TINJAUAN SISTEMATIS ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK TUMBUHAN INDONESIA PADA TIKUS DAN MENCIT

SKRIPSI

OLEH : ALDI FAREZI NIM 171501005

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2021

Universitas Sumatera Utara TINJAUAN SISTEMATIS ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK TUMBUHAN INDONESIA PADA TIKUS DAN MENCIT

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH : ALDI FAREZI NIM 171501005

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2021

Universitas Sumatera Utara PENGESAHAN SKRIPSI

TINJAUAN SISTEMATIS ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK TUMBUHAN INDONESIA PADA TIKUS DAN MENCIT

OLEH: ALDI FAREZI NIM 171501005

Dipertahankan di Hadapan Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada Tanggal: 26 Juli 2021

Disetujui oleh: Panitia Penguji: Pembimbing,

Prof. Dra. Azizah Nasution, M.Sc., Apt., Ph.D. Prof. Dr. Urip Harahap, Apt. NIP 195503121983032001 NIP 195301011983031004

Prof. Dra. Azizah Nasution, M.Sc., Apt., Ph.D. Ketua Program Studi Sarjana Farmasi, NIP 195503121983032001

Dr. Sumaiyah, S.Si., M.Si., Apt. Dadang Irfan Husori, S.Si., M.Si., Apt. NIP 197712262008122002 NIP 198204112012121001

Medan, 26 Juli 2021

Disahkan oleh: Dekan,

Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt. NIP 197802152008122001

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, hidayah, dan ridha-Nya sehingga penulis dapat menjalani penelitian dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tinjauan Sistematis Antihiperurisemia Ekstrak Tumbuhan

Indonesia Pada Tikus dan Mencit”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara.

Selama penulisan skripsi ini tentunya penulis telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak yang telah mendukung dan membimbing penulis. Maka, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dekan Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara Periode 2016-2021, Prof. Dr. Masfria, M.S.,

Apt. yang telah memberikan bantuan dan fasilitas di Fakultas Farmasi selama masa pendidikan. Kepada Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara periode

2021-2026, ibu Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt. yang telah mengesahkan skripsi ini. Kepada Prof. Dra. Azizah Nasution, M.Sc., Apt., Ph.D. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama masa penelitian serta selalu memberikan masukan hingga selesainya penulisan skripsi ini. Kepada Prof. Dr. Urip Harahap,

Apt. dan bapak Dadang Irfan Husori, S.Si., M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Kepada Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt. selaku dosen penasihat akademik yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan penulis.

Penulis juga berterima kasih kepada seluruh dosen, staf pengajar, serta civitas

iv Universitas Sumatera Utara akademika khususnya di Fakultas Farmasi Univeristas Sumatera Utara yang telah mendidik, memberikan ilmu dan telah berjasa bagi penulis pada masa perkuliahan berlangsung.

Selanjutnya, penulis juga memberikan ungkapan terima kasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang tulus kepada ibunda Wan Fauziah, ayahanda

Suparno dan kakanda Rini Paramitha, S.T. yang selalu memberikan doa, pengorbanan, nasihat, kasih sayang, serta dorongan moril dan materil kepada penulis sampai saat ini. Kepada rekan penelitian, Almira Zain, Rifqah Mawaddah, dan Fairuz Salsabila. Kepada sahabat yang selalu mendengarkan keluh kesah dan memberikan motivasi kepada penulis, Sartika Ramadhayani, Siti Rabila Sari

Harahap, Farhan Zadun Raunaki Siregar, dan Muhammad Iqbal. Kepada sahabat terdekat, Dhifa A.W., Nela A., Rini A., Haliza H.P., Rodhina P., Mega D., Nurul

H., dan Aisyah R.N. serta seluruh teman-teman dekat dan seluruh teman-teman yang selalu memberikan semangat, doa dan dukungan yang tidak dapat disebutkan satu persatu, khususnya teman-teman stambuk 2017 Fakultas Farmasi USU, UKMI

Ath-Thibb, PEMA Fakultas Farmasi USU, dan rekan-rekan asisten Laboratorium

Teknologi Sediaan Non Steril II.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis meminta maaf atas kekhilafan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini.

Penulis juga berharap skripsi ini dapat bermanfaat sebagai referensi pengetahuan khususnya dalam bidang farmasi.

Medan, 26 Juli 2021 Penulis,

Aldi Farezi NIM 17150100

v Universitas Sumatera Utara

vii Universitas Sumatera Utara TINJAUAN SISTEMATIS ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK TUMBUHAN INDONESIA PADA TIKUS DAN MENCIT

ABSTRAK

Latar Belakang: Hiperurisemia masih merupakan masalah kesehatan global. Terapi hiperurisemia menggunakan obat sintesis seperti allopurinol memiliki berbagai efek samping. Hasil penelitian ekstrak tumbuhan sebagai antihiperurisemia dengan dosis yang bervariasi telah banyak dilakukan, tetapi sulit untuk mengambil kesimpulan dari banyaknya penelitian tersebut dan perlu dilakukan tinjauan sistematis. Tujuan: Untuk mengetahui ekstrak tumbuhan yang berkhasiat sebagai antihiperurisemia berdasarkan variasi dosis, efektivitas dan efisiensi. Metode: Penelitian ini merupakan tinjauan sistematis kualitatif menggunakan metode Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-analyses (PRISMA), dengan memformulasi pertanyaan penelitian, menetapkan database dan kata kunci, menyeleksi artikel yang relevan berdasarkan kriteria inklusi, mengekstraksi data, dan mensintesis hasil penelitian ekstrak tumbuhan yang memiliki aktivitas antihiperurisemia dalam menurunkan kadar asam urat (KAU) pada tikus dan mencit yang diinduksi dengan berbagai penginduksi. Hasil: Jumlah artikel yang memenuhi kriteria inklusi penelitian diperoleh sebanyak 16 dari 317 artikel yang diakses. Ekstrak dengan nilai penurunan KAU yang dianalisis dari yang tertinggi (dalam %): daun mahkota dewa, 70,75; daun kelor, 65,69; herba suruhan, 63,56; rimpang temu putih, 60,17; buah naga putih, 59,88; daun hijau pucuk merah, 55,04; herba anting-anting, 53,41; rimpang temu lawak, 43,38; daun cocor bebek, 42,46; daun pegagan, 40,00; daun binahong, 37,58; biji alpukat, 34,36; tumbuhan jelatang, 24,15; daun bambu tali 21,83; buah andaliman, 18,55; daun murbei, 12,26. Kesimpulan: Ekstrak etanol (EE) daun mahkota dewa dan EE daun kelor merupakan ekstrak tumbuhan yang efektif berdasarkan efektivitas dan kemudahan pemanenan.

Kata kunci: tinjauan sistematis, ekstrak tumbuhan, antihiperurisemia, kadar asam urat

viii Universitas Sumatera Utara SYSTEMATIC REVIEW OF ANTIHYPERURICEMIC OF INDONESIAN EXTRACTS IN RATS AND MICE

ABSTRACT

Background: Hyperuricemia remains as a global health issue. Synthetic medications like allopurinol, which are used to treat hyperuricemia, have a variety of negative effects. Plant extracts as antihyperuricemia have been studied at various doses, but it is difficult to draw conclusions from so many trials, thus a systematic review is needed. Objectives: The purpose of this study was to investigate which plant extracts are effective as antihyperuricemia agents based on dosage variations, effectiveness and efficiency. Method: This research is a qualitative systematic review using the Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-analysis (PRISMA) method, by formulating research questions, setting da tabases and keywords, selecting relevant articles based on inclusion criteria, extracting data, synthesizing research results from plant extracts which has antihyperuricemic activity to decrease uric acid levels (UAL) in rats and mice induced with various inducers. Results: The number of papers that satisfied the inclusion criteria was obtained as many as 16 out of 317 articles accessed. Extracts with decreasing UAL values were examined from the highest (in %): leaves, 70.75; Moringa leaves, 65.69; Peperomia herbs, 63.56; zedoaria rhizome, 60.17; white dragon fruit, 59.88; green leaves of oleana, 55.04; acalypha herbs, 53.41; zanthorrhiza herbs, 43.38; pinnatum leaves, 42.46; centella leaves, 40.00; cordifolia leaves, 37.58; avocado seeds, 34.36; urtica , 24.15; gigantochloa leaves, 21.83; zanthoxylum fruits, 18.55; morus leaves, 12.26. Conclusion: Ethanol Extract (EE) of Phaleria leaves and EE of Moringa leaves are effective plant extracts based on their effectiveness and ease of harvesting.

Keywords: systematic review, plant extracts, antihyperuricemia, uric acid levels

ix Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...... i HALAMAN JUDUL ...... ii LEMBAR PENGESAHAN ...... iii KATA PENGANTAR ...... iv LEMBAR PERSYARATAN ORISINALITAS ...... vi ABSTRAK ...... viii ABSTRACT ...... ix DAFTAR ISI ...... x DAFTAR TABEL ...... xii DAFTAR GAMBAR ...... xiii DAFTAR LAMPIRAN ...... xiv BAB I PENDAHULUAN ...... 1 1.1 Latar Belakang ...... 1 1.2 Perumusan Masalah ...... 4 1.3 Tujuan Penelitian ...... 4 1.4 Manfaat Penelitian ...... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...... 6 2.1 Asam Urat ...... 6 2.1.1 Definisi Asam Urat ...... 6 2.1.2 Metabolisme Purin Menjadi Asam Urat ...... 7 2.2 Penyakit Asam Urat ...... 8 2.2.1 Etiologi Penyakit Asam Urat ...... 8 2.2.2 Tahap-Tahap Penyakit Asam Urat ...... 9 2.2.3 Faktor Risiko Gout ...... 11 2.2.4 Penegakan Diagnosis Penyakit Gout ...... 12 2.2.5 Terapi Gout ...... 12 2.3 Ekstrak Tumbuhan ...... 14 2.4 Systematic Review ...... 15 2.4.1 Definisi Systematic Review ...... 15 2.4.2 Tujuan Systematic Review ...... 16 2.4.3 Manfaat Systematic Review ...... 17 2.5 Pembagian Systematic Review ...... 18 2.6 Metode Pelaksanaan Systematic Review ...... 19 2.7 Tahapan Systematic Review ...... 20 2.7.1 Formulasi Pertanyaan Penelitian ...... 20 2.7.2 Pengembangan Protokol ...... 21 2.7.3 Penetapan Sumber Database ...... 21 2.7.4 Seleksi Hasil Studi ...... 21 2.7.5 Ekstraksi Data ...... 21 2.7.6 Sintesis Hasil Data Penelitian ...... 22 2.7.7 Penyajian Hasil...... 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN...... 23 3.1 Jenis Penelitian ...... 23

x Universitas Sumatera Utara 3.2 Identifikasi Pertanyaan Penelitian ...... 23 3.3 Pencarian Literatur ...... 24 3.3.1 Penetapan Sumber Database ...... 24 3.3.2 Penetapan Kata Kunci ...... 24 3.4 Penyeleksian Artikel yang Relevan ...... 24 3.5 Pemilihan Artikel Penelitian yang Berkualitas ...... 24 3.5.1 Kriteria Inklusi ...... 24 3.5.2 Kriteria Eksklusi...... 25 3.6 Ekstraksi Data ...... 25 3.7 Sintesis Hasil ...... 27 3.8 Penyajian Hasil...... 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...... 28 4.1 Hasil Pencarian Artikel ...... 28 4.2 Hasil Ekstraksi Artikel ...... 29 4.3 Ekstrak Tumbuhan yang Dapat Menurunkan KAU Darah Pada Hewan Percobaan Berdasarkan Variasi Dosis ...... 30 4.4 Ekstrak Tumbuhan yang Dapat Menurunkan KAU Darah Pada Hewan Percobaan Berdasarkan Efektivitas dan Waktu Panen...... 37 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...... 44 5.1 Kesimpulan ...... 44 5.2 Saran ...... 44 DAFTAR PUSTAKA ...... 45

xi Universitas Sumatera Utara DAFTAR TABEL

2.1 Tahapan Penelitian Systematic Review ...... 20 4.1 Ekstrak Tumbuhan dengan Efek Antihiperurisemia Pada Hewan Percobaan Tikus Putih Berdasarkan Variasi Dosis ...... 30 4.2 Ekstrak Tumbuhan dengan Efek Antihiperurisemia Pada Hewan Percobaan Mencit Putih Berdasarkan Variasi Dosis ...... 31 4.3 Ekstrak Tumbuhan dengan Efek Antihiperurisemia Pada Hewan Percobaan Berdasarkan Efektivitas ...... 38 4.4 Ekstrak Tumbuhan yang Dapat Menurunkan KAU pada Hewan Percobaan berdasarkan Waktu Panen ...... 40

xii Universitas Sumatera Utara DAFTAR GAMBAR

2.1 Rumus Bangun Asam Urat...... 6 2.2 Metabolisme Purin Menjadi Asam Urat ...... 8 3.1 Alur PRISMA Penelitian ...... 26

xiii Universitas Sumatera Utara DAFTAR LAMPIRAN

1. Database yang Digunakan dalam Pencarian Artikel ...... 48 2. Pencarian Artikel Melalui Alur PRISMA ...... 49 3. Artikel yang Memenuhi Kriteria Inklusi ...... 50 4. Hasil Ekstraksi Data ...... 66 5. Pucuk Merah (Syzygium Myrtifolium Walp.) ...... 73 6. Jelatang (Urtica dioca L.) ...... 74 7. Suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) ...... 75 8. Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) ...... 76 9. Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) Scheff. Boerl.) ...... 77 10. Kelor (Moringa oleifera L.) ...... 78 11. Temu Lawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) ...... 79 12. Bambu Tali (Gigantochloa apus)...... 80 13. Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) ...... 81 14. Murbei (Morus alba L.) ...... 82 15. Naga Putih (Hylocereus undatus) ...... 83 16. Anting-Anting (Acalypha indica Linn.) ...... 84 17. Pegagan (Cantella asiatica (L.) Urb.) ...... 85 18. Alpukat (Persea americana Mill.) ...... 86 19. Rimpang Temu Putih (Curcuma zedoaria) ...... 87 20. Cocor Bebek (Bryophyllum pinnatum) ...... 88

xiv Universitas Sumatera Utara BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit asam urat merupakan salah satu penyakit yang sering dialami oleh masyarakat Indonesia. Penyakit ini dapat menyebabkan gejala nyeri, pembengkakan, dan rasa panas pada persendian. Bagian sendi yang paling sering terserang adalah sendi jari tangan, pergelangan tangan, lutut, pergelangan kaki, dan jari kaki (Anies, 2018).

Penyakit asam urat terjadi karena adanya peningkatan KAU yang lebih tinggi daripada kadar normal di dalam darah (overproduction) dan ginjal tidak mampu mengeluarkan asam urat dalam jumlah yang lebih besar dari dalam tubuh

(underexcretion). Kondisi meningkatnya asam urat melebihi kadar normal dalam darah ini dinamakan hiperurisemia. Kondisi hiperurisemia dikatakan apabila konsentrasi serum asam urat dalam darah untuk pria sebesar >7 mg/dL dan untuk wanita >6 mg/dL (Ernest dkk., 2008).

Berdasarkan hasil dari Riskesdas tahun 2018, prevalensi penyakit yang terjadi di daerah persendian berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia adalah sebesar 7,3% dengan prevalensi tertinggi yaitu berada di Aceh dengan 13,3% dan terendah yaitu di Sulawesi Barat 3,2%. Prevalensi penderita asam urat berdasarkan umur yaitu: umur 15-24 tahun dengan diagnosis yaitu 1,2%, umur 25-34 tahun dengan diagnosis yaitu 3,1% dan umur 35-44 tahun dengan berdasarkan diagnosis yaitu 6,3%, umur 45-54 tahun berdasarkan diagnosis yaitu 11,1%, umur 55-64 tahun berdasarkan diagnosis yaitu 15,5%, umur 65-74 tahun berdasarkan diagnosis yaitu 18,6% dan umur 75 tahun atau lebih yaitu mencapai 18,9% (Kementerian

Kesehatan RI, 2018).

1 Universitas Sumatera Utara Masyarakat yang tinggal di pedesaan memiliki diagnosis prevalensi penyakit asam urat lebih besar yaitu 7,8% dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di perkotaan dengan diagnosis 6,9%. Penyakit asam urat lebih banyak diderita oleh perempuan yaitu berdasarkan diagnosis 8,5% dibandingkan dengan laki-laki yaitu berdasarkan diagnosis 6,1%. Ini disebabkan oleh pada wanita yang usianya memasuki masa menoupause hormon esterogen wanita mengalami penurunan sehingga tidak dapat dengan optimal mengekresi asam urat dalam tubuh

(Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Dari waktu ke waktu jumlah penderita asam urat cenderung meningkat.

Penyakit asam urat yang juga dikenal dengan gout merupakan perkembangan dari kondisi hiperurisemia yang dapat ditemukan di seluruh dunia dan pada semua ras manusia. Prevalensi asam urat semakin cenderung memasuki usia muda yaitu usia produktif yang akhirnya dapat berdampak pada penurunan produktivitas kerja

(Jaliana dkk., 2018).

Usaha untuk menurunkan KAU dalam darah dapat dilakukan dengan mengurangi produksi asam urat atau dengan meningkatkan ekskresi asam urat oleh ginjal (Price dan Wilson, 2006). Umumnya untuk mengatasi penyakit asam urat dapat digunakan obat sintesis seperti allopurinol. Allopurinol merupakan obat yang bekerja dengan menghambat pembentukan asam urat melalui penghambatan aktivitas enzim xantin oxidase. Namun, obat ini memiliki efek samping seperti sakit kepala, demam, diare dan reaksi hipersensitivitas (Sanders, 2004). Efek samping lain yang juga dapat merugikan yaitu gangguan pada gastrointestinal, neuritis perifer, toksisitas hati dan reaksi alergi pada kulit (Katzung, 2002).

Berbagai penelitian eksperimental telah dilakukan untuk mencari alternatif pengobatan penyakit asam urat untuk menghindari efek samping yang dapat

2 Universitas Sumatera Utara ditimbulkan oleh obat-obat sintesis. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan tumbuhan obat yang mempunyai efek terhadap penurunan KAU. Dari berbagai penelitian eksperimental tersebut juga telah didapatkan hasil efektivitas yang bervariasi dari dosis dan ekstrak tumbuhan yang juga bervariasi. Namun terlalu banyaknya pilihan tumbuhan yang dapat dikembangkan untuk hilirisasi, hasil penelitian tersebut masih belum dimanfaatkan di bidang kesehatan.

Dalam menentukan ekstrak tumbuhan yang efektif dan efisien untuk dikembangkan sebagai fitofarmaka antihiperurisemia baru, juga diperlukan beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan, antara lain: efektivitas ekstrak tumbuhan dalam menurunkan KAU pada percobaan, bagian tumbuhan yang digunakan, kemudahan dalam membudidaya tumbuhan, serta lamanya waktu panen untuk memperoleh bagian tumbuhan yang dibutuhkan tersebut.

World Health Organization, WHO (2004) mengungkapkan bahwa kurangnya pemanfaatan hasil penelitian oleh penentu kebijakan merupakan salah satu permasalahan dalam penelitian kesehatan. Permasalahan tersebut tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Pemanfaaatan hasil penelitian akan memerlukan ketersediaan sumber informasi yang valid dan komprehensif serta dirangkum dalam format yang mudah dipahami oleh penentu kebijakan. Salah satu metode yang dianjurkan oleh WHO dalam menyajikan sumber informasi berdasarkan bukti kepada penentu kebijakan adalah dengan metode systematic review (Siswanto, 2010).

Maka dari latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tinjauan sistematis yang bertujuan untuk menyajikan fakta berupa sumber informasi dari berbagai ekstrak tumbuhan yang terbukti mempunyai manfaat sebagai antihiperurisemia yang dirangkum dari berbagai penelitian

3 Universitas Sumatera Utara eksperimental yang telah dipublikasikan dari tahun 2011-2020. Penelitian tinjauan sistematis ini juga bertujuan untuk mengetahui ekstrak tumbuhan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai fitofarmaka antihiperurisemia yang ditinjau dari aspek efektivitas dan efisiensi, yang diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan bagi penentu kebijakan maupun langkah-langkah penelitian berikutnya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

a. Apa saja jenis ekstrak tumbuhan yang telah diteliti sebagai

antihiperurisemia berdasarkan variasi dosis ?

b. Apa saja ekstrak tumbuhan yang paling efektif dan efisien sebagai

antihiperurisemia ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

a. Jenis ekstrak tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai

antihiperurisemia berdasarkan aspek variasi dosis.

b. Ekstrak tumbuhan yang paling efektif dan efisien sebagai

antihiperurisemia.

4 Universitas Sumatera Utara 1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penulisan skripsi ini adalah:

a. Bagi penulis, memberikan penjelasan dan pemahaman tentang penelitian

metode tinjauan sistematis yang berkaitan dengan penelitian klinis.

b. Bagi dunia kesehatan, diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai

sumber bukti dalam mengembangkan fitofarmaka antihiperurisemia baru

dengan bahan dasar ekstrak tumbuhan.

c. Bagi fakultas, dapat dijadikan sebagai tambahan referensi bagi para

pembaca atau akademisi dari Fakultas Farmasi ataupun Fakultas lainnya

yang ingin mencari sumber referensi ekstrak tumbuhan yang berkhasiat

sebagai antihiperurisemia maupun penerapan metode penelitian tinjauan

sistematis (systematic review).

5 Universitas Sumatera Utara BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asam Urat

2.1.1 Definisi Asam Urat

Asam urat adalah senyawa asam berbentuk kristal yang sukar larut di dalam air dan merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan nukleoprotein). Purin merupakan salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel. Secara alamiah, purin terdapat di dalam tubuh dan dapat ditemukan pada semua makanan yang bersumber dari makhluk hidup, seperti makanan dari tumbuhan berupa kacang-kacangan, sayuran, dan buah. Purin juga ditemukan pada makanan yang bersumber dari hewan seperti jeroan, daging, dan ikan sarden.

(Suiraoka, 2017). Rumus bangun asam urat dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Rumus bangun asam urat (Murray dkk., 2003)

Kadar serum asam urat normal pada laki-laki adalah 5,1 ± 1.0 mg/dl dan pada perempuan adalah 4,0 ± 1.0 mg/dl. KAU dapat mencapai 9-10 mg/dl pada seseorang yang mengalami gout (Price dan Wilson, 2005). KAU normal pada tikus adalah 1,7-3,0 mg/dl, dan tikus dikatakan hiperurisemia jika kadar asam uratnya diatas 3,0 (Anandagiri dkk., 2014). Manusia memiliki KAU yang lebih tinggi dari hewan mamalia lain karena manusia tidak memiliki enzim urikinase, yaitu enzim yang dapat menguraikan asam urat menjadi senyawa alotinin yang mudah larut

(Katzung dkk., 2002).

6 Universitas Sumatera Utara Asam urat di dalam tubuh biasanya akan dibuang melalui ginjal dalam bentuk urine dan sebagian kecil lainnya dibuang melalui saluran pencernaan dalam bentuk tinja. Pada keadaan normal, jumlah asam urat yang terakumulasi di dalam darah kurang lebih 1200 mg pada laki-laki dan 600 mg pada perempuan. Jumlah akumulasi ini meningkat beberapa kali lipat pada penderita gout. Akumulasi berlebih ini dapat berasal dari produksi asam urat yang meningkat atau ekskresi yang menurun (Schwinghammer, 2008).

Apabila asam urat yang dibuang dari tubuh jauh lebih sedikit dari jumlah yang diproduksi, asam urat akan menumpuk dan membentuk kristal-kristal tajam natrium urat berukuran mikro yang bermuara di dalam sendi atau di sekeliling jaringan sendi. Ketika kristal-kristal tajam tersebut masuk ke ruang persendian dan mengganggu lapisan lunak sendi, terjadilah peradangan yang akan terasa sangat sakit (Anies, 2018).

2.1.2 Metabolisme Purin Menjadi Asam Urat

Purin adalah molekul berupa nukleotida yang terdapat di dalam sel.

Nukleotida berperan banyak pada proses biokimia tubuh. Nukleotida bersama dengan asam amino menjadi unit dasar dalam proses biokimiawi penurunan sifat genetik. Jenis nukleotida yang paling dikenal karena peranannya adalah nukleotida purin dan pirimidin. Kedua jenis nukleotida tersebut berperan dalam pembentukan

DNA dan RNA (Suiraoka, 2017).

Nukleotida purin yang utama pada manusia adalah adenosine monofosfat

(AMP) dan guanosin monofosfat (GMP). Kedua nukleotida tersebut akan dipecah menjadi bentuk nukleosida oleh fosfomonoesterase menjadi adenosine dan guanosin. Adenosine akan mengalami deaminasi menjadi inosin oleh enzim adenosine deaminase. Fosforilasi ikatan N-glikosinat inosin dengan guanosin

7 Universitas Sumatera Utara dikatalis oleh nukleosida purin fosforilase sehingga akan dilepaskan senyawa ribose-1-fosfat dan basa purin. Setelah itu, hipoxantin dan guanin membentuk xantin yang masing-masing dikatalis oleh enzim xantin oxidase dan guanase.

Xantin yang terbentuk akan kembali dikatalisis oleh xantin oxidase menjadi asam urat. Dengan demikian pembentukan asam urat sangat bergantung dari metabolisme nukleotida purin dan fungsi enzim xantin oxidase (Murray dkk., 2003).

Mekanisme metabolisme purin menjadi asam urat dapat dilihat pada

Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Metabolisme purin menjadi asam urat (Murray dkk., 2003)

2.2 Penyakit Asam Urat

2.2.1 Eiologi Penyakit Asam Urat

Kondisi tubuh ketika terjadinya peningkatan KAU di dalam darah di atas batas normal dinamakan kondisi hiperurisemia (Price dan Wilson, 2005).

Peningkatan konsentrasi asam urat (hiperurisemia) tersebut dapat berkembang dan menimbulkan terjadinya penyakit asam urat yang juga dikenal dengan gout. Gout adalah penyakit metabolik yang ditandai oleh artritis akut berulang karena adanya

8 Universitas Sumatera Utara endapan natrium urat di daerah persendian dan tulang rawan dan dapat juga terjadi akibat pembentukan batu asam urat di ginjal (Katzung dkk., 2002).

Awalnya penyakit asam urat diketahui hanya diderita oleh kaum pria usia menengah ke atas. Saat ini hasil penelitian menunjukkan hiperurisemia dan gout ditemukan pada seluruh status sosial ekonomi dan usia yang lebih muda. (Suiraoka,

2017).

Penyakit asam urat dapat terjadi ketika mulai terbentuknya kristal-kristal monosodium urat monohidrat pada sendi-sendi dan jaringan di sekitarnya. Kristal- kristal yang berbentuk seperti jarum tersebut mengakibatkan reaksi peradangan yang jika berlanjut akan menimbulkan rasa nyeri yang menyertai serangan gout.

Jika tidak diberikan terapi, endapan kristal akan menyebabkan kerusakan pada sendi dan jaringan lunak (Carter, 2014).

Terjadinya gout dapat dikategorikan berdasarkan penyebabnya, yaitu gout primer dan gout sekunder. Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat penurunan eksresi asam urat. Gout sekunder disebabkan karena pembentukan asam urat yang berkurang akibat proses penyakit lain atau konsumsi obat-obat tertentu (Carter, 2014).

2.2.2 Tahap-Tahap Penyakit Asam Urat

Terdapat empat tahap klinis dari penyakit asam urat yang tidak diberikan terapi, yaitu: a. Tahap Hiperurisemia Asimtomatik

Pada tahap ini pasien tidak merasakan adanya gejala. Pasien mengalami hiperurisemia dari pemeriksaan darah yang akan memperlihatkan terjadinya peningkatan KAU. Hanya 20% dari pasien hiperurisemia asimtomatik yang akan berlanjut ke tahap serangan gout akut (Price dan Wilson, 2005).

9 Universitas Sumatera Utara b. Tahap Artritis Gout Akut

Pada tahap ini pasien akan mengalami serangan mendadak berupa pembengkakan dan rasa nyeri yang luar biasa. Biasanya nyeri terjadi pada daerah sendi ibu jari kaki dan sendi metatarsofalangeal. Tahap ini biasanya akan mendorong pasien untuk segera mencari pengobatan. Daerah sendi lain yang dapat terserang adalah sendi jari-jari tangan, lutut, mata kaki, pergelangan tangan, dan siku. Serangan gout akut biasanya dapat pulih tanpa pengobatan dalam waktu 10 sampai 14 hari (Price dan Wilson, 2005). c. Tahap Interkritis

Tahap interkritis merupakan kelanjutan dari artritis gout akut yang secara klinis tidak muncul tanda-tanda radang akut, walaupun pada cairan sendi masih ditemukan kristal natrium urat. Keberadaan kristal tersebut menunjukkan proses kerusakan sendi yang terus berlangsung progresif. Tahap ini dapat berlangsung beberapa bulan sampai beberapa tahun. Kebanyakan pasien mengalami serangan gout berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati (Price dan Wilson,

2005). d. Tahap Gout Kronik

Pada tahap ini pasien akan mengalami peradangan kronik yang ditandai dengan penimbunan kristal asam urat terus meningkat. Asam urat yang sifatnya sukar larut akan tertimbun dan membentuk tofi. Terjadinya peradangan kronik akibat kristal asam urat tersebut akan mengakibatkan rasa nyeri, sakit dan kaku yang disertai peradangan dan pembengkakan pada daerah di sekitar sendi. Gout juga dapat merusak ginjal yang dapat menyebabkan eksresi asam urat akan bertambah buruk. Batu ginjal juga dapat terbentuk sebagai akibat dari gout (Price dan Wilson, 2005).

10 Universitas Sumatera Utara 2.2.3 Faktor Risiko Gout

Penumpukan senyawa asam urat di dalam sendi adalah penyebab terjadinya penyakit asam urat/gout. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan gout adalah faktor keturunan. Mereka yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat penyakit gout akan berisiko mengalami kondisi yang sama dengan perkiraan sebesar 20%

(Anies, 2018).

Faktor pola makan juga mementukan seseorang menderita penyakit gout, khususnya pada makanan yang tinggi protein dan kaya senyawa purin. Jenis makanan yang kaya akan purin biasanya makanan seperti daging sapi, hidangan laut, jeroan, bayam, kembang kol, jamur, dan kacang-kacangan. Namun tidak semua bahan makanan yang mengandung purin dapat meningkatkan KAU.

Contohnya teh, kopi dan cokelat mengandung senyawa purin berupa kafein, teofilin, dan teobromin yang dapat dimetabolisme menjadi metal urat yang tidak membentuk tofi dan tidak meningkatkan KAU di dalam darah. Namun, konsumsi minuman manis dan minuman beralkohol secara berlebihan berisiko mengalami penumpukan asam urat di dalam darah (Suiraoka, 2017).

Sejumlah obat-obatan seperti aspirin dosis rendah (kurang dari 1 sampai 2 g/hari), niacin, obat golongan ACE inhibitor, obat penghambat beta (beta bloker), diuretik, asam nikotinat, asetazolamid, etambutol dan obat-obatan kemoterapi juga dapat menghambat eksresi asam urat oleh ginjal sehingga dapat menyebabkan serangan gout. Karena itu risiko menderita penyakit asam urat juga tinggi bagi orang-orang yang sedang menjalani pengobatan menggunakan obat-obatan jenis tertentu (Carter, 2014).

Selain faktor-faktor tersebut, pasien yang memiliki riwayat penyakit tertentu seperti penyakit ginjal kronik, hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi,

11 Universitas Sumatera Utara obesitas, osteoarthritis, psoriasis, dan sindrom metabolisme juga memiliki risiko tinggi mengalami penyakit gout (Anies, 2018).

2.2.4 Penegakan Diagnosis Penyakit Gout

Diagnosis penyakit gout diawali dari gejala yang dialami pasien. Dalam mendiagnosis, dilakukan pemeriksaan KAU di dalam darah dan juga pengujian untuk memastikan adanya kristal-kristal natrium urat pada persendian. Hal ini perlu dilakukan karena adanya jenis penyakit lain seperti rematik yang dapat menyebabkan gejala yang sama seperti penyakit asam urat. Sebelum pengujian dilakukan, informasi mengenai frekuensi rasa sakit, lokasi sendi yang sakit, obat- obatan yang sedang dikonsumsi serta riwayat penyakit dalam keluarga dapat menjadi informasi awal dalam mendiagnosis seseorang yang menderita gout

(Anies, 2018).

Pada laki-laki yang mengalami artritis monoartikular, terutama pada ibu jari kaki yang mengalami nyeri secara akut, kemungkinan besar merupakan tanda dari penyakit gout. Peningkatan KAU serum sangat membantu dalam mendiagnosis namun tidak spesifik, karena adanya sejumlah obat-obatan yang juga dapat meningkatkan konsentrasi KAU dalam darah (Carter, 2014).

2.2.5 Terapi Gout

Secara umum penatalaksanaan terapi gout adalah dengan menurunkan KAU sampai di bawah titik jenuh untuk mencegah terjadinya kristalisasi asam urat.

Strategi ini dapat dilakukan dengan mempengaruhi sintesis asam urat, meningkatkan ekskresi asam urat, menghambat masuknya leukosit ke dalam sendi yang meradang, dan pemberian obat-obat AINS (Mycek dkk., 1995).

Pengobatan gout biasanya terdiri dari obat pereda nyeri seperti ibuprofen, naproxen, kolkisin, dan kortison serta pemberian allopurinol untuk menjaga KAU

12 Universitas Sumatera Utara darah tetap berada pada kadar normal sehingga kristal natrium urat tidak terbentuk

(Tortora dan Derrickson, 2011). Obat-obatan yang dapat digunakan dalam mengatasi serangan gout, yaitu: a. Obat Anti-Inflamasi Non Steroid (AINS).

Obat AINS merupakan pilihan pertama dalam mengatasi serangan gout akut karena memiliki efikasi yang baik dan toksisitas yang rendah pada penggunaan jangka pendek. Obat AINS yang paling sering digunakan adalah Indometasin, naproxen, diklofenak, dan piroksikam (Ernst dkk., 2008). b. Kolkisin

Kolkisin merupakan alkaloid yang diperoleh dari bunga dan biji tumbuhan

Colchicun autumnale, yang berasal dari India, Afrika Utara, dan Eropa. Kolkisin berkhasiat sebagai antiradang lemah dengan efek baik pada serangan gout akut

(efektivitas 90%) (Tan dan Rahardja, 2007). c. Kortikosteroid

Obat ini diberikan pada pasien yang memiliki kontraindikasi ataupun yang tidak memberikan efek terhadap pemberian obat AINS dan kolkisin (Ernst dkk.,

2008).

Pada terapi profilaksis penderita gout juga dapat diberikan obat-obat yang bersifat urikostatik (menghambat pembentukan asam urat) atau urikosurik

(meningkatkan ekskresi asam urat). a. Golongan Urikostatik (Allopurinol)

Allopurinol merupakan analog purin. Obat ini mengurangi produksi asam urat dengan jalan menghambat secara kompetitif dua langkah terakhir biosintesis asam urat, yang dikatalisasi oleh xantin oksidase. Akibatnya perombakan hipoxantin dikurangi dan sintesis asam urat menurun kurang lebih 50% dan

13 Universitas Sumatera Utara produksi xantin maupun hipoxantin meningkat dan dibuang melalui ginjal. Obat ini mengurangi produksi asam urat, mengurangi konsentrasi asam urat di urin, mencegah terbentuknya batu natrium urat, dan mengecilkan tofi (deposit urat)

(Mycek, 1995; Tan dan Rahardja, 2007). b. Golongan Urikosurik (Probenesid dan Sulfinpirazon)

Probenesid adalah suatu penghambat umum sekresi tubular asam organik.

Sedangkan sulfinpirazon adalah suatu derivat fenilbutazon. Kedua obat urikosurik ini yang umum digunakan. Pada dosis terapi obat-obat ini menghambat reabsorbsi asam urat pada tubulus proksimal sehingga keluarnya asam urat melalui ginjal meningkat. Agar dapat bekerja dengan baik, maka diperlukan fungsi ginjal yang memadai. Klirens kreatinin perlu diperiksa untuk menentukan fungsi ginjal

(normalnya adalah 115-120 mL/menit). Pemberian obat-obatan ini diperlukan masukan cairan sekurang-kurangnya 1500 mL/hari agar dapat meningkatkan ekskresi asam urat, dan penggunaan aspirin harus dihindari, karena dapat menghambat kerja obat-obatan urikosurik (Mycek, 1995; Carter, 1995).

2.3 Ekstrak Tumbuhan

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif simplisla nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai. Kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan. Massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara perkolasi.

Seluruh perkolat biasanya dipekatkan secara destilasi dengan pengurangan tekanan, agar bahan sesedikit mungkin terkena panas (Depkes RI, 2014).

Ekstrak tumbuhan obat yang dibuat dari simplisia nabati dapat dijadikan sebagai bahan awal, bahan antara atau bahan produk jadi. Ekstrak sebagai bahan

14 Universitas Sumatera Utara awal dapat dijadikan bahan baku obat yang dengan teknologi fitofarmasi diproses menjadi produk jadi. Ekstrak sebagai bahan antara berarti masih menjadi bahan yang dapat diproses lagi menjadi fraksi-fraksi, isolat senyawa tunggal ataupun tetap sebagai campuran dengan ekstrak lain. Ekstrak sebagai produk jadi berarti ekstrak yang berada dalam sediaan obat jadi siap digunakan (Depkes RI, 2000).

Menurut Depkes RI (2000), ada beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan antara lain yaitu cara dingin dan cara panas. Pada cara dingin dapat digunakan metode maserasi dan perkolasi, sedangkan metode cara panas, seperti refluks, digesti, sokletasi, infudasi dan dekoktasi.

2.4 Systematic Review

2.4.1 Definisi Systematic Review

Tinjauan sistematis (Systematic review) merupakan sebuah studi literatur yang merangkum penelitian-penelitian yang telah dilakukan dan berfokus pada satu pertanyaan. Metode ini dilakukan dengan mengidentifikasi, memilih, dan mensintesis semua hasil penelitian berkualitas yang relevan dengan pertanyaan penelitian (Bettany dan Satikov, 2009).

Tinjauan sistematis juga memberikan penilaian yang lebih objektif dari bukti-bukti penelitian yang telah ada sehingga dapat mengatasi ketidakpastian ketika suatu penelitian, ulasan, dan editorial yang asli mengungkapkan fakta akan ketidaksetujuan. Tinjauan sistematis juga dapat dilakukan untuk mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan mengenai penelitian yang dapat dilakukan di masa yang akan datang (Egger dan George, 2007).

Metode penelitian tinjauan sistematis merupakan suatu teknik statistika untuk menggabungkan hasil dua atau lebih penelitian sejenis sehingga memungkinkan untuk diperoleh paduan data secara kualitatif ataupun kuantitatif.

15 Universitas Sumatera Utara Metode tinjauan sistematis merupakan salah satu metode yang paling banyak digunakan dalam penelitian klinis. Dilihat dari prosesnya, bahwa tinjauan sistematis merupakan suatu studi observasional retrospektif, dalam arti peneliti membuat rekapitulasi fakta tanpa melakukan manipulasi penelitian (Sastroasmoro, 2002).

Tinjauan sistematis dikembangkan dengan kebutuhan untuk memastikan bahwa keputusan kebijakan yang mempengaruhi kehidupan masyarakat dapat diinformasikan melalui sumber informasi sekunder terkini dan lengkap disertai dengan bukti riset yang relevan. Semakin banyaknya sumber informasi penelitian yang terus berkembang dan terus meningkat, maka tidak mungkin bagi pembuat keputusan untuk menilai semua penelitian tersebut dalam mencari solusi permasalahan yang lebih tepat. Melalui tinjauan sistematis dapat dihasilkan rangkuman terkini yang menggabungkan berbagai sumber informasi primer mengenai suatu topik kesehatan yang dapat memudahkan pembuat kebijakan

(Lasserson dkk., 2019).

Para pembuat kebijakan akan sangat tertarik pada pengambilan keputusan yang berdasarkan bukti. Mereka berada di bawah tekanan dalam mencari solusi dari masalah kebijakan atau untuk membenarkan program yang merujuk pada basis pengetahuan. Bagi pembuat kebijakan, tinjauan sistematis dapat memberikan ringkasan yang kuat dan dapat dipercaya dari bukti yang dapat diandalkan sehingga dapat memudahkan pembuat kebijakan untuk mengambil keputusan (Petticrew dan

Helen, 2006).

2.4.2 Tujuan Systematic Review

Tujuan umum dari suatu tinjauan sistematis adalah untuk menjawab pertanyaan penelitian yang spesifik. Penelitian tinjauan sistematis dilakukan untuk berbagai tujuan, di antaranya untuk mengidentifikasi, mengkaji, mengevaluasi, dan

16 Universitas Sumatera Utara menafsirkan semua hasil penelitian yang tersedia pada topik yang sesuai dengan pertanyaan penelitian tertentu yang relevan. Tinjauan sistematis juga sering diperlukan untuk penentuan penelitian yang dapat dilakukan berikutnya, sebagai bagian dari disertasi atau tesis, serta merupakan bagian yang melengkapi pengajuan hibah penelitian (Triandini dkk., 2019).

Penelitian tinjauan sistematis juga dapat bertujuan dalam mengusulkan agenda penelitian dimasa depan, dimana kesimpulan dari penelitian dapat menjadi rekomendasi yang memungkinkan untuk diterapkan oleh para pengambil kebijakan. Serta penelitian dengan metode ini juga dapat bertujuan untuk menyajikan semua tahapan peninjauan dalam laporan akhir untuk memungkinkan adanya penilaian dan replikasi kritis (Syukri, 2020).

2.4.3 Manfaaat Systematic Review

Salah satu permasalahan dalam penelitian kesehatan adalah terkait dengan kurangnya pemanfaatan hasil penelitian oleh pengguna (the utilization of research results) telah diungkapkan dalam buku the World Report on Knowledge for Better

Health (WHO, 2004). Permasalahan ini tidak saja terjadi di negara berkembang namun juga terjadi di negara maju. Pemanfaatan hasil penelitian oleh penentu kebijakan mencakup penyediaan fakta pada keseluruhan pelaksanaan proses kebijakan (policy process).

Dalam pelaksanaan proses kebijakan, hasil penelitian mempunyai peran atau fungsi sebagai berikut: (i) membantu mengidentifikasi masalah, (ii) membantu menemukan solusi suatu masalah, (iii) membantu pembuat keputusan untuk berpikir dalam menetapkan alternatif solusi (policy options) dan (iv) membantu memutuskan suatu kebijakan (Hass dan Springer, 1998).

17 Universitas Sumatera Utara 2.5 Pembagian Systematic Review

Dalam mensintesis hasil data penelitian pada Systematic review terdapat dua jenis metode, yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. Systematic review metode kualitatif digunakan untuk mensintesis (merangkum) hasil-hasil penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian kualitatif ini disebut dengan meta- sintesis. Meta-sintesis adalah sebuah teknik yang digunakan dalam melakukan integrasi data untuk mendapatkan teori maupun konsep baru yang lebih mendalam dan menyeluruh (Perry dan Hammond, 2002).

Dalam melakukan meta-sintesis (sintesis data kualitatif) terdapat dua pendekatan, yakni meta-agregasi dan meta-etnografi (Lewin, 2008). Meta-agregasi bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian dengan cara merangkum berbagai penelitian. Meta-etnografi bertujuan untuk mengembangkan teori baru dari teori yang sudah ada (Siswanto, 2010).

Pada systematic review metode kuantitatif digunakan untuk mensintesis hasil-hasil penelitian dengan pendekatan kuantitatif, misalnya studi prevalensi.

Peran statistik dalam melakukan sintesis hasil penelitian dengan metode kuantitatif ini disebut dengan meta-analisis. Meta-analisis adalah teknik melakukan agregasi data dengan penggunaan statistik dalam identifikasi hubungan sebab akibat antara faktor dengan risiko atau perlakuan dengan suatu efek. (Perry dan Hammond,

2002).

Meta-analisis biasanya digunakan untuk menilai efektivitas intervensi klinis dengan mengkombinasikan beberapa hasil penelitian randomized control trials

(RCT). Maka dari itu, meta-analisis merupakan pondasi (tulang punggung) dalam praktek berbasis bukti (evidence based medicine). Langkah krusial dalam meta- analisis adalah pemilihan studi yang berkualitas. Karena apabila studi yang

18 Universitas Sumatera Utara diikutkan dalam meta-analisis tidak berkualitas, maka tentunya hasil meta-analisis yang merupakan ukuran statistik dari kombinasi beberapa hasil penelitian akan tidak valid (Siswanto, 2010).

2.6 Metode Pelaksanaan Systematic Review

Pada tahun 1996 metode Quality of Reporting of Meta-analyses

(QUORUM) telah dirilis oleh kelompok internasional untuk meninjau kualitas dari

Meta-Analisis. Metode ini merupakan pedoman standar untuk melakukan meta- analisis dari uji coba terkontrol secara acak. Pedoman ini terus berkembang dan direvisi untuk memasukkan standar tambahan sebagai dasar pelaksanaan tinjauan sistematis serta meta-analisis yang diubah namanya menjadi PRISMA (Moher dkk.,

1999).

Salah satu alasan terjadinya perubahan nama dari QUOROM menjadi

PRISMA adalah adanya kebutuhan untuk merevisi dan memperbaiki pedoman

QUOROM dengan menggunakan diagram alir. Hanya artikel yang dianggap relevan saja yang dipertahankan atau ditambahkan ke dalam kriteria inklusi (Moher dkk., 1999).

Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta Analysis

(PRISMA) adalah kumpulan item minimum berbasis bukti untuk pelaporan dalam tinjauan sistematis dan meta-analisis. Metode PRISMA berfokus pada pelaporan tinjauan untuk mengevaluasi efek intervensi, tetapi juga dapat digunakan sebagai dasar untuk pelaporan tinjauan sistematis dengan tujuan selain mengevaluasi intervensi (misalnya mengevaluasi etiologi, prevalensi, diagnosis atau prognosis).

PRISMA pada prinsipnya memvisualisasikan semua urutan langkah dalam bentuk diagram sehingga jelas terlihat alurnya dan berakhir dengan berapa artikel yang terpilih dengan protokol yang telah ditetapkan (Swartz, 2010).

19 Universitas Sumatera Utara 2.7 Tahapan Systematic Review

Pada prinsipnya penelitian metode tinjauan sistematis dimulai dengan membuat suatu protokol penelitian secara sistematis. Tahapan penelitian tinjauan sistematis dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Tahapan Penelitian Systematic Review (Perry dan Hammond, 2002) No Komponen Tahapan Tujuan 1 Formulasi pertanyaan Mengubah suatu topik masalah kesehatan penelitian untuk dijadikan pertanyaan penelitian 2 Pengembangan protokol Memberikan panduan dan tahapan dalam penelitian systematic review melaksanakan penelitian systematic review 3 Penetapan sumber database Memberikan batasan pencarian artikel untuk mendapatkan hasil penelitian yang relevan 4 Pengumpulan artikel dengan Mengumpulkan hasil penelitian yang hasil penelitian yang relevan relevan dengan pertanyaan penelitian 5 Seleksi artikel dengan hasil Melakukan eksklusi dan inklusi terhadap penelitian yang berkualitas artikel yang telah dikumpulkan untuk mendapatkan sumber informasi primer dengan hasil penelitian yang berkualitas untuk dirangkum dalam systematic review 6 Ekstraksi data dari artikel Melakukan ekstraksi data dari artikel yang yang diinklusi diinklusi untuk mendapatkan data penting yang dibutuhkan dalam penyusunan systematic review 7 Sintesis hasil data penelitian Melakukan sintesis hasil dari data yang telah didapatkan untuk dirangkum dalam systematic review 8 Penyajian hasil Menuliskan hasil penelitian systematic review 2.7.1 Formulasi Pertanyaan Penelitian

Penelitian tinjauan sistematis harus diawali dengan tahap formulasi pertanyaan yang didefinisikan dengan jelas serta latar belakang yang merupakan dasar pelaksanaan penelitian dan tujuan spesifik yang akan mengarahkan proses penelitian. Komponen dalam memformulasikan pertanyaan penelitian harus jelas dengan mengikuti format PICOS, yang terdiri dari populasi, intervensi, kontrol atau pembanding, serta hasil atau outcomes yang ingin dicapai dari pertanyaan penelitian

(Perestelo-Perez, 2012).

20 Universitas Sumatera Utara 2.7.2 Pengembangan Protokol

Pengembangan protokol perlu terlebih dahulu dikembangkan untuk mengarahkan rangkaian proses penelitian tinjauan sistematis secara eksplisit.

Protokol tinjauan sistematis sama dengan protokol penelitian lainnya yang menjelaskan/menetapkan masalah yang sedang dikaji. Protokol tinjauan sistematis juga perlu dimodifikasi akibat masalah yang tidak terhindarkan yang dapat muncul saat penelitian berlangsung (Perestelo-Perez, 2012).

2.7.3 Penetapan Sumber Database dan Pengumpulan Artikel

Setelah pertanyan penelitian dan pengembangan protokol penelitian telah ditetapkan dengan jelas, langkah berikutnya adalah mencari sumber informasi primer sebagai bukti ilmiah untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut. Dalam mencari sumber informasi primer akan membutuhkan proses yang sistematis melalui penetapan database yang dibutuhkan. Setelah database ditetapkan, maka selanjutnya dapat ditetapkan kata kunci pencarian (Perestelo-Perez, 2012).

2.7.4 Seleksi Hasil Studi

Tinjauan sistematis memerlukan sumber informasi primer yang relevan dan berkualitas. Dengan demikian diperlukan seleksi hasil studi yang berguna untuk mempermudah dalam memeriksa hasil studi tersebut. Penyeleksian hasil studi ini pada dasarnya dilakukan dengan menetapkan kriteria inklusi dan eksklusi yang berdasarkan format PICOS dari pertanyaan penelitian (Perestelo-Perez, 2012).

2.7.5 Ekstraksi Data

Tahap ekstraksi data dalam proses tinjauan sistematis diperlukan untuk mendapatkan poin penting berupa data dari setiap artikel yang telah dikumpulkan.

Data yang didapatkan dapat diekstraksi dengan menggunakan format terstandar

21 Universitas Sumatera Utara untuk dilanjutkan dengan mengakses kualitas studi yang ditentukan (Perestelo-

Perez, 2012).

2.6.6 Sintesis Hasil Data Penelitian

Setelah data diekstraksi dari semua studi, maka dapat dilanjutkan dengan analisis dan sintesis data. Proses ini mencakup penggabungan, memadukan dan meringkas hasil setiap studi yang akan disertakan dalam hasil tinjauan sistematis.

Tujuannya adalah untuk memperkirakan dan menentukan kesimpulan dari pertanyaan penelitian yang telah ditetapkan diawal (Perestelo-Perez, 2012).

2.6.7 Penyajian Hasil

Hasil dari semua studi dirangkum dengan memberikan kesimpulan untuk menjawab perumusan masalah penelitian. Penyajian hasil harus memberikan ringkasan yang kuat dan dapat dipercaya dari bukti yang dapat diandalkan sehingga dapat memudahkan pembuat kebijakan untuk mengambil keputusan atau melakukan langkah penelitian berikutnya (Petticrew dan Helen, 2006).

22 Universitas Sumatera Utara BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah tinjauan sistematis kualitatif (qualitative systematic review) menggunakan teknik Preferred Reporting Items for Systematic

Reviews and Meta-analysis (PRISMA). Penelitian ini dilakukan dengan memformulasikan pertanyaan penelitian, menetapkan database dan kata kunci pencarian artikel, menyeleksi artikel yang relevan berdasarkan kriteria inklusi, mengekstraksi data, mensintesis hasil penelitian ekstrak tumbuhan yang memiliki aktivitas antihiperurisemia dalam menurunkan KAU pada hewan percobaan tikus dan mencit dengan berbagai penginduksi.

3.2 Identifikasi Pertanyaan Penelitian

Banyaknya penelitian eksperimental yang telah dilakukan untuk menguji khasiat ekstrak tumbuhan sebagai antihiperurisemia dengan hasil efektivitas yang bervariasi dari dosis yang bervariasi. Namun masih kurangnya pemanfaatan hasil penelitian oleh pengguna (the utilization of research results) atau penentu kebijakan, sehingga pertanyaan penelitian atau research question (RQ) adalah sebagai berikut:

RQ1: Apa saja jenis ekstrak tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai

antihiperurisemia berdasarkan variasi dosis ?

RQ2: Apa saja jenis ekstrak tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai

antihiperurisemia berdasarkan aspek efektivitas dan efisiensi ?

23 Universitas Sumatera Utara 3.3 Pencarian Literatur

3.3.1 Penetapan Sumber Database

Pencarian sumber informasi primer berupa artikel penelitian eksperimental dilakukan melalui sumber database Google Scholar dan Repository USU. Artikel yang diambil merupakan artikel dengan desain penelitian eksperimental yang dipublikasi pada rentang tahun 2011-2020.

3.3.2 Penetapan Kata Kunci

Kata kunci yang digunakan dalam mencari artikel penelitian eksperimental yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian, yaitu: “antihiperurisemia”, “ekstrak tumbuhan” “eksperimental”, dan “Indonesia”.

3.4 Penyeleksian Artikel yang Relevan

Penyeleksian artikel penelitian eksperimental dilakukan dengan cara menyeleksi berdasarkan judul, abstrak, metode dan isi dari artikel terkait ekstrak tumbuhan sebagai antihiperurisemia. Artikel yang tidak relevan dengan penelitian dikeluarkan dari data penelitian.

3.5 Pemilihan Artikel Penelitian yang Berkualitas

3.5.1 Kriteria Inklusi

Artikel yang dipilih harus memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut: a. Penelitian dalam artikel menggunakan ekstrak tumbuhan tunggal b. Membahas tumbuhan yang memiliki aktivitas antihiperurisemia c. Artikel bukan merupakan tinjauan sistematis (Review) d. Artikel dapat diakses secara lengkap e. Penelitian eksperimental menggunakan subjek hewan uji tikus putih jantan atau

mencit putih jantan f. Penelitian dalam artikel berfokus pada penurunan KAU

24 Universitas Sumatera Utara g. Penelitian menggunakan allopurinol sebagai pembanding

3.5.2 Kriteria Ekslusi

Artikel dieksklusi dengan kriteria sebagai berikut: a. Penelitian dalam artikel menggunakan ekstrak tumbuhan kombinasi b. Artikel membahas tumbuhan yang memiliki aktivitas selain antihiperurisemia c. Artikel merupakan tinjauan sistematis (Review) d. Data dan isi artikel tidak dapat diakses e. Penelitian menggunakan subjek manusia f. Penelitian pada artikel hanya berfokus pada skrining fitokimia g. Penelitian tidak menggunakan obat sintesis sebagai pembanding

3.6 Ekstraksi Data

Ekstraksi data dilakukan setelah diperoleh artikel yang didapatkan dengan mengikuti alur PRISMA yang dapat dilihat pada Gambar 3.1. Semua data dari masing-masing artikel penelitian eksperimental yang memenuhi kriteria inklusi kemudian diekstraksi untuk mengambil informasi yang dibutuhkan. Ekstraksi data dilakukan dengan menginput data penting menggunakan software Microsoft word dan Microsoft Excel meliputi: nama peneliti, tahun terbit artikel, judul penelitian, jenis ekstrak tumbuhan (objek penelitian), metode ekstraksi, kontrol positif, penginduksi yang digunakan, subjek penelitian, dosis ekstrak, serta rerata KAU setelah induksi dan rerata KAU akhir.

25 Universitas Sumatera Utara Database Google Scholar Database Repository USU (n = jumlah artikel) (n = jumlah artikel)

Total artikel (n = jumlah artikel)

Artikel diekslusi berdasarkan judul dan abstrak yang tidak relevan (n = jumlah artikel) - Tidak menggunakan ekstrak tumbuhan tunggal - Artikel tidak berfokus pada antihiperurisemia - Artikel merupakan tinjauan sistematis (Review) - Artikel tidak dapat diakses secara keseluruhan -

Jumlah artikel yang tersisa (n = jumlah artikel)

Artikel diekslusi melalui metode yang tidak tidak relevan (n = jumlah artikel) - Subjek penelitian bukan tikus dan mencit - Artikel tidak berfokus pada penurunan kadar asam urat - Jumlah artikel yang tersisa (n = jumlah artikel)

Artikel diekslusi melalui isi artikel yang tidak relevan (n = jumlah artikel) - Data yang dibutuhkan dalam artikel tidak lengkap - Penelitian tidak menggunakan Allopurinol sebagai pembanding

Total artikel yang memenuhi syarat inklusi (n = jumlah artikel) Gambar 3.1 Alur PRISMA penelitian

26 Universitas Sumatera Utara 3.7 Sintesis Hasil

Sintesis hasil dilakukan dengan menggunakan teknik naratif. Sintesil hasil dari penelitian ini yaitu dengan mengelompokkan data yang telah diekstraksi dari seluruh artikel penelitian eksperimental yang memenuhi kriteria inklusi. Pada tahap ini dilakukan pengelompokan data penting yang diperoleh dari setiap artikel penelitian sehingga selanjutnya dapat diambil kesimpulan yang dapat menjawab pertanyaan penelitian.

3.8 Penyajian Hasil

Setelah hasil dari semua data ekstrak tumbuhan disintesis kemudian dilakukan pembahasan hasil penelitian dalam bentuk laporan hasil tinjauan sistematis untuk menjawab rumusan permasalahan penelitian yang telah ditetapkan.

27 Universitas Sumatera Utara BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pencarian Artikel

Penelitian systematic review dengan judul “Tinjauan sistematis antihiperurisemia ekstrak tumbuhan Indonesia pada tikus dan mencit” merupakan studi literatur yang dilakukan dengan cara mengidentifikasi, menilai, dan menginterpretasi hasil dari penelitian-penelitian eksperimental yang telah dilakukan dan dipublikasi dalam bentuk artikel dan sumber informasi primer lainnya dengan topik penelitian mengenai ekstrak tumbuhan yang dapat menurunkan KAU darah pada hewan percobaan tikus putih dan mencit putih. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tumbuhan apa saja yang dapat berpotensi untuk menurunkan KAU berdasarkan aspek variasi dosis, efektivitas dan efisiensi.

Pencarian dan pengumpulan artikel serta sumber informasi primer dilakukan melalui database Google Scholar dan Repository USU. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian ini adalah “antihiperurisemia”, “ekstrak tumbuhan”,

“eksperimental”, dan “Indonesia”. Kata kunci “ekstrak tumbuhan” dan

“antihiperiurisemia” digunakan karena untuk mendapatkan artikel yang relevan untuk mengetahui ekstrak tumbuhan apa saja yang telah diteliti dan mempunyai khasiat dalam menurunkan KAU darah. Kata kunci “eksperimental” digunakan karena batasan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan pada hewan percobaan tikus dan mencit. Sedangkan kata kunci “Indonesia” digunakan karena banyaknya tumbuhan di Indonesia yang berkhasiat sebagai antihiperurisemia namun belum dikembangkan.

Tahun yang digunakan dalam pencarian artikel dimulai dari 2011-2020.

Pemilihan artikel 10 tahun terakhir bertujuan untuk mendapatkan referensi yang

28 Universitas Sumatera Utara terbaru (Novelty). Jumlah artikel yang didapatkan dari database google scholar adalah sebanyak 310 artikel dan jumlah artikel yang diperoleh dari database repository USU sebanyak 7 artikel. Dari total 317 artikel tersebut, kemudian dilakukan seleksi melalui judul dan abstrak yang tidak sesuai dan dipatkan artikel yang harus dieksklusi sebanyak 224 artikel (Diantaranya artikel yang tidak menggunakan ekstrak tumbuhan sebanyak 16 artikel, artikel tidak menggunakan ekstrak tunggal sebanyak 22 artikel, artikel yang tidak berfokus pada antihiperurisemia sebanyak 134 artikel, dan artikel yang tidak dapat diakses secara keseluruhan sebanyak 52 artikel). Total artikel yang tersisa setelah dieksklusi adalah 93 artikel. Artikel yang tersisa dilanjutkan dengan seleksi dari metode yang digunakan dalam penelitian dari masing-masing artikel dan didapatkan 45 artikel tereksklusi (Diantaranya penelitian metode penelitian pada artikel bukan merupakan metode eksperimental sebanyak 33 artikel dan artikel yang hanya berfokus pada skrining fitokimia sebanyak 12 artikel). Total artikel setelah dieksklusi adalah berjumlah 48 artikel. Dari total artikel tersebut sebanyak 32 artikel dieksklusi karena data yang dibutuhkan pada artikel tidak lengkap sebanyak

30 artikel dan artikel yang tidak menggunakan obat sintesis pembanding allopurinol sebanyak 2 artikel. Maka, total artikel yang memenuhi kriteria inklusi didapatkan sebanyak 16 artikel.

4.2 Hasil Ekstraksi Artikel

Semua data dari masing-masing artikel penelitian eksperimental yang memenuhi kriteria inklusi kemudian dilakukan ekstraksi untuk mengambil informasi yang dibutuhkan. Ekstraksi data dilakukan secara manual dengan menginput data penting meliputi: nama peneliti, tahun terbit artikel, judul penelitian, ekstrak tumbuhan (objek penelitian), metode ekstraksi, kontrol positif,

29 Universitas Sumatera Utara penginduksi yang digunakan, subjek penelitian, dosis ekstrak, serta rerata KAU setelah induksi dan rerata KAU akhir. Hasil penelitian berisi tentang uraian artikel penelitian yang telah dirangkum dan disajikan dalam bentuk tabel.

4.3 Ekstrak Tumbuhan yang dapat Menurunkan KAU Darah Pada Hewan Percobaan Berdasarkan Variasi Dosis

Berdasarkan hasil berbagai penelitian eksperimental yang telah dilakukan menggunakan hewan percobaan tikus putih jantan didapatkan 7 ekstrak tumbuhan yang mampu menurunkan KAU darah pada Tikus. Ekstrak tumbuhan tersebut terbagi dalam 5 dosis berbeda yang dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Ekstrak tumbuhan dengan efek antihiperurisemia pada hewan percobaan tikus putih berdasarkan variasi dosis Rerata Rerata KAU Persen Dosis KAU Akhir Ekstrak Penuruna (mg/kg Inducer setelah setelah Tanaman n KAU BB) induksi pemberia (%) (mg/dL) n ekstrak (mg/dL) Kalium Ekstrak Etanol oksonat + 70 12,33 4,23 65,69 Daun Kelor jus hati ayam Ekstrak Etil Asetat 100 Kafein 7,52 2,74 63,56 Tumbuhan Suruhan Ekstrak Etanol 100 Daun Kafein 3,06 1,91 37,58 Binahong

Ekstrak Etanol Jus hati 150 Herba Anting- ayam + 4,98 2,32 53,41 Anting kafein Jus hati ayam + jus Ekstrak Etanol kacang 150 Buah 4,85 3,95 18,55 panjang + Andaliman Kalium oksonat

30 Universitas Sumatera Utara Rerata Rerata KAU Persen Dosis KAU Akhir Ekstrak Penuruna (mg/kg Inducer setelah setelah Tanaman n KAU BB) induksi pemberia (%) (mg/dL) n ekstrak (mg/dL) Ekstrak Etanol Potassium 200 Rimpang 7,33 4,15 43,38 oksonat Temu Lawak

Ekstrak Etanol Kafein + jus 600 Rimpang 4,52 1,80 60,17 hati ayam Temu Putih Keterangan : K.A.U = Kadar Asam Urat Selain hewan percobaan tikus, berbagai penelitian eksperimental yang telah dilakukan menggunakan hewan percobaan mencit putih jantan didapatkan 9 ekstrak tumbuhan yang mampu menurunkan kadar asam urat darah pada mencit. Ekstrak tumbuhan tersebut terbagi dalam 7 dosis berbeda yang dapat dilihat pada Tabel 4.2 dibawah ini.

Tabel 4.2 Ekstrak tumbuhan yang dapat menurunkan KAU pada hewan percobaan mencit putih berdasarkan variasi dosis Rerata Rerata KAU Persen Dosis K.A.U. Akhir Ekstrak Penuruna (mg/kg Inducer setelah setelah Tananaman n KAU BB) induksi pemberian (%) (mg/dL) ekstrak (mg/dL) Ekstrak Etanol Daun Jus usus 7,40 Hijau 6,45 2,90 55,04 ayam Tumbuhan Pucuk Merah Ekstrak Kalium Etanol Daun 50 oksonat + 10,60 3,10 70,75 Mahkota hati ayam Dewa Jus hati Ekstrak ayam + 50 Etanol Biji 3,26 2,14 34,36 Potassium Alpukat oksonat

31 Universitas Sumatera Utara Rerata Rerata KAU Persen Dosis KAU Akhir Ekstrak Penuruna (mg/kg Inducer setelah setelah Tananaman n KAU BB) induksi pemberian (%) (mg/dL) ekstrak (mg/dL) Ekstrak 72,8 Etanol Buah Kafein 6,68 2,68 59,88 Naga Putih

Ekstrak Kalium 100 Etanol Daun 3,58 2,06 42,46 oksonat Cocor Bebek

Ekstrak Jus hati 195 Etanol Daun 5,77 4,51 21,83 ayam Bambu Tali Ekstrak Jus hati Etanol ayam + 250 4,72 3,58 24,15 Tumbuhan kalium Jelatang oksonat Ekstrak Jus hati 250 Etanol Daun 5,38 4,72 12,26 ayam Murbei

Ekstrak Potassium 400 Etanol Daun 3,40 2,04 40,00 oksonat Pegagan Keterangan : K.A.U = Kadar Asam Urat Dari kedua tabel diatas dapat dilihat bahwa masing-masing ekstrak tumbuhan memberikan hasil yang berbeda dalam menurunkan KAU darah pada hewan percobaan tikus putih dan mencit putih yang digunakan sebagai subjek penelitian. Adanya perbedaan efektivitas ekstrak tumbuhan dalam menurunkan

KAU pada masing-masing hewan percobaan dapat dipengaruhi oleh dosis ekstrak yang diberikan pada setiap penelitian dan berbedanya kandungan yang berpotensi sebagai antihiperurisemia dari masing-masing ekstrak tumbuhan. Dosis yang tertera pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 merupakan dosis efektif yang didapatkan dari

32 Universitas Sumatera Utara masing-masing hasil percobaan tersebut. Dimana dosis yang paling efektif dari masing-masing ekstrak tumbuhan adalah dosis terendah namun sudah memiliki potensi sebagai antihiperurisemia dan tidak memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan obat sintesis allopurinol yang digunakan sebagai kontrol positif.

Perbedaan penginduksi yang digunakan pada masing-masing percobaan akan mempengaruhi peningkatan KAU di dalam darah. Hal ini teradi karena bedanya mekanisme yang terjadi dari masing-masing penginduksi. Potassium oxonate akan menghambat enzim uricase yang akan mengubah asam urat menjadi alantoin sehingga KAU dalam darah meningkat (Mazzali dkk. 2011). Kafein dapat digunakan untuk meningkatkan KAU karena kafein merupakan alkaloid derivat xantin yang memiliki senyawa metil teroksidasi dan membentuk asam urat.

Sedangkan jeroan berupa hati ayam maupun usus ayam dapat meningkatkan KAU melalui metabolisme purin yang dihasilkan akan semakin meningkat. Selain itu, penginduksi yang menggunakan kombinasi tentu akan menghasilkan KAU yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan penelitian yang menggunakan penginduksi tunggal.

Pada penelitian yang menggunakan hewan percobaan tikus putih, dosis 70 mg/kg BB Ekstrak Etanol Daun Kelor (EEDK) merupakan dosis terendah dari seluruh ekstrak tumbuhan yang dapat menurunkan KAU darah. Penelitian tersebut dilakukan oleh Putra dkk. (2019), menjelaskan hasil bahwa EEDK dengan dosis 70,

140, dan 280 mg/KgBB mampu menurunkan KAU tikus putih kembali ke kadar normal dengan nilai persen penurunan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol positif allopurinol.

33 Universitas Sumatera Utara EEDK dosis 70 mg/kg BB tidak hanya merupakan dosis terendah namun juga merupakan ekstrak yang memiliki persentase penurunan KAU tertinggi sebesar 65,69% jika dibandingkan dengan dosis dan ekstrak tumbuhan lainnya yang memiliki aktivitas antihiperurisemia pada hewan percobaan tikus putih. Hal ini dapat memperkuat bahwa Ekstrak Etanol Daun Kelor memiliki potensi sebagai antihiperurisemia dan dapat dipertimbangkan untuk dikembangkan menjadi obat tradisional fitofarmaka.

Pada dosis 100 mg/kg BB terdapat dua jenis ekstrak yang dapat menurunkan

KAU pada tikus, yaitu: Ekstrak Etil Asetat Tumbuhan Suruhan (EEATS) dan

Ekstrak Etanol Daun Binahong (EEDB). Kedua jenis ekstrak ini menunjukkan hasil yang berbeda. Dimana EEATS dosis 100 mg/kg BB memiliki persentase penurunan

KAU yang lebih tinggi sebesar 63,56% dibandingkan dengan EEDB 10 mg/kg BB sebesar 37,58%. Penelitian EEATS memiliki rerata KAU seteleh induksi yang lebih tinggi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh perbedaan dosis penginduksi yang digunakan pada kedua penelitian tersebut. Pada penelitian ekstrak menggunakan daun

Binahong yang dilakukan oleh Lidinilla (2014), menggunakan penginduksi asam urat berupa kafein 3 mg/200 g BB. Sedangkan penelitian ekstrak menggunakan tumbuhan Suruhan yang dilakukan oleh Mawati (2017), menggunakan penginduksi kafein 54 mg/200 g BB. Perbedaan dosis penginduksi tersebut mempengaruhi KAU pada hewan percobaan tikus setelah dilakukan penginduksian.

Pada dosis 150 mg/kg BB juga terdapat dua jenis ekstrak yang dapat menurunkan KAU pada tikus namun memiliki persentase penurunan yang berbeda.

Penelitian Ekstrak Etanol Herba Anting-Anting (EEHAA) yang dilakukan oleh

Munthe (2016), didapatkan hasil persentase penurunan yang lebih besar yaitu

53,41% dibandingkan penelitian Ekstrak Etanol Buah Andaliman (EEBA) yang

34 Universitas Sumatera Utara dilakukan oleh Hutahuruk (2019), diperoleh hasil persentase penurunan sebesar

18,55%. Hal tersebut menunjukkan bahwa EEHAA memberikan penurunan KAU yang lebih besar.

Pada dosis 200 mg/kg BB pada Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak

(EERT) yang dilakukan oleh Megawati (2019), didapatkan hasil penelitian dan uji statistik yang disimpulkan bahwa ekstrak etanol rimpang temulawak demgan dosis

200 mg/kg BB memiliki kemampuan paling optimal dalam menurunkan KAU dibandingkan dengan dosis 50 mg/kg BB dan 100 mg/kg BB dengan persentase penurunan sebesar 43,03 % dan mempunyai efketivitas yang sebanding dengan kontrol positif (allopurinol).

Dosis 600 mg/kg BB pada Ekstrak Etanol Rimpang Temu Putih (EERTP) merupakan dosis ekstrak efektif tertinggi yang dapat menurunkan KAU pada tikus putih percobaan. Hasil statistik penelitian yang dilakukan oleh Andriani (2015), menunjukkan bahwa EERTP dosis 600 mg/kg BB dan kontrol positif allopurinol memiliki penurunan KAU yang tidak berbeda signifikan, tetapi berbeda signifikan dengan dosis EERTP 400 dan 800 mg/kg BB.

Pada penelitian yang menggunakan hewan percobaan mencit putih, juga didapatkan hasil yang bervariasi dari masing-masing ekstrak. Ekstrak tumbuhan dengan dosis ekstrak yang sama, dapat dibandingkan melalui persentase penurunan yang dihasilkan. Ekstrak dengan persentase penurunan paling tinggi berarti menurunkan KAU lebih banyak.

Pada dosis 7,40 mg/kg BB ekstrak etanol daun hijau tumbuhan pucuk merah yang dilakukan oleh Juwita dkk. (2017), didapatkan hasil bahwa aktivitas antihiperurisemia maksimal dari ekstrak bekerja pada dosis 7,40 mg/kg BB dengan

35 Universitas Sumatera Utara persentase penurunannya 55,04%. Persentase penurunan ini mendekati persentase penurunan allopurinol yaitu 64,29%.

Pada dosis 50 mg/kg BB, terdapat 2 ekstrak tumbuhan yaitu Ekstrak Etanol

Daun Mahkota Dewa (EEDMD) dan Ekstrak Etanol Biji Alpukat (EEBA). Dimana

EEDMD memiliki persentase penurunan KAU yang lebih besar dibandingakn

EEBA, yaitu sebesar 70,75%. Penelitian yang dilakukan tersebut membandingan dengan allopurinol dengan hasil bahwa ekstrak memiiki efek yang sama baiknya dalam menurunkan KAU dan menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna.

Pada dosis 72,8 mg/kg BB Ekstrak Etanol Buah Naga Putih (EEBNP) yang dilakukan oleh Amir (2018), bahwa EEBNP) berbeda nyata dibandingkan dosis

36,4 mg/kgBB dan 18,2 mg/kgBB, tetapi tidak berbeda dengan kontrol positif

(allopurinol).

Pada dosis 195 mg/kg BB Ekstrak Etanol Daun Bambu Tali (EEDBT) yang dilakukan oleh Novitasari (2015), melakukan penelitian dengan menguji 3 dosis yaitu: dosis 195, 390 dan 780 mg/kg BB. Hasil pengukuran KAU pada ketiga kelompok dosis ekstrak tersebut didapatkan persentase penurunan tertinggi pada

EEDRT dosis 195 mg/kg BB sebesar 46,56% dan berbeda signifikan dengan kontrol negatif.

Pada dosis 250 mg/kg BB terdapat 2 ekstrak tumbuhan yaitu Ekstrak Etanol

Tumbuhan Jelatamg (EETJ) dan Ekstrak Etanol Daun Murbei (EEDM). Dimana

EEJT memiliki persentase penurunan KAU yang lebih besar dibandingakn EEDM, yaitu sebesar 24,15%. Penelitian yang dilakukan Fadila (2020), disimpulkan bahwa allopurinol dan ekstrak jelatang memberikan pengaruh yang sama dalam menurunkan KAU darah. Sedangkan penelitian EEDM yang dilakukan Baity

36 Universitas Sumatera Utara (2015), menyimpulkan bahwa EEDM dosis 250 mg/kg memiliki persentase penurunan tertinggi dan berbeda signifikan dengan kontrol negatif.

Pada dosis 400 mg/kg Ekstrak Etanol Daun Pegagan (EEDP) yang dilakukan oleh Pratiwi (2015), memperlihatkan hasil bahwa suspensi EEDP dosis

400 mg/kg BB memiliki perbedaan signifikan terhadap kontrol negatif. Sedangkan kelompok perlakuan dengan suspensi EEDP 400 mg/kg BB dan suspensi EEDP 600 mg/kg BB tidak berbeda signifikan dengan kelompok yang diberikan suspensi allopurinol 10 mg/kg BB.

Dari 16 tumbuhan di atas Senyawa aktif yang diduga berperan dalam menurunkan KAU di dalam darah adalah senyawa flavonoid. Senyawa Flavonoid dilaporkan dapat menghambat kerja enzim xantin oxidase. Enzim xantin oksidase merupakan enzim yang mengubah hipoxantin menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat (Umamaheswari, 2013; Lin dkk., 2002).

4.4 Ekstrak Tumbuhan yang dapat Menurunkan KAU Darah Pada Hewan Percobaan Berdasarkan Efektivitas dan Waktu Panen

Dalam menentukan ekstrak tumbuhan yang efektif dan efisien untuk dikembangkan sebagai fitofarmaka antihiperurisemia baru, maka diperlukan beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan, antara lain: efektivitas ekstrak tumbuhan dalam menurunkan KAU pada percobaan, bagian tumbuhan yang digunakan, kemudahan dalam membudidaya tumbuhan, serta lamanya waktu panen untuk mendapatkan bagian tumbuhan yang dibutuhkan tersebut. Efektivitas masing-masing tumbuhan berdasarkan perserntase penurunan KAU pada hewan percobaan dapat dilihat pada Tabel 4.3.

37 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 Ekstrak tumbuhan yang dapat menurunkan KAU pada hewan percobaan berdasarkan efektivitas Dosis ekstrak Persentase Penurunan Ekstrak Tumbuhan (mg/kg BB) KAU (%) Ekstrak Etanol Daun Mahkota 50 70,75 Dewa Ekstrak Etanol Daun Kelor 70 65,69 Ekstrak Etil Asetat Tumbuhan 100 63,56 Suruhan Ekstrak Etanol Rimpang Temu 600 60,17 Putih Ekstrak Etanol Buah Naga Putih 72,8 59,88 Ekstrak Etanol Daun Hijau 7,40 55,04 Tumbuhan Pucuk Merah Ekstrak Etanol Herba Anting- 150 53,41 Anting Ekstrak Etanol Rimpang Temu 200 43,38 Lawak Ekstrak Etanol Daun Cocor 100 42,46 Bebek Ekstrak Etanol Daun Pegagan 400 40,00

Ekstrak Etanol Daun Binahong 100 37,58

Ekstrak Etanol Biji Alpukat 50 34,36 Ekstrak Etanol Tumbuhan 250 24,15 Jelatang Ekstrak Etanol Daun Bambu 195 21,83 Tali Ekstrak Etanol Buah Andaliman 150 18,55

Ekstrak Etanol Daun Murbei 250 12,26 Keterangan : K.A.U = Kadar Asam Urat

Dari Tabel 4.3 diatas, maka dapat dibagi menjadi 3 kelompok tumbuhan berdasarkan persentase penurunan KAU, yaitu kelompok tumbuhan dengan persentase penurunan KAU tinggi (>60%), persentase penurunan KAU sedang

(40%-60%), dan persentase penurunan KAU rendah (<40%).

38 Universitas Sumatera Utara Pada kelompok pertama, terdapat 4 ekstrak tumbuhan dengan persentase penurunan KAU >60%, yaitu: ekstrak etanol daun mahkota dewa, ekstrak etanol daun kelor, ekstrak etil asetat tumbuhan suruhan dan ekstrak etanol rimpang temu putih. Dimana 4 ekstrak tersebut menunjukkan penurunan KAU pada hewan percobaan yang tertinggi jika dibandingkan dengan ekstrak tumbuhan lainnya.

Dari keempat ekstrak tumbuhan tersebut juga memperlihatkan persentase penurunan KAU darah pada hewan percobaan yang tidak terlalu jauh walaupun masing-masing ekstrak diberikan dengan 4 dosis yang berbeda. Ekstrak etanol daun mahkota dewa dengan dosis 50 mg/kg BB sudah dapat menurunkan KAU dengan persentase 70,75%. Sedangkan ekstrak etanol rimpang temu lawak dengan dosis

600 mg/kg BB yang merupakan dosis paling tinggi diantara semua ekstrak tumbuhan namun menunjukkan persentase penurunan KAU yang lebih rendah.

Sedangkan 2 ekstrak lainnya, ekstrak etanol daun kelor dan ekstrak etil asetat tumbuhan suruhan juga menunjukkan dosis yang rendah namun sudah memperlihatkan persentase penurunan KAU yang lebih tinggi. Hal ini juga dapat memperkuat kedua ekstrak tersebut untuk dipertimbangkan sebagai tumbuhan yang efektif dan efisien untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai fitofarmaka antihiperurisemia.

Kelompok ekstrak tumbuhan dengan persentase penurunan KAU pada rentang 40%-60%, terdapat 6 ekstrak tumbuhan, yaitu: ekstrak etanol buah naga putih, ekstrak etanol daun pucuk merah, ekstrak etanol herba anting-anting, ekstrak etanol rimpang temulawak, ekstrak etanol daun cocor bebek dan ekstrak etanol daun pegagan. Keenam tumbuhan tersebut memperlihatkan dosis yang bervariasi namun masih memiliki persentase penurunan KAU yang lebih rendah dibandingkan kelompok pertama.

39 Universitas Sumatera Utara Sedangkan ekstrak tumbuhan dengan persentase penurunan KAU <40% terdapat 6 ekstrak tumbuhan yaitu: ekstrak etanol daun binahong, ekstrak etanol biji alpukat, ekstrak etanol herba jelatang, ekstrak etanol daun bambu tali. Ekstrak etanol buah andaliman, dan ekstrak etanol daun murbei. Keenam tumbuhan tersebut menunjukkan persentase penurunan KAU yang paling rendah, jika dibandingkan dengan 2 kelompok lainnya.

Selain dari aspek persentase penurunan KAU, dalam memilih tumbuhan yang akan dikembangkan sebagai antihiperurisemia, penting untuk mempertimbangkan dari aspek bagian tumbuhan yang akan digunakan serta waktu panen tumbuhan untuk dinilai efisiennya. Umumnya bagian tumbuhan berupa daun memiliki nilai ekonomis lebih tinggi dibandingkan bagian tumbuhan lainnya.

Karena daun pada tumbuhan umumnya dapat dipanen dalam jangka waktu 1-3 bulan sekali. Beberapa tumbuhan bahkan dapat dipanen daunnya dalam jangka waktu 3-4 minggu sekali bergantung pada kondisi pertumbuhan daun. Sedangkan bagian tumbuhan berupa buah dan biji memiliki waktu panen buah yang lebih lama.

Tabel 4.4 Ekstrak tumbuhan yang dapat menurunkan KAU pada hewan percobaan berdasarkan waktu panen Bagian Ekstrak Tumbuhan Tumbuhan yang Waktu Panen Digunakan Ekstrak Etanol Daun Mahkota Daun 1-2 bulan Dewa Ekstrak Etanol Daun Kelor Daun 2-3 bulan

Ekstrak Etanol Daun Murbei Daun 2-3 bulan Ekstrak Etanol Tumbuhan Herba 3 bulan Jelatang Ekstrak Etanol Daun Cocor Daun 3-4 bulan Bebek Ekstrak Etil Asetat Tumbuhan Herba 3-4 bulan Suruhan

40 Universitas Sumatera Utara Bagian Ekstrak Tumbuhan Tumbuhan yang Waktu Panen Digunakan Ekstrak Etanol Daun Hijau Daun 3-4 bulan Tumbuhan Pucuk Merah Ekstrak Etanol Herba Anting- Herba 3-4 bulan Anting Ekstrak Etanol Daun Pegagan Daun 3-4 bulan

Ekstrak Etanol Buah Naga Putih Buah 6 bulan

Ekstrak Etanol Daun Binahong Daun 8-11 bulan Ekstrak Etanol Rimpang Temu Rimpang 8-11 bulan Putih Ekstrak Etanol Rimpang Temu Rimpang 9-10 bulan Lawak Ekstrak Etanol Buah Andaliman Buah 1-2 tahun Ekstrak Etanol Daun Bambu Daun 1-3 tahun Tali Ekstrak Etanol Biji Alpukat Biji 5-8 tahun Keterangan : KAU = Kadar Asam Urat

Pada Tabel 4.4 diatas adalah informasi tambahan yang dibutuhkan untuk mengetahui tumbuhan yang memiliki efektifitas dan efisiensi untuk dipertimbangkan sebagai fitofarmaka antihiperurisemia. Parameter efisiensi yang digunakan adalah waktu panen tanaman. Hal ini diperlukan karena untuk mengembangkan fitofarmaka perlu memastikan ketersediaan bahan baku yang digunakan. Informasi waktu panen tersebut diambil dengan meninjau dari referensi seperti buku Tanaman Obat Populer, Budidaya Tanaman Obat Unggulan, dan Buku

Tumbuhan Obat dan Khasiatnya.

Pada Tabel 4.4 juga didapatkan bahwa ada 8 jenis tumbuhan yang menggunakan daun sebagai objek utama untuk dikembangkan, yaitu: tumbuhan mahkota dewa, tumbuhan daun kelor, tumbuhan pucuk merah, cocor bebek, pegagan, binahong, bambu tali dan juga tumbuhan murbei.

41 Universitas Sumatera Utara Selain bagian tumbuhan, kemudahan dalam membudidaya tumbuhan juga menjadi aspek selanjutnya yang perlu dipertimbangkan. Kemudahan tumbuhan untuk tumbuh dalam berbagai kondisi tanah, iklim, dan perawatannya yang mudah menjadi pilihan yang utama untuk dikembangkan karena dapat menguntungkan secara ekonomis dibandingkan tumbuhan yang memerlukan perawatan secara intensif.

Pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 juga dapat dilihat bahwa terdapat 2 tumbuhan yang menggunakan daun sebagai bahan dasar ekstrak dan memiliki persentase yang paling tinggi dan memiliki waktu panen yang lebih cepat diantara semua ekstrak lainnya, yaitu tumbuhan mahkota dewa dan tumbuhan daun kelor. Kedua tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang juga sangat mudah untuk dibudidaya karena tidak terlalu memerlukan perawatan yang intensif.

Pada tumbuhan mahkota dewa dapat diperbanyak dengan biji (generatif) dan pencangkokan. Tumbuhan ini dapat tumbuh di ketinggian antara 10-1.200 meter dpl. Pemeliharaan tumbuhan ini tergolong mudah karena dalam perawatannya membutuhkan penyiraman dengan air yang cukup, dipupuk dengan pupuk dasar, terutama pupuk organik dan dijaga kelembapan tanahnya. Tumbuhan mahkota dewa dapat ditanam ditempat yang cukup matahari dan sedikit terlindungi.

Daun mahkota dewa dapat dipanen dalam waktu 1-2 bulan sekali tergantung kondisi daun (Rukmana, 2016).

Sedangkan tumbuhan kelor merupakan tumbuhan liar yang berasal dari daerah Asia tropik. Di Indonesia, tumbuhan kelor banyak ditemukan tumbuh pada berbagai jenis tanah di dataran rendah sampai dataran tinggi, di lahan pekarangan, kebun, ladang, tepi jalan, dan pematang sawah, baik di tempat kering maupun basah, juga di tempat teduh dan terbuka. Namun, tumbuhan ini respons terhadap

42 Universitas Sumatera Utara pemeliharaan secara intensif walaupun pemeliharaan tumbuhan ini tidak menuntut perhatian yang serius. Tumbuhan kelor dapat dipanen pertama pada umur 3-4 bulan setelah tanam. Panen berikutnya dilakukan secara periodik tiap dua bulan sekali.

Pada tumbuhan kelor yang tumbuhnya subur dapat dihasilkan sebanyak 15-25 ton/ha atau setara dengan 1,5-2,5 ton/ha kelor kering (Saparinto, 2016).

Tumbuhan pucuk merah, cocor bebek, pegagan, binahong, bambu tali dan murbei sebenarnya juga merupakan tumbuhan yang tergolong mudah untuk dibudidaya. Namun, masih rendahnya persentase penurunan KAU oleh ekstrak yang ditunjukkan pada masing-masing percobaan (<60%) dibandingkan dengan tumbuhan mahkota dewa dan kelor (>60%) menjadikan tumbuhan tersebut sebagai kandidat tumbuhan yang efektif dan efisien.

43 Universitas Sumatera Utara BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian analisis sistematik ekstrak tumbuhan dengan aktivitas antihiperurisemia diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

a. Dari 16 artikel yang diinklusi didapat 16 tumbuhan dengan 12 variasi dosis

ekstrak (Dosis 7,40, 50, 70, 72,8, 100, 150, 195, 200, 250, 400 dan 600 mg/kg

BB) yang berpotensi sebagai antihiperurisemia yaitu daun hijau tumbuhan

pucuk merah, daun mahkota dewa, biji alpukat, daun kelor. buah naga putih,

herba suruhan, daun binahong, daun cocor bebek, herba anting-anting, buah

andaliman, daun bambu tali, rimpang temu lawak, herba jelatang, daun murbei,

daun pegagan dan rimpang temu putih.

b. Ekstrak tumbuhan yang efektif dalam aspek efektivitas dan efisiensi waktu

pemanenan tumbuhan adalah ekstrak etanol daun mahkota dewa dan ekstrak

etanol daun kelor.

5.2 Saran

Saran dari hasil penelitian ini yaitu dapat dilanjutkannya dengan melakukan tahap-tahap berikutnya dalam rangka hilirisasi fitofarmaka antihiperurisemia.

44 Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. Juliana I. 2018. Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Buah Naga Putih (Hylocereus undatus) terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah pada Mencit (Mus musculus). Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 16(2): 166- 171. Andriani, Y. 2015. Efek Ekstrak Etanol Rimpang Temu Putih (Curcuma zedoaria (Christtm.) Roscoe) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pada Tikus Putih Jantan yang Diinduksi Kafein dan Jus Hati Ayam. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Anies. 2018. Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Halaman 83-90. Anandagiri, D.A.W., I, B. Putra., dan Ni, G. Dwi. 2014. Pemanfaatan Teh Kombucha Sebagai Obat Hiperurisemia Melalui Penghambatan Aktivitas Xanthin Oksidase Pada Rattus novergicus. Jurnal Kimia. 8(2): 220-225. Apriani, A., Wisnu, C., Arsyik I. 2016. Efek Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) Scheff. Boerl.) Pada Mencit Putih (Mus musculus). Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia Ke-50. Samarinda. Halaman 96-103. Baity, N. 2015. Pengaruh Ekstrak Daun Murbei (Morus alba L.) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Mencit (Mus musculus L.) Jantan Balb-C dan Pemanfaatannya Sebagai Karya Ilmiah Populer. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Jember. Jember. Bettany, J. dan Saltikov. 2009. How to do a Systematic Literature Review in Nursing. United Kingdom: RCN Publishing Company. Halaman 5-7. Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 1, 9-10. Depkes RI. 2006. Pharmaceutical Care untuk Pasien Penyakit Arthritis Rematik. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Departemen Kesehatan RI. Halaman 932- 939. Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta: Ditjen POM. Halaman 73. Depkes RI. 2018. Laporan Nasional RISKESDAS 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI. Halaman 177- 179. Dipiro J.T., Talbert R.L., Yee G.C., Matzke G.R., Wells B.G.,and Posey L.M., 2015. Pharmacotherapy: A Patophysiologic Approach, 9th Edition. New York: Mc Graw Hill. Ernst, M.E., Clark, E.Z., dan Hawkins, D.W. 2008. Gout and Hyperuricemia. In Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach. 7th Edition. Editor: Joseph T. Dipiro. United States: The Mc Graw-Hill Companies. Halaman1539, 1543-1545. Fadilah, N.N. 2020. Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Taman Jelatang (Urtica dioca L.) pada Mencit. Health Information Jurnal Penelitian. 12(1): 2622- 5905. Hariana, A. 2008. Tumbuhan Obat & Khasiatnya Seri I. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 92-94. Hariana, A. 2009. Tumbuhan Obat & Khasiatnya Seri II. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 1-135.

45 Universitas Sumatera Utara Hariana, A. 2009. Tumbuhan Obat & Khasiatnya Seri III. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 20-138. Hutahuruk, E.O. 2019. Uji Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) Pada Tikus Putih Jantan yang Diinduksi Makanan Tinggi Purin dan Kalium Oksonat. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Juwita, R., Chairul S., Saibun S. 2017. Uji Aktivitas Antihiperurisemia Dari Daun Hijau Tumbuhan Pucuk Merah (Syzygium Myrtifolium Walp.) terhadap Mencit Jantan (Mus musculus). Jurnal Atomik. 02(1): 162-168. Katzung, B.G. 2002. Farmakologi: Dasar dan Klinik. Jilid 3. Diterjemahkan oleh: Bagian Farmak ologi Fakultas Kedokteran UNAIR. Jakarta: Salemba Medika. Halaman 492-493. Kumoro, A.C. 2015. Teknologi Ekstraksi Senyawa Bahan Aktif dari Tumbuhan Obat. Yogyakarta: Plantaxia. Halaman 1-9. Lidinilla, N.G. 2014. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Dalam Darah Tikus Putih Jantan yang Diinduksi dengan Kafeina. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Lin, C.M., Chen, C.S., Chen, C.T., Liang, Y.C., dan Lin, J.K. (2002). Molecular Modeling Of Flavonoids that Inhibits Xanthine Oxidase. Biochemical and Biophysical Research Communications. 294(2002): 167-172 Maisaldi, M. 2015. Uji Efek Penurunan Kadar Asam Urat Dari Ekstrak Etanol Daun Cocor Bebek (Bryophyllum pinnatum (Lam.) Oken) Pada Mencit Jantan. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Mariani, I., Saiful, S., dan Awaluddin, S. 2012. Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Herba Suruhan (Peperomia pellucida (L.) Kunth) pada Mencit Jantan. Journal of Pharmaceutics and Pharmacology. 1(1): 37-43. Mawati, I.D. 2017. Uji Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Etil Asetat Tumbuhan Suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) pada Tikus Putih Jantan yang Diinduksi Kafein. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Mazzali, M., Kanellis, J., Han, L., Feng, L., Yang, X.L., Chen, Q., Duk, H.K., Katherine, L., Gordon, W.S., Nakagawa, T., Hui Y.L., dan Richard J.J. (2001). Hyperuricemia Induces A Primary Renal Arteriolopathy in Rats By A Blood Pressure-independent Mechanism. Division of Nephrology, Baylor College of Medicine, Houston, Texas. Megawati, A., Sofa. Y. 2019. Uji Efek Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (Curcuma xanthoriza Roxb.) terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Tikus Wistar yang Diinduksi Potasium Oksonat Secara In Vivo. Cendekia Journal of Pharmacy. 3(2): 85-95. Moher D, Cook DJ, Eastwood S, Olkin I, Rennie D. (1994). Meningkatkan kualitas pelaporan meta-analisis uji coba terkontrol secara acak: Pernyataan QUOROM. Lancet. 354: 1896–1900. Murray, K. R., Granner, K. D., Rodwell, W. V. 2003. Biokimia Harper edisi 27. Jakarta: EGC. Halaman 387-390. Munthe, M.M. 2016. Uji Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Herba Anting- Anting (Acalypha indica Linn.) Pada Tikus Jantan. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

46 Universitas Sumatera Utara Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe, P.C., dan Fisher, B.D. 1995. Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi II. Jakarta: Penerbit Widya Medika. Halaman 418-420. Novitasari, A. 2015. Pengaruh Ekstrak Daun Bambu Tali (Gigantochloa apus (Schult. & Shult.f.) Kurz.) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah Mencit Jantan Balb-C (Mus musculus L.) Hiperurisemia dan Pemanfaatannya sebagai Karya Ilmiah Populer. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Jember. Jember. Perestelo-Perez, L. 2013. Standards on How to Develop and Report Systematic Reviews in Psychology and Health. International Journal of Clinical and Health Psychology. 13: 49-57. Petticrew, M., dan Helen R. 2006. Systematic Reviews in the Social Sciences. A Practical Guide. USA: Blackwell Publishing. Halaman 1-5. Pratiwi, S.A.W. 2015. Uji Efek Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Daun Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.) Pada Mencit Jantan. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Price, S.A., dan Wilson, L.M. 2006. Patofisiologi. Konsep klinis Vol. 2 Ed. 6; Terjemahan Dari Phatophysiology. Clinical Concepts Of Desease Processes. Ahli Bahasa: Peter Anugrah. Jakarta: EGC. Halaman 1402. Puspita, M. 2015. Efek Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Biji Alpukat (Persea americana Mill.) Pada Mencit Putih Jantan. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Putra, B.P., Rizqi N.A., Andi C. 2019. Potensi Ekstrak Etanol Daun kelor (Moringa oleifera L.) dalam Menurunkan Kadar Asam Urat Tikus Putih. Ad- Dawaa’J.Pharm.Sci. 2(2): 63-69. Rukmana, R., Herdi, Y. 2016. Budidaya & Pascapanen Tumbuhan Obat Unggulan.Yogyakarta: Lily Publisher. Halaman 24-423. Sanders, S., dan Robert, L.W. 2004. Gout. In Current Rheumatology Diagnosis & Treatment. United States: The McGraw-Hill Companies. Halaman 314. Siswanto. 2010. Systematic Review Sebagai Metode Penelitian Untuk mensintesis Hasil - Hasil Penelitian (Sebuah Pengantar). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Halaman 327-328. Tan, H.T., dan Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting. Edisi IV. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Halaman 341-343. Tortora, G.J., dan Derrickson, B. 2011. Principles of Anatomy and Physiology. 13th Edition. Volume I. Hoboken: John Wiley & Sons Inc. Halaman 322. Umameswari, M. (2013). Virtual Screening Analysis and In-vitro Xanthine Oxidase Inhibitory Activity of Some Commercially Available Flavonoids. Iran J Pharm Res. 12(3): 317–323 Saifudin A., Viesa R., Hilwan Y.T. 2011. Standarisasi Bahan Obat Alam. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 1-19. Saparinto C., Rini S. 2016. Your Own Medical Plant. Yogyakarta: Lily Publisher. Halaman 1-17. Shamley, D. 2005. Pathophysiology an Essential Text for the Allied Health Professions, USA: Elsevier Limited. Halaman 221. Swartz, M. K. (2010). A look back at research synthesis. Journal of Pediatric Health Care, 24(6), 355. Suiraoka, I.P. 2017. Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika. Halaman 116-127.

47 Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Database yang Digunakan dalam Pencarian Artikel

Database Google Scholar

Database Repository USU

48 Universitas Sumatera Utara Lampiran 2. Pencarian Artikel Melalui Alur PRISMA

Database Google Scholar Database Repository USU (n = 310) (n = 7)

Total artikel (n = 317)

Artikel diekslusi berdasarkan judul dan abstrak yang tidak relevan (n = 224) - Tidak menggunakan ekstrak tumbuhan (16) - Tidak menggunakan ekstrak tunggal (22) - Artikel tidak berfokus pada antihiperurisemia (134) - Artikel tidak dapat diakses secara keseluruhan (52) - Jumlah artikel yang tersisa (n = 93)

Artikel diekslusi melalui metode yang tidak tidak relevan (n = 45) - Metode penelitian pada artikel bukan metode eksperimental (33) - Artikel hanya berfokus pada skrining fitokimia (12)

Jumlah artikel yang tersisa (n = 48)

Artikel diekslusi melalui isi artikel yang tidak relevan (n = 32) - Data yang dibutuhkan dalam artikel tidak lengkap (30) - Penelitian tidak menggunakan pembanding obat sintesis pembanding (2)

Total artikel yang memenuhi syarat inklusi (n =16) - Artikel membahas ekstrak tumbuhan yang memiliki aktivitas antihiperurisemia - Artikel bukan merupakan systematic review - Penelitian tidak menggunakan ekstrak kombinasi tumbuhan - Penelitian menggunakan tumbuhan yang diekstraksi - Penelitian menggunakan hewan uji tikus putih jantan atau mencit putih jantan - Penelitian menggunakan pembanding obat sintesis allopurinol

49 Universitas Sumatera Utara Lampiran 3. Artikel yang Memenuhi Kriteria Inklusi

Artikel 1

50 Universitas Sumatera Utara Lampiran 3. Lanjutan

Artikel 2

51 Universitas Sumatera Utara Lampiran 3. Lanjutan

Artikel 3

52 Universitas Sumatera Utara Lampiran 3. Lanjutan

Artikel 4

53 Universitas Sumatera Utara

Lampiran 3. Lanjutan

Artikel 5

54 Universitas Sumatera Utara Lampiran 3. Lanjutan

Artikel 6

55 Universitas Sumatera Utara Lampiran 3. Lanjutan

Artikel 7

56 Universitas Sumatera Utara Lampiran 3. Lanjutan

Artikel 8

57 Universitas Sumatera Utara Lampiran 3. Lanjutan

Artikel 9

58 Universitas Sumatera Utara Lampiran 3. Lanjutan

Artikel 10

59 Universitas Sumatera Utara Lampiran 3. Lanjutan

Artikel 11

60 Universitas Sumatera Utara Lampiran 3. Lanjutan

Artikel 12

61 Universitas Sumatera Utara Lampiran 3. Lanjutan

Artikel 13

62 Universitas Sumatera Utara Lampiran 3. Lanjutan

Artikel 14

63 Universitas Sumatera Utara Lampiran 3. Lanjutan

Artikel 15

64 Universitas Sumatera Utara Lampiran 3. Lanjutan

Artikel 16

65 Universitas Sumatera Utara Lampiran 4. Hasil Ekstraksi Data Rerata Dosis Rerata K.A.U. Objek Subjek Ekstrak K.A.U. No Penulis/Judul Penginduksi setelah Kesimpulan Penelitian Penelitian (mg/kg Akhir induksi BB) (mg/dL) (mg/dL) 1 Juwita dkk. (2017)/Uji Ekstrak Jus usus Mencit putih 6,45 7,40 2,90 Dosis EEDPM yang Aktivitas Etanol ayam dosis jantan paling efektif dalam Antihiperurisemia dari Daun Hijau 15 g/Kg sebanyak 10 6,20 3,70 3,05 menurunkan KAU darah Daun Hijau Tumbuhan Tumbuhan BB ekor adalah dosis 7,40 mg/kg Pucuk Merah (Syzygium Pucuk 7,10 1,85 3,30 BB dengan persentase Myrtifolium Walp.) Merah penurunan sebesar terhadap Mencit (EEDPM) 55,04% 2 Fadilah (2020)/Aktivitas Ekstrak Jus hati Mencit putih 4,96 125 4,3 Dosis EETJ yang paling Antihiperurisemia Etanol ayam 300 jantan galur efektif dalam Ekstrak Tumbuhan Tumbuhan mg/kgBB Swiss webster 4,72 250 3,58 menurunkan KAU darah Jelatang (Urtica dioca Jelatang dan kalium sebanyak 25 adalah dosis 250 mg/kg L.) pada Mencit (EETJ) oksonat ekor 4,18 500 3,38 BB dengan persentase penurunan sebesar 73,7 % 3 Mawati (2017)/Uji Ekstrak Etil Kafein 300 Tikus putih 6,48 50 3,48 Dosis EEAS yang paling Aktivitas Asetat mg/kg BB jantan efektif dalam Antihiperurisemia Tumbuhan sebanyak 30 7,52 100 2,74 menurunkan KAU darah Ekstrak Etil Asetat Suruhan ekor adalah dosis 100 mg/kg Tumbuhan Suruhan (EEAS) 5,88 200 2,42 BB dengan persentase (Peperomia pellucida L. penurunan sebesar 63,56 Kunth) pada Tikus Putih % Jantan yang Diinduksi Kafein Keterangan : K.A.U = KAU 66 Universitas Sumatera Utara

Lampiran 4. Lanjutan Rerata Dosis Rerata K.A.U. Objek Subjek Ekstrak K.A.U. No Penulis/Judul Penginduksi setelah Kesimpulan Penelitian Penelitian (mg/kg Akhir induksi BB) (mg/dL) (mg/dL) 4 Hutahuruk (2019)/Uji Ekstrak Jus hati Tikus putih 5,87 75 5,05 Dosis EEBA yang Aktivitas Etanol ayam 100 jantan galur paling efektif dalam Antihiperurisemia Buah mg/kgBB + wistar 4,85 150 3,95 menurunkan KAU darah Ekstrak Etanol Buah Andaliman Jus kacang sebanyak 24 adalah dosis 150 mg/kg Andaliman (EEBA) panjang 100 ekor 6,67 300 6,2 BB dengan persentase (Zanthoxylum mg/kgBB + penurunan sebesar 48,3 acanthopodium DC) Kalium % Pada Tikus Putih Jantan Oksonat yang Dinduksi Makanan 0,5% (B/V) Tinggi Purin dan Kalium Oksonat 5 Apriani dkk. Ekstrak Kalium Mencit putih 8,30 25 4,0 Dosis EEDMD yang (2016)/Efek Etanol oksonat 300 betina paling efektif dalam Antihiperurisemia Daun mg/kg BB + sebanyak 21 10,6 50 3,1 menurunkan KAU darah Ekstrak Etanol Daun Mahkota suspensi hati ekor adalah dosis 50 mg/kg Mahkota Dewa Dewa ayam 1,25 9,0 75 3,6 BB dengan persentase (Phaleria macrocarpa) (EEDMD) g/kg BB penurunan sebesar 70,75 Scheff. Boerl.) pada 7,5 100 4,6 % Mencit Putih (Mus musculus) 7,4 125 3,7

Keterangan : K.A.U = KAU

67 Universitas Sumatera Utara Lampiran 4. Lanjutan Rerata Dosis Rerata K.A.U. Objek Subjek Ekstrak K.A.U. No Penulis/Judul Penginduksi setelah Kesimpulan Penelitian Penelitian (mg/kg Akhir induksi BB) (mg/dL) (mg/dL) 6 Putra (2019)/Potensi Ekstrak Kalium Tikus putih 12,33 70 4,23 Dosis EEDK yang Ekstrak Etanol Daun Etanol oksanat 250 sebanyak 15 paling efektif dalam Kelor (Moringa oleifera Daun Kelor mg/kgBB ekor 11,57 140 3,30 menurunkan KAU darah L.) dalam Menurunkan (EEDK) dan jus hati adalah dosis 70 mg/kg KAU Tikus Putih ayam 13,67 280 3,67 BB dengan persentase penurunan sebesar 63,20 % 7 Megawati (2019)/Uji Ekstrak Potassium tikus wistar 6,27 50 5,03 Dosis EERT yang paling Efek Ekstrak Etanol Etanol oksonat 250 sebanyak 36 efektif dalam Rimpang Temulawak Rimpang mg/kg BB ekor 6,38 100 4,53 menurunkan KAU darah (Curcuma xanthorrhiza Temulawak adalah dosis 200 mg/kg Roxb.) terhadap (EERT) 7,33 200 4,15 BB dengan persentase Penurunan KAU Tikus penurunan sebesar 45,04 Wistar yang Diinduksi % Potassium Oksonat Secara In Vivo 8 Novitasari Ekstrak Jus hati Mencit putih 5,77 195 4,51 Dosis EEDRT yang (2015)/Pengaruh Etanol ayam 25 jantan paling efektif dalam Ekstrak Daun Bambu Daun ml/kg BB sebanyak 25 5,23 390 4,46 menurunkan KAU darah Tali (Gigantochloa Bambu Tali ekor adalah dosis 195 mg/kg apus) terhadap (EEDRT) 6,15 780 5,57 BB dengan persentase Penurunan KAU Darah penurunan sebesar 46,56 Mencit Jantan % Keterangan : K.A.U = KAU 68 Universitas Sumatera Utara Lampiran 4. Lanjutan Rerata Dosis Rerata K.A.U. Objek Subjek Ekstrak K.A.U. No Penulis/Judul Penginduksi setelah Kesimpulan Penelitian Penelitian (mg/kg Akhir induksi BB) (mg/dL) (mg/dL) 9 Lidinilla (2014)/Uji Ekstrak Kafein 3 Tikus putih 3,06 50 1,91 Dosis EEDB yang Aktivitas Ekstrak Etanol Etanol mg/200g BB jantan galur paling efektif dalam 70% Daun Binahong Daun Sprague 3,08 100 1,83 menurunkan KAU darah (Anredera cordifolia Binahong Dawlwy adalah dosis 100 mg/kg (Ten) Steenis) terhadap (EEDB) sebanyak 36 3,1 200 1,75 BB dengan persentase Penurunan KAU dalam ekor penurunan sebesar 72,76 Darah Tikus Putih % Jantan yang Diinduksi dengan Kafeina 10 Baity (2015)/Pengaruh Ekstrak Jus hati Mencit putih 5,38 250 4,72 Dosis EEDM yang Ekstrak Daun Murbei Etanol ayam 25 jantan paling efektif dalam (Morus alba L.) Daun ml/kg BB sebanyak 25 4,85 500 4,4 menurunkan KAU darah terhadap Penurunan Murbei ekor adalah dosis 250 mg/kg KAU Mencit (Mus (EEDM) 4,10 750 3,93 BB dengan persentase musculus L.) Jantan penurunan sebesar 47,60 Balb-C dan % Pemanfaatannya sebagai Karya Ilmiah Populer Keterangan : K.A.U = Kadar Asam Urat

69 Universitas Sumatera Utara Lampiran 4. Lanjutan Rerata Dosis Rerata K.A.U. Objek Subjek Ekstrak K.A.U. No Penulis/Judul Penginduksi setelah Kesimpulan Penelitian Penelitian (mg/kg Akhir induksi BB) (mg/dL) (mg/dL) 11 Amir (2018)/Uji Ekstrak Kafein 15,6 Mencit jantan 6,76 18,2 4,94 Dosis EEBNP yang Efektivitas Ekstrak Etanol mg/kg BB sebanyak 25 paling efektif dalam Etanol Buah Naga Putih Buah Naga ekor 6,80 36,4 3,94 menurunkan KAU darah (Hylocereus undatus) Putih adalah dosis 72,8 mg/kg terhadap Penurunan (EEBNP) 6,68 72,8 2,68 BB dengan persentase KAU Darah pada penurunan sebesar 92,16 mencit (Mus musculus) % 12 Munthe (2016)/Uji Ekstrak Jus hati Tikus putih 4,86 100 3,12 Dosis EEHAA yang Aktivitas Etanol ayam 100 gr jantan paling efektif dalam Antihiperurisemia Herba / 100 mL + sebanyak 25 4,98 150 2,38 menurunkan KAU darah Ekstrak Etanol Herba Anting- Kafein 135 ekor adalah dosis 150 mg/kg Anting-Anting Anting mg/kg BB 4,88 200 2,34 BB dengan persentase (Acalypha indica Linn.) (EEHAA) penurunan sebesar 51,62 pada Tikus Jantan % 13 Pratiwi (2015)/Uji Efek Ekstrak Potassium Mencit putih 3,4 200 2,4 Dosis EEDP yang paling Antihiperurisemia Etanol oxonate 200 Jantan efektif dalam Ekstrak Etanol Daun Daun mg/kg BB sebanyak 25 3,4 400 2,04 menurunkan KAU darah Pegagan (Cantella Pegagan ekor adalah dosis 400 mg/kg asiatica (L.) Urb.) pada (EEDP) 3,4 600 1,96 BB dengan persentase Mencit Jantan penurunan sebesar 40,55 % Keterangan : K.A.U = Kadar Asam Urat

70 Universitas Sumatera Utara Lampiran 4. Lanjutan Rerata Dosis Rerata K.A.U. Objek Subjek Ekstrak K.A.U. No Penulis/Judul Penginduksi setelah Kesimpulan Penelitian Penelitian (mg/kg Akhir induksi BB) (mg/dL) (mg/dL) 14 Puspita (2015)/Efek Ekstrak Jus hati Mencit putih 3,26 50 2,14 Dosis EEBA yang Antihiperurisemia Etanol Biji ayam 50 g/ Jantan paling efektif dalam Ekstrak Etanol Biji Alpukat 100 mL + sebanyak 25 3,8 100 2,12 menurunkan KAU darah Alpukat (Persea (EEBA) 100 gr/100 ekor adalah dosis 50 mg/kg americana Mill.) pada mL + 3,82 200 2,00 BB dengan persentase Mencit Putih Jantan Potassium penurunan sebesar 35,29 oxonate % 0,8% 15 Andriani (2015)/Efek Ekstrak Kafein 135 Tikus putih 4,62 400 2,22 Dosis EERTP yang Ekstrak Etanol Rimpang Etanol mg/kg BB + jantan paling efektif dalam Temu Putih (Curcuma Rimpang jus hati sebanyak 25 4,52 600 1,80 menurunkan KAU darah zedoaria (Christtm.) Temu Putih ayam 10 ekor adalah dosis 600 mg/kg Roscoe) terhadap (EERTP) ml/kg BB 4,72 800 2,06 BB dengan persentase Penurunan Kadar Asam penurunan sebesar 60,17 Urat pada Tikus Putih % Jantan yang Diinduksi Kafein dan Jus Hati Ayam Keterangan : K.A.U = Kadar Asam Urat

71 Universitas Sumatera Utara Lampiran 4. Lanjutan Rerata Dosis Rerata K.A.U. Objek Subjek Ekstrak K.A.U. No Penulis/Judul Penginduksi setelah Kesimpulan Penelitian Penelitian (mg/kg Akhir induksi BB) (mg/dL) (mg/dL) 16 Maisaldi (2015)/Uji Ekstrak Kalium Mencit putih 3,56 50 2,58 Dosis EEDCB yang Efek Penurunan Kadar Etanol oksonat Jantan paling efektif dalam Asam Urat dari Ekstrak Daun Cocor dosis 200 sebanyak 25 3,58 100 2,06 menurunkan KAU darah Etanol Daun Cocor Bebek mg/kg BB ekor adalah dosis 100 mg/kg Bebek (Bryophyllum (EEDCB) 3,60 200 2,04 BB dengan persentase pinnatum (Lam.) Oken) penurunan sebesar 43,45 pada Mencit Jantan % Keterangan : K.A.U = Kadar Asam Urat

72 Universitas Sumatera Utara Lampiran 5. Pucuk Merah (Syzygium Myrtifolium Walp.)

Gambar Tumbuhan

Sumber Gambar : http://dekoruma.com/

Taksonomi Tumbuhan Kingdom : Plantae Sub Kingdom : Tracheobiota Super Divisio : Spermatophyta Divisio : Magnoliophyta Sub Divisio : Angiospermae Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Rosidae Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Sub Famili : Myrtoideae Genus : Syzygium Spesies : Syzygium Myrtifolium

73 Universitas Sumatera Utara Lampiran 6. Jelatang (Urtica dioca L.)

Gambar Tumbuhan

Sumber Gambar : http://dekoruma.com/

Taksonomi Tumbuhan Kingdom : Plantae Sub Kingdom : Tracheophytes Super Divisio : Spermatophyta Divisio : Magnoliophyta Sub Divisio : Angiospermae Kelas : Sub Kelas : Ordo : Rosales Famili : Urticaceae Genus : Urtica Species : Urtica dioca L.

74 Universitas Sumatera Utara Lampiran 7. Suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth)

Gambar Tumbuhan

Sumber Gambar : http://sehatq.com/

Taksonomi Tumbuhan Kingdom : Plantae Sub kingdom : Traceobionta Super Divisio : Spermatophyta Divisio : Magnoliaphyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Magnolidae Ordo : Piperales Genus : Peperomis Rulz & Pavon Spesies : Peperomia pullisida (L.) Kunth

75 Universitas Sumatera Utara Lampiran 8. Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

Gambar Tumbuhan

Sumber Gambar : http://greeners.co/

Taksonomi Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Sub Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Rutales Family : Rutaceace Genus : Zanthoxylum Spesies : Zanthoxylum acanthopodium DC

76 Universitas Sumatera Utara Lampiran 9. Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) Scheff. Boerl.)

Gambar Tumbuhan

Sumber Gambar : http://greeners.co/

Taksonomi Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Thymelaeaceales Famili : Genus : Phaleria Spesies : Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.

77 Universitas Sumatera Utara Lampiran 10. Kelor (Moringa oleifera L.)

Gambar Tumbuhan

Sumber Gambar : http://m.merdeka.com/

Taksonomi Tumbuhan Kingdom : Plantae Sub Kingdom : Tracheobionta Super Divisio : Spermatophyta Divisio : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Dilleniidae Ordo : Capparales Famili : Moringaceae Genus : Moringa Spesies : Moringa oleifera Lam.

78 Universitas Sumatera Utara Lampiran 11. Temu Lawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

Gambar Tumbuhan

Sumber Gambar : http://dictio.id/

Taksonomi Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Genus : Curcuma Spesies : Curcuma xanthorrhiza Roxb.

79 Universitas Sumatera Utara Lampiran 12. Bambu Tali (Gigantochloa apus)

Gambar Tumbuhan

Sumber Gambar : http://guaduabamboo.com/

Taksonomi Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Poales Famili : Gramineae Genus : Gigantolochoa Spesies : Gigantolochloa apus Kurz.

80 Universitas Sumatera Utara Lampiran 13. Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis)

Gambar Tumbuhan

Sumber Gambar : http://m4jin.wordpress.com/

Taksonomi Tumbuhan Kingdom : Plantae Sub Kingdom : Tracheobionta Super Divisio : Spermatophyta Divisio : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Hammelidae Ordo : Caryophyllales Famili : Basellaceae Genus : Anredera Spesies : Anredera cordifolia (Ten) Steenis

81 Universitas Sumatera Utara Lampiran 14. Murbei (Morus alba L.)

Gambar Tumbuhan

Sumber Gambar : http://darsatop.lecture.ub.ac.id/

Taksonomi Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledenoleae Ordo : Urticalis Famili : Moreceae Genus : Morus Spesies : Morus alba L.

82 Universitas Sumatera Utara Lampiran 15. Naga Putih (Hylocereus undatus)

Gambar Tumbuhan

Sumber Gambar : https://agrotek.id/

Taksonomi Tumbuhan Kingdom : Plantae Sub Kingdom : Tracheobionta Super Divisio : Spermatophyta Divisio : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Caryophyllales Famili : Cactaceae Sub Famili : Cactoideae Genus : Hylocereus Spesies : Hylocereus undatus

83 Universitas Sumatera Utara Lampiran 16. Anting-Anting (Acalypha indica Linn.)

Gambar Tumbuhan

Sumber Gambar : https://www.alihamdan.id/

Taksonomi Tumbuhan Kingdom : Plantae Sub Kingdom : Tracheobionta Super Divisio : Spermatophyta Divisio : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Rosidae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Acalypha Spesies : Acalypha indica Linn.

84 Universitas Sumatera Utara La mpiran 17. Pegagan (Cantella asiatica (L.) Urb.)

Gambar Tumbuhan

Sumber Gambar : https://pkht.ipb.ac.id/

Taksonomi Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisio : Tracheophyta Sub Divisi : Spermatophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Apiales Famili : Apiaceae Genus : Centella Spesies : Cantella asiatica (L.) Urban.

85 Universitas Sumatera Utara Lampiran 18. Alpukat (Persea americana Mill.)

Gambar Tumbuhan

Sumber Gambar : https://agrotek.id/

Taksonomi Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Ranales Famili : Lauraceae Genus : Persea Spesies : Persea americana Mill.

86 Universitas Sumatera Utara Lampiran 19. Temu Putih (Curcuma zedoaria)

Gambar Tumbuhan

Sumber Gambar : https://lifestyle.kompas.com/

Taksonomi Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Genus : Curcuma Spesies : Curcuma zedoaria (Berg.).Roscoe.

87 Universitas Sumatera Utara Lampiran 20. Cocor Bebek (Bryophyllum pinnatum)

Gambar Tumbuhan

Sumber Gambar : http://adiwiyatalabor.blogspot.com//

Taksonomi Tumbuhan Kingdom : Plantae Sub Kingdom : Tracheobionta Super Divisio : Spermatophyta Divisio : Magnoliophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Rosidae Ordo : Rosales Famili : Crassulaceae Genus : Bryophyllum Spesies : Bryophyllum pinnatum (Lam.) Oken.

88 Universitas Sumatera Utara