Pemerintah Pacu Industri Kimia Jadi Penggerak Ekonomi Nasional

Pemerintah Pacu Industri Kimia Jadi Penggerak Ekonomi Nasional

JAKARTA, PAMARTANUSANTARA.CO.ID | Pemerintah terus mendorong tumbuhnya industri kimia di dalam negeri agar menjadi sektor penggerak perekonomian nasional. Sebab, industri kimia berperan penting dalam memasok kebutuhan bahan baku bagi sektor manufakturnya lainnya seperti industri plastik dan industri tekstil.

“Sesuai peta jalan Making 4.0, industri kimia adalah satu dari lima sektor manufaktur yang sedang mendapatkan prioritas pengembangan agar siap mengimplementasikan industri 4.0,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di , Sabtu (28/9).

Menperin mengungkapkan, selama ini industri kimia sebagai salah satu sektor yang mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap penerimaan devisa. “Contohnya kita lihat dari nilai ekspornya, sepanjang periode Januari-Agustus 2019, kelompok industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia ini telah menyumbang hampir USD9 miliar,” ungkapnya.

Melihat kondisi tersebut, Airlangga menyampaikan, industri kimia kerap kali menjadi tolok ukur tingkat kemajuan bagi suatu negara, selain industri baja. “Tak heran jika keberadaan industri kimia sering menjadi backbone dari sebagian besar sektor industri di dunia,” imbuhnya.

Berdasarkan karakteristiknya, industri kimia dikategorikan sebagai jenis sektor yang padat modal, padat teknologi, dan lahap energi, sehingga perlu langkah pengembangan yang berkesinambungan di antara para stakeholder. “Sektor ini membutuhkan banyak asupan energi, sehingga besar kecil tarifnya sangat berpengaruh terhadap daya saing hingga di sektor hilirnya,” ujar Menperin.

Saat ini, produk-produk petrokimia sebagian sudah mampu diproduksi di dalam negeri, seiring dengan peningkatan investasi. “Beberapa tahun terakhir, pemerintah fokus mendorong investasi besar-besaran di industri petrokimia. Misalnya, di Cilegon sudah ada dua industri petrokimia, yakni Chandra Asri dan Lotte Chemical, yang total nilai investasinya mencapai USD7 miliar,” paparnya.

Di samping itu, bakal ada penambahan penanaman modal dalam pengembangan industri petrokimia di Tanah Air, yang berlokasi di Balongan, Indramayu, Jawa Barat. “Di sana akan ada pembangunan klaster baru hasil kerja sama Pertamina dengan CPC Taiwan. Jadi, nanti ada perusahaan induk dan beberapa perusahaan hilirnya. Total investasinya sekitar USD8 miliar,” tuturnya.

Guna mendongkrak produktivitas dan daya saing industri petrokimia nasional, menurut Airlangga, selain perlu ditopang ketersediaan infrastruktur, juga pasokan energi menjadi vital sebagai bahan baku seperti gas industri. Hal ini mengingat penggunaan gas di sektor industri berkontribusi sangat signifikan dalam struktur biaya industri.

Oleh karena itu, penyesuaian harga gas yang kompetitif perlu dilaksanakan. Selanjutnya, infrastruktur yang dibutuhkan antara lain jaringan transportasi dan pelabuhan, perlunya penguasaan riset dan pemanfaatan teknologi terkini, serta ketersediaan SDM yang kompeten sebagaimana telah ditetapkan dalam strategi implementasi Making Indonesia 4.0.

“Industri kimia diharapkan juga dapat meningkatkan kapasitas produksinya yang berbasis ethylene. Apalagi, kebutuhan plastik terus meningkat, yang saat ini mencapai 5 juta ton per tahun. Nanti yang diproduksi dari Cilegon setelah adanya ekspansi sebesar 3 juta ton per tahun, dan ditambah dari Balongan sebesar 1 juta ton per tahun,” tandasnya.

Dengan jumlah penduduk sekitar 265 juta jiwa dan dukungan sumber daya alam sebagai bahan baku industri petrokimia, baik yang tidak terbarukan maupun terbarukan, Indonesia memiliki peluang sebagai pusat pengembangan industri petrokimia di lingkungan strategis ASEAN dan Asia.

“Kami terus mendorong tumbuhnya klaster yang terintegrasi, seperti di Cilegon, Gresik, dan Bontang. Selanjutnya akan dikembangkan di Bintuni, dan salah satu Kawasan Ekonomi Khusus yang sedang direvitalisasi adalah di Lhokseumawe,” sebutnya.

Indonesia memiliki potensi besar, melalui cadangan total minyak bumi 3,3 miliar barrel, cadangan total gas bumi 135,55 Trillion Standard Cubic Feet (TSCF), dan cadangan total batubara 39,89 miliar ton. Di samping itu, Indonesia juga menjadi produsen minyak sawit mentah terbesar di dunia dengan produksi 48 juta ton per tahun (68% produksi dunia). (Tim) Balai Kemenperin Temukan Inovasi Cara Ubah Sampah Plastik Menjadi BBM

Balai Kemenperin Temukan Inovasi Cara Ubah Sampah Plastik Menjadi BBM

JAKARTA, PAMARTANUSANTARA.CO.ID | Balai Besar Kimia dan Kemasan (BBKK), salah satu unit lembaga penelitian dan pengembangan (litbang) di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian di Jakarta, telah melakukan riset pengolahan sampah plastik jenis polietilena (kantong plastik) sejak tahun 2009. Langkah strategis yang dilakukan adalah dengan mengubah limbah plastik menjadi senyawa lainnya yang lebih bermanfaat melalui proses pirolisis. “Pada proses pirolisis, limbah plastik akan diubah menjadi fasa cair dan fasa gas serta residu berupa padatan. Gas yang tidak terkondensasi juga diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar,” kata Kepala BPPI Kemenperin Ngakan Timur Antara di Jakarta, Kamis (26/9).

Ngakan berharap, hasil litbang tersebut dapat membantu upaya pemerintah dalam penanggulangan masalah sampah plastik. Berdasarkan laporan Bank Dunia What a Waste 2.0 yang diterbitkan pada tahun 2018, menyebutkan Indonesia menghasilkan sampah cukup besar di dunia dengan volume mencapai 3,22 juta metrik ton per tahun. Oleh karena itu, pemerintah menargetkan untuk mengurangi sampah plastik hingga 70% pada tahun 2025.

“Untuk menyelesaikan permasalahan sampah plastik, banyak yang berpikir, bahwa cara termudah adalah melalui proses pembakaran. Padahal cara tersebut adalah tidak benar. Sampah plastik yang dibakar, mengandung gas rumah kaca bahkan zat diosksin dan furan, yang oleh World Health Organization (WHO) sudah ditetapkan sebagai gas yang memicu kanker pada manusia (karsinogenik),” paparnya.

Oleh karena itu, menurut Ngakan, beberapa keuntungan dari metode pirolisis untuk pembakaran limbah plastik, antara lain beroperasi tanpa membutuhkan udara atau campuran hidrogen dan tidak memerlukan tekanan tinggi, kemudian hidrokarbon yang terbentuk dapat menghasilkan sebuah produk yang dapat dimanfaatkan, polutan-polutan dan pengotor menjadi terkonsentrasi sebagai residu padatan. Selain itu, pirolisis dilakukan pada sistem tertutup maka tidak ada polutan yang keluar.

Kepala BBKK Wiwik Pudjiastuti menjelaskan, reaktor pirolisis untuk mengubah bahan baku limbah plastik menjadi crude oil terdiri dari tabung reaktor tegak dilengkapi dengan inlet katalis untuk memasukkan katalis ke reaktor, inlet bahan baku untuk memasukkan bahan baku ke reactor, dan pencampur mekanis untuk menghasilkan campuran yang homogen sehingga memperluas permukaan sampel dan mudah menguap.

Selanjutnya, dilengkapi pula pemanas elektrik yang dapat diatur suhunya sesuai dengan kebutuhan sifat fasa gas yang terbentuk selama proses, kondensor untuk mengubah fasa gas menjadi fasa cair serta dilengkapi dengan tipe single tube untuk memastikan semua fasa gas terkondensasi sempurna.

Berikutnya, terdapat saluran gas yang tidak terkondensasi dapat ditampung untuk dimanfaatkan sebagai bahanbakar gas, saluran residu pada bagian bawah tabung reaktor untuk mengeluarkan sisa padatan, serta adanya penampung crude oil di ujung bawah kondensor.

“Produk yang dihasilkan oleh alat pirolisis hasil rekayasa BBKK ini memiliki karakteristik setara solar dan setara pelarut yang merupakan hasil uji dari Lemigas,” ungkapnya.

Berdasarkan uji laboratorium yang telah dilakukan, didapatkan spesifikasi pelarut mendekati jenis pelarut produksi PT. Pertamina. Jenis pelarut tersebut, yaitu Pertasol (10%), Minasol (10%), dan Low Aromatic White Spirites (30%) serta solar (40%) dengan cetane number sebesar ± 60 sesuai spesifikasi Euro4.

Selain keempat pelarut itu, hasil samping yang potensial juga bisa dimanfaatkan adalah gas yang jika diproses lebih lanjut dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar gas. Gas yang dihasilkan melalui proses pirolisis, yaitu gas hidrogen 9,1%, metana 4,7%, etana 4,6% dan propana 12,2% dengan nilai kalor 1209,25 BTU/ft3.

Jika dibandingkan dengan nilai kalor gas alam yang sudah diolah (924 BTU/ft3 sampai 1027 BTU/ft3) dan nilai kalor gas pipa (950 BTU/ft3 sampai 1250 BTU/ft3) dengan pengotor H2S maksimum16 ppm, gas hasil proses pirolisis memiliki kandungan nilai kalor lebih tinggi sehingga mutunya lebih bagus sebagai bahan bakar serta tidak mengandung zat yang bersifat korosif. “Gas yang sudah dipurifikasi dapat dimasukkan ke dalam tabung. Pengemasan dalam tabung akan memudahkan dalam penyimpanan dan aplikasi di lapangan. Gas hasil pirolisis juga telah terbukti dapat diaplikasikan pada kompor gas, burner proses pirolisis serta genset,” tutur Wiwik. (Tim)

Kemenperin Bikin Inovasi Layanan dan Lakukan Deregulasi

Kemenperin Bikin Inovasi Layanan dan Lakukan Deregulasi

JAKARTA, PAMARTANUSANTARA.CO.ID | Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus menciptakan terobosan baru dalam melakukan pembinaan industri, antara lain dengan mengeluarkan kebijakan yang dapat mempercepat langkah pengembangan industri nasional. Langkah tersebut guna mendukung program prioritas pemerintah dalam kesiapan memasuki era industri 4.0, yang sesuai dengan arah peta jalan Making Indonesia 4.0.

“Kami terus melakukan penyederhanaan regulasi dan peningkatan layanan publik melalui Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas),” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto di Jakarta, Rabu (25/9).

Menperin mengungkapkan, inovasi dan penyederhaan regulasi tersebut, telah dilaksanakan secara bertahap oleh Kemenperin. Langkah strategis ini diharapkan akan mampu menarik investasi masuk ke Indonesia lebih banyak, sehingga dapat membuka lapangan kerja baru.

“Berdasarkan data yang kami miliki, sudah ada beberapa pabrikan yang akan melakukan rencana ekspansi maupun relokasi di Indonesia. Mereka itu antara lain dari sektor industri transportasi, elektronika, petrokimia dan oleokimia,” ungkapnya.

Di samping itu, program prioritas lainnya yang perlu dijalankan, yakni mempercepat pembangunan infrastruktur, meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM), melakukan reformasi birokrasi, serta menjamin penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang tepat sasaran dan bermanfaat untuk ekonomi, rakyat dan kesejahteraan.

Menperin menambahkan, dalam era industri 4.0, ada beberapa kunci untuk mendukung inovasi di bidang industri, misalnya hadirnya startup atau perusahaan rintisan yang berbasis penerapan teknologi digital, yang diproyeksi dapat mengakselerasi transformasi digital di industri Tanah Air.

“Contohnya, terkait dengan investasi di bidang database (data center), salah satunya kami akan dorong di Batam, dekat dengan klaster Singapura dan itu sudah mempunyai jaringan internet yang tepat, juga di sekitar Tangerang. Inilah yang akan menjadi Silicon Valley-nya Indonesia,” tegasnya.

Kemudian, upaya lain untuk mendukung inovasi di bidang industri, Kemenperin memanfaatkan kerja sama dengan para akademisi, peneliti, dan lembaga iptek untuk membangun industri kecil melalui program penumbuhan startup. Kemenperin juga mendorong transformasi pendidikan nasional yang diarahkan untuk mengantisipasi perkembangan teknologi industri 4.0.

“Pengembangan industri 4.0 khusus pada bidang pendidikan, Kemenperin mendorong beberapa hal, antara lain desain kurikulum yang mengacu industri 4.0, misalnya mengenai bahasa pemrograman atau coding,” ujarnya.

Sedangkan, dari sisi regulator, pemerintah mendorong agar para pejabat publik mengerti kebijakan yang terkait dengan industri 4.0, karena teknologi berkembang dan bergerak sangat cepat dibanding regulasi yang bisa dibuat. (Tim)

Kemenperin Dorong AMMDes dan Jadi Solusi Pacu Perekonomian Desa Kemenperin Dorong AMMDes dan Esemka Jadi Solusi Pacu Perekonomian Desa

JAKARTA, PAMARTANUSANTARA.CO.ID | Kementerian Perindustrian memfasilitasi sejumlah pelaku industri dalam negeri untuk ikut berpartisipasi dalam gelaran Teknologi Tepat Guna (TTG) Nasional XXI tahun 2019 di Bengkulu. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) ini berlangsung di Bengkulu pada tanggal 22-25 September 2019.

“Untuk tahun ini, kami menampilkan produk unggulan dari PT. Solo Manufaktur Kreasi (SMK), PT. Kreasi Mandiri Wintor Indonesia (KMWI), dan PT. Sefator Deos Maks. Selain itu, Kemenperin menampilkan produk hasil riset Balai Besar dan Balai Riset dan Standarisasi (Baristand) Industri,” kata Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kemenperin, Putu Juli Ardika di Jakarta, Selasa (24/9).

Putu menjelaskan, pihaknya mendukung penuh pelaksanaan TTG nasional ini karena menjadi ajang bagi para inventor, kreator, dan inovator teknologi dari desa-desa di berbagai daerah untuk mempromosikan hasil temuannya. Apalagi, tema tahun ini mengaitkan dengan upaya meningkatkan inovasi teknologi dalam kesiapan menyongsong era industri 4.0, yang dapat dimanfaatkan bagi masyarakat pedesaan.

“Guna mendukung tujuan tersebut, maka kami tunjukkan beberapa karya anak bangsa dari industri kita. Contohnya, Alat Mekanis Multiguna Pedesaan (AMMDes) yang diproduksi PT KMWI telah mendapat pujian dari Bapak Eko Putro Sandjojo karena dapat meningkatkan produktivitas di pedesaan secara lebih efektif sehingga mendorong kegiatan ekonomi dan penguasaan teknologi tepat guna,” paparnya.

Gelar TTG Nasional XXI dibuka secara resmi oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo pada Minggu (22/9). Mendes PDTT melihat langsung dua unit AMMDes, yakni yang menggunakan aplikasi pengolah serabut kelapa dan perontok multiguna.

“Saat itu, AMMDes pengolah serabut kelapa cukup mendapat perhatian dari para pengunjung. Sebab, sejalan dengan upaya Kemenperin dalam menjalankan hilirisasi industri kelapa, serabut kelapa itu bisa banyak dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai tambah tinggi. Misalnya untuk jok, panel dan insulator kendaraan bermotor,” ujar Putu.

Dalam waktu dekat, AMMDes pengolah serabut kelapa akan dilakukan pilot project di Kabupaten Indragilir Hilir, Kab. Pangandaran dan Kab. Ciamis dengan menggandeng koperasi dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di wilayah setempat. “Selain bisa menjadi jok kendaraan, serabut kelapa dapat diolah pula menjadi produk turunan lain seperti coco fiber, coco peat, coco board, coco bed, furnitur dan akustik serta bahan bangunan lainnya,” imbuhnya.

Sementara itu, AMMDes perontok multiguna bisa dimanfaatkan sebagai pengupas berbagai komoditas, di antaranya beras, jagung, dan kopi. “Jadi, semua aplikasi dapat dikembangkan sesuai kebutuhan masyarakat di pedesaan. Sangat luas penggunaannya. Karena AMMDes ini juga dilengkapi power take off (PTO), yang bisa menggerakkan alat-alat pertanian dan defential lock dengan ban yang bisa disesuaikan dengan medan jalannya, sehingga tidak selip untuk menempuh medan ekstrim dan infarstruktur minim,” jelas Putu.

Selanjutnya, para pengunjung Gelar TTG Nasional XXI cukup antusias memperhatikan mobil Esemka yang tengah dipajang, yaitu tipe pick up dengan merek Bima. Kendaraan produksi PT SMK ini telah melakukan kerja sama dengan 30 industri komponen lokal.

Pada tahun pertama, PT SMK menargetkan produksi sebanyak 3.500 unit pick up Bima. Pabrik yang beroperasi di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah ini akan menyerap tenaga kerja lokal hingga 300 orang. “Kami mengapresiasi kepada Pemerintah Provinsi Bengkulu yang menandatangani pembelian 12 unit Esemka. Kami juga optimistis, Esemka dapat meningkatkan produktivitas masyarakat desa,” ungkapnya.

Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah menegaskan, pihaknya bangga terhadap kehadiran mobil Esemka sebagai produk industri dalam negeri. Oleh karenanya, Pemerintah Provinsi Bengkulu berminat untuk memesan karya anak bangsa tersebut.

“Siapa lagi kalau bukan kita yang bangga menggunakan produk dalam negeri ini. Harapan kami, tahun 2020 nanti, mobil Esemka sudah masuk e-katalog, sehingga proses pengadaannya bisa lebih sederhana. Kami terus dorong teknologi nasional, agar bangsa ini kompetitif di mata dunia,” tandasnya.

Sedangkan, Mendes PDTT menginginkan PT SMK dapat memberikan pelatihan perbengkelan kepada Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). “Jadi, mereka bisa mengerti tentang merawat kendaraan. Apalagi, yang namanya penjualan kendaraan itu salah satu kunci keberhasilannya adalah aftersales,” tutur Eko.

Inovasi teknologi industri Putu menambahkan, dalam ajang TTG Nasional XXI di Bengkulu, pihaknya pun memperkenalkan produk PUFFER (Pure Water For Life), yaitu mesin penjernih air portabel. Alat ini akan digunakan di sejumlah rumah sakit untuk air bersih dan air minum untuk kebutuhan rumah sakit. Dikembangkan pula unit yang sesuai peruntukan Puskemas dan Kelompok Masyarakat antara 50-200 KK. Hasil inovasi ini diharapkan dapat melayani masyarakat untuk kebutuhan air yang sehat.

“Alat ini dapat mensterilkan air yang berasal dari sumber air baku seperti laut, sungai, danau, dan sumur menjadi air yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk mandi, masak dan air minum. Mesin penjernih air ini bahkan sudah terkoneksi dengan teknologi industri 4.0 dengan online monitor untuk kinerja alat dan kualitas air yang dihasilkan serta dilengkapi dengan predictive maintenance untuk menjaga kualitas air,” terangnya.

Disamping itu, Kemenperin turut menampilkan berbagai teknologi terkini tepat guna yang telah dikembangkan oleh Balai-balai industri di bawah binaannya. “Untuk tahun ini, diikuti oleh tiga Balai Besar dan lima Baristand Industri,” sebut Putu.

Adapun teknologi yang ditampilkan adalah Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) dengan aplikasi Dobby Elektronik dari hasil inovasi Balai Besar Tekstil, Peningkatan Mutu Kosmetik (Krim) Berbasis Turunan Kelapa Sawit dengan Pendekatan Nanoteknologi (Balai Besar Kimia Kemasan), dan Teknologi Pengolahan Limbah Industri (Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri).

Selanjutnya, Rekayasa dan Rancang Bangun Material Heat Resistant Fire Grade untuk Spare Part Boiler pada Pabrik Kelapa Sawit (Baristand Medan), serta Pengembangan Teknologi Proses dan Desain Peralatan untuk Produksi Alat Kesehatan, Otomotif, dan Karet Tambang Berbasis Karet Alam dan Biomassa (Baristand Palembang). Berikutnya, Aplikasi dan Pengembangan Pigmen Warna Alam Gambir pada Produk Tekstil Ramah Lingkungan IKM dan Alat Pemecah Kemiri (Baristand Padang),Diversifikasi Produk Minyak Atsiri dan Produk Ikan (Baristand Ambon), serta Penerapan Teknologi Internet of Things (IoT) untuk fermentasi tembakau (Baristand Surabaya). (Tim)

Kemenperin Gandeng Korea Wujudkan Program Citarum Harum

Kemenperin Gandeng Korea Wujudkan Program Citarum Harum

JAKARTA, PAMARTANUSANTARA.CO.ID | Pemerintah bertekad untuk merevitalisasi dan merehabilitasi sungai Citarum. Hal ini tertuang dalam Peraturan Presiden RI Nomor 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum.

“Bapak Presiden Joko Widodo telah mencanangkan program Citarum Harum. Kegiatan revitalisasi dan rehabilitasi Sungai Citarum direncanakan dilakukan secara bertahap selama tujuh tahun,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian, Ngakan Timur Antara di Jakarta, Selasa (24/9).

Kepala BPPI mengemukakan, sungai Citarum memegang peranan strategis bagi kehidupan masyarakat di Jawa Barat hingga wilayah Ibu Kota DKI Jakarta. Bahkan, mampu menjadi menopang berbagai aktivitas sosial dan ekonomi, termasuk sektor industri.

Kementerian Perindustrian mencatat, pada tahun 2018, industri tekstil merupakan sektor dominan yang berlokasi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum dengan persentase populasi mencapai 70,9%, disusul oleh industri makanan dan minuman (5,8%), logam (4,9%), kimia (4,4%) serta kertas (3,6%).

“Selain itu, sungai Citarum melalui 10 Kabupaten dan 3 Kota di Jawa Barat dengan lebih dari 25 juta jiwa bergantung pada kualitas sungai Citarum,” ungkapnya. Melihat fungsi penting tersebut, pemerintah menetapkan Citarum sebagai Sungai Strategis Nasional melalui Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai.

Dalam hal ini, Kemenperin sebagai pembina sektor industri merasa perlu menetapkan segera langkah-langkah strategis untuk membantu keberhasilan program Citarum Harum. Apalagi, dalam Perpres 15/2018, disebutkan tanggung jawab Kemenperin.

“Kami akan memberikan dukungan pengawasan dan pengendalian atas kegiatan usaha industri di DAS Citarum, termasuk melaksanakan sosialisasi, bimbingan teknis, dan fasilitasi kepada pelaku industri untuk melakukan pengelolaan lingkungan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan,” papar Ngakan. Guna merealisasikan upaya tersebut, Balai Besar Tekstil selaku salah salah satu unit litbang di bawah BPPI Kemenperin melakukan kerja sama dengan United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia, UNDP Seoul Policy Centre, dan Korea Environment Corporation (K-Eco) untuk menyelenggarakan seminar bertajuk “Developing Real-time Monitoring System and Resources Efficiency” pada 25 September 2019.

“Seminar ini merupakan implementasi program dari Development Solutions Partnership: Sustainable Wastewater Management in Indonesia, yang merupakan wujud kerja sama BBT Kemenperin dengan UNDP Indonesia, UNDP Seoul Policy Centre, dan K-Eco,” imbuhnya.

Selain sebagai ajang berbagi pengalaman tentang cara pengelolaan pencemaran lingkungan dari para praktisi, baik itu yang berasal dari Indonesia maupun Korea Selatan, seminar ini juga diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi dalam membangun kerangka kerja dan panduan teknis pembangunan industri yang efisien melalui penerapan prinsip Resource Efficiency and Cleaner Production (RECP).

Selanjutnya, langkah sinergi dilanjutkan dengan pilot project RECP di industri tekstil yang berada di kawasan DAS Citarum, serta penggunaan teknologi tele-monitoring system untuk informasi kualitas limbah dan deteksi dini kebocoran (malfungsi) pengelolaan limbah.

“Teknologi tele-monitoring system merupakan teknologi pemantauan berbasis Internet of Things (IoT) yang akan terus menerus mengirimkan data secara real time kepada perusahaan industri mengenai parameter-parameter baku mutu lingkungan tertentu,” kata Kepala Pusat Industri Hijau Kemenperin, Teddy Sianturi.

Melalui penerapan tele-monitoring system, diharapkan pengawasan dan pengelolaan limbah bagi industri di sekitar DAS Citarum dapat menjadi lebih mudah, terkontrol dan terintegrasi, sehingga penanganan permasalahan pencemaran industri dapat dilakukan secara terpadu. (Tim)

Batik Nasional Diminati Pasar Global Tembus USD 18 Juta

Batik Nasional Diminati Pasar Global Tembus USD 18 Juta

JAKARTA, PAMARTANUSANTARA.CO.ID | Industri batik merupakan salah satu sektor yang cukup banyak membuka lapangan pekerjaan. Sektor yang didominasi oleh industri kecil dan menengah (IKM) ini tersebar di 101 sentra di Indonesia, dengan jumlah sebanyak 47 ribu unit usaha dan telah menyerap tenaga kerja hingga 200 ribu orang.

“Selain itu, industri batik yang merupakan bagian dari industri tesktil dan busana, juga menjadi salah satu sektor andalan dalam implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih pada pembukaan Pameran Batik dengan tema Membatik untuk Negeri di Jakarta, Selasa (24/9).

Dirjen IKMA menjelaskan, industri batik mendapat prioritas pengembangan karena dinilai mempunyai daya ungkit besar dalam penciptaan nilai tambah, perdagangan, besaran investasi, dampak terhadap industri lainnya, serta kecepatan penetrasi pasar. “Industri batik kita mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional dan produknya telah diminati pasar global,” ungkapnya.

Kemenperin mencatat, nilai ekspor dari industri batik nasional pada semester I tahun 2019, mencapai USD17,99 juta. Sementara itu, sepanjang tahun 2018, tembus hingga USD52 juta. Negara tujuan utama pengapalan produknya, antara lain ke Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.

“Kemudian, dengan nilai perdagangan dunia untuk produk pakaian jadi yang mencapai USD442 miliar, industri batik kita berpeluang besar untuk meningkatkan pangsa pasarnya, mengingat kain lembaran batik juga merupakan salah satu bahan baku produk pakaian jadi,” imbuhnya.

Oleh karena itu, bergulirnya era revolusi industri 4.0, memunculkan berbagai teknologi canggih yang dapat membuat dunia batik nasional semakin berdaya saing. “Yayasan Batik Indonesia dapat memulai pendekatan kepada generasi muda dengan melakukan digitalisasi dan memanfaatkan media sosial untuk kemajuan batik nasional,” ujar Gati.

Bahkan, salah satu lembaga litbang milik Kemenperin, yakni Balai Besar Kerajinan dan Batik sudah mampu mengembangkan aplikasi Batik Analyzer untuk membedakan produk batik dan tiruan batik. Aplikasi dengan basis Android dan iOS tersebut menggunakan teknologi artificial intelligence (AI) yang sesuai dengan implementasi industri 4.0

“Batik Indonesia memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif di pasar Internasional. Untuk itu, kita perlu menjaga dan melestarikan nilai budaya batik dengan penguatan branding dan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual,” paparnya.

Gati menegaskan, batik merupakan warisan budaya tak benda asli Indonesia, dimana UNESCO telah mengukuhkan batik Indonesia sebagai Representative List of The Intangible Cultural Heritage of Humanity pada 2 Oktober 2009 lalu. “Pengakuan ini membawa konsekuensi kepada pemerintah maupun organisasi seperti Yayasan Batik Indonesia untuk terus menerus secara nyata melestarikan dan mengembangkan produk batik,” tuturnya.

Hal tersebut diyakini akan mendorong semangat para perajin dan industri batik nasional termasuk pemerintah untuk terus mengembangkan industri batik, sehingga batik dapat semakin dikenal di seluruh lapisan masyarakat bahkan dunia.

“Pada Mei 2019, terjadi Diplomasi Batik di markas besar PBB, yaitu dipilihnya batik sebagai dress code pada Sidang Dewan Keamanan PBB,” ungkapnya. Momen tersebut menjadi kebanggaan bagi Indonesia karena sebagian besar anggota yang hadir mengenakan batik dengan beragam corak, warna dan bahan batik asli Indonesia.

Di samping itu, batik menjadi identitas bangsa yang semakin populer dan mendunia. Batik saat ini bertransformasi menjadi berbagai bentuk fesyen, kerajinan dan home decoration yang telah mampu menyentuh berbagai lapisan masyarakat baik di dalam maupun luar negeri.

Oleh karenanya, Kemenperin memberikan apresiasi kepada Yayasan Batik Indonesia yang secara konsisten melestarikan batik melalui berbagai kegiatan, yang salah satunya adalah penyelenggaraan kegiatan Pameran “Membatik untuk Negeri” yang dilaksanakan mulai tanggal 24 September 2019 sampai dengan tanggal 27 September 2019 di Plasa Pameran Industri, Kemenperin, Jakarta.

Pameran tersebut dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional dan pengakuan batik oleh UNESCO yang ke-10 tahun. Kegiatan ini akan berlanjut, dengan acara puncak yang digelar di Solo pada 2 Oktober 2019 mendatang. (Tim)

Panen Hadiah Simpedes BRI, Nasabah BRI Unit Kotapinang Raih Hadiah Utama

Ket. Gambar : Kepala Cabang BRI Kotapinang Dodi Wahyu Budiarso menyerahkan secara simbolis hadiah utama Mobil Brio E MT Honda kepada kepala BRI Unit Kotapinang, Sri Bahana Harahap, karena Netti Sibuea tidak hadir pada pengundian panen hadiah Simpedes periode pertama 2019 di BRI Unit Asam, Selasa (24/9).

KOTAPINANG, PAMARTANUSANTARA.CO.ID | Kepuasan serta kemudahan nasabah bertransaksi dengan BRI, merupakan prioritas utama Bank BRI Cabang Kotapinang. Untuk itu, ada 8 kantor BRI Unit, 5 teras BRI serta 500-an agen BRILink yang tersebar sampai ke Pelosok Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Labusel) dengan tujuan mempermudah masyarakat untuk melakukan transaksi perbankan.

Hal ini disampaikan oleh Dodi Wahyu Budiarso Pimpinan Cabang BRI Kotapinang pada pembukaan panen hadiah SIMPEDES BRI periode pertama 1 Maret sampai dengan 31 Agustus 2019.

Acara panen hadiah Simpedes BRI ini digelar di BRI Unit Asam Jawa, Desa Asam Jawa, Kecamatan Torgamba, Labusel, Selasa (24/9). Yang diikuti 96 ribu nasabah Simpedes.

Dalam kesempatan itu Dodi Wahyu Budiarso juga menyampaikan bahwa menabung seratus ribu rupiah saja di BRI sudah mendapat satu nomor undian berlaku kelipatan, selain mendapat hadiah juga aman dari pada menyimpan uang dirumah.

Nasabah yang paling beruntung Netti Sibuea nasabah unit Kotapinang mendapat hadiah utama satu unit mobil Brio E MT Honda.

Sedangkan puluhan hadiah lainnya yang bisa dibawa langsung oleh nasabah pemenang undian diantaranya 2 unit sepeda motor GSF 150 Bandit , 4 unit sepeda motor UX 10 NE FD NEW II Suzuki, 6 unit sepeda motor UX 110 NE NEX II Suzuki, 10 unit TV LED 43 Inci 431K 500 Politron, 10 unit Kulkas S-236NO K SHARP, 10 unit mesin cuci Polytron serta ratusan hadiah langsung dan doorfrize bagi undangan yang hadir.

Panen hadiah Simpedes BRI periode Maret- Agustus 2019 ini, semakin semarak karena dihibur oleh bintang tamu Dodi KDI serta di hadirin oleh Bupati Labuhanbatu Selatan yang diwakili asisten Abdul Manan Ritonga, Kajari Kotapinang Ketut Winawa, S.H., M.H., perwakilan Polsekta Kotapinang, Danramil 11 Kotapinang, Camat Torgamba Azaman Prapat, S.T., M.M., dan para undangan nasabah BRI. (Roynal Silaban)

Kemenperin Bidik Investasi Industri Semikonduktor

Kemenperin Bidik Investasi Industri Semikonduktor

JAKARTA, PAMARTANUSANTARA.CO.ID | Kementerian Perindustrian terus berupaya mencari investor baru yang dapat mendukung sektor hilir di industri elektronik dalam negeri. Hal ini guna menghasilkan substitusi bahan baku impor, sekaligus mendorong peningkatkan produktivitas agar bisa memenuhi kebutuhan pasar domestik hingga ekspor.

“Saat ini, pemerintah sedang menargetkan dua hal, yaitu investasi dan ekspor. Untuk itu, pemerintah bertekad menciptakan iklim usaha yang kondusif dengan memberikan kemudahan izin usaha serta fasilitas insentif fiskal dan nonfiskal,” kata Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Harjanto di Jakarta, Minggu (22/9).

Menurut Harjanto, pihaknya telah membidik produsen semikonduktor sebagai salah satu sektor yang bakal menguatkan struktur industri elektronik di Indonesia. “Karena, dengan adanya investasi tersebut, kami optimistis industri kita juga bisa lebih berdaya saing,” tuturnya.

Apalagi, berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, industri elektronik merupakan satu dari lima sektor manufaktur di Tanah Air yang sedang diprioritaskan pengembangannya agar siap menghadapi era industri 4.0. Selain itu, diharapkan menjadi motor penggerak dalam upaya mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.

“Jadi, peta jalan itu bertujuan untuk mengakselerasi pertumbuhan industri agar berdaya saing di tengah kompetisi global serta fokus pada upaya peningkatan ekspor sebagai penghela pertumbuhan ekonomi. Asprirasi besarnya adalah mendorong Indonesia menjadi salah satu dari 10 negara dengan kekuatan ekonomi terbesar berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) di dunia,” papar Harjanto.

Sebelumnya, Direktur Industri Elektronika dan Telematika Kemenperin Janu Suryanto mengemukakan, pemerintah fokus mendorong industri elektronik di dalam negeri agar tidak hanya terkonsentrasi pada perakitan, tetapi juga terlibat dalam lingkaran rantai pasok bernilai tambah tinggi. Langkah strategis ini diwujudkan antara lain melalui peningkatan investasi.

Sepanjang tahun 2018, nilai investasi industri elektronik menyentuh di angka Rp12,86 triliun, naik dibanding tahun 2017 sebesar Rp7,81 triliun. “Tahun ini, ditargetkan ada beberapa investasi baru yang akan masuk, yang secara total nilainya mencapai Rp1,3 triliun dengan proyeksi penyerapan tenaga kerja secara keseluruhan sebanyak 248,5 ribu orang,” ungkapnya.

Janu mengemukakan, investor tersebut di antaranya dari industri semikonduktor dan komponen elektronik, industri peralatan listrik rumah tangga, industri komputer, barang elektronik, dan optik, serta industri peralatan teknik. Mereka itu, di antaranya PT Sammyung Precision Batam, PT Simatelex Manufactory Batam, PT Pegatron Technology Indonesia, dan PT Siix Electronics Indonesia.

Tembus pasar ekspor

Sementara itu, Kemenperin memberikan apresiasi kepada produsen elektronik di dalam negeri yang telah menembus pasar ekspor. Ini menandakan produk karya anak bangsa mampu berkualitas sehingga digunakan oleh konsumen mancanegara.

“Contohnya, PT Panasonic Manufacturing Indonesia (PMI) yang baru saja melakukan ekspor perdana mesin cuci dua tabung merek Panasonic dan merek CHIMEI ke Taiwan,” ungkap Dirjen ILMATE. Peningkatan ekspor ini dapat meningkatkan devisa sekaligus menekan defisit neraca perdagangan.

Harjanto pun menyampaikan, pemerintah sedang giat memacu kegiatan ekspor dari sektor manufaktur, termasuk peran industri elektronik. Kemenperin mencatat, sepanjang tahun 2018 nilai ekspor dari industri elektronik mampu menembus hingga USD8,2 miliar atau naik dibanding tahun 2017 yang mencapai USD7,9 miliar. Sementara itu, pada triwulan II-2019, nilai ekspornya sebesar USD3 miliar.

“Oleh karena itu, perusahaan perlu didorong untuk terus berinovasi, meningkatkan kompetensi sumber daya manusianya, memanfaatkan teknologi, dan menambah lini produksinya sehingga dapat bersaing di tingkat internasional serta menambah destinasi ekspornya,” paparnya. Presiden Direktur PT PMI, Tomonobu Otsu mengatakan, selain berupaya kompetitif di pasar global, pihaknya terus berinovasi dan secara konsisten mengembangkan industri kecil dan menengah (IKM) dalam pengoptimalan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN). “Saat ini, produk mesin cuci kami, TKDN-nya telah mencapai 37% dan masih akan terus ditingkatkan,” ujarnya.

Bisnis unit mesin cuci PT PMI, yang berdiri sejak tahun 1979, telah memproduksi mesin cuci semi otomatis dua tabung untuk pasar domestik serta ekspor. “Saat ini, kami sudah mengekspor ke sembilan negara, yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Oman, Qatar, Kosta Rika, Singapura, Thailand, dan Malaysia, serta memperluas destinasi ekspor ke pasar Taiwan dengan dua merek sekaligus,” imbuhnya.

Otsu menambahkan, Panasonic Gobel akan terus menjalankan misi untuk berkontribusi bagi Indonesia, yang tentu saja dengan mengembangkan usaha di dalam negeri melalui produksi dan penjualan produk-produk untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta secara aktif melakukan ekspansi ekspor.

Pengoptimalan TKDN

Di sisi lain, pemerintah berencana menerapkan kewajiban tingkat komponen dalam negeri untuk produk elektronika dan telematika secara menyeluruh. Rencana penerapan kebijakan ini untuk menggairahkan industri manufaktur dalam negeri sehingga mendorong ekspor.

“Pengoptimalan TKDN untuk produk-produk elektronik juga bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri dan menekan barang impor,” ujar Janu. Pemerintah telah menerapkan kebijakan ini terhadap produk smartphone dan berhasil menekan impor serta mengundang investasi masuk.

Regulasi itu tertuang dalam Peraturan Menteri Perindustrian No 29 Tahun 2017 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Produk Telepon Seluler, Komputer Genggam, dan Komputer Tablet. Penghitungan nilai TKDN memakai pembobotan pada proses manufaktur dan pengembangan inovasi.

“Adapun yang menerapkan TKDN hardware sebanyak 44 merek, software dan hardware sebanyak 2 merek, dan 1 merek melalui skema pusat inovasi yaitu yang dibangun oleh Apple,” sebut Janu. Hasilnya, angka impor smartphone menurun dari 60 juta unit pada 2014 menjadi 3,89 juta unit pada semester I tahun 2018.

“Kami ingin ke depannya industri elektronik dalam negeri menjadi lighthouse (percontohan) dalam implementasi industri 4.0 sehingga pertumbuhannya dapat terus meningkat dengan mampu menjawab pergeseran pola permintaan konsumen yang semakin kompleks,” paparnya.

Kemenperin mencatat, pertumbuhan produksi pada kelompok industri komputer, barang elektronik dan optik pada triwulan I tahun 2019 mencatatkan angka yang positif sebesar 2,78 persen, naik jika dibanding capaian di periode sama tahun lalu yang minus -4,80 persen.

Populasi industri elektronika di Indonesia sampai dengan triwulan II-2019, ada penambahan sejumlah 21 perusahaan. “Industri elektronika dinilai sebagai salah satu sektor yang mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional,” tegas Janu. (Tim)

Lanjutkan Kerja Sama Pendidikan Vokasi RI- Singapura Juga Terus Pacu Investasi

Lanjutkan Kerja Sama Pendidikan Vokasi RI-Singapura Juga Terus Pacu Investasi

JAKARTA, PAMARTANUSANTARA.CO.ID | Indonesia dan Singapura sepakat untuk terus melanjutkan kerja sama dalam bidang pengembangan pendidikan vokasi. Upaya strategis ini guna menciptakan sumber daya manusia (SDM) industri yang kompeten, terutama dalam kesiapan menghadapi era industri 4.0.

“Kami ingin program yang sudah terlaksana pada tahun lalu dan tahun ini masih bisa dilanjutkan. Bahkan, jumlah pesertanya kami targetkan lebih banyak lagi,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kementerian Perindustrian Eko S.A. Cahyanto di Jakarta, Kamis (19/9).

Tahun ini, Kemenperin telah memfasilitasi pelatihan kepada kepala sekolah dan guru produktif Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Institute of Technical Education (ITE) Singapura. Ini sebagai tindak lanjut dari program pendidikan vokasi yang link and match antara SMK dengan industri di sejumlah daerah.

“Pelatihan tersebut merupakan hasil kerja sama antara Kemenperin dengan Temasek Foundation dan ITE Educational Service (ITEES) dalam rangka merevitaliasi SMK yang dilakukan Kemenperin,” tuturnya. Dalam implementasinya, ITEES sudah melatih 74 guru produktif SMK untuk pelatihan bidang pendidikan teknik dan vokasi (TVET).

“Mereka mendapatkan program peningkatan keterampilan teknis di bidang teknik mesin, teknik listrik, dan otomasi industri,” sebut Eko. Selain itu, juga digelar program Lokakarya Pelatihan Kepemimpinan (Leaders Training Workshop/LTW) untuk 25 kepala sekolah SMK.

Program tersebut bertujuan meningkatkan kemampuan profesional guru dan perangkat manajemen sekolah kejuruan untuk mengelola unit TVET di Indonesia secara profesional. “Ke depannya, kami ingin memanfaatkan Batam menjadi pusat pelatihan tersebut. Jadi, bisa sebagai supporting bagi industri-industri di sekitarnya, terutama yang berbasis teknologi tinggi,” terangnya.

Apalagi, menurut Kepala BPSDMI, di Batam memiliki kawasan yang fokus mengembangkan sektor andalan dalam penerapan industri 4.0 seperti perusahaan elektronika. “Tentunya, apabila ada fasilitas penyediaan SDM kompeten, akan menjadi daya tarik bagi para investor yang ingin masuk. Misalnya, saat ini Batam menjadi pusat pertumbuhan industri smartphone di Indonesia,” imbuhnya.

Selain itu, Kemenperin akan memanfaatkan Bintan sebagai lokasi yang menjadi pusat pengembangan SDM penopang industri jasa pemeliharaan dan perbaikan (Maintenance, Repair, and Overhaul/MRO) pesawat di dalam negeri. “Mungkin nanti kami dorong ada Politeknik untuk mendukung industri MRO,” ujar Eko.

Kepala BPSDMI juga menyampaikan, Kemenperin aktif mengajak para investor Singapura untuk terus menanamkan modalnya di Indonesia. Hal ini disampaikan ketika Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menerima kunjungan Menteri Industri dan Perdagangan Singapura Chan Chun Sing di Jakarta, beberapa waktu lalu.

“Contohnya, mendorong Batam menjadi pengembangan klaster industri Singapura, karena mereka terbatas secara teritorial,” ungkapnya. Lokasi lainnya adalah mengoptimalkan Kawasan Industri Kendal, yang merupakan buah kerja sama antara Indonesia dan Singapura.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengemukakan, Kawasan Industri Kendal sedang diusulkan menjadi kawasan ekonomi khusus. “Jadi, bisa menjadi salah satu area untuk ekspansi industri di Semarang dan Kendal sekalagus sebagai export hub. Apalagi, akan ada klaster industri tekstil di Jawa Tengah,” ujarnya.

Menperin menambahkan, sudah ada investor China yang akan merelokasi pabrik tekstil ke Kawasan Industri Kendal. “Ini salah satu pionir yang akan relokasi. Kami berharap dapat memperkuat struktur industri di dalam negeri. Apalagi, tekstil menjadi sektor andalan dalam implementasi industri 4.0. Maka itu, kami juga dorong transfer teknologi permesinannya,” imbuhnya. (Tim)

Menperin : Investasi Korsel Perkuat Struktur Manufaktur RI

Menperin : Investasi Korsel Perkuat Struktur Manufaktur RI

JAKARTA, PAMARTANUSANTARA.CO.ID | Kementerian Perindustrian aktif menarik investor Korea Selatan untuk terus menanamkan modalnya di Indonesia agar bisa memperkuat struktur sektor manufaktur di dalam negeri. Langkah ini juga sekaligus akan memacu daya saing industri dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

“Korea adalah salah satu top 10 investor di Indonesia. Mereka punya industri yang potensial, khususnya sektor manufaktur,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ketika menyampaikan keynote speech pada acara Indonesia – Korea Conference 2019: Charting A Blueprint for Robust Partnership di Jakarta, Rabu (18/9).

Menperin menyebutkan, sejumlah investor Korsel di sektor industri telah menggelontorkan dananya di Indonesia. Investor yang masuk berasal dari sektor-sektor yang sedang diprioritaskan pengembangannya oleh pemerintah berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0.

“Ada beberapa industri besar seperti Posco di sektor industri baja, dan Lotte Chemical di industri kimia yang berinvestasi sekitar USD3,5 miliar,” ungkapnya. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Korsel merupakan investor terbesar ke-8 di Indonesia pada kuartal I-2019.

Total realisasi investasi dari Negeri Ginseng sejak tahun 2014 sampai triwulan I-2019 mencapai USD7,3 miliar. Sementara itu, realisasi investasi sepanjang tahun 2018 sebesar USD1,6 miliar. Investasi mereka didominasi sektor industri mesin dan elektronik (15%), pertambangan (13%), gas dan air (9%), industri sepatu (8%), serta industri karet dan plastik (8%).

“Ada beberapa sektor lagi yang akan masuk. Apalagi untuk elektronika, pangsa pasar produk Korea juga cukup besar di Indonesia,” ujar Airlangga. Oleh karena itu, pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo bertekad untuk semakin menciptakan iklim investasi yang kondusif, memberikan kemudahan izin usaha, serta memfasilitasi insentif fiskal dan nonfiskal.

“Dengan demikian, pemerintah akan terus dorong dan fasilitasi, bahwa klaster industri Korea ke depan perlu kita tarik,” tandasnya. Sebab, menurut Menperin, peningkatan investasi merupakan kunci untuk menciptakan lompatan dan terobosan dalam mewujudkan visi Indonesia maju dan sejahtera.

Upaya tersebut, sejalan dengan program prioritas di dalam Making Indonesia 4.0 untuk kesiapan diri memasuki era industri 4.0. Terutama yang berkaitan dengan pengembangan lima sektor andalan, yakni industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri elektronika, serta industri kimia.

“Makanya investasi terus kami pacu, sehingga akan menggenjot kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik hingga ekspor. Selain itu dapat menghasilkan substitusi impor,” ungkapnya. Penerapan industri 4.0 ini tidak hanya menyasar kepada sektor skala besar, melainkan juga industri kecil dan menengah (IKM) dalam upaya meningkatkan produktivitas dan kualitasnya secara lebih efisien.

Airlangga menambahkan, peningkatan investasi juga dapat menjaga kestabilan perekonomian nasional di tengah kondisi ekonomi global yang belum menentu akibat adanya perang dagang. “Kuncinya adalah FDI (Foreign Direct Investment). Seperti yang disampaikan Pak Dino Patti Djalal dan Dubes Korea, bahwa Indonesia menjadi prioritas dari new southern policy dari Korea,” paparnya.

Sementara itu, Menperin menilai upaya percepatan Indonesia- Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK CEPA) akan mempermudah kerja sama di sektor industri bagi kedua negara. “IK CEPA tentu akan memudahkan sektor industri membangun value chain. IK CEPA juga diharapkan memudahkan pelaku industri komponen dalam negeri berperan dalam global value chain,” terangnya.

Airlangga pun menyampaikan, IK CEPA akan mempengaruhi kerja sama perdagangan dua arah agar saling menguntungkan. “Apalagi, ketika melakukan kunjungan kerja ke Korea, Bapak Presiden Joko Widodo menargetkan nilai perdagangan kedua negara menjadi USD30 miliar di tahun 2022 atau naik dari yang sekarang sekitar USD18,6 miliar,” tuturnya.

Pada tahun 2017, neraca perdagangan RI-Korsel mengalami surplus sebesar US$78 juta dari total nilai perdagangan yang mencapai USD17 miliar. Tahun lalu, telah ditandatangani sejumlah MoU dengan potensi investasi sebesar USD6,2 miliar dalam rangkaian acara Indonesia-Korea Business and Investment Forum 2018. (Tim)