8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hakikat

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hakikat BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hakikat Koordinasi Mata dan Kaki a. Pengertian Koordinasi Dalam Koordinasi dalam melakukan aktivitas olahraga sangat diperlukan demi menunjang prestasi dalam berolahraga, berdasarka pendapat Irawadi (2011:103) koordinasi merupakan suatu proses kerjasama otot yang akan menghasilkan suatu gerakan yang tersusun dan terarah, yang bertujuan untuk membentuk gearakan-gerakan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan suatu keterampilan teknik. Koordinasi sangat dibutuhkan seseorang dalam melakukan gerakan reflex secara cepat, menurut pendapat Ismaryati (2008:53-54) koordinasi dapat diartikan sebagai hubungan harmonis dari hubungan saling berpengaruh diantara kelompok-kelompok otot selama melakukan kerja, yang ditunjukkan dengan beberapa tingkat keterampilan. Koordinasi ini sangat sulit diperlukan secara nyata dengan kelincahan, sehingga kadang-kadang koordinasi juga bertujuan untuk mengukur kelincahan. Selanjutnya Syafruddin (2011:120) Koordinasi merupakan salah satu elemen kondisi fisik yang realtif sulit didefenisikan secara tepat karena fungsinya sangat terkait dengan elemen-elemen kondisi fisik yang lain dan sangat ditentukan oleh kemampuan system. 8 9 Kalau kondisi fisik maka akan ada : (1). Peningkatan dalam kemampuan system sirkulasi dan kerja jantung, (2). Peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan, dan lain-lain komponen kondisi fisik, (3). Ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan, (4). Pemulihan yang lebih capat dalam organ- organ tubuh setelah latihan, (5). Respons yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu apabila respons demikian diperlukan. (Harsono, 2001: 4). b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Koordinasi Seseorang yang memiliki koordinasi yang baik biasanya akan menampilkan gerakan yang indah, berirama dan tidak kaku. Gerakannya tidak terputus-putus, melainkan tertata dan berurut secara baik sebagaimana seharusnya. Menurut Irawadi (2011:104) Koordinasi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor-faktor tersbut antara lain: a. Daya fikir Daya fikir merupakan kemampuan seseorang dalam menganalisa, dan memutuskan tentang tindakan atau gerakan apa yang harus ia lakukan, dan bagaimana ia harus melakukannya. Orang cerdas biasanya berfikir lebih cepat, lebih tepat, dan lebih teliti. b. Kecakapan dan ketelitian panca indra Ketelitian dari indra-indra seperti, mata, telinga, kulit, dan lain sebagainya, sangat mempengaruhi system kerja saraf dan otot dalam menerima rangsangan dan mengerjakan perintah gerak yang akan dilakukan. Semakin baik fungsi dari indra-indra tersebut akan semakin baik pula respon dari masing-masing unsur gerak seperti saraf dan otot yang bertugas untuk melakukan gerak. Pada akhirnya akan memperbaiki koordinasi gerak. c. Pengalaman motorik Pengalaman motorik akan mempengaruhi koordinasi gerak. Hukum latihan mengatakan bahwa gerakan-gerakan yang sudah terbiasa dilakukan akan lebih mudah dilakukan disbanding gerakan yang baru. Oleh sebab itu 10 semakin terlatih motorik dalam melakukan gerakan-gerakan tertentu, maka semakin ia melakukan gerakan tersebut atau gerakan sejenisnya. d. Kemampuan biomotorik Tingkat perkembangan kemampuan biomotorik seperti: kekuatan, daya tahan, kelenturan berpengaruh terhadap koordinasi. Semakin bagus kemampuan kekuatan, daya tahan, dan kelenturan yang dimiliki, maka biasanya akan semakin baik pula koordinasi geraknya. 1. Hakikat Sepakmula Dalam Sepaktakraw a. Pengertian Sepaktakraw Sebelum dikemukakan lebih lanjut mengenai sepak mula dalam olahraga sepaktakraw, maka perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang olahraga sepaktakraw. Sepaktakraw atau sepak raga merupakan cabang olahraga tradisional melayu, yang uncul dan berkembang di Negara-negara kawasan Asia Tenggara, seperti: Singapura, Indonesia, Brunei, Filipina, Sri Lanka, Myanmar dan Kamboja. Sehingga cabang olahraga ini dianggap sebagai cabang olahraga asli Negara- negara di Asia Tenggara. Menurut Baharulli Husin (2011:1) Olahraga sepaktakraw berasal dari permainan rakyat yang dimodifikasi menjadi permainan modern yang dipertandingkan. Permainan ini dimainkan oleh 3 (tiga) orang pemain yang terdiri dari Tekong, Apit Kanan dan Apit kiri dengan menggunakan bola yang terbuat dari rotan/plastic (sintetic fiber) dan dimainkan diatas lapangan yang berukuran 44 feet/kaki (13,40 m) panjang dan 20 feet/kaki (6,10) lebar. Ditengah-tengah lapangan dibatasi net/jaring (seperti permainan bola voli) dengan panjang net 6,10 lebar 70 cm dan mata jaring jala 6-8 cm. 11 Sedangkan menurut Winarno (2004:14) sepaktakraw merupakan permainan yang dilakukan oleh dua regu yang berlawanan, setiaap regu terdiri dari tiga orang pemain, yang dipisahkan oleh sebuah net yang memiliki ukuran dan ketinggian sama dngan net bulutangkis. Permainan ini dimulai dengan melakukan servis, yang dilakukan oleh tekong kedarerah lapangan lawan. Kemudian pemain regu lawan mencoba memainkan bola dengan menggunakan kaki dan kepala, dan anggota badan selain tangan sebanyak tiga kali sentuhan. Setiap regu terdiri dari tiga orang pemain yang mempunyai fungsi masing- masing yaitu sebagai berikut: servis (tekong), smashan (penyemes), dan pengumpan (fider), yang sekaligus berfungsi sebagai blok. Agar dapat mengembalikan bola kelpangan lawan dengan baik melewati net yang telah ditentukan ketinggiannya. Menurut Dispora (2002:5-21) Tekong yang melakukan sepakan permulaan (service) dan mengawal bahagian belakang gelanggang. Apit kiri dan Apit kanan mengawal bahagian depan gelanggang dan memikul tugas utama mematikan bola digelanggang lawan. Tiap regu akan bertukar tempat setiap berakhir set. Sedangkan untuk angka (point) terdiri dari : a. Angka kemenangan untuk satu set adalah 21 point. b. Jika kedua regu sama-sama memenangi satu game maka diteruskan dengan game terakhir (rubber set). Pemenang game (set) ketiga adalah pemenang pertandingan itu. c. Angka kemenangan untuk set ketiga adalah 15 point. 12 Berkaitan dengan sentuhan bola dengan anggota badan, sepakan yang harus dikuasai pemain sepaktakraw meliputi (1) sepakan; sepaksila, sepak kuda, sepak cungkil, sepak telapak, dan sepak badek atau sepak sumpuh, (2) memaha; memainkan bola dengan paha, (3) mendada; menggunakan bola dengan dada, (4) membahu; menggunakan bola dengan bahu, (5) menyundul bola (heading); menyundul bola tanpa awalan, (6) servis (sepak mula), (7) teknik bertahan (blok), (8) smash; smash gulung (salto), smash kedeng, smash gunting, smash lurus, smash telapak kaki. Sedangkan menurut winarno (2004;16) dalam kaitannya dengan permainan sepaktakraw, maka teknik dasar dalam bermain sepaktakraw meliputi : (1) service yang dilakukan tekong, (2) menimang (sepaksila), (3) smash, (4) heading, (5) block. b. Teknik Sepak Mula (Service) Untuk bermain sepaktakraw yang baik, seseorang dituntut mempunyai kemampuan atau keterampilan yang baik, kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan dasar permainan sepaktakraw. Menurut Winarno (2004;17) service adalah upaya menyajikan bola kepada regu lawan yang dilakukan oleh pemain yang diposisi tekong. Seorang tekong dikatakan melakukan service dengan baik, apabila dia mampu menendang bola melewati atas net dan masuk kelapangan lawan. Service yang baik adalah sajian yang dilakukan dengan cepat dan tepat, sehingga lawan tidak dapat mengantisipasi, mengontrol bola dan bahkan tidak dapat mengembalikan bola tersebut secara sempurna kelapangan lawan. Service merupakan serangan pertama yang dilakukan kedarerah lapangan lawan. 13 Dalam permainan sepaktakraw service hanya dilakukan oleh pemain yang berada diposisi tekong, sedangkan pemain lain dengan posisi apit, baik apit kiri maupun apit kanan berfungsi sebagai pelambung bola pada saat tekong melakukan servis. Servis atau sepak mula merupakan awal dari sepaktakraw. Servis oleh tekang kea rah lapangan lawan dan merupakan cara kerja yang penting karena angka didapat dari regu yang melakukannya. Kesalahan atau kegagalan dalam servis berarti hilangnya kesempatan bagi regu untuk endapatkan angka. Tekong hendaknya dapat membuat servis yang baik dan dapat encari sasaran yang lemah dan sukar untuk menerima dan mengontrolnya. Gambar 1 : servis Cara melakukan servis antara lain: 1) Berdiri dengan salah satu kaki berada didalam lingkaran sebagai kaki tumpu, kaki yang satunya berada disamping belakang badan sebagai awalan 2) Salah satu lengan menunjukkan permintaan bola yang akan dilambungkan oleh apit sebagai pelambung. 14 3) Perkenaan dengan bola saat melakukan servis dengan kaki bagian dalam. 4) Bola ditendang saat ketinggian bola setinggi lutut. 5) Setelah melakukan sepakan, gerakan badan mengikuti lanjutan gerak sepak dan mendarat dengan mengeper. Dinas Pemuda dan Olah Raga,(2002:15) a. Tujuan Servis Tujuan suatu servis hendaklah dipusatkan kepada pengacuan permainan atau pertahanan lawan sehingga kita dapat mengatur serangan- serangan yang mantap pada mereka. Olah sebab itu servis hendaklah dilakukan dengan berbagai cara supaya mengacaukan pihak lawan terhadap sasaran servis yang akan kita lakukan seterusnya. Tekong yang melakukan servis itu haruslah pandai mencari tempat- tempat lemah pihak lawan supaya regunya dapat melancarkan servis yang tepat. b. Sarana dan Prasarana Dibawah ini adalah gambar lapangan sepaktakraw dan bola takraw beserta ukurannya: Gambar 2: Net. Dispora,( 2002: 24) 15 Keterangan: 6,1 m : Lebar Net 0,3 m : Besar jari-jari Lingkaran tengah 1,55 m : Tinggi Net 1,52 m : Tinggi Net dari mistar Gambar 3: lapangan Sepaktakraw Dispora, (2002: 24) Keterangan: 3,14 m : Panjang Lapangan 6, 1 m : Lebar Lapangan 6,7 m : Panjang setengah lapangan 4,25 m : Dari garis
Recommended publications
  • The Practice of Pencak Silat in West Java
    The Politics of Inner Power: The Practice of Pencak Silat in West Java By Ian Douglas Wilson Ph.D. Thesis School of Asian Studies Murdoch University Western Australia 2002 Declaration This is my own account of the research and contains as its main content, work which has not been submitted for a degree at any university Signed, Ian Douglas Wilson Abstract Pencak silat is a form of martial arts indigenous to the Malay derived ethnic groups that populate mainland and island Southeast Asia. Far from being merely a form of self- defense, pencak silat is a pedagogic method that seeks to embody particular cultural and social ideals within the body of the practitioner. The history, culture and practice of pencak in West Java is the subject of this study. As a form of traditional education, a performance art, a component of ritual and community celebrations, a practical form of self-defense, a path to spiritual enlightenment, and more recently as a national and international sport, pencak silat is in many respects unique. It is both an integrative and diverse cultural practice that articulates a holistic perspective on the world centering upon the importance of the body as a psychosomatic whole. Changing socio-cultural conditions in Indonesia have produced new forms of pencak silat. Increasing government intervention in pencak silat throughout the New Order period has led to the development of nationalized versions that seek to inculcate state-approved values within the body of the practitioner. Pencak silat groups have also been mobilized for the purpose of pursuing political aims. Some practitioners have responded by looking inwards, outlining a path to self-realization framed by the powers, flows and desires found within the body itself.
    [Show full text]
  • Materi Sepaktakraw Sejarah Sepaktakraw
    Mata Kuliah : Sepaktakraw Kode Mata Kuliah : PJM 111 Materi: Sejarah Sepaktakraw dan Pengertian Sepaktakraw Sejarah Sepaktakraw Permainan sepaktakraw dikenal masyarakat Indonesia dibeberapa daerah yang ada di Indonesia seperti Kalimantan, Sumatra dan Sulawesi dengan sebutan sepak raga, yaitu permainan anak negeri yang dimana dalam memainkan sepak raga masih menggunakan bola yang terbuat dari rotan. Dalam permainan ini setiap pemain menunjukan suatu kemahiran dalam penguasaan bola, pemain memainkan bola rotan dengan seluruh anggota badan kecuali dengan tangan seperti kaki, paha, dada, bahu, kepala dll. Permainan ini sangat menarik karena dalam permainan ini untuk mempertahankan bagaimana supaya bola tetap lama dimainkan tanpa jatuh ketanah. Perkembangan sepaktakraw di negara Asia terutama Asia Tenggara telah mengenal permainan dengan menggunakan bola rotan ini sejak lama. Mungkin saja disetiap negara cara bermain dan nama permainannya yang berbeda-beda. Menurut Ratinus Darwis dan Penghulu Basa (1992: 5), setiap negara mempunyai nama sendiri-sendiri seperti misalnya: a. Malaysia dengan nama sepak raga jaring. b. Muangthai (Thailand) dengan nama takraw c. Philipina dengan nama sipak Indonesia sendiri yang telah mengenal permainan dengan bola rotan ini sejak abad XV yang telah dimainkan secara massal di daerah yang terutama dimainkan pada acara- acara tertentu dengan nama sepak raga. Menurut Ratinus Darwis dan Penghulu Basa (1992: 6), perubahan nama sepak raga jaring menjadi sepaktakraw diresmikan tanggal 27 Maret 1965 di Kuala Lumpur di Stadion negara Kuala Lumpur pada waktu pesta olahraga Yudanto/FIK UNY Asia Tenggara (SEAP GAMES). Istilah Sepaktakraw merupakan perpaduan antara bahasa Malaysia dan bahasa Muangthai yaitu: a. SEPAK berasal dari bahasa Malaysia yang berarti sepak. b. TAKRAW berasal dari bahasa Muangthai yang berarti bola rotan.
    [Show full text]
  • The Paradigm of Malayness in Literature
    THE PARADIGM OF MALAYNESS IN LITERATURE IDA BAIZURA BAHAR Thesis submitted for the degree of PhD in the Languages and Cultures of South East Asia 2010 Department of South East Asia School of Oriental and African Studies University of London ProQuest Number: 11010464 All rights reserved INFORMATION TO ALL USERS The quality of this reproduction is dependent upon the quality of the copy submitted. In the unlikely event that the author did not send a com plete manuscript and there are missing pages, these will be noted. Also, if material had to be removed, a note will indicate the deletion. uest ProQuest 11010464 Published by ProQuest LLC(2018). Copyright of the Dissertation is held by the Author. All rights reserved. This work is protected against unauthorized copying under Title 17, United States C ode Microform Edition © ProQuest LLC. ProQuest LLC. 789 East Eisenhower Parkway P.O. Box 1346 Ann Arbor, Ml 48106- 1346 | SOAP LIRDARY 2 Declaration for PhD thesis I have read and understood regulation 17.9 of the Regulations for students of the School of Oriental and African Studies concerning plagiarism. I undertake that all the material presented for examination is my own work and has not been written for me, in whole or in part, by any other person. I also undertake that any quotation or paraphrase from the published or unpublished work of another person has been duly acknowledged in the work which I present for examination. Signed: Ida Baizura Bahar Date: 7 December 2010 3 ABSTRACT This study is a study on the paradigm of Malayness in literature, taking as its point of departure the understanding of Malayness in Malaysia.
    [Show full text]
  • Culture and Customs of Indonesia
    Culture and Customs of Indonesia Jill Forshee Greenwood Press CULTURE AND CUSTOMS OF INDONESIA Indonesia. Cartography by Bookcomp, Inc. Culture and Customs of Indonesia 4 JILL FORSHEE Culture and Customs of Asia Hanchao Lu, Series Editor GREENWOOD PRESS Westport, Connecticut • London To the memory of my mother, Erma McMurter Forshee Library of Congress Cataloging-in-Publication Data Forshee, Jill. Culture and customs of Indonesia / Jill Forshee. p. cm.—(Culture and customs of Asia, ISSN 1097–0738) Includes bibliographical references and index. ISBN 0–313–33339–4 (alk. paper) 1. Indonesia—Civilization. 2. Indonesia—Social life and customs. I. Title. DS625.F64 2006 959.8—dc22 2006022942 British Library Cataloguing in Publication Data is available. Copyright © 2006 by Jill Forshee All rights reserved. No portion of this book may be reproduced, by any process or technique, without the express written consent of the publisher. Library of Congress Catalog Card Number: 2006022942 ISBN: 0–313–33339–4 ISSN: 1097–0738 First published in 2006 Greenwood Press, 88 Post Road West, Westport, CT 06881 An imprint of Greenwood Publishing Group, Inc. www.greenwood.com Printed in the United States of America The paper used in this book complies with the Permanent Paper Standard issued by the National Information Standards Organization (Z39.48–1984). 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Every reasonable effort has been made to trace the owners of copyright materials in this book, but in some instances this has proven impossible. The author(s) [editor(s)] and publisher will be glad to receive information leading to a more complete acknowledgments in subsequent printings of the book and in the meantime extend their apologies for any omissions.
    [Show full text]
  • "GROUPS" in MALAY SOCIETY by Ronald Provencher
    "GROUPS" IN MALAY SOCIETY by Ronald Provencher Social scientists usually assume that groups are the primary units of social srrurture in any society and that networks comprise an inter- mediate level linking groups with individual interaction. This article discusses the inadequacy of group theory and network theorj?for un- derstanding social behavior in loosely structured societies such as Malav society, and examines alternative modes of analysis-categories of identity, centric definition of aggregates, systems of courtesy, and behavioral regions. KEY WORDS:Malay society, group theory, loosely structured societies, interaction. GROUP SOCIOLOGY Structural sociologists and social anthropologists have theories of society which emphasize the significance of groups. Even when they define their fields of inquiry, they usually refer to groups (Olmsted 1959 and Boissevain 1968). "Groupness" is an assumed quaIity of society, Only the intensity of that quality, represented by a dichotomy such as "reference" and "corpo- rate" groups, is usuaIly examined with respect to a given society. Society itself is viewed as having group-like closure in which institutions dovetail with each other to form an integrated, "harmonious," whole (Fallers 1955). The pervasiveness of group sociology is manifest in macro and micro levels of social analysis. At the macro level of analysis, the standard dichotomy between "primary" and "secondary" groups has been the basis for distinctions between kinds of societies (Olmsted 1959). The most thorough and famous of analytical dichotomies based on differences between primary and secondary groups are the work of Tonnies (gemeinschafi versus gesellschaft), Maine (status versus contract), and Redfield (rural versus urban). These analytic dichot- omies are strongly associated.
    [Show full text]
  • Sepak Takraw - Overview Sepak Takraw Is a Foot Volleyball Game Where Players Touch As Well As Handle the Ball Using Only Their Feet, Knee, Chest and Head
    COMPILED BY : - GAUTAM SINGH STUDY MATERIAL – SPORTS 0 7830294949 Sepak Takraw - Overview Sepak Takraw is a foot volleyball game where players touch as well as handle the ball using only their feet, knee, chest and head. The rules and regulations of the game are very much similar to that of volleyball. A very popular game around Southeast Asia, the game is played using a rattan or synthetic ball. Since 1990, Sepak takraw is also included in Asian games. Similar to volleyball, here also two teams of players try to control the ball by touching it using only their feet, chest, knee or head and try to kick the ball past the net to the opposition side. Failing to kicking the ball past the net results in a point to the opposition and the first team scoring the maximum point is declared winner. History of Sepak Takraw Sepak Takraw was originated in Malaysia around 500 years ago. In the 15thcentury, it was mostly played by the royal court. Around 16th century, the game was spread across Indonesia, where people called it Sepak Raga. By 1940, the net version of the game was spread across Southeast Asia and formal rules and regulations were formed for the game. The first official Sepak Takraw competition was held at a swim club on May 16th, 1945 in Penang where teams mostly from various villages of Penang participated THANKS FOR READING – VISIT OUR WEBSITE www.educatererindia.com COMPILED BY : - GAUTAM SINGH STUDY MATERIAL – SPORTS 0 7830294949 in it. During that period, the game used to be called Sepak Raga Jaring.
    [Show full text]
  • March/April 2020
    MARCH APRIL 2020 95828araD1R1.indd 1-3 2/19/20 4:22 PM 6 Gahwa 12 Sepak Takraw Takes Flight Renaissance Written by John O’Callaghan Beawiharta Written by Shaistha Khan Photographed by Illustrated by Teresa Abboud Take the Malay word for kick and pair it with the Thai word for a hollow, woven ball and you Preparing, serving and sipping gahwa— have sepak takraw, the name of the acrobatic, lightning-fast Southeast Asian sport in which the Arabic word for coffee—is a ritual players use feet, legs, chest and head—no hands—to power a ball over a badminton-style net. steeped in centuries of hospitality. In (Think “kick volleyball.”) It’s been played across the region for more than three centuries, and December in Abu Dhabi, the inaugural recent decades have brought international agreements on rules that have led in turn to local and Gahwa Championships honored not national leagues, tournaments in schools and capitals—all pushing sepak takraw onto an only tradition but also innovation.2 increasingly global sports stage. With more than two dozen countries now fielding national teams, the sport’s leading promoters have set their eyes on the Olympics. Online CLASSROOM GUIDE A resource for educators and students We distribute AramcoWorld in print and online to increase cross-cultural understanding by broadening knowledge of the histories, cultures and geography of the Arab and Muslim worlds and their global connections. March / April 2020 | Vol. 71, No. 2 Front Cover: Firing the ball over the net and rising to block it, players from Jakarta Province and West Sumatra Province push their limits in a sepak takraw match at popnas xv, an Indonesian aramcoworld.com national student competition in November in Jakarta.
    [Show full text]
  • Sport Event Attributes Influencing Sport Tourists’ Attendance at Sepak Takraw Event
    Event Management, Vol. 22, pp. 675–691 1525-9951/18 $60.00 + .00 Printed in the USA. All rights reserved. DOI: https://doi.org/10.3727/152599518X15299559637626 Copyright © 2018 Cognizant, LLC. E-ISSN 1943-4308 www.cognizantcommunication.com SPORT EVENT ATTRIBUTES INFLUENCING SPORT TOURISTS’ ATTENDANCE AT SEPAK TAKRAW EVENT AZADEH ZAREI,* KIRSTEN HOLMES,† AND AMINUDDIN BIN YUSOF* *Department of Sport Studies, Universiti Putra Malaysia, Selangor, Malaysia †School of Marketing, Curtin University, Bentley, Australia The use of traditional sports events as modern sport tourism products has grown rapidly over recent decades. This article investigated differences in sport attributes that influence sport tourists’ behav- ioral choices for attending a sepak takraw event using the human and nucleus component of Leiper’s tourism attraction system. The study uses a sample of 316 sport tourists including domestic sport tourists (n = 224) and foreign sport tourists (n = 92) attending ISTAF Super Series. The findings reveal different factors were important to domestic sport tourists compared to foreign sport tour- ists. Domestic respondents reported that sport event attributes such as convenience and accessibility, game attractiveness, and sport facility were important in their decisions to attend a sepak takraw event while foreign sport tourists perceived cost to be a necessary sport attribute for their attendance. This article provides support for a sepak takraw as an event product that offers new sport marketing opportunities for particular target market segments within small-scale sport tourism. Key words: Small-scale sport events; Traditional sport events; Sport tourists; Sport event attributes Introduction Scholarly interest in small-scale sport tourism is a relatively new frontier that advocates against This article seeks to examine how sport event the negative outcomes associated with mega-sport attributes affected sport tourists attending a sepak events such as the Olympic Games and the Foot- takraw event.
    [Show full text]
  • Daftar Ist Daftar Ist ………………………………………………… …
    Daftar Ist Daftar Ist ………………………………………………… ….. t Kata Pengantar ………………………………………… …… tt Bab I Sejarah Sepaktakraw …………………………………… ….. 1 A. Kajtan Sejarah Sepaktakraw ………………………….. 1 B. Perkembangan Sepaktakraw dt Indenesta ….. …… … 3 Bab II Tekntk Sepaktakraw …… ……... …………………………... 8 A. Tekntk Dasar Sepaktakraw ………………... …………. 8 1. Sepak Stla ……………………………………………. 12 2. Sepak Kura ………………………………………….. 13 3. Sepak Badeg ………………………………………… 14 4. Sepak Paha ………………………………………… 15 5. Sepak Dada …………………………………………. 17 6. Sepak Bahu ………………………………………… 19 7. Sundulan …………………………………………….. 21 B. Tekntk Lanjutan Sepaktakraw ………………………… 22 1. Serve/Tekeng ……………………………………… 24 2. Smash ……………………………………………… 25 3. Blek ………………………………………………….. 27 4. Umpan ………………………………………………. 30 Bab III Sepaktakraw Bagt Pemula …………………………………. 31 A. Dasar Pembelajaran dan Kepelatthan Sepaktakraw .. 31 B. Dasar Pengetahuan Pelatth Sepaktakraw …………… 31 C. Belajar Sepaktakraw Pemula …………………………. 34 Bab IV Perstapan Bermatn Sepaktakraw ………………………….. 67 A. Manfaat Melakukan Peregangan …………………. 68 B. Peregangan Khusus Sepaktakraw …………………. 71 Bab V Peraturan Pertandtnga n Sepaktakraw …………………….. 72 Daftar Pustaka ………………………………………………. 84 Kata Pengantar Alhamdultlah akhtrnya tersusun buku sederhana yang menyangkut tentang pembelajaran sepaktakraw terbaru dengan berbagat ketlmuan yang dt dapat penults batk sebagat seerang akademtka, pengalaman melatth, pembtna sepaktakraw yang telah membtna selama kurang lebth sepuluh tahun dt klub pembtnaan dt Keta Kedtrt. Dtharapkan buku tnt btsa menjadt acuan, referenst untuk
    [Show full text]
  • Study in Kampung Pasir Parit, Chetok, Pasir Mas, Kelantan
    International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences 2016, Vol. 6, No. 11 ISSN: 2222-6990 Assimilation of the Malay Culture towards the Straights of Chinese Community in the State of Kelantan: Study in Kampung Pasir Parit, Chetok, Pasir Mas, Kelantan Mohd Zahirwan Halim Zainal Abidin1*, Nurul Fadly Habidin2, Muhammad Yusri Yusof @ Salleh3, Paiz Hassan4, Hamdi Rahman Mohd Yaacob5, Mazlah Yaacob6, and Abd Munir Mohd Noh7 1*, 3, 4,5,6,7 Academy Of Contemporary Islamic Studies, Universiti Teknologi MARA Cawangan Perak, Seri Iskandar, 32610, Seri Iskandar, Perak, Malaysia 2Department of Management and Leadership, Faculty of Management and Economics, Universiti Pendidikan Sultan Idris, 35900 Tanjung Malim, Perak, Malaysia 1*Corresponding Author: Mohd Zahirwan Halim Zainal Abidin E-mail: [email protected] DOI: 10.6007/IJARBSS/v6-i11/2372 URL: http://dx.doi.org/10.6007/IJARBSS/v6-i11/2372 Abstract Malaysia, being a multi-cultural country, is well known of its richness in various cultures and customs practiced by different numbers of races. As a result of this integration, a positive interaction between them is perceived, and to some extent, the traditions and cultures of a certain race may be assimilated and practiced by others as a routine in their daily lives. Occasionally, a majorly dominant culture has a much stronger influence towards those of a less dominant one in the context of its practices, culture, customs and religious sensitivities. This study focuses on the influence of the Malay culture, the major ethnic group in Malaysia, towards the minority group of the Straits Chinese community whom are the descendants of the Chinese immigrants, migrated centuries ago.
    [Show full text]
  • 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sepaktakraw
    BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sepaktakraw merupakan satu permainan rakyat yang digemari sejak dahulu sampai dengan sekarang. Darwis dan penghulu bahasa sepaktakraw adalah nama perpaduan antara bahasa malaysia dan thailand, kata sepak berasalh berasal dari malaysia yang berarti menendang, sedangkan takraw berasal dari bahasa thailand yang artinya bola. Nama olahraga tradisional tersebut sudah termasuk merupakan istilah olahraga di indonesia, Sepaktakraw merupakan olahraga tradisional karena olahraga tersebut telah dimiliki oleh masyarakat indonesia sejak dahulu kala hal ini terbukti daam sejarah keberadaanya dikenal dibeberapa daerah dengan beberapa istilah seperti : di sulawesi selatan dikenal dengan Marraga Akraga, di riau dikenal dengan rago tinggi, di sumatra barat dan bengkulu dikenal dengan nama sepak rago, dan secara keseluruhan di indonesia dikenal dengan sepak raga. Dengan demikian, jika dilihat dari sejarahnya, yang telah dimiliki oleh masyarakat sejak dulu seharusnya olahraga ini merupakan cabang olahraga yang termasuk dalam kategori olahraga unggulan yang dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa disetiap event pertandingan. Sepaktakraw dimainkan oleh 3 (tiga) orang yang mempunyai istilah nama sendiri, yaitu : (1) Apit Kanan, (2) Apit Kiri, (3) Tekong. Dalam permainan sepaktakraw dikawasan asia tenggara juga dikenal dengan berbagai nama : dimalaysia dikenal dengan “Sepak Raga Jaring”; di Brunei dikenal dengan “sepak raja”; di China dikenal dengan “Theng Chew”; di Burma dikenal dengan “Chung Long”; laos dikenal dengan “Kator”; Piliphina dikenal dengan “Sipa”; Thailand dikenal dengan “Takraw”; dan di singapur dikenal dengan “Bola Sepak Raga”. Untuk mengorganisir dan mengakomodir berbagai istilah yang dikenal diberbagai negara maka pada tanggal 27 maret 1965 istilah sepaktakraw dibakukan secara resmi di Malaysia. Secara harfiah kata Takraw berasal dari bahasa Thai, yang artinya bola yang terbuat dari rotan.
    [Show full text]
  • European Journal of Physical Education and Sport Science
    European Journal of Physical Education and Sport Science ISSN: 2501 - 1235 ISSN-L: 2501 - 1235 Available on-line at: www.oapub.org/edu doi: 10.5281/zenodo.437204 Volume 3 │ Issue 3 │ 2017 PARAGA GAME AS TRADITIONAL SPORTS FOR BUGIS MAKASSAR TRIBAL COMMUNITIES IN SOUTH SULAWESI, INDONESIA Harwandi1, Sugiyanto2, Muchsin Doewes3 1,2Departement of Sport Science, Post-graduate Program, Sebelas Maret University, Surakarta 57126, Indonesia 3Faculty of Medicines, Sebelas Maret University Surakarta 57126, Indonesia Abstract: The current study aims to identify 1) the developmental history of Paraga game in South Sulawesi, 2) the way how to play Paraga game by the communities, 3) the movement skill aspects, and 4) the physical ability aspects. The research was conducted in center cultural exhibition that foster and preserve the game located in South Sulawesi. The current study used qualitative descriptive method using the research subject of Paraga game as the traditional sport of Bugis Makassar Tribal Communities in South Sulawesi. It contains movement skill and physical ability aspects in playing Sepak Raga attractions. The data were collected by using several techniques such as observation, documentative recording and interview. The results of Paraga game as a traditional sport of Bugis Makassar tribal communities in South Sulawesi Indonesia can be concluded as follows: 1) The history of Paraga game of Bugis Makassar tribal communities in South Sulawesi since past until today has shifted its functions, even among communities in South Sulawesi who had already considered it as traditional sports and cultural heritage which should be well preserved. Based on the history of Lontara, this game was performed as an entertaining media, event for the inauguration of the king (somba) of Gowa kingdom to entertain the royal guests.
    [Show full text]