PEMAKNAAN PENONTON TERHADAP PENCITRAAN BAKAL CALON PRESIDEN DAN CALON WAKIL PRESIDEN MELALUI TAYANGAN KUIS

(Analisis Resepsi Pemaknaan Penonton Terhadap Pencitraan Bakal Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden -Hary Tanoesoedibyo melalui Tayangan “Kuis Kebangsaan” di RCTI)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 ( S-1) Pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

CINDY NATASYA CASTELLA 100904104

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Cindy Natasya Castella NIM : 100904104 Departemen : Ilmu Komunikasi Judul : Pemaknaan Penonton Terhadap Pencitraan Bakal Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Melalui Tayangan Kuis (Analisis Resepsi Pemaknaan Penonton Terhadap Pencitraan Bakal Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Wiranto- Hary Tanoesoedibyo melalui Tayangan “Kuis Kebangsaan” di RCTI)

Medan, Juli 2014

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Yovita Sabarina Sitepu, M.Si Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A

NIP. 198011072006042002 NIP. 195102191987011001

Dekan Fisip USU

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si

NIP. 196805251992031002

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika dikemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Cindy Natasya Castella

NIM : 100904104

Tanda Tangan :

Tanggal : Juli 2014

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Cindy Natasya Castella

NIM : 100904104

Judul : Pemaknaan Penonton Terhadap Pencitraan Bakal Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Melalui Tayangan Kuis (Analisis Resepsi Pemaknaan Penonton Terhadap Pencitraan Bakal Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Wiranto-Hary Tanoesoedibyo melalui Tayangan “Kuis Kebangsaan” di RCTI)

Hari/Tanggal : Pukul : Tempat :

Telah berhasil dipertahankan di depan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

MAJELIS PENGUJI

Ketua Penguji : ( )

Penguji I : ( )

Penguji II : ( )

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT dan juga junjungan besar Nabi Muhammad SAW atas berkat dan rahmatNya yang sangat besar peneliti dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. Penulisan skripsi ini yang berjudul “Pemaknaan Penonton Terhadap Pencitraan Bakal Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Melalui Tayangan Kuis (Analisis Resepsi Pemaknaan Penonton Terhadap Pencitraan Bakal Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Wiranto-Hary Tanoesoedibyo melalui Tayangan “Kuis Kebangsaan” di RCTI)” dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakuktas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Peneliti mempersembahkan skripsi ini sebagai tanda bukti perjuangan menyelesaikan kuliah S1, serta ucapan terimakasih yang tiada terhingga kepada kedua orang tua peneliti, Papa dan Mama tercinta, Ilham Adnin dan Zulita Indra Yani, atas rasa sayang dan cinta, telah mendukung sepenuhnya melalui doa yang diberikan kepada peneliti yang akhirnya dapat menyelesaikan skripsi. Tak lupa pula peneliti sampaikan rasa terima kasih kepada adik tercinta Chatrine Virginia Tamara, dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa dan semangat kepada peneliti. 2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi serta Ibu Dra. Dayana Manurung, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 4. Kak Yovita Sabarina Sitepu, M.Si selaku dosen pembimbing, yang dengan sabar dan bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan masukan-masukan bagi skripsi ini dan mendorong peneliti agar dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. 5. Bapak Dr. Iskandar Zulkarnain, M.Si selaku dosen pembimbing akademik selama peneliti menjalani masa perkuliahan.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 6. Bapak dan Ibu dosen Departemen Ilmu Komunikasi dan seluruh satf pengajar yang sudah begitu banyak memberikan ilmu pengetahuan dan proses administrasi selama kuliah. 7. Semua teman-teman Ilmu Komunikasi 2010 terutama Yesi Kusmasari, Adinda Meidina Lubis, Liza Rahma Fijri, Marina Azhari, Triansari Prahara dan Frydo Faisal Monardi Tanjung atas dukungannya. 8. Rizky Ramadhan yang memberi perhatian dan dukungan hati serta doa kepada peneliti. 9. Seluruh teman dan sahabat peneliti yang tidak dapat disebutkan satu persatu serta semua informan yang sudah meluangkan banyak waktu untuk peneliti selama proses wawancara.

Akhir kata, peneliti berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Medan, Juli 2014

Peneliti,

Cindy Natasya Castella

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai civitas akademika Universitas Sumatera Utara. Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Cindy Natasya Castella NIM : 100904104 Departemen : Ilmu Komunikasi Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Universitas Sumatera Utara Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non-ekxlusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Pemaknaan Penonton Terhadap Pencitraan Bakal Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Melalui Tayangan Kuis (Analisis Resepsi Pemaknaan Penonton Terhadap Pencitraan Bakal Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Wiranto-Hary Tanoesoedibyo melalui Tayangan “Kuis Kebangsaan” di RCTI) beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelolah dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan Pada Tanggal :

Yang Menyatakan

(Cindy Natasya Castella)

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Penelitian ini berjudul Pemaknaan Penonton Terhadap Pencitraan Bakal Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Melalui Tayangan Kuis (Analisis Resepsi Pemaknaan Penonton Terhadap Pencitraan Bakal Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Wiranto-Hary Tanoesoedibyo melalui Tayangan “Kuis Kebangsaan” di RCTI). Tujuan penelitian ini untuk melihat pemaknaan penonton terhadap pencitraan Wiranto dan Hary Tanoesoedibyo melalui tayangan Kuis Kebangsaan di RCTI, posisi penonton serta faktor-faktor yang mempengaruhi posisi penonton. Metode penelitian yang digunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis resepsi. Teori dasar yang digunakan adalah teori encoding- decoding yang ditemukan oleh Stuart Hall tentang bagaimana khalayak memproduksi sebuah pesan dari suatu teks media. Proses tersebut akan menghasilkan makna yang tidak selalu sama karena dipengaruhi oleh kapasitas setiap penonton. Data diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap empat informan dengan latar belakang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan Kuis Kebangsaan dimaknai oleh informan sebagai kuis yang menampilkan pencitraan dan promosi yang dilakukan oleh WIN-HT. Pemaknaan tersebut mempengaruhi posisi informan, dimana informan I berada pada Opositional Position, Informan II dan IV berada pada Negotiated Position dan informan III berada pada Dominant Position. Faktor-faktor yang mempengaruhi posisi penonton dilihat dari faktor latar belakang pendidikan, pekerjaan, dan pengetahuan lainnya terkait pencitraan dan politik.

Kata Kunci : Pencitraan, Kuis Kebangsaan, Pemaknaan Penonton, Analisis Resepsi

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara ABSTRACT

The study is titled Making of Attendance Against Presidential Candidates Imaging and Vice President Candidate Impressions Through Quiz (Making of audience reception analysis Imaging Candidate Against President and Vice Presidential candidate Wiranto-Hary Tanoesoedibyo through Impressions "Nationality Quiz" in RCTI). The purpose of this study to look at the meaning of the imaging audience Wiranto and Hary Tanoesoedibyo through Nationality Quiz show on RCTI, positioning the audience as well as the factors that influence the position of the audience. The method used qualitative methods to approach the analysis of the reception. The basic theory used is the encoding-decoding theory invented by Stuart Hall about how the audience produces a message of a media text. The process will produce a meaning that is not always the same as it is influenced by the capacity of each audience. Data was obtained through in-depth interviews of four informants with different backgrounds. The results showed Quiz Nationality interpreted by the informants as a quiz featuring imagery and promotion conducted by WIN-HT. The meanings influence the position of the informant, where the informant is at Opositional Position I, II and IV Informant is at Negotiated Position and informants III are the Dominant Position. The factors that influence the position of spectator views of the background factors of education, employment, and other related knowledge and political imagery. Keywords: Imaging, Quiz Nationality, The Making Spectator, Reception Analysis

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...... i LEMBAR PERSETUJUAN ...... ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...... iii HALAMAN PENGESAHAN ...... iv KATA PENGANTAR ...... v LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...... vii ABSTRAK ...... viii DAFTAR ISI ...... x DAFTAR GAMBAR ...... xii DAFTAR TABEL ...... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah ...... 1 1.2 Fokus Masalah ...... 13 1.3 Tujuan Penelitian ...... 14 1.4 Manfaat Penelitian ...... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Kajian ...... 15 2.2 Kajian Pustaka ...... 17 2.2.1 Komunikasi Massa ...... 19 2.2.1.1 Televisi ...... 22 2.2.1.2 Kuis ...... 23 2.2.2 Komunikasi Politik ...... 23 2.2.2.1 Pencitraan Politik ...... 25 2.2.3 Analisis Resepsi ...... 26 2.2.3.1 Khalayak Aktif ...... 31 2.2.3.2 Pemaknaan ...... 33 2.3 Model Teoritik ...... 34 2.3.1 Kerangka Pemikiran ...... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ...... 35 3.2 Subjek Penelitian ...... 35 3.3 Objek Penelitian ...... 36 3.4 Kerangka Analisis ...... 37 3.5 Teknik Pengumpulan Data ...... 37 3.6 Teknik Analisis Data ...... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...... 40 4.1.1 Deskripsi Kuis Kebangsaan ...... 40 4.1.2 Latar Belakang Informan ...... 42 4.1.3 Pemaknaan Penonton ...... 47 4.2 Pembahasan ...... 85

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...... 90 5.2 Saran ...... 91 5.2.1 Saran Penelitian dalam Kaitan Bidang Akademis ...... 91 5.2.2 Saran dalam Kaitan Bidang Akademis ...... 91 5.2.2 Saran dalam Kaitan Bidang Praktis ...... 92

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN - Transkip Wawancara Informan - Biodata Peneliti - Lembar Bimbingan Skripsi

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 1.1 Pembawa Acara dan Pilihan Huruf ……………… 2

1.2 Pengisi Acara dan Pertanyaan Kuis ……………... 2

2.1 Model Encoding-Decoding Stuart Hall ………….. 29

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 4.1 Kategori Latar Belakang Informan ……………….. 47 4.2 Kategori Pemaknaan Penonton Terhadap Kuis Kebangsaan di RCTI ……………………………… 60 4.3 Kategori Pemaknaan Penonton Terhadap Pencitraan WIN-HT melalui Kuis Kebangsaan di RCTI ……... 78

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah Kuis interaktif bertajuk Kuis Kebangsaan pertama kali tayang di salah satu stasiun televisi swasta nasional, yaitu RCTI (Rajawali Citra Televisi). Kuis yang dipandu oleh seorang pembawa acara wanita ini bertujuan untuk menguji pengetahuan dan wawasan peserta yang mengikuti kuis tentang seperti sejarah, geografi, pengetahuan umum, hingga hal-hal terbaru tentang Indonesia. Peserta yang ingin mengikuti kuis, bisa menghubungi langsung via telepon di nomor (021) 5360583 untuk daerah Jabodetabek (, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) atau (021) 5360582 untuk penelepon di luar Jabodetabek. Tetapi, seiring dengan berjalannya waktu sistem tersebut diubah dan tidak lagi langsung melalui telepon. Pembawa acara menjelaskan tata cara mengikuti kuis, dimana peserta kuis harus mendaftar terlebih dahulu di situs www.rcti.tv/winht, dengan mengisi nama, usia, nomor telepon, alamat, asal provinsi, serta pekerjaan. Pendaftar yang beruntung terpilih, kemudian akan dihubungi terlebih dahulu via telepon oleh tim “Kuis Kebangsaan”, untuk verifikasi data seputar nama lengkap, alamat lengkap sesuai KTP serta NPWP jika ada dan dijelaskan tentang tata cara mengikuti kuis saat on air, serta diberi tahu sedikit petunjuk tentang pertanyaan. Sehingga, pada saat kuis yang berdurasi hanya sekitar 5 menit tersebut tayang, waktu yang digunakan dapat lebih singkat. Jika pembawa acara mengatakan “WIN-HT”, maka penelepon harus menjawab dengan “Bersih, Peduli, Tegas”, kata-kata itulah yang menjadi password kuis tersebut. Selanjutnya, penelepon harus memilih huruf W, I, N, H, dan T yang telah tersedia dilayar televisi. Dimana, dalam huruf masing-masing berisikan pertanyaan yang akan ditanyakan kepada penelepon. Penelepon bisa meneruskan untuk menjawab pertanyaan jika sudah dengan benar mengucapkan password dan memilih salah satu huruf tersebut, setelah itu penelepon diberikan satu pertanyaan.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Gambar 1.1 Pembawa Acara dan Pilihan Huruf

Gambar 1.2 Pengisi Acara dan Pertanyaan Kuis

Sumber: article.wn.com

Pertanyaan berasal dari pihak penyelenggara kuis dan dibacakan bukan oleh pembawa acara, melainkan oleh perwakilan atau kandidat dari partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) yang setiap harinya berganti menjadi bintang tamu yang hadir menemani si pembawa acara. Bila jawaban benar, penelepon akan mendapat

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara hadiah yang telah disediakan oleh Kuis Kebangsaan berupa alat elektronik, alat memasak, handphone, sepeda motor hingga satu unit mobil yang dipersembahkan oleh WIN-HT, serta pajak ditanggung oleh penyelenggara kuis. Selanjutnya, si pemberi pertanyaan akan memberikan sedikit informasi seputar pertanyaan yang ditayangan pada kuis tersebut. Kuis Kebangsaan di RCTI setiap hari ditayangkan sejak 1 Oktober 2013, pada pukul 10.00 WIB dan 17.00 WIB. Namun, selama kurang lebih dua bulan, pada pagi harinya kuis tersebut tayang lebih cepat setengah jam dari tayangan sebelumnya menjadi pukul 09.30 WIB. Latar belakang tempat yang digunakan bertulisankan Kuis Kebangsaan dan berada di dalam studio. Warna yang umum ditampilkan bernuansa biru serta jingga dengan menampilkan visualisasi yang berganti-ganti. Selain itu, tersedia juga tempat khusus untuk meletakkan hadiah yang akan diberikan kepada penelepon yang menjawab pertanyaan dengan benar. Kuis lain yang tampilannya hampir sama dengan Kuis Kebangsaan, muncul di stasiun televisi Global TV bernama Indonesia Cerdas dan tayang setiap hari pada pukul 13.00 WIB dan 16.00 WIB. Tata cara kuis Indonesia Cerdas hampir sama dengan Kuis Kebangsaan, dimana penelepon terlebih dahulu mendaftar di situs www.globaltv.co.id/cerdas dan penelepon yang beruntung akan dihubungi oleh tim Kuis Indonesia Cerdas. Kuis ini juga menggunakan password “Bersih, Peduli, Tegas”, yang sama dengan password Kuis Kebangsaan di RCTI. Pertanyaan yang ditanyakan juga seputar pengetahuan umum, sejarah, geografi dan kabar terbaru tentang Indonesia dan yang memberi pertanyaan juga merupakan kandidat dari Partai Hanura. Kuis Kebangsaan lebih dahulu muncul dan disiarkan langsung di televisi daripada Kuis Indonesia Cerdas. Kuis Kebangsaan juga lebih dahulu menjadi perbincangan masyarakat karena password dan tagline yang mengusung slogan Partai Hanura dan disampaikan anggota pengurus partainya, dengan hadiah yang ditawarkan beragam hingga puluhan juta rupiah. Walaupun hampir sama, hal yang membedakan Kuis Indonesia Cerdas dengan Kuis Kebangsaan adalah kuis tersebut dikhususkan untuk para dosen, guru dan mahasiswa yang berprestasi. Hadiah yang dipersembahkan berupa dana pendidikan sebesar 1 hingga 5 juta

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara rupiah, yang bertujuan dapat membantu dana pendidikan untuk para dosen, guru atau mahasiswa tersebut. Kuis berhadiah yang muncul di televisi bisa memacu semangat penonton untuk menyaksikan atau menonton program acara tersebut. Berbagai cara untuk menaikkan citra individu dan partai terus dilakukan di sepanjang penghujung tahun 2013. Kemunculan mereka untuk perkenalan diri di media televisi berjalan sesuai dengan keinginan para kandidat. Hal ini dikarenakan, beberapa dari kandidat calon presiden maupun wakil presiden dari beberapa partai politik merupakan pemilik dari stasiun televisi tempat mereka memperkenalkan diri. RCTI dan Global TV merupakan stasiun televisi dibawah satu naungan pemilik yaitu Hary Tanoesudibjo. Ia lama berkecimpung sebagai pengusaha, tepatnya bisnis media penyiaran dan telekomunikasi. Perusahaan yang dimilikinya seperti Global Mediacom dan Bhakti Investama. Ia menjabat sebagai Presiden Direktur MNCTV, RCTI, serta komisaris PT Mobile-8 Telecom dan Indovision. Grup medianya juga mencakup Global TV, stasiun radio Trijaya FM, media cetak Harian Seputar Indonesia, majalah ekonomi dan bisnis Trust serta tabloid remaja Genie. Selain itu, ia juga memiliki situs online okezone.com. Jika ditotal secara keseluruhan, Hary Tanoesudibjo hingga saat ini sudah memiliki 18 TV lokal, 3 TV swasta, 22 radio, 1 surat kabar, 4 majalah, 2 tabloid serta 1 situs online yang hampir keseluruhan tersebar di seluruh Indonesia (http://m.merdeka.com/profil/indonesia/h/hary-tanoesoedibjo/). Hari Tanoe begitu banyak menguasai bisnis kepemilikan media, hal ini mempermudah beliau untuk melakukan beberapa kebijakan atas media yang dimilikinya. Salah satunya, Kuis Kebangsaan yang tayang di RCTI, kuis ini berkaitan erat dengan Hari Tanoe sebagai bakal calon Wakil Presiden RI dan pasangannya Wiranto sebagai bakal calon Presiden RI dari Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura). Hary Tanoesoedibjo resmi bergabung dengan Hanura pada Februari 2013 dan menduduki posisi Ketua Dewan Pertimbangan. Sesungguhnya, Hary belum lama berkecimpung di dunia politik. Karir politiknya dibangun akhir tahun 2011 ketika bergabung dengan Partai Nasional Demokrat (NasDem) pimpinan . Namun dengan alasan perbedaan pandangan mengenai struktur

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara kepengurusan partai, tiga bulan kemudian Hary mengundurkan diri dari partai NasDem dan bergabung dengan partai Hanura. Wiranto menjabat sebagai Ketua Umum Partai Hanura. Beliau mendirikan Partai Hanura pada akhir tahun 2006 dan deklarasinya dilakukan di Hotel Kartika Chandra, Jakarta. Selain sebagai politikus, Wiranto juga dikenal sebagai tokoh militer. Ia menjabat Panglima TNI di era berakhirnya masa kekuasaan Presiden Suharto pada tahun 1998. Wiranto pernah dua kali melaju pada pemilihan presiden dan wakil presiden, yaitu pada tahun 2004 dan 2009, namun gagal. Pada pemilihan presiden 2004, ia kalah di babak pertama bersama Salahuddin Wahid dan pada tahun 2009, Wiranto berpasangan dengan Jusuf Kalla juga mengalami kekalahan saat bersaing dengan dan Boediono (http://m.merdeka.com/profil/indonesia/w/wiranto/#). Pada 2 Juli 2013, Partai Hanura resmi mendeklarasikan Wiranto-Hary Tanoesoedibjo sebagai pasangan bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden pada pemilu 2014. Deklarasi dilakukan di Hotel Grand Mercure, Jl. Hayam Wuruk, Jakarta Pusat. Sejak resmi dideklarasikan, baik kegiatan individu, perkenalan partai Hanura, hingga kegiatan Hari Tanoe bersama Wiranto sudah banyak disiarkan di ketiga stasiun TV, yaitu MNCTV, RCTI, dan Global TV. Sekilas, memang tidak ada yang salah dengan tayangan Kuis Kebangsaan di RCTI tersebut. Bagi penonton yang menyaksikan tahu bahwa sponsor dari Kuis Kebangsaan adalah WIN-HT. Namun, sebagian penonton yang paham, pasti akan berfikir jika ini merupakan salah satu bentuk kampanye yang digalakkan oleh WIN-HT. Apalagi disertai dengan kata-kata “Bersih, Peduli, Tegas” yang memang slogan untuk pasangan bakal calon presiden dan wakil presiden dari Partai Hanura tersebut (http://m.tribunnews.com/nasional/2013/07/02/siang-ini- hanura-deklarasi-capres-cawapres-wiranto-ht). Kuis Kebangsaan merupakan kuis interaktif yang digunakan WIN-HT sebagai salah satu cara untuk memperkenalkan diri mereka, anggota partai dan partai. Cara seperti ini belum ada dilakukan oleh pihak lain untuk membentuk pencitraan dimata publik. Namun, karena menggunakan ruang dan frekuensi publik yang didalamnya ada peraturan penyiaran, hal ini membuat WIN-HT dianggap berlebihan oleh sebagian orang, hingga memunculkan pro dan kontra,

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara terlebih di jejaring sosial seperti twitter dan kaskus, juga banyak pihak-pihak yang mempelopori untuk menghentikan kuis ini dan mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Untuk menanggapi soal isu Kuis Kebangsaan tersebut, pihak dari MNC Group yang diwakili sekretaris perusahaan Arya Sinulingga, angkat bicara dan mengatakan bahwa, “Itu adalah iklan, sama seperti kuis-kuis yang lain seperti kuis liga sepakbola. Itu murni dari WIN-HT pribadi, bukan disponsori oleh Hanura. Kuis Kebangsaan bukan program internal RCTI, stasiun televisi yang berada dibawah bendera MNC, Kuis Kebangsaan WIN-HT murni iklan. Itu artinya, pasangan WIN-HT membeli slot iklan di RCTI yang dikemas dalam bentuk kuis. WIN-HT membiayai sendiri iklan tersebut secara pribadi, bukan dana partai. Walaupun HT merupakan pemilik MNC Group, iklan Kuis Kebangsaan tetap dipungut biaya. Aturan biaya iklan sesuai dengan ketentuan perusahaan MNC yang bersifat perseroan terbatas” (http://m.kompasiana.com/post/read/615623/1/dimana- letak-kesalahan-kuis-kebangsaan-win-ht-).

Pernyataan Wiranto di atas bisa diterima, jika dikaitkan dengan Peraturan KPI tentang Standar Program Siaran (SPS) Pasal 71 ayat 4 yang berbunyi, “program siaran dilarang dibiayai atau disponsori oleh peserta Pemilihan Umum dan/atau pemilihan Umum Kepala Daerah, kecuali dalam bentuk iklan.” Namun, tidak hanya sampai disitu, Kuis Kebangsaan yang selama ini sudah menuai pro dan kontra, melakukan sebuah kesalahan saat on air pada tanggal 7 Desember 2013. Kesalahan yang terjadi dimana, penelepon terlebih dahulu menjawab sebelum pertanyaan ditampilkan dan ditanyakan oleh si penanya secara langsung. Sejak saat itu, muncul dugaan “setting-an” yang dilakukan oleh Kuis Kebangsaan. Perihal dugaan “setting-an” dalam kuis tersebut, Wiranto angkat bicara usai orasi kebangsaan di salah satu hotel di Jakarta. Beliau mengatakan bahwa, “Hal tersebut benar, semua di-setting, saya kemari di-setting, tapi setting-an yang tidak melanggar undang-undang, diizinkan. Jangan hanya suka atau tidak suka terhadap sesuatu yang baik dan disalahkan, itu kuis mendidik bukan menjerumuskan. Sebelum iklan Kuis Kebangsaan WIN-HT ditayangkan, kru RCTI memang mengatur segala hal yang berkaitan, mulai dari ruangan, bintang tamu, pembawa acara, dan penanya agar acara yang tayangnya langsung dan singkat dapat tampil dengan baik” (http://m.kompasiana.com/post/read/615623/1/dimana-letak- kesalahan-kuis-kebangsaan-win-ht-).

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Pernyataan Wiranto tidak dengan mudah membuat masyarakat yang kontra menerima dengan begitu saja. Mereka terus mendesak KPI untuk melakukan tindakan terhadap kuis tersebut, hingga akhirnya KPI turun tangan. Dikutip dari situs pemberitaan online, KPI melakukan pemberhentian sementara terhadap kedua kuis tersebut. Diberitakan melalui situs resmi KPI, sanksi administratif untuk kedua kuis tersebut berlaku sejak 21 Februari 2014 hingga dilakukan perubahan atas materi dua program siaran tersebut. Sanksi penghentian sementara ini disampaikan oleh Ketua KPI Pusat Judhariksawan dalam sidang khusus penjatuhan saksi di kantor KPI Pusat, pada Kamis 20 Februari 2014. Akan tetapi, perwakilan dari RCTI dan Global TV tidak hadir dalam sidang ini meski telah diundang. Ketua KPI Pusat mengatakan, “KPI menjatuhkan sanksi setelah mengirimkan surat teguran tertulis kepada RCTI dan Global TV sebanyak dua kali”. Namun tidak ada perubahan materi siaran seperti yang diminta oleh KPI. KPI juga telah meminta kedua lembaga, untuk melakukan klarifikasi pada tanggal 13 Februari 2014. Sanksi ini diawali dari adanya pengaduan masyarakat, dari hasil pemantauan dan analisis KPI menemukan adanya pelanggaran atas Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS), dalam P3 pasal 11 Ayat 1 dan 2, SPS pada pasal 11 ayat 1 dan 2, serta pasal 71 ayat 3 (http://nasional.kompas.com/read/2014/02/21/0930004/KPI.Hentikan.Program.Ku is.Kebangsaan.dan.Indonesia.Cerdas). Adapun bunyi dari pasal-pasal yang dilanggar antara lain: • P3 Pasal 11 yang berbunyi, (1) lembaga penyiaran wajib memperhatikan kemanfaatan dan perlindungan untuk kepentingan publik, (2) lembaga penyiaran wajib menjaga independensi dan netralitas isi siaran dalam setiap program siaran, • SPS Pasal 11 yang berbunyi, (1) program siaran wajib dimanfaatkan untuk kepentingan publik dan tidak untuk kepentingan kelompok tertentu, (2) program siaran dilarang dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi pemilik lembaga penyiaran bersangkutan dan/atau kelompoknya, • SPS Pasal 71 yang berbunyi, (3) program siaran dilarang memihak salah satu peserta Pemilihan Umum dan/atau Pemilihan Umum Kepala Daerah (www.kpi.go.id). Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Ketua KPI Pusat, Judhariksawan juga menjelaskan tentang pelanggaran yang dilakukan dua program tersebut. Judha mengatakan bahwa, “Isi siaran yang dinilai bersifat tidak netral, dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi pemilik lembaga penyiaran dan kelompoknya, mengikutsertakan calon anggota legislatif dari Partai Hanura, juga menghadirkan Wiranto dan Hari Tanoesudibjo. Hal lain juga yang menjadi pelanggaran, adanya password “Bersih, Peduli, Tegas” yang merupakan tagline Partai Hanura. Untuk dapat menayangkan kembali kedua kuis tersebut, harus melakukan perubahan materi siarannya, yaitu dengan menghilangkan penyebutan WIN-HT, tagline Partai Hanura, serta tidak melibatkan pemilik lembaga penyiaran atau kelompoknya. KPI juga meminta RCTI dan Global TV untuk melaporkan upaya perbaikan kepada KPI Pusat sebelum menayangkan kembali program kuis tersebut”

Judha selaku ketua KPI Pusat berharap sanksi administratif dapat menjadi pelajaran bagi lembaga penyiaran lain. KPI sudah menjalin kesepakatan dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Banwaslu) untuk melakukan pengawasan penyiaran pemilu agar terhindar dari berbagai kecurangan (http://nasional.kompas.com/read/2014/02/21/0930004/KPI.Hentikan.Program.Ku is.Kebangsaan.dan.Indonesia.Cerdas). Kuis Kebangsaan tatap tayang di televisi setiap hari seperti biasa, walaupun sudah menerima teguran dan sanksi administratif dari KPI tertanggal 21 Februari 2014. Kuis tersebut tetap menampilkan pembawa acara wanita, penanya serta mempersembahkan berbagai hadiah. Materi penyiaran yang berbeda adalah si pembawa acara tidak lagi menyebutkan WIN-HT, serta password “Bersih, Peduli, Tegas”. Sebab, hal tersebutlah yang menurut Ketua KPI Pusat yang menjadi pelanggaran dalam kuis tersebut. Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan status sampai sekarang. Selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan segala kesederhanaannya. TVRI yang berada di bawah Departemen Penerangan, kini siarannya sudah dapat menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia. Sejak tahun

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 1989, TVRI mendapat saingan dari stasiun TV lainnya, yakni (RCTI) Rajawali Citra Televisi Indonesia yang bersifat komersial. Kemudian, secara berturut-turut berdiri stasiun televisi (SCTV) Surya Citra Televisi Indonesia, (TPI) Televisi Pendidikan Indonesia dan (ANTV) Andalas Televisi. Dengan kehadiran RCTI, SCTV, dan TPI maka dunia pertelevisian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan, baik dalam hal mutu siarannya maupun waktu penayangannya. Untuk lebih meningkatkan mutu siarannya pada pertengahan tahun 1993, RCTI telah mengudara secara nasional dan membangun beberapa stasiun transmisi di berbagai kota besar di Indonesia, seperti : Jakarta, Bandung, , Medan, Batam, dan daerah-daerah lain (Ardianto & Erdiyana, 2004: 127). Rajawali Citra Televisi (RCTI) yang hingga kini merupakan salah satu TV lembaga penyiaran swasta yang dimiliki oleh Indonesia sudah banyak menayangkan berbagai macam program siaran atau tayangan yang bisa dinikmati oleh seluruh penonton di Indonesia sejak tahun 1993. Mulai dari sinetron, berita, acara talent show, acara musik, infotainment, acara anak, acara religi, acara komedi, reality show, iklan, hingga kuis (www.rcti.tv/schedules), tetapi tidak hanya program acara tersebut, televisi kini menjadi sarana ajang perkenalan partai politik dan para kandidatnya untuk menaikkan citra diri. Kuis memiliki berbagai macam arti, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), kuis memiliki beberapa arti seperti ujian lisan atau tertulis yang singkat; acara hiburan di radio atau televisi yang berupa perlombaan adu cepat menjawab pertanyaan; daftar pertanyaan sederhana yang berhadiah di majalah atau dafatr pertanyaan yang berhadiah (kadang mengandung unsur dagang). Untuk di televisi, kuis berasal dari Bahasa Inggris “quiz” yang merupakan padanan kata atau sinomim untuk permainan teka-teki yang biasanya berhadiah. Kuis dikenal melalui acara televisi yang disiarkan secara rutin setiap pekan atau setiap hari. Televisi menyiarkan programnya secara universal, tetapi fungsi utamanya tetap hiburan. Kalaupun ada program-program yang mengandung segi informasi dan pendidikan, hanya sebagai pelengkap saja dalam rangka memenuhi kebutuhan alamiah manusia. Televisi juga memiliki beberapa ciri khusus yang berbeda dari jenis atau bentuk media lainnya. Sajian gandanya, yaitu gambar dan suara mengantarkan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara media ini pada posisi yang khas dan menarik. Inovasi terpenting yang terdapat pada televisi ialah kemampuan menyajikan komentar atau pengamatan langsung saat suatu kejadian berlangsung. Namun demikian banyak peristiwa yang perlu diketahui publik telah direncanakan sebelumnya, maka penambahan kadar aktualitas juga terbatas. Media televisi di Indonesia bukan lagi sebagai barang mewah. Kini media layar kaca tersebut sudah menjadi salah satu barang kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat untuk mendapatkan informasi. Dengan kata lain, informasi sudah merupakan bagian dari hak manusia untuk aktualisasi diri. Tahun 2014 diselenggarakan pesta demokrasi atau pemilihan umum (pemilu). Pemilu diadakan lima tahun sekali dan sebelumnya pada tahun 2009. Di akhir tahun 2013, para partai politik beserta kandidatnya berlomba-lomba untuk mempromosikan diri mereka kehadapan publik. Dimulai dari partai politik, calon legislatif, hingga ke calon presiden dan wakil presiden. Mereka semua menggunakan media untuk memperkenalkan diri dengan tujuan politik. Media yang digunakan adalah media massa, seperti media massa elektronik dan media massa cetak. Media dan politik sudah memiliki hubungan sejak lama, jauh sebelum ilmu politik menemukan jati dirinya sebagai ilmu yang berdiri sendiri dari filsafat. Kini media massa memainkan peranan yang sangat penting dalam proses politik, bahkan menurut Lichtenberg, media telah menjadi aktor utama dalam bidang politik. Ia membuat seseorang cemerlang dalam karier politiknya. Melalui media massa bisa diketahui aktivitas para politisi, tentang pikiran-pikirannya, pernyataan yang disampaikan, siapa yang menang dan siapa yang kalah, bagaimana strategi lawan, berapa uang yang ia habiskan selama kampanye, bagaimana tampang kandidat, apa yang ia janjikan kepada masyarakat, bagaimana kemampuan debat dan sebagainya (Cangara, 2009: 117). Komunikasi politik ialah suatu bidang atau disiplin yang menelaah perilaku dan kegiatan komunikasi yang bersifat politik, mempunyai akibat politik, atau berpengaruh terhadap perilaku politik. Dengan demikian, pengertian komunikasi politik dapat dirumuskan sebagai suatu proses pengoperan lambang- lambang atau simbol-simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan politik dari

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara seseorang atau kelompok kepada orang lain dengan tujuan untuk membuka wawasan atau cara berfikir, serta mempengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak yang menjadi target politik (Cangara, 2009: 35) Proses komunikasi politik tidak luput dari peran komunikasi massa. Banyak ahli yang mendefinisikan tentang komunikasi massa. Dari banyak definisi itu, ada benang merah kesamaan, yaitu pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa baik media cetak maupun media elektronik (Nurudin, 2003). Media cetak seperti surat kabar, majalah, dan berbagai media massa yang dicetak, sedangkan media elektronik seperti televisi, radio bahkan film. Dari semua media massa yang ada, televisi yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Untuk itu, televisi menjadi media sasaran yang saat ini gencar digunakan untuk mempromosikan partai politik serta calon presiden dan wakil presiden dari partai politik tersebut untuk melakukan pencitraan dan menarik hati masyarakat. Pencitraan menjadi tren yang sangat berkembang pesat saat ini. Pencitraan adalah suatu upaya pembentukan opini publik sesuai dengan harapan pihak yang melakukan pencitraan tersebut. Membentuk citra politik yang baik bagi khalayak merupakan salah satu tujuan dari komunikasi politik. Citra politik terbentuk berdasarkan informasi yang akan diterima, baik langsung maupun melalui media politik, termasuk media massa yang bekerja untuk menyampaikan pesan politik yang umum dan aktual (Arifin, 2003: 105). Namun, karena perkembangan pemikiran untuk menayangkan hal yang terbaru, muncul sebuah ide pencitraan melalui tayangan kuis. Pencitraan melalui kuis tersebut dimaksudkan untuk menaikkan citra para kandidat dan partai politik di mata publik. Praktik politik pencitraan bisa dilakukan sejak dini. Sebuah partai politik seharusnya punya sistem kaderisasi yang baik sehingga melahirkan tokoh politik yang kuat di masyarakat. Karakter yang kuat, kinerja yang baik, track record prestasi, dan mempunyai tujuan berpolitik yang jelas serta memiliki integritas menjadi modal utama dalam membangun personal branding. Tokoh utama, anggota parlemen, fungsionaris, kader maupun simpatisan sehingga publik yang tertarik dengan personal branding secara otomatis akan mengasosiasikan figur tersebut dengan partai politik.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Proses politik pencitraan bukan sekedar memoles wajah seseorang supaya karakternya semakin menguat, tetapi harus dibarengi dengan meningkatkan kualitas tokoh tersebut. Inilah sebenarnya pekerjaan rumah bagi partai politik. Akan tetapi, masih ada beberapa partai politik yang lebih senang memakai jalan pintas dengan memakai kepopuleran artis sebagai tokoh. Sebenarnya tidak ada yang salah, seorang artis masuk dalam kancah politik karena itu merupakan hak setiap orang dan justru akan memperkaya keanekaragaman diskusi dalam proses politik. Hal yang paling penting adalah mereka mempunyai kemampuan di dalam dunia politik. Tidak ada gunanya jika kepopuleran tanpa diimbangi dengan kualitas. Tokoh politik juga harus memiliki kepribadian yang hangat dan bisa mendekatkan dirinya dengan publik, tidak hanya dekat ketika menjelang pemilu, hendaknya kedekatan ini dibangun sejak dini sehingga tercipta kedekatan emosional. Tokoh tersebut sebaiknya juga bisa menjadi pendengar yang baik, yang mampu mendengarkan segala aspirasi dari publik. Tidak hanya di hadapan publik, tokoh tersebut juga harus mampu menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan oleh media dengan lugas. Kuis yang tayang di televisi, dipersembahkan untuk para penonton agar penonton dapat menikmatinya. Hal ini tentunya berkaitan dengan penonton yang akan memaknai maksud, bahasa maupun ideologi yang disampaikan. Teks media mendapatkan makna hanya pada saat penerimaan (resepsi), yaitu pada saat mereka dibaca, dilihat dan didengarkan. Dengan kata lain, penonton dilihat sebagai produser makna dan bukan hanya konsumen konten media, dalam hal ini, penonton memaknai teks media sesuai dengan latar belakang budaya dan pengalaman subyektif yang mereka alami dalam kehidupan. Sehingga, satu teks media akan menimbulkan banyak makna dalam sebuah teks yang sama. Setiap teks mengandung ideologi yang menjadikan pentingnya kajian resepsi. Studi analisis yang mencoba memberikan sebuah makna atas pemahaman teks media (cetak, elektronik, internet) dengan memahami bagaimana karakter teks media dibaca oleh khalayak (Hadi, 2009). Peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai analisis resepsi yaitu pemaknaan penonton terhadap pencitraan WIN-HT melalui tayangan Kuis

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Kebangsaan di RCTI, yang sudah banyak mengalami pro dan kontra diberbagai kalangan penikmat televisi, atas dasar penjelasan di atas. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan alasan agar peneliti dapat menyelami lebih dalam pola pikir khalayak dalam memaknai pencitraan politik yang ditampilkan WIN- HT dalam Kuis Kebangssan tersebut. Hal ini bertujuan agar dapat memperoleh data yang mendalam dan menyeluruh, sehingga dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan. Hasil penelitian kualitatif tidak dapat digeneralisasikan. Penelitian kualitatif selalu mengasumsikan setiap individu, budaya, latar adalah unik dan penting untuk mengapresiasi keunikan. Berdasarkan penjelasan tersebut, pemaknaan setiap informan pasti berbeda, maka dengan menggunakan metode kualitatif penelitian ini diharapkan dapat memunculkan temuan-temuan yang berbeda dari perbedaan karakteristik informan (Moleong, 2000). Penelitian ini akan melihat faktor-faktor apa yang mempengaruhi penonton sebagai khalayak aktif dalam memaknai kuis tersebut. Selain itu, penelitian tentang resepsi pada tayangan televisi memang sudah banyak, tetapi belum ada yang membahas tentang pencitraan politik yang ditayangkan melalui kuis di televisi. Penelitian-penelitian sebelumnya banyak membahas tentang analisis resepsi pemaknaan penonton terhadap film, dan sebagainya.

1.2 Fokus Masalah Berdasarkan uraian konteks masalah diatas, maka fokus masalah yang akan diteliti lebih lanjut adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah Pemaknaan Penonton Terhadap Pencitraan Bakal Calon Presiden dan Wakil Presiden Wiranto-Hary Tanoesoedibjo melalui Tayangan Kuis Kebangsaan di RCTI?”

1.3 Pembatasan Masalah Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup dapat lebih jelas, terarah serta tidak mengaburkan penelitian. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah: 1. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan studi resepsi.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 2. Subjek penelitian ini adalah orang-orang yang memiliki latar belakang berbeda dan pernah menonton Kuis Kebangsaan di RCTI. 3. Masalah yang diteliti adalah mengenai pemaknaan penonton terhadap pencitraan bakal calon presiden dan wakil presiden Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo melalui tayanagn Kuis Kebangsaan di RCTI. 4. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga April 2014.

1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini, antara lain: a. Untuk mengetahui bagaimana pemaknaan penonton terhadap pencitraan bakal calon presiden dan wakil presdien Wiranto-Hary Tanoesodibjo melalui tayangan Kuis Kebangssan di RCTI. b. Untuk mengetahui posisi penonton terhadap pencitraan bakal calon presdien dan wakil presiden Wiranto-Hary Tanoesoedibjo melalui tayangan Kuis Kebangsaan di RCTI. c. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi posisi penonton.

1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini, antara lain: a. Secara akademis, penelitian ini dapat memperkaya keanekaragaman wacana penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU dan diharapkan dapat memberikan sumbangan penelitain bagi pembacanya. b. Secara teoritis, dapat memperkaya pengetahuan dan wawasan bagi peneliti, mahasiswa, serta masyarakat luas mengenai pencitraan politik pada media massa. c. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan dan masukan bagi penelitian, dalam memahami pencitraan politik pada media massa.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB II URAIAN TEORITIS

2.1 Paradigma Kajian Teori kritis berasal dari paham atau ajaran marxisme, hasil pemikiran Karl Max dan Friedrich Engels, yang pada abad ke-19 menulis sejumlah teori yang mempertanyakan tata cara masyarakat yang dominan. Pemikiran keduanya memberikan pengaruh besar terhadap semua cabang ilmu pengetahuan sosial, termasuk komunikasi (Morissan dkk, 2010: 155). Teori kritis lahir sebagai koreksi dari pandangan konstruktivisme yang kurang sensitif pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun intitusional. Analisis teori kritis tidak dipusatkan pada kebenaran/ketidakbenaran struktur tata bahasa atau proses penafsiran seperti konstruktivisme. Analisis kritis menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Individu tiak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikirannya, karena sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat. Bahasa komunikasi tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak di luar diri si pembicara. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi tertentu di dalamnya. Oleh karena itu, analisis dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam proses komunikasi: batasan-batasan apa yang diperkenankan, perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan (Ardianto & Q-Anees, 2007: 167). Baran (dalam Morissan dkk, 2010: 151-152), mengatakan jika teori kritis memiliki karakteristik yang sama, yaitu sebagai berikut: • Teori-teori itu cenderung bersifat meluas (microscopic), yaitu menguji efek-efek media secara luas dan bersifat budaya. • Teori kebudayaan kritis diakui secara terbuka memiliki motif-motif politik yang didasarkan atas ajaran neo-marxis, orientasi ajaran ini berdasarkan politik aliran kiri. • Tujuan penganut teori ini adalah mendorong perubahan dalam hal kebijakan pemerintah atas media, dan pada akhirnya mendorong perubahan pada media dan sistem kebudayaan. Teori ini beranggapan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara bahwa media massa yang mendukung mereka yang berkuasa (pemilik set) haruslah berubah. • Teori kebudayaan kritis menyelidiki bagaimana kelompok elit menggunakan media massa untuk mempertahankan kekuasaan dan posisi istimewa mereka. Isu-isu, seperti kepemilikan media, hubungan pemerintah dengan media, serta persoalan keterwakilan pekerja dan kelompok-kelompok yang belum terwakili dalam manajemen media selalu menjadi tema-tema penelitian penganut teori ini karena mereka selalu memusatkan perhatian pada penerapan atau penggunaan kekuasaan.

Media massa berfungsi memberikan pembenaran (justifikasi) dan mendukung status quo dengan mengorbankan masyarakat merupakan gagasan yang dimiliki teori kritis. Para pendukung teori ini percaya bahwa masyarakat ditindas oleh pemilik modal, yaitu mereka yang menguasai alat produksi; tanah dan pabrik. Masyarakat juga ditindas oleh mereka yang mengontrol kebudayaan, yaitu lembaga supersturktur yang tidak lain adalah media massa. Teori budaya kritis juga memberikan perhatian pada bagaimana faktor ekonomi dan berbagai faktor lainnya memengaruhi isi media massa yang menghasilkan distorsi dan bias terhadap isi berita dan liputan berita sehingga menguntungkan mereka yang berkuasa (Morissan dkk, 2010: 153). Tiga asumsi dasar teori kritis, pertama, semuanya menggunakan prinsip- prinsip dasar ilmu sosial interpretif, di mana ilmuan kritis menganggap perlu untuk memahami pengalaman orang dalam konteks. Secara khusus pendekatan kritis bertujuan untuk menginterpretasikan dan karenanya memahami bagaimana berbagai kelompok sosial dikekang dan ditindas. Kedua, pendekatan ini mengkaji kondisi-kondisi sosial dalam usahanya untuk mengungkap struktur-struktur yang sering kali tersembunyi. Kebanyakan teori kritis mengajarkan bahwa pengetahuan adalah kekuatan untuk memahami tindakan untuk mengubah kekuatan penindas. Ketiga, pendekatan kritis secara sadar berupaya untuk menggabungkan teori dan tindakan. Teori-teori tersebut jelas normatif dan bertindak untuk mencapai perubahan dalam berbagai kondisi yang mempengaruhi hidup kita (Senjaya, dkk: 2007: 9.33). Tugas dari teori kritis adalah mengungkap kekuatan-kekuatan penindas dalam masyarakat melalui analisis dialektika. Masyarakat biasanya merasakan semacam tatanan yang muncul di permukaan dan pekerjaan teori kritis adalah untuk menunjukkan dasar pemikiran dari kekuatan-kekuatan yang saling Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara berlawanan. Hanya dengan melihat dialektika dari kekuatan-kekuatan yang saling berlawanan yang membentuk suatu sintesis atau tatanan maka orang dapat diberi kebebasan untuk mengubah tatanan yang ada. Jika tidak, mereka akan tetap terasing satu sama lain dan dari masyarakat secara keseluruhan (Senjaya dkk, 2007: 9.34). Teori kritis menganggap bahwa pengalaman manusia tidak terpisahkan dari percakapan dan teks yang tertanam di dalamnya. Pengalaman itu sendiri adalah bahasa. Bahasa dari budaya menentukan pengalaman dan menciptakan suatu bias atau cara untuk memahami. Teks memang berbicara, tetapi orang selalu membaca teks dari sudut pandang lingkungan historis dimana ia hidup dan berfikir. Sering kali lingkungan tersebut terdiri dari kekuatan-kekuatan yang menghancurkan dan menindas manusia. Bentuk-bentuk bahasa yang dominan dan media komunikasi dapat mencegah kelompok tertentu dari partisipasi dalam struktur-struktur kendali masyarakat. Dalam masa sekarang, beberapa orang beranggapan penindasan dapat dilihat dalam struktur ekonomi, media komunikasi, dan hubungan gender (Senjaya dkk, 2007: 9.40). Pada bidang komunikasi, penganut tradisi kritis secara khusus menunjukkan ketertarikannya pada bagaimana pesan dapat mendukung penindasan di masyarakat. Walaupun para pendukung teori kritis tertarik pada tidakan sosial, namun mereka juga fokus pada wacana dan teks yang mendukung atau mempromosikan ideologi tertentu; mendukung kekuasaan tertentu; mendukung untuk mengurangi atau meniadakan kepentingan kelompok atau kelas masyarakat tertentu (Morissan & Wardhany, 2009: 41).

2.2 Kajian Pustaka Suatu penelitian di dalamnya terdapat teori yang memiliki peran sebagai pendorong pemecah masalah. Setiap penelitian sosial memerlukan teori, karena salah satu unsur yang paling besar peranannya dalam penelitian adalah teori (Singarimbun, 1995). Pengertian lain menyebutkan bahwa teori adalah seperangkat konsep, penjelasan, dan prinsip yang terorganisasi mengenai beberapa aspek pengalaman manusia (Baran & Davis, 2010: 13).

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Istilah ‘komunikasi’ sudah sangat akrab di telinga, namun membuat definisi mengenai komunikasi ternyata tidaklah semudah yang diperkirakan. Stephen W. Littlejohn mengatakan bahwa: communication is difficult to define. The word is abstrak and, like most terms, posses numerous meanings (komunikasi sulit untuk didefinisikan. Kata komunikasi bersifat abstrak, seperti kebanyakan istilah, memiliki banyak arti) (Morissan & Wardhany, 2009: 4-5). Para ahli telah melakukan berbagai upaya untuk mendefinisikan komunikasi, namun membangun suatu definisi tunggal mengenai komunikasi terbukti tidak mungkin dilakukan. Frank Dance (dalam Morissan & Wardhany, 2009: 5) melakukan terobosan penting dalam upaya memberikan klasifikasi terhadap pengertian komunikasi. Dance mengajukan sejumlah elemen dasar yang digunakan untuk membedakan komunikasi. Ia menemukan tiga hal yang disebutnya dengan ‘diferensiasi konseptual kritis’ (critical conceptual differentiation) yang membentuk dimensi dasar teori komunikasi yang terdiri atas: 1. Dimensi Level Observasi (Level of Observation) Menurut Dance, beberapa definisi mengenai komunikasi bersifat sangat luas, sementara definisi lainnya bersifat terbatas, misalnya definisi komunikasi yang menyatakan komunikasi adalah the process that links discontinuous parts of the living world to one another (proses yang menghubungkan bagian- bagian yang terputus dari dunia yang hidup satu sama lainnya) dinilai sebagai definisi yang terlalu umum atau luas. Sebaliknya, definisi yang menyatakan communication as the means of sending military messages, order setc, as by telephone, teleghraph, radios, couries (komunikasi adalah alat untuk mengirim pesan militer, perintah dan sebagainya melalui telepon, telegraf, radio, kurir) sebagai terlalu sempit (Morissan & Wardhany, 2009: 5). 2. Dimensi Kesenjangan (Intentionality) Definisi yang dikemukakan para ahli sebagian hanya memasukkan faktor pengiriman dan penerimaan pesan yang memiliki kesenjangan atau maksud tertentu, sementara ada definisi lain yang tidak memasukkan batasan ini. Definisi berikut ini merupakan contoh definisi yang memasukkan faktor kesenjangan atau maksud tertentu, misalnya komunikasi adalah those situations in which a source transmits a message to a receiver with conscious

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara intent to affect the latter’s behaviors (situasi dimana sumber mengirimkan pesan kepada penerima dengan sengaja untuk memengaruhi tingkah laku penerima). Sedangkan definisi yang tidak memerlukan kesenjangan atau maksud tertentu, misalnya it is a process that makes common to two or several what was the monopoly of one or some (komunikasi adalah proses yang membuat dua atau beberapa orang memahami apa yang menjadi monopoli satu atau beberapa orang lainnya) (Morissan & wardhany, 2009: 5-6). 3. Dimensi Penilaian Normatif (Normative Judgement) Definisi mengenai komunikasi memasukkan pernyataan keberhasilan atau keakuratan, sedangkan definisi lainnya tidak memiliki penilaian implisit semacam itu. Definisi berikut ini misalnya, menganggap proses komunikasi selalu berhasil dengan kesuksesan communication is a verbal interchange of a throught or idea (komunikasi adalah proses pertukaran verbal dari pemikiran dan gagasan). Asumsi dari definisi ini adalah pemikiran atau gagasan itu selalu berhasil dipertukarkan. Definisi lainnya, sebaliknya tidak menilai hasil komunikasi itu akan berhasil atau tidak, misalnya communication is the transmission of information. Di sini terjadi pengiriman informasi, namun pengiriman itu tidak harus berhasil (Morissan & Wardhany, 2009: 6).

2.2.1 Komunikasi Massa Devito (dalam Effendy, 2006: 21), menampilkan definisi mengenai komunikasi massa dengan lebih tegas, seperti berikut: Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khayalak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar- pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar, majalah, film, dan buku.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Menurut McQuail, komunikasi massa dapat dikenali dari karakteristik yang dimiliki, yaitu: 1. Sumber komunikasi massa bukanlah salah satu orang melainkan organisasi formal dan pengirimnya seringkali merupakan komunikator atau orang yang profesional. 2. Pesannya tidak unik dan beraneka ragam serta dapat diperkirakan. Pesan tersebut sering kali diproses, distandarisasi, dan selalu diperbanyak sehingga merupakan sautu produk yang mengandung nilai “kegunaan”. 3. Hubungan antara pengirim dan penerima pesan biasanya bersifat satu arah atau jarang bersifat interaktif, impersonal, dan pengiriman biasanya tidak bertanggung jawab terhadap konsekuensi yang terjadi pada para individu dan pesan yang diperjualbelikan dengan uang atau ditukar dengan perhatian tertentu (McQuail, 2000: 40).

Komunikasi massa lebih banyak menjelaskan tentang masalah- masalah proses komunikasi, sedangkan media massa lebih banyak menjelaskan tentang teknis teknologi dan aspek-aspek yang dihasilkan dari teknologi itu sendiri. Media massa secara teoritis memiliki fungsi sebagai saluran informasi, saluran pendidikan dan saluran hiburan. Namun kenyataannya media massa memberi efek lain di luar fungsinya. Efek media massa tidak saja memengaruhi sikap seseorang, namun juga dapat memengaruhi perilaku. Bahkan, pada tataran yang lebih jauh, efek media massa dapat memengaruhi sistem-sistem sosial maupun sistem budaya masyarakat (Bungin, 2008: 317). Ada empat model komunikasi massa yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri, diantaranya (Morissan dkk, 2010: 10-14): a. Model Transmisi Model transmisi memiliki pandangan bahwa komunikasi adalah proses pengiriman atau transmisi sejumlah informasi atau pesan kepada penerima, dalam hal ini pesan sangat ditentukan oleh pengirim atau sumber pesan. Model ini berguna untuk menggambarkan komunikasi massa khususnya yang terkait dengan media massa, misalnya untuk menggambarkan proses komunikasi dalam penayangan program berita dan iklan. Salah satu kelemahan model transmisi adalah

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara keterbatasanya, yang hanya melihat pada aspek pemindahan pesan saja (Morissan dkk, 2010: 10-11). b. Model Ritual Model ritual tidak diarahkan pada pengiriman pesan, tetapi pemeliharaan masyarakat yang dilakukan pada waktunya. Model ini bukan tindakan untuk memberikan informasi, namun suatu representasi terhadap kepercayaan yang sama. Model ritual disebut juga model komunikasi ekspresif karena menekankan pada kepuasan bagi pengirim dan penerima pesan. Komunikasi ekspresif hanya terjadi jika terdapat kesamaan pemahaman dan emosi di antara para anggotanya. Pesan pada model ritual biasanya bersifat tersembunyi atau memiliki arti ganda, tergantung pada simbol-simbol yang ditunjukkan (Morissan dkk, 2010: 11-12). c. Model Publisitas Elliott mengemukakan bahwa komunikasi massa model publisitas sama sekali bukanlah suatu bentuk komunikasi massa jika komunikasi massa mensyaratkan adanya pengiriman makna, model publisitas menganggap audien media sebagai penonton daripada penerima informasi. Model publisitas juga memiliki hubungan dengan persepsi media bagi audiennya yang menggunakan media untuk hiburan dan menghabiskan waktu senggang. Komunikasi model publisitas menghendaki perhatian penuh dari audien terhadap isi media tertentu (Morrisan dkk, 2010: 12-13). d. Model Penerimaan Model yang keempat merupakan bentuk lain dari proses komunikasi massa yang memiliki ciri yang sangat berbeda dari model-model sebelumnya. Model ini memandang bahwa proses komunikasi massa sangat ditentukan oleh pihak penerima yang jumlahnya bisa sangat banyak. Jadi, pesan yang diterima audien tidak selalu sama dengan apa yang dimaksudkan pengirim. Esensi dari modelpenerimaan ini adalah menempatkan atribusi dan konstruksi makna yang berasal dari media kepada penerima. Isi media selalu terbuka dan memiliki banyak

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara makna. Makna diberi interpretasi menurut konteks dan budaya dari penerimanya (Morissan dkk, 2010: 13).

2.2.1.1 Televisi Televisi merupakan salah satu bagian dari media massa. Tayangan televisi dijelajahi dengan tayangan hiburan, berita dan iklan. Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya, yakni memberi informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi, karena pada umumnya tujuan utama khalayak menyaksikan televisi adalah hiburan, selanjutnya memperoleh informasi (Ardianto & Erdinaya, 2004: 128). Segi karakteristik, televisi memiliki beberapa kelebihan seperti dari segi audiovisual, yakni televisi dapat didengar sekaligus dilihat. Keduanya harus sesuai dan saling berharmonisasi untuk menciptakan tayangan yang menarik. Selanjutnya, berfikir dalam gambar, serta pengoperasiannya lebih kompleks. Pesan yang akan disampaikan melalui media televisi memerlukan pertimbangan-pertimbangan lain agar pesan dapat diterima oleh khalayak sasaran. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah pemirsa, waktu, durasi, dan metode penyajian (Ardianto & Erdinaya, 2004: 128-133). Ada tiga efek yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap penonton yaitu: a. Efek kognitif yaitu kemampuan seseorang atau penonton untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi penonton. Contoh: acara kuis di televisi. b. Efek peniruan yaitu penonton diharapkan pada trend aktual yang ditayangkan televisi. Contoh: mode pakaian, mode rambut dari bintang televisi yang kemudian disenangi atau ditiru secara fisikal. c. Efek perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh: iklan layanan masyarakat yang menginternalisasikan nilai kesehatan bagi masyarakat (Wijaya, 2014). Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

2.2.1.2 Kuis Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), kuis memiliki beberapa arti seperti ujian lisan atau tertulis yang singkat; acara hiburan di radio atau televisi yang berupa perlombaan adu cepat menjawab pertanyaan; cepat tepat; cerdas cermat; atau daftar pertanyann sederhana yang berhadiah (kadang-kadang mengandung promosi dagang) di majalah. Untuk di televisi, kuis berasal dari Bahasa Inggris “quiz” yang merupakan padanan kata atau sinomim untuk permainan teka-teki yang biasanya berhadiah. Kuis dikenal melalui acara televisi yang disiarkan secara rutin setiap pekan atau setiap hari. Jika dilihat dalam Pedoman Prilaku Penyiaran (P3) Pasal 1 Ayat 17, berbunyi “program kuis, undian berhadiah, dan permainan berhadiah lainya adalah program siaran berupa perlombaan, adu ketangkasan, adu cepat menjawab pertanyaan, undian, dan permainan lain yang menjanjikan hadiah” (www.kpi.go.id).

2.2.2 Komunikasi Politik Budiarjo (dalam Damsar, 2010: 208) memberikan pengertian bahwa komunikasi politik merupakan fungsi sosialisasi dan budaya politik. Komunikasi yang berjalan baik menjadi prasyarat sosialisasi politik untuk dapat berjalan dengan baik pula, sehingga budaya politik dapat dilangsungkan dengan baik. Komunikasi politik, sebagai suatu unsur dari sistem politik, digerakkan oleh partai politik atau aktor politik dengan maksud untuk meraih berbagai fungsi. Dari berbagai pandangan yang telah ada dalam berbagai literatur kita bisa menyimpulkan bahwa fungsi komunikasi politik meliputi (Damsar, 2010: 210-215): a. Fungsi Informasi Komunikasi politik juga memiliki fungsi informasi publik, yaitu penyampaian pesan-pesan yang berkaitan dengan politik seperti visi, misi, tujuan, sasaran, atau arah kebijakan baik, partai politik maupun indikator politik lainnya. Sebagai fungsi informasi, komunikasi politik

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara ditujukan kepada target sasaran, dalam hal ini penerima, dengan maksud agar penerima memperoleh pengetahuan dan pengalaman tentang suatu yang dikomunikasikan (Damsar, 2010: 210). b. Fungsi Pendidikan Informasi utama yang disalurkan dari sumber kepada penerima adalah tentang pendidikan. Ada banyak isi pendidikan politik yang dikomunikasikan dalam kehidupan politik, yaitu antara lain ideologi (negara, partai politik, gerakan sosial, dan sebagainya), nilai (kebangsaan, patriotisme, demokrasi, kebebasan, dan lain-lain), praktis (visi, misi, tujuan sasaran, program, dan strategi partai politik atau aktor politik), atau keterampilan (pidato, lobi, resolusi konflik, dan lain-lain). Media utama fungsi pendidikan politik adalah pelatihan kader partai politik (Damsar, 2010: 211). c. Fungsi Instruksi Fungsi komunikasi politik yang berkaitan dengan pemberian perintah berupa larangan, kewajiban atau anjuran. Perintah kewajiban berhubungan sesuatu yang mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, sukarela atau terpaksa harus dilaksanakan atau dilakukan. Sedangkan instruksi larangan merupakan suatu perintah yang harus dilakukan dalam kondisi apapun juga. Instruksi anjuran merupakan suatu perintah untuk melakukan atau menghindari sesuatu secara sukarela (Damsar, 2010: 211-212). d. Fungsi Persuasi Fungsi komunikasi politik yang berhubungan dengan kemampuan untuk memengaruhi orang lain, sehingga melakukan, melaksanakan atau mengubah sesuatu seperti yang diharapkan oleh pemberi pesan. Fungsi persuasi politik dilakukan dengan berbagai cara, yaitu antara lain menyajikan mimpi masa depan yang indah melalui janji implementasi visi, misi, tujuan, atau arah kebijakan (Damsar, 2010: 214).

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara e. Fungsi Hiburan Fungsi hiburan merupakan fungsi komunikasi politik yang menyampaikan pesan-pesan hiburan di antara berbagai rangkaian isi pesan yang dikomunikasikan. Dalam rangkaian acara rapat atau pertemuan politik, misalnya, terdapat acara hiburan seperti lawak, band, atau nasyid (Damsar, 2010: 215).

2.2.2.1 Pencitraan Politik Pada hakikatnya, citra berasal dari bahasa Jawa, yang berarti gambar. Kemudian dikembangkan menjadi gambaran sebagai padanan kata image dalam bahasa Inggris. Jadi, citra politik dapat dipahami sebagai gambaran seseorang tentang politik (kekuasaan, kewenangan, otoritas, konflik, dan konsensus). Salah satu tujuan komunikasi politik adalah membentuk citra politik yang baik bagi khalayak. Citra politik itu terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima, baik langsung maupun melalui media politik, termasuk media massa yang bekerja untuk menyampaikan pesan politik yang umum dan aktual (Arifin, 2003: 105-106). Citra politik juga berkaitan dengan pembentukan pendapat umum karena pada dasarnya pendapat umum politik terbangun melalui citra politik. Sedangkan citra politik terwujud sebagai konsekuensi kognitif dari komunikasi politik. Roberts (dalam Arifin, 2003: 105) menyatakan bahwa komunikasi tidak secara langsung menimbulkan pendapat atau prilaku tertentu, tetapi cenderung memengaruhi cara khalayak mengorganisasikan citranya tentang lingkungan dan cara itulah yang memengaruhi pendapat atau perilaku khalayak. Nimmo (dalam Arifin, 2003: 106) menjelaskan bahwa citra seseorang tentang politik yang terjalin melalui pikiran, perasaan, dan kesucian subyektif akan memberi kepuasan baginya, dan memiliki paling sedikit tiga kegunaan. Pertama, memberi pemahaman tentang peristiwa politik tertentu. Kedua, kesukaan atau ketidaksukaan umum kepada citra seseorang tentang politik Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara menyajikan dasar untuk menilai objek politik. Ketiga, citra diri seseorang dalam cara menghubungkan diri dengan orang lain. Salah satu konsekuensi kognitif dari komunikasi politik yang sangat penting adalah terbentuknya citra politik yang baik bagi khalayak terhadap politikus atau pemimpin politik dan partai politiknya. Citra politik itu dapat berkembang melalui proses pembelajaran politik atau sosialisasi politik yang terus menerus, melalui komunikasi politik, baik yang berlangsung secra anatarpesona, maupun yang berlangsung melalui media massa (pers, radio, film, dan televisi). Media massa dapat membentuk citra politik individu yang menjadi khalayak media massa ke arah yang dikehendakinya. Media massa juga dapat mengarahkan khalayak (individu-individu) dalam mempertahankan citra yang sudah dimiliki (Arifin, 2003: 110).

2.2.3 Analisis Resepsi Studi mengenai hubungan yang terjadi antarmedia dan khalayak (pembaca, pemirsa, pengguna internet) menjadi perhatian utama antara industri media, akademisi, maupun pemerhati media dan masalah sosial. Media mampu menjadi stimuli untuk menikmati sajian pesan atau program yang ditampilkan. Isi media mampu menjadi wacana perbincangan (penerimaan khalayak) yang menarik apabila dikaitkan dengan konteks budaya. Salah satu standar untuk mengukur khalayak media adalah menggunakan reception analysis. Teori berbasis khalayak yang berfokus pada bagaimana beragam jenis anggota khalayak memaknai bentuk konten tertentu, dimana analisis ini mencoba memberikan sebuah makna atas pemahaman teks media (cetak, elektronik, internet) dengan memahami bagaimana karakter teks media dibaca oleh khalayak. Individu yang menganalisis media melalui kajian reception memfokuskan pada pengalaman dan pemirsa khalayak (penonton), serta bagaimana makna diciptakan melalui pengalaman tersebut (Baran & Davis, 2010: 303).

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Konsep teoritik terpenting dari reception analysis adalah teks media (penonton) atau program televisi, bukanlah makna yang melekat pada teks media tersebut, tetapi makna diciptakan dalam interaksinya antara khalayak dan teks. Makna diciptakan karena menonton atau membaca dan memproses teks media. Kemunculan studi resepsi bukan sebagai reaksi terhadap metode survei dalam riset audiens, melainkan lebih sebagai metode analisis teks dalam studi media. Perbedaan dengan analisis teks media adalah jika pada analisis teks media, makna temuan penelitian dicapai melalui pemaknaan atas teks oleh peneliti, sementara dalam studi analisis resepsi, makna yang ditemukan merupakan hasil pemaknaan pesan atau teks media oleh audiens yang diteliti. Reception analysis (analisis resepsi) adalah metode yang merujuk pada sebuah komparasi antara analisis tekstual wacana media dan wacana khalayak, yang hasil pemaknaannya merujuk pada konteks, seperti pengaturan budaya dan konteks atas isi media lain. Khalayak dilihat sebagai bagian dari interpretive communitive yang selalu aktif dalam memaknai pesan dan memproduksi makna, tidak hanya sekedar menjadi individu pasif yang hanya menerima saja makna yang diproduksi oleh media massa (Hadi, 2009). Pendekatan studi analisis resepsi digunakan karena pada dasarnya audiens aktif meresepsi teks dan tidak dapat lepas dari pandangan moralnya, baik pada taraf mengamati, meresepsi atau dalam membuat kesimpulan. Penelitian resepsi mendasar pada kesadaran atau cara subjek dalam memahami objek dan peristiwa dengan pengalaman individu. Studi resepsi dapatmelihat mengapa khalayak memaknai sesuatu secara berbeda, factor-faktor psikologis dan sosial apa yang mempengaruhi perbedaan tersebut, dan konsekuensi sosial apakah yang muncul. Dasar pemikiran dari kajian resepsi adalah bahwa teks media mendapatkan makna pada saat peristiwa penerimaan, dan bahwa khalayak secara aktif memproduksi makna dari media dengan menerima dan menginterpretasikan teks-teks sesuai posisi-posisi sosial dan budaya mereka.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Antariksa berpendapat pada penggagas kajian resepsi bahwa makna dominan yang diajukan oleh para produsen teks, belum bisa dipastikan merupakan makna yang diaktifkan/diambil oleh para pembaca/khalayak/penonton yang sesungguhnya. Artinya, khalayak merupakan pencipta makna yang aktif dalam hubungannya dengan teks. Mereka menerapkan berbagai latar belakang sosial dan kultural yang diperoleh sebelumnya untuk membaca teks, sehingga khalayak yang memiliki karakteristik berbeda akan memaknai sesuatu teks secara berbeda pula. Peran aktif penonton dalam memaknai teks juga dapat terlihat pada model encoding/decoding Stuart Hall, yaitu model yang menjelaskan bahwa sebuah pesan yang sama dapat dikirimkan atau diterjemahkan lebih dari satu cara (Durham & Kellner, 2002: 166). Objek dari model ini adalah makna dan pesan dalam bentuk tanda yang diproses melalui pengoperasian kode dalam rantai wacana.

Gambar 2.1 Model encoding-decoding Stuart Hall

Programme as

“meaningfull” discourse

encoding decoding (meaning structure 1) (meaning structure 2)

Frameworks of knowledge Frameworks of knowledge

Relations of production Relations of production

Technical Infrastruture Technical Infrastruture

Sumber: users.aber.ac.uk

Model encoding-decoding di atas, dapat diketahui bahwa struktur makna (meaning structure) satu dan struktur makna dua kemungkinan Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara tidak sama. Kode encoding dan decoding kemungkinan juga tidak sejajar. Derajat simetrisnya akan tergantung dari derajat simetri dan asimetri yang dibangun antara decoder/receiver dan encoder/producer. Derajat asimetri disini adalah derajat pengertian dan salah pengertian dalam pertukaran komunikasi (Durham & Kellner, 2002: 173). Menurut Hall, khalayak melakukan decoding terhadap pesan media melalui tiga kemungkinan posisi, yaitu hegemoni dominan, negosiasi, dan oposisi (Morissan dkk, 2010: 171-172): 1. Hegemoni Dominan (Dominant-Hegemonic Position) Hall menjelaskan hegemoni dominan sebagai situasi dimana, media menyampaikan pesan, khalayak menerimanya. Apa yang disampaikan media secara kebetulan juga disukai oleh khalayak. Ini adalah situasi dimana media menyampaikan pesannya dengan menggunakan kode budaya dominan dalam masyarakat. Dengan kata lain, baik media dan khalayak, sama-sama menggunakan budaya dominan yang berlaku. Media harus memastikan bahwa pesan yang diproduksinya harus sesuai dengan budaya dominan yang ada dalam masyarakat. Jika, misalnya, khalayak menginterpretasikan pesan iklan di media melalui cara-cara yang dikehendaki media, maka media, pesan (iklan), dan khalayak sama-sama menggunakan ideologi dominan (Morissan dkk, 2010: 171). 2. Negosiasi (Negotiated Position). Posisi negosiasi adalah dimana khalayak secara umum menerima ideologi dominan, namun menolak penerapannya dalam kasus-kasus tertentu. Dalam hal ini, khalayak bersedia menerima ideologi dominan yang bersifat umum, namun mereka akan melakukan beberapa pengecualian dalam penerapannya yang disesuaikan dengan aturan budaya setempat (Morissan dkk, 2010: 171). 3. Oposisi (Oppositional Position). Oposisi terjadi ketika khalayak yang kritis mengganti atau mengubah pesan atau kode yang disampaikan media dengan pesan atau kode alternatif. Audien menolak makna pesan yang dimaksud atau disukai

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara media dan menggantikannya dengan cara berfikir mereka sendiri terhadap topik yang disampaikan media (Morissan dkk, 2010: 172). Secara sederhana pemikiran Hall juga dapat diartikan bahwa, khalayak berada dalam posisi dominan ketika secara utuh berbagi dan menerima serta mengolah kembali pesan-pesan yang ia baca. Pada posisi dominan, pesan yang dimaknai khalayak sesuai dengan budaya hegemoni, maka khalayak secara utuh mengkontrusksi pesan dari kelompok dominan. Namun jika khalayak mulai memiliki penolakan diantara penerimaannya atas pesan yang ia dapat dari mdia maka ia menjadi negoisasi. Dimana pada satu sisi ia meng“iya”kan budaya hegemoni tetapi juga mengembangkan pemikirannya sendiri. Tidak selalu khalayak akan patuh terhadap budaya hegemoni, khalayak bisa saja menolak karena perbedaan pandangan maupun budaya yang ia miliki dengan pesan di media maka ia menjadi oposisi (Dellarosa, 2011: 6). Analisis penerimaan memiliki kekuatan dan kelemahan yang masing-masing berpengaruh terhadap analisis ini, antara lain (Baran & Davis, 2010: 306): a. Kekuatan • Memusatkan perhatian pada individu dalam proses komunikasi massa • Menghargai kepandaian dan kemampuan konsumen media • Menerima berbagai jenis makna dalam teks media • Mencari pemahaman mendalam mengenai bagaimana orang menafsirkan konten media • Menyediakan analisis mendalam mengenai bagaimana cara media digunakan dalam konteks sosial sehari-hari b. Kelemahan • Biasanya berdasarkan interpretasi subjektif dan laporan khalayak • Tidak dapat menunjukkan keberadaan atau ketiadaan efek • Menggunakan metode riset kualitatif yang meniadakan penjelasan sebab-akibat • Terlalu berorientasi kepada level mikro (tetapi mencoba untuk lebih mikroskopik)

2.2.3.1 Khalayak Aktif Pada studi khalayak yang baru seperti yang dikatakan oleh Evans (Ferguson & Goldings, 1997: 123-124) penelitian khalayak Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara pada studi media dikarakteristikkan oleh dua asumsi: (a) bahwa khalayak selalu aktif dan, (b) bahwa isi media selalu bersifat polisemi atau terbuka untuk diinterpretasi. Asumsi di atas berarti bahwa mayoritas khalayak secara rutin memodifikasi atau merubah berbagai ideologi dominan yang direfleksikan dalam isi media. Pada Reception analysis makna teks media merupakan hasil konstruksi khalayak dan bukan buatan produsen media semata. Khalayak di sini adalah siapa saja yang menggunakan segala bentuk media penyiaran, dalam keadaaan apapun serta memberikan pemaknaan pada media tersebut. Frank Biocca menyatakan bahwa ada lima karakteristik khalayak aktif (Littlejohn, 1999: 312), yaitu: 1. Selektif. Khalayak yang aktif dianggap selektif dalam memilih media yang mereka gunakan. 2. Utilitarian. Khalayak yang aktif dikatakan menggunakan medai untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan tertentu mereka. 3. Intensional. Khalayak yang aktif menggunakan isi media yang mereka inginkan. 4. Involvement. Khalayak secara aktif berfikir dan menggunakan media. 5. Tidak secara mudah dipengaruhi oleh media

Teori khalayak aktif menyatakan bahwa media tidak dapat membuat individu harus berfikir atau berprilaku sesuai dengan apa yang ditampilkan oleh media karena khalayak bukanlah individu yang bodoh, naif dan mudah untuk didominasi oleh indoktrinasi media. Khalayak aktif ditekankan pada kecerdasan dan otonomi dari individu, khalayak memiliki kekuatan dalam menggunakan media. Salah satu cara dasar khalayak media dapat dilihat sebagai khalayak aktif yaitu melalui interpretasi produksi makna oleh khalayak (Croteau & Hoynes, 2000: 262). Ada tiga cara yang memperlihatkan aktifnya khalayak media massa (Croteau & Hoynes, 2000: 262): 1. Interpretasi Makna dari pesan yang disampaikan oleh media massa dikonstruksikan oleh khalayak. Aktivitas menginterpretasikan ini sangat penting, dan merupakan bagian dari proses pemaknaan. Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Interpretasi khalayak bisa sama atau bahkan berbeda sama sekali dengan apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh produsen media massa. Setiap individu bisa saja memiliki interpretasi yang berbeda untuk sebuah pesan yang sama. 2. Konteks Sosial Interpretasi Interpretasi khalayak tidak akan terlepas dari konteks di sekitarnya. Karena media massa merupakan bagian dari kehidupan sosial, interpretasi terhadap isi media massa akan dipengaruhi oleh setting dan konteks sosial. 3. Aksi Kolektif Khalayak terkadang melalukan aksi-aksi secara kolektif sehubungan dengan isi media massa. Mereka bukanlah orang- orang yang pasif. Mereka akan melakukan sesuatu bila menginginkan sesuatu dari produsen media massa. Khalayak memaknai pesan secara kritis dan menemukan adanya bias dalam penyampaian pesan dan berusaha untuk tidak menerimanya secara mentah-mentah.

2.2.3.2 Pemaknaan Pemaknaan sesungguhnya harus dilakukan terhadap apa atau siapa, sehingga bisa diperoleh kebenaran. Dalam konteks ilmu pengetahuan diperlukan sejumlah kebenaran ilmiah, sebab kebenaran ilmiah inilah yang membangun dan menumbuh kembangkan ilmu pengetahuan. Sementara kebenaran ilmiah itu sendiri tersusun dari fakta atau kenyataan yang menopangnya. Pemaknaan terhadap fakta atau kenyataan, dilakukan dengan berbagai cara. Metode pamaknaan meliputi empat cara, yaitu (Muhadjir, 2000: 187-188): a. Terjemahan Terjemahan merupakan upaya mengemukakan materi atau sebstansi yang sama dengan media yang berbeda; media tersebut

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara mungkin berupa bahasa satu ke bahasa lain, dari verbal ke gambar dan sebagainya. b. Penafsiran Penafsiran tetap berpegang pada materi yang ada, lalu dicari latar belakangnya dan konteksnya agar dapat dikemukakan konsep atau gagasannya secara lebih jelas lagi. c. Ekstrapolasi Ekstrapolasi lebih menekankan kemampuan daya fikir manusia untuk mengungkap hal-hal yang berbeda di balik yang disajikan. Materi yang disajikan dilihat tidak lebih dulu dari tanda- tanda atau indikator bagi sesuatu yang lebih jauh lagi. d. Pemaknaan Memberikan makna merupakan upaya lebih jauh dari penafsiran dan mempunyai kesejajaran dengan ekstrapolasi. Pemaknaan lebih menuntut kemampuan integratif manusia dari segi indrawinya, daya pikirnya dan akal budinya. Sama seperti ekstrapolasi, materi yang disajikan dilihat tidak lebih dari tanda- tanda atau indikator bagi sesuatu yang lebih jauh. Dibalik yang tersaji bagi ekstrapolasi terbatas dalam arti empiris, sedangkan pada pemaknaan dapat pula menjangkau yang etik dan transdental.

2.3 Model Teoritik 2.3.1 Kerangka Pemikiran Pada dasarnya kerangka berfikir (framework of thinking) sama dengan kerangka teoritis (theoretical framework). Kerangka berfikir dapat diartikan sebagi model konseptual mengenai bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor atau variable yang telah dikenali (diidentifikasi) sebagai masalah yang penting sekali. Penentuan dari suatu variable atau faktor dipertimbangkan untuk diteliti, karena merupakan salah satu penyebab timbulnya masalah, benar-benar didasarkan pada teori yang relevan (Sekaran, 2000).

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Pemaknaan Penonton

Pencitraan WIN-HT dalam Kuis Kebangsaan

Hegemoni Negosiasi Oposisi Dominan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan. Metode penelitian perlu dibedakan dari teknik pengumpulan data yang merupakan teknik yang lebih spesifik untuk memperoleh data (Soehartono, 2008: 9). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif ini diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi, dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu obyek, dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandangan teoritis maupun praktis. Ada dua hal yang ingin dicapai dalam penelitian kualitatif, yaitu: (1) menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut, dan (2) menganalisis makna yang ada di balik informasi, data dan proses suatu fenomena sosial itu (Nawawi, 1995: 209). Penelitian kualitatif yang peneliti gunakan adalah pendekatan analisis resepsi, yaitu penelitian yang mendasarkan pada kesadaran atau cara subjek dalam memahami objek dan peristiwa dengan pengalaman individu. Analisis resepsi dapat melihat mengapa khalayak memaknai sesuatu secara berbeda, faktor-faktor psikologis dan sosial apa yang mempengaruhi perbedaan tersebut, dan konsekuensi sosial yang muncul (Anggara, 2012: 32). Teknik yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik pengambilan sampel yang lebih mendasar daripada alasan atau pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian dan merupakan teknik pengambilan sampel yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif (Pawito, 2007).

3.2 Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah sesuatu yang diteliti baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi). Subjek penelitian pada dasarnya adalah yang akan dikenai

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara kesimpulan hasil penelitian. Di dalam subjek penelitian terdapat objek penelitian (Azwar, 2009: 35). Istilah yang digunakan untuk menyebut subjek penelitian dalam penelitian kualitatif adalah informan. Sebagai subjek, para informan tidak diterapkan suatu perlakuan tertentu, tetapi yang bersangkutan tetap menjalankan kehidupan kesehariannya seperti biasa. Dalam hal ini sisi naturalistik kehidupan informan tidak dikontrol peneliti. Asumsi yang dikedepankan adalah bahwa seorang informan adalah yang paling tahu tentang dirinya sehingga peneliti harus dapat menggali objek yang diteliti pada informannya (Idrus, 2009: 24). Subjek penelitian atau informan dalam penelitian ini adalah penonton. Karakteristik informan dikategorikan dengan pertimbangan sebagai berikut: - usia (diatas 17 tahun), - jenis kelamin (laki-laki/perempuan), - pendidikan (minimal SMA/Sarjana), - pekerjaan (misalnya: pelajar/ mahasiwa/ dosen/ pedagang/ wartawan, pegawai negeri atau swasta/ ibu rumah tangga dan sebagainya), - frekuensi menonton (minimal 3 kali).

Informan yang diteliti berjumlah 4 orang dan berlokasi di kota Medan. Informan I dipilih berdasarkan tingkat pendidikannya, peneliti memilih mahasiswa yang sudah pernah mempelajari komunikasi dan politik. Informan II peneliti memilih dosen/ahli politik, dikarenakan berpengalaman dari segi keilmuan. Informan III peneliti memilih mahasiswa yang tidak pernah mempelajari komunikasi dan politik. Informan IV peneliti memilih ibu rumah tangga yang tidak memiliki kegiatan apapun di luar rumah. Keberagaman informan ini bertujuan untuk mendapatkan pemaknaan yang bervariasi dari setiap informan yang terpilih dan mereka dipilih secara purposive sampling, karena berdasarkan tujuan penelitian dan kriteria informan yang dicari.

3.3 Objek Penelitian Objek penelitian adalah sifat keadaan dari suatu benda, orang atau yang menjadi pusat perhatian dan sasaran penelitian. Sifat keadaan yang dimaksud dapat berupa kuantitas dan kualitas yang dapat pula berupa perilaku, kegiatan, pendapat, pandangan, penilaian, sikap pro-kontra, simpati-antipati, keadaan batin, dan juga berupa proses (Azwar, 2009: 35). Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Objek penelitian adalah pencitraan WIN-HT dalam tayangan Kuis Kebangsaan di RCTI yang tayang setiap hari pada pukul 09.30 WIB.

3.4 Kerangka Analisis Penelitian kualitatif ini didesain dengan menggunakan analisis resepsi. Pendekatan analisis resepsi digunakan karena pada dasarnya audiens aktif meresepsi teks dan tidak dapat lepas dari pandangan moralnya, baik pada taraf mengamati, meresepsi atau dalam membuat kesimpulan. Dengan analisis resepsi ini, peneliti berupaya untuk mengetahui bagaimana khalayak memahami dan menginterpretasi isi pesan (memproduksi makna) berdasarkan pengalaman (story of life) dan pandangannya selama berinteraksi dengan media. Dengan kata lain pesan-pesan media secara subjektif dikonstruksikan khalayak secara individual.

3.5 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data kualitatif menggunakan metode pengamatan yang umumnya digunakan dari tradisi kualitatif seperti wawancara, observasi, dan diskusi (Bungin, 2007). Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan, adalah: 1. Wawancara Mendalam Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Bungin, 2007: 108). 2. Observasi Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindera mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindera mata serta dibantu dengan panca indera lainnya (Bungin, 2007: 115).

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 3. Dokumenter Metode dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalm metodologi penelitian sosial. Teknik ini digunakan untuk menelusuri data historis. Teknik dokumenter terbagi dua yaitu dokumenter resmi dan pribadi. Sebagian besar data tersedia dalam metode documenter adalah berbentuk surat, catatan harian, cendera mata dan laporan. Sifat utama dari data tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Kumpulan data berbentuk tulisan ini disebut dokumen dalm arti luas termasuk monument, artefak, foto, tape, mikrofin, disc, CD, harddisk, flashdisk, dan sebaginya (Bungin, 2007: 122). 4. Kepustakaan Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur. Data yang diperoleh melalui tinjauan pustaka dengan mempelajari buku-buku, jurnal, dan sebagainya yang di anggap punya relevansi dengan fokus masalah yang mendukung penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan tahapan coding. Coding adalah proses yang melibatkan pelabelan atau mengindeks semua data menggunakan kode yang tercantum dalam codebook. Hal ini memungkinkan para peneliti untuk menggunakan kode dalam mencari data untuk mengidentifikasi semua segmen teks dimana kode tertentu disebutkan, sehingga analisis data dapat difokuskan pada segmen tertentu (Hennink, 2011: 225). Coding dilakukan untuk dapat mengorganisasikan dan mensistematisasikan data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari. Dengan demikian pada gilirannya peneliti dapat menemukan makna dari data yang dikumpulkannya (Poerwandari, 2005: 150). Menurut Strauss dan Corbin (Poerwandari, 2005), ada tiga tahapan coding dalam analisis data, yaitu: 1. Open Coding, adalah proses mengidentifikasi, mengelompokkan dan menggambarkan fenomena yang ditemukan dalam teks. Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 2. Axial Coding, adalah proses mengaitkan kategori antara satu dengan yang lain, melalui kerangka berpikir induktif ataupun deduktif. 3. Selective Coding, adalah proses memilih satu kategori sebagai kategori inti, menghubungkan secara sistematis ke kategori-kategori lain, melakukan validasi hubungan-hubungan tersebut, dan dimasukan ke dalam kategori-kategori yang diperlukan lebih lanjut untuk perbaikan dan pengembangan.

Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam menggunakan analisis resepsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber seperti yang sudah dijabarkan di bagian teknik pengumpulan data yaitu, melalui wawancara, observasi/pengamatan, yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan maupun dari dokumen tambahan yang diperoleh selama melakukan peneltian. 2. Melakukan reduksi data dengan cara mengumpulkan seluruh transkrip wawancara sekaligus open coding yang mengandung informasi penting berkaitan dengan masalah penelitian. 3. Kemudian peneliti mulai melakukan pemetaan aspek-aspek yang terkait dengan fenomena yang dibahas dalam penelitian sekaligus memisahkan transkrip wawancara masing-masing informan. Pada tahap ini informasi penting sudah ditandai pada tahap sebelumnya yakni, open coding. Maka selanjutnya peneliti akan menyeleksi kalimat mana yang akan dijadikan kutipan dan memindahkan ke table axial coding sesuai dengan konsepnya. 4. Berikutnya data tersebut disusun dalam bentuk narasi deskriptif, sehingga terbentuk rangkaian informasi yang berurutan sesuai kerangka berpikir yang induktif (khusus-umum) ke dalam table selective coding. 5. Mencatat temuan-temuan yang didapat dari hasil penelitian sesuai yang tertera pada table selective coding. 6. Hasil temuan tersebut kemudian dikembangkan dan dianalisis secara mendalam. 7. Menarik kesimpulan berdasarkan analisis untuk menjawab permasalahan penelitian. 8. Melakukan cross-check kepada informan agar tidak terdapat kesalahan pemaknaan pada penelitian

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil 4.1.1 Deskripsi Kuis Kebangsaan Kuis Kebangsaan pertama kali tayang di salah satu stasiun televisi swasta nasional, yaitu RCTI (Rajawali Citra Televisi). Kuis ini tayang perdana pada hari Selasa, tanggal 1 Oktober 2013 pada pukul 10.00 dan 17.00 WIB dihari yang sama. Latar belakang tempat yang digunakan bertulisankan Kuis Kebangsaan dan berada di dalam studio. Warna yang umum ditampilkan bernuansa biru serta jingga dengan menampilkan visualisasi yang berganti-ganti. Saat tayang pertama kali kuis tersebut dibawakan oleh seorang pembawa acara wanita. Pembawa acara mengucapkan salam, lalu memperkenalkan diri, kemudian menjelaskan tentang kuis, seperti jika pembawa acara mengatakan Wiranto-Hary Tanoesoedibjo, penelepon nanti akan menjawab dengan password “Bersih, Peduli, Tegas”, kemudian menjelaskan jika kuis tersebut bertujuan untuk menguji pengetahuan dan wawasan peserta yang mengikuti kuis, khususnya tentang Indonesia seperti sejarah, geografi, pengetahuan umum, hingga hal-hal terbaru tentang Indonesia dan memberitahu hadiah yang akan dipersembahkan, sebab setiap hari hadiah yang dipersembahkan berbeda. Setelah itu, pembawa acara memperkenalkan dua orang tamu yang menemaninya untuk mengisi kuis tersebut. Selanjutnya, pembawa acara mengajak pemirsa di rumah untuk mengikuti kuis dengan menghubungi langsung via telepon di nomor (021) 5360583 untuk daerah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) atau (021) 5360582 untuk penelepon di luar Jabodetabek. Dua orang yang beruntung bisa mengikuti kuis tersebut secara langsung. Penelepon yang berhasil menghubungi secara langsung terlebih dahulu mengucapkan password “Bersih, Peduli, Tegas”, setelah pembawa acara mengatakan WIN-HT, lalu ditanyakan nama dan daerah asal oleh si pembawa acara. Setelah menjawab, penelepon diberikan lima pilihan huruf, yaitu huruf W, I, N, H dan T di layar kaca. Penelepon memilih huruf yang telah ditawarkan, selanjutnya pembawa acara mempersilahkan tamu yang tadi sudah diperkenalkan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara untuk membacakan soal yang akan ditanyakan. Soal dibacakan oleh si penanya beserta pilihan jawaban, kemudian penelepon menjawab pertanyaan tersebut. Jika jawaban benar, si penanya akan mengatakan benar, begitupun sebaliknya jika jawaban salah si penyanya akan mengatakan salah. Setelah itu, si penanya akan membacakan pernyataan yang lebih lengkap dan mendukung terkait soal tersebut. Begitu juga dengan penelepon yang kedua, cara yang dilakukan sama. Kedua penelepon yang beruntung akan mendapatkan hadiah yang dipersembahkan, kemudian si pembawa acara akan mengatakan jika pajak hadiah ditanggung oleh Wiranto-Hary Tanoesoedibjo dan kuis tersebut dipersembahkan atau disponsori oleh Wiranto-Hary Tanoesoedibjo. Hadiah yang dipersembahkan setiap hari berganti, seperti handphone, mesin cuci, alat elektronik, alat memasak, dan lain-lain. Setelah semua selesai, si pembawa acara pamit undur diri dan mengatakan untuk tidak lupa menyaksikan Kuis Kebangsaan yang akan tayang setiap hari pada pukul 10.00 dan 17.00 WIB, lalu mengucapkan salam. Format kuis yang seperti itu tidak berlangsung lama. Pihak penyelenggara kuis memajukan jam tayang kuis pada pagi hari menjadi pukul 09.30 WIB, dimana lebih cepat setengah jam dari waktu sebelumnya. Selain itu, cara mengikuti kuis yang awalnya menggunakan via telepon langsung, berganti menjadi harus daftar terlebih dahulu via web. Pembawa acara menjelaskan tata cara mengikuti kuis, dimana peserta kuis harus mendaftar terlebih dahulu di situs www.rcti.tv/winht, dengan mengisi nama, usia, nomor telepon, alamat, asal provinsi, serta pekerjaan. Pendaftar yang beruntung terpilih, kemudian akan dihubungi terlebih dahulu via telepon oleh tim Kuis Kebangsaan, untuk verifikasi data seputar nama lengkap, alamat lengkap sesuai KTP serta NPWP jika ada dan dijelaskan tentang tata cara mengikuti kuis saat on air, serta diberi tahu sedikit petunjuk tentang pertanyaan. Sehingga, pada saat kuis yang berdurasi hanya sekitar 5 menit tersebut tayang, waktu yang digunakan dapat lebih singkat. Selebihnya tentang password, pilihan huruf, yang membacakan soal hingga yang mempersembahkan hadiah tersebut tetap sama formatnya.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 4.1.2 Latar Belakang Informan Informan I adalah seorang mahasiswi tingkat akhir di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Informan I adalah seorang perempuan yang memiliki bentuk wajah bulat, hidaung yang tidak terlalu mancung dan berukuran sedang, mata besar dan bulat, alisnya tegas dan memiliki ketebalan bibir sedang. Kesehariannya memakai jilbab dan kacamata yang tidak pernah lepas saat berada di luar rumah atau kosan. Ia biasa memakai kemeja atau kaos lengan panjang disertai celana jeans panjang dan sesekali memakai rok. Informan I memiliki postur badan yang tinggi sekitar 163 cm dengan berat badan 55 kg membuat tubuhnya lebih kelihatan berisi, tinggi dan proposional untuk ukuran perempuan seusianya. Perempuan kelahiran kota Metro yang terletak di Provinsi Lampung, pada tanggal 10 September 1992. Ia merupakan gadis keturunan suku batak toba dan mandailing, dengan ayah bermarga Tampubolon, sedangkan ibu Siregar. Anak pertama dari empat bersaudara, dengan satu orang adik perempuan dan dua orang adik laki-laki. Ia menghabiskan masa sekolahnya dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) si kota Sibolga, Sumatera Utara. Informan I merupakan siswa yang pintar dan rajin di sekolahnya saat SMA, hingga di akhir masa kelulusan SMA ia mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan kuliah melalui jalur PMP. Jalur tersebut mengantarnya lulus dan diterima di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU pada tahun 2010. Setelah masuk dan bergabung menjadi mahasiswi Ilmu Komunikasi USU, dengan kemauannya sendiri ia masuk dan magang menjadi salah satu anggota di UKM USU yaitu Pers Mahasiswa Suara USU. Di sana ia banyak belajar hal seputar jurnalistik dan segala aspeknya hingga ia diangkat menjadi Sekertaris Umum Pers Mahasiswa Suara USU periode 2012 hingga 2013. Selain itu, ia juga aktif sebagai anggota seni tari di Lembaga Kesenian USU dan pernah menjabat sebagai Sekertaris Inisiasi tahun 2012. Segala kesibukan itu tetap dapat ia atasi tanpa terlalu mengganggu aktivitas perkuliahannya. Kesehariannya di kampus cukup banyak dikenal oleh junior atau senior maupun mahasiswa atau mahasiswi dari departemen lain. Pribadi yang ceria, rajin, tekun dan sederhana membuatnya cepat menyesuaikan diri dengan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara lingkungan sekitar. Namun, ia lebih banyak menghabiskan waktu di Persma Suara USU tempat ia menimba ilmu selain di kelas saat jam mata kuliah berlangsung. Ia juga memiliki beberapa teman akrab yang saling mendukung satu sama lain. Sejak memasuki masa perkuliahan, ia tinggal dan menyewa satu kamar di Jalan Prof. A. Sofyan No. 24 yang berdekatan dengan gedung perkuliaan FISIP tempat ia menimba ilmu. Hal ini sengaja ia pilih agar tidak jauh dari kampus dan mengirit biaya transportasi serta waktu. Informan I mengisi waktu kosongnya dengan menonton televisi, ia merupakan salah satu penggemar FTV (Film Televisi) yang setiap hari ditayangkan oleh SCTV. Hampir seluruh judul FTV pernah ia tonton apabila tidak ada kegiatan di luar. Informan I pertama kali menonton Kuis Kebangsaan saat berada di kosan di sela-sela waktunya saat menonton televisi, sewaktu tidak ada jam perkuliahan atau saat hari libur. Ia tidak sengaja menonton kuis tersebut saat mau mengganti ke siaran lain, tetapi karena rasa penasaran akan kuis tersebut, ia kemudian menyaksikannya hingga selesai. Informan II adalah seorang staf pengajar sekaligus alumni dari Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Informan II adalah seorang wanita yang memiliki bentuk wajah lonjong, hidung yang tidak terlalu mancung, mata bulat, serta bibir yang tipis. Ia memiliki tinggi badan sekitar 160 cm dan berat badan sekitar 42 kg. Ia selalu menggunakan jilbab yang lebar dipadukan dengan baju terusan panjang setiap hari jika ada kegiatan di luar rumah, termasuk saat berada di kampus. Ia sering tampil dengan busana berwarna lembut, walau terkadang ia juga memberanikan diri menggunakan warna yang cerah. Informan II lahir di Medan, 24 September 1987. Ayahnya berdarah Banjar, sedangkan sang ibu berdarah campuran Aceh dan Jawa. Ia merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Walaupun memiliki adik perempuan, namun ia mengaku tidak memiliki hubungan yang terlalu dekat. Hal tersebut dikarenakan perbedaan sifat yang begitu kentara. Kedua orangtua informan II mendidik anak-anaknya dalam lingkungan agama yang kuat serta demokratis. Baik urusan pendidikan, pekerjaan, ataupun pasangan hidup, dipercayakan sepenuhnya kepada anak-anaknya. Walaupun ketiga saudaranya sudah menikah dan usia Informan II sudah cukup memasuki

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara jenjang pernikahan, ia mengaku tidak mendapat paksaan dari pihak keluarga. Saat ini Informan II masih tinggal dengan kedua orangtua dan seorang saudara laki- lakinya. Informan II memiliki sifat yang ramah, periang namun sangat tegas. Ia sering melibatkan diri dalam diskusi panjang mengenai banyak hal. Mulai dari politik, ekonomi, budaya, hingga film dan musik. Tidak jarang ia pulang larut malam karena terlalu asyik mengobrol dengan dosen ataupun teman-temannya. Dengan wawasannya yang luas serta sifatnya yang ramah, ia tidak sulit mengakrabkan diri dengan orang lain. Namun jika ada seseorang atau sesuatu hal yang ia anggap berlaku salah, ia tidak segan menunjukkan ketegasannya melalui ucapannya yang blak-blakan dan bernada ketus. Informan II memiliki hobi menonton film dan membaca. Film favoritnya adalah “Confucius”, sedangkan buku favoritnya adalah “Budaya Konsumerisme” yang ditulis oleh Jean Baudillard. Setelah menonton film atau membaca buku yang dianggapnya bagus, ia selalu merekomendasikannya pada teman bahkan mahasiswanya di kelas. Saat masih berstatus mahasiswa, informan II pernah menjadi kakak mentor agama Islam bagi mahasiswi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Walau tidak lagi aktif sebagai mentor, ia masih menyempatkan diri untuk bercengkrama dengan adik-adik bimbingannya ataupun dengan kawan- kawan sesama mentor. Ia juga sering menghabiskan waktunya untuk sekedar berdiskusi atau berkumpul dengan teman-temannya di Kede Keupie Ulee Kareng, Mie Sop Kampung dan Warung Steak and Shake. Informan II juga aktif dalam kegiatan di luar kampus, seperti menjadi guru bagi anak-anak jalanan, menyelenggarakan bakti sosial serta melakukan penelitian sosial ke daerah di luar kota Medan. Kesibukan membuat ia jarang berada di rumah, namun saat di rumah ia masih menyempatkan diri menyaksikan acara di televisi disela ia mengerjakan pekerjaan rumahnya. Pertama kali menyaksikan Kuis Kebangsaan, informan II juga secara tidak sengaja. Saat itu ia menyaksikan Kuis Kebangssan yang tayang pada sore hari, Informan III juga merupakan seorang mahasiswa tingkat akhir jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Medan.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Informan III lahir di Medan, 17 Maret 1992 merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Selain kuliah, kini ia bekerja sebagai honorer pada kantor pemerintahan di Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan (Dinas Perkim). Ia memiliki keahlian dibidang desain rumah, gambar dan merancang bangunan sekolah, mesjid, perkantoran dan tempat umum seperti taman, mall, tempat rekreasi dan lain-lain. Tak hanya menggambar dan mendesain, ia juga mampu dibidang merencanakan anggaran biaya. Hal ini didukung sebab ia merupakan lulusan salah satu SMK Negeri di Kota Medan pada bidang bangunan dan pernah menjuarai lomba siswa SMK tingkat nasional. Selain tugas kantor dan tugas kuliah, ia juga menerima pesanan rancangan bangunan dari luar, jika ada kantor, perusahaan atau orang yang mau menggunakan jasanya untuk mendesain atau merancang kantor dan rumah mereka. Biaya yang ia tawarkan masih standard dan tidak tinggi, sebab ia sadar ia masih pemula yang masih harus banyak belajar. Laki-laki yang lahir dan besar di kota Medan tinggal bersama orang tua di daerah Simalingkar. Ia berperawakan cukup tinggi untuk ukuran laki-laki seusianya, putih, mata hampir cipit, hidung mancung, serta dengan sedikit jerawat di pipi. Kesehariannya berpenampilan sederhana, suka memakai kaos dan jaket, hanya memakai kemeja saat bekerja dan kuliah, ditambah celana jeans dan sepatu. Mahasiswa berdarah minang ini, selain bekerja dan kuliah, biasanya juga membantu ibunya berjualan nasi dan menjaga warung internet (warnet) yang merupakan usaha keluarganya. Lahir dari keluarga sederhana tidak membuat ia memiliki sedikit teman, justru ia memiliki cukup banyak teman di Medan karena ia orang yang ramah. Informan III merupakan salah satu pecinta klub kenamaan Inggris Liverpool. Segala macam pernak-pernik klub bola itu satu persatu ia kumpulkan, mulai dari baju, syal, poster-poster pemain dan logo Liverpool, bantal, jam tangan, tas, dan lain sebagainya. Hingga setiap ada pertandingan Liverpool dan nonton bareng (nobar), ia pasti ikut dan tergabung dalam salah satu komunitas pecinta Liverpool di kota Medan yaitu MLC (Medan Liverpool Club). Ia hampir tidak pernah melewatkan pertandingan Liverpool baik disiarkan secara langsung maupun streaming. Pukul berapa pun pertandingan tayang, ia tidak peduli walaupun besok harus kembali bekerja dan kuliah. Walau kelihatannya ia sangat

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara sibuk, ia masih ada waktu untuk menyaksikan televisi saat berada di rumah atau saat menjaga warung ibunya. Informan III menyaksikan Kuis Kebangsaan disela- sela waktu kosong yang dimilikinya tersebut. Informan terakhir yaitu Informan IV adalah seorang ibu rumah tangga.Ia bertempat tinggal di Jalan Flamboyan No. 61 B, ia tinggal bersama suami serta kedua anak perempuannya. Wanita ini memiliki tiga orang anak, 1 orang laki-laki dan dua orang perempuan. Anak sulung laki-lakinya sudah menikah dan kini tinggal di kota Aceh bersama istrinya. Anak keduanya seorang mahasiswi yang sedang menyusun tugas akhir dan anak bungsu perempuannya duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Informan IV memiliki suami yang bekerja sebagai seorang pegawai swasta pada salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia. Ibu rumah tangga yang satu ini hidupnya sudah berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain, bahkan antar provinsi. Wanita yang lahir pada tanggal 8 September 1964 dan berzodiak Virgo merupakan keturunan suku Lampung dan lahir di Lampung. Sebelum menikah hingga sudah memiliki tiga orang anak, ia sudah pernah tinggal di beberapa kota, seperti Lampung, Jakarta, Bandung, Sibolga, Rantau Prapat hingga kini berdomisili di Medan. Anak bungsu dari 8 bersaudara ini memiliki 5 orang abang laki-laki dan 2 orang kakak perempuan. Memiliki tiga orang anak membuat tubuhnya menjadi gemuk dengan berat sekitar 80 kg dengan tinggi hanya 160 cm tidak membuat ia berdiam diri saja di rumah. Selain jago masak, ia juga menjual beberapa barang seperti seprei, sarung bantal dan guling, baju anak dan dewasa, dan barang lain yang ia letakkan saja di depan rumah dan menjualnya kepada ibu komplek perumahan di sekitar tempat tinggalnya. Informan IV merupakan salah satu ibu yang gemar juga menonton TV, karena TV merupakan salah satu hiburan untuknya di rumah saat di tinggal sendiri, sebab suaminya bekerja dan anaknya sekolah atau kuliah. Informan IV menyaksikan Kuis Kebangsaan saat berada di rumah ditengah waktu senggangnya saat mengerjakan pekerjaan rumah.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1 Kategori Latar Belakang Informan

No Informan Informan Informan Informan I II III IV 1. Inisial SHT SN RR RM Informan 2. Usia 22 tahun 27 tahun 22 tahun 50 tahun 3. Tempat, Metro, 10 Medan, 24 Medan, 17 Lampung, 8 Tanggal Lahir September September Maret 1992 September 1992 1987 1964 4. Anak ke 1 dari 4 3 dari 4 4 dari 5 8 dari 8 bersaudara bersaudara bersaudara bersaudara (2 (2 laki-laki, (4 laki-laki, (5 laki-laki, perempuan, 2 1 3 2 laki-laki) perempuan) perempuan) perempuan) 5. Suku Batak Toba Banjar, Minang Lampung Aceh-Jawa 6. Agama Islam Islam Islam Islam 7. Pekerjaan Mahasiswi Staf Mahasiswa, Ibu Rumah Pengajar Honorer Tangga 8. Pendidikan SMA S1 Ilmu SMK SMA Terakhir Politik 9. Hobi Nonton film Nonton film, Desain Memasak membaca, gambar nulis buku bangunan, main game

4.1.3 Pemaknaan Penonton • Pemaknaan terhadap Kuis Kebangsaan di RCTI Berdasarkan fokus masalah yang diteliti, yaitu bagaimana pemaknaan penonton terhadap pencitraan bakal calon presiden dan wakil presiden Wiranto- Hary Tanoesoedibjo melalui tayangan Kuis Kebangsaan di RCTI, ternyata ditemukan hasil sebagai berikut: masing-masing informan mulai menyaksikan tayangan kuis dalam waktu yang berbeda dan jumlah menyaksikan tayangan kuis juga berbeda. Seluruh informan menyaksikan tayangan kuis sebelum pemilu legislatif berlangsung, hanya saja waktu awal mereka menyaksikan tayangan kuis berbeda. Informan I lebih dahulu menyaksikan tayangan kuis yaitu sekitar bulan Oktober tahun 2013, dimana waktu awal kuis tayang juga pada bulan Oktober 2013. Informan II dan IV tidak mengingat kapan pertama kali mereka menyaksikan kuis. Namun, mereka menyaksikan kuis tersebut di waktu pemilu

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara legislatif belum dilaksanakan. Sementara informan III menyaksikan kuis tersebut sekitar bulan Februari hingga Maret tahun 2014. Jumlah waktu yang pernah mereka luangkan untuk menyaksikan tayangan kuis bervariasi. Dimulai dari yang paling sedikit, yaitu informan II menyaksikan kuis sebanyak 3 kali, informan III sebanyak 6 kali, informan I sebanyak 7 kali, hingga informan IV sebanyak 9 kali. Dari jumlah waktu yang pernah mereka luangkan untuk menyaksikan kuis, tidak semua waktu mereka gunakan untuk menyaksikan kuis dari awal hingga akhir. Sesekali saat kuis tayang, mereka ganti dengan tayangan lain.

a. Alasan Menyaksikan Kuis Kebangsaan Setiap orang memiliki alasan tersendiri terhadap apa yang ingin dilakukannya. Termasuk juga alasan untuk menonton sebuah tayangan kuis. Seperti penuturan para informan mengenai alasan mereka menyaksikan Kuis Kebangsaan di RCTI. Informan I tertarik untuk menyaksikan Kuis Kebangsaan karena ada rasa ingin tahu, ia ingin mengetahui konsep, tampilan, dan pertanyaan kuis. Selain itu, rasa ketertarikannya juga muncul karena kuis ini menjadi perbincangan antara dia dan temannya. “Pengen tahu kuisnya, konsepnya bagaimana, intinya ingin tahu kuis itu bagaimana, seperti pertanyaan atau soalnya, tampilan kuis nya. Sekalian pengen liat sejauh mana kuis itu ikut campur dalam politiknya Wiranto-Hary Tanoesoedibjo. Apalagi dari lingkungan teman-teman di kampus banyak yang membincangkan tentang Wiranto-Hary Tanoesoedibjo melakukan kampanye melalui kuis itu. Karena adanya kabar itu, makanya saya penasaran untuk menyaksikan Kuis Kebangsaan itu seperti apa sih. Kalau hanya kuis biasa dan tidak mencampuradukkan politik, mungkin tidak akan menjadi perbicangan.

Informan II, III dan IV memberikan alasan yang berbeda dengan informan I. Mereka tidak mempunyai alasan untuk menyaksikan kuis tersebut, karena kuis itu tayang bersamaan pada saat mereka menonton televisi.

b. Tanggapan Pertama Kali Menyaksikan Kuis Kebangsaan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Informan memiliki tanggapan masing-masing terhadap Kuis Kebangsaan saat pertama kali menyaksikan kuis. Informan I menyatakan jika ia tidak setuju dengan adanya Kuis Kebangsaan, karena menurutnya kuis tersebut tidak bisa dibuktikan kebenarannya, serta ada kepentingan politik dari Wiranto-Hary Tanoesoedibjo dan Partai Hanura. “Saya tidak setuju dengan adanya kuis itu, karena 100% tidak bisa dibuktikan kebenarannya,dapat ditangkap jika ada permainan, untuk menarik simpati masyarakat agar masyarakat mau memilih Wiranto-Hary Tanoesoedibjo dan Partai Hanura”.

Informan II dan IV memiliki pemikiran yang sejalan dengan informan I jika kuis mengandung unsur promosi dari Wiranto-Hary Tanoesoedibjo, Partai Hanura serta para anggota partainya, dengan tujuan mengambil hati masyarakat melalui kuis. Tanggapan ketiga informan berbanding terbalik dengan tanggapan informan III. Informan III beranggapan jika kuis tersebut dapat diterima, karena soal yang ditanyakan dalam kuis dapat menambah wawasan dan informasi tentang Indonesia. “kuis itu kayak sebagai penambah wawasan dan informasi dari pertanyaan yang ada di kuis itu, bahwa kuis itu memberi tahu tentang sejarah Indonesia”.

c. Judul Kuis Kebangsaan Judul merupakan sorotan yang dapat membentuk berbagai pendapat setiap orang. Judul adalah nama yang dipakai dalam buku, lagu, film, atau apapun yang dapat menyiratkan secara pendek isi atau maksud yang ingin disampaikan, termasuk judul kuis. Dalam menanggapi judul kuis tersebut terdapat dua pendapat dari informan. Pertama, jika dikaitkan dengan antara judul dengan soal yang ditanyakan akan terdapat kesinambungan. Judul Kuis Kebangsaan jika dikaitkan dengan isi pertanyaan akan berhubungan. Kata kebangsaan berhubungan dengan hal-hal seperti sejarah, geografi, serta berbagai hal yang berhubungan dengan Indonesia, dari jaman dahulu hingga saat ini. Informan III mengatakan judul kuis dan isi konten yang menyangkut tentang pertanyaan/soal yang ditanyakan cocok dan ada kesinambungan.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara “ya cocok aja sih, soalnya isi nya juga ditanyakan tentang Indonesia, tentang kebangsaan”

Kedua, jika judul dikaitkan dengan konten kuis informan I, II dan IV menyatakan jika judul kuis tidak cocok atau tidak ada kesinambungan. Hal ini dikarenakan di dalam konten kuis mempromosikan salah satu pasangan calon yang mau naik menjadi presiden. Seperti yang dikemukakan informan II, “bisa dibilang ketika melihat judulnya, kemudian isi kontennya kuis itu sama sekali tidak nyambung ya. Karena kan namanya kebangsaan, namun isi kontennya jelas-jelas untuk mempromosikan salah satu calon yang mau naik menjadi presiden 2014 ini kan.

Pernyataan informan II hampir sama dengan pendapat informan I, kalau judul tidak ada kesinambungan dengan konsep kuis karena ada unsur politik. “Kalau menurut saya, judulnya terlalu berlebihan. Karena, kuis itu tidak ada bedanya dengan beberapa kuis yang pernah saya tonton. Kuis Kebangsaan itu seolah-olah menjadi penting untuk bangsa Indonesia. Menggunakan kata kebangsaan menurut saya tidak semudah itu, apalagi yang saya lihat kuis itu memang berbau politik.

d. Password Kuis Kebangsaan Password atau kata sandi merupakan kumpulan karakter yang digunakan oleh pengguna untuk memverifikasi data dirinya kepada suatu sistem. Didalam kuis, password juga digunakan sebagai kata sandi yang disebutkan jika ingin mengikuti kuis. “Bersih, Peduli, Tegas merupakan password yang harus diucapkan jika penelepon ingin mengikuti Kuis Kebangsaan di RCTI. Selain sebagai password Kuis Kebangsaan, “Bersih, Peduli, Tegas” juga merupakan slogan dari partai Hanura. Keterkaitan antara password Kuis Kebangsaan dengan slogan partai hanura memperjelas jika kuis tersebut ada kaitan politik dengan partai Hanura. Keempat informan memiliki pendapat yang sama jika password juga digunakan sebagai promosi partai Hanura. Informan II berpendapat, jika dilihat dari segi politik, menggunakan slogan partai sebagai password merupakan salah satu strategi untuk mempromosikan partai. “kalau dilihat dari segi politiknya, itu merupakan salah satu strategi untuk mempromosikan, apakah itu dari slogan yang dijadikan password kuis”. Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Informan IV juga mengatakan jika password kuis sengaja dibuat sama dengan slogan partai Hanura, dengan tujuan agar masyarakat yang mengikuti kuis menjadi ingat dengan partai Hanura, karena terbiasa mendengar password kuis. “kalau password yang saya dengar kan “Bersih, Peduli, Tegas”. Itukan slogannya partai Hanura, ya kalau dihubungkan sama kuisnya kelihatan kalau dari kuis itu mau mengenalkan lagi partai Hanura secara lebih terang ke masyarakat hingga masyarakat ingat. Kalau dihubungkan ke Wiranto dan HT yah nyambung, tapi kalau dihubungkan sama kuis dan judulnya, mana ada hubungan Kuis Kebangsaan dengan bersih, peduli, tegas. Cuma yah itu karena yang punya kuis tujuan buat kuis itu sepertinya untuk memperkenalkan diri mereka dan partai Hanura, jadi dibuatlah passwordnya itu”.

Informan I memiliki pendapat yang hampir sama dengan informan III, dimana slogan partai dijadikan password kuis dengan tujuan agar penonton dapat terus mengingat slogan partai Hanura. Informan IV juga berpendapat jika slogan partai dijadikan password dalam kuis karena terdapat unsur politik di dalam kuis dan untuk mempromosikan partai Hanura.

e. Waktu Tayang Kuis Kebangsaan Pemilihan waktu tayang yang tepat dan sesuai merupakan hal yang tidak mudah ditengah banyaknya tayangan yang harus ditampilkan. Dalam dunia televisi, setiap detik merupakan waktu penting. Untuk bisa menyelipkan Kuis Kebangsaan yang berdurasi sekitar 5 hingga 7 menit, berada di waktu yang pas itu cukup sulit. Kuis Kebangsaan tayang dua kali dalam sehari pada pukul 09.30 WIB dan 17.00 WIB. Para informan mengatakan bahwa pemilihan waktu menarik dan dapat mengenai sararan penonton yang dituju. Informan I, II dan IV mengatakan jika waktu tayang pagi hari mengenai sasaran penonton di kalangan ibu-ibu yang sedang menjalankan aktifitas di rumah. Informan III memiliki anggapan berbeda, ia merasa lebih baik waktu tayang dipagi hari dipercepat waktunya, agar dapat menjangkau sasaran penonton lain. Jika lebih pagi orang-orang yang belum berangkat menjalankan aktifitas di luar rumah dapat menyaksikan kuis tersebut juga. “kalau yang pagi, menurut saja gak pas. Karena jam segitu hanya ibu-ibu di rumah yang bisa menyaksikan sehabis masak atau Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara belanja, gak semua, yang sudah ke kantor atau kuliah mana mungkin bisa nonton jam segitu. Mungkin lebih pas kalau dibuat waktu jam tayang lebih pagi, sekitar jam 7, jadi kebanyakan orang belum berangkat dari rumah, dan kemungkinan bisa menyaksikan kuis itu. Kebanyakan orang sekarang pagi-pagi itu sebelum berangkat kerja atau keluar rumah banyak yang nonton TV sih, kayak nonton berita atau acara pagi, untuk nambah informasi tentang berita terbaru yang mungkin kejadiannya baru semalam, nah di sela-sela waktu tayang berita itu di masukkan Kuis Kebangsaan, mau gak mau orang pasti menyaksikan, lebih pagi lebih pas sih menurut saya, kalau pengen disaksikan sama banyak orang”.

Namun, untuk waktu tayang sore hari keempat informan setuju jika pukul 17.00 WIB sudah waktu yang tepat. Saat itu orang-orang yang menjalankan aktivitas di luar rumah sudah pulang dan bisa menyaksikan kuis tersebut di rumah. Pukul 5 sore juga bisa dikatakan sebagai waktu keluarga yang sama-sama menonton televisi.

f. Pertanyaan/Soal yang Ditanyakan dalam Kuis Kebangsaan Setiap kuis selalu berhubungan dengan soal yang kan ditanyakan lalu dijawab oleh peserta kuis. Begitu juga dengan Kuis Kebangsaan, setiap tayang ada dua pertanyaan berbeda yang akan ditanyakan kepada dua penelepon kuis. Pertanyaan/soal yang ditanyakan bertujuan untuk menguji wawasan peserta yang mengikuti kuis seperti sejarah, geografi, pengetahuan umum, hingga hal-hal terbaru tentang Indonesia. Informan III dan IV beranggapan jika soal-soal yang ditanyakan dapat menambah wawasan dan informasi tentang Indonesia. Informan I mengatakan bahwa soal yang ditanyakan cukup sulit untuk kalangan ibu-ibu dan bapak-bapak. “Soalnya terlalu sulit, karena kan kebanyakan peneleponnya itu ibu-ibu dan bapak-bapak yang kita tidak tahu latar belakang pendidikan dan pengetahuannya. Soal seperti itu, menurut saya lebih cocok untuk ditanyakan ke anak sekolahan”.

g. Tata Cara Mengikuti Kuis Kebangsaan Tata cara mengikuti kuis di televisi pada umumnya melalui telepon. Hal ini sempat dilakukan oleh tim Kuis Kebangsaan di awal kuis tayang sekitar bulan Oktober 2013. Namun cara tersebut diubah dengan cara mendaftar melalui web

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Kuis Kebangsaan langsung. Peserta yang ingin mengikuti kuis harus terlebih dahulu mendaftar via web, lalu tim Kuis Kebangsaan yang akan memilih dan menentukan siapa yang berhak memenangkan kuis. Peserta yang beruntung akan dihubungi langsung dan berkesempatan mengikuti kuis saat siaran langsung juga mendapatkan hadiah. Namun tata cara mengikuti kuis masih mendapat anggapan yang berbeda dar informan. Informan I mengatakan bahwa via web tidak efektif. “Sebenarnya tidak begitu mudah dan efektif. Karena tidak semua kalangan mengenal internet. Apalagi di Indonesia masih banyak daerah yang belum terjangkau internet. Kalau memang harus mendaftar melalui web, berarti peneleponnya orang-orang yang berasal dari kota yang terjangkau internet”.

Hal tersebut juga disetujui oleh informan IV yang mengatakan bahwa tidak semua orang mengerti internet, sehingga melalui web dianggap tidak efektif. Ia beranggapan via telepon masih lebih baik karena masih bisa menggunakan handphone dan telepon rumah. “dulu seingat saya pernah liat itu via telepon, jadi pembawa acaranya ada ngasih tau bisa dihubungi melalui nomor telepon sekian, tapi pas nonton lagi udah kayak daftar melalui internet. Yah kalau yang gak gaptek dan tau internet yah bisa ikut kuis itu, tapi kalau gak bisa pasti udah gak minat ikutinnya,gak semua orang ngerti internet. Karena gak ada fasilitasnya. Mendingan via telepon sih saya rasa, walau peluang dan kesempatannya kecil. Soalnya kan ada handphone, gak harus ada internetnya, asal ada pulsa handphone biasa bisa, telepon rumah juga bisa”.

Pernyataan kedua Informan berbanding terbalik dengan informan II. Ia beranggapan jika melalui web merupakan cara yang efektif. Web bisa menjadi salah satu alat ukur bagi tim Kuis Kebangsaan untuk melihat seberapa banyak orang yang tertarik untuk mengikuti Kuis Kebangsaan. Via web bisa di dapatkan data kasar seberapa besar jangkauan pemirsa yang sudah menonton ataupun menyaksikan kuis dan mengetahi tentang Wiranto-Hary Tanoesoedibjo serta partai Hanura. Data tersebut bisa didapat dari jumlah orang yang ikut login ke situs Kuis Kebangsaan. berbeda jika melalui telepon, tidak di dapatkan data seberapa banyak orang yang sudah menghubungi kuis tersebut. “begini, kuis ini kan bukan hanya kuis semata. Kuis itu memiliki tujuan yang jelas, yaitu kampanye untuk calon-calon dari partai

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Hanura. Kalau melalui telepon, mereka kan tidak tau sudah seberapa besar jangkau pemirsa yang menonton ataupun paling tidak yang menyaksikan tentang Wiranto-Hary Tanoesoedibjo kah, ataupun caleg-caleg dari partai Hanura. Karena mereka tidak bisa menghitung berapa jumlah yang menelepon, peluang penelepon juga kecil untuk bisa tersambung. Sedangkan ketika menggunakan web, yang mungkin tadinya settingan, pada akhirnya kan menarik minat dari masyarakat lainnya untuk ikutan ke dalam kuis itu. Akhirnya, dengan melalui web itu pihak Wiranto-Hary Tanoesoedibjo bisa mendapatkan data kasarlah secara rinci berapa orang yang tertarik dan pengen tahu tentang kuis tersebut. Mereka jadi tahu, apakah melalui tayangan kuis itu, bisa atau tidakkah menaikkan dukungan mereka, atau mempengaruhi masyarakat untuk memilih mereka. Paling gak kan, biasanya perhitungan kasar dari seorang caleg, dari 10 minimal 1 yang tertarik sama mereka. Kalau ada 50 minimal 30% persen yang memilih, biasanya gitu. Jadi memang lebih efektif via web, jadi mereka bisa tahu dari sekian banyak masyarakat Indonesia, sudah berapa banyak yang login melalui web untuk mengikuti kuis tersebut dan tertarik”.

Informan III juga beranggapan jika via web lebih efektif dikarenakan melalui internet kesempatannya lebih besar untuk bisa mengikuti kuis, dibandingkan dengan telepon yang kesempatannya kecil untuk bisa langsung tersambung dengan nomor telepon kuis. “menurut saya lumayan bagus dan lebih baik melalui internet, daripada langsung via telepon, karena kesempatan kalau via telepon itu lebih sedikit untuk nyambungnya. Kalau dari web kan itu daftar dulu, kalau terpilih baru ditelepon dari pihak yang ngadain kuis, jadi karena mereka yang menelepon, si penelepon jadi gak berbenturan waktu mau nelepon. Kesepatan lebih banyak kalau mau aja daftar melalui web”.

h. Pembawa Acara Kuis Kebangsaan Pembawa acara merupakan orang yang bekerja untuk membawakan jalannya suatu acara dari awal hingga selesai. Pembawa acara bisa terdiri dari satu orang, dua atau lebih. Hal tersebut tergantung sebesar apa acara yang ditampilkan. Pembawa acara juga terdiri dari dua gender antara pembawa acara wanita dan pria. Kuis Kebangsaan yang berdurasi singkat tetap dibawakan oleh seorang pembawa acara. pembawa acara yang menjadi kunci untuk membuka dan menutup kuis.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Kuis Kebangsaan di pandu oleh pembawa acara wanita dari awal tayang hingga sebelum pemilu legislatif berlangsung. Pembawa acaranya pun tidak hanya satu orang dari awal kuis. Ada beberapa pembawa acara wanita yang bergantian membawakan kuis tersebut. Terkait dengan pembawa acara para informan beranggapan bahwa pembawa acara wanita lebih enak dan menarik untuk dlihat saat membawakan kuis. Pernyataan tersebut dapat dilihat dari kutipan keempat informan. Informan I mengatakan, “yang saya lihat pembawa acaranya itu wanita, Itu menjadi hal yang menarik untuk menontonnya, apalagi pembawa acaranya cantik. Pembawa acara wanita itu lebih enak dilihat. Wanita itu memang lebih banyak menariknya daripada laki- laki, pembawaannya lebih kalem”.

Informan II mengatakan walau tidak ada perbedaan antara pembawa acara wanita dengan pria, karena tidak ada masalah kalau dilihat dari segi politik. Pembawa acara wanita tetap lebih menarik perhatian. “selama ini yang saya lihat memang pembawa acaranya itu perempuannya. Cuma gini kalau untuk acara kuis, sebenarnya gak ada masalah apakah itu laki-laki atau perempuan. Apakah mau dilihat perempuan itu lebih menarik perhatian atau gak dibanding laki-laki, kalau kita lihat dari segi politiknya itu tidak masalah sama sekali. Cuma kenapa lebih condong ke perempuan, mungkin untuk lebih menarik perhatian.

Informan III mengatakan, “nah iya, pembawa acaranya kan cewek tuh rata-rata yah. Kayaknya cukup menarik perhatian penonton untuk menyaksikan kuis itu, selain dari hadiahnya.

Informan IV mengatakan jika pembawa acara perempuan lebih menyentuh dan menarik hati saat membawakan kuis, serta tidak ada batasan kepada orang- orang yang mau menyaksikan. “kalau pembawa acara itu memang kebanyakan senang milih perempuan, karena perempuan disamping dia menarik, cantik dan enak dilihat. Jadi mau yang nonton ibu-ibu, laki-laki, anak-anak atau siapapun kayaknya kalau pembawa acara perempuan menurut saya lebih enak lihat, lebih menyentuh dan menarik hati saat dia membawakan kuis.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara i. Pengisi Acara Kuis Kebangsaan Pengisi acara merupakan salah satu orang yang turut andil dalam suatu acara atau kegiatan. Dalam Kuis Kebangsaan, pengisi acara adalah orang yang dihadirkan dan bertugas untuk membacakan soal atau pertanyaan yang akan ditanyakan ke penelepon, serta membacakan keterangan lebih lengkap tentang soal. Setiap kuis tayang, pembawa acara akan memperkenalkan siapa orang yang ikut menemaninya dalam kuis sebagai pengisi acara. Orang-orang yang turut sebagai pengisi acara dalam Kuis Kebangsaan bukanlah orang sembarangan. Mereka merupakan anggota-anggota dari partai Hanura yang juga mencalonkan diri sebagai calon anggota legislatif pada pemilihan umum legislatif 2014. Atas dasar itu, Informan II mengatakan jika ia merasa lucu dengan keseluruhan konsep kuis. Ia menganggap jika kuis itu bukan kuis biasa, tetapi merupakan kuis yang isinya penuh dengan kampanye. Baik memperkenalkan satu partai, calon presiden dan wakil presiden, maupun calon legislatif dari partai Hanura. “tetap saja saya menganggapnya lucu ya, memakai satu stasiun TV swasta, memakai satu spot bentuknya kuis. Di situ judulnya kuis kebangssan, ternyata di dalamnya penuh hanya tentang satu partai, hanya untuk memperkenalkan satu partai beserta perangkat-perangkatnya, apakah dia itu caleg ataupun calon presiden dan wakil presidennya. Jadi kembali lagi, ini benera- benar murni full kampanye politik, bukan masuk bagian apakah dia dalam bentuk entertain atau hiburan yang ditujukan kepada masyarakat, itu tidak sama sekali. Kayak pembodohan bisa dibilang, walaupun kita bisa pindah channel, tapi kita tetap ditampilkan untuk menyaksikan caleg-caleg itu”.

Informan IV juga memiliki anggapan yang sama dengan informan I, namun ia menambahkan jika hal sah-sah saja dilakukan dan menjadi satu kesempatan bagi para calon anggotga legislative dari partai hanura untuk promosi diri melalui media massa. Selain itu, mereka bisa menghemat biaya kampanye dan merupakan satu bentuk dukungan mereka terhadap atasan, yaitu Wiranto dengan turut andil dalam Kuis Kebangsaan. “Kalau memang mereka caleg dari partai Hanura yah sah-sah aja, orang bos nya Wiranto-Hary Tanoesoedibjo yang punya acara. Jadi mereka bisa masuk di kuis itu sekalian perkenalan diri,

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara jadi hemat biaya. Namanya dia nyari dukungan, ibarat sambil nyelam minum air. Sebagai caleg dia kemungkinan bisa sukses, lalu dia mendukung atasannya, promosi diri lebih hemat, terus masuk TV lagi”.

j. Hadiah Kuis Kebangsaan Hadiah merupakan sesuatu yang diberikan karena memenangkan suatu perlombaan. Hadiah bisa berupa uang, voucher, barang dan lain sebagainya. Hadiah dijadikan alat untuk menarik perhatian orang agar mau mengikuti perlombaan. Kuis merupakan salah satu bentuk perlombaan yang juga memberikan hadiah kepada peserta kuis yang menang. Kuis Kebangsaan memberikan hadiah berupa barang yang bervariasi. Setiap hari barang yang dihadiahkan berbeda-beda, tujuannya untuk menarik hati para penonton agar mau mengikuti kuis dan menoton tayangan kuis. Hal ini sejalan dengan pemikiran dari informan IV yang mengatakan jika hadiah yang bervariasi merupakan trik baru untuk menarik perhatian penonton. “yang saya tau itu hadiah yang dipersembahkan beda-beda yah tiap hari. Kadang alat elektronik, kadang alat memasak, handphone atau lain banyak lagi kayaknya. Menurut saya hadiah yang bervariasi itu justru jadi lebih menarik masyarakat untuk mengikuti kuis tersebut, itu merupakan salah satu trik atau cara kuis itu. Masalah rezeki kan gak ada yang tau, kalau rezeki lagi bagus dia dapat hadiah yang bagus, kan beruntung jadinya”.

k. Sponsor Kuis Kebangsaan Sponsor adalah orang atau perusahaan yang mengusahakan (memelopori, memprakarsai, mengusulkan, menyelenggarakan) suatu kegiatan (siaran, pertunjukan, dan sebaginya). Pihak sponsor juga adalah pihakyang bertindak untuk membiayai suatu kegiatan, baik dalam bentuk uang atau barang. Uang atau barang dari pihak sponsor juga bisa dijadikan sebagai hadiah. Hadiah barang atau uang yang diberikan pihak sponsor melalui kuis, baik yang disiarkan secara langsung atau melalui media cetak biasanya dikenai potongan pajak hadiah. Namun, ada juga sebagian kuis atau undian berhadiah yang pembiayaaansepenuhnya ditanggung oleh pihak sponsor. Kuis Kebangsaan merupakan salah satu kuis yang disponsori oleh orang yang menyelenggarakan kuis. Seluruh hadiah beserta pajak ditanggung oleh pihak

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara penyelenggara, sehingga peserta tidak dikenai biaya apapun. Di akhir acara Kuis Kebangsaan, biasanya pembawa acara akan menyebutkan jika hadiah yang dipersembahkan merupakan persembahan dari Wiranto-Hary Tanoesoedibjo dan pajak juga ditanggung oleh Wiranto-Hary Tanoesoedibjo. Ucapan pembawa acara semakin memperkuat jika kuis terkait dengan politik, khususnya politik Wiranto-Hary Tanoesoedibjo dalam mempromosikan diri mereka kehadapan penonton. Salah satu cara adalah dengan sepenuhnya mensponsori hadiah yang dipersembahkan oleh Kuis Kebangsaan di RCTI. Atas dasar itu, seluruh informan beranggapan jika tujuan kuis sepenuhnya memang untuk promosi Wiranto-Hary Tanoesoedibjo. Informan II menambah anggapan jika mereka berusaha menarik perhatian penonton dan membangun citra baik dihadapan penonton dengan membagikan hadiah. “yah lagi-lagi karena mereka adalah calon presiden dan wakil presiden yang diusung, jelas mereka sebagai sponsornya. Gak mungkin mereka mencari sponsor lain lalu menyebutkannya dikuis itu, karena memang tujuannya untuk kampanye mereka. Lagian untuk menarik simpati penonton bahwa mereka baik, bagi-bagi hadiah, seperti itu”.

Informan I juga memiliki pendapat yang hampir sama, jika tujuan mereka menjadi sponsor kuis adalah untuk menarik simpati masyrakat. Agar orang yang sudah mendapatkan hadiah, mau memilih mereka sebagai calon presiden dan wakil presiden serta partainya. “Kuis itukan memang tujuannya untuk menarik simpati masyarakat, yang membuat kuis itu memang mereka, dan yang memberikan hadiah juga mereka. Nah, dibalik itu semua pasti ada keinginan Wiranto-Hary Tanoesoedibjo supaya orang-orang yang mendapatkan hadiah memilih partai Hanura.

l. Setting Tempat Kuis Kebangsaan Setting tempat atau tata letak tempat berhubungan dengan pembagian tempat, visualisasi, warna, serta tampilan yang dapat disaksikan di televisi. Kuis Kebangsaan melakukan siaran langsung setiap hari di dalam ruang (indoor). Ruangan dibagi dalam dua bagian, yaitu bagian untuk pembawa acara dan pengisi acara, serta bagian untuk tempat meletakkan hadiah. Warna yang biasanya

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara digunakan bernuansa jingga dan biru. Dilayar belakang selalu ditampilkan tulisan “Kuis Kebangsaan”. Informan II dan III merasa jika tidak ada hal yang perlu dikomentari dari setting tempat. Mereka tidak terlalu mengingat dan memperhatiakan setting tempat saat menyaksikan kuis, sebab tidak ada masalah dengan setting tempatnya. Namun, informan I mengatakan jika tampilan setting tempat Kuis Kebangsaan cukup menarik dan tidak bosan dilihat. “cukup menarik, tidak terlalu berlebihan. Settingan tempat gak terlalu rame dan membuat penonton bosan”.

Informan IV juga hanya mengingat sedikit saja tentang setting tempat, dimana ada bagian untuk meletakkan hadiah dan tulisan Kuis Kebangsaan di layar belakang. “saya lupa-lupa ingat, yang pasti ada tulisan kuis kebangssan di layar belakangnya sama tempat untuk letak hadiah”.

Tabel 4.2 Kategori Pemaknaan Penonton Terhadap Kuis Kebangsaan di RCTI

No. Informan Informan Informan Informan I II III IV 1. Jumlah waktu 7 kali 3 kali 6 kali 9 kali menyaksikan kuis 2. Kehadiran Tidak setuju Kurang Setuju Kurang Kuis setuju setuju Kebangsaan 3. Alasan Ingin Tahu Tayang saat Tayang saat Tayang saat menyaksikan menonton menonton menonton 4. Tanggapan Tidak setuju Lucu Menerima Cara WIN- pertama kali HT promosi 5. Judul Tidak setuju Tidak Setuju/ Setuju/ nyambung nyambung Nyambung 6. Password Tidak setuju Setuju Setuju Setuju 7. Waktu tayang Setuju Setuju Tidak Setuju. pagi Sasaran Sasaran setuju. Sasaran penonton penonton Waktu penonton ibu-ibu ibu-ibu dipercepat. ibu-ibu

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Waktu tayang Setuju. Setuju. Setuju. Setuju. sore Pulang dari Waktu Pulang dari Pulang dari aktivitas. keluarga aktivitas. aktivitas. atau pulang dari aktivitas. 8. Pertanyaan/ Tidak setuju Setuju Setuju Setuju Soal 9. Tata cara kuis Tidak setuju Setuju Setuju Tidak setuju 10. Pembawa Suka Suka Suka Suka acara 11. Pengisi acara Tidak setuju Tidak setuju Setuju Setuju 12. Hadiah Tidak setuju Tidak setuju Setuju Setuju 13. Sponsor Tidak setuju Tidak setuju Setuju Setuju 14. Setting tempat Suka Suka Tidak ingat Suka

• Pemaknaan Terhadap Pencitraan Wiranto-Hary Tanoesoedibjo melalui Kuis Kebangsaan di RCTI Hasil dari wawancara peneliti dengan keempat informan, ditemukan bahwa keempatnya telah mengenal istilah pencitraan sebelum menyaksikan tayangan Kuis Kebangsaan. Para informan berpendapat jika pencitraan merupakan satu perbuatan menampilkan kesan positif dan baik dimata masyarakat untuk menarik hati masyarakat.

a. Defenisi Pencitraan Pencitraan memilki kata dasar yaitu citra. Citra berasal dari bahasa Jawa, yang berarti gambar. Kemudian dikembangkan menjadi gambaran sebagai padanan kata image dalam bahasa Inggris. Pencitraan erat kaitannya jika dihubungkan dengan politik. Oleh sebab itu, muncul istilah pencitraan politik yang banyak terdengar di dunia politik dalam negeri atau luar negeri. Jadi, citra politik dapat dipahami sebagai gambaran seseorang tentang politik (kekuasaan, kewenangan, otoritas, konflik, dan konsensus). Nimmo menjelaskan bahwa citra seseorang tentang politik yang terjalin melalui pikiran, perasaan, dan kesucian subyektif akan memberi kepuasan baginya, dan memiliki paling sedikit tiga kegunaan. Pertama, memberi pemahaman tentang peristiwa politik tertentu. Kedua, kesukaan atau ketidaksukaan umum kepada citra seseorang tentang politik menyajikan dasar

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara untuk menilai objek politik. Ketiga, citra diri seseorang dalam cara menghubungkan diri dengan orang lain. Pemikiran para informan tentang pencitraan ternyata tidak jauh beda dengan pengertian yang sudah dikatakan sebelumnya oleh para peneliti. Informan I mengartikan pencitraan sebagai suatu hal yang dilakukan orang lain untuk menarik simpati. “pencitraan itu kalau menurut saya yahh hal yang sedang dilakukan seseorang untuk menunjukkan sesuatu yang baik agar bisa menarik simpati masyarakat”.

Informan II mengartikan definisi yang sama tentang pencitraan, hanya informan II lebih menjelaskan lengkap dilihat dari segi ilmu politiknya. Dari segi ilmu politik, menurut informan II pencitraan adalah memoles atau memperkuat suatu kesan agar dapat disebar ke semua orang dan orang dapat melihat dan mengingat orang lain dari kesan yang sudah ditampilkannya, dan membuat opini tentang orang tersebut. “pencitraan itu dimana seseorang dengan kualitas dan kapasitas yang ia miliki kemudian dipoles lagi, apakah ia diperkuat dengan dimunculkan image baru. Misalnya, orang yg religius diperkuat lagi imagenya dengan penggambaran yg lebih spesifik dan lebih detail tentang hal-hal religius dan disebarkan melalui media. Sehingga terbentuk opini masyarakat kemudian berkata “oh si ini ternyata orangnya religius”. Nah itu merupakan suatu pencitraan yang memuaskan. Jadi dibentuk image-image yang baik sehingga masyarakat mau menerima. Jadi menurut saya pencitaan itu adalah memoles atau memperkuat suatu kesan dimana dapat disebarkan ke semua orang dan orang dapat melihat dan mengingat orang lain dari kesan yang sudah ditampilkannya, dan membuat opini tentang orang tersebut”.

Informan III dan IV juga memiliki pengertian yang tidak jauh beda tentang defenisi dari pencitraan. Pengertian pencitraan yang sudah disampaikan oleh informan I dan informan II sudah cukup mewakili jawaban keempat informan terkait dengan pencitraan. Informan I, III dan IV beranggapan Wiranto-Hary Tanoesoedibjo melakukan pencitraan untuk tujuan mempromosikan diri mereka melalui tayangan kuis, untuk menampilkan kesan baik atau citra baik Wiranto-Hary Tanoesoedibjo. Namun, pendapat ketiga informan tidak sesuai dengan apa yang dikatakan oleh

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara informan II. Menurutnya, Kuis Kebangsaan tidak terlalu menonjolkan pencitraan yang berpengaruh terhadap Wiranto-Hary Tanoesoedibjo. Hanya terlihat untuk memperkuat Wiranto-Hary Tanoesoedibjo, tanpa ada menunjukkan hal-hal apa yang sudah dilakukan Wiranto-Hary Tanoesoedibjo. “Kalau saya pribadi memandang pencitraan Wiranto-Hary Tanoesoedibjo yang ditampilkan di kuis itu tidak terlalu berpengaruh dan menonjolkan Wiranto-Hary Tanoesoedibjo, karena sarana yang ia pakai dalam bentuk kuis memang satu hal baru tapi kesan yang dibuat-buat sangat kental di kuis itu, jadi agak kurang efektif. Jadi saya gak lihat bentuk citra yang seperti apa yang mau ditampilkan. Hanya yang terlihat hanya untuk memperkuat WIN dan HT. Tidak menampilkan image Wiranto itu seperti apa dan HT itu seperti apa. Berbeda dengan acara lain yang mereka buat juga. Mereka ikut gotong royong, bakti sosial, berbaur dengan masyarakat dan sebagainya. Hal itu bisa menunjukkan jika mereka itu rajin, baik, ramah, pemurah dan lainnya. Jadi kuis kebangsaan itu belum membentuk citra Wiranto- Hary Tanoesoedibjo”.

b. Pasangan Wiranto-Hary Tanoesoedibjo Pada tanggal 2 Juli 2013, Partai Hanura resmi mendeklarasikan Wiranto (WIN) dan Hary Tanoesoedibjo (HT) sebagai pasangan bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden pada pemilu 2014. Deklarasi dilakukan di Hotel Grand Mercure, Jl. Hayam Wuruk, Jakarta Pusat. Sejak resmi dideklarasikan, baik kegiatan individu, perkenalan partai Hanura, hingga kegiatan Hari Tanoe bersama Wiranto sudah banyak disiarkan di ketiga stasiun TV, yaitu MNCTV, RCTI, dan Global TV. Pasangan Wiranto-Hary Tanoesoedibjo adalah satu-satunya pasang calon yang langsung muncul dan mendeklarasikan diri mereka sebagai bakal calon presiden dan wakil presiden dari satu partai. Ini merupakan tindakan yang berani, mengingat dari segi lama berdirinya partai yang mengusung mereka, yaitu partai Hanura merupakan partai yang masih dikatakan baru. Selain itu, saat mereka mendeklarasikan diri dan menayangkan Kuis Kebangsaan, pemilihan umum untuk calon anggota legislatif belum dilakukan, sehingga mereka belum mendapatkan berapa hasil pemilihan suara untuk partai Hanura. Dari hasil banyaknya suara yang memilih partai Hanura, baru bisa menentukan jika partai layak atau tidak mengusungkan satu pasang calon presiden dan wakil presiden

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara dari satu partai saja. Pendaftaran untuk calon presiden dan wakil presdien juga belum dibuka. Namun mereka tetapj berani dan percaya diri mempromosikan dan mengkampanyekan diri sebagai salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden. Kemunculan Wiranto-Hary Tanoesoedibjo dalam Kuis Kebangsaan memunculkan anggapan masing-masing dari setiap informan. Para informan beranggapan jika tidak ada masalah dengan perpaduan pasangan WIN dan HT. Informan I merasa Wiranto-Hary Tanoesoedibjo adalah pasangan yang cocok, dengan latar belakang Wiranto sebagai ketua partai dan Hary Tanoe sebagai pengusaha serta pemilik media. “Mereka pasangan yang cocok. Wiranto sudah berpengalaman dipolitik sebagai Ketua Umum Partai Hanura, sedangkan HT sebagai pengusaha. Apalagi dia punya beberapa media seperti televisi, radio, surat kabar. Hal ini mempermudah untuk menyampaikan keinginannya kepada masyarakat melalui media yang dimilikinya. Misalnya dia beriklan tentang partai Hanura dan dirinya di media yang ia miliki. Itu bisa jadi kewenangan tersendiri darinya. Salah satunya adalah Kuis Kebangsaan. Seluruh masyarakat di Indonesia bisa menyaksikan acara tersebut dan bisa mengenal partai Hanura serta WIN-HT. Sebagai pemilik media, HT bisa dengan mudah mengatur jam tayang acara-acara yang mendukung”.

Informan II menambahkan jika tidak ada masalah dengan pasangan Wiranto dan Hary Tanoe. Menurutnya setiap orang berhak untuk memilih pasangan dan berpasangan dengan siapapun. Namun informan II lebih menyoroti Hary Tanoe, karena ia pemilik media yang menayangkan kuis kebangsaan di media miliknya. Informan II berpendapat jika Hary Tanoe ternyata ingin mendudukan jabatan kekuasaan di Indonesia dan secara terang-terangan melakukan kampanye dimedia miliknya. Walau tidak secara langsung, Hary Tanoe membungkusnya di dalam kuis. “kalau melihat pasangan WIN-HT melalui kuis yang mereka buat, saya melihat jelas terlihat ya bahwa ternyata pemilik media yang ingin duduk juga di arena kekuasaan, itu pasti juga menggunakan sarana yang dimilikinya secara besar-besaran. Itu kan dia menggunakan space yang cukup panjang waktunya untuk tayang dan juga wajib serta terus ditayangkan, serta terus menerus diulang nama WIN-HT. Pertama kali melihat saya langsung, wah pemilik media ya, jadi dia langsung menggunakan mediannya

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara untuk berkampanye sacara terselubung. Memang secara terselubung, tapi terang-terangan. Terselubungnya dibungkus dengan kuis, tapi terang-terangan dari semua kontennya, semua orang secara gamblang nangkap kalau itu kampanye Hanura dan WIN-HT. Kalau untuk mereka berpasangan gak masalah ya. Setiap orang bebas untuk berpasangan sama siapa saja”.

Informan III menyatakan jika mereka pasangan yang lumayan bagus karena mempunyai ide untuk membuat kuis yang dapat menambah wawasan masyarakat. Iajuga berpendapat, kalau Wiranto dan Hary Tanoe bisa lebih menampilkan dari sekedar Kuis Kebangsaan, nama mereka akan lebih dikenal dan pencitraannya tersebar. “sebenarnya lumayan bagus, lumayan mendidik lah, mereka punya ide untuk menambah pengetahuan masyarakat yang menyaksikan. Kalau di buat lebih dari itu, kemungkinan nama WIN-HT bisa lebih naik dan pencitraan mereka jadi lebih kesebar. sekedar mengingat kembali atau bahkan menambah pengetahun tentang sejarah-sejarah Indonesia dengan ditambahnya informasi yang lebih lengkap seputar pertanyaan yang ditanyakan, jadi tidak hanya sekedar pertanyaan dan jawabannya saja. iya karena pertanyaan yang ditanyakan juga menambah pengetahuan sih”.

Informan IV memiliki tanggapan sedikit berbeda dengan informan lain. Ia beranggapan jika pasangan ini kurang pengalaman politik. Mereka terlalu percaya diri dan terkesan jika masyarakat sudah menyukai mereka secara keseluruhan. Informan IV mengatakan pasangan ini masih terlalu dini dalam dunia politik dan terlalu cepat untuk naik kepemerintahan. Wiranto masih punya sejarah masa lalu yang belum diperbaiki dan Hary Tanoe masih harus memulai karir politiknya dari bawah. Tidak bisa langsung naik menjadi pemimpin, tanpa ada pengalaman dipemerintahan. “Ya yang pertama itu, terlalu tinggi percaya dirinya, jadi mereka terkesan seperti rakyat udah bisa dikuasainya aja semua. Padahal kalau secara pribadi saya si Wiranto itu sepertinya gak membaca sejarah diri dia di belakang itu bagaimana, gak bercermin ke belakang. Dulu dia kan jabatannya di tentara tinggi, waktu kasus- kasus mahasiswa trisakti itu kan jaman dia, saya masih di Jakarta, terus kasus di jembatan semanggi. Walaupun saya perempuan dan di rumah aja tapi saya tau tentang kasus dia. Lalu kalau HT, diakan pengusaha, dia belum pernah berpolitik, belum pernah masuk di dalam pemerintahan, bagaimana dia langsung mau jadi orang nomor satu atau di tempat tinggi. Kalau Ahok oke lah, karena dia merintis dari pegawai bawah, terus bupati, lalu Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara sekarang wakil gubernur, setidaknya ada jenjang perjalanan karier di politik. Kalau HT, ya saya yang orang awam mikir dia bisa apa ya? Orang yang sudah mulai dari nol urusan pemerintahan kadang-kadang masih kacau balau. Jadi menurut saya dia gak pantas, karena belum ada pengalaman apa-apa, maunya dia bertahap kalau memang mau berpolitik, karena kalau dirintis dari bawah itu, bisa langgeng. Kalau dia dengan mudah meraihnya, akan mudah juga dia turun. Kalau jadi pengusaha ya udah pengusaha aja, kalau memang mau berpolitik, rintislah dari bawah”.

c. Wiranto Wiranto menjabat sebagai Ketua Umum Partai Hanura. Beliau mendirikan Partai Hanura pada akhir tahun 2006 dan deklarasinya dilakukan di Hotel Kartika Chandra, Jakarta. Selain sebagai politikus, Wiranto juga dikenal sebagai tokoh militer. Ia menjabat Panglima TNI di era berakhirnya masa kekuasaan Presiden Suharto pada tahun 1998. Wiranto pernah dua kali melaju pada pemilihan presiden dan wakil presiden, yaitu pada tahun 2004 dan 2009, namun gagal. Pada pemilihan presiden 2004, ia kalah di babak pertama bersama Salahuddin Wahid dan pada tahun 2009, Wiranto berpasangan dengan Jusuf Kalla juga mengalami kekalahan saat bersaing dengan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono. Tahun 2013 Wiranto kembali mendeklarasikan diri sebagai calon presiden bersama calon wakil presiden Hary Tanoeseodibjo dari partai Hanura. Namun, kemunculannya justru menuai beberapa anggapan dari keempat informan. Informan I mengaku jika ia tidak banyak tahu tentang Wiranto. Ia mengetahui Wiranto hanya sebatas sebagai Ketua Umum Partai Hanura. Namun, ia beranggapan jika Wiranto belum layak menjadi presiden di Indonesia. Menurutrnya, Wiranto belum ada menunjukkan rekam jejak jika ia pantas menjadi pemimpin. “gak begitu tahu tentang Wiranto, yang saya tau dia ketua dari Partai Hanura yang bekerja sama dengan HT, agar bisa lebih dekat dengan masyarakat melalui media milik HT. Menurut saya juga Wiranto gak layak jadi presiden, karena belum ada rekam jejak dari Wiranto yang menunjukkan jika dia pantas menjadi presiden, belum ada sesuatu yang dia buat untuk rakyat Indonesia”.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Informan II juga beranggapan yang sama denga informan I. Informan II beranggapan jika Wiranto merupakan seorang militer yang pernah berjaya pada masa ketentaraannya. Namun untuk urusan politik, Wiranto masih jadi orang yang belum cukup mendapat kepercayaan dari masyarakat. Sudah dua kali Wiranto mencalonkan diri sebagai calon presdien dan wakil presiden bersama pasangan- pasangannya terdahulu. Tetapi, dikedua periode pemilu tersebut dia gagal dan tidak banyak mendapatkan suara. Di tahun 2013, dia muncul kembali dan langsung dengan berani mencalonkan diri menjadi presiden, tanpa tahu berapa banyak perolehan suara yang di dapat. “background sebenarnya kan militer, tapi kalau tentang berkecimpung di dunia politik, Wiranto selalu menjadi orang yang kalah. Jadi secara militer mungkin dia pernah berjaya, tapi kalau secara politik hingga saat ini belum pernah menang, tapi patut di acungi jempol, karena walaupun sudah kalah tetap bangkit lagi. Hingga akhirnya di format tahun 2014 ini, semua partai politik belum ada yang mencantumkan satu paket calon presiden. Namun, belum apa-apa dia sudah berani padahal belum tahu perolehan hasil suara partai yang akan di dapatkannya.

Informan III menganggap jika Wiranto tidak layak menjadi pemimpin karena pengalaman masa lalu Wiranto semasa di kemiliteran. Ia menganggap Wiranto sulit diterimaamsyarakat karena pengalaman masa lalunya dan belum layak menjadi pemimpin Indonesia. “menurut saya, untuk Wiranto, kalau dilihat dari trade record dia selama dia menjadi purnawirawan TNI, membuat saya kurang setuju dengan Wiranto menjadi presiden, dia gak layak menurut saya. Karena sepengetahuan saya, selama Wiranto menjabat sebagai angkatan, sebelum reformasi pasukan Wiranto banyak beradu tembak sama anggota GAM di Aceh, banyak korban jiwa, banyak yang meninggal karena adu tembak yang dilakukan anak buahnya. Wiranto yang memimpin kejadian itu, jadi menurut saya gak layak sih dia. saya jadi mikir dari kejadian itu kalau Wiranto sikapnya gak mau bermusyawarah. menurut saya, sebagian orang pasti melihat dia dari pengalaman masa lalunya, tidak melihat dari apa dia sekarang dan pengalaman yang fatal membuat orang susah untuk merubah cara berfikir tentang orang lain termasuk Wiranto”.

Informan IV juga mengganggap Wiranto tidak melihat latar belakang diri dia di jaman dahulu. Wiranto terlibat kasus di era sebelum reformasi dan belum ada hal yang pantas dikatakan, jika ia layak penjadi presiden. Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara “si Wiranto itu kayak gak membaca sejarah diri dia di belakang dulu kayak mana. Dulu dia kan jabatannya di tentara tinggi, waktu kasus-kasus mahasiswa trisakti itu kan jaman dia, saya masih di Jakarta, terus kasus di jembatan semanggi. Walaupun saya perempuan dan di rumah aja tapi saya tau tentang kasus dia. Walaupun dulu ia tentara, dia terlalu kepedean masyarakat mau milih dia, padahal udah kalah dulu. Gak ada juga hal yang buat dia pantas untuk jadi presiden”.

d. Hary Tanoesoedibjo Hary Tanoesudibjo merupakan pemilik stasiun swasta RCTI dan Global TV. Ia lama berkecimpung sebagai pengusaha, tepatnya bisnis media penyiaran dan telekomunikasi. Perusahaan yang dimilikinya seperti Global Mediacom dan Bhakti Investama. Ia menjabat sebagai Presiden Direktur MNCTV, RCTI, serta komisaris PT Mobile-8 Telecom dan Indovision. Grup medianya juga mencakup Global TV, stasiun radio Trijaya FM, media cetak Harian Seputar Indonesia, majalah ekonomi dan bisnis Trust serta tabloid remaja Genie. Selain itu, ia juga memiliki situs online okezone.com. Jika ditotal secara keseluruhan, Hary Tanoesudibjo hingga saat ini sudah memiliki 18 TV lokal, 3 TV swasta, 22 radio, 1 surat kabar, 4 majalah, 2 tabloid serta 1 situs online yang hampir keseluruhan tersebar di seluruh Indonesia. Hari Tanoe begitu banyak menguasai bisnis kepemilikan media, hal ini mempermudah beliau untuk melakukan beberapa kebijakan atas media yang dimilikinya. Salah satunya, Kuis Kebangsaan yang tayang di RCTI, kuis ini berkaitan erat dengan Hari Tanoe sebagai bakal calon Wakil Presiden RI. Informan I beranggapan jika Hary Tanoe belum mempunyai cukup pengalaman di dunia politik dan terlalu cepat mau memposisikan diri sebagai calon wakil presiden. Selain itu, Hari Tanoe yang juga merupakan seorang pengusaha dan pemilik media, dianggap belum sepenuhnya menjalankan media yang dimilikinya sesuai dengan fungsi media. Hary Tanoe terlalu banyak andil dan menampilkan diri di media miliknya dan terkesan porsi media jadi tidak seimbang. Jika niat Hary Tanoe menjadi calon wakil presiden untuk membantu rakyat, lebih baik ia tetap mengembangkan usaha dan medianya agar mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak. Hal ini lebih efektif, dibandingkan daripada ia menjadi wakil presiden.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara “sebagai seorang pengusaha yang ingin jadi wakil presiden, dia belum punya banyak pengetahuan tentang politik. Niatnya jadi wapres apa dulu, kalau niatnya untuk membantu masyarakat, gak harus jadi wapres, kalau memang mau membantu jangan waktu mau pencapresan baru peduli. Kalau niatnya memang membantu ya dia buka aja lapanagan kerja untuk masyarakat. apalagi dia seorang pemilik media, harusnya dia tau apa fungsi media, jadi porsi yang ditampilkan ke media porsinya seimbang, karena tayangan yang ditampilkan media banyak yang berlebihan. Itu dulu yang seharusnya di aturnya., Media yang digunakan HT kan menggunakan frekuensi yah, dan itu milik publik. Gak seharusnya HT dengan seenaknya menggunakan. Dia juga harus memperhatikan aturan siaran dong, memiliki media boleh, tapi tau porsinya, jangan berlebihan terkesan jadi norak. Media dia bangun untuk memenuhi fungsi televisi atau menampilkan dirinya”.

Informan II berpendapat juga jika Hary Tanoe sebagai pendatang baru di dunia politik, belum cukup menjadikan dia sebagai orang nomor 2 di Indonesia. Karir politiknya masih sedikit, sebab sebelumnya Hary Tanoe dikenal sebagai pengusaha dan pemilik media, bukan sebagai politikus. Selain itu ada persoalan etnis yang dianggap informan II salah satu alasan Hary Tanoe tidak layak menjadi pemimpin. Informan II beranggapan Hary Tanoe yang merupakan suku Tionghoa belum bisa diterima secara langsung oleh masyarakat Indonesia yang mayoritas pribumi. Hary Tanoe juga sudah melanggar etika politik dan penyalahgunaan fungsi media, karena terlalu dominan menggunakan medianya sebagai alat untuk kampanye politik Hary Tanoe. “kalau tentang HT, saya melihatnya kalau dia kan pemilik media terkemuka di Indonesia. Sebagai pengusaha dia sukses, tapi ketika berkecimpung di ranah politik, sebenarnya agak dipertanyakan, untuk apa? Padahal media kan sudah mempunyai tempat sendiri yang strategis dan media dikatakan sebagai pilar keempat demokrasi. Jadi, apakah dia tidak memikirkan, jika dia masuk ke ranah politik pastinya akan jelas-jelas membawa media kearah satu kepentingan yang dia miliki. Media kan independen, walaupun sekarang tidak dianggap independen, tetapi paling tidak ada pintu yang langsung menuju secara blak-blakan, untuk kepentingan dia arah nya kemana. Jangan dengan kepemilikan media yang dia punya dan ia mengikuti ajang pilpres 2014, jadi kelihatan sekali. kalau secara dia pemilik media, dia mau ngapain aja memang terserah dia, namun secara etika politik kemudian ketidakberimbangan sama yang lain. Jadi pemilik medialah yang pastinya bisa lebih menampilkan dirinya dan pencitraan dia juga

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara mensosialisasikan dirinya. Kalau secara etika politik yah gak bagus, karena dalam demokrasi memang semua orang diberikan kesempatan yang sama untuk maju, tetapi ternyata gak semua dapat start yang sama, mereka mengambil start duluan. Itu juga bisa dikatakan penyalahgunaan media yah, karena media itu kan ada fungsinya dan untuk masyarakat banyak, terus bisa dibilang dia memang punya media tetapi untuk menyiarkannya, salurannya, gelombangnya dan frekuensinya itukan milik publik. Jadi dia tidak menggunakan itu untuk kepentingan dia sendiri. Publikkan sebenarnya bisa menolak, ketika dia menggunakan medianya”.

Informan III memberikan tanggapan yang sama dengan informan II , jika Hary Tanoe belum bisa diterima masyarakat pribumi karena ia keturunan Tionghoa. Masyarakat pribumi tidak mau menerima jika pemimpin berasal dari suku Tionghoa, karena bukan suku asli Indonesia. Apalagi untuk menjadi pemimpin Negara, masyarakat pribumi pasti menolak. Selain itu, menurut informan III Hary Tanoe juga terlibat kasus kepemilikan media dengan anak mantan Presiden Soehartop, mbak Tutut. Kasus ini menyangkut tentang kepemilikan TPI menjadi MNC. “menurut saya HT sih bagus, pinter dan pinter juga memanfaatkan dan mengatur media yang di milikinya. Namun menurut saya dia itu juga licik, karena seingat saya waktu TPI yang dimiliki mbak Tutut anaknya Soeharto, waktu itu HT ada jabatannya di TPI. Waktu jaman reformasi kan jaman dimana keluarga Soeharto mendapatkan banyak masalah, HT mengambil kesempatan dan mengambil alih kepemimpinan dari TPI, hingga lambat laun TPI menjadi miliknya, tanpa seizin mbak Tutut yang waktu itu lagi ada masalah internal keluarga. Hingga sekarang berganti nama menjadi MNC, itu sih menurut saya kelicikan HT, memanfaatkan situasi disaat sulit orang lain. Kalau soal pencawapresan nya dia dari partai Hanura, yang kita tahu kan dia orang Chinese yah. Pasti orang pribumi yang asli Indonesia tidak terlalu suka untuk memilih pasangan WIN-HT memimpin Indonesia 5 tahun kedepan”.

Informan IV juga beranggpan sama dengan informan laintentang Hary Tanoe yang belum punya pengalam politik dan masih terlalu dini untuk langsung berada di pemerintahan atas. Informan IV merasa Hary atone haruslah merintis karir politiknya dari bawah, untuk lebih mendapat kepercayaan masyarakat. Itulah sikap arogan yang dimiliki Hary Tanoe karena terlalu percaya diri dan menggunakan media yang dimiliki untuk media kampanye.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara “tetap dia harus belajar dulu lebih lama jadi politikus, jangan langsung mau naik ke atas, biar simpati rakyat ke dia itu ada. Ini tiba-tiba udah mau jadi wakil presiden aja, banyak uang belum tentu jadi nomor 1. Ya itulah arogannya dia, dia merasa dengan percaya dirinya, karena dia punya media, lalu di gunain. Tapi itu kembali lagi, penduduk Indonesia ini udah pinter. Walaupun dia punya media, tapi kalau dia belum punya kerja nyata, punya sesuatu yang bisa dia hasilkan atau lakukan dan sumbangkan untuk Indonesia, tetap aja akan susah. Kan orang yang punya dan menonton tv biasanya udah mulai cerdaslah memilih dan memilah tayangan yang ada. Orang yang sudah mulai dari nol urusan pemerintahan kadang-kadang masih kacau balau. Jadi menurut saya dia gak pantas, karena belum ada pengalaman apa-apa, maunya dia bertahap kalau memang mau berpolitik, karena kalau dirintis dari bawah itu, bisa langgeng. Kalau dia dengan mudah meraihnya, akan mudah juga dia turun. Kalau jadi pengusaha ya udah pengusaha aja, kalau memang mau berpolitik, rintislah dari bawah”.

e. Peran Kuis Kebangsaan dalam Politik Wiranto-Hary Tanoesoedibjo Kuis Kebangsaan berperan penting sebagai salah satu sarana yang digunakan Hary Tanoe untuk mempromosikan partai Hanura. Faktanya bukan hanya kuis kebangsaan yang menjadi satu-satunya kuis yang mengusung tentang Hanura dan Wiranto-Hary Tanoe. Ada satu kuis lain di media yang juga dimiliki oleh Hary Tanoe. Kuis tersebut dinamakan Kuis Indonesia Cerdas, yang seluruh konsepnya mirip dengan Kuis Kebangsaan. Perbedaan hanya terdapat kepada hadiah dan peserta yang mengikuti kuis. Namun, Kuis Kebangsaan yang lebih dahulu tayang lebih mendapat perhatian para informan. Menurut para informan, Kuis Kebangsaan memiliki peran dalam politik Wiranto-Hary Tanoe. Informan I beranggapan jika Kuis Kebangsaan berperan dalam memperkenalkan partai Hanura kepada masyarakat, sebagai partai yang masih baru, serta sudah mengusung calon presiden dan wakil presiden secara langsung. Peran kuis kebangsaan dalam politik Wiranto-Hary Tanoe salah satunya membentuk pencitraan dengan pemberian hadiah melalui kuis. “Sebenarnya, kalau menurut saya kuis itu untuk memperkenalkan Hanura, sebagai partai baru yang mengusung WIN-HT sebagai calon presiden dan wakil presiden dari partai tersebut. Begitu juga dengan caleg-calegnya, ini juga sebagai pencitraan ke Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara masyarakat. Dengan pemberian hadiah, mungkin masyarakat akan lebih tertarik untuk mengenal partai Hanura dari kuis ini”.

Informan IV juga memiliki pendapat yang sama dengan informan I. Peran Kuis Kebangsaan adalah memperkenalkan partai Hanura, Wiranto dan Hary- tanoe, serta slogan partai Hanura yang dijadikan password kuis. Password kuis diulang secara berkali-kali dengan tujuan agar masyarakat dapat mengingatnya. “yah cukup berperan memperkenalkan partai, calon presiden dan wakil presidennya, juga password yang bolak balik di bilang, sengaja itu biar orang ingat”.

Informan III juga memiliki anggapan jika Kuis Kebangsaan berperan dalam menambah elektabilitas partai Hanura serta pasangan Wiranto-Hary Tanoe dimata masyarakat. Namun, informan II memiliki anggapan yang sedikit berbeda dengan informan lain. Menurut informan II jika kuis dijadikan sarana sosialisasi, dalam artian sebagai sarana untuk memperkenalkan dan promosi cukup efektif, terlepas dari kuis tersebut sudah di atur sebelumnya atau tidak. Tetapi, tetap harus melihat kualitas masing-masing calon, pantas atau tidak mendapat dukungan dari masyarakat. Informan II merasa Wiranto dan Hary Tanoe belum mendapat perhatian dari masyarakat, dikarenakan kekurangan masing-masing. Kuis kebangsaan belum membentuk satu pencitraan yang menonjol, hanya memperkuat Wiranto dan Hary Tanoe. Namun, belum ada menampilkan bentuk citra amsing-masing calon. Tidak ada tindakan-tindakan yang difokuskan untuk membentuk citra positif. Justru dengan adanya kuis ini, informan IV mengatakan jika banyak yang kurang suka dan mencemooh. “kalau kuis jadi sarana untuk “sosialisasi” sebenarnya cukup efektif karena dari segi penggunan medianya bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat, semua dipukul rata pasti bisa melihat, mulai dari atas sampai bawah. Terlepas dari kuis itu settingan atau bukan ternyata cukup banyak orang yang berminat untuk ikut kuis tersebut. Kalau dari segi penggunaan medianya cukup efektif, tapi keefektifan ini juga dilihat kualitas masing-masing calon. Apa yang bisa disampaikan, apakah masing-masing mempunyai kualitas yang memang pantas untuk mendapatkan dukungan yang besar. Balik ke pencitraan yang dibentuk di media, mungkin HT karena ia Tionghoa belum mampu menarik hati masyarakat pribumi atau seluruh lapisan masyarakat, kemudian kalau Wiranto walaupun jendral, tapi masyarakat belum tau hal apa yang sudah pernah ia lakakan dan berikan untuk Indonesia. Ketika WIN-HT

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara berani menyiarkan kuis ini sebenarnya ada yang mendukung tapi banyak juga yang mencemooh. Hal itu jadi bukan membentuk suatu pencitraan yang positif malah sebaliknya, banyak yang tidak suka dengan cara mereka itu. Kalau saya pribadi memandang pencitraan WIN-HT yang ditampilkan di kuis itu tidak terlalu berpengaruh dan menonjolkan WIN-HT, karena sarana yang ia pakai dalam bentuk kuis memang satu hal baru tapi kesan yang dibuat-buat sangat kental di kuis itu, jadi agak kurang efektif. Jadi saya gak lihat bentuk citra yang seperti apa yang mau ditampilkan. Hanya yang terlihat hanya untuk memperkuat WIN dan HT. Tidak menampilkan image Wiranto itu seperti apa dan HT itu seperti apa. Berbeda dengan acara lain yang mereka buat juga. Mereka ikut gotong royong, bakti sosial, berbaur dengan masyarakat dan sebagainya. Hal itu bisa menunjukkan jika mereka itu rajin, baik, ramah, pemurah dan lainnya. Jadi kuis kebangsaan itu belum membentuk citra WIN-HT”.

f. Kelebihan Pasangan Wiranto-Hary Tanoesoedibjo Kelebihan merupakan hal-hal yang tidak dimiliki orang lain, tetapi dimiliki orang seseorang. Keputusan Wiranto dan Hary Tanoe dianggap berlebihan, tetapi para informan masing-masing menganggap jika pasangan ini masih punya kelebihan. Kelebihan tersebut tidak jauh dari hal-hal yang mereka miliki atau sudah pernah dialami. Informan I mengatakan jika kelebihan pasangan Wiranto dan Hary Tanoe terdapat pada dukungan. Mereka beruntung karena mendapat dukungan penuh dari satu partai yang mengusung mereka menjadi calon presiden dan wakil presiden. Hal ini belum ada dilakukan oleh orang atau partai lain saat itu. Informan II beranggapan jika kelebihan Wiranto dan Hary Tanoe adalah pasangan ini tidak punya kasus korupsi. Pada saat ini, di Indonesia kasus karupsi masih menjadi kasus yang paling banyak terjadi dan dilakukan oleh para petinggi perusahaan, daerah atau pemerintahan. Kata bersih yang terdapat dalam slogan partai Hanura “Bersih, Peduli, Tegas”, dianggap masih sesuai dengan pasangan Wiranto dan Hary Tanoe. “kelebihan WIN-HT kalau menurut saya, dua tokoh itu tidak punya kasus korupsi. Karena karupsikan masih jadi kasus yang parah di Indonesia, jadi dua tokoh itu masih cukup bersih dari hal korupsi. Diri mereka bersih secara politik, itu menjadi nilai plus.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Jadi slogan bersih, peduli, tegas masih bisa di sematkan ke diri mereka dan bisa jadi jualan yang baik”.

Informan III mengatakan jika kelebihan Wiranto dan Hary Tanoe, karena mereka memiliki media yang bisa dijadikan sebagai wadah untuk memperkenalkan lebih dekat tentang pasangan Wiranto dan Hary Tanoe. Selain itu, mereka memiliki keberanian dengan menetapkan diri mereka sebagai pasangan calon presiden dan wakil presiden. “pasangan tersebut memiliki media sebagai wadah untuk memperkenalkan mereka sebagai capres dan cawapres dari partai hanura dan memiliki keberanian untuk langsung menetapkan pasangan dari satu partai saja”.

Informan IV mengatakan jika kelebihan pasangan ini terletak pada Hary Tanoe sebagai pengusaha dan pemilik media yang memiliki uang atau modal yang cukup. Selain itu, Hary Tanoe memiliki banyak relasi. Sementara Wiranto bermodalkan keberanian dan pengalaman sebagai tentara. Namun, kelebihan itu belum cukup untuk mengantarkan mereka mendapatkan banyak dukungan dari masyarakat. “duitnya banyak, memang Wiranto diutnya gak sebanyak HT, tapi Wiranto bermodalkan keberanian dan pengalaman karena dia di TNI kan lama, terus dia orang kepercayaan presiden yang dulu- dulu kalau gak salah waktu jaman Soeharto, jadi itu lah yang diandalkannya, istilahnya masa kejayaannya pas waktu itu. Kalau si HT, dia kan pengusaha, jadi banyak relasinya, dia punya media, dia juga punya usaha. Jadi sudah cukup banyak HT membangun relasi dan itu salah satu modal dia untuk mengajukan dirinya jadi presiden, tapi ternyata itu juga belum cukup”..

g. Kekurangan Pasangan Wiranto-Hary Tanoesoedibjo Kekurangan adalah hal yang tidak dimiliki oleh seseorang tetapi dimilki oleh orang lain. Kekurangan merupakan kebalikan dari kelebihan. Kekurangan tidak selamanya buruk, hanya masih perlu belajar untuk menutupinya. Kekurangan pasangan ini menurut para informan adalah mereka belum memiliki pengalaman politik, terlalu dini mengkampanyekan diri di hadapan media, belum mempunyai prestasi nyata yang bisa dilakukan untuk Indonesia, serta berlebihan menampilkan dan menonjolkan diri dihadapan media.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Informan I : “Terlalu berlebihan dalam menggunakan media untuk kepentingan politiknya”. Informan II : “Kalau untuk kekurangannya, sampai saat ini kita belum lihat prestasi dia yang nyata itu apa untuk Indonesia, belum bisa dilihat secara kasat mata apa yang sudah dilakukan untuk Indonesia”. Informan III : “Mereka terlalu cepar mengkampannyekan pasangan capres dan cawapres dari partai hanura, sementara pemilu legislatif belum terlaksana dan belum diketahu berapa jumlah perolehan suara yang di dapatkan partai Hanura”. Informan IV : “Kurang cukup pengalaman politiknya, jadi masyarakat belum percaya dan belum mau mendukung mereka”.

h. Pemilik Media selain Hary Tanoesoedibjo Hary Tanoe bukanlah satu-satunya pemilik media yang berkecimpung di dunia politik dan menjadi anggota partai. Ia juga bukan satu-satunya pemilik media yang mencalonkan diri sebagai calon pemimpin di Indonesia, serta berkampanye di media televisi milik sendiri. Selain Hary Tanoe, ada juga Abu Rizal Bakrie dan Surya Paloh. Kedua memiliki stasiun televisi swasta yang sudah cukup lama mengudara di Indonesia. Keduanya memilki televisi yang dikhususkan untuk melaporkan segala bentuk pemberitaan (TV berita). Abu Rizal Bakrie pemilik TV One dan ANTV, sementara Surya Paloh pemilik Metro TV. Pemberitaan yang disiarkan oleh kedua televisi swasta tersebut cukup mendapat kepercayaan masyarakat. Konglomerasi media yang saat ini terjadi di Indonesia, membuat para pemilik media merasa memilki hak khusus terhadap media yang dimiilki. Jika penonton menyaksikan televisi milik para pemilik media yang berkecimpung di dunia politik, sudah pasti penonton akan sering melihat wajah-wajah mereka ada di layar televisi. Kemunculan mereka di televisi biasa terlihat dalam iklan, pemberitaan, talk show atau acara lainnya. Para informan menganggap dari ketiga pemilik modal, Hary Tanoe lah yang paling berlebihan menggunakan medianya. Hal ini disebabkan banyaknya program-program televisi yang di siarkan oleh televisi milik Hary Tanoe menyiarkan tentang dirinya serta beberapa kegiatannya. Informan I mengatakan Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara jika ketiganya sama-sama menggunakan medianya untuk kepentingan politik. Namun, program-program yang ditampilkan berbeda. Menurut informan I, Abu Rizal Bakrie lebih banyak masuk di medianya pada segmen pemberitaan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Abu Rizal Bakrie menyangkut hal-hal baik, selalu mendapatkan liputan dan disiarkan oleh mediannya. Pemberitaan yang dikabarkan juga merupakan berita-berita baik yang menampilkan citra positif dari Abu Rizal Bakrie. Selain itu, terdapat juga beberapa iklan yang juga menampilkan Abu Rizal Bakrie beserta partai politik yang diketuainya. “Sebenarnya mereka kan sama-sama menggunakan media untuk keperluan politiknya, yang menjadi perbedaan kalau HT kan bisa dilihat dari kuis kebangssan, dari berita tentang Hanura, HT dan Wiranto yang sebenarnya gak harus dikonsumsi masyarakat”. “Kalau ARB lebih kepada pemberitaannya, walaupun ARB punya TV One dan ANTV, tetapi ARB banyak masuk di beritanya, dan media ARB sering menampilkan citra baik dan positif dari ARB serta partainya”.

Pendapat informan I tentang Abu Rizal Bakrie, hampir sama dengan tanggapannya terhadap Surya Paloh. Televisi berita milik Surya Paloh cukup banyak memberitakan tentang dirinya, serta partai politik yang didirikan serta diketuai olehnya. Seluruh kegiatan itu di anggap pencitraan oleh informan I. Informan II mengatakan jika ia lebih banyak menyaksikan Abu Rizal Bakrie muncul dalam bentuk iklan di televisi milik Abu Rizal Bakrie. Ia belum pernah melihat jika Abu Rizal Bakrie ditampilkan dalam bentuk profil ataupun masuk ke dalam program acara manapun di televisi swasta miliknya. “kalau untuk ARB dia masih menggunakan dalam bentuk iklan, saya belum ada lihat kalau ARB ditampilkan dalam bentuk profil. Dibandingkan HT, kalau saya gak salah, HT itu istrinya pernah masuk dalam infotaiment. Jadi apa yang dilakukan istrinya masuk kedalam pemberitaan infotaiment. Kalau ARB tidak pernah masuk kedalam bentuk program acara manapun. Bahkan berita entertain juga gak pernah, paling dia masuk kedalam berita politik kayak dia lagi ngapain, di medianya sendiri dan bentuk iklan politiknya aja. Jadi kalau menggunakan medianya secara terus-terusan kalau ARB gak terlalu”.

Untuk Surya Paloh, informan II beranggapan jika Surya Paloh lebih condong memberitakan tentang partai dan kegiatan partai di televisi miliknya. Saat partai yang ia dirikan melakukan suatu kegiatan atau kunjungan, televisi miliknya pasti meliput lalu selanjutnya menyiarkan berita. Hal itu sering terjadi Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara saat partai yang didirikannya baru dideklarasikan. Setelah itu, surya paloh tidak terlalu banyak tampil di televisi. “begitu juga dengan Surya Paloh, dia hanya di awal-awal Nasdem dideklarasikan aja, kayak Nasdem ada kegiatan apa, dia diliput secara ekslusif di medianya tentang Nasdem yang cukup banyak lah porsinya dan tetap hanya di media milik dia saja. Setelah itu, dia tidak terlalu banyak masuk di medianya. Saya rasa Surya Paloh dan ARB sama, gak banyak ngambil space yang gak penting, hanya yang sepantasnya aja”.

Informan III juga memiliki pendapat yang sama dengan informan II. Abu Rizal Bakrie lebih banyak melakukan promosi di media miliknya melalui iklan. Sementara, Surya paloh lebih banyak memberitakan tentang kegiatan partai yang didirikannya. Begitupun dengan anggapan dari informan IV, jika para pemilik media juga memanfaatkan medianya sebagai tempat untuk promosi diri serta partai yang diketuainya.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 Kategori Pemaknaan Penonton Terhadap Pencitraan WIN-HT melalui Kuis Kebangsaan di RCTI

No. Informan Informan Informan Informan I II III IV

1. Pencitraan Menunjukkan Memoles Cara yang Menampilka sesuatu yang atau dilakukan n suatu kesan baik untuk memperku untuk baik di menarik at suatu menarik hati masyarakat simpati kesan agar masyarakat agar masyarakat dapat masyarakat disebarkan mau ke semua menerima orang dan dan orang menyukai dapat seseorang. mengingat orang lain dari kesan yang sudah ditampilka nnya, dan membuat opini tentang orang

2. Pasangan Setuju, Setuju, Setuju, Kurang WIN-HT pasangan tidak ada pasangan setuju, terlalu yang cocok masalah yang percaya diri dengan lumayan pasangan bagus 3. Wiranto Tidak setuju Tidak Tidak setuju Tidak setuju sebagai setuju calon presiden 4. Hary Tanoe Tidak setuju Tidak Tidak setuju Tidak setuju sebagai setuju calon wakil presiden 5. Peran Kuis Untuk Untuk Menambah Untuk dalam promosi, sosialisasi, elektabilitas promosi Pencitraan pencitraan kurang WIN-HT menonjolka n pencitraan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 6. Kelebihan Satu paket WIN-HT HT Punya Wiranto WIN-HT calon presiden tidak punya media, berani, HT dan wakil kasus Wiranto punya banyak presiden yang korupsi. berani relasi didukung penuh partai Hanura. 7. Kekurangan Berlebihan di Belum ada Terlalu Belum punya WIN-HT media prestasi cepat karir politik nyata untuk melakukan cukup. Indonesia. kampanye Kurang dukungan dari masyarakat. 8. Pemilik ARB masuk ARB ARB ARB media selain di masuk banyak memanfaat HT pemberitaan dalam iklan melakukan medianya menampilkan politik di promosi di untuk citra positif di medianya. medianya promosi. medianya. Surya Paloh Memperke Promosi Media untuk dan partai nalkan partai promosi diri Nasdem partai Nasdem dan partai. masuk Nasdem pemberitaan di medianya.

• Pendapat Mengenai Dunia Politik di Indonesia Selain mencari pemaknaan terhadap hal-hal yang menyangkut Kuis Kebangsaan dan pencitraan bakal calon presiden dan wakil presiden. Peneliti juga mencari tahu pendapat para informan mengenai hal-hal lain yang berrkaitan dengan presiden dan wakil presiden. karena hal ini masih berkaitan erat dan dapat mempengaruhi pendapat dari masing-masing informan.

a. Ketertarikan terhadap Politik Informan I dan III mengatakan jika mereka hanya sedikit mengetahui tentang politik. Mereka hanya mengikuti perkembangan yang ada, tanpa terlalu memperhatikannya secara detail. Mereka biasanya menyaksikan perkembangan politik melalui media massa, baik itu televisi maupun koran. Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Informan II menyukai dan tertarik terhadap politik secara keilmuan. Sementara informan IV, tidak tertarik sama sekali dengan politik. Menurutnya masih banyak hal lain yang bisa dipikirkan, daripada memikirkan politik Indonesia yang banyak masalah.

b. Partai Politik Pendapat para informan terhadap partai politik mengarah ke hal yang kurang baik. Mereka beranggapan jika sudah tidak ada lagi partai yang bersih. Pemahaman itu didapat dari kelakuan yang sudah dilakukan para anggota partai. Kepercayaan informan terhadap partai berkurang, disebabkan didalam tubuh partai banyak sekali pro dan kontra yang terjadi. Pro dan kontra tersebut berasal dari para anggotanya. Banyaknya anggota dan petinggi partai yang terlibat kasus korupsi dan masuk penjara. Perebutan kekuasaan juga banyak terjadi di dalam partai politik saat ini. Para anggota berlomba untuk menjadi orang yang nomor satu. Partai politik dijadikan batu loncatan para anggotanya untuk mendapatkan kekuasaan dan kedudukan.

c. Kriteria Calon Presiden dan Wakil Presiden yang Layak Keempat informan memilki kriteria sendiri dalam memilih calon presiden yang layak untuk memimpin bangsa dan negara. Mereka punya kriteria khusus, yang menurut mereka layak dijadikan orang nomor satu di Indonesia. Informan I mengharapkan calon presiden dan wakil presdien yang layak, harus memenuhi kriteria seperti dekat dengan rakyat, tahu kebutuhan rakyat, pintar, berwawasan luas, mampu menjalin kerja sama dengan luar negeri, dapat memajukan bangsa dan negara, serta mampu melunasi utang negara. “Benar-benar dekat dengan masyarakat, tau kebutuhan masyarakat, dan dapat memajukan bangsa dan negara. Dia kan presiden harus mementingkan kemakmuran rakyat, bukan kemakmuran dia dan temannya. Mereka harus tau kehidupan masyrakat dari yang kelas paling bawah sampai atas. Selain itu harus pintar, kalaupun punya media, harus pintar mengaplikasikan 4 fungsi media secara seimbang. Berwawasan luas, bisa menjalin kerja sama dengan negara luar dan yang paling penting bisa melunasi hutang negara dan peduli terhadap para TKI yang bekerja di luar negeri, mereka kan penghasil devisa negara. Tetapi selama mereka bisa bekerja di negeri sendiri, kenapa harus susah Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara panyah keluar negeri, ya ditambah lagi lapangan pekerjaan di Indonesia”.

Informan II berpendapat kriteria calon presiden dan wakil presiden yang layak, yaitu tahu cara memerintah Indonesia, berani, tegas mengambil keputusan, bukan berasal dari kalangan politisi, serta mempunya visi dan misi yang sejalan. “yang pertama harus tahu bagaimana memerintah Indonesia yang segini besar dan dengan segini banyak penduduk serta berbagai macam ragam keinginan, jadi harus paham dulu lah cara memerintah. Kemudian yang kedua memang harus berani yah, di Indonesia ini kalau gak berani ngambil keputusan dan gak berani gebrak-gebrak, sekarang ini muncul yah pemimpin yang melakukan gebrakan-gebrakan. Jadi pemimpin yang melakukan gebrakan dianggap berani, membuat rakyat itu menjadi patuh, disiplin, kemudian kerjanya jadi lebih baik. Tapi, walaupun berani gak cuma karena gebrak-gebrak, berani dalam arti bisa mengambil keputusan yang tegas. Ketiga, kalau bisa bukan dari politisi, karena kalau muncul dari politisi bahayanya transaksional terus jadinya dalam membuat kebijakan. Kayak kemaren muncullah calon-calon alternatif yang tidak di besarkan dari politik, seperti dari angkatan, akademisi Anis Baswedan, terus Gita Wirjawan dari birokrat, boleh lah mungkin punya variasi. Dalam artian jika orang yang muncul bukan karena kepentinagn dia bisa lebih netral tidak harus memilih a atau b, tapi tantangannya apakah dia bisa netral terus jika nantinya terus digoyang. Tapi itulah bedanya calon yang berasal dari adanya kepentingan atau tidak dan berani. Kayak Amerika terkenal karena Obama itu kan pemimpin yang berani memperjuangkan apa yang layak untuk rakyatnya. Jadi itu yang pertama harus tahu dulu cara memimpin, kedua berani dan ketiga bukan dari orang yang sudah terbiasa dengan politik yang sekarang. Kalau wakil menurut saya wakil sih bisa lebih fleksibel yah, dalam arti wakilkan bukan ban serap yah, tetapi wakil adalah orang yang harus bisa bekerjasama dengan si pemimpin, karena hasil dari politik transaksional sekarang kan si wakil jadi kayak punya agenda sendiri, si presdien juga punya agenda sendiri, yang akhirnya nanti ditengah jalan berbenturan, beda kepentingan. Jadi untuk wapres syarat pertamanya harus punya visi misi yang sama dengan presiden, mau kemana dan seperti apa, tidak perlu iri- irian”.

Informan III mengatakan kriteria calon presiden dan wakil presiden yang layak yaitu, berpendidikan tinggi dan berpengalaman. “yang pertama harus berpendidikan tinggi kayak professor atau minimal doktor. Punya pengalaman yang bagus dalam pemerintahan. Trade record di dalam dunia politik atau dunia kebidangan lainnya juga baik”. Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Informan IV beranggapan jika kriteria calon presiden dan wakil presiden yang layak yaitu, tahu tentang Indonesia, cerdas, mengerti perekonomian, dan nasionalis. “Yang pertama sekali harus dia yang ngerti apa dan bagaimana kehidupan di Indonesia ini, cara berfikirnya harus idealisnya Indonesia. Lalu yang cerdas, kan gak mungkin kita milih presiden yang bloon, kita juga harus tau sepak terjangnya selama ini. Pastinya dia yang ngerti, perekonomian di Indonesia ini bagaimana, cara menjalankan pemerintahan. Harus yang nasionalis, begitupun wakil presidennya. Selain itu harus bisa bekerjasama dan memilih orang yang tepat di bidangnya, soalnya kan presidennya ini punya menteri. Sekalipun presiden memiliki pemikiran dan wawasan yang luas, hasil pemikirannya juga harus didiskusikan dan dibantu dengan menteri, jadi saling bekerjasama dan saling membantu, jadi gak kerja sendiri. Mana tau dengan begitu jadi lebih muncul ide-ide yang brilian. Jadi menteri yang dipilih juga harus tepat. Itulah yang dikatakan cerdas. Namun kadang yang sulitnya, presiden ini kan didukung partai, jadi dia harus ada loyalitas sama partai yang mendukukngnya, mau gak mau pasti dia memilih orang-orang yang ada dipartainya tersebut, walaupun kita tau di partai itu pasti ada juga orang-orang yang pandai dan cendikiawan. Namun tetap aja presiden harus cerdas memilih.

d. Calon Presiden dan Wakil Presiden yang Layak Para informan memilki calon masing-masing untuk menajdi presiden dan wakil presiden yang sudah menjadi pilihan mereka berdasarkan kriteria yang sudah disebutkan. Namun, informan I dan informan II belum memilki calon dan belum bisa menentukan orang yang tepat sesuai kriteria. Mereka masih mau melihat kedepan siapa orang-orang yang akan muncul dan benar-benar menjadi calon presiden dan wakil presiden yang sah. Jawaban berbeda muncul dari informan III dan IV, mereka sudah memiliki calon yang sesuai kriteria mereka. Bahkan tidak hanya satu orang, sebab mereka anggap jika orang-orang tersebut layak. Tanggapan dari informan III, “kalau menurut saya, pemimpin Indonesia yang layak untuk lima tahun kedepan adalah Anies Baswedan dan Mahfud MD. Karena, dari segi pendidikan mereka baik dan belum ada tersangkut kasus korupsi”.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Informan IV juga memiliki pilihan orang yang sama dengan informan III, namun informan IV lebih banyak menyebutkan orang-orang yang menurutnya layak, sehingga berganti dari orang yang satu ke yang lainnya. “Kalau melihat orang-orangnya saya memang berubah-ubah. Dulu saya suka Dahlan Iskan, tapi banyak sekali masalahnya. Kemudian saya suka Anies Baswedan, karena kelihatannya orangnya pintar, cendikiawan, bersih, jujur, eh tapi di konversi partai Demokrat dia gak menang. Lalu Mahfud MD, gak taunya gak ada partai yang terlalu mendukung dia. Tiba lah yang dua orang muncul, Prabowo dan Jokowi. Jadi bingung lagi memilih ke siapa. Tapi kali ini saya mau liat dulu kedepan seperti apa mereka berdua dalam meyakinkan masyarakat. saya gak mau langsung pilih, bisa aja ntar ganti. Semoga di antara mereka berdua ada yang masuk atau mendekati kriteria yang saya sebutkan tadi”.

e. Partisipasi dalam Pemilihan Umum Berpartisipasi dalam pemilu merupakan hak setiap orang. Tiga dari empat informan mengaku jika mereka tidak mengikuti pemilu legislatif yang di adakan pada tanggal 9 April 2014. Informan III tidak memilih disebabkan ia tidak mendapatkan surat suara untuk memilih. Informan I dan IV tidak mengikuti pemilu legislatif dikarenakan tidak pulang kedaerah asal sesuai KTP dan tidak mendapat surat suara di daerah tempat tinggal saat ini. Informan II adalah informan yang satu-satunya menggunakan hak pilihnya. Ia merasa haknya akan sia-sia jika tidak digunakan. “ikut milih, karena pemilu itu hak ya, sia-sia kalau hak nya gak digunakan. Karena menurut saya penting, walau di awal sempat malas untuk milih, tapi mikir lagi nanti ke depannya Indonesia bagaimana. Mau tidak mau harus milih, ketika sampai di kotak suara mikir lagi, partai mana yang harus dipilih, karena belum ada yang sesuai dengan kriteria. Tapi syukurnya karena kemaren pas pemilu legislatif itu, masih bisa dekat dengan kita. Dalam artian di pemilu legislatif ada calon-calon legislatifnya, ada orang-orang. Jadi gak ngelihat ke partainya tapi ke orangnya. Karena sebelum pemilu, banyak juga tau tentang caleg-caleg, jadi akhirnya memilih karena ada orangnya, bukan partainya”.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4 Kategori Pendapat Mengenai Dunia Politik di Indonesia

No. Informan Informan Informan Informan II III IV I

1. Ketertarikan Hanya Tertarik Suka Tidak terhadap sedikit, terhadap terhadap tertarik politik sekedar tahu. politik secara politik dengan Seperti keilmuan tetapi tidak politik. pemilu mengikuti perkembang an secara detail. 2. Partai Anggota Tidak ada Ketua partai Anngota politik partai banyak lagi partai punya membuat pro dan yang bersdih. ambisi nama partai kontra. Kelakuan untuk jadi buruk. anggota orang berdampak nomor pada 1.partai kepercayaan dijadikan masyarakat. batu loncatan. 3. Kriteria Dekat Tahu cara Berpendidik Tahu calon dengan memerintah an tinggi, tentang presiden masyarakat, Indonesia, berpengala Indonesia, dan wakil tahu berani, man cerdas, presiden kebutuhan bukan menegrti masyarakat, politisi, perekonomi pintar, punya visi an, berwawasan misi yang nasionalis. luas, dapat sejalan. memajukan bangsa dan Negara. 4. Calon Belum ada Belum bisa Anies Anies presdien calon menentukan Baswedan, Baswedan dan wakil Mahfud Md presiden yang layak 5. Keikutserta Tidak Ikut memilih Tidak Tidak an dalam mengikuti mengikuti mengikuti Pemilu 9 April 2014

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 4.2 Pembahasan Televisi merupakan salah satu bagian dari media massa. Tayangan televisi dijelajahi dengan tayangan hiburan, berita dan iklan. Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya, yakni memberi informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi, karena pada umumnya tujuan utama khalayak menyaksikan televisi adalah hiburan, selanjutnya memperoleh informasi (Ardianto & Erdinaya, 2004: 128). Pesan yang akan disampaikan melalui media televisi memerlukan pertimbangan-pertimbangan lain agar pesan dapat diterima oleh khalayak sasaran. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah pemirsa, waktu, durasi, dan metode penyajian (Ardianto & Erdinaya, 2004: 128-133). Kuis Kebangsaan juga memperhatiakan faktor-faktor tersebut agar pesan dapat diterima oleh penonton yang menyaksikan kuis. Kuis Kebangsaan tayang dua kali dalam sehari pada pukul 09.30 WIB dan 17.00 WIB. Menurut para informan, pemilihan waktu tayang tersebut bertujuan untuk mencapai sasaran penonton. Untuk waktu tayang di pagi hari yang menjadi sasaran penonton adalah ibu-ibu. Karena menurut mereka pada pukul 09.30 merupakan waktunya ibu-ibu menonton televisi sambil mengerjakan pekerjaan rumah ataupun sudah selesai. Untuk waktu sore hari, pukul 17.00 WIB merupakan waktu keluarga. Kuis Kebangsaan hanya berdurasi selama 5-7 menit. Kehadiran kuis ini menurut para informan merupakan metode penyajian baru yang dibuat oleh Wiranto dan Hary Tanoe sebagai sarana untuk memperkenalkan dan mempromosikan Partai Hanura serta WIN-HT. Ada tiga efek yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap penonton. Salah satunya adalah efek kognitif, yaitu kemampuan seseorang atau penonton untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi penonton. Berdasarkan hasil tanggapan para informan tentang Kuis Kebangsaan ini, efek kognitif menjadi efek yang cenderung dirasakan informan. Pemahaman para informan menghasilkan sebuah pemaknaan, setiap informan masing-masing memilki tanggapan terhadap pencitraan yang dilakukan Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo melalui Kuis Kebangsaan di RCTI. Pemaknaan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara yang mereka dapat dari Kuis Kebangsaan adalah jika Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo melakukan pencitraan di dalam kuis tersebut dengan tujuan untuk memperkenalkan atau mempromosikan partai Hanura. Selain itu, tidak hanya Partai Hanura yang ditampilkan, kuis ini juga dimanfaatkan untuk mempromosikan diri mereka sebagai bakal calon presiden dan wakil presiden dari Partai Hanura. Hal lain yang yang memperkuat jawaban dari informan jika Kuis Kebangsaan mengandung unsur politik terlihat jelas dari password kuis yang digunakan, yaitu “Bersih, Peduli, Tegas”. Ketiga kata tersebut merupakan slogan dari partai Hanura. Password bukan satu-satunya bagian dari kuis, yang memperkuat Kuis Kebangsaan mengandung unsur politik. Ada juga pengisi acara yang bertugas untuk membacakan soal atau pertanyaaan serta menemani pembawa acara, dimana pengisi acara merupakan calon anggota legislatif yang juga diusung dari partai Hanura. Pencitraan erat kaitannya dengan politik. Citra politik juga berkaitan dengan pendapat umum, karena pada dasarnya pendapat umum politik terbangun melalui citra politik. Citra politik terbentuk berdasarkan informasi yang diterima, baik secara langsung maupun melalui media politik, termasuk media massa yang bekerja untuk menyampaikan pesan politik yang umum dan aktual. Melalui Kuis Kebangsaan, Wiranto dan Hary Tanoe berusaha membangun citra politik yang baik di mata masyarakat. Tujuan yang diinginkan oleh Wiranto dan Hary Tanoe tidak dengan mudah diterima oleh masyarakat. Oleh sebab itu, kuis juga banyang yak mengalami pro dan kontra. Hal ini disebabkan masyarakat di Indonesia, secara keseluruhan bukan lagi masyarakat yang tidak peduli terhadap perkembangan industri media. Masyarakat Indonesia masuk ke dalam karakteristik khalayak aktif. Khalayak aktif memiliki dua asumsi, yaitu bahwa khalayak selalu aktif dan bahwa media selalu bersifat polisemi atau terbuka untuk diinterpretasikan atau dimaknai. Khalayak aktif di sini adalah siapa saja yang menggunakan segala bentuk media penyiaran, dalam keadaaan apapun serta memberikan pemaknaan pada media tersebut. Hal ini lah yang sudah dilakukan oleh keempat informan. Dimana,

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara mereka sudah berperan sebagai khalayak aktif dengan memberikan tanggapan dan memaknai tujuan dibalik Kuis Kebangsaan, sesuai dengan yang mereka ketahui. Perbedaan pemaknaan muncul karena perbedaan posisi sosial dan atau pengalaman budaya antara penonton dan produsen media. Stuart Hall mengkategorikan perbedaan tersebut ke dalam 3 tipe pemaknaan penonton, yaitu Dominant-Hegemonic Position, Negotiated dan Oposition. Dominant-Hegemonic Position, yaitu pemaknaan penonton yang lebih mendekati makna sebenarnya seperti yang ditawarkan oleh media. Penonton dominan atas teks, secara hipotesis akan terjadi jika baik pembuat ataupun penonton memiliki ideologi yang sama sehingga menyebabkan tidak adanya perbedaan pandangan antara keduanya. Seterusnya nilai yang dibawa oleh pembuat teks bukan hanya disetujui oleh penonton, lebih jauh dinikmati dan dikonsumsi oleh penonton. Pada posisi ini tidak ada perlawanan dari penonton karena mereka memaknai teks sesuai dengan yang ditawarkan pembuat. Informan III setuju dengan kehadiran Kuis Kebangsaan dan tidak ada masalah dengan adanya Wiranto-Hary Tanoe serta Partai Hanura dalam kuis. Ia menyukai konsep kuis yang ditayangkan. Ia juga tidak ada masalah dengan semua bagian kuis yang berhubungan dengan Wiranto-Hary Tanoe dan partai Hanura. Ia beranggapan jika Kuis Kebangsaan dapat menambah elektabilitas partai Hanura dan Wiranto-Hary Tanoe. Menurutnya, Wiranto dan Hary Tanoe kreatif karena mempunyai ide untuk memunculkan kuis yang mendidik serta menambah wawasan dan informasi seputar Indonesia. Itu merupakan bentuk pencitraan yang ditampilkan Wiranto-Hary Tanoe dalam Kuis Kebangsaan. Negotiated Position, yaitu pemaknaan oleh penonton yang mengerti makna yang diinginkan produsen tetapi mereka membuat adaptasi dan aturan sesuai dengan konteks dimana mereka berada. Penonton bisa menolak bagian yang dikemukakan, di pihak lain akan menerima bagian yang lain. Peneliti memilih Informan II dan IV yang masuk kedalam posisi penonton Negotiated Position. Dari hasil wawancara, ditemukan bahwa terdapat beberapa bagian kuis yang disukai dan disetujui oleh kedua informan ini. Namun di sisi lain, terdapat pula bagian-bagian yang oleh keduanya dianggap bertentangan dengan apa yang mereka pahami.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Informan II dari awal kuis tayang, ia merasa lucu karena kuis mengarah ke satu calon yang mendeklarasikan diri, jika mereka adalah calon presiden dan wakil presiden dari satu partai. Menurutnya, konsep kuis tidak nyambung dengan judul serta isinya dan ada unsur politik yang kental. Ini merupakan salah satu cara baru berkampanye yang dilakukan oleh Wiranto dan Hary Tanoe untuk lebih memperkenalkan dan mempromosikan diri serta partai yang mengusung, yaitu Partai Hanura. Informan menyatakan tidak setuju pada bagian-bagian, seperti judul yang tidak nyambung dengan isi, kehadiran pengisi acara yang merupakan anggota dan calon legislatif dari partai Hanura. Kehadiran Kuis Kebangsaan membentuk citra positif dan negatif terhadap Wiranto dan Hary Tanoe. Namun menurut informan II, pencitraan Wiranto dan Hary Tanoe yang sesuai dengan yang dipikirkan olehnya belum ada ditemukan dalam Kuis Kebangsaan. Kuis hanya memperkuat, tidak menampilkan pencitraan yang mendalam. Informan II mengatakan jika sah saja membuat acara kuis, namun jangan dimasukkan unsur politik. Hal ini bisa saja tidak menampilkan kesan yang baik di mata masyarakat, justru sebaliknya. Pencitraan baik yang ingin dibangun, tetapi malah terjadi penolakan dari masyarakat. Informan IV saat pertama kali menyaksikan kuis, berfikir ternyata ini cara Wiranto dan Hary Tanoe mau mempromosikan diri untuk mengambil hati masyarakat. Ia setuju dengan judul kuis jika dikaitkan dengan soal atau pertanyaan yang isinya tentang Indonesia. Jadi ada kesinambungan dengan kata Kebangsaan yang menjadi judul kuis. Namun, jika dikaitkan dengan Wiranto dan Hary Tanoe judul tersebut tidak ada kesinambungannya. Begitupun dengan password, pengisi acara, dan sponsor. Tetapi, karena mau mengambil simpati masyarakat informan IV merasa jika itu adalah salah satu trik Wiranto dan Hary Tanoe. Apalagi kuis tayang di televiso milik Hary Tanoe, jadi hary tanoe yang berhak. Oppositional Position, yaitu pemaknaan penonton yang mengerti makna yang diinginkan oleh produsen, tetapi mereka menolak makna tersebut serta berusaha untuk tidak menerimanya secara mentah-mentah. Pada posisi ini, ideologi penonton berlawanan dengan pembuat teks. Oposisi terjadi ketika khalayak yang kritis mengganti atau mengubah pesan atau kode yang disampaikan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara media dengan pesan yang disukai media dan menggantinya dengan cara berfikir mereka sendiri. Di awal kuis tayang, Informan I merasa penasaran dengan kuis, karena menjadi perbincangan dikalangan teman kampusnya. Namun, setelah menyaksikan informan I tidak setuju dengan adanya kuis tersebut. Ia merasa jika kuis tidak murni sepenuhnya kuis biasa, ada unsur politik yang melekat. Hal ini terlihat jelas dari beberapa bagian dari kuis yang didalammnya terdapat unsur politik, seperti penyelenggara kuis, password, pengisi acara, serta sponsor. Sehingga, walaupun kuis itu isinya berhubungan dengan sejarah Indonesia dan hal-hal yang terkait dengan Indonesia, tetapi di dalamnya tetap ada unsur politik, ia menolak dengan keras. Ia menganggap Hary Tanoe berlebihan menggunakan media yang dimilikinyadan tidak menempatkan medainya sesuai dengan fungsi media.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pemaknaan penonton terhadap pencitraan bakal calon presiden dan calon wakil presiden Wiranto-Hary Tanoesoedibjo melalui tayangan Kuis Kebangsaan di RCTI, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemaknaan penonton terhadap pencitraan bakal calon presiden dan calon wakil presiden melalui tayangan Kuis Kebangsaan di RCTI adalah jika Kuis Kebangsaan dijadikan sarana untuk memperkenalkan dan mempromosikan Wiranto-Hary Tanoesoedibjo serta Partai Hanura. 2. Pemaknaan penonton terhadap pencitraan bakal calon presiden dan calon wakil presiden melalui tayangan Kuis Kebangsaan di RCTI, ternyata memunculkan ketiga kategori pemaknaan, yaitu dominant-hegemonic, negotiated dan oppositional. Penuturan para informan mengenai pencitraan bakal calon presiden dan calon wakil presiden Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo, melalui Kuis Kebangsaan di RCTI maupun di media lain, dapat mempengaruhi posisi kategori Informan berdasarkan kajian resepsi. Informan I termasuk ke dalam kategori oppositional. Dia menolak Kuis Kebangsaaan tayang di televisi. Ia menganggap itu bukan kuis biasa, karena di dalam kuis terdapat unsur politik dari satu partai politik dan para anggotanya. Ia merasa jika Hary Tanoe selaku pemilik media yang menayangkan Kuis Kebangsaan dan juga tampil di dalam kuis, sudah terlalu berlebihan menggunakan medianya. Pencitraan bisa dilakukan dimana saja, namun tidak menggunakan media berlebihan, sehingga media kehilangan fungsi sebenarnya. Informan II termasuk ke dalam kategori negotiated. Informan II merasa kurang pas dengan kuis tersebut. Ia mengerti jika Wiranto dan Hary Tanoe menayangkan kuis untuk kepentingan kampanye dan promosi. Namun ia merasa jika kuis tersebut tidak terlalu menampilkan pencitraan dari

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara pasangan Wiranto dan Hary Tanoe. Kuis hanya berperan untuk memperkuat kampanye dan promosi, tetapi tidak menonjolkan pencitraan. Kuis justru mendapat banyak penolakan. Informan III termasuk ke dalam kategori dominat-hegemonic. Ia menyukai ide-ide yang ditawarkan dalam kuis ini karena dapat menambah wawasan dan informasi tentang Indonesia. Menurutnya pencitraan merupakan sesuatu cara yang dilakukan untuk menarik perhatian masyarakat. Kuis ini bisa menaikkan elektabilitas Wiranto dan Hary Tanoe serta Partai Hanura. Informan IV juga termasuk dalam kategori negotiated. Ia menganggap jika kuis memang dijadikan sarana untuk mempromosikan Wiranto dan Hary Tanoe. Ini cara mereka menarik simpati masyarakat. Ia setuju pada bagian kesinambungan antar judul kuis dengan soal yang ditanyakan. Namun, jika dikaitkan dengan Wiranto dan Hary Tanoe judul tersebut tidak ada kesinambungannya. Begitupun dengan password, pengisi acara, dan sponsor. Tetapi, karena mau mengambil simpati masyarakat informan IV merasa jika itu adalah salah satu trik Wiranto dan Hary Tanoe. Apalagi kuis tayang di televisi milik Hary Tanoe, jadi Hary Tanoe yang berhak. 3. Berdasarkan hasil wawancara dengan keempat informan, faktor-faktot yang mempengaruhi posisi penonton adalah pendidikan, pekerjaan, dan pengetahuan khusus lainnya terkait pencitraan.

5.2 Saran 5.2.1 Saran Penelitian Pencitraan tidak hanya dapat dilakukan melalui kuis. pencitraan juga dapat dilakukan oleh siapapun. Untuk itu peneliti mengharapkan ada penelitian lain terkait pencitraan yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga, dengan menggunakan analisis resepsi. Karena analisis resepsi kajiannya lebih mendalam dan melihat bagaimana khalayak/penonton/pembaca dalam memaknai teks.

5.2.2 Saran dalam Kaitan Bidang Akademis Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan analisis resepsi tentang bagaiman penonton memaknai pencitraan dalam sebuah tayangan kuis. Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara ini bertujuan untuk melihat bagaimana pemaknaan penonton terhadap pencitraan, posisi penonton, serta faktor yang mempengaruhi posisi penonton,terhadap pencitraan dalam tayangan kuis. Dari penelitian tentang pemaknaan penonton ini, diharapkan dapat mengetahui bahwa proses pemaknaan terhadap pesan suatu media massa akan menghasilkan makna yang tidak selalu sama karena dipengaruhi oleh kapasitas setiap penonton. Selain itu, sangat memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk mengembangkan penelitian ini dengan menggunakan metode dan kerangka pemikiran yang berbeda melalui kuis lainnya.

5.2.3 Saran dalam Kaitan Bidang Praktis Isi media massa termasuk tayangan kuis, pada hakikatnya adalah hasil dari sebuah ide untuk membuat. Kuis tidak lepas kaitannya dengan hadiah dan pertanyaan. Konsep kuis juga beragam dan ditampilkan sesuai dengan keinginan penyelenggara. Pencitraan dapat terjadi di media mana pun dan dimana pun, termasuk melalui kuis. pencitraan tidak lepas dari politik, sebab saat melakukan kompetisi politik orang-orang berlomba menampilkan pencitraan yang baik. Sehingga khalayak disarankan untuk lebih bijak dan aktif dalam memahami isi media agar tidak mudah terprovokasi dengan pesan yang disampaikan.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro & Lukiati K. Erdiyana. 2004. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Ardianto, Elvinaro & Bambang Q-Anees. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi.Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Arifin, Anwar. 2003. Komunikasi Politik. Jakarta: Balai Pustaka.

Azwar, Saifudin. 2009. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baran, Stenley. J & Dennis K. Davis. 2010. Teori Komunikasi Massa: Dasar, Pergolakan, dan Masa Depan. Jakarta: Salemba Humanika.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

______. 2008. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana.

Cangara, Hafied. 2009. Komunikasi Politik : Konsep, Teori dan Strategi. Jakarta: Rajawali Pers.

Croteau, David. & William Hoynes. 2000. Media/Society: Industries, Images, and Audiences. USA: Sage.

Damsar. 2010. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Kencana.

Durham, M. G & D. M. Kellner. (Eds). 2002. Media and Cultural Studies: Keyworks. Massachusetts: Blackwell Publisher.

Effendy, Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ferguson, Marjorie & Peter Golding. 1997. Cultural Studies in Question Great. Britain: Sage.

Hennink, M., Inge H & Ajay B. 2011. Qualitative Research Methods. London: Sage.

Littlejohn, Stephen W. 1999. Theories Of Human Communication. London: Wadsworth Publishing Company.

McQuail, Denis. 2000. Mass Communication Theory. London: Sage Publication.

Moleong, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Morrisan & Andy Corry Wardhany. 2009. Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Morissan, Andy Corry Wardhany & Farid Hamid. 2010. Teori Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia.

Muhadjir, N. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi IV. Yogyakarta: Rake Sarasin.

Nawawi, H. Hadari. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurudin. 2003. Komunikasi Massa. Malang: Cespur.

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS

Poerwandari, E Kristin. 2005. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: FP Universitas Indonesia.

Sekaran, Uma. 2000. Research Methods for Business. Singapore: John-Wiley & Sons Inc.

Senjaya, Sasa Djuarsa. 2007. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.

Soehartono, Irawan. 2008. Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Jurnal :

Dellarosa, Yovita Devi. 2011. Pemaknaan Penonton Terhadap Stereotip Perempuan dalam Program Televisi (Studi Pada Program “Ala Chef” Trans TV) – Jurnal Ilmu Komunikasi CommLine. Jakarta: PusKaKom Universitas Al-Azhar Indonesia.

Hadi, Ido Prijana. 2009. Penelitian Khalayak dalam Perspektif Reception Analisys– Jurnal Ilmiah SCRIPTURA. Surabaya: Universitas Kristen Petra.

Wijaya, Haris. 2014. Televisi dan Tayangan Talkshow – Jurnal Komunika. Medan: USU Press.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Skripsi :

Anggara, Dwiko Surya. 2012. Pemaknaan Pembaca Terhadap Identitas Kaum Gay dalam Novel. Medan: Skripsi Mahasiwa FISIP USU

Sumber Lain : http://www.rcti.tv/schedules (diakses tanggal 20 Februari 2014 pukul 11.00 WIB) http://nasional.kompas.com/read/2014/02/21/0930004/KPI.Hentikan.Program.Kui s.Kebangsaan.dan.Indonesia.Cerdas (diakses tanggal 25 Februari 2014 pukul 15.15 WIB) http://m.tribunnews.com/nasional/2013/07/02/siang-ini-hanura-deklarasi-capres- cawapres-wiranto-ht (diakses tanggal 26 Februari 2014 pukul 20.00 WIB) http://m.kompasiana.com/post/read/615623/1/dimana-letak-kesalahan-kuis- kebangsaan-win-ht (diakses tanggal 26 Februari 2014 pukul 20.20 WIB) http://www.rcti.winht (diakses tanggal 1Maret 2014 pukul 14.00) http://www.globaltv.co.id/cerdas (diakses tanggal 1 Maret 2014 pukul 14.15 WIB) http://www.kpi.go.id (diakses tanggal 2 Maret 2014 pukul 13.00 WIB) http://m.merdeka.com/profil/indonesia/h/hary-tanoesoedibjo/ (diakses tanggal 3 Maret 2014 pukul 14.00 WIB) http://m.merdeka.com/profil/indonesia/w/wiranto/# (diakses tanggal 3 Maret 2014 pukul 14.15 WIB) http://www.aber.ac.uk/media/Documents/648/semo8.html (diakses tanggal 25Maret 2014 pukul 19.15 WIB)

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara HASIL WAWANCARA

Informan I Nama : SHT Tempat/Tanggal Lahir : Metro, 10 September 1992 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Suku : Batak Toba Pekerjaan : Mahasiswi Ilmu Komunikasi FISIP USU Pendidikan Terakhir : SMA Hobi : Nonton Film Alamat : Jalan Harmonika No. 28, Pasar 1, Padang Bulan, Medan.

P : Peneliti I : Informan

No. ISI WAWANCARA REFLEKSI

1. P: Apakah pernah menyaksikan kuis kebangsaan di RCTI ? I : Pernah

2. P: Kira kira berapa kali? I : Lebih dari 5 kali, gak terhitung

3. P: Kenapa bisa lebih dari 5 kali? I : Pengen tahu kuisnya, konsepnya bagaimana, intinya ingin tahu kuis itu bagaimana, seperti pertanyaan atau soalnya, tampilan kuis nya. Sekalian pengen liat sejauh mana kuis itu ikut campur dalam politiknya WIN-HT.

4. P: Jadi nyediain waktu khusus atau tidak untuk kuis itu? I : Pernah sekali karena penasaran, tapi selanjutnya tidak, hanya selingan, seperti saat nonton televisi pada saat jam kuis itu tayang juga

5. P: Menyaksikan kuis tersebut dari awal hingga akhir atau putus-putus ? I : Pernah dari awal sampai akhir, makanya sedikit banyak tau alur kuisnya, tapi kalau malas nontonnya diganti, jadinya putus-putus.

6. P: Kapan pertama kali menyaksikan kuis tersebut? I : Gak ingat pasti kapan, tanggalnya. Seingatnya sih bulan oktober, pas kuis itu pemberitaannya heboh

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 7. P: Pemberitaan heboh seperti apa? I : Mungkin dari lingkungan teman-teman di kampus banyak yang membincangkan tentang WIN-HT melakukan kampanye melalui kuis itu. Karena adanya kabar itu, makanya saya penasaran untuk menyaksikan kuis kebangsaan itu seperti apa sih. Kalau hanya kuis biasa dan tidak mencampuradukkan politik, mungkin tidak akan menjadi perbicangan. Mungkin orang bisa menonton itu bisa percaya kalau WIN-HT itu ingin dekat dengan masyarakat dengan adanya kuis tersebut.

8. P: Selain itu, kabar kuis ini juga heboh di dunia maya, bagaimana tanggapannya? I : Saya tau dari pemberitaan di twitter dari @remotivi, kan kuis kebangsaan ini banyak pro dan kontra, yang banyak kontranya sampai ada petisi ke KPI untuk pemberhentian kuis tersebut melalui twitter. Itu berarti masyarakat juga banyak yang memperhatikan kuis tersebut, juga jadi menambah untuk masyarakat yang sebelumnya tidak tahu jadi lebih tahu perkembangannya.

9. P: Jadi setelah menyaksikan tayangan tersebut, apa tanggapan melihat tayangan itu? I : Saya tidak setuju dengan adanya kuis itu, karena 100% tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Bisa saja itu merupakan agenda setting dari pembuat acara. Apalagi kuis tersebut sempat terjadi kebocoran saat tayang, penelepon menjawab pertanyaan padahal pertanyaan belum diberikan. Dari situ dapat ditangkap jika itu merupakan hanya permainan, untuk menarik simpati masyarakat agar masyarakat mau memilih WIN-HT.

10. P: Hanya dari kejadian itukah anda menilai jika tayangan tersebut ada unsur agenda setting? I: ya itu satu, lalu acara itukan dibuat untuk kepentingan WIN-HT, karena jika misalnya WIN-HT tidak mencalonkan jadi capres dan cawapres Hanura, pasti kuis itu tidak ada. Juga dari jam tayangnya, acara itukan dibuat dua kali dalam satu hari. Seolah- olah itu memang menjadi acara yang penting untuk ditonton masyarakat. Apalagi jam-jam tayang itu jam-jam yang pas.

11. P: Setelah melihat kuisnya, konsep kuis itu seperti apa? I : Jadi kuisnya itukan, sebelum pemilu pembawa acara nya ditemani oleh caleg dari partai Hanura, Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara caleg membacakan pertanyaan, kemudian penelepon menjawabnya. Pembawa acara juga menyebutkan password “bersih, peduli, tegas” setelah pembawa acaranya menyebutkan WIN-HT kemudian, si penelepon memilih pertanyaan dari ke lima huruf itu.

12. P: Tanggapan tentang judul? I : Kalau menurut saya, judulnya terlalu berlebihan. Karena, kuis itu tidak ada bedanya dengan beberapa kuis yang pernah saya tonton. Kuis Kebangsaan itu seolah-olah menjadi penting untuk bangsa Indonesia. Menggunakan kata kebangsaan menurut saya tidak semudah itu, apalagi yang saya lihat kuis itu memang berbau politik.

13. P: Jadi judul apa yang seharusnya? I: tetap saja kuis itu tidak cocok untuk diadakan atau tidak layak, apapun judulnya kalau untuk kepentingan politik WIN-HT, tetap tidak cocok.

14. P: Tanggapan tentang password? I : Slogan bersih, peduli, tegas itu kan mencerminkan keadaan partai Hanura. Sebelum memulai dan menjawab pertanyan kuis si penelepon diharuskan menyebutkan slogan itu, secara tidak langsung penonton yang mendengar, bisa merekam slogan WIN-HT dan adanya slogan itu menambah kejelasan tentang jika kuis tersebut ada maksud lain.

15. P: Waktu jam tayang ? I : Jam tayangnya itu cukup menarik penonton, karena jam 09.30 biasanya jam ibu-ibu yang berada di rumah untuk menonton, karena pastikan sudah selesai aktifitas dirumah pagi hari. Untuk yang jam 5 sore, itu jamnya orang pulang kerja, atau untuk istirahat dirumah, jadi kemungkinan besar orang akan menonton.

16. P: Soal yang ditanyakan? I : Soalnya terlalu sulit, karena kan kebanyakan peneleponnya itu ibu-ibu dan bapak-bapak yang kita tidak tahu latar belakang pendidikan dan pengetahuannya. Soal seperti itu, menurut saya lebih cocok untuk ditanyakan ke anak sekolahan.

17. P: Kenapa anak sekolahan? I : Karena pertanyaan seputar sejarah, geografi yang biasanya di dapatkan pada saat di bangku sekolah. Kalau orang tua kemungkinan sudah lupa. Apalagi dari beberapa soal, bukan merupakan soal umum Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara yang diketahui oleh orang banyak.

18. P: Tata cara untuk mengikuti kuis ? I : Kalau yang daftar lewat web itu, kemungkinan semua orang bisa mendaftar. Tapi tidak semua orang berpeluang untuk ditelepon oleh tim Kuis Kebangsaan. Saya juga kurang tahu bagaimana cara mereka menentukan orang yang pantas untuk ditelepon, jadi saya masih abstrak melihatnya. Jadi kenapa cuma dua saja yang dikasih hadiah, kenapa gak semua yang mendaftar mendapatkan hadiah.

19. P: Lebih mudah melalui web lalu dipilih atau via telepon langsung? I : Kalau menurut saya via telepon, karena kalau melalui telepon langsung tersambung kesana, tapi kurangnya pasti yang menelepon itu banyak, peluang untuk teleponnya nyambung kesana itu sedikit.

20. P: Cukup mudahkah cara pendaftaran melalui web? I: Sebenarnya tidak begitu mudah dan efektif. Karena tidak semua kalangan mengenal internet. Apalagi di Indonesia masih banyak daerah yang belum terjangkau internet. Kalau memang harus mendaftar melalui web, berarti peneleponnya orang-orang yang berasal dari kota yang terjangkau internet.

21. P : Pernah ngikutin Kuis Kebangsaan dari web ? I : enggak

22. P: Tanggapan tentang pembawa acara ? I : Yang saya lihat pembawa acaranya itu wanita, itu menjadi hal yang menarik untuk menontonnya, apalagi pembawa acaranya cantik. Pembawa acara wanita itu lebih enak dilihat.

23. P: Kenapa lebih enak dilihat pembawa acara wanita? I: Wanita itu memang lebih banyak menariknya daripada laki-laki, pembawaannya lebih kalem.

24. P: Kehadiran caleg-caleg Hanura sebagai pengisi acara ? I : Jadi seperti kampanye secara tidak langsung. Karena kan tidak semua masyarakat mengenal caleg- caleg Hanura. Walaupun hanya diperkenalkan nama mereka, paling tidak saat melihat spanduk-spanduk caleg, dan kemudian caleg muncul di TV mereka jadi

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara lebih tau. Karena kalau tidak dikenal, bagaimana masyarakat akan tahu caleg-caleg tersebut.

25. P: Kampanye yang seharusnya bagaimana? I : Kampanye itu kan ada tanggal nya dan sudah ditetapkan KPU, jadi jangan curi start, mentang- mentang punya media TV.

26. P: Sponsor kuis tersebut? I : Kuis itukan memang tujuannya untuk menarik simpati masyarakat, yang membuat kuis itu memang mereka, dan yang memberikan hadiah juga mereka. Nah, dibalik itu semua pasti ada keinginan WIN-HT supaya orang-orang yang mendapatkan hadiah memilih partai Hanura. Secara tidak langsung jadi money politik sih.

27. P: Kenapa money politik? I : Karena kuis itu memberikan hadiah kepada peneleponnya dengan cara menjawab pertanyaan yang diberikan dalam acara tersebut. Apalagi hadiah itukan dipersembahkan oleh WIN-HT, pasti mereka menginginkan timbal balik. Dengan penelepon menyebutkan password dan mengikuti kuis, kemudian diberi hadiah, seperti mengisyaratkan jika ada unsur uang didalamnya, walaupun dalam bentuk benda berupa barang.

28. P: Hadiah yang dipersembahkan? I : Hadiah yang ditawarkan memang semuanya menarik. Hanya saja ada ketidakadilan soal pembagian hadiah. Setiap hari hadiah yang diberikan berbeda, jadi pemberian hadiahnya tidak merata.

29. P: Bagaimana tanggapan anda tentang setting tempat? I : Cukup menarik, tidak terlalu berlebihan. Settingan tempat gak terlalu rame dan membuat penonton bosan.

30. P: Mengikuti perkembangan kuis kebangsaan selain dari TV? I : ya paling dari twitter liat akun twitter @remotivi

31. P: Apakah anda tau jika kuis tersebut pernah mendapat teguran dari KPI? I : Tau, tapi gak ngikuti kali perkembangan pemberitaannya

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 32. P: Tanggapan tentang pasangan WIN-HT? I : Mereka pasangan yang cocok. Wiranto sudah berpengalaman dipolitik sebagai Ketua Umum Partai Hanura, sedangkan HT sebagai pengusaha. Apalagi dia punya beberapa media seperti televisi, radio, surat kabar. Hal ini mempermudah untuk menyampaikan keinginannya kepada masyarakat melalui media yang dimilikinya. Misalnya dia beriklan tentang partai Hanura dan dirinya di media yang ia miliki. Itu bisa jadi kewenangan tersendiri darinya. Salah satunya adalah Kuis Kebangsaan. Seluruh masyarakat di Indonesia bisa menyaksikan acara tersebut dan bisa mengenal partai Hanura serta WIN-HT. Sebagai pemilik media, HT bisa dengan mudah mengatur jam tayang acara-acara yang mendukung.

33. P: Sejauh mana kuis tersebut berperan dalam kegiatan politik WIN-HT? I : Sebenarnya, kalau menurut saya kuis itu untuk memperkenalkan Hanura, sebagai partai baru yang mengusung WIN-HT sebagai calon presiden dan wakil presiden dari partai tersebut. Begitu juga dengan caleg-calegnya, ini juga sebagai pencitraan ke masyarakat. Dengan pemberian hadiah, mungkin masyarakat akan lebih tertarik untuk mengenal partai Hanura dari kuis ini.

34. P: Bagaimana tanggapan tentang HT sebagai pemilik modal menggunakan medianya untuk kampanye? I : seharusnya yang tidak boleh, media yang digunakan HT kan menggunakan frekuensi yah, dan itu milik publik. Gak seharusnya HT dengan seenaknya menggunakan. Dia juga harus memperhatikan aturan siaran dong, memiliki media boleh, tapi tau porsinya, jangan berlebihan terkesan jadi norak. Media dia bangun untuk memenuhi fungsi televise atau menampilkan dirinya.

35. P: Apakah anda tertarik dengan politik ? I : sedikit, misalnya menonton tayangan yang ada kaitannya dengan politik. Sekedar pengen tahu, bagaimana perkembangan politik Indonesia, seperti saat mau pemilu, pastinya mengikuti perkembangan, karena pengen tahu sejauh mana gambaran politik ditampilkan oleh media, bukan hanya melalui televisi, tetapi juga media lain seperti media sosial dan koran.

36. P: Bagaimana tanggapan tentang Wiranto dan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara pencalonannya sebagai bakal calon presiden? I : gak begitu tahu tentang Wiranto, yang saya tau dia ketua dari Partai Hanura yang bekerja sama dengan HT, agar bisa lebih dekat dengan masyarakat melalui media milik HT. Menurut saya juga Wiranto gak layak jadi presiden, karena belum ada rekam jejak dari Wiranto yang menunjukkan jika dia pantas menjadi presiden, belum ada sesuatu yang dia buat untuk rakyat Indonesia.

37. P: Bagaimana tanggapan tentang HT dan pencalonannya sebagai bakal calon wakil presiden? I : hampir sama dengan tanggapan tentang Wiranto, sebagai seorang pengusaha yang ingin jadi wakil presiden, dia belum punya banyak pengetahuan tentang politik. Niatnya jadi wapres apa dulu, kalau niatnya untuk membantu masyarakat, gak harus jadi wapres, kalau memang mau membantu jangan waktu mau pencapresan baru peduli. Kalau niatnya memang membantu ya dia buka aja lapanagan kerja untuk masyarakat. apalagi dia seorang pemilik media, harusnya dia tau apa fungsi media, jadi porsi yang ditampilkan ke media porsinya seimbang, karena tayangan yang ditampilkan media banyak yang berlebihan. Itu dulu yang seharusnya di aturnya.

38. P: Bagaimana tanggapan tentang partai politik saat ini? I : ngelihatnya rumit, banyak pro kontra, semua mau kekuasaan rakyat dibawah ini jadi gak jelas yang pendukung bawah ikut-ikut aja kayak kalau ada kampaye dan lain-lain. Serta sekarang kebanyakan politik uang, yang gak tau itu inisiatif partai atau anggotanya.

39. P: Apa kelebihan pasangan WIN-HT? I : Pasangan ini sudah punya satu paket calon presiden dan wakil presiden dari partai Hanura

40. P: Apa kekurangan pasangan WIN-HT? I : Terlalu berlebihan dalam menggunakan media untuk kepentingan politiknya.

41. P: Selain HT, ada juga pemilik media lain seperti ARB dan Surya Paloh. Bagaimana tanggapan tentang ARB dan Surya Paloh? I : Sebenarnya mereka kan sama-sama menggunakan media untuk keperluan politiknya, yang menjadi perbedaan kalau HT kan bisa dilihat dari kuis Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara kebangssan, dari berita tentang Hanura, HT dan Wiranto yang sebenarnya gak harus dikonsumsi masyarakat. Kalau ARB lebih kepada pemberitaannya, walaupun ARB punya TV One dan ANTV, tetapi ARB banyak masuk di beritanya, dan media ARB sering menampilkan citra baik dan positif dari ARB serta partainya. Kalau Surya Paloh, hampir mirip dengan ARB, dia lebih ke pencitraan baik tentang dirinya dan partai miliknya di dalam TV berita miliknya.

42. P: Ikut pemilu atau gak 9 april? I : Enggak, karena gak pulang ke daerah asal, dan gak tau informasi kalau ternayata tetap bisa memilih, ada bagiannya untuk para perantau.

43. P: Bagaimana calon presidan dan wakil presiden yang layak ? I : Benar-benar dekat dengan masyarakat, tau kebutuhan masyarakat, dan dapat memajukan bangsa dan negara. Dia kan presiden harus mementingkan kemakmuran rakyat, bukan kemakmuran dia dan temannya. Mereka harus tau kehidupan masyrakat dari yang kelas paling bawah sampai atas. Selain itu harus pintar, kalaupun punya media, harus pintar mengaplikasikan 4 fungsi media secara seimbang. Berwawasan luas, bisa menjalin kerja sama dengan negara luar dan yang paling penting bisa melunasi hutang negara dan peduli terhadap para TKI yang bekerja di luar negeri, mereka kan penghasil devisa negara. Tetapi selama mereka bisa bekerja di negeri sendiri, kenapa harus susah panyah keluar negeri, ya ditambah lagi lapangan pekerjaan di Indonesia.

44. P: Siapa yang cocok jadi calon presiden dan wakil presiden? I : Belum ada, saya rasa belum ada yang cocok

45. P: Bagimana kaitan kuis tersebut dengan P3SPS dan Etika Jurnalistik yang anda ketahui? I : Kuis itu banyak menyalahi aturan penyiaran yah, makanya sampek banyak pro kontra dan juga ada larangan KPI.

46. P: Tanggapan tentang kuis Indonesia Cerdas yang formatnya mirip dengan Kuis Kebangsaan?

I : Tujuan besar kedua kuis tersebut itu sama saja. Sama-sama mencitrakan WIN-HT dan Partai Hanura.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Kalau Kuis Kebangsaaan di RCTI segmentasinya lebih ke ibu-ibu dan bapak-bapak, serta hadianya berupa barang. Sedangkan Indonesia Cerdas di Global TV itu segmentasinya untuk akademisi, yang hadiahnya berupa uang untuk dana pendidikan. Disini terlihat jika WIN-HT pintar dalam pembagian sasaran penonton. Jika dilihat dari jam tayangannya pun, sangat jelas terlihat jika kuis tersebut tidak sama jam tayangnya, agar penonton dapat menyaksikan kuis secara bergantian dalam waktu yang berbeda.

Informan II Nama : SN Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 24 September 1987 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Suku : Banjar Pekerjaan : Tenaga Pendidik (Asisten Dosen) Pendidikan Terakhir : S1 Ilmu Politik USU Hobi : Nulis Buku Alamat : Jalan Amal gg. Keluarga No. 25 Medan

P : Peneliti I : Informan

No. ISI WAWANCARA REFLEKSI

1. P: Apakah pernah menyaksikan kuis kebangsaan di RCTI? I : Pernah

2. P: Kira kira berapa kali? I : Sekitar 3 kali

3. P: Kenapa hanya sekitar 3 kali? I : Iya kan tiap hari ada kegiatan di luar, waktu itu kalau gak salah pas nonton yang sore, pulang dari kampus, pas liat penasaran ini kuis apa.

4. P: Nontonnya dari awal sampai akhir atau terputus-putus? I : kalau nonton kuis itu gak pernah dijadwalin, jadi kalau ngelihat kuis itu biasanya gak sengaja dan pas lihat ada yang sampai habis, ada juga yang setengah jalan terus diganti kesiaran lain.

5. P: Kapan pertama kali menyaksikan kuis tersebut?

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara I : saya lupa-lupa inget, pastinya sebelum pemilu. Pertamanya gak sengaja sih ngelihat kuisnya, ngelihat ini tayangan apaan, gak taunya nama tayangannya Kuis Kebangsaan.

6. P: Nyedian waktu khusus untuk menonton kuis? I : ya pastinya tidak, karenakan saya cukup banyak kegiatan di luar rumah, seperti mengajar juga kegiatan lain. Jadi pas terlihat ya nonton, kalau waktu khusus gak ada.

7. P: Setelah menyaksikan kuis tersebut, apa tanggapan melihat kuis itu? I : pertama kali melihat lucu ya, lucunya karena dari pertanyaannya ada yang memang umum, tapi yang saya lihat ada juga pertanyaan yang memang itu spesial tentang calon, jadi secara kasat mata memang gamblang sekali dan sangat menjurus ke salah satu calon.

8. P: Bagaimana konsep kuis tersebut, saat melihat pertama kali? I : konsep kuis yang ternyata kontennya tidak murni kuis tetapi malah mempromosikan suatu partai bahkan anggota dan ketua partainya.

9. P: Tanggapan tentang judul? I : bisa dibilang ketika melihat judulnya, kemudian isi kontennya kuis itu sama sekali tidak nyambung ya. Karena kan namanya kebangsaan, namun isi kontennya jelas-jelas untuk mempromosikan salah satu calon yang mau naik menjadi presiden 2014 ini kan.

10. P: Judul yang tepat bagaimana? I : kan judulnya itu kuis kebangsaan, kalau untuk pertanyaan yang umum kayak seputar Indonesia, boleh lah nyambung. Yang menjadi tidak nyambung adalah ketika judulnya kuis kebangsaan tetapi salah satu konten didalamnya malah memperkenalkan caleg ataupun calon presiden dari partai yang diusung. Ketidaknyambungan bukan masalah judul nya diganti tapi karena di dalamnya ada salah satu konten yang tidak lagi memperkenalkan tentang kebangsaan tapi satu partai politik tertentu.

11. P: Tanggapan tentang password? I : kalau dilihat dari segi politiknya, itu merupakan salah satu strategi dia untuk mempromosikan, Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara apakah itu dari slogan yang dijadikan password kuis itu. Itu hak mereka sebagai pasangan calon presiden. Jadi kalau dilihat dari segi promosi pribadi mereka, itu masuk salah satu kampanye. Namun kemasannya kalau selama ini hanya dalam bentuk iklan di media televisi atau spanduk-spanduk, kalau kali ini mereka mengemasnya dalam bentuk kuis. Kalau kita melihat dari segi kampanye politiknya, itu merupakan cara baru yang mereka pakai dalam bentuk kuis. Tapi kalau dari segi yang namanya kuis itu untuk apa? apakah meraih hadiahkan? Dengan judulnya kuis kebangsaan, apakah mengingatkan kembali masyarakat dengan kebangsaan Indonesia? Jadi kuis ini benar-benar digunain untuk sarana kampanye politiknya WIN- HT saja.

12. P: Cara baru kampanye yang bagaimana? I : makanya saya katakan cara kampanye yang baru karena gini, kalau yang kita tau cara kampanye yang konvensional itu kan masih menggunakan baliho, spanduk, atau selebaran-selebaran yang ditempel-tempel. Itu untuk media luar ruang, kalau dari radio itu biasanya berupa iklan, kalau di surat kabar apakah bentuk gambar-gambar mereka berupa iklan juga. Selama ini yang marak kita lihat di media massa kan mereka menggunakan iklan yang beberapa detik atau dalam bentuk berita di televisi tentang kegiatan mereka. Selama ini hanya cara-cara itu yang di gunakan. Tidak ada yang membuat acara kuis yang spesifik ditayangkan hanya untuk satu partai saja, caleg nya ataupun WIN-HT nya. Dari segi kampanye dia tidak salah menggunakan media apa saja, tapi kesalahannya adalah dia menggunakan ruang publik. Siaran televisi itu gelombang atau frekuensinya kan milik publik, tidak seharusnya digunakan untuk kepentingan pribadi ataupun kepentingan kelompok tertentu.

13. P: Waktu jam tayang? I : kalau menurut saya yang tayang jam 09.30 itu kan pagi yah, itu jam nya ibu-ibu yang dirumah bisa untuk menonton. Kalau dilihat dari sasarannya, jam segitu lebih ke ibu-ibu. Kalau yang jam 17.00 atau jam 5 sore itu kan, sebagian orang sudah pulang kerja. Bisa saja udah dimulai waktu keluarga.

14. P: Soal yang ditanyakan? I : ada beberapa yang nyambung, tapi kan ada juga yang kelewatan, itu yang keceplosan dan ketahuan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara kalau kuis itu bentuknya settingan yah. Si penelepon, belum selesai pertanyaannya dia udah jawab duluan dan pertanyaan nya gak diganti. Nah, dari situ sudah kelihatan sekali kalau acara itu settingan aja, untuk mempromosikan satu calon. Walaupun tetap ada Indonesia, tetapi tidak terlepas dari simbol-simbol Hanura.

15. P: Etis kah soal-soal yang ditanyakan? I : kalau kita lihat jika dia memang judulnya kuis kebangsaan lalu soal yang ditanyakan seputar sejarah dan lainnya tentang Indonesia, itu sah-sah saja. Tapi di dalam kuis itu tidak hanya sebatas itu, tetapi ada juga muatan-muatan partai. Kalau bicara etis, soal-soal nya etis, tetapi ya itu ada kepentingan dibalik itu. Tetapi, seandainya kita kampanye di ruangan terbuka, dan tidak menggunakan frekuensi atau gelombang milik publik. Lalu disela kampanye terbuka melakukan kuis juga seperti menanyakan siapakah tokoh ini, lalu apakah slogan partai dan lainnya, itu sah karena saat itu ruang dan waktu memang disediakan saat itu untuk mereka dengan banyak massa yang mendengarkan.

16. P: Apa dari kejadian itu, lalu menganggap jika kuis tersebut settingan? I : enggak, waktu awal pas dari pertama kali ngelihat ini apa, terus denger passwordnya, loh kok kayak gini. Iya sebenernya dari passwordnya sih, kan langsung disebutin gamblang, terus langsung mikir, loh apa nih WIN-HT ada agenda nih. Tapi, ketika ada yang kesalahan itu, jadi yakin kalau itu benar-benar settingan. Kalau di awal tadi mikir oh kampanye satu calon nih dan ketika ada kesalahan itu yakin kalau itu memang disetting.

17. P: Tata cara untuk mengikuti kuis? I : begini, kuis ini kan bukan hanya kuis semata. Kuis itu memiliki tujuan yang jelas, yaitu kampanye untuk calon-calon dari partai Hanura. Kalau melalui telepon, mereka kan tidak tau sudah seberapa besar jangkau pemirsa yang menonton ataupun paling tidak yang menyaksikan tentang WIN-HT kah, ataupun caleg-caleg dari partai Hanura. Karena mereka tidak bisa menghitung berapa jumlah yang menelepon, peluang penelepon juga keil untuk bisa tersambung. Sedangkan ketika menggunakan web, yang mungkin tadinya settingan, pada akhirnya kan menarik minat dari masyarakat lainnya untuk ikutan ke dalam kuis itu. Akhirnya, dengan melalui web itu pihak WIN-HT bisa mendapatkan data kasarlah

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara secara rinci berapa orang yang tertarik dan pengen tahu tentang kuis tersebut. Mereka jadi tahu, apakah melalui tayangan kuis itu, bisa atau tidakkah menaikkan dukungan mereka, atau mempengaruhi masyarakat untuk memilih mereka. Paling gak kan, biasanya perhitungan kasar dari seorang caleg, dari 10 minimal 1 yang tertarik sama mereka. Kalau ada 50 minimal 30% persen yang memilih, biasanya gitu. Jadi memang lebih efektif via web, jadi mereka bisa tahu dari sekian banyak masyarakat Indonesia, sudah berapa banyak yang login melalui web untuk mengikuti kuis tersebut dan tertarik.

18. P: Jadi pernah mencoba untuk ikut kuis? I : tidak pernah, tidak pernah terfikir dan gak sempat

19. P: Kehadiran caleg Hanura sebagai pengisi acara? I : tetap saja saya menganggapnya lucu ya, memakai satu stasiun TV swasta, memakai satu spot bentuknya kuis. Di situ judulnya kuis kebangssan, ternyata di dalamnya penuh hanya tentang satu partai, hanya untuk memperkenalkan satu partai beserta perangkat-perangkatnya, apakah dia itu caleg ataupun calon presiden dan wakil presidennya. Jadi kembali lagi, ini benera-benar murni full kampanye politik, bukan masuk bagian apakah dia dalam bentuk entertain atau hiburan yang ditujukan kepada masyarakat, itu tidak sama sekali. Kayak pembodohan bisa dibilang, walaupun kita bisa pindah channel, tapi kita tetap ditampilkan untuk menyaksikan caleg-caleg itu.

20. P: Tanggapan tentang hadiah yang dipersembahkan? I : yang namanya kuis itu kan orang mau ikut karena pengen hadiah, jadi kalau kita lihat dari segi dia itu kuis, itu tidak masalah jika ada hadiah. Tapi terkait dengan kuis kebangsaan yang dia itu digunakan untuk mengkampanyekan partai dan satu pasangan calon. Balik lagi, apakah itu masuk ke dalam money politik atau gak, itu juga agak rumit yah. Karena kalau dalam kajian politik ya tetap aja mau dia bentuknya barang atau apapun, jika dikasih sama masyarakat tetap aja itu money politik. Cuma masalahnya kan undang-undang kita tidak ketat untuk mengatur yang mana masuk money politik. Money politik itu kan ketika dia memang diberikan langsung sama si calonnya kah, kemudian ketika dia memberikan apakah dia mengatakan ‘pilih saya ya’.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Jadi kriteria untuk menentukan mana yang masuk money politik itu memang sangat susah. Jadi makanya hadiah dalam hal ini walaupun secara umum kita langsung tahu, kalau itu kasarnya money politik, tetapi belum bisa masuk kategori itu, kalau menurut undang-undang yang kita punya.

21. P: Bentuk hadiah yang dipersembahkan seperti apa? I: yang saya ingat kalau gak salah ada handphone sama alat memasak.

22. P: Bagaimana tanggapan tentang settingan tempat? I : settingan tempatnya biasa aja sih ya, gak ada masalah. Segi visual nya ada tulisan kuis kebangsaan di layar belakang, terus didominasi sama warna partai hanura sama biru kayaknya.

23. P: Bagaimana tanggapan tentang pembawa acara? I : selama ini yang saya lihat memang pembawa acaranya itu perempuannya. Cuma gini kalau untuk acara kuis, sebenarnya gak ada masalah apakah itu laki-laki atau perempuan. Apakah mau dilihat perempuan itu lebih menarik perhatian atau gak dibanding laki-laki, kalau kita lihat dari segi politiknya itu tidak masalah sama sekali. Cuma kenapa lebih condong ke perempuan, mungkin untuk lebih menarik perhatian.

24. P: Bagaimana tanggapan tentang sponsor kuis? I : yah lagi-lagi karena mereka adalah calon presiden dan wakil presiden yang diusung, jelas mereka sebagai sponsornya. Gak mungkin mereka mencari sponsor lain lalu menyebutkannya dikuis itu, karena memang tujuannya untuk kampanye mereka. Lagian untuk menarik simpati penonton bahwa mereka baik, bagi-bagi hadiah, seperti itu.

25. P: Ngikuti perkembangan kuis selain dari TV? I : paling dari YouTube, sama pas diskusi atau ngobrol sama kawan.

26. P: Tahu jika kuis mendapat teguran dari KPI? I : iya pernah denger, tapi kemudian tidak mengikuti lagi. Tapi pernah tahu kabar itu, ya karena itu kan, agenda settingnya kelihatan sangat jelas.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 27. P: Sejauh mana kuis tersebut berperan dalam kegiatan politik WIN-HT? I : kalau kuis jadi sarana untuk “sosialisasi” sebenarnya cukup efektif, karena dari segi penggunan medianya bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat, semua dipukul rata pasti bisa melihat, mulai dari atas sampai bawah. Terlepas dari kuis itu settingan atau bukan ternyata cukup banyak orang yang berminat untuk ikut kuis tersebut. Kalau dari segi penggunaan medianya cukup efektif, tapi keefektifan ini juga dilihat kualitas masing-masing calon. Apa yang bisa disampaikan, apakah masing-masing mempunyai kualitas yang memang pantas untuk mendapatkan dukungan yang besar. Balik ke pencitraan yang dibentuk di media, mungkin HT karena ia Tionghoa belum mampu menarik hati masyarakat pribumi atau seluruh lapisan masyarakat, kemudian kalau Wiranto walaupun jendral, tapi masyarakat belum tau hal apa yang sudah pernah ia lakakan dan berikan untuk Indonesia. Ketika WIN-HT berani menyiarkan kuis ini sebenarnya ada yang mendukung tapi banyak juga yang mencemooh. Hal itu jadi bukan membentuk suatu pencitraan yang positif malah sebaliknya, banyak yang tidak suka dengan cara mereka itu.

28. P: Menurut Anda yang dimaksud dengan pencitraan itu yang bagaimana? I : pencitraan itu dimana seseorang dengan kualitas dan kapasitas yang ia miliki kemudian dipoles lagi, apakah ia diperkuat dengan dimunculkan image baru. Misalnya, orang yg religius diperkuat lagi imagenya dengan penggambaran yg lebih spesifik dan lebih detail tentang hal-hal religius dan disebarkan melalui media. Sehingga terbentuk opini masyarakat kemudian berkata “oh si ini ternyata orangnya religius”. Nah itu merupakan suatu pencitraan yang memuaskan. Jadi dibentuk image- image yang baik sehingga masyarakat mau menerima. Jadi menurut saya pencitaan itu adalah memoles atau memperkuat suatu kesan dimana dapat disebarkan ke semua orang dan orang dapat melihat dan mengingat orang lain dari kesan yang sudah ditampilkannya, dan membuat opini tentang orang tersebut. Kalau saya pribadi memandang pencitraan WIN-HT yang ditampilkan di kuis itu tidak terlalu berpengaruh dan menonjolkan WIN- HT, karena sarana yang ia pakai dalam bentuk kuis memang satu hal baru tapi kesan yang dibuat-buat sangat kental di kuis itu, jadi agak kurang efektif.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Jadi saya gak lihat bentuk citra yang seperti apa yang mau ditampilkan. Hanya yang terlihat hanya untuk memperkuat WIN dan HT. Tidak menampilkan image Wiranto itu seperti apa dan HT itu seperti apa. Berbeda dengan acara lain yang mereka buat juga. Mereka ikut gotong royong, bakti sosial, berbaur dengan masyarakat dan sebagainya. Hal itu bisa menunjukkan jika mereka itu rajin, baik, ramah, pemurah dan lainnya. Jadi kuis kebangsaan itu belum membentuk citra WIN-HT.

29. P: Bagaimana kaitannya dengan Etika Jurnalistik dan P3SPS? I : kalau itu menurut saya kan urusan KPI sebagai lembaga penyiaran. Makanya mereka pernah dapat teguran KPI kan, KPI pasti lebih tau pasal-pasal apa yang mereka langgar dari segi penyiaran.

30. P: Tanggapan tentang pasangan WIN-HT? I : kalau melihat pasangan WIN-HT melalui kuis yang mereka buat, saya melihat jelas terlihat ya bahwa ternyata pemilik media yang ingin duduk juga di arena kekuasaan, itu pasti juga menggunakan sarana yang dimilikinya secara besar- besaran. Itu kan dia menggunakan space yang cukup panjang waktunya untuk tayang dan juga wajib serta terus ditayangkan, serta terus menerus diulang nama WIN-HT. Pertama kali melihat saya langsung, wah pemilik media ya, jadi dia langsung menggunakan mediannya untuk berkampanye sacara terselubung. Memang secara terselubung, tapi terang-terangan. Terselubungnya dibungkus dengan kuis, tapi terang-terangan dari semua kontennya, semua orang secara gamblang nangkap kalau itu kampanye Hanura dan WIN-HT. Kalau untuk mereka berpasangan gak masalah ya. Setiap orang bebas untuk berpasangan sama siapa saja.

31. P: Bagaimana tanggapan terhadap Wiranto? I : background sebenarnya kan militer, tapi kalau tentang berkecimpung di dunia politik, Wiranto selalu menjadi orang yang kalah. Jadi secara militer mungkin dia pernah berjaya, tapi kalau secara politik hingga saat ini belum pernah menang, tapi patut di acungi jempol, karena walaupun sudah kalah tetap bangkit lagi. Hingga akhirnya di format tahun 2014 ini, semua partai politik belum ada yang mencantumkan satu paket calon presiden. Namun, belum apa-apa dia sudah berani padahal belum tahu perolehan hasil suara partai yang akan di dapatkannya.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 32. P: Bagaimana tanggapan terhadap Hary Tanoe? I : kalau tentang HT, saya melihatnya kalau dia kan pemilik media terkemuka di Indonesia. Sebagai pengusaha dia sukses, tapi ketika berkecimpung di ranah politik, sebenarnya agak dipertanyakan, untuk apa? Padahal media kan sudah mempunyai tempat sendiri yang strategis dan media dikatakan sebagai pilar keempat demokrasi. Jadi, apakah dia tidak memikirkan, jika dia masuk ke ranah politik pastinya akan jelas-jelas membawa media kearah satu kepentingan yang dia miliki. Media kan independen, walaupun sekarang tidak dianggap independen, tetapi paling tidak ada pintu yang langsung menuju secara blak-blakan, untuk kepentingan dia arah nya kemana. Jangan dengan kepemilikan media yang dia punya dan ia mengikuti ajang pilpres 2014, jadi kelihatan sekali. Walaupun demikian yang saya tahu HT tidak terlalu ngotot untuk 2014, yang lebih terlihat itu Wiranto. Wiranto mempunyai agenda yang lebih besar dibanding HT. HT sebelumnya memang sudah ikut di Nasdem, tapi karena ada gejolak dengan Surya Paloh, jadi dia mencari kemana yang bisa dan saat ini Wiranto lah yang menampung.

33. P: Media independen? Maksudnya bagaimana? I : yang saya tau sejarah dari industri media, itu berbeda dari industri lainnya. Kalau industri lain dibangun untuk mendapatkan keuntungan sebesar- besarnya, tetapi media walaupun dia berbentuk industry, tapi dari sejarahnya media beda dar industry lainnya. Dimana media itu diciptakan sebagai satu bentuk perlawanan kepada pemerintah. Industry media itu berangkat dari kritik, kritik terhadap apa saja yang ada dimasyarakat, baik kritik terhadap kekuasaan, krisis moral, atau apapun kejadian yang terjadi di sekitarnya. Jadi industry media itu dibangun dengan moral, etika, independensi dan untuk kepentingan publik. Media tidak memihak kepada seorang atau sekelompok orang, tapi semata-mata untuk kepentingan publik. Karena media lahir dari sejarahnya media diperuntukkan untuk kepentingan publik. Maka dari itu media dijadikan pilar demokrasi keempat karena media independen. Memang media dimiliki oleh seorang atau sekelompok orang yang menjadi pemilik, namun media harus mampu membangun informasi dan berita yang di dalamnya juga ada cover both side. Jika media tidak independen, ia pasti akan sulit menjalankan fungsinya.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 34. P: Apa kelebihan dan kekurangan WIN-HT? I : kelebihan WIN-HT kalau menurut saya, dua tokoh itu tidak punya kasus korupsi. Karena karupsikan masih jadi kasus yang parah di Indonesia, jadi dua tokoh itu masih cukup bersih dari hal korupsi. Diri mereka bersih secara politik, itu menjadi nilai plus. Jadi slogan bersih, peduli, tegas masih bisa di sematkan ke diri mereka dan bisa jadi jualan yang baik. Kalau untuk kekurangannya, sampai saat ini kita belum lihat prestasi dia yang nyata itu apa untuk Indonesia, belum bisa dilihat secara kasat mata apa yang sudah dilakukan untuk Indonesia.

35. P: Apakah anda tertarik dengan politik? I : kalau soal tertarik, saya sangat tertarik dari segi ilmu politiknya secara keilmuannya. Tapi kalau untuk fenomenyanya, yak arena belajar ilmunya harus mengikuti juga kan fenomena politik yang ada. Jadi kalau bicara soal tertarik atau tidak tertarik, ya harus tertarik.

36. P: Apa tanggapan tentang partai politik saat ini? I : menurut saya gak ada lagi yang bagus. Dalam artian gak ada lagi yang bersih seluruhnya, paling ada masih juga terlihat sedikit kotorannya yang tampak. Tapi kalau di bilang kedepannya masih ada atau tidak partai-partai yang cukup tapi lebih ke oknum. Seperti Gerindra masih kelihatan bagus, karena untuk Sumut ada proses pembangunan ideologi mereka, untuk Hanura juga lumayan baik yah, walaupun mereka kalau untuk Sumut belum punya kerja yang benar-benar nyata untuk rakyat, itu belum ada, tapi paling gak di dalam strukturnya sendiri mereka ada bentuk-bentuk program kerja, meskipun belum terealisasi dengan baik. Kalau untuk PKS Sumut cukup baik, dari segi programnya, orang-orangnya juga cukup bersih dibandingkan dengan di pusat. Kemudian PDIP di Sumut juga cukup baik, tapi lebih ke personal orang nya yang ngebangun partai, bukan partainya. Kalau tadi Gerindra, PKS dan Hanura yang saya maksud adalah mereka bagus di program partai, partainya. Karena oartai itukan mesin dan orang-orang yang menjalankan. Tetapi orang-orang ini tidak bekerja atas nama dia, tetapi atas nama partai dan program- program kerja yang dimiliki oke. Kalau PDIP masih bersifat ketokohan dan personal. Namun, juga lebih selebor kalau di Sumut, dalam artian program kerja partainya gak jelas, gak tau mau ngapain dan orang-orang di dalamnya seperti Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara banyak premannya, main masing-masing, kebanyakan para kepala genk atau ntah apalah. Jadi mereka main sendiri-sendiri dan program kerja partai gak ada. Kalau Nasdem masih parah ya di Sumut, karena masih baru dan belum ada program, orang-orangnya juga gak kelihatan. Kalau partai kecil yang lain kayak PKPI, PBB, PKB di Sumut namanya gak terlalu naik. Namun PPP cukup baik, karena mereka punya tokoh yang cukup terkenal di Sumut, walaupun partainya belum punya program yang belum tercatat dengan baik.

37. P: Bagaimana pendapat soal HT selaku pemilik modal menggunakan medianya untuk menampilkan dirinya dan partai? I : kalau secara dia pemilik media, dia mau ngapain aja memang terserah dia, namun secara etika politik kemudian ketidakberimbangan sama yang lain. Jadi pemilik medialah yang pastinya bisa lebih menampilkan dirinya dan pencitraan dia juga mensosialisasikan dirinya. Kalau secara etika politik yah gak bagus, karena dalam demokrasi memang semua orang diberikan kesempatan yang sama untuk maju, tetapi ternyata gak semua dapat start yang sama, mereka mengambil start duluan. Itu juga bisa dikatakan penyalahgunaan media yah, karena media itu kan ada fungsinya dan untuk masyarakat banyak, terus bisa dibilang dia memang punya media tetapi untuk menyiarkannya, salurannya, gelombangnya dan frekuensinya itukan milik publik. Jadi dia tidak menggunakan itu untuk kepentingan dia sendiri. Publikkan sebenarnya bisa menolak, ketika dia menggunakan medianya.

38. P: Selain HT, ada juga ARB dan Surya Paloh yang punya media, bagaimanakah pencitraan yang mereka tampilkan di media? I : kalau untuk ARB dia masih menggunakan dalam bentuk iklan, saya belum ada lihat kalau ARB ditampilkan dalam bentuk profil. Dibandingkan HT, kalau saya gak salah, HT itu istrinya pernah masuk dalam infotaiment. Jadi apa yang dilakukan istrinya masuk kedalam pemberitaan infotaiment. Kalau ARB tidak pernah masuk kedalam bentuk program acara manapun. Bahkan berita entertain juga gak pernah, paling dia masuk kedalam berita politik kayak dia lagi ngapain, di medianya sendiri dan bentuk iklan politiknya aja. Jadi kalau menggunakan medianya secara terus-terusan kalau ARB gak terlalu. Begitu juga dengan Surya Paloh, dia hanya di awal-

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara awal Nasdem dideklarasikan aja, kayak Nasdem ada kegiatan apa, dia diliput secara ekslusif di medianya tentang Nasdem yang cukup banyak lah porsinya dan tetap hanya di media milik dia saja. Setelah itu, dia tidak terlalu banyak masuk di medianya. Saya rasa Surya Paloh dan ARB sama, gak banyak ngambil space yang gak penting, hanya yang sepantasnya aja.

39. P: Bagaimana tentang Wiranto yang mencalonkan diri sebagai Presiden? I : yang saya ketahui yah sepak terjang Wiranto ketika di tahun 1998, hingga tetap dalam kampanye dan pidatonya yang disampaikan jika dia pernah menjadi jendral dan mengamankan reformasi. Dimana yang seharusnya saat itu dia harus tunduk dan taat sama presiden tetapi dia memilih untuk bersebrangan dengan presiden, kayaknya itu lah yang selalu menjadi center point, atau hal yang paling gemilang dimasa kejayaannya. Kalau dilihat secara militer dia sukseslah, walaupun dibandingkan dengan Prabowo, Prabowo juga lebih sukses yah karena dia ikutan perang langsung, kalau Wiranto saya gak terlalu tahu. Jadi kalau bicara layak atau gak, kita belum tahu bagaimana Wiranto dalam memimpin, walaupun dia itu orang yang gigih nya, dia tidak menyerah untuk maju lagi, namun kita melihat jika Wiranto itu seperti sosok yang selalu kalah. Itu berarti dia belum bisa diterima sepenuhnya oleh masyrakat, terkait apakah tentang pencitraan dia kalau dia baik, dia pemimpin yang sukses, dan lainnya. Saya masih melihat kalau masyarakat Indonesia belum bisa terima.

40. P: Bagaimana tentang HT yang mencalonkan diri sebagai wakil presiden? I : sebenarnya pengusaha punya peluang yang besar untuk bisa jadi pemimpin di Indonesia. Karena kan kemandirian dalam ekonomi penting untuk jadi pemimpin. Kemudian dia kan pemilik media, ya itu tadi dia bisa ngapain aja, tetapi apakah dengan sumber daya yang dia miliki, dia cocok untuk menjadi wakil presiden atau tidak, tetap ya kita harus hitung-hitung dulu, kedekatan media dia, seluruh perusahaan dia. Nah, pada akhirnya kalau dia dekat dengan kekuasaan itu untuk memperbesar lagi, apa yang sudah dia miliki. Sekaligus juga, mau gak mau kita jadi membahas rasis, dia kan keturunan Tionghoa, suku Tionghoa di Indonesia kan minoritas. Mereka memang sudah punya gerakan politik, kayak yang di Medan persatuannya kerenlah, hingga waktu pemilihan Walikota Sofyan Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Tan cukup mendapat banyak suara, walaupun diperingkat kedua. Apalagi sekarang Ahok naik, tapi tetap saja dibeberapa tempat rasis itu main, rakyat Indonesia masih menganggap pribumi lah yang layak untuk naik di pemerintahan.

41. P: Ikut pemilu 9 April? I : ikut milih, karena pemilu itu hak ya, sia-sia kalau hak nya gak digunakan. Karena menurut saya penting, walau di awal sempat malas untuk milih, tapi mikir lagi nanti ke depannya Indonesia bagaimana. Mau tidak mau harus milih, ketika sampai di kotak suara mikir lagi, partai mana yang harus dipilih, karena belum ada yang sesuai dengan kriteria. Tapi syukurnya karena kemaren pas pemilu legislatif itu, masih bisa dekat dengan kita. Dalam artian di pemilu legislatif ada calon-calon legislatifnya, ada orang-orang. Jadi gak ngelihat ke partainya tapi ke orangnya. Karena sebelum pemilu, banyak juga tau tentang caleg-caleg, jadi akhirnya memilih karena ada orangnya, bukan partainya.

42. P: Menurut anda, bagaimana kriteria presiden dan wakil presiden yang layak untuk 5 tahun ke depan? I : yang pertama harus tahu bagaimana memerintah Indonesia yang segini besar dan dengan segini banyak penduduk serta berbagai macam ragam keinginan, jadi harus paham dulu lah cara memerintah. Kemudian yang kedua memang harus berani yah, di Indonesia ini kalau gak berani ngambil keputusan dan gak berani gebrak-gebrak, sekarang ini muncul yah pemimpin yang melakukan gebrakan-gebrakan. Jadi pemimpin yang melakukan gebrakan dianggap berani, membuat rakyat itu menjadi patuh, disiplin, kemudian kerjanya jadi lebih baik. Tapi, walaupun berani gak cuma karena gebrak-gebrak, berani dalam arti bisa mengambil keputusan yang tegas. Ketiga, kalau bisa bukan dari politisi, karena kalau muncul dari politisi bahayanya transaksional terus jadinya dalam membuat kebijakan. Kayak kemaren muncullah calon-calon alternatif yang tidak di besarkan dari politik, seperti dari angkatan, akademisi Anis Baswedan, terus Gita Wirjawan dari birokrat, boleh lah mungkin punya variasi. Dalam artian jika orang yang muncul bukan karena kepentinagn dia bisa lebih netral tidak harus memilih a atau b, tapi tantangannya apakah dia bisa netral terus jika nantinya terus digoyang. Tapi itulah bedanya calon yang berasal dari adanya kepentingan atau tidak dan berani. Kayak Amerika terkenal karena Obama itu kan pemimpin yang Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara berani memperjuangkan apa yang layak untuk rakyatnya. Jadi itu yang pertama harus tahu dulu cara memimpin, kedua berani dan ketiga bukan dari orang yang sudah terbiasa dengan politik yang sekarang. Kalau wakil menurut saya wakil sih bisa lebih fleksibel yah, dalam arti wakilkan bukan ban serap yah, tetapi wakil adalah orang yang harus bisa bekerjasama dengan si pemimpin, karena hasil dari politik transaksional sekarang kan si wakil jadi kayak punya agenda sendiri, si presdien juga punya agenda sendiri, yang akhirnya nanti ditengah jalan berbenturan, beda kepentingan. Jadi untuk wapres syarat pertamanya harus punya visi misi yang sama dengan presiden, mau kemana dan seperti apa, tidak perlu iri-irian lagi.

43. P: Jadi menurut anda siapa yang layak memimpin Indonesia 5 tahun kedepan? I : kalau sekarang yang muncul kan orang masih lihat pada 2 yah, Prabowo sama Jokowi. Tidak ada calon alternatif, karena semua partai mau yang kecil, tengah, besar itu semua tinggal bagi-bagi aja mau poros yang mana, poros Jokowi atau Prabowo. Mengenai siapa calon wakil presiden itu lah yang sedang ditransaksikan, siapa yang sama visi dan tidak hanya visi, tetapi siapa yang bisa memangkan. Karena kan status Jokowi dan Prabowo dianggap sama-sama besar peluangnya untuk maju, karena dari dua background yang beda dan pasti sukanya juga beda. Karena kalu lihat sosok Prabowo pasti yang tergambar itukan, berani, tegas, militer, dianggap kuat untuk bisa memimpin Indonesia. Tapi disatu sisi orang yang phobia sama militer dan sama apa yang pernah dilakukan Prabowo pasti pergi ke Jokowi. Jokowi dianggap punya kharisma tersendiri, kayak yang lebih merakyat, sederhana, ramah. Jadi itu memang jauh beda, tapi sama-sama punya peluang besar. Tapi, kalau ditanya milih yang mana, nunggu detik-detik akhir, kayaknya lihat dulu siapa wakilnya. Kalau lihat prabowo dengan gaya kepemimpinan nya yang sekarang kan bisa kita lihat kalau dia orangnya susah untuk terima kritik, apa yang dia mau ya itu, kesannya jadi totaliter walaupun gak sejauh itu. Karena Indonesia sudah sangat demokrasi, Prabowo juga gak mungkin bisa terlalu keras. Namun tetap ada peluang karena saat jadi pemimpin dia punya kuasa yang besar. Kalau Jokowi, dia punya kelebihan tersendiri, tapi dia itu seolah-olah ada yang mengbackup, kayak boneka yah. Kemana-mana harus seizin Megawati. Dia tidak bisa berbicara atas namanya sendiri, harus menunggu Bu Mega. Nah, apakah kita mau

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara dipimpin oleh orang yang ternyata punya pemimpin lagi. Jadi agak rumit milihnya.

44. P: Tanggapan tentang kuis Indonesia Cerdas? I : tanggapannya masih sama dengan kuis kebangsaan. Melihatnya dari segi politik tetap, jika itu pencitraan dari pasangan calon presiden dari partai tersebut. Cuma bedanya sasaran penonton.

Informan III Nama : RR Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 17 Maret 1992 Jenis Kelamin : Laki-Laki Agama : Islam Suku : Minang Pekerjaan : Mahasiswa Teknik Sipil Intitut Teknologi Medan (ITM) Pendidikan Terakhir : SMA Hobi : Desain Bangunan, Main Game Alamat : Jln. Rotan 13 No. 16 Perumnas Simalingkar Medan

P : Peneliti I : Informan

No. ISI WAWANCARA REFLEKSI

1. P: Apakah Anda pernah menyaksikan kuis kebangsaan di RCTI ? I : Pernah

2. P: Kira kira berapa kali? I : sekitar 6 atau 7 kali sih..

3. P: Kenapa bisa lebih dari 6 kali? I : pas terlintas ajasih, waktu nonton TV, terus ada ditayangin kuis itu, ya nonton aja

4. P: Nontonnya dari awal sampai habis atau cuma selintas? I : nontonnya sampai habis sih, sekalian nambah- nambah wawasan dari kuis kebangsaan itu

5. P: Kapan pertama kali menyaksikan kuis tersebut? I : pastinya lupa sih kapan, cuma ada sekitar 2 bulan yang lalu

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 6. P: Menyediakan waktu khusus kah untuk menonton kuis tersebut? I : ya enggak lah, kayak gak ada kerjaan lain aja

7. P: Bagaimana konsep acara kuis kebangsaan saat anda pertama kali menyaksikannya? I : yang saya ingat kan pembawa acara membuka kuis, terus menjelaskan cara ikut kuis, lalu ada penelepon masuk, ngucapin password, terus milih huruf. Baru pertanyaannya dibacakan sama kayak bintang tamu gitu. Kalau jawaban benar, terus dapat hadiah, baru kayak dibacakan lagi informasi seputar pertanyaan yang ditanyakan. Ada dua penelepon yang dihubungi.

8. P: Jadi bagaimana tanggapannya pertama kali melihat kuis itu ? I : ya biasa aja sih, maksudnya kuis itu kayak sebagai penambah wawasan dan informasi dari pertanyaan yang ada di kuis itu, bahwa kuis itu memberi tahu tentang sejarah Indonesia.

9. P: Sebagai penambah wawasan yang bagaimana? I : ya nambah wawasan tentang sejarah Indonesia, kayak pertanyaan tentang sejarah jaman dulu, jadi mengingat kembali pelajaran sejarah.

10. P: Jadi setelah menyaksikan kuis tersebut, merasa jika pengetahuan bertambah? I : ya bertambahlah,mungkin sejarah yang dulu nya gak tau, pas kebetulan nonton kuis itu jadi tau, walaupun gak banyak.

11. P: Bagaimana tanggapan tentang judul kuis tersebut? I : ya cocok aja sih, soalnya isi nya juga ditanyakan tentang Indonesia, tentang kebangsaan, cuma kalau ada unsur politik atau gak, kurang tahu sih, gak ada tanggapan ke situ.

12. P: Kalau tanggapan tentang hubungan judul kuis dengan WIN-HT? I : selama gak ada pihak yang dirugikan judul kuis itu sah-sah aja dipakai sama WIN-HT.

13. P: Bagaimana tanggapan tentang password? I : waktu pertama kali dengar, terfikir kalau kuis itu

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara pasti kuis sponsor dari WIN-HT. Lagian pemilik acara dan pembuat acaranya kan HT yang tergabung dengan partai Hanura, jika mereka memakai slogan partai Hanura sebagai password kuis tersebut, ya memang kuis itu dibungkus untuk promosi mereka dan partai Hanura.

14 P: Bagaimana tanggapan tentang soal yang ditanyakan? I : kayak saya bilang, soal-soalnya cukup nambah wawasan terlebih tentang Indonesia, yang kita gak tau jadi tau.

15. P: Bagaimana pendapat tentang tata cara mengikuti kuis? I : menurut saya lumayan bagus dan lebih baik karena kan melalui internet, daripada langsung via telepon, karena kesempatan kalau via telepon itu lebih sedikit untuk nyambungnya. Kalau dari web kan itu daftar dulu, kalau terpilih baru ditelepon dari pihak yang ngadain kuis, jadi karena mereka yang menelepon, si penelepon jadi gak berbenturan waktu mau nelepon. Kesepatan lebih banyak kalau mau aja daftar melalui web.

16. P: Pernah mengikutin kuis tersebut? I: tidak pernah dan tidak terfikir untuk mengikuti kuis tersebut.

17. P: Bagaimana tanggapan tentang pembawa acara ? I : nah iya, pembawa acaranya kan cewek tuh rata- rata yah. Kayaknya cukup menarik perhatian penonton untuk menyaksikan kuis itu, selain dari hadiahnya.

18. P: Bagaimana tanggapan tentang jam tayang? I : kalau yang pagi, menurut saja gak pas. Karena jam segitu hanya ibu-ibu di rumah yang bisa menyaksikan sehabis masak atau belanja, gak semua, yang sudah ke kantor atau kuliah mana mungkin bisa nonton jam segitu. Mungkin lebih pas kalau dibuat waktu jam tayang lebih pagi, sekitar jam 7, jadi kebanyakan orang belum berangkat dari rumah, dan kemungkinan bisa menyaksikan kuis itu.

19. P: Bukannya jam 7 pagi waktu sibuknya orang untuk siap-siap melaksanakan aktivitas di luar rumah? I : menurut saya, kebanyakan orang sekarang pagi- Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara pagi itu sebelum berangkat kerja atau keluar rumah banyak yang nonton TV sih, kayak nonton berita atau acara pagi, untuk nambah informasi tentang berita terbaru yang mungkin kejadiannya baru semalam, nah di sela-sela waktu tayang berita itu di masukkan kuis kebangsaan, mau gak mau orang pasti menyaksikan, lebih pagi lebih pas sih menurut saya, kalau penegn disaksikan sama banyak orang. Kalau untuk yang sore, jam 5 sore itu udah pas. Karena kebanyakan orang pulang kerja dan balik ke rumah itu jam 4 sore, jam 5 udah nyampek rumah, mungkin langsung hidupkan televise, bisa langsung kelihatan kuis itu pas tayang.

20. P: Bagaimana tanggapan tentang hadiah yang dipersembahkan? I : itu mungkin menjadi daya tarik tambahan untuk penonton mau mengikuti dan menyaksikan kuis tersebut. Hadiahnya bagus-bagus lagi.

21. P: Apa saja hadiah yang dipersembahkan sewaktu menyaksikan kuis tersebut? I: ada kulkas, Handphone, alat memasak dll.

22. P: Bagaimana tanggapan tentang setting tempat ? I : settingan tempatnya saya lupa-lupa ingat, gak sampek situ saya perhatikan waktu pas nontonnya. Tapi yah kayak di dalam ruangan gitu.

23. P: Bagaimana tanggapan tentang sponsor kuis? I : ya pas lah kalau yang sponsori si WIN-HT kan memang mereka yang ngadain kuisnya.

24. P: Selain menampilkan WIN-HT, kan ada juga ditampilkan caleg dari Partai Hanura untuk membacakan pertanyaan, tau gak dan bagaimana pendapatnya ? I : oh kalau soal itu gak tau, yang saya dengar kalau gak salah mereka diperkenalkan misalnya dosen dari kampus ini lah, bekerja di sini lah. Gak di pekenalkan jika mereka itu caleg dari partai Hanura, jadi gak tau kalau yang membacakan pertanyaan ternyata caleg.

25. P: Bagaimana pendapatnya tentang pencitraan WIN-HT dalam kuis itu?

I : sebenarnya lumayan bagus, lumayan mendidik lah, mereka punya ide untuk menambah pengetahuan masyarakat yang menyaksikan. Kalau Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara di buat lebih dari itu, kemungkinan nama WIN-HT bisa lebih naik dan pencitraan mereka jadi lebih kesebar.

26. P: Mendidik yang bagaimana dan lebih bagaimana menurut anda ? I: sekedar mengingat kembali atau bahkan menambah pengetahun tentang sejarah-sejarah Indonesia dengan ditambahnya informasi yang lebih lengkap seputar pertanyaan yang ditanyakan, jadi tidak hanya sekedar pertanyaan dan jawabannya saja.

27. P: Jadi berpendapat kalau acara itu untuk mendidik, gak ada unsur lain? I : iya karena pertanyaan yang ditanyakan juga menambah pengetahuan sih.

28. P: Kan udah mau pemilu, gak terfikir jika itu ada tujuan lain? I : sebenarnya ya enggak, karena gini selagi pas ngadain kuis itu, tapi gak ada ngajak atau nyuruh masyarakat, penonton atau penelepon kuis itu untuk milih dia dan partainya secara langsung, selama hanya untuk promosi aja gak ada masalah sih. Sama kayak kuis yang di sponsori rokok, operator atau produk lain. Tujuannya cuma promosi, selama gak ada nyuruh langsung buat milih, setahu saya gak menyalahi aturan KPU, kan di kuisnya gak ada disebuti harus pilih Hanura atau WIN-HT.

29. P: Bagaimana pendapat anda tentang Wiranto? I : menurut saya, untuk Wiranto, kalau dilihat dari trade record dia selama dia menjadi purnawirawan TNI, membuat saya kurang setuju dengan Wiranto menjadi presiden, dia gak layak menurut saya. Karena sepengetahuan saya, selama Wiranto menjabat sebagai angkatan, sebelum reformasi pasukan Wiranto banyak beradu tembak sama anggota GAM di Aceh, banyak korban jiwa, banyak yang meninggal karena adu tembak yang dilakukan anak buahnya. Wiranto yang memimpin kejadian itu, jadi menurut saya gak layak sih dia.

30. P: Hanya itu alasan, kenapa tidak setuju dengan Wiranto menjadi presiden? I : iya, saya jadi mikir dari kejadian itu kalau Wiranto sikapnya gak mau bermusyawarah.

31. P: Itukan pengalaman masa lalu, 5 tahun lalu

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara juga ia mencalonkan diri jadi Presiden, tahun ini juga dan langsung menggandeng Calon Wakil Presiden dari partai yang didirikannya, bukankah itu jadi tindakan yang dapat merubah image Wiranto di masa lalu? I : menurut saya, sebagian orang pasti melihat dia dari pengalaman masa lalunya, tidak melihat dari apa dia sekarang dan pengalaman yang fatal membuat orang susah untuk merubah cara berfikir tentang orang lain termasuk Wiranto.

32. P: Bagaimana tanggapan anda tentang HT? I : menurut saya HT sih bagus, pinter dan pinter juga memanfaatkan dan mengatur media yang di milikinya. Namun menurut saya dia itu juga licik, karena seingat saya waktu TPI yang dimiliki mbak Tutut anaknya Soeharto, waktu itu HT ada jabatannya di TPI. Waktu jaman reformasi kan jaman dimana keluarga Soeharto mendapatkan banyak masalah, HT mengambil kesempatan dan mengambil alih kepemimpinan dari TPI, hingga lambat laun TPI menjadi miliknya, tanpa seizin mbak Tutut yang waktu itu lagi ada masalah internal keluarga. Hingga sekarang berganti nama menjadi MNC, itu sih menurut saya kelicikan HT, memanfaatkan situasi disaat sulit orang lain. Kalau soal pencawapresan nya dia dari partai Hanura, yang kita tahu kan dia orang Chinese yah. Pasti orang pribumi yang asli Indonesia tidak terlalu suka untuk memilih pasangan WIN-HT memimpin Indonesia 5 tahun kedepan.

33. P: Apa pendapat anda, tentang HT yang menggunakan media televisi milik HT untuk memperkenalkan dirinya serta partai Hanura? I : sebenarnya dengan dia memperkenalkan dirinya di TV, koran atau majalah ya gak masalah, toh dia memanfaatkan media miliknya sendiri, gak mengganggu media lain untuk pencitraan dan memperkenalkan dirinya.

34. P: Anda suka politik atau tidak? I : suka, tapi hanya mengikuti perkembangan yan ada saja. Istilahnya kasarnya saja, tentang politik, gak mendetail kali.

35. P: Jadi menurut anda, sejauh mana kuis tersebut berperan dalam kaitan politiknya WIN-HT? I : cukup menambah elektabilitas dari pasangan tersebut, masyarakat mungkin jadi tahu jika ada

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara partai Hanura dan ada WIN-HT

36. P: Bagaimana pendapat tentang perkembangan kuis kebangsaan di media lain? I : saya hanya menyaksikan kuis kebangsaan itu sewaktu tayang di TV aja. Gak ada cari tau lagi dari media lain.

37. P: Bagaimana pendapat tentang pro dan kontra kuis tersebut, apalagi sejak terjadi kesalahan tayang dimana penelepon lebih dulu menjawab pertanyaan sebelum ditanya? I: saya gak tau kalau soal itu, mungkin pas kejadian itu saya pas gak nonton. Gak ada juga dengar kabar tentang itu.

38. P: Bagaimana pendapat tentang kuis tersebut yang mendapat teguran KPI? I: saya gak tau juga kalau kuis itu mendapat teguran dari KPI, karena memang gak ada nyari informasinya selain cuma lihat di televisi.

39. P: Menurut anda, bagaimana kriteria presiden yang layak untuk 5 tahun ke depan? I: yang pertama harus berpendidikan tinggi kayak professor atau minimal doktor, pengalaman nya bagus, trade record di dunia politik ataupun dunia lain kayak Tentara ataupun ABRI juga bagus. Gak adalah pokoknya masalahnya baik untuk presiden maupun wakil presiden nanti.

40. P: Siapakah yang layak menjadi Presidan dan Wakil Presiden 5 tahun kedepan? I : kalau menurut saya, pemimpin Indonesia untuk 5 tahun kedepan yang layak adalah Anies Baswedan dan Mahfud MD, karena mereka dari segi pendidikan baik dan tidak ada tersangkut dengan kasus hukum.

41. P: Selain HT, ada juga pemilik media seperti Surya Paloh dan Aburizal Bakrie, pendapatnya bagaimana? I: kalau untuk ARB, dia tidak terlalu berlebihan untuk promosi dan memperkenalkan dirinya sebagai calon presiden, dia kebanyakan hanya promosi dari iklan, gak kayak WIN-HT yang terlalu over mempromosikan diri mereka di media. Memang kalau dia membuat kuis kebangsaan itu, saya setuju setuju saja, gak ada masalah. Tapi yang overnya, mereka ikut dan membuat acara lain lagi di stasiun Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara televisi milik HT. Kayak ikut dalam sinetron, terus buat acara Mewujudkan Mimpi Indonesia, itu menurut saya berlebihan. Kalau untuk Surya Paloh, sejauh ini saya jarang lihat kalau pak Surya Paloh memperkenalkan dirinya di media miliknya sendiri, kebanyakan dia lebih mempromosikan partainya. Karena kan partai Nasional Demokrat masih baru, jadi yang saya lihat dia lebih banyak mempromosikan partainya dulu.

42. P: Apakah anda mengikuti pemilu legislatif 9 April 2014 ? I : Tidak, saya gak dapat undangan milih kemaren. Kebetulan pas tanggal segitu saya juga ada kerjaan, jadi gak datang ke TPS.

43. P: Seandainya dapat, siapa dan partai apa yang akan dipilih? I : Ya kalau dapat saya niatnya milih partai Demokrat dikarenakan Anies Baswedan salah satu peserta konvensi dari partai Demokrat, karena menurut saya bangsa Indonesia perlu pemimpin yang mengedepankan pendidikan dan kesehatan, karena itu bekal awal bangsa untuk menghasilkan calon penerus bangsa yang berpendidikan dan sehat.

44. P: Apakah anda tahu, jika ada kuis lain di Global TV yang formatnya mirip kuis kebangssan berjudul Indonesia Cerdas? I : oh iya saya tahu, kalau gak salah itu untuk dosen, guru sama mahasiswa, pernah nonton tapi kayaknya sekali atau dua kali gitu.

45. P: Apa kelemahan WIN-HT? I : mereka terlalu cepat mengkampanye pasangan capres dan cawapres dari partai Hanura, sementara pemilu legislatif belum terlaksana dan belum diketahui berapa jumlah suara yang didapatkan partai Hanura

46. P: Apa kelebihan WIN-HT? I : pasangan tersebut memiliki media sebagai wadah untuk memperkenalkan mereka sebagai capres dan cawapres dari partai hanura dan memiliki keberanian untuk langsung menetapkan pasangan dari satu partai saja.

47. P: Bagaimana tanggapan tentang partai politik saat ini? I : yang saya lihat kebanyakan ketuanya pengen jadi Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara nomor 1 di Indonesia, semua mau calonkan jadi presiden. Cuma SBY aja yang gak mungkin lagi. Liat Gerindra Prabowo mau jadi presiden, liat Golkar Aburizal juga, Hanura apalagi udah jelas kali langsung sepasang, kayak udaah yakin kali mereka berdua. Kayak partai di jadikan orang-orang itu batu loncatan untuk naik dan terkenal. Padahal anggotanya banyak juga yang bermasalah, kalau udah mau pemilu heboh.

HASIL WAWANCARA

Informan IV Nama : RM Tempat/Tanggal Lahir : Lampung, 08 September 1964 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Suku : Lampung Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan Terakhir : SMA Hobi : Memasak Alamat : Jalan Flamboyan No. 61 B, Medan

P : Peneliti I : Informan

No. ISI WAWANCARA REFLEKSI

1. P: Apakah Anda pernah menyaksikan kuis kebangsaan di RCTI? I : Pernah

2. P: Kira-kira berapa kali? I : lebih dari 7 kali kayaknya

3. P: Kenapa bisa lebih dari 7 kali ? I : Ya kadang pas lagi udah abis masak, nyetel tv tayang kuisnya, atau lagi nyetrika juga

4. P: Nyediain waktu khusus atau tidak untuk menonton kuis tersebut? I : Ya gak ada, kalau pas nonton pas tayang ya dilihat

5. P: Menyaksikannya dari awal sampai habis atau terputus-putus? I : Pas pertama-tama kali lihat yah sampai habis karena penasaran itu kuis apa, tapi pas udah

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara belakangan, karena udah tau ya kadang pas kuis itu diganti ke tayanagn lain

6. P: Kapan pertama kali menyaksikan kuis tersebut? I : Pastinya lupa kapan, pokoknya pas sebelum pemilu legislatif

7. P: Sewaktu pertama kali menyaksikan kuis tersebut, apa yang terfikir? I : Ya itu si wiranto sama hary buat kuis untuk ngambil hati masyarakat, mempromoin dirinya, pas liat langsung mikir, oh kayak gini cara mereka promosi

8. P: Menurut ibu, bagaimana konsep kuis tersebut? I : Pembawa acaranya pas waktu itu saya lihat si Nygta Gina, dia bilang hallo WIN-HT. lalu ada penelepon yang masuk, terus dia ngomong lagi WIN-HT, terus penelepon jawab Bersih, Peduli, Tegas, kan itu password nya. terus ditanya dengan siapa dan dimana, dijawab si ini di sini. Terus disuruh milih huruf yang keluar di layar TV, ada W, I, N, H dan T. umpamanya si penelepon milih, I misalnya. Padahal itu udah dikonsep dia, sekalipun dia milih huruf lain, tetap itu juga pertanyaannya. Kalau jawabannya benar dapat hadiah, ada kipas angin, dispenser, lain-lainnya dan pajak ditanggung sama WIN-HT.

9. P: Bagaimana tanggapan tentang judul? I : Kalau pertanyaannya seputar sejarah, budaya dan tentang Indonesia, yah cocok lah sama judulnya kuis kebangsaan. Tapi kalau dihubungkan sama promosi Win-Ht yah enggak, Cuma yah itu namanya dia mau ngambil hati, ngambil simpati masyarakat, yah salah satunya dari kuis itu. Dari situ dia seolah mau mengangkat kembali tentang Indonesia dan peduli terhadap pengetahuan sejarah dan budaya Indonesia.

10. P: Bagaimana tanggapan tentang password? I : kalau password yang saya dengar kan “Bersih, Peduli, Tegas”. Itukan slogannya partai Hanura, ya kalau dihubungkan sama kuisnya kelihatan kalau dari kuis itu mau mengenalkan lagi partai Hanura secara lebih terang ke masyarakat hingga masyarakat ingat. Kalau dihubungkan ke Wiranto dan HT yah nyambung, tapi kalau dihubungkan sama kuis dan judulnya, mana ada hubungan kuis

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara kebangsaan dengan bersih, peduli, tegas. Cuma yah itu karena yang punya kuis tujuan buat kuis itu sepertinya untuk memperkenalkan diri mereka dan partai Hanura, jadi dibuatlah passwordnya itu.

11. P: Bagaimana tanggapan tentang jam tayang? I : Kalau yang jam 09.30 itu, memang ibu-ibu gak khusus nontonnya, cuma kan kadang sebagian ada yang udah abis ngerjain kerjaan rumah kayak masak, nyuci terus sambil istirahat sambil nonton TV, atau kalau ada yang sambil nyetrika sambil nonton TV, jadi kalau yang pagi segmentasinya untuk ibu-ibu kayaknya. Kalau yang sore ya itu kayaknya udah jam pulang kantor, yang kerja sebagian udah dirumah, ntah istirahat bentar sambil nonton TV terus tertontonlah kuis tersebut. Sedikit banyak jadi orang kenal sama WIN-HT.

12. P: Bagaimana tanggapan tentang soal yang ditanyakan? I : untuk soal yang ditanyakan seingat saya tentang Indonesia, banyakan tentang sejarah, pengetahuan umum, kalau yang nonton anak sekolah bisa nambah pengetahuan, selebihnya kayak ibu-ibu, bapak-bapak atau lainya jadi lebih tau dan ingat lagi pelajaran dulu-dulu. Tapi memang disoal yang ditanyakan gak ada hubungan sama partai Hanura atau Wiranto dan HT. Cukup nyambung sama judul kuisnya.

13. P: Bagaimana tanggapan tentang tata cara mengikuti kuis? I : dulu seingat saya pernah liat itu via telepon, jadi pembawa acaranya ada ngasih tau bisa dihubungi melalui nomor telepon sekian, tapi pas nonton lagi udah kayak daftar melalui internet. Yah kalau yang gak gaptek dan tau internet yah bisa ikut kuis itu, tapi kalau gak bisa pasti udah gak minat ikutinnya. Karena gak ada fasilitasnya. Mendingan via telepon sih saya rasa, walau peluang dan kesempatannya kecil. Soalnya kan ada handphone, gak harus ada internetnya, asal ada pulsa handphone biasa bisa, telepon rumah juga bisa.

14. P: Pernahkah ibu mengikuti kuis tersebut via telepon atau via web? I : ya gak pernah, soalnya saya gak begitu tertarik. Apalagi saya gak ngerti pakai internet, nulis sms aja mata udah gak kelihatan hurufnya lagi. Nelepon juga gak pernah.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 15. P: Bagaimana tanggapan tentang pembawa acara? I : Yang saya lihat pembawa acaranya itu Nygta Gina. Kalau pembawa acara itu memang kebanyakan senang milih perempuan, karena perempuan disamping dia menarik, cantik dan enak dilihat. Jadi mau yang nonton ibu-ibu, laki-laki, anak-anak atau siapapun kayaknya kalau pembawa acara perempuan menurut saya lebih enak lihat, lebih menyentuh dan menarik hati saat dia membawakan kuis.

16. P: Bagaimana tanggapan tentang calon legislatif dari Partai Hanura yang membacakan soal pertanyaan? I : Oh iya, saya tidak tahu jika mereka adalah caleg dari partia Hanura, yang saya tahu pembawa acara hanya memperkenalkan nama misalnya si bapak atau si ibu ini, lalu mereka yang membacakan soal. Kalau memang mereka caleg dari partai Hanura yah sah-sah aja, orang bos nya Win-HT yang punya acara. Jadi mereka bisa masuk di kuis itu sekalian perkenalan diri, jadi hemat biaya. Namanya dia nyari dukungan, ibarat sambil nyelam minum air. Sebagai caleg dia kemungkinan bisa sukses, lalu dia mendukung atasannya, promosi diri lebih hemat, terus masuk TV lagi.

17. P: Bagaimana tanggapan tentang hadiah yang dipersembahkan ? I : Yang saya tau itu hadiah yang dipersembahkan beda-beda yah tiap hari. Kadang alat elektronik, kadang alat memasak, handphone atau lain banyak lagi kayaknya. Menurut saya hadiah yang bervariasi itu justru jadi lebih menarik masyarakat untuk mengikuti kuis tersebut, itu merupakan salah satu trik atau cara kuis itu. Masalah rezeki kan gak ada yang tau, kalau rezeki lagi bagus dia dapat hadiah yang bagus, kan beruntung jadinya.

18. P: Bagaimana tanggapan tentang setting tempat? I : saya lupa-lupa ingat, yang pasti ada tulisan kuis kebangssan di layar belakangnya sama tempat untuk letak hadiah.

19. P: Bagaimana tanggapan tentang sponsor kuis? I : waktu di akhir si pembawa acara ada bilang jika pajak ditanggung WIN-HT, berarti kan mereka yang sponsori, yah jeleas mereka yang sponsori untuk diri mereka juga, lagian HT juga yang punya medianya, Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara jadi berhak juga untuk sponsori.

20. P: Bagaimana tanggapan tentang pasangan WIN-HT? I : Ya yang pertama itu, terlalu tinggi percaya dirinya, jadi mereka terkesan seperti rakyat udah bisa dikuasainya aja semua. Padahal kalau secara pribadi saya si Wiranto itu sepertinya gak membaca sejarah diri dia di belakang itu bagaimana, gak bercermin ke belakang. Dulu dia kan jabatannya di tentara tinggi, waktu kasus-kasus mahasiswa trisakti itu kan jaman dia, saya masih di Jakarta, terus kasus di jembatan semanggi. Walaupun saya perempuan dan di rumah aja tapi saya tau tentang kasus dia. Lalu kalau HT, diakan pengusaha, dia belum pernah berpolitik, belum pernah masuk di dalam pemerintahan, bagaimana dia langsung mau jadi orang nomor satu atau di tempat tinggi. Kalau Ahok oke lah, karena dia merintis dari pegawai bawah, terus bupati, lalu sekarang wakil gubernur, setidaknya ada jenjang perjalanan karier di politik. Kalau HT, ya saya yang orang awam mikir dia bisa apa ya? Orang yang sudah mulai dari nol urusan pemerintahan kadang-kadang masih kacau balau. Jadi menurut saya dia gak pantas, karena belum ada pengalaman apa-apa, maunya dia bertahap kalau memang mau berpolitik, karena kalau dirintis dari bawah itu, bisa langgeng. Kalau dia dengan mudah meraihnya, akan mudah juga dia turun. Kalau jadi pengusaha ya udah pengusaha aja, kalau memang mau berpolitik, rintislah dari bawah.

21. P: Bagaimana tanggapan tentang HT sebagai pemilik media dan menggunakan medianya untuk kampanye? I : Ya itulah arogannya dia, dia merasa dengan percaya dirinya, karena dia punya media, lalu di gunain. Tapi itu kembali lagi, penduduk Indonesia ini udah pinter. Walaupun dia punya media, tapi kalau dia belum punya kerja nyata, punya sesuatu yang bisa dia hasilkan atau lakukan dan sumbangkan untuk Indonesia, tetap aja akan susah. Kan orang yang punya dan menonton tv biasanya udah mulai cerdaslah memilih dan memilah tayangan yang ada.

22. P: Bagaimana tanggapan tentang Wiranto? I : ya kayak saya jelaskan tadi, si Wiranto itu kayak gak membaca sejarah diri dia di belakang dulu kayak mana. Walaupun dulu ia tentara, dia terlalu kepedean masyarakat mau milih dia, padahal udah

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara kalah dulu. Gak ada juga hal yang buat dia pantas untuk jadi presiden.

23. P: Bagaimana tanggapan tentang Hary Tanoe? I : tetap dia harus belajar dulu lebih lama jadi politikus, jangan langsung mau naik ke atas, biar simpati rakyat ke dia itu ada. Ini tiba-tiba udah mau jadi wakil presiden aja, banyak uang belum tentu jadi nomor 1.

24. P: Adakah mengikuti perkembangan kuis selain dari televisi? I : gak ada, cuma liat televisi aja. Itupun kan liat kuisnya gak tiap hari, kapan pas tertonton aja pas tayang.

25. P: Bagaimana tanggapan tentang selain HT, masih ada ARB dan Surya Paloh yang menggunakan medianya untuk kampanye? I : Ya boleh, sah-sah aja kan medianya punya mereka sendiri. Mereka juga kan mikir, kan sarana nya ada, kenapa gak dimanfaatin. Masa mau mempromoin diri di media lain yang bayar aja mau, masa ada media yang gratis gak dimanfaatin.

26. P: Sejauh mana kuis berperan dalam kegiatan politik WIN-HT? I : yah cukup berperan memperkenalkan partai, calon presiden dan wakil presidennya, juga password yang bolak balik di bilang, sengaja itu biar orang ingat.

27. P: Sejauh mana anda tertarik dengan politik? I : tertarik sih enggak, cuma paling ngikutin di televisi kalau pas nonton. Kalau ibu-ibu sih biasa aja ngurusin politik, mending ngurusin rumah. Kalau soal politik pas mau pemilu yah nonton dari tv aja, kayak calon presiden, banyakan dapat informasi dari tv.

28. P: Bagaimana tanggapan tentang partai politik saat ini? I : aduh saya udah gak ngerti lagi, dulu banyak sekarang sedikit, tapi memang yang besar-besar itu aja yang bertarung. Kadang kelihatan gak konsisten, menurut saya yang salah bukan partainya, tapi orang-orang di dalamnya. Liat itu Partai Demokrat sama PKS (Partai Keadilan Sejahtera) banyak korupsi anggotanya. Yang salah bukan partai, partai gak ada korupsi, tapi orang-orangnya yang gak bisa Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara nahan diri. Partai lain juga aduh yang lama gak jelas, yang baru muncul. Sulit politik ini saya rasa.

29. P: Bagaimana tanggapan tentang kriteria presiden untuk 5 tahun ke depan? I : Yang pertama sekali harus dia yang ngerti apa dan bagaimana kehidupan di Indonesia ini, cara berfikirnya harus idealisnya Indonesia. Lalu yang cerdas, kan gak mungkin kita milih presiden yang bloon, kita juga harus tau sepak terjangnya selama ini. Pastinya dia yang ngerti, perekonomian di Indonesia ini bagaimana, cara menjalankan pemerintahan. Harus yang nasionalis, begitupun wakil presidennya. Selain itu harus bisa bekerjasama dan memilih orang yang tepat di bidangnya, soalnya kan presidennya ini punya menteri. Sekalipun presiden memiliki pemikiran dan wawasan yang luas, hasil pemikirannya juga harus didiskusikan dan dibantu dengan menteri, jadi saling bekerjasama dan saling membantu, jadi gak kerja sendiri. Mana tau dengan begitu jadi lebih muncul ide-ide yang brilian. Jadi menteri yang dipilih juga harus tepat. Itulah yang dikatakan cerdas. Namun kadang yang sulitnya, presiden ini kan didukung partai, jadi dia harus ada loyalitas sama partai yang mendukukngnya, mau gak mau pasti dia memilih orang-orang yang ada dipartainya tersebut, walaupun kita tau di partai itu pasti ada juga orang- orang yang pandai dan cendikiawan. Namun tetap aja presiden harus cerdas memilih.

30. P: Jadi, siapakah orang yang masuk dalam kriteria calon presiden pilihan anda? I : Kalau melihat orang-orangnya saya memang berubah-ubah. Dulu saya suka Dahlan Iskan, tapi banyak sekali masalahnya. Kemudian saya suka Anies Baswedan, karena kelihatannya orangnya pintar, cendikiawan, bersih, jujur, eh tapi di konversi partai Demokrat dia gak menang. Lalu Mahfud MD, gak taunya gak ada partai yang terlalu mendukung dia. Tiba lah yang dua orang muncul, Prabowo dan Jokowi. Jadi bingung lagi memilih ke siapa. Tapi kali ini saya mau liat dulu kedepan seperti apa mereka berdua dalam meyakinkan masyarakat. saya gak mau langsung pilih, bisa aja ntar ganti. Semoga di antara mereka berdua ada yang masuk atau mendekati kriteria yang saya sebutkan tadi.

31. P: Selain dari televisi, adakah mencari tahu tentang kuis kebangsaan dan WIN-HT dari media lain?

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara I : Enggak, saya cuma liat kuis itu pas tayang aja. Kalau ada berita lain soal kuis itu paling waktu yang terjadi kesalahan yang penelepon ngejawab duluan sebelum soal ditanya yang jawabannya : istana maimun, selebihnya gak ada.

32. P: Menurut anda, apakah kelebihan dari WIN- HT? I : Duitnya banyak, memang Wiranto diutnya gak sebanyak HT, tapi Wiranto bermodalkan keberanian dan pengalaman karena dia di TNI kan lama, terus dia orang kepercayaan presiden yang dulu-dulu kalau gak salah waktu jaman Soeharto, jadi itu lah yang diandalkannya, istilahnya masa kejayaannya pas waktu itu. Kalau si HT, dia kan pengusaha, jadi banyak relasinya, dia punya media, dia juga punya usaha. Jadi sudah cukup banyak HT membangun relasi dan itu salah satu modal dia untuk mengajukan dirinya jadi presiden, tapi ternyata itu juga belum cukup.

33. P: Apakah ibu ikut pemilihan 9 April? I : Tidak, karena saya gak bisa memilih karena KTP Sibolga, ternyata sebelum pemilihan saya harus tukarkan KTP di kelurahan dengan Surat C, tapi saya gak tau, jadinya gak milih, padahal uah datang ke TPS pas Hari pemilihan, karena gak bisa ya pulang jadinya.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BIODATA PENELITI

Nama : Cindy Natasya Castella

Tempat/Tanggal Lahir : P.Siantar/17 Desember 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jalan Harmonika No. 28 Pasar 1, Padang Bulan,

Medan

Nama Orang Tua :

Ayah : Ilham Adnin

Ibu : Zulita Indrayani

Jumlah Saudara : 1 orang

- Chatrine Virginia Tamara

Alamat Orang Tua : Pasar 13, Dusun V, Desa Limau Manis, Tanjung

Morawa

Pendidikan : TK Bunga Tanjung, Tanjung Morawa (1997-1998)

SD Negeri 101896 Tanjung Morawa (1998-2000)

SD Negeri 173522 Balige (2000-2004)

SMP Negeri 4 Pematang Siantar (2004-2007)

SMA Harapan Mandiri Medan (2007-2010)

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jln. Dr. A. Sofyan No.1 Telp (061) 8217168

LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI

NAMA : Cindy Natasya Castella

NIM : 100904104

PEMBIMBING : Yovita Sabarina Sitepu M.Si

No. Tanggal Pertemuan Pembahasan Paraf Pembimbing

1. 19 Februari 2014 Pembahasan Bab I,II,III

2. 13 Maret 2014 Acc Pedoman Wawancara

3. 15 April 2014 Penyerahan Transkip Wawancara Informan I dan II

4. 24 April 2014 Penyerahan Transkip Wawancara Informan III dan IV

5. 22 Mei 2014 Bab IV

6. 3 Juli 2014 Bab IV

7. 11 Juli 2014 Bab IV dan V

8. 15 Juli 2014 Acc Sidang Meja Hijau

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara