Metamorfosa:Journal of Biological Sciences 6(2): 252-258 (September 2019) DOI: 10.24843/metamorfosa.v06.i02.p16 https://ojs.unud.ac.id/index.php/metamorfosa/article/view/46176 J U R N A L M E T A M O R F O S A Journal of Biological Sciences eISSN: 2655-8122 http://ojs.unud.ac.id/index.php/metamorfosa

Beberapa Aspek Ekologi Ikan Kulari ((Lobocheilos falcifer C.V: ) Di Batang Kuranjiriver Padang, Sumatera Barat Some Ecology Aspects Of Kulari ((Lobocheilos falcifer C.V : Cyprinidae) In Stalk Kuranjiriver Padang, West Sumatera Yusrika1*, Indra Junaidi Zakaria2, Efrizal3 1Biologi, FMPA, Universitas Andalas, Limau Manis, Padang *Email: [email protected]

INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa aspek ekologi (habitat, distribusi ukuran panjang, pola pertumbuhan), dari ikan Kulari (Lobocheilos falcifer C.V : Cyprinidae)di Sungai Batang Kuranji, Padang. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode survei dengan teknik pengambilan sampel stratified random sampling. Didapatkan hasil penelitian terhadap faktor fisika kimia perairan dengan 0 nilai suhu rata-rata 26,55 C, pH 5,6, O2 5,78 mg/l, BOD5 0,79mg/l, CO2 1,81 mg/l, TSS 0,51, kedalaman 40,88 cm, dan kecepatan arus 0,50 m/s. Hasil pengamatan terhadap pola pertumbuhan ikan kulari menunjukkan ikan jantan bersifat allometrik negatif dan ikan betina bersifat isometrik.

Kata kunci: Aspek ekologi, Ikan kulari (Lobocheilos falcifer), Sungai Batang Kuranji

ABSTRACT This research was carried out.in January-June 2013. This research aimed to analyze some ecological aspects (habitat, body length, distribution, growth pattern)in Kulari fish (Lobocheilos falcifer C.V : Cyprinidae)at Batang Kuranji river, Padang. This study used survey method with stratified random sampling technique (at three locations) to collected samples. The result of this study showed 0 that water temperature has 26,55 C; pH 5,6;O2 5,78 mg/l; BOD5 0,79mg/l; CO2 1,81 mg/l; TSS 0, 51; depth 40.88 cm, and current velocity 0.50 m/s. The growth patterns of kulari fish showed that male fisheswere in negative allometric and female were in isometric.

Keyword: Ecology aspects, Kulari fish(Lobocheilos falcifer), Batang Kuranji River

PENDAHULUAN hilir sungai. Kerusakan sungai tentu menjadi Batang Kuranji merupakan salah satu ancaman yang serius bagi ikan dan habitatnya. sungai besar di Kota Padang yang terletak di Salah satu jenis ikan yang hidup di sungai sebelah Barat Bukit Barisan dalam wilayah Batang Kuranji adalah Lobocheilos falcifer Tingkat I Sumatera Barat. Air sungai Batang (Cyprinidae) dengan nama lokal ikan kulari Kuranji dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik (Kottelat et al., 1993). Ikan L. falcifer sering Tenaga Air (PLTA), sumber air minum, irigasi, ditemukan di air deras dan berbatu dan keperluan rumah tangga dan lain-lain (Novia, merupakan salah satu sumberdaya perikanan 1998). Namun, menurut WALHI (2012), sungai yang bernilai ekonomi di sungai Batang Batang Kuranji telah mengalami kerusakan Kuranji, Sumatera Barat. Menurut masyarakat total, akibat pembalakan liar di kawasan hulu, lokal, individu dewasaikan L. falcifer sudah dan alih fungsi lahan di kawasan tengah dan sangat jarang sekali tertangkap. Saat ini ukuran 252

Metamorfosa:Journal of Biological Sciences 6(2): 252-258 (September 2019) eISSN: 2655-8122 ikan L. falcifer yang sering tertangkap adalah Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu ukuran anakan atau juvenil. pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Informasi dan kelimpahan mengenai ikan Padang. L. falcifer belum banyak diketahui (Kottelat dan Hui, 2008). Hal ini dimungkinkan karena Ikan Lokasi penelitian Lobocheilos termasuk kelompok ikan yang a. Lokasi I mempunyai kemampuan distribusi lokal yang Lokasi I adalah daerah Batu Busuk, rendah (Haryono, 2009). Selain itu, kondisi merupakan daerah hulu sungai, dengan dasar ekologi perairan sungai Batang Kuranji juga perairan umumnya berupa batuan, substrat ikut mempengaruhi kelimpahan ikan L. falcifer. kerikil dan sedikit pasir, warna air jernih, arus Beberapa penelitian tentang ikan di sungai sedang sampai deras, dan lingkungan sungai Batang Kuranji yang pernah dilakukan sebagian besar berupa hutan sekunder. diantaranya tentang Komunitas Ikan dan b. Lokasi II Plankton (Novia, 1998), Pola Pertumbuhan Ikan Lokasi II berada di daerah Lambung Bukit Gobi (Syciopterus macrostetholepis. Blkr) dekat Gunung Nago, dengan dasar perairan (Kusmawati, 2009), serta Perubahan Makan berupa batuan, subsrat pasir dan kerikil warna Ikan Mungkuih (Syciopterus macrostetholepis. air yang masih jernih tetapi mulai mengalami Blkr) Berdasarkan Ukuran Tubuh dan Waktu kekeruhan akibat penggalian batu dan pasir di (Dinata, 2012). sekitar lokasi ini. Lingkungan sungai sebagian Karena informasi mengenai ikan L. besar berupa sawah dan ladang masyarakat, falcifer yang masih sangat sedikit, maka lebih terbuka di bandingkan lokasi I. menurut penulis perlu dilakukan penelitian c. Lokasi III tentang ekologi ikan L. falcifer sehingga Lokasi III berada di daerah Kuranji, dengan nantinya bisa diperoleh data dasar yang bisa dasar perairan berupa batuan, subsrat pasir dan digunakan untuk pembudidayaan, pengelolaan kerikil warna air jernih tetapi mulai mengalami dan pengembangan sumberdaya ikan dan kekeruhan akibat penggalian batu dan pasir di habitatnya, dan pada gilirannya kelestarian ikan sekitar lokasi ini, seperti pada lokasi II. dapat dipertahankan di habitatnya khususnya di Lingkungan sungai sebagian besar berupa sungai Batang Kuranji, Sumatera Barat. sawah, ladang dan perumahan, dengan kondisi lebih terbuka dari naungan tumbuhan di tepi BAHAN DAN METODE sungai. Ketiga lokasi ini diduga merupakan Pengambilan sampel habitat dari ikan kulari yaitu dengan adanya Pengambilan sampel ikan L. falcifer batuan dan arus yang sedang hingga deras. dilakukan di Sungai Batang Kuranji Padang, Sumatera Barat dari bulan Januari-Juni 2013. PengukuranFisika-Kimia Perairan Pengambilan sampel dengan menggunakan Pengukuran faktor fisika dan kimia teknik stratified random sampling (secara acak perairan diukur pada setiap strata pada saat berstrata) pada tiga wilayah sungai yaitu Daerah pengambilan sampel ikan, parameter fisika- Batu Busuk (lokasi 1), Gunung Nago (lokasi II), kimia perairan yang diukur adalah suhu, pH, dan Kuranji (Lokasi III). Ikan ditangkap dengan kecepaan arus, kedalaman perairan, pengukuran menggunakan jala, tangguk dan elektrofishing. konentrasi O2 terlarut, kosentrasi CO2 bebas, Masing-masing lokasi dilakukan dua kali BOD, serta Kandungan Zat Padat Tersuspensi pengambilan sampel. Sampel ikan diawetkan (TSS) merujuk pada Michael (1984) dengan dengan menggunakan larutan formalin 4%. menggunakan rumus: Pengamatan dilakukan terhadap habitat ikan, 1. Konsentrasi O2 terlarut faktor fisika dan kimia perairan, distribusi Ppm O2 ukuran panjang, dan pola pertumbuhan ikan. Selanjutnya, analisa data dilakukan di Laboratorium Ekologi Perairan, Jurusan

253

Metamorfosa:Journal of Biological Sciences 6(2): 252-258 (September 2019) eISSN: 2655-8122

2. Konsentrasi CO2 bebas menggunakan rumus dengan persamaan (Effendi, 1979 dalam Rizal, 2009). Ppm O2 5 K(TI) = 10 W 3. BOD dengan metode titrasi Winkler L3 BOD5 = DOawal – DO5 hari Ket : 4. Kandungan zat padat tersuspensi (TSS) K(TI)= Faktor kondisi W = Berat rata-rata ikan dalam satu kelas(mm) TSS L = Panjang rata-rata ikan dalam satu kelas (mm) Ket : W1 = Berat kertas saring L W2 =Berat kertas saring ditambah partikel setelah Ikan dengan pertumbuhan yang bersifat dikeringkan allometrik apabila b≠3, maka persamaan yang V = Volume air sampel digunakan adalah :

K = W Analisis Data aLb Pola Pertumbuhan Ket : Pola pertumbuhan ikan yang berhubungan K = faktor kondisi dengan panjang total dan berat tubuh ikan W = berat rata-rata ikan satu kelas (gr) ditentukan dengan menggunakan regresi linear a dan b = konstanta dari regresi sederhana (Effendie, 1997). dengan rumus : HASIL b Kondisi Habitat L.falcifer di Sungai Batang W= aP Ket : W = Berat tubuh ikan (gram) Kuranji P =Panjang total ikan (mm) Dari penelitian yang telah dilakukan a dan b = Konstanta eksponensial terhadap ikan kulari L. falcifer di Sungai Batang

Apabila persamaan diatas diubah dalam bentuk Kuranji, ikan ini ditemukan hidup pada ketiga logaritma, maka didapatkan rumus: lokasi pengambilan sampel. Dari ketiga lokasi Log W = Log a + b Log P pengambilan sampel, ikan kulari ditemukan Log W = y pada bagian pinggir hingga ke tengah sungai Log a = a dengan dasar perairan berupa batuan dan pasir Log P = x (Gambar 2). Ikan-ikan yang ditemukan di b = koefisien regresi bagian pinggir sungai sebagian besar memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dibanding ikan Maka bentuk persamaan regresinya adalah Y= a yang didapatkan bagian ke tengah sungai. Hal ± bx.Nilai a dan b didapatkan dengan ini sesuai dengan pendapat Haryono (2004) mengggunakan rumus: dimana bagian sungai dengan dasar perairan berupa batuan merupakan habitat yang disukai oleh ikan kulari.

a = y-bx Parameter Fisika dan Kimia di Sungai Untuk mengetahui apakah Batang Kuranji pertumbuhannya bersifat allometrik atau Dari pengukuran parameter fisika kimia isometrik maka dilakukan uji-t terhadap nilai b. perairan Batang Kuranji didapatkan nilai suhudi Jika nilai b=3 maka pertumbuhan bersifat lokasi I lebih rendah dibandingkan dengan isometrik, jika pertumbuhan b≠3 maka lokasi II dan III. Hal ini disebabkan karena pada pertumbuhan bersifat allometrik. lokasi Imerupakan kawasan yang memiliki vegetasi yang masih bagus, dan lokasi ini Faktor Kondisi kesemuanya masih termasuk ke dalam kawasan Dari data hasil pengukuran panjang hulu sungai sehingga cahaya matahari tidak dengan berat juga dapat ditentukan faktor langsung sampai ke seluruh badan kondisi (K). Ikan memiliki pertumbuhan perairan.Semakin ke hilir suhu air semakin isometrik apabila nilai b=3, maka faktor kondisi tinggi yaitu pada lokasi II dan III, dimana pada

254

Metamorfosa:Journal of Biological Sciences 6(2): 252-258 (September 2019) eISSN: 2655-8122 lokasi ini memiliki badan perairan yang lebih Kadar oksigen terlarut pada lokasi I, II terbuka, melewati areal perladangan, dan dan III berkisar antara 5,3-7,6 mg/l, 4,8-6,8 perumahan, sehingga lebih cepat menerima mg/l dan 4,8-6,2 mg/l. Djuanda (1981) panas dan suhu menjadi lebih tinggi dari lokasi menyatakan bahwa ikan family Cyprinidae akan I. hidup dengan baik bila kandungan O2 terlarut 4- Menurut Kottelat (1993), kenaikan suhu 5 mg/l. Menurut Kordi et al (2007), konsentrasi berhubungan dengan berkurangnya naungan. oksigen yang baik dalam budidaya perairan Setara dengan naiknya suhu maka konsentrasi adalah antara 5-7 mg/l. oksigen terlarut di dalam air akan menurun. Sutin et al (2007) menyatakan kandungan Semakin tinggi suhu, maka tingkat metabolisme oksigen 7,8 mg/l tergolong tinggi dan pada ikan akan meningkat dan kebutuhan mengindikasikan aerasi yang baik di perairan. oksigen juga meningkat. Kisaran suhu optimal Kisaran nilai oksigen terlarut yang didapatkan bagi kehidupan ikan di perairan tropis adalah di Sungai Batang Kuranji masih sangat baik antara 28oC-32oC (Kordi et al., 2007). untuk kehidupan biota di dalamnya terutama Champsari (2003) menyatakan bahwa kisaran ikan kulari. 30,05-30,27oC masih layak untuk habitat ikan Hasil pengukuran BOD pada lokasi I, II Cyprinidae, Sutin et al (2007) juga dan III berkisar 0,17-1,04 mg/l, 0,17-1,4 mg/l mendapatkan kisaran suhu 22,33-30oC untuk dan 0,2-1,97 mg/l. Kebutuhan oksigen biologi kehiupan ikan Cyprinidae di habitatnya. Dari pada lokasi III lebih tinggi dari lokasi I dan II, kisaran nilai pengukuran suhu di lokasi I, II dan hal ini disebabkan adanya penggalian pasir, III ini masih cukup baik untuk kehidupan L. kerikil dan batu di daerah tersebut ditambah lagi falcifer di habitatnya, baik untuk tumbuh aktifitas masyarakat sekitar sungai yang mencari makan ataupun melakukan reproduksi. menyebabkan mulai adanya masukan bahan Derajat keasaman (pH) perairan selama pencemar. Jumlah BOD suatu perairan enam bulan baik pada lokasi III dan III berkisar menunjukkan kualitas perairan tersebut. antara 5-6. Kisaran pH tersebut merupakan pH Semakin tinggi nilai BOD maka kualitas yang terdapat pada perairan alami dan masih perairan tersebut semakin buruk, sedangkan dalam batas kelayakan yang cukup mendukung semakin rendah nilai BOD menunjukkan untuk kehidupan ikan di habitatnya. Menurut kualitas perairan semakin baik. Kordi et al (2007), nilai pH pada banyak perairan alami berkisar 4 sampai 9.

Tabel 1. Parameter fisika dan kimia perairan Sungai Batang Kuranji

kisaran yang bagus untuk kehidupan ikan kulari Nilai BOD yang tinggi menunjukkan besarnya di Sungai Batang Kuranji. bahan organik yang terdekomposisi Kadar CO2 pada lokasi I, II dan III menggunakan sejumlah O2 di perairan. Kisaran berkisar 1,5-1,84 mg/l, 1,6-2,3 mg/l, dan 1,7-2,2 BOD pada lokasi I, II dan III masih dalam mg/l. Kisaran CO2 dari lokasi I, II dan III mengalami peningkatan, namun masih dalam

255

Metamorfosa:Journal of Biological Sciences 6(2): 252-258 (September 2019) eISSN: 2655-8122 kisaran yang bagus untuk kehidupan ikan di pengambilan sampel dilakukan 6 bulan setelah habitatnya. Nilai TSS pada lokasi I, II dan III terjadinya banjir besar di Batang Kuranji, yang berturut-turut berkisar 0,12-0,74 mg/l, 0,38-0,8 sebagian besar mengalami kerusakan fisik mg/l, dan 0,47-0,76 mg/l. Nilai TSS tertinggi akibat banjir. Selain itu, faktor penangkapan terdapat di lokasi II dan III, hal ini diduga individu dewasa yang dilakukan oleh di karena lokasi tersebut banyak terdapat aktifitas penduduk setempat juga menjadi penyebab masyarakat seperti penggalian di sekitar sungai. penurunan populasi ikan besar di habitatnya. Sehingga menyebabkan terakumulasinya bahan- bahan tersuspensi yang berasal dari kikisan pasir, galian batu dan tanah. Kedalaman pada lokasi I, II, dan III berkisar 37-56 cm, 24-49 cm, dan 22-48 cm, kedalaman sungai yang didapatkan pada waktu penelitian pada ketiga lokasi didapatkan pada lokasi I kedalamannya lebih besar dari loksi II dan III. Kedalaman untuk lokasi II dan III memiliki kedalaman yang hampir sama, tidak begitu jauh berbeda. Kecepatan arus sungai pada lokasi I, II, dan III berkisar 0,32-0,79 m/s, 0,24-0,65 m/s Gambar 3. Jumlah ikan L. falcifer berdasarkan ukuran panjang dan 0,32-0,66 m/s. Kecepatan arus sungai bagian hulu cenderung lebih tinggi, semakin Hubungan Panjang dan Berat Ikan L. menuju ke arah hilir kecepatan sungai falcifer cenderung semakin berkurang. Hal ini diduga Dari ukuran panjang (mm) dan berat semakin ke arah hilir derajat kemiringan sungai (gram) ikan L. falcifer didapatkan hubungan cenderung semakin berkurang pula, sehingga panjang dan berat yang berbeda baik pada ikan mempengaruhi kecepatan arus. jantan maupun betina. Berikut adalah grafik dan persamaan dari hubungan panjang berat ikan Distribusi Ukuran Panjang L.falcifer kulari jantan dan betina: Dari grafik (gambar 4 Pengambilan sampel pada 3 titik lokasi dan gambar 5), dapat diketahui bahwa ukuran sampling, didapatkan sebanyak 148 ekor ikan panjang dengan berat tubuh L. falcifer L.falcifer dengan panjang total berkisar antara berbanding lurus, artinya semakin panjang 64-235mm yang dikelompokan menjadi 7 kelas ukuran badannya maka semakin berat ikan (Gambar 3). Sebanyak 94 ekor diduga masih tersebut. tergolong ikan muda dimana testis atau ovari belum berkembang sehingga belum dapat ditentukan jantan atau betina. Untuk ikan jantan diperoleh sebanyak 30 ekor dan ikan betina sebanyak 24 ekor. Berdasarkan tanda-tanda pada gonadnya jenis kelamin pada ikan kulari baru dapat ditentukan setelah mencapai ukuran panjang >100 mm. Menurut Kottelat et al (1993), dipandang dari aspek konservasi, penurunan dalam hal jumlah dan ukuran ikan merupakan salah satu indikasi terjadinya penurunan kuantitas dan kualitas populasi. Gambar 4. Hubungan panjang total dengan berat Penurunan ini diduga disebabkan oleh faktor tubuh ikan L. falcifer jantan lingkungan perairan baik faktor fisika maupun kimia, dan waktu pengambilan sampel, dimana

256

Metamorfosa:Journal of Biological Sciences 6(2): 252-258 (September 2019) eISSN: 2655-8122

menunjukkan pola pertumbuhan ikan kulari jantan bersifat allometrik negatif, dimana pertambahan panjang lebih cepat dari pertambahan berat. Hal ini dapat dibuktikan dengan bentuk tubuh ikan kulari yang memanjang. Sedangkan ikan kulari betina bersifat isometrik dimana pertambahan panjang dan berat tubuh ikan seimbang. Pertumbuhan ikan jantan yang bersifat allometrik menurut Effendie (1997), apabila Gambar 5. Hubungan panjang total dengan berat nilai b kecil dari tiga atau besar dari tiga. tubuh ikan L. falcifer betina Karena nilai b yang didapat lebih kecil dari tiga, maka pertumbuhannya bersifat allometrik Didapatkan persamaan regresi linier negatif yaitu pertambahan panjang lebih cepat sederhana hubungan panjang dengan berat ikan dari pertambahan berat. Pola pertumbuhan ini kulari jantan y = 2,785x – 4,510 dengan r2 = mengindikasikan ikan berada pada fase 0,934 dan untuk betina y = 2,785x – 4,504 pertumbuhan dimana energi yang didapat dengan r2 = 0,987. Hubungan panjang berat diutamakan untuk pertumbuhan. Hal ini dapat menunjukkan korelasi yang kuat yaitu untuk dilihat dari jumlah ikan yang didapatkan adalah ikan kulari jantan sebesar r = 0,964 dan ikan ikan yang belum matang gonad lebih banyak kulari betina sebesar r = 0,99. Nilai korelasi tertangkap dari ikan yang matang gonad. Akan yang tinggi tersebut memperlihatkan bahwa tetapi jika ikan mempunyai pola pertumbuhan semakin panjang tubuh ikan maka akan semakin allometrik positif, yaitu pertambahan berat lebih bertambah berat total tubuhnya. cepat dari pertambahan panjang tubuh,ini menunjukkan ikan dalam fase perkembangan Analisis data gonad. Analisis uji t untuk b ikan jantan = 2,785 dan b ikan betina = 2,786 pada taraf 0,05 (95%),

Tabel 4. Persamaan hubungan panjangtotal dengan bobot tubuh dan pola pertumbuhan ikan L. falcifer Jenis Kelamin W=aLb (r) N Pola Pertumbuhan W = 1,09x10- Jantan 0,964 30 Alometrik negatif 2.L2,785 W = 1,1x10- Betina 0,99 24 Isometrik 2.L2,786 2,968-3,202 dengan pola pertumbuhan ikan Perbedaan pola pertumbuhan ikan kulari jantan allometrik negatif dan betina allometrik jantan dan betina dapat disebabkan oleh positif. beberapa faktor seperti jenis kelamin, perbedaan Bervariasinya nilai b dari setiap spesies tingkat kematangan matang gonad dan faktor ikan dipengaruhi oleh kondisi perairan, bentuk lingkungan yang mendukung untuk tubuh dan habitat ikan, bahkan spesies ikan pertumbuhan dan perkembangan ikan di yang sama dapat memiliki nilai b yang habitatnya. bervariasi juga. Nilai a dan b dipengaruhi oleh Nilai koefisien regresi (b) untuk ikan-ikan banyak faktor antara lain perbedaan jenis yang familinya sama Cyprinidae yaitu ikan bilih kelamin, tingkat kematangan gonad, jumlah (Mystacoleucus padangensis Blkr.) di danau sampel ikan yang diuji, dan kondisi ikan yang Singkarak diperoleh nilai b yaitu 2,93-3,01 dijadikan sampel saat diuji (Effendi, 1997). (Azhar, 1993). Lisna (2011) juga melakukan Bobori et al. (2010) juga mengatakan penelitian terhadap ikan seluang dengan nilai b bahwa perbedaan nilai b dapat disebabkan oleh

257

Metamorfosa:Journal of Biological Sciences 6(2): 252-258 (September 2019) eISSN: 2655-8122 waktu atau musim pemijahan, ukuran ikan dan jumlah sampel ikan. Kemudian. Nofrita et al. Kordi, M.G.H.K dan A.B. Tancung. 2007. (2013) menambahkan bahwa nilai b tergantung Pengelolaan Kualitas Air Dalam pada kondisi fisiologis dan lingkungan seperti Budidaya Perairan, Jakarta: Rineka Cipta. suhu, pH, salinitas, letak geografis dan teknik sampling dan juga kondisi biologis seperti Kottelat, M., Hui, T.H. 2008. A Synopsis of the perkembangan gonad dan ketersediaan Lobocheilos in Java, Sumatera and makanan. Borneo, with descriptions of six new species (Teleostei: Cyprinidae). Ichthyol. KESIMPULAN 19: 27-58. Kondisi fisika kimia perairan Batang Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari dan Kuranji selama 6 bulan di dapatka rata-rata S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes 0 suhu 26,5 C, pH 5,6, O2 terlarut 5,7 ppm, BOD5 of Western Indonesia and Sulawesi. 0,8 ppm, CO2 1,8 ppm, TSS 0,5 mg/l, Periplus Eds. (HK) Ltd. And EMDI. kedalaman 40,8 cm dan kecepatan arus 0,5 m/s. Indonesia. Hubungan panjang total dan berat tubuh ikan kulari berbentuk linier dengan persamaan Kusmawati, R. 2009. Pola Pertumbuhan Ikan regresi ikan betina y = 2,785x – 4,504 dengan r Gobi (Sicyopterus macrostetholepis = 0,99 dan jantan y = 2,785x – 4,510 dengan r = Bleeker) Di Perairan Sungai Batang 0,964. Pola pertumbuhan ikan kulari jantan Kuranji, Kota Padang (Skripsi), Padang: bersifat allometrik negatif dan pola Universitas Andalas. pertumbuhan kulari betina bersifat isometrik. Michel, P. 1984. Ecological Method For Field DAFTAR PUSTAKA and Laboratory Invertigation, New Delhi: Azhar. 1993. Studi Ekologi Ikan Bilih Tata McGraww-Hill Publisher. (Mystacoleucus padangensisBlkr.) di Danau Singkarak Sumatera Barat (Tesis), Nofrita, Dahelmi, Syandri. H. Tjong, H.T. 2013. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Tampilan pertumbuhan dengan karakteristik habitat ikan bilih Bobori, D.C., Moutopoulos, D.K., Bekri, M, (Mystacoleucus padangensis Bleeker). Salvarina, Ioanna, Munuz, I.P. 2010. Prosiding seminar FMIPA. Universitas Length-Weight relationship of freshwater Lampung. fish species caught in three greek lakes. J. Biol. Res-Thessalon. 14: 219-224. Novia. 1998. Komunitas Ikan Dan Plankton di Batang Kuranji Kotamadya Padang Dinata, M. 2012. Perubahan Makan Ikan (Tesis), Padang: Universitas Andalas. Mungkuih(Sicyopterusmacrostetholepis. Bleeker (Pisces: Gobiidae) Berdasarkan Rizal, D.V. 2009. Studi Biologi Reproduksi Ukuran Tubuh dan Waktu di Sungai Ikan Senggiringan (Puntius johorensis) Di Batang Kuranji Padang Sumatera Barat Daerah Aliran Sungai (DAS) MUSI, (Tesis), Padang:Universita Andalas. Sumatera Selatan (Skripsi), Bogor: Institut Pertanian Bogor. Effendie, I.M. 1997. Biologi Perikanan, Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama. Walhi. 2012. Kerusakan DAS Batang Kuranji Picu Banjir Bandang. www.walhi.or.id 27 Haryono. 2009. Komunitas Ikan di Perairan September 2012. Bukit Sapathawung Kawasan Pegunungan Muller, Kalimantan Tengah. Zoo Indonesia. 18(1): 21-32.

258