembangunan wilayah perbatasan kabupaten yakni Kecamatan Kota Atambua (Kota dimaksudkan untuk mendorong kebijakan pemihakan Atambua, Atambua Barat, dan Atambua Selatan), pembiayaan dan pengembangan fiskal daerah terting- sedangkan distribusi ke wilayah lainnya belum merata. gal, mendorong tata kelola sumber daya alam wilayah Kelembagaan pendukung yang telah ada yaitu koperasi perbatasan berbasis komoditas unggulan, mendorong (KUD), yang diharapkan mampu menyelamatkan ekonomi dan meningkatkan kualitas SDM melalui penguatan rakyat dari ancaman ekonomi kapitalis. Namun, koperasi pendidikan dan kesehatan masyarakat, merumuskan mengalami kegagalan karena SDM pengelola kurang baik arah dan kebijakan pembangunan pusat dan daerah, dan masih seringnya koperasi diperalat pihak swasta. serta proaktif melakukan koordinasi dengan seluruh stakeholder pembangunan daerah tertinggal.

PELUANG PENGEMBANGAN PERTANIAN Implikasi Kebijakan Pengembangan Beberapa peluang pengembangan pertanian di wilayah Pertanian perbatasan NTT-RDTL adalah sebagai berikut: 1. Potensi lahan di wilayah perbatasan banyak yang 1. Dengan kondisi iklim yang kurang mendukung (curah belum dimanfaatkan. Hal tersebut sangat memung- hujan rendah dan bulan hujan pendek), pengem- kinkan untuk pengembangan pertanian tanaman bangan komoditas pangan diarahkan pada tanaman Pengembangan pertanian wilayah perbatasan Nusa Tenggara ... (Dwi Priyanto dan Kusuma Diwyanto) 219

Tabel 2. Analisis permasalahan, alternatif pengembangan, serta sarana pendukung dalam pemecahan masalah pertanian di wilayah perbatasan, NTT-Timor Leste 2013.

Peubah Permasalahan Alternatif pengembangan Sarana pendukung/introduksi

Jagung, kacang hijau, Lahan marginal Penataan tata air Pengelolaan sumber air ubi jalar, kacang Bibit lokal Benih varietas unggul Pengadaan bibit unggul tepat waktu tanah Teknologi budi daya Teknologi budi daya Pengadaan saprodi Keterbatasan tenaga kerja (pemupukan) Pengadaan traktor pengolah lahan olah tanah serempak Introduksi alat olah lahan Areal DAS Curah hujan rendah (bergantung Pengelolaan DAS (kedekatan Pengadaan mesin pompa air curah hujan) dengan sumber air) Introduksi traktor pengolah lahan Keterbatasan pengolahan lahan Introduksi alat olah lahan serempak Peternakan Daya dukung pakan rendah Integrasi tanaman-ternak Pembinaan deversifikasi (program CLS) usaha tani Kelembagaan Penyelundupan BBM dan sembako Pembukaan pasar yang telah Kebijakan pemda tentang Penyuluhan teknologi usaha tani ada pembukaan pasar Pemasaran hasil pertanian Penambahan tenaga penyuluh Perbaikan pasar yang rusak lapangan Penambahan penyuluh pertanian Fasilitas keamanan perbatasan

yang toleran kekeringan maupun yang berumur ternak, sekaligus peningkatan kapasitas pengetahuan pendek yang dihasilkan melalui penelitian. Pada petani dalam inovasi teknologi peternakan. Integrasi wilayah DAS yang merupakan lahan subur tetapi ternak dan tanaman pangan merupakan rekomendasi sumber air berada di bawah area budi daya, dibutuhkan yang tepat dalam memperbaiki daya dukung pakan, sarana pengairan dengan pengadaan mesin pompa air dan di sisi lain kompos kotoran ternak (organik) dapat untuk pengembangan usaha tani DAS. dimanfaatkan untuk memperbaiki kesuburan lahan atau 2. Untuk mendukung pengembangan pertanian, efisiensi penggunaan pupuk buatan. pemetaan wilayah perlu dilakukan untuk menentukan 5. Pengembangan kelembagaan koperasi yang sehat kesesuaian lahan dengan komoditas yang akan merupakan alternatif dalam menumbuhkembangkan dikembangkan. Upaya tersebut dilakukan untuk perekonomian masyarakat yang diharapkan mampu mengoptimalkan lahan yang belum dimanfaatkan berperan sebagai sumber modal yang dibutuhkan (lahan bongkor) untuk pengembangan tanaman petani. Secara ringkas, analisis permasalahan, alternatif pangan atau pemanfaatan lainnya. Untuk mengatasi pengembangan, dan sarana pendukung dalam ketersediaan tenaga kerja pengolahan lahan yang pemecahan masalah pertanian di wilayah perbatasan terbatas pada saat tanam serempak (karena musim NTT-RDTL disajikan pada Tabel 2. hujan pendek), diperlukan traktor pengolah tanah agar lahan yang belum tergarap dapat dimanfaatkan. 3. Pengembangan tanaman pangan merupakan rekomen- KESIMPULAN dasi utama untuk meningkatkan ketahanan pangan yang masih rendah, yang ditunjukkan kasus gizi buruk 1. Kondisi wilayah perbatasanan NTT-RDTL memiliki (rawan pangan), di samping meningkatkan kesejah- keunggulan ditinjau dari perekonomian masyarakat teraan masyarakat di pedesaan yang daya belinya karena DRTL adalah negara yang relatif baru dan rendah. Untuk meningkatkan produktivitas usaha tani ekonominya lebih rendah dibanding wilayah NTT. tanaman pangan perlu diintroduksikan benih unggul 2. Potensi pertanian yang ada (kondisi eksisting wilayah) tepat waktu, termasuk pengadaan saprotan, yang berpotensi dan berpeluang untuk percepatan didukung penerapan teknologi budi daya dengan pembangunan pertanian dengan introduksi inovasi mengoptimalkan peran penyuluh lapangan sebagai teknologi dan kelembagaan sehingga dapat menjadi langkah adopsi teknologi usaha tani. wilayah mandiri pangan untuk mengatasi kemiskinan 4. Pengembangan sapi potong dan babi merupakan dan rawan pangan. alternatif yang tepat dalam meningkatkan pendapatan 3. Lahan kering dikategorikan sebagai lahan marginal keluarga sekaligus sebagai penyangga ekonomi rumah sehingga pengembangan perlu dilakukan secara tangga. Pamanfaatan padang penggembalaan yang spesifik melalui terintegrasi antara tanaman dan ternak masih luas membuka peluang pengembangan populasi sapi, yang sekaligus meningkatkan kesuburan lahan. 220 Pengembangan Inovasi Pertanian Vol. 7 No. 4 Desember 2014: 207-220

4. Pola pengembangan pertanian tersebut memerlukan Maulana, M. 2004. Peranan lahan kering. Intensitas pertanaman sinkronisasi kebijakan antara Balai Pengkajian dan produktivitas sebagai sumber pertumbuhan padi sawah di Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai ujung tombak Indonesia 1980-2001. Jurnal Agro Ekonomi 22(1): 1-22. Pranaji, T. 2006. Penguatan modal sosial untuk pemberdayaan pengembangan inovasi di lapangan, pemerintah masyarakat pedesaan dalam pengelolaan agro-ekosistem lahan daerah, serta Badan Pengelola Wilayah Perbatasan, kering. Jurnal Agro Ekonomi 24(2): 178-208. baik tingkat pusat maupun daerah (lintas sektoral). Priyanto, D., A. Priyanti, dan I. Inounu. 2004. Potensi dan peluang pola integrasi ternak kambing dan perkebunan kakao rakyat di Propinsi Lampung. Prosiding Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman–Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan DAFTAR PUSTAKA Peternakan bekerja sama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Propinsi Bali, dan Crop-Animal System Research Adimihardja, A., A. Dariah, dan A. Mulyani. 2008. Strategi dan Network (CASREN). hlm. 381-388. teknologi pengelolaan lahan kering mendukung pengadaan Priyanto dan L.K. Gega. 2012. Sistem integrasi tanaman ternak pangan nasional J. Litbang Pert. 27(2); 43-49. sebagai model usaha pertanian mendukung ekonomi petani di Azhari, R., P. Mulyana, dan P. Citropranoto. 2013. Peran penyuluh Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). dalam peningkatan diversifikasi pangan rumah tangga. Jurnal Prossiding Seminar Nasional. Teknologi dan Agribisnis Agro Ekonomi 31(2): 1-18. Peternakan dalam Menunjang Pemenuhan Protein Hewani Badan Pusat Statistik Kabupaten Belu. 2013. Kabupaten Belu Nasional. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Juni dalam Angka. Kerjasama Pemerintah Kabupaten Belu dengan 2012. hlm. 28-43. Badan Pusat Statistik Kabupaten Belu. Saliem, H.P. dan Supriyati. 2006. Farm diversification and farmer Budianta, A. 2010. Pengembangan wilayah perbatasan sebagai income in rice field area. Country Seminar on Poverty upaya pemerataan pembangunan wilayah di Indonesia. Jurnal Alleviation Through Development of Secondary Crops, Bogor, SMART 8 (1): 72-82. 23 March 2006. ICASEPS and UNESCAP-CAPSA, Bogor. Dariah, A. dan I. Las. 2010. Ekosistem lahan kering sebagai Santoso, D., J. Purnomo, IG.P. Wigena, dan E. Tuherkih. 2004. pendukung pembangunan pertanian. Membalik Kecenderungan Teknologi Konservasi. hlm. 77-108. Dalam Konservasi Tanah Degradasi Sumber Daya Lahan dan Air. Badan Penelitian dan pada Lahan Kering Berlereng. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. hlm. 46-66. Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor. Diwyanto, K. dan E. Handiwirawan. 2004. Peran litbang dalam Santoso, D. dan Sofian. 2005. Pengelolaan hara tanaman pada mendukung usaha agribisnis pola integrasi tanaman-ternak. lahan kering. Dalam Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Prosiding Sistem Integrasi Tanaman dan Ternak. Pusat Menuju Pertanian Produktif dan Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan bekerja sama dengan Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali dan Crop-Animal hlm. 73-100. Systems Research Network (CASREN). hlm. 63-80. Sariubang, M., A. Syam, dan A. Nurhayu. 2004. Sistem usahatani Haryanto, B., I. Inounu, B. Arsana, dan K. Diwyanto. 2002. tanaman ternak pada lahan kering dataran rendah di Kabupaten Panduan Teknis Sistem Integrasi Padi-Ternak. Badan Penelitian Takalar, Sulawesi Selatan. Sistem Integrasi Tanaman-Ternak. dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bekerja sama Horne, P.M., R.M. Gatenby, L.P. Batubara, and S. Karo-Karo. dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali, dan Crop 1994. Research priorities for integrated tree cropping and small Animal System Research Network (CASREN). hlm. 126-141. ruminant production systems in Indonesia. Prosiding Seminar Simatupang, P. dan P.U. Hadi. 2004. Daya saing usaha peternakan Saint dan Teknologi Peternakan. Balai Penelitian Ternak, Ciawi, menuju 2020. Wartazoa 14(2): 45-57. Bogor. hlm. 485-494. Soentoro, M. Syukur, Sugiarto, Hendiarto, dan H. Supriyadi. 2002. Indraningsih, K.S. 2011. Pengaruh penyuluhan terhadap keputusan Panduan Teknis Pengembangan Usaha Agribisnis Terpadu. Badan petani dalam adopsi inovasi teknologi usahatani terpadu. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. Agro Ekonomi 29(1): 1-24. Sudaryanto, B. dan D. Priyanto. 2010. Degradasi padang Indraningsih, K.S. 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja penggembalaan. Membalik Kecenderungan Degradasi Sumber usahatani petani sebagai representasi strategi penyuluhan Daya Lahan dan Air. Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian berkelanjutan di lahan marginal. Jurnal Agro Ekonomi Pertanian, Jakarta. hlm. 113-140. 31(1): 1-25. Suradisastra, K., S.B. Bachri, D.A. Suriadikarta, D. Wahyunto, S. Jelantik, I G.N., T. Hvelplund, J. Madsen, and M.R. Weisbjerg. Subagio, dan D. Priyanto. 2012. Laporan kunjungan kerja tematik 2001. Bali cattle production and feed resources in . dan penyusunan model percepatan pembangunan pertanian In I G. N. Jelantik. Improving Bali Cattle (Bibos banteng berbasis inovasi wilayah perbatasan NKRI-RDTL. Pusat Wagner) Production through Protein Supplementation. PhD Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Thesis. The Royal Veterinary and Agricultural University, Tjitroresmi, E. 2011. Perekonomian daerah perbatasan: potensi Copenhagen, Denmark. ekonomi dan perdagangan lintas batas NTT–Timor Leste. Jurnal Jelantik, I G.N., P. Kune, A. Keban, Y. Manggol, J. Jegho, J.G. Ekonomi dan Pembangunan LIPI 19(1): 13-24. Sogen, dan P. Kleden. 2006. Survey potensi dan penyusunan Zaini, Z., I. Las, Suwarno, B. Haryanto, Suntoro, dan E. Ananto. rencana strategis pengembangan padang penggembalaan Banuan 2002. Pedoman Umum Kegiatan Percontohan Peningkatan TTU. Laporan Penelitian. Puslitbang Sapi Timor Undana. Produktivitas Padi Terpadu 2002. Badan Penelitian dan Kartamulia, I., S. Karo-Karo, and J. de Boer. 1993. Economic Pengembangan Pertanian, Jakarta. analysis of sheep grazing in rubber plantations. A case study of OPMM Membang Muda. Working Paper 145. SR-CRSP. Sei Putih, Sumatra Utara.