ANALISIS JENIS DAN MANFAAT TEGAKAN BAMBU (Bambusa sp) DI KECAMATAN , DAN TIGAPANAH KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA

SKRIPSI

MARGARETHA TAMPUBOLON 171201154

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANALISIS JENIS DAN MANFAAT TEGAKAN BAMBU (Bambusa sp) DI KECAMATAN BERASTAGI, KABANJAHE DAN TIGA PANAH KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh: MARGARETHA TAMPUBOLON 171201154

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2021

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENGESAHAN SKRIPSI

Judul Penelitian : Analisis Jenis dan Manfaat Tegakan Bambu (Bambusa sp) di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah Kabupaten Karo Sumatera Utara Nama : Margaretha Tampubolon NIM : 171201154 Departemen : Manajemen Hutan Fakultas : Kehutanan

Disetujui, Pembimbing

Ketua

Mengetahui

Dr. Bejo Slamet, S.Hut., M.Si Ketua Departemen Manajemen Hutan

Tanggal Lulus : 5 Juli 2021

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Margaretha Tampubolon NIM : 171201154 Judul Skripsi : Analisis jenis dan manfaat tegakan bambu (Bambusa sp) di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah Kabupaten Karo Sumatera Utara menyatakan bahwa skripsi ini adalah dengan benar hasil karya sendiri. Pengutipan−pengutipan yang penulis lakukan pada bagian−bagian tertentu dan hasil karya orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Medan, Juli 2021

Margaretha Tampubolon NIM. 171201154

ii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ABSTRACT

MARGARETHA TAMPUBOLON : Analysis of species and usage of a Bamboo stand (Bambusa sp) in Berastagi, Kabanjahe, and Tigapanah sub-Districts, Karo District, Province, supervised by Dr. Samsuri, S.Hut., M.Si.

Bamboo is a plant that belongs to the Graminae (grass) tribe. Bamboo is one of the commodities that have promising prospects if it is developed on a large scale in the forestry sector. Bamboo is usually planted near vacant land, fields, the edge of rice fields, and part of the system being managed. The purpose of this research is to identify bamboo species and usage. This study was carried out in three sub-districts of , North Sumatra Province, namely Berastagi, Kabanjahe, and Tigapanah. In the field, several sample plots of bamboo stands were established. Bamboo in the sample plot was measured for the number of clumps, stems, height, and diameter. The data was analyzed to determine the current standing stock of bamboo. Interviews were conducted with bamboo farmers and bamboo artisans to gather data on the use of bamboo based on local wisdom. The type of bamboo most commonly used is Bambu Apus (Gigantochloa apus). Farmers sell bamboo sticks to the market directly. Meanwhile, artisans use bamboo to make building materials, chicken coops, mats, and other items.

Keywords : bamboo, Karo district, questionnaires, standing stock, usage of bamboo

iii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ABSTRAK

MARGARETHA TAMPUBOLON. Analisis jenis dan manfaat tegakan bambu (Bambusa sp) di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah Kabupaten Karo Sumatera Utara, dibimbing oleh Dr. Samsuri, S.Hut., M.Si.

Bambu merupakan tumbuhan yang termasuk dalam suku Graminae (rumput- rumputan). Bambu merupakan komoditas dengan prospek yang luas jika terus dikembangkan. Bambu biasanya ditanam di dekat permukiman, ruang terbuka, ladang, pinggiran sawah dan sebagai bagian dari sistem yang sedang dikelola. Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi jenis dan manfaat bambu. Penelitian ini dilakukan di 3 kecamatan, yaitu Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Beberapa plot contoh tegakan bamboo dibuat di lapangan. Pengukuran jumlah rumpun, jumlah batang, tinggi dan diameter bamboo dilakukan terhadap bambu dalam plot contoh. Data dianalisis untuk mendapatkan standing stock bambu. Wawancara terhadap petani bambu dan pengrajin bambu dilakukan untuk mendapatkan data penggunaan bambu yang berbasis kearifan lokal. Jenis bambu yang banyak dimanfaatkan adalah jenis Bambu Apus (Gigantochloa apus). Petani menjual langsung batang bambu ke pasar. Sedangkan pengrajin menggunakan bambu untuk bahan bangunan, kandang ayam, tikar, tiang, kursi meja dari bambu, keranjang dan tampi (tampah beras).

Kata Kunci : bambu, analisis jenis bambu, analisis manfaat bambu, kabupaten Karo.

iv UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RIWAYAT HIDUP

Penulis Margaretha Tampubolon, lahir di Pekanbaru pada tanggal 18 Maret 1998. Penulis merupakan anak sulung dari dua bersaudara oleh pasangan Rihat Pollo Tampubolon dan Rohulina Damanik, S.Pd. Penulis memulai pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 108306 Lubuk pakam pada tahun 2004 hingga 2010, mengenyam pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Lubuk pakam pada tahun 2010 hingga 2013 dan mengenyam pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Sidikalang pada tahun 2013 hingga 2016. Pada tahun 2017, penulis lulus di Fakultas Kehutanan USU melalui jalur Mandiri. Penulis memilih jurusan Departemen Manajemen Hutan. Penulis pernah menjadi asisten praktikum Inventarisasi Hutan di Fakultas Kehutanan pada tahun 2020 dan 2021. Penulis juga merupakan anggota organisasi internal kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Sylva USU (HIMAS−USU). Penulis telah mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di KHDTK Pondok Buluh pada tahun 2019. Pada tahun 2020 penulis juga telah menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di KPH Wilayah XII Tarutung. Pada bulan September 2020 penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Analisis jenis dan manfaat tegakan bambu (Bambusa sp) di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara” di bawah bimbingan Dr. Samsuri, S.Hut., M.Si.

v UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini . Adapun skripsi ini berjudul “Analisis jenis dan manfaat tegakan bambu (Bambusa sp) di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah Kabupaten Karo Sumatera Utara.” Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di bidang Kehutanan (S. Hut) pada Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan, dukungan dan bimbingan dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih untuk : 1. Dukungan spiritual dan material juga kasih sayang yang diberikan kedua orang tua, Bapak Rihat Pollo Tampubolon dan Ibu Rohulina Damanik dan adik saya Cristian Messi Tampubolon. 2. Dosen pembimbing Bapak Dr. Samsuri S.Hut., M.Si yang telah memberikan arahan dan memberikan saran kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. 3. Dekan Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara Bapak Dr. Rudi Hartono, S.Hut., M.Si. 4. Rekan tim peneliti Firdaus Ramadhan Purba, Hardidrah Simbolon, Gunplawan Lumban Tobing, Febrianta Tarigan dan Timotius Natanael yang memberikan bantuan dan dukungan selama proses penelitian. Serta Yolanda Yusni Yuriska Dear, Naila Rizky Srymel dan Tania Malony Ningsih yang menemani dari semester awal hingga akhir. 5. Pegawai dan asisten Laboratorium Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera utara. Akhir kata penulis mengucapkan salam kepada setiap nama yang tidak dapat dicantumkan satu persatu, dan terimakasih atas doa dan dukungan yang mengalir tanpa sepengetahuan penulis. Terima kasih kepada orang-orang yang bersukacita atas keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini.

Medan, Juli 2021

Margaretha Tampubolon

vi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ...... i PERNYATAAN ORISINALITAS ...... ii ABSTRACT...... iii ABSTRAK ...... iv RIWAYAT HIDUP ...... v KATA PENGANTAR ...... vi DAFTAR ISI ...... vii DAFTAR TABEL ...... ix DAFTAR GAMBAR ...... x DAFTAR GRAFIK ...... xi DAFTAR LAMPIRAN ...... xii PENDAHULUAN Latar Belakang ...... 1 Tujuan Penelitian ...... 2 Kegunaan Penelitian...... 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bambu ...... 3 Bentuk – Bentuk Bambu ...... 4 Manfaat Bambu ...... 5 Jenis – Jenis Bambu ...... 5 Permasalahan ...... 6 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian ...... 7 Alat dan Bahan ...... 7 Jenis Data ...... 8 Sampel Responsi ...... 8 Prosedur Penelitian ...... 8 Metode Pengambilan Sampel Lapang ...... 8 Pengumpulan Data Lapangan ...... 9 Pengolahan Data...... 10

HASIL DAN PEMBAHASAN Tutupan Lahan di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara ...... 11 Analisis Jenis dan Manfaat Bambu ...... 12 Potensi Bambu ...... 16 Pemanfaatan Bambu...... 17 Produk – Produk Olahan dari Bambu ...... 19 Pemasaran dan Keuntungan Penjualan Produk Bambu ...... 23 Karakteristik Responden ...... 25

vii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...... 28 Saran ...... 28 DAFTAR PUSTAKA ...... 29 LAMPIRAN ...... 32

viii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ...... 8 2. luas tutupan lahan ...... 12 3. Identifikasi Pemanfaatan jenis bambu ...... 12 4. Karakteristik bambu ...... 15 5. Potensi tanaman bambu...... 16 6. Potensi tanaman bambu per kecamatan ...... 16 7. Kebutuhan bambu dalam pemenuhan produk industri...... 18 8. Produk-produk olahan dari bambu ...... 19 9. Pemasaran produk bambu ...... 23 10. Biaya dan harga jual produk bambu ...... 24 11. Identitas responden pemilik, pengguna penjual bambu ...... 25 12. Ragam keuntungan produk bambu ...... 27

ix UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Peta lokasi penelitian Kabupaten Karo ...... 7 2. Skema analisis jumlah tegakan bambu di lapangan ...... 10 3. Peta tutupan lahan...... 11 4. Peta Sebaran Tegakan Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) ...... 12 5. Jenis bambu di Kabupaten Karo ...... 14 6. Pemanfaatan bambu di lokasi penelitian ...... 18 7. Keuntungan penjualan produk bambu ...... 25

x UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

1. Kuisioner Penelitian ...... 33 2. Dokumentasi wawancara dengan responden ...... 36 3. Dokumentasi pengukuran diameter bambu di lokasi penelitian...... 37 4. Dokumentasi ground check di lokasi penelitian...... …… 38

xi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENDAHULUAN

Latar Belakang Tumbuhan bambu merupakan tumbuhan yang termasuk ke dalam suku Gramineae (rumput-rumputan). Bambu sendiri merupakan sumber daya alam yang sangat kaya dan memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi. Jika pembangunan skala besar dilakukan di sektor kehutanan, bambu merupakan komoditas dengan prospek yang luas. Selain mudah dibudidayakan, tumbuhan bambu juga memiliki potensi ekonomi yang tinggi. Namun, budidaya bambu masih belum begitu menarik karena orang menganggap bambu adalah tanaman yang kurang komersil (Alamsyah dkk, 2012). Berdasarkan Peraturan dari Menteri Kehutanan Nomor : P.35/Menhut- II/2007, hasil hutan bukan kayu atau disingkat HHBK merupakan hasil hutan, termasuk tumbuhan dan satwa, serta hasil turunan dan hasil budidaya, kecuali kayu yang berasal dari kayu. Hasil hutan bukan kayu juga bagian dari ekosistem hutan dan memiliki peran ganda dalam lingkungan alam dan kehidupan manusia. Hasil hutan bukan kayu yang umum digunakan dan dikomersialkan antara lain bambu, rotan, aren, sukun, sutera alam, jernang, kemenyan, kayu putih, aneka tanaman obat, minyak atsiri, cendana, gaharu, sagu dan madu (Tang dkk, 2019). Ada sekitar 1.500 spesies bambu dalam 75 genus di dunia. Bambu termasuk dalam family Gramineae (rumput), juga dikenal sebagai rumput besar (giant grass), yang tumbuh berkelompok dan terdiri dari batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap, mulai dari rebung dan batang muda kemudian hingga bambu dewasa 3-4 tahun. Batang bambu berbentuk silindris, beruas-ruas, berbuku-buku, berongga, dinding keras, pada setiap buku memiliki mata tunas dan cabang tumbuh (Hingmadi, 2012). Di , luas tanaman bambu yang ditanam pada tahun 2000 adalah 2.104.000 hektar, dimana 690.000 hektar bambu ditanam di kawasan hutan dan 1.414.000 hektar bambu ditanam di luar kawasan hutan. Hasil panennya sekitar 3000 batang/hektar dan memiliki potensi besar untuk pengembangan kerajinan dan bahan industri. Bambu merupakan sumber daya alam yang potensial untuk dikembangkan, karena bambu merupakan tanaman serbaguna dan dapat dipanen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2

dengan cepat. Bambu kemungkinan akan menggantikan kayu atau setidaknya bisa menjadi pengganti yang baik untuk kayu komersial untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan masa depan (Arsad, 2015). Bambu biasanya ditanam di lapangan terbuka, di dekat permukiman, pinggiran sawah dan ladang, juga merupakan bagian dari sistem yang dikelola. Perkebunan bambu merupakan cara yang paling efektif untuk menghasilkan bambu yang berkualitas dan bernilai jual tinggi. Tanaman bambu dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misalnya rebung bambu dimanfaatkan sebagai sayuran yang lezat ketika dimasak, daun bambu dapat digunakan sebagai pakan ternak, batang bambu dapat sebagai pagar hidup juga pengendali erosi, batang bambu juga dapat dijadikan arang dan rumpun-rumpun bambu dapat sebagai penahan angin (Prastiyo, 2010). Dalam kehidupan sehari-hari tentunya bambu memiliki banyak manfaat, mulai dari akar, batang, tunas sampai daun bambu. Berdasarkan berbagai fungsi dan kegunaan bambu, maka perlu dilakukan kajian bambu di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Seperti menentukan jenis bambu dan menentukan manfaat suatu jenis bambu. Hal ini dikarenakan tidak semua jenis bambu dapat dimanfaatkan dan dilestarikan (Ekayanti, 2016). Tujuan Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi jenis bambu yang diolah dan manfaatkan di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. 2. Mendapatkan jenis-jenis pemanfaatan bambu di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan dan manfaat kepada masyarakat sekitar Kabupaten Karo, maupun mahasiswa dalam menentukan jenis bambu agar nantinya dapat dilakukan upaya-upaya untuk memaksimalkan dalam memproduksi bambu lebih banyak lagi dan untuk mengetahui manfaat bambu yang lebih efektif dan efisien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Bambu Hutan sangat berguna untuk menyeimbangkan lingkungan, mencegah erosi, mencegah pemanasan global, menghasilkan oksigen dan menyediakan air. Hutan adalah kawasan yang banyak ditumbuhi oleh pepohonan, pepohonan dapat menutupi kawasan hutan yang luas. Kawasan hutan dapat membentuk iklim mikro dengan ciri khas tersendiri dari kawasan di luar hutan. Hutan juga merupakan habitat bagi keanekaragaman hayati maupun hewan. Hutan bambu merupakan hutan homogen dan tutupan lahan hutan didominasi oleh tanaman bambu (Mayasari dkk, 2012) Tanaman bambu termasuk Family dari Gramineae (rumput-rumputan) atau disebut juga rerumputan besar (Giant Grass), yang tersusun atas banyak batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap dan berumpun. Mulai dari rebung, batang muda dan sudah dewasa di umur 4 tahun sampai 5 tahun. Batang bambu berbentuk silindris, berongga, berbuku-buku, berdinding keras, pada setiap buku terdapat mata tunas atau cabangnya. Akar bambu sendiri terdiri dari rimpang (rhizon) berbuku dan beruas, pada buku akan ditumbuhi oleh serabut dan tunas yang dapat tumbuh menjadi batang. Arah pertumbuhan tanaman bambu tegak menjulang, namun ada yang memanjat dan ada juga yang batangnya mengayuh. Jika sudah tumbuh tinggi, biasanya ujung batang bambu menjuntai dan daun- daunnya seakan melambai (Widyana, 2002). Bambu sendiri merupakan sumber daya yang sangat kaya dengan berbagai macam keanekaragaman jenis yang cukup banyak. Di Indonesia terdapat 10 genus bambu yang paling terkenal, antara lain Melocanna, Nastus, Phyllostachys, Arundinaria, Bambusa, Schizostachyum, Dinochloa, Thyrsostachys dan Gigantochloa. Indonesia merupakan salah satu negara tropis dengan potensi sumber daya bambu di dunia. Di Indonesia, bambu dapat ditemukan di daerah pedesaan dan kawasan hutan. Kecuali untuk tanah yang terletak di sekitar atau di daerah pesisir, bambu dapat ditanam di semua jenis tanah (Nasution, 2018).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4

Bentuk Bentuk Bambu Tanaman bambu biasanya tumbuh secara berkelompok. Namun bisa juga tumbuh sebagai batang tunggal atau perdu. Tumbuhan bambu yang tumbuh subur di Indonesia adalah tumbuhan bambu yang simpodial, dimana batangnya berkumpul mengelompok karena akar, batang dan dahan yang ada di dalam tanah lebih banyak terkumpul. Tanaman bambu memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat di pedesaan Indonesia, karena tanaman bambu sangat bermanfaat bagi kehidupan ekonomi masyarakat. Bahkan sampai sekarang bambu masih dimanfaatkan dengan luas oleh masyarakat di pedesaan maupun yang tinggal di kota besar, dimulai dari penggunaan teknologi yang sederhana sampai pemanfaatan teknologi yang tinggi pada skala industri. Sehingga mudah untuk didistribusikan. Dibandingkan dengan bahan bangunan lainnya, bambu paling murah karena tumbuh dalam jumlah besar di permukiman pedesaan dan merupakan tanaman multifungsi di pedesaan (Putro dkk, 2014). Morfologi bambu dapat dilihat dari ciri-ciri bambu, mulai dari akar di bawah tanah, membentuk sistem percabangan. Batangnya adalah buluh yang terdiri dari buku dan ruas. Pelepah buluh merupakan hasil modifikasi daun yang menempel di tiap ruas, yang terdiri dari daun pelepah buluh, kuping pelepah buluh, dan ligula. Percabangan umumnya terdapat pada nodus. Daun bambu juga memiliki urat yang sejajar. Helaian daun dihubungkan dengan pelepah oleh tangkai daun. Pelepah daun dilengkapi dengan telinga pelepah dan lidah daun (Yani, 2012). Tanaman bambu dapat tumbuh dengan kecepatan 15-18 cm per hari dan mencapai tinggi maksimal dalam waktu 4 bulan sampai 6 bulan. Batang bambu tersusun dari 50% serat parenkim, 40% serat dan 10% sel penghubung atau yang biasa disebut pembuluh. Produktivitas bambu per unit biomasa lebih tinggi daripada kebanyakan jenis tanaman lainnya, sehingga banyak Negara memilih bambu sebagai sumber energi terbaru. Masyarakat Indonesia sendiri tidak dapat hidup tanpa bambu karena sifatnya yang lentur, lurus, pipih, keras, mudah diolah, mudah dibentuk dan sangat ringan dikerjakan. Selain itu karena harganya yang murah, bambu banyak digunakan sebagai bahan baku bahan untuk membuat rumah, perabot rumah tangga, alat transportasi, tangga dari bambu, kerajinan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5

tangan, dll. Kegunaan dan manfaat bambu juga beragam mulai dari peralatan rumah tangga sederhana, perabot dapur, bahan bangunan dan peralatan lainnya hingga industri kayu lapis (Mayasari & Suryawan, 2012).

Bambu merupakan tumbuhan perdu yang bentuknya sebesar pohon, tumbuh dengan rimpang, setiap ruas mempunyai satu cabang dan setiap ruas berganti-ganti. Dengan pertumbuhan rimpang batang dapat membuat bambu tumbuh unggul dibandingkan dengan jenis tanaman atau pohon lainnya. Dengan pertumbuhan rimpang batang, bambu dapat tumbuh dengan rumpun simpodial, monopodial dan amphipodial. Kegunaan dan manfaat bambu pun beragam, mulai dari perabotan rumah tangga, perabot dapur, bahan bangunan dan peralatan lainnya, dari industri kayu lapis sederhana, laminasi bambu dan industri kertas modern.

Manfaat Bambu Dari segi sosial budaya, masyarakat Indonesia telah lama menganggap bambu sebagai bagian dari kegiatan seni dan tradisional dalam adat. Tanaman bambu juga memiliki sejarah tersendiri dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Bambu runcing digunakan sebagai senjata tradisional dalam perang antikolonial. Oleh karena itu, tidak heran jika beberapa monument perjuangan di Indonesia menggunakan bambu. Misalnya bambu kuning yang dijadikan simbol perjuangan dan ditanam di Taman Tugu ke-45 di kota Pakalongan. Pada saat yang sama, Monumen Bambu Runcing digunakan sebagai titik fokus Taman Monumen Bambu Runcing Surabaya dan Taman Digulis Pontianak. Menurut data diatas, bahkan saat ini, bambu memainkan peran yang sangat penting di antara masyarakat Indonesia, yang bersifat alami (Damayanto, 2018).

Jenis –Jenis Bambu Jenis bambu yang sering digunakan di Indonesia adalah Bambu Tali/ Bambu Apus, Bambu Andong, Bambu Betung, Bambu Duri Dan Bambu Hitam. Jenis bambu ini sering digunakan karena potensinya yang cukup besar. Namun dibandingkan dengan kayu, bambu memiliki kelemahan teknis (sifat fisik, mekanik dan kimia) yang belum dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 6

sosialisasi tanaman bambu sangat diperlukan, agar masyarakat dapat memperoleh informasi tanaman bambu yang berkualitas (Arhamsyah, 2009). Permasalahan Berdasarkan permasalahan yang ada bambu sangat perlu untuk dipahami lebih mendalam sehingga perlu dilakukan adanya penelitian identifikasi jenis dan manfaat bambu di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara, agar masyarakat sekitar maupun mahasiswa tahu dan paham tentang jenis dan manfaat bambu yang ada di sekitar. Dikarenakan sampai saat ini belum adanya data konkrit yang mencatat mengenai ragam jenis bambu dan apa saja manfaat dari bambu yang ada di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2020 di 3 Kecamatan, yaitu Kecamatan Berastagi, Kecamatan Kabanjahe dan Kecamatan Tigapanah. Lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian di wilayah Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan wilayah administrasi, wilayah Kabupaten Karo memiliki luas 2.127,25 km2 terdiri atas 17 Kecamatan, 10 Kelurahan dan 259 Desa. Adapun lokasi penelitian berada di 3 Kecamatan, yaitu Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah. Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Manajemen Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Alat dan Bahan Penelitian Objek penelitian ini adalah tanaman bambu (Bambusa sp) yang ditemukan saat kegiatan di lapangan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis untuk mencatat data di lapangan, kamera digital untuk dokumentasi, GPS Maps Camera Handphone (Geographic Positioning System) untuk menentukan titik lokasi penelitian, tali rafia, meteran dan parang. Bahan yang digunakan dalam penelitian terdiri atas : Tally sheet dan Kuisioner.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 8

Tabel 1. Jenis data yang diperlukan dalam penelitian. No Nama Data Jenis Data Sumber Tahun 1. Data Lapangan Primer Data Lapangan 2020 (ground check) 2. Peta Administrasi Sekunder Badan Informasi 2020 Kabupaten Karo Geospasial (BIG)

Jenis Data 1. Data primer Data primer dihimpun melalui pengamatan langsung pada petak contoh meliputi jenis bambu (Bambusa sp) dan manfaat tumbuhan. 2. Data Sekunder Data sekunder yang mendukung penelitian ini meliputi keadaan umum lokasi penelitian, antara lain data tentang keadaan umum daerah penelitian dan data Peta Administrasi Kabupaten Karo. Sampel Responden 1. Responden Umum Responden umum adalah masyarakat sekitar Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah yang mengetahui jenis-jenis bambu dan petani yang memanfaatkan tumbuhan bambu. 2. Responden Kunci Responden kunci adalah pemilik lahan bambu, pengrajin bambu dan penjual produk dari bambu. Jumlah responden yang dijadikan sampel adalah 50 responden. Metode a. Metode pengambilan data Metode pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara menganalisis stok tumbuh bambu yang ada di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara melalui : (a) Studi referensi (b) Menganalisis data sekunder dan (c) Memeriksa lapangan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dilokasi penelitian adalah stratifikasi dan juga menggunakan metode klasifikasi citra satelit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 9

Kegiatan survey di lapangan bertujuan untuk memperoleh data untuk pengecekan kebenaran klasifikasi penggunaan lahan. Data lapangan diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan meliputi data pengukuran, dokumentasi kondisi lapangan, marking posisi titik di lapangan, serta input ke dalam tally sheet dikumpulkan dari petak sampel permanen dan survey lapangan. Adapun prosedur yang dilakukan pada plot sampel adalah :

1. Membuat petak ukuran 50 m x 50 m Membuat plot di area kebun bambu dengan ukuran 50 m x 50 m. Plot persegi panjang atau persegi lebih umum digunakan untuk survei vegetasi. Menggunakan alat sederhana (seperti kompas dan tali/tambang) untuk menggambar batas plot lebih mudah, termasuk area dengan kemiringan dan ketinggian yang berbeda – beda (Husch et al., 2003).

2. Pengambilan data di lapangan. a. Menghitung jumlah rumpun bambu b. Menghitung jumlah batang bambu pada rumpun kecil dan rumpun besar. c. Menghitung diameter batang bambu tiap rumpun dengan setinggi dada, 3 batang ukuran kecil, 3 batang dari ukuran sedang dan 3 batang dari ukuran besar. d. Mengukur tinggi bambu dan jumlah ruas e. Mengukur panjang ruas (dengan memotong bambu minimal 1 plot 1 sebagai contoh) dan mengukur panjang masing-masing ruas bambu. 3. Identifikasi Tanaman bambu yang terdapat di dalam petak contoh diidentifikasi dengan cara mencocokkan karakteristik tanaman berdasarkan literatur penunjang, pengetahuan pemilik kebun dan masyarakat sekitar. 4. Wawancara Melakukan wawancara kepada pemilik kebun bambu di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara terkait pemanfaatan jenis bambu berbasis kearifan lokal. Selain pemilik, juga melakukan wawancara kepada masyarakat pengguna bambu, pengrajin bambu dan penjual produk bambu. Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah ada dalam kuisioner.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 10

b. Pengolahan Data Data dari survei lapangan dianalisis untuk mendapatkan jumlah tegakan bambu di lapang dan dikerjakan di laporan lapangan.

Analisis Tutupan Lahan

Analisis Jenis dan Manfaat Bambu

Wawancara Responden

Analisis Potensi Bambu

Pemanfaatan Bambu Gambar 2. Skema analisis jumlah tegakan bambu di lapangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tutupan Lahan di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan pengamatan lapangan di 226 titik pengamatan diperoleh delapan tipe-tipe tutupan lahan yang terdiri dari lahan terbangun, lahan kosong, hutan, lahan bambu, pertanian, sawit, badan air dan semak. Titik sampel koordinat yang diambil di wilayah penelitian Kabupaten Karo memiliki kelas tutupan lahan dengan luasan yang berbeda. Selain dari delapan jenis tutupan lahan yang ditemukan di lapangan, terdapat area yang tidak teridentifikasi karena tertutup oleh awan dan bayangan awan. Informasi jenis tutupan lahan objek awan dan bayangan awan diketahui dari kenampakan dari citra sehingga jenis tutupan lahan yang diperoleh sebanyak sebelas tutupan lahan.

Gambar 3. Tutupan lahan di wilayah Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara.

Gambar 3 menunjukkan tutupan lahan yang paling luas adalah hutan yang memiliki luas 64.977 hektar dengan persentase 32,29% dan tutupan lahan yang paling sedikit adalah badan air memiliki luas 130 hektar dengan persentase 0,06%. Tutupan lahan lainnya yang dimiliki di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut lahan terbangun yang memiliki luas 3.255 hektar, lahan kosong yang memiliki luas 32.157 hektar, lahan bambu yang memiliki luas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 12

26.659 hektar, pertanian yang memiliki luas 51.868 hektar, sawit yang memiliki luas 10.373 hektar dan semak yang memiliki luas 6.380 hektar. Secara rinci distribusi luas tipe tutupan lahan disajikan dalam data tabel 2. Tabel 2. Jenis dan luas tutupan lahan di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. No Jenis Tutupan Lahan Luas (ha) Luas (%) 1. Awan 3.826 1,90 2. Bayangan Awan 381 0,19 3. Lahan Terbangun 3.255 1,62 4. Lahan Kosong 32.157 15,98 5. Hutan 64.977 32,29 6. Lahan Bambu 26.659 13,25 7. Pertanian 51.868 25,78 8. Sawit 10.373 5,16 9 Badan Air 130 0,06 10 Semak 6.380 3,17 Total 201.201 100

Gambar 4. Peta Sebaran Tegakan Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus). Berdasarkan Gambar 4, Sebaran tegakan jenis Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) yang ada di wilayah penelitian adalah Desa Doulo, Raya, Rumah Berastagi, Samura, Sumber Mufakat, Ketaren, Mulawari Gerga, dan Regaji.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 13

B. Jenis Pemanfaatan Bambu Berdasarkan jenis pemanfaatan bambu dengan panduan literatur dan hasil wawancara dengan pemilik lahan bambu, maka diperoleh jenis pemanfaatan bambu yang ada di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Jenis pemanfaatan bambu diuraikan pada tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Jenis Pemanfaatan Bambu di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah.

Plot Kecamatan Desa Jenis Bambu 1 Berastagi Doulo Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) 2 Berastagi Doulo Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) 3 Berastagi Doulo Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) 1 Berastagi Raya Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) 2 Berastagi Raya Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) 3 Berastagi Raya Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) 1 Berastagi Rumah Berastagi Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) 2 Berastagi Rumah Berastagi Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) 3 Berastagi Rumah Berastagi Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) 1 Kabanjahe Samura Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) 2 Kabanjahe Samura Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) 3 Kabanjahe Samura Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) 1 Kabanjahe Mufakat Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) 2 Kabanjahe Mufakat Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) 3 Kabanjahe Mufakat Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) 1 Kabanjahe Ketaren Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) 2 Kabanjahe Ketaren Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) 3 Kabanjahe Ketaren Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) 1 Tigapanah Mulawari Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) 2 Tigapanah Mulawari Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) 3 Tigapanah Mulawari Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) 1 Tigapanah Jambur Gerga Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) 2 Tigapanah Jambur Gerga Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) 3 Tigapanah Jambur Gerga Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) 1 Tigapanah Regaji Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) 2 Tigapanah Regaji Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) 3 Tigapanah Regaji Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus)

Berdasarkan hasil pada tabel 3, diketahui identifikasi jenis pemanfaatan bambu di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah yaitu : Bambu Tali/ Apus (Gigantochloa apus). Jenis bambu ini banyak ditemukan di negara–negara Asia Tenggara, seperti Myanmar, Thailand, Indonesia dan Malaysia. Bambu tali juga dikenal sebagai jenis yang bisa bertahan di daerah kering. Asal dan sebaran geografis Bambu Apus/Tali dari Myanmar dan Thailand Tenggara. Bambu Tali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 14

umumnya tumbuh di dataran rendah tetapi juga dapat tumbuh dengan baik di daerah pegunungan di bawah 1.000 meter di atas permukaan laut (Supriatna & Kosasih, 2014). Berada di ketinggian 200-1500 meter di atas permukaan laut,Bambu Tali/ Apus (Gigantochloa apus) tumbuh dengan baik. Jenis bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) adalah jenis bambu yang sering digunakan oleh warga sekitar Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara untuk berkebun, membuat pagar, membuat pacak tanaman, keranjang, tampi (tampah beras), kandang ayam, tangga dan sebagainya. Klasifikasi ilmiah dari Bambu Tali/ Bambu Apus (Gigantochloa apus) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdiviso : Angiospermae Kelas : Monokotiledonae Ordo : Poales Famili : Graminae Subfamili : Bambusodae Superbangsa : Bambusodae Genus : Gigantochloa Spesies : Gigantochloa apus (J.A & J.H Scultes) Kurz.

(a) (b) (c) Gambar 5. Jenis Bambu di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. (a) Bambu Tali/ Bambu Apus (Gigantochloa apus) pada lokasi Berastagi (b) Bambu Tali/ Bambu Apus (Gigantochloa apus) pada lokasi Kabanjahe (c) Bambu Tali/ Bambu Apus (Gigantochloa apus) pada lokasi Tigapanah. Jenis Bambu Tali/ Bambu Apus (Gigantochloa apus) di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah memiliki warna batang yang hijau saat masih segar dan berwarna krem atau sedikit pucat setelah kering. Masing - masing

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 15

rumpun bambu terdapat sekitar 33 sampai 80 batang per rumpun nya. Bambu Tali/ Bambu Apus (Gigantochloa apus) memiliki panjang batang sekitar 14-18 meter, jumlah ruas bambu sekitar 20-39 ruas per batang, panjang ruas pada bagian pangkal batang bambu adalah 27-35 cm, bagian tengah 50-60 cm, bagian ujung 37-49 cm. Bambu Tali/ Bambu Apus (Gigantochloa apus) memiliki diameter batang bambu antara 5,1 sampai 5,7 cm. Pada umumnya Bambu Tali/ Bambu Apus (Gigantochloa apus) terdapat di tepian sungai dan daerah berbukit. Selain di tepian sungai dan daerah berbukit bambu tali/ bambu apus (Gigantochloa apus) dapat ditemui di permukiman masyarakat. Karakteristik Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah diuraikan pada tabel 4.

Tabel 4. Karakteristik Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus) di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah Rata-Rata Jumlah Jumlah Panjang Panjang Panjang Panjang batang Ruas batang ruas ruas ruas Diame Lokasi bambu Bambu bambu pangkal tengah ujung ter Penelitian per per (m) bambu bambu bambu (cm) rumpun batang (cm) (cm) (cm) (batang) (ruas) Doulo 50 15 24 27 50 37 5,1 Raya 33 16 21 27 50 41 5,3 Rumah 50 14 20 29 55 42 5,7 Berastagi Samura 80 16 22 27 55 42 5,7 Mufakat 60 17 22 28 60 49 5,5 Ketarem 77 16 28 33 60 37 5,6 Mulawari 47 18 39 35 50 49 5,5 Jambur 55 16 22 33 55 47 5,1 Gerga Regaji 78 17 24 29 55 38 5,1

Bambu merupakan tanaman yang cukup terkenal di Indonesia, khususnya masyarakat di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah. Dari segi ekologi, sosial budaya dan ekonomi, bambu telah banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat. Upacara keagamaan, perkawinan, kematian, kelahiran dan kegiatan kebudayaan lainnya tidak dapat dipisahkan dari penggunaan bambu. Selama ini bambu banyak digunakan sebagai bahan bangunan, kerajinan tangan, alat musik juga industri pulp dan kertas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 16

Bambu dapat dikatakan sebagai tanaman serbaguna karena hampir semua bagian tanaman bambu dapat dimanfaatkan. Bambu Apus / Tali (Gigantochloa apus) memiliki banyak manfaat pada bagian akar, batang dan ujungnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sujarwo et.al (2010) yaitu akar Bambu Apus/ Tali (Gigantochloa apus) baik untuk bidang kesehatan seperti mengobati kencing manis, kencing batu, maag, liver (sakit kuning), hipertensi, ginjal, kanker payudara, limpa, kanker darah dan batuk. Sedangkan batang (buluh) bambu tali dapat digunakan untuk meremajakan kulit bekas luka, memperlancar persalinan, mengobati luka dan mengobati panas dalam. Potensi Bambu Potensi ketersediaan Bambu Apus/ Tali (Gigantochloa apus) yang terdapat di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah dapat dilihat dalam tabel 5 berikut ini: Tabel 5. Potensi Tanaman Bambu Apus/Tali (Gigantochloa apus) di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah Rata-Rata Kecamatan Jumlah Rumpun Jumlah Jumlah Bambu Batang Anakan (Rumpun/Ha) Bambu (Batang/Ha) Batang (Batang/Ha) Berastagi 89 6.200 62 Kabanjahe 60 3.800 50 Tigapanah 45 4.400 48 Total 160 14.400 160

Berdasarkan Tabel 5 di atas, rata-rata rumpun bambu yang diteliti di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah adalah 160 rumpun/ ha. Dilihat dari total luas tanaman bambu, potensi batang bambu dewasa sekitar 14.400 batang/tahun/ha, dan potensi rebung 160 batang/tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Baharuddin dkk. (2015) Potensi rumpun bambu di Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros adalah 192 rumpun per hektar. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Jannah dkk. (2019) terdapat 34 rumpun bambu per hektar di Desa Kading, dengan total luas lahan adalah 7,29 hektar dan total 247 rumpun bambu. Dibandingkan dengan kedua penelitian tersebut, jumlah bambu di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara lebih banyak dan bambu masih sangat potensial. Sedangkan untuk potensi Bambu Apus/ Bambu Tali (Gigantochloa apus) per kecamatan disajikan pada tabel 6.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 17

Tabel 6. Potensi Tanaman Bambu Apus/Tali (Gigantochloa apus) per kecamatan

Jumlah Batang Bambu Total Potensi No. Kecamatan (Batang/Rumpun) (Batang/Ha)

1. Berastagi 31 6.200 2. Kabanjahe 19 3.800 3. Tigapanah 22 4.400

Dari tabel 6, dapat dilihat potensi bambu Apus/Tali (Gigantochloa apus) per kecamatan yang paling banyak berada di Kecamatan Berastagi dengan total potensi 6.200 batang/hektar dan jumlah batang bambu sebanyak 31 batang/ rumpun. Sedangkan potensi bambu Apus/Tali (Gigantochloa apus) yang paling sedikit berada di Kecamatan Kabanjahe dengan total potensi 3800 batang/hektar dan jumlah batang bambu sebanyak 19 batang/rumpun. Potensi tanaman Bambu Apus/Tali (Gigantochloa apus) di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah menurut Peraturan Menteri Kehutanan (2009) potensi tanaman bambu tergolong kurang dari 200 rumpun/ha, yaitu cukup rendah dan potensinya rendah. Karena kurangnya informasi tentang cara memanen dan mengelola bambu, sebanyak 27 orang yang diwawancarai di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara tidak memiliki batas atau hanya memanen berdasarkan pesanan pembeli. Sementara itu, sebagaimana yang dikemukakan oleh Lewis (2000), jika dikelola dengan baik, bambu dapat dipanen hingga 20% batang tegak setiap tahunnya untuk merangsang pertumbuhan anakan baru. Oleh karena itu, bambu dengan ukuran dan kualitas yang baik dapat dipanen. Hanim dkk. (2010) menunjukkan bahwa dalam setiap rumpun bambu terdapat 40-50 batang dan lebih dari 10-20 akar batang per tahun. Berdasarkan hal tersebut, jumlah panen lestari yang dapat dilakukan hanya 10-20 batang per rumpun per tahun.

B. Pemanfaatan Bambu Dari tabel 7, dapat dilihat kebutuhan Bambu Apus/Tali (Gigantochloa apus) dalam pemenuhan produk industri yang paling banyak dihasilkan adalah Keranjang. Terdapat 12 warga pengolah bambu. Para pengolah tersebut dapat menghasilkan sekitar 766 keranjang dalam satu minggu. Untuk membuat keranjang diperlukan sekitar 368 batang bambu/minggu dan setiap tahunnya mencapai 17.664 batang. Sedangkan kebutuhan bambu apus/tali (Gigantochloa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 18

apus) dalam pemenuhan produk industri paling sedikit dihasilkan adalah kandang ayam yang terdapat 1 orang warga pengolah bambu. Pengolah tersebut dapat menghasilkan sekitar 4 kandang ayam dalam satu minggu. Untuk membuat kandang ayam diperlukan sekitar 12 batang bambu/minggu dan setiap tahunnya mencapai 576 batang.

Tabel 7. Kebutuhan Bambu Apus/Tali (Gigantochloa apus) Dalam Pemenuhan produk industri di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Nama Produk Pengolah Produk Kebutuhan Kebutuhan Olahan (orang) /minggu Bambu Bambu (batang/minggu) (batang/tahun) Keranjang 16 766 368 17.664 Tampi (Tampah beras) 4 138 33 1.584 Kursi Meja Bambu 1 2 20 960 Tikar 1 2 15 720 Kandang ayam 1 4 12 576 Jumlah 21.504

Gambar 6. Pemanfaatan Bambu Apus/Tali (Gigantochloa apus) di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara.

Menurut wawancara dengan narasumber, pemanfaatan Bambu Apus/Tali (Gigantochloa apus) di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah sebagian besar menjual keranjang, dengan perbandingan 32%. Pemanfaatan menjual keranjang merupakan yang paling banyak dikarenakan masyarakat di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah rata-rata adalah petani. Saat musim panen maka pemesanan pembuatan keranjang akan meningkat. Sementara itu, di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah pemanfaatan bambu terkecil adalah sebagai bahan bangunan, tikar bambu dan kursi meja dari bambu sebanyak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 19

2% karena sangat jarang digunakan dan sudah digantikan oleh produk dari besi dan kayu. Kemudian berkembang menjadi pengolahan produk kandang ayam, keranjang, pagar/pacak, tikar dari bambu, kursi meja dari bambu dan tudung saji. Pemanfaatan bambu di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah ada yang hanya memanfaatkan salah satunya dan ada pula yang memanfaatkan 2 atau 3 jenis dari pemanfaatan tersebut, selain itu ada juga yang memanfaatkan bahkan 4- 5 jenis pemanfaatan tersebut. Produk bambu yang khusus dimanfaatkan dan dijual langsung oleh Petani bambu di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah ditunjukkan pada Gambar 6. Biasanya bambu yang digunakan untuk membuat pagar dan bahan bangunan adalah bambu tua. Bambu muda hanya digunakan untuk membuat lemang, sedangkan rebung hanya digunakan sebagai makanan (sayuran). Setiap produk menggunakan jumlah bambu yang berbeda. Misalnya, saat membuat baki ayam, dibutuhkan sebatang bambu tua. Pada saat yang sama, dua batang bambu tua diperlukan untuk membuat bubur ikan. Produk-Produk Olahan dari Bambu Tabel 8, menunjukkan beberapa produk olahan dari bambu Apus/Tali (Gigantochloa apus) yang dapat dihasilkan di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah terdiri dari 8 jenis produk olahan bambu dalam skala besar, yaitu Pacak atau tiang bertani, kandang ayam, tudung saji, kursi dan meja, tiang bangunan, keranjang, tikar, bambu utuh. Adapun jenis produk olahan bambu Apus/Tali (Gigantochloa apus) penggunaan pribadi yaitu arang dari bambu, tiang spanduk dan tiang perancah untuk bunga. International Network for Bamboo dan Rattan. (2014) menyatakan bahwa menggunakan bambu dari arang akan menghilangkan tekanan dari sumber daya hutan lainnya, menghindari deforestasi dan juga pelepasan karbon yang sebelumnya terserap ke atmosfer.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 20

Tabel 8. Produk olahan dari Bambu Apus/Tali (Gigantochloa apus) yang dapat dihasilkan di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah. Nama Produk Banyaknya dari Bambu Harga jual Kebutuhan Dokumentasi

Pacak / Tiang 1.800/meter 65 meter / hari

1.800/meter Tiang bertani 65 meter / hari

Tiang 9.000/ 15-20 batang/ Spanduk Batang Hari

Tiang 9.000/ 15-20 batang/ Spanduk Batang Hari

Kandang 45.000 4 kandang/ Ayam minggu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 21

Tampi (Tampah 10-11Tampi / 15.000 Beras) Hari

Tiang Peranca 1.800/meter 65 meter / hari Bunga

Kursi dan 1 buah kursi/ Meja Bambu 500.000 Minggu

8.000/ Tiang batang 15 batang/ hari Bangunan

12 batang/ 15-18 Keranjang/ Keranjang Hari hari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 22

Keranjang 12 batang/ 15-18 Keranjang/ Hari hari

Tikar dari bambu 350.000 2/ minggu

9.000/ Bambu Utuh Batang 15/hari

Arang dari bambu 9.000/ 2-3 batang/ Batang Hari

Pemanfaatan tumbuhan bambu Apus/Tali (Gigantochloa apus) yang dilakukan di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah merupakan pengetahuan yang diturunkan oleh nenek moyang melalui interaksi dengan lingkungan alam. Secara umum, warisan pengetahuan tradisional adalah warisan lisan yang diturunkan oleh generasi ke generasi. Saat ini bentuk-bentuk kearifan tradisional yang masih ada di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah, khususnya pemanfaatan bambu dibarengi dengan kesadaran pemanfaatan tumbuhan bambu yang digunakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 23

Bambu Apus/Tali (Gigantochloa apus) telah banyak dimanfaatkan di masyarakat, mulai dari teknologi yang paling sederhana sampai pemanfaatan teknologi tinggi skala industri. Contoh pemanfaatan teknologi terhadap meja dan kursi dari bambu. Pemrosesan bahan baku bambu telah melalui proses pengawetan dan seleksi awal preliminary bahan baku bambu berkualitas tinggi. Warna alami kursi bambu adalah coklat muda yang cenderung krem, sehingga kursi bambu tidak perlu terlalu banyak hiasan. Merawat bambu juga mudah, dan bambu juga bisa dicat kayu cokelat. Bambu merupakan bahan yang kokoh dan ringan yang dapat digunakan tanpa pengolahan. Struktur bambu nyaman untuk konstruksi (tiang), memiliki ketahanan seismik yang baik dan mudah diperbaiki jika terjadi kecelakaan kerusakan. Karena penggunaan kayu secara besar-besaran dari masa lalu, kayu menjadi semakin langka dan pada saat yang sama pertumbuhan kayu agar dapat digunakan sebagai bahan bangunan mungkin membutuhkan waktu lama untuk mencapai 40 Tahun, sedangkan bambu baru berumur sekitar 3 sampai 5 tahun sudah dapat digunakan sebagai pengganti kayu. Arang bambu dibuat dengan cara pirolisis, dimana bambu dikarbonisasi pada suhu 500-600°C menggunakan peralatan khusus. Setelah itu, arang yang dihasilkan diaktifkan dengan bahan kimia asam dan basa dan ditambahkan logam untuk meningkatkan kapasitas listrik. Penggunaan masyarakat biasanya digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan teknologi sederhana, sedangkan untuk industri biasanya digunakan untuk orientasi ekspor (Batubara, 2002). Bambu memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari, memiliki banyak manfaat, antara lain digunakan untuk tenun, bahan makanan, tali temali dan upacara adat. Bambu tumbuh secara alami di daerah ini. Pemasaran dan keuntungan penjualan Produk Bambu Pemasaran dihitung berdasarkan pola pemasaran yang terjadi dalam pemasaran produk. Model pemasaran yang terjadi dalam kegiatan pemasaran ini terdiri dari beberapa pelaku pemasaran yaitu: tetangga, petani, pasar tradisional, pengepul dan konsumen.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 24

Tabel 9. Pemasaran Produk Bambu di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah Jumlah No Kategori (Responden) 1 Tetangga 8 2 Petani 15 3 Pasar tradisional 3 4 Pengepul 20 5 Konsumen 4

Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat sasaran pemasaran utama produk Bambu Apus/Tali (Gigantochloa apus) di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah yang paling banyak adalah kepada pengepul yaitu 20 responden dari 50. Sementara itu, pemasaran produk bambu di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah yang paling sedikit adalah pasar tradisional yaitu sebanyak 3 orang dari 50 responden. Saat sedang musim panen tomat dan buah jeruk pemasaran akan meningkat karena pesanan meningkat. Pada saat yang sama, karena produk yang dihasilkan sangat monoton, pemasaran produk bambu menjadi sulit. Pemasaran produk bambu di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah belum sampai keluar Provinsi. Maka dari itu hubungan pasar perlu dibangun untuk memanfaatkan pasar yang lebih luas agar bermanfaat bagi masyarakat lokal. Keuntungan yang diperoleh para pelaku pemasaran produk Bambu Apus/Tali (Gigantochloa apus) di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah dipengaruhi oleh beberapa faktor biaya, seperti harga beli dari pelaku pemasaran, biaya tebang bambu yang dikeluarkan oleh para pelaku pemasaran dan harga jual kepada konsumen, sehingga keuntungan yang diperoleh para pelaku pemasaran tidak sama besarnya dengan lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 25

Gambar 7. Grafik Keuntungan penjualan produk Bambu Apus/Tali (Gigantochloa apus) di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah

Berdasarkan Gambar 6, keuntungan penjualan produk Bambu Apus/Tali (Gigantochloa apus) di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah yang paling besar adalah penjualan produk tampi (tampah beras). Sedangkan keuntungan penjualan produk Bambu Apus/Tali (Gigantochloa apus) Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah terkecil adalah penjualan produk kandang ayam. Sedangkan biaya dan harga jual produk Bambu Apus/Tali (Gigantochloa apus) di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Biaya Dan Harga Jual produk Bambu Apus/Tali (Gigantochloa apus) di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah Kebutuhan Bahan Baku Jumlah Keuntung Biaya Produk Penghasila Nama Harga an Per Bambu Upah Per Per n Per bulan Produk Jual bulan Per Potong Minggu Minggu (Rp) (Rp) (Rp) Batang (Rp) (batang) (unit) (Rp) Kandang 4.000 4.000 12 45.000 4 720.000 336.000 Ayam Bahan 4.000 4.000 84 8.000 105 3.360.000 672.000 Bangunan Tikar 3.000 2.000 15 350.000 2 2.100.000 1.800.000 Bambu 5.000 4.000 100 9.000 100 3.600.000 1.995.000 Utuh Tiang/ 3.000 4.000 12 1.800 450 3.240.000 2.890.000 Pacak Kursi Meja 4.000 4.000 20 500.000 2 4.000.000 3.360.000 Keranjang 3.000 2.000 12 9.000 105 3.780.000 3.530.000 Tampi 5.000 3.500 18 15.000 75 4.500.000 3.888.000

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 26

Berdasarkan Tabel 10, biaya dan harga jual produk Bambu Apus/Tali (Gigantochloa apus) di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah yang paling besar adalah tampi (tampah beras). Bahan baku untuk membuat tampi (tampah beras) dalam satu minggu membutuhkan 18 batang bambu dan dapat menghasilkan 75 unit produk tampi (tampah beras). Dengan modal Rp. 612.000, /bulan dapat menghasilkan 300 unit tampi (tampah beras) dengan harga jual Rp. 15.000, /unit. Maka penghasilan yang didapat Rp. 4.500.000, /bulan dengan keuntungan Rp. 3.888.000/ bulan. Sedangkan biaya dan harga jual produk Bambu Apus/Tali (Gigantochloa apus) di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah yang paling sedikit adalah produk kandang ayam. Bahan baku membuat kandang ayam dalam satu minggu membutuhkan 12 batang bambu yang dapat menghasilkan 4 unit produk kandang ayam. Dengan modal Rp. 384.000, /bulan dapat menghasilkan 16 unit kandang ayam perbulan dengan harga jual Rp. 45.000, /unit. Maka penghasilan yang didapat adalah Rp. 720.000, /bulan dengan keuntungan Rp. 336.000, / bulan. Karakteristik Responden Hasil Survey lokasi, dikarenakan sedang pandemi banyak masyarakat menolak untuk dilakukan wawancara. Maka wawancara dilakukan hanya kepada pemilik kebun dan penjual produk dari bambu saja, namun tetap menjaga jarak dan tetap mengenakan masker serta membawa hand sanitizer. Dari jumlah 50 orang responden yang diwawancara, pada tabel 11 sudah dirangkum identitas responden. Sebanyak 24 responden bekerja sebagai petani, sebagai pedagang 2 responden dan PNS sebanyak 6 responden. Diantara nya wanita 19 orang dan laki- laki 31 orang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 27

Tabel 11. Identitas Responden Pemilik, pengguna penjual Bambu Apus/Tali (Gigantochloa apus) di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah. Jumlah Parameter Kategori Responden (50 orang) Sumber Pendapatan Utama Petani 24 Pedagang 1 Swasta 1 PNS 6 Penjual Produk Bambu 16 Jenis kelamin Wanita 19 laki-laki 31 Umur < 15 Tahun 0 15 - 64 Tahun 42 > 64 Tahun 8 Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah 21 SD 7 SMP 9 SMA 7 Sarjana 6 Suku Batak Karo 28 Batak Toba 10 Batak Simalungun 6 Jawa 6 Permasalahan Musiman 50

Salah satu faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja seseorang adalah faktor usia. Pertumbuhan penduduk usia muda (0-15 tahun) dan usia sangat produktif (15-64 tahun) (Mahendra, 2014). Tabel 11 menunjukkan bahwa persentase responden bambu di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah dengan kelompok usia produktif yaitu sebanyak 42 orang, sedangkan responden bambu yang sudah tidak produktif adalah sebanyak 8 orang. Hal ini menunjukkan bahwa umur responden di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah masih dapat bekerja dan menanam bambu atau melakukan usaha lain. Tingkat pendidikan responden di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah rendah, hal ini dikarenakan kurangnya tingkat kesadaran akan pendidikan. Berdasarkan pengambilan data responden pemilik bambu di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah yang tidak bersekolah ada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 28

sebanyak 21 responden, SD sebanyak 7 responden, SMP sebanyak 9 responden, SMA sebanyak 7 responden dan sarjana sebanyak 6 responden. Demikian juga dengan suku yang ada di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah sangat beragam, memang rata-rata nya adalah suku Karo, karena daerah ini merupakan daerah turun-temurun masyarakat Karo dan ada sebanyak 28 orang responden yang merupakan suku Batak Karo, Batak Toba 10 orang, Batak Simalungun 6 orang dan suku Jawa 6 orang dari 50 responden yang diwawancarai. Masalah yang paling sering dialami responden adalah berkurangnya penghasilan karena musiman tomat dan jeruk. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan pemanfaatan olahan dari bambu itu sendiri. Maka dari itu penting dilakukan pelatihan oleh pemerintah setempat yaitu pelatihan pengelolaan bambu sebagai bahan dasar. Kegiatan ini dilakukan agar meningkatkan peminat penggunaan bahan bambu dan menaikkan perekonomian masyarakat setempat. Selain itu, penggunaan bambu juga dapat melestarikan kebun masyarakat tersebut. Peningkatan harga pasar produk bambu yang dihasilkan dapat menaikkan pendapatan masyarakat di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah. Tabel 12. Ragam Keuntungan Produk Bambu Apus/Tali (Gigantochloa apus) yang dihasilkan di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah. Luas Lahan Jenis Produk Keuntungan (ha) (Rp) 0 Kandang Ayam 336.000 0,5 Bahan Bangunan 672.000 0 Tikar 1.800.000 0,5 Bambu Utuh 1.995.000 0,5 Tiang/ Pacak 2.890.000 0,5 Kursi Meja 3.360.000 0 Keranjang 3.530.000 0 Tampi (Tampah beras) 3.888.000

Dari Tabel 12, dapat dilihat jenis-jenis produk bambu yang dihasilkan di Kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah Produk paling menguntungkan adalah nomor responden 44 penjualan produk tampi (tampah beras) yang tidak memiliki kebun bambu dengan keuntungan Rp. 3.888.000 per bulan. Sedangkan jenis produk paling kecil keuntungannya adalah penjualan kandang ayam dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 29

nomor responden 48 yang tidak memiliki lahan bambu dengan keuntungan Rp, 336.000, per bulannya. Hal ini dapat terjadi karena pengusaha produk tampi (tampah beras) merupakan pengrajin dan pengepul. Tampi (tampah beras) akan dijual saat harga penjualan sedang meningkat. Pada saat musim panen pembelian keranjang juga akan meningkat sehingga harga jual keranjang juga akan naik, dengan demikian pengusaha dan pengepul akan untung lebih banyak dari pemilik lahan bambu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Jenis bambu yang dimanfaatkan oleh petani dan pengrajin bambu adalah Gigantochloa apus . 2. Gigantochloa apus digunakan secara langsung sebagai bahan bangunan, dan diberikan nilai tambah atau diolah menjadi kandang ayam, tikar, tiang, kursi dan meja dari bambu, keranjang dan tampi (tampah beras). Penggunaan bambu sebagai bahan baku pembuat tampi (tampah beras) merupakan penggunaan yang paling banyak ditemukan di kecamatan Berastagi, Kabanjahe dan Tigapanah.

Saran Perlu menjalin hubungan pasar agar pemasaran kerajinan bambu dapat dijual lebih luas hingga ke luar negeri, seperti menggunakan kemajuan teknologi untuk berjualan di platform online. Kehadiran berbagai pemangku kepentingan bambu harus menjadi batu loncatan untuk meluncurkan rencana pengembangan bambu yang dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Hal ini memberikan kontribusi yang akan signifikan bagi perekonomian daerah juga meningkatkan kemampuan masyarakat pedesaan untuk memerangi kemiskinan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, R., Affandi, O., & Batubara, R. (2012). Analisis Potensi Ketersediaan Dan Pemasaran Bambu Belangke (Gigantochloa Pruriens Widjaja) Di Hutan Rakyat Bambu Desa Timbang Lawan. Alumnus Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Pertanian USU, Medan, 137-142. Arhamsyah. (2009). Pengolahan Bambu Dan Pemanfaatannya Dalam Usaha Pengembangan Industri Kecil . Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.1, No.2, 30-35. Arsad, E. (2015). Teknologi Pengolahan Dan Manfaat Bambu . Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.7, No.1, , 45-52. Assauri S. 1993. Manajemen Produksi Dan Operasi. Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Badan Planologi Kehutanan, 2008. Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2008. Pusat Inventarisasi dan Perpetaan Kehutanan. Badan Planologi Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta. Baharuddin, Sanusi, D., Putranto, B., & Daud, M. (2015). Analisis Pendapatan Petani Hutan Bambu Rakyat di Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros. Matoa: Jurnal Ilmu Kehutanan, 3(5), 1–15. Barly B, Sumarni G. 1997. Cara Sederhana Pengawetan Bambu Segar. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 15(2): 79-86. Batubara R. 2002. Pemanfaatan Bambu Di Indonesia. Dikutip Dari www.library.usu.ac.id. [27 Maret 2021]. Bystriakova, N., Kapos, V., Lysenko, I. & Stapleton, C. (2003). Distribution and Conservation Status of Forest Bamboo Biodiversity in the Asia-Pacific Region. Biodiversity Conserv., 12, 1833–1841. Damayanto, I. P. (2018). Koleksi Bambu Taman Eden 100, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Dan Perannya Dalam Taman . Jurnal Arsitektur Lansekap Issn: 2442-5508 Vol. 4, No. 2, , 211-218. Departemen Kehutanan dan Perkebunan. (2004). Panduan Kehutanan Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Jakarta: Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat. (2008). Bambu Untuk Menghadapi Pemasaran Global. Jawa Barat: Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat. Ekayanti, N. W. (2016). Keanekaragaman Hayati Bambu (Bambusa Spp) Di Desa Wisata Penglipuran. Bangli . Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02 ISSN : 2088-2149 , 132-138. Hanim A. R., A. Zaidom, F. Abood, and U.M.K. Anwar. (2010). Adhesion and Boncing Characteristics of Preservatives-Treated Bamboo (Gigantochloa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 32

scortechinii) Laminates. Journal of Applied Sciences, 10 (14): 1435- 1441. Hingmadi, D. (2012). Keanekaragaman Ciri Morfologi Jenis-Jenis Bambu (Bambusa Sp.) Di Kelurahan Teunbaun Kecamatan Amarasi Barat . Skripsi Fakultas Mipa- Biologi Universitas Pgri-Ntt , 1-63. Huzaemah T, Mulyaningsih, Aryanti E. 2016. Identifikasi Bambu Pada Daerah Aliran Sungai Tiupupus Kabupaten Lombok Utara. Jurnal Biologi Tropis. 16(2) : 24. International Network for Bamboo & Rattan. (2014). Bamboo: A strategic resource for countries to reduce the effects of climate change. In Policy Synthesis Report. Beijing, China Jong Y, Wardenaar E, Tavita GE. 2018. Studi Jenis Dan Pemanfaatan Bambu Oleh Masyarakat Dusun Perigi Desa Semade Kecamatan Banyuke Hulu Kabupaten Landak. Jurnal Hutan Lestari, Vol. 6(1): 131-136. Kencana dkk. 2012. Praktek Baik Budi Daya Bambu Rebung Bambu Tabah (Gigantochloa nigrociliata BUSE - KURZ). Team UNUD – UNSAID – TPC Project Mayasari, A., & Suryawan, A. (2012). Keragaman Jenis Bambu Dan Pemanfaatannya Di Taman Nasional Alas Purwo. Info BPK Manado Vol. 2(2): 139-140. Muhtar DF, Sinyo Y, Ahmad H. 2017. Pemanfaatan Tumbuhan Bambu Oleh Masyarakat Di Kecamatan Oba Utara Kota Tidore Kepulauan. Jurnal Saintifik. 1(1): 38. Muin, M., Suhasman, Oka, N. P., Putranto, B., Baharuddin, & Millang, S. (2006). Pengembangan Potensi dan Pemanfaatan Bambu sebagai Bahan Baku Konstruksi dan Industri di Sulawesi Selatan (Edisi Pert; I. Madjid, Ed.). Ujung Padang: Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Propinsi Sulawesi Selatan Nasution, E. Z. (2018). Keanekaragaman Jenis Dan Pemanfaatan Bambu (Bambusa Sp) Oleh Masyarakat Sekitar Hutan Kawasan Taman Nasional Batang Gadis. SKRIPSI Repositori Institusi USU. Pelipa ED. 2015. Pemanfaatan Tanaman Bambu Untuk Membuat Aneka Kerajinan Tangan Khas Suku Dayak Desa Sebagai Alternatif Peningkatan Kreativitas Mahasiswadalam Menganalisis Peluang Bisnis. Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 6(1): 29-35. Prastiyo, S. (2010). Identifikasi Potensi Dan Pemasaran Produk Dari Hutan Rakyat Bambu. Skripsi Universitas Sumatera Utara. Praswati AN, Syamsudin S, Isa M, Prijanto T. 2016. Strategi Pemasaran Katalog Produk (Studi Kasus Pengrajin Bambu Sukodono Sragen). Benefit: Jurnal Manajemen dan Bisnis, 1(2): 149-155

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 33

Putro, D. S., Jumari, & Murningsih. (2014). Keanekaragaman Jenis Dan Pemanfaatan Bambu Di Desa Lopait. Semarang Jawa Tengah. Jurnal Biologi, Volume 3 No 2, 71-79. Shi, Q.T, and Yang, K,S. 1992. Study on Relationship Between Nutrients In Bamboo Shoots And Human Health. Proceedings of the International Symposium on Industrial Use of Bamboo. International Tropical Timber Organization and Chinese Academy, Beijing, China: Bamboo and its Use; p 338–46. Supriatna, N., & Kosasih, E. (2014). Bambu Tali (Gigantochloa apus Kurz). Informasi Singkat Benih, No. 176, Maret 2014. Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. Tang, M., Malik, A., & Hapid, A. (2019). Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (Hhbk) Bambu Oleh Masyarakat Terasing (Suku Lauje). Tolitoli. Jurnal Warta Rimba E-Issn : 2579-6287 Vol.7 No.2, 19-26. Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Usman, 2019. Pemanfaatan Bambu Oleh Masyarakat Desa Babane Kecamatan Samalantan Kabupaten Bengkayan. Jurnal Hutan Lestari. 7(2) : 655-667. Widyana, K. (2002). Bambu Dengan Berbagai Manfaatnya. Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati. Denpasar, 1-10. Yani, A. P. (2012). Keanekaragaman Dan Populasi Bambu Di Desa Talang Pauh. Bengkulu Tengah. Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Issn 1412-3617 , 61-70.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian. KUISIONER PENELITIAN POTENSI PEMANFAATAN BAMBU DI KABUPATEN KARO, PROVINSI SUMATERA UTARA

Penelitian untuk Skripsi Sarjana (S-1) Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara, Medan

Tanggal Wawancara : Lokasi Wawancara : Kuesioner dirancang untuk memperoleh data dari setiap penduduk perajin bambu di lokasi penelitian (Kabupaten Karo di Sumatera Utara). Selain berguna untuk melengkapi penelitian, data dalam kuesioner ini juga dapat memberikan informasi bagi yang membutuhkan informasi tentang pemanfaatan tanaman bambu. Terima kasih atas perhatian dan partisipasinya.

Medan, September 2020

Peneliti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 35

Tujuan dari pengisian kuisioner ini adalah untuk mendapatkan data-data yang diperlukan selama proses penelitian. Oleh karena itu, saya berharap Bapak/Ibu/Saudara/I bersedia memberikan informasi yang sebenarnya tentang kebenaran hasil penelitian ini. Terima Kasih. I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama Responden : 2. Umur : 3. Alamat, Dusun : Desa : Kec/Kab/Prop : / Karo / Sumatera Utara 4. Suku : 5. Agama : II. SOSIAL EKONOMI 1. Pendidikan Terakhir : 2. Penghasilan/bulan : 3. Jumlah tanggungan : 4. Kapan Bapak/Ibu/Saudara/I mulai menggunakan tanaman bambu? ...... 5. Dari mana usaha Bapak/Ibu/Saudara/I memperoleh bahan baku bambu? a. Milik sendiri b. Di beli 6. Jika Anda memilikinya, berapa luas areal bambu yang Anda kelola? ...... 7. Jika Anda membelinya dari mana Anda membeli bambu untuk bisnis Bapak/Ibu/Saudara/I ? ...... 8. Jika Anda membelinya, berapa modal yang Anda keluarkan per meter bambu yang Bapak/Ibu/Saudara/I beli? ...... 9. Berapa meter bambu yang Anda gunakan untuk menghasilkan produk olahan Anda? ...... 10. Berapa banyak orang yang saat ini menggunakan bambu di keluarga Anda? ...... 11. Apa jenis pengolahan bambu yang Anda hasilkan? ...... 12. Berapa banyak produk yang dihasilkan keluarga Anda setiap hari? ...... 13. Berapa harga jual satuan produk Anda? ...... 14. Apa produk bambu utama yang Anda gunakan? ......

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 36

15. Bagaimana Anda menganggap bambu sebagai bisnis? a. Utama b. Sampingan c. Musiman 16. Jika itu adalah bisnis utama Anda, apa bisnis Anda yang lain? ...... 17. Jika Anda memiliki bisnis sampingan/musiman, apa bisnis utama Anda? ...... 18. Bagaimana trend harga produk bambu anda saat ini? ...... 19. Bagaimana proses pemasaran produk olahan bambu Bapak/Ibu/Saudara/i? ...... 20. Dimana saja anda selama ini menjual produk bambu? ...... 21. Sebutkan masalah yang Anda temui dalam proses pembuatan produk bambu......

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 37

Lampiran 2. Dokumentasi wawancara dengan responden.

(a) (b) (c) (a) Responden pemilik lahan bambu di Kecamatan Berastagi lokasi Doulu, (b) Responden pemilik lahan bambu di Kecamatan Berastagi lokasi Raya, (c) Responden pemilik lahan bambu di lokasi Rumah Berastagi.

(d) (e) (d) Responden pemilik lahan bambu di Kecamatan Kabanjahe lokasi Desa lepar, (e) Responden pemilik lahan bambu di Kecamatan Kabanjahe lokasi Jl Stadion,

(f) (g) (h) (f) Responden pemilik lahan bambu di Kecamatan Kabanjahe Sumber. Mufakat, (g) Responden pemilik lahan bambu di Kecamatan Tigapanah lokasi Mulawari, (h) ) Responden pemilik lahan bambu di Kecamatan Tigapanah lokasi Mulawari1.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 38

(i) (j) (k) (i) Responden penjual produk keranjang dari bambu (j) Responden penjual produk kandang ayam dari bambu (k) Responden penjual produk Keranjang dari bambu

(l) (m) (n) (l) Responden penjual pacak dari bambu (m) Responden penjual produk tikar (n) Responden pengusaha dan pengepul produk tampi (tampah beras) dari bambu

Lampiran 3. Dokumentasi pengukuran diameter dan panjang bambu di lokasi penelitian.

(a) (b) (a) Pengukuran panjang bambu di Kecamatan Berastagi lokasi Doulu (b) Pengukuran diameter bambu di Kecamatan Berastagi lokasi Raya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 39

(c) (d) (e) (c) Pengukuran diameter bambu di Kecamatan Berastagi lokasi Rumah Berastagi (d) Pengukuran panjang bambu di Kecamatan Kabanjahe lokasi Desa lepar (e) Pengukuran diameter bambu di Kecamatan Kabanjahe lokasi Jl Stadion

(f) (g)

(c) Pengukuran diameter bambu di Kecamatan Kabanjahe lokasi Sumber Mufakat (d) Pengukuran panjang bambu di Kecamatan Tigapanah lokasi Mulawari 1.

Lampiran 4. Dokumentasi ground check di lokasi penelitian.

(a) (b) . (a) Kecamatan Berastagi lokasi Doulu (b) Kecamatan Berastagi lokasi Raya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 40

(c ) (d) (c) Kecamatan Berastagi lokasi Rumah Berastagi (d) Kecamatan Kabanjahe lokasi Desa lepar

(e) (f) (e) Kecamatan Kabanjahe lokasi Jl Stadion (f) Kecamatan Kabanjahe lokasi Sumber Mufakat

(g) (h) (g) Kecamatan Tigapanah lokasi Mulawari 1 (h) Kecamatan Tigapanah lokasi desa Tigapanah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA