STRUKTUR KOMUNITAS SIPUT LAUT GONGGONG DI PERAIRAN PULAU TERKULAI KELURAHAN SENGGARANG KECAMATAN TANJUNGPINANG KOTA, KOTA TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU

T. Decky Kurniawan, [email protected] Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan FIKP-UMRAH

Henky Irawan, S.Pi., MP., M.Sc. Dosen Program Studi Budidaya Perairan FIKP-UMRAH

Dr. Febrianti Lestari, S.Si., M.Si. Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH

ABSTRAK

Penelitian ini Mengetahui Struktur Komunitas Siput Laut Gonggong di Perairan Pulau Terkulai. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu dari bulan Oktober sampai bulan Desemberr 2016 dengan pengambilan sampel pada 4 titik stasiun pengamatan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi. Penentuan metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara purposive Sampling. Metode pengamatan Siput Gonggong dilakukan dengan menggunakan metode line Transect menggunakan plot 1m x 1m. Pengukuran parameter kualitas perairan secara in situ dan sampel sedimen diolah menggunakan metode ayakan kering di laboratorium FIKP-UMRAH. Hasil pengamatan ditemukan 3 jenis siput laut gonggong telah teridentifikasi yaitu jenis Laevistrombus , Labiostrombus epidromis, dan Canarium urceus. . Kelimpahan tertinggi pada jenis Labiostrombus epidromis, sedangkan terendah terdapat pada jenis , Frekuensi paling tinggi dijumpai pada jenis Labiostrombus epidromis. Berdasarkan Indeks Nilai Penting tertinggi pada jenis Labiostrombus epidromis dengan nilai INP mencapai 96,92%. Sebaran spesies siput Gonggong terkategorikan Acak, mengelompok, dan seragam, namun dominan pada pola sebaran acak.

Kata kunci : Struktur Komunitas, Siput Gonggong, Pulau Terkulai

Community Structure of Snails Gonggong in Terkulai Island, Senggarang Village, Tanjungpinang City of Riau Archipelago Province.

T. Decky Kurniawan, [email protected] Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan FIKP-UMRAH

Henky Irawan, S.Pi., MP., M.Sc. Dosen Program Studi Budidaya Perairan FIKP-UMRAH

Dr. Febrianti Lestari, S.Si., M.Si. Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH

ABSTRACT

This study Knowing Sea Snails Gonggong Community Structure in the waters of Pulau droop. The study was conducted over three months, from October to Desemberr 2016, with sampling at four points of observation stations. This type of research used in this research is the method of observation. Determination of the sampling method used in this research is purposive sampling. Snails Gonggong observation method using the method of using a plot line Transect 1m x 1m. Measurement of water quality parameters in situ and sediment samples are processed using dry sieve method in the laboratory FIKP-UMRAH. Observations found three kinds of sea snails barking has identified the type of Laevistrombus canarium, Labiostrombus epidromis, and canarium urceus. , The highest abundance on the type Labiostrombus epidromis, while the lowest for the type of Laevistrombus canarium, the highest frequency was found on the type Labiostrombus epidromis. The highest importance value index based on the type of Labiostrombus epidromis with IVI reached 96.92%. The distribution of of snails Gonggong uncategorized Randomized, clumped and uniform, but dominant in the random distribution pattern.

Keywords: Community structure, Snails Gonggong, Terkulai Island

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Zaidi et al (2008) dalam A. Latar Belakang Viruly, (2011) ciri-ciri gonggong ialah Siput laut gonggong ( sp) memiliki cangkang berbentuk asimetri merupakan salah satu organisme kelas seperti kerucut, terdiri dari tiga lapisan yang menetap dan berasosiasi di periostraktum, lapisan prismatik yang terdiri perairan Pulau Bintan, khususnya di dari kristal kalsium karbonat dan lapisan Tanjungpinang siput laut gonggong nakre (lapisan mutiara). Gonggong berjalan dimanfaatkan oleh nelayan sebagai sumber dengan perut dan biasanya menggulung makanan dan mata pencaharian. Siput laut seperti ulir memutar ke kanan, gonggong banyak digemari untuk menggendong cangkang yang berwarna dikonsumsi baik oleh masyarakat Kepulauan coklat kekuningan, kakinya besar dan lebar Riau maupun wisatawan domestik dan untuk merayap dan mengeruk pasir atau mancanegara sebagai wisata kuliner lumpur. Sewaktu bergerak hewan ini sehingga siput gonggong merupakan ciri menghasilkan lendir, sehingga pada tempat khas Kota Tanjungpinang. yang dilalui meninggalkan bekas lendir. Salah satu kawasan di Cangkang digunakan untuk melindungi diri Tanjungpinang yang merupakan habitat bagi dari serangan musuh atau kondisi siput laut gonggong dan merupakan daerah lingkungan yang tidak baik. penangkapan siput laut gonggong oleh Ciri khas dari siput gonggong nelayan adalah Pulau Terkulai. Pulau secara morfologi dapat dilihat dari bentuk Terkulai adalah salah satu pulau yang operculum (penutup cangkang). Pada siput terdapat di Kelurahan Senggarang gonggong, operculum bergerigi dan merupakan bagian dari Kecamatan membentuk gigi-gigi kecil dan terletak pada Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang ujung kaki perut. Operculum ini berbentuk Provinsi Kepri. Pulau Terkulai terletak di kait dan dimanfaatkan oleh gonggong belakang Pulau Penyengat. merupakan Pulau sebagai alat untuk berjalan sehingga dapat yang tidak berpenghuni, Perairan Pulau berpindah tempat dari suatu tempat ke Terkulai adalah salah satu pulau yang padat tempat lainnya. Bentuk operculum ini yang akan aktivitas nelayan singgah dan sebagai membedakan antara siput gonggong dengan tempat mata pencarian masyarakat nelayan siput gastropoda yang lainnya. seperti mencari ikan, kerang-kerangan dan Gonggong dikelompokan ke dalam siput gonggong (Strombus sp). filum Moluska, kelas Gastropoda, family Berdasarkan hasil survei awal, , genus Strombus spesies terdapat aktifitas penangkapan siput laut strombus sp. Hewan ini merupakan bentik gonggong oleh nelayan setempat. Menurut yang hidup di perairan pasir berlumpur dan penuturan nelayan, siput gonggong banyak sering bersembunyi di bawah segrass adapun ditemukan di perairan Pulau Terkulai yang kebiasaan makan hewan ini tergolong pada umumnya terdiri dari 3 jenis antara lain herbivora. Selain itu siput gonggong gonggong jantan (Canarium urceus), memiliki karateristik yaitu cangkang gonggong kulit tipis (Laevistrombus menyerupai gasing dan tutup cangkang canarium) serta gonggong cangkang tebal berbentuk sabit, mulut cangkang (aperture) (Labiostrombus epidromis). Namun kondisi tumbuh melebar kearah luar, lekukan tersebut belum dapat dijadikan sebagai data stromboid terletak disisikan anterior yang sebenarnya, karena masih cangkang, tepi cangkang bagian luar (outer memungkinkan ditemukannya jenis siput lip) menebal, lapisan cangkang tebal, gonggong lain di perairan Pulau Terkulai. permukaan gelung besar rata tanpa tonjolan Melihat dari kondisi tersebut perlu atau lekukan, panjang maksimum cangkang dilakukanpendataan sebagai informasi mencapai 100mm, tetapi umumnya akurat mengenai kondisi siput gonggong di berukuran 65mm. permukaan luar cangkang Pulsu Terkulai. Untuk itu, perlu dilakukan mulus, saluran siphonal yang terdapat pada penelitian mengenai struktur komunitas spesies ini berbentuk lurus, dan pendek, siput gonggong di Pulau Terkulai serta columella yang halus dan benar-benar tanpa lipatan. Pada bagian tubuh yang tegak dengan beberapa alur spinal anterior yang

menegak berbentuk kerucut, berkerut, dan B. Metode Pengambilan Sampel halus. Cangkang siput gonggong lebih 1. Penentuan Titik Stasiun berfungsi sebagai alat gerak pengeruk Penentuan stasiun pengamatan substrat dan bela diri atau mempertahankan dilakukan dengan metode purposive diri darpada sebagai tutup cangkang, karena sampling dengan pertimbangan area yang tidak menutup seluruh daerah mulut menjadi area penangkapan bagi siput cangkang Yonge (1976) dalam Utami Gonggong oleh masyarakat di Pulau (2012). Terkulai. Penentuan lokasi sampling juga Pertumbuhan cangkang moluska didasari oleh zona perairan karena sampling sangat dipengaruhi oleh ketersediaan bahan- dilakukan pada zona litoral sepanjang surut bahan pembentuk cangkang, seperti kalsium terjauh dan pasang tertinggi. Berdasarkan karbonat sebagai unsur makro, magnesium survei awal ditentukan empat stasiun sebagai karbonat, silikat, fosfat, asam amino, seperti keterwakilan area yang merupakan area asam asparatik, serine, alanine dan lainnya penangkapan siput gonggong dengan sebagai unsur mikro Bevelander et al (1981) kawasan litoral yang memungkinkan untuk dalam Utami (2012). Siput gonggong lebih di sampling karena jarak antara pasang bersifat epifauna atau hidup di atas tertinggi dengan surut terendahnya cukup permukaan substrat, walaupun hewan ini luas > 50 meter dan banyak dimanfaatkan juga memiliki kebiasaan membenamkan diri oleh masyarakat sebagai area penangkapan pada waktu-waktu tertentu. Pemilihan ini siput gonggong. Tiap stasiun ditentukan dikarenakan kegiatan mencari makan dan menggunakan GPS dan digambarkan dengan reproduksi dilakukan di permukaan substrat. peta dasar sehingga diketahui titik koordinat Jenis siput laut ini memiliki tingkah laku dari lokasi tersebut. Lokasi pengamatan dalam beberapa fase sebagai berikut fase ditetapkan pada daerah litoral yang membenamkan diri ke dalam substrat, fase umumnya merupakan area penangkapan aktif mencari makan di permukaan substrat, siput gonggong di sepanjang perairan Pulau dan fase reproduksi. Siput gonggong akan Terkulai. membenamkan diri ke dalam substrat pada saat pergerakan masaa air . Tabel. Titik Koordinat Stasiun Pengamatan Stasiun Titik Koordinat 0°57'18.93"U III. METODOLOGI PENELITIAN Stasiun 1 104°20'9.03"T 0°57'16.46"U A. Waktu dan Tempat Stasiun 2 104°20'28.95"T Penelitian ini dilaksanakan selama 0°57'7.48"U 3 bulan, yaitu dari bulan Oktober sampai Stasiun 3 104°20'49.15"T dengan bulan Desemberr 2016 di Peraiaran 0°57'0.98"U Pulau Terkulai Kelurahan Senggarang Stasiun 4 104°20'31.13"T Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota

Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. 2. Pengamatan Siput Gonggong Adapun tempat penelitian dapat dilihat pada Metode pengamatan Siput gambar. Gonggong dilakukan dengan menggunakan metode line Transect ( transek garis) yang di letakkan secara tegak lurus kearah laut pada daerah surut terendah sampai daerah litoral yang pada habitat siput gonggong. Plot yang digunakan dalam penelitian ini yaitu plot berukuran 1 x 1 meter, karena berdasarkan survei awal pergerakan siput gonggong tidak terlalu cepat dan terbatas sehingga memungkinkan untuk digunakan plot berukuran 1 x 1 meter. Plot pengamatan ditempatkan pada setiap Sumber :Basemap Bintan garis transek secara tegak lurus pada zona Gambar. Peta lokasi penelitian litoral serta jumalah plot yang diletakan

pada masing-masing transek tidak sama 1. Identifikasi Jenis mengikuti panjang kawasan litoralnya. Data jenis-jenis gonggong yang Penentuan jarak antara satu transek ke ditemukan pada lokasi penelitian difoto transek lain ditentukan dengan melihat jarak dengan latar belakang kertas atau wadah area penyebaran siput gonggong pada setiap biru dengan foto tampak atas dan bawah. stasiun yang masing – masing ditentukan Kemudian diindetifikasikan berdasarkan jaraknya sepanjang 50 meter sejajar garis ciri-ciri fisik yang dimiliki gonggong. Ciri- pantai. Jarak dari suatu plot ke plot lain ciri fisik yang dimaksud meliputi jumlah ditentukan sepanjang 10 meter karena putaran cangkang, corak cangkang, bentuk umumnya penyebarak siput gonggong cangkang, warna cangkang, tampak secara vertikal berada pada jarak 2 - 5 meter. cangkang atas dan bawah, serta operkulum dan bentuk isi dari gonggong yang E. Pengukuran Parameter Fisika diperoleh. Hasil tersebut kemudian Kimia Air dicocokkan dengan panduan website Adapun parameter fisika kimia air identifikasi gonggong yang mengacu pada yang diukur meliputi pasang surut, suhu, website WoRMS (Word Registration of derajat keasaman (pH), Oksigen terlarut Marine Species) www.marinespecies.com. (DO), salinitas dan substrat. Pengukuran parameter-parameter fisika kimia air 2. Pengukuran Kondisi Morfologi dilakukan di setiap stasiun dengan 3 titik Pengkuran kondisi morfologi sampling pada tiap transek tegak lurus meliputi panjang total dan berat siput kearah laut. Untuk parameter suhu, derajat gonggong. Dalam hal ini, ukuran panjang keasaman (pH), Oksigen terlarut (DO), yang diambil adalah mulai dari puncak salinitas pada masing-masing titik dilakukan cangkang (apex) hingga bagian bawah 3 ulangan pengukuran, sedangkan substrat cangkang. Untuk data berat yang diukur hanyak dilakukan 1 kali sampling. Untuk adalah berat basah beserta isinya. Data lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel. kondisi berat dan panjang total siput Tabel. Pengukuran Kualitas perairan gonggong di peroleh untuk menggambarkan Parameter Satuan Waktu Pengulangan kondisi ukuran morfologinya saat ini. Suhu Pagi, oC Siang, 3 Kali Sore 3. Struktur komunitas Derajat Pagi, Data struktur komunitas yang Keasaman - Siang, 3 Kali Sore dianalisis meliputi data kelimpahan, Oksigen Pagi, frekuensi, indeks nilai penting serta sebaran Terlarut mg/L Siang, 3 Kali Sore jenisnya. Data tersebut dihitung sebagai

Salinitas o Pasang, berikut: /oo 3 Kali Surut Pasang Surut m - 1 kali Substrat - - 1 kali a. Kelimpahan Jenis Untuk mengukur kelimpahan atau kepadatan Siput Laut Gonggong maka F. Pengolahan Data digunakan rumus Fachrul (2007 ) : Untuk pengolahan data pada Siput Di = Ni / A Laut Gonggong (strombus sp) dilakukan Keterangan : 2 penggabungan data jumlah dan jenis Siput Di = Jumlah Individu per satuan luas ( individu/m ) Ni = Jumlah individu dalam transek kuadrat ( individu ) Laut Gonggong (strombussp) yang ditemui A = Luas transek kuadrat (meter2) pada stasiun 1 sampai stasiun 4 dimana dilihat Kelimpahan, Frekuensi, Indeks Nilai b. Kelimpahan Relatif Penting serta pola sebaran. Hasil olahan Kerapatan Relatif (KR), yaitu Kelimpahan, Frekuensi, Indeks Nilai perbandingan antara jumlah individu jenis Penting seta pola sebaran pada Siput Laut dan jumlah total individu seluruh jenis. Gonggong (strombus sp) akan di analisis Kerapatan Relatif lamun dihitung dengan untuk mengetahui Struktur Komunitas Siput rumus Fachrul (2007): Laut Gonggong (strombus sp) di perairan Pulau Terkulai.

풏풊 푲푹 = x 100 % ∑풏 Id < 1, distribusi individu cenderung acak Dimana : Id = 0, distribusi individu bersifat merata/seragam KR = Kerapatan Relatif Id = n (> 1), distribusi individu cenderung berkelompok ni = Jumlah individu ke-i ∑푛 = Jumlah individu seluruh jenis 4. Pengolahan Data Parameter Perairan c. Frekuensi Jenis Pengolahan data parameter seperti: Frekuensi jenis (Fi) merupakan peluang suhu air, salinitas, pH air dan oksigen suatu jenis spesies ditemukan dalam titik terlarut (DO) dilakukan secara langsung contoh yang diamati, dirumuskan sebagai dilapangan (insitu). Data hasil pengukuran berikut Fachrul (2007 ) : parameter diolah dengan cara setiap ulangan Fi = Pi / ∑ Pi di rata-ratakan dan data dari setiap lokasi Keterangan: dijadikan kisaran nilai kualitas parameter Fi = Frekuensi Jenis ke-i Pi = Jumlah petak contoh dimana spesies-i ditemukan tersebut. ∑pi = Jumlah total petak contoh yang akan diamati. G. Analisis Data d. Frekuensi Relatif Jumlah jenis Siput Laut Gonggong Frekuensi relatif (RFi) adalah (stromubus sp) yang ditemui di perairan perbandingan antara frekuensi spesies-i Pulau Terkulai di analisis menggunakan dan jumlah frekuensi untuk seluruh spesies, rumus, sehingga dapat diketahui struktur dirumuskan sebagai berikut Fachrul (2007): komunitasnya dari kelimpahan, Frekuensi, 풇 풊 푅 풇 풊 = x 100 Indeks Nilai Penting serta pola sebaran. Data ∑퐟 풊 hasil olahan jumlah jenis Siput Laut Keterangan: Rfi = Frekuensi Relatif Gonggong (strombus sp) Kelimpahan, Fi = Frekuensi jenis ke-i Frekuensi, Indeks Nilai Penting akan di ∑fi = Jumlah total petak contoh yang akan diamati bandingkan perstasiun lalu pembahasan Data kualitas pengairan akan e. Indeks Nilai Penting mengacu kepada baku mutu air laut untuk Indeks Nilai Penting (INP), digunakan biota laut berdasarkan KEPMENLH No 51 untuk menghitung dan menduga keseluruhan Tahun 2004 untuk menentukan kualitas dari peranan jenis lamun di dalam satu perairan di lokasi penelitian kemudian data komunitas. Semakin tinggi nilai INP suatu yang diperoleh di tabulasi secara jenis terhadap jenis lainnya, semakin tinggi keseluruhan untuk menganalisis secara peranan jenis pada komunitas tersebut deskriftif. Data hasil butiran sedimen lokasi Fachrul (2007). Rumus yang digunakan penelitian akan dibandingan dengan skala untuk menghitung INP adalah: wenwort. Kemudian data disajikan dalam 푰푵푷 = 푭푹 + 푲푹 bentuk tabel dan grafik setelah melalui Dimana : proses pengolahan data sehingga diperoleh INP = Indeks Nilai Penting FR = Frekuensi Relatif jumlah jenis Siput Laut Gonggong KR = Kerapatan Relatif (stromubus sp), jenis yang dominan dan perbandingan keanekaragaman Siput Laut f. Pola Sebaran Gonggong serta dapat diketahui jenis yang Pola sebaran populasi Siput laut bisa hidup pada perairan Pulau Terkulai gonggong ditentukan dengan menghitung sehingga diperoleh gambaran bagaimana indeks dispersi morisita dengan persamaan kondisi Struktur Komunitas Siput Laut Soegianto (1994) : Gonggong (stromubus sp) di perairan Pulau 풔 풏(∑ 푿ퟐ − 푵) Terkulai tersebut. 퐼푑 = 풏=ퟏ ʲ ( ) 푵 푵 − ퟏ IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Keterangan : Id = Indeks Dispesi Morisita n = Jumlah plot pengambilan contoh A. Hasil Identifikasi Jenis Gonggong N = Jumlah individu dalam n plot di Perairan Pulau Terkulai X = Jumlah individu pada setiap plot Berdasarkan hasil pengamatan Nilai indeks morisita yang penelitian di perairan Pulau Terkulai pada diperoleh diin terpretasikan sebagai berikut: lokasi atau area sampling ditemukan 3 jenis

siput gonggong yang telah teridentifikasi 3. Jenis Canarium urceus yaitu jenis Laevistrombus canarium, Siput Gonggong Canarium urceus Labiostrombus epidromis, dan Canarium juga ditemukan pada saat pengamatan di urceus. perairan Pulau Terkulai. Pada jenis Canarium urceus memiliki 1. Jenis Laevistrombus canarium ciri-ciri warna hitam keabu-abuan yang Jenis Siput Gonggong yang terdapat sedikit gelap dan juga mempunyai bentuk di perairan Pulau Terkulai salah satunya yang lebih skecil dibandingkan dengan adalah Laevistrombus canarium. Jenis Siput ketiga jenis Siput Gonggong yang Gonggong ini yang memiliki nilai ekonomis ditemukan pada saat pengamatan di perairan yang tinggi di bandingkan dengan jenis lain, Pulau Terkulai yaitu Laevistrombus serta memiliki daging yang kenyal dan juga canarium, Labiostrombus epidromis, dan banyak diminati oleh masyarakat setempat. Canarium urceus. Jenis Siput Gonggong ini Adapun ciri-ciri dari jenis Siput biasanya disebut masyarakat dengan sebutan Gonggong Laevistombus canarium yaitu Gonggong jantan, Siput Gonggong ini juga memiliki warna kuning keemasan gelap dan banyak ditemukan di area dengan substrat bentuk cangkang yang tebal. Gastropoda yang halus hingga sedang. Hidup jenis Siput jenis Laevistombus canarium bersifat filter Gonggong ini juga berkoloni dan berada feeder/deposit feeder yang memanfaatkan pada area yang rendah sampai sedang serasah tumbuhan lamun, Siput Gonggong kerapatan lamunnya, sehingga jenis Siput ini memiliki saluran pencernaan lengkap, Gonggong ini mudah ditemukan. Rata-rata berbentuk U atau melingkar. Mulut dengan panjang cangkang berkisar antara 51,2 mm radula yang mempunyai deretan-deretan sampai 61.82 mm Zaidi (2009). gigi kitin kecil melintang untuk menggerus makanannya. Anus membuka ke rongga B. Struktur Komunitas Gonggong di mantel, kelenjar pencernaan besar dengan Perairan Pulau Terkulai kelenjar ludah Zaidi et al. (2009). 1. Komposisi Jenis Gonggong di Perairan Pulau Terkulai 2. Jenis Labiostrombus epidromis Komposisi jenis siput gonggong Jenis Labiostrombus epidromis dihitung dengan satuan persentase (%) merupakan salah satu dari jenis Siput adalah perbandingan nilai komposisi suatu Gonggong yang ditemukan di perairan Pulau jenis terhadap keseluruhan jenis yang Terkulai. dijumpai. Hasil analisis komposisi jenis Jenis Siput Gonggong Labiostrombus dapat dilihat pada Tabel dan gambar. epidromis memiliki ciri-ciri warna kuning keemasan yang lebih terang dibandingkan Tabel. Komposisi Jenis Gonggong dengan Laevistrombus canarium dan juga No. Spesies Jumlah Komposisi memiliki cangkang yang tidak begitu Laevistrombus tebal.Menurut Ruppert dan Barnes (1994) 1 canarium 72 21.56 dalam Siddik (2011), Siput Gonggong Labiostrombus memiliki cangkang yang tepinya menebal 2 epidromis 160 47.90 dan berwarna serta memiliki tutup memipih 3 Canarium urceus 102 30.54 panjang dengan siphon. Cangkang Siput JUMLAH 334 100 Gonggong terdiri atas 4 lapisan, lapisan terluar adalah Periostrakum yang Sumber: Data Primer (2016) merupakan lapisan tipis terdiri dari bahan protein seperti zat tanduk, disebut conchiolin atau conchin. Pada lapisan ini terdapat 9 endapan pigmen berwarna. Periostrakum berfungsi untuk melindungi lapisan dibawahnya yang terdiri dari kalsium karbonat terhadap erosi.

Tabel. Kelimpahan jenis dan relative Komposisi Jenis secara keseluruhan Canarium Laevistrombus Rata-rata Keseluruhan urceus canarium 30,54% No Jenis Nilai Kelimpahan 21,56% Kelimpahan Relatif (%) (ind/m2) Laevistrombus 1 0.31 21.56 canarium Laevistrombus 2 0.69 47.90 epidromis Canarium 3 0.44 30.54 urceus JUMLAH 1.43 100

Laevistrombus Sumber: Data Primer (2016) epidromis Nilai Kelimpahan (ind/m2) 47,90% Gambar. Komposisi Siput Gonggong di 0.80 Perairan Pulau Terkulai 0.70 Sumber: Data Primer (2016) 0.60 Berdasarkan gambar bahwa 0.50 komposisi siput gonggong jenis 0.40 Laevistrombus canarium memiliki nilai komposisi sebesar 21,56%, jenis 0.30 Labiostrombus epidromis memiliki nilai 0.20 komposisi sebesar 47,90%, dan jenis 0.10 Canarium urceus memiliki nilai komposisi 0.00 sebesar 30,54%. Dengan demikian, Laevistrombus Labiotrombus Canarium komposisi tertinggi terdapat pada jenis canarium epidromis urceus Labiostrombus epidromis sedangkan Gambar.Kelimpahan Keseluruhan Siput terendah pada jenis Laevistrombus Gonggong seluruh Stasiun canarium. Jenis Laevistrombus canarium (Data Primer, 2016) berlimpah karena area perairan Pulau

Terkulai ditumbuhi lamun yang dapat Dari tabel dan gambar menujukkan dimanfaatkan jenis Laevistrombus canarium bahwa dari 3 jenis siput gonggong yang sebagai makanan. Seperti yang dikemukakan dijumpai di perairan Pulau Terkulai jenis oleh Zaidi, et al (2009) bahwa ciri-ciri dari Laevistrombus canarium memiliki jenis Siput Gonggong Laevistombus kelimpahan 0.31 ind/m2 (21,56%), jenis Canarium yaitu memiliki warna kuning Labiostrombus epidromis memiliki keemasan gelap dan bentuk cangkang yang kelimpahan 0,69 ind/m2 (47.90%), tebal. Gastropoda jenis Laevistombus sedangkan jenis Canarium urceus memiliki Canarium bersifat filter feeder/deposit kelimpahan 0,44 ind/m2 (30.54%) dengan feeder yang memanfaatkan serasah total kelimpahan secara keseluruhan sebesar tumbuhan lamun. 1,43 ind/m2. Dengan demikian diketahui

bahwa jenis dengan kelimpahan tertinggi 2. Kelimpahan dan Kelimpahan adalah jenis Labiostrombus epidromis. Relatif Secara keseluruhan, kelimpahan 3 Kelimpahan menggambarkan nilai jenis gonggong yang dijumpai berbeda-beda individu per satuan luas pengamatan yang namun yang tertinggi terdapat pada dinyatakan dalam (ind/m2) sedangkan Labiostrombus epidromis. Diketahui pada kelimpaha relatif digambarkan dalam nilai jenis ini kondisinya melimpah pada area persentase (%). Untuk melihat nilai dengan dominan pasir berlumpur yang kelimpahan jenis dan kelimpahan relatif ditumbuhi dengan lamun, pada lokasi secara keseluruhan dari semua stasiun dapat penelitian jenis ini banyak dijumpai pada dilihat pada tabel dan gambar. lokasi yang ditumbuhi dengan lamun. Seperti diketahui bahwa lamun berperan

sebagai tempat hidup, mencari makan, pengasuhan, dan tempat untuk memijah Nilai Frekuensi biota-biota akuatik. Seperti yang dikemukakan oleh Izuan (2014) 0.60 bahwasannya jenis gonggong Labiostrombus 0.50 epidromis lebih banyak dijumpai pada area 0.40 lamun dan kerapatan lamun memiliki 0.30 hubungan positif terhadap kelimpahan 0.20 gonggong jenis Labiostrombus epidromis 0.10 ini. 0.00 Nilai kelimpahan jenis siput Laevistrombus Labiotrombus Canarium urceus canarium epidromis gonggong di perairan Pulau Terkulai tergolong dengan kelimpahan yang rendah Gambar. Frekuensi Keseluruhan Siput dengan kelimpahan 1,43 individu/m2. Gonggong seluruh Stasiun Melihat dari hasil penelitian di Teluk Klabat Data Primer (2016) yang dilakukan oleh Dody (2011) menunjukkan rata–rata kepadatan Siput Dari tabel dan gambar menujukkan Gonggong terkategorikan tinggi antara 4-5 bahwa dari 3 jenis siput gonggong yang individu/m2 dan kepadatan yang rendah pada dijumpai di perairan Pulau Terkulai kisaran 1-3 individu/m2. Namun jika frekuensinya berbeda-beda. Jenis dibandingkan dengan penelitian yang Laevistrombus canarium memiliki diakukan oleh Izuan (2014) di perairan frekuensi 0,22 (20,39%), jenis Pulau Dompak Kepadatan Siput Gonggong Labiostrombus epidromis memiliki berada dalam kisaran 0,05-0,5 individu/m2. frekuensi 0,54 ind/m2 (49,02%), sedangkan Kelimpahan gonggong yang tidak terlalu jenis Canarium urceus memiliki frekuensi tinggi dipengaruhi oleh adanya kegiatan 0,33 ind/m2 (30.59%). Dengan demikian eksploitasi terhadap gonggong dan terjadi diketahui bahwa jenis dengan kelimpahan perubahan kondisi lingkungannya. Di tertinggi adalah jenis Labiostrombus pearairan Pulau Terkulai diketahu bahwa epidromis. Dengan demikian jenis gonggong suhu perairan rata-rata melebihi kisaran Labiostrombus epidromis memiliki sebaran optimal yang dianjurkan untuk kehidupan yang luas pada area sampling dibandingkan gonggong sehingga akan mempengaruhi dengan jenis lainnya. pertumbuhannya. Nilai frekuensi peluang dijumpainya siput gonggong pada semua 3. Frekuensi dan Frekuensi Relatif plot pengamatan tergolong rendah hanya Frekuensi menggambarkan peluang berkisar antara 20,39-49,02% yang kehadiran dalam suatu ukuran sampling mencirikan hanya ada pada sebagian plot suatu spesies dalam suatu komunitas. Untuk dari total keseluruhan plot pengamatan yang melihat nilai frekuensi jenis dan frekuensi dijumpai siput gonggong. Hal ini selain relatif secara keseluruhan dari semua stasiun dipengaruhi oleh penyebaran makanan dan dapat dilihat pada tabel dan gambar. ciri-ciri pola sebaran gonggong yang Tabel. frekuensi jenis dan frekuensi relative dominan pada sebaran acak hingga seragam secra keseluruhan juga dipengaruhi oleh perbedaan kondisi Rata-rata Keseluruhan lingkungan perairan. Kondisi keasaman No Jenis Nilai Frekuensi perairan serta ketersediaan oksigen, Frekuensi Relatif (%) salinitas, suhu serta karakteristik substrat Laevistrombus 1 0.22 20.39 juga berpengaruh terhadap nilai peluang canarium Labiorombus kehadiran gonggong pada semua plot 2 0.54 49.02 epidromis pengamatan. Dengan nilai frekuensi jenis Canarium 3 0.33 30.59 Labiostrombus epidromis yang paling tinggi urceus dibandingkan dengan jenis lainnya JUMLAH 1.09 100 mencirikan bahwa jenis ini memiliki Sumber: Data Primer (2016) adaptasi yang baik terhadap perubahan kondisi lingkungan dibuktikan dengan

peluang dijumpainya jenis ini lebih besar terbanyak pada jenis gonggong dibandingan dengan jenis lainnya. Labiostrombus epidromis dengan nilai INP 96,62%. Dipengaruhi oleh eksploitasi yang 4. Indeks Nilai Penting dilakukan oleh masyarakat dan paling Indeks Nilai Penting menggambarkan bernilai ekonomis adalah jenis peluang kehadiran dalam suatu ukuran Laevistrombus canarium sedangkan jenis sampling suatu spesies dalam suatu Labiostrombus epidromis hanya menjadi komunitas. Untuk melihat nilai INP secara hasil tangkapan sampingan/tidak menjadi keseluruhan dari semua stasiun dapat dilihat target utama. Namun jenis Labiostrombus pada tabel dan gambar. epidromis dapat dikatakan sebagai jenis Tabel. Nilai INP secara Keseluruhan gonggong yang mampu tumbuh dan Nilai INP beradaptasi yang baik terhadap perubahan No Jenis keseluruhan kondisi lingkungan meliputi, suhu, salinitas, (%) keasaman perairan dan oksigen terlarut serta 1 Laevistrombus canarium 41.95 substrat. Dengan kondisi suhu yang kurang 2 Labiostrombus epidromis 96.92 baik jenis Labiostrombus epidromis tetap bertahan dengan nilai INP tertinggi 3 Canarium urceus 61.13 dibandingkan dengan yang lainnya. JUMLAH 200 Sumber: Data Primer (2016) 5. Pola Sebaran Pola Sebaran menggambarkan Nilai INP peluang kehadiran dalam suatu ukuran 150.00 sampling suatu spesies dalam suatu komunitas.Pola Sebaran Siput Gonggong 100.00 yang ditemukan di perairan Pulau Terkulai secara lengkap dapat dilihat pada Tabel. 50.00 Tabel. Pola Sebaran Siput Gonggong yang ditemukan di perairan Pulau Terkulai

0.00 Jenis/sebaran Laevistrombus Labiotrombus Canarium Laevistrombus Labiostrombus canarium epidromis urceus Stasiun canarium epidromis Canarium urceus

Nilai. Nilai. Nilai. Gambar. Nilai INP keseluruhan Siput Id Sebaran Id Sebaran Id Sebaran Gonggong seluruh Stasiun Data Primer (2016) I 1.24 mengelompok 1.09 Acak 0.84 Acak II 0.81 Acak 0.63 Acak 6.11 mengelompok Dari tabel dan gambar menujukkan III - - 0.59 Acak 1.06 mengelompok bahwa dari 3 jenis siput gonggong yang dijumpai di perairan Pulau Terkulai nilai IV 0.00 Seragam 0.31 Acak 0.81 Acak INP berbeda-beda. Jenis Laevistrombus Keseluruhan 0.00 Seragam 0.71 Acak 1.09 mengelompok canarium memiliki nilai INP 41,95%, jenis Sumber: Data Primer (2016) Labiostrombus epidromis memiliki nilai INP Pola sebaran Jenis Laevistrombus 96,62%, sedangkan jenis Canarium urceus canarium pada stasiun I pola sebarannya memiliki nilai INP 61,13%. Dengan mengelompok, stasiun II adalah Acak, demikian diketahui bahwa jenis dengan sedangkan pada stasiun IV dan secara kelimpahan tertinggi adalah jenis keseluruhan adalah seragam. Pola sebaran Labiostrombus epidromis. Dengan demikian Labiostrombus epidromis secara jenis gonggong Labiostrombus epidromis keseluruhan dari stasiun I, II, III, dan IV merupakan jenis yang paling berpengaruh sebarannya Acak. Jenis Canarium urceus terhap lingkungannya dan komunitas pada stasiun I, dan IV sebarannya acak gonggong di Pulau Terkulai, sehingga sedangkan stasiun II, III, dan keseluruhan apabila terjadi gangguan terhadap jenis ini sebarannya mengelompok. Secara maka akan memberikan indikasi terjadinya keseluruhan, pola sebaran jenis siput ganguan terhadap jenis lainnya. gonggong di perairan Pulau Terkulai adalah Dari ketiga jenis gonggoong yang acak, mencirikan terjadinya sebaran bahan dijumpai pada perairan Pulau Terkulai makanan yang merata sehingga jenis

gonggong yang hidupdi area tersebut Terkulai rata-rata yaitu 31 ppm. Kondisi kondisinya menyebar secara acak. salinitas dapat saja tinggi, sebagaimana yang Pola sebaran berkaitan erat dengan dikemukan oleh Putra (2014) yang hewan bentik untuk memilih daerah yang melakukan penelitian di Pulau Penyengat akan ditempatinya, khususnya substrat yang dengan kisaran salinitas 36,2 ppm – 36,9 ada. Tipe substrat tertentu akan menarik atau ppm. menolak jenis hewan bentik untuk mendiami Sedangkan menurut Dody (2007) serta faktor-faktor fisik kimia yang salinitas yang mendukung kehidupan Siput berpengaruh pada kehidupan hewan bentik. Gonggong yaitu pada kisaran 31,0 ppm – Terdapatnya hewan bentik dewasa berarti 33,3 ppm. Tingginya salinitas pada stasiun daerah tersebut cocok untuk habitat hidup. penelitian disebabkan karena pada saat Kemampuan hewan bentik memilih daerah pengamatan kondisi air saat pasang. Pada untuk menetap serta kemampuannya untuk kondisi ini, Siput Gonggong masih dapat menunda metamorfosis membuat bertahan hidup, hal ini dibuktikan dengan penyebarannya tidak acak Nybakken (1998) masih ditemukannya Siput Gonggong pada dalam Utami (2012). lokasi penelitian. Siput Gonggong memiliki Pola sebaran secara keseluruhan toleransi yang cukup besar terhadap dominan pada pola sebaran acak yang lingkungannya dan tidak menutup mencirikan bahwa jenis siput gonggong kemungkinan dapat hidup pada kisaran yang dijumpai kehidupannya tersebar salinitas yang lebih luas lagi Pratama (2013). sepanjang area perairan Pulau Terkulai. Penyebaran ini dipengaruhi adanya 3. Derajat Keasaman (pH) perbedaan nilai parameter lingkungan Air laut merupakan penyangga sehingga terdapat area-area yang dipilih (buffer) yang baik terhadap keadaan asam siput gonggong untuk hidup. dan basa yang disebabkan oleh datangnya air tawar dari sungai sehingga nilai pH di C. Kondisi Perairan Pulau Terkulai perairan pantai lebih stabil. Nilai pH pada 1. Suhu (0C) perairan Pulau Terkulai dengan nilai rata- Suhu merupakan salah satu faktor rata 7,63. Nilai pH pada perairan Pulau yang sangat penting dalam mengatur Terkulai memiliki kisaran yang sangat baik kehidupan dan penyebaran Siput Gonggong (netral) dibandingkan dengan hasil yang yang ada di perairan, serta merupakan dikemukakan oleh Putra (2014) di perairan indikator yang penting dalam menunjukkan pulau penyengat dengan kisaran pH 7,8-8,5. perubahan ekologi Utami (2012). Nilai pH yang kurang stabil disebkan Berdasarkan dari hasil penelitian yang adanya aktivitas jaring dan pancing yang dilakukan oleh Putra, (2014) bahwa Siput dilakukan oleh masyarakat, pakan buatan Gonggong hidup pada kisaran rata-rata suhu yang dijadikan umpan yang tidak dimakan 30,1 0C. Suhu perairan Pulau Terkulai oleh ikan diduga menumpuk di dasar dengan rata-rata 28,950C. Suhu air di perairan sehingga banyak mikroorganisme perairan Indonesia umumnya berkisar antara yang melakukan proses penguraian anaerob 28°C – 31 °C. Pada kondisi ini kisaran Suhu dan akhirnya pH di perairan menurun. perairan di daerah penelitian masih Aktifitas penduduk umumnya membawa tergolong normal dan cukup baik bagi limbah bahan organik. Bahan organik di kehidupan Siput Gonggong seperti yang dalam air akan diuraikan oleh dekomposer dijelaskan oleh Dody, (2007) bahwa, Siput dan penguraian umumnya menghasilkan Gonggong hidup pada kisaran suhu antara CO2 yang dapat memberi pengaruh pada pH 28,5 °C - 29,9 °C. perairan Ayu (2009) dalam Anwar (2014).

2. Salinitas (ppm) 4. Oksigen Terlarut (Mg/l) Salinitas merupakan jumlah dari Oksigen terlarut yang terdapat dalam seluruh garam dalam gram pada setiap air laut berasal dari difusi udara dan kilogram air laut dan mempunyai peranan fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan penting dalam kehidupan organisme, bentik. Kadar oksigen berfluktuasi khususnya bagi Siput Gonggong. Hasil tergantung pada proses pencampuran, pengukuran salinitas di perairan Pulau pergerakan massa air, aktivitas fotosintesis,

respirasi, dan limbah yang masuk ke dalam ditemukan pada sedimen yang didominasi badan perairan Utami (2012). Menurut oleh pasir hingga pasir berlumpur. Effendi, (2003) hampir semua organisme akuatik menyukai kondisi dimana kadar oksigen terlarut > 5,0 mg/l. Oksigen terlarut V. PENUTUP 4,5 mg/l – 6,5 mg/l adalah kondisi yang sesuai dengan kehidupan Siput Gonggong A. Kesimpulan Amini (1984) dalam Viruly (2011). Berdasarkan hasil penelitian di Dari hasil pengukuran oksigen perairan Pulau Terkulai ditemukan 3 jenis terlarut yang dilakukan di perairan Pulau siput gonggong yang telah teridentifikasi Terkulai didapatkan rata-rata nilai oksigen yaitu jenis Laevistrombus canarium, terlarut sebesar 7,86 mg/l. Dalam kondisi ini Labiostrombus epidromis, dan Canarium kandungan oksigen terlarut yang terdapat di urceus. Kelimpahan tertinggi pada jenis perairan Pulau Terkulai masih dalam kondisi Labiostrombus epidromis, sedangkan yang diinginkan akan tetapi kepadatan Siput terendah terdapat pada jenis Laevistrombus Gonggong masih tergolong rendah. canarium, Frekuensi paling tinggi dijumpai Sebanding dengan pernyataan Putra, (2014) pada jenis Labiostrombus epidromis. yang menyatakan bahwa Siput Gonggong Berdasarkan Indeks Nilai Penting tertinggi masih bisa hidup di kisaran oksigen terlarut pada jenis Labiostrombus epidromis dengan 7,4 mg/l – 9,0 mg/l. Diasumsikan bahwa nilai INP mencapai 96,92%.Sebaran spesies kepadatan Siput Gonggong lebih siput Gonggong terkategorikan Acak, dipengaruhi oleh factor-faktor lain seperti mengelompok, dan seragam, namun suhu, musim, dan kondisi perairan lainnya. dominan pada pola sebaran acak. Oksigen terlarut bukan hanya parameter utama yang mempengaruhi kehidupan Siput B. Saran Gonggong, organisme akuatik Hasil penelitian menunjukkan membutuhkan oksigen terlarut dalam jumlah bahwa nilai kelimpahan siput Gonggong yang cukup, namun kebutuhan oksigen tergolong rendah sehingga mengindikasikan sangat dipengaruhi oleh suhu dan antar bahwa telah terjadi penurunan populasi di organisme Effendi (2003). akibatkan oleh penangkapan yang dilakukan secara terus menerus. Dengan demikian 5. Sedimen untuk mendukung hasil riset ini, perlu Kondisi substrat pada lokasi lanjutan riset mengenai kondisi penelitian adalah pasir. Pada jenis sedimen populasi/stok siput gonggong di perairan berpasir, kandungan oksigen relatif besar Pulau Terkulai. dibandingkan pada sedimen yang halus karena pada sedimen berpasir terdapat pori DAFTAR PUSTAKA udara yang memungkinkan terjadinya pencampuran yang lebih intensif dengan air Anwar, Saipul, 2014. Kajian Kerapatan di atasnya, tetapi pada sedimen ini tidak Lamun Terhadap Kepadatan Siput banyak nutrien, sedangkan pada substrat Gonggong (Strombus Sp) di yang lebih halus walaupun oksigen sangat Perairan Desa Madong. Skripsi terbatas tapi tersedia nutrien dalam jumlah Universitas Maritim Raja Ali besar Wood (1987) dalam Utami (2012). Haji.Tanjung Pinang Penyebaran dan kepadatan siput Dody S. 2007. Habitat dan sebaran spasial berhubungan dengan diameter rata-rata Siput Gonggong (Strombus butiran sedimen, kandungan debu dan liat, turturella) di Teluk Klabat, Bangka serta cangkang-cangkang biota yang telah Belitung. Prosiding Seminar mati, yang secara umum dapat dikatakan Nasional Moluska.Institut Pertanian bahwa semakin besar ukuran butiran berarti Bogor(IPB): Bogor. semakin kompleks sedimen, sehingga Dody S. 2011. Pola Sebaran, Kondisi semakin beragam pula jenis biotanya. Habitat Dan Pemanfaatan Siput Menurut Dody (2007) dalam Siddik (2011) Gonggong (Strombus Turturella) spesies siput laut gonggong umumnya Di Kepulauan Bangka Belitung. mendiami substrat lunak dan dapat Pusat Penelitian Oseanografi- LIPI:Jakarta

Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Siddik J. 2011. Sebaran Spasial Dan Potensi Pengolahan Sumberdaya Hayati Reproduksi Populasi Siput laut Lingkungan Perairan. Kanysius. gonggong (Strombus Turturela) di Yogyakarta. Teluk Klabat Bangka – Belitung. Fachrul, M.F, 2007, Metode Sampling Tesis. Sekolah Pasaca Sarjana, Bioekologi. Jakarta Gadjah Institut Pertanian Bogor. Bogor MadaUniversityPress39 Utami DK. 2012. Studi Bioekologi Habitat http.//www.marinespecies.org Siput laut gonggong Izuan. M.2014. Kajian Kerapatan Lamun (Labiostrombus epidromis) di Desa Terhadap Kepadatan Siput Bakit, Teluk Klabat, Kabupaten Gonggong (Strombus epidromis) Bangka Barat, Provinsi Kepulauan di Pulau Dompak.Fakultas Ilmu Bangka Belitung. Tesis. Sekolah Kelautan dan Perikanan.Universitas Pasaca Sarjana, Institut Pertanian Maritim Raja Ali Bogor. Bogor. Haji:Tanjungpinang. Viruly. L.2011. Pemanfaatan Siput Laut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Gonggong (Strombus canarium) Hidup Nomor 51 Tahun 2004 Asal Pulau Bintan-Kepulauan Riau Tentang Baku Mutu Air Laut. Menjadi Seasoning Alami.Institut Putra. I.P.2014. Kajian Kerapatan Lamun Pertanian Bogor: Bogor. Terhadap Kepadatan Siput Zaidi, c.c. A. Arshad, M.A.Ghafar, Gonggong (Strombus canarium) Di J.S.Bujang. 2009. Species Perairan Pulau Penyengat Description and Distribution of Kepulauan Riau.Fakultas Ilmu Strombus (: Strombidae) Kelautan dan Perikanan. in Johor Straits and its Surrounding Universitas Maritim Raja Ali Haji: Areas, Malaysia. Journal of Sains Tanjungpinang. Malaysiana 38 (1): 39-46. National University of Malaysia, Bangi, Selangor: Malaysia.