Budaya Hukum Keraton Surakarta Dalam Pengaturan Tanah Baluwarti Sebagai Kawasan Cagar Budaya
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.uk Provided by Diponegoro University Institutional Repository BUDAYA HUKUM KERATON SURAKARTA DALAM PENGATURAN TANAH BALUWARTI SEBAGAI KAWASAN CAGAR BUDAYA TESIS Disusun Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Program Magister Ilmu Hukum Oleh : LEGO KARJOKO Pembimbing PROF. Dr. ESMI WARASSIH PUJIRAHAYU, SH, MS PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM BIDANG KAJIAN HUKUM EKONOMI DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2005 BUDAYA HUKUM KERATON SURAKARTA DALAM PENGATURAN TANAH BALUWARTI SEBAGAI KAWASAN CAGAR BUDAYA Disusun Oleh : LEGO KARJOKO B4A.001.049 Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Pada Tanggal ………………… Tesis ini telah diterima Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Magister Ilmu Hukum Mengetahui Ketua Program Pembimbing Magister Ilmu Hukum Prof. Dr. Esmi Warassih P, SH, MS Prof. Dr.Barda Nawawi Arief, SH NIP. 130529436 NIP. 130350519 KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini yang berjudul : “BUDAYA HUKUM KERATON SURAKARTA DALAM PENGATURAN TANAH BALUWARTI SEBAGAI KAWASAN CAGAR BUDAYA”. Penulisan tesis ini dimaksudkan sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi pada Program Magister Ilmu Hukum, Kajian Hukum Ekonomi dan Teknologi di Universitas Diponegoro Semarang. Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu dan literatur. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca. Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat terselesaikan karena bantuan yang sangat berarti dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan saran, nasihat, kritikan dan bantuan baik yang bersifat materiil maupun moril, sehingga tesis ini dapat selesai tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih ini, penulis sampaikan kepada: 1. Prof. Dr. Barda Nawawi Arief, SH, selaku Ketua Program Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro Semarang, atas kesempatan mengikuti program dan bimbingan yang diberikan selama menempuh program ini. 2. Prof. Dr. Esmi Warassih Pujirahayu, SH, MS, selaku pembimbing, yang telah memberikan masukan dan nasehat yang sangat berarti hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. 3. Para Guru besar dan staf pengajar Program Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro yang secara profesional dan arif telah memberikan ilmu selama penulis mengikuti perkuliahan. 4. Ani Purwanti, SH, M Hum, selaku Sekretaris Program Magister Ilmu Hukum dan Bapak/Ibu Staff administrasi pada Program Magister Ilmu Hukum yang telah banyak menunjang dan membantu kelancaran dalam kegiatan proses belajar mengajar. 5. Rektor UNS yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menempuh pendidikan di Program Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro Semarang. 6. Dekan Fakultas Hukum UNS yang telah mendorong untuk menempuh strata 2, serta rekan-rekan di Fakultas Hukum UNS. 7. Zaidah Nur Rosidah, Isteri tercinta dan sekaligus teman dalam berdiskusi yang telah banyak memberikan masukan dan saran serta juga do’anya sehingga tesis ini dapat selesai. 8. Nabila Rahma Safitri, ananda tercinta yang turut serta memberikan dorongan untuk segera menyelesaikan tesis ini. 9. Almarhum Ayahanda Moerdiono dan Ibunda Hernawangsasi yang telah membantu memberikan do’a, dorongan dan semangat untuk menyelesaikan tesis ini. 10. Bapak Mertua H. Syaroni dan Ibu Mertua Siti Muchsinatun yang telah memberikan dorongan dan semangat untuk segera menyelesaikan tesis ini. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian sejak awal sampai penulisan tesis ini selesai. Semoga segala amal dan kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Semarang, Desember 2005 Penulis LEGO KARJOKO ABSTRACT LEGO KARJOKO, B4A.001.049, LEGAL CULTURE OF KERATON SURAKARTA IN THE REGULATION OF BALUWARTI LAND AS CULTURAL CONSERVATION AREA The aim of this research is to describe the regulation of Baluwarti land. As agreement between Surakarta government, Baluwarti society and keraton Surakarta relatives about the meaning of keraton Surakarta and the property of Baluwarti land. This research uses quality method with socio-legal study approach. The data consist if primary and secondary sort. The sources of the first data are keraton Surakarta relatives, the apparatus of Surakarta government and Baluwarti society, while the second are public and personeal data and the legally data. There were two ways to teke the primary data, namely observation and interview. Secondary had been gathered through library study, analysis of document, archives, primary and secondary legal data. Trianggulation method had been used to check the validity of data. The analysist consist of three ways used in the same moment, namely data reduction, data serve and verification. The interpretation had been used to understand the meaning of the information and the relation among it. The composition of the meaning relation depents on the thougt frame of the informant. As result of the discussion of this research is the harmonious opinion between Surakarta gavernment, Baluwarti society and keraton Surakarta reltives thet keraton Surakarta is the adat institution. It is also the guardian of Javanese culture and the tourism destinatiun. Each of them use legal culture of keraton Surakarta as their frame of opinion. The opinion of part of keraton Surakarta relatives that keraton Surakarta is the governance center can’t be received. Such opinion isn’t compatable with the aspiration of Surakarta government and Baluwarti society. It is also able to cause the social violetry. There is a different opinion between keraton Surakarta relatives, government of Surakarta and Baluwarti society about the meaning of property of Baluwarti land. According to Baluwarti society and Surakarta government, Baluwarti land is the state property. On the other side, as for keraton Surakarta relatives, Baluwarti land is Sinuhun property delegated to Parentah Keraton Surakarta. But actually the three sides have the same interest. All of them hope that the existention of keraton Surakarta can give them economic constribution. The same interest is the foudation of the regulation of Baluwarti society as the cultural guardian. The source of Baluwarti land is the nation property, while Surakarta government as the owner of HMN regulates the relation between Sri Susuhunan and keraton relatives, person and corporation with Baluwarti land. The owner of Baluwarti property is Sri Susuhunan as the chief of keraton Surakarta relatives. Key word : legal culture, land regulation. DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 : Daftar Bangunan Kuno dan Kawasan Bersejarah di Kalurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta ……. 130 Tabel 2 : Potensi Banugan Kuno dan Kawasan Bersejarah dalam Kawasan Cagar Budaya Baluwarti Sebagai Obyek Wisata……….. 135 Tabel 3 : Palilah Magersari Pasiten Wewengkon Baluwarti ……… 193 Tabel 4 : Palilah Anggaduh Pasiten Wewengkon Baluwarti …….. 194 Tabel 5 : Palilah Kontrak Griyo/Pasiten Wewengkon Baluwarti ….. 197 Tabel 6 : Palilah Nenggo Griyo/Paiten Wewengkon Baluwarti …... 199 Tabel 7 : Hierarki Kepentingan Pemerintah Kota Surakarta, Masyarakat Baluwarti dan Kerabat Keraton Surakarta ……………… 221 Tabel 8 : Konstruksi Hak Atas Tanah Baluwarti Sebagai Kawasan Cagar Budaya ……………………………………………………. 224 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ………………………………………………..…… i HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………..……… ii KATA PENGANTAR……………………………………………..……… iii ABSTRACT ……………………………………………………………… vi DAFTAR TABEL ……………………………………………………...... vii DAFTAR ISI ………………………………….......………………..…... viii BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………………..… 1 A. Latar Belakang ……………………………………………………..….. 1 B. Permasalahan …………………………………………………………. 11 C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian …………………………………..… 13 D. Kerangka Pemikiran ……..…………………..………………………. 15 E. Metode Penelitian …………………………………………………… 21 F. Sistematika Penulisan …………………………………………………. 26 BAB II : PENGATURAN TANAH BALUWARTI SEBAGAI KAWASAN CAGAR BUDAYA MERUPAKAN PRODUK INTERAKSI SOSIAL ………………………………………………………. 29 A. Terbentuknya Aturan Sosial Menurut Teori Interaksionisme Simbolik…. 28 B. Budaya Hukum Dalam Proses Interpretasi (Persepsi) ……..………….. 33 1. Makna Keraton Surakarta Dan Hak Atas Tanah Baluwarti Dalam Budaya Hukum Keraton Surakarta ………………………………. 38 a. Budaya Hukum Keraton Surakarta …… …………………… 38 b. Makna Keraton Surakarta Dalam Budaya Hukum Keraton Surakarta …………………………………………………… 39 c. Makna Hak Atas Tanah Baluwarti Dalam Budaya Hukum Keraton Surakarta ……………………………………………………… 46 2. Makna Keraton Surakarta dan Hak Atas Tanah Baluwarti dalam Budaya Hukum Kekeluargaan ……………………………………………. 52 a. Budaya Hukum Kekeluargaan …………………………………. 52 b. Makna Keraton Surakarta Dalam Budaya Hukum Kekeluargaan … 54 c. Makna Hak Atas Tanah Baluwarti Dalam Budaya Hukum Kekeluargaan …………………………………………………… 68 C. Strategi Penyelesaian Konflik Antara Pemerintah Kota Surakarta, Masyarakat Baluwarti Dan Kerabat Keraton Surakarta Mengenai Makna Keraton Surakarta Dan Hak Atas Tanah Baluwarti …………………………….. 78 1. Strategi Penyelesaian Konflik Antara Pemerintah Kota Surakarta, Masyarakat Baluwarti Dan Kerabat Keraton Surakarta …………… 82 2. Problem Solving Sebagai Strategi Penyelesaian Konflik Antara Pemerintah Kota Surakarta, Masyarakat Baluwarti Dan Kerabat Keraton Surakarta Mengenai Makna Keraton Surakarta Dan Hak Atas Tanah Baluwarti …………………………………………………. 86 BAB III : PANDANGAN DUNIA JAWA