Buletin Al-Turas Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXIII No.2, Juli 2017

Ekranisasi Sastra: Apresiasi Penikmat Sastra Alih Wa- hana Dyan Wahyuning Praharwati1 dan Sahrul Romadhon2

Abstract The process instead rides of the literary novel into films is part of the creative process of lit- erature called ecranization. This ecranization phenomenon of middle a cutting-edge issue in the literary world. This is related to films that get listed in box office movies , 70% of which are movie ecranization results from the novel. Emergence of the wide range of appreci- ation of literature lovers, both negative and positive attitude of the literary connoisseur solely as an expression of welcome will be the emergence of a literary phenomenon. The positive atti- tude of the connoisseur it should be motivation for the author of the novel or movie producers, while a negative attitude can be overcome by two alternasi, namely: (1) establish cooperation between writer and producer as well as (2) make a movie of his own. Thus, ecranization can be received well be part of a creative process of literature. Keywords: ecranization, film, literature, appreciation

Abstrak Proses alih wahana sastra dari novel menjadi film merupakan bagian dari proses kreatif sas- tra yang disebut dengan ekranisasi. Fenomena ekranisasi ini tengah menjadi isu mutakhir dalam dunia sastra. Hal ini terkait dengan film-film yang masuk dalam daftar box office film Indonesia, 70% di antaranya adalah film hasil ekranisasi dari novel. Munculnya berbagai apresiasi dari penikmat sastra, baik sikap negatif maupun positif dari penikmat sastra sema- ta-mata sebagai ekspresi penyambutan akan kemunculan fenomena sastra ini. Sikap positif dari penikmat ini hendaknya menjadi motivasi bagi penulis novel maupun produser film, se- dangkan sikap negatif dapat diatasi dengan dua alternasi, yaitu: (1) menjalin kerja sama an- tara penulis dan produser serta (2) membuat film sendiri. Dengan demikian, ekranisasi dapat diterima dengan baik menjadi bagian dari sebuah proses kreatif sastra. Kata Kunci: ekranisasi, film, sastra, apresiasi

1Dyan Wahyuning Praharwati adalah mahasiswa Program S2 Pendidikan Bahasa Indonesia ang- katan 2015 Pascasarjana Universitas Negeri Malang yang beralamat di Jalan Semarang nomor 5 Malang. Dyan dapat dihubungi melalui alamat surat elektronik [email protected]. 2Sahrul Romadhon adalah mahasiswa Program S2 Pendidikan Bahasa Indonesia angkatan 2015 Pascasarjana Universitas Negeri Malang yang beralamat di Jalan Semarang nomor 5 Malang. Dyan dapat dihubungi melalui alamat surat elektronik [email protected].

267 Dyan Wahyuning Praharwati dan Sahrul Romadhon : Ekranisasi Sastra: Apresiasi Penikmat Sastra Alih Wahana

A. Pendahuluan penggiat film berani berinisiatif - mem buat film berdasarkan karya sastra kare- Fenomena pelayarputihan karya sas- na adanya pasar yang sebelumnya telah tra menjadi film adalah fenomena yang sangat mendukung. Pasar yang dimak- marak dilakukan oleh para insan per- sudkan adalah lisensi pengiring karya filman. Fenomena ini menjadi isu- mu sastra tersebut. Dalam sebuah sarase- takhir dalam beberapa tahun terakhir han dengan tema Meneroka Peta Sas- ini. Film-film yang diangkat dari novel tra Indonesia Terkini, Saryono (2015) menciptakan anemo yang sangat tinggi menyebutkan bahwa adanya fenomena dibandingkan dengan film-film di Indo- ekranisasi merupakan sebuah Hybrid nesia oleh para penikmat film. Film In- Literary Multimedia, fenomena terse- donesia (FI) mencatat “pada tahun 2015, but muncul untuk mengejar pasar. Se- film dengan judul Surga yang Tak Dir- jalan dengan pendapat tersebut, Damo- indukan memuncaki peringkat tertinggi no menyatakan bahwa “dalam beberapa kategori jumlah film lainnya yaituCom - dasawarsa terakhir ini semakin banyak ic 8: Casino Kings Part 1, Magic Hour, novel, yang biasanya dikategorikan se- Di Balik 98, 3 Dara dan seterusnya. bagai sastra populer, diangkat ke layar Jumlah penonton mencapai 1.523.570 perak setelah sebelumnya diubah ben- penonton”3. Sebuah fenomena yang luar tuknya menjadi skenario film”4. biasa yang membuktikan bahwa karya sastra yang difilmkan memiliki tempat Terlepas dari beberapa asumsi di atas tersendiri bagi masyarakat Indonesia. terkait fenomena ekranisasi, perihal Surga yang Tak Dirindukan adalah film yang sangat penting untuk dikaji ada- yang berasal dari novel karya Asma Na- lah bahwa ekranisasi merupakan se- dia. Apabila ditelisik kembali, novel ini buah kajian proses kreatif sastra yang merupakan bagian dari kesuksesan nov- mewarnai perjalanan sejarah sastra In- el-novel terdahulu yang pernah diangkat donesia. Selain itu, ekranisasi menjadi menjadi film. Sebelumnya, terdapat film upaya visualisasi dari susunan kata-kata dengan judul Ketika Cinta Bertasbih yang ditawarkan kepada penikmat karya karya Habiburrahman El Shirazy dan sastra meskipun dalam hasil ekranisa- Laskar Pelangi yang ditulis oleh Andrea si mengalami perubahan (pengurangan Hirata. atau penambahan). Secara langsung kajian sastra khususnya novel dengan Judul-judul film yang telah meraih kes- adanya ekranisasi akan memperluas uksesan dalam dunia perfilman Indone- apresiasi penikmat karya sastra. Eneste sia seperti Surga yang Tak Dirindukan, memperkuat definisi ekranisasi yakni Ketika Cinta Bertasbih, dan Laskar ekranisasi adalah pelayarputihan atau Pelangi ternyata berangkat dari beber- pemindahan/pengangkatan sebuah nov- apa novel-novel pilihan yang sebelum- el ke film (ecran dalam bahasa Prancis nya telah berlisensi best seller. Asumsi berarti layar). Pemindahan novel ke la- kemudian muncul, bahwa fenomena yar putih mau tidak mau mengakibatkan tersebut menjadi sebuah titik tolak para timbulnya berbagai perubahan. Oleh produser sebagai indikator utama diang- sebab itu, dapat dikatakan, “ekranisasi katnya novel menjadi sebuah film. Para

3Filmindonesia, diakses pada 18 Sepember 4Sapardi Djoko Damono, “Pegangan Penelitian 2015, “Data Penonton”, http://filmindonesia. Sastra Bandingan” (Jakarta: Pusat Bahasa De- or.id/movie/viewer partemen Pendidikan Nasional, 2005), h.98

268 Buletin Al-Turas Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXIII No.2, Juli 2017 adalah proses perubahan”5. orang yang mempunyai keahlian mem- buat transkripsi sebuah film”6. Beragamnya pendapat terkait fenom- ena alih wahana menjadi perihal yang Penulisan skenario merupakan proses menarik untuk ditelisik, bahwa alih wa- bertahap. “Penulisan skenario bermula hana tersebut mengerucut kepada pros- dengan ide orisinal atau berdasarkan ide es ekranisasi. Berikut penjelasan dari tertulis yang lain, misalnya dari cerita keseluruhan sisi ekranisasi dan penik- pendek, suatu berita kisah nyata, naskah mat dari produk ekranisasi Hal tersebut drama, dan novel”7.. Penulis skenario karena fenomena ekranisasi yang beru- film sebagai manusia lazim apabila men- pa produk film yang dihasilkan menjadi galami keterbatasan ide dalam penulisan box office di Indonesia. Berikut paparan script. Keterbatasan tersebut menye- lebih lanjut tentang ekranisasi. babkan keringnya ide dalam penulisan script yang menyebabkan para penulis B. Pembahasan skenario memilih untuk mengadaptasi dari bentuk cerita lain, misalnya novel. 1. Sebab-Sebab Ekranisasi Cerita yang terdapat dalam novel dia- Sebab-sebab ekranisasi secara umum daptasi sebagai landasan untuk pembua- adalah keringnya ide dalam penulisan tan script. Upaya ini juga dapat disebut script. Kekeringan ide ini disebabkan filmisasi novel karena berupaya untuk oleh keterbatasan ide penulis script. mengalihwahanakan novel ke dalam Keringnya ide dalam penulisan script bentuk lain, yaitu film. Pengalihwah- mengakibatkan adanya gejala plagiasi anaan novel ke bentuk film dilakukan film dan pemilihan ide penulisan script dengan cara mentranskripsikan ade- berdasarkan novel best seller. Berikut gan-adegan yang dideskripsikan dalam uraian lebih lanjut tentang keringnya ide novel menjadi adegan-adengan au- dalam penulisan script. dio-visual. Dalam sepuluh terakhir ini dunia perfilman mencatat judul-judul 2. Keterbatasan Ide Penulisan film yang diangkat dari novel, yaitu sep- Script erti pada tabel berikut. Produksi film berangkat dari script atau screenplay. Script merupakan rencana atau skenario untuk mengatur jalannya pembuatan film. Dalam memproduk- si film membutuhkan script yang lay- ak atau memadai untuk diangkat men- jadi film. Film yang berkualitas tentu berangkat dari script yang berkualitas pula. Script ditulis oleh penulis skenar- io. Penulis skenario merupakan salah satu unsur dalam film selain sutrada- ra, penata fotografi, penyunting, pena- ta artistik, pentata suara, penata musik 6Marselli Sumarsono, “Dasar-dasar Apresiasi dan pemeran. “Penulis skenario adalah Film” (Jakarta: Grasindo, 1996), h.50 5Pamusuk Eneste, “Novel dan Film” (Flores: 7Marselli Sumarsono, “Dasar-dasar Apresiasi Nusa Indah, 1997) h.60 Film” (Jakarta: Grasindo, 1996), h.44

269 Dyan Wahyuning Praharwati dan Sahrul Romadhon : Ekranisasi Sastra: Apresiasi Penikmat Sastra Alih Wahana

Tabel Judul Film yang Diangkat dari Novel8

No. Judul Film Tahun Judul Novel Tahun Ter- Rilis bit 1. Badai Pasti Berlalu 1977 Badai Pasti Berlalu 1974 2. Jakarta Undercover 2007 Jakarta Undercover 2006 3. Laskar Pelangi 2008 Laskar Pelangi 2005 4. Syahadat Cinta 2008 Syahadat Cinta 2007 5. Ayat-ayat Cinta 2008 Ayat-ayat Cinta 2004 6. Ketika Cinta Bertasbih 2009 Ketika Cinta Bertasbih 2007 7. Ketika Cinta Bertasbih 2009 Ketika Cinta Bertasbih 2007 2 2 8. Kambing Jantan 2009 Kambing Jantan 2005 9. Sang Pemimpi 2009 Sang Pemimpi 2006 10. Perempuan Berkalung 2009 Perempuan Berkalung 2009 Sorban Sorban 11. Dalam Mihrab Cinta 2010 Dalam Mihrab Cinta 2010 12. Hafalan Shalat Delisa 2011 Hafalan Shalat Delisa 2008 13. Ayah, Mengapa Aku 2011 Ayah, Mengapa Aku 2011 Berbeda? Berbeda? 14. Sang Penari 2011 Ronggeng Dukuh 1982 Paruk 15. Di Bawah Lindungan 2011 Di Bawah Lindungan 1937 Ka’Bah Ka’Bah 16. Surat Kecil untuk 2011 Surat Kecil untuk 2008 Tuhan; Tuhan; 17. Habibie & Ainun; 2012 Habibie & Ainun; 2010 18. 5 Cm 2012 5 Cm 2005 19. Perahu Kertas 2012 Perahu Kertas 2009 20. Negeri 5 Menara; 2012 Negeri 5 Menara; 2009 21. Tenggelamnya Kapal 2013 Tenggelamnya Kapal 1939 Van Der Wijck; Van Der Wijck; 22. 99 Cahaya di Langit 2013 99 Cahaya di Langit 2011 Eropa Eropa 23. La Tahzan 2013 La Tahzan for Students 2011 24. Refrain 2013 Refrain 2009 25. 9 Summer 10 Autumn 2013 9 Summer 10 Autumn 2011 26. Assalamualaikum 2014 Assalamualaikum 2014 Beijing Beijing 27. Mimpi Sejuta Dolar 2014 Mimpi Sejuta Dolar 2011

8 Filmindonesia, diakses pada 18 Sepember 2015, “Data Penonton”, http:// filmindonesia.or.id/movie/viewer

270 Buletin Al-Turas Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXIII No.2, Juli 2017

28. 99 Cahaya di Langit 2014 99 Cahaya di Langit 2011 Eropa 2 Eropa 29. Ketika Tuhan Jatuh 2014 Ketika Tuhan Jatuh 2009 Cinta Cinta 30. Marmut Merah Jambu 2014 Marmut Merah Jambu 2010 31. Sepatu Dahlan 2014 Sepatu Dahlan 2012 32. Supernova: Ksatria, 2014 Supernova: Ksatria, 2000 Putri, dan Bintang Putri, dan Bintang Jatuh Jatuh 33. My Idiot Brother 2014 My Idiot Brother 2011 34. Bulan Terbelah di Lan- 2015 Bulan Terbelah di Lan- 2014 git Amerika git Amerika 35. Nay 2015 Sabtu Bersama Bapak 2014 36. Sebuah Lagu Untuk 2015 Sebuah Lagu Untuk 2015 Tuhan Tuhan 37. Ayah Menyayangi Tan- 2015 Ayah Menyayangi Tan- 2013 pa Akhir pa Akhir 38. Air Mata Surga 2015 Air Mata Tuhan 2009 39. Catatan Akhir Kuliah 2015 Catatan Akhir Kuliah 2014 40. Surga yang Tak Dirin- 2015 Surga yang Tak Dirin- 2014 dukan dukan 41. Cinta Selamanya 2015 Fira dan Hafez 2014 42. Anak Kos Dodol 2015 Anak Kos Dodol 2008

3. Gejala Plagiasi Film Kesamaan tema yang muncul pada ta- hun yang sama merupakan kelatahan Keterbatasan ide dalam penulisan script para produser film. Produser film lebih selain membuat penulis skenario men- melihat tema-tema film yang sedang di- gadaptasi cerita dari bentuk lain, juga gemari penonton karena pertimbangan menyebabkan munculnya gejala plagia- yang demikian akan membidik pasar, si film. Gejala plagiarisme film di Indo- sehingga penjualan tiket dan pencapa- nesia terlihat pada munculnya film-film ian jumlah penonton akan tinggi. Film- bertema sama dalam waktu yang bersa- film yang mengikuti pasar dinilai hanya maan. Misalnya, film bertema percinta- mengejar motif ekonomi tanpa mem- an anak muda, muncul pada tahun 2005, pertimbangkan tema-tema lain yang yaitu Apa Artinya Cinta, Dealova, Vina lebih potensial untuk diangkat menjadi Bilang Cinta, Inikah Rasanya Cinta, film. Tema-tema potensial yang dapat Ungu Violet, dan Alexandria. Pada ta- diangkat selain tema-tema yang se- hun 2015 terdapat sejumlah judul yang dang ramai dipasaran hendaknya dis- bertema sama, yaitu religi, seperti Se- esuaikan dengan kondisi dan kebutu- buah Lagu untuk Tuhan, Bait Surau, Air han di masyarakat. Misalnya, masyarat Mata Surga, Air Mata Fatimah, Surga kita sedang menggalakkan pendidikan yang Tak Dirindukan, dan Mencari Hi- karakter, maka tema-tema seperti pen- lal (filmindonesia, 2015). didikan ataupun pembangunan karakter

271 Dyan Wahyuning Praharwati dan Sahrul Romadhon : Ekranisasi Sastra: Apresiasi Penikmat Sastra Alih Wahana

dapat diangkat menjadi film. Tema-tema ik minat penikmat yang telah membaca yang seperti inilah justru memiliki nilai novel untuk melihat hasil filmisasi novel tambahan apabila terdapat pesan-pesan yang telah dibacanya. moral yang dapat dipetik penonton ter- kait dengan pendidikan maupun karak- ter. Subtopik sebelumnya telah membahas 4. Pemilihan Ide Penulisan Sript tentang motif ekonomi yang menja- Berdasarkan Novel Best Seller di pertimbangan dalam pemilihan ide penulisan script berdasarkan novel best Keringnya ide dalam proses kreatif seller. Hal ini diungkapkan Putra dalam penulisan script akan membuat penu- sebuah esainya, yaitu “seorang sutrada- lis skenario memilih cara cepat untuk ra film ataupun produser sangat jeli menghasilkan script yang bagus. Novel membidik peluang dan bukan tanpa per- merupakan salah satu sumber penulisan timbangan ketika hendak membuat film script. “Novel menyampaikan cerita, yang diangkat dari media tertentu”11. ide, amanat atau maksud dengan perto- Motif ekonomi menjadi salah satu tu- longan kata-kata”9, sedangkan film men- juan produser untuk mengangkat film yampaikan cerita, ide, maupun amanat bersadarkan novel yang telah mencapai melalui bentuk visual. Cerita yang ter- penjualan yang baik. Strategi ini akan dapat dalam novel diterjemahkan dalam menarik minat pembaca novel best sell- bentuk gambar dan suara. Artinya, da- er tersebut untuk menonton film hasil lam pembuatan script berdasarkan nov- ekranisasi novel yang telah dibacanya. el akan melalui proses transkripsi dari bentuk pengisahan deskriptif ke bentuk Berikut daftar kesepuluh peringkat film audio-visual. dari tahun 2002 sampai 2015: (1) Laskar Pelangi (2008); (2) Habibie & Ainun Novel dengan penjualan baik atau mem- (2012); (3) Ayat-ayat Cinta (2008); (4) peroleh predikat best seller merupakan Ketika Cinta Bertasbih (2009); (5) 5 sumber strategis dalam proses penu- Cm (2012); (6) Ada Apa dengan Cinta? lisan script. Novel best seller merupa- (2002); (7) Eiffel I’m in Love (2003); kan novel yang penjualannya melebihi (8) Ketika Cinta Bertasbih 2 (2009); (9) angka target penjualan. Kriteria best The Raid (2012); dan (10) Sang Pemim- seller atau “penjualan terlaris syaratnya pi (2009)12. Dari kesepuluh judul terse- mencapai penjualan minimal lima puluh but, 7 di antaranya merupakan film hasil ribu buku per tahun”10. Novel best seller ekranisasi. Data tersebut menunjukkan telah memiliki ‘massa’ yaitu pembaca bahwa 70% film box office merupakan maupun pengapresiasi. Pemilihan ide hasil ekraninasi dari novel, khususnya penulisan script berdasarkan novel best novel best seller. seller akan menarik ‘massa’ tersebut un- tuk menikmati dan mengapresiasi karya a) Fenomena Alih Wahana: yang dihasilkan dalam bentuk lain, yaitu Ekranisasi Sastra film. Film hasil ekranisasi akan menar- 11Karkono Supadi Putra, diakses pada 5 Oktober 9Pamusuk Eneste, “Novel dan Film” (Flores: 2015, “Gelegar Ekranisasi di Indonesia”, http:// Nusa Indah, 1997) h.16 sastraindonesia-um.blogspot.co.id/ 10Rudy Hilkya, diakses pada 5 November 2015, 12Film indonesia, diakses pada 18 Sepember “Best Seller”, http://guraru.org/guru-berbagi/ 2015, “Data Penonton”, http://filmindonesia. best-seller/ or.id/movie/viewer

272 Buletin Al-Turas Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXIII No.2, Juli 2017

Pada bagian ini akan dibahas lebih men- layu Rendah berjudul Boenga Roos dalam tentang ekranisasi sebagai salah Dari Tjikembang ini telah dua kali satu alih wahana. Beberapa hal yang difilmkan. Adaptasi pertama Boenga perlu dikaji untuk memahami ekrani- Roos dari Tjikembang dirilis pada tahun sasi sastra sebagai proses alih wahana, 1931 (Hindia Belanda) dan disutrada- yaitu sejarah, alih wahana , dan proses rai oleh The Teng Chun. Pada tahun kreatif yang mengikutinya. Penjelasan 1975 sebuah adaptasi lainnya dibuat terkait tiga hal tersebut adalah sebagai oleh Fred Young dengan judul Bunga berikut. Roos, mengikuti Ejaan Yang Disempur- nakan (EYD). Siti Nurbaya karya Mh. 5. Sejarah dan Perkembangan Rusli (1922) juga pernah. Novel ini dija- Ekranisasi dikan film pada masa yang sama dengan novel Bunga Ross dari Cikembang yaitu “Ekranisasi di Indonesia berkembang masa Hindia Belanda tahun 1942. Film 13 mulai tahun 1984” dengan adanya ini disutradarai oleh Lie Tek Swie. film yang diangkat dari novel berjudul Roro Mendut karya Y.B. Mangunwijaya. Peristiwa yang pernah terjadi dari luar Proses ekranisasi ini menyimpang dari negeri terkait ekranisasi pernah dilaku- novel asli, sehingga pengarang tidak kan oleh seorang pengarang yang ber- bersedia namanya dicantumkan sebagai asal dari Amerika, Ernests Hemingway. penulis cerita asli. Achdiat K. Mihard- Karya novel Ernest Hemingway yang ja pernah pula menyatakan kesan-kes- paling populer adalah The Old Man annya setelah menyaksikan film Atheis and The Sea. Novel ini rilis tahun 1952 yang didasarkan pada novelnya. Walau- yang kemudian difilmkan pada tahun pun tidak secara langsung mengemu- 1957 di bawah sutradara John Struges. kakan kekurangan film yang disutrada- Melalui karya ini, Ernests Hemingway rai oleh Sjumandjaya (1975) itu, pada mendapatkan penghargaan Nobel Kesu- prinsipnya Achdiat menganggap bahwa sastraan pada tahun 1954 dari Akademi amanat novel Atheis belum sepenuhnya Kesustraan Swedia. Sejarah mencatat tertuang dalam film Atheis. Jendela Sas- pula bahwa pemenang hadiah nobel ini tra (2012) menyebutkan bahwa dalam bersedia membayar biaya yang dikelu- sejarah perfilman di tanah air, ekrani- arkan prosedur film asalkan salah satu sasi cukup sering terjadi; mulai dari film yang didasarkan pada novelnya ti- zaman film kuno Usmar Ismail tahun dak diedarkan. 1962, Anak Perawan di Sarang Penja- mun yang mengadaptasi karya penga- 1) Hubungan Alih Wahana dan rang Sutan Takdir Alisjahbana. Ekranisasi Sastra

Damono menyatakan bahwa “terdapat Proses kreatif ekranisasi terdiri atas dua judul film yang didasarkan pada- nov pokok utama yang perlu dikaji. Sum- el seperti Bunga Roos dari Cikembang ber utama ekranisasi berpusat pada alih karya Kwee Tek Hoay yang terbit se- wahana yang pada dasarnya terjadi se- belum kemerdekaan yaitu pada tahun buah peralihan wahana dari satu ben- 1927”14. Novel yang dalam ejaan Me- tuk ke bentuk yang lain. Alih wahana merupakan lingkup tertinggi sebelum 13Pamusuk Eneste, “Novel dan Film” (Flores: Nusa Indah, 1997) h.7 Sastra Bandingan” (Jakarta: Pusat Bahasa De- 14Sapardi Djoko Damono, “Pegangan Penelitian partemen Pendidikan Nasional, 2005), h.96

273 Dyan Wahyuning Praharwati dan Sahrul Romadhon : Ekranisasi Sastra: Apresiasi Penikmat Sastra Alih Wahana

mengerucut kepada ekranisasi. Suseno Sumpahku menyatakan “ada beberapa teori yang dapat dipetakan kekerabatannya dengan Terlentang! Jatuh! Peri! Kesal! teori ekranisasi, yaitu teori alih wahana oleh Damono, teori adaptasi Hutcheon, Ibu pertiwi dan teori resepsi oleh Iser”15. “Alih wa- Engkau pegangan hana adalah perubahan dari satu jenis 16 kesenian ke jenis kesenian lain” . Alih Dalam perjalanan wahana merupakan pengubahan suatu jenis sastra atau kesenian ke jenis sastra Janji pusaka dan sakti atau kesenian lain. Misalnya pengubah- an, cerita pendek menjadi drama, puisi Tanah tumpah darahku makmur dan menjadi lagu, novel menjadi film, dan suci sebagainya. Ekranisasi sastra merupa- kan salah satu bentuk alih wahana, yaitu …… pengubahan novel ke film atau film ke novel. “Ekranisasi merupakan mengu- Hancur badan! bah dunia kata-kata menjadi dunia gam- Tetap berjalan! bar-gambar yang bergerak berkelanjutan dan mengubah imaji linguistik menjadi Jiwa besar dan suci imaji visual”17. Membawa aku padamu! Sebagai contoh proses ekranisasi ter- dapat pada novel Habibie dan Ainun dalam adegan ketika Habibie sakit keras dan berbaring seorang diri di rumah 2) Proses Kreatif Ekranisasi Sastra sakit. Saat itu Habibie menulis sebuah sumpah. Isi Sumpah tersebut antara film Setiap bentuk ekranisasi memerlu- dan novel memiliki kesamaan. Film ter- kan ketelitian yang sangat tinggi untuk dapat pada menit ke- 19 dan novel ter- mendapatkan sajian visualisasi yang se- dapat pada halaman 41-42. Berikut cup- suai harapan khususnya bagi penikmat likan sumpah Habibie18. alih wahana. Maksudnya adalah setiap pelaku yang berusaha untuk berpros- es ekranisasi harus sedetail mungkin 15Suseno: “Ekranisasi: Sarana Eksistensi dan Politisasi Sastra Indonesia”, Makalah disam- meramu teks ke dalam bentuk visual paikan dalam Seminar Internasional Pengem- sehingga penikmat karya sastra dapat bangan Peran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk menikmati sesuai harapan seperti haln- Mewujudkan Generasi Berkarakter, diselengga- ya membaca novel. “Kerja kreatif mem- rakan oleh Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra filmkan atau mengadaptasi karya sastra Indonesia dan Prodi Pendidikan Bahasa Indo- nesia Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, ke film, di Indonesia, sudah dilakukan Surakarta, 28-29 September 2013 sejak tahun 70-an”19. Penulisan skenario 16 Sapardi Djoko Damono, “Pegangan Penelitian 19Suseno: “Ekranisasi: Sarana Eksistensi dan Sastra Bandingan” (Jakarta: Pusat Bahasa De- Politisasi Sastra Indonesia”, Makalah disam- partemen Pendidikan Nasional, 2005), h.96 paikan dalam Seminar Internasional Pengem- 17 Pamusuk Eneste, “Novel dan Film” (Flores: bangan Peran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Nusa Indah, 1997) h.67 Mewujudkan Generasi Berkarakter, diselengga- 18Baharuddin Jusuf Habibie, “Habibie & Ainun” rakan oleh Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra (Jakarta: PT.THC Mandiri, 2012), h 41-42 Indonesia dan Prodi Pendidikan Bahasa Indo-

274 Buletin Al-Turas Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXIII No.2, Juli 2017 merupakan proses bertahap yang bermu- wa proses penciptaan karya sastra lebih la dengan ide orisinal atau berdasarkan diorientasikan pada kepentingan literer ide tertulis yang lain, “isalnya dari cerita (kesastraan), sedangkan industri kreatif pendek, suatu berita kisah nyata, naskah (film) diorientasikan pada kepentingan drama, dan novel”20. Dalam film, “pros- pasar sesuai dengan sifat dasar dunia in- es ekranisasi itu mempertimbangkan dustri. banyak hal yang antara lain menyangkut latar dan penokohan”21. Each Literary Terdapat tiga hal yang terdapat dalam form lends its different problems to the proses ekranisasi, yaitu persamaan, per- adapter. “Short stories adapted to film bedaan, dan penambahan adegan. Keti- allow for more creativity regarding ex- ga hal tersebut dapat dilihat dalam film pansion of story line than novels. Nov- laskar pelangi. Persamaan terdapat pada els, in being adapted, who sometimes adegan ketika pukul sebelas lebih, batas feels obliged to follow the story line so waktu untuk menunggu tergenapinya sequentially and exactly that he creates sepuluh orang murid, tiba-tiba Harun a dull film of a novel which was moving dan ibunya datang. Adegan ini sama-sa- or exciting. A case in point here might ma terdapat dalam novel maupun film. be John Huston’s adaptation of the Mel- Pembaca maupun penonton disuguhkan ville classic”22. hal yang paling menggembirakan: ter- genapinya sepuluh orang murid. Mak- Berbagai bentuk proses ekranisasi yang na adegan ini adalah bahwa masih ada mengubah novel menjad film perihal harapan untuk melangsungkan pendi- yang perlu dihindari oleh penulis script dikan di SD Muhamadiyah. Berikut per- adalah menggilangkan alur utama yang samaannya. digunakan. Hal tersebut dikarenakan alur merupakan inti dari sebuah cerita. Akhirnya, waktu habis karena telah Selain itu, tokoh dan penokohan juga pukul sebelas lewat lima dan jumlah perlu dipertimbangkan. Setiap novel murid tak juga genap sepuluh. Se- memiliki tokoh-tokoh utama beserta na- mangat besarku untuk sekolah per- ma-nama yang mengikuti. Secara kes- lahan-lahan runtuh aku melepaskan eluruhan ada satu pendapat dari Syahrul lengan ayahku dari pundakku. Saha- menyatakan bahwa “perbedaan pros- ra menangis terisak-isak mendekap es penciptaan karya antara sastra dan ibunya karena ia benar-benar ingin film”23. Perbedaan tersebut nampak bah- sekolah di SD Muhammadiyah. Ia nesia Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, memakai sepatu, kaus kaki, jilbab, Surakarta, 28-29 September 2013 dan baju, serta telah punya buku- 20Marselli Sumarsono, “Dasar-dasar Apresiasi buku, botol air minum, dan tas pung- Film” (Jakarta: Grasindo, 1996), h.44 gung yang semuanya baru. 21Sapardi Djoko Damono, “Pegangan Penelitian Sastra Bandingan” (Jakarta: Pusat Bahasa De- Pak Harfan menghampiri orangtua partemen Pendidikan Nasional, 2005), h.98 22 murid dan menyalami mereka satu Joseph C. Friel, “Ustinov’s Film Billy per satu. Sebuah pemandangan yang Budd, A Study in The Process of Adaptation: Novel, to Play”, artikel diakses pada 23 Sep- pilu. Para orangtua menepuk-nepuk tember 2015, dari http://proquest.umi.com/ Membentuk Masyarakat Kreatif”, Makalah dis- pqdwb?did=16116010991&sid=4&Fmt=3&cli- ampaikan dalam Seminar Nasional Bahasa, Sas- entld=83321&RQT=309&VName=PQD tra, dan Seni di Era Industri Kreatif, diseleng- 23 Ninawati Syahrul: “Pemberdayaan garakan oleh Fakultas Sastra Universitas Negeri Karya Sastra Sebagai Industri Kreatif dalam Malang, 14 November 2015

275 Dyan Wahyuning Praharwati dan Sahrul Romadhon : Ekranisasi Sastra: Apresiasi Penikmat Sastra Alih Wahana

bahunya untuk membesarkan hat- Aku mengenal para orangtua inya. Mata Bu Mus berkilauan dan anak-anaknya yang karena air mata yang menggenang. duduk di depanku. Kecuali Pak Harfan berdiri di depan para seorang anak lelaki kecil ko- orangtua, wajahnya muram. Beli- tor berambut keriting mer- au bersiap-siap Beliau bersiap-siap ah yang meronta-ronta dari memberikan pidato terakhir. Wa- pegangan ayahnya. Ayahnya jahnya tampak putus asa. Namun ke- itu tak beralas kaki dan ber- tika beliau akan mengucapkan kata celana kain belacu. Aku tak pertama Assalamu’alaikum seluruh mengenal anak beranak itu. hadirin terperanjat karena Trapani berteriak sambil menunjuk ke ping- gir lapangan rumput luas halaman sekolah itu.

“Harun!” Gambar Adegan dalam Film Laskar Kami serentak menoleh dan di ke- Ikal dan Ayahnya Duduk Di Bangku jauhan tampak seorang pria kurus Depan tinggi berjalan seok-seok. Pakaian dan sisiran rmbutnya sangat rapi. Penambahan adegan terlihat pada awal Ia berkemeja lengan panjang putih cerita dalam novel diawali dengan yang dimasukkan ke dalam. Kaki penggambaran suasana di sekolah. Hal dan langkahnya membentuk huruf ini dapat dibuktikan dengan paragraf x sehingga jika berjalan seluruh tu- berikut. buhnya bergoyang-goyang hebat. Pagi itu, waktu aku ma- sih kecil, aku duduk di bangku panjang di depan sebuah kelas. Sebatang pohon filicium tua yang rindang meneduhiku. Gambar Adegan dalam Film Laskar Ayahku duduk di samp- Pelangi Bu Mus Menyambut Ke- ingku, memeluk pundakku datangan Harun dengan kedua lengannnya dan tersenyum mengang- Perbedaan terdapat pada adegan Ikal dan guk-angguk pada setiap ayahnya duduk dibelakang para calon orangtua dan anak-anak- murid dan orangtuanya, namun pada nya yang duduk didepan film Ikal dan ayahnya duduk dibangku kami. Hari itu adalah hari paling depan.. hal ini bermakna untuk yang agak penting: hari mengorietasikan kepada penonton bah- pertamaku masuk SD. wa Ikal didapuk sebagai pemeran utama dalam film. Berikut perbedaannya

276 Buletin Al-Turas Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXIII No.2, Juli 2017

dang tren bertema percintaan anak muda atau pada tahun 2015 sedang tren film bertema religi. Respon tersebut meli- hat karya ekranisasi dari sudut pandang sumbangannya terhadap khazanah film Indonesia. Ekranisasi dinilai menjadi al- Gambar Adegan dalam Film Laskar ternasi mutakhir yang dapat dipilih da- Pelangi Lintang dan Ikal Berangkat lam proses produksi film di Indonesia. Sekolah “Hal yang menarik dari fenomena Sedangkan dalam film, pada bagian awal ekranisasi ini adalah adanya hubungan terdapat adegan ketika Lintang berang- yang cenderung saling menguntung- kat sekolah, ketika Ikal berangkat seko- kan”24 (simbiosis mutualisme) antara lah, ketika Bu Mus berangkat mengajar, film hasil adaptasi dan karya sastra dan kesibukan warga Belitong di pagi yang diadaptasi. Film-film ekranisa- hari. Makna perbedaan tersebut adalah si yang menduduki box office diangkat untuk mempertegas keadaan latar be- dari karya-karya best seller. Artinya, lakang beberapa pemeran dalam cerita di samping menjadi wahana promo- dan untuk menggambarkan keadaan Be- si karya sastra, ekranisasi juga dapat litong lebih detail. menjadi wahana promosi film. Tidak sedikit karya sastra yang menjadi terke- b) Apresiasi Penikmat Ekranisa- nal setelah difilmkan, banyak pula film si Sastra ekranisasi yang digemari penonton ber- kat ketenaran karya sastranya. Apresiasi merupakan penyambutan karya sastra yang muncul. Apresiasi be- rupa sikap-sikap penikmat karya sastra baik diwujudkan dalam bentuk respon maupun kritik. Berikut dipaparkan leb- ih lanjut sikap-sikap penikmat karya ekranisasi, baik sikap positif maupun sikap negatif.

1) Sikap Positif Penikmat Ekranisasi Sastra

Ekranisasi merupakan sebuah fenomen yang turut mengisi sejarah sastra Indo- nesia. Fenomena ekranisasi menggem- birakan karena khazanah film Indone- sia semakin berwarna serta membuat masyarakat lebih apresiatif dan kritis terhadap karya seni film. Khazanah film semakin berwarna karena tidak saja 24 mengangkat tema-tema yang cenderung Sri Sabakti, diakses pada 5 Oktober 2015, “Ekranisasi”, http://www.riaupos.co/1141-spe- plagiatif, misalnya pada tahun 2005 se- sial-ekranisasi.html#.VhMYl_mqqko

277 Dyan Wahyuning Praharwati dan Sahrul Romadhon : Ekranisasi Sastra: Apresiasi Penikmat Sastra Alih Wahana

Tabel Judul Film yang Mengenalkan Karya Aslinya dan yang Terkenal kare- na Karya Aslinya

Judul Film yang Mengenalkan Judul Film yang terkenal karena No. No. Karya Aslinya Karya Aslinya 1. Badai Pasti Berlalu; 1. Laskar Pelangi 2. Jakarta Undercover 2. Ayat-ayat Cinta 3. Syahadat Cinta 3. Emak Ingin Naik Haji 4. Kambing Jantan 4. Ketika Cinta Bertasbih 5. 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta 5. Ketika Cinta Bertasbih 2 6. 99 Cahaya di Langit Eropa 6. Sang Pemimpi 7. La Tahzan 7. Perempuan Berkalung Sorban 8. Refrain 8. Dalam Mihrab Cinta 9. 9 Summer 10 Autumn 9. Hafalan Shalat Delisa 10. Assalamualaikum Beijing 10. Ayah, Mengapa Aku Berbeda? 11. Mimpi Sejuta Dolar 11. Sang Penari 12. 99 Ketika Tuhan Jatuh Cinta 12. Di Bawah Lindungan Ka’Bah 13. Marmut Merah Jambu 13. Surat Kecil untuk Tuhan 14. Bulan Terbelah di Langit Amerika 14. Habibie & Ainun 15. Sebuah Lagu Untuk Tuhan 15. 5 Cm 16. Ayah Menyayangi Tanpa Akhir 16. Radio Galau Fm 17. Air Mata Surga 17. Perahu Kertas 18. Catatan Akhir Kuliah 18. Cinta Suci Zahrana 19. Cinta Selamanya 19. Negeri 5 Menara

(filmindonesia, 2015) 2) Sikap Negatif Penikmat Ekranisa- tercermin dari cerita, jalan cerita, mau- si Sastra pun karakter tokoh yang dinilai berbeda dari karya aslinya. Rosa mengungkap- Sikap negatif penikmat sastra muncul kan bahwa “Asma Nadia, yaitu penu- karena adanya kekecewaan atau keti- lis yang merupakan adik kandungnya dakpuasan terhadap karya sastra yang sendiri, kecewa ketika novelnya berjud- dihasilkan. Eneste mengungkapkan ul Assalamualaikum Beijing diserahkan bahwa “adanya ketidakpuasan dan keke- pada produser sepenuhnya untuk difilm- cewaan baik dari pengarang maupun kan terdapat adegan yang tidak sesuai penonton”25. Kekecewaan pengarang dengan pandangannya”26. Adegan yang tercermin dari tidak terungkapnya nilai tidak sesuai dengan pandangan Asma sastra yang terkandung dalam karya Nadia tersebut adalah adanya adegan aslinya, menyimpangnya dari karya asli, dan kurangnya penyampaian amanat 26Helvi Tiana Rosa: “Sastra dan Industri Kreat- dari karya asli. Kekecewaan penonton if”, Makalah disampaikan dalam Seminar Na- sional Bahasa, Sastra, dan Seni di Era Industri 25 Pamusuk Eneste, “Novel dan Film” (Flores: Kreatif, diselenggarakan oleh Fakultas Sastra Nusa Indah, 1997) h.9-10 Universitas Negeri Malang, 14 November 2015

278 Buletin Al-Turas Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXIII No.2, Juli 2017 pelukan pemeran laki-laki dan perem- dapat membuat, memilih, serta memper- puan non-mahram dalam film. Adegan tahankan adegan yang diinginkan. tersebut dinilai berseberangan dengan ideologi yang dijunjung Asma Nadia. 3) Respon sebagai Apresiasi Karya Ketidaksamaan atau ketidakmiripan Sastra Ekranisasi menjadi pemicu kekecewaan penon- ton film hasil ekranisasi. Lie mengung- Berbagai respon terhadap karya sastra, kapkan bahwa “proses alih wahana baik negatif maupun positif adalah ben- dari karya sastra ke dalam bentuk film tuk penyambutan karya sastra atau dapat didapati ketidaksesuaian atau penyim- disebut apresiasi sastra. Aminuddin me- pangan dengan bentuk awalnya, yaitu ngungkapkan bahwa “apresiasi beras- karya sastra tulisan, baik ketidakse- al dari kata appreciation yang berarti suaian yang disengaja atau tidak disen- mengindahkan atau menghargai”29. Da- gaja, atau bahkan penyimpangan yang lam merespon atau menanggapi karya terlalu jauh dari bentuk awalnya”27. Pe- sastra, penikmat tentu memiliki konsep nonton pada umumnya menilai bagus ti- sebagai bekal untuk merespon suatu daknya film hasil ekranisasi adalah film karya sastra. Antara individu satu den- yang benar-benar menginterpretasikan gan individu yang lain pasti memiliki karya aslinya, yaitu novel. Penikmat konsep yang berbeda-beda. “Perbedaan cenderung menyikapi perbedaan mau- itu disebut perbedaan cakrawala hara- pun penyimpangan yang terdapat dalam pan”30. Cakrawala harapan ditentukan film hasil ekranisasi secara negatif. oleh pendidikan, pengalaman, pengeta- huan, dan kemampuan dalam menang- Kekecewaan baik dari pengarang mau- gapi karya sastra. Penilaian baik-bu- pun penonton sebenarnya dapat di- ruknya film hasil ekranisasi tergantung minimalkan dengan cara mengadakan pada konsepsi atau skemata yang dimi- pendekatan antara penulis novel dengan liki terhadap karya sastra yang diangkat. produser film. Pendekatan ini bertujuan untuk menjalin kerja sama antara penu- Umumnya penonton memberikan pe- lis dalam proses pembuatan film, mulai nilaian bagus tidaknya sebuah film hasil dari pembuatan naskah, casting, hingga ekranisasi dari tingkat kesamaan atau pengambilan gambar per adegan. Ker- kemiripan film dengan karya aslinya, ja sama seperti ini dapat memilih dan yaitu novel. “Sejauh ini banyak yang mempertahankan adegan esensial da- memberi penilaian bagus tidaknya film lam cerita yang diangkat ke dalam film. hasil ekranisasi adalah pada tingkat ke- Selain itu, upaya lain untuk mengatasi miripan atau kesamaan antara novel dan kekecewaan yang mungkin muncul ada- filmnya”31. Jika film dapat memenuhi lah dengan membuat film sendiri. Rosa sional Bahasa, Sastra, dan Seni di Era Industri mengungkapkan bahwa “membuat film Kreatif, diselenggarakan oleh Fakultas Sastra sendiri dapat dengan bebas menentu- Universitas Negeri Malang, 14 November 2015 kan filmisasi novel”28. Bebas dalam arti 29Aminuddin, “Pengantar Apresisi Sastra” 27Firman Lie, diakses pada 5 Oktober 2015, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2003), h.34 “Alih Wahana dari Sastra ke Bentuk Film”, 30Rachmat Djoko Pradopo, “Beberapa Teori https://firmanlie.wordpress.com/2012/01/18/ Sastra, Metode, Kritik, dan Penerapannya” (Yo- alih-wahana-dari-sastra-ke-bentuk-film/ gyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), h.209 28Helvi Tiana Rosa: “Sastra dan Industri Kreat- 31Karkono Supadi Putra, diakses pada 5 Oktober if”, Makalah disampaikan dalam Seminar Na- 2015, “Gelegar Ekranisasi di Indonesia”, http://

279 Dyan Wahyuning Praharwati dan Sahrul Romadhon : Ekranisasi Sastra: Apresiasi Penikmat Sastra Alih Wahana

harapan penikmat artinya mirip dengan Indonesia. Respon positif yang muncul karya aslinya, yaitu novel, maka penik- hendaknya disikapi sebagai motivasi mat lebih banyak menilai bagus. Begi- penulis novel dan produser film untuk tu pula sebaliknya, jika film tidak dapat lebih meningkatkan kualitas karyanya. memenuhi harapan penonton, artinya Penulis novel dapat termotivasi untuk terdapat perbedaan dengan karya aslin- menulis novel dengan kualitas yang ya, maka penikmat menilai film tersebut baik sehingga dapat memperoleh pen- tidak bagus. Produser tentu memiliki tu- jualan yang bagus. Produser film dapat juan tertentu, sehingga film hasil ekrani- termotivasi untuk menggarap film hasil sasi dibuat berbeda. Selain itu, durasi ekranisasi dengan kualitas yang baik juga dapat menjadi alasan dalam pe- pula sehingga memperoleh jumlah pe- munculan perbedaan-perbedaan dengan nonton yang fantastis. Berikut alterna- karya aslinya. Terlepas dari hal tersebut, si-alternasi untuk mencapai kesuksesan hendaknya penilaian terhadap bagus ti- film ekranisasi. daknya sebuah film hasil ekranisasi di- dasarkan pada kualitas film itu sendiri, bukan pada tingkat kemiripan dengan karya aslinya, yaitu novel. 1) Kerja Sama antara Produser den- gan Penulis Berbagai respon penikmat karya ekrani- sasi hendaknya disikapi dengan bijak. Kesuksesan film hasil ekranisasi dapat Dasar yang dapat dijadikan pegangan dilakukan dengan cara menjalin kerja dalam melihat respon atau apresiasi sama antara produser film dengan penu- yang muncul adalah pendapat Sumar- lis karya aslinya. Beberapa film ekrani- sono bahwa “seni sastra maupun seni sasi dalam sepuluh tahun terakhir yang film mempunyai kaidah-kaidah estetik dalam pembuatannya terjalin kerja sama tersendiri”32. Perbedaan yang paling antara produser dengan penulisnya, yai- 33 mendasar adalah novel menggunakan tu sebagai berikut . kata-kata yang menghasilkan imaji lin- guistik, sedangkan film menggunakan gambar-gambar yang menghasilkan imaji visual.

c) Alternasi Keberhasilan Film Ekranisasi

Adanya berbagai respon penikmat karya ekranisasi menunjukkan adanya apre- siasi atau penyambutan terhadap karya yang muncul. Respon positif maupun negatif yang ada merupakan penyam- butan karya ekranisasi yang muncul se- bagai warna baru dalam khazanah film sastraindonesia-um.blogspot.co.id/ 33Filmindonesia, diakses pada 18 Sepember 32Marselli Sumarsono, “Dasar-dasar Apresiasi 2015, “Data Penonton”, http://filmindonesia. Film” (Jakarta: Grasindo, 1996), h.46 or.id/movie/viewer

280 Buletin Al-Turas Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXIII No.2, Juli 2017

Tabel Judul Film yang Terjalin Kerja Sama antara Produser dengan Penulis

No. Film Produser Penulis 1. Badai Pasti Berlalu Teddy Soeriaatmadja Marga T. 2. Laskar Pelangi Andrea Hirata 3. Syahadat Cinta Budhi Sutrisno Taufiqurrahman Al-Azizy 4. Ayat-ayat Cinta Dhamoo Punjabi Habiburrahman El Shirazy 5. Emak Ingin Naik Haji Putut Widjanarko Asma Nadia 6. Ketika Cinta Bertasbih Cindy Christina Habiburrahman El Shirazy 7. Ketika Cinta Bertasbih 2 Cindy Christina Habiburrahman El Shirazy 8. Kambing Jantan Tyas A. Moein Raditya Dika Nasut- ion 9. Dalam Mihrab Cinta Leo Sutanto Habiburrahman El Shirazy 10. Hafalan Shalat Delisa Chand Parwez Servia Tere Liye 11. Ayah, Mengapa Aku Berbe- Agnes Davonar da? 12. Sang Penari Shanty Harmayn Ahmad Tohari 13. Di Bawah Lindungan Manoj Punjabi Hamka Ka’Bah 14. Surat Kecil untuk Tuhan Harris Nizam Agnes Davonar 15. Habibie & Ainun Dhamoo Punjabi Ginatri S. Noer 16. 5 Cm Sunil Soraya Dhonny Dirgantoro 17. Perahu Kertas Chand Parwez Servia Dewi Lestari 18. Cinta Suci Zahrana Leo Sutanto Habiburrahman El Shirazy 19. Negeri 5 Menara Anwar Fuadi 20. Tenggelamnya Kapal Van Sunil Soraya Hamka Der Wijck 21. 99 Cahaya di Langit Eropa Ody M. Hidayat Hanum Salsabiela Rais 22. 99 Cahaya di Langit Eropa Ody M. Hidayat Hanum Salsabiela 2 Rais 23. Surga yang Tak Dirindukan Manoj Punjabi Asma Nadia 24. Marmut Merah Jambu Chand Parwez Servia Raditya Dika Nasut- ion 25. Sepatu Dahlan Rizaludin Kurniawan Khrisna Pabihara 26. Supernova: Ksatria, Putri, Sunil Soraya Dewi Lestari dan Bintang Jatuh

281 Dyan Wahyuning Praharwati dan Sahrul Romadhon : Ekranisasi Sastra: Apresiasi Penikmat Sastra Alih Wahana

27. My Idiot Brother Imanullah Lubis Agnes Davonar 28. Bulan Terbelah di Langit Rizal Mantovani Hanum Salsabiela Amerika Rais 29. Sebuah Lagu Untuk Tuhan Hamdani Koestoro Agnes Davonar 30. Catatan Akhir Kuliah Dedy Syah Sam Maulana 31. Cinta Selamanya Susanti Dewi Fira Basuki 32. Anak Kos Dodol Erna Pelita Dewi Dedew Rieka

Tabel Judul Film yang Tidak Terjalin Kerja Sama antara Produser dengan Penulis

No. Film Produser Penulis 1. Jakarta Undercover Erwin Ananda Moammar Emka 2. Sang Pemimpi Mira Lesmana Andrea Hirata 3. Perempuan Berkalung Sor- Chand Parwez Servia Abidah El Khalieqy ban 4. 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta Putut Widjanarko Benni Setiawan 5. Radio Galau Fm Gope T. Samtami 6. 9 Summer 10 Autumn Arya Pradana 7. Assalamualaikum Beijing Ady Mulya Hidayat Asma Nadia 8. La Tahzan Frederica Ellnovianty Nine 9. Refrain Ody Mulya Hidayat Winna Efendi 10. Mimpi Sejuta Dolar Dhamoo Punjabi Merry Riana 11. Ketika Tuhan Jatuh Cinta Ravi Pridhnani 12. Ayah Menyayangi Tanpa Hanny R. Saputra Andy Stevenio Akhir 13. Air Mata Surga Lela Tresna Aguk Irawan M. N.

Film-film yang dalam pembuatannya 2) Membuat Film Sendiri terjalin kerja sama antara produser dan penulis relatif termasuk film-film yang Membuat film sendiri merupakan alter- memperoleh jumlah penonton yang fan- natif untuk mencapai kesuksesan penga- tastis. Film-film yang dalam prosesnya lihwahanaan novel ke dalam film. Mem- tidak terjalin kerja sama antara produser buat film sendiri dapat dilakukan sendiri dengan penulis cenderung memperoleh oleh penulis karya asli. Pada seminar jumlah penonton yang tidak lebih ung- nasional Bahasa, Sastra, dan Seni di Era gul dari film yang terdapat kerja sama Industri Kreatif yang digelar di Fakultas antara produser dengan penulis. Berikut Sastra Universitas Negeri Malang pada merupakan film yang tidak terjalin kerja tanggal 14 November 2015, Rosa me- sama antara produser dengan penulis. ngungkapkan “pembuatan film sendiri untuk mengatasi kekecewaan yang mun- cul dari penonton maupun penulis karya

282 Buletin Al-Turas Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXIII No.2, Juli 2017 asli”34. Lebih lanjut ia mengungkapkan tiket untuk diberikan pada caoln penon- bahwa Asma Nadia, yaitu penulis yang ton yang kurang mampu; (6) membuat merupakan adik kandungnya sendiri, movie buddy, yaitu membuat teaser kecewa ketika novelnya berjudul As- yang bertujuan untuk menarik calon salamualaikum Beijing diserahkan pada penonton film dengan cara merekrut produser sepenuhnya untuk difilmkan pemeran-pemeran yang berkenan tidak terdapat adegan yang tidak sesuai den- dibayar; serta (7) menjalin kerja sama gan pandangannya. Adegan yang tidak dengan pihak-pihak sponsor. sesuai dengan pandangan Asma Nadia tersebut adalah adanya adegan pelu- C. Kesimpulan kan pemeran laki-laki dan perempuan non-mahram dalam film. Adegan terse- Munculnya ekranisasi sastra yang akh- but dinilai berseberangan dengan ide- ir-akhir ini marak di Indonesia menuai ologi yang dijunjung Asma Nadia. Lain berbagai respon penikmatnya, baik re- halnya dengan membuat film sendiri, spon negatif maupun positif. Respon pembuatan film dari novel yang ditulis penikmat merupakan apresiasi atau sendiri dapat dengan bebas menentukan, sambutan terhadap karya sastra. Terle- memilih, dan mempertahankan adegan pas dari sikap negatif maupun positif, yang diinginkan, sehingga dapat mem- perlu diketahui bahwa terdapat perbe- inimalkan kekecewaan penonton yang daan mendasar antara karya sastra tulis, mungkin muncul. dalam hal ini novel dan film yang ber- bentuk audio-visual. Perbedaan terse- Pembuatan film sendiri dapat dilakukan but terletak pada bentuk dan imaji yang dengan berbagai cara. Rosa memapar- dihasilkan. Novel merupakan bentuk kan bahwa pembuatan film sendiri dapat karya tertulis dan menghasilkan imaji dilakukan dengan biaya nol rupiah. linguistik, sedangkan film merupakan Artinya biaya tidak dikeluarkan oleh bentuk karya visual dan menghasilkan produser, melainkan diperoleh melaliu imaji visual pula. Selain itu, terdapat usaha-usaha dan sumber lain. Berikut perbedaan waktu penikmatan dan tu- langkah-langkah yang dilakukan Helvi juan. Tiana Rosa dalam pembuatan film yang akan segera dirilis pada tahun depan, Ke- Respon positif digunakan sebagai mo- tika Mas Gagah Pergi, yaitu: (1) survey tivasi bagi produser dan penulis untuk pembaca di 100 kota untuk mendapatkan menghasilkan karya-karya yang berkual- dukungan pembuatan film; (2) patungan itas. Respon negatif dari penikmat berupa membuat film dengan caracrowd found- sikap-sikap kecewa atau tidak puas terh- ing atau pendanaan gotong royong; (3) adap perbedaan ataupun penyimpangan memanfaatkan jejaring sosial, seperti yang terdapat dalam film hasil ekranisa- twitter, youtube, blog, maupun vlog; (4) si. Kekecewaan dan ketidakpuasan yang menggandeng komunitas-komunitas; mungkin muncul baik dari penulis karya (5) menjual tiket secara presale; (6) se- asli maupun penonton dapat diatasi den- dekah tiket, yaitu dengan cara membeli gan alternasi-alternasi berikut: (1) men- jalin kerja sama antara produser dengan 34Helvi Tiana Rosa: “Sastra dan Industri Kreat- penulis dan (2) membuat film sendiri. if”, Makalah disampaikan dalam Seminar Na- sional Bahasa, Sastra, dan Seni di Era Industri Kreatif, diselenggarakan oleh Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang, 14 November 2015

283 Dyan Wahyuning Praharwati dan Sahrul Romadhon : Ekranisasi Sastra: Apresiasi Penikmat Sastra Alih Wahana

Daftar Pustaka Joseph C. Friel, “Ustinov’s Film Bil- ly Budd, A Study in The Pro- Aminuddin, 2003, Pengantar Apresi- cess of Adaptation: Novel, to si Sastra, Sinar Baru Algesindo, Play”, artikel diakses pada 23 Bandung. September 2015, dari http:// proquest.umi.com/pqdwb? Damono, S. D., 2005, Pegangan Peneli- 6010991&sid=4&Fmt=3&cli- tian Sastra Bandingan, Pusat Baha- en1&RQT=309&VName=PQD. sa Departemen Pendidikan Nasion- al, Jakarta. Karkono Supadi Putra, diakses pada 5 Oktober 2015, “Gelegar Ekrani- Djoko Saryono: “Meneroka Peta Sastra sasi di Indonesia”, http://sas- Indonesia Terkini”, Makalah dis- traindonesia-um.blogspot.co.id/. ampaikan dalam Sarasehan Sas- tra dan Budaya, diselenggarakan Marselli Sumarsono, “Dasar-dasar Apre- oleh Fakultas Sastra Universitas siasi Film” (Jakarta: Grasindo, Negeri Malang, 26 September 1996), h.44-50. 2015. Ninawati Syahrul: “Pemberdayaan Filmindonesia, diakses pada 18 Sepem- Karya Sastra Sebagai Indus- ber 2015, “Data Penonton”, tri Kreatif dalam Membentuk http://filmindonesia.or.id/movie/ Masyarakat Kreatif”, Makalah viewer. disampaikan dalam Seminar Na- sional Bahasa, Sastra, dan Seni Firman Lie, diakses pada 5 Oktober di Era Industri Kreatif, diseleng- 2015, “Alih Wahana dari Sastra garakan oleh Fakultas Sastra ke Bentuk Film”, https://firman- Universitas Negeri Malang, 14 lie.wordpress.com/2012/01/18/ November 2015. alih-wahana-dari-sastra-ke-ben- tuk-film/. Pamusuk Eneste, “Novel dan Film” (Flores: Nusa Indah, 1997) h.9- Habibie, B. J., 2012, Habibie & Ainun, 67. PT.THC Mandiri, Jakarta. Pradopo, R. D., 1995, Beberapa Teori Helvi Tiana Rosa: “Sastra dan Industri Sastra, Metode, Kritik, dan Pen- Kreatif”, Makalah disampaikan erapannya, Pustaka Pelajar, Yo- dalam Seminar Nasional Baha- gyakarta. sa, Sastra, dan Seni di Era Indus- tri Kreatif, diselenggarakan oleh Rudy Hilkya, diakses pada 5 November Fakultas Sastra Universitas Neg- 2015, “Best Seller”, http://gura- eri Malang, 14 November 2015. ru.org/guru-berbagi/best-seller/.

Jendela Sastra, diakses pada 23 No- Sri Sabakti, diakses pada 5 Oktober vember 2015, “Ekranisasi da- 2015, “Ekranisasi”, http://www. lam Sejarah Film Indonesia”, riaupos.co/1141-spesial-ekrani- http://www.jendelasastra.com/ sasi.html#.VhMYl_mqqko. berita/ekranisasi-dalam-sejar- ah-film-indonesia. Suseno: “Ekranisasi: Sarana Eksistensi

284 Buletin Al-Turas Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXIII No.2, Juli 2017 dan Politisasi Sastra Indonesia”, Makalah disampaikan dalam Seminar Internasional Pengem- bangan Peran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Mewujudkan Generasi Berkarakter, diseleng- garakan oleh Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Prodi Pendidikan Bahasa Indo- nesia Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 28-29 September 2013.

285