STRATEGI PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR DESA TANJUNG PASIR KECAMATAN TELUKNAGA KABUPATEN TANGERANG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh :

Bima Yudha Saputra NIM. 6661110688

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG 2016

ABSTRAK

Bima Yudha Saputra. NIM. 6661110688. Strategi Pembangunan Wilayah Pesisir Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang. Program Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 2016. Pembimbing I : Rini Handayani, S.Si, M.Si., dan Pembimbing II : Deden M. Haris, S.Sos, M.Si.

Kata kunci : Strategi, Pembangunan, Wilayah Pesisir

Pada saat ini pembangunan wilayah pesisir memiliki tantangan sendiri, di wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir terdapat beberapa permasalahan yaitu tingkat kesejahteraan masyarakat yang rendah, minimnya kapasitas masyarakat dalam hal pengelolaan wilayah pesisir, adanya pencemaran lingkungan, terjadinya abrasi, sumber daya lahan yang minim. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan teori yang didasarkan pada manajemen strategi dengan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Treats) menurut Robbins dan Coulter (2013:214-217) dimana didalam teori ini dapat memberikan instrumen dalam melakukan analisis strategis, yang didasarkan pada kekuatan dan kelemahan serta dipadukan dengan peluang dan ancaman yang dapat terjadi pada perubahan lingkungan. Teknik Pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data menurut Miles dan Huberman. Penelitian ini menyimpulkan bahwa bentuk strategi pembangunan wilayah pesisir berdasarkan faktor-faktor yang menentukan yaitu faktor kekuatan terdiri dari modal sosial yang masih dipegang oleh masyarakat, jumlah Produksi perikanan Desa Tanjung Pasir cukup potensial, Faktor kelemahan terdiri dari rendahnya kualitas sumber daya manusia, pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan sumber daya alam yang masih minim, Faktor peluang yaitu meningkatkan akses masyarakat terhadap ekonomi, pemerintah dan masyarakat harus lebih bersinergi dalam membangun wilayah Desa Tanjung Pasir, faktor ancaman terdiri dari minimnya kualitas sumber daya manusia dapat berdampak pada tingkat kemiskinan dan pengangguran, keadaan Desa Tanjung Pasir telah mengalami perubahan kearah urban karena kedekatan dan interaksi dengan daerah perkotaan. Saran dalam penelitian ini adalah mengoptimalkan peran lembaga swadaya masyarakat, Pemerintah lebih meningkatkan partisipasi masyarkat secara intensif, Pemerintah memberikan penyadaran tentang sumber daya lahan yang sudah kritis, Pemerintah perlu meningkatkan pengembangan perikanan tangkap, menyediakan pilihan mata pencaharian alternative kepada masyarakat, membentuk kelompok masyarakat untuk mengelola mangrove. ABSTRACT

Bima Yudha Saputra. NIM. 6661110688. Coastal Development Strategy in Tanjung Pasir Village Sub-district Teluknaga District Tangerang. Public Administration, Faculty of Social and Political Sciences. University Sultan Ageng Tirtayasa. 2016. First Adviser Rini Handayani, S.Si, M.Si., and Second Adviser Deden M. Haris, S.Sos, M.Si.

Keywords: Strategy, Development, Coastal Areas Nowadays, coastal development has its own challenges, especially in coastal areas on Tanjung Pasir Village. There are some problems in Tanjung Pasir Village, they are a low level of social welfare, lack of community capacity in terms of coastal zone management, environmental pollution, abrasion and lack of land resources. The method used in this research by using descriptive method with qualitative approaches. This research uses the theory based on management strategies with SWOT analysis (Strength, Weakness, Opportunities, Treats) according to Robbins dan Coulter (2013:214-217). This theory provides instrument in conducting strategic analysis which is based on the strengths and weaknesses and combined with threats and opportunities that can change the environment. Data collecting technique which used by the researcher are interview, observation and study documentation. Data analysis technique used Miles dan Huberman analysis technique. This research concludes that shape of coastal development strategies based on several decisive factors, they are strengths, weaknesses, opportunities and threat factors. Strength factors is composed of social capital is still held by the public and Production quantities fish in of Tanjung Pasir village so potential. Weaknesses factors is composed of low quality of human resources, knowledge and skills in the management of natural resources is still minimal. Opportunity factors are improving public access to economic and government and society should be more synergy for building in Tanjung Pasir Village area. Threat factors are low quality of human resources which impact on the level of poverty and unemployment and change of Tanjung Pasir Village environment towards urban because proximity and interaction with urban area. Suggestion in this research are optimizing the role of non-governmental organizations, increasing public participation in the incentive and providing awareness of land resources are already critical by government, Governments need to promote the development of fisheries, providing alternative livelihood options to the public, and forming community groups to manage the mangrove. KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-

Nya bagi kita semua. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta tak lupa selalu bersyukur dan ikhlas untuk menjadi umatnya. Berkat Rahmat, Karunia, dan

Ridho-Nya pula peneliti bisa dapat menyelsaikan penelitian ini.

Penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat memperoleh gelar

Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik, Program Studi Ilmu

Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa yang berjudul “Strategi Pembangunan Wilayah Pesisir Desa

Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang”

Hasil penelitian ini tentunya tidak lepas dari bantuan kedua Orang Tua,

Ayahanda Herman Yasin dan Ibunda Susliana yang selalu memberikan do’a, nasihat, semangat, kasih sayang serta kepada pihak-pihak yang telah terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan bantuan, pengajaran, dorongan dalam menyelsaikan penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada semua pihak yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa;

i

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S,Sos., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universita Sultan Ageng Tirtayasa;

4. Bapak Iman Mukhroman, S.Ikom., M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan III Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

6. Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

7. Bapak Riswanda, Ph.D., Wakil Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara

8. Ibu Riny Handayani, S.Si, M.Si selaku Pembimbing Skripsi I yang

senantiasa dengan sabar dan baik membimbing peneliti dalam penyusunan

skripsi ini.

9. Bapak Deden M. Haris, S.Sos, M.Si selaku Pembimbing Skripsi II yang

senantiasa dengan sabar dan baik membimbing peneliti dalam penyusunan

skripsi ini.

10. Ibu Listyaningsih, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

selalu memberikan arahan dan motivasi selama masa perkuliahan.

11. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang

membekali penulis dengan ilmu yang bermanfaat selama perkuliahan.

ii

12. Seluruh Pegawai Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang

yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membantu peneliti dalam

melakukan observasi dan pencarian data.

13. Seluruh Perangkat Desa dan Masyarakat Desa Tanjung Pasir yang telah

bersedia memberikan informasi dalam melakukan observasi dan pencarian

data.

14. Kakak tercinta Adi Hersuni S.T dan Tika Novalian S. Pt yang memberikan

motivasi dan nasehat baik secara material maupun non material, serta doa

kepada peneliti.

15. Metta Miftahul Jannah. Terima kasih atas bantuan dan dukungan serta doa

yang telah diberikan selama ini.

16. Sahabat ku Yayang J.S, Mohammad Ridwan, Dhamar Untara, Arya

Dananjaya, Hafidz Khairi, Abdillah Luthfi A, Krisna Kristianing E., Gema

Nugraha Terima Kasih atas Doa dan motivasi dan semua waktu yang telah

diberikan untuk kebersamaannya.

17. Sahabat-sahabat kelas C ANE angkatan 2011 terima kasih atas

kebersamaannya di kelas C. Semoga kita semua sukses di masa depan dan

akan selalu menjalin silaturahmi.

18. Seluruh angkatan ANE 2011 yang tidak bisa disebutkan satu persatu

dengan tidak mengurangi rasa hormat.

19. Serta semua pihak yang telah membantu mendukung penelitian ini yang

tidak dapat peneliti ucapkan satu persatu, peneliti ucapkan terima kasih.

iii

Selain itu, peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan yang dipaparkan dalam penelitian ini. Oleh karena itu peneliti dengan segala kerendahan hati bersedia menerima segala masukan baik itu saran maupun kritik yang dapat membangun dalam membuat karya lebih baik lagi dan lebih bermanfaat lagi untuk kedepannya.

Serang, Juni 2016

Bima Yudha Saputra

iv

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PERSEMBAHAN

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR ...... i

DAFTAR ISI ...... v

DAFTAR TABEL ...... viii

DAFTAR GAMBAR ...... x

DAFTAR LAMPIRAN ...... xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah...... 1

1.2. Identifikasi Masalah ...... 12

1.3. Batasan Masalah ...... 12

1.4. Rumusan Masalah ...... 13

1.5. Tujuan Penelitian ...... 13

1.6. Manfaat Penelitian ...... 13 v

BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1. Deskripsi Teori 2.1.1. Konsep Manajemen Strategi ...... 15 2.1.2. Pengertian Manajemen ...... 16 2.1.3. Pengertian Strategi ...... 16 2.1.4. Pengertian Manajemen Strategi ...... 18 2.1.5. Proses Manajemen Strategi ...... 19 2.1.6. Analisis SWOT ...... 22 2.1.7. Matrik SWOT ...... 26 2.1.8. Pembangunan ...... 29 2.1.9. Pembangunan Sosial ...... 30 2.1.10. Perencanaan Pembangunan Wilayah ...... 33 2.1.11. Pengertian dan Ruang Lingkup Wilayah Pesisir...... 34 2.1.12. Karakteristik Ekosistem Wilayah Pesisir ...... 37 2.1.13. Karakteristik Masyarakat Pesisir ...... 39 2.1.14. Sumberdaya Wilayah Pesisir ...... 41 2.1.15. Kebijakan Wilayah Pesisir ...... 44 2.1.16. Penerapan Konsep Pembangunan Berkelanjutan dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu ...... 46 2.1.17. Prinsip Dasar (Asas) Pengelolaan Pesisir Terpadu ...... 49 2.2. Penelitian Terdahulu ...... 51 2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian ...... 59 2.4. Asumsi Dasar ...... 60

vi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian ...... 62 3.2. Ruang Lingkup/Fokus Penelitian ...... 63 3.3. Lokasi Penelitian ...... 64 3.4. Variable Penelitian ...... 64 3.4.1. Definisi Konsep ...... 64 3.4.2. Definisi Operasional ...... 65 3.5. Instrumen Penelitian ...... 68 3.6. Informan Penelitian ...... 73 3.7. Analisis Data ...... 74 3.8. Jadual Penelitian ...... 77

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian...... 78 4.2. Deskripsi Data ...... 86 4.2.1. Deskripsi Data Penelitian ...... 86 4.2.2. Informan Penelitian ...... 91 4.3. Deskripsi Hasil Penelitian ...... 93 4.3.1. Strategi Pembangunan Wilayah Pesisir di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang ...... 92

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ...... 135 5.2. Saran ...... 137

DAFTAR PUSTAKA ...... 140

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Pokok Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang 8

Tabel 1.2 Laju Perubahan Abrasi Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang ...... 10

Tabel 2.1 Matrik SWOT ...... 27

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara ...... 71

Tabel 3.2 Informan Penelitian ...... 74

Tabel 3.3 Waktu Pelaksanaan Penelitian ...... 77

Tabel 4.1 Batas Wilayah Desa Tanjung Pasir ...... 79

Tabel 4.2 Penggunaan Lahan Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang ...... 80

Tabel 4.3 Jarak Tempuh Desa Tanjung Pasir dari Pusat Pemerintahan Desa Dengan Pemerintahan di Atasnya ...... 81

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang ...... 82

Tabel 4.5 Sarana Peribadatan Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang ...... 83

Tabel 4.6 Sarana Pendidikan Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang ...... 84

Tabel 4.7 Sarana Perekonomian Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang ...... 85 viii

Tabel 4.8 Sarana dan Prasarana Perikanan Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang ...... 86

Tabel 4.9 Informan Penelitian ...... 91

Tabel 4.11 Tingkat Pendidikan Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang ...... 94

Tabel 4.12 Sarana Kesehatan Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang ...... 95

Tabel 4.13 Ragam Rumah Tangga Desa Berdasarkan Perekonomian Basis Perdesaan Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang ...... 96

Tabel 4.14 Laju Perubahan Abrasi Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang ...... 112

Tabel 4.15Matriks SWOT ...... 123

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Proses Manajemen Strategi ...... 19

Gambar 2.2 Diagram Analisis SWOT ...... 25

Gambar 2.3 Interaksi Antara Tiga Ekosistem Utama di Pesisir...... 43

Gambar 2.4 Kerangka Berpikir Penelitian ...... 59

Gambar 3.1 Analisis Data Menurut Miles dan Huberman ...... 75

Gambar 4.1 Diagram analisis SWOT Desa Tanjung Pasir Kecamatan

Teluknaga Kabupaten Tangerang ...... 129

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Mencari Data Penelitian dari FISIP

Lampiran 2 Dokumentasi Penelitian

Lampiran 3 Pedoman Wawancara

Lampiran 4 Matriks Hasil Wawancara Sebelum Reduksi Data

Lampiran 5 Matriks Hasil Wawancara Setelah Reduksi Data

Lampiran 6 Daftar Informan Penelitian

Lampiran 7 Catatan Lapangan

Lampiran 8 Rencana Pengembangan Desa Pesisir (Desa Tanjung Pasir)

Lampiran 9 Peta Desa-Desa Pesisir Kabupaten Tangerang

Lampiran 10 Lembar Bimbingan Skripsi

Lampiran 11 Riwayat Hidup Penelitian

xi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terbentang dari

Sabang sampai Merauke, yang tersusun dalam ribuan pulau besar dan kecil, yang terhubung oleh berbagai selat dan laut. Saat ini pulau-pulau di yang terdaftar berjumlah 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas laut sekitar 3,1 juta km² (0,3 juta km² perairan teritorial; dan 2,8 juta km² perairan nusantara) atau 62% dari luas teritorialnya. Wilayah pesisir dan lautan

Indonesia terkenal dengan kekayaan dan keanekaragaman sumber daya alamnya, baik sumberdaya yang dapat pulih (seperti perikanan, hutan mangrove dan terumbu karang) maupun sumber daya tidak dapat pulih (seperti minyak bumi, dan gas serta mineral atau bahan tambang lainnya). (Dahuri dkk, 2008 )

Pembangunan dibidang pesisir dan kelautan menjadi sangat penting, karena sumberdaya alam di daratan yang mulai menipis dan melimpahnya kekayaan sumberdaya kelautan dan pesisir yang dimiliki Indonesia. Ini menjadi salah satu pertimbangan peralihan dari negara terestrial (daratan) ke negara maritim. Sehingga sudah saatnya diperlukan perubahan yang mengacu pada pembangunan yang tidak semata-mata mengejar pertumbuhan ekonomi semata, namun para pemangku kepentingan dapat secara adil dan tetap menjaga

1

2

terpeliharanya daya dukung dan kualitas lingkungan secara seimbang menuju pembangunan yang berkelanjutan untuk generasi di masa yang akan datang.

Berlakunya otonomi daerah melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004, maka provinsi mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber daya pesisir dalam batas 12 mil laut dari garis pangkal kearah perairan Indonesia. Kewenangan daerah dalam pengelolaan wilayah pesisir juga diatur dan dicantumkan dalam pasalnya. Pasal 18 Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 memberikan kewenangan untuk melakukan eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan mengatur sumber daya alam seperti melakukan penyusunan rencana tata ruang, mengatur dan menyediakan bantuan kepada pemerintah pusat dalam pelaksanaan undang-undang dan kedaulatan nasional. Tidak hanya daerah provinsi yang diberikan kewenangan untuk mengelola, secara eksplisit daerah kabupaten/kota juga mendapat bagian ⅓

(sepertiga) dari kewenangan provinsi tersebut. (Undang-Undang 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah)

Sumber daya yang terkandung di wilayah pesisir dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu sumberdaya manusia (human resource) dan sumberdaya fisik (physical resources). Sumberdaya manusia mencakup manusia itu sendiri yaitu jumlahnya, kualitasnya, pengetahuannya, dan keterampilannya, budayanya, fasilitas, dan lembaga masyarakat yang terdapat didalamnya. Sumberdaya fisik mencakup sumberdaya alam dan buatan, seperti waduk dan danau buatan. Secara detail sumber daya alam dikelompokan menjadi sumber daya alam hayati (living natural resources), mencakup semua tumbuhan dan hewan dan non hayati (non 3

living natural resources) mencakup tanah, air mineral, sumberdaya strategis

(esensial untuk pertahanan, minyak dan energi matahari). Pembagian lain disebutkan sumberdaya alam juga terbagi dalam sumberdaya terbarukan

(renewable resources), seperti perikanan dan hutan mangrove, dan sumberdaya tidak terbarukan (nonrenewable resources), seperti batubara, minyak dan gas bumi dan bahan tambang. Secara keseluruhan sumberdaya alam hayati dan non hayati membentuk sebuah sistem yang mempunyai hubungan timbal balik

(reversible) disebut sebagai “ekosistem”.

Potensi yang dimiliki oleh wilayah pesisir Indonesia, memberikan manfaat tersendiri dengan berbagai macam keanekaragaman hayati maupun non-hayatinya yang menjadikan Indonesia dikenal oleh dunia sebagai negara mega biodiversity dalam hal keanekaragam hayati karena memiliki ekosistem pesisir seperti hutan mangrove, terumbu karang (coral reefs), padang lamun (sea grass beds), yang sangat luas dan beragam. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia juga kaya akan bahan tambang dan mineral; seperti minyak dan gas, timah, bijih besi, bauksit, dan pasir kwarsa. Oleh karena itu wilayah pesisir di Indonesia merupakan suatu karakteristik unik yang di dalamnya terdapat jutaan potensi sumber daya alam yang bisa termanfaatkan untuk kepentingan bangsa dan anak cucu bangsa yang akan datang bila pengelolaannya dilakukan secara bijaksana.

Ketika kebijakan pembangunan dipusatkan dan diorentasikan ke darat, tidak terasa daratan tersesaki dengan berbagai kegiatan pembangunan sehingga wilayah tersebut menjadi sempit. Sedangkan masyarakat pesisir kurang diperhatikan dalam hal pembangunan dan pengembangan wilayahnya. Padahal 4

banyak rakyat indonesia yang sangat bergantung hidupnya pada wilayah pesisir.

Hampir setiap wilayah pesisir mendukung setiap kegiatan baik itu sektor ekonomi dan sosial dalam pembanguanan. Hal inilah yang menyebabkan wilayah pesisir perlu mendapatkan perhatian khusus bagi semua pihak (stakeholders) untuk membangun dan menjaga kulaitas daya dukung wilayah pesisir tersebut. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar wilayah pesisir dapat berkembang dengan segala potensi-potensi yang dimiliki agar kedepannya manfaat yang dapat diperoleh dapat lebih optimal dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan wilayah pesisir.

Pada saat ini pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir memiliki tantangan tersendiri. Di beberapa kawasan pesisir dan lautan yang padat penduduk dan tinggi terdapat berbagai kegiatan yang dilakukan seperti pertambangan, industri, permukiman, pelabuhan, perikanan, pariwisata dan perhubungan. Perbedaan kegiatan tersebut sangat berpengaruh secara signifikan terhadap aktivitas masyarakat dengan sumberdaya ekologis wilayah pesisir dan laut yang meningkat drastis. Jika sifat kerentanan wilayah tidak diperhatikan maka dapat menimbulkan konflik antara kepentingan memanfaatkan sumberdaya pesisir untuk pemenuhan kebutuhan hidup dan pembangunan ekonomi jangka pendek terhadap kebutuhan generasi dimasa yang akan datang untuk menikmati sumberdaya pesisir.

Adanya perbedaan kepentingan yang cenderung menjurus pada konflik kepentingan antar sektoral dan stakeholders lainya. Fenomena ini sangat mengkhawatirkan jika dibiarkan terus menerus akibat pemanfaatan yang tidak berkelanjutan dan akan berdampak pada degradasi ekosistem pesisir, pencemaran 5

lingkungan, dan menurunnya keanekaragaman hayati di wilayah pesisir.

Pembangunan wilayah pesisir harusnya disertai dengan pengelolaan sumber daya yang bersifat terpadu dan berwawasan lingkungan dengan memperhatikan letak geografis, aspek kehidupan sosial, ekonomi, sosial dan budaya, pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, dan berbagai potensi yang ada di wilayah tersebut dengan tetap melestarikan ekosistem esensial bagi keberlanjutan kehidupan manusia dan makhluk alam.

Wilayah pesisir di Indonesia memiliki kekhasan masing-masing di setiap daerahnya. Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kawasan pesisir adalah

Kabupaten Tangerang bagian Utara yang berbatasan dengan Laut Jawa. Wilayah pesisir Kabupaten Tangerang merupakan pertemuan antara dua ekosistem yang berbeda, yakni ekosistem Laut Jawa dan ekosistem daratan Kabupaten Tangerang.

Dua perbedaan ekosistem ini menunjukkan adanya perbedaan flora dan fauna.

Dimana Laut Jawa merupakan ekosistem laut yang dalam dengan berbagai macam flora dan fauna lautnya, sedangkan daratan terdiri atas flora dan fauna daratan yang memiliki dampak kegiatan manusia kepada wilayah ini. Wilayah Pesisir

Kabupaten Tangerang merupakan terdiri atas delapan kecamatan yang memiliki wilayah pesisir, yaitu Kecamatan , Kecamatan Kemiri, Kecamatan Mauk,

Kecamatan , Kecamatan , Kecamatan Teluk Naga, Kecamatan

Kosambi, dimana total panjang pantai wilayah ini adalah 51 Km. (Rencana

Strategis Wilayah Pesisir Dan Pulau Kecil (RSWP-3K) Kabupaten Tangerang

2013-2032) 6

Kecamatan Teluk Naga secara Geografis terletak di wilayah timur bagian utara pusat Pemerintahan Kabupaten Tangerang atau di sebelah utara Pulau Jawa.

Berdasarkan luas wilayah Kecamatan Naga tercatat sebesar 53,303 Km yang meliputi 13 Desa yaitu : Desa Babakan Asem, Desa Bojong Renged, Desa

Kampung Besar, Desa Kampung Melayu Barat, Desa Kampung Melayu Timur,

Desa Kebon Cau, Desa Lemo, Desa Muara, Desa Pangkalan, Desa Tanjung

Burung, Desa Tanjung Pasir, Desa Tegal Angus, Desa Teluknaga. Secara umum kondisi topografi wilayah Kecamatan Teluk Naga merupakan dataran rendah dan pesisir pantai dengan ketinggian antara 0-7 m dpl yang terletak merata di seluruh

Kecamatan Teluk Naga. Ada 4 Desa yang termasuk kedalam desa pesisir yaitu

Desa Tanjung Burung, Desa Tanjung Pasir, Desa Lemo dan Desa Muara.

Kecamatan Teluk Naga memiliki letak strategis berbatasan langsung dengan Kota Tangerang dan memiliki aksesbilitas yang baik menuju Ibukota DKI

Jakarta. Kecamatan Teluk Naga memiliki berbagai potensi wilayah pesisir yaang dapat dikembangkan salah satu wilayah yang menjadi perhatian khusus adalah

Desa Tanjung Pasir.

Desa Tanjung Pasir sebagai wilayah pesisir memiliki manfaat penting bagi kehidupan masyarakatnya, baik secara ekologis, ekonomis dan sosial. Dilihat dari sisi ekologis wilayah pesisir memberikan jaminan kepada hewan-hewan laut karena didalamnya terdapat hubungan timbal balik antara ekosistem di lautan dan daratan, seperti hutan bakau sebagai tempat hidupnya hewan-hewan laut seperti udang, ikan, kepiting dan sebagainya. Selain itu wilayah pesisir dijadikan sebagai pelindung pantai pengatur luapan banjir, sebagi tempat tempat tempat untuk 7

mengendapnya sedimen atau bahan pencemar dan tempat berlindung serta berkembangnya jenis-jenis biota-biota hewan dan tumbuhan laut. Sisi ekonomi

Desa Tanjung Pasir sebagai penunjang mata pencaharian penduduk bagi nelayan dan petani tambak, tempat perdagangan dengan adanya Pelabuhan Pendaratan

Ikan (PPI) sebagai tempat melakukan usaha perikanan dan tempat pelelangan ikan.

Sisi sosial Desa Tanjung Pasir merupakan sebagai tempat terjadinya interaksi dan komunikasi bagi masyarakat asli Desa Tanjung Pasir dan masyarakat dari luar Desa Tanjung Pasir. Adanya wisata bahari Pantai Tanjung

Pasir dan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) memegang peranan penting terjadinya pertukaran informasi bagi kehidupan sosial masyarakat. Dengan adanya potensi- potensi sumberdaya tersebut seharusnya mendapat perhatian khusus bagi semua pihak terutama Pemerintah Daerah sebagai penyelenggara negara untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir agar pemanfaatan potensi tersebut memeberikan nilai tambah bagi daerah dan khususnya bagi masyarakat Desa Tanjung Pasir dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan pembangunan yang berkelanjutan di masa yang akan datang. Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti, terdapat beberapa permasalahan terkait dengan pemanfaatan wilayah pesisir yaitu sebagai berikut:

Pertama, potensi sumberdaya alam yang dimiliki Desa Tanjung Pasir, terdiri dari panjang garis pantai 5 km. Lahan potensi perikanan berdasarkan pemanfaatannya sebagian besar merupakan lahan pertambakan seluas 320 Ha 8

dimanfaatkan untuk budidaya ikan bandeng, ikan nila, ikan lele dan udang.

Dengan adanya potensi tersebut seharusnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Namun hal ini tidak sebanding pada potensi yang dimiliki oleh Desa Pesisir Tanjung Pasir. Dengan adanya potensi yang cukup menjanjikan seharusnya diiringi dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia di Desa Tanjung Pasir terlihat pada keterampilan yang dimiliki. Keterampilan mereka biasanya hanya menjadi buruh tani dan nelayan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Pokok Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang

No Mata Pencaharian Jumlah

1 Buruh/Swasta 163 2 PNS 17 3 Petani/Kebun 363 4 Nelayan 1.759 5 TNI/Polri 5 6 Pengusaha/Wiraswasta 168 7 Tukang Batu 6 8 Tukang Kayu 4 Jumlah 2.485 (Sumber : Data Monografi Desa Tanjung Pasir 2011)

Sebagian besar nelayan di Desa Tanjung Pasir adalah nelayan kecil atau nelayan buruh. Yang menjadi ciri dari nelayan buruh adalah ketiadaannya dalam 9

pemilikan alat tangkap, kapal dan modal melaut. Latar belakang pendidikan yang dimiliki kebanyakan nelayan masih rendah menyebabkan keterbatasan dalam keterampilan dan pengetahuan dalam menangkap ikan, sehingga pola fikirnya kurang maju dalam mengembangkan usahanya.

Kedua, minimnya kapasitas masyarakat Desa Tanjung Pasir dalam pengelolaan sumberdaya alam, ekonomi dan sosial budaya masih sangat rendah dilihat dari pengetahuan dan ketrampilan dalam menjalankan kegiatannya. Di

Desa Tanjung Pasir sendiri, hampir tidak ada desa yang mendapatkan program penyuluhan, pelatihan dan pendampingan secara kontinyu baik terhadap kualitas hidup ataupun yang terkait pekerjaan. Jika melihat organisasi pemerintahan, lembaga penyuluhan sebenarnya sudah ada seperti Balai Penyuluhan Pertanian, penyuluh kesehatan dan penyuluh agama. Disisi lain tingkat pendidikan masyarakat juga belum cukup, sebagian besar hanya sampai SD. (Sumber: Dinas

Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang 2013)

Ketiga, seiring dengan meningkatnya kegiatan di wilayah pesisir Desa

Tanjung Pasir seperti permukiman, pelabuhan, pertambakan, dan industri menyebabkan terjadinya pencemaran perairan pesisir Desa Tanjung Pasir.

Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan di sekitar lingkungan permukiman mereka, banyaknya sampah baik dari hasil pengolahan perikanan, sampah rumah tangga, dan sampah dari pengunjung wisata tanjung pasir yang dibuang sembarang tempat. Sampah padat yang dihasilkan merupakan sumber pencemaran perairan yang sangat sulit di kontrol. Masyarakat Desa Tanjung Pasir masih menganut pola langsung buang dan kumpul buang dalam mengelola 10

sampahnya. Sebagian warga terbiasa untuk membakar sampahnya bahkan banyak juga yang membiarkan tanpa pengolahan. (Sumber: Bapak Supriyadi Selaku

Camat Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang)

Keempat, seiring dengan meningkatnya kegiatan pembangunan dan perkembangan wilayah pesisir, terlihat adanya abrasi pantai yang terjadi di wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir. Terjadinya abrasi ini selain proses alami seperti angin, arus dan gelombang, aktivitas manusia dapat pula menjadi penyebab abrasi pantai seperti maraknya pembukaan areal tambak yang diusahakan secara tradisional oleh para penduduk maupun tambak modern yang dikelola oleh para investor/pemodal besar, pembukaan hutan pesisir untuk kepentingan permukiman, industri dan pembangunan infrastruktur, sehingga dapat mempengaruhi fungsi perlindungan terhadap pantai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.2 Laju Perubahan Abrasi Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang

Luas Perubahan Abrasi Desa Tanjung Pasir Tahun (Ha)

1995-2002 15.36

1995-2009 9.19

1995-2015 14.95

2002-2009 11.26

2009-2015 9.98

(Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang 2015)

11

Dari tabel di atas terlihat laju perubahan abrasi di Tanjung Pasir mencapai

1,74 Ha. Laju abrasi dan pengurangan wilayah pesisir yang terjadi pada wilayah tersebut cukup ekstrim dan menjadi ancaman wilayah daratan. Hilangnya hutan mangrove yang bertanggungjawab untuk melindungi wilayah pesisir terhadap terpaan gelombang dan pengikisan arus menjadi penyebab utama abrasi yang terjadi di sepanjang pesisir Desa Tanjung Pasir. Semakin berkurangnya luasan mangrove yang tersisa di sepanjang wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir menyebabkan kawasan mangrove tidak dapat lagi berfungsi secara optimal sebagai peredam gelombang dan arus. (Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan

Kabupaten Tangerang 2015)

Kelima, Lahan merupakan media ruang yang tersedia untuk melakukan aktivitas usaha. Ruang gerak pembangunan dapat berjalan mulus bilamana ruang untuk pembangunan dapat tersedia dengan baik. Akan tetapi, persoalan muncul ketika lebih dari 70 persen lahan yang ada di suatu wilayah pesisir Desa Tanjung

Pasir sudah bukan milik penduduk atau masyarakat setempat. Kebanyakan penduduk yang melakukan aktivitas usaha seperti pertambakan di wilayah pesisir

Desa Tanjung Pasir selama ini memanfaatkan ruang atau lahan yang dimiliki oleh pihak swasta, baik dengan sistem sewa dan atau bagi hasil. (Sumber: Bapak

Gunawan Selaku Kepala Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga)

Berdasarkan deskripsi di atas terlihat masih banyaknya permasalahan di kawasan pesisir sebagai salah satu isu penting yang dihadapi Desa Tanjung Pasir dalam membangun dan mengembangkan segala potensi sumber daya yang dimiliki. Berdasarkan latar belakang ini, maka penulis tertarik untuk menganalisis 12

dalam bentuk penelitian dengan judul “Strategi Pembangunan Wilayah Pesisir di

Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti mencoba mengidentifikasi permasalahan -permasalah sebagai berikut :

1. Tingkat kesejahteraan masyarakat yang masih rendah akibat rendahnya

kualitas Sumber Daya Manusia dari segi keterampilan yang dimiliki.

2. Masih minimnya kapasitas masyarakat Desa Tanjung Pasir dalam

pengelolaan sumberdaya alam, ekonomi dan sosial budaya

3. Adanya pencemaran lingkungan akibat kurangnya kesadaran masyarakat

untuk menjaga kebersihan di sekitar lingkungan permukiman mereka dari

berbagai aktifitas kegiatan pelabuhan, permukiman, pertambakan di Desa

Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang

4. Terjadinya abrasi akibat proses alami dan aktivitas manusia di Desa

Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang

5. Kepemilikan sumberdaya lahan di Desa Tanjung Pasir sudah bukan milik

penduduk atau masyarakat setempat.

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah strategi dalam membangun wilayah pesisir dan alternatif apa saja yang dapat dilakukan dalam strategi pembangunan di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten

Tangerang. 13

1.4. Rumusan Masalah

Rumusan masalah terkait penelitian ini maka peneliti memberikan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi lingkungan internal dan eksternal berupa faktor-faktor

yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman bagi

wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten

Tangerang ?

2. Bagaimana merumuskan strategi pembangunan wilayah pesisir Desa

Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang ?

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk strategi pembangunan wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga

Kabupaten Tangerang.

1.6. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis :

1. Manfaat Teoritis

Memberikan penilaian dan perbandingan yang baik dari perkembangan teori sektor keilmuan yang diperoleh di bangku kuliah dengan perkembangan di sektor praktek yang terjadi di lapangan, serta mendapatkan gambaran baru selama 14

penelitian dapat dijadikan pemahaman untuk penelitian selanjutnya. Selain itu untuk menambah khasanah keilmuan tentang teori-teori organisasi public dan non public sebagai usaha memperkaya teori keilmuan tentang keadministrasinegaraan bagi mahasiswa FISIP Ilmu Administrasi Negara.

2. Manfaat Praktis

Dapat memberikan masukan kepada instansi terkait dalam mengembangkan wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga

Kabupaten Tangerang. Sehingga dapat mengembangkan potensi-potensi sumber daya yang dimiliki dalam meningkatkan kesejahteraan dan nilai daya guna masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian ekosisitem dimasa yang akan datang.

BAB II

DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1. Deskripsi Teori

2.1.1. Konsep Manajemen Strategi

Sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya dihadapkan beberapa permasalahan yang akan dihadapi baik secara internal maupun eksternal. Masalah didefinisikan sebagai kesenjangan antara realita dengan harapan yang ingin dicapai. Masalah yang ada dapat diolah dengan baik agar dapat menghasilkan sebuah perubahan positif. Persaingan yang secara global membawa pengaruh yang besar terhadap jalannya suatu organisasi. Jika sebuah organisasi tidak dapat berkembang dan beradaptasi dengan lingkungannya yang terjadi akan sulit untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan organisasi. Organisasi dalam usaha mencapai tujuannya memerlukan alat yang berperan sebagai parameter sehingga tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Sejalan dengan hal tersebut, strategi diyakini sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi.

Manajemen strategi adalah sebuah ilmu yang berisi tentang penyusunan rencana strategi organisasi secara sistematis, dalam rangka mencapai tujuan- tujuan organisasi dengan cara memperhatikan perubahan yang terjadi, baik

15

16

lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Dengan adanya penyusunan strategi yang didasarkan pada kekuatan dan kelemahan serta dipadukan dengan peluang dan ancaman yang dapat terjadi pada perubahan lingkungan, diharpkan mampu mengatasi masalah atau tantangan kedepan untuk mencapai tujuan dan berkembangnya suatu organisasi.

2.1.2. Pengertian Manjemen

Manajemen menurut Hasibuan (2011:1) manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Sedangkan menurut Robbins dan Coulter (2013:7) adalah manajemen melibatkan aktivitas- aktivitas koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain demi memastikan terselsaikannya pekerjaan itu secara efisien dan efektif. Efesiensi berarti melakukan pekerjaan secara tepat sasaran dan efektivitas berarti melakukan pekerjaan dengan benar.

Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan proses yang melibatkan aktivitas kordinasi dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

2.1.3. Pengertian Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani strategeia, yang berarti kepemimpian dalam ketentaraan. Menurut Pearce dan Robinson (2011:6) dalam bukunya 17

“Manajemen Strategis – Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian” adalah rencana berskala besar, dengan orientasi masa depan, guna berinteraksi dengan kondisi persaingan untuk mencapai tujuan perusahaan/organisasi.

Menurut Robbins dan Coulter (2013:213) dalam bukunya “Manajemen”.

Strategi dapat didefinisikan sebagai rencana mengenai bagaimana sebuah organisasi akan melakukan sesuatu yang harus dikerjakan dalam bisnis, bagaimana organisasi akan menang dan bersaing, dan bagaimana menarik serta memuaskan para pelamggannya agar dapat mencapai tujuannya.

Pendapat lain mengenai strategi yang lebih sederhana namun dapat mewakili pengertian-pengertian diatas menurt Lawrence R. Jauch dan W. F

Glueck (1998) adalah sebagai berikut :

“ Strategy is unified comperhensive and integrated plan that relates the strategic advantages of the firm to the challenges of the envirovment and that is designed to ensure that the basic objectives of the enterprise and cahiev through proper ekecution by the organization”. Artinya bahwa strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan yang dirancang untuk memastikan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.

18

2.1.4. Pengertian Manajemen Strategi

Menurut Fred R. David (2010:5) dalam bukunya yang berjudul

“Manajemen Strategis”, Manajemen Strategi dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya.

Menurut Prakarsa (IGN dan kawan-kawan, 2003:52-60), Manajemen

Strategi adalah :

“Manajemen Startegi pada prinsipnya adalah kemampuan manajemen organisasi untuk mengadaptasi masa depan” umumnya jangka pendek dan menengah karena jangka panjang sukar diramalkan.

Menurut Pearce dan Robinson (2011:5), Manajemen strategis (strategic management) didefinisikan sebagai satu set keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancang untuk meraih tujuan suatu perusahaan.

Menurut Siagian (2007:15), Manajemen stratejik adalah serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut”

Menurut J. David Hunger dan Thomas L wheelen (2003:4) dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Strategis”, Manajemen strategis adalah serangkaian keputusan dan tindakan manjerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam 19

jangka panjang. Manajemen strategis meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategis (perencanaan strategis atau perencanaan jangka panjang, implementasi strategis, dan evaluasi serta pengendalian. Manajemen strategis menekankan pada pengamatan dan evaluasi peluang dan ancaman lingkungan dengan melihat kekuatan dan kelemahan perusahaan.

2.1.5. Proses Manajemen Strategi

Proses manajemen strategi adalah proses enam langkah yang memadu perencanaan, implementasi, dan evaluasi strategi. Walaupun empat langkah yang pertama menjelaskan perencanaan yang harus dilakukan, implementasi dan evaluasi juga sama pentingnya. Bahkan strategi terbaik pun dapat saja gagal bila manajemen tidak mengimplementasikan atau mengevaluasinya secara layak.

Gambar 2.1

Proses Manajemen Strategi (Robbins dan Coulter, 2013) 20

Langkah 1: Mengidentifikasi Misi, Tujuan, dan Strategi Organisasi Saat Ini

Setiap organisasi membutuhkan misi-sebuah pernyataan tentang tujuannya. Mengidentifikasikan sebuah misi akan memaksa manajer untuk mengidentifikasi apa yang harus dilakukan organisasi dalam menjalankan bisnis.

Penting bagi manajer untuk mengidentifikasi tujuan dan strategi saat ini. Karena manajer akan mempunyai dasar untuk menilai apakah mereka perlu berubah

Langkah 2: Melakukan Analisis Eksternal

Menganalisis lingkungan tersebut merupakan langkah kritis dalam proses manajemen strategik. Sebagai contoh, manajer melakukan analisis eksternal untuk mengetahui apakah persaingan sedang dilakukan, apakah peraturan legislatif yang tertunda dapat mempengaruhi perusahaan, atau, seperti apa pasokan tenaga kerja di lokasi beroperasinya. Dalam analisis eksternal, manajer harus memeriksa lingkungan khusus dan umum untuk melihat tren serta perubahan. Setelah menganalisis lingkungan, manajer harus menunjukan peluang apa yang dapat dieksploitasi perusahaan dan ancaman yang harus diatasi atau diredam. Peluang adalah tren Positif dalam lingkungan eksternal; sementara ancaman adalah tren negatif.

Langkah 3: Melakukan Analisis Internal

Analisis internal memberikan informasi penting mengenai sumberdaya dan kapabilitas khusus organisasi. Sumber daya perusahaan adalah aset-keuangan, fisik, manusia, dan tak berwujud-yang digunakan untuk mengembangkan, 21

membuat, dan mengantarkan prosuk kepada para pelanggannya. Pada sisi lain, kapabilitas adalah keterampilan dan kapabilitas dalam melakukan aktivitas kerja yang diperlukan dalam bisnis-“bagaimana” mengerjakannya. Kapabilitas menciptakan nilai yang utama bagi organisasi adalah mengetahui kompetensi intinya. Baik sumberdaya maupun kompetensi utama akan menentukan senjata kompetitif organisasi.

Setelah menyelsaikan analisis internal, manajer harus mampu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan organisasi. Semua aktivitas organisasi yang dikerjakan dengan baik atau sumberdaya yang unik disebut kekuatan.

Sementara itu, kelemahan adalah aktivitas organisasi yang tidak dilakukan dengan baik atau sumber daya yang diperlukan tetapi belum dimiliki.

Langkah 4: Memformulasikan Strategi

Pada saat memformulasikan strategi, manajer harus mempertimbangkan realitas lingkungan eksternal dan sumber daya yang tersedia serta kapabilitas dan mendesain strategi yang akan membantu organisasi mencapai tujuannya.

Langkah 5: Mengimplementasikan Strategi

Setelah diformulasikan, strategi harus diimplementasikan. Tidak peduli seberapa efektif sebuah organisasi telah merencanakan strateginya, kinerja tetap saja akan buruk jika strategi tidak diimplementasikan dengan benar.

22

Langkah 6: Mengevaluasi Hasil

Langkah terakhir dalam proses manajemen strategik adalah mengelavuasi hasil. Seberapa efektif strategi telah membantu organisasi mencapai tujuannya ?

Penyesuaian apa yang dibutuhkan ? Setelah menilai hasil strategi sebelumnya dan menentukan bahwa memang diperlukan perubahan.

Penggabungan langkah dua dan tiga diatas, menghasilkan penilaian terhadap sumber daya internal dan kemampuan organisasi tersebut dengan berbagai peluang dilingkungan eksternalnya yang kemudian disebut dengan analisis SWOT. Setelah menyelsaikan analisis SWOT, manajer telah siap memformulasikan strategi yang tepat yaitu strategi yang (1) menggali kekuatan organisasi dan peluang eksternal, (2) menyangga atau melindungi organisasi dari ancaman eksternal, atau (3) memperbaiki kelemahan yang kritis.(Robbins dan

Coulter, 2013:214-217).

2.1.6. Analisis SWOT

SWOT merupakan akronim dari Strength (kekuatan) dan Weakness

(kelemahan) internal dari suatu perusahaan serta Opportunities (peluang) dan

Treats (ancaman) lingkungan yang dihadapinya. Analisis SWOT dapat merupakan instrumen yang ampuh dalam melakukan analisis stratejik, keampuhan tersebut terletak pada kemampuan para penentu strategi untuk memaksimalkan peranan faktor kekuatan pemanfaatan peluang sekaligus berperan sebagai alat 23

untuk menimalisasi kelemahan yang terdapat dalam tubuh organisasi dan menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi.

Analisis SWOT merupakan teknik historia yang terkenal dimana para manajerial menciptakan gambaran umum secara cepat mengenai situasi strategis.

Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif diturunkan dari

“kesesuaian” yang baik antara sumber daya internal (kekuatan dan kelemahan) dengan situasi eksternalnya (peluang dan ancaman). Kesesuaian yang baik akan memaksimalkam kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Jika diterapkan secara akurat, asumsi sederhana ini memiliki implikasi yang bagus dan mendalam bagi desain strategi yang berhasil.

Faktor-faktor berupa kekuatan merupakan sumberdaya atau kapabilitas yang dikendalikan oleh atau tersedia bagi suatu organisasi relatif lebih unggul dibandingkan pesaingnya dalam memenuhi kebutuhan yang dilayaninya.

Kekuatan muncul dari sumber daya dan kompetensi yang tersedia bagi organisasi.

Faktor-faktor kelemahan. Adalah Keterbatasan atau kekurangan dalam satu atau lebih sumber daya atau kapabilitas suatu organisasi relatif terhadap pesaingnya, yang menjadi hambatan dalam memenuhi kebutuhan secara efektif

Faktor Peluang. Adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan organisasi. Kecenderungan penting merupakan salah satu sumber peluang. Identifikasi segmen pasar yang tadinya terabaikan, perubahan pada situasi persaingan atau peraturan, perubahan teknologi serta membaiknya 24

hubungan dengan pembeli atau pemasok dapat memberikan peluang bagi organisasi.

Faktor Ancaman. Adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan organisasi. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan organisasi. Masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan pasar, meningkatnya kekuatan tawar-menawar pembeli atau pemasok penting, perubahan teknologi, serta peraturan baru atau yang direvisi dapat menjadi ancaman bagi keberhasilan organisasi. (Siagian, 2008)

Analisis SWOT paling umum digunakan sebagai kerangka logis yang mengarahkan pembahasan dan refleksi mengenai situasi dan alternatif dasar suatu organisasi. Analisis ini seringkali dilakukan sebagai rangkaian dari diskusi kelompok manajerial. Apa yang pandang oleh seorang manajer sebagai peluang mungkin akan dianggap sebagai ancaman oleh yang lain. Demikian pula halnya, kekuatan bagi seorang manajer mungkin merupakan kelemahan bagi yang lain.

Kerangka SWOT menyediakan dasar yang terorganisir untuk diskusi dan berbagai informasi secara mendalam, yang dapat memperbaiki kualitas pilihan dan keputusan yang kemudian diambil oleh mereka.

25

Gambar 2.2

Diagram analisis SWOT

Dalam diagram diatas menunjukan bahwa situasi yang paling didambakan ialah Sel 1 karena organisasi menghadapi berbagai peluang lingkungan dan memiliki berbagai kekuatan yang mendorong pemanfaatan berbagai peluang tersebut. Dengan kondisi demikian, strategi yang tepat untuk ditenpuh ialah strategi pertumbuhan. Situasi Sel 4 menunjukan bahwa satuan organisasi menghadapi kondisi yang paling buruk karena harus menghadapi tantangan besar bersumber pada lingkungan dan pada waktu yang bersamaan “dilanda” berbagai kelemahan internal yang kritikal sifatnya. Strategi yang tepat dalam kondisi demikian ialah strategi yang bersifat defensif dalam arti mengurangi atau merubah bentuk keterlibatan satuan organisasi dalam produk atau pasar yang dianalisis dengan menggunakan teknik SWOT.

Pada Sel 2 tergambar bahwa satuan organisasi yang memiliki berbagai kekuatan internal mengahadapi situasi lingkungan yang menguntungkan. Jika 26

suatu organisasi menemukan dirinya pada kondisi demikian, strategi yang paling wajar untuk dipertimbangkan adalah strategi diversifikasi dalam arti suatu strategi yang memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sekarang untuk membuka peluang jangka panjang dalam produk atau pasar yang lain atau baru.

Sel 3 pada diagram diatas menunjukan posisi suatu satuan organisasi yang menghadapi peluang pasar yang besar di satu pihak akan terapi “dihadang” oleh keterbatasan kemampuan karena berbagai kelemahan yang melekat dalam tubuh organisasi tersebut. Dalam kondisi demikian, sangat wajar bagi suatu organisasi untuk “putar haluan” dalam arti mengambil berbagai langkah untuk mengatasi kelemahan yang dihadapi secara internal agar peluang pasar dapat dimanfaatkan.

2.1.7. Matrik SWOT

Alat yang digunakan dalam menyusun faktor-faktor strategis organisasi adalah matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman internal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang dimiliki. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis, seperti pada Tabel berikut :

27

Tabel 2.1

Matrik SWOT

E F I STRENGTH (S) WEAKNESSES (W)

E F E

OPPORTUNITIES (O) Strategi SO Strategi WO

(Daftar kekuatan (Daftar untuk memperkecil

untuk meraih kelemahan dengan

keuntungan dari memanfaatkan keuntungan

peluang yang ada) dari peluang yang ada)

THREATS (T) Strategi ST Strategi WT

(Daftar kekuatan (Daftar untuk memperkecil

untuk menghindari kelemahan dan menghindari

ancaman) ancaman)

(Sumber : Rangkuti, 2006)

Berdasarkan Matriks SWOT di atas maka didapatkan 4 langkah strategi yaitu sebagai berikut :

1. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran organisasi, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi SO menggunakan kekuatan internal organisasi untuk memanfaatkan peluang eksternal. 28

2. Strategi ST

Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki organisasi untuk mengatasi ancaman. Strategi ST menggunakan kekuatan internal organisasi untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal.

3. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal.

4. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman. Strategi WT bertujuan untuk mengurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal.

Matrik SWOT merupakan alat pencocokan yang penting untuk membantu para manajer mengembangkan empat tipe strategi: Strategi SO (Strengths-

Opportunities), Strategi WO (Weaknesses-Opportunities), Strategi ST (Strengths-

Threats), dan Strategi WT (Weaknesses-Threats).

Terdapat 8 langkah dalam menyusun matrik SWOT, yaitu:

1. Tuliskan kekuatan internal perusahaan yang menentukan. 2. Tuliskan kelemahan internal perusahaan yang menentukan. 3. Tuliskan peluang eksternal perusahaan yang menentukan. 4. Tuliskan ancaman eksternal perusahaan yang menentukan. 5. Mencocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan strategi SO dalam sel yang tepat. 6. Mencocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan strategi WO dalam sel yang tepat. 7. Mencocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan strategi ST dalam sel yang tepat. 8. Mencocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan strategi WT dalam sel yang tepat. (Rangkuti, 2006)

29

2.1.8. Pembangunan

Nugroho dan Dahuri (2012:1) menyatakan, konsepsi pembangunan secara umum sering dirumuskan melalui kebijakan ekonomi. Kebijakan ekonomi tersebut harusnya dirumuskan secara konsepsional dengan melibatkan pertimbangan dari aspek sosial, lingkungan dan didukung mekanisme politik yang bertanggung jawab. Dalam aspek sosial, bukan saja aspirasi masyarakat ikut di pertimbangkan tetapi juga keberadaan lembaga-lembaga sosial (social capital) juga ikut dipelihara bahkan fungsinya di tingkatkan. Sementara aspek lingkungan, aspek fungsi kelestarian natural capital juga sangat diperhatikan demi kepentingan umat manusia.

Menurut Nugroho dan Dahuri (2012:3) konsepsi pembangunan berkelanjutan yang memadukan aspek lingkungan (naatural capiatal), sosial

(sosial capital), dan ekonomi (man-made capital), dalam rangka memberikan manfaat kesejahteraan untuk generasi sekarang maupun akan datang. Disinilah letak relevansi pembangunan wilayah yang didalamnya tersimpan maksud- maksud sebagai berikut:

1. Pembangunan wilayah berkeinginan memberi perlindungan sosial dan ekonomi bagi keadaan-keadaan sebagai akibat dari kemiskinan- kemiskinan dan ketimpangan; serta sumberdaya alam yang mengalami tekanan 2. Pembangunan wilayah menyediakan media bagi beroperasinya mekanisme pasar secara efesien dan memperbaiki kualitas aliran beragam sumber daya secara lestari (sustainable). 3. Pembangunan wilayah dalam konteksnya sebagai suatu konsep maupun metodologi meyediakan perangkat-perangkat bagi aspek perencanaan pembangunan. 4. Pembangunan wilayah merupakan upaya-upaya pembangunan sistem kelembagaan sebagai kerangka menyeluruh bagi perbaikan dan penyempurnaan pembangunan.

30

Pembangunan wilayah merupakan landasan penting bagi peningkatan daya saing. Menurut Bappenas (2005), peningkatan daya saing wilayah (atau daerah) ditandai dengan peningkatan produktivitas dan efesiensi industri, kualitas hidup masyarakat, iklim investasi dan kapasitas untuk berkompetisi.

2.1.9. Pembangunan Sosial

Istilah pembangunan sosial didefinisikan beragam dalam berbagai bidang ilmu. Pengertian pembangunan sosial dari tinjauan psikologi berbeda dengan tinjauan sosiologi maupun ilmu kesejahteraan sosial dan studi-studi pembangunan lainnya. James Midgley (1995:25) berpendapat bahwa “Social development define as a process of planned social change designed to promote the wall being of the population as awhole in conjunction with a dynamic process of economic development”. Lebih jauh Midgley menyatakan bahwa pembangunan sosial berhubungan dengan philanthropy sosial, pekerja sosial maupun administrasi sosial. Perbedaannya adalah bahwa pembangunan sosial tidak berurusan secara langsung kepada individu-individu ketika mereka mengalami masalah. Fokus kegiatan pembangunan sosial adalah masyarakat dalam konteks melihat proses dan struktur sosial masyarakat. Pendekatan pembangunan juga bersifat komprehensif dan universal. Pembangunan sosial mencoba untuk memperkuat seluruh masyarakat oleh karenanya ia bersifat dinamis yang menyangkut proses pertumbuhan dan perubahan sosial.

Pembangunan sosial berupaya untuk mengintegrasikan proses sosial dan proses ekonomi dalam kegiatannya. Keterkaitan secara fungsional dalam proses sosial dan ekonomi sama-sama berfungsi sebagai pendorong terciptanya 31

pertumbuhan dan perubahan masyarkat kearah yang lebih baik. Hal ini diperkuat oleh pendapat Faurie dan Vanden Bogaerde (1989) yang menyebutkan bahwa tersedianya sumber daya manusia yang memadai berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat

Pembangunan sosial dalam konteks optimalisasi kompetensi masyarakat pada dasarnya ditunjukan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan sistem sumber yang tersedia di lingkungannya maupun yang harus diupayakan untuk memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah-masalah di masyarakat.

Pembangunan sosial berupaya mengharmoniskan intervensi-intervensi sosial melaului upaya-upaya pembangunan ekonomi masyarkat. Perhatian terhadap pembangunan sosial khususnya terhadap pengembangan sumber daya manusia yang dilakukan melalui pemberian kesempatan pendidikan, lapangan pekerjaan, dan meningkatkan partisipasi warga masyarkat dalam pembangunan.

Burky dan Migley (1995) lebih tegas menyebutkan bahwa pembangunan sosial berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dalam konteks kehidupan masyarakat.

Pembangunan sosial dewasa ini mendapatkan perhatian lebih besar dalam sektor pembangunan dunia ketiga. Asumsi yang mendasarinya adalah pembangunan yang diorientasikan bagi masyarkat mendorong terjadinya perubahan sosial dan pertumbuhan ekonomi kerakyatan. Hal ini dimungkinkan karena dalam pembangunan sosial menuntut dikembangkannya upaya-upaya yang memungkinkan orang miskin memiliki akses terhadap sumber-sumber ekonomi. 32

Pembangunan sosial mendorong peningkatan budaya kerja yang dilandasi kebersamaan dalam kegiatan komunitas lokal. Mereka didorong untuk mengoptimalkan kapasitas dan kapabilitasnya dalam mengorganisir berbagai kegiatan pembangunan masyarkat, untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar, dan memecahkan masalahnya, masyarakat juga dilatih dalam melakukan pengawasan terhadap pemanfaatan dan pendistribusian sumber yang ada dilingkungannya.

Moeljarto berpendapat, bahwa sekurang-kurangnya pemabangunan sosial memiliki tiga kategori makna (Moeljarto T., 37-40), yaitu (1) pembangunan sosial sebagai pengadaan pelayanan masyarakat, (2) pembangunan masyarakat sebagai upaya terencana untuk mencapai tujuan sosial yang kompleks dan bervariasi, dan

(3) pembangunan sosial sebagai upaya yang terencana untuk meningkatkan kemampuan manusia untuk berbuat. Beragamnya tujuan dan makna pembangunan sosial, maka dalam pertemuan ahli dari UNCRD di Nagoya menerima definisi lengkap sebagai (Moeljarto T.,40):

“Pembangunan sosial tidak hanya diukur melalui peningkatan akses pelayanan seperti kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan, melainkan melalui kemajuan dalam pencapaian tujuan sosial yang lebih kompleks dan kadang- kadang berbagai persamaan, “keadilan sosial”, promosi budaya, dan ketentraman batin, juga peningkatan kemampuan manusia untuk bertindak, sehingga potensi kreatif mereka dapat dikeluarkan dan membentuk pembangunan sosial.”

33

2.1.10. Perencanaan Pembangunan Wilayah

Perencanaan merupakan suatu sajian atau gambaran keadaan masa mendatang mengenai wilayah secara efisien dan berkelanjutan. Perencanaan memuat tujuan dan sasaran pengelolaan wilayah dilandasi dukungan aspek kelembagaan dan peraturan pendukungnya, serta memuat uraian mengenai langkah-langkah strategis, manajemen aksi, pembiayaan, dan penetapan wilayah

(zoning). Pembangunan wilayah dalam konteks perencanaan wilayah menyajikan karakteristik pendekatan sistem dan sumber daya publik. Dua hal tersebut merupakan landasan konseptual pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan.

Nugroho dan Dahuri (2012:7).

Pembangunan bukan saja dilihat sebagai suatu proses yang menghasilkan suatu output tertentu, tetapi mengedepankan bagaimana aliran proses itu mempertimbangkan kaidah-kaidah ilmiah sehingga arahnya dapat diperkiraan.

Perencanaan pembangunan wilayah adalah konsep yang utuh dan menyatu dengan pembangunan wilayah. Secara luas perencanaan pembangunan wilayah diartikan sebagai suatu upaya merumuskan dan mengaplikasikan kerangka teori kedalam kebijakan ekonomi dan program pembangunan yang didalamnya mempertimbangkan aspek wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan menuju tercapainya kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan.

Menurut Nugroho dan Dahuri (2012:13) perencanaan pembangunan wilayah menjadi relevan karena dalam aspek wilayah dan implementasi ke dalam kebijakan ekonomi menyimpan tiga pilar penting. Pertama keunggulan komparatif

(imperfect mobility of factor). Pilar ini berhubungan dengan keadaan bahwa 34

ditemukan sumberdaya tertentu yang secara fisik relatif sulit. Hal ini disebabkan adanya faktor-faktor lokal yang mengikat mekanisme produksi sumberdaya sehingga wilayah memiliki keunggulan komperatif. Kedua, Aglomerasi (imperfect divisibility) merupakan fenomena yang berpengaruh terhadap pelaku ekonomi sebagai akibat pemusatan ekonomi secara spasial. Ketiga, transport cost atau imperfect mobility of good and service. Pilar ini adalah yang paling kasat mata mempengaruhi aktivitas perekonomian. Implikasinya biaya-biaya yang terkait dengan jarak dan lokasi tidak dapat lagi diabaikan dalam proses produksi dan pembangunan wilayah.

2.1.11. Pengertian dan Ruang Lingkup Wilayah Pesisir

Wilayah Pesisir adalah wilayah yang membentuk batasan anatara daratan dan laut dan dapat memanjang ke arah darat dan kearah laut dengan luas yang beragam, tergantung pada keadaan topografi, tujuan dan kebutuhan dan program khusus. Sesuai dengan Kep.10/MEN/2002, wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan anatara ekosistem daratan dan laut yang ditentukan oleh 12 mil batas wilayah kearah perairan dan batas kabupaten/kota kearah pedalaman.

Beattley, et al. dalam bukunya La Sara ( 2014:11) menjelaskan wilayah pesisr adalah wilayah dinamik yang saling berhubungan dimana daratan, air dan udara berinteraksi di dalam keseimbangan yang mudah terganggu (fragile) yang secara tetap dirubah oleh pengaruh alam dan manusia. Secara umum, wilayah pesisir dapat didefinisikan sebagai wilayah pertemuan anatara ekosistem darat, ekosistem laut, dan ekosistem udara yang saling bertemu dalam suatu 35

keseimbangan yang rentan. Kerentanan tersebut dipengaruhi karena kawasan pesisir dan laut memiliki karakteristik khusus, baik dalam sifat ekologis maupun keanekaragaman sumberdayanya, sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus.

Menurut kesepakatan internasional, wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara laut dan daratan, kearah darat mencakup daerah yang masih terkena percikan air laut dan pasang surut, kearah laut meliputi daerah paparan benua (continental shelf). Menurut Rapat Kerja Nasional Proyek MREP

(Marine Resources Evaluation and Planning atau Perencanaan dan Evaluasi

Sumber Daya Kelautan) di Manado , tanggal 1 sampai 3 Agustus 1994 telah ditetapkan bahwa batas kearah laut suatu wilayah pesisir adalah sesuai dengan batas wilayah laut yang terdapat dalam peta lingkungan pantai Indonesia (PLPI) dengan skala 1:50.000 yang telah diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survei dan

Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL), sedangkan batas ke arah darat adalah mencakup batas administrasi seluruh desa pantai (sesuai dengan ketentuan

Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah, Departemen

Dalam Negeri) yang termasuk ke dalam wilayah pesisir MREP.

Dalam menentukan batasan wilayah pesisir harus dapat mempunyai persepsi yang sama bahwa: (1) wilayah pesisir merupakan sebuah bentang lurus dari darat sampai kelaut, (2) wilayah pesisir dari onshore ke offshore menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kegiatan hidup manusia-masyarakat berbicara tentang “being at the coast atau on the coast, but never in the coast”. Dalam persepektif yang lebih luas, penetuan batasan wilayah pesisir ini tergantung pada pertimbangan politik, administrasi, hukum (legal), ekologi dan pragmatis sebab di 36

wilayah pesisir terdapat seperangkat kemungkinan isu-isu pesisir. Pengaruh yang beragam terhadap wilayah pesisir menyebabkan batas fisik wilayah pesisir dan laut sangat beragam yaitu meliputu daerah pesisir (coastal area), pantai (shore), pantai (beach), daerah pasang surut (intertidal), dan perairan dangkal. Dahuri, dkk

(2001) menjelaskan batasan pendekatan wilayah pesisir, yaitu:

1. Pendekatan ekologis: wilayah pesisir merupakan kawasan daratan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses kelautan, seperti pasang surut dan intrusi air laut; dan kawasan lautan masih dipengaruhi oleh proses-proses daratan seperti sedimentasi dan pencemaran. 2. Pendekatan administrasi: wilayah pesisir adalah wilayah yang secara administrasi pemerintahan mempunyai batas terluar sebelah hulu dari kecamatan atau kabupaten/kota yang mempunyai laut dan kearah lau sejauh 12 mil garis pantai untuk provinsi atau 1/3-nya untuk kabupaten/kota 3. Pendekatan perencanaan: wilayah pesisir merupakan wilayah perencanaan pengelolaan sumberdaya yang difokuskan pada penanganan isu-isu yang akan dikelola secara bertanggung jawab. Pasal 2 Undang-Undang No.27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dinyatakan bahwa “ruang lingkup pengaturan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan didarat dan dilaut, kearah darat mencakup wilayah administrasi kecamatan dan kearah laut sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai”. Ruang lingkup pengaturan dalam Undang-

Undang ini meliputi wilayah pesisir, yakni ruang lautan yang masih dipengaruhi oleh kegiatan didaratan dan ruang daratan yan masih terasa pengaruh lautnya serta pulau-pulau kecil dan perairan sekitarnya yang merupakan satu kesatuan dan mempunyai potensi cukup besar yang pemanfaatannya berbasis sumberdaya, lingkungan, dan masyarakat. 37

Dalam implementasinya, kearuh laut ditetapkan sejauh 12 (dua belas) mil diukur dari garis pantai sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang

No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4437), sedangkan kearah daratan ditetapkan sesuai dengan batas kecamatan untuk kewenangan provinsi. Kewenangan kabupaten/ kota kearah laut ditetapkan sejauh 1/3 dari wilayah laut kewenangan provinsi sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang No.32 tahun 2004, sedangkan keaarah daratan ditetapkan seseai dengan batas kecamatan.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan anatara daratan dan lautan, dimana terdapat ekosistem yang saling berhubungan dan berinteraksi antara daratan,air dan udara.

Ruang lingkup wilayah pesisir merupakan ruang lautan dan daratan yang saling memiliki pengaruh antara keduanya menajadi satu kesatuan dan mempunyai potensi cukup besar yang pemanfaatannya berbasis sumberdaya, lingkungan, dan masyarakat.

2.1.12. Karakteristik Ekosistem Wilayah Pesisir

Ekosistem wilayah pesisir setidaknya mempunyai lima karakteristik penting yang harus dipahami agar pengelolaannya memenuhi kaidah-kaidah sustainability, yaitu sebagai berikut:

Pertama, komponen hayati dan non hayati dalam wilayah pesisir membentuk suatu ekosistem yang kompleks hasil dari berbagai proses biofisik 38

(ekologis) dari ekosistem daratan dan lautan, antara lain angina, gelombang, pasang surut, suhu, dan salinitas-dimana subtansi dan perilakunya bervariasi dan secara grasual berubah dari arah darat ke laut. Sebagai akibatnya ekositem pesisir dapat sangat tahan atau sebaliknya sangat rentan terhadap gangguan (perubahan) lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan maupun bencana alam.

Kedua, wilayah pesisir oleh karena ragam komponen ekologi maupun keuntungan faktor lokasi (lo cational advantage) biasanya ditemukan beragam macam pemanfaatan untuk kepentingan pembangunanm seperti tambak, perikanan tangkap, pariwisata, pertambangan, industri dan permukiman. Terdapat kaitan langsung yang sangat komplek anatara proses-proses dan fungsi lingkungan dengan penggunaan sumberdaya alam.

Ketiga, dalam suatu wilayah pesisir, pada umumnya terdapat lebih dari satu kelompok masyarakat (orang) yang memiliki keterampilan/keahlian dan kesenangan bekerja yang berbeda, sebagai petani, nelayan, petani tambak, petani rumput laut, pendamping, pariwisata, industri dab kerajinan rumah tangga, dan sebagainya. Sangat sukar atau hamper tidak mungkin, untuk mengubah ksenangan bekerja (profesi) sekelompok orang yang sudah mentradisi menekuni suatu bidang pekerjaan.

Keempat, secara ekologis maupun ekonomis, pemanfaatan suatu wilayah pesisir secara monokultur sangat rentah terhadap perubahan internal maupun eksternal yang menjurus pada kegagalan usaha. 39

Kelima, kawasan pesisir pada umumnya merupakan sumber daya milik bersama (common property resources) yang dapat dimanfaatkan oleh semua orang (open access). Isu ini merupakan sumber utama konflik sehubungan dengan hak dan kepentingan lahan dan alokasi pemanfaatan sumber daya wilayah pesisir.hal tersebut dirasakan ketika tingkat permintaan terhadap simberdaya lebih besar ketimbang jumlah yang disediakan oleh alam. Itu sebabnya sistem alokasi harus senantiasa dikembangkan sejalan semakin tingginya kepentingan dan tingkat persaingan di wilayah pesisir dan lautan.

2.1.13. Karakteristik Masyarakat Pesisir

Menurut Nugroho dan Dahuri (2012: 282) menyatakan sifat dan karakteristik ditentukan interaksi sosial, ekonomi, dan lingkungan. Karakteristik yang paling mencolok adalah ketergantungan pada musim. Pada musim penangkapan para nelayan sangat sibuk melaut sebaliknya pada musim pacekelik kegiatan melaut menjadi berkurang sehingga banyak nelayan yang terpaksa menganggur. Ketergantungan ini disebabkan mereka tidak mampu mengakses teknologi penangkapan. Dalam upaya mempertahankan kehidupannya, sistem jaminan sosial membentuk apa yang dikenal hubungan patron-klien. Pada musim pacekelik, nelayan kecil, buruh nelayan, petani tambak kecil, dan buruh tambak seringkali meminjam uang atau barang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dari para juragan atau pedagang pengepul. Konsekuensinya, para peminjam terkait kepada pihak juragan atau pedagang dengan ikatan berupa keharusan menjual kepada pedagang atau juragan tersebut. 40

Kehidupan masyarakat juga bergantung pada kondisi lingkungan dan sangat rentan terhadap kerusakan lingkungan. Lokasi wilayah pesisir dapat menjadi sumber maupun muara beragam kasus pencemaran, berupa konservasi mangrove, limbah industri atau tumpahan minyak. Pencemaran dapat memperburuk usaha pada bidang perikanan tangkap maupun budidaya dan akhirnya akan menurunkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat pesisir.

Selain wilayah nya yang khas dan unik, wilayah pesisir memiliki masyarakat dengan karakteristik tersendiri, ada tiga karakteristik yang membedakan dari wilayah lain, yaitu sebagai berikut :

1. Masyarak Adat adalah kelompok masyarakat yang turun-menurun bermukim di wilayah geografis tertentu karena adanya ikatan pada asal- usul leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil, serta adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial, dan hukum. 2. Masyrakat lokal adalah kelompok masyarakat yang menjalankan tata kehidupan sehari hari berdasarkan kebiasaan kebiasaan yang sudah diterima sebagai nilai-nilai yang berlaku umum tetapi tidak sepenuhnya bergantung pada sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil tertentu. 3. Masyarakat tradisional adalah masyarakat perikanan tradisional yang masih diakui hak tradisionalnya dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan atau kegiatan lainya yang sah di daerah tertentu yang berada dalam perairan kepulauan sesuai dengan kaidah hukum lau tradisional (Undang- undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil). Sedangkan menurut Purba (2005: 35), menyatakan bahwa masyarakat yang berdiam di pesisir setidaknya dapat dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan hubungan, adaptasi dan pemahaman terhadap daerah pesisir dengan segala kondisi geografisnya, tiga kategori masyarakat tersebut, yaitu: 41

1. Masyarakat Perairan, yaitu masyarakat yang hidup dari sumber daya perairan (laut, sungai atau pantai), cenderung terasing dari kontak-kontak dengan masyarakat-masyarakat lain, lebih banyak berada di lingkungan perairan dari pada di daratan dan selalu berpindah-pindah tempat di suatu wilayah perairan tertentu. Kehidupan sosialnya cenderung egaliter dan hidup dalam kelompok-kelompok kekerabatan setingkat klen kecil. Hanya sedikit masyarakat asli setempat yang benar-benar menggantungkan kehidupan ekonominva dari sumber daya perairan. 2. Masyarakat Nelayan, yaitu masyarakat yang paling banyak memanfaatkan hasil laut dan potensi lingkungan perairan dan pesisir untuk kelangsungan hidupnya. Masyarakat nelayan umumnya telah bermukim secara tetap di daerah-daerah yang mudah mengalami kontak-kontak dengan masyarakat- masyarakat lain. Sistem ekonominya telah masuk ke dalam sistem perdagangan, karna hasil laut yang mereka peroleh tidak dikonsumsi sendiri, tetapi didistribusikan dengan imbal ekonomis kepada pihak-pihak lain. Masyarakat nelayan lebih banyak menghabiskan kehidupan sosial budayanya di daratan walaupun hidup mereka bergantung kepada sumber daya perairan. 3. Masyarakat Pesisir Tradisional, yaitu masyarakat-masyarakat pesisir yang berdiam di dekat perairan laut, akan tetapi sedikit sekali menggantungkan kelangsungun hidup dari sumber daya laut. Mereka lebih banyak bergantung dari pemanfaatan sumber daya daratan, baik sebagai pemburu dan peramu ataupun sebagai petani tanaman pangan ataupun jasa. Dalam kehidupan sehari-hari mereka lebih menguasai pengetahuan mengenai lingkungan darat dari pada perairan, lebih mengembangkan kearifan lingkungan darat dari pada laut. Sehingga masyarakat pesisir tradisional tidak dapat disamakan dengan masyarakat nelayan ataupun masyarakat perairan yang memiliki ketergantungan hidup sangat besar kepada sumher daya perairan.

2.1.14. Sumberdaya Wilayah Pesisir

Menurut La Sara (2014: 31) Wilayah pesisir merupakan daerah yang sangat penting bagi kehidupan, baik untuk kehidupan makhluk hidup di lautan maupun makhluk hidup didaratan. Beberapa ekosistem produktif yang terdapat di di wilayah pesisir antaralain ekosistem pasang surut (intertidal), bagian pesisir yang mempunyai lahan basah (wetland), laguna, padang lamunan, coral reef, 42

perairan teluk dangkal merupakan habitat bagi berbagai organisme untuk berbagai tujuan, anataralain untuk mencari makan (feeding ground), sebagai tempat pembesaran (nursery ground) dan digunakan juga tempat berlindung (shelter) bagi ikan-ikan yang kecil menghindari ikan predator.

Wilayah pesisir memiliki keberagaman biologi (biodiversity) tinggi dan produktif, mengalahkan perairan lain seperti laut terbuka. Oleh karena itu wilayah ini mendapat tekanan eksploitasi yang terus meningkat, seperti penangkapan ikan, pengumpulan bahan-bahan bangunan dan sumber daya mineral, menjadi tempat permukiman, dan sebagai tempat penampungan limbah. Secara ekologi, wilayah pesisir merupakan ecotone mewakili transisi dari daratan ke pengaruh-pengaruh dari laut. Wilayah pesisir ini tidak mempunyai batasan mutlak dan bisa termasuk- termasuk persaratan analisis daerah hulu DAS, lahan basah (wetland), estuari, mangrove, padang lamun, cekungan perairan dangkal, lagoon, pantai, coral reef sampai mencapai batasan ratusan kilometer kearah laut. Batasan yang jelas ecotone tidak dapat ditentukan dengan pasti karena daerah ecotone ditentukan oleh perubahan kondisi fisik dan kimia yang merupakan kisaran toleransi bagi organisme yang terdapat didalamnya.

43

Fisik Ekosistem Coral Reef Nutrien,Baha n Organik Terlarut

Bahan Organik Partikulat

Migrasi organisma

Ekosistem Ekosistem Dampak Padang Mangrove Manusia Lamun

Gambar 2.3

Interaksi antara Tiga Ekosistem Utama di Pesisir (Ogden dan Gladfelter,

1983)

Interaksi ekosistem mangrove, padang lamun dan coral reef yang mencirikan pantai tropis menyediakan ruang atau mempengaruhi sumberdaya alam penting lainnya. Ekosistem penting lainnya seperti daerah pasang susurt dan pantai juga merupakan bagian wilayah pesisir yang mempunyai peranan penting mendukung kehidupan dan siklus hidup berbagai organisme perairan. (La Sara,

2014: 33)

Menurut La Sara (2014: 33) sangat penting memahami fungsi ekosistem tersebut agar pengelolaannya dapat efektif. Jika dibandingkan mangrove, padang lamun dan coral reef dengan ekosistem didarat maka ekosistem di perairan tersebut lebih produktif (gambar ). Ekosistem mangrove disuplai dengan input 44

nutrient dari daratan menghasilkan tingkat produktivitas primer kotor (Lugo dan

Snedaker, 1974). Kehadiran salah satu kombinasi dari ketiga ekosistem tersebut di wilayah pesisir mengindikasikan sebuah ketergantungan pada parameter- parameter krisis lingkungan seperti: kualitas air, salinitas dan temperatur; limpasan air tawar, arus dan pasang surut, deposisi dan pola transportasi sedimen; dan input nutrient.

Pengetahuan secara detail tentang kerentanan sumberdaya wilayah pesisir yang disebutkan diatas akan mendukung dalam merumuskan kebijakan wilayah pesisir terpadu. Di Indonesia dan beberapa negara-negara lainnya memfokuskan rumusan kebijakan wilayah pesisir pda sumber-sumberdaya kritis tersebut: mangrove, padang lamun, coral reef, gemuk pasir (beach dune), dan laguna estuari. Semua sumberdaya kritis ini mempunyai nilai vital: biologi, ekologi, sosial, dan ekonomi.

2.1.15. Kebijakan Wilayah Pesisir

Konsep pengelolaan wilayah pesisir terpadu dikenal dengan “integrated coastal management” (ICM) mengemuka di seluruh bangsa-bangsa di dunia yang tercantum dalam Chapter 17 Agenda 21 yang diadopsi pada the United Nations

Conference on Environmentand Development (UNCED), juga dirujuk pada the

Earth Summit dilaksanakan di Rio de Janeiro, Brazil, pada Juni 1992. Chapter 17 tersebut tersebut menekankan pentingnya laut dan pesisir mendukung sistem kehidupan dunia dan kesempatan positif mendukung pembangunan berkelanjutan

(Cicin-Sain, et al. na). 45

Menurut Dahuri dkk (2008:126) Secara umum, tujuan jangka panjang pembangunan wilayah pesisir dan lautan di Indonesia antara lain adalah:

1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perluasan lapangan pekerjaan dan kesempatan usaha

2. Pengembangan program dan kegiatan yang mengarah kepada peningkatan pemanfaatan secara optimal dan lestari sumberdaya di wilayah pesisir dan lautan.

3. Peningkatan kemampuan peran serta masyarakat pantai dalam pelestarian lingkungan

4. Peningkatan pendidikan, latihan, riset, dan pengembangan di wilayah pesisir dan lautan.

Di Indonesia berbagai inisiatif pemerintah di tempuh. Kebijakan perencanaan zonasi dan “subject plans” dikembangkan sebagai bagian program evaluasi sumberdaya laut nasional Indonesia melalui Marine and Coastal

Resources Management (MCRM) Program (Kay dan Alder,2005). Inisiatif lain adalah melalui (coral reef rehabilitation and management (COREMAP), sebuah program nasional yang fokus pada pengelolaan dan rehabilitasi coral reef yang dimulai pada tahun 1998.

Pengelolaan pesisir terpadu didefinisikan sebagai “sebuah proses dinamik dan terus menerus untuk perumusan keputusan pemanfaatan berkelanjutanm pembangunan dan perlindungan wilayah dan sumberdaya pesisir dan laut”.

Pendekatan ini dimaksudkan untuk mengatasi fragmentasi yang melekat di dalam pendrkatan pengeloaan sektoral (Cicin-Sain, et al. na). Orientasi pengelolaan wilayah pesisir terpadu adalah multi-tujuan, yaitu: (1) menganalisis implikasi pembangunan, konflik pemanfaatan, dan hubungan antara proses fisik dan 46

kegiatan manusia, dan (2) mendukung keterkaitan dan harmonisasi diantara kegiatan sektoral pesisir dan laut (Cicin-Sain and Knecht, 1998).

Di dalam rumusan perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir terpadu mencakup pemanfaatan sumberdaya dan jasa-jasa lingkungan pesisir dan laut dilakukan melalu penilaian secara menyeluruh, merencanakan tujuan dan sasaran, kemudian merencanakan serta mengelola segenap kegiatan pemanfaatan nya guna mencapai pembangunan yang optimal dan berkelanjutan. Perencanaan dan pengelolaan tersebut dilakukan secara terus menerus dan dinamis dengan mempertimbangkan aspek sosial dan ekonomi budaya dan aspirasi masyarakat pengguna wilayah pesisir (dan laut) serta konflik kepentingan yang mungkin terjadi.

2.1.16. Penerapan Konsep Pembangunan Berkelanjutan dalam

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu

Pembangunan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan hiduup saat ini tanpa merusak atau menurunkan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (WCED, 1987).

Menurut Dahuri dkk (2008:153) pembangunan berkelanjutan pada dasarnya merupakan suatu strategi pembangunan yang memberikan semacam ambang batas (limit) pada laju pemanfaatan ekosistem alamiah serta sumber daya alam yang ada didalamnya. Dengan kata lain pembangunan berkelanjutan adalah suatu strategi pemanfaatan ekosistem alamiah sedemikian rupa, sehingga kapasitas fungsionalnya untuk memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia tidak merusak. Secara garis besar konsep pembangunan berkelanjutan memiliki empat dimensi: (1) ekologis, (2) sosial ekonomi budaya, (3) sosial politik, dan (4) hukum dan kelembagaan. 47

1. Dimensi ekologis

Pemanfaatan sumber daya wilayah pesisir secara berkelanjutan berarti bagaimana mengelola segenap kegiatan pembangunan yang terdapat di suatu wilayah yang berhubungan dengan wilayah pesisir agar total dan dampaknya tidak melebihi kapasitas fungsionalnya. Setiap ekosistem alamiah, termasuk wilayah pesisir memiliki 4 fungsi pokok bagi kehidupan manusia : (1) jasa pendukung kehidupan, (2) jasa-jasa kenyamanan, (3) penyedia sumber daya alam, dan (4) penerima limbah (Ortolano, 1984).

Secara ekologis terdapat tiga persyaratan yang dapat menjamin tercapainya pembangunan berkelanjutan, yaitu: (1) keharmonisan spasial (2) kapasitas asimilasi dan, (3) pemanfaatan berkelanjutan. Keharmonisan spasial, suatu wilayah pembangunan hendaknya tidak seluruhnya diperuntukan bagi zona pemanfaatan, tetapi harus pula dialokasikan bagi zona preservasi dan konservasi. Keberadaan zona preservasi dan konservasi dalam suatu wilayah pembangunan sangat penting dalam memelihara berbagai proses penunjang kehidupan, seperti siklus hidrologi dan unsur hara; membersihkan limbah secara alamiah; dan sumber keanekaragaman hayati (biodiversity). Bergantung pada kondisi alamnya, luas zona preservasi dan konservasi yang optimal dalam suatu kawasan pembangunan sebaiknya antara 30-50% dari luas totalnya.

Sementara itu bila, kita meanggap wilayah pesisir sebagai penyedia sumberdaya alam, maka kriteria pemanfaatan untuk sumberdaya yang dapat pulih adalah bahwa laju ekstrasinya tidak boleh melebihi kemampuannya untuk memulihkan pada suatu periode tertentu (Clark,1988). Sedangkan pemaanfaatan sumberdaya pesisir yang tidak dapat pulih harus dilakukan dengan cermat, sehingga efeknya tidak merusak lingkungan.

Ketika wilayah (perairan) pesisir dimanfaatkan sebagai tempat untuk pembuangan limbah, maka harus ada jaminan bahwa jumlah total dari limbah tersebut tidak boleh melebihi kapasitas daya asimilasinya. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan daya asimilasi adalah kemampuan sesuatu ekosistem pesisir 48

untuk menerima suatu wilayah limbah tertentu sebelum ada indikasi terjadinya kerusakan lingkungan dan atau kesehatan yang tidak dapat di toleransi (Krom,1986).

2. Dimensi Sosial-Ekonomi

Secara sosial dan ekonomi budaya ekonomi konsep pembangunan berkelanjutan mensyaratkan, bahwa manfaat (keuntungan) yang diperoleh dari kegiatan pengunaan suatu wilayah pesisir serta sumberdaya alamnya harus diprioritaskan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk sekitar kegiatan (proyek) tersebut, terutama mereka yang ekonomi lemah, guna menjamin kelangsungan pertumbuhan ekonomi wilayah itu sendiri.

3. Dimensi Sosial Politik

Pada umumnya permasalah (kerusakan) lingkungan bersifat eksternalitas. Artinya pihak yang menderita alibat kerusakan tersebut bukanlah si pembuat kerusakan, melainkan pihak lain, yang biasanya masyarakat miskin dan lemah. Ciri khas lain dari kerusakan lingkungan adalah, bahwa akibat dari kerusakan ini biasanya muncul setelah beberapa waktu.

Mengingat karakteristik permasalahan lingkungan tersebut, maka pembangunan berkelanjutan hanya dapat dilaksanakan dalam system dan suasana politik yang dmokratis dan transparan. Tanpa kondisi politik semacam ini, niscaya laju kerusakan lingkungan akan melangkah lebih cepat ketimbang upaya prncegahan dan penanggulangannya.

4. Dimensi Hukum dan Kelembagaan

Pada akhirnya pelaksanaan pembangunan berkelanjutan menysyaratkan pengendalian diri dari setiap warga dunia untuk tidak merusak lingkungan dan bagi kelompok the haves dapat berbagi kemampuan dan rasa dengan saudaranya yang masih belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, sambil mengurangi budaya konsumerismenya. Persyaratan yang bersifat personal ini dapat dipenuhi 49

melalui penerapan system peraturan dan perundang-undangan yang berwibawa dan konsisten. Serta dibarengi dengan penanaman etika pembangunan berkelanjutan pada setiap warga dunia. Disinilah peran sentuhan nilai-nilai keagamaan akan sangat berperan.

2.1.17. Prinsip Dasar (Asas) Pengelolaan Pesisir Terpadu

Dalam keputusann Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:

KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir

Terpadu dijelaskan prinsip dasar (asas) pengelolaan pesisir terpadu meliputi:

1. Asas Keberlanjutan diterapkan agar: a. Pemanfaatan sumberdaya tidak melebihi kemampuan regenerasi sumberdaya hayati atau laju inovasu subtitusi sumberdaya non hayati pesisir, b. Pemanfaatan sumberdaya pesisir saat ini tidak boleh mengorbankan (kualitas dan kuantitas) kebutuhan generasi yang akan dating atas sumberdaya pesisir, dan c. Pemanfaatan sumberdaya yang belum diketahui dampaknya harus dilakukan secara hati-hati dan didukung oleh penelitian ilmiah yang memadai.

Tujuan utama pembangunan berkelanjutan dijelaskan dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor. KEP.10?MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu adalah untuk memanfaatkan sumberdaya pesisir dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat dan pelaksanaan pembangunan nasional dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya pesisir di dalam memenuhi kebutuhan baik untuk generasi sekarang maupun bagi generasi yang akan datang. 2. Asas Konsistensi merupakan konsistensi dari berbagai instansi dan lapisan pemerintah, dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pengawasan untuk melaksanakan program Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang telah diakreditasi 3. Asas Keterpaduan dikembangkan dengan: 50

a. Mengintegrasikan kebijakan dengan perencanaan berbagai sektor pemerintahan secara horizontal dan secara vertical antara pemerintah daerah, dan b. Mengintegrasikan ekosistem darat dengan ekosistem laut berdasarkan masukan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. 4. Asas Kepastian Hukum diperlukan untuk menjamin kepastian hukum yang mengatur pengelolaan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil secara jelas dan dapat dimengerti dan ditaati oleh semua pemangku kepentingan serta keputusan yang dibuat berdasarkan mekanisme atau cara yang dapat dipertanggungjawabkan dan tidak memarjinalkan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil. 5. Asas Kemitraan merupakan kesepakatan kerjasama antara pihak yang berkepentingan berkaitan dengan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau- pulau kecil. 6. Asas Pemerataan ditunjukan pada pemafaatan ekonomi sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil yang dapat dinikmati oleh sebagaian besar anggota masyarakat. 7. Asas peran serta masyarakat dimaksudkan; a. Agar masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil mempunyai peran dalam perencanaan, pelaksanaan sampai pengawasan dan pengendalian; b. Memiliki informasi yang terbuka untuk mengetahui kebijaksanaan pemerintah dan mempunyai akses yang cukup untuk memanfaatkan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil; c. Menjamin adanya representasi suara masyrakat dalam keputusan tersebut; d. Memanfaatkan sumberdaya tersebut secara adil. 8. Asas Keterbukaan dimaksudkan adanya keterbukaan bagi masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif 51

tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, dan tahap perencanaan pemanfaatan, pengendalian, sampai tahap pengawasan dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak-hak pribadi, golongan dan rahasia negara. 9. Asas Desentralisasi merupakan penyerahan wewenang pemerintahan dan pemerintah ke pemerintah daerah otonom untuk mengatur dan mengurus- urusan pemerintahan di bidang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau- pulau kecil 10. Asas Akuntabilitas dimaksudkan bahwa pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggung jawabkan. 11. Asas Keadilan merupakan asas yang berpegang pada kebenaran, tidak berat sebelah, tidak memihak, dan tidak sewenang-wenang dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil.

2.2. Penelitian Terdahulu

Untuk menghasilkan sebuah penelitian yang komprehensif dan berkolerasi maka penelitian ini mencoba mengambil beberapa penelitian awal sebagai bahan rujukan yang pembahasan penelitiannya memiliki relevansi yang sama dengan penelitian ini. Diharapkan dengan rujukan tersebut dapat membentuk kerangka berpikir dalam melakukan kajian. Berikut adalah bahan rujukan penelitian terdahulu diantaranya :

Penelitian pertama adalah jurnal yang berjudul “Kajian Dampak

Pengembangan Wilayah Pesisir Kota Tegal Terhadap Adanya Kerusakan

Lingkungan. Studi Kasus : Kecamatan Tegal Barat” ditulis oleh Andreas Untung

Diananto mahasiswa studi Ilmu Perencanaan Wilayah Kota Universitas

Diponegoro tahun 2006. Tujuan penelitian ini adalah untuk menkaji dampak 52

pengembangan wilayah pesisir Kota Tegal terhadap kerusakan lingkungan sehingga dapat diketahui tingkat kerusakan lingkungan dan besaran dampak pada kerusakan lingkungan yang terjadi akibat pengembangan wilayah pesisir Kota

Tegal. Sedangkan sasaran yang akan dilakukan adalah mengidentifikasi potensi

SDA pesisir, mengidentifikasi kondisi aspek kependudukan, mengidentifikasi aktifitas pengembangan wilayah dan mengukur dampak pengembangan wilayah pesisir terjadinya kerusakan lingkungan.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif analisis. Analisis yang digunakan adalah analisis deskripsi kualitatif yang meliputi analisis kondisi sumberdaya alam dan analisis kondisi kependudukan untuk mengetahui potensi dan aktivitas pengembangan wilayah, serta analisis deskriptif kuantitatif menggunakan Matrik Interaksi Leopold untuk mengetahui tingkat besaran dampak atau penurunan kualitas lingkungan yang mengindikasikan terjadinya kerusakan lingkungan sebagai akibat dari aktivitas pengembangan wilayah pesisir.

Penelitian kedua adalah skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan

Desa-Desa Pesisir di Kecamatan Palangga Selatan Kabupaten Konawe Selatan

Provinsi Sulawesi Tenggara” ditulis oleh Tri Rianti Agustin Seloningrum mahasiswa studi Ilmu Pembangunan Wilayah Universitas Gajah Mada tahun

2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengidentifikasi karakteristik desa- desa pesisir. (2) mengetahui potensi dan masalah yang terdapat di desa-desa pesisir, dan (3) menyusun strategi pengembangan wilayah berdasarkan potensi dan karakteristik desa-desa pesisir. Metode penelitian yang digunakan dalam 53

penelitian ini adalah metode survei, sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, deskriptif kuantitatif, analisis normatif, dan analisis SWOT. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa desa-desa pesisir memiliki luas wilayah hampir seimbang antara dataran rendah dan perbukitan, memiliki variasi potensi pariwisata dan SDA pesisir yang melimpah, namun melimpahnya SDA di desa-desa pesisir tersebut kurang didukung oleh kualitas

SDM yang memadai, sehingga diperlukan 4 strategi, yaitu: (1) pengembangan

SDA laut, (2) peningkatan kapasitas dan kapabilitas SDM dan meningkatkan pengetahuan praktis sumberdaya masyarakat di desa-desa pesisir, (3) mengembangkan potensi perikanan laut, serta (4) memberikan bantuan alat tangkap perikanan kepada masyarakat nelayan.

Penelitian ketiga adalah skripsi yang berjudul “Strategi Pengelolaan

Pariwisata Pantai Lontar Indah di Kabupaten Serang” ditulis oleh Mita Fitriani mahasiswa Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Tahun 201. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata dalam mengelola Pariwisata Pantai Lontar Indah di Kabupaten Serang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif.

Penelitian ini menggunakan teori yang didasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi strategi analisis SWOT menurut teori Hunger. Faktor-faktor tersebut adalah Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats. Hasil penelitian menunjukan bahwa Strategi Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Lontar Indah di Kabupaten Serang cukup 54

baik tetapi masih belum maksimal. Pelaksanaan strategi yang belum maksimal tersebut di pengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor eksternal maupun internal.

Faktor eksternal antara lain adalah disebabkan karena pengelolaan pariwisata pantai Lontar Indah di Kabupaten Serang sampai dengan penelitian ini masih pasif, belum dilakukan dengan cara menjalin kerjasama dengan pihak lain, dimana pihak lain tersebut tidak berbentuk hukum melainkan diserahkan kepada individu maupun pihak swasta. Faktor internal yang mempengaruhinya antara lain tidak adanya program dalam upaya perkembangan pariwisata berkelanjutan, kedua kurangnya pegawai baik dalam kualitas maupun kuantitas yang berbasis kepariwisataan, ketiga tidak adanya sarana Informasi seperti website untuk mempromosikan obyek wisata.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah ruang lingkup di setiap penelitian mengangkat tema tentang wilayah pesisir. Penelitian pertama mengkaji dampak kerusakan lingkungan yang terjadi terhadap pengembangan wilayah pesisir yang dilakukan. Namun, fokus yang dikaji dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian pertama. Penelitian ini berfokus pada strategi pengembangan wilayah pesisir dengan mengkaji beberapa faktor menggunakan analisis SWOT seperti melihat dari segi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang terdapat di wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk

Naga.

Penelitian kedua, persamaan penelitian ini adalah teknik analisis yang digunakan menggunakan analisis SWOT. Namun terdapat perbedaan dalam 55

metode yang digunakan dalam penelitian ketiga yaitu pengambilan data yang dilakukan menggunakan metode survei dalam penelitiannya.

Penelitian ketiga, persamaan penelitian ini adalah metode yang digunakan menggunakan pendekatan kualitatif dan teori yang digunakan menggunaka

Analisis SWOT dimana didalamnya terdapat faktor yang mempengaruhi. Faktor- faktor tersebut adalah Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats. Perbedaan dalam penelitian ini adalah lokus atau tempat dalam penelitian ini berbeda.

2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting (Sugiyono, 2005 : 65). Kerangka berpikir memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Uraian dalam kerangka berpikir menjelaskan antar variabel. Kerangka berpikir merupakan proses yang sangat penting dalam menyusun suatu penelitian, karena dalam proses ini pembaca dapat mengetahui apa yang akan dilakukan oleh peneliti dan bagaimana urutan penelitian itu dilakukan.

Wilayah pesisir menjadi perhatian khusus dalam rangka pengembangan wilayahnya ini dikarenakan sumberdaya alam didaratan yang mulai menipis dan melimpahnya kekayaan sumberdaya kelautan dan pesisir yang dimiliki Indonesia.

Ini menjadi salah satu pertimbangan peralihan dari negara terestrial (daratan) ke negara maritim. Sehingga sudah saatnya diperlukan perubahan yang mengacu pada pembangunan yang tidak semata-mata mengejar pertumbuhan ekonomi 56

semata, namun para pemangku kepentingan dapat secara adil dan tetap menjaga terpeliharanya daya dukung dan kualitas lingkungan secara seimbang menuju pembangunan yang berkelanjutan untuk generasi di masa yang akan datang.

Berbagai permasalahan yang dihadapi di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk

Naga sebagai salah satu wilayah pesisir adalah : Tingkat kesejahteraan masyarakat yang masih rendah akibat rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia dari segi keterampilan yang dimiliki, Masih minimnya kapasitas masyarakat Desa Tanjung

Pasir dalam pengelolaan sumberdaya alam, ekonomi dan sosial budaya, Adanya pencemaran lingkungan akibat kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan di sekitar lingkungan permukiman mereka dari berbagai aktifitas kegiatan pelabuhan, permukiman, pertambakan di Desa Tanjung Pasir Kecamatan

Teluknaga Kabupaten Tangerang, Terjadinya abrasi akibat proses alami dan aktivitas manusia di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten

Tangerang, Kepemilikan sumberdaya lahan di Desa Tanjung Pasir sudah bukan milik penduduk atau masyarakat setempat. Menurut peneliti dengan adanya permasalahan-permasalahan yang terdapat di Desa Tanjung Pasir dapat dikaji dengan manajemen strategi menggunakan analisis SWOT.

Manajemen strategis adalah serangkaian keputusan dan tindakan manjerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategis meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategis (perencanaan strategis atau perencanaan jangka panjang, implementasi strategis, dan evaluasi serta pengendalian. Manajemen strategis menekankan pada pengamatan dan evaluasi 57

peluang dan ancaman lingkungan dengan melihat kekuatan dan kelemahan perusahaan.

Analisis SWOT merupakan akronim dari Strength (kekuatan) dan

Weakness (kelemahan) internal dari suatu perusahaan serta Opportunities

(peluang) dan Treats (ancaman) lingkungan yang dihadapinya. Analisis SWOT merupakan instrumen yang ampuh dalam melakukan analisis stratejik, keampuhan tersebut terletak pada kemampuan para penentu strategi untuk memaksimalkan peranan faktor kekuatan pemanfaatan peluang sekaligus berperan sebagai alat untuk menimalisasi kelemahan yang terdapat dalam tubuh organisasi dan menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi.

Analisis SWOT merupakan teknik historia yang terkenal dimana para manajerial menciptakan gambaran umum secara cepat mengenai situasi strategis.

Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif diturunkan dari

“kesesuaian” yang baik antara sumber daya internal (kekuatan dan kelemahan) dengan situasi eksternalnya (peluang dan ancaman). Kesesuaian yang baik akan memaksimalkam kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Jika diterapkan secara akurat, asumsi sederhana ini memiliki implikasi yang bagus dan mendalam bagi desain strategi yang berhasil.

Alat yang digunakan dalam menyusun faktor-faktor strategis organisasi adalah matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman internal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang dimiliki. Matrik ini dapat menghasilkan empat set 58

kemungkinan alternatif strategis. Terdapat 8 langkah dalam menyusun matrik

SWOT, yaitu:

1. Tuliskan kekuatan internal organisasi yang menentukan. 2. Tuliskan kelemahan internal organisasi yang menentukan. 3. Tuliskan peluang eksternal organisasi yang menentukan. 4. Tuliskan ancaman eksternal organisasi yang menentukan. 5. Mencocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan strategi SO dalam sel yang tepat. 6. Mencocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan strategi WO dalam sel yang tepat. 7. Mencocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan strategi ST dalam sel yang tepat. 8. Mencocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan strategi WT dalam sel yang tepat.

Untuk lebih jelasnya, kerangka berpikir penulis dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

59

Input :

1. Tingkat kesejahteraan masyarakat yang masih rendah akibat rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia dari segi keterampilan yang dimiliki. 2. Masih minimnya kapasitas masyarakat Desa Tanjung Pasir dalam pengelolaan sumberdaya alam, ekonomi dan sosial budaya 3. Adanya pencemaran lingkungan akibat kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan di sekitar lingkungan permukiman mereka dari berbagai aktifitas kegiatan pelabuhan, permukiman, pertambakan di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang 4. Terjadinya abrasi akibat proses alami dan aktivitas manusia di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang 5. Kepemilikan sumberdaya lahan di Desa Tanjung Pasir sudah bukan milik penduduk atau masyarakat setempat.

Proses :

Analisis SWOT : 1. Strength (kekuatan) 2. Weakness (kelemahan) 3. Opportunities (peluang) 4. Treats (ancaman) Feedback (Robbins dan Coulter, 2013) Merumuskan strategi yang layak

sehingga dapat mengembangkan wilayah pesisir dengan secara optimal dan berkelanjutan.

Output : Dapat diperoleh dengan jelas bagaimana peluang dan ancaman internal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang dimiliki oleh Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga

Gambar 2.4 Kerangka Berpikir Penelitian

60

2.4. Asumsi Dasar

Asumsi dasar merupakan hasil refleksi dari penelitian berdasarkan kajian pustaka dan landasan teori yang digunakan sebagai dasar pada argumentasi. Pada penelitian ini membahas mengenai Strategi Pembangunan Wilayah Pesisir Desa

Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang dilakukan untuk menganalisis bentuk pembangunan Sosial di Wilayah Pesisir Desa Tanjung Pasir

Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang

Berdasarkan pada kerangka pemikiran yang telah dipaparkan diatas, peneliti telah melakukan observasi awal terhadap objek penelitian. Berdasarkan observasi ke lokasi penelitian bahwa masih terdapat berbagai permasalahan yang dihadapi di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga sebagai salah satu wilayah pesisir adalah : Tingkat kesejahteraan masyarakat yang masih rendah akibat rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia dari segi keterampilan yang dimiliki, Masih minimnya kapasitas masyarakat Desa Tanjung Pasir dalam pengelolaan sumberdaya alam, ekonomi dan sosial budaya, Adanya pencemaran lingkungan akibat kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan di sekitar lingkungan permukiman mereka dari berbagai aktifitas kegiatan pelabuhan, permukiman, pertambakan di Desa Tanjung Pasir Kecamatan

Teluknaga Kabupaten Tangerang, Terjadinya abrasi akibat proses alami dan aktivitas manusia di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten

Tangerang, Kepemilikan sumberdaya lahan di Desa Tanjung Pasir sudah bukan milik penduduk atau masyarakat setempat. 61

Dari berbagai permasalahan yang dipaparkan di atas, sehingga peneliti berasumsi bahwa dengan adanya permasalahan-permasalahan yang terdapat di

Desa Tanjung Pasir dapat dikaji dengan manajemen strategi menggunakan analisis SWOT. Dengan adanya penyusunan strategi yang didasarkan pada kekuatan dan kelemahan serta dipadukan dengan peluang dan ancaman yang dapat terjadi pada perubahan lingkungan, diharpkan mampu mengatasi masalah atau tantangan kedepan untuk mencapai tujuan dan berkembangnya suatu organisasi.

62

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Untuk mengetahui strategi pembangunan wilayah pesisir di sektor ekonomi dan sosial yang digunakan untuk mengatasi permasalahan di

Wilayah Pesisir Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.

Menurut Sugiyono (2009:1-3), Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara tringulasi, analisis data bersifat induktif, dan data hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Menurut Denzin dalam Satori dan Aan (2010:23) penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar ilmiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan berbagai karakteristik khas yang dimiliki.

Kualitatif menurut Bodgan dan Taylor (1975:5) dalam Moleong (2002:23) adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis 63

dan lisan dari orang dan perilaku yang diamati. Dalam penelitian kualitatif data dihasilkan berbentuk kata, kalimat dan gambar untuk mendeskripsikan bagaimana kenyataan sosial yang terjadi dengan mendeskripsikan dimensi yang sesuai dengan masalah dan unit yang diteliti.

Sedangkan menurut Satori dan Aan (2010:22) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, atau perilaku yang diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suautu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komperhensif, dan holistik.

Jadi penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa secara lisan melalui ucapan dan perilaku orang-orang yang diamati, dan dapat digunakan untuk meneliti tetang bagaimana kehidupan di dalam masyarakat menurut tingkah laku, sejarah, aktivitas sosial, dan juga sejarah.

3.2. Ruang Lingkup/Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah pada manajemen strategi dalam membangun wilayah pesisir menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan instrumen yang ampuh dalam melakukan analisis stratejik, keampuhan tersebut terletak pada kemampuan para penentu strategi untuk memaksimalkan peranan faktor kekuatan pemanfaatan peluang sekaligus berperan sebagai alat untuk menimalisasi kelemahan yang terdapat dalam tubuh organisasi dan menekan dampak ancaman yang timbul dan 64

harus dihadapi. Jika diterapkan secara akurat, asumsi sederhana ini memiliki implikasi yang bagus dan mendalam bagi desain strategi yang berhasil.

3.3. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini sesuai dengan judul penelitian yaitu Strategi

Pembangunan Wilayah Pesisir di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga

Kabupaten Tangerang. Secara umum wilayah Kecamatan Teluk Naga merupakan dataran rendah dan pesisir pantai. Ada 4 Desa yang berbatasan langsung dengan bibir pantai yaitu Desa Tanjung Burung, Desa Lemo, Desa Muara dan Desa Tanjung Pasir.

Desa Tanjung Pasir sendiri adalah salah satu wilayah pesisir di Kecamata Teluk Naga dengan kemiringan lahan 0-2% sehingga menjadi lahan yang potensial untuk pengembangan seluruh jenis fungsi kegiatan yang berbasis pesisir.

3.4. Variabel Penelitian

3.4.1. Definisi Konsep

Definisi konseptual memberikan penjelasan tentang konsep dari variabel yang akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan kerangka berpikir yang digunakan.

Adapun definisi konsep dalam penelitian mengenai strategi pembangunan wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga adalah :

1) Manajemen Strategi

Manajemen strategis adalah serangkaian keputusan dan tindakan manjerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategis meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategis (perencanaan strategis atau perencanaan 65

jangka panjang, implementasi strategis, dan evaluasi serta pengendalian. Manajemen strategis menekankan pada pengamatan dan evaluasi peluang dan ancaman lingkungan dengan melihat kekuatan dan kelemahan perusahaan.

2) Wilayah Pesisir

Wilayah pesisr adalah wilayah dinamik yang saling berhubungan dimana daratan, air dan udara berinteraksi di dalam keseimbangan yang mudah terganggu

(fragile) yang secara tetap dirubah oleh pengaruh alam dan manusia. Secara umum, wilayah pesisir dapat didefinisikan sebagai wilayah pertemuan anatara ekosistem darat, ekosistem laut, dan ekosistem udara yang saling bertemu dalam suatu keseimbangan yang rentan. Kerentanan tersebut dipengaruhi karena kawasan pesisir dan laut memiliki karakteristik khusus, baik dalam sifat ekologis maupun keanekaragaman sumberdayanya, sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus.

3.4.2. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran fenomena yang akan diamati. Dalam penelitian ini fenomena yang akan peneliti amati adalah mengenai strategi dalam membangun wilayah pesisir Desa Tanjung pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten

Tangerang. Penjelasan dari definisi operasional ini akan dikemukakan dengan fenomen- fenomena penelitian yang dikaitkan dengan konsep yang digunakan yaitu Menurut

Robbins dan Coulter (2013:214-217) menyebutkan: Proses manajemen strategi adalah proses enam langkah yang memadu perencanaan, implementasi, dan evaluasi strategi.

Walaupun empat langkah yang pertama menjelaskan perencanaan yang harus dilakukan, implementasi dan evaluasi juga sama pentingnya. Bahkan strategi terbaik pun dapat saja 66

gagal bila manajemen tidak mengimplementasikan atau mengevaluasinya secara layak.

Proses Manajemen Strategi tersebut adalah :

1) Langkah 1: Mengidentifikasi Misi, Tujuan, dan Strategi Organisasi Saat Ini 2) Langkah 2: Melakukan Analisis Eksternal 3) Langkah 3: Melakukan Analisis Internal 4) Langkah 4: Memformulasikan Strategi 5) Langkah 5: Mengimplementasikan Strategi 6) Langkah 6: Mengevaluasi Hasil Penggabungan langkah dua dan tiga diatas, menghasilkan penilaian terhadap sumber daya internal dan kemampuan organisasi tersebut dengan berbagai peluang dilingkungan eksternalnya yang kemudian disebut dengan analisis SWOT. Setelah menyelsaikan analisis SWOT, manajer telah siap memformulasikan strategi yang tepat yaitu strategi yang (1) menggali kekuatan organisasi dan peluang eksternal, (2) menyangga atau melindungi organisasi dari ancaman eksternal, atau (3) memperbaiki kelemahan yang kritis.

Analisis SWOT merupakan akronim dari Strength (kekuatan) dan Weakness

(kelemahan) internal dari suatu perusahaan serta Opportunities (peluang) dan Treats

(ancaman) lingkungan yang dihadapinya. Analisis SWOT merupakan instrumen yang ampuh dalam melakukan analisis stratejik, keampuhan tersebut terletak pada kemampuan para penentu strategi untuk memaksimalkan peranan faktor kekuatan pemanfaatan peluang sekaligus berperan sebagai alat untuk menimalisasi kelemahan yang terdapat dalam tubuh organisasi dan menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi. 67

Analisis SWOT merupakan teknik historia yang terkenal dimana para manajerial menciptakan gambaran umum secara cepat mengenai situasi strategis. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif diturunkan dari “kesesuaian” yang baik antara sumber daya internal (kekuatan dan kelemahan) dengan situasi eksternalnya

(peluang dan ancaman). Kesesuaian yang baik akan memaksimalkam kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Jika diterapkan secara akurat, asumsi sederhana ini memiliki implikasi yang bagus dan mendalam bagi desain strategi yang berhasil.

Alat yang digunakan dalam menyusun faktor-faktor strategis organisasi adalah matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman internal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang dimiliki. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis. Terdapat 8 langkah dalam menyusun matrik SWOT, yaitu:

1. Tuliskan kekuatan internal organisasi yang menentukan. 2. Tuliskan kelemahan internal organisasi yang menentukan. 3. Tuliskan peluang eksternal organisasi yang menentukan. 4. Tuliskan ancaman eksternal organisasi yang menentukan. 5. Mencocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan strategi SO dalam sel yang tepat. 6. Mencocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan strategi WO dalam sel yang tepat. 7. Mencocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan strategi ST dalam sel yang tepat. 8. Mencocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan strategi WT dalam sel yang tepat. Definisi operasional ini disusun dengan fokus penelitian berdasarkan apa yang akan peneliti kaji dan temukan saat di lapangan, kemudian akan dioleh dan dikembangkan sesuai dengan data yang diperoleh menjadi satu rangkaian informasi 68

yang dijabarkan dalam bentuk deskriptif sehingga menjadi suatu hasil penelitian yang paten dan dapat dipertanggungjawabkan keabsahan datanya.

3.5. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian diperlukan suatu alat ukur dalam proses pengolahannya. Hal ini untuk mencapai hasil yang diinginkan. Alat ukur dalam penelitian disebut juga sebagai indtrumen penelitian, atau dengan kata lain instrumen penelitian digunakan dalam mengukur fenomen alam atau sosial yang akan diamati. Fenomena ini disebut juga sebagai variable penelitian yang ditetapkan untuk diteliti.

Dalam penelitian ini mengenai Strategi Pembangunan Wilayah Pesisir Desa

Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitiannya. Dalam pendekatan kualitatif instrumennya adalah peneliti itu sendiri. Penelitian kualitatuf sebagai human instrumen, berfungsi untuk menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas penelitian yang telah dilakukan. Bila dilihat berdaarkan data maka dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan 2 data yaitu :

1. Sumber Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data yang

diperoleh adalah dengan cara :

69

1) Wawancara

Dalam penelitian ini teknik wawancara digunakan untuk

mengumpulkan data. Menurut Sugiyono (2005:187), wawancara adalah

percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.

Dilakukan guna untuk memperoleh informasu dan keterangan dari informan.

Dalam hal ini peneliti mewawancarai pihak yang terkait yakni seperti Kepala

Bidang Konservasi Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang, Kasi

Pengawasan Perikanan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang,

Staff Bidang Konservasi dan Pengawasan Sumberdaya Perikanan dan

Kelautan, Camat Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang, Kepala Desa

Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang, TNI Pos

Angkatan Laut Tanjung Pasir, Tokoh Masyarakat Pesisir Desa Tanjung Pasir.

Wawancara dalam penelitian kualitatif bersifat mendalam. Adapun jenis

wawancara yanng peneliti gunakan adalah wawancara tak terstruktur. Menurut

Satori dan Aan (2010:46), wawancara tak terstruktur adalah wawancara bebas

dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun

secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman

wawancara yang digunakan hanya berupa garis besar permsalahan yang

ditanyakan. Wawancara yang dilakukan secara mendalam dengan sumber data

yang menguasai dan memahami data yang akan dicari oleh peneliti.

Wawancara mendalam ini digunakan untuk mencari data yang digunakan

dalam mencari jawaban atas batasan masalah yang pertama adalah bagaimana

strategi dalam membangun wilayah pesisir di Desa Tanjung Pasir Kecamatan 70

Teluk Naga Kabupaten Tangerang, kemudian untuk menjawab rumusan masalah yang kedua yaitu alternatif apa saja yang dilakukan dalam strategi pembangunan yang dilakukan di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga

Kabupaten Tangerang.

Adapun pedoman wawancara yang dapat dilihat didalam tabel sebagai berikut

:

71

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara

Dimensi Komponen dan Pertanyaan Deskripsi Proses Menganalisis - Mengidentifikasi visi, misi, tujuan dan Manajemen proses manajemen strategi yang terdapat di Desa Tanjung Pasir Strategi Strategi di Wilayah - Mengidentifikasi faktor- faktor internal Pengembangan Pesisir Desa yang terdapat di Desa Tanjung Pasir Wilayah Pesisir Tanjung Pasir - Mengidentifikasi faktor- faktor eksternal yang terdapat di Desa Tanjung Pasir Analisis SWOT Manganalisis Menganalisis Faktor Internal dan Eksternal Faktor Internal dan seperti : Eksternal Yang 1. Kekuatan Yang dimiliki dimiliki dengan 2. Kelemahan Yang dimiliki Analisis Swot 3. Peluang yang dimiliki 4. Ancaman yang dimiliki Selanjutnya dengan menganalisis mengunakan Matriks SWOT menggambarkan dengan jelas bagaimana peluang dan ancaman internal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang dimiliki. Strategi dalam Merumuskan Merumuskan Strategi yang layak dengan mengembangkan Stretegi Yang melihat faktor-faktor yang ada di Desa Wilayah Pesisir Layak dan alternatif Tanjung Pasir sehingga dapat yang digunakan mengembangkan wilayah pesisir dengan Untuk segala potensi yang ada. mengembangkan wilayah pesisir (Sumber : Peneliti, 2015)

72

2) Obesrvasi

Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2009:64) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, yang tersusun dari berbagi proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses- proses pengamatan dan ingatan, yakni memperhatikan secara akurat, mencatat yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena tersebut yang dilakukan guna untuk mengamati dan mencatat kondisi objek.

Observasi yang dilakukan peneliti yaitu observasi nonpartisipatoris dimana peneliti tidak terlibat langsung dilapangan, peneliti hanya menjadi pengamat yang independen.

3) Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis yang diterbitkan oleh lembaga yang menjadi objek penelitian, baik berupa prosedur, peraturan-peraturan, gambar, laporan hasil pekerjaan berupa foto ataupun dokumen elektronik (rekaman). Dalam Penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data studi dokumentasi dengan cara menggali data dokumenter yang telah tersedia di dalam lembaga.

73

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Studi literatur atau kepustakaan, dimana pengumpulan data penelitian yang

diperoleh dari berbagai referensi buku yang relevan dengan penelitia yang

dilakukan

2) Studi dokumentasi, dimana pengumpulan data penelitian diperoleh dari peraturan

perundang-undangan, laporan-laporan, dokumen-dokumen dan catatan-catatan

dihimpun dan dianalisis yang relevan dengan masalah yang diteliti.

3.6. Informan Penelitian

Penelitian mengenai Strategi Pembangunan Wilayah Pesisir di Desa Tanjung

Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang, dalam penentuan informannya menggunakan teknk Purposive (bertujuan) yaitu merupakan metode penerapan sample dengan berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu yang disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan peneliti. Walaupun demikian dalam pelaksanaan penelitian di lapangan nanti, tidak menutup kemungkinan peneliti juga akan menggunakan teknik Snowball disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang ada dilapangan. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah setiap orang yang terkait dalam strategi pengembangan wilayah pesisir, diantaranya :

74

Tabel 3.2 Informan Penelitian

No Kode Informan Jabatan/Status Informan

Kepala Bidang Konservasi Dinas 1 I1 Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang Staff Bidang Konservasi dan Pengawasan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan 2 I2 Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang

Kasi Pengawasan Perikanan Dinas 3 I3 Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang

Camat Kecamatan Teluknaga Kabupaten 4 I4 Tangerang

Kepala Desa Tanjung Pasir Kecamatan 5 I5 Teluknaga Kabupaten Tangerang

6 I6 TNI Pos Angkatan Laut Tanjung Pasir

7 I7 Tokoh Masyarakat Desa Tanjung Pasir

(Sumber : Peneliti, 2015)

3.7. Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, kegiatan analisis data dimulai sejak peneliti melakukan kegiatan-kegiatan pra-lapangan samapai dengan selesainya penelitian.

Analis data dilakukan secara terus menerus tanpa henti sampai data tersebut bersikap 75

jenuh. Dalam prosesnya, analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif yang telah dikembangkan oleh Miles dan Huberman, yaitu selama proses pengumpulan data dilakukan tiga kegiatan penting, diantarnya: reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan verifikasi (verification). Apabila diuraikan proses tersebut akan nampak sebagai berikut:

Gambar 3.1

Analisis data Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2009)

Pertama, kegiatan reduksi data pada tahan ini berfokus pada pemilihan penyederhanaan, dan transformasi data kasar catatan lapangan. Dalam proses ini dipilih data yang relevan dengan fokus penelitian. Proses reduksi ini dilakukan secara bertahap selama dan sesudah pengumpulan data dan laporan hasil. Reduksi data dilakukan dengan cara membuat ringkasan data, menelusuri tema tersebar dan membuat kerangka penyajian data.

Kedua, penyajian data dalam kegiatan ini menyusun kembali data berdasarkan kalsifikasi dan masing-masing topik, kemudian topik yang sama ditempatkan kedalam 76

satu tempat, masing-masing tempat diberikan kode, hal ini dilakukan untuk memudahkan untuk pengolahan data dan agar tidak terjadiketimpangan data yang telah dijaring. Pada tahap ini data disajikan kedalam tema yang khusus sebagai permasalahan yang dituangkan dalam pertanyaan penelitian.

Ketiga, data yang telah dikelompokan yang sesuai dengan topik-topik kemudian ditelitikembali dengan cermat, dimana data sudah lengkap dan data yang masih kurang dan memerlukan data tambaha, kegiatan ini dilakukan selama penelitian berlangsung.

Keempat, setelah data dianggap lengkap dan telah sampai titik jenuh atau telah memperoleh kesesuaian, maka kegiatan selanjutnya adalah menyusun laporan hingga akhir pembuatan kesimpulan.

Adapun dalam pengujian keabsahan data, pada penelitian ini dilakukan dengan cara, yaitu triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kreadibilitas ini dapat diartikan dengan pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu

(Sugiyono,2005:252). Terdapat tiga jenis triangulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, triangulasi waktu. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh dari lapangan dengan beberapa sumber. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Pengecekan dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.

77

3.8. Jadual Penelitian

Tabel 3.3

Waktu Pelaksanaan Penelitian

Waktu Mei- Agus- No. Kegiatan Mar Apr Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Juli Nov 2015 2015 2015 2016 2016 2016 2015 2015 2016 2016 2016 2015 2015 1. Pengajuan Judul

2. Perizinan dan Observasi awal

3. Penyusunan Proposal Skripsi

4. Penyusunan Bab I - Bab III

5. Seminar proposal Skripsi

6. Revisi Proposal Skripsi

7 Pengumpulan Data Lapangan

8 Reduksi Data Lapangan

9 Penyajian Data

10 Menarik Kesimpulan

11 Penyusunan Hasil Penelitian

12 Bimbingan BAB IV&BAB V

13 Sidang Skripsi

14 Revisi Skripsi

(Sumber : Peneliti, 2016)

78

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

Desa Tanjung Pasir merupakan salah satu desa di Kecamatan Teluk Naga. Kata

Tanjung yang berarti daratan yang menonjol permukaan Laut Jawa dan pasir adalah permukaan yang tanahnya pasir. Desa Tanjung pasir merupakan pemekaran wilayah yang dahulunya masih bersatu dengan Tegalangus. Pemekaran wilayah terjadi pada tahun 1984. Wilayah Desa Tanjung Pasir sangat strategis karena mempunyai kawasan di antara dua kota yaitu Kota Tangerang dan DKI Jakarta. Letak geografis Desa Tanjung

Pasir terletak pada 10º20’-106º43’ Bujur Timur dan 6º00’6º00-6º20’ Lintang Selatan.

Luas wilayah Desa Tanjung pasir adalah 570 Ha. Batas-batas wilayah Desa Tanjung

Pasir sebagai berikut:

Tabel 4.1

Batas Wilayah Desa Tanjung Pasir

Sebelah Utara Laut Jawa

SebelahTimur Desa Muara

Sebelah Selatan Desa Tegal Angus

Sebelah Barat Tanjung Burung

(Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang, 2015) 79

Peruntukan tanah di Desa Tanjung Pasir meliputi untuk jalan sepanjang 7,95

Km, sawah dan ladang 54 Ha dan untuk perkuburan 720 m². Penggunaan lahan diantaranya untuk perkantoran seluas 10.05 Ha dan tanah sawah dan irigasi teknis 79

Ha. Desa Tanjung Pasir juga memiliki lahan seluas 10 Ha untuk tempat rekreasi yaitu berupa kawasan pantai. Data Penggunaan lahan secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.2 Penggunaan Lahan Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang No. Penggunaan Lahan Eksisting Luas (Ha) Persentase (%)

1 Pasir Darat 13.7 2.40

2 Permukiman 30.25 5.31

3 Tambak 310.3 54.44

4 Sawah Irigasi 190.6 33.44

5 Kebun 14.36 2.52

6 Hutan 10 1.75

7 Peternakan 0 0.00

8 Tanah Timbul 0 0.00

9 Tanah Kosong 0.808 0.14

JUMLAH 570 Ha 100.00

(Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang, 2015) 80

Jarak tempuh dari pusat pemerintahan desa dengan pemerintahan di atasnya secara berjenjang adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3 Jarak Tempuh Desa Tanjung Pasir dari Pusat Pemerintahan Desa Dengan Pemerintahan di atasnya

No. Pemerintahan Jarak

1 Kantor Kecamatan 12

2 Ibu Kota Kabupaten Tangerang 54

3 Ibu Kota Provinsi 74

(Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang, 2015)

Desa Tanjung Pasir memiliki unsur pembantu pemerintah terbawah terdiri dari

6 kemandoran/dukuh yaitu Kemandoran 1, Kemandoran 2, Kemandoran 3, Kemandoran

4, Kemandoran 5, Kemandoran 6. Tiap wilayah kemandoran rata-rata terdiri dari 2

Rukun Warga, kecuali di Kemandoran 3 yang terdiri dari 4 (empat) Rukun Warga. Total

Jumlah Rukun Warga (RW) di Desa Tanjung Pasir adalah 14 RW dan 34 RT.

Jumlah penduduk Desa Tanjung Pasir tercatat sebanyak 9.793 Jiwa terdiri dari laki-laki 5.017 Jiwa, Perempuan 4.776 Jiwa dan Jumlah Keluarga 2.424 . Kepadatan penduduk rata-rata 1,625 jiwa/km2. dan rata-rata jumlah jiwa per rumah tangga adalah

3.7 jiwa. Jumlah penduduk berdasarkan umur adalah sebagai berikut:

81

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang

No. Usia Jumlah penduduk 1 0 – 4 tahun 1.026 2 5 – 9 tahun 893 3 10 – 14 tahun 884 4 15 – 19 tahun 1.070 5 20 – 24 tahun 1.107 6 25 – 29 tahun 975 7 30 – 34 tahun 773 8 35 – 39 tahun 748 9 40 – 44 tahun 631 10 45 – 49 tahun 546 11 50 – 54 tahun 393 12 55 – 59 tahun 236 13 60 – 64 tahun 203 14 65 – 69 tahun 110 15 70 – 74 tahun 101 16 > 75 Tahun 97 Jumlah 9.793 (Sumber : BPS Kabupaten Tangerang 2013)

Penduduk Tanjung Pasir mayoritas berasal dari suku Betawi. Suku Tangerang sangat mendominasi adat istiadat yang ada di Desa Tanjung Pasir. Dengan kata lain menjunjung tinggi Kulturualisme. Ini tak ubahnya dengan kehidupan masyarakat

Betawi di Jakarta zaman dahulu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang 82

Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa. mereka adalah hasil perkawinan antar etnis dan bangsa di masa lalu. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti oran Sunda, Jawa, Arab, Bali, Sumbawa, Ambon, dan Melayu. Dilihat dari agamanya, seluruh penduduk Desa Tanjung Pasir mayoritas menganut agama Islam

(diatas 85%) dan adat istiadat yang berlaku ditengah-tengah masyarakat senantiasa berkaitan dengan agama yang dianut. Sarana peribadatan adalah salah satu fasilitas yang penting ketersediannya. Jika dilihat sarana peribadatan yang ada di Desa Tanjung Pasir dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.5 Sarana Peribadatan Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang

Sarana Peribadatan Jumlah

Masjid 6

Mushola 30

Majelis Taklim 23

Sarana Peribadatan lainnya 0

(Sumber : Monografi Desa, 2011)

Sarana pendidikan sangat penting dalam dunia pendidikan karena sebagai alat penggerak suatu pendidikan. Saran dan prasarana pendidikan dapat berguna untuk menunjang penyelenggaraan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu wilayah tertentu dalam rangka mencapai tujuan tertentu. 83

Jika dilihat sarana pendidikan yang ada di Desa Tanjung Pasir dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.6 Sarana Pendidikan Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten

Tangerang

Sarana Pendidikan Jumlah

TK/Paud 4

SD 4

SLTP 1

SLTA 0

Madrasah 0

Lembaga Pendidikan 0 Agama/Kursus/Pesantren

(Sumber : Monografi Desa, 2011)

Sarana dan prasarana ekonomi masyarkat dapat berguna untuk mendukung penyelenggaraan proses perekonomian di masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu wilayah tertentu dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Jika dilihat sarana dan prasarana ekonomi masyarakat yang ada di Desa Tanjung Pasir dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

84

Tabel 4.7 Sarana Perekonomian Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten

Tangerang

Sarana Perekonomian Jumlah

Koperasi 1

Teras BRI 1

Warung/Kedai 100

Kios Klontong 5

Toko 20

Warung Makan 30

Bengkel 4

Depot 1

(Sumber : Monografi Desa, 2011)

85

Tabel 4.8 Sarana dan Prasarana Perikanan Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga

Kabupaten Tangerang

Sarana dan Prasarana Perikanan Jumlah

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tanjung 1 Unit Pasir

Hatchery Mini 1 Unit

Tambak Dinas 4,5 Ha

Depot Es 1 Unit

SPDN 1 Unit

Kedai Pesisir 1 Unit

Rumah Produksi 1 Unit

Rumah Promosi 1 Unit

Pengolahan Ikan 7 Unit

Pasar Tradisional 1 Unit

(Sumber : Monografi Desa, 2011)

4.2. Deskripsi Data

4.2.1. Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai data yang telah didapatkan dari hasil observasi penelitian. Penelitian mengenai Strategi Pembangunan

Wilayah Pesisir Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang, 86

peneliti menggunakan teori manajemen strategi menggunakan analisis SWOT. Dengan adanya penyusunan strategi yang didasarkan pada kekuatan dan kelemahan serta dipadukan dengan peluang dan ancaman yang dapat terjadi pada perubahan lingkungan, diharpkan mampu mengatasi masalah atau tantangan kedepan untuk mencapai tujuan dan berkembangnya suatu organisasi.

Mengingat jenis dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, maka data yang diperoleh bersifat deskriptif berbentuk kata dan kalimat dari hasil wawancara, hasil observasi lapangan serta data atau hasil dokumentasi lainnya. Berdasarkan tehnik data kualitatif data-data tersebut dianalisis selama penelitian berlangsung. Data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi dilakukan reduksi data untuk mendapatkan tema dan polanya serta diberikan kode-kode pada aspek tertentu berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan berkaitan dengan pembahasan penelitian serta dilakukan katagorisasi. Dalam menyusun jawaban penelitian, peneliti memberikan kode yaitu :

1. Kode Q menunjukan daftar urutan pertanyaan

2. Kode A, B, C, D menunjukan item pertanyaan

3. Kode I1, I2, I3, dan seterusnya menunjukan daftar urut informan

4. Kode I menunjukan Informan

5. Kode P menunjukan Peneliti

6. Kode SI menunjukan Status Informan 87

Setelah memberikan kode-kode pada aspek tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian sehingga tema dan polanya ditemukan, maka dilakukan kategorisasi berdasarkan jawaban-jawaban yang ditemukan dari penelitian dilapangan dengan membaca dan menelaah jawaban-jawaban tersebu. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan beberapa kategori dengan beberapa indikator yang dianggap sesuai dengan permasalahan penelitian dan kerangka teori yang telah diuraikan sebelumnya. Kategori-kategori tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Strengths (kekuatan) faktor-faktor berupa kekuatan merupakan sumberdaya atau

kapabilitas yang dikendalikan oleh atau tersedia bagi suatu organisasi relatif lebih

unggul dibandingkan pesaingnya dalam memenuhi kebutuhan yang dilayaninya.

Kekuatan muncul dari sumber daya dan kompetensi yang tersedia bagi organisasi.

Yang dilihat dari pertanyaan sebagai berikut :

a) Apa saja kekuatan yang terdapat di Desa Tanjung Pasir ?

b) Strategi apa saja yang dilakukan dalam mengembangkan potensi yang ada ?

c) Bagaimana langkah dalam mempertahankan dan menjaga sumberdaya

pesisir yang terdapat di Desa Tanjung Pasir ?

d) Bagaimana upaya-upaya pemberdayaan masyarakat di Desa Tanjung Pasir ?

e) Apa langkah yang dilakukan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat

dalam pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir ?

f) Bagaimana cara mempertahankan potensi-potensi yang ada di Desa Tanjung

Pasir ? 88

2. Weaknesses (kelemahan) Adalah Keterbatasan atau kekurangan dalam satu atau

lebih sumber daya atau kapabilitas suatu organisasi relatif terhadap pesaingnya,

yang menjadi hambatan dalam memenuhi kebutuhan secara efektif. Yang dilihat

dari pertanyaan sebagai berikut :

a) Apa saja yang menjadi kelemahan di Desa Tanjung Pasir ?

b) Apa saja yang menjadi kendala di setiap kelemahan yang ada di Desa

Tanjung Pasir ?

c) Bagaimana evaluasi yang dilakukan dari setiap strategi apakah menunjukan

peningkatan atau perubahan yang nyata bagi Desa Tanjung Pasir ?

d) Bagaimana cara meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan para

masyarakat Desa Tanjung pasir terhadap Sumber Daya Wilayah Pesisir ?

e) Bagaimana cara memperbaiki kondisi sarana dan prasarana di desa tanjung

pasir dalam rangka optimalisasi dalam membangun wilayah pesisir ?

f) Bagaimana kondisi ekosistem wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir ?

g) Apa saja partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pemanfaatan

sumber daya wilayah pesisir ?

3. Opportunites (Peluang) Adalah situasi penting yang menguntungkan dalam

lingkungan organisasi. Kecenderungan penting merupakan salah satu sumber

peluang. Identifikasi segmen pasar yang tadinya terabaikan, perubahan pada situasi

persaingan atau peraturan, perubahan teknologi serta membaiknya hubungan dengan

pembeli atau pemasok dapat memberikan peluang bagi organisasi. 89

a) Apa potensi yang ada di Desa Tanjung Pasir yang belum di kelola namun

memiliki nilai tambah yang baik untuk kedepannya?

b) Faktor-faktor yang dapat menjadikan peluang dalam rangka pembangunan

wilayah pesisir di Desa Tanjung Pasir ?

c) Bagaimana Sosialisasi kepada masyarakat tentang strategi dalam

pembangunan wilayah pesisir ?

d) Bagaimana cara menjamin kepentingan dan aspirasi masyarakat dalam

memaanfaatkan dan menikmati sumberdaya pesisir ?

e) Apa harapan untuk perkembangan potensi wilayah pesisir untuk menjaga

pemanfaatan dan kelestarian di Desa Tanjung Pasir ?

4. Threats (Ancaman) Adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam

lingkungan organisasi. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi

sekarang atau yang diinginkan organisasi. Masuknya pesaing baru, lambatnya

pertumbuhan pasar, meningkatnya kekuatan tawar-menawar pembeli atau pemasok

penting, perubahan teknologi, serta peraturan baru atau yang direvisi dapat menjadi

ancaman bagi keberhasilan organisasi.

a) Apa yang menjadi ancaman kedepannya yang mungkin bisa terjadi di Desa

Tanjung Pasir ?

b) Apa langkah yang dapat diambil dalam menjaga kelestarian ekosisitem

wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir ?

90

4.2.2. Informan Penelitian

Penelitian ini menggunakan informan penelitian sebagai sumber data utama.

Informan yang peneliti tentukan merupakan pihak-pihak yang secara langsung terkait dengan fokus penelitian atau orang-orang yang dalam kesehariannya berada atau berkaitan langsung dengan permasalahan-permasalahan yang sedang peneliti teliti.

Pentingnya informan sebagai sumber data utama, sehingga penentuan informan ini berdasarkan pada kapabilitas informan dalam memberikan data secara valid kepada peneliti di lapangan.

Adapun informan dalam penelitian ini adalah merupakan informan yang dianggap mempunya sumber data atau informasi yang dapat menjawab permasalahan yang di teliti. Informan-informan tersebut adalah sebagai berikut:

91

Tabel 4.9 Informan Penelitian

No Kode Informan Jabatan/Status Informan Kepala Bidang Konservasi Dinas

1 I1 Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang Staff Bidang Konservasi dan Pengawasan Sumberdaya Perikanan 2 I2 dan Kelautan Dinas Perikanan dan Kelautan Kasi Pengawasan Perikanan Dinas

3 I3 Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang Camat Kecamatan Teluknaga 4 I4 Kabupaten Tangerang Kepala Desa Tanjung Pasir

5 I5 Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang TNI Pos Angkatan Laut Tanjung 6 I6 Pasir Tokoh Masyarakat Desa Tanjung 7 I7 Pasir (Sumber : Peneliti, 2016)

Informan-informan diatas merupakan informan utama dalam penelitian ini.

Walaupun demikian dalam pelaksanaan penelitian di lapangan nanti, tidak menutup kemungkinan peneliti juga akan menggunakan beberapa informan lain yang telah disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang ada dilapangan.

92

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian

4.3.1. Strategi Pembangunan Wilayah Pesisir di Desa Tanjung Pasir

Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang

Perencanaan pembangunan wilayah merupakan suatu sajian atau gambaran keadaan masa mendatang mengenai wilayah secara efisien dan berkelanjutan.

Perencanaan memuat tujuan dan sasaran pengelolaan wilayah dilandasi dukungan aspek kelembagaan dan peraturan pendukungnya, serta memuat uraian mengenai langkah- langkah strategis di dalam merumuskan dan mengaplikasikan kerangka teori kedalam kebijakan ekonomi dan program pembangunan yang didalamnya mempertimbangkan aspek wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan menuju tercapainya kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan.

Pembangunan dibidang pesisir dan kelautan menjadi sangat penting, karena karakteristik wilayah pesisir memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri dibandingkan wilayah-wilayah lain. Sumber daya yang terkandung di wilayah pesisir terdapat sumberdaya manusia (human resource) dan sumberdaya fisik (physical resources).

Sumberdaya manusia mencakup manusia itu sendiri yaitu jumlahnya, kualitasnya, pengetahuannya, dan keterampilannya, budayanya, fasilitas, dan lembaga masyarakat yang terdapat didalamnya. Sumberdaya fisik mencakup sumberdaya alam dan buatan, seperti waduk dan danau buatan.

Hampir setiap wilayah pesisir mendukung setiap kegiatan baik itu sektor ekonomi dan sosial dalam pembanguanan. Hal inilah yang menyebabkan wilayah pesisir perlu mendapatkan perhatian khusus bagi semua pihak (stakeholders) untuk membangun dan 93

menjaga kulaitas daya dukung wilayah pesisir tersebut. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar wilayah pesisir dapat berkembang dengan segala potensi-potensi yang dimiliki agar kedepannya manfaat yang dapat diperoleh dapat lebih optimal dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan wilayah pesisir.

Desa Tanjung Pasir sendiri adalah salah satu desa yang termasuk kedalam wilayah pesisir di Kecamatan Teluknaga. Secara geografis Desa Tanjung Pasir memiliki letak strategis karena berbatasan langsung dengan Kota Tangerang dan memiliki aksesbilitas yang baik dengan Ibukota DKI Jakarta yang menjadi salah satu potensi untuk berkembang menjadi daerah penyangga ibukota DKI Jakarta. Selain itu menjadi pintu gerbang antara Provinsi Banten dan DKI Jakarta yang dapat menimbulkan interaksi yang menumbuhkan fenomena interdepedensi yang kemudian berdampak pada pertumbuhan suatu wilayah.

Desa Tanjung Pasir sebagai wilayah pesisir memiliki manfaat penting bagi kehidupan masyarakatnya. Melihat perkembangan sumber daya manusia yang terdapat di Desa Tanjung Pasir umumnya kualitas sumber daya manusia relatif rendah ini terlihat dari tingkat pendidikan yang terdapat di Desa Tanjung Pasir dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

94

Tabel 4.11 Tingkat Pendidikan Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) 1 TK 50 2 SD 1.107 3 SLTP 497 4 SMU 259 5 D1-D3 20 6 Sarjana (S1-S3) 5 7 Madrasah 17 8 Pendidikan Agama 46 9 Kursus 10 Jumlah 2.011 (Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang, 2015)

Berdasarkan tabel di atas terlihat jumlah lulusan tertinggi rata-rata adalah lulusan SD, rendahnya tingkat pendidikan berhubungan erat dengan rendahnya kualitas

SDM di wilayah pesisir. Tingkat pendidikan penduduk di suatu daerah mengindikasikan tingkat sumber daya manusia di daerah tersebut. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang bisa diselesaikan oleh penduduk di suatu daerah, maka semakin tinggi pula tingkat pola pikir masyarakatnya. Dengan semakin besar jumlah penduduk yang bisa menyelesaikan tingkat pendidikannya, maka daerah tersebut akan semakin maju.

Sumberdaya manusia yang sehat secara jasmani dan rohani menjadi modal dasar untuk menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas dalam pelaksanaan pembangunan. Pembangunan dalam bidang kesehatan sangat menunjang terciptanya sumberdaya manusia yang berkualitas, karenanya harus tersedianya sarana dan 95

prasarana atau sistem pengelolaannya. Selain itu fasilitas fisik kesehatan, hal lain yang juga penting adalah ketersedian tenaga kesehatan. Dilihat dari sarana dan prasarana kesehatan tenaga kesehatan yang ada di Desa Tanjung Pasir dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.12 Sarana Kesehatan Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang

Sarana Kesehatan Jumlah

Poskesdes 1 Unit

Posyandu 6 Unit

Pos KB Keluarga -

Praktek Dokter 2 Orang

Praktek Bidan 4 Orang

Paraji 4 Orang

(Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang, 2015)

Dilihat dari sarana dan prasarana kesehatan yang ada di Desa Tanjung Pasir terlihat tersedianya sarana dan prasarana maupun tenaga medis yang menunjang kebutuhan masyarakat di Desa Tanjung Pasir. Namun kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan sekitar masih rendah terlihat bahwa masyarakat masih membuang sampah sembarangan. Lahan-lahan kosong di sekitar rumah selalu menajadi sasaran tempat pembungan sampah sehingga sering terjadi genangan dan tumpukan 96

sampah, lingkungan menajadi kotor, dan banyak binatang yang membawa virus penyakit.

Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia di Desa Tanjung Pasir terlihat pula pada keterampilan yang dimiliki. Keterampilan mereka biasanya hanya menjadi nelayan. Hal ini tidak sebanding pada potensi yang dimiliki oleh Desa Pesisir Tanjung

Pasir. Keterampilan yang dimiliki masyarakat umumnya hanya terbatas pada satu sektor saja yaitu penangkapan ikan sehingga kurang mengembangkan usaha sektor lain nya.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.13 Ragam Rumah Tangga Desa Berdasarkan Perekonomian Basis Perdesaan Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang

Ragam Rumah Tangga Desa Berdasarkan No Jumlah (Unit) Perekonomian Basis Perdesaan

1 Rumah Tangga Perikanan Tangkap 352

2 Rumah Tangga Perikanan Budidaya 15

3 Rumah Tangga Pertanian 1

4 Rumah Tangga Perkebunan -

5 Rumah Tangga Kehutanan -

6 Rumah Tangga Pertambangan -

Jumlah

(Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang, 2015) 97

Berdasarkan tabel di atas terlihat umumnya masyarakat Desa Tanjung Pasir rumah tangga perekonomian yang dikembangkan di bidang perikanan. Kemampuan dan keterampilan masyakat untuk melakukan pengembangan usaha di sektor lain dianggap masih kurang. Ini terlihat dari minimnya pembinaan kepada masyarakat oleh pemerintah berupa penyuluhan, pelatihan dan pendampingan secara kontinyu baik terhadap kualitas hidup ataupun yang terkait pekerjaan secara berkelanjutan.

Melihat daya dukung sumber daya manusia di Desa Tanjung Pasir masih relatif rendah, sebagai salah satu wilayah peisir di Kabupaten Tangerang yang memiliki potensi sumberdaya pesisir yang cukup tinggi dan keanekaragaman yang cukup tinggi, seharusnya dapat diimbangi dengan sumber daya manusia yang dapat berkembang atas kemampuan dan kekuatan sendiri, dengan mendasarkan pada pengembangan potensi alam dan lingkungan desa.

Pembangunan wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir diperlukan sinergisitas dan keterpaduan bagi semua pemangku kepentingan baik dari pemerintah, masyarakat, pihak swasta dan perguruan tinggi sehingga dapat meningkatkan kemajuan wilayahnya dan kesejahteraan masyarakat dan harus dapat berpegang pada prinsip pembangunan berkelanjutan dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya wilayah pesisir.

Wilayah pesisr adalah wilayah dinamik yang saling berhubungan dimana daratan, air dan udara berinteraksi di dalam keseimbangan yang mudah terganggu

(fragile) yang secara tetap dirubah oleh pengaruh alam dan manusia. Secara umum, wilayah pesisir dapat didefinisikan sebagai wilayah pertemuan anatara ekosistem darat, ekosistem laut, dan ekosistem udara yang saling bertemu dalam suatu keseimbangan 98

yang rentan. Kerentanan tersebut dipengaruhi karena kawasan pesisir dan laut memiliki karakteristik khusus, baik dalam sifat ekologis maupun keanekaragaman sumberdayanya, sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus.

Penelitian mengenai Strategi Pembangunan Wilayah Pesisir Desa Tanjung Pasir

Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang. Peneliti menggunakan teori analisis

SWOT. Dalam Teori tersebut memberikan instrumen yang ampuh dalam melakukan analisis stratejik, keampuhan tersebut terletak pada kemampuan para penentu strategi untuk memaksimalkan peranan faktor kekuatan pemamfaatan peluang sekaligus berperan sebagai alat untuk menimalisasi kelemahan yang terdapat dalam tubuh organisasi dan menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi. Analisis

SWOT merupakan teknik historia yang terkenal dimana para manajerial menciptakan gambaran umum secara cepat mengenai situasi strategis. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif diturunkan dari “kesesuaian” yang baik antara sumber daya internal (kekuatan dan kelemahan) dengan situasi eksternalnya (peluang dan ancaman). Kesesuaian yang baik akan memaksimalkam kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Empat aspek dalam analisis strategis ini dapat digunakan dalam menentukan strategi wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir, karena itulah dalam pembahasan ini peneliti menggunakan empat aspek untuk mengetahui strategi dalam pembangunan wilayah pesisir yang ada di Desa Tanjung Pasir Kecamatan

Teluknaga Kabupaten Tangerang sebagai berikut:

1. Strengths (kekuatan)

Kekuatan merupakan sumberdaya atau kapabilitas yang dikendalikan oleh atau tersedia bagi suatu organisasi relatif lebih unggul dibandingkan pesaingnya dalam 99

memenuhi kebutuhan yang dilayaninya. Kekuatan muncul dari sumber daya dan kompetensi yang tersedia bagi organisasi. (Siagian, 2008)

Sumberdaya yang terkandung di wilayah pesisir sangat beragam. Sumberdaya tersebut dapat dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu sumberdaya manusia (human resources) dan sumberdaya fisik (physical resources). Sumberdaya manusia mencakup manusia itu sendiri (yaitu jumlahnya, kualitasnya, pengetahuannya, dan keterampilannya), budayanya, fasilitas, dan lembaga masyarakat di dalamnya.

Sumberdaya fisik mencakup sumberdaya alam dan buatan, seperti perikanan, hutan mangrove, waduk, danau buatan.

Kekuatan yang terdapat di Desa Tanjung Pasir saat ini adalah masyarakat Desa

Tanjung Pasir masih memegang budaya gotong royong dan kebersamaan antara warga masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Kekuatan Desa Tanjung Pasir dapat dilihat dari hasil wawancara dengan beberapa informan sebagai berikut:

Menurut Bapak Gunawan (I5) selaku Kepala Desa Tanjung Pasir, beliau menyatakan dalam wawancaranya yaitu :

“kekuatan dari masyarakat Dessa Tanjung Pasir yaitu masyarakat yang masih memegang gotong royong dalam setiap kehidupan sehari-hari, kebersamaan yang masih terjalin dalam aktivitas kehidupan di Desa Tanjung Pasir. Lembaga masyarakat juga masih terdapat di Desa Tanjung Pasir seperti paguyuban, karang taruna, dan PKK yang masih aktif menjalankan kegiatannya masing-masing. (Rabu, 23-03-2016. Pukul 12.28 WIB.)

Pandangan lain dikemukakan oleh Bapak Supriyadi (I4) sebagai Camat

Kecamatan Teluknaga menyatakan bahwa : 100

“kekuatan yang terdapat di Desa Tanjung Pasir yaitu modal sosial masyarakat seperti budaya gotong-royong dan kerukunan antar sesama warga masyarakat masih terasa, kemudian sudah munculnya figur-figur intelektual dari tokoh masyarakat Desa Tanjung Pasir. Selain modal sosial potensi alam di Desa Tanjung pasir cukup baik dilihat dari hasil perikanan laut cukup tinggi”. (Rabu, 30-03-2016. Pukul 13.00 WIB.)

Berdasarkan wawancara tersebut terlihat modal sosial kemasyarakat yang ada di

Desa Tanjung Pasir seperti gotong royong, kebersamaan, dan kerukunan, dalam melakukan aktivitas sehari-hari masih dilakukan. Suatu kelompok masyarakat yang memiliki modal sosial tinggi akan membuka kemungkinan menyelsaikan kompleksitas permasalahan kesejahteraan sosial dengan lebih mudah. Hal ini memungkinkan terjadi terutama pada masyarakat yang terbiasa hidup dengan rasa saling mempercayai yang tinggi, bersatu dan memiliki hubungan sosia (jejaring sosial) secara intensif dan dengan didukung oleh semangat kebaikan untuk hidup saling menguntungkan dan saling memberi.

Pandapat lainnya dikemukakan oleh informan lain tentang pembahasan yang sama yang di sampaikan oleh oleh Bapak Hari (I2) selaku Staff Bidang Konservasi dan

Pengawasan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan, yang menyatakan bahwa :

“kekuatan yang terdapat Desa Tanjung Pasir sebenarnya cukup baik potensi hasil perikanan yang cukup tinggi. Rata-rata hasil tangkapan nelayan mencapai 5-30 kg perharinya tergantung pada musim, cuaca, dan kapal yang digunakan. Serta tersedianya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) mempermudah para nelayan untuk menjual hasil perikanan mereka. Selain itu keanekaragaman sumberdaya pesisir jika dapat dikelola dengan baik bisa menjadi nilai lebih untuk masyarakat contohnya lahan pesisir bisa dijadikan lahan pengembangan hasil perikanan untuk pertambakan dan pembudidayaan, dan hasil perikanan tersebut dapat dijadikan usaha pengolahan hasil perikanan”. (Kamis, 10-03- 2016. Pukul 13.30 WIB.) 101

Hal senada dikemukakan oleh Bapak Didi selaku Kasi Pengawas Perikanan (I3) yang menyatakan bahwa :

“Kekuatan yang terdapat di Desa Tanjung Pasir yaitu karena Desa Tanjung Pasir merupakan Desa Pesisir lebih mengedepankan dari hasil perikanannya, jumlah produksi perikanan tangkap saja kurang lebih sekitar 200 Ton/ Tahun tergantung pada cuaca yang terjadi serta faktor lainnya. Selanjutnya dari hasil produksi budidaya tambak Desa Tanjung Pasir cukup besar sekitar 250 Ton/Tahunnya. Dari semua hasil perikanan tersebut sangat menguntungkan bagi masyarakat Desa Tanjung Pasir sebagai kekuatan mereka apalagi bila terus ada pengembangan kualitas dan kuantitas produksi sehingga dapat dipasarkan ke luar daerah”. ( Kamis, 10-03-2016. Pukul 14.00 WIB.)

Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Latief (I1) selaku Kepala Bidang

Konservasi, beliau menyatakan bahwa :

“kekuatan-kekuatan yang terdapat di Desa Tanjung Pasir yaitu sumberdaya alam wilayah pesisir memiliki nilai penting bagi masyarakat karena dapat menajadi pariwisata, konservasi, dan pengembangan usaha perikanan seperti pertambakan, budidaya, dan lain-lain. Selain itu disana terdapat Tempat Pelelangan Ikan mempunyai manfaat penting bagi nelayan untuk melelang hasil perikanan tangkap mereka. Sehingga berpotensi menjual hasil tangkapan mereka dalam keadaan segar. Ikan dari hasil tangkapan nelayan sangat diminati oleh para pedagang atau pembeli jika dalam keadaan segar. Tentunya ini menjadi daya dukung tersendiri bagi pengembangan perikanan tangkap di Desa Tanjung Pasir. Keberadaan Pos TNI Angkatan Laut dan peran aktif TNI dalam membantu masyarakat di setiap pembangunan memberikan manfaat positif bagi masyarakat karena peran aktif mereka untuk membantu masyarakat dalam segala bidang.”. (Rabu, 30-03-2016. Pukul 13.00 WIB.)

Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Rafi (I8) selaku Masyarakat Desa

Tanjung Pasir, beliau menyatakan bahwa : 102

“Di Desa Tanjung Pasir memiliki potensi alam yang dapat dimanfaatkan oleh wagra Desa Tanjung Pasir. Dapat dilihat mayoritas mata pencaharian warganya adalah nelayan yang mencari ikan di sekitar Teluk Jakarta, Teluk Banten, Selat Sunda dan ada juga yang mencari sampai Sumatera bagian selatan. Nelayan disini melakukan penangkapan ikan ada yang 1 hari dan ada juga yang mingguan. Selai nelayan ada juga yang menjadi penambak ikan, pengolah ikan juga ada disini seperti bandeng cabut duri.” (Kamis, 25-08-2016. Pukul 13.00 WIB.)

Berdasarkan wawancara diatas bahwa kekuatan lain yang ada di Desa Tanjung

Pasir terletak pada sumberdaya alam pesisir yang beranekaragam. Sumberdaya pesisir memberikan manfaat tersendiri bagi masyarakat khususnya di Desa Tanjung Pasir untuk dimanfaatkan secara optimal seperti hasil produksi perikanan tangkap dan perikanan budidaya yang cukup besar. Besarnya jumlah produksi perikanan yang ada apabila dapat dikembangkan dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi akan dapat dipasarkan lebih luas lagi tidak hanya di Desa Tanjung Pasir saja namun di pasarkan ke luar daerah atau bahkan ke luar negeri sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat Desa Tanjung Pasir menjadi lebih baik.

Dalam rangka mempertahankan dan mendayagunakan potensi wilayah pesisir

Desa Tanjung Pasir harus dapat melibatkan seluruh stakeholder baik itu masyarakat, swasta dan khususnya pemerintah. Guna mencapai tujuan dan sasaran pembangunan wilayah pesisir khususnya dari segi sosial, maka diperlukan strategi pembangunan sosial yang mantap dan berkesinambungan. Pembangunan sosial ditunjukan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya yang tersedia di lingkungannya maupun yang harus diupayakan untuk memenihi kebutuhan dan memecahkan masalah-masalah masyarakat. Berdasarkan observasi terdapat beberapa 103

strategi dalam mempertahankan dan memanfaatkan potensi yang ada di Desa Tanjung

Pasir. Strategi yang dilakukan untuk mempertahankan dan medayagunakan potensi wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir dapat dilihat dari hasil wawancara dengan beberapa informan sebagai berikut:

Menurut Bapak Latief (I1) selaku Kepala Bidang Konservasi, beliau menyatakan dalam wawancaranya yaitu :

“strategi yang dilakukan oleh Bidang Konservasi Dinas Perikanan dan Kelautan lebih untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas sumberdaya manusia di Desa-Desa Pesisir. Salah satunya yang terdapat di program PDPT yang sudah dilaksanakan pada tahun 2012-2014, selanjutnya saat ini ada program Gerbang Mapan salah satu kelanjutan dari program PDPT”. ( Kamis, 10-03-2016. Pukul 13.00 WIB.)

Pandangan lain dikemukakan oleh Bapak Hari (I2) selaku Staff Bidang

Konservasi dan Pengawasan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan, yang menyatakan bahwa :

“Strategi yang dilakukan saat ini lebih memfokuskan ke desa-desa pesisir di kabupaten Tangerang untuk mendapatkan berbagai program seperti pada program PDPT di tahun 2012-2014 dan juga saat ini ada program Gerbang Mapan dalam hal pemberdayaan masyarakatnya, namun fokus yang dillakukan lebih ke desa yang SDM nya memiliki kemauan besar untuk diajak kerjasama dalam hal pemberdayaan masyarakat supaya bisa menjadi desa percontohan dan desa-desa lain dapat mengikuti selanjutnya”. (Kamis, 10-03-2016. Pukul 13.30 WIB.)

Hal senada dikemukakan oleh Bapak Didi selaku Kasi Pengawas Perikanan (I3) yang menyatakan bahwa :

“Untuk mengembangkan potensi-potensi desa pesisir khususnya di Desa Tanjung Pasir dari Dinas Perikanan dan Kelautan sudah menjalankan berbagai 104

program termasuk di dalamnya pembangunan sosial contoh nya dari program PDPT yang memfokuskan di Bina yaitu Bina Manusia, Bina Usaha, Bina Sumberdaya, Bina Lingkungan atau infrastruktur dan Bina Siaga Bencana atau Perubahan Iklim. Dan untuk saat ini ada program Gerbang Mapan salah satu fokus mengatasi masalah sosial di Desa Pesisir dengan cara pemberdayaan masyarakat.”. ( Kamis, 10-03-2016. Pukul 14.00 WIB.)

Pandapat lainnya dikemukakan oleh informan lain tentang pembahasan yang sama mengenai strategi yang dilakukan dalam pengembangan sumberdaya manusia yang ada di Desa Tanjung Pasir. Hal ini seperti apa yang di sampaikan oleh Bapak

Tarim (I6) sebagai salah satu TNI yang bertugas di Pos Angkatan Laut Tanjung Pasir yang menyatakan bahwa :

“peran TNI suntuk Desa Tanjung Pasir kita ada beberapa kegiatan seperti di Rumah Pintar disediakan beberapa pengajaran seperti Komputer dan Bahasa Inggris, Matematika dll, tenaga pengajar nya ada yang dari TNI ada juga dari perguruan tinggi seperti bekerja sama dengan BINUS dan juga dari mahasiswa sekitar Desa Tanjung Pasir. Selanjutntya jika dari rumah produksi sendiri diadakan beberapa pelatihan kepada masyarakat seperti membuat kerajinan, pembuatan kue-kue dan pengolahan hasil perikanan. Walaupun belum semua masyarakat mengikuti namun tetap mencoba untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat’. (Rabu, 23-03-2016. Pukul 13.00 WIB.)

Berdasarkan wawancara diatas strategi dalam pembangunan dalam rangka pendayagunaan sumberdaya wilayah pesisir yang dilakukan oleh Pemerintah khususnya bagi Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten terlihat sasaran pembangunan telah dilakukan melalui peningkatan kualitas dan kapasitas masyarakat di berbagai program seperti di dalam PDPT yang memfokuskan di Bina Manusia, Bina Usaha, Bina

Sumberdaya, Bina Lingkungan atau infrastruktur dan Bina Siaga Bencana atau

Perubahan Iklim, selanjutnya pada saat ini program lanjutan dari PDPT Dinas Perikanan dan Kelautan sedang melaksanakan program Gerbang Mapan yang didalamnya terdapat 105

pemberdayaan kepada masyarakat pesisir. Selain Dinas Perikanan dan Kelautan terdapat

TNI Angkatan Laut yang bertugas di Desa Tanjung yang terlibat memberikan peranan kepada masyarakat dalam meningkatkan kualitas dan kapasitas masyarakat pesisir di

Desa Tanjung Pasir dengan berbagai kegiatan seperti keberadaan Rumah Pintar bagi

`anak-anak untuk di beri pengajaran ilmu pengetahuan dan Rumah Produksi yang disediakan kepada ibu-ibu rumah tangga untuk pelatihan-pelatihan dalam bentuk kerajinan, pembuatan makanan, dan pengolahan hasil perikanan.

2. Weaknesses (kelemahan)

Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam satu atau lebih sumber daya atau kapabilitas suatu organisasi relatif terhadap pesaingnya, yang menjadi hambatan dalam memenuhi kebutuhan secara efektif. (Siagian, 2008)

Kelemahan yang dimiliki di Desa Tanjung Pasir menurut beberapa informan yang di wawancarai hampir semua berpendapat bahwa rendahnya kualitas SDM

(Sumber Daya Manusia) di Desa Tanjung Pasir terlihat bahwa kesadaran akan pendidikan formal tergolong rendah dari keseluruhan jumlah penduduk. Hal ini sesuai dengan pernyataan beberapa informan berikut ini :

Menurut Bapak Supriyadi (I4) sebagai Camat Kecamatan Teluknaga menyatakan bahwa :

“Masalah di Desa Tanjung Pasir sendiri rata-rata pendidikan masih rendah, kebutuhan pendidikan masih dirasa kurang penting untuk kebutuhan investasi pendidikan di masa depan ini karena masyarakat cenderung boros terhadap hal-hal yang kurang begitu penting seperti budaya pesta atau perayaan- perayaan tertentu, bukan mementingkan menabung untuk keperluan di masa yang akan datang”. ( Rabu, 30-03-2016. Pukul 13.00 WIB.) 106

Pernyataan yang sama dikemukakan oleh informan lain yaitu Bapak Gunawan

(I5) selaku Kepala Desa Tanjung Pasir, yang menyatakan bahwa :

“kualitas Sumber daya manusia di desa Tanjung Pasir masih rendah karena masyarakat Desa Tanjung Pasir khususnya para orang tua kurang begitu perduli terhadap pendidikan ke anak-anak mereka. Masyarakat Desa Tanjung Pasir beranggapan bahwa untuk apa pendidikan tinggi jika akhirnya menjadi nelayan pada akhirnya. Faktor lain nya masalah biaya pendidikan sebagai salah satu alasan mereka tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya”. (Rabu, 23-03-2016. Pukul 12.28 WIB.).

Begitu pula menurut Informan bernama M. Fahmi Ardi (I7) salah satu tokoh masyarakat Desa Tanjung Pasir menyatakan bahwa :

“Sumber daya manusia nya masih rendah, masyarakat belum mau perduli terhadap wilayahnya sendiri, kerja sama yang dilakukan dengan pihak-pihak lain kurang di perhatikan, sangat di sayangkan padahal potensi disana lumayan baik apabila masyarakatnya mau untuk bergerak. Selain itu pendidikan disana masih minim, sarana dan prasarana pendidikan saya rasa masih kurang untuk menunjang masyarakat”. (Rabu, 30-03-2016. Pukul 14.30WIB.).

Hal senada dikemukakan oleh Bapak Didi selaku Kasi Pengawas Perikanan (I3) yang menyatakan bahwa :

“Kalo dilihat dari kelemahan Desa Tanjung Pasir dilihat masyarakatnya tergolong miskin itu karena pola hidup nya yang boros, kalo ada uang pasti langsung dihabiskan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat, jika tidak memiliki uang masyarakat meminjam uang ke tetangga atau hutang sana-sini”. ( Kamis, 10-03-2016. Pukul 14.00 WIB.)

Pandangan lain dikemukakan oleh Bapak Latief (I1) selaku Kepala Bidang

Konservasi, beliau menyatakan bahwa :

“Permasalahan yang dihadapi di Desa Tanjung Pasir umumnya sama seperti desa pesisir lainya seperti minimnya kualitas SDM dan kapasitas masyarakat. pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan sumberdaya alam, ekonomi dan sosial sangat rendah hal ini terjadi karena masyarakat kurang 107

aktif dalam setiap pembinaan, penyuluhan, dan pelatihaan kepada masyarakat dari pemerintah. Selain itu lahan produksi yang sebagaian besar lahan telah dikuasai oleh pihak luar desa sehingga masyarakat tidak bisa mengoptimalkan usaha produktifnya seperti perikanan tambak, peternakan, dan pertanian”. ( Kamis, 10-03-2016. Pukul 13.00 WIB.).

Pandapat lainnya dikemukakan oleh Bapak Hari (I2) selaku Staff Bidang

Konservasi dan Pengawasan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan, yang menyatakan bahwa :

“Kelemahan di desa pesisir umumnya mereka lebih ingin instan mendapatkan sesuatu hal, parameter yang diukur dari mereka hanya berbicara soal uang dan uang. Bayangkan saja dari Bidang Konservasi Dinas Perikanan dan Kelautan sudah melakukan program dari tahun 2012-2014 yaitu PDPT tapi mindset mereka tidak pernah berubah. Jika seperti itu tentu sangat mempersulit untuk membangun potensi di Desa Tanjung Pasir”. ( Kamis, 10-03-2016. Pukul 13.30 WIB.)

Pandapat lainnya dikemukakan oleh informan lain tentang pembahasan yang sama mengenai kelemahan yang ada di Desa Tanjung Pasir. Hal ini seperti apa yang di sampaikan Bapak Rafi (I8) selaku Masyarakat Desa Tanjung Pasir, beliau menyatakan bahwa :

“Kelemahan yang ada sebagai nelayan kita masih bergantung pada kondisi alam dalam penangkapan ikan di laut. Seperti jika kita menentukan daerah penangkapan ikan berpedoman pada alam yaitu ada tidaknya keramaian burung yang terbang di dekat permukaan air. Selanjutnya jika kita sedang melaut ada resiko yang besar misalnya jika ada angin yang besar di tengah laut menjadi taruhan nyawa juga untuk nelayan.” (Kamis, 25-08-2016. Pukul 13.00 WIB.)

Berdasarkan wawancara diatas bahwa kelemahan yang ada di Desa Tanjung

Pasir terletak pada minimnya kualitas sumber daya manusia yang terdapat di Desa 108

Tanjung Pasir. Minimnya kualitas dan kapasitas sumber daya manusia terlihat pada pendidikan masyarakat yang masih rendah, pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan sumberdaya alam, ekonomi dan sosial juga masih rendah. Kebutuhan pendidikan masih dirasa kurang penting untuk kebutuhan investasi pendidikan di masa depan. Kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan masih minim, lebih cenderung kurang begitu perduli terhadap pendidikan ke anak-anak mereka. Masyarakat beranggapan bahwa pendidikan tinggi tidak akan membuat mereka menjadi berhasil.

Sumberdaya manusia merupakan seluruh kemampuan atau potensi penduduk yang berada di dalam suatu wilayah tertentu beserta karakteristik atau ciri demografisnya, sosial, maupun ekonominya yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembangunan. Kualitas sumberdaya manusia menjadi salah satu faktor penentu utama keberhasilan suatu pembangunan. Hal ini dikarenekan manusia merupakan faktor yang menggerakan atau melaksanakan berbagai pembangunan tersebut.

Selain kualitas sumber daya manusia yang tergolong rendah masalah lain yang terdapat di Desa Tanjung pasir adalah kurangnya partisipasi masyarakat dalam setiap pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan memiliki arti penting, karena masyarakat merupakan fokus sentral sekaligus tujuan akhir pembangunan.

Disamping itu, partisipasi akan menimbulkan rasa harga diri (self seteem) dan kemampuan pribadi untuk dapat turut serta dalam keputusan penting yang menyangkut masyarakat banyak. Kurangnya partisipasi masyarakat terhadap pembangunan dapat dilihat dari hasil wawancara dengan beberapa informan sebagai berikut :

Menurut Bapak Supriyadi (I4) sebagai Camat Kecamatan Teluknaga, beliau menyatakan dalam wawancaranya yaitu : 109

“Partisipasi-partisipasi masyarakat merupakan hal penting dari setiap program-program dan pemberdayaan untuk masyarakat Desa Tanjung Pasir sendiri, untuk masyarakatnya saat ini kurang aktif karena pada saat ada pembinaa atau pelatihan-pelatihan hal pertama yang di tanyakan adalah masalah uang yang akan diberikan nantinya, jika hanya mengikuti dan mendengarkan saja masyarakat kurang antusias untuk datang”. (Rabu, 30-03-2016. Pukul 14.00 WIB.)

Hal ini juga di ungkapkan oleh Bapak Gunawan (I5) selaku Kepala Desa

Tanjung Pasir,beliau mengungkapkan :

“Partisipasi masyarakat Desa Tanjung Pasir rendah. Aparat Desa sudah mensosialisasikan tentang penyuluhan dan pembinaan dari pihak-pihak dinas maupun dari pihak swasta, tapi masyarakat tidak begitu perduli terhadap hal itu. Dikarenakan disini rata-rata nelayan jadi kalo mereka itu mengikuti penyuluhan dan pembinaan khawatir mereka tidak mendapatkan penghasilan sehari-hari, kecuali ada imbalan uang dari setiap kegiatan tersebut”. (Rabu, 23-03-2016. Pukul 12.28 WIB.)

Hal senada dikemukakan oleh Bapak Tarim (I6) sebagai salah satu TNI yang bertugas di Pos Angkatan Laut Tanjung Pasir yang menyatakan bahwa :

“Partisipasi masyarakat Desa Tanjung Pasir rendah, lebih banyak masyarakat masih kurang perduli dengan lingkungan sekitar, seperti dalam kegiatan bersih sampah di sekitar pantai bekerjasama dengan komunitas green peace warga tidak inisiatif masyarakat untuk ikut berpartisipasi padahal ini merupakan wilayahnya dan tanggung jawab masyarakat Desa Tanjung Pasir”. (Rabu, 23-03-2016. Pukul 14.00 WIB.)

Begitu pula menurut Informan bernama M. Fahmi Ardi (I7) salah satu tokoh masyarakat Desa Tanjung Pasir menyatakan bahwa :

“Masyarakat di Desa Tanjung Pasir umumnya sulit untuk diajak bekerja sama dengan pihak seperti Pemerintah Daerah atau perguruan tinggi, mereka kurang antusias terhadap program yang disediakan seperti sosialisasi, pembinaan,, namun kesadaran mereka rendah akan hal itu. Masyarakat lebih memilih kerja untuk menghasilkan uang dalam memenuhi kehidupan mereka 110

sehari-hari dibanding ikut hal seperti itu yang menurut masyarakat tidak menghasilkan apa-apa”. (Rabu, 23-03-2016. Pukul 14.30 WIB.)

Permasalahan lain yang terdapat di Desa Tanjung Pasir adalah menurunnya kualitas ekosistem dan kerusakan sumberdaya alam, baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung pada kesejahteraan masyarakat. Kondisi ekosisitem Desa Tanjung

Pasir saat ini sangat memprihatinkan terutama pada ekosistem mangrove yang secara kualitas dan kuantitasnya semakin berkurang. Penurunan sumberdaya dan degradasi ekosistem berdampak pada menurunnya keanekaragaman hayati pesisir, serta menurunnya produksi ikan, serta hilangnya pelindung pantai yang dapat menyebabkan abrasi di Desa Tanjung Pasir. Menurunnya kualitas dan kuantitas ekosistem dan kerusakan mangrove di Desa Tanjung Pasir dapat dilihat dari hasil wawancara dengan beberapa informan sebagai berikut :

Menurut Bapak Latief (I1) selaku Kepala Bidang Konservasi, beliau menyatakan dalam wawancaranya yaitu :

“Jika dilihat data yang ada kondisi mangrove disana cukup memperihatinkan dan kepedulian masyarakat cukup rendah karena masyarakat sendiri kurang mengetahui manfaat dari mangrove secara jauh, beberapa masyarakat beranggapan mangrove sebagai hama bagi keberadaan ikan-ikan sehingga ikan-ikan yang di sekitar mangrove tidak dapat hidup. Maka dari itu kita mencoba selain menanam mangrove di beberapa titik kita coba mensosialisasikan kepada masyarakat untuk senantiasa menjaga keberadaan mangrove”. (Kamis, 10-03-2016. Pukul 13.00 WIB.)

Hal senada dikemukakan oleh Bapak Hari (I2) selaku Seksi Bidang Konservasi dan Pengawasan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan, yang menyatakan bahwa : 111

“Kondisi ekosistem disana cukup memperhatinkan, khususnya keberadaan mangrove yang berkurang dan tingkat abrasi di Desa Tanjung Pasir. Kerusakan ini bisa disebabkan menjadi 2 faktor yaitu aktivitas manusia seperti konversi hutan mangrove menjadi tambak, tidak diterapkannya prinsip budidaya dan penangkapan ikan yang ramah lingkungan maupun kondisi alam seperti angin arus, dan gelombang yang besar dan terus menerus dari arah laut mengakibatkan pantai tererosi”. (Kamis, 10-03-2016. Pukul 13.30 WIB.)

Hal senada dikemukakan oleh Bapak Didi selaku Kasi Pengawas Perikanan (I3) yang menyatakan bahwa :

“Kalo untuk ekosistem disana kondisi yang memprihatinkan terletak pada keberadaan mangrove yang menurun, sebenarnya keberadaan mangrove sendiri masyarakat disana juga kurang mengetahui manfaat yang diperoleh dari mangrove itu sendiri, makanya mereka kurang peduli untuk menjaganya”. (Kamis, 10-03-2016. Pukul 14.00 WIB.)

Sejalan dengan meningkatnya kegiatan pembangunan dan perkembangan Desa

Tanjung Pasir, maka terlihat adanya degradasi sumber daya alam pesisir. Salah satu degradasi sumber daya alam wilayah Pesisir Desa Tanjung Pasir adalah degradasi ekosistem mangrove sebagai akibat pembukaan lahan kawasan mangrove menjadi kawasan permukiman, pertambakan, dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga ekosistem mangrove. Degradasi ekosistem mangrove diperkirakan berkolerasi terhadap perubahan garis pantai serta luasan perubahan laju abrasi pada daerah Desa

Tanjung Pasir. Perubahan laju abrasi Desa Tanjung Pasir dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

112

Tabel 4.14 Laju Perubahan Abrasi Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang

Luas Perubahan Abrasi Desa Tanjung Pasir Tahun (Ha)

1995-2002 15.36

1995-2009 9.19

1995-2015 14.95

2002-2009 11.26

2009-2015 9.98

(Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang, 2015)

3. Opportunites ( Peluang )

Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan organisasi. Kecenderungan penting merupakan salah satu sumber peluang. Identifikasi segmen pasar yang tadinya terabaikan, perubahan pada situasi persaingan atau peraturan, perubahan teknologi serta membaiknya hubungan dengan pembeli atau pemasok dapat memberikan peluang bagi organisasi. (Siagian, 2008)

Membahas tentang peluang dalam pembangunan sosial wilayah pesisir Desa

Tanjung Pasir terdapat beberapa potensi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir Desa Tanjung Pasir dengan keanekaragaman sumberdaya alam wilayah pesisir dan bagaimana masyarakat dapat mampu menggunakan potensi dan kemampuan diri untuk menggali potensi tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa 113

informan terdapat beberapa peluang yang ada di Desa Tanjung Pasir dapat dilihat berikut ini :

Menurut Informan bernama M. Fahmi Ardi (I7) salah satu tokoh masyarakat

Desa Tanjung Pasir menyatakan bahwa :

“Masyarkat dan pemerintah maupun pihak-pihak lain dapat lebih bersinergi untuk kemajuan dan potensi-potensi yang ada di wilayah pesisir. Kalo dari pemerintah nya proaktif sementara masyarakat nya kurang yaa percuma saja setiap program-program yang di jalankan bisa berjalan dengan baik begitu pun sebaliknya”. (Rabu, 30-03-2016. Pukul 14.30 WIB.)

Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Rafi (I8) selaku Masyarakat Desa

Tanjung Pasir, beliau menyatakan bahwa :

“Kalo peluang yang ada dari hasil tangkapan kita bisa dapat berbagai jenis tangkapan seperti udang, kakap, tenggiri, kembung, sembilang, alu-alu, laying dan berbagai jenis ikan lainnya yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi apabila dikembangkan. Harapan nya supaya nelayan yang ada bisa berkembang lebih baik lagi, hasil tangkapan bisa lebih banyak. Tidak adanya pencemaran sehingga produksi perikanan bisa meningkat dari kualitas maupun kuantitasnya. Sehingga hasil tangkapan di Desa Tanjung Pasir bisa menjadi produk perikanan yang unggulan.”. (Kamis, 25-08-2016. Pukul 13.00 WIB.)

Pendapat lain dikemukakan oleh Bapak Tarim (I6) sebagai salah satu TNI yang bertugas di Pos Angkatan Laut Tanjung Pasir yang menyatakan bahwa :

“Peluang yang terdapat di Desa Tanjung Pasir untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas sumber daya manusia terdapat rumah pintar untuk memberikan pengajaran pengetahuan kepada masyarakat, selain itu terdapat rumah produksi untuk memberikan sarana pelatihan tentang pengolahan hasil perikanan, pembuatan kerajinan, dan rumah pemasaran sebagai sarana untuk mempromosikan hasil dari produksi tersebut. Diharapakan kedepannya bisa menambah pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat itu sendiri walaupun masih banyak tantangan kedepannya”. (Rabu, 23-03-2016. Pukul 14.00 WIB.) 114

Pandangan lain diungkapkan oleh Bapak Supriyadi (I4) sebagai Camat

Kecamatan Teluknaga yang mengungkapkan bahwa :

“Akses masyarakat terhadap ekonomi tinggi karena keberadaan infrastruktur yang cukup baik seperti jalan yang suduh cukup baik, tersedianya TPI untuk nelayan atas hasil penangkapan ikan mereka, tersedianya pasar. Selanjutnya kemauan pemerintah daerah untuk mengembangkan wilayah pesisir di kabupaten cukup tinggi dengan adanya program-program yang dilakukan untuk memajukan potensi wilayah pesisir”. (Rabu, 30-03-2016. Pukul 13.00 WIB.)

Hal ini juga diungkapkan oleh Bapak Latief (I1) selaku Kepala Bidang

Konservasi, beliau menyatakan bahwa :

“Sarana dan prasarana yang ada di Desa Tanjung Pasir cukup memadai tersedianya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) hasil laut yang dikumpulkan oleh nelayan berpotensi dapat dipasarkan dalam keadaan segar, pariwisata di Desa Tanjung Pasir apabila dapat dikelola lebih lanjut akan menjadi kawasan wisata bahari yang popular ditambah wisatawan dapat berwisata menuju pulau seribu, selain itu akses menuju Tanjung pasir saat ini cukup baik”. (Kamis, 10-03-2016. Pukul 13.00 WIB.)

Hal lain juga dikemukakan oleh Bapak Hari (I2) selaku Staff Bidang Konservasi dan Pengawasan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan, yang menyatakan bahwa :

“Berbicara tentang peluang disana sebenernya peluang nya kita bisa meningkatkan potensi yang ada disana seperti dalam hal infrastruktur yang sudah mendukung kemudian keberadaan Tempat Pelelangan Ikan yang dapat dikembangkan sehingga dapat membuhi kebutuhan perikanan di sekitar wilayah Desa Tanjung Pasir, akses jalan yang cukup baik untuk menuju Desa Tanjung Pasir, selain itu pola pikir masyarakat yang bisa diubah agar lebih bisa berkembang dan mandiri agar tidak selalu mengandalkan bantuan dari pemerintah”. (Kamis, 10-03-2016. Pukul 13.30 WIB.)

Hal senada dinyatakan oleh Bapak Didi selaku Kasi Pengawas Perikanan (I3) yang menyatakan bahwa : 115

“Peluangnya yang dapat dilakukan untuk Desa Tanjung Pasir bisa meningkatkan kesadaran masyarakatnya yang paling penting, agar masyarakat lebih mengerti dalam mengelola wilayahnya, jika di lihat keberagaman wilayah pesisir itu sebenarnya menjadi nilai lebih bagi masyarakat karena terdapat potensi parawisata, tempat pelelangan ikan untuk hasil tangkap nelayan, dari hasil tangkap dapat menjadi olahan berbagai makanan, ada pula tambak dan budidaya perikanan dan lain-lain”. (Kamis, 10-03-2016. Pukul 14.00 WIB.)

Kiranya dalam mewujudkan sasaran pembangunan sumberdaya wilayah pesisir yang efektif harus melibatkan semua lapisan dan golongan masyarakat. Dalam hal ini masyarakat memahami pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir berdasarkan nilai-nilai yang dianutnya (nilai budaya). Untuk mendorong keterlibatan masyarakat secara penuh dalam pelestarian sumberdaya tersebut maka perlu ditumbuhkan kesadaran mereka tentang manfaat pelestarian sumberdaya pesisir bagi kehidupan mereka. Sebagai salah satu upaya yang harus di tempuh adalah melalui peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya wilayah pesisir. Peningkatan partisipasi masyarakat yang dilakukan dalam pengelolaan potensi wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir dapat dilihat dari hasil wawancara dengan beberapa informan sebagai berikut :

Menurut Bapak Latief (I1) selaku Kepala Bidang Konservasi, beliau menyatakan dalam wawancaranya yaitu :

“Peningkatan partisipasi untuk masyarakat Desa Tanjung Pasir yaitu mensosialisasikan untuk turut serta dalam program-program yang kita galangkan tentu sangat sulit banyak tantangan-tangtangan yang belum semua masyarakat bisa menerima hal itu karena masyarakat disana sudah turun-menurun melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah mewarisi dari orang-orang terdahulu mereka, sehinga untuk hal-hal baru sangat sulit jika langsung diterima oleh masyarakat”. (Kamis, 10-03-2016. Pukul 13.00 WIB.)

Hal ini juga diungkapkan oleh Bapak Hari (I2) selaku Staff Bidang Konservasi dan Pengawasan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan menyatakan bahwa : 116

“Jika untuk meningkatkan partisipasi masyarakat di Desa Tanjung Pasir sendiri dalam hal ini yaitu mengubah mindset masyarakat secara bertahap dengan menjelaskan bahwa sangat penting nya dalam membangun wilayahnya bukan hanya berorientasi pada uang tapi dengan adanya berbagai keterampilan dan pengetahuan di berbagai bidang seperti pengolahan hasil perikanan, pengolahan sampah, membangun air bersih dan lain-lain”. (Kamis, 10-03-2016. Pukul 13.30 WIB.)

Pendapat lain dikemukaka oleh Bapak Didi selaku Kasi Pengawas Perikanan (I3)

yang menyatakan bahwa :

“Untuk meningkatkan kemauan masyarakat sebenernya harus ada figure yang berhasil dari setiap kegiatan yang dilakukan sehingga bisa menjadi contoh buat masyarakat yang lain. Kalo hanya di kasih pembinaan dan penyuluhan saja tanpa ada bukti jadi kurang ada kemauan dari mereka untuk memulai sesuatu yang baru”. (Kamis, 10-03-2016. Pukul 14.00 WIB.)

Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perlu usaha-usaha dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi. Permasalahan yang dihadapi masyarakat pesisir memang kompleks, baik masalah kependudukan/sumberdaya manusia, permasalahan potensi alam dan daratan maupun masalah perairan sebagai lahan masyarakat mencari nafkah. Dalam melaksanakan pembangunan masyarakat perlu dilakukan usaha-usaha salah satu nya dengan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat pada dasarnya adalah upaya menjadikan suasana kemanusian yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara structural baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, Negara, regional, internasional maupun bidang politik, ekonomi dan lain- lain (AMW Pranarka dan Vidhyandika Moeljarto,1996). Dalam rangka pemberdayaan masyarakat yang dilakukan di Desa Tanjung Pasir untuk meningkatkan kesejahteraan 117

masyarakatnya dapat dilihat dari hasil wawancara dengan beberapa informan sebagai berikut:

Menurut Bapak Latief (I1) selaku Kepala Bidang Konservasi, beliau menyatakan dalam wawancaranya yaitu :

“Pemberdayaan masyarakat untuk Desa Tanjung Pasir tidak hanya sebatas soal memberdayakan dari sisi sosial dan ekonomi yang sering disalahartikan dengan memberikan bantuan modal, sembako dan lain-lain, di desa pesisir kita mencoba meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya bagi nelayan, bantuan-bantuan untuk alat penangkapan ikan,pelatihan-pelatihan pengolahan untuk ibu-ibu rumah tangga untuk menambah pendapatan untuk mereka “.(Kamis, 10-03-2016. Pukul 13.00 WIB.)

Pendapat lain dikemukakan oleh Bapak Didi selaku Kasi Pengawas Perikanan

(I3) yang menyatakan bahwa :

“Pemberdayaan untuk masyarakat sebenarnya dari setiap program yang dilakukan oleh Bidang Konservasi Dinas Perikanan dan Kelautan memberikan keterampilan-keterampilan usaha seperti pengolahan perikan, budidaya atau tambak. Selain itu kita sering adakan pertemuan-pertemuan dengan aparatur Desa Tanjung Pasir terkait program-program yang dijalankan”. (Kamis, 10-03- 2016. Pukul 14.00 WIB.)

Hal ini juga diungkapkan oleh Bapak Hari (I2) selaku Staff Bidang Konservasi dan Pengawasan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan menyatakan bahwa :

“Upaya-upaya dalam pemberdayaan masyarakat pesisir sebenarnya terus dilakukan di setiap program misalnya di pengembangan desa pesisir tangguh ada pelatihan peningkatan kapasitas masyarakat pesisir, program yang rutin dilakukan seperti penyuluhan-penyuluhan kepada nelayan dan petambak, pelatihan bagi pengolahan ikan dan lain-lain. Dari setiap kegiatan yang dilakukan dari Dinas Perikanan dan Kelautan agar dapat mendorong proses masyarakat belajar dan melembagakan sikap bertanggung jawab serta tanggung gugat terhadap pilihan keputusan dan kegiatan yang dilaksanakannya”. (Kamis, 10-03-2016. Pukul 13.30 WIB.) 118

4. Threats (Ancaman)

Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan organisasi. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan organisasi. Masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan pasar, meningkatnya kekuatan tawar-menawar pembeli atau pemasok penting, perubahan teknologi, serta peraturan baru atau yang direvisi dapat menjadi ancaman bagi keberhasilan organisasi. (Siagian, 2008)

Ketika penngembangan wilayah pesisir dimanfaatkan oleh berbagai kepentingan maka akan membawa suatu perubahan baik dari aspek sosial, ekonomi, maupun ekologi. Perubahan-perubahan tersebut membawa pengaruh pada lingkungan yang luas.

Semakin tinggi intensitas pembangunan yang dilaksanakan berarti semakin tinggi tingkat pemanfaatan sumberdaya pesisir, maka semakin tinggi pula perubahan- perubahan yang akan terjadi.dalam pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir saat ini menghadapi berbagai macam ancaman dapat dilihat dari hasil wawancara dengan beberapa informan sebagai berikut :

Menurut Bapak Latief (I1) selaku Kepala Bidang Konservasi, beliau menyatakan dalam wawancaranya yaitu :

“Kedaulatan terhadap sumber daya lahan minim ini dapat mengancam bagi masyarakat karena masyarakat tidak bisa mengembangkan mata pencaharian sendiri sesuai kapasitasnya dikarenakan tidak adanya kebebasan melaksanakan usaha-usaha produksi bagi mereka. Minimnya sumberdaya manusia yang ada di desa pesisir dapat berdampak kepada kemiskinan dan pengangguran yang tinggi karena status pekerjaan yang masih bergantung pada sumberdaya alam dan lahan sementara lahan dan sumberdaya alam sudah sulit 119

produktifitasnya. Disisi lain untuk mendapatkan pekerjaan dan keterampilan banyak terhambat karena tingkat pendidikan dan keterampilan yang kurang memadai”. (Kamis, 10-03-2016. Pukul 13.00 WIB.)

Hal ini juga diungkapkan oleh Bapak Hari (I2) selaku Staff Bidang Konservasi dan Pengawasan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan menyatakan bahwa :

“Kondisi saat ini yang terjadi wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir meskipun berstatus desa namun telah mengalami perubahan kearah urban karena kedekatan dan interaksi dengan Jakarta dan Tangerang, sehingga ciri masyarakat pedesaan lambat laun akan mulai luntur, secara perlahan akan menggerus modal sosial seperti kegiatan gotong royong, menyelenggarakan kegiatan bersama, dan lain-lain”. (Kamis, 10-03-2016. Pukul 13.30 WIB.)

Pendapat lain dikemukakan oleh Bapak Didi selaku Kasi Pengawas Perikanan

(I3) yang menyatakan bahwa :

“Masyarakat Desa Tanjung Pasir umumnya konsumtif dan boros, pendapatan yang mereka dapat terkadang langsung dihabiskan pada saat itu juga. Kesadaran untuk menyimpan atau menabang masih sangat rendah kondisi demikian dikhawatirkan akan menyulitkan mereka sendiri kedepannya. Jika pola pikir masyarakat seperti ini untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat sangat sulit berkembang dan dapat menjadikan ketergantungan yang sangat kuat terhadap bantuan pemerintah, sehingga bantuan modal bukan memandirikan masyarakat justru membuat masyarakat bergantung pada hal tersebut”. (Kamis, 10-03-2016. Pukul 14.00 WIB.)

Hal senada dinyatakan oleh Bapak Supriyadi (I4) sebagai Camat Kecamatan

Teluknaga yang mengungkapkan bahwa :

“Ancaman Di Desa Tanjung Pasir yaitu daya saing masyarakat rendah karena pendidikan mereka umumnya masih rendah sehingga tidak mampu bersaing terhadap desa-desa lain yang lebih maju, kehidupan di desa pesisir yaitu desa Tanjung Pasir umumnya mereka sangat bergantung pada iklim 120

contohnya bagi nelayan yang ingin melaut mereka bergantung pada cuaca yang baik untk mencari ikan jika kondisi cuaca buruk mereka tidak dapat mencari ikan. (Rabu, 30-03-2016. Pukul 13.00 WIB.)

Begitu pula menurut Informan bernama M. Fahmi Ardi (I7) salah satu tokoh masyarakat Desa Tanjung Pasir menyatakan bahwa :

“Ancaman untuk masyarakat Desa Tanjung Pasir yaitu peningkatan ekonomi masyarakatnya cenderung lambat karena kurang mau mengoptimalkan potensi yang ada di desa Tanjung Pasir selain itu karena sumber daya manusia yang minim terhadap kesadaran pendidikan”. (Rabu, 30-03-2016. Pukul 14.30 WIB.)

Pendapat lain dikemukakan oleh Bapak Tarim (I6) sebagai salah satu TNI yang bertugas di Pos Angkatan Laut Tanjung Pasir yang menyatakan bahwa :

“Ancaman yang bisa terjadi jika masyarakat terus menerus tidak memperbaiki taraf hidup mereka akan berakibat pada kemiskinan dan pola hidup yang tidak akan berubah dari masa ke masa. Nilai-nilai baru yang sifatnya positif tidak akan dapat di terima dan dikembangkan karena ketidakpedulian dari masyarakat seperti di tentang pendidikan, perekonomian, sosial dan budaya”. (Rabu, 23-03-2016. Pukul 14.00 WIB.)

Pandapat lainnya dikemukakan oleh informan lain tentang pembahasan yang sama mengenai ancaman yang ada di Desa Tanjung Pasir. Hal ini seperti apa yang di sampaikan Bapak Rafi (I8) selaku Masyarakat Desa Tanjung Pasir, beliau menyatakan bahwa :

“Kalo untuk ancamannya sebagai nelayan Desa Tanjung Pasir dari hasil tangkapan yang kita dapat tidak menentu, sekalipun kondisi cuaca yang baik namun ikan yang didapat tidak banyak jumlahnya berbeda dengan dulu ikan masih banyak dan baik kondisi nya . salah satu penyebabnya ya pencemaran di laut itu jadi salah satu faktornya sekarang banyak pembangunan jadi kita kena dampaknya. Selain itu adanya nelayan dari luar daerah Desa Tanjung Pasir ketika melaut menggunakan alat tangkap yang merusak ekosistem seperti Phuket 121

padahal itu sangat tidak diperbolehkan oleh pemerintah tetapi ada saja yang menggunakannya.”. (Kamis, 25-08-2016. Pukul 13.00 WIB.)

4.4. Pembahasan

Pembahasan merupakan isi dari hasil analisis dan fakta yang peneliti dapatkan dilapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti gunakan. Peneliti dalam penelitiannya menggunakan teori (Robbins dan Coulter, 2013:214-217 ) dimana didalam teori ini dapat memberikan instrumen yang ampuh dalam melakukan analisis stratejik, keampuhan tersebut terletak pada kemampuan para penentu strategi untuk memaksimalkan peranan faktor kekuatan pemamfaatan peluang sekaligus berperan sebagai alat untuk menimalisasi kelemahan yang terdapat dalam tubuh organisasi dan menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif diturunkan dari “kesesuaian” yang baik antara sumber daya internal (kekuatan dan kelemahan) dengan situasi eksternalnya (peluang dan ancaman). Kesesuaian yang baik akan memaksimalkam kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman.

Setelah melakukan analisis internal dan eksternal menghasilkan penilaian terhadap sumberdaya internal dan kemampuan organisasi terrsebut dengan berbagai peluang dilingkungan eksternalnya yang kemudian disebut dengan analisis SWOT.

Analisis SWOT dapat merupakan instrumen yang ampuh dalam melakukan analisis stratejik, keampuhan tersebut terletak pada kemampuan para penentu strategi untuk memaksimalkan peranan faktor kekuatan pemanfaatan peluang sekaligus berperan 122

sebagai alat untuk menimalisasi kelemahan yang terdapat dalam tubuh organisasi dan menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi.

Analisis SWOT merupakan teknik historia yang terkenal dimana para manajerial menciptakan gambaran umum secara cepat mengenai situasi strategis. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif diturunkan dari “kesesuaian” yang baik antara sumber daya internal (kekuatan dan kelemahan) dengan situasi eksternalnya

(peluang dan ancaman). Kesesuaian yang baik akan memaksimalkam kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Jika diterapkan secara akurat, asumsi sederhana ini memiliki implikasi yang bagus dan mendalam bagi desain strategi yang berhasil.

Adapun peneliti menggunakan analisis SWOT dalam penelitiannya dikarenakan disesuaikan dengan permasalahan-permasalahan yang terdapat di Desa Tanjung Pasir.

Dengan adanya penyusunan strategi yang didasarkan pada kekuatan dan kelemahan serta dipadukan dengan peluang dan ancaman yang dapat terjadi pada perubahan lingkungan, diharpkan mampu mengatasi masalah atau tantangan kedepan untuk meningkatkan pemanfaatan potensi wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir secara optimal dan berkelanjutan. Adapun alat yang digunakan dalam menyusun faktor-faktor strategis organisasi adalah matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman internal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang dimiliki. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis, seperti pada tabel berikut : 123

Tabel 4.15

Matriks SWOT

STRENGTH WEAKNESSES (Kekuatan) (Kelemahan) Faktor Internal

a. Modal sosial a. Rendahnya kualitas masyarakat masih sumber daya manusia dipegang masyarakat yang terdapat di Desa dalam melakukan Tanjung Pasir terlihat aktivitas dan kegiatan dari pendidikan formal yang dilakukan yang rendah dari

b. Jumlah Produksi keseluruhan jumlah

perikanan Desa Tanjung penduduk di Desa

Pasir cukup potensial Tanjung Pasir,

memberikan maanfaat b. Kesadaran orang tua

bagi masyarakat Desa akan pentingnya Tanjung Pasir pendidikan masih c. Kesiapan pemerintah minim, lebih cenderung daerah dalam kurang begitu perduli pembangunan wilayah terhadap pendidikan ke pesisir Desa Tanjung anak-anak mereka. Pasir terlihat dari c. Pengetahuan dan

program dan kegiatan keterampilan dalam

melalui peningkatan pengelolaan sumber

kualitas dan kapasitas daya alam yang masih Faktor Eksternal masyarakat Desa minim, seperti nelayan Tanjung Pasir seperti yang masih

124

PDPT, Gerbang Mapan, berpedoman pada alam Bersih Pantai. dalam kegiatan penangkapan ikan. d. Partisipasi masyarakat di dalam pembangunan masih rendah. Kurang aktifnya peran masyarakat dalam setiap program baik itu pelatihan, pembinaan, dan penyuluhan. e. menurunnya kualitas ekosistem mangrove yang terdapat di Desa Tanjung Pasir akibat kurangnya kesadaran masyarakat untuk menanam mangrove di wilayah Desa Tanjung Pasir

OPPORTUNITIES Strategi (SO) Strtegi (WO) (Peluang) Strength Weaknesses Opportunities Opportunities a. Pemerintah dan a. Mengoptimalkan peran a. Mengoptimalkan masyarakat dapat lebih lembaga swadaya pemanfaatan sarana dan bersinergi dalam masyarakat, pemerintah, prasarana pendidikan membangun wilayah perguruan tinggi dan yang telah ada Desa Tanjung Pasir agar sektor swasta dalam b. Menggalakan dan setiap pembangunan melakukan memasyarakatan

125

yang dijalankan dapat pembangunan wilayah program wajib belajar lebih mantap dan pesisir di Desa Tanjung 12 tahun berkesinambungan Pasir. c. Mengembangkan b.Mengoptimalkan b. Meningkatkan pengetahuan dan keberadaan dan peran keterlibatan tokoh-tokh keterampilan nelayan TNI AL dalam setiap masyarakat (agama, tentang penangkapan kegiatan pemberdayaan adat, dan pemuda) dalam komoditas unggulan masyarakat diharapkan pengelolaan wilayah perikanan. kedepannya dapat pesisir di Desa Tanjung d. Meningkatkan meningkatkan Pasir kesadaran masyarakat keterampilan dan c. Mengembangkan fungsi melalui penyuluhan dan pengetahuan untuk sarana dan prasarana partisipasi dalam masyarakat Desa Tempat Pelelangan Ikan pengelolaan wilayah Tanjung Pasir yang terdapat di Desa pesisir mulai dari tahap c. Meningkatkan akses Tanjung Pasir untuk perencanaan, masyarakat terhadap mengoptimalisasi pelaksanaan, ekonomi tinggi dengan produksi perikanan di pengawasan dan keberadaan Tempat Desa Tanjung Pasir. penegakan hukum Pelelangan Ikan sehingga e. Mengembangkan dapat membuhi program pelestarian kebutuhan perikanan di ekosistem wilayah sekitar wilayah Desa pesisir melalui kegiatan Tanjung Pasir Bersih Pantai dan penanaman mangrove. f. Meningkatkan kerjasama BLHD, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Pekerjaan Umum dengan mengadakan pelatihan dan pengolahan sampah dan

126

limbah untuk mengendalikan kerusakan ekosistem wilayah pesisir. THREATS Strategi (ST) Strategi (WT) (Ancaman) Strength Weaknesses Threats Threats a. Kedaulatan terhadap a. Mengembangkan metode a. Memotivasi pendidikan sumber daya lahan penyadaran masyarakat masyarakat Desa minim ini dapat tentang sumberdaya Tanjung Pasir untuk mengancam bagi lahan yang kritis di Desa menjadi tenaga masyarakat karena Tanjung Pasir. professional kemudian masyarakat tidak bisa b. Mengembangkan akan ditempatkan mengembangkan mata pelatihan dan kembali di daerah pencaharian sendiri keterampilan kepada asalnya untuk sesuai kapasitasnya kelompok nelayan membangun wilayahnya. dikarenakan tidak perikanan tangkap di b. Menyusun tata ruang adanya dan tidak ada Desa Tanjung Pasir wilayah pesisir secara kebebasan c. Menginventarisir dan terpadu harus dapat melaksanakan usaha- merevitalisasi peran mempertimbangkan usaha produksi bagi lemabag adat dan penggunaan kawasan mereka praktik-praktik pesisir agar dapat b. Minimnya sumberdaya tradisional untuk mengatasi konflik manusia yang ada di dimunculkan kembali kepentingan dalam desa pesisir dapat agar dapat membangun pemanfaatan wilayah berdampak kepada wilayah pesisir pesisir kemiskinan dan berdasarkan kearifan pengangguran yang lokal. c. Pemerintah Daerah tinggi karena status Kabupaten Tangerang pekerjaan yang masih membentuk kelompok masyarakat pengolahan

127

bergantung pada ikan dan peningkatan sumberdaya alam dan pemasaran hasil olahan lahan sementara lahan perikanan di Desa dan sumberdaya alam Tanjung Pasir sudah sulit d. Memberdayakan dan produktifitasnya. Disisi memanfaatkan lahan lain untuk mendapatkan terbatas disekitar pekerjaan dan permukiman dengan keterampilan banyak menanami mangrove . terhambat karena tingkat pendidikan dan keterampilan yang kurang memadai. c. Keadaan Desa Tanjung Pasir telah mengalami perubahan kearah urban karena kedekatan dan interaksi dengan daerah perkotaan. d. Masyarakat Desa Tanjung Pasir umumnya konsumtif dan boros. Kesadaran untuk menyimpan dan menabung masih sangat rendah. Jika masyarakat tidak dapat merubah perilaku seperti ini akan dapat menjadikan ketergantungan terhadap bantuan pemerintah

128

sehingga bantuan modal bukan menjadikan masyarakat menjadi mandiri. e. Daya saing masyarakat rendah karena pendidikan mereka umumnya masih minim sehingga tidak mampu bersaing terhadap desa- desa lain yang lebih maju.

(Sumber : Peneliti, 2016)

Diagram Analisis SWOT Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten

Tangerang :

129

Gambar 4.1 Diagram analisis SWOT Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang Penjelasan mengenai diagram silang analisis SWOT :

1. Sel 1 : Mendukung Strategi (SO) Strength Opportunities

Dalam diagram diatas menunjukan bahwa situasi yang paling didambakan

ialah Sel 1 karena organisasi menghadapi berbagai peluang lingkungan

dan memiliki berbagai kekuatan yang mendorong pemanfaatan berbagai

peluang tersebut. Dengan kondisi demikian, strategi yang tepat untuk

ditenpuh ialah strategi pertumbuhan.

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan teknik wawancara,

bahwa strategi yang dapat dilakukan dalam pembangunan sosial wilayah

130

pesisir Desa Tanjung Pasir berdasarkan strategi SO (Strengths

Opportunities). Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran organisasi,

yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan

memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi SO menggunakan

kekuatan internal organisasi untuk memanfaatkan peluang eksternal,

strategi yang dapat dilakukan diantaranya : Meningkatkan koordinasi

dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pembangunan

wilayah pesisir melalui forum-forum pertemuan secara berkala dan terus

menerus secara intensif, dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat

(agama, adat, dan pemuda), lembaga swadaya masyarakat, pemerintah,

perguruan tinggi dan sektor swasta, Mengembangkan fungsi sarana dan

prasarana Tempat Pelelangan Ikan yang terdapat di Desa Tanjung Pasir

untuk mengoptimalisasi produksi perikanan di Desa Tanjung Pasir.

2. Sel 2 : Mendukung Strategi (ST) Strengths Threats

Pada Sel 2 tergambar bahwa satuan organisasi yang memiliki berbagai

kekuatan internal mengahadapi situasi lingkungan yang menguntungkan.

Jika suatu organisasi menemukan dirinya pada kondisi demikian, strategi

yang paling wajar untuk dipertimbangkan adalah strategi diversifikasi

dalam arti suatu strategi yang memanfaatkan kekuatan yang dimiliki

sekarang untuk membuka peluang jangka panjang dalam produk atau

pasar yang lain atau baru.

131

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan teknik wawancara, bahwa strategi yang dapat dilakukan dalam pembangunan sosial wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir berdasarkan strategi ST (Strengths Threats).

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman. Strategi ST bertujuan untuk mengurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal, strategi yang dapat dilakukan diantaranya :

Mengembangkan metode penyadaran masyarakat tentang sumberdaya lahan yang kritis di Desa Tanjung Pasir, Mengembangkan pelatihan dan keterampilan kepada kelompok nelayan perikanan tangkap di Desa

Tanjung Pasir, Menginventarisir dan merevitalisasi peran lemabaga adat dan praktik-praktik tradisional untuk dimunculkan kembali agar dapat membangun wilayah pesisir berdasarkan kearifan lokal.

Sel 3 : Mendukung Strategi WO Weaknesses Opportunities

Sel 3 pada diagram diatas menunjukan posisi suatu satuan organisasi yang menghadapi peluang pasar yang besar di satu pihak akan terapi “dihadang” oleh keterbatasan kemampuan karena berbagai kelemahan yang melekat dalam tubuh organisasi tersebut. Dalam kondisi demikian, sangat wajar bagi suatu organisasi untuk “putar haluan” dalam arti mengambil berbagai langkah untuk mengatasi kelemahan yang dihadapi secara internal agar peluang pasar dapat dimanfaatkan.

132

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan teknik wawancara, bahwa strategi yang dapat dilakukan dalam pembangunan sosial wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir berdasarkan strategi WO (Weaknesses

Opportunities). Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal, strategi yang dapat dilakukan diantaranya :

Mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan yang telah ada, Menggalakan dan memasyarakatan program wajib belajar 12 tahun,

Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan nelayan tentang penangkapan komoditas unggulan perikanan, Meningkatkan kesadaran masyarakat melalui penyuluhan dan partisipasi dalam pengelolaan wilayah pesisir mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan penegakan hukum, Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan nelayan tentang penangkapan komoditas unggulan perikanan,

Mengembangkan program pelestarian ekosistem wilayah pesisir melalui kegiatan Bersih Pantai dan penanaman mangrove, Meningkatkan kerjasama BLHD, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Pekerjaan Umum dengan mengadakan pelatihan dan pengolahan sampah dan limbah untuk mengendalikan kerusakan ekosistem wilayah pesisir.

133

3. Sel 4 : Mendukung Strategi (WT) Weaknesses Threats

Situasi Sel 4 menunjukan bahwa satuan organisasi menghadapi kondisi

yang paling buruk karena harus menghadapi tantangan besar bersumber

pada lingkungan dan pada waktu yang bersamaan “dilanda” berbagai

kelemahan internal yang kritikal sifatnya. Strategi yang tepat dalam

kondisi demikian ialah strategi yang bersifat defensif dalam arti

mengurangi atau merubah bentuk keterlibatan satuan organisasi dalam

produk atau pasar yang dianalisis dengan menggunakan teknik SWOT.

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan teknik wawancara,

bahwa strategi yang dapat dilakukan dalam pembangunan sosial wilayah

pesisir Desa Tanjung Pasir berdasarkan strategi WT (Weaknesses Threats).

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha

meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman. Strategi WT

bertujuan untuk mengurangi kelemahan internal dengan menghindari

ancaman eksternal, strategi yang dapat dilakukan diantaranya :

Memotivasi pendidikan masyarakat Desa Tanjung Pasir untuk menjadi

tenaga professional kemudian akan ditempatkan kembali di daerah asalnya

untuk membangun wilayahnya, Menyusun tata ruang wilayah pesisir

secara terpadu harus dapat mempertimbangkan penggunaan kawasan

pesisir agar dapat mengatasi konflik kepentingan dalam pemanfaatan

wilayah pesisir, Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang membentuk

kelompok masyarakat pengolahan ikan dan peningkatan pemasaran hasil

olahan perikanan di Desa Tanjung Pasir, Memberdayakan dan

134

memanfaatkan lahan terbatas disekitar permukiman dengan menanami mangrove .

135

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Bab ini memuat kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Dalam bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai strategi pembangunan wilayah pesisir yang ada di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang.

Dengan adanya berbagai penjelasan tersebut maka peneliti akhirnya dapat mengambil beberapa kesimpulan mengenai bagaimana bentuk strategi pembangunan wilayah pesisir yang ada di Desa Tanjung Pasir Kecamatan

Teluknaga Kabupaten Tangerang berdasarkan faktor-faktor yang menentukan yaitu faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman . Kesimpulan akhir dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Faktor Kekuatan, yaitu (1) Modal sosial masyarakat masih dipegang masyarakat dalam melakukan aktivitas dan kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Suatu kelompok masyarakat yang memiliki modal sosial tinggi akan membuka kemungkinan menyelsaikan kompleksitas permasalahan kesejahteraan sosial dengan lebih mudah. (2) Jumlah Produksi perikanan Desa Tanjung Pasir cukup potensial memberikan maanfaat bagi masyarakat Desa Tanjung Pasir 2. Faktor Kelemahan, yaitu (1) Rendahnya kualitas sumber daya manusia yang terdapat di Desa Tanjung Pasir terlihat dari pendidikan formal yang

136

rendah dari keseluruhan jumlah penduduk di Desa Tanjung Pasir. (2) Pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan sumber daya alam yang masih minim seperti nelayan yang masih berpedoman pada alam dalam kegiatan penangkapan ikan. 3. Faktor Peluang, yaitu (1) Pemerintah dan masyarakat harus lebih bersinergi dalam membangun wilayah Desa Tanjung Pasir agar setiap pembangunan yang dijalankan dapat lebih mantap dan berkesinambungan, (2) Meningkatkan akses masyarakat terhadap ekonomi dengan keberadaan Tempat Pelelangan Ikan sehingga dapat memenuhi kebutuhan perikanan di sekitar wilayah Desa Tanjung Pasir. 4. Faktor Ancaman, yaitu (1) Keadaan Desa Tanjung Pasir telah mengalami perubahan kearah urban karena kedekatan dan interaksi dengan daerah perkotaan. (2) Minimnya sumberdaya manusia yang ada di desa pesisir dapat berdampak kepada kemiskinan dan pengangguran yang tinggi karena status pekerjaan yang masih bergantung pada sumberdaya alam dan lahan sementara lahan dan sumberdaya alam sudah sulit produktifitasnya. Disisi lain untuk mendapatkan pekerjaan dan keterampilan banyak terhambat karena tingkat pendidikan dan keterampilan yang kurang memadai. Setelah formulasi dilakukan, maka dapat dirumuskan isu strategis yang berupa strategi yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran pembangunan wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir adalah sebagai berikut:

1. Strategi SO : (a) Meningkatkan koordinasi dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pembangunan wilayah pesisir melalui forum-forum pertemuan secara berkala dan terus menerus secara intensif, dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat (agama, adat, dan pemuda), lembaga swadaya masyarakat, pemerintah, perguruan tinggi dan sektor swasta, (b) Mengembangkan fungsi sarana dan prasarana Tempat Pelelangan Ikan yang terdapat di Desa Tanjung Pasir untuk mengoptimalisasi produksi perikanan di Desa Tanjung Pasir

137

2. Strategi ST : (a) Mengembangkan metode penyadaran masyarakat tentang sumberdaya lahan yang kritis di Desa Tanjung Pasir, (b) Mengembangkan pelatihan dan keterampilan kepada kelompok nelayan perikanan tangkap di Desa Tanjung Pasir, (c) Menginventarisir dan merevitalisasi peran lemabaga adat dan praktik-praktik tradisional untuk dimunculkan kembali agar dapat membangun wilayah pesisir berdasarkan kearifan lokal. 3. Strategi WO : (a) Mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan yang telah ada, (b) Menggalakan dan memasyarakatan program wajib belajar 12 tahun, (c) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan nelayan tentang penangkapan komoditas unggulan perikanan, (d) Mengembangkan program pelestarian ekosistem wilayah pesisir melalui kegiatan Bersih Pantai dan penanaman mangrove. 4. Strategi WT : (a) Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang menyusun tata ruang wilayah pesisir secara terpadu harus dapat mempertimbangkan penggunaan kawasan pesisir agar dapat mengatasi konflik kepentingan dalam pemanfaatan wilayah pesisir, (b) Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang membentuk kelompok masyarakat pengolahan ikan dan peningkatan pemasaran hasil olahan perikanan di Desa Tanjung Pasir, (c) Memberdayakan dan memanfaatkan lahan terbatas disekitar permukiman dengan menanami mangrove.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil Penenitian tentang Strategi Pembangunan Wilayah

Pesisir Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang, maka peneliti mencoba memberikan saran dalam bentuk strategi pembangunan wilayah pesisir di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang sebagai berikut :

138

1. Mengoptimalkan peran lembaga swadaya masyarakat serta keterlibatan secara aktif tokoh-tokoh masyarakat baik tokoh agama, tokoh pemuda, dan dalam dalam melakukan pembangunan wilayah pesisir. Maka dalam melakukan pembangunan wilayah pesisir perlu melakukan kerjasama yang baik antara aparatur desa maupun peran serta tokoh masyarakat setempat. Karena keberadaan mereka dalam masyarakat adalah satu kesatuan sistem yang tidak dapat dipisahkan. 2. Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang dan Aparatur Desa mendorong partisipasi seacara intensif dan berkesinambungan untuk ikut aktif dalam program-program dan dalam merealisasikannya. Melalui pertemuan- pertemuan secara berkala dan berkelanjutan dalam setiap program yang dilakukan seperti Gerbang Mapan, PDPT, Bersih Pantai, sehingga dapat memotivasi masyarakat untuk ikut serta dalam setiap program yang dilaksanakan. 3. Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang perlu memberikan penyadaran dan sosialiasi kepada masyarakat tentang sumberdaya lahan yang sudah kritis di Desa Tanjung Pasir agar kondisi wilayah pesisir di Desa Tanjung Pasir dapat dimanfaatkan dan dikelola secara utuh bagi masyarakat dalam mengembangkan potensi-potensi wilayah pesisir. 4. Meningkatkan pelatihan-pelatihan usaha produksi perikanan berorientasi pasar agar masyarakat Desa Tanjung Pasir dapat mengembangkan komuditas unggulan hasil perikanan laut yang dihasilkan. Salah satu produk yang bisa menjadi unggulan di Desa Pasir adalah pengolahan bandeng cabut duri. Perlu adanya kerja sama dengan Dinas Perikanan dan Kelautan dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk memasarkan produk tersebut agar dapat dipromosikan ke luar Desa Tanjung Pasir sehingga akan menggembangkan produk lokal desa. 5. Menyediakan berbagai pilihan mata pencaharian alternative bagi masyarakat agar dapat memberdayakan dan memanfaatkan lahan terbatas seperti budidaya rumput laut dan penanaman hutan mangrove sehingga dapat memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat untuk berbagai

139

keperluan kehidupan masyarakat contohnya bahan bangunan rumah, penghasil bahan baku industri,penghasil benih ikan udang, kerang dan lain-lain. 6. Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang perlu melakukan pengembangan perikanan tangkap yang ada di Desa Tanjung Pasir seperti peningkatan sarana dan prasarana Tempat Pelelangan Ikan, Pengembangan dan pembinaan kelompok nelayan perikanan tangkap Desa Tanjung Pasir agar produksi perikanan dapat bertambah jumlahnya bagi dari segi kualitas maupun kuantitas. 7. Membentuk dan menguatkan kelompok masyarakat untuk meningkatkan perannya dalam pengelolaan mangrove sehingga dapat menekan laju abrasi di Desa Tanjung Pasir.

Daftar Pustaka

Buku :

Dahuri, R dkk. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: Pradnya Paramita.

David, Fred R. 2010. Manajemen Strategis Konsep. Edisi 12. Penerbit Salemba Empat: Jakarta

David, J Hunger. 2003. Manajemen Strategis. Yogyakarta: Penerbit Andi

Gilbert, Freeman, Stoner. 1996. Manajemen. Jakarta: Prehalindo

Handoko, T Hani, 2003. Manajemen. Yogyakarta: BPFE

La Sara. 2014. Pengelolaan Wilayah Pesisir. Gagasan Memelihara Aset Wilayah Pesisir Dan Solusi Pembangunan Bangsa. Bandung: Alfabeta.

Nugroho Iwan, dan Dahuri Rokhmin. 2012. Pembangunan Wilayah. Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. Jakarta: LP3ES

Pearce, John A, dan Robinson, Richard B. 2011. Manajemen Strategis - Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Edisi Sepuluh. Salemba Empat: Jakarta

Pusat Pengkajian dan Pelayanan Informasi Sekretariat Jenderal DPR RI. 2000. Pembangunan Sosial Teori Dan Implikasi Kebijakan. CV. Tiga Putra Utama: Jakarata Utara

Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta Satori, Djaman, & Aan, Komariah. 2010. Metedologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Siagian, Sondang P. 2008. Manajemen Stratejik. Jakarta: Bumi Aksara

75

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta

Suharto Edi. PhD. Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi. Penerbit Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI

Robbins, Stephen P. dan Coultr Mary. 2013. Manajemen. Jilid 1, Edisi Kesepuluh. Penerbit Erlangga: Jakarta.

Terry, George R. 2009. Dasar-Dasar Manajemen. PT Bumi Aksara: Jakarta

Dokumen :

Undang-Undang 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil

Sumber Lain:

Diananto, Andreas Untung. Kajian Dampak Pengembangan Wilayah Pesisir Kota Tegal Terhadap Adanya Kerusakan Lingkungan (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat). Universitas Diponegoro: Skripsi.

Fitriani, Mita. Strategi Pengelolaan Pariwisata Pantai Lontar Indah Di Kabupaten Serang. Universitas Sultang Ageng Tirtayasa: Skripsi.

Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil (RSWP-3K) Kabupaten Tangerang Tahun 2013 - 2032

Seloningrum, Tri Rianti Agustin. Strategi Pengembangan Desa-Desa Peisisir di Kecamatan Palangga Selatan Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Universitas Gajah Mada: Skripsi.

76

http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=Penelitian Detail&act=view&typ=html&buku_id=69481. Diakses pada Tanggal 08 Juli 2015.

77

Lampiran 2

Dokumentasi Penelitian Di Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang

Keterangan Gambar :

Sumber : Peneliti, 2016

Gambar : Wawancara dengan Bapak Latief (I1) selaku Kepala Bidang Konservasi

( Kamis, 10-03-2016. Pukul 13.00 WIB.).

Keterangan Gambar :

Sumber : Peneliti, 2016

Gambar : Wawancara dengan Bapak Hari (I2) selaku Seksi Bidang Konservasi dan Pengawasan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan.

( Kamis, 10-03-2016. Pukul 13.30 WIB.).

Keterangan Gambar :

Sumber : Peneliti, 2016

Gambar : Wawancara dengan Bapak Didi (I3) selaku Kasi Pengawas Perikanan

( Kamis, 10-03-2016. Pukul 14.00 WIB.).

Dokumentasi Penelitian Di Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang

Keterangan Gambar :

Sumber : Peneliti, 2016

Gambar : Wawancara dengan Bapak Supriyadi (I4) sebagai Camat Kecamatan Teluknaga.

(Rabu, 30-03-2016. Pukul 13.00 WIB.)

Dokumentasi Penelitian Di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang

Keterangan Gambar :

Sumber : Peneliti, 2016

Gambar : Wawancara dengan Bapak Gunawan (I5) selaku Kepala Desa Tanjung Pasir

(Rabu, 23-03-2016. Pukul 12.28 WIB.).

Keterangan Gambar :

Sumber : Peneliti, 2016

Gambar : Wawancara dengan Bapak Tarim (I6) sebagai salah satu TNI yang bertugas di Pos Angkatan Laut Tanjung Pasir

(Rabu, 23-03-2016. Pukul 14.00 WIB.)

Keterangan Gambar :

Sumber : Peneliti, 2016

Gambar : Wawancara dengan M. Fahmi Ardi (I7) salah satu tokoh masyarakat Desa Tanjung Pasir

(Rabu, 30-03-2016. Pukul 14.30 WIB.)

Keterangan Gambar : Sumber : Peneliti, 2016 Gambar : Genangan air dan sampah di sekitar permukiman masyarakat Desa Tanjung Pasir (Rabu, 30-03-2016. Pukul 15.00 WIB.

Keterangan Gambar :

Sumber : Peneliti, 2016

Gambar : Kondisi Permukiman warga masyarakat Desa Tanjung Pasir

(Rabu, 30-03-2016. Pukul 15.00 WIB.)

Keterangan Gambar :

Sumber : Peneliti, 2016

Gambar : Pelabuhan Pendaratan Ikan dan perahu nelayan di Desa Tanjung Pasir

(Rabu, 30-03-2016. Pukul 15.00 WIB.)

Keterangan Gambar :

Sumber : Peneliti, 2016

Gambar : Keberadaan Rumah Pintar di Desa Tanjung Pasir

(Rabu, 30-03-2016. Pukul 15.00 WIB.)

Keterangan Gambar :

Sumber : Peneliti, 2016

Gambar : Kondisi Pantai di Desa Tanjung Pasir

(Rabu, 30-03-2016. Pukul 15.00 WIB.)

Keterangan Gambar :

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan 2016

Gambar : Kondisi ekosistem mangrove Di Desa Tanjung Pasir

Keterangan Gambar :

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan 2016

Gambar : Hasil deliniasi luasan mangrove Kecamatan Teluknaga dan Kosambi Kabupaten Tangerang Tahun 2015

Lampiran 3

PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI STRATEGI PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR DESA TANJUNG PASIR KECAMATAN TELUKNAGA KABUPATEN TANGERANG

Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai salah satu syarat untuk memmperoleh gelar sarjana ilmu sosial program studi ilmu administrasi Negara fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah penelitian, maka disusun pedoman wawancara seperti dibawah ini. Kerahasiaan Informan dalam penelitian ini akan terjaga. Informan : 1. Kepala Bidang Konservasi Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang. 2. Kasi Pengawasan Perikanan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang. 3. Staff Bidang Konservasi dan Pengawasan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang. Pertanyaan : 1. Strengths ( kekuatan )

a) Apa saja kekuatan yang terdapat di Desa Tanjung Pasir ? b) Strategi apa saja yang dilakukan dalam mengembangkan potensi yang ada ? c) Bagaimana langkah dalam mempertahankan dan menjaga sumberdaya pesisir yang terdapat di Desa Tanjung Pasir ? d) Bagaimana upaya-upaya pemberdayaan masyarakat di Desa Tanjung Pasir ? e) Apa langkah yang dilakukan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir ? f) Bagaimana cara mempertahankan potensi-potensi yang ada di Desa Tanjung Pasir ?

2. Weakneses (Kelemahan)

a) Apa saja yang menjadi kelemahan di Desa Tanjung Pasir ? b) Apa saja yang menjadi kendala di setiap kelemahan yang ada di Desa Tanjung Pasir ? c) Bagaimana evaluasi yang dilakukan dari setiap strategi apakah menunjukan peningkatan atau perubahan yang nyata bagi Desa Tanjung Pasir ? d) Bagaimana cara meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan para masyarakat Desa Tanjung pasir terhadap Sumber Daya Wilayah Pesisir ? e) Bagaimana cara memperbaiki kondisi sarana dan prasarana di desa tanjung pasir dalam rangka optimalisasi dalam membangun wilayah pesisir ? f) Bagaimana kondisi ekosistem wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir ? g) Apa saja partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pemanfaatan sumber daya wilayah pesisir ?

3. Opportunites ( Peluang )

a) Apa potensi yang ada di Desa Tanjung Pasir yang belum di kelola namun memiliki nilai tambah yang baik untuk kedepannya? b) Faktor-faktor yang dapat menjadikan peluang dalam rangka pembangunan wilayah pesisir di Desa Tanjung Pasir ? c) Bagaimana Sosialisasi kepada masyarakat tentang strategi dalam pembangunan wilayah pesisir ? d) Bagaimana cara menjamin kepentingan dan aspirasi masyarakat dalam memaanfaatkan dan menikmati sumberdaya pesisir ? e) Apa harapan untuk perkembangan potensi wilayah pesisir untuk menjaga pemanfaatan dan kelestarian di Desa Tanjung Pasir ?

4. Threats (Ancaman)

a) Apa yang menjadi ancaman kedepannya yang mungkin bisa terjadi di Desa Tanjung Pasir ? b) Apa langkah yang dapat diambil dalam menjaga kelestarian ekosisitem wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir ?

PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI STRATEGI PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR DESA TANJUNG PASIR KECAMATAN TELUKNAGA KABUPATEN TANGERANG

Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai salah satu syarat untuk memmperoleh gelar sarjana ilmu sosial program studi ilmu administrasi Negara fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah penelitian, maka disusun pedoman wawancara seperti dibawah ini. Kerahasiaan Informan dalam penelitian ini akan terjaga. Informan :

Informan :

1. Camat Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang. 2. Kepala Desa Tanjung Pasir. 3. TNI Pos Angkatan Laut Tanjung Pasir 4. Tokoh Masyarakat Pesisir Desa Tanjung Pasir.

Pertanyaan :

1. Strengths ( kekuatan ) a) Apa saja kekuatan yang dimiliki Desa Tanjung Pasir ? b) Bagaimana cara memperthankan potensi-potensi yang ada di Desa Tanjung Pasir ? 2. Weakneses (Kelemahan) a) Apa saja yang menjadi kelemahan di Desa Tanjung Pasir ? b) Apa saja yang menjadi kendala di setiap kelemahan yang ada di Desa Tanjung Pasir ? c) Apa saja partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir ?

3. Opportunites ( Peluang ) a) Apa harapan untuk perkembangan potensi wilayah pesisir untuk menjaga pemanfaatan dan kelestarian di Desa Tanjung Pasir ? b) Apa peluang yang dapat dikembangan di Desa Tanjung Pasir sehingga dapat menjadi nilai tambah bagi masyarakat Desa Tanjung Pasir ? c) Apa faktor-faktor yang dapat menjadikan peluang tersebut dapat berkembang kedepannya ? . 4. Threats (Ancaman) a) Apa yang menjadi ancaman kedepannya yang mungkin bisa terjadi di Desa Tanjung Pasir ? b) Mengapa ancaman tersebut dapat terjadi ?

.

Lampiran 4

MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA

Q

I 1 I

Q1 Apa saja kekuatan yang terdapat di Desa Tanjung Pasir ? Kekuatan-kekuatan yang terdapat di Desa Tanjung Pasir bisa kamu lihat disana potensi dari sumberdaya alam wilayah pesisir memiliki nilai tambah bagi masyarakat bisa menajadi pariwisata, konservasi, dan pengembangan usaha perikanan seperti pertambakan, budidaya, dan lain-lain. Selain itu ada TPI yang mempunyai manfaat penting bagi nelayan untuk melelang hasil perikan yang mereka tangkap saat melaut, keberadaan Pos TNI Angkatan Laut dan peran aktif mereka terhadap Desa Tanjung Pasir memberikan dampak positif bagi masyarakat disana karena mereka terlibat dan mempunyai peran aktif dalam membantu masyarakat dalam hal pembangunan.

Q2 Strategi apa saja yang dilakukan dalam mengembangkan potensi yang ada ? Kalo strategi kita lebih untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas sumberdaya manusia di Desa-Desa Pesisir. Salah satunya yang terdapat di program PDPT yang sudah dilaksanakan pada tahun 2012-2014, selanjutnya saat ini ada program Gerbang Mapan salah satu kelanjutan dari program PDPT.

Q3 Bagaimana langkah dalam mempertahankan dan menjaga sumberdaya pesisir yang terdapat di Desa Tanjung Pasir ? Dalam mempertahankan sumberdaya pesisir Desa Tanjung Pasir aspek yang paling penting adalah bagaimana masyarakat desa pesisir mampu mengenali potensi diri dan lingkungannya, tahu terhadap masalah apa yang dihadapi dan mampu menggunakan potensi dan kemampuan diri yang dimiliki untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

Q4 Bagaimana upaya-upaya pemberdayaan masyarakat di Desa Tanjung Pasir ? Pemberdayaan masyarakat untuk Desa Tanjung Pasir tidak hanya sebatas soal memberdayakan dari sisi sosial dan ekonomi yang sering disalahartikan dengan memberikan bantuan modal, sembako dan lain- lain, di Desa pesisir kita mencoba meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya bagi nelayan, bantuan-bantuan untuk alat penangkapan ikan,pelatihan-pelatihan pengolahan untuk ibu-ibu rumah tangga untuk menambah pendapatan mereka dan kita coba bantu untuk mendapatkan PIRT (Perizinan Industri Rumah Tangga) dari Dinas Kesehatan.

Q5 Apa langkah yang dilakukan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir ? Peningkatan partisipasi bagi masyarakat kita mensosialisasikan untuk turut serta dalam program-program yang kita galangkan tentu sangat sulit banyak tantangan-tangtangan yang belum semua masyarakat bisa menerima hal itu karena masyarakat disana sudah turun-menurun melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah mewarisi dari orang-orang terdahulu mereka, sehinga untuk hal-hal baru sangat sulit jika langsung diterima oleh masyarakat.

Q6 Apa saja yang menjadi kelemahan di Desa Tanjung Pasir dari berbagai sektor seperti, ekonomi, sumberdaya alam dll ? Permasalahan yang dihadapi di Desa Tanjung Pasir umumnya sama seperti desa pesisir lainya seperti minimnya kualitas SDM dan kapasitas masyarakat, lahan produksi yang sebagaian besar lahan telah dikuasai oleh pihak luar desa sehingga masyarakat tidak bisa mengoptimalkan usaha produktifnya seperti perikanan tambak, peternakan, pertanian dll, pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan sumberdaya alam, ekonomi dan sosial sangat rendah hal ini terjadi karena masyarakat kurang aktif dalam setiap pembinaan, penyuluhan, dan pelatihaan kepada masyarakat oleh pemerintah

Q7 Apa saja yang menjadi kendala di setiap kelemahan yang ada di Desa Tanjung Pasir ? Kendala dari pemasalahan tersebut adalah minimnya kesadaran masyarakat untuk meningkatkan kapasitasnya selain itu tingkat pendidikan masyarakat kurang memadai sebagian masyarakat berpendidikan rendah sehingga menjadi penghambat mereka untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka.

Q8 Bagaimana evaluasi yang dilakukan dari setiap strategi apakah menunjukan peningkatan atau perubahan yang nyata bagi Desa Tanjung Pasir ? Ada setiap program yang kita lakukan pasti ada evaluasi apakah sudah memberikan manfaat untuk masyarakat dan sejauh mana program tersebut memberikan manfaat untuk masyarakat tersebut.

Q9 Bagaimana cara meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta kesadaran masyarakat tentang sumberdaya wilayah pesisir ? Di Dinas Perikanan dan Kelautan ada beberapa program yang kurang lebihnya terkait dengan peningkatan keterampilan masyarakat pesisir seperti pengolahan, pembinaan, dan pelatihan-pelatihan di sektor perikanan sehingga dapat menjadi bekal untuk mereka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.

Q10 Bagaimana cara memperbaiki kondisi sarana dan prasarana di desa tanjung pasir dalam rangka optimalisasi dalam membangun wilayah pesisir ? Sarana dan prasarana sektor perikanan selalu kami usahakan untuk menunjang kegiatan masyarakat seperti TPI untuk nelayan kita mencoba mengoptimalkan agar nelayan selalu menjual hasil tangkapnya di TPI Tanjung Pasir, selain itu kami juga membantu akses jalan membuat paving block, membangun sarana air bersih, dan mengadakan peralatan pengolahan ikan untuk masyarakat agar mau mengembangkan usaha perikanan di Desa Tanjung Pasir.

Q11 Bagaimana kondisi ekosistem wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir ? Jika dilihat data yang ada kondisi mangrove disana cukup memperihatinkan dan di perparah kepedulian masyarakat cukup rendah karena masyarakat sendiri kurang mengetahui manfaat dari mangrove secara jauh, beberapa masyarakat beranggapan mangrove sebagai hama bagi keberadaan ikan-ikan sehingga ikan-ikan yang di sekitar mangrove tidak dapat hidup. Maka dari itu kita mencoba selain menanam mangrove di beberapa titik kita coba mensosialisasikan kepada masyarakat untuk senantiasa menjaga keberadaan mangrove.

Q12 Apa potensi yang ada di Desa Tanjung Pasir yang belum di kelola namun memiliki nilai tambah yang baik untuk kedepannya? Sarana dan prasarana yang ada di Desa Tanjung Pasir cukup memadai tersedianya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) hasil laut yang dikumpulkan oleh nelayan berpotensi dapat dipasarkan dalam keadaan segar, pariwisata di Desa Tanjung Pasir apabila dapat dikelola lebih lanjut akan menjadi kawasan wisata bahari yang popular ditambah wisatawan dapat berwisata menuju pulau seribu, selain itu akses menuju Tanjung pasir saat ini cukup baik jalan jalan sudah di beton dan juga ada dekat dengan ibukota.

Q13 Bagaimana Sosialisasi kepada masyarakat tentang strategi dalam pembangunan wilayah pesisir ? Sosialisai terhadap program-program yang kita adakan itu pasti adanya komunikasi dengan aparatur desa terkait juga dengan kecamatan dan juga kepada kelompok-kelompok masyarakat kita sudah mencoba mensosialisasikan dengan tim-tim lapangan yang kita sudah bentuk.

Q14 Faktor-faktor apa saja yang dapat meningkatkan peluang dalam rangka pembangunan wilayah pesisir khususnya di Desa Pasir ? Dengan adanya potensi-potensi sumberdaya pesisir yang cukup baik yang dimiliki Desa Tanjung Pasir jika dekelola lebih jauh dapat menjadi keunggulan bagi desa tersebut. Sehingga apabila mampu dikembangkan dapat mampu meningkatkan kemajuan wilayah pesisir, dan mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Desa Tanjung Pasir.

Q15 Bagaimana cara menjamin kepentingan dan aspirasi masyarakat dalam memaanfaatkan dan menikmati sumberdaya pesisir ? Dalam setiap program yang dijalankan agar program kita sesuai dengan permasalahan di lapangan, kita melakukan beberapa tahapan seperti di PDPT ada namanya pembentukan kelompok masyarakat pesisir gunanya dibuat kelompok agar lebih mempermudah dalam tahap identifikasi, seleksi, dan verivikasi dan penetapan penerimaan bantuan.

Q16 Apa yang menjadi ancaman kedepannya yang mungkin bisa terjadi di Desa Tanjung Pasir ? Kedaulatan terhadap sumber daya lahan minim ini dapat mengancam bagi masyarakat karena masyarakat tidak bisa mengembangkan mata pencaharian sendiri sesuai kapasitasnya dikarenakan tidak adanya dan tidak ada kebebasan melaksanakan usaha-usaha produksi bagi mereka. Minimnya sumberdaya manusia yang ada di desa pesisir dapat berdampak kepada kemiskinan dan pengangguran yang tinggi karena status pekerjaan yang masih bergantung pada sumberdaya alam dan lahan sementara lahan dan sumberdaya alam sudah sulit produktifitasnya. Disisi lain untuk mendapatkan pekerjaan dan keterampilan banyak terhambat karena tingkat pendidikan dan keterampilan yang kurang memadai.

Q17 Apa langkah yang dapat diambil dalam menjaga kelestarian ekosistem di Desa Tanjung Pasir ?

Untuk menjaga kelestarian ekologis kita berusaha untuk menanam kembali ekosistem mangrove, karena kondisi keberadaan mangrove disana cukup menurun baik dari kualitas maupun kuantitasnya Maka dari itu kita mencoba selain menanam mangrove di beberapa titik kita coba mensosialisasikan kepada masyarakat untuk menjaga keberadaan mangrove selain itu kedepannya kita berencana membentuk kelompok masyarakat peduli mangrove untuk meningkatkan peranan masyarakat dalam keikutsertaan menjaga ekosistem mangrove.

Keterangan : I1 = Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang

Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara

Catatan Lapangan = Wawancara Hari Kamis, Tanggal 10 Maret 2016, pukul 13.00 WIB.

Wawancara dilakukan di ruang Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang. Informan cukup terbuka dalam menjawab petanyaan peneliti.

Q

I 2 I

Q1 Apa saja kekuatan yang terdapat di Desa Tanjung Pasir ? Kekuatan yang ada di Desa Tanjung Pasir sebenernya cukup bagus potensi di hasil perikanan mereka cukup baik ada nya TPI juga mempermudah para nelayan untuk menjual hasil perikanan mereka. Selain itu daerah pesisir memiliki keanekaragaman potensi contohnya saja lahan pesisir dapat menjadi lahan untuk pertambakan ikan-ikan, dan pembudidayaan ikan, udang , kepiting dll, jika dikelola secara baik setiap harinya masyarakat memiliki penghasilan tambahan selain dari pekerjaan sebagai nelayan tangkap. Hasil dari nelayan tangkap bisa dijadikan pengembangan usaha hasil perikanan bisa sebagai pengolahan hasil perikanan salah satu nya di desa Tanjung Pasri bandeng tanpa duri, jika masyarakat lebih luas lagi pengembangan usaha tersebut dapat dijadikan makanan khas bagi daerah Tanjung Pasir

Q2 Strategi apa saja yang dilakukan dalam mengembangkan potensi yang ada ? Kalo strategi di bidang sosial saat ini kita mencoba fokuskan ke desa- desa pesisir di kabupaten Tangerang untuk mendapatkan berbagai program seperti pada program PDPT di tahun 2012-2014 dan juga saat ini ada program Gerbang Mapan dalam hal pemberdayaan masyarakatnya namun kita mencoba memfokuskan di Desa yang SDM nya memiliki kemauan besar untuk diajak kerjasama dalam hal pemberdayaan masyarakat supaya bisa menjadi desa percontohan dan desa-desa lain dapat mengikuti selanjutnya.

Q3 Bagaimana langkah dalam mempertahankan dan menjaga sumberdaya pesisir yang terdapat di Desa Tanjung Pasir ? Yang paling dasar harus ada perubahan pola pikir dari aparat desa dan masyarakat nya sendiri supaya bisa mempertahankan dan menjaga setiap kekuatan yang ada. Kalo mereka terus-terusan kaya gini sangat sulit bagi kita juga dalam membangun wilayah pesisir di Tanjung Pasir

Q4 Bagaimana upaya-upaya pemberdayaan masyarakat di Desa Tanjung Pasir ? Upaya-upaya dalam pemberdayaan masyarakat pesisir sebenarnya terus kita lakukan di setiap program misalnya di pengembangan desa pesisir tangguh ada pelatihan peningkatan kapasitas masyarakat pesisir, program yang rutin dilakukan seperti penyuluhan-penyuluhan kepada nelayan dan petambak, pelatihan bagi pengolahan ikan dan lain-lain. Dari setiap kegiatan yang kita lakukan dari Dinas Perikanan dan Kelautan supaya dapat mendorong proses masyarakat belajar dan melembagakan sikap bertanggung jawab serta tanggung gugat terhadap pilihan keputusan dan kegiatan yang dilaksanakannya.

Q5 Apa langkah yang dilakukan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir ? Kalo untuk meningkatkan partisipasi masyarakat di Desa Tanjung Pasir sendiri masih sangat minim partisipasi nya. Dalam hal ini kita mencoba untuk mengubah mindset masyarakat nya pelan-pelan menjelaskan bahwa bagaimana penting nya dalam membangun desa nya secara bukan hanya berorientasi pada uang tapi dengan adanya berbagai keterampilan dan pengetahuan di berbagai bidang seperti pengolahan hasil perikanan, pengolahan sampah, membangun air bersih dan lain-lain.

Q6 Apa saja yang menjadi kelemahan di Desa Tanjung Pasir dari berbagai sektor seperti, ekonomi, sumberdaya alam dll ? Kelemahan di desa pesisir umumnya mereka lebih ingin instan mendapatkan sesuatu hal, parameter yang diukur dari mereka yang ingin di dapatkan hanya berbicara soal uang dan uang. Bayangkan saja kita ada program dari tahun 2012-2014 yaitu PDPT tapi mindset mereka tidak pernah berubah. Kalo seperti itu tentu sangat mempersulit kita untuk membangun potensi di Desa Tanjung Pasir.

Q7 Apa saja yang menjadi kendala di setiap kelemahan yang ada di Desa Tanjung Pasir ? Kendala nya setiap kita coba ajak berdiskusi agak sulit yaa karena itu ujung-ujung nya mereka arahnya untuk mendapatkan uang, kita ga mau program kerja yang kita jalankan sembarangan dengan memberikan uang saja tanpa ada jangka panjang dari setiap program kerja kita. Pengalaman dari proram yang lalu yaa hasil nya kurang maksimal kalo kita sekedar memberikan uang dalam hal pemberian modal, pembuatan infrastruktur dan lain.

Q8 Bagaimana evaluasi yang dilakukan dari setiap strategi apakah menunjukan peningkatan atau perubahan yang nyata bagi Desa Tanjung Pasir ? Evaluasi pasti di setiap program yang kita jalankan di program PDPT kita sudah ada hasil nya ada beberapa aspek yang berhasil kita peroleh dari beberapa kelompok yang kita buat untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dengan kita ajak berdiskusi dan memberikan sosialisasi, penyuluhan dan pelatihan pelatihan namun setelah program itu selesai tidak ada kelanjutan untuk melakukan sendiri dengan kemandirian hasil pembekalan yang kita lakukan.

Q9 Bagaimana cara meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta kesadaran masyarakat tentang sumberdaya wilayah pesisir ? Usaha kita dalam meningkatkan keterampilan dan kesadaran masyarakat Desa Tanjung Pasir sudah luar biasa tiga tahun sudah kita coba dalam program PDPT ada pembekalan, pemeberian tim pendamping, sosialisasi dan pelatihan peningkatan kapsitas masyarakat. Fokus dari pengembangan PDPT adalah pada lima Bina yaitu Bina Manusia, Bina Usaha, Bina Sumberdaya, Bina Lingkungan atau infrastruktur dan Bina Siaga Bencana atau Perubahan Iklim

Q10 Bagaimana cara memperbaiki kondisi sarana dan prasarana di desa tanjung pasir dalam rangka optimalisasi dalam membangun wilayah pesisir ? Sarana prasarana setiap program merupakan penunjang di program- program itu sendiri dari sarana prasarana tanjung pasir kita telah memberikan pengadaan perahu nelayan, pembangunan turap dan papan informasi, pembangunan jalan paving block, pengadaan sarana air bersih, pengadaan peralatan pembuatan kerupuk ikan. Di bidang lain juga ada pengadaan alat-lat untuk nelayan tapi dengan pengajuan proposal di setiap kelompok. Disana juga kita punya TPI yang kita kelola keberadaannya kalo ada sarana prasarana yang butuh perbaikan kita bakal proses dengan berbagai tahapan dahulu.

Q11 Bagaimana kondisi ekosistem wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir ? Kondisi ekosistem disana cukup memperhatinkan yaa, khususnya keberadaan mangrove dan tingkat abrasi di Desa Tanjung Pasir. Kerusakan ini bisa disebabkan menjadi 2 faktor yaitu aktivitas manusia seperti konversi hutan mangrove menjadi tambak, tidak diterapkannya prinsip budidaya dan penangkapan ikan yang ramah lingkungan maupun kondisi alam seperti angin arus, dan gelombang yang besar dan terus menerus dari arah laut mengakibatkan pantai tererosi.

Q12 Apa potensi yang ada di Desa Tanjung Pasir yang belum di kelola namun memiliki nilai tambah yang baik untuk kedepannya? Berbicara tentang peluang disana sebenernya peluang nya kita bisa meningkatkan potensi yang ada disana dalam hal infrastruktur sudah mendukung, akses yang baik untuk menuju desa, selain itu keberadaan kelompok masyarakat disana inginnya kita bisa rubah pola pikir nya supaya lebih bisa berkembang dan mandiri agar tidak selalu mengandalkan bantuan dari pemerintah.

Q13 Bagaimana Sosialisasi kepada masyarakat tentang strategi dalam pembangunan wilayah pesisir ? Sosialisai pasti ada pertemuan-pertemuan dengan aparat desa pasti kita lakukan guna nya supaya mereka tahu maksud dari program-program kita dan bisa menyamakan persepsi anatar kita dan mereka.

Q14 Faktor-faktor apa saja yang dapat meningkatkan peluang dalam rangka pembangunan wilayah pesisir khususnya di Desa Pasir ? Dengan adanya peluang tersebut harapan kita kedepannya kalo berhasil dapat menjadikan Desa Tanjung Pasir dapat berkembang kapasitas masyarakatnya. Kita terus berusaha memikirkan cara yang tepat untuk merangkul masyarakat agar mau ikut serta secara aktif agar mereka dapat diberdayakan sesuai dengan keterampilan dan pengetahuan mereka bukan hanya orientasi terhadap bantuan uang.

Q15 Bagaimana cara menjamin kepentingan dan aspirasi masyarakat dalam memaanfaatkan dan menikmati sumberdaya pesisir ? Dengan desa-desa pesisir kita sering diskusikan dari setiap pertemuan- pertemuan yang kita adakan selain itu kita survey tentang perkembangan desa-desa pesisir agar kita benar-benar tahu apa yang menjadi kebutuhan mereka sebenarnya dan apa yang menjadi masalah bagi masyarakat itu sendiri. Selanjutnya melalui program-program kita kita bentuk kelompok- kelompok masyarakat sesuai dengan kebutuhan mereka supaya mengorganisir nya lebih mudah

Q16 Apa yang menjadi ancaman kedepannya yang mungkin bisa terjadi di Desa Tanjung Pasir ? Kondisi saat ini yang terjadi wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir meskipun berstatus desa namun telah mengalami perubahan kearah urban karena kedekatan dan interaksi dengan Jakarta dan Tangerang, sehingga ciri masyarakat pedesaan lambat laun akan mulai luntur, secara perlahan akan menggerus modal sosial seperti kegiatan gotong royong, menyelenggarakan kegiatan bersama, dan lain-lain.

Q17 Apa langkah yang dapat diambil dalam menjaga kelestarian ekosistem di Desa Tanjung Pasir ?

Dalam hal ini kita coba menggalakan program penanaman mangrove di beberapa titik di Desa Tanjung Pasir, salah satunya melakukan penanaman kembali hutan mangrove pada areal tambak yang sudah tidak produktif, serta partisipasi masyarakat dalam menjaga ekosisitem mangrove sangat diperlukan kami mencoba mensosialisasikan pengetahuan mengenai fungsi-fungsi mangrove baik secara ekologi,fisik, dan ekonomi.

Keterangan : I2 = Seksi Bidang Konservasi dan Pengawasan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang

Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara

Catatan Lapangan = Wawancara Hari Kamis, Tanggal 10 Maret 2016, Pukul 13.30 WIB.

Wawancara dilakukan di ruang Staff Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang. Informan cukup terbuka dalam menjawab petanyaan peneliti.

Q

I 3 I

Q1 Apa saja kekuatan yang terdapat di Desa Tanjung Pasir ? Pada umumnya potensi yang ada di desa tanjung pasir tedapat Pusat pendaratan ikan (PPI), pariwisata juga bias jadi potensi buat desa tanjung pasir, serta hasil perikanan di desa tanjung pasir terbilang lumayan baik. Akses di Desa Tanjung Pasir juga bagus deket dengan bandara soekarno hatta, dekat dengan PIK (pantai indah kapuk), dan dekat dengan ibukota

Q2 Strategi apa saja yang dilakukan dalam mengembangkan potensi yang ada ? Untuk mengembangkan potensi-potensi desa pesisir khususnya di Desa Tanjung Pasir kita dari Dinas Perikanan dan Kelautan sudah mencoba berbagai program termasuk di dalamnya pembangunan sosial contoh nya dari program PDPT yang memfokuskan di Bina yaitu Bina Manusia, Bina Usaha, Bina Sumberdaya, Bina Lingkungan atau infrastruktur dan Bina Siaga Bencana atau Perubahan Iklim. Dan untuk saat ini ada program Gerbang Mapan salah satu fokus mengatasi masalah sosial di Desa Pesisir dengan cara pemberdayaan masyarakat.

Q3 Bagaimana langkah dalam mempertahankan dan menjaga sumberdaya pesisir yang terdapat di Desa Tanjung Pasir ? Langkah yang dapat diambil dengan cara meningkatkan kapasitas dan kualitas masyarakat itu sendiri agar mereka dapat pembelajaran terhadap potensi-potensi yang ada sehingga dapat dijaga dan dimanfaatkan bagi mereka.

Q4 Bagaimana upaya-upaya pemberdayaan masyarakat di Desa Tanjung Pasir ? Pemberdayaan untuk masyarakat sebenarnya dari dulu sering kita berikan keterampilan-keterampilan usaha seperti pengolahan perikan, budidaya atau tambak. Selain itu kita sering adakan pertemuan- pertemuan dengan aparatur desa disana terkait program-program yang kita ingin jalankan seperti di PDPT kita ada pendampingan tehadap desa gunanya agar program kerja kita benar-benar terealisasi.

Q5 Apa langkah yang dilakukan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir ? Kalo buat meningkatkan kemauan masyarakat sebenernya harus ada figure yang berhasil dari setiap kegiatan yang dilakukan sehingga bisa menjadi contoh buat masyarakat yang lain. Kalo hanya di kasih pembinaan dan penyuluhan saja tanpa ada bukti jadi kurang ada kemauan dari mereka memulai sesuatu yang baru.

Q6 Apa saja yang menjadi kelemahan di Desa Tanjung Pasir ? Kalo dilihat dari kelemahan desa tanjung pasir dilihat dari masyarakatnya masih banyak masyarakat yang miskin itu karena pola hidup nya yang boros, kalo ada uang pasti langsung dihabiskan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat, terus kalo ga ada uang mereka minjem uang ke tetangga atau hutang sana-sini.

Q7 Apa saja yang menjadi kendala di setiap kelemahan yang ada di Desa Tanjung Pasir ? Masyarakat nya kurang kreatif, kemauan mereka masih minim buat memanfaatkan potensi yang ada padahal sering ada penyuluhan, pembinaan, dan lain-lain, tapi setelah itu mereka ga bisa mandiri untuk mengembangkan nya. Pengen nya di bantu terus sama pemerintah. Bukannya setelah dikasih bantuan untuk stimulan mereka tapi sehabis itu malah hilang begitu saja. Selain itu kurangnya SDM tenaga ahli di lapangan minim untuk menunjang informasi di Desa-desa pesisir.

Q8 Bagaimana evaluasi yang dilakukan dari setiap strategi apakah menunjukan peningkatan atau perubahan yang nyata bagi Desa Tanjung Pasir ? Kalo evaluasi pasti ada dari setiap program yang kita lakukan, sebenernya dari program itu bisa berkelanjutan terus menerus jangan hanya hilang begitu saja, tapi kita harus sabar untuk merubah perilaku masyarakat di Desa Tanjung Pasir dalam setiap program yang kita lakukan walaupun sedikit tapi tetep kita jalankan.

Q9 Bagaimana cara meningkatkan taraf pendidikan dan keterampilan serta kesadaran masyarakat tentang sumberdaya wilayah pesisir ? Kalo meningkatkan keterampilan kita sering kasih pelatihan-pelatihan, pembinaan, dan penyuluhan, seperti program PDPT, Gerbang Mapan, penyuluhan dan pengembangan untuk nelayan, selain itu dari segi pengolahan ikan nya juga ada di Desa Tanjung Pasir kaya Ikan Bandeng cabut duri walaupun masih kecil.

Q10 Bagaimana cara memperbaiki kondisi sarana dan prasarana di desa tanjung pasir dalam rangka optimalisasi dalam membangun wilayah pesisir ? Kalo buat sarana prasarana sebenernya sudah cukup baik, seperti akses jalan sudah bagus, selain itu PPI yang kita miliki kalo ada kerusakan kita perbaiki untuk daya dukung ekonomi masyarakat disana. Selain itu ada rencana untuk kita kembangkan kedepannya biar menjadi PPI yang maju sehingga masyarakat sekitar atau kota-kota seperti Jakarta, Tangerang bias menjadi daya tarik untuk membeli hasil perikanan di Desa Tanjung Pasir. Di PDPT juga kita sudah memberika sarana prasarana penunjang bagi kelompok masyarakat dalam mengembangkan usahanya misalnya pemberian perahu kepada nelayan, pembangunan turap, pengadaan sarana air bersih dll.

Q11 Bagaimana kondisi ekosistem wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir ? Kalo untuk ekosistem disana kondisi yang memprihatinkan terletak pada keberadaan mangrove yang menurun, sebenernya kalo mangrove sendiri masyarakat disana juga kurang mengetahui manfaat yang diperoleh dari mangrove itu sendiri, makanya mereka kurang peduli untuk menjaganya.

Q12 Apa potensi yang ada di Desa Tanjung Pasir yang belum di kelola namun memiliki nilai tambah yang baik untuk kedepannya? Peluangnya ya itu kita ingin meningkatkan kesadaran masyarakatnya yang paling penting agar mereka lebih mengerti dalam mengelola wilayah mereka, kalo di lihat keberagaman wilayah pesisir itu sebenarnya menjadi nilai lebih bagi masyarakat disana, ada parawisata, pelelangan ikan untuk hasil tangkap nelayan, dari hasil tangkap bisa jadi olahan bebagai makanan, ada pula tambak dan budidaya perikanan dll.

Q13 Bagaimana Sosialisasi kepada masyarakat tentang strategi dalam pembangunan wilayah pesisir ? Kalo buat sosialisasi kita sosialisasikan dengan aparatur desa atau kepada tokoh masyrakat disana, yaa karena pada dasarnya mereka itu lebih bisa diterima oleh masyarakat.

Q14 Faktor-faktor apa saja yang dapat meningkatkan peluang dalam rangka pembangunan wilayah pesisir khususnya di Desa Pasir ? Kita yakin dengan usaha-usaha yang kita jalankan untuk mengembangkan wilayah di Tanjung Pasir walaupu hasil nya masih minim namun keberadaan kita sangat diperlukan dalam meningkatkan kapasitas masyarakat dengan harapan kedepannya usaha tersebut dapat terwujud masyarakat yang kreatif dan mandiri

Q15 Bagaimana cara menjamin kepentingan dan aspirasi masyarakat dalam memaanfaatkan dan menikmati sumberdaya pesisir ? Kalo buat menjamin kepentingan masyarakat disana kita buat kelompok- kelompok masyarakat biar lebih memudahkan kebutuhan dan masalah apa yang mereka alami.

Q16 Apa yang menjadi ancaman kedepannya yang mungkin bisa terjadi di Desa Tanjung Pasir ? Masyarakat Desa Tanjung Pasir umumnya konsumtif dan boros, pendapatan yang mereka dapat terkadang langsung dihabiskan pada saat itu juga. Kesadaran untuk menyimpan atau menabang masih sangat rendah kondisi demikian dikhawatirkan akan menyulitkan mereka sendiri kedepannya. Jika pola pikir masyarakat seperti ini untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat sangat sulit berkembang dan dapat menjadikan ketergantungan yang sangat kuat terhadap bantuan pemerintah, sehingga bantuan modal bukan memandirikan masyarakat justru membuat masyarakat tergantung pada hal tersebut. Q17 Apa langkah yang dapat diambil dalam menjaga kelestarian ekosistem di Desa Tanjung Pasir ?

Kalo untuk ekosistem disana ada mangrove yang kita sedang kelola keberadaanya, disini kita pelan-pelan untuk mensosialisasikan kegunaan dan manfaat dari mangrove itu sendiri. Sejalan dengan itu kita juga ada penanaman mangrove di beberapa titik di Desa Tanjung Pasir. Kedepan kita membentuk kelompok-kelompok masyarakat peduli mangrove di beberapa desa pesisir agar dapat masyarakat dapat berkontribusi dalam menjaga ekosistem mangrove.

Keterangan : I1 = Kasi Pengawas Perikanan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang

Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara

Catatan Lapangan = Wawancara Hari Kamis, Tanggal 10 Maret 2016, Pukul 14.00 WIB.

Wawancara dilakukan di ruang Staff Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang. Informan cukup terbuka dalam menjawab petanyaan peneliti.

Q

I 4 I

Q1 Apa saja kekuatan yang dimiliki Desa Tanjung Pasir ? Kekuatan di Desa Tanjung Pasir jika di lihat modal sosial disana masih ada yaa seperti kebersamaan warga disana, gotong royong nya masih ada antar sesama warga, kerukunan masih terjaga antara masyarakat atau desa lain, kemudian sudah munculnya figur intelektual yang ada seperti dari tokoh masyarakatnya. Selain modal sosial ada juga modal ekonomi karena disana potensi laut nya tinggi, usaha di bidang perikanan seperti pertambakan atau pembudidayaan juga tinggi, bidang pengolahan ikan nya juga ada.

Q2 Bagaimana cara memperthankan potensi-potensi yang ada di Desa Tanjung Pasir ? Untuk mempertahankan potensi-potensi yang ada pemerintah daerah mempunyai beberapa program untuk masyarakat gunanya untuk mengembangkan desa pesisir dan mensejahterakan masyarkat pesisir contohnya seperti penataan kampung nelayan, pembangunan desa pesisir, pembangunan desa terpadu, penataan desa wisata, pemberian peralatan nelayan, bantuan modal koperasi.

Q3 Apa saja partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir ? Partisipasi-partisipasi masyarakat merupakan hal penting dari setiap program-program dan pemberdayaan untuk masyarakat kalo di Desa Tanjung Pasir sendiri masyarakatnya saat ini kurang aktif yaa karena pada saat ada pembinaa atau pelatihan-pelatihan hal pertama yang di tanyakan adalah masalah ada uang saku nya atau tidak kalo hanya mendengarkan saja yaa buat apa menurut mereka.

Q4 Apa harapan untuk perkembangan potensi wilayah pesisir untuk menjaga pemanfaatan dan kelestarian di Desa Tanjung Pasir ? Harapan nya untuk Kecamatan Teluknaga khususnya Desa Tanjung Pasir kedepannya dapat berkembang lebih pesat lagi dengan potensi- potensi besar yang ada di sini, pemerintah terus menggalakan usaha atau program seperti dari infrastruktur, kemudian terhadap perekonomia nya pemerintah memberikan bantuan modal dan beberapa keterampilan dan pelatihan-pelatihan maupun pembinaan, hanya saja dari setiap potensi tersebut terdapat permasalahan dan tantangan-tantangan untuk kedepannya. Q5 Apa saja yang menjadi kelemahan di Desa Tanjung Pasir ? Masalah di Desa Tanjung Pasir sendiri rata-rata pendidikan disini masih rendah, angka pendapatan ekonomi masyarakat masih sangat rendah, masyarakat Desa Tanjung Pasir cenderung boros umumnya budaya terhadap pesta atau perayaan masih tinggi dibandingkan harus mementingkan untuk menabung untuk keperluan masa depan terutama investasi pendidikan, pola hidup bersih masyarakat masih minim kurangnya kesadaran masyarakat untuk menajaga lingkungan seperti membuang sampah di laut yang dapat merusak ekosisitem pesisir.

Q6 Apa saja yang menjadi kendala di setiap kelemahan yang ada di Desa Tanjung Pasir ? Kendala nya berasal dari masyarakatnya sendiri pemikiran masyarakat masih terbatas jadi untuk berubah ke hal-hal yang lebih bermanfaat butuh proses karena budaya desa pesisir umumnya seperti itu kurang mementingkan investasi pendidikan untuk anak-anaknya, pola hidup boros mementingkan masa sekarang di bandingkan di masa depan. Sehingga masyarakat terjebak pada lingkaran antara kemiskinan dan kebodohan.

Q7 Apa peluang yang dapat dikembangan di Desa Tanjung Pasir sehingga dapat menjadi nilai tambah bagi masyarakat Desa Tanjung Pasir ? Akses masyarakat terhadap ekonomi tinggi karena keberadaan infrastruktur yang cukup baik seperti jalan yang suduh cukup baik, tersedianya TPI untuk nelayan atas hasil penangkapan ikan mereka, tersedianya pasar, akses terhadap pemerintahan baik karena kemauan pemerintah daerah untuk mengembangkan wilayah pesisir di kabupaten cukup tinggi dengan adanya program-program yang dilakukan untuk memajukan potensi wilayah pesisir, dekat dengan ibukota sehingga dapat menjadi penunjang bagi daerah ibukota dengan akses bagi wilayah sekitarnya

Q8 Apa faktor-faktor yang dapat menjadikan peluang tersebut dapat berkembang kedepannya ? Jika melihat peluang yang ada dari potensi-potensi yang terdapat di Desa Tanjung Pasir saya yakin daerah tersebut bisa maju kedepan nya tinggal bagaimana kemauan dan kesadaran semua unsur bukan hanya dari pemerintah saja tapi masyarakatnya harus bahu membahu, ini memang bukan soal mudah melitah realita yang ada di masyarakat pesisir. Mudah-mudahan kedepannya kecamatan Teluknaga dan khususnya Desa Tanjung Pasir lebih baik lagi dari semua sektor. Q9 Apa yang menjadi ancaman kedepannya yang mungkin bisa terjadi di Desa Tanjung Pasir ? Ancaman nya yaitu ketidakberdayaan terhadap investor contohnya masyarakat yang memiliki lahan untuk dijadikan usaha untuk dikelola namun karena lahan tersebut dijadikan proyek pengembang bagi investor akhirnya masyarakat mau tidak mau menjual lahan mereka, daya saing masyarakat rendah karena pendidikan mereka umumnya masih rendah sehingga tidak mampu bersaing terhadap desa-desa lain yang lebih maju, kehidupan di desa pesisir yaitu desa Tanjung Pasir umumnya mereka sangat bergantung pada iklim contohnya bag nelayan yang ingin melaut mereka bergantung pada cuaca yang baik untk mencari ikan jika kondisi cuaca buruk mereka tidak dapat mencari ikan.

Q10 Mengapa ancaman tersebut dapat terjadi ? Ancaman itu merupakan faktor eksternal yang bisa terjadi bagi suatu daerah, ancaman itu dapat terjadi karena kelemahan di Desa Tanjung Pasir sendiri kualitas masyarakat yang rendah dan pemanfaatan teknologi dan informasi kurang diterapkan disini padahal akses untuk itu semua sudah ada dan jika di biarkan secara terus menerus dapat berakibat pada kemunduran bagi daerah tersebut

Keterangan : I4 = Camat Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang

Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara

Catatan Lapangan = Wawancara Hari Rabu, Tanggal 23 Maret 2016, pukul 13.00 WIB.

Wawancara dilakukan di ruang Camat Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang. Informan cukup terbuka dalam menjawab petanyaan peneliti

Q

I 5 I

Q1 Apa saja kekuatan yang dimiliki Desa Tanjung Pasir ? Kalo kekuatan dari masyarakat masih ada nya masyarakat yang masih memegang gotong royong dalam setiap kehidupan sehari-hari seperti nelayan yang saling membantu satu sama lain, kalo ada tetangga yang sedang ada musibah seperti kematian mereka inisiatif sendiri tanpa harus di omongin pasti langsung bergerak melayat. Disini juga ada paguyuban dari pemuda-pemuda yang punya inisiatif buat bersih-bersih sampah di lingkungan Desa Tanjung Pasir, selain itu ada juga karang taruna buar remaja, ada PKK buat ibu-ibunya selain itu ada juga rumah pintar, rumah produksi, dan rumah promosi bantuan dari istri-istri Kabinet Indonesia Bersatu yang menyediakan berbagai kegiatan buat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat di Desa Tanjung Pasir

Q2 Bagaimana cara memperthankan potensi-potensi yang ada di Desa Tanjung Pasir ? Kalo mempertahankanya kita berusaha ke masyarakat, kita kasih tau buat perduli sama lingkungan sekitar baik itu ke masyarakat atau buat lingkungan sekitarnya. Kalo ada hal-hal seperti ada penyuluhan, pembinaan dan lain-lain pasti kita kasih tau kemasyarakatnya biar mereka bisa bikin nambah pengetahuannya

Q3 Apa saja partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir ? Sebenernya partisipasi masyarakat disini masih rendah banget kita udah sering sosialisasi tentang penyuluhan pembinaan dari dinas atau dari swasta dll tapi mereka ga begitu perduli karena disini rata-rata nelayan jadi kalo mereka itu kaya gitu khawatir mereka ga bakalan dapet penghasilan sehari-hari kalo ikut hal-hal seperti itu kecuali ada iming- iming uang dari setiap program dari pihak luar

Q4 Apa harapan untuk perkembangan potensi wilayah pesisir untuk menjaga pemanfaatan dan kelestarian di Desa Tanjung Pasir ? Harapannya supaya masyarakat bisa lebih perduli lagi terhadap hal-hal seperti penyuluhan, pembinaan, dan sosialisasi dari PEMDA, swasta, dll supaya mereka bisa nambah pengalaman dan pengetahuannya pasti bisa nambah. Kalo gitu kan otomatis masyarakat juga bisa makin maju kalo mereka bener-bener ngikutin arahan tersebut.

Q5 Apa saja yang menjadi kelemahan di Desa Tanjung Pasir ? Kalo kelemahan nya masyarakat belom bisa memadai ya kualitas SDM disini masih banyak yg kurang perduli orang tua ke anak-anaknya tentang pendidikan. Namanya juga masyarakat pesisir buat apa sekolah tinggi-tinggi kalo akhirnya jadi nelayan juga. Terus masalah biaya juga salah satu alasan mereka ga ngelanjutin sekolahnya.

Q6 Apa saja yang menjadi kendala di setiap kelemahan yang ada di Desa Tanjung Pasir ? Kalo kendala yaa biaya itu sendiri mereka rata-rata beranggapan biaya sekolah terlalu tinggi sedangkan penghasilan nelayan juga ga seberapa. Itulah yang menjadi penyebab masyarakat disini kualitas masyarakatnya masih rendah.

Q7 Apa peluang yang dapat dikembangan di Desa Tanjung Pasir sehingga dapat menjadi nilai tambah bagi masyarakat Desa Tanjung Pasir ? Peluang dari masyarakat sendiri ada beberapa kelompok masyarakat yang mulai mengembangkan hasil perikanan seperti ada pengolahan bandeng cabut duri, pengolahan baso ikan, pengolahan keripik, dan penjual ikan dan udang disini. Disini juga ada pariwisata pantai, terus itu ada tempat pelelangan ikan dan juga ada Pos TNI AL.

Q8 Apa faktor-faktor yang dapat menjadikan peluang tersebut dapat berkembang kedepannya ? Ya kalo misalkan beberapa kelompok masyarakat pengolahan bisa dikembangkan lagi pasti banyak masyarakat lain yang mau berkembang juga ga harus mengandalkan jadi nelayan terus. Disini kendala nya si karena pemasaran nya belom ada jadi belom bisa maksimal hasilnya.

Q9 Apa yang menjadi ancaman kedepannya yang mungkin bisa terjadi di Desa Tanjung Pasir ? Kalo ancaman nya masyarakat yang kurang perduli sama pendidikan bukan ga mungkin kedepannya ga akan ada kemajuan di Desa ini. Sekarang orang tua nya aja masih ga perduli buat pendidikan anaknya, apalagi anaknya yang harus dibimbing kan biar mau buat sekolah. Selain itu kurang nya kemauan masyarakat sini buat melakukan hal-hal baru, kesadaran mereka kurang padahal sering ada kunjungan dari mana- mana buat mengembangin potensi mereka terus kurang di praktekin abis itu.

Q10 Mengapa ancaman tersebut dapat terjadi ? Yaa kualitas masyarakat disini masih rendah makanya mereka beranggapan hal-hal kaya pendidikan, terus pembinaan dan penyuluhan yang dianggap mereka baru belom bisa mereka terima karena hal kaya gitu harus butuh proses dan belom tentu mereka bisa paham dan masih takut bakalan berhasil atau gagal.

Keterangan : I5 = Kepala Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang

Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara

Catatan Lapangan = Wawancara Hari Rabu, Tanggal 23 Maret 2016, pukul 12.28 WIB.

Wawancara dilakukan di rumah Kepala Desa Tanjung Pasir. Informan cukup terbuka dalam menjawab petanyaan peneliti

Q

I 6 I

Q1 Apa saja potensi-potensi yang dimiliki Desa Tanjung Pasir ? Kalo dilihat dari Desa Tanjung Pasir sendiri kemauan dari pemerintahan, perguruan tinggi dan swasta khususnya TNI sendiri kemaun nya begitu besar buat mengembangkan wilayah pesisir disini ya, bisa dilihat kita ada kegiatan pemberdayaan masyrakat di berbagai sektor seperti pengelolaan Rumah Pintar, Rumah Produksi, Rumah Promosi gunanya untuk menambah pengetahuan masyarakat disini. TNI sendiri kan harus siap untuk di tugaskan untuk Negara dan untuk membantu kepentingan masyarakat.

Q2 Bagaimana cara memperthankan potensi-potensi yang ada di Desa Tanjung Pasir ? Kalo dari TNI sendiri yaa kita ada beberapa kegiatan disini seperti di Rumah Pintar kami sediakan beberapa pengajaran seperti Komputer dan Bahasa Inggris, Matematika dll, tenaga pengajar nya ada yang dari TNI ada juga dari luar kita kerja sama dengan BINUS da nada juga dari mahasiswa, kalo dari rumah produksi sendiri kita adakan beberapa pelatihan kepada masyarakat seperti membuat kerajinan, pembuatan kue-kue dan pengolahan hasil perikanan. Walaupun belum semua masyarakat mengikuti tapi pelan-pelan kita mencoba untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat.

Q3 Apa saja partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir ? Kalo partisipasi masyarakat disini masih rendah, lebih banyak masyarakat masih acuh dengan lingkungan sekitar, seperti kalo kita lagi ada kegiatan bersih sampah di sekitar pantai kerjasama dengan komunitas green peace mereka malah menonton saja bukannya bantu- bantu buat bersih-bersih. Padahal kan ini wilayah mereka buat mereka juga, kenapa malah ga ada inisiatif nya. Q4 Apa harapan untuk perkembangan potensi wilayah pesisir untuk menjaga pemanfaatan dan kelestarian di Desa Tanjung Pasir ? Harapannya dengan ada nya berbagai kegiatan di Desa Tanjung Pasir ini kami berharap yaa bisa ada kemajuan kedepannya dari semua lapisan masyarakat dan juga kompetensi masyarakat bisa meningkat yang dari tertinggal menjadi maju dari berbagai aspek kehidupan karena disini kita sudah ajarkan berbagai keterampilan terkait kompetensi dan pekerjaan bagi masyarakat

Q5 Apa saja yang menjadi kelemahan di Desa Tanjung Pasir ? Kelemahan yaa itu dari masyarakat sendiri kurang mau mengembangkan diri mereka padahal disini sudah ada namanya rumah pintar rumah produksi dan rumah promosi. Belum banyak anak-anak disini mau belajar di rumah pintar karena dari orang tuanya kurang mau menggerakan anak-anaknya buat belajar disini. Selain itu di rumah prosuksi kendala yang kita hadapi di pemasaran kita belom ada pemasaran untuk hasil-hasil kerajinan atau pembuatan kue dll.

Q6 Apa saja yang menjadi kendala di setiap kelemahan yang ada di Desa Tanjung Pasir ? Masih kurangnya perhatian orang tua terhadap anak-anaknya dalam rangka mengembangkan pengetahuan untuk anak-anaknya padahal sarana dan prasarana sudah terdapat disini keberadaan kita kurang mendapatkan antusias dari masyarakat. Sedangkan peran serta masyarakat terhadap pengembangan usaha kurang begitu diminati ini terlihat dari peran serta ibu-ibu dan bapak-bapak yang ada di rumah produksi belom semuanya tersentuh dan bisa menikmati keberadaan rumah produksi, selain faktor pemasaran jika semua kalangan bisa bergerak kompak mungkin bisa mendapatkan solusi dari keterbatas promosi dari hasil rumah produksi.

Q7 Apa peluang yang dapat dikembangan di Desa Tanjung Pasir sehingga dapat menjadi nilai tambah bagi masyarakat Desa Tanjung Pasir ? Keberdaan TNI disini dengan adanya kegiatan pemberdayaan untuk masyarakat Desa Tanjung Pasir memberikan manfaat tersendiri bagi masyarakat disini dengan ada nya rumah pintar, rumah produksi dan rumah pemasaran diharapakan kedepannya bisa menambah pengetahuan,keterampilan bagi masyarakat itu sendiri walaupun masih banyak tantangan kedepannya.

Q8 Apa faktor-faktor yang dapat menjadikan peluang tersebut dapat berkembang kedepannya ? Kami berharap dengan adanya perna serta TNI untuk kemajuan wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir, masyarakat kedepannya bisa lebih tertata lagi kehidupannya. Bantuan-bantuan yang kami berikan untuk masyarakat mudah-mudahan menjadi stimulant untuk mereka walaupun butuh proses panjang dan tidak mudah namun kita tetap optimis kedepannya mendapatkan hasil dari setiap usaha-usaha kita.

Q9 Apa yang menjadi ancaman kedepannya yang mungkin bisa terjadi di Desa Tanjung Pasir ? Ancaman yang bisa terjadi jika masyarakat terus menerus tidak memperbaiki taraf hidup mereka akan berakibat pada kemiskinan dan pola hidup yang tidak akan berubah dari masa ke masa. Nilai-nilai baru yang sifatnya positif tidak akan dapat di terima dan dikembangkan karena ketidakpedulian dari masyarakat seperti di tentang pendidikan, perekonomian, sosial dan budaya.

Q10 Mengapa ancaman tersebut dapat terjadi ? Kualitas sumber daya manusia nya masih rendah kalo dilihat masyarakat pesisir kurang perduli terhadap pendidikan mereka sendiri. Orang tua mereka yang biasa sibuk menjadi nelayan kurang bisa memberikan arahan kepada anak-anaknya mereka saja sibuk berlayar mencari ikan jadi untuk mencari tahu tentang informasi agak sulit orientasi mereka mencari ikan untuk menghidupi keluarga mereka, dan pola itu terus menerus terjadi sampai ke anak anak mereka.

Keterangan : I5 = TNI

Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara

Catatan Lapangan = Wawancara Hari Rabu , Tanggal 23 Maret 2016, pukul 14.00 WIB.

Wawancara dilakukan di Rumah Pintar Desa Tanjung Pasir. Informan cukup terbuka dalam menjawab petanyaan peneliti

Q

I 7 I

Q1 Apa saja kekuatan yang dimiliki Desa Tanjung Pasir ? Jika dilihat dari kekuatan yang ada di Desa Pasir lebih terlihat dari sumberdaya alam nya yang cukup baik disini namanya juga wilayah pesisir di deket laut pasti sangat menguntungkan bagi masyarakatnya sendiri, contohnya ada yang memanfaatkan jadi nelayan, terus lahan pesisir bisa jadi wilayah tambak terus budidaya ikan. Hasil perikanan juga bisa diolah disini kaya ada bandeng cabut duri dari kelompok masyarakat disini. Kalo misalkan di kelola dengan baik pasti bakal jadi potensi besar buat masyarakat disini

Q2 Bagaimana cara memperthankan potensi-potensi yang ada di Desa Tanjung Pasir ? Kalo caranya si harus ada peran aktif dari semua unsur baik itu masyarakat di Desa Tanjung Pasir sendiri maupun pihak pemerintah sendiri dalam mempertahankan dan menjaga potensi yang ada di Desa Tanjung Pasir

Q3 Apa saja partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir ? Masyarakat di Desa Tanjung Pasir umumnya agak susah kalo diajak bekerja sama dengan pihak kaya Pemda atau pihak swasta, mereka kurang antusias terhadap program yang disediakan kaya sosialisasi, pembinaan tapi karena kesadaran mereka rendah akan hal itu. Malah mereka lebih memilih kerja untuk menghasilkan uang untuk kehidupan mereka sehari-hari dibanding ikut hal seperti itu yang menurut mereka ga menghasilkan apa-apa.

Q4 Apa harapan untuk perkembangan potensi wilayah pesisir untuk menjaga pemanfaatan dan kelestarian di Desa Tanjung Pasir ? Harapan kedepannya supaya Desa Tanjung Pasir bisa lebih baik lagi kedepannya bisa mengoptimalkan sumberdaya-sumberdaya yang ada di sana peran aktif masyarakat juga bisa lebih aktif lagi dan dari pemerintah sendiri agar bisa lebih memprioritaskan kepada pembangunan di desa agar masyarakat di sana bisa diberdayakan dan selalu ada pengawasan dan keberlanjutan di setiap program nya.

Q5 Apa saja yang menjadi kelemahan di Desa Tanjung Pasir ? Kelemahan di Tanjung Pasir itu tadi kesadaran sumber daya manusia nya masih rendah mereka belum mau perduli sama wilayah nya sendiri, kerja sama dengan pihak-pihak luar kurang di perhatikan, sangat di sayangkan padahal potensi disana lumayan baik apabila masyarakat nya mau untuk bergerak. Selain itu pendidikan disana masih minim, sarana dan prasarana pendidikan saya rasa masih kurang untuk menunjang masyarakat disana.

Q6 Apa saja yang menjadi kendala di setiap kelemahan yang ada di Desa Tanjung Pasir ? Sebenernya figur pemimpin sangat berpengaruh kalo di kehidupan di Desa kalo pemimpin atau tokoh masyarakat lebih aktif lagi untuk mengajak masyarakat nya perduli dengan wilayah mereka, kenyataan yang ada pemimpin desa disana kurang proaktif terhadap warganya.

Q7 Apa peluang yang dapat dikembangan di Desa Tanjung Pasir sehingga dapat menjadi nilai tambah bagi masyarakat Desa Tanjung Pasir ? Peluang nya masyarkat dan pemerintah maupun pihak-pihak luar bisa lebih bersinergi lebih kuat lagi untuk kemajuan dan potensi-potensi yang ada di wilayah pesisir. Kalo dari pemerintah nya proaktif sementara masyarakat nya kurang yaa percuma saja setiap program-program yang di jalankan bisa berjalan dengan baik begitu pun sebalik nya.

Q8 Apa faktor-faktor yang dapat menjadikan peluang tersebut dapat berkembang kedepannya ? Ya itu merupakan tanggung jawab bagi kita semua untuk memajukan wilayah di Desa Tanjung Pasir kalo kita lihat jika masyarakatnya mau bersinergi dengan pemerintah bukan tidak mungkin kemajuan dan kesejahteraan masyarakat dan bagi wilayah tersebut bisa maju. Selanjutnya pemerintah harus lebih proaktif lagi bukan hanya sosialisasi dan pembinaan saja tapi harus ada pengawasan yang berkelanjutan.

Q9 Apa yang menjadi ancaman kedepannya yang mungkin bisa terjadi di Desa Tanjung Pasir ? Ancamannya sebenernya lebih ke dampak yang terjadi untuk masyarakat Desa Tanjung Pasir seperti kemajuan masyarakat lambat karena sumber daya manusia nya masih minim terhadap pendidikan, peningkatan ekonomi masyarakatnya lambat karena kurang mau mengoptimalkan potensi yang ada di desa Tanjung Pasir, kalo pemikiran masyarakat nya masih ortodok menghambat para investor untuk masuk ke Desa Tanjung Pasir

Q10 Mengapa ancaman tersebut dapat terjadi ? Yaa itu tadi pola pikir masyarakat desa masih rendah budaya desa yang negative masih sangat kental disana bagaimana masyarakat mau maju dan para pihak-pihak luar yang ingin bekerja sama mengembangkan wilayah disana kalo dari masyarakat nya sendiri tidak ada kesadaran dari masing masing masyarkat.

Keterangan : I7 = Masyarakat Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang

Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara

Catatan Lapangan = Wawancara Hari Rabu, Tanggal 30 Maret 2016, pukul 14.30 WIB.

Wawancara dilakukan di ruang tunggu Kecamatan Teluknaga. Informan cukup terbuka dalam menjawab petanyaan peneliti

Q

I 8 I

Q1 Apa saja kekuatan yang dimiliki Desa Tanjung Pasir ? Di Desa Tanjung Pasir memiliki potensi alam yang dapat dimanfaatkan oleh wagra disini. Dapat dilihat disini mayoritas mata pencaharian warganya adalah nelayan yang mencari ikan di sekitar Teluk Jakarta, Teluk Banten, Selat Sunda dan ada juga yang mencari sampai Sumatera bagian selatan. Nelayan disini melakukan penangkapan ikan ada yang 1 hari dan ada juga yang mingguan. Selai nelayan ada juga yang menjadi penambak ikan, pengolah ikan juga ada disini seperti bandeng cabut duri.

Q2 Apa manfaat bagi masyarakat Desa Tanjung Pasir dengan adanya kekuatan yang ada di wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir ? Manfaat yang di dapat warga masyarakat disini mengandalkan potensi alam yang ada untuk dimanfaatkan sebagai mata pencaharian. Seperti nelayan yang melaut mencari ikan dalam kegiatan sehari-harinya. Hasil tangkapan umumnya tidak dapat ditentukan rata-rata perharinya bisa mencapai 5 kg sampai 60 kg.

Q3 Bagaimana alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Desa Tanjung Pasir ? Alat tangkap yang digunakan masih sangat sederhana seperti jaring, pancing, sero, perangkap, bubu. Dengan ,meggunakan alat tangkap yang sederhana tersebut tidak akan merusak ekosistem di laut.

Q4 Bagaimana cara memperthankan potensi-potensi yang ada di Desa Tanjung Pasir ? Kalo untuk mempertahankannya kita sebagai warga disini berusaha untuk menjaga potensi-potensi alam tersebut jangan sampai kita rusak. Karena sebagian besar potensi tersebut kita sangat bergantung untuk kelangsungan hidup sehari-hari kita.

Q5 Apa saja yang menjadi kelemahan di Desa Tanjung Pasir ? Kelemahan yang ada sebenarnya kita masih bergantung pada kondisi alam dalam penangkapan ikan di laut. Seperti jika kita menentukan daerah penangkapan ikan berpedoman pada alam yaitu ada tidaknya keramaian burung yang terbang di dekat permukaan air. Selanjutnya jika kita sedang melaut ada resiko yang besar misalnya jika ada angin yang besar di tengah laut menjadi taruhan nyawa juga untuk nelayan. Q6 Apa saja yang menjadi kendala di setiap kelemahan yang ada di Desa Tanjung Pasir ? Kendala yang ada sebagai nelayan yaitu alat tangkap kita masih terbatas selain masih tradisional karena kemudahan dalam pembuatnya membuat hasil penangkapan kita masih kurang optimal. Selain itu kapal yang digunakan kita masih belum memiliki masing-masing, nelayan disini umumnya melaut dengan berkelompok dalam satu kapal, jika hendakingin melaut kita menumpang pemilik kapal yang disebut juga sebagai juragan.

Q7 Apa peluang yang dapat dikembangan di Desa Tanjung Pasir sehingga dapat menjadi nilai tambah bagi masyarakat Desa Tanjung Pasir ? Kalo peluang yang ada dari hasil tangkapan kita bisa dapat berbagai jenis tangkapan seperti udang, kakap, tenggiri, kembung, sembilang, alu-alu, laying dan berbagai jenis ikan lainnya yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi apabila dikembangkan.

Q8 Apa harapan untuk perkembangan potensi wilayah pesisir untuk menjaga pemanfaatan dan kelestarian di Desa Tanjung Pasir ? Kalo untuk harapan nya supaya nelayan yang ada bisa berkembang lebih baik lagi, hasil tangkapan bisa lebih banyak. Tidak adanya pencemaran agar laut menjadi banyak ikan. Sehingga hasil tangkapan di Desa Tanjung Pasir bisa menjadi produk perikanan yang unggulan.

Q9 Apa yang menjadi ancaman kedepannya yang mungkin bisa terjadi di Desa Tanjung Pasir ? Kalo untuk ancamannya hasil tangkapan yang kita dapat tidak menentu, sekalipun kondisi cuaca yang baik namun ikan yang didapat tidak banyak jumlahnya berbeda dengan dulu ikan masih banyak dan baik kondisi nya . salah satu penyebabnya ya pencemaran di laut itu jadi salah satu faktornya sekarang banyak pembangunan jadi kita kena dampaknya. Selain itu adanya nelayan dari luar daerah Desa Tanjung Pasir ketika melaut menggunakan alat tangkap yang merusak ekosistem seperti Phuket padahal itu sangat tidak diperbolehkan oleh pemerintah tetapi ada saja yang menggunakannya.

Keterangan : I8 = Masyarakat Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang

Q = Pertanyaan dan Jawaban Wawancara Catatan Lapangan = Wawancara Hari Rabu, Tanggal 25 Agustus 2016, pukul 13.00 WIB.

Wawancara dilakukan di Pantai Tanjung Pasir. Informan cukup terbuka dalam menjawab petanyaan peneliti

Lampiran 5

MATRIKS HASIL WAWANCARA SETELAH REDUKSI DATA

1. Strengths (kekuatan)

Q Apa saja kekuatan yang terdapat di Desa Tanjung Pasir ?

I

I1 Kekuatan-kekuatan yang terdapat di Desa Tanjung Pasir bisa kamu lihat disana potensi dari sumberdaya alam wilayah pesisir memiliki nilai tambah bagi masyarakat bisa menajadi pariwisata, konservasi, dan pengembangan usaha perikanan seperti pertambakan, budidaya, dan lain-lain. Selain itu ada TPI yang mempunyai manfaat penting bagi nelayan untuk melelang hasil perikan yang mereka tangkap saat melaut, keberadaan Pos TNI Angkatan Laut dan peran aktif mereka terhadap Desa Tanjung Pasir memberikan dampak positif bagi masyarakat disana karena mereka terlibat dan mempunyai peran aktif dalam membantu masyarakat dalam hal pembangunan.

I2 Kekuatan yang ada di Desa Tanjung Pasir sebenernya cukup bagus potensi di hasil perikanan mereka cukup baik ada nya TPI juga mempermudah para nelayan untuk menjual hasil perikanan mereka. Selain itu daerah pesisir memiliki keanekaragaman potensi contohnya saja lahan pesisir dapat menjadi lahan untuk pertambakan ikan-ikan, dan pembudidayaan ikan, udang , kepiting dll, jika dikelola secara baik setiap harinya masyarakat memiliki penghasilan tambahan selain dari pekerjaan sebagai nelayan tangkap. Hasil dari nelayan tangkap bisa dijadikan pengembangan usaha hasil perikanan bisa sebagai pengolahan hasil perikanan salah satu nya di desa Tanjung Pasri bandeng tanpa duri, jika masyarakat lebih luas lagi pengembangan usaha tersebut dapat dijadikan makanan khas bagi daerah Tanjung Pasir

I3 Pada umumnya potensi yang ada di desa tanjung pasir tedapat Pusat pendaratan ikan (PPI), pariwisata juga bias jadi potensi buat desa tanjung pasir, serta hasil perikanan di desa tanjung pasir terbilang lumayan baik. Akses di Desa Tanjung Pasir juga bagus deket dengan bandara soekarno hatta, dekat dengan PIK (pantai indah kapuk), dan dekat dengan ibukota

Q Strategi apa saja yang dilakukan dalam mengembangkan potensi yang ada ?

I

I1 Kalo strategi kita lebih untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas sumberdaya manusia di Desa-Desa Pesisir. Salah satunya yang terdapat di program PDPT yang sudah dilaksanakan pada tahun 2012-2014, selanjutnya saat ini ada program Gerbang Mapan salah satu kelanjutan dari program PDPT.

I2 Kalo strategi di bidang sosial saat ini kita mencoba fokuskan ke desa- desa pesisir di kabupaten Tangerang untuk mendapatkan berbagai program seperti pada program PDPT di tahun 2012-2014 dan juga saat ini ada program Gerbang Mapan dalam hal pemberdayaan masyarakatnya namun kita mencoba memfokuskan di Desa yang SDM nya memiliki kemauan besar untuk diajak kerjasama dalam hal pemberdayaan masyarakat supaya bisa menjadi desa percontohan dan desa-desa lain dapat mengikuti selanjutnya.

I3 Untuk mengembangkan potensi-potensi desa pesisir khususnya di Desa Tanjung Pasir kita dari Dinas Perikanan dan Kelautan sudah mencoba berbagai program termasuk di dalamnya pembangunan sosial contoh nya dari program PDPT yang memfokuskan di Bina yaitu Bina Manusia, Bina Usaha, Bina Sumberdaya, Bina Lingkungan atau infrastruktur dan Bina Siaga Bencana atau Perubahan Iklim. Dan untuk saat ini ada program Gerbang Mapan salah satu fokus mengatasi masalah sosial di Desa Pesisir dengan cara pemberdayaan masyarakat.

Q Bagaimana langkah dalam mempertahankan dan menjaga sumberdaya pesisir yang terdapat di Desa Tanjung Pasir ?

I

I1 Dalam mempertahankan sumberdaya pesisir Desa Tanjung Pasir aspek yang paling penting adalah bagaimana masyarakat desa pesisir mampu mengenali potensi diri dan lingkungannya, tahu terhadap masalah apa yang dihadapi dan mampu menggunakan potensi dan kemampuan diri yang dimiliki untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

I2 Yang paling dasar harus ada perubahan pola pikir dari aparat desa dan masyarakat nya sendiri supaya bisa mempertahankan dan menjaga setiap kekuatan yang ada. Kalo mereka terus-terusan kaya gini sangat sulit bagi kita juga dalam membangun wilayah pesisir di Tanjung Pasir I3 Langkah yang dapat diambil dengan cara meningkatkan kapasitas dan kualitas masyarakat itu sendiri agar mereka dapat pembelajaran terhadap potensi-potensi yang ada sehingga dapat dijaga dan dimanfaatkan bagi mereka.

Q Bagaimana upaya-upaya pemberdayaan masyarakat di Desa Tanjung Pasir ?

I

I1 Pemberdayaan masyarakat untuk Desa Tanjung Pasir tidak hanya sebatas soal memberdayakan dari sisi sosial dan ekonomi yang sering disalahartikan dengan memberikan bantuan modal, sembako dan lain- lain, di Desa pesisir kita mencoba meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya bagi nelayan, bantuan-bantuan untuk alat penangkapan ikan,pelatihan-pelatihan pengolahan untuk ibu-ibu rumah tangga untuk menambah pendapatan mereka dan kita coba bantu untuk mendapatkan PIRT (Perizinan Industri Rumah Tangga) dari Dinas Kesehatan.

I2 Upaya-upaya dalam pemberdayaan masyarakat pesisir sebenarnya terus kita lakukan di setiap program misalnya di pengembangan desa pesisir tangguh ada pelatihan peningkatan kapasitas masyarakat pesisir, program yang rutin dilakukan seperti penyuluhan-penyuluhan kepada nelayan dan petambak, pelatihan bagi pengolahan ikan dan lain-lain. Dari setiap kegiatan yang kita lakukan dari Dinas Perikanan dan Kelautan supaya dapat mendorong proses masyarakat belajar dan melembagakan sikap bertanggung jawab serta tanggung gugat terhadap pilihan keputusan dan kegiatan yang dilaksanakannya.

I3 Pemberdayaan untuk masyarakat sebenarnya dari dulu sering kita berikan keterampilan-keterampilan usaha seperti pengolahan perikan, budidaya atau tambak. Selain itu kita sering adakan pertemuan- pertemuan dengan aparatur desa disana terkait program-program yang kita ingin jalankan seperti di PDPT kita ada pendampingan tehadap desa gunanya agar program kerja kita benar-benar terealisasi.

Q Apa langkah yang dilakukan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir ? I

I1 Peningkatan partisipasi bagi masyarakat kita mensosialisasikan untuk turut serta dalam program-program yang kita galangkan tentu sangat sulit banyak tantangan-tangtangan yang belum semua masyarakat bisa menerima hal itu karena masyarakat disana sudah turun-menurun melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah mewarisi dari orang-orang terdahulu mereka, sehinga untuk hal-hal baru sangat sulit jika langsung diterima oleh masyarakat.

I2 Kalo untuk meningkatkan partisipasi masyarakat di Desa Tanjung Pasir sendiri masih sangat minim partisipasi nya. Dalam hal ini kita mencoba untuk mengubah mindset masyarakat nya pelan-pelan menjelaskan bahwa bagaimana penting nya dalam membangun desa nya secara bukan hanya berorientasi pada uang tapi dengan adanya berbagai keterampilan dan pengetahuan di berbagai bidang seperti pengolahan hasil perikanan, pengolahan sampah, membangun air bersih dan lain-lain.

I3 Kalo buat meningkatkan kemauan masyarakat sebenernya harus ada figure yang berhasil dari setiap kegiatan yang dilakukan sehingga bisa menjadi contoh buat masyarakat yang lain. Kalo hanya di kasih pembinaan dan penyuluhan saja tanpa ada bukti jadi kurang ada kemauan dari mereka memulai sesuatu yang baru.

Q Apa saja kekuatan yang dimiliki Desa Tanjung Pasir ?

I

I4 Kekuatan di Desa Tanjung Pasir jika di lihat modal sosial disana masih ada yaa seperti kebersamaan warga disana, gotong royong nya masih ada antar sesama warga, kerukunan masih terjaga antara masyarakat atau desa lain, kemudian sudah munculnya figur intelektual yang ada seperti dari tokoh masyarakatnya. Selain modal sosial ada juga modal ekonomi karena disana potensi laut nya tinggi, usaha di bidang perikanan seperti pertambakan atau pembudidayaan juga tinggi, bidang pengolahan ikan nya juga ada.

I5 Kalo kekuatan dari masyarakat masih ada nya masyarakat yang masih memegang gotong royong dalam setiap kehidupan sehari-hari seperti nelayan yang saling membantu satu sama lain, kalo ada tetangga yang sedang ada musibah seperti kematian mereka inisiatif sendiri tanpa harus di omongin pasti langsung bergerak melayat. Disini juga ada paguyuban dari pemuda-pemuda yang punya inisiatif buat bersih-bersih sampah di lingkungan Desa Tanjung Pasir, selain itu ada juga karang taruna buar remaja, ada PKK buat ibu-ibunya selain itu ada juga rumah pintar, rumah produksi, dan rumah promosi bantuan dari istri-istri Kabinet Indonesia Bersatu yang menyediakan berbagai kegiatan buat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat di Desa Tanjung Pasir

I6 Kalo dilihat dari Desa Tanjung Pasir sendiri kemauan dari pemerintahan, perguruan tinggi dan swasta khususnya TNI sendiri kemaun nya begitu besar buat mengembangkan wilayah pesisir disini ya, bisa dilihat kita ada kegiatan pemberdayaan masyrakat di berbagai sektor seperti pengelolaan Rumah Pintar, Rumah Produksi, Rumah Promosi gunanya untuk menambah pengetahuan masyarakat disini. TNI sendiri kan harus siap untuk di tugaskan untuk Negara dan untuk membantu kepentingan masyarakat.

I7 Jika dilihat dari kekuatan yang ada di Desa Pasir lebih terlihat dari sumberdaya alam nya yang cukup baik disini namanya juga wilayah pesisir di deket laut pasti sangat menguntungkan bagi masyarakatnya sendiri, contohnya ada yang memanfaatkan jadi nelayan, terus lahan pesisir bisa jadi wilayah tambak terus budidaya ikan. Hasil perikanan juga bisa diolah disini kaya ada bandeng cabut duri dari kelompok masyarakat disini. Kalo misalkan di kelola dengan baik pasti bakal jadi potensi besar buat masyarakat disini

I8 Di Desa Tanjung Pasir memiliki potensi alam yang dapat dimanfaatkan oleh wagra disini. Dapat dilihat disini mayoritas mata pencaharian warganya adalah nelayan yang mencari ikan di sekitar Teluk Jakarta, Teluk Banten, Selat Sunda dan ada juga yang mencari sampai Sumatera bagian selatan. Nelayan disini melakukan penangkapan ikan ada yang 1 hari dan ada juga yang mingguan. Selai nelayan ada juga yang menjadi penambak ikan, pengolah ikan juga ada disini seperti bandeng cabut duri.

Q Bagaimana cara memperthankan potensi-potensi yang ada di Desa Tanjung Pasir ?

I

I4 Untuk mempertahankan potensi-potensi yang ada pemerintah daerah mempunyai beberapa program untuk masyarakat gunanya untuk mengembangkan desa pesisir dan mensejahterakan masyarkat pesisir contohnya seperti penataan kampung nelayan, pembangunan desa pesisir, pembangunan desa terpadu, penataan desa wisata, pemberian peralatan nelayan, bantuan modal koperasi.

I5 Kalo mempertahankanya kita berusaha ke masyarakat, kita kasih tau buat perduli sama lingkungan sekitar baik itu ke masyarakat atau buat lingkungan sekitarnya. Kalo ada hal-hal seperti ada penyuluhan, pembinaan dan lain-lain pasti kita kasih tau kemasyarakatnya biar mereka bisa bikin nambah pengetahuannya

I6 Kalo dari TNI sendiri yaa kita ada beberapa kegiatan disini seperti di Rumah Pintar kami sediakan beberapa pengajaran seperti Komputer dan Bahasa Inggris, Matematika dll, tenaga pengajar nya ada yang dari TNI ada juga dari luar kita kerja sama dengan BINUS da nada juga dari mahasiswa, kalo dari rumah produksi sendiri kita adakan beberapa pelatihan kepada masyarakat seperti membuat kerajinan, pembuatan kue-kue dan pengolahan hasil perikanan. Walaupun belum semua masyarakat mengikuti tapi pelan-pelan kita mencoba untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat.

I7 Kalo caranya si harus ada peran aktif dari semua unsur baik itu masyarakat di Desa Tanjung Pasir sendiri maupun pihak pemerintah sendiri dalam mempertahankan dan menjaga potensi yang ada di Desa Tanjung Pasir

I8 Kalo untuk mempertahankannya kita sebagai warga disini berusaha untuk menjaga potensi-potensi alam tersebut jangan sampai kita rusak. Karena sebagian besar potensi tersebut kita sangat bergantung untuk kelangsungan hidup sehari-hari kita.

2. Weaknesses (kelemahan)

Q Apa saja yang menjadi kelemahan di Desa Tanjung Pasir ?

I

I1 Permasalahan yang dihadapi di Desa Tanjung Pasir umumnya sama seperti desa pesisir lainya seperti minimnya kualitas SDM dan kapasitas masyarakat, lahan produksi yang sebagaian besar lahan telah dikuasai oleh pihak luar desa sehingga masyarakat tidak bisa mengoptimalkan usaha produktifnya seperti perikanan tambak, peternakan, pertanian dll, pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan sumberdaya alam, ekonomi dan sosial sangat rendah hal ini terjadi karena masyarakat kurang aktif dalam setiap pembinaan, penyuluhan, dan pelatihaan kepada masyarakat oleh pemerintah

I2 Kelemahan di desa pesisir umumnya mereka lebih ingin instan mendapatkan sesuatu hal, parameter yang diukur dari mereka yang ingin di dapatkan hanya berbicara soal uang dan uang. Bayangkan saja kita ada program dari tahun 2012-2014 yaitu PDPT tapi mindset mereka tidak pernah berubah. Kalo seperti itu tentu sangat mempersulit kita untuk membangun potensi di Desa Tanjung Pasir.

I3 Kalo dilihat dari kelemahan desa tanjung pasir dilihat dari masyarakatnya masih banyak masyarakat yang miskin itu karena pola hidup nya yang boros, kalo ada uang pasti langsung dihabiskan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat, terus kalo ga ada uang mereka minjem uang ke tetangga atau hutang sana-sini.

Q Apa saja yang menjadi kendala di setiap kelemahan yang ada di Desa Tanjung Pasir ?

I

I1 Kendala dari pemasalahan tersebut adalah minimnya kesadaran masyarakat untuk meningkatkan kapasitasnya selain itu tingkat pendidikan masyarakat kurang memadai sebagian masyarakat berpendidikan rendah sehingga menjadi penghambat mereka untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka.

I2 Kendala nya setiap kita coba ajak berdiskusi agak sulit yaa karena itu ujung-ujung nya mereka arahnya untuk mendapatkan uang, kita ga mau program kerja yang kita jalankan sembarangan dengan memberikan uang saja tanpa ada jangka panjang dari setiap program kerja kita. Pengalaman dari proram yang lalu yaa hasil nya kurang maksimal kalo kita sekedar memberikan uang dalam hal pemberian modal, pembuatan infrastruktur dan lain.

I3 Masyarakat nya kurang kreatif, kemauan mereka masih minim buat memanfaatkan potensi yang ada padahal sering ada penyuluhan, pembinaan, dan lain-lain, tapi setelah itu mereka ga bisa mandiri untuk mengembangkan nya. Pengen nya di bantu terus sama pemerintah. Bukannya setelah dikasih bantuan untuk stimulan mereka tapi sehabis itu malah hilang begitu saja.

Q Bagaimana evaluasi yang dilakukan dari setiap strategi apakah menunjukan peningkatan atau perubahan yang nyata bagi Desa Tanjung Pasir ? I

I1 Ada setiap program yang kita lakukan pasti ada evaluasi apakah sudah memberikan manfaat untuk masyarakat dan sejauh mana program tersebut memberikan manfaat untuk masyarakat tersebut.

I2 Evaluasi pasti di setiap program yang kita jalankan di program PDPT kita sudah ada hasil nya ada beberapa aspek yang berhasil kita peroleh dari beberapa kelompok yang kita buat untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dengan kita ajak berdiskusi dan memberikan sosialisasi, penyuluhan dan pelatihan pelatihan namun setelah program itu selesai tidak ada kelanjutan untuk melakukan sendiri dengan kemandirian hasil pembekalan yang kita lakukan.

I3 Kalo evaluasi pasti ada dari setiap program yang kita lakukan, sebenernya dari program itu bisa berkelanjutan terus menerus jangan hanya hilang begitu saja, tapi kita harus sabar untuk merubah perilaku masyarakat di Desa Tanjung Pasir dalam setiap program yang kita lakukan walaupun sedikit tapi tetep kita jalankan.

Q Bagaimana cara meningkatkan taraf pendidikan dan keterampilan serta kesadaran masyarakat tentang sumberdaya wilayah pesisir ?

I

I1 Di Dinas Perikanan dan Kelautan ada beberapa program yang kurang lebihnya terkait dengan peningkatan keterampilan masyarakat pesisir seperti pengolahan, pembinaan, dan pelatihan-pelatihan di sektor perikanan sehingga dapat menjadi bekal untuk mereka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.

I2 Usaha kita dalam meningkatkan keterampilan dan kesadaran masyarakat Desa Tanjung Pasir sudah luar biasa tiga tahun sudah kita coba dalam program PDPT ada pembekalan, pemeberian tim pendamping, sosialisasi dan pelatihan peningkatan kapsitas masyarakat. Fokus dari pengembangan PDPT adalah pada lima Bina yaitu Bina Manusia, Bina Usaha, Bina Sumberdaya, Bina Lingkungan atau infrastruktur dan Bina Siaga Bencana atau Perubahan Iklim

I3 Kalo meningkatkan keterampilan kita sering kasih pelatihan-pelatihan, pembinaan, dan penyuluhan, seperti program PDPT, Gerbang Mapan, penyuluhan dan pengembangan untuk nelayan, selain itu dari segi pengolahan ikan nya juga ada di Desa Tanjung Pasir kaya Ikan Bandeng cabut duri walaupun masih kecil.

Q Bagaimana cara memperbaiki kondisi sarana dan prasarana di desa tanjung pasir dalam rangka optimalisasi dalam membangun wilayah pesisir ? I

I1 Sarana dan prasarana sektor perikanan selalu kami usahakan untuk menunjang kegiatan masyarakat seperti TPI untuk nelayan kita mencoba mengoptimalkan agar nelayan selalu menjual hasil tangkapnya di TPI Tanjung Pasir, selain itu kami juga membantu akses jalan membuat paving block, membangun sarana air bersih, dan mengadakan peralatan pengolahan ikan untuk masyarakat agar mau mengembangkan usaha perikanan di Desa Tanjung Pasir.

I2 Sarana prasarana setiap program merupakan penunjang di program- program itu sendiri dari sarana prasarana tanjung pasir kita telah memberikan pengadaan perahu nelayan, pembangunan turap dan papan informasi, pembangunan jalan paving block, pengadaan sarana air bersih, pengadaan peralatan pembuatan kerupuk ikan. Di bidang lain juga ada pengadaan alat-lat untuk nelayan tapi dengan pengajuan proposal di setiap kelompok. Disana juga kita punya TPI yang kita kelola keberadaannya kalo ada sarana prasarana yang butuh perbaikan kita bakal proses dengan berbagai tahapan dahulu.

I3 Kalo buat sarana prasarana sebenernya sudah cukup baik, seperti akses jalan sudah bagus, selain itu PPI yang kita miliki kalo ada kerusakan kita perbaiki untuk daya dukung ekonomi masyarakat disana. Selain itu ada rencana untuk kita kembangkan kedepannya biar menjadi PPI yang maju sehingga masyarakat sekitar atau kota-kota seperti Jakarta, Tangerang bias menjadi daya tarik untuk membeli hasil perikanan di Desa Tanjung Pasir. Di PDPT juga kita sudah memberika sarana prasarana penunjang bagi kelompok masyarakat dalam mengembangkan usahanya misalnya pemberian perahu kepada nelayan, pembangunan turap, pengadaan sarana air bersih dll.

Q Bagaimana kondisi ekosistem wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir ?

I

I1 Jika dilihat data yang ada kondisi mangrove disana cukup memperihatinkan dan di perparah kepedulian masyarakat cukup rendah karena masyarakat sendiri kurang mengetahui manfaat dari mangrove secara jauh, beberapa masyarakat beranggapan mangrove sebagai hama bagi keberadaan ikan-ikan sehingga ikan-ikan yang di sekitar mangrove tidak dapat hidup. Maka dari itu kita mencoba selain menanam mangrove di beberapa titik kita coba mensosialisasikan kepada masyarakat untuk senantiasa menjaga keberadaan mangrove.

I2 Kondisi ekosistem disana cukup memperhatinkan yaa, khususnya keberadaan mangrove dan tingkat abrasi di Desa Tanjung Pasir. Kerusakan ini bisa disebabkan menjadi 2 faktor yaitu aktivitas manusia seperti konversi hutan mangrove menjadi tambak, tidak diterapkannya prinsip budidaya dan penangkapan ikan yang ramah lingkungan maupun kondisi alam seperti angin arus, dan gelombang yang besar dan terus menerus dari arah laut mengakibatkan pantai tererosi.

I3 Kalo untuk ekosistem disana kondisi yang memprihatinkan terletak pada keberadaan mangrove yang menurun, sebenernya kalo mangrove sendiri masyarakat disana juga kurang mengetahui manfaat yang diperoleh dari mangrove itu sendiri, makanya mereka kurang peduli untuk menjaganya.

Q Apa saja partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir ?

I

I4 Partisipasi-partisipasi masyarakat merupakan hal penting dari setiap program-program dan pemberdayaan untuk masyarakat kalo di Desa Tanjung Pasir sendiri masyarakatnya saat ini kurang aktif yaa karena pada saat ada pembinaa atau pelatihan-pelatihan hal pertama yang di tanyakan adalah masalah ada uang saku nya atau tidak kalo hanya mendengarkan saja yaa buat apa menurut mereka.

I5 Sebenernya partisipasi masyarakat disini masih rendah banget kita udah sering sosialisasi tentang penyuluhan pembinaan dari dinas atau dari swasta dll tapi mereka ga begitu perduli karena disini rata-rata nelayan jadi kalo mereka itu kaya gitu khawatir mereka ga bakalan dapet penghasilan sehari-hari kalo ikut hal-hal seperti itu kecuali ada iming- iming uang dari setiap program dari pihak luar

I6 Kalo partisipasi masyarakat disini masih rendah, lebih banyak masyarakat masih acuh dengan lingkungan sekitar, seperti kalo kita lagi ada kegiatan bersih sampah di sekitar pantai kerjasama dengan komunitas green peace mereka malah menonton saja bukannya bantu- bantu buat bersih-bersih. Padahal kan ini wilayah mereka buat mereka juga, kenapa malah ga ada inisiatif nya.

I7 Masyarakat di Desa Tanjung Pasir umumnya agak susah kalo diajak bekerja sama dengan pihak kaya Pemda atau pihak swasta, mereka kurang antusias terhadap program yang disediakan kaya sosialisasi, pembinaan tapi karena kesadaran mereka rendah akan hal itu. Malah mereka lebih memilih kerja untuk menghasilkan uang untuk kehidupan mereka sehari-hari dibanding ikut hal seperti itu yang menurut mereka ga menghasilkan apa-apa.

Q Apa saja yang menjadi kelemahan di Desa Tanjung Pasir ?

I

I4 Masalah di Desa Tanjung Pasir sendiri rata-rata pendidikan disini masih rendah, angka pendapatan ekonomi masyarakat masih sangat rendah, masyarakat Desa Tanjung Pasir cenderung boros umumnya budaya terhadap pesta atau perayaan masih tinggi dibandingkan harus mementingkan untuk menabung untuk keperluan masa depan terutama investasi pendidikan, pola hidup bersih masyarakat masih minim kurangnya kesadaran masyarakat untuk menajaga lingkungan seperti membuang sampah di laut yang dapat merusak ekosisitem pesisir.

I5 Kalo kelemahan nya masyarakat belom bisa memadai ya kualitas SDM disini masih banyak yg kurang perduli orang tua ke anak-anaknya tentang pendidikan. Namanya juga masyarakat pesisir buat apa sekolah tinggi-tinggi kalo akhirnya jadi nelayan juga. Terus masalah biaya juga salah satu alasan mereka ga ngelanjutin sekolahnya.

I6 Kelemahan yaa itu dari masyarakat sendiri kurang mau mengembangkan diri mereka padahal disini sudah ada namanya rumah pintar rumah produksi dan rumah promosi. Belum banyak anak-anak disini mau belajar di rumah pintar karena dari orang tuanya kurang mau menggerakan anak-anaknya buat belajar disini. Selain itu di rumah prosuksi kendala yang kita hadapi di pemasaran kita belom ada pemasaran untuk hasil-hasil kerajinan atau pembuatan kue dll.

I7 Kelemahan di Tanjung Pasir itu tadi kesadaran sumber daya manusia nya masih rendah mereka belum mau perduli sama wilayah nya sendiri, kerja sama dengan pihak-pihak luar kurang di perhatikan, sangat di sayangkan padahal potensi disana lumayan baik apabila masyarakat nya mau untuk bergerak. Selain itu pendidikan disana masih minim, sarana dan prasarana pendidikan saya rasa masih kurang untuk menunjang masyarakat disana.

I8 Kelemahan yang ada sebenarnya kita masih bergantung pada kondisi alam dalam penangkapan ikan di laut. Seperti jika kita menentukan daerah penangkapan ikan berpedoman pada alam yaitu ada tidaknya keramaian burung yang terbang di dekat permukaan air. Selanjutnya jika kita sedang melaut ada resiko yang besar misalnya jika ada angin yang besar di tengah laut menjadi taruhan nyawa juga untuk nelayan.

Q Apa saja yang menjadi kendala di setiap kelemahan yang ada di Desa Tanjung Pasir ?

I

I4 Kendala nya berasal dari masyarakatnya sendiri pemikiran masyarakat masih terbatas jadi untuk berubah ke hal-hal yang lebih bermanfaat butuh proses karena budaya desa pesisir umumnya seperti itu kurang mementingkan investasi pendidikan untuk anak-anaknya, pola hidup boros mementingkan masa sekarang di bandingkan di masa depan. Sehingga masyarakat terjebak pada lingkaran antara kemiskinan dan kebodohan.

I5 Kalo kendala yaa biaya itu sendiri mereka rata-rata beranggapan biaya sekolah terlalu tinggi sedangkan penghasilan nelayan juga ga seberapa. Itulah yang menjadi penyebab masyarakat disini kualitas masyarakatnya masih rendah.

I6 Masih kurangnya perhatian orang tua terhadap anak-anaknya dalam rangka mengembangkan pengetahuan untuk anak-anaknya padahal sarana dan prasarana sudah terdapat disini keberadaan kita kurang mendapatkan antusias dari masyarakat. Sedangkan peran serta masyarakat terhadap pengembangan usaha kurang begitu diminati ini terlihat dari peran serta ibu-ibu dan bapak-bapak yang ada di rumah produksi belom semuanya tersentuh dan bisa menikmati keberadaan rumah produksi, selain faktor pemasaran jika semua kalangan bisa bergerak kompak mungkin bisa mendapatkan solusi dari keterbatas promosi dari hasil rumah produksi.

I7 Sebenernya figur pemimpin sangat berpengaruh kalo di kehidupan di Desa kalo pemimpin atau tokoh masyarakat lebih aktif lagi untuk mengajak masyarakat nya perduli dengan wilayah mereka, kenyataan yang ada pemimpin desa disana kurang proaktif terhadap warganya.

I8 Kendala yang ada sebagai nelayan yaitu alat tangkap kita masih terbatas selain masih tradisional karena kemudahan dalam pembuatnya membuat hasil penangkapan kita masih kurang optimal. Selain itu kapal yang digunakan kita masih belum memiliki masing-masing, nelayan disini umumnya melaut dengan berkelompok dalam satu kapal, jika hendakingin melaut kita menumpang pemilik kapal yang disebut juga sebagai juragan.

3. Opportunites ( Peluang )

Q Apa potensi yang ada di Desa Tanjung Pasir yang belum di kelola namun memiliki nilai tambah yang baik untuk kedepannya?

I

I1 Sarana dan prasarana yang ada di Desa Tanjung Pasir cukup memadai tersedianya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) hasil laut yang dikumpulkan oleh nelayan berpotensi dapat dipasarkan dalam keadaan segar, pariwisata di Desa Tanjung Pasir apabila dapat dikelola lebih lanjut akan menjadi kawasan wisata bahari yang popular ditambah wisatawan dapat berwisata menuju pulau seribu, selain itu akses menuju Tanjung pasir saat ini cukup baik jalan jalan sudah di beton dan juga ada dekat dengan ibukota

I2 Berbicara tentang peluang disana sebenernya peluang nya kita bisa meningkatkan potensi yang ada disana dalam hal infrastruktur sudah mendukung, akses yang baik untuk menuju desa, selain itu keberadaan kelompok masyarakat disana inginnya kita bisa rubah pola pikir nya supaya lebih bisa berkembang dan mandiri agar tidak selalu mengandalkan bantuan dari pemerintah

I3 Peluangnya ya itu kita ingin meningkatkan kesadaran masyarakatnya yang paling penting agar mereka lebih mengerti dalam mengelola wilayah mereka, kalo di lihat keberagaman wilayah pesisir itu sebenarnya menjadi nilai lebih bagi masyarakat disana, ada parawisata, pelelangan ikan untuk hasil tangkap nelayan, dari hasil tangkap bisa jadi olahan bebagai makanan, ada pula tambak dan budidaya perikanan dll.

Q Bagaimana Sosialisasi kepada masyarakat tentang strategi dalam pembangunan wilayah pesisir ?

I

I1 Sosialisai terhadap program-program yang kita adakan itu pasti adanya komunikasi dengan aparatur desa terkait juga dengan kecamatan dan juga kepada kelompok-kelompok masyarakat kita sudah mencoba mensosialisasikan dengan tim-tim lapangan yang kita sudah bentuk.

I2 Sosialisai pasti ada pertemuan-pertemuan dengan aparat desa pasti kita lakukan guna nya supaya mereka tahu maksud dari program-program kita dan bisa menyamakan persepsi anatar kita dan mereka.

I3 Kalo buat sosialisasi kita sosialisasikan dengan aparatur desa atau kepada tokoh masyrakat disana, yaa karena pada dasarnya mereka itu lebih bisa diterima oleh masyarakat.

Q Faktor-faktor apa saja yang dapat meningkatkan peluang dalam rangka pembangunan wilayah pesisir khususnya di Desa Pasir ?

I

I1 Dengan adanya potensi-potensi sumberdaya pesisir yang cukup baik yang dimiliki Desa Tanjung Pasir jika dekelola lebih jauh dapat menjadi keunggulan bagi desa tersebut. Sehingga apabila mampu dikembangkan dapat mampu meningkatkan kemajuan wilayah pesisir, dan mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Desa Tanjung Pasir.

I2 Dengan adanya peluang tersebut harapan kita kedepannya kalo berhasil dapat menjadikan Desa Tanjung Pasir dapat berkembang kapasitas masyarakatnya. Kita terus berusaha memikirkan cara yang tepat untuk merangkul masyarakat agar mau ikut serta secara aktif agar mereka dapat diberdayakan sesuai dengan keterampilan dan pengetahuan mereka bukan hanya orientasi terhadap bantuan uang.

I3 Kita yakin dengan usaha-usaha yang kita jalankan untuk mengembangkan wilayah di Tanjung Pasir walaupu hasil nya masih minim namun keberadaan kita sangat diperlukan dalam meningkatkan kapasitas masyarakat dengan harapan kedepannya usaha tersebut dapat terwujud masyarakat yang kreatif dan mandiri

Q Bagaimana cara menjamin kepentingan dan aspirasi masyarakat dalam memaanfaatkan dan menikmati sumberdaya pesisir ?

I

I1 Dalam setiap program yang dijalankan agar program kita sesuai dengan permasalahan di lapangan, kita melakukan beberapa tahapan seperti di PDPT ada namanya pembentukan kelompok masyarakat pesisir gunanya dibuat kelompok agar lebih mempermudah dalam tahap identifikasi, seleksi, dan verivikasi dan penetapan penerimaan bantuan.

I2 Dengan desa-desa pesisir kita sering diskusikan dari setiap pertemuan- pertemuan yang kita adakan selain itu kita survey tentang perkembangan desa-desa pesisir agar kita benar-benar tahu apa yang menjadi kebutuhan mereka sebenarnya dan apa yang menjadi masalah bagi masyarakat itu sendiri. Selanjutnya melalui program-program kita kita bentuk kelompok- kelompok masyarakat sesuai dengan kebutuhan mereka supaya mengorganisir nya lebih mudah I3 Kalo buat menjamin kepentingan masyarakat disana kita buat kelompok- kelompok masyarakat biar lebih memudahkan kebutuhan dan masalah apa yang mereka alami.

Q Apa harapan untuk perkembangan potensi wilayah pesisir untuk menjaga pemanfaatan dan kelestarian di Desa Tanjung Pasir ?

I

I4 Harapan nya untuk Kecamatan Teluknaga khususnya Desa Tanjung Pasir kedepannya dapat berkembang lebih pesat lagi dengan potensi- potensi besar yang ada di sini, pemerintah terus menggalakan usaha atau program seperti dari infrastruktur, kemudian terhadap perekonomia nya pemerintah memberikan bantuan modal dan beberapa keterampilan dan pelatihan-pelatihan maupun pembinaan, hanya saja dari setiap potensi tersebut terdapat permasalahan dan tantangan-tantangan untuk kedepannya.

I5 Harapannya supaya masyarakat bisa lebih perduli lagi terhadap hal-hal seperti penyuluhan, pembinaan, dan sosialisasi dari PEMDA, swasta, dll supaya mereka bisa nambah pengalaman dan pengetahuannya pasti bisa nambah. Kalo gitu kan otomatis masyarakat juga bisa makin maju kalo mereka bener-bener ngikutin arahan tersebut.

I6 Harapannya dengan ada nya berbagai kegiatan di Desa Tanjung Pasir ini kami berharap yaa bisa ada kemajuan kedepannya dari semua lapisan masyarakat dan juga kompetensi masyarakat bisa meningkat yang dari tertinggal menjadi maju dari berbagai aspek kehidupan karena disini kita sudah ajarkan berbagai keterampilan terkait kompetensi dan pekerjaan bagi masyarakat

I7 Harapan kedepannya supaya Desa Tanjung Pasir bisa lebih baik lagi kedepannya bisa mengoptimalkan sumberdaya-sumberdaya yang ada di sana peran aktif masyarakat juga bisa lebih aktif lagi dan dari pemerintah sendiri agar bisa lebih memprioritaskan kepada pembangunan di desa agar masyarakat di sana bisa diberdayakan dan selalu ada pengawasan dan keberlanjutan di setiap program nya.

I8 Kalo untuk harapan nya supaya nelayan yang ada bisa berkembang lebih baik lagi, hasil tangkapan bisa lebih banyak. Tidak adanya pencemaran agar laut menjadi banyak ikan. Sehingga hasil tangkapan di Desa Tanjung Pasir bisa menjadi produk perikanan yang unggulan.

Q Apa peluang yang dapat dikembangan di Desa Tanjung Pasir sehingga dapat menjadi nilai tambah bagi masyarakat Desa Tanjung Pasir ? I

I4 Akses masyarakat terhadap ekonomi tinggi karena keberadaan infrastruktur yang cukup baik seperti jalan yang suduh cukup baik, tersedianya TPI untuk nelayan atas hasil penangkapan ikan mereka, tersedianya pasar, akses terhadap pemerintahan baik karena kemauan pemerintah daerah untuk mengembangkan wilayah pesisir di kabupaten cukup tinggi dengan adanya program-program yang dilakukan untuk memajukan potensi wilayah pesisir, dekat dengan ibukota sehingga dapat menjadi penunjang bagi daerah ibukota dengan akses bagi wilayah sekitarnya

I5 Peluang dari masyarakat sendiri ada beberapa kelompok masyarakat yang mulai mengembangkan hasil perikanan seperti ada pengolahan bandeng cabut duri, pengolahan baso ikan, pengolahan keripik, dan penjual ikan dan udang disini. Disini juga ada pariwisata pantai, terus itu ada tempat pelelangan ikan dan juga ada Pos TNI AL.

I6 Keberdaan TNI disini dengan adanya kegiatan pemberdayaan untuk masyarakat Desa Tanjung Pasir memberikan manfaat tersendiri bagi masyarakat disini dengan ada nya rumah pintar, rumah produksi dan rumah pemasaran diharapakan kedepannya bisa menambah pengetahuan,keterampilan bagi masyarakat itu sendiri walaupun masih banyak tantangan kedepannya

I7 Peluang nya masyarkat dan pemerintah maupun pihak-pihak luar bisa lebih bersinergi lebih kuat lagi untuk kemajuan dan potensi-potensi yang ada di wilayah pesisir. Kalo dari pemerintah nya proaktif sementara masyarakat nya kurang yaa percuma saja setiap program-program yang di jalankan bisa berjalan dengan baik begitu pun sebalik nya.

I8 Kalo peluang yang ada dari hasil tangkapan kita bisa dapat berbagai jenis tangkapan seperti udang, kakap, tenggiri, kembung, sembilang, alu-alu, laying dan berbagai jenis ikan lainnya yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi apabila dikembangkan.

Q Apa faktor-faktor yang dapat menjadikan peluang tersebut dapat berkembang kedepannya ?

I

I4 Jika melihat peluang yang ada dari potensi-potensi yang terdapat di Desa Tanjung Pasir saya yakin daerah tersebut bisa maju kedepan nya tinggal bagaimana kemauan dan kesadaran semua unsur bukan hanya dari pemerintah saja tapi masyarakatnya harus bahu membahu, ini memang bukan soal mudah melitah realita yang ada di masyarakat pesisir. Mudah-mudahan kedepannya kecamatan Teluknaga dan khususnya Desa Tanjung Pasir lebih baik lagi dari semua sektor.

I5 Ya kalo misalkan beberapa kelompok masyarakat pengolahan bisa dikembangkan lagi pasti banyak masyarakat lain yang mau berkembang juga ga harus mengandalkan jadi nelayan terus. Disini kendala nya si karena pemasaran nya belom ada jadi belom bisa maksimal hasilnya.

I6 Kami berharap dengan adanya perna serta TNI untuk kemajuan wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir, masyarakat kedepannya bisa lebih tertata lagi kehidupannya. Bantuan-bantuan yang kami berikan untuk masyarakat mudah-mudahan menjadi stimulant untuk mereka walaupun butuh proses panjang dan tidak mudah namun kita tetap optimis kedepannya mendapatkan hasil dari setiap usaha-usaha kita.

I7 Kami berharap dengan adanya perna serta TNI untuk kemajuan wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir, masyarakat kedepannya bisa lebih tertata lagi kehidupannya. Bantuan-bantuan yang kami berikan untuk masyarakat mudah-mudahan menjadi stimulant untuk mereka walaupun butuh proses panjang dan tidak mudah namun kita tetap optimis kedepannya mendapatkan hasil dari setiap usaha-usaha kita.

4. Threats (Ancaman)

Q Apa yang menjadi ancaman kedepannya yang mungkin bisa terjadi di Desa Tanjung Pasir ?

I

I1 Kedaulatan terhadap sumber daya lahan minim ini dapat mengancam bagi masyarakat karena masyarakat tidak bisa mengembangkan mata pencaharian sendiri sesuai kapasitasnya dikarenakan tidak adanya dan tidak ada kebebasan melaksanakan usaha-usaha produksi bagi mereka. Minimnya sumberdaya manusia yang ada di desa pesisir dapat berdampak kepada kemiskinan dan pengangguran yang tinggi karena status pekerjaan yang masih bergantung pada sumberdaya alam dan lahan sementara lahan dan sumberdaya alam sudah sulit produktifitasnya. Disisi lain untuk mendapatkan pekerjaan dan keterampilan banyak terhambat karena tingkat pendidikan dan keterampilan yang kurang memadai

I2 Kondisi saat ini yang terjadi wilayah pesisir Desa Tanjung Pasir meskipun berstatus desa namun telah mengalami perubahan kearah urban karena kedekatan dan interaksi dengan Jakarta dan Tangerang, sehingga ciri masyarakat pedesaan lambat laun akan mulai luntur, secara perlahan akan menggerus modal sosial seperti kegiatan gotong royong, menyelenggarakan kegiatan bersama, dan lain-lain.

I3 Masyarakat Desa Tanjung Pasir umumnya konsumtif dan boros, pendapatan yang mereka dapat terkadang langsung dihabiskan pada saat itu juga. Kesadaran untuk menyimpan atau menabang masih sangat rendah kondisi demikian dikhawatirkan akan menyulitkan mereka sendiri kedepannya. Jika pola pikir masyarakat seperti ini untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat sangat sulit berkembang dan dapat menjadikan ketergantungan yang sangat kuat terhadap bantuan pemerintah, sehingga bantuan modal bukan memandirikan masyarakat justru membuat masyarakat tergantung pada hal tersebut.

Q Apa langkah yang dapat diambil dalam menjaga kelestarian ekosistem di Desa Tanjung Pasir ?

I

I1 Untuk menjaga kelestarian ekologis kita berusaha untuk menanam kembali ekosistem mangrove, karena kondisi keberadaan mangrove disana cukup menurun baik dari kualitas maupun kuantitasnya Maka dari itu kita mencoba selain menanam mangrove di beberapa titik kita coba mensosialisasikan kepada masyarakat untuk menjaga keberadaan mangrove selain itu kedepannya kita berencana membentuk kelompok masyarakat peduli mangrove untuk meningkatkan peranan masyarakat dalam keikutsertaan menjaga ekosistem mangrove. I2 Dalam hal ini kita coba menggalakan program penanaman mangrove di beberapa titik di Desa Tanjung Pasir, salah satunya melakukan penanaman kembali hutan mangrove pada areal tambak yang sudah tidak produktif, serta partisipasi masyarakat dalam menjaga ekosisitem mangrove sangat diperlukan kami mencoba mensosialisasikan pengetahuan mengenai fungsi-fungsi mangrove baik secara ekologi,fisik, dan ekonomi.

I3 Kalo untuk ekosistem disana ada mangrove yang kita sedang kelola keberadaanya, disini kita pelan-pelan untuk mensosialisasikan kegunaan dan manfaat dari mangrove itu sendiri. Sejalan dengan itu kita juga ada penanaman mangrove di beberapa titik di Desa Tanjung Pasir. Kedepan kita membentuk kelompok-kelompok masyarakat peduli mangrove di beberapa desa pesisir agar dapat masyarakat dapat berkontribusi dalam menjaga ekosistem mangrove.

Q Apa yang menjadi ancaman kedepannya yang mungkin bisa terjadi di Desa Tanjung Pasir ?

I

I4 Ancamannya yaitu ketidakberdayaan terhadap investor contohnya masyarakat yang memiliki lahan untuk dijadikan usaha untuk dikelola namun karena lahan tersebut dijadikan proyek pengembang bagi investor akhirnya masyarakat mau tidak mau menjual lahan mereka, daya saing masyarakat rendah karena pendidikan mereka umumnya masih rendah sehingga tidak mampu bersaing terhadap desa-desa lain yang lebih maju, kehidupan di desa pesisir yaitu desa Tanjung Pasir umumnya mereka sangat bergantung pada iklim contohnya bagi nelayan yang ingin melaut mereka bergantung pada cuaca yang baik untk mencari ikan jika kondisi cuaca buruk mereka tidak dapat mencari ikan.

I5 Kalo ancaman nya masyarakat yang kurang perduli sama pendidikan bukan ga mungkin kedepannya ga akan ada kemajuan di Desa ini. Sekarang orang tua nya aja masih ga perduli buat pendidikan anaknya, apalagi anaknya yang harus dibimbing kan biar mau buat sekolah. Selain itu kurang nya kemauan masyarakat sini buat melakukan hal-hal baru, kesadaran mereka kurang padahal sering ada kunjungan dari mana- mana buat mengembangin potensi mereka terus kurang di praktekin abis itu.

I6 Ancaman yang bisa terjadi jika masyarakat terus menerus tidak memperbaiki taraf hidup mereka akan berakibat pada kemiskinan dan pola hidup yang tidak akan berubah dari masa ke masa. Nilai-nilai baru yang sifatnya positif tidak akan dapat di terima dan dikembangkan karena ketidakpedulian dari masyarakat seperti di tentang pendidikan, perekonomian, sosial dan budaya.

I7 Ancamannya sebenernya lebih ke dampak yang terjadi untuk masyarakat Desa Tanjung Pasir seperti kemajuan masyarakat lambat karena sumber daya manusia nya masih minim terhadap pendidikan, peningkatan ekonomi masyarakatnya lambat karena kurang mau mengoptimalkan potensi yang ada di desa Tanjung Pasir, kalo pemikiran masyarakat nya masih ortodok menghambat para investor untuk masuk ke Desa Tanjung Pasir

I8 Kalo untuk ancamannya hasil tangkapan yang kita dapat tidak menentu, sekalipun kondisi cuaca yang baik namun ikan yang didapat tidak banyak jumlahnya berbeda dengan dulu ikan masih banyak dan baik kondisi nya . salah satu penyebabnya ya pencemaran di laut itu jadi salah satu faktornya sekarang banyak pembangunan jadi kita kena dampaknya. Selain itu adanya nelayan dari luar daerah Desa Tanjung Pasir ketika melaut menggunakan alat tangkap yang merusak ekosistem seperti Phuket padahal itu sangat tidak diperbolehkan oleh pemerintah tetapi ada saja yang menggunakannya.

Q Mengapa ancaman tersebut dapat terjadi ?

I

I4 Ancaman itu merupakan faktor eksternal yang bisa terjadi bagi suatu daerah, ancaman itu dapat terjadi karena kelemahan di Desa Tanjung Pasir sendiri kualitas masyarakat yang rendah dan pemanfaatan teknologi dan informasi kurang diterapkan disini padahal akses untuk itu semua sudah ada dan jika di biarkan secara terus menerus dapat berakibat pada kemunduran bagi daerah tersebut

I5 Yaa kualitas masyarakat disini masih rendah makanya mereka beranggapan hal-hal kaya pendidikan, terus pembinaan dan penyuluhan yang dianggap mereka baru belom bisa mereka terima karena hal kaya gitu harus butuh proses dan belom tentu mereka bisa paham dan masih takut bakalan berhasil atau gagal.

I6 Kualitas sumber daya manusia nya masih rendah kalo dilihat masyarakat pesisir kurang perduli terhadap pendidikan mereka sendiri. Orang tua mereka yang biasa sibuk menjadi nelayan kurang bisa memberikan arahan kepada anak-anaknya mereka saja sibuk berlayar mencari ikan jadi untuk mencari tahu tentang informasi agak sulit orientasi mereka mencari ikan untuk menghidupi keluarga mereka, dan pola itu terus menerus terjadi sampai ke anak anak mereka.

I7 Yaa itu tadi pola pikir masyarakat desa masih rendah budaya desa yang negative masih sangat kental disana bagaimana masyarakat mau maju dan para pihak-pihak luar yang ingin bekerja sama mengembangkan wilayah disana kalo dari masyarakat nya sendiri tidak ada kesadaran dari masing masing masyarkat.

Lampiran 6

Daftar Informan Penelitian

Kode Jenis Umur No Informan Jabatan/Status Informan Nama Informan Kelamin (Usia) (I) Kepala Bidang Konservasi L 50 Dinas Perikanan dan Chairul Latief, A. Pi. 1 I1 Kelautan Kabupaten MM Tangerang Staff Bidang Konservasi L 35 dan Pengawasan SM. A . Hari 2 I2 Sumberdaya Perikanan dan Mahardika, S.Pi, MM Kelautan Dinas Perikanan dan Kelautan Kasi Pengawasan L 52 Perikanan Dinas Perikanan 3 I3 Didi Sutardi, A.Md dan Kelautan Kabupaten Tangerang Camat Kecamatan L 38

4 I4 Teluknaga Kabupaten Supriyadi, SS.STP Tangerang Kepala Desa Tanjung Pasir L 37

5 I5 Kecamatan Teluknaga Gunawan Kabupaten Tangerang TNI Pos Angkatan Laut L 50 6 I6 Tarim Tanjung Pasir Tokoh Masyarakat Desa L 35 7 I7 M. Fahmi Ardi Tanjung Pasir Masyarakat Desa Tanjung L 33 8 I8 Rafi Pasir (Sumber : Peneliti, 2016)

Lampiran 7

CATATAN LAPANGAN

No Tanggal Waktu Tempat Hasil Informan Observasi dan Sub Bagian Umum 1 14-11-2014 10.00 BLHD permohonan izin dan Kepegawaian mencari data BLHD Sub Bagian Umum Observasi dan dan Kepegawaian 2 17-11-2014 13.00 Dinkanlut permohonan izin Dinas Perikanan mencari data dan Kelautan Observasi dan Bidang Ekonomi 3 24-11-2014 10.00 Bappeda permohonan izin Bappeda mencari data UPT PPI Observasi dan Pelaksana UPT 4 27-11-2014 10.00 Tanjung permohonan izin PPI Tanjung Pasir Pasir mencari data Mendapatkan izin untuk penelitian dan Bagian Umum dan mendapat gambaran Kepegawaian 5 1-12-2014 13.00 Dinkanlut mengenai wilayah Dinas Perikanan pesisir di Kabupaten dan Kelautan Tangerang Staff Bidang Konservasi dan Meminjam dan Foto Pengawasan Copy Laporan Hasil Sumberdaya 6 3-12-2014 10.00 Dinkanlut Akhir Program Perikanan dan PDPT Kelautan Dinas Perikanan dan Kelautan Meminjam dan UPT PPI Fotocopy laporan Pelaksana UPT 7 8-12-2014 10.00 Tanjung produksi perikanan PPI Tanjung Pasir Pasir TPI di Tanjung Pasir Desa Tanjung Survey Wilayah Pasir Pesisir Desa Sekertaris Desa 8 15-12-2014 10.45 Kecmatan Tanjung Pasir dan Tanjung Pasir Teluknaga wawancara Kabupaten Tangerang Staff Bidang Konservasi dan Meminjam dan Foto Pengawasan Copy Roadmap Sumberdaya 9 11-01-2016 10.30 Dinkanlut Program Gerbang Perikanan dan Mapan Kelautan Dinas Perikanan dan Kelautan 10 10-03-2016 13.00 Dinkanlut Wawancara Kepala Bidang

Konservasi Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang Staff Bidang Konservasi dan Pengawasan Sumberdaya Perikanan dan 11 10-03-2016 13.30 Dinkanlut Wawancara Kelautan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang Kasi Pengawas Perikanan Dinas Perikanan dan 12 10-03-2016 14.00 Dinkanlut Wawancara Kelautan Kabupaten Tangerang

Desa Kepala Desa Tanjung Tanjung Pasir Pasir Kecamatan Kecamatan Teluknaga 13 23-03-2016 12.28 Teluknaga Wawancara Kabupaten Kabupaten Tangerang Tangerang

Pos Angkatan 14 23-03-2016 14.00 Wawancara TNI Laut Tanjung Pasir Kecamatan Camat Kecamatan Teluknaga Teluknaga 15 30-03-2016 13.00 Wawancara Kabupaten Kabupaten Tangerang Tangerang Masyarakat Desa Tanjung Pasir Kecamatan Kecamatan Teluknaga 16 30-03-2016 14.30 Wawancara Teluknaga Kabupaten Kabupaten Tangerang Tangerang

Program Pengemban gan Desa Pesisir Tangguh (PDPT)

DESA TANJUNG PASIR KECAMATAN TELUKNAGA KABUPATEN TANGERANG

DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN TANGERANG

Bab 3. METODE PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN DESA TANJUNGPASIR 2011 - 2015

3.1. Kerangka Perencanaan

Penyusunan rencana pengembangan dibatasi dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan target yang telah ditentukan. Pada tahun pertama, dilakukan pemetaan sosial dan infrastruktur, meliputi : analisis kebutuhan, analisis institusi, identifikasi modal sosial, identifikasi peran aktor, dan penilaian peran gender.

Selanjutnya pada tahun kedua, dilakukan aksi di tingkat desa yang merujuk lima bina, yakni bina manusia, bina sumberdaya, bina usaha, bina lingkungan dan infrastruktur, dan bina siaga bencana.

Kemudian pada tahun ketiga, diharapkan terwujudnya rehabilitasi sumberdaya dan penguatan ekonomi masyarakat di Desa Tanjungpasir. Tentunya semua ini bertujuan untuk mewujudkan Desa Tanjungpasir yang tangguh terhadap bencana alam dan perubahan iklim, serta ketangguhan dalam hal ekonomi.

Gambar 3.1. Kerangka Rencana Pengembangan Desa Tanjungpasir, Kec. Teluk naga, Tangerang – Banten.

Dokumen Rencana Pengembangan 16

Untuk menjalankan roda aktivitas sebagaimana yang dimaksud di atas, maka dibutuhkan spirit dan institusi penggerak dalam bentuk group kerjasama (working group) yang memiliki komitmen kuat untuk membangun desa peisisir yang tangguh.

3.2. Fokus

Fokus perencenaan meliputi lima aspek bina program, yakni bina manusia, bina usaha, bina sumberdaya, bina lingkungan dan infrastruktur, serta bina siaga bencana dan perubahan iklim. Kelima aspek ini merupakan cerminan dari aktivitas yang dijalankan oleh Tanjungpasir untuk menuju ketangguhan dan kesejahteraan desa pesisir. Adapun uraian ke lima bina yang dimaksud dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini. Tabel 3.1. Uraian Lima Bina Program sebagai Fokus Perencanaan Desa Tanjungpasir.

Bina Program Uraian • Investasi pada “human capital”, penekanan pada bidang pendidikan dan kesehatan • Peningkatan kapasitas organisasi dan kelompok, baik formal maupun informal 1. Manusia • Memperluas dan meningkatkan kerjasama untuk efisiensi • Memperbaiki budaya kerja, gotong royong, tanggung jawab, disiplin, dan hemat • Menghilangkan sifat negatif, boros, konsumtif • Meningkatkan keterampilan usaha, perluasan mata pencaharian alternatif, pengelolaan bisnis skala kecil dan penguasaan teknologi • Meningkatkan dan mempermudah akses 2. Usaha terhadap sumberdaya, teknologi, modal, pasar, dan informasi pembangunan • Membangun kemitraan dengan pelaku usaha • Membangun sistem insentif administrasi serta pendanaan formal dan informal • Memperkuat kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya • Revitalisasi hak ulayat dan hak masyarakat lokal • Menerapkan MCS dengan prinsip partisipasi masyarakat lokal 3. Bina Sumberdaya • Menerapkan teknologi ramah lingkungan, mendorong pengembangan teknologi asli (indegenous technology) • Merehabilitasi habitat, konservasi dan memperkaya sumberdaya

Dokumen Rencana Pengembangan 16

Bina Program Uraian • Meningkatkan peran masyarakat dalam mengelola dan menata lingkungan • Membangun infrastruktur (jalan, listrik, air Lingkungan dan bersih, sanitasi) 4. Infrastruktur • Meningkatkan perencanaan dan pembangunan secara spasial di pesisir • Melakukan rehabilitasi vegetasi pantai dan mengendalikan pencemaran • Melakukan usaha-usaha pengurangan risiko bencana, perencanaan tanggap darurat dan rehabilitasi pada tingkat masyarakat. • Memperkuat kearifan lokal dalam antisipasi bencana • Menyusun rencana aksi desa pengurangan risiko bencana, mengadakan penyadaran Siaga Bencana dan 5. masyarakat, gladi yang reguler, latihan tanggap Perubahan Iklim darurat, akses data dan informasi bencana, dan aktivitas lain terkait penanggulangan bencana. • Membangun sarana dan prasarana penanggulangan bencana (jalur evakuasi , shelter , struktur pelindung terhadap bencana, fasilitas kesehatan, cadangan strategis desa, dan lain-lain 3.3 Pendekatan Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Tanjungpasir ini menggunakan pendekatan pembangunan berbasis komunitas yang memaksimalkan partisipasi masyarakat dan bertumpu pada sumberdaya lokal yang dimiliki masyarakat Desa Tanjungpasir. Namun demikian, penyusunan rencana pengembangan ini juga melibatkan pemangku kepentingan lainnya, seperti: perguruan tinggi, praktisi, dan birokrasi. Adapun maksud dilibatkannya pemangku kepentingan tersebut adalah untuk melengkapi kekurangan pendekatan yang telah disusun sebelumnya. Untuk itu, beberapa hal yang dilakukan dalam pendekatan penyusunan rencana pengembangan ini, sebagai berikut:

a. Melakukan identifikasi sistem nilai sebagai spirit penggerak pembangunan di Desa Tanjungpasir; b. Melakukan need assessment warga di Desa Tanjungpasir, meliputi: kebutuhan dan harapan, kelembagaan/institusi, dan modal sosial; c. Merumuskan bentuk program yang sesuai dengan kebutuhan warga di Desa Tanjungpasir terkait dengan perubahan iklim, bencana alam, dan aktor yang akan melaksanakan program yang dimaksud; dan d. Menyusun roadmap pengembangan desa pesisir di Desa Tanjungpasir.

Dokumen Rencana Pengembangan 16

Kemudian, untuk melakukan rumusan poin-poin di atas, maka diperlukan beberapa pemahaman yang harus dimiliki oleh seorang fasilitator. Adapun pemahaman yang dimaksud, sebagai berikut:

a. Memahami target pencapaian yang diharapkan; b. Memahami tahapan kerja perencanaan partisipatif pengembangan desa pesisir, dalam hal ini Desa Tanjung Pasir; c. Memahami lima bina yang merupakan fokus pengembangan program, seperti: bina manusia, bina usaha, bina sumberdaya, bina lingkungan dan infrastruktur, dan bina siaga dan perubahan iklim; serta d. Memahami dan menguasai prinsip-prinsip partisipatif dalam mendampingi proses assessment yang dilakukan kepada warga.

3.4. Unit Analisis

Perencanaan pengembangan desa pesisir Tanjungpasir dibuat oleh keterwakilan warga yang berasal dari ragam latar belakang kelompok-kelompok sosial (social institution) yang terdapat di Tanjungpasir. Umumnya, institusi sosial di desa ini dibagi ke dalam dua bagian, yakni: (1) institusi non-formal, terdiri dari: pengajian, paguyuban kematian, arisan ibu-ibu, batari (bandeng tanpa duri), kelompok pengolahan sampah dan jumat bersih; dan (2) institusi formal, terdiri dari: Karang Taruna, Lembaga Pengembangan Masyarakat, Badan Permusyawaratan Desa, Bank Rakyat Indonesia, Koperasi Unit Desa, Kredit Usaha Rakyat, Desa, PKK maupun Posyandu.

Berdasarkan institutional assessment, kemudian ditentukan keterwakilan warga melalui institusi sosial yang aktif dan berperan banyak dalam kegiatan - kegiatan warga. Adapun institusi sosial yang dimaksud sebagai wakil dalam penyusunan perencanaan pengembangan Desa Tanjungpasir, sebagai berikut:

Tabel 3.2 Wakil institusi sosial dalam penyusunan RPD Tanjungpasir

Jumlah Keterwakilan Kelompok Sosial (Social Institutional) (Orang) 1. Aparatur Desa 4 2. Sekartavas 4 3. Kelompok Batari 4 4. Kelompok Ibu-ibu Penanam Mangrove 4 5. Jamaah Yasinan 28 4 6. Karang Taruna 4 7. Kelompok Olah Raga 4 Total 28

Dokumen Rencana Pengembangan 16

3.5. Alur Proses

Alur proses penyusunan Rencana Pengembangan Desa Tanjungpasir dimulai dari identifikasi dan penyusunan indikator ketangguhan desa pesisir (PDPT). Penyusunan indikator ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi eksisting Tanjungpasir dari aspek sosial budaya, ekonomi, kelembagaan dan pemerintahan desa, infrastruktur, lingkungan, dan sumberdaya manusia. Setelah dihasilkan indikator tersebut, kemudian dilakukan uji kelayakan indikator ke beberapa lokasi, seperti: Sukabumi, Pekalongan, dan Indramayu. Uji kelayakan indikator ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana indikator yang disusun sudah sesuai dan mudah diterapkan di desa-desa pesisir. Hasil uji coba tersebut, kemudian didiskusikan kepada para pakar untuk memperkuat validasi indikator sebagai rangkaian untuk memperbaiki indikator PDPT yang akan digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui tingkat ketangguhan desa-desa pesisir.

Konsultasi Penyusunan Konsultasi Penguatan Konsultasi Publik 1 Workshop publik 3 (need Indikator Publik 1 kelembagaan (Diskusi pakar PDPT assessment PDPT (Uji Indikator) & perbaikan rencana pengembangan) materi)

Selanjutnya indikator yang digunakan tersebut, dijadikan sebagai dasar untuk melakukan penguatan kelembagaan sosial di desa pesisir Tanjungpasir. Penguatan kelembagaan sosial ini bertujuan, sebagai berikut:

a. Mampu melakukan identifikasi kelembagaan sosial masyarakat untuk menentukan kelembagaan yang dapat dijadikan sebagai wadah pengorganisasian; b. Mampu mengidentifikasi dan mengenali modal sosial yang dimiliki warga sebagai modal dasar memperkuat kelembagaan yang dapat mengantisipasi sedini mungkin terjadinya bencana alam dan perubahan iklim;

Dokumen Rencana Pengembangan 16

c. Membangun dan memperkuat kapasitas kelembagaan yang ada di warga agar mampu merespon secara cepat dan tanggap terhadap dampak perubahan iklim dan bencana alam.

Adapun hasil pelaksanaan kegiatan ini, berupa: (1) teridentifikasi dan terbentuknya kelembagaan sosial masyarakat sebagai wadah pengorganisasian untuk mengantisipasi perubahan iklim dan bencana alam; (2) terjadinya peningkatan kapasitas kelembagaan sosial di desa pesisir; dan (3) terjalinnya modal sosial sebagai upaya untuk memperkuat kelembagaan.

Agar menuju hasil yang komprehensif, maka dilakukan Workshop Pembangunan Desa Pesisir Tangguh yang bertujuan untuk membangkitkan kesadaran akan pentingnya membangun desa pesisir yang tangguh serta menjaring dukungan dan masukan dari berbagai pihak. Selain itu, workshop yang dilakukan tersebut dalam rangka menggalang opini untuk perbaikan konsep pembangunan desa pesisir tangguh melalui rumusan dilakukan pembahasan oleh para pakar yang berkompoten dalam bidangnya masing-masing. Dengan demikian, proses-proses yang dilakukan sebelumnya dijadikan sebagai acuan dalam melakukan need assessment perencanaan program pengembangan desa pesisir tangguh yang dilaksanakan di Desa Tanjungpasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang- Banten.

Dokumen Rencana Pengembangan 16

Bab 4. KETERKAITAN DENGAN RENCANA LAIN

Tingkatan (hierarki) pemerintahan merupakan salah satu pertimbangan dalam penyusunan RPJP Daerah. Sesuai dengan arahan dalam Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2020/SJ tanggal 11 Agustus 2005 perihal Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah, diatur ketentuan mengenai RPJP Daerah Provinsi yang mengacu pada RPJP Nasional, RPJP Daerah Kabupaten/Kota mengacu pada RPJP Daerah Provinsi.

Seperti yang di amanatkan dalam Undang-Undang No 27 Tahun 2007, Rencana Pengembangan Desa Tanjung Pasir 2011 – 2015 merupakan bagian yang tak terpisahkan dari RPJP Daerah Kabupaten Tangerang. Dengan demikian diharapkan dapat terwujud keselarasan dan konsistensi gerak langkah dan pencapaian pembangunan antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota seperti yang tertera pada gambar 4.1 berikut.

Gambar 4.1 Alur keterkaitan rencana pengembangan desa

Dokumen Rencana Pengembangan 17

Bab 5. RENCANA PENGEMBANGAN DESA TANJUNGPASIR

5.1. Fokus Fokus perencanaan meliputi 5 (lima) aspek bina program, yakni bina manusia, bina usaha, bina sumberdaya, bina lingkungan dan infrastruktur, serta bina siaga bencana dan perubahan iklim. Kelima aspek ini merupakan cerminan dari aktivitas yang dijalankan untuk menuju ketangguhan dan kesejahteraan desa pesisir. Adapun uraian dimaksud dapat dilihat pada Tabel 5.1 di bawah ini. Tabel 5.1. Uraian 5 (lima) Bina Program sebagai Fokus Perencanaan Desa Tanjungpasir. Bina Program Uraian

• Investasi pada “human capital”, penekanan pada bidang pendidikan dan kesehatan • Peningkatan kapasitas organisasi dan kelompok, baik formal maupun informal 1. Manusia • Memperluas dan meningkatkan kerjasama untuk efisiensi • Memperbaiki budaya kerja, gotong royong, tanggung jawab, disiplin, dan hemat • Menghilangkan sifat negatif, boros, konsumtif

Bina Program Uraian • Meningkatkan keterampilan usaha, perluasan mata pencaharian alternatif, pengelolaan bisnis skala kecil dan penguasaan teknologi • Meningkatkan dan mempermudah akses 2. Usaha terhadap sumberdaya, teknologi, modal, pasar, dan informasi pembangunan • Membangun kemitraan dengan pelaku usaha • Membangun sistem insentif administrasi serta pendanaan formal dan informal • Memperkuat kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya • Revitalisasi hak ulayat dan hak masyarakat lokal • Menerapkan MCS dengan prinsip partisipasi masyarakat lokal 3. Bina Sumberdaya • Menerapkan teknologi ramah lingkungan, mendorong pengembangan teknologi asli (indegenous technology) • Merehabilitasi habitat, konservasi dan memperkaya sumberdaya

Dokumen Rencana Pengembangan 21

• Meningkatkan peran masyarakat dalam mengelola dan menata lingkungan • Membangun infrastruktur (jalan, listrik, air Lingkungan dan 4. bersih, sanitasi) dan Meningkatkan perencanaan Infrastruktur dan pembangunan secara spasial di pesisir • Melakukan rehabilitasi vegetasi pantai dan mengendalikan pencemaran Bina Program Uraian • Melakukan usaha-usaha pengurangan risiko bencana, perencanaan tanggap darurat dan rehabilitasi pada tingkat masyarakat. • Memperkuat kearifan lokal dalam antisipasi bencana • Menyusun rencana aksi desa pengurangan risiko bencana, mengadakan penyadaran masyarakat, Siaga Bencana dan 5. gladi yang reguler, latihan tanggap darurat, Perubahan Iklim akses data dan informasi bencana, dan aktivitas lain terkait penanggulangan bencana. • Membangun sarana dan prasarana penanggulangan bencana (jalur evakuasi , shelter , struktur pelindung terhadap bencana, fasilitas kesehatan, cadangan strategis desa, dan lain-lain 5.2 Spirit Perencanaan

Spirit perencanaan desa pesisir merupakan sistem nilai yang dijadikan sebagai panduan para pemangku kepentingan untuk menyelenggarakan pembangunan desa pesisir yang tangguh. Spirit ini merupakan koridor arah untuk mencapai tujuan, yakni desa pesisir sejahtera dan tangguh terhadap perubahan iklim dan bencana alam.

Adapun basis nilai yang dimaksud, terdiri dari: kemandirian, keberlanjutan, keberdaulatan, dan kesejahteraan. Adapun makna dari spirit tersebut, sebagai berikut:

1. Kemandirian, adalah upaya warga agar tidak tergantung ide/gagasan yang tidak bersumber dari kebutuhan dan realitas yang dihadapi warga. Hal ini dimaksudkan agar tumbuhnya kreativitas menciptakan peluang dan menjalankan usaha yang sesuai dengan prinsip kebutuhan yang dirasakan oleh warga. Tentunya usaha yang dijalankan bersumber dari sumberdaya alam lokal. Selain itu, kemandirian dalam kaitannya dengan bencana alam dan perubahan iklim adalah upaya untuk menciptakan kesadaran mengantisipasi dan mencegah terjadinya bencana alam dan perubahan iklim;

Dokumen Rencana Pengembangan 21

2. Keberlanjutan, adalah sikap kemandirian warga yang terus konsisten untuk menjaga keberlanjutan memanfaatkan sumberdaya alam lokal untuk kegiatan usaha. Tentunya keberlanjutan ini terkait dengan dukungan dari institusi internal maupun eksternal. Selain itu, keberlanjutan dimaknai upaya untuk terus menerus menjaga lingkungan dan infrastruktur yang ada. Juga konsistensi dalam hal antisipasi dan pencegahan bencana dan perubahan iklim;

3. Keberdaulatan, adalah kemampuan warga untuk mencukupi kebutuhan hidup tanpa ketergantungan dari pihak luar untuk mengelola sendiri potensi sumberdaya yang dimliki, sehingga keberlanjutan usaha dapat terjaga untuk meningkatkan kekuatan ekonomi warga. Selain itu, keberdaulatan dalam hal lingkungan dan infrastruktur adalah kemampuan warga untuk terus menjaga lingkungannya sehingga terciptanya kesadaran penuh akan problem bencana alam dan perubahan iklim; dan

4. Kesejahteraan, adalah kemampuan warga untuk mencukupi kebutuhan baik secara psikologi maupun ekonomi. Pihak luar diharapkan sebagai stimulan untuk mewujudkan kesejahteraan yang dimiliki warga.

Gambar 5.1. Basis Nilai Perencanaan Pembangunan Desa Pesisir Tangguh.

Dokumen Rencana Pengembangan 21

Berdasarkan kelima spirit di atas, jika dihubungkan dengan fokus perencanaan program di Desa Tanjungpasir, maka teridentifikasi makna dan realitas, serta bentuk aktivitas yang menggambarkan irisan antar spirit dan fokus perencanaan program di Tanjungpasir.

Adapun matrik keterkaitan antara spirit dan fokus perencanaan program dapat di lihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Matriks Keterkaitan antara Spirit dan Fokus Perencanaan Program di Desa Tanjungpasir.

Bencana Spiri Siaga Bencana Lingkungan dan t Manusia Usaha Sumberdaya dan Perubahan Infrastruktur Iklim • Sadar dan mandiri Kesadaran M Sadar potensi menjaga dan untuk a Kreatif menciptakan sumberdaya, shg perlu membersihkan mengantisipasi Tidak tergantung k peluang dan reorientasi pengelolaan, lingkungan dan mencegah ide/gagasan n menjalankan usaha pemanfaatan dan lain- • Kemandirian terjadinya a lain memb.sarana&pra bencana dan K sarana desa perubahan iklmi e R m • Sudah ada, meski e a masih terbatas a Masih ada Sudah ada, meski Optimalisasi keberadaan Sudah ada n • Belum ditemukan li warga/kel.warga yg dukungan inter.&eks. sumberdaya yang masih kesadaran d keswadayaan t masih tergantung belum optimal kurang warga i memb. a r Infrastruktur s i A a • Membangun k • Dukungan n kesadaran t lembaga internal • Akses pemasaran • Operasi bersih warga i dan ekternal • Penyadaran melalui • Akses modal • Keswadayaan • Pembentuka v • Pelatihan untuk advokasi • Penguatan skill memb. n i memb. Kapasitas • Pelatihan produktif warga/kel.usaha Infrastruktur kelembagaan t kemandirian yang kuat a warga/kel.warga

s Kesadaran yang Keberlanjutan dalam terus Kemampuan masyarakat Upaya untuk terus- M soal usaha yang telah berkelanjutan untuk terus-menerus menerus menjaga a Sikap kemandirian digeluti. Keberlanjutan dalam soal (sustainable) dalam lingkungan dan k yang terus terkait dukungan dari antisipasi dan memanfaatkan infrastruktur yang n konsisten. institusi internal dan pencegahan sumberdaya yang ada. ada. a eksternal soal modal bencana dan K hingga pemasaran. perubahan e iklim. b • Ketersediaan e • Sudah ada R tergantung pada Terdapat orang r kesadaran untuk e Keberlanjutan usaha kondisi alam atau kelompok l Masih ditemukan menghargai a khusus untuk usaha (musim/cuaca). yang dapat a ketergantungan lingkungan li yang berisfat pribadi. • Ketergantungan yang menggerakkan n warga terhadap • Beberapa aktivitas t Namun tidak untuk begitu besar terhadap dan j bantuan terkait dgn bina a usaha kelompok laut membuat potensi mengarahkan u ini berjalan s sumberdaya lainnya t dengan baik kurang dilirik. a A n Tindak lanjut dari k setiap proses • Mempertahankan t • Membuka akses Penguatan pelatihan berupa Mengelola peluang yang kesadaran warga i modal; kapasitas pendampingan ada terkait sumberdaya akan lingkungan v • Membuka akses warga terkait sampai benar-benar non laut • Pembangunan i pasar kesiapsiagaan mereka bias infstruktur yang t melakukannya rusak a sendiri. s

Dokumen Rencana Pengembangan 21

Bencana Spirit Lingkungan dan Siaga Bencana dan Manusia Usaha Sumberdaya Infrastruktur Perubahan Iklim Manusia yang telah mampu Kemampuan secara paripurna Memiliki menjalankan Kemampuan mencukupi kesadaran penuh Adanya kesadaran aktifitas usaha mengelola kebutuhan hidup terhadap penuh akan problem Makna tanpa lagi sendiri potensi tanpa lingkungan dan bencana dan K memiliki sumberdaya ketergantungan pembangunan perubahan iklim e ketergantungan yang dimiliki. terhadap pelatihan infrastruktur. b dari pihak luar. atau e pendampingan. r • Minimnya d kemampuan a Masih Terbatas pada membangun u Sudah ada aksi Masih ditemukan tergantung potensi SDP infstruktur l Realitas untuk antisipasi ketergantungan dengan kondisi (tangkap & • Kedasaran a eksternal pariwisata) akan t lingkungan a yang tinggi n Upaya Memfasilitas Dukungan penyadaran dan masyarakat agar Kesadaran dalam Sikap ketangguhan penguatan internal pendampingan mampu diri juga adanya mencegah manusianya dan Aktivitas masyarakat mengelola dukungan dari terjadinya bencana dukungan kuat mampu berdiri di sendiri potensi kelembagaan dan perubahan dari system yang atas kakinya sumberdaya Desa iklim. telah ada. sendiri. yang dimilikinya. Manusia yang Memiliki Kemampuan mampu Usaha yang Kemampuan kesadaran penuh mengantisipasi mencukupi mampu mengelola terhadap bencana dan Makna kebutuhannya baik memenuhi sendiri potensi lingkungan dan perubahan iklim secara psikologi kebutuhan hidup sumberdaya pembangunan berimplikasi pada (kepuasan) paripurna. yang dimiliki. infrastruktur. kesejahteraan. K maupun ekonomi. e Belum semua Menciptakan s Sumberdaya laut masyarakat kesejahteraan e dikelola sendiri memiliki diperoleh j Masih banyak oleh masyarakat kesadaran penuh dengan a warga yang karena mayoritas (kesadaran Realitas kemudahan h kurang bahkan penduduk memiliki menciptakan t tidak sejahtera memiliki mata lingkungan dan peluang dan e pencaharian infrastruktur memasarkan r sebagai nelayan. berusaha untuk produk. a menjaganya) a Kelembagaan yang n Menciptakan Mengorganisir mampu kesejahteraan Paket program kesadaran dalam mengorganisir Menciptakan dan menciptakan pengelolaadiusah diri dan kesadaran Aktivitas peluang ekonomi peluang dan akan oleh dukungan melainkan juga warga memasarkan masyarakat. kelembagaan dukungan dari produk. Desa pihak-pihak luar (eksternal)

5.3. Perencanaan Pengembangan Desa Tanjungpasir

Perencanaan pengembangan Desa Tanjungpasir disusun berdasarkan kebutuhan yang dirasakan warga dan fokus program (manusia, usaha, sumberdaya, lingkungan dan infrastruktur, dan kesiagaan bencana alam dan perubahan iklim) dalam kurung waktu 5 (lima) tahun. Atau dengan kata lain, bentuk program merupakan akumulasi kebutuhan dan harapan yang disesuaikan dengan fokus program pembangunan desa pesisir tangguh.

Dalam proses penyusunannya, keterlibatan wakil warga (melalui institusi lokal), dibagi ke dalam empat kelompok, yakni: kelompok bina manusia,kelompok bina usaha dan sumberdaya, kelompok bina lingkungan dan infrastruktur, dan kelompok siaga bencana dan perubahan iklim.

Dokumen Rencana Pengembangan 22

Selanjutnya, masing-masing kelompok tersebut diidentifikasi kebutuhan dan harapannya sesuai dengan fokus yang telah ditetapkan.

Berdasarkan daftar kebutuhan dan harapan tersebut, kemudian disusun bentuk program yang mencerminkan konteks desa yang mana menggambarkan mekanisme, perencanaan waktu, dan indikator keberhasilan program yang telah tersusun.

SemuaKerangka Kerja ini memberikan gambaran peta perjalanan (roadmap) program Desa Tanjungpasir yang disusun secara partisipatif (Gambar 5.3).

Daft. Kebutuhan Kel. Bina Proses Usaha & SD Mekanisme

Kel. Bina Manusia Pembagian Need Roadmap Bentuk Perenc. ke dalam 4 Peren. Assessment Waktu kelompok Kel. Bina Program Desa Lingk.&Infra Warga Desa

Kel. Bina SB Indikator

Daft. Harapan

Gambar 5.3. Kerangka Kerja Perencanaan Pembangunan Desa Pesisir Tangguh.

Dengan demikian perencanaan pengembangan Desa Tanjungpasir, dibagi ke dalam empat bagian, meliputi: (1) perencanaan bina program manusia; (2) perencanaan bina program usaha dan sumberdaya; (3) perencanaan bina program lingkungan dan infrastruktur; dan (4) perencanaan bina program siaga bencana dan perubahan iklim. Adapun penjelasan keempat bagian ini sebagaimana disajikan pada bagian berikut.

5.3.1 Perencanaan Program Bina Manusia Hasil need assessment yang dilakukan secara partisipatif, teridentifikasi 5 (lima) daftar kebutuhan terkait dengan program bina manusia. Adapun kelima kebutuhan yang dimaksud, meliputi:

 Peningkatan keterampilan generasi muda (pendidikan keterampilan);  Peningkatan kualitan kerja sama antar masyarakat;  Perbaikan pada budaya kerja gotong royong (kekompakan);  Peningkatan kualitas pelayanan publik di bidang kesehatan; dan

Dokumen Rencana Pengembangan 28

 Pendidikan teknologi bagi generasi muda.

Selanjutnya, hasil identifikasi daftar keinginan warga terkait dengan program bina manusia, meliputi:

 Adanya keinginan anak-anak dapat bersekolah setinggi-tingginya;  Adanya keinginan kekompakan masyarakat lebih meningkat lagi;  Adanya keinginan supaya masyarakat Tanjungpasir bisa bekerja sama satu sama lain;  Adanya keinginan adanya pelayanan kesehatan yang memadai;  Adanya keinginan sandang pangan terpenuhi; dan  Adanya keinginan lapangan kerja yang dapat memberikan pendapatan tambahan bagi warga desa.

Beranjak dari daftar kebutuhan dan keinginan di atas, maka tersusunlah matrik bentuk program perencanaan pengembangan Desa Tanjungpasir berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Adapun bentuk-bentuk program yang direncanan, antara lain: pelatihan keterampilan generasi muda, pendidikan agama bagi generasi muda, pelatihan peningkatan kualitas kader posyandu, program peningkatan kerjasama antar warga, program peningkatan kemampuan teknologi bagi generasi muda, penyuluhan kesehatan, program rutin bersama, peningkatan pelayanan kesehatan melalui puskesmas keliling, dan peningkatan kualitas SDM anggota organisasi masyarakat. Adapun waktu, aktor, mekanisme kegiatan, dan indikator pencapaiannya dapat dilihat pada Lampiran 1.

5.3.2 Perencanaan Program Bina Usaha dan Sumberdaya

Hasil need assessment yang dilakukan secara partisipatif terkait dengan perencanaan program bina usaha dan sumberdaya, maka teridentifikasi tujuh daftar kebutuhan terkait dengan program bina usaha dan sumberdaya. Adapun ketujuh kebutuhan yang dimaksud, meliputi:

 Kebutuhan pengadaan sarana dan prasarana kebersihan;  Kebutuhan pengadaan angkutan sampah ke luar desa;  Kebutuhan pengadaan bibit terumbu karang di laut;  Kebutuhan untuk melakukan kerja bakti bersama merawat mangrove;  Kebutuhan untuk melakukan konsolidasi dan kordinasi antar kelembagaan desa;

Dokumen Rencana Pengembangan 28

 Kebutuhan pelatihan kerajinan dari sampah dan limbah; dan  Kebutuhan pemasaran dan akses permodalan bagi kelompok batari.

Selanjutnya, hasil identifikasi daftar keinginan warga terkait dengan program bina manusia, meliputi:

 Menjaga lingkungan agar tetap bersih;  Memajukan desa dan menjaga lingkungan;  Menjaga kebersihan dan kelestarian sebagai cermin dari masyarakat;  Membudayakan terciptanya kebersihan desa;  Menjaga harmonisasi antar lembaga desa;  Meningkatkan sumber penghasilan warga desa; dan  Mengembangkan potensi yang ada di desa sebagai budaya yang harus diunggulkan.

Beranjak dari daftar kebutuhan dan keinginan di atas, maka tersusunlah matrik bentuk matrik bentuk program bina usaha dan bina sumberdaya dalam bentuk perencanaan pengembangan Desa Tanjungpasir berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Adapun bentuk-bentuk program yang direncanakan, terdiri dari: (1) bina usaha, antara lain: sosialisasi pemasaran, pemasaran produk dan legilitas ikan bandeng batari, inventarisasi dan pengembangan produk lokal desa, pelatihan kerajinan dari sampah dan pembukaan akses permodalan untuk warga desa; serta (2) bina sumberdaya, antara lain: pemeliharaan mangrove, pengadaan bibit terumbu karang, pembibitan dan penanaman mangrove, peningkatan teknologi kualitas air laut menjadi air tawar, dan gerakan sektor perikanan sebagai potensi ekonomi desa. Untuk waktu, aktor, mekanisme kegiatan, dan indikator pencapaiannya dapat dilihat pada Lampiran 3.

5.3.3 Perencanaan Program Bina Lingkungan dan Infrastruktur

Hasil need assessment yang dilakukan secara partisipatif, teridentifikasi delapan daftar kebutuhan terkait dengan program bina lingkungan dan infrastruktur. Adapun kedelapan kebutuhan yang dimaksud, meliputi:

 Kebutuhan air bersih;  Kebutuhan saluran/kanal air;  Kebutuhan penghijauan lingkungan desa melalui penanaman pohon;  Kebutuhan alat pengangkut sampah;

Dokumen Rencana Pengembangan 28

 Kebutuhan MCK (mandi, cuci, kakus) bersama;  Kebutuhan betonisasi jalan desa;  Kebutuhan pembangunan PAUD, dan  Kebutuhan perlengkapan infrastruktur tempat ibadah.

Selanjutnya, hasil identifikasi daftar keinginan warga terkait dengan program bina lingkungan dan infrastruktur, meliputi:

 Adanya keinginan untuk mengurangi pemanasan global;  Adanya keinginan lingkungan desa bersih, terjaga, indah, dan sehat; dan  Adanya keinginan untuk memotivasi pemuda-pemudi desa agar berkelakuan positif.

Beranjak dari daftar kebutuhan dan keinginan di atas, maka tersusunlah matrik bentuk matrik bentuk program lingkungan dan infrastruktur perencanaan pengembangan Desa Tanjungpasir berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Adapun bentuk-bentuk program yang direncanan, antara lain: pengadaan pengakut sampah, penanaman pohon, pembangunan MCK, penyediaan air bersih, dan perbaikan/betonisasi jalan desa. Untuk waktu, aktor, mekanisme kegiatan, dan indikator pencapaiannya dapat dilihat pada Lampiran 2.

5.3.4 Perencanaan Program Bina Siaga Bencana dan Perubahan Iklim

Sejumlah permasalahan yang merupakan potensi bencana di Tanjungpasir, yaitu sampah, angin, dan naiknya air laut. Sampah merupakan permasalahan yang paling mencolok di Desa Tanjungpasir. Tergolong sebagai potensi bencana, karena sampah yang telah menumpuk di setiap penjuru Tanjungpasir menyebabkan tersumbatnya aliran parit-parit pembuangan air limbah rumah-rumah penduduk. Potensi bencana yang dapat ditimbulkan antara lain, (1) Bencana penyakit, akibat tergenangnya air di parit, (2) Bencana banjir, akibat tersumbatnya saluran-saluran air.

Potensi bencana yang kedua adalah Angin. Angin kencang, dalam bentuk angin puting beliung, menjadi ancaman tersendiri yang dapat menyebabkan robohnya rumah-rumah penduduk, terutama warung-warung yang berada di pinggir pantai, tempat penduduk mencari penghasilan. Akibat perubahan

Dokumen Rencana Pengembangan 28

iklim, yaitu ketidakteraturan pola angin di Tanjungpasir juga menyebabkan bencana ekonomi yang sangat fatal, dimana para nelayan tidak dapat melaut akibat ancaman angin dan gelombang besar di lautan.

Naiknya permukaan air laut menyebabkan banjir rob yang mencapai wilayah- wilayah pemukiman penduduk. Perpaduan dari kenaikan permukaan air laut, angin yang menyebabkan gelombang besar, hingga sampah yang menyumbat saluran-saluran air, menyebabkan ancaman banjir yang sangat parah yang dapat membahayakan pemukiman penduduk Tanjung Pasir, fasilitas-fasilitas umum, serta usaha-usaha masyarakat.

Dari beberapa persoalan/permasalahan di atas, maka dirumuskan beberapa kebutuhan masyarakat, meliputi:

 Penyediaan sarana pengangkut sampah, TPS, TPA beserta petugas- petugas pengangkut sampahnya.  Sosialisasi dan penyadaran mengenai bahaya sampah dan pentingnya menciptakan lingkungan yang bersih.  Sarana informasi yang mencakup penyediaan data prakiraan cuaca, kondisi angin dan gelombang, sehingga masyarakat dapat mengetahui sedini mungkin apabila bencana akan terjadi, dan persiapan menghadapi bencana dapat segera dilakukan.  Bangunan pemecah gelombang.  Penanaman mangrove.  Adanya tenaga penanggulangan bencana beserta fasilitasnya.  Adanya pemanfaatan sampah organik dan non-organik, pelatihan, dan penyediaan fasilitas pengolahan sampah, untuk mendukung upaya mengatasi permasalahan sampah di Desa Tanjungpasir.

Sebagai tindak lanjut dari kebutuhan yang telah disebutkan sebelumnya, beberapa harapan yang diungkapkan oleh masyarakat, yaitu:

 Pengelolaan sampah terpadu meliputi sarana dan prasarana pengangkutan sampah, petugas yang bertanggung jawab terhadap pengangkutan sampah, sosialisasi kebersihan disertai pendampingan dan penyediaan fasilitas pengolahan sampah menjadi produk bernilai guna dan bernilai jual. Pegelolaan sampah terpadu juga meliputi pengawasan dan evaluasi oleh masyarakat dan pemerintah secara frekuensif ke wilayah penerima program pengelolaan sampah terpadu.

Dokumen Rencana Pengembangan 28

 Pembangunan pemecah gelombang di wilayah-wilayah rentan gelombang besar, serta penanaman mangrove.  Adanya pos siaga bencana yang berfungsi sebagai berikut: (1) Menyediakan informasi data prakiraan cuaca, kondisi angin dan gelombang, (2) Sebagai base camp kelompok pemuda siaga bencana, (3) Pusat informasi dan pelatihan tanggap bencana, (4) Pusat peringatan dini terjadinya bencana, dan (5) Shelter pengungsian bagi penduduk yang terkena bencana.

Merujuk dari kebutuhan dan harapan di atas, maka program Pengelolaan sampah terpadu, pembangunan pemecah gelombang serta penanaman mangrove diharapkan dapat terakomodir di kelompok bina lingkungan dan infrastruktur. Sedangkan pada bina siaga bencana, program yang diharapkan dapat terealisasi adalah Pos Siaga Bencana dan Kelompok Pemuda Siaga Bencana. Adapun rincian dan indikator program bina siaga bencana dan perubahan iklim dapat dilihat pada Lampiran 4.

Dokumen Rencana Pengembangan 28

Bab 6. PEMANTAUAN DAN EVALUASI

6.1. Konsep dan Definisi Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan (monitoring) dan Evaluasi (evaluation) adalah suatu proses yang tidak dapat dipisahkan dengan perencanaan dan implementasi dari sebuah program kegiatan atau program kerja. Dengan demikian, Pemantauan dan Evaluasi (PE) adalah salah satu unit kegiatan penting dalam konteks rencana strategis karena salah satu keluaran rencana strategis adalah indikasi program yang merupakan turunan dari stratagi yang telah ditetapkan.

Secara umum, tujuan PE adalah mengukur (measurement) dan menduga (assessment) kinerja dari sebuah program agar dapat mengelola hasil (outcomes) dan keluaran (outputs) program tersebut dengan lebih efisien (UNDP, 2002).

Dengan demikian kata kunci penting dalam tujuan PE ini adalah kinerja program (perfomances) yang didefinisikan sebagai kemajuan atau hasil yang telah dicapai. Secara tradisional, tujuan dari PE menitikberatkan pada perkiraan input dan implementasi dari sebuah program, namun dalam konteks modern, PE lebih memfokuskan diri pada proses pengukuran dan pendugaan dari faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kinerja yang sedang diteliti.

Secara standar, tujuan PE terdiri dari empat unsur utama seperti yang disajikan pada Gambar 6.1 berikut ini.

Dokumen Rencana Pengembangan 35

M a eningkatkan kemampuankuntabilitas

dari

reposisidan elajar b pengalaman membangun kapasitas

Membuat keputusan yang berbasis informasi

Gambar 6.1. Tujuan pemantauan dan evaluasi (diadopsi dari UNDP, 2002 dalam Adrianto, 2005)

Sementara itu, per definisi, pemantauan (monitoring) adalah sebuah fungsi atau proses yang berkelanjutan dengan tujuan utama menyediakan indikasi awal dari kemajuan atau kemunduran dari kinerja sebuah program kepada pihak pengelola (manajemen).

Ada delapan prinsip pemantauan yang baik (good principles of monitoring) yaitu (UNDP, 2002): (1) fokus pada hasil dan follow-up-nya; (2) disain pemantauan yang baik; (3) kunjungan reguler terhadap program yang dipantau; (4) melakukan analisis reguler terhadap setiap pencapaian hasil; (5) dilakukan dengan prinsip partisipatif; (6) dilakukan dengan menggunakan pendekatan indikator dan pengembangan garis dasar (baselines) program; (7) menduga relevansi dan keberhasilan dari setiap titik pencapaian hasil dari program; dan (8) menjadikan setiap proses pemantauan sebagai pembelajaran (lesson learned).

Sedangkan menurut definisinya, evaluasi (evaluation) adalah upaya atau proses selektif yang bertujuan untuk memperkirakan kemajuan (progress) dari sebuah program secara sistematik dan berorientasi pada hasil (UNDP, 2002).

Ruang lingkup dari evaluasi mencakup empat hal yaitu (1) status hasil

(outcomes status) yaitu apakah hasil sudah dicapai atau belum dan apabila belum apakah terdapat kemajuan untuk mencapai hasil yang sudah

Dokumen Rencana Pengembangan 35

diperkirakan; (2) faktor yang berpengaruh (underlying factors) yaitu sebuah analisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil; (3) kontribusi pengelola (proponent contribution) yaitu kontribusi dari pengelola terhadap proses pencapaian hasil; dan (4) strategi kemitraan (partnership strategy) yaitu apakah dalam evaluasi dilakukan proses kemitraan antara pengelola dengan seluruh stakeholder yang terlibat dalam program yang sedang dievaluasi serta efektivitas pelaksanaannya.

6.2. Rantai Pemantauan dan Evaluasi Dalam konteks proses, rantai pemantauan dan evaluasi (PE) secara diagram dapat digambarkan seperti yang dapat dilihat pada Gambar 6.2.

SCOPE OF INPUTS

Tenaga ahli (experts) Perlengkapan (equipments) Dana (funds)

SCOPE OF OUTPUTS SCOPE OF OUTCOMES

Studies completed Peningkatan pendapatan People trained Penciptaan lapangan kerja baru

SCOPE OF IMPACTS

Kondisi kesehatan meningkat Angka harapan hidup meningkat

Gambar 6.2. Rantai proses pemantauan dan evaluasi

Rantai PE yaitu terdiri dari rantai ruang lingkup input (scope of inputs), ruang lingkup keluaran (scope of outputs), ruang lingkup hasil (scope of outcomes), dan ruang lingkup dampak (scope of impacts) dari sebuah program yang sedang mendapatkan perlakuan PE. Dengan demikian, rantai proses PE dimulai dari pendugaan dan estimasi input yang diperlukan dalam

Dokumen Rencana Pengembangan 35

implementasi sebuah program yang telah direncanakan di mana prinsip dasar dari estimasi input ini adalah azas efisiensi.

Proses ini kemudian dilanjutan dengan menentukan prakiraan keluaran yang diharapkan, hasil program sekaligus dampak yang dapat ditimbulkan dari implementasi sebuah program.

6.3. Pengukuran Kinerja

Salah satu faktor penting dalam PE adalah pengukuran kinerja dari sebuah program yang telah ditetapkan. Dalam konteks rencana pengembangan desa pesisir tangguh, maka pengukuran kinerja ini dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan indikator seperti yang dapat dilihat secara diagram pada Gambar 6.3. Indikator yang digunakan harus dapat diukur, mudah pengukurannya dan jumlahnya tidak terlalu banyak proporsional terhadap tujuan pengukuran kinerja itu sendiri.

PERFORMANCE MEASUREMENT

Sistem Rating (Pemeringkatan) Pengukuran Efisiensi

PEMILIHAN INDIKATOR

Langkah kunci dalam pemilihan indikator Perencanaan indikator

PENGGUNAAN INDIKATOR

Pelibatan stakeholders Pemanfaatan indikator dalam monitoring

Gambar 6.3. Pentingnya pendekatan indikator dalam pengukuran kinerja

Menurut DKP (2004), indikator kinerja dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis yaitu indikator masukan (input), indikator keluaran (output), indikator hasil (outcome), indikator manfaat (benefit) dan indikator dampak (impact). Indikator untuk masing-masing kelompok tersebut harus diestimasi dan ditentukan berdasarkan beberapa prinsip seperti yang ditentukan oleh UNDP (2002) yaitu : (1) estimasi indikator dilakukan dengan basis atau target tertentu; (2) menggunakan indikator proxy apabila perlu; (3) menggunakan data disagregat; (4) melibatkan stakeholder untuk menentukan indikator; (5) membedakan antara indikator kuantitatif dan kualitatif; (6) membatasi jumlah indikator; (7) menggunakan timelines yang tepat sehingga indikator yang diestimasi tepat sasaran dan waktu program.

Dokumen Rencana Pengembangan 35

Menurut Thia-Eng (2006) dalam buku the Dynamic of Integrated Coastal Management, salah satu indikator yang disarankan dalam pengelolaan pesisir terpadu adalah dengan menggunakan kerangka kerja (framework) DPSIR seperti pada Gambar 6.4.

Dalam model ini, indikator monitoring dan evaluasi terhadap komponen faktor pendorong (driving force), tekanan (pressure), status atau kondisi (state), dampak suatu tekanan (impact) dan upaya atau kebijakan yang telah diambil (response) dianalisis secara sistimatis dan berkesinambungan.

Gambar 6.4. Konsepsi kerangka kerja (framework) Driving force-Pressure-State- Impact-Response (DPSIR) dan indikator dalam melakukan pengelolaan wilayah pesisir, dari proses identifikasi issu hingga monitoring dan evaluasi dalam upaya penyempurnaan secara terus-menerus (continued improvement) (UNESCO, 2003; AIDEnvironement et al. 2004; IOC 2005)

Indikator Driving forces didefinisikan sebagai perkembangan ekonomi, demograsi dan sosial dalam suatu masyarakat yang terkait dengan perubahan pola produksi dan konsumsi. Atau dapat didefinisikan sebagai berbagai kegiatan ekonomi dan sosial yang berpotensi mempengaruhi sistem alam dan manusia (termasuk wilayah pesisir) di suatu lokasi dan waktu tertentu, seperti kegiatan industri dan pertumbuhan penduduk.

Indikator Pressure adalah kondisi perubahan pola konsumsi dan produksi yang menekan sistem alam (ekosistem) dan sosial ekonomi, seperti penggunaan lahan, pertambangan miyak lepas pantai, atau kegiatan penangkapan ikan.

Indikator State adalah suatu kondisi terkini suatu ekosistem atau sosekbud pada suatu lokasi tertentu sebagai akibat adanya pressure, yang dideskripsikan secara kuantitatif atau kalau tidak mungkin secara kualitatif dalam indikator-

Dokumen Rencana Pengembangan 35

indikator yang dapat diukur. Contoh-contoh indikator state ini seperti konsentrasi bahan pencemar di perairan (mg/l merkuri), jumlah penurunan stok ikan, dan luasan lahan yang tererosi.

Indikator Impact (dampak) adalah gambaran akibat akhir dari suatu perubahan lingkungan alam atau lingkungan sosekbud yang merugikan kesehatan manusia atau kesejahteraan manusia secara ekonomi atau sosial. Hal-hal yang dapat dikategorikan sebagai indikator dampak ini antara lain bajir sebagai akibat penebangan pohon, krisis air sebagai akibat peyedotan air tanah secara tidak kendali, atau pengangguran sebagai akibat penurunan investasi di wilayah pesisir.

Indikator Response dapat didefinisikan sebagai berbagai upaya, tindakan yang dilakukan oleh berbagai individu atau masyarakat untuk mengatasi atau menghadapi perubahan kondisi lingkungan alam atau lingkungan sosial yang terjadi. Hal ini dapat juga berupa kebijakan yang diambil oleh pemerintah (daerah) dalam mengatasi suatu masalah pengelolaan wilayah pesisir. Contoh respon ini adalah perda-perda yang dibuat untuk mengatasi suatu masalah, baku mutu kualitas lingkungan yang ditetapkan pemerintah atau berbagai kebijakan lainnya yang diambil untuk mengatasi kemiskinan.

6.4. Evaluasi Substansi Rencana Pengembangan Desa Tanjung Pasir 2011 - 2015

Rencana Pengembangan Desa Tanjungpasir 2011 - 2015 perlu ditinjau kembali lima tahun sekali secara teratur dan direvisi mengikuti perkembangan zaman dan dinamika pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Tinjauan lima tahun merupakan bagian dari proses perencanaan pembangunan lima tahun, yang perlu dilakukan untuk mensinkronkan rencana pengembangan desa dengan rencana pembangunan lainnya. Tinjauan ini akan memberikan kesempatan untuk mengkaji kembali dan memperbaharui Tujuan dan Strategi Kebijakan dan melibatkan komunikasi dengan semua unsur terkait. Tinjauan periodik dapat diperlukan saat muncul isu-isu baru atau proyek baru atau saat diperolehnya pengalaman baru selama pelaksanaan rencana pengembangan desa tersebut. rencana pengembangan desa dapat direvisi dan harus mengikuti proses yang sama sebagaimana pembuatan suatu rencana

Dokumen Rencana Pengembangan 35

pengembangan desa yang baru. Sebagaimana umumnya suatu revisi, alasan untuk perubahan/tambahan harus didokumentasikan dan dikonsultasikan dengan semua pihak yang berkepentingan.

Dokumen Rencana Pengembangan 35

Lampiran 9

Peta Desa-Desa Pesisir Kabupaten Tangerang

Surya Tanjung Pasir Lontar Ketapang bahari Karang Salembara Serang Kronjo Tanjung n Jaya Burung Jenggot Marga Tanjung Sukawa Muara li Mulya Anom Lem Kosambi o Barat Pagedanga Kohod n Ilir Muncung Salembaran Jati Krama t Kosambi Karang Timur Anyar Patramanggala

Mauk Dadap Barat

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Pribadi

Nama : Bima Yudha Saputra NIM : 6661110688 Tempat, tanggal lahir : Talang Padang, 16 Mei 1993 Alamat asal : Jalan KH. Maulana Hasannudin 181 RT 01 RW 01 Kel.Poris Jaya Kec. Batuceper, Tangerang Moto Hidup : Sebaik-baik pekerjaan adalah selalu memberi manfaat bagi dirinya dan orang lain

Identitas Orang Tua

Nama Ayah : Herman Yasin Nama Ibu : Susliana Pendidikan

SD [2000-2006] : SD Negeri Kebon Besar 1 Tangerang SMP [2006-2009] : SMP Negeri 17 Tangerang SMA [2009-2011] : SMA Negeri 10 Tangerang Perguruan Tinggi (S1) : Administrasi Negara UNTIRTA