PERAHU (Penerangan Hukum) JURNAL ILMU HUKUM

ISSN 2338 – 333X

KEWENANGAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM DALAM PELANGGARAN ADMINISTRATIF Robert Hoffman

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA DESA TERHADAP EFEKTIVITAS PELAYANAN PADA MASYARAKAT MENURUT OTONOMI DESA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO 6 TAHUN 2014 DAN PERAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN DESA DI KABUPATEN SEKADAU KALIMANTAN BARAT Genopepa Sedia

IMPLEMENTASI PASAL 8 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM UPAYA PENCEGAHAN BEREDARNYA TABUNG GAS LPG 3 KG RUSAK ATAU BOCOR OLEH PIHAK PANGKALAN DI PINOH KOTA Redin

UPAYA PEMERINTAH DESA MENDORONG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DI DESA WANA BAKTI KECAMATAN KETUNGAU TENGAH KABUPATEN SINTANG Antonius Erwandi

SISTEM KEPEMILIKAN TANAH DALAM MASYARAKAT ADAT DAYAK DI KABUPATEN SINTANG Sopian

Diterbitkan oleh : Fakultas Hukum Universitas Kapuas Sintang

Halaman Sintang ISSN Volume 6 Nomor 2 PERAHU 1 - 60 September 2018 2338 – 333X

PERAHU ISSN 2338 – 333X Volume 6 Nomor 2, September 2018 , Halaman 1 - 60

DAFTAR ISI

KEWENANGAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM DALAM PELANGGARAN ADMINISTRATIF Robert Hoffman ...... 1-26

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA DESA TERHADAP EFEKTIVITAS PELAYANAN PADA MASYARAKAT MENURUT OTONOMI DESA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO 6 TAHUN 2014 DAN PERAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN DESA DI KABUPATEN SEKADAU KALIMANTAN BARAT Genopepa Sedia ...... 27-34

IMPLEMENTASI PASAL 8 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM UPAYA PENCEGAHAN BEREDARNYA TABUNG GAS LPG 3 KG RUSAK ATAU BOCOR OLEH PIHAK PANGKALAN DI PINOH KOTA Redin ...... 35-44

UPAYA PEMERINTAH DESA MENDORONG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DI DESA WANA BAKTI KECAMATAN KETUNGAU TENGAH KABUPATEN SINTANG Antonius Erwandi ...... 45-54

SISTEM KEPEMILIKAN TANAH DALAM MASYARAKAT ADAT DAYAK DI KABUPATEN SINTANG Sopian ...... 55-60 PENGANTAR REDAKSI

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugerah-Nya jurnal ilmu hukum yang diberi nama “PERAHU” singkatan dari “Penerangan Hukum” dapat diterbitkan. Jurnal PERAHU terbit enam bulan sekali berisikan karya-karya tulisan yang diangkat dari hasil-hasil penelitian maupun ulasan-ulasan tentang hukum. Jurnal PERAHU, Volume 6 Nomor 2, September 2018 kali ini menyajikan topik-topik mengenai : Kewenangan Pengawas Pemilihan Umum Dalam Pelanggaran Administratif, Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Efektivitas Pelayanan Pada Masyarakat Menurut Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Dan Peran Pemerintah Dalam Pembangunan Desa Di Kabupaten Sekadau Kalimantan Barat, Implementasi Pasal 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Dalam Upaya Pencegahan Beredarnya Tabung Gas LPG 3 Kg Rusak Atau Bocor Oleh Pihak Pangkalan Di Pinoh Kota, Upaya Pemerintah Desa Mendorong Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Di Desa Wana Bakti Kecamatan Ketungau Tengah Kabupaten Sintang, Sistem Kepemilikan Tanah Dalam Masyarakat Adat Dayak Di Kabupaten Sintang. Akhir kata, semoga penerbitan PERAHU, jurnal ilmiah di bidang hukum ini dapat memberikan penerangan hukum sebagai upaya meningkatkan pengetahuan mahasiswa dan dapat menimbulkan kesadaran hukum di setiap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Selamat Membaca.

Redaksi KEWENANGAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM DALAM PELANGGARAN ADMINISTRATIF

Robert Hoffman Fakultas Hukum Universitas Kapuas Sintang Jalan Oevang Oeray 92 Sintang Email : [email protected] dan [email protected]

Abstract After the Law of the Republic of Number 7 of 2017 concerning in administrative violations are found in General Elections was ratified by the President the components of substance, structure and of the Republic of Indonesia, Joko Widodo, legal culture, so that they have not been on August 15, 2017 and promulgated by the implemented effectively. Minister of Law and Human Rights of the Abstrak Republic of Indonesia, Yasonna Laoly, on Setelah Undang-Undang Republik August 16, 2017, there were changes to the Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 Tentang regulation regarding the holding of general Pemilihan Umum disahkan oleh Presiden elections (Elections). One of these changes Republik Indonesia, Joko Widodo, pada is the granting of authority to the Election tanggal 15 Agustus 2017 dan diundangkan Supervisory Body (Bawaslu), Provincial oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Bawaslu, and Regency / City Bawaslu in Republik Indonesia, Yasonna Laoly, tanggal 16 election administrative violations in the Agustus 2017, terdapat perubahan pengaturan form of receiving, examining, reviewing and mengenai penyelenggaraan pemilihan umum deciding election administrative violations. (Pemilu). Salah satu perubahan tersebut This is as stated in Article 461 paragraph (1) adalah pemberian wewenang kepada Badan of the Republic of Indonesia Law Number 7 Pengawas Pemilu (Bawaslu), Bawaslu of 2017 concerning General Elections. Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota The approach method used in this study is dalam pelanggaran administratif pemilu normative juridical. berupa menerima, memeriksa, mengkaji dan The results of this study indicate that memutus pelanggaran administratif pemilu. the Election Supervisory Body (Bawaslu), Hal ini sebagaimana dicantumkan dalam Provincial Bawaslu, and Regency / City Pasal 461 ayat (1) Undang-Undang Republik Bawaslu in election administrative violations Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 Tentang have attribution authority in the form of Pemilihan Umum. receiving, examining, reviewing and deciding Metode pendekatan yang digunakan election administrative violations. dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Conclusions from the results of this study Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa that the authority of election supervisors Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Bawaslu in administrative violations is based on Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota dalam the laws and regulations, namely the 1945 pelanggaran administratif pemilu memiliki Constitution of the Republic of Indonesia; kewenangan atribusi berupa menerima, Republic of Indonesia Law Number 7 of 2017 memeriksa, mengkaji dan memutus concerning General Elections; and Regulation pelanggaran administratif pemilu. of the General Election Supervisory Agency Latar Belakang Number 8 of 2018 concerning Settlement of Setelah Undang-Undang Republik Election Administration Violations and based Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 Tentang on legal principles covering the principles of Pemilihan Umum disahkan oleh Presiden direct, public, free, confidential, honest and Republik Indonesia, Joko Widodo, pada fair; the principle is done openly; and fast, tanggal 15 Agustus 2017 dan diundangkan impartial, and open principles and obstacles oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia to the authority of the electoral supervisor Republik Indonesia, Yasonna Laoly, tanggal 16 2 Perahu, Volume 6 Nomor 1, September 2018, Hlm 1-26

Agustus 2017, terdapat perubahan pengaturan model persidangan.2 mengenai penyelenggaraan pemilihan umum Atas perubahan wewenang pengawas (Pemilu). pemilu tersebut dalam menyelesaikan Salah satu perubahan tersebut pelanggaran administratif menurut Didik adalah pemberian wewenang kepada Badan Supriyanto terdapat 3 (tiga) masalah yang Pengawas Pemilu (Bawaslu), Bawaslu harus diperhatikan, yaitu : 1). Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota menjalankan fungsi-fungsi peradilan, tetapi dalam pelanggaran administratif pemilu pada saat yang sama juga menjalankan fungsi berupa menerima, memeriksa, mengkaji dan pengawasan. Ini dobel fungsi yang bisa memutus pelanggaran administratif pemilu. menimbulkan konflik kepentingan. Sebagai Hal ini sebagaimana dicantumkan dalam pengawas pemilu, Bawaslu sudah mempunyai Pasal 461 ayat (1) Undang-Undang Republik penilaian tertentu atas suatu kajadian atau Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 Tentang kasus pelanggaran administrasi. Padahal Pemilihan Umum (selanjutnya disingkat kemudian lembaga ini juga menyidangkan UU Pemilu), yang berbunyi : “Bawaslu, kasus tersebut. Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/ Jelas, penilaiannya (ketika Kota menerima, memeriksa, mengkaji, dan menjalankan fungsi pengawasan) akan memutus pelanggaran administratif Pemilu.” memengaruhi putusannya (ketika menjadi Perubahan yang memberikan lembaga peradilan); 2). Hadirnya (lembaga) kewenangan kepada pengawas pemilu dalam peradilan pemilu untuk menangani pelanggaran administratif mengartikan pelanggaran administrasi, jelas menambah bahwa Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu panjang proses administrasi pemilu, sehingga Kabupaten/Kota tidak lagi sekadar pemberi pemilu tidak hanya semakin mahal, tetapi rekomendasi, tetapi sebagai eksekutor juga semakin birokratis, bertele-tele, dan atau pemutus perkara, sebagaimana hal itu menjauhkan substansi demokrasi; 3). Khusus dikatakan Didik Supriyanto bahwa : “lembaga untuk Pemilu 2019, anggota Bawaslu, ini tak lagi sekadar pemberi rekomendasi, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/ tetapi sebagai eksekutor atau pemutus Kota direkrut semata-mata sebagai pengawas perkara.”1 pemilu. Mereka belum tentu memenuhi Menurut Didik Supriyanto bahwa sebagai hakim peradilan administrasi pemilu, undang-undang pemilu sebelumnya sehingga ke depan sangat mungkin akan menempatkan Bawaslu hanya sebagai banyak keputusan buruk yang merepotkan bagian dari proses penyelesaian pelanggaran kerja KPU.3 administrasi, sedang penuntasnya adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU). Dalam Pembahasan praktik, Bawaslu melakukan rapat kajian A. Kewenangan Pengawas Pemilihan Umum tentang ada-tidaknya pelanggaran administrasi Dalam Pelanggaran Administratif dari suatu laporan pengaduan. Jika ada, maka Bawaslu merekomendasikan kepada Setelah dilakukan penelitian KPU untuk menuntaskan pelanggaran itu. yuridis normatif dari berbagai data Namun Undang-Undang Republik Indonesia sekunder sebagaimana metode penelitian Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan yang digunakan dalam penelitian ini Umum memperkuat wewenang Bawaslu. untuk mengkaji dan menganalisa tentang Bawaslu kini bukan sekadar lembaga kewenangan pengawas pemilihan umum pengawas tetapi juga lembaga peradilan, dalam pelanggaran administratif maka dapat atau setidaknya menjalankan fungsi-fungsi penulis kemukakan sebagai berikut : peradilan, sehingga tata cara menyelesaikan 1. Kewenangan Pengawas Pemilihan pelanggaran administrasi pun mengikuti Umum Dalam Pelanggaran Administratif Berdasarkan Penelitian Inventarisasi 1 Supriyanto, Didik. 2017. Menyoal Hukum Positif. Bawaslu Penampilan Baru-Wewenang Baru Persoalan Baru. Kompas.com - 08/11/2017, 14:27 WIB. http:// 2 Ibid. nasional.kompas.com. 3 Ibid. Robert Hoffman,Kewenangan Pengawas Pemilihan Umum Dalam Pelanggaran Administratif 3

Berdasarkan penelitian inventarisasi Pemilu yang demokratis. hukum positif maka diketahui bahwa (3) Tugas Bawaslu sebagaimana dimaksud kewenangan pengawas pemilihan umum pada ayat (2) meliputi : dalam pelanggaran administratif diatur oleh a. Mengawasi persiapan Pasal 461 ayat (1) Undang-Undang Republik penyelenggaraan Pemilu yang Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 Tentang terdiri atas : Pemilihan Umum. Dari undang-undang 1. Perencanaan dan penetapan tersebut kemudian Badan Pengawas Pemilu jadwal tahapan Pemilu; Republik Indonesia (Bawaslu) menetapkan 2. Perencanaan pengadaan Peraturan Bawaslu Nomor 8 Tahun logistik oleh KPU; 2018 Tentang Penyelesaian Pelanggaran 3. Pelaksanaan penetapan daerah Administrasi Pemilihan Umum. pemilihan dan jumlah kursi a. Tinjauan Umum Terhadap Undang- pada setiap daerah pemilihan Undang Republik Indonesia Nomor 7 untuk pemilihan anggota Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum. Dewan Perwakilan Rakyat 1) Sejarah Perkembangan Sebelum Daerah Provinsi dan anggota Terbentuknya Undang-Undang Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 7 Tahun Daerah Kabupaten/Kota oleh 2017 Tentang Pemilihan Umum. KPU sesuai dengan ketentuan Kewenangan pengawas pemilihan peraturan perundang- umum dalam pelanggaran administratif undangan; sebagaimana dimuat dalam Pasal 461 ayat (1) 4. Sosialisasi penyelenggaraan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Pemilu; dan Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum tidak 5. Pelaksanaan tugas terlepas dari dinamika politik yang terjadi di pengawasan lain yang diatur Indonesia. Sebelum terbentuknya Undang- dalam ketentuan peraturan Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun perundang-undangan. 2017 Tentang Pemilihan Umum, kewenangan b. Mengawasi pelaksanaan tahapan pengawas pemilihan umum diatur oleh penyelenggaraan Pemilu, terdiri Undang-Undang Republik Indonesia Nomor atas : 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara 1. Pemutakhiran data pemilih Pemilihan Umum dan Undang-Undang dan penetapan daftar pemilih Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan sementara serta daftar Umum Presiden dan Wakil Presiden, serta pemilih tetap; Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang 2. Penetapan peserta Pemilu; Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan 3. Proses pencalonan sampai Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan dengan penetapan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Dewan Perwakilan Rakyat, Pada Undang-Undang Republik Dewan Perwakilan Daerah, Indonesia Nomor 15 Tahun 2011 tentang Dewan Perwakilan Rakyat Penyelenggara Pemilihan Umum, kewenangan Daerah, pasangan calon pengawas pemilihan umum diatur sebagai presiden dan wakil presiden, berikut : dan calon gubernur, (1) Bawaslu menyusun standar tata bupati, dan walikota sesuai laksana kerja pengawasan tahapan dengan ketentuan peraturan penyelenggaraan Pemilu sebagai perundang-undangan; pedoman kerja bagi pengawas Pemilu 4. Pelaksanaan kampanye; di setiap tingkatan. 5. Pengadaan logistik Pemilu (2) Bawaslu bertugas mengawasi dan pendistribusiannya; penyelenggaraan Pemilu dalam 6. Pelaksanaan pemungutan rangka pencegahan dan penindakan suara dan penghitungan pelanggaran untuk terwujudnya suara hasil Pemilu di TPS; 4 Perahu, Volume 6 Nomor 1, September 2018, Hlm 1-26

7. Pergerakan surat suara, b. Menerima laporan adanya berita acara penghitungan dugaan pelanggaran administrasi suara, dan sertifikat hasil Pemilu dan mengkaji penghitungan suara dari laporan dan temuan, serta tingkat TPS sampai ke PPK; merekomendasikannya kepada 8. Pergerakan surat tabulasi yang berwenang; penghitungan suara dari c. Menyelesaikan sengketa Pemilu; tingkat TPS sampai ke KPU d. Membentuk Bawaslu Provinsi; Kabupaten/Kota; e. Mengangkat dan 9. Proses rekapitulasi hasil memberhentikan anggota penghitungan perolehan Bawaslu Provinsi; dan suara di PPS, PPK, KPU f. Melaksanakan wewenang lain Kabupaten/Kota, KPU yang diatur dalam ketentuan Provinsi, dan KPU; peraturan perundang-undangan. 10. Pelaksanaan penghitungan (5) Tata cara dan mekanisme dan pemungutan suara ulang, penyelesaian pelanggaran Pemilu lanjutan, dan Pemilu administrasi Pemilu dan sengketa susulan; Pemilu sebagaimana dimaksud 11. Pelaksanaan putusan pada ayat (4) huruf b dan huruf c pengadilan terkait dengan diatur dalam undang-undang yang Pemilu; mengatur Pemilu. 12. Pelaksanaan putusan DKPP; dan Berdasarkan ketentuan tersebut diatas 13. Proses penetapan hasil maka dalam kaitannya dengan pelanggaran Pemilu. administratif pemilu, kewenangan pengawas c. Mengelola, memelihara, dan pemilihan umum hanya menerima laporan merawat arsip/dokumen serta adanya dugaan pelanggaran administrasi melaksanakan penyusutannya Pemilu dan mengkaji laporan dan temuan, berdasarkan jadwal retensi arsip serta merekomendasikannya kepada yang yang disusun oleh Bawaslu dan berwenang (Pasal 73 ayat (4) huruf b). Dengan ANRI; demikian dalam hal ini dapat dikatakan bahwa d. Memantau atas pelaksanaan lembaga pengawas pemilu pada saat itu hanya tindak lanjut penanganan sebagai pengawas murni dan tidak diberikan pelanggaran pidana Pemilu oleh untuk pemberian sanksi bagi yang melakukan instansi yang berwenang; pelanggaran administrasi pemilu. e. Mengawasi atas pelaksanaan Dalam perkembangannya, Bawaslu putusan pelanggaran Pemilu; kemudian membentuk peraturan dalam rangka f. Evaluasi pengawasan Pemilu; melaksanakan tugas-tugas pengawasan g. Menyusun laporan hasil termasuk didalamnya menyelesaikan pengawasan penyelenggaraan pelanggaran administrasi pemilu, yaitu : Pemilu; dan Peraturan Badan Pengawas Pemilu Republik h. Melaksanakan tugas lain yang Indonesia Nomor 11 Tahun 2014 Tentang diatur dalam ketentuan peraturan Pengawasan Pemilihan Umum. perundang-undangan. Peraturan tersebut ditetapkan di (4) Dalam melaksanakan tugas Jakarta pada tanggal 12 Juni 2014 oleh Ketua sebagaimana dimaksud pada ayat Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik (2), Bawaslu berwenang : Indonesia, Muhammad dan telah diundangkan a. Menerima laporan dugaan di Jakarta oleh Menteri Hukum dan Hak pelanggaran terhadap Asasi Manusia Republik Indonesia, Amir pelaksanaan ketentuan peraturan Syamsudin pada tanggal 12 Juni 2014 dalam perundangundangan mengenai Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Pemilu; Nomor 792. Robert Hoffman,Kewenangan Pengawas Pemilihan Umum Dalam Pelanggaran Administratif 5

Ketentuan mengenai tugas Bawaslu Pembaruan Tata Pemerintahan, September dalam menangani pelanggaran administrasi 2011. Para penulis tersebut menyatakan pemilu diatur dalam Pasal 41 Paragraf Kedua sebagai berikut : tentang Pelanggaran Administrasi Pemilu ”Di dalam perkembangannya, Bawaslu Peraturan Badan Pengawas Pemilu Republik menghendaki agar pihaknya diberi Indonesia Nomor 11 Tahun 2014 Tentang wewenang mengawasi dan sekaligus Pengawasan Pemilihan Umum, adalah sebagai menjatuhkan sanksi administrasi itu.... berikut : Aspirasi Bawaslu ini didasari pada kesulitan dalam praktik, di mana saat (1) Pengawas Pemilu memutuskan terjadi pelanggaran administrasi yang Laporan atau Temuan sebagai mestinya diselesaikan secara cepat, pelanggaran atau bukan tidak bisa dilakukan karena proses pelanggaran berdasarkan hasil penerusan laporan dari pengawas kajian. pemilu ke KPU/KPUD tidak segera (2) Pengawas Pemilu memberikan cepat diproses dan diberi putusan serta rekomendasi terhadap Temuan tindakan... atau Laporan yang diduga sebagai Menurut hemat Penulis, Bawaslu atau pelanggaran administrasi Pemilu. Panwaslu dapat saja diberi wewenang (3) Pengawas Pemilu menyampaikan menyelesaikan pelanggaran rekomendasi dan berkas kajian administrasi pemilu yang sifatnya dugaan pelanggaran administrasi tidak terlampau serius dan butuh Pemilu kepada KPU, KPU penanganan segera.”4 Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, atau PPS sesuai tingkatan Jadi para penulis tersebut menghendaki sebagaimana formulir Model A.10 agar pengawas pemilu tidak hanya sebatas pada lampiran Peraturan ini. menerima, memeriksa dan mengkaji (4) Penyampaian rekomendasi dan saja namun diberikan juga wewenang berkas kajian dugaan pelanggaran memutus dalam menyelesaikan pelanggaran administrasi Pemilu sebagaimana administrasi pemilu.Terjadinya dinamika dimaksud pada ayat (1) dengan politik pada saat itu menandakan bahwa melampirkan berkas pelanggaran tugas dan fungsi Bawaslu harus diperkuat dan dan hasil kajian terhadap dugaan diperjelas, sehingga pada akhirnya kebutuhan pelanggaran. itupun menjadi salah satu pertimbangan (5) Dalam hal rekomendasi dugaan terbentuknya Undang-Undang Republik pelanggaran administrasi Pemilu Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 Tentang yang ditujukan kepada KPU, Pemilihan Umum sebagaimana tersirat dalam KPU Provinsi, KPU Kabupaten/ Alinea ke 6 Penjelasan, sebagai berikut : Kota, PPK, PPS atau Peserta ”Dalam Undang-Undang ini juga Pemilu tidak ditindaklanjuti maka diatur mengenai kelembagaan yang Bawaslu memberikan sanksi melaksanakan Pemilu, yakni KPU, peringatan lisan atau peringatan Bawaslu, serta DKPP. Kedudukan tertulis. ketiga lembaga tersebut diperkuat dan diperjelas tugas dan fungsinya serta Berdasarkan hasil penelurusan penulis disesuaikan dengan perkembangan dari berbagai dokumen, diketahui adanya kebutuhan hukum dalam pihak yang menghendaki agar pengawas Penyelenggaraan Pemilu. Penguatan pemilu diberikan wewenang memutus dalam kelembagaan dimaksudkan untuk menyelesaikan pelanggaran administrasi 4 Ramlan Surbakti, Didik pemilu. Salah satu pihak tersebut berasal dari Supriyanto dan Topo Santoso. September 2011. para penulis Buku Penanganan Pelangaran Penanganan Pelangaran Pemilu, Seri Demokrasi Pemilu, Seri Demokrasi Elektoral Buku Elektoral Buku 15. Jakarta : Kemitraan bagi 15 yang diterbitkan oleh Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan., hlm. 16-19. 6 Perahu, Volume 6 Nomor 1, September 2018, Hlm 1-26

dapat menciptakan Penyelenggaraan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 Pemilu yang lancar, sistematis, dan Tentang Pemilihan Umum sebagaimana demokratis. Secara umum Undang- dimuat dalam konsiderans (menimbang) huruf Undang ini mengatur mengenai d, adalah : penyelenggara Pemilu, pelaksanaan ”bahwa Undang-Undang Nomor 42 Pemilu, pelanggaran Pemilu dan Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum sengketa Pemilu, serta tindak pidana Presiden dan Wakil Presiden, Undang- Pemilu.” Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, dan Pada penjelasan tersebut dinyatakan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 bahwa : ”KPU, Bawaslu, serta DKPP tentang Pemilihan Umum Anggota diperkuat dan diperjelas tugas dan fungsinya Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan serta disesuaikan dengan perkembangan Perwakilan Daerah, dan Dewan kebutuhan hukum dalam Penyelenggaraan Perwakilan Rakyat Daerah perlu Pemilu.” Dari pernyataan tersebut dapat disatukan dan disederhanakan menjadi diartikan bahwa penambahan wewenang satu undang-undang sebagai landasan Bawaslu mengenai memutus pelanggaran hukum bagi pemilihan umum secara administrasi pemilu merupakan kebutuhan serentak.” hukum dalam penyelenggaraan pemilu. Berdasarkan hal itulah maka Bawaslu, Selain dalam konsiderans, tujuan Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/ digantinya ketiga undang-undang tersebut Kota memperoleh wewenang baru berupa dengan Undang-Undang Republik Indonesia menerima, memeriksa, mengkaji dan Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan memutus pelanggaran administrasi pemilu Umum tercantum dalam alinea ke-5 sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 461 Penjelasan, yang menyatakan sebagai berikut ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia : Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan ”Secara prinsipil, Undang-Undang Umum. Republik Indonesia Nomor 7 2) Terbentuknya Undang-Undang Tahun 2017 Tentang Pemilihan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun Umum dibentuk dengan dasar 2017 Tentang Pemilihan Umum. menyederhanakan dan menyelaraskan Undang-Undang Republik Indonesia serta menggabungkan pengaturan Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Pemilu yang termuat dalam tiga Umum, (selanjutnya dalam tulisan ini undang-undang, yaitu Undang- disingkat dengan UU Pemilu) merupakan Undang Nomor 42 Tahun 2008 pengganti dari 3 (tiga) undang-undang tentang tentang Pemilihan Umum Presiden pemilu yang dinyatakan dicabut dan tidak dan Wakil Presiden, Undang-Undang berlaku lagi, yakni : Nomor 15 Tahun 2011 tentang 1. Undang-Undang Nomor 42 Tahun Penyelenggara Pemilihan Umum, 2008 tentang Pemilihan Umum dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun Presiden dan Wakil Presiden, 2012 tentang Pemilihan Umum 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Dewan Perwakilan Daerah, dan Umum, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Selain itu, juga dimaksudkan untuk tentang Pemilihan Umum Anggota menjawab dinamika politik terkait Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan pengaturan penyelenggara dan peserta Perwakilan Daerah, dan Dewan Pemilu, sistem pemilihan, manajemen Perwakilan Rakyat Daerah. Pemilu, dan penegakan hukum dalam satu Undang-Undang, yaitu Undang- Tujuan digantinya ketiga undang- Undang tentang Pemilihan Umum.” undang tersebut dengan Undang-Undang Robert Hoffman,Kewenangan Pengawas Pemilihan Umum Dalam Pelanggaran Administratif 7

2) Bab II : Asas, Prinsip, dan Dasar hukum terbentuknya Undang- Tujuan, yang memuat 4 Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun (empat) pasal yakni Pasal 2 2017 Tentang Pemilihan Umum yaitu : Pasal hingga Pasal 5. 1 ayat (2), Pasal 5 ayat (1), Pasal 6, Pasal 6A, b. Materi Pokok yang diatur memuat Pasal 18 ayat (3), Pasal 19 ayat (1), Pasal 20, 6 (enam) buku yakni : Pasal 22C ayat (1), dan Pasal 22E Undang- 1) Buku Kedua : Penyelenggara Undang Dasar Negara Republik Indonesia Pemilu dengan memuat 3 Tahun 1945. (tiga) bab, yakni : Bila dilihat dari kerangka peraturan a) Bab I : KPU yang memuat perundang-undangan, maka Undang- 10 (sepuluh) bagian, yakni Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun : 2017 Tentang Pemilihan Umum memuat 6 i. Bagian Kesatu : Umum (enam) buku yang masing-masing bukunya yang memuat 2 Pasal memuat bab, bagian, dan paragraf dengan yakni : Pasal 6 hingga keseluruhan pasalnya berjumlah 573 pasal. Pasal 7, Adapun kerangka Undang-Undang Republik ii. Bagian Kedua : Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Kedudukan, Susunan, Pemilihan Umum adalah sebagai berikut : dan Keanggotaan, yang 1. Judul yaitu : Pemilihan Umum; memuat 4 (empat) 2. Pembukaan yang memuat : pasal yakni Pasal 8 a. Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang hingga Pasal 11), Maha Esa; iii. Bagian Ketiga : b. Jabatan Pembentuk Peraturan Tugas, Wewenang, Perundang-Undangan yaitu dan Kewajiban, yang Presiden Republik Indonesia; memuat 3 (tiga) c. Konsiderans (menimbang) terdiri paragraf, yakni dari 5 (lima) huruf mulai dari a, b, I. Paragraf 1 : KPU, c, d, dan e. yang memuat 3 d. Dasar Hukum (mengingat) terdiri (tiga) pasal yakni dari Pasal 1 ayat (2), Pasal 5 ayat : Pasal 12 hingga (1), Pasal 6, Pasal 6A, Pasal 18 Pasal 14, ayat (3), Pasal 19 ayat (1), Pasal II. Paragraf 2 : KPU 20, Pasal 22C ayat (1), dan Pasal Provinsi, yang 22E Undang-Undang Dasar memuat 3 (tiga) Negara Republik Indonesia Tahun pasal yakni Pasal 1945; 15 hingga Pasal e. Diktum memuat frasa kata 17, ”Dengan Persetujuan Bersama III. Paragraf 3 : KPU DEWAN PERWAKILAN Kabupaten/Kota, RAKYAT REPUBLIK yang memuat 3 INDONESIA dan PRESIDEN (tiga) pasal yakni REPUBLIK INDONESIA” Pasal 18 hingga selanjutnya kata ”memutuskan” Pasal 20. dan kata ”menetapkan”; iv. Bagian Keempat : 3. Batang Tubuh yang memuat : Persyaratan, yang a. Buku Kesatu : Ketentuan Umum, memuat 1 (satu) pasal dengan memuat 2 (dua) bab, yakni yakni Pasal 21, : v. Bagian Kelima : 1) Bab I : Pengertian Istilah yang Pengangkatan dan meliputi 1 (satu) pasal yakni Pemberhentian, yang Pasal 1, memuat 5 (lima) 8 Perahu, Volume 6 Nomor 1, September 2018, Hlm 1-26

paragraf, yakni : II. Paragraf 2 : PPS, I. Paragraf 1 : KPU, yang memuat 5 yang memuat (lima) pasal yakni 4 (empat) pasal Pasal 54 hingga yakni Pasal 22 Pasal 58, hingga Pasal 26, III. Paragraf 3 : KPPS, II. Paragraf 2 : KPU yang memuat Provinsi, yang 4 (empat) pasal memuat 4 (empat) yakni Pasal 59 pasal yakni Pasal hingga Pasal 62, 27 hingga Pasal IV. Paragraf 4 : 30, PPLN, yang III. Paragraf 3 : KPU memuat 4 (empat) Kabupaten/Kota, pasal yakni Pasal yang memuat 63 hingga Pasal 4 (empat) pasal 66, yakni Pasal 31 V. Paragraf 5 : hingga Pasal 34, KPPSLN, yang IV. Paragraf 4 : memuat 5 (lima) Sumpah/Janji, pasal yakni Pasal yang memuat 2 67 hingga Pasal (dua) pasal yakni 71, Pasal 35 hingga VI. Paragraf 6 : Pasal 36, Persyaratan, yang V. Paragraf 5 : memuat 1 (satu) Pemberhentian, pasal yakni Pasal yang memuat 3 72, (tiga) pasal yakni VII. Paragraf 7 : Pasal 37 hingga Sumpah/Janji, Pasal 39, yang memuat 1 vi. Bagian Keenam (satu) pasal yakni : Mekanisme Pasal 73. Pengambilan VIII. Paragraf 8 : Keputusan, yang Pemberhentian, memuat 8 (delapan) yang memuat 1 pasal yakni Pasal 40 (satu) pasal yakni hingga Pasal 47, Pasal 74. vii. Bagian Ketujuh : ix. Bagian Kesembilan Pertanggungjawaban : Peraturan dan dan Pelaporan, yang Keputusan KPU, yang memuat 3 (tiga) pasal memuat 2 (dua) pasal yakni Pasal 48 hingga yakni Pasal 75 hingga Pasal 50, Pasal 76, viii. Bagian Kedelapan : x. Bagian Kesepuluh Panitia Pemilihan yang : Kesekretariatan, memuat 8 (delapan) yang memuat 2 (dua) paragraf, yakni : paragraf, yakni : I. Paragraf 1 : PPK, I. Paragraf 1 : yang memuat 3 Susunan, yang (tiga) pasal yakni memuat 8 Pasal 51 hingga (delapan) pasal Pasal 53, yakni Pasal 77 Robert Hoffman,Kewenangan Pengawas Pemilihan Umum Dalam Pelanggaran Administratif 9

hingga Pasal 84, V. Paragraf 5 II. Paragraf 2 : Tugas : Panwaslu dan Wewenang, Kelurahan/Desa, yang memuat yang memuat 3 4 (empat) pasal (tiga) pasal yakni yakni Pasal 85 Pasal 108 hingga hingga Pasal 88, Pasal 110, b) Bab II : Pengawas Pemilu, VI. Paragraf 6 : yang memuat 9 (sembilan) Panwaslu LN, bagian, yakni : yang memuat 3 i. Bagian Kesatu : (tiga) pasal yakni Umum, yang memuat Pasal 111 hingga 2 (dua) pasal yakni : Pasal 113, Pasal 89 hingga Pasal VII. Paragraf 7 : 90, Pengawas TPS, ii. Bagian Kedua : yang memuat 3 Kedudukan, Susunan, (tiga) pasal yakni dan Keanggotaan, yang Pasal 114 hingga memuat 2 (dua) pasal Pasal 116, yakni Pasal 91 hingga iv. Bagian Keempat : Pasal 92, Persyaratan, yang iii. Bagian Ketiga : memuat 1 (satu) pasal Tugas, Wewenang, yakni Pasal 117, dan Kewajiban, yang v. Bagian Kelima : memuat 7 (tujuh) Pengangkatan dan paragraf, yakni : Pemberhentian, yang I. Paragraf 1 : memuat 6 (enam) Bawaslu, yang paragraf, yakni : memuat 4 (empat) I. Paragraf 1 : pasal yakni Pasal Bawaslu, yang 93 hingga Pasal memuat 6 (enam) 96, pasal yakni Pasal II. Paragraf 2 : 118 hingga Pasal Bawaslu Provinsi, 123, yang memuat II. Paragraf 2 : 4 (empat) pasal Bawaslu Provinsi, yakni Pasal 97 yang memuat hingga Pasal 100, 4 (empat) pasal III. Paragraf 3 yakni Pasal 124 : Bawaslu hingga Pasal 127, Kabupaten/Kota, III. Paragraf 3 yang memuat : Bawaslu 4 (empat) pasal Kabupaten/Kota, yakni Pasal 101 yang memuat hingga Pasal 104, 4 (empat) pasal IV. Paragraf 4 yakni Pasal 128 : Panwaslu hingga Pasal 131, Kecamatan, yang IV. Paragraf 4 memuat 3 (tiga) : Panwaslu pasal yakni Pasal Kecamatan, 105 hingga Pasal Panwaslu 107, Kelurahan/Desa, 10 Perahu, Volume 6 Nomor 1, September 2018, Hlm 1-26

Panwaslu LN, dan Pasal 168, Pengawas TPS, b) Bab II : Peserta dan yang memuat 1 Persyaratan Mengikuti (satu) pasal yakni Pemilu, yang memuat 4 Pasal 132, (empat) bagian, yakni : V. Paragraf 5 : i. Bagian Kesatu : Sumpah/Janji, Persyaratan Calon yang memuat 2 Presiden dan Calon (dua) pasal yakni Wakil Presiden, yang Pasal 133 hingga memuat 3 (tiga) pasal Pasal 134, yakni Pasal 169 hingga VI. Paragraf 6 : Pasal 171, Pemberhentian, ii. Bagian Kedua : Peserta yang memuat Pemilu Anggota DPR, 4 (empat) pasal DPRD Provinsi, dan yakni Pasal 135 DPRD Kabupaten/ hingga Pasal 138, Kota, yang memuat 5 vi. Bagian Keenam (lima) paragraf, yakni : : Mekanisme I. Paragraf 1 : Pengambilan Persyaratan Keputusan, yang Partai Politik memuat 3 (tiga) pasal Menjadi Peserta yakni Pasal 139 hingga Pemilu, yang Pasal 141, memuat 4 vii. Bagian Ketujuh : (empat) pasal Pertanggungjawaban yakni Pasal 172 dan Pelaporan, yang hingga Pasal 175, memuat 3 (tiga) pasal II. Paragraf 2 : yakni Pasal 142 hingga Pendaftaran Pasal 144), Partai Politik viii. Bagian Kedelapan Sebagai Peserta : Peraturan dan Pemilu, yang Keputusan Pengawas memuat 2 (dua) Pemilu, yang memuat pasal yakni Pasal 2 (dua) pasal yakni 176 hingga Pasal Pasal 145 hingga Pasal 177, 146, III. Paragraf 3 : ix. Bagian Kesembilan : Verifikasi Partai Kesekretariatan, yang Politik Calon memuat 8 (delapan) Peserta Pemilu, pasal yakni Pasal 147 yang memuat hingga Pasal 154, 1 (saytu) pasal c) Bab III : DKPP, yang yakni Pasal 178, memuat 12 Pasal yakni IV. Paragraf 4 : Pasal 155 hingga Pasal Penetapan Partai 166, Politik Sebagai 2) Buku Ketiga : Pelaksanaan Peserta Pemilu, Pemilu, yang memuat 18 bab, yang memuat 1 yakni : (satu) pasal yakni a) Bab I : Umum, yang Pasal 179, memuat 2 (dua) pasal V. Paragraf 5 : yakni : Pasal 167 hingga Pengawasan Atas Robert Hoffman,Kewenangan Pengawas Pemilihan Umum Dalam Pelanggaran Administratif 11

Pelaksanaan yakni Pasal 191 hingga Verifikasi Partai Pasal 195, Politik Calon v. Bagian Kelima : Peserta Pemilu, Jumlah Kursi dan yang memuat 1 Daerah Pemilihan (satu) pasal yakni Anggota DPD, yang Pasal 180, memuat 2 (dua) pasal iii. Bagian Ketiga : Peserta yakni : Pasal 196 Pemilu DPD, yang hingga Pasal 197, memuat 3 (tiga) pasal d) Bab IV : Hak Memilih, yakni Pasal 181 hingga yang memuat 3 (tiga) pasal Pasal 183, yakni Pasal 198 hingga iv. Bagian Keempat Pasal 200, : Ketentuan Saat e) Bab V : Penyusunan Daftar Pendaftaran Bagi Pemilih, yang memuat 8 Calon Peserta Pemilu (delapan) bagian, yakni : Yang Kepengurusan i. Bagian Kesatu : Data Partai Politiknya Kependudukan, yang Terjadi Perselisihan, memuat 1 (satu) pasal yang memuat 1 (satu) yakni Pasal 201, pasal yakni Pasal 184, ii. Bagian Kedua : Daftar c) Bab III : Jumlah Kursi dan Pemilih, yang memuat Daerah Pemilihan, yang 2 (dua) pasal yakni memuat 5 (lima) bagian, Pasal 202 hingga Pasal yakni : 203, i. Bagian Kesatu : Prinsip iii. Bagian Ketiga : Penyusunan Daerah Pemutakhiran Data Pemilihan Anggota Pemilih, yang memuat DPR, DPRD Provinsi, 1 (satu) pasal yakni dan DPRD Kabupaten/ Pasal 204, Kota, yang memuat iv. Bagian Keempat : 1 (satu) pasal yakni : Penyusunan Daftar Pasal 185, Pemilih Sementara, ii. Bagian Kedua : Jumlah yang memuat 2 (dua) Kursi dan Daerah pasal yakni : Pasal 206 Pemilihan Anggota hingga Pasal 207, DPR, yang memuat 2 v. Bagian Kelima : (dua) pasal yakni Pasal Penyusunan Daftar 186 hingga Pasal 187, Pemilih Tetap, yang iii. Bagian Ketiga : Jumlah memuat 3 (tiga) pasal Kursi dan Daerah yakni Pasal 208 hingga Pemilihan Anggota Pasal 210, DPRD Provinsi, yang vi. Bagian Keenam : memuat 3 (tiga) pasal Penyusunan Daftar yakni : Pasal 188 Pemilih Bagi Pemilih hingga Pasal 190, Luar Negeri, yang iv. Bagian Keempat : memuat 6 (enam) pasal Jumlah Kursi dan yakni Pasal 211 hingga Daerah Pemilihan Pasal 216, Anggota DPRD vii. Bagian Ketujuh : Kabupaten/Kota, yang Rekapitulasi Daftar memuat : 5 (lima) pasal Pemilih Tetap, yang 12 Perahu, Volume 6 Nomor 1, September 2018, Hlm 1-26

memuat 2 (dua) pasal 5 (lima) pasal yakni Pasal 217 hingga yakni Pasal 230 Pasal 218, hingga Pasal viii. Bagian Kedelapan 234, : Pengawasan IV. Paragraf 4 : dan Penyelesaian Penetapan dan Perselisihan dalam Pengumuman Pemutakhiran Data Pasangan Calon, dan Penetapan Daftar yang memuat Pemilih, yang memuat 4 (empat) pasal 2 (dua) pasal yakni yakni Pasal 235 Pasal 219 hingga Pasal hingga Pasal 220, 238, f) Bab VI : Pengusulan Bakal V. Paragraf 5 : Calon Presiden dan Wakil Pengawasan Presiden dan Penetapan Atas Verifikasi Pasangan Calon Presiden Kelengkapan dan Wakil Presiden dan Administrasi Pencalonan Anggota Pasangan Calon, DPR, DPRD Provinsi, dan yang memuat DPRD Kabupaten/Kota, 1 (satu) pasal yang memuat 2 (dua) yakni Pasal 239, bagian, yakni : ii. Bagian Kedua : i. Bagian Kesatu : Tata Pencalonan Anggota Cara Penentuan, DPR, DPRD Provinsi, Pengusulan, dan dan DPRD Kabupaten/ Penetapan Pasangan Kota, yang memuat 11 Calon, yang memuat 5 paragraf, yakni : (lima) paragraf, yakni : I. Paragraf 1 : I. Paragraf 1 : Tata Persyaratan Cara Penentuan Bakal Calon Pasangan Calon, Anggota DPR, yang memuat DPRD Provinsi, 5 (lima) pasal, dan DPRD yakni Pasal 221 Kabupaten/Kota, hingga Pasal yang memuat 225, 1 (satu) pasal II. Paragraf 2 : yakni Pasal 240, Pendaftaran II. Paragraf 2 : Tata Bakal Pasangan Cara Pengajuan Calon Presiden Bakal Calon dan Wakil Anggota DPR, Presiden, yang DPRD Provinsi, memuat 4 dan DPRD (empat) pasal Kabupaten/Kota, yakni Pasal 226 yang memuat hingga Pasal 7 (tujuh) pasal 229, yakni Pasal 241 III. Paragraf 3 : hingga Pasal Verifikasi Bakal 247, Pasangan Calon, III. Paragraf 3 yang memuat : Verifikasi Robert Hoffman,Kewenangan Pengawas Pemilihan Umum Dalam Pelanggaran Administratif 13

Kelengkapan 1 (satu) pasal Administrasi yakni Pasal 258, Bakal Calon VIII. Paragraf 8 Anggota DPR, : Verifikasi DPRD Provinsi, Kelengkapan dan DPRD Administrasi Kabupaten/Kota, Bakal Calon yang memuat 3 Anggota DPD, (tiga) pasal yakni yang memuat 2 Pasal 248 hingga (dua) pasal yakni Pasal 250, Pasal 259 hingga IV. Paragraf 4 : Pasal 260, Pengawasan IX. Paragraf 9 : Atas Verifikasi Pengawasan Kelengkapan Atas Verifikasi Administrasi Kelengkapan Bakal Calon Administrasi Anggota DPR, Bakal Calon DPRD Provinsi, Anggota DPD, dan DPRD yang memuat Kabupaten/Kota, 1 (satu) pasal yang memuat yakni Pasal 261, 1 (satu) pasal X. Paragraf 10 : yakni Pasal 251, Penetapan Daftar V. Paragraf 5 : Calon Sementara Penyusunan Anggota DPD, Daftar Calon yang memuat Sementara 4 (empat) pasal Anggota DPR, yakni Pasal 262 DPRD Provinsi, hingga Pasal dan DPRD 265, Kabupaten/Kota, XI. Paragraf 11 : yang memuat Penetapan dan 4 (empat) pasal Pengumuman yakni Pasal 252 Daftar Calon hingga Pasal Tetap Anggota 255, DPD, yang VI. Paragraf 6 : memuat 1 (satu) Penetapan dan pasal yakni Pasal Pengumuman 266, Daftar Calon g) Bab VII : Kampanye Tetap Anggota Pemilu, yang memuat 11 DPR dan DPRD, bagian, yakni : yang memuat 2 i. Bagian Kesatu : (dua) pasal yakni Umum, yang memuat Pasal 256 hingga 7 (tujuh) pasal yakni Pasal 257, Pasal 267 hingga Pasal VII. Paragraf 7 : Tata 273, Cara Pendaftaran ii. Bagian Kedua : Materi Bakal Calon Kampanye, yang Anggota DPD, memuat 1 (satu) pasal yang memuat yakni Pasal 274, 14 Perahu, Volume 6 Nomor 1, September 2018, Hlm 1-26

iii. Bagian Ketiga : viii. Bagian Kedelapan : Metode Kampanye, Kampanye Pemilu yang memuat 5 (lima) Oleh Presiden dan pasal yakni Pasal 275 Wakil Presiden dan hingga Pasal 279, Pejabat Negara iv. Bagian Keempat Lainnya, yang memuat : Larangan Dalam 7 (tujuh) pasal yakni Kampanye, yang Pasal 299 hingga Pasal memuat 4 (empat) 305, pasal yakni Pasal 280 ix. Bagian Kesembilan : hingga Pasal 283, Peranan Pemerintah, v. Bagian Kelima : Sanksi Tentara Nasional Atas Pelanggaran Indonesia dan Larangan Kampanye, Kepolisian Negara yang memuat 3 (tiga) Republik Indonesia pasal yakni Pasal 284 dalam Kampanye, hingga Pasal 286, yang memuat 1 (satu) vi. Bagian Keenam pasal yakni Pasal 306, : Pemberitaan, x. Bagian Kesepuluh Penyiaran dan Iklan : Pengawasan Kampanye, yang Atas Pelaksanaan memuat 4 (empat) Kampanye Pemilu, paragraf, yakni : yang memuat 18 Pasal I. Paragraf 1 : yakni Pasal 307 hingga Umum, yang Pasal 324, memuat 2 (dua) xi. Bagian Kesebelas pasal yakni Pasal : Dana Kampanye 287 hingga Pasal Pemilu, yang memuat 288, 4 (empat) paragraf, II. Paragraf 2 : yakni : Pemberitaan I. Paragraf 1 : Kampanye, yang Dana Kampanye memuat 1 (satu) Pemilu Presiden pasal yakni Pasal dan Wakil 289, Presiden, yang III. Paragraf 3 memuat 4 : Penyiaran (empat) pasal Kampanye, yang yakni Pasal 325 memuat 1 (satu) hingga Pasal pasal yakni Pasal 328, 290, II. Paragraf 2 : IV. Paragraf 4 : Iklan Dana Kampanye Kampanye, yang Pemilu Anggota memuat 7 (tujuh) DPR, DPRD pasal yakni Pasal Provinsi, 291 hingga Pasal dan DPRD 297, Kabupaten/Kota, vii. Bagian Ketujuh : yang memuat 3 Pemasangan Alat (tiga) pasal yakni Peraga Kampanye, Pasal 329 hingga yang memuat 1 (satu) Pasal 331, pasal yakni Pasal 298, III. Paragraf 3 : Robert Hoffman,Kewenangan Pengawas Pemilihan Umum Dalam Pelanggaran Administratif 15

Dana Kampanye Pasal 381, Pemilu Anggota ii. Bagian Kedua : DPD, yang Penghitungan Suara memuat 2 (dua) di TPS/TPSLN, yang pasal yakni Pasal memuat 11 Pasal yakni 332 hingga Pasal Pasal 382 hingga Pasal 333, 392, IV. Paragraf 4 : iii. Bagian Ketiga Laporan Dana : Rekapitulasi Kampanye, Penghitungan yang memuat Perolehan Suara di 6 (enam) pasal Kecamatan, yang yakni Pasal 334 memuat 5 (lima) pasal hingga Pasal yakni Pasal 393 hingga 339, Pasal 397, h) Bab VIII : Pemungutan iv. Bagian Keempat Suara, yang memuat 2 : Rekapitulasi (dua) bagian yakni : Penghitungan i. Bagian Kesatu Perolehan Suara di : Perlengkapan Kabupaten/Kota, yang Pemungutan Suara, memuat 4 (empat) yang memuat 7 (tujuh) pasal yakni Pasal 398 pasal yakni Pasal 340 hingga Pasal 401, hingga Pasal 346, v. Bagian Kelima ii. Bagian Kedua : : Rekapitulasi Pemungutan Suara, Penghitungan yang memuat 25 pasal Perolehan Suara di yakni Pasal 347 hingga Provinsi, yang memuat Pasal 371, 3 (tiga) pasal yakni i) Bab IX : Pemungutan Suara Pasal 402 hingga Pasal Ulang, Penghitungan Suara 404, Ulang, dan Rekapitulasi vi. Bagian Keenam Suara Ulang, yang memuat : Rekapitulasi 2 (dua) bagian yakni : Penghitungan i. Bagian Kesatu : Perolehan Suara Pemungutan Suara Secara Nasional, yang Ulang, yang memuat 2 memuat 5 (lima) pasal (dua) pasal yakni Pasal yakni Pasal 405 hingga 372 hingga Pasal 373, Pasal 409, ii. Bagian Kedua : vii. Bagian Ketujuh : Penghitungan Suara Pengawasan dan Sanksi Ulang dan Rekapitulasi dalam Penghitungan Suara Ulang, yang Suara dan Rekapitulasi memuat 7 (tujuh) pasal Penghitungan yakni Pasal 374 hingga Perolehan Suara, yang Pasal 380, memuat 1 (satu) pasal j) Bab X : Penghitungan yakni Pasal 410, Suara, yang memuat 7 k) Bab XI : Penetapan Hasil (tujuh) bagian yakni : Pemilu, yang memuat 5 i. Bagian Kesatu : (lima) pasal yakni Pasal Umum, yang memuat 411 hingga Pasal 415, 1 (satu) pasal yakni : l) Bab XII : Penetapan 16 Perahu, Volume 6 Nomor 1, September 2018, Hlm 1-26

Perolehan Kursi dan Calon dan Pemilu Susulan, yang Terpilih dan Penetapan memuat 3 (tiga) pasal Pasangan Calon Terpilih, yakni Pasal 431 hingga yang memuat 2 (dua) Pasal 433, bagian, yakni : o) Bab XV : Peran Pemerintah i. Bagian Kesatu : dan Pemerintah Daerah, Penetapan Perolehan yang memuat 1 (satu) pasal Suara Presiden dan yakni Pasal 434, Wakil Presiden, yang p) Bab XVI : Pemantauan memuat 2 (dua) pasal Pemilu, yang memuat 8 yakni Pasal 416 hingga (delapan) bagian, yakni : Pasal 417, i. Bagian Kesatu : ii. Bagian Kedua : Pemantau Pemilu, Penetapan Perolehan yang memuat 1 (satu) Kursi dan Calon pasal yakni Pasal 435, Terpilih Anggota DPR, ii. Bagian Kedua : DPD, dan DPRD, yang Persyaratan dan memuat 4 (empat) Tata Cara Menjadi paragraf, yakni : Pemantau Pemilu, I. Paragraf 1 yang memuat 2 (dua) : Penetapan pasal yakni Pasal 436 Perolehan Kursi, hingga Pasal 437, yang memuat 3 iii. Bagian Ketiga : (tiga) pasal yakni Wilayah Kerja Pasal 418 hingga Pemantau Pemilu, Pasal 420, yang memuat 1 (satu) II. Paragraf 2 : pasal yakni Pasal 438, Penetapan Calon iv. Bagian Keempat Terpilih, yang : Tanda Pengenal memuat 3 (tiga) Pemantau Pemilu, pasal yakni Pasal yang memuat 1 (satu) 421 hingga Pasal pasal yakni Pasal 439, 423, v. Bagian Kelima : III. Paragraf 3 : Hak dan Kewajiban Pemberitahuan Pemantau Pemilu, Calon Terpilih, yang memuat 2 (dua) yang memuat 2 pasal yakni Pasal 440 (dua) pasal yakni hingga Pasal 441, Pasal 424 hingga vi. Bagian Keenam Pasal 425, : Larangan Bagi IV. Paragraf 4 : Pemantau Pemilu, Penggantian yang memuat 1 (satu) Calon Terpilih, pasal yakni Pasal 442, yang memuat 1 vii. Bagian Ketujuh : (satu) pasal yakni Sanksi Bagi Pemantau Pasal 426, Pemilu, yang memuat m) Bab XIII : Pelantikan dan 3 (tiga) pasal yakni Pengucapan Sumpah/Janji, Pasal 443 hingga Pasal yang memuat 4 (empat) 445, pasal yakni Pasal 427 viii. Bagian Kedelapan hingga Pasal 430, : Pelaksanaan n) Bab XIV : Pemilu Lanjutan Pemantauan, yang Robert Hoffman,Kewenangan Pengawas Pemilihan Umum Dalam Pelanggaran Administratif 17

memuat 2 (dua) pasal (empat) bagian, yakni : yakni Pasal 446 hingga i. Bagian Kesatu : Pasal 447, Umum, yang memuat 1 q) Bab XVII : Partisipasi (satu) pasal yakni Pasal Masyarakat, yang memuat 466, 3 (tiga) pasal yakni Pasal ii. Bagian Kedua 448 hingga Pasal 450, : Penanganan r) Bab XVIII : Pendanaan, Permohonan yang memuat 3 (tiga) pasal Penyelesaian Sengketa yakni Pasal 451 hingga Proses Pemilu, yang Pasal 453, memuat 1 (satu) pasal 3) Buku Keempat : Pelanggaran yakni Pasal 467, Pemilu, Sengketa Proses iii. Bagian Ketiga : Pemilu, dan Perselisihan Hasil Penyelesaian Sengketa Pemilu, yang memuat 3 (tiga) Proses Pemilu di bab, yakni : Bawaslu, yang memuat a) Bab I : Pelanggaran 2 (dua) pasal yakni Pemilu, yang memuat 3 Pasal 468 hingga Pasal (tiga) bagian, yakni : 469, i. Bagian Kesatu : iv. Bagian Keempat : Penanganan Temuan Penyelesaian Sengketa dan Laporan Proses Pemilu di Pelanggaran Pemilu, Pengadilan Tata Usaha yang memuat 2 (dua) Negara, yang memuat pasal yakni Pasal 454 3 (tiga) paragraf, yakni hingga Pasal 455, : ii. Bagian Kedua : I. Paragraf 1 : Pelanggaran Kode Etik Umum, yang Penyelenggara Pemilu, memuat 1 (satu) yang memuat 4 (empat) pasal yakni Pasal pasal yakni Pasal 456 470, hingga Pasal 459, II. Paragraf 2 : Tata iii. Bagian Ketiga Cara Penyelesaian : Pelanggaran Sengketa Proses Administratif Pemilu, Pemilu Melalui yang memuat 2 (dua) Pengadilan Tata paragraf, yakni : Usaha Negara, I. Paragraf 1 : Umum, yang memuat 1 yang memuat 1 (satu) pasal yakni (satu) pasal yakni Pasal 471, Pasal 460, III. Paragraf 3 : II. Paragraf 2 : Majelis Khusus Penyelesaian Tata Usaha Pelanggaran Negara Pemilu, Administratif yang memuat 1 Pemilu, yang (satu) pasal yakni memuat 5 (lima) Pasal 472, pasal yakni Pasal c) Bab III : Perselisihan Hasil 461 hingga Pasal Pemilu, yang memuat 2 465, (dua) bagian, yakni : b) Bab II : Sengketa Proses i. Bagian Kesatu : Pemilu, yang memuat 4 Umum, yang memuat 1 18 Perahu, Volume 6 Nomor 1, September 2018, Hlm 1-26

(satu) pasal yakni Pasal 473, 4. Penutup yang memuat : ii. Bagian Kedua : Tata a. Rumusan perintah pengundangan Cara Penyelesaian dan penempatan undang-undang Perselisihan Hasil dalam Lembaran Negara Republik Pemilu, yang memuat Indonesia; 2 (dua) pasal yakni b. Penandatanganan pengesahan Pasal 474 hingga Pasal undang-undang oleh Presiden 475, Republik Indonesia; 4) Buku Kelima : Tindak Pidana c. Pengundangan undang-undang Pemilu, yang memuat 2 (dua) oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi bab, yakni : Manusia Republik Indonesia; dan a) Bab I : Penanganan Tindak d. Akhir bagian penutup yakni Pidana Pemilu, yang Lembaran Negara Republik memuat 3 (tiga) bagian, Indonesia Tahun 2017 Nomor 182. yakni : 5. Penjelasan yang memuat Penjelasan i. Bagian Kesatu : Tata Umum dan Penjelasan Pasal Demi Cara Penanganan Pasal dan memuat Tambahan Tindak Pidana Pemilu, Lembaran Negara Republik yang memuat 9 Indonesia, Nomor 6109. (sembilan) pasal yakni 6. Lampiran-lampiran yang berisi Pasal 476 hingga Pasal Lampiran I hingga Lampiran 4. 484, ii. Bagian Kedua : Majelis Berdasarkan kerangka UU Pemilu Khusus Tindak Pidana yang telah dikemukakan tersebut maka Pemilu, yang memuat terlihat bahwa pengaturan tentang : ”Bawaslu, 1 (satu) pasal yakni Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/ Pasal 485, Kota menerima, memeriksa, mengkaji, iii. Bagian Ketiga : Sentra dan memutus pelanggaran administratif Penegakan Hukum Pemilu,” berada pada Buku Keempat tentang Terpadu, yang memuat Pelanggaran Pemilu, Sengketa Proses 2 (dua) pasal yakni Pemilu, dan Perselisihan Hasil Pemilu, Bab Pasal 486 hingga Pasal I tentang Pelanggaran Pemilu, Bagian Ketiga 487, tentang Pelanggaran Administratif Pemilu b) Bab II : Ketentuan Pidana dan Paragraf Kedua tentang Penyelesaian Pemilu, yang memuat Pelanggaran Administratif Pemilu, yang 67 pasal yakni Pasal 488 memuat 5 (lima) pasal yakni Pasal 461 hingga hingga Pasal 554, Pasal 465, sebagaimana tabel dibawah ini. 5) Buku Keenam : Penutup, yang Tabel. 4.1. Pengaturan tentang Bawaslu, memuat 3 (tiga) bab, yakni : Bawaslu Provinsi, Bawaslu a) Bab I : Ketentuan Lain- Kabupaten/Kota menerima, Lain, yang memuat 4 memeriksa, mengkaji, dan memutus (empat) pasal yakni Pasal pelanggaran administratif Pemilu 555 hingga Pasal 558, dalam Undang-Undang Republik b) Bab II : Ketentuan Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 Peralihan, yang memuat Tentang Pemilihan Umum. 10 pasal yakni Pasal 559 No Buku Bab Bagian Paragraf Pasal hingga Pasal 568, 1. Buku Keempat : Bab I : Bagian Ketiga : Paragraf Kedua : Pasal 461 c) Bab III : Ketentuan Pelanggaran Pemilu, Pelanggaran Pelanggaran Administratif Penyelesaian Pelanggaran hingga Pasal Sengketa Proses Pemilu, Pemilu Pemilu. Administratif Pemilu 465 Penutup, yang memuat 5 dan Perselisihan Hasil (lima) pasal yakni Pasal Pemilu 569 hingga Pasal 573, Sumber Data : diolah penulis. Robert Hoffman,Kewenangan Pengawas Pemilihan Umum Dalam Pelanggaran Administratif 19

Pengaturan tentang Bawaslu, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/ Kabupaten/Kota paling lama 3 (tiga) hari Kota menerima, memeriksa, mengkaji, dan kerja sejak tanggal putusan dibacakan. memutus pelanggaran administratif Pemilu dalam Undang-Undang Republik Indonesia Pasal 463 Nomor 7 Tahun 2017 Tentang (1) Dalam hal terjadi pelanggaran Pemilihan Umum, yang dimuat pada Pasal administratif Pemilu sebagaimana 461 hingga Pasal 465, adalah sebagai berikut : dimaksud dalam Pasal 460 yang Pasal 461 terjadi secara terstruktur, sistematis, (1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan masif, Bawaslu menerima, Bawaslu Kabupaten/Kota menerima, memeriksa, dan merekomendasikan memeriksa, mengkaji, dan memutus pelanggaran administratif Pemilu pelanggaran administratif Pemilu. dalam waktu paling lama 14 (empat (2) Panwaslu Kecamatan menerima, belas) hari kerja. memeriksa, mengkaji, dan membuat (2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud rekomendasi atas hasil kajiannya pada ayat (1) harus dilakukan secara mengenai pelanggaran administratif terbuka dan sesuai dengan ketentuan Pemilu kepada pengawas Pemilu peraturan perundang-undangan. secara berjenjang. (3) KPU wajib menindaklanjuti putusan (3) Pemeriksaan oleh Bawaslu, Bawaslu Bawaslu dengan menerbitkan Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota keputusan KPU dalam waktu paling harus dilakukan secara terbuka. lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung (4) Dalam hal diperlukan sesuai kebutuhan sejak diterbitkannya putusan Bawaslu. tindak lanjut penanganan pelanggaran (4) Keputusan KPU sebagaimana Pemilu, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dimaksud pada ayat (3) dapat berupa Bawaslu Kabupaten/Kota dapat sanksi administratif pembatalan calon melakukan investigasi. anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, (5) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, DPRD kabupaten/kota, dan Pasangan Bawaslu Kabupaten/Kota wajib Calon Presiden dan Wakil Presiden. memutus penyelesaian pelanggaran (5) Calon anggota DPR, DPD, DPRD administratif Pemilu paling lama 14 provinsi, DPRD kabupaten/kota, (empat belas) hari kerja setelah temuan dan Pasangan Calon yang dikenai dan laporan diterima dan diregistrasi. sanksi administratif pembatalan (6) Putusan Bawaslu, Bawaslu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota dapat mengajukan upaya hukum ke untuk penyelesaian pelanggaran Mahkamah Agung dalam waktu paling administratif Pemilu berupa : lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung a. perbaikan administrasi terhadap sejak keputusan KPU ditetapkan. tata cara, prosedur, atau mekanisme (6) Mahkamah Agung memutus upaya sesuai dengan ketentuan peraturan hukum pelanggaran administratif perundang-undangan; Pemilu sebagaimana dimaksud pada b. teguran tertulis; ayat (5) dalam waktu paling lama c. tidak diikutkan pada tahapan 14 (empat belas) hari kerja terhitung tertentu dalam Penyelenggaraan sejak berkas perkara diterima oleh Pemilu; dan Mahkamah Agung. d. sanksi administratif lainnya sesuai (7) Dalam hal putusan Mahkamah dengan ketentuan dalam Undang- Agung membatalkan keputusan KPU Undang ini. sebagaimana dimaksud pada ayat (5), KPU wajib menetapkan kembali Pasal 462 sebagai calon anggota DPR, DPD, KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/ DPRD provinsi, DPRD kabupaten/ Kota wajib menindaklanjuti putusan kota, dan Pasangan Calon Presiden 20 Perahu, Volume 6 Nomor 1, September 2018, Hlm 1-26

dan Wakil Presiden. Negara Republik Indonesia Tahun 2017 (8) Putusan Mahkamah Agung bersifat Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara final dan mengikat. Republik Indonesia, Nomor 6109). Bila dilihat dari kerangka peraturan Pasal 464 perundang-undangan, maka Peraturan Dalam hal KPU, KPU Provinsi, KPU Bawaslu Nomor 8 Tahun 2018 Tentang Kabupaten/Kota, PPK, PPS, atau Peserta Penyelesaian Pelanggaran Administrasi Pemilu tidak menindaklanjuti putusan Pemilihan Umum memuat 16 Bab dan 69 Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu pasal. Adapun kerangka Peraturan Bawaslu Kabupaten/Kota, maka Bawaslu, Bawaslu Nomor 8 Tahun 2018 Tentang Penyelesaian Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota Pelanggaran Administrasi Pemilihan Umum mengadukan ke DKPP. adalah sebagai berikut : 1. Judul yaitu : Penyelesaian Pelanggaran Pasal 465 Administrasi Pemilihan Umum; Ketentuan lebih lanjut mengenai 2. Pembukaan yang memuat : penyelesaian pelanggaran administratif a. Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Pemilu diatur dengan Peraturan Bawaslu. Maha Esa; b. Jabatan Pembentuk Peraturan Jadi, pengaturan tentang Bawaslu, Perundang-Undangan yaitu Ketua Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/ Badan Pengawas Pemilihan Kota mengenai kewenangan menerima, Umum Republik Indonesia; memeriksa, mengkaji, dan memutus c. Konsiderans (menimbang) terdiri pelanggaran administratif Pemilu tercantum dari 1 (satu) konsiderans. dalam Pasal 461 hingga Pasal 465 Undang- d. Dasar Hukum (mengingat) terdiri Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun dari 1 (satu) dasar hukum yakni 2017 Tentang Pemilihan Umum. Pasal 465 Undang-Undang c. Peraturan Bawaslu Nomor 8 Tahun Republik Indonesia Nomor 7 2018 Tentang Penyelesaian Pelanggaran Tahun 2017 Tentang Pemilihan Administrasi Pemilihan Umum. Umum (Lembaran Negara Peraturan Bawaslu Nomor 8 Tahun Republik Indonesia Tahun 2017 2018 Tentang Penyelesaian Pelanggaran Nomor 182, Tambahan Lembaran Administrasi Pemilihan Umum merupakan Negara Republik Indonesia, peraturan untuk melaksanakan Pasal 465 Nomor 6109); Undang-Undang Republik Indonesia Nomor e. Diktum memuat frasa 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum, kata”memutuskan” dan sebagaimana tercantum dalam konsiderans ”menetapkan”; (menimbang) yang menyatakan bahwa : 3. Batang Tubuh yang memuat : ”Untuk melaksanakan ketentuan a. Bab I : Ketentuan Umum, yang Pasal 465 Undang-Undang Republik memuat 3 (tiga) pasal, yakni Pasal Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 Tentang 1 hingga Pasal 3, Pemilihan Umum, perlu menetapkan b. Bab II : Wewenang, yang memuat Peraturan Badan Pengawas Pemilihan 1 (satu) pasal yakni Pasal 4, Umum Tentang Penyelesaian c. Bab III : Majelis Pemeriksa, Asas, Pelanggaran Administrasi Pemilihan Prinsip, dan Tujuan, yang memuat Umum.” 14 pasal yakni Pasal 5 hingga Pasal 18. Dasar hukum terbentuknya Peraturan d. Bab IV : Objek Pelanggaran Bawaslu Nomor 8 Tahun 2018 Tentang Administratif Pemilu dan Penyelesaian Pelanggaran Administrasi Pelanggaran Administratif Pemilu Pemilihan Umum yaitu : Pasal 465 Undang- Terstruktur, Sistematis dan Masif Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun (TSM), yang memuat 2 (dua) pasal 2017 Tentang Pemilihan Umum (Lembaran yakni Pasal 19 hingga Pasal 20. Robert Hoffman,Kewenangan Pengawas Pemilihan Umum Dalam Pelanggaran Administratif 21

e. Bab V : Pelapor dan Terlapor, yang Pengawas Pemilihan Umum memuat 2 (dua) pasal yakni Pasal Republik Indonesia; 21 hingga Pasal 22. c. Pengundangan oleh Direktur f. Bab VI : Temuan dan Laporan Jenderal Peraturan Perundang- Pelanggaran Administratif Pemilu undangan Kementerian Hukum dan Pelanggaran Administratif dan Hak Asasi Manusia Republik Pemilu Terstruktur, Sistematis Indonesia; dan dan Masif (TSM), yang memuat d. Akhir bagian penutup yakni Berita 4 (empat) pasal yakni Pasal 23 Negara Republik Indonesia Tahun hingga Pasal 26. 2017 Nomor 325. g. Bab VII : Bukti, yang memuat 9 (sembilan) pasal yakni Pasal 27 Berdasarkan uraian-uraian diatas, hingga Pasal 35. maka dari inventarisasi hukum positif h. Bab VIII : Sanksi, yang memuat 2 diketahui bahwa kewenangan pengawas (dua) pasal yakni Pasal 36 hingga pemilihan umum dalam pelanggaran Pasal 37. administratif diatur oleh : i. Bab IX : Tindaklanjut Laporan 1. Undang-Undang Dasar Negara Pelanggaran Administratif Pemilu Republik Indonesia Tahun 1945 (Pasal Dan Pelanggaran Administratif 22 E); Pemilu Terstruktur, Sistematis 2. Undang-Undang Republik Indonesia dan Masif (TSM), yang memuat 2 Nomor 7 Tahun 2017 Tentang (dua) pasal yakni Pasal 38 hingga Pemilihan Umum (Lembaran Negara Pasal 39. Republik Indonesia Tahun 2017 j. Bab X : Pemeriksaan Pendahuluan, Nomor 182, Tambahan Lembaran yang memuat 5 (lima) pasal yakni Negara Republik Indonesia, Nomor Pasal 40 hingga Pasal 44. 6109) (Pasal 461 hingga Pasal 465); k. Bab XI : Sidang Pemeriksaan, dan yang memuat 9 (sembilan) pasal 3. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan yakni Pasal 45 hingga Pasal 53. Umum Nomor 8 Tahun 2018 l. Bab XII : Putusan, yang memuat Tentang Penyelesaian Pelanggaran 4 (empat) pasal yakni Pasal 54 Administrasi Pemilihan Umum (Berita hingga Pasal 57. Negara Republik Indonesia Tahun m. Bab XIII : Pemeriksaan Dengan 2017 Nomor 325). Acara Cepat, yang memuat 3 (tiga) Peraturan Badan Pengawas Pemilihan pasal yakni Pasal 58 hingga Pasal Umum Nomor 8 Tahun 2018 Tentang 60. Penyelesaian Pelanggaran Administrasi n. Bab XIV : Koreksi, yang memuat Pemilihan Umum telah dibuat berdasarkan 6 (enam) pasal yakni Pasal 61 kewenangan (atribusi) yang diberikan hingga Pasal 66. oleh Pasal 465 Undang-Undang Republik o. Bab XV : Ketentuan Lain-Lain, Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 Tentang yang memuat 1 (satu) pasal yakni Pemilihan Umum sehingga diletakkan pada Pasal 67. tingkat ketiga. p. Bab XVI : Ketentuan Penutup, Undang-Undang Republik Indonesia yang memuat 2 (dua) pasal yakni Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Pasal 68 hingga Pasal 69. Umum dibuat berdasarkan kewenangan 4. Penutup yang memuat : (atribusi) yang diberikan oleh Pasal 22E a. Rumusan perintah pengundangan Undang-Undang Dasar Negara Republik dan penempatan undang-undang Indonesia Tahun 1945 sehingga diletakkan dalam Berita Negara Republik pada tingkat kedua, dan Undang-Undang Indonesia; Dasar Negara Republik Indonesia Tahun b. Penandatanganan penetapan 1945 merupakan landasan atau aturan dasar peraturan oleh Ketua Badan bagi pembentukan Undang-Undang Republik 22 Perahu, Volume 6 Nomor 1, September 2018, Hlm 1-26

Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 Tentang sehingga Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Pemilihan Umum sehingga diletakkan pada Bawaslu Kabupaten/Kota belum dapat tingkat pertama. maksimal mengimplementasikan Peraturan 2. Kewenangan Pengawas Pemilihan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor Umum Dalam Pelanggaran 8 Tahun 2018 Tentang Penyelesaian Administratif Berdasarkan Penelitian Pelanggaran Administrasi Pemilihan Umum Terhadap Asas-asas Hukum. mengenai kewenangannya menerima, Berdasarkan penelitian terhadap asas- memeriksa, mengkaji dan memutus asas hukum, maka asas-asas hukum yang pelanggaran administratif terutama dalam terdapat di dalam Pasal 461 ayat (1) Undang- menghadapi pesta demokrasi pemilihan Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun umum kepala daerah (Pilkada) tahun 2018 2017 Tentang Pemilihan Umum mengenai maupun pemilihan umum DPR RI, DPRD Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, DPD Kabupaten/Kota menerima, memeriksa, RI dan pemilihan Presiden dan Wakil mengkaji dan memutus pelanggaran Presiden Tahun 2019. Oleh karena itu, maka administratif, meliputi : Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum 1. Asas langsung, umum, bebas, rahasia, Nomor 8 Tahun 2018 Tentang Penyelesaian jujur, dan adil. (Pasal 2 Undang-Undang Pelanggaran Administrasi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 terus disosialisasikan oleh Bawaslu melalui Tentang Pemilihan Umum); kegiatan simulasi, sebagaimana dikemukakan 2. Asas dilakukan secara terbuka. (Pasal oleh salah seorang komisioner Bawaslu, 463 ayat (2) Undang-Undang Republik Rahmat Bagja sebagai berikut : Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 Tentang ”Untuk itu, Bawaslu telah melakukan Pemilihan Umum) simulasi dari awal sampai penutupan 3. Asas cepat, tidak memihak, dan dilakukan persidangan.”5 secara terbuka. (Pasal 2 Ayat (1) Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor b. Komponen struktur. 8 Tahun 2018 Tentang Penyelesaian Kewenangan pengawas pemilihan Pelanggaran Administrasi Pemilihan umum dalam pelanggaran administratif Umum). sebagaimana diatur oleh Undang-Undang Dari hasil penelitian terhadap asas- Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 asas tersebut, maka asas-asas tersebut Tentang Pemilihan Umum tidak terlepas dari harus menjadi landasan atau dasar dari keberadaan Bawaslu, Bawaslu Provinsi dan setiap tindakan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota. Sejak undang- dan Bawaslu Kabupaten/Kota dalam undang tersebut diundangkan hingga mengimplementasikan Pasal 461 ayat (1) saat ini belum semua kabupaten dan kota Undang-Undang Republik Indonesia Nomor memiliki Bawaslu namun masih berupa 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu). Oleh yakni menerima, memeriksa, mengkaji dan karena itu, hingga Agustus 2018 mendatang, memutus pelanggaran administratif. Bawaslu RI terus melaksanakan tugasnya dalam membentuk Bawaslu Kabupaten/Kota. B. Hambatan-Hambatan Pelaksanaan Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ketua Kewenangan Pengawas Pemilihan Umum Bawaslu RI, Abhan, sebagai berikut : Dalam Pelanggaran Administratif ”Saat ini seluruh kelembagaan kepengurusan ditingkat kab/kota telah a. Komponen substansi. terbentuk dan baru akan disesuaikan Keberadaan Peraturan Badan menjadi permanen dalam waktu satu Pengawas Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun tahun. “Jadi masa transisi sesuai 2018 Tentang Penyelesaian Pelanggaran Administrasi Pemilihan Umum relatif masih 5 M Yusuf Manurung dan Kodrat baru, yang mana saat ini baru berjalan 5 Setiawan. Bawaslu : Banyak Anggota Tak Tahu Tata (lima) bulan sejak peraturan ini diundangkan, Cara Sidang Https://pilkada.tempo.co., Senin, 12 Februari 2018, Pukul 08:41 WIB. Robert Hoffman,Kewenangan Pengawas Pemilihan Umum Dalam Pelanggaran Administratif 23

UU 7/2017 memberikan aturan Berdasarkan hasil penelitian yang peralihan, selambatnya satu tahun dilakukan penulis terhadap komponen kami menetapkan panwas yang adhoc substansi, struktur dan budaya hukum tersebut menjadi bawaslu permanen, satu dapat disimpulkan bahwa kewenangan tahun,” jelas Abhan usai melantik 72 pengawas pemilihan umum dalam pelanggaran anggota Bawaslu provinsi di Jakarta, administartif belum efektif dilaksanakan. Rabu (20/9/2017). Simpulan Abhan mengatakan, Berdasarkan hasil penelitian dan penyesuaian juga akan dilakukan pada pembahasan dapat disimpulkan sebagai komposisi keanggotaan Bawaslu ditiap berikut : tingkatan. Sesuai Pasal 92 UU 7/2017, a. Kewenangan pengawas pemilu dalam Bawaslu diminta untuk menambah pelanggaran administratif didasarkan jumlah anggota dari 5 hingga 7 untuk pada peraturan perundang-undangan Bawaslu Provinsi, serta 3 hingga 5 yakni Undang-Undang Dasar Negara untuk Bawaslu kab/kota. “Jadi dua PR Republik Indonesia Tahun 1945; Undang- (pekerjaan rumah) kami, melengkapi Undang Republik Indonesia Nomor 7 jumlah bawaslu provinsi, kabupaten/ Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum; kota, juga menetapkan panwas kab/ dan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan kota yang adhoc menjadi permanen,” Umum Nomor 8 Tahun 2018 Tentang tutur Abhan. Penyelesaian Pelanggaran Administrasi Abhan berharap dua tugas ini Pemilihan Umum serta didasarkan pada dapat segera diselesaikan sebelum 16 asas-asas hukum meliputi asas langsung, Agustus 2018 atau satu tahun sesudah umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil; asas UU pemilu disahkan. “Satu tahun dilakukan secara terbuka; dan asas cepat, artinya sebelum 16 Agustus 2018 kami tidak memihak, dan dilakukan secara harus melengkapi anggota bawaslu terbuka. dari 3 ke 5, dari 5 ke 7. Demikian juga b. Hambatan-hambatan dalam kewenangan kami harus menetapkan panwas kab/ pengawas pemilihan umum dalam kota yang adhoc menjadi permanen,” pelanggaran administartif terdapat pungkasnya.6 pada komponen subtansi, struktur maupun budaya hukum, sehingga belum dilaksanakan efektif. c. Komponen budaya hukum Berdasarkan kesimpulan tersebut, Bila dilihat dari komponen budaya dalam penelitian ini, saran penulis adalah hukum bahwa anggota Bawaslu secara sebagai berikut : umum belum memiliki sikap serius dalam a. Kewenangan pengawas pemilu dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini sebagaimana pelanggaran administratif harus maksimal dikatakan salah seorang komisioner Bawaslu dilaksanakan berdasarkan pada peraturan RI, Rahmat Bagja, sebagai berikut : perundang-undangan yakni Undang- ”Rahmat mengatakan Bawaslu Undang Republik Indonesia Nomor 7 sebenarnya telah melakukan Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum; pelatihan/bimbingan teknis (pimtek) dan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan untuk mengajarkan hal tersebut. Umum Nomor 8 Tahun 2018 Tentang Namun pimtek itu dinilai kurang Penyelesaian Pelanggaran Administrasi efektif karena banyak yang tidur saat Pemilihan Umum serta didasarkan pada pembelajaran.”7 asas-asas hukum meliputi asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil; asas dilakukan secara terbuka; dan asas cepat, 6 Dian Ramdhani. Transisi Bawaslu tidak memihak, dan dilakukan secara Kabupaten/Kota Permanen Dilakukan Bertahap. https:// terbuka. nasional.sindonews.com., Rabu, 20 September 2017 - b. Hambatan-hambatan dalam komponen 16:53 WIB. subtansi, struktur maupun budaya hukum 7 Ibid. 24 Perahu, Volume 6 Nomor 1, September 2018, Hlm 1-26

terkait kewenangan pengawas pemilihan ...... 1990. Metodologi umum dalam pelanggaran administartif Penelitian Hukum dan Jurimetri. harus segera dievaluasi dan diperbaiki. Jakarta : Ghalia Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA Soimin. 2010. Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Negara di Buku-Buku Indonesia. Yogyakarta : UII Press.

Ali, Achmad. 2008. Menguak Realitas Solichin, Abdul Wahab. 2001. Analisis Hukum. Jakarta : Prenada Media Kebijakan dari Formulasi ke Group. Implementasi Negara. Jakarta : Ali, Zainuddin. 2009. Metode Penelitian Bumi Aksara. Hukum. Jakarta : Sinar Grafika. Anwar, Dessy. 2003. Kamus Lengkap Bahasa Warassih, Esmi. 2005. Pranata Hukum Sebuah Indonesia. Surabaya : Amelia. Telaah Sosiologis. Semarang : Ashshofa, Burhan. 2010. Metode Penelitian Suryandaru Utama. Hukum. Jakarta : Rineka Cipta. Badjuri, Abdul Kahar dan Teguh Yuwono. Wignjosoebroto, Soetandyo. 2008. Hukum 2002. Kebijakan Publik : Konsep Dalam Masyarakat, Perkembangan dan Strategi. Semarang : Jurusan Dan Masalah. Malang : Bayumedia Ilmu Pemerintahan FISIP UNDIP. Publishing.

Denhard, Robert. 1994. Public Administration, Winarno, Budi. 2002. Kebijakan Publik : Action and Orientation. Belmont : Teori dan Proses. Yogyakarta : Wordworth Publicing Company. Med Press.

Insani, Istyadi. 2011. Implementasi Kebijakan Peraturan Perundang-undangan : Administrasi Kependudukan di Kota Banda Aceh Provinsi Undang-Undang Dasar Negara Republik Nanggroe Aceh Darussalam. Indonesia Tahun 1945. Jakarta : STIA LAN. Undang-Undang Republik Indonesia Manser, Martin H.. 1995. Oxford Leaners Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pocked Dictionary. Oxford Pemilihan Umum (Lembaran University Press : New Edition. Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 182 dan Tambahan Poerwadarminta, W.J.S., 1975. Kamus Umum Lembaran Negara Republik Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Indonesia, Nomor 6109). Pustaka. Peraturan Bawaslu Republik Indonesia Nomor Rahardjo, Satjipto. 2000. Ilmu Hukum. 2 Tahun 2013 Tentang Organisasi, Bandung : Citra Aditya Bakti. Tugas, Fungsi Wewenang dan Ridwan HR. 2006. Hukum Administrasi Tata Kerja Bawaslu, Sekretariat Negara. Jakarta : Raja Grafindo. Bawaslu Provinsi, Sekretariat Sadjijono. 2008. Memahami Beberapa Bab Panwaslu Kabupten/Kota dan Pokok Hukum Administrasi. Sekretariat Panwaslu Kecamatan Yogyakarta : LaksBang Pressindo. (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187). Soemitro, Ronny Hanitijo. 1989. Studi Hukum dan Kemiskinan. Semarang : Tugu Peraturan Badan Pengawas Pemilu Republik Muda. Indonesia Nomor 11 Tahun 2014 Tentang Pengawasan Pemilihan Robert Hoffman,Kewenangan Pengawas Pemilihan Umum Dalam Pelanggaran Administratif 25

Umum (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 792).

Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2018 Tentang Penyelesaian Pelanggaran Administrasi Pemilihan Umum (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 325).

Sumber Internet :

Dian Ramdhani. Transisi Bawaslu Kabupaten/ Kota Permanen Dilakukan Bertahap. https://nasional. sindonews.com., Rabu, 20 September 2017 - 16:53 WIB.

M Yusuf Manurung dan Kodrat Setiawan. Bawaslu : Banyak Anggota Tak Tahu Tata Cara Sidang Https:// pilkada.tempo.co., Senin, 12 Februari 2018, Pukul 08:41 WIB.

Supriyanto, Didik. 2017. Menyoal Bawaslu Penampilan Baru-Wewenang Baru Persoalan Baru. Kompas.com - 08/11/2017, 14:27 WIB. http:// nasional.kompas.com.

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA DESA TERHADAP EFEKTIVITAS PELAYANAN PADA MASYARAKAT MENURUT OTONOMI DESA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO 6 TAHUN 2014 DAN PERAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN DESA DI KABUPATEN SEKADAU KALIMANTAN BARAT Genopepa Sedia Fakultas Hukum Universitas Kapuas Sintang Jalan Oevang Oeray 92 Sintang Email : [email protected] Abstract

The main task of the Village government wilayah yang berwenang untuk mengatur dan is to carry out part of the authority of the sub- mengurus masyarakat setempat berdasarkan district as a mandate given by the constitution asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui and carry out other tasks based on applicable dan dihormati dalam sistem Pemerintahan regulations. There are several inhibiting Negara Kesatuan Republik Indonesia. factors, but such things can still be anticipated Manusia tidak lagi dianggap sebagai faktor by the government, which in this case is the produksi tetapi lebih dianggap sebagai aset head of the village or as another old law organisasi yang penting. Keefektifan dan through motivations that are delivered directly keunggulan organisasi sangat tergantung pada and always increase the effectiveness of work kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. and every government apparatus. Secara teoritis kualitas Sumber Daya Manusia Abstrak (SDM) dalam suatu organisasi yang tinggi diharapkan mampu meningkatkan pelayanan Tugas pokok pemerintahan Desa adalah pada masyarakat. Hal ini akan dapat tercipta menjalankan sebagian kewenangan dari dalam suatu lingkungan kerja yang kondusif kecamatan sebagai mandat yang diberi oleh yang dipengaruhi oleh tipe kepemimpinan konstitusi serta melaksanakan tugas-tugas yang tepat. Kepemimpinan dibutuhkan lainnya berdasar peraturan yang berlaku. manusia karena adanya suatu keterbatasan dan Terdapat beberapa faktor penghambat namun kelebihan-kelebihan tertentu pada manusia hal yang demikian masih dapat diantisipasi sehingga timbulnya kebutuhan akan pemimpin oleh pemerintah yang dalam hal ini adalah dan atau kepemimpinan dalam suatu Negara, kepala Desa atau dengan sebutan lain hukum Desa, Kabupaten kota dan seterusnya. tua lewat motivasi-motivasi yang disampaikan Pemimpin dapat mempengaruhi langsung serta selalu meningkatkan efektifitas moral, kepuasan kerja, keamanan, kualitas kerja dan setiap aparatur pemerintah. kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi atau lembaga, institusi dan Latar Belakang konstutusi. Kemampuan dan keterampilan Desa adalah wilayah yang dalam pengarahan adalah faktor yang penduduknya saling mengenal hidup sangat penting efektivitas suatu organisasi. bergotong-royong dengan adat istiadat, Bila organisasi dapat mengidentifikasikan tata norma dan mempunyai tata cara kualitas-kualitas yang berhubungan masing-masing dalam mengatur kehidupan dengan kepemimpinan, kemampuan untuk kemasyarakatannya. Pada umumnya wilayah menyeleksi pemimpin-pemimpin yang efektif desa terdiri atas Daerah pertanian,perkebunan akan meningkat. Dan apabila organisasi sehingga sebagian besar mata pencariannya dapat mengidentifikasikan perilaku dan adalah sebagai seorang petani dan Desa di teknik tersebut akan dapat dipelajari oleh bawah pemerintahan Kabupaten. Dalam siapa pun yang berkepentingan. Pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang sebuah organsasi pemerintahan, kesuksesan perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 atau kegagalan dalam pelaksanaan Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pelayanan masyarakat dipengaruhi oleh disebutkan bahwa Desa adalah kesatuan kepemimpinan melalui kepemimpinan dan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas didukung oleh pemerintahan yang memadai. 28 Perahu, Volume 6 Nomor 1, September 2018, Hlm 27-34

“Penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik secara penuh dalam proses pengelolaan (Good Governance) akan terwujud sebaliknya pemerintahan dalam proses pembangunan kelemahan kepemimpinan merupakan salah Desa. Dalam proses pembangunan sesuai satu sebab keruntuhan kinerja birokrasi di dengan Undang-Undang Desa No.6 Tahun Indonesia. (Istianto, 2009)”. 2014 mengacu pada dua pola pendekatan yaitu Kepemimpinan (leadership) dapat “Desa Membangun dan Membangun Desa” dikatakan sebagai cara dari seorang pemimpin yang mana bertujuan untuk meningkatkan (leader) dalam mengarahkan, mendorong kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas dan mengatur seluruh unsur-unsur di dalam hidup manusia serta penanggulangan kelompok atau organisasinya untuk mencapai kemiskinan melalui penyediaan pemenuhan suatu tujuan organisasi yang diinginkan kebutuahan dasar, pembangunan sarana dan sehingga menghasilkan pelayanan pada prasarana, pembangunan potensi ekonomi masyarakat dengan maksimal. Dengan lokal serta pemanfaatan sumber daya alam meningkatkan mutu pelayanan berarti dan lingkungan secara berkelanjutan. tercapainya hasil kerja seseorang atau aparatur Pembangunan Desa merupakan suatu Desa dalam mewujudkan tujuan organisasi. proses yang berlangsung di Desa dan Tugaspokok pemerintahan Desa merupakan bagian yang tidak terpisahkan adalah menjalankan sebagian kewenangan dari pembanguan nasional yang mencakup dari kecamatan sebagai mandat yang diberi segala aspek kehidupan dan penghidupan oleh konstitusi serta melaksanakan tugas- masyarakat. Dalam konteks pembangunan tugas lainnya berdasar peraturan yang dalam pemerintahan Indonesia di canangkan berlaku. Dalam kapasitasnya sebagai sebuah berbagai program diantaranya seperti program organisasi pemerintah di bawah Kecamatan, inpres Desa tertinggal, program pembangunan tujuan penyelenggaraan pemerintahan infrastruktrur pedesaan, program alokasi Desa adalah terlaksananya berbagai fungsi dana Desa, program PNPM dan sebagainya. kelurahan sesuai dengan kewenangannya Semua program khusus ini bertujuan untuk yang diberikan oleh kecamatan secara efektif mempercepat upaya pembangunan di Daerah dan efisien, termasuk di dalamnya adalah pedesaan. fungsi pelayanan administrasi aparat kepada Kepemimpinan merupakan masyarakat. sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian termasuk di Pembahasan dalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka menyakinkan A. Diskripsi Umum pengaruh kepemimpinan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat kepala Desa terhadap efektivitas pelayanan melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan pada masyarakat menurut Otonomi kepadanya dengan rela, penuh semangat Desa berdasarkan Undang-Undang No 6 ada kegembiraan batin serta merasa tidak tahun 2014 dan peran Pemerintah dalam terpaksa. Kemampuan seseorang dalam pembangunan Desa memimpin juga sangat berpengaruh dalam proses pembangunan, yang mana dalam Peraturan perundang-undang juga kepempimpinan Kepala Desa amat sangat telah mengatur dan berlandaskan pada berpengaruh terhadap berlangsungnya proses Undang-Undang Nomor.25 tahun 2004 pembangunan di Desa. Untuk itu diharapkan tentang perencanaan pembangunan Nasional pada era otonomi dan demokrasi sekarang kemudian undang-undang Nomor. 32 ini, partisipasi masyarakat sangatlah penting tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah dalam proses pembangunan. Program serta undang-undang Nomor.33 tentang pembanguanan dan patisipatif memposisikan perimbangan keuangan antara Pemerintah masyarakat Desa sebagai agen pembanguan Pusat dan Pemerintah Daerah Kemudian dengan yang otonom, mandiri mampu bekerja sama munculnya atau berlakunya Undang-undang dan mempunyai potensi untuk bangkit dari Desa Nomor.6 Tahun 2014 maka dengan jelas ketidak berdayaan atau keterpurukan dengan dan secara hukum desa memiliki kewenangan mengandalkan pada kekuatan yang dimiliki. Genopepa Sedia, Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Efektivitas Pelayanan 29

Secara umum pembangunan masyarakat Desa yang modern yang bertugas mengelola berdampak pada perubahan tata kehidupan pungutan pajak pada masyarakat. Sebagai bermasyarakat yang meliputi dua aspek institusi modern, Pemerintah Desa tidak yaitu perubahan secara fisik dan teknologi hanya cukup memainkan legitimasi simbolik serta perubahan sistem nilai dan sikap. Jadi tetapi harus membangun legitimasi yang pembangunan bukan saja masalah penyedian di bangun dari dimensi kinerja politik pelayanan sosial akan tetapi juga tergantung dan ekonomi. Landasan pemikiran dalam pada faktor politik, ekonomi, kelembagaan dan mengenai pemerintahan Desa adalah budaya yang bersama-sama semakin penting keanekaragaman, patisipasi, otonomi asli, perannya dalam pemberantasan kemiskinan. demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Dalam proses pembangunan masyarakat Desa Penyelenggara Pemerintahan sehingga lah yang paling tahu kebutuhan apa yang di Desa memilki kewenangan untuk mengatur perlukan sehingga perencanaan pembangunan dan mengurus kepentingan masyarakatnya di Desa haruslah dimulai dan di rencanakan (dalam buku otonomi Desa 2003). Lembaga oleh masyarakat Desa bottom up dan tidak top musyawarah Desa merupakan wadah down. permusyawaratan atau mufakat dari pemuka- Sehingga kepala Desa dan pemuka masyarakat yang ada di Desa dan di perangkat Desa merupakan pelayanan dan dalam mengambil keputusannya di tetapkan pengayoman masyarakat yang mempunyai berdasarkan musyawarah dan mufakat dengan tipe kepemimpinan yang mana mampu memperhatikan sungguh-sungguh yang mengundang partisipasi warga dalam berkembang dalam masyarakat Desa. Dalam memecahkan masalah melalui rembug Desa. masyarakat tradisional untuk menggerakkan Kepala Desa menjadi rujukan baik masalah masyarakat Desa sangat berbeda dengan pribadi maupaun kemasyarakatan dan pada menggerakan masyarakat perkotaan. saat-saat kritis kepala Desa dapat memberikan Secara popular menjadi participation solusi damai bagi warganya. Keberasilan artinya peran atau ikut serta untuk mengambil kepala Desa di dalam memberikan pelayanan bagian dalam kegiatan tertentu. Menurut dan pengayoman kepada masyarakat pada partisipasi literature mengatakan bahwa akhirnya nanti akan memberikan tingkat ikut serta mengambil bagian dalam kegiatan keberhasilan pada tingkat pemerintahan dan bersama untuk memperjelas pengertian tingkat pembangunan yang lebih tinggi. Sebagai tersebut Bhattacharyya (Supriatna, 1985)”. tokoh di lingkungannya maka seorang kepala Menurut Mubyarto (1984) mengatakan Desa juga mengemban tugas membangun bahwa: mental masyarakat Desa baik dalam bentuk “Kesediaan untuk membantu menumbuhkan maupun mengembangkan berhasilnya setiap program sesuai semangat-semangat pembangunan. Pelayanan kemampuan setiap orang tanpa berarti yang baik mengandung unsur pengertian mengorbankan kepentingan diri bahwa pelayanan lebih menitik beratkan sendiri. Davis (dalam Ndraha, 1987)”. pada kualitas yang bermutu bagi masyarakat dan di dalamnya mengandung keseimbangan Mengartikan partisipasi sebagai antara pelayanan dengan kebutuhan. Artinya suatu dorongan mental dan emosional yang bahwa pelayanan yang di berikan hendaknya menggerakkan mereka untuk bersama bukan merupakan pelayanan yang bersifat sama mencapai tujuan dan bersama sama administrasi semata tetapi juga memberikan bertanggungjawab. pelayanan dalam arti luas seperti pemberdayaan Nelson (dalam Bryant & White, kepada masyarakat, membantuk masyarakat di 1982) mengatakan bahwa: dalam mengelola lingkungan dan membangun 1.1.1.1 Partisipasi antara ampon warga serta mengembangkan potensi-potensi lokal atau anggota suatu perkumpulan yang ada di Desanya guna pelaksanaan yang dinamakan partisipasi pembangunan di Desa. horizontal dan partisipasi yang Dalam lingkungan Pemerintah Desa dilakukan oleh bawahan dengan adalah bagian dari birokrasi Pemerintah atasan antara klien dengan 30 Perahu, Volume 6 Nomor 1, September 2018, Hlm 27-34

patron atau antara masyarakat dari segi pembangunan meliputi ketiga arti. sebagai suatu keseluruhan “Konsep itu menunjukan pembangunan dengan pemerintah yang diberi adalah: “Masukan, kesadaran kondisi nama partisipasi ampong. mutlak bagi berhasilnya perjuangan 1.1.1.2 Cohen dan Uphoff, (1977) bangsa; Proses yaitu membangun menyatakan bahwa: atau mendirikan berbagai kebutuhan “Partisipasi dapat bardasarkan nasional. Keluaran merupakan keluaran berbagai bentuk bangun sebagai hasil pembangunan dan juga perjuangan dari fisik maupun non fisik merupakan masukannya sebab (Taliziduhu Ndraha,1987)”. apabila masyarakat yang bersangkutan tidak diberi Desa merupakan kesatuan masyarakat kesempatan untuk berpartisipasi hukum Adat yang memiliki batas–batas dalam pembangunan suatu wilayah yang berwenang untuk mengatur dan proyek di Desanya, maka proyek mengurus kepentingan masyarakat setempat, itu pada hakekatnya bukanlah berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat proyek pembangunan Desa”. yang di akui dan dihormati dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik Para ahli seperti MacIver. J. L. Indonesia. Desa adalah pola permukiman yang Gillin, dan J. P. Gillin mengatakan bahwa bersifat dinamis di mana para penghuninya adanya sering bergaul atau interaksi karena senantiasa melakukan adaptasi spasial dan mempunyai nilainilai, norma-norma, cara- ekologis sederap kegiatannya berpangupajiwa cara dan prosedur yang merupakan kebutuhan agraris. Desa dalam arti ampongrative. bersama sehingga masyarakat merupakan Pengaturan mengenai pemerintahan Desa kesatuan hidup manusia yang berinteraksi telah terjadi pergeseran kewenangan sehingga menurut suatu system adat-istiadat tertentu Pemerintah Pusat dan pemerintah Daerah yang bersifat continue dan terikat oleh suatu tidak lagi ikut campur tangan secara langsung rasa identitas bersama masyarakat Desa di tetapi bersifat fasilitator yaitu memberikan Desa Seburuk 1 kecamatan Belitang Hulu pedoman, arahan, bimbingan, pelatihan dan Balai Sepuak Kabupaten Sekadau dalam termsuk pengawasan presentatif terhadap Jiwa masyarakat ini merupakan potensi yang peraturan desa dan APBD. berasal dari dusun-dususnnya di mana unsur Efektifnya masyarakat dalam suatu masyarakat, meliputi pranata, status dan program atau suatu kebijakan seperti halnya peranan masyarakat Mualang. Pranata sebagai kebijakan tentang pelaksanaan dalam upaya wahana berinteraksi menurut pola resmi meningkatkan pembangunan Desa tidak merupakan Mualang dengan norma khusus terlepas dan dukungan atau partisipasi dari menata rangkaian tindakan berpola mantap masyarakat untuk menaati atau melaksanakan guna memenuhi kebutuhan khusus manusia. peraturan yang ada. Peraturan dalam hal ini Status atau kedudukan Mualang dapat pada dasarnya bertujuan bagi dua aspek yakni netral, tinggi, menengah dan atau rendah. bagi pemerintah Desa dan bagi masyarakat Hubungannya dengan tindakan interaksi itu sendiri. Pembangunan Desa hendaknya dikonsepsikan oleh norma yang mengatur mempunyai sasaran yang tepat sehingga seluruh tindakan tadi. Peranan Mualang sumber daya yang terbatas dapat dimanfaatkan adalah tindakan atau tingkah laku individu secara efektif dan efisien. yang mementaskan suatu kedudukan tertentu, Dari uraian di atas dapat kita ketahui bersifat khas, tertentu dalam berhadapan karena begitu pentingnya keterlibatan dengan individu-individu dalam kedudukan masyarakat dalam proses pembangunan lain. sehingga masyarakat terlebih dahulu Istilah pembangunan juga menunjukan diberikan dasar yang kokoh agar tingkat hasil proses pembangunan itu sendiri. Secara partisipasi yang diberikan masyarakat bisa etimologi, membangun itu dilaksanakan maksimal. Menempatkan masyarakat sebagai berarti mendirikan. Menurut konsep di lihat subjek pembangunan memberikan arti Genopepa Sedia, Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Efektivitas Pelayanan 31 bahwa masyarakat diposisikan sebagai salah faktor yang ikut menentukan tingkat partisipasi satu pilar penting dan strategis disamping masyarakat Desa. Artinya kepala Desa beserta pemerintah dan swasta. Posisi ini juga aparat Desanya harus mampu menjalankan sekaligus menunjukan bahwa masyarakat roda pemerintahan Desanya secara jujur, bukan hanya sebagai pelaksana pembangunan transparan, akuntabel dan religius. Dengan tetapi disamping itu masyarakat juga berperan demikian masyarakat yang dipimpin akan sebagai perencana dan pengontrol berbagai cenderung mengikuti arahan dari pemerintah program pembangunan baik program yang Desa guna menyumbangkan tenaga mereka dating dari pemerintah maupun program yang dalam pelaksanaan pembangunan di Desanya. lahir dan dikembangkan oleh masyarakat itu Oleh karena itu walaupun tersedia anggaran sendiri. untuk pembangunan namun mereka tidak Masyarakat untuk terus terlibat dalam berharap untuk dibayar. Namun jika kita lihat program-program pembangunan di Desa dil ain pihak maka. Menurut (MT, 40 Tahun) bukanlah hal mudah. Hal ini karena masyarakat masayarakat mengatakan bahwa: selalu beranggapan bahwa program-program “Pada dasarnya semua masyarakat pembangunan di Desa adalah pekerjaan Desa Seburuk 1 ingin berpartisipasi pemerintah yang pada dasarnya mempunyai dalam pelaksanaan program-program anggaran yang cukup untuk melaksanakan pembangunan terutama dalam bentuk program-program pembangunan tersebut. partisipasi tenaga. Tingkat partisipasi Oleh karena itu setiap orang yang terlibat dalam masyarakat di Desa Seburuk 1 pelaksanaan pembangunan haruslah diberi Kecamatan Belitang Hulu sangatlah upah. Masyarakat Desa Seburuk 1 utamanya baik (Agustus 2018)”. para tokohnya senantiasa memikirkan tentang kebutuhan bersama warga Desa mereka yang B. Kemampuan Pemerintah dalam Pelaksanaan selanjutnya disampaikan kepada pimpinan Kebijakan untuk Meningkatkan mereka yaitu kepala Desa untuk diperjuangkan Partisipasi Masyarakat pada tingkat kecamatan maupun kabupaten. Keinginan yang disampaikan oleh tokoh- Pemerintah dalam hal ini adalah tokoh masyarakat tersebut tentu bukan juga aparatur pemerintah di Desa sebagai merupakan pemikiran dan keinginan mereka administrator di bidang pembangunan sendiri akan tetapi juga merupakan keinginan dan kemasyarakatan mempunyai peranan warga masyarakat. Selain partisipasi dalam yang sangat penting terutama dalam hal ini bentuk pemikiran yang disampaikan sebagai pelaksanaan kebijakan sehubungan dengan masukan, sebagian masyarakat sebagiam juga program pembangunan yang dilaksanakan memberikan masukan pikiranpikiran teknis dalam tingkat Desa. Dapat dikatakan dalam rangka pelaksanaan pembangunan. demikian karena Kepala Desa bersama Tenaga merupakan salah satu bentuk dengan pemerintah Desa lainnya diharapkan partisipasi dari masyarakat Desa yang mampu menumbuh kembangkan partisipasi sangat potensial diarahkan dalam proses masyarakat dalam menunjang keberhasilan pembangunan Desa khususnya dalam dari proses pembangunan tersebut lewat pengerjaan proyek-proyek fisik. Sejarah kebijakan-kebijakan yang diimplementasikan telah mencatat bahwa masyarakat Indonesia atau dilaksanakan. Peran serta masyarakat pada terutama mereka yang tinggal dipedesaan umumnya tentu tidak lepas dari pelaksanaan dapat menyelesaikan berbagai pekerjaan pembangunan tidak hanya semata-mata atas dasar gotong royong dan swadaya. berada di tangan pemerintah saja akan tetapi Dengan dana yang terbatas mereka mampu menjadi tanggung jawab masyarakat juga, menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan fisik yang sebab dalam hal ini masyarakat merupakan mahal. Kenyataan seperti ini menunjukan objek sekaligus subjek dan pada pembangunan bahwa mengarahkan masyarakat Desa untuk tersebut. Kegagalan pembangunan atau berpartisipasi dalam pembangunan Desanya pembangunan tidak memenuhi sasaran karena tidak semata-mata tergantung pada aspek kurangnya pemberdayaan masyarakat bahkan anggaran. Kepemimpinan juga merupakan banyak kasus yang menentang pembangunan. 32 Perahu, Volume 6 Nomor 1, September 2018, Hlm 27-34

Menurut pendapat (N.Y 45 Tahun) selaku dana dan SDM serta SDA yang tersedia kepala Dusun mengatakan bahwa: dan Pelaksanaan meliputi pelaksanaan “Pembangunan hanya menguntungkan aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan segolongan kecil orang dan bukan yang berlaku dan telah ditetapkan serta menguntungkan rakyat banyak pengaturan dan pelaksanaan rencana bahkan pada sisi ekstrim dirasakan pembangunan (Juli,2018)”. merugikan; Pembangunan meskipun dimaksudkan menguntungkan rakyat Untuk mengselerasikan pembangunan banyak, Pembangunan dimaksudkan Desa Seburuk 1 dengan mencermati dan untuk menguntungkan rakyat dan memperhitungkan potensi dan masalah diharapakan memahaminya tetapi maka ditetapkan 3 (tiga) program utama pelaksanaannya tidak sesuai dengan yang nantinya diharapkan dapat menjadi pemahaman tersebut; Pembangunan pengarah utama jalannya roda pemerintahan dipahami akan menguntungkan rakyat pembangunan Desa serta dapat memberikan tetapi rakyat tidak di ikutsertakan akses penting terhadap pertumbuhan dan (Agustus 2018)”. perkembangan pembangunan dengan program dibidang lain. Sampai saat ini pembangunan Desa Seburuk Menurut kepala Dusun Randau (Y.A 1 masih dalam tahap mengikuti program 54 Tahun) mengatakan bahwa:“Program Pemerintah Desa dalam membuat kebijakan- pembangunan Sumber Daya Manusia; kebijakan di rasa telah mampu dalam Program penyelenggaraan pemerintah pelaksanaannya. Desa yang baik dan bersih dan Program C. Upaya yang dilakukan oleh Kepala Desa pembangunan lingkungan hidup (Juli, 2018)”. selaku Pemerintah di Desa Jika kita memperhatikan kondisi, kebutuhan, Kepala Desa selaku pemerintah di pelayanan masyarakat secara sistematik Desa harus selalu melakukan upaya yang maupun komperhensif dalam satu kesatuan tidak merugikan rakyat banyak seperti dalam maka ada beberapa program pembangunan memahami aspirasi ataupun kebutuhan Desa yang merupakan penjabaran dari 3(tiga) masyarakat secara keseluruhan harus benar- program utama yan di atas yang meliputi : 1) benar diperhatikan oleh pemerintah. Hal Bidang pendidikan; 2) Kesehatan; 3) Sarana seperti inilah yang selalu mendapatkan dan prasarana. maknanya karena dari segala bentuk Kemudian dalam pelaksanaan pembangunan yang dilakukan baik itu berasal kebijakan kepala Desa harus benar-benar dari jalur pemerintahan, pemimpin maupun dapat mensosialisasikan kepada setiap secara kemasyarakatan lewat aspirasi yang anggota masyarakat agar nilai-nilai yang disampaikan atau diberikan oleh rakyat atau terkandung dalam setiap kebijakan yang masyarakat bila dalam proses pelaksanaanya dilaksanakan terebut dapat terealisasi dengan dilakukan secara terpadu dan mengenal atau sebaik-baiknya sehingga kebijakan tersebut sesuai dengan harapan maka pemerintah yang sudah dilaksanakan di satu pihak tidak dalam hal ini kepala Desa dalam pelaksaan merugikan ataupun menghambat program tugasnya akan berjalan dengan baik dan tidak pemerintah dan di lain pihak juga masyarakat akan menimbulkan dampak yang negatif dari merasa aspirasi mereka di dengar dan sekaligus masyarakat. Keberhasilan pembangunan di dilaksanakan serta tidak merasa dirugikan Desa Seburuk 1 ditentukan oleh beberapa oleh pemerintah setempat. Pemerintah dalam faktor antara lain Menurut pendapat Camat pelaksanaan kebijakan pembangunan belum Belitang Hulu mengatakan bahwa: sepenuhnya terbuka dan transparan disamping “Jika berhasil maka Keadaan desa itu juga pemerintah belum sepenuhnya bekerja yang meliputi keadaan sosial, budaya, sama dengan seluruh komponen masyarakat keamanan, Rencana pembangunan dan dalam memotivasi masyarakat dalam yang meliputi rencana, tujuan, sasaran, memelihara hasil pembangunan yang sudah target dan strategi pencapaian, Sarana ada. Oleh karena itu kepala Desa sebagai pembangunan meliputi kelembagaan, pemerintah yang ada di desa untuk selalu Genopepa Sedia, Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Efektivitas Pelayanan 33 melakukan kegiatan-kegiatan maupun selalu 3) Sikap Mental Masyarakat memperhatikan hal-hal seperti yang tersebut Faktor tradisi masyarakat yang ada di atas. di tengah-tengah masyarakat memang selalu D. Faktor Penghambat Pelaksanaan Kebijakan ada seperti berpesta. Memang kebiasaan- dalam Meningkatkan Partisipasi kebiasaan seperti itu sangat sulit untuk kita Masyarakat rubah karena sudah tertanam dalam jiwa mereka termasuk hal tersebut adalah budaya Mengenai kemampuan pemerintah masyarakat Dayak tinggal bagaimana Desa dalam pelaksanaan kebijakan maupun pemerintah Desa dapat memperhatikan hal- dari kemampuan pemerintah Desa dalam hal tersebut di atas dan apabila terdapat menggerakkan partisipasi dari masyarakat hal-hal yang positif atau faktor tradisi- maka dapatlah dipahami bagaimana luas dan tradisi positif masyarakat seperti kemauan kompleksnya permaalahan yang dihadapi oleh masyarakat untuk dapat berpartisipasi aktif pemerintah Desa dalam pelaksanaan kebijakan maka pemerintah Desa dapat memanfaatkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat potensi tersebut untuk menunjang dalam menyelenggarakan pembangunan dan keberhasilan kepemimpinannya serta dapat kemasyarakatan. Harus diakui juga bahwa menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pemerintah Desa tidak akan sempurna setiap pelaksanaan pembangunan. apabila ia tidak memperhatikan kekurangan 4) Faktor Ekonomi ataupun kendala ataupun kebiasaan yang dihadapi langsung oleh masyarakat untuk Pada umumnya masyarakat Desa dapat berpartisipasi aktif dalam setiap gerak Seburuk 1 memiliki mata pencaharian pembangunan yang dilaksanakan. sebagai petani, dengan bertani mereka merasa Kendala-kendala ataupun kebiasaan- kebutuhan masih belum mencukupi dan ada kebiasaan yang dihadapi oleh masyarakat juga yang beberapa mengharuskan mereka diantaranya adalah sebagai berikut agar bekerja di luar Desa. 1) Tingkat Kesadaran Masyarakat Simpulan Tingkat kesadaran dari seluruh komponen 1. Peranan pemerintah Desa dalam masyarakat umtuk berpartisipasi aktif dalam menungkatkan partisipasi masyarakat setiap gerak pembangunan memang dapat bagi terlaksananya pembangunan sudah dikatakan relatif karena setiap perencanaan berperan dengan baik dalam rangka yang ada untuk melaksanakan pembangunan mengimplementasikan kebijakan maka masyarakat dengan tidak sendirinya sehubungan dengan peningkatan berpartisipasi aktif tetapi selalu melalui partisipasi masyarakat, paksaan ataupun panggilan langsung dari 2. Kemudian dilihat dari segi kemampuan aparatur pemerintah Desa. pemerintah Desa dalam menggerakkan 2) Tingkat Pendidikan Masyarakat partisipasi masyarakat sudah mampu Pendidikan merupakan faktor penting dan sesuai dengan informasi yang ada. untuk dimiliki oleh seluruh komponen warga Terdapat beberapa faktor penghambat Negara karena dengan pendidikan waga Negara namun hal yang demikian masih dapat akan mampu merubah sikap dan perilaku diantisipasi oleh pemerintah yang bahkan hidup mereka yang lebih baik. Namun dalam hal ini adalah kepala Desa atau apabila kita melihat tingkat pendidikan yang dengan sebutan lain hukum tua lewat ada di Desa Seburuk 1 kabupaten Sekadau. motivasimotivasi yang disampaikan Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa langsung serta selalu meningkatkan sebagian dari masyarakatnya mempunyai efektifitas kerja dan setiap aparatur tingkat pendidikan yang cukup lumayan pemerintah. karena kebanyakan dari mereka adalah lulusan 3. Dalam pelaksanaan tugas pemerintah SMP dan SMA bahkan ada yang S1 Untuk itu sebagai administrator dalam bidang bagaimana seorang pemerintah untuk dapat pembangunan dan kemasyarakatan sudah menggali potensi-potensi pendidikan yang dapat dikategorikan berhasil karena para dimiliki oleh masyarakat Desa tersebut. pemerintah Desa dan aparatur pemerintah 34 Perahu, Volume 6 Nomor 1, September 2018, Hlm 27-34

sering terjun langsung ke lapangan untuk DAFTAR PUSTAKA memantau ataupun untuk mengawasi Bottomore T. B. 2004. Elit dalam Masyarakat. langsung setiap kegiatan pembangunan Gunung Agung. Jakarta. yang sementara dilaksanakan secara Colleta dan Kayam, 1987, Pengembangan langsung. Wilayah Pedesaan. Bina Aksara. 4. Khusus dalam pelaksanaan tugas dalam Jakarta. menyelenggarakan pembangunan, Karthohadikusumo S. 2000. Struktur Interaksi pemerintah desa juga dituntut untuk Kelompok Elit dalam Pedesaan. PT mengelolanya berdasarkan asas Prima. Jakarta. transparansi, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin Landis H. Paul, 2000. Emansipasi dan anggaran Hakikat pelayanan publik Demokrasi mulai dari Desa. adalah pemberian pelayanan prima LAPERA, Pustaka Utama. Jakarta. kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur Mubiyarto, 1984. Pembangunan Pedesaan dan pemerintah sebagai abdi Negara karena masalah Kepemimpinan. LIBERTY. itu pengembangan kinerja pelayanan Yogyakarta. publik senantiasa menyangkut tiga unsur kelembagaan penyelenggara pelayanan, Ndraha Taliziduhu, 1987. Partisipasi proses pelayanan serta sumber daya Masyarakat dalam pembangunan. manusia pemberi pelayanan. Yayasan Karya Dharma. Jakarta. Berdasarkna pada kesimpualan tersebut penulis menyarankan beberapa hal Sugiyono, 2003. Statistika untuk penelitian. sebagai berikut : Alfabeta. Bandung. 1. Pemerintah berkewajiban Bryant and White, 1982. Pembangunan menghormati otonomi asli yang Masyarakat. LIBERTY. Yogyakarta. dimiliki oleh Desa tersebut. Supriyatna, 1985. Otonomi dan Pemberdayaan 2. Bagi Desa, otonomi yang dimiliki Desa. LAPERA, Pustaka Utama. berbeda dengan otonomi yang dimiliki Yogyakarta. oleh Daerah Propinsi maupun Daerah Kabupaten dan Daerah Kota Suyanto M. 2002. Pemikiran-Pemikiran 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun dalam Pembangunan Kesejahteraan 2004 tentang Pemerintahan Daerah Sosial. Fakultas Ekonomi Universitas Pasal 200 dan 216 menyatakan Indonesia. bahwa Desa di Kabupaten/ Kota memiliki kewenangan-kewenangan Sumardi and Evers, 1982. Kelompok Elit yang dapat diatur secara bersama dan Hubungan sosial di Pedesaan. antara pemerintah Desa dan Badan Pustaka Grafita Kita. Jakarta. Permusyawaratan Daerah yang dimaksudkan untuk meningkatkan Siagian P. Sondang ,1983. Administrasi pelayananan kepada masyarakat. Pembangunan. Gunung Agung. Jakarta. 4. Dalam konteks otonomi, Daerah dan Thoa Miftah ,1986. Kepemimpinan dalam Desa harus mempunyai kewenangan Manajemen. CV Rajawali. Jakarta. untuk mengurus urusan-urusan yang UU Desa No. 32 tahun 2004 dan UU Desa No. berkaitan dengan kedua kelompok 6 tahun 2014 kebutuhan di atas. Kelompok Undang-Undang Desa No.6 Tahun 2014 kebutuhan dasar adalah hampir sama Ugburn William, 1995. Kelompok Elit dan diseluruh Indonesia hanya gradasi Hubungan Sosial di Masyarakat. kebutuhannya saja yang berbeda. Pustaka Grafita Kita. Jakarta. Widjaja, HAW, 2003. Otonomi Desa. Raja Grafindo Persada. Jakarta. IMPLEMENTASI PASAL 8 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM UPAYA PENCEGAHAN BEREDARNYA TABUNG GAS LPG 3 KG RUSAK ATAU BOCOR OLEH PIHAK PANGKALAN DI PINOH KOTA

Redin Fakultas Hukum Universitas Kapuas Sintang Jalan Oevang Oeray 92 Sintang Email : [email protected] Abstract Conversion of kerosene to gas has / leaked tubes are stored in special storage a positive impact, because switching from warehouses and not sold to consumers with kitchen fuel to gas or LPG causes an increase the intention of providing security and safety in demand for 3 kg LPG for households or for consumers user of 3 kg LPG in Pinoh, small and medium enterprises. The magnitude Melawi Regency. of demand, has an impact on the emergence Keywords: Prevention, Consumers, Base, of 3 Kg LPG gas bases that sell gas directly 3Kg LPG Damaged / Leaked. to consumers. However, the base has Abstrak responsibility in preventing the circulation of Konversi minyak tanah ke gas 3 kg broken / leaked LPG tubes before being memberikan dampak positif, sebab dengan sold to consumer consumers. The purpose beralihnya bahan bakar dapur ke gas atau LPG of this study is to find out and examine the menyebabkan meningkatnya permintaan akan implementation of Article 8 of Act Number kebutuhan LPG 3 Kg bagi rumah tangga atau 8 of 1999 concerning Consumer Protection usaha kecil menengah. Besarnya permintaan, in an effort to prevent the circulation of LPG berdampak pada munculnya pangkalan gas 3 gas cylinders kg was damaged / leaked by LPG 3 Kg yang menjual langsung gas kepada Pangkalan in Pinoh City of Melawi Regency konsumen. Namun demikian pihak pangkalan and to find out the efforts made by the base in memiliki tanggjungjawab dalam mencegah preventing the circulation of damaged / leaked beredarnya tabung LPG 3 Kg rusak/bocor 3 kg LPG gas cylinders to consumers in Pinoh sebelum dijual kepada konsumen pengguna. Kota. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan The results of the study revealed that mengkaji implementasi Pasal 8 Undang- the implementation of Article 8 of Act Number Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang 8 of 1999 concerning Consumer Protection in Perlindungan Konsumen dalam upaya an effort to prevent the circulation of damaged pencegahan beredarnya tabung gas LPG 3 / leaked 3 Kg LPG gas cylinders by Pangkalan kg rusak/bocor oleh Pangkalan di Pinoh Kota in Pinoh Kota Melawi Regency was properly Kabupaten Melawi dan untuk mengetahui implemented and in line with the mandate upaya yang dilakukan oleh pihak pangkalan of the law. . It is evident from the absence of dalam mencegah beredarnya tabung gas LPG consumers who have bought or exchanged 3 kg rusak/bocor kepada konsumen di Pinoh tubes in damaged / leaky conditions, meaning Kota. that the protection of consumers using 3 kg Hasil penelitian diketahui bahwa LPG in Pinoh City Melawi Regency has been implementasi Pasal 8 Undang-Undang carried out by the LPG 3 Kg base properly Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan and responsibly. Thus, the 3 Kg LPG base has Konsumen dalam upaya pencegahan tried to prevent the circulation of damaged / beredarnya tabung gas LPG 3 Kg Rusak/Bocor leaked 3 kg LPG gas cylinders before arriving oleh Pangkalan di Pinoh Kota Kabupaten at consumers in Pinoh, Melawi Regency. This Melawi sudah diimplementasikan dengan is evidenced by the examination effort every baik dan benar sejalan dengan amanat dari time there is a distribution of tubes from undang-undang tersebut. Terbukti dari tidak agents to the base before being marketed at adanya konsumen yang pernah membeli atau the consumer level, the findings of damaged menukarkan tabung dalam keadaan rusak/ 36 Perahu, Volume 6 Nomor 1, September 2018, Hlm 35-44 bocor, artinya bahwa perlindungan terhadap digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi konsumen pengguna LPG 3 Kg di Pinoh Kota hampir semua kebutuhan, salah satunya Kabupaten Melawi sudah dilaksanakan oleh adalah penggunaan produk tabung Liquefied pihak pangkalan LPG 3 Kg dengan baik dan Petroleum Gas (LPG) 3 kg. bertanggungjawab. Dengan demikian maka Kepedulian terhadap nasib konsumen pihak pangkalan LPG 3 Kg sudah berupaya sudah dibuktikan dengan lahirnya Yayasan melakukan pencegahan beredarnya tabung Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) gas LPG 3 kg rusak/bocor sebelum sampai pada tahun 1973, dan berpuncak dengan kepada konsumen di Pinoh Kota Kabupaten diberlakukannya Undang-Undang Nomor 8 Melawi. Hal tersebut terbukti dengan adanya Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen upaya pemeriksaan setiap kali ada distribusi (UUPK). Pasal 1 butir 2 menyatakan bahwa tabung dari agen ke pangkalan sebelum di “Konsumen adalah setiap orang pemakai pasarkan pada tingkat konsumen, hasil temuan barang dan/atau jasa yang tersedia dalam tabung yang rusak/bocor di simpan di gudang masyarakat, baik bagi kepentingan diri penyimpanan khusus dan tidak di jual kepada sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk konsumen dengan maksud memberikan hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”. keamanan dan keselamatan bagi konsumen Pasal 1 butir 4 Undang Undang Nomor pengguna LPG 3 Kg di Pinoh Kota Kabupaten 8 Tahun 1999 yang dimaksud dengan “barang” Melawi. adalah: “Setiap benda baik berwujud maupun Kata Kunci: Pencegahan, Konsumen, tidak berwujud, baik bergerak maupun Pangkalan, LPG 3 Kg Rusak/Bocor. tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk PENDAHULUAN diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen” . Perlindungan konsumen adalah Terbukanya pasar gas nasional sebagai bagian dari hukum yang memuat asas-asas akibat dari proses konversiminyak tanah ke gas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur untuk penggunaan tingkat rumah tangga harus dan juga mengandung sifat yang melindungi tetap menjamin peningkatan kesejahteraan kepentingan konsumen. Adapun hukum dan keselamatan masyarakat serta kepastian konsumen diartikan sebagai keseluruhan asas- atas mutu, jumlah dan keamanan terhadap asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur barang dan/atau jasa yang diperoleh oleh hubungan dan masalah antara berbagai pihak masyarakat di pasar. Sebagaimana diketahui satu sama lain yang berkaitan dengan barang bahwa panjangnya rantai distribusi tabung dan/atau jasa konsumen dalam pergaulan gas LPG 3 kg dari Pertamina sampai tingkat hidup. Pangkalan dapat mengakibatkan tabung Hal ini juga tercantum didalam mengalami kerusakan atau bocor. Sebagai Undang-Undang No 8 Tahun 1999 mengenai akibatnya akhir-akhir ini ada beredar tabung Perlindungan Konsumen yang menyebutkan gas rusak/bocor di agen ataupun di tempat- bahwa “Perlindungan Konsumen adalah tempat pangkalan gas LPG yang dapat segala upaya yang menjamin adanya kepastian membahayakan kehidupan manusia, sehingga hukum untuk memberi perlindungan kepada hal tersebut dapat merugikan kepentingan dari konsumen.” Oleh karena itu, berbicara konsumen sebagai pengguna. Sehingga pelaku mengenai perlindungan konsumen berarti usaha perlu memperhatikan ketersediaan, mempersoalkan mengenai jaminan ataupun kondisi dan kelayakan dari suatu barang kepastian mengenai terpenuhinya hak-hak sebelum dijual kepada konsumen. konsumen. Pasal 1 butir 3 Undang Undang Nomor Sebagaimana yang diketahui bahwa 8 Tahun 1999 menyebutkan : dengan adanya Globalisasi dan perkembangan- “Pelaku usaha adalah setiap orang perkembangan perekonomian terjadi secara perseorangan atau badan usaha, baik pesat di dalam era perekonomian modern yang berbentuk badan hukum maupun ini telah menghasilkan berbagai jenis dan bukan badan hukum yang didirikan variasi dari barang dan/atau jasa yang dapat dan berkedudukan atau melakukan Redin, Implementasi Pasal 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 37

kegiatan dalam wilayah hukum Negara sebesar-besarnya oleh pelaku usaha melalui Republik Indonesia, baik sendiri cara-cara promosi, cara-cara penjualan serta maupun bersama melalui perjanjian penerapan perjanjian standar yang dapat menyelenggarakan kegiatan usaha merugikan konsumen. Faktor utama yang dalam berbagai bidang ekonomi “. menjadi kelemahan konsumen adalah tingkat Berdasarkan bunyi Pasal tersebut, kesadaran dari konsumen akan hak-haknya maka Pelaku usaha adalah perusahaan, sebagai konsumen dan hal inilah yang sering korporasi, koperasi, BUMN, importir, dijadikan oleh para produsen ataupun pelaku pedagang, distributor, dan lain-lain. PT usaha untuk mendapatkan keuntungan sepihak. Pertamina Persero sebagai salah satu Badan Oleh karena itu, Undang-Undang No. 8 Usaha Milik Negara dikatakan sebagai pelaku Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, usaha utama dalam produksi gas LPG yang dimaksudkan agar menjadi landasan hukum distribusinya kepada agen terlebih dahulu, baru yang kuat bagi masyarakat agar dapat kemudian ke tingkat pangkalan-pangkalan gas melakukan upaya pemberdayaan konsumen LPG sebelum masuk ke konsumen sebagai melalui pembinaan dan pendidikan konsumen. pengguna. Dengan demikian, Undang-Undang No. 8 Dalam proses distribusi inilah Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pentingnya peran agen atau pangkalan gas bertujuan untuk menjamin kepastian dan LPG dalam melakukan pengecekan kembali perlindungan terhadap konsumen dan pelaku kondisi tabung gas, sebelum dipasarkan kepada usaha, khususnya terhadap pelaku usaha agar konsumen. Tujuannya adalah mencegah dan menjalankan usahanya dengan jujur agar menghindari hal-hal yang dapat merugikan konsumen tidak mengalami kerugian atas hak-hak konsumen sebagaimana dengan tegas barang dan/atau jasa yang digunakan oleh dilarang dalam Pasal 8 ayat 2 bahwa “Pelaku konsumen. usaha dilarang memperdagangkan barang Besarnya permintaan konsumen yang rusak, cacat atau bekas, dan tercemar terhadap LPG 3 kg sejak Januari-Juli 2018, tanpa memberikan informasi secara lengkap berdampak pada lemahnya kontrol pihak dan benar atas barang dimaksud”. Karena pangkalan dalam melakukan pengecekan dan konsumen tidak hanya sekedar pembeli, akan pencegahan beredarnya tabung LPG 3 kg tetapi semua orang (perorangan atau badan yang mengalami kerusakan atau bocor kepada usaha) yang menggunakan atau memakai konsumen. Untuk itu pentingnya dilakukan barang dan/atau jasa. Konsumen juga pencegahan ditingkat akhir distribusi tabung disebut sebagai pemakai.Kata pemakai ini LPG 3 kg oleh pihak Pangkalan/Sub Agen menekankan bahwa konsumen adalah sebagai dengan pengecekan secara cermat terhadap konsumen akhir (Ultimate Consumer). kondisi tabung LPG 3 kg sebelum di perjual- Untuk meningkatkan harkat belikan kepada konsumen. dan martabat konsumen maka perlu ditingkatkan kesadaran, pengetahuan, METODE PENELITIAN kepedulian, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi dirinya serta Penelitian ini dilakukan mulai tanggal menumbuhkembangkan sikap pelaku usaha 1 Juni 2018 sampai dengan 31 Agustus yang bertanggung jawab. Maka kewajiban 2018 pada Pangkalan Liquefied Petroleum untuk menjamin keamanan suatu produk agar Gas (LPG) 3 kg Bang Jeki dan Ashandi di tidak menimbulkan kerugian bagi konsumen PinohKota, Kabupaten Melawi. Penelitian dibebankan kepada produsen dan pelaku ini menggunakan metode penelitian kualitatif usaha, karena pihak produsen dan pelaku dengan pendekatan yuridis sosiologis. usahalah yang mengetahui komposisi dan Penelitian ini berusaha untuk mengeksplorasi masalah-masalah yang menyangkut keamanan secara mendalam mengenai Implementasi suatu produk tertentu dan keselamatan di Pasal 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 dalam menggunakan produk tersebut. Tentang Perlindungan Konsumen dalam upaya Konsumen menjadi objek dari aktifitas pencegahan beredarnya tabung gas LPG 3 kg bisnis untuk mendapatkan keuntungan yang rusak/bocor oleh Pangkalan.Subjek penelitian 38 Perahu, Volume 6 Nomor 1, September 2018, Hlm 35-44 ini terdiri dari Pemilik Pangkalan/Sub Agen beredarnya tabung gas LPG 3 kg rusak/ Bang Jeki dan Pemilik Pangkalan/Sub Agen bocor oleh Pangkalan di Pinoh Kota Ashandi serta 10 orang konsumen pengguna tabung Liquefied Petroleum Gas (LPG) 3 kg. Berdasarkan hasil wawancara dengan Subjek penelitian untuk konsumen ditentukan pemilik Pangkalan LPG 3 Kg Bang Jeki pada berdasarkan metode Incidental Sampling, tanggal 31 Juli 2018, diperoleh informasi yaitu metode pengambilan dengan memilih bahwa pihak pangkalan LPG 3 Kg mengetahui siapa yang kebetulan ada/dijumpai sedang tentang telah berlakunya UU Nomor 8 Tahun membeli atau menukarkan tabung LPG 3 kg 1999 tentang Perlindungan Konsumen, di dua pangkalan tersebut. hasil wawancara dengan Pangkalan LPG Teknik yang digunakan dalam 3 Kg Ashandi juga menyatakan telah pengumpulan data dari penelitian ini yang mengetahui tentang berlakunya UUPK pertama melakukan pengamatan (observasi) tersebut. Selanjutnya hasil wawancara dengan terhadap distribusi tabung LPG 3 kg dari konsumen pengguna LPG 3 Kg, menyatakan Agen ke pangkalan dan dari pangkalan ke bahwa sudah mengetahui terkait berlakunya konsumen, serta pengecekan tabung oleh UUPK tersebut. pangkalan sebelum di jual kepada konsumen. Mengacu pada hasil wawancara Kedua, melakukan wawancara (interview) tersebut diketahui bahwa, pihak Pangkalan kepada pemilik pangkalan Bang Jeki dan LPG 3 Kg dan Konsumen pengguna LPG pangkalan Ashandi berdasarkan daftar 3 Kg di Pinoh Kota Kabupaten Melawi pertanyaan yang telah peneliti siapkan sesuai sudah mengetahui tentang berlakunya UU dengan aspek masalah yang diteli. Tujuan dari Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan wawancara adalah untuk mencari informasi Konsumen. Dengan demikian maka, pihak dari tentang implementasi Pasal 8 Undang- Pangkalan LPG 3 Kg telah mengetahui tujuan Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang dari perlindungan konsumen, termasuk di Perlindungan Konsumen terkait pencegahan dalamnya adalah konsumen pengguna LPG 3 beredarnya tabung gas LPG 3 kg rusak/bocor Kg. oleh pangkalan dan upaya yang dilakukan oleh Berdasarkan Pasal 3 UU Nomor 8 pangkalan dalam mencegah beredarnya tabung Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen gas LPG 3 kg rusak/bocor kepada konsumen. mengemukakan bahwa, perlindungan Ketiga, Studi Kepustakaan (Library Resarch), konsumen bertujuan : (a). Meningkatkan yaitu dengan meneliti atau menelaah undang- kesadaran, kemampuan dan kemandirian undang, buku-buku literatur dan referensi- konsumen untuk melindungi diri; (b). referensi lain yang berkaitan dengan masalah Mengangkat harkat dan martabat konsumen perlindungan konsumen. dengan cara menghindarkannya dari akses Analisis data, peneliti menggunakan negatif pemakaian barang dan/ atau jasa; metode analisis data deskriptif kualitatif (c). Meningkatkan pemberdayaan konsumen yaitu suatu analisis data yang berpola dalam memilih, menentukan dan menuntut menggambarkan apa yang ada di lapangan hak-haknya sebagai konsumen; (d). dan mengupayakan penggambaran data secara Menciptakan sistem perlindungan konsumen sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta yang mengandung unsur kepastian hukum dari suatu peristiwa serta sifat-sifat tertentu. dan keterbukaan informasi serta akses untuk Kemudian ditarik kesimpulan secara induktif, mendapatkan informasi; (e). Menumbuhkan yaitu proses berawal dari proposisi-proposisi kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya khusus dan berakhir pada suatu kesimpulan perlindungan konsumen sehingga tumbuh berupa asas umum (pengetahuan baru). sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha; (f). Meningkatkan kualitas PEMBAHASAN barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau 1. Implementasi Pasal 8 Undang-Undang jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan keselamatan konsumen. Konsumen dalam upaya pencegahan Keenam tujuan di atas merupakan Redin, Implementasi Pasal 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 39 sasaran akhir yang harus dicapai dalam LPG 3 Kg di Pinoh Kota Kabupaten Melawi pelaksanaan pembangunan di bidang sudah memahami dan mengetahui tentang hukum perlindungan konsumen. Keenam norma-norma yang di atur dalam UU Nomor 8 tujuan khusus perlindungan konsumen yang Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen disebutkan di atas bila dikelompokkan ke khususnya tentang hak-hak pengguna LPG dalam tiga tujuan hukum secara umum, maka 3 Kg dan kewajiban pihak Pangkalan LPG tujuan hukum untuk mendapatkan keadilan 3 Kg dalam memberikan pelayanan dan terlihat dalam rumusan huruf c, dan huruf perlindungan konsumen. Untuk lebih jelasnya, e. Sementara tujuan untuk memberikan berdasarkan studi kepustakaan maka dalam kemanfaatan dapat terlihat dalam rumusan Pasal 7 UUPK menyatakan kewajiban pelaku huruf a, dan b, termasuk huruf c, dan d, serta usaha adalah: huruf f. Terakhir tujuan khusus yang diarahkan a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan untuk tujuan kepastian hukum terlihat dalam usahanya; rumusan huruf d. Jadi semata-mata tujuan b. Memberikan informasi yang benar, jelas dalam perlindungan konsumen itu ialah untuk dan jujur mengenai kondisi dan jaminan menciptakan suatu keadilan, kemanfaatan, barang dan/atau jasa serta memberi dan kepastian hukum. penjelasan penggunaan, perbaikan dan Berdasarkan observasi lapangan pemeliharaan; terlihat bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten a. Memperlakukan atau melayani konsumen Melawi telah berupaya mensosialisasikan secara benar dan jujur serta tidak pentingnya pelaku usaha menghormati dan diskriminatif; mengutamakan hak-hak konsumen dalam c. Menjamin mutu barang dan/atau jasa melakukan kegiatan usaha, termasuk di yang diproduksi dan/atau diperdagangkan dalamnya dalam kegiatan usaha LPG 3 Kg. berdasarkan ketentuan standar mutu Hal ini menunjukkan bahwa, perlindungan barang dan/atau jasa yang berlaku; konsumen merupakan tujuan utama bagi d. Memberi kesempatan kepada konsumen pelaku usaha dalam memasarkan barang dan untuk menguji, dan/atau mencoba barang jasanya, sehingga hak-hak konsumen tidak dan/atau jasa tertentu serta memberi terabaikan. jaminan dan/atau garansi atas barang yang Berdasarkan hasil wawancara dengan dibuat dan/atau yang diperdagangkan; pemilik Pangkalan LPG 3 Kg Bang Jeki dan e. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/ Pangkalan LPG 3 Kg Ashandi pada tanggal 31 atau penggantian atas kerugian akibat Juli 2018, diperoleh informasi bahwa sebagai penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan pelaku usaha pihak pangkalan berkewajiban barang dan/atau jasa yang diperdagangkan; melayani konsumen secara benar dan jujur f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau serta memasarkan LPG 3 Kg berdasarkan penggantian apabila barang dan/atau jasa ketentuan standar mutu barang. Bentuk yang diterima atau dimanfaatkan tidak pelayanan demikian sudah dilakukan sebagai sesuai dengan perjanjian. upaya untuk menarik konsumen pengguna Atas dasar kewajiban secara normatif LPG 3 Kg, sisi lainnya hal tersebut merupakan yang dimiliki oleh pelaku usaha tersebut di kewajiban dari pada pihak Pangkalan atas, maka sangat penting peran pelaku usaha sebagaimana yang diamanatkan oleh UUPK. dalam melakukan pengecekan dan pencegahan Selanjutnya hasil wawancara dengan beredarnya tabung Liquefied Petroleum Gas konsumen pengguna LPG 3 Kg, diperoleh (LPG) 3 kg dalam keadaan rusak atau bocor informasi bahwa sebagian besar konsumen kepada konsumen pengguna yang dapat sudah mengetahui tentang hak-hak konsumen merugikan pihak konsumen pengguna tabung yang dilindungi, perlindungan hak-hak gas. konsumen merupakan kewajiban yang harus Berdasarkan hasil wawancara dengan dilaksanakan oleh pihak pelaku usaha. pemilik Pangkalan LPG 3 Kg Bang Jeki dan Mengacu pada hasil wawancara Pangkalan LPG 3 Kg Ashandi pada tanggal 31 tersebut peneliti menemukan bahwa, pihak Juli 2018, diperoleh informasi bahwa sebagai Pangkalan LPG 3 Kg dan Konsumen pengguna pelaku usaha pihak pangkalan LPG 3 Kg tidak 40 Perahu, Volume 6 Nomor 1, September 2018, Hlm 35-44 pernah menjual atau memasarkan dengan berdasarkan studi kepustakaan maka upaya sengaja LPG 3 Kg dalam keadaan Rusak/ pencegahan pada tingkatan pelaku usaha Bocor kepada konsumen. Sebelum LPG 3 sangat dianjurkan oleh UUPK dalam Pasal Kg di jual kepada konsumen pihak pangkalan 8 ayat (2) sebelum barang/jasa di pasarkan terlebih dahulu melakukan pengecekan secara kepada konsumen “Pelaku usaha dilarang keseluruhan kondisi tabung LPG 3 Kg yang memperdagangkan barang yang rusak, cacat baru diterima dari agen, hal tersebut untuk atau bekas, dan tercemar tanpa memberikan menghindari bahaya ledakan dari tabung informasi secara lengkap dan benar atas LPG 3 Kg tersebut yang dapat merugikan barang dimaksud.” Ayat 4 “Pelaku usaha yang konsumen. Untuk tabung yang diduga bocor melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat dilakukan pengecekan dengan cara merendam (2) dilarang memperdagangkan barang dan/ tabung di dalam bak berisi air. atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari Sebagaimana diketahui bahwa peredaran”. pangkalan LPG 3 Kg merupakan pelaku Pelanggaran terhadap ketentuan di atas usaha terakhir sebelum tabung LPG 3 dapat dikenakan sanksi pidana berdasarkan Kg sampai pada konsumen akhir sebagai ketentuan dalam Pasal 62 ayat 1 yang pengguna. Untuk itu peran dari pangkalan menyatakan dengan tegas bahwa : dalam memberikan perlindungan kepada “Pelaku usaha yang melanggar konsumen menjadi sangat penting dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam cara melakukan pemeriksaan kondisi tabung Pasal 8, dipidana dengan pidana penjara untuk mengetahui adanya kerusakan dan paling lama 5 (lima) tahun atau pidana kebocoran pada tabung LPG.Tujuannya adalah denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 mengimplementasikan dengan baikamanat (dua milyar rupiah).”Terhadap sanksi pidana dari Pasal 8 UUPK di tingkat pelaku usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62, dapat khususnya pangkalan LPG 3 Kg di Pinoh dijatuhkan hukuman tambahan, berupa : a. Kota Kabuaten Melawi Perampasan barang tertentu; b. Pengumuman Hasil wawancara dengan dengan keputusan hakim; c. Pembayaran ganti rugi; d. konsumen pengguna LPG 3 Kg menyatakan Perintah penghentian kegiatan tertentu yang bahwa belum pernah membeli atau menyebabkan timbulnya kerugian konsumen; menukarkan tabung gas LPG 3 Kg dalam e. Kewajiban penarikan barang dari peredaran; kondisi rusak/bocor dari Pangkalan LPG 3 Kg atau f. Pencabutan izin usaha. di Pinoh Kota Kabupaten Melawi. Mengacu Berdasarkan hasil wawancara, pada hasil wawancara tersebut, peneliti observasi dan studi kepustakaan diperoleh berpendapat bahwa pihak pangkalan LPG hasil penelitian bahwa implementasi Pasal 3 Kg telah melakukan pemisahan terlebih 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 dahulu tabung yang rusak atau bocor dan tidak tentang Perlindungan Konsumen dalam upaya dijual kepada konsumen. Dengan demikian pencegahan beredarnya tabung gas LPG 3 implementasi dari Pasal 8 ayat 4 UUPK sudah Kg Rusak/Bocor oleh Pangkalan di Pinoh dilaksanakan oleh pihak Pangkalan LPG 3 Kg Kota Kabupaten Melawi sudah dilaksanakan di Pinoh Kota Kabupaten Melawi. dengan baik dan benar sejalan dengan amanat Berdasarkan observasi lapangan dari undang-undang tersebut. Terbukti dari terlihat bahwa pihak pangkalan pada saat tidak adanya konsumen yang pernah membeli tabung LPG 3 Kg masuk dari Agen LPG 3 atau menukarkan tabung dalam keadaan Kg segera melakukan pemeriksaan terhadap rusak/bocor. Hal ini menegaskan bahwa kondisi tabung, setiap tabung yang rusak/ UUPK berlaku efektif dalam melindungi bocor dilakukan pemisahan dan disimpan di konsumen pengguna LPG 3 Kg di Pinoh Kota gudang khusus yang sudah disediakan oleh Kabupaten Melawi.Pihak pangkalan LPG 3 Pangkalan Bang Jeki dan Pangkalan Ashandi, Kg telah melaksanakan ketentuan tersebut sehingga LPG yang dijual kepada konsumen dengan baik dan bertanggungjawab dengan adalah yang dalam kondisi baik dan aman. sampel Pangkalan Bang Jeki dan Pangkalan Untuk lebih menguatkan hasil Ashandi. wawancara dan observasi peneliti, Redin, Implementasi Pasal 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 41

1. Upaya Pihak Pangkalan dalammencegah Bulan Volume Kontrak Volume Penjualan Tabung Rusak Tabung Bocor beredarnya tabung gas LPG 3 kg rusak/ Januari 5.040 5.000 1 3 bocor kepada konsumen di Pinoh Kota Februari 5.040 5.050 1 2 Berdasarkan hasil wawancara dengan Maret 5.040 5.040 2 0 April 5.040 5.020 1 4 pemilik Pangkalan LPG 3 Kg Bang Jeki dan Mei 5.040 5.040 0 2 Pangkalan LPG 3 Kg Ashandi pada tanggal 31 Juni 5.040 5.035 0 5 Juli 2018, diperoleh informasi bahwa setiap Juli 5.040 5.044 2 2 5.040 tabung LPG 3 Kg yang di distribusikan Jumlah 35.280 35.229 5 18 dari agen ke Pangkalan selalu terdapat tabung Sumber : Pangkalan Ashandi, Tahun 2018 yang rusak atau bocor, walaupun dalam Berdasarkan data pada tabel di atas, pengiriman dari agen terdapat laporan serah terlihat bahwa dengan valume kontrak yang terima barang bahwa semua tabung dalam sama dengan pangkalan Bang Jeki, pangkalan kondisi baik dan siap digunakan. Untuk Ashandi hanya mampu menjual 35.229 saja mendukung keterangan dari narasumber, atau 99% saja pencapaian dari pada volume berikut diuraikan data dalam bentuk tabel di kontrak. Sepanjang Januari-Juli 2018 jumlah bawah ini : tabung rusak sebanyak 5 tabung, bulan Mei dan Juni tidak ada masuk tabung rusak dari Tabel 1 Tabung LPG 3 Kg Rusak/Bocor agen. Sedangkan tabung bocor berjumlah 18 Pangkalan Bang Jeki Tahun 2018 tabung, dengan jumlah tabung bocor terbanyak masuk pada bulan Juni berjumlah 5 buah. Jika Bulan Volume Kontrak Volume Penjualan Tabung Rusak Tabung Bocor Januari 5.040 5.000 0 2 diperhatikan dari kedua tabel di atas terlihat Februari 5.040 5.000 2 1 tabung bocor lebih banyak dari tabung yang Maret 5.040 5.000 1 3 rusak pada periode bulan yang sama dengan April 5.040 5.100 1 2 valume penjualan yang berbeda, artinya Mei 5.040 5.040 2 3 bahwa pihak Pertamina belum memeriksa Juni 5.040 5.040 3 5 dengan seksama kondisi tabung sebelum di Juli 5.040 5.070 1 3 distribusikan ke pihak agen yang menyuplai Jumlah 35.280 35.250 10 19 kebutuhan LPG 3 Kg di pangkalan-pangkalan Sumber : Pangkalan Bang Jeki, Tahun 2018 LPG 3 kg di Pinoh Kota. Berdasarkan tabel di atas diketahui Berdasarkan observasi lapangan bahwa volume kontrak kerjasama pangkalan terlihat bahwa terdapat beberapa tabung LPG 3 Bang Jeki LPG 3 Kg pada tahun 2018 sebesar Kg yang rusak, dengan kerusakannya terdapat 35.280 tabung dari Januari-Juli 2018, dengan pada Hand Guard, Footring, Valve, bocor bodi valume penjualan sebesar 35.250 tabung. dan cat kusam/karatan. Dari beberapa macam Artinya volume penjualan hampir sama bentuk kerusakan yang terjadi pada tabung, dengan valume kontrak.Selanjutnya tabung yang paling banyak ada pada cat kusam/ rusak dari Januari-Juli 2018, hanya pada karatan. Berikutnya diikuti oleh handguard, bulan Januari tidak ada tabung rusak, namun footring, valve dan terakhir adalah bocor pada bulan yang sama terdapat tabung yang bodi (bocor tabung), bocor tabung inilah bocor. Jumlah tabung rusak Februari-Juli yang sangat berbahaya apabila terjual kepada 2018 berjumlah 10 tabung, jumlah tabung konsumen dapat mengakibatkan ledakan yang tersebut lebih sedikit jika dibandingkan menimbulkan kerugian materi ataupun korban dengan jumlah tabung bocor sebanyak 19 jiwa bagi konsumen pengguna. tabung. Banyaknya jumlah tabung yang Berdasarkan hasil wawancara dengan rusak dan bocor mengindikasikan bahwa pemilik Pangkalan LPG 3 Kg Bang Jeki dan pentingnya tanggungjawab pihak pangkalan Pangkalan LPG 3 Kg Ashandi pada tanggal dalam mencegah beredarnya tabung yang 31 Juli 2018, diperoleh informasi bahwa cara rusak atau bocor kepada konsumen. pihak pangkalan dalam menangulangi tabung gas LPG 3 Kg yang rusak/bocor, memiliki Tabel 2 Tabung LPG 3 Kg Rusak/Bocor beberapa tahapan berikut ini : Pangkalan Ashandi Tahun 2018 1. Pemeriksaan dan inventarisir setiap tabung berdasarkan kerusakan yang terjadi 42 Perahu, Volume 6 Nomor 1, September 2018, Hlm 35-44

dilakukan pada saat tabung didistribusikan melakukan pemeriksaan kondisi tabung. dari agen ke pangkalan. Sehingga tabung yang rusak atau bocor dapat 2. Khusus tabung yang rusak di atas 80% diketahui sedini mungkin sebelum di jual tetapi tidak bocor dimasukan ke gudang kepada konsumen, pemeriksaan kondisi tabung penyimpanan khusus. dilakukan di dalam gudang penyimpanan, 3. Tabung yang dinyatakan bocor atau sehingga konsumen tidak mengetahui upaya mengeluarkan bau gas disimpan di gudang dari pihak pangkalan dalam mencegah penyimpanan khusus. beredarnya tabung gas LPG 3 kg rusak/ Hasil wawancara dengan pemilik bocor sebelum dipasarkan kepada konsumen. Pangkalan LPG 3 Kg Bang Jeki dan Berdasarkan hasil observasi tersebut diketahui Pangkalan LPG 3 Kg Ashandi pada tanggal bahwa pihak pangkalan sebagai pelaku usaha 31 Juli 2018, menyatakan bahwa tidak ada telah berupaya untuk melaksanakan ketentuan alat khusus yang digunakan untuk mengetahui dalam Pasal 7 UUPK. tabung gas LPG 3 Kg dalam keadaan rusak/ Selain pelaku usaha memiliki bocor, secara sederhana jika tabung rusak kewajiban untuk memberikan perlindungan hanya diperiksa dan dikira saja persentase terhadap konsumen, sesuai dengan ketentuan kerusakannya. Sedangkan untuk tabung yang dalam Pasal 5 UUPK, konsumen sebagai bocor, mengandalkan indra penciuman dan pengguna LPG 3 Kg juga berkewajiban: a. merendamkan tabung ke dalam bak berisi air. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi Berdasarkan hasil wawancara dengan dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan dengan konsumen pengguna LPG 3 Kg barang, demi kemananan dan keselamatan; menyatakan bahwa tidak mengetahui upaya b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pihak pangkalan dalam mencegah beredarnya pembelian barang; dan c. Membayar sesuai tabung gas LPG 3 kg rusak/bocor kepada dengan nilai tukar yang disepakati. konsumen, secara sederhana konsumen Berdasarkan hasil wawancara, bebas memilih setiap tabung yang dijual observasi dan studi kepustakaan diperoleh dan memeriksanya dengan seksama untuk hasil penelitian bahwa pihak pangkalan LPG mengetahui kondisi tabung sebelum membeli. 3 Kg sudah berupaya melakukan pencegahan Mengacu pada hasil wawancara beredarnya tabung gas LPG 3 kg rusak/bocor tersebut diketahui bahwa, dalam sekali kepada konsumen di Pinoh Kota Kabupaten distribusi tabung LPG 3 Kg dari agen ke Melawi. Hal tersebut terbukti dengan adanya pangkalan dengan valume kontrak 5.040 upaya pemeriksaan setiap kali ada distribusi tabung selalu terdapat tabung yang rusak tabung dari agen ke pangkalan sebelum di atau bocor, sehingga menjadi sangat penting pasarkan pada tingkat konsumen, hasil temuan bagi pangkalan melakukan pengecekan tabung yang rusak/bocor di simpan di gudang kondisi tabung secara keseluruhan sebelum penyimpanan khusus dan tidak di jual kepada di jual kepada konsumen untuk mencegah konsumen dengan maksud memberikan beredarnya tabung yang rusak atau bocor, hal keamanan dan keselamatan bagi konsumen ini bertujuan agar hak-hak konsumen benar- pengguna LPG 3 Kg di Pinoh Kota Kabupaten benar terlindungi. Sebab konsumen sendiri Melawitelah sesuai dengan ketentuan Pasal 8 tidak mengetahui secara nyata bahwa pihak Undang-Undang Perlindungan Konsumen. pangkalan melakukan upaya pencegahan sebelum tabung-tabung dipasarkan kepada SIMPULAN konsumen. Apabila sudah dipasarkan, pilihan ada pada konsumen untuk memilih dan 1. Bahwa implementasi Pasal 8 Undang- memeriksa guna pemakaian atau pemanfaatan Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang barang, demi kemananan dan keselamatannya Perlindungan Konsumen dalam upaya sendiri. pencegahan beredarnya tabung gas LPG Berdasarkan observasi lapangan 3 Kg Rusak/Bocor oleh Pangkalan di terlihat bahwa setiap distribusi tabung LPG Pinoh Kota Kabupaten Melawi sudah 3 Kg dari agen ke pangkalan, langkah utama diimplementasikan dengan baik dan yang dilakukan oleh pihak pangkalan adalah benar sejalan dengan amanat dari undang- Redin, Implementasi Pasal 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 43

undang tersebut. Terbukti dari tidak Ari Purwandi, Perlindungan Hukum adanya konsumen yang pernah membeli Konsumen Dari Sudut Periklanan, atau menukarkan tabung dalam keadaan Majalah Hukum Trisakti No. 21 Tahun rusak/bocor, yang artinya perlindungan XII/Januari 1996, Fakultas Hukum terhadap konsumen pengguna LPG 3 Kg Universitas Trisakti, Jakarta di Pinoh Kota Kabupaten Melawi sudah Az. Nasution, 1999, Hukum Perlindungan dilaksanakan oleh pihak pangkalan LPG 3 Konsumen Suatu Pengantar, Jakarta : Kg dengan baik dan bertanggungjawab. Dana widya 2. Bahwa pihak pangkalan LPG 3 Kg , 1995, Konsumen dan Hukum : sudah berupaya melakukan pencegahan Tinjauan Sosial Ekonomi dan Hukum Pada beredarnya tabung gas LPG 3 kg rusak/ Perlindungan Konsumen Jakarta : Pustaka bocor kepada konsumen di Pinoh Kota Sinar Harapan Kabupaten Melawi. Hal tersebut terbukti Badan Hukum Pembinaan Hukum Nasional dengan adanya upaya pemeriksaan (BPHN) : Laporan Akhir Penelitian setiap kali ada distribusi tabung dari Perlindungan Konsumen Atas agen ke pangkalan sebelum di pasarkan Kelalaian Produsen, Departemen pada tingkat konsumen, hasil temuan Kehakiman RI, 1992 tabung yang rusak/bocor di simpan di Bambang Sunggono, 2005, Metodologi gudang penyimpanan khusus dan tidak Penelitian Hukum, Jakarta : PT. di jual kepada konsumen dengan maksud RajaGrafindo Persada memberikan keamanan dan keselamatan Bambang Waluyo, 1991, Penelitian Hukum bagi konsumen pengguna LPG 3 Kg di Dalam Praktek, Jakarta : Sinar Grafika Pinoh Kota Kabupaten Melawi. Barda Nawawi Arief, Martini Hardadi, 1992, Berdasarkan pada Kesimpulan Instrumen Penelitian, Yogyakarta : tersebut penulis menyarankan beberapa hal University Press berikut ini : Emmy Pangaribuan Simanjuntak, 1992, Aspek 1. Agar implementasi Pasal 8 Undang- Yuridis dan Cara Penanggulangan Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Persaingan Curang, Makalah, Perlindungan Konsumen dalam upaya Yogyakarta. pencegahan beredarnya tabung gas LPG Gunawan Widjaja, Ahmad Yani, 2000, Hukum 3 Kg Rusak/Bocor tidak hanya menjadi Tentang Perlindungan Konsumen, tanggung jawab pihak Pangkalan saja, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama melainkan menjadi tanggung jawab pihak Hadari Nawawi, 2007, Metode Penelitian agen dan Pertamina sebagai rantai utama Bidang Sosial, Yogyakarta : Gajah distribusi LPG 3 Kg. Mada University Press 2. Agar upaya pihak pangkalan dalam Inosentius Samsul, 2004, Perlindungan mencegah beredarnya tabung LPG 3 kg Konsumen Kemungkinan Penerapan rusak/bocor kepada konsumenlebih efektif Tanggung Jawab Mutlak, Jakarta-FH sebaiknya pihak Pertamina memberikan UI Pascasarjana suatu alat khusus untuk mengetahui sedini Koesnadi Hardjasoemantri, 1994, Hukum mungkin terjadinya kebocoran pada Tata Lingkungan, Cet. 11, Yogyakarta tabung. : Gadjah Mada University Press Ronny Hanitijo Soemitro, 1983, Metodologi DAFTAR PUSTAKA Penelitian Hukum, Jakarta : Ghalia Indonesia A.W. Troelsrup, 1974, The Consumer in , 1988, Metodologi Penelitian Hukum American Soceity : Personal and dan Jurimetri, Jakarta : Ghaila Family Finance, ed. 5, New York : Indonesia Merrow Hill , 1989, Persfektif Sosial dalam Ade Maman Suherman, 2002, Aspek Hukum Pemahamam Masalah-Masalah Dalam Ekonomi Global, Jakarta : Hukum, Semarang : Agung Press Ghalia Indonesia RUUPK di Mata Pakar Hukum Jerman, 44 Perahu, Volume 6 Nomor 1, September 2018, Hlm 35-44

Warta Konsumen Tahun XXIV No. 12 Desember, 1998 S. Nasution, 1998, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung : Tarsito Shidarta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta : Grasindo Soerjono Soekanto, 2006, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Universias Indonesia Struss. Anselm, Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif (Prosedur, Teknik dan Teori Grounded), Surabaya : Bina Ilmu Sudarsono, 1999, Kamus Hukum, Jakarta : Rineka Cipta Sutan Remi Sjahdeni, 1993, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Jakarta : Institut Bankir Indonesia Tatik Suryani, 2003, Perlindungan Konsumen di Indonesia, Jakarta : Dana Widya Tria Sasangka Putra, 2006, Perlindungan Konsumen dalam Era Consumerism- Wise di Indonesia, Jakarta : Harian Pelita Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. UPAYA PEMERINTAH DESA MENDORONG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DI DESA WANA BAKTI KECAMATAN KETUNGAU TENGAH KABUPATEN SINTANG

Antonius Erwandi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Kapuas Sintang Email: [email protected]

Abstract

The lower level of community proyek tanpa melibatkan masyarakat. Metode participation today is because in the penelitian yang digunakan yaitu pendekatan development the village government has deskriptip kualitatif, teknik analisis data managed its finances autonomously in the adalah kualitatif, alat yang digunakan yaitu form of a Village Fund Budget (ADD) so that Panduan Observasi, Pedoman wawancara dan development is generally financed from ADD dokumentasi. Subjek penelitian sebanyak 8 in addition to project development patterns orang yaitu Kepala Desa, Ketua BPD, Ketua without involving the community. The research Adat Desa dan Masyarakat sebanyak 5 orang. method used is a qualitative descriptive Hasil penelitian menunjukan bahwa approach, the data analysis technique is bentuk partisipasi masyarakat berupa qualitative, the tools used are the Observation usulan yang hanya disampaikan pada saat Guide, interview guide and documentation. musrenbangdesa. Motivasi masyarakat The research subjects were 8 people, namely dalam keterlibatan sangat rendah yaitu the Village Head, BPD Chairperson, 5 Village sebagai pekerja upahan dalam pelaksanaan Adat Village and Community Chairpersons. kerja proyek pembangunan oleh pemerintah The results of the study showed that desa dan belum pernah di kerjakan secara the form of community participation in the gotong-royong atau dalam bentuk swadaya form of proposals was only delivered at the masyarakat. Sumber Daya Manusia pada village development planning meeting. The pemerintah desa sudah sesuai dengan standar motivation of the community in involvement pendidikan SMA sederajat sedangkan is very low, namely as wage workers in the sebagaimana Undang-Undang Nomor 6 implementation of development project work tahun 2014 akan tetapi belum memiliki by the village government and has never been pemahaman dalam menggerakan masyarakat done in mutual cooperation or in the form setempat untuk berpartisipasi dalam sistem of community self-help. Human resources pembangunan. in the village government are in accordance Kata Kuncin : partisipasi, Masyarakat, with the standards of equivalent high school Pembangunan education, whereas as in Law Number 6 of Latar Belakang 2014, they do not yet have an understanding Pembangunan nasional merupakan in mobilizing local communities to participate keseluruhan dari pembangunan yang meliputi in the development system. pembangunan daerah sehingga pembangunan Keywords: Participation, Community, daerah dapat dikatakan sebagai bagian Development dari pembangunan nasional itu sendiri. Pembangunan daerah tentunya sesuai dengan Abstrak sistem perencanaan pembangunan yang Semakin rendahnya partisipasi telah di musyawarahkan melalui tahapan- masyarakat dewasa ini karena dalam tahapan Musrenbang mulai dari tingkat desa pembangunan pemerintah desa telah sampai pada tingkat Kabupaten. Didalam mengelola keuangan secara otonom dalam rencana pembangunan daerah khususnya bentuk Anggaran Dana Desa (ADD) sehingga pembangunan desa akan sangat terarah pembangunan umumnya dibiaya dari ADD jika pembangunan tersebut mengacu pada selain itu pola pembangunan berbentuk pengembangan potensi yang dapat diarahkan 46 Perahu, Volume 6 Nomor 1, September 2018, Hlm 45-54 untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat a. memimpin penyelenggaraan setempat. Pemerintahan Desa; Keberhasilan dari suatu pembangunan b. mengangkat dan memberhentikan di daerah perdesaan tentunya akan sangat perangkat Desa; tergantung dari dukungan masyarakat c. memegang kekuasaan pengelolaan setempat walaupun rencana dan pelaksanaan Keuangan dan Aset Desa; pembangunan sudah sangat baik namun d. menetapkan Peraturan Desa; tidak melibatkan masyarakat akan dapat e. menetapkan Anggaran Pendapatan menimbulkan berbagai masalah dan dan Belanja Desa; kontroversi dalam proses pembangunan f. membina kehidupan masyarakat Desa; tersebut. Tingkat partisipasi masyarakat g. membina ketenteraman dan ketertiban dalam mendukung program kerja masyarakat Desa; pembangunan pemerintah memegang peran h. membina dan meningkatkan dan kedudukan yang sangat penting karena perekonomian Desa serta dapat menumbuhkan rasa kesadaran di mengintegrasikannya agar mencapai dalam masyarakat terhadap rasa memiliki perekonomian skala produktif untuk dari hasil pembangunan tersebut. Selain itu sebesar-besarnya kemakmuran program pembangunan pemerintah tentunya masyarakat Desa; harus semaksimal mungkin menyentuh i. mengembangkan sumber pendapatan aspek kehidupan masyarakat yang dianggap Desa; paling utama atau yang bersifat khusus bagi j. j.mengusulkan dan menerima masyarakat sehingga hasil pembangunan pelimpahan sebagian kekayaan negara tersebut akan sangat menunjang seluruh guna meningkatkan kesejahteraan kegiatan masyarakat dalam meningkatkan masyarakat Desa; perekonomian dan kesejahteraannya. k. mengembangkan kehidupan sosial Adanya keterlibatan pemerintah yang budaya masyarakat Desa; sifatnya berkelanjutan terhadap pembangunan l. memanfaatkan teknologi tepat guna; di berbagai bidang yang kemudian didukung m. mengoordinasikan Pembangunan oleh segenap lapisan masyarakat maka Desa secara partisipatif; program pembangunan akan dengan mudah n. mewakili Desa di dalam dan di dijalankan dan hasilnya dapat dirasakan luar pengadilan atau menunjuk langsung dalam kehidupan sehari-hari., kuasa hukum untuk mewakilinya keterlibatan masyarakat juga sangat penting sesuai dengan ketentuan peraturan dimana potensi yang tersedia di daerah masih perundang-undangan; dan sangat melimpah untuk dapat dijadikan suatu o. melaksanakan wewenang lain yang prospek yang memberikan kontribusi positif sesuai dengan ketentuan peraturan bagi setiap orang. Partisipasi masyarakat perundang-undangan. sebagai bentuk kesadaran akan tanggungjawab Berdasarkan pada amanat Undang- bersama dalam mamajukan pembangunan Undang Nomor 6 tahun 2014 tersebut tugas dapat diwujudkan dengan keterlibatan pelaksanaan pembangunan yang di emban langsung maupun tidak langsung dalam setiap oleh pemerintahan desa tentunya diarahkan program pembangunan. Berdasarkan Undang- pada kepentingan masyarakat secara undang nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa menyeluruh sehingga pembangunan dapat khususnya Pasal 26 menyebutkan : bermanfaat dalam mencapai kesejahteraan (1) Kepala Desa bertugas menyelenggarakan masyarakat. Selain itu pada poin (2) huruf m Pemerintahan Desa, melaksanakan yaitu mengkoordinasikan pembangunan desa Pembangunan Desa, pembinaan secara partisipatif dapat di tafsirkan bahwa kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan harus ada keterlibatan masyarakat di dalam masyarakat Desa. prosespembangunan mulai dari perencanaan, (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana pelaksanaan hingga evaluasi dan untuk dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa itulah diperlukan adanya sutau strategi dalam berwenang: meningkatkan partisipasi masyarakat. Antonius Erwandi, Upaya Pemerintah Desa Mendorong Partisipasi Masyarakat 47

Lebih lanjut dalam Undang-Undang masyarakat desa merupakan suatu proses Nomor 6 tahun 2014 pasal 78 menyatakan : dimana orang-orang yang ada di masyarakat (1) Pembangunan Desa bertujuan tersebut pertama-tama mendiskusikan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat menentukan keinginan mereka kemudian Desa dan kualitas hidup manusia merencanakan dan mengerjakan bersama- serta penanggulangan kemiskinan sama memenuhi keinginan mereka. Jadi dalam melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan masyarakat desa merupakan pembangunan sarana dan prasarana Desa, tindakan kolektif, dalam artian material dan pengembangan potensi ekonomi lokal, spiritual. Talidazuhu Ndraha (dalam Soetrisno, serta pemanfaatan sumber daya alam dan 2001: 51) memberikan beberapa kriteria yang lingkungan secara berkelanjutan. terdapat dalam pembangunan masyarakat (2) Pembangunan Desa meliputi tahap desa, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, dan 1. Adanya partisipasi aktif masyarakat pengawasan. dalam pembagunan (3) Pembangunan Desa sebagaimana 2. Adanya rasa tanggungjawab dimaksud pada ayat (2) mengedepankan masyarakat terhadap pembangunan kebersamaan, kekeluargaan, dan 3. Kemampuan masyarakat desa untiuk kegotongroyongan guna mewujudkan berkembang telah dapat ditingkatkan pengarusutamaan perdamaian dan 4. Prasarana fisik telah dapat dibangun keadilan sosial. dan dipelihara Mewujudkan pembangunan dengan 5. Lingkungan hidup yang serasi telah mengedepankan nilai-nilai kekeluargaan, dapat dibangun dan dipelihara kegotongroyongan di dalam masyarakat Sedangkan Mely G. Tan dan tentunya secara konkrit dalam bentuk Koentjaraningrat (dalam Soetrisno, 2001:37) partisipasi menyeluruh, partisipasi yang memberikan beberapa hal yang dapat bersifat menyeluruh memerlukan pendekatan digunakan untuk menilai keberhasilan yang intensif dari pemerintah desa melalui pembangunan masyarakat desa, yaitu : kerja yang lebih nyata dan lebih terarah 1. Hasil usaha pembaharuan tersebut dan yang paling penting yaitu kepercayaan harus dapat dilihat secara konkrit masyarakat terhadap pemerintahan desa itu dalam waktu yang singkat sendiri. 2. Usaha pembaharuan tersebut harus Transformasi dalam struktur ekonomi, dapat bermanfaat bagi masyarakat dapat dilihat melalui peningkatan atau yang bersangkutan pertumbuhan produksi yang cepat di sektor 3. Usaha-usaha tersebut tidak boleh industri dan jasa, sehingga kontribusinya bertentangan dengan sistem nilai terhadap pendapatan nasional semakin besar. budaya dan norma-norma yang masih Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian berlaku di dalam masyarakat desa akan menjadi semakin kecil dan berbanding Sejalan dengan pemaparan diatas, dalam terbalik dengan pertumbuhan industrialisasi pelaksanaan pembangunan yang direncanakan dan modernisasi ekonomi. Mengacu pada oleh pemerintah; partisipasi masyarakat pendapat tersebut dapatlah dipahami bahwa merupakan hal yang sangat mempengaruhi pembangunan secara umum diarahkan keberhasilan proses pembangunan itu sendiri. pada seluruh aspek yang berkenaan dengan Karena masyarakatlah yang mengetahui kepentingan masyarakat di berbagai sektor. secara obyektif kebutuhan yang diperlukan Keberlanjutan pelaksanaan dalam meningkatkan kesejahteraan. Menurut pembagunan pedesaan, pemerintah haruslah Sahidu (1998 :147) terdapat tiga prinsip dasar mendasarkan pada pengakuan akan peranan dalam menumbuhkan partisipasi masyarakat penting yang dimainkan oleh pedesaan sejak desa agar ikut serta dalam pembangunan dapat dahulu. Hal ini didasarkan pada asumsi dilakukan dengan cara: bahwa desa mempunyai makna yang strategis 1. Learning process; Proses kegiatan bagi setiap pertumbuhan. Menurut Soetrisno, dengan melakukan aktivitas (2001: 48) menegaskan pembangunan proyek dan sekaligus mengamati, 48 Perahu, Volume 6 Nomor 1, September 2018, Hlm 45-54

menganalisa kebutuhan dan ”Metode penelitian deskriptif adalah keinginan masyarakat. suatu metode dalam meneliti status 2. Institusional development; sekelompok manusia, suatu objek, suatu Melakukan kegiatan melalui set kondisi, suatu sistem pemikiran, pengembangan pranata sosial ataupun suatu kelas peristiwa pada yang sudah ada dalam masyarakat. masa sekarang. Tujuan dari penelitian Karena institusi atau pranata deskriptif ini adalah untuk membuat sosial masyarakat merupakan daya deskripsi, gambaran atau lukisan secara tampung dan daya dukung sosial. sistematis, faktual dan akurat mengenai 3. Participatory; Cara ini merupakan fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan suatu pendekatan yang umum antar fenomena yang diselidiki”. dilakukan untuk dapat menggali need yang ada dalam masyarakat Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif adalah Berdasarkan pada prinsip tersebut suatu prosedur pemecahan masalah dengan dapat di jelaskan bahwa partisipasi masyarakat cara memberikan gambaran yang jelas tentang akan aktif jika dilakukan berdasarkan adanya suatu keadaan aktual pada saat penelitian karakter sosial budaya di mana institusional dilakukan tanpa ada perlakuan terhadap objek masyarakat sudah lama terbentuk serta yang diteliti. Penelitian dengan jenis deskriptif adanya fakta yang dapat terlihat dan dirasakan termasuk dalam pendekatan kualitatif, langsung oleh masyarakat setempat. menurut Mardalis ( 2003 : 24 ) metode Metode Penelitian penelitian adalah suatu cara atau teknis yang Rancangan penelitian yang akan dilakukan dalam proses penelitian sebagai digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang deskriptif analisis. Menurut Mardalis (2003 dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan : 26) mengungkapkan defenisi penelitian prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan deskriptif bertujuan untuk mendiskripsikan sistematis untuk mewujudkan kebenaran. apa-apa saja yang saat ini berlaku, didalamnya Metode penelitian dengan pendekatan terdapat upaya mendiskripsikan, mencatat, kualitatif menurut Moleong (2005 : 6) analisis, dan menginterprestasi kondisi- adalah penelitian yang bermaksud untuk kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. memahami fenomena tentang apa yang Metode penelitian deskriptif yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya secara teknis ini termasuk dalam bentuk prilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan penelitian kualitatif dengan mengandalkan sebagainya, secara holistik yang alamiah observasi, wawancara, dan studi dokumen dan dengan memanfaatkan berbagai metode sebagai instrumen pengumpulan data. ilmiah. Selanjutnya menurut Satori (2009 Penelitian kualitatif menurut Moleong (2005 :22) penelitian kualitatif adalah ” penelitian : 6) adalah penelitian yang bermaksud untuk yang menekankan pada quality atau hal yang memahami fenomena tentang apa yang terpenting dari sifat suatu barang/jasa. Hal dialami oleh subjek penelitian, misalnya terpenting tersebut berupa kejadian/fenomena prilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan atau gejala sosial. sebagainya, secara holistik yang alamiah Berdasarkan pada beberapa pendapat dan dengan memanfaatkan berbagai metode tersebut, dapat di asumsikan bahwa ilmiah. pendekatan penelitian kualitatif berarti Menurut Arikunto (2007 : 114) mengungkapkan situasi sosial tertentu dengan mengatakan bahwa ”penelitian deskriptif mendeskripsikan kenyataan secara benar, merupakan penelitian yang dimaksudkan dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik untuk mengumpulkan informasi mengenai pengumpulan data, analisis data yang relevan status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan dan diperoleh secara alamiah. gejala menurut apa adanya pada saat penelitian Menurut Arikunto (2007 : 86) subjek dilakukan”. Lebih lanjut Nazir (2003:54) penelitian merupakan tempat dimana variabel mengatakan bahwa: tersebut melekat, tempat variabel berada dan Antonius Erwandi, Upaya Pemerintah Desa Mendorong Partisipasi Masyarakat 49 sebagai sumber data karena darinya dapat jangkauan pelayanan pemerintah diperoleh data penelitian. Dalam penelitian ini kepada seluruh lapisan masyarakat. yang menjadi subjek penelitian yaitu: 7. Partisipasi menopang pembangunan 1. Kepala Desa Wana Bakti Kecamatan 8. Partisipasi menyediakan lingkungan Ketungau Tengah Kabupaten Sintang yang kondusif baik bagi aktualisasi sebagai kepala administratif di wilayah potensi manusia maupun pertumbuhan Desa Wana Bakti manusia 2. Ketua Badan Permusyawaratan Desa 9. Partisipasi merupakan lingkungan Wana Bakti Kecamatan Ketungau Tengah yang kondusif baik bagi aktualisasi Kabupaten Sintang selaku perwakilan potensi manusia maupun pertumbuhan masyarakat di pemerintahan manusia. 3. Ketua adat Desa Wana Bakti Kecamatan 10. Partisipasi merupakan cara yang Ketungau Tengah Kabupaten Sintang efektif membangun kemampuan .4. Masyarakat Desa Wana Bakti Kecamatan masyarakat untuk pengelolaan Ketungau Tengah sebanyak 5 orang. program pembangunan guna Pembahasan memenuhi kebutuhan lokal. Menurut Cohen dan Uphoff (dalam 11. Partisipasi dipandang sebagai Harahap 2001: 16), partisipasi adalah pencerminan hak-hak demokratis keterlibatan masyarakat dalam proses individu untuk dilibatkan dalam perencanaan dan pembuatan keputusan tentang pembangunan mereka sendiri. apa yang dilakukan, dalam pelaksanaan Berdasarkan hasil wawancara dengan program dan pengambilan keputusan untuk Kepala Desa Wana Bakti Kecamatan Ketungau berkontribusi sumber daya atau bekerjasama Tengah Kabupaten Sintang mengemukakan dalam organisasi atau kegiatan khusus, bahwa nilai-nilai kebersamaan dalam berbagi manfaat dari program pembangunan masyarakat saat ini dirasakan sangat kurang dan evaluasi program pembangunan. terutama dalam aspek pembangunan. Tjokrowinoto ( dalam Hasibuan, Selanjutnya Kepala Desa Wana Bakti 2003:18), menyatakan alasan pembenar Kecamatan Ketungau Tengah Kabupaten partisipasi masyarakat dalam pembangunan: Sintang menceritakan sejarah secara singkat 1. Rakyat adalah fokus sentral dan budaya kerjasama pada masyarakat sejak tujuan akhir pembangunan, partisipasi dahulu sebenarnya masih ada hal itu terlihat merupakan akibat logis dari dalil dari kegiatan masyarajat dalam berladangf tersebut. atau berkebun masih dikerjakan bersama- 2. Partisipasi menimbulkan harga diri sama. Budaya masyarakat tersebut biasa dan kemampuan pribadi untuk dapat disebut Beduruk (Bahasa Dayak Ketungau) turut serta dalam keputusan penting yang artinya pekerjaan di kerjakan beramai- yang menyangkut masyarakat. ramai dalam beberapa hari secara bergiliran 3. Partisipasi menciptakan suatu bagi yang memerlukan. lingkungan umpan balik arus Selanjunya di kemukakan oleh informasi tentang sikap, aspirasi, Kepala Desa Wana Bakti Kecamatan kebutuhan, dan kondisi lokal yang Ketungau Tengah Kabupaten Sintang dalam tanpa keberadaannya akan tidak hasil wawancara bahwa saat ini terjadi terungkap. Arus informasi ini tidak perubahan cara pandang masyarakat terkait dapat dihindari untuk berhasilnya dengan kegiatan pemerintahan dalam aspek pembangunan. pembangunan. Hal ini disebabkan karena saat 4. Pembangunan dilaksanakan lebih baik ini pemerintah desa sudah memperoleh secara dengan dimulai dari dimana rakyat langsung biaya-biaya pembangunan dalam berada dan dari apa yang mereka bentuk ADD. Berbeda sekali dalam periode miliki. pemerintah desa yang belum di berikan ADD 5. Partisipasi memperluas wawasan dimana pemerintah desa lebih banyak hanya penerima proyek pembangunan. mengerjakan administrasi pemerintah desa 6. Partisipasi akan memperluas yang tidak langsung mengelola keuangan 50 Perahu, Volume 6 Nomor 1, September 2018, Hlm 45-54 desa. Dengan telah berlakunya sistem Wana Bakti Kecamatan Ketungau Tengah pemerintahan yang langsung mengelola Kabupaten Sintang diperoleh infromasi keuangan tentunya berpengaruh pada cara bahwa dalam upaya meningkatkan partisipasi pandang masyarakat yang seakan-akan masyarakat selama ini jelas menjadi salah setiap kegiatan pembangunan tentunya sudah satu keinginan pemerintahan desa termasuk memiliki biaya dan pekerjaannya dalam di dalam kegiatan pembangunan. Untuk bentuk proyek-proyek pemerintah. menupayakannya tentunya tidaklah mudah Berikutnya hasil wawancara dengan karena sistem pembangunan saat ini sudah ada kepala Desa Wana Bakti Kecamatan alokasi biaya yang tersedia yang dapat saja Ketungau Tengah Kabupaten Sintang dilakukan dalam bentuk proyek kerja individu. diperoleh infromasi bahwa pemerintah Oleh karena itu sebagai unsur masyarakat di desa sampai saat ini sudah berupaya untuk pemerintahan yaitu BPD sering memberikan meningkatkan partisipasi masyarakat desa masukan kepada pemerintah desa uintuk dalam pembangunan yang tidak hanya memulai langkah-langkah strategis dalam sekedar terlibat di dalam proses perencanaan melibatkan masyarakat salah satunya dengan akan tetapi pelaksanaan dan juga evaluasi memberikan informasi yang transparan dalam dari pembangunan tersebut. Adapun upaya- bentuk pembangunan di desa ini. upaya yang dilakukan seperti memberikan Lebih lanjut di kemukakan oleh Ketua kewenangan kepada kepala dusun untuk Badan Permusyawaratan Desa Wana Bakti terlibat di dalam pembangunan diwilayahnya Kecamatan Ketungau Tengah Kabupaten dengan mengorganisir masyarakat setempat Sintang dinamika bentuk partisipasi untuk terlibat. dalam prosesnya walaupun ada masyarakat dalam perencanaan pembangunan biaya-biaya pembangunan akan tetapi biaya dinilai sudah cukup baik dan beberapa tersebut dapat di berikan kepada masyarakat keterlibatan masyarakat di dusun-dusun juga yang bersama-sama bekerja sehingga biaya sudah mulai berjalan dengan baik. Hal itu tidak hanya sekedar untuk para pekerja tukang tentunya tergantung pada pemerintah desa akan tetapi juga dapat dirasakan bersama jika kegiatan pembangunan yang sifatnya masyarakat. swadaya tentunya tidak jadi masalah untuk Hasil wawancara dengan Kepala Desa memberikannya kepada masyarakat akan Wana Bakti Kecamatan Ketungau Tengah tetapi harus sesuai dengan ketentuan dari Kabupaten Sintang mengatakan bahwa bentuk pemerintah desa. Pemerintah desa tentunya partisipasi masyarakat yang saat ini masih harus terus mempertahankan kepercayaan dilakukan yaitu dalam bentuk keterlibatan masyarakat sehingga peran masyarakat juga di dalam perencanaan pembangunan yaitu dapat meningkat karena masyarakat adalah dalam kegiatan Musrenbang Desa. Bentuk sasaran dari pembangunan itu sendiri sehingga partisipasi tersebut tentunya sebagai bagian wajiblah bagi pemerintah desa meningkatkan dari sistem pembangunan yang bersifat kesejahteraan dan juga keterlibatan masyarakat Bottom-Up yang melibatkan masyarakat secara menyeluruh dalam setiap aspeknya. secara langsung. Bentuk partisipasi lainnya Berdasarkan hasil wawancara yang dalam bentuk tenaga dalam kegiatan sudah terhimpun dari Kepala Desa dan Ketua jarang dilakukan kecuali dalam kegiatan Badan Permusyawaratan Desa Wana Bakti kerjabakti bersama. Kepala Desa Wana Bakti Kecamatan Ketungau Tengah Kabupaten Kecamatan Ketungau Tengah Kabupaten Sintang dapat dijelaskan bahwa saat ini terjadi Sintang juga menambahkan partisipasi yang perubahan cara pandang masyarakat terhadap sifatnya gotong royong untuk pembangunan pembangunan yang dilakukan pemerintah terus diuoayakan pemerintah desa sehingga desa. Perubahan tersebut karena adanya dapat mempertahankan nilai-nilai budaya dana pembangunan dalam bentuk ADD masyarakat yang sejak dahulu sesungguhnya untuk pemerintah desa sehingga terkesan sudah dikenal dalam masyarakat kelompok pembangunan infrastruktur khususnya etnik dayak pada umumnya. dilakukan berdasarkan nilai proyek kerja Berikutnya hasil wawancara dengan sesuai anggaran yang tersedia. Sistem Ketua Badan Permusyawaratan Desa pembangunan demikian tentunya memiliki Antonius Erwandi, Upaya Pemerintah Desa Mendorong Partisipasi Masyarakat 51 biaya akan tetapi dalam pelaksanaanya bentuk partisipasi masyarakat yang langsung masyarakat dapatsaja terlibat secara aktif terlibat baik dalam skala kerja maupun dalam kegiatan tersebut. Selain itu pandangan dalam hal pemberian kepercayaan untuk terhadap sistem pembangunan melalui ADD melaksanakan kegiatan-kegiatan adat harus menjadi tanggungjawab pemerintah desa juga di lakukan agar dapat mendorong tingkat semata sehingga masyarakat enggan untuk partisipasi masyarakat. terlibat. Dalam perencanaan masyarakat Berdasarkan hasil wawwancara yang sudah aktif terlibat dalam bentuk memberikan terhimpun dari Ketua adat Desa Wana Bakti aspirasinya secara langsung. Kecamatan Ketungau Tengah Kabupaten Selanjutnya hasil wawancara dengan Sintang dapat di deskripsikan partisipasi Ketua adat Desa Wana Bakti Kecamatan masyarakat dipahami dalam konteks Ketungau Tengah Kabupaten Sintang diperoleh keterlibatan langsung terutama pada kegiatan informasi bahwa dalam hal pembangunan yang bersifat peningkatan infrastruktur. pemerintah desa sudah menganjurkan Upaya meningkatkan partisipasi dalam kepada masyarakat untuk terus tetap aktif bentuk memberikan kepercayaan kepada dalam berbagai prosesnya. Dilanjutkan oleh masyarakat terhadap pemeliharaan hasil- Ketua adat Desa Wana Bakti Kecamatan hasil pembangunan belum dipahami sebagai Ketungau Tengah Kabupaten Sintang anjuran suatu bentuk partisipasi yang cukup penting tersebut sudah disosialisasikan dengan tokoh dimana hasil-hasil pembangunan jika tidak masyarakat dan sudah disampaikan kepada di gunakan secara benar akan berampak pada masyarakat setiap tahunnya. Keterlibatan kerugian bagi masyarakat itu sendiri. Peran dalam musrenbang desa selama ini pemerintah desa dalam memberikan arah- menunjukan bahwa masyarakat sudah mulai arah partisipasi suda berjalan dengan baik peduli dengan pembangunan. melalui pendekatan dengan tokoh masyarakat Berikutnya dijelaskan oleh Ketua adat serta melibatkan masyarakat untuk tetap aktif Desa Wana Bakti Kecamatan Ketungau Tengah memberikan aspirasinya secara langsung Kabupaten Sintang dalam hasil wawancara kepada pemerintah desa. bentuk partisipasi masyarakat belumlah Hasil wawancara dengan Masyarakat sepenuhnya mengikuti semua kegiatan Desa Wana Bakti Kecamatan Ketungau pembangunan terutama dalam mengerjakan Tengah yang ditemuai pada saat penelitian kegiatan pembangunan infrastruktur. mengatakan bahwa di tingkat desa partisipasi Pelaksanaan kerja selama ini yang ada di desa masyarakat untuk pelaksanaan pembangunan umumnya dilakukan berdasarkan pada sistem belum maksimal karena program kerja borongan sedangkan untuk tenaga kerja pembangunan lebih banyak dari pemerintah memang diakui dari masyarakat. Pemahaman kabupaten sedangkan untuk pemerintah desa terhadap dinamika partisipasi tentunya diarahkan ke daerah dusun. Bentuk partisipasi berlandaskan pada kerja bersama tanpa adanya masyarakat yang secara nyata yang terlibat imbalan. Partisipasi masyarakat dapat saja dalam proyek pembangunan umumnya dalam dalam bentuk yang berbeda seperti partisipasi bentuk tenaga kerja yang mana kegiatan kerja dalam menjaga dan memelihara infrastruktur langsung di peroleh oleh individu. Partisipasi yang sudah ada seperti balai dusun, sarana yang melibatkan masyarakat dalam kegiatan olah raga, jalan dusun dan jembatan serta kerja pembangunan kadang-kadang dalam berbagai fasilitas lainnya yang ada di desa. bentuk kerja bakti yang dikordinir oleh Lebih lanjut menurut Ketua adat Desa perangkat desa atau kepala dusun. Wana Bakti Kecamatan Ketungau Tengah Berikutnya hasil wawancara dengan Kabupaten Sintang pemerintah desa harus masyarakat yang ditemui pada saat peelitian terus mengupayakan partisipasi masyarakat juga menceritakan bahwa dalam setiap walaupun saat ini dirasakan masih kurang program pembangunan umumnya belum akan tetapi diharapkan pada masa yang akan pernah melibatkan masyarakat secara langsung datang dapat meningkat agar tidak terjadi khususnya yang non fisik seperti kegiatan- berbagai konflik yang kurang baik antara kegiatan pelatihan masyarakat atau kelompok masyarakat dan pemerintah desa. selain itu masyarakat yang di danai dari pemerintah 52 Perahu, Volume 6 Nomor 1, September 2018, Hlm 45-54 desa. Dalam konteks partisipasi tentunya hari raya atau menjelang peringatan hari tidak hanya sebatas masalah kerja dan terlibat kemerdekaan bulan agustus. dalam pekerjaan akan tetapi juga dalam Hasil observasi juga terlihat pada hal pengembangan kegiatan kepemudaan, saat pemerintah desa melaksanakan kerja olahraga dan juga kebudayaan dan hal itu pembangunan khususnya infrastruktur lebih masih belum terealisasi. Bentuk partisipasi mengarah pada pekerjaan yang bersifat proyek yang dapat diberikan masyarakaty saat ini kerja yang dapat dikerjakan oleh individu tentunya dalam hal penyampaian program masyarakat seperti perbaikan jembatan dan pembangunan melalui Musrenbangdesa yang juga pekerjaan infrastruktur jalan desa. Bentuk mana kegiatan tersebut harus ada daftar hasir partisipasi masyarakat dalam hal ini tidak dari masyarakat setempat. ada sama sekali jikapun ada lebih bersifat Hasil wawancara dengan salah kerja upahan sesuai dengan pekerjaan yang seorang masyarakat juga mengatakan bahwa di kerjakan. oleh karena itu dalam konteks pemerintah desa sudah berupaya untuk bentuk partisipasi yang terlihat belum ada menyampaikan peran penting masyarakat kegiatan yang bersifat sukarela dalam setiap dalam setiap aspek pemabngunan akan tetapi kegiatan pembangunan yang direalisasikan dewasa ini sistem penilaian terhadap kerja oleh pemerintah desa. pembangunan sangat tergantung pada aturan Simpulan sehingga masyarakat tidak dapat langsung Berdasarkan hasil penelitian terlibat karena pemahaman terhadap dinamika dan pembahasan penelitian ini dapatlah pemeriksanaan administrasi yang masih relatif disimpulkan bahwa Bentuk partisipasi lemah. Banyaknya program pembangunan masyarakat yang telah dilakukan selama yang bersifat fisik pada saat ini tentunya ini berupa keterlibatan dalam proses menjadi kesempatan bagi pemerimtah desa Musrenbang pada tingkat desa dan belum untuk menemukan strategi agar masyarakat pada proses pelaksanaan pembangunan. dapat terlibat secara langsung dalam bentuk Dalam proses pelaksanaan pembangunan kerja secara bersama-sama dan hasilnya umumnya menggunakan sistem pelaksana untuk kepentigan bersama. belum optimalnya kerja secara individu berupa proyek kerja. fungsi operaturan desa yang dapat menjadi Berdasarkanpada kesimpulan tesebut penulis payung hukum bagi masyarakat tentunya menyarankan agar dalam membangun juga mempengaruhi dinamika pelibatan kebersamaan dan nilai gotong-royong dalam masyarakat dalam kegiatan kerja secara fisik. masyarakat sistem kerja dapat berupa kerja Selain itu dalam bentuk non fisik jelas belum bersama dengan membagi pola kerja sesuai pernah ada kreatifitas pemerintah desa untuk dengan volume yang di kerjakan dan dalam membuat perencanaan program kerja tahunan pembiayaan dapat diberikan berupa gaji harian bagi masyarakat. bagi yang terlibat di dalam pelaksanaan kerja. Berdasarkan hasil observasi yang DAFTAR PUSTAKA terlihat pada kegiatan Musrenbang terdapat Arikunto, S. (2007). Prosedur Penelitian. beberapa orang masyarakat ikut hadir dalam Jakarta : Renika Cipta. memberikan informasi terhadap perencanaan Harahap, Sofyan Safri, (2001), Sistem yang dilakukan pemerintah desa untuk Pengawasan Manajemen (Management diajukan pada Musrenbang tingkat kecamatan. Control System), Jakarta : Quantum. Selain itu untuk partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga khususnya secara sukarela Hasibuan, Malayu S.P. (2003), Manajemen dalam kegiatan gotong-royong belum pernah Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi terlihat di desa tetapi ditingkat dusun-dusun Aksara. pada saat kerja bakti bersama keterlibatan masyarakat cukup baik. Bentuk partisipasi Mardalis (2003). Metode Penelitian Suatu untuk kegiatan kerja bakti di tingkat dusun Pendekatan. Jakarta : Rineka Cipta. berupa bantuan tenaga dalam bekerja seperti Moleong, J Lexy (2005). Metodologi membersihkan jalan dusun dan juga balai Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. dusun serta pemakaman pada saat menjelang Remaja Rosdakarya. Antonius Erwandi, Upaya Pemerintah Desa Mendorong Partisipasi Masyarakat 53

Nazir (2003). Metode Penelitian Jakarta : Ghalia Satori, Djama’an dan Aan Komariah (2009). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Sahidu, Arifudin. (1998). Partisipasi Masyarakat Tani Pengguna Lahan Sawah dalam Pembangunan Pertanian di Daerah Lombok, Nusa Tenggara Barat. Disertasi. Pascasarjana, IPB.

Sumardjo dan Saharudin, (2003). Metode-metode Partisipatif dalam Pengembangan Masyarakat. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Faperta IPB.

Soetrisno, Loekman, (2001). Pemberdayaan Masyarakat dan Upaya Pembebasan Kemiskinan, Yogyakarta : Philosophy Press.

Slamet, Y. (2003). Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Syamsi, Ibnu (1986) Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Displin dalam Pembangunan Jakarta: Rineka Cipta.

Peraturan Perundang-undangan Negara Republik Indonesia. 2014. Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

SISTEM KEPEMILIKAN TANAH DALAM MASYARAKAT ADAT DAYAK DI KABUPATEN SINTANG

SOPIAN Fakultas Hukum Universitas Kapuas Sintang Email: sopianunka@ yahoo.com

Abstract

The Dayak Indigenous Peoples pengembangan ekonomi yang mandiri. ownership system for land or land and Untuk menghadapi kenyataan itu masyarakat growing crops on it lasts for a long time Adat harus punya strategi antisipasi terhadap based on customary procedures and customs berbagai kemungkinan, khususnya harus ada that apply and are in line with the laws and upaya yang terstruktur dalam mempertahankan regulations that apply in this republic. The tanah atau wilayah mereka. transfer of ownership, which ultimately Kata Kunci: Kepemilikan, Tanah Adat, resulted in the Dayak community being lost, Masyarakat Dayak ownership rights or management of the land or land they owned was thought to have Latar Belakang occurred and even lasted, especially with the inclusion of large-scale plantation companies Masyarakat Adat Dayak Kabupaten in this area. Land loss for will Sintang merupakan bagian dari warga negara sooner or later result in the fragility of food Republik Indonesia yang memiliki hak security resulting in weakening the potential secara turun temurun atas tanah sebagaimana for independent economic development. masyarakat adat di daerah lainnya di Wilayah To deal with this reality Indigenous people Negara Indonesia ini. Sebelum terbentuknya must have a strategy of anticipating various negara Indonesia ini masyarakat Adat Dayak possibilities, especially if there is a structured Kabupaten Sintang telah lama ada dan effort to defend their land or territory. memiliki sistem kepemiliki atas tanah yang Keywords: Ownership, Customary Land, diatur oleh tata cara adat setempat yang Dayak Society sebetulnya secara hukum nasional harus diakui keberadaannya. Setelah berdirinya Negara Abstrak Republik Indonesia sejak diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh para Sistem kepemilikan Masyarakat pendiri bangsa tercinta ini diiringi oleh Adat Dayak terhadap tanah atau lahan terbitnya berbagai regulasi yang mengatur dan tanam tumbuh di atasnya berlangsung tata kehidupan berbangsa dan bernegara, tak lama diatur berdasarkan tata cara adat dan terlepas aturan aturan hukum yang berkaitan kebiasaan yang berlaku serta sejalan dengan dengan pertanahan atau kepemilikan atas peraturan perundangan yang berlaku di tanah. republik ini. Peralihan kepemilikan yang Berdasarkan Undang- Undang Nomor akhirnya mengakibatkan masyarakat Dayak 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok- menjadi hilang hak kepemilikan atau pokok Agraria, menyebutkan pada Pasal pengelolaannya terhadap tanah atau lahan 3, dengan mengingat ketentuan- ketentuan yang dimiliki diduga telah terjadi bahkan dalam pasal 1 dan 2 pelaksanaan hak ulayat berlangsung lama terutama dengan masuknya dan hak- hak yang serupa itu dari masyarakat- perusahaan- perusahaan perkebunan berskala masyarakat hukum adat sepanjang menurut besar di daerah ini. Kehilangan lahan bagi kenyataannya masih ada, harus sedemikian masyarakat Dayak cepat atau lambat akan rupa sehingga sesuai dengan kepentingan berakibat pada rapuhnya ketahanan pangan nasional dan Negara, yang berdasarkan yang mengakibatkan melemahnya potensi atas persatuan bangsa serta tidak boleh 56 Perahu, Volume 6 Nomor 1, September 2018, Hlm 55-60 bertentangan dengan undang- undang dan dari istilah dayaka (dari bahasa kawi) yang peraturan- peraturan lain yang lebih tinggi. berarti “suka memberi”, pengertian ini Hak kepemilikan masyarakat Adat mungkin didasarkan pada sifat orang Dayak Dayak di Wilayah Kabupaten Sintang saat zaman dulu yang suka memberikan apa saja ini terancam keberadaannya akibat berbagai seperti ayam, beras, makanan, tanah dan lain- kebijakan yang kurang populeh dan adanya lain kepada pendatang (Lihat Simon- Takdir, oknum- oknum yang kurang bertanggung 2002). Sementara itu ada yang menyebut jawab serta kurang memperhatikan hak- Dayak berasal dari istilah daya yang berarti hak masyarakat Adat di Kabupaten Sintang. “kekuatan”. Dalam praktek di lapangan masyarakat Adat Pada awalnya ada beberapa istilah Dayak Kabupaten Sintang belum sepenuhnya yang maknanya merujuk pada orang- orang memiliki hak sesuai yang diamanatkan dalam asli sebagai penduduk di Pulau Kalimantan. Undang- undang nomor 5 tahun 1960 Tentang Istilah- istilah tersebut biasanya ditulis antara Peraturan Dasar Pokok- pokok Agraria seperti lain adalah Daya, Dyak, Dadjak, Dayaker dan yang diuraikan sebelumnya dalam tulisan ini. Dayak. Di negara lain seperti Malaysia dan Berdasarkan kenyataan yang ada Brunai Darusalam juga terdapat komunitas berkaitan dengan hak kepemilikan masyarakat Dayak, meskipun di kedua negara ini sekitar adat atas tanah di wilayah Kabupaten Sintang, dekade 1940- an mereka belum mengenal menurut hemat penulis harus ada pemikiran istilah Dayak, tetapi mereka lebih mengenal dan terobosan nyata dari berbagai pihak istilah lain untuk menyebut penduduk asli terkait agar hak- hak masyarakat adat tidak Pulau ini. Istilah Dayak mulai dikesampingkan. dikenal pada kedua negara tersebut ketika peneliti Eropa masuk dan menerbitkan hasil Pembahasan penelitiaannya tentang kehidupan beberapa 1. Masyarakat Adat dan Tanah Adat Dayak suku asli di Pulau Borneo atau Kalimantan Berdasarkan Permen Agraria/ Kepala tersebut. Pada awalnya bukan hanya di Badan Pertanahan Nasional Nomor: 5 Thn. Wilayah Borneo yang kini di sebut Malaysia 1999 Tentang Pedoman Penyelesaian (Serawak) dan Brunai Darusalam tapi di Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Indonesia juga menyebut suku asli Borneo Adat, dinyatakan pada pasal 1 ayat 2; Tanah (Kalimantan) dengan menyebut nama masing- ulayat adalah bidang tanah yang di atasnya masing sub suku Dayak, misalnya Suku terdapat hak ulayat dari suatu masyarakat Uud Danum, Suku Ngaju, Suku Kanayatn, hukum adat tertentu. Ayat 3; Masyarakat Suku Iban, Suku Kayan, Suku dan hukum adat adalah sekelompok orang yang sebagainya. terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai Seiring dengan perkembangan warga bersama suatu persekutuan hukum zaman, istilah Daya, Dyak, Dadjak atau karena kesamaan tempat tinggal ataupun atas Dayak semakin luas dikenal, manakala kisah dasar keturunan. Dari point pasal 3 ini secara perjalanan para imperialis dan para peneliti jelas menegaskan siapa sebenarnya yang Eropa mulai dipublikasi baik dalam bahasa disebut sebagai masyarakat adat pada suatu asing maupun terjemahan. Munculnya wilayah atau daerah tertentu. berbagai istilah ini menimbulkan perdebatan Istilah Dayak digunakan pertamakali berbagai pihak, yang akhirnya menginisiatifi dalam literatur tahun 1790 oleh Rademaker Institute Of Dayakology Research And (1780). Istilah Dayak, pada mulanya memang Development (Pada tahun 1998 berubah nama hasil rekontruksi kolonial untuk menyebut menjadi Institute Dayakology), pada tahun seluruh penduduk asli Pulau Borneo dalam 1992 untuk memprakarsai sebuah pertemuan rangka memudahkan proses administrasi di Pontianak yang dinamai Ekspo Budaya mereka. Para peneliti Eropa sekitar tahun Dayak. Pertemuan ini dihadiri oleh berbagai 1800- an mendefinisikan Dayak sebagai utusan tokoh dan kaum intelektual Dayak manusia pedalaman, non- Muslim, primitif dari berbagai wilayah di Pulau Kalimantan, dan berbagai citra negatif lainnya. Sumber termasuk dari Malaysia dan Brunai Darusalam. lain lagi menyebutkan istilah Dayak berasal Salah satu hasil dari pertemuan ini menegaskan Sopian, Sistem Kepemilikan Tanah Dalam Masyarakat Adat Dayak 57 istilah Daya; Dyak, Dadjak, Daya atau Dayak hak turun temurun, terkuat dan terpenuh manjadi Dayak yang sebelumnya masih yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan simpang siur baik dalam sebutan sehari- hari mengingat ketentuan pasal 6 (Fungsi sosial). maupun dalam penulisan dan media massa. Berdasarkan kutipan dari beberapa Selanjutnya dari hasil kesepakatan hanya ada pasal di atas telah menegaskan secara nyata satu istilah untuk menyebutkan penduduk asli bahwa hukum dan Undang- undang yang Pulau Kalimantan ini adalah Dayak baik dalam berlaku di negeri ini telah memberikan penulisan maupun dalam pengucapannya. pengakuan dan perlindungan terhadap hak Dewasa ini, arti dan istilah Dayak milik masyarakat adat atas tanah sesuai semakin mengarah pada konotasi yang positif, dengan asal usul mereka. Secara hukum sehingga tidak heran kalau semakin banyak bahwa masyarakat adat memiliki kekuatan orang Dayak yang bangga menjadi orang terhadap hak turun temurun atas tanah sesuai Dayak atau ada orang- orang Dayak yang dengan peraturan yang berlaku. dulunya keluar dari Dayak sekarang menjadi Dayak kembali (back to basic). Sillander, 3. Peralihan kepemilikan Atas Tanah (1995:85) dalam Collins (1999). Berdasarkan Pasal 3 Permen Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor: 5 2. Sistem Kepemilikan atas tanah Thn. 1999 Tentang Pedoman Penyelesaian Sistem berasal dari bahasa Yunani, Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum yaitu dari kata “systema” yaitu mengandung Adat, bahwa; arti sehimpuan bagian atau komponen Pelaksanaan hak ulayat masyarakat hukum yang saling berhubungan secara teratur dan adat sebagaimana dimaksud pada pasal 2 tidak merupakan satu keseluruhan (a whole). dapat lagi dilakukan terhadap bidang- bidang Dalam perkembangannya istilah itu kemudian tanah yang pada saat ditetapkannya Peraturan mengalami pembiasaan sehingga memiliki Daerah sebagaimana dimaksud Pasal 6 : banyak arti tergantung pada obyek dan a. sudah dipunyai oleh perseorangan atau cakupan pembicaraan. badan hukum dengan sesuatu hak atas Berdasarkan Undang- Undang tanah menurut Undang-Undang Pokok Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Agraria; Dasar Pokok- pokok Agraria, menyebutkan b. merupakan bidang- bidang tanah yang pada Pasal 3, dengan mengingat ketentuan- sudah diperoleh atau dibebaskan oleh ketentuan dalam pasal 1 dan 2 pelaksanaan instansi pemerintah yang badan hukum hak ulayat dan hak- hak yang serupa itu atau perseorangan sesuai ketentuan dan dari masyarakat- masyarakat hukum adat, tata caranya. sepanjang kenyataannya masih ada, harus Berdasarkan UU. No. 5 Thn 1960. Tentang sedemikian rupa sehingga sesuai dengan Peraturan Dasar Pokok- pokok Agraria, Pasal kepentingan nasional dan Negara, yang 27, menyatakan bahwa; Hak milik hapus bila: berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak a. Tanah jatuh kepada negara, boleh bertentangan dengan undang- undang 1. Karena pencabutan hak berdasarkan dan peraturan lain yang lebih tinggi. Pasal pasal 18 UU. Ini. 5 hukum agraria yang berlaku di atas bumi, 2. Karena penyerahan dengan sukarela air dan ruang angkasa ialah hukum adat, oleh pemiliknya. sepanjang tidak bertentangan dengan negara. 3. Karena diterlantarkan. Pasal 16, hak- hak atas tanah terdiri dari: 4. Karena ketentuan pasal 21 ayat (3) dan 1. Hak milik 5. Hak sewa 26 ayat (2) 2. Hak guna usaha 6. Hak membuka tanah b. Tanahnya musnah. 3. Hak guna bangunan 7. Hak memungut hasil hutan Berdasarkan pasal- pasal yang tertera 4. Hak pakai 8. Hak yang tidak termasuk dalam hak tersebut dalam Undang- undang ini Masyarakat Adat Selanjutnya masih berdasarkan Undang- Dayak sering terjebak berkaitan dengan Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang proses penyerahan lahan terutama dengan Peraturan Dasar Pokok- pokok Agraria pasal perkebunan kelapa sawit. Pada kenyataannya 20, menyatakan bahwa; Hak milik adalah banyak kasus- kasus penyerahan lahan yang 58 Perahu, Volume 6 Nomor 1, September 2018, Hlm 55-60 secara administrasi di atas kertas adalah terdapat hak ulayat dari suatu masyarakat penyerahan secara sukarela namun kenyataan hukum adat tertentu. Ayat 3; Masyarakat banyak diantaranya yang berpotensi hukum adat adalah sekelompok orang yang dipaksakan. terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum Metode Penelitian karena kesamaan tempat tinggal ataupun atas dasar keturunan. Jenis penelitian yang digunakan adalah Dari uraian tersebut dapat penelitian deskriftif. Menurut Sugiyono diterjemahkan bahwa masyarakat adat yang (2007: 54) penelitian deskriptif dimaksudkan memiliki hak ulayat itu tidak harus penduduk untuk pengukuran terhadap fenomena sosial asli karena bisa terjadi atas kesamaan tempat tertentu. Dalam melakukan penelitian ini tinggal, sedangkan penduduk asli itu sudah informan adalah sumber utama data penelitian, pasti sebagai pemilik hak ulayat atau tanah yaitu yang memiliki data dan informasi adat berdasarkan keturunan namun tentunya berkaitan dengan fokus penelitian. Informan ia harus mempertahankan eksistensi tanda- dipilih dengan menggunakan teknik Purposive tanda kepemilikan tersebut. sampling. Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah melalui Wawancara, 2. Kepemilikan atas tanah Masyarakat Adat Observasi dan Studi Dokumentasi. Analisis Dayak Kabupaten Sintang data yang digunakan adalah analisis kualitatif. Kepemilikan atau hak pengelolaan Metode kualitatif menurut Bogdan dan atas tanah/ lahan di seluruh wilayah Taylor (dalam Moleong, 1995:3), sebagai republik Indonesia berdasarkan peraturan prosedur penelitian yang menghasilkan data perundang- undangan yang berlaku adalah deskriftif berupa kata- kata tertulis atau lisan hak seluruh warga negara Indonesia sesuai dari orang- orang dan perilaku yang dapat dengan persyaratan dan ketentuan yang diamati. Penelitian ini penulis lakukan di berlaku sejauh mana dan seperti apa sistem Wilayah Kabupaten Sintang. Pemilihan lokasi kepemilikan dan pengelolaannya. Masyarakat tersebut dilakukan berdasarkan pertimbangan Dayak Kabupaten Sintang sebagai bagian dari praktis dan metodologis serta asas manfaat warga negara Indonesia memiliki hak yang penelitian ini bagi masyarakat umum, dalam sama dengan warga kelompok lainnya dalam hal ini lebih khusus masyarkat Adat Dayak berbagai bidang khususnya hak kepemilikan Kabupaten Sintang terutama berkaitan dengan dan pengelolaan tanah/ lahan. Pada sisi Hak Kepemilikan Masyarakat Adat Dayak lain sebelum berdirinya Negara Indonesia Kabupaten Sintang masyarakat Dayak yang secara tidak sengaja berada di wilayah yang sekarang di sebut 1. Masyarakat Adat dan Tanah Adat Kabupaten Sintang merupakan bagian dari Berdasarkan berbagai ketentuan Negara Kesatuan Republik Indonesia telah tentang pendefinisiaan masyarakat adat, lama memiliki tatanan hidup terutama sistem tanah adat dan hak ulayat seperti yang telah kepemilikan tanah/ lahan berdasarkan adat diuraikan dalam kajian pustaka maka sangat istiadat secara turun temurun. Kita patut mudah ditentukan siapa itu masyarakat adat bersyukur bahwa berdirinya Negara Indonesia khususnya masyarakat adat di Kabupaten dengan berdasarkan pancasila ternyata sangat Sintang. Berdasarkan berbagai definisi sesuai dengan tatanan masyarakat Indonesia yang telah diurai terdahulu dalam tulisan yang sangat beragam, berdirinya negara tidak ini menunjukan ada perbedaan mendasar banyak menghilangkan sistem yang berlaku antara masyarakat adat dengan penduduk pada masyarakat adat khususnya Masyarakat asli, dimana Berdasarkan Permen Agraria/ Adat Dayak di Kabupaten Sintang. Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor: 5 Masyarakat Dayak Kabupaten Thn. 1999 Tentang Pedoman Penyelesaian Sintang selain sebagai bagian dari warga Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Negara Republik Indonesia mereka juga Adat, dinyatakan pada pasal 1 ayat 2; Tanah merupakan bagian dari Suku Dayak lainnya ulayat adalah bidang tanah yang di atasnya yang berdasarkan berbagai hasil penelitian Sopian, Sistem Kepemilikan Tanah Dalam Masyarakat Adat Dayak 59 dan tulisan para peneliti dari Eropa menyebut kearifan lokal mereka secara turun temurun. mereka sebagai penduduk asli pulau Borneo/ Kalimantan, tegasnya dapat disebut Suku 3. Peralihan kepemilikan Dayak adalah Suku asli Borneo/ Kalimantan Peralihan kepemilikan tanah/ lahan atau Suku asli Borneo/ Kalimantan adalah disebabkan berbagai faktor sesuai ketentuan Suku Dayak. Sebagai penduduk asli maka yang berlaku. Peralihan kepemilikan dalam Masyarkat Dayak Kabupaten Sintang telah hal ini penulis tegaskan bahwa sama artinya secara turun temurun mengenal tatanan dengan hilangnya status kepemilikan seseorang sistem kepemilikan tanah/ lahan berdasarkan terhadap tanah atau lahan. Berdasarkan adat istiadat mereka. Berdasarkan data yang pengamatan penulis bahwa kehilangan penulis dapatkan dalam melakukan penelitian hak adat, kehilangan lahan atas tanah atau ini bahwa Masyarakat Dayak Kabupaten lahan yang dialami oleh Masyarakat Dayak Sintang ini terdiri dari berbagai sub suku yang Kabupaten Sintang suadah sangat banyak memiliki berbagai adat istiadat dan tatanan terjadi bahkan nyaris sulit untuk dihitung hidup secara turun temurun. Adapun sub Suku lagi jumlahnya. Secara garis besar bahwa Dayak di Kabupaten Sintang antara lain terdiri ancamanan kehilangan lahan, beralihnya hak dari: Dayak Uud Danum, Dayak Desa, Dayak kepemilikan tanah/ lahan (kehilangan hak) Lebang, Dayak Seberuang, Dayak Mualang, yang memposisikan Masyarakat Adat Dayak/ Dayak Sebaruk, Dayak Kebahan, Dayak penduduk asli Kabupaten Sintang menjadi Undau, Dayak Barai, Dayak Bugau dan masih kelompok yang didiskriminasikan di tanahnya banyak lagi yang lainnya. sendiri adalah: Berdasarkan hasil penelitian penulis 1. Akibat dari berbagai kasus perampasan bahwa orang Dayak memiliki tanah/ lahan lahan oleh pihak perusahaan perkebunan karena hal- hal berikut: kelapa sawit terhadab tanah/ lahan yang 1. Telah membuka/ mengelola lahan dari telah dimiliki oleh Masyarakat Dayak awal (hutan,semak belukar atau lain- lain). secara turun- temurun. 2. Telah memiliki tanam tumbuh di atas 2. Adanya diskriminasi terhadap penduduk tanah setempat melalui program transmigrasi, 3. Telah memiliki situs budaya, adat istiadat dimana ada warga negara yang di atas tanah diistimewakan pelayanannya dengan 4. Telah membeli tanah/ lahan dari pemilik tanpa memperhatikan eksistensi dan lain. keberlanjutan masyarakat setempat. 5. Khusus untuk kepemilikan bersama Berdasarkan pengamatan penulis misalnya masyarakat adat telah secara bahwa ada beberapa penyebab utama yang bersama- sama memelihara tempat mengakibatkan hilangnya hak atau beralihnya atau wilayah tertentu seperti; hurung, kepemilikan Masyarakat Adat Dayak tembawang, tempat keramat atau tempat Kabupaten Sintang terhadab tanah/ lahan usaha. miliknya adalah sebagai berikut: Sedangkan bukti- bukti kepemilikan atas 1. Kurangnya pengetahuan masyarakat Adat tanah yang berlaku di kalangan Masyarakat terhadap peraturan dan perundangan yang Dayak adalah: berlaku sehingga membuat mereka tidak 1. Tanam tumbuh dan tanda- tanda secara sadar atas kehilangan lahannya fisik yang ada di atasnya 2. Sosialisasi yang dilakukan kepada 2. Bangunan dan tanda- tanda pengelolaan di Pemerintahan Desa dilakukan sepihak atasnya tanpa memberikan pengetahuan yang 3. Situs- situs budaya dan benda- benda adat benar tentang hak- hak masyarakat. Sistem kepemilikan atas tanah yang 3. Adanya intervensi akibat kepentingan- penulis cantumkan di sinipun adalah bersipat kepentingan pihak tertentu dalam investasi umum yang sudah penulis tahu, karena perkebunan kelapa sawit. penulis yakin masih banyak lagi sistem dan tanda- tanda kepemilikan Masyarakat Dayak Simpulan Kabupaten Sintang atas tanah berdasarkan Setelah mengamati peristiwa dan 60 Perahu, Volume 6 Nomor 1, September 2018, Hlm 55-60 proses kehilangan tanah/ lahan Masyarakat Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Adat Dayak di Kabupaten Sintang sampai saat Masyarakat Hukum Adat. ini tidak dapat dipungkiri bahwa patut menjadi Rademaker, 1790. Mazoik Dayak. Pontianak: perhatian khusus bagi pihak pemerintah Institute Dayakology. agar kedepan tidak terjadi masalah sosial Simon- Takdi, 2002. yang kronis. Berkaitan dengan berbagai Sugiyono, 2007. Metode Penelitian rangkaian peristiwa peralihan/ kehilangan Kuantitatif, Kualitatif. Jakarta: CV. Alfabeta. kepemilikan tanah/ lahan dimaksud maka dalam kesempatan ini penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Telah terjadi berbagai peristiwa kehilangan tanah/ lahan Masyarakat Adat Dayak di Wilayah Kabupaten Sintang terutama akibat dirampas secara paksa dan bersifat terselubung oleh pihak perusahaan perkebunan kelapa sawit. 2. Pemerintah Daerah Kabupaten Sintang belum ada upaya nyata untuk melindunggi hak masyarakat adat setempat. 3. Tidak adanya sosialisasi yang imbang baik dari pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Sintang, maupun pihak perusahaan setiap kali mau berinvestasi perkebunan kelapa sawit.

Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis susun maka selanjutnya penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Pemerintah Daerah Kabupaten Sintang bertanggung jawab memberikan penyuluhan kepada masyarakat, pengurus adat dan Pemerintahan Desa tentang investasi yang benar serta memberikan perlindungan terhadap hak masyarakat sesuai ketentuan yang berlaku. 2. Pemerintah maupun perusahaan harus memberikan sosialisasi yang adil dan imbang sesuai peraturan perundangan yang berlaku dalam setiap masuknya investasi khususnya perkebunan kelapa sawit. 3. Libatkan pihak- pihak LSM, Organisasi Kemasyarakatan, kemahasiswaan dan lain- lain yang netral/ imbang dan profesional dalam proses soaialisasi berkaitan penyerahan lahan

DAFTAR PUSTAKA

Permen Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional nomor 5 tahun 1960 Tentang