Civic Edu: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 2, No.1 Desember 2018 e-ISSN: 2580-0086

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL PADA MASYARAKAT ADAT KAMPUNG MAHMUD DALAM UPAYA PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA Trisna Sukmayadi [email protected] FKIP, PPKn Universitas

ABSTRACT This study was aimed at exploring the values of local wisdom of the indigenous peoples of Kampung Mahmud, located in RW 04, Mekarrahayu Margaasih District of Bandung regency, West Java province, which are still upheld and applied in every day life. This study used a qualitative approach through intensive, in-depth, detailed, and comprehensive case study method. The data were collected through the study of literature, interview, observation and documentation. The results provide three main points. First of all, indigenous people of Kampung Mahmud hold the values of discipline, regularity, efficiency, simplicity, thrift, mutual respect, mutual protection, appreciative, perseverance, harmony, usefulness, religiosity, obedience, responsibility, sacrifice, sense of justice, and surrender. These values are reflected in the restrictions, the arts (the arts of the buildings / architecture, and sound art), the view of life, and the sayings of the indigenous people of Kampung Mahmud. Second, the social institution transfers the character’s values to the next generation in families, religion, and education through religious teachings and . Third, the internal factors strengthening the local wisdoms are the capability of the elders in Kampung Mahmud to deliver the history and the teachings of Waliyullah Eyang Abdul Manaf. In addition, the attention from the government in maintaining and preserving the indigenous areas also supports the long lasting values of the people of Kampung Mahmud. Keywords: Local Wisdom, Indigenous, Character Education

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap nilai-nilai kearifan lokal pada masyarakat adat Kampung Mahmud, berlokasi di RW 04, Desa Mekarrahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, provinsi Jawa Barat yang masih dipegang teguh dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-sehari sampai saat ini. Dalam upaya pengungkapannya, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus (case study) yang dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail dan komprehensif. Pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur, wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah 1) nilai kearifan lokal masyarakat adat Kampung Mahmud adalah nilai disiplin, keteraturan, efisiensi, kesederhanaan, hemat, saling menghormati, saling menjaga, saling menghargai, keteguhan, keserasian, kemanfaatan, keharmonisan, religius, ketaatan, saling menjaga, rela berkorban, ketaatan, kepatuhan, tanggung jawab, kesadaran hukum, dan saling menjaga dan kepasrahan, yang tercermin dalam larangan-larangan, lingkup seni (seni bangunan / arsitektur, dan seni suara), pandangan hidup masyarakat, dan pepatah masyarakat adat Kampung Mahmud; (2) Pranata sosial yang membelajarkan nilai-nilai karakter pada generasi selanjutnya adalah dalam pranata keluarga, agama dan pendidikan, dengan teknik pembelajaran melalui pengajian keagamaan dan pesantren; (3) Faktor-faktor internal yang

11 Civic Edu: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 2, No.1 Desember 2018 e-ISSN: 2580-0086 menjadi penguat bertahannya nilai-nilai kearifan lokal adalah masih banyak sesepuh-sesepuh Kampung Mahmud yang tahu betul tentang riwayat dan ajaran-ajaran dari Waliyullah Eyang Abdul Manaf, dan faktor eksternalnya adalah perhatian dari pemerintah daerah dalam rangka menjaga dan melestarikan daerah adat yang sudah sejak lama ada. Kata Kunci: Kearifan Lokal, Masyarakat Adat, Pendidikan Karakter

PENDAHULUAN Kekayaan warisan budaya dan nilai- nilai kearifan lokal yang berkembang secara Indonesia merupakan negara yang turun temurun merupakan sumber yang “subur makmur gemah ripah loh jinawi”. sangat kaya. Ia merupakan modal dasar Tidak hanya alamnya yang menyediakan dalam pembentukan jati diri dan karakter berbagai kenikmatan bagi bangsanya, akan bangsa. Untuk itu diperlukan inventarisasi, tetapi keanekaragaman agama, budaya, adat kodifikasi dan revitalisasi nilai-nilai istiadat, suku bangsa yang juga banyak dan kearifan lokal tersebut dengan cara berbeda-beda. Kemajemukan dan perbedaan menghidupkan kembali dan ini menjadi simbol negara dengan semboyan menempatkannya di dalam konteks “Bhinneka Tunggal Ika”. Kelebihan yang sekarang. Nilai-nilai tersebut dapat dilihat Tuhan berikan ini bisa menjadi manfaat juga dari tradisi berbagai suku bangsa di musibah. Manfaat apabila bangsa ini pandai Indonesia (lisan dan tulis), seperti budaya untuk mengolahnya dengan baik, dan gotong-royong, budaya disiplin, budaya menjadi musibah apabila bangsa ini telah tepat waktu, rela berkorban, saling lupa pada jati dirinya. menghormati dan toleransi (Alfian, M. 2013: Salah satu jati diri bangsa Indonesia 424). yang kian memudar adalah transformasi Berdasarkan kajian Pusat Kurikulum nilai-nilai kearifan lokal. Kearifan lokal Kemeterian Pendidikan Nasional (2010: 1), merupkan salah satu tonggak perbedaan menjelaskan bahwa ada pertanyaan antara bangsa Indonesia dengan bangsa lain. mendasar, kenapa kita harus mengkaji Arus globalisasi membawa masyarakat kembali nilai-nilai kearifan lokal pada Indonesia ke gerbang dunia tanpa batas. masyarakat adat? Persoalan budaya dan Jikalau benteng kearifan lokal ini tidak karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam segera kita manfaatkan, maka kemungkinan masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai besar budaya asing akan mudah untuk aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai masuk. Kita bersyukur apabila budaya asing tulisan di media cetak, wawancara, dialog, yang masuk itu baik, kalau keadaan dan gelar wicara di media elektronik. Selain sebaliknya, maka kita tinggal menunggu di media massa, para pemuka masyarakat, kehancuran budaya bangsa Indonesia. para ahli, dan para pengamat pendidikan, Kearifan lokal bangsa Indonesia dan pengamat sosial berbicara mengenai salah satunya adalah tercermin dalam persoalan budaya dan karakter bangsa di kehidupan masyarakat adat yang masing berbagai forum seminar, baik pada tingkat eksis sampai saat ini. Masyarakat adat tetap lokal, nasional, maupun internasional. menjaga dan memegang teguh nilai-nilai Kabar online dari sindonews.com kearifan lokal warisan para leluhurnya. Pada memberitakan bahwa “Perilaku anak kehidupan masyarakat adat, pada umumnya menjurus kriminal sudah mengkhawatirkan, penuh dengan kedamaian dan Komnas Perlindungan Anak mencatat, tahun kesederhanaan. 2013 ada sekitar 5.000 anak mendekam di

12 Civic Edu: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 2, No.1 Desember 2018 e-ISSN: 2580-0086 penjara.....”. Bahaya dari berkembangnya kehamilan, kematian, membangun rumah, anti nilai-nilai karakter sudah di depan mata. dan memandikan keris. Selain itu, dari jika Kita tidak bisa membayangkan, jikalau ditinjau dari bangunan rumah, maka bidikannya anak usia SD, maka setelah masyarakat Kampung Mahmud mempunyai dewasa mereka akan seperti apa. Oleh ciri khas tersendiri, yaitu denah bangunan karena itu, penguatan kembali pendidikan rumah berbentuk L. Tentunya tradisi ini karakter sangat diperlukan. Penguatan ini tentunya bukan tanpa nilai-nilai filosofis salah satunya adalah dengan penggalian yang terkandung di dalamnya. Akan tetapi kembali nilai-nilai kearifan lokal sebagai jati banyak pelajaran yang diambil terutama diri bangsa Indonesia. adalah kaitannya dengan nilai-nilai kearifan Kajian tentang nilai-nilai kearifan lokal. lokal ini harus dimaknai sebagai sebuah Studi Etnopedagogi (Alwasilah, 2006) pemikiran pola kehidupan masyarakat yang memandang bahwa pengetahuan atau telah teruji oleh perkembangan zaman. kearifan lokal (local knowledge, local Nilai-nilai kearifan lokal pada dasarnya wisdom) sebagai sumber inovasi dan dapat diterjemahkan sebagai hasil karya akal keterampilan yang dapat diberdayakan demi dan budi, perasaan yang paling mendalam kesejahteraan masyarakat. Kearifan lokal terhadap pandangan kehidupan, tabiat adalah proses bagaimana pengetahuan manusia yang terbentuk sekian lama, bentuk dihasilkan, disimpan, diterapkan, dikelola, perangai, dan anjuran untuk kemuliaan, dan diwariskan. Masyarakat adat Kampung harkat dan martabat manusia. Penguasaan Mahmud, dengan memegang teguh nilai- diri terhadap kearifan lokalnya, tentunya nilai kearifan lokalnya, mampu hidup akan mengusung jiwa-jiwa manusia berdampingan dengan aman, nyaman, Indonesia yang berbudi luhur. tenteram, dan sejahtera lahir dan batin. Oleh Nilai-nilai kerifan lokal yang dapat karena itu perlu kiranya kajian mendalam digali dari masyarakat adat di Indonesia mengapa mereka bisa seperti itu, sehingga salah satunya adalah masyarakat adat pada akhirnya terdapat benang merah nilai- Kampung Mahmud yang bercorak agama nilai karakter kehidupan masyarakat adat Islam, merupakan satu dari sekian banyak dengan masa kini dalam upaya penguatan masyarakat adat di Indonesia, yang masih pendidikan karakter bangsa. memegang teguh adat istiadat yang menjadi tradisi warisan para leluhurnya. Adat METODE istiadat inilah yang merupakan bagian kajian dalam penelitian ini, yaitu perihal nilai-nilai Penelitian ini menggunakan kearifan lokalnya. pendekatan kualitatif yang didasarkan pada Kampung Mahmud merupakan salah kebutuhan sejumlah data lapangan yang satu kampung adat yang terletak di RW 04 sifatnya aktual dan kontekstual, keterkaitan Desa Mekarrahayu Kecamatan Margaasih masalah yang dikaji dengan sejumlah data Kabupaten Bandung. Kampung ini dibangun primer dari subjek penelitian yang tidak oleh Sembah Éyang Abdul Manaf yang dapat dipisahkan dari latar alamiahnya, dan merupakan turunan dari Wali Cirebon, sumber penelitian berintikan pada interaksi Syarif Hidayatullah, pada abad ke 15 manusia dalam hal kaitannya dengan nilai- Masehi. nilai kearifan lokal yang sudah ada pada Informasi awal perihal tradisi di masyarakat adat Kampung Mahmud sejak kampung Mahmud yang masih ada sampai jaman dahulu, dan masih dipertahankan saat ini di antaranya adalah upacara adat sampai saat ini. yang berbentuk upacara perkawinan,

13 Civic Edu: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 2, No.1 Desember 2018 e-ISSN: 2580-0086

Jenis penelitian yang digunakan biasanya secara turun temurun diwariskan adalah studi kasus, dengan gejala tertentu pada generasi selanjutnya, oleh sebab itu yang khas dalam penelitian ini adalah apa yang ada dalam masyarakat, maka itulah bahwa masyarakat adat Kampung Mahmud kearifan lokal. Kearifan lokal ini merupakan merupakan salah satu masyarakat yang salah satu ciri khas yang ada pada masih mempertahankan dan masyarakat tersebut. Berdasarkan pada hal mengaplikasikan nilai-nilai kearifan tersebut, maka kearifan lokal perlu terus lokalnya dalam kehidupan sehari-sehari. dijaga dan dilestarikan oleh masyarakatnya. Situs penelitian ini berlokasi di Kearifan lokal pada dasarnya lingkungan masyarakat adat Kampung dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat Mahmud yang terletak di RW 04 Desa (local wisdom), pengetahuan setempat (local Mekarrahayu Kecamatan Margaasih knowledge) atau kecerdasan setempat (local Kabupaten Bandung, dengan sasaran genious). Selain itu, kearifan lokal juga penelitiannya adalah Ketua Adat, tokoh sebetulnya dapat dimaknai sebagai masyarakat, dan masyarakat Kampung pemikiran tentang hidup. Pemikiran tersebut Mahmud. dilandasi oleh nalar yang jernih, budi yang Pelaksanaan penelitian ini dilakukan baik, dan memuat hal-hal positif. Kearifan dalam tiga tahapan, yakni tahap orientasi, lokal dapat diterjemahkan sebagai karya eksplorasi, member-check, dan Analisis akal budi, perasaan mendalam, tabiat, Data. Kegiatan analisis data dilakukan bentuk perangai, dan anjuran untuk setelah data yang diperlukan terkumpul. kemuliaan manusia dimana kearifan lokal Dengan demikian, pada tahap ini, peneliti itu ada. berusaha mengorganisasikan data yang Berdasarkan pemahaman- diperoleh dalam bentuk catatan lapangan pemahaman kearifan lokal tersebut, maka dan dokumentasi. Analisis data kualitatif secara tidak langsung kearifan lokal yang akan digunakan peneliti adalah mempunyai dua makna pokok, yaitu sebagai berdasarkan pada model Miles dan berikut: Huberman (Sugiyono, 2007: 246) yang 1) Kearifan lokal adalah sebuah terdiri atas tiga aktivitas, yaitu data pengalaman panjang, yang terus dijaga reduction, data display, dan conclusion dan dilestarikan secara turun temurun drawing/verification. sebagai petunjuk perilaku yang Rancangan penelitian ini merupakan biasanya melalui tradisi lisan satu kesatuan utuh dalam memahami, 2) Kearifan lokal tidak lepas dari mengkaji dan menganalisis nilai-nilai lingkungan masyarakatnya dimana kearifan lokal pada masyarakat adat kearifan lokal itu ada. Kampung Mahmud dalam rangka penguatan Kearifan lokal muncul sebagai pendidikan karakter bangsa penjaga atau penyaring dalam era globalisasi dan modernisasi yang ada pada HASIL DAN PEMBAHASAN saat ini. Kearifan adalah proses dan produk budaya manusia, dimanfaatkan untuk Persepsi masyarakat adat Kampung mempertahankan hidup, dulu, sekarang, dan Mahmud terhadap kearifan lokal dimasa yang akan datang. Edmund Woga (2009: 173), Masyarakat adat Kampung Mahmud menjelaskan bahwa secara substantif, pada umumnya berpandangan bahwa kearifan lokal berorientasi pada: (1) kearifan lokal merupakan kebiasaan yang keseimbangan dan harmoni manusia, alam ada dalam diri masyarakat. Kebiasaan ini dan budaya; (2) kelestarian dan keragaman

14 Civic Edu: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 2, No.1 Desember 2018 e-ISSN: 2580-0086 alam dan kultur; (3) konservasi sumber daya kemampuan beradaptasi dan keunikan alam dan warisan budaya; (4) penghematan masyarakat setempat. sumber daya yang bernilai ekonomi; (5) Warisan budaya fisik (tangible moralitas dan spiritualitas. heritage) menurut Galla (dalam Karmadi. Kearifan lokal mengajarkan kita untuk AD, 2007: 2), sering diklasifikasikan mengenal dan mengakui keberadaan nilai- menjadi warisan budaya tidak bergerak nilai lokal, bukan mengintervensi apalagi (immovable heritage) dan warisan budaya menghilangkannya. Dengan menggunakan bergerak (movable heritage). Warisan analogi rekonetsruksi genetika dalam ilmu budaya tidak bergerak biasanya berada di pertanian, maka kearifan lokal memiliki tempat terbuka dan terdiri dari: situs, kemampuan untuk beradaptasi dengan tempat-tempat bersejarah, bentang alam konteks kekinian dan bahkan darat maupun air, bangunan kuno dan/atau menginjeksikan energi positif terhadap bersejarah, patung-patung pahlawan. tradisi baru terhadap nilai-nilai lain (outsider) Sedangkan warisan budaya bergerak yang masuk ke dalam satuan komunitas biasanya berada di dalam ruangan dan tertentu (Kurniawan, B. 2012: 236). terdiri dari: benda warisan budaya, karya seni, arsip, dokumen, dan foto, karya tulis Nilai-nilai kearifan lokal yang tercermin cetak, audiovisual berupa kaset, video, dan dalam seluruh kehidupan masyarakat film. adat Kampung Mahmud Menurut Ruhaliah (dalam Sukmayadi, T. 2012: 186-190, nilai-nilai karakter Nilai kearifan lokal masyarakat adat kesundaan juga bisa dimaknai dari Kampung Mahmud pada dasarnya tercermin ungkapan dan peribahasa Sunda yang oleh dalam bentuk larangan-larangan, lingkup sebagian besar masyarakat Sunda dahulu seni (seni bangunan/arsitektur, dan seni dan saat ini masih tetap dipertahankan. suara), pandangan hidup masyarakat, dan Contoh ungkapan dan peribahasa Sunda pepatah masyarakat adat Kampung Mahmud. yang mengandung nilai-nilai karakter Kearifan lokal yang disebutkan di kesundaan, yaitu Cageur bageur bener atas merupakan warisan budaya bangsa, pinter, someah hade ka semah, hade ku yang oleh Davidson (dalam Karmadi. AD, omong goreng ku omong, caina herang 2007: 1) diartikan sebagai produk atau hasil laukna beunang, indung tunggul rahayu budaya fisik dari tradisi-tradisi yang berbeda bapa tangkal darajat, saur kudu diukur dan prestasi-prestasi spiritual dalam bentuk sabda kudu diungang, hade gogog hade nilai dari masa lalu yang menjadi elemen tagog, silih asih, silih asah, silih asuh, bobot pokok dalam jatidiri suatu kelompok atau pangayon timbang taraju. cikaracak bangsa. Pendapat tersebut menjelaskan ninggang batu laun-laun jadi legok, bahwa maka warisan budaya merupakan paheuyeuk-heuyeuk leungeun, melak cabe hasil budaya fisik (tangible) dan nilai jadi cabe melak bonteng jadi bonteng, budaya (intangible) dari masa lalu. manuk hirup ku jangjangna jalma hirup ku Pemahaman tentang nilai budaya dari akalna, hade ku omong goreng ku omong, masa lalu (intangible heritage) menurut ati putih badan bodas, ka bala ka bale, Galla (dalam Karmadi. AD, 2007: 1-2), gurat batu, dan ka hareup ngala sajeujeuh berasal dari budaya-budaya lokal yang ada ka tukang ngala salengkah. di Nusantara, meliputi: tradisi, cerita rakyat dan legenda, bahasa ibu, sejarah lisan, kreativitas (tari, lagu, drama pertunjukan),

15 Civic Edu: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 2, No.1 Desember 2018 e-ISSN: 2580-0086

Nilai-nilai kearifan lokal yang ada pada diambil adalah nilai saling Masyarakat adat Kampung Mahmud menghormati dan saling menghargai h) Tidak boleh menampilkan . Perihal nilai-nilai karakter dalam Nilai filosofis daripada wayang adalah wujud kearifan lokal yang ada pada interpretasi dari pada manusia itu masyarakat adat Kampung Mahmud dapat sendiri. Oleh karena itu ada diuraikan sebagai berikut: kemungkinan manusia tidak boleh 1) Larangan-larangan, yaitu sebagai diinterpretasikan. Nilai yang bisa berikut: diambil adalah nilai keteguhan a) Tidak boleh membuat sumur: ini i) Tidak boleh memukul : hal ini beranggapan bahwa dengan menggali beranggapan bahwa bedug biasanya sumur maka air akan mudah habis terbuat dari kulit hewan seperti sapi, karena langsung terkuras dari dalam kerbau, dan kambing atau domba. Oleh tanah. Nilai karakter yang bisa diambil karenanya: hal ini beranggapan bahwa adalah nilai disiplin dan keteraturan bedug biasanya terbuat dari kulit hewan b) Tidak boleh membuat rumah seperti sapi, kerbau, dan kambing atau Gedong/permanen: ini beranggapan domba. Oleh karenanya ada bahwa rumah gedong akan kemungkinan kita tidak menghormati menghabiskan banyak biaya dan terhadap binatang yang sudah mati. dimungkinkan tidak ramah lingkungan. Nilai yang bisa diambil adalah nilai Nilai yang dapat diambil adalah nilai saling menghormati efisiensi dan kesederhanaan 2) Lingkup seni yaitu seni c) Tidak boleh memakai genteng barong bangunan/arsitektur, yaitu rumah tidak (genteng besar dan tebal): ini memakai kaca. Hal ini menunjukan bernaggapan bahwa kenteng yang adanya konsep kebersamaan dengan sederhana saja sudah cukup. Jika yang alam, yaitu filosofisnya menggunakan sederhana saja cukup, kenapa harus bahan-bahan yang langsung dibuat oleh yang lebih dari itu. Nilai yang bisa alam. Hal ini menunjukan adanya nilai diambil adalah nilai kesederhanaan keserasian dan kemanfaatan. d) Rumah tidak boleh memekai kaca: ini 3) Lingkup seni suara dalam bentuk seni beranggapan bahwa segala sesuatu terbang. Seni ini merupakan bentuk seni diusahakan berdasarkan dari alam. Nilai khas masyarakat Islam yang yang bisa diambil adalah nilai hemat diperuntukan sebagai pengiring e) Tidak boleh memelihara embe/kambing: Sholawatan dan Albarjanji. Nilai yang ini beranggapan bahwa kambing kalau bisa diambil dari seni ini adalah nilai dibiarkan begitu saja, maka akan masuk keharmonisan dan kesederhanaan rumah dan mengmbil makanan orang 4) Tercermin dalam pandangan hidup lain. Nilai yang bisa diambil adalah masyarakat, yaitu: nilai saling menghormati dan saling a) Pandangan hidup tentang manusia menjaga sebagai pribadi. Hal ini menunjukan f) Tidak boleh memelihara soang/angsa: bahwa setiap masyarakat Kampung ini beranggapan bahwa suara angsa Mahmud mempunyai derajat yang akan mengganggu orang sekitar. Nilai tinggi sebagai makhluk ciptaan Allah yang bisa diambil adalah nilai saling SWT. Oleh karenanya, maka setiap menghormati dan saling menjaga masyarakat kampung Mahmud g) Tidak boleh memukul goong (salah satu diwajibkan untuk mencari ilmu, alat kesenian degung): nilai yang bisa khususnya ilmu agama Islam. Nilai

16 Civic Edu: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 2, No.1 Desember 2018 e-ISSN: 2580-0086

yang bisa diambil adalah nilai religius diambil adalah nilai tanggung jawab, dan ketaatan kesadaran hukum, dan saling menjaga b) Pandangan hidup tentang hubungan 5) Nilai-nilai karakter yang tercermin manusia dengan masyarakat. dalam pepatah masyarakat adat Masyarakat kampung mahmud Kampung Mahmud, pada dasarnya beranggapan bahwa setiap masyarakat sama dengan kebanyakan pepatah orang mempunyai harkat dan martabat, oleh Sunda, salah satunya adalah “pamali”. karenanya masyarakat Kampung Kata pamali sebetulnya kata yang oleh Mahmud tidak suka mencampuri urusan sebagian besar masyarakat sunda orang lain. Kami adalah kami, dan dijadikan sebagai kata larangan pada kamu adalah kamu. Terkecuali kalau generasi selanjutnya, tanpa harus seandainya mengganggu ketentraman bertanya kenapa, bagaimana, dan untuk warga masyarakat Kampung Mahmud. apa. Nilai yang bisa diambil adalah nilai Nilai yang bisa diambil adalah nilai kesadaran hukum, ketaatan, dan saling menghormati, menghargai, kepasrahan. menjaga, dan rela berkorban Berdasarkan pada pemaparan di atas, c) Pandangan hidup tentang hubungan maka nilai-nilai karakter sebagai wujud dari manusia dengan Tuhan. Masyarakat kearifan lokal masyarakat adat Kampung Kampung Mahmud semuanya Mahmud adalah nilai disiplin, keteraturan, beragama Islam. Keberadaan Allah efisiensi, kesederhanaan, hemat, saling SWT sangat sentral dalam setiap menghormati, saling menjaga, saling kehidupan warga kampung Mahmud. menghargai, keteguhan, keserasian, Sehingga ada anggapan bahwa bukan kemanfaatan, keharmonisan, religius, orang kampung Mahmud namanya ketaatan, saling menjaga, rela berkorban, kalau Ke-Islamannya lemah. Oleh ketaatan, kepatuhan, tanggung jawab, karenanya hampir setiap warga kesadaran hukum, dan saling menjaga dan Kampung Mahmud yang mengembara kepasrahan. keluar, menjadi imam atau sesepuh. Kearifan lokal menurut Suyatno, S Nilai yang bisa diambil adalah nilai (dalam Fajarini, U. 2014: 129) adalah religius, nilai ketaatan dan kepatuhan, warisan masa lalu yang berasal dari leluhur, dan nilai kebermanfaatan yang tidak hanya terdapat dalam sastra d) Pandangan hidup tentang manusia tradisional (sastra lisan pandangan hidup, dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kesehatan, dan arsitektur Perihal nilai kepuasan batiniah. Pandangan ini karakter yang terungkap di masyarakat adat mengajarkan bahwa akhirat lebih Kampung Mahmud, sebetulnya sejalan penting daripada hal yang bersifat dengan nilai-nilai karakter yang hendak duniawi. Maka pola kehidupan yang dibentuk pemerintah dalam kaitannya ada adalah pola kehidupan yang Islami. dengan mewujudkan peserta didik Indonesia Nilai yang bisa diambil adalah nilai yang berkarakter. religius Berdasarkan Pusat Kurikulum Badan e) Pandangan hidup tentang alam. Warga Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kampung Mahmud menganggap alam Pendidikan Nasional (2010: 9-10) adalah ciptaan Allah SWT yang harus menyebutkan beberapa nilai untuk senantiasa dijaga. Oleh karenanya pendidikan budaya dan karakter bangsa kemurkaan alam adalah akibat dari yang harus dikembangkan disekolah, yaitu tangan-tangan manusia yang tidak religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, bertanggung jawab. Nilai yang bisa kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,

17 Civic Edu: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 2, No.1 Desember 2018 e-ISSN: 2580-0086 semangat kebangsaan, cinta tanah air, Setiap generasi mudanya diharuskan menghargai prestasi, bersahabat/komunikti, untuk mengaji setiap waktu dan mesantren. cinta damai, gemar membaca, peduli Cara ini adalah cara yang paling efektif lingkungan, peduli sosial, dan tanggung- dalam menanamkan nilai-nilai Ke-Islaman jawab. dan Ketauhidan. Pengajian biasanya Penelitian yang dilakukan oleh Ade, dilakukan setiap hari dan setiap minggu, V dan Idrus Affandi (2016: 89) tentang baik bagi anak-anak, remajan dan golongan implementasi nilai-nilai kearifan lokal tua, yang setelah itu dilangsungkan dengan dalam mengembangkan keterampilan Ziarah kubur pada Makom Waliyullah kewarganegaraan pada Masyarakat Talang Eyang Abdul Manaf. Selain pengajian rutin Mamak, menyimpulkan bahwa nilai-nilai tersebut, juga ada pengajian dalam rangka kearifan lokal dapat mengembangkan civic memperingati hari-hari besar agama Islam skills pada suku Talang Mamak. Oleh seperti manakiban (menceritakan kisah dan karenanya, dalam upaya pendidikan karakter kebaikan-kebaikan Aulia Syekh Abdul hendaknya didekatkan pada sumber-sumber Kodir Jaelani), Muharraman, Mauluddan, nilai kearifan lokal yang ada. dan Rajaban. Sehingga pendidikan karakter akan Kewajiban mesantren merupakan diterima dengan penuh makna oleh peserta langkah selanjutnya dalam penanaman nilai- didik. Hal ini tentunya disebabkan bahwa nilai Ke-Islaman. Mesantren biasanya nilai-nilai kearifan lokal sudah terbentuk dimulai dari sejak remaja. Berdasarkan pada dan teruji sejak lama dan masih hal tersebut, maka teknik mebelajarkan atau dipertahankan sampai sekarang oleh mewariskan nilai-nilai kearifan lokal pada sebagian masyarakat. generasi mudanya adalah melalui pengajian Nilai-nilai karakter yang ada pada dan pesantren. masyarakat adat Kampung Mahmud sampai Penanaman nilai-nilai karakter pada saat ini masih ada dan terus dilestarikan di masa kini, sebetulnya tidak terlalu jauh Kampung Mahmud. Kesiapsiagaan para berbeda dengan pola masa lalu yang ada sesepuh dan warga masyarakat dalam pada masyarakat adat melalui teknik mewariskan nilai-nilai kearifan lokal sudah pewarisannya. Zubaedi (dalam Sukmayadi, sejak lama ada ini membuahan hasil. Hal ini T. 2012: 195-196) menjelaskan bahwa dibuktikan dengan banyaknya keturunan dalam grand desain pendidikan karakter di dari warga Kampung Mahmud yang Indonesia, pendidikan karakter merupakan menjadi Ustad atau tokoh masyarakat, salah proses pembudayaan dan pemberdayaan satunya adalah Ustadz Hariri. nilai-nilai luhur dalam lingkungan satuan pendidikan (sekolah), lingkungan keluarga, Pranata Sosial yang Membelajarkan dan lingkungan masyarakat. Nilai-Nilai Karakter Kepada Masyarakat Nilai-nilai luhur ini berasal dari teori- teori pendidikan, psikologi pendidikan, Pranata sosial masyarakat adat nilai-nilai sosial budaya, ajaran agama, Kampung Mahmud yang Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945, dan membelajarkan/mewariskan nilai-nilai UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem karakter pada generasi selanjutnya adalah Pendidikan Nasional, serta pengalaman melalui pranata keluarga, agama dan terbaik dan praktik nyata dalam kehidupan pendidikan. Pranata agama merupakan sehari-sehari. Proses pembudayaan dan pranata yang dianggap paling tinggi pemberdayaan nilai-nilai luhur ini juga perlu keduduknnya di masyarakat adata Kampung didukung oleh komitmen dan kebijakan Mahmud. pemangku kepentingan serta pihak-pihak

18 Civic Edu: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 2, No.1 Desember 2018 e-ISSN: 2580-0086 terkait lainnya termasuk dukungan sarana lokal pada masyarakat adat Kampung dan prasarana yang diperlukan. Mahmud di era globalisasi dan modernisasi Selanjutnya, pendidikan karakter adalah masih banyak sesepuh-sesepuh dipahami sebagai upaya penanaman Kampung Mahmud yang tahu betul tentang kecerdasan dalam berpikir, penghayatan riwayat dan ajaran-ajaran dari Waliyullah dalam bentuk sikap, dan pengamalan dalam Eyang Abdul Manaf, meskipun tidak bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai- sebanyak dahulu, dan masih terjaganya nilai luhur yang menjadi jati dirinya, konsep “pamali”, meskipun tidak sesakral diwujudkan dalam interaksi dengan dulu. Tuhannya, diri sendiri, antar sesama, dan Keberadaan sesepuh ini merupakan lingkungannya. Nilai-nilai luhur tersebut hal yang paling sentral dalam masyarakat antara lain: kejujuran, kemandirian, sopan adat, baik yang bercorak Islam atau pun santun, kemuliaan sosial, kecerdasan tidak. Sesepuh merupakan orang yang berpikir termasuk kepenasaran akan paling di tua kan dalam hal usia, ilmu, dan intelektual, dan berpikir logis. Oleh karena pengalamannya. Sehingga hal ihwal yang itu, penanaman pendidikan karakter tidak menyangkut tentang pengaturan masyarakat bisa hanya sekadar mentransfer ilmu adat, adalah oleh sesepuh tersebut. Tidak pengetahuan atau melatih suatu setiap orang bisa jadi sesepuh. Sesepuh keterampilan tertentu. adalah manusia pilihan. Biasanya sesepuh Penanaman pendidikan karakter perlu harus merupakan keturunan langsung dari proses, contoh teladan, dan pembiasan atau pendiri masyarakat adat tersebut. Atau pembudayaan dalam lingkungan peserta paling tidak ada silsilah keturunan dari yang didik dalam lingkungan sekolah, keluarga, terdahulunya. lingkungan masyarakat, maupun lingkungan Seperti halnya di daerah , media massa. berdasarkan penelitian dari Suwardini, N.P (2015: 262), bahwa tantangan terbesar Faktor-faktor yang Menjadi Penguat dalam hal kearifan lokal yang dihadapi Bertahannya Nilai-Nilai Kearifan Lokal masyarakat Bali belakangan ini adalah pada Masyarakat Adat Kampung kemampuan dalam menjaga, melestarikan, Mahmud di Era Globalisasi dan dan mewariskan kearifan-kearifan lokal. Modernisasi Pewarisan nilai kearifan lokal dimaksudkan agar generasi muda Bali dapat memproteksi Faktor-faktor yang menjadi penguat diri dari pengaruh negatif modernisasi bertahannya nilai-nilai kearifan lokal pada akibat globalisasi. Oleh karenanya, faktor masyarakat adat Kampung Mahmud di era internal ini sebetulnya menjadi fondasi globalisasi dan modernisasi dibagi ke dalam utama dalam menjaga dan melestarikan dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor nilai-nilai kearifan lokal. eksternal. Faktor internal merupakan faktor Faktor-faktor eksternal yang menjadi yang muncul dari dalam masyarakat penguat bertahannya nilai-nilai kearifan Kampung Mahmud itu sendiri, sedangkan lokal pada masyarakat adat Kampung faktor eksternal merupakan faktor yang Mahmud di era globalisasi dan modernisasi muncul di luar Kampung Mahmud, namun adalah perhatian dari pemerintah daerah memberi pernanan penting bagi dalam rangka menjaga dan melestarikan pembentukan dan pembangunan masyarakat daerah adat yang sudah sejak lama ada. Kampung Mahmud. Keberadaan pemerintah bagi Faktor-faktor internal yang menjadi masyarakat adat pada masa kini sangat penguat bertahannya nilai-nilai kearifan diperlukan. Pelestarian masyarakat adat oleh

19 Civic Edu: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 2, No.1 Desember 2018 e-ISSN: 2580-0086 pemerintah biasanya melalui kebijakanp- dengan teknik pembelajaran melalui kebijakan yang dibuat. Misalnya kebijakan pengajian keagamaan dan pesantren. tentang pembangunan masyarakat adat 4. Faktor-faktor internal yang menjadi sebagai wisata budaya, seperti yang telah penguat bertahannya nilai-nilai kearifan dilakukan oleh beberapa pemerintah daerah, lokal pada masyarakat adat Kampung yaitu seperti di Kabupaten Ciamis pada Mahmud di era globalisasi dan masyarakat Kampung Kuta dan di Provinsi modernisasi adalah masih banyak Bali pada masyarakat adat desa Penglipuran. sesepuh-sesepuh Kampung Mahmud Dengan dijadikannya sebagai daerah wisata yang tahu betul tentang riwayat dan budaya, maka sarana dan prasarana pun ajaran-ajaran dari Waliyullah Eyang akan diperbaiki, adat budaya akan Abdul Manaf dan masih terjaganya dilindungi, sehingga eksistensi masyarakat konsep “pamali”. Sedangkan faktor- adat akan tetap terjaga dan lestari sebagai faktor eksternalnya adalah perhatian salah satu tonggak peradaban bangsa. dari pemerintah daerah berupa kebijakan dalam rangka menjaga dan KESIMPULAN melestarikan daerah adat yang sudah sejak lama ada. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan DAFTAR PUSTAKA bahwa: 1. Masyarakat Kampung Mahmud Ade, F dan Idrus, F., (2016). Implementasi berpersepsi bahwa kearifan lokal Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam merupakan kebiasaan yang ada dalam Mengembangkan Keterampilan diri masyarakat, yang secara turun Kewarganegaraan (Studi Deskriptif temurun diwariskan pada generasi Analitik Pada Masyarakat Talang selanjutnya. Adapun nilai kearifan lokal Mamak Kec. Rakit Kulim, Kab. tersebut tercermin dalam larangan- Indragiri Hulu Provinsi Riau). Jurnal larangan, lingkup seni (seni Pendidikan Ilmu Sosial. Edisi Nomor bangunan/arsitektur, dan seni suara), 01 Volume 25 tahun 2016. pandangan hidup masyarakat, dan Alfian, M. (2013). Potensi Kearifan Lokal pepatah masyarakat adat Kampung dalam Pembentukan Jati Diri dan Mahmud. Karakter Bangsa. Prosiding The 5th 2. Nilai-nilai karakter dalam wujud ICSSIS: Ethnicity and Globalization. kearifan lokal masyarakat adat Alwasilah, A.C., (2006). Pokoknya Sunda. Kampung Mahmud adalah nilai disiplin, Bandung: Karawitan. keteraturan, efisiensi, kesederhanaan, Edmund Woga. (2009). Misi, Misiologi dan hemat, saling menghormati, saling Evangelisasi di Indonesia. Yogyakarta: menjaga, saling menghargai, keteguhan, Kanisius. keserasian, kemanfaatan, keharmonisan, Karmadi, A.D. (2007). Budaya Lokal religius, ketaatan, saling menjaga, rela Sebagai Warisan Budaya dan Upaya berkorban, ketaatan, kepatuhan, Pelestariannya. Makalah disampaikan tanggung jawab, kesadaran hukum, dan pada Dialog Budaya Daerah Jawa saling menjaga dan kepasrahan. Tengah yang diselenggarakan oleh 3. Pranata sosial yang membelajarkan Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai nilai-nilai karakter pada generasi Tradisional Yogyakarta bekerjasama selanjutnya adalah dalam pranata dengan Dinas Pendidikan dan keluarga, agama dan pendidikan,

20 Civic Edu: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 2, No.1 Desember 2018 e-ISSN: 2580-0086

Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah, di nilai Kerifan Lokal Sunda. Tesis. Semarang 8 - 9 Mei 2007. Pascasarjana UPI Bandung. Kurniawan, B. (2012). Kearifan Lokal di Suwardani, N.P., (2015). Pewarisan Nilai- Tengah Arus Pembangunan. Jurnal nilai Kearifan Lokal untuk Ilmu Kesejahteraan Sosial. Edisi Memproteksi Masyarakat Bali dari Nomor 02 Volume 1 Tahun 2012. Dampak Negatif Globalisasi. Jurnal Pusat Kurikulum. (2010). Pengembangan Kajian Bali. Edisi Nomor 02 Volume Pendidikan Budaya dan Karakter 05 Tahun 2015. Bangsa. Jakarta: Badan Penelitian dan http://metro.sindonews.com/read/944884/31 Pengembangan Pusat Kurikulum /107-anak-di-depok-terlibat-kasus- Kementerian Pendidikan Nasional. hukum-1420114823. Diakses pada Sukmayadi, T. (2012). Pengembangan tanggal 12 Februari 2017. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-

21