UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan Metode Social Impact Assessment dalam Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Kasus Pelaksanaan CSR di Artha Graha Peduli)

TESIS

DYAH ASRI GITA PRATIWI 1006796992

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM PASCASARJANA ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL DEPOK DESEMBER 2012

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012

UNIVERSITAS INDONESIA

Penerapan Metode Social Impact Assessment dalam Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Kasus Pelaksanaan CSR di Artha Graha Peduli)

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kesejahteraan Sosial (M.Kesos)

DYAH ASRI GITA PRATIWI 1006796992

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM PASCASARJANA ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL KEKHUSUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT, CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN KEMISKINAN DEPOK DESEMBER 2012

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012

iii

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 KATA PENGANTAR

Bissmillahirahmanirrahim, dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah

Subhanahuwata’ala, atas berkat, rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Kesejahteraan Sosial

(M.Kesos) Program Peminatan Pengembangan Masyarakat, Kemiskinan dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Tema yang diangkat pada penulisan tesis ini berkaitan dengan Penerapan Metode Social Impact Assessment dalam Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Kasus Pelaksanaan CSR di Artha Graha Peduli) yang memfokuskan pada bagaimana menerapkan hasil sebuah kajian yang dilakukan dengan metode Social Impact Assessment ke dalam program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan sehingga keberadaan Perusahaan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar perusahaan beroperasi. Pada penyusunan tesis ini tidak terlepas oleh bantuan dan kerjasama berbagai pihak, khususnya dosen pembimbing. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak dan sebesar- besarnya kepada Rissalwan Habdy Lubis, S.Sos, M.Si yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan kepada penulis secara intensif dan sabar. Dan tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orang tuaku yang tercinta Bapak Sukabdi, S.Pd., Ibu Sri Ningsih, S.Pd. yang telah membantu dan mendukung secara moral dan material sehingga

penulisan tesis ini dapat selesai. Kakakku Absony Rio Furqon, S.Kom beserta istri, Syaidina dan keponakanku terkasih Davina Charisya yang senantiasa mendoakan penulis sehingga bisa menggapai cita-cita. 2. Bapak Bagus Aryo Ph.D dan Arif Wibowo, S.Sos., S.S., M.Hum. sebagai Ketua dan Sekretaris Program Pascasarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Indonesia yang telah memberikan kesempatan penulis untuk belajar dan mendalami kajian bidang Pengembangan Masyarakat, Kemiskinan dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

iv

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 3. Seluruh staf pengajar program pascasarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial yang

telah memberikan banyak ilmu dan pengetahuan selama diperkuliahan sehingga penulis dapat mengerti dan memahami kajian bidang kesejahteraan

sosial secara komperhensif. Dan juga staf Kesekretariatan Pascasarjana Kesejahteraan Sosial yang telah membantu kelancaran administrasi dan

mengingatkan penulis selama menjalani perkuliahan. 4. Bapak Heru Dharsono, selaku Direktur Eksekutif Artha Graha Peduli, Mba Enie, Mba Yessica, juga seluruh pihak Artha Graha Network dan Yayasan Artha Graha Peduli yang telah membantu jalannya proses penelitian tesis ini. 5. Kepada teman, sahabat, saudara seperjuangan bunda Lenni Nurliana beserta soulmatenya Panda, Kak M. Christina Nainggolan, kak Taajun Nisail Huluq dan Shaomi Safitri yang telah memberikan motivasi penulis untuk segera menyelesaikan tesis ini. Semoga kekompakan dan kebersamaan kita tetap terjalin baik selamanya. 6. Teman-teman kuliah angkatan tahun 2010 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih banyak telah memberikan dukungan sehingga penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan studi dan tugas akhir dengan baik; especially to Didit Susiyanto atas semua bantuan yang selama ini diberikan. 7. Mas Eko Satriyo Prabowo, terima kasih untuk semangat dan doanya. 8. Dr. Mohammad Kemal Dermawan M.Si. dan Mohammad Irvan Olii S.Sos., M.Si. terimakasih banyak atas pengertian dan keringanan yang diberikan kepada penulis selama menyusun tesis ini. Ira, Rinta, Mba Bani, Mba Maria, Mba Yeni, dan Mba Trully terima kasih untuk semangat dan supportnya. 9. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam menyelesaikan penulisan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dengan banyaknya kekurangan dan keterbatasan pada diri penulis secara keilmuan dan pengetahuan membuat penelitian ini belum sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan penelitian ini sehingga bermanfaat. Depok, 28 Desember 2012 Penulis Dyah Asri Gita Pratiwi

v

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 ABSTRAK

Nama : Dyah Asri Gita Pratiwi Program Studi : Program Pascasarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial Judul : Penerapan Metode Social Impact Assessment dalam Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Kasus Pelaksanaan CSR di Artha Graha Peduli)

Tesis ini membahas tentang proses kajian dampak sosial yang dilakukan Artha Graha Network guna untuk mengantisipasi dan mencegah dampak negatif dan mengoptimalkan dampak positif dari setiap kegiatan bisnis yang dilakukan perusahaan di lingkungan masyarakat serta latar belakang dari pelaksanaan tanggung jawab sosial di Artha Graha. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa pihak Artha Graha menggunakan gambaran yang diperoleh dari kajian dampak sosial menjadi rekomendasi dan guidance bagi mereka dalam melaksanakan aktifitas tanggung jawab sosial perusahaannya.

Kata kunci: Kajian Dampak Sosial, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

ABSTRACT

Name : Dyah Asri Gita Pratiwi Study Program : Social Welfare Postgraduate Program Title : Analyzing the Application of Social Impact Assessment Methods in the Implementation of Corporate Social Responsibility: A Case Study of Artha Graha Peduli

This thesis discusses about the social impact assessment process conducted by Artha Graha Network in order to anticipate and prevent negative impacts and optimize the positive impacts of any company's business activity in the community as well as the background of the implementation of social responsibility in Artha Graha. This research used a qualitative approach with the type of research is case study. The findings of this research showed that Artha Graha uses images obtained from the social impact assessment to be the recommendation and guidance for them to implement corporate social responsibility activities.

Keywords: social impact assessment, corporate social responsibility.

vii Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...... ii LEMBAR PENGESAHAN ...... iii KATA PENGATAR ...... iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...... vi ABSTRAK ...... vii DAFTAR ISI ...... viii DAFTAR TABEL ...... xi DAFTAR GAMBAR ...... xii

1. PENDAHULUAN ...... 1 1.1 Latar Belakang ...... 1 1.2 Pokok Permasalahan ...... 9 1.3 Tujuan Penelitian ...... 13 1.4 Manfaat Penelitian ...... 13 1.5 Metode Penelitian ...... 14 1.5.1 Pendekatan Penelitian ...... 14 1.5.2 Jenis Penelitian ...... 15 1.5.3 Teknik Pemilihan Informan ...... 15 1.5.4 Teknik Pengumpulan Data ...... 17 1.5.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...... 18 1.5.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ...... 19 1.6 Sistematika Penulisan ...... 21

2. TINJAUAN PUSTAKA ...... 22 2.1 Pembangunan Sosial ...... 22 2.1.1 Tinjauan Pembangunan Berkelanjutan ...... 25 2.1.2 Dampak Pembangunan ...... 26 2.2 Tinjauan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ...... 28 2.2.1 Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ...... 31 2.2.2 Pendekatan dan Motif Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ...... 33 2.2.3 Manfaat Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ...... 34 2.2.4 Tanggung Jawab Sosial dan Keberlanjutan ...... 37 2.3 Tinjauan Sosial Impact Assessment ...... 38 2.3.1 Pengertian Sosial Impact Assessment ...... 42 2.3.2 Kegunaan dan Tujuan Sosial Impact Assessment ...... 43 2.3.3 Langkah-langkah Sosial Impact Assessment ...... 45 2.3.3.1 Pelingkupan (Scoping) ...... 47 2.3.3.2 Prakiraan Dampak ...... 48 2.3.3.3 Mitigasi...... 52 2.3.3.4 Evaluasi dan Monitoring ...... 56

viii Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 3. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ...... 58

3.1 Artha Graha Peduli ...... 58

3.1.1 Visi dan Misi ...... 59

3.2 Deskripsi Umum Program CSR Artha Graha ...... 59

3.2.1 Artha Graha Peduli Lingkungan Hidup ...... 59

3.2.1.1 Tambling Wildlife Nature Conservation ...... 60

3.2.2 Artha Graha Peduli Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan

Masyarakat ...... 63 3.2.3 Artha Graha Peduli Sosial, Budaya, dan pendidikan ...... 64 3.2.4 Artha Graha Peduli Kesehatan ...... 64 3.2.5 Artha Graha Peduli Penangan Bencana ...... 64 3.2.6 Artha Graha Peduli Bantuan Hukum bagi Masyarkat Kurang Mampu ...... 65 3.3 Kawasan Niaga Terpadu Sudirman ...... 65 3.4 PT Danayasa Arthatama Tbk...... 66

4. TEMUAN LAPANGAN...... 68 4.1 Pelaksanaan Proyek Pembangunan oleh Artha Graha Network . 68 4.1.1 Latar Belakang dan Tujuan Proyek SCBD ...... 68 4.1.2 Keadaan Sebelum dan Sesudah Ada Proyek ...... 69 4.1.3 Dampak yang Ditimbulkan dari Proyek SCBD ...... 70 4.1.4 Dasar Pertimbangan Melakukan Kajian Dampak Sosial.. 72 4.2 Pelaksanaan Kajian Dampak Sosial (Social Impact Assessment) 74 4.2.1 Pelingkupan (Scoping)...... 74 4.2.2 Proses Prakiraan Dampak yang Ditimbulkan ...... 78 4.2.3 Pelaksanaan Mitiasi ...... 79 4.2.4 Program Monitoring dan Evaluasi ...... 82 4.3 Faktor Penghambat dan Pendukung ...... 83 4.4 Pandangan Masyarakat Mengenai Aktivitas Artha Graha Network ...... 86 4.4.1 Pandangan Masyarakat Mengenai Kondisi Lingkungan .. 86 4.4.2 Pandangan Masyarakat Mengenai Kondisi Lingkungan di Sekitar Daerah Artha Graha Network Beroperasi ...... 87 4.4.3 Pandangan Masyarakat Mengenai Lingkungan Baru dan Masalah yang Muncul ...... 91 4.5 Pandangan Masyarakat Mengenai Aktivitas Artha Graha Peduli 93 4.5.1 Pandangan Masyarakat Mengenai Program Artha Graha Peduli ...... 93 4.5.2 Pandangan Masyarakat Mengenai Manfaat Program Artha Graha Peduli ...... 93

5. PEMBAHASAN ...... 95 5.1 Pelaksanaan Proyek Pembangunan (SCBD) ...... 95 5.2 Pelaksanaan Kajian Dampak Sosial (Social Impact Assessment) 96 5.2.1 Pelingkupan (Scoping)...... 98 5.2.2 Proses Prakiraan Dampak ...... 99 5.2.3 Pelaksanaan Mitiasi ...... 101

ix Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 5.2.4 Program Monitoring dan Evaluasi ...... 102 5.3 Faktor Penghambat dan pendukung ...... 106 5.4 Implementasi dari Kajian Dampak Sosial (Social Impact Assessment) dalam Kegiatan CSR ...... 106

6. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...... 107 6.1 Kesimpulan ...... 107 6.2 Rekomendasi ...... 110

DAFTAR REFERENSI ...... 111 LAMPIRAN

x Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Industri di Indonesia Tahun 2011 ...... 1

Tabel 1.2 Kerangka Sampling ...... 16 Tabel 1.3 Jadwal Penelitian...... 20

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pelaksanaan Social Impact Assessment Menurut Ahli ...... 56 Tabel 4.1 Dampak Kegiatan dan Tata Cara Mitigasi ...... 81 Tabel 4.2 Faktor Penghambat dan Pendukung Proses Kajian Dampak . 85 Tabel 5.1 Langkah-langkah Pelaksanaan Social Impact Assessment yang Dilakukan Artha Graha ...... 104

xi Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Hasil dari Pelaksanaan Social Impact Assessment sebagai

Salah Satu Pedoman Kegiatan CSR Perusahaan ...... 12 Gambar 1.2 Peta Distribusi Kegiatan Artha Graha Peduli di Jabodetabek ...... 20 Gambar 2.1 Domain CSR dalam Pembangunan ...... 29 Gambar 2.2 Tahapan dalam Kajian Dampak Sosial ...... 46 Gambar 2.3 Langkah-Langkah Social Impact Assessment menurut Wolf 46 Gambar 2.4 Proses Kajian Dampak Sosial menurut Branch et al ...... 47 Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran Teori ...... 57 Gambar 3.1 Forum Diskusi dengan Masyarakat sekitar Tambling Wildlife Nature Conservation ...... 61 Gambar 3.2 Desa Konservasi yang Ada di sekitar Tambling Wildlife Nature Conservation ...... 62 Gambar 3.3 Kegiatan Artha Graha Peduli Kesehatan ...... 64 Gambar 5.1 Langkah-Langkah Pelaksanaan Social Impact Assessment dalam Penelitian ...... 97

xii Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Sepanjang sejarah kemerdekaannya, Indonesia telah mengalami pertumbuhan dan pembangunan di segala sektor. Bermula hanya dari sebuah negara yang perekonomiannya berbasis kegiatan pertanian tradisional, saat ini Indonesia telah menjadi negara dengan proporsi industri manufaktur dan jasa yang lebih besar. Tantangan bagi negara besar seperti Indonesia adalah penyediaan infrastruktur untuk mendukung segala aktivitas industri. Infrastruktur itu sendiri memiliki spektrum yang sangat luas. Satu hal yang harus mendapatkan perhatian utama adalah infrastruktur yang mendorong konektivitas antar wilayah sehingga dapat mempercepat dan memperluas pembangunan di Indonesia. Selama tahun 2011, semua sektor industri mengalami pertumbuhan. Mulai dari industri di sektor pengangkutan dan komunikasi sampai dengan industri di sektor konstruksi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1. Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Industri di Indonesia Tahun 2011 Laju Pertumbuhan No Sektor 2011 (Persen) 1. Pegangkutan dan Komunikasi 10,7 2. Perdagangan, Hotel dan Restoran 9,2 3. Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan 6,8

4. Konstruksi 6,7 5. Jasa-jasa 6,7 6. Industri Pengolahan 6,2 7. Listrik, Gas, dan Air Bersih 4,8 8 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 3,0 9. Pertambangan dan Penggalian 1,4 Sumber : Badan Pusat Statistika (2012, hal.2) Data di atas menunjukkan peningkatan pertumbuhan industri ini menandakan pertumbuhan ekonomi dan iklim usaha di Indonesia semakin

1 Universitas Indonesia

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 2

membaik, hal ini tentu juga meningkatkan keuntungan bisnis bagi para pelaku bisnis. Dengan demikian korporasi, baik yang bersifat multinasional, nasional, maupun lokal mulai marak melakukan kegiatan investasi pada berbagai jenis kegiatan usaha. Perkembangan industri pada dasarnya ditujukan untuk memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat baik melalui pembukaan lapangan pekerjaan, tersedianya jaringan berkomunikasi yang berkualitas baik, mendatangkan devisa negara, pembayaran pajak, maupun peningkatan kualitas pendidikan. Namun, pada kenyataannya selain dampak positif di atas, perkembangan industri juga berdampak negatif. Dampak negatif itu antara lain berupa kerusakan lingkungan hidup serta menimbulkan permasalahan sosial, yaitu konflik antara perusahaan dengan penduduk setempat akibat adanya kesenjangan secara sosial maupun ekonomi antara pelaku usaha (korporat) dengan masyarakat sekitar perusahaan. Beberapa kasus berskala nasional dan internasional, seperti global warming, pencemaran lingkungan, radiasi serta munculnya berbagai penyakit mematikan akibat infeksi bahan kimia dari industrialisasi adalah sederetan excess negative externalities industrialisasi. (Ambadar, 2008, hal. 67). Korporat sebagai pelaku dalam proses industri harus memperhatikan dampak negatif yang ditimbulkan dari kegiatan industri. Untuk mencegah agar tidak meluasnya dampak yang ditimbulkan maka perlu pendekatan dalam menangani masalah tersebut seperti kompromi, adaptasi, dan respon mitigasi. Pendekatan ini dilakukan agar kegiatan usaha dari korporasi dapat berkelanjutan (sustainable). Sehingga keberadaan korporasi terlindungi dari aspek hukum, dan diterima oleh masyarakat sekitarnya. Kompleksitas dampak yang dihasilkan di dunia industri memunculkan usaha untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari kegiatan perusahaan atau bisa disebut dengan mitigasi respon korporasi. Secara umum mitigasi adalah segala bentuk upaya yang dilakukan untuk mencegah dampak negatif yang diperkirakan akan terjadi ataupun kalau telah terjadi karena adanya rencana kegiatan yaitu dengan cara menanggulangi dampak negatif yang timbul tersebut sehingga kerugian yang ditimbulkan dapat diminimalisir.

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 3

Dengan melakukan mitigasi tersebut diharapkan dapat menjalin kesepahaman dengan para stakeholder melalui pembangunan relasi antara korporasi dengan masyarakat sekitar. Tujuan dari pembangunan relasi dimaksudkan agar keberdaaan korporasi dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat. Sehingga perusahaan dapat menjalankan kegiatan dengan aman dan tidak menimbulkan masalahan bagi masyarakat di sekitar perusahaan. Dengan demikian usaha mitigasi yang dilakukan untuk mencegah agar kegiatan perusahaan tidak menimbulkan dampak maka dibutuhkan penanggulangan secara preventif. Arief dan Widjanarko (2012, par. 3), menjelaskan bahwa usaha mitigasi secara preventif untuk mengatisipasi dampak yang ditimbulkan dari kegiatan korporasi dilakukan melalui tiga cara yaitu: Environmental Impact Assessment, Social Impact Assessment, dan Peace and Conflict Impact Assessment. Ketiga cara diatas dilakukan sebagai usaha mitigasi terkait dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan oprasional perusahaan di masyarakat. Melalui kegiatan pengkajian terhadap dampak lingkungan, sosial dan potensi konflik dapat mendeteksi permasalahan yang akan terjadi jika perusahaan melakukan kegiatan operasionalnya di sebuah wilayah. Sehingga usaha mitigasi yang dilakukan dengan ketiga cara di atas harus mulai tahap pra-operasi, eksplorasi, ataupun pasca eksplorasi untuk mengidentifikasi dan memitigasi dampak yang mungkin timbul akibat operasi perusahaan, termasuk standar akuntabilitas, respek terhadap hak asasi manusia dan tanggung jawab terhadap lingkungan. Dengan demikian, korporasi diharapkan dapat menunjukkan tanggung jawab, kepedulian, dan menjalin relasi yang baik dengan lingkungan di sekitarnya. Terkait dengan kegiatan mitigasi di atas, keberadaan korporasi di suatu wilayah sering menimbulkan permasalahan sosial di masyarakat. Bahkan permasalahan sosial yang ditimbulkan membuat korporasi mengeluarkan biaya yang besar sebagai bentuk tanggung jawab terkait kegiatan operasionalnya di suatu daerah. Melalui pemenuhan tanggung jawab pada masyarakat terkait kegiatan operasionanya maka kegiatan korporasi dapat berjalan lancar dan dapat diterima masyarakat sekitar. Untuk mengurangi terjadinya permasalahan tersebut, maka dibutuhkan pengkajian dampak yang ditimbulkan akibat munculnya

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 4

masalah sosial jika korporasi tersebut akan memulai usahanya di sebuah wilayah.

Salah satu cara untuk mengidentifikasi terkait dampak sosial dari kegiatan operasional korporasi dilakukan dengan cara Social Impact Assessment.

Melakukan tahapan SIA (Social Impact Assessment) atau kajian dampak sosial merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian bagi korporat yang memiliki kepedulian dan visi mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan dan biasanya dilakukan sebelum menyatakan akan melanjutkan kegiatan usahanya atau menghentikannya. Hal ini sangat berkaitan ketika korporat sudah memulai kegiatan operasionalnya, maka di kemudian hari tidak akan menimbulkan konflik yang berujung korporat harus mengeluarkan biaya sosial lebih tinggi dibanding dengan keuntungan yang didapatkan. Menurut International Association for Impact Assessment (IAIA) (2003, p. 1) Social Impact Assessment adalah metodologi atau instrumen yang terdiri dari proses analisis, pemantauan, dan manajemen konsekuensi sosial yang diinginkan dan tidak diinginkan yang hasilnya merupakan indikator dan perkiraan-perkiraan yang akan menggambarkan bagaimana respon lingkungan sekitar terhadap keberadaan korporat. Menurut Rahmatullah (2012, p. 7) aspek yang dikaji dalam Social Impact Assessment yaitu, mengenai aspek demografis, morfologis dan sosiologis, sehingga akan diperoleh gambaran yang utuh mengenai lokasi dimana korporat akan beroperasi. Dengan demikian gambaran yag diperoleh ini akan menjadi rekomendasi bagi korporat apakah layak atau tidak untuk melakukan kegiatan operasional atau investasi di daerah tersebut. Secara jangka panjang, SIA ini akan menjadi guidance bagi korporat dalam melaksanakan aktifitasnya jangka panjangnya, termasuk salah satunya menjadi data awal mengenai tanggung jawab sosial atau CSR apa yang paling tepat dilakukan oleh korporat. Bila ditelusuri, pada umumnya tujuan dari mendirikan korporasi adalah mencari laba (profit oriented), tetapi seiring dengan perkembangan zaman tujuan tersebut mengalami pergeseran. Menurut Maynard Jr dan Mehrtens (1993) sebagaimana yang dikutip Fajar (2010, hal. 8) bahwa korporasi pada gelombang ke-empat (fourth wave) harus memiliki agenda yang lebih luas, yaitu bertujuan untuk melayani urusan dunia (global). Dengan memberikan nilai-nilai untuk

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 5

warisan generasi masa depan ukuran yang digunakan adalah bertanggung jawab terhadap keseluruhan, termasuk kelestarian alam dan menciptakan keadilan sosial. Saat ini di Indonesia, semakin banyak korporasi yang sadar bahwa profit oriented bukan lagi menjadi tujuan satu-satunya tetapi sudah mulai memasukan tujuan lain yaitu bagaimana membangun kesejahteraan bagi para stakeholdernya maupun kesehatan lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Public Interest Research and Advocacy Center (PIRAC) mengenai Sumbangan Sosial Perusahaan terdapat 180 perusahaan di Indonesia dengan jenis sektor usaha yang berbeda, telah melaksanakan kegiatan CSR dengan alokasi dana minimal 115,3 miliar setiap tahunnya (Abidin, 2003, hal. 53). Hal ini menandai bahwa sudah banyak korporasi besar yang terlibat dalam kegiatan non-bisnis atau kegiatan sosial. Kegiatan ini lebih dikenal dengan istilah program tanggung jawab sosial perusahaan, yang selanjutnya akan disebut sebagai corporate social responsibility (CSR). Pada era informasi dan teknologi serta desakan globalisasi, tuntutan menjalankan CSR merupakan bagian dari good corporate governance (GCG), yakni fairness, transparan, akuntabilitas, dan responsibilitas, termasuk tanggung jawab terhadap lingkungan fisik dan sosial. Hal ini sejalan dengan pendapat Wibisono (2007, hal. 12) bahwa penerapan CSR merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep GCG. Sektor korporasi merupakan bagian dari masyarakat. Sebagai bagian dari anggota masyarakat, korporasi mempunyai tanggung jawab memberikan kontribusi dalam pembangunan yang berkelanjutan serta mengintegrasikan faktor sosial dan masalah lingkungan hidup dalam mengoperasikan bisnisnya sebagai bentuk interaksi dengan stakeholdernya. Pembangunan berkelanjutan yang menjadi perhatian utama dari CSR dapat terhambat apabila terjadi suatu konflik dengan masyarakat sekitar. Korporasi melihat pembangunan berkelanjutan tersebut selalu terkait dengan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan. CSR merupakan suatu konsep yang menjelaskan bahwa organisasi memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional korporat, dengan demikian CSR dapat didefinisikan sebagai strategi korporasi untuk meminimumkan dampak negatif serta memaksimumkan dampak positif bagi para pemangku kepentingannya.

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 6

Peran aktif korporasi yang diimplementasikan dalam program-program CSR dapat dimanfaatkan sebagai sinergi kekuatan bersama dalam memberikan sumber daya dalam pengembangan masyarakat.

Salah satu korporasi besar yang ada di Indonesia yang terlibat di dalam kegiatan pembangunan serta terlibat pula dalam kegiatan sosial adalah Artha

Graha. Pada umumnya Artha Graha dikenal sebagai perusahaan yang hanya bergerak di bidang perbankan, namun sebenarnya Artha Graha adalah sebuah himpunan dari beberapa perusahaan, lembaga maupun individu, baik afiliasi maupun non-afiliasi yang terikat oleh visi bersama dan tergabung dalam sebuah jaringan yang disebut dengan Artha Graha Network (AG Network). Ruang lingkup bisnisnya yaitu memperluas jaringan di berbagai industri di seluruh Indonesia. Keuangan, Properti, Pertanian dan Sektor Sumber Daya merupakan empat pilar utama bisnis inti dari AG Network. Selain empat bisnis inti tersebut, AG Network juga diversifikasi ke lini bisnis lainnya termasuk pariwisata, manufaktur, komunikasi, transportasi, ritel, energi dan lainnya. Selama bertahun-tahun AG Network telah sukses membangun bisnisnya dengan mengandalkan teknologi dan pengembangan sumber daya manusia sebagai dasar utamanya. Kesuksesan ini tidak terlepas dari fungsi pengawasan yang dilakukan dalam melaksanakan strategi bisnis dan peluang-peluang usaha yang baru dengan memperhatikan faktor pengelolaan risiko dan berlandaskan prinsip tata kelola yang baik (annual report SCBD, 2010, hal. 50). Kesuksesan ditandai dengan berhasilnya beberapa perusahaan yang tergabung di dalam Artha Graha Network mendapatkan beberapa penghargaan seperti, penghargaan Walikotamadya Selatan atas partisipasi dan bantuan yang diberikan selaku wajib pajak pembayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terbesar di Wilayah Kotamadya Jakarta Selatan pada tahun 2000 dan tahun 2008, penghargaan terhadap kepatuhan dalam tertib kepersertaan program Jamsostek serta norma- norma keselamatan dan kesehatan kerja, serta atas dukungan pada acara "Rayakan Birunya Bumi bersama BIRU Voice" dalam rangka memperingati Hari Bumi di Auditorium Fakultas Psikologi UI, April 2010. Selain itu kesuksesan lainnya ditandai dengan tidak adanya pemberitaan mengenai perusahaan berkonflik dengan masyarakat hingga berdampak pada timbulnya korban jiwa.

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 7

Sebagai bagian dari tanggung jawab sosialnya, selain melaksanakan program tanggung jawab sosial perusahaan di setiap perusahaan dalam jaringan, Artha Graha Network mendirikan Artha Graha Peduli Foundation, yaitu sebuah lengan non-profit dari AG Network yang secara aktif terlibat dalam program kemanusiaan dan sosial di seluruh Indonesia. Untuk itu, Artha Graha Peduli memiliki 6 pilar program yang menjadi fondasi utama kepedulian Artha Graha yaitu Artha Graha Peduli Lingkungan Hidup, Artha Graha Peduli Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan Masyarakat, Artha Graha Peduli Sosial, Budaya dan Pendidikan, Artha Graha Peduli Kesehatan, Artha Graha Peduli Penanganan Bencana serta Artha Graha Peduli Bantuan Hukum bagi masyarakat kurang mampu. Keenam pilar ini dibentuk dari hasil observasi yang dilakukan oleh pihak Artha Graha Peduli terhadap permasalahan yang dialami oleh masyarakat. Masyarakat dewasa ini semakin kritis dalam mengamati proses bisnis suatu perusahaan agar lebih memperhatikan keadaan alam dan lingkungan sosialnya dan tidak hanya mencari keuntungan ekonomi saja. Sebagaimana yang dijelaskan Sitorus (2012) pada penelitiannya yang berjudul “Analisis Implementasi Corporate Social Responsibility dalam Supply Chain pada PT. SidoMuncul”, bahwa korporat dapat mengimplementasi CSR yang berkelanjutan tidak hanya dengan menjaga kelestarian lingkungan dan melakukan kegiatan sosial saja tetapi dengan mengimplementasikan CSR dalam supply chain perusahaan. Supply chain yang dilakukan oleh salah satu perusahaan manufaktur dalam industri jamu dan obat tradisional yaitu PT. SidoMuncul terbagi menjadi tiga bagian yaitu, aktivitas R&D, aktivitas produksi, dan dalam hubungannya dengan konsumen. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi CSR dalam supply chain pada PT. SidoMuncul telah dijalankan dengan baik dan memberikan value added yang salah satunya adalah peningkatan penjualan. Realita kontradiktif, dimana di satu pihak ada perusahaan besar yang aktivitas usahanya banyak diwarnai dengan konflik sosial, tetapi di sisi lain ada perusahaan besar yang berkinerja baik tanpa harus mengalami konflik sosial menjadi fakta empiris yang melatarbelakangi penelitian yang dilakukan oleh Wahjoedi (2004). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan deskripsi tentang

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 8

kasus wujud implementasi tanggung jawab sosial perusahaan pada seting perusahan Tjiwi Kimia, yang diduga telah berkinerja baik tanpa banyak mengalami konflik sosial. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Tjiwi Kimia memberi makna implementasi tanggung jawab sosial perusahaan sebagai suatu bentuk tanggung jawab perusahaan untuk mempertemukan berbagai kepentingan yang terkait dengan aktivitas perusahaan. Tidak saja bagi kepentingan internal, tetapi juga kepentingan eksternal (sesuai dengan pendekatan stakeholders). Perusahan juga memaknai beberapa aspek penting implementasi tanggung jawab sosial perusahaan, diantaranya aspek-aspek ekonomi ketenaga-kerjaan, sosial- budaya masyarakat, dan aspek lingkungan. Terbentuknya nilai-nilai tanggung jawab sosial perusahaan tersebut kemudian diwujud-konkritkan menjadi visi, misi, dan strategi perusahaan. Nurrokhim (2005) berusaha mendiskripsikan proses perusahaan dalam merespon perubahan lingkungan bisnis dan sosialnya dalam perspektif stakeholder. Upaya perusahaan dalam merespon perubahan dan kepentingan stakeholder terutama masyarakat sekitar dilihat sebagai proses adaptasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam kegiatan bisnisnya. Studi kasus diangkat dari proses dan pengalaman perusahaan pengembang (developer) dalam mengembangkan kebijakan kelembagaan dan strategi Community Development yang dilaksanakannya. Temuan dan analisa hasil studi kasus PT. SA sebagai perusahaan pengembang dalam mengadaptasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam kegiatan bisnisnya menunjukkan beberapa hal penting, yaitu: a) perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya di sektor properti nampaknya telah berusaha untuk melaksanakan tanggung jawab sosialnya terhadap lingkungan masyarakat sekitar; b) perusahaan melakukan pengembangan kebijakan kelembagaan dan melaksanakan sejumlah pendekatan dan strategi untuk turut serta memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi oleh masyarakat sekitar; c) PT. SA memiliki pengalaman dan kompetensi yang khas sebagai pengembang dalam mengelola lingkungan fisik dan sosial, serta berpotensi untuk mengembangkan strategi community development yang efektif sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan bagi masyarakat sekitar.

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 9

Penelitian normatif yang dilakukan Midonal (2011), mengutarakan bahwa kegiatan konservasi lingkungan pada tanggung jawab perusahaan berdasarkan UU N0.25 tahun 2007 tentang penanaman modal menyarankan agar pemerintah tidak menambah biaya birokrasi yang rumit agar pelayanan penanaman modal menjadi lebih baik.

Telah banyak penelitian yang dilakukan sebelumnya atas kajian tentang Corporate Social Responsibility (CSR). Namun belum ada penelitian sebelumnya yang mengkaji mengenai hasil dari pelaksanaan Social Impact Assessment (SIA) menjadi pedoman atau guidance bagi korporat dalam melaksanakan tanggung jawab sosial. Padahal SIA merupakan salah satu dari prinsip CSR yang harus diimplementasikan oleh korporat yang mempunyai kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan dan memelihara harmonisasi dengan masyarakat setempat. Maka tesis ini akan meneliti dan mendeskripsikan secara khusus hasil dari Social Impact Assessment yang diimplementasikan ke dalam kegiatan CSR Artha Graha.

1.2 Pokok Permasalahan Perhatian terhadap praktik corporate social responsibility sangat penting karena memiliki koherensi dengan pembangunan berkelanjutan dan mengajarkan untuk berperilaku seimbang, selaras dan serasi, sehingga eksploitasi yang mengarah pada ancaman kerusakan lingkungan dapat dihindari. Dalam sejarah industrialnya, corporate social responsibility merupakan skema ‘jalan tengah’ untuk mencegah gerakan anti bisnis yang muncul karena menguatnya kesadaran masyarakat atas dampak negatif industri.

Menurut Warhurst (1998) sebagaimana yang dikutip oleh Wibisono (2007, hal. 39) bahwa CSR harus menganut prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Prioritas korporat. Mengakui tanggung jawab sosial sebagai prioritas tertinggi korporat dan penentu utama pembangunan berkelanjutan. Dengan begitu korporat bisa membuat kebijakan, program, dan praktek dalam menjalankan operasi bisnisnya dengan cara yang bertanggung jawab secara sosial. 2. Manajemen terpadu. Mengintregasikan kebijakan, program dan praktek ke dalam setiap kegiatan bisnis sebagai satu unsur manajemen dalam semua fungsi manajemen.

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 10

3. Proses perbaikan. Secara berkesinambungan memperbaiki kebijakan,

program dan kinerja sosial korporat, berdasarkan temuan riset mutakhir dan memahami kebutuhan sosial serta menerapkan kriteria sosial tersebut

secara internasional. 4. Pendidikan karyawan. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta

memotivasi karyawan. 5. Pengkajian. Melakukan kajian dampak sosial sebelum memulai kegiatan atau proyek baru dan sebelum menutup satu fasilitas atau meninggalkan lokasi pabrik. 6. Produk dan jasa. Mengembangkan produk dan jasa yang tak berdampak negatif secara sosial. 7. Informasi publik. Memberikan informasi dan (bila diperlukan) mendidik pelanggan, distributor dan publik tentang penggunaan yang aman, transportasi, penyimpanan dan pembuangan produk, dan begitu pula dengan jasa. 8. Fasilitas dan operasi. Mengembangkan, merancang dan mengoperasikan fasilitas serta menjalankan kegiatan yang mempertimbangkan temuan kajian dampak sosial. 9. Penelitian. Melakukan atau mendukung penelitian dampak sosial bahan baku, produk, proses, emisi dan limbah yang terkait dengan kegiatan usaha dan penelitian yang menjadi sarana untuk mengurangi dampak negatif. 10. Prinsip pencegahan. Memodifikasi manufaktur, pemasaran atau penggunaaan produk dan jasa, sejalan dengan penelitian mutakhir, untuk mencegah dampak sosial yang bersifat negatif. 11. Kontraktor dan pemasok. Mendorong penggunaan prinsip-prinsip tanggung jawab sosial korporat yang dijalankan kalangan kontraktor dan pemasok, disamping itu bila diperlukan mensyaratkan perbaikan dalam praktik bisnis yang dilakukan kontraktor dan pemasok. 12. Siaga menghadapi darurat. Menyusun dan merumuskan rencana menghadapi keadaan darurat, dan bila terjadi keadaan berbahaya bekerja sama dengan layanan keadaan darurat, instansi berwenang dan komunitas lokal. Sekaligus mengenali potensi bahaya yang muncul.

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 11

13. Transfer best practice. Berkontribusi pada pengembangan dan transfer

praktik bisnis yang bertanggung jawab secara sosial pada semua industri dan sektor publik.

14. Memberi sumbangan. Sumbangan untuk usaha bersama, pengembangan kebijakan publik dan bisnis, lembaga pemerintah dan lintas departemen

pemerintah serta lembaga pendidikan yang akan meningkatkan kesadaran tentang tanggung jawab sosial. 15. Keterbukaan. Menumbuhkembangkan ketebukaan dan dialog dengan pekerja dan publik, mengantisispasi dan memberi respons terhadap potencial hazard, dan dampak dari operasi, prosuk, limbah atau jasa. 16. Pencapaian dan pelaporan. Mengevalusi kinerja sosial, melaksanakan audit sosial secara berkala dan mengkaji pencapaian berdasarkan kriteria korporat dan peraturan perundang-undangan dan menyampaikan informasi tersebut pada dewan direksi, pemegang saham, pekerja dan publik. Perusahaan tidak hanya sekedar bertanggung jawab terhadap para pemilik (shareholders), tetapi bergeser menjadi lebih luas, yaitu sampai pada ranah sosial kemasyarakatan (stakeholders). Fenomena seperti itu terjadi karena adanya tuntutan dari masyarakat akibat negative externalities yang timbul serta ketimpangan sosial yang terjadi. Perusahaan hendaknya memerhatikan stakeholders karena mereka adalah pihak yang memengaruhi dan dipengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung atas aktivitas serta kebijakan yang diambil dan dilakukan oleh perusahaan. Jika perusahaan tidak memerhatikan stakeholders, bukan tidak mungkin akan menuai protes dan membuat konflik di masyarakat sekitar. Untuk memperjelas pemahaman terhadap landasan teoritis dan pembahasan masalah, maka kerangka pemikiran peneliti rumuskan dalam bagan berikut ini :

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 12

Kegiatan Operasional Dampak

Perusahaan

Social Impact Assessment Identifikasi data dasar Desain dari proyek Prakiraan Mitigasi Mitigasi dan Kegiatan CSR dan Evaluasi Program Inventarisasi Perusahaan Monitoring Kondisi Sosial Awal

Gambar 1.1 Hasil dari Pelaksanaan Social Impact Assessment sebagai Salah Satu Pedoman Kegiatan CSR Perusahaan

Sumber : diolah kembali

Dengan memperhatikan latar belakang diatas, bahwa segala dampak, baik yang bersifat positif ataupun negatif yang ditimbulkan dari kegiatan operasional atau kegiatan usaha yang dilakukan oleh perusahaan/korporat dapat diidentifikasi dengan melakukan proses Social Impact Assessment. Suksesnya kegiatan usaha yang dilakukan Artha Graha Network dengan mengandalkan teknologi dan pengembangan sumber daya manusia serta dapat berkinerja dengan baik tanpa harus mengalami konflik sosial yang berujung pada timbulnya korban jiwa merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Hal ini juga tidak terlepas dari keputusan yang diambil oleh Artha Graha Network untuk mendirikan Yayasan Artha Graha Peduli dalam menjalankan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Penelitian ini menyederhanakan latar belakang di atas kedalam rumusan permasalahan sebagai berikut: 1) Bagaimanakah proses kajian dampak sosial (Social Impact Assessment) yang dilakukan Artha Graha Network guna untuk mengantisipasi dan mencegah dampak negatif dan mengoptimalkan dampak positif dari setiap kegiatan bisnis yang dilakukan perusahaan di lingkungan masyarakat?

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 13

2) Apakah faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan

proses kajian dampak sosial (Social Impact Assessment) yang dilakukan Artha Graha Network?

1.3 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mendeskripsikan proses kajian dampak sosial (Social Impact Assessment) yang dilakukan Artha Graha Network guna untuk mengantisipasi dan mencegah dampak negatif dan mengoptimalkan dampak positif dari setiap kegiatan bisnis yang dilakukan perusahaan di lingkungan masyarakat. 2) Mendeskripsikan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan proses kajian dampak sosial (Social Impact Assessment) yang dilakukan Artha Graha Network.

1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang akan diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Akademik  Memperluas wawasan dan menjadikan bahan informasi, referensi dan kajian bagi para pemerhati, akademisi dan pihak- pihak yang berkepentingan untuk memahami dan mempelajari korporat dalam melaksanakan tanggung jawab sosial.

 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi penelitian lebih lanjut pada berbagai disiplin ilmu lain yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan. 2. Manfaat Praktis  Menjadi bahan masukan dan informasi bagi korporat yang akan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.  Memberikan masukan bagi praktisi yang menjadi pelaksana dari kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan.

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 14

1.5 Metodologi Penelitian

Menurut Koentjaraningrat (1991, hal. 122), metode penelitian merupakan cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu pengetahuan.

Metode penelitian menunjukkan prosedur dan proses suatu penelitian dikerjakan untuk dapat memperoleh suatu hasil yang objektif. Dengan adanya metode penelitian maka suatu penelitian dapat dilakukan secara sistematis dan teratur.

1.5.1 Pendekatan Penelitian Pada ilmu-ilmu sosial, pendekatan penelitian dibagi menjadi dua pendekatan yaitu kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian maka pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Tujuan digunakan pendekatan kualitatif untuk memahami situasi, peristiwa, atau interaksi sosial tertentu khususnya pengembangan terhadap pemahaman yang mendalam terhadap kegiatan yang dilakukan Artha Graha Network terhadap pelaksanaan mitigasi dalam kerangka Social Impact Assessment sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sosial perusahaannya. Hal ini seperti yang dijelaskan Creswell (2002, hal. 1) terkait penelitian kualitatif yang penyelidikannya bertujuan untuk memahami masalah sosial atau masalah manusia, berdasarkan pada penciptaan gambaran holistik lengkap yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar alamiah . Pada penelitian kualitatif, pengetahuan dibangun melalui interprestasi terhadap multi perspektif yang berbagai dari masukan segenap partisipan yang terlibat di dalam penelitian, tidak hanya dari penelitinya semata. Lebih lanjut Creswell (2002, hal. 95) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif peneliti tidak memposisikan teori dalam posisi sentral ketika merancang penelitian dan melakukan penafsiran data. Penempatan teori dalam penelitian kualitatif tidak hanya digunakan untuk verifikasi, tetapi digunakan untuk menganalisis ketika turun lapangan. Selain itu pendekatan kualitatif bersifat idiografik, yang tidak hanya memperhatikan aspek krusial saja tetapi seluruh aspek yang berkaitan dengan objek penelitian. Oleh karena itu dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti dapat menganalisis pokok permasalahan secara lebih luas dan mendalam.

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 15

1.5.2 Jenis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan sebelumnya, jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis, faktual, akurat mengenai proses mitigasi dalam social impact assessment dan juga pola dari mitigasi dalam social impact assessment. Penelitian ini akan menghasilkan data deskriftif yang berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan para pelaku yang diamati. Menurut Babbie (1995, hal. 85-86) bahwa jenis penelitian deskriptif bertujuan untuk “to describe situations and events. The researcher observes andthen describes what was observed. Because scientific observation is careful and deliberate, however, scientific descriptions are tipically more accurate and precise than casual descriptions”. (menggambarkan keadaan-keadaan dan peristiwa-peristiwa. Peneliti mengamati dan kemudian menggambarkan apa yang telah diamati tersebut. Oleh karena pengamatan ilmiah dilakukan secara cermat dan hati-hati, maka bagaimanapun, penjelasan secara ilmiah biasanya lebih tepat dan sesuai daripada penjelasan secara sederhana) Sedangkan teknik penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus. Menurut Stake (2005, hal 443), studi kasus bertujuan untuk menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Sehingga kasus yang terjadi pada penelitian ini lebih berfokus pada pengamatan secara cermat terhadap pelaksanaan program CSR di Artha Graha Peduli sebagai bentuk implementasi dari hasil kajian dampak sosial (social impact assessment). Sedangkan Creswell (2002, hal. 20) menerangkan bahwa kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan.

1.5.3 Teknik Pemilihan Informan Untuk memperoleh informasi dan data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini diperlukan orang-orang yang dapat memberikan informasi terkait permasalahan penelitian (informan). Pemilihan informan ditentukan secara purposive sampling, dipilih oleh peneliti dengan maksud atau tujuan tertentu serta

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 16

berdasarkan pemikiran yang logis dan sesuai dengan informasi yang akan dicari dan memiliki relevansi dengan topik penelitian. Menurut Sugiyono (2010, hal. 218-219) teknik pemilihan informan secara purposive sampling berupa pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti. Mengenai informasi yang ingin diperoleh dapat terpenuhi, maka informan yang dipilih adalah orang-orang yang benar-benar mengetahui serta memahami situasi dan kondisi masalah penelitian, baik yang terlibat langsung atau tidak langsung dalam proses dan pelaksanaan Social Impact Assessment. Agar sesuai dengan tujuan penelitian maka informasi yang ingin diketahui dibagi menjadi tiga. (1) informan yang terlibat dalam pembuatan kebijakan terkait implementasi SIA pada kegiatan CSR Artha Graha Peduli yang antara lain Direktur Ekskutif, Pimpinan Perusahaan dan Koordinator Kegiatan; (2) informan yang terlibat langsung pelaksanaan social impact assessment yang dijalankan oleh Artha Graha antara lain Direktur Ekskutif dan relawan; (3) Informan yang mendapatkan manfaat dari program Artha Graha Peduli dan tinggal di sekitar SCBD yaitu Masyarakat. Untuk memperjelas pemilihan informan dan informasi yang dibutuhkan pada penelitian ini dapat dilihat dalam kerangka sampling di tabel 1.2

Tabel 1.2 Kerangka Sampling No. Informasi yang Ingin Diperoleh Informan Jumlah 1 Gambaran tentang implementasi Pelaksana Program di hasil kajian dampak sosial Social Artha Graha : Impact Assessment (SIA) didalam  Direktur 1 kegiatan CSR Artha Graha. eksekutif Artha 2 Latar Belakang Pendirian Yayasan Graha Peduli 1 Artha Graha Peduli.  Pimpinan Perusahaan 1  Penanggung jawab (koordinator lapangan) kegiatan Artha Graha Peduli 2  Relawan aktif 1

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 17

 Relawan tidak aktif

3 Gambaran tentang pandangan Unsur Masyarakat: masyarakat terhadap pelaksanaan  Masyarakat 1 kegiatan CSR Artha Graha. yang menerima 4 Gambaran tentang pandangan manfaat program masyarakat sekitar perusahaan CSR Artha Graha tentang adanya kegiatan bisnis AG  Masyarakat di 2 Network. sekitar perusahaan beroperasi Jumlah 9

1.5.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Studi kepustakaan, adalah suatu teknik dengan cara memperoleh data termasuk data sekunder, dengan mempelajari literatur-literatur sebagai sumber rujukan yang dapat menunjang penelitian dan membantu dalam penulisan dan analisis. Data sekunder ini diperoleh antara lain dari penelusuran pustaka seperti buku, artikel, laporan penelitian, dan dokumen yang relevan dengan kajian penelitian serta berasal dari dokumen- dokumen yang terkait dengan Artha Graha dalam melakukan tanggung jawab sosial perusahaan, seperti data profil perusahaan, arsip kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan, serta dokumen kebijakan perusahaan. 2. Wawancara mendalam (indepth interview), tujuannya yaitu mendapat informasi maupun pengumpulan data yang berkaitan dengan permasalah penelitian. Teknik wawancara ini dimaksudkan untuk menggali informasi

secara langsung yang tepat dan akurat mengenai data yang dibutuhkan. Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara. Wawancara mendalam melalui guide interview, bersifat menggali (probing) dan berdiskusi secara mendalam. Kesemuanya didasarkan atas masalah dalam desain penelitian. Wawancara mendalam dilakukan untuk memperkenalkan peneliti, mengenal subjek peneliti, mendapatkan data tentang program tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan. Wawancara mendalam juga dilakukan untuk mengetahui strategi yang digunakan perusahaan dalam mewujudkan tanggung jawab sosial

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 18

perusahaan. Wawancara mendalam dilakukan dengan berkunjung secara

resmi ke perusahaan yang ditujukan kepada pihak manajemen perusahaan. 3. Observasi non partisipasi, suatu prosedur yang dengannya peneliti

mengamati tingkah laku orang lain dalam keadaan alamiah, tetapi peneliti tidak melakukan partisipasi terhadap kegiatan di lingkungan yang diamati.

Kegiatan observasi yang dilakukan pada penelitian ini berupa observasi kegiatan CSR berbentuk penjualan sembako murah di masyarakat.

1.5.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Proses pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengumpulkan data di lapangan, yaitu data yang berasal dari catatan lapangan dan alat pengumpulan data lainnya di lapangan. Menelaah hasil data yang terkumpul. 2. Kategorisasi, yaitu memilah-milah, mengklasifikasikan data yang telah dikumpulkan. 3. Penafsiran data, yaitu membuat kategorisasi data tersebut mempunyai makna, mencari pola hubungan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif, yaitu menganalisis data dengan cara menjelaskan dalam bentuk kata-kata atau kalimat yang terstruktur dan logis yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Analisis data menurut Patton (1990, hal. 268) adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Untuk data kualitatif, teknik dan analisis data dilakukan melalui tiga jalur analisis data kualitatif yaitu: 1. Reduksi data Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan dan berlangsung selama penelitian berlangsung. Reduksi data dilakukan dengan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu serta mengorganisasikan data sedemikian rupa hingga dapat ditarik kesimpulan- kesimpulan akhir. Peneliti melakukan reduksi data dengan cara membuat

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 19

catatan lapangan berdasarkan hasil wawancara dengan informan maupun

responden. Pemusatan perhatian dilakukan dengan memfokuskan pertanyaan pada pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian.

2. Penyajian data Penyajian data dalam hal ini digambarkan dengan sekumpulan informasi

tersusun yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk teks naratif berupa catatan lapangan yang kemudian diperkuat dan atau dilengkapi dengan bentuk lainnya yaitu matriks dan bagan. Bentuk matriks dan bagan merupakan hasil dari gabungan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang terpadu, sehingga memudahkan untuk melihat kejadian yang terjadi. 3. Penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan yang mencakup verifikasi atas kesimpulan terhadap data yang dianalisis agar menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan-kesimpulan yang didapatkan selama penelitian dihasilkan dengan cara memikirkan ulang selama penulisan, meninjau kembali dan bertukar dengan teman dan pembimbing tesis.

1.5.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SCBD dan Artha Graha Peduli Foundation, yaitu sebuah lembaga non-profit dari Artha Graha Network yang dibentuk guna menjalankan kewajiban tanggung jawab sosial perusahaan. Besarnya ruang lingkup bisnis dari jaringan Artha Graha yang tersebar hampir di seluruh Indonesia maka membuat ruang lingkup kegiatan tanggung jawab sosialnya pun sangat luas dan hampir tersebar pula di seluruh Indonesia. Dari beberapa wilayah di Indonesia yang memiliki cakupan program CSR Artha Graha dengan cakupannya yang luas dan menuai keberhasilan pada pelaksanaan programnya berada di wilayah JABODETABEK, sehingga penelitian ini lebih difokuskan pada kegiatan CSR Artha Graha yang dilakukan di sekitar Jabodetabek.

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 20

Gambar 1.2. Peta Distribusi Kegiatan Artha Graha Peduli di Jabodetabek

Sumber: Artha Graha Peduli

Penelitian ini dimulai pada akhir bulan April 2012, yang diawali dengan proses pengumpulan data sekunder yaitu melakukan studi literatur dan dokumentasi yang kemudian dilanjut dengan penyusunan atau penulisan proposal penelitian. Untuk lebih jelasnya rencana kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel 1.3. Tabel 1.3. Jadwal Penelitian Bulan Tahun 2012 Uraian Apr Mei Juni Juli Agustus Sept Okt Nov Des Jan Penyusunan Proposal Seminar Proposal Perbaikan Proposal Pengumpulan Data Pengolahan Data

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 21

Bimbingan Tesis

Penulisan Laporan Ujian Tesis Revisi Tesis

1.6 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan laporan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini memuat secara relatif komprehensif tinjauan tentang mitigasi, tinjauan tentang Social Impact Assessment (SIA), dan tinjauan tentang Corporate Social Responsibility. BAB III GAMBARAN UMUM LAPANGAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum yang ada di lapangan, antara lain meliputi gambaran tempat penelitian dan program-program Corporate Social Responsibility yang dilakukan. BAB IV TEMUAN LAPANGAN Dalam bab ini akan dijelaskan hasil temuan di lapangan, mendeskripsikan hasil-hasil wawancara dengan para informan dan hasil observasi, sesuai dengan tujuan penelitian. BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini akan dijelaskan analisis dari hasil temuan lapangan dengan menggunakan metode kualitatif dan berupaya mengeloborasi hasil temuan tersebut dengan teori yang telah dibahas pada tinjauan pustaka. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dijelaskan substansi tentang kesimpulan dari hasil kajian ini dan beberapa rekomendasi penting yang sebaiknya dilaksanakan.

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan Sosial

Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan derajat kesejahteraan. Pembangunan memiliki dimensi yang beragam dalam pendekatnya guna menyelesaikan permasalahan yang terjadi di masyarakat. Sehingga dalam pelaksanaanya harus dapat menggabungkan dimensi ekonomi sebagai upaya pendistribusian dan pemerataan dari hasil-hasil pembangunan. Namun kenyataanya pembangunan selalu dipahami sebagai pembangunan fisik dan ekonomi semata. Dalam banyak kasus yang terjadi di negara-negara berkembang khususnya Indonesia, pembangunan ekonomi dan fisik menjadi prioritas utama kebijakan pemerintah hingga saat ini. Dibukanya investasi di bidang ekonomi dan pembangunan infrastruktur penunjang kegiatan perekonomian membuat perusahaan-perusahaan yang telah menanamkan investasi semakin gencar untuk mengeksplorasi sumber daya alam dan manusia. Sehingga kegiatan ekplorasi tersebut tidak seimbang dengan kegiatan recovery sumber daya alam yang telah digunakan dan upaya pengembangan kapasitas manusia untuk meningkatakan derajat hidupnya. Benturan pembangunan tersebut perlu penyelesaian masalahan agar dalam pelaksanaanya dapat bersinergi dengan dimensi pembangunan lain yang menunjang kegiatan dari pembangunan ekonomi. Dengan demikian, pembangunan harus dapat memusatkan pada peran serta manusia sebagai pelaku pembangunan dan upaya konservasi sumber daya akibat aktivitas dari kegiatan pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh perusahaan. Melalui kesinergian pembangunan yang berpusat pada manusia sebagai dari sistem sosial, maka pembangunan pada dimensi sosial menjadi pendekatan baru untuk menyelasaikan permasalahan akibat distorsi pembangunan ekonomi yang telah dilakukan. Menurut Midgley (2005, hal. 37) bahwa pembangunan sosial adalah suatu proses perubahan sosial yang terencana yang didesain untuk mengangkat kesejahteraan penduduk secara menyeluruh, dengan menggabungkannya dengan proses pembangunan ekonomi yang dinamis. Penjelasan lebih lanjut diberikan oleh

22 Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 23

Midgley (2005, hal. 38-41) bahwa ada delapan aspek yang perlu diperhatikan dalam pembangunan sosial, antara lain: 1. Proses pembangunan sosial sangat terkait dengan pembangunan

ekonomi. Aspek ini yang membuat pembangunan sosial berbeda ketika dibandingkan dengan pendekatan lain dalam mengangkat kesejahteraan

orang banyak. Pembangunan sosial mencoba untuk mengaplikasikan kebijakan-kebijakan dan program-program sosial untuk mengangkat kesejahteraan sosial, pembangunan sosial melakukannya dengan konteks proses pembangunan. 2. Pembangunan sosial mempunyai fokus berbagai macam disiplin ilmu (interdisciplinary) berdasarkan berbagai ilmu sosial yang berbeda. Pembangunan sosial secara khusus terinspirasi dari politik dan ekonomi. Pembangunan sosial juga menyentuh nilai, kepercayaan dan ideologi secara eksplisit. Dengan isu-isu ideologis, pembagunan sosial diharapkan dapat lebih baik menciptakan intervensi dalam menganalisa dan mengahadapi masalah sosial dalam mengangkat kesejahteraan masyarakat. 3. Konsep pembangunan sosial lebih menekankan pada proses. Pembangunan sosial sebagai konsep dinamis memiliki ide-ide tentang pertumbuhan dan perubahan yang bersifat eksplisit dimana istilah pembangunan itu sendiri lebih berkonotasi pada semangat akan perubahan yang positif. Secara literal, pembangunan adalah satu proses pertumbuhan, perubahan, evolusi dan pergerakan. Pembangunan sosial memiliki tiga aspek, pertama, kondisi sosial awal yang akan diubah dengan pembangunan sosial; kedua, proses perubahan itu sendiri; dan yang ketiga, keadaan akhir ketika tujuan-tujuan pembangunan sosial telah tercapai. 4. Proses perubahan yang progresif. Perubahan yang dilakukan berusaha untuk perbaikan bagi seluruh manusia. Ide-ide akan perbaikan dan peningkatan sosial sangat dibutuhkan dalam pembangunan sosial. 5. Proses pembangunan sosial bersifat intervensi. Peningkatan perubahan dalam kesejahteraan sosial terjadi karena adanya usaha-usaha yang

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 24

terencana yang dilakukan oleh para pelaku perubahan, bukan terjadi

secara natural karena bekerjanya sistem ekonomi pasar atau dengan dorongan historis. Proses pembangunan sosial lebih tertuju pada manusia

yang dapat mengimplementasikan rencana dan strategi yang spesifik untuk mencapai tujuan pembangunan sosial.

6. Tujuan pembangunan sosial didukung dengan beberapa macam strategi, baik secara langsung maupun tidak langsung, akan menghubungkan intervensi sosial dengan usaha pembangunan ekonomi. Keduanya didasari oleh keyakinan dan ideologi yang berbeda tetapi hal ini dapat diharmonisasikan meskipun masih ditemui kesulitan untuk merangkum semuanya dalam sebuah sintesa. 7. Pembangunan sosial lebih terkait dengan rakyat secara menyeluruh serta ruang lingkupnya lebih bersifat inklusif atau universal. Pembangunan sosial fokus makronya menargetkan perhatian pada komunitas, daerah dan masyarakat. Pembangunan sosial lebih tertuju pada mereka yang terlantar karena pertumbuhan ekonomi atau tidak diikutsertakan dalam pembangunan (orang miskin dalam kota, penduduk desa yang miskin, etnis minoritas dan wanita). Pembangunan sosial fokusnya bersifat pembagian daerah (spasial) seperti dalam kota, masyarakat pedesaan, perkotaan, daerah-daerah atau negara. 8. Tujuan pembangunan sosial adalah mengangkat kesejahteraan sosial. Kesejahteraan sosial menurut Midgley disini berkonotasi pada suatu kondisi sosial di mana masalah-masalah sosial diatur, kebutuhan sosial dipenuhi dan terciptanya kesempatan sosial. Bukan sekedar kegiatan amal ataupun bantuan publik yang diberikan oleh pemerintah. Berbeda dengan pendapat Midgley, menurut Cox (2001) seperti yang dikutip oleh Adi (2002, hal. 122-123) ada enam domain di dalam masyarakat yang saling berinteraksi dan mempengaruhi pembangunan sosial. Keenam domain tersebut adalah (1) faktor sosial; (2) faktor ekonomi; (3) faktor politik; (4) faktor hukum; (5) faktor budaya; dan (6) faktor ekologi. Lebih lanjut Cox (2001) menjelaskan bahwa salah satu faktor, yaitu faktor ekologi yang terkait dengan

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 25

pembangunan bidang lingkungan atau ekologi juga dikenal dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

2.1.1 Tinjauan Pembangunan Berkelanjutan Sebagai mana yang telah dijelaskan Cox diatas terkait faktor ekologi yang terkait dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Paradigma pembangunan berkelanjutan adalah upaya untuk dapat memenuhi kebutuhan pada saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu yang menjadi sasaran utama dari pembangunan berkelanjutan adalah upaya dalam meningkatkan taraf hidup manusia. Kemudian hasil ini dimatangkan dalam pertemuan yang dilakukan di Johannesburg pada tahun 2002 dengan mengacu pada keberlanjutan di sektor manusia, sosial, lingkungan, dan ekonomi. Rudito, et al (2004, hal. 7-8) berpendapat bahwa dimensi dari keberlanjutan adalah bagian dari keberlanjutan itu sendiri, yaitu manusia (human), sosial, lingkungan, dan ekonomi. Keberlanjutan manusia diartikan adanya pemeliharaan terhadap modal manusia (human capital) secara individual yang terdiri dari kesehatan, pendidikan, keterampilan, pengetahuan, kepemimpinan, dan akses terhadap jasa modal manusia. Keberlanjutan sosial diartikan sebagai adanya modal sosial, biaya untuk kebersamaan dan fasilitas kerjasama. Hal ini dapat dicapai melalui partisipasi secara sistematis dan kekuatan masyarakat sipil termasuk didalamnya pemerintah, kerjasama antar komuniti, hubungan antar kelompok dalam masyarakat, pertukaran, toleransi, etika, pertemanan, kejujuran. Yang tercermin pada aturan-aturan, hukum dan disiplin menuju kearah kebersamaan. Keberlajutan di bidang lingkungan hidup diartikan dengan sesuatu yang dibutuhkan oleh umat manusia dan kepedulian sosial. Manusia harus belajar untuk tinggal dan hidup dalam keterbatasan sehingga modal alam harus dipelihara agar menjamin kebutuhan yang dapat dipenuhi bagi genersi masa depan. Keberlanjutan ekonomi diartikan sebagai pengguna modal secara efisien dan menjamin produktivitas investasi dan pertumbuhan yang wajar dari seluruh sektor.

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 26

Dalam perspektif korporat, keberlanjutan merupakan suatu program sebagai dampak dari usaha-usaha yang telah dirintis, berdasarkan konsep kemitraan dan rekanan dari masing-masing stakeholder. Menurut Collins dan

Poras (1994) sebagaimana yang uraikan oleh Daniri (2008, hal. 2) bahwa terdapat lima elemen sehingga konsep keberlanjutan menjadi penting bagi perusahaan.

Kelima elemen tersebut adalah (1) ketersediaan dana; (2) misi lingkungan; (3) tanggung jawab sosial; (4) terimplementasi dalam kebijakan (masyarakat, korporat, dan pemerintah); (5) mempunyai nilai keuntungan atau manfaat.

2.1.2 Dampak Pembangunan Adanya kegiatan pembangunan di suatu lingkungan tertentu, dipastikan akan mendapat reaksi atau dampak positif (manfaat) maupun negatif (kerugian). Dampak positif yang ditimbulkan tentunya perlu ditingkatkan sedangkan untuk dampak negatifnya harus dikurangi atau bahkan dihilangkan sehingga manfaat kegiatan manjadi lebih optimal. Dampak adalah besar perubahan yang terjadi antara dua keadaan yaitu kondisi sebelum ada kegiatan dengan sesudah ada kegiatan. Secara etimologis, dampak berarti pelanggaran, tubrukan atau benturan. Menurut Suratmo (2004, hal. 2) bahwa dampak dapat diartikan sebagai adanya suatu benturan antara dua kepentingan yaitu, kepentingan membangun proyek dan kepentingan usaha melestarikan kualitas lingkungan yang baik. Dari kedua benturan tersebut belum tepat karena dampak hanya dipahami dari sisi negatif (merugikan). Dalam perkembangan kemudian yang dianalisis bukan hanya dampak negatif saja, melainkan juga dampak positif. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa dampak adalah setiap perubahan yang terjadi dalam lingkungan akibat adanya aktivitas manusia, yang dalam hal ini berupa pembangunan proyek dan beroperasinya unit hasil proyek. Menurut Afrizal (2010, hal. 1-2) dampak terdiri dari: a. Dampak positif, yaitu dampak yang dianggap baik oleh penyelenggara pembangunan maupun oleh orang lain. b. Dampak negatif, yaitu dampak yang dianggap tidak baik oleh penyelenggara pembangunan maupun oleh orang lain.

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 27

c. Dampak yang disadari (intended consequences), yaitu dampak yang

direncanakan oleh penyelenggara pembangunan. Dampak ini adalah dampak yang diketahui dan disadari akan terjadi. Dampak yang disadari

pada dasarnya tergolong dampak positif paling kurang menurut pandangan penyelenggara pembangunan. Dampak seperti ini biasanya

mudah diketahui karena disadari keberadaanya atau sering telah ditulis oleh penyelanggara pembangunan dalam proposal pembangunannya. d. Dampak yang tidak disadari (unintended consequences), yaitu dampak yang tidak direncanakan oleh penyelenggara pembangunan. Oleh sebab itu, dampak ini adalah dampak yang tidak diketahui dan tidak disadari. Dampak seperti ini biasanya sulit diketahui karena tidak disadari atau tidak pernah dapat ditemukan dalam proposal pembangunan oleh penyelanggara pembangunan. Dampak yang tidak disadari sering tergolong dampak negaif. Sebuah perencanaan pembangunan yang seimbang akan mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan pada pembangunan ekonomi, lingkungan, sosial dan keanekaragaman hayati. Untuk mencegah atau mengendalikan dampak negatif terhadap lingkungan dari suatu rencana kegiatan dapat yang dilakukan melalui proses analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan/atau Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL). Apabila ditinjau dari berbagai peraturan dan keputusan administratif mengenai Amdal, menurut Siahaan (2004, hal. 252) sistem Amdal dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis antara lain: 1. Amdal secara tunggal; 2. Amdal sektor atau sektoral; 3. Amdal terpadu atau multisektor; 4. Amdal regional atau disebut juga Amdal kegiatan kawasan; 5. Amdal yang beraspek kajian sosial. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) dapat dilihat dari kajian bidang sosial yang lebih memfokuskan pada dinamikan sosial yang terdapat dimasyarakat antara lain

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 28

melihat potensi konflik di masyarakat, kontribusi perusahaan bagi masyarakat dan adanya partisipasi perempuan pada kegiatan di perusahaan. Sehingga dari kajian tersebut dapat dijelaskan melalui pendekatan Social Impact Assessment (SIA).

2.2 Tinjauan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Dalam berbagai kegiatan usahanya pihak korporat hendaknya tidak hanya berorientasi memaksimalkan keuntungan sesuai dengan tujuan didirikannya korporat namun juga memperhatikan tanggung jawab sosial kepada masyarakat sekitarnya agar kegiatan usahanya bisa memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) dan kebutuhan sosial (social needs). Dengan diperhatikannya kedua aspek tersebut, maka masyarakat bisa merasakan manfaat baik secara ekonomi maupun sosial dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh korporat. Sehingga kemungkinan timbulnya konflik antara pihak korporat dengan masyarakat dapat dihindarkan. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang sering disebut dengan Corporate Sosial Responsibility, CSR, sering dipahami sebagai tanggung jawab korporat dalam menjalankan usaha ekonomi yang menguntungkan tetapi masih dan tetap pula melakukan usaha menegakkan kelestarian sosial dan lingkungan. Karena berhubungan dengan masalah lingkungan dan sosial, maka kualitas hubungan lingkungan alam (planet), manusia (people), dan usaha untuk mencari keuntungan (profit) menjadi pusat atau fokus perhatian dari setiap kegiatan corporate social responsibility. Dengan berpijak pada 3P (planet, people, profit) atau yang lebih dikenal dengan istilah triple bottom line maka perusahaan tidak hanya dihadapkan pada tanggung jawab yang hanya berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable), tetapi juga harus memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Penjelasan tersebut juga menjadi pijakan bagi Elkington (1997) untuk mengembangkan konsep triple bottom line dalam istilah economic prosperity, environmental quality, dan social justice (Untung, 2008, hal. 32). Sedangkan Lubis (n.d) melihat CSR dalam ranah pembangunan yang terbagi menjadi 3 domain antara lain ekonomi, lingkungan dan sosial. Lebih lanjut

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 29

Lubis menjelaskan bahwa sebuah pembangunan ekonomi tidak hanya menfokuskan pada keuntungan semata tetapi perusahaan harus bekerjasama dengan masyarakat dalam memberikan kontribusi pada pengelolaan lingkungan alam (environment) akibat aktivitas dan keberadaan perusahaan. Selain itu, perusahaan harus memberikan kontribusi dalam upaya pemberdayaan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar perusahaan. Dengan demikian koflik antara perusahaan dan masyarakat dapat diminimalisir melalui bentuk kegiatan CSR. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa domain dari kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan harus dilakukan melalui pendekatan pembangunan yang berpusat pada manusia, dimana pembangunan ekonomi, dan lingkungan memunculkan partisipasi aktif di masyarakat dengan media perusahaan sebagai penggerak pembangunan berkelanjutan.

DEVELOPMENT

PHYSICAL PEOPLE CENTERED MODIFICATION

Environment Economic setting Social setting setting

Cost Scarcity Conflict VS VS VS Benefit Conservation Consensus DOMAIN of CSR

Gambar 2.1 Domain CSR dalam Pembangunan Sumber: Lubis (n.d) CSR juga merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep GCG (good corporate governance). Menurut Wibisono (2007, hal. 11-12) bahwa CSR sebagai suatu entitas bisnis yang bertanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungannya, perusahaan memang mesti bertindak sebagai good citizen yang

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 30

merupakan tuntutan dari good bussiness ethics. Lebih lanjut Wibisono (2007, hal.

11-12) menyebutkan bahwa terdapat lima prinsip GCG yang dijadikan pedoman bagi para pelaku bisnis, yaitu Transparency (Keterbukaan Informasi),

Accountability (Akuntabilitas), Responsibility (Pertanggungjawaban), Independency (Kemandirian) dan Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran). Dari kelima prinsip di atas prinsip responsibility merupakan prinsip yang mempunyai kekerabatan paling dekat dengan CSR. Dalam prinsip ini, penekanan yang signifikan diberikan kepada stakeholders perusahaan. Melalui penerapan prinsip ini diharapkan perusahaan dapat menyadari bahwa dalam kegiatan operasionalnya seringkali menghasilkan dampak eksternal yang harus ditanggung oleh stakeholders. Karena itu, wajar bila perusahaan juga memperhatikan kepentingan dan nilai tambah bagi stakeholders-nya.

CSR juga dapat dilihat dari pendekatan reflexive law theory. Menurut Hess (1999, hal. 42) pendekatan reflexive law theory dapat menjadi pilihan untuk mengatasi kebuntuan atas pendekatan formal terhadap kewajiban perusahaan dalam sistem hukum. Hukum formal yang dimaksud adalah bentuk intervensi negara dalam mengatur persoalan privat melalui aturan perundang-undangan, seperti Undang-undang Ketenagakerjaan, Undang-undang Lingkungan Hidup, Undang-undang Perlindungan Konsumen dan sebagainya. Dalam mengkaji CSR, reflexive law theory adalah teori hukum yang berupaya mendorong korporasi untuk menilai kembali praktek-praktek yang telah mereka lakukan dengan memberikan informasi yang mutakhir. Dalam mengontrol perilaku korporasi, reflexive law theory menghendaki adanya social accounting, auditing, dan reporting yang disebut sebagai laporan sosial. Laporan sosial adalah bentuk laporan singkat mengenai dampak sosial dari perilaku korporasi secara etika terhadap kepentingan masyarakat atau stakeholder. Kotler (2005, hal. 47) berpendapat bahwa aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan haruslah berada dalam koridor strategi perusahaan yang diarahkan untuk mencapai bottom line bussines goal seperti mendongkrak penjualan dan pangsa pasar, membangun positioning merek, membangun, menarik, memotivasi loyalitas karyawan, mengurangi biaya operasional hingga membangun citra korporasi di pasar modal. Dengan argumentasi tersebut, dapat dilihat bahwa

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 31

tanggung jawab sosial perusahaan bukan merupakan aktivitas tempelan atau aktivitas terpinggirkan, melainkan menjadi denyut nadi perusahaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa program CSR yang dilaksanakan perusahaan dilakukan agar terjalin hubungan baik antara masyarakat dengan perusahaan. Ini bisa dikatakan sebagai modal sosial yang dimiliki perusahaan agar tetap beroperasi. Selain itu, masyarakat juga mendapatkan keuntungan dari program CSR ini. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa kedua belah pihak saling menguntungkan satu sama lain dan saling mendapatkan manfaat dari hubungan yang mereka jalani dengan baik.

2.2.1 Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Secara umum, definisi dari CSR masih kerap disikapi secara berbeda dan ganda. Berbeda karena masing-masing individu, asosiasi, institusi, korporasi, organisasi, serta bahkan negara mempunyai definisi, pemahaman, dan kriteria yang satu dan lainnya berbeda. Menurut Visser (2007) sebagaimana yang kutip oleh Serad (2007), menyebutkan bahwa secara keseluruhan terdapat kurang lebih 250 istilah definisi, 85 istilah kunci (key terms), dan 10 istilah inti (core terms) berkaitan dengan CSR. Ganda, karena oleh sebagian pihak CSR diterima sekedar memenuhi kewajiban yang ditetapkan undang-undang dan sebagian lainnya mengggunakan sebagai alat marketing dan strategi branding perusahaan (Prajarto, 2012, hal. 1). Menurut The World Business Council For Sustainable Development (WBCSD) (2002), definisi CSR adalah: Corporate social responsibility is the continuing commitment by business to be have ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large. (Tanggung jawab sosial perusahaan adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komuniti-komuniti setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan). (Wibisono, 2005, hal.7)

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 32

Sedangkan Barth & Wolff (2009, hal. 6), berpendapat bahwa:

CSR as a ‘beyond compliance’ strategy is not only a voluntary instrument of corporate management, but also a tool for wider societal governance.

This means that stakeholders can use their influence to support or put pressure on businesses to become more sustainable. Thus, CSR

instruments not only comprise reporting tools, codes and management systems but also socially responsible investment and sustainable consumption tools such as product labels. CSR sebagai sebuah konsep sukarela perusahaan dengan mengintegrasikan nilai kepedulian sosial dan lingkungannya ke dalam aktifitas bisnis serta interaksi dengan para stakeholder. Dalam hal ini tanggung jawab sosial tidak berhenti sekedar untuk memenuhi persyaratan legal, akan tetapi untuk melakukan sesuatu yang lebih dari itu (beyond compliance). Menurut ISO 26000 seperti yang dikutip oleh Wibisono (2007, hal. 37), CSR adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat; mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional; serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh. Subjek inti tanggung jawab sosial itu sangat luas. Ia merentang mulai dari tata kelola (perusahaan), HAM, ketenagakerjaan, lingkungan, praktik operasi yang adil, konsumen serta pelibatan dan pengembangan masyarakat. Seluruh subjek inti juga harus dipenuhi harapan-harapan yang ada di dalamnya. Hanya saja, pada tingkat isu - persis satu tingkat di bawah subjek inti - perusahaan dapat memilih mana yang relevan baginya. Sebagai misal, dalam subjek inti lingkungan ada isu mengenai perubahan iklim, di mana di dalamnya terdapat berbagai hal terkait dengan mitigasi dan adaptasi. Makna dari corporate social responsibility dapat disimpulkan dengan tujuan untuk memperkecil protes dan dampak sosial yang bersifat negatif di masyarakat sekitar korporasi beroperasi pada khususnya dan masyarakat luas pada

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 33

umumnya. Dengan demikian, corporate social responsibility kemudian dapat dianggap penting tidak hanya oleh masyarakat tetapi oleh pihak korporat itu sendiri.

2.2.2 Pendekatan dan Motif Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Menurut Saidi dan Abidin (2004, hal. 64-65) wujud pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan oleh sejumlah korporat khususnya di Indonesia dilakukan dalam empat bentuk antara lain: 1. Keterlibatan langsung atau menjalankan sendiri Korporasi yang menerapkan model ini adalah korporasi yang secara langsung melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan-nya tanpa perantara atau kerjasama dengan pihak ketiga. Model ini memungkinkan korporasi untuk dapat berinteraksi dan berkomunikasi secara langsung dengan masyarakat yang menjadi target. Korporasi yang menerapkan model ini biasanya adalah korporasi besar yang sudah menempatkan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai bagian dari kebijakan strategi komunikasi pemasaran perusahaan. Selain itu, korporasi yang menerapkan model ini biasanya sudah memiliki divisi penanganan tanggung jawab sosial perusahaan secara khusus. 2. Melalui yayasan atau organisasi perusahaan Model ini biasanya dijalankan oleh korporasi-korporasi besar yang kemudian mendirikan yayasan di bawah naungannya. Yayasan ini merupakan yayasan sosial non-profit yang memperoleh dana operasional dari korporasi yang menaunginya dan yang kemudian melaksanakan kebijakan dan program tanggung jawab sosial perusahaan. Yayasan-yayasan ini kemudian memfokuskan kebijakan dan program tanggung jawab sosial perusahaannya di beberapa bidang seperti pendidikan, kewirausahaan, olahraga, lingkungan, dan budaya. 3. Bermitra dengan pihak lain Sejumlah korporasi menjalin kerjasama dengan pihak-pihak lain seperti universitas, lembaga pemerintah, lembaga non-pemerintah,

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 34

atau media massa untuk melaksanakan program-program tanggung

jawab sosial perusahaan mereka. 4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorium

Korporasi yang menerapkan model ini adalah korporasi-korporasi yang menjadi anggota dari suatu lembaga sosial atau konsorium

tertentu yang bergerak di bidang sosial. Dibanding dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercaya oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara pro aktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama. Keempat pola tersebut ada kecenderungan mempengaruhi motivasi pelaksanaan CSR sebuah korporat. Sehingga akan terlihat kesungguhan korporat dalam melaksanakan dan mengelola setiap program CSR. Keterlibatan perusahaan dalam program CSR dilatarbelakangi dengan beberapa kepentingan. Menurut Mulyadi (2003, hal. 4) setidaknya bisa diidentifikasi tiga motif keterlibatan perusahaan, yaitu: motif menjaga keamanan fasilitas produksi, motif mematuhi kesepakatan kontrak kerja, dan motif moral untuk memberikan pelayanan sosial pada masyarakat lokal. Sedangkan Prince of Wales Fondation seperti yang dikutip Untung (2008, hal.11-12) terdapat lima hal penting yang dapat mempengaruhi implementasi CSR. Pertama, menyangkut human capital atau pemberdayaan manusia; kedua, Environments yang berbicara tentang lingkungan; ketiga adalah Good Governance; keempat, social cohesion. Artinya, dalam melaksanakan CSR jangan sampai menimbulkan kecemburuan sosial. Dan kelima adalah economic strength atau memberdayakan lingkungan menuju kemandirian di bidang ekonomi.

2.2.3 Manfaat Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Wibisono (2007) menyebutkan bahwa manfaat yang akan diperoleh perusahaan dengan menerapkan program CSR terdiri dari sepuluh manfaat. Lebih

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 35

lanjut Wibisono (2007, hal. 78-81) menjelaskan bahwa kesepuluh manfaat tersebut antara lain: 1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan branch image

perusahaan. Kontribusi positif pasti akan mendongkrak reputasi dan image positif perusahaan. Inilah yang menjadi modal non finansial

utama bagi perusahaan dan stakeholdernya yang menjadi nilai tambah bagi perusahaanuntuk dapat tumbuh secara berkelanjutan. 2. Layak mendapatkan social licence to operate. Ketika masyarakat mendapatkan benefit dari keberadaan perusahaan, maka pasti dengan sendirinya masyarakat ikut merasa memiliki perusahaan. Sehingga imbalan yang diberikan ke perusahaan paling tidak adalah keleluasaan perusahaan untuk menjalankan roda bisnisnya di wilayah tersebut. Jadi program CSR diharapkan menjadi bagian dari asuransi sosial (social insurance) yang akan menghasilkan harmoni dan persepsi positif dari masyarakat terhadap eksistensi perusahaan. 3. Mereduksi risiko bisnis perusahaan. Mengelola risiko di tengah kompleksnya permasalahan perusahaan merupakan hal yang esensial untuk suksesnya usaha. Perusahaan mesti menyadari bahwa kegagalan untuk memenuhi ekspektasi stakeholders pasti akan menjadi bom waktu yang dapat memicu risiko yang tidak diharapkan. Sehingga untuk menempuh langkah antisipasi dan preventif melalui penerapan CSR merupakan upaya investatif yang dapat menurunkan risiko bisnis perusahaan. 4. Melebarkan akses sumber daya. Track record yang baik dalam pengelolaan CSR merupakan keunggulan bersaing bagi perusahaan yang dapat membantu untuk memuluskan jalan menuju sumber daya yang diperlukan perusahaan. 5. Membentangkan akses menuju market. Investasi yang ditanamkan untuk program CSR ini dapat menjadikan tiket bagi perusahaan menuju peluang pasar yang terbuka lebar. Termasuk didalamnya akan memupuk loyalitas konsumen dn menembus pangsa pasar baru. Sudah banyak bukti akan resistensi konsumen terhadap produk-produk yang

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 36

tidak comply pada aturan dan idak tanggap terhadap isu sosial dan

lingkungan. 6. Mereduksi biaya. Banyak contoh yang dapat menggambarkan

keuntungan perusahaan yang didapat dari penghematan biaya yang merupakan buah dari implementasi dari penerapan program tanggung

jawab sosialnya. Yang mudah dipahami adalah upaya untuk mereduksi limbah melalui proses recycle/daur ulang kedalam siklus produksi. Disamping mereduksi biaya, proses ini tentu juga mereduksi buangan ke luar sehingga menjadi lebih aman. 7. Meperbaiki hubungan dengan stakeholders. Implementasi program CSR tentunya akan menambah frekuensi komunikasi dengan stakeholders. Nuansa seperti itu dapat membentangkan karpet merah bagi terbentuknya trust kepada perusahaan. 8. Memperbaiki hubungan dengan regulator. Perusahaan yang menerapkan program CSR pada dasarnya merupakan upaya untuk meringankan beban pemerintah sebagai regulator. Sebab pemerintahlah yang menjadi penanggung jawab utma untuk mensejahterakan masyarakat dan melestarikan lingkungan. Tanpa bantuan dari perusahaan, umumnya terlalu berat bagi pemerintah untuk menanggung beban tersebut. 9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan. Kesejahteraan yang diberikan para pelaku CSR umumnya sudah jauh melebihi standar normatif kewajiban yang dibebankan kepada perusahaan. Oleh karenany wajar bila karyawan menjadi terpacu untuk meningkatkan kinerjanya. Disamping itu reputasi perusahaan yang baik dimata stakeholder juga merupakan vitamin tersendiri bagi karyawan untuk meningkatkan motivasi dalam berkarya. 10. Peluang mendapatkan penghargaan. Banyak reward ditawarkan bagi penggiat CSR. Sehingga kesempatan untuk mendapatkan penghargaan mempunyai kans yang cukup tinggi.

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 37

Ambadar (2008, hal. 21) mengemukakan beberapa motivasi dan manfaat yang diharapkan perusahaan dengan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan meliputi:

1) Perusahaan terhindar dari reputasi negatif perusak lingkungan yang hanya mengejar keuntungan jangka pendek tanpa memperdulikan

akibat dari perilaku buruk perusahaan; 2) Kerangka kerja etis yang kokoh dapat membantu para manajer dan karyawan menghadapi masalah seperti permintaan lapangan kerja di lingkungan dimana perusahaan bekerja; 3) Perusahaan mendapat rasa hormat dari kelompok inti masyarakat yang membutuhkan keberadaan perusahaan khususnya dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan; 4) Perilaku etis perusahaan aman dari gangguan lingkungan sekitar sehingga dapat beroperasi secara lancar.

2.2.4 Tanggung Jawab Sosial dan Keberlanjutan Perdebatan mengenai potensi kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh aktivitas korporasi dan adanya dampak negatif dari keberadaan korporasi di tengah masyarakat gencar dibicarakan di forum dunia. Potensi kerusakan dan dampak negatif tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kondisi sosial di masyarakat. Berangkat dari pemikiran ini Henriques (2010) seperti yang dikutip oleh Perbawani (2012) berpendapat mengenai manusia sebagai makhluk yang terus menerus melakukan adaptasi dengan lingkungannya terbangun sebuah argumen bahwa perubahan yang terjadi di lingkungan karena aktivitas industri akan mempengaruhi manusia yang hidup di lingkungan ini. Menyadari pula akan hal tersebut, World Commission of Environment and Development (2008) atau yang lebih dikenal dengan Bruntland Commission merumuskan konsep mengenai sustainable development, sebagai aktivitas pertumbuhan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mempengaruhi kemampuan generasi yang akan datang untuk dapat memenuhi kebutuhannya (Prajarto, 2012, hal. 35-36). Lebih lanjut, mereka mengelaborasi konsep ini dan membaginya ke dalam tiga faktor, yaitu :

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 38

1. Aktivitas korporasi tidak tidak mengabaikan batasan-batasan yang bersifat

ekologis. 2. Kesamarataan dalam membuat prioritas distribusi kebutuhan, terutama bagi

mereka yang tidak mampu. 3. Keadilan yang berlaku lintas generasi, sehingga pembangunan tidak

didasarkan pada spekulasi dan pemikiran yang mendahulukan masa kini akan tetapi juga memperhitungkan kondisi di masa yang akan datang. Konsep sustainable development kemudian mengalami perkembangan dan tidak lagi hanya berfokus penanganan antar generasi tetapi mulai memikirkan tentang lingkungan, sosial budaya dan ekonomi merupakan satu kesatuan yang tidak boleh terputus.

2.3 Tinjauan Social Impact Assessment Secara umum Social Impact Assessment (SIA) dikenal sebagai sebuah studi tentang dampak sosial dari suatu rencana kegiatan. Dampak sosial merupakan perubahan yang terjadi pada individu dan masyarakat akibat dari aktivitas pembangunan. Dampak sosial itu sendiri sangat tergantung pada dua hal yakni, karateristik rencana usaha atau kegiatan dan karateristik masyarakat dimana rencana usaha atau kegiatan ini akan dilaksanakan. Jadi meskipun usaha atau kegiatannya sama tetapi apabila diterapkan di tempat lain dampak yang ditimbulkan akan berbeda. Social Impact Assessment awalnya merupakan komponen sosial ekonomi yang menjadi bagian dalam pengkajian dampak lingkungan (environmental impact assessment/EIA) meskipun sudah diperluas dan dikembangkan secara besar-besaran di negara-negara berkembang dan negara-negara maju. Pengkajian dampak sosial dilakukan pada tahap pengembangan proyek dan kebijakan yang berbeda, mulai dari perencanaan awal sampai pelaksanaan dan evaluasi pasca pelaksanaan. Dalam pengkajian tingkat proyek, penerapan yang khas mencakup pertimbangan dampak-dampak yang mungkin timbul sebagai akibat dari kegiatan- kegiatan industri yang baru, pembangunan, penggunaan lahan atau praktik-praktik pengelolaan sumber daya.

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 39

Social Impact Assessment merupakan proses analisis, monitoring dan pengelolaan konsekuensi-konsekuensi sosial dari kebijakan, program dan proyek yang ada. Konsekuensi ini bisa positif atau negatif, disengaja maupun tidak disengaja, langsung atau tidak langsung; bisa juga merupakan dampak jangka pendek atau perubahan jangka panjang. Selain itu juga membantu dalam menjelaskan bagaimana suatu tindakan yang diusulkan itu akan mengubah hidup warga masyarakat, SIA menunjukkan bagaimana tindakan-tindakan alternatif mungkin meredam perubahan-perubahan yang merugikan atau melaksanakan perubahan-perubahan yang menguntungkan. Menurut Wolf (1983) Social Impact Asssessment atau kajian dampak sosial memfokuskan perhatian tentang dampak pada manusia sebagai akibat dari diterapkannya suatu kebijakan, program, atau proyek dengan tujuan memperkirakan dan mengevaluasi dampak sebelum kebijakan, program, dan proyek dilaksanakan. Wolf menambahkan kajian dampak sosial ini bukanlah penelitian evaluasi (evaluation research) yang mengidentifikasi efektivitas dari sebuah kebijakan, proyek atau suatu program yang telah berjalan tetapi merupakan suatu bentuk kajian awal (anticipatory research) guna meningkatkan dampak positif dan meminimalisasi dampak negatif. Jika perlu hasil yang didapatkan dari studi dapat memberikan rekomendasi untuk menunjuk lokasi lain atau untuk tidak meneruskan suatu proyek. Karena apabila terus dilakukan, maka akan terjadi dampak penting yang tidak bisa ditanggulangi. Social impact assessment berorientsi pada pengambilan keputusan (decision making oriented). Jadi temuan dari social impact assessment ini harus bisa dengan mudah diterjemahkan oleh para pengambil keputusan/kebijakan (Siahaan, 2004, hal. 264). Salah satu konsep tentang kajian dampak sosial ini berawal dari pemikiran bahwa masyarakat merupakan suatu bagian dari ekosistem. Perubahan pada salah satu subsistem akan mempengaruhi subsistem yang lain. Daerah yang terkena dampak (impacted area) dinilai sebagai suatu bentuk ekosistem dengan berbagai macam komponen yang saling berhubungan dan yang menjadi pusat perhatiannya adalah bagaimana ekosistem itu berfungsi, bagaimana keterkaitan antara subsistem, dan dampak apa yang akan terjadi dan untuk berapa lama.

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 40

Menurut Hadi (1997, hal. 23) bahwa di masyarakat terdapat tiga subsistem yang saling interaktif yaitu, sistem sosial, sistem ekonomi, dan sistem fisik (lingkungan fisik). Namun jika terjadi perubahan pada ketiga subsistem yang ada di masyarakat maka perubahan tersebut terdiri dari 3 aspek. Menurut Armour (n.d) sebagaimana yang dijelaskan oleh Hadi (1997, hal. 25) bahwa aspek-aspek tersebut meliputi: 1. Cara hidup (way of life) termasuk di dalamnya bagaimana manusia dan masyarakat itu hidup, bekerja, bermain dan berinteraksi satu dengan yang lain. Cara hidup ini disebut sebagai “day to day activities” atau aktivitas keseharian. 2. Budaya termasuk di dalamnya sistem nilai, norma dan kepercayaan. Sebagai contoh, dengan adanya aktivitas proyek atau industri, apakah irama kerja penduduk menjadi rigid dan tidak memiliki kesempatan untuk turut dalam kegiatan-kegiatan sebagaimana sebelumnya pernah dilakukan. 3. Komunitas meliputi struktur penduduk, kohesi sosial, stabilitas masyarakat, estetika, saran dan prasarana yang diakui sebagai “public facilities”, seperti gedung sekolah, mushola, balai desa. Sarana umum ini seringkali menjadi korban penggusuran jika aktivitas proyek telah berjalan. Pengkajian dan analisis dampak sosial secara luas dipergunakan dalam proses pembangunan dan inisiatif penanggulangan kemiskinan untuk mengkaji apakah sebuah proyek atau program cenderung mencapai tujuan sosialnya dan merekomendasikan tindakan-tindakan yang menjamin bahwa tujuan itu tercapai. Hal ini dilakukan dengan menguji peluang-peluang, rintangan dan dampak sosial yang mungkin timbul; mengevaluasi peranan penerima bantuan dalam perancangan dan pelaksanaan proyek; dan dengan membantu pelaksana atau penyandang dana untuk mengidentifikasi dan memonitor hasil pembangunan sosial dan risiko sosial yang diharapkan. Penerapan dapat dilakukan pada setiap tahapan, dengan menggunakan instrumen yang berbeda, misalnya:

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 41

a. Analisis makro sosial terhadap konteks sosial budaya, kelembagaan, sejarah

dan politik, yang dilaksanakan sebagai masukan bagi strategi tingkat negara dan pemrograman atau untuk mendorong perumusan kebijakan dan strategi

sektoral. b. Penilaian sosiologis terhadap peluang-peluang, rintangan-rintangan, dan

dampak yang mungkin timbul, yang dilakukan sebagai bagian dari penilaian proyek. c. Pengkajian sosial, tempat pendapat pemangku kepentingan diperoleh dalam rangka memperbaiki perancangan proyek dan membentuk proses partisipatori bagi pelaksanaan dan monitoring. Semua ini biasanya akan dilakukan pada tahap awal pembangunan proyek atau program meskipun penilaian atau pengkajian lebih lanjut dapat dilakukan pada waktunya jika diperlukan. Metode pengkajian yang digunakan berbeda, mulai dari penelitian resmi skala besar sampai pada riset partisipatoris. Pemilihan perangkat dan metode penelitian tergantung pada konteks dan sumber daya, tetapi biasanya melibatkan pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif. Pengkajian dampak sosial menurut Hadi (1997, hal. 6) bukan merupakan metode tunggal, tetapi merupakan kumpulan dari perangkat dan pendekatan. Berbagai macam metode ilmu sosial dapat digunakan untuk melaksanakan pengkajian dampak sosial dengan beragam teknik pengumpulan data yang digunakan, tergantung tujuan dan konteksnya. Sebagian besar bukti merupakan data primer yang diambil dari wilayah yang terkena dampak (misalnya, riset survei, wawancara dengan narasumber, sejarah lisan, kegiatan kelompok partisipatori). Sumber data sekunder lain yang dapat digunakan termasuk data sensus, data geografis (termasuk peta), data statistik pemerintah pusat dan daerah, dokumentasi dari organisasi nonpemerintah dan organisasi berbasis masyarakat, sejarah setempat, berita di surat kabar dan riset ilmu sosial yang seandainya pernah dilakukan. Pengkajian dampak sosial yang baik seyogianya memberikan indikator kualitatif dan kuantitatif tentang dampak-dampak sosial yang dapat dimengerti oleh para pengambil keputusan dan juga oleh masyarakat awam.

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 42

2.3.1 Pengertian Social Impact Assessment

Social Impact Assessment (SIA) secara umum adalah proses menganalisis, memantau, dan mengelola/memanajemen konsekuensi sosial yang diinginkan dan tidak diinginkan dari segala bentuk intervensi terencana. Interorganizational Committee on Guidelines and Principles for SIA (Social Impact Assessment)

(1994), mengatakan : Social impact assessment can be defined as the process of assessing or estimating, in advance, the social consequences that are likely to follow from specific policy actions or project development, particularly in the context of appropriate national, state or provincial environmental policy legislation. (Becker, 2003, hal. 1) (Penilaian dampak sosial dapat didefinisikan sebagai proses menilai atau memperkirakan di awal, konsekuensi sosial yang kemungkinan besar mengikuti dari tindakan kebijakan tertentu atau pengembangan proyek, khususnya dalam konteks nasional yang sesuai dengan kebijakan peraturan perundang-undangan lingkungan negara atau provinsi). Definisi ini menunjukkan bahwa dampak sosial dari sebuah kebijakan pasti mendapatkan perhatian, namun pada prakteknya biasanya hanya fokus pada proyek-proyek saja. Dengan demikian, dalam pengertian seperti ini, SIA telah dibatasi hanya berperan untuk mendefinisikan dampak negatif dari proyek. Para praktisi SIA menganggap bahwa Social Impact Assessment sebagai suatu disiplin, lebih dari sekedar memprediksikan dampak negatif dan lebih condong kepada filosofi tentang pembangunan dan demokrasi. Maka dengan demikian pemahaman baru tentang SIA dirumuskan oleh Vanclay (2002), sebagai berikut : SIA is the process of analyzing (predicting, evaluating and reflecting) and managing the intended and unintended consequences on the human environment of planned interventions (policies, programs, plans, projects) and any social change processes invoked by those interventions so as to bring about a more sustainable and equitable biophysical and human environment. (Ibid, hal. 2) (SIA adalah proses menganalisis (memprediksi, mengevaluasi dan merefleksikan) dan mengelola konsekuensi yang diinginkan dan tidak diinginkan pada lingkungan manusia dari intervensi

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 43

yang direncanakan (kebijakan, program, rencana, proyek) dan setiap

bentuk perubahan sosial yang melibatkan proses intervensi untuk membawa keberlanjutan dan keadilan biofisik, manusia dan lingkungan.

2.3.2 Kegunaan dan Tujuan Sosial Impact Assessment

Semua praktek penilaian dampak (impact assessment) memiliki komitmen yang sama untuk sebuah keberlanjutan dan integritas ilmiah, selain itu juga harus juga harus menjunjung tinggi etika yang menganjurkan keterbukaan dan akuntabilitas, keadilan dan pemerataan, dan membela hak asasi manusia. Peran dari SIA itu sendiri jauh dari sekedar memprediksikan dampak negatif dan melampaui komitmen penilaian dampak, karena SIA juga mencakup pemberdayaan dari masyarakat setempat; peningkatan posisi perempuan, minoritas kelompok dan anggota masyarakat lainnya yang kurang beruntung; pengembangan peningkatan kapasitas; pengentasan semua bentuk ketergantungan; peningkatan ekuitas; dan fokus pada pengurangan kemiskinan. Nilai-nilai inti SIA diidentifikasi oleh Vanclay (2003, hal. 4) sebagai berikut : 1. Adanya hak asasi manusia yang dibagi sama rata antar lintas budaya, serta antara pria dan wanita. 2. Adanya hak untuk memiliki hak-hak asasi manusia yang dilindungi oleh aturan hukum, dengan menerapkan keadilan yang sama dan adil untuk semua, serta tersedia untuk semua. 3. Orang-orang memiliki hak untuk hidup dan bekerja di lingkungan yang kondusif untuk kesehatan dan kualitas hidup yang baik yang memungkinkan terciptanya pembangunan manusia dan sosial yang potensial. 4. Sosial dimensi lingkungan (khusus tetapi tidak eksklusif seperti perdamaian, kualitas hubungan sosial, kebebasan dari rasa takut, dan keterlibatan) merupakan aspek penting dari kesehatan dan kualitas hidup. 5. Orang-orang memiliki hak untuk terlibat dalam pengambilan keputusan tentang rencana intervensi yang akan mempengaruhi kehidupan mereka. 6. Pengetahuan lokal dan pengalaman berharga dapat digunakan untuk meningkatkan intervensi yang direncanakan.

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 44

Dari nilai-nilai SIA di atas, kemudian dapat diterjemahkan ke dalam beberapa prinsip kunci yang berkaitan dengan praktek SIA secara khusus, yaitu : 1. Pertimbangan keadilan harus menjadi elemen dasar dari penilaian dampak

dan perencanaan pembangunan. 2. Banyak dampak sosial dari intervensi yang direncanakan dapat diprediksi.

3. Intervensi yang direncanakan dapat dimodifikasi untuk mengurangi dampak sosial negatif dan meningkatkan dampak positif. 4. SIA harus menjadi bagian integral dari proses pembangunan, terlibat dalam semua tahap dari awal untuk menindaklanjuti audit. 5. Harus ada fokus pada pembangunan sosial yang berkelanjutan, dengan SIA berkontribusi untuk penentuan alternatif pengembangan terbaik. SIA (dan Environmental Impact Assessment/EIA – AMDAL –) lebih daripada sekedar menjadi penengah antara manfaat ekonomi dan biaya sosial. 6. Dalam semua intervensi yang direncanakan dilakukan kegiatan penilaian (assessment) yang kemudian dikembangkan untuk membangun modal sosial dan manusia dari masyarakat lokal dan untuk memperkuat proses demokrasi. Menurut Barrow (2000, hal. 2) tujuan dari SIA adalah untuk membantu individu, kelompok, organisasi dan masyarakat dalam memahami kemungkinan dari perubahan dampak sosial, budaya, atau ekonomi. selain itu dasar tujuan dari melakukan SIA adalah untuk mendapatkan informasi tentang: 1. Kondisi sosial dan ekonomi di wilayah proyek. 2. Dampak potensial dari proyek serta karakteristik, besaran, distribusi, dan durasi dampak. 3. Siapa saja yang akan menjadi kelompok terkena dampak, apakah dampak yang terjadi itu positif atau negatif. 4. Persepsi masyarakat yang terkena dampak tentang proyek dan dampaknya. 5. Potensi mitigasi sebagai langkah-langkah untuk meminimalkan dampak. 6. Kapasitas kelembagaan untuk melaksanakan langkah-langkah mitigasi. SIA harus dapat melampaui dan mengantisipasi dampak yang mungkin ditimbulkan sehingga SIA bisa untuk menyarankan alternatif pengembangan dalam rangka menghindari dan mengurangi masalah serta memaksimalkan manfaat. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan perusahaan melakukan SIA atau

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 45

kajian dampak sosial sebelum menempati wilayah baru dan memulai kegiatan operasionalnya adalah untuk memetakan potensi dan resistensi masyarakat dan lingkungan, termasuk memetakan kondisi masyarakat di wilayah yang akan ditempati. Pada umumnya, pengkajian dampak sosial dapat dimengerti sebagai kerangka kerja bagi evaluasi semua dampak pada manusia serta pada cara manusia dan masyarakat saling berinteraksi dengan lingkungan sosial budaya, ekonomi dan lingkungannya. Dengan memberikan pemahaman tentang masyarakat dan proses sosialnya, pengkajian dampak sosial memungkinkan untuk: 1. Mengidentifikasi konsekuensi risiko yang langsung maupun tidak langsung (misalnya, dampak sosial yang dapat timbul dari kejadian bahaya); dan 2. Mengembangkan mekanisme mitigasi yang tepat dan efektif bagi bahaya yang mempergunakan sumber daya masyarakat dan mengakui reaksi masyarakat terhadap kejadian yang berlangsung. Teori pengkajian dampak sosial menerima bahwa dampak-dampak sosial, ekonomi, dan biofisik saling terkait dan bahwa perubahan dalam salah satu ranah ini akan mengarah pada perubahan pada ranah yang lainnya. Idealnya, pengkajian dampak sosial, pengkajian dampak lingkungan, dan pengkajian dampak kesehatan digabungkan melalui pendekatan lintas disiplin. Pengkajian dampak sosial secara khusus diterapkan pada konsekuensi dari intervensi yang direncanakan. Teknik- teknik ini mungkin juga digunakan untuk mempertimbangkan dampak sosial dari jenis kejadian lain, misalnya, bencana, perubahan iklim, perubahan kependudukan dan epidemi.

2.3.3 Langkah-langkah Social Impact Assessment Pendekatan dalam kajian dampak sosial, yang pada awalnya berangkat dari kajian-kajian mengenai Analisa Dampak Lingkungan (Andal), kemudian secara khusus dikembangkan dengan pendekatan studi dampak sosial. Beberapa pakar memberikan pendekatan yang berbeda-beda, namun tetap dalam kerangka mengidentifikasi berbagai dampak yang ditimbulkan baik yang bersifat negatif maupun yang bersifat positif.

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 46

Deskripsikan tentang gambaran Mengembangkan rencana publik yang

masyarakat/lingkungan yang efektif untuk melibatkan semua masyarakat

terpengaruh dan kondisi awal yang berpotensi terkena dampak

Jelaskan tindakan yang diusulkan

atau perubahan kebijakan dan alternatif yang masuk akal

Penyaringan untuk Pelingkupan untuk menentukan batas-batas mengidentifikasi berbagai Social Impact Assessment kemungkinan dampak sosial

Memprediksi tanggapan atas dampak

Monitoring terhadap

rencana dan tindakan mitigasi

Gambar 2.2 Tahapan dalam Kajian Dampak Sosial Sumber: Diadaptasi dari Vivek Misra

C.P. Wolf (1983) mengemukakan beberapa langkah dalam kajian dampak sosial, yaitu meliputi pelingkupan, identifikasi masalah, pembuatan rona lingkungan, proyeksi, analisa, evaluasi, mitigasi dampak dan monitoring (Hadi, 1997, 2008). Pendekatan yang dikemukakan oleh Wolf ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Penyusunan Identifikasi Prakiraan Pelingkupan Rona Evaluasi Mitigasi Monitoring Masalah Dampak Lingkungan

Gambar 2.3 Langkah-Langkah Social Impact Assessmen menurut Wolf Sumber: Diadaptasi dari Wolf (1983)

Armour (1986) seorang ahli SIA dari Kanada dalam tujuan yang sama berpendapat bahwa langkah dalam kajian dampak sosial meliputi pelingkupan, penyusunan rona lingkungan, proyeksi, analisa (evaluasi) dan penyusunan

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 47

rekomendasi. Sedangkan menurut Branch dkk (1985) langkah-langkah kajian dampak sosial terdiri dari tiga hal pokok yakni pelingkupan, analisa dan mitigasi, serta monitoring atau pemantauan (Hadi, 1997, hal. 28). Pendapat Branch et al ini dapat dilihat pada gambar 2.4.

Identifikasi data dasar dari proyek

Prakiraan dan Evaluasi  Mitigasi  D esain Mitigasi Inventarisasi dan Program Kondisi Sosial Awal Monitoring

Gambar 2.4 Proses Kajian Dampak Sosial menurut Branch et al. Sumber : Hadi, 1997, hal. 30

Dari beberapa pandangan ahli mengenai langkah-langkah dalam melakukan Social Impact Assessment secara garis besar langkah-langkah tersebut dapat disimpulkan dan dielaborasikan pada penjelasan sebagai berikut.

2.3.3.1 Pelingkupan (Scoping) Langkah kajian dampak sosial dimulai dari identifikasi data dasar dan kajian dari proyek sebagai faktor penyebab perubahan. Identifikasi data dasar dan kajian atas suatu rencana ini disebut dengan pelingkupan (scoping). Tujuan pelingkupan adalah untuk mengidentifikasi secara hakiki (the nature) dari konsekuensi sosial yang harus dipertimbangkan dalam studi. Menurut Branch (1985) langkah kajian dimulai dari identifikasi data dasar dan kajian dari proyek sebagai faktot penyebab perubahan. Langkah pelingkupan ini lalu diteruskan dengan informasi awal tentang lingkungan sosial dan gambaran tentang kondisi geografis calon lokasi proyek (Hadi, 1997, hal. 29-30). Amour (1986) berpendapat bahwa pelingkupan merupakan proses konsultasi dengan semua pihak terkait seperti penduduk yang akan terkena dampak, pemrakarsa proyek, ahli teknis, dan perencana untuk mengidentifikasi concern dan isuue. Couch (1982) menambahkan bahwa pelingkupan memberikan masukan tentang aspek

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 48

mana yang harus dikaji dengan mendalam dan aspek mana yang tidak perlu memperoleh perhatian seksama. Menurut Wolf (1983) terdapat tiga aspek dalam pelingkupan, yaitu (a) mengidentifikasi isu utama yang akan menjadi dasar untuk menentukan komponen-komponen yang akan terkena dampak dan kemudian menjadi komponen yang akan dikaji; (b) menentukan area yang akan dikaji; serta

(c) waktu berlangsungnya dampak, yaitu perkiraan tentang berapa lama dampak akan berlangsung. (Hadi, 1997, hal.31) Menurut Gunawan (1998) sebagaimana yang dikutip oleh Hadi (1997, hal. 32) pelingkupan ditujukan untuk memformulasikan faktor-faktor sosial di dalam studi desain. Ini didasarkan pada deskripsi proyek, penilaian para ahli, dan input dari masyarakat. Input dari masyarakat diambil dari kondisi sosial sekarang yang didasarkan pada data sekunder. Hadi (1997, hal. 35) mengungkapkan pada kegiatan pelingkupan ini juga dilakukan penentuan atau membatasi wilayah yang akan menjadi daerah studi. Hadi (1997) menambahkan untuk menentukan daerah atau zone yang akan diteliti dapat didasarkan pada dampak yang akan mempengaruhi. Pada dasarnya studi zone ini dikelompokkan menjadi tiga kategori yakni daerah dampak primer, sekunder, dan tertier. Hadi (1997) menjelaskan bahwa daerah dampak primer adalah daerah yang penduduknya diperkirakan paling terkena dampak atau diperkirakan akan mengalami perubahan sosial yang paling besar sebagai akibat adanya proyek. Daerah dampak sekunder adalah daerah yang terkena dampak tetapi tidak begitu besar seperti pada daerah primer. Dan yang terakhir adalah daerah dampak tertier secara teoritis adalah daerah yang tidak termasuk dalam kategori primer dan sekunder, dan penduduk di daerah ini akan terkena dampak tidak langsung.

2.3.3.2 Prakiraan Dampak Setelah langkah pelingkupan selesai, maka langkah prakiraan dampak bisa mulai dijalankan. Penyelidikan dampak sosial yang diidentifikasi selama proses pelingkupan (scoping) merupakan komponen paling penting dalam pengkajian dampak sosial. Dampak sosial timbul bukan hanya akibat dari aktivitas proyek tetapi juga buah dari persepsi dan sikap masyarakat yang membentuk interpretasi

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 49

masyarakat terhadap proyek. Menurut Lang dan Armour (1981) dalam prakiraan dampak hal yang bisa dilakukan dengan mengkaji tiga hal, yaitu siapa saja yang terkena dampak, dampak yang ditimbulkan dalam bentu apa, dan berapa lama dampak itu berlangsung. Wolf (1983) mengatakan bahwa langkah prakiraan dampak difokuskan pada perubahan yang bersifat kuantitatif jika proyek dilaksanakan. Perubahan ini dibandingkan dengan keadaan lingkungan sebelum proyek dilakukan (Hadi, 1997, hal. 42). Menurut Branch (1985) langkah dalam prakiraan dampak dimulai dengan mengkaji interaksi antara kegiatan proyek dengan informasi tentang rona lingkungan (kondisi sosial yang ada). Setelah prakiraan dampak dilakukan, langkah berikutnya adalah memberi penilaian dan pentingnya masing-masing dampak (Hadi, 1997, hal. 30). Interorganizational Committee on Principles and Guidelines for Social Impact Assessment (2003, hal. 231) mendefinisikan dampak sosial sebagai konsekuensi bagi penduduk akibat tindakan yang dilakukan oleh kelompok maupun perseorangan yang mengubah cara hidup masyarakat, bekerja, bermain, dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya, berserikat untuk memenuhi kebutuhannya dan secara umum mengatasinya sebagai anggota masyarakat. Istilah ini juga mencakup dampak-dampak yang melibatkan perubahan norma, nilai-nilai, dan kepercayaan yang mendampingi dan merasionalisasi pemikiran mereka dan masyarakat mereka. Menurut Homenuck (1988), dampak sosial dapat dikategorikan dalam dua kelompok yaitu, (a) real impact atau standard impact, adalah dampak yang timbul sebagai akibat aktivitas proyek; (b) perceived impact atau special impact adalah dampak yang timbul dari persepsi masyarakat terhadap risiko adanya proyek (dapat dalam bentuk stress, takut, atau bentuk “concern” lainnya). (Hadi, 1997, hal.27) Hadi (1997, hal. 43) menjelaskan sejumlah metode, termasuk pemodelan dan skenario, dapat digunakan untuk menyelidiki dampak-dampak masa depan yang mungkin muncul. Kejadian bahaya (sebagai faktor dan konsekuensi eksternal proyek) dan risikonya atau ketidakpastian sebaiknya dimasukkan ke dalam analisis tren dan skenario. Skenario sebaiknya dikembangkan dari konsekuensi sosial dari paparan terhadap bahaya yang sudah teridentifikasi.

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 50

Catatan pengalaman sebelumnya (termasuk kejadian bahaya) menyediakan data yang bermanfaat bagi proses ini. Prakiraan dampak-dampak sekunder (tidak langsung; muncul akibat dampak primer) dan kumulatif dikaji meskipun sangat tidak mungkin untuk mengidentifikasi semua dimensi dampak sosial karena satu perubahan menyebabkan perubahan lainnya. Pola masa datang dari kerentanan, baik sebagai akibat jangka panjang proyek dan karena faktor lainnya (misalnya, perubahan iklim). Dalam memperkirakan dampak yang akan terjadi, penentuannya dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa kriteria seperti yang telah ditentukan di dalam Peraturan Pemerintah No. 56 tahun 1994, antara lain: 1. Jumlah manusia yang terkena dampak Setiap rencana usaha atau kegiatan akan mempunyai sasaran menyangkut jumlah manusia yang diperkirakan akan menikmati manfaat bila nanti usaha atau kegiatan tersebut telah dilaksanakan. Namun demikian, dampak yang bersikap negatif maupun positif yang mungkin ditimbulkan oleh suatu usaha atau kegiatan, dapat dialami oleh sejumlah manusia yang termasuk maupun yang tak termasuk dalam sasaran rencana usaha atau kegiatan tersebut. Jumlah manusia bisa menunjuk pada berapa orang yang terkena, ciri-ciri bagaimana (umur, pekerjaan, tingkat kerentanan dan sebagainya). Bisa juga menunjukkan satuan analisa seperti individu, keluarga atau masyarakat. 2. Luas wilayah persebaran dampak Luas wilayah persebaran dampak merupakan salah satu faktor yang dapat menentukannya pentingnya dampak yang dihasilkan. Semakin luas wilayah persebarannya maka butuh penanganan dampak yang lebih besar lagi. 3. Lama dampak berlangsung Dampak suatu rencana usaha atau kegiatan dapat berlangsung pada suatu tahap tertentu atau pada berbagai tahap dari kelangsungan usaha atau kegiatan. Dengan kata lain dampak suatu usaha atau kegiatan ada yang berlangsung relatif singkat, yakni hanya pada tahap tertentu dari siklus usaha atau kegiatan (tahap perencanaan, tahap konstruksi, tahap

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 51

operasional, dan tahap pasca operasional); namun ada pula yang

berlangsung relatif lama, yaitu terjadi sejak tahap konstruksi hingga masa pasca operasional usaha atau kegiatan.

4. Intensitas dampak berlangsung Intensitas dampak mempunyai pengertian yaitu perubahan yang timbul

akibat adanya kegiatan atau usaha bersifat hebat dan berlangsung relatif sangat luas dalam kurun waktu yang relatif singkat. 5. Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak Mengingat bahwa suatu komponen hidup pada dasarnya tidak ada yang berdiri sendiri, satu sama lain saling terkait dan mempengaruhi, maka dampak yang terjadi pada suatu komponen pada umumnya akan berdampak lanjut pada komponen lainnya. 6. Sifat kumulatif dampak Kumulatif mengandung pengertian yaitu bersifat bertambah, bertumpuk, atau bertimbun. Dampak suatu usaha atau kegiatan dikatakan bersifat kumulatif bila pada awalnya dampak tersebut tidak tampak atau tidak dianggap penting, tetapi karena aktivitas tersebut bekerja berulang kali atau terus menerus, maka lama kelamaan dampaknya bersifat kumulatif. Dampak kumulatif mempunyai batasan ruang dan waktu yang lebih luas, seperti kemungkinan terjadinya hujan asam, perubahan iklim, pemanasan global, kelestarian keanekaragaman hayati dan dampak terhadap pembangunan yang berkelanjutan. 7. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Dampak kegiatan ada yang bersifat dapat dipulihkan, namun ada pula yang tidak dapat dipulihkan walau dengan intervensi manusia sekalipun. Oleh sebab itu harus diperhatikan kemampuan untuk dapat dipulihkan atau tidak. Pertimbangan sebaiknya diberikan pada dampak-dampak tidak langsung jangka panjang atau kumulatif yang melibatkan interaksi antara masyarakat dan lingkungan. Misalnya, perpindahan atau pertumbuhan penduduk setempat dalam jangka pendek bisa mengarah kepada pengurangan peluang penghidupan dan sebagai akibatnya, dalam periode waktu yang lebih lama, memberi tekanan yang

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 52

berlebihan pada sumber daya alam atau praktik-praktik manajemen lingkungan yang tidak berkelanjutan, yang pada gilirannya bisa berakibat pada kerusakan lingkungan dan risiko bahaya yang menyertainya.

2.3.3.3 Mitigasi

Secara umum mitigasi didefinisikan sebagai upaya berkelanjutan yang dilakukan untuk mengurangi risiko bahaya melalui pengurangan kemungkinan dan atau komponen konsekuensi dari risiko bahaya tersebut. Sejalan dengan pendapat tersebut, Coppola (2007, hal.175) menyatakan bahwa mitigasi berusaha baik untuk membuat bahaya kurang mungkin terjadi atau mengurangi efek negatif jika hal itu terjadi. Istilah mitigasi berlaku untuk cakupan yang luas dari aktivitas- aktivitas dan tindakan-tindakan perlindungan yang mungkin diawali, dari yang fisik, seperti membangun bangunan-bangunan yang lebih kuat, sampai dengan yang prosedural, seperti teknik-teknik yang baku untuk menggabungkan penilaian bahaya di dalam rencana penggunaan lahan. Terkait pelaksanaan mitigasi di dalam kajian dampak sosial (Social Impact Assessment), Wolf (1983) berpendapat bahwa langkah-langkah yang dapat dilakukan terdiri dari dua hal yaitu, melakukan telaah terhadap dampak negatif yang tidak bisa dihindari, dan melakukan identifikasi tindakan mitigasi terhadap dampak yang ditimbulkan (Hadi, 1997, hal. 29). Adapun tujuan utama (ultimate goal) dari mitigasi adalah sebagai berikut: a. Mengurangi risiko/dampak yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan/proyek khususnya bagi penduduk, seperti korban jiwa, kerugian ekonomi (economy costs) dan kerusakan sumber daya alam. b. Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan. c. Meningkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) dalam menghadapi serta mengurangi dampak/risiko, sehingga masyarakat dapat hidup dan bekerja dengan aman (safe). Mitigasi dampak kegiatan merupakan upaya mengurangi dan menghilangkan dampak negatif yang sudah dipastikan terjadi. Mitigasi dampak kegiatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan lingkungan. Upaya-upaya dalam mencegah dampak negatif yang diperkirakan akan terjadi

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 53

atau telah terjadi karena adanya rencana kegiatan atau menanggulangi dampak negatif yang timbul sebagai akibat adanya suatu kegiatan/usaha disebut dengan mitigasi lingkungan. Sesuai dengan hal ini Branch (1985) berpendapat apakah dampak-dampak yang telah diprakirakan dan dievaluasi pada proses pengkajian dampak sosial (Social Impact Assessment) dapat dilakukan tindakan mitigasi

(Hadi, 1997, hal. 59). Untuk mendefenisikan rencana atau srategi mitigasi yang tepat dan akurat, perlu dilakukan kajian risiko (risk assessment). Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan oleh risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Empat strategi mitigasi risiko menurut COSO Integrated Framework 2004 maupun ISO 31000:2009, yaitu: 1. Hindari (avoid), yaitu menghindari aktivitas yang mengandung risiko. Opsi ini diberlakukan apabila dampak risiko lebih besar dari dampak tercapainya tujuan, opportunity loss, dan biaya untuk menghindari risiko. 2. Kurangi (reduce), yaitu tindakan yang diambil untuk mengurangi baik kemungkinan maupun dampaknya, ataupun keduanya. Opsi ini dilakukan dengan membuat analisis biaya manfaat terlebih dahulu. 3. Berbagi (share), yaitu melakukan transfer risiko dengan pihak ketiga. Opsi ini berlaku apabila kemampuan pemilik risiko dalam mengelola risiko lebih kecil daripada kemampuan pihak ketiga yang akan dibagi risikonya. Selain itu, biaya untuk membagi risiko lebih kecil daripada dampak risiko yang akan diterima. Contoh dari berbagi risiko adalah asuransi, hedging, atau outsourcing. 4. Terima (accept), yaitu menerima risiko dengan tidak melakukan tindakan apa pun untuk memengaruhi dampak dan kemungkinan risiko. Opsi ini berlaku apabila kapasitas untuk menerima risiko lebih besar daripada dampak risiko yang diterima. Adapun langkah-langkah dalam menjalankan mitigasi menurut Depnakertrans (n.d, par. 14) dapat dilakukan melalui hal-hal sebagai berikut : 1. Menghindarkan impak suatu kegiatan dengan melakukan pembatalan, modifikasi atau menghilangkan beberapa tahapan tertentu.

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 54

2. Memperkecil impak dengan membatasi skala kegiatan.

3. Memperbaiki suatu yang merusak lingkungan dengan melakukan restorasi, repairing atau rehabilitasi.

4. Mengurangi atau menghilangkan impak yang sedang terjadi dengan pengelolaan yang tepat dan effisien.

5. Memberikan kompensasi suatu impak melalui relokasi, pembangunan fasilitas baru, pembuktian yang masuk akal (sound proofing), penyejukan (airconditioning). 6. Memberikan perlakuan yang sebaik-baiknya terhadap semua yang terkena dampak. 7. Melakukan daur ulang material. 8. Memanfaatkan teknologi yang paling minimal menghasilkan limbah. Depnakertrans (n.d., par. 20) menambahkan bahwa prosedur mitigasi dilakukan melalui serangkaian proses sebagai berikut : a. Indentifikasi Dampak. Kegiatan ini dimaksud untuk mengidentifikasikan segenap dampak (primer, sekunder, tersier) yang timbul sebagai akibat adanya kegiatan intervensi. Identifikasi dampak ini dapat dilakukan dengan menggunakan data sekunder, wawancara maupun pengamatan di lapangan. b. Evaluasi Dampak. Kegiatan evaluasi dampak ini bertujuan untuk menentukan dampak yang relevan untuk segera ditangani. c. Perumusan Program. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyusun dan menentukan prioritas program mitigasi yang akan dilaksanakan. d. Perumusan Parameter Keberhasilan Program Mitigasi. Berdasarkan program Mitigasi yang telah disusun perlu juga dirumuskan suatu parameter keberhasilan yang sangat spesifik untuk mempermudah proses evaluasi terhadap pelaksanaan Mitigasi. e. Pelaksanaan Mitigasi. Kegiatan ini mencakup aspek teknis dan pengorganisasian pelaksanaan program serta pelaporan. Secara umum, dalam prakteknya mitigasi dapat dikelompokkan ke dalam mitigasi struktural dan mitigasi non struktural (Coppola, 2007, hal. 178). Mitigasi struktural berhubungan dengan usaha-usaha pembangunan konstruksi fisik, sementara mitigasi non struktural antara lain meliputi perencanaan tata guna lahan

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 55

disesuaikan dengan kerentanan wilayahnya dan memberlakukan peraturan (law enforcement) pembangunan. 1. Mitigasi Struktural

Mitigsasi struktural merupakan upaya untuk meminimalkan dampak yang dilakukan melalui pembangunan berbagai prasarana fisik dan

menggunakan pendekatan teknologi. Mitigasi struktural adalah upaya untuk mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap dampak dengan cara rekayasa teknis bangunan. Rekayasa teknis adalah prosedur perancangan struktur bangunan yang telah memperhitungkan karakteristik aksi dari berbagai dampak yang akan timbul. 2. Mitigasi non Struktural Mitigasi non-struktural adalah upaya mengurangi dampak selain dari upaya tersebut di atas. Bisa dalam lingkup upaya pembuatan kebijakan seperti pembuatan suatu peraturan. Contohnya adalah pembuatan tata ruang kota, capacity building masyarakat, bahkan sampai menghidupkan berbagai aktivitas lain yang berguna bagi penguatan kapasitas masyarakat. Ini semua dilakukan untuk, oleh dan di masyarakat yang hidup di sekitar daerah kegiatan/proyek dilakukan. Kebijakan non struktural meliputi legislasi, perencanaan wilayah, dan asuransi. Kebijakan non struktural lebih berkaitan dengan kebijakan yang bertujuan untuk menghindari risiko yang tidak perlu dan merusak. Tentu, sebelum perlu dilakukan identifikasi risiko terlebih dahulu. Penilaian risiko fisik meliputi proses identifikasi dan evaluasi tentang kemungkinan terjadinya dampak yang mungkin ditimbulkannya. Kebijakan mitigasi baik yang bersifat struktural maupun yang bersifat non struktural harus saling mendukung antara satu dengan yang lainnya. Pemanfaatan teknologi untuk memprediksi, mengantisipasi dan mengurangi risiko terjadinya suatu dampak harus diimbangi dengan penciptaan dan penegakan perangkat peraturan yang memadai yang didukung oleh rencana tata ruang yang sesuai. Teknologi yang digunakan untuk memprediksi, mengantisipasi dan mengurangi risiko terjadinya suatu dampak pun harus diusahakan agar tidak mengganggu keseimbangan lingkungan di masa depan.

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 56

2.3.3.4 Evaluasi dan Monitoring

Evaluasi dapat dilakukan beberapa kali sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Wolf (1983) berpendapat bahwa dalam evaluasi para pelaku pengkajian dampak sosial melakukan proses penilaian terhadap potensi dampak yang ada dari semua alternatif lokasi yang akan digunakan utuk operasional proyek. Evaluasi juga dilakukan untuk menganalisa apakah pemilihan desain mitigasi yang telah ditentukan sudah tepat dan apakah penerapannya sudah efektif dan efisien. Itu mengetahui keefektifan dan keefisienan tersebut dilakukan melalui sekarangkaian proses monitoring. Wolf menambahkan bahwa monitoring juga dilakukan guna mengetahui seberapa tepat prediksi yang telah dilakukan dengan cara menginventarisasi dampak nyata dengan dampak yang telah diprakirakan (Hadi, 1997, hal. 58). Menurut pendapat Branch langkah terakhir dalam kajian dampak sosial (Social Impact Assessment) adalah mitigasi untuk masing-masing dampak diformulasikan dalam desain pelaksanaan mitigasi. Disamping itu perlu juga perlu dilakukan analisa apakah ada dampak yang tersisa setelah adanya mitigasi. Untuk mengkaji apakahmitigasi berjalan dengan baik, maka perlu dilengkapi dengan proses monitoring (Hadi, 1997, hal. 30) Ringkasan dari beberapa uraian mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan Social Impact Assessment menurut para ahli dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pelaksanaan Social Impact Assessment Menurut Ahli

Langkah-Langkah Social Impact Langkah-Langkah Social Impact Assessment Menurut Wolf Assessment Menurut Branch et al 1. Pelingkupan (hal. 47) 1. Pelingkupan yang terdiri dari proses identifikasi data dasar dari proyek dan inventarisasi kondisi sosial awal (hal. 47) 2. Prakiraan Dampak (hal. 49) 2. Prakiraan dan Evaluasi (hal. 49) 3. Mitigasi (hal. 52) 3. Mitigasi (hal. 53) 4. Evaluasi dan Monitoring (hal. 56) 4. Desain Mitigasi dan Program Monitoring (hal. 56) Sumber: diolah kembali

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 57

Dan berdasarkan uraikan yang dilakukan secara menyeluruh dan terperinci sesuai dengan kerangka pemikiran diatas untuk menganalisa data penelitian. Maka penelitian ini akan menguraikan secara singkat mengenai penerapan metode Social Impact Assessment dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan pada gambaran alur pikir penelitian seperti yang tertera pada gambar 2.5 berikut:

Pembangunan Sosial Menurut Midgley : suatu proses perubahan sosial yang terencana yang didesain untuk Kebijakan CSR mengangkat kesejahteraan penduduk secara menyeluruh, Dalam berbagai kegiatan usahanya pihak dengan menggabungkannya korporat hendaknya tidak hanya berorientasi dengan proses pembangunan ekonomi yang dinamis. memaksimalkan keuntungan namun juga memperhatikan tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Dengan diperhatikannya

kedua aspek tersebut, maka masyarakat bisa merasakan manfaat baik secara ekonomi Pembangunan Berkelanjutan maupun sosial dari kegiatan usaha yang Paradigma pembangunan berkelanjutan adalah upaya dilakukan oleh korporat. untuk dapat memenuhi kebutuhan pada saat ini tanpa mengurangi kemampuan Social Impact Assessment generasi masa depan untuk proses menganalisis & mengelola konsekuensi dari memenuhi kebutuhannya. intervensi yang direncanakan untuk tujuan keberlanjutan dan keadilan biofisik, manusia dan lingkungan, dan terdiri dari tahapan berikut:

Pelingkupan Prakiraan

Dampak

Evaluasi dan Mitigasi Monitoring

Implementasi CSR

Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran Teori

Sumber: diolah kembali

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 BAB 3

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1 Artha Graha Peduli Bagi Artha Graha Network, pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) merupakan upaya untuk menciptakan suasana kegiatan operasi yang harmonis dan menyelaraskan strategi bisnis perusahaan dengan program-program berkesinambungan yang mengacu pada kebutuhan masyarakat. Sebagai bagian dari tanggung jawab sosialnya, selain melaksanakan program corporate social responsibility di setiap perusahaan dalam jaringan, Artha Graha Network mendirikan Artha Graha Peduli. Artha Graha Peduli adalah lembaga nirlaba berbentuk yayasan yang merupakan wujud kepedulian dan komitmen pelaksana corporate social responsibility dari perusahaan yang tergabung dalam Artha Graha Network. Aktivitas CSR yang telah dilakukan oleh Artha Graha Network dalam berbagai kegiatan diselenggarakan bersama maupun melalui Artha Graha Peduli (AGP) dengan fokus kepada bantuan terhadap korban bencana alam, pendidikan, pengembangan kesejahteraan sosial dan ekonomi, lingkungan hidup, kesehatan, dan olah raga. Artha Graha Network juga sangat tegas berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan karyawannya dan ini ditunjukkan melalui pembentukan IKAJIH (Ikatan Karyawan Grup Artha Graha & JIHD), yaitu organisasi pekerja Artha Graha yang berfokus untuk memastikan bahwa karyawan Artha Graha Network menerima perlakuan yang adil dan kompensasi, serta dilengkapi dengan keterampilan dan pengetahuan yang cukup agar dapat mewujudkan tujuan kedua belah pihak yaitu pribadi karyawan dan perusahaan.

3.1.1 Visi dan Misi Visi dan Misi yang menjadi panduan dalam menjalankan aktivitas dan kegiatan Artha Graha Peduli adalah : a. Visi Artha Graha Peduli Membangun kepedulian sosial, kemanusian, tanggap bencana alam, pendidikan dan olahraga serta pelestarian lingkungan hidup yang berkelanjutan.

58 Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 59

b. Misi Artha Graha Peduli

Mewujudkan kepedulian tersebut dalam berbagai kegiatan berbasis kemasyarakatan guna mendukung terciptanya kemandirian bangsa dan negara

melalui peningkatan kesejahteraan masyarakat.

3.2 Deskripsi Umum Program CSR Artha Graha Keberhasilan korporat tentu tidak saja diukur dari keberhasilan secara finansial ataupun kemampuan meningkatkan dan mengelola keuangan korporat, namun juga diukur dari pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Selama ini Artha Graha Peduli telah secara aktif berpartisipasi dalam beragam kegiatan aksi sosial yang bertujuan untuk membangun hubungan baik dengan berbagai kelompok masyarakat di sekitar kawasan korporat beroperasi. Artha Graha Peduli percaya bahwa kegiatan sosial tersebut akan menciptakan dampak positif dalam menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sekitarnya. Untuk itu, Artha Graha Peduli memiliki enam pilar program yang menjadi fondasi utama kepedulian Artha Graha.

3.2.1 Artha Graha Peduli Lingkungan Hidup Dalam aktivitas pelestarian lingkungan hidup, Artha Graha Network mulai mengupayakan kegiatan penghijauan di lingkungan kantor (green office). Penerapan praktik-praktik penghijauan di lingkungan kantor, antara lain dengan efisiensi penggunaan listrik dan kertas dalam operasional sehari-hari. Gerakan efisiensi lainnya, seperti mematikan lampu dan komputer bila ruangan tidak digunakan, menggunakan kertas bekas untuk memo yang sifatnya non- persetujuan, serta menggunakan amplop bekas untuk pengiriman memo atau surat di lingkungan internal. Selain itu, karyawan juga didorong untuk menggunakan email secara optimal dalam berkomunikasi dan mengirimkan memo, mencetak dokumen sesuai keperluan, dan mengurangi penggunaan telepon dengan mengoptimalkan penggunaan telepon seluler kantor untuk kemudahan dan jangkauan berkomunikasi. Penerapan green office di lingkungan Artha Graha Network akan memberikan dua keuntungan, yaitu keuntungan tangible berupa peningkatan pendapatan, pengurangan biaya dan peningkatan efisiensi, serta

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 60

keuntungan intangible berupa peningkatan citra, penerapan CSR dan tata kelola perusahaan. Artha Graha Network sadar bahwa korporat memiliki fungsi strategis dalam mendorong dunia usaha untuk turut menjaga kelestarian lingkungan dan alam. Untuk itu, Artha Graha Network bersama Artha Graha Peduli telah melakukan berbagai aktivitas sejalan dengan azas green corporate serta upaya mengantisipasi pemanasan global. Salah satunya dengan turut berpartisipasi melalui Tambling Wildlife Nature Conservation, kawasan hutan konservasi untuk perlindungan keanekaragaman hayati flora dan fauna di Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Tanggamus, Propinsi Lampung.

3.2.1.1 Tambling Wildlife Nature Conservation Artha Graha menyatakan komitmennya dalam dalam menjaga keselamatan bumi dengan berpatisipasi dalam mengurangi pemanasan global yang diwujudkan dalam bentuk kolaborasi aksi memelihara, meningkatkan, pelestarian dan pengelolaan kawasan konservasi seluas 45.000 ha melalui Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) termasuk ± 15.000 ha berupa cagar alam laut dan bagian lainnya berupa daratan berhutan di Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) merupakan bagian dari Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Secara administrasi termasuk dalam wilayah Kabupaten Tanggamus (Tampang) dan Kabupaten Lampung Barat (Belimbing), sementara menurut administrasi pengelolaan termasuk dalam wilayah Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) III Sukaraja Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Secara geografis, TWNC terletak pada 50 43’ 5”-50 58’ 2” LS dan 1040 27’ 9”- 1040 46’ 4”BT. Kawasan TWNC terletak di ujung selatan dari TNBBS, sehingga memiliki topografi yang cukup datar, landai, bergelombang, beberapa bukit-bukit bergelombang dan agak curam dengan ketinggian berkisar antara (-25-175) m dpl. Kawasan ini menyimpan spesies langka dan pemandangan yang alami. Hutan yang ada di kawasan tersebut dikategorikan sebagai hutan hujan tropika dataran rendah yang terdiri dari hutan pantai, hutan mangrove, dan rawa gambut. Sebagian besar kawasan itu merupakan zona inti dan cagar alam yang dijaga

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 61

kelestariannya. Hutan primer dan sekundernya menjadi habitat sekitar 50 jenis burung dari 11 familia. Sementara hutan mangrovenya menjadi tempat hidup tak kurang dari 41 spesies burung. Kawasan ini juga menjadi lokasi yang mendukung untuk populasi mamalia. Bagian pantainya merupakan tempat hidup penyu hijau, penyu belimbing, dan penyu sisik.

Untuk mengelola kawasan tersebut, Artha Graha Peduli sejak tahun 1996 telah mengantongi SK Menteri Kehutanan Nomor 415/Kpts-II/1992. Nama Tambling sendiri merupakan kependekan dari Tampang-Belimbing. Visi dari TWNC ini adalah membuat sebuah konservasi alam sebagai partisipasi nyata bagi Indonesia dalam mengurangi efek pemanasan global dan juga mengelola dan melestarikan ekosistem hutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Misinya yaitu menjadi hutan konservasi dan reboisasi serta konservasi alam bagi satwa liar di Indonesia di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Visi dan misi tersebut kemudian kedalam program-program sebagai berikut: a. Konservasi b. Keselamatan dan keamanan dalam mencegah terjadinya kegiatan perburuan liar, aktivitas pembalakan liar, illegal fishing, dan kebakaran hutan. c. Pengembangan Masyarakat, melalui:  Sosialisasi program untuk masyarakat sekitar, termasuk anak-anak, tentang hutan dan konservasi biota laut (Forum dan diskusi dilakukan seminggu sekali dengan masyarakat desa)

Gambar 3.1 Forum Diskusi dengan Masyarakat Sekitar Tambling Wildlife Nature Conservation Sumber : Artha Graha Peduli  Membangun sekolah dasar bagi anak-anak  Limbah manajemen

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 62

 Desa Konservasi Mandiri

(a) Pengembangan masyarakat dan penduduk asli. (b) Perbaikan jalan disekitar desa konservasi untuk memberikan

kemudahan dalam beraktivitas.

(a) (b) Gambar 3.2 Desa Konservasi yang Ada di Sekitar Tambling Wildlife Nature Conservation Sumber : Artha Graha Peduli Desember tahun 2011 Artha Graha Peduli menandatangi perjanjian kerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam rangka Program Kemitraan dan Pengembangan Sistem Pelayanan Pasca Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba. Program ini adalah upaya dalam mendukung dan memberikan kontribusi pelaksanaan Pencegahan dan Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) sesuai Intruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional P4GN serta membentuk mentalitas positif dan peningkatan hidup para korban penyalahgunaan Narkoba. Sebagaimana diamanatkan Presiden melalui Inpres tersebut, ini merupakan bentuk dari perwujudan komitmen institusi negara dan sektor swasta sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing. Penandatanganan nota kerjasama yang ditandatangani itu meliputi Program Kemitraan dan Pengembangan Sistem Pelayanan Pasca Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba dengan mengikuti program aftercare yang

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 63

menggunakan metode berbasis kinerja dan konservasi alam di wilayah hutan konservasi Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) dengan area hutan konservasi yang dikelilingi laut serta memiliki beragam kekayaan alam serta keanekaragaman hayati. Melalui program aftercare ini, diharapkan dapat mengurangi terjadinya kekambuhan (relapse) para residen, dengan cara diberikan berbagai keterampilan dan pelatihan kerja sebagai bekal pada saat kembali ke masyarakat, dengan demikian para residen yang mengikuti program ini dapat menjadi pribadi mandiri dan mampu mengoptimalkan kemampuan sesuai yang dimilikinya sehinggabisa berintegrasi dan bersosialisasi dengan baik di lingkungan masyarakat, karenanya keterlibatan sosial kemasyarakatan sangat diperlukan untuk mengakomodasi kebutuhan residen mengaktualisasikan diri secara nyata. Kerjasama yang dilakukan BNN dengan Yayasan Artha Graha Peduli ini merupakan bentuk dukungan sekaligus untuk memberikan kontribusi aktif dalam hal P4GN dan juga bertujuan agar dapat mengembangkan sistem pelayanan rehabilitasi korban penyalahgunaan Narkoba melalui metode Therapeutic Community (TC). Selain di Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC), kemitraan untuk tempat rehabilitasi dan paska rehabilitasi narkoba juga dilakukan di Pulau Sebaru, Kabupaten Pulau Seribu, Jakarta. Disini Artha Graha Peduli berkontribusi dengan menyediakan fasilitas terkait rehabilitasi narkoba.

3.2.2 Artha Graha Peduli Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan Masyarakat Kegiatan Artha Graha Peduli ketahanan pangan biasa dilakukan dengan memberikan bantuan Paket sembako kepada masyarakat yang kurang mampu. Melalui kegiatan ini Artha Graha Peduli senantiasa ingin berbagi dengan masyarakat yang tergolong kurang mampu di sekitar korporat beroperasi, terutama menjelang hari besar keagamaan seperti Idul Fitri, Imlek, Natal, Idul Adha, dan hari besar keagamaan lainnya. Program ini juga diharapkan dapat mendorong tumbuhnya kepedulian sosial nasional dalam rangka mengentaskan kemiskinan dan memperkuat ketahanan pangan dengan cara sederhana, sekaligus menyentuh masyarakat hingga ke strata paling bawah. Kegiatan rutin dari Artha

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 64

Graha Peduli ketahanan pangan, yaitu dilaksanakannya pemberian bantuan beras setiap hari jumat disetiap pekannya.

3.2.3 Artha Graha Peduli Sosial, Budaya dan Pendidikan Komitmen untuk terus berperan dalam peningkatan kualitas pendidikan tidak hanya diwujudkan dalam bentuk bantuan fisik, tetapi juga pada non-fisik. Untuk itu, Artha Graha Network secara konsisten berperan aktif dalam upaya pengembangan pengetahuan masyarakat.

3.2.4 Artha Graha Peduli Kesehatan Sebagai bentuk kepeduliannya di bidang kesehatan, Artha Graha Network sering mengadakan kegiatan seperti Bakti Sosial Kesehatan, Donor Darah, menyelenggarakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) untuk penyakit campak dan polio untuk masyarakat di sekitar korporat beroperasi, dan membantu memfasilitasi fasilitas kesehatan di beberapa RSUD.

Gambar 3.3 Kegiatan Artha Graha Peduli Kesehatan Sumber : Artha Graha Peduli

3.2.5 Artha Graha Peduli Penanganan Bencana Dilandasi dengan pemikiran bahwa korporat merupakan bagian dari suatu masyarakat, Artha Graha Network menyadari bahwa setiap korporat memiliki tanggung jawab sosial untuk membantu dan mengembangkan masyarakat di sekitarnya, khususnya masyarakat yang mengalami musibah. Artha Graha Network bersama dengan Artha Graha Peduli berusaha untuk mengurangi beban dengan menyalurkan bantuan secara nasional baik secara langsung kepada masyarakat maupun melalui kantor cabang-kantor cabang. Selanjutnya, sebagai

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 65

bentuk manifestasi apresiasi perusahaan terhadap kontribusi yang diberikan, perhatian juga ditujukan kepada karyawan yang mengalami musibah.

3.2.6 Artha Graha Peduli Bantuan Hukum bagi masyarakat kurang mampu. Belum ada kasus yang ditangani secara khusus terkait masalah bantuan hukum ini. Pihak Artha Graha Peduli telah mempersiapkan tim legal dari perusahaan yang tergabung di Artha Graha Network apabila ada pihak yang membutuhkan bantuan khususnya bagi masyarakat yang tidak mampu.

3.3 Kawasan Niaga Terpadu Sudirman Kawasan Niaga Terpadu Sudirman atau yang biasa disebut dengan Sudirman Central Business District merupakan pusat perdagangan, jasa, dan perkantoran di kawasan Sudirman, , Jakarta Selatan. Kawasan yang lebih dikenal dengan sebutan SCBD ini memiliki beberapa high rise building yang berfungsi sebagai perkantoran dan perdagangan. Di antaranya adalah Bursa Efek Jakarta, Electronic City, Ritz Carlton Hotel, Menara Artha Graha, dan The Pacific Place. Keberadaan mix use building mall dan apartemen di SCBD memberikan kontribusi yang besar bagi kawasan ini. Baik dari segi akomodasi permukiman bagi mereka yang bekerja di SCBD, maupun dari segi peningkatan nilai investasi kawasan ini. Keberadaannya yang dekat dengan kawasan permukiman elite Kebayoran Baru, juga memberi kemudahan bagi warga kelas atas untuk berbelanja dan berinvestasi di SCBD. Sudirman Central Business District (SCBD) terletak di ujung selatan kawasan Sudirman, lokasi bisnis yang paling prima dan menjanjikan di CBD Jakarta. Sekitar 500 meter dari Semanggi Interchange, SCBD adalah satu satunya kawasan dengan konsep pengembangan yang terintegrasi yang berada di Sudirman dengan akses langsung ke Jl. Jend Sudirman, Jl. Jend Gatot Subroto, dan Jl. Senopati, yang merupakan jalur utama Jakarta. Kawasan Sudirman Central Business District (SCBD) secara administratif, berada di wilayah Kelurahan Senayan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kawasan terpadu ini dikelola oleh sebuah perusahaan pengembang, yaitu PT Danayasa Arthatama Tbk.

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 66

3.4 PT Danayasa Arthatama Tbk PT Danayasa Arthatama Tbk (Perusahaan) didirikan pada tanggal 1 April

1987 berdasarkan akta notaris No. 9 tanggal 1 April 1987 yang dibuat dihadapan Misahardi Wilamarta, S.H., notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh

Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.C2- 7255.HT.01.01.TH.87 tanggal 13 November 1987 serta diumumkan dalam Berita Negara No. 27 tanggal 3 April 1990, Tambahan No. 1260. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No. 6 tanggal 18 Januari 2002 yang dibuat dihadapan notaris di Jakarta, diantaranya mengenai perubahan status perseroan dari Perseroan Tertutup menjadi Perseroan Terbuka, serta menyetujui penawaran umum kepada masyarakat melalui Pasar Modal. Perubahan anggaran dasar tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C- 02363 HT.01.04.TH.2002 tanggal 12 Februari 2002, dan telah diumumkan dalam Berita Negara No. 40 tanggal 17 Mei 2002, Tambahan No. 4839. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta No. 83 tanggal 23 Juni 2008 dari notaris di Jakarta, sehubungan dengan penyesuaian Anggaran Dasar Perusahaan terhadap Undang–Undang Republik Indonesia No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Perubahan Anggaran Dasar tersebut telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-85013.AH.01.02. Tahun 2008 12 November 2008. Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi usaha pembangunan perumahan (real-estate), perkantoran, pertokoan dan pusat niaga beserta fasilitas-fasilitasnya, menyewakan bangunan- bangunan, ruangan-ruangan kantor dan ruangan-ruangan pertokoan beserta fasilitas-fasilitasnya, menyediakan sarana dan prasarana dan melaksanakan pembangunan, pengusahaan dan pengembangan pembangunan kawasan niaga terpadu. Saat ini, Perusahaan sedang mengembangkan area sekitar 45 hektar yang terletak di , Jakarta Selatan, yang dikenal dengan nama Kawasan Niaga Terpadu Sudirman (SCBD). Perusahaan memulai kegiatan

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 67

operasionalnya sejak tahun 1989. Kantor pusat perusahaan berkedudukan di

Gedung Artha Graha Lantai 12, Kawasan Niaga Terpadu Sudirman, Jalan Jenderal Sudirman Kavling 52 - 53, Jakarta Selatan.

Dalam rangka mendorong PT Danayasa Arthatama Tbk tumbuh dan berkembang serta mampu bersaing di dunia Internasional, maka PT Danayasa

Arthatama Tbk harus memiliki visi dan misi. Adapun visi dari perusahaan, yaitu mewujudkan kawasan SCBD menjadi kawasan bisnis terbaik di Indonesia yang berkualitas internasional. Dan yang menjadi misi perusahaan, adalah:  Menciptakan keseimbangan optimum antara perkembangan potensi lahan dengan aspek sosial, budaya dan lingkungan.  Menciptakan citra SCBD sebagai landmark Jakarta yang memiliki identitas sendiri.  Mengembangkan lahan berdasarkan jaringan infrastruktur dan kondisi lingkungan yang tertata dengan baik.  Memperkuat identitas melalui pengembangan pintu gerbang kawasan.  Memungkinkan modifikasi dan ekspansi sewaktuwaktu bila terjadi perubahan kondisi.

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012

BAB 4

TEMUAN LAPANGAN

Berikut diuraikan hasil pengumpulan data di lapangan yang dilakukan melalui proses studi dokumentasi dan wawancara. Dari hasil tersebut diperoleh beberapa informasi penting terkait dengan penerapan metode Social Impact Assessment dalam tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan oleh Artha Graha.

4.1 Pelaksanaan Proyek Pembangunan oleh Artha Graha Network 4.1.1 Latar Belakang dan Tujuan Proyek SCBD Setiap perencanaan kegiatan proyek yang dibuat oleh sebuah perusahaan pasti memiliki latar belakang dan tujuan. Adapun hal yang melatarbelakangi adanya kegiatan proyek di Artha Graha Network adalah untuk menjawab tantangan global dalam hal pembangunan dan bertujuan dalam melakukan investasi untuk memperoleh berbagai manfaat baik secara komersial ataupun secara non komersial. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh perwakilan dari Artha Graha Network yang mempunyai peran aktif didalam kegiatan Artha Graha Peduli bahwa: “Guna menjawab tantangan global mengenai pembangunan, maka kami mengembangkanlah berbagai macam kegiatan proyek pembangunan. Adapun tujuan dari pelaksanaan proyek yang dilakukan oleh Artha Graha Network secara global adalah investasi untuk memperoleh berbagai manfaat baik secara komersial ataupun secara non komersial”. (Informan HD, November 2012) Meningkatnya iklim investasi yang terjadi di kota Jakarta membuat kebutuhan akan ruang semakin meningkat. Terkait dengan itu maka akan berimbas pada semakin banyaknya pembangunan dan pengalihfungsian kawasan permukiman menjadi kawasan perdagangan, membuat lahan untuk perumahan semakin sempit, harga tanah menjadi semakin mahal, dan kesulitan pencapaian pusat kota oleh masyarakat karena kawasan permukiman dialihkan ke pinggiran kota Jakarta. Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi Artha Graha Network

68 Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 69

mengadakan sebuah proyek kawasan terpadu di daerah Sudirman dengan tujuan untuk mengakomodasi berbagai jenis aktivitas di dalam satu jaringan kota. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh salah satu pimpinan perusahaan yang tergabung didalam Artha Graha Network berikut: “Adanya kebutuhan ruang yang selalu meningkat terutama di pusat kota

seperti Jakarta, baik untuk keperluan sebagai ruang kerja kantor maupun tempat tinggal hal ini yang menyebabkan para investor tertarik untuk berinvestasi pada sektor property. Namun disatu sisi lahan yang digunakan untuk membangun mulai berkurang maka dari itu tujuan proyek kawasan niaga terpadu ini untuk menyiasati kurangnya lahan tersebut dengan memanfaatkan keterbatasan lahan semaksimal mungkin dengan konsep mix use building, yaitu dimana kami mengakomodasi berbagai jenis aktivitas perdagangan, perkantoran, jasa, dan permukiman, yang terintegrasi dalam satu wilayah.” (Informan AR, Desember 2012) Keberadaan mix use building di kawasan Sudirman memberikan kontribusi yang besar bagi kawasan ini. Baik dari segi akomodasi permukiman bagi mereka yang bekerja di Sudirman, maupun dari segi peningkatan nilai investasi kawasan ini. Dengan demikian keadaan ini tentu memberikan perubahan di masyarakat.

4.1.2 Keadaan Sebelum Ada dan Sesudah Ada Proyek Kondisi suatu daerah sebelum dan pasca dilakukannya kegiatan usaha sudah pasti ada perubahan. Tidak sedikit orang yang mengharapkan perubahan terjadi mempunyai bentuk lebih baik bahkan sempurna dari keadaan yang sebelumnya. Perubahan yang terjadi meliputi aspek sosial, budaya, kesehatan dan ekonomi masyarakat. Dengan adanya kegiatan usaha atau proyek ini diharapkan akan memberi banyak manfaat untuk masyarakat Indonesia secara luas dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi yang efeknya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena terciptanya lapangan pekerjaan. Hal tersebut tercermin dalam pernyataan di bawah ini: “Tentu saja ada perbedaan sebelum proyek dilakukan dan setelah proyek dilaksanakan. Perbedaan ini meliputi berbagai aspek, seperti aspek sosial, budaya, kesehatan, dan tentu saja aspek ekonomi karena kegiatan proyek

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 70

yang kami lakukan diharapkan bisa untuk memacu pertumbuhan ekonomi,

baik di tingkat nasional maupun daerah, serta mengurangi pengangguran, mengentaskan kemiskinan dan tentunya meningkatkan kesejahteraan

rakyat.” (Informan HD, November 2012) Perubahan yang terjadi menurut satu kondisi dianggap lebih baik, namun dari sisi yang lain memberikan dampak yang kurang diharapkan. Pesatnya perkembangan yang terjadi di ibukota menjadi daya tarik tersendiri bagi warga di daerah/pedesaan untuk datang dan mengadu nasib di Jakarta. Hal ini menyebabkan pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi dan tidak merata penyebarannya, seperti hal berikut yang dikemukakan oleh informan: “Pesatnya pembangunan yang terjadi khususnya di ibukota tentu saja menimbulkan perubahan yang sangat signifikan. Kita bisa lihat bagaimana padatnya penduduk disini yang setiap tahunnya selalu terjadi penambahan penduduk, masalah urbanisasi yang terus meningkat tiap tahunnya dan nantinya akan menimbulkan polemik tersendiri lagi.” (Informan ES, Desember 2012) Berdasarkan pernyataan informan diatas, bahwa perusahaan menyadari dari segala kegiatan proyek yang dilakukan pasti akan menimbulkan berbagai perubahan di masyarakat. Dengan perubahan yang terjadi ini, perusahaan berharap bahwa segala kegiatan usahanya dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat di sekitar proyek beroperasi pada khususnya.

4.1.3 Dampak yang Ditimbulkan dari Proyek SCBD Setiap kegiatan pembangunan atau proyek yang dilaksanakan pasti menimbulkan dampak terhadap lingkungan dan masyarakat sekitarnya baik dampak positif maupun dampak negatif. Beragamnya ruang lingkup usaha yang dilakukan oleh Artha Graha Network tentu akan menimbulkan dampak yang beragam pula. Kegiatan usaha tentunya akan membawa dampak yang positif di masyarakat, seperti terciptanya lapangan pekerjaan, menambah penghasilan penduduk, menghasilkan aneka barang dan jasa yang dibutuhkan oeh masyarakat, merangsang masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan, dan meningkatnya infrastruktur di sekitar wilayah beroperasinya usaha, seperti perbaikan jalan,

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 71

lengkapnya sarana dan prasarana umum seperti pasar, rumah sakit, sekolah, dan lain-lain. “Sektor bisnis yang dilakukan Artha Graha Network itu kan sangat luas,

mulai dari sektor keuangan, properti, pertanian, sampai dengan sektor sumber daya. Tentunya dampak yang ditimbulkan dari kegiatan bisnis ini

juga akan beragam, demikian pula dengan besaran dampak yang ditimbulkannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain yaitu faktor lingkungan dan ruang lingkup dari kegiatan bisnis tersebut. Dengan melakukan kegiatan bisnis, kami berharap dapat memberikan manfaat untuk sekitar masyarakat yang berada di sekitar perusahaan kami beroperasi. Mulai dari membuka lapangan pekerjaan, menambah penghasilan penduduk, menghasilkan aneka barang yang dibutuhkan oeh masyarakat, merangsang masyarakat utuk meningkatkan pengetahuan, meningkatkan infrastruktur di sekitar wilayah beroperasinya usaha, seperti perbaikan jalan, melengkapi sarana dan prasarana demi menunjang kebutuhan karyawan kami pada khususnya dan masyarakat sekitar pada umumnya.” (Informan HD, November 2012) Informan JS, sebagai koordinator lapangan di salah satu perusahaan yang tergabung dalam Artha Graha Network secara lebih terperinci memberikan gambaran mengenai dampak yang ditimbulkan dari kegiatan proyek. Informan JS. Tahapan itu meliputi tahap pra kontrusksi, tahap kontruksi dan tahap pasca kontruksi. Informan JS menjelaskan bahwa kegiatan yang dilakukan pada setiap tahapan tersebut berbeda sehingga dampak yang nantinya akan ditimbulkannya pun akan beragam. Penjelasan yang diberikan sebagai berikut: “Dari setiap proyek yang kami lakukan itu ada tahapan yang harus selalu membagi menjadi tiga bagian dampak yang ditimbulkan dari setiap tahapan kegiatan didalam proyek kami laksanakan. Kami membaginya kedalam tiga tahapan, yaitu tahap pra kontruksi, tahap kontruksi, dan tahap pasca kontruksi. Jenis kegiatan yang dilakukan dari setiap tahapan berbeda-beda jadi dampak yang ditimbulkannya pun akan berbeda. Contohnya, untuk kegiatan pra kontruksi, yang kami lakukan itu mulai dari survey lokasi dimana kami akan menjalankan proyek tersebut. Setelah itu

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 72

kami biasanya akan melakukan pengadaan dan pembebasan lahan, yang

dampaknya itu bisa berupa pemindahan penduduk atau bahkan tidak jarang akan muncul para spekulan tanah. Tahap kontruksi kegiatan yang

kami lakukan lebih banyak lagi karena disinilah tahapan krusialnya. Kegiatan tersebut meliputi, pertama mobilisasi tenaga kerja, yang

dampaknya itu bisa berupa kecemburuan sosial antara penduduk lokal dengan para pekerja yang berasal dari luar daerah atau sebenarnya dengan adanya proyek ini akan meningkatan kesempatan kerja bagi para penduduk lokal. Kedua, mobilisasi peralatan berat yang bisa merusak sarana jalan. Ketiga, kontruksi jalan akses ke lokasi proyek yang bisa menyebabkan meningkatnya gangguan kemacetan dan tercecernya tanah dan material bangunan. Dan terakhir yaitu, pelaksanaan pekerjaan kontruksi di lapangan, seperti penyiapan dan pembersihan lahan, penggalian tanah untuk pondasi, pembuatan sistem drainase, pemasangan tiang pancang, pengoperasian base camp untuk para pekerja serta kegiatan kontruksi lainnya yang biasanya akan menimbulkan kerusakan prasarana jalan, pencemaran udara, pencemaran air permukaan, timbulnya genangan air atau banjir lokal, banyaknya debu, adanya getaran dari alat-alat berat dan suara bising, serta kecemburuan sosial. Untuk pasca kontruksi yaitu tahap dimana kegiatan dari pengoperasian dan pemeliharaan dilakukan ya agar dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan.” (Informan JS, November 2012)

4.1.4 Dasar Pertimbangan Melakukan Kajian Dampak Sosial Setiap kegiatan pembangunan yang dilaksanakan pasti menimbulkan dampak terhadap lingkungan dan masyarakat baik dampak positif maupun dampak negatif, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana melaksanakan pembangunan untuk mendapatkan hasil dan manfaat yang maksimum dengan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat yang minimum. Melakukan studi kelayakan sebelum melaksanakan suatu kegiatan pembangunan sangat diperlukan, karena dokumen hasil studi tersebut bisa dijadikan acuan dalam rangka mewujudkan hasil dan nilai guna pembangunan secara maksimal dan

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 73

untuk menghindari ketidakefisienan. Hal tersebut diutarakan oleh salah satu karyawan yang bekerja di Artha Graha Network: “Dari hasil studi pastinya akan menghasilkan sebuah dokumen yang bisa

dijadikan acuan untuk melakukan pengelolaan yang baik selama proses dari proyek berlangsung. Dokumen yang dijadikan acuan ini harus mampu

meningkatkan hasil dan nilai guna serta dapat menghindari semua pengaruh yang mengarah pada bentuk ketidakefisienan.” (Informan YM, Oktober 2012) Agar kegiatan usaha yang dilakukan oleh Artha Graha Network dapat berjalan dengan efisien dan sesuai dengan visinya untuk tumbuh dan berkembang bersama masyarakat dengan mengedepankan kepedulian pada masyarakat dan lingkungan maka Artha Graha Network berupaya bahwa semua dampak negatif yang ditimbulkan terkait dengan kegiatan proyek pembangunan untuk mewujudkan tujuan tersebut harus bisa diminimalkan atau bahkan bilamana memungkinkan harus dihilangkan sama sekali. Hal ini dikemukakan oleh informan sebagai berikut: “Secara garis besar visi dari perusahaan yang tergabung di dalam Artha Graha Network itu kan tumbuh dan berkembang bersama masyarakat dengan mengedepankan kepedulian pada masyarakat dan lingkungan serta mewujudkan cita-cita menjadi jaringan bisnis yang dimiliki oleh pihak swasta namun secara penuh harus bisa pula menjalankan fungsi pengabdian untuk kepentingan masyarakat. Hal ini berarti bahwa semua dampak negatif yang ditimbulkan terkait dengan kegiatan proyek pembangunan untuk mewujudkan tujuan tersebut harus bisa diminimalkan atau bahkan bilamana memungkinkan harus dihilangkan sama sekali, kami menganggap ini adalah sebagai bentuk kepedulian kami terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar perusahaan beroperasi.” (Informan HD, November 2012) Dalam mengelola dampak yang ditimbulkan, perusahaan sudah mengantisipasinya dengan menyusun sebuah pedoman operasional yang akan dijadikan sebagai rekomendasi. Hal senada diungkapkan oleh informan berikut:

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 74

“Kita itu mempunyai pedoman operasional dalam setiap melaksanakan

kegiatan atau proyek yang disusun pada saat tahap perencanaan. Pedoman operasional ini yang selalu kita jadikan rekomendasi dalam mengelola

berbagai dampak yang ditimbulkan. Pengelolaan dampak ini adalah salah satu bentuk tanggung jawab kami selain tanggung jawab yang lain

tentunya terhadap pembangunan.” (Informan AR, Desember 2012) Dari semua pernyataan di atas, dasar dari perusahaan melakukan tindakan mitigasi adalah karena perusahaan menyadari bahwa itu merupakan tanggung jawab yang harus mereka lakukan.

4.2 Pelaksanaan Kajian Dampak Sosial (Social Impact Assessment) Adapun penyajian hasil temuan lapangan disesuaikan dengan pertanyaan dan tujuan penelitian berdasarkan pada langkah-langkah dalam Social Impact Assessment dalam penelitian sebagai berikut:

4.2.1 Pelingkupan (Scoping) Langkah dalam melakukan kajian dampak sosial (Social Impact Assessment) dimulai pihak Artha Graha dengan melakukan identifikasi data dasar mengenai keadaan lingkungan di sekitar wilayah tempat akan didirikannya usaha. Kegiatan ini akan memberikan informasi awal tentang gambaran kondisi geografis lokasi dimana kegiatan usaha tersebut akan berlangsung dan juga gambaran kondisi sosial serta budaya yang ada di masyarakat sekitar lokasi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan informan AR berikut: “…Kami juga melakukan kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan

fakta mengenai sumber daya yang ada di sekitar wilayah tempat kami akan mendirikan kegiatan usaha. Kegiatan ini meliputi survei mengenai status dan keadaan fisik lahan yang akan digunakan dalam kegiatan usaha, sumber daya yang ada baik dari alam maupun sumber daya manusianya, serta kondisi sosial-budaya masyarakat yang ada di sekitar daerah tersebut.” (Informan AR, Desember 2012) Informan ES menambahkan bahwa proses kajian dampak yang mereka lakukan terdiri dari serangkaian proses. Proses tersebut dimulai dengan dengan mengumpulkan data dan informasi berupa gambaran tentang keadaan lingkungan

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 75

sekitar perusahaan beroperasi. Keadaan lingkungan yang dimaksud adalah keadaan lingkungan baik secara fisik (alam) ataupun lingkungan sosialnya, selain itu juga keadaan geografisnya. Setelah semua data yang dibutuhkan didapat maka langakah selanjutnya yang mereka lakukan adalah melakukan proses triangulasi dengan terjun ke lapangan dan melihat keadaan di sekitar wilayah perusahaan beroparasi. Berikut pernyataan yang diberikan oleh informan ES: “Langkah yang kami lakukan dalam rangkaian mengkaji dampak, yang pertama adalah pengumpulan informasi tentang lingkungan baik lingkungan alamnya ataupun lingkungan sosialnya dan juga keadaan geografis sekitar Sudirman ini. Secara operasional kegiatan yang dilakukan itu dengan melakukan penentuan seberapa luas daerah yang akan terkena dampak dari kegiatan usaha kami. Luas daerahnya biasanya kami bagi menjadi 3 ring utama, yaitu ring 1 yang meliputi daerah yang jaraknya antara 500 meter sampai dengan 1 km dari lokasi usaha kami. Ring 2, yaitu daerah yang jaraknya 1 km sampai dengan 5 km dari lokasi usaha kami, dan yang terakhir ring 3 adalah daerah di luar ring 1 dan ring 2 yang kami gambarkan bisa saja sampai dengan Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek). Kemudian langkah selanjutnya setelah gambaran mengenai informasi lingkungan sekitar kami dapatkan, ada tim kami yang akan turun lapangan untuk mengecek keabsahan dari informasi yang kami peroleh tersebut serta untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai kondisi lingkungan sekitar baik secara demografis (komposisi penduduk yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, seperti umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, dll.; pola perkembangan penduduk; dan tingkat kepadatan serta sebaran penduduk), ekonomi (tingkat pendapatan, kesempatan untuk melakukan usaha atau kesempatan kerja), sosial dan budaya (bagaimana sikap dan pandangan masyarakat sekitar dengan kegiatan usaha dan juga rencana usaha yang kami lakukan; pola kebiasaan dan adat masyarakat sekitar; perubahan sosial dan budaya), dan juga keadaan kesehatan masyarakat sekitar. Hasil dari penelitian di lapangan ini harus sedetail mungkin karena data-data tersebut akan menjadi data dasar untuk berbagai keperluan kami kedepannya untuk melakukan prakiraan

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 76

serta untuk kegiatan sosial yang akan dilakukan perusahaan.” (Informan

ES, Desember 2012) Agar tujuan perusahaan dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan, maka apapun tujuan perusahaan (baik profit, sosial maupun gabungan dari keduanya profit dan sosial), hendaknya apabila ingin melakukan investasi sebaiknya didahului dengan satu studi. Hal ini seperti yang diutarakan oleh informan sebagai berikut: “Setiap akan memulai suatu kegiatan usaha, kami sudah pasti menyusun yang namanya dokumen rencana kegiatan yang didalamnya menerangkan dan menjelaskan data-data terkait dengan kegiatan usaha tersebut. Data tersebut pada umumnya terdiri dari nama dan alamat perusahaan, nama dari kegiatan usahanya, seberapa besar skala kegiatan usaha tersebut, serta lokasi dimana kegiatan usaha tersebut akan dilakukan. Dari dokumen rencana kegiatan inilah yang nantinya akan menjadi bahan acuan dalam melakukan studi sebelum kegiatan usaha tersebut direalisasikan. Studi yang kami lakukan adalah studi kelayakan usaha. Studi ini kami kategorikan kedalam tiga bagian, yaitu kelayakan secara ekonomi, kelayakan lingkungan, dan kelayakan teknis.” (Informan YM, Oktober 2012) Informan HD menambahkan bahwa aspek hukum, aspek pasar, dan aspek manajemen juga diperlukan dalam melakukan sebuah studi apakah kegiatan proyek tersebut layak untuk dilakukan atau tidak. hal senada ini ia ungkapkan sebagai berikut: “Kita tentunya melakukan studi kelayakan apabila akan melakukan sebuah kegiatan usaha. Ukuran kelayakan masing-masing usaha sangat berbeda, misalnya antara usaha jasa dan nonjasa. Seperti pendirian hotel dengan usaha pertambangan, akan tetapi aspek-aspek yang digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya sama. Untuk aspeknya sendiri meliputi aspek hukum, aspek pasar, aspek finansial, aspek teknik, aspek manajemen dan aspek lingkungan.” (Informan HD, November 2012) Dewasa ini kesadaran terhadap lingkungan hidup semakin membaik dikalangan perusahaan, walaupun masih rendah bila dibandingkan dengan negara-

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 77

negara maju. Kesadaran ini ditandai dengan gencarnya isu lingkungan didalam pelaksanaan kegiatan proyek, selain itu kondisi sosial masyarakat yang ada di sekitar wilayah proyek juga mendapatkan perhatian khusus. Berikut pernyataan dari informan AR: “Studi dampak lingkungan untuk saat sekarang ini merupakan hal yang

wajib dilakukan oleh perusahaan yang akan melakukan kegiatan usaha atau bisnis, jadi sudah dapat dipastikan bahwa kami juga melakukan hal tersebut agar kegiatan usaha kami mendapatkan ijin usaha tentunya, terlebih kegiatan usaha yang sifatnya mengekploitasi sumber daya yang berasal dari alam.” (Informan AR, Desember 2012) Hal senada juga diungkapkan oleh informan JS bahwa sebelum kegiatan operasional proyek dilakukan hal utama yang harus dilakukan adalah membuat perencanaan serta memprediksi segala kemungkinan yang akan terjadi yang didalamnya itu memetakan resistensi dan potensi yang ada di masyarakat sekitar dan juga lingkungan. Berikut pernyataannya: “Sebelum kita memulai menempati wilayah baru dan memulai kegiatan operasional, sebelumnya itu kita membuat perencanaan dan memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Kita juga melakukan yang namanya pemetaan mengenai resistensi dan potensi yang ada di masyarakat sekitar juga lingkungan dimana kegiatan operasional kita akan dilakukan.” (Informan JS, November 2012) Dari informasi yang diberikan para informan diatas, mereka dari pihak perusahaan menyadari pentingnya melakukan suatu studi kelayakan yang tujuanya adalah untuk menilai apakah investasi yang akan ditanamkan layak atau tidak untuk dijalankan (dalam arti sesuai dengan tujuan perusahaan) atau dengan kata lain jika usaha tersebut dijalankan akan memberikan suatu manfaat atau tidak. Selain itu studi kelayakan ini juga dilakukan demi untuk mencari jalan keluar agar dapat meminimalkan hambatan dan resiko yang mungkin timbul di masa yang akan datang.

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 78

4.2.2 Proses Prakiraan Dampak yang Ditimbulkan

Kegiatan proyek atau pembangunan yang dilakukan oleh Artha Graha Network umumnya berskala besar dan sudah dapat dipastikan akan menimbulkan dampak yang signifikan terhadap lingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu, setiap akan melakukan kegiatan proyek Artha Graha Network selalu membuat prakiraan dampak yang akan timbul agar ketika dampak yang dikhawatirkan terjadi telah benar-benar terjadi maka pihak Artha Graha telah siap akan mengambil tindakan apa yang harus diperbuat. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh informan HD berikut: “Studi yang kami lakukan sebelum kegiatan proyek dilakukan isinya itu salah satunya mencakup tentang prakiraan dampak yang akan ditimbulkan dari kegiatan proyek. Jadi sebelum dampak itu benar-benar terjadi, kami sudah memikirkan tindakan apa yang akan kami ambil dan lakukan.” (Informan HD, November 2012) Dalam melakukan kajian dampak ada beberapa metode yang dapat dilakukan mulai dari kajian dokumen, melakukan observasi lapangan, dan wawancara secara mendalam serta kegiatan Focus Group Disscusion (FGD). Hal ini senada dengan yang diutarakan oleh informan berikut: “Untuk melakukan kajian dampak dari pelaksanaan proyek ada beberapa langkah yang kami lakukan. Pertama, kami melakukan yang namanya kajian dokumen yakni dengan cara mempelajari dokumen perencanaan pembangunan yang telah disusun. Studi ini sangat perlu untuk dilakukan terutama dalam melihat berbagai potensi isu-isu lingkungan yang dimungkinkan muncul pada saat implementasi pembangunan. Kedua, kami melakukan observasi lapangan yang dilakukan dengan cara melihat secara langsung obyek yang menjadi lahan dimana proses pembangunan dilakukan. Cara ini juga untuk memastikan secara visual sejauh mana dampak yang diperkirakan akan muncul dan seberapa besar dampak yang akan mempengaruhi lingkungan sekitar. Tahap terakhir yaitu kami melakukan wawancara dan diskusi dengan masyarakat sekitar lingkungan proyek. Disini kami sangat mengharapkan sekali adanya masukan, pendapat dan pandangan dari masyarakat terkait dengan dampak yang

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 79

diperkirakan akan muncul saat implementasi pembangunan.” (Informan

AR, Desember 2012) Secara lebih jelas proses kajian dampak dijelasakan oleh informan AR.

Secara teknis proses kajian tersebut terdiri dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pelaporan. Pada tahap persiapan pelaksana kegiatan melakukan kajian terhadap masalah lingkungan yang dianggap penting dan kemungkinan menimbulkan dampak negatif bersama-sama. Kemudian tahap selanjutnya adalah kunjungan ke lapangan dengan membawa hasil kajian untuk kemudian hasil kajian tersebut dibahas atau dikonsultasikan kepada masyarakat agar selanjutnya dibuat usulan kegiatan untuk pengurangan dampak lingkungan dan sosial yang akan timbul. Berikut pemaparan informan AR: “Jadi untuk proses kajian dampaknya itu kami juga bagi menjadi tiga tahap ya. Pertama, yaitu tahap persiapan. Pada tahap persiapan ini, kami menyiapkan semacam SOP kajian dampak. Setelah tahap persiapan ok, maka tahap kedua yaitu tahap pelaksanaan. Disini kami berkoordinasi dengan pihak-pihak yang terkait yang terlibat dalam kegiatan proyek untuk menyelenggarakan pertemuan dalam rangka kegiatan kajian dampak. Setelah itu secara bersama-sama kami akan mengunjungi lapangan untuk melihat dari dekat tentang dampak yang mungkin akan timbul dalam pelaksanaan kegiatan yang telah diverifikasi, selama turun lapangan ini kami juga mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh lokal dan aparat setempat serta pihak-pihak lain yang dianggap berkompeten untuk mendapatkan input secara lebih mendalam guna merumuskan kajian dampak. Tahap terakhir adalah tahap pelaporan dari masing -masing kegiatan yang telah dilakukan.” (Informan JS, November 2012)

4.2.3 Pelaksanaan Mitigasi Pelaksanaan pembangunan proyek yang baik adalah yang memperhatikan kelestarian lingkungan sekitarnya. Korporat sebagai pelaksana kegiatan pembangunan proyek harus menyadari dan melakukan pengelolaan lingkungan dengan baik agar proses pembangunan dapat berkelanjutan, keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan kualitas hidup

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 80

manusianya juga dapat terjamin. Oleh sebab itu pelaksana proyek harus menerapkan kebijakan pembangunan yang berwawasan lingkungan serta memanfaatkan sumber daya hayati yang tidak melebihi kemampuan regenerasinya, dan atau memanfaatkan sumber daya non hayati yang tidak melebihi laju inovasi substitusinya agar tidak mengorbankan kebutuhan generasi yang akan datang. Hal ini dikemukakan oleh informan YM dan AR sebagai berikut: “Untuk mengurangi dampak negatif yang diperkirakan akan timbul maka dalam melaksanakan proyek kami berusaha sekali untuk menggunakan dan memanfaatkan sumberdaya alam tidak secara berlebihan khususnya sumber daya alam yang tidak terbaharui agar para penerus kita nantinya masih bisa ikut menikmati. Kami juga berusaha memanfaatkan sumber daya secara hati-hati serta didukung oleh penelitian ilmiah yang memadai.” (Informan YM, Oktober 2012)

“Kami menyadari bahwa pembangunan yang kami lakukan selama ini dilaksanakan pada dasarnya merubah ekosistem alami yang bersifat stabil menjadi ekosistem buatan/binaan yang tidak stabil. Kondisi ini yang kemudian menuntut kami untuk melakukan upaya pengelolaan lingkungan agar fungsi lingkungan di kawasan proyek pembangunan dilakukan bisa tetap lestari. Oleh sebab itu menetapkan kami selalu mencoba untuk menerapkan kebijakan pembangunan kawasan yang berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.” (Informan AR, Desember 2012) Pandangan serupa dikemukakan informan JS, dalam melakukan proses pembangunan agar berkelanjutan dan diterima oleh masyarakat sekitar wilayah proyek maka harus dilakukan beberapa langkah untuk mengantisipasi dampak berbagai negatif. Berikut penuturan informan JS: “Agar tidak timbul keluhan dan protes dari masyarakat sekitar wilayah proyek dilaksanakan pada tahap pra kontruksi kami melakukan sosialisasi, komunikasi dan konsultasi kepada masyarakat sekitar wilayah beroperasinya proyek untuk menjelaskan tentang manfaat kegiatan bagi kepentingan umum dan juga menjelaskan tentang kerugian yang terjadi

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 81

akibat terhambatnya proses pengerjaan proyek bila tidak adanya dukungan

dari masyarakat. Untuk mengantisipasi para spekulan tanah, kami melibatkan masyarakat dan aparat pemerintah daerah setempat untuk

mencegah terjadinya spekulasi tanah. Kami juga melakukan sosialisasi pada penduduk lokal dan pemberian informasi kepada penduduk tentang

tenaga kerja yang diperlukan. Mendata sarana dan prasarana umum yang akan terkena dampak kegiatan proyek, melindunginya dari kemungkinan kerusakan atau kalaupun rusak yang diakibatkan terkena proses dari proyek maka kami akan mengganti ataupun memperbaiki. Untuk menghindari kemacetan kami akan mengatur jadwal kerja agar pengoperasian kendaraan proyek tidak dilakukan saat jam-jam sibuk.” (Informan JS, November 2012) Secara ringkas, dampak kegiatan dan tata cara mitigasinya, disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.1 Dampak Kegiatan dan Tata Cara Mitigasi Mitigasi dalam Tahapan Jenis Kegiatan Jenis Dampak Social Impact Proyek Assessment Pra  Survei  Munculnya para a. Melakukan Kontruksi kesesuaian lokasi spekulan tanah sosialisasi dan  Ketidaksepahama konsultasi dengan n mengenai harga sewa masyarakat untuk (untuk base camp) menjelaskan maupun harga jual tentang manfaat  Pengadaan lahan (untuk kegiatan bagi atau pembebasan infrastruktur) yang kepentingan lahan diajukan pemilik umum dan dengan calon pembeli. kerugian yang terjadi akibat terhambatnya  Penyiapan pembangunan base camp untuk oleh adanya para pekerja spekulan tanah. b. Melibatkan masyarakat dan pemerintah daerah setempat untuk mencegah terjadinya spekulasi tanah

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 82

Kontruksi  Mobilisasi  Kecemburuan Sosialisasi pada Tenaga kerja Sosial penduduk lokal dan memprioritaskan tenaga kerja lokal  Peningkatan Pemberian informasi kesempatan kerja tentang tenaga kerja yang diperlukan dan memberikan pelatihan pada tenaga lokal  Mobilisasi Kerusakan Prasarana Membatasi tonase Peralatan berat Jalan (kapasitas muatan)  Kontruksi  Macet a. Mengatur jadwal jalan akses ke  Kerusakan sarana kerja agar lokasi proyek dan prasarana umum pengoperasian  Pembersihan seperti jalan umum, kendaraan proyek pipa air minum, pipa tidak dilakukan dan penyiapan gas, saluran drainase saat jam-jam lahan dan lain sebagainya. sibuk  Pencemaran b. Penyiraman jalan  Penggalian udara (banyak debu), secara berkala tanah pondasi dan pencemaran air c. Mendata sarana pemasangan tiang permukaan. dan prasarana pancang  Timbulnya yang terkena  Pengoperasia genangan air atau dampak serta n base camp banjir lokal mengganti dan  Kegiatan  Adanya getaran memperbaiki kontruksi lain dari alat-alat berat dan yang rusak suara bising d. Melengkapi daerah proyek dengan sistem drainase yang baik Pasca  Pembuangan pencemaran dan Pengelolaan limbah Kontruksi limbah dan lingkungan yang tidak dan sampah sampak domestik sehat domestik dengan baik salah satunya dengan cara mendaur ulang.  Menghasilka Pemasaran hasil Pemberian informasi n kebutuhan yang produksi tentang produk dibutuhkan oleh kepada masyarakat. masyarakat Sumber : diolah kembali oleh peneliti

4.2.4 Program monitoring dan evaluasi

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 83

Monitoring dan evaluasi merupakan bagian dari sebuah siklus program atau proyek. Keduanya memberikan kesempatan untuk membuktikan dampak dari kebijakan atau program yang dijalankan. Monitoring dan Evaluasi dilakukan dengan maksud agar pelaksanaan proyek dapat berjalan sesuai dengan rencana, tepat waktu, dan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Evaluasi membandingkan hasil yang telah dicapai dengan target yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui apakah tujuan masih dapat dicapai, serta apakah progres proyek lebih cepat atau terlambat dari jadwal. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, lalu disusun rencana tindak lanjut dan rekomendasi untuk memperbaiki kinerja yang ada. Seperti apa yang diungkapkan oleh YM berikut: “Kami melakukan kegiatan evaluasi pada saat proses perencanaan selesai dibuat, pada saat selama proses proyek berlangsung itu biasanya kami lakukan per triwulan ya, dan pada saat akhir proyek selesai dikerjakan. Kalau untuk kegiatan monitoring itu kami lakukan secara sistematis dan continue agar kami bisa melakukan tindakan koreksi.” (Informan YM, Oktober 2012) Hal senada diungkapkan oleh informan AR. Menurutnya monitoring dilakukan dengan tujuan agar kegiatan pelaksanaan dapat memenuhi standar dan agar kinerja proyek menjadi efektif dan efisien. “Untuk mengkaji apakah kegiatan yang dilaksanakan sudah sesuai dengan rencana, masalah apa yang timbul selama proses pengerjaan proyek, apakah pola kerja yang dilakukan dan manajemen yang diterapkan sudah sesuai dengan tujuan proyek, dan sebagainya itu tentu harus dilakukan sebuah proses monitoring ya. Kalau itu evaluasi dari awal pasti kami lakukan, pada awal kegiatan kami lakukan evaluasi untuk mendeteksi kelayakan dari proyek tersebut, selama proses kegiatan evaluasi juga harus rutin dilakukan agar semuanya berjalan dengan lancar, setelah proyek selesai dikerjakanpun kami terus melakukan evaluasi untuk melihat dampak yang ditimbulkan dalam jangka panjang.” (Informan AR, Desember 2012)

4.3 Faktor Penghambat dan Pendukung

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 84

Pelaksanaan suatu kegiatan tidak akan terlepas dari hambatan dan masalah.

Apa yang sudah disusun dan rencanakan terkadang tidak sesuai dengan keadaan di lapangan. rendahnya kinerja ataupun produktiftas para tenaga kerja dan juga perencanaan proyek yang kurang matang. jika berlangsung dengan intensitas yang besar dan terus-menerus maka kegagalan tersebut dapat terakumulasi dan dampaknya akan terlihat pada akhir proyek, misalnya saja keterlambatan pengerjaan proyek dari jadwal yang direncanakan dan penambahan anggaran biaya dari yang semula direncanakan. hal ini tercermin dari pernyataan yang diutarakan oleh informan JS dan AR berikut: “Dalam pelaksanaan proyek pembangunan ada kalanya kondisi di lapangan tidak sesuai dengan apa yang sudah kami rencanakan sehingga perencanaan ulang tidak dapat terhindari. Perencanaannya sudah kami susun dengan baik, tetapi kadang dalam fakta pelaksanaannya tidak seperti seharusnya tertera dalam acuan yang ada secara sistematis.” (Informan JS, November 2012)

“Pernah ada pengalaman sewaktu mengerjakan suatu proyek timbul kejadian yang tidak diprediksi sebelumnya karena rendahnya kinerja dan produktifitas dari pekerja. Hal ini menyebabkan kerterlambatan penyelesaian pembangunan.” (Informan AR, Desember 2012) Hambatan atau masalah non-teknis juga tidak terlepas dari pelaksanaan proyek. Apabila proyek tidak disosialisasikan kepada masyarakat sekitar pasti akan mendapatkan pertentangan. Dibutuhkan solusi yang tepat dari pelaksana proyek untuk memecahkan permasalah tersebut agar tidak menimbulkan masalah yang baru. Hal ini seperti apa yang diungkapkan oleh informan berikut: “Pertentangan dengan masyarakat sekitar proyek kadang tidak terhindari, mereka merasa lahan yang akan digunakan dalam proses pembangunan merupakan lahan mereka untuk tempat tinggal selama ini. Dengan kata lain mereka akan tempat tinggal. Untuk menghindari protes kami kadang memberikan ganti rugi kepada masyarakat tersebut atas lahan yang akan digunakan dalam proyek proyek, namun lagi-lagi masalah timbul ketika

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 85

besaran ganti rugi yang kami berikan tersebut ternyata tidak cocok.”

(Informan YM, Oktober 2012) Lebih lanjut terkadang masyarakat sekitar proyek enggan untuk direlokasi karena beberapa alasan. Berikut dikemukakan oleh informan ES: “Kadang masyarakat yang lahannya akan digunakan untuk kegiatan

proyek enggan untuk pindah ketempat lain karena beberapa alasan, seperti sudah nyaman tinggal di tempat itu, takut kehilangan akses ke tempat kerja, tempat belanja dll.” (Informan ES, Desember 2012) Selain faktor-faktor yang menghambat proses kegiatan adapula faktor- faktor yang sifatnya sebagai pendukung dari proses kegiatan. Adapun faktor yang menjadi pendukung adalah tersedianya sumberdaya manusia yang profesional dan berpengalaman dalam pelaksanaan proyek. Selain itu keprofesionalan dan pengalaman dari banyak orang apabila digabungkan dalam sebuah tim kerja juga akan menjadi faktor pendukung. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari informan JS berikut: “Kami terbantu karena memiliki tenaga pendukung yang memang berpengalaman. Dalam melakukan kegiatan usaha mulai dari perencanaan, melakukan studi sampai dengan tahap implementasi kami terbiasa bekerja secara tim. Dan kami disini memiliki tim yang sangat solid sekali.” (Informan JS, November 2012) Faktor pendukung lainnya adalah adanya pengalaman perusahaan di dalam melakukan berbagai proyek, sehingga upaya perbaikan dan penyempurnaan dalam melakukan serangkaian kajian dapat dilakukan. Hal ini senada dengan apa yang diutarakan oleh informan ES berikut: “Dengan memiliki pengalaman sebelumnya dalam melakukan proyek, membantu kami untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam melakukan serangkaian kajian yang akan dilakukan.” (Informan ES, Desember 2012) Adapun faktor pendukung dan faktor penghambat jalannya proses kegiatan kajian dampak dapat dirangkum dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 4.2 Faktor Penghambat dan Pendukung Proses Kajian Dampak Faktor Penghambat Faktor Pendukung

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 86

1. Pelaksanaan kajian terkadang tidak 1. Tersedianya sumber daya manusia

yang professional dan berpengalaman terlaksana secara sistematis karena apa yang sudah direncanakan dalam pelaksanaan kajian dampak serta tergabungnya SDM tersebut di kadang tidak didukung dengan dalam sebuah tim yang solid. keadaan di lapangan. 2. Pengalaman perusahaan di dalam 2. Adanya pertentangan dari melakukan berbagai proyek, masyarakat karena kurang setuju sehingga upaya perbaikan dan dengan ketetapan dari perusahaan. penyempurnaan dalam melakukan serangkaian kajian dapat dilakukan Sumber: diolah kembali

4.4 Pandangan Masyarakat Mengenai Aktivitas Artha Graha Network 4.4.1 Pandangan Masyarakat Mengenai Proyek yang Dilakukan oleh Artha Graha Network Masyarakat berpendapat, bahwa sangat mendukung segala kegiatan/proyek yang dilakukan oleh pihak perusahaan yang tergabung di dalam Artha Graha Network selama dalam menjalankan kegiatan usahanya tersebut masih memperhatikan aspek pengelolaan dan pelestarian lingkungan. Dengan memperhatikan hal-hal ini maka dipercaya tujuan utama dari kegiatan/proyek untuk kemajuan bersama dapat diwujudkan dan manfaatnya dapat dirasakan seperti terciptanya lapangan pekerjaan. Hal tersebut diungkapkan informan EJ selaku tokoh masyarakat : “Saya mendukung setiap rencana pembangunan yang dilakukan oleh

perusahaan yang ada di artha graha network. Semuanya demi kemajuan bersama asal proyek yang akan dilaksanakan ataupun yang sedang dilaksakan memperhatikan hal-hal sesuai peraturan yang ada. Kalau membangun sesuatu jangan asal bangun, diperhatikan juga lingkungan sekitarnya. Dan dengan semua proyek yang dilakukan oleh Artha Graha Network masyarakat bisa terbantu dengan terciptanya lapangan pekerjaan.” (Informan EJ, Oktober 2012) Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh Artha Graha salah satunya adalah banyak terdapat gedung-gedung pencakar langit yang

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 87

ada di Jakarta. Dari keberadaan gedung pencakar langit ini dampak lain yang ditimbulkannya adalah pemukiman penduduk menjadi tidak terlihat keberadaannya. Tapi hal tesebut tidak terlalu menjadi hal yang bermasalah bagi warga sekitar karena baginya kepemilikan tempat tinggal dan pemenuhan kebutuhan makan sehari-hari dapat terpenuhi.

“Jakarta jadi banyak gedung bertingkatnya ya. Pemukiman kami jadi tertutup oleh gedung-gedung pencakar langit, tapi ya ga ada pengaruh yang bagaimana juga yang penting masih punya tempat tinggal, masih bisa kerja, jadi masih bisa makan.” (Informan CN, Desember 2012)

4.4.2 Pandangan Masyarakat Mengenai Kondisi Lingkungan di sekitar daerah Artha Graha Network Beroperasi Kegiatan usaha ataupun proyek yang dilakukan oleh Perusahaan yang tergabung di dalam Artha Graha Network, menurut masyarakat banyak dirasakan manfaatnya. Salah satunya adalah kondisi jalan yang baik di sekitar daerah perusahaan beroperasi. Informan EJ mengungkapkan, dalam rangka mendukung kegiatan usaha kondisi jalan yang baik akan sangat diperlukan. Penanganan jalan juga perlu diarahkan agar tercipta kondisi pelayanan lalu lintas yang tertib, teratur, aman dan memberi kenyamanan bagi penggunaan jasa prasarana dan sarana jalan tersebut. Namun untuk mewujudkan kenyamanan dalam menggunakan jalan di Jakarta sangat sulit diwujudkan karena jumlah kendaraannya sangat banyak. Berikut pernyataan informan EJ: “Banyak perubahan memang yang terjadi setelah proyek pembangunan yang dilakukan oleh perusahaan Artha Graha. Untuk kondisi jalan saya rasa bagus, karena itu juga buat kepentingan mereka. Kegiatan bisnis yang padat pasti membutuhkan akses yang sangat mendukung kelancaran. Inginya lancar, tapi namanya juga Jakarta pasti macet dimana-mana. Apalagi Sudirman ini pusat bisnis ya, banyak kantor, banyak pegawai, jadi kendaraan juga butuh banyak biar semuanya bisa keangkut. Kalau sudah begini biar kondisi jalan baik tapi macet rasanya ya tidak nyaman.” (Informan EJ, Oktober 2012)

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 88

Hal senada diutarakan oleh informan CN mengenai kondisi jalan utama yang keadaannya bagus. Namun CN menyayangkan akses jalan yang menuju pemukiman penduduk sulit diketahui oleh masyarakat yang tidak tinggal di daerah tersebut karena ada pagar pemisah yang tinggi. Berikut pernyataan informan CN: “Kalau jalan-jalan utama di sekitar daerah sini ya bagus. Hanya saja jalan

untuk akses masuk ke daerah pemukiman yang agak kurang, mungkin orang yang belum tahu dan terbiasa akan kesulitan untuk sampai daerah sini. Jalannya ketutup sama gedung terus kan ada pemisah pagar tinggi antara daerah pemukiman sama daerah perkantoran.” (Informan CN, Desember 2012) Informan SP mengungkapkan, kondisi jalan di sekitar lingkungan tempat tinggalnya keadaannya lebih baik bila dibandingkan dengan dulu. Jalan tersebut sempat beberapa kali diperbaiki namun informan SP mengaku bahwa ia tidak mengetahui bahwa pihak siapa yang memperbaiki kondisi jalan tersebut. Berikut informasi yang diberikan oleh informan SP: “Kondisi jalan disini dulu parah, banyak lubang, aspalnya juga jelek. Sempat beberapa kali diperbaiki namun rusak lagi, tapi sekarang kondisinya lumayan dibanding dulu, lubangnya sudah banyak berkurang. Saya ga tahu yang memperbaiki siapa, sepertinya sih pemerintah. Harapan ke depannya mudah-mudahan kondisi jalan disini tidak rusak lagi.” (Informan SP, November 2012) Kondisi jalan yang baik akan semakin terasa manfaatnya apabila didukung oleh jaringan transportasi yang memadai. Tersedianya transportasi umum yang baik merupakan modal yang mampu memberikan kapasitas yang besar bagi penggunaan angkutan umum di Ibukota sebagai pusat keramaian. “Untuk transportasi umum banyak ya, mulai dari bus , trans Jakarta, ojeg sampai taksi mudah ditemui. Apalagi Sudirman ini kan pusat keramaian, pasti moda transportasi umum seperti itu sangat dibutuhkan.” (Informan EJ, Oktober 2012) Pendapat informan EJ didukung oleh pernyataan informan CN sebagai berikut:

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 89

“Banyak kendaraan umum disini, beragam soalnya penduduknya juga

beragam. Kalau punya dana lebih bisa naik taksi, kalau tidak ada ya naik kopaja atau busway.” (Informan CN, Desember 2012)

Namun ketersediaan transportasi umum di daerah tempat tinggal informan SP agak berbeda. Jumlah angkutan umum yang tersedia sangat terbatas begitu pula dengan waktu operasinya. Oleh karena itu, masyarakat di sekitar daerah tempat tinggal SP sangat mengandalkan sepeda motor untuk mempermudah melakukan kegiatan sehari-hari. “Di sini angkutan umum ada tapi jumlahnya terbatas ya, untuk waktu operasinya juga. Masyarakat di sini rata-rata punya sepeda motor untuk mempermudah kegiatan mereka sehari-harinya.” (Informan SP, November 2012) Kawasan Sudirman yang berada di pusat Ibukota sudah dapat dipastikan memiliki kelengkapan fasilitas umum seperti tersedianya saran pendidikan, tempat ibadah, pusat perbelanjaan, maupun sarana kesehatan. “Kalau masalah fasilitas umum seperti sekolah, tempat ibadah, rumah sakit, sampai tempat berbelanja tidak perlu dikhawatirkan lagi ya, ini daerah pusat bisnis dan jalan utama di Jakarta yang secara tidak langsung pasti juga menyediakan berbagai keperluan warganya dengan kelengkapan berbagai fasilitas.” (Informan EJ, Oktober 2012) Pendapat informan EJ juga diakui oleh informan CN bahwa fasilitas umum di sekitar SCBD sangat lengkap. Hanya saja CN mengungkapkan untuk keberadaan pasar tradisional agak jauh dari pemukiman penduduk. Berikut pernyataan dari informan CN: “Sekolah ada ya yang dekat dari sini, madrasah “Darul Rahman”. Untuk puskesmas ada di jalan Tulodong. Kalau pasar tradisional agak jauh dari sini, paling ya ada warga yang buka warung terus jualan kebutuhan sehari- hari termasuk sayur-mayur, atau ada juga pedagang keliling. Disini banyaknya mall.” (Informan CN, Desember 2012) Kelengkapan fasilitas umum juga dirasakan di sekitar tempat tinggal SP, hanya saja jaraknya yang relatif cukup jauh antara fasilitas umum yang satu dengan yang lainnya membuat warga membutuhkan kendaraan untuk dapat

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 90

mencapainya. Dan perbedaan dapat dirasakan oleh warga di sekitar tempat SP tinggal setelah adanya bantuan untuk memperbaiki kualitas dari fasilitas-fasilitas umum yang ada.

“Dari dulu fasilitas umum di sini sudah lumayan lengkap. Sekolah ada, masjid, puskesmas sudah ada dari dulu tapi ya jaraknya memang jauh.

Paling tidak butuh kendaraan untuk bisa menuju ke sana. Kalau mau jalan bisa tapi makan waktu. Yang beda mungkin sekarang di sekolah sudah agak lengkap buku-bukunya, surau yang rusak mendapat bantuan dana untuk perbaikan, kegiatan di puskesmas bertambah seperti bantuan pengobatan gratis, kegiatan imunisasi, dan lain-lain.” (Informan SP, November 2012) Pesatnya perkembangan kawasan perkotaan tentu harus didukung oleh penanganan pembuangan sampah/limbah yang baik. Kawasan Sudirman sebagai salah satu jalan utama di Jakarta yang juga merupakan pusat bisnis sangat diperhatikan sekali kebersihan dan keindahannya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh informan EJ, namun untuk penanganan sampah selanjutnya EJ mengaku tidak begitu paham “Sepertinya sangat diperhatikan sekali ya masalah sampah di sini. Penyediaan tempat pembuangan sampah hampir tersedia di setiap sudut, untuk petugas yang stand by juga ada, untuk pengangkutan sampah ke tempat pembuangan juga cukup rutin dilakukan, belum lagi petugas yang selalu menyapu bersih jalan. Ini mungkin karena di sini kawasan utama Jakarta yang masalah kerapihan sangat diperhatikan sekali. Tapi untuk selanjutnya penanganan sampah itu seperti apa saya juga kurang paham ya.” (Informan EJ, Oktober 2012) CN mengungkapkan bahwa untuk masalah pembuangan sampah di lingkungan tempat tinggalnya ada petugas kebersihan yang rutin untuk mengambil sampah. Dan tidak ada masalah pembuangan sampah yang berasal dari lingkungan proyek SCBD di sekitar pemukiman warga karena sampah yang yang ada di sekitar pemukiman memang hanya berasal dari warga setempat yang membuangnya. Berikut pernyataan CN:

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 91

“Kalau di lingkungan tempat tinggal saya itu petugas kebersihan rutin

untuk mengambil sampah di pagi hari. Kalau sampah dari sekitar gedung- gedung di SCBD saya kurang paham, kalau nanti lewat di ujung gang sana

ada pembuangan sampah, ya sampah-sampah itu berasal dari pemukiman sini.” (Informan CN, Desember 2012)

Penanganan sampah yang dilakukan di sekitar daerah tempat informan SP tinggal agak sedikit berbeda bila dibandingkan dengan yang dilakukan di daerah perkotaan seperti kawasan Sudirman, Jakarta. Penangan sampah yang dilakukan di sekitar daerah tempat SP tinggal masih dilakukan dengan cara yang sederhana seperti membuang sampahnya dengan cara membuat lubang yang kemudian sampahnya dibakar, ataupun langsung ditimbun. Hal ini dilakukan untuk mengurangi tumpukan sampah karena jumlah petugas yang mengangkut sampah serta sarana pendukung lainnya masih sangat kurang. “Kalau masalah limbah seperti sampah, di sini memang agak banyak ya jumlah sampahnya. Untuk cara pembuangannya biasanya masyarakat membuangnya di tempat sampah lalu nanti ada petugas yang mengambilnya, tapi itu jarang sekali paling hanya dua minggu sekali soalnya jumlah petugasnya sedikit jadi biar sampah tidak menumpuk biasanya masih banyak juga masyarakat di sini yang membuang sampahnya dengan cara membuat lubang lalu nanti sampahnya di bakar, ada juga yang tidak dibakar tapi langsung ditimbun.” (Informan SP, November 2012)

4.4.3 Pandangan Masyarakat Mengenai Lingkungan Baru dan Masalah yang Muncul karena Adanya Proyek Artha Graha Network Perubahan yang terjadi karena adanya proses pembangunan yang dilakukan oleh perusahaan yang tergabung di dalam Artha Graha Network sangat disambut positif oleh masyarakat. Masyarakat sangat bangga dengan kemegahan yang berhasil diciptakan di kawasan Sudirman, meskipun dulu kawasan ini sempat mengalami permasalahan lingkungan berupa genangan air yang terjadi saat hujan dan menyebabkan kemacetan tapi saat ini di kawasan tersebut terus dilakukan perbaikan dan penataan sehingga permasalahan tersebut dapat

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 92

diselesaikan. Untuk kedepannya masyarakat sangat berharap proses perbaikan dan penataan ini terus berlanjut sehingga pembangunan ke arah yang kebih baik dapat diwujudkan. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh informan EJ berikut:

“Sangat membanggakan saat ibukota boleh menjadi lebih baik dan bersih khususnya daerah Sudirman menjadi pusat dan kemegahan kota Jakarta.

Jakarta itu kan identik sama banjir, dulu di Sudirman sini kalau hujan pasti terjadi genangan air dan macet sudah pasti tidak terelakan. Sejak adanya goron-gorong Sudirman yang tidak diketahui PT apa yang membangunnya jalan Sudirman sudah tidak ada genangan air, kecuali di jalan yang tidak rata. Semoga ini bisa terus berlanjut, pembangunan ke arah yang lebih baik lagi.” (Informan EJ, Oktober 2012) Selain memberikan dampak positif berupa perubahan, pada sisi lainnya ternyata ada permasalahan lain selain permasalahan lingkungan seperti yang telah diungkapkan sebelumnya. Penduduk asli makin terpinggirkan karena adanya peralihan lahan. Banyak pendatang baru yang menggantikan para penduduk asli, dan menjadi pesaing dalam memperoleh pekerjaan. Di sisi lain masyarakat sadar bahwa untuk memenangkan persaingan harus meningkatkan kapasitas serta kemampuan dirinya. Dan masyarakat juga mengharapakan adanya penambahan ruang terbuka hijau di sekitar kawasan Sudirman ini. “Warga asli sini makin terpinggirkan ya, disini kan jadi pusat perkantoran dan pemukiman memang. Banyak pendatang yang kini tinggal disini dan bekerja. Jadi banyak saingan untuk mendapatkan pekerjaan bagi warga. Tapi justru itu yang kemudian membuat sebagian warga sadar untuk meningkatkan kemampuan dirinya agar mampu untuk bersaing. Selain itu mungkin karena banyak dibangun gedung-gedung di kawasan ini, ruang buka hijaunya agak kurang ya.” (Informan EJ, Oktober 2012) Hampir senada dengan pendapat EJ, CN mengungkapkan akibat proyek SCBD banyak pekerja yang menjadi pendatang di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Permasalah muncul ketika para pendatang tersebut mempunyai kebiasaan yang sedikit berbeda dengan masyarakat asli yang tinggal di sekitar SCBD. Berikut pernyataan CN:

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 93

“Banyak para pekerja yang kerja di SCBD terus ngontrak atau ngekost di

sekitar sini, butuh penyesuaian dengan para pendatang tersebut. Ada beberapa perbedaan kebiasaan, misalnya cara bicara orang Jakarta/betawi

yang suka ceplas-ceplos. Kalau pendatangnya dari daerah yang tidak terbiasa dengan kebiasaan ini tentu akan kaget. Atau kadang masyarakat

sekitar sini suka kesal bila ada pendatang yang ngontrak atau ngekost tapi suka pasang musik kencang-kencang.” (Informan CN, Desember 2012)

4.5 Pandangan Masyarakat Mengenai Aktivitas Artha Graha Peduli 4.5.1 Pandangan Masyarakat Mengenai Program Artha Graha Peduli Masyarakat menyambut positif setiap kegiatan yang diadakan oleh Artha Graha Peduli. Masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan yang tergabung di dalam Artha Graha Network pada umumnya telah mendapatkan bantuan dari perusahaan, baik berupa sumbangan barang, pembangunan sarana dan prasarana, pelatihan maupun bentuk lainnya. Masyarakat menginginkan, agar bantuan yang diberikan bisa dilakukan secara rutin. Hal tersebut diungkapkan oleh informan SP: “Masyarakat senang sekali dengan adanya kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan oleh artha graha peduli. Warga sangat antusias mengikuti kegiatan artha graha peduli seperti penjualan sembako murah dan pengobatan gratis. Kegiatan seperti ini bagus saya rasa, karena harga yang dijual itu setengah dari harga aslinya jadi ya kita tertarik dan sangat merasa terbantu sekali, mudah - mudahan tahun depan ada lagi dan bisa gratis.” (Informan SP, November 2012) Hal serupa juga diungkapkan informan CN yang tinggal di sekitar daerah SCBD bahwa kegiatan sosial yang dilakukan oleh Artha Graha dirasakan membantu masyarakat. Berikut pernyataannya: “Kalau kegiatan pemberian bantuan ya membantu masyarakat ya tentunya. Kalau mau mendekati lebaran, sering ada bantuan pemberian atau penjualan sembako gratis. Madrasah juga suka dapat bantuan pendidikan seperti beasiswa sepertinya. Pengobatan gratis juga pernah diadakan di

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 94

puskesmas. Anak saya di sekolah pernah cerita bahwa ada semacam

kegiatan pelestarian lingkungan dari Artha Graha supaya anak-anak ikut berperan aktif menjaga lingkungan sekitar.” (Informan CN, Desember

2012)

4.5.2 Pandangan Masyarakat Mengenai Manfaat Program Artha Graha Peduli Masyarakat sangat terbantu sekali dengan adanya program dari Artha Graha Peduli. Di saat harga kebutuhan pokok melonjak, Artha Graha Peduli membagikan paket sembako murah pada warga kurang mampu di sekitar lingkungan korporat beroperasi. Kedepannya masyarakat mengharapkan agar tidak hanya paket sembako saja yang dijual dengan harga murah tapi juga diadakan kegiatan paket murah untuk keperluan sekolah. Hal ini seperti yang dipaparkan oleh salah satu informan sebagai berikut: Sangat bermanfaat sekali, soalnya sekarang harga kebutuhan sedang melonjak. Kedepannya mungkin bisa dibantu juga untuk program pendidikan seperti bantuan buku-buku pelajaran atau alat sekolah. Dan masyarakat yang mendapat bantuan juga lebih banyak lagi. (Informan SP, November 2012)

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Pelaksanaan Proyek Pembangunan (SCBD)

Kegiatan operasional perusahaan harus dapat mempertimbangkan lingkungan dimana kegiatan perusahaan itu dilakukan. Terkait kegiatan tersebut, upaya yang dilakukan untuk menangani permasalahan lingkungan harus dilakukan melalui pengkajian terhadap dampak yang ditimbulkan sehingga terjadi kesinambungan. Terkait kegiatan operasional perusahaan dalam menjalankan proyek internalnya maka bentuk pengkajian lingkungan dibagi menjadi dua yaitu lingkungan alam dan sosial. Pengkajian lingkungan alam dilakukan guna mendapatkan gambaran mengenai keadaan demografis wilayah dan potensi sumber daya alam. Dengan melakukan pengkajian lingkungan alam dan sosial ini diharapkan kegiatan operasional yang dilakukan perusahaan memperhatikan dampak yang akan ditimbulkan sehingga proses pembangunan keberlajutan dapat diwujudkan. Dalam perspektif korporat, keberlanjutan merupakan suatu program sebagai dampak dari usaha-usaha yang telah dirintis, berdasarkan konsep kemitraan dan rekanan dari masing-masing stakeholder. Menurut Poras terdapat lima elemen sehingga konsep keberlanjutan menjadi penting bagi perusahaan antara lain ketersediaan dana, misi lingkungan, tanggung jawab sosial terimplementasi dalam kebijakan (masyarakat, korporat, dan pemerintah) dan mempunyai nilai keuntungan atau manfaat (Bab 2, hal. 26). Kegiatan operasional Artha Graha dibidang usaha pembangunan properti memiliki tantangan tersendiri dalam menyelesaikan permasalahannya seperti mahalnya harga tanah, pengalifungsian lahan terbuka hijau dan relokasi wilayah masyarakat ke daerah luar proyek (Bab 4, hal. 72). Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut khususnya lingkungan alam akibat pembangunan properti maka kegiatan proyeknya harus dilakukan proses pengkajian agar terjadi pembangunan yang berkelanjutan. Berdasarkan penjelasan Poras dengan temuan di lapangan dapat disimpulkan bahwa sebelum melakukan kegiatan operasionalnya, pihak Artha

95 Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 96

Graha terlebih dahulu melakukan proses pengkajian yang bertujuan untuk melihat kelayakan dari kegiatan proyek tersebut. Sehingga terjadi keberlanjutan dari usaha properti yang dilakukan dengan mempertimbangkan ketersediaan dana, tanggung jawab sosial terimplementasi dalam kebijakan (masyarakat, korporat, dan pemerintah) dan mempunyai nilai keuntungan atau manfaat. Dan terlebih utama lagi yaitu terjalankannya misi pembangunan lingkungan yang berkelanjutan (sustainable development). Untuk mewujudkan misi tersebut maka terlebih dahulu dilakukan pengkajian pada aspek sosial dari keberadaan pembangunan properti dengan pendekatan social impact assessment.

5.2 Pelaksanaan Kajian Dampak Sosial (Social Impact Assessment) Menurut Wolf Social Impact Asssessment atau kajian dampak sosial memfokuskan perhatian tentang dampak pada manusia sebagai akibat dari diterapkannya suatu kebijakan, program, atau proyek dengan tujuan memperkirakan dan mengevaluasi dampak sebelum kebijakan, program, dan proyek dilaksanakan. Wolf menambahkan kajian dampak sosial ini bukanlah penelitian evaluasi (evaluation research) yang mengidentifikasi efektivitas dari sebuah kebijakan, proyek atau suatu program yang telah berjalan tetapi merupakan suatu bentuk kajian awal (anticipatory research) karena Social impact assessment berorientsi pada pengambilan keputusan (Bab 2, hal. 39). Setiap akan memulai suatu kegiatan usaha, Artha Graha melakukan penyusunan dokumen rencana kegiatan yang didalamnya menerangkan dan menjelaskan data-data terkait dengan kegiatan usaha tersebut, dalam hal ini kegiatan usaha tersebut adalah pelaksanaan proyek di SCBD. Data tersebut terdiri dari nama dan alamat perusahaan, nama dari kegiatan usahanya, seberapa besar skala kegiatan usaha tersebut, serta lokasi dimana kegiatan usaha tersebut akan dilakukan. Dari dokumen rencana kegiatan ini yang nantinya akan menjadi bahan acuan bagi perusahaan dalam melakukan studi sebelum kegiatan usaha tersebut direalisasikan. Untuk aspek yang akan dikaji dalam studi meliputi aspek hukum, aspek pasar, aspek finansial, aspek teknik, aspek manajemen dan aspek lingkungan (Bab 2, hal. 76). Pihak Artha Graha sebelum memulai kegiatan operasional melakukan prediksi kemungkinan-kemungkinan dampak apa saja

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 97

yang akan terjadi, pemetaan mengenai resistensi dan potensi yang ada di masyarakat sekitar juga lingkungan dimana kegiatan proyek SCBD dilakukan. Berdasarkan penjelasan Wolf dengan temuan di lapangan dapat disimpulkan bahwa pihak Artha Graha melakukan perhatian terhadap lingkungan sekitarnya baik itu lingkungan alam maupun lingkungan sosialnya pada saat akan melakukan pelaksanaan proyek SCBD dengan tujuan memperkirakan dan mengevaluasi dampak yang merupakan bentuk kajian awal dalam proyek. Pengkajian dampak sosial menurut Hadi bukanlah merupakan metode yang tunggal, tetapi merupakan kumpulan dari perangkat dan pendekatan. Berbagai macam metode ilmu sosial dapat digunakan untuk melaksanakan pengkajian dampak sosial dengan beragam teknik pengumpulan data yang digunakan (Bab 2, hal.41). Dalam melakukan kajian dampak ada beberapa metode yang dilakukan oleh pihak Artha Graha yaitu, mulai dari kajian dokumen, melakukan observasi lapangan, dan wawancara secara mendalam serta kegiatan Focus Group Disscusion (FGD) (Bab 2, hal.78). Idealnya memang ketika perusahaan akan mulai melaksanakan kegiatan usaha, terlebih dahulu melakukan sebuah proses kajian dampak baik secara lingkungan alam atau kajian secara sosial. Dimana dalam proses tersebut, perusahaan dapat memadukan kepentingan shareholders dan stakeholders. Oleh karena itu, ada beberapa tahap yang dapat dilakukan oleh perusahaan di dalam proses kajian dampak soaial (Social Impact Assessment). Adapun tahap-tahap proses perencanaan strategis di dalam melaksanakan kegiatan CSR adalah sebagai berikut:

Pelingkupan Prakiraan Mitigasi Evaluasi dan (Scoping) Dampak Monitoring

Gambar 5.1 Langkah-Langkah Pelaksanaan Social Impact Assessment dalam Penelitian Sumber: diolah kembali

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 98

5.2.1 Pelingkupan

Pelingkupan merupakan tahapan awal dari SIA yang menfokuskan pada pemetaaan wilayah yang terkena dampak dengan melihat element luas wilayah dan waktu dari dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan proyek perusahaan. Menurut Wolf terdapat tiga aspek dalam pelingkupan, yaitu (a) mengidentifikasi isu utama yang akan menjadi dasar untuk menentukan komponen-komponen yang akan terkena dampak dan kemudian menjadi komponen yang akan dikaji; (b) menentukan area yang akan dikaji; serta (c) waktu berlangsungnya dampak, yaitu perkiraan tentang berapa lama dampak akan berlangsung (Bab 2, hal. 48). Pelingkupan yang dilakukan oleh Artha Graha hanya menentukan luas wilayah yang akan terkena dampak dari kegiatan usaha properti. Pembagian luas wilayah yang terkena dampak dibagi menjadi tiga ring antara lain, ring 1 yaitu wilayah yang berada sekitar 500 meter sampai 1 km, ring 2 yaitu wilayah yang berada sekitar 1 km sampai 5 km, dan ring 3 adalah wilayah yang berada di luar ring 1 dan ring 2 dari kegiatan operasi perusahaan (Bab 4, hal. 75). Berdasarkan konsep Wolf terkait pelingkupan dengan pelaksanaan pelingkupan yang dilakukan oleh Artha Graha dapat disimpulkan bahwa kegiatan pelingkupan ini dilaksanakan guna mendapatkan gambaran kewilayahan yang akan terkena dampak. Dengan pemetaan tersebut, diperoleh aspek wilayah mana yang perlu mendapatkan perhatian secara mendalam dan aspek wilayah mana saja yang tidak perlu memperoleh perhatian. Penetapan dan pembagian luas wilayah dalam proses pelingkupan dapat diperoleh dengan melakukan kajian dokumentasi. Menurut Hadi kajian dokumentasi diperoleh dari kumpulan perangkat dan pendekatan melalui metode ilmu sosial yang digunakan untuk melaksanakan pengkajian dampak sosial dengan beragam teknik pengumpulan data yang digunakan, tergantung tujuan dan konteksnya. Sebagian besar bukti merupakan data primer yang diambil dari wilayah yang terkena dampak (Bab 2, hal. 41). Proses pemetaan kewilayahan yang dilakukan oleh Artha Graha didukung oleh data dari hasil kajian studi. Data tersebut berupa dokumen rencana kegiatan usaha yang akan dilakukan. Dari data tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga bentuk yaitu kelayakan secara ekonomi, kelayakan lingkungan, dan kelayakan teknis. Hal ini bertujuan untuk memprediksi segala kemungkinan yang akan

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 99

terjadi yang didalamnya dan memetakan resistensi, serta potensi yang ada di masyarakat sekitar dan juga lingkungan. (Bab 4, hal. 77). Berdasarkan penjelasan Hadi terkait kajian dokumentasi pada tahap pelingkupan dengan kegiatan yang dilakukan oleh Artha Graha dapat disimpulkan bahwa pengkajian harus dilakukan melalui teknik pengumpulan data sesuai dengan tujuan yang diharapkan perusahaan. Namun pengkajian melalui hasil studi harus sesuai dengan konteks yang dibutuhkan untuk melihat dampak agar tidak memunculkan permasalahan sebelum kegiatan proyek Artha Graha dibuat. Dengan demikian maka stakeholder perusahaan dengan masyarakat yang wilayahnya terkena dampak dapat berkomunikasi terkait pelaksanaan proyek Artha Graha. Setelah tahapan persiapan pendataan selesai upaya selanjutnya yaitu dengan melakukan penyajian berupa gambaran kondisi sosial sekarang (saat ini yang ada pada daerah sekitar perusahaan beroperasi. Penyajian gambaran kondisi sosial saat ini yang dilakukan oleh pihak Artha Graha terdiri dari kondisi demografis (komposisi penduduk yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, seperti umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, dll.; pola perkembangan penduduk; dan tingkat kepadatan serta sebaran penduduk), ekonomi (tingkat pendapatan, kesempatan untuk melakukan usaha atau kesempatan kerja), sosial dan budaya (bagaimana sikap dan pandangan masyarakat sekitar dengan kegiatan usaha dan juga rencana usaha yang kami lakukan; pola kebiasaan dan adat masyarakat sekitar; perubahan sosial dan budaya), dan juga keadaan kesehatan masyarakat sekitar (Bab 4, hal. 75). Berdasarkan tahapan pelingkupan di SIA dapat disimpulkan bahwa pelingkupan merupakan bentuk persiapan yang terdiri dari pendataan data secara sosial dan pemetaaan geografis guna melihat besarnya dampak yang ditimbulkan dan luasnya dari sebaran dampak operasional proyek perusahaan melalui bentuk pengkajian yang sesuai dengan analisis dampak lingkungan geograsif dan sosial.

5.2.2 Prakiraan Dampak Tahap yang dilakukan setelah pelingkupan di dalam pelaksanaan Social Impact Assessment adalah tahapan prakiraan dampak. Prakiraan dampak menurut

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 100

Wolf difokuskan pada perubahan yang bersifat kuantitatif jika proyek dilaksanakan. Perubahan ini dibandingkan dengan keadaan lingkungan sebelum proyek dilakukan. Menurut Lang dan Armour dalam prakiraan dampak peneliti harus dapat menyajikan tiga hal, yaitu siapa saja yang terkena dampak, dampak yang ditimbulkan dalam bentuk apa, dan berapa lama dampak itu berlangsung.

(Bab 2, hal. 49). Proses pelaksanaan prakiraan dampak yang dilakukan oleh Artha Graha dimaksudkan untuk mempersiapkan tindakan apa yang akan dilakukan jika kegiatan usahanya menimbulkan dampak (Bab 4, hal. 78). Dan dalam membuat prakiraan dampak yang akan terjadi, pihak Artha Graha membagi menjadi tiga bagian dampak yang ditimbulkan dari setiap tahapan kegiatan di dalam proyek SCBD. Tahapan itu meliputi tahap pra kontrusksi, tahap kontruksi dan tahap pasca kontruksi (Bab 4, hal. 71-72). Pihak Artha Graha juga melakukan observasi lapangan yang dilakukan dengan cara melihat secara langsung obyek yang menjadi lahan dimana proses pembangunan dilakukan. Cara ini untuk memastikan secara visual sejauh mana dampak yang diperkirakan akan muncul dan seberapa besar dampak yang akan mempengaruhi lingkungan sekitar (Bab 4, hal. 87) Menurut Homenuck, dampak sosial dapat dikategorikan dalam dua kelompok yaitu, (a) real impact atau standard impact, adalah dampak yang timbul sebagai akibat aktivitas proyek; (b) perceived impact atau special impact adalah dampak yang timbul dari persepsi masyarakat terhadap risiko adanya proyek (Bab 2, hal. 49). Berdasarkan konsep Homenuck terkait dampak sosial dengan pelaksanaan prakiraan dampak yang dilakukan oleh Artha Graha dapat disimpulkan bahwa kegiatan prakiraan dampak ini merupakan memperkiraan dampak yang termasuk ke dalam kategori real impact atau standard impact yaitu, dampak yang timbul sebagai akibat aktivitas proyek SCBD. Berdasarkan tahapan prakiraan dampak pada pelaksanaan Social Impact Assessment dapat disimpulkan bahwa prakiraan dampak merupakan langkah dalam menentukan dampak baik secara sosial maupun secara nature yang akan terjadi selama kegiatan proyek berlangsung.

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 101

5.2.3 Mitigasi

Ditinjau dari serangkaian proses mitigasi menurut Depnakertrans (bab 2, hal 54), terdapat lima proses. Pertama, indentifikasi dampak. Kedua, evaluasi dampak. Ketiga, perumusan program. Keempat, perumusan parameter keberhasilan program mitigasi. Kelima, pelaksanaan mitigasi. Kegiatan mitigasi yang dilakukan oleh Artha Graha antara lain dengan berusaha memanfaatkan sumber daya secara hati-hati, melakukan upaya pengelolaan lingkungan agar fungsi lingkungan di kawasan proyek bisa tetap lestari, menerapkan kebijakan pembangunan kawasan yang berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, sosialisasi, komunikasi dan konsultasi kepada masyarakat sekitar wilayah beroperasinya proyek, Mendata sarana dan prasarana umum yang akan terkena dampak kegiatan proyek, melindunginya dari kemungkinan kerusakan atau kalaupun rusak yang diakibatkan terkena proses dari proyek maka kami akan mengganti ataupun memperbaiki (Bab 4, hal. 81). Berdasarkan konsep dari Depnakertrans terkait serangkaian proses mitigasi dengan pelaksanaan mitigasi yang dilakukan oleh Artha Graha dapat disimpulkan bahwa kegiatan mitigasi ini dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu pertama, identifikasi dampak, dilakukan melalui indentifikasi segenap dampak yang diperkirakan akan timbul sebagai akibat adanya kegiatan proyek atau pembangunan yang dilakukan oleh Artha Graha. Identifikasi ini dilakukan pada tahap pra kontruksi dengan cara melakukan kajian dokumen, melakukan observasi lapangan, dan wawancara secara mendalam serta kegiatan Focus Group Disscusion (FGD). Kedua, evaluasi dampak, yaitu melakukan kajian terhadap masalah lingkungan yang dianggap penting dan kemungkinan menimbulkan dampak negatif bersama-sama. Kegiatan kajian ini bertujuan juga untuk menentukan dampak yang relevan untuk segera ditangani. Ketiga, perumusan program. Setelah proses identifikasi dan evaluasi maka kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh Artha Graha adalah melakukan perumusan program dengan tujuan untuk menentukan prioritas program mitigasi dan jenis mitigasi apa yang akan dilakukan.

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 102

Keempat, selain melakukan perumusan program mitigasi juga dilakukan perumusan parameter keberhasilan program mitigasi. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pihak Artha Graha Network untuk melakukan proses evaluasi terhadap pelaksanaan mitigasi. Kelima, pelaksanaan mitigasi. Kegiatan ini dilakukan oleh Artha Graha ketika prakiraan dampak yang telah diidentifikasi benar-benar terjadi. Berdasarkan tahapan mitigasi pada Social Impact Assessment dapat disimpulkan bahwa mitigasi merupakan bentuk ativitas dan tindakan-tindakan perlindungan secara prosedural, dengan menggabungkan teknik-teknik yang baku ke dalam penilaian bahaya pada rencana penggunaan lahan.

5.2.4 Evaluasi dan Monitoring Dalam proses evaluasi para pelaku yang mengkaji dengan menggunakan metode Social Impact Assessment dapat melakukan proses penilaian terhadap potensi dampak yang berasal dari proses kegiatan usaha dan lokasi kegiatan. Hal ini senada dengan pendapat Hadi yang mengatakan bahwa dalam evaluasi para pelaku pengkajian dampak sosial melakukan proses penilaian terhadap potensi dampak yang ada dari semua alternatif lokasi yang akan digunakan utuk operasional proyek. Evaluasi juga dilakukan untuk menganalisa apakah pemilihan desain mitigasi yang telah ditentukan sudah tepat dan apakah penerapannya sudah efektif dan efisien. Untuk mengetahui keefektifan dan keefisienan tersebut dilakukan melalui sekarangkaian proses monitoring (Bab 2, hal. 56). Monitoring dan evaluasi merupakan bagian dari sebuah siklus program bagi Artha Graha atau dalam hal ini adalah proyek properti di SCBD. Keduanya memberikan kesempatan untuk membuktikan dampak dari kebijakan atau program yang dijalankan. Monitoring dan Evaluasi dilakukan oleh Artha Graha memiliki maksud agar pelaksanaan proyek dapat berjalan sesuai dengan rencana, tepat waktu, dan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Evaluasi membandingkan hasil yang telah dicapai dengan target yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui apakah tujuan masih dapat dicapai, serta apakah progres proyek lebih cepat atau terlambat dari jadwal. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, lalu disusun rencana tindak lanjut dan rekomendasi untuk memperbaiki

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 103

kinerja yang ada (Bab 4, hal. 83). Proses evaluasi dilakukan hampir di setiap proses kegiatan, mulai dari awal kegiatan proyek SCBD, evaluasi dilakukan untuk mendeteksi kelayakan dari proyek. Selama proses kegiatan proyek SCBD, evaluasi rutin dilakukan agar semuanya berjalan dengan lancer. Dan setelah proyek SCBD selesai dikerjakan (pembangunan gedung selesai) pihak Artha

Graha terus melakukan evaluasi untuk melihat dampak yang ditimbulkan dalam jangka panjang. Adapun aspek yang menjadi fokus kajian monitoring oleh Artha Graha yaitu kegiatan yang dilaksanakan sudah sesuai dengan rencana kegiatan atau tidak, masalah yang timbul selama proses pengerjaan proyek, dan pola kerja yang dilakukan dan manajemen yang diterapkan sudah sesuai dengan tujuan proyek (Bab 2, hal. 83). Berdasarkan tahapan evaluasi dan monitoring pada Social Impact Assessment menurut Hadi dengan penemuan di lapangan dapat disimpulkan bahwa proses evaluasi yang dilakukan Artha Graha adalah proses mengevaluasi keefektifan dan keefisienan dari pelaksanaan proyek belum menyentuh pada tahapan menganalisis proses pemilihan desain mitigasi yang telah ditentukan sudah tepat serta berjalan dengan efektif dan efisien.

Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah bahwa ternyata Artha Graha telah menjalankan tahap ataupun langkah-langkah yang dibutuhkan dalam melakukan proses kajian dampak sosial (Social Impact Assessment) sebelum akhirnya menjalankan proyek atau kegiatan usahanya yang dalam hal ini adalah pelaksanaan proyek properti Sudirman Central Business District (SCBD).

Langkah-langkah tersebut hampir bahkan sama dengan langkah-langkah ideal proses kajian dampak sosial (Social Impact Assessment) menurut para ahli. Meskipun dalam setiap tahapnya, perusahaan memiliki konsepnya tersendiri berdasarkan pengalaman organisasinya sebagai sebuah perusahaan properti tanpa mengacu secara khusus pada teori-teori kajian dampak sosial (Social Impact Assessment). Berikut perbandingan langkah-langkah dari proses tahapan Social Impact Assessment dibandingkan dengan konsep pelaksanaan kajian dampak sosial pada Bab 2, akan disajikan dalam rangkuman pada tabel 5.1 sebagai berikut:

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 104

Tabel 5.1 Langkah-langkah Pelaksanaan Social Impact Assessment yang

Dilakukan Artha Graha Langkah-langkah Pelaksanaan Langkah-langkah Pelaksanaan

No Social Impact Assessment Social Impact Assessment yang (Kesimpulan dari Teori Wolf) Dilakukan Artha Graha

1. Pelingkupan (Scoping) menurut Tahap awal kegiatan yang dilakukan Wolf terdapat tiga aspek dalam terdiri dari : pelingkupan (hal. 47-48), yaitu: 1) Penyajian gambaran kondisi a) Mengidentifikasi isu utama sosial saat ini untuk yang akan menjadi dasar untuk mengidentifikasi bagian yang menentukan komponen- akan dikaji (hal. 74). komponen yang akan terkena 2) Menentukan luas lingkup wilayah dampak dan kemudian menjadi yang terkena dampak dengan komponen yang akan dikaji; membaginya ke dalam tiga ring b) Menentukan area yang akan wilayah. Ring tersebut terdiri dari dikaji; Ring 1 (jarak 500 meter sampai 1 c) Waktu berlangsungnya dampak, km); ring 2 (jarak 1 km sampai 5 yaitu perkiraan tentang berapa km); dan ring 3 (jarak di luar ring lama dampak akan berlangsung 1 dan ring 2) (hal. 75). Pada tahap ini belum dilakukan perkiraan berapa lama dampak akan berlangsung. 2. Prakiraan Dampak Wolf (1983) Tahap kedua yang dilakukan adalah: mengatakan bahwa langkah 1) Mengkaji kecenderungan dampak prakiraan dampak difokuskan pada dengan mengelompokkan dampak perubahan yang bersifat kuantitatif yang ditimbulkan berdasarkan jika proyek dilaksanakan. tahapan proyek, yaitu tahapan pra Perubahan ini dibandingkan dengan kontrusksi, tahapan kontruksi dan keadaan lingkungan sebelum tahapan pasca kontruksi (hal. 79). proyek dilakukan (hal. 48-49) 2) Memastikan secara visual dengan cara observasi ke sekitar lingkungan untuk mengetahui

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 105

siapa yang terkena dampak,

sejauh mana dampak yang diperkirakan akan muncul dan

seberapa besar dampak yang muncul (hal. 78).

3. Mitigasi Wolf (1983) berpendapat Pada Tahap Ketiga kegiatan yang bahwa langkah-langkah yang dapat dilakukan yaitu melakukan telaah dari dilakukan terdiri dari dua hal yaitu prakiraan dampak yang telah (hal. 52): dilakukan dan menyusun tindakan a. melakukan telaah terhadap mitigasi apa yang bisa diterapkan (hal. dampak negatif yang tidak bisa 80-81). dihindari, dan b. melakukan identifikasi tindakan mitigasi terhadap dampak yang ditimbulkan 4. Evaluasi dan Monitoring menurut Tahap Keempat yang dilakukan adalah Wolf ada beberapa aspek yang membandingkan hasil yang telah menjadi unit analisis dalam dicapai dengan target yang telah evaluasi dan monitoring, yaitu: ditentukan sehingga dapat ditarik a) Evaluasi dilakukan untuk kesimpulan apakah proyek yang menganalisa apakah pemilihan dilakukan sudah berjalan dengan desain mitigasi yang telah efektif dan efisien (hal 83). ditentukan sudah tepat dan Dalam melakukan evaluasi dan apakah penerapannya sudah monitoring Artha Graha belum efektif dan efisien. menyentuh pada tahapan menganalisis b) Monitoring dilakukan guna keefektifan dan keefisienan proses mengetahui seberapa tepat pemilihan desain mitigasi serta prediksi yang telah dilakukan ketepatan dari prediksi. Mereka baru dengan cara menginventarisasi menganalisis keefektifan dan dampak nyata dengan dampak keefisienan proyek. yang telah diprakirakan.

Sumber: Hasil Penelitian Diolah

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 106

5.3 Faktor Penghambat dan Pendukung

Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh beberapa informan, peneliti menilai bahwa faktor-faktor yang menghambat jalannya proses studi atau kajian dampak yang dilakukan khususnya pengkajian dampak sosial terjadi karena faktor teknis. Dengan pengalaman dan kerja tim solid yang menjadi faktor pendukung dari proses melakukan kajian dampak sosial, peniliti melihat bahwa segala faktor penghambat ini bisa diatasi oleh para pengkaji dari perusahaan Artha Graha. Dan dengan pengalaman serta kemampuan sumber daya manusianya yang berkompeten, pihak Artha Graha dapat mencari solusi untuk meminimalisir kemungkinan resiko yang ditimbulkan oleh faktor penghambat tersebut di masa yang akan datang.

5.4 Implementasi dari Kajian Dampak Sosial (Social Impact Assessment) dalam kegiatan CSR Perusahaan dalam melakukan aktivitasnya harus dapat memadukan antara kegiatan ekonomi yang berorientasi pada profit dengan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan aktivitas operasional di lingkungan sekitar perusahaan. Upaya untuk melaksanakan kegiatan tersebut membutuhkan paradigma baru sehingga kegiatan perusahaan mengalami keberlanjutan dan peka terhadap lingkungan sekitar. Terkait dengan lingkungan yang menjadi bagian dari perusahaan, lingkungan sosial merupakan bagian yang sangat erat dari kegiatan operasional perusahaan karena lingkungan ini menjadi pendukung berkembangnya dinamika di perusahaan. Manusia sebagai komponen lingkungan sosial harus diperhatikan terkait kehidupan dan kesejahteraanya. Sehingga tidak memunculkan konflik dengan perusahaan yang berdampak negatif bagi kegiatannya. Upaya tersebut perlu sebuah pendekatan pembangunan dalam memberikan kesempatan bagi masyarakat agar ikut serta dalam kegiatan diperusahaan tersebut

Terkait penjelasan di atas Midgley memberikan pemahaman terkait konsep pembangunan yang memfokuskan pada peran serta manusia dalam kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perusahaan. Menurut Midgley bahwa pembangunan sosial adalah suatu proses perubahan sosial yang terencana yang didesain untuk

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 107

mengangkat kesejahteraan penduduk secara menyeluruh, dengan menggabungkannya dengan proses pembangunan ekonomi yang dinamis (Bab 2, hal. 22). Terkait dengan penjelasan pembangunan sosial, kegiatan proyek yang dilakukan oleh Artha Graha tidak hanya ditujukan untuk mencari keuntungan semata tetapi juga menjalankan tanggung jawabnya terhadap lingkungan di sekitar perusahaan sehingga terjadi perubahan sosial guna terwujudnya kesejahteraan bagi masyarakat. Bentuk tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh Artha Graha meliputi kegiatan peduli lingkungan; ketahanan pangan dan pemberdayaan masyarakat; sosial, budaya, dan pendidikan; kesehatan; penanganan bencana; dan bantuan hukum bagi masyarakat yang kurang mampu (Bab 3, hal. 59-65). Dari pelaksanaan kegiatan CSR tersebut maka dampak yang ditimbulkan antara lain,

Tanggung jawab terhadap lingkungan (baik yang secara sosial maupun secara nature) yang dilakukan oleh Artha Graha bertujuan guna membantu usaha meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat yang ada di sekitar wilayah perusahaan beroperasi. Menurut Wibisono salah satu keuntungan yang diperoleh perusahaan bila melaksanakan program tanggung jawab sosial adalah layak mendapatkan social licence to operate. Ketika masyarakat mendapatkan benefit dari keberadaan perusahaan, maka pasti dengan sendirinya masyarakat ikut merasa memiliki perusahaan. Sehingga imbalan yang diberikan ke perusahaan paling tidak adalah keleluasaan perusahaan untuk menjalankan roda bisnisnya di wilayah tersebut (Bab 2, hal. 37).

Dalam melakukan studi atau kajian dampak secara sosial sekarang ini merupakan hal yang wajib dilakukan oleh perusahaan yang akan melakukan kegiatan usaha atau bisnis, jadi pihak Artha Graha juga melakukan proses pengkajian dampak agar kegiatan usahanya mendapatkan ijin (Bab 4, hal. 77). Pengelolaan dampak juga merupakan salah satu bentuk tanggung jawab Artha Graha selain tanggung jawab yang lain tentunya terhadap pembangunan. Dan dari pengelolaan dampak ini hasilnya akan diperoleh sebuah dokumen yang memberikan gambaran tentang keadaan lingkungan sekitar yang akan membantu proses peyusunan rencana kegiatan dalam jangka panjang.

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1. Kesimpulan

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dengan melakukan pembangunan, menjaga kelestarian lingkungan baik lingkungan nature atau lingkungan sosial harus mendapatkan perhatian yang sangat serius. Kelestarian lingkungan sering menjadi dampak yang ditimbulkan dari kegiatan pembangunan, yaitu berupa kegiatan usaha atau bisnis serta beroperasinya unit hasil suatu proyek. Segala kegiatan usaha ini akan membawa perubahan yang positif maupun yang negatif terhadap lingkungan. Oleh sebab itu, agar pembangunan dapat berkelanjutan, maka harus dilaksanakan dengan berdasarkan wawasan lingkungan, yaitu dengan cara memperbesar dampak positifnya dan memperkecil dampak negatifnya. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses kajian dampak sosial (Social Impact Assessment) yang dilakukan Artha Graha Network guna untuk mengantisipasi dan mencegah dampak negatif dan mengoptimalkan dampak positif dari setiap kegiatan bisnis yang dilakukan perusahaan di lingkungan masyarakat serta mendeskripsikan faktor penghambat dan pendukung proses kajian dampak sosial. Adapun kesimpulan ini disampaikan berdasarkan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Proses penerapan kajian dampak sosial (Social Impact Assessment) yang

dilakukan Artha Graha Network. Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai proses kajian dampak sosial (Social Impact Assessment) menunjukkan bahwa pada setiap akan melakukan investasi Artha Graha mendahuluinya dengan melakukan suatu studi. Studi yang dilakukan dengan memperhatikan beberapa aspek seperti meliputi aspek hukum, aspek pasar, aspek finansial, aspek teknik, aspek manajemen, aspek sosial dan aspek lingkungan. Proses studi yang dilakukan ini merupakan suatu mekanisme pengkajian yang dilakukan Artha Graha guna mencapai tujuan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan mempunyai wawasan lingkungan. Pihak

107 Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 108

Artha Graha sendiri belum terlalu familiar dengan istilah Social Impact

Assessment, tapi menurut mereka aspek sosial menjadi salah satu aspek penting yang harus dikaji sebelum memulai mengimplementasikan suatu kegiatan usaha.

Pihak Artha Graha menyadari bahwa setiap kegiatan usahanya akan membawa dampak atau perubahan. Seringkali dampak yang ditimbulkan ini berlanjut karena perubahan yang ditimbulkan lebih luas jangkauannya, tidak hanya terbatas pada yang direncanakan. Misalnya, tujuan proyek membangun kawasan niaga terpadu yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan pemukiman dan kawasan niaga, namun hasil pembangunannya bukan hanya tersedianya fasilitas yang dimaksud tetapi juga mengurangi daerah serapan air di tempat-tempat yang tanahnya dipadatkan dan serta berkurangnya lahan hijau terbuka. Hal ini bila terus-menerus tidak dilakukan suatu tindakan maka akan ikut menyumbangkan penyebab terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim. Oleh sebab itu untuk mengantisipasi meluasnya dampak negatif maka dilakukanlah proses kajian dampak sosial. Adapun proses kajian dampak sosial (Social Impact Assessment) yang dilakukan Artha Graha meliputi: a. Pelingkupan (scoping), pada tahap pelingkupan ini pihak Artha Graha belum melakukan perkiraan berapa lama dampak akan berlangsung. b. Prakiraan dampak, pada tahap ini pihak perusahaan mengkaji kecenderungan dampak dengan mengelompokkan dampak yang ditimbulkan berdasarkan tahapan proyek, yaitu tahapan pra kontrusksi, tahapan kontruksi dan tahapan pasca kontruksi dan juga memastikan secara visual dengan cara observasi ke sekitar lingkungan untuk mengetahui siapa yang terkena dampak, sejauh mana dampak yang diperkirakan akan muncul dan seberapa besar dampak yang muncul hal ini serupa dengan pendapat Wolf yang mengatakan bahwa prakiraan dampak difokuskan pada perubahan yang bersifat kuantitatif jika proyek dilaksanakan. Perubahan ini dibandingkan dengan keadaan lingkungan sebelum proyek dilakukan. c. Mitigasi, pada tahap ini langkah yang dilakukan oleh perusahaan mirip dengan pendapat Wolf mengenai langkah-langkah Social Impct Assessment. d. Evaluasi dan monitoring, Dalam melakukan evaluasi dan monitoring Artha Graha belum menyentuh pada tahapan menganalisis keefektifan dan

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 109

keefisienan proses pemilihan desain mitigasi serta ketepatan dari prediksi.

Mereka baru menganalisis keefektifan dan keefisienan proyek. Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah bahwa ternyata Artha Graha telah menjalankan tahap ataupun langkah-langkah yang dibutuhkan dalam melakukan proses kajian dampak sosial (Social Impact

Assessment) sebelum akhirnya menjalankan proyek atau kegiatan usahanya yang dalam hal ini adalah pelaksanaan proyek properti Sudirman Central Business District (SCBD). Langkah-langkah tersebut hampir sama dengan langkah-langkah ideal proses kajian dampak sosial (Social Impact Assessment) menurut para ahli namun masih ada beberapa hal atau aspek yang memang belum dijalankan oleh pihak Artha Graha. Hal ini disebabkan karena dalam setiap tahapnya, perusahaan memiliki konsepnya tersendiri berdasarkan pengalaman organisasinya sebagai sebuah perusahaan properti tanpa mengacu secara khusus pada teori-teori kajian dampak sosial (Social Impact Assessment). Dalam melakukan studi atau kajian dampak secara sosial sekarang ini merupakan hal yang wajib dilakukan oleh perusahaan yang akan melakukan kegiatan usaha atau bisnis, jadi pihak Artha Graha juga melakukan proses pengkajian dampak agar kegiatan usahanya mendapatkan ijin. Pengelolaan dampak juga merupakan salah satu bentuk tanggung jawab Artha Graha selain tanggung jawab yang lain tentunya terhadap pembangunan. Dan dari pengelolaan dampak ini hasilnya akan diperoleh sebuah dokumen yang memberikan gambaran tentang keadaan lingkungan sekitar yang akan membantu proses peyusunan rencana kegiata dalam jangka panjang.

2. Faktor Penghambat dan Pendukung Faktor-faktor yang menjadi penghambat jalannya proses studi atau kajian dampak yang dilakukan khususnya pengkajian dampak sosial terjadi karena faktor teknis. Dengan pengalaman dan kerja tim solid yang menjadi faktor pendukung dari proses melakukan kajian dampak sosial, peniliti melihat bahwa segala faktor penghambat ini bisa diatasi oleh para pengkaji dari perusahaan Artha Graha. Dan dengan pengalaman serta kemampuan sumber daya manusianya yang berkompeten, pihak Artha Graha dapat mencari solusi untuk meminimalisir

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 110

kemungkinan resiko yang ditimbulkan oleh faktor penghambat tersebut di masa yang akan dating

6.2 Rekomendasi Berdasarakan kesimpulan di atas, hasil penelitian ini merekomendasikan kepada setiap perusahaan pada umumnya dan secara khusus kepada Artha Graha untuk memperhatikan konsep dari kajian dampak sosial (Social Impact Assessment) sebelum memulai kegiatan operasional atau investasinya. Karena akan banyak sekali manfaat yang diperoleh dengan melakukan hal tersebut, salah satunya yaitu dapat menentukan secara tepat, efektif dan ideal dalam menerapkan program dan kegiatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di sekitar daerah perusahaan beroperasi.

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012

DAFTAR REFERENSI

Buku

Abidin, Hamid. (2003). Sumbangan Sosial Perusahaan; Profil dan Pola Distribusinya di Indonesia. Jakarta: Piramedia. Adi, Isbandi Rukminto. (2002). Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Ambadar, J. (2008). Corporate Social Responsibility dalam Praktik di Indonesia (Ed 1). Jakarta: Elex Media Computindo. Babbie, Earl. (1995). “The Practice of Social Research” (7th Edition). Belmont, CA: Wads Worth Publishing Company. Barrow, C.J. (2000). Social Impact Assessment: An Introduction. New York: Oxford University Press Inc. Barth, Regine., & Wolff, Franziska. (2009). Corporate Social Responsibility in Europe: Rhetoric and Realities. USA: Edward Elgar Publishing, Inc. Becker, Henk A., & Vanclay, Frank. (2003). The International Handbook of Social Impact Assessment: Conceptual and Methodological Advances. USA: Edward Elgar Publishing, Inc. Coppola, Damon P. (2007). Introduction to International Disaster Management. USA: Elsevier Inc. Cresswell, John W. (2002). Desain Penelitian Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: KIK Press. Effendi, Muh. Arief (2009). The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Fajar ND., Mukti. (2010). Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia: Studi tentang Penerapan Ketentuan CSR pada Perusahaan Multinasional, Swasta Nasional & BUMN di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hadi, Sudharto P. (1997). Aspek Sosial AMDAL Sejarah, Teori dan Metode. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Koentjaraningrat. (1991). Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Kotler, Philip and Lee, Nancy. (2005). Corporate Social Responsibility: Doing the Most Good for Your Company and Your Cause. New Jersey: John Wiley and Sons, Inc.

110 Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia 112

Midgley, James. (2005). Pembangunan Sosial Perspektif Pembangunan Dalam Kesejahteraan Sosial. (Dorita Setiawan dan Sirojudin Abbas, Penerjemah). Jakarta: Diperta Islam Departemen Agama Republik Indonesia.

Neuman, William Lawrence. (2006). “Social Research Methods : Qualitative and Quantitative Approaches” (Sixth Edition). Australia: Pearson International Edition.

Nusahid, Fajar. (2006). Tanggungjawab Sosial BUMN, Analisis Model Kedermawanan Sosial. Jakarta: Pirac Media. Patton, M.Q. (1990). Qualitative Evaluation and Research Methods (2nd ed.). Newbury Park. CA: Sage. Prajarto, Nunung. (Ed.). (2012). CSR Indonesia Sinergi Pemerintah, Perusahaan dan Publik. Yogyakarta: Fisipol UGM. Rudito, B., Budimanta, A., & Prasetijo, A. (2004). Corporate Social Responsibility: Jawaban bagi Model Pembangunan Indonesia Masa Kini. Jakarta: ICSD. Saidi, Zaim., dan Hamid Abidin. (2004). Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana dan Praktek Kedermawanan Sosial di Indonesia. Jakarta: Piramedia. Sarwono, Jonathan. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Siahaan, N.H.T. (2004). Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan (edisi kedua). Jakarta: Erlangga. Stake, R. E. (2005). “Qualitative case studies.” In Denzin, Norman K. & Lincoln, Yvonna S.(eds). The sage handbook of qualitative research. (3rd ed). Thousand Oaks, CA: SAGE. Sugiyono, (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta CV.

Suratmo, Gunawan. (2004). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Untung, Hendrik Budi (2007). Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika. Wibisono, Yusuf. (2007) Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Gresik: Fascho Publishing.

Makalah dan Jurnal: A Comprehensive Guide for Social Impact. (2006). Centre for Good Governance.

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 113

Afrizal. (2010). Menganalisis Dampak Sosial Pembangunan. repository.unand.ac.id, Universitas Andalas.

Daniri, Mas Achmad. (2008). Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Ray Indonesia.

Federal Emergency Management Agency. (1995). National Mitigation Strategy: Partnership for Building Safer Communities. Hess, David. (1999). Social Reporting: A Reflexive Law Approach to Corporate Social Responsiveness. Journal of Corporation Law. Mulyadi. (2003). Pengelolan Program Corporate Social Responsibility: Pendekatan, Keberpihakan dan Keberlanjutannya. Center for Population Studies, UGM. Suharto, Edi. (2006). Pekerjaan Sosial Industri, CSR dan Comdev. The Business Watch Indonesia. (2007). Sumbangan Pemikiran BWI pada Penyusunan Peraturan Pemerintah Perihal Tanggung Jawab Sosial Korporasi. The Interorganizational Committee on Principles and Guidelines for Social Impact Assessment. (2003). Principles and guidelines for social impact assessment in the USA. Impact Assessment and Project Appraisal, volume 21, number 3, September 2003, pages 231–250, Beech Tree Publishing, 10 Watford Close, Guildford, Surrey GU1 2EP, UK. The Rockefeller Foundation. (2003). Social Impact Assessment: A Discussion Among Grantmakers. Vanclay, Frank. (2003). International Principles For Social Impact Assessment. Impact Assessment and Project Appraisal, volume 21, number 1, March 2003, pages 5–11. Beech Tree Publishing, 10 Watford Close, Guildford, Surrey GU1 2EP, UK.

Dokumen: Badan Pusat Statistik. (Febuari, 2012). Berita Resmi Statistik: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistika. Sudirman Central Business District. (2009). Laporan Tahunan 2009 (Annual Report). Jakarta: PT. Danayasa Arthatama Tbk. Sudirman Central Business District. (2010). Laporan Tahunan 2010 (Annual Report). Jakarta: PT. Danayasa Arthatama Tbk.

Universitas Indonesia Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 114

Publikasi Elektronik:

Arief dan Widjanarko. (2012). Tanggung Jawab social Perusahaan: Tangkap dan Optimalkan untuk Pembangunan AMPL. Diakses tanggal 4 Agustus 2012, dari web: http://www.web.waspola.org/index.php/id/artikel/263-tanggung-jawab- sosial-perusahaan-tangkap-dan-optimalkan-untuk-pembangunan-ampl

Artha Graha. (n.d). Artha Graha Peduli AG Foundation Indonesia. Diakses tanggal 8 Mei, dari web: http://www.scribd.com/doc/64057275/Artha-Graha- Foundation-Artha-Graha-Peduli Depnakertrans. (n.d). Prosedur Mitigasi Lingkungan. Diakses tanggal 12 Juli 2012, dari web: bto.depnakertrans.go.id/.../Prosedur%20Mitigasi%20Lingkungan.doc International Association for Impact Assessment. (2003). Social Impact Assessment International Principles. Diakses tanggal 28 April 2012, dari: http://www.iaia.org/publicdocuments/special-publications/SP2.pdf Rahmatullah. (2012). Pentingnya Social Impact Assessment (SIA) bagi Perusahaan. Diakses tanggal 12 Juli 2012, dari web: http://www.rahmatullah.net/2012/01/pentingnya-social-impact-assessment- sia.html Social impact assessment of resource projects, diakses tanggal 28 April 2012, dari: http://im4dc.org/wp-content/uploads/2012/01/UWA_1698_Paper- 02_Social-impact-assessment-of-resource-projects1.pdf

Skripsi/Tesis Midonal. (2011). Konservasi Lingkungan pada Tanggung Jawab Perusahaan Berdasarkan UU N0.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Program Pascasarjana Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Nurrokhim, Wakhid. (2005). Perspektif Stakeholder dalam Upaya Adaptasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan: Studi Kasus pada Perusahaan Pengembang PT. SA Jakarta. Program Pascasarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Indonesia. Sitorus, Dewi Nova. (2012). Analisis Implementasi Corporate Social Responsibility dalam Supply Chain pada PT. SidoMuncul. Skripsi. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Wahjoedi. (2004). Tanggung jawab sosial perusahaan implementasi dan makna ekonomisnya bagi perusahaan dan masyarakat sekitar : Studi kasus pada PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia. Program Pascasarjana Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

UniversitasPenerapan Indonesia metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 Pedoman Wawancara

1. Pedoman wawancara untuk pelaksana proyek a. Latar belakang dan tujuan proyek b. Studi-studi yang telah dan akan dilaksanakan c. Dampak yang ditimbulkan dari setiap proyek d. Proses kajian dari dampak yang ditimbulkan

e. Keadaan sebelum ada proyek dan setelah proyek ada f. Pelaksanaan mitigasi disetiap proyek g. Dasar pertimbangan melakukan mitigasi h. Masukan dari masyarakat sekitar daerah proyek i. Masalah yang dihadapi j. Program evaluasi dan monitoring k. Tentang Artha Graha Peduli  Latar Belakang Pembentukan  Ruang lingkup penerapan  Kegiatan dan Program

2. Pedoman wawancara untuk masyarakat yang terkena dampak proyek dan kegiatan Artha Graha Peduli a. Pandangan dan persepsi masyarakat terhadap proyek Artha Graha Network b. Kondisi lingkungan baru  Kondisi jalan  Fasilitas umum (sekolah, tempat ibadah, pasar, puskesmas, dll.)  Transportasi umum  Pembuangan sampah/limbah c. Persepsi terhadap lingkungan baru  Lebih menyenangkan, kenapa?  Tidak menyenangkan, kenapa?

d. Masalah-masalah yang dihadapi masyarakat dengan adanya proyek e. Pandangan dan persepsi masyarakat terhadap kegiatan/program Artha Graha Peduli f. Manfaat program Artha Graha Peduli

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, Universitas2012 Indonesia

RINGKASAN HASIL WAWANCARA

A. Pemrakarsa/Pelaksana Proyek No Pertanyaan Jawaban 1 Latar belakang dan tujuan proyek  Guna menjawab tantangan global mengenai pembangunan, maka kami mengembangkanlah berbagai macam kegiatan proyek pembangunan. Adapun tujuan dari pelaksanaan proyek yang dilakukan oleh Artha Graha Network secara global adalah investasi untuk memperoleh berbagai manfaat baik secara komersial ataupun secara non komersial. (HD)  Adanya kebutuhan ruang yang selalu meningkat terutama di pusat kota seperti Jakarta,baik untuk keperluan sebagai ruang kerja kantor maupun tempat tinggal hal ini yang menyebabkan para investor tertarik untuk berinvestasi pada sektor property. Namun disatu sisi lahan yang digunakan untuk membangun mulai berkurang maka dari itu tujuan proyek kawasan niaga terpadu ini untuk menyiasati kurangnya lahan tersebut dengan memanfaatkan keterbatasan lahan semaksimal mungkin dengan konsep mix use building, yaitu dimana kami mengakomodasi berbagai jenis aktivitas perdagangan, perkantoran, jasa, dan permukiman, yang terintegrasi dalam satu wilayah. (AR) 2 Studi-studi yang telah dan akan dilaksanakan  Setiap akan memulai suatu kegiatan usaha, kami sudah pasti menyusun yang namanya dokumen rencana kegiatan yang didalamnya menerangkan dan menjelaskan data-data terkait dengan kegiatan usaha tersebut. Data tersebut pada umumnya terdiri dari nama dan alamat perusahaan, nama dari kegiatan usahanya, seberapa besar skala kegiatan usaha tersebut, serta lokasi dimana kegiatan usaha tersebut akan dilakukan. Dari dokumen rencana kegiatan inilah yang nantinya akan menjadi bahan acuan dalam melakukan studi sebelum kegiatan usaha tersebut direalisasikan. Studi yang kami lakukan adalah studi kelayakan usaha. Studi ini kami kategorikan kedalam tiga

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 Universitas Indonesia

bagian, yaitu kelayakan secara ekonomi, kelayakan lingkungan, dan kelayakan teknis. (YM)  Kita tentunya melakukan studi kelayakan apabila akan melakukan sebuah kegiatan usaha. Ukuran kelayakan masing-masing usaha sangat berbeda, misalnya antara usaha jasa dan nonjasa. Seperti pendirian hotel dengan usaha pertambangan, akan tetapi aspek-aspek yang digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya sama. Untuk aspeknya sendiri meliputi aspek hukum, aspek pasar, aspek finansial, aspek teknik, aspek manajemen dan aspek lingkungan. (HD)  Studi dampak lingkungan untuk saat sekarang ini merupakan hal yang wajib dilakukan oleh perusahaan yang akan melakukan kegiatan usaha atau bisnis, jadi sudah dapat dipastikan bahwa kami juga melakukan hal tersebut agar kegiatan usaha kami mendapatkan ijin usaha tentunya, terlebih kegiatan usaha yang sifatnya mengekploitasi sumber daya yang berasal dari alam. Kami juga melakukan kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumber daya yang ada di sekitar wilayah tempat kami akan mendirikan kegiatan usaha. Kegiatan ini meliputi survei mengenai status dan keadaan fisik lahan yang akan digunakan dalam kegiatan usaha, sumber daya yang ada baik dari alam maupun sumber daya manusianya, serta kondisi sosial-budaya masyarakat yang ada di sekitar daerah tersebut. (AR)  Sebelum kita memulai menempati wilayah baru dan memulai kegiatan operasional, sebelumnya itu kita membuat perencanaan dan memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Kita juga melakukan yang namanya pemetaan mengenai resistensi dan potensi yang ada di masyarakat sekitar juga lingkungan dimana kegiatan operasional kita akan dilakukan. (JS) 3 Dampak yang ditimbulkan dari setiap proyek  Sektor bisnis yang dilakukan Artha Graha Network itu kan sangat luas, mulai dari sektor keuangan, properti, pertanian, sampai dengan sektor sumber daya. Tentunya dampak yang ditimbulkan dari kegiatan bisnis ini juga akan beragam, demikian pula dengan besaran dampak yang ditimbulkannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain yaitu faktor lingkungan dan ruang lingkup dari kegiatan bisnis

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 Universitas Indonesia

tersebut. Dengan melakukan kegiatan bisnis, kami berharap dapat memberikan manfaat untuk sekitar masyarakat yang berada di sekitar perusahaan kami beroperasi. Mulai dari membuka lapangan pekerjaan, menambah penghasilan penduduk, menghasilkan aneka barang yang dibutuhkan oeh masyarakat, merangsang masyarakat utuk meningkatkan pengetahuan, meningkatkan infrastruktur di sekitar wilayah beroperasinya usaha, seperti perbaikan jalan, melengkapi sarana dan prasarana demi menunjang kebutuhan karyawan kami pada khususnya dan masyarakat sekitar pada umumnya. (HD)  Dari setiap proyek yang kami lakukan itu ada tahapan yang harus selalu kami laksanakan. Kami membaginya kedalam tiga tahapan, yaitu tahap pra kontruksi, tahap kontruksi, dan tahap pasca kontruksi. Jenis kegiatan yang dilakukan dari setiap tahapan berbeda-beda jadi dampak yang ditimbulkannya pun akan berbeda. Contohnya, untuk kegiatan pra kontruksi, yang kami lakukan itu mulai dari survey lokasi dimana kami akan menjalankan proyek tersebut. Setelah itu kami biasanya akan melakukan pengadaan dan pembebasan lahan, yang dampaknya itu bisa berupa pemindahan penduduk atau bahkan tidak jarang akan muncul para spekulan tanah. Tahap kontruksi kegiatan yang kami lakukan lebih banyak lagi karena disinilah tahapan krusialnya. Kegiatan tersebut meliputi, pertama mobilisasi tenaga kerja, yang dampaknya itu bisa berupa kecemburuan sosial antara penduduk lokal dengan para pekerja yang berasal dari luar daerah atau sebenarnya dengan adanya proyek ini akan meningkatan kesempatan kerjabagi para penduduk lokal. Kedua, mobilisasi peralatan berat yang bisa merusak sarana jalan. Ketiga, kontruksi jalan akses ke lokasi proyek yang bisa menyebabkan meningkatnya gangguan kemacetan dan tercecernya tanah dan material bangunan. Dan terakhir yaitu, pelaksanaan pekerjaan kontruksi di lapangan, seperti penyiapan dan pembersihan lahan, penggalian tanah untuk pondasi, pembuatan sistem drainase, pemasangan tiang pancang, pengoperasian base camp untuk para pekerja serta kegiatan kontruksi lainnya yang biasanya akan menimbulkan kerusakan prasarana jalan, pencemaran udara, pencemaran air permukaan, timbulnya

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 Universitas Indonesia

genangan air atau banjir lokal, banyaknya debu, adanya getaran dari alat-alat berat dan suara bising, serta kecemburuan sosial. Untuk pasca kontruksi yaitu tahap dimana kegiatan dari pengoperasian dan pemeliharaan dilakukan ya agar dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan. (JS) 4 Proses kajian dari dampak yang ditimbulkan  Studi yang kami lakukan sebelum kegiatan proyek dilakukan isinya itu salah satunya mencakup tentang prakiraan dampak yang akan ditimbulkan dari kegiatan proyek. Jadi sebelum dampak itu benar-benar terjadi, kami sudah memikirkan tindakan apa yang akan kami ambil dan lakukan. (HD)  Untuk melakukan kajian dampak dari pelaksanaan proyek ada beberapa langkah yang kami lakukan. Pertama, kami melakukan yang namanya kajian dokumen yakni dengan cara mempelajari dokumen perencanaan pembangunan yang telah disusun. Studi ini sangat perlu untuk dilakukan terutama dalam melihat berbagai potensi isu-isu lingkungan yang dimungkinkan muncul pada saat implementasi pembangunan. Kedua, kami melakukan observasi lapangan yang dilakukan dengan cara melihat secara langsung obyek yang menjadi lahan dimana proses pembangunan dilakukan. Cara ini juga untuk memastikan secara visual sejauh mana dampak yang diperkirakan akan muncul dan seberapa besar dampak yang akan mempengaruhi lingkungan sekitar. Tahap terakhir yaitu kami melakukan wawancara dan diskusi dengan masyarakat sekitar lingkungan proyek. Disini kami sangat mengharapkan sekali adanya masukan, pendapat dan pandangan dari masyarakat terkait dengan dampak yang diperkirakan akan muncul saat implementasi pembangunan. (AR)  Jadi untuk proses kajian dampaknya itu kami juga bagi menjadi tiga tahap ya. Pertama, yaitu tahap persiapan. Pada tahap persiapan ini, kami menyiapkan semacam SOP kajian dampak. Setelah tahap persiapan ok, maka tahap kedua yaitu tahap pelaksanaan. Disini kami berkoordinasi dengan pihak-pihak yang terkait yang terlibat dalam kegiatan proyek untuk menyelenggarakan pertemuan dalam rangka kegiatan kajian dampak. Setelah itu secara bersama-sama kami akan mengunjungi lapangan

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 Universitas Indonesia

untuk melihat dari dekat tentang dampak yang mungkin akan timbul dalam pelaksanaan kegiatan yang telah diverifikasi, selama turun lapangan ini kami juga mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh lokal dan aparat setempat serta pihak- pihak lain yang dianggap berkompeten untuk mendapatkan input secara lebih mendalam guna merumuskan kajian dampak. Tahap terakhir adalah tahap pelaporan dari masing-masing kegiatan yang telah dilakukan. (JS)  Langkah yang kami lakukan dalam rangkaian mengkaji dampak, yang pertama adalah pengumpulan informasi tentang lingkungan baik lingkungan alamnya ataupun lingkungan sosialnya dan juga keadaan geografis sekitar Sudirman ini. Secara operasional kegiatan yang dilakukan itu dengan melakukan penentuan seberapa luas daerah yang akan terkena dampak dari kegiatan usaha kami. Luas daerahnya biasanya kami bagi menjadi 3 ring utama, yaitu ring 1 yang meliputi daerah yang jaraknya antara 500 meter sampai dengan 1 km dari lokasi usaha kami. Ring 2, yaitu daerah yang jaraknya 1 km sampai dengan 5 km dari lokasi usaha kami, dan yang terakhir ring 3 adalah daerah di luar ring 1 dan ring 2 yang kami gambarkan bisa saja sampai dengan Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek). Kemudian langkah selanjutnya setelah gambaran mengenai informasi lingkungan sekitar kami dapatkan, ada tim kami yang akan turun lapangan untuk mengecek keabsahan dari informasi yang kami peroleh tersebut serta untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai kondisi lingkungan sekitar baik secara demografis (komposisi penduduk yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, seperti umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, dll.; pola perkembangan penduduk; dan tingkat kepadatan serta sebaran penduduk), ekonomi (tingkat pendapatan, kesempatan untuk melakukan usaha atau kesempatan kerja), sosial dan budaya (bagaimana sikap dan pandangan masyarakat sekitar dengan kegiatan usaha dan juga rencana usaha yang kami lakukan; pola kebiasaan dan adat masyarakat sekitar; perubahan sosial dan budaya), dan juga keadaan kesehatan masyarakat sekitar. Hasil dari penelitian di lapangan ini harus sedetail mungkin karena data-data tersebut akan menjadi data dasar untuk berbagai keperluan kami kedepannya

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 Universitas Indonesia

untuk melakukan prakiraan serta untuk kegiatan sosial yang akan dilakukan perusahaan. (ES) 5 Keadaan sebelum ada proyek dan setelah  Tentu saja ada perbedaan sebelum proyek dilakukan dan setelah proyek proyek ada dilaksanakan. Perbedaan ini meliputi berbagai aspek, seperti aspek sosial, budaya, kesehatan, dan tentu saja aspek ekonomi karena kegiatan proyek yang kami lakukan diharapkan bisa untuk memacu pertumbuhan ekonomi, baik di tingkat nasional maupun daerah, serta mengurangi pengangguran, mengentaskan kemiskinan dan tentunya meningkatkan kesejahteraan rakyat. (HD)  Pesatnya pembangunan yang terjadi khususnya di ibukota tentu saja menimbulkan perubahan yang sangat signifikan. Kita bisa lihat bagaimana padatnya penduduk disini yang setiap tahunnya selalu terjadi penambahan penduduk, masalah urbanisasi yang terus meningkat tiap tahunnya dan nantinya akan menimbulkan polemik tersendiri lagi. (ES) 6 Pelaksanaan mitigasi disetiap proyek  Untuk mengurangi dampak negatif yang diperkirakan akan timbul maka dalam melaksanakan proyek kami berusaha sekali untuk menggunakan dan memanfaatkan sumberdaya alam tidak secara berlebihan khususnya sumber daya alam yang tidak terbaharui agar para penerus kita nantinya masih bisa ikut menikmati. Kami juga berusaha memanfaatkan sumber daya secara hati-hati serta didukung oleh penelitian ilmiah yang memadai. (YM)  Kami menyadari bahwa pembangunan yang kami lakukan selama ini dilaksanakan pada dasarnya merubah ekosistem alami yang bersifat stabil menjadi ekosistem buatan/binaan yang tidak stabil. Kondisi ini yang kemudian menuntut kami untuk melakukan upaya pengelolaan lingkungan agar fungsi lingkungan di kawasan proyek pembangunan dilakukan bisa tetap lestari. Oleh sebab itu menetapkan kami selalu mencoba untuk menerapkan kebijakan pembangunan kawasan yang berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. (AR)  Agar tidak timbul keluhan dan protes dari masyarakat sekitar wilayah proyek dilaksanakan pada tahap pra kontruksi kami melakukan sosialisasi, komunikasi dan

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 Universitas Indonesia

konsultasi kepada masyarakat sekitar wilayah beroperasinya proyek untuk menjelaskan tentang manfaat kegiatan bagi kepentingan umum dan juga menjelaskan tentang kerugian yang terjadi akibat terhambatnya proses pengerjaan proyek bila tidak adanya dukungan dari masyarakat. Untuk mengantisipasi para spekulan tanah, kami melibatkan masyarakat dan aparat pemerintah daerah setempat untuk mencegah terjadinya spekulasi tanah. Kami juga melakukan sosialisasi pada penduduk lokal dan pemberian informasi kepada penduduk tentang tenaga kerja yang diperlukan. Mendata sarana dan prasarana umum yang akan terkena dampak kegiatan proyek, melindunginya dari kemungkinan kerusakan atau kalaupun rusak yang diakibatkan terkena proses dari proyek maka kami akan mengganti ataupun memperbaiki. Untuk menghindari kemacetan kami akan mengatur jadwal kerja agar pengoperasian kendaraan proyek tidak dilakukan saat jam-jam sibuk. (JS) 7 Dasar pertimbangan melakukan mitigasi  Secara garis besar visi dari perusahaan yang tergabung di dalam Artha Graha Network itu kan tumbuh dan berkembang bersama masyarakat dengan mengedepankan kepedulian pada masyarakat dan lingkungan serta mewujudkan cita- cita menjadi jaringan bisnis yang dimiliki oleh pihak swasta namun secara penuh harus bisa pula menjalankan fungsi pengabdian untuk kepentingan masyarakat. Hal ini berarti bahwa semua dampak negatif yang ditimbulkan terkait dengan kegiatan proyek pembangunan untuk mewujudkan tujuan tersebut harus bisa diminimalkan atau bahkan bilamana memungkinkan harus dihilangkan sama sekali, kami menganggap ini adalah sebagai bentuk kepedulian kami terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar perusahaan beroperasi. (HD)  Dari hasil studi pastinya akan menghasilkan sebuah dokumen yang bisa dijadikan acuan untuk melakukan pengelolaan yang baik selama proses dari proyek berlangsung. Dokumen yang dijadikan acuan ini harus mampu meningkatkan hasil dan nilai guna serta dapat menghindari semua pengaruh yang mengarah pada bentuk ketidakefisienan. (YM)  Kita itu mempunyai pedoman operasional dalam setiap melaksanakan kegiatan

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 Universitas Indonesia

atau proyek yang disusun pada saat tahap perencanaan. Pedoman operasional ini yang selalu kita jadikan rekomendasi dalam mengelola berbagai dampak yang ditimbulkan. Pengelolaan dampak ini adalah salah satu bentuk tanggung jawab kami selain tanggung jawab yang lain tentunya terhadap pembangunan. (AR) 8 Faktor penghambat dan Pendukung  Kadang masyarakat yang lahannya akan digunakan untuk kegiatan proyek enggan untuk pindah ketempat lain karena beberapa alasan, seperti sudah nyaman tinggal di tempat itu, takut kehilangan akses ke tempat kerja, tempat belanja dll. (ES)  Dalam pelaksanaan proyek pembangunan ada kalanya kondisi di lapangan tidak sesuai dengan apa yang sudah kami rencanakan sehingga perencanaan ulang tidak dapat terhindari. Perencanaannya sudah kami susun dengan baik,tetapi kadang dalam fakta pelaksanaannya tidak seperti seharusnya tertera dalam acuan yang ada secara sistematis. (JS)  Pertentangan dengan masyarakat sekitar proyek kadang tidak terhindari, mereka merasa lahan yang akan digunakan dalam proses pembangunan merupakan lahan mereka untuk tempat tinggal selama ini. Dengan kata lain mereka akan tempat tinggal. Untuk menghindari protes kami kadang memberikan ganti rugi kepada masyarakat tersebut atas lahan yang akan digunakan dalam proyek proyek, namun lagi-lagi masalah timbul ketika besaran ganti rugi yang kami berikan tersebut ternyata tidak cocok. (YM)  Pernah ada pengalaman sewaktu mengerjakan suatu proyek timbul kejadian yang tidak diprediksi sebelumnya karena rendahnya kinerja dan produktifitas dari pekerja. Hal ini menyebabkan kerterlambatan penyelesaian pembangunan. (AR)  Kami terbantu karena memiliki tenaga pendukung yang memang berpengalaman. Dalam melakukan kegiatan usaha mulai dari perencanaan, melakukan studi sampai dengan tahap implementasi kami terbiasa bekerja secara tim. Dan kami disini memiliki tim yang sangat solid sekali. (JS)  Dengan memiliki pengalaman sebelumnya dalam melakukan proyek, membantu kami untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam melakukan serangkaian

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 Universitas Indonesia

kajian yang akan dilakukan. (ES) 9 Program evaluasi dan monitoring  Kami melakukan kegiatan evaluasi pada saat proses perencanaan selesai dibuat, pada saat selama proses proyek berlangsung itu biasanya kami lakukan per triwulan ya, dan pada saat akhir proyek selesai dikerjakan. Kalau untuk kegiatan monitoring itu kami lakukan secara sistematis dan continue agar kami bisa melakukan tindakan koreksi. (YM)  Untuk mengkaji apakah kegiatan yang dilaksanakan sudah sesuai dengan rencana, masalah apa yang tombul selama proses pengerjaan proyek, apakah pola kerja yang dilakukan dan manajemen yang diterapkan sudah sesuai dengan tujuan proyek, dan sebagainya itu tentu harus dilakukan sebuah proses monitoring ya. Kalau itu evaluasi dari awal pasti kami lakukan, pada awal kegiatan kami lakukan evaluasi untuk mendeteksi kelayakan dari proyek tersebut, selama proses kegiatan evaluasi juga harus rutin dilakukan agar semuanya berjalan dengan lancar, setelah proyek selesai dikerjakanpun kami terus melakukan evaluasi untuk melihat dampak yang ditimbulkan dalam jangka panjang. (AR) 10 Tentang Artha Graha Peduli a. Latar belakang pembentukan  Artha Graha Peduli sendiri itu adalah yayasan atau lembaga sosial. Terbentuknya secara badan hukum itu baru dua tahun yang lalu, tapi kalau kegiatannya sendiri Artha Graha Network ini sudah melakukan berbagai kegiatan sosial dari tahun 1997. Kegiatan kita ini baru fokus dan intens itu pada saat terjadinya tsunami di Aceh. Artha Graha sendiri itu kan grup bentuknya atau network yang terdiri dari banyak perusahaan dan pada tahun 2004 dibikin menjadi satu pintu, itulah yang dinamakan Artha Graha Peduli. Kegiatan di tahun 2004 itu cukup banyak, kita sampai merekrut dan mefasilitasi relawan untuk berangkat ke Aceh membantu para korban bencana disamping kita juga memberangkatkan karyawan Artha Graha sendiri. Para relawannya itu berasal dari para pecinta alam dan organisasi di berbagai daerah, kita berangkatkan mereka baik melalui jalan laut maupun udara. Setelah itu kegiatan berkembang

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 Universitas Indonesia

dan terbentuklah struktur Artha Graha Peduli tapi belum ada lembaganya secara hukum. (H)  Artha Graha itukan sebuah jaringan ya atau Network yang terdiri dari banyak perusahaan di dalamnya. Untuk mempermudah koordinasi antar perusahaan tersebut untuk melakukan kewajiban atau tanggung jawab sosialnya maka dibentuklah satu yayasan yang dinamakan Artha Graha Peduli. (ES)  Kan sekarang sudah ada peraturan yang mengatur tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan untuk perusahaan. Dengan adanya Undang-Undang Republik Indonesia No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pada pasal 1 ayat 3 dan pasal 74 yang kemudian menjadi dasar bagi Artha Graha dalam melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan atau dalam tataran global disebut sebagai Corporate Social Responsibility. Untuk melaksanakan kegiatan CSR ini kan butuh wadah secara khusus yang menanganinya, kemudian dibentuklah Artha Graha Peduli sebagai wadah tersebut agar semua kegiatan berjalan efektif dan manfaatnya pun dapat dirasakan secara merata. (HD) b. Ruang lingkup penerapan  Kami mempunyai enam pilar yang menjadi ruang lingkup dalam penerapan kegiatan Artha Graha Peduli, yaitu Artha Graha Peduli Lingkungan Hidup, Artha Graha Peduli Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan Masyarakat, Artha Graha Peduli Sosial, Budaya dan Pendidikan, Artha Graha Peduli Kesehatan, Artha Graha Peduli Penanganan Bencana serta Artha Graha Peduli Bantuan Hukum bagi masyarakat kurang mampu. Kebijakan dalam usaha untuk turut menjaga kelestarian lingkungan dan alam kami wujudkan dalam partisipasi melalui Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC), yaitu kawasan hutan konservasi untuk perlindungan keanekaragaman hayati flora dan fauna di Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Tanggamus, Propinsi Lampung. TWNC ini bisa dikatakan sebagai program unggulan CSR kami karena ini adalah sebuah program khusus yang berkelanjutan untuk mencegah dampak

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 Universitas Indonesia

kumulatif dari pembangunan seperti pemanasan global. Konservasi ini sangat berguna sekali untuk kepentingan manusia karena dapat berfungsi sebagai tempat berbagai spesies yang berguna untuk kehidupan manusia mulai dari penyediaan pangan, sandang dan papan. Keadaan di sana agak kacau ya sebelum ada Tambling Wildlife Nature Conservation. Jadi kegiatan seperti penebangan liar, perburuan binatang yang tidak terkendali, dan juga penangkapan ikan di laut dengan menggunakan potassium serta pengeksploitasi laut itu masih marak. Keadaan sekitar laut juga kotor, banyak sampah yang bukan berasal dari alam yang berserakan. Makanya setelah kami datang, kami konservasi wilayah tersebut dan berupaya melakukan perbaikan-perbaikan di sana demi terciptanya lingkungan yang baik juga untuk kesejahteraan masyarakat sekitar sana. (HR) c. Kegiatan dan Program  Kegiatan kita sendiri meliputi bantuan-bantuan yang bersifat relawan, bantuan tenaga, logistik, bahkan sampai infrastruktur. Kegiatan sosial lainnya, untuk masalah lingkungan kita melakukan penanaman pohon baik pohon untuk di hutan maupun di bakau (perairan). Untuk penanamannya sendiri kita sudah melakukannya ke beberapa wilayah di Indonesia, kita juga mengadakannya itu dengan bekerjasama dengan pihak lain. Sebetulnya kalau untuk konservasi alam, kita ada hutan konservasi di daerah Lampung yang namanya Tambling Wildlife Nature Conservation yang fokusnya memang untuk konservasi alam. Tambling Wildlife Nature Conservation ini istilahnya proyek CSR yang juga termasuk proyek besar karena nilainya ratusan milyar. Kegiatan sosial yang sudah kita lakukan itu fokus untuk membantu pemerintah dalam menangani bencana alam yang sifatnya bencana nasional ataupun bencana yang sifatnya skala kabupaten. Mengenai program yang rutin yang kita lakukan adalah program pemberian bantuan berupa beras. Artha Graha telah melakukan bantuan program pemberian beras ini dari tahun 1997 dan dilakukan setiap hari jumat. (H)  Kami melakukan sosialisasi kepada warga juga anak-anak, menanam

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 Universitas Indonesia

kembali tanaman endemik, membersihkan pantai dari sampah, perkebunan pembibitan, terus juga ngumpulin data terkait sumber daya alam yang ada. (HD)

B. Perwakilan Masyarakat No Pertanyaan Jawaban 1. Pandangan dan persepsi masyarakat terhadap  Saya mendukung setiap rencana pembangunan yang dilakukan oleh perusahaan proyek Artha Graha Network yang ada di artha graha network. Semuanya demi kemajuan bersama asal proyek yang akan dilaksanakan ataupun yang sedang dilaksakan memperhatikan hal-hal sesuai peraturan yang ada. Kalau membangun sesuatu jangan asal bangun, diperhatikan juga lingkungan sekitarnya. Dan dengan semua proyek yang dilakukan oleh Artha Graha Network masyarakat bisa terbantu dengan terciptanya lapangan pekerjaan. (EJ)  Jakarta jadi banyak gedung bertingkatnya ya. Pemukiman kami jadi tertutup oleh gedung-gedung pencakar langit, tapi ya ga ada pengaruh yang bagaimana juga yang penting masih punya tempat tinggal, masih bisa kerja, jadi masih bisa makan. (CN) 2 Kondisi lingkungan baru a. Kondisi Jalan  Banyak perubahan memang yang terjadi setelah proyek pembangunan yang dilakukan oleh perusahaan Artha Graha. Untuk kondisi jalan saya rasa bagus, karena itu juga buat kepentingan mereka. Kegiatan bisnis yang padat pasti membutuhkan akses yang sangat mendukung kelancaran. Inginya lancar, tapi namanya juga Jakarta pasti macet dimana-mana. Apalagi Sudirman ini pusat bisnis ya, banyak kantor, banyak pegawai, jadi kendaraan juga butuh banyak biar semuanya bisa keangkut. Kalau sudah begini biar kondisi jalan baik tapi macet rasanya ya tidak nyaman. (EJ)  Kalau jalan-jalan utama di sekitar daerah sini ya bagus. Hanya saja jalan untuk akses masuk ke daerah pemukiman yang agak kurang, mungkin orang yang belum

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 Universitas Indonesia

tahu dan terbiasa akan kesulitan untuk sampai daerah sini. Jalannya ketutup sama gedung terus kan ada pemisah pagar tinggi antara daerah pemukiman sama daerah perkantoran. (CN)  Kondisi jalan disini dulu parah, banyak lubang, aspalnya juga jelek. Sempat beberapa kali diperbaiki namun rusak lagi, tapi sekarang kondisinya lumayan dibanding dulu, lubangnya sudah banyak berkurang. Saya ga tahu yang memperbaiki siapa, sepertinya sih pemerintah. Harapan ke depannya mudah-mudahan kondisi jalan disini tidak rusak lagi. (SP) b. Fasilitas umum (sekolah, tempat ibadah,  Kalau masalah fasilitas umum seperti sekolah, tempat ibadah, rumah sakit, pasar, puskesmas, dll.) sampai tempat berbelanja tidak perlu dikhawatirkan lagi ya, ini daerah pusat bisnis dan jalan utama di Jakarta yang secara tidak langsung pasti juga menyediakan berbagai keperluan warganya dengan kelengkapan berbagai fasilitas. (EJ)  Sekolah ada ya yang dekat dari sini, madrasah “Darul Rahman”. Untuk puskesmas ada di jalan Tulodong. Kalau pasar tradisional agak jauh dari sini, paling ya ada warga yang buka warung terus jualan kebutuhan sehari-hari termasuk sayur- mayur, atau ada juga pedagang keliling. Disini banyaknya mall. (CN)  Dari dulu fasilitas umum di sini sudah lumayan lengkap. Sekolah ada, masjid, puskesmas sudah ada dari dulu tapi ya jaraknya memang jauh. Paling tidak butuh kendaraan untuk bisa menuju ke sana. Kalau mau jalan bisa tapi makan waktu. Yang beda mungkin sekarang di sekolah sudah agak lengkap buku-bukunya, surau yang rusak mendapat bantuan dana untuk perbaikan, kegiatan di puskesmas bertambah seperti bantuan pengobatan gratis, kegiatan imunisasi, dan lain-lain. (SP) c. Transportasi umum  Untuk transportasi umum banyak ya, mulai dari bus kopaja, trans Jakarta, ojeg sampai taksi mudah ditemui. Apalagi Sudirman ini kan pusat keramaian, pasti moda transportasi umum seperti itu sangat dibutuhkan. (EJ)  Banyak kendaraan umum disini, beragam soalnya penduduknya juga beragam. Kalau punya dana lebih bisa naik taksi, kalau tidak ada ya naik kopaja atau busway. (CN)

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 Universitas Indonesia

 Di sini angkutan umum ada tapi jumlahnya terbatas ya, untuk waktu operasinya juga. Masyarakat di sini rata-rata punya sepeda motor untuk mempermudah kegiatan d. Pembuangan sampah/limbah mereka sehari-harinya. (SP)  Sepertinya sangat diperhatikan sekali ya masalah sampah di sini. Penyediaan tempat pembuangan sampah hampir tersedia di setiap sudut, untuk petugas yang stand by juga ada, untuk pengangkutan sampah ke tempat pembuangan juga cukup rutin dilakukan, belum lagi petugas yang selalu menyapu bersih jalan. Ini mungkin karena di sini kawasan utama Jakarta yang masalah kerapihan sangat diperhatikan sekali. Tapi untuk selanjutnya penanganan sampah itu seperti apa saya juga kurang paham ya. (EJ)  Kalau di lingkungan tempat tinggal saya itu petugas kebersihan rutin untuk mengambil sampah di pagi hari. Kalau sampah dari sekitar gedung-gedung di SCBD saya kurang paham, kalau nanti lewat di ujung gang sana ada pembuangan sampah, ya sampah-sampah itu berasal dari pemukiman sini. (CN)  Kalau masalah limbah seperti sampah, di sini memang agak banyak ya jumlah sampahnya. Untuk cara pembuangannya biasanya masyarakat membuangnya di tempat sampah lalu nanti ada petugas yang mengambilnya, tapi itu jarang sekali paling hanya dua minggu sekali soalnya jumlah petugasnya sedikit jadi biar sampah tidak menumpuk biasanya masih banyak juga masyarakat di sini yang membuang sampahnya dengan cara membuat lubang lalu nanti sampahnya di bakar, ada juga yang tidak dibakar tapi langsung ditimbun. (SP) 3 Persepsi terhadap lingkungan baru  Sangat membanggakan saat ibukota boleh menjadi lebih baik dan bersih khususnya daerah Sudirman menjadi pusat dan kemegahan kota Jakarta. Jakarta itu kan identik sama banjir, dulu di Sudirman sini kalau hujan pasti terjadi genangan air dan macet sudah pasti tidak terelakan. Sejak adanya gorong – gorong Sudirman yang tidak diketahui PT apa yang membangunnya jalan Sudirman sudah tidak ada genangan air, kecuali di jalan yang tidak rata. Semoga ini bisa terus berlanjut, pembangunan ke arah yang lebih baik lagi. (EJ)

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 Universitas Indonesia

4 Masalah-masalah yang dihadapi masyarakat  Warga asli sini makin terpinggirkan ya, disini kan jadi pusat perkantoran dan dengan adanya proyek pemukiman memang. Banyak pendatang yang kini tinggal disini dan bekerja. Jadi banyak saingan untuk mendapatkan pekerjaan bagi warga. Tapi justru itu yangkemudian membuat sebagian warga sadar untuk meningkatkan kemampuan dirinya agar mampu untuk bersaing. Selain itu mungkin karena banyak dibangun gedung-gedung di kawasan ini, ruang buka hijaunya agak kurang ya. (EJ)  Banyak para pekerja yang kerja di SCBD terus ngontrak atau ngekost di sekitar sini, butuh penyesuaian dengan para pendatang tersebut. Ada beberapa perbedaan kebiasaan, misalnya cara bicara orang Jakarta/betawi yang suka ceplas-ceplos. Kalau pendatangnya dari daerah yang tidak terbiasa dengan kebiasaan ini tentu akan kaget. Atau kadang masyarakat sekitar sini suka kesal bila ada pendatang yang ngontrak atau ngekost tapi suka pasang musik kencang-kencang. (CN) 5 Pandangan dan persepsi masyarakat terhadap  Masyarakat senang sekali dengan adanya kegiatan-kegiatan sosial yang kegiatan/program Artha Graha Peduli dilakukan oleh artha graha peduli. Warga sangat antusias mengikuti kegiatan artha graha peduli seperti penjualan sembako murah dan pengobatan gratis. Kegiatan seperti ini bagus saya rasa, karena harga yang dijual itu setengah dari harga aslinya jadi ya kita tertarik dan sangat merasa terbantu sekali, mudah - mudahan tahun depan ada lagi dan bisa gratis. (SP)  Kalau kegiatan pemberian bantuan ya membantu masyarakat ya tentunya. Kalau mau mendekati lebaran, sering ada bantuan pemberian atau penjualan sembako gratis. Madrasah juga suka dapat bantuan pendidikan seperti beasiswa sepertinya. Pengobatan gratis juga pernah diadakan di puskesmas. Anak saya di sekolah pernah cerita bahwa ada semacam kegiatan pelestarian lingkungan dari Artha Graha supaya anak-anak ikut berperan aktif menjaga lingkungan sekitar. (CN) 6 Manfaat program Artha Graha Peduli  Sangat bermanfaat sekali, soalnya sekarang harga kebutuhan sedang melonjak. Kedepannya mungkin bisa dibantu juga untuk program pendidikan seperti bantuan buku-buku pelajaran atau alat sekolah. Dan masyarakat yang mendapat bantuan juga lebih banyak lagi. (SP)

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 Universitas Indonesia

Penerapan metode..., Dyah Asri Gita Pratiwi, FISIPUI, 2012 Universitas Indonesia