Majalah

HUBUNGAN INTERNASIONAL Vol. IX, No. 01/I/Puslit/Januari/2017

Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis

MASALAH DALAM KERJA SAMA MILITER -AUSTRALIA Poltak Partogi Nainggolan*)

Abstrak Kasus pelecehan terhadap dan TNI telah berimplikasi pada dihentikannya secara sepihak kerja sama militer Indonesia-Australia. Sikap ini memperoleh tanggapan luas pro dan kontra di tanah air, selain perbedaaan pendapat di pemerintahan dan parlemen. Selain respons yang keras di kalangan yang melihat hal ini sebagai pelecehan, muncul tanggapan yang mengingatkan untuk bersikap hati-hati. Perkembangan lingkungan strategis dan tantangan serta ancaman di kawasan dan tingkat global mengingatkan TNI dan Indonesia agar mengambil keputusan yang tepat dalam mengevaluasi hubungan bilateralnya dengan Australia.

Pendahuluan Pada 4 Januari 2017 Panglima TNI Para Komando Angkatan Darat) dalam mengumumkan penghentian kerja sama menghadapi kudeta G-30-S PKI. Materi ajar militer Indonesia-Australia, antara TNI di institusi militer Australia yang ditemukan dan Australian Defence Force (ADF) oleh perwira yang mengajar yang kemudian memperoleh perhatian di sana menyudutkan peran Indonesia, luas. Kerja sama dalam bentuk pelatihan terutama TNI, yang buruk di Papua dan Bahasa Indonesia ini sendiri sebenarnya Timor-Timur. Selain itu, ditemukan telah dihentikan secara sepihak oleh TNI pelecehan terhadap Pancasila, yang sejak 18 Desember 2016. Pangkal masalah dilecehkan menjadi “Pancagila.” Hal terakhir adalah ditemukannya materi ajaran yang ini dibiarkan terjadi di Australia, di sebuah melecehkan sejarah dan ideologi Indonesia, institusi pendidikan modern milik militer. yang dinilai telah dibuat secara sengaja Seperti dalam masalah nasional dan dibiarkan terjadi oleh institusi dan dan internasional lainnya, masalah dalam aparat militer di sana. Ditemukan juga kerja sama militer Indonesia-Australia pembuatan materi sejarah yang tidak yang tercoreng ini melahirkan sikap yang benar tentang peran Sarwo Edhie Wibowo, berbeda, pro dan kontra, sekali pun untuk mantan Komandan Komando Pasukan kasus ini tidak terlalu ekstrim. Tulisan ini Khusus (Kopassus-dulu RPKAD/Resimen menganalisis mengapa kedua sikap itu

*) Research Professor Masalah-masalah Hubungan Internasional pada Bidang Hubungan Internasional, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI. Email: [email protected]

Info Singkat © 2009, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI www.puslit.dpr.go.id ISSN 2088-2351

- 5 - muncul dan mengaitkannya dengan sejarah Dalam menilai kasus-kasus hubungan bilateral Indonesia-Australia serta pelanggaran hak asasi manusia (HAM) persoalan yang muncul selama ini. Indonesia, perlu juga dipahami oleh Pemerintah dan rakyat Australia secara Perspektif Respons yang Keras luas bahwa invasi Indonesia ke Timor Secara realistis dapat dikatakan Timur pada masa lalu juga dilakukan atas muncul pendapat yang dominan yang ‘restu’ Pemerintah Australia di bawah PM kemudian mendukung keputusan keras Gough Whitlam. Mereka tidak perlu seperti dan cepat yang diambil oleh TNI, terutama tanpa dosa dengan tiba-tiba menyudutkan dari kalangan parlemen, Anggota Komisi I Indonesia sebagai pihak yang sepihak harus dan Pimpinan DPR RI, di samping internal dituding atas ‘kesalahan sejarah’ itu. Belum TNI sendiri, terutama Panglima TNI, Jend. lama publik di Indonesia juga dikejutkan Gatot Nurmantyo. Dapat dimaklumi bahwa dengan terkuaknya aktivitas intelijen berbagai bentuk pelecehan tersebut di atas, Australia yang mengintersepsi pembicaraan termasuk penulisan sejarah yang tidak pemimpin Indonesia, tidak hanya dalam proporsional yang sangat menyudutkan peristiwa menjelang referendum di Timor Indonesia, tidak hanya tidak dapat diterima Timur, tetapi juga percakapan pribadi oleh perwira Kopassus yang bertugas Presiden . Belum menjadi instruktur yang memberi pelatihan lagi insiden pencemaran di perairan Nusa penerjemahan Bahasa Indonesia di sana, Tenggara Timur (NTT) yang kaya ikan dan tetapi juga masyarakat Indonesia yang sumber daya alam (SDA) laut lainnya oleh terpelajar sekali pun. Hal ini disebabkan perusahaan pertambangan minyak Australia, masalah Papua adalah urusan domestik Montara, yang telah merusak kehidupan Indonesia, bukan Australia, dan merupakan nelayan di sana dan sangat merugikan materi kerja sama yang telah disepakati lingkungan dan SDA Indonesia yang tidak pemimpin kedua negara, khususnya Menteri pernah mereka pedulikan. Pertahanan (Menhan) dan Panglima Sementara rakyat Indonesia di Angkatan Bersenjata masing-masing. perbatasan perairan NTT dengan Australia Dengan demikian, sikap Australia tidak luput dari tindakan pelanggaran HAM tidak perlu melebar, mengaitkan yang telah dilakukan oleh polisi Australia. pembelajaran dan pelatihan bahasa dengan Kasus pembakaran dan penenggelaman hal-hal yang tidak relevan dan merupakan kapal nelayan WNI yang dituding membawa urusan domestik negara tetangganya, masuk imigran ilegal, namun aparat Indonesia, yang telah dipilih menjadi pengadilan Australia telah memenangkan mitra kerja sama militernya. Sementara gugatan yang diajukan nelayan kita, adalah pembiaran terhadap sikap institusi kasus lain yang menunjukkan arogansi dan militer Australia tersebut merefleksikan kesewenang-wenangan aparat Pemerintah pandangan resmi politik pemerintah dan Australia pada masa lalu terhadap warga negaranya yang negatif terhadap kebijakan Indonesia. Kondisi ini diperburuk oleh Indonesia di wilayahnya sendiri. Dalam kejadian terkini yakni kasus lompat pagar konteks hubungan negara yang formal di separatis Papua ke Konsulat Jenderal RI di dunia internasional, hal ini tidak boleh Melbourne pada 6 Januari 2017, yang seperti terjadi. Apalagi dalam jangka panjang, dibiarkan oleh aparat keamanan Australia, setelah situasi politik dan keamanan di padahal dalam hukum internasional Indonesia akhir-akhir ini dalam kondisi mereka memiliki tanggung jawab untuk terkendali, tanpa penerapan Daerah mencegahnya. Operasi Militer (DOM) seperti pada masa Orde Baru, sementara pemilu legislatif dan Perspektif Respons yang Hati-hati kepala daerah yang bebas pun berjalan Perspektif kedua yang berseberangan secara damai. Dengan demikian, menjadi secara diametral adalah pandangan yang sangat ganjil melihat sikap Pemerintah hati-hati, berusaha dengan bijak memahami Australia yang tidak semakin dewasa dalam persoalan yang muncul tanpa mengurangi menjalankan hubungan bilateral dengan ketegasan yang ditunjukkan. Pandangan tetangga dekatnya yang sudah memiliki ini berpendapat upaya evaluasi kerja sama hubungan secara formal sejak lama. militer TNI-ADF boleh dilakukan atau jika

- 6 - diperlukan penghentian sementara, tidak beragam seperti Indonesia, sehingga mengabaikan asas kehati-hatian, sehingga tidaklah mengherankan jika jurnalis respons tegas harus proporsional, tidak mereka selalu begitu kritis dan tajam dalam membabi-buta dan memperlihatkan sikap menilai apa yang berlangsung di Indonesia, patah arang, namun tetap menghormati walaupun bisa saja mereka berlebihan dan kelaziman dalam diplomasi dan hukum keliru. Situasi Inilah yang perlu dipahami internasional. Hal ini disebabkan perjanjian pemerintah dan masyarakat Indonesia kerja sama militer yang telah disepakati sampai sekarang. Itulah sebabnya pada antara kedua Menhan tidak mudah masa lalu pihak Kementerian Luar Negeri dibatalkan begitu saja, mengingat ada Indonesia selalu memberikan kriteria klausul atas pelanggaran kesepakatan yang tertentu dalam menunjuk Dubesnya untuk terjadi. Dengan demikian, jika dipaksakan Australia, yang biasanya mantan jurnalis dengan sanksi sepihak dapat merusak handal seperti Sabam Siagian. sekaligus merugikan hubungan bilateral di Dalam sejarah hubungan bilateral bidang-bidang lainnya. kedua negara terdapat luka lama yang Oleh karena itu, insiden di Sekolah belum bisa disembuhkan, seperti tewasnya Bahasa di Australia tersebut tidak boleh 3 orang jurnalis Australia dalam Insiden terulang, tetapi kerja sama militer boleh Balibo tahun 1976. Perwira Kopassus, yang berlanjut dengan upaya koreksi. Sebagai kemudian menjadi tokoh di pemerintahan langkah alternatif, kedua negara dapat telah menjadi sorotan atas kejadian itu. mengeksplorasi hal-hal lain yang bermanfaat Selain itu juga pernah terjadi konfrontasi bagi kemajuan kedua negara dan bangsa. kecil antara prajurit TNI dengan pasukan Pandangan seperti ini ditampilkan oleh UNAMET yang mengakibatkan korban di Presiden Jokowi, Wakil Presiden Yusuf pihak pasukan Australia dalam pemulihan Kalla, dan Menhan Ryamizard Ryacudu, keamanan Timor-Timur pasca-referendum. serta pakar hubungan internasional seperti Aleksius Jemadu dari Universitas Pelita Penutup Harapan. Mereka mengingatkan bahwa Rakyat Indonesia yang belajar sejarah Menhan Australia, Marise Payne, telah sampai sekarang tentu tidak bisa melupakan meminta maaf secara terbuka kepada begitu saja peran Australia yang berharga Pemerintah dan rakyat Indonesia atas dalam mendukung kemerdekaan Indonesia. insiden yang terjadi melalui surat yang Bagaimanapun pemimpin dan rakyat kedua dikirimkan kepada mitranya Menhan negara, secara kritis harus dapat melihat Ryacudu pada 5 Januari 2017, sehari setelah bahwa realitas tantangan dan ancaman yang insiden tersebut mengemuka ke publik. berkembang di kawasan dan tingkat global Dengan penyampaian permintaan membutuhkan peran kedua pemerintah maaf secara terbuka itu, Kalla dan negara untuk meresponsnya, demi mengharapkan permasalahan ini tidak mewujudkan stabilitas keamanan. Para diperpanjang. Respons lain yang hati-hati pemimpin dan rakyat kedua negara harus seperti dari peneliti LIPI, Syamsuddin Haris cerdas menyadari tantangan global terkait yang mengingatkan mengapa kita begitu perkembangan lingkungan strategis, seperti emosional menanggapi Australia, sedangkan eskalasi ketegangan yang berlanjut di Laut terhadap para pelaku pelecehan Pancasila China Selatan, kebangkitan militer China di dalam negeri dibiarkan saja. Reaksi dan Jepang, dan beragamnya masalah keras Panglima TNI seperti diberitakan transnasional yang mengancam, terutama Reuters, telah membuat Presiden Jokowi dari para aktor nonnegara, seperti imigran menegurnya, karena dinilai out of control. ilegal dan aksi terorisme ISIS/IS (Islamic Sementara, Panglima TNI membantahnya States in Iraq and Suriah). Secara rasional tidak ada teguran itu. harus dapat dilihat bahwa hal-hal yang baik harus terus dipelihara. Problem Mendasar Sebagai konsekuensinya, parlemen, Pemerintah dan rakyat Indonesia perlu terutama Komisi I tidak perlu menyikapi memahami bahwa masyarakat Australia masalah yang terjadi secara emosional. hidup dan dibesarkan dalam sistem liberal, Panglima TNI dan Menlu dapat diundang di tengah-tengah realitas yang tidak terlalu untuk melakukan hearing di DPR RI, agar

- 7 - masalahnya menjadi jelas. Grup Kerja Sama Bilateral DPR RI-Parlemen Australia juga dapat mengambil langkah mengaktifkan dialog untuk memperbaiki hubungan yang terganggu ini. Dalam forum tersebut Kedubes Australia dapat diundang agar diperoleh penjelasan yang objektif. Dengan demikian, Pemerintah Indonesia dapat tetap fokus untuk memperjuangkan kepentingan nasional yang lebih luas, termasuk dalam menciptakan kawasan yang lebih maju dan stabil pada masa-masa mendatang. Referensi “Australia Bantah Rekrut Prajurit Indonesia: Polemik TNI-ADF, DPR Dukung TNI,” Suara Pembaruan, 5 Januari 2017. “Australia Tambah Aparat Keamanan,” Republika, 10 Januari 2017. “Demi Harga Diri, Kerja Sama Militer Ditangguhkan,” Media Indonesia, 5 Januari 2017. “Diberitakan Ditegur Presiden: Jenderal Gatot Dijailin Media Asing,” Rakyat Merdeka, 12 Januari 2017. Hutton, Jerry and Gerry Mullany. ”Indonesia, saying it was insulted, halts military work with Australia,” The New York Times International, January 6, 2017. “Menhan: Jangan Gegabah, Kerja Sama Militer Indonesia-Australia Tidak Mudah Dibatalkan,” Kompas, 5 Januari 2017. Mursid, Fauziah dan Fira Nursyabani, ”Australia Minta Maaf,” Republika, 6 Januari 2017. Parlina, Ina and Haeril Halim. “Palace denies Jokowi-Gatot spat over Australia,” The Post, January 11, 2017. “Pasang Surut Indonesia-Australia,” Kompas, 8 Januari 2017.

- 8 -