EFEK GASTROPROTEKTIF EKSTRAK ETANOL BUAH MAHKOTA DEWA ( macrocarpa) TERHADAP MUKOSA LAMBUNG TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L.) YANG DIINDUKSI ASETOSAL

SKRIPSI

OLEH : KURNIA LAVINDA YUSFA NIM 151501247

PROGRAM SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020

Universitas Sumatera Utara EFEK GASTROPROTEKTIF EKSTRAK ETANOL BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa) TERHADAP MUKOSA LAMBUNG TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L.) YANG DIINDUKSI ASETOSAL

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH : KURNIA LAVINDA YUSFA NIM 151501247

PROGRAM SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang tak terhingga penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini dengan judul “Efek Gastroprotektif Ekstrak

Etanol Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Mukosa Lambung

Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) yang Diinduksi Asetosal”.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU Medan, kepada Bapak Dadang Irfan Husori,

S.Si., M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab serta memberikan petunjuk dan saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini.

Bapak Prof. Dr. Urip Harahap, Apt., selaku ketua penguji dan Ibu Marianne, S.Si.,

M.Si., Apt., selaku anggota penguji yang telah memberikan masukan, kritik dan arahan yang membangun kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU Medan yang telah mendidik selama perkuliahan.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tiada terhingga kepada keluarga Ayahanda tercinta Yusfadodi, S.Km., M.Kes. dan Ibunda tercinta

Mulia Syukriyenti, AMKG yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang tidak ternilai dengan apapun, pengorbanan baik materi maupun motivasi beserta doa yang tulus yang tidak pernah berhenti. Adik-adik penulis, Rizki Fadhilla

Yusfa dan Al Hafizh Yusfa serta seluruh keluarga besar yang selalu mendoakan

iv Universitas Sumatera Utara dan memberikan semangat hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Nabila Deli Syafarina Lubis yang menjadi rekan selama penelitian dan penulisan skripsi dan Salma Iradatillah yang senantiasa membantu segala proses selama penelitian dan menjadi penyemangat bagi penulis selama perkuliahan hingga selesainya penulisan skripsi ini, Aditya Waskita Jauhari yang juga selalu memberikan semangat dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Jihan Hafsah Lubis, Yuni

Yusmaini Pjt yang berjuang bersama penulis selama masa perkuliahan, Pegi

Tamara Dayanti, Sonia Agustin, dan Villa Yane Onira yang dari awal selalu memberikan doa dan menjadi penyemangat bagi penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, 30 Januari 2020 Penulis,

Kurnia Lavinda Yusfa NIM 151501247

v Universitas Sumatera Utara

vi Universitas Sumatera Utara EFEK GASTROPROTEKTIF EKSTRAK ETANOL BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa) TERHADAP MUKOSA LAMBUNG TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L.) YANG DIINDUKSI ASETOSAL

ABSTRAK

Latar Belakang: Penggunaan obat-obat antiinflamasi non steroid (NSAID) dalam jangka waktu lama dapat memicu timbulnya luka dan perdarahan pada mukosa lambung dan menyebabkan tukak. Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) adalah tanaman dengan sejarah etnofarmakologi yang panjang dan mengandung metabolit sekunder diantaranya flavonoid yang dapat meningkatkan produksi prostaglandin serta mengurangi sekresi asam, tanin yang mampu membentuk lapisan pelindung mukosa lambung. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efek gastroprotektif dan dosis efektif ekstrak etanol buah mahkota dewa (EEBMD) terhadap mukosa lambung tikus putih yang diinduksi dengan asetosal. Metode: EEBMD diekstraksi dengan metode maserasi. 35 ekor tikus jantan dibagi dalam 7 kelompok: kelompok normal; kelompok induksi; kelompok kontrol CMC-Na; kelompok kontrol positif; kelompok EEBMD 100; 200; dan 400 mg/kg bb. Seluruh kelompok diberikan perlakuan selama 7 hari kecuali kelompok induksi. Pada hari ke-6, tikus dipuasakan selama 36 jam, kemudian dinduksi dengan asetosal. 10 jam kemudian, hewan dikorbankan, diambil lambung untuk pemeriksaan parameter. Hasil: Hasil skrining fitokimia menunjukkan EEBMD mengandung metabolit sekunder yaitu flavonoid, tanin, saponin, alkaloid, glikosida. EEBMD dosis 100, 200, dan 400 mg/kg bb terbukti dapat menurunkan jumlah dan skor tukak, memperbaiki sel epitel, menaikkan pH dan total asiditas lambung. EEBMD dosis 100, 200 dan 400 mg/kg bb memiliki efek gastroprotektif dengan persen inhibisi tukak masing-masing 39%, 40,61%, dan 50,59% yang tidak berbeda secara signifikan dengan sukralfat, 44,98%. Kesimpulan: Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa EEBMD dosis 100, 200 dan 400 mg’kg bb memiliki efek gastroprotektif pada tikus yang tukaknya diinduksi menggunakan asetosal dengan persen inhibisi yang sama dengan sukralfat.

Kata Kunci: Phaleria macrocarpa, gastroprotektif, induksi NSAID.

vii Universitas Sumatera Utara GASTROPROTECTIVE EFFECT OF ETHANOLIC EXTRACT OF MAHKOTA DEWA FRUIT (Phaleria macrocarpa) IN ALBINO RATS GASTRIC MUCOSA (Rattus norvegicus L.) INDUCED BY ACETOSAL

ABSTRACT

Background: Prolonged use of non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) can cause sores and bleeding in gastric mucosa and cause ulcers. Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) is a with long ethnopharmacological usage history and contains secondary metabolites including flavonoids that can increase prostaglandin production and reduce acid secretion, tannins that can be used to protect gastric mucosa. Objective: The purposes of this experiment were to determine the gastroprotective effect and effective dose of ethanolic extract of mahkota dewa fruit (EEMDF) on gastric mucosa induced by acetosal. Method: EEMDF extracted by maceration method. 35 rats divided into 7 groups: normal group; induced group; control group CMC-Na; positive control group; EEMDF groups 100, 200, and 400 mg/kg bw. All groups were given treatments for 7 days except induced group. On sixth day, rats were fasted for 36 hours, then given induction of acetosal. 10 hours later, animal sacrificed, stomach taken for parameter examination. Result: Phytochemical screening show that EEMDF contains secondary metabolites, such as flavonoids, tannins, saponins, alkaloids, glycosides. EEMDF 100, 200, and 400 mg/kg bw have been proven to reduce ulcer numbers, ulcer scores, repair epithelial cells, increase gastric pH, and total acidity. EEMDF 100, 200 and 400 mg/kg bw have gastroprotective effect shown by ulcer inhibitions were 39%, 40.61%, and 50.59% respectively, which were not significantly different from sucralfate, 44.98%. Conclusion: The results of this experiment could be concluded that EEMDF 100, 200, and 400 mg/kg bw had gastroprotective effects in rats that were induced by acetosal by the same ulcer inhibition percentage as sucralfate.

Keywords: Phaleria macrocarpa, gastroprotective, induced by NSAID.

viii Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...... i HALAMAN JUDUL ...... ii HALAMAN PENGESAHAN ...... iii KATA PENGANTAR ...... iv HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...... vi ABSTRAK ...... vii ABSTRACT ...... viii DAFTAR ISI ...... ix DAFTAR GAMBAR ...... xi DAFTAR TABEL ...... xii DAFTAR LAMPIRAN ...... xiii BAB I PENDAHULUAN ...... 1 1.1 Latar Belakang ...... 1 1.2 Perumusan Masalah ...... 4 1.3 Hipotesis Penelitian ...... 4 1.4 Tujuan Penelitian ...... 4 1.5 Manfaat Penelitian ...... 5 1.6 Kerangka Pikir Penelitian ...... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...... 7 2.1 Tukak Lambung ...... 7 2.1.1 Etiologi ...... 7 2.1.2 Patofisiologi ...... 9 2.1.3 Manifestasi klinis ...... 10 2.2 Pengobatan Tukak Lambung...... 11 2.2.1 Terapi farmakologi ...... 11 2.2.2 Terapi non farmakologi ...... 13 2.3 Mahkota Dewa ...... 13 2.3.1 Klasifikasi tumbuhan ...... 13 2.3.2 Morfologi tumbuhan ...... 14 2.3.3 Habitat tumbuhan ...... 15 2.3.4 Kandungan kimia tumbuhan ...... 15 2.3.5 Khasiat tumbuhan...... 15 2.4 Metode Gastroprotektif ...... 16 2.4.1 Induksi etanol absolut ...... 16 2.4.2 Induksi HCl/etanol ...... 17 2.4.3 Induksi NSAID ...... 17 2.4.4 Induksi pengikatan pilorus ...... 18 2.4.5 Induksi perendaman dengan air atau stres terhadap suhu dingin ...... 19 BAB III METODE PENELITIAN...... 20 3.1 Jenis Penelitian ...... 20 3.2 Alat ...... 20 3.3 Bahan ...... 20 3.4 Hewan Percobaan ...... 21 3.5 Prosedur Penelitian...... 21 3.5.1 Pengelolaan sampel ...... 21

ix Universitas Sumatera Utara 3.5.1.1 Pengambilan sampel...... 21 3.5.1.2 Identifikasi sampel ...... 22 3.5.1.3 Prosedur pembuatan serbuk simplisia ...... 22 3.5.1.4 Prosedur ekstraksi ekstrak etanol buah mahkota dewa ...... 22 3.5.2 Karakterisasi simplisia ...... 22 3.5.2.1 Pemeriksaan makroskopis ...... 23 3.5.2.2 Penetapan kadar air...... 23 3.5.2.3 Penetapan kadar abu total...... 23 3.5.2.4 Penetapan kadar abu tidak larut asam...... 24 3.5.2.5 Penetapan kadar sari larut dalam air...... 24 3.5.2.6 Penetapan kadar sari larut dalam etanol...... 24 3.5.3 Skrining fitokimia ...... 25 3.5.3.1 Pemeriksaan alkaloid ...... 25 3.5.3.2 Pemeriksaan flavonoid ...... 25 3.5.3.3 Pemeriksaan tanin ...... 26 3.5.3.4 Pemeriksaan glikosida...... 26 3.5.3.5 Pemeriksaan saponin...... 27 3.5.3.6 Pemeriksaan steroid/triterpenoid ...... 27 3.5.4 Pembuatan sediaan uji ...... 27 3.5.4.1 Pembuatan suspensi CMC-Na 0,5% ...... 27 3.5.4.2 Pembuatan suspensi sukralfat 0,1% ...... 28 3.5.4.3 Pembuatan suspensi asam asetilsalisilat 8% ...... 28 3.5.4.4 Pembuatan suspensi EEBMD 1% ...... 28 3.5.4.5 Pembuatan suspensi EEBMD 2% ...... 28 3.5.4.6 Pembuatan suspensi EEBMD 4% ...... 29 3.5.5 Prosedur kerja...... 29 3.5.5.1 Prosedur induksi dan perlakuan tukak lambung ...... 29 3.5.5.2 Pengamatan secara makroskopis ...... 30 3.5.5.3 Pengamatan secara mikroskopis (histopatologi) ...... 31 3.5.5.4 Pemeriksaan konsentrasi asam lambung dengan metode titrasi ...... 32 3.6 Analisis Data ...... 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...... 34 4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan ...... 34 4.2 Hasil Simplisia ...... 34 4.3 Hasil Ekstraksi ...... 34 4.4 Hasil Uji Skrining Fitokimia ...... 34 4.5 Hasil Karakterisasi Serbuk Simplisia Buah Mahkota Dewa ...... 35 4.6 Hasil Pengujian Gastroprotektif Lambung Tikus ...... 37 4.6.1 Hasil pengamatan makroskopis lambung...... 37 4.6.2 Hasil pengamatan mikroskopis lambung ...... 43 4.6.3 Hasil pengamatan sekresi cairan lambung ...... 47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...... 50 5.1 Kesimpulan ...... 50 5.2 Saran ...... 50 DAFTAR PUSTAKA ...... 51

x Universitas Sumatera Utara DAFTAR GAMBAR

1.1 Kerangka Pikir Penelitian ...... 6 2.1 Buah Mahkota Dewa ...... 14 4.1 Hasil Pengamatan Makroskopis Lambung ...... 39 4.2 Hasil Pengamatan Mikroskopis Lambung ...... 44

xi Universitas Sumatera Utara DAFTAR TABEL

3.1 Penilaian Berdasarkan Keparahan Tukak ...... 30 4.1 Hasil Skrining Fitokimia Buah Mahkota Dewa ...... 35 4.2 Hasil Karakterisasi Simplisia Buah Mahkota Dewa ...... 36 4.3 Hasil Pengamatan Makroskopis Lambung ...... 38 4.4 Hasil Pengamatan Sekresi Cairan Lambung ...... 47

xii Universitas Sumatera Utara DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil Identifikasi Tumbuhan ...... 55 2. Persetujuan Komisi Etik Penelitian Hewan ...... 56 3. Tumbuhan Buah Mahkota Dewa ...... 57 4. Simplisia Buah Mahkota Dewa ...... 58 5. Ekstrak Etanol Buah Mahkota Dewa ...... 59 6. Bagan Penelitian...... 60 7. Perhitungan Hasil Karakterisasi Serbuk Simplisia Buah Mahkota Dewa ...... 64 8. Perhitungan Dosis ...... 67 9. Hasil Rata-rata Parameter Penelitian ...... 69 10. Hasil Pengamatan Parameter Makroskopik ...... 70 11. Hasil Pengamatan Parameter Sekesi Cairan Lambung ...... 73 12. Hasil Analisis Data Statistik...... 74

xiii Universitas Sumatera Utara BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan saluran cerna merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai pada masyarakat dewasa saat ini. Jumlah penderita dari tahun ke tahun semakin meningkat. Penderita dengan keluhan nyeri pada lambung merupakan keluhan terbanyak, mulai dari yang akut sampai kronik, seperti gastritis akut dan tukak lambung. Asam lambung dapat merusak dinding lambung itu sendiri, karena sifat asam yang korosif (Handayani, 2017; Bloom dan Fawcett, 2002).

Salah satu penyakit gangguan saluran pencernaan yang paling sering terjadi ialah peptic ulcer disease (PUD) atau tukak lambung. Di dunia, insiden tukak lambung terjadi sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika, tukak lambung mempengaruhi sekitar 4,5 juta orang setiap tahun dengan 20% disebabkan Helicobacter pylori.

Insiden tukak lambung di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi tukak lambung yang dikonfirmasikan melalui endoskopis pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substanstial lebih tinggi dari populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik.

Berdasarkan penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh Departemen

Kesehatan RI angka kejadian tukak lambung di beberapa kota di Indonesia yang tertinggi mencapai 91,6% yaitu di kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%; Denpasar 46%; Jakarta 50%; Bandung 32,5%;

Palembang 35,3%; Aceh 31,7%; dan Pontianak 31,2% . Prevalensi tukak lambung

1 Universitas Sumatera Utara pada laki-laki adalah 11-14% dan pada wanita adalah 8-11%. (Handayani, 2017;

Li dkk., 2010).

Penggunaan non steroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) dalam jangka panjang dapat memicu timbulnya luka pada mukosa lambung dan perdarahan yang akan berakibat terjadinya tukak. NSAID menginduksi tukak dengan menghambat sintesis prostaglandin melalui jalur siklooksigenase. NSAID dapat menginduksi kerusakan mukosa dengan meningkatkan produksi radikal bebas oksigen reaktif serta dapat mengerahkan efek sitotoksik pada sel epitel sehingga membuat mukosa lebih rentan oleh kerusakan (Alfiawati, 2015; Lamarque, 2004).

Saat ini minat masyarakat terhadap obat tradisional sebagai salah satu bentuk jenis pengobatan semakin meningkat. Secara global, diprediksikan bahwa

80% dari populasi penduduk dunia menggunakan obat tradisional dalam pengobatannya (Susilawati dkk., 2016).

Keanekaragaman tumbuhan yang ada di Indonesia dapat dimanfaatkan dalam semua aspek kehidupan manusia diantaranya sebagai senyawa obat, pewarna, pestisida, pewangi, dan bahan kosmetik. Serangkaian penelitian dilakukan dengan dasar pertimbangan bahwa tumbuhan merupakan tempat terjadinya sintesis senyawa organik yang kompleks menghasilkan sederet golongan senyawa dengan berbagai macam struktur kimia (Susilawati dkk.,

2016).

Salah satu tumbuhan yang digunakan sebagai tumbuhan obat adalah tumbuhan mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.). Tanaman ini merupakan salah satu tanaman tradisional Indonesia yang masih belum memiliki acuan informasi yang lengkap, baik dari segi fitokimia maupun dari segi

2 Universitas Sumatera Utara farmakologi guna dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai salah satu bentuk pengobatan alternatif. Mahkota dewa merupakan tanaman obat yang sudah dikenal dan saat ini semakin diminati masyarakat. Tanaman yang berasal dari

Papua ini berkhasiat untuk mengobati luka, diabetes, lever, flu, alergi, sesak nafas, desentri, penyakit kulit, diabetes, jantung, ginjal, kanker, darah tinggi, asam urat, penambah stamina, ketergantungan narkoba, dan pemicu kontraksi rahim

(Harmanto, 2001; Rohyami, 2008).

Buah mahkota dewa memiliki metabolit sekunder seperti flavonoid dan tanin. Beberapa flavonoid telah teruji memiliki aktivitas antiinflamasi, bahkan memiliki kemampuan yang tinggi dalam pengobatan tukak lambung. Salah satu golongan flavonoid seperti quercetin dan naringenin diketahui juga dapat memberikan efek gastroprotektif terhadap tukak lambung yang disebabkan oleh induksi kronik seperti penggunaan aspirin dalam jangka panjang (Adefisayo dkk.,

2017; Mota dkk., 2009).

Sejauh ini, belum ada data yang tersedia tentang aktivitas gastroprotektif pada ekstrak buah mahkota dewa, oleh karena itu berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan uji ekstrak buah mahkota dewa sebagai gastroprotektif pada tikus jantan.

Efek gastroprotektif ekstrak diuji dengan model hewan tukak lambung yang diinduksi dengan NSAID. Model ini digunakan dalam penyelidikan potensi kegunaan agen antisekretori dan sitoprotektif karena patofisiologi yang mendasarinya melibatkan sekresi asam lambung dan sintesis prostaglandin mukosa (Thabrew dan Arawwala, 2016).

3 Universitas Sumatera Utara 1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka perumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut:

a. apakah ekstrak etanol buah mahkota dewa (EEBMD) memiliki efek

gastroprotektif pada mukosa lambung tikus putih (Rattus norvegicus L.)

yang diinduksi dengan asetosal?

b. apakah dapat ditentukan dosis EEBMD yang memberikan efek

gastroprotektif terbaik pada mukosa lambung tikus putih yang diinduksi

dengan asetosal?

1.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian adalah:

a. EEBMD memiliki efek gastroprotektif pada mukosa lambung tikus putih

yang diinduksi dengan asetosal

b. dapat ditentukan dosis EEBMD yang memberikan efek gastroprotektif

terbaik pada mukosa lambung tikus putih yang diinduksi dengan asetosal.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan hipotesis di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

a. mengetahui pengaruh EEBMD terhadap efek gastroprotektif pada

mukosa lambung tikus putih yang diinduksi dengan asetosal

b. mengetahui dosis EEBMD terbaik yang memberikan efek gastroprotektif

pada mukosa lambung tikus putih yang diinduksi dengan asetosal.

4 Universitas Sumatera Utara 1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah:

a. memberikan informasi kepada masyarakat tentang efek gastroprotektif

yaitu dapat digunakan sebagai bahan obat alami untuk penyakit tukak

lambung

b. menambah inventaris tumbuhan obat yang mempunyai sifat gastroprotektif

bagi lambung.

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variasi dosis ekstrak etanol buah mahkota dewa

(100, 200, dan 400 mg/kg bb), sedangkan sebagai variabel terikat adalah efek gastroprotektif penyembuhan tukak lambung. Penelitian ini menggunakan tikus sebagai hewan uji, dan asetosal sebagai induktor tukak. Tikus diberikan EEBMD dengan dosis bervariasi, kemudian diinduksi tukaknya menggunakan asetosal dosis 800 mg/kg bb. Efek gastroprotektif penyembuhan tukak lambung diamati melalui parameter yang diujikan yaitu parameter makroskopis lambung, mikroskopis lambung, dan sekresi cairan lambung (Gambar 1.1).

5 Universitas Sumatera Utara Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Parameter

Dosis Ekstrak Makroskopis Buah Mahkota - Jumlah tukak - Skor tukak Asetosal Dewa - 100 mg/kg bb - Luas area - 200 mg/kg bb tukak - 400 mg/kg bb - Indeks tukak - Indeks mukus - Inhibisi tukak

Efek Parameter

Tikus Tukak Gastroprotektif Mikroskopis (hispatologi)

- Sukralfat - CMC -Na Parameter sekresi cairan lambung - Volume

cairan lambung - pH cairan lambung - Total asiditas

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian

6 Universitas Sumatera Utara BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tukak Lambung

Tukak peptik adalah suatu istilah yang umum untuk tukak yang timbul di esofagus, lambung, atau duodenum pada saluran gastrointestinal atas. Tukak- tukak ini secara lebih spesifik diberi nama menurut lokasinya: tukak esofagus, tukak lambung, dan tukak duodenum. Tukak duodenum terjadi 10 kali lebih sering dari tukak esofagus dan lambung. Pelepasan asam hidroklorida dari sel-sel parietal lambung dipengaruhi oleh histamin, gastrin dan asetilkolin (Kee dan

Hayes, 1996).

Tukak lambung adalah defek pada mukosa lambung yang meluas melalui mukosa muskularis hingga submukosa atau lebih dalam. Keadaan tersebut dapat terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pertahanan mukosa lambung dan faktor agresif (Price dan Wilson, 2006).

2.1.1 Etiologi

Pengaturan sekresi asam lambung. Perangsangan saraf parasimpatis akan menyebabkan pelepasan asetilkolin yang menaikkan sekresi asam lambung dan pepsin, tetapi peran histamin dalam merangsang sekresi asam lambung jauh lebih kuat daripada asetikolin. Sedangkan perangsangan saraf simpatis mengurangi sekresi zat tersebut (Estuningtyas dan Arif, 2016).

Gastrin merupakan perangsang sekresi asam lambung dan pepsin. Sekresi gastrin sendiri akan meninggi pada keadaan distensi antrum, dan pH Iambung yang tinggi. Sekresi gastrin ini akan dihambat pada distensi antrum yang

7 Universitas Sumatera Utara berlebihan dan bila pH Iambung mencapai 1,2-1,5. Jumlah gastrin pada pasien tukak duodenum lebih banyak bila dibandingkan dengan pasien tukak lambung atau orang sehat (Estuningtyas dan Arif, 2016).

Katekolamin akan mengurangi sekresi asam lambung dan pepsin, sedangkan insulin, alkohol dan kopi meninggikan. Antiinflamasi nonsteroid dan kortikosteroid menurunkan sistem pertahanan gastroduodenal sehingga meningkatkan sifat korosif pepsin dan HCl. Dugaan peran kortikosteroid sebagai salah satu etiologi diperkuat oleh kenyataan bahwa tukak lambung tidak ditemukan pada pasien Adison (Estuningtyas dan Arif, 2016).

Tukak lambung sering terjadi pada keluarga tingkat pertama (first degree relatives). Peningkatan kadar pepsinogen dalam serum terlihat pada 50% pasien tukak duodenum. Hal ini diduga diturunkan sebagai sifat bawaan. Tukak usus lebih sering terjadi pada pria daripada wanita, diduga karena jumlah sel parietal pada wanita lebih sedikit daripada jumlah pada pria. Pada pasien sirosis hepatis dapat terjadi gangguan metabolisme histamin sehingga kadar dalam darah meningkat yang mengakibatkan hipersekresi asam lambung (Estuningtyas dan

Arif, 2016).

Resistensi mukosa usus dan daya regenerasi mukosa gastroduodenal menurun antara Iain karena menurunnya sirkulasi berhubungan dengan aktivitas simpatis yang meninggi. Berbagai stress fisik dan mental. Misalnya pada pembedahan, penyakit berat dan luka bakar, juga disertai frekuensi kejadian tukak lambung yang meningkat (Estuningtyas dan Arif, 2016).

Tukak lambung paling sering disebabkan infeksi H. pylori dan penggunaan NSAID. Etiologi lain adalah infeksi herpes simpleks,

8 Universitas Sumatera Utara cytomegalovirus atau tuberkulosis; obat-obatan seperti kortikosteroid, bifosfonat, klopidogrel, kokain dan KCl; penyakit seperti serosis hepatis, penyakit Crohn, gagal ginjal kronis; trauma/stres akibat bedah, syok hipovolemia, atau penyakit kritis lain. Stres psikologis juga diperkirakan dapat memicu timbulnya tukak lambung. Merokok menyebabkan defek proses penyembuhan mukosa lambung dan menciptakan suasana yang nyaman untuk infeksi H. pylori (Tanto dkk.,

2014).

Asam lambung dan pepsin pada keadaan normal tidak akan menyebabkan kerusakan mukosa lambung dan duodenum. Bila oleh karena sesuatu sebab ketahanan mukosa rusak (misalnya karena salisilat, empedu, iskemia mukosa) maka akan terjadi difusi balik H+ dari lumen masuk ke dalam mukosa. Difusi balik H+ akan menyebabkan reaksi berantai yang dapat merusak mukosa lambung dan menyebabkan pepsin dilepas dalam jumlah besar (Enaganti, 2006).

2.1.2 Patofisiologi

Mukosa lambung, pilorus dan kardia, mengeluarkan mukus, sehingga mukosanya tahan asam lambung. Sel parietal di fundus dan korpus mangeluarkan

HCl dan chief cell mengeluarkan pepsinogen. Pepsinogen dikatalisis oleh HCl menjadi pepsin, suatu enzim proteolitik (Estuningtyas dan Arif, 2016).

Bila produksi asam lambung dan pepsin yang bersifat korosif tidak berimbang dengan sistem pertahanan gastroduodenal maka akan terjadi tukak peptik di esofagus, lambung dan atau duodenum. Pada tukak lambung produksi asam lambung normal atau menurun; ini menimbulkan dugaan bahwa faktor primer ialah menurunnya resistensi mukosa. Pada tukak duodenum produksi asam rupanya memegang peranan penting (Estuningtyas dan Arif, 2016).

9 Universitas Sumatera Utara Ion H+ dalam cairan lambung disekresikan oleh sel parietal yang mengandung H+/K+-ATPase dalam membran luminalnya, sedangkan sel-sel utama memperkaya sekresi kelenjar dengan pepsinogen. Konsentrasi H+ yang tinggi mendenaturasi protein makanan dan mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin yang merupakan endopeptidase dan memecah ikatan peptida tertentu dalam protein makanan (Silbernagl dan Lang, 2000).

Pengaturan sekresi lambung dicapai melalui mekanisme saraf, endokrin, parakrin, dan otokrin. Stimulasi disediakan oleh asetilkolin, pemancar postganglionik dari serat parasimpatis vagal (muskarinik M, reseptor dan melalui neuron yang menstimulasi pelepasan gastrin oleh peptida pelepas gastrin (GRP), gastrin (endokrin) yang berasal dari sel G antrum, dan histamin (parakrine, H2 reseptor), disekresikan oleh sel ECL dan sel mast dinding lambung. Inhibitornya adalah sekrelin (endokrin) dari usus kecil, somatostatin (SlH; parakrin) serta prostaglandin (terutama E2 dan I2), mengubah faktor pertumbuhan (TGFɑ) dan adenosin (semua parakrin dan otokrin). Penghambatan sekresi lambung oleh konsentrasi tinggi ion H+ dalam lumen lambung juga merupakan mekanisme pengaturan penting (Silbernagl dan Lang, 2000).

2.1.3 Manifestasi klinis

Keluhan yang paling sering dirasakan adalah rasa nyeri di epigastrium, baik pada tukak lambung dan tukak duodenum. Nyeri pada tukak lambung terjadi segera setelah makan. Hal ini disebabkan karena segera setelah makan produksi asam lambung di lambung meningkat sehingga pasien dengan tukak lambung akan merasa nyeri. Anamnesis juga harus diarahkan untuk mencari faktor risiko seperti penggunaan NSAID dan glukokortikoid (Tanto dkk., 2014).

10 Universitas Sumatera Utara 2.2 Pengobatan Tukak Lambung

Terapi pengobatan penyakit tukak lambung bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, menghilangkan keluhan, menyembuhkan tukak, mencegah kekambuhan dan komplikasi (Wells dkk., 2009).

Pilihan pengobatan yang paling tepat untuk penyakit tukak lambung tergantung pada penyebabnya. Terapi yang paling efektif umumnya untuk mengobati atau menghilangkan penyebab yang mendasari terjadinya tukak

(Truter, 2009).

2.2.1 Terapi farmakologi

Terapi H2 reseptor antagonis maupun proton pump inhibitor (PPI) dapat memberikan respon yang cepat jika penggunaan NSAID pada pasien tukak peptik dihentikan. Penggunaan obat-obat NSAID dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan luka pada mukosa lambung, dispepsia, dan perdarahan pada lambung. Jika penggunaan NSAID dihentikan, maka diberikan terapi standar regimen H2 reseptor antagonis atau PPI atau sukralfat. Tetapi jika penggunaan

NSAID dilanjutkan, maka NSAID dapat diganti dengan inhibitor COX-2 selektif dan dikombinasikan dengan misoprostol atau PPI. Misoprostol dapat menekan sekresi asam lambung, menambah sekresi mukus, bikarbonat dan meningkatkan aliran darah mukosa serta pertahanan dan perbaikan mukosa. Tetapi efek penekanan sekresi asam lambng pada misoprostol kurang kuat dibandingkan dengan H2 reseptor antagonis. PPI adalah pilihan yang tepat pada pemakaian

NSAID dibandingkan dengan H2 reseptor antagonis dan sukralfat, karena selain dapat menekan sekresi asam, PPI juga dapat mencegah kekambuhan dari tukak lambung (Alfiawati, 2015).

11 Universitas Sumatera Utara Tukak berhubungan dengan infeksi Helicobacter pylori. Tujuan pengobatan adalah menyembuhkan tukak dan mengeradikasi H. pylori. Regimen paling efektif ialah gabungan 2 antimikroba dengan penghambat pompa proton.

Pompa proton meningkatkan eradikasi dengan meningkatkan pH Iambung sehingga menurunkan kadar hambat mimimal kuman terhadap antimikroba.

Regimen yang paling baik ialah gabungan penghambat pompa proton 2 kali sehari dengan klaritomisin 500 mg dua kali sehari dan amoksisilin 1 g dua kali sehari atau metronidazole 500 mg dua kali sehari selama 14 hari (Estuningtyas dan Arif,

2016).

Akan tetapi banyak studi menunjukkan adanya kaitan antara penggunaan obat PPI jangka panjang dengan hipomagnesemia, defisiensi vitamin B12 dan zat besi, risiko patah tulang panggul, diare, pneumonia dan malnutrisi pada populasi dewasa. PPI berkaitan dengan risiko jatuh, patah tulang panggul yang lebih banyak, diare, status fungsional yang lebih buruk, dan komorbiditas yang lebih banyak. Studi tersebut menyarankan untuk menghindari obat PPI jangka panjang tanpa indikasi yang jelas. Efek samping obat ini yaitu sebesar 5-10% pasien yang menggunakan obat ini dapat meningkatkan level gastrin sampai >500 ng/L, sehingga obat ini tidak dapat digunakan dalam waktu yang lama. Sedangkan sukralfat merupakan obat yang tidak memiliki efek langsung terhadap asam lambung karena obat ini bekerja dengan cara meningkatkan pertahanan mukosa esofagus, sebagai buffer terhadap HCl di esofagus serta dapat mengikat pepsin dan garam empedu. Namun dalam praktiknya sukralfat sering dikombinasikan dengan omeprazole (PPI) (Salamanya dkk., 2014).

12 Universitas Sumatera Utara 2.2.2. Terapi non farmakologi

Selain menggunakan obat-obatan untuk terapi farmakologi tukak lambung, pengobatan juga dapat didukung dengan terapi non farmakologi yaitu:

a. menghentikan konsumsi minuman beralkohol, rokok dan penggunaan

obat-obat golongan NSAID

b. beristirahat yang cukup, dan menghindari stres

c. menghindari makanan dan minuman yang memicu sekresi asam lambung

yang berlebih, seperti cabai, teh, kopi, dan alkohol (Truter, 2009).

2.3 Mahkota Dewa

Tumbuhan yang digunakan pada penelitian ini adalah buah mahkota dewa merupakan salah satu tanaman tradisional yang berasal dari Papua. Saat ini, pengobatan dengan memanfaatkan mahkota dewa semakin dirasakan khasiatnya oleh masyarakat umum dengan petunjuk beberapa pengobat herbal. Ekstrak n- heksan daging buah-buahan mahkota dewa mengandung terpenoid, sedangkan ekstrak etanol daging mahkota dewa dan buah biji terdiri dari alkaloid, flavanoid, dan triterpenoid (Lay dkk., 2014; Winarto, 2003).

2.3.1 Klasifikasi tumbuhan

Klasifikasi tumbuhan mahkota dewa menurut identifikasi Herbarium

Madanense (MEDA) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU

(2019) adalah: kingdom : plantae divisi : spermatophyta kelas : dicotyledoneae

13 Universitas Sumatera Utara ordo : familia : genus : phaleria spesies : Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.

2.3.2 Morfologi tumbuhan

Harmanto (2001), memaparkan bahwa tanaman mahkota dewa berbentuk perdu yang berumur tahunan. Tinggi tanaman umumnya 1-3 m, tetapi ada yang bisa mencapai 5 m. Kulit batang mahkota dewa berwarna coklat kehijauan, sementara kayunya berwarna putih. Batangnya bulat dan bergetah dengan diameter batang tanaman dewasa mencapai 15 cm. Tanaman ini akan mengeluarkan bunga dan diikuti dengan mumculnya buah setelah 9-12 bulan kemudian. Buahnya berwarna hijau saat muda dan menjadi merah marun setelah berumur 2 bulan. Buahnya berbentuk bulat dengan ukuran bervariasi mulai dari sebesar bola pingpong sampai sebesar buah apel. Daun mahkota dewa merupakan daun tunggal bentuknya lonjong, memanjang dan berujung lancip dengan letak daun berhadapan, bertangkai pendek, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaam licin, warnanya hijau tua, panjang 7-10 cm, dan lebar 2-5 cm (Gambar 2.1).

Gambar 2.1 Buah Mahkota Dewa (Winarto, 2003)

14 Universitas Sumatera Utara 2.3.3 Habitat tumbuhan

Mahkota dewa merupakan salah satu tanaman tradisional yang berasal dari

Papua, namun saat ini banyak terdapat di Solo dan Yogyakarta karena, sejak dahulu kerabat keraton Solo dan Yogyakarta memeliharanya sebagai tanaman yang dianggap sebagai pusaka dewa karena kemampuannya menyembuhkan berbagai penyakit. Saat ini, pengobatan dengan memanfaatkan mahkota dewa semakin dirasakan khasiatnya oleh masyarakat umum dengan petunjuk beberapa pengobat herbal (Winarto, 2003).

2.3.4 Kandungan kimia tumbuhan

Lay dkk. (2014) menyatakan bahwa komponen utama buah mahkota dewa adalah flavonoid. Buahnya juga mengandung alkaloid, saponin, tanin, dan terpenoid. Ekstrak n-heksan dari daging buah-buahan mahkota dewa mengandung terpenoid, sedangkan ekstrak etanol daging mahkota dewa dan buah biji terdiri dari alkaloid, flavanoid, dan triterpenoid.

2.3.5 Khasiat tumbuhan

Mahkota dewa bisa dimanfaatkan dalam dua bentuk. Pertama, dalam bentuk tidak diolah atau dimakan langsung segar atau dimakan dengan sambal seperti rujak. Pemanfaatan seperti ini sangat berbahaya. Efek sampingnya cukup serius, mulai dari luka-luka di bibir dan di mulut, mati rasa di lidah, sampai mabuk dan keracunan. Kedua, dalam bentuk sudah diolah menjadi ramuan- ramuan. Ramuan-ramuan ini bisa dikombinasikan dengan ramuan dari tanaman obat lain (Harmanto, 2001).

Rohyami (2008) melaporkan bahwa daun serta buah mahkota dewa mengandung saponin dan flavonoid yang mempunyai efek antihistamin. Secara in

15 Universitas Sumatera Utara vitro dan metode Magnus yang dimodifikasi pada berbagai ekstrak daun buah muda, buah tua mahkota dewa mampu menurunkan kontraksi histamin murni pada ileum marmot terisolasi. Mahkota dewa juga memberikan efek terhadap uterus, efek sitosik pada sel kanker rahim, efek hipoglikemik, hepatoprotektor, antiinflamasi, histopatologik pada hati, ginjal, lambung, ovarium, uterus, pankreas, serta antibakteri.

2.4. Metode gastroprotektif

Thabrew dan Arawwala (2016), mengemukakan bahwa penelitian tukak lambung dapat diinduksi oleh manipulasi fisiologis, farmakologis atau bedah dalam beberapa sistem hewan. Namun, tikus adalah yang paling umum digunakan sebagai model eksperimental in vivo.

Prinsip-prinsip yang paling sering digunakan oleh para peneliti yang menyelidiki efek gastroprotektif tanaman atau obat herbal, bersama dengan mekanisme aksi yang mendasarinya, beberapa akan dijelaskan di bawah ini.

2.4.1 Induksi etanol absolut

DeFoneska (2010), Almeida dkk., (2003), Glavin dan Szabo (1992), melaporkan bahwa cidera mukosa lambung dapat terjadi ketika mekanisme pertahanan terganggu oleh zat berbahaya seperti asam lambung dan sekresi HCl ke dalam lumen lambung. Etanol dapat memicu terbentuknya tukak lambung dengan memaparkan mukosa pada aksi hidrolitik dan proteolitik dari asam klorida dan pepsin. Selain itu etanol dapat merangsang sekresi asam lambung, menghasilkan cedera mikrovaskular yang memfasilitasi permeabilitas pembuluh darah, melalui pelepasan refleks gastrin dan histamin dari terminal saraf sensitif

16 Universitas Sumatera Utara yang ada di mukosa lambung.

2.4.2 Induksi HCl/etanol

Oates (1988) melaporkan bahwa model ini dapat dianggap sebagai model lanjutan dari model tukak yang diinduksi etanol absolut yang telah dibahas sebelumnya. Alih-alih hanya etanol, campuran HCl dan etanol digunakan untuk menginduksi tukak. Tukak lambung yang diinduksi oleh HCl/etanol disebabkan oleh tindakan necrotizing langsung pada mukosa lambung. Kombinasi etanol dengan HCl dianggap mempercepat proses ulserogenesis dan meningkatkan cedera lambung.

2.4.3 Induksi NSAID

Lamarque (2004), dan Wallace dkk. (2000) melaporkan bahwa radang lambung dapat disebabkan oleh penggunaan NSAID berlebihan seperti indometasin, aspirin, dan ibuprofen. Ini adalah salah satu model yang paling umum digunakan untuk menyelidiki sifat antiulser dari agen uji. NSAID menginduksi tukak lambung dengan menghambat sintesis prostaglandin melalui jalur siklooksigenase. Prostaglandin melindungi lambung dari cedera mukosa dengan merangsang bikarbonat dan sekresi lendir, mempertahankan aliran darah mukosa dan mengatur pergantian dan perbaikan sel mukosa. NSAID juga dapat menginduksi kerusakan mukosa dengan meningkatkan produksi radikal bebas oksigen reaktif dan infiltrasi neutrofil. Selain itu, NSAID (terutama yang bersifat asam) dapat mengerahkan efek sitotoksik langsung pada sel epitel dan mengganggu fosfolipid aktif permukaan pada permukaan mukosa, mempengaruhi sintesis prostaglandin, sehingga membuat mukosa lebih rentan terhadap kerusakan oleh asam luminal. Model ini dapat digunakan untuk mengevaluasi kemampuan

17 Universitas Sumatera Utara agen antisekresi dan sitoprotektif pada tukak lambung.

Tukak lambung adalah gangguan pencernaan yang disebabkan oleh infeksi, merokok, stres dan obat NSAID. Tukak lambung dapat memicu reaksi inflamasi. Reaksi inflamasi melibatkan jumlah sel mast dan eosinofil (Mutmainah dkk., 2014).

Mutmainah dkk., (2014) dan Galani dkk. (2010) telah melakukan penelitian dengan tikus yang diinduksi aspirin dosis 90 mg/200 gr bb dan penginduksian diberikan secara oral selama 7 hari. Tikus yang diberikan ekstrak uji diinduksi dengan aspirin dosis 90 mg/200 gr bb setelah 10 menit pemberian ekstrak. Tikus akan dirusak mukosa lambungnya dengan induksi aspirin yang kemudian akan diberikan ekstrak tumbuhan tertentu untuk melihat efek gastroprotektif dari ekstrak tumbuhan tersebut. Kemudian efek gastroprotekif ekstrak tumbuhan akan dibandingkan dengan kontrol obat. Tikus dikorbankan 6 jam setelah pemberian aspirin, lambung diangkat dan dibuka sepanjang kelengkungan yang lebih besar untuk menentukan indeks ulkus mukosa kelenjar.

2.4.4 Induksi pengikatan pilorus

Pengikatan ujung pilorus lambung menyebabkan akumulasi asam lambung di lambung yang pada akhirnya menghasilkan tukak. Tukak terjadi akibat gangguan pada penghalang mukosa lambung yang dihasilkan dari pencernaan otomatis mukosa lambung. Ini berguna untuk mengevaluasi efek sitoprotektif dari obat yang meningkatkan sekresi lendir dan agen anti sekretori yang mengurangi sekresi faktor agresif lambung seperti asam dan pepsin (Thabrew dan Arawwala,

2016).

18 Universitas Sumatera Utara 2.4.5 Induksi perendaman dengan air atau stres terhadap suhu dingin

Tukak lambung yang diinduksi oleh stres perendaman air atau tahan

dingin pada tikus diketahui mirip dengan keadaan tukak lambung manusia, secara

kasar maupun histopatologis (Konturek dkk., 2003). Teknik menahan

dikembangkan oleh Brodie dan Hanson (1960) ketika digabungkan dengan air

dingin atau metode perendaman air biasa yang dikembangkan oleh Levine (1971)

dilaporkan menginduksi tukak stres dengan cara sinergis.

19 Universitas Sumatera Utara BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah penelitian eksperimental yang meliputi pengumpulan sampel, identifikasi sampel, pembuatan EEBMD, penyiapan hewan percobaan, dan pengujian efek gastroprotektif ekstrak terhadap mukosa lambung tikus putih jantan yang diinduksi dengan asetosal. Data hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan metode Kruskal-Wallis dan uji Mann-Whitney menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution).

3.2 Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat bedah tikus, blender (National), batang pengaduk, beaker gelas (Pyrex), cawan porselen, gelas ukur (Pyrex), kaca arloji, kandang tikus, kertas perkamen, kertas saring, lemari pengering, mikroskop (Boeco), mortir, neraca hewan (Presica GW 1500), neraca listrik (Vibra), oral sonde, penangas air, penjepit tabung, pipet tetes, sentrifuge

(Dynamic), sudip, termometer dan alat laboratorium lainnya.

3.3 Bahan

Bahan tumbuhan yang digunakan pada penelitian ini adalah buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.). Bahan kimia yang digunakan adalah alkohol 96%, CMC-Na (Natrium-Carboxy Methyl Cellulose), sukralfat dan asam asetilsalisilat (asetosal).

20 Universitas Sumatera Utara 3.4 Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tikus putih jantan galur Wistar dengan berat badan 150-200 g dan berusia 8-12 minggu.

Sebelum digunakan, hewan diaklimatisasi terlebih dahulu, dipelihara selama 2 minggu dalam kandang yang baik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan diberi makan pelet hewan serta air. Jumlah hewan yang digunakan ditentukan berdasarkan Rumus Federer: (n-1) (t-1) ≥ 15 dimana, n = jumlah hewan, t = jumlah pengelompokkan.

Jumlah hewan : (n-1) (t-1) ≥ 15

(n-1) (7-1) ≥ 15

(n-1) (6) ≥ 15

6n - 6 ≥ 15

6n ≥ 21

n ≥ 3,5

Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan 5 ekor tikus untuk setiap kelompok percobaan.

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Pengelolaan sampel

3.5.1.1 Pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang digunakan adalah buah mahkota dewa yang diambil dari daerah Pancur Batu,

Medan, Sumatera Utara.

21 Universitas Sumatera Utara 3.5.1.2 Identifikasi sampel

Identifikasi tanaman buah mahkota dewa dilakukan di Herbarium

Madanense (MEDA) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU.

3.5.1.3 Prosedur pembuatan serbuk simplisia

Bagian kulit, cangkang, dan biji buah mahkota dewa dipisahkan dari dagingnya. Bagian kulit dipisahkan dengan cara dikupas dengan pisau, bagian daging kemudian dipotong kecil-kecil, dibersihkan lalu ditimbang dan diperoleh berat basah, kemudian dikeringkan di dalam lemari pengering dengan suhu 30-

40˚C. Bahan kering yang diperoleh digiling dengan blender sehingga diperoleh serat halus daging buah mahkota dewa (Rohyami, 2008).

3.5.1.4 Prosedur ekstraksi ekstrak etanol buah mahkota dewa

Pembuatan ekstrak etanol buah mahkota dewa dilakukan dengan cara maserasi menggunakan etanol 96%. Simplisia buah mahkota dewa dimasukkan ke dalam sebuah bejana, dituangi dengan 75 bagian pelarut etanol 96%, ditutup, dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk. Setelah 5 hari hasil maserasi diserkai, diperas, lalu dicuci ampas dengan pelarut etanol 96% secukupnya hingga diperoleh 100 bagian, kemudian dibiarkan selama 2 hari terlindung dari cahaya matahari dan dienap tuangkan atau disaring sehingga diperoleh maserat (Ditjen POM, 1979).

3.5.2 Karakterisasi simplisia

Karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu tidak larut asam, penetapan kadar sari larut air, dan penetapan kadar sari larut etanol.

22 Universitas Sumatera Utara 3.5.2.1 Pemeriksaan makroskopis

Pemeriksaan makroskopis dilakukan dengan cara mengamati warna, bentuk, ukuran dan tekstur dari simplisia.

3.5.2.2 Penetapan kadar air

Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi (destilasi toluena). Cara kerja: toluena sebanyak 200 ml dan air suling sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam labu alas bulat, didestilasi selama 2 jam. Toluena didinginkan selama 30 menit dan volume air dalam tabung penerima dibaca

(WHO, 1998). Kemudian ke dalam labu tersebut dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluena mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes tiap detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan sampai 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluena. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluena memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (Ditjen POM, 1995).

3.5.2.3 Penetapan kadar abu total

Sebanyak lebih kurang 2 g zat yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus porselen yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu total dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Ditjen POM, 1995).

23 Universitas Sumatera Utara 3.5.2.4 Penetapan kadar abu tidak larut asam

Abu yang telah diperoleh dari penetapan kadar abu total dididihkan dalam

25 ml asam klorida 2 N selama 5 menit. Bagian yang tidak larut dalam asam dan dikumpulkan, disaring melalui kertas saring, dipijarkan hingga bobot tetap kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Ditjen POM, 1995).

3.5.2.5 Penetapan kadar sari larut dalam air

Sebanyak 5 g serbuk dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1000 mL) dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama kemudian dibiarkan selama 18 jam dan disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan sampai kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara. Sisa dipanaskan dalam oven pada suhu 105⁰C sampai diperoleh bobot konstan. Kadar sari yang larut di dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Ditjen

POM, 1995).

3.5.2.6 Penetapan kadar sari larut dalam etanol

Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan di udara dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol 96% dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam dan disaring.

Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan sampai kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara. Sisa dipanaskan dalam oven pada suhu 105⁰ C sampai diperoleh bobot konstan. Kadar sari yang larut dalam etanol dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Ditjen POM, 1995).

24 Universitas Sumatera Utara 3.5.3 Skrining fitokimia

3.5.3.1 Pemeriksaan alkaloid

Serbuk simplisia dan ekstrak etanol buah mahkota dewa ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, didinginkan lalu disaring. Filtrat dipakai untuk percobaan berikut:

a. filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan 2 tetes larutan pereaksi Mayer akan

terbentuk endapan berwarna putih atau kuning.

b. filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan 2 tetes larutan pereaksi Bouchardat

akan terbentuk endapan berwarna coklat-hitam.

c. filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan 2 tetes larutan pereaksi Dragendorff

akan terbentuk endapan berwarna merah atau jingga.

Alkaloida dinyatakan positif jika terjadi endapan atau paling sedikit dua atau tiga dari percobaan di atas (Ditjen POM, 1995).

3.5.3.2 Pemeriksaan flavonoid

Larutan Percobaan:

Sebanyak 0,5 g sampel simplisia dan ekstrak etanol buah mahkota dewa disari dengan 10 ml metanol lalu direfluks selama 10 menit, disaring panas-panas melalui kertas saring berlipat, filtrat diencerkan dengan 10 ml air suling. Setelah dingin ditambah 5 ml eter minyak tanah, dikocok hati-hati, didiamkan. Lapisan metanol diambil, diuapkan pada temperature 40⁰ C. Sisa dilarutkan dalam 5 ml etil asetat, disaring.

Cara Percobaan:

25 Universitas Sumatera Utara a. satu ml larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisanya dilarutkan

dalam 1-2 ml etanol 96%, ditambahkan 0,5 g serbuk seng dan 2 ml asam

klorida 2 N, didiamkan selama satu menit. Ditambahkan 10 ml asam

klorida pekat, jika dalam waktu 2-5 menit terjadi warna merah intensif

menunjukkan adanya flavonoida (glikosida-3-flavonol).

b. satu ml larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisanya dilarutkan

dalam 1 ml etanol 96%, ditambahkan 0,1 g magnesium dan 10 ml asam

klorida pekat, terjadi warna merah jingga sampai merah ungu

menunjukkan adanya flavonoida (Ditjen POM, 1995).

3.5.3.3 Pemeriksaan tanin

Sebanyak 0,5 g sampel simplisia dan ekstrak etanol buah mahkota dewa disari dengan 10 ml air suling, disaring lalu filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Diambil 2 ml larutan lalu ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi (III) klorida. Terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin (Farnsworth, 1966).

3.5.3.4 Pemeriksaan glikosida

Serbuk simplisia dan ekstrak etanol buah mahkota dewa ditimbang sebanyak 3 g kemudian disari dengan 30 ml campuran 7 bagian volume etanol

96% dan 3 bagian volume air suling, selanjutnya ditambahkan 10 ml HCl 2 N, direfluks selama 10 menit, didinginkan dan disaring. Pada 30 ml filtrat ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan selama 5 menit lalu disaring. Filtrat disari sebanyak 3 kali, tiap kali dengan 20 ml campuran 3 bagian volume kloroform dan 2 bagian volume isopropanol. Diambil lapisan air kemudian ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes

26 Universitas Sumatera Utara pereaksi Molisch, ditambahkan hati-hati 2 ml asam sulfat pekat terbentuk cincin warna ungu pada batas kedua cairan menunjukkan adanya ikatan gula (Ditjen

POM, 1995).

3.5.3.5 Pemeriksaan saponin

Sebanyak 0,5 g sampel simplisia dan ekstrak etanol buah mahkota dewa dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 ml air suling panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik, timbul busa yang mantap tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-10 cm. Ditambahkan 1 tetes larutan asam klorida 2 N, bila buih tidak hilang menunjukkan adanya saponin (Ditjen

POM, 1995).

3.5.3.6 Pemeriksaan steroida/triterpenoid

Sebanyak 1 g sampel simplisia dan ekstrak etanol buah mahkota dewa dimaserasi dengan 20 ml eter selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa dalam cawan penguap ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat. Timbul warna ungu atau merah kemudian berubah menjadi hijau biru menunjukkan adanya steroida triterpenoida (Harborne,

1987).

3.5.4 Pembuatan sediaan uji

3.5.4.1 Pembuatan suspensi CMC-Na 0,5%

Sebanyak 5 gram CMC-Na ditaburkan dalam lumpang yang berisi air suling panas. Didiamkan selama 15 menit lalu digerus hingga diperoleh massa yang transparan, lalu digerus sampai homogen, diencerkan dengan air suling, dihomogenkan dan dimasukkan ke labu tentukur 100 ml, dicukupkan volumenya dengan air suling hingga 100 ml (Ditjen POM, 1979).

27 Universitas Sumatera Utara 3.5.4.2 Pemberian suspensi sukralfat 0,1%

Dosis sukralfat untuk manusia yaitu 4 g per hari, maka dosis untuk tikus berat 200 g dikonversikan = 0,018 × 4000 mg = 72 mg, maka dosis = 1000/200 ×

72= 360 mg/kg bb. Perhitungan dosis sukralfat: 360 mg/kg bb × bb tikus (kg).

Suspensi sukralfat yang digunakan yaitu Sucralfate (PT. Combiphar). Setiap 1 sendok teh (5 ml) mengandung 500 mg sukralfat, maka 500 mg : 5 ml = 100 mg/ml. Volume sediaan yang diberikan: dosis tikus (mg) × 1/100 mg/ml

(Wahyudi, 2018).

3.5.4.3 Pembuatan suspensi asam asetilsalisilat 8%

Timbang tablet asetosal generik setara 800 mg, masukkan ke dalam lumpang, ditambahkan suspensi CMC-Na 0,5% gerus sampai homogen kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml dan dicukupkan volumenya dengan suspensi CMC-Na 0,5% hingga 10 ml.

3.5.4.4 Pembuatan suspensi EEBMD 1%

Timbang EEBMD sebanyak 0,1 gram, dimasukkan dalam lumpang, ditambahkan suspensi CMC-Na 0,5% gerus sampai homogen, kemudian dituang ke dalam labu tentukur 10 ml, dicukupkan volumenya hingga 10 ml. Diperoleh konsentrasi ekstrak 1%.

3.5.4.5 Pembuatan suspensi EEBMD 2%

Timbang EEBMD sebanyak 0,2 gram, dimasukkan dalam lumpang, ditambahkan suspensi CMC-Na 0,5% gerus sampai homogen, kemudian dituang ke dalam labu tentukur 10 ml, dicukupkan volumenya hingga 10 ml. Diperoleh konsentrasi ekstrak 2%.

28 Universitas Sumatera Utara 3.5.4.6 Pembuatan suspensi EEBMD 4%

Timbang EEBMD sebanyak 0,4 gram, dimasukkan dalam lumpang, ditambahkan suspensi CMC-Na 0,5% gerus sampai homogen, kemudian dituang ke dalam labu tentukur 10 ml, dicukupkan volumenya hingga 10 ml. Diperoleh konsentrasi ekstrak 4%.

3.5.5 Prosedur kerja

3.5.5.1 Prosedur induksi dan perlakuan tukak lambung

Prosedur penelitian ini merujuk pada Mutmainah dkk. (2014) dan Galani dkk. (2010) dengan modifikasi. Mukosa lambung dirusak dengan menginduksi tikus secara sadar menggunakan asetosal dosis 800 mg/kg bb. Hewan uji dibagi menjadi 7 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus: kelompok I : tanpa perlakuan (kontrol negatif) kelompok II : kontrol CMC 0,5% dengan diinduksi asetosal 800 mg/kg bb kelompok III : diberikan induksi asetosal 800 mg/kg bb kelompok IV : diberikan suspensi sukralfat 360 mg/kg bb (kontrol positif)

dengan diinduksi asetosal 800 mg/kg bb kelompok V : diberikan suspensi EEBMD dosis 100 mg/kg bb dengan

diinduksi asetosal 800 mg/kg bb kelompok VI : diberikan suspensi EEBMD dosis 200 mg/kg bb dengan

diinduksi asetosal 800 mg/kg bb kelompok VII : diberikan suspensi EEBMD dosis 400 mg/kg bb dengan

diinduksi asetosal 800 mg/kg bb

Seluruh kelompok tikus diberikan perlakuan setiap hari selama 7 hari berturut-turut secara peroral kecuali kelompok III. Pada hari ke-6 semua

29 Universitas Sumatera Utara kelompok tikus termasuk kelompok III setelah diberikan perlakuan, tikus dipuasakan selama 36 jam, kemudian diberikan induksi asetosal dosis 800 mg/kg bb secara peroral dalam keadaan tikus tetap berpuasa. Pada hari ke-8 yaitu 10 jam setelah diinduksi, hewan dikorbankan dengan pembiusan menggunakan kloroform. Kemudian hewan dibedah dan diambil organ lambung untuk pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis. Prosedur penelitian ini telah mengikuti persetujuan etik (Ethical Approval) yang diperoleh dari Komite Etik

Penelitian FMIPA Universitas Sumatera Utara yang dapat dilihat pada Lampiran

2. Halaman 56.

3.5.5.2 Pengamatan secara makroskopis

Tikus yang telah dibedah dikeluarkan isi cairan lambung, kemudian diisolasi lambungnya dan dibuka dengan pembedahan pada kurvatura mayor untuk selanjutnya dibersihkan dengan larutan NaCl 0,9 N lalu dibentangkan pada permukaan datar dan diamati lesi tukak yang terbentuk. Jumlah tukak dicatat dan tingkat keparahan dicatat dengan skor tertentu (Tabel 3.1).

Tabel 3.1 Penilaian berdasarkan keparahan tukak Keadaan Lambung Nilai/Skor Normal (tidak ada tukak) 1 Timbul kemerahan 1,5 Ada bintik perdarahan atau ada tukak 2 dengan panjang < 0,5 mm Ada tukak dengan panjang 0,5-1,5 mm 3 Ada tukak dengan panjang 1,6-4,0 mm 4 Ada tukak dengan panjang > 4,0 mm 5 Sudah ada perforasi 6 (Sigit dkk., 2012).

Rasio proteksi diperoleh dari data indeks tukak lambung yang dihitung dengan rumus:

indeks tukak = × 100

30 Universitas Sumatera Utara inhibisi tukak = × 100%

(Sabiu dkk, 2015).

Pengamatan jumlah tukak lambung dilakukan dengan cara mengamati secara visual jumlah tukak yang terbentuk pada lambung. Tukak lambung yang telah dihitung jumlahnya kemudian diukur panjang dan lebarnya menggunakan jangka sorong yang kemudian datanya akan digunakan untuk perhitungan indeks tukak lambung. Data perhitungan indeks tukak lambung kemudian digunakan untuk perhitungan rasio kuratif yang berguna untuk mengetahui persentase (%) penyembuhan dari tukak lambung (Wahyudi, 2018).

3.5.5.3 Pengamatan secara mikroskopis (histopatologi)

Pembuatan preparat histopatologi sampai siap untuk dilihat secara mikroskopik terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut:

a. spesimen dipotong sesuai dengan yang diinginkan setebal 1-2 mm

b. difiksasi dengan menggunakan larutan formalin 10% minimal 6-7 jam

c. difiksasi kembali dengan menggunakan larutan formalin 10% selama 1

jam

d. dihidrasi dengan merendam spesimen ke dalam etanol 70%, 80%, dan

96% masing-masing selama 1 jam 30 menit. Tahap dehidrasi bertujuan

untuk mengeluarkan air dari jaringan yang telah difiksasi agar nantinya

mudah dilakukan parafinisasi

e. penjernihan dengan merendam spesimen kedalam xilena selama 2 jam,

tahap penjernihan bertujuan untuk mengeluarkan alkohol dari jaringan

f. embeding dengan menggunakan paraffin cair 56°C selama 2 jam

g. blocking pada cassete dan didinginkan pada suhu 4°C beberapa saat

31 Universitas Sumatera Utara h. spesimen dipotong dengan menggunakan mikrotom setebal 2–3 μm

kemudian dimasukkan di atas kaca objek yang telah diolesi gliserin

i. dilakukan deparafinisasi dengan toluidine blue selama 15 menit

j. direhidrasi dengan menggunakan alkohol 96%, 80%, dan 50% masing

masing selama 15 menit

k. dibersihkan dengan menggunakan air mengalir kemudian diwarnai dengan

pewarnaan hematoxylin eosin (rendam ke dalam zat warna hematoxylin

mayers selama 5 menit kemudian cuci dengan air mengalir, setelah itu

direndam ke dalam larutan eosin 1% selama 1 menit)

l. dihidrasi dengan etanol 80%, 96%, dan absolut masing-masing 1 menit

lalu dikeringkan

m. direndam dalam larutan xilene selama 1 menit, kemudian ditutup dengan

kaca objek yang telah diberi canada balsam

n. diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 10 ×

10 dan 10 × 40 (Sianipar, 2015).

3.5.5.4 Pemeriksaan konsentrasi asam lambung dengan metode titrasi

Pengukuran keasaman lambung dilakukan setelah melakukan metode pembedahan. Persimpangan antara lambung-kerongkongan dan duodenum-pilorus diamankan sebelum lambung diisolasi. Kemudian, 3 ml air suling dimasukkan ke dalam lambung dan organ itu dikocok dengan hati-hati. Cairan lambung kemudian dikumpulkan dan disentrifugasi selama 10 menit pada 3000 rpm. Supernatan kemudian diambil dan diencerkan 10 kali. Setelah itu, beberapa tetes fenolftalein ditambahkan ke larutan. Titrasi dilakukan menggunakan larutan NaOH 0,01 M sampai warna larutan uji berubah menjadi merah muda terang yang menunjukkan

32 Universitas Sumatera Utara pH 7,0. Volume natrium hidroksida (NaOH) yang diperlukan untuk titrasi digunakan dalam perhitungan untuk menurunkan konsentrasi ion hidrogen (Azlina dkk., 2016). Perhitungan:

total asiditas = × mEq L-1

(Ramachandran, dkk., 2011).

3.6 Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS. Data hasil penelitian ditentukan homogenitas dan normalitasnya untuk menentukan analisis statistik yang digunakan. Data dianalisis menggunakan uji Kruskal-Wallis untuk menentukan perbedaan rata-rata diantara kelompok. Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk melihat perbedaan nyata antar kelompok perlakuan.

33 Universitas Sumatera Utara BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasi yang dilakukan di Herbarium Medanense (MEDA)

Universitas Sumatera Utara terhadap sampel tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah tumbuhan mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.)

Boerl.), famili tymelaeaceae.

4.2. Hasil Simplisia

Lima kilogram herba mahkota dewa, dipisahkan kulit dan daging buahnya, kemudian didapatkan 2 kilogram buah mahkota dewa setelah dikeringkan selama

7 hari di lemari pegering didapatkan hasil 900 g simplisia buah mahkota dewa.

4.3 Hasil Ekstraksi

Pembuatan ekstrak etanol buah mahkota dewa dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Hasil esktraksi dari 900 gram serbuk simplisia buah mahkota dewa diperoleh ekstrak kental sebanyak 97,57 gram dengan nilai rendemen 10,84%.

4.4 Hasil Uji Skrining Fitokimia

Pengujian skrining fitokimia terhadap sampel buah mahkota dewa, bertujuan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang terkandung. Uji fitokimia yang dilakukan pada penelitian ini meliputi uji alkaloid, flavonoid,

34 Universitas Sumatera Utara glikosida, saponin, tanin dan triterpenoid/steroid. Hasil skrining fitokimia dari simplisia buah mahkota dewa dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil skrining fitokimia simplisia dan ekstrak buah mahkota dewa Simplisia Buah Ekstrak Etanol Buah No Uji Senyawa Mahkota Dewa Mahkota Dewa 1 Flavonoid + + 2 Saponin + + 3 Tanin + + 4 Triterpenoid - - 5 Alkaloid + + 6 Glikosida + + Keterangan : (+) mempunyai senyawa metabolit sekunder, (-) tidak mempunyai senyawa metabolit sekunder

Berdasarkan hasil skrining di atas diketahui bahwa simplisia dan ekstrak etanol buah mahkota dewa mengandung senyawa tanin, saponin, alkaloid, flavonoid, serta glikosida. Hal ini sesuai dengan penelitian Suparto dkk. (2008) yaitu senyawa fitokimia ekstrak etanol buah mahkota dewa terdiri dari alkaloid, flavonoid, dan tanin. Wulandari (2005) dan Shalahuddin (2005) juga melaporkan bahwa terdapat saponin pada buah mahkota dewa, hal ini sesuai dengan skrining yang telah dilakukan pada penelitian ini. Arini (2003) juga melaporkan bahwa daging buah mahkota dewa mengandung flavonoid. Ekstrak etanol 70% daging buah mahkota dewa mempunyai kadar relatif flavonoid yang paling besar (45,73

μg/mg). Menurut Satria (2005), senyawa flavonoid mempunyai khasiat sebagai antioksidan dengan menghambat berbagai reaksi oksidasi serta mampu bertindak sebagai pereduksi radikal hidroksil, superoksida dan radikal peroksil.

4.5 Hasil Karakterisasi Serbuk Simplisia Buah Mahkota Dewa

Karakterisasi serbuk simplisia dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

USU. Hasil pengamatan makroskopis identitas simplisia buah mahkota dewa yaitu

35 Universitas Sumatera Utara buah berwarna merah tua, berasa sangat pahit, sesuai dengan Farmakope Herbal

Indonesia tahun 2008. Gambar simplisia buah mahkota dewa dapat dilihat pada

Lampiran 4. Halaman 58.

Hasil perhitungan karakterisasi serbuk simplisia dapat dilihat pada

Lampiran 7. Halaman 64. Didapatkan hasil karakterisasi serbuk simplisia buah mahkota dewa yaitu kadar air sebanyak 7,90%, kadar sari larut dalam air 16,22%, kadar sari larut dalam etanol 6,95%, kadar abu total 7,57% dan kadar abu tidak larut asam 1,05%. Hasil tiap parameter memenuhi persyaratan karakteristik simplisia mahkota dewa yang diambil dari Farmakope Herbal Indonesia tahun

2008. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Karakterisasi Simplisia Buah Mahkota Dewa Persyaratan (%) No. Parameter Hasil (%) (Depkes RI, 2008) 1. Kadar air 7,90 ≤ 10 2. Kadar sari larut dalam air 16,22 ≥ 28,3 3. Kadar sari larut dalam etanol 6,95 ≥ 2,1 4. Kadar abu total 7,57 ≤ 18,05 5. Kadar abu tidak larut asam 1,05 ≤ 4,9

Kandungan air yang didapatkan telah memenuhi persyaratan Depkes RI

(2008) yaitu tidak lebih dari 10%. Kandungan air yang berlebihan pada simplisia akan mempercepat pertumbuhan mikroba dan juga dapat mempermudah terjadinya hidrolisa terhadap kandungan kimianya sehingga dapat mengakibatkan penurunan mutu dari bahan tersebut. Tujuannya adalah untuk mengetahui batasan maksimal atau rentang besarnya kandungan air dalam bahan. Hal ini terkait dengan kemurnian dan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut (Handayani dkk., 2017).

36 Universitas Sumatera Utara Penetapan kadar sari yang larut dalam air adalah untuk mengetahui jumlah senyawa yang dapat tersari dengan air dari suatu simplisia (Depkes RI, 2000).

Hasil karakterisasi simplisia pada kadar sari larut dalam air tidak memenuhi syarat yaitu 16,22% lebih kecil dari syarat 28,3%.

Penetapan kadar sari larut dalam etanol telah memenuhi syarat yaitu lebih besar dari 2,1%. Tujuan penetapan kadar sari larut dalam etanol adalah memberikan gambaran kadar persentase senyawa yang dapat tersari dengan menggunakan pelarut etanol dari suatu simplisia (Depkes RI, 2000).

Pada penetapan kadar abu total bertujuan untuk mengetahui kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya simplisia (Pine, dkk. 2015). Berdasarkan karakterisasi yang didapat, penetapan kadar abu total dan penetapan kadar abu tidak larut asam menunjukkan bahwa keduanya telah memenuhi syarat.

4.6 Hasil Pengujian Gastroprotektif Lambung Tikus

Efek gastroprotektif ekstrak etanol buah mahkota dewa pada tikus yang diinduksi oleh asetosal dosis 800 mg/kg bb menggunakan 3 parameter yaitu pengamatan makroskopis, mikroskopis, dan pengujian sekresi cairan lambung.

4.6.1 Hasil pengamatan makroskopis lambung

Pengamatan makroskopis lambung tikus dilakukan dengan cara menghitung jumlah tukak, skor tukak, luas area tukak, indeks tukak, indeks mukus, dan persen inhibisi tukak yang menandakan efek penyembuhan tukak dari masing masing kelompok perlakuan. Data hasil pengamatan makroskopis lambung masing-masing kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.3.

37 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 Hasil pengamatan makroskopis lambung (Rerata ± SE) Jumlah Skor Luas Area Indeks Indeks Inhibisi Kelompok Tukak Tukak Tukak (mm2) Tukak Mukus Tukak (%) Normal 0a 0a 0a 0a 0,06±0,01a - Induksi 6,80±0,58d 3,72±0,38c 24,38±9,57b 2,31±1,05b 0,05±0,01a - CMC-Na 3,00±0,45c 3,38±0,58bc 22,62±10,54b 2,46±1,14b 0,06±0,01a - Sukralfat 2,60±0,24c 2,95±0,35bc 12,60±2,81b 1,27±0,29b 0,07±0,00a 44,98±12,44a EEBMD 100 mg/kg 3,20±0,2c 3,30±0,45bc 15,03±4,66b 1,41±0,37b 0,06±0,02a 39,00±15,82a bb EEBMD 200 mg/kg 3,00±0,63c 3,00±0,61bc 14,63±2,90b 1,37±0,35b 0,07±0,01a 40,61±15,17a bb EEBMD 400 mg/kg 2,00±0,32b 2,78±0,38b 11,13±3,26b 1,14±0,30b 0,07±0,01a 50,59±13,08a bb Keterangan : a,b,c perbedaan notasi menunjukkan perbedaan signifikan (α=<0,05)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tikus dengan kelompok perlakuan normal tidak memiliki tukak sama sekali. Sementara itu, jumlah tukak dan skor tukak pada tikus yang diberikan EEBMD terlihat berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa EEBMD yang diberikan pada tikus yang diinduksi dengan asetosal 800 mg/kg bb, memiliki efek gastroprotektif ditunjukkan dengan berkurangnya keparahan tukak.

Kelompok EEBMD dosis 400 mg/kg bb memiliki jumlah tukak dan skor tukak paling rendah dari semua kelompok uji. Kelompok EEBMD dosis 100, 200 dan 400 mg/kg bb tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan kelompok kontrol sukralfat pada bagian parameter luas area tukak, indeks tukak dan indeks mukus, sehingga dapat dikatakan bahwa EEBMD memiliki efek yang sama dengan sukralfat. Parameter inhibisi tukak juga menunjukkan bahwa kelompok EEBMD dosis 100, 200 dan 400 mg/kg bb memiliki efek inhibisi tukak yang sama dengan kelompok positif sukralfat. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah mahkota dewa memiliki efek gastroprotektif karena dapat menurunkan tukak pada lambung tikus yang diinduksi dengan asetosal 800 mg/kg bb. Hasil induksi dan pengobatan tukak dapat dilihat pada Gambar 4.1.

38 Universitas Sumatera Utara

A B

D

C D

F E F

G

Gambar 4.1 Hasil Pengamatan Makroskopis Lambung (A= Normal; B=Induksi; C=CMC-Na 0,5%; D=Sukralfat; E=EEBMD 100 mg/kg bb; F=EEBMD 200 mg/kg bb; G=EEBMD 400 mg/kg bb)

39 Universitas Sumatera Utara Target terapi utama pengobatan tukak lambung adalah menggunakan obat- obatan seperti golongan antasida, H2 reseptor bloker seperti ranitidin, antikolinergik seperti pirenzepin atau proton pump inhibitor seperti omeprazole.

Namun, terapi tukak lambung saat ini menghadapi kelemahan utama karena sebagian besar obat yang saat ini tersedia di pasar menunjukkan efikasi yang terbatas terhadap penyakit lambung dan sering terkait dengan efek samping yang cukup parah (Mota dkk., 2009).

Saat ini, penggunaan tanaman obat terus berkembang sebagai pencegahan dan pengobatan berbagai patologi penyakit. Penelitian klinis telah membuktikan efikasi dari beberapa tumbuhan untuk pengobatan penyakit lambung. Efektifitas tanaman dilihat dari senyawa yang terkandung umumnya seperti flavonoid dan banyak juga dipengaruhi oleh senyawa organik dan anorganik lain seperti alkaloid, tanin, dan mikronutrien antioksidan lainnya (Mota dkk., 2009).

Arini dkk. (2003) melaporkan berdasarkan hasil analisis antioksidan buah mahkota dewa, senyawa metabolit sekunder paling banyak terkandung pada bagian buah. Hal tersebut disebabkan komposisi buahnya mengandung senyawa flavonoid yang tinggi, disamping senyawa alkaloid, saponin dan tanin.

Flavonoid merupakan salah satu senyawa metabolit dengan aktivitas farmakologi yang cukup banyak seperti antivirus, antialergi, antiplatelet, antiinflamasi, dan antioksidan, dan biasanya tidak menyebabkan atau dengan sangat sedikit toksisitas. Flavonoid seperti dipaparkan oleh Mota dkk. (2009), bekerja di saluran pencernaan dan memiliki efek antispasmodik, antisekretori, antidiare, serta sifat antiulser.

40 Universitas Sumatera Utara Beberapa flavonoid telah teruji memiliki aktivitas antiinflamasi tanpa menunjukkan adanya reaksi ulserogenik sebagai efek sampingnya, dan bahkan menunjukkan kemampuan yang tinggi dalam pengobatan tukak lambung. Salah satunya pada bagian buah mahkota dewa dalam penelitian Mahzir dkk. (2018) terbukti memiliki senyawa golongan flavonoid seperti kaempferol, naringenin, myricetin, rutin dan quercetin yang memberikan efek gastroprotektif terhadap model eksperimental yang diinduksi dengan pengikatan pilorus, reserpin, aspirin, indometasin, dan etanol (Mota dkk., 2009).

Obat-obat NSAID seperti aspirin dan piroxicam memiliki beberapa efek samping pada saluran pencernaan dan menyebabkan infark miokardial. Aspirin adalah penghambat siklooksigenase kuat yang menekan sekresi gastroduodenal bikarbonat, mengurangi biosintesis prostaglandin endogen dan merusak dinding mukosa serta aliran darah mukosa. Aspirin meningkatkan sekresi asam dan menghasilkan kerusakan mikrovaskulatur oleh radikal bebas. Telah diketahui bahwa penghambatan sintesis prostaglandin yang penting untuk integritas dan regenerasi mukosa akan memicu kerusakan lapisan mukosa. Namun, dapat dilihat terdapat aktivitas antiulser pada buah mahkota dewa yaitu dengan meningkatnya sintesis prostaglandin endogen, yang pada gilirannya menambah sekresi mukus dan melindungi dinding mukosa terhadap tindakan berbagai agen perusak. Efek gastroprotektif yang ditunjukkan oleh buah mahkota dewa dapat dikaitkan dengan adanya flavonoid dan senyawa polifenol, saponin dan tanin (Akuodor dkk., 2013).

Patogenesis dari tukak lambung yang diinduksi aspirin yaitu menghalangi aktivitas enzim siklooksigenase (COX-1 dan COX-2) sehingga menyebabkan berkurangnya sekresi mukus dan bikarbonat, penurunan aliran darah mukosa,

41 Universitas Sumatera Utara gangguan agregasi trombosit, perubahan struktur mikrovaskuler terhadap kerusakan epitel, peningkatan leukosit dan peningkatan produksi spesies oksigen reaktif (ROS), peningkatan peroksidasi lipid dan infiltrasi neutrofil serta penurunan enzim antioksidan (Adefisayo dkk., 2017).

Buah mahkota dewa memiliki metabolit sekunder seperti flavonoid dan tanin. Adefisayo dkk. (2017) menyatakan flavonoid dapat membersihkan radikal bebas, menghambat peroksidasi lipid, dan meningkatkan prostaglandin dan kandungan mukus pada mukosa lambung; menunjukkan efek sitoprotektif.

Menurut Mota dkk. (2009), salah satu golongan flavonoid seperti quercetin dan naringenin diketahui membantu penyembuhan tukak lambung yang disebabkan oleh induksi kronik dengan cara melindungi mukus gastrointestinal dari tukak yang diinduksi oleh aspirin dan indometasin. Mekanisme aksinya melibatkan platelet-activating factors (PAF) endogen, dan peningkatan produksi mukus.

Demarque dkk. (2018), menyatakan bahwa tanin membentuk pembatas gastroprotektif pada dinding lambung yang cukup kuat untuk berikatan dengan sel parietal. Menurut Adefisayo dkk. (2017), tanin juga bereaksi dengan protein dari lapisan jaringan lambung dengan mengendapkan protein mikro di lokasi tukak, membentuk folikel pelindung (film tipis) yang mencegah iritasi mukosa lambung.

Kesimpulan dari seluruh hasil parameter makroskopis dapat disimpulkan bahwa EEBMD memiliki efek gastroprotektif, dilihat dari persen inhibisi tukak yang menunjukkan penyembuhan pada dosis 100 mg/kg bb (39%), 200 mg/kg bb

(40,61%), dan 400 mg/kg bb (50,59%) tidak berbeda dengan sukralfat (44,98%)

(p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa buah mahkota dewa dapat menjadi pengobatan herbal yang baik untuk tukak lambung.

42 Universitas Sumatera Utara 4.6.2 Hasil pengamatan mikroskopis lambung

Pengamatan miksroskopis dilakukan dengan melihat histopatologi organ di mikroskop dengan pembesaran 10 kali menggunakan pewarna Haematoxyline eosin. Penyiapan preparat histopatologi tersebut dilakukan di laboratorium histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Berdasarkan Gambar 4.2, pemeriksaan mikroskopik lambung kelompok normal menunjukkan sel lambung yang bagus, tanpa adanya erosi maupun kerusakan sel yang menandakan bahwa tidak ada tukak pada jaringan mukosa lambung. Sementara itu pada hasil pemeriksaan mikroskopik kelompok induksi dengan asetosal dosis 800 mg/kg bb, terlihat bahwa sel lambung tidak utuh.

Keadaan ini disebabkan karena sel lambung mengalami kerusakan dan erosi yang sangat luas pada sel-sel epitel permukaan mukosa lambung. Hal yang sama terjadi pada kelompok CMC-Na dimana kerusakan yang ditunjukkan relatif besar, namun tidak seluas kelompok induksi. Kerusakan sel epitel pada kelompok yang diberikan EEBMD dosis 100, 200, dan 400 mg/kg bb terlihat bekurang, dan sel lambung terlihat semakin rapat seiring dengan bertambahnya dosis. Hasil pemeriksaan mikroskopik lambung dapat dilihat pada Gambar 4.2.

43 Universitas Sumatera Utara

B

C D

E F

G

Gambar 4.2 Hasil Pengamatan Mikroskopis Lambung (A= Normal; B=Induksi; C=CMC-Na 0,5%; D=Sukralfat; E=EEBMD 100 mg/kg bb; F=EEBMD 200 mg/kg bb; G=EEBMD 400 mg/kg bb)

44 Universitas Sumatera Utara Hasil pengamatan mikroskopik di atas menunjukkan bahwa lambung tikus kelompok induksi tukak dengan pemberian asetosal dosis 800 mg/kg bb mengalami kerusakan yang besar dan erosi yang luas pada sel-sel epitel permukaan mukosa lambung. Pemberian asetosal yang masuk ke dalam saluran cerna dapat menyebabkan pengelupasan permukaan sel epitel dan mengurangi sekresi mukus yang merupakan barier protektif terhadap serangan asam (Mustaba dkk., 2012).

Hasil yang didapatkan dari pengamatan mikroskopik pada kelompok tikus yang diberikan kontrol positif sukralfat menunjukkan sel mukosa lambung terlihat lebih rapat dibandingkan dengan beberapa kelompok uji lainnya. Efek penyembuhan dari kelompok kontrol positif disebabkan oleh kemampuan sukralfat pada suasana asam yang akan membentuk pasta kental yang secara selektif mengikat pada dasar tukak, dan menjadi sawar yang melindungi tukak terhadap difusi asam, pepsin dan garam empedu (proteksi lokal). Sukralfat juga mempunyai sifat sitoproteksi dengan meningkatkan produksi prostaglandin serta merangsang sekresi mukus dan bikarbonat (Wahyudi, 2018).

Hasil pengamatan mikroskopik pada mukosa lambung tikus yang diberikan EEBMD dosis 100 mg/kg bb menunjukkan bahwa kerusakan sel epitel pada jaringan mukosa lambung masih cukup luas. Sedangkan pada pengamatan mikroskopik pada kelompok EEBMD dosis 200 mg/kg bb, menunjukkan hasil yang sedikit lebih baik dari kelompok EEBMD dosis 100 mg/kg bb, yaitu masih menunjukkan adanya kerusakan sel epitel karena terlihat tidak rapat antara satu sel dengan lainnya.

45 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada kelompok EEBMD dosis

400 mg/kg bb, terlihat kohesi antar sel mukosa telah bagus dan erosi pada sel epitel terlihat jauh berkurang serta sel-sel terlihat lebih rapat, seperti lambung kelompok positif sukralfat. Hal ini terjadi karena adanya kandungan flavonoid, tanin dan saponin dari EEBMD yang bersifat sebagai antioksidan serta memiliki efek penyembuhan terhadap kerusakan sel-sel epitel (Wahyudi, 2018).

Menurut Vimala dan Gricilda (2014), metabolit sekunder seperti flavonoid dan tanin termasuk dalam senyawa aktif pada tanaman yang dapat memberikan perlindungan terhadap tukak lambung dengan bertindak sebagai faktor pelindung

(faktor protektif) lambung. Flavonoid memperbaiki sirkulasi darah mukosa dan meningkatkan prostaglandin, namun terpenting adalah perannya sebagai antioksidan yang akan menangkal radikal bebas yang berperan dalam patogenesis tukak lambung. Saponin juga diketahui memiliki kemampuan yang dapat mengaktivasi protektif membran mukosa yang berperan dalam penyembuhan tukak lambung (Wahyudi, 2018).

Tanin diketahui memiliki sifat styptic, yaitu kemampuan untuk bereaksi dengan protein pada lapisan jaringan mukosa lambung. Kemampuannya itu berguna untuk melapisi lapisan terluar mukosa yang membuatnya kurang permeabel dan lebih tahan terhadap tukak atau iritasi. Efek penyembuhan tukak lambung dari tanin adalah dengan membentuk endapan mikroprotein pada tempat terjadinya tukak sehingga membentuk lapisan pelindung yang membuatnya lebih tahan terhadap irtasi biologis dan kimia (Souza dkk., 2012).

46 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pengamatan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberian

EEBMD dapat memberikan efek gastroprotektif terhadap mukosa lambung tikus yang diinduksi tukak menggunakan asetosal dosis 800 mg/kg bb.

4.6.3 Hasil pengamatan sekresi cairan lambung

Pada penelitian ini dilakukan pengamatan sekresi cairan lambung yang terdiri atas volume cairan lambung, pH cairan lambung, dan total asiditas yang dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil pengamatan sekresi cairan lambung (Rerata + SE) Volume Cairan pH Cairan Total Asiditas Kelompok Lambung (ml) Lambung (mEq/L) Normal 2,32±0,09a 4,92±0,34c 25,15±0,83c Induksi 3,50±0,35b 2,48±0,12a 40,83±3,85a CMC-Na 3,08±0,19b 3,48±0,14b 26,50±1,75b Sukralfat 3,16±0,32b 3,24±0,14b 27,33±2,39b EEBMD 100 mg/kg bb 3,48±0,46b 3,08±0,18b 29,67±2,56b EEBMD 200 mg/kg bb 3,20±0,06b 3,44±0,27b 26,67±1,90b EEBMD 400 mg/kg bb 3,04±0,10b 3,52±0,20b 25,33±3,05b Keterangan : a,b,c perbedaan notasi menunjukkan perbedaan signifikan (α=<0,05)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tikus dengan perlakuan normal memiliki volume cairan lambung paling sedikit dibandingkan perlakuan lainnya. Pemberian EEBMD tidak memberikan perbedaan yang signifikan pada jumlah volume lambung.

Pengujian pH cairan lambung paling tinggi berdasarkan tabel adalah kelompok normal dengan pH rata rata 4,92. Sementara itu pH yang paling asam adalah pH kelompok induksi yaitu 2,48. Kelompok tikus yang diberikan EEBMD

100, 200, dan 400 mg/kg bb memberikan efek kenaikan pH mendekati pH kelompok normal. Hal ini menunjukkan bahwa EEBMD dapat memperbaiki pH lambung.

47 Universitas Sumatera Utara Menurut Mota dkk. (2009), tukak lambung adalah penyakit yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara faktor endogen (seperti asam lambung, pepsin, refluks empedu, leukotrien dan radikal bebas) dengan faktor sitoprotektif

(kerja pembatas mukus-bikarbonat, permukaan aktif fosfolipid, prostaglandin, aliran darah mukosal, regenerasi sel, nonenzimatik dan enzimatik antioksidan).

Walaupun telah diketahui banyak faktor yang menyebabkan tukak lambung, sekresi asam tetap menjadi komponen utama dari penyakit ini (Mota dkk., 2009).

Aspirin telah dilaporkan menurunkan pH cairan lambung dan meningkatkan volume sekresi cairan lambung. Dalam penelitian ini, volume cairan lambung dan pH lambung pada tikus yang diinduksi dengan aspirin dapat dilihat meningkat jika dibandingkan dengan kelompok normal (Adefisayo dkk.,

2017).

Total asiditas menunjukkan tingginya keasaman pada cairan asam lambung. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa total asiditas paling tinggi adalah kelompok induksi. Hal ini disebabkan karena tingginya tingkat keasaman cairan lambung tikus yang diinduksi asetosal dosis 800 mg/kg bb tanpa diberikan pengobatan apapun. Kelompok yang diberikan EEBMD menghasilkan penurunan total asiditas.

Panneerselvam dan Arumugam (2011), melaporkan pepsin mungkin berperan dalam etiologi ulserasi lambung dan kanker. Hal ini menunjukkan bahwa inhibitor sekresi asam dapat mencegah ulserasi tidak hanya dengan menghilangkan asam tetapi juga dengan inaktivasi pepsin yang selanjutnya diikuti kenaikan pH lambung. Oleh karena itu untuk mencegah pengembangan tukak lambung, dengan penghambatan aktivitas pepsin saja mungkin cukup untuk

48 Universitas Sumatera Utara menyembuhkan tukak lambung dan efek samping dari menekan sekresi asam dapat dihindari.

Adefisayo dkk. (2017) juga menyatakan bahwa aktivitas sekresi lambung terbukti berkurang pada tikus juga disebabkan karena adanya tanin yang cenderung bersaing dengan adenosin trifosfat pada hidrolisis ATP, sehingga menyebabkan penghambatan H+/K+ ATPase lambung yang diperlukan untuk sekresi asam lambung. H+/K+ ATPase pada lambung terletak di membran apikal sel parietal, pompa proton masuk ke dalam lumen lambung menggunakan energi yang berasal dari hidrolisis ATP, dan dengan demikian terlibat dalam sekresi asam lambung (Panneerselvam dan Arumugam, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa EEBMD memiliki efek sebagai gastroprotektif melalui kemampuan mengurangi jumlah tukak, menurunkan skor tukak, menurunkan total asiditas cairan lambung, dan dapat menaikkan pH lambung. Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan mikroskopik dapat dilihat bahwa EEBMD mengurangi kerusakan dan erosi pada sel epitel lambung. Persen inhibisi tukak yang ditunjukkan oleh EEBMD dosis

100, 200, dan 400 mg/kg bb masing-masing yaitu 39±15,82%; 40,61±15,17%; dan 50,59±13,08% yang tidak berbeda signifikan dengan persen inhibisi tukak oleh sukralfat sebesar 44,98±12,44% (p > 0,05).

49 Universitas Sumatera Utara BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. ekstrak etanol buah mahkota dewa memiliki efek gastroprotektif pada

tikus putih yang diinduksi tukak dengan asetosal

b. ekstrak etanol buah mahkota dewa dosis 100, 200, dan 400 mg/kg bb

memiliki efek gastroprotektif dengan persen inhibisi tukak masing-masing

39%, 40,61%, dan 50,59%.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka penulis menyarankan sebagai berikut:

a. diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan pengamatan

pengembangan bentuk sediaan mahkota dewa seperti menjadikannya

bentuk kapsul mahkota dewa sebagai gastroprotektif agar dapat

menghilangkan rasa pahit

b. diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat mengembangkan

penelitian penyembuhan tukak buah mahkota dewa dengan metode induksi

yang lain seperti diinduksi dengan pengikatan pilorus dan induksi stres.

50 Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

Adefisayo, M.A., Akomolafe, R.O., Akinsomisoye, S.O., Alabi, Q.K., Ogundipe, O.L., Omole, J.G., dkk. 2017. Gastro-protective effect of methanol extract of Vernonia amygdalina (del.) leaf on aspirin-induced gastric ulcer in wistar rats. Toxicology Reports. 4: 625-633. Akuodor, G.C., Essien, A.D., David, O.E., Chilaka, K.C., Akpan, J.L., Ezeokpo, B., dkk. 2013. Gastroprotective effect of the aqueous leaf extract of Guiera senegalensis in Albino rats. Asian Pacific Journal of Tropical Medicine. 771-775. Almeida, A.D.A.B., Melo, P.S., Hiruma-Lima, C.A., Gracioso, J.S., Carli, L., Nunes, D.S., dkk. 2003. Antiulcerogenic effect and cytotoxic activity of semi-synthetic crotonin obtained from Croton cajucara Benth. European Journal of Pharmacoogy. 472: 205-212. Alfiawati, N. 2015. Evaluasi penggunaan obat pada pasien tukak peptik di Instalasi Rawat Inap RSUP DR Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun 2014. Naskah Publikasi. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Halaman 2. Arini, S., Nurmawan, D., Alfiani, F., Hertiani, T. 2003. Daya antioksidan dan kadar flavonoid hasil ekstraksi etanol-air daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.). Buletin Penalaran Mahasiswa UGM. 10(1): 2-6. Azlina, M.F.N., Qodriyah, M.S., Akmal, M.N., Ibrahim, I.A.A., Kamisah Y. 2016. In vivo effect of Piper sarmentosum methanolic extract on stress- induced gastric ulcers in rats. Archive of Medical Science. 1: 223-231. Bloom, W., Fawcett, D.W. 2002. Buku ajar histologi. Edisi: 12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Brodie, D.A., Hanson, H.M. 1960. A Study of The Factors Involved in The Production of Gastric Ulcers by The Restraint Technique. Gastroenterology. 38: 353- 360. DeFoneska, A., Kaunitz, J.D. 2010. Gastroduodenal mucosal defense. Curr Opin Gastroenterology. 26: 604-610. Demarque, D.P. 2018. The role of tannins as antiulcer agents: a fluorescence- imaging based study. Revista Brasileira de Farmacognosia. 28: 425–432. Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Ditjen, POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi 3. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Ditjen POM. 1995. Materia medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 300 – 306, 321, 325, 333 – 337. Farnsworth N.R. 1966. Biological and phytochemical screening of . Journal of Pharmaceutical Science. 55(3): 264. Enaganti, S. 2006. The disease and non-drug treatment. Hospital Pharmacist. 13: 239-242. Estuningtyas, A., Arif, A. 2016. Obat lokal. Dalam Gunawan, S.G. (Editor), Farmakologi dan terapi. Edisi 6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. Halaman 528, 529 dan 537, 538. Galani, V.J., Goswami, S.S., Shah, M.B. 2010. Antiulcer activity of Trichosanthes

51 Universitas Sumatera Utara cucumerina Linn. against experimental-duodenal ulcers in rats. Oriental Oriental Pharmacy and Experimental Medicine. 10: 222-230. Glavin, G.B., Szabo, S. 1992. Experimental gastric mucosal injury: laboratory models reveal mechanisms of pathogenesis and new therapeutic strategies. Federation of American Societies for Experimental Biology Journal. 6: 825-831. Handayani, R. 2017. Identifikasi drug related problems obat antipeptik pada pasien dengan peptic ulcer disease dengan komplikasi di RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang Periode 2014-2016. Undergraduate Tesis. Semarang: Fakultas Kedokteran UNISSULA. Handayani, S., Wirasutusna, K.R., Insanu, M. 2017. Penapisan fitokimia dan karakterisasi simplisia daun jambu mawar (Syzygium jambos Alston). Jurnal Farmasi FIK UINAM. 5(3): 174-183. Harborne, J.B. 1987. Metode fitokimia. Edisi 2. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 152. Harmanto, N. 2001. Mahkota dewa obat pusaka para dewa. Jakarta: Agro Media Pustaka. Halaman 4. Kee, J.L., Hayes, E.R. 1996. Farmakologi: pendekatan proses keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 533. Konturek, P.C., Brzozowski, T., Kania, J., Konturek, S.J., Kwiecien, S., Pajdo, R., 2003. Pioglitazone, a specific ligand of peroxisome proliferator-activated receptor-gamma, accelerates gastric ulcer healing in rat. European Journal of Pharmacology. 472: 213-220. Lamarque, D. 2004. Pathogenesis of gastroduodenal lesions induced by non- steroidal anti-inflammatory drugs. Gastroenterologie Clinique et Biologique. 28: 18-26. Lay, M.M., Karsani, S.A., Mohadjer, S., Malek, S.N.A. 2014. Phytochemical constituents, nutritional values, phenolics, flavonols, flavonoids, antioxidant and cytotoxicity studies on Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl fruits. Biomedcentral Complementary and Alternative Medicine. 14(152). 1-12. Levine, R.J. 1971. A method for rapid production of stress ulcers in rats. Dalam Pfeiffer, C.J. (Editor), Peptic ulcer. Copenhagen, Denmark: Munksgaard. Halaman 92-97. Li, Z., Zhou, D., Ma, X., Chen, J., Shi, X., Gong, Y., dkk. 2010. Epidemiology of peptic ulcer disease: endoscopic results of the systematic investigation of gastrointestinal disease in China. American Journal of Gastroenterology. 105: 2570-2577. Mahzir, K.A.M., Gani, S.S.A., Zaidan, U.H., Halmi, M.I.E. 2018. Development of Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl fruits using response surface methodology focused on phenolics, flavonoids and antioxidant properties. Molecules. 23: 1-22. Mustaba, R., Winaya, I.O., Ketutberata, I. 2012. Studi histopatologi lambung pada tikus yang diberi madu sebagai pencegah ulkus lambung yang diinduksi aspirin. Indonesia Medicus Veterinus. 1(4): 471-482. Mutmainah., Susilowati, R., Rahmawati, N., Nugroho, A.E. 2014. Gastroprotective effects of combination of hot water extracts of turmeric (Curcuma domestica L.), cardamom pods (Ammomum compactum S.) and

52 Universitas Sumatera Utara sembung leaf (Blumea balsamifera DC.) against aspirin-induced gastric ulcer model in rats. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicie. 4(1): S500-S504. Mota, K.S.D.L., Dias, G.E.N., Pinto, M.E.F., Ferreira, A.L., Brito, A.R.M.S., Lima, C.A.H., dkk. 2009. Flavonoids with gastroprotective activity. Molecules. 14: 979-1012. Oates, P.J., Hakkinen, J.P. 1988. Studies on the mechanism of ethanol-induced gastric damage in rats. Gastroenterology. 94: 10-21. Panneerselvam, S., Arumugam, G. 2011. A biochemical study on gastroprotective effect of hydroalcoholic extract of Andrographis Paniculata in rats. Indian Journal of Pharmacology. 43(4): 402-406. Pine, A. T. D., G., Alam, Attamim, F. 2015. Standardisasi mutu ekstrak daun gedi (Abelmoschus manihot (L.) Medik) dan uji efek antioksidan dengan metode DPPH. Jurnal Kedokteran FIK UINAM. 3(3):111-128. Price, S.A., Wilson, L.M. 2006. Pathophysiology: clinical concepts of disease processess. Edisi: 6. New York: Mcgraw Hill. Halaman 417, 418, 419 dan 420. Ramachandran, S., Thirumurugan. G., Dhanaraju, M.D. 2011. Development and evaluation of biodegradable chitosan microspheres loaded with ranitidine and cross linked with glutaraldehyde. American Journal of Drug Discovery and Development. 1(2): 105-120. Rohyami, Y. 2008. Penentuan kandungan flavonoid dari ekstrak metanol daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl). Jurnal Logika. 1-16. Sabiu, S., Garuba, T., Sunmonu, T., Ajani, E., Sulyman, A., Nurain, L., Balogun, A. 2015. Indomethacin-induced gastric ulceration in rats: protective roles of spondias mombin and ficus exasperated saheed. Toxicology Reports. 2: 261-267. Salamanya, A., Rasdianah, N., Madania. 2014. Kajian penggunaan obat gatritis pasien rawat inap di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Artikel. Gorontalo. Satria E. 2005. Potensi antioksidan dari daging buah muda dan daging buah tua mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.). Skripsi. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Shalahuddin, I. 2005. Efek antihiperglikemik ekstrak air buah mahkota dewa pada tikus diabetes yang diinduksi streptozotosin. Skripsi. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Sianipar, G. 2015. Efek kombinasi alginat dengan antasida terhadap penyembuhan ulkus lambung tikus yang diinduksi dengan aspirin. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi USU. Sigit, J.I., Ribkah, Soemardji, A.A. 2012. Efektivitas preventif omeprazol terhadap efek samping tukak lambung antiinflamasi non steroid (asetosal) pada tikus galur wistar betina. Acta Pharmaceutica Indonesia. 37(2): 48- 53. Silbernagl, S., Lang, F. 2000. Color atlas of pathophysiology. New York: Thieme. Halaman 144.

53 Universitas Sumatera Utara Souza, F.H., Jesus, N.Z., Gomes, I.F., Almeida, L.T.J., Morais., Lima, G.R., Barbosa., Filho, J.M. 2012. Tannins, peptic ulcers and related mechanisms. International Journal of Molecular Science. 13(3): 3203-28. Suparto, I.H., Arfianti, N., Septiawati, T., Triwahyuni, W., Iskandriati, D. 2008. Ethanol extract of mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) fruit with in-vitro antidiabetic activities. Proceeding of The International Seminar on Chemistry 2008. 285-288. Susilawati, N.M., Yuliet, Khaerati, K. 2016. Aktivitas gastroprotektif ekstrak etanol daun gedi hijau (Abelmoschus manihot (L.) Medik) terhadap tikus putih jantan (Rattus norvegicus L.) yang diinduksi dengan aspirin. Journal of Natural Science. 5(3): 296-306. Syamsudin, Darmono. 2011. Buku ajar farmakologi eksperimental. Jakarta: UI Press. Tanto, C., Liwang, F., Hanifati, S., Pradipta, E.A. 2014. Kapita selekta kedokteran. Edisi: 4. Jakarta: Media Aesculaptus. Halaman 612, dan 614. Thabrew, M.L., Arawwala, L.D.A.M. 2016. An overview of in vivo and in vitro models that can be used for evaluating anti-gastric ulcer potential of medicinal plants. Austin Publishing Group. 1(2): 1007. Truter, I. 2009. Peptic ulcer disease. South African Pharmaceutical Journal. 10- 15. Vimala, G., Gricilda, S. F. 2014. A review on antiulcer activity of few Indian medicinal plants. International Journal of Microbiology. 1-14. Wahyudi. 2018. Pengujian efektivitas ekstrak etanol daun afrika (Vernonia Amygdalina Del.) sebagai obat tukak lambung pada tikus jantan. Tesis. Medan: Fakultas Farmasi USU. Halaman 34, 35, 36, 37, 38, dan 39. Wallace, J.L., McKnight, W., Reuter, B.K., Vergnolle, N. 2000. NSAID-induced gastric damage in rats: requirement for inhibition of both cyyclooxygenase 1 and 2. Gastroenterology 119: 706-714. Wells, B.G., Dipiro, J.T., Schwinghammer, T.L., Dipiro, V.C. 2009. Pharmacotherapy handbook. Edisi: 7. United states: McGraw-Hill. Halaman 314. WHO. 1998. Quality control method for medicinal plant material. Switzerland: World Health Organization. Halaman 25-28. Winarto, W. 2003. Mahkota Dewa: budi daya dan pemanfaatan untuk obat. Jakarta: Penebar Swadaya. Wulandari, N.D.M. 2005. Perbandingan metode ekstraksi buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dan uji toksisitas subkronis pada tikus putih. Skripsi. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.

54 Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

55 Universitas Sumatera Utara Lampiran 2. Persetujuan Komisi Etik Penelitian Hewan

56 Universitas Sumatera Utara Lampiran 3. Buah Mahkota Dewa

57 Universitas Sumatera Utara Lampiran 4. Simplisia Buah Mahkota Dewa

58 Universitas Sumatera Utara Lampiran 5. Ekstrak Etanol Buah Mahkota Dewa

59 Universitas Sumatera Utara Lampiran 6. Bagan Penelitian

1. Bagan pembuatan ekstrak etanol buah mahkota dewa (EEBMD)

Buah mahkota dewa

Dicuci sampai bersih

Ditiriskan dan dirajang

Ditimbang

Dikeringkan di dalam lemari pengering

Simplisia

Dihaluskan

Simplisia serbuk

Direndam dengan 75 bagian pelarut etanol 96% selama 5 hari Diserkai, diperas, dicuci ampas dengan pelarut etanol 96% secukupnya hinggan diperoleh 100 bagian. Biarkan selama 2 hari Dienap tuangkan atau disaring

Hasil maserat

60 Universitas Sumatera Utara Lampiran 6. (Lanjutan)

2. Bagan pembuatan suspensi CMC-Na

CMC-Na

Ditimbang sebanyak 0,5 g

Didispersikan secara merata ke dalam lumpang yang telah berisi akuades panas sekitar 10 ml dan didiamkan selama 15 menit

CMC-Na dalam lumpang

Digerus hingga diperoleh massa yang transparan

Ditambahkan akuades hingga 100 ml

Digerus hingga homogen

Suspensi CMC-Na

61 Universitas Sumatera Utara Lampiran 6. (Lanjutan)

3. Bagan pembuatan suspensi ekstrak

Suspensi CMC-Na EEBMD

Ditimbang ekstrak sesuai dosis Diukur volume yang akan dibuat sesuai dengan dosis yang akan dibuat

Massa dalam lumpang

Digerus hingga homogen

Suspensi EEBMD

62 Universitas Sumatera Utara Lampiran 6. (Lanjutan)

4. Efek gastroprotektif Ekstrak Etanol Buah Mahkota Dewa Terhadap Tikus Putih Jantan

35 Ekor Tikus Putih Jantan

Ditimbang dan diadaptasikan di lingkungan laboratorium selama 2 minggu sebelum dilakukan percobaan Dibagi menjadi 7 kelompok uji Diberikan CMC-Na, Sukralfat ataupun ekstrak sesuai dengan kelompok uji selama 7 hari Dipuasakan selama 36 jam sebelum dilakukan induksi menggunakan asetosal dosis 800 mg/kg bb Dilakukan induksi pada hari ke-8 Dikorbankan setelah 10 jam Diambil lambung tikus untuk diuji

Pengujian Gastroprotektif

Makroskopis Mikroskopis Sekresi asam lambung

- Jumlah tukak Uji - Volume - Skor tukak Histopatologi cairan - Luas area lambung tukak - pH lambung - Indeks tukak - Total asiditas - Indeks lambung mukus - Persen inhibisi tukak

63 Universitas Sumatera Utara Lampiran 7. Perhitungan Hasil Karakterisasi Serbuk Simplisia Buah Mahkota Dewa 1. Perhitungan Kadar Air

Volume air (ml) Kadar Air = × 100% Berat Sampel (g) No. Berat Sampel (g) Volume Air (ml) 1 5,0632 0,5 2 5,0227 0,3 3 5,0797 0,4

0,5 1. Kadar Air = × 100% = 9,87% 5,0632

0,3

× 100% = 5,97% 2. Kadar Air = 5,0227

0,4 3. Kadar Air = × 100% = 7,87% 5,0076

9,87% + 5,97% + 7,87% Perhitungan Rata-rata Kadar Air = =7,90% 3

2. Perhitungan Kadar Sari Larut Air

Perhitungan Kadar Berat isi cawan (g) × 100 × Sari Larut Air = × × 100% Berat Sampel (g) 20

No. Berat Sampel (g) Berat Isi Cawan (g) 1 5,0632 0,1699 2 5,0227 0,1731 3 5,0797 0,1487

1. Perhitungan Kadar 0,1699 100 Sari Larut Air = × ×100% = 16,78% 5,0632 20

0,1731 100 Perhitungan Kadar 2. = × ×100% = 17,23% Sari Larut Air 5,0227 20

0,1487 100 3. Perhitungan Kadar = × ×100% = 14,64% Sari Larut Air 5,0797 20

64 Universitas Sumatera Utara Lampiran 7. (lanjutan)

Perhitungan Rata-rata Kadar 16,78% + 17,23% + 14,64% Sari Larut Air = =16,22% 3

3. Perhitungan Kadar Sari Larut Etanol

Perhitungan Kadar Berat Isi Cawan (g) 100 Sari Larut Etanol = × × 100% Berat Sampel (g) 20

No. Berat Sampel (g) Berat Isi Cawan (g) 1 5,0632 0,0695 2 5,0227 0,0712 3 5,0797 0,0701

1. Kadar Sari Larut 0,0695 100 = × ×100% = 6,86% Etanol 5,0632 20

0,0712 100 2. Kadar Sari Larut = × ×100% = 7,09% Etanol 5,0227 20 0,0701 100 3. Kadar Sari Larut = × ×100% = 6,90% Etanol 5,0797 20

Perhitungan Rata-Rata Kadar 6,86% + 7,09% + 6,90% Sari Larut Etanol = = 6,95% 3

4. Perhitungan Kadar Abu Total Berat Abu (g) Kadar Abu Total = × 100% Berat Sampel (g) No. Berat Sampel (g) Berat Abu (g) 1 2,059 0,1458 2 2,0158 0,2452 3 2,0369 0,0707

0,1458 1. Kadar Abu Total = × 100% = 7,08% 2,059 0,2452 2. Kadar Abu Total = × 100% = 12,16% 2,0158 0,0707 3. Kadar Abu Total = × 100% = 3,47% 2,0369

65 Universitas Sumatera Utara Lampiran 7. (lanjutan)

Perhitungan Rata-rata 7,08% + 12,16% + 3,47% Kadar Abu Total = = 7,57% 3

5. Perhitungan Kadar Abu Tidak Larut Asam

Berat Abu (g) Kadar Abu Tidak Larut Asam = × 100% Berat Sampel (g)

No. Berat Sampel (g) Berat Abu (g) 1 2,059 0,0174 2 2,0158 0,02 3 2,0369 0,0272

0,0174 1. Kadar Abu Tidak Larut Asam = × 100% = 0,84% 2,059 0,02 2. Kadar Abu Tidak Larut Asam = × 100% = 0,99 % 2,0158

0,0272 3. Kadar Abu Tidak Larut Asam = × 100% = 1,33% 2,0369

Rata-Rata Persentase Kadar 0,84% + 0,99% + 1,33% Abu Tidak Larut Asam = =1,05 3

66 Universitas Sumatera Utara Lampiran 8. Perhitungan Dosis

Tabel konversi dosis antara hewan dan manusia

(Syamsudin dan Darmono, 2011).

1. Perhitungan dosis suspensi CMC Na 0,5% , dosis 1% berat badan

- CMC Na 0,5% = 500 mg = 5 mg/ml 100 ml

- Dosis yang diberikan 1% bb kepada tikus dengan berat 200 g:

1 × 200 g = 2 ml 100

- Volume suspensi CMC Na yang diberikan pada tikus dengan berat 200 g = 2 ml

2. Perhitungan dosis suspensi sukralfat

- Tiap 5 ml mengandung 500 mg sukralfat

- Dosis sukralfat untuk manusia yaitu 4 g per hari

- Dosis untuk tikus dengan berat 200 g:

0,018 x 4000 mg = 72 mg

Maka dosis yang digunakan adalah:

67 Universitas Sumatera Utara Lampiran 8. Perhitungan Dosis (lanjutan)

1000 g x 72mg = 360 mg/kg bb 200 g

- Volume suspensi sukralfat yang diberikan ke tikus dengan berat badan 200 g:

360 mg × 200 g × 1 = 0,72 ml 1000 g 100

3. Perhitungan dosis suspensi EEBMD

-Suspensi EEBMD dibuat dengan 3 konsentrasi berbeda yaitu 1%, 2% dan 4%, ekstrak ditimbang (1 g, 2 g, dan 4 g) dan digerus menggunakan lumpang dan alu.

Ditambahkan suspensi CMC Na 0,5% hingga 100 ml.

-Volume suspensi EEBMD dosis 100 mg/kg bb yang diberikan pada tikus

(diibaratkan berat tikus = 200 g) adalah:

100 mg × 200 g x 1 = 2 ml 1000 g 10 mg/ml -Volume suspensi EEBMD dosis 200 mg/kg bb yang diberikan pada tikus

(diibaratkan berat tikus = 200 g) adalah:

200 mg × 200 g x 1 = 2 ml 1000 g 20 mg/ml -Volume suspensi EEBMD dosis 400 mg/kg bb yang diberikan pada tikus

(diibaratkan berat tikus = 200 g) adalah:

400 mg × 200 g x 1 = 2 ml 1000 g 40 mg/ml

68 Universitas Sumatera Utara Lampiran 9. Hasil Rata Rata Parameter Penelitian

Hasil pengamatan rata-rata parameter makroskopis (Rerata + Standar Eror) Luas Area Jumlah Skor Indeks Indeks Inhibisi Tukak Kelompok Tukak Tukak Tukak Tukak Mukosa (%) (mm2) Normal 0 0 0 0 0,06±0,01 - Induksi 6,80±0,58 3,72±0,38 24,38±9,57 2,31±1,05 0,05±0,01 - CMC 3,00±0,45 3,38±0,58 22,62±10,54 2,46±1,14 0,06±0,01 - Sukralfat 2,60±0,24 2,95±0,35 12,60±2,81 1,27±0,29 0,07±0,00 44,98±12,44 EEBMD 100 3,20±0,2 3,30±0,45 15,03±4,66 1,41±0,37 0,06±0,02 39,00±15,82 mg/kg bb EEBMD 200 3,00±0,63 3,00±0,61 14,63±2,90 1,37±0,35 0,07±0,01 40,61±15,17 mg/kg bb EEBMD 400 2,00±0,32 2,78±0,38 11,13±3,26 1,14±0,30 0,07±0,01 50,59±13,08 mg/kg bb

Hasil pengamatan rata-rata parameter sekresi lambung (Rerata + Standar Eror) Volume Cairan pH Cairan Total Asiditas Kelompok Lambung (ml) Lambung (mEq/L) Normal 2,32±0,09 4,92±0,34 25,15±0,83 Induksi 3,50±0,35 2,48±0,12 40,83±3,85 CMC 3,08±0,19 3,48±0,14 26,50±1,75 Sukralfat 3,16±0,32 3,24±0,14 27,33±2,39 EEBMD 100 mg/kg bb 3,48±0,46 3,08±0,18 29,67±2,56 EEBMD 200 mg/kg bb 3,20±0,06 3,44±0,27 26,67±1,90 EEBMD 400 mg/kg bb 3,04±0,10 3,52±0,20 25,33±3,05

69 Universitas Sumatera Utara Lampiran 10. Hasil Pengamatan Parameter Makroskopis

1. Jumlah tukak Tikus Rerata + Kelompok T1 T2 T3 T4 T5 SE Normal 0 0 0 0 0 0 Induksi 8 6 8 5 7 6,80±0,58 CMC-Na 4 2 2 3 4 3±0,45 Sukralfat 2 3 3 3 2 2,60±0,24 EEBMD 100 3 3 3 3 4 3,20±0,20 mg/kg bb EEBMD 200 5 2 2 2 4 3±0,63 mg/kg bb EEBMD 400 2 2 1 3 2 2±0,32 mg/kg bb

2. Skor tukak Tikus Rerata + Kelompok T1 T2 T3 T4 T5 SE Normal 0 0 0 0 0 0 Induksi 3 3,2 3,13 4,6 4,7 3,72±0,38 CMC-Na 3,13 4 3,5 5 1,5 3,38±0,58 Sukralfat 3,5 3,83 2 3,17 2,25 2,95±0,35 EEBMD 100 3,33 4 3,5 1,5 2,37 3,30±0,45 mg/kg bb EEBMD 200 4 1,5 4 4 1,5 3±0,61 mg/kg bb EEBMD 400 2,75 1,75 4 2,67 2,75 2,78±0,36 mg/kg bb

70 Universitas Sumatera Utara Lampiran 10. (lanjutan)

3. Luas Area Tukak Tikus Rerata + Kelompok T1 T2 T3 T4 T5 SE Normal 0 0 0 0 0 0 Induksi 10,10 17,2875 11,5900 21,0725 61,8450 24,38±9,57 CMC-Na 21,8100 4,3125 3,0625 22,5150 61,3800 22,62±10,54 Sukralfat 4,7175 17,6150 19,9425 8,5350 12,1850 12,60±2,81 EEBMD 100 5,8800 4,3983 26,0000 13,2075 25,6650 15,03±4,66 mg/kg bb EEBMD 200 14,1625 22,2875 9,6750 7,1025 19,8975 14,63±2,90 mg/kg bb EEBMD 400 20,1375 9,2325 1,9375 16,7330 7,5850 11,13±3,26 mg/kg bb

4. Indeks Tukak Tikus Rerata + Kelompok T1 T2 T3 T4 T5 SE Normal 0 0 0 0 0 0 Induksi 1,1513 1,3933 1,1093 2,2634 6,6074 2,50±1,05 CMC-Na 2,455 0,443 0,313 2,4343 6,64061 2,46±1,14 Sukralfat 0,3570 1,9045 1,8049 0,9240 1,3634 1,27±0,29 EEBMD 100 0,6578 0,4654 2,1252 1,5635 2,2329 1,41±0,37 mg/kg bb EEBMD 200 1,0938 2,1671 0,6419 0,7058 2,2499 1,37±0,35 mg/kg bb EEBMD 400 1,7871 0,7379 0,2168 1,7638 1,2012 1,14±0,30 mg/kg bb

71 Universitas Sumatera Utara Lampiran 10. (lanjutan)

5. Persen Inhibisi Tukak Tikus Rerata + Kelompok T1 T2 T3 T4 T5 SE CMC-Na 84,5445 17,5451 21,860 59,9981 40,9724 44,98±12,44 Sukralfat 71,5224 79,8514 7,9940 32,31106 3,3283 39±15,82 EEBMD 100 mg/kg 52,645 6,178 72,2113 69,4416 2,59363 40,61±15,17 bb EEBMD 200 mg/kg 22,631 68,055 90,6160 23,6379 47,9958 50,59±13,08 bb

6. Indeks Mukosa Tikus Rerata + Kelompok T1 T2 T3 T4 T5 SE Normal 0,049 0,053 0,046 0,078 0,058 0,06±0,01 Induksi 0,0655 0,0402 0,0743 0,0349 0,0557 0,05±0,01 CMC-Na 0,0625 0,0897 0,0466 0,0409 0,0827 0,06±0,01 Sukralfat 0,0602 0,0694 0,0639 0,0629 0,0786 0,07±0,00 EEBMD 100 0,0214 0,0257 0,0949 0,0927 0,0564 0,06±0,002 mg/kg bb EEBMD 200 0,0467 0,1059 0,0504 0,0636 0,0920 0,07±0,01 mg/kg bb EEBMD 400 0,0592 0,0870 0,0674 0,0859 0,0574 0,07±0,01 mg/kg bb

72 Universitas Sumatera Utara Lampiran 11. Hasil Pengamatan Parameter Sekresi Cairan Lambung

1. Volume cairan lambung Tikus Kelompok Rerata + SE T1 T2 T3 T4 T5 Normal 2,3 2,4 2,1 2,2 2,6 2,32±0,09 Induksi 3,2 2,4 3,8 3,6 4,6 3,50±0,35 CMC-Na 3,2 3,4 3 3,4 2,4 3,08±0,19 Sukralfat 2,4 2,4 4 3,6 3,4 3,16±0,32 EEBMD 100 5 3 3 2,4 4 3,48±0,46 mg/kg bb EEBMD 200 3,2 3,2 3,4 3,2 3 3,20±0,06 mg/kg bb EEBMD 400 3 2,8 3,4 3 3 3,04±0,10 mg/kg bb

2. pH Lambung Tikus Kelompok Rerata + SE T1 T2 T3 T4 T5 Normal 5,4 4,5 3,8 5,3 5,6 4,92±0,34 Induksi 2,4 2,9 2,3 2,6 2,2 2,48±0,12 CMC-Na 3 3,8 3,6 3,4 3,6 3,48±0,14 Sukralfat 3,4 3,4 3,2 3,5 2,7 3,24±0,14 EEBMD 100 3,5 3 3 2,5 3,4 3,08±0,18 mg/kg bb EEBMD 200 3,6 4 3,9 2,5 3,2 3,44±0,27 mg/kg bb EEBMD 400 3,8 3 3,1 3,7 4 3,52±0,20 mg/kg bb

3. Total Asiditas Tikus Rerata + Kelompok T1 T2 T3 T4 T5 SE Normal 25 23,5 27,5 23,25 26,5 25,15±0,83 Induksi 33,3 42,5 53 31,67 43 40,83±3,85 CMC-Na 23,33 28,3 23,33 25 32,5 26,5±1,75 Sukralfat 35 23,3 21,7 26,7 30 27,33±2,39 EEBMD 100 37,5 32,5 30 25 23,33 29,67±2,46 mg/kg bb EEBMD 200 21,67 23,33 26,67 31,67 30 26,67±2,56 mg/kg bb EEBMD 400 26,67 28,33 23,33 33,33 15 25,33±3,05 mg/kg bb

73 Universitas Sumatera Utara Lampiran 12. Hasil Analisis Data Statistik

Jumlah Tukak Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Jumlah Tukak .203 35 .001 .904 35 .005 a. Lilliefors Significance Correction

Kruskal-Wallis Test Ranks Kelompok N Mean Rank Jumlah Tukak Normal 5 3.00 Induksi 5 32.90 CMC-Na 5 19.80 Sukralfat 5 17.20 EEBMD 100 mg/kg bb 5 22.30 EEBMD 200 mg/kg bb 5 18.50 EEBMD 400 mg/kg bb 5 12.30 Total 35

Test Statisticsa,b Jumlah Tukak Kruskal-Wallis H 25.021 df 6 Asymp. Sig. .000 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Kelompok

Mann-Whitney Test (Jumlah tukak by Kelompok (1 2)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Jumlah Tukak Normal 5 3.00 15.00 Induksi 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Jumlah Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.795 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Jumlah tukak by Kelompok (1 3)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Jumlah Tukak Normal 5 3.00 15.00 CMC-Na 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Jumlah Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.805 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok

74 Universitas Sumatera Utara b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Jumlah tukak by Kelompok (1 4)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Jumlah Tukak Normal 5 3.00 15.00 Sukralfat 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Jumlah Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.835 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Jumlah tukak by Kelompok (1 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Jumlah Tukak Normal 5 3.00 15.00 EEBMD 100 mg/kg bb 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Jumlah Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.887 Asymp. Sig. (2-tailed) .004 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Jumlah tukak by Kelompok (1 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Jumlah Tukak Normal 5 3.00 15.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Jumlah Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.825 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Jumlah tukak by Kelompok (1 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Jumlah Tukak Normal 5 3.00 15.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Jumlah Tukak

75 Universitas Sumatera Utara Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.825 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Jumlah tukak by Kelompok (2 3)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Jumlah Tukak Induksi 5 8.00 40.00 CMC-Na 5 3.00 15.00 Total 10

Test Statisticsa Jumlah Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.635 Asymp. Sig. (2-tailed) .008 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Jumlah tukak by Kelompok (2 4)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Jumlah Tukak Induksi 5 8.00 40.00 Sukralfat 5 3.00 15.00 Total 10

Test Statisticsa Jumlah Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.660 Asymp. Sig. (2-tailed) .008 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Jumlah tukak by Kelompok (2 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Jumlah Tukak Induksi 5 8.00 40.00 EEBMD 100 mg/kg bb 5 3.00 15.00 Total 10

Test Statisticsa Jumlah Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.703 Asymp. Sig. (2-tailed) .007 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Jumlah tukak by Kelompok (2 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

76 Universitas Sumatera Utara Jumlah Tukak Induksi 5 7.90 39.50 EEBMD 200 mg/kg bb 5 3.10 15.50 Total 10

Test Statisticsa Jumlah Tukak Mann-Whitney U .500 Wilcoxon W 15.500 Z -2.554 Asymp. Sig. (2-tailed) .011 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Jumlah tukak by Kelompok (2 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Jumlah Tukak Induksi 5 8.00 40.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 3.00 15.00 Total 10

Test Statisticsa Jumlah Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.652 Asymp. Sig. (2-tailed) .008 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Jumlah tukak by Kelompok (3 4)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Jumlah Tukak CMC-Na 5 6.10 30.50 Sukralfat 5 4.90 24.50 Total 10

Test Statisticsa Jumlah Tukak Mann-Whitney U 9.500 Wilcoxon W 24.500 Z -.671 Asymp. Sig. (2-tailed) .502 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Jumlah tukak by Kelompok (3 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Jumlah Tukak CMC-Na 5 5.20 26.00 EEBMD 100 mg/kg bb 5 5.80 29.00 Total 10

Test Statisticsa Jumlah Tukak Mann-Whitney U 11.000 Wilcoxon W 26.000 Z -.340 Asymp. Sig. (2-tailed) .734 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b

77 Universitas Sumatera Utara a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Jumlah tukak by Kelompok (3 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Jumlah Tukak CMC-Na 5 5.60 28.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 5.40 27.00 Total 10

Test Statisticsa Jumlah Tukak Mann-Whitney U 12.000 Wilcoxon W 27.000 Z -.113 Asymp. Sig. (2-tailed) .910 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Jumlah tukak by Kelompok (3 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Jumlah Tukak CMC-Na 5 6.90 34.50 EEBMD 400 mg/kg bb 5 4.10 20.50 Total 10

Test Statisticsa Jumlah Tukak Mann-Whitney U 5.500 Wilcoxon W 20.500 Z -1.571 Asymp. Sig. (2-tailed) .116 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .151b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Jumlah tukak by Kelompok (4 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Jumlah Tukak Sukralfat 5 4.20 21.00 EEBMD 100 mg/kg bb 5 6.80 34.00 Total 10

Test Statisticsa Jumlah Tukak Mann-Whitney U 6.000 Wilcoxon W 21.000 Z -1.678 Asymp. Sig. (2-tailed) .093 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Jumlah tukak by Kelompok (4 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Jumlah Tukak Sukralfat 5 5.40 27.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 5.60 28.00 Total 10

Test Statisticsa

78 Universitas Sumatera Utara Jumlah Tukak Mann-Whitney U 12.000 Wilcoxon W 27.000 Z -.113 Asymp. Sig. (2-tailed) .910 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Jumlah tukak by Kelompok (4 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Jumlah Tukak Sukralfat 5 6.70 33.50 EEBMD 400 mg/kg bb 5 4.30 21.50 Total 10

Test Statisticsa Jumlah Tukak Mann-Whitney U 6.500 Wilcoxon W 21.500 Z -1.386 Asymp. Sig. (2-tailed) .166 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Jumlah tukak by Kelompok (5 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Jumlah Tukak EEBMD 100 mg/kg bb 5 6.10 30.50 EEBMD 200 mg/kg bb 5 4.90 24.50 Total 10

Test Statisticsa Jumlah Tukak Mann-Whitney U 9.500 Wilcoxon W 24.500 Z -.657 Asymp. Sig. (2-tailed) .511 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Jumlah tukak by Kelompok (5 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Jumlah Tukak EEBMD 100 mg/kg bb 5 7.60 38.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 3.40 17.00 Total 10

Test Statisticsa Jumlah Tukak Mann-Whitney U 2.000 Wilcoxon W 17.000 Z -2.373 Asymp. Sig. (2-tailed) .018 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .032b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

79 Universitas Sumatera Utara Mann-Whitney Test (Jumlah tukak by Kelompok (6 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Jumlah Tukak EEBMD 200 mg/kg bb 5 6.50 32.50 EEBMD 400 mg/kg bb 5 4.50 22.50 Total 10

Test Statisticsa Jumlah Tukak Mann-Whitney U 7.500 Wilcoxon W 22.500 Z -1.177 Asymp. Sig. (2-tailed) .239 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

80 Universitas Sumatera Utara Skor tukak Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Skor Tukak .134 35 .116 .918 35 .013 a. Lilliefors Significance Correction

Kruskal-Wallis Test Ranks Kelompok N Mean Rank Skor Tukak Normal 5 3.00 Induksi 5 24.70 CMC-Na 5 22.90 Sukralfat 5 18.60 EEBMD 100 mg/kg bb 5 19.20 EEBMD 200 mg/kg bb 5 20.70 EEBMD 400 mg/kg bb 5 16.90 Total 3 5

Test Statisticsa,b Skor Tukak Kruskal-Wallis H 14.631 df 6 Asymp. Sig. .023 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Kelompok

Mann-Whitney Test (Skor tukak by Kelompok (1 2)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Skor Tukak Normal 5 3.00 15.00 Induksi 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Skor Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.785 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Skor tukak by Kelompok (1 3)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Skor Tukak Normal 5 3.00 15.00 CMC-Na 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Skor Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.785 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

81 Universitas Sumatera Utara Mann-Whitney Test (Skor tukak by Kelompok (1 4)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Skor Tukak Normal 5 3.00 15.00 Sukralfat 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Skor Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.785 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Skor tukak by Kelompok (1 5)) Ranks Kelompok N Mean Sum of Ranks Rank Skor Tukak Normal 5 3.00 15.00 EEBMD 100 mg/kg bb 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Skor Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.785 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Skor tukak by Kelompok (1 6)) Ranks Kelompok N Mean Sum of Ranks Rank Skor Tukak Normal 5 3.00 15.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Skor Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.835 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Skor tukak by Kelompok (1 7)) Ranks Kelompok N Mean Sum of Ranks Rank Skor Tukak Normal 5 3.00 15.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa

82 Universitas Sumatera Utara Skor Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.795 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Skor tukak by Kelompok (2 3)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Skor Tukak Induksi 5 5.50 27.50 CMC-Na 5 5.50 27.50 Total 10

Test Statisticsa Skor Tukak Mann-Whitney U 12.500 Wilcoxon W 27.500 Z .000 Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Skor tukak by Kelompok (2 4)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Skor Tukak Induksi 5 6.40 32.00 Sukralfat 5 4.60 23.00 Total 10

Test Statisticsa Skor Tukak Mann-Whitney U 8.000 Wilcoxon W 23.000 Z -.940 Asymp. Sig. (2-tailed) .347 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Skor tukak by Kelompok (2 5)) Ranks Kelompok N Mean Sum of Ranks Rank Skor Tukak Induksi 5 6.20 31.00 EEBMD 100 mg/kg bb 5 4.80 24.00 Total 10

Test Statisticsa Skor Tukak Mann-Whitney U 9.000 Wilcoxon W 24.000 Z -.731 Asymp. Sig. (2-tailed) .465 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

83 Universitas Sumatera Utara Mann-Whitney Test (Skor tukak by Kelompok (2 6)) Ranks Kelompok N Mean Sum of Ranks Rank Skor Tukak Induksi 5 6.20 31.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 4.80 24.00 Total 10

Test Statisticsa Skor Tukak Mann-Whitney U 9.000 Wilcoxon W 24.000 Z -.742 Asymp. Sig. (2-tailed) .458 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Skor tukak by Kelompok (2 7)) Ranks Kelompok N Mean Sum of Ranks Rank Skor Tukak Induksi 5 7.40 37.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 3.60 18.00 Total 10

Test Statisticsa Skor Tukak Mann-Whitney U 3.000 Wilcoxon W 18.000 Z -1.991 Asymp. Sig. (2-tailed) .047 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .056b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Skor tukak by Kelompok (3 4)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Skor Tukak CMC-Na 5 6.10 30.50 Sukralfat 5 4.90 24.50 Total 10

Test Statisticsa Skor Tukak Mann-Whitney U 9.500 Wilcoxon W 24.500 Z -.629 Asymp. Sig. (2-tailed) .530 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Skor tukak by Kelompok (3 5)) Ranks Kelompok N Mean Sum of Ranks Rank Skor Tukak CMC-Na 5 6.10 30.50 EEBMD 100 mg/kg bb 5 4.90 24.50 Total 10

84 Universitas Sumatera Utara Test Statisticsa Skor Tukak Mann-Whitney U 9.500 Wilcoxon W 24.500 Z -.632 Asymp. Sig. (2-tailed) .527 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Skor tukak by Kelompok (3 6)) Ranks Kelompok N Mean Sum of Ranks Rank Skor Tukak CMC-Na 5 5.70 28.50 EEBMD 200 mg/kg bb 5 5.30 26.50 Total 10

Test Statisticsa Skor Tukak Mann-Whitney U 11.500 Wilcoxon W 26.500 Z -.218 Asymp. Sig. (2-tailed) .827 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Skor tukak by Kelompok (3 7)) Ranks Kelompok N Mean Sum of Ranks Rank Skor Tukak CMC-Na 5 6.50 32.50 EEBMD 400 mg/kg bb 5 4.50 22.50 Total 10

Test Statisticsa Skor Tukak Mann-Whitney U 7.500 Wilcoxon W 22.500 Z -1.051 Asymp. Sig. (2-tailed) .293 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Skor tukak by Kelompok (4 5)) Ranks Kelompok N Mean Sum of Ranks Rank Skor Tukak Sukralfat 5 5.30 26.50 EEBMD 100 mg/kg bb 5 5.70 28.50 Total 10

Test Statisticsa Skor Tukak Mann-Whitney U 11.500 Wilcoxon W 26.500 Z -.210 Asymp. Sig. (2-tailed) .834 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b a. Grouping Variable: Kelompok

85 Universitas Sumatera Utara b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Skor tukak by Kelompok (4 6)) Ranks Kelompok N Mean Sum of Ranks Rank Skor Tukak Sukralfat 5 5.00 25.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 6.00 30.00 Total 10

Test Statisticsa Skor Tukak Mann-Whitney U 10.000 Wilcoxon W 25.000 Z -.530 Asymp. Sig. (2-tailed) .596 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Skor tukak by Kelompok (4 7)) Ranks Kelompok N Mean Sum of Ranks Rank Skor Tukak Sukralfat 5 5.80 29.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 5.20 26.00 Total 10

Test Statisticsa Skor Tukak Mann-Whitney U 11.000 Wilcoxon W 26.000 Z -.314 Asymp. Sig. (2-tailed) .753 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Skor tukak by Kelompok (5 6)) Ranks Kelompok N Mean Sum of Ranks Rank Skor Tukak EEBMD 100 mg/kg bb 5 5.10 25.50 EEBMD 200 mg/kg bb 5 5.90 29.50 Total 10

Test Statisticsa Skor Tukak Mann-Whitney U 10.500 Wilcoxon W 25.500 Z -.437 Asymp. Sig. (2-tailed) .662 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Skor tukak by Kelompok (5 7)) Ranks Kelompok N Mean Sum of Ranks Rank Skor Tukak EEBMD 100 mg/kg bb 5 5.70 28.50 EEBMD 400 mg/kg bb 5 5.30 26.50

86 Universitas Sumatera Utara Total 10

Test Statisticsa Skor Tukak Mann-Whitney U 11.500 Wilcoxon W 26.500 Z -.210 Asymp. Sig. (2-tailed) .834 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Skor tukak by Kelompok (6 7)) Ranks Kelompok N Mean Sum of Ranks Rank Skor Tukak EEBMD 200 mg/kg bb 5 5.70 28.50 EEBMD 400 mg/kg bb 5 5.30 26.50 Total 10

Test Statisticsa Skor Tukak Mann-Whitney U 11.500 Wilcoxon W 26.500 Z -.217 Asymp. Sig. (2-tailed) .828 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

87 Universitas Sumatera Utara Luas Area Tukak Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Luas Area Tukak .170 35 .012 .781 35 .000 a. Lilliefors Significance Correction

Kruskal-Wallis Test Ranks Kelompok N Mean Rank Luas Area Tukak Normal 5 3.00 Induksi 5 24.20 CMC-Na 5 21.80 Sukralfat 5 18.60 EEBMD 100 mg/kg bb 5 21.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 20.80 EEBMD 400 mg/kg bb 5 16.60 Total 35

Test Statisticsa,b Luas Area Tukak Kruskal-Wallis H 14.184 df 6 Asymp. Sig. .028 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Kelompok

Mann-Whitney Test (Luas area tukak by Kelompok (1 2)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Luas Area Tukak Normal 5 3.00 15.00 Induksi 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Luas Area Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.785 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Luas area tukak by Kelompok (1 3)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Luas Area Tukak Normal 5 3.00 15.00 CMC-Na 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Luas Area Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.785 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

88 Universitas Sumatera Utara Mann-Whitney Test (Luas area tukak by Kelompok (1 4)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Luas Area Tukak Normal 5 3.00 15.00 Sukralfat 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Luas Area Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.785 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Luas area tukak by Kelompok (1 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Luas Area Tukak Normal 5 3.00 15.00 EEBMD 100 mg/kg bb 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Luas Area Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.785 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Luas area tukak by Kelompok (1 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Luas Area Tukak Normal 5 3.00 15.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Luas Area Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.785 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Luas area tukak by Kelompok (1 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Luas Area Tukak Normal 5 3.00 15.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa

89 Universitas Sumatera Utara Luas Area Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.785 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Luas area tukak by Kelompok (2 3)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Luas Area Tukak Induksi 5 5.60 28.00 CMC-Na 5 5.40 27.00 Total 10

Test Statisticsa Luas Area Tukak Mann-Whitney U 12.000 Wilcoxon W 27.000 Z -.104 Asymp. Sig. (2-tailed) .917 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Luas area tukak by Kelompok (2 4)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Luas Area Tukak Induksi 5 6.40 32.00 Sukralfat 5 4.60 23.00 Total 10

Test Statisticsa Luas Area Tukak Mann-Whitney U 8.000 Wilcoxon W 23.000 Z -.940 Asymp. Sig. (2-tailed) .347 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties. Mann-Whitney Test (Luas area tukak by Kelompok (2 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Luas Area Tukak Induksi 5 6.00 30.00 EEBMD 100 mg/kg bb 5 5.00 25.00 Total 10

Test Statisticsa Luas Area Tukak Mann-Whitney U 10.000 Wilcoxon W 25.000 Z -.522 Asymp. Sig. (2-tailed) .602 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

90 Universitas Sumatera Utara Mann-Whitney Test (Luas area tukak by Kelompok (2 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Luas Area Tukak Induksi 5 6.20 31.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 4.80 24.00 Total 10

Test Statisticsa Luas Area Tukak Mann-Whitney U 9.000 Wilcoxon W 24.000 Z -.731 Asymp. Sig. (2-tailed) .465 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Luas area tukak by Kelompok (2 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Luas Area Tukak Induksi 5 7.00 35.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 4.00 20.00 Total 10 Test Statisticsa Luas Area Tukak Mann-Whitney U 5.000 Wilcoxon W 20.000 Z -1.567 Asymp. Sig. (2-tailed) .117 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .151b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Luas area tukak by Kelompok (3 4)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Luas Area Tukak CMC-Na 5 6.00 30.00 Sukralfat 5 5.00 25.00 Total 10

Test Statisticsa Luas Area Tukak Mann-Whitney U 10.000 Wilcoxon W 25.000 Z -.522 Asymp. Sig. (2-tailed) .602 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Luas area tukak by Kelompok (3 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Luas Area Tukak CMC-Na 5 5.20 26.00 EEBMD 100 mg/kg bb 5 5.80 29.00 Total 10

Test Statisticsa Luas Area

91 Universitas Sumatera Utara Tukak Mann-Whitney U 11.000 Wilcoxon W 26.000 Z -.313 Asymp. Sig. (2-tailed) .754 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Luas area tukak by Kelompok (3 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Luas Area Tukak CMC-Na 5 5.80 29.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 5.20 26.00 Total 10

Test Statisticsa Luas Area Tukak Mann-Whitney U 11.000 Wilcoxon W 26.000 Z -.313 Asymp. Sig. (2-tailed) .754 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Luas area tukak by Kelompok (3 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Luas Area Tukak CMC-Na 5 6.40 32.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 4.60 23.00 Total 10

Test Statisticsa Luas Area Tukak Mann-Whitney U 8.000 Wilcoxon W 23.000 Z -.940 Asymp. Sig. (2-tailed) .347 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Luas area tukak by Kelompok (4 5)) Ranks Kelompok N Mean Sum of Ranks Rank Luas Area Tukak Sukralfat 5 5.20 26.00 EEBMD 100 mg/kg bb 5 5.80 29.00 Total 10

Test Statisticsa Luas Area Tukak Mann-Whitney U 11.000 Wilcoxon W 26.000 Z -.313 Asymp. Sig. (2-tailed) .754 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b a. Grouping Variable: Kelompok

92 Universitas Sumatera Utara b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Luas area tukak by Kelompok (4 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Luas Area Tukak Sukralfat 5 5.00 25.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 6.00 30.00 Total 10

Test Statisticsa Luas Area Tukak Mann-Whitney U 10.000 Wilcoxon W 25.000 Z -.522 Asymp. Sig. (2-tailed) .602 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Luas area tukak by Kelompok (4 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Luas Area Tukak Sukralfat 5 5.80 29.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 5.20 26.00 Total 10

Test Statisticsa Luas Area Tukak Mann-Whitney U 11.000 Wilcoxon W 26.000 Z -.313 Asymp. Sig. (2-tailed) .754 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Luas area tukak by Kelompok (5 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Luas Area Tukak EEBMD 100 mg/kg bb 5 5.40 27.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 5.60 28.00 Total 10

Test Statisticsa Luas Area Tukak Mann-Whitney U 12.000 Wilcoxon W 27.000 Z -.104 Asymp. Sig. (2-tailed) .917 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Luas area tukak by Kelompok (5 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Luas Area Tukak EEBMD 100 mg/kg bb 5 6.00 30.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 5.00 25.00 Total 10

93 Universitas Sumatera Utara Test Statisticsa Luas Area Tukak Mann-Whitney U 10.000 Wilcoxon W 25.000 Z -.522 Asymp. Sig. (2-tailed) .602 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Luas area tukak by Kelompok (6 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Luas Area Tukak EEBMD 200 mg/kg bb 5 6.20 31.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 4.80 24.00 Total 10

Test Statisticsa Luas Area Tukak Mann-Whitney U 9.000 Wilcoxon W 24.000 Z -.731 Asymp. Sig. (2-tailed) .465 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

94 Universitas Sumatera Utara Indeks Tukak Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Indeks Tukak .196 35 .002 .745 35 .000 a. Lilliefors Significance Correction

Kruskal-Wallis Test Ranks Kelompok N Mean Rank Indeks Tukak Normal 5 3.00 Induksi 5 24.20 CMC-Na 5 23.20 Sukralfat 5 18.80 EEBMD 100 mg/kg bb 5 20.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 19.60 EEBMD 400 mg/kg bb 5 17.20 Total 35

Test Statisticsa,b Indeks Tukak Kruskal-Wallis H 14.246 df 6 Asymp. Sig. .027 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Kelompok

Mann-Whitney Test (Indeks tukak by Kelompok (1 2)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Tukak Normal 5 3.00 15.00 Induksi 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Indeks Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.785 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks tukak by Kelompok (1 3)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Tukak Normal 5 3.00 15.00 CMC-Na 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Indeks Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.785 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

95 Universitas Sumatera Utara Mann-Whitney Test (Indeks tukak by Kelompok (1 4)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Tukak Normal 5 3.00 15.00 Sukralfat 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Indeks Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.785 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks tukak by Kelompok (1 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Tukak Normal 5 3.00 15.00 EEBMD 100 mg/kg bb 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Indeks Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.785 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks tukak by Kelompok (1 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Tukak Normal 5 3.00 15.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Indeks Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.785 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks tukak by Kelompok (1 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Tukak Normal 5 3.00 15.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Indeks Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000

96 Universitas Sumatera Utara Z -2.785 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks tukak by Kelompok (2 3)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Tukak Induksi 5 5.40 27.00 CMC-Na 5 5.60 28.00 Total 10

Test Statisticsa Indeks Tukak Mann-Whitney U 12.000 Wilcoxon W 27.000 Z -.104 Asymp. Sig. (2-tailed) .917 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks tukak by Kelompok (2 4)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Tukak Induksi 5 6.40 32.00 Sukralfat 5 4.60 23.00 Total 10

Test Statisticsa Indeks Tukak Mann-Whitney U 8.000 Wilcoxon W 23.000 Z -.940 Asymp. Sig. (2-tailed) .347 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks tukak by Kelompok (2 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Tukak Induksi 5 6.20 31.00 EEBMD 100 mg/kg bb 5 4.80 24.00 Total 10

Test Statisticsa Indeks Tukak Mann-Whitney U 9.000 Wilcoxon W 24.000 Z -.731 Asymp. Sig. (2-tailed) .465 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks tukak by Kelompok (2 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Tukak Induksi 5 6.80 34.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 4.20 21.00

97 Universitas Sumatera Utara Total 10

Test Statisticsa Indeks Tukak Mann-Whitney U 6.000 Wilcoxon W 21.000 Z -1.358 Asymp. Sig. (2-tailed) .175 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks tukak by Kelompok (2 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Tukak Induksi 5 6.40 32.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 4.60 23.00 Total 10

Test Statisticsa Indeks Tukak Mann-Whitney U 8.000 Wilcoxon W 23.000 Z -.940 Asymp. Sig. (2-tailed) .347 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks tukak by Kelompok (3 4)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Tukak CMC-Na 5 6.20 31.00 Sukralfat 5 4.80 24.00 Total 10

Test Statisticsa Indeks Tukak Mann-Whitney U 9.000 Wilcoxon W 24.000 Z -.731 Asymp. Sig. (2-tailed) .465 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks tukak by Kelompok (3 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Tukak CMC-Na 5 6.00 30.00 EEBMD 100 mg/kg bb 5 5.00 25.00 Total 10

Test Statisticsa Indeks Tukak Mann-Whitney U 10.000 Wilcoxon W 25.000 Z -.522 Asymp. Sig. (2-tailed) .602 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

98 Universitas Sumatera Utara Mann-Whitney Test (Indeks tukak by Kelompok (3 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Tukak CMC-Na 5 6.00 30.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 5.00 25.00 Total 10

Test Statisticsa Indeks Tukak Mann-Whitney U 10.000 Wilcoxon W 25.000 Z -.522 Asymp. Sig. (2-tailed) .602 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks tukak by Kelompok (3 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Tukak CMC-Na 5 6.40 32.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 4.60 23.00 Total 10

Test Statisticsa Indeks Tukak Mann-Whitney U 8.000 Wilcoxon W 23.000 Z -.940 Asymp. Sig. (2-tailed) .347 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks tukak by Kelompok (4 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Tukak Sukralfat 5 5.00 25.00 EEBMD 100 mg/kg bb 5 6.00 30.00 Total 10

Test Statisticsa Indeks Tukak Mann-Whitney U 10.000 Wilcoxon W 25.000 Z -.522 Asymp. Sig. (2-tailed) .602 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks tukak by Kelompok (4 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Tukak Sukralfat 5 5.20 26.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 5.80 29.00 Total 10

Test Statisticsa Indeks Tukak Mann-Whitney U 11.000 Wilcoxon W 26.000

99 Universitas Sumatera Utara Z -.313 Asymp. Sig. (2-tailed) .754 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks tukak by Kelompok (4 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Tukak Sukralfat 5 6.20 31.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 4.80 24.00 Total 10

Test Statisticsa Indeks Tukak Mann-Whitney U 9.000 Wilcoxon W 24.000 Z -.731 Asymp. Sig. (2-tailed) .465 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks tukak by Kelompok (5 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Tukak EEBMD 100 mg/kg bb 5 5.20 26.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 5.80 29.00 Total 10

Test Statisticsa Indeks Tukak Mann-Whitney U 11.000 Wilcoxon W 26.000 Z -.313 Asymp. Sig. (2-tailed) .754 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks tukak by Kelompok (5 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Tukak EEBMD 100 mg/kg bb 5 6.00 30.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 5.00 25.00 Total 10

Test Statisticsa Indeks Tukak Mann-Whitney U 10.000 Wilcoxon W 25.000 Z -.522 Asymp. Sig. (2-tailed) .602 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks tukak by Kelompok (6 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Tukak EEBMD 200 mg/kg bb 5 5.80 29.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 5.20 26.00

100 Universitas Sumatera Utara Total 10

Test Statisticsa Indeks Tukak Mann-Whitney U 11.000 Wilcoxon W 26.000 Z -.313 Asymp. Sig. (2-tailed) .754 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

101 Universitas Sumatera Utara Inhibisi tukak Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Inhibisi Tukak .251 35 .000 .779 35 .000 a. Lilliefors Significance Correction

Kruskal-Wallis Test Ranks Kelompok N Mean Rank Inhibisi Tukak Normal 5 8.00 Induksi 5 8.00 CMC-Na 5 8.00 Sukralfat 5 25.60 EEBMD 100 mg/kg bb 5 24.80 EEBMD 200 mg/kg bb 5 24.60 EEBMD 400 mg/kg bb 5 27.00 Total 35

Test Statisticsa,b Inhibisi Tukak Kruskal-Wallis H 27.312 df 6 Asymp. Sig. .000 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Kelompok

Mann-Whitney Test (Inhibisi tukak by Kelompok (1 2)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Inhibisi Tukak Normal 5 5.50 27.50 Induksi 5 5.50 27.50 Total 10

Test Statisticsa Inhibisi Tukak Mann-Whitney U 12.500 Wilcoxon W 27.500 Z .000 Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Inhibisi tukak by Kelompok (1 3)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Inhibisi Tukak Normal 5 5.50 27.50 CMC-Na 5 5.50 27.50 Total 10

Test Statisticsa Inhibisi Tukak Mann-Whitney U 12.500 Wilcoxon W 27.500 Z .000 Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

102 Universitas Sumatera Utara Mann-Whitney Test (Inhibisi tukak by Kelompok (1 4)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Inhibisi Tukak Normal 5 3.00 15.00 Sukralfat 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Inhibisi Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.785 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Inhibisi tukak by Kelompok (1 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Inhibisi Tukak Normal 5 3.00 15.00 EEBMD 100 mg/kg bb 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Inhibisi Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.785 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Inhibisi tukak by Kelompok (1 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Inhibisi Tukak Normal 5 3.00 15.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Inhibisi Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.785 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Inhibisi tukak by Kelompok (1 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Inhibisi Tukak Normal 5 3.00 15.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Inhibisi Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000

103 Universitas Sumatera Utara Z -2.785 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Inhibisi tukak by Kelompok (2 3)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Inhibisi Tukak Induksi 5 5.50 27.50 CMC-Na 5 5.50 27.50 Total 10

Test Statisticsa Inhibisi Tukak Mann-Whitney U 12.500 Wilcoxon W 27.500 Z .000 Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Inhibisi tukak by Kelompok (2 4) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Inhibisi Tukak Induksi 5 3.00 15.00 Sukralfat 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Inhibisi Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.785 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Inhibisi tukak by Kelompok (2 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Inhibisi Tukak Induksi 5 3.00 15.00 EEBMD 100 mg/kg bb 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Inhibisi Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.785 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Inhibisi tukak by Kelompok (2 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Inhibisi Tukak Induksi 5 3.00 15.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 8.00 40.00

104 Universitas Sumatera Utara Total 10

Test Statisticsa Inhibisi Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.785 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Inhibisi tukak by Kelompok (2 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Inhibisi Tukak Induksi 5 3.00 15.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Inhibisi Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.785 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Inhibisi tukak by Kelompok (3 4)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Inhibisi Tukak CMC-Na 5 3.00 15.00 Sukralfat 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Inhibisi Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.785 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Inhibisi tukak by Kelompok (3 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Inhibisi Tukak CMC-Na 5 3.00 15.00 EEBMD 100 mg/kg bb 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Inhibisi Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.785 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

105 Universitas Sumatera Utara Mann-Whitney Test (Inhibisi tukak by Kelompok (3 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Inhibisi Tukak CMC-Na 5 3.00 15.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Inhibisi Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.785 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Inhibisi tukak by Kelompok (3 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Inhibisi Tukak CMC-Na 5 3.00 15.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Inhibisi Tukak Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.785 Asymp. Sig. (2-tailed) .005 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Inhibisi tukak by Kelompok (4 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Inhibisi Tukak Sukralfat 5 6.00 30.00 EEBMD 100 mg/kg bb 5 5.00 25.00 Total 10

Test Statisticsa Inhibisi Tukak Mann-Whitney U 10.000 Wilcoxon W 25.000 Z -.522 Asymp. Sig. (2-tailed) .602 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Inhibisi tukak by Kelompok (4 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Inhibisi Tukak Sukralfat 5 5.80 29.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 5.20 26.00 Total 10

Test Statisticsa Inhibisi Tukak Mann-Whitney U 11.000 Wilcoxon W 26.000

106 Universitas Sumatera Utara Z -.313 Asymp. Sig. (2-tailed) .754 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Inhibisi tukak by Kelompok (4 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Inhibisi Tukak Sukralfat 5 4.80 24.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 6.20 31.00 Total 10 Test Statisticsa Inhibisi Tukak Mann-Whitney U 9.000 Wilcoxon W 24.000 Z -.731 Asymp. Sig. (2-tailed) .465 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Inhibisi tukak by Kelompok (5 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Inhibisi Tukak EEBMD 100 mg/kg bb 5 5.80 29.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 5.20 26.00 Total 10

Test Statisticsa Inhibisi Tukak Mann-Whitney U 11.000 Wilcoxon W 26.000 Z -.313 Asymp. Sig. (2-tailed) .754 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Inhibisi tukak by Kelompok (5 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Inhibisi Tukak EEBMD 100 mg/kg bb 5 5.00 25.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 6.00 30.00 Total 10

Test Statisticsa Inhibisi Tukak Mann-Whitney U 10.000 Wilcoxon W 25.000 Z -.522 Asymp. Sig. (2-tailed) .602 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Inhibisi tukak by Kelompok (6 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Inhibisi Tukak EEBMD 200 mg/kg bb 5 5.20 26.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 5.80 29.00 Total 10

107 Universitas Sumatera Utara Test Statisticsa Inhibisi Tukak Mann-Whitney U 11.000 Wilcoxon W 26.000 Z -.313 Asymp. Sig. (2-tailed) .754 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

108 Universitas Sumatera Utara Indeks Mukus Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Indeks Mukus .173 35 .009 .960 35 .236 a. Lilliefors Significance Correction

Kruskal-Wallis Test Ranks Kelompok N Mean Rank Indeks Mukus Normal 5 13.80 Induksi 5 14.10 CMC-Na 5 17.60 Sukralfat 5 20.00 EEBMD 100 mg/kg bb 5 16.60 EEBMD 200 mg/kg bb 5 20.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 23.90 Total 35

Test Statisticsa,b Indeks Mukus Kruskal-Wallis H 3.839 df 6 Asymp. Sig. .698 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Kelompok

Mann-Whitney Test (Indeks mukus by Kelompok (1 2)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Mukus Normal 5 5.70 28.50 Induksi 5 5.30 26.50 Total 10

Test Statisticsa Indeks Mukus Mann-Whitney U 11.500 Wilcoxon W 26.500 Z -.213 Asymp. Sig. (2-tailed) .831 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks mukus by Kelompok (1 3)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Mukus Normal 5 5.10 25.50 CMC-Na 5 5.90 29.50 Total 10

Test Statisticsa Indeks Mukus Mann-Whitney U 10.500 Wilcoxon W 25.500 Z -.434 Asymp. Sig. (2-tailed) .664 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

109 Universitas Sumatera Utara Mann-Whitney Test (Indeks mukus by Kelompok (1 4)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Mukus Normal 5 4.20 21.00 Sukralfat 5 6.80 34.00 Total 10

Test Statisticsa Indeks Mukus Mann-Whitney U 6.000 Wilcoxon W 21.000 Z -1.424 Asymp. Sig. (2-tailed) .154 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks mukus by Kelompok (1 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Mukus Normal 5 5.30 26.50 EEBMD 100 mg/kg bb 5 5.70 28.50 Total 10

Test Statisticsa Indeks Mukus Mann-Whitney U 11.500 Wilcoxon W 26.500 Z -.213 Asymp. Sig. (2-tailed) .831 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks mukus by Kelompok (1 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Mukus Normal 5 4.70 23.50 EEBMD 200 mg/kg bb 5 6.30 31.50 Total 10

Test Statisticsa Indeks Mukus Mann-Whitney U 8.500 Wilcoxon W 23.500 Z -.894 Asymp. Sig. (2-tailed) .371 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks mukus by Kelompok (1 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Mukus Normal 5 3.80 19.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 7.20 36.00 Total 10

Test Statisticsa Indeks Mukus Mann-Whitney U 4.000 Wilcoxon W 19.000

110 Universitas Sumatera Utara Z -1.826 Asymp. Sig. (2-tailed) .068 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .095b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks mukus by Kelompok (2 3)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Mukus Induksi 5 4.80 24.00 CMC-Na 5 6.20 31.00 Total 10

Test Statisticsa Indeks Mukus Mann-Whitney U 9.000 Wilcoxon W 24.000 Z -.738 Asymp. Sig. (2-tailed) .461 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks mukus by Kelompok (2 4)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Mukus Induksi 5 4.70 23.50 Sukralfat 5 6.30 31.50 Total 10

Test Statisticsa Indeks Mukus Mann-Whitney U 8.500 Wilcoxon W 23.500 Z -.873 Asymp. Sig. (2-tailed) .382 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks mukus by Kelompok (2 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Mukus Induksi 5 5.40 27.00 EEBMD 100 mg/kg bb 5 5.60 28.00 Total 10

Test Statisticsa Indeks Mukus Mann-Whitney U 12.000 Wilcoxon W 27.000 Z -.106 Asymp. Sig. (2-tailed) .916 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks mukus by Kelompok (2 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Mukus Induksi 5 4.70 23.50 EEBMD 200 mg/kg bb 5 6.30 31.50

111 Universitas Sumatera Utara Total 10

Test Statisticsa Indeks Mukus Mann-Whitney U 8.500 Wilcoxon W 23.500 Z -.843 Asymp. Sig. (2-tailed) .399 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks mukus by Kelompok (2 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Mukus Induksi 5 4.20 21.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 6.80 34.00 Total 10

Test Statisticsa Indeks Mukus Mann-Whitney U 6.000 Wilcoxon W 21.000 Z -1.396 Asymp. Sig. (2-tailed) .163 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks mukus by Kelompok (3 4)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Mukus CMC-Na 5 5.20 26.00 Sukralfat 5 5.80 29.00 Total 10

Test Statisticsa Indeks Mukus Mann-Whitney U 11.000 Wilcoxon W 26.000 Z -.324 Asymp. Sig. (2-tailed) .746 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks mukus by Kelompok (3 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Mukus CMC-Na 5 5.70 28.50 EEBMD 100 mg/kg bb 5 5.30 26.50 Total 10

Test Statisticsa Indeks Mukus Mann-Whitney U 11.500 Wilcoxon W 26.500 Z -.212 Asymp. Sig. (2-tailed) .832 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

112 Universitas Sumatera Utara Mann-Whitney Test (Indeks mukus by Kelompok (3 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Mukus CMC-Na 5 5.00 25.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 6.00 30.00 Total 10

Test Statisticsa Indeks Mukus Mann-Whitney U 10.000 Wilcoxon W 25.000 Z -.532 Asymp. Sig. (2-tailed) .595 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks mukus by Kelompok (3 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Mukus CMC-Na 5 4.60 23.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 6.40 32.00 Total 10

Test Statisticsa Indeks Mukus Mann-Whitney U 8.000 Wilcoxon W 23.000 Z -.964 Asymp. Sig. (2-tailed) .335 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks mukus by Kelompok (4 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Mukus Sukralfat 5 5.70 28.50 EEBMD 100 mg/kg bb 5 5.30 26.50 Total 10

Test Statisticsa Indeks Mukus Mann-Whitney U 11.500 Wilcoxon W 26.500 Z -.216 Asymp. Sig. (2-tailed) .829 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks mukus by Kelompok (4 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Mukus Sukralfat 5 5.70 28.50 EEBMD 200 mg/kg bb 5 5.30 26.50 Total 10

Test Statisticsa Indeks Mukus Mann-Whitney U 11.500 Wilcoxon W 26.500

113 Universitas Sumatera Utara Z -.216 Asymp. Sig. (2-tailed) .829 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks mukus by Kelompok (4 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Mukus Sukralfat 5 4.70 23.50 EEBMD 400 mg/kg bb 5 6.30 31.50 Total 10 Test Statisticsa Indeks Mukus Mann-Whitney U 8.500 Wilcoxon W 23.500 Z -.898 Asymp. Sig. (2-tailed) .369 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks mukus by Kelompok (5 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Mukus EEBMD 100 mg/kg bb 5 4.90 24.50 EEBMD 200 mg/kg bb 5 6.10 30.50 Total 10

Test Statisticsa Indeks Mukus Mann-Whitney U 9.500 Wilcoxon W 24.500 Z -.638 Asymp. Sig. (2-tailed) .523 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks mukus by Kelompok (5 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Mukus EEBMD 100 mg/kg bb 5 4.80 24.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 6.20 31.00 Total 10

Test Statisticsa Indeks Mukus Mann-Whitney U 9.000 Wilcoxon W 24.000 Z -.764 Asymp. Sig. (2-tailed) .445 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Indeks mukus by Kelompok (6 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Indeks Mkosa EEBMD 200 mg/kg bb 5 5.00 25.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 6.00 30.00 Total 10

114 Universitas Sumatera Utara Test Statisticsa Indeks Mukus Mann-Whitney U 10.000 Wilcoxon W 25.000 Z -.537 Asymp. Sig. (2-tailed) .591 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

115 Universitas Sumatera Utara Volume Cairan Lambung Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Volume Cairan .129 35 .149 .938 35 .048 Lambung a. Lilliefors Significance Correction

Kruskal-Wallis Test Ranks Kelompok N Mean Rank Volume Cairan Lambung Normal 5 4.50 Induksi 5 24.40 CMC-Na 5 18.90 Sukralfat 5 20.20 EEBMD 100 mg/kg bb 5 20.80 EEBMD 200 mg/kg bb 5 20.80 EEBMD 400 mg/kg bb 5 16.40 Total 35

Test Statisticsa,b Volume Cairan Lambung Kruskal-Wallis H 11.990 df 6 Asymp. Sig. .062 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Kelompok

Mann-Whitney Test (Volume cairan lambung by Kelompok (1 2)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Volume Cairan Lambung Normal 5 3.30 16.50 Induksi 5 7.70 38.50 Total 10

Test Statisticsa Volume Cairan Lambung Mann-Whitney U 1.500 Wilcoxon W 16.500 Z -2.305 Asymp. Sig. (2-tailed) .021 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .016b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Volume cairan lambung by Kelompok (1 3)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Volume Cairan Lambung Normal 5 3.30 16.50 CMC-Na 5 7.70 38.50 Total 10

Test Statisticsa Volume Cairan Lambung Mann-Whitney U 1.500 Wilcoxon W 16.500 Z -2.312 Asymp. Sig. (2-tailed) .021 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .016b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

116 Universitas Sumatera Utara Mann-Whitney Test (Volume cairan lambung by Kelompok (1 4)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Volume Cairan Lambung Normal 5 3.60 18.00 Sukralfat 5 7.40 37.00 Total 10

Test Statisticsa Volume Cairan Lambung Mann-Whitney U 3.000 Wilcoxon W 18.000 Z -2.009 Asymp. Sig. (2-tailed) .045 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .056b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Volume cairan lambung by Kelompok (1 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Volume Cairan Lambung Normal 5 3.30 16.50 EEBMD 100 mg/kg bb 5 7.70 38.50 Total 10

Test Statisticsa Volume Cairan Lambung Mann-Whitney U 1.500 Wilcoxon W 16.500 Z -2.312 Asymp. Sig. (2-tailed) .021 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .016b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Volume cairan lambung by Kelompok (1 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Volume Cairan Lambung Normal 5 3.00 15.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Volume Cairan Lambung Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.643 Asymp. Sig. (2-tailed) .008 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Volume cairan lambung by Kelompok (1 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Volume Cairan Lambung Normal 5 3.00 15.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Volume Cairan Lambung Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000

117 Universitas Sumatera Utara Z -2.643 Asymp. Sig. (2-tailed) .008 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Volume cairan lambung by Kelompok (2 3)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Volume Cairan Lambung Induksi 5 6.60 33.00 CMC-Na 5 4.40 22.00 Total 10

Test Statisticsa Volume Cairan Lambung Mann-Whitney U 7.000 Wilcoxon W 22.000 Z -1.160 Asymp. Sig. (2-tailed) .246 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Volume cairan lambung by Kelompok (2 4)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Volume Cairan Lambung Induksi 5 6.10 30.50 Sukralfat 5 4.90 24.50 Total 10

Test Statisticsa Volume Cairan Lambung Mann-Whitney U 9.500 Wilcoxon W 24.500 Z -.636 Asymp. Sig. (2-tailed) .525 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Volume cairan lambung by Kelompok (2 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Volume Cairan Lambung Induksi 5 5.70 28.50 EEBMD 100 mg/kg bb 5 5.30 26.50 Total 10

Test Statisticsa Volume Cairan Lambung Mann-Whitney U 11.500 Wilcoxon W 26.500 Z -.210 Asymp. Sig. (2-tailed) .834 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Volume cairan lambung by Kelompok (2 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Volume Cairan Lambung Induksi 5 6.50 32.50 EEBMD 200 mg/kg bb 5 4.50 22.50

118 Universitas Sumatera Utara Total 10

Test Statisticsa Volume Cairan Lambung Mann-Whitney U 7.500 Wilcoxon W 22.500 Z -1.078 Asymp. Sig. (2-tailed) .281 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Volume cairan lambung by Kelompok (2 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Volume Cairan Lambung Induksi 5 6.80 34.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 4.20 21.00 Total 10

Test Statisticsa Volume Cairan Lambung Mann-Whitney U 6.000 Wilcoxon W 21.000 Z -1.375 Asymp. Sig. (2-tailed) .169 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Volume cairan lambung by Kelompok (3 4)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Volume Cairan Lambung CMC-Na 5 5.00 25.00 Sukralfat 5 6.00 30.00 Total 10

Test Statisticsa Volume Cairan Lambung Mann-Whitney U 10.000 Wilcoxon W 25.000 Z -.535 Asymp. Sig. (2-tailed) .592 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Volume cairan lambung by Kelompok (3 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Volume Cairan Lambung CMC-Na 5 5.30 26.50 EEBMD 100 mg/kg bb 5 5.70 28.50 Total 10

Test Statisticsa Volume Cairan Lambung Mann-Whitney U 11.500 Wilcoxon W 26.500 Z -.213 Asymp. Sig. (2-tailed) .831 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

119 Universitas Sumatera Utara Mann-Whitney Test (Volume cairan lambung by Kelompok (3 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Volume Cairan Lambung CMC-Na 5 5.40 27.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 5.60 28.00 Total 10

Test Statisticsa Volume Cairan Lambung Mann-Whitney U 12.000 Wilcoxon W 27.000 Z -.110 Asymp. Sig. (2-tailed) .913 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Volume cairan lambung by Kelompok (3 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Volume Cairan Lambung CMC-Na 5 6.10 30.50 EEBMD 400 mg/kg bb 5 4.90 24.50 Total 10

Test Statisticsa Volume Cairan Lambung Mann-Whitney U 9.500 Wilcoxon W 24.500 Z -.655 Asymp. Sig. (2-tailed) .512 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Volume cairan lambung by Kelompok (4 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Volume Cairan Lambung Sukralfat 5 5.10 25.50 EEBMD 100 mg/kg bb 5 5.90 29.50 Total 10

Test Statisticsa Volume Cairan Lambung Mann-Whitney U 10.500 Wilcoxon W 25.500 Z -.426 Asymp. Sig. (2-tailed) .670 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Volume cairan lambung by Kelompok (4 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Volume Cairan Lambung Sukralfat 5 5.90 29.50 EEBMD 200 mg/kg bb 5 5.10 25.50 Total 10

Test Statisticsa Volume Cairan Lambung Mann-Whitney U 10.500 Wilcoxon W 25.500

120 Universitas Sumatera Utara Z -.426 Asymp. Sig. (2-tailed) .670 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Volume cairan lambung by Kelompok (4 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Volume Cairan Lambung Sukralfat 5 5.90 29.50 EEBMD 400 mg/kg bb 5 5.10 25.50 Total 10

Test Statisticsa Volume Cairan Lambung Mann-Whitney U 10.500 Wilcoxon W 25.500 Z -.426 Asymp. Sig. (2-tailed) .670 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Volume cairan lambung by Kelompok (5 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Volume Cairan Lambung EEBMD 100 mg/kg bb 5 5.20 26.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 5.80 29.00 Total 10

Test Statisticsa Volume Cairan Lambung Mann-Whitney U 11.000 Wilcoxon W 26.000 Z -.321 Asymp. Sig. (2-tailed) .748 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Volume cairan lambung by Kelompok (5 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Volume Cairan Lambung EEBMD 100 mg/kg bb 5 6.00 30.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 5.00 25.00 Total 10

Test Statisticsa Volume Cairan Lambung Mann-Whitney U 10.000 Wilcoxon W 25.000 Z -.557 Asymp. Sig. (2-tailed) .577 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Volume cairan lambung by Kelompok (6 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Volume Cairan Lambung EEBMD 200 mg/kg bb 5 6.80 34.00

121 Universitas Sumatera Utara EEBMD 400 mg/kg bb 5 4.20 21.00 Total 10

Test Statisticsa Volume Cairan Lambung Mann-Whitney U 6.000 Wilcoxon W 21.000 Z -1.424 Asymp. Sig. (2-tailed) .154 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

122 Universitas Sumatera Utara pH Lambung Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. pH Lambung .137 35 .096 .917 35 .012 a. Lilliefors Significance Correction

Kruskal-Wallis Test Ranks Kelompok N Mean Rank pH Lambung Normal 5 32.20 Induksi 5 4.00 CMC-Na 5 20.20 Sukralfat 5 15.40 EEBMD 100 mg/kg bb 5 12.70 EEBMD 200 mg/kg bb 5 20.30 EEBMD 400 mg/kg bb 5 21.20 Total 35

Test Statisticsa,b pH Lambung Kruskal-Wallis H 21.662 df 6 Asymp. Sig. .001 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Kelompok

Mann-Whitney Test (pH lambung by Kelompok (1 2)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks pH Lambung Normal 5 8.00 40.00 Induksi 5 3.00 15.00 Total 10

Test Statisticsa pH Lambung Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.611 Asymp. Sig. (2-tailed) .009 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (pH lambung by Kelompok (1 3)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks pH Lambung Normal 5 7.90 39.50 CMC-Na 5 3.10 15.50 Total 10

Test Statisticsa pH Lambung Mann-Whitney U .500 Wilcoxon W 15.500 Z -2.522 Asymp. Sig. (2-tailed) .012 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

123 Universitas Sumatera Utara Mann-Whitney Test (pH lambung by Kelompok (1 4)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks pH Lambung Normal 5 8.00 40.00 Sukralfat 5 3.00 15.00 Total 10

Test Statisticsa pH Lambung Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.619 Asymp. Sig. (2-tailed) .009 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (pH lambung by Kelompok (1 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks pH Lambung Normal 5 8.00 40.00 EEBMD 100 mg/kg bb 5 3.00 15.00 Total 10

Test Statisticsa pH Lambung Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.619 Asymp. Sig. (2-tailed) .009 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (pH lambung by Kelompok (1 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks pH Lambung Normal 5 7.60 38.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 3.40 17.00 Total 10

Test Statisticsa pH Lambung Mann-Whitney U 2.000 Wilcoxon W 17.000 Z -2.193 Asymp. Sig. (2-tailed) .028 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .032b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (pH lambung by Kelompok (1 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks pH Lambung Normal 5 7.70 38.50 EEBMD 400 mg/kg bb 5 3.30 16.50 Total 10

Test Statisticsa pH Lambung Mann-Whitney U 1.500 Wilcoxon W 16.500

124 Universitas Sumatera Utara Z -2.305 Asymp. Sig. (2-tailed) .021 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .016b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (pH lambung by Kelompok (2 3)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks pH Lambung Induksi 5 3.00 15.00 CMC-Na 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa pH Lambung Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.619 Asymp. Sig. (2-tailed) .009 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (pH lambung by Kelompok (2 4)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks pH Lambung Induksi 5 3.20 16.00 Sukralfat 5 7.80 39.00 Total 10

Test Statisticsa pH Lambung Mann-Whitney U 1.000 Wilcoxon W 16.000 Z -2.410 Asymp. Sig. (2-tailed) .016 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .016b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (pH lambung by Kelompok (2 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks pH Lambung Induksi 5 3.40 17.00 EEBMD 100 mg/kg bb 5 7.60 38.00 Total 10

Test Statisticsa pH Lambung Mann-Whitney U 2.000 Wilcoxon W 17.000 Z -2.200 Asymp. Sig. (2-tailed) .028 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .032b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (pH lambung by Kelompok (2 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks pH Lambung Induksi 5 3.40 17.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 7.60 38.00

125 Universitas Sumatera Utara Total 10

Test Statisticsa pH Lambung Mann-Whitney U 2.000 Wilcoxon W 17.000 Z -2.193 Asymp. Sig. (2-tailed) .028 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .032b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (pH lambung by Kelompok (2 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks pH Lambung Induksi 5 3.00 15.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa pH Lambung Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.611 Asymp. Sig. (2-tailed) .009 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (pH lambung by Kelompok (3 4)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks pH Lambung CMC-Na 5 6.80 34.00 Sukralfat 5 4.20 21.00 Total 10

Test Statisticsa pH Lambung Mann-Whitney U 6.000 Wilcoxon W 21.000 Z -1.379 Asymp. Sig. (2-tailed) .168 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (pH lambung by Kelompok (3 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks pH Lambung CMC-Na 5 7.10 35.50 EEBMD 100 mg/kg bb 5 3.90 19.50 Total 10

Test Statisticsa pH Lambung Mann-Whitney U 4.500 Wilcoxon W 19.500 Z -1.702 Asymp. Sig. (2-tailed) .089 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .095b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

126 Universitas Sumatera Utara Mann-Whitney Test (pH lambung by Kelompok (3 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks pH Lambung CMC-Na 5 5.20 26.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 5.80 29.00 Total 10

Test Statisticsa pH Lambung Mann-Whitney U 11.000 Wilcoxon W 26.000 Z -.317 Asymp. Sig. (2-tailed) .751 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (pH lambung by Kelompok (3 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks pH Lambung CMC-Na 5 5.00 25.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 6.00 30.00 Total 10

Test Statisticsa pH Lambung Mann-Whitney U 10.000 Wilcoxon W 25.000 Z -.527 Asymp. Sig. (2-tailed) .598 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (pH lambung by Kelompok (4 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks pH Lambung Sukralfat 5 6.10 30.50 EEBMD 100 mg/kg bb 5 4.90 24.50 Total 10

Test Statisticsa pH Lambung Mann-Whitney U 9.500 Wilcoxon W 24.500 Z -.638 Asymp. Sig. (2-tailed) .523 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (pH lambung by Kelompok (4 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks pH Lambung Sukralfat 5 4.70 23.50 EEBMD 200 mg/kg bb 5 6.30 31.50 Total 10

Test Statisticsa pH Lambung Mann-Whitney U 8.500 Wilcoxon W 23.500

127 Universitas Sumatera Utara Z -.841 Asymp. Sig. (2-tailed) .401 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (pH lambung by Kelompok (4 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks pH Lambung Sukralfat 5 4.60 23.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 6.40 32.00 Total 10

Test Statisticsa pH Lambung Mann-Whitney U 8.000 Wilcoxon W 23.000 Z -.943 Asymp. Sig. (2-tailed) .346 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (pH lambung by Kelompok (5 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks pH Lambung EEBMD 100 mg/kg bb 5 4.30 21.50 EEBMD 200 mg/kg bb 5 6.70 33.50 Total 10

Test Statisticsa pH Lambung Mann-Whitney U 6.500 Wilcoxon W 21.500 Z -1.261 Asymp. Sig. (2-tailed) .207 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (pH lambung by Kelompok (5 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks pH Lambung EEBMD 100 mg/kg bb 5 4.00 20.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 7.00 35.00 Total 10

Test Statisticsa pH Lambung Mann-Whitney U 5.000 Wilcoxon W 20.000 Z -1.586 Asymp. Sig. (2-tailed) .113 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .151b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

128 Universitas Sumatera Utara Mann-Whitney Test (pH lambung by Kelompok (6 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks pH Lambung EEBMD 200 mg/kg bb 5 5.50 27.50 EEBMD 400 mg/kg bb 5 5.50 27.50 Total 10

Test Statisticsa pH Lambung Mann-Whitney U 12.500 Wilcoxon W 27.500 Z .000 Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

129 Universitas Sumatera Utara Total Asiditas Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Totas Asiditas .137 35 .095 .893 35 .003 a. Lilliefors Significance Correction

Kruskal-Wallis Test Ranks Kelompok N Mean Rank Totas Asiditas Normal 5 12.40 Induksi 5 31.30 CMC-Na 5 15.30 Sukralfat 5 16.00 EEBMD 100 mg/kg bb 5 20.70 EEBMD 200 mg/kg bb 5 15.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 15.30 Total 35

Test Statisticsa,b Totas Asiditas Kruskal-Wallis H 11.628 df 6 Asymp. Sig. .071 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Kelompok

Mann-Whitney Test (Total asiditas by Kelompok (1 2)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Totas Asiditas Normal 5 3.00 15.00 Induksi 5 8.00 40.00 Total 10

Test Statisticsa Totas Asiditas Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.611 Asymp. Sig. (2-tailed) .009 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Total asiditas by Kelompok (1 3)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Totas Asiditas Normal 5 5.10 25.50 CMC-Na 5 5.90 29.50 Total 10

Test Statisticsa Totas Asiditas Mann-Whitney U 10.500 Wilcoxon W 25.500 Z -.420 Asymp. Sig. (2-tailed) .674 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

130 Universitas Sumatera Utara Mann-Whitney Test (Total asiditas by Kelompok (1 4)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Totas Asiditas Normal 5 5.00 25.00 Sukralfat 5 6.00 30.00 Total 10

Test Statisticsa Totas Asiditas Mann-Whitney U 10.000 Wilcoxon W 25.000 Z -.522 Asymp. Sig. (2-tailed) .602 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Total asiditas by Kelompok (1 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Totas Asiditas Normal 5 4.30 21.50 EEBMD 100 mg/kg bb 5 6.70 33.50 Total 10

Mann-Whitney Test (Total asiditas by Kelompok (1 6) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Totas Asiditas Normal 5 5.00 25.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 6.00 30.00 Total 10

Mann-Whitney Test (Total asiditas by Kelompok (1 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Totas Asiditas Normal 5 5.00 25.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 6.00 30.00 Total 10

Test Statisticsa Totas Asiditas Mann-Whitney U 10.000 Wilcoxon W 25.000 Z -.522 Asymp. Sig. (2-tailed) .602 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Total asiditas by Kelompok (2 3)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Totas Asiditas Induksi 5 7.80 39.00 CMC-Na 5 3.20 16.00 Total 10

Test Statisticsa Totas Asiditas Mann-Whitney U 1.000 Wilcoxon W 16.000 Z -2.410 Asymp. Sig. (2-tailed) .016 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .016b

131 Universitas Sumatera Utara a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Total asiditas by Kelompok (2 4)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Totas Asiditas Induksi 5 7.60 38.00 Sukralfat 5 3.40 17.00 Total 10

Test Statisticsa Totas Asiditas Mann-Whitney U 2.000 Wilcoxon W 17.000 Z -2.193 Asymp. Sig. (2-tailed) .028 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .032b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Total asiditas by Kelompok (2 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Totas Asiditas Induksi 5 7.40 37.00 EEBMD 100 mg/kg bb 5 3.60 18.00 Total 10

Test Statisticsa Totas Asiditas Mann-Whitney U 3.000 Wilcoxon W 18.000 Z -1.984 Asymp. Sig. (2-tailed) .047 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .056b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Total asiditas by Kelompok (2 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Totas Asiditas Induksi 5 7.90 39.50 EEBMD 200 mg/kg bb 5 3.10 15.50 Total 10

Test Statisticsa Totas Asiditas Mann-Whitney U .500 Wilcoxon W 15.500 Z -2.514 Asymp. Sig. (2-tailed) .012 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Total asiditas by Kelompok (2 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Totas Asiditas Induksi 5 7.60 38.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 3.40 17.00 Total 10

Test Statisticsa

132 Universitas Sumatera Utara Totas Asiditas Mann-Whitney U 2.000 Wilcoxon W 17.000 Z -2.193 Asymp. Sig. (2-tailed) .028 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .032b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Total asiditas by Kelompok (3 4)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Totas Asiditas CMC-Na 5 5.60 28.00 Sukralfat 5 5.40 27.00 Total 10

Test Statisticsa Totas Asiditas Mann-Whitney U 12.000 Wilcoxon W 27.000 Z -.105 Asymp. Sig. (2-tailed) .917 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Total asiditas by Kelompok (3 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Totas Asiditas CMC-Na 5 4.60 23.00 EEBMD 100 mg/kg bb 5 6.40 32.00 Total 10

Test Statisticsa Totas Asiditas Mann-Whitney U 8.000 Wilcoxon W 23.000 Z -.958 Asymp. Sig. (2-tailed) .338 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Total asiditas by Kelompok (3 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Totas Asiditas CMC-Na 5 5.60 28.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 5.40 27.00 Total 10

Test Statisticsa Totas Asiditas Mann-Whitney U 12.000 Wilcoxon W 27.000 Z -.106 Asymp. Sig. (2-tailed) .916 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Total asiditas by Kelompok (3 7)) Ranks

133 Universitas Sumatera Utara Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Totas Asiditas CMC-Na 5 5.40 27.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 5.60 28.00 Total 10

Test Statisticsa Totas Asiditas Mann-Whitney U 12.000 Wilcoxon W 27.000 Z -.106 Asymp. Sig. (2-tailed) .916 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Total asiditas by Kelompok (4 5)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Totas Asiditas Sukralfat 5 4.70 23.50 EEBMD 100 mg/kg bb 5 6.30 31.50 Total 10

Test Statisticsa Totas Asiditas Mann-Whitney U 8.500 Wilcoxon W 23.500 Z -.838 Asymp. Sig. (2-tailed) .402 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Total asiditas by Kelompok (4 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Totas Asiditas Sukralfat 5 5.70 28.50 EEBMD 200 mg/kg bb 5 5.30 26.50 Total 10

Test Statisticsa Totas Asiditas Mann-Whitney U 11.500 Wilcoxon W 26.500 Z -.210 Asymp. Sig. (2-tailed) .834 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Total asiditas by Kelompok (4 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Totas Asiditas Sukralfat 5 5.80 29.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 5.20 26.00 Total 10

Test Statisticsa Totas Asiditas Mann-Whitney U 11.000 Wilcoxon W 26.000 Z -.313 Asymp. Sig. (2-tailed) .754

134 Universitas Sumatera Utara Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Total asiditas by Kelompok (5 6)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Totas Asiditas EEBMD 100 mg/kg bb 5 6.40 32.00 EEBMD 200 mg/kg bb 5 4.60 23.00 Total 10

Test Statisticsa Totas Asiditas Mann-Whitney U 8.000 Wilcoxon W 23.000 Z -.946 Asymp. Sig. (2-tailed) .344 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Total asiditas by Kelompok (5 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Totas Asiditas EEBMD 100 mg/kg bb 5 6.30 31.50 EEBMD 400 mg/kg bb 5 4.70 23.50 Total 10

Test Statisticsa Totas Asiditas Mann-Whitney U 8.500 Wilcoxon W 23.500 Z -.838 Asymp. Sig. (2-tailed) .402 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test (Total asiditas by Kelompok (6 7)) Ranks Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Totas Asiditas EEBMD 200 mg/kg bb 5 5.60 28.00 EEBMD 400 mg/kg bb 5 5.40 27.00 Total 10

Test Statisticsa Totas Asiditas Mann-Whitney U 12.000 Wilcoxon W 27.000 Z -.105 Asymp. Sig. (2-tailed) .916 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b a. Grouping Variable: Kelompok b. Not corrected for ties.

135 Universitas Sumatera Utara