Khasanah Ilmu : Jurnal Pariwisata Dan Budaya Volume 11 Nomor 1, Maret 2020 ISSN : 2087-0086 (print), 2655-5433 (online) DOI: 10.31294/khi.v11i1.7978

Pelestarian Budaya Puro Pakualaman Sebagai Wisata Sejarah di Yogyakarta

Yulianto1), R. Jati Nurcahyo2) Program Studi Perhotelan Universitas Bina Sarana Informatika Jl. Ringroad Barat Ambar Ketawang Gamping Sleman Yogyakarta E-mail : [email protected]), [email protected])

Abstrak - Puro Pakualaman merupakan satu dari Istana yang ada di Yogyakarta beralamat di Jalan Sultan Agung Kecamatan Pakualaman Yogyakarta, untuk masuk ke komplek Puro Pakualaman lebih dulu melalui regol (gapura) Wiwara Kusuma Wianang Reksa ( Lambang Mahkota Praja Pakualaman dan Tanaman Lung-lungan), Budaya yang ada dan yang berjalan merupakan salah satu pelestarian budaya yang masih menjadi tradisi upacara adat yakni upacara adat yang berkaitan dengan daur kehidupan manausia yang meliputi mitoni, kelahiran, tedhak siten, supitan, tetesan, tarapan , pernikahan, upacara adat peringatan dan upacara adat penghormatan benda pusaka dan sebagainnya. Metodelogi penelitian yang digunakan yakni penelitian deskritif dengan analisa kualitatif. penelitian deskriptif (Descriptive Research) adalah penelitian yang bertujuan membuat deskriptif atas atau suatu fenomena social atau alam secara sistematis, factual dan akurat sedangkan untuk teknik pengumpulan data penelitian kualitaitif yakni melalui a)..Observasi, pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematika gejala-gejala yang diselidiki, sehingga dapat mencatat materi yang diperoleh. b). Wawancara, proses jawab dalam penelitian secara lisan. Wawancara langsung ke responden dan c). Dokumentasi, pengambilan data yang diperoleh memlaui dokumentasi. Hasil dari penelitian ini bahwa nilai kebudayaan yang ada merupakan perwujudan dari pembinaan yang berkelanjutan yang ada pada negara maupun di masyarakat . Warisan budaya merupakan nilai nilai luhur yang selalu dijaga dan dipertahankan, sehingga kegiatan budaya yang ada di Puro Pakualaman akan mendatangkan wisatawan baik wisatawan domestic maupun wisatawan internasional.

Kata Kunci : Kebudayaan, Puro Pakualaman, wisatawan

Puro Pakualaman Cultural Preservation as Historical Tourism in Yogyakarta

Abstract - Puro Pakualaman is one of the palaces in Yogyakarta located in Sultan Agung street, Pakualaman subdistrict, Yogyakarta. To enter the Puro Pakualaman complex, it needs to pass the gate of Wiwara Kusuma Wianang Rekso (the symbol of Praja Pakualaman’s crown and Lung-lungan plant). The existing and ongoing culture is one of the cultural preservation that still becomes traditional ceremony traditions, that is, the traditional ceremonies related to the cycles of human lives including mitoni, birth, tedhak siten, supitan, tetesan, tarapan, wedding, traditional ceremonies of commemorations and heirloom homage, etc. The research method employed in this study is a descriptive research with qualitative analysis. Descriptive research is a research that aims to make a description of a social phenomenon or nature systematically, factually, and accurately. Moreover, the data collection technique of a qualitative research encompasses a) observation, a data collection carried out by observing and taking notes systematically the investigated symptoms so that the researchers can take notes the obtained materials; b) interview, a process of asking and answering questions in a research orally, a direct interview to the respondents; and c) documentation, a data collection which is gained through documentation. The result of this study is that the existing cultural value is the embodiment of the ongoing coaching that exists in either the state or societies of Indonesia. The cultural heritage is the noble values that are always preserved and maintained, so that the cultural events in Puro Pakualaman can attract tourists to come, either domestic or international tourists.

Keywords : Culture, Puro Pakualaman, Tourists

PENDAHULUAN menunjukan bahwa pengembangan pariwisata harus menghargai nilai-nilai budaya lokal yang Kebudayaan mempunyai peran yang ada di masyarakat. Kode etik pariwisata sangat vital dalam pengembangan pariwisata menyatakan bahwa kegiatan kepariwisataan baik secara lokal maupun nasional, yang merupakan ajang untuk saling menghargai

http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/khasanah 66

Pelestarian Budaya Puro Pakualaman Sebagai Wisata Sejarah di Yogyakarta

antar budaya yang dimiliki wisatawan dan isitematik gejala-gejala yang diselidiki, masyarakat yang menerima wisatawan sehingga dapat mencatat materi yang tersebut. diperoleh. b). Wawancara yakni proses jawab Undang-undang No.9 tahun 1990 dalam penelitian secara lisan. Wawancara menjelaskan bahwa pengembangan pariwisata langsung ke responden dan c). Dokumentasi di Indonesia pada dasarnya menggunakan yakni pengambilan data yang diperoleh konsep budaya (culture tourism) dengan memlaui dokumentasi. mempertimbangkan potensi seni dan budaya . yang beraneka ragam yang tersebar pada KAJIAN PUSTAKA daerah tujuan wisata daerah wisata. (Yoeti,2006 : 1) Kebudayaan yang merupakan Puro Pakualaman merupakan satu dari perwujudan dari pembinaan yang Istana yang ada di Yogyakarta, di Jalan Sultan berkelanjutan yang ada pada negeara maupun Agung Kecamatan Pakualaman Yogyakarta, di masyarakat Indonesia. Warisan budaya sebelah timur dari titik Nol dan jarak sekitar 2 merupakan ciri khas masyarakat Indonesia km. Untuk masuk ke komplek Puro yang tidak dapat diabaikan. Pakualaman lebih dulu melalui regol (gapura) Pada Kongres Kebudayaan Indonesia Wiwara Kusuma Wianang Reksa ( Lambang tahun 1948, dekolonisasi menambah tingkat mahkota Praja Pakualaman dan Tanaman kebutuhan bagi pengambilan keputusan lung-lungan), setelah masuk tampak tanaman secara praktis untuk mewujudkan kebudayaan segitiga, Bangsal sewatana, Uleng, ruang Indonesia, yang sebagaimana berada di pracimasana, bangsal sewarengga, gedhong klausal kebudayaan pada Undang-Undang Purwaretno, bangsal parangkarsa, Gedhong Dasar Sementara 1950. (Jones, 2005 : 96). maerakaca, Kestalan untuk jemparingan, dan Pariwisata merupakan aktivisatas yang dlingkungan ada Masjid Pakualaman dan alun- berupa pelayanan atas produk yang dihasilkan alun Swandanan. oleh Industri pariwisata yang mampu Tradisi di Puro Pakualaman cukup menciptakan pelayanan perjalanan wisata. banyak salah satunya adalah tari tradisional Menurut Mc.Intosh dalam Muljadi dan Warwan pada saat Pakualam II (1829-1858) yakni Tari (2016:8) bahwa pariwisata adalah keseluruhan Bedhaya Semang (tari ritual), Tari Bedhaya kegiatan yang berhubungan dengan masuk, Ganda Kusuma, tari Beksan Jemparing, Tari tinggal, dan pergerakan penduduk asing di Beksan Jebeng, Tari Beksan bandaya dan dalam atau diluar suatu negara atau wilayah sebagainya. Untuk penelitian ini mengambil tertentu. Menurut Undang-Undang Republik topik mengenai Pelestarian Budaya Puro No.19 tentang kepariwisataan berbagai Pakualaman sebagai Wisata di Yogyakarta. macam kegiatan wisata dan didukung Warisan budaya salah satunya. Tata upaara berbagai fasilitas serta layanan yang adat merupakan upacara adat daur hidup, disediakan masyarakat, pengusaha, upacara adat peringgatan, upacara adat pemerintah dan pemerintah daerah. Dan juga keagamaan, upacara adat penghormatan menurut IUOTO ( International Union of Offical benda pusaka dan upacara adat terhadap Travel Organizations) dalam (Pendit : 2006) lingkungan serta ada Museum, Tosan Aji, Tari Wisatawan klasik dan lain sebagainya. Dari beberapa pendapat diatas bahwa Kebudayaan merupakan warisan lelulur yang METODE PENELITIAN sampai saat ini masih banyak yang exsis, pelestarian dan kebudayaan juga akan Jenis penelitian yang digunakan yakni membawa daya tarik wisata daerah tertentu. penelitian deskritif dengan analisa kualitatif. Pelestarian budaya yang diadakan sampai penelitian deskriptif (Descriptive Research) saat ini dan bahkan sekarang sudah lebih adalah penelitian yang bertujuan membuat tertata dan lebih baik untuk menunjang deskriptif atas atau suatu fenomena sosial kunjungan wisatawan untuk datang ke negara atau alam secara sistematis, faktual dan Republik Indonesia. Hal ini menunjukan akurat ( Wardiyanta, 2006:5) bahwa Pariwisata di Indonesia tidak lepas dari Menurut Bagus Gusti (2012, 52) untuk budaya yang ada atau seiring bersama dalam teknik pengumpulan data penelitian kualitaitif pengembangannya. yakni melalui a)..Observasi yakni pengumpulan data yang dilakukan dengan HASIL DAN PEMBAHASAN cara mengamati dan mencatat secara http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/khasanah 67

Pelestarian Budaya Puro Pakualaman Sebagai Wisata Sejarah di Yogyakarta

Sejaarah Puro Pakualaman bahwa atas didalam daerah yang bersifat istimewa, ialah dasar usul Sri Sultan Hamengku Buwono ke II Daerah Istimewa Yogyakarta. maka pada hari Senin, tanggal 29 Juni 1812 jam 17.00 (sore hari), Letnan Gubernur Zaman Penduduk Belanda Jendral untuk tanah Jawa dan daerah-daerah Selama pendudukan tantara Belanda jajahan, atas nama Pemerintah Inggris, Sir dari tanggal 19 Desember 1948 sampai Thomas , menobatkan tanggal 29 Juni 1949, Sri Paku Alam ke VIII Pangeran Ario Notokusumo, putera Sri Sultan menyatakan non-ko-operator terhadap Hamengku Buwono ke I dan BRA. Pemerintah Jajahan dan selama itu bertindak Srenggorowati, sebagai Pangeran Merdiko sebagai Pemimpin Rakyat Mataram. Sesudah dengan sebutan Kajeng Gusti Pangeran menduduki Nusantara selama 6 bulan, tentara Adipati PAKU ALAM ke I Belanda mengundurkan diri dari Daerah Sejak saat itu berdirilah Kadipaten Istimewa Yogyakarta tanpa berhasil Pakualaman dan yang kemudian memperoleh mematahkan semangat perjuangan Rakyat sebidang tanah hak milik turun-temurun seluas Mataram. Kadipaten Pakualaman kembali 4000 m2. Cacah yang lalu pada tahun 1829 pada keadaan semula tanggal 19 Agustus menjadi Kabupaten Kemuning dengan Ibu 1945. Kota Brosot dengan 4 distrik : Galur, Tawangardjo, Tawangkarto dan Tawangsoko terletak diantara Kali Progo dan Kali Bogowonto Status Kadipaten Pakualaman selama lk. abad tidak banyak berubah dan dipimpin secara turun-temurun oleh Sri Paku Alam ke I sampai Sri Paku Alam ke VIII. Yang terakhir ini naik tahta pada tanggal 12 April 1937 berdasarkan Akte van Verband bulan Suro April 1937 berdasarkan Akte van Verband bulan Suro 19 -EHE- 1868 atau Sumber : Puropakualaman (2020) tanggal 31 Maret 1937. Namun sejak tanggal 8 Gambar 1. Regol Puro Pakualaman Maret 1942 sampai kini Kadipaten Paku Alaman telah 3 kali mengalami perubahan PEMBAHASAN zaman. Warisan Budaya di Puro Pakualaman Zaman Jepang cukup banyak dan sampai saat ini tetap Pada tanggal 8 Maret 1942 balatentara dilestarikan, sehingga menjadi daya tarik Dai Nippon mulai menduduki Nusantara dan wisaya budaya di Yogyakarta, yang meliputi : pada tanggal 14 Agustus 1942 maka Kanjeng Gusti Prabu Suriodilogo oleh Pemerintah Upacara Adat Daur Hidup Jepang, dalam hal ini diwakili oleh Jendral Pelestarian budaya upacara daur hidup Angkatan Darat, Imamura, dinobatkan sebagai merupakan simbolisasi kehidupan manusia Kepala Kadipaten Paku Alaman dengan mulai dari lahir sampai dengan meninggal. sebutan : PAKU ALAM-KO. Peresmian Mulai dari rangkaian acara, perlengkapan penobatan dilaksanakan di Paleis Rijswijk upacara, sampai dengan waktu prosesi, (Istana Negara) - Batavia () Bersama- masing-masing memiliki makna simbolis. Hasil sama dengan penobatan Mangkunegoro – Ko, penelitian upaya Pelestarian budaya Puro menurut tata cara ketataraan Dai Nippon. Pakualamnan sebagai daya Tarik Wisaya di Yogyakarta adalah upacara daur hidup antara Zaman Kemerdekaan lain Berdasarkan Surat Piagam tertanggal 19-VIII-’45 (2 hari sesudah Proklamasi Mitoni Kemerdekaan) Oleh Presiden Pertama Mitoni adalah upacara adat yang Republik Indonesia, Paku Alam Ko diangkat diselenggarakan ketika kehamilan yang sebagai Kepala Kadipaten Paku Alaman pertama menginjak usia 7 bulan. Mitoni dengan sebutan :Kanjeng Gusti Pangeran berasal dari kata pitu yang artinya ‘upacara Adipati Ario PAKU ALAM VIII. Menurut UUD- masa kehamilan usia tujuh bulan’. Upacara ini 1945 pasal 18 cq. UU no.13 tahun 1950 pasal diselenggarakan sebagai permohonan berkah 1 ayat 1- Kadipaten Paku Alaman masuk Allah SWT untuk keselamatan calon orangtua http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/khasanah 68

Pelestarian Budaya Puro Pakualaman Sebagai Wisata Sejarah di Yogyakarta

dan bayi yang ada didalam kandungan agar menginjak usia 7 lapan (pitung lapan) dengan selamat sampai masa kelahiran. Upacara koversi perhitungan waktu 7 x 35 hari. Dalam mitoni berlangsung dalam 3 tahapan, yaitu perhitungan waktu Jawa usia 1 lapan sama siraman, dandan, dan angreman. Sesaji yang dengan 35 hari. Pada umumnya pelaksanaan harus dipersiapkan antara lain, ayam jago, upacara tedhak siten dilaksanakan pada pagi tumpeng megana, tumpeng robyong, tumpeng hari bertempat di halaman depan rumah. urubing damar, dan tumpeng gundhul. Tamu yang hadir adalah sanak keluarga dan juga tetua yang diharapkan kedatangannya untuk memberikan doa restu kepada si anak. Pada saat pelaksanaan upacara, anak dipandu berjalan diatas jadah 7 warna lalu diarahkan naik ke atas tangga yang terbuat dari tebu.

Sumber : Warnasari System Budaya (2011) Gambar 2. Acara mitoni Di samping itu juga disiapkan tujuh macam sambal, rujak, dlingo, bengle, kue-kue manis yang terbuat dari kacang, sayur mayor beserta lauk pauk, tujuh ketupat isi abon, serabi,klepon, telur kura-kura yang diletakkan diatas tumpeng megana, bubur merah putih, Sumber : Warnasari System Budaya (2011) buah-buahan, nasi gurih, nasi punar, nasi Gambar 3. Tedhak Siten kebuli, serta boneka laki-laki dan perempuan. Setelah turun kaki ditapakkan ke jenang katul Cengkir gading yang digambari tokoh wayang kemudian dikais-kaiskan dalam pasir. Setelah Dewi Ratih dan Batara Kamajaya juga itu telapak kaki kecil itu dibasuh dengan air dipersiapkan dalam upacara itu, dengan bunga sri taman. Selanjutnya, anak harapan agar calon bayi berparas cantik atau dimasukkan kedalam kurungan yang berisi tampan secantik Dewi Ratih atau setampan beberapa macam barang. Apabila si anak Barata Kamajaya dalam cerita pewayangan. takut dimasukkan ke dalam kurungan, si anak dapat ditemani ibunya di dalam kurungan. Kelahiran Untuk kelahiran seorang bayi, upacara Supitan adat dinamakan brokohan yang merupakan Untuk putra Paku Alam, upacara supitan wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atau khitan dilaksanakan ketika mereka karena bayi di Kadipaten Pakualaman telah memasuki masa akil balig (10 sampai 13 dilahirkan.Selamatan dengan memberikan tahun). Rangkaian upacara supitan antara lain keluarga dan kerabat, abdi dalem, serta tamu adalah siraman, supitan, dan resepsi. Sesaji undangan berupa kelas, beras, gula jawa, yang digunakan pada upacara supitan ialah dhawet, telor, dan sebungkus bunga sri taman. jenang abang putih, jenang baro-baro, Saat bayi berusia selapan atau 35 hari tumpeng robyong, tumpeng gundhul, gula jawa diadakan upacara selapanan yaitu upacara satu tangkep, satu butir kelapa, empluk isi peringatan hari lahir menurut kalender Jawa beras, kemiri, kluwak, gedhang ayu, suruh atau weton. Saat selapanan, dilaksanakan ayu, gambir, jambe setangkai,kembang telon, upacara cukur rambut dan potong kuku yang menyan, lawe, lampu minyak, kendi, ayam dilakukan oleh ayah si bayi dan oleh kerabat hidup, dan uang receh. Sehari sebelum lain yang lebih tua. supitan berlangsung, dibuatlah 36 set Tedhak Siten buncalan dan dilakukan siraman. Putra yang Kata tedhak artinya ‘turun atau akan disupit mengenakan kain mori menuju menapakkan kaki’, sedangkan kata siten tempat siraman. Beberapa orangtua bertugas berasal dari kata siti yang artinya ‘tanah atau menyiramkan air bunga pada tubuh anak laki- bumi’. Jadi kata tedhak siten berarti laki yang disupit. Setelah itu, anak yang disupit menapakkan kaki ke bumi. Upacara ini melakukan wudhu dengan air yang dikucurkan melambangkan kesiapan seseorang balita dari kendi. Rangkaian upacara supitan diakhiri untuk menjalani kehidupan. Upacara tedhank dengan resepsi. Sebagai wujud syukur, siten dilaksanakan pada waktu seorang anak http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/khasanah 69

Pelestarian Budaya Puro Pakualaman Sebagai Wisata Sejarah di Yogyakarta

biasanya dipergelarkan pentas wayang kulit lamaran terhadap calon pengantin wanita. semalam suntuk. Setelah pinangan diteima maka ditentukan hari dan tanggal upacara pernikahan Tetesan berdasarkan musyawarah kedua belah pihak. Upacara Tetesan dilakukan untuk putri Setelah pinangan terlaksana, maka rangkain Paku Alam yang berusia sekitar 8 tahun. acara selanjutnya adalah wilujengan. Upacara tetesan merupakan upacara sejenis Wilujengan merupakan doa permohonan dengan upacara supitan, tetapi dikhususkan kepada Tuhan dengan harapan pernikahan untuk seorang perempuan. Di tempat yang akan diselenggarakan mendapatkan dilangsungkannya upacara tetesan perlindungan, keselamatan, dan kelancaran. dibentangkan tikar atau karpet diberi daun apa-apa, kluwih, kara, dhadhap serep, alang- Pasang Bleketepe dan Tarub alang. Tikar atau karpet itu dilapisi klasa Sehari sebelum pelaksanaan Bangka kecil, kemudian dilapisi kembali pernikahan di tratag sebelah selatan Bangsal dengan kain bangun tulak, sindur, sembagi, Sewatama diadakan acara selamatan untuk letrek, selendang lurik puluh watu, yuyu memasang bleketepe dan tarub. Bleketepe sekandhang dan lawon. Sesaji upacara adalah anyaman pelepah daun kelapa yang tetesan sama dengan sesaji pada upacara dimaksudkan untuk mengusir roh jahat dan supitan sebagai tanda bahwa pesta pernikahan . diselenggarakan ditempat itu. Selanjutnya, Tarapan dilaksanakan pemasangan tarub. Khusus Upacara tarapan adalah upacara adat pemasangan tarub, Kadipaten Pakualaman yang dilaksanakan oleh seorang putri yang biasa menempatkannya di beberapa tiang di menginjak dewasa dan mengalami mestruasi tratag depan, yaitu di depan Parangkarsa dan untuk yang pertama kalinya. Upacara yang Pawon Ageng. Rangkaian tarub terdiri atas dilakukan yaitu siraman. Tempat duduk yang empat macam umbarampe (perlengkapan) akan dipakai untuk siraman diberi yakni pohon pisang, Tebu wulung, Cengkih perlengkapan antara lain, tikar, apa-apa Gadine dan bermacam dedaunan seperti kluwih, kara, dhadhap serep, alang-alang dan majakara, alang-alang, dhadap serep. beberapa macam koin bercorak, seperti letrek, jingga, bangun tulak, sindur, sembagi, Bucalan selendang lurik puluh watu, yuyu sekandang Sebelum rangakaian upacara adat serta lawon Upacara tetesan terdiri atas pernikahan dimulai, biasanya pihak Kadipaten tepung beras 7 warna dicampur dengan Pakualaman membuat sesaji tolak bala agar mangir, pandan wangi, dan kemuning. Air acara yang akan diselenggarakan dapat yang digunakan untuk siraman ialah air berjalan lancar. Sesaji ini disebut dengan kembang setaman. Kemudian dilakukan buncalan (sesuatu yang dibuang). Bunacalan upacara siraman terhadap sang putri. Setelah dibuat sebanyak 36 set yang diletakkan di siraman selesai, sang putri dibawa ke kamar beberapa tempat yang sudah ditentukan. untuk dirias. Selanjutnya, sang putri minum Misalnya, di dekat pintu atau tepi jalan. Jenis jamu yang telah disediakan. Jamu yang akan berupa tumpeng pancawarni, rujakan, bunga diminum terbuat dari delima putih yang muda, Sri Taman, empon-empon,pencok , jenang temu lawak, jeruk purut, cengkih,. abang putih, dan baro-baro.

Pernikahan Siraman Seorang putri keturunan Paku Alam Upacara siraman dimaksudkan untuk yang sedang bertahta, yang menjalin membersihkan calon pengantin baik lair hubungan dengan seseorang pemuda dan maupun batin. Siraman di Kadipaten akan melanjutkan hubungannya itu ke jenjang Pakualaman dikhususkan untuk calon yang lebih serius, yakni pernikahan akan pengantin wanita putri dari Paku Alam. melewati beberapa tahapan upacara adat, Perlengkapan dalam upacara siraman antara yakni : lain, tempat air atau bejana, air dari 7 mata air, kembang setaman, bedak basah lima warna Pinangan yang berfungsi sebagai sabun, dua kelapa Calon pengantin pria bersama yang diikat menjadi satu, kursi untuk calon keluarganya datang ke Kadipaten Pakualaman pengantin wanita yang dilapisi dengan klasa dengan membawa sepucuk surat yang berisi Bangka, kain bangun tulak, dilingo, bengle, http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/khasanah 70

Pelestarian Budaya Puro Pakualaman Sebagai Wisata Sejarah di Yogyakarta

sehelai kain putih yang dikenakan untuk Islam yang dipercayai pernah dilakukan oleh siraman, kain motif grompol dan para Wali. nagasari, handuk, dan kendi serta gayung dan lain lain. Garebeg Sawal Upacara siraman dimulai, berupa air Kegiatan garebeg Sawal adalah yang berasal dari tujuh sumber mata air upacara sebagai ungkapan puji syukur kepada dimasukkan ke dalam bejana yang telah Allah SWT setelah selesainya ibadah puasa ditaburi kembang setaman. Acara selanjutnya selama satu bulan yang salah satu tujuannya adalah berdoa memohon kepada Allah SWT adalah mensucikan diri dari segala dosa. agar upacara siraman dapat berlangsung Upacara garebeg Sawal dilaksanakan setelah dengan lancar tidak ada halangan. Selain itu, Sholat Idul Fitri. juga disampaikan harapan agar calon pengantin wanita bisa menjalani hidup Garebeg Besar berkeluarga penuh berkah, rahmat, dan Garebeg Besar merupakan acara hidayah dari Allah SWT.. sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT dengan mengikuti tuntunan Nabi Ibrahim Ngerik AS, yaitu dengan melakukan penyembelihan Ngerik adalah upacara untuk calon hewan kurban dilaksanakan setelah selesai pengantin wanita yang dilakukan dengan cara menunaikan Sholat Idul Adha. mencukur rambut-rambut kecil atau halus di wajah menggunakan pisau cukur. Sesaji untuk Upacara Adat Penghormatan Benda Pusaka ngerik sama dengan sesaji untuk siraman. Upacara jamasan atau siraman pusaka Pada praktiknya sesaji yang digunakan untuk merupakan tradisi pemeliharaan benda-benda upacara siraman dimasukkan ke kamar pusaka yang dilakukan rutin setiap pada bulan pengantin. Sesudah dikerik, calon pengantin suro dengan mengambil hari selasa kliwon wanita dibusanai dengan dan kain atau jum’at kliwon. batik bermotif sidomukti atau sidoasih yang melambangkan keinginan calon pengantin Upacara Adat terhadap Lingkungan wanita dapat hidup makmur dan dihormati. Upacara labuhan di Kadipaten Pakualaman dilakukan setiap tanggal 10 Sura Upacara Adat Peringgatan bertembat di Glagah Kulonprogo dengan Upacara peringatan di sini adalah tujuan untuk memohon keselamatan kepada upacara peringatan hari kelahiran Sri Paduka Tuhan dan sebagai salah satu bentuk Paku Alam. Ulang tahun atau tingalan dalem kesadaran mausia terhadap lingkungannya. untuk Paku Alam yang sedang bertakhta selalu diperingati berdasarkan hari lahir sesuai Tosan Aji dengan penanggalan Jawa. Peringatan Arti Tosan Aji dapat sebagai benda tingalan dalem Paku Alam IX bertepatan bersejarah, sebagai benda seni, sebagai dengan tanggal 7 Mulud. Peringatan tingalan senjata, sebagai pusaka, dan sebagai dalem terlebih dahulu dimulai dengan lambang. Tosan Aji disini dikaitkan dengan pembuatan buncalan dan pembuatan sesaji. peristiwa-peristiwa sejarah atau dihubungkan dengan tokoh-tokoh tertentu seperti Keris Upacara Adat Ke agamaan Empu Gandring kerjaan Singso, Keris Kyai Upacara adat keagamaan adalah KAlamunyang dari Sunan Giri, dan zama upacara adat yang berhubungan dengan suatu Kerajaan Mataran keris nagasasra dan peringatan hari besar keagamaan, yaitu hari Sabukinten dan sebagainya. Tosan aji juga besar dalam agama Islam. Upacara adat ini merupakan hasil dari perwujudan dan disebut garebeg. Adapun Grebeg mulud terdiri kesatuan dari berbagai seni yakni seni dari : metalurgi, seni ukir dan pahat, seni tempa dan mranggi. Grebeg Mulud Mewarisi kebudayaan nenek moyang Upacara ini dimaksudkan untuk kita besar sekal manfaatnya bagi memperingati Maulid (hari lahir) Nabi pembangunan nasioanl dewasa ini yang Muhammad SAW dan telah dilaksanakan oleh dititikberatkan pada sector ekonomi, social para raja penguasa Kerajaan Mataram (Islam). budaya yang tidak boleh terlupakan. Tosan Aji Kegiatan itu dikemas secara menarik dan dapat pula menjadi sarana dan prasarana bagi meriah sebagai salah satu cara syiar agama pemiliknya, untuk selalu kebebasan sejarah http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/khasanah 71

Pelestarian Budaya Puro Pakualaman Sebagai Wisata Sejarah di Yogyakarta

nenek moyang kita terdahu, hal ini dapat pengawasan museum negeri Sonobudoyo. menggugah rasa cibta tanah air, rasa Bila tidak dipamerkan kereta ditutup dengan patriotism nasionalisme dan idealism, demi kain cindhen. suksesnya pembangunan Nasional. Bahwa Tosan Aji mempunyai system Masjid Puro Pakualaman nilai tradisioanal yang tinggi dalam tata Masjid Puro Pakualaman terletak di kehidupan bangsa Indonesia, memiliki pula sudut barat daya Puro Pakualaman, seusai berbagai fungsi dan fungsi-fungsi yang kita perang Diponegoro dan semasa pemerintahan tarik manfaatnya langsung bagi kepentingan Sri Paku Alam ke II, Pendirian masjid ditandai masyarakat luas dan pembangunannya. Tosan dengan adanya batu prasasti yang hingga kini Aji sebagai benda sejarah yang mempunyai masih dapat dibaca pada dinding serambi nilai seni dan ke falsafahan sangat luhur serta bangunan. pengetahuan (Surono,1979:2)

Museum Puro Pakualaman Museum Puro Pakualaman berada di bawah naungan Bebadan Museum Puro Pakualaman, diresmikan pada tanggal 29 Januari 1981. Museum terletak di kompleks Puro Pakualaman yang hanya berjarak dua kilo meter ke arah timur dari Jalan Malioboro Koleksi Mueseum di bagi 3 ruang yakni ruang 1 ; Perjanjian Politik berdirinya Kadipaten Paku Sumber : Puropakulaman (2020) Alaman.Perjanjian wewenang Sri Paku Alam Gambar 5. Masjid Puro Pakualaman ke II sebagai pengganti Sri Paku Alam ke I, Prasasti ditulis dalam huruf Arab 2 buah dan Peta Kecamatan Paku Alaman, Peta tanah- dalam huruf Jawa 2 buah. bangunan masjid tanah milik Praja Paku Alaman di Adikarto dan semula diperkirakan persegi empat terdiri dari Kulonprogo, Songsong Tlacap, Alat , hanya sebuah ruangan untuk sembahyang Seperangkat tempat singgasana Pangeran dengan serambi tidak luas seperti sekarang. Adipati Praja Paku Alaman, dan sebagainya. Masjid pada bagian depan dan kedua sisinya Ruang 2 : Senjata perang Zaman V.O.C, pernah dilengkapi dengan belumbang berisi air Sarana beksan kakung Bondoboyo, 2 buah yang melimpah. Masjid Puro Pakualaman Dhuwung (keris),Vitrine berisi busana sampai saat ini banyak orang yang beribadah Pangeran Takwa dan Permaisuri, dan dan masjid dalam kondisi yang terawatt dan sebagainya. bersih.

PENUTUP

Pelestarian Budaya yang ada di Puro Pakualaman Yogyakarta sampai saat ini masih terpelihara dan tradisi masih tetap dilakukan walaupun ada perubahan masyarakat yang kearah teknologi yang begitu cepat. Banyak tradisi yang ada di dalam maupun dilingkungan Puro Pakualaman masih diadakan dan ditaati, hal ini akan membawa Sumber : Museum Puropakualaman (2018) daya tarik wisata sendiri dan sebagai wisata Gambar 4. Museum Puropakualaman peninggalan sejarah. Beberapa budaya yang Ruang 3 : dipamerkan kereta kebesaran pada masih berjalan upacara adat daur hidup zamannya untuk upacara-upacara resmi meliputi mitoni, kelahiran, tedhak siten, keprajan yakni Kereta Kiai Namik Kumolo, supitan, tetesan, tarapan, pernikahan Kereta Roro Kumenyar, Kereta yang belum termasuk upacara adat peringatan, upacara diketahui namanya model Coupe Driewart, adat keagamaan, upacara adat penghormatan masing-masing ditarik oleh sepasang kuda. benda pusaka.untuk peninggalan tosan aji, Ke-empat benda peninggalan sejarah itu telah Museum dan Masjid Puro Pakualaman dibersihkan dengan bahan khusus dan Yogyakarta. diawetkan dengan bahan insektisida dibawah http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/khasanah 72

Pelestarian Budaya Puro Pakualaman Sebagai Wisata Sejarah di Yogyakarta

Puro Pakualaman juga sebagai salah Muljadi, Wawan Andri, 2016. Kepariwisataan satu wisata sejarah yang ada di Yogyakarta dan Perjalanan, Jalarta : PT. Raja yang cukup banyak di kunjungi wisatawan Grafindo Persada dalam negeri maupun wisatawan Surono, 1979 : Tosan Aji dan Pembangunan mancanegara yang menceritakan banyak Bangsa, Penerbit ;Pakualaman tentang Kerajaan Mataram dan sebagai Wardiyanta, 2006, Metode Penelitian tempat edukasi. Pariiwsata, Yogyakarta ; Andi Wibowo, Alexandre Joseph Ibnu. 2015. DAFTAR PUSTAKA Persepsi Kualitas Layanan Museum Di Indonesia : Sebuah Studi Observasi. Angling Kusumo, 1988, Regol Wiworo Vol. 15 No. 1, November 2015. Diambil Kusumo, Yogyakarta ; Bebadan dari Museum Puro Pakualaman https://media.neliti.com/media/publicatio Dinas Kebudayaan DIY, 2017. Mueeum di ns/115192-ID-persepsi-kualitas-layanan- Yogyakarta. Penerbit : Disbud DIY. museum-di-indo.pdf (20 Maret 2020) I Gusti, Mhadewi, 2012. Metode Peneltian Wijayanto, Catur. 2015. Peranan Museum Pariwisata dan Perhotelan, Yogyakarta ; Karst Sebagai Sumber Informasi Karst. Andi Yoeti Oka, 2006, Pariwisata Budaya Masalah Jones, Tod, 2005. Indonesia Cultural Policy, dan Solusinya, Jakarta : PT Pradnya 1950-2003 ; Culture Policy, Institutions, Paramita Government.diambil dr : https://espace.curtin.edu.au/handle/20.5 00.11937/403 (18 Maret 2020)

http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/khasanah 73