IMPLIKATUR PERCAKAPAN USTAZ ABDUL SOMAD DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

FERRARA FERRONICA NIM : 1113013000008

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

ABSTRAK

FERRARA FERRONICA, NIM 1113013000008. Implikatur Percakapan Ustaz Abdul Somad dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.

Pada sebuah komunikasi, interaksi antara penutur dan mitra tutur tentu akan menimbulkan sebuah percakapan yang memiliki maksud tertentu. Penutur dan mitra tutur dalam percakapan umumnya bekerja sama, kerja sama yang dimaksud adalah kesamaan latar belakang pengetahuan. Setiap peserta pertuturan sama-sama menyadari bahwa ada kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan interpretasi-interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lawan tuturnya. Percakapan yang terjadi antarpelibat sering kali mengandung maksud-maksud yang lebih banyak daripada sekadar kata-kata itu sendiri. Kondisi seperti itu menyebabkan implikatur percakapan menjadi peran yang tepat untuk mengkaji aspek-aspek luar penggunaan bahasa. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan implikatur percakapan Ustaz Abdul Somad dalam menjawab pertanyaan jamaah di Musala Nurul Iman Tangerang Selatan. (2) Mengetahui implikasi implikatur percakapan Ustaz Abdul Somad dalam menjawab pertanyaan jamaah di Musala Nurul Iman Tangerang Selatan terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini merupakan hasil transkripsi ceramah Ustaz Abdul Somad berdasarkan rekaman video yang dipublikasikan oleh kanal YouTube Tafaqquh Video. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dokumentasi dan observasi. Selanjutnya, teknik pengolahan data yang dilakukan adalah mereduksi data, menyajikannya, dan menarik kesimpulan serta memverifikasi data. Hasil penelitian ini adalah terdapat 9 jenis implikatur percakapan umum, terdapat 2 jenis implikatur percakapan berskala dan terdapat 2 jenis implikatur percakapan khusus. Selain itu penyusun menemukan dua wujud implikatur berdasarkan tindak tutur yaitu, 9 tuturan implikatur representatif, dan 4 tuturan implikatur direktif. Penyusun juga menemukan fungsi (maksud) implikatur percakapan yang terdapat dalam tanya jawab Ustaz Abdul Somad. Adapun fungsi (maksud) tersebut antara lain, yakni: 1) menjelaskan, 2) menyuruh, 3) memberitahukan, 4) mendesak, 5) melarang, 6) bercanda, 7) menyarankan. Hal ini dapat diimplikasikan dalam pembelajaran pada peserta didik tingkat SMA dengan kompetensi dasar mengidentifikasi informasi berupa permasalahan aktual yang disajikan dalam ceramah.

Kata kunci: Konteks, implikatur percakapan, ceramah.

i

ABSTRACT

FERRARA FERRONICA, NIM 1113013000008. Implicature in Ustaz Abdul Somad's Conversations and Their Implications in Learning Indonesian Language and Literature. Thesis of Indonesian Language and Literature Education department, Faculty of Educational Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta, 2020. In a communication, interaction between the speaker and the speech partner will certainly lead to a conversation that has a specific purpose. Speakers and speech partners in conversation are generally cooperate. Which means in conversation, both are the in the same common knowledge background. Each participant in the speech was equally aware that there were rules governing the actions, the use of language, interpretations of the actions and words of the interlocutor. Conversations that occur between the speakers often contain more purposes than the utterances themselves. Such conditions cause conversational implicature become an appropriate role to examine the aspects outside the use of language. The objectives of this study are: (1) To describe the implicature of Ustaz Abdul Somad's conversation in answering the questions of pilgrims in Mushala Nurul Iman, South Tangerang. (2) Knowing the implied meaning of the conversation by Ustaz Abdul Somad in answering the questions of pilgrims at Mushala Nurul Iman, South Tangerang for the learning of Indonesian language and literature. Research method used in this research is qualitative descriptive. The data in this study are the result of the transcription of Ustaz Abdul Somad's lecture based on video recordings published by the YouTube channel Tafaqquh Video. Data collection techniques used were documentation and observation. Furthermore, the data processing techniques used are reducing, presenting, inferring and verifying. The results of this study found 9 types of general conversation implicature, 2 types of scale conversation implicature and 2 types of special conversation implicature. In addition, the author found two forms of implicature based on speech acts, namely, 9 representative implicature of the utterances and 4 directive implicature of the utterances. The author also found the function (meaning) implicature contained in the question and answer of Ustad Abdul Somad. The question and answer of Ustad Abdul Somad. The functions (meaning), include 1, explaining 2, ordering 3, notifying 4, urging 1, prohibiting 1, joking 1, and suggesting 1. This study can be applied to high school level students in learning with basic competencies by identifying information the form of actual problems, that presented in lectures. Keywords: Context, conversational implicature, lecture.

ii

KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun persembahkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Implikatur Percakapan Ustaz Abdul Somad dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia”. Selawat dan salam tidak lupa penyusun curahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad Saw. semoga kita mendapat syafaat beliau di hari akhir. Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak luput dari bantuan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala hormat penyusun ucapkan terima kasih kepada 1. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta; 2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan serta Dosen Penguji Skripsi; 3. Dr. Nuryani, M.A. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan arahan serta kritik dan saran yang beliau berikan, penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini; 4. Dona Aji Karunia Putra, M.A. selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah memberikan saran yang diberikan, penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini; 5. Novi Diah Haryanti, M.Hum., selaku Seketaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan; 6. Dr. Elvi Susanti, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan saran dan arahan selama penyusun menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah ini; 7. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang segenap hati mendidik mahasiswanya agar lebih berwawasan dan berbudi pekerti; 8. Ayahanda Sujito dan Ibunda Karyati yang telah bersedia mengemban amanah dari Allah SWT untuk tidak pernah lelah menjadi sumber semangat, senantiasa memanjatkan doa, dan mencurahkan kasih sayang pada putrinya ini;

iii

9. Adik tercinta, Irhas Fatha Isaba, yang telah menjadi pengingat agar penyusun dapat senantiasa memberikan contoh yang baik; 10. Seluruh keluarga yang tidak pernah berhenti mendoakan, mendukung, dan memberikan semangat; 11. Keluarga besar Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2013, khususnya kelas A, yang senantiasa berbagi ilmu dan pengalaman mulai dari awal perkuliahan dan semoga sampai seterusnya; 12. Seperantauan tersayang, Arini Hidayah, Priyanka Raki Anindita, Anisa Rahayu, Sukmawati, Luthfiatul Fuadah, Khusnul Chotimah, Yuli Herawati, Ismi Syukria Farhana, Idayatun Ni’amah, Rini, Ana Matofani, Siti Mahmudah, Iis Khusnul Khotimah, Dinda Kelsi Praminda, Siti Hamdah, Muizzudin Hilmi, Feti Indah Mailiah, Ajeng Restiyani dan Fika Evitriana yang senantiasa berbagi canda dan hadir dalam suka duka saat tinggal jauh dari orang tua; 13. Sahabat tersayang, Apriana Galuh Mayangsari, Latifah Audria, Dini Rusmaliyah Putri, Marfuah, dan Devi Intan Safitri, Zulkarnaen Raka Siwi, yang senantiasa mendukung kala benar dan menegur kala khilaf; 14. Zulkarnaen Firdaus, yang senantiasa bersedia untuk direpotkan untuk memberikan saran-saran terbaiknya untuk skripsi ini. 15. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Tafaqquh Video yang melalui kanal YouTube-nya penyusun dapat memperoleh data penelitian ini. 16. Seluruh pihak yang senantiasa memberikan bantuan, dukungan, dan doa yang tidak bisa penyusun sebutkan satu per satu, terima kasih. Semoga Allah SWT membalas seluruh kebaikan yang telah tercurahkan. Penyusun menyadari skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun memohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang dapat bermanfaat bagi penyusun kedepannya. Semoga kehadiran skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun maupun bagi pembaca, aamiin. Jakarta, 07 Juni 2020 Ferrara Ferronica

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...... i ABSTRACT ...... ii KATA PENGANTAR ...... iii DAFTAR ISI ...... v DAFTAR LAMPIRAN ...... vii BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang ...... 1 B. Identifikasi Masalah ...... 7 C. Pembatasan Masalah ...... 7 D. Rumusan Masalah ...... 7 E. Tujuan Penelitian ...... 8 F. Manfaat Penelitian ...... 8 BAB II LANDASAN TEORITIS ...... 10 A. Pragmatik ...... 10 B. Konteks ...... 11 C. Tindak Tutur...... 17 D. Implikatur ...... 22 1. Pengertian Implikatur ...... 22 2. Jenis- Jenis Implikatur ...... 24 3. Ciri-ciri dan Sifat Implikatur ...... 26 E. Ceramah ...... 30 1. Pengertian Ceramah...... 30 2. Unsur-Unsur Ceramah ...... 31 F. Penelitian Relevan ...... 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...... 38 A. Data ...... 38 v

B. Sumber Data ...... 38 C. Metode Penelitian...... 39 D. Metode Pengumpulan Data ...... 39 E. Teknik Pengolahan Data ...... 40 BAB IV PEMBAHASAN ...... 43 A. Biografi Ustaz Abdul Somad ...... 43 B. Analisis Konteks ...... 46 C. Deskripsi dan Analisis Data ...... 53 D. Implikasi Implikatur Percakapan terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia...... 84 BAB V PENUTUP ...... 85 A. Simpulan ...... 85 B. Saran ...... 86

DAFTAR PUSTAKA ...... 87

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ...... 70 Lampiran 2 Transkip Ceramah Ustaz Abdul Somad di Musala Nurul Iman Tangerang Selatan ...... 83 Lampiran 3 Transkip Tanya Jawab Ustaz Abdul Somad di Musala Nurul Iman Tangerang Selatan ...... 108 Lampiran 4 Uji Referensi ...... 115

Lampiran 5 Surat Bimbingan ...... 118 Lampiran 6 Riwayat Penulis ...... 119

vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk individu dan makhuk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Secara kodrati, manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antarmanusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi yang mempengaruhinya. Komunikasi merupakan proses penyampaian ide, pemikiran, pendapat dan berita ke suatu tempat tujuan serta menimbulkan reaksi umpan balik.1 Dalam kegiatan berbahasa sehari-hari, misalnya dalam percakapan, kita hampir selalu dapat memahami ujaran yang disampaikan oleh mitra tutur. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) komunikasi dapat terjadi apabila ada pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.2 Untuk itu, bahasa sangat diperlukan untuk berkomunikasi dan manusia dengan bahasa tidak dapat dipisahkan. Komunikasi dengan bahasa membuat setiap orang dapat menyesuikan diri dengan lingkunganya, dengan bahasa pula orang dapat mempelajari kebiasaan, istiadat, kebudayaan, dan latar belakang peserta komunikasi masing-masing. Tujuan tuturan merupakan satu aspek yang harus hadir di dalam suatu tuturan, karena yang dimaksud dalam tujuan tuturan tersebut yakni upaya untuk mencapai suatu hasil yang dikehendaki oleh penutur kepada mitra tutur. Tujuannya yaitu untuk menyampaikan informasi, menyampaikan berita, membujuk, memerintah,

1 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 122. 2 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Luar Jaringan (offline), Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional. 2016. 1

2

dan sebagainya. Dalam hal ini seorang penutur harus mampu meyakinkan mitra tuturnya atas maksud tuturanya. Pada sebuah komunikasi, interaksi antara penutur dan mitra tutur tentu akan menimbulkan sebuah percakapan yang memiliki maksud tertentu. Di dalam berbicara, penutur dan lawan tutur sama-sama menyadari bahwa ada kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan interpretasi-interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lawan tuturnya. 3 Percakapan yang terjadi antarpelibat sering kali mengandung maksud-maksud yang lebih banyak daripada sekadar kata-kata itu sendiri. Kondisi seperti itu menyebabkan implikatur percakapan menjadi peran yang tepat untuk mengkaji aspek-aspek luar penggunaan bahasa. Menurut Brown dan Yule implikatur adalah apa yang mungkin diartikan, disarankan, atau dimaksudkan oleh penutur yang berbeda dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur.4 Implikatur dianggap penting untuk diteliti lebih jauh terutama implikatur percakapan. Percakapan yang sesungguhnya, antara penutur dan mitra tutur dapat secara lancar berkomunikasi karena mereka berdua memiliki semacam kesamaan latar belakang pengetahuan tentang sesuatu yang dipertuturkan. Grice (dalam Rahardi) dalam artikelnya yang berjudul Logic and Conversation menyatakan “sebuah tuturan dapat mengimplikasikan preposisi yang diimplikasikan itu dapat disebut dengan implikatur percakapan. Tuturan yang berbunyi Cuacanya panas ya, penutur tidak semata-mata bermaksud untuk memberitahukan lawan tuturnya bahwa cuacanya sedang panas. Penutur bermaksud menyuruh mitra tuturnya untuk menyalakan kipas angin/AC. Penutur dan mitra tutur biasanya terbantu oleh keadaan sekitar tuturan itu.5 Percakapan yang terjadi antara penutur dan mitra tutur sering kali mengandung maksud-maksud tertentu yang berbeda dengan struktur

3 Wijana, Dasar-dasar Pragmatik, (Yogyakarta: Andi Offset, 1996), h. 45. 4 Ida Bagus Putrayasa, Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h.63. 5 Kunjana Rahardi, Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2009), h. 43. 2

3

bahasa yang digunakan. Dalam kondisi tersebut suatu penggunaan bahasa sering kali mempunyai maksud-maksud yang tersembunyi dibalik penggunaan bahasa secara struktural. Pada kondisi seperti itulah suatu kajian implikatur percakapan memiliki peran tepat untuk mengkaji suatu penggunaan bahasa. Fenomena implikatur juga dapat ditemukan pada saat seseorang menyampaikan kegiatan ceramah. Penggunaan bahasa yang mengandung implikatur dapat menyulitkan pendengar/mitra tutur apabila mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk memaknai bahasa itu. Melibatkan situasi ujar saja tidak cukup bagi pendengar/mitra tutur untuk menangkap maksud bentuk bahasa yang mengandung implikatur. Oleh karena itu, implikatur memang sangat menarik diteliti, sehingga bentuk- bentuk bahasa tertentu yang digunakan dalam percakapan dapat diketahui. Terkadang dalam menyampaikan materi ceramah seorang pendakwah menggunakan istilah-istilah yang memiliki makna samar dan beragam. Di era teknologi informasi saat ini, peranan media dan sosial media dalam menyampaikan dakwah sangat penting. Dakwah tidak hanya dilakukan di masjid, tetapi dilakukan juga di internet. Pasalnya, kebutuhan masyarakat akan informasi sudah menjadi kebutuhan pokok, untuk mendapatkan informasi saat ini bisa didapatkan tanpa harus terikat ruang dan waktu, karena mengingat adanya internet sebagai media berdakwah. Diantara contoh berdakwah dengan media sosial adalah melalui YouTube. YouTube sebagai salah satu media berbasis video dapat dimanfaatkan sebagai media dakwah. Salah satu aktivis dakwah yang menggunakan YouTube sebagai media dakwahnya adalah Ustaz Abdul Somad. Ustaz Abdul Somad adalah seorang pendakwah yang berasal dari , . Beliau sering mengulas berbagai macam persoalan agama.6 Ustaz Abdul Somad adalah tokoh ulama lokal dari Riau yang menjadi terkenal karena banyak video ceramahnya viral di beberapa media

6 Ni’amul Qohar & Muhammad Yusuf, Abdul Somad, Lc., MA Ustadz Zaman Now, (Yogyakarta: Mutiara Media, 2018), h.21.

4

sosial, salah satunya yaitu di media YouTube. Materi ceramahnya berisi, terinci, sistematis, argumentif, dan secara umum mempresentasika wajah Islam yang lebih moderat. Humornya yang dilontarkan secara spontan juga segar dan menyegarkan, serta beliau adalah sosok yang tawadhu’. Hal ini yang membuat Ustaz Abdul Somad dikenal dan ceramahnya disukai oleh berbagai kalangan. Maka pada penelitian ini, penyusun tertarik untuk mengkaji implikatur percakapan dalam tanya jawab ceramah Ustaz Abdul Somad. Tujuan proses tanya jawab tentunya dimaksudkan untuk memperoleh informasi-informasi berkaitan dengan apa yang dipertanyakan. Pertanyaan yang muncul dari para jamaah tentunya sangat bervariasi, tidak terpaku pada tema ceramah yang sudah ditentukan sebelumnya. Pada proses tanya jawab dalam ceramah tentunya berbeda saat melakukan tanya jawab dalam program talkshow. Hal ini dikarenakan dalam program talk show yaitu adanya pembawa acara sebagai moderator yang melakukan proses wawancara dengan narasumber. Keefektifan wawancara juga dipengaruhi oleh mutu jawaban dari pihak terwawancara. Mutu jawaban sangat tergantung pada apakah terwawancara dapat menangkap isi pertanyaan dengan tepat, serta bersedia menjawabnya dengan baik, sedangkan dalam tanya jawab ceramah, para jamaahlah yang memberikan pertanyaan kepada narasumber (ustaz) untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan, agar audience (jamaah) mendapatkan informasi serta wawasan berkaitan dengan apa yang dipertanyakan. Mengapa penyusun memilih Ustaz Abdul Somad? ini karena tokoh Abdul Somad merupakan seorang pendakwah yang memiliki daya tarik luar biasa bagi kalangan milenial. Ceramah atau isi dakwahnya mengenai agama islam sangat berbobot dengan kapasitas dirinya sebagai seorang ulama, dai sekaligus dosen agama islam. Banyak dari ceramah Ustaz Abdul Somad mengulas berbagai macam persoalan-persoalan agama. Ceramah-ceramah beliau terdengar ringan di telinga. Luas dan mendalam, kadang menyentil, kadang juga diselingi kelakar yang segar.

4

5

Cara beliau menyampaikan ceramahnya mudah dimengerti dan tak punya kecenderungan menyalahkan pendapat orang lain.7 Sosoknya yang cerdas dan gayanya yang sederhana membuat Ustaz Abdul Somad banyak disukai oleh jamaah atau masyarakat. Pertanyaan dari para jamaahnya ia jawab berdasarkan sesuai pandangan-pandangan imam mazhab dan mudah dimengerti, sehinnga inilah yang membedakan Ustaz Abdul Somad dengan Ustaz lainnya. Adapun contoh implikatur yang didapat dalam tanya jawab ceramah Ustaz Abdul Somad sebagai berikut : Jamaah : Di tengah masyarakat kita banyak pasangan suami istri beda agama, muslim non-muslim. Bagaimana Ustaz, mereka dengan hukum islam? Bagaimana sikap kita terhadap mereka atas beda status tersebut? Ustaz Abdul Somad : Walaa tankihuu almusyrikaati hattaa yu’minna: “Jangan kau nikahkan anak gadismu kepada laki-laki non muslim, sampai dia beriman”. Wala’abdun mu’minun khayrun: “laki-laki yang beriman “Khayrun” lebih baik walaupun dia budak hamba sahaya”. Min musyrikin walaw a’jabakum: “daripada non-muslim walau pun kaya, walau pun ganteng, walau pun mengagumimu. Begitu juga sebaliknya laki-laki jangan kau nikahi perempuan kalau berbeda keyakinan. Masalah bertetangga silakan, masalah satu kantor sentuh hatinya dengan akhlakmu islam tidak pernah mengajarkan untuk cabut pedang, pancung kepalanya, itu bukan ajaran islam. Nabi pindah dari Makkah ke Madinah, Guide penunjuk jalannya namanya ibn Uraiqith (non-muslim), sepakat semua ahli sejarah. Nabi meninggal, baju besinya digadaikan kepada non-muslim sepakat semua sejarah. Nabi tinggal di

7 Tim Redaksi Qultumedia, Ustazz Abdul Somad (Ustazz Zaman Now), (Jakarta: Qultum Media, 2018), h.2

6

Madinah bertetangga dengan non-muslim sepakat semua sejarah. Bahkan ada yang masuk islam karena kelembutan hati Nabi. Diejek, disiram dengan kencing Onta, dilempar dengan batu, tetapi ketika sakit, dia yang mengunjungi; Muhammad, yang lain saudaraku banyak tetapi saat sakit kau lah saudaraku maka saksikanlah Asyhadu an La Ilaha Illa Allah wa Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah sentuhlah dengan akhlakmu rangkullah dengan budi pekertimu tapi kalau sudah masalah keyakinan, masalah aqidah tak ada tawar menawar Walaa ana ‘aabidum maa ‘abat tum. Walaa antum ‘aabiduuna maa a’bud. Lakum diinukum waliyadiin. Percakapan tersebut merupakan salah satu contoh implikatur yang mempunyai maksud bahwa dalam hukum islam sangat tidak membenarkan adanya nikah beda agama, sebisa mungkin sebagai umat muslim harus memiliki akidah yang kuat, jika seorang muslim mencintai lawan jenis yang berbeda keyakinan usahakan agar dia mengubah keyakinannya terlebih dahulu, salah satunya dengan menunjukkan akhlak yang baik. Kondisi seperti inilah peran ilmu kebahasaan pragmatik khususnya implikatur diperlukan untuk menjelaskan maksud-maksud tuturan tersebut. Maka dari itu, penyusun tertarik untuk mengetahui implikatur percakapan Ustaz Abdul Somad dalam menjawab pertanyaan jamaah di Musala Nurul Iman Tangerang Selatan. Kegiatan dakwah yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari- hari salah satunya adalah dengan mendengarkan ceramah. Adapun beberapa manfaat mendengarkan ceramah di antaranya adalah sebagai sarana pengingat untuk melaksanakan nasihat kebaikan, mengasah konsentrasi kita untuk menangkap isi dari ceramah, mendapatkan pencerahan pikiran dan hati untuk melakukan kebaikan. Selain itu, mendengarkan ceramah merupakan kegiatan untuk mendapatkan informasi dan menambah wawasan, dengan bertambahnya wawasan dan

6

7

pengetahuan, siswa akan lebih mampu berpikir, dan mengambil keputusan. Berdasarkan silabus mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA), semester ganjil, kelas XI tahun 2018/2019 terdapat Standar Kompetensi poin 3.5 yang menyatakan; mengidentifikasi informasi berupa permasalahan aktual yang disajikan dalam ceramah. Misalnya saja siswa dapat memahami informasi dan mengungkapkan isi pesan ceramah yang mereka dengar dengan menggunakan diksi yang tepat dan sesuai dengan konteks pembicaraan.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun mengindentifikasi masalah yang terjadi sebagai berikut: 1. Terdapat implikatur percakapan yang ditemukan pada ceramah Ustaz Abdul Somad dalam menjawab pertanyaan jamaah di Musala Nurul Iman Tangerang Selatan. 2. Terdapat berbagai maksud (implikatur) yang ditemukan pada ceramah Ustaz Abdul Somad dalam menjawab pertanyaan jamaah di Musala Nurul Iman Tangerang Selatan. 3. Implikasi hasil analisis implikatur percakapan Ustaz Abdul Somad dalam menjawab pertanyaan jamaah di Musala Nurul Iman Tangerang Selatan bagi pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

C. Pembatasan Masalah Penelitian ini akan memberikan penjelasan secara deskriptif mengenai implikatur percakapan pada ceramah Ustaz Abdul Somad dalam menjawab pertanyaan jamaah di Musala Nurul Iman Tangerang Selatan pada tanggal 28 Desember 2017 serta implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah-masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut.

8

1. Bagaimanakah implikatur percakapan pada ceramah Ustaz Abdul Somad dalam menjawab pertanyaan jamaah di Musala Nurul Iman Tangerang Selatan? 2. Bagaimanakah implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia?

E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan implikatur percakapan pada ceramah Ustaz Abdul Somad dalam menjawab pertanyaan jamaah di Musala Nurul Iman Tangerang Selatan. 2. Mengetahui implikasi implikatur percakapan Ustaz Abdul Somad dalam menjawab pertanyaan jamaah di Musala Nurul Iman Tangerang Selatan terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. F. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan akan bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan pembelajaran ilmu linguistik pragmatik yakni mengenai implikatur percakapan.

2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan alternatif dalam mentukan metode dan bahan ajar dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. a. Bagi penyusun, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan motivasi untuk semakin aktif dalam menyumbangkan hasil karya ilmiah dalam dunia pendidikan.

8

9

b. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan baru dalam ilmu linguistik terutama dalam kajian implikatur percakapan dan dapat menerapkannya di kehidupan sehari-hari.

BAB II LANDASAN TEORETIS

Berikut ini akan dibahas mengenai deskripsi teoretis untuk menganalisis data sesuai dengan topik pembahasan skripsi ini. Adapun landasan teoretis yang dibahas yaitu pragmatik, konteks, implikatur, dan ceramah.

A. Pragmatik Pragmatik ‘pragmatics’ adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan bahasa pada situasi dan konteks yang sebenarnya apa adanya. Bahasa dilihat dari segi fungsinya sesuai dengan konteks pada saat diucapkan dan tidak hanya dari segi bentuk kata dan tata bahasanya.1 Secara umum pragmatik dinyatakan sebagai ‘meaning in use or meaning in context. Jadi, speaker meaning and those who equate it with utterance interpretation. Secara lebih tegas, Parker dalam Rahardi mengatakan ‘Pragmatics is distinct from grammar, which is the study of the internal structure of language. Pragmatics is the study of how language is used to communicate’.2 Jadi, pragmatik merupakan telaah penggunaan bahasa untuk menuangkan maksud dalam tindak komunikasi sesuai dengan konteks dan keadaan pembicaraan. Keterlibatan konteks dalam interpretasi makna inilah yang membedakan semantik dengan pragmatik, semantik mengkaji makna bebas konteks, sedangkan pragmatik terikat konteks. Pragmatik merupakan telaah penggunaan bahasa untuk menuangkan maksud dalam tindak komunikasi sesuai dengan konteks dan keadaan pembicaraan. Dengan kata lain pragmatik menelaah bentuk bahasa dengan mempertimbangkan satuan-satuan yang ‘menyertai’ sebuah ujaran/konteks lingual (co-text) maupun konteks ekstralingual: tujuan, situasi, partisipan, dan lain sebagainya.3

1 Diemroh Ihsan, Pragmatik, Analisis, Wacana, dan Guru Bahasa (Pragmatics, Discourse Analysis, and Language Teachers), ( Palembang: Universitas Sriwijaya, 2011), h. 21. 2 Ida Bagus Putrayasa, Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h.14. 3 Ibid. 10

11

Menurut Yule, salah satu keuntungan mempelajari pragmatik adalah seseorang dapat mengetahui apa maksud, tujuan serta asumsi yang disampaikan orang lain.4 Jadi, pragmatik merupakan ilmu yang mengkaji tentang sebuah makna tuturan yang terkait dengan konteks. Seorang partisipan harus memperhatikan kondisi pragmatik agar mengetahui apa maksud, tujuan serta asumsi yang disampaikan orang lain.

Istilah pragmatik itu sendiri lahir dari filsuf Charles Morris yang mengolah kembali pemikiran filsuf-filsuf pendahulunya mengenai ilmu tanda dan lambang yang disebut semiotika. Dalam pragmatik, makna ujaran dikaji menurut makna yang dikehendaki oleh penutur dan menurut konteksnya. Di samping itu, dalam pragmatik juga dilakukan kajian tentang deiksis, praanggapan, implikatur, tindak bahasa, dan aspek- aspek struktur wacana.5 Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli maka dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah salah satu cabang dari ilmu linguistik yang mengkaji makna yang dipengaruhi oleh hal-hal di luar bahasa, pada hakikatnya mempunyai konteks situasi tertentu. Pragmatik mengkaji maksud penutur dalam menuturkan sebuah satuan lingual tertentu pada sebuah bahasa. Dengan begitu, salah satu kajian pragmatik ialah implikatur.

B. Konteks Di dalam dunia bunyi dan dunia makna, terdapatlah konteks.6 Konteks adalah pemahaman yang dimiliki oleh penutur maupun lawan tutur sehingga rangkaian dan proses pertuturan bisa berlangsung tanpa kesalahpahaman yang berarti.7 Sperber dan Wilson dalam Black menyatakan bahwa konteks adalah tanggung jawab dari pendengar, yang akan mengakses informasi apa pun yang diperlukan agar bisa mengolah sebuah ucapan, dengan didasarkan pada asumsi bahwa penutur dari ucapan itu telah berusaha sedapat mungkin untuk membuat ucapannya itu menjadi relevan.8 Jadi, dalam rangka memahami apa yang

4 Yunita Nugraheni, Analisis Implikatur Pada Naskah Film Harry Potter And The Goblet Of Fire, (Semarang: Universitas Semarang, 2010), h. 391. 5 Bambang, Yudi Cahyono, Kristal-Kristal Ilmu Bahasa, (Surabaya: Airlangga University Press, 1995), h. 214. 6Kushartanti, dkk, Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 104. 7 FX Nadar, Pragmatik & Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 251. 8 Elizabeth Black, Stilistika Pragmatis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 4.

12

dimaksudkan oleh seorang penutur, lawan tutur harus selalu melakukan interpretasi pada tuturan-tuturannya. Konteks adalah hal-hal yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan ataupun latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan lawan tutur dan yang membantu lawan tutur menafsirkan makna tuturan.9 Dalam suatu interaksi peserta tutur akan bekerja sama agar jalannya pertuturan dapat berjalan lancar, dan masing-masing peserta tutur akan dapat memahami apa yang diinginkan lawan tuturnya melalui tuturan yang dibuatnya. 10 Konteks berhubungan dengan situasi bahasa (speech sittuation), situasi sosial dan saluran. Pengucapan ujaran pada umumnya disertai dengan tingkah laku non- verbal yang disebut para bahasa, yang mencakup gerak anggota tubuh, modulasi suara, raut muka, sentuhan dan jarak.11 Salah satu fungsi situasi dan konteks itu ialah membuat pembaca tahu apa sebuah kata, frasa atau kalimat dipakai dengan makna harfiah atau makna kiasan atau retorik.12 Konteks ialah hal- hal seperti siapa yang diajak berbicara, dalam situasi yang bagaimana kalimat yang bersangkutan diucapkan.13 Pada dasarnya konteks sangat menentukan makna suatu ujaran. Apabila konteks berubah maka berubah pulalah makna suatu ujaran. Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan di atas mengenai konteks, dapat disimpulkan bahwa konteks merupakan unsur di luar bahasa terkait dengan latar belakang pengetahuan yang dimiliki oleh penutur dan lawan tutur. Konteks akan berpengaruh pada makna suatu ujaran. Apabila konteks berubah maka berubah pulalah makna suatu ujaran. Dalam setiap interaksi verbal selalu terdapat beberapa faktor (unsur) yang mengambil peranan dalam peristiwa tutur. Hymes, Brown dalam Rani menyebutkan bahwa komponen-komponen tutur yang merupakan ciri-ciri konteks, ada delapan macam, yaitu: Penutur, yakni yang mengeluarkan ujaran; Petutur, yakni yang menerima pesan dalam ujaran; Topik, yakni apa yang sedang dibicarakan oleh penutur dan petutur; Setting, yakni yang meliputi waktu, tempat, dan peristiwa; Saluran, yakni medium yang dipakai untuk menyampaikan topik tutur (lisan atau tulisan); Kode, yaitu bahasa atau

9 FX Nadar, Op.Cit., h. 6-7. 10 Ibid, h. 26. 11 Bambang Yudi Cahyono, Op.Cit., h. 215-217. 12 Bambang Kaswanti Purwo, Bulir-bulir Sastra dan Bahasa: pembaharuan pengajaran, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), h 82. 13.Bambang Kaswanti Purwo, Pragmatik dan Pengajaran Bahasa, Yogyakarta: Kanisius, 1990), h. 23. 12

13

dialek yang dipakai dalam interaksi; Pesan, informasi yang disampaikan oleh penutur; Peristiwa Tutur, yakni peristiwa tutur tertentu yang mewadahi kegiatan bertutur, misalnya pidato, percakapan, seminar, sidang pengadilan, dan lain-lain.14 Jadi, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang terdapat di dalam konteks yaitu penutur, petutur, topik yang dibicarakan, setting, saluran atau media, kode (dialek atau gaya), pesan, dan peristiwa tutur. Cf Syafi’ie dalam Rani mengungkapkan bahwa konteks pemakaian bahasa dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu: 1) Konteks fisik yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa dalam suatu komunikasi, 2) Konteks epistemis atau latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh penutur dan mitra tuturnya, 3) Konteks linguistik yang terdiri atas kalimat-kalimat atau ujaran-ujaran yang mendahului dan mengikuti ujaran tertentu dalam suatu peristiwa komunikasi; konteks linguistik disebut juga dengan istilah koteks, dan 4) Konteks sosial yaitu relasi sosial dan latar (setting) yang melengkapi hubungan antara penutur dan mitra tuturnya.15 Dengan begitu, pemahaman konteks akan membuat mitra tutur dapat memahami maksud dibalik ujaran yang diucapkan oleh penutur. Nuri dalam Hymes memaparkan, konteks dapat mempermudah pola-pola komunikatif dengan menggunakan klasifikasi kisi-kisi yang diajukan Hymes yang dikenal dengan istilah SPEAKING.16 Masing-masing huruf merupakan sebuah singkatan atau akronim untuk sebuah komponen komunikasi yang diuraikan mengenai delapan klasifikasi dari analisis pola-pola komunikatif yang disajikan pada tabel matriks 1.1 berikut;

14Abdul Rani, dkk, Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian, (Malang: Bayumedia Publishing, 2004), h. 190-195. 15 Ibid., h. 190. 16 Nuri Nurhaidah, Wacana Politik Pemilihan Presiden di Indonesia, ( Yogyakarta: Smart Writing Grup CV. Writing Revolution Gambiran UH V NO 45, 2014), h. 55.

14

Tabel 1.1 Matriks Konteks SIMBOL MAKNA KETERANGAN S Setting (latar) Keadaan fisik Scene (suasana) Definisi subjektif dari suatu peristiwa P Participants (peserta) Pembicara/pengirim/mitra tutur/penerima/audien E Ends (tujuan) Tujuan-tujuan dan sasaran- sasaran, hasil-hasil. A Act sequence (urutan tindakan) Bentuk pesan dan isi K Key (kunci) Nada, cara I Instrumentalities (sarana) Saluran (verbal, nonverbal fisik) bentuk-bentuk aturan yang diambil dari repertoar masyarakat N Norms of interactionand Kesopanan tertentu yang interpretation (norma interaksi digunakan dalam berbicara. dan intepretasi Interpretasi tentang norma- norma di dalam sistem kepercayaan kultural G Genre (jenis) Kategori-kategori tekstual

Adapun faktor-faktor berdasarkan peranan-peranan konteksnya akan diperinci sebagai berikut: a. Setting dan Scene/adegan (S) Setting dalam bahasa Indonesia adalah latar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, latar adalah 1. Permukaan; 2 halaman; 3 rata;datar 4 dasar warna (pada kain dsb); 5 Sas keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra; 6 keadaan atau situasi (yang menyertai ujaran atau percakapan); 7 Sen dekor pemandangan yang dipakai dalam

14

15

pementasan drama seperti pengaturan tempat kejadian, perlengkapan, dan pencahayaan. Sementara Scene atau suasana adalah 1 hawa; udara; 2 keadaan sekitar sesuatu atau dalam lingkungan sesuatu; 3 keadaan suatu peristiwa. Dapat disimpulkan ini berarti berkenaan dengan persoalan waktu, tempat dan situasi berlangsungnya tuturan. Sumarsono dalam Mellisa menuturkan bahwa latar biasanya mengacu pada keadaan fisik, sementara suasana mengacu kepada “latar psikologis” atau batasan budaya tentang suatu kejadian sebagai suatu jenis suasana tertentu.17 Apabila kita mengadakan percakapan di tempat makan, jika kita berada di salah satu pusat perbelanjaan atau di tempat keramaian lainnya tentu situasinya berbeda dengan mengadakan pembicaraan pada suatu ruangan, seperti di rumah. Sebagai contoh, berbicara di lapangan sepak bola pada waktu ada pertandingan sepak bola dalam situasi yang ramai tentu berbeda dengan pembicaraan di ruang perpustakaan pada waktu banyak orang membaca dan dalam keadaan sunyi. Di lapangan sepak bola kita bisa berbicara dengan keras tapi di ruang perpustakaan harus bicara seperlahan mungkin. b. Participant/Peserta (P) Participant/Peserta adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima pesan. Dua orang yang bercakap-cakap dapat berganti peran sebagai pembicara atau pendengar, tetapi dalam khotbah masjid, khotib sebagai pembicara dan jemaah sebagai pendengar tidak dapat bertukar peran. Status sosial partisipan sangat menentukan ragam bahasa yang digunakan.18 Misalnya, seorang anak akan menggunakan ragam atau gaya bahasa yang berbeda bila berbicara dengan orang tuanya atau gurunya bila dibandingkan kalau dia berbicara dengan teman-teman sebayanya.

17 Melissa Eka Hana Putry, Peristiwa Tutur Dalam Mockumentary Malam Minggu Miko, (Arkhais, Vol. 07 No 1 Januari-juni, 2016), h. 18. 18 Abdul Chaer, Sosiolinguistik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 48.

16

c. End/Hasil akhir (E) End/Maksud tujuan, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan.19 Peristiwa tutur yang terjadi di ruang pengadilan bermaksud untuk menyelesaikan suatu kasus perkara; namun para partisipan di dalam peristiwa tutur itu mempunyai tujuan yang berbeda. Jaksa ingin membuktikan kesalahan si terdakwa, pembela berusaha membuktikan bahwa terdakwa tidak bersalah, sedangkan hakim berusaha memberikan keputusan yang adil. d. Act sequence/urutan tindakan (A) Act sequence/alur pesan mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran yang berkaitan dengan topik ataupun persoalan apa yang dibicarakan.20 Bentuk ujaran dan isi ujaran ini berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya, dan hubungan antara apa yang dikatakan dan topik pembicaraan. Bentuk ujaran dalam kuliah umum, dalam percakapan biasa, dan dalam pesta adalah berbeda. Begitu juga dengan isi yang dibicarakan. e. Key/Kunci (K) Key/Kunci, mengacu pada nada, cara, dan semangat di mana suatu pesan disampaikan dengan senang hati, dengan serius, dengan singkat, dengan sombong, dengan mengejek, dan sebagainya. Hal ini dapat juga ditunjukkan dengan gerak tubuh dan isyarat. 21 f. Instrumentalities (I) Instrumentalities, yang berkenaan dengan jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon. Instrumentalities ini juga mengacu pada kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa, dialeg ragam atau register.22 g. Norm/cara interaksi dan interpretasi (N) Norm/cara interaksi dan interpretasi, mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi.23 Misalnya, yang berhubungan dengan cara berinterupsi,

19 Nuri Nurhaidah, Op.cit., h.56. 20 Melissa Eka Hana Putry, Op.cit., h.18. 21 Nuri Nurhaidah, Op.cit., h.56. 22 Ibid. 23 Ibid. 16

17

bertanya, dan sebagainya. Juga mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran dari lawan bicara. h. Genre (G) Genre/ jenis, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah, doa dan sebagainya.24 Dari uraian yang dikemukakan Hymes di atas dapat kita lihat betapa kompleksnya terjadinya peristiwa tutur yang kita lihat, atau kita alami sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Keberadaan kedelapan komponen tutur Hymes mempengaruhi pemahaman makna oleh peserta tutur. Semakin baik penutur dan mitra tutur memahami konteks tersebut, semakin baik pula pemahaman tentang maksud tuturan yang diharapkan. C. Tindak Tutur Menurut Yule, tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang ditampilkan melalui tuturan.25. Senada dengan hal itu, Kridalaksana dalam Putrayasa mengatakan bahwa tindak tutur adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu maksud dari pembaca diketahui pendengar. Putrayasa menjelaskan bahwa tindak tutur adalah kegiatan seseorang menggunakan bahasa kepada mitra tutur dalam rangka mengkomunikasikan sesuatu.26 Berdasarkan tiga pengertian mengenai tindak tutur di atas dapat disimpulkan bahwa tindak tutur adalah tuturan yang bertujuan untuk mengkomunikasikan suatu maksud penutur agar dapat dimengerti oleh lawan tuturnya. Sistem klasifikasi umum mencantumkan lima jenis fungsi umum tindak tutur yaitu, deklarasi, representatif, ekspresif, direktif, dan komisif menurut Searle dalam Yule27. Penjelasan mengenai ke lima macam fungsi tersebut sebagai berikut:

24 Ibid. 25 George Yule, Pragmatik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 2006, h. 82. 26 Ida Bagus Putrayasa, Op.cit., h.85. 27Ibid, h. 86.

18

a. Deklarasi Menurut Yule, tindak tutur deklarasi adalah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan.28 Menurut Putrayasa tindak tutur deklaratif yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk menetapkan sesuatu yang dinyatakan, antara lain dengan setuju, tidak setuju, benar-benar salah,dan sebagainya.29 Contoh: (1) Anda keluar! Kalimat (1) pada waktu menggunakan deklarasi penutur mengubah dunia dengan kata-kata. Menurut Dardjowidjojo dalam tindak ujaran deklaratif untuk menyatakan sebuah pernyataan seseorang harus memiliki wewenang untuk melakukannya. Syarat seperti ini disebut dengan istilah felicity condition (syarat kelayakan).30 Contoh: Dengan ini kami menjatuhkan hukuman penjara 15 tahun Kalimat di atas hanya layak diucapkan oleh yang berwenang yaitu seorang hakim yang menjatuhkan vonis kepada seorang tersangka. b. Representatif Menurut Yule, representatif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan, dalam artian tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan, dalam artian tindak tutur representatif berupa pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian.31 Tindak tutur yang berfungsi untuk menetapkan atau menjelaskan suatu apa adanya. Tindak tutur ini seperti melaporkan, berspekulasi dan lain-lain. Tindak menyatakan, mempertahankan maksudnya adalah penutur mengucapkan sesuatu, maka mitra tutur percaya terhadap ujaran penutur. Tindakan melaporkan memberitahukan, maksudnya ketika

28 George Yule, Op.cit., h.92. 29Ida Bagus Putrayasa, Op.cit., h.90. 30 Soedjono Dardjowidjojo, Psikolingusistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia., (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2010), h. 96. 31 George Yule, Loc.cit. 18

19

penutur mengujarkan sesuatu, maka penutur percaya bahwa telah terjadi sesuatu. Contoh: “Malam puncak dies natalis diselenggarakan di gedung auditorium Dr. ”.

Menurut Dardjowidjojo, karena tindak ujaran representatif hanyalah merupakan pernyataan mengenai sesuatu, maka yang perlu kita lakukan adalah menghimpun muatan proposisi dan memahami mana yang merupakan informasi lama dan mana yang baru. Dalam menghimpun muatan proposisi ini kita cari mana argumennya dan masa predikasinya; siapa yang menjadi pelaku dan siapa yang menjadi pasiennya; mana yang memodifikasi yang mana (mata air atau air mata), dst. Kemudian kita mencari pula mana dari informasi yang didengar itu yang lama dan mana yang baru.32 Contohnya sebagai berikut: (c) Yuli yang menyanyi lagu Fly Me to the Moon. Dalam kalimat (c), informasi lamanya adalah “menyanyi lagu Fly Me to the Moon” sedangkan informasi barunya adalah Yuli. Berdasarkan pendapat dari kedua pakar di atas serta contoh- contoh yang dikemukakan, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa tindak tutur representatif adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mendeskripsikan suatu informasi sehingga dapat dipertanggungjawabkan nilai kebenarannya yang diyakini oleh penutur. c. Komisif Yule mengatakan bahwa komisif adalah tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan- tindakan di masa yang akan datang.33 Ibrahim mengatakan komisif terdiri atas dua tipe, yaitu menjanjikan dan menawarkan. Tindak

32 Soedjono Darjowidjojo, Op.cit., 33 George Yule, Op.cit., h.94.

20

menjanjikan, mengutuk dan bersumpah maksudnya penutur menjanjikan mitra tutur untuk melakukan A, berdasarkan kondisi mitra tutur menunjukkan dia ingin penutur melakukan A.34 Contoh: (1) Saya berjanji akan datang besok. Tuturan di atas merupakan salah satu contoh tindak komisif yang termasuk dalam menjanjikan. Menurut Dardjowidjojo tindak tutur komisif sebenarnya bisa dianggap sama dengan tindak ujaran direktif, hanya arahnya yang berbeda. Pada ujaran direktif si pendengarlah yang diharapkan melakukan sesuatu. Pada tindak ujaran komisif, “perintah” itu diarahkan kepada pembicara sendiri.35 Contoh: Saya bersumpah untuk membalaskematian adik saya. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh kedua ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tindak tutur komisif adalah sebuah tindak tutur yang melibatkan dirinya sendiri terhadap tindakan di masa yang akan datang. d. Direktif Tindak tutur yang berfungsi untuk mendorong pendengar melakukan sesuatu misalnya menyuruh, perintah, meminta. Menurut Ibrahim direktif mengekspresikan sikap penutur terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh mitra tutur misalnya meminta, memohon, mengajak, bertanya, memerintah, dan menyarankan.36 Menurut Yule, direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur menyuruh orang lain melakukan sesuatu.37 Jadi, tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang digunakan penutur terhadap tindakan yang akan dilakukan mitra tutur untuk melakukan sesuatu. Dardjowidjojo menyatakan tindak ujaran direktif dapat dibagi menjadi tiga kelompok yang lebih kecil yaitu pertanyaan dengan jawaban

34 Abd Syukur Ibrahim, Kajian Tindak Tutur, (Surabaya: Usaha Nasional) 1993, 101. 35 Soedjono Darjowidjojo, Op.cit., h. 95. 36 Abd Syukur Ibrahim, Op.cit., h. 102. 37 George Yule, Op.cit., h.93. 20

21

ya/tidak/belum/bukan, pertanyaan yang memerllukan jawaban mana/(si/meng)apa, dan perintah untuk melakukan sesuatu.38 Tindak meminta maksudnya ketika mengucapkan sesuatu, penutur meminta mitra tutur untuk melakukan A, maksudnya mitra tutur melakukan A, karena keinginan penutur. Tindak memerintah, maksudnya ketika penutur mengekspresikan keinginannya pada mitra tutuur untuk melakukan A, mitra tutur harus melakukan A, mitra tutur melakukan A karena keinginan penutur. Tindak bertanya, ketika mengucapkan sesuatu penutur bertanya, mengekspresikan keinginan kepada mitra tutur, mitra tutur menjawab apa yang ditanya oleh penutur. Contoh: (1) Guru: Siapa yang piket hari ni? Siswa: Ismi (siswa yang bersangkutan maju)

Tuturan di atas, merupakan suatu pertanyaan yang tujuannya meminta informasi mitra tutur. Guru: Coba, ulangi jawabannya. Tuturan ini juga termasuk tindak tutur direktif yang maksudnya menyuruh atau meminta mitra tutur mengulangi kembali jawabannya. e. Ekspresif Yule mengatakan ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur.39 Tindak tutur ekspresif bertujuan untuk mengespresikan perasaan dan sikap. Tindak tutur ini berupa tindak meminta maaf, berterima kasih, menyampaikan ucapan selamat, memuji, dan mengkritik. Penutur mengekspresikan perasaan tertentu kepada mitra tutur baik yang berupa rutinitas maupun yang murni. Perasaan dan pengekspresian penutur untuk jenis situasi tertentu yang dapat berupa tindak penyampaian salam (gretting) yang mengekspresikan perasaan senang karena bertemu dan melihat seseorang, tindak berterima kasih (thinking) yang mengekspresikan

38 Soedjono Darjowidjojo, Loc.cit. 39 George Yule, Op.cit., h.93.

22

rasa syukur karena telah menerima sesuatu. Tindak meminta maaf (apologizing) mengekspresikan simpati karena penutur telah melukai atau menganggu mitra tutur. Contoh: ya, bagus sekali nilai rapormu. Tuturan di atas, merupakan salah satu tindak eskpresif yang termasuk pujian. Dardjowidjojo mengatakan karena tindak ujaran ekspresif menyatakan keadaan psikologis seseorang, maka pelaksanaannya pun bukan berupa perbuatan, khususnya perbuatan fisik.40 Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengekspresikan perasaan psikologis dari penutur itu sendiri dan tanpa melibatkan perbuatan fisik baik dari penutur maupun mitra tuturnya.

D. Implikatur 1. Pengertian Implikatur Menurut Echols dalam Achmad, secara etimologis implikatur diturunkan dari implicatum. Secara nominal, istilah ini hampir sama dengan kata implication, yang artinya maksud, pengertian, keterlibatan. Implikatur berarti sesuatu yang terlibat atau menjadi bahan pembicaraan. Secara struktural, implikatur berfungsi sebagai jembatan/rantai yang menghubungkan antara “yang diucapkan” dengan yang “diimplikasikan”.41 Jadi, suatu dialog yang mengandung implikatur akan selalu melibatkan penafsiran yang tidak langsung.42 Grice dalam Achmad menyatakan bahwa ada dua macam implikatur, yaitu implikatur konvensional (convensional implicature), dan implikatur percakapan (conversation implicature), perbedaan di antara keduanya secara tegas dijelaskan oleh Lyon sebagai berikut:

40 Soedjono Darjowidjojo, Op.cit., h. 103. 41 Achmad HP dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 137.

22

23

“The difference between them is that the former depend on something other than what is truth-conditional in the conventional use, or meaning, of particular forms of expressions, whereas the latter derive from a set of more general participles which regulate the proper conduct of conversation” Implikatur konvensional ialah pengertian yang bersifat umum dari konvensional. Semua orang umumnya sudah mengetahui (mafhum) tentang maksud atau pengertian sesuatu hal tertentu. Implikatur konvensional bersifat nontemporer. Artinya, makna atau pengertian tentang sesuatu bersifat lebih tahan lama. Suatu leksem, yang terdapat dalam suatu bentuk ujaran, dapat dikenali implikasinya karena maknanya “yang tahan lama” dan sudah diketahui secara umum.43 Sementara itu, Levinson dalam Ahmad menyatakan bahwa implikatur percakapan memiliki makna dan pengertian yang lebih bervariasi. Pasalnya pemahaman terhadap hal “yang dimaksudkan” sangat bergantung kepada konteks terjadinya percakapan. Implikatur percakapan hanya muncul dalam suatu tindak percakapan (speach act).44 Makna yang terdapat pada implikatur percakapan merupakan suatu yang disarankan oleh penutur. Makna yang disarankan penutur berbeda dari apa yang dimaksud secara harfiah. Implikatur percakapan terbentuk dari kombinasi antara bahasa dengan situasi. Sebuah ucapan yang sama namun diucapkan dalam situasi yang berbeda bisa jadi tidak menghasilkan implikatur sama sekali atau bisa menghasilkan implikatur yang berbeda. Implikatur sangat tergantung pada situasi di mana ia muncul, dan harus ditafsirkan dengan memperhitungkan konteksnya.45 Setiap situasi ujaran atau ucapan tentu mengandung maksud. Jadi kedua belah pihak (pembicara dan penyimak) terlibat dalam suatu kegiatan yang berorientasi pada tujuan tertentu.46 Seperti yang telah dijelaskan di atas, implikatur adalah implikasi makna berupa satuan pragmatis dari suatu tuturan baik lisan maupun tulisan,

43 Ibid., h.138. 44 Ibid. 45 Elizabeth Black, Op.Cit., h. 54. 46 Hindun. Pragmatik untuk Perguruan Tinggi. (Depok: Nufa Citra Mandiri. 2012), h. 27.

24

sedangkan implikatur percakapan adalah implikasi pragmatik yang terkandung dalam bentuk lingual yang dituturkan oleh penutur kepada mitra tutur.

2. Jenis- Jenis Implikatur Nadar dalam Putrayasa mengemukakan bahwa terdapat tiga jenis implikatur percakapan, yaitu implikatur percakapan umum, implikatur percakapan berskala, dan implikatur percakapan khusus. Berikut akan dipaparkan ketiga implikatur percakapan tersebut. a. Implikatur Percakapan Umum Implikatur percakapan umum adalah implikatur yang kehadirannya di dalam percakapan tidak memerlukan konteks khusus.47 Jika pengetahuan khusus tidak dipersyaratkan untuk memperhitungkan makna tambahan yang disampaikan, hal ini disebut implikatur percakapan umum. Contoh: implikatur (1) sebagai akibat adanya tuturan, seperti Saya menemukan uang. (2) merupakan implikatur percakapan umum, seperti (Uang itu bukan milik saya). b. Implikatur Berskala Yule dalam Putrayasa mengemukakan bahwa implikatur berskala ditandai dengan istilah-istilah untuk mengungkapkan kuantitas dari skala nilai tertinggi ke nilai terendah.48 Misalnya: (1) (semua, sebagian besar, banyak, beberapa, sedikit) (selalu, sering, kadang-kadang) Ketika sedang bertutur, seorang penutur memilih kata dari skala itu yang paling informatif dan benar (kualitas dan kuantitas). Perhatikan contoh berikut. (2) Saya sedang belajar ilmu bahasa dan saya telah melengkapi beberapa mata pelajaran yang dipersyaratkan. Dengan memilih kata ‘beberapa’ dalam kalimat tersebut, penutur menciptakan suatu implikatur (tidak semua). Inilah salah satu implikatur tuturan berskala. Dasar implikatur berskala ialah bahwa semua bentuk negatif dari skala yang lebih tinggi dilibatkan apabila bentuk apapun

47 Ida Bagus Putrayasa, Op.Cit., h.70. 48 Ibid., h.71. 24

25

dalam skala itu dinyatakan. Skala lebih tinggi daripada ‘beberapa’. Dengan adanya batasan implikatur berskala, konsekuensinya adalah dalam mengatakan ‘sebagian dari mata pelajaran yang dipersyaratkan’, penutur juga menciptakan implikatur lain, misalnya: ‘tidak sebagian besar’, ‘tidak banyak’. Apabila penutur melanjutkan untuk menjelaskan mata pelajaran linguistik itu seperti dalam kalimat (3) berikut, (3) Dia kadang-kadang sangat menarik. Dengan menggunakan ‘kadang-kadang’ dalam kalimat (3) di atas, penutur menyampaikan bentuk-bentuk negatif yang tatarannya lebih tinggi dalam skala kekerapan melalui implikatur ‘tidak selalu’, ‘tidak sering’. Banyak implikatur berskala yang dihasilkan dengan menggunakan ungkapan-ungkapan yang mungkin tidak kita pikirkan dengan cepat sebagai bagian dari suatu skala. Misalnya tuturan (4a) akan diinterpretasikan sebagai pengkaitan ‘tidak tentu’ sebagai suatu nilai yang lebih tinggi pada skala ‘kemungkinan’ dan (4b) ‘tidak mesti’ dalam skala ‘keharusan’ dan ‘tidak beku’ dalam skala ‘pendinginan’. (4a) Mungkin kami terlambat. (4b) Itu harus disimpan di tempat yang aman. Selanjutnya, Yule mengungkapkan bahwa salah satu ciri yang terlihat pada implikatur berskala ialah apabila penutur mengoreksi diri mereka sendiri tentang beberapa rincian, seperti dalam kalimat (5) berikut. Mereka secara khusus membatalkan salah satu dari implikatur berskala. (5) Saya membeli beberapa dari pakaian ini di Prancis- Em.... Saya kira sebenarnya saya membeli sebagian besar pakaian ini di sana). Dalam kalimat (5) di atas, penutur pada awalnya mengaitkan ‘tidak mesti’ dengan mengatakan ‘beberapa’, tetapi ia kemudian mengoreksi dirinya sendiri dengan sebenarnya menyatakan ‘sebagian besar’. Akan tetapi pernyataan yang terakhir itu masih perlu diterjemahkan dengan suatu implikatur berskala ‘tidak semua’.

26

c. Implikatur Percakapan Khusus Implikatur percakapan khusus merupakan makna yang diturunkan dari percakapan dengan mengetahui/merujuk konteks (sosial) percakapan, hubungan antarpembicara serta kebersamaan pengetahuan mereka.49 Hanya dengan pengetahuan khusus itulah makna atau implikatur dapat diturunkan, seperti pada contoh berikut. Sugi : “Pergi kita ke pesta Si Juna?’’ Jaya : “Ayahku lagi datang.” (‘tidak’) Dari contoh di atas dapat dijelaskan bahwa, di sini Sugi harus mengetahui hubungan Jaya dengan ayahnya. Jika misalnya, Sugi mengetahui kalau Jaya berusaha untuk menghindari ayahnya dalam setiap kesempatan, maka implikatur yang diperoleh adalah “ya”, sehingga untuk menghasilkan implikatur percakapan khusus dibutuhkan pengetahuan bersama di antara pembicaraan dan pendengar. Contoh lain sebagai berikut: Jaya : “Hai, apa kamu datang ke pesta tadi malam?’’ Irwan : “Kedua orang tuaku hadir.” Agar dapat membuat jawaban Irwan relevan, Jaya harus memanfaatkan pengetahuan tertentu yang diasumsikan dipunyai oleh salah seorang teman kuliah dalam setting ini. Irwan akan menghabiskan malam itu dengan orang tuanya tidak ramai (konsekuensinya > Irwan tidak ada di pesta) adalah implikatur yang kemunculannya memerlukan konteks khusus.

3. Ciri-ciri dan Sifat Implikatur a. Ciri-ciri Implikatur Menurut Cruse dalam Sumarsono dalam Putrayasa mengemukakan bahwa ada empat kriteria khusus yang merupakan ciri IP, yaitu: Bergantung konteks, dapat dibatalkan, tidak dapat dilepaskan, dan dapat diperhitungkan. 1) Bergantung konteks IP sangat ditentukan/bergantung pada konteks.

49 Ibid., h.72. 26

27

Rere : Mau kemana, De? Tude : mules nih Rere : rapatnya sudah mulai Tude : Duluan saja (konteks dituturkan oleh Rere ketika mengajak Tude untuk segera mengikuti rapat tetapi Tude belum dapat ikut karena perutnya sakit dan segera ke WC) 2) Dapat dibatalkan Makna tuturan ber-IP dapat dibatalkan dengan kehadiran materi tambahan. Proses pembatalan dan materi tambahan dapat diamati pada contoh tuturan (A) berikut ini. A: Risna, jadi tidak kamu menyetor laporan? B: (1) Atasanku masih di Surabaya. B: (2) Oh ya, sebagian laporan sudah kukirim lewat e-mail. Seumpamanya A adalah teman Risna dan B adalah Risna maka jawaban B (1) mengandung IP, bahwa Risna belum menyetor laporan kepada atasan karena atasannya sedng tugas di luar kota, sedangkan pada B (2) menghapus implikatur tersebut. 3) Tidak dapat dilepaskan Pada kriteria yang ketiga ini dinyatakan bahwa substansi proposisi yang sama pada konteks yang sama memunculkan IP yang sama. Dalam suatu bentuk yang diekspresikan, IP diikat pada makna dan tidak pada bentuk. Contoh : (1) Rani tidak mengendarai mobil, (2) Rani mencoba mengendarai mobil, (3) Rani mengendarai mobil. 4) Dapat diperhitungkan Cruse dalam Sumarsono menuturkan bahwa IP dapat diperhitungkan dengan menggunakan prinsip-prinsip umum berbasis pada makna konvensional dan informasi kontekstual. Makna konvensional dapat diabaikan oleh Pn (penutur), ketika memaknai tuturan dengan konteksnya, tetapi ia dapat memaknainya. Misalnya, ada dua orang yang secara manasuka setuju bahwa jika sewaktu-waktu salah satu di antara mereka

28

mengatakan X, mereka memaknai Y. Contohnya antara dua orang mahasiswa yang tidak dalam satu kost bahwa manakala seorang mengatakan “Mas, ada teman wanitanya”. Atau “Mas, ada tamu”. Sementara si-Mas menyadari bahwa dia tidak memakai baju. Respons atau tuturan khusus itu bersifat bebas. Karena itu, jawaban tuturan tersebut bisa bersifat serius, sebagaimana tampak dalam respons B dalam (1), dan bisa dijawab dengan bercanda, seperti pada respons B dalam (2) berikut ini. (1) A: Mas, ada ceweknya, disuruh masuk nggak? B: Terima kasih, saya pakai baju dulu. (2) A: Mas, ada ceweknya, disuruh masuk nggak? B: Suruh tunggu sebentar, katakan padanya “Mas baru pulang dari angkasa luar”.50 Levinson dalam Sumarsono dalam Putrayasa mengungkapkan 4 (empat) ciri utama dari suatu implikatur percakapan, yakni: a) Cancellability, maksudnya sebuah kesimpulan yang tidak mungkin bisa ditarik jika ada kemungkinan untuk menggagalkannya dengan cara menambah beberapa premis/alasan tambahan pada premis-premis asli. b) Non-derachability, adalah implikatur dilekatkan pada isi semantik dari apa yang dituturkan, tidak pada bentuk linguistik, maka implikatur tidak dapat dipisahkan dari suatu tuturan. c) Calculability, dimaksudkan untuk setiap implikatur yang diduga harus memungkinkan untuk menyusun suatu argumen yang menunjukkan bahwa makna harfiah suatu tuturan dipadu dengan prinsip kerjasama dan maksim-maksimnya. d) Non-conventionality, artinya untuk mengetahui makna harfiah, dapat diduga implikaturnya dalam suatu konteks, implikatur tidak dapat sebagai bagian dari makna itu. 51

50 Ibid., h.65. 51 Ibid., h.66. 28

29

Grice dalam Wijana dalam Putrayasa mengemukakan bahwa ada (5) ciri dari implikatur percakapan, yakni: a) Dalam keadaan tertentu, implikatur percakapan dapat dibatalkan baik dengan cara eksplisit ataupun dengan cara kontekstual (cancellable). b) Ketidakterpisahkan implikatur percakapan dengan cara menyatakan sesuatu. Biasanya tidak ada cara lain yang lebih tepat untuk mengatakan sesuatu itu, sehingga orang memakai tuturan bermuatan implikatur untuk menyampaikannya (nondetachable). c) Implikatur percakapan mempersyaratkan makna konvensional dari kalimat yang dipakai, tetapi isi implikatur tidak masuk dalam makna konvensional kalimat itu (nonconventional). d) Kebenaran isi implikatur tidak tergantung pada apa yang dikatakan, tetapi dapat diperhitungkan dari bagaimana tindakan mengatakan apa yang dikatakan (calcutable). e) Implikatur percakapan tidak dapat diberi penjelasan spesifik yang pasti sifatnya (indeterminate).52 Ketiga pendapat tentang ciri-ciri dari suatu implikatur percakapan pada dasarnya sama. Ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu implikatur percakapan memiliki ciri-ciri, yakni: (1) sesuatu implikatur percakapan dapat dibatalkan dalam hal tertentu, (2) biasanya tidak ada cara lain untuk mengatakan apa yang dikatakan dan masih mempertahankan implikatur yang bersangkutan, (3) implikatur percakapan mempersyaratkan pengetahuan terlebih dahulu arti konvensional dari kalimat yang dipakai, dan (4) kebenaran isi dari suatu implikatur percakapan bukan tergantung pada kebenaran yang dikatakan . b. Sifat-sifat Implikatur Menurut para ahli pragmatik implikatur memiliki dua sifat yang harus dimiliki oleh semua implikatur yaitu:

52 Ibid.

30

1) Semuanya bersifat tertentu atau tegas. Premis dan kesimpulan tidak hanya mirip tetapi juga secara tegas mengandung kandungan logis. 2) Penutur bertanggung jawab atas isi seolah dia telah menyatakan secara langsung terhadap asumsi-asumsi yang disampaikannya.53

E. Ceramah

1. Pengertian Ceramah Ceramah dapat diartikan sebagai bentuk dari dakwah yaitu dakwah bil-lisan yang berarti menyampaikan ajaran-ajaran, nasihat, mengajak seseorang melalui lisan. Ceramah adalah pidato yang bertujuan memberikan nasehat dan petunjuk-petunjuk sementara ada audiensi yang bertindak sebagai pendengar. Audiensi yang dimaksud di sini adalah keseluruhan untuk siapa saja, khalayak ramai, masyarakat luas, atau lazim.54 Jadi ceramah adalah pidato yang bertujuan untuk memberikan nasehat kepada khalayak umum atau masyarakat luas. Dalam setiap ceramah pembicara harus menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi sehingga ceramah dapat berjalan dengan lancar. Kegiatan ceramah harus memperhatikan hal-hal antara lain: suara, intonasi, gaya bahasa, sikap, gerak-gerik, mimik, sehingga pendengar dapat tertarik dengan apa yang diungkapkan.55 Ceramah dapat dilaksanakan kapan saja, tidak ada rukun dan syaratnya, tidak ada mimbar tempat khusus pada pelaksanannya, waktu tidak dibatasi dan siapapun boleh berdakwah, dapat dilakukan dengan cara kreatif dan inovatif seperti seminar, lokakarya, pelatihan, atau seserahan.

53 Dan Sperber dan Deirdre Wilson, (penerjemah: Suwarna, dkk), Teori Relevansi; Komunikasi dan Kognisi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 285 54 Nurhalali Siregar, Retorika Syekh Abdul Efendi Ritonga dalam Ceramah, (UIN Imam Bonjol Padang: Al-Hikmah Jurnal Dakwah dan Ilmu Komunikasi volume 2 nomor 1, Januari-Juni 2019) h. 42 55Sattia Wathy, Pengertian Ceramah, https://www.scribd.com/doc/169957177/PENGERTIAN-CERAMAH Diakses pada 21 Oktober 2019, pukul 19:45 WIB. 30

31

2. Unsur-Unsur Ceramah Komponen-komponen atau unsur-unsur ceramah, yaitu: a. Dai (Penceramah) Dai disebut juga dengan juru dakwah atau lebih sering dikenal dengan komunikator dakwah, yaitu orang yang harus menyampaikan suatu pesan atau wasilah.56 Seorang dai atau penceramah perlu mengetahui apa tugas dari penceramah artinya sebelum menjadi penceramah perlu mengetahui apa tugas dari penceramah. Menurut Wahyu Ilahi dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Dakwah, untuk dikenal sebagai dai atau komunikator dakwah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni: secara umum dan secara khusus. Secara umum adalah setiap muslim atau muslimah yang mukallaf (dewasa) dimana kewajiban dakwah merupakan suatu yang melekat tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam, sesuai dengan perintah “Sampaikan walau satu ayat”. Secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian khusus (mutakhasis) dalam bidang agama Islam, yang dikenal dengan panggilan ulama.57

b. Mad’u (Audiensi) Mad’u atau Audiensi merupakan sebagai penerima nasehat- nasehat. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa tidak ada penerima jika tidak ada sumber. Dalam bahasa komunikasi, audiensi bisa disebut dengan komunikan, penerima pesan, khalayak, audiensi, receiver. Audiensi bermacam-macam kelompok manusia yang berbeda mulai dari segi intelektualitas, status ekonomi, status sosial, pendidikan, jenis kelamin dan lain-lain.58 M. Natsir dalam Pengantar Ilmu Dakwah mengklasifikasikan audiensi menjadi tiga golongan yaitu: 1. Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran dan dapat berpikir secara kritis, cepat menangkap persoalan.

56 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2010), h.19. 57 Ibid., 58 Nurhalali Siregar, Op.Cit., h.43.

32

2. Golongan awam, yaitu kebanyakan orang yang belum dapat berpikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi. 3. Golongan yang berbeda dengan golongan di atas adalah mereka yang senang membahas sesuatu, tetapi hanya dalam batas tertentu, tidak sanggup mendalami benar.59

c. Materi Materi adalah isi pesan yang disampaikan dai kepada audiensi. Pada dasarnya materi yang disampaikan adalah ajaran Islam itu sendiri. Secara umum dapat dikelompokkan menjadi: 1. Pesan Akidah, meliputi Iman kepada Allah Swt. Iman kepada Malaikat-Nya, Iman kepada kitab-kitab-Nya, Iman kepada rasul-rasulnya, Iman kepada Hari Akhir, Iman kepada Qadha- Qadhar. 2. Pesan Syariah meliputi ibadah thaharah, salat, zakat, puasa, dan haji, serta mua’malah: a) Hukum perdata meliputi: hukum niaga, hukum nikah, dan hukum waris. b) Hukum publik meliputi: hukum pidana, hukum negara, hukum perang, dan damai. 3. Pesan Akhlak meliputi akhlak terhadap Allah Swt., akhlak terhadap makhluk yang meliputi; akhlak terhadap manusia, diri sendiri, tetangga, masyarakat lainnya, akhlak terhadap bukan manusia, flora, fauna, dan sebagainya.60 d. Media Alat-alat yang dipakai untuk menyampaikan ajaran Islam. Hamzah Ya’qub dalam buku Metode Dakwah membagi media dakwah itu menjadi lima:

59 Rubiyanah, dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 80. 60 Wahyu Ilaihi,Op.Cit., h.20. 32

33

1. Lisan, inilah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara. Media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya. 2. Tulisan, buku majalah, surat kabar, korespondensi [surat, e- mail, sms] spanduk dan lain-lain. 3. Lukisan, gambar, karikatur dan sebagainya. 4. Audio Visual yaitu alat dakwah yang dapat merangsang indra pendengaran atau penglihatan dan kedua-keduanya, bisa berbentuk televisi, slide, ohp, internet, dan sebagainya. 5. Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang menvcerminkan ajaran Islam, yang dapat dinikmati dan didengarkan oleh audiensi.61 e. Efek Efek dalam ilmu komunikasi biasa disebut dengan feed back (umpan balik) adalah umpan balik dari reaksi proses dakwah. Dalam bahasa sederhananya adalah reaksi dakwah yang ditimbulkan oleh aksi dakwah. Menurut Jalaluddin Rahmat dalam buku Komunikasi Dakwah efek dakwah dapat terjadi pada tataran yaitu: 1. Efek Kognitif, yaitu terjadi jika ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, dan dipersepsi oleh khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. 2. Efek afektif, yaitu timbul jika ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak, yang meliputi segala yang berkaitan dengan emosi, sikap, serta nilai. 3. Efek behavioral, yaitu merujuk pada perilaku nyata yang yang dapat diamati, yang mliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan tindakan berperilaku.62

61 Ibid., h.20-21.

34

f. Metode Wahyu Ilaihi dalam bukunya yang berjudul Metode Dakwah menjelaskah bahwa metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan dai untuk menyampaikan pesan atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan dakwah. Secara terperinci metode dakwah dalam Al- terekam pada QS An-Nahl ayat 105, yang memiliki arti sebagai berikut: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu

Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari Jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”63 Dari ayat tersebut, terlukislah bahwa ada tiga metode yang menjadi dasar dakwah yaitu: 1. Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan mereka, sehingga di dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya mereka tidak lagi merasa terpaksa ataupun keberatan. 2. Mauidhah hasanah, adalah berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka. 3. Mujadalah, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan-tekanan dan tidak pula dengan menjelekkan yang menjadi mitra dakwah.

62 Ibid., h.21. 63 Ibid., h.21-22.

34

35

F. Penelitian Relevan Dalam Penelitian terkait dengan implikatur percakapan Ustaz Abdul Somad di Musala Nurul Iman, berikut penyusun cantumkan beberapa penelitian yang dirasa cukup relevan sebagai acuan bentuk penelitian, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Mery Cristi Esvinoza Sakoikoi. Penelitian ini merupakan skripsi mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2017. Skripsinya berjudul Implikatur Percakapan Antartokoh dalam Film Tenggelamnya Kapal Van Der wijck karya Buya . Penelitian ini menjawab tiga pokok masalah, yakni 1) Apa sajakah wujud implikatur yang terdapat dalam percakapan antartokoh film Tenggelamnya Kapar Van Der Wijck Karya Buya Hamka? 2) Apa sajakah jenis-jenis implikatur yang terdapat dalam percakapan antartokoh film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Buya Hamka? 3) Apa sajakah makna implikatur yang terdapat dalam percakapan antartokoh film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Buya Hamka? Berdasarkan metode yang digunakan penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dan data dalam penelitian ini adalah film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Buya Hamka, dan data penelitian berupa tuturan yang terkandung implikatur. Persamaan penelitian yang dilakukan Mery dengan penelitian yang dilakukan oleh penyusun adalah metode yang digunakan, yakni dekskriptif kualitatif. Namun, perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang penyusun lakukan adalah kajian analisis yang dilakukan pada tuturan film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Buya Hamka, sedangkan penyusun menganalisis tuturan ceramah Ustaz Abdul Somad yang bersumber dari kanal YouTube Tafaqquh Video. Penelitian berikutnya yang relevan terhadap penelitian yang penyusun lakukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Indah Rahayu, Mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2018. Skripsinya berjudul “Implikatur Percakapan dalam Dialog Interaktif Mata Najwa Metro TV dengan Pejabat Publik Periode Januari-Juli 2017”. Penelitian ini menganalisis implikatur percakapan dalam dialog interaktif Mata Najwa Metro TV dengan pejabat publik periode Januari-Juli 2017. Penelitian ini memiliki dua tujuan.

36

Pertama, bagaimana wujud implikatur percakapan dalam dialog interaktif Mata Najwa Metro TV dengan pejabat publik periode Januari-Juli 2017. Kedua, bagaimana maksud implikatur percakapan dalam dialog interaktif Mata Najwa Metro TV dengan pejabat publik periode Januari-Juli 2017. Teori dasar yang digunakan peneliti adalah teori tindak tutur dari Searle dan Yule, yakni tindak tutur representatif, deklaratif, ekspresif, direktif, dan ekspresif. Kelima tindak tutur tersebut sebagai acuan untuk menganilisis wujud, dan maksud implikatur percakapan. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah video dialog interaktif Mata Najwa Metro TV dengan pejabat publik periode Januari-Juli 2017. Persamaan penelitian yang dilakukan Indah dengan penelitian yang dilakukan oleh penyusun adalah metode yang digunakan, yakni deskriptif kualitatif. Namun, perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang penyusun lakukan adalah kajian analisis yang dilakukan pada video dialog interaktif Mata Najwa Metro TV dengan pejabat publik periode Januari-Juli 2017 menggunakan teori tindak tutur dari Searle dan Yule, sedangkan penyusun menganalisis video ceramah Ustaz Abdul Somad yang bersumber dari kanal YouTube Tafaqquh Video dengan menggunakan kajian implikatur percakapan. Penelitian relevan selanjutnya terhadap penelitian yang penyusun lakukan, yaitu penelitian yang dilakukan oleh lka Sawidri Daulay pada tahun 2019 dengan judul Retorika Dakwah Ustaz Abdul Somad di Youtube (Analisis Pada Video “ UAS Ceramah di Mabes TNI AD” Berdasarkan Teori Public Speaking Stephen E. Lucas). Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan model deskriptif. Penelitian ini menggunakan teori public speaking Stephen E. Lucas. Cara penyampaian dalam public speaking terdiri dari tiga komponen yaitu the method of delivery (metode penyampaian), the speakers voice (suara pembicara) dan the speaker body (bahasa tubuh). Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang penyusun lakukan adalah menganalisis video ceramah Ustaz Abdul Somad yang bersumber dari kanal YouTube Tafaqquh Video. Perbedaan antara penelitian ini dan penelitian yang penyususun lakukan dilihat dari segi kajian teori yang digunakan. Penelitian ini menggunakan kajian disiplin ilmu retorika, sedangkan

36

37

penelitian yang penyusun lakukan menggunakan disiplin ilmu implikatur percakapan. Penelitian terakhir yang penyusun rujuk sebagai penelitian relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Riza Hernita pada tahun 2014. Penelitian ini merupakan syarat memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dengan judul “Implikatur Percakapan Pada Novel 99 Cahaya di Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra serta Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia”. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan implikatur percakapan pada novel 99 Cahaya di Langit Eropa; Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa karya Hanum Sallsabiela Rais dan Rangga Almahendra, dan mengetahui implikatur percakapan pada novel 99 Cahaya di Langit Eropa; Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa karya Hanum Sallsabiela Rais dan Rangga Almahendra, serta implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan cara mendata penggalan percakapan yang mengandung implikatur percakapan pada novel 99 Cahaya di Langit Eropa; Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa karya Hanum Sallsabiela Rais dan Rangga Almahendra. Persamaan penelitian yang dilakukan Riza dengan penyusun lakukan adalah mendeskripsikan implikatur percakapan. Namun, perbedaannya adalah penelitian ini mengunakan tuturan novel 99 Cahaya di Langit Eropa; Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa karya Hanum Sallsabiela Rais dan Rangga Almahendra sebagai sumber, sedangankan penyusun menggunakan video ceramah Ustaz Abdul Somad yang bersumber dari kanal YouTube Tafaqquh Video.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam metodologi penelitian ini disajikan beberapa bagian, yaitu: 1) Data, 2) Sumber data, 3) Metode penelitian, 4) Metode pengumpulan data, dan 5) Teknik pengolahan data. Berikut ini adalah uraian dari lima hal di atas.

A. Data Data adalah segala bahan keterangan yang sudah dicatat (recorded) dan dapat diobservasi.1 Abdul Halim Hanafi dalam bukunya mengatakan bahwa dalam penelitian bahasa, data dapat berupa kata-kata, ucapan, tulisan (prosa, puisi, berita, dsb), naskah, kurikulum bahasa, hasil belajar bahasa, perencanaan bahasa, dan sebagainya. Penelitian ini menggunakan tuturan ceramah Ustaz Abdul Somad sebagai data. Adapun tuturan tersebut akan ditranskripsi oleh penyusun untuk kemudian dianalisis implikatur percakapan yang terjadi di dalamnya. B. Sumber Data Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong menuturkan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik.2 Hal ini terkait fokus penelitian yang menganalis implikatur percakapan dalam tuturan ceramah Ustaz Abdul Somad. Pada dasarnya ada dua sumber data yang perlu diketahui, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Penelitian yang penyusun lakukan menggunakan data primer, penyusun mengutip penjelasan Abdul Halim Hanafi yang mengatakan “Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber datanya oleh peneliti untuk suatu tujuan khusus, dengan kata lain, bahwa data

1 Abdul Halim Hanafi, Metodologi Penelitian Bahasa, (Jakarta: Diadit Media, 2011), h. 123. 2 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2017), h.157. 38

39

primer adalah data asli, dari sumber tangan pertama.”3 Penyusun menggunakan video rekaman Ustaz Abdul Somad di Musala Nurul Iman yang diselenggarakan oleh Ustaz Qurtubi Mujtaba pada tanggal 28 Desember 2017. Acara tersebut diselenggarakkan bersamaan dengan haul akbar H. Mujtaba, Hj. Rogayana, dan H. Abdul Khoir dengan tema “Pentingnya Pendidikan Agama dalam Keluarga”. Video ceramah yang berdurasi 95 menit yang bersumber dari kanal YouTube Tafaqquh Video.

C. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Abdul Halim Hanafi dalam bukunya mengatakan metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.4 Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena penyusun memaparkan tentang implikatur percakapan yang diidentifikasi berdasarkan data penelitian yang telah diperoleh, dalam hal ini tuturan video ceramah Ustaz Abdul Somad dan penyusun menjadi instrumen kunci. D. Metode Pengumpulan Data Dalam menyediakan data, secara umum ada dua metode yaitu metode simak dan metode cakap menurut Sudaryanto dalam Muhammad.5 Penelitian ini, penyusun hanya menggunakan satu metode yakni metode simak dengan teknik lanjutan. Metode simak dilakukan dengan menyimak video ceramah Ustaz Abdul Somad yang bersumber dari kanal YouTube Tafaqquh Video.

3 Abdul Halim Hanafi, Op.Cit., h. 128. 4 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: CV Alfabeta, 2014), h. 9. 5 Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, (Yogyakarta: Ar-Ruza Media), h.206-211.

40

1. Metode simak Menurut Sudaryanto dalam Muhammad menyatakan bahwa untuk menyimak objek penelitian dilakukan dengan menyadap.6 Dengan kata lain, metode simak secara praktik dilakukan dengan menyadap video rekaman ceramah Ustaz Abdul Somad, guna menemukan tuturan yang dicurigai mengandung timplikatur percakapan. Aktivitas penyadapan merupakan cara yang mula-mula untuk memperoleh data yang dimaksud. Karena dilakukan di awal penelitian, aktivitas ini dapat dipandang sebagai teknik dasar dan disebut “dasar” dengan meminjam istilah Sudaryanto dalam Muhammad. Menurut Muhammad metode simak dengan teknik dasar dibagi menjadi empat teknik tetapi berikut hanya akan dijelaskan teknik yang akan digunakan penyusun dalam memperoleh data yang sesuai dengan jenis penelitiannya. 2. Teknik catat Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sumber data primer yaitu video rekaman ceramah Ustaz Abdul Somad yang telah diunduh. Penyusun menggunakan teknik catat atau taking not method. Rekaman video tersebut penyusun sajikan dalam bentuk transkripsi. Penyusun mentranskripsikan video rekaman ceramah Ustaz Abdul Somad bertujuan untuk mengetahui peristiwa implikatur percakapan yang terjadi selama ceramah Ustaz Abdul Somad berlangsung. E. Teknik Pengolahan Data Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles dan Huberman dalam Sugiyono, memamparkan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conslusion drawing/verification.7 Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah menganalisis data yang telah

6 Ibid, h.207. 7 Sugiyono, Op.Cit., h. 246. 40

41

dikumpulkan sebelumnya berupa transkripsi rekaman video ceramah Ustaz Abdul Somad dengan merujuk pada aktivitas dalam menganalisis data menurut Miles dan Huberman sebagai berikut: 1. Data Reduction (Reduksi Data) Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.8 langkah pertama dilakukan setelah data terkumpul adalah mengidentifikasi data. Sebelumnya, penyusun mentranskripsi atau mengalih bentuk tuturan dari bentuk rekaman video ke bentuk teks. Selanjutnya, penyusun memberikan tanda pada bagian transkripsi yang menjadi data penelitian. 2. Data Display (Penyajian Data) Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori, flowchart, dan sejenisnya. Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. “Looking at displays help us to understanding,” Miles dalam Sugiyono.9 Langkah kedua yang penyusun lakukan adalah Penyusun menganalisis konteks SPEAKING Dell Hymes. 3. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi) Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.10 Pada tahap ini penyusun menganalisis

8 Ibid., h. 247. 9 Ibid., h. 249. 10 Ibid., h. 252-253.

42

data dengan mendeskripsikan wujud implikatur yang terjadi pada tanya jawab antara Ustaz Abdul Somad dan jamaah.

42

BAB IV PEMBAHASAN

A. Biografi Ustaz Abdul Somad Ustaz Abdul Somad Batubara atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ustaz Abdul Somad lahir di desa Silo Lama di wilayah Asahan, Sumatera Utara pada tanggal 18 Mei 1977.1 Ustaz Abdul Somad lahir dan tumbuh besar di Pekanbaru, Riau. Beliau dibesarkan oleh keluarga yang paham betul pentingnya pendidikan, terutama pendidikan agama. Sedari kecil, Ustaz Abdul Somad dibimbing oleh orang tuanya agar menjadi anak yang saleh dan memberikan manfaat bagi sesama manusia.2 Ustaz Abdul Somad memulai sekolahnya di SD AL-Washliyah Medan dan tamat di sana pada tahun 1990. Setelah itu, orang tuanya kemudian memasukkannya ke sekolah Daruarafah di wilayah deliserdang, Sumatera Utara. Di sana ia mengenyam pendidikan selama satu tahun sebelum pindah ke Riau pada tahun 1994. Selanjutnya ia bersekolah di Madrasah Aliyah Nurul Falah di wilayah Indragiri Hulu dan tamat pada tahun 1996. Setelah menamatkan sekolahnya, Ustaz Abdul Somad kemudian melanjutkan pendidikannya di jenjang perguruan tinggi. Ia kuliah di UIN SISKA Riau. Di kampus ini, Ustaz Abdul Somad hanya mengenyam pendidikannya selama dua tahun saja, hingga tahun 1998. Ustaz Abdul Somad melanjutkan pendidikannya di Univesitas Al- Azhar, Kairo, Mesir. Setelah berhasil mendapatkan beasiswa dari pemerintah Mesir. Ia terpilih sebagai salah satu dari 100 penerima beasiswa dengan mengalahkan 900 pelamar lainnya. Di Universitas Al- Azhar, Mesir, Abdul Somad menyelesaikan kuliahnya dalam kurun waktu 3 tahun 10 bulan dan berhasil mendapatkan gelar Lc (License) yang

1 Yusuf Asyari, Profil Ustaz Abdul Somad, Pernah Kalahkan 900 Pelajar, (Jawa pos, selasa, 26 Desember 2017 06:08). Diakses pada Minggu, 15 September, 2019 https://bit.ly/2I8d17p pukul 11:31 WIB. 2 Tim Redaksi Qultumedia, Ustazz Abdul Somad (Ustaz Zaman Now), (Jakarta: Qultum Media, 2018), h.5. 43

44

merupakan gelar bagi lulusan pendidikan di kawasan timur tengah termasuk Mesir. Kemudian melanjutkan pendidikan S2 nya pada tahun 2004 di Maroko tepatnya di Institut Dar Al- Hadddis Al-Hassania melalui beasiswa kerajaan Maroko. Abdul Somad merupakan salah satu dari 5 orang asing yang diterima kuliah di sana. Abdul Somad mennyelesaikan pendidikan masternya dalam jangka waktu 1 tahun 11 bulan dan meraih gelar D.E.S.A (Diplôme d’Etudes Supérieurs Approfondies). Ustaz Abdul Somad diketahui bekerja sebagai dosen bahasa arab dan tafsir hadist di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim dari tahun 2009. Selain itu beliau juga mengajar sebagai Dosen Agama Islam di Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Azhar Yayasan Masmur, Riau. Beliau juga pernah aktif sebagai anggota MUI Provinsi Riau dan Sekretaris Lembaga Bahtsul Masa’il dan Anggota badan amil zakat di Riau dari tahun 2009 hingga 2014. Perjalanan keilmuan (rihlah ‘ilmiyah) ini beliau lakukan semata- mata untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim, disamping untuk memperbaiki diri, mengangkat martabat keluarga, dan tentu saja agar menjadi orang yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa.3 Perjalanan mencari ilmu dan berdakwah yang terus digeluti Ustaz Abdul Somad selama beberapa tahun ini menjadikannya sosok yang sangat dihormati dan dicintai oleh masyarakat Indonesia dan mancanegara. Kini Ustaz Abdul Somad aktif dalam memberikan ceramah agama Islam di berbagai pelosok di Indonesia dimulai dari memberikan dakwah agama melalui YouTube, Ustaz Abdul Somad semakin dikenal di masyarakat setelah video ceramahnya menjadi viral di internet. Ceramah atau isi dakwahnya mengenai agama islam sangat berbobot sesuai dengan kapasitas dirinya sebagai seorang ulama, dai sekaligus dosen Agama Islam. Pertanyaan dari para jamaahnya ia jawab berdasarkan sesuai pandangan-pandangan imam mazhab dan mudah dimengerti. Sosoknya yang cerdas dan gayanya yang sederhana membuat Ustaz Abdul Somad

3 Ibid, h. 6. 44

45

banyak disukai oleh jamaah atau masyarakat sehingga ia banyak menerima undangan untuk ceramah. 4 Selain itu juga Ustaz Abdul Somad menulis sebuah buku yang berjudul “37 Masalah Populer”. Buku ini membahasan tentang persoalan- persoalan di dalam agama Islam dengan tujuan tidak ingin menambah kebingungan dalam masyarakat, Ustaz Somad mengajak untuk melihat pendapat para ulama sebagai solusi dalam permasalahan tersebut agar dapat memahami perbedaan, menghormati orang lain, mengikis fanatisme.5 Buku kedua Ustaz Abdul Somad yaitu “99 Pertanyaan Seputar Salat”, buku ini membahas tentang persoalan pada salat yang dikemas dalam bentuk tanya-jawab. Buku ketiga “33 Tanya Jawab Seputar Qurban” membahas tentang persoalan penting bagi penyelenggara ibadah qurban, mulai dasar hukum syar’i dan hal-hal praktis yang menjadi pertanyaan.6 Penyusun memilih tokoh Ustaz Abdul Somad karena Abdul Somad merupakan seorang pendakwah yang memiliki daya tarik luar biasa bagi kalangan milenial. Ceramah atau isi dakwahnya mengenai agama islam sangat berbobot dengan kapasitas dirinya sebagai seorang ulama, dai sekaligus dosen agama islam. Banyak dari ceramah Ustaz Abdul Somad mengulas berbagai macam persoalan-persoalan agama. Ceramah-ceramah beliau terdengar ringan di telinga. Luas dan mendalam, kadang menyentil, kadang juga diselingi kelakar yang segar. Cara beliau menyampaikan ceramahnya mudah dimengerti dan tak punya kecenderungan menyalahkan pendapat orang lain.7 Sehingga inilah yang membedakan Ustaz Abdul Somad dengan Ustaz lainnya.

4 Wink, Biografi Ustaz Abdul Somad, Dari Masa Kecil Hingga Menjadi Ustaz Kondang, (Biografiku, Sabtu, 20 Juli 2019). Diakses pada Rabu, 18 September 2019 https://www.biografiku.com/profil-dan-biografi-Ustazz-abdul-somad-beserta-biodata/ pukul 12:30 WIB 5Yusuf Asyari, Loc,Cit. 6 Ibid,. 7 Tim Redaksi Qultumedia, Ustazz Abdul Somad (Ustazz Zaman Now), (Jakarta: Qultum Media, 2018), h.2

46

B. Analisis Konteks Dalam formulasi Hymes, sebagai peristiwa tutur percakapan mengandung 16 komponen yang membentuk percakapan itu secara utuh. Oleh Hymes komponen-komponen itu dikelompokkan menjadi akronim SPEAKING: (S) Setting dan Scene/adegan, (P) Participant/Peserta, (E) End/Hasil akhir, (A) Act sequence/urutan tindakan, (K) Key/Kunci, (I) Instrumentialities, (N) Norm/cara interaksi dan interpretasi, (G) Genre. Di bawah ini, penjelasan tentang setiap komponen tersebut: Setting dan Scene/adegan Acara tabligh akbar dan maulid nabi Muhammad saw 1439 H Bersama Ustaz Abdul Somad sekaligus haul Akbar H. Mujtaba, Hj. Rogayana, dan H. Abdul Khoir yang bertemakan “Pentingnya Pendidikan Agama dalam keluarga”, ini diselenggarakan pada tanggal 28 Desember 2017, Ustaz Abdul Somad dijadwalkan berceramah seusai salat Isya berjamaah. Acara ini beralamat di Jl. Cikini Dalam 3 RT 003/001 Kelurahan Jurang Mangu Barat, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan. Banten. Warga dari berbagai daerah telah memadati halaman Musala Nurul Iman sejak maghrib. Ratusan warga begitu antusias dalam menghadiri acara maulid ini. Acara ini dihadiri oleh berbagai kalangan, mulai dari bapak-bapak, ibu-ibu, remaja, lansia, anak-anak, dan para pejabat setempat pun turut serta berpartisipasi dalam menghadiri maulid ini. Tidak ketinggalan, beberapa artis top papan atas menghadiri acara maulid yang diselenggarakan oleh keluarga besar Alm H. Mujtaba, diantaranya, Dude Harlino, Teunku Wisnu, dan Dimas Seto. Selain untuk mempererat silaturahmi, acara ini tentunya diselenggarakan agar masyarakat ikut serta dalam memperingati maulid nabi bersama Ustaz Abdul Somad. Tentunya ceramah Ustaz Abdul Somad sangat dinanti-nantikan oleh semua orang. Pada pukul 20.00 WIB, lautan jamaah terlihat memadati halaman musala Nurul Iman. Pelataran musala dipenuhi jamaah, bahkan sejumlah jamaah yang tak kebagian tempat duduk di bawah tenda yang dipasang oleh panitia penyelenggara terpaksa duduk di halaman berumput. Di bagian kiri, kanan, depan, dan belakang, musala, jamaah juga berdesakan.

46

47

Panitia juga menyediakan layar agar semua jamaah bisa melihat dan mendengarkan ceramah yang disampaikan oleh Ustaz Abdul Somad. Mereka duduk dengan rapat, tetapi ada juga yang berdiri, mereka semua menanti ceramah Ustaz Abdul Somad. Sementara di luar musala, kendaraan roda dua dan roda empat tampak begitu penuh. Mobil dan sepeda motor parkir di bagian jalan sekitaran musala semuanya penuh. Jalur lalu lintas di depan musala juga terlihat macet di bawah kawalan pihak kepolisian. Ketika akan berceramah di depan jamaah, Ustaz Abdul Somad disambut dengan riuhnya teriakan takbir dari jamaah yang sudah menunggu di halaman musala Nurul Iman. Ustaz Abdul Somad merupakan penceramah yang memiliki intonasi, ekspresi, dan gaya komunikasi yang khas, salah satu kekhasan beliau adalah menyelipkan humor disetiap ceramahnya. Beliau juga mampu membangun kedekatan yang lebih kuat terhadap jamaahnya. Model komunikasi dua arah yang selalu beliau lakukan dalam setiap menyampaikan ceramahnya mampu meningkatkan kepuasan jamaah yang sedang mendengarkan ceramahnya. Participants/peserta Participant/Peserta adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima pesan. Dua orang yang bercakap-cakap dapat berganti peran sebagai pembicara atau pendengar, tetapi dalam khotbah masjid, khotib sebagai pembicara dan jemaah sebagai pendengar tidak dapat bertukar peran. Status sosial partisipan sangat menentukan ragam bahasa yang digunakan. Kamis, 28 Desember 2017, jamaah dari berbagai daerah telah memadati halaman musala Nurul Iman. Ustaz Abdul Somad mengisi tabligh akbar di daerah Tangerang Selatan, semua jamaah yang hadir sangat antusias dalam mendengarkan dan menyimak ceramah Ustaz Abdul Somad. Ustaz Abdul Somad berpakaian rapi dan sopan menggunakan baju koko berwarna putih, peci hitam bercorak biru dan dipadupadankan dengan surban bercorak bendera Palestina yang dikalungkan dibahunya. Jamaah yang hadirpun kompak mengenakan pakaian serba putih. Ketertarikan masyarakat untuk mendengarkan ceramah Ustaz Abdul Somad tentu tidak akan terlepas dari

48

sosok yang didengarnya, baik ilmu, cara penyampaian, maupun materi yang disampaikannya. Secara keilmuan Ustaz Abdul Somad sangat mnguasai tafsir hadits dan ilmu fikih. Cara penyampaian ceramah pun beliau sangat lugas, dan tegas. Bahasa yang digunakan oleh Ustaz Abdul Somad dalam ceramahnya menggunakan bahasa yang sesuai, menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh semua jamaahnya. Dalam menyampaikan ceramahnya Ustaz Abdul Somad sesekali menyelipkan humor atau candaan untuk menghibur jamaahnya agar tidak bosan saat mendengarkan ceramahnya. Tidak hanya humor atau candaan, Ustaz Abdul Somad juga memberikan penekanan-penekanan dalam menyampaikan materi ceramahnya agar pesan yang ada dapat tersampaikan sebagaimana mestinya dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Cara untuk berdakwah pun beragam, bisa menggunakan lisan maupun tulisan, melalui media cetak, ataupun elektronik. Seiring kemajuan zaman dakwah telah berkembang dengan cukup pesat. Ustaz Abdul Somad memanfaatkan media sosial sebagai media dakwahnya, dengan adanya konten video tanya jawab yang dikemas dengan ringan dan singkat membuat video ini terbilang unik dan diminati masyarakat, terbukti yang menyaksikan video atau Viewers nya mencapai 7,2 M dengan Subscriber 890K, jumlah Like mencapai 44 K dan Unlike sejumlah 6,8 K. End/Hasil akhir End/ Maksud tujuan, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Sebagai seorang penceramah yang jam terbangnya sudah tidak diragukan lagi, Ustaz Abdul Somad paham akan berbagai macam status sosial dari jamaahnya. Mulai dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa, orang tua, dan lansia membuat beliau dapat menyesuaikan berbagai aspek pemilihan kata yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi jamaah. Ustaz Abdul Somad menyampaikan ceramah dengan materi seputar pentingnya agama dalam keluarga. Penyampaian materi ceramah yang menarik menjadi ciri khas dari ceramah Ustaz Abdul Somad. Penggunaan bahasa yang sesuai dengan kondisi, keadaan dan daerah tempat ia berceramah menjadikan jamaah lebih mudah memahami makna yang terkandung dalam ceramah yang disampaikan. Ketika

48

49

menyampaikan sebuah arti ayat atau hadits, Ustaz Abdul Somad selalu menyampaikannya dengan fasih dan memberikan penjelasan secara jelas dengan contoh-contoh yang relevan, tentunya dengan penyampaian seperti itu materi ceramah dapat dipahami oleh jamaah. Penyampaian materi ceramah yang sangat persuasif, mampu membuat jamaah masuk dan terbawa dalam materi yang disampaikan. Ustaz Abdul Somad memiliki caranya tersendiri agar ceramah yang disampaikan tidak sia-sia dan diperhatikan serta dipahami oleh jamaahnya. Ustaz Abdul Somad juga memiliki suara yang lantang dan jelas dalam menyampaikan ceramahnya. Adakalanya melakukan penekanan pada pernyataan yang disampaikan dan adakalanya merendahkan intonasi, sesuai dengan konteks pembahasan. Hal itu terbukti dengan tidak ada yang beranjak sedikitpun dari para jamaah yang hadir ketika Ustaz Abdul Somad sedang menyampaikan ceramah. Mereka semua menyimak dengan baik sampai Ustaz Abdul Somad selesai berceramah. Setelah Ustaz Abdul Somad selesai memberikan ceramah, acara dilanjut dengan proses tanya jawab. Pada saat jamaah melakukan proses tanya jawab, jamaah diminta oleh Ustaz Abdul Somad untuk menyediakan kertas kosong. Setelah itu jamaah menuliskan pertanyaannya di kertas kosong tersebut. Pertanyaan yang sudah dituliskan akan secara acak dibacakan dan dijawab oleh Ustaz Abdul Somad. Pada malam itu terdapat 13 pertanyaan yang dibacakan dan dijawab oleh beliau. Tentunya jawaban yang diberikan beliau didasari oleh Al-quran dan hadits. Act sequence/urutan tindakan Act sequence/alur pesan mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Pesan yang disampaikan oleh Ustaz Abdul Somad adalah berdasarkan al- Qur’an dan hadits yang sesuai dia bacakan. Selain itu, beliau juga mengutip pendapat-pendapat ulama-ulama dari kalangan Salafi. Dalam ceramahnya, Ustaz Abdul Somad mengingatkan kepada jamaahnya untuk rajin bershalawat karena balasan orang yang bershalawat akan dibalaskan sepuluh kebaikan oleh Allah dan dinaikkan sepuluh tingkat derajat kemuliaan. Tidak hanya itu, beliau juga menyampaikan enam hal atau cara untuk mengenang orang tua ketika sudah meninggal dunia, yakni: berkirim doa, membaca al-Qur’an,

50

bershodaqoh, pada saat melakukan bershodaqoh tentunya pahalanya diniatkan untuk almarhum/almarhumah. Lalu yang keempat adalah bacaan tasbih, tahmid, takbir, tahlil kepada almarhum/almarhumah. Selanjutnya, berqurban, walaupun almarhum/almarhumah sudah meninggal kita sebagai anak atau keluarga jika memang ingin berqurban untuk alamarhum/almarhumah itu dibolehkan. Yang keenam haji, diutamakan untuk berhaji terlebih dahulu lalu baru bisa membadalkan haji orang lain. Materi ceramah yang sudah disampaikan ini tentunya dimaksudkan agar manusia mau menerima dan memahami serta mengikuti ajaran tersebut, sehingga ajaran islam ini benar- benar diketahui, dipahami, dihayati dan selanjutnya diamalkan sebagai pedoman hidup. Beliau menganjurkan kepada jamaahnya untuk terus menuntut ilmu dan beliaupun dalam ceramahnya selalu mengaitkan tentang pendidikan Islam, membangun ekonomi umat islam, dan menjadi pemimpin yang adil. Ceramah Ustaz Abdul Somad selalu memberikan kemudahan kepada jamaah dalam urusan agama. Dalam hal ini beliau memberi kemudahan bagi penerima pesan (jamaah) dengan adanya dalil dan rujukan yang jelas. Selain menggunakan bahasa verbal, Ustaz Abdul Somad juga menggunakan komunikasi non verbal, mulai dari pakaian yang berpakaian rapi dan sopan menggunakan baju koko putih lengan panjang dan dipadupadankan dengan selendang yang bercorak bendera palestina lengkap dengan peci warna hitam motif biru saat menyampaikan ceramahnya, bahasa tubuh yakni gerakan bahu, ekspresi wajah, dan sorotan mata sebagai komunikasi non verbal (proses komunikasi di mana pesan yang disampaikan tidak melalui kata-kata) yang mana untuk mempertegas dan menekankan komunikasi verbalnya. Key/Kunci Key/Kunci, mengacu pada nada, cara, dan semangat di mana suatu pesan disampaikan dengan senang hati, dengan serius, dengan singkat, dengan sombong, dengan mengejek, dan sebagainya. Hal ini dapat juga ditunjukkan dengan gerak tubuh dan isyarat.

50

51

Ustaz Abdul Somad dalam menyampaikan dakwahnya sangat memperhatikan irama suara. Dalam ceramahnya, beliau mampu mempergunakan tinggi rendahnya suara, keras dan tidaknya suara berdasarkan penghayatan materi. Serta mampu meletekkan jeda pada bagian-bagian tertentu sehingga jamaah dapat memahami isi ceramah yang disampaikan Ustaz Abdul Somad. Walaupun ketika menyampaikan dakwahnya beliau sangat serius namun sesekali beliau menyelipkan candaan untuk mencairkan suasana. Pada saat berceramah pun Ustaz Abdul Somad selalu menggerakkan anggota tubuhnya, dimulai dengan menggerakkan tangan, kepala, mata, dan bahu yang bergerak cepat ketika memberikan penekanan makna kalimat pada materi ceramahnya. Dalam ceramahnya kali ini beliau mampu mempergunakan tinggi rendahnya suara, keras dan tidaknya suara berdasarkan penghayatan materi. Serta mampu meletakkan jeda pada bagian tertentu sehingga jamaah memahami isi ceramah apa saja yang disampaikan Ustaz Abdul Somad. Dengan mengatur cepat lambatnya suara, sangat berpengaruh bagi jamaah, karena jika suara yang dikeluaran keras, lambat dan terlalu cepat, maka berpengaruh bagi jamaah dalam memahami isi ceramah. Dalam ceramahnya beliau selalu menceritakan segudang pengalaman dan perjalanan hidupnya, selain itu beliau kaya dengan pembendaharaan kata, penjabaran materi yang begitu luas, memiliki sumber atau referensi kitab yang begitu banyak, segudang pengalaman dan perjalanan hidup, serta kisah-kisah menarik yang diceritakannya ketika berceramah. Beliau tidak akan pindah ke point selanjutnya sebelum point pertama dibahas tuntas, sehingga pembahasan meruncing kepada tema, dan tidak melebar kemana-mana. Ceramah beliau selain menambah wawasan juga tidak membosankan. Karena terkadang kita terhibur dengan logat bawaan beliau yang khas melayu. Instrumentalities Instrumentalities mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon. Instrumentalities ini juga mengacu pada kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa, dialek ragam atau register.

52

Ustaz Abdul Somad dalam memberikan ceramah selalu menyampaikan al-Qur’an dan al-Hadits sebagai materi ceramahnya. Beliau juga aktif membagikan video ceramahnya melalui kanal YouTube. Kajian-kajiannya yang tajam dan menarik membuat banyak orang suka dengan tausyiahnya. Ulasan yang cerdas dan lugas ditambah lagi dengan keahlian dalam merangkai kata membuat ceramah Ustaz Abdul Somad mudah dipahami oleh berbagai kalangan masyarakat. Adanya media YouTube saat ini tentunya memudahkan siapa saja untuk mengakses video ceramah Ustaz Abdul Somad, diunggahnya video ceramah ini diharapkan agar pesan yang disampaikan dalam ceramahnya tidak hanya dinikmati oleh yang menghadiri acara pada malam itu saja, melainkan untuk seluruh masyarakat terutama bagi seorang muslim. Ustaz Abdul Somad hadir di era yang tepat. Disaat seluruh perangkat komunikasi terkoneksi dengan dunia internet. Di mana pun orang berada, ceramah Ustaz Abdul Somad dapat dinikmati. Dengan mengikuti perubahan zaman, dakwah melalui media YouTube lebih menarik, kekinian dan lebih mudah untuk mengakses video dakwah Ustaz Abdul Somad, di mana pun dan kapan pun ummat membutuhkan. Selain mempunyai kecerdasan karena ahli dalam bidang keilmuan hadits dan fiqih, Ustaz Abdul Somad juga memiliki selera humor yang tinggi. Jadi mampu menarik perhatian masyarakat, dan bahasanya dalam berdakwah pun ringan sehingga seluruh kalangan masyarakat mampu memahami materi dakwah yang disampaikannya. Norm/cara interaksi dan interpretasi Norm/cara interaksi dan interpretasi, mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi. Misalnya, yang berhubungan dengan cara berinterupsi, bertanya, dan sebagainya. Juga mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran dari lawan bicara. Ketika berceramah Ustaz Abdul Somad penuh dengan ekspresi, meskipun terkadang cara bicara beliau bertempo cepat namun inti ceramahnya tetap bisa dip ahami. Dakwah beliau pun bersifat mengajak, akan tetapi tidak memaksa, juga setiap alasan yang disampaikan oleh Ustaz Abdul Somad selalu berdasarkan dalil. Beliau selalu mencontohkan apa yang pernah dialami pada

52

53

masyarakat atau mencontohkan dirinya sendiri. Dengan menjadikannya dirinya sendiri sebagai contoh tentunya tidak membuat jamaah merasa bosan dan cepat untuk memahami apa yang dicontohkan oleh beliau. Ustaz Abdul Somad pun memiliki kemampuan dalam mengolah kata ataupun bahasa menjadi kesatuan yang sistematis jadi mudah dipahami maka dari itu Ustaz Abdul Somad mampu mempengaruhi masyarakat untuk terus mengikuti kegiatan dakwah yang dilakukan olehnya. Dalam menyampaikan dakwahnya Ustaz Abdul Somad pun memiliki artikulasi yang jelas. Dengan memiliki artikulasi dan pelafalan yang jelas maka materi yang disampaikan oleh Ustaz Abdul Somad dapat didengar oleh jamaah dengan baik. Genre Genre/ jenis, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah, doa dan sebagainya. Pada data penelitian ini, tuturan dikemas dalam bentuk video ceramah yang ditranskripsikan oleh penyusun menjadi teks ceramah serta tuturan dialog tanya jawab Ustaz Abdul Somad dan jamaah (penanya). Beliau menyampaikan ceramahnya dengan tempo yang pas, santai, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Sesuai dengan materi yang sedang dibawakannya sehingga jamaah dapat memahami isi ceramah yang disampaikan.

C. Deskripsi dan Analisis Data Berdasarkan ceramah yang dilakukan oleh Ustaz Abdul Somad terdapat 13 tanya jawab antara Ustaz Abdul Somad dan jamaah yang menjadi fokus penelitian ini. Dari 13 data tersebut, ditemukan 9 tuturan implikatur percakapan umum, 2 tuturan implikatur percakapan berskala dan 2 implikatur percakapan khusus. Selain itu, ditemukan 2 wujud implikatur berdasarkan tindak tutur yaitu, 9 tuturan implikatur representatif, dan 4 tuturan implikatur direktif. Penyusun juga menemukan fungsi (maksud) implikatur percakapan yang terdapat dalam tanya jawab Ustaz Abdul Somad. Adapun fungsi (maksud) tersebut antara lain, yakni: 1) menjelaskan, 2) menyuruh, 3) memberitahukan,

54

4) mendesak, 5) melarang, 6) bercanda, 7) menyarankan. Seluruh tanya jawab yang terjadi disebut sebagai data, dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Data 1 Penanya : Pak Ustaz, kalo hukum bayi perempuan baru lahir wajib gak disunat? Abdul Somad : Anak perempuan mengkhitannya hukumnya menurut mazhab Syafi'i wajib. Tapi kesepakatan PBB United Nation (Persatuan Bangsa-Bangsa) bukan Pajak Bumi dan Bangunan, bahwa kata dia tak perlu sunat, tak perlu khitan. Mangkanya dokter, bidan sekarang gak mau nyunat, gak mau khitan. Maka saya berpegang pada mazhab Syafi’i cari dukun kampung, bidan kampung, dukun yang gak pakai Jin, dukun sunat, yang gak pakai hantu setan. Maka panggil dukun sunat, potong dia. Kalau dia sudah lewat sekian bulan, sekian tahun tanya dulu. “Bu, dukun sunat?”, “Ya...?” “Ini anak saya sudah SMP bisa gak disunat?” “Oh jangan, mati dia nanti”. Maka tak usah lagi, tak usah disunat. Tapi untuk apa gunanya? Kata Nabi “Hei, tukang sunat, potong”!. Tapi jangan terlalu banyak, karena kalau terlalu banyak nanti perempuan menjadi frigid (dingin), jadi tidak ada hawa nafsunya. Tapi kalau tidak dipotong maka memicu hawa nafsu seksual. Pakaiannya sempit, alat genetikalnya memicu seksual, tontonannya seks porno, makanannya memicu hawa nafsu, kalau tak disunat maka terjadi berzina, zina, zina, zina. Itulah terjadi dia menarik laki orang, menarik anak gadis, gatal dia nanti. Oleh sebab itu, maka kita sunat dia. Anak Ustaz? Anak saya belum bersunat karena laki-laki, masih kecil lagi. Tabel 1. Analisis implikatur data 1 Jenis Implikatur Wujud Implikatur Fungsi Implikatur

54

55

Implikatur Representatif Menjelaskan Percakapan Umum

Tabel 4.1 analisis implikatur data 1 Pada tanya jawab di atas, konteks yang terjadi, yakni Ustaz Abdul Somad menjawab pertanyaan jamaah yang beliau sertakan dengan hukum menurut mazhab Syafi’i, ketentuan PBB, teori ilmiah, dan dampak yang mungkin terjadi. Maksud dari pertanyaan yang diajukan oleh jamaah sangat jelas dan langsung menuju inti dari pertanyaan tersebut, yakni wajib tidaknya sunat bagi bayi perempuan yang baru lahir. Namun, Ustaz Abdul Somad tidak terang-terangan menjawab pertanyaan jamaah tersebut dengan menyampaikan inti jawaban wajib atau tidaknya sunat bagi bayi perempuan yang baru lahir, tetapi menyertakan landasan-landasan yang sesuai dengan konteks pertanyaan yang diajukan jamaah. Hal ini dilakukan Ustaz Abdul Somad dengan harapan jamaah yang bertindak sebagai penanya mampu memahami jawaban yang diberikan dengan lebih jelas berdasarkan bantuan dari landasan-landasan yang digunakan Ustaz Abdul Somad dalam menjawab pertanyaan. Oleh karena itu, meskipun pertanyaan jamaah terkait wajib tidaknya sunat bagi bayi perempuan yang baru lahir dijawab oleh Ustaz Abdul Somad dengan tidak langsung menjawab inti pertanyaan, jamaah tetap dapat menyimpulkan dengan jelas maksud jawaban dari Ustaz Abdul Somad. Jenis implikatur pada tanya jawab di atas adalah implikatur percakapan umum. Pada tanya jawab di atas tidak memerlukan konteks khusus yang hanya diketahui oleh penanya dan Ustaz Abdul Somad. Jamaah lain yang mendengarkan tanya jawab tersebut dapat ikut memahami penjelasan yang dituturkan oleh Ustaz Abdul Somad dengan mudah karena konteks tuturan yang terjadi masih dalam lingkup pemahaman umum peserta tuturan yang terlibat. Analisis pada contoh data 1 adalah wujud implikatur percakapan dalam tuturan representatif karena dalam tuturan tersebut Ustaz Abdul

56

Somad mendeskripsikan fakta terhadap hukum mengkhitan bayi perempuan yang baru dilahirkan. Hal tersebut sejalan dengan pengertian representatif menurut Yule, menyatakan bahwa representatif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan, dalam artian tindak tutur representatif berupa pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian. Kalimat pada contoh data 1 berupa pernyataan yang mengandung maksud menjelaskan. Ustaz Abdul Somad menjelaskan bahwa mengkhitan bayi perempuan adalah wajib. Hal tersebut ditandai pada tuturan “Anak perempuan mengkhitannya hukumnya menurut mazhab Syafi'i wajib. Maka saya berpegang pada mazhab Syafi’i cari dukun kampung, bidan kampung, dukun yang gak pakai Jin, dukun sunat, yang gak pakai hantu setan. Maka panggil dukun sunat, potong dia ...”. Dalam tuturan tersebut Ustaz Abdul Somad mendeskripsikan sebuah fakta bahwa hukum mengkhitan bayi perempuan adalah wajib berdasarkan mahzab Imam Syafi”i.

Data 2 Penanya : Jika salat kita belum jelas diterima atau tidak apakah amalan dzikir sholawat nabi yang masih belum jelas diterima atau tidak, lalu mana apakah jika kita amalkan pasti sudah diterima atau tidak? Abdul Somad : Ini orang pusing antara terima apa tidak, terima tidak, terima tidak, terima tidak. Masalah terima atau tidak, urusan kita apa urusan Allah? Urusan Allah, yang urusan kita, rukun, syarat, wajib, sunat, makruh, mubah. Urus urusan ente, urusan Allah biar urusan Dia, sama seperti kita mau mancing, ambil bambu, ambil tali pancing, pakai kail pancing, ambil cacing pasang. Itu urusan ente. Ikannya datang gak datang itu urusan siapa? Urusan Allah. Jangan pas ditanya. Kok gak mancing? Gak tau ntah datang, ntah gak ini ikannya. Kau pasang aja. Begitu juga dengan ibadah ini, rukunnya sudah, syaratnya sudah, wajibnya sudah, sunatnya sudah, habis itu berdoa. Rabbana taqabbal minna salatana wa shiyamana, waaqiyamana, wa ruku’ana, wa sujudana, wa tammim taqshirana, ya Allah, terimalah salat kami, puasa kami, zakat kami, shalawat kami, qiyaumullail kami, bacaan qur’an

56

57

kami. Udah terserah. Tapi tentu doanya berharap. Jangan sombong, “Ya Allah aku udah buat masalah, kau terima tidak itu urusan kaulah ya Allah”. Itu gak ada adab namanya. Tabel 2. Analisis implikatur data 2

Jenis Implikatur Wujud Implikatur Fungsi Implikatur

Implikatur Direktif Menyuruh Percakapan Umum

Tabel 4.2 anilisis implikatur data 2 Pada tanya jawab diatas, Konteks yang terjadi, yakni Ustaz Abdul Somad menjawab salah satu pertanyaan jamaah dengan memberikan perumpamaan. Beliau mencontohkan orang yang beribadah dengan orang yang memancing. Bahwasannya persiapan memancing adalah urusan yang memancing, masalah dapat ikan atau tidaknya adalah urusan Allah. Sama halnya dengan memancing, orang beribadah juga hanya perlu mempersiapkan rukun, syarat, dalam ibadah tersebut. Jika itu semua sudah dilakukan, manusia berdoa kepada Allah agar ibadah yang dilakukan dapat diterima. Implikatur yang digunakan pada tanya jawab di atas adalah implikatur percakapan umum. Ustaz Abdul Somad memberikan perumpamaan yang mudah dipahami dan diterima oleh semua orang. Walaupun dalam penyampaian pertanyaan oleh jamaah sedikit berbelit- belit tetapi Ustaz Abdul Somad paham apa yang dimaksud oleh si penanya sehingga beliau menjawab langsung pada intinya. Tuturan pada contoh data 2 dapat digolongkan dalam wujud implikatur percakapan direktif karena mengandung tuturan perintah. Tuturan diungkapkan oleh Ustaz Abdul Somad yang menjawab pertanyaan jamaah mengenai amalan yang sudah dikerjakan apakah akan diterima oleh Allah SWT. Terlihat pada tuturan Ustaz Abdul Somad mengandung makna menyuruh untuk tetap menjalankan perintah Allah tanpa harus memikirkan diterima atau tidak ibadah yang telah kita lakukan. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule, direktif adalah jenis tindak tutur yang

58

dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Penanda implikatur percakapan direktif yaitu pada tuturan “Urus urusan ente, urusan Allah biar urusan Dia...” Kata “urus” itu sendiri menurut KBBI menyatakan sesuatu yang berhubungan atau ada sangkut pautnya dengan. Berdasarkan konteks tuturan yang terjadi Ustaz Abdul Somad bermaksud untuk jangan mempermasalahkan urusan ibadah kita terhadap Allah SWT diterima atau tidak. Sebagai manusia kita cukup mengerjakan rukun, syarat, wajib, sunat, dan berdoa agar ibadah yang telah kita lakukan dapat diterima oleh Allah SWT.

Data 3

Penanya : Mau tanya nih Pak Ustaz, katanya kerja di bank konvensional riba. Saya kerja dibagian penanganan ATM Mandiri, apakah riba? Saya hanya menangani perihal tentang ATM saja. Abdul Somad : Kalau kau bekerja, 4 hal yang makan riba. 1. Allah melaknat orang makan riba 2. Orang yang dikasih makan riba 3. Pegawai pencatat administrasinya 4. Dua orang yang menjadi saksinya Semua ini makan riba, semua mereka sama, tapi ada orang yang kelihatannya seperti kecipratan riba tapi dia tidak kena riba, contoh: Bapak yang buka rumah makan, tiba-tiba datang pegawai bank, beli. “Pak beli nasi bungkus”. Ini uang riba ya? Gak perlu, karena yang kita jual itu nasi bungkus. Tukang kran, tukang kran mau pasang kran air, pas dikasih uang sama pegawai riba. Pak, mohon maaf saya tidak terima duit riba. Nah itu pekerjaan kamu, teknisi kamu, nah ini tidak terkait secara langsung. Tabel 3. Analisis implikatur data 3

Jenis Implikatur Wujud Implikatur Fungsi Implikatur

Implikatur Representatif Memberitahukan Percakapan Berskala

Tabel 4.3 analisis implikatur data 3 58

59

Pada tanya jawab di atas, konteks yang terjadi, yakni Ustaz Abdul Somad menjawab pertanyaan jamaah yang menanyakan tentang riba, dari awal pertanyaan si penanya (jamaah) sudah memberikan pernyataan tentang bekerja di Bank Konvensional adalah riba. Si penanya (jamaah) menyatakan ia bekerja dibagian ATM dan menanyakan apakah hal yang dia kerjakan termasuk riba. Dalam menjawab pertanyaan ini Ustaz Abdul Somad menjawab pertanyaan dengan menjelaskan 4 hal yang terlibat dengan makan uang riba. Keempat hal yang dijelaskan Ustaz Abdul Somad di atas adalah penjelasan tentang hukum orang yang bekerja dengan sistem riba. Sebagai sumber hukum tertinggi dalam agam Islam, Tentu Ustaz Abdul Somad mengerti tentang dalil yang ada didalamnya termasuk riba. Salah satu dalil tentang riba yaitu “Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang beriman. Tinggalkanlah apa yang tersisa dari riba, jika kalian adalah orang-orang yang beriman. Jika kamu tidak melaksanakannya, maka umumkanlah perang kepada Allah dan Rasul- Nya…. ( Q.S Al-Baqarah 278-279 )8. Melalui dalil ini Ustaz Abdul Somad menyampaikan bahaya dan akibat dari pemakai riba. Mitra Tutur yang merupakan kelompok kajian yang mendengarkan ceramah Ustaz Abdul Somad yang sudah paham akan kebenaran dalil maka akan paham maksud dari implikasi yang telah disampaikan. Ustaz Abdul Somad dalam menyampaikan 4 jawaban tersebut adalah menjawab pertanyaan kalau riba adalah haram. Sedangkan si penanya (jamaah) yang menanyakan meskipun dia tidak mengerjakan hal yang riba tetapi tetap termasuk dalam riba. Jenis implikatur pada tanya jawab di atas adalah implikatur percakapan berskala karena bersifat informatif kepada penanya dan jamaah lainnya.

8 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahannya Disertai Tafsir Ringkas Ibnu Katsir, (Bandung: Jabal Raudhotul Jannah, 2009), h. 47.

60

Analisis pada contoh data 3 adalah wujud implikatur percakapan dalam tuturan representatif karena dalam tuturan yang diungkapkan Ustaz Abdul Somad mengandung pernyataan, pendeskripsian fakta mengenai suatu hal. Hal tersebut sejalan dengan pengertian representatif menurut Yule, mengatakan bahwa representatif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan, dalam artian tindak tutur representatif berupa pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian. Kalimat pada contoh data 3 berupa pernyataan dan pendeskripsian fakta yang diungkapkan Ustaz Abdul Somad dalam menjawab pertanyaan jamaah mengenai apakah bekerja di bank riba? Hal tersebut ditandai pada tuturan “Kalau kau bekerja, 4 hal yang makan riba. 1) Allah melaknat orang makan riba. 2) Orang yang dikasih makan riba. 3) Pegawai pencatat administrasinya. 4) Dua orang yang menjadi saksinya. Semua ini makan riba, semua mereka sama, tapi ada orang yang kelihatannya seperti kecipratan riba tapi dia tidak kena riba...” dalam tuturan tersebut Ustaz Abdul Somad bermaksud memberitahukan khususnya kepada penanya bahwa banyak praktik perbankan dengan aneka jasa yang ditawarkan, jika bank itu hanya menawarkan jasa atas dasar riba itu saja, maka tentu saja keterlibatan pegawainya bekerja di sana juga dinilai haram.

Data 4 Penanya : Saya sering melihat imam salat berjamaah pada salat miring ke kanan? Abdul Somad : Ini kiblat, abis salat, salam. Assalamualaikum, Wr. Wb. (2x) Astagfirullahaladzim (3x) (sambil miring ke kanan). Terus anaknya nanya, Mah, Mah, Mah, iya? “Itu kok imamnya kok miring ke kanan?”, “Karena rumahnya sebelah kanan”. Kenapa imam itu miring ke kanan? Hadits riwayat muslim, kenapa miring ke kanan? Karena sahabat ingin dapat barakah sebelah kanan. Ya rasulullah, kasihilah kami barakah sebelah kanan maka nabi pun miring ke kanan. Ini ambil barakah sebelah kanan, itu alasannya. Tapi, hadits riwayat Bukhari ada nabi tidak miring ke kanan tapi nabi menghadap ke jamaah, bedanya sekarang banyak imam

60

61

menghadap ke jamaah dia nunduk, kenapa dia nunduk? Dia grogi, ma’mumnya melotot. Kalo nabi dulu menghadap ke jamaah nabi meriksa mana si Fulan?, mana si Fulan? Mengapa tak datang salat berjamaah?. Inilah hadits yang belum pernah saya amalkan. Andai saya Gubernur. Saya bisa tanya, mana kepala dinas?, mana kepala badan?, mana kepala kantor?, mana yang berkepala, mana yang tak berkepala? Itulah pentingnya anak-anak kita yang tadi paham agama, menjadi pemimpin maka dia bisa mengontrol jama’ah. Yang miring ke kanan baik, yang menghadap ke jama’ah pun baik. Gak usah dipermasalahkan. Yang langsung imam selesai langsung pulang, mungkin dia sakit perut. Tabel 4. Analisis implikatur data 4 Jenis Implikatur Wujud Implikatur Fungsi Implikatur Implikatur Representatif Memberitahukan Percakapan Umum Tabel 4.4 analisis implikatur data 4 Pada tanya jawab di atas, konteks yang terjadi, yakni Ustaz Abdul Somad memberikan jawaban kepada jamaahnya dengan memberikan contoh-contoh yang dilakukan Nabi. Salah satu contoh yang disampaikan oleh Ustaz Abdul Somad yaitu ada sahabat salat di sebelah kanan dikarenakan ingin mendapatkan berkah. Seperti yang kita tahu ada dalil yang mengatakan masuk masjid dengan mendahulukan kaki kanan, makan dengan tangan kanan serta segala sesuatu dimulai dari kanan, dan tidurpun dianjurkan menghadap kanan. Ustaz Abdul Somad memaparkan 2 dalil yang berbeda terkait dengan jawaban ketika salat menghadap miring ke kanan. Yang pertama “ Dulu apabila kami salat di belakang Rasullah saw niscaya kami suka berdiri di sebelah kanan beliau, di mana beliau menghadapkan wajah nya kepada kami. Aku (pernah) mendengarnya bersabda, “Ya Rabbi, lindungilah aku dari azabMu pada hari ketika Engkau membangkitkan hamba-hambaMu” (HR. Muslim).9 Dan yang kedua “Dahulu apabila Rasulullah saw selesai melaksanakan salat, beliau

9 Muhammad Nashiruddin al- Albani, (penerjemah: Izzudin Karimi, dkk), Shahih At- Targhib Wa At-Tarhib Hadits-Hadits Shahih Tentang Anjuran & Janji Pahala, Ancaman & Dosa Jilid 1, (Jakarta: Pustaka Sahifa, 2008), h. 453.

62

menghadap ke arah kami” (HR. Bukhari).10 Berdasarkan kedua hadits tersebut, tindakan Rasulullah saw ketika selesai salat, tidak selalu kontinu, atau tidak berulang. Rasulullah menghadap kanan karena ada sahabat ingin mendapatkan berkah dari sebelah kanan, hadits lain mengatakan Rasulullah menghadap ke jamaah untuk memeriksa jamaahnya yang tidak ikut salat berjamaah. Jawaban dari Ustaz Abdul Somad tersebut menyimpulkan bahwa ketika seorang imam memimpin salat, itu tidak harus menghadap kanan atau pun menghadap ke jamaahnya. Bahkan jika imam memiliki uzur, dia boleh meninggalkan jamaahnya setelah selesai salat seperti di akhir jawaban Ustaz Abdul Somad. Jenis implikatur pada tanya jawab di atas adalah implikatur percakapan umum. Tanya Jawab di atas tidak memerlukan konteks khusus yang hanya diketahui si penanya dan si penutur. Jamaah yang menghadiri acara tersebut memahami penjelasan yang dituturkan oleh si penutur dengan mudah karena konteks tutur yang terjadi masih dalam pemahaman jamaah yang bertindak sebagai mitra tutur. Analisis pada contoh data 4 adalah wujud implikatur percakapan dalam tuturan representatif karena dalam tuturan yang diungkapkan Ustaz Abdul Somad mengandung pernyataan pendeskripsian fakta mengenai suatu hal. Hal tersebut sejalan dengan pengertian representatif menurut Yule, mengatakan bahwa representatif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan, dalam artian tindak tutur representatif berupa pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian. Kalimat pada contoh data 4 berupa pernyataan dan pendeskripsian fakta yang diungkapkan Ustaz Abdul Somad dalam menjawab pertanyaan jamaah mengenai selesai salat berjamaah imam miring ke kanan. Hal tersebut ditandai pada tuturan “Kenapa imam itu miring ke kanan? Hadits riwayat muslim, kenapa

10 Ahmad Syahri Thoriq, Selesai Salam, Imam Menghadap Ke arah Jamaah, 2013, http://www.konsultasislam.com/2013/11/selesai-salam-imam-shalat-menghadap.html?m=0 Diakses pada Kamis, 4 Juni 2020 pukul 20.05

62

63

miring ke kanan? Karena sahabat ingin dapat barakah sebelah kanan. Ya rasulullah, kasihilah kami barakah sebelah kanan maka nabi pun miring ke kanan. Ini ambil barakah sebelah kanan, itu alasannya.” Dalam tuturan tersebut bermaksud memberitahukan kepada penanya dan jamaah yang bahwa kenapa setelah selesai salat imam menghadap ke kanan, alasannya adalah ingin mendapat keberkahan. Data 5 Penanya : Mohon Ustaz, maaf Ustaz keluar dari tema. Tentang nasab Nabi seperti kita ketahui beliau Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qusay. Ibu beliau Aminah binti Wahab. Yang ingin saya tanyakan siapakah nama nenek beliau istri dari Abdul Mutholib? Abdul Somad : Fathimah, Istri Abdul Muthalib itu Fathimah, tapi kalau ditanya siapakah adik istri dari keponakan bapaknya? Nah itu gak tau tuh, itu saya tidak bisa jawab. Jadi, Nabi Muhammad itu nama anaknya Fathimah, nama neneknya Fathimah. Saya, andai punya anak perempuan mau saya kasih nama “Fathimah Az-zahra” masyaallah. Fathimah adalah pemimpin perempuan penghuni surga. Seorang wanita hebat yang melahirkan sepuluh orang anak laki-laki perkasa. Fathimah, luar biasa. Tabel 5. Analisis implikatur data 5 Jenis Implikatur Wujud Implikatur Fungsi Implikatur Implikatur Representatif Menjelaskan Percakapan Umum Tabel 4.5 analisis implikatur data 5 Pada tanya jawab di atas, konteks yang terjadi, yakni jamaah menanyakan tentang nasab Nabi Muhammad SAW. Ustaz Abdul Somad menjawab langsung pertanyaan dari penanya. Dalam hal ini, Ustaz Abdul Somad memberikan jawaban terkait seorang jamaah tentang nasab Nabi yaitu nenek beliau “Fathimah”. Berdasarkan sirah nabawiyah dijelaskan bahwa nama nenek nabi itu adalah Fathimah binti Amr bin A’iz bin Imran

64

bin Makhzum bin Yaqzhah bin Murrah.11 Dari jawaban Ustaz Abdul Somad setelahnya, Ia menambahkan bahwa anaknya nabi juga bernama Fathimah dan diselingi dengan keinginan Abdul Somad yang berandai jika mempunyai anak perempuan akan diberi nama Fathimah Az Zahra. Sepenuturan beliau, Fathimah adalah pemimpin dan penghuni surga. Tuturan ini menunjukan implikasi bahwa beliau menginginkan juga nama yang baik dan bagus dari orang terdahulu yang satu keturunan dengan nabi, disampaikan dengan penambahan setelah kalimat Fathimah tersebut. Jenis implikatur pada tanya jawab di atas adalah implikatur percakapan umum. Konteks khusus tidak diperlukan dalam tanya jawab tersebut. Jamaah lain yang mendengarkan tanya jawab tersebut dapat ikut memahami penjelasan yang dituturkan oleh Ustaz Abdul Somad dengan baik karena konteks tuturan yang terjadi masih dalam lingkup pemahaman umum. Analisis pada contoh data 5 adalah wujud implikatur percakapan dalam tuturan representatif karena dalam tuturan yang diungkapkan Ustaz Abdul Somad mengandung pernyataan pendeskripsian fakta mengenai suatu hal. Hal tersebut sejalan dengan pengertian representatif menurut Yule, mengatakan bahwa representatif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan, dalam artian tindak tutur representatif berupa pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian. Kalimat pada contoh data 5 berupa pernyataan dan pendeskripsian fakta yang diungkapkan Ustaz Abdul Somad dalam menjawab pertanyaan jamaah mengenai siapa nama nenek istri dari Abdul Mutholib. Hal tersebut ditandai pada tuturan “Nabi Muhammad itu nama anaknya Fathimah, nama neneknya Fathimah.” Dalam tuturan tersebut Ustaz Abdul Somad menjelaskan sebuah fakta bahwa nenek istri Abdul Mutholib bernama Fathimah.

11 Shaflyyur Rahman Al-Mubarakfury, (penerjemah: Kathur Suhardi), Ar-Rahiqul Makhtum, Bahtsun Fis-Sirah An-Nabawiyah Ala Shahibiha Afdhalish Shalati Was-Salam, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010), h. 42. 64

65

Data 6 Penanya : Saya pernah dengar nabi disebut Ibnu Adz-Dzabihaini. Abdul Somad : Ibnu Adz-Dzabihaini “anak yang disembelih” kakeknya di atas hampir disembelih dua orang, anak sembelihan dua orang. Kenapa Nabi Muhammad disebut Ibnu Adz-Dzabihaini? Karena dulu ada kakeknya yang hampir di sembelih gak jadi, siapa namanya? Jama’ah : Ismail. Abdul Somad : Ismail, tak jadi disembelih ada satu lagi yang hampir di sembelih tapi tak jadi juga, yaitu bapaknya, namanya Abdullah, hampir di sembelih gak jadi di sembelih di tebus dengan 100 ekor Unta x 35 juta, harga Unta paling murah setara dengan 3,5 milyar. “Bu, kalo punya anak, kalo anakku 10 nanti, ku sembelih satu”. Tiba-tiba lahir anak ke 10. Bingung, mana yang mau di sembelih, di undi, jatuh undian pada Abdullah. Tak jadi di sembelih di tebus dengan sembelih 100 ekor Unta maka nasab nabi ke atas ada dua orang yang hampir di sembelih, pertama, ismail. Kedua, Abdullah. Maka dia dipanggil dengan sebutan Ibnu Adz-Dzabihaini. Penanya : Terima kasih atas jawabannya, Pak Ustaz. Jazakumullah khairan. Abdul Somad : Kalau diucapkan jazakumullah khairan, jawabannya “Waa Iyyakum” jangan jazakumullah khairan malah mesam-mesem. Waa iyyakum, waa iyyakum artinya “you too”.

Tabel 6. Analisis implikatur data 6 Jenis Implikatur Wujud Implikatur Fungsi Implikatur Implikatur Representatif Menjelaskan Percakapan Umum Tabel 4.6 analisis implikatur data 6 Pada tanya jawab di atas, konteks yang terjadi, yakni penanya pernah mendengar nabi disebut Ibnu Adz-Dzabihaini. Ustaz Abdul Somad menjawab pertanyaan dengan menjelaskan pengertian dari Ibnu Adz- Dzabihaini dan menceritakan sebab Nabi Muhammad mengapa disebut sebagai Ibnu Adz-Dzabihaini. Saat menceritakan sebab tersebut, Ustaz

66

Abdul Somad menceritakan kisah kakek Nabi Muhammad kemudian beliau bertanya kepada jamaah siapa kakek Nabi Muhammad yang dimaksud dalam cerita tersebut. Jamaah pun langsung menjawab dengan menyebutkan Ismail. Jenis implikatur yang digunakan dalam percakapan tersebut adalah implikatur percakapan umum karena pertanyaan yang diajukan oleh Ustaz Abdul Somad di atas tidak memerlukan konteks khusus yang hanya diketahui oleh Ustaz Abdul Somad dan penanya, melainkan jamaah yang lain juga mengetahui siapa yang dimaksud oleh Ustaz Abdul Somad. Analisis pada contoh data 6 adalah wujud implikatur percakapan dalam tuturan representatif karena dalam tuturan yang diungkapkan Ustaz Abdul Somad mengandung pernyataan pendeskripsian fakta mengenai suatu hal. Hal tersebut sejalan dengan pengertian representatif menurut Yule, mengatakan bahwa representatif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan, dalam artian tindak tutur representatif berupa pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian. Kalimat pada contoh data 6 berupa pernyataan dan pendeskripsian fakta yang diungkapkan Ustaz Abdul Somad dalam menjawab pertanyaan jamaah mengenai istilah Ibnu Adz- Dzabihaini. Hal tersebut ditandai pada tuturan “Kenapa Nabi Muhammad disebut Ibnu Adz-Dzabihaini?... Karena dulu ada kakeknya yang hampir di sembelih gak jadi, siapa namanya? Ismail. Ismail, tak jadi disembelih ada satu lagi yang hampir di sembelih tapi tak jadi juga, yaitu bapaknya, namanya Abdullah, hampir di sembelih gak jadi di sembelih di tebus dengan 100 ekor Unta x 35 juta, harga Unta paling murah setara dengan 3,5 milyar. “Bu, kalo punya anak, kalo anakku 10 nanti, ku sembelih satu”. Tiba-tiba lahir anak ke 10. Bingung, mana yang mau di sembelih, di undi, jatuh undian pada Abdullah. Tak jadi di sembelih di tebus dengan sembelih 100 ekor Unta maka nasab nabi ke atas ada dua orang yang hampir di sembelih, pertama, ismail. Kedua, Abdullah. Maka dia dipanggil dengan sebutan Ibnu Adz-Dzabihaini.” maksud tuturan tersebut

66

67

Ustaz Abdul Somad memberikan penjelasan mengenai asal mula sebutan Ibnu Adz-Dzabihaini, beliau menguraikan siapa saja nabi yang dahulunya pernah dikorbankan untuk di sembelih, hal itu dilakukan sebagai bentuk ketaatan menjalankan perintah Allah SWT namun karena keikhlasan Nabi, Allah pun memerintahkan kembali untuk menebus dengan 100 ekor Unta.

Data 7

Penanya : Pak Ustaz dalam selama masa iddah, seorang istri masih boleh digauli atau tidak?

Abdul Somad : Talak 1, ketika jatuh talak 1 bukan berarti perempuan keluar rumah, setelah jatuh talak 1 perempuan tidak diusir keluar rumah tapi pisah kamar, bukan kandang. Bukan sapi, maka perempuan tadi pun pisah kamar, atau si laki-laki mengalah dia pisah kamar. Tiba-tiba rindu hatinya dia balik, dia katakan “I back to you my hooney”. Maka ketika dia gauli itu, itu sudah rujuk, tanpa ucapan “aku balik kepadamu”. Tak ada ngomong-ngomong tiba-tiba dia nyasar aja ke dalam itu juga sudah rujuk. Jadi kalau ibu dicerai oleh suami tiba-tiba suami datang malam-malam pas hujan lebat, itu rujuk, itu rujuk sudah.

Tabel 7. Analisis implikatur data 7

Jenis Implikatur Wujud Implikatur Fungsi Implikatur

Implikatur Representatif Memberitahukan percakapan khusus

Tabel 4.7 analisis implikatur data 7

Pada tanya jawab di atas, konteks yang terjadi, yakni Ustaz Abdul menjawab pertanyaan dari salah satu jamaah yang beliau sertakan dengan contoh. Maksud dari pertanyaan yang diajukan oleh jamaah sangat jelas dan langsung menuju inti dari pertanyaan tersebut, yakni jika dalam masa

68

iddah seorang istri masih boleh digauli atau tidak. Ustaz Abdul Somad terang-terangan menjawab pertanyaan jamaah tersebut dengan menyampaikan inti jawaban boleh digauli atau tidak namun juga menyertakan perumpamaan. Hal ini dilakukan Ustaz Abdul Somad dengan harapan penanya dan para jamaah yang lain pun mampu memahami jawaban yang diberikan dengan lebih jelas berdasarkan bantuan dari perumpamaan yang disampaikan Ustaz Abdul Somad dalam menjawab pertanyaan. Jamaah dapat menyimpulkan dengan jelas maksud jawaban dari Ustaz Abdul Somad bahwasannya ketika sudah digauli tandanya sudah rujuk. Jenis implikatur pada tanya jawab di atas adalah implikatur percakapan khusus karena jawaban yang diberikan beliau tidak semua orang dapat langsung memahaminya. Pada jawaban beliau tidak menyebutkan masa iddah tetapi hanya memberikan contoh jika seorang istri ditalak 1 oleh sang suami. Jawaban yang disampaikan beliau hanya dapat dipahami oleh jamaah yang sudah memiliki pengetahuan mengenai hukum talak sebelumnya. Bagi sebagian jamaah terkhusus anak-anak dan para remaja, tentu merasa awam dengan penjelasan yang diberikan Ustaz Abdul Somad. Kendati demikian, jawaban yang mereka dengar saat itu bisa dijadikan informasi untuk mereka. Analisis pada contoh data 7 adalah wujud implikatur percakapan dalam tuturan representatif karena dalam tuturan yang diungkapkan Ustaz Abdul Somad mengandung pernyataan pendeskripsian fakta mengenai suatu hal. Hal tersebut sejalan dengan pengertian representatif menurut Yule, mengatakan bahwa representatif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan, dalam artian tindak tutur representatif berupa pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian. Kalimat pada contoh data 7 berupa pernyataan dan pendeskripsian fakta yang diungkapkan Ustaz Abdul Somad dalam menjawab pertanyaan jamaah mengenai pada saat masa iddah, seorang istri boleh digauli atau tidak. Hal tersebut ditandai pada

68

69

tuturan “Talak 1, ketika jatuh talak 1 bukan berarti perempuan keluar rumah, setelah jatuh talak 1 perempuan tidak diusir keluar rumah tapi pisah kamar, bukan kandang. Bukan sapi, maka perempuan tadi pun pisah kamar, atau si laki-laki mengalah dia pisah kamar. Tiba-tiba rindu hatinya dia balik, dia katakan “I back to you my hooney”. Maka ketika dia gauli itu, itu sudah rujuk, tanpa ucapan “aku balik kepadamu”. Dalam tuturan tersebut Ustaz Abdul Somad menjelaskan jika seorang istri ditalak 1 maka antara suami istri diharuskan pisah kamar, tetapi jika selama pisah kamar lalu suami tiba-tiba rindu dan dia menggauli istrinya, itu namanya sudah rujuk walaupun suami tidak mengatakan “aku ingin rujuk”.

Data 8

Penanya : Pak Ustaz saya dari Kalibata, nama tak saya sebut menjaga kode etik jurnalistik. Alhamdulillah sudah satu tahun ini saya masuk muslim. Pak Ustaz saya mohon doanya agar suami saya mendapat hidayah segera agar masuk islam dan bisa mengadzani bayi kita waktu lahir nanti.

Abdul Somad : Alhamdulillah, saudaraku. Allohu Akbar!

Kalau engkau sudah masuk islam, suamimu belum masuk islam maka kalian di fasakh, fasakh itu artinya wajib di pisah tidak boleh serumah antara muslimah dengan non muslim. Oleh sebab itu, maka kamu mau tak mau fasakh, kalau laki-laki mencerai namanya thalaq, kalau perempuan meminta cerai namanya khulu’. Tapi kalau otomatis begini atau otomatis istri murtad atau suami murtad itu namanya fasakh, maka tak boleh serumah. Kalau kalian terus serumah berarti berzina, berzina, berzina maka dia musti menarik diri, nanti bagi saudari-saudariku yang sudah masuk islam, ini saudaraku pemahaman yang benar. Tapi jangan karena ini kau goyang, lalu kau murtad balik, jangan. Baik, kita sama-sama berdoa nanti mudah-mudahan dibukakan Allah pintu hatinya

70

suaminya masuk islam. Nanti, kalau suamimu sudah masuk islam kalian akad ulang balik. Laki-laki, perempuan, non muslim serentak masuk islam tidak perlu akad ulang. Tapi kalau lebih dulu istri masuk islam maka dia fasakh. Tiba-tiba suami dapat hidayah masuk islam. Maka diulang akad balik, walinya siapa? Kalau orang tuanya non muslim, walinya, wali hakim, Pak KUA. “Aku nikahkan engkau dengan wali hakim dengan mahar cincin emas, Tunai”. Itulah namanya pengantin baru stok lama.

Tabel 8. Analisis implikatur data 8

Jenis Implikatur Wujud Implikatur Fungsi Implikatur

Implikatur Direktif Mendesak percakapan khusus

Tabel 4.8 analisis implikatur data 8

Konteks yang terjadi seorang jamaah menceritakan kondisi yang sedang dialaminya, yaitu masuk Islamnya seorang istri tanpa dibarengi dengan suami. Di dalam pernyataan jamaah tersebut juga terkandung doa yang dipanjatkan sang istri agar suaminya bisa segera masuk Islam. Ustaz Abdul Somad bisa menangkap dan mengetahui bahwa jamaah tersebut merasa khawatir dan cemas jika sang suami tidak masuk Islam. Ungkapan kekhawatiran tersebut disampaikan dalam bentuk doa. Ustaz menanggapi pernyataan jamaah dengan beberapa pengertian dasar mengenai perpisahan suami istri. Dijelaskan dengan rinci mengenai fasakh, thalaq, dan khulu’. Dari penjelasan Ustaz Abdul Somad dapat disimpulkan bahwa jamaah tersebut harus berpisah dengan suaminya. Walaupun ini adalah bahasan yang sensitif, yaitu tentang perpisahan suami istri, Ustaz Abdul Somad tetap menyampaikannya dengan baik dan benar. Jenis implikatur pada tanya jawab di atas adalah implikatur percakapan khusus. Makna yang diturunkan dari percakapan dengan mengetahui/merujuk konteks (sosial) percakapan. Pada tanya jawab di

70

71

atas, diperlukan konteks khusus yang hanya diketahui oleh penanya dan Ustaz Abdul Somad, yakni sebuah kecemasan. Akan tetapi, karena ini disaksikan oleh banyak jamaah, Ustaz Abdul Somad juga perlu memberikan pemahaman kepada jamaah yang lain sehingga di akhir tanggapan para jamaah mendapatkan ilmu yang disampaikan beliau. Analisis pada contoh data 8 dapat digolongkan ke dalam wujud implikatur percakapan dalam tuturan direktif karena tuturan yang diungkapkan Ustaz Abdul Somad bertujuan untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Tuturan diungkapkan oleh Ustaz Abdul Somad dalam menjawab pertanyaan jamaah. Penanda implikatur percakapan wujud direktif yakni pada kalimat “Nanti, kalau suamimu sudah masuk islam kalian akad ulang balik”. Tuturan tersebut memiliki maksud mendesak agar segera melakukan akad ulang jika suami (penanya) telah masuk islam. Data 9

Penanya : Apa hukum jika perempuan mengumandangkan adzan? Abdul Somad : Tidak dibenarkan, maka perempuan tidak adzan, jadi kalau kami salat berjamaah gimana Pak Ustaz? Maka perempuan tetap jadi imam kalau ma’mumnya perempuan juga, suaranya dia jahrkan (bersuara keras), tak ada laki-laki. ada pun adzan, di dengar oleh laki-laki, maka kalau tidak ada laki-laki gimana? Maka tidak ada adzan. Sekarang kan ada CD, Samsung kan pandai adzan sekarang. oleh sebab itu, jangan perempuan adzan. Tabel 9. Analisis implikatur data 9 Jenis Implikatur Wujud Implikatur Fungsi Implikatur Implikatur percakapan Direktif Melarang umum Tabel 4.9 analisis implikatur data 9 Berdasarkan tanya jawab di atas, konteks yang terjadi, yakni Ustaz Abdul Somad menjawab pernyataan jamaah terkait hukum jika perempuan

72

mengumandangkan adzan dengan penyampaian lugas dan jelas. Beliau langsung mengarah kepada inti pertanyaan tanpa basa-basi. Tidak sepeti pada jawaban beliau kepada jamaah sebelumnya, di jawaban ini Ustaz tidak perlu menambahkan dalil yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Jawaban Ustaz Abdul Somad sudah cukup menjawab pertanyaan jamaah dan mampu diterima dengan baik oleh para jamaah. Bahkan Ustaz Abdul Somad seperti bisa membaca pikiran jamaah atas pertanyaan yang akan timbul selanjutnya dari jawaban beliau, yaitu ”jadi kalau kami shalat berjamaah gimana Pak Ustaz?”. Beliau langsung menjawabnya disertai dengan gambaran situasi yang mungkin terjadi. Situasi dimana hanya para perempuan saja yang akan melakukan solat berjamaah tanpa laki-laki. Di akhir jawaban, Ustaz juga memberikan saran terbaik jika menghadapi situasi dimana tidak ada laki-laki sama sekali. Adzan yang dikumandangkan bisa dari media elektronik, contohnya CD (Compact Disk) dan Samsung, brand alat elektronik ternama. Saran ini juga bisa diterima dengan baik oleh para jamaah karena tidak ada yang bisa menampik kemudahan manusia di zaman sekarang dalam mendapatkan informasi dan data. Jenis implikatur pada tanya jawab di atas adalah implikatur percakapan umum. Konteks khusus tidak diperlukan dalam tanya jawab tersebut. Jamaah lain yang mendengarkan tanya jawab tersebut dapat ikut memahami penjelasan yang dituturkan oleh Ustaz Abdul Somad dengan baik karena konteks tuturan yang terjadi masih dalam lingkup pemahaman umum. Tuturan pada contoh data 9 dapat digolongkan dalam wujud implikatur percakapan dalam tuturan direktif karena mengandung tuturan perintah. Tuturan diungkapkan oleh Ustaz Abdul Somad ketika menjawab pertanyaan dari jamaah. Terlihat pada tuturan Ustaz Abdul Somad mengandung makna perintah Ustaz Abdul Somad kepada seluruh jamaah perempuan khususnya untuk tidak mengumandangkan adzan. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule, direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Penanda implikatur

72

73

percakapan direktif yaitu pada tuturan “...Jangan perempuan adzan.” Kata “jangan” itu sendiri menurut KBBI menyatakan larangan untuk tidak boleh melakukan sesuatu. berdasrkan konteks tuturan yang terjadi Ustaz Abdul Somad bermaksud melarang perempuan untuk mengumandangkan adzan. Data 10 Penanya : Saya punya murid ngaji perempuan kelas 4 SD, apakah ketika dia bersalaman ke saya wudu saya batal? Abdul Somad : Tidak batal, karena dia belum akil baligh, yang batal itu kalau akil baligh dan Akil Mochtar.

Tabel 10. Analisis implikatur data 10

Jenis Implikatur Wujud Implikatur Fungsi Implikatur

Implikatur Representatif Bercanda percakapan umum

Tabel 4.10 analisis implikatur data 10

Pada tanya jawab di atas, konteks yang terjadi yakni Ustaz Abdul Somad menjawab pertanyaan salah satu jamaah yang menanyakan tentang batal atau tidaknya wudu ketika bersentuhan dengan lawan jenis yang masih anak anak. Pertanyaan kali ini Ustaz Abdul Somad menjawab dengan singkat, namun ada penjelasan di akhir kalimatlah yang membuatnya jadi sebagai sebuah implikatur. Ini adalah jenis implikatur percakapan umum. Jawaban Ustaz Abdul Somad menjelaskan jika wudu batal jika bersentuhan dengan akil baligh dan Akil Mochtar. Dapat dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI pengertian dari akil balig adalah seorang yang sudah sampai pada usia tertentu untuk dibebani hukum syariat dan mampu mengetahui atau mengerti hukum tersebut.12 Sedangkan Akil Mochtar adalah tersangka penerima suap dalam kasus sengketa pilkada dan pengguna narkoba yang pernah menjabat sebagai

12 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Luar Jaringan (offline), Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional. 2016.

74

ketua Mahkamah Konstitusi periode 2013 dan hakim konstitusi periode 2008 – 2013.13 Dalam jawaban ini nama Akil Mochtar hanyalah selingan dan bercandaan di akhir jawaban yang telah diberikan sebelumya. Hal ini Di ketahui ada jamaah yang tertawa diusai Ustaz Abdul Somad setelah memberikan jawaban. Seperti yang kita ketahui bersama, Akil Mochtar adalah terpidana kasus berlapis yang tentunya ini sangat bertentangan dengan agama islam. Analisis pada contoh data 10 merupakan wujud implikatur percakapan dalam tuturan representatif karena dalam tuturan yang diungkapkan Ustaz Abdul Somad mengandung pernyataan pendeskripsian fakta mengenai suatu hal. Hal tersebut sejalan dengan pengertian representatif menurut Yule, mengatakan bahwa representatif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan, dalam artian tindak tutur representatif berupa pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian. Kalimat pada contoh data 10 berupa pernyataan dan pendeskripsian fakta yang diungkapkan Ustaz Abdul Somad dalam menjawab pertanyaan jamaah yang menanyakan ketika anak perempuan kelas 4 SD bersalaman kepada gurunya (dalam keadaan sudah berwudu) apakah wudunya menjadi batal. Ustaz Abdul Somad menjawab pertanyaan jamaah dengan tuturan “Tidak batal, karena dia belum akil baligh, yang batal itu kalau akil baligh dan Akil Mochtar.” Dalam tuturan tersebut nama Akil Mochtar hanyalah selingan dan bercandaan di akhir jawaban yang telah diberikan sebelumya. Hal ini Di ketahui ada jamaah yang tertawa diusai Ustaz Abdul Somad setelah memberikan jawaban. Seperti yang kita ketahui bersama, Akil Mochtar adalah terpidana kasus berlapis yang tentunya ini sangat bertentangan dengan agama islam.

13 https://acch.kpk.go.id/id/jejak-kasus/29-akil-mochtar Diakses pada Kamis, 4 Juni 2020 Pukul 22.31 WIB 74

75

Data 11 Penanya : Bagaimana cara mengetahui hati yang kotor? Bagaimana pula kiat-kiat membersihkannya? Abdul Somad : Hati kotor karena apa? Sampel, contoh, Hasad: cara mengetahui hati hasad adalah tak senang melihat orang lain dapat nikmat, nah itu, hasad itu. Mangkanya saya sakit hati melihat artis-artis ini, udahlah ganteng, duit banyak, salat pula. Ini Ustaz busuk hati ini, mangkanya tadi ketika di dalam rumah saya katakan, “saya mau foto-foto dulu di sana, tolong artis-artis di sini jangan ikut saya, nanti soalnya rusak nanti dunia persilatan. Cara mengetes hati busuk atau tidak. Satu, ketika tak senang melihat orang lain dapat nikmat, maka kau sudah kena penyakit hasad . “Saya sakit hati saya nengok tetangga nih Pak Ustaz?”. “Kenapa?”. “Punya mobil baru”! Sudahlah mobil baru tak pernah mau turun, di klaksonnya saya (tet.. tett.. tett..). Hasad, maka bagaimana cara mengobatinya? Maka kau doakan dia “Ya Allah, ini kawanku baru dapat mobil baru, sehatkan dia, panjangkan umurnya, jangan sampai dia di tabrak baik dari belakang maupun dari depan”. Jangan mentang- mentang kita sakit hati ngelihat orang mobil baru, “Ya Allah kalau bisa tabrak maut beruntunlah dia, kalau bisa jangan langsung mati, buat dia lumpuh tiga bulan. Hooo, tak boleh, maka doakan saudara. Anak kita cantik, sebaya dengan anak dia, tapi ketika nikah anak dia duluan. Muncul penyakit hasad, jaga hatimu, ketika ditanya orang, “lho anak ibu kan lebih cantik, kenapa dia nikah duluan?”, “yaiyalah dia pake pelet.” Jangan, mungkin ini ujian dari Allah untuk kami, waktu di undang, datang. Ucapkan selamat “Barrakallahu lakuma wa baraka ‘alaikuma wa sama’a bainakuma fii khair”. Kalau orangnya baik doanya tulus. Tabel 11. Analisis implikatur data 11

Jenis Implikatur Wujud Implikatur Fungsi Implikatur

76

Implikatur Representatif Menjelaskan percakapan umum Tabel 4.11 analisis implikatur data 11 Pada tanya jawab di atas, konteks yang terjadi yakni, Ustaz Abdul Somad menjawab pertanyaan jamaah mengenai hati yang kotor dan mengetahui solusi dari hati yang sudah kotor. Ustaz Abdul Somad menjawab pertanyaan yang diajukan dengan memberikan sebuah contoh, yakni dalam ilmu islam ada yang dinamakan hasad, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) hasad adalah kedengkian.14 Ustaz Abdul Somad mendeskripsikan contoh ini terjawablah apa yang ditanyakan oleh si penanya tersebut. Contoh pertama yang diberikan Ustaz Abdul Somad adalah melihat orang lain nikmat akan keunggulan yang dia miliki. Diselingi dengan candaan beliau tentang melihat artis dari fisik dan finansial si artis. Selanjutnya Ustaz Abdul Somad memberikan contoh berdasarkan cerita beliau yaitu dengan menyampaikan seseorang yang bertanya kepada beliau tentang sakit hatinya ketika tetangganya memiliki harta yang berlebih. Jawaban tersebut sekaligus menjawab kedua pertanyaan dari penanya. Ustaz Abdul Somad memberikan contoh sebagaimana sambungan dari cerita beliau yaitu dengan mendoakan si tetangga dengan doa yang baik-baik. Banyak contoh lain yang disampaikan Ustaz Abdul Somad di akhir ceramahnya, tidak hanya hasad soal harta, namun juga jodoh dan juga rezeki. Di tambah dengan penjelasan tentang mendoakan mereka, tidak dengan mencaci maki. Maka dari ini si penutur (Abdul Somad) bermaksud menyampaikan berbuat kebaikan dan berdoa. Jenis implikatur pada tanya jawab di atas adalah percakapan umum. Hal ini dikarenakan 2 pertanyaan dijawab sekaligus dengan satu cerita oleh Ustaz Abdul Somad dalam satu waktu. Tentang hasad yang

14 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Luar Jaringan (offline), Pusat Bahasa Kementterian Pendidikan Nasional. 2016.

76

77

sebenarnya juga telah diketahui arti oleh mitra tutur (penanya) dan hanya menanyakan solusi dari hasad dan cara mengetahuinya. Analisis pada contoh data 11 adalah wujud implikatur percakapan dalam tuturan representatif karena dalam tuturan yang diungkapkan Ustaz Abdul Somad mengandung pernyataan pendeskripsian fakta mengenai suatu hal. Hal tersebut sejalan dengan pengertian representatif menurut Yule, mengatakan bahwa representatif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan, dalam artian tindak tutur representatif berupa pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian. Kalimat pada contoh data 11 berupa pernyataan dan pendeskripsian fakta yang diungkapkan Ustaz Abdul Somad dalam menjawab pertanyaan jamaah cara mengetahui hati yang kotor. Ustaz Abdul Somad menjawab pertanyaan tersebut dengan tuturan “...Cara mengetes hati busuk atau tidak. Satu, ketika tak senang melihat orang lain dapat nikmat, maka kau sudah kena penyakit hasad...” dalam tuturan tersebut Ustaz Abdul Somad memberikan penjelasan bahwa cara mengetahui hati yang kotor adalah ketika tidak senang melihat orang lain mendapatkan nikmat. Data 12 Penanya : Apa hukum makan tulang? Pak Ustaz : Sampai sekarang tidak ada orang yang makan tulang, masa tulang makan tulang. Yang dimakan orang itu adalah lemak-lemak yang ada di samping tulang. Pernah tak menyediakan jus tulang? Mana ada? Tulang lembut, atau tulang sum-sum, atau dipecahkan di sedot pakai pipet, itu bukan makan tulang. Yang tidak boleh itu tulang. Maka tulang-tulang itu kata nabi tidak boleh dipakai untuk istinja, ketika ada orang mau bersuci istinja pakai tulang kata nabi, “jangan, tulang itu makanan saudara kalian dari kalangan jin”. Mangkanya sekarang banyak jin yang marah, kenapa? Tulang pun habis, tak bersisa. Tabel 12. Analisis implikatur data 12

78

Jenis Implikatur Wujud Implikatur Fungsi Implikatur Implikatur Representatif Menjelaskan percakapan umum Tabel 4.12 analisis implikatur data 12 Pada tanya jawab di atas, konteks yang terjadi, yakni Ustaz Abdul Somad menjawab pertanyaan jamaah tentang hukum makan tulang. Maksud dari pertanyaan yang diajukan oleh penanya sangat jelas dan langsung menuju inti dari pertanyaan tersebut, yakni apa hukum makan tulang. Ustaz Abdul Somad tidak langsung menjawab pertanyaan dari jamaah, namun beliau membuka jawaban dengan pernyataan lain. Beliau menjelaskan bahwa tidak ada yang makan tulang, kalimat pertama disambung dengan kalimat lain yang menyatakan bahwa yang dimakan adalah lemak yang di samping tulang. Hal ini karena adanya dalil yang mengatakan pelarangan untuk memakan tulang “Dalam shahih Bukhari dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Ia pernah membawakan pada Rasulullah saw wadah berisi air wudhu dan hajat beliau. Ketika Ia membawanya Rasulullah saw bertanya, “siapa ini?” “Saya Abu Hurairah”, jawabnya. Beliau pun berkata, “Carilah beberapa buah batu untuk kugunakan bersuci. Dan jangan bawakan padaku tulang dan kotoran (telek).” Abu Hurairah berkata, “Kemudian aku mendatangi beliau dengan membawa beberapa buah batu dengan ujung bajuku. Hingga aku meletakkannya di samping beliau dan aku berlalu pergi. Ketika beliau selesai buang hajat, aku pun berjalan menghampiri beliau dan bertanya, “Ada apa dengan tulang dan kotoran?”. Beliau bersabda, “Tulang dan kotoran merupakan makanan Jin. Aku pernah didatangi rombongan utusan Jin dari Nashibin dan mereka adalah sebaik-baik Jin. Mereka meminta bekal kepadaku, lalu aku berdoa kepada Allah untuk mereka agar tidaklah

78

79

mereka melewati tulang dan kotoran melainkan mereka mendapatkannya sebagai makanan.” (HR. Bukhari no. 3860).15 Berdasarkan hadits di atas tuturan Ustaz Abdul Somad yang mengatakan “Jangan, tulang itu makanan saudara kalian dari kalangan jin”. Mangkanya sekarang banyak jin yang marah, kenapa? Tulang pun habis, tak bersisa. Bahwasannya ada larangan tidak boleh memakan tulang karena tulang merupakan makanan bagi bangsa jin. Jenis Implikatur pada tanya jawab di atas adalah Jenis implikatur pada tanya jawab di atas adalah implikatur percakapan umum. Pada tanya jawab di atas tidak memerlukan konteks khusus yang hanya diketahui oleh penanya dan Ustaz Abdul Somad. Jamaah lain yang mendengarkan tanya jawab tersebut dapat ikut memahami penjelasan yang dituturkan oleh Ustaz Abdul Somad dengan mudah karena konteks tuturan yang terjadi masih dalam lingkup pemahaman umum peserta tuturan yang terlibat. Analisis pada contoh data 12 adalah wujud implikatur percakapan dalam tuturan representatif karena dalam tuturan yang diungkapkan Ustaz Abdul Somad mengandung pernyataan pendeskripsian fakta mengenai suatu hal. Hal tersebut sejalan dengan pengertian representatif menurut Yule, mengatakan bahwa representatif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan, dalam artian tindak tutur representatif berupa pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian. Kalimat pada contoh data 12 berupa pernyataan dan pendeskripsian fakta yang diungkapkan Ustaz Abdul Somad dalam menjawab pertanyaan jamaah mengenai apa hukum bagi orang yang memakan tulang. Ustaz Abdul Somad jawabannya dengan tuturan “Yang dimakan orang itu adalah lemak-lemak yang ada di samping tulang. Pernah tak menyediakan jus tulang? Mana ada? Tulang lembut, atau tulang sum-sum, atau dipecahkan di sedot pakai pipet, itu bukan

15 Juriyanto, Benarkah Tulang Makanan Jin?, (6 November 2018). https://bincangsyariah.com/kalam/benarkah-tulang-makanan-jin/. Diakses pada Kamis, 4 Juni 2020 ukul 22.57 WIB

80

makan tulang. Yang tidak boleh itu tulang. Maka tulang-tulang itu kata nabi tidak boleh dipakai untuk istinja, ketika ada orang mau bersuci istinja pakai tulang kata nabi, “jangan, tulang itu makanan saudara kalian dari kalangan jin”. Dalam tuturan ini Ustaz Abdul Somad memberikan penjelasan bahwa yang dimakan oleh manusia bukanlah tulang, melainkan adalah lemak-lemak yang ada di samping tulang atau yang biasa disebut dengan tulang sum-sum.

Data 13 Penanya : Apa motivasi Ustaz sehingga Ustaz bisa sampai seperti sekarang ini? Mudah-mudahan bisa jadi motivasi semua khusunya anak muda zaman now. Abdul Somad : Saya pulang dari Maroko tahun 2008, bulan suci ramadhan. Sampai di Pekanbaru ceramah menggantikan Dr. Mustafa Umar, pengajiannya rutin. Kajian shubuh setiap hari sabtu, satu shubuh satu hadits, di rekam. Diupload di internet itu saja. Tak ada yang lain, diupload di internet lalu kemudian ceramah yang pertama viral khutbah Jum’at tentang Erdogan., tentang bangkitnya islam, nah itu viral, abis itu lah kena usir-usir, viral terus. Saya mau adik- adiku zaman now, kalian dikenal orang karena prestasi, jangan dikenal “kenal sama Ustaz yang itu?”. “yang mana?”. “yang sering di usir itu”. Hadoooh, maka karena prestasi kalian insyaalloh, allohu akbar. Tabel 13. Analisis implikatur data 13 Jenis Implikatur Wujud Fungsi Implikatur Implikatur Implikatur Direktif Menyarankan percakapan berskala Tabel 4.13 analisis implikatur data 13

80

81

Pada tanya jawab di atas, konteks yang terjadi, yakni Ustaz Abdul Somad menjawab pertanyaan personal seputar dirinya sendiri. Beliau menjawab pertanyaan jamaah dengan menceritakan pengalaman hidupnya. Ustaz Abdul Somad memberitahukan kepada mitra tutur atau jamaahnya bahwa beliau pulang dari Maroko pada tahun, bulan, waktu dan tempat secara terperinci. Diiringi dengan tambahan jawaban lain bahwa beliau mengikuti kajian subuh termasuk kegiatan yang diadakan dalam kajian tersebut. Perjalanan beliau dari mengikuti kegiatan awal saat beliau baru pulang dari Maroko terus diinformasikan kepada jamaah secara kontinu. Beliau juga memotivasi jamaah dengan mengatakan “Kalian dikenal orang karena prestasi, jangan dikenal seperti dirinya (Ustaz Abdul Somad) yang sering diusir (boikot) ketika sedang berceramah. Kendati demikian, jamaah pun paham apa yang sebenarnya dimaksud Ustaz Abdul Somad, bahwasannya Ustaz Abdul Somad terkadang diusir ketika akan melakukan kegiatan ceramah, hal itu terjadi karena kemungkinan adanya oknum yang tidak menyukai kehadiran beliau. Jenis implikatur pada tanya jawab di atas adalah implikatur percakapan berskala, hal ini ditandai dengan istilah-istilah untuk mengungkapkan kuantitas diri. Ketika sedang bertutur, seorang penutur memilih kata dari skala informatif dan benar (kualitas dan kuantitas) dikarenakan jawaban Ustaz Abdul Somad tidak terkait dakwah melainkan tentang pola hidup Ustaz Abdul Somad dalam menjalani kesehariannya. Tuturan pada contoh data 13 dapat digolongkan dalam wujud implikatur percakapan dalam tuturan direktif karena mengandung tuturan menyarankan. Tuturan diungkapkan oleh Ustaz Abdul Somad yang sedang menjawab pertanyaan jamaah yang ingin mengetahui bagaimana dirinya bisa sampai sukses seperti sekarang dan beliau juga menyarankan untuk meningkatkan prestasi ketimbang sensasi. Hal ini terlihat pada tuturan “Saya pulang dari Maroko tahun 2008, bulan suci ramadhan. Sampai di Pekanbaru ceramah menggantikan Dr. Mustafa Umar, pengajiannya rutin. Kajian shubuh setiap hari sabtu, satu shubuh satu hadits, di rekam.

82

Diupload di internet itu saja. Tak ada yang lain, diupload di internet lalu kemudian ceramah yang pertama viral khutbah Jum’at tentang Erdogan., tentang bangkitnya islam, nah itu viral, abis itu lah kena usir-usir, viral terus..” Tuturan tersebut mendeskripsikan proses perjalanan dakwah Ustaz Abdul Somad hingga bisa seterkenal sekarang. Selain itu dalam tuturan “Saya mau adik-adiku zaman now, kalian dikenal orang karena prestasi” pada tuturan ini Ustaz Abdul Somad bermaksud untuk menyarankan bahwa untuk mau dikenal khalayak luas tunjukanlah prestasi diri, bukan sensasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule, direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Tabel hasil analisis jenis implikatur Data Jenis Implikatur Wujud Implikatur Fungsi Implikatur 1 Implikatur Representatif Menjelaskan Percakapan Umum 2 Implikatur Direktif Menyuruh Percakapan Umum 3 Implikatur Representatif Memberitahukan Percakapan Berskala 4 Implikatur Representatif Memberitahukan Percakapan Umum 5 Implikatur Representatif Menjelaskan Percakapan Umum 6 Implikatur Representatif Menjelaskan Percakapan Umum 7 Implikatur Representatif Memberitahukan Percakapan Khusus 8 Implikatur Direktif Mendesak Percakapan Khusus

82

83

9 Implikatur Direktif Melarang Percakapan Umum 10 Implikatur Representatif Bercanda Percakapan Umum 11 Implikatur Representatif Menjelaskan Percakpan Umum 12 Implikatur Representatif Menjelaskan Percakapan Umum 13 Implikatur Direktif Menjelaskan Percakapan Berskala

Terlihat dari hasil rekapitulasi analisis implikatur ditemukan 9 tuturan implikatur percakapan umum, 2 tuturan implikatur percakapan berskala dan 2 implikatur percakapan khusus. Selain itu, ditemukan 2 wujud implikatur berdasarkan tindak tutur yaitu, 9 tuturan implikatur representatif, dan 4 tuturan implikatur direktif. Penyusun juga menemukan fungsi (maksud) implikatur percakapan yang terdapat dalam tanya jawab Ustaz Abdul Somad. Adapun fungsi (maksud) tersebut antara lain, yakni: menjelaskan sebanyak 5, menyuruh sebanyak 1, memberitahukan sebanyak 3, mendesak sebanyak 1, melarang sebanyak 1, bercanda sebanyak 1 dan menyarankan sebanyak 1. Pada data penelitian ini, tuturan dikemas dalam bentuk video ceramah yang ditranskripsikan oleh penyusun menjadi teks ceramah serta tuturan dialog tanya jawab Ustaz Abdul Somad dan jamaah (penanya). Ustaz Abdul Somad menjawab pertanyaan dari jamaah berdasarkan Al-quran dan sunnah yang merupakan sumber hukum islam. Dalam quran dan sunnah sudah dijelaskan semua aturan umat Islam, sehingga dalam percakapan tersebut banyak ditemukan jenis implikatur percakapan umum yang tidak memerlukan konteks khusus. Hal ini relevan sesuai dengan konteks percakapan/pertanyaan. Selain itu, dalam tanya jawab dalam ceramah Ustaz Abdul Somad juga ditemukan 9 tuturan implikatur representatif dengan fungsi (maksud) yang paling banyak muncul yaitu fungsi

84

(maksud) menjelaskan. Hal ini dikarenakan jamaah perlu penjelasan yang lebih dalam agar jawaban yang diberikan Ustaz Abdul Somad dapat mudah dimengerti oleh jamaah. Tentunya dengan begitu para jamaah pun dapat mengerti dan menambah wawasan mereka.

D. Implikasi Implikatur Percakapan terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Pengetahuan tentang implikatur dapat membantu seseorang dalam memahami maksud atau informasi suatu tuturan, baik secara langsung (lisan) maupun secara tidak langsung (tulis). Hal ini karena implikatur dapat memberi penjelasan implisit mengenai cara bagaimana mengimplikasikan suatu tuturan. Pemakai bahasa dapat memanfaatkan implikatur sebagai sarana menyampaikan maksud atau pendapatnya kepada orang lain secara halus berdasarkan konteks sosial yang dihadapinya. Hasil penelitian tentang implikatur ini berkaitan dengan ilmu kebahasaan, yaitu pragmatik. Pengetahuan mengenai implikatur akan membantu siswa memahami makna yang tersirat pada suatu tuturan baik lisan maupun tulis, atau mampu memahami maksud seseorang yang tidak diungkapkan secara jelas. Adanya pengetahuan tentang implikatur yang berkaitan dengan pemakaian bahasa, serta berkaitan dengan pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA), semester ganjil, kelas XI tahun 2018/2019 terdapat Standar Kompetensi poin 3.5 yang menyatakan; Mengidentifikasi informasi berupa permasalahan aktual yang disajikan dalam ceramah. Dalam hal ini, siswa diharapkan dapat memahami informasi dan mengungkapkan isi pesan ceramah yang mereka dengar dengan menggunakan diksi yang tepat dan sesuai dengan konteks pembicaraan. Adapun beberapa manfaat mendengarkan ceramah di antaranya adalah sebagai sarana pengingat untuk melaksanakan nasihat kebaikan, mengasah konsentrasi kita untuk menangkap isi dari ceramah, mendapatkan pencerahan pikiran dan hati untuk melakukan kebaikan.

84

BAB V PENUTUP

A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang implikatur percakapan pada ceramah Ustaz Abdul Somad, dapat disimpulkan sebagai berikut. 1) Pada data penelitian ini, tuturan dikemas dalam bentuk video ceramah yang ditranskripsikan oleh penyusun menjadi teks ceramah serta tuturan dialog tanya jawab Ustaz Abdul Somad dan jamaah (penanya). Ustaz Abdul Somad menjawab pertanyaan dari jamaah berdasarkan Al-quran dan sunnah yang merupakan sumber hukum islam. Dalam quran dan sunnah sudah dijelaskan semua aturan umat Islam, sehingga dalam percakapan tersebut banyak ditemukan jenis implikatur percakapan umum yang tidak memerlukan konteks khusus. Hal ini relevan sesuai dengan konteks percakapan/pertanyaan. Ditemukan 9 tuturan implikatur percakapan umum dalam tanya jawab Ustaz Abdul Somad. Implikatur percakapan umum merupakan implikatur yang tidak memperhitungkan makna tambahan melainkan proses tuturan mengasumsikan makna percakapan hanya dengan mengamati struktur kata yang dipakai. Kemudian, ditemukan 2 tuturan implikatur percakapan berskala dalam tanya jawab Ustaz Abdul Somad. Implikatur percakapan berskala ditandai dengan istilah- istilah untuk mengungkapkan kuantitas dari skala nilai tertinggi kenilai terendah. Pada temuan selanjutnya, terdapat 2 tuturan implikatur percakapan khusus dalam tanya jawab Ustaz Abdul Somad. Implikatur percakapan khusus terjadi dalam konteks yang sangat khusus di mana mitra tutur mengasumsikan informasi secara lokal. Selain itu, ditemukan 2 wujud implikatur berdasarkan tindak tutur yaitu, 9 tuturan implikatur representatif berupa pernyataan

85

86

suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian. Pada temuan selanjutnya, ditemukan 4 tuturan implikatur direktif. Penyusun juga menemukan fungsi (maksud) implikatur percakapan yang terdapat dalam tanya jawab Ustaz Abdul Somad. Adapun fungsi (maksud) tersebut antara lain, yakni: 1) menjelaskan, 2) menyuruh, 3) memberitahukan, 4) mendesak, 5) melarang, 6) bercanda, 7) menyarankan. 2) Bentuk tindak lanjut dalam mengidentifikasi peristiwa implikatur percakapan dalam suatu tuturan dapat diimplikasikan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan menyesuaikan pada kompetensi dasar mengidentifikasi informasi berupa permasalahan aktual yang disajikan dalam ceramah. Hal ini dapat dijadikan pembelajaran bagi peserta didik agar dapat memahami informasi dan mengungkapkan isi pesan ceramah yang mereka dengar dengan menggunakan diksi yang tepat dan sesuai dengan konteks pembicaraan.

B. Saran Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penyusun menyadari bahwa hasil yang didapatkan belum sempurna, dan tentunya masih ada hal lain yang dapat ditambahkan. Oleh karena itu, penyusun berharap penelitian selanjutnya terkait implikatur percakapan dapat dikaji lebih luas dan mendalam.

86

DAFTAR PUSTAKA

Al-Albani, Muhammad Nashiruddin (penerjemah: Izzudin Karimi, dkk), Shahih At-Targhib Wa At-Tarhib Hadits-Hadits Shahih Tentang Anjuran & Janji Pahala, Ancaman & Dosa Jilid 1. Jakarta: Pustaka Sahifa. 2008. Al-Mubarakfury, Shaflyyur Rahman (penerjemah: Kathur Suhardi), Ar-Rahiqul Makhtum, Bahtsun Fis-Sirah An-Nabawiyah Ala Shahibiha Afdhalish Shalati Was-Salam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2010. Asyari, Yusuf. Profil Ustaz Abdul Somad, Pernah Kalahkan 900 Pelajar. Jawa pos, selasa, 26 Desember 2017 06:08. Diakses pada Minggu, 15 September, 2019 https://bit.ly/2I8d17p pukul 11.31 WIB. Bambang dan Yudi Cahyono. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University Press. 1995. Black, Elizabeth. Stilistika Pragmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2011. Chaer Abdul dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahannya Disertai Tafsir Ringkas Ibnu Katsir. Bandung: Jabal Raudhotul Jannah. 2009. Hanafi, Abdul Halim. Metodologi Penelitian Bahasa. Jakarta: Diadit Media. 2011. Hindun. Pragmatik untuk Perguruan Tinggi. Depok: Nufa Citra Mandiri. 2012. https://acch.kpk.go.id/id/jejak-kasus/29-akil-mochtar Diakses pada Kamis. 4 Juni 2020 pukul 22.31 WIB. HP, Achmad dan Alek Abdullah. Linguistik Umum. Jakarta: Erlangga. 2012. Ihsan, Diemroh. Pragmatik, Analisis, Wacana, dan Guru Bahasa (Pragmatics, Discourse Analysis, and Language Teachers). Palembang: Universitas Sriwijaya. 2011. Ilaihi, Wahyu. Komunikasi Dakwah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2010.

Juriyanto, Benarkah Tulang Makanan Jin?, (6 November 2018). https://bincangsyariah.com/kalam/benarkah-tulang-makanan-jin/. Diakses pada Kamis, 4 Juni 2020 pukul 22.57 WIB.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Luar Jaringan (offline), Pusat Bahasa Kementterian Pendidikan Nasional. 2016.

87

88

Kushartanti, dkk. Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2009. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2017. Nadar, FX. Pragmatik & Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2013. Nugraheni, Yunita. Analisis Implikatur Pada Naskah Film Harry Potter And The Goblet Of Fire. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang. 2010. Nurhaidah, Nuri. Wacana Politik Pemilihan Presiden di Indonesia. Yogyakarta: Smart Writing Grup CV. Writing Revolution Gambiran UH V NO 45, 2014. Purwo, Bambang Kaswanti. Bulir-bulir Sastra dan Bahasa: pembaharuan pengajaran. Yogyakarta: Kanisius. 1991. Purwo, Bambang Kaswanti. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Kanisius. 1990. Putrayasa, Ida Bagus. Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2014. Putry, Melissa Eka Hana. Peristiwa Tutur Dalam Mockumentary Malam Minggu Miko. Arkhais, Vol. 07 No 1 Januari-juni. 2016. Qultumedia, Tim Redaksi. Ustazz Abdul Somad (Ustazz Zaman Now). Jakarta: Qultum Media. 2018. Rahardi, Kunjana. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama. 2009 Rani, Abdul, dkk. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang: Bayumedia Publishing. 2004. Rubiyanah, dan Ade Masturi. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010. Siregar, Nurhalali. Retorika Syekh Abdul Efendi Ritonga dalam Ceramah. UIN Imam Bonjol Padang: Al-Hikmah Jurnal Dakwah dan Ilmu Komunikasi volume 2 nomor 1, Januari-Juni 2019. Sperber, Dan dan Deirdre Wilson, (penerjemah: Suwarna, dkk). Teori Relevansi; Komunikasi dan Kognisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009. Sudaryono. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers. 2017. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: CV Alfabeta. 2014.

88

89

Thoriq, Ahmad Syahri. Selesai Salam, Imam Menghadap Ke arah Jamaah, 2013, http://www.konsultasislam.com/2013/11/selesai-salam-imam-shalat- menghadap.html?m=0 Diakses pada Kamis, 4 Juni 2020 pukul 20.05 WIB. Wathy, Sattia, Pengertian Ceramah. https://www.scribd.com/doc/169957177/PENGERTIAN-CERAMAH Diakses pada 21 Oktober 2019, pukul 19:45 WIB. Wink, Biografi Ustaz Abdul Somad, Dari Masa Kecil Hingga Menjadi Ustaz Kondang, .Biografiku, Sabtu, 20 Juli 2019. Diakses pada Rabu, 18 September 2019 https://www.biografiku.com/profil-dan-biografi-ustadz- abdul-somad-beserta-biodata/ pukul 12:30 WIB Wijana. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset. 1996.

70

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah : SMA ... Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : XI/Ganjil Materi Pokok : Ceramah Alokasi Waktu : 4 x 45 menit

A. Kompetensi Isi (KI) KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. KI 4 : Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

71

B. Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi 3.5 Mengindentifikasi informasi 3.5.1 Menyimpulkan informasi dan berupa permasalahan aktual permasalahan yang didengar yang disajikan dalam ceramah. atau yang dibaca. 3.5.2 Menyimpulkan informasi dan permasalahan aktual dalam teks ceramah ataupun video ceramah. 4.5 Menyusun bagian-bagian penting 4.5.1 Menelaah bagian-bagian-bagian dari permasalahan aktual sbagai penting dalam teks ceramah. bahan untuk disajikan dalam 4.5.2 Menemukan kalimat majemuk ceramah. bertingkat dalam teks ceramah.

C. Tujuan Pembelajaran Pertemuan Pertama: Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat 1. Peserta didik mampu menentukan dan menyimpulkan informasi ceramah baik secara lisan maupun tulisan. 2. Peserta didik mampu menyimpulkan isi pesan ceramah yang dibaca ataupun didengar dengan menggunakan diksi yang tepat dan sesuai konteks pembicaraan. Pertemuan Kedua: Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat 1. Peserta didik mampu menelaah bagian-bagian penting dalam teks ceramah ataupun video ceramah baik secara lisan maupun tulisan. 2. Peserta didik mampu menemukan kalimat majemuk bertingkat dalam teks ceramah ataupun video ceramah.

72

D. Materi Pembelajaran Materi Pembelajaran Reguler 1. Pengertian ceramah 2. Unsur-unsur ceramah Materi Pembelajaran Remedial  Menjelaskan pengertian ceramah Materi Pembelajaran Pengayaan  Menjelaskan Unsur-unsur ceramah

E. Media dan Sumber Belajar Media: a. Kutipan video ceramah Ustaz Abdul Somad b. Kutipan transkripsi ceramah Ustaz Abdul Somad c. PowerPoint Sumber Belajar: a. Suherli, dkk. 2017. Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas XI Revisi Tahun 2017. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud. b. Suherli, dkk. Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas XI Revisi Tahun 2017. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud. c. Kosasih, E. 2014. Jenis-Jenis Teks dalam Mata Pelajaran Bahasa Indoneisa SMA/MA/SMK. Bandung: Yrama Widya. d. Internet.

F. Metode Pembelajaran Model : CTL (Contextual Teaching Learning) Metode : Tanya jawab, diskusi, penugasan, dan presentasi

72

73

G. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama Alokasi No. Kegiatan Pembelajaran Waktu 1 Kegiatan Pendahuluan: 15 menit a. Guru meminta salah satu peserta didik untuk memimpin doa sebelum memulai pembelajaran. b. Guru menanyakan kabar, memeriksa kehadiran, dan membantu peserta didik menyiapkan diri untuk menerima pelajaran. c. Guru mengajak peserta didik mengulas materi yang telah dibahas sebelumnya terkait pengertian teks eksplanasi. d. Guru mengajak peserta didik bertanya jawab terkait teks eksplanasi dan struktur kebahasaan. e. Guru mengaitkan nilai-nilai yang umum terkandung dalam teks eksplanasi dan struktur kebahasaan dengan kehidupan sehari-hari. f. Guru menyampaikan inti materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada hari itu. g. Guru bersama peserta didik membuat kelompok- kelompok belajar. 2 Kegiatan Inti: 60 menit Mengamati: a. Peserta didik menyaksikan dan mengamati kutipan video ceramah Ustaz Abdul Somad sebagai bahan menganalisis informasi dan permasalahan yang ada secara lisan. b. Peserta didik membaca dan mengamati kutipan transkripsi ceramah Ustaz Abdul Somad sebagai

74

bahan menganalisis isi pesan ceramah dengan menggunakan diksi yang tepat dan sesuai konteks pembicaraan secara tulis. Menanya: a. Peserta didik diminta menjelaskan informasi dan pesan ceramah berdasarkan transkripsi dan video ceramah yang mereka baca dan amati. b. Peserta didik diarahkan untuk dapat memahami isi pesan ceramah yang disampaikan melalui kutipan video Ustaz Abdul Somad. Mengeksplorasi: a. Peserta didik diberi waktu untuk memahami informasi, pesan , dan unsur ceramah baik secara lisan maupun tulisan. Mengasosiasi: a. Peserta didik secara berkelompok mendiskusikan informasi dan isi pesan ceramah melalui kutipan transkripsi dan video ceramah Ustaz Abdul Somad. b. Peserta didik secara berkelompok menganalisis informasi dan isi pesan ceramah dan relevansinya terhadap kehidupan sehari-hari. Mengomunikasikan: Peserta didik diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok mereka terkait informasi dan isi pesan ceramah berdasarkan transkripsi dan video ceramah Ustaz Abdul Somad yang mereka baca dan saksikan.

74

75

3 Kegiatan Penutup: 15 menit a. Guru menyimpulkan dan memberikan klarifikasi terkait hasil pengamatan dan diskusi peserta didik. b. Secara bersama-sama, guru dan peserta didik menyimpulkan pembelajaran pada hari itu. c. Guru menutup pelajaran.

Pertemuan Kedua Alokasi No. Kegiatan Pembelajaran Waktu 1 Kegiatan Pendahuluan: 15 menit a. Guru meminta salah satu peserta didik untuk memimpin doa sebelum memulai pembelajaran. b. Guru menanyakan kabar, memeriksa kehadiran, dan membantu peserta didik menyiapkan diri untuk menerima pelajaran. c. Guru mengajak peserta didik mengulas materi yang telah dibahas sebelumnya terkait ceramah dan unsur-unsur ceramah. d. Guru mengajak peserta didik bertanya jawab terkait ceramah dan unsur-unsur ceramah. e. Guru mengaitkan nilai-nilai yang umum terkandung dalam informasi ceramah dan unsur- unsur ceramah dengan kehidupan sehari-hari. f. Guru menyampaikan inti materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada hari itu. g. Guru mengarahkan peserta didik untuk tetap bergabung dengan kelompok yang sudah dibentuk pada pertemuan sebelumnya.

76

2 Kegiatan Inti: 60 menit Mengamati: a. Peserta didik menyaksikan dan mengamati kutipan video ceramah Ustaz Abdul Somad sebagai bahan untuk menganalisis bagian-bagian penting dalam teks ceramah secara lisan. b. Peserta didik membaca dan mengamati kutipan transkripsi ceramah Ustaz Abdul Somad untuk menemukan kalimat majemuk bertingkat secara tulis. Menanya: a. Peserta didik diminta menyebutkan bagian- bagian penting kutipan video ceramah yang telah diamati. b. Peserta didik diminta menuliskan kalimat majemuk bertingkat yang terdapat dalam kutipan transkripsi ceramah dengan tepat. Mengeksplorasi: a. Peserta didik secara berkelompok diberi waktu untuk memahami bagian-bagian penting dalam kutipan video ceramah yang telah diamati. b. Peserta didik secara kelompok mengumpulkan hasil temuan kalimat majemuk bertingkat dalam transkripsi ceramah yang telah diamati. Mengasosiasi: a. Peserta didik secara berkelompok mendiskusikan bagian-bagian penting dalam kutipan video ceramah yang telah diamati. b. Peserta didik secara berkelompok dan bertukar hasil temuan kalimat majemuk bertingkat dalam transkripsi ceramah yang telah diamati.

76

77

Mengomunikasikan: a. Peserta didik diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok mereka tentang bagian-bagian penting dalam kutipan video ceramah yang telah diamati . b. Peserta didik diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok mereka tentang hasil temuan kalimat majemuk bertingkat dalam transkripsi ceramah dengan kelompok lain yang telah saling bertukar sebelumnya. 3 Kegiatan Penutup: 15 menit a. Guru menyimpulkan dan memberikan klarifikasi terkait hasil pengamatan dan diskusi peserta didik. b. Secara bersama-sama, guru dan peserta didik menyimpulkan pembelajaran pada hari itu. c. Guru menutup pelajaran.

H. Penilaian 1. Teknik penilaian a. Penilaian sikap: Teknik jurnal. b. Penilaian pengetahuan: Tes tertulis. 2. Instrumen penilaian a. Teknik jurnal Jurnal Perkembangan Sikap Sosial Nama Sekolah : SMA ...... Kelas/Semester : XI/Ganjil Tahun Pelajaran : 2019/2020 Catatan Butir No. Waktu Nama Peserta Didik Ket. Penilaian Sikap

78

b. Tes tertulis Pertemuan Pertama Diskusikan bersama kelompokmu! Amati kutipan transkripsi video ceramah Ustaz Abdul Somad! Setelah kalian mengamati transkripsi tersebut, kini identifikasilah : 1. Ceramah Ustaz Abdul Somad dengan memperhatikan isi, dan informasi yang disampaikan dalam transkripsi ceramah yang sedang diamati dengan menggunakan diksi yang tepat! 2. Informasi/pengetahuan apa saja yang dapat kamu peroleh dari kutipan transkripsi ceramah tersebut? Jelaskan! 3. Buatlah rancangan ceramah dengan memuat isi dan informasi!

Pertemuan Kedua Lakukan bersama kelompokmu! 1. Identifikasilah bagian-bagian penting dalam kutipan video ceramah Ustaz Abdul Somad yang telah kalian amati! 2. Buatlah simpulan dari kutipan video ceramah Ustaz Abdul Somad yang sudah kalian amati secara keseluruhan! 3. Temukanlah contoh-contoh kalimat majemuk dalam transkripsi ceramah Ustaz Abdul Somad. Jelaskan pula jenis dari kalimat- kalimat majemuk tersebut! Jenis Kalimat Kalimat Majemuk Jenis Kalimat Bertingkat

78

Rubrik Penilaian Aspek Pengetahuan Pertemuan Pertama No Bobot Skor Bobot Soal x 5 4 3 2 1 0 skor

1 40 Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta mampu mampu mampu mampu seluruh hanya mampu didik mengindentifikasi mengidentifikasi mengindentifikasi atau sebagian mengidentifikasi tidak seluruh isi sebagian besar sebagian kecil mengidentifikasi namun tidak mampu ceramah dan isi ceramah dan dari isi ceramah ceramah, dan menjelaskannya. menjawab dapat dapat dan dapat menjelaskannya sama menjelaskannya menjelaskannya menjelaskannya namun dengan sekali. dengan tepat. dengan tepat. secara tepat. tidak tepat.

2 30 Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta mampu mampu mampu mampu seluruh hanya mampu didik menuliskan menuliskan menuliskan atau sebagian menuliskan tidak seluruh informasi sebagian sebagian kecil menuliskan informasi mampu dan informasi dan informasi dan informasi, dan ceramah namun menjawab menjelaskannya menjelaskannya dapat menjelaskannya tidak sama dengan tepat. dengan tepat. menjelaskannya namun dengan menjelaskannya. sekali. dengan tepat. tidak tepat.

3 30 Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta mampu mampu mampu mampu mampu didik merancang merancang merancang merancang merancang tidak

79

80

ceramah dengan ceramah denga ceramah dengan ceramah dengan ceramah dengan mampu memuat seluruh memuat memuat sebagian memuat seluruh memuat isi dan menjawab isi dan informasi sebagian isi dan kecil isi dan atau sebagian isi informasi sama serta irformasi serta informasi serta dan informasi namun tidak sekali. menjelaskannya menjelaskannya menjelaskannya serta menjelaskannya. dengan tepat. dengan tepat. dengan tepat. menjelaskannya dengan tidak tepat.

100 Total Nilai= (jumlah bobot x skor) / 15

80

Pertemuan Kedua

No Bobot Skor Bobot Soal x 5 4 3 2 1 0 skor

1 40 Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta mampu mampu mampu mampu seluruh hanya mampu didik mengindentifikasi mengidentifikasi mengindentifikasi atau sebagian mengidentifikasi tidak seluruh bagian- sebagian besar sebagian kecil mengidentifikasi bagian-bagian mampu bagian penting bagian-bagian dari bagian- bagian-bagian penting ceramah menjawab ceramah dan penting ceramah bagian penting penting namun tidak sama dapat dan dapat ceramah dan ceramah, dan menjelaskannya. sekali. menjelaskannya menjelaskannya dapat menjelaskannya dengan tepat. dengan tepat. menjelaskannya namun dengan secara tepat. tidak tepat.

2 40 Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta mampu mampu mampu mampu seluruh hanya mampu didik menyimpulkan menyimpulkan menyimpulkan atau sebagian menyimpulkan tidak seluruh pesan sebagianpesan sebagian kecil menyimpulkan pesan ceramah mampu ceramah dan ceramah dan pesan ceramah pesan ceramah namun tidak menjawab menjelaskannya menjelaskannya dan dapat dan menjelaskannya. sama dengan tepat. dengan tepat. menjelaskannya menjelaskannya sekali. dengan tepat. namun dengan tidak tepat.

81

82

3 20 Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta mampu hanya mampu hanya mampu hanya mampu hanya mampu didik menyebutkan menyebutkan menyebutkan tiga menyebutkan menuliskan atu tidak lima kalimat empat kalimat kalimat majemuk. dua kalimat kalimat mampu majemuk secara majemuk. majemuk. majemuk. menjawab tepat. sama sekali.

100 Total Nilai= (jumlah bobot x skor) / 15

Mengetahui, Kepala SMA ...... Guru Mata Pelajaran

(...... ) (...... )

82

83

Lampiran 2

Transkip Ceramah Ustaz Abdul Somad di Musala Nurul Iman Tangerang Selatan “Assalamualaikkum warahmatullahi wabarakaaaaaaaaaaatuh....” Alhamdulillahh wasolatu wassalam waala rosulilla sayyidina wa maulana muhammadiniabdillah waaala alihi wa ashabihi wamanda’a bida’watihi wastannabi lissunnati ila yaumi liqoirobbihi waba’du. Alim ulama, para , tuan-tuan guru, hadirin-hadirat, bapak-bapak, ibu- ibu. Bil khusus para tamu-tamu kita malam ini yang tak dapat saya sapppa satu persatu tapi nampaknya ada orang-orang luar biasa malam ini, ada saudara saya, yang biasanya susah orang membedakan kami berdua yaitu “Dude Herlino..” Ada juga akhi Dimas, dan yang tak asing lagi akhi Teunku Wisnu dan sahabat saya sama sama dulu di Mesir yaitu Ustaz Hamdi, kemudian yang menemani saya dari Aceh peristiwa tsunami tiga belas tahun yang lalu sampai tadi malam kami tabligh akbar di Palembang, sampailah hari ini, yaitu Ustaz Fadhil Rahmi sahabat saya. Insyaallah semua kita dimulaikan Allah SWT. Aamiin. Mohon maaf kalau saya pembagiannya tidak rata kadang-kadang memandang ke sana (sambil menghadap kanan), kadang- kadang ke sana (sambil memutarkannya ke belakang), tolong jangan minta saya berputar, karena saya orangnya suka pusing (sambil tersenyum). Mengapa diawali dengan maulid? Kami di Sumatra bil khusus di Riau kerajaan Siak Sri Indrapura sampai hari ini di Siak itu, maulid terus nama maulidnya barzanji di Betawi ada maulid barzanji? Berarti sama, yang menulisnya namanya Imam Abu Ja’far Al- Barzanji, belajarnya di Universitas Al- Azhar Qaira, karena ilmunya mantap di angkat menjadi mukhti, Barzanji, Barzanjah, orang Barjanzah disebut Barzanji, orang Makkah disebut Makki, orang Madinah disebut Madani, orang Betawi disebut? Al-Batawi. Mangkanya ada namanya Asep Al-Habib Sayid Usman Al-Batawi mukhti Betawi pertama, mukhti Betawi kedua itulah dia Al-Mukarram Syekh KH. Syafi’i Hazami mukhti Betawi kedua, yang lain para mukhti tapi ilmu mereka luar

84

biasa, nama kampungnya Barzanjah, di Irak. Pindah bapaknya ke Madinah, dia lahir besar di Madinah, belajar di Al-Azhar Qairo Mesir, lalu pada zaman kerajaan Turki Utsmani diangkat menjadi mufti di Yaman, lalu dia menulis syair-syair, syairnya itu disebut dengan maulid Al-Barzanji. Abbtadii ul imlaa abismidzaatil a’liyyah, mUstazirronn faydhol barkaati a’laa maa anaalahu wa awlaah (membaca syair). Nah itu diantara bait syairnya. Al jannatu wana’imuhaa, itu dibacakan setiap ada acara besar. Pas lagi aqiqahan, ngayun anak, baca barzanji, ketika acara nikahan, baca barzanji, pas acara sunatan, baca barzanji, ini mengenang. Isi syairnya itu apa? Dua. Yang pertama shalawat, yang kedua sejarah. Maka shalawat dan sejarah tidak terikat waktu, pagi, petang, siang malam, kita tetap bershalawat, jadi, kalo ada orang anti maulid, berarti anti sha- laa-wat, shalawat, karna intinya adalah shalawat. Apa balasan shalawat? Man sholla ‘alayya solaatan, siapa yang bershalawat kepadaku satu kali, sollallahu ‘alaihi ‘asyron, Allah balas sepuluh kebaikan, wahuttot ‘anhu ‘asyru khotoyaatin, Allah tutupi sepuluh kesalahan, warufi’at lahu ‘asyru darajaat, Allah tutupi sepuluh, Allah naikkan sepuluh tingkat derajat kemuliaan. Mudah-mudahan dengan shalawat-shalawat tadi, kita diangkat derajat sampai sepuluh tingkat kemuliaan. Aamiin. Ngomong-ngomong tadi yang dibaca maulid apa? Adhiya ulami’, yang ditulis oleh Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hafidz orangnya masih hidup, masih ada, pimpinan, nama Universitasnya Daarul Mustofa, letaknya di Hadramautarim, Yaman. Alumninya Habib Jindan, itu alumni Daarul Mustofaa di Malaysia, Al-Habib Ali Zaenal Abidin. Nah, mereka ini masih hidup mangkanya ada namanya maulid Adhiya ulami, ada maulid Al- Barzanji, ada maulid Ad- Dhiba’i, ada maulid Simthud durar, ada maulid Al-Burdah yang ditulis oleh imam Al-Bushiri terserah mau baca maulid yang mana, “Oh, banyak ya, Pak Ustaz? Kamu sudah baca yang mana?” “Satu pun belum...” Mangkanya hadir maulid!, “loh, Ustaz kok gak tau tadi yang dibaca, itu maulid adhiya ulami! Karena tadi saya di dalam, di dalamkan gak dengar, sebenarnya dengar, tapi karena sibuk, eemm maklum (sambil bergaya seperti diajak berfoto).

85

Oleh sebab itu maka maulid ini nanti kalau ditanya orang, “Kamu dari mana? Dari maulid. Apa isi maulidnya? Gak usah nanya! (sambil melotot). Maulid itu isinya... Sha-la-wat. Bukan Somad, shalawat dan sejarah nabi. Wa lamma tamma min halihi syahrooni alaa masyhuuril aawaalil marwiyyah wa lamma tamma min hamlihi. Ketika sempurna hamilnya Syahrooni dua bulan dalam kandungan ibunya. Tuwuffiya bil madiinatil muawarroti meninggallah bapaknya, meninggal di kota Al-Madinah Al-Munawarroh, Abuu, bapaknya Abdullah, Allah, Allah, Allah. Cerita bapaknya ninggal kok Allah, Allah, mustinya Innalillah, syukurlah daripada gak sama sekali. Nah, maka dibuatlah acaranya maulid. Siapa? Nabi Muhammad SAW. Maka isinya shalawat, (melantunkan shalawat) Shollallahu alla muhammad marhaban, shallahu alihi wassalam marhaban, shollallahu alla muhammad marhaban, “kenapa itu yang Ustaz ulang di antara banyak syair itu? Itulah yang paling menyentuh hati saya, itulah yang masuk dalam lubuk hati saya, biasanya kalau sudah di ucapkan itu pasti saya nangis. Kenapa malam ini tak nangis? Karena saya takut diliput, takut saya pas diliput haaaaaaaaaaa (sambil seperti memegang kamera) baru di usir dari Hongkong, nangis kan?” Aku tidak secengeng itu tau! Allahu Akbar! Oleh sebab itu, isi maulid, maka ajarkan maulid generasi Jak, Jakarta generasi zaman now. Zaman now masih kenal maulid, mantap! Generasi akan datang, sepuluh tahun akan datang, kalau tidak kenal maulid maka kita adakan acara ‘Musabaqah maulid addhiya ulami’, lomba. Siapa yang juara satu diberi hadiah oleh Pak Camat, “Pak Camatnya mana? Ada gak di sini? Masyaallah Pak Camat hadir maulid, alhamdulillah, kita doakan bisa jadi bupati. Aamiin. Bapak, Ibu yang dimuliakan Allah SWT. Maulid. Setelah itu apalagi? Kata sambutan. Apa pentingnya kata sambutan? Ya penting. Shohibul hajat, kalau dia gak ada, acaranya gak ada, gimana bisa sambutan gak penting? Cuma kata sambutan jangan banyak-banyak. Saya pernah di undang acara kata sambutannya tujuh, bupati, walikota, rt/rw, kepala desa, tokoh masyarakat, tokoh adat, akhirnya, setelah jam dua belas berikut ini kita dengarkan tausiyah yang akan disampaikan Al Mukarram H. Abdul Somad, Lc. MA. Saya pun berdirilah

86

alhamdulillahilladzi ahyanaana ba’dama amaatama wailaihi nutsuur. Tausiyah jam dua belas. Abis alhamdulilla alladzi ahyana langsung saya baca biismika allahumma ahya wabiismika wa aamuut. Tapi alhamdulillah malam ini gak banyak, banyak, langsung satu kata sambutan, dari sahabat saya Al-Mukarram Al- Ustaz Qurtubi Mujtaba, lalu kemudian setelah itu baca ayat Qur’an, kenapa musti ada baca ayat Qur’an? Wa idzaa kulli Al-Qur’an. Saya tau, jamaah “suaranya gak mantap nih”, cuma untuk menyenangkan hati saya “Allah...” kata mereka. Mirip gak macem suara yang tadi? Kan banyak yang berdusta. “Gak, saya tau jujur!”. Wa idzaa kulli Al- Qur’an, kalau ada yang baca Qur’an fastami’uu, dengar baik-baik, waanshituu, diam, la’aallakum turhammuun, mudah-mudahan kamu mendapat rahmat. Lagu yang beliau baca tadi masyaallah, bayati, shoba, sikah, nahawand, jiharkah, semua lagu. “Ustaz paham?” “Enggak....” saya coba tebak-tebak aja. Tapi bagi qori, qori kita di baca audzubillahiminasyaithonnirrojiim (sambil menjauhkan mikrofon dari mulut), saya memperhatikan itu gaya mereka memegang mic nya bismillahirrahmannirrohiim (tangan kanan sambil menjauhkan mikrofon dari mulut, sedangkan tangan kiri menutupi telinga). Oooooogitu caranya (sambil mengangukan kepala secara berulang). Masyaallah.... “Gak boleh nyanyi baca Qur’an pake lagu...”. “Loh lagu gimana, baca Qur’an gak pake lagu? Imam masjidil haram saja pakai lagu. Alhamdulillahirabbil alaamiin. Arrahman nirrahiim. Maalikiyaumiddin”. “Syekh Abdurrahman Siddiq KW 9...”. “Kalau baca Qur’an gak pakai lagu gimana? Alhamdulillahirabbil alaamiin. Arrahman nirrahiim. (melantunkan dengan nada orang marah), adzan juga pakai lagu “Allahu Akbar Allahu Akbar” (lantunannya merdu seperti muadzin di Mekkah), “Allahu Akbar Allahu Akbar” (lantunannya merdu seperti muadzin di televisi) pakai lagu, “Gimana adzan gak ada irama lantunan lagunya? Allahu Akbar Allahu Akbar! (ekspresi marah), yang penting jangan di masukkan lagu melayu, nah, itu gak boleh. “Allahu Akbar” (melantunkan dengan nada lagu cindai) nah itu gak boleh, haram. Rusak dia.

87

Oleh itu maka bayati, shoba, sikah, nahawad, jiharkah, shalawat lagu jawa masuk dalam shalawat, tapi dalam Qur’an tidak, shalawat. “Sholatullah salamullah alaa thaha rasulillah”, itu bukan lagu arab (sambil menggelengkan kepala). Empat tahun saya di Arab, dua tahun saya di Maroko. “hhhhhhh mau nyombong pernah di Arab ya...?” “Ustaz, kalau cuma lama di Arab, Onta lebih lama lagi,”. Gak pernah,“Shalatullah salamullah alaa thaha rasulillah sholatullah salamullah alaa yaasiin habilillah alaa yaasiin habibillah (melantunkan dengan nada lir-ilir) itu bukan lagu Arab, dari Maroko sampai Marauke, dari Yaman tidak ada lagu Arab itu, itu lagu mana, lagu jawa (menyanyi) lir ilir lir ilir heu heu heu heu masumilir tak ijo royo-royo na na na na na na na manten anyar. Aku ne manten anyare yo inget.” Jadi islam itu penuh dengan kreasi selama tidak merusak makharijul huruf, tajwid idgham, ikfha, gunnah, qalqalah, gak boleh rusak, tapi kalau dipaksakan, lagu, harus merusak tajwid gak boleh, “Iyya ka na’ bud” (membaca tidak sesuai harakatnya) gak boleh itu merusak. “Makanya belajar, belajarnya di mana? Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ)” untuk yang laki-laki, yang perempuan Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ). Kalau sana (sambil menunjuk ke depan) ‘iku’. Institut Ilmu Al-Qur’an di Ciputat depan UIN Syarif Hidayatullah, itu para-para pakar Al-Qur’an semua di sana, ada Prof. Dr. Ahsin Sakho, pakar Al-Qur’an S3, siapa yang mau belajar Al-Qur’an, sana! Salah satu alumninya adalah Al- Mukarram Ustaz Qurtubi Mujtaba itu alumni dari perguuan tinggi ilmu Al- Qur’an. Nah, sudah berapa saya bahas? Maulid sudah, kata sambutan, sudah. Baca Qur’an, sudah. Sekarang? tausiyah. “Kenapa musti Abdul Somad yang memberikan tausiyah? Saya pun tak tau”, ada acara apa? setiap pertemuan pasti ada tujuannya, apa tujuan dari pertemuan ini? Mengenang orang tua yang sudah meninggal dunia, kerinduan kepada orang tua, ini mereka anak-anaknya ngumpul, kebetulan datang satu yang tugas di Riau dan datang bersama saya karena besok mau pergi umroh maka berkumpul bersama. “Ustaz Somad nanti sebelum berangkat bisa mampir ke rumah kami?” “Insya allah, I’m coming, apa acaranya?” “Ya kita baca doalah, mengenang orang tua, tabligh akbar, bisa kita undang Ustaz,

88

masyarakat?” “Undang saja, apa salahnya?” “Tapi nanti khawatir tempatnya gak muat.” “Undang saja”, saya bilang “Undang aja, kalau gak muat, bukan tanggung jawab saya.” Akhirnya dipasanglah, mangkanya yang di sana alhamdulillah ada layar tancap. Mohon maaf kalau keliatannya di situ Ustaz memang kurang seperti yang diharapkan, kadang-kadang wajahnya bulat, kadang-kadang...... maklum layarnya di hembus angin. Yang disebelah sana juga ada saudara-saudaraku yang tidak melihat langsung tapi juga saya menyapa. “Assalamualaikkum warahmatullahi wabarakaatuhu!” Masyaallah ternyata ramai juga yang ada dibalik sana, suaranya sampai kemari, nah, ini begini cara orang mengenang orang tua, mengenang orang tua itu bukan di pasang bunga satu kilometer, memangnya bunga bisa menolong orang tua? Mana bisa? Bunga mawar, bunga melati, apalagi bunga tai ayam? Maka mengenang orang tua apa yang dilakukan? Yang pertama, berkirim doa, do-a, doa anak tidak putus kepada orang tua. “Bagaimana dengan doa Ustaz Somad kepada almarhum H. Mujtaba dan Ibunda Rokaya?” “Apakah sampai, doa saya?” “Saya bukan anaknya, sampai atau tak sampai?” “Sampaiii...” Kok tau? Emang pernah ada print outnya? Sampai... sampai... sampai... Saya lewat di makam, lalu mengucapkan salam kepada orang yang ada di makam itu. “Assalamualaikkum ya ahlal kubur”, sampai apa gak sampai? Sampaiii, itulah dalil doa sampai, walaupun bukan anak kandung! “Hai Aisyah, kalau pun kau lewat di pemakaman baqi’, jangan lupa kau ucapkan salam”. Apa bunyinya ya Rasulullah? “Assalamualaikkum ahlad diyyar minal mu’miniiin wal muslim, wa inna insyaa allahu bikum la, laa hiquun, wa as alulloha la naa walakumul ‘aafiyah. Panjang? Iya! Cara mengucapkannya tarik nafas dulu, Assalamualaikkum ahlad diyyar minal mu’miniiin wal muslim, wa inna insyaa allahu bikum la, laa hiquun, wa as alulloha la naa walakumul ‘aafiyah. “Loh, kami diajarkannya pendek aja. Assalamualaikkum yaa akhlal kubur. Gurunya tau, ini muridku sungguh pendek.”

89

Maksudnya ulama dulu gak mau memberatkan, tapi kita tetap belajar, maka yang punya uang banyak coba print-kan doa ziarah kubur, tempel di... kan mantap! Saya gak mau ngeprint digital printer Pak Ustaz. Terus gimana? Saya mau langsung dipahat pakai batu. Mantap! Supaya setiap orang yang lewat, maka dia lihat. “Assalamualaikkum... yang sudah hafal baca, yang belum hafal (mulut komat-kamit) apa yang kau baca tadi? Ya terserah akulah, mulut-mulut aku, apa kau tengok-tengok”. Nah, ini mendoakan, itu dalil doa orang tetap sampai walaupun tidak ada hubungan keluarga maka saya mendoakan, allahumma firli Abi H. Mujtaba wa Ummi Hj. Rogayana allohumma firlahum, warhamhum, waafiihim wafuanhum, wa akriminuzulahum wawasi madkholahum, waghsilhumbilmaaiwats tsaijiwalbarad, wanaqqihim minal khathayaayaa kamaa yunaqqatstsaubul abyadhum minal danasi. Allahummaj’al qubuurohum roudotan min riyadhil jinaan, walaa taj’al qobrohu hufrotan min hufrilin niiroon. Jadikan kubur mereka salah satu dari taman surgamu ya allah, jangan jadikan kubur mereka salah satu dari lubang neraka, aamiin ya allah. Jadi saya datang kemari bukan ceramah, saya datang kemari ingin mengambil pelajaran Tuan H. Mujtaba meninggal tahun 1996, betul? Udah 21 tahun yang lalu meninggal, orang masih mendoakam dia. Abdul Somad, kira-kira kau mati nanti masih ada gak orang yang ingat? Jangan-jangan yang bilang masih sekarang, duluan pula dia mati dari saya. Mohon maaf jangan tersinggung sakit hati. Saya kalau masalah mati ni terserah bapak, ibu aja. Bapak, ibu duluan saya belakangan boleh, atau kita balik saya belakangan bapak ibu duluan. Masalah mati tidak usah dipikirkan, yang perlu dipikirkan adalah apa yang kita bawa untuk mati, itu yang penting. Hari ini Abdul Somad mengambil pelajaran, “Abdul Somad, orang berlimpah ruah datang untuk mendoakan almarhum, almarhumah, nanti kalau kau meninggal adaaa gak yang mendoakan engkau?” Maka buatlah ba... baik, jangan sampai orang sakit hati”. Aku, kalau Abdul Somad mati, gak mau aku doain dia. Kenapa? Gak bisa foto selfi kemarin. Aku kalau Abdul Somad itu mati gak mau doain dia, kenapa? Kemarin waktu dia datang ceramah habis sandalku diinjak- injak hilang waktu orang menonton.” Maka saya mohon maaf, kepada saudara-

90

saudaraku, adik-adikku, bapak, ibuku sekalian atas segala kekhilafan, mungkin terinjak, mungkin... Sayaaa aja ketarik-tarik, oleh sebab itu, Insyaallah kita akan semua berada di dalam kebaikan. Insyaallah, aamiin. “Ustaz Somad! Saya tetap gak setuju Ustaz mengatakan doa sampai kepada orang mati, yang sampai hanya doa anak saja!” Nih haditsnya: “Idza mata ibnu adam in qatatha’a ‘amaluhu illa min tsalatsin”, kalau anak adam mati amalnya putus kecuali tiga, yang pertama: shadaqatin jarriyatin, yang kedua aw ilmin yuntafa’ubihi, yang ketiga waladun shalihun, yang sampai hanya doa anak yang sholeh, maka saya luruskan, “Mas, bunyi haditsnya keliru, yang benar bukan ‘idza mata ibnu adam’ dalam shahih muslim ‘idza matal insan’. “kalau manusia mati, yang kedua makna tiga amal sampai bukan membatasi amal yang sampai, tapi mau ngasih tau amal engkau waktu hidup dulu, putus. Abdul Somad, kau sekarang shalat, dhuha, setelah mati sholat dhuha-mu putus. Ada orang mati sholat dhuha? “Abdul Somad, kau baca Qur’an tapi setelah kau mati baca Qur’anmu putus, tapi ada tiga amalmu yang hidup dulu tetap ngalir, yang pertama, ceramahmu yang diamalkan muridmu, yang kedua engkau bantu bangun mushola, masjid, orang sholat didalamnya ngalir, yang ketiga anakmu. Anakmu itu adalah amalmu. “Saya gak ngerti Pak Ustaz?” Masa anak itu disebut amal, istrimu hamilkan karena kau beramal... kalau kau cuma pelototin, bisa dia hamil? Ngerti? Gak ngerti? Nikah sekali lagi. Itu hadits ceritanya bukan membatasi amal tapi hadits itu menjelaskan amal kehidupan dulu putus, tapi setelah mati tetap mengalir. Yang pertama sampai pada orang meninggal dunia, doa. Yang kedua, baca Qur’an, mana dalilnya? Apa iya baca Qur’an itu sampai kepada orang mati? Kata Abdullah bin Umar bin Khatab anaknya Umar bin Khatab, dalam kitab yang namanya ‘Roh’, sudah diterjemahkan kebahasa Indonesia judulnya tiga huruf ‘R-O-H’, dicetak oleh pustaka Al-Kautsar, harganya berapa? Gak tau tanya sendiri ke sana! Yang nulis siapa? Imam Ibnu Qayim Aj-Jauziyah murid Imam Ibnu Taimiyah, kata Abdullah Ibnu Ummar bin Khatab anak Umar bin Khatab. Nanti kalau aku mati, ada satu orang di atas kuburku membacakan pada kepalaku ujung Al-Baqarah,

91

pada bagian kepalaku awal Al-Baqarah. Alif laam miim. Dzalikal kitaabu laa raiba fiihi hudal(n)lilmuttaqiin (a). Alladziina yu’minuuna bilghaibi wayuqiimuunash-shalaata wa mimma razaanaahum yunfiqun(a). Waal-ladziina yu’minuuna bimaa unzila ilaika wamaa unzila min qablika wa bilaakhiratihum yuuqinuun(a). Uula ika ‘ala hudam(n)mir(n) rabbihim wa uulaika humul muflihuun(a). Pada bagian kakiku bacakan tiga ujung ayat Al-Baqarah dari lillahimafiisamaawati wamaa fiilardh sampai habis, itu dalil bacaan Qur’an untuk orang mati, sam sampai. Seandainya tidak sampai maka ngapain kita baca? Maka menurut mazhab Syafi’i, “Wa in khatimuul al-Qur’an”, kalau mereka khatamkan satu khatam Al-Qur’an tiga puluh juz fahuwa hasan, the best, mantap, yang paling bagus khatam tiga puluh juz tapi kalau gak sanggup khatam tiga puluh juz pilihlah hatinya Al-Qur’an. Hatinya Al-Qur’an itu apa? Yaa Siin, makanya tadi habis maghrib baca Yaa, Yaa Siin. Ustaz Somad baca Yaa Siin apa mandi? Saya mandi dulu karena kalau saya baca Yaa Siin gak mandi nanti disangka orang, ini Ustaz apa garong? Maka saya mandi dulu bersih-bersih, makan, baru ceramah, seandainya saya tak makan dulu tadi mungkin ceramahnya tak sekuat ini “Assalamualaikkum warahmatullahi wabarakatuhu, adapun tujuan pengajian malam ini adalah...”(suara melemah). “Assalamualaikkum warahmatullahi wabarakatuhu.. (dengan suara lantang). Itu kalau makanannya kambing... Nah oleh sebab itu maka suaranya lantang karena perutnya berisi, kalau kosong bawaanya mau mati. Nah, lalu kemudian maka sampailah pahala bacaan. “Saya Pak Ustaz gak bisa baca Yaa Siin, Ummul Qur’an ‘Al-Fatihah’ untuk almarhum Ayahanda H. Mujtaba, Ibunda Hj. Rakayah, Tuan H. Abdul Khoir, Al- Fatihah. (Ustaz dan jamaah membaca Al-Fatihah sama-sama) Bismillaahir- rahmaanir-rahim. Al-hamdu lillahi rabbil‘aalamiin. Ar-rahmaanir-rahiim. Maaliki yaumid-diin. Iyyaaka na’’budu wa iyyaka nasta’iin. Ihdinas-siraatal- mustaqiim. Siraatallaziina an’amta’alaihim gairil-maggdubi’alaihim wa lad- daaliin. Aamiin. Anak-anakku, orang tuamu yang sudah meninggal kau kirim Al- Fatihah, ibu-ibu yang suaminya meninggal kau kirim Al-Fatihah, sudah saya

92

kirimkan Pak Ustaz, mana dia? Itu di kamar sebelah, belum lagi mati sudah kau kirim? Yaa, biar cepat dia mati. (sambil tertawa) Maka kirim Al-Fatihah, paling tinggi sekatham Al- Quran gak sanggup satu khatam, Ummul Qur’an, Induk Qur’an, Haq’ul Qur’an, Yaa Siin, gak mampu paling singkat, paling kecil hatinya Al-Qur’an, Induknya Al-Quran, Al-Fatihah. Al-Fatihah pun gak sanggup, mati sajalah. Al- Fatihah pun tak mau. “Nah, saya tetap tak percaya kalau Al-Fatihah itu sampai Pak Ustaz”. Ibnu Tamimiyah imamnya Ahlu-Assunnah paling penolak bid’ah dalam kitab Maimu Fatawa mengatakan bacaan Qur’an untuk orang meninggal dunia sampai. “Saya tetap gak percaya Pak Ustaz”. “Kalau kamu tetap gak percaya, nama lengkap kamu siapa? Terus untuk apa? Mau aku bacakan kau mati ku kirimkan Al-Fatihah, kalau tak sampai maka cepat-cepat kau kasih kabar”. Udah... yang pertama sampai doa, yang kedua bacaan Qur’an yang ketiga... itu yang disampaikan oleh Ustaz Al-Kurtubi Mujtaba, bapak, ibu sekalian diakhir majlis itu ada makanan, mudah-mudahan cukup buat kita, yang ketiga sampai sho... shadaqoh, mau bilang Somad aja. Yang sampai untuk orang meninggal sho-da-qoh, datanglah ‘Sa’ad’, ‘Sa’ad’ artinya happy, bahagia. “Ya Rasulullah, Ya Ummi maatat, My Mother, ibuku sudah meninggal dunia, atho sodaqo anha? Kalau aku bersedekah, apakah sedekahnya sampai? “Kata nabi sampai... Ayyu sodaqotu afdal, apa sedekah yang paling afdhal? satiul maa’, memberi air minum, sedekah yang paling afdhal, ngasih air minum, tapi untuk Jakarta jangan lagi kasih air karena sudah melimpah- limpah air, di bawah air, di atas air. Maka jangan lagi sedekah air tapi apa yang paling diperlukan, pergi ke daerah pemukiman kumuh miskin, sekolahkan anak- anak yatim, niatkan pahalanya untuk almarhum bapak, almarhumah ibu, maka sampai. Besok, pergi ke MDA di Jakarta MDA atau Ibtidaiyah? MDA (Madrasah Diniyah Awaliyah), besok datang “Assalamualaikkum, Pak Kepala Sekolah MDH?, “Yaa, berapa anak yatim di sini yang belum bayar uang sekolah?” “Berapa kursi yang patah?” “Bapak mau bantu?” “Eeeeemm, ndak, mau nanya aja.”

93

Saya kebetulan ada bawa uang ini, yaa gak banyaklah, “Woo tebal segini, mau membiayai. Hhhh iya pak kami hitung yaa”. (isinnya uang dua ribuan semua, patutlah tebal) maka tolonglah mereka itu, karena pahala. Pahalanya untuk almarhumah emakku! Kalau sayang sama ibu gitu, kalau anak sholeh ingat sama ibu, maka banyak-banyak bershadaqoh, tapi kalau anaknya gak ngerti di bukanya piano, dia pun nyanyi, “MaaaaaaaaaaaaaaaaMaaaaaaaaaa....” Memangnya nyanyi sampai? maka jangan ajarkan anak nyanyi, kalaupun nyanyi, nyanyinya yang religi, nyanyi religi, apa nyanyi religi, “Orang kaya mati, orang miskin mati, raja-raja mati, nggggggg, mati..... Arggh saya gak suka lah lagu Ustaz Deri Sulaiman... Saya lagunya Pasha Ungu, Matiii! Naaa naanna naaan naannaaaannaaaaa (menyanyikan lagu ungu ‘Bila Tiba’) Itu untuk yang anak-anak muda, kalau untuk yang ibu-ibu, “Bila Izroil datang memanggil jasad...... stop bu stop aku tak sampai mendengarnya, stop, stop, stop”. (sambil tertawa). Oleh sebab itu, maka jangan ajarkan anak lagu yang tidak-tidak, lagu setan, Kucing Garong, Keong Racun, Kabhi Khusi Khabi Gham, Kuch-Kuch Hota Hai. Eeeeemmm eeemmmm emmmm, aaaaaaa, aaaaaa.... (mendendangkan lagu Kabhi Khusi Khabi Gham). Nah, lalu kemudian, sudah brapa yang sampai tadi? Yang pertama doa, yang kedua baca Qur’an, yang ketiga shadaqoh, yang keempat laa illaa haa illallah, laa illaa haa illallah, laa illaa haa illallah, jenenge opo? Tahlil. Subhanallah, subhanallah, subhanallah, tasbih. Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, tahmid. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, takbir. Laa illaa haa illallah, laa illaa haa illallah, laa illaa haa illallah, tahlil. Laahawla walaa quwata illabillah, hawqola. Maka disampaikan ya Allah, sampaikanbacaan tasbih, tahmid, takbir, tahlil kepada almarhum maka sampai. “Mana dalilnya, mana dalilnya?” Nabi mengambil pelepah korma, dibelahnya menjadi dua, ditusukknya ke makam yang ini, ditusukannya ke makam yyang ini (kearah kanan) sahabat bertanya “Ada apa Yaa Rasulullah?, Whats wrong?, ada masalah apa?” kata nabi, “Ini dua makam sedang di azab yang satu ini di azab karena apa? Yamsyi binnamiimah membawa bawa pembicaraan gosip, ngerumpi, omongan si A

94

tentang si B, dibawa oleh si C, si B dengan si A kelahi gara-gara mulut si C, blaaablaaaaaablaaaaa the zing blaaaablaaaablaaa”. Maka orang ini nanti kena azab, yang kedua lam yastabri’ dalam riwayat lain la yas tan zii, “apa itu? Gak cebok”. Habis buang air kecil ini kadang kita kalu perjalanan jauh, kita lihat itu banyak orang mengencingi ban mobil. Gak basuh, hotel-hotel sekarang yang bintang lima pun gak ada air kita pun bingung, mau cebok gimana ini? Untung kita sudah tau sebelumnya, bawa botol. “Pak-pak ke kamar mandi kok bawa botol? Cebok, bodoh!” Ketauhan ente gak cebok, aaaaaa oleh sebab itu memang nampaknya sarungan , memang nampaknya gak parlente, tapi cebok. Ente pake jaz, pake dasi tak cebok. Oleh sebab itu maka ini penting, lalu apa hubungannya dengan pelepah korma? Ternyata pelepah korma ketika dia basah, bertasbih, tasbihnya sampai, maka kata imam mazhab dalam mazhab Syafi’i namanya Imam An- Nawawi kalau tasbih pelepah korma sampai, apalagi tasbih dan bacaan Qur’an orang beriman! Maka kita pun baca laa ilahaaillallah, laa ilahaaillallah, laa ilahaaillallah, yaa Allah sampaikanlah pahala bacaannku sampai kepada orang tuaku, maka sampai. Sudah berapa yang sampai? hhhh ikhtilaf, ada yang lima, yang ke lima yang sampai qurban, sapi nomor satu, Drs. KH. Buya, nomor enam almarhum, “Loh kok almarhum, almarhum kok bisa motong sapi?” Ternyata anaknya datang, “Pak ini uang dua juta setengah untuk sapi sampai ke almarhum bapak saya.” Kalau sayang sama orang tua sampai. Dalilnya mana? Nabi ketika memotong sapi, memotong kambing, allohuma hadza Muhammad wa ummati Muhammad, ini ku potong untuk Muhammad dan untuk umat Muhammad, padahal waktu itu umat Muhammad tidak semuanya hidup ada yang sudah meninggal dunia. Seandainya tidak sampai pada yang sudah mati pasti nabi berkata. “Ini untuk Muhammad dan untuk umat Muhammad yang hidup aja”. Aaaa yang mati gak dapat. Maka.... aam, yang meninggal dunia pun dapat, menurut Mazhab Hambali, Imam Ahmad bin Hambal boleh berqurban untuk orang yang sudah meninggal dunia walaupun tanpa ada wasiat, dan dagingnya boleh dimakan. Gak usah khawatir, kecuali nadzar. “Aku berqurban untuk almarhumah ibuku kalau anakku

95

nanti lulus PNS tapi kalau anakku gak lulus sampai mati aku gak akan qurban”. Sudah berapa yang sampai? Yang ke enam, apalagi yang sampai untuk orang yang meninggal dunia? Haji! “Laabaikallah humma syubrumah, laabaikalla humma syubrumah”. Nabi nanya, “Ente ngehajikan siapa? Syubruma! Syubruma itu siapa? My brother, saudara saya! Kau menghajikan saudaramu? Iya. Kau sudah haji atau belum? Belum. Kau hajikan dulu dirimu, baru hajikan syubruma, itu menunjukkan boooleh, membadalkan haji orang lain.” Maka nanti yang mau menghajikan, laa baikallah humma labaik laabaikallah humma labaik labaika la syarikalaka labaik (dengan suara keras), ehh ente kasar sekali talbiahnya? Tengok talbiahnya Ustaz Somad, Ustaz yang lembut dan syahdu, laabaikalla humma labaik laabaikalla syarikalaka labaik innal hamda wan nikmata laka wal mulkala syarikala (dengan suara lembut), lalu mendengkur. Jamaah hampir tertidur semua, masyaallah Ustaz, langsung dibawanya lagu baru. Laabaikalla humma labaik (berteriak). Maka kita boleh menghajikan tapi untuk zaman sekaraaang kalau memang mau menghajikan bapak, ibu, cari orang yang betul-betul terpercaya. “Kamu mau menghajikan bapak saya. Yaa. Nama kamu siapa? Abdullah. Tinggalnya di mana? Di Mesir. Mahasiswa Qairo ya? Iya. Keluargamu di mana? Di Jakarta. Di daerah mana? Di sini”. Maka tepat alamatnya boleh, tapi kalau cuma ngaku-ngaku jangan. Kenapa? Kaejahatan terjadi bukan hanya ada niat dari pelakunya tapi karena ada kesempatan. Waspadalah, waspadalah! Nah, ini ibadah-ibadah yang sampai, “Ustaz Somad, katanya kalau orang yang sudah mati itu putus”. Orang yang sudah mati itu putus. Amal diaaa putus. Kalau Abdul Somad mati amal Abdul Somad pu... putus. Berikut ini mari kita dengarkan tausiyah yang disampaikan oleh almarhum Abdul Somad. Mana bisa? Sudah putus, amal Abdul Somad, putus. Tapi amal jamaah untuk Abdul Somad sampai apa gak sampai? Sampai... Kalu amal jamaah gak sampai, gak bakalan ada shalat ghaib. Tiba-tiba Ustaz Qurtubi kirim sms kepada seluruh warga Tangerang Selatan, ternyata Ustaz yang kemarin ceramah emmm maati. Apa kata jamaah? “Memang sudah kulihat tanda-tandanya kemarin”.

96

Akhirnya jamaah dari Tangerang Selatan pun berkata untuk almarhum Abdul Somad. Al – Fatihah, lalu sebagian shalat ghaib “Usholi sunatal ghaib arbaata ghaibi arba’a takbiiratin fardha kifaaya” Aku takbir empat kali fardhu kifayah untuk Abdul Somad, Allahu Akbar, Al- Fatihah, Allahu Akbar, shalawat, Allahu Akbar, allahuma firlahu, warhamhu dan seterusnya. Allahu Akbar, allahumma (komat-kamit) sampai. Seandainya tak sampai itu amal orang hidup untuk orang ma.. mati. Sampai. Siapa bilang tak sampai? Maka pahami haditsnya dengan baik. Salam. Salam aja sampai. Mangkanya salam dibagi tiga, salam yang pertama wajib dijawab, salam yang kedua gak boleh dijawab, salam yang ketiga, kita tak ingin mendengar jawabannya, salam yang pertama, wajib dijawab, Assalamualaikkum warahmatullahi wabarakatuhu! Salam yang kedua gak boleh dijawab, waktu tadi shalat maghrib saya di situ (menunjuk mushala) imam shalat, “Assalamualikum warahmatullah, itu gak boleh dijawab waalaikumsalam pak imam.” Salam yang ketiga, kita tidak ingin mendengar jawabannya. Kebetulan kami pulang ke hotel, akan lewat di pemakaman. “Assalamualikum ya ahlal kubur”, kami gak ingin mendengar jawabannya, seandainya mereka menjawab “Waalaikumsalam”, maka Abdul Somad besok gak menjadi menyampaikan tausiyah karena pingsan, mati, gak jadi pergi umrah. Oleh sebab itu maka hubungan kita tak pernah putus dengan saudara- saudara. “Berikut ini pengambilan foto bersama orang tua dan siswa yang wisuda (dengan gaya seperti pembawa acara pelepasan wisuda). Bu, ibuk duduk sini yaa. Iya. Anak-anaknya di sini yaa. Iya. Loh suami ibuk ke mana?” Meleleh air mata si ibuk. “Ibuk kok nangis? Papah sudah meninggal dua puluh tahun yang lalu. Loh ibu gak menikah lagi? Walaupun dia sudah lama meninggal tapi rasanya papah tetap ada bersama kami di sini”. Masyaallah, so sweet. Perempuan susah melupakan laki-laki walaupun suaminya sudah meninggal dua puluh tahun yang lalu, tetapi seolah-olah berada ditengah-tengah dia, itu berbeda dengan laki-laki, kalau laki-laki adapun bininya di situ macam tak ada. Tapi tak semua laki-laki begitu. Jangan main sweeping pukul rata saja, tidak

97

boleh, Insyaallah yang hadir di sini semua laki-laki yang sholeh semua. Insyaallah. Nah, jadi sudah tuntaslah masalah ini, jangan sampai menganjal dipikiran, segala yang mengganjal harus ditanyakan, maka tuliskan di kertas Insyaallah akan saya jawab, dengan pertanyaan yang berkualitas. Jangan lagi tanya memancing- mancing, “ Ustaz, apa pendapat Ustaz tentang artis anu?” Memancing-mancing aja, Ustaz Somad, Nabi Adam sama Hawa meninggal pangkuannya siapa? Pertanyaan tak berkualitas, Ustaz Somad, dunia ini bulat atau petak? Emangnya mempengaruhi ibadah kita? Mau petak, mau lonjong, mau lancip, oleh sebab itu maka kita banyak-banyak menuntut ilmu. Fas’alu ahla dzikri, saya datang kemari bukan ceramah tapi mengambil pelajaran dari Tuan H. Mujtaba dan Ibunda Hj. Rogayana bagaimana mereka mendidik anak-anak mereka sampai menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah, saya berterman dengan Ustaz Qurtubi sudah sembilan tahun, pulang dari Maroko 2008, langsung ngajar di sekolah beliau, beliau kepala sekolah di sekolah Al-Adzar Syifa Budi, saya ngajar untuk wali-wali muridnya ngajar tafsir, sejak itu berkenalan tutur kata sopan, santun, baik, tapi saya mau nanya segan, sampai saya akhirnya sampai hari ini barulah tau rupanya orang tua mendidik anak-anak, saya kalau ada acara orang tua, saya tanya, ada gak biografinya? Ada gak biografinya? Ternyata ada ditulis. Ini orang tua dulu Tuan H. Mujtaba berpesan, anak-anak, cucunya mesti masuk sekolah agama, yang gak sekolah agama cuman satu, sekolah umum, tapi sekolah umum tetap basic-nya agama. Pelajaran dari sini, saya akan pulang ke Riau, maka anak cucu saya harus seperti anak cucu Tuan H. Mujtaba, anak cucuku nanti harus sekolah agama, anak cucu kita pun begitu Insyaallah, Allahu Akbar! Masukkan ke Pesantren Daarun-Najah, Ullu Jami’, masukkan ke pesantren Darrul Qolam, masukkan ke pesantren An-Najah Bekasi, masukkan pesantren Gontor, masukkan ke pesantren Tebu Ireng, masukkan ke pesantren Tambak Beras, masukkan ke pesantren eeeemm.... banyaklah pokoknya. Maka jangan sampai, “Pak Ustaz saya gak sampai hati melihat anak saya di pesantren Pak Ustaz, ngelihat kasur di rumah tebalnya sepringbad mantap,

98

begitu sampai di pesanten kasur tipiisss (suara merendah) di rumah cabenya dibelah, bijinya dibuang, digiling dikasih gula, pedas Nak? Sampai di pesantren, jangankan bijinya, batangnya pun di blender”. Gimana ni Pak Ustaz? Bangunkan anak di sekolah bangunkan anak di rumah, “Bangun ya Nak, bangun yaa Nak...” (suara lembut) sampai di sana, “Bangun, bangun, bangun! (suara berteriak) nangis, disiram nangis-nangis si ibu. Saya ingat dulu waktu di Pesantren ada Syekh dari Mesir namanya Syekh Syakir Abdul Majid Hasan dari Qairo, datang bawa batang sapu. Dia gak mukul, datang menakut nakuti saya, kum, kum, kum, wake up, wake up bangun, bangun, (sambil berteriak) ada satu anak yang bandel, “Bangun ke Masjid” kata dia “ Syekh ana Junub”. Pandai dia nipu Syekh, oleh sebab itu maka, sekolahkanlah anak. Alhamdulillah hari ini saya tidak sekedar pengajian tapi juga reoni dengan kawan- kawan, sahabat-sahabat. Yaa Abdul Somad, Na’am inna adzhari, kita sama-sama di Adzhar dulu, Alhamdulillah, apa kabar? nostalgia masa lalu, saya pulang dari Mesir 2002, sekarang sudah 2017, lima belas tahun yang lalu sudah kembali tapi kenangan itu tetap hangat di hati, dulu selama kuliah empat tahun enggak pernah pulang ke rumah, sampai lupa saya gimana wajah emak saya tuh... Mangkanya pas pergi haji ke Mekkah nongrong di depan Hilton liat ibu- ibu orang Indonesia, mana tau ada yang mirip. Ehh orang Indonesia diliat takut, “Apa liat-liat?” Masyaallah padahal kita sedang rindu sama orang tua, setelah tamat, baru saya pulang, sampai terlintas, sekarang setelah menikah punya anak, rindu, sayang, lalu saya berkata dalam hati, “Kenapa emakku, ayahku dulu mengirim aku ke Mesir? Jangan-jangan aku ini anak angkat.” “Mak, aku anak angkat apa anak kandung? “Anak kandung laah, kenapa emak kirim aku dulu sampai ke Mesir jauh?” “Ku kirim kau sekolah jauh biarkau jadi orang, kalau enggak, kau jadi hantu”. Maka silakan menangis ibu sekarang gak apa-apa, istri saya kemarin ak Ustaz, melepas anak-anak kami mengirim ke pesantren, bengkak biji matanya sebesar bakso. “Kenapa nangis?” “Rindu, Mas, saya Mas”. Akhirnya saya nasihati, “Kamu jangan nangis!” Lebih baik nangis sekarang, “Lebih baik nangis

99

sekarang!” (meninggi) daripada anak kita jadi pecandu narkoba dua tahun yang akan datang, lebih baik nangis sekarang daripada anak kita menjadi pezina. Alhamdulillah, istri saya pun diam dan dia ikut omongan saya, tapi malam berikutnya saya pula yang nangis, Pak Ustaz. Tapi ada juga istri yang melawan, “Enak aja kamu menasihati aku, memangnya kamu yang punya, itu anakku Mas, yang ngandung sembilan bulan sepuluh hari aku, yang melahirkan aku, yang melahirkan bersimbah darah akau, yang menyusukan dua tahun aku, kamu kan cuma modal Flashdisk aja”. Tapi Alhamdulillah kerja sama yang baik, ketika ibu galau, bapak yang menasehati, ketika bapak rindu, ibu yang menasehati. Datang berdua ke sana setelah dia tamat kelas enam pengabdian satu tahun kelas tujuh nanti pas mau kuliahnya terserah, kamu mau ke mana Nak? “I will go to Cambridge University, aku mau ke London mama. Silakan, karena kamu sudah pohon kayu yang besar. Nih, (menunjuk ke pohon besar yang ada dihadapannya) pohon kayu yang sudah besar tidak perlu dikasih pot, pohon kayu yang sudah besar tidak perlu disiram, dia sudah kuat. Tapi pohon kayu yang kecil, kita khawatir, akarnya di gigit semut, batangnya akan kena hama, pucuknya akan dimakan ulat, apalagi sekarang ulat sudah mau banyak makan pucuk. Pucuk.... pucuk..... pucuk. Oleh sebab itu kita jaga, “Nak aku jaga engkau, tiga tahun tsanawiyah, tiga tahun aliyah, nanti setelah itu terserah kau mau kuliah di mana kau mau ke Al Adzhar, silakan. Insyaalah kau akan, jadi Musa walaupun agak Fir’aun-Fir’aun dikit”. Kau mau ke Mekkah, Madinah silakan, kau akan menjadi Muhammad SAW. Otak-otak Abu Jahal, Abu Lahab jangan kau bawa pulang. Kau mau pergi ke Turki silakan, gaya-gaya Erdogan kau bawa, jangan sampai Kemal Attartuk kau bawa juga sekuler, liberal, maka Insyaallah dia akan pulang, anak-anak kita ini. “Ustaz belajar dari mana? Saya belajar dari Tuan H. Mujtaba, anak-anaknya dia sekolahkan agama, cuman saya sendiri yang gak sekolah agama, Pak Ustaz. Saya, ambil sekolah umum, tapi tetap juga peduli pada agama. Setelah dia nanti S2, S1 silakan. Saya, mau ke ITB, silakan, Institut Teknologi Bandung. Saya mau ke IPB, pertanian Bogor, silakan. Tamat, dia akan

100

jadi sarjana pertanian. “Gimana?” “Alhamdulillah Pak Ustaz.” “Kerja apa Sekarang?” Saya petani. “Masa tamat sekolah jadi petani?” “Iya, kebun korma Pak Ustaz”. Mantap. “Berapa korma sekilo sekarang?” “80 real, 250”. “Panennya berapa?” “Gak terhitung lagi Pak Ustaz”. “Berapa hektare?” “Yaa sejauh mata memandanglah”. Mereka yang akan menolong agama ini dengan apanya? Dengan hartanya. Ini yang Ustaz omongkan ini real nyata atau ngawur? Saya baru pulang dengan Ustaz Fadil Rahmi dari Banda Aceh, ketemu dengan anak kawan-kawan alumni dari Daarul Arafah, di mana sekarang bang? Nanam korma. Nanam korma di Aceh, tumbuh. Kita kadang banyak nanam korma, tumbuh tapi tak berbuah, banyak, di masjid Agung An-Nur Pekanbaru, korma, korma, korma, akhirnya dipanggilah pakar kurma dari Thailand namanya Mr. Kolak, bukan kolak pisang yang manis itu. Mr. Kolak enam belas tahun meneliti korma, tapi agamanya Budha dia non muslim tetapi dia baik kepada orang islam, dia lihat orang islam ini kalau buka puasa makan korma, ngapain ekspor korma? Ngapain impor korma? Akhirnya dia teliti, maka ditanya kenapa korma di sini tidak berbuah? Ternyata setelah dia teliti-teliti ini kurma LGBT. Kormanya jantan semua ternyata, korma jantan, pantasan gak berbuah, akhirnya solusinya gimana? Caranya korma jantan cukup satu, nanti korma betina yang banyak, ibu jangan marah yaa”. Ustaz, ceramah Ustaz seringkali profokatif, terus terang ini saya cerita true story kisah nyata, bahwa kurma itu cukup satu, ya, dan betinanya banyak, ini hanya berlaku pada korma. Jangan marah, piiss, piis (sambil mengangkat dua jarinya sambil tersenyum). Nah, oleh sebab itu maka tadi saya ceramah setengah sembilan (sambil melihat jam tangan) saya tiba-tiba melihat jam ehhh... sudah setengah sepuluh, cepat sekali ceramah di sini, sudah satu jam saya ceramah, di mana-mana saya ceramah memang enam puluh menit, sesuai yang tertulis yang di botol enam ratus mililiter. Nah, jadi ternyata kalau kita mau bertanam itu, harus ada jantan dan betina, ada laki-laki ada perempuan. Kok ke situ ceritanya? “Kamu sekarang di mana?” “Saya pertanian Pak Ustaz”. “Loh, kok pertanian?” Karena saya sarjana pertanian. Kamu? “Saya peternakan Pak Ustaz”.

101

Masa sarjana peternak? Iya ternak. “Ternak apa sekarang?” “Ternak Lele.” “Astagfirullah ternak lele, banyak lelenya?” “Dua ekor.” Hah, dua ekor? Kami kebetulan sedang mengembang budidayakan lele. Kami periksa, memang dua ekor, Pak Ustaz. Memang benar dua ekor, ni fotonya. “Wahh, sebesar paus.” Hebat dia, dia rubah genetika lele, sehingga sebesar paus, sampai kumis lele itu pun sebesar batang korma. Di potong, motongnya pakai senso, ffffrrrrrrfffrrr.... dimasukkan ke dalam kaleng, di ekspor ke Jepang dimakan sama orang jepang, namanya su, sushi, dipotong kecil-kecil, campur sama nasi, orang Jepang tuh kalau makan sikit aja, taaaapi tenaganya kuat haaaiikkkk. Nasi, potong sama ikan, mentah, potong. Orang kita, nasi, minyak, nasi Briyani, nasi begitu di makan arrgghh (seperti orang ke kenyangan) pantesan Jepang lama menjajah kita. Bapak, ibu yang dimuliakan Allah SWT maka ke depan, “Kamu anaknya di mana? Anak saya yang dulu pesantren itu? “Iya.” Sekarang di mana? Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Masyaallah, sekarang dia di mana? Sekarang dia di rumah sakit umum, dan dia punya program setiap tahun. Apa nama programnya? Operasi sumbing gratis. Mantap. Yang sana? Dia buka tiap tahun ada program gratis. Apa itu? Khitan masal gratis. Maka siapa saja anak miskin yang mau sunat gak ada, mana saya daftarkan satu. Loh, siapa yang bapak daftarkan? Ini anak saya. Ibu daftarnya, iya siapa? Mmmm suami saya daftarkan”. Gatal betul dia sunat sekali lagi. Nah, jadi apapun profesimu Nak, seperti pesan Umar At-Tilmitsani, nahnu du’aa, kita adalah para dai, dai, dai. Qobla kulli syai, kalau kau jadi insinyur peternakan, kau jadi insinyur peternakan yang dai. Bagaimana kalau artis? Bangganya kita punya artis malam ini, artis tapi dai, punya komunitas anak-anak muda. Masyaallah, kalau Ustaz ngajak anak muda, “Ayo shalat, ayo shalat”. Preeettt! Tapi kalau artis yang buat video pendek, “Hai saudara-saudaraku sahabat hijrah mari kita shalat, sudah berapa lama kita tinggalkan kehidupan ini, mari kita shalat” (tersenyum). Maaaaka kawan-kawan pun sholat. Apalagi yang gadis-gadis (ceria) Waaaaaaa...... , shalat mereka, luar biasa, maka kita bangga punya sahabat- sahabat, saya pun tadi poto dengan kawan-kawan artis ini Insyaallah kalau di upload rating saya naik Insyaallah.

102

Like, like, like, masyaallah, luar biasa. Hati boleh sdih di Bali, hati boleh sedih di Hongkong, tapi di Tangerang Selatan berbunga-bunga. Bapak, ibu yang dimulaikan Allah SWT. Pelajaran yang kedua yang saya ambil dari Tuan H. Mujtaba dan Bunda Hj. Rugoyana, apa dia? Mereka tidak pernah memuji anak-anaknya. Haaaa, anak jangan dipuji, ini sekarang banyak. “Anak saya sekarang ranking satuuu”, “Di lokal itu dia berapa orang?” “Dia sendirian”. Anak jangan pernah kau puji, kau kasih motivasi boleh, memuji anak melambung-lambung akhirnya dia menjadi anak kurang ajar!, maka kami tak pernah muji anak Pak Ustaz. Oooo, begitu, orang tua kalian dulu, yaa... sampai sekarang anak-anak ini terpuji hormat. Ustaz ini cerita apa? ngalor, ngidul? Saya mengalami sendiri bersahabat sudah lama, bukan lama bukan sebentar sembilan tahun bersahabat. Pernah kau kenal dia? Dari mana kau tau dia? Dariii tuu, kenal kau dengan dia? Yaaa. Dari mana kau tau dia ‘Baliho’, pernah Ustaz kenal dengan anak-anak almarhum? Yaa. Dari mana kenal? Sembilan tahun kami sudah bersahabat, dari mulai cara makannya, cara berpakaiannya, hidup besosialisasinya, anak-anaknya, istrinya, keluarganya, saya tahu semua, maka rupanya pendidikan orang tua yang luar biasa. Maka saya, malam ini mengambil pelajaran, Hei, Abdul Somad! Kalau kau ingin anakmu berhasil jangan kau puji- puji anakmu di depan orang banyak, kau melambung-melambungkan dia, tapi ternyata kau sedang membuat mental keropos, kerupuk isinya, tak ada apa-apa, nampak dari jauh besar begitu kena air, ffuuhtt... ciut, yang ketiga ini, orang tua tidak pernah memanja-manjakan anak, ada anak jangan terlalu dimanja. Ohh kalo gitu anak kita siksa aja. Ehhh... jangan! Jangan disiksa, saya termasuk anak yang tidak di manjakan dikirim ke Mesir empat tahun, setelah pulang, pergi lagi ke Maroko dua tahun, tak dimanjakan, tapi, ternyata disitulah letak berdikari, berdiri di atas kaki sendiri, jangan sampai anak disuap terus, mau nikah kasih duit, mau sunat kasih duit, mau makan kasih duit, sampai akhirnya dia tak tahu bagaimana menjalani hidup, mangkanya anak-anak yang dibesarkan oleh embah, kakek, nenek punya penyakit tertentu. Yang ngomong ke saya dokter. “Ustaz Somad, anak-anak yang di

103

besarkan oleh kakek, nenek terlalu dimanja, dia sampai tak tahu cara mengikat tali sepatu, kalau mau diikatkan tali sepatu dia nangis”, “Nek, mau makan, Nek....”. Neneknya mati. Stresss. Mati dia. Oleh sebab itu, anak-anak ini sudah hukum kausalitas, ini sudah sunatullah, susah, semangat, kaya, manja, susah lagi maka anak-anak jangan di manja-manja. Saya Pak Ustaz, bapak saya orang kaya. Ini kata jamaah, “Mobilnya enam Pak Ustaz, tapi saya selama kuliah naik angkot”, sampai-sampai terbesit dipikiran saya, “Bapak saya kok kejam sekali”, setelah saya punya anak barulah saya tahu, ternyata dia mendidik saya menjadi anak yang mengerti kehidupan. Dikasi anak mobil mewah, kacanya hitam seratus persen, bawa pacar, pergi sana, pergi sini, pergi sana, pergi sini. Kembung. Masuk angin. Dikasi motor, harga motor 200CC, harga motor enam ratus enam puluh juta, begitu distater...bbbruummmm brrumm bruumm... mantap, knalpotnya baru di gergaji, asal ada orang di situ kena sakit jantung, di gas dua kali mati, bawa ke sana. Malam tahun baru tanggal tiga puluh satu, papa, mama, pergi dulu. Oke. (suara knalpot motor) nabrak tiang listrik, mati. Maka kalau sayang sama anak antarkan dia merantau jauh aku tinggalkan engkau di Kuala Lumpur, duit akan ku kirim, tapi sekali-kali kau coba, tak terlalu banyak ku kirim. Ku tinggalkan kau di Kairo, ku tinggalkan kau di Gontor, ku tinggalkan kau di Tebu Ireng, maka kau jangan terlalu sering-sering menelpon, di rumah berkecamuk keresahan hati. “Sayang anak pukul-pukulkan, sayang anak tinggal-tinggalkan”, kata pepatah orang melayu, bukan berarti kita marah, tapi kita ingin mendidik dia, terbukti jurus yang dipakai Tuan H. Mujtaba, dan Ibunda Hj Rogayana, anak-anak berhasil sampai hari ini, membanggakan orang tua. Mana buktinya? Sudah meninggal dua puluh tahun tetap anak cucu berkumpul mendoakan. Yang keempat, mereka mendidik anak-anaknya dengan keikhlasan. Inilah yang paling berat ilmu ikhlas ini, ikhlaaaaas, tulus. Ini pak, masjid, mushola tanah siapa? Tanah wakaf almarhum, ini sekolah tanah siapa? Tanah wakaf, ehhh... Ustaz, tidak boleh diceritakan itu, itu jadi riya. Orangnya sudah meninggal dunia, kecuali orangnya masih hidup, kalau orangnya hidup, kita ceritakan

104

kembang (sambil mengembang kempiskan hidung), abis itu kembang, kembang, kembang, pecah hidungnya. Orang yang sudah meninggal dunia wa ammaa bi ni’mati robhika fa hadits. Nikmat tuhanmu ceritakan, tadi kita shalat maghrib di sini abis itu membaca Yaa siin di sini, abis itu baca maulid di sini, abis itu shalat isya di sini, abis itu tabligh akbar sekarang. Mengalir pahala dari tanah wakaf kepada almarhum malam ini, Abdul Somad bukan ceramah! Abdul Somad sedang mengambil pelajaran. Hai, Abdul Somad, kira-kira nanti kalau kau mati ada gak tanah wakafmu? Pulang dari sini saya akan merobah mindset, mind: Otak, set: setting, yang dulu saya berpikir punya rumah besar, maka saya harus setting lagi, robah, rumah tak usah terlalu besar yang penting halamannya lapang, buat masjid satu, buat sekolah satu, anak-anak, maka nanti anak cucu berkumpul, shalat berjamaah, anak-anak. Masalahnya anak saya baru satu pula, haaaaa... nanti kalau saya bilang istri, istri, istri, ibuk marah. Piiiss damai... Maka anak-anak ini berpikir, jangan tinggalkan rumah terlalu besar, tinggal waktu dulu anak-anak kecil, anak-anak menikah betul ramai, tapi anak satu, menikah, anak satu, menikah, anak satu, menikah, anak satu, menikah akhirnya kita tinggal balik modal berdua sama istri, rumah besar, pembantu tak ada, naik tangga dua kali, sakit pinggang, mati, tinggal sendirian. Tapi rumah cukup sederhana diperbanyak tanah wakaf, wakaf, wakaf. Saya pergi ke salah satu tokoh nasional di Yogyakarta saya lihat rumah, biasa aja tapi ternyata ada sekolah di samping, maka sudah umur tujuh puluh tahun, tetap melihat anak-anak sekolah, jangan sampai diakhir usia kita sunyi ditengah keramaian. Ramai hiruk-pikuk, rumah besar tinggi mewah tapi kita berada di kesunyian, sepi. Saya ingin di akhir usia saya, seperti almarhum Tuan H. Mujtaba, melihat anak-anak membaca Al-Quran, shalat berjamaah, saya ingin dihari tua nanti saya duduk di umur tujuh puluh duduk, lalu kemudian anak-anak, keliling baca Quran, sini, kau baca Quran, bismillahirrahmannirrahiim. Wadhuhaa. Satu lagi, sampai akhirnya saya mati. Dosen ini tak lama pensiun, umur enam puluh tahun pensiun, tak akan lama tahan, umur tujuh puluh tahun sudah bergoyang (seperti kakek tua yang

105

memegang tongkat) mata sudah mulai tak nampak, mahasiswi yang agak cantik nampak juga sedikit. Tak tahan lama, oleh sebab itu saya ingin di hari usia saya tua, maka saya datang malam ini bukan berceramah, mengambil pelajaran, Abdul Somad, anakmu nanti kau sekolahkan agama! Iya, yaa Allah. Anakmu nanti Abdul Somad jangan kau manja-manja sehingga dia tak bisa hidup mandiri setelah kau mati! Iya, yaa Allah, anakmu nanti kau ikut macam Tuan H. Mujtaba keikhlasanmu jangan kau ambil sikut sana, sikut sini, ciduk, ini ada namanya jurus gayung, ciduk haram, haram, haram, haram suapkan ke mulut anak, akhirnya anak makan haram, duit banyak dikasii anak akhirnya isi kepala otak anak narkoba, zina, narkoba, zina, narkoba, zina sekarang bertambah lagi, LGBT, gara-gara apa? gara-gara dikasih makan duit haram, dulu cuma ada uang tunjangan, sekarang apa lagi? Uang tunjang, uang sipak, uang sikut, uang sundul, uang tanduk, akhirnya uang tadi dibawa pulang ke rumah diberikan ke istri, istri belikan ke tanak nasi, nasi disuapkan ke mulut anak, aaaaa.... aaaaa aammmm, anak makan, Alloohumma baarik lanaa fiimaa razaqtanaa waqinaa’adzaa bannaar. Aaaammmm. Ketika masuk ke dalam perut lalu berobah menjadi darah, darah masuk ke dalam jantung dari jantung naik ke otak naasiyatin kaazibatin khotiatin ubun-ubun, khotiatin naasiyatin ubun-ubun, khotiatin silabsalah khotiatin dosa-dosa. Saya bangga dengan kawan-kawan saya dari kalangan artis ini, mereka ternyata businessman, businessman, interpreneur, Ustaz tau dari mana? “Ustaz Somad? Ya. Ini ada kiriman bolu. Bolu dari mana? Bolu dari artis pulan. Loh, kok dia tau? Dia sekaraang buka rumah bolu. Oh, ternyata punya usaha bisnis. Luar biasa”. Oleh sebab itu, kedepan adek-adek, kawan-kawan interpreneur. “Kamu bisnis apa sekarang? Ternak Pak Ustaz. Ternak apa? Ternak kodok”. “Kau bisnis apa sekarang?” “Saya bisnis ternak” “Ternak apa?” “Ternak ayam”. Mantap! Di mana ternak ayamnya? Di dekat Cengkareng. Jangan. Tak bisa ternak ayam dekat Cegkareng, karena ayam paling takut suara pesawat maka ayam mendengar suara pesawat, ayam stress, akhirnya besok diperiksa tak ada telur ayam, kenapa? Karena kalau sudah streess tak bersyahwat menengok ayam

106

betina, tengoknya ayam betina, emmm... tengoknya ayam jantan, waaaaa.... Eeehhh... (kaget) jadi orang-orang stres ini LGBT juga ujung-ujungnya. Oleh sebab itu, maka bisnis-bisnis al-muminul qowi, seorang mu’min kuat, khairun lebih baik wa ahabbu illallah. Lebih dicintai Allah minal mu’minu dha’if daripada mu’min yang lemah, oleh sebab itu kuatkan anak-anak kita, tapi jangan dengan cara yang haram. Alhamdulillah, anak-anak almarhum kuat secara ekonomi sekarang, salah satu anak itu melimpah ke provinsi Riau, dan menjadi kepala sekolah di tempat kami. Banyaklah anak-anak yang terjaga, ketika kemarin ada sahabat dari Aceh, kami mau buat sekolah Ustaz Somad, di mana kami bisa konsultasi cara membuat sekolah? Ada sahabat saya, siapa dia? Ustaz Qurtubi Mujtaba, ini no hp nya, hubungi beliau, bagaimana cara membuat sekolah, bagaimana cara menjadi kepala sekolah, bagaimana cara mendidik anak-anak bagaimana membuat aaaaa...., ini luar biasa, kami dari Riau mendapat limpahan dari anak-anak almarhum, kira-kira anak-anak kita di masa akan datang membawa rahmat atau laknat? Hmmm banyak yang ragu nampaknya (tersenyum), ntah lah pak Ustaz tengok ajalah. Insyaallah anak-anak kita menjadi anak-anak para penghafal Qur’an Insyaallah. Aamiin Hehhh.. masuk TV saya? Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar! Ustaz kok pakai sorban Palestina? Ini tadi ada orang yang ngasih, untuk mengingatkan pada Palestina, Palestina akan merdeka karena kita dari Indonesia menolong saudara kita di sana Insyaallah. Putih tulang kami, merah darah kami saudaraku Palestina, cuman dua warna itu juga ada dalam bendera mereka, ada merah, ada putih, ada hijau, ada hitam, mengapa warna mereka banyak, karena kita tak terlalu suka banyak-banyak. Kita simple aja dulu Belandakan punya bendera, merah, putih, biru, nah datang Si Pitung di cabutnya si biru, nah tinggal merah-putih, merah darahku, putih tulangku NKRI harga mati, Allahu Akbar! Nah, bapak, ibu yang dimuliakan oleh Allah SWT jadi kalau ada yang bertanya, kenapa Ustaz pakai sorban itu? Untuk mengenang sodara kita di Palestina, jadi kita ini belum ada apa-apanya. Hari ini kita susah, saudara kita di Palestina lebih susah, hari ini kita payah, saudara kita di Palestina lebih payah,

107

maka paling tidak kita berdoa allohummansur ikhwanal mujahidiina majlumiina fii palestin. Tolong saudara kami yang teraniaya di Palestina yaa Allaaahhhhh. Dengan apa kita tolong? Lagi-lagi yang punya harta, bisa wakaf tanah, sekolah, bisa wakaf tanah masjid, anak-anak bisa hidup bersama, bisa punya tetangga, malam ini halaman bisa untuk dipakai acara pengajian, maka punya tanah yang luas, punya duit yang banyak, tolong saudara-saudara kita ini yang bisa menolong dihadapan Allah, jangan lagi bawaannya kalau sudah ngaji bawaannya mau mati, “Gimana Dek, jadi S2?” “Gak penting S2 Pak Ustaz, kita mau mati aja deh”. “Gimana Bu? Jadi buka ruko di sana?” “Gak penting ruko itu Pak Ustaz, kita udah mau mati aja”. Nah, akhirnya dunia ini tidak dipegang orang beriman, maka rebut dunia ini. Allahu Akbar!

108

Lampiran 3

Transkip Tanya Jawab Ustaz Abdul Somad di Musala Nurul Iman Tangerang Selatan

Data 1

Jama’ah : Pak Ustad, kalo hukum bayi perempuan baru lahir wajib gak disunat? Abdul Somad : Anak perempuan mengkhitannya hukumnya menurut mazhab Syafi'i wajib. Tapi kesepakatan PBB United Nation (Persatuan Bangsa-Bangsa) bukan Pajak Bumi dan Bangunan, bahwa kata dia tak perlu sunat, tak perlu khitan. Mangkanya dokter, bidan sekarang gak mau nyunat, gak mau khitan. Maka saya berpegang pada mazhab Syafi’i cari dukun kampung, bidan kampung, dukun yang gak pakai Jin, dukun sunat, yang gak pakai hantu setan. Maka panggil dukun sunat, potong dia. Kalau dia sudah lewat sekian bulan, sekian tahun tanya dulu. “Bu, dukun sunat?”, Ya...? “Ini anak saya sudah SMP bisa gak di sunat? “Oh jangan, mati dia nanti”. Maka tak usah lagi, tak usah di sunat. Tapi untuk apa gunanya? Kata Nabi “Hei, tukang sunat, potong”!. Tapi jangan terlalu banyak, karena kalau terlalu banyak nanti perempuan menjadi frigid (dingin), jadi tidak ada hawa nafsunya. Tapi kalau tidak di potong maka memicu hawa nafsu seksual. Pakaiannya sempit, alat genetikalnya memicu seksual, tontonannya seks porno, makanannya memicu hawa nafsu, kalau tak disunat maka terjadi berzina, zina, zina, zina. Itulah terjadi dia menarik laki orang, menarik anak gadis, gatal dia nanti. Oleh sebab itu, maka kita sunat dia. Anak ustad? Anak saya belum bersunat karena laki-laki, masih kecil lagi. Data 2 Jama’ah : Jika shalat kita belum jelas diterima atau tidak apakah amalan dzikir sholawat nabi yang masih belum jelas diterima atau tidak, lalu mana apakah jika kita amalkan pasti sudah diterima atau tidak? Abdul Somad : Ini orang pusing antara terima apa tidak, terima tidak, terima tidak, terima tidak. Masalah terima atau tidak, urusan kita apa urusan Allah? Urusan Allah, yang urusan kita, rukun, syarat, wajib, sunat, makruh, mubah. Urus-urusan ente, urusan Allah biar

109

urusan Dia, sama seperti kita mau mancing, ambil bambu, ambil tali pancing, pakai kail pancing, ambil cacing pasang. Itu urusan ente. Ikannya datang gak datang itu urusan siapa? Urusan Allah. Jangan pas ditanya. Kok gak mancing? Gak tau ntah datang, ntah gak ini ikannya. Kau pasang aja. Begitu juga dengan ibadah ini, rukunnya sudah, syaratnya sudah, wajibnya sudah, sunatnya sudah, habis itu berdoa. Rabbana taqabbal minna shalatana wa shiyamana, waaqiyamana, wa ruku’ana, wa sujudana, wa tammim taqshirana, ya Allah, terimalah shalat kami, puasa kami, zakat kami, shalawat kami,, qiyaumullail kami, bacaan qur’an kami. Udah terserah. Tapi tentu doanya berharap. Jangan sombong, ya Allah aku udah buat masalah, kau terima tidak itu urusan kaulah ya Allah. Itu gak ada adab namanya. Data 3 Jama’ah : Mau tanya nih Pak Ustad, katanya kerja di bank konvensional riba. Saya kerja dibagian penanganan ATM Mandiri, apakah riba? Saya hanya menangani perihal tentang ATM saja. Abdul Somad : Kalau kau bekerja, 4 hal yang makan riba. 1. Allah melaknat orang makan riba 2. Orang yang dikasih makan riba 3. Pegawai pencatat administrasinya 4. Dua orang yang menjadi saksinya Semua ini makan riba, semua mereka sama, tapi ada orang yang kelihatannya seperti kecipratan riba tapi dia tidak kena riba, contoh: Bapak yang buka rumah makan, tiba-tiba datang pegawai bank , beli. “Pak beli nasi bungkus”. Ini uang riba ya? Gak perlu, karena yang kita jual itu nasi bungkus. Tukang kran, tukang kran mau pasang kran air, pas dikasih uang sama pegawai riba. Pak, mohon maaf saya tidak terima duit riba. Nah itu pekerjaan kamu, teknisi kamu, nah ini tidak terkait secara langsung. Data 4 Jama’ah : Saya sering melihat imam shalat berjamaah pada shalat miring ke kanan? Abdul Somad : Ini kiblat, abis shalat, salam. Assalamualaikum, Wr. Wb. (2x) Astagfirullahaladzim (3x) (sambil miring ke kanan). Terus anaknya nanya, Mah, Mah, Mah, iya? “Itu kok imamnya kok miring ke kanan?”, “Karena rumahnya sebelah kanan”. Kenapa imam itu miring ke kanan? Hadits riwayat muslim, kenapa miring ke kanan? Karena sahabat ingim dapat barakah sebelah kanan. Ya rasulullah,

110

kasihilah kami barakah sebelah kanan maka nabi pun miring ke kana. Ini ambil barakah sebelah kanan, itu alasannya. Tapi, hadits riwayat Bukhari ada nabi tidak miring ke kanan tapi nabi menghadap ke jamaah, bedanya sekarang banyak imam menghadap ke jamaah dia nunduk, kenapa dia nunduk? Dia grogi, ma’mumnya melotot. Kalo nabi dulu menghadap ke jama’ah nabi meriksa mana si Fulan?, mana si Fulan? Mengapa tak datang shalat berjamaah?. Inilah hadits yang belum pernah saya amalkan. Andai saya Gubernur. Saya bisa tanya, mana kepala dinas?, mana kepala badan?, mana kepala kantor?, mana yang berkepala, mana yang tak berkepala? Itulah pentingnya anak-anak kita yang tadi paham agama, menjadi pemimpin maka dia bisa mengontrol jama’ah. Yang miring ke kanan baik, yang menghadap ke jama’ah pun baik. Gak usah dipermasalahkan. Yang langsung imam selesai langsung pulang, mungkin da sakit perut. Data 5 Jama’ah : Mohon Ustad, maaf ustad keluar dari tema. Tentang nasab Nabi seperti kita ketahui beliau Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qusay. Ibu beliau Aminah binti Wahab. Yang ingin saya tanyakan siapakah nama nenek beliau istri dari Abdul Mutholib? Abdul Somad : Fatimah, Istri Abdul Muthalib itu Fatimah, tapi kalau ditanya siapakah adik istri dari keponakan bapaknya? Nah itu gak tau tuh, itu saya tidak bisa jawab. Jadi, Nabi Muhammad itu nama anaknya Fatimah, nama neneknya Fatimah. Saya, andai punya anak perempuan mau saya kasih nama “Fatimah Az-zahra” masyaallah. Fatimah adalah pemimpin perempuan penghuni surga. Seorang wanita hebat yang melahirkan sepuluh orang anak laki-laki perkasa. Fatimah, luar biasa. Data 6 Jama’ah : Saya pernah dengar nabi disebut Ibnu Adz-Dzabihaini. Abdul Somad : Ibnu Adz-Dzabihaini “anak yang disembelih” kakeknya di atas hampir disembelih dua orang, anak sembelihan dua orang. Kenapa Nabi Muhammad disebut Ibnu Adz-Dzabihaini? Karena dulu ada kakeknya yang hampir di sembelih gak jadi, siapa namanya? Jama’ah : Ismail.

111

Abdul Somad : ismail, tak jadi di sembelih ada satu lagi yang hampir di sembelih tapi tak jadi juga, yaitu bapaknya, namanya Abdullah, hampir di sembelih gak jadi di sembelih di tebus dengan 100 ekor Unta x 35 juta, harga Unta paling murah setara dengan 3,5 milyar. “Bu, kalo punya anak, kalo anakku 10 nanti, ku sembelih satu”. Tiba-tiba ahir anak ke 10. Bingung, mana yang mau di sembelih, di undi, jatuh undian pada Abdullah. Tak jadi di sembelih di tebus dengan sembelih 100 ekor Unta maka nasab nabi ke atas ada dua orang yang hampir di sembelih, pertama, ismail. Kedua, Abdullah. Maka dia dipanggil dengan sebutan Ibnu Adz- Dzabihaini. Jama’ah : Terima kasih atas jawabannya, Pak Ustad. Jazakumullah khairan. Abdul Somad : Kalau diucapkan jazakumullah khairan, jawabannya “Waa Iyyakum” jangan jazakumullah khairan malah mesam-mesem. Waa iyyakum, waa iyyakum artinya “you too”. Data 7

Jama’ah : Pak Ustad dalam selama masa iddah, seorang istri masih boleh digauli atau tidak?

Abdul Somad : Talak I, ketika jatuh talak I bukan berarti perempuan keluar rumah, setelah jatuh talak I perempuan tidak diusir keluar rumah tapi pisah kamar, bukan kandang. Bukan sapi, maka perempuan tadi pun pisah kamar, atau si laki-laki mengalah dia pisah kamar. Tiba-tiba rindu hatinya dia balik, dia katakan “I back to you my hooney”. Maka ketika dia gauli itu, itu sudah rujuk. Tanpa ucapan “aku balik kepadamu”. Tak ada ngomong-ngomong tiba-tiba dia nyasar aja ke dalam itu juga sudah rujuk. Jadi kalau ibu di cerai oleh suami tiba-tiba suami datang malam-malam pas hujan lebat, itu rujuk, itu rujuk sudah.

Data 8

Jama’ah : Pak Ustad saya dari Kalibata, nama tak saya sebut menjaga kode etik jurnalistik. Alhamdulillah sudah satu tahun ini saya masuk muslim. Pak ustad saya mohon doanya agar suami saya mendapat

112

hidayah segera agar masuk islam dan bisa mengadzani bayi kita waktu lahir nanti.

Abdul Somad : Alhamdulillah, saudaraku. Allohu Akbar!

Kalau engkau sudah masuk islam, suamimu belum masuk islam maka kalian di fasakh, fasakh itu artinya wajib di pisah tidak boleh serumah antara muslimah dengan non muslim. Oleh sebab itu, maka kamu mau tak mau fasakh, kalau laki-laki mencerai namanya thalaq, kalau perempuan meminta cerai namanya khulu’. Tapi kalau otomatis begini atau otomatis istri murtad atau suami murtad itu namanya fasakh, maka tak boleh serumah. Kalau kalian terus serumah berarti berzina, berzina, berzina maka dia musti menarik diri, nanti bagi saudari-saudariku yang sudah masuk islam, ini saudaraku pemahaman yang benar. Tapi jangan karena ini kau goyang, lalu kau murtad balik, jangan. Baik, kita sama-sama berdoa nanti mudah-mudahan dibukakan Allah pintu hatinya suaminya masuk islam. Nanti, kalau suamimu sudah masuk islam kalian akad ulang balik. Laki-laki, perempuan, non muslim serentak masuk islam tidak perlu akad ulang. Tapi kalau lebih dulu istri masuk islam maka dia fasakh. Tiba-tiba suami dapat hidayah masuk islam. Maka diulang akad balik, walinya siapa? Kalau orang tuanya non muslim, walinya, wali hakim, Pak KUA. “Aku nikahkan engkau dengan wali hakim dengan mahar cincin emas, Tunai”. Itulah namanya pengantin baru stok lama.

Data 9 Jama’ah : Apa hukum jika perempuan mengumandangkan adzan? Abdul Somad : Tidak dibenarkan, maka prempuan tidak adzan, jadi kalau kami shalat berjamaah gimana Pak Ustad? Maka perempuan tetap jadi imam kalau ma’mumnya perempuan juga, suaranya dia jahrkan (bersuara keras), tak ada laki-laki. ada pun adzan, di dengar oleh laki-laki, maka kalau tidak ada laki-laki gimana? Maka tidak ada

113

adzan. Skarang kan ada CD, Samsung kan pandai adzan sekarang. oleh sebab itu, jangan perempuan adzan. Data 10 Jama’ah : Saya punya murid ngaji perempuan kelas 4 SD, apakah ketika dia bersalaman ke saya wudhu saya batal? Abdul Somad : Tidak batal, karena dia belum akil baligh, yang batal itu kalau akil baligh dan Akil Mukhtar.

Data 11 Jama’ah : Bagaimana cara mengetahui hati yang kotor? Bagaimana pula kiat-kiat membersihkannya? Abdul Somad : Hati kotor karena apa? Sampel, contoh, Hasad: cara mengetahui hati hasad adalah tak senang melihat orang lain dapat nikmat, nah itu, hasad itu. Mangkanya saya sakit hati melihat artis-artis ini, udahlah ganteng, duit banyak, shalat pula. Ini ustad busuk hati ini, mangkanya tadi ketika di dalam rumah saya katakan, “saya mau foto-foto dulu di sana, tolong artis-artis di sini jangan ikut saya, nanti soalnya rusak nanti dunia persilatan. Cara mengetes hati busuk atau tidak. Satu, ketika tak senang melihat orang lain dapat nikmat, maka kau sudah kena penyakit hasad . “Saya sakit hati saya nengok tetangga nih Pak Ustad?”. “Kenapa?”. “Punya mobil baru”! Sudahlah mobil baru tak pernah mau turun, di klaksonnya saya (tet.. tett.. tett..). Hasad, maka bagaimana cara mengobatinya? Maka kau doakan dia “Ya Allah, ini kawanku baru dapat mobil baru, sehatkan dia, panjangkan umurnya, jangan sampai dia di tabrak baik dari belakang maupun dari depan”. Jangan mentang- mentang kita sakit hati ngelihat orang mobil baru, “Ya Allah kalau bisa tabrak maut beruntunlah dia, kalau bisa jangan langsung mati, buat dia lumpuh tiga bulan. Hooo, tak boleh, maka doakan saudara. Anak kita cantik, sebaya dengan anak dia, tapi ketika nikah anak dia duluan. Muncul penyakit hasad, jaga hatimu, ketika ditanya orang, “lho anak ibu kan lebih cantik, kenapa dia nikah duluan?”,

114

“yaaiyalah dia pake pelet.” Jangan, mungkin ini ujian dari Allah untuk kami, waktu di undang, datang. Ucapkan selamat “Barrakallahu lakuma wa baraka ‘alaikuma wa sama’a bainakuma fii khair”. Kalau orangnya baik doanya tulus. Data 12 Jama’ah : Apa hukum makan tulang? Pak Ustad : Sampai sekarang tidak ada orang yang makan tulang, masa tulang makan tulang. Yang dimakan orang itu adalah lemak-lemak yang ada di samping tulang. Pernah tak menyediakan jus tulang? Mana ada? Tulang lembut, atau tulang sumsum, atau dipecahkan di sedot pakai pipet, itu bukan makan tulang. Yang tidak boleh itu tulang. Maka tulang-tulang itu kata nabi tidak boleh diapkai untuk istinja, ketika ada orang mau bersuci istinja pakai tulang kata nabi, “jangan, tulang itu makanan saudara kalian dari kalangan jin”. Mangkanya sekarang banyak jin yang marah, kenapa? Tulang pun habis, tak bersisa. Data 13 Jama’ah : Apa motivasi ustad sehingga ustad bisa sampai seperti sekarang ini? Mudah-mudahan bisa jadi motivasi se ua khusunya anak muda zaman now. Abdul Somad : Saya pulang dari Maroko tahun 2008, bulan suci ramadhan. Sampai di Pekanbaru ceramah menggantikan Dr. Mustafa Umar, pengajiannya rutin. Kajian shubuh setiap hari sabtu, satu shubuh satu hadits, di rekam. Di upload di internet itu saja. Tak ada yang lain, di upload di internet lalu kemudian ceramah yang pertama viral khutbah Jum’at tentang Erdogan., tentang bangkitnya islam, nah itu viral, abis itu lah kena usir-usir, viral terus. Saya mau adik- adiku zaman now, kalian dikenal orang karena prestasi, jangan dikenal “kenal sama ustad yang itu?”. “yang mana?”. “yang sering di usir itu”. Hadoooh, maka karena prestasi kalian insyaalloh, allohu akbar.

115

Lampiran 4

Uji Referensi

116

117

118

Lampiran 5

Surat Bimbingan Skripsi

119

Lampiran 6

Riwayat Penulis Ferrara Ferronica, lahir di Jakarta tanggal 21 Oktober 1995, merupakan buah hati dari pasangan Bapak Sujito dan Ibu Karyati. Ia merupakan sulung dari dua bersaudara. Adiknya laki-laki bernama Irhas Fatha Isaba. Ia biasa disapa “Ferra” oleh teman-temannya. Ia pernah menempuh pendidikan di TPA AR-RAUN, dilanjutkan pada pendidikan dasar di SD Negeri Telaga Asih 02. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan menengahnya di MTs Al- Imaroh dan dilanjutkan di MA Al- Imaroh. Pendidikannya berlanjut setelah lulus Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (SPMBTAIN) Jalur Prestasi pada tahun 2013 di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Ketika menempuh pendidikan di perguruan tinggi, penulis aktif menjabat sebagai Anggota Kewirausahaan di Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (HMJ-PBSI) Periode 2015. Penulis berdomisili di Kp. Cibitung Babakan No. 48 RT 005/RW 002, Desa Telaga Asih, Kec. Cikarang Barat, Kab. Bekasi, Jawa Barat. Ia bercita-cita menjadi seorang guru sejak kecil. Kini, penulis aktif mengajar privat SD-SMP di Ciputat. Kotak surel: [email protected].