ANALISIS CAMPUR KODE PADA LIRIK LAGU OHEY WHATRS UPP

坤 HEY WHATRS UP墾 碕 哉妻 妻 冴 昨 璽紫屍斯執市思実詩 昨"便霍

Skripsi ini Diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

OLEH:

SARIANA

130722006

EKSTENSI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Bahasa Inggris Amerika Utara adalah bahasa asing yang paling berpengaruh dalam bahasa Jepang. Pencampuran kode didefinisikan sebagai kondisi di mana seorang pembicara yang mampu berbicara bahasa asing memasukkan kata-kata asing ke dalam kalimat Jepang. Ini bisa dalam bentuk kata, frasa, klausa, idiom, atau baster. Saat ini, pencampuran kode ini mudah ditemukan di lagu-lagu Jepang. Menurut penelitian lagu top 2015, campur kode dengan kata-kata bahasa Inggris mencapai 69%. Penelitian ini berfokus pada menganalisis kode pencampuran dalam lagu "Hey What's Up". Pengamatan menunjukkan bahwa lagu "Hey What's Up" berisi 22 kode pencampuran unik yang diulang 91 kali. Campur kode dalam lagu dapat dalam bentuk kata, frasa, klausa, pengulangan dan baster. Pencampuran kode bertujuan untuk mengekspresikan kata-kata yang tidak tersedia di Jepang, untuk memperlancar dan menyelaraskan lirik serta untuk mengkonfirmasi artinya.

i

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur selalu tercurahkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya tanpa henti, serta sholawat dan salam atas rasulullah Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan dalam kehidupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS CAMPUR

KODE BAHASA PADA LIRIK LAGU HEY WHAT’S UP”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, dari tata bahasa, analisis maupun uraiannya. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang akan menjadi sumber pembaca untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang tak terhingga, terutama kepada :

1. Bapak Dr. Budi Agustono M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara, Medan.

2. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, M.S.,Ph.D, selaku Ketua Program Studi Sastra

Jepang, Universitas Sumatera Utara, serta selaku Pembimbing 2 yang memberikan

masukan perbaikan skripsi dari awal hingga akhir.

3. Ibu Adriana Hasibuan, SS., M.Hum, selaku dosen pembimbing 1 yang telah

memberikan arahan, bimbingan, dan masukan kepada penulis hingga skripsi ini

selesai.

5. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku dosen penguji yang telah memberikan

arahan dan masukan kepada penulis hingga skripsi ini selesai.

ii

Universitas Sumatera Utara 6. Untuk semua Bapak dan Ibu dosen Sastra Jepang, terima kasih atas ilmu dan

bimbingannya selama ini.

7. Untuk orang tua penulis, Alm. Irwan Efendi dan Hamidah, untuk suami dan anak-

anakku, serta keluarga besar penulis, tak lupa teman-teman seangkatan, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Dan juga kepada pihak yang tak dapat disebutkan namanya satu per satu, terima kasih atas segala dukungan dan doa yang juga merupakan sumber semangat bagi penulis.

Semoga Allah memberikan rahmat-NYA kepada semua pihak yang disebutkan di atas serta semua pihak yang telah membantu, tetapi tidak disebutkan namanya.

Penulis memohon maaf jika penulis ada kekurangan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, 20 Mei 2019

Sariana

NIM 130722006

iii

Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI ABSTRAK ...... i KATA PENGANTAR ...... ii DAFTAR ISI...... iv BAB I PENDAHULUAN ...... 1 1.1 Latar Belakang ...... 1 1.2 Perumusan Masalah ...... 2 1.3 Ruang Lingkup...... 3 1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ...... 3 1.4.1 Tinjauan Pustaka ...... 3 1.4.2. Kerangka Teori ...... 5 1.5 Tujuan dan Manfaat ...... 8 1.5.1. Tujuan ...... 8 1.5.2 Manfaat ...... 8 1.6 Metode ...... 9 BAB II GAMBARAN UMUM CAMPUR KODE DAN PENYANYI HEY WHAT’S UP ...... 10 2.1 Campur Kode ...... 10 2.1.1 Pengertian Campur Kode ...... 10 2.1.2 Jenis Campur Kode ...... 11 2.1.3 Bentuk Campur Kode ...... 11 2.1.4 Faktor-faktor penyebab campur kode ...... 14 2.2 dan Karyanya ...... 14 2.2.1 Profil Jin Akanishi ...... 14 2.2.2 Karya Lagu Jin Akanishi ...... 16 2.2.3 Latar Belakang Lagu Hey What’s Up ...... 18 2.2.4 Lagu What’s Up ...... 19 BAB III ANALISIS BENTUK CAMPUR KODE DAN PENYEBAB PENGGUNAAN PADA LIRIK LAGU HEY WHAT’S UP ...... 24 3.1 Analisis Bentuk Campur Kode pada Lagu Hey What’s Up ...... 24 3.2 Analisis Penyebab Penggunaan Campur Kode ...... 29 4.1. Kesimpulan ...... 39 4.2 Saran ...... 40 DAFTAR PUSTAKA ...... 41

iv

Universitas Sumatera Utara BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keterbukaan bangsa Jepang terhadap dunia luar pada akhir abad ke-19 membuat bangsa Jepang mencapai tingkat pencapaian riset dan teknologi setara dengan negara- negara maju. Sebagai akibatnya, Jepang mengalami dua arah perubahan, pengaruh dari luar negeri ke dalam negara Jepang, serta pengaruh Jepang ke negara lain. Globalisasi

() merupakan proses yang menempatkan masyarakat suatu bangsa yang mampu menjangkau bangsa yang lain dan mampu saling berhubungan dalam berbagai aspek kehidupan. Globalisasi merupakan pengabungan cara berpikir masyarakat dari beberapa negara.

Pengaruh bangsa lain menyebabkan semua aspek berubah, termasuk dalam bahasa dan budaya. Ota (1999: 108-130 (dalam tsuge.arts.yorku.ca)) mengungkapkan globalisasi di Jepang disamakan dengan “North Americanization”, dimana pengaruh bahasa Inggris Amerika mendominasi. Hal ini menyebabkan terjadinya campur kode bahasa.

Campur kode, code mixing atau koudo mikushingu (), menurut Suwito (1983: 75) merupakan keadaan seorang penutur yang menguasai beberapa bahasa, kemudian menyisipkan unsur-unsur bahasa atau variasinya di dalam bahasa lain yang tidak lagi mempunyai fungsi sendiri. Campur kode digunakan untuk memperbanyak variasi atau gaya berbicara seseorang. Campur kode dapat berbentuk penyisipan kata, frasa ataupun kelompok kata. Campur kode berupa kata, klausa, idiom, sapaan dan sebagainya. Menurut Suwito (1983: 75), campur kode dapat juga

Universitas Sumatera Utara1 berbentuk hasil perpaduan dua unsur bahasa yang berbeda membentuk satu makna.

Salah satu bentuk campur kode ini adalah gairaigo. Gairaigo adalah kata-kata yang berasal dari bahasa Inggris yang telah disesuaikan dengan aturan-aturan bahasa

Jepang. Gairaigo mendominasi kata serapan dalam bahasa Jepang. Sebagai contoh, riiku-suru , riiku berasal dari leak, yang artinya kebocoran.

Campur kode sangat terlihat pada lirik lagu-lagu jepang terkini. Dari 100 lagu top di tahun 2015, penggunaan campur kode bahasa Inggris sangat signifikan mencapai 69,5%. Campur kode pada lagu dimaksudkan untuk memperoleh ungkapan yang tepat sehingga lagu enak didengar. Campur kode dapat menunjukkan penegasan dan penyelarasan irama lagu (Esa Ufi Susanti, 2017: 5).

Penelitian ini fokus membahas campur kode bahasa pada lirik lagu “Hey What’s

Up” (Youtube, 2018) oleh Jin Akanishi () berdasarkan fakta bahwa lagu ini pada tahun 2015 memiliki campur kode paling tinggi. Kebanyakan pendengar musik menikmati kesesuaian irama, namun tidak mengetahui latar belakang penggunaan campur kode, terutama pada penutur bukan orang Jepang.

1.2 Perumusan Masalah

Untuk memahami campur kode pada lirik lagu “Hey What’s Up” oleh Jin

Akanishi, diperlukan perumusan sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk campur kode pada lirik lagu “Hey What’s Up”.

2. Apa penyebab penggunaan campur kode tersebut.

Universitas Sumatera Utara2

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup pembahasan adalah pada objek lirik lagu “Hey What’s Up” oleh

Jin Akanishi seperti terlampir pada pembahasan kerangka teori. Penelitian masuk dalam lingkup ilmu sosiolinguistik, yakni ilmu yang mempelajari fenomena bahasa yang berhubungan dengan sekelompok orang yang berada di dalam masyarakat atau ilmu yang mempelajari tentang penggunaan bahasa dalam masyarakat, “

.” (Shinji, 1992:9). Ruang lingkup campur kode yang dianalisis adalah dalam bentuk kata, frase, kalimat, idiom, serta baster.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian terkait campur kode tak hanya pada bahasa Jepang dan Inggris, tetapi pada banyak bahasa lain, seperti Inggris Tagalog (Bautista, Maria Lourdes S, 2018),

Inggris India (Joshi, Aditya, Ameya Prabhu, Manish Shrivastava, and Vasudeva

Varma: 2016), Inggris Indonesia (Nur, 2015:82), bahkan bahasa nasional dan lokal

(Suherman, Encep. 2015; Darmayanti dkk, 2018).

Campur code dalam bahasa Jepang dan Inggris banyak diteliti. Bahkan Winch

Junko (2015) menyebut istilah code switching sebagai bahasa baru di Jepang dan merujuk fenomena "Lou Go" merujuk campuran bahasa Inggris Jepang yang populer di kalangan remaja Jepang. Meskipun ia menyebut bahwa penutur tidak kesulitas memahaminya terutama jika kata dalam bentuk "nouns" dan "pronouns". Kemudahan

Universitas Sumatera Utara3 pemahaman di kalangan muda disebabkan adanya pengalaman ‘bilingual’ serta citra penutur dua bahasa.

Campur kode dalam bahasa Jepang dan Inggris tidak hanya terjadi pada orang

Jepang yang tinggal di luar negeri (Gyogi Eiko: 2015: 749-764.), tetapi juga dalam negara Jepang. Campu kode menjadi lebih sering disebabkan Kanji kehilangan kreatifitas dalam mendeskripsikan kata serapan ke dalam bahasa Jepang. Jepang menjadi salah satu negara yang sangat membutuhkan kata serapan, terutama dari bahasa Inggris sehingga banyak kalangan orang tua Jepang yang tidak memiliki latar belakang 'bilingual' mengalami banyak kesulitan.

Penelitian campur kode bahasa Jepang Inggris telah dilakukan dalam proses pembelajaran bahasa Inggris (Mazur Michal: 2016), pada penutur bilingual

(Nakamura, Kimiko: 2015), sosialisasi bahasa (Cook dkk, 2017), maupun budaya seperti lagu (Hei Kuang Ching, 2009).

Campur kode dalam musik, telah diteliti oleh Ching Hei Kuang dengan menganalisis kata dan ungkapan pada majalah musik Jepang (Hei Kuang Ching,

2009). dari studi tersebut, ditemukan 93,9% campur kode dalam istilah musik berasal dari bahasa Inggris. Selanjutnya penelitian campur kode dalam lagu banyak ditemukan. Mariko Takahasi dan David Calica meneliti daftar 100 lagu top di Jepang yang dikeluarkan oleh Oricon Research Inc. dan menemukan bahwa bahasa Inggris mendominasi penggunaan bahasa asing di musi J-pop. Secara rata-rata 15% lirik lagu top tersebut menggunakan bahasa Inggris. Menurut penelitian ini, campur kode atau penggunaan bahasa Inggris yang signifikan disebabkan penyanyi memang menguasai bahasa Inggris termasuk ekspresinya. Peneliti juga memprediksi penggunaan campur kode akan tetap berlanjut.

Universitas Sumatera Utara4

Penelitian campur kode pada lagu oleh Kaleta, Isabella (2015). dimana analisis dilakukan berdasarkan parameter linguistik yakuwarigo, tpe kalimat dan tipe lexikal seperi gairaigo. Sementara analisis campur kode pada lagu oleh Esa Ufi (2017), menggunakan parameter campur kode dalam kata, frasa dan klausa. Sementara penelitian oleh Dewi Wulandari (2015) menambahkan campur kode dalam bentuk idiom.

1.4.2. Kerangka Teori

A. Kajian Sosiolinguistik

Kajian sosiolinguistik adalah kajian yang membahas bahasa yang dihubungkan dengan penuturnya sebagai bagian dari masyarakat (Nababan, 1984:82). Istilah sosiolinguistik diperkenalkan salah satunya oleh Haver C. Curie dalam Dittmar (1976:

27) yang menjelaskan hubungan ragam bahasa dengan status sosial penutur di masyarakat. Perbedaan mata pencaharian dan status sosial menghasilkan perbedaan ragam bahasa.

Komponen penelitian sosiolinguistik dijabarkan dalam tiga langkah penting, yakni penyediaan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis. data dan analisi harus dihubungkan dengan aspek sosial. Bahan atau data linguistik yang diteliti dalam penelitian sosiolinguistik harus bersifat alamiah, nyata dan apa adanya.

B. Alih Kode dan Campur Kode

Alih kode adalah penggunaan ragam bahasa dari satu keadaan ke keadaan lain, seperti ragam bahasa santai beralih ke ragam bahasa formal. Alih kode juga dapat berupa peralihan dari satu dialek ke dialek yang lain (Nababan, 1984: 31). Misalnya

Universitas Sumatera Utara5 orang Batak yang berbahasa Indonesia dengan suku lain, kemudian beralih ke bahasa

Batak ketika bertemu rekan satu suku.

Sementara campur kode adalah contoh peristiwa bahasa yang tercampur.

Sebagai contoh dua penutur bahasa Indonesia namun sesekali terselip bahasa Jepang karena keduanya mempelajari bahasa Jepang. Alih kode dan campur kode tidak hanya terjadi percakapan normal, tetapi juga dapat muncul dalam lirik lagu. Hal ini disebabkan Lagu juga merupakan salah satu bentuk bahasa lisan dalam kondisi informal. Dalam hal lirik lagu, pendengar mungkin terfokuskan pada keselaran nada yang didengar, namun tidak menyadari latar belakang penggunaan campur kode.

Terlebih jika pendengar merupakan bukan penutur asal.

C. Tujuan Campur Kode

Menurut Nababan (1984: 32) penyebab campur kode dapat disebabkan oleh situasi santai, pencarian padanan kata, serta motivasi pribadi penutur.

Pada kondisi informal atau santai, penutur kurang memperhatikan aturan baku dalam berbahasa. Hal ini menyebabkan perubahan isi kata, frasa maupun klausa bahkan terdapat unsur kata serapan yang sesuai dengan suasana pembicaraan yang informal. Pembicaraan lebih mudah dan sesuai kecendrungan hati tanpa takut menyalahi kaidah bahasa. Kondisi ini dapat terjadi misalnya pada lingkungan persahabatan.

Alasan lain adalah tidak terdapatnya padanan bahasa yang tepat pada bahasa yang sedang digunakan. Sehingga padanan dari bahasa asing sangat mungkin digunakan sesuai dengan kondisi dan ingatan penutur. Dalam mempelajari suatu bahasa asing, biasanya akan terdapat unsur pengetahuan budaya asal bahasa tersebut,

Universitas Sumatera Utara6 sehingga pemahaman budaya asing yang tepat menggambarkan saat penuturan terjadi, akan menimbulkan ungkapan campur kode. Begitu juga jika suasanan budaya yang dibicarakan tidak sesuai dengan ungkapan bahasa asal, maka campur kode akan terjadi agar mengimbangi ungkapan yang bahasa asli penutur.

Dalam hal motivasi pribadi dalam pergaulan sosial yang ingin menunjukkan keterpelajaran, atau kemampuan berbahasa asing dapat menyebabkan terjadinya campur kode. Persaingan akademik dan keunggulan, memperlihatkan keluasan wawasan dan pengetahuan dapat menyebabkan penutur melakukan campur kode.

Sementara pada lirik lagu, campur kode dapat terjadi disebabkan adanya penegasan ekspresi, penegasan makna, penyelarasan irama lagu, kesantaian suasana, dan pemilihan ungkapan yang tepat (Esa Ufi Susanti, 2017).

D. Bentuk Campur Kode

Campur kode dapat berupa kata, frase, klausa, perulangan, idiom dan baster. Jika ada sebuah kata dari bahasa asing terselip pada satu kalimat yang diucapkan, maka ini merupakan campur kode berwujud kata. Sebagai contoh ada pada kalimat,” Hai, terima kasih ya...arigato”.

Klausa digunakan penutur sebagai bentuk variasi dalam sebuah kalimat. Sebagai contoh, “Kalau ada razia polisi dan aku tidak bawa SIM, wah wes ngacir aku”. Variasi kata campur kode dalam bahasa jawa untuk menegaskan apa yang akan dilakukan.

Campur kode dalam bentuk idiom dipilih oleh penutur karena ada maksud tertentu, serta memperhalus suatu ungkapan. Contoh kalimat, “Sebagai saudara kandung, harus saling menghormatin dan saling membantu, mangan ora mangan seng

Universitas Sumatera Utara7 penting ngumpul”. Idiom “mangan ora mangan seng penting ngumpul” merupakan idiom yang mewakili kalimat suka duka dijalani bersama.

Sementara campur kode berwujud baster menurut Suwito (dalam Anggraeni,

2008: 30), baster adalah perpaduan dua unsur bahasa yang berbeda membentuk satu makna”. Sebagai contohnya adalah pemakaian gairaigo () seperti supootsu suru (, yang berarti berolah raga. Gairaigo dapat mengambil banyak bentuk dan umumnya ditulis dengan katakana.

1.5 Tujuan dan Manfaat

1.5.1. Tujuan

Tujuan pembahasan adalah:

1. Untuk mendeskripsikan bentuk campur kode dalam lirik lagu “Hey What’s

Up”.

2. Untuk mendeskripsikan penyebab penggunaan campur kode dalam lirik

lagu “Hey What’s Up”.

1.5.2 Manfaat

Manfaat yang diperoleh penelitian ini adalah:

1. Dapat menambah pengetahuan sosiolinguistik dalam kajian campur kode

yang diterapkan dalam lirik lagu Jepang.

2. Penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan materi campur kode yang

diterapkan dalam lirik lagu Jepang.

Universitas Sumatera Utara8

1.6 Metode

Penelitian menggunakan pendekatan sosiolinguistik yang menghubungkan bahasa dengan masyarakat. Data diambil sebagai objek penelitian adalah lirik lagu

"Hey What's Up" yang tidak mengalami pengubahan. Pada penelitian skripsi ini, data diambil adalah data nyata dari lagu "Hey What's Up" yang bersifat orisinil dan apa adanya tanpa adanya pengubahan.

Pengambilan data ini dilakukan melalui metode observasi atau metode simak

(Sudaryanto, 1993). Metode observasi adalah metode penelitian yang dilakukan dengan cara mengamati objek kajian dalam konteksnya (Sudaryanto: 1993). Dalam konteks lirik lagu yang diteliti, maka analisis harus dilakukan bersama dengan konteks lain termasuk unsur prakondisi atau aspek sosial dan budaya penyanyinya, dalam hal ini kondisi sosial budaya Jin Akanishi. Metode observasi digunakan untuk pemilihan lagu didasarkan oleh hasil penelitian Takahasi dan David Calica (2015). Metode observasi digunakan untuk menganalisis lirik dikaitkan dengan unsur sosial budaya

Jin Akanishi dan membandingkan dengan unsur-unsur lingual.

Selain metode observasi, metode padan intralingual digunakan pada Skripsi ini yaitu dengan menganalisis, menghubung-bandingkan unsur-unsur lingual dari bahasa- bahasa tersebut (Mahsun, 2005: 112) seperti wujud dan penyebab campur kode.

Universitas Sumatera Utara9

BAB II

GAMBARAN UMUM CAMPUR KODE

DAN PENYANYI HEY WHAT’S UP

2.1 Campur Kode

2.1.1 Pengertian Campur Kode

Pada suatu masyarakat heterogen yang berasal dari berbagai ragam budaya, peristiwa pencampuran bahasa sangat sering ditemui. Percampuran bahasa lebih dikarenakan memudahkan saling memahami dalam berkomunikasi. Fenomena bahasa ini sering disebut sebagai peristiwa campur kode. Peristiwa ini terjadi saat penutur memiliki kemampuan pengeuasaan bahasa lebih dari satu, sehingga pada saat menutur sebuah kata, ia memilih kata yang pada saat penuturan lebih mewakili peristiwa atau maksud penutur.

Nababan (1989:28) mengungkapkan bahwa campur kode merupakan proses pencampuran dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam satu tindak bahasa tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut pencampuran bahasa.

Sementara Setyaningsih mengungkapkan bahwa campur kode dapat digunakan jika penutur yang sedang berbicara tidak menemukan padanan kata yang sesuai untuk menjelaskan maksud dan tujuan penutur, sehingga padanan kata dari bahasa atau ragam lain yang sesuai digunakan.

Sebagai contoh, seseorang sedang berbicara dalam bahasa Indonesia, namun karena tidak ditemukan padanan kata, ia menggunakan bahasa Inggris. Jadi, campur kode merupakan gejala bahasa yang mencampur penggunaan bahasa tertentu dengan bahasa lain, baik bahasa pertama, kedua, maupun bahasa asing.

Universitas Sumatera Utara10

2.1.2 Jenis Campur Kode

Menurut Suwito (1985:76), campur kode menurut asal bahasanya terdiri dari inner code mixing atau campur kode ke dalam dan outer code mixing atau campur kode ke luar. Campur kode ke dalam merupakan campur kode yang berasal dari bahasa asli dengan segala variasinya. Disebut sebagai campur kode ke dalam jika sumber bahasa dan bahasa sasaran masih memiliki hubungan kekerabatan secara yang bersifat vertikal. Bahasa yang terlibat umumnya masih berada pada satu wilayah geografis.

Sebagai contoh, “Dia pergi ke lading pagi ini bersama ito-nya”.

Sementara campur kode ke luar jika hubungan antara bahasa sumber dan bahasa sasaran tidak terkait secara geografis maupun genealogis. Campur kode ini terjadi disebabkan adanya kemampuan intelektual penutur. Dengan demikian, campur kode ke luar melibatkan bahasa asing. Sebagai contoh, “Perusahaannya dapat bertahan dalam krisis keuangan karena telah menerapkan policy yang baik”

2.1.3 Bentuk Campur Kode

Wujud atau bentuk campur kode dalam penggunaannya bermacam-macam.

Karena campur kode merupakan perpaduan dua bahasa atau lebih yang diungkapkan penutur, maka wujud campur kode tidak lagi dalam bentuk kalimat yang utuh. Menurut

Suwito (1983: 76-77) bentuk campur kode berdasarkan bahasa asal ada dua jenis, yaitu campur kode ke luar dan campur kode ke dalam. Campur kode ke luar terjadi saat pergantian penggunaan unsur bahasa asing bercampur dengan bahasa asli penutur.

Sedangkan, campur kode ke dalam, misalnya apabila seorang penutur menyisipkan unsur-unsur bahasa daerahnya ke dalam bahasa nasional atau sebaliknya.

Universitas Sumatera Utara11

Sedangkan berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di dalam campur kode, Suwito (1996:92) mengklasifikasikan campur kode dalam beberapa bentuk:

1. Campur kode yang berwujud kata, sebagai contoh: “Dokter memberikan

pengobatan penyakit paru-parunya sesuai hasil rongent yang diterimanya”.

Menurut Gorys Keraf (Kridalaksana, 1993:25) kata adalah satuan bebas yang

paling kecil yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai arti. Kata dapat dibagi

menjadi empat bagian yaitu: kata benda atau nomina, kata kerja atau verba, kata

sifat atau adjektiva dan kata tugas. Sebagai contoh, “

feeling” dan “amazing” dalam lagu Brand New Beat.

Contoh lain adalah dengan konteks permasalahan tentang politik dalam lingkup

kampus, opini disampaikan oleh salah satu mahasiswa, “Idealnya memang

pemilihan ketua senat harus diulang, tetapi saya kira disini impossible dilakukan.”

Tuturan tersebut terdapat peristiwa campur kode ke luar yang berwujud kata, yaitu

kata dalam bahasa Inggris. Untuk mengungkapkan kemustahilan atau

ketidakmungkinan diulangnya pemilihan ketua senat. Penutur memilih unsur

bahasa Inggris impossible yang artinya “tidak mungkin‟ karena ditujukan kepada

mahasiswa yang dianggap memiliki pengetahuan bahasa Inggris yang bagus dan

mudah memahaminya (Wijana dan Muhammad Rohmadi, 2006: 171-172).

2. Campur kode yang berwujud frasa, yakni gabungan dua kata atau lebih yang

bersifat nonpredikatif dan pembentukannya bersifat morfem bebas. Frasa adalah

satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas

fungsi unsur klausa (Ramlan, 1995:151).

Universitas Sumatera Utara12

Berdasarkan jenis atau kategori frasa dibagi menjadi frasa nominal, frasa verbal,

frasa adjectival, frasa adverbial dan rasa preposisi. Contoh campur kode dalam

lirik lagu Brand New Beat: “ my blue bird”.

3. Campur kode yang berwujud klausa. Klausa adalah satuan gramatikal berupa

kelompok kata yang sekurang kurang nya terdiri dari subjek dan predikat serta

mempunyai potensi untuk menjadi kalimat. Sebagai contoh: “I pray

” dalam lagu ahead oleh band Vamp.

Contoh lain adalah penuturan “Selama ini kalau ada bentrokan antara pengunjuk

rasa dengan aparat keamanan, wah medeni tenan kok mas ”.(RWSNS/22 April

1998/017). Tuturan kalimat tersebut terdapat campur kode ke dalam yang

berwujud klausa bahasa Jawa, yaitu medeni tenan mas “menakutkan sekali mas‟.

Hal ini untuk mengungkapkan kengerian bentrokan serta penutur memilih klausa

dalam bahasa Jawa karena pendengar mampu berbahasa Jawa (Wijana dan

Muhammad Rohmadi, 2006: 177).

4. Campur kode yang berwujud perulangan kata, seperti pada “Hello hello hello..apa

kabar?”

5. Campur kode yang berwujud idiom. Idiom adalah kontruksi dari unsur-unsur yang

saling memilih, masing-masing anggota mempunyai makna yang ada hanya

karena bersama yang lain.

6. Campur kode yang berwujud baster. Baster merupakan hasil perpaduan dua unsur

bahasa yang berbeda dan membentuk satu makna.

Universitas Sumatera Utara13

2.1.4 Faktor-faktor penyebab campur kode

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode menurut Suwito di antaranya:

1. Sikap (attitudinal type) yakni latar belakang penutur. Latar belakang budaya,

kemampuan intelektual dan kebiasaan menjadi dominan sebagai penyebab

campur kode.

2. Kebahasaan (linguistik type) yakni latar belakang keterbatasan bahasa dimana

alasan identifikasi peranan kata, identifikasi ragam, dan keinginan digunakan

untuk menjelaskan atau menafsirkan sesuai dengan bahasa agar diperoleh makna

yang tepat.

Nababan (1991:32) menambahkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode, yakni:

1. Faktor kesantaian pada situasi informal.

2. Kebiasaan penutur.

3. Tidak adanya ungkapan yang tepat dalam bahasa yang sudah digunakan

4. Penutur ingin menunjukkan keterpelajarannya atau kedudukannnya.

2.2 Jin Akanishi dan Karyanya

2.2.1 Profil Jin Akanishi

Jin Akanishi merupakan seorang penyanyi, penulis lagu, aktor serta bintang televisi. Album solonya dan bekas anggota grup J-pop KAT-TUN memulai karirnya sebagai vokalis band LANDS bersama Takeshi Kobayashi untuk film "Bandage",

Universitas Sumatera Utara14 yang meraih rangking pertama di Oricon dengan albumnya OLYMPOS (Asianwiki,

2018).

Jin Akanishi lahir tanggal 4 Juli 1984 di Prefektur , Jepang, sebagai anak tertua dari dua anak. Dia memiliki adik Reio namanya, yang bekerja di industri hiburan sebagai aktor dengan nama panggung Fuuta. Pada tahun 1997, saat Akanishi masih besekolah di sekolah dasar, seorang teman sekelas mengirimkan fotonya untuk majalah idola Myojo dan ia muncul di laman "Cool Classmates", yang membuatnya tertarik dalam industri hiburan.

Ibu Jin Akanishi kemudian mengirimkan sebuah lamaran ke Johnny

Entertainment pada tahun 1998. Meskipun ia gagal dalam audisi yang dilakukan pada tanggal 8 November 1998, ia diminta tinggal dan mencoba kembali menggantikan nomor audisi orang lain.

Jin Akanishi melakukan debut pertama sebagai aktor pada tahun 1999 di penampilan cameo di episode kedua dari komedi romantic NTV serta memerankan peran kecil di acara Best Friend TV Asahi, Omae ada Yukichi ga naiteiru dan seri

NHK, Haregi, Koko Ichiban. Dia juga memainkan peran pendukung di Millennium

Syok (2000), Geki Syok (2001-2002), Dream Boy (2004) dan Dream Boys (2006).

Akanishi kembali ke acara telivisi pada tahun 2005 pada sebuah acara NTV yang populer, , yang juga dibintangi oleh Yukie Nakama dan .

Acara ini memenangkan "Best Drama" di Drama Televisi Academy Awards. Selain itu ia memiliki peran pendukung dalam seri asmara NTV, Anego, pada tahun yang sama.

Universitas Sumatera Utara15

Pada tahun 2007, Akanishi membintangi peran utama pertamanya di Yukan

Club, sebuah serial komedi sekolah, berpasangan dengan Junnosuke Taguchi dan meraih "Aktor Terbaik" pada acara Nikkan Sports Drama Grand Prix 11.

Pada tahun 2009, Akanishi berperan sebagai aktor utama dalam film Bandage yang disutradarai oleh Takeshi Kobayashi dan dirilis pada 16 Januari 2010. Hal ini menandai debutnya di layar lebar. Pada 2013, ia membuat debut Hollywood dengan film 47 Ronin dimana memegang peran utama. Akanishi memainkan peran sebagai Chikara Oishi, anak pemimpin samurai.

Sutradara film 47 Ronin, Carl Rinsch, mengatakan ia "terkesan dengan kemampuan bahasa Inggris dan motivasi Akanishi". Jin Akanishi akhirnya masuk ke

Hollywood dan bekerja dengan sutradara Amerika.

2.2.2 Karya Lagu Jin Akanishi

Karya lagu single Jin Akanishi dapat dilihat pada Tabel 2.3. Lagu single didominasi judul berbahasa Inggris terkecuali Bandage dan Ai Naru Ho e. Sementara album yang dihasilkan tertera pada Table 2.4.

Universitas Sumatera Utara16

Tabel 2.3 Lagu single Jin Akanishi

Posisi puncak TWN Judul Tahun Album

Oricon Hot 100 TWN Asia US

Timur "Bandage" 2009 1 1 — 4 — Olympos (Lands) "Eternal" 1 1 20 4 — #JustJin "Test Drive" 2011 — 16 — — 48 Japonicana "Seasons" 1 24 — 3 — #JustJin "" 2012 — 23 — — 35 Japonicana "Hey What's Up?" 2 2 — — — "Ai Naru Hō e" 2013 #JustJin 3 4 — — — ()

"Good Time" 2014 2 8 — — — Me

Tabel 2.4 Album Jin Akanishi

Posisi puncak Album Jepang Taiwan Taiwan Asia Timur US Dance

Olympos 1 12 5 —

Japonicana 2 — — 10

#JustJin 3 — — —

Me 3 — — —

Universitas Sumatera Utara17

2.2.3 Latar Belakang Lagu Hey What’s Up

Lagu "Hey What's Up?" dirilis tahun 2013, dan dipilih sebagai lagu tema utama ofisial the Tokyo Girls Collection show, yang digelar setiap enam bulan di

Saitama Super Arena. The Tokyo Girls Collection (

Tōkyō Gāruzu Korekushon), sering disingkat sebagai TGC, merupakan acara semiannual yang diadakan sejak tahun 2005 di Tokyo, Kitakyushu, dan

Okinawa untuk mempromosikan produk fashion lokal agar berkembang dia Asia

(Tokyohive, 2013). Atas latar belakang ini, lagu dikombinasikan dengan campuran bahasa Jepang dan Inggris.

Sementara kepada JpopAsia (2013), Jin Akanishi berkomentar bahwa "Since the theme is "summer party", I absolutely wanted to put in a party scene. I wanted to present the amusement of Japan", yakni lagu diperuntukkan untuk pesta meriah di musim panas, yakni "party in Tokyo". Sehingga tema keceriaan menghiasi lagu tersebut.

Aspek-sapek sosiolinguistik penutur pada lagu what’s up dapat dilihat pada kehidupan Jin Akanishi (Jin Akanishi, 2018), yakni:

1. Kemampuan bahasa Inggris penutur sejak usia 13 tahun: masuk dalam laman

“Cool Classmate” tahun 1997, masuk industri hiburan “Jonny Entertainment”

pada tahun 1998 dan pada tahun 1999 Jin Akanishi telah berperan dalam Best

Friend di TV Asahi pada tahun 1999. Jin Akanishi sudah berinteraksi dengan

kata-kata Inggris.

2. Tahun 2000-2006 telah banyak memerankan drama dengan judul berbahasa

Inggris.

Universitas Sumatera Utara18

3. Tahun 2008-2013 berperan dalam beberapa film, termasuk film berbahasa Inggris

dan mendapatkan pujian Sutradara film, Carl Rinsch yang mengatakan "terkesan

dengan kemampuan bahasa Inggris dan motivasi Akanishi".

4. Tahun 2009-2014 banyak menyanyikan lagu single dengan judul dan isi berbahasa

Inggris, di antaranya “Eternal”, “Test Drive”, “Seasons”, “Sun Burns Down”,

“Hey What’s Up”, “Ai Naru Ho e”, dan “Good Time”.

2.2.4 Lagu What’s Up

Lirik lagu “Hey What’s Up” oleh Jin Akanishi (Youtube, 2018):

Ladies and gentlemen boys and girls everybody

Hey my ladies

And the gentlemen

wah wah wah nah nah nah

up up up nah nah nah

Ladies and gentlemen boys and girls everybody

Ladies and gentlemen boys and girls everybody

say oh oh oh oh

Universitas Sumatera Utara19

Hey what's up? Let's summer time

oh oh oh oh oh oh oh oh

Hey what's up? Let's summer time

Baby oh oh oh oh oh oh oh oh

to me for you for everyone

Hey what's up? Let's summer time

oh oh oh oh oh oh oh oh

Baby Rock Your Body (×3)

Hey my ladies

And the gentlemen

Music

wah wah wah nah nah nah

Universitas Sumatera Utara20

up up up nah nah nah

Ladies and gentlemen boys and girls everybody

Ladies and gentlemen boys and girls everybody say oh oh oh oh

Hey what's up? Let's summer time

oh oh oh oh oh oh oh oh

Hey what's up? Let's summer time

Baby oh oh oh oh oh oh oh oh

to me for you for everyone

Hey what's up? Let's summer time

oh oh oh oh oh oh oh oh

Baby Rock Your Body (×3)

Ladies and gentlemen boys and girls everybody

Universitas Sumatera Utara21

Ladies and gentlemen boys and girls everybody say oh oh oh oh

Hey what's up? Let's summer time

oh oh oh oh oh oh oh oh

Hey what's up? Let's summer time

Baby oh oh oh oh oh oh oh oh

Hey what's up? Let's summer time

oh oh oh oh oh oh oh oh

Hey what's up? Let's summer time

Baby oh oh oh oh oh oh oh oh

to me for you for everyone

Hey what's up? Let's summer time

oh oh oh oh oh oh oh oh

Universitas Sumatera Utara22

Ladies and gentlemen boys and girls everybody

Ladies and gentlemen boys and girls everybody

Universitas Sumatera Utara23

BAB III

ANALISIS BENTUK CAMPUR KODE DAN PENYEBAB PENGGUNAAN

PADA LIRIK LAGU HEY WHAT’S UP

3.1 Analisis Bentuk Campur Kode pada Lagu Hey What’s Up

1. Ladies and gentlemen boys and girls everybody

Bentuk campur kode ini adalah kata yang terdiri dari kata ladies yang artinya

“para wanita”, gentlemen artinya “para pria”, boys artinya “anak muda”, girls

artinya “anak gadis”, dan everybody artinya “semua orang”. Campur kode kata-

kata tersebut terulang sebanyak 9 kali dalam lirik lagu Hey What’s Up.

2. Hey my ladies dalam baris lirik “Hey my ladies ”

Campur kode ini terdiri dari kata hey dan frasa my ladies. Campur kode ini

terulang sebanyak 2 kali dalam lirik lagu Hey What’s Up.

3. And the gentlemen dalam baris lirik “And the gentlemen ”

Bentuk campur kodenya adalah bentuk frasa the gentlemen yang berarti “para

pria”. Campur kode ini terulang sebanyak 2 kali dalam lirik lagu.

4. wah wah wah nah nah nah dalam baris lirik “

wah wah wah nah nah nah”

Universitas Sumatera Utara24

Bentuk campur kode ini adalah bentuk perulangan. Campur kode ini diulang 2

kali dalam lirik lagu “Hey What’s Up”.

tenshon 5. dalam baris “ up

up up nah nah nah”

tenshon yang berarti “tension” atau ketegangan merupakan bentuk

campur kode baster. Campur kode ini terulang 2 kali dalam lirik lagu “Hey

What’s Up”.

6. up up up nah nah nah dalam baris “

up up up nah nah nah”

Kata “up up up nah nah nah” merupakan bentuk campur kode perulangan.

Terdapat dua campur kode ini dalam lirik lagu “Hey What’s Up”.

7. say oh oh oh oh

Merupakan campur kode perulangan yang terjadi 3 kali dalam lirik lagu “Hey

What’s Up”.

Universitas Sumatera Utara25

8. Hey what's up? Let's summer time

Bentuk campur kode ini adalah kata yang terdiri dari hey, what, up, let, us,

summer, dan time. Campur kode kata-kata ini diulang sebanyak 11 kali dalam

lirik lagu “Hey What’s Up”.

doresuappu 9. dalam baris lirik oh oh oh oh oh

oh oh oh

doresuappu doresuappu merupakan bentuk campur kode baster.

doresuappu berasal dari kata dress up, yang berarti “berpakaian”. terulang

sebanyak 11 kali dalam lirik lagu “Hey What’s Up”.

10. oh oh oh oh oh oh oh oh dalam baris lirik oh oh

oh oh oh oh oh oh

Meupakan bentuk perulangan yang terjadi 11x dalam lirik lagu “Hey What’s

Up”.

11. Baby dalam baris lirik Baby

Baby merupakan bentuk campur kode kata. Baby berate “bayi” atau lebih

cendrung mewakili kata “sayang”. Bentuk campur kode ini terulang 6 kali

dalam lirik lagu “Hey What’s Up”.

Universitas Sumatera Utara26

12. to me dalam “ to me”

Bentuk campur kode frase to me terdapat 3 kali perulangan dalam lirik lagu

“Hey What’s Up”. Frase to me berarti “kepadaku”.

13. For you

For you merupakan bentuk campur kode frasa yang berarti “untukmu”.

Terdapat 3 kali perulangan dalam lirik lagu “Hey What’s Up”.

14. For everyone

For everyone merupakan bentuk campur kode frasa yang berarti “untuk semua

orang”. Terdapat 3 kali perulangan dalam lirik lagu “Hey What’s Up”.

15. dalam baris lirik

Kata (daibu) merupakan bentuk campur kode baster. (daibu)

berasal dari kata dive yang berarti “menyelam”. Terdapat 3 kali perulangan

dalam lirik lagu “Hey What’s Up”.

16. Baby rock your body

Baby rock your body merupakan bentuk campur kode klausa. Baby rock your

body berate “sayang goyanglah tubuhmu” atau dapat diartikan “sayang

menarilah”. Terdapat 18 kali perulangan dalam lirik lagu “Hey What’s Up”.

Universitas Sumatera Utara27

rīdo 17. dalam baris lirik and the gentlemen

rīdo Kata merupakan bentuk campur kode baster berasal dari kata ride

atau “mengendarai”.

hāto bīto 18. dalam

hāto bīto merupakan bentuk campur kode baster yang berasal dari

heart beat yang berari “detak jantung”.

shinku 19. dalam

shinku merupakan bentuk campur kode baster berasal dari kata sink yang

berarti “tenggelam”.

sutoresu 20. dalam baris lirikMusic

sutoresu merupakan bentuk campur kode baster yang berasal dari kata stress

atau “tekanan”.

Universitas Sumatera Utara28

21. Music dalam baris lirik Music

Music merupakan bentuk campur kode kata.

supīdoappu 22. dalam baris lirik

supīdoappu merupakan bentuk campur kode baster yang berasal dari

frasa speed up yang berarti “percepatlah”. Terdapat 4 kali perulangan dalam

lirik lagu “Hey What’s Up”.

3.2 Analisis Penyebab Penggunaan Campur Kode

1. Ladies and gentlemen boys and girls everybody

Campur kode kata-kata Ladies and gentlemen boys and girls everybody yang

berarti “Para wanita dan para pria, anak muda dan anak gadis, semua orang”

memiliki latar belakang penggunaan dengan latar belakang penutur. Dari latar

belakang penutur yang selain menunjukkan kefasihan berbahasa Inggris, kata

ladies maupun gentlemen merupakan ungkapan halus yang menghargai wanita

dan pria, sementara boys dan girl mencakup pengunjung yang muda dan anak-

anak, serta everybody untuk mengundang semua orang.

Selain itu, karena event adalah bersifat internasional, makna panggilan

mencakup orang Jepang dan orang asing.

Universitas Sumatera Utara29

2. Hey my ladies dalam baris lirik “Hey my ladies ”

Campur kode ini terdiri dari kata hey dan frasa my ladies. Hey my ladies

menunjukkan bahwa lagu tidak hanya ditujukan pada orang Jepang, namun

juga orang asing. Selain itu untuk menyeragamkan lirik dengan kata-kata pada

poin no. 1.

utaunara terdiri dari kerja (to sing, bernyanyi), dan yang

merupakan auxialiary atau kata bantu (in case, as for, on the topic of). Sehingga

Hey my ladies dalam bahasa Inggris adalah “Hey my ladies, lets sing”

atau “Hei para wanitaku, mari bernyanyi”.

Situasi melatarbelakangi, selain faktor kebiasaan dari penutur dengan latar

belakang bahasa Inggris, kata-kata ini juga memudahkan pendengar lagu yang

diajak bernyanyi, sehingga ajakan bersifat umum, baik yang mengerti bahasa

Inggris maupun tidak.

3. And the gentlemen dalam baris lirik “And the gentlemen ”

Bentuk campur kodenya adalah bentuk frasa the gentlemen yang berarti “para

pria” menunjukkan bahwa lagu tidak hanya ditujukan pada orang Jepang,

namun juga orang asing. Selain itu untuk menyeragamkan lirik dengan kata-

kata pada poin no. 1.

Universitas Sumatera Utara30

sawaideikō sawagu Kata berasal dari kata kerja (to make noise, to feel tense,

de ikō membuat rebut), kata nomina (efflux, mengeluarkan) dan prefiks

(several, beberapa).

Situasi melatarbelakangi penggunaan campur kode adalah ajakan secara umum

pada laki-laki, agar memudahkan pendengar yang diajak bernyanyi mengerti,

baik yang mengerti bahasa Inggris maupun tidak.

4. wah wah wah nah nah nah dalam baris lirik “

wah wah wah nah nah nah”

Bentuk perulangan wah wah wah dan nah nah nah digunakan untuk

keharmonisan lirik lagu dengan music yang menunjukkan kegembiraan dan

keceriaan.

tenshon 5. dalam baris “ up up up nah

nah nah”

tenshon Kata yang berasal dari kata Inggris “tension” atau ketegangan.

ni ikō tenshon imadani yang berarti Let’s get the mood to its

best, the tension has yet to go, yang berarti “mari munculkan semangat

Universitas Sumatera Utara31

sehingga tensi pergi, kata ini kemudian diikuti perulangan up up up yang

berarti tensi meningkat. Sebagai campur kode baster, penggunaan memiliki

latar belakang bahasa untuk mengatasi keterbatasan kata dalam bahasa jepang

dengan menyerap kata dari bahasa Inggris.

6. up up up nah nah nah dalam baris “

up up up nah nah nah”

Perulangan “up up up nah nah nah” digunakan untuk menyelaraskan irama lagu

agar keceriaan pendengar bertambah.

7. say oh oh oh oh

Say yang berarti “katakan” lebih dilatarbelakangi kemampuan bahasa Inggris

penutur, sementara perulangan oh oh oh oh untuk menyelaraskan irama lagu.

8. Hey what's up? Let's summer time

Bentuk campur kode ini adalah kata yang terdiri dari hey, what, up, let, us,

summer, dan time. Campur kode kata-kata ini dilatarbelakangi oleh

kemampuan si penutur serta menyelaraskan lirik lagu dengan tema acara yakni

summer party.

doresuappu 9. dalam baris lirik oh oh oh oh oh

oh oh oh

Universitas Sumatera Utara32

doresuappu Kata berasal dari kata dress up merupakan bentuk campur

kode baster, yang digunakan dengan latar belakang keterbatasan kata serta

menyelaraskan dengan irama lagu sebelum perulangan oh oh oho dilakukan.

doresuappu Kata Mengisyaratkan pemakaian bentuk modern, yang lebih

baik dari padanan katanya, (Kikazaru), yang artinya berpakaian, dan

digunakan untuk menunjukkan kesan modern dan kelas penutur.

10. oh oh oh oh oh oh oh oh dalam baris lirik oh oh

oh oh oh oh oh oh

Perulangan kata ini digunakan untuk menyelaraskan irama lagu.

11. Baby dalam baris lirik Baby

Baby berasal dari kata bahasa Inggris yang berarti “bayi” atau lebih cendrung

mewakili kata “sayang”. Baby umumnya digunakan oleh mereka yang fasih

berbahasa Inggris, jadi latarbelakangnya adalah ingin menunjukkan

kemampuan dalam berbahasa.

hontō no egao wo hontō terdiri dari susunan adjektival nomina (truly,

no egao reality, nyata, sebenarnya), partikel possessive (memiliki), nomina

Universitas Sumatera Utara33

wo (smile, senyuman), partikel directive dan kata Inggris baby. Arti dalam

bahasa Inggris adalah “Baby, these true smiles” atau “Sayang, senyuman yang

sungguh-sunggu”. Dalam hal ini, Baby adalah nomina berfungsi sebagai

subyek atau panggilan. Dalam bahasa Jepang padanan kata yang tepat untuk

kata baby adalah , atau (koibito).

12. to me dalam “ to me”

Bentuk campur kode frase to me berasal dari bahasa Inggris yang berarti

“kepadaku”. Penggunaannya cendrung dikarenakan penutur ingin

menunjukkan kemampuan berbahasa Inggrisnya.

Nomina atau berarti love atau affection, membentuk frasa love to me.

Dalam bahasa Inggris, padanannya adalah love me (cintai aku), namun love to

me adalah untuk penegasan saat nyanyian dilakukan seluruh perhatian untuk si

penutur. Jadi selain kemampuan penutur, latar belakang penggunaannya selain

latar belakang penutur adalah penergasan makna.

13. For you

Frase for you digunakan karena kemampuan bahasa Inggris penuturnya.

Universitas Sumatera Utara34

14. For everyone

For everyone juga digunakan karena kemampuan berbahasa Inggris

penuturnya.

15. dalam baris lirik

Kata (daibu) yang berasal dari kata dive yang berarti “menyelam”

digunakan karena keterbatasan bahasa Jepang.

16. Baby rock your body

Baby rock your body merupakan bentuk campur kode klausa dari bahasa

Inggris yang artinya “sayang goyangkan tubuhmu”. Penggunaannya

dilatarbelakangin oleh penunjukkan kemampuan bahasa dan menghaluskan

kata.

rīdo 17. dalam baris lirik and the gentlemen

rīdo Kata berasal dari kata ride atau “mengendarai” diserap dari bahasa

Inggris untuk melengkapi perbendaharaan kata dalam bahasa Jepang. Selain

latar belakang bahasa, kata ini juga menunjukkan kemampuan bahasa

penuturnya.

Universitas Sumatera Utara35

hāto bīto 18. dalam

hāto bīto Kata-kata yang diserap dari heart beat yang berari “detak

jantung” digunakan untuk melengkapi perbendaharaan kata dalam bahasa

Jepang. Selain latar belakang bahasa, kata ini juga menunjukkan kemampuan

bahasa penuturnya.

shinku 19. dalam

shinku Kata merupakan bentuk campur kode baster berasal dari kata sink

yang berarti “tenggelam” digunakan untuk melengkapi perbendaharaan kata

dalam bahasa Jepang. Selain latar belakang bahasa, kata ini juga menunjukkan

kemampuan bahasa penuturnya.

sutoresu 20. dalam baris lirikMusic

sutoresu Kata merupakan kata serapan dari bahasa Inggris stress atau

“tekanan” digunakan untuk melengkapi perbendaharaan kata dalam bahasa

Jepang. Selain latar belakang bahasa, kata ini juga menunjukkan kemampuan

bahasa penuturnya.

Universitas Sumatera Utara36

21. Music dalam baris lirik Music

Kata Music merupakan bentuk campur kode kata, yang digunakan untuk

menyelaraskan irama lagu dan menunjukkan kemampuan bahasa penuturnya.

fukitobasu kono fukitobasu Frase Music terdiri dari susunan kata kerja

(to blow away, to blow up, menghebohkan, menggemparkan), dan prenomina

kono adjectiva dan kata nomina Inggris music.

Arti dalam bahasa Inggris adalah “The music is blowing up” atau “Musik yang

menggemparkan”. Dalam hal ini, music adalah nomina berfungsi sebagai

subyek dalam kalimat. Dalam bahasa Jepang padanan kata yang tepat untuk

on gaku kata music adalah serapan (myuujikku) atau .

supīdoappu 22. dalam baris lirik

supīdoappu Kata yang berasal dari frasa speed up yang berarti

“percepatlah” digunakan untuk melengkapi perbendaharaan kata dalam bahasa

Jepang. Selain latar belakang bahasa, kata ini juga menunjukkan kemampuan

bahasa penuturnya. untuk melengkapi irama lagu yang memancing semangat

yang lebih tinggi. Hal yang sama pada frase ,

(hiitoappu) berasal dari kata heat up. Juga pada kalimat

Universitas Sumatera Utara37

appu shite , berasal dari kata up, yang juga menyelaraskan semangat dalam lirik lagu

Universitas Sumatera Utara38

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian skripsi ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Lagu What’s Up mengandung campur kode dalam berbagai bentuk: campur

kode kata, campur kode frasa, campur kode klausa, campur kode perulangan dan

campur kode baster.

2. Latar belakang penggunaan campur kode karena latar belakang penutur yang

meliputi menunjukkan kefasihan berbahasa Inggris seperti pada penggunaan

rīdo baster , memperhalus ungkapan seperti pada kata ladies maupun

gentlemen merupakan ungkapan halus yang menghargai wanita dan pria, ajakan

secara umum seperti pada and the gentlemen ,, serta kesan modern

doresuappu dan kelas penutur seperti pada penggunaan kata yang

mengisyaratkan pemakaian bentuk modern dari padanan katanya,

(Kikazaru).

3. Latar belakang bahasa meliputi keterbatasan kata seperti pada banyak

penggunaan campur kode baster, menyesuaikan irama dan lirik lagu, ungkapan

semangat, kegembiraan dan keceriaan seperti pada perulangan wah wah wah nah

Universitas Sumatera Utara39

nah nah, serta penegasan makna penekanan kata seperti pada frasa to me pada

to me yang berarti love to me sebagai penegasan love me (cintai aku).

4.2 Saran

1. Penelitian dilakukan berdasarkan objek campur kode. Sementara untuk

menggali informasi lebih banyak, akan lebih baik jika terdapat interaksi dengan

penutur objek bahasa Jepang, maka disarankan penelitian dapat berinteraksi

dengan penutur.

2. Penilaian motivasi penggunaan campur kode harus dapat dipastikan dengan

berinteraksi dengan penutur.

Universitas Sumatera Utara40

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Dittmar, Norbert. 1976. Sociolinguistics: Goals, Approaches,and Problems.

London: Bastford.

Nababan , P.W.J. 1984. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia. Dari

asal kata sosiolinguistik berasal dari kata sosio dan linguistik.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudaryanto. 1993. “Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar

Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis”. Yogyakarta: Duta

Wacana University Press.

Sumarsono, dan Paina Partana. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suwito. 1983. Sosiolinguistik: Teori dan Problema. Surakarta: Hanary Offset.

Winch, Junko. 2015. Code-switching: a new language in Japan? Scholars' Press,

Germany. ISBN 9783639769951.

Jurnal: ejournal.sps.upi.edu/index.php/edusentris/article/viewFile/175/145, Suherman,

Encep. 2015. "Variasi Penggunaan Bahasa dan Pemertahanan Bahasa Jawa

Serang di Cilegon Provinsi Banten." Edusentris 2, no. 3. https://www.apu.ac.jp/rcaps/uploads/fckeditor/publications/polyglossia/Polyglossi

a_V17_Kuang.pdf, Hei, Kuang Ching. 2009. "Common loanwords identified

in Japanese music magazines." Polyglossia 17.

Universitas Sumatera Utara41 https://www.researchgate.net/publication/225118071_Tagalog-

english_code_switching_as_a_mode_of_discourse, Bautista, Maria Lourdes

S. 2004. "Tagalog-English code switching as a mode of discourse." Asia

Pacific Education Review 5.2. https://www.researchgate.net/publication/277882628_Children%27s_agency_in_l

anguage_choice_a_case_study_of_two_Japanese-

English_bilingual_children_in_London, Gyogi, Eiko. "Children’s agency in

language choice: A case study of two Japanese-English bilingual children in

London." International Journal of Bilingual Education and Bilingualism 18,

no. 6, 749-764. https://www.researchgate.net/publication/328430992_Bahasa_dan_Ekonomi_Alih

_Kode_dan_Campur_Kode_Bahasa_Melayu_Malaysia_ke_dalam_Bahasa_

Indonesia, Darmayanti, dkk. 2018. "Bahasa dan Ekonomi: Alih Kode dan

Campur Kode Bahasa Melayu Malaysia ke dalam Bahasa Indonesia." Madah:

Jurnal Bahasa dan Sastra 9, no. 2. journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Eternal/article/view/2365, Nur Aliyah. 2015.

"A Descriptive Analysis Of English Indonesian Code Switching Spoken By

The Teacher In The First Grade Of Mtsn Model Makassar." ETERNAL

(English, Teaching, Learning, and Research Journal) 2, no. 1.

Journals.ums.ac.id/index.php/humaniora/article/view/3636, Aini, dkk. 2018.

"Kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45

melalui Analisis Konstruksi Klausa Relatif Bahasa Inggris dan Bahasa

Indonesia secara Semantis”, Journal of Linguistics 3, no. 1.

Universitas Sumatera Utara42

Skripsi dan thesis: eprints.binus.ac.id/31193, Wulandari, dkk. 2015. "Analisis Ciri Alih Kode dan

Campur Kode dalam Empat Lirik Lagu dari Band OK ROCK". eprints.undip.ac.id/52739/1/SKRIPSI_LENGKAP.pdf, Esa Ufi Susanti. 2017.

"Alih Kode dan Campur Kode dalam Lirik Lagu Band VAMPS", Universitas

Diponegoro. eprints.undip.ac.id/6371, Anggraeni, Nurisia Luthfi. 2008. “Unsur Bahasa Inggris

dalam Rubrik Cinta Majalah Gadis”. Skripsi S1 Fakultas Sastra Universitas

Diponegoro Semarang. https://gupea.ub.gu.se/handle/2077/38456, Kaleta Isabella. 2015. "Song images

and linguistic components in Japanese: analysis of the lyrics in AKB48 songs.

Prosiding: https://www.aclweb.org/anthology/papers/C/C16/C16-1234, Joshi dkk. 2016.

"Towards sub-word level compositions for sentiment analysis of hindi-

english code mixed text." In Proceedings of COLING 2016, the 26th

International Conference on Computational Linguistics: Technical Papers. https://link.springer.com/referenceworkentry/10.1007%2F978-3-319-02327-4_22

2, Cook, Haruko Minegishi, and Matthew Burdelski. 2017. "Language

socialization in Japanese." Language Socialization. https://www.anlp.jp/proceedings/annual_meeting/2015/pdf_dir/D6-4.pdf, Mariko

Takahashia dan David Calica. 2015. "The Significance of English in Japanese

Popular Music: English as a Means of Message, Play, and Character".

Universitas Sumatera Utara43 https://www.semanticscholar.org/paper/A-Study-on-English-Language-Tutoring-

System-Using-a-Mazur/c02e94754c719830b013761c440c3ee3429a3c6a,

Mazur, Michal. 2016. "A Study on English Language Tutoring System Using

Code-Switching Based Second Language Vocabulary Acquisition Method."

Sumber lain: http://jinakanishi.com, Jin Akanishi Official Website, diakses Desember. https://dev.tokyohive.com/article/2013/08/akanishi-jins-comeback-single-chosen-

as-first-official-song-for-tokyo-girls-collection, Tokyohive. 2013. "Akanishi

Jin's comeback single chosen as first official song for 'Tokyo Girls

Collection'". Theory Media.. https://youtu.be/vLKzTgUOQzM, 坤Hey What’s Up墾, Youtube.

Nakamura, Kimiko. 2015. "Bilingual acquisition: A case study of a Japanese-

English bilingual."

Universitas Sumatera Utara44

1

Universitas Sumatera Utara

1

Universitas Sumatera Utara

1

Universitas Sumatera Utara