BAB II SAINS POTENSI LOKAL TAHU DAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR

A. Pembelajaran Sains 1. Definisi Sains Sains (science) diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sains atau ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata Inggris yaitu natural science artinya ilmu yang mempelajari tentang alam. Nash (1993) dalam (Samatowa, 2006: 2) menyatakan bahwa Sains itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara sains mengamati dunia bersifat analisis, lengkap, cermat serta menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu prespektif yang baru tentang objek yang diamatinya. Selain itu definisi lain menurut Darmojo (1992) dalam (Samatowa, 2006: 2) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya. 2. Hakikat Pembelajaran Sains Pembelajaran IPA adalah interaksi antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang berbentuk kompetensi yang ditetapkan. Proses pembelajaran IPA harus memperhatikan karakteristik IPA sebagai proses dan IPA sebagai produk. Pendidikan IPA berhubungan dengan kompetensi pedagogik seseorang guru IPA. Pendidikan IPA mempunyai arti yang lebih luas daripada pembelajaran IPA, karena pendidikan IPA terdiri atas komponen pembelajaran IPA, pembimbing IPA, dan pelatihan IPA. Objek IPA adalah proses IPA dan produk IPA. Objek proses belajar IPA adalah kerja ilmiah, sedangkan objek produk IPA adalah pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan

13 prosedural, dan pengetahuan metakognitif IPA (Wisudawati dan Eka, 2014:25- 26) Proses belajar tidak bersifat tunggal tetapi terdapat beberapa jenis belajar yang masing–masing mempunyai ciri–ciri tersendiri meskipun semuanya merupakan suatu proses belajar. Sekedar istilah ada pakar yang menggunakan istilah ”bentuk belajar” ada yang menggunakan istilah ”jenis belajar” Robert M. Gagne menyusun sistematika bentuk atau jenis belajar yang diberi nama ”Lima jenis belajar” Dasar pemikirannya dipusatkan pada hasil belajar yang diperoleh, tetapi hasil itu dipandang sebagaima kemampuan internal (Capability) yang menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu untuk melakukan sesuatu. B. Pembelajaran Sains Berbasis Keunggulan Lokal Pembelajaran berbasis sains potensi lokal adalah pembelajaran kontekstual yang mengarah pada pemanfaatan berbagai potensi daerah berupa potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya ekonomi dll sebagai sarana pembelajaran yang semuanya memiliki kebermanfaatan bagi pengembangan kompetensi peserta didik, (Mumpuni:2013). Potensi lokal merupakan segala sesuatu yang merupakan ciri khas kedaerahan yang berpotensi menjadi keunggulan lokal baik berupa sumber daya ekonomi, sumber daya manusia, ataupun sumber daya alam. Pembelajaran sains potensi local merupakan salah satu contoh dari pembelajaran berbasis keunggulan local. Pembelajaran Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) adalah pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik. Keunggulan lokal adalah segala sesuatu yang merupakan ciri khas kedaerahan yang mencakup aspek ekonomi, budaya, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi dan lain-lain (Depdiknas.2008). PBKL akan membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi masyarakat. PBKL memberikan pemahaman kepada siswa bahwa masyarakat lokal sebagai salah satu sumber daya utama untuk belajar. PBKL ada perbedaannya dari pembelajaran dengan menggunakan teks konvensional, karena PBKL mempromosikan belajar yang berakar dalam keunikan lingkungan lokal, budaya, dan ekonomi. P.A. Okebukola (1989) dalam Fajar Hardoyo (2007) menyatakan bahwa memadukan sains asli pelajar dengan pelajaran sains di sekolah ternyata dapat meningkatkan prestasi belajar pelajar. Pendidikan berbasis potensi lokal bisa mendekatkan dunia pendidikan yang selama ini di klaim elitis dengan problem sosial yang populis. Pembelajaran berbasis potensi lokal menuntut konseptor pendidikan, aktif mengamati problematika sosial, potensi-potensi produktif masyarakat dan mereformulasi program yang bertujuan menguatkan potensi tersebut (Asmani 2013:95). Sains potensi lokal adalah hasil uji coba yang terus-menerus dan bersifat lokal. Kelebihannya terletak pada sifatnya yang lentur dan tahan dalam beradaptasi dengan perubahan lingkungan (Bang Megan, Douglas Medin, and Gregory Cajete. 2009). Pengintegrasian Pembelajaran berbasis potensi lokal di awali dengan analisis potensi dapat berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, geografis, budaya, historis dan potensi daerah lainnya yang bermanfaat dalam proses pengembangan kompetensi siswa sesuai dengan bakat dan minatnya (Depdiknas , 2008). Pembelajaran berbasis potensi lokal dapat terwujud dalam bentuk mata pelajaran, muatan lokal dan dapat terintegrasi dalam mata pelajaran. Pada bahasan ini bahwa pembelajaran berbasis potensi lokalterintegrasi dalam mata pelajaran biologi. Implementasi potensi lokal pada mata pelajaran biologi yaitu dengan mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran biologi, yang selanjutnya menjadi dasar dalam mengembangkan perangkat pembelajaran yang dijadikan acuan pelaksanaan pembelajaran.Pembelajaran berbasis potensi lokal diharapkan mampu menjadi kekuatan progresif dalam merespon dinamika zaman yang berjalan secara dinamis, progresif dan kompetitif, (Asmani : 2013:97). Sains lokal merupakan pendidikan yang mengajarkan peserta didik untuk selalu lekat dengan situasi konkret yang mereka hadapi. Paulo Freire (dalam Wagiran, 2010) menyebutkan, dengan dihadapkan pada problem dan situasi konkret yang dihadapi, peserta didik akan semakin tertantang untuk menanggapinya secara kritis. Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran berbasis sains potensi/budaya lokal yaitu (1) mempersiapkan materi sesuai dengan kondisi potensi/budaya masyarakat sekitar yang akan diamati; (2) membuat bahan ajar biologi yang diintegrasikan dengan potensi/kebudayaan lokal yang akan diamati; (3) merancang rencana pembelajaran yang akan digunakan selaras dengan tuntutan tujuan pembelajaran; (4) pemilihan media pembelajaran (video) yang menuntut siswa untuk mampu mengintegrasikanpotensi/kebudayaan lokal dengan konsep pelajaran yang dipelajarinya disekolah; (5) pembelajaran dimulai dengan mengeksplorasi pengetahuan awal siswa terhadap potensi/budaya yang akan diintegrasikan dalam pembelajaran sains serta menuntun siswa untuk menghubungkan budayanya menuju konsep ilmiah (Wahidin, 2006:192-193). C. Potensi Lokal Tahu Sumedang 1. Definisi Tahu Tahu Sumedang adalah salah satu makanan khas daerah Sumedang Jawa Barat yang berbahan dasar kacang kedelai. Kedelai yang digunakan dalam proses pembuatan tahu Sumedang adalah kedelai berkualitas tinggi yang sudah dilakukan penyortiran sebelumnya. Kedelai atau Glycine max adalah salah satu sumber protein nabati yang cukup tinggi dan baik untuk kesehatan. Menurut Soedarmo dan Sediaoetama dalam Dhahiyat (1990) dalam Rossiana (2006), di dalam 100 gram kedelai yang merupakan bahan tahu, mengandung 35 gram protein, 18 gram lemak dan 10 gram karbohidrat, sedangkan dalam 100 gram tahu terdapat 7,8 gram protein, 4,6 gram lemak dan 1,6 gram karbohidrat. 2. Limbah Tahu Pencemaran limbah tahu merupakan salah satu penyebab kerusakan lingkungan hidup dan dapat menyebabkan penyakit kepada umat manusia, (Addack:2013). Dalam produksi tahu menghasilkan limbah baik berupa padat maupun cair. Limbah padat dihasilkan dari hasil proses penyaringan dan penggumpalan, limbah ini sebagian besar oleh para pembuat tahu diolah menjadi tempe gembus, dan pakan ternak ada pula yang diolah menjadi tepung ampas tahu sebagai bahan baku pembuatan kering. Sedangkan limbah cairnya dihasilkan dari proses perendaman, pencucian, perebusan, pengempresan dan pencetakan. Hampir dari seluruh proses ini menghasilkan limbah yang berupa cair yang berakibat tingginya limbah cair tahu. Melimpahnya limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi menjadi salah satu alasan pengolahan limbah cair tahu karena limbah cair tahu mengandung bahan-bahan organik yang masih sangat tinggi seperti karbohidrat, protein, lemak, kalium dan sebagainya. Selain itu juga memiliki tingkat BOD dan COD yang cukup tinggi. (Makiyah:2013) Menurut Rossiana, (2006) Limbah cair industri tahu dapat menimbulkan pencemaran yang cukup berat karena mengandung polutan organik yang cukup tinggi. Beberapa hasil penelitian, konsentrasi COD (Chemical Oxygen Demand) di dalam air limbah industri tahu cukup tinggi yakni berkisar antara 7.000-10.000 mg/L, serta mempunyai keasaman 4 yang rendah yakni pH 4-5. Jika ditinjau dari Kep-03/MENKLH/11/1991 tentang baku mutu limbah cair, maka industri tahu memerlukan pengolahan limbah yang benar. Begitupun menurut (Kaswinarni, 2007) Jika limbah tersebut langsung dibuang melalui saluran air jelas akan mencemari lingkungan. Industri tahu memerlukan suatu pengolahan ataupun pemanfaatan limbah yang bertujuan untuk mengurangi resiko pencemaran lingkungan seperti pencemaran air dan udara. Limbah industri tahu pada umumnya dibagi menjadi 2 (dua) bentuk limbah, yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat pabrik pengolahan tahu berupa kotoran hasil pembersihan kedelai (batu, tanah, kulit kedelai, dan benda padat lain yangmenempel pada kedelai) dan sisa saringan bubur kedelai yang disebut dengan ampas tahu. Limbah padat yang berupa kotoran berasal dari proses awal (pencucian) bahan baku kedelai dan umumnya limbah padat yang terjadi tidak begitu banyak (0,3% dari bahan baku kedelai). Sedangkan limbah padat yang berupa ampas tahu terjadi pada proses penyaringan bubur kedelai. Ampas tahu yang terbentuk besarannya berkisar antara 25-35% dari produk tahu yang dihasilkan, (Kaswinarni:2007). Limbah cair pada proses produksi tahu berasal dari proses perendaman, pencucian kedelai, pencucian peralatan proses produksi tahu, penyaringan dan pengepresan/pencetakan tahu. Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut dengan air dadih (whey). Cairan ini mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat segera terurai. Limbah ini sering dibuang secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan mencemari lingkungan. (Kaswinarni:2007). 3. Keterkaitan Potensi Lokal Tahu Sumedang dengan Konsep Pencemaran Lingkungan. Dengan semakin banyaknya industri tahu Sumedang yang berdiri baik industri besar ataupun industri rumahan tentu akan berdampak pada meningkatkan sumber daya ekonomi masyarakat dan ekonomi daerah. Namun disisi lain ada dampak lain yang sering masyarakat acuhkan yakni dampak pada lingkungan. Berikut keterkaitan langkah-langkah proses pengolahan tahu dengan konsep pembelajaran biologi. a. Pencucian dan Perendaman Kedelai kualitas terbaik yang telah disortir terlebih dahulu dibersihkan Kemudian direndam dalam air selama 3-5 jam atau cukup 1-2 jam bila digunakan air hangat. Kedelai hasil rendaman kemudian dilakukan pengupasan kulit kedelai dengan cara meremas-remas kedelai didalam air, kemudian dikuliti lalu dibersihkan dengan air. Tujuan proses ini adalah kedelai yang akan diolah bersih dan terpisah dari kulitnya. Karena jika kedelai yang akan diolah menjadi tahu tidak bersih dan tidak dipisahkan dari kulitnya, maka akan mempengaruhi kualitas tahu Sumedang selain itu jika tidak dibersihkan kedelai masih mengandung mikroorganisme berbahaya yang akan mengakibatkan penyakit bila dikonsumsi. Proses tersebut menghasilkan limbah cair yaitu air pencucian kedelai dan limbah padat yaitu kulit kedelai, tanah, batu dan kotoran-kotoran lain. b. Pembuatan Sari Kedelai Pembuatan sari kedelai ini dilakukan dengan penggilingan kedelai hingga menjadi bubur kedelai. Pada saat penggilingan diberi air mengalir agar bubur kedelai terdorong keluar kemudian ditampung dalam ember. Selain itu

penamabahan air atau H2O akan mempermudah proses penggilingan. c. Perebusan Bubur Kedelai Proses selanjutnya adalah perebusan bubur kedelai dengan tujuannya agar didapatkan kedelai dalam bentuk bubur dan mudah diolah pada proses selanjutnya, namun secara biologi proses ini bertujuan untuk menginaktifkan zat antinutrisi kedelai yaitu tripsin inhibitor dan sekaligus meningkatkan nilai cerna, mempermudah ekstraksi atau penggilingan dan penggumpalan protein serta menambah keawetan produk. Bubur kedelai yang telah terbentuk kemudian diberi air, selanjutnya dididihkan dalam tungku pemasakan. d. Penyaringan dan Penambahan Whey Cairan bahan baku tahu atau bubur kedelai yang sudah direbus (pada keadaan panas) kemudian disaring dengan kain blaco atau kain mori kasar sambil dibilas dengan air hangat, sehingga susu kedelai dapat terekstrak keluar semua. Proses ini menghasilkan limbah padat yang disebut dengan ampas tahu. Filtrat yang masih dalam keadaan hangat secara pelan-pelan diaduk sambil diberi asam (whey). Pemberian asam ini dihentikan apabila sudah terlihat penggumpalan. e. Pencetakan dan Pengepresan Gumpalan sari kedelai dihancurkan dengan cara diaduk searah perlahan-lahan dalam tempat penyaringan. Lalu dimasukan gumpalannya kedalam cetakan yang beralaskan kain saring halus. bagian atas permukaan ditutup sari tahu dengan kain saring, lalu diletakkan papan penutup serta pemberat di atasnya. Pada saat pengepresan ini air tahu keluar melalui penyaringan dan dialirkan kesungai.Air yang keluar pada proses ini merupakan limbah cair tahu yang memiliki pH cukup rendah dan bersifat asam, sehingga ketika terus menerus di alirkan ke sungai maka sungai pun akan tercemar dan berubah kadar pHnya. Pada proses tersebut selain menghasilkan air tahu (whey), juga menghasilkan limbah yang memiliki konsentrasiBOD, CODdan TSStinggi, serta berbau tidak sedap. f. Pemotongan dan Perendaman dalam Tahu diangkat dari cetakan bila tahu telah padat, cirinya air yang menetes dari cetakan sedikit. Kemudian diletakkan tahu di rak bambu sambil dibalik permukaannya. setelah memadat tahu dipotong sesuai selera. Direndam potongan tahu mentah dengan raknya kedalam bak rendaman berisi larutan bumbu atau garam selama 5-10 menit.Perendaman ini selain bertujuan memberi rasa pada tahu juga untuk mengawetkan tahu secara alami. Garam yang digunakan adalah garam dapur yang sering disebut juga “common salt”. Sifat antimikroorganisme garam akan menghambat sel mikroorganisme secara selektif. Air ditarik dari dalam sel mikroba sehingga sel menjadi kering, yang disebut proses osmosis. Mikroorganisme pembusuk atau proteolitik dan juga pembentuk spora adalah yang paling terpengaruh walau dengan kadar garam yang rendah sekalipun. Tabel 2.1 Keterkaitan Potensi Lokal Tahu Sumedang dengan Konsep Pencemaran Lingkungan.

Proses Limbah yang Konsep yang berkaitan Kaitan Potensi Lokal Pembuatan Tahu dihasilkan Tahu Sumedang dengan Pembelajaran Sains Pencucian dan Limbah cair Pencemaran Air Limbah yang dihasilkan Perendaman & Pencemaran Tanah pada proses pembuatan Kedelai tahu berkaitan erat Pengupasan Kulit Kulit Kedelai Jenis Limbah dengan konsep (Limbah pembelajaran padat) Pencemaran Lingkungan Perendaman Limbah cair Penyebab Pencemaran dikelas yakni jenis-jenis Kedelai pencemaran, Penyebab Penggilingan Sari - Pencemaran Udara Pencemaran, Cara dan Kedelai Usaha Penanggulangan Penyaringan ampas Ampas Tahu Jenis Limbah Pencemaran. Kedelai Penambahan Sari Limbah cair Pencemaran Tanah dan Penggumpal BOD, asam Air Pencetakan dan Air tahu / Usaha Penanggulangan pengepresan (whey), bau Pencemaran tidak sedap Pemotongan dan - Penggorengan

Sehingga berdasarkan tabel tersebut dapat difahamai bahwa semakin banyaknya pabrik tahu yang memproduksi tahu maka akan menghasilkan jumlah limbah yang lebih banyak pula, terutama limbah cair yang tidak bisa didaur ulang. Ini tentu akan menyebabkan tingginya pencemaran lingkungan terutama pencemaran air dan pencemaran tanah yang terjadi pada lingkungan- lingkungan sekitar pabrik tahu tersebut. 4. Penanganan Limbah Cair Tahu Tahu merupakan makanan tradisional yang sudah lama merakyat di negara dan menjadi sumber mata pencaharian bagi sebagian masyarakat yang bergerak di bidang industri pembuatan tahu. Namun demikian limbah cair yang berasal dari industri tahu merupakan masalah serius dalam pencemaran lingkungan, karena menimbulkan bau busuk dan pencemaran sumber air, sedangkan limbah padat belum dirasakan dampaknya terhadap lingkungan karena dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak. Limbah tahu termasuk dalam limbah biologis yang merupakan sumber bahan organik terutama karbon, dalam bentuk karbohidrat dan bahan berguna lainnya yaitu protein, lemak, vitamin dan mineral. Limbah cair yang ditimbulkan mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut, akan mengalami perubahan fisika, kimia dan biologis yang akan menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman dimana kuman tersebut dapat berupa kuman penyakit ataupun kuman yang merugikan baik pada tahu sendiri maupun tubuh manusia. Karena limbah cair tahu masih mengandung berbagai bahan terlarut maupun tersuspensi maka harus diolah dengan cara yang benar, tidak boleh serta merta dibuang langsung ke perairan seperti sungai ataupun dibuang langsung ketanah karena pasti akan menyebabkan pencemaran dan akibat berbahaya dikemudian hari. Maka harus ada proses pengolahan air limbah seperti Teknologi IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) agar limbah menjadi lebih ramah lingkungan ketika dibuang, akan tetapi memang memerlukan biaya yang tidak murah, sehingga harus ada cara lain untuk meminimalisir bahaya yang ditimbulkan tetapi tidak harus mengeluarkan biaya yang terlalu besar misalnya dengan menciptakan pengolahan limbah sederhana dengan menirukan sistem Teknologi IPAL yang canggih tetapi didesain dengan alat dan bahan yang mudah ditemukan. D. Peningkatan Hasil Belajar 1. Definisi Hasil Belajar George J.Mully dalam Trianto (2010:9) belajar pada dasarnya perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman. Pendapat senada disampaikan oleh Kimble dan Garmezi juga dalam Trianto (2010:9) yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Mulyasa (2008) hasil belajar merupakan prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan prilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa yang mengacu pada pengalaman langsung. Sedangkan menurut Gagne dalam Jufri, 2013:58 hasil belajar adalah kemampuan yang dapat teramati dalam diri seseorang dan disebut dengan kapabilitas. Adapun Gagne 1992 (dalam Jufri, 2013:58) menuturkan ada 5 kategori kapabilitas manusia yaitu 1) keterampilan intelektual, 2) strategi kognitif, 3) informasi verbal, 4) keterampilan motorik, dan sikap.Keterampilan intelektual adalah merupakan jenis keterampilan yang berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungan dalam konteks simbol atau konseptualisasi. Strategi kognitif adalah kemampuan yang mengarahkan seseorang untuk mengatur cara belajarnya, cara mengingat dan tingkah laku berfikir. Informasi verbal adalah jenis pengetahuan yang memiliki banyak informasi yang didapatkan dalam proses belajar. Keterampilan motorik adalah adalah hasil belajar berupa kemampuan yang direfleksikan dalam bentuk kecepatan, ketepatan tenaga dan secara keseluruhan berupa gerak tubuh seseorang dalam rangka melakukan tugas-tugas tertentu yang memerlukan integrasi ketiga aspek tersebut (Jufri,2013:59). Dengan demikian inti dari hasil belajar adalah adanya perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman belajar. Dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Dan hasil belajar yang sempurna akan diperoleh melalui berbagai proses belajar yang benar serta kondisi yang sesuai. Gagne dalam Trianto (2010:27) menekankan pentingnya kondisi internal dan kondisi eksternal dalam suatu pembelajaran, agar siswa memperoleh hasil belajar yang diharapkan. Dengan demikian faktor pendukung hasil belajar adalah faktor internal yang bertujuan mengaktifkan memori siswa yang sesuai agar informasi baru dapat difahaminya, dan faktor eksternal bertujuan antara lain, merangsang ingatan siswa, penginformasian tujuan pembelajaran, membimbing belajar materi yang baru, memberikan kesempatan kepada siswa menguhubungkannya dengan informasi baru. E. Pencemaran Lingkungan 1. Definisi Pencemaran Lingkungan Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup. Lingkungan makhluk hidup dapat berupa lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik. Antara makhluk hidup dengan lingkungannya terjadi interaksi. Lingkungan dapat mengalami perubahan, baik karena kegiatan manusia atau peristiwa alam. Perubahan lingkungan berpengaruh pada makhluk hidup yang ada dalam lingkungan tersebut. Peristiwa masuknya atau dimasukkannya zat atau bahan ke lingkungan oleh karena kegiatan manusia atau peristiwa alam yang mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan, sehingga lingkungan tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya disebut pencemaran atau polusi. Zat atau bahanyang menyebabkan polusi disebut polutan. Suatu zat atau bahan dikategorikan sebagai polutan jika kadarnya melebihi normal, berada pada tempat yang tidak semestinya, berada pada waktu yang tidaktepat, dan bersifat toksik/racun, (Subardi,2009:215). Pencemaran lingkungan merupakan satu dari beberapa faktor yangdapat memengaruhi kualitas lingkungan. Pencemaran lingkungan (environmental pollution) adalah masuknya bahan-bahan ke dalamlingkungan yang dapat mengganggu kehidupan makhluk hidup didalamnya. Zat yang dapat mencemari lingkungan dan dapat mengganggu kelangsungan hidup makhluk hidup disebut dengan polutan. Polutan inidapat berupa zat kimia, debu, suara, radiasi, atau panas yang masuk ke dalam lingkungan. Menurut UU RI No.23 tahun 1997, pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/ataukomponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Zat, energi, dan makhluk hidup yang dimasukkan ke dalam lingkungan hidup biasanya berupa sisa usaha atau kegiatan manusia yang disebut dengan limbah. Sebagian besar pencemaran lingkungan disebabkan oleh adanya limbah yang dibuang ke lingkungan hingga daya dukungnya terlampaui. (Sulistyorini,2009:239) 2. Sumber-Sumber Pencemaran Menurut (Khistianah,2009:363) Berdasarkan sifat zat pencemar, pencemaran lingkungan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai berikut.

a. Pencemaran Fisik Pencemaran fisik merupakan pencemaran yang disebabkan oleh zat cair, padat, atau gas. Zat cair yang dapat menyebabkan pencemaran misalnya limbah rumah tangga, keluarga, dan limbah pabrik, sedangkan zat padat atau gas yang menyebabkan pencemaran misalnya asap pabrik, asap rokok,dan asap kendaraan bermotor. b. Pencemaran Kimiawi Pencemaran kimiawi merupakan pencemaran yang disebabkan oleh zat- zat kimia, misalnya logam berat dan limbah pabrik seperti raksa, timbal. c. Pencemaran Biologis Pencemaran biologis disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme penyebab penyakit. 3. Macam-Macam Pencemaran Lingkungan Berdasarkan lingkungan yang tercemar, pencemaran lingkungan dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu pencemaran air, tanah,udara, dan suara. a. Pencemaran Air Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,zat, energi, atau komponen lain ke dalam air atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. (Khistiannah,2009:367). 1) Bahan-Bahan Pencemar Air Pencemaran air dapat terjadi pada sumber mata air, sumur, sungai,rawa- rawa, danau, dan laut. Bahan pencemaran air bisa berasal dari limbah rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian, limbah bahan-bahan berbahaya dan beracun, serta tumpahan minyak bumi. a) Limbah Rumah Tangga Kegiatan yang terjadi di dalam rumah tangga, pasar,perkantoran, rumah makan, penginapan, dan sebagainya! Kegiatan-kegiatan di tempat tersebut akan menghasilkan sampah/limbah yang disebut limbah rumah tangga. Jadi, limbah rumah tangga merupakan limbah yang berasal dari hasil samping kegiatan perumahan seperti rumah tangga, pasar, perkantoran, rumah penginapan (hotel), rumah makan, dan puing-puing bahan bangunan serta besi-besi tua bekas mesin- mesin atau kendaraan. Limbah rumah tangga bisa berasal dari bahan organik, anorganik, maupun bahan berbahaya dan beracun. b) Limbah Industri Kegiatan industri selain menghasilkan produk utama (bahan jadi), jugamenghasilkan produk samping yang tidak terpakai, yaitu limbah. Jenis limbahyang berasal dari industri dapat berupa limbah organik berbau seperti limbahpabrik tekstil atau limbah pabrik kertas dan limbah anorganik berupa cairanpanas, berbuih dan berwarna, yang mengandung asam belerang, berbaumenyengat seperti limbah pabrik baja, limbah pabrik emas, limbah pabrikcat, limbah pabrik pupuk organik, limbah pabrik farmasi, dan lain-lain Jikalimbah industri tersebut dibuang ke saluran air atau sungai akan menimbulkan pencemaran air dan merusak atau memusnahkan organisme di dalamekosistem tersebut. c) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Limbah bahan berbahaya dan beracun, antara lain timbul akibat adanyakegiatan pertanian berupa obat-obatan pembasmi hama penyakit (pestisidamisalnya insektisida) dan pupuk organik, misalnya urea. Jika kita membuang insektisida di lingkungan sungai atau danau, makalingkungan perairan tersebut akan tercemar dan terjadi kerusakan, bahkanyang lebih parah lagi terjadi kepunahan kehidupan di dalam ekosistemtersebut. Hal itu disebabkan setiap jenis makhluk hidup memiliki kemampuanberadaptasi berbeda terhadap pencemaran. Ada sebagian makhluk hidupyang langsung mati dan sebagian makhluk hidup lain yang masih mampubertahan terhadap pencemaran, tetapi di dalam tubuhnya terkandung bahanberacun. (Khistiannah,2009:369). b. Pencemaran Tanah 1) Penyebab Menurut, (Subardi,2009:222) Pencemaran tanah dapat disebabkan oleh beberapa sebab, di antaranya sebagai berikut. a) Sampah plastik, pecahan kaca, logam maupunkaret yang ditimbun dalam tanah. b) Sisa pestisida dari kegiatan pertanian yangmeresap ke tanah. c) Limbah deterjen yang dibuang ke tanah. d) Pengikisan lapisan humus (topsoil) oleh air. e) Deposit senyawa asam dari peristiwa hujanasam. c. Pencemaran Suara Dalam (Sulistyorini, 2009:252) Pencemaran suara dapat ditimbulkan oleh adanya suara bising yang disebabkan oleh suara mesin pabrik, mesin penggilingan padi, mesin las,pesawat, kendaraan bermotor yang berlalu-lalang, dan suara kereta apisesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep48/MENLH/11/1996 tentang baku tingkat kebisingan menyebutkan bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. 1) Jenis-Jenis Kebisingan Jenis-jenis kebisingan ada empat macam, yaitu: a) kebisingan yang terus-menerus dengan jangkauan frekuensi yang sempit, misalnya, mesin gergaji; b) kebisingan yang terputus-putus, misalnya, suara arus lalu lintas atau pesawat terbang; c) kebisingan impulsif, misalnya, tembakan, bom, atau suara ledakan; d) kebisingan impulsif berulang, misalnya, suara mesin tempa. 2) Dampak Pencemaran Suara (Kebisingan) Suara-suara bising ini dapat menyebabkan terganggunya pendengaran manusia. Selain itu, lama-kelamaan suara bising ini akan menimbulkan berbagai keluhan pada tubuh kita, misalnya, pusing, mual, jantung berdebar- debar, sulit tidur, badan kaku, dan naiknya tekanan darah. Tingkat kebisingan atau ukuran energi bunyi dinyatakan dalam satuan desiBell (dB). Pengukurannya menggunakan alat yang bernama Sound Level Meter d. Pencemaran Udara Menurut (Anshori, 2009:242) Pencemaran udara disebabkan adanya pembakaran yang tidak sempurna dari minyakbumi, batubara, asap rokok, dan

gas-gas lain yang mencemari udara, misalkan gas CO, CO2,NO, NO2, SO, SO2,

CH4. Kadar polutan di udara dinyatakan dengan ppm (part per million), yaitu jumlah cm3 polutan per m3 udara. Polutan yang dimaksud disini dapat berbentuk partikel, cairan, atau gas. 1) CO (Karbon Monoksida) Sebagai gas pembunuh, gas ini mempunyai daya ikat terhadap

haemoglobin yang jauh lebih tinggi daripada dengan O2,

sehinggamengganggu pengikatan O2oleh darah. Bila dalam darah 70-80% Hb mengikat CO dapat mengakibatkan kematian. Contoh-contoh terbentuknya gas CO, antara lain. a) Menghidupkan mesin mobil di dalam garasi tertutup. b) Menghidupkan AC ketika tidur di dalam mobil dengan keadaan kaca yang tertutup.

2) CO2 (Karbon Dioksida)

CO2 bersama mikroorganisme, debu, dan titik-titik air akan berkondensasi membentuk awan. Awan mempunyai sifat dapat ditembus oleh energi panas, sehingga suhu udara yang berada dipermukaan bumi

akan meningkat. Kadar CO2 0,033% yang ada diudara akan dimanfaatkan oleh tumbuhan hijau untuk fotosintesis, tetapi bila kadar tersebut berlebih maka akan merusak tumbuhan dan hewan.

3) Gas NO, NO2, SO, dan SO2 Gas-gas tersebut dapat menimbulkan gangguan pada sistem saluran pernapasan, sedangkan NO3 apabila masuk ke ekosistem tanah dan air akan menyebabkan eutrofikasi. Gas-gas tersebut juga dapat berkondensasi dengan partikel-partikel lain beserta titik-titik air sehingga terbentuklah zat asam, dan bila turun bersama air hujan terjadilah Hujan Asam.