EVALUASI SPASIAL POLA SEBARAN INDUSTRI DI KECAMATAN , KABUPATEN TANGERANG

Juwita Aprilia Supartiningtias¹, Suprajaka¹ ¹Jurusan Teknik Planologi, Universitas Esa Unggul Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510 [email protected]

Abstrak Studi ini bertujuan untuk melakukan identifikasi dan evaluasi pola dan sebaran industri di Wilayah Cikupa Kabupaten Tangerang bersadarkan Site Plan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang. Sebagai acuan dalam menjelaskan wilayah tersebut dengan didukung oleh perangkat Argis 10.1 Dengan metode yang digunakan adalah metode Evaluasi Before and after comparisons , Actual versus planned performance comparisons. Analisis ini untuk mengevaluasi kondisi sebelum dan kondisi sesudahnya, kondisi yang ada (actual) dengan ketetapan perencanaan yang ada (planned). Implikasi dari penelitian ini adalah pola sebaran Industri yang ada di wilayah Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang, harus ditinjau kembali sesuai dengan pola pengembangan industri yang berdasarkan aglomerasi berdsasarkan jenis indutsri berat, sedang, ringan, sehingga akan memudahkan pengaturan aksesibiltas dan aliran barang hasil produksi, Sehingga membentuk struktur Tata ruang yang tepat dengan sasaran yang baik dari segi keuntungan skala Ekonomi, keuntungan Lokasi, maupun penyerapan tenaga kerja yang berkualitas.

Kata Kunci : Pola Sebaran, Industri, Evaluasi, Before and After Comparations, Aglomerasi.

Pendahuluan Kota Serang (5,44 %) dan terendah Kota Cilegon (3,5 persen ). Kabupaten Tangerang berada pada wilayah dataran rendah dan dataran Dengan luas Wilayah Kabupaten bergelombang. Dataran rendah sebagian besar Tangerang sekitar 959,61 km2 yang didiami oleh berada di wilayah utara yaitu Kecamatan 2.960.474 orang rata-rata tingkat kepadatan , Mauk, Kemiri, , , penduduk Tangerang adalah sebanyak 3.085 , , dan . Sedangkan dataran orang / km2. Berbeda dengan Provinsi tinggi berada di wilayah bagian tengah kearah dengan luas wilayah sekitar 9.662,92 km2 yang selatan. Secara administratif, Kabupaten didiami oleh 11.005.518 orang sehingga rata-rata Tangerang terdiri dari 29 kecamatan, 28 kelurahan tingkat kepadatan penduduknya masih berada jauh dan 246 desa. di bawah Kabupaten Tangerang yaitu sebesar 1.139 orang/km2. Hasil proyeksi penduduk 2011 menjelaskan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Pada tahun 2011, dari jumlah penduduk Tangerang mencapai 2,96 juta orang. Terdiri dari Kabupaten Tangerang sebanyak 2.928.200 orang 1,52 juta laki-laki dan 1,44 juta perempuan. terdapat 2.039.565 orang atau 69,65 persen Persentase penduduk Tangerang pada tahun 2011 merupakan penduduk usia kerja (PUK 15 th mencapai 26,9 % dari total penduduk banten yang keatas). Dari jumlah tersebut, hampir 70 persen berjumlah lebih dari 11 juta orang. Bila merupakan angkatan kerja dan sisanya adalah dibandingkan dengan kabupaten lainnya, penduduk bukan angkatan angkatan kerja di Tangerang adalah kabupaten dengan populasi Tangerang terus menurun. Berbeda dengan tingkat tertinggi pertama di Banten, diikuti Kota partisipasi angkatan kerja (TPAK) yang terus Tangerang (16,99 %), Kabupaten Serang (13,03 meningkat dari tahun ke tahun, terakhir pada %), Kota Tangsel (12,32 %) Kabupaten Lebak tahun 2011. (11, 17 %) Kabupaten Pandegelang (10,65 %), Berdasarkan lapangan pekerjaan, sektor rendah, hal ini menandakan angka putus sekolah industri pengolahan menduduki peringkat pertama masih cukup besar. penyerapan tenaga kerja di Tangerang dengan Indeks pembangunan manusia (IPM) persentase mencapai 44,89 persen . Sektor industri dapat dijadikan tolak ukur dalam menetukan merupakan sektor ekonomi utama untuk tingkat keberhasilan pembangunan sumber daya menunjang perekonomian Kabupaten Tangerang. manusia di suatu wilayah, sehingga indeks ini Disusul kemudian oleh sektor perdagangan diharapkan dapat menggabarkan dan mewakili menduduki peringkat kedua dengan persentase indikator-indikator lainnya sebagai indikator 23,01 persen, sektor jasa sebesar 13,12 persen, pembangunan manusia. Beberapa tahun terakhir sektor pertanian sebesar 6,22 persen dan sektor IPM Tangerang terus meningkat. Meningkatnya lainnya selain sektor diatas sebesar 12,76 persen. indikator-indikator IPM ini secara umum karena Sedangkan menurut pekerjaan, sebagian besar adanya program-program pembangunan yang penduduk Tangerang atau sekitar 62,68 persen telah dijalankan oleh Pemerintah Daerah dan yang berstatus buruh/karyawan. Selanjutnya mendapat dukungan seluruh lapisan masyarakat. peringkat kedua adalah status berusaha sendiri sekitar 18,94 persen dan yang terendah adalah Dengan melihat perkembangan angka status berusaha dibantu pekerjaan tetap hanya IPM tiap tahun, pencapaian kemajuan sebesar 2,3 persen. pembangunan manusia di Tangerang sepertinya tidak terlalu signifikan. Angka IPM Tangerang Kualitas sumber daya manusia sangatlah hanya mengalami sedikit peningkatan dari 71,76 bergantung dari pembangunan di bidang pada tahun 2010 menjadi 72,02 di tahun 2011. pendidikan. Indikator atau tingkat kemajuan Dilihat dari kenaikannya masih cukup rendah pendidikan disuatu daerah antara lain adalah sehingga masih diperlukan kebijakan dan program dengan melihat presentase rata-rata lama sekolah yang dapat segera meningkatkan indeks IPM dan pendidikan tertingginya yang ditamatkan. tersebut. Tercatat tahun 2011 sekitar 95,86 persen dari total penduduk berusia 15 tahun ke atas memiliki IPM merupakan indikator gabungan dari kemampuan membaca dan menulis serta rata-rata beberapa indikator yaitu indikator kesehatan, bersekolah selama 8,95 tahun atau kebanyakan indikator pendidikan, dan indikator ekonomi. memutuskan berhenti saat menduduki kelas 3 Ketiga indikator dasar tersebut dianggap dapat SLTP. mengukur tingkat kesejahteraan dan keberhasilan pembangunan manusia di suatu wilayah. Tercatat Sedangkan untuk angka partisipasi untuk tahun 2011 terjadi peningkatan indikator sekolah penduduk Tangerang untuk berbagai IPM dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 65,9 kelompok usia tercatat untuk tahun 2011, angka untuk AHH, 5,86 untuk AMH, 8,95 untuk rata- partisipasi sekolah untuk kelompok usia SD rata lama sekolah, dan 637,80 untuk pengeluaran sebesar 98,66 persen, usia SLTP sebesar 88,41 perkapitanya. persen, dan usia SLTA sebesar 48,88 persen. Walaupun tamatan jenjang pendidikan lebih tinggi Di sektor pertanian, Kabupaten dari SD mengalami peningkatan, namun bila Tangerang pada era sebelum tahun 70-an dikenal melihat kepentingan masyarakat dan pemerintah sebagai lumbung padi. Namun setelah lahan-lahan dalam mengahadapi persaingan (antara daerah dan persawahan terkonversi menjadi lahan industri global), maka pemerintah daerah masih harus dan pemukiman, luas lahan dan hasil produksi bekerja keras untuk dapat meningkatakan kualitas padi terus menurun. Namun demikian, hasil pendidikan masyarakat. Disamping berupaya produksi ini bisa kembali dikembangkan dengan untuk memperbesar kesempatan masyarakat penerapan teknologi budidaya dan industri (khususnya dari masyarakat miskin) agar dapat pengolahan hasil panen yang kian tepat dan memperoleh pendidikan ke jenjang lebih tinggi, berhasil guna. tapi juga berupaya meningkatkan akses Pada tahun 2011 menurut Dinas pertanian masyarakat untuk bisa menamatkan pendidikan di dan Peternakan Kabupaten Tangerang, jenis penguruan tinggi. komoditas pertanian yang di produksi antara lain Bila melihat grafik persentase kelulusan, adalah padi sawah, padi gogo, jagung, ubi kayu, tingkat sekolah dasar atau sederajat menduduki ubi jalar, kacang tanah, kacang tanah, kacang peringkat tertinggi yakni mencapai 26,32 persen panjang, cabe rawit, bayam, terung, kangkung, diikuti peringkat kedua adalah lulusan SLTA atau mentium petsai/sawi, dan cabe besar. Komoditas sederajat sebesar 24,50 persen. Persentase untuk padi dan palawija dengan luas panen terbesar yang tamat SLTP atau sederajat masih cukup adalah padi sawah yaitu 77.072 Ha dengan produksi 415.418 Ton GKP, sedangkan komoditas dengan luas panen terkecil adalah ubi jalar yaitu daerah tersebut menghasilkan barang dan jasa 54 Ha dengan produksi 515 Ton. yang diperlukan bagi kebutuhan hidup masyarakat yang diindikasikan dengan Produk Domestik Jika dilihat dari sisi produktivitasnya, Regional Bruto (PDRB). PDRB didefinisikan oleh komoditas ubi kayu menunjukan produktivitas seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau tertinggi dibandingan komoditas lainnya dimana merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir pada tahun 2011 mencapai 127,75 kuintal/ha. yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Disusul produktivitas ubi jalar dan padi sawah yang masing-masing sebesar 95,38 kuintal/ha dan Total nilai tambah yang tercipta dari 53,90 kuintal/ha. Produktivitas terkecil terdapat produksi barang dan jasa yang dilakukan para pada komoditas kacang tanah sebesar 17,48 pelaku ekonomi di Kabupaten Tangerang kuinta/ha. dicerminkan oleh besaran angka PDRB-nya. Pada Tahun 2011, nilai PDRB Tangerang mencapai Dalam hal ini terdapat isu strategis yang sekitar 39.993,02 milyar rupiah atau meningkat menyatakan bahwa sebagaian sawah irigasi teknis 7,35 persen dari tahun sebelumnya. Berdasarkan di beberapa kecamatan di Kabupaten Tangerang harga konstan 2000, nilai PDRB Kabupaten telah beralih fungsi menjadi kawasan Tangerang mencapai 19.912,42 milyar rupiah atau pergudangan. Ini mengakibatkan Tangerang yang meningkat 7,35 persen dari tahun sebelumnya. tadinya menjadi salah satu lumbung padi kini mengalami ketergantungan beras dari wilayah lain Jika dilihat berdasarkan distribusinya, karena kekurangan pangan. struktur ekonomi Kabupaten Tangerang didominasi oleh sektor industri pengolahan yang Kabupaten Tangerang telah lama mencapai 54,81 persen, lebih dari setengah nilai menyandang predikat sebagai sentra industri. PDRB Kabupaten Tangerang. Dan yang Karena banyaknya ditemukan pabrik-pabrik mempunyai peranan terkecil berada di sektor industri, terutama pada jenis industri tekstil, pertambangan dan penggalian yang hanya pakaian jadi, dan kulit. Potensi ini ditunjang oleh menyumbang sebesar 0,09 persen. lokasi Kabupaten Tangerang yang sangat dekat dengan ibukota dan transportasi yang mudah serta Dilihat dari pengeluarannya, peranan memadai. Hal ini memperlancar ekspor barang konsumsi rumah tangga masih mendominasi hasil produksi. Berdasarkan Data BPS pada tahun Kontribusinya terhadap PDRB tahun 2011 2011 tercatat banyaknya penduduk yang bekerja mencapai 51,8 persen. Hal ini mengindikasikan disektor industri sejumlah 544.270 jiwa atau yang mendorong laju pertumbuhan adalah hampir 50 persen dari penduduk 15 tahun ke atas tingginya konsumsi masyarakat yang yang bekerja. menandakan semakin kuatnya kemampuan daya beli masyarakat Kabupaten Tangerang. Badan Menurut direktori perusahan industri Pusat Statistik Kabupaten Tangerang, (2011). besar sedang yang tercatat di BPS Kabupaten Tangerang, tercatat pada tahun 2011 dari 692 Ruang lingkup untuk penelitian ini perusahaan industri, 254 perusahan (36,70 persen) dibatasi pada bagaimana melakukan identifikasi diantaranya merupakan perusahaan PMDN, 137 pola dan sebaran industri di Kabupaten perusahaan (19,8%) adalah perusahaan PMA dan Tangerang, Provinsi Banten dengan kajian di sisanya 301 perusahaan (43,5 persen) merupakan Kecamatan Cikupa yang meliputi Desa perusahaan non fasilitas. Budimulya, Bojong, , Cikupa, Dukuh, Bitung Jaya, Bunder, Sukadamai, Passir Jaya, Bila dillihat dari jumlah tenaga kerja yang Pasir Gadung, Talaga Sari, Talaga, Suka Nagara, terbesar di 692 perushaan/industry besar sedang Cibadak. Selanjutnya berdasarkan hasil yang terdapat di wilayah Kabupaten Tangerang. identifikasi pola dan sebaran industri tersebut Dari sejumlah tenaga kerja tersebut lebih dari 40 digunakan untuk melakukan analisis aglomerasi persennya (71.113 pekerja) berada di Kecamatan industri di Kecamatan Cikupa. Hasil analisis Cikupa yang tersebar di 294 perusahaan. Di aglomerasi digunakan sebagai dasar untuk peringkat kedua terdapat Kecamatan Curug yang menyusun usulan rekomendasi pola dan bentuk berbatasan dengan wilayah Cikupa dengan 121 aglomerasi kawasan industri di Kecamatan perusahaan dengan tenaga kerja sebanyak 27.891 Cikupa agar lebih efisien dan efektif ditinjau dari pekerja. Peringkat ketiga adalah Kecamatan Pasar spasial. Wilayah studi secara spasial dapat dilihat Kemis dengan jumlah 63 perusahan dengan secara spasial pada Gambar 1. jumlah tenaga kerja 21.776 pekerja.

Kegiatan ekonomi suatu daerah secara umum dapat digambarkan melalui kemampuan Gambar 1. Wilayah Studi

Metode Penelitian Data Sekunder: Foto Udara Tahun 2010-2011, RTRW Kabupaten Tangerang, Statistik Daerah Metode pendekatan studi yang digunakan Kabupaten Tangerang, RDTR Kabupaten Tangerang. penulis yaitu metode evaluasi .Menurut Ernest R. Alexander dalam Aminudin (2007) evaluasi dapat Data Primer: Data Perusahaan industri yang terkait diklasifikasikan sebagai berikut : dalam penelitian, Data Limbah, Data Banjir, Data Perizinan, Data Pengunaan Lahan, Data Keadaan Jalan 1) Before and after comparisons, metode ini Penelitian. mengkaji suatu obyek penelitian dengan Tahap penelitian dilakukan berdasarkan beberapa membandingkan antara kondisi sebelum tahapan kerja, yaitu : dan kondisi sesudahnya. 1. Observasi Lapangan 2) Actual versus planned performance Kegiatan ini dilakukan sebagai kegiatan comparisons, metode ini mengkaji suatu pendahuluan , sehingga dapat dirasakan dan obyek penelitian dengan membandingkan mengenali permasalahan yang ada di lapangan kondisi yang ada (actual) dengan dengan mengadakan pengamatan secara langsung. ketetapan perencanaan yang ada (planned). 2. interview dan pengumpulan dokumentasi yang berkaitan dengan topik penelitian. Teori evaluasi yang digunakan dalam 3. Melakukan seleksi atas data yang telah penelitian penulis mengarah kepada teori Menurut diperoleh dari tahap pertama membuat Scriven (1999) tentang model evaluasi formatif- observasi dan pengumpulan dokumentasi. sumatif. 4. Proses penyajian data dilakukan dalam bentuk Selain itu penelitian ini Bepedoman pada membuat kutipan (transkrip hasil survei PP (39:2006) yang menjelaskan tentang Evaluasi lapangan dan pengumpulan dokumentasi). dengan Tahap Pasca-Pelaksanaan (ex-post), 5. Pada tahap akhir, pembuatan kesimpulan dimana kesimpulan Evaluasi merupakan sementara dari hasil pengumpulan data. rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar. Analisis Kondisi Fisik Lingkungan Kecamatan Cikupa Telah terjadi Analisis Penggunaan Lahan Aglomerasi, dimana di dua belas kelurahan Wilayah Cikupa terdapat dua Penggunaan Tangerang di huni oleh 43 Industri dengan Lahan yakni Kepadatan Tinggi dan Kawasan berbagai jenis kegiatan. Di Kawasan ini juga di Industri. Dari 14 Kelurahan yang terdapat di tetapkan sebagai kawasan strategis provinsi wilayah Kecamatan Cikupa Tangerang dapat Banten dan memiliki potensi yang sangat besar dijelaskan terdapat 6 kelurahan yang di dukung untuk perkembangan Industri baik lokal maupun penggunaan lahan wilayah kepadatan tinggi yaitu ekport, dan berdasarkan lapangan pekerjaan : Kelurahan Cibadak, Kelurahan Pasir Jaya, Sektor Industri merupakan Sektor Terbesar untuk Kelurahan Pasir Gadung, Kelurahan Dukuh, Penyerapan Tenaga Kerja.Namun dalam arus pola Kelurahan Sukamulya, Kelurahan Cikupa, yang terjadi di wilayah ini belum adanya sedangkan pada 8 kelurahan lainnya di dukung pengelompokan kegiatan- kegiatan ekonomi pada penggunaan lahan wilayah Kawasan Industri. Dari suatu lokasi tertentu, tetapi menekankan pada hasil analisis penggunaan lahan yang diperoleh kecenderungan pertumbuhan tata ruang wilayah oleh penulis, 6 Kelurahan yang didukung oleh dan khususnya pertumbuhan daerah penggunaan lahan wilayah kepadatan tinggi lebih perkotaan.Dengan terjadi nya berbagai kegiatan di dominasi oleh pemukiman penduduk. industri di Kawasan Cikupa ini, menyebabkan Sedangkan untuk 10 Kelurahan yang didukung daya tarik dari arah berlawanan terhadap oleh penggunaan lahan wialyah kawasan industri komoditas dari daerah-daerah lain yang menuju lebih didominasi oleh industri- industri, dan lahan pusat kegiatan Ekonomi. maka penulis memulai komersial. Pengunaan lahan secara spasial dapat untuk mengevaluasi pola penyebaran industri di dilihat pada Gambar 2. Wilayah Cikupa.

Gambar 2. Analisis Penggunaan Lahan

Sumber : Hasil Analisis, 2014

Aluvial Kelabu, Asosiasi Hidromorf Kelabu dan Analisis Geologi Paluosol, Asosiasi Glei Humus Rendah dan Wilayah Cikupa terbagi menjadi tiga jenis Aluvial Kelabu, Karakteristik tanah yang cocok tanah. Asosiasi Latosol Merah dan Latosol Coklat untuk kawasan industri adalah bertekstur sedang Kemerahan, Asosiasi Glei Humus Rendah dan sampai kasar. Jenis tanah secara spasial dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Peta Analisis Geologi

Analisis Hidrologi merupakan sumber air sekunder ataupun sumber air mandiri. Hidrologi secara spasial dapat dilihat Sistem Hidrologi di wilayah Cikupa pada Gambar 5. kesediaan sumber air diwilayah ini hanya terdapat di satu wilayah 1(satu) tempat yakni di wilayah Kelurahan Cikupa. Ketersediaan air ini

Gambar 5. Peta Analisis Hidrologi

Analisis Aksesibilitas dalam peta di bawah ini, Akses jalur transportasi diwilayah ini berada dalam jalur arteri primer Untuk Aksesbilitas (Jalur Transportasi) di dimana akses jalan penghubung transportasi antar wilayah Kecamatan Cikupa sudah memiliki akses wilayah hanya dilalui satu jalur. Aksesbilitas jalan yang bisa dilalui setiap saat. Seperti terlihat secara spasial dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Peta Analisis Aksesibilitas

Gambar 7. Peta Analisis Pola Sebaran Industri

Keterangan Pola Sebaran Industri

N Kay plas sepa garm bahan Tek Jumlah Kelurahan Besi Elektronik makanan o u tik tu ent kimia stil Industri 1 Budimulya 1 1 2

2 Bojong 1 1

3 Sukamulya 1 1

4 Cikupa 1 1

5 Dukuh 1 1

6 Bitung jaya 1 1 2

7 Bunder 1 1 1 3 1 7

8 Sukadamai 1 1 1 3

9 Pasir Jaya 1 1 1 3

1 Pasir Gadung 1 1 0 1 Talagasari 1 1 2 1 1 Talaga 1 3 1 5 2 1 Sukanagara 1 1 1 3 3 1 Cibadak 1 1 4 TOTAL 2 7 8 3 3 4 3 3 1 33

Kesimpulan adanya pengelompokan- pengelompokan kegiatan ekonomi yang didukung kawasan Setelah melakukan pengamatan, industri yang memiliki pola dan pemanfaatan mengidentifikasi, dan menganalisa masalah yang ruang yang terstruktur dengan baik. terjadi di lokasi studi maka penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 3. Kondisi fisik dari Wilayah Kawasan Industri di Kecamatan Cikupa Telah terjadi 1. Kecamatan Cikupa merupakan kawasan Aglomerasi, dimana di empat belas kelurahan strategis provinsi Banten dan memiliki Tangerang yang dianalisis oleh penulis potensi yang sangat besar untuk terdapat tiga puluh tiga perusahaan industri perkembangan Industri baik lokal maupun dengan berbagai jenis kegiatan, namun tidak ekport, dan berdasarkan lapangan pekerjaan menunjukkan adanya pola pengelompokan Sektor Industri merupakan Sektor Terbesar sesuai dengan jenis indsurti. untuk Penyerapan Tenaga Kerja. 4. Dari empat belas kelurahan yang terdapat di 2. Dari empat belas Kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Cikupa Tangerang dapat Wilayah Kecamatan Cikupa Kabupaten dijelaskan terdapat empat kelurahan yang di Tangerang. Dapat disimpulkan wilayah ini dukung penggunaan lahan wilayah kepadatan belum terbentuk pola pesebaran, karena tidak tinggi dengan di dominasi tempat pemukiman penduduk, sedangkan sepuluh Rekomendasi kelurahan lainnya di dukung penggunaan Berdasarkan kesimpulan di atas, maka lahan wilayah Kawasan Industri dengan di rekomendasi yang diajukan penulis untuk dominasi oleh industri industri maupun – membentuk struktur Tata ruang yang tepat dengan lahan- lahan komersial. sasaran yang baik dari segi keuntungan skala 5. Terkait dengan pola insfratruktur Ekonomi, keuntungan Lokasi, maupun Jalan/Aksesibiltas dalam pengembangan penyerapan tenaga kerja yang berkualitas. industri dapat dibedakan menjadi: Sebagai kawasan strategis Provinsi Banten dan a.Kawasan industri berat, karena adanya memiliki potensi yang sangat besar untuk dua jenis industri berat seperti Industri perkembangan Industri baik lokal maupun ekport, Alumunium /Besi, Industri Kayu. Selain dan berdasarkan lapangan pekerjaan Sektor itu wilayah ini juga memiliki jalur Industri Terbesar dalam Penyerapan Tenaga transportasi yang berdekatan dengan jalur Kerja. umun. Dimana peneliti melihat 1. Dibutuhkannya peningkatan sumber daya pendistribusian bagi industri berat sangat manusia yang berkualitas. Bedasarkan ini cocok jika berdekatan dengan jalur umum, penulis merekomendasikan agar didirikan karena dengan berat nya muatan yang sebuah lembaga pendidikan yang mengarah diangkut sangat berpengaruh terhadap pada kegiatan industri yang terkait di setiap kondisi jalan. Ketegori Industri berat wilayah kelurahan. yaitu: Industri Besi, Industri Emas, Industri alumunium, Industri Baja, 2. Meskipun tidak mudah dalam Industri Kayu. implementasinya, perlu direncanakan relokasi industri agar sesuai dengan pola b. kawasan industri sedang karena dari segi pengembangan industri yang berdasarkan aliran dreinase cocok untuk industri aglomerasi berdasarkan jenis indutsri berat, sedang, karena dengan berdekatan sedang, ringan, sehingga akan memudahkan dengan aliran sungai memudahkan pengaturan aksesibiltas dan aliran barang pembuangan limbah untuk industri hasil produksi. sedang. Kategori industri sedang yaitu: Industri bahan kimia, Industri Plastik. 3. Dengan menggunakan aglomerasi yang mempertimbangkan industri yang sejenis c. Kawasan Industri ringan Kelurahan dan lingkages antar produk satu dengan Talaga, wilayah ini memiliki jenis tanah yang lainnya akan memudahkan Asosiasi Hidromorf Kelabu dan Paluosol, pengelolaaan dan pengawasan industri di dimana jenis tanah tersebut cocok untuk Kabupaten Tengerang dijadikan kawasan industri ringan. Alasan penulis menjadikan wilayah ini kawasan 4. Dalam melakukan relokasi industri perlu industri ringan, karena kawasan ini disiapkan insfrastruktur pendukung indsurti merupakan kawasan strategis untuk yaitu pengembangan rumah susun, sekolah, Kecamatan Cikupa, dan dari hasil analisis rumah ibadah, dan ruang terbuka hijau, hal penulis industri ringan sangat tinggi ini merupakan sarana yang sangat penting disbanding dengan industri berat maupun meskipun inventasinya sangat mahal, sedang. Salah satu contohnya adalah namun akan menjadi sarana dan prasarana industry sepatu ini akan meningkatkan tenaga kerja/karyawan dengan membangun d. diwilayah strategis maka pendistribusian kawasan yang terintegrasi karena lebih akan lebih mudah, dan peningkatan dari efisien dan ramah lingkungan. segi skala ekonomi maupun lokasi lebih menguntungkan. Kategori industri ringan Rekomendasi dan hasil akhir penelitian secara yaitu: industri sepatu, textile, garment. spasial dapat dilihat secara spasial pada Gambar sebagai berikut:

Gambar 8 Rekomendasi Spasial pola sebaran industri

\

Daftar Pustaka Badan Pusat Statistik. 2011-2012. Kabupaten Tangerang Dalam Angka. Jakarta

Marsudi Djojodipuro. 1992. Jakarta. Teori Lokasi

Prof. Dr. H. Rahardjo Adisasmita, M.Ec. 1 Juni

2012. Makassar. Analisis Tata Ruang Pembangunan Muhamad Jafar Elly. 2009. Yogyakarta. Sistem Informasi Geografis Pengantar GIS Shunji Murai. 2007. Hadi Sabari Yunus. 1999. Yogyakarta. Struktur Tata Ruang Kota Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XIV Nomor 26/ Agustus 2010.