Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 14 Nomor 1, Januari 2018 : 335 - 346

POTENSI PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG DENGAN POLA INTEGRASI KELAPA-SAPI DI KECAMATAN TABARU KABUPATEN BARAT

Zebedeus Dady Charles L. Kaunang Yohanis L. R. Tulung

ABSTRACT

This study aims to (1) Analyzing Potential of Beef Cattle Development with Pattern of Integration of Coconuts in Tabaru Subdistrict of West Halmahera Regency (2) fresh forage production coconut plant area in Tabaru Subdistrict of West Halmahera Regency (3) the nutrional content of forage the coconut plant area in Tabaru Subdistrict of West Halmahera Regency (4) potential population of cattle and animal unit (AU) in Tabaru Subdistrict of West Halmahera Regency (5) revenue through integration and non integration in Tabaru Subdistrict of West Halmahera Regency. The research was conducted in Tabaru district of West Halmahera district since Desember 2017 to February 2018. The determination of respondents was performed using simple random sampling method. Criteria of respondents involved in this study were household farmers running a coco-beef integration, at least animal maintenance of more than one year and they had sold cattle. The results showed the particular characteristics of household farmers including coconut plantation ownership of 3.8 ha with the average number of animals of 10.2 heads, the average education level of primary school, the animal breeding experience of 12,7 years and animal maintenance purposes as beef production and animal labor . Management aspects of farm animals were still under the traditional maintenance systems, animals were resistant to disease, and house hold farmer knowledge on animal reproduction was still limited. Aspects of feed resources were positively supporting in the development of beef cattle under integration pattern, especially the nutritional value of forage and land carrying capacities and Livestock productivity aspects had quite well potential.

Keywords: cattle, coconut plantion, integration, Tabaru Subdistrict, West Halmahera Regency

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) Potensi Pengembangan Ternak Sapi Potong Dengan Pola Integrasi Kelapa-Sapi Di Kecamatan Tabaru Kabupaten Halmahera Barat (2) Produksi segar hijauan di areal tanaman kelapa di Kecamatan Tabaru, Kabupaten Halmahera Barat (3) Kandungan nutrisi hijauan di areal tanaman kelapa di Kecamatan Tabaru, Kabupaten Halmahera Barat. (4) Potensi populasi ternak sapi dan Unit Ternak (UT) di Kecamatan Tabaru, Kabupaten Halmahera Barat (5) Pendapatan melalui integrasi dan nonintegrasi di Kecamatan Tabaru, Kabupaten Halmahera Barat. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tabaru Kabupaten Halmahera Barat sejak bulan Desember 2017 sampai Februari 2018. Penentuan responden dilakukan dengan menggunakan metode acak sederhana (simple Random Sampling). Kriteria responden yang diambil adalah petani peternak yang menjalankan pola integrasi kelapa–sapi, minimal pemeliharaan lebih dari 1 (satu) tahun dan sudah pernah menjual ternak sapi. Hasil penelitian menunjukan karakteristik peternak sebagai berikut bermata pencaharian sebagai petani, luasan kepemilikan lahan perkebunan 3,8 ha, jumlah ternak sebanyak 10,2 ekor, tingkat pendidikan rata-rata lulusan SD, pengalaman beternak 12,7 tahun dan tujuan pemeliharaan sebagai ternak potong dan kerja. Aspek manajemen beternak yaitu Sistim pemeliharaan masih bersifat tradisional, ternak jarang terjangkit penyakit, pengetahuan peternak tentang reproduksi masih rendah. Aspek sumberdaya pakan sangat mendukung dalam pengembangan sapi potong dengan pola integrasi terutama dari nilai gizi hijauan dan kapasitas tampung serta aspek produktivitas ternak yang cukup baik.

Kata kunci: sapi potong, kelapa, interitas, Kecamatan Tabaru, Kabupaten Halmahera Barat

335

Potensi Pengembangan Ternak Sapi Potong...... (Zebedeus Dady, Ch. Kaunang, Yohanis Tulung)

PENDAHULUAN produksi pertanian, sementara ternak sapi dapat dimanfaatkan sebagai pengangkut hasil Latar Belakang perkebunan dan dari sektor peternakan Kecamatan Salah satu upaya untuk meningkatkan Tabaru juga memiliki populasi ternak sapi potong efisiensi usahatani adalah dengan sebanyak 1313 ekor, jika dilihat dari potensi luas mengintegrasikan ternak dengan tanaman lahan kelapa dan populasi ternak sapi potong kelapa, terbukti dapat memberi keuntungan dapat diduga bahwa Kecamatan Tabaru memiliki antara lain meningkatkan pendapatan melalui potensi dari lahan yang dapat diintegrasikan diversifikasi pendapatan, pemanfaatan sumber dengan ternak sapi potong. daya lahan lebih baik, stabilitas tanah dapat terjaga, produktivitas tanaman kelapa Rumusan Masalah Pengembangan ternak sapi potong yang di meningkat melalui pengendalian gulma yang pelihara di areal tanaman kelapa masih sering lebih baik dan pengembalian hara melalui urine dilakukan oleh peternak secara turun temurun, dan kotoran ternak sapi. tetapi pola pengembangan ternak seperti ini belum Sistem integrasi tanaman perkebunan optimal, manejemen pemeliharaan peternakannya kelapa dan peternakan sapi potong, merupakan masih dilakukan secara tradisional dengan hanya salah satu upaya terpadu yang sangat strategis memanfaatkan sumber daya lokal (tenaga kerja) dan bernilai saling menguntungkan (simbiosis dan tidak ditujukan pada keuntungan karena mutualisma) karena akan mendorong hanya mengandalkan tenaga kerja dari keluarga terwujudnya pengembangan agribisnis dan usahannya hanya dalam skalah kecil. peternakan sekaligus agribisnis perkebunan Pengembangan ternak sapi potong dalam yang berdaya saing. Pemanfaatan potensi rangka untuk meningkatkan populasi ternak tidak hijauan makanan ternak di bawah areal tanaman hanya didukung oleh salah satu faktor saja kelapa untuk pengembangan peternakan sapi seperti halnya lahan pengembalaan sapi potong potong dapat berupa: (a) pemanfaatan lahan tetapi ada beberapa faktor. Oleh karena itu, diantara perkebunan kelapa untuk penanaman untuk mengetahui itu perlu di adakan penelitian tanaman sumber pakan hijauan ternak (b) mengenai potensi pengembangan ternak sapi pemanfaatan limbah tanaman pokok maupun potong dengan pola integerasi di Kecamatan tanaman sela sebagai sumber pakan ternak sapi Tabaru, Kabupaten Halmahera Barat. potong. Sistem pemeliharaan ternak sapi potong Tujuan Penelitian secara umum masih bersifat tradisional, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merupakan usaha sambilan disamping usaha menganalisis: perkebunan dan tanaman pangan. Tingkat 1. Potensi Pengembangan Ternak Sapi Potong pendidikan dan ketrampilan petani yang rendah Dengan Pola Integrasi Kelapa-Sapi Di berpengaruh terhadap tatalaksana pemeliharaan Kecamatan Tabaru Kabupaten Halmahera dan produksi peternakan Barat. Pengembangan sapi potong rakyat yang 2. Produksi segar hijauan di areal tanaman terdapat di Kecamatan Tabaru adalah kelapa di Kecamatan Tabaru, Kabupaten pengembangan dengan pola integrasi Kelapa- Halmahera Barat sapi atau yang dikenal dengan Coco beef. 3. Kandungan nutrisi hijauan di areal tanaman Kecamatan Tabaru memiliki luas lahan kelapa di Kecamatan Tabaru, Kabupaten perkebunan kelapa seluas 5785 ha dan jarak Halmahera Barat tanam antara pohon kelapa rata-rata yaitu 8-10 4. Potensi populasi ternak sapi dan Unit meter sehingga ketersediaan hijauan makanan Ternak (UT) di Kecamatan Tabaru, ternak di bawah pohon kelapa dapat Kabupaten Halmahera Barat dimanfaatkan oleh ternak. Di samping itu, 5. Pendapatan melalui integrasi dan nonintegrasi kotoran sapi yang dihasilkan dapat di Kecamatan Tabaru, Kabupaten Halmahera menyuburkan tanah, membantu meningkatkan Barat

336

Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 14 Nomor 1, Januari 2018 : 335 - 346

Manfaat Penelitian Sumber Data 1. Sebagai sumber informasi mengenai potensi Data penelitian diperoleh melalui pengembangan ternak sapi potong dengan pengamatan langsung ke lokasi penelitian pola integerasi di Kecamatan Tabaru, (observasi). Data dikumpulkan melalui data Kabupaten Halmahera Barat sebagai primer dan data sekunder. wilayah pengembangan peternakan dimasa yang akan datang. Analisa Data 2. Informasi bagi pihak terkait dan penentu Data karakteristik responden yang kebijakan tentang pola integrasi sapi potong diperoleh ditabulasi dengan analisis rataan dengan perkebunan kelapa dalam rangka kemudian disajikan dalam bentuk deskriptif. peningkatan pendapatan petani peternak Data kualitas pakan dianalisis menggunakan 3. Sebagai bahan untuk penulisan Tesis yang analisa proksimat dan analisa ekonomi menjadi salah satu syarat untuk memperoleh menggunakan analisis pendapatan usaha. gelar Magister Sains di Universitas Sam Ratulangi Manado. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN Kondisi Umum Wilayah Penelitian Wilayah Kecamatan Tabaru memiliki Waktu dan Tempat Penelitian luasan sebesar 368.633 Km2. Karena letaknya Penelitian ini dilaksanakan selama 3 disekitar garis katulistiwa, Kecamatan Tabaru (tiga) bulan dimulai pada bulan Desember 2017 beriklim tropis dengan suhu rata-rata 31.250C sampai dengan bulan Februari 2018 dan dan kelembaban 73-82%, serta curah hujan bertempat di Kecamatan Tabaru, Kabupaten 1299 mm/tahun dan mempunyai ketinggian 9 m Halmahera Barat. Dpl (diatas permukaan laut), dengan batas wilayah sebagai berikut : Materi Penelitian 1. Sebelah utara dibatasi oleh Kecamatan Kao Barat Bahan dan Alat 2. Sebelah selatan dibatasi oleh Kecamatan Ibu 1. Ternak sapi 3. Sebelah barat dibatasi oleh Gunung Ibu 2. Ubinan seluas 2M² : Untuk mengambil 4. Sebelah timur dibatasi oleh Kabupaten sampel pakan Halmahera Utara 3. Parang : Untuk memotong rumput Kecamatan Tabaru merupakan bagian dari 4. Pita Meter : Untuk mengukur ubinan dan Kecamatan Ibu Utara yang merupakan salah satu lingkar dada sapi Kecamatan yang dimekarkan dari Kecamatan Ibu 5. Timbangan : Untuk menimbang sampel yang semula merupakan Kecamatan Induk. Pada Tahun 2005 dengan terbitnya Perda No. 8 Tahun pakan 2005 Kecamatan-Kecamatan induk tersebut 6. Daftar Pertanyaan (Kuesioner) dimekarkan menjadi Kecamatan Ibu Selatan dan Ibu Utara kemudian pada tanggal 27 Oktober Metode Penentuan Sampel 2010 dideklarasikan perubahan nama Kecamatan Penentuan sampel lokasi penelitian yang bertempat di Desa Pasalulu dan tepatnya ditentukan secara purposive sampling dengan perubahan nama sah dari Kecamatan Ibu Utara ke tolak ukur tingkat kepemilikan ternak dan Kecamatan Tabaru yaitu pada tanggal 20 kepemilikan lahan perkebunan kelapa di tiga September 2012. Desa yaitu Desa Pasalulu, Desa Tugureba Tua Kecamatan Tabaru yang berpusat di Desa dan Desa Sangaji Nyeku. Penentuan responden Duono awalnya terdiri dari 13 Desa tetapi pada dilakukan dengan metode acak sederhana tahun 2013 dimekarkan menjadi 16 Desa, yaitu: (simple random sampling) pada 24 responden Desa Podol, Desa Tengowango, Desa Togowo, yang diperoleh melalui survey. Desa Duono, Desa Tokuwoko, Desa Goin, Desa

337

Potensi Pengembangan Ternak Sapi Potong...... (Zebedeus Dady, Ch. Kaunang, Yohanis Tulung)

Sangaji Nyeku, Desa Soasangaji, Desa bahwa berdasarkan kesuburan tanah, secara Tuguis, Desa Tugureba Sungi, Desa Borona, umum Kecamatan Tabaru memiliki jenis Desa Todoke, Desa Tolisaor, Desa Aru Jaya, tanah yang cukup subur, kondisi ini Desa Pasalulu dan Desa Tugureba Tua. Di mendukung pengembangan budidaya hijauan mana Luas Desa sangat bervariasi antara Desa makanan ternak untuk kebutuhan satu dengan Desa yang lain. pengembangan produksi ternak. Desa yang mempunyai Luas Wilayah Sub sektor perkebunan kelapa memiliki paling besar adalah Desa Tugureba Tua yaitu luas areal tertinggi dibandingkan dengan jenis 67.000 ha dari Luas Wilayah Kecamatan tanaman perkebunan lainnya dengan luas arel Tabaru, dan Desa yang mempunyai Luas 5785 ha (85.81%) diikuti dengan jenis Wilayah paling kecil adalah Desa tanaman perkebunan kakao sebesar 487 ha Tengowango yaitu 1247 ha dari Luas Wilayah (7.22%), cengkeh 49 ha (0.72%), tanaman Kecamatan Tabaru. Luas wilayah masing- pala sebesar 321 ha (4.76%) kemudian masing Desa dapat di lihat pada Tabel 1. tanaman kopi adalah 99 ha ( 1.46 %). Jenis tanaman perkebunan , kayu manis, kapok, Tabel 1. Luas Wilayah Menurut Desa kayu manis, vanili dan lada menempati posisi diKecamatan Tabaru terakhir dengan persentase terkecil. Keadaan No Desa Luas Wilayah (Ha) Persentase (%) ini merupakan salah satu kekuatan yang 1 Podol 5500 1.49 mendukung pengembangan ternak sapi 2 Tengowango 1247 0.34 potong bila diintegrasikan dengan kelapa di 3 Togowo 7750 2.10 wilayah ini, melihat luas perkebunan yang 4 Duono 5963 1.62 cukup besar dan mendominasi wilayah 5 Tokuwoko 2250 0.61 Kecamatan Tabaru. Luas Tanaman 6 Goin 3087 0.84 Perkebunan dan produksi Tanaman 7 Sangaji 58.356 15.83 Perkebunan di Kecamatan Tabaru, dapat Nyeku dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. 8 Soasangaji 1300 0.35

9 Tuguis 66.250 17.97 Tabel 2. Luas Tanaman Perkebunan Menurut 10 Togoreba 28.500 7.73 Jenis di Kecamatan Tabaru Sungi N Tanaman Luas Areal (Ha) Persentase (%) 11 Borona 36.000 9.77 o 12 Todoke 30.430 8.25 1 Podol 5785 85.81 2 Tengowango 487 7.22 13 Tolisaor 15.000 4.07 3 Togowo 49 0.72 14 Aru Jaya 15.000 4.07 4 Duono 321 4.76 15 Pasalulu 25.000 6.78 5 Togoreba 99 1.46 16 Togoreba Tua 67.000 18.18 Tua Jumlah 6741 100 Jumlah 368.633 100 Sumber : Kecamatan Tabura dalam Angka (2017) Sumber : Kecamatan Tabura dalam Angka (2017) Tabel 3. Produksi Tanaman Perkebunan Karakteristik Tanah dan Lahan Menurut Jenis di Kecamatan Tabaru No Tanaman Luas Areal (Ha) Persentase (%) Perkebunan 1 Kelapa 7480 95.36 Kesuburan tanah sangat bervariasi dari 2 Kakao 187 2.38 sedang sampai subur, jenis tanah pada 3 Cengkeh 19.60 0.24 4 Pala 156.80 1.99 Kecamatan Tabaru yaitu Andosol 6.000 Ha, 5 Kopi 0 0 Latosol 4.000 Ha, Podsolik 2000 Ha dan Jumlah 7843.4 100 Sumber : Kecamatan Tabura dalam Angka (2017) Regosol 3.500 Ha. Hal ini menggambarkan

338

Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 14 Nomor 1, Januari 2018 : 335 - 346

Kecamatan Tabaru juga menyimpan Pendidikan formal merupakan salah potensi peternakan. Pada tahun 2017, Dinas satu indikator untuk mengetahui kemampuan Pertanian Kabupaten Halmahera Barat Bidang peternak dalam mengadopsi informasi dan Peternakan mencatat ada 1.313 ekor sapi, 199 inovasi baru. Tingkat pendidikan sangat ekor kambing, 4167 ekor babi dan 16.478 ekor mempengaruhi pola pikir peternak dalam ayam, namun para peternak di Kecamatan Tabaru menjalankan usahanya. Peningkatan masih membudidayakan ternak secara tradisional. Umumnya ternak dilepas begitu saja untuk pengetahuan peternak dapat dilakukan mencari makan, sehingga rawan terserang melalui pendidikan informal seperti pelatihan pemangsa maupun penyakit. Secara lengkap dan bimbingan tekhnis. Hal ini sependapat populasi ternak di Kecamatan Tabaru dapat dilihat dengan Mirah dkk (2015) yang menyatakan pada Tabel 4. bahwa sumberdaya manusia merupakan faktor penting dalam pembanggunan karena Tabel 4. Jumlah Populasi Ternak Menurut Desa di pada akhirnya manusia yang menentukan Kecamatan Tabaru berhasil atau gagalnya pembangunan suatu No Desa Jumlah Persentase (%) wilayah. Sapi Potong (Ekor) Semua responden memiliki mata 1 Podol 45 3.43 pencarian sebagai petani dan peternak, 2 Tengowango 28 2.13 disamping petani kelapa responden juga 3 Togowo 61 4.65 sebagai petani tanaman pangan guna 4 Duono 100 7.62 mencukupi kebutuhan sehari-hari. Rata-rata 5 Tokuwoko 75 5.71 pengalaman peternak dalam menjalankan pola 6 Goin 95 7.24 integrasi kelapa–sapi yaitu 12,7 tahun, hal ini 7 Sangaji 168 12.80 dikarenakan usaha yang dijalankan secara Nyeku turun temurun dari orang tua. 8 Soasangaji 43 3.27 Pengalaman beternak menjadi 9 Tuguis 42 3.20 indikator keberhasilan peternak. Pengalaman 10 Togoreba 79 6.02 beternak bisa dianggap peternak sudah lebih Sungi berpengalaman dan akan mempengaruhi cara 11 Borona 69 5.26 berfikir dan pengambilan keputusan yang 12 Todoke 63 4.80 13 Tolisaor 65 4.95 berhubungan dengan proses produksi. 14 Aru Jaya 75 5.71 Rata-rata petani memiliki lahan kebun 15 Pasalulu 158 12.03 kelapa seluas 3,8 Ha dengan jenis kelapa 16 Togoreba 147 11.20 varietas kelapa dalam yang berumur di atas 20 Tua tahun. Kepemilikan ternak rata-rata sebanyak Jumlah 1313 100 10,2 ekor, jenis sapi potong yang dipelihara Sumber : Halmahera Barat dalam Angka (2017) adalah jenis sapi bali, jumlah kepemilikan ternak akan berpengaruh terhadap pendapatan Karakteristik Peternak yang diperoleh dari penjualan ternak. Rata-rata umur para peternak di Tujuan pemeliharaan sebagai ternak Kecamatan Tabaru masih tergolong dalam potong dan kerja, sedangkan motivasi peternak usia produktif yaitu antara 15-57 tahun, umur dalam memelihara ternak yaitu sebagai merupakan salah satu faktor yang tabungan masa depan dan menambah mempengaruhi aktivitas seseorang. Menurut pendapatan keluarga, ini juga dikemukakan oleh fitrini (2012) pada usia produktif orang masih Ketut (2005) yang menyatakan usaha ternak mempunyai fisik lebih kuat untuk melakukan seperti ternak sapi telah banyak dikembangkan di suatu pekerjaan. Tingkat pendidikan formal tetapi pada umumnya masih dipelihara sebagai usaha sambilan dimana tujuannya sebagai sebagian besar adalah Sekolah Dasar (SD). tabungan.

339

Potensi Pengembangan Ternak Sapi Potong...... (Zebedeus Dady, Ch. Kaunang, Yohanis Tulung)

Tabel 5. Karakteristik Peternak di tempat berteduh dimalam hari atau pada Kecamatan Tabaru waktu hari sedang panas. Pengunaan kandang Karakteristik Responden juga menghidarkan ternak merumput terlalu Rataan Umur Peternak 44,6 pagi sehingga, produktivitas ternak dapat tahun Kisaraan Umur Peternak tercapai. (tahun) 9 Kesehatan ternak yang dimaksud adalah a. 29-41 11 jenis penyakit yang sering menyerang, b. 42-54 4 c. 55-67 pengobatan dan pencegahan penyakit serta Tingkat Pendidikan keberadaan paramedis peternakan dan a. Tidak Tamat SD 2 poskeswan. Ternak yang dipelihara dengan b. SD 12 pola integrasi kelapa-sapi tidak terjangkit c. SMP 8 penyakit menular, penyakit yang sering d. SMU – PT 2 menyerang yaitu penyakit robot. Pengobatan Rataan Jumlah Kepemilikan Ternak 10,2 Kisaran kepemilikan dilakukan secara tradisional dengan ternak (ekor) 19 mengosok lemon ke persendihan. a. 1-13 4 Peternak tidak pernah membawa ternak b. 14-27 1 yang sakit ke poskeswan ataupun memangil c. ≥28 paramedis peternakan, hal ini merupakan Rataan Pengalaman Beternak salah satu kelemahan dalam pengembangan 12,7 tahun Kisaraan Pengalaman Beternak (thn) 17 peternakan sebab penanganan yang terlambat a. 1,5-14 5 bisa menyebabkan kematian ternak. b. 15-28 2 Pengetahuan peternak mengenai c. ≥ 29 masalah reproduksi (tanda birahi, pengaturan Rataan Luas Perkebunanan perkawinan, teknologi reproduksi dan Kelapa 3,8 ha pelarangan penjualan betina produktif) masih Kisaraan Ke pemilikan Kebun 11 rendah. Perkawinan ternak dilakukan secara Kelapa (ha) 12 alami dan belum pernah melakukan a. 1-3 1 perkawinan secara Inseminasi Buatan. b. 4-7 Apabila petani peternak mengetahui tentang c. > 7 pencatatan (recording), gejala birahi (estrus) Sumber : Data Olahan (2018) dan waktu tepat untuk ternak dikawinkan,

maka peningkatan populasi dapat tercapai

Manajemen Beternak melalui kelahiran ternak. Manajemen beternak meliputi sistem Pengetahuan petani peternak tentang pemeliharaan, kesehatan ternak dan pelarangan penjualan betina produktif masih reproduksi. Pemeliharaan ternak sapi masih rendah, ini dikarenakan tidak adanya bersifat tradisional. Ternak anak dilepas sosialisasi dari dinas terkait. Penjualan betina sepanjang hari di bawah pohon kelapa, produktif dapat menurunkan populasi ternak sedangkan ternak betina dan pejantan dewasa sapi potong dan diperlukan peraturan daerah diikat di bawah pohon dan pada pagi/sore hari yang mendukung pelarangan pemotongan ternak di giring oleh pemilik berpindah betina produktif serta pemotongan ternak tempat untuk ternak beristrirahat. harus dilakukan di Rumah Potong Hewan Keberadaan kandang sangat diperlukan (RPH) untuk memudahkan pengontrolan dalam sistem pemeliharaan sapi potong, pada pemotongan ternak betina produktif. pengembalaan dengan sistem pasture Manajemen beternak sapi potong di fattening kandang difungsikan sebagai Kecamatan Tabaru dapat dilihat pada Tabel 6.

340

Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 14 Nomor 1, Januari 2018 : 335 - 346

Tabel 6. Manajemen Pemeliharaan Sapi Potong di tepatnya lokasi penelitian. Beberapa Kecamatan Tabaru No Uraian Satuan peternak sering memberikan daun-daunan 1 Sistem pemeliharaan (%) seperti daun ubi jalar. Menurut Siregar Ternak digembalakan sepanjang hari di 100 (2008) kelompok hijauan yang berkualitas bawah pohon kelapa 2 Pengobatan penyakit pada ternak (%) tinggi yaitu campuran antara rumput dan Tradisional 100 leguminosa. 3. Pengetahuan tentang tanda-tanda birahi Analisis kualitas pakan dari hijauan (%) Tahu 90 yang berada di bawah pohon kelapa Tidak 10 berdasarkan komposisi zat-zat makanan, 4. Pengetahuan tentang tekhnologi kandungan protein cukup baik yakni 9,43 reproduksi (%) Tahu 0 %, 10,19 % dan 9,43% di tiga desa Tidak 100 terpilih. Menurut Mirah (2015), lahan 5. Sistem perkawinan (%) pertanian memiliki potensi sebagai Kawin alam 100 Inseminasi buatan 0 sumber pakan ternak maka perlu 6. Pengetahuan tentang pelarangan dilakukan evaluasi hijauan pakan ternak penjualan betina produktif (%) untuk memprediksi potensi ternak disuatu Tahu 0 Tidak 100 wiayah untuk mendukung kapasitas Sumber : Data Olahan (2018) peningkatan populasi ternak sapi. Hasil analisa proksimat kandungan zat-zat gizi Sumber Daya Pakan dan Produktivitas dalam hijauan terlihat pada Tabel 7. Ternak Tabel 7. Hasil Analisa Komposisi Zat-zat Hijauan 1. Produksi Hijauan Makanan Ternak dan Makanan Ternak di Lokasi Penelitian. Kualitas Pakan Uraian Nilai SN* DP** TT*** Produksi hijauan pada lahan pengembalaan di bawah pohon kelapa Bahan Kering (%) 21,16 21,74 21,60 Kadar Abu (%) 12,22 12,89 13,19 sebanyak 32,91 ton/ha/tahun produksi Protein (%) 9,43 10,19 9,21 segar atau setara dengan 7,05 ton/ha/tahun Serak Kasar (%) 34,77 25,54 28,73 produksi bahan kering. Produksi hijauan Lemak Kasar (%) 6,26 5,36 5,56 BETN (%) 37,32 46,02 43,31 ini diharapkan mampu memenuhi Sumber : Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, kebutuhan pakan sapi potong di Fakultas Peternakan, Universitas Samratulangi Kecanatan Tabaru, Kabupaten Halmahera Manado, 2018 Barat. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan ternak sapi Keterangan : *) Desa Sangaji Nyeku potong yaitu ketersediaan hijauan **) Desa Pasalulu makanan ternak yang cukup, baik dari ***) Desa Tugureba Tua segi kuantitas maupun dari segi kualitas. Hijauan yang terdiri pada areal Berdasarkan hasil analisa pada Tabel 7, perkebunan kelapa terdiri dari rerumputan hijauan yang terdapat dibawa pohon kelapa yang dapat dikonsumsi oleh ternak. Jenis tergolong dalam kelompok hijauan yang rumput yang tumbuh dan sering berkualitas tinggi dan mengandung sumber dikonsumsi oleh ternak sapi adalah serat yang baik untuk ternak sapi. Sementara rumput lapangan (dalam bahasa untuk kandungan protein dan lemak masih yaitu rumput jejela) yang merupakan tergolong rendah. Rumput dengan kandungan pakan utama oleh ternak sapi. Rumput ini serat kasarnya sangat berperan dalam menjaga hampir seluruhnya tumbuh di bawah aeral kesehatan dan fungsi rumen. Keberadaan perkebunan kelapa di Kecamatan Tabaru serat dalam hijauan pakan (selulosa dan

341

Potensi Pengembangan Ternak Sapi Potong...... (Zebedeus Dady, Ch. Kaunang, Yohanis Tulung)

hemiselulosa) menjadi sumber energi bagi kelapa untuk dijadikan pakan seperti pelatihan mikroba rumen demikian halnya dengan tentang pengolahan limbah secara sederhana protein merupakan sumber N bagi bakteri. yaitu pembuatan hay dan silase untuk Oleh karena itu, keberhasilan usaha ternak meningkat nilai gizi dari limbah tersebut. sapi sangat bergantung pada ketersediaan pakan hijauan (Siregar, 2008) Untuk 2. Kapasitas Tampung mendapatkan produktivitas ternak yang Keberadaan padang penggembalaan tinggi diperlukan hijauan pakan dengan sangat diperlukan, oleh karena itu perlu jumlah yang cukup dan nutrisi yang baik. adanya upaya pemanfaatan terhadap padang Dari data kandungan gizi juga terlihat jika penggembalaan yang ada dengan peternak lokal dilokasi penelitian hanya menentukan kapasitas tampung, sehingga mengandalkan rumput lapangan sebagai pakan lahan yang memproduksi hijauan makanan utama ternak sapi oleh sebab itu, pertumbuhan ternak dapat dimanfaatkan dengan optimal. sapinya akan sangat lambat. Untuk mempercepat Kapasitas tampung merupakan analisis pertumbuhan ternak sapi lokal, peternak sapi lokal kemampuan areal padang penggembalaan harus memberikan pakan tambahan yang berupa atau kebun rumput untuk dapat menampung konsentrat. Pemberian pakan konsentrat sejumlah ternak, sehingga kebutuhan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi hijauan rumput dalam satu tahun bagi yang belum tercukupi oleh rumput lapangan. makanan ternak tersedia dengan cukup. Kandungan gizi pakan sangat penting agar Kapasitas tampung padang pengembalaan ternak dapat tumbuh dan berproduksi. Menurut atau kebun rumput, erat berhubungan Parakkasi (1999) kebutuhan hijauan oleh ternak dengan jenis ternak, produksi hijauan ruminan besar adalah 10% dari bobot badannya rumput, musim, dan luas padang atau sekitar 20-30 Kg/hari. Produktivitas ternak penggembalaan atau kebun rumput, oleh dapat dicapai melalui peningkatan bobot badan, karena itu kapasitas tampung bisa ternak harus diberikan hijauan berkualitas/unggul bermacam-macam dan tergantung pada seperti rumput gaja dan leguminosa lain seperti pengukuran produksi hijauan rumput. kaliandra. Penanaman rumput unggul dengan Luas lahan efektif untuk tanaman memanfaatkan lahan diantara tanaman kelapa, kelapa dalam satu hektar dengan jarak perlu dilakuakan penanaman hijauan unggul yang tanam 7 x 7 meter, dengan populasi kelapa tahan injakan dan rengutan ternak serta tahan terhadap naungan di bawah pohon kelapa sebanyak 204 pohon/ha. Hasil penelitian (pastura). menunjukan rata-rata produksi hijauan 219 Mata pencarian peternak di Kecamatan gram/cuplikan dengan kapasitas produksi Tabaru, yang juga petani tanaman pangan 32.19 ton hijauan segar/ha. menjadikan salah satu peluang yaitu melimpahnya Berdasarkan data produksi hijauan tiap limbah hasil pertanian seperti jerami jagung, hektar perkebunan kelapa dapat jerami padi ladang, dan kacang tanah yang dapat menampung sapi potong sebanyak 2.5 UT. dijadikan sebagai pakan. Pemanfataan limbah Satu unit ternak setara dengan satu ekor sapi pertanian sebagai pakan ternak perlu dilakukan potong dewasa dengan bobot 350 kg. Rata- untuk menjamin ketersediaan hijauan sepanjang rata luasan kepemilikan lahan kelapa tahun terutama pada musim kemarau atau disaat peternak adalah 3,8 ha dan diperoleh daya produksi hijauan menurun. tampung ternak sebanyak 9.5 UT. Permasalahan yang dihadapi dalam Jumlah ternak yang dimiliki peternak penggunaan limbah pertanian dan perkebunan rata-rata sebanyak 10 UT terdiri dari 2 UT sapi sebagai pakan antara lain faktor pengetahuan muda dan 8 UT sapi dewasa, berdasarkan peternak tentang pengolahan limbah dan analisis daya tampung terjadi kelebihan daya kualitas dari limbah pertanian itu sendiri. Oleh tampung ternak sebanyak 0,5 UT. Hal ini akan karena itu diperlukan pelatihan tentang berakibat terjadinya over grazing atau kebihan pengolahan limbah pertanian dan perkebunan merumput. Berdasarkan hasil wawancara

342

Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 14 Nomor 1, Januari 2018 : 335 - 346

dengan para peternak, selain mengembalakan jantan anak dengan umur 1 tahun sampai ternaknya di lahan sendiri ternak juga dengan 2 tahun adalah 144,71 dan betina digembalakan pada perkebunan kelapa kerabat anak 125,40 kg. Bobot badan yang yang tidak menjalankan pola integrasi sehingga dimiliki dikategotikan cukup baik dan ini kebutuhan hijauan ternak dapat terpenuhi merupakan salah satu potensi dalam Kapasitas tampung dapat ditingkatkan pengembangan ternak sapi potong dengan apabila dilakukan penanaman rumput dengan pola integrasi kelapa-sapi di Kecamatan kualitas baik seperti rumput gajah sebagai Tabaru. tanaman sela diantara pohon kelapa dan Menurut siregar (2008) sapi bali pemberian rumput potong dari kebun hijauan jantan dewasa memiliki bobot badan makanan ternak serta pemberian limbah berkisar antara 350-400 kg, sedangkan pertanian sebagai pakan ternak dimanfaatkan sapi betina dewasa berkisar antara 250- secara optimal. Menurut Rusdiana dan 300 kg. Produktivitas sapi potong berupa Adawiyah (2013), kapasitas tampung dalam satu hektar perkebunan kelapa dengan produksi bobot badan ternak akan mempengaruhi hijauan segar sebanyak 55 ton dan produksi sapi potong. Bobot badan sapi potong di rumput pangonan sebanyak 45,7 ton hijauan Kecamatan Tabaru Kabupaten Halmahera segar mempunyai daya tampung ternak sekitar Barat dapat dilihat pada Tabel 10. 4,1 ekor ternak sapi potong. Tabel 10. Bobot Badan Sapi Potong Berdasarkan Jenis kelamin dan Umur 3. Produktivitas Ternak Uraian Jantan Betina Produktivitas ternak yang dimaksud Anak Dewasa Anak Dewasa adalah rata–rata bobot badan ternak Jumlah Ternak (ekor) 39 103 23 88 berdasarkan umur dan jenis kelamin. Bobot Badan (kg) 144,71 305,94 125,40 278,16 Produktivitas ternak dipengaruhi oleh Sumber : Data Olahan (2018) 70% faktor lingkungan dan faktor genetik sekitar 30%. Diantara faktor lingkungan Sarana dan Prasarana Produksi tersebut, aspek pakan mempunyai Peternakan pengaruh paling besar yaitu sekitar 60%, Sarana dan prasarana produksi berupa hal ini menunjukan bahwa walaupun kandang dan peralatan berupa tempat makan potensi genetik ternak itu tinggi, tetapi dan minum tidak dimilki oleh para peternak sebab peternak sepanjang hari mengembalakan apabila pakan kualitasnya rendah maka ternaknya di bawah pohon kelapa. produktivitas yang optimal tidak akan Keberadaan sarana prasarana produksi tecapai. Menurut Mansyur et al. (2005) seperti kandang sangat diperlukan dalam usaha dalam Elly, dkk (2013) mengatakan peternakan karena kandang akan menghindari bahwa untuk meningkatkan produktivitas ternak dari pencurian dan menghindarkan ternak salah satu faktor penting yang ternak dari suhu yang ekstrim seperti saat harus diperhatikan adalah penyediaan musim penghujan atau saat musim kemarau. hijauan makanan ternak yang bermutuh, Faktor suhu dan kelembaban udara akan upaya ini dilakukan agar pemenuhan berdampak pada kesehatan ternak. kebutuhan zat makanan ternak untuk Kecamatan Tabaru memiliki potensi mempertahankan kehidupan pokok dan untuk pengembangan ternak sapi potong karena tiujuan produksi dapat tercapai. memiliki akses yang mudah terhadap berbagai Rata-rata bobot ternak pada lokasi fasilitas penunjang usaha peternakan. Akses penelitian adalah berdasarkan jenis transportasi yang sangat baik antara Kecamatan kelamin dan umur adalah sapi jantan dengan Kecamatan lain ataupun Kabupaten ke dewasa di atas 2 tahun adalah 305,94 kg Provinsi yang merupakan satu potensi dalam dan betina 278,16 kg, sedangkan untuk pengembangan peternakan.

343

Potensi Pengembangan Ternak Sapi Potong...... (Zebedeus Dady, Ch. Kaunang, Yohanis Tulung)

Kelembagaan / Fasilitas Pendukung hanya berupa biaya pembelian peralatan seperti Faktor kelembagaan peternak turut tali. Pakan dan tenaga kerja tidak dimasukkan berpengaruh dalam kegiatan usaha ternak, dalam biaya produksi sebab petani tidak membeli dimana kelembagaan dapat menunjang pakan (hijauan) maupun pakan tambahan. keberhasilan dari usaha tersebut. Tetapi dalam Perhitungan biaya produksi secara nyata prakteknya dilokasi penelitian tidak ada tidak terdapat pengeluran non tunai dalam hal kelompok tani yang terbentuk dan usahanya ini biaya penyusutan modal dan biaya tenaga hanya bersifat pribadi. Kelembagaan seperti kerja sebab tenaga kerja yang digunakan adalah terbentuknya kelompok tani sangatlah penting tenaga kerja keluarga. Penggunaan sumberdaya demi kemajuan peternakan, karena dengan pada usaha peternakan rakyat sulit dirinci sebab melalui kelompok akan mempermudah dalam usaha ternak yang dilakukan sebagai usaha pengorganisasian dan mudah dalam mentrasfer sambilan sehingga tidak ada pencurahan tenaga ilmu pengetahuan dari anggota ke anggota. Hal kerja secara khusus dan rutin untuk ini sependapat dengan Elly, dkk (2013) yang pemeliharaan ternak (Soekardono, 2009). Rata- menyatakan pengembangan ternak sapi potong rata biaya produksi yang dikeluarkan adalah tidak terlepas dari peranan kelompok tani ternak sebesar Rp. 538.571/tahun. dan salah satu ketidakefisienan sistem usaha tani tanaman ternak saat ini adalah kelembagaan Pendapatan usaha tani yang lemah. Pendapatan merupakan selisih antara Ketersediaan petugas penyuluh di penerimaan dengan total biaya produksi, Kecamatanpun tidak ada sehingga diharapkan sehingga besarnya pendapatan tergantung dari kepada pemerintah untuk memenuhi hal besarnya output yang dihasilkan. Pendapatan tersebut sehingga diharapkan pendampingan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terhadap peternak dapat berjalan baik, tetapi pendapatan tunai dari usaha tani kelapa dan perlu diikuti dengan peningkatan kapasitas usaha ternak. Untuk pendapatan peternakan penyuluh terutama dibidang peternakan sebab diperoleh dari penjualan sapi potong, sedangkan penyuluh yang tersedia sebagian besar adalah pendapatan usaha tani kelapa diperoleh dari penyuluh pertanian (sarjana pertanian). hasil penjualan kopra. Rata–rata produksi kopra Fasilitas pendukung berupa poskeswan pertahun dengan pola integrasi di Kecamatan juga belum tersediah di Kecamatan. Adanya Tabaru yaitu, 3-7,15 ton/ha dengan harga jual beberapa bank pemerintah dan bank swasta Rp. 7.800/kg. ternama mengindikasikan perekonomian di Pendapatan dari usaha tani yaitu Kabupaten Halmahea Barat cukup kondusif. penerimaan dari penjualan kopra setelah Pihak perbankan dan koperasi menyediakan dikurangi dengan biaya tenaga kerja (sistem dana peminjaman modal melalui kredit usaha, bagi hasil/penerimaan dibagi dua dengan tetapi hampir secara keseluruhan peternak pekerja). Pendapatan petani peternak dapat belum memanfaatkan fasilitas tersebut. dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rata-Rata Pendapatan Petani Peternak Dari Ekonomi Usaha Tani dan Peternakan Uraian Usaha Tani Peternakan Biaya Produksi Penerimaan (Rp) 52.292.500 18.687.500 Biaya produksi adalah seluruh biaya riil Pendapatan (Rp) 26.146.250 18.246.666 yang dikeluarkan petani dalam menjalankan Sumber : Data Olahan (2018) usahanya. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara agak sedikit mengalami kesulitan Peternak menjual ternaknya dengan dalam menentukan biaya produksi peternakan harga rata-rata Rp. 7.750.000/ekor, harga jual sebab usaha yang dijalankan masih berskala ini tergolong relatif kecil jika dibandingkan rumah tangga atau skala kecil, adapaun biaya rill harga jual ketika ternak sampai di ibukota yang dikeluarkan adalah biaya selama satu tahun Kabupaten atau antar pulau. Pembeli datang

344

Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 14 Nomor 1, Januari 2018 : 335 - 346

langsung ke desa-desa sehingga biaya angkut yaitu 36,36 %, pulau sedang 39,93 % dan pulau dan biaya lain yang tak terduga tidak kecil sebesar 37%. Fitrini dkk (2012) dibebankan kepada peternak. Alasan peternak menunjukkan kontribusi ternak sapi terhadap menjual ternaknya sangat beragam rata-rata pendapatan rumah tangga petani kelapa sawit dikarenakan adanya kebutuhan mendesak yang sebesar 4,36 %. Menurut Soehadji (1993) harus dipenuhi. ,besarnya kontribusi pendapatan peternak Pendapatan dari pola integrasi kelapa- terhadap rumah tangga tergantung pada besar dan sapi di Kecamatan Tabaru cukup besar yakni tujuan usaha, pada usaha peternakan yang besifat dari tanaman kelapa diperoleh keuntungan Rp. sambilan rumah tangga kontribusinya adalah 26.1 juta/tahun dan dari ternak sebesar Rp. 18.2 30%, yang bersifat cabang usaha 30-70% dan yang bersifat usaha pokok atau industri juta/tahun, jika dibandingkan dengan hasil kontribusinya sebesar 70-100% . penelitian Rusnan Kontribusi sapi ini bisa ditingkatkan lagi (2015), hasil analisis finansial secara apabila petani memanfaatkan hasil ternak lain ekonomi pola integrasi tanaman Kelapa-Sapi di seperti limbah kotoran ternak sebagai pupuk Kabupaten Halmahera Selatan dari usaha kandang untuk dijual. Ketut (2005) tanaman kelapa mendapatkan keuntungan menambahkan pengalihan pupuk anorganik ke sebesar Rp. 20.1 juta/tahun dan dariusaha organik akan berdampak memacu berkembangnya ternak sapi potong sekitar Rp. 13.2 juta/tahun. sektor peternakan di Indonesia, perbaikan kondisi lahan pertanian dan meningkatkan produktivitas Kontribusi Usaha Peternakan Terhadap dan pendapatan petani, dimana satu ekor sapi Total Usaha Tani dapat menghasilkan kotoran segar sekitar 7,5 ton Analisis perbandingan pendapatan per tahun dan dapat diolah menjadi pupuk usaha sapi potong dengan pendapatan total kandang sebanyak 5 ton. usahatani digunakan untuk mengetahui persentase kontribusi pendapatan usaha sapi potong terhadap pendapatan petani secara KESIMPULAN DAN SARAN keseluruhan. Secara umum nilai Kesimpulan kontribusinya sebesar 69,7 %, hal ini menunjukkan kontribusi usaha peternakan Berdasarkan hasil penelitian dapat terhadap usaha tani perkebunan kelapa cukup disimpulkan bahwa: besar atau sumbangsih peternakan cukup 1. Kecamatan Tabaru memiliki potensi untuk besar. mengembangkan sapi potong dengan pola Kontribusi usaha peternakan yang integrasi kelapa-sapi. cukup besar disebabkan oleh harga jual 2. Produksi hijauan segar hijauan dibawah areal ternak tidak terpengaruh oleh krisis ekonomi tanaman kelapa sebanyak 32.91 ton/ha/tahun dan permintaan daging sapi yang setiap tahun di Kecamatan Tabaru Kabupaten Halmahera terjadi peningkatan, sedangkan harga kopra Barat. sangat fluktuatif, apabila petani hanya 3. Kandungan nutrisi hijauan di areal tanaman menjalankan usaha tani tanpa kelapa memiliki potensi yang sangat baik mengintegrasikan dengan sapi potong maka dilihat dari hasil analisa proksimat dan pendapatan yang peroleh rata-rata hanya ketersediaan pakan sebagian besar di Kecamatan Tabaru, dikategorikan masih sebesar Rp. 26.146.250, sedangkan apabila mencukupi dilihat dari kapasitas tampung diintegrasi maka akan diperoleh karena dapat menampung sapi potong pendapatan/tahun sebesar Rp. 44.392.916. sebanyak 2.5 UT. Hasil penelitian Hoda (2002) 4. Kemudian petani yang menjalankan usaha menunjukkan nilai kontribusi usaha tani dengan mengintegrasikan dengan peternakan terhadap total usaha tani di ternak sapi potong memperoleh pendapatan Provinsi Utara untuk pulau besar rata-rata sebesar Rp. 44.392.916 / tahun.

345

Potensi Pengembangan Ternak Sapi Potong...... (Zebedeus Dady, Ch. Kaunang, Yohanis Tulung)

Saran Elly, F. H, Bonar M Sinaga, S. U. Kuncoro dan N. Kusnadi. 2008. Pengembangan Usaha 1. Kemampuan petani peternak dan Ternak Sapi Rakyat Melalui Integrasi penyuluh perlu ditingkatkan melalui Sapi Tanaman Di Sulawesi Utara. Jurnal, palatihan dan penyuluhan yang intensif, Litbang Pertanian,, Vol. 27 No 2. Hal. 63-64. sehingga dapat memperbaiki poa piker dan budidaya peternakan yang baik. Hoda, A. 2002. Potensi Pengembangan Sapi 2. Perlu diadakan paramedik peternakan Potong Pola Usaha Tani Terpadu di yaitu mantra hewan atau dokter hewan Wilayah Maluku Utara. Tesis. Program 3. Pos kesehatan hewan harus tersediah di Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. pusat kecamatan agar mempermudah Bogor. dalam akses kesehatan ternak. Ketut, K. 2005. Sistem Integrasi Tanaman-Ternak 4. Diperlukan adanya sentuhan inovasi Dalam Perspektif Reorientasi Kebijakan teknologi pakan dan reproduksi. Subsidi Pupuk dan Peningkatan 5. Penanaman hijauan unggul diantara Pendapatan Petani. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian. Vol 3 No 1. Hal 68- tanaman kelapa perlu dilakukan, sarana 80. produksi ditingkatkan sehingga produktivitas ternak dapat tercapai. Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi Dan Makanan 6. Perlu dibangun Rumah Potong Hewan Ternak Ruminan. UI Press. Jakarta. (RPH) di Kecamatan Tabaru guna penyediaan daging aman, sehat, utuh dan Rusnan, H. 2015. Analisis Potensi dan Strategi halal (ASUH) dapat tercapai dan Pengembangan Sapi Potong Dengan Pola pengontrolan pemotongan betina Integrasi Kelapa-Sapi DI Kabupaten produktif. Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado. DAFTAR PUSTAKA Manado.

Elly, F. H, P. O. V. Waleleng, I. D. R. Siregar, S. B. 2008. Penggemukan Sapi. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. Lumenta dan F. N. S. Oroh. 2013.

Introduksi Makanan Ternak Sapi Di Soekardono. 2009. Ekonomi Agribisnis Minahasa Selatan. Joural of Tropica Peternakan Teori Dan Aplikasinya. Forage science (Pastura,) Vol 3 No 1. Akademi Pressindo. Jakarta. ISSN 2088-818x. Hal 5-8.

346